Anda di halaman 1dari 6

Kaya melalui Jenazah

By: Mirza Akbar Maulana X-A/23


Sejak tadi awan mendung menyelimuti mentari,mengiringi prosesi pemakaman di
kota pesisir pantai yang tentunya mengiris hati.Akhir-akhir ini kematian marak terjadi di
kampung kami.Menyisakan duka dari keluarga jenazah yang sudah ditelan bumi.Ini
bukan perlombaan,tetapi kenapa mereka berebut untuk saling mendahului.Apakah ada
kejanggalan dari semua runtutan peristiwa ini?.
Disinilah aku teras musholla,berlindung di bawah sengatan terik sinar
matahari.Ditemani 2 temanku kami mengobrol santai sambil menikmati es teh dan
pisang goreng yang sudah kami pesan tadi.
”Huhh capek,setiap hari pasti ada yang mati” ucap Alex selaku orang tertua
yang mengurusi pemakaman.
”Ya gimana ya,tapi kan kita bisa makan gratis” ucapku diiringi sumringah.
”Tapi tetap saja,aku yang capek” Alex menanggapi kemudian meneguk habis es
tehnya.
”Sudah sudah,kematian itu takdir tugas kita hanya mendoakan” Riski menengahi
perdebatan.
Hening larut dalam pikiran masing-masing.
“Kematian memang pasti,tapi apakah ada orang yang meninggal berturut turut
selama 10 hari?” Alex mengeluarkan pernyataan yang spontan membuat kami terkejut.
”Sudah kubilang,itu takdir yang telah ditentukan” Riski berucap dengan ketus
kemudian menyambar pisang goreng yang mulai dingin terkena semilir angin.
”Iya aku tau,tetapi penampakan selama seminggu berturut turut di berbagai
tempat apakah itu termasuk takdir?” Alex bersedekap dada menunggu jawaban.
”Penampakan?jangan bercanda!” Aku berucap dengan sedikit menaikkan suara.
”Ya,sebenarnya aku juga tidak percaya sebab aku yang turun langsung
menangani prosesi pemakaman” Alex menjeda ucapannya.
”Tapi,setelah aku melihat sendiri tetangga tetangga yang telah ditelan bumi
menampakkan diri.” Alex menghembuskan nafasnya kasar
“Itu tidak bisa dijelaskan dengan pikiran logis lagi” Alex menyelesaikan
ucapannya membuat kami terlarut dalam keheningan.

1
“Orang yang sudah dimakamkan pasti tidak mungkin gentayangan,kalau
memang sudah tidak ada urusan yang belum selesai” Riski menerangkan dengan raut
kebingungan.
”Tapi dengan runtutan kejadian yang tidak bisa dicerna akal sehat
manusia,apakah kita masih percaya dengan konsep takdir pencipta?” Aku menanggapi
secara serius”
Tanpa kami sadari terlarut dalam perdebatan yang membuat otak tidak bisa berpiki
rasional lagi.Di pemakaman umum,tak jauh dari kampung kami.Terjadi peristiwa yang
memulai kejadian mencekam dan diluar akal sehat saat malam hari.6 jenazah
terbungkus tanpa tali.
Es teh telah habis begitupula dengan pisang goreng.Kami masih termenung
memikirkan masalah penampakan.Lamunan kami terbuyarkan,mendengar kericuhan
menuju musholla.Aku menegur beberapa orang yang berlarian
”Pak,mau kemana?” Aku mencba menegur secara ramah meskipun dalam hati
aku sendiri panik.
”Saya sama yang lain mau mengungsi dulu nak,kampung ini sudah tidak aman”
Pria paruh baya itu pamit dan meninggalkan aku yang melongo di tempat.Pak Pendik
selaku orang dihormati di kampung kami tiba tiba datang ditengah kericuhan.
”Gawat kampung kita sudah tidak aman kalian semua segera mengungsi” Pak
Pendik menunjuk kami bertiga.
”Memangnya ada apa,apanya yang tidak aman?” Riski menanggapi dengan raut
kebingungan.
“ Penjaga hancur,beberapa jenazah juga hilang” Pak Pendik berucap dengan
gemetaran.
”Penjaga,penjaga apa?” Aku mengajukan pertanyaan.
“Kau memang belum tahu tetapi kedua temanmu akan menjelaskan hal itu.” Pak
Pendik memberi pernyataan yang membuatku kebingungan.
“Aku sudah terlalu tua nak,mungkin kalian yang akan menyelesaikan” Pak
Pendik kemudian pamit dan berlalu pergi.
“Penjaga itu apa?” Aku bertanya sekali lagi.
”Huhhhh,akan ku ceritakan sedikit mengenai sejarah kelam kampung kita” Alex
menjelaskan kemudian duduk bersila.Aku dan Riski ikut duduk bersila.

2
“Penjaga sebenarnya adalah seorang ulama terkemuka yang mengorbankan
hidupnya untuk ketentraman kampung” Alex memulai narasinya.
”Selama bertahun tahun berkat adanya jenazah beliau yang
dimakamkan,gangguan dari makhluk lain jarang terjadi” Alex menghembuskan nafas
teratur.
”Dengan hilangnya penjaga dengan beberapa jenazah aku tau ini mengarah
kemana”. Aku seperti anak kecil yang tidak mengerti apa apa.
”Ya,pesugihan tali pocong” Riski berkata dengan lantang.Sunyi sejenak kami
larut dengan pikiran masing masing.
”Kita belum tau siapa dalangnya,tetapi kita bisa mulai mengatasi teror yang
mulai merambah ke penjuru kampung kita” Alex menanggapi.
”Jadi apa yang harus kita lakukan” Aku tak sabar menunggu jawaban.
”Siapkan dupa,bunga melati,dan juga air yang sudah didoakan.” Alex berkata
dengan lantang.
”Malam ini juga kita mulai menyisiri sudut kampung yang telah lama tidak
dihuni,disitulah semua kejadian dimulai”
Kami bertiga saling tatap dan kemudian mengangguk bersiap siap menunggu
malam.Malam yang sunyi karena semua penghuni pergi,malam panjang yang akan kami
lalui.
Awan mendung masih menyelimuti kota,bedanya sinar rembulan masih terlihat
jelas dibalik awan hitam.Kami bertiga berjalan melewati rumah penduduk yang tiada
penghuni.Ya kami berada di selatan kampung tepat dibelakang pemakaman
umum.Tempat tragedi puluhan tahun lalu dan kami datang dengan persiapan seadanya.
”Aura disini memang seperti ini,atau aku saja yang kedinginan?” Tanyaku
sambil merapatkan jaket kulit yang kupakai.
”Aku juga merasakan sejak masuk gapura selatan,hawa disekitar menjadi dingin
dan sedikit mencekam” Riski menyetujui pendapatku.
”Kan kalian tau sendiri,bagian ini sudah ditinggalkan bertahun tahun,jadi ya
banyak penghuni makhluk lain” Alex menerangkan sambil terus memperhatikan jalan
yang kami lalui.
”Aduh” Riski terjatuh karena kakinya tersandung.

3
”Kamu tidak apa apa” Aku bertanya sambil melihat sekeliling.
”Aman,tadi aku tersandung sesuatu” Riski bangkit berdiri.
“Sesuatu apa aku tidak melihat apapun” Alex berujar membuat kami langsung
mengarahkan pandangan ke tempat yang tadi dilalui.
”Iya tidak apa-apa” Aku menyetujui.
”Sebaiknya kita bergegas mereka yang tidak terlihat sudah mengetahui
keberadaan kita” Alex menyuruh kemudian setengah berlari.

Kami menyusuri jalan setapak di persawahan dengan sedikit berlari.Pemukiman


penduduk sudah tak terlihat oleh mata kami.,karena tujuan kita sebenarnya adalah
gudang pinggir pantai kampung kami.
”Eh itu siapa di depan?” Riski memecah keheningan sambil menunjuk kedepan.
”Iya mereka sepertinya berjalan kemari” Aku masih fokus melihat gerombolan
di depan kami.
”Tapi tidak mungkin ada orang yang berani berkeliaran,lagipula semua
penduduk kan sudah mengungsi” Alex berseru mengingatkan.Sebelum kami menyadari
gerombolan didepan sudah menghilang entah kemana.
”Kemungkinan besar mereka mungkin nelayan yang baru pulang melaut” Riski
menenangkan suasana mencekam tadi.
Saat kami ingin menengok ke depan barulah kami menyadari bahwa di sekeliling kami
bertiga banyak sekali kuburan yang terbongkar menyisakan jenazah tanpa
pembungkusnya.
”Astagfirullah,ini bukan mimpi kan?” Aku bertanya dengan terbata-bata.
”Bukan ini kenyataan,kenyataan kelam yang disembunyikan dari zaman ke
zaman” Alex menegaskan.
”Sepertinya gerombolan tadi bukanlah orang” Riski menyerukan.
“Karena mereka sudah melayang ke arah kita dengan raut menyeramkan”.Kami
bertiga sudah berkeringat dingin dan bersiap untuk berlari.

Tetapi keberuntungan sepertinya tidak berpihak pada kami,tepat saat melangkahkan


kaki,kami bertiga terjerembab ke dalam kuburan lama yang mayatnya tak bersisa lagi.
”Arghhh,bagaimana ini kuburannya terlalu dalam” Riski berseru panik.

4
”Kita keluar satu persatu,kamu naiklah terlebih dahulu” Alex menujukku untuk
menjadi yang pertama.Dengan bersusah payah akhirnya aku keluar dari kuburan
terbengkalai itu.Saat aku akan membantu Riski keluar dari kuburan tersebut,tanpa aku
sadari berdiri dibelakangku sosok hitam tinggi.
”Halo semua,maaf sudah membuat kalian menunggu” nada dinginnya
mencekam membuat bulu kudukku merinding.Aku didorong jatuh oleh sosok tinggi
tersebut ke dalam lubang tadi.
”Hahahaha,sebenarnya aku akan menjalankan rencana ini besok tepat ketika
malam purnama” sosok tinggi itu berucap sambil mengitari tanah kuburan.
”Rejeki memang tidak kemana,rencanaku berjalan cepat karena tiga tikus kecil
yang terjebak”. Sosok tinggi tersebut kemudian mulai memendam kami dengan tanah di
sekitarnya.
”Mungkin kami mencari mati untuk datang disini” Alex berkata,tanah sudah
memendam paha kami.
”Tapi setidaknya kami mati dalam keadaan berjuang bukan lari mencari
perlindungan” Riski menambahkan,tanah sudah mencapai pinggul kami.
”Perbuatanmu pasti memiliki karma dan saat itu tiba kau akan berakhir di
neraka!” Aku berteriak lantang saat tanah sudah mencapai pundak kami.

Awan mendung mulai memenuhi langit diiringi tetesan air yang saling
menyusul.Petir mulai bersahut-sahutan seakan tau bencana besar akan datang.Tepat saat
tanah tersebut hampir memendam kami,disaat harapan kami mulai runtuh ditelan bumi.
”Hentikan semua ini,kau terlalu jauh melakukannya”sosok lain datang
menghentikan kegiatan memendam kami.
”Kau jangan sok suci,kita ini semua sama sama orang penjahat” sosok yang
memendam kami berteriak marah.
”Jika itu memang maumu” sosok tinggi yang lain langsung melayangkan
pukulan telak ke dagu sosok yang memendam kami.
”Maafkan aku atas perbuatan ku,tapi siklus ini harus berhenti” sosok tinggi
tersebut melempar tubuh tersebut ke kuburan dan memendamnya dengan tanah.Tak
lupa juga kita ditolong dari liang yang penuh dengan tanah.

5
Besoknya mentari bersinar lembut menembus awan mencerahkan sejarah kelam
perkampungan.Kami bertiga dibantu sosok kemaren yang bernama Yudha menyisir
untuk membereskan sisa praktek pesugihan.
”Terima kasih atas pertolongannya,berkat kalian saya bisa mengakhiri siklus
pesugihan di keluarga saya” Yudha menjabat tangan kami bertiga.
”Seharusnya kami yang berterima kasih atas bantuannya: Alex membalas jabat
tangan Yudha.
”Iya saya juga,semoga praktek pesugihan di kampung kita sudah hilang” Riski
berharap sambil melihat kuburan terbengkalai di depan rumah Yudha.
”Amin,baiklah tugas kita selesai mari kita beranjak pulang” Aku mengakhiri
percakapan tersebut kemudian segera bergegas pulang.Kampung kemballi aman tanpa
praktek pesugihan yang membutuhkan tumbal.
Yudha tersenyum melambaikan tangan ke kami yang mulai jauh.Dia masuk ke
rumahnya yang pengap dan juga sudah tua,dia bersedih karena kehilangan adiknya.
”Maafkan aku dik,aku terpaksa melakukannya” Yudha menyeringai kemudian
membuka lemari di pojok ruangan dan mengambil karung.
”Siklus di keluarga memang sudah tamat,karena aku akan memiliki kekayaan
sendiri tanpa harus berbagi” Yudha membuka karung tersebut dan mengambil tali,tali
yang sekarang dicari oleh pemiliknya yang telah mati.
”Terima kasih dik,berkatmu syarat tumbal sudah kupenuhi” Yudha beranjak
memulai ritual.
”Bwahahahahahah” terdengar suara tertawa di dalam rumah di dalam kuburan
terbengkalai di pojok selatan kampung.

Tamat

Anda mungkin juga menyukai