Anda di halaman 1dari 50

Pedang Bilah Bambu "Sebilah Pedang Seribu Romansa"

Oleh. Mike Simons Epilog "Makam Para Pecinta"


"Berapakah panjangnya ?"
"hanya empat jengkal hingga ke gagang. . . "
"apakah ada tanda yang istimewa ?"
tidak. . . tidak ada. . . hanya sebilah pedang terbuat dari logam biasa yang
tertancap pada sebuah batu, tidak ada hal yang
istimewa pada pedang itu. . .
"apa bukan karena ketajamannya?"
"jelas bukan. . . ! sebagian badan pedang bahkan sudah berkarat!"
"bilakah ada hal seperti itu?"
"ehm. . . tentu saja ada!"
"Sesungguhnya hanya satu hal yang membuat pedang itu menjadi terkenal dan istimewa.
. . "
"apa itu. . ?"
. . . diam sejenak
"kita sudah sampai, lihat saja didepan sana dan kau pasti akan tahu apa yang ku
maksudkan. . . !"
Udara dingin tiba-tiba saja berhembus kencang meniup tubuh kedua Resi yang berjalan
sambil berbincang tesebut.
Udara dingin yang mencucuk tulang tersebut semakin terasa kencang Kala mereka
menapakkan kedua kaki pada undakan
terakhir anak tangga yang menuju pedataran di lereng utara puncak gunung Kelud
tersebut.
Kedua Resi tersebut menghentikan langkah masing-masing sembari menatap kedepan
dengan pandangan yang sulit
dilukiskan, Jubah putih yang dikenakan oleh dua orang Resi itu berkibar kencang
sekencang debaran dada masing-masing
kala melihat satu pemandangan ganjil!
Dihadapan mereka terbentang satu hamparan padang berbatu yang amat tandus, namun
bukan hal ini yang membuat
mereka heran dan takjub melainkan keberadaan ratusan kuburan dempet yang
mengelilingi sebuah batu aneh yang
ditancapi sebilah pedang!
Anehnya walaupun keadaan sekeliling pedataran yang terletak disebelah utara Gunung
kelud ini sangat tandus dan berbatu,
namun disekeliling batu pedang dan ratusan makam dempet yang 4 mengelilingi makam
tersebut tumbuh semacam
tanaman menjalar yang berbunga sangat indah dan berwarna putih.
Tanaman menjalar ini terlihat menjalar dan merambati seluruh makam yang ada,
termasuk pada batu berpedang.
Salah satu sulur tanaman tersebut malah terlihat merambat disepanjang badan pedang
hingga ke gagangnya dan pada
gagang tersebut tumbuh sekuntum bunga berwarna putih yang terlihat menggantung
dengan indahnya!
Diatas batu aneh dengan pedang tertancap diatasnya tersebut terukir beberapa bait
tulisan yang sebagian besar sudah
tidak bisa terbaca dengan jelas karena tertutup lumut dan batang tanaman merambat.
Hanya sebait kalimat yang masih bisa terbaca dengan jelas, kalimat tersebut
berbunyi.
"Seberapa Dalam Cintamu Padaku. . ?"
Kedua orang resi tampak tercenung, tenggelam dalam alam pikiran masing-masing.
Beberapa saat kemudian. . .
"lihat mereka disana. . .
"
Seru resi yang bertubuh tinggi besar.
"Jagat Dewa Bathara. . . ! Syukurlah, nampaknya kita belum terlambat"
Dari arah sebelah tenggara nampak seorang gadis berjalan terseok-seok sembari
mendukung tubuh seorang pria.
wajahnya yang cantik nampak digelayuti mendung kelabu.
"kakang Randu. . . kita sudah sampai. . . . . "
Bisik sang gadis sembari memalingkan wajahnya kearah wajah pria yang terkulai lemah
di pundaknya Sang pria nampak
membuka matanya sedikit, bibirnya yang membiru nampak tersenyum tipis.
"Lestari. . . Sang gadis terlihat tersenyum. Manis sekali! "
akhirnya kita sampai juga disini kang. . . lihat! Batu itu sudah terlihat!"
Ujar sang gadis sembari menghembuskan nafas lega.
Tak dirasanya lagi kelelahan dan penat yang mendera selama perjalanan panjangnya
yang amat melelahkan itu.
Sambil mendukung seorang pria pula!
Langkah sang gadis semakin lama semakin mantap.
kakinya yang jenjang semakin jauh memasuki kompleks pemakaman yang entah dibuat
oleh siapa tesebut.
Kedua resi tampak terpaku, wajah terbilang pucat seketika!
"celaka. . . ! Kita harus segera bertindak!"
Kedua resi serentak berkelebat memasuki areal makam, namun baru beberapa langkah
kedua resi memasuki kompleks
pemakaman ganjil tersebut, satu keanehan tiba-tiba terjadi!
Begitu menginjakkan kaki ke pelataran makam, tiba-tiba pandangan kedua resi
bagaikan terpesat menjadi dua!
Mata kiri melihat batu berpedang tampak amat dekat hanya terpisah tiga makam dari
tempat mereka berdiri, namun mata
kanan masing-masing melihat batu berpedang terlihat amat jauh terpaut puluhan
Makam!
"astaga. . . ! Formasi apa ini. . . ?"
Ucap Resi yang berbadan kecil sembari mengucak-ucak kedua matanya, apa yang
dilakukannya tersebut malah membuat
keadaan dirinya menjadi tidak lebih baik, Kala kedua matanya memandang kedepan
pandangan jauh dekat tersebut malah
Mode Gratis
seakan berganti-ganti pada kedua matanya!
Resi yang berbadan besar terdengar membaca doa sejenak sebelum tiba-tiba melesat
keatas dengan menggunakan ilmu
meringankan 7 tubuh, Tubuhnya yang tinggi besar mendarat tepat diatas sebuah pusara
makam dempet.
Resi diatas pusara lalu edarkan pandangan kesekelilingnya, apa yang dilakukannya
justru membuat dirinya malah menjadi
bertambah bingung bukan buatan!
Dalam pandangan sang resi diatas pusara, makam-makam dempet tersebut nampak
bergerak berpindah-pindah!
Betapapun kerasnya sang resi mencari, wujud batu pedang malah sudah tidak terlihat
lagi!
Sang resi mendadak merasa pening!
Tubuhnya tiba-tiba meluncur jatuh dari atas makam!
"Kalinyamat. . . !"
Seru resi satunya sembari memapah bangun resi sahabatnya yang terjatuh dari atas
pusara.
"aku tidak apa-apa Jenang Mulya. . . "
Ucap resi yang dipanggil dengan sebutan Kalinyamat ini.
"ratusan makam dempet ini benar-benar aneh! Susunannya benar-benar ajaib dan
membingungkan, entah tokoh kosen
mana yang mampu menciptakan formasi yang benar-benar hebat ini. . . "
"Kurasa hanya satu orang yang bisa membuat formasi penyesat seperti ini. . .
"
Ucap Resi Kalinyamat pelan.
"aku pun percaya kau pasti dapat menduga siapa orangnya. . . "
Lanjut Resi Kalinyamat. Resi Jenang Mulya terhenyak "apa maksudmu Dia?"
"dengan sendirinya tidak mungkin ada orang lain lagi. . . "
tidak mungkin! Bukankah setelah peristiwa itu dia dikabarkan telah meninggal
menjatuhkan diri ke Jurang Lampir?
Resi Kalinyamat menggeleng pelan.
"aku tidak berpikir demikian. . . kepandaiannya terlalu tinggi! hanya untuk
terjatuh dari jurang tersebut rasanya bukanlah
suatu hal yang terlalu membahayakan bagi orang seperti dia. . . "
Selain itu segala hal bisa saja terjadi. . . tidak ada yang pasti didunia ini. . .
hanya kehendak Sang Hyang Widhi Wisesa yang
bersifat mutlak!
"Sabda. . . Sabda. . . Sabda. . . "
Kedua orang resi kembali termenung tenggelam dalam alam pikiran masing-masing.
Ruwet!
Sementara itu gadis bernama Lestari telah sampai didepan batu berpedang, dengan
sikap penuh hormat sang gadis lalu
bersimpuh sembari meletakkan pemuda yang dipondongnya kedalam pangkuannya.
Sang pemuda membuka matanya sesaat, hanya sesaat. . .
Sang gadis membelai wajah sang pemuda dengan penuh kasih sayang.
Mulutnya sungguh terasa berat untuk berujar.
Sungguh berat!
Namun toh akhirnya dia berucap juga.
". . . Bersatu hati di batu pedang. . . membalas budi penuhi janji. . . hidup tanpa
penyesalan. . .
"
Desis sang gadis sembari meneteskan air mata.
"angkara murka tak putuskan cinta. . . urusan dibelakang tinggal kenangan. . . biar
bersatu selamanya. . . "
ucap satu suara tersendat yang menyerupai bisikan lirih membalas perkataan sang
gadis. bisikan yang keluar dari bibir
seorang pria yang berada di rembang maut! Air mata sang gadis meleleh semakin deras
kala berucap bersamaan dengan
pria dalam pondongannya.
"langit mendengar bumi bersaksi. . . kami berjanji sehidup semati. . . segala budi
dan dendam kami ikat di batu pedang. . .
biarlah semua terjadi. . . "
Apa yang diucapkan oleh sepasang muda-mudi ini ternyata adalah tulisan dibatu
pedang yang sudah tak bisa terbaca lagi!
Siapakah sebenarnya mereka?
Wajah sang pria tampak semakin membiru, sang gadis terlihat membelai lembut wajah
sang pria sebelum berbisik lirih di
telinga kekasihnya tersebut.
"Seberapa dalam cintamu padaku. . . ?"
Sang pria tersenyum sembari berucap pelan, sayang ucapannya tak dapat
terdengar. . .
hanya telunjuk yang mengarah birunya Samudera di kejauhan yang menjawab
segalanya. . .
Keesokan harinya nampak sepasang kubur baru telah berdiri di satu sudut area makam
batu pedang.
Entah siapa yang membuat tidak ada yang tahu!
Kubur baru ini pun telah dirambati oleh tanaman berbunga putih.
Kedua resi juga tak tampak lagi.
Hanya kesunyian yang terasa.
Diam. . .
Senyap. . .
Dingin. . .
* * * Chapter 1
"Do you like a cup of tea? "
Pagi itu udara bertiup sangat dingin, jalanan pun masih terlihat sangat lengang.
Semalam hujan memang turun lumayan deras sehingga paginya udara terasa benar-benar
mencucuk tulang.
Sebagaimana toko-toko dan bangunan lainnya, Wisma Kuntum Melati pagi itu juga masih
nampak sunyi senyap, pintunya
saja masih terlihat tertutup rapat.
Memang penginapan ini selalu tutup larut malam jadi tidak mengherankan jika sampai
sepagi itu pemilik penginapan
belum membuka pintu depannya.
namun kesunyian pagi itu tiba-tiba terpecahkan kala seorang remaja botak berdandan
seperti seorang kacung menerobos
pintu depan lalu berlarian kesana kemari!
remaja berdandan kacung ini berlarian sembari mencoba memeriksa setiap kamar yang
terdapat pada Rumah bordil yang
berkedok sebagai penginapan tersebut.
"Den. . . !
Den Kusuma. . . !
Aden dimana. . . ?"
Teriak kacung tersebut sembari berlari-lari diantara koridor penginapan tersebut.
"Aaaauuw-w-ww. . . kang mas ada orang gila. . . !"
Teriak seorang gadis seraya meringkuk bersembunyi kedalam selimutnya kala tiba-tiba
seseorang membuka pintu
kamarnya dan langsung menerobos kedalam kamar.
"Den. . . Den Kusuma disini. . . ?"
ucap si kacung sembari memandang kian kemari "keparat. . . ! cepat pergi dari sini.
. . ! Bentak seorang pria bertubuh
gemuk berkeringat sembari menimpuk kepala si kacung dengan Sendal! "maaf. . . maaf.
. . "
Ucap si kacung sembari beringsut mundur sambil memegang kepala botaknya yang kena
timpuk.
"Dasar Botak sialan. . . ! Bisanya hanya menggangu saja. . . "
Ucap si pria gemuk sembari beranjak menutup pintu yang terbuka.
Setelah itu pria tersebut beranjak kembali keatas ranjang dan masuk kedalam
selimut.
"kita lanjutin lagi yuk. . . !"
Bisik sang pria sembari memeluk gadis dibalik selimut yang langsung terkikik geli
kala wajah bulat keringatan si pria
disusupkan ke seluruh pelosok tubuhnya.
Sementara itu si kacung kembali berlari kesana kemari berteriak teriak sehingga
membangunkan beberapa orang yang
menginap di penginapan tersebut.
Hampir semua pengunjung penginapan itu 14 terbangun dan keluar dari kamar seraya
mengeluarkan sumpah serapah.
Beberapa orang pria bertampang sangar terlihat menunjukan wajah kesal bercampur
marah, jelas-jelas mereka merasa
amat terganggu akibat teriakan si kacung.
Seorang diantaranya yang bertubuh besar bertato bahkan langsung mengangkat kerah
baju lurik si kacung tinggi-tinggi.
"monyet sialan. . . !
Berani-beraninya kamu ribut disini pakai acara teriak-teriak segala!
Apa sudah punya nyawa rangkap sampeyan!"
maaf. . . saya tidak bermaksud untuk menganggu dan cari ribut disini. . . saya Cuma
sedang mencari juragan muda saya. . .
"haar saa bacotnya Suro. . . ! Biar dia tidak banyak cakap. . . ! Teriak seorang
tamu dari sebuah kamar yang pintunya uga
terpentang. Rupanya tamu satu ini merupakan teman lelaki bernama Suro yang saat itu
sedang menarik bau si kacung dan
mengangkatnya tinggi-tinggi.
"
j
angan tuan. . . ampuni saya. . . saya janji tidak ribut-ribut lagi. . . sumpah saya
hanya mencari juragan muda saya. . .
Ucap sang kacung memelas.
"kalau kamu hanya mencari tuanmu, kenapa sampai harus berkoar-koar membangunkan
semua orang huh. . . ?"
"saya. . . saya tidak tahu tuan saya berada dikamar yang mana. . . "
keparat. . . ! Kamu kan bisa bertanya pada pemilik penginapan dan bukannya
berlarian sambil berteriak-teriak segala!
Bentak Suro sembari memperketat cekalannya.
Wajah si kacung terlihat semakin memerah.
Dirinya pasrah kala melihat tangan Suro yang terayun kearah wajahnya.
Mata sang kacung terpejam menanti pukulan.
Namun pukulan itu tak kunjung datang.
Yang datang adalah sebuah barang.
barang itu hanyalah sebuah kasut.
dan kasut tempatnya adalah dikaki.
Namun kali ini sangat jelas terlihat sebuah kasut.
Dan kasut itu tidak berada pada kaki seseorang.
Kasut itu ada di wajah Suro!
Jelas itu bukan kasut Suro!
"Keparaaaat. . . ! "
Teriak Suro seraya membekap wajahnya yang terkena lemparan kasut.
Pegangannya pada kerah baju si kacung botak sontak mengendur.
Setelah mengusap wajahnya beberapa kali pria bertubuh besar ini kemudian
melayangkan pandang ke seluruh bangunan
penginapan dengan mata menyala-nyala.
"Setan Alas. . . ! siapa yang berani main gila dengan Suro Berahi Si Pelukan Dewa?"
Mata suro terlihat membeliak besar berputaran dengan wajah merah padam menahan
amarah!
Kasut yang tadi mendarat diwajahnya terlihat hancur dalam genggaman tangannya.
Semua orang yang tadinya berdiri didepan pintu kontan tersurut mundur melihat
tampang Suro yang menyeramkan.
"Buseeet. . . ! Nama sama Julukan sampeyan dah klop banget dah. . . ! Merangsang
banget. . . !"
Ucap satu suara memecah keheningan Suro Berahi Si Pelukan Dewa celingukan kekiri
dan kekanan mencari asal suara.
"Keparat Haram Jaad. . . . . Hoeekkk. . . !!!!"
Belum Sempat Suro menyelesaikan Sumpah serapahnya, ucapannya kembali terhenti saat
sesuatu dirasakan melesat
cepat dan menyumpal mulutnya!
Kali ini kembali terlihat sebuah kasut, namun kembali bukan kasut milik Suro.
Kasut Suro Masih Lengkap, masih menempel di kedua kakinya.
Hanya si kacung yang kasutnya tinggal satu.
Kasut satunya lagi nampak tersangkut ditenggorokan Suro!
"kau boleh pukul diriku sesukamu tapi jangan sekali-kali kau memaki
Majikanku. . . !"
Teriak Si kacung tiba-tiba sembari menghentakkan tubuhnya yang dipegang oleh Suro
Berahi.
Satu Tendangan. . !
Dua Tendangan. . . !!
Tiga Tendangan. . . . . . !!!
Dalam hitungan detik tiga tendangan beruntun melabrak tubuh Suro yang masih
memegang mulutnya yang tersumpal
Kasut!
Tendangan dari Si Kacung Botak!
Siapa yang mengira seorang remaja yang terlihat lemah mampu melakukan hal seperti
itu?
Bahkan Suro pun pastinya takkan pernah berpikir Si botak yang hampir dilabraknya
bisa mempecundanginya seperti itu.
Dan memang Suro Tak Sempat Memikirkannya.
Suro Berahi keburu Pingsan. . .
Masih dengan Sebuah Kasut di dalam mulutnya. . . !
"ha. ha. ha. . . Cing! Jangan kasar-kasar sama tamu! Kalau sudah tidak ada tamu
yang mau menginap disini, bagaimana
nanti nasib kakak kita yang cantik ini. . . "
Ucap seorang pemuda tanggung yang nampak berdiri di balkon lantai dua penginapan
Wisma Kuntum Melati.
Sembari berucap tangannya terlihat mencubit pinggul gadis cantik yang bersandar
disampingnya
"ih. . . nakal banget sih. . . ? Entar kalo minta lagi kakak gak bakalan kasih!
Biar tahu rasa. . . !"
Ucap gadis yang berdiri di samping sang pemuda sembari merajuk manja.
Pemuda yang berdiri di samping sang gadis hanya bisa tertawa riang.
Umur pemuda ini sekitar sembilan belas tahun.
Wajahnya cukup tampan dengan mata tajam dan alis berbentuk golok.
Di wajahnya yang tampan tersebut nampak beberapa luka antara lain di alis kanan dan
dibawah dagu.
Walaupun begitu semua luka itu tidak membuat wajah sang pemuda menjadi buruk.
Malah sebaliknya. . .
Si pemuda malah terlihat lebih jantan!
"Den Kusuma. . . !"
"kemari Cing. . . !"
Si kacung botak nampak berlari cepat mendaki anak tangga menuju kehadapan pemuda
yang berdiri bertelanjang dada.
"Kus, dia siapa sih kok dipanggil cing. . . cing. . . segala. . . ? Kayak orang
manggil Kucing. . . "
Ucap si gadis sembari menggelendot dalam pelukan si pemuda.
"ha. ha. ha benaran kak. . . ! Dia ntu emang namanya "Kucing. . . "
"Kucing Botak. . . !"
"benaran. . . ?"
"ehm. . . "
"Sumpah. . . ?"
"hari gini pake sumpah segala? Ogah ah. . . ! kalo gak percaya Tanya aja ndiri. . .
"
"atau jangan-jangan kakak naksir neeh? he. he. he. . . "
"Bayu. . . !!!!"
Gemes si gadis seraya menggigit bahu si pemuda.
"Adaooow. . . . !! tega banget sih. . . . ! Sakit Tahu. . ! Rasakan nih pembalasan.
. . !"
Tangan Pemuda Bernama Bayu Kusuma ini bergerak cepat menelusup dengan nakalnya
mencubit lembah subur di bawah
sana!
Mata si gadis terbeliak besar sebesar rongga mulutnya yang terbuka!
Alkisah disebutkan bahwa Sultan Harun Al Rasyid pernah menantang Abunawas untuk
menyebut nama semua binatang di
muka bumi.
Dan Abunawas mampu melakukannya!
Namun nampaknya Gadis ini jauh lebih hebat dari Abunawas. . . !
Setelah puas memaki ditambah dengan satu tamparan di pipi, Si Gadis akhirnya
meninggalkan Bayu Kusuma sembari
bersungut-sungut.
Sementara itu Bayu Kusuma nampak mengelus pipinya yang memerah
"Ada apa Cing? Pagi-pagi sudah ribut di tempat orang. . . memang ada masalah di
rumah. . . ?"
Remaja botak yang dipanggil dengan sebutan Kucing Botak ini terlihat menganggukkan
kepala.
"saya disuruh Den Putri untuk menyuruh Tuan Muda pulang. . . Tuan Besar Pangeran
sedang dalam perjalanan pulang. . . "
Wajah Bayu Kusuma sontak berubah.
"Wah celaka kalau begitu. . . ! Kita harus pulang sekarang. . . ! Urusan bakalan
panjang kalau kita kedahuluan Ayahanda. . . "
"kau sudah siapkan kuda Cing?"
"Sudah Den, kuda Aden dan kuda saya, sudah saya ikat di depan wisma. . . "
"kalau begitu ayo kita berangkat sekarang. . . "
Setelah terlebih dahulu membayar semua kewajibannya kepada pemilik penginapan, Bayu
Kusuma dan Kucing Botak lalu
bergegas menaiki kuda masing-masing dan melesat cepat meninggalkan penginapan kecil
tersebut.
Kuda yang dinaiki oleh Bayu Kusuma dan Kucing Botak adalah sepasang kuda plihan,
sehingga tidak heran kecepatan lari
dari kedua kuda itu benar-benar mengagumkan.
Tidak sampai sepenanakan nasi kemudian, kedua orang pemuda ini akhirnya memasuki
patas wilayah kekuasaan Keraton
Ufuk Barat tempat tujuan mereka.
Saat pintu gerbang masuk Keraton Ufuk Barat sudah mulai terlihat dengan jelas, Bayu
Kusuma dan Kucing Botak mulai
memperlambat laju kuda yang mereka tunggangi, Putra Tunggal Pangeran Alis Empat ini
terlihat sesekali tersenyum dan
menyapa setiap orang yang melintas di dekat mereka.
Sesampainya di depan pintu gerbang, Bayu Kusuma juga nampak menyapa kedua orang
prajurit penjaga gerbang yang
sebelumnya terlihat membungkuk memberi hormat.
"Gimana Ki Jembut?
Obatnya semalam tokcer kan?"
Ucap Bayu Kusuma sembari mengedipkan mata pada salah seorang prajurit yang nampak
membimbing tali les kuda yang
dinaikinya.
"Wuuuaah. . . ! Hebat Den. . . ! Nini sampai teriak-teriak segala. . . ! Saya
sampai malu sama tetangga. . . "
Ucap prajurit yang nampak mulai uzur ini dengan wajah kemerahan.
Bayu Kusuma dan Kucing Botak sontak berpandangan dan tertawa lepas.
Sementara itu prajurit satunya nampak menggeleng-gelengkan kepala.
"aduh. . . Sampeyan ini bagaimana toh? udah aki-aki masih juga kegatelan. . . !
Pake minta obat kuat sama den Kusuma
Segala. . . ! Gak kasihan bini apa. . . ? "
ha. ha. ha. . . Paman Sentanu jangan kuatir, masak lupa kalo Nini Jembut badannya
segede gajah? Harusnya paman
kasihannya sama Aki Jembut. Lihat! Aki sampai minta pesan obat kuat segala sama Den
Kusuma. . . itu tandanya Aki
Jembut sayang istri. . . "
Ucap Kucing Botak membalas ucapan prajurit yang dipanggil dengan sebutan paman
Sentanu ini.
"belain sih belain Cing, tapi jangan bilang istriku segede gajah donk! Gimana
sih. . . ?"
Sungut Ki Jembut yang langsung disambut ledakan tawa oleh yang lainnya.
Setelah tawanya reda, Bayu Kusuma nampak menyerahkan sebuah bungkusan kecil terikat
kepada Sentanu.
"apa ini den?"
beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan seorang Empu di tengah jalan, karena
teringat paman aku lalu meminta Empu
tersebut untuk membuatkan sesuatu untuk paman. Aku harap paman Sentanu menyukainya.
. .
Prajurit setengah baya ini kemudan membuka bungkusan yang diberikan oleh Bayu
Kusuma dengan kening berkerut.
Bungkusan yang diberikan oleh Bayu Kusuma sebenarnya hanya kecil saja, namun begitu
dibuka oleh Sentanu tidak terkira
bagaimana ekspresi kegembiraan yang ditujukkan oleh Prajurit ini.
Bungkusan itu berisi satu set perangkat pahat ukir.
"Ya Tuhan! bukankah ini perangkat pahat yang seperti biasa dipakai oleh Empu
Galunggung tukang ukir terkenal dari
Jepara itu Den? Darimana Den Kusuma bisa mendapatkannya?"
Ucap Sentanu 25 sembari menatap pulang balik antara perangkat ukir kayu ditangannya
dan wajah Bayu Kusuma seakan
tak percaya.
"seperti yang kubilang tadi paman Sentanu, aku bertemu dengan Seorang Empu di
tengah jalan, karena tertarik melihat
kepiawaiannya mengukir aku jadi teringat kepada paman, dan aku pun teringat kalau
alat ukir yang paman pakai sudah
mulai karatan dan sudah tidak bagus lagi. Karena itu aku mencoba untuk meminta
kepada Empu itu untuk membuat
perangkat ukir seperti yang dipunyainya untuk diberikan kepada Paman, eh ternyata
dia malah memberikan alat ukirnya
kepada ku. . . "
Sentanu kembali memandang dengan takjub perangkat ukir yang berada digenggaman
tangannya.
"tidak bisa tidak. . . ! Ini pasti pahat ukir milik empu itu. . . Empu
Galunggung. . . ! Aku harus mencobanya. . . aku harus
mencobanya. . . !"
Gumam Sang Prajurit seakan tak sadar dengan keadaan sekitarnya.
Sentanu terlihat berjalan kembali ke pos penjagaan tanpa mempedulikan lagi
keberadaan Bayu Kusuma dan yang lainnya.
Prajurit itu kemudian terlihat mengambil balokan kayu yang terlihat tersusun rapi
di dalam posnya dan mulai mengukir
menggunakan Alat Ukir yang diberikan oleh Bayu Kusuma.
"tuh lihat den. . . ! Tadi saja saya dicerca habis-habisan. . . ! Sekarang giliran
dia dikasih barang sama Aden, Eh gak pake
acara terima kasih langsung ngeloyor pergi. . . ! Dasar Setan Ukir. . . !"
biarkan saja Ki. . . kita juga semua kan tahu kesukaan paman Sentanu, orang itu
kalau sudah asik ngukir sudah tidak ingat
apa-apa lagi. . .
"sampai bininya juga pasti dilupain. . . !"
Semua kembali tertawa lepas.
"Tuan Muda silahkan langsung masuk ke dalam. . . ibunda tuan muda sudah menunggu
lama. . . "
Ucap satu suara pelan dari belakang yang sontak mengejutkan Bayu Kusuma, Kucing
Botak dan Aki Jembut.
Siapa lagi yang punya pekerjaan kalau bukan Hening Swara!
Golok tercepat pada masa itu adalah Golok Semilir Angin milik Mualim Sampang.
Jika ada golok tercepat maka pastinya tidak bisa tidak harus menyebut Ruyung Tanpa
Wujud milik Pendekar Ruyung Ilusi.
Golok Semilir Angin teramat cepat. . .
Namun Ruyung Tanpa Wujud lebih cepat lagi!
Tapi jika dibandingkan dengan kecepatan tubuh Hening Swara, kedua senjata tersebut
masih tidak ada apa-apanya!
Jika kau jenis orang yang takut dengan setan, kau semestinya takut juga dengan
Hening Swara.
Karna hanya dia yang hobinya muncul tiba-tiba seperti setan!
Bahkan kecepatannya pun seperti setan!
Tidak heran jika orang menjulukinya Si Bayangan Setan!
Salah satu Hulubalang kepercayaan Pangeran Alis Empat!
"Buseeet gan!
Jangan suka muncul tiba-tiba ngagetin orang tua!
Bisa kualat!"
Ucap Ki Jembut sembari mengurut-urut dadanya yang berdegup kencang.
Hening Swara adalah seorang pria berbaju hitam, wajahnya tak terlihat karena dari
sepasang mata hingga ke hidung
tertutup sebuah topeng Leak Bali.
Topeng itu juga masih tertutup oleh rambutnya yang panjang.
Sang Leak nampak berdiri berpangku tangan tepat dibelakang Bayu Kusuma dan Kucing
Botak.
Dibalik tangannya yang saling memangku nampak menyembul gagang sebuah pedang.
Bayu Kusuma juga nampak mengelus dada guna menghilangkan keterkejutannya.
Namun Baru saja Putra Pangeran Alis Empat ini berbalik dan hendak mengamini apa
yang diucap oleh Aki Jembut, sosok
Hening Swara sudah tidak nampak lagi di hadapan mereka!
"benar-benar cepat. . . !"
Den, saya curiga sama Tuan Hening Swara itu. . . Masak di dunia ini ada orang yang
tiba-tiba bisa menghilang. . . jangan-
jangan benaran setan. . . !
"
hush. . ! jangan omong sembarangan Ki! Nanti bisa didengar sama orangnya. Urusan
bisa panjang! Ya sudah! Aki tolong
suruh penjaga istal untuk memasukan dan mengurus kuda Kami. . . kami ingin masuk ke
dalam sekarang
Ucap Bayu Kusuma "baik Den. . . "
Ucap prajurit tua tersebut sembari menuntun kuda milik Bayu Kusuma dan Kucing Botak
ke Istal Kuda.
Bayu Kusuma berjalan perlahan bersama-sama Kucing menyusuri jejeran perumahan yang
berada di dalam kompleks
keraton kecil tersebut.
Perumahan yang ada di dalam kompleks Keraton Ufuk Barat.
Semuanya dibuat dengan ukuran dan bentuk yang sama.
Tidak ada perbedaan pada satu rumahpun, Baik rumah perwira, prajurit bahkan Rumah
Pangeran sendiri dibuat dengan
bentuk dan ukuran yang sama!
Dari sini saja bisa dilihat sampai dimana kebaikan dan kesederhanaan hati Pangeran
Alis Empat.
Bayu Kusuma berjalan santai sambil sesekali tertawa ha-ha hi-hi dengan Kucing Botak
Pembantunya, Tidak terasa Akhirnya
sampai juga keduanya di rumah yang terletak paling tengah dari kompleks keraton.
"kau ikut aku ke dalam ya Cing. . .
kamu Bantu aku kalau aku nanti ditanyain macam-macam sama Ibu. . . "
"i. . . iya deh Den. . . "
Ucap Kucing dengan wajah meringis Rumah Pangeran Alis Empat juga berbentuk sama
dengan rumah-rumah yang lainnya,
hanya bedanya rumah tersebut memiliki Pendopo dan Serambi yang lebih luas guna
kepentingan menyambut tamu atau
tempat untuk mengadakan Sarasehan antara Pangeran Alis Empat dan para
hulubalangnya.
Bayu Kusuma baru saja melangkahkan kaki kedalam serambi ruangan kala langkahnya
terpaku di tempat!
Dihadapannya terlihat seorang gadis berkulit putih berambut keemasan dengan model
baju yang tidak pernah dilihatnya
nampak sedang menyeduh teh di dalam sebuah poci porselen.
"Do You Like A Cup Of Tea? "
Ucap si gadis sembari mengacungkan cawannya kearah Bayu Kusuma!
Bayu Kusuma memalingkan wajahnya dan menepuk pundak Kucing Botak pelan.
"Tuh kan Cing. . . ! salah satu alasan dulu aku tidak setuju semua rumah dibuat
sama ya yang kayak gini nih. . . ! Kita Salah
masuk Rumah. . . ! Ini rumah Bule Gila. . . !"
Ucap Bayu Kusuma sembari menarik tangan Kucing Botak keluar dari serambi rumah! * *
* Chapter 2
"Tapak Mentari Dewa"
"Siapa yang Bule Gila. . . ? Kalo ngomong jangan asal ya. . . !"
Bayu Kusuma baru saja membalikkan tubuhnya mana kala hawa tajam itu tiba.
Tidak Percuma Si Bengal ini menjadi anak Pangeran Alis Empat.
Dengan gerakan secepat kilat Bayu Kusuma berhasil menangkap barang yang dilempar
kearahnya.
"PaannaaaaSSSSS. . . . !!!"
Lain yang dilempar lain pula yang berteriak.
Barang yang berhasil ditangkap Bayu ternyata adalah Sebuah Cawan Cawan itu kosong
Isinya masih ada, tapi sudah
berpindah tempat Isi cawan kini ada di kepala dan tubuh Kucing Botak!
Ternyata saat Bayu Kusuma berhasil menangkap Cawan, isi cawan tak terselamatkan dan
akhirnya tumpah membasahi
Kepala dan Tubuh Si Kucing !
"Ampuun. . . ! Panas Bangeeet. . . Nangkap Cawan Sekalian airnya Napa. . . ? Panas
nih Den . . . !"
Seru Kucing Botak sambil melompat-lompat kepanasan.
"Maaf Cing. . . ! Refleks sih jadinya gak sempat. . . !"
Sementara itu gadis yang melempar cawan kembali terlihat bergerak cepat .
Di tangannya tergenggam sebatang pedang aneh Pedang si gadis berbentuk seperti
sebatang lidi, tak ada tepi yang tajam
pada sisinya, hanya ujung pedang yang tajam dan runcing.
Pedang adalah pedang Bagaimanapun bentuknya tetap saja mematikan!
Dan kini pedang itu bergerak cepat memburu kearah Bayu Kusuma!
"hooii. . . ! Kalem dong. . . ! Ngomong baik-baik kenapa. . . ?"
Gerakan pedang si gadis sebenarnya sangat sederhana, hanya berupa satu tusukan
berbentuk lurus sejajar.
namun gerakan sesederhana ini ternyata cukup merepotkan Bayu Kusuma.
Si gadis menusukkan pedangnya dengan memajukan kaki kanannya kedepan sejauh
mungkin.
hal ini jelas tidak memungkinkan Bayu Kusuma untuk melompat mundur.
Cara menghadapi serangan seperti ini adalah meloncat keatas atau berkelit kesamping
Bayu Kusuma memilih berkelit ke
samping Tiba-tiba si gadis memutar kaki kanannya empat puluh lima derajat, pedang
di tangan si gadis turut berubah
haluan dan mengarah kearah ulu hati Bayu Kusuma!
"Kampret. . . !"
Bayu Kusuma menggunakan telapak tangannya untuk memukul meja di hadapannya, dengan
menggunakan tenaga
pukulan tangannya Bayu Kusuma melenting tinggi keatas guna menghindari tusukan
Pedang!
"Kau yang mulai Duluan! Jangan salahkan aku kalau aku juga bersikap kasar. . . !"
Teriak si Bengal jengkel.
Bayu Kusuma kemudian meluruk dengan cepat ke bawah, tubuhnya terlihat berputar
kencang sementara sepasang kakinya
nampak Melancarkan puluhan tendangan secepat kilat!
Inilah jurus tendangan berantai ciptaan si Bengal!
Jurus No. . Kenangan Tiga Pekan Diatas Ranjang!
Maksudnya barang siapa yang terkena jurus tendangan ini sedikitnya pasti akan
terbaring tiga pekan diatas ranjang. . .
"Jurus kacangan! Jangan takut! Balas dengan tusukan! Ya Begitu. . . ! Buseet dah. .
. !"
Sorak seorang kakek dengan suara cempreng tiba-tiba.
Beberapa saat kemudian terdengar suara merdu menimpali ocehan sang kakek.
"Eyang. . . biar lebih seru bagaimana kalau kita taruhan saja? Saya pegang Bayu,
Eyang Pegang Si Cantik Itu Bagaimana. . .
?"
"Siapa Takut. . . ! Eyang Pegang si Bule Cantik Tiga Kepeng Enam Duit. . . !"
"hayoo cantik. . . ! Tusuk saja Pantatnya. . . ! Jangan Ragu-ragu. . . !"
Bayu Kusuma saat melakukan tendangan sempat juga melirik kearah dua orang yang
sedang menyorakinya tersebut.
"Kutu Kupret. . . ! Anak Sendiri di jadiin barang taruhan. . . ! Emangnya aku ini
ayam sabung apa. . ? Eyang dan Ibu sama
saja. . . ! Sama-sama Edan. . . ! Ndak punya Hati Nurani. . . !"
"Anak Setan. . . ! Kualat ngatain orang tua Edan. . . ! Hayo cantik terus hajar
saja bacotnya. . . !"
Teriak si kakek makin panas.
Sementara itu Si gadis kala melihat Bayu Kusuma melancarkan tendangan bagaikan
gerimis juga tidak mau kalah!
Dengan mengikuti saran si kakek, sang gadis kemudian menggerakkan pedangnya menusuk
keatas menyambut datangnya
hujan tendangan!
Hujan tendangan VS Hujan Tusukan Pedang!
Mana yang lebih keras kaki atau pedang?
Cuma orang gila yang akan membiarkan kakinya di tusuk dengan pedang!
Bayu Kusuma adatnya memang rada-rada gila, tapi tidak segila itu. . .
Begitu hujan tusukan pedang dengan gencar menyambut dirinya, Bayu Kusuma kemudian
menarik sepasang kakinya
kemudian melengkungkan tubuhnya kebelakang sejauh mungkin.
Dengan melentingkan tubuhnya kebelakang maka posisi jatuh Bayu Kusuma agak
melenceng beberapa tombak
kebelakang hingga bisa terselamatkan dari tusukan pedang sang gadis yang cukup
ganas.
Namun naas, karena menghindari tusukan pedang saat mendarat dilantai bukan kaki
Bayu Kusuma yang lebih dahulu yang
sampai. . .
Melainkan pantatnya. . .
Bayu Kusuma menahan sakit di pantatnya dan dengan cepat bergerak bangkit hendak
menyerang lagi.
"Sudah. . .
Sudah. . . .
Bayu ayo cukup. . . !
jadi laki-laki itu harus bisa sabar dan mengalah sama Wanita. . . "
Ucap wanita yang bukan lain ibu tiri Bayu Kusuma ini
"Betul itu Bayu. . . ! Kita itu harus bisa sabar sama wanita, apalagi sama wanita
cantik. . . he. he. he. . . "
Sambung si kakek sembari menimang-nimang recehan kemenangan.
Bayu Kusuma akhirnya melepas Kuda-kudanya.
Walaupun begitu Wajah si Bengal masih terlihat tertekuk sebal!
"Sabar sih sabar. . . ! Tapi coba eyang dan ibu jadi saya. . ! baru pulang belum
juga ngapa-ngapain. . . ! eh udah ditimpukin
pake gelas. . . ! Abis itu disosor pake pedang pula. . . ! Siapa coba yang bisa
sabar. . . ?"
Sewot Bayu Kusuma seakan tak bersalah.
"Setubuh Gan. . . ! Saya juga kebagian Teh Panas. . . ! Saya Juga gak sabar. . . !"
Sambung Si Kucing ikutan sewot
"Setubuh. . . Setubuh. . . ! Tuh setubuh sama Kucing Kampung. . . ! Dasar Kucing
Botak! Ngompor-ngomporin aja. . . !"
Suara tawa pecah dipagi itu menghiasi sudut-sudut Rumah Bayu Kusuma.
"would you like a cup of tea?"
Ucap si gadis pirang kembali.
Kali ini sang gadis terlihat tersenyum riang, Sembari menawarkan kembali cawannya
kearah Bayu Kusuma.
"hati-hati Den. . . naga-naganya kita bakalan ditimpuk lagi. . . !"
Bisik Si Kucing pelan. Bayu Kusuma perlahan beranjak mendekat kearah sang gadis.
"Anabela. . . Anabela Wilson"
Ucap si gadis seraya mengangsurkan tangan kanannya, sementara tangan kirinya
mengangsurkan cawan teh yang barusan
dibuatnya kepada Bayu Kusuma.
"Bayu Kusuma. . . "
Ucap si Bengal sembari menyambut tangan dan cangkir yang di berikan oleh sang
gadis.
"Maaf ya soal yang tadi. . . "
Ucap si gadis dengan bahasa jawa yang kaku. Bayu Kusuma memandang heran kearah
gadis didepannya.
"Kamu bisa bahasa Jawa?"
"ehm. . . Ibu orang Jawa Asli, makanya tadi aku marah waktu kamu bilang aku bule
gila. . . "
Si Bengal tersenyum kikuk seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"maaf ya, aku memang kalau ngoceh suka kebablasan. . . "
Si gadis terlihat tersenyum melihat tingkah Bayu Kusuma.
"ha. . ha. . ha. . nah kalau begini baru benar. . . ! He. he. he. . . emang gak
pernah salah. . . kalo jodoh emang gak akan lari
kemana. . !"
Ucap SI Kakek yang dibalas dengan delikkan mata oleh Bayu Kusuma.
"Den, kalau Aden gak minat, saya siap mewakili sambut ranjang Den. . . "
Bisik Kucing Botak kurang ajar.
"sambut. . . sambut. . . . Nih Sambut. . . !"
Gemas Bayu Kusuma sembari menjitak kepala Botak si Kucing! "Addaaaooouuuw-w-
w. . . . . . . !"
Kembali suara gelak tawa terdengar bersahutan di udara.
Pada masa itu diceritakan di Jawa Dwipa berdiri sebuah kerajaan yang bernama
kerajaan Campu.
Kerajaan Campu sendiri dipimpin oleh seorang Raja yang arif dan bijaksana yang
bernama Prabu Merak Tunggal.
Prabu Merak Tunggal memiliki dua orang putra yaitu Pangeran Trawang Jagat dan
Pangeran Alis Empat.
Kedua Pangeran tersebut amat disayang oleh Sang Prabu karena Perbawa yang dimiliki
oleh kedua anak itu semenjak
lahirnya.
Trawang Jagat dilahirkan dengan sebuah rembang merah berbentuk sebuah mata ditengah
dahinya.
Sementara Alis Empat terlahir sudah memiliki kumis tipis diatas bibirnya.
Jika Trawang Jagat mampu melihat masa depan Maka Alis Empat adalah anak jenius!
Dalam waktu dua minggu sudah bisa bicara Sebulan sudah bisa berjalan Setahun sudah
bisa bermain silat!
Tidak heran Sang Prabu sangat menyayangi keduanya!
Waktupun berlalu umur Sang Prabu sudah semakin tua, namun Sang Prabu belum juga
bisa menentukan siapa yang
menjadi Putra Mahkota menggantikan dirinya.
Akhirnya Sang Prabu memutuskan membagi Kerajaan menjadi dua.
Wilayah Istana Ufuk Timur yang didiami oleh Sang Prabu diserahkan Kepada Pangeran
Trawang Jagat.
Sementara wilayah Keraton Ufuk Barat diberikan kepada Pangeran Alis Empat.
Bayu Kusuma adalah anak Pangeran Alis Empat dari Almarhum istrinya yang pertama.
Sejak kecil anak inipun sudah terlalu disayang dan dimanja oleh Kakeknya yaitu
Prabu Merak Tunggal.
Tidak heran Bayu Kusuma tumbuh menjadi anak yang Bengal!
Pangeran Alis empat adalah seorang anak yang sederhana dan berbakti terhadap
ayahnya yaitu Sang Prabu, karenanya
saat
"diusir"
Dari Istana Ufuk Timur untuk menempati Wilayah Keraton Ufuk Barat Sang Pangeran
muda ini pun mandah saja dan
menyangupi tanpa persyaratan apapun.
Wilayah kekuasaan Keraton Ufuk Barat sebenarnya adalah suatu wilayah yang sepi dan
tandus.
Namun Semenjak Kedatangan Pangeran Alis Empat dan keluarganya wilayah tersebut
menjadi ramai dan mulai dikenal
orang Di wilayah ini Pangeran Alis Empat memerintah dengan arif dan bijaksana
bersama para hulubalang dan
keluarganya.
Di dalam Keraton Ufuk Barat Pangeran Alis Empat tinggal bersama Istrinya yang kedua
Nilam Suri, Bayu Kusuma, dan
Ronggo Warsito Si Peramal Edan.
Ronggo Warsito adalah Ayah Dari Tantri Dewi, almarhum istri pertama Pangeran Alis
empat.
Ibu Bayu Kusuma.
Kembali ke Keraton Barat. . .
Baru saja Bayu Kusuma hendak mengaso duduk tiba-tiba bersiur bau busuk yang amat
sangat berbarengan dengan
menderunya ratusan bahkan ribuan ekor lalat kedalam serambi rumah!
Bau Busuk apa ini. . . ?"
"seperti bau bangkai den. . . !"
Ucap kucing botak sembari menutup hidungnya
"Waladalah. . . ! Lalat darimana ini. . ? Kenapa bisa banyak sekali. . . ?"
Ujar si kakek seraya mengebutkan ujung jubahnya kearah lalat-lalat hijau yang
berterbangan.
"hoeekhhh. . . !"
Anabela Si Gadis pirang tak tertahankan lagi langsung tumpah! "Lihat Den. . .
diatas Sana. . . !"
Teriak Kucing sembari menunjuk keatas tembok keraton.
Semua orang memandang kearah tembok keraton.
Diatas tembok keraton nampak seseorang berdiri dibalik kerumunan ribuan ekor lalat
hijau!
Saat itu cuaca sebenarnya amat cerah Namun tiba-tiba langit terlihat seakan
gelap. . .
Semua hanya karena Lalat-lalat yang berterbangan. . . !
Orang ini mengenakan sehelai jubah kumal berwarna hijau gelap, wajahnya tak
terlihat karena terhalang sebuah caping
bambu.
"he. . . he. . . he. . "
Terdengar suara kekehan dari mulutnya yang berwarna biru kehitaman.
Bau busuk yang amat sangat keluar dari tubuh orang ini. . . !
"Keparaat Busuk. . . ! Siapa kau. . . ? Baumu membuat orang muntah. . . !"
Bayu Kusuma berseru sembari menekap hidung.
"he. . he. . he. . "
Kembali terdengar kekehan dari mulut si pria berjubah hijau.
Saat diperhatikan lebih jelas nampak beberapa ekor belatung berjatuhan dari
mulutnya!
Kali ini Nilam Suri ibu tiri Bayu Kusuma yang tumpah tak karuan!
"Turun dari situ. . . !"
Kucing Botak yang lebih dahulu bertindak, teman sepermainan Bayu Kusuma ini melesat
keatas tembok seraya
melayangkan tinjunya.
Tindakan tubuh Kucing Botak sebenarnya cukup cepat, namun sesampainya diatas tembok
si kucing malah melongo
keheranan.
Si Jubah Hijau telah lenyap!
Berbarengan di bawah sana terdengar bentakan-bentakan keras!
Apa yang terjadi?
Ternyata kala Kucing merandek keatas, Si Jubah Hijau dengan kecepatan tak terduga
meluncur dengan cakar terpentang
menuju kearah Ana!
Tubuh si Jubah Hijau bersiur amat cepat!
Namun bicara soal kecepatan, di Keraton Ufuk Barat masih ada Dia!
Dan Dia yang dimaksud Kini sudah menampakkan diri dengan bergerak cepat memapak
datangnya Pukulan si Jubah hijau!
Siapalagi kalau bukan Hening Swara Si Bayangan Setan!
Hening Swara memapak serangan cakar si jubah Hijau dengan menggunakan sarung
pedang.
Terdengar benturan keras manakala sepasang tangan berbenturan dengan sarung pedang.
"heeaahhh. . . !"
Hening Swara Berseru keras, tak disangkanya tenaga si jubah hijau teramat dahsyat!
Tubuh Si Bayangan Setan tersurut mundur tiga langkah.
Si Jubah Hijau kembali memutar tapaknya.
Angin keras berhembus kencang berbarengan dengan menderunya ribuan Lalat Hijau
kearah Hening Swara!
"Jahanam Busuk. . . !"
Bentak Sang Hulubalang sembari meloloskan pedang dan menusuk kedepan menghadang
serangan Tapak si Jubah Hijau.
Enersi tapak si jubah hijau mendarat tepat di ujung pedang Hening Swara, pedang
sang hulubalang nampak bergetar
sebelum akhirnya terpelintir dan pecah berkeping-keping!
Tubuh Si Bayangan Setan terbang layaknya Layang-layang putus.
"Hening Swara. . . !"
Peramal Edan Ronggo Warsito melayang cepat menahan Tubuh Hening Swara yang
terhempas keras kearah Nilam Suri.
Sementara itu Bayu Kusuma, Anabela dan Kucing botak yang telah turun dari atas
tembok secara serentak menyerang si
Jubah Hijau.
Anabela kembali menggunakan pedang anggarnya menusuk kearah tenggorokan Si Jubah
Hijau Kucing Botak menyerang
dengan Tinjunya Sementara Si Bengal kembali mengeluarkan jurus tendangan ciptaannya
sendiri Jurus No 1.
Jangan Marah!
Kaki Bayu Kusuma nampak berubah menjadi puluhan tendangan beruntun yang kesemuanya
mengarah ke titik paling
berbahaya pada tubuh Si Jubah Hijau!
"he. . he. . he. . "
Badai serangan yang mendera kearahnya kembali hanya dibalas dengan kekehan tawa!
Benar-benar edan!
Tusukan Pedang Anabela sampai dilehernya.
Tinju Kucing Botak juga sampai ke dadanya.
Terlebih badai tendangan dari Jurus Tendangan Jangan Marah juga menghantam sekujur
tubuhnya. . .
Namun semuanya hanya dibalas dengan derai tawa!
Serangan Kucing Botak serta Bayu Kusuma tak dirasanya sama sekali!
Hanya pedang Anabela yang berhasil menembus tenggorokan si jubah hijau.
Di luar dugaan Si jubah Hijau hanya tampak mengerang sesaat, lalu dengan kecepatan
luar biasa Si Jubah Hijau bergerak
cepat menggunakan kesempatan kala Anabela tertegun memandang pedangnya yang
tertinggal di tenggorokan Si Jubah
Hijau.
Si Jubah Hijau menotok urat besar di leher sang gadis dan melarikan si gadis
secepat kilat.
"Kejar dia Kusuma. . . !
Dia membawa lari Ana. . . !"
Teriak Nilam Suri dan Eyang Ronggo Warsito serentak.
Bayu Kusuma dan Kucing Botak secepat kilat melenting kearah jurusan dimana Si Jubah
Hijau Melarikan Anabela.
Sementara itu Si jubah hijau berlari semakin sebat kearah Pintu Gerbang Keraton,
Sementara Bayu Kusuma dan Kucing juga
mempercepat laju larinya Namun tak disangka gerakan si Jubah Hijau terlihat semakin
lama semakin bertambah pelan
Hingga akhirnya berhenti sama sekali.
Langkah si Jubah hijau laksana terpantek diatas tanah kala merasakan betapa kuatnya
Perbawa itu melanda.
Dua orang pria separuh baya berdiri tegak dikelilingi tiga orang hulubalang dan dua
orang resi berjubah kuning.
Sementara di belakangnya berjejer pasukan pemanah dengan ujung panah mengarah ke
jantung Si Jubah Hijau!
Lelaki pertama adalah seorang pria bertubuh tinggi tegap berbaju zirah dan memakai
jubah.
Wajahnya yang tampan dan selalu tersenyum nampak dihiasi sebuah kumis tipis.
Lelaki kedua adalah seorang pria asing berambut pirang yang mengenakan sehelai baju
hitam panjang.
Di tangannya nampak teracung sebuah bedil yang mengarah kearah Si Jubah Hijau.
"Lepaskan Putriku Keparat. . . !"
Ucap si pria Asing dengan bahasa jawa yang kaku.
Si Jubah Hijau terlihat kembali tersenyum menampakkan belatung yang berjatuhan dari
sudut mulutnya.
"heaaah. . . . !"
Si jubah hijau berteriak keras dan melesat sembari melepaskan pukulan telapaknya
kearah rombongan yang baru datang
ini.
Angin deras berbareng dengan serbuan ribuan ekor lalat kembali menghantam dengan
ganasnya!
"Doorrrr. . . !"
Terdengar letusan keras kala bedil di tangan Si pria asing meletus dan meledakkan
kepala Si Jubah Hijau!
"Nice Shoot. . . !"
Ucap lelaki disebelahnya.
Sementara itu begitu angin dahsyat yang dibarengi dengan serbuan ribuan lalat hijau
hendak melabrak dirinya dan yang
lainnya, pria berkumis tipis ini tampak dengan santai mengarahkan telapak kanannya.
Nampak satu sinar terang memancar dan menghantam gelombang angin dan serbuan lalat
hijau hingga pecah dan porak
poranda!
Tapak Mentari Dewa Level III
"Cahaya Lentera Jiwa"
"benar-benar pukulan Mentari Dewa yang hebat. . . !"
Desis si Pria Bule sembari bertepuk tangan.
"kepandaian menembakmu juga sangat mengagumkan Richard . . . "
Ucap pria yang tidak dan lain tidak bukan adalah Pangeran Alis Empat ini.
Sang Penguasa Keraton Ufuk Barat!
Belum lagi pria disamping Pangeran Alis Empat membalas perkataan sang pangeran
tiba-tiba terdengar suara teriakan
keras.
"Ayaah. . . !"
"Anabela. . . !"
Apa yang terjadi?
Ternyata makhluk berjubah hijau ini benar-benar luar biasa!
walaupun sudah tidak memiliki kepala dan sudah terpukul dengan Tapak Mentari Dewa
milik Sang Pangeran, Makhluk satu
ini ternyata masih mampu untuk bangkit berdiri!
Totokan yang dilancarkan makhluk berjubah hijau ini hanya membuat tubuh Ana menjadi
kaku namun tidak membuatnya
suaranya lumpuh.
Sang gadis kemudian berteriak memanggil ayahnya namun naas satu pukulan di
punggungnya membuat gadis ini
terjengkang di tanah dan tidak bangun lagi. . . !
"Anaa. . . . !!!"
Pria yang ternyata adalah ayah Anabela ini berteriak saking gusarnya!
Secepat kilat pria ini kemudian meloloskan pedangnya yang serupa dengan milik Ana
dan meluruk kearah Makhluk tanpa
kepala dihadapannya dengan penuh amarah!
"Richard. . . ! Jangan gegabah. . . !"
Teriak sang Pangeran cemas 52 Tiba-tiba dari samping kanan dan kiri Pangeran Alis
Empat melesat dua bayangan kuning.
"pangeran jangan Khawatir, biar kami yang melindungi sahabat pangeran. . "
Bayangan kuning yang melesat ternyata adalah dua orang Resi yang sebelumnya berdiri
di belakang Pangeran Alis empat.
Resi Jenang Mulya dan Resi Kalinyamat Penasihat Pribadi Pangeran Alis Empat!
"Prajna Paramitha. . . Prajna Paramitha. . . Prajna Paramitha. . . !!!"
Sementara itu didepan sana makhluk berjubah hijau tanpa kepala tersebut tiba-tiba
nampak melayang diantara kerumunan
lalat hijau yang mengerumuninya, sepasang tangannya nampak dikobari cahaya api
berwarna hitam!
"Ilmu Iblis. . . !"
Desis Ayah Anabela, sontak serangannya terhenti di Tempat.
"Tuan menyingkir dari situ. . . ! Biar kami yang menghadapi makhluk sesat
ini. . . !"
Pria yang dipanggil dengan sebutan Richard oleh Pangeran alis Empat ini hanya bisa
menghela nafas sembari beranjak
mundur.
"aku serahkan dia pada kalian, tapi aku mohon tolong selamatkan anakku. . . . "
"kami akan berusaha semampunya. . . "
Ucap Resi Kalinyamat.
Sementara itu makhluk tanpa kepala yang melayang diudara tiba-tiba menunjukan
perubahan yang amat luar biasa, Ribuan
Lalat hijau yang mengerumuninya nampak satu persatu memasuki tubuhnya melalui
lubang kutungan dilehernya!
Tubuh makhluk kutung ini perlahan membesar hingga lima Kali Lipat!
"Jagat Dewa Bathara. . . !" * * * Chapter 3
"Tenaga Mistik Alam Gaib"
Tubuh Makhluk berkepala buntung tersebut semakin lama semakin bertambah besar.
Cahaya kobaran api berwarna hitam di sepasang telapak tangannya juga semakin lama
semakin gemilang.
Lalu bertepatan dengan masuknya lalat terakhir ke dalam tubuhnya, sepasang tapaknya
Tiba-tiba menderu keras kearah
Resi Jenang Mulya dan Resi Kalinyamat!
Awan Gelap bergulung dilangit kala satu gelombang Sinar hitam Raksasa Menderu di
Pelataran Keraton Ufuk Barat!
"Prajna Paramitha. . . Prajna Paramitha. . . !!!"
"Maitreya turun ke dunia. . . . !!!"
Sepasang Resi tersebut Nampak melepaskan tapak masing-masing menyongsong gelombang
hitam yang menderu keras!
Sementara itu di satu tempat tak jauh dari situ, tepatnya di sebuah hutan kecil
yang terletak di belakang Kompleks Keraton
Ufuk Barat, di satu gundukan batu tinggi yang agak kelindungan nampak satu
pemandangan ganjil sekaligus mengerikan!
Seorang kakek tua berbadan kurus ceking nampak sedang menggauli tubuh
seseorang. . .
Tubuh Si Kakek yang ringkih nampak melejang-lejang keringatan diatas tubuh seorang
wanita cantik. . .
Wajah sang kakek terlihat sangat mengerikan, Selain karena memang berwajah buruk
ditambah lagi karena sang kakek
memang sedang menyalurkan nafsunya Sang Kakek menghentakkan pinggulnya sekeras
mungkin.
Sementara wanita dibawahnya hanya bisa pasrah dan diam Pandangan mata sang wanita
terlihat kosong Bukan kosong
karena pasrah Tapi kosong karena diam Dan diam adalah mati!
Sang Kakek sedang Menyetubuhi Mayat!
"Jenang Mulya. . .
Kalinyamat. . . . keparat Kalian Berdua. . . !"
Desis sang kakek sembari menambah kecepatan hentakan pinggulnya.
Tangan dan mulut sang kakek juga tak dibiarkan menganggur Sepasang tangannya nampak
meremas-remas gemas buah
dada si mayat, Sementara mulutnya yang tak henti-hentinya mengucapkan mantra nampak
melumat buas bibir Jenazah!
Tak dipedulikannya bagaimana cairan busuk kental keluar dari mulut dan payudara
Mayat yang digaulinya!
Benar-benar Gila!
Siapa sebenarnya kakek edan ini?
Kau tidak akan pernah menemukan kakek ini di rumah makan. . .
Kau pun juga tidak akan pernah melihat bayangan si kakek di antara keramaian pasar.
. .
Tapi cobalah tengok jika ada orang yang hajatan dan nanggap wayang semalam suntuk.
Kau akan melihatnya disana.
Karena dia memang seorang Dalang. . .
Secara lahiriah Namun secara Batiniah. . .
Dia adalah Iblis. . .
Kartopati, Si Dalang Bangkai. . . !
Jika ada Dalang pastinya ada wayang, Lalu dimana Wayang milik Si Dalang Bangkai?
Ada. . .
Wayang si dalang bukan hanya terbuat dari kulit layaknya wayang biasa Namun juga
terdiri dari darah dan daging!
Dan kali ini wayang si dalang adalah orang itu Makhluk kutung berjubah hijau!
Sementara itu marilah kita kembali melihat apa yang terjadi di Keraton Ufuk Barat.
Makhluk kutung berjubah hijau yang kini besarnya lima kali lipat dari biasanya kini
nampak menghentakkan sepasang
tapaknya kearah Sepasang Resi dan Rombongan Pangeran Alis Empat.
Resi Kalinyamat dan Resi Jenang Mulya juga tidak mau kalah!
Sepasang Resi Sakti ini juga melancarkan serangan tapaknya Sinar Kuning berbentuk
simbol Swastika raksasa menderu
dari telapak sepasang Resi dan langsung bentrok dengan cahaya api hitam yang
dilepas oleh makhluk berjubah hijau!
Tiba-tiba terjadi Keanehan manakala sinar kuning berbentuk Swastika bertumbukan
dengan sinar hitam.
Langit tiba-tiba berubah gelap laksana terjadi Gerhana!
"ah. . .
dia terlalu kuat Jenang Mulya. . . . "
"Pertahankan terus Kalinyamat. . . ! Kejahatan takkan mungkin bisa mengalahkan
Kebaikan. . . !"
Seru Resi Jenang Mulya sembari mendorong telapaknya sekuat tenaga.
Sinar Kuning dan hitam nampak saling mendorong berusaha saling menguasai.
Perlahan sinar kuning mulai terlihat surut!
Berbahaya!
Dilain tempat Kartopati Si Dalang bangkai semakin menggila menggagahi tubuh jenazah
malang dibawahnya.
Tubuh wanita malang tersebut perlahan hancur berantakan.
Namun si kakek semakin kesetanan menggagahinya.
"Mati Kalian Berduaaaaa. . . . !"
Teriak sang kakek sembari menghentakkan pingulnya sekuat mungkin!
Inilah puncak Kenikmatan bagi si kakek, Sekaligus pamungkas bagi si makhluk
berjubah hijau!
Tenaga Mistik Alam Gaib!
Cahaya Kuning berbentuk Swastika hancur berantakan terhantam cahaya hitam!
"Prajna Paramitha. . . . Prajna Paramitha. . . Prajna Paramitha. . . !"
Resi Kalinyamat dan Resi Jenang Mulya terjengkang hebat sembari muntahkan darah
segar.
"Jagat Dewa Batara. . . . !"
Sedetik lagi sinar hitam yang dilepas oleh makhluk berjubah hijau meluluh lantakkan
tubuh kedua Resi, sekejap itu juga
harapan itu datang.
Langit gelap tiba-tiba seakan terbelah kala cahaya benderang itu tiba. . .
Cahaya yang turun dari langit!
Begitu menyilaukan!
Hingga semua orang bahkan menjadi kesilauan dibuatnya!
"astaga. . . ! Bukankah itu Sang Pangeran. . . ?"
"benar. . . ! Itu memang beliau. . . !"
Apa yang sebenarnya terjadi?
Ternyata disaat-saat genting dimana kedua Resi hanya bisa pasrah menanti datangnya
kematian, Sang Pangeran Penguasa
Keraton Ufuk Barat dengan kecepatan yang amat mencengangkan melesat tinggi keatas!
Lalu bagaikan seekor naga murka Sang Pangeran mengembangkan sepasang tapaknya yang
berkilat menyilaukan dan
meluruk dengan 61 kecepatan luar biasa kearah Sinar Hitam yang sedetik lagi akan
meluluh lantakkan dua orang resi
kepercayaannya tersebut!
Tapak Mentari Dewa Level VII
"Dewa Naga Turun Ke Dunia!"
Ternyata disaat-saat genting dimana kedua Resi hanya bisa pasrah menanti datangnya
kematian, Sang Pangeran Penguasa
Keraton Ufuk Barat dengan kecepatan yang amat mencengangkan melesat tinggi keatas!
Lalu bagaikan seekor naga murka Sang Pangeran mengembangkan sepasang tapaknya yang
berkilat menyilaukan dan
meluruk dengan 61 kecepatan luar biasa kearah Sinar Hitam yang sedetik lagi akan
meluluh lantakkan dua orang resi
kepercayaannya tersebut!
Tapak Mentari Dewa Level VII
"Dewa Naga Turun Ke Dunia!"
Dentuman besar laksana letusan Gunung terdengar membahana di barengi kepulan debu
yang berhaburan kala enersi
Tapak Mentari Dewa menghantam Sinar Hitam yang dilepaskan oleh Makhluk berjubah
hijau.
Jika sebelumnya suasana berubah menjadi gelap manakala Sinar Hitam yang berasal
dari Tenaga Mistik Alam Gaib
kiriman Si Dalang Bangkai menghentak, kini cahaya terang yang menyilaukan ditembah
enersi tapak yang menggetarkan
berganti mengoncang pelataran pintu Gerbang Keraton Ufuk Barat!
Cahaya hitam meledak berkeping-keping bersama tubuh si Jubah Hijau manakala Enersi
Tapak Mentari Dewa yang
membara dilepaskan oleh Pangeran Alis Empat dari udara!
Tubuh makhluk berjubah hijau akhirnya jatuh laksana hujan dalam bentuk Serpihan abu
yang masih terbakar!
Benar-benar dahsyat!
Sementara itu di tempat lain, begitu tubuh makhluk berjubah hijau meledak dahsyat
akibat hantaman pukulan Telapak
Mentari Dewa 62 yang dilepas oleh Pangeran Alis Empat bersamaan pula tubuh jenazah
wanita yang sudah tidak karuan
bentuknya akibat digeluti oleh Kartopati turut meledak dan melemparkan Dalang sesat
tersebut kearah bebatuan!
Tubuh kakek ini mencelat tinggi diiringi teriakan setinggi langit!
Tubuhnya terlihat hangus berasap dan menebar bau sangit terbakar!
Sementara itu akibat getaran dan cahaya tapak yang menyilaukan, sebagian besar
orang yang menyaksikan jalannya
pertempuran dahsyat di pagi itu nampak mengerjap-ngerjapkan mata masing-masing.
Kala sinar yang menyilaukan tersebut mulai sirna dan kepulan debu mulai berkurang
maka nampaklah Pangeran Alis
Empat berjalan sembari membopong Anabela diiringi Resi Jenang Mulya dan Resi
Kalinyamat.
"apa dia baik-baik saja?"
Ucap Richard dengan cemas sembari menerima Anabela dari bopongan Pangeran Alis
Empat Pangeran Alis Empat hanya
bisa terdiam sesaat sembari memandang Punggung pakaian Sang gadis yang terkoyak dan
menampilkan bekas luka bakar
berwarna hitam kebiruan.
"Wirat, coba kau kemari dan periksa Luka kakak ini. . . "
Ucap sang pangeran kearah seorang bocah kecil yang nampak berdiri diantara pasukan
pemanah yang berada di
belakangnya.
Di zaman itu ahli obat yang paling terkenal adalah Ki Lapang Samudera.
Dalam prakteknya menyembuhkan pasiennya, Ki Lapang Samudera selalu menggunakan
racikan tetumbuhan dan akar-
akaran.
Kepandaiannya dalam hal ilmu pengobatan sudah tidak diragukan lagi.
Suatu ketika Ki Lapang Samudera menemukan seorang orok yang ditinggalkan di dalam
hutan.
Tubuh orok tersebut sangat mengenaskan dan penuh luka.
Namun Orok tersebut Masih Hidup!
Dapat dibayangkan bagaimana besarnya kekuatan makhluk kecil tak berdosa tersebut
untuk tetap bertahan hidup!
Sang ahli obat kemudian mengambil dan merendam orok itu dalam reramuan obat dan
akar-akaran selama delapan tahun
lamanya untuk menyambung hidup sang jabang bayi.
Waktu pun terus berlalu sang orok pun tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan
cekatan.
Terlalu cerdas malah!
Hanya dalam kurun waktu dua tahun terakhir bocah ini sudah mengetahui dan hapal
seluruh kitab ilmu dan jenis obat-
obatan yang dimiliki Ki Lapang Samudera!
Benar-benar bocah ajaib!
Dialah Sudawirat, Si Tabib Cilik. . .
Murid terkasih Pangeran Alis Empat!
Sementara itu Sudawirat yang dipanggil oleh sang guru berjalan tergopoh-gopoh
sembari sesekali membenarkan sorban
putihnya yang kebesaran.
Setelah sampai di dekat Pangeran Alis Empat sang bocah terlihat menjura memberi
hormat dan setelah itu langsung
memeriksa nadi dan luka yang terletak di punggung Anabela.
"bagaimana keadaanya Wirat. . . ?"
Sang Bocah nampak merapikan punggung sang gadis yang tersingkap sebelum akhirnya
berucap pelan.
"Luka kakak ini sangat parah, ada baiknya jika kita membawanya dulu kedalam rumah
agar bisa saya periksa lebih lanjut. . .
"
Sang pangeran nampak menganggukan kepalanya.
"baiklah Richard. . . memang sebaiknya kita selekasnya masuk ke dalam rumah. . . "
Pangeran alis empat kemudian memerintahkan kepada para prajuritnya untuk membawa
Anabela kedalam rumah
bersama-sama dengan Ayah anabela dan para Hulubalangnya.
Mode Gratis
Sesampainya di halaman rumah rombongan mereka langsung disambut oleh Nilam Suri dan
Ronggo Warsito yang masih
memapah Tubuh Hening Swara.
"Apa Yang terjadi disini. . . ?"
Tanya sang pengeran dengan kening berkerut kala melihat halaman rumah dan sebagian
serambi rumah tampak
berantakan bagai tersapu angin topan!
* * * Chapter 4
"Meditasi Serat Sutra Lembayung"
Nilamsuri bergegas berjalan mendapati Sang Pangeran dan mencium telapak tangannya.
"seseorang yang tidak diketahui tadi mengamuk disini dan membawa lari Anabela. . .
Hening Swara terluka akibat bentrok
dengan orang tersebut. . . "
Sang Pangeran menganggukan kepalanya sembari mengusap sepasang kumis tipis diatas
bibirnya.
"orang itu sudah kita atasi. . . kita bisa merebut kembali Anabela namun sayang dia
terluka. . . "
Ucap Sang pangeran seraya memberi tanda kepada Para Penjaga yang membawa Anabela
untuk membawa gadis tersebut
dan meletakkan kedalam kamarnya.
Sementara itu Sudawirat nampak memeriksa dan memberikan obat kepada Hening Swara
yang kini sudah tidak dipapah
oleh ronggo Warsito lagi.
Setelah memeriksa dan memberikan obat kepada Sang Hulubalang, bocah kecil itu
kemudian berucap kepada Pangeran
Alis Empat dan semua yang ada disitu.
"Aku sudah memeriksa dan memberi obat kepada Kakak Hening Swara, dia tidak terluka
terlalu parah dan hanya perlu
istirahat dalam jangka waktu beberapa lama. . . namun untuk kakak pirang itu aku
harus meminta bantuan guru dan ibu
guru untuk membantuku dalam proses penyembuhan lebih lanjut. . . "
Pangeran Alis empat nampak menepuk bahu Richard sahabatnya tersebut.
"doakan kami Richard, aku dan Wirat akan berusaha untuk menyembuhkan anakmu. . . .
Percayakanlah pada kami. . . lebih
baik kau beristirahat dahulu di ruang tamu dan aku akan mengabarimu jika kami sudah
selesai. . . "
Richard mengangguk pelan
"aku percaya padamu Pangeran. . . aku mohon selamatkan putriku. . . hanya dia yang
kami Punya. . . "
Sang Pangeran tersenyum dan mengangguk perlahan Kemudian bergegas memasuki kamar
diikuti oleh Sudawirat dan
Nilamsuri 'baiklah Sudawirat, katakanlah yang sebenarnya aku tahu kau menyimpan
sesuatu yang serius
Ucap Sang Pangeran seraya menatap Sudawirat dengan Tajam. Sang bocah nampak
menghela nafas berat.
"luka kakak ini terlalu berat. . . pukulan yang dilancarkan oleh orang itu
mengandung bisa yang amat kuat. . . dia hanya bisa
bertahan selama sepekan. . . "
'benarkah separah itu. . . ? Apa kita tidak punya jalan lain untuk
menyelamatkannya. . . ?"
Mungkin hanya buah pohon Kalpataru yang bisa menyelamatkan nyawanya namun jelas
kita tidak akan mungkin dapat
menemukan buah ajaib tersebut dalam waktu sepekan ini. . . buah itu mungkin Cuma
hanya ada dalam dongeng. . .
Keluh si bocah
"tidak. . . buah itu ada. . . ! Aku pernah melihatnya. . . Kakang Trawang Jagat
memilikinya! "
Ucap sang pangeran gembira Namun kegembiraannya sontak menghilang
"kau benar Wirat. . . kita tidak akam mungkin mencapai Istana Ufuk Timur dalam
waktu seminggu. . . apa tidak ada jalan
Lain. . . ?"
Sang Bocah nampak menggeleng lemah Suasana kembali terasa hening sebelum kembali
dipecahkan oleh seruan sang
Bocah
"Masih ada jalan Guru. . . ! Kita masih punya cara lain. . . !"
"apa itu. . . ?"
Sang bocah lalu membisikkan seuatu kepada Sang Pangeran yang membuat Sang Pangeran
melonjak kegirangan
"kau benar. . . ! Ayo kita cepat lakukan sekarang"
Sang pangeran kemudian berjalan dan berbicara kepada Nilamsuri.
Wajah Nilamsuri terlihat memerah namundia pun akhirnya menganggukan kepalanya dan
berjalan kearah Anabela yang
terbaring diatas ranjang Sementara itu Sang Pangeran dan Sudawirat nampak
melepaskan semua pakaian yang mereka
kenaki!
Nilamsuri perlahan juga melepaskan seluruh pakaian yang dikenakan anabela dan
meletakkan tubuh gadis tersebut
kembali keatas pembaringan.
"Dia sudah siap, kalian boleh melakukannya"
Pangeran Alis empat berjalan kearah pembaringan dengan tidak mengenakan sehelai
pakaian pun.
Walaupun berjalan dengan mata tertutup, namun Sang Pangeran tetap dapat menemukan
letak pembaringan dimana Sang
Gadis dibaringkan.
Pangeran Alis Empat kemudian perlahan mengangkat tubuh Anabela pada punggung sang
gadis yang terluka dan
mengangkatnya tinggi keatas!
"Lakukan Sekarang Wirat. . . !"
Seiring dengan seruan Sang Pangeran, Sudawirat yang juga nampak bertelanjang bulat
dan menutup matanya nampak
melenting dan bersalto diudara dan mendarat tepat dengan sepasang tangan terpentang
diatas dada Sang Gadis!
Anabela mengeluh pendek dalam ketidak sadarannya manakala dua arus enersi mengalir
melalui dada dan punggungnya.
Nilamsuri perlahan beranjak menjauhi ranjang manakala hawa yang amat panas
menyeruak keluar dari tubuh telanjang
Pangeran Alis empat dan Sudawirat.
Nampak bagaimana seluruh tubuh Pangeran Alis Empat mengepulkan asap dan cahaya
berwarna keputihan kala sang
pangeran mengerahkan enersi Tapak Mentari Dewa miliknya ke punggung sang gadis.
Lain Pangeran Alis Empat lain pula yang terjadi dengan Sudawirat.
Jika Pangeran Alis Empat memancarkan asap dan cahaya berwarna putih dari tubuhnya,
maka pada bocah ini terpancar
asap dan cahaya berwarna lembayung.
Bersamaan itu dari sepasang telapak tangan sang bocah yang menempel pada dada sang
gadis menyeruak keluar serat-
serat halus yang perlahan melingkupi dan membungkus tubuh sang gadis layaknya
sebuah Kepompong!
Meditasi Serat Sutra Lembayung!
Dikisahkan saat ditemukan pertama kali oleh Ki Lapang Samudera, tubuh Sudawirat
hampir saja dimakan oleh seekor Ulat
Raksasa.
Bayi kecil malang tersebut ditemukan dalam keadaan penuh luka dan hampir mati oleh
racun bisa Ulat yang akhirnya bisa
dibunuh oleh si ahli obat.
Untuk menyelamatkan nyawa sang bayi, Ki Lapang Samudera merendam tubuh Sudawirat
dalam sebuah tong berisi
ramuan obat dan sisa-sisa tubuh Ulat yang menggigitnya tersebut selama delapan
tahun!
Alhasil bukan saja berhasil sembuh dari racun, bisa ulat tersebut akhirnya menyatu
dalam darah dan tulang Si bocah ajaib
dan menjadi satu cikal sumber tenaga dalam dan kekuatan yang menakjubkan!
Enersi Serat Sutra Lembayung!
Namun begitu Ki Lapang Samudera turut menyadari bahwa tenaga yang terkandung di
dalam tubuh Sudawirat terlampau
berbahaya dan masih harus
"dijinakkan"
Hal inilah yang menyebabkan Ki Lapang samudera pergi menghadap Kepada pangeran Alis
Empat untuk bersedia
menerima Sudawirat untuk menjadi murid.
Saat itu sang kakek berpikir kalau hanya Tapak Mentari Dewa yang bisa menundukkan
Enersi Serat Sutra Lembayung
didalam tubuh Sudawirat.
Dan kini perpaduan Tapak Mentari Dewa dan Serat Sutra Lembayung digunakan oleh
pasangan Guru dan Murid ini untuk
menyelamatkan nyawa seorang Gadis!
Enersi Tapak Mentari Dewa merupakan tenaga Inti yang Panas Membara sementara Serat
Sutra Lembayung bersifat Sejuk.
Pangeran Alis Empat dan Sudawirat terpaksa harus melepaskan pakaian yang mereka
kenakan saat menggabungkan
kedua inti tenaga ini kala disalurkan ke tubuh Anabela.
Hal ini dilakukan agar hawa enersi murni yang keluar dari bentrokan dua tenaga inti
bisa terlepas sempurna dari tubuh
mereka tanpa berbalik melukai tubuh masing-masing.
hawa enersi murni yang dimaksud adalah asap tipis berwarna putih dan lembayung yang
keluar dari tubuh Pangeran Alis
Empat dan Sudawirat Selama berjam-jam Pangeran Alis empat dan Sudawirat tanpa
mengenal lelah mengerahkan enersi
masing-masing ke tubuh anabela.
Malam pun akhirnya tiba.
tubuh anabela pun akhirnya berubah menjadi satu kepompong putih Raksasa!
"Cukup. . . !"
Seru sang pangeran seraya berangsur-angsur menarik enersi Tapak Mentari Dewa
miliknya dari tubuh sang gadis yang kini
berubah menjadi Kepompong tersebut.
Sudawirat pun kemudian menghentikan Enersi seratnya dan bersalto turun dari
kepompong masih dengan Menutup
sepasang matanya.
Dia baru membuka matanya kala mendengar Gurunya berucap.
"kau boleh membuka Matamu Wirat. . . "
Sudawirat perlahan membuka matanya namun kepalanya masih ditundukkan.
Sementara itu Pangeran Alis empat yang sudah mengenakan pakaiannya kembali nampak
mengangsurkan pakaiannya.
"pakai Pakaianmu dulu setelah itu beristirahatlah. . . kau pastinya lelah setelah
mengerahkan Enersi sedemikian lama. . . "
Sudawirat langsung mengiyakan dengan secara tergesa-gesa memakai pakaiannya dengan
muka merah.
Setelah itu si Tabib cilik langsung mencium tangan sang pangeran dan Nilamsuri dan
hendak berjalan keluar dari kamar
gurunya tersebut.
"ehm, udah besar yach. . . !?"
Ucap Nilamsuri sembari tersenyum penuh arti membuat muka sang bocah semakin Merah.
"Jangan menggodanya Nilam. . . lihat kau membuatnya Takut. . . !"
Dengan wajah kemerahan Sudawirat kembali membungkuk memberi hormat kepada Guru dan
Istri gurunya tersebut
sebelum akhirnya meninggalkan ruang peraduan Sang Pangeran.
Sementara itu selepas kepergian Sudawirat, wajah Nilamsuri nampak berubah serius.
Jemarinya nampak menggengam erat lengan suaminya tersebut.
"bagaimana kabarnya Lestari kang. . . ? dia tidak apa-apa kan. . . ?"
Pangeran Alis Empat memandang lesu kearah istrinya tersebut sebelum akhirnya
menggeleng lemah.
"gadis itu benar-benar nekat. . . cintanya terhadap Randu Seta yang sudah sekarat
membawa langkah keduanya ke Makam
Batu Pedang. . . "
"Jadi Kang. . . ? Maksud kakang Lestari sudah. . . . "
Nilamsuri tak kuasa melanjutkan perkataannya. . . Sang Pangeran nampak mengagguk
lemah.
"Resi Jenang Mulya dan Resi Kalinyamat telah berusaha keras untuk mencegah tindakan
bodoh keduanya, namun Mereka
tidak dapat memasuki kawasan Makam Dempet dimana Lestari dan Randu berada. Formasi
Penyesat Ratusan Makam
Dempet tersebut benar-benar membuat Kedua Resi tersebut tidak berdaya. . . "
Nilamsuri membenamkan wajahnya ke dada bidang suaminya dan menangis sepuasnya.
Sang pangeran hanya bisa balas memeluk dan menenangkan sang istri dengan membelai
rambut sang istri yang panjang.
"Kuatkan hatimu istriku. . . apa yang terjadi pada diri Lestari dan Randu sudah
merupakan guratan takdir yang telah di tulis
oleh Sang Hyang Widhi. . . kita hanya bisa berharap setelah kejadian ini 76 kakang
Trawang Jagat bisa lebih baik dalam
bertindak dan mengambil keputusan. . . "
Nilamsuri peerlahan bangkit dari pelukan Sang suami dan menyeka air mata di
wajahnya.
Setelah terdiam beberapa saat Ibu tiri Bayu Kusuma ini kemudian menatap Kepompong
raksasa yang masih tergeletak
diatas peraduan.
"bagaimana dengan nasib Anabela Kang? Apakah dengan cara ini luka dalam tubuh gadis
tersebut bisa disembuhkan. . . ?"
Racun yang mengendap di tubuh gadis itu teramat kuat. . . Kepompong Serat Sutra
Lembayung dan enersi Tapak Mentari
Dewa milikku hanya bisa menahan racun itu selama setengah purnama. . .
"Jaan satu-satunya yang saat ini bisa kupikirkan adaah pergi menemui Kakang Trawang
Jagat untuk memohon buah
Kapataru yang dimikinya untuk diracik menjadi obat pemunah racun Tenaga Mistik Aam
Gaib yang mendera Putri Richard
tersebut. . "
l
anjut Sang Pangeran
"bilakah Kakang Trawang Jagat akan memberikannya kepada kita? Setelah peristiwa
yang terjadi terhadap Lestari dan
Randu Seta. . . ?"
Sang Pangeran menarik nafas berat
"aku tidak punya pemikiran lain lagi. . . disamping itu apa yang terjadi pada Randu
dan Lestari bukanlah merupakan mutlak
kesalahan di pihak kita. . . walaupun Lestari adalah Pelayan Kita namun anak kakang
Trawang Jagat itu juga sudah cukup
besar untuk menentukan pilihannya. . . disamping itu bukan kita yang melukai Randu
melainkan Orang-orang Kakang
Trawang Jagat Sendiri. . . "
tapi kang. . . biar bagaimanapun Kakang Trawang jagat pasti tidak akan duduk diam
begitu saja mendengar kematian
Randu Seta di Makam Batu Pedang. . . ! Dia pasti akan menyalahkan kita. . . !
Hening sejenak melingkupi ruang peraduan Sang Pangeran
"aku tahu itu. . . oleh karenanya biarlah esok aku sendiri bersama Sudawirat yang
akan menghadap ke Istana Ufuk Timur
untuk menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi sekaligus mencoba untuk meminta
sebutir buah Kalpataru untuk
pengobatan Anabela. . . "
kang aku takut. . . aku mengkhawatirkan dirimu dan Wirat jika terjadi sesuatu
denganmu didalam perjalanan ke sana. . .
bagaimana kalau kau mengajak Hening Swara dan para hulubalang lainnya agar aku bisa
lebih tenang. . .
Sang Pangeran menggeleng pelan.
"Hening Swara masih terluka akibat bentrok dengan makhluk berjubah hijau tadi pagi.
. . disamping itu aku ingin
menunjukkan itikad baik terhadap kakang Trawang Jagat dengan menghadap sendiri
bersama Sudawirat. . . "
Mata Nilamsuri tiba-tiba bersinar terang. . .
"Kang. . . ! Bagaimana kalau Kakang Ajak Saja Bayu Kusuma bersama kakang. . . ?
Bukankah sudah lama dia tidak
mengunjungi Paman dan Kakeknya Sang Prabu Merak Tunggal? Aku yakin Dia pasti mau
kalau kakang mengajaknya. . . !"
Pangeran Alis Empat mengerutkan keningnya.
"Bayu Kusuma. . . ? Anak Bengal itu ada dirumah? Kenapa aku tidak melihatnya tadi
pagi. . . ?"
Nilamsuri terkejut besar "Kakang tidak melihat Bayu Kusuma. . . ?"
Sang Pangeran mengangguk "Kucing Botak juga. . . ?"
Sang Pangeran kembali mengangguk.
"Astaga. . . ! Jadi kemana mereka berdua. . ?"
Seru Nilamsuri Sang Pangeran memandang istrinya dengan pandangan terheran-heran.
"jadi anak itu memang benar-benar ada dirumah. . . ?"
Ujar Sang Pangeran seolah tak percaya!
Ya, apa yang sebenarnya terjadi dengan Bayu Kusuma dan Kucing Botak?
Kemana Perginya mereka berdua?
Seperti sama diketahui pada saat Makhluk berjubah hijau melarikan Anabela, Bayu
Kusuma dan Kucing Botak sontak
melesat bersamaan mengejar kearah Perginya sosok bercaping dan berjubah hijau
tersebut.
Terjadi kejar-kejaran yang cukup sengit diantara mereka bertiga.
Pada saat itu Bayu Kusuma dan Kucing Botak sedang berkonsentari penuh untuk
mengejar si jubah hijau.
Mereka tidak menyadari manakala sepasang bayangan hitam turut membumbung diatas
kepala mereka!
Di dunia ini hanya burung dan serangga yang bisa terbang. . .
Manusia bukan burung dan juga bukan Serangga Jadi sudah jelas kalau manusia tidak
bisa terbang!
Namun pada saat itu dua bayangan yang melesat membelah angkasa itu tidak bisa
dipungkiri memang manusia adanya. . .
Dari bentuk tubuh masing-masing dapat dipastikan bahwa sepasang orang yang sedang
melayang di angkasa ini adalah
sepasang laki-laki dan perempuan.
Wajah kedua orang tersebut tidak terlihat jelas karena tertutup oleh lilitan kain
hitam sebatas hidung dan mulut yang
serupa dengan warna pakaian yang mereka kenakan saat itu.
Hanya sepasang mata yang tajam laksana sorotan elang yang terlihat dari wajah kedua
orang ini Sepasang Mata yang
penuh dendam!
Kedua orang tersebut nampak menggunakan sebuah alat aneh yang terbuat dari samakan
kulit binatang yang amat tipis
dan besar yang kemudian di rentangkan dan dirangkai menggunakan Sebuah rangka Logam
dan dipasang pada punggung
masing-masing.
Di depan dada kedua orang tersebut terdapat sepasang pegangan besi berpegas yang
dihubungkan dengan perangkat
yang terpasang dipunggung masing-masing setiap kali pegangan besi ini ditarik maka
kulit yang berperan layaknya sayap
di punggung mereka tersebut bergerak mengepak dan mengangkat tubuh kedua orang
tersebut lebih tinggi keangkasa.
"kau atasi Si Botak itu, biar aku yang menangkap anak Pangeran Keparat itu. . . "
Ucap si pria bersayap kepada teman wanitanya yang langsung dibalas dengan anggukan.
Sang Wanita kemudian nampak mengeluarkan sebuah jaring tipis dari kantung
dipinggangnya, sementara sang Pria
nampak memegang seutas rantai panjang.
Di dunia ini orang yang menggunakan Jaring dan rantai sebagai senjata sebenarnya
cukup banyak.
Ada Resi Pamukti dari Sumbawa. . .
Bintang Penyesat Si Penjerat Jiwa juga mengunakan Jaring sebagai senjatanya. . .
Pendekar Berangasan Sawung Angek pun kadang-kadang menggunakan rantai sebagai
senjatanya. . .
Namun tak satupun dari mereka yang bisa terbang. . .
Kecuali mereka berdua. . .
Sepasang Kelelawar Penyiksa Batin Lowo Ireng dan Lowo Srindi Kecepatan kedua
kelelawar ini memang benar-benar
menakjubkan. . . !
hanya dengan satu kali kelebatan keduanya sudah berhasil menjerat dan menangkap
Bayu Kusuma dan Kucing Botak dan
membawanya terbang kelangit!
"Den Kusuma. . . !"
Teriak si kucing ketakutan kala mendapatkan dirinya terjaring dalam satu jarring
tipis yang entah datang darimana apalagi
kala dirasanya kakinya teras tidak menapak tanah. . . !
Si Kucing langsung gamang!
"Keparat Lepaskan Kakiku. . . Siapa Kalian. . . ?"
Bentak Bayu Kusuma kepada Lowo Ireng yang menjerat kakinya menggunakan rantai.
"he. . he. . he. . nanti juga kau akan tahu. . . lebih baik kau diam atau kau lebih
memilih untuk jatuh dan mati dibawah sana. .
. ?"
Si Bengal memandang kebawah dan terkejut kala menyadari kalau mereka sudah berhasil
membawanya terbang jauh dari
kompleks Keraton Barat.
"keparat. . . ! apa mau kalian sebenarnya. . . ?"
Sang Pemuda terus meronta-ronta berusaha melepaskan diri dri jerat rantai
dikakinya.
Tanpa terasa kedua Kelelawar Penyiksa Batin tersebut telah terbang melintasi Danau
Situ Halimun yang penuh Kabut.
Lowo Srindi yang pertama menyadarinya dan dia tiba-tiba panik kala menyadarinya!
"Ireng. . . ! Kita harus berbelok. . . ! Kita sudah memasuki Kawasan Telaga
Terlarang!"
Lowo Ireng pun baru menyadarinya namun sekejap dia tersentak kala dirasakan puluhan
hawa tendangan muncul dari
bawah!
Rupanya Bayu Kusuma dengan menggunakan rantai yang mengikat kakinya menggunakan
rantai tersebut sebagai satu
tumpuan untuk melesat keatas dan melancarkan jurus tendangan kebanggaannya.
Jangan Marah!
"Dasar Anak Keparat. . . !"
Bentak Sang Kelelawar manakala enersi tendangan menghantam sekujur tubuhnya.
Lowo Ireng memutar cakarnya dan membalas menghantam Bayu Kusuma!
Cakar Penyesat Batin!
Bayu Kusuma terhempas!
Ikatan pada kakinya terlepas sehingga tubuh Si Bengal terhempas jatuh kearah Telaga
Situ Halimun!
"Den Bayuuuu. . . . . !"
Teriak Kucing Botak keras kala melihat Si Bengal terhempas jatuh kedalam Telaga
Berkabut dibawahnya!
BERSAMBUNG Bagaimana Kisah Bayu Kusuma dan Kucing Botak selanjutnya?
Mampukah Si Bengal selamat setelah terjatuh ke dalam Telaga Situ Halimun?
Lalu bagaimana dengan kisah Pangeran Alis Empat dan Sudawirat Si Tabib Cilik
selanjutnya?
Tunggu episode berikutnya!
Episode Berikut.
Pedang Bilah Bambu
"Sebilah Pedang yang Bukan Pedang"
Document Outline Pedang Bilah Bambu "Sebilah Pedang Seribu Romansa"
Oleh. Mike Simons deepblue_hazeman@yahoo com Epilog "Makam Para Pecinta"
"Berapakah panjangnya ?"
"hanya empat jengkal hingga ke gagang. . . "
"apakah ada tanda yang istimewa ?"
tidak. . . tidak ada. . . hanya sebilah pedang terbuat dari logam biasa yang
tertancap pada sebuah batu, tidak ada hal yang
istimewa pada pedang itu. . .
"apa bukan karena ketajamannya?"
"jelas bukan. . . ! sebagian badan pedang bahkan sudah berkarat!"
"bilakah ada hal seperti itu?"
"ehm. . . tentu saja ada!"
"Sesungguhnya hanya satu hal yang membuat pedang itu menjadi terkenal dan istimewa.
. . "
"apa itu. . ?"
. . . diam sejenak
"kita sudah sampai, lihat saja didepan sana dan kau pasti akan tahu apa yang ku
maksudkan. . . !"
Udara dingin tiba-tiba saja berhembus kencang meniup tubuh kedua Resi yang berjalan
sambil berbincang tesebut.
Udara dingin yang mencucuk tulang tersebut semakin terasa kencang Kala mereka
menapakkan kedua kaki pada undakan
terakhir anak tangga yang menuju pedataran di lereng utara puncak gunung Kelud
tersebut.
Kedua Resi tersebut menghentikan langkah masing-masing sembari menatap kedepan
dengan pandangan yang sulit
dilukiskan, Jubah putih yang dikenakan oleh dua orang Resi itu berkibar kencang
sekencang debaran dada masing-masing
kala melihat satu pemandangan ganjil!
Dihadapan mereka terbentang satu hamparan padang berbatu yang amat tandus, namun
bukan hal ini yang membuat
mereka heran dan takjub melainkan keberadaan ratusan kuburan dempet yang
mengelilingi sebuah batu aneh yang
ditancapi sebilah pedang!
Anehnya walaupun keadaan sekeliling pedataran yang terletak disebelah utara Gunung
kelud ini sangat tandus dan berbatu,
namun disekeliling batu pedang dan ratusan makam dempet yang mengelilingi makam
tersebut tumbuh semacam
tanaman menjalar yang berbunga sangat indah dan berwarna putih.
Tanaman menjalar ini terlihat menjalar dan merambati seluruh makam yang ada,
termasuk pada batu berpedang.
Salah satu sulur tanaman tersebut malah terlihat merambat disepanjang badan pedang
hingga ke gagangnya dan pada
gagang tersebut tumbuh sekuntum bunga berwarna putih yang terlihat menggantung
dengan indahnya!
Diatas batu aneh dengan pedang tertancap diatasnya tersebut terukir beberapa bait
tulisan yang sebagian besar sudah
tidak bisa terbaca dengan jelas karena tertutup lumut dan batang tanaman merambat.
Hanya sebait kalimat yang masih bisa terbaca dengan jelas, kalimat tersebut
berbunyi.
"Seberapa Dalam Cintamu Padaku. . ?"
Kedua orang resi tampak tercenung, tenggelam dalam alam pikiran masing-masing.
Beberapa saat kemudian. . .
"lihat mereka disana. . .
"
Seru resi yang bertubuh tinggi besar.
"Jagat Dewa Bathara. . . ! Syukurlah, nampaknya kita belum terlambat"
Dari arah sebelah tenggara nampak seorang gadis berjalan terseok-seok sembari
mendukung tubuh seorang pria.
wajahnya yang cantik nampak digelayuti mendung kelabu.
"kakang Randu. . . kita sudah sampai. . . . . "
Bisik sang gadis sembari memalingkan wajahnya kearah wajah pria yang terkulai lemah
di pundaknya Sang pria nampak
membuka matanya sedikit, bibirnya yang membiru nampak tersenyum tipis.
"Lestari. . . Sang gadis terlihat tersenyum. Manis sekali! "
akhirnya kita sampai juga disini kang. . . lihat! Batu itu sudah terlihat!"
Ujar sang gadis sembari menghembuskan nafas lega.
Tak dirasanya lagi kelelahan dan penat yang mendera selama perjalanan panjangnya
yang amat melelahkan itu.
Sambil mendukung seorang pria pula!
Langkah sang gadis semakin lama semakin mantap.
kakinya yang jenjang semakin jauh memasuki kompleks pemakaman yang entah dibuat
oleh siapa tesebut.
Kedua resi tampak terpaku, wajah terbilang pucat seketika!
"celaka. . . ! Kita harus segera bertindak!"
Kedua resi serentak berkelebat memasuki areal makam, namun baru beberapa langkah
kedua resi memasuki kompleks
pemakaman ganjil tersebut, satu keanehan tiba-tiba terjadi!
Begitu menginjakkan kaki ke pelataran makam, tiba-tiba pandangan kedua resi
bagaikan terpesat menjadi dua!
Mata kiri melihat batu berpedang tampak amat dekat hanya terpisah tiga makam dari
tempat mereka berdiri, namun mata
kanan masing-masing melihat batu berpedang terlihat amat jauh terpaut puluhan
Makam!
"astaga. . . ! Formasi apa ini. . . ?"
Ucap Resi yang berbadan kecil sembari mengucak-ucak kedua matanya, apa yang
dilakukannya tersebut malah membuat
keadaan dirinya menjadi tidak lebih baik, Kala kedua matanya memandang kedepan
pandangan jauh dekat tersebut malah
seakan berganti-ganti pada kedua matanya!
Resi yang berbadan besar terdengar membaca doa sejenak sebelum tiba-tiba melesat
keatas dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuh, Tubuhnya yang tinggi besar mendarat tepat diatas sebuah pusara
makam dempet.
Resi diatas pusara lalu edarkan pandangan kesekelilingnya, apa yang dilakukannya
justru membuat dirinya malah menjadi
bertambah bingung bukan buatan!
Dalam pandangan sang resi diatas pusara, makam-makam dempet tersebut nampak
bergerak berpindah-pindah!
Betapapun kerasnya sang resi mencari, wujud batu pedang malah sudah tidak terlihat
lagi!
Sang resi mendadak merasa pening!
Tubuhnya tiba-tiba meluncur jatuh dari atas makam!
"Kalinyamat. . . !"
Seru resi satunya sembari memapah bangun resi sahabatnya yang terjatuh dari atas
pusara.
"aku tidak apa-apa Jenang Mulya. . . "
Ucap resi yang dipanggil dengan sebutan Kalinyamat ini.
"ratusan makam dempet ini benar-benar aneh! Susunannya benar-benar ajaib dan
membingungkan, entah tokoh kosen
mana yang mampu menciptakan formasi yang benar-benar hebat ini. . . "
"Kurasa hanya satu orang yang bisa membuat formasi penyesat seperti ini. . .
"
Ucap Resi Kalinyamat pelan.
"aku pun percaya kau pasti dapat menduga siapa orangnya. . . "
Lanjut Resi Kalinyamat. Resi Jenang Mulya terhenyak "apa maksudmu Dia?"
"dengan sendirinya tidak mungkin ada orang lain lagi. . . "
tidak mungkin! Bukankah setelah peristiwa itu dia dikabarkan telah meninggal
menjatuhkan diri ke Jurang Lampir?
Resi Kalinyamat menggeleng pelan.
"aku tidak berpikir demikian. . . kepandaiannya terlalu tinggi! hanya untuk
terjatuh dari jurang tersebut rasanya bukanlah
suatu hal yang terlalu membahayakan bagi orang seperti dia. . . "
Selain itu segala hal bisa saja terjadi. . . tidak ada yang pasti didunia ini. . .
hanya kehendak Sang Hyang Widhi Wisesa yang
bersifat mutlak!
"Sabda. . . Sabda. . . Sabda. . . "
Kedua orang resi kembali termenung tenggelam dalam alam pikiran masing-masing.
Ruwet!
Sementara itu gadis bernama Lestari telah sampai didepan batu berpedang, dengan
sikap penuh hormat sang gadis lalu
bersimpuh sembari meletakkan pemuda yang dipondongnya kedalam pangkuannya.
Sang pemuda membuka matanya sesaat, hanya sesaat. . .
Sang gadis membelai wajah sang pemuda dengan penuh kasih sayang.
Mulutnya sungguh terasa berat untuk berujar.
Sungguh berat!
Namun toh akhirnya dia berucap juga.
". . . Bersatu hati di batu pedang. . . membalas budi penuhi janji. . . hidup tanpa
penyesalan. . .
"
Desis sang gadis sembari meneteskan air mata.
"angkara murka tak putuskan cinta. . . urusan dibelakang tinggal kenangan. . . biar
bersatu selamanya. . . "
ucap satu suara tersendat yang menyerupai bisikan lirih membalas perkataan sang
gadis. bisikan yang keluar dari bibir
seorang pria yang berada di rembang maut! Air mata sang gadis meleleh semakin deras
kala berucap bersamaan dengan
pria dalam pondongannya.
"langit mendengar bumi bersaksi. . . kami berjanji sehidup semati. . . segala budi
dan dendam kami ikat di batu pedang. . .
biarlah semua terjadi. . . "
Apa yang diucapkan oleh sepasang muda-mudi ini ternyata adalah tulisan dibatu
pedang yang sudah tak bisa terbaca lagi!
Siapakah sebenarnya mereka?
Wajah sang pria tampak semakin membiru, sang gadis terlihat membelai lembut wajah
sang pria sebelum berbisik lirih di
telinga kekasihnya tersebut.
"Seberapa dalam cintamu padaku. . . ?"
Sang pria tersenyum sembari berucap pelan, sayang ucapannya tak dapat
terdengar. . .
hanya telunjuk yang mengarah birunya Samudera di kejauhan yang menjawab
segalanya. . .
Keesokan harinya nampak sepasang kubur baru telah berdiri di satu sudut area makam
batu pedang.
Entah siapa yang membuat tidak ada yang tahu!
Kubur baru ini pun telah dirambati oleh tanaman berbunga putih.
Kedua resi juga tak tampak lagi.
Hanya kesunyian yang terasa.
Diam. . .
Senyap. . .
Dingin. . .
* * * Chapter 1
"Do you like a cup of tea?"
Pagi itu udara bertiup sangat dingin, jalanan pun masih terlihat sangat lengang.
Semalam hujan memang turun lumayan deras sehingga paginya udara terasa benar-benar
mencucuk tulang.
Sebagaimana toko-toko dan bangunan lainnya, Wisma Kuntum Melati pagi itu juga masih
nampak sunyi senyap, pintunya
saja masih terlihat tertutup rapat.
Memang penginapan ini selalu tutup larut malam jadi tidak mengherankan jika sampai
sepagi itu pemilik penginapan
belum membuka pintu depannya.
namun kesunyian pagi itu tiba-tiba terpecahkan kala seorang remaja botak berdandan
seperti seorang kacung menerobos
pintu depan lalu berlarian kesana kemari!
remaja berdandan kacung ini berlarian sembari mencoba memeriksa setiap kamar yang
terdapat pada Rumah bordil yang
berkedok sebagai penginapan tersebut.
"Den. . . !
Den Kusuma. . . !
Aden dimana. . . ?"
Teriak kacung tersebut sembari berlari-lari diantara koridor penginapan tersebut.
"Aaaauuw-w-ww. . . kang mas ada orang gila. . . !"
Teriak seorang gadis seraya meringkuk bersembunyi kedalam selimutnya kala tiba-tiba
seseorang membuka pintu
kamarnya dan langsung menerobos kedalam kamar.
"Den. . . Den Kusuma disini. . . ?"
ucap si kacung sembari memandang kian kemari "keparat. . . ! cepat pergi dari sini.
. . ! Bentak seorang pria bertubuh
gemuk berkeringat sembari menimpuk kepala si kacung dengan Sendal! "maaf. . . maaf.
. . "
Ucap si kacung sembari beringsut mundur sambil memegang kepala botaknya yang kena
timpuk.
"Dasar Botak sialan. . . ! Bisanya hanya menggangu saja. . . "
Ucap si pria gemuk sembari beranjak menutup pintu yang terbuka.
Setelah itu pria tersebut beranjak kembali keatas ranjang dan masuk kedalam
selimut.
"kita lanjutin lagi yuk. . . !"
Bisik sang pria sembari memeluk gadis dibalik selimut yang langsung terkikik geli
kala wajah bulat keringatan si pria
disusupkan ke seluruh pelosok tubuhnya.
Sementara itu si kacung kembali berlari kesana kemari berteriak teriak sehingga
membangunkan beberapa orang yang
menginap di penginapan tersebut.
Hampir semua pengunjung penginapan itu terbangun dan keluar dari kamar seraya
mengeluarkan sumpah serapah.
Beberapa orang pria bertampang sangar terlihat menunjukan wajah kesal bercampur
marah, jelas-jelas mereka merasa
amat terganggu akibat teriakan si kacung.
Seorang diantaranya yang bertubuh besar bertato bahkan langsung mengangkat kerah
baju lurik si kacung tinggi-tinggi.
"monyet sialan. . . !
Berani-beraninya kamu ribut disini pakai acara teriak-teriak segala!
Apa sudah punya nyawa rangkap sampeyan!"
maaf. . . saya tidak bermaksud untuk menganggu dan cari ribut disini. . . saya Cuma
sedang mencari juragan muda saya. . .
"haar saa bacotnya Suro. . . ! Biar dia tidak banyak cakap. . . ! Teriak seorang
tamu dari sebuah kamar yang pintunya uga
terpentang. Rupanya tamu satu ini merupakan teman lelaki bernama Suro yang saat itu
sedang menarik bau si kacung dan
mengangkatnya tinggi-tinggi.
"
j
angan tuan. . . ampuni saya. . . saya janji tidak ribut-ribut lagi. . . sumpah saya
hanya mencari juragan muda saya. . .
Ucap sang kacung memelas.
"kalau kamu hanya mencari tuanmu, kenapa sampai harus berkoar-koar membangunkan
semua orang huh. . . ?"
"saya. . . saya tidak tahu tuan saya berada dikamar yang mana. . . "
keparat. . . ! Kamu kan bisa bertanya pada pemilik penginapan dan bukannya
berlarian sambil berteriak-teriak segala!
Bentak Suro sembari memperketat cekalannya.
Wajah si kacung terlihat semakin memerah.
Dirinya pasrah kala melihat tangan Suro yang terayun kearah wajahnya.
Mata sang kacung terpejam menanti pukulan.
Namun pukulan itu tak kunjung datang.
Yang datang adalah sebuah barang.
barang itu hanyalah sebuah kasut.
dan kasut tempatnya adalah dikaki.
Namun kali ini sangat jelas terlihat sebuah kasut.
Dan kasut itu tidak berada pada kaki seseorang.
Kasut itu ada di wajah Suro!
Jelas itu bukan kasut Suro!
"Keparaaaat. . . ! "
Teriak Suro seraya membekap wajahnya yang terkena lemparan kasut.
Pegangannya pada kerah baju si kacung botak sontak mengendur.
Setelah mengusap wajahnya beberapa kali pria bertubuh besar ini kemudian
melayangkan pandang ke seluruh bangunan
penginapan dengan mata menyala-nyala.
"Setan Alas. . . ! siapa yang berani main gila dengan Suro Berahi Si Pelukan Dewa?"
Mata suro terlihat membeliak besar berputaran dengan wajah merah padam menahan
amarah!
Kasut yang tadi mendarat diwajahnya terlihat hancur dalam genggaman tangannya.
Semua orang yang tadinya berdiri didepan pintu kontan tersurut mundur melihat
tampang Suro yang menyeramkan.
"Buseeet. . . ! Nama sama Julukan sampeyan dah klop banget dah. . . ! Merangsang
banget. . . !"
Ucap satu suara memecah keheningan Suro Berahi Si Pelukan Dewa celingukan kekiri
dan kekanan mencari asal suara.
"Keparat Haram Jaad. . . . . Hoeekkk. . . !!!!"
Belum Sempat Suro menyelesaikan Sumpah serapahnya, ucapannya kembali terhenti saat
sesuatu dirasakan melesat
cepat dan menyumpal mulutnya!
Kali ini kembali terlihat sebuah kasut, namun kembali bukan kasut milik Suro.
Kasut Suro Masih Lengkap, masih menempel di kedua kakinya.
Hanya si kacung yang kasutnya tinggal satu.
Kasut satunya lagi nampak tersangkut ditenggorokan Suro!
"kau boleh pukul diriku sesukamu tapi jangan sekali-kali kau memaki
Majikanku. . . !"
Teriak Si kacung tiba-tiba sembari menghentakkan tubuhnya yang dipegang oleh Suro
Berahi.
Satu Tendangan. . !
Dua Tendangan. . . !!
Tiga Tendangan. . . . . . !!!
Dalam hitungan detik tiga tendangan beruntun melabrak tubuh Suro yang masih
memegang mulutnya yang tersumpal
Kasut!
Tendangan dari Si Kacung Botak!
Siapa yang mengira seorang remaja yang terlihat lemah mampu melakukan hal seperti
itu?
Bahkan Suro pun pastinya takkan pernah berpikir Si botak yang hampir dilabraknya
bisa mempecundanginya seperti itu.
Dan memang Suro Tak Sempat Memikirkannya.
Suro Berahi keburu Pingsan. . .
Masih dengan Sebuah Kasut di dalam mulutnya. . . !
"ha. ha. ha. . . Cing! Jangan kasar-kasar sama tamu! Kalau sudah tidak ada tamu
yang mau menginap disini, bagaimana
nanti nasib kakak kita yang cantik ini. . . "
Ucap seorang pemuda tanggung yang nampak berdiri di balkon lantai dua penginapan
Wisma Kuntum Melati.
Sembari berucap tangannya terlihat mencubit pinggul gadis cantik yang bersandar
disampingnya
"ih. . . nakal banget sih. . . ? Entar kalo minta lagi kakak gak bakalan kasih!
Biar tahu rasa. . . !"
Ucap gadis yang berdiri di samping sang pemuda sembari merajuk manja.
Pemuda yang berdiri di samping sang gadis hanya bisa tertawa riang.
Umur pemuda ini sekitar sembilan belas tahun.
Wajahnya cukup tampan dengan mata tajam dan alis berbentuk golok.
Di wajahnya yang tampan tersebut nampak beberapa luka antara lain di alis kanan dan
dibawah dagu.
Walaupun begitu semua luka itu tidak membuat wajah sang pemuda menjadi buruk.
Malah sebaliknya. . .
Si pemuda malah terlihat lebih jantan!
"Den Kusuma. . . !"
"kemari Cing. . . !"
Si kacung botak nampak berlari cepat mendaki anak tangga menuju kehadapan pemuda
yang berdiri bertelanjang dada.
"Kus, dia siapa sih kok dipanggil cing. . . cing. . . segala. . . ? Kayak orang
manggil Kucing. . . "
Ucap si gadis sembari menggelendot dalam pelukan si pemuda.
"ha. ha. ha benaran kak. . . ! Dia ntu emang namanya "Kucing. . . "
"Kucing Botak. . . !"
"benaran. . . ?"
"ehm. . . "
"Sumpah. . . ?"
"hari gini pake sumpah segala? Ogah ah. . . ! kalo gak percaya Tanya aja ndiri. . .
"
"atau jangan-jangan kakak naksir neeh? he. he. he. . . "
"Bayu. . . !!!!"
Gemes si gadis seraya menggigit bahu si pemuda.
"Adaooow. . . . !! tega banget sih. . . . ! Sakit Tahu. . ! Rasakan nih pembalasan.
. . !"
Tangan Pemuda Bernama Bayu Kusuma ini bergerak cepat menelusup dengan nakalnya
mencubit lembah subur di bawah
sana!
Mata si gadis terbeliak besar sebesar rongga mulutnya yang terbuka!
Alkisah disebutkan bahwa Sultan Harun Al Rasyid pernah menantang Abunawas untuk
menyebut nama semua binatang di
muka bumi.
Dan Abunawas mampu melakukannya!
Namun nampaknya Gadis ini jauh lebih hebat dari Abunawas. . . !
Setelah puas memaki ditambah dengan satu tamparan di pipi, Si Gadis akhirnya
meninggalkan Bayu Kusuma sembari
bersungut-sungut.
Sementara itu Bayu Kusuma nampak mengelus pipinya yang memerah
"Ada apa Cing? Pagi-pagi sudah ribut di tempat orang. . . memang ada masalah di
rumah. . . ?"
Remaja botak yang dipanggil dengan sebutan Kucing Botak ini terlihat menganggukkan
kepala.
"saya disuruh Den Putri untuk menyuruh Tuan Muda pulang. . . Tuan Besar Pangeran
sedang dalam perjalanan pulang. . . "
Wajah Bayu Kusuma sontak berubah.
"Wah celaka kalau begitu. . . ! Kita harus pulang sekarang. . . ! Urusan bakalan
panjang kalau kita kedahuluan Ayahanda. . . "
"kau sudah siapkan kuda Cing?"
"Sudah Den, kuda Aden dan kuda saya, sudah saya ikat di depan wisma. . . "
"kalau begitu ayo kita berangkat sekarang. . . "
Setelah terlebih dahulu membayar semua kewajibannya kepada pemilik penginapan, Bayu
Kusuma dan Kucing Botak lalu
bergegas menaiki kuda masing-masing dan melesat cepat meninggalkan penginapan kecil
tersebut.
Kuda yang dinaiki oleh Bayu Kusuma dan Kucing Botak adalah sepasang kuda plihan,
sehingga tidak heran kecepatan lari
dari kedua kuda itu benar-benar mengagumkan.
Tidak sampai sepenanakan nasi kemudian, kedua orang pemuda ini akhirnya memasuki
patas wilayah kekuasaan Keraton
Ufuk Barat tempat tujuan mereka.
Saat pintu gerbang masuk Keraton Ufuk Barat sudah mulai terlihat dengan jelas, Bayu
Kusuma dan Kucing Botak mulai
memperlambat laju kuda yang mereka tunggangi, Putra Tunggal Pangeran Alis Empat ini
terlihat sesekali tersenyum dan
menyapa setiap orang yang melintas di dekat mereka.
Sesampainya di depan pintu gerbang, Bayu Kusuma juga nampak menyapa kedua orang
prajurit penjaga gerbang yang
sebelumnya terlihat membungkuk memberi hormat.
"Gimana Ki Jembut?
Obatnya semalam tokcer kan?"
Ucap Bayu Kusuma sembari mengedipkan mata pada salah seorang prajurit yang nampak
membimbing tali les kuda yang
dinaikinya.
"Wuuuaah. . . ! Hebat Den. . . ! Nini sampai teriak-teriak segala. . . ! Saya
sampai malu sama tetangga. . . "
Ucap prajurit yang nampak mulai uzur ini dengan wajah kemerahan.
Bayu Kusuma dan Kucing Botak sontak berpandangan dan tertawa lepas.
Sementara itu prajurit satunya nampak menggeleng-gelengkan kepala.
"aduh. . . Sampeyan ini bagaimana toh? udah aki-aki masih juga kegatelan. . . !
Pake minta obat kuat sama den Kusuma
Segala. . . ! Gak kasihan bini apa. . . ? "
ha. ha. ha. . . Paman Sentanu jangan kuatir, masak lupa kalo Nini Jembut badannya
segede gajah? Harusnya paman
kasihannya sama Aki Jembut. Lihat! Aki sampai minta pesan obat kuat segala sama Den
Kusuma. . . itu tandanya Aki
Jembut sayang istri. . . "
Ucap Kucing Botak membalas ucapan prajurit yang dipanggil dengan sebutan paman
Sentanu ini.
"belain sih belain Cing, tapi jangan bilang istriku segede gajah donk! Gimana
sih. . . ?"
Sungut Ki Jembut yang langsung disambut ledakan tawa oleh yang lainnya.
Setelah tawanya reda, Bayu Kusuma nampak menyerahkan sebuah bungkusan kecil terikat
kepada Sentanu.
"apa ini den?"
beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan seorang Empu di tengah jalan, karena
teringat paman aku lalu meminta Empu
tersebut untuk membuatkan sesuatu untuk paman. Aku harap paman Sentanu menyukainya.
. .
Prajurit setengah baya ini kemudan membuka bungkusan yang diberikan oleh Bayu
Kusuma dengan kening berkerut.
Bungkusan yang diberikan oleh Bayu Kusuma sebenarnya hanya kecil saja, namun begitu
dibuka oleh Sentanu tidak terkira
bagaimana ekspresi kegembiraan yang ditujukkan oleh Prajurit ini.
Bungkusan itu berisi satu set perangkat pahat ukir.
"Ya Tuhan! bukankah ini perangkat pahat yang seperti biasa dipakai oleh Empu
Galunggung tukang ukir terkenal dari
Jepara itu Den? Darimana Den Kusuma bisa mendapatkannya?"
Ucap Sentanu sembari menatap pulang balik antara perangkat ukir kayu ditangannya
dan wajah Bayu Kusuma seakan tak
percaya.
"seperti yang kubilang tadi paman Sentanu, aku bertemu dengan Seorang Empu di
tengah jalan, karena tertarik melihat
kepiawaiannya mengukir aku jadi teringat kepada paman, dan aku pun teringat kalau
alat ukir yang paman pakai sudah
mulai karatan dan sudah tidak bagus lagi. Karena itu aku mencoba untuk meminta
kepada Empu itu untuk membuat
perangkat ukir seperti yang dipunyainya untuk diberikan kepada Paman, eh ternyata
dia malah memberikan alat ukirnya
kepada ku. . . "
Sentanu kembali memandang dengan takjub perangkat ukir yang berada digenggaman
tangannya.
"tidak bisa tidak. . . ! Ini pasti pahat ukir milik empu itu. . . Empu
Galunggung. . . ! Aku harus mencobanya. . . aku harus
mencobanya. . . !"
Gumam Sang Prajurit seakan tak sadar dengan keadaan sekitarnya.
Sentanu terlihat berjalan kembali ke pos penjagaan tanpa mempedulikan lagi
keberadaan Bayu Kusuma dan yang lainnya.
Prajurit itu kemudian terlihat mengambil balokan kayu yang terlihat tersusun rapi
di dalam posnya dan mulai mengukir
menggunakan Alat Ukir yang diberikan oleh Bayu Kusuma.
"tuh lihat den. . . ! Tadi saja saya dicerca habis-habisan. . . ! Sekarang giliran
dia dikasih barang sama Aden, Eh gak pake
acara terima kasih langsung ngeloyor pergi. . . ! Dasar Setan Ukir. . . !"
biarkan saja Ki. . . kita juga semua kan tahu kesukaan paman Sentanu, orang itu
kalau sudah asik ngukir sudah tidak ingat
apa-apa lagi. . .
"sampai bininya juga pasti dilupain. . . !"
Semua kembali tertawa lepas.
"Tuan Muda silahkan langsung masuk ke dalam. . . ibunda tuan muda sudah menunggu
lama. . . "
Ucap satu suara pelan dari belakang yang sontak mengejutkan Bayu Kusuma, Kucing
Botak dan Aki Jembut.
Siapa lagi yang punya pekerjaan kalau bukan Hening Swara!
Golok tercepat pada masa itu adalah Golok Semilir Angin milik Mualim Sampang.
Jika ada golok tercepat maka pastinya tidak bisa tidak harus menyebut Ruyung Tanpa
Wujud milik Pendekar Ruyung Ilusi.
Golok Semilir Angin teramat cepat. . .
Namun Ruyung Tanpa Wujud lebih cepat lagi!
Tapi jika dibandingkan dengan kecepatan tubuh Hening Swara, kedua senjata tersebut
masih tidak ada apa-apanya!
Jika kau jenis orang yang takut dengan setan, kau semestinya takut juga dengan
Hening Swara.
Karna hanya dia yang hobinya muncul tiba-tiba seperti setan!
Bahkan kecepatannya pun seperti setan!
Tidak heran jika orang menjulukinya Si Bayangan Setan!
Salah satu Hulubalang kepercayaan Pangeran Alis Empat!
"Buseeet gan!
Jangan suka muncul tiba-tiba ngagetin orang tua!
Bisa kualat!"
Ucap Ki Jembut sembari mengurut-urut dadanya yang berdegup kencang.
Hening Swara adalah seorang pria berbaju hitam, wajahnya tak terlihat karena dari
sepasang mata hingga ke hidung
tertutup sebuah topeng Leak Bali.
Topeng itu juga masih tertutup oleh rambutnya yang panjang.
Sang Leak nampak berdiri berpangku tangan tepat dibelakang Bayu Kusuma dan Kucing
Botak.
Dibalik tangannya yang saling memangku nampak menyembul gagang sebuah pedang.
Bayu Kusuma juga nampak mengelus dada guna menghilangkan keterkejutannya.
Namun Baru saja Putra Pangeran Alis Empat ini berbalik dan hendak mengamini apa
yang diucap oleh Aki Jembut, sosok
Hening Swara sudah tidak nampak lagi di hadapan mereka!
"benar-benar cepat. . . !"
Den, saya curiga sama Tuan Hening Swara itu. . . Masak di dunia ini ada orang yang
tiba-tiba bisa menghilang. . . jangan-
jangan benaran setan. . . !
"
hush. . ! jangan omong sembarangan Ki! Nanti bisa didengar sama orangnya. Urusan
bisa panjang! Ya sudah! Aki tolong
suruh penjaga istal untuk memasukan dan mengurus kuda Kami. . . kami ingin masuk ke
dalam sekarang
Ucap Bayu Kusuma "baik Den. . . "
Ucap prajurit tua tersebut sembari menuntun kuda milik Bayu Kusuma dan Kucing Botak
ke Istal Kuda.
Bayu Kusuma berjalan perlahan bersama-sama Kucing menyusuri jejeran perumahan yang
berada di dalam kompleks
keraton kecil tersebut.
Perumahan yang ada di dalam kompleks Keraton Ufuk Barat.
Semuanya dibuat dengan ukuran dan bentuk yang sama.
Tidak ada perbedaan pada satu rumahpun, Baik rumah perwira, prajurit bahkan Rumah
Pangeran sendiri dibuat dengan
bentuk dan ukuran yang sama!
Dari sini saja bisa dilihat sampai dimana kebaikan dan kesederhanaan hati Pangeran
Alis Empat.
Bayu Kusuma berjalan santai sambil sesekali tertawa ha-ha hi-hi dengan Kucing Botak
Pembantunya, Tidak terasa Akhirnya
sampai juga keduanya di rumah yang terletak paling tengah dari kompleks keraton.
"kau ikut aku ke dalam ya Cing. . .
kamu Bantu aku kalau aku nanti ditanyain macam-macam sama Ibu. . . "
"i. . . iya deh Den. . . "
Ucap Kucing dengan wajah meringis Rumah Pangeran Alis Empat juga berbentuk sama
dengan rumah-rumah yang lainnya,
hanya bedanya rumah tersebut memiliki Pendopo dan Serambi yang lebih luas guna
kepentingan menyambut tamu atau
tempat untuk mengadakan Sarasehan antara Pangeran Alis Empat dan para
hulubalangnya.
Bayu Kusuma baru saja melangkahkan kaki kedalam serambi ruangan kala langkahnya
terpaku di tempat!
Dihadapannya terlihat seorang gadis berkulit putih berambut keemasan dengan model
baju yang tidak pernah dilihatnya
nampak sedang menyeduh teh di dalam sebuah poci porselen.
"Do You Like A Cup Of Tea?"
Ucap si gadis sembari mengacungkan cawannya kearah Bayu Kusuma!
Bayu Kusuma memalingkan wajahnya dan menepuk pundak Kucing Botak pelan.
"Tuh kan Cing. . . ! salah satu alasan dulu aku tidak setuju semua rumah dibuat
sama ya yang kayak gini nih. . . ! Kita Salah
masuk Rumah. . . ! Ini rumah Bule Gila. . . !"
Ucap Bayu Kusuma sembari menarik tangan Kucing Botak keluar dari serambi rumah! * *
* Chapter 2
"Tapak Mentari Dewa"
"Siapa yang Bule Gila. . . ? Kalo ngomong jangan asal ya. . . !"
Bayu Kusuma baru saja membalikkan tubuhnya mana kala hawa tajam itu tiba.
Tidak Percuma Si Bengal ini menjadi anak Pangeran Alis Empat.
Dengan gerakan secepat kilat Bayu Kusuma berhasil menangkap barang yang dilempar
kearahnya.
"PaannaaaaSSSSS. . . . !!!"
Lain yang dilempar lain pula yang berteriak.
Barang yang berhasil ditangkap Bayu ternyata adalah Sebuah Cawan Cawan itu kosong
Isinya masih ada, tapi sudah
berpindah tempat Isi cawan kini ada di kepala dan tubuh Kucing Botak!
Ternyata saat Bayu Kusuma berhasil menangkap Cawan, isi cawan tak terselamatkan dan
akhirnya tumpah membasahi
Kepala dan Tubuh Si Kucing !
"Ampuun. . . ! Panas Bangeeet. . . Nangkap Cawan Sekalian airnya Napa. . . ? Panas
nih Den . . . !"
Seru Kucing Botak sambil melompat-lompat kepanasan.
"Maaf Cing. . . ! Refleks sih jadinya gak sempat. . . !"
Sementara itu gadis yang melempar cawan kembali terlihat bergerak cepat .
Di tangannya tergenggam sebatang pedang aneh Pedang si gadis berbentuk seperti
sebatang lidi, tak ada tepi yang tajam
pada sisinya, hanya ujung pedang yang tajam dan runcing.
Pedang adalah pedang Bagaimanapun bentuknya tetap saja mematikan!
Dan kini pedang itu bergerak cepat memburu kearah Bayu Kusuma!
"hooii. . . ! Kalem dong. . . ! Ngomong baik-baik kenapa. . . ?"
Gerakan pedang si gadis sebenarnya sangat sederhana, hanya berupa satu tusukan
berbentuk lurus sejajar.
Pedang adalah pedang Bagaimanapun bentuknya tetap saja mematikan!
Dan kini pedang itu bergerak cepat memburu kearah Bayu Kusuma!
"hooii. . . ! Kalem dong. . . ! Ngomong baik-baik kenapa. . . ?"
Gerakan pedang si gadis sebenarnya sangat sederhana, hanya berupa satu tusukan
berbentuk lurus sejajar.
namun gerakan sesederhana ini ternyata cukup merepotkan Bayu Kusuma.
Si gadis menusukkan pedangnya dengan memajukan kaki kanannya kedepan sejauh
mungkin.
hal ini jelas tidak memungkinkan Bayu Kusuma untuk melompat mundur.
Cara menghadapi serangan seperti ini adalah meloncat keatas atau berkelit kesamping
Bayu Kusuma memilih berkelit ke
samping Tiba-tiba si gadis memutar kaki kanannya empat puluh lima derajat, pedang
di tangan si gadis turut berubah
haluan dan mengarah kearah ulu hati Bayu Kusuma!
"Kampret. . . !"
Bayu Kusuma menggunakan telapak tangannya untuk memukul meja di hadapannya, dengan
menggunakan tenaga
pukulan tangannya Bayu Kusuma melenting tinggi keatas guna menghindari tusukan
Pedang!
"Kau yang mulai Duluan! Jangan salahkan aku kalau aku juga bersikap kasar. . . !"
Teriak si Bengal jengkel.
Bayu Kusuma kemudian meluruk dengan cepat ke bawah, tubuhnya terlihat berputar
kencang sementara sepasang kakinya
nampak Melancarkan puluhan tendangan secepat kilat!
Inilah jurus tendangan berantai ciptaan si Bengal!
Jurus No. . Kenangan Tiga Pekan Diatas Ranjang!
Maksudnya barang siapa yang terkena jurus tendangan ini sedikitnya pasti akan
terbaring tiga pekan diatas ranjang. . .
"Jurus kacangan! Jangan takut! Balas dengan tusukan! Ya Begitu. . . ! Buseet dah. .
. !"
Sorak seorang kakek dengan suara cempreng tiba-tiba.
Beberapa saat kemudian terdengar suara merdu menimpali ocehan sang kakek.
"Eyang. . . biar lebih seru bagaimana kalau kita taruhan saja? Saya pegang Bayu,
Eyang Pegang Si Cantik Itu Bagaimana. . .
?"
"Siapa Takut. . . ! Eyang Pegang si Bule Cantik Tiga Kepeng Enam Duit. . . !"
"hayoo cantik. . . ! Tusuk saja Pantatnya. . . ! Jangan Ragu-ragu. . . !"
Bayu Kusuma saat melakukan tendangan sempat juga melirik kearah dua orang yang
sedang menyorakinya tersebut.
"Kutu Kupret. . . ! Anak Sendiri di jadiin barang taruhan. . . ! Emangnya aku ini
ayam sabung apa. . ? Eyang dan Ibu sama
saja. . . ! Sama-sama Edan. . . ! Ndak punya Hati Nurani. . . !"
"Anak Setan. . . ! Kualat ngatain orang tua Edan. . . ! Hayo cantik terus hajar
saja bacotnya. . . !"
Teriak si kakek makin panas.
Sementara itu Si gadis kala melihat Bayu Kusuma melancarkan tendangan bagaikan
gerimis juga tidak mau kalah!
Dengan mengikuti saran si kakek, sang gadis kemudian menggerakkan pedangnya menusuk
keatas menyambut datangnya
hujan tendangan!
Hujan tendangan VS Hujan Tusukan Pedang!
Mana yang lebih keras kaki atau pedang?
Cuma orang gila yang akan membiarkan kakinya di tusuk dengan pedang!
Bayu Kusuma adatnya memang rada-rada gila, tapi tidak segila itu. . .
Begitu hujan tusukan pedang dengan gencar menyambut dirinya, Bayu Kusuma kemudian
menarik sepasang kakinya
kemudian melengkungkan tubuhnya kebelakang sejauh mungkin.
Dengan melentingkan tubuhnya kebelakang maka posisi jatuh Bayu Kusuma agak
melenceng beberapa tombak
kebelakang hingga bisa terselamatkan dari tusukan pedang sang gadis yang cukup
ganas.
Namun naas, karena menghindari tusukan pedang saat mendarat dilantai bukan kaki
Bayu Kusuma yang lebih dahulu yang
sampai. . .
Melainkan pantatnya. . .
Bayu Kusuma menahan sakit di pantatnya dan dengan cepat bergerak bangkit hendak
menyerang lagi.
"Sudah. . .
Sudah. . . .
Bayu ayo cukup. . . !
jadi laki-laki itu harus bisa sabar dan mengalah sama Wanita. . . "
Ucap wanita yang bukan lain ibu tiri Bayu Kusuma ini
"Betul itu Bayu. . . ! Kita itu harus bisa sabar sama wanita, apalagi sama wanita
cantik. . . he. he. he. . . "
Sambung si kakek sembari menimang-nimang recehan kemenangan.
Bayu Kusuma akhirnya melepas Kuda-kudanya.
Walaupun begitu Wajah si Bengal masih terlihat tertekuk sebal!
"Sabar sih sabar. . . ! Tapi coba eyang dan ibu jadi saya. . ! baru pulang belum
juga ngapa-ngapain. . . ! eh udah ditimpukin
pake gelas. . . ! Abis itu disosor pake pedang pula. . . ! Siapa coba yang bisa
sabar. . . ?"
Sewot Bayu Kusuma seakan tak bersalah.
"Setubuh Gan. . . ! Saya juga kebagian Teh Panas. . . ! Saya Juga gak sabar. . . !"
Sambung Si Kucing ikutan sewot
"Setubuh. . . Setubuh. . . ! Tuh setubuh sama Kucing Kampung. . . ! Dasar Kucing
Botak! Ngompor-ngomporin aja. . . !"
Mode Gratis
Suara tawa pecah dipagi itu menghiasi sudut-sudut Rumah Bayu Kusuma.
"would you like a cup of tea?"
Ucap si gadis pirang kembali.
Kali ini sang gadis terlihat tersenyum riang, Sembari menawarkan kembali cawannya
kearah Bayu Kusuma.
"hati-hati Den. . . naga-naganya kita bakalan ditimpuk lagi. . . !"
Bisik Si Kucing pelan. Bayu Kusuma perlahan beranjak mendekat kearah sang gadis.
"Anabela. . . Anabela Wilson"
Ucap si gadis seraya mengangsurkan tangan kanannya, sementara tangan kirinya
mengangsurkan cawan teh yang barusan
dibuatnya kepada Bayu Kusuma.
"Bayu Kusuma. . . "
Ucap si Bengal sembari menyambut tangan dan cangkir yang di berikan oleh sang
gadis.
"Maaf ya soal yang tadi. . . "
Ucap si gadis dengan bahasa jawa yang kaku. Bayu Kusuma memandang heran kearah
gadis didepannya.
"Kamu bisa bahasa Jawa?"
"ehm. . . Ibu orang Jawa Asli, makanya tadi aku marah waktu kamu bilang aku bule
gila. . . "
Si Bengal tersenyum kikuk seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"maaf ya, aku memang kalau ngoceh suka kebablasan. . . "
Si gadis terlihat tersenyum melihat tingkah Bayu Kusuma.
"ha. . ha. . ha. . nah kalau begini baru benar. . . ! He. he. he. . . emang gak
pernah salah. . . kalo jodoh emang gak akan lari
kemana. . !"
Ucap SI Kakek yang dibalas dengan delikkan mata oleh Bayu Kusuma.
"Den, kalau Aden gak minat, saya siap mewakili sambut ranjang Den. . . "
Bisik Kucing Botak kurang ajar.
"sambut. . . sambut. . . . Nih Sambut. . . !"
Gemas Bayu Kusuma sembari menjitak kepala Botak si Kucing! "Addaaaooouuuw-w-
w. . . . . . . !"
Kembali suara gelak tawa terdengar bersahutan di udara.
Pada masa itu diceritakan di Jawa Dwipa berdiri sebuah kerajaan yang bernama
kerajaan Campu.
Kerajaan Campu sendiri dipimpin oleh seorang Raja yang arif dan bijaksana yang
bernama Prabu Merak Tunggal.
Prabu Merak Tunggal memiliki dua orang putra yaitu Pangeran Trawang Jagat dan
Pangeran Alis Empat.
Kedua Pangeran tersebut amat disayang oleh Sang Prabu karena Perbawa yang dimiliki
oleh kedua anak itu semenjak
lahirnya.
Trawang Jagat dilahirkan dengan sebuah rembang merah berbentuk sebuah mata ditengah
dahinya.
Sementara Alis Empat terlahir sudah memiliki kumis tipis diatas bibirnya.
Jika Trawang Jagat mampu melihat masa depan Maka Alis Empat adalah anak jenius!
Dalam waktu dua minggu sudah bisa bicara Sebulan sudah bisa berjalan Setahun sudah
bisa bermain silat!
Tidak heran Sang Prabu sangat menyayangi keduanya!
Waktupun berlalu umur Sang Prabu sudah semakin tua, namun Sang Prabu belum juga
bisa menentukan siapa yang
menjadi Putra Mahkota menggantikan dirinya.
Akhirnya Sang Prabu memutuskan membagi Kerajaan menjadi dua.
Wilayah Istana Ufuk Timur yang didiami oleh Sang Prabu diserahkan Kepada Pangeran
Trawang Jagat.
Sementara wilayah Keraton Ufuk Barat diberikan kepada Pangeran Alis Empat.
Bayu Kusuma adalah anak Pangeran Alis Empat dari Almarhum istrinya yang pertama.
Sejak kecil anak inipun sudah terlalu disayang dan dimanja oleh Kakeknya yaitu
Prabu Merak Tunggal.
Tidak heran Bayu Kusuma tumbuh menjadi anak yang Bengal!
Pangeran Alis empat adalah seorang anak yang sederhana dan berbakti terhadap
ayahnya yaitu Sang Prabu, karenanya
saat
"diusir"
Dari Istana Ufuk Timur untuk menempati Wilayah Keraton Ufuk Barat Sang Pangeran
muda ini pun mandah saja dan
menyangupi tanpa persyaratan apapun.
Wilayah kekuasaan Keraton Ufuk Barat sebenarnya adalah suatu wilayah yang sepi dan
tandus.
Namun Semenjak Kedatangan Pangeran Alis Empat dan keluarganya wilayah tersebut
menjadi ramai dan mulai dikenal
orang Di wilayah ini Pangeran Alis Empat memerintah dengan arif dan bijaksana
bersama para hulubalang dan
keluarganya.
Di dalam Keraton Ufuk Barat Pangeran Alis Empat tinggal bersama Istrinya yang kedua
Nilam Suri, Bayu Kusuma, dan
Ronggo Warsito Si Peramal Edan.
Ronggo Warsito adalah Ayah Dari Tantri Dewi, almarhum istri pertama Pangeran Alis
empat.
Ibu Bayu Kusuma.
Kembali ke Keraton Barat. . .
Baru saja Bayu Kusuma hendak mengaso duduk tiba-tiba bersiur bau busuk yang amat
sangat berbarengan dengan
menderunya ratusan bahkan ribuan ekor lalat kedalam serambi rumah!
Bau Busuk apa ini. . . ?"
"seperti bau bangkai den. . . !"
Ucap kucing botak sembari menutup hidungnya
"Waladalah. . . ! Lalat darimana ini. . ? Kenapa bisa banyak sekali. . . ?"
Ujar si kakek seraya mengebutkan ujung jubahnya kearah lalat-lalat hijau yang
berterbangan.
"hoeekhhh. . . !"
Anabela Si Gadis pirang tak tertahankan lagi langsung tumpah! "Lihat Den. . .
diatas Sana. . . !"
Teriak Kucing sembari menunjuk keatas tembok keraton.
Semua orang memandang kearah tembok keraton.
Diatas tembok keraton nampak seseorang berdiri dibalik kerumunan ribuan ekor lalat
hijau!
Saat itu cuaca sebenarnya amat cerah Namun tiba-tiba langit terlihat seakan
gelap. . .
Semua hanya karena Lalat-lalat yang berterbangan. . . !
Orang ini mengenakan sehelai jubah kumal berwarna hijau gelap, wajahnya tak
terlihat karena terhalang sebuah caping
bambu.
"he. . . he. . . he. . "
Terdengar suara kekehan dari mulutnya yang berwarna biru kehitaman.
Bau busuk yang amat sangat keluar dari tubuh orang ini. . . !
"Keparaat Busuk. . . ! Siapa kau. . . ? Baumu membuat orang muntah. . . !"
Bayu Kusuma berseru sembari menekap hidung.
"he. . he. . he. . "
Kembali terdengar kekehan dari mulut si pria berjubah hijau.
Saat diperhatikan lebih jelas nampak beberapa ekor belatung berjatuhan dari
mulutnya!
Kali ini Nilam Suri ibu tiri Bayu Kusuma yang tumpah tak karuan!
"Turun dari situ. . . !"
Kucing Botak yang lebih dahulu bertindak, teman sepermainan Bayu Kusuma ini melesat
keatas tembok seraya
melayangkan tinjunya.
Tindakan tubuh Kucing Botak sebenarnya cukup cepat, namun sesampainya diatas tembok
si kucing malah melongo
keheranan.
Si Jubah Hijau telah lenyap!
Berbarengan di bawah sana terdengar bentakan-bentakan keras!
Apa yang terjadi?
Ternyata kala Kucing merandek keatas, Si Jubah Hijau dengan kecepatan tak terduga
meluncur dengan cakar terpentang
menuju kearah Ana!
Tubuh si Jubah Hijau bersiur amat cepat!
Namun bicara soal kecepatan, di Keraton Ufuk Barat masih ada Dia!
Dan Dia yang dimaksud Kini sudah menampakkan diri dengan bergerak cepat memapak
datangnya Pukulan si Jubah hijau!
Siapalagi kalau bukan Hening Swara Si Bayangan Setan!
Hening Swara memapak serangan cakar si jubah Hijau dengan menggunakan sarung
pedang.
Terdengar benturan keras manakala sepasang tangan berbenturan dengan sarung pedang.
"heeaahhh. . . !"
Hening Swara Berseru keras, tak disangkanya tenaga si jubah hijau teramat dahsyat!
Tubuh Si Bayangan Setan tersurut mundur tiga langkah.
Si Jubah Hijau kembali memutar tapaknya.
Angin keras berhembus kencang berbarengan dengan menderunya ribuan Lalat Hijau
kearah Hening Swara!
"Jahanam Busuk. . . !"
Bentak Sang Hulubalang sembari meloloskan pedang dan menusuk kedepan menghadang
serangan Tapak si Jubah Hijau.
Enersi tapak si jubah hijau mendarat tepat di ujung pedang Hening Swara, pedang
sang hulubalang nampak bergetar
sebelum akhirnya terpelintir dan pecah berkeping-keping!
Tubuh Si Bayangan Setan terbang layaknya Layang-layang putus.
"Hening Swara. . . !"
Peramal Edan Ronggo Warsito melayang cepat menahan Tubuh Hening Swara yang
terhempas keras kearah Nilam Suri.
Sementara itu Bayu Kusuma, Anabela dan Kucing botak yang telah turun dari atas
tembok secara serentak menyerang si
Jubah Hijau.
Anabela kembali menggunakan pedang anggarnya menusuk kearah tenggorokan Si Jubah
Hijau Kucing Botak menyerang
dengan Tinjunya Sementara Si Bengal kembali mengeluarkan jurus tendangan ciptaannya
sendiri Jurus No 1.
Jangan Marah!
Kaki Bayu Kusuma nampak berubah menjadi puluhan tendangan beruntun yang kesemuanya
mengarah ke titik paling
berbahaya pada tubuh Si Jubah Hijau!
"he. . he. . he. . "
Badai serangan yang mendera kearahnya kembali hanya dibalas dengan kekehan tawa!
Benar-benar edan!
Tusukan Pedang Anabela sampai dilehernya.
Tinju Kucing Botak juga sampai ke dadanya.
Terlebih badai tendangan dari Jurus Tendangan Jangan Marah juga menghantam sekujur
tubuhnya. . .
Namun semuanya hanya dibalas dengan derai tawa!
Serangan Kucing Botak serta Bayu Kusuma tak dirasanya sama sekali!
Hanya pedang Anabela yang berhasil menembus tenggorokan si jubah hijau.
Di luar dugaan Si jubah Hijau hanya tampak mengerang sesaat, lalu dengan kecepatan
luar biasa Si Jubah Hijau bergerak
cepat menggunakan kesempatan kala Anabela tertegun memandang pedangnya yang
tertinggal di tenggorokan Si Jubah
Hijau.
Si Jubah Hijau menotok urat besar di leher sang gadis dan melarikan si gadis
secepat kilat.
"Kejar dia Kusuma. . . !
Dia membawa lari Ana. . . !"
Teriak Nilam Suri dan Eyang Ronggo Warsito serentak.
Bayu Kusuma dan Kucing Botak secepat kilat melenting kearah jurusan dimana Si Jubah
Hijau Melarikan Anabela.
Sementara itu Si jubah hijau berlari semakin sebat kearah Pintu Gerbang Keraton,
Sementara Bayu Kusuma dan Kucing juga
mempercepat laju larinya Namun tak disangka gerakan si Jubah Hijau terlihat semakin
lama semakin bertambah pelan
Hingga akhirnya berhenti sama sekali.
Langkah si Jubah hijau laksana terpantek diatas tanah kala merasakan betapa kuatnya
Perbawa itu melanda.
Dua orang pria separuh baya berdiri tegak dikelilingi tiga orang hulubalang dan dua
orang resi berjubah kuning.
Sementara di belakangnya berjejer pasukan pemanah dengan ujung panah mengarah ke
jantung Si Jubah Hijau!
Lelaki pertama adalah seorang pria bertubuh tinggi tegap berbaju zirah dan memakai
jubah.
Wajahnya yang tampan dan selalu tersenyum nampak dihiasi sebuah kumis tipis.
Lelaki kedua adalah seorang pria asing berambut pirang yang mengenakan sehelai baju
hitam panjang.
Di tangannya nampak teracung sebuah bedil yang mengarah kearah Si Jubah Hijau.
"Lepaskan Putriku Keparat. . . !"
Ucap si pria Asing dengan bahasa jawa yang kaku.
Si Jubah Hijau terlihat kembali tersenyum menampakkan belatung yang berjatuhan dari
sudut mulutnya.
"heaaah. . . . !"
Si jubah hijau berteriak keras dan melesat sembari melepaskan pukulan telapaknya
kearah rombongan yang baru datang
ini.
Angin deras berbareng dengan serbuan ribuan ekor lalat kembali menghantam dengan
ganasnya!
"Doorrrr. . . !"
Terdengar letusan keras kala bedil di tangan Si pria asing meletus dan meledakkan
kepala Si Jubah Hijau!
"Nice Shoot. . . !"
Ucap lelaki disebelahnya.
Sementara itu begitu angin dahsyat yang dibarengi dengan serbuan ribuan lalat hijau
hendak melabrak dirinya dan yang
lainnya, pria berkumis tipis ini tampak dengan santai mengarahkan telapak kanannya.
Nampak satu sinar terang memancar dan menghantam gelombang angin dan serbuan lalat
hijau hingga pecah dan porak
poranda!
Tapak Mentari Dewa Level III
"Cahaya Lentera Jiwa"
"benar-benar pukulan Mentari Dewa yang hebat. . . !"
Desis si Pria Bule sembari bertepuk tangan.
"kepandaian menembakmu juga sangat mengagumkan Richard . . . "
Ucap pria yang tidak dan lain tidak bukan adalah Pangeran Alis Empat ini.
Sang Penguasa Keraton Ufuk Barat!
Belum lagi pria disamping Pangeran Alis Empat membalas perkataan sang pangeran
tiba-tiba terdengar suara teriakan
keras.
"Ayaah. . . !"
"Anabela. . . !"
Apa yang terjadi?
Ternyata makhluk berjubah hijau ini benar-benar luar biasa!
walaupun sudah tidak memiliki kepala dan sudah terpukul dengan Tapak Mentari Dewa
milik Sang Pangeran, Makhluk satu
ini ternyata masih mampu untuk bangkit berdiri!
Totokan yang dilancarkan makhluk berjubah hijau ini hanya membuat tubuh Ana menjadi
kaku namun tidak membuatnya
suaranya lumpuh.
Sang gadis kemudian berteriak memanggil ayahnya namun naas satu pukulan di
punggungnya membuat gadis ini
terjengkang di tanah dan tidak bangun lagi. . . !
"Anaa. . . . !!!"
Pria yang ternyata adalah ayah Anabela ini berteriak saking gusarnya!
Secepat kilat pria ini kemudian meloloskan pedangnya yang serupa dengan milik Ana
dan meluruk kearah Makhluk tanpa
kepala dihadapannya dengan penuh amarah!
"Richard. . . ! Jangan gegabah. . . !"
Teriak sang Pangeran cemas Tiba-tiba dari samping kanan dan kiri Pangeran Alis
Empat melesat dua bayangan kuning.
"pangeran jangan Khawatir, biar kami yang melindungi sahabat pangeran. . "
Bayangan kuning yang melesat ternyata adalah dua orang Resi yang sebelumnya berdiri
di belakang Pangeran Alis empat.
Resi Jenang Mulya dan Resi Kalinyamat Penasihat Pribadi Pangeran Alis Empat!
"Prajna Paramitha. . . Prajna Paramitha. . . Prajna Paramitha. . . !!!"
Sementara itu didepan sana makhluk berjubah hijau tanpa kepala tersebut tiba-tiba
nampak melayang diantara kerumunan
lalat hijau yang mengerumuninya, sepasang tangannya nampak dikobari cahaya api
berwarna hitam!
"Ilmu Iblis. . . !"
Desis Ayah Anabela, sontak serangannya terhenti di Tempat.
"Tuan menyingkir dari situ. . . ! Biar kami yang menghadapi makhluk sesat
ini. . . !"
Pria yang dipanggil dengan sebutan Richard oleh Pangeran alis Empat ini hanya bisa
menghela nafas sembari beranjak
mundur.
"aku serahkan dia pada kalian, tapi aku mohon tolong selamatkan anakku. . . . "
"kami akan berusaha semampunya. . . "
Ucap Resi Kalinyamat.
Sementara itu makhluk tanpa kepala yang melayang diudara tiba-tiba menunjukan
perubahan yang amat luar biasa, Ribuan
Lalat hijau yang mengerumuninya nampak satu persatu memasuki tubuhnya melalui
lubang kutungan dilehernya!
Tubuh makhluk kutung ini perlahan membesar hingga lima Kali Lipat!
"Jagat Dewa Bathara. . . !" * * * Chapter 3
"Tenaga Mistik Alam Gaib"
Tubuh Makhluk berkepala buntung tersebut semakin lama semakin bertambah besar.
Cahaya kobaran api berwarna hitam di sepasang telapak tangannya juga semakin lama
semakin gemilang.
Lalu bertepatan dengan masuknya lalat terakhir ke dalam tubuhnya, sepasang tapaknya
Tiba-tiba menderu keras kearah
Resi Jenang Mulya dan Resi Kalinyamat!
Awan Gelap bergulung dilangit kala satu gelombang Sinar hitam Raksasa Menderu di
Pelataran Keraton Ufuk Barat!
"Prajna Paramitha. . . Prajna Paramitha. . . !!!"
"Maitreya turun ke dunia. . . . !!!"
Sepasang Resi tersebut Nampak melepaskan tapak masing-masing menyongsong gelombang
hitam yang menderu keras!
Sementara itu di satu tempat tak jauh dari situ, tepatnya di sebuah hutan kecil
yang terletak di belakang Kompleks Keraton
Ufuk Barat, di satu gundukan batu tinggi yang agak kelindungan nampak satu
pemandangan ganjil sekaligus mengerikan!
Seorang kakek tua berbadan kurus ceking nampak sedang menggauli tubuh
seseorang. . .
Tubuh Si Kakek yang ringkih nampak melejang-lejang keringatan diatas tubuh seorang
wanita cantik. . .
Wajah sang kakek terlihat sangat mengerikan, Selain karena memang berwajah buruk
ditambah lagi karena sang kakek
memang sedang menyalurkan nafsunya Sang Kakek menghentakkan pinggulnya sekeras
mungkin.
Sementara wanita dibawahnya hanya bisa pasrah dan diam Pandangan mata sang wanita
terlihat kosong Bukan kosong
karena pasrah Tapi kosong karena diam Dan diam adalah mati!
Sang Kakek sedang Menyetubuhi Mayat!
"Jenang Mulya. . .
Kalinyamat. . . . keparat Kalian Berdua. . . !"
Desis sang kakek sembari menambah kecepatan hentakan pinggulnya.
Tangan dan mulut sang kakek juga tak dibiarkan menganggur Sepasang tangannya nampak
meremas-remas gemas buah
dada si mayat, Sementara mulutnya yang tak henti-hentinya mengucapkan mantra nampak
melumat buas bibir Jenazah!
Tak dipedulikannya bagaimana cairan busuk kental keluar dari mulut dan payudara
Mayat yang digaulinya!
Benar-benar Gila!
Siapa sebenarnya kakek edan ini?
Kau tidak akan pernah menemukan kakek ini di rumah makan. . .
Kau pun juga tidak akan pernah melihat bayangan si kakek di antara keramaian pasar.
. .
Tapi cobalah tengok jika ada orang yang hajatan dan nanggap wayang semalam suntuk.
Kau akan melihatnya disana.
Karena dia memang seorang Dalang. . .
Secara lahiriah Namun secara Batiniah. . .
Dia adalah Iblis. . .
Kartopati, Si Dalang Bangkai. . . !
Jika ada Dalang pastinya ada wayang, Lalu dimana Wayang milik Si Dalang Bangkai?
Ada. . .
Wayang si dalang bukan hanya terbuat dari kulit layaknya wayang biasa Namun juga
terdiri dari darah dan daging!
Dan kali ini wayang si dalang adalah orang itu Makhluk kutung berjubah hijau!
Sementara itu marilah kita kembali melihat apa yang terjadi di Keraton Ufuk Barat.
Makhluk kutung berjubah hijau yang kini besarnya lima kali lipat dari biasanya kini
nampak menghentakkan sepasang
tapaknya kearah Sepasang Resi dan Rombongan Pangeran Alis Empat.
Resi Kalinyamat dan Resi Jenang Mulya juga tidak mau kalah!
Sepasang Resi Sakti ini juga melancarkan serangan tapaknya Sinar Kuning berbentuk
simbol Swastika raksasa menderu
dari telapak sepasang Resi dan langsung bentrok dengan cahaya api hitam yang
dilepas oleh makhluk berjubah hijau!
Tiba-tiba terjadi Keanehan manakala sinar kuning berbentuk Swastika bertumbukan
dengan sinar hitam.
Langit tiba-tiba berubah gelap laksana terjadi Gerhana!
"ah. . .
dia terlalu kuat Jenang Mulya. . . . "
"Pertahankan terus Kalinyamat. . . ! Kejahatan takkan mungkin bisa mengalahkan
Kebaikan. . . !"
Seru Resi Jenang Mulya sembari mendorong telapaknya sekuat tenaga.
Sinar Kuning dan hitam nampak saling mendorong berusaha saling menguasai.
Perlahan sinar kuning mulai terlihat surut!
Berbahaya!
Dilain tempat Kartopati Si Dalang bangkai semakin menggila menggagahi tubuh jenazah
malang dibawahnya.
Tubuh wanita malang tersebut perlahan hancur berantakan.
Namun si kakek semakin kesetanan menggagahinya.
"Mati Kalian Berduaaaaa. . . . !"
Teriak sang kakek sembari menghentakkan pingulnya sekuat mungkin!
Inilah puncak Kenikmatan bagi si kakek, Sekaligus pamungkas bagi si makhluk
berjubah hijau!
Tenaga Mistik Alam Gaib!
Cahaya Kuning berbentuk Swastika hancur berantakan terhantam cahaya hitam!
"Prajna Paramitha. . . . Prajna Paramitha. . . Prajna Paramitha. . . !"
Resi Kalinyamat dan Resi Jenang Mulya terjengkang hebat sembari muntahkan darah
segar.
"Jagat Dewa Batara. . . . !"
Sedetik lagi sinar hitam yang dilepas oleh makhluk berjubah hijau meluluh lantakkan
tubuh kedua Resi, sekejap itu juga
harapan itu datang.
Langit gelap tiba-tiba seakan terbelah kala cahaya benderang itu tiba. . .
Cahaya yang turun dari langit!
Begitu menyilaukan!
Hingga semua orang bahkan menjadi kesilauan dibuatnya!
"astaga. . . ! Bukankah itu Sang Pangeran. . . ?"
"benar. . . ! Itu memang beliau. . . !"
Apa yang sebenarnya terjadi?
Ternyata disaat-saat genting dimana kedua Resi hanya bisa pasrah menanti datangnya
kematian, Sang Pangeran Penguasa
Keraton Ufuk Barat dengan kecepatan yang amat mencengangkan melesat tinggi keatas!
Lalu bagaikan seekor naga murka Sang Pangeran mengembangkan sepasang tapaknya yang
berkilat menyilaukan dan
meluruk dengan kecepatan luar biasa kearah Sinar Hitam yang sedetik lagi akan
meluluh lantakkan dua orang resi
kepercayaannya tersebut!
Tapak Mentari Dewa Level VII
"Dewa Naga Turun Ke Dunia!"
Dentuman besar laksana letusan Gunung terdengar membahana di barengi kepulan debu
yang berhaburan kala enersi
Tapak Mentari Dewa menghantam Sinar Hitam yang dilepaskan oleh Makhluk berjubah
hijau.
Jika sebelumnya suasana berubah menjadi gelap manakala Sinar Hitam yang berasal
dari Tenaga Mistik Alam Gaib
kiriman Si Dalang Bangkai menghentak, kini cahaya terang yang menyilaukan ditembah
enersi tapak yang menggetarkan
berganti mengoncang pelataran pintu Gerbang Keraton Ufuk Barat!
Cahaya hitam meledak berkeping-keping bersama tubuh si Jubah Hijau manakala Enersi
Tapak Mentari Dewa yang
membara dilepaskan oleh Pangeran Alis Empat dari udara!
Tubuh makhluk berjubah hijau akhirnya jatuh laksana hujan dalam bentuk Serpihan abu
yang masih terbakar!
Benar-benar dahsyat!
Sementara itu di tempat lain, begitu tubuh makhluk berjubah hijau meledak dahsyat
akibat hantaman pukulan Telapak
Mentari Dewa yang dilepas oleh Pangeran Alis Empat bersamaan pula tubuh jenazah
wanita yang sudah tidak karuan
bentuknya akibat digeluti oleh Kartopati turut meledak dan melemparkan Dalang sesat
tersebut kearah bebatuan!
Tubuh kakek ini mencelat tinggi diiringi teriakan setinggi langit!
Tubuhnya terlihat hangus berasap dan menebar bau sangit terbakar!
Sementara itu akibat getaran dan cahaya tapak yang menyilaukan, sebagian besar
orang yang menyaksikan jalannya
pertempuran dahsyat di pagi itu nampak mengerjap-ngerjapkan mata masing-masing.
Kala sinar yang menyilaukan tersebut mulai sirna dan kepulan debu mulai berkurang
maka nampaklah Pangeran Alis
Empat berjalan sembari membopong Anabela diiringi Resi Jenang Mulya dan Resi
Kalinyamat.
"apa dia baik-baik saja?"
Ucap Richard dengan cemas sembari menerima Anabela dari bopongan Pangeran Alis
Empat Pangeran Alis Empat hanya
bisa terdiam sesaat sembari memandang Punggung pakaian Sang gadis yang terkoyak dan
menampilkan bekas luka bakar
berwarna hitam kebiruan.
"Wirat, coba kau kemari dan periksa Luka kakak ini. . . "
Ucap sang pangeran kearah seorang bocah kecil yang nampak berdiri diantara pasukan
pemanah yang berada di
belakangnya.
Di zaman itu ahli obat yang paling terkenal adalah Ki Lapang Samudera.
Dalam prakteknya menyembuhkan pasiennya, Ki Lapang Samudera selalu menggunakan
racikan tetumbuhan dan akar-
akaran.
Kepandaiannya dalam hal ilmu pengobatan sudah tidak diragukan lagi.
Suatu ketika Ki Lapang Samudera menemukan seorang orok yang ditinggalkan di dalam
hutan.
Tubuh orok tersebut sangat mengenaskan dan penuh luka.
Namun Orok tersebut Masih Hidup!
Dapat dibayangkan bagaimana besarnya kekuatan makhluk kecil tak berdosa tersebut
untuk tetap bertahan hidup!
Sang ahli obat kemudian mengambil dan merendam orok itu dalam reramuan obat dan
akar-akaran selama delapan tahun
lamanya untuk menyambung hidup sang jabang bayi.
Waktu pun terus berlalu sang orok pun tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan
cekatan.
Terlalu cerdas malah!
Hanya dalam kurun waktu dua tahun terakhir bocah ini sudah mengetahui dan hapal
seluruh kitab ilmu dan jenis obat-
obatan yang dimiliki Ki Lapang Samudera!
Benar-benar bocah ajaib!
Dialah Sudawirat, Si Tabib Cilik. . .
Murid terkasih Pangeran Alis Empat!
Sementara itu Sudawirat yang dipanggil oleh sang guru berjalan tergopoh-gopoh
sembari sesekali membenarkan sorban
putihnya yang kebesaran.
Setelah sampai di dekat Pangeran Alis Empat sang bocah terlihat menjura memberi
hormat dan setelah itu langsung
memeriksa nadi dan luka yang terletak di punggung Anabela.
"bagaimana keadaanya Wirat. . . ?"
Sang Bocah nampak merapikan punggung sang gadis yang tersingkap sebelum akhirnya
berucap pelan.
"Luka kakak ini sangat parah, ada baiknya jika kita membawanya dulu kedalam rumah
agar bisa saya periksa lebih lanjut. . .
"
Sang pangeran nampak menganggukan kepalanya.
"baiklah Richard. . . memang sebaiknya kita selekasnya masuk ke dalam rumah. . . "
Pangeran alis empat kemudian memerintahkan kepada para prajuritnya untuk membawa
Anabela kedalam rumah
bersama-sama dengan Ayah anabela dan para Hulubalangnya.
Sesampainya di halaman rumah rombongan mereka langsung disambut oleh Nilam Suri dan
Ronggo Warsito yang masih
memapah Tubuh Hening Swara.
"Apa Yang terjadi disini. . . ?"
Tanya sang pengeran dengan kening berkerut kala melihat halaman rumah dan sebagian
serambi rumah tampak
berantakan bagai tersapu angin topan!
* * * Chapter 4
"Meditasi Serat Sutra Lembayung"
Nilamsuri bergegas berjalan mendapati Sang Pangeran dan mencium telapak tangannya.
"seseorang yang tidak diketahui tadi mengamuk disini dan membawa lari Anabela. . .
Hening Swara terluka akibat bentrok
dengan orang tersebut. . . "
Sang Pangeran menganggukan kepalanya sembari mengusap sepasang kumis tipis diatas
bibirnya.
"orang itu sudah kita atasi. . . kita bisa merebut kembali Anabela namun sayang dia
terluka. . . "
Ucap Sang pangeran seraya memberi tanda kepada Para Penjaga yang membawa Anabela
untuk membawa gadis tersebut
dan meletakkan kedalam kamarnya.
Sementara itu Sudawirat nampak memeriksa dan memberikan obat kepada Hening Swara
yang kini sudah tidak dipapah
oleh ronggo Warsito lagi.
Setelah memeriksa dan memberikan obat kepada Sang Hulubalang, bocah kecil itu
kemudian berucap kepada Pangeran
Alis Empat dan semua yang ada disitu.
"Aku sudah memeriksa dan memberi obat kepada Kakak Hening Swara, dia tidak terluka
terlalu parah dan hanya perlu
istirahat dalam jangka waktu beberapa lama. . . namun untuk kakak pirang itu aku
harus meminta bantuan guru dan ibu
guru untuk membantuku dalam proses penyembuhan lebih lanjut. . . "
Pangeran Alis empat nampak menepuk bahu Richard sahabatnya tersebut.
"doakan kami Richard, aku dan Wirat akan berusaha untuk menyembuhkan anakmu. . . .
Percayakanlah pada kami. . . lebih
baik kau beristirahat dahulu di ruang tamu dan aku akan mengabarimu jika kami sudah
selesai. . . "
Richard mengangguk pelan
"aku percaya padamu Pangeran. . . aku mohon selamatkan putriku. . . hanya dia yang
kami Punya. . . "
Sang Pangeran tersenyum dan mengangguk perlahan Kemudian bergegas memasuki kamar
diikuti oleh Sudawirat dan
Nilamsuri 'baiklah Sudawirat, katakanlah yang sebenarnya aku tahu kau menyimpan
sesuatu yang serius
Ucap Sang Pangeran seraya menatap Sudawirat dengan Tajam. Sang bocah nampak
menghela nafas berat.
"luka kakak ini terlalu berat. . . pukulan yang dilancarkan oleh orang itu
mengandung bisa yang amat kuat. . . dia hanya bisa
bertahan selama sepekan. . . "
'benarkah separah itu. . . ? Apa kita tidak punya jalan lain untuk
menyelamatkannya. . . ?"
Mungkin hanya buah pohon Kalpataru yang bisa menyelamatkan nyawanya namun jelas
kita tidak akan mungkin dapat
menemukan buah ajaib tersebut dalam waktu sepekan ini. . . buah itu mungkin Cuma
hanya ada dalam dongeng. . .
Keluh si bocah
"tidak. . . buah itu ada. . . ! Aku pernah melihatnya. . . Kakang Trawang Jagat
memilikinya! "
Ucap sang pangeran gembira Namun kegembiraannya sontak menghilang
"kau benar Wirat. . . kita tidak akam mungkin mencapai Istana Ufuk Timur dalam
waktu seminggu. . . apa tidak ada jalan
Lain. . . ?"
Sang Bocah nampak menggeleng lemah Suasana kembali terasa hening sebelum kembali
dipecahkan oleh seruan sang
Bocah
"Masih ada jalan Guru. . . ! Kita masih punya cara lain. . . !"
"apa itu. . . ?"
Sang bocah lalu membisikkan seuatu kepada Sang Pangeran yang membuat Sang Pangeran
melonjak kegirangan
"kau benar. . . ! Ayo kita cepat lakukan sekarang"
Sang pangeran kemudian berjalan dan berbicara kepada Nilamsuri.
Wajah Nilamsuri terlihat memerah namundia pun akhirnya menganggukan kepalanya dan
berjalan kearah Anabela yang
terbaring diatas ranjang Sementara itu Sang Pangeran dan Sudawirat nampak
melepaskan semua pakaian yang mereka
kenaki!
Nilamsuri perlahan juga melepaskan seluruh pakaian yang dikenakan anabela dan
meletakkan tubuh gadis tersebut
kembali keatas pembaringan.
"Dia sudah siap, kalian boleh melakukannya"
Pangeran Alis empat berjalan kearah pembaringan dengan tidak mengenakan sehelai
pakaian pun.
Walaupun berjalan dengan mata tertutup, namun Sang Pangeran tetap dapat menemukan
letak pembaringan dimana Sang
Gadis dibaringkan.
Pangeran Alis Empat kemudian perlahan mengangkat tubuh Anabela pada punggung sang
gadis yang terluka dan
mengangkatnya tinggi keatas!
"Lakukan Sekarang Wirat. . . !"
Seiring dengan seruan Sang Pangeran, Sudawirat yang juga nampak bertelanjang bulat
dan menutup matanya nampak
melenting dan bersalto diudara dan mendarat tepat dengan sepasang tangan terpentang
diatas dada Sang Gadis!
Anabela mengeluh pendek dalam ketidak sadarannya manakala dua arus enersi mengalir
melalui dada dan punggungnya.
Nilamsuri perlahan beranjak menjauhi ranjang manakala hawa yang amat panas
menyeruak keluar dari tubuh telanjang
Pangeran Alis empat dan Sudawirat.
Nampak bagaimana seluruh tubuh Pangeran Alis Empat mengepulkan asap dan cahaya
berwarna keputihan kala sang
pangeran mengerahkan enersi Tapak Mentari Dewa miliknya ke punggung sang gadis.
Lain Pangeran Alis Empat lain pula yang terjadi dengan Sudawirat.
Jika Pangeran Alis Empat memancarkan asap dan cahaya berwarna putih dari tubuhnya,
maka pada bocah ini terpancar
asap dan cahaya berwarna lembayung.
Bersamaan itu dari sepasang telapak tangan sang bocah yang menempel pada dada sang
gadis menyeruak keluar serat-
serat halus yang perlahan melingkupi dan membungkus tubuh sang gadis layaknya
sebuah Kepompong!
Meditasi Serat Sutra Lembayung!
Dikisahkan saat ditemukan pertama kali oleh Ki Lapang Samudera, tubuh Sudawirat
hampir saja dimakan oleh seekor Ulat
Raksasa.
Bayi kecil malang tersebut ditemukan dalam keadaan penuh luka dan hampir mati oleh
racun bisa Ulat yang akhirnya bisa
dibunuh oleh si ahli obat.
Untuk menyelamatkan nyawa sang bayi, Ki Lapang Samudera merendam tubuh Sudawirat
dalam sebuah tong berisi
ramuan obat dan sisa-sisa tubuh Ulat yang menggigitnya tersebut selama delapan
tahun!
Alhasil bukan saja berhasil sembuh dari racun, bisa ulat tersebut akhirnya menyatu
dalam darah dan tulang Si bocah ajaib
dan menjadi satu cikal sumber tenaga dalam dan kekuatan yang menakjubkan!
Enersi Serat Sutra Lembayung!
Namun begitu Ki Lapang Samudera turut menyadari bahwa tenaga yang terkandung di
dalam tubuh Sudawirat terlampau
berbahaya dan masih harus
"dijinakkan"
Hal inilah yang menyebabkan Ki Lapang samudera pergi menghadap Kepada pangeran Alis
Empat untuk bersedia
menerima Sudawirat untuk menjadi murid.
Saat itu sang kakek berpikir kalau hanya Tapak Mentari Dewa yang bisa menundukkan
Enersi Serat Sutra Lembayung
didalam tubuh Sudawirat.
Dan kini perpaduan Tapak Mentari Dewa dan Serat Sutra Lembayung digunakan oleh
pasangan Guru dan Murid ini untuk
menyelamatkan nyawa seorang Gadis!
Enersi Tapak Mentari Dewa merupakan tenaga Inti yang Panas Membara sementara Serat
Sutra Lembayung bersifat Sejuk.
Pangeran Alis Empat dan Sudawirat terpaksa harus melepaskan pakaian yang mereka
kenakan saat menggabungkan
kedua inti tenaga ini kala disalurkan ke tubuh Anabela.
Hal ini dilakukan agar hawa enersi murni yang keluar dari bentrokan dua tenaga inti
bisa terlepas sempurna dari tubuh
mereka tanpa berbalik melukai tubuh masing-masing.
hawa enersi murni yang dimaksud adalah asap tipis berwarna putih dan lembayung yang
keluar dari tubuh Pangeran Alis
Empat dan Sudawirat Selama berjam-jam Pangeran Alis empat dan Sudawirat tanpa
mengenal lelah mengerahkan enersi
masing-masing ke tubuh anabela.
Malam pun akhirnya tiba.
tubuh anabela pun akhirnya berubah menjadi satu kepompong putih Raksasa!
"Cukup. . . !"
Seru sang pangeran seraya berangsur-angsur menarik enersi Tapak Mentari Dewa
miliknya dari tubuh sang gadis yang kini
berubah menjadi Kepompong tersebut.
Sudawirat pun kemudian menghentikan Enersi seratnya dan bersalto turun dari
kepompong masih dengan Menutup
sepasang matanya.
Dia baru membuka matanya kala mendengar Gurunya berucap.
"kau boleh membuka Matamu Wirat. . . "
Sudawirat perlahan membuka matanya namun kepalanya masih ditundukkan.
Sementara itu Pangeran Alis empat yang sudah mengenakan pakaiannya kembali nampak
mengangsurkan pakaiannya.
"pakai Pakaianmu dulu setelah itu beristirahatlah. . . kau pastinya lelah setelah
mengerahkan Enersi sedemikian lama. . . "
Sudawirat langsung mengiyakan dengan secara tergesa-gesa memakai pakaiannya dengan
muka merah.
Setelah itu si Tabib cilik langsung mencium tangan sang pangeran dan Nilamsuri dan
hendak berjalan keluar dari kamar
gurunya tersebut.
"ehm, udah besar yach. . . !?"
Ucap Nilamsuri sembari tersenyum penuh arti membuat muka sang bocah semakin Merah.
"Jangan menggodanya Nilam. . . lihat kau membuatnya Takut. . . !"
Dengan wajah kemerahan Sudawirat kembali membungkuk memberi hormat kepada Guru dan
Istri gurunya tersebut
sebelum akhirnya meninggalkan ruang peraduan Sang Pangeran.
Sementara itu selepas kepergian Sudawirat, wajah Nilamsuri nampak berubah serius.
Jemarinya nampak menggengam erat lengan suaminya tersebut.
"bagaimana kabarnya Lestari kang. . . ? dia tidak apa-apa kan. . . ?"
Pangeran Alis Empat memandang lesu kearah istrinya tersebut sebelum akhirnya
menggeleng lemah.
"gadis itu benar-benar nekat. . . cintanya terhadap Randu Seta yang sudah sekarat
membawa langkah keduanya ke Makam
Batu Pedang. . . "
"Jadi Kang. . . ? Maksud kakang Lestari sudah. . . . "
Nilamsuri tak kuasa melanjutkan perkataannya. . . Sang Pangeran nampak mengagguk
lemah.
"Resi Jenang Mulya dan Resi Kalinyamat telah berusaha keras untuk mencegah tindakan
bodoh keduanya, namun Mereka
tidak dapat memasuki kawasan Makam Dempet dimana Lestari dan Randu berada. Formasi
Penyesat Ratusan Makam
Dempet tersebut benar-benar membuat Kedua Resi tersebut tidak berdaya. . . "
Nilamsuri membenamkan wajahnya ke dada bidang suaminya dan menangis sepuasnya.
Sang pangeran hanya bisa balas memeluk dan menenangkan sang istri dengan membelai
rambut sang istri yang panjang.
"Kuatkan hatimu istriku. . . apa yang terjadi pada diri Lestari dan Randu sudah
merupakan guratan takdir yang telah di tulis
oleh Sang Hyang Widhi. . . kita hanya bisa berharap setelah kejadian ini kakang
Trawang Jagat bisa lebih baik dalam
bertindak dan mengambil keputusan. . . "
Nilamsuri peerlahan bangkit dari pelukan Sang suami dan menyeka air mata di
wajahnya.
Setelah terdiam beberapa saat Ibu tiri Bayu Kusuma ini kemudian menatap Kepompong
raksasa yang masih tergeletak
diatas peraduan.
"bagaimana dengan nasib Anabela Kang? Apakah dengan cara ini luka dalam tubuh gadis
tersebut bisa disembuhkan. . . ?"
Racun yang mengendap di tubuh gadis itu teramat kuat. . . Kepompong Serat Sutra
Lembayung dan enersi Tapak Mentari
Dewa milikku hanya bisa menahan racun itu selama setengah purnama. . .
"Jaan satu-satunya yang saat ini bisa kupikirkan adaah pergi menemui Kakang Trawang
Jagat untuk memohon buah
Kapataru yang dimikinya untuk diracik menjadi obat pemunah racun Tenaga Mistik Aam
Gaib yang mendera Putri Richard
tersebut. . "
l
anjut Sang Pangeran
"bilakah Kakang Trawang Jagat akan memberikannya kepada kita? Setelah peristiwa
yang terjadi terhadap Lestari dan
Randu Seta. . . ?"
Sang Pangeran menarik nafas berat
"aku tidak punya pemikiran lain lagi. . . disamping itu apa yang terjadi pada Randu
dan Lestari bukanlah merupakan mutlak
kesalahan di pihak kita. . . walaupun Lestari adalah Pelayan Kita namun anak kakang
Trawang Jagat itu juga sudah cukup
besar untuk menentukan pilihannya. . . disamping itu bukan kita yang melukai Randu
melainkan Orang-orang Kakang
Trawang Jagat Sendiri. . . "
tapi kang. . . biar bagaimanapun Kakang Trawang jagat pasti tidak akan duduk diam
begitu saja mendengar kematian
Randu Seta di Makam Batu Pedang. . . ! Dia pasti akan menyalahkan kita. . . !
Hening sejenak melingkupi ruang peraduan Sang Pangeran
"aku tahu itu. . . oleh karenanya biarlah esok aku sendiri bersama Sudawirat yang
akan menghadap ke Istana Ufuk Timur
untuk menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi sekaligus mencoba untuk meminta
sebutir buah Kalpataru untuk
pengobatan Anabela. . . "
kang aku takut. . . aku mengkhawatirkan dirimu dan Wirat jika terjadi sesuatu
denganmu didalam perjalanan ke sana. . .
bagaimana kalau kau mengajak Hening Swara dan para hulubalang lainnya agar aku bisa
lebih tenang. . .
Sang Pangeran menggeleng pelan.
"Hening Swara masih terluka akibat bentrok dengan makhluk berjubah hijau tadi pagi.
. . disamping itu aku ingin
menunjukkan itikad baik terhadap kakang Trawang Jagat dengan menghadap sendiri
bersama Sudawirat. . . "
Mata Nilamsuri tiba-tiba bersinar terang. . .
"Kang. . . ! Bagaimana kalau Kakang Ajak Saja Bayu Kusuma bersama kakang. . . ?
Bukankah sudah lama dia tidak
mengunjungi Paman dan Kakeknya Sang Prabu Merak Tunggal? Aku yakin Dia pasti mau
kalau kakang mengajaknya. . . !"
Pangeran Alis Empat mengerutkan keningnya.
"Bayu Kusuma. . . ? Anak Bengal itu ada dirumah? Kenapa aku tidak melihatnya tadi
pagi. . . ?"
Nilamsuri terkejut besar "Kakang tidak melihat Bayu Kusuma. . . ?"
Sang Pangeran mengangguk "Kucing Botak juga. . . ?"
Sang Pangeran kembali mengangguk.
"Astaga. . . ! Jadi kemana mereka berdua. . ?"
Seru Nilamsuri Sang Pangeran memandang istrinya dengan pandangan terheran-heran.
"jadi anak itu memang benar-benar ada dirumah. . . ?"
Ujar Sang Pangeran seolah tak percaya!
Ya, apa yang sebenarnya terjadi dengan Bayu Kusuma dan Kucing Botak?
Kemana Perginya mereka berdua?
Seperti sama diketahui pada saat Makhluk berjubah hijau melarikan Anabela, Bayu
Kusuma dan Kucing Botak sontak
melesat bersamaan mengejar kearah Perginya sosok bercaping dan berjubah hijau
tersebut.
Terjadi kejar-kejaran yang cukup sengit diantara mereka bertiga.
Pada saat itu Bayu Kusuma dan Kucing Botak sedang berkonsentari penuh untuk
mengejar si jubah hijau.
Mereka tidak menyadari manakala sepasang bayangan hitam turut membumbung diatas
kepala mereka!
Di dunia ini hanya burung dan serangga yang bisa terbang. . .
Manusia bukan burung dan juga bukan Serangga Jadi sudah jelas kalau manusia tidak
bisa terbang!
Namun pada saat itu dua bayangan yang melesat membelah angkasa itu tidak bisa
dipungkiri memang manusia adanya. . .
Dari bentuk tubuh masing-masing dapat dipastikan bahwa sepasang orang yang sedang
melayang di angkasa ini adalah
sepasang laki-laki dan perempuan.
Wajah kedua orang tersebut tidak terlihat jelas karena tertutup oleh lilitan kain
hitam sebatas hidung dan mulut yang
serupa dengan warna pakaian yang mereka kenakan saat itu.
Hanya sepasang mata yang tajam laksana sorotan elang yang terlihat dari wajah kedua
orang ini Sepasang Mata yang
penuh dendam!
Kedua orang tersebut nampak menggunakan sebuah alat aneh yang terbuat dari samakan
kulit binatang yang amat tipis
dan besar yang kemudian di rentangkan dan dirangkai menggunakan Sebuah rangka Logam
dan dipasang pada punggung
masing-masing.
Di depan dada kedua orang tersebut terdapat sepasang pegangan besi berpegas yang
dihubungkan dengan perangkat
yang terpasang dipunggung masing-masing setiap kali pegangan besi ini ditarik maka
kulit yang berperan layaknya sayap
di punggung mereka tersebut bergerak mengepak dan mengangkat tubuh kedua orang
tersebut lebih tinggi keangkasa.
"kau atasi Si Botak itu, biar aku yang menangkap anak Pangeran Keparat itu. . . "
Ucap si pria bersayap kepada teman wanitanya yang langsung dibalas dengan anggukan.
Sang Wanita kemudian nampak mengeluarkan sebuah jaring tipis dari kantung
dipinggangnya, sementara sang Pria
nampak memegang seutas rantai panjang.
Di dunia ini orang yang menggunakan Jaring dan rantai sebagai senjata sebenarnya
cukup banyak.
Ada Resi Pamukti dari Sumbawa. . .
Bintang Penyesat Si Penjerat Jiwa juga mengunakan Jaring sebagai senjatanya. . .
Pendekar Berangasan Sawung Angek pun kadang-kadang menggunakan rantai sebagai
senjatanya. . .
Namun tak satupun dari mereka yang bisa terbang. . .
Kecuali mereka berdua. . .
Sepasang Kelelawar Penyiksa Batin Lowo Ireng dan Lowo Srindi Kecepatan kedua
kelelawar ini memang benar-benar
menakjubkan. . . !
hanya dengan satu kali kelebatan keduanya sudah berhasil menjerat dan menangkap
Bayu Kusuma dan Kucing Botak dan
membawanya terbang kelangit!
"Den Kusuma. . . !"
Teriak si kucing ketakutan kala mendapatkan dirinya terjaring dalam satu jarring
tipis yang entah datang darimana apalagi
kala dirasanya kakinya teras tidak menapak tanah. . . !
Si Kucing langsung gamang!
"Keparat Lepaskan Kakiku. . . Siapa Kalian. . . ?"
Bentak Bayu Kusuma kepada Lowo Ireng yang menjerat kakinya menggunakan rantai.
"he. . he. . he. . nanti juga kau akan tahu. . . lebih baik kau diam atau kau lebih
memilih untuk jatuh dan mati dibawah sana. .
. ?"
Si Bengal memandang kebawah dan terkejut kala menyadari kalau mereka sudah berhasil
membawanya terbang jauh dari
kompleks Keraton Barat.
"keparat. . . ! apa mau kalian sebenarnya. . . ?"
Sang Pemuda terus meronta-ronta berusaha melepaskan diri dri jerat rantai
dikakinya.
Tanpa terasa kedua Kelelawar Penyiksa Batin tersebut telah terbang melintasi Danau
Situ Halimun yang penuh Kabut.
Lowo Srindi yang pertama menyadarinya dan dia tiba-tiba panik kala menyadarinya!
"Ireng. . . ! Kita harus berbelok. . . ! Kita sudah memasuki Kawasan Telaga
Terlarang!"
Lowo Ireng pun baru menyadarinya namun sekejap dia tersentak kala dirasakan puluhan
hawa tendangan muncul dari
bawah!
Rupanya Bayu Kusuma dengan menggunakan rantai yang mengikat kakinya menggunakan
rantai tersebut sebagai satu
tumpuan untuk melesat keatas dan melancarkan jurus tendangan kebanggaannya.
Jangan Marah!
"Dasar Anak Keparat. . . !"
Bentak Sang Kelelawar manakala enersi tendangan menghantam sekujur tubuhnya.
Lowo Ireng memutar cakarnya dan membalas menghantam Bayu Kusuma!
Cakar Penyesat Batin!
Bayu Kusuma terhempas!
Ikatan pada kakinya terlepas sehingga tubuh Si Bengal terhempas jatuh kearah Telaga
Situ Halimun!
"Den Bayuuuu. . . . . !"
Teriak Kucing Botak keras kala melihat Si Bengal terhempas jatuh kedalam Telaga
Berkabut dibawahnya!
BERSAMBUNG Bagaimana Kisah Bayu Kusuma dan Kucing Botak selanjutnya?
Mampukah Si Bengal selamat setelah terjatuh ke dalam Telaga Situ Halimun?
Lalu bagaimana dengan kisah Pangeran Alis Empat dan Sudawirat Si Tabib Cilik
selanjutnya?
Tunggu episode berikutnya!
Episode Berikut.
Pedang Bilah Bambu
"Sebilah Pedang yang Bukan Pedang"
Itu juga kalau saya lagi kepengen nulis and ada waktu. . . . He. he. he. . . . Yang
sabar ya. . .

Anda mungkin juga menyukai