Sensi gadis cantik sekaligus putri tunggal dari keluarga terpandang di kota sioux, sebagai gadis yang
tumbuh di keluarga terpandang, dia sudah terbiasa dengan kehidupan mewah. Tapi disis lain, kedua
orang tua mendidik dalam kehidupan bergama yang taat. Kegiatan beribadah selalu dijalani dengan taat.
Namun berbagai kisah tragis yang pernah dialaminya, kisah teramat ke. Peristiwa yang tidak pernah
muncul dalam mimpi terburuk sekalipun, datang dan merusak masa depan dan kehidupannya. Peristiwa
kelam yang dialaminya membuat dia harus menutup diri dari para pria yang mau menikahinya., akan
tetapi seberapa lama dia harus bertahan. Suatu ketika, lewat sebuah peristiwa yang dialaminya, gadis
cantik ini akhirnya berkenalan denngan seorang pemuda dari wilayah Timur negara tak bernama.
Cintanya begitu mendalam walau ditentang oleh kedua orang tuanya, cinta beda agama memberikan
pilihan bagi dia., untuk memilih, cinta yang yang mendapat pertentangan dari kedua orang tuanya. Akan
tetapi dia tetap berusaha mempertahankan cintanya.dia terpaksa harus meninggalkan orang tuanya
demi mempertahankan cinta pada seorang pemuda miskin dari wilayah Timur ini.
Sebuah kisah romanis nan indah tapi memilukan terucap lewat sebuah catatan harian yang ditemukan
oleh sensi saat berkunjung ke kost pacarnya, hatinya dliputi perasaan sedih, haru bercampur berbunga-
bunga. Ada seribu satu macam perasaan bercampur aduk dalam dada.
Dimataku, kamu sangat berarti bagiku. Kamu bagaikan seorang Puteri Raja yang harus dijaga.
Bagi diriku, kamu bukan wanita yang hanya bisa dinilai, diukur dengan Selembar rupiah yang dipakai
untuk memenuhi kenikmatan sesaat. Jujur saja, aq tak tau bagaimana perasaanku terhadap dirimu.
Apakah itu Cinta.....?? atau persahabatan....??? aq tak tahu, karena antara cinta, perasaan Dan
persahabatan, perbedaannya sangat tipis.
Tapi mungkinkah itu bisa terjadi….Seribu satu macam kata tanya terus berputar-putar dalam memoriku.
Mungkinkah…? Mungkinkah…? Mungkinkah…? Mungkinkah kita bisa bersama menghabiskan sisa-sisa
hidup di tengah derasnya badai dan gelombang kehidupan…? Diantara kau dan aku, terbentang jurang
yang tak terseberangi. Kau disni dan aku disana, ada jurang pemisah begitu dalam Hidupku dan hidupmu
bagaikan surga dan neraka, adakah seberkas cahaya terang, yang bisa menyinari perjalanan cinta ini…?
Aku tak tahu. tapi hanya satu kata yang pasti bahwa aku selalu merindukanmu. Semalam, kau sensiana,
kau hadir dalam mimpi, entah sampai kapan aku harus menunggu, dan terus menunggu dalam
penantian panjang dan melelahkan. Tapi penantianku ini berakhir dalam ketidakpastian, taapi ada satu
peasaan yang meyakinkan diriku, bahwa aku selalu mencintai entah sampai kapan, semua itu karena aku
mencintaimu. Mungkinkah cinta suci ini bertahan walau ada badai dan rintangan… apakah cinta
diciptakan untuk menyatukan perbedaan. Meski agama yang menjadi perbedaannya.?? Karena
Rosarioku berbeda dengan tasbihmuMari kita ikuti kisah selanjutnya.
********
Di ufuk Timur , fajar pagi kembali merekah. Sang Surya mulai mengintip dibalik punggung bukit di bagian
Utara kota itu, sembari memancarkan biasan-biasan yang masih redup, cahayanya laksana kembang
menguncup di pagi hari. Hujan semalam meninggalkan jalanan becek dan berlumpur. Lampu listrik yang
semalam padam, kini sudah menyala terang benderang menerangi wajah kota yang semula diliputi
kabut kegelapan. Geliat kehidupan pagi mulai nampak. Sesekali terdengar deru kendaraan membawa
arus penumpang dan barang ke segala penjuru kota. Kehidupan kota Sioux mulai perlahan-lahan
berangsur sibuk. Aktifitas ekonomi untuk meningkatkan perekonomian para penghuni kota mulai
menggeliat. Pasar Inpres terletak di seberang kost Revan, dengan warna tembok sudah memudar dan
atap seng sudah karatan sana sini, mulai gaduh dengan suara para pedagang yang sejak pagi-pagi buta
selepas sholat subuh, mulai berdatangan di pasar. Berbagai jenis barang dagangan dijajakan di atas
lapak-lapak bambu. Sementara itu dari kejauhan di masjid sayup-sayup terdengar suara adzan
memanggil jemaah untuk melaksanakan shalat subuh. Revan pun terjaga dari mimpi indahnya, Dengan
segera Dia membangunkan Sensi yang masih terlena dengan mimpi indah untuk melakukan shalat
subuh di kamar. Serta merta Dia menyiapkan koran bekas dan membentang di atas tikar untuk sang
kekasih yang akan melaksanakan sholat subuh.
"Sen....sen... " Panggil Revan seraya mengguncang tubuh Sensi yang masih terlelap.
" Iya... Kenapa sayang'’Sensi dengan suara masih berat menjawab Revan yang terus memanggil dirinya.
"Ingat shalat donk'
Tanpa berkata-kata Sensi lalu bangkit mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat subuh di atas
karpet yang beralaskan dengan koran.
"Terimakasih Rev, udah mengingatkan aku untuk shalat"
"Itu namanya toleransi. Hidup ditengah masyarakat pluralis, kita harus mengedepankan toleransi
terhadap sesama yang berbeda keyakinan. Ak menghormati perbedaan di antara kita"
"Makasih sayang, kamu begitu perhatian "
Sensi lalu melakukan sholat subuh di kamar pacarnya yang berbeda agama dengan dirinya. Suara
lantunan ayat suci Alquran dari mulutnya terdengar merdu.
"Yah...udah, kamu mandi dan entar aku antar pulang" kata Revan setelah melihat sang kekasih telah usai
melakukan sholat subuh.
"Jangan Rev, biar aku pulang Sendiri, jangan repot -repot. Makasih yah atas tawarannya. Lain kali aja
kamu antar aku"
"Kenapa Sen, biar aku antar aja, sekalian mau kenalan Ama calon mertua" Revan berkeras menghantar
Sensi pulang ke rumah di pinggiran kota tua Sioux.
"Aku mohon jangan Rev, biar aku pulang sendiri, lagian ayah ibuku belum kembali"
Sensi terus bersikeras menolak permintaan Revan, tangan memencet aplikasi ojek online untuk
mengantarnya pulang ke rumah.
Kamu tidak tahu bagaimana sikap ayahku Rev, Dia orangnya keras dan kasar. Lain kali aja yah. Sensi
bicara dalam hati. Ada ketakutan besar di hatinya. Ayahnya sangat tidak setuju dengan laki-laki lain.
Jodohnya sudah ditentukan, dan Sensi harus menerima tanpa protes. Laki-laki yang dijodohkan dengan
dirinya, juga menolak untuk dijodohkan. Dalam hati Sensi bertekad untuk kabur ke Timur bersama
dengan kekasihnya ini jika ayahnya terus memaksakan untuk menjodohkan dengan putra temannya.
Ting.... tong……Sebuah pesan muncul di aplikasi, ojek yang dipesannya sudah menunggu di depan.
'maaf sayang, aku pulang yah, kalau udah nyampe baru aku SMS kamu" kata Sensi seraya berjalan keluar
menuju pengojek yang sudah menunggu dari tadi. Revan tidak menjawab, rasa jengkel pada Sensi yang
menolak diantar sangat kentara. Revan hanya memandang Sensi dari belakang. Ada kegusaran
tergambar jelas di wajah pria berkulit gelap.
********
Sementara itu, disebuah rumah di kawasan perumahan elit yang berada dipinggiran kota tua Sioux,
seorang ayah duduk dengan wajah bengis. Sementara istri terus membujuk agar sedikit tenang. Putri
tunggalnya sejak kedatangan mereka semalam, tak ada kabar. Lewat asisten rumah tangga, diperoleh
informasi bahwa putri tunggalnya lagi dekat dengan seorang pemuda dari kawasan Timur . Suatu
tindakan yang tidak bisa diterima. Mau ditaruh kemana wajah ini. Bagaimana Dia menghadapi keluarga
tuan Ilham. Perusahaannya lagi bermasalah, atas bantuan tuan Ilham, masalah keuangan bisa diatasi.
Dia sudah berjanji dengan tuan Ilham untuk tetap menjalin persahabatan dengan menjodohkan anak-
anak mereka. Tapi dengan melihat kenyataan ini, bagaimana Dia memasang mukanya. Anak Tuan Ilham
pewaris harta kekayaan, nilai kalau dihabiskan bisa menghabiskan waktu selama tujuh turunan.
Sementara perusahaannya kali ini mulai goyah, harga saham di pasar modal jatuh di level terendah.
Beruntung tuan Ilham teman semasa kecil yang kini sukses jadi pengusaha tambang batu bara datang
dan memberikan suntikan dana segar, tapi dengan satu syarat, anak-anak mereka harus dijodohkan. Hal
ini yang membuat dirinya pusing ketika mendengar kabar putrinya lagi dekat dengan seorang pemuda
dari wilayah Timur . Saat itu hatinya lagi risau.
Sensi baru saja tiba di rumah. Situasi rumah tampak sepi seperti tak ada penghuni. Dirinya begitu kaget
saat melihat ayah dan ibunya lagi duduk di ruang tamu. Dengan langkah berjingkrat Dia pelan-pelan
melangkah masuk ke dalam rumah. Sambil merapikan rambutnya yang tampak kusut Dia memutar
masuk lewat pintu belakang,
“Ayah udah pulang Bik” tanya Sensi secara berbisik pada asisten rumah tangga yang lagi asyik menyapu
halaman rumah.
“iya, kemarin sore tuan dan nyonya baru sampai. waduh non, tuan marah besar, saat tuan tahu non gak
ada di rumah”
“terus Bik bilang apa sama ayah”
“Bibik jujur aja sama tuan, bibik bilang non lagi ke kampus, Bibik juga bilang non lagi dekat ama orang
Timur ”. Sensi sempat kaget dengan ucapan Bibik yang begitu jujur dan polos.
“kenapa Bibik bilang seperti itu”
“lalu apakah Bibik harus bohong sama tuan”
“yahh udah” sensi mendengus kesal. Ada rasa takut bermunculan di hati. Dia mencoba memberanikan
diri masuk ke kamar di lantai dua. Saat melewati ruang tamu langkahnya sempat terhenti. Suara ibunda
yang menegur membuatnya mati langkah.
“Sensi, darimana nak”
“aku lagi di rumah sakit ada praktek, kebetulan kemarin ada pasien tabrakan jadi terpaksa nginap di
sana” kata Sensi berusaha menutupi kecemasannya. Kemudian Dia melangkah naik ke kamar, tapi
dicegah oleh ayahnya.
“hei mau kemana, kamu jangan bohong sama ayah yah, kemarin di bandara ayah telpon Lita, bilangnya
kamu gak praktek” seru Tuan Sadam dengan suara keras. Sensi hanya diam menunduk. Tak kuasa
melawan ayahnya. Dia tahu sifat ayahnya yang cepat naik darah.
“jawab” teriak Tuan Sadam lebih keras lagi. Sensi terus diam, tak ada suara keluar dari mulutnya, dirinya
seperti tersangka yang sedang diinterogasi aparat penegak hukum.
“Plaaaaaaakkk” sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Meninggalkan gambar lima jari tangan
manusia tercetak di sana. Pipi mulus itu memar seketika terkena benturan benda keras. Sensi hanya
meringis menahan sakit yang tak terperikan. Matanya berkaca-kaca menahan tangis jangan sampai
meledak. Nyonya Mirna juga hanya diam tak memberikan pembelaan ketika tangan kasar sang ayah
mendarat di pipinya. Tatapan nyonya Mirna terlihat sinis. Dia sangat membenci putrinya, hal ini karena
Sensi tahu rahasia Nyonya Mirna yang sering membawa brondong di kamar saat suaminya tak ada di
rumah.
“ Ayah… maafkan aku” kata Sensi dengan suara serak menahan tangis.
“ duduk dan dengar baik-baik, semalam saat ayah masih di propinsi paling barat, tuan Ilham menelpon
untuk membicarakan pernikahan kamu dan Iwan, ayah sepakat tahun depan kamu dan Iwan akan
menikah” Tuan Sadam menyerocos bagaikan beo saja, tak memberi kesempatan kepada Sensi untuk
berbicara. Berita ini tentu saja sangat mengejutkan sekaligus meresahkan Sensi. Rupanya Dia juga sudah
muak dengan kehidupan yang penuh dengan kemunafikan seperti ini. Dengan mengumpulkan seluruh
keberanian Dia menjawab ayahnya.
“ Ayah, bukannya minggu lalu Iwan pernah telpon aku, Dia bilang tak akan meneruskan hubungan kami,
karena Dia tidak mencintaiku. Iwan juga bilang akan mengambil doktornya”
“ kalian berdua itu anak kami, saya dan tuan Ilham sudah mengatur segalanya. Pokoknya tahun depan
kalian akan menikah” Tuan Sadam bicara dengan tegas tak ada senyum di wajahnya. Sensi hanya
memandang ayahnya dengan linangan air mata. Tanpa banyak bicara Dia lari masuk kamar dan
menumpahkan segala emosi dan kekesalan. Sensi wanita cantk menangis dalam diam tak ada suara
keluar dari mulutnya. Hanya air mata yang terus berderai membasahi bantal dan kasur. Gadis ini sudah
menderita, disaat kebahagian datang menjemput, selalu ada masalah sehingga membuat dirinya tidak
tenang dalam menjalani hidup ini. Rasanya ingin bunuh diri saja. Ketika niat itu timbul, selalu muncul
bayangan akan siksa api neraka, sehingga Dia mengurung niat mau bunuh diri.
“ Sensi anakku, masa depan ada di tanganmu, percayalah pada-Ku, aku akan mengatasi semua persoalan
hidupmu.” Sebuah bisikan menyentuh kalbu terdalam hatinya. Sensi duduk merenung, air mata yang
mengalir bagaikan anak sungai telah kering. Dia hanya merenung kembali pesan suara yang baru
muncul. Apakah gerangan terjadi.
Di ruangan tamu keluarga kaya itu, tuan Sadam sedang menelpon calon besannya.
" Halo tuan Ilham, apa kabar" kata Tuan Sadam sekedar basa basi.
" Halo juga tuan Sadam, kabar baik' jawab tuan Ilham dari seberang.
" Bagaimana dengan perjodohan anak kita"
"Sepertinya agak berat tuan Sadam, anak saya Iwan sepertinya menolak perjodohan ini, Dia mengancam
tidak mau pulang ke negara ini, apabila saya terus memaksa perjodohan ini"
" Sebaiknya Tuan Ilham terus membujuk Dia. Kita ini udah berteman sejak kecil, maka sebaiknya anak-
anak kita juga turut meramaikan pertemanan ini dengan menjodohkan mereka berdua saja'
"Saya juga mau seperti itu, tapi Tuan Sadam tahu kan, anak saya si Iwan ini wataknya sangat keras. Kalau
Dia bilang gak mau, jangan paksa. Tuan tahu, anak saya ini putra tunggal, seperti halnya dengan putri
tunggal tuan. Aku rasa Mereka berdua sangat layak menjadi pasangan suami istri. Saya rasa kita sebagai
orang tua, wajib memberikan pemahaman yang baik terhadap anak-anak kita tuan "
"Iya betul sekali, saya sebenarnya mau seperti itu juga, tapi si Sensi sekarang lagi dekat dengan seorang
pemuda dari Timur, yang sudah jelas agama mereka pasti sduah jelas. Saya menghendaki supaya anak
saya ini jadi menikah dengan anak tuan supaya mereka seagama. itu yang buat saya risau"
“ok. Tak mengapa, saya juga akan membujuk Iwan agar menerima pernikahan ini, dan secepatnya
mereka berdua harus menikah. Dan aku rasa, tahun depan mereka berdua harus menikah setelah Iwan
dan Putri tuan telah menyelesaikan kuliah”
Ok. Baiklah, kita menunggu saja, met sore tuan” kata Tuan Sadam sambil memutuskan sambungan
telepon dan meletakan di atas meja ruang tamu.
Tuan Sadam menghela nafas panjang. Sepertinya Dia sulit menerima kenyataan ini.
*********
Diruangan terpisah agak lebar dan sedikit mewah ukuran orang berduit, Sensi masih merenung
nasibnya.rasa berat menerima perjodohan ini. Bagaimana Dia bisa menikah dengan Iwan sementara
orang yang dijodohkan dengan dirinya tidak mencintainya. Mau mengadu ke siapa. Ibu jelas tidak
membelanya. Ibunya hanya mengikuti kemauan ayah, justru mendukung dengan kemauan ayah. Semua
itu karena harta dan kekayaan. Lebih baik hidup miskin daripada hidup bergelimang harta tapi tidak ada
rasa kedamaian di hati. Sensi duduk termenung, sesekali Dia menatap wallpaper di ponsel. Ada wajah
pemuda Timur tergambar di sana. Tangannya mengacak rambut sebagai tindakan penolakan. Tapi apa
daya, kekuatannya tidak mampu melawan.
"Ahhh.. begitu kejam hidup ini, demi harta dan ketenaran, ayah secara tidak langsung tega menjual anak
gadisnya ini, setan apa yang telah merasuki dirimu" teriak Sensi dalam hati. Sifat pemberontak muncul
setelah diterpa bebagai macam persoalan hidup. "Dimanakah kalian semua, ketika anak gadismu ini,
dipermalukan, dihina dan dinista tanpa belas kasihan". Hanya air mata yang mampu mengalahkan
segalanya. Air mata adalah senjata ampuh bagi kaum hawa untuk membebaskan diri dari persoalan yang
datang bertubi-tubi. Dalam keheningan, dalam kesendirian Dia meluapkan segala uneg-uneg yang
selama ini menghimpit si dada. Dia menangis meratapi nasib, merintih dalam jeritan meyayat hati.
Ketakutan terbesarnya jika Iwan tahu dirinya tidak perawan lagi. Bagaimana Dia menjawab dengan jujur.
Sensi yang selama ini terlihat saleh, rajin sholat, ternyata sudah hilang keperawanan. Apakah Iwan tidak
mengungkit-ungkit lagi soal keperawanannya atau...? Ditengah kegalauannya, masih ada secercah
harapan, bukankah Iwan sendiri juga menolak dijodohkan dengan dirinya. Ternyata masih ada harapan
untuk bertahan ditengah kesulitan. Untuk menguatkan dirinya, Dia hanya bersimpuh memohon
kekuatan dari Allah agar tabah menghadapi persoalan-persoalan hidup ini. Angin berhembus tak tentu
arah, membawa Sukma ini terbang entah kemana. Mungkinkah cinta yang baru dirajut bersama sang
kekasih idaman terkandas di rerumputan hijau. Akankah semua impiannya akan berakhir sia-sia.
Disudut kota Sioux, dalam sebuah kamar kost yang sempit, Revan hanya duduk termenung menatap
keluar jendela. Tatapannya kosong tak bersemangat, sesekali tangannya mengusap dua tetes bening
yang terus mengalir. Dia baru saja menerima pesan singkat dari kota kelahirannya, ibunda tercinta telah
dipanggil oleh sang pemberi kehidupan. Hatinya gundah gulana, mau pulang ke Timur , Dia masih
terbebani dengan kuliah yang hampir rampung, Dua insan manusia berbeda jenis yang saling mencintai
sama-sama menangis. Tuhan mengapa semua ini harus terjadi...?? Semua kenangan tentang
keluarganya muncul dibenaknya. Bayangkan akan penderitaan kedua orang tua tengah bergulat dengan
rumput dan terpanggang teriknya matahari. Ibunda tercinta yang selalu ke pasar menjual hasil bumi
demi keberlanjutan kuliahnya. Dalam kegalauan Dia memutuskan untuk jalan-jalan di seputaran kota
sekaligus menenangkan hati yang dirundung duka. Kakinya terus melangkah dan berjalan terus
mengikuti suara hati. Kendaraan lalu lalang hilir mudik tak tentu arah tidak dihiraukan.
" Woe bangsat, kau sudah bosan hidup ya" umpat sejumlah sopir taksi saat dirinya hampir diserempet
mobil. Tanpa di sadari Dia telah berjalan jauh dan sampai di sebuah gedung megah, sebuah salib besar
terpancang di atas menara. Lonceng berdentang lembut mendayu-dayu memanggil jemaat untuk
datang beribadah. Revan kemudian masuk ke dalam gedung itu dan ikut beribadah, sekaligus
mendoakan keselamatan jiwa ibunda tercinta yang baru saja dipanggil yang maha kuasa. Ada rasa
tenang dan damai saat memasuki gedung itu. Semua beban seolah terangkat dari pundaknya.Setelah
mengikuti ibadah harian, Revan kembali ke kost, ada semangat baru muncul.
Wisuda Pasca sarjana hampir dekat, tekadnya sudah bulat. Kembali ke Timur dan mengabdi disana.
Membangun manusia di wilayah Timur dari keterpurukan menuju kesejahteraan. Wilayah Timur yang
selama ini terkenal dengan daerah termiskin diantara yang paling miskin membutuhkan pemikiran dari
orang –orang muda seperti dirinya. Supaya daerah bisa setara dengan saudara- saudara dari wilayah
barat.
Ketika Revan melakukan penelitian untuk tesisnya, akhirnya ditemukan faktor penyebab kemisinan di
wilayah Timur Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara
berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap
Negara. Berbagai perencanaan, kebijakan serta program pembangunan yang telah dan akan
dilaksanakan pada intinya adalah mengurangi jumlah penduduk miskin. Kemiskinan terjadi karena
kemampuan masyarakat pelaku ekonomi tidak sama, sehingga terdapat masyarakat yang tidak dapat
ikut serta dalam proses pembangunan atau menikmati hasil pembangunan.. Akhir Revan sebagai anak
Timur berpendapat bahwa kemiskinan bisa dituntaskan melalui sitem pendidikan yang memadai.
Tapi apakah sensi bersedia mendampinginya untuk mengabdi di sana untuk membangunkan manusia
Timur dari tidur yang panjang. Sensi yang selama ini sudah biasa hidup mewah dengan segala
kemudahan diperoleh, apakah mau berjerih payah membantu masyarakat disana untuk keluar dari
lingkaran kemiskinan itu.
“aku harap kamu bisa memahaminya sensi, aku mencintaimu, tapi aku juga mencintai negeriku, tanah
tumpah darahku, kota kelahiran dengan julukan negeri diatas awan, karena letaknya di atas gunung
sehingga sehingga kalau berdiri diatas puncak gunung serasa berdiri di atas awan., karena itu aku dikirim
untuk mengenyam pendidikan di sini, dan kembali mengabdi disana”
Lima bulan telah berlalu, sejak pertemuan terakhir di kost, Revan tidak mendapat kabar dari sensi, pesan
singkat yang Dia kirim tak pernah di balas, Dia penah melepon di nomor ponsel Sensi, selalu terdengar
pesan suara, nomor yang ada tuju berada diluar jangkauan. Revan menjadi gelisah, mau mengunjungi
Sensi di rumahnya, Dia gak ada keberanian untuk itu. Dirinya hanya berputar –putar di kampus, melihat-
lihat kemungkinan malaikat kesayangannya bisa nongol dkampus. Sementara itu, program pasca
sarjananya telah selesai. Saatnya mau kembali ke Timur dengan memboyong gadis impian masa
depannya. Sensi hilang seperti ditelan bumi. Sahabat terdekatnya Lita juga tidak mengetahui
keberadaan Sensi. Cuma Lita pernah bercerita, setelah wisudah, Sensi pernah menceritakan pada
dirinya, bahwa Dia akan dinikahkan dengan pemuda pilihan orang tuanya.
Cinta kadang membutuhkan sebuah pengorbanan. Mungkinkah Revan harus menyerah pada situasi dan
keadaan tanpa harus memperjuangkan cinta suci ini. Cinta,…. Secepat itukah kau pergi. Bagaimana
mungkin cinta ini berpindah ke lain hati, di saat hati ini telah bertaut pada cinta yang ada….?? Hati ini
merasa sakit mengingat cinta yang sangat dekat, tapi tak tersentuh. Cinta ini ibarat bersemi diseberang
tembok. Mampukah yang dicinta dan saling mencinta serta yang tercinta, dapat merubuhkan sekat-
sekat penghalang ini. Semuanya hanya Tuhan yang tahu.
Kampus biru universitas negeri tak bernama lagi ramai. Suara mahasiswa lagi kumpul -kumpul di kantin
Tante Laras sangat riuh. Tampak beberapa mahasiswa pasca sarjana duduk berdiskusi membahas
tentang situasi negeri. Semua pada menyalahkan pemerintah yang tidak peka dengan keadaan
masyarakat yang semakin terpuruk di tengah Covid yang menerjang dunia. Ditengah keramaian
tersebut, tampak seorang mahasiswa, mengenakan kaos warna ungu, dengan tulisan di dada Timur Uber
aless, sebuah pepatah kuno jerman yang artinya Timur diatas segalanya. Revan Mahasiswa yang baru
saja menyelesaikan program pasca sarjana sedang duduk sendirian disudut kantin sambil mengutak-
atik ponsel jadul miliknya. Segelas kopi hitam dan sebungkus rokok menemani dirinya di siang dengan
hawa cukup panas membakar seolah neraka dunia sudah mendekat. Sebuah nama muncul dilayar
ponsel, dan sesaat kemudian terdengar pesan suara dari ponsel tersebut "nomor yang ada tuju berada
diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi atau tekan satu untuk tinggalkan pesan" berulang kali
Revan menekan dinomor yang sama, dan pesan suara yang sama juga selalu muncul.
"Sensi, di mana dirimu berada" sebuah desahan bernada sedih muncul dari bibirnya. Ada kegelisahan
besar menerpa dirinya. Apakah cinta ini hanya berhenti disini, haruskah aku mengalah demi
kebahagiaan sang kekasih pujaan… cinta tanpa rasa, cinta tanpa perasaan. Cinta tanpa keegoisan.
Haruskah semua ini berakhir dengan sia-sia…?? Berjam lamanya, Revan duduk menyendiri, teman
mahasiswa lainpun tak ada yang berani mengusik pemuda berkulit gelap ini. Sesekali nafasnya
mendesah panjang. Saat mau kembali ke Timur sudah semakin medekat. Tenggat waktu batas akhir
kuliah yang diberikan oleh Universitas Nusa Bunga atas beasiswa ini masih setahun lagi. Dirinya
tergolong cepat dalam menyelesaikan study pasca sarjana. Rencana kembali ke Timur membawa serta
dengan gadis impian, calon ibu anak-anaknya, akankah berakhir tanpa kepastian. Dalam
ketakberdayaan, dalam kebingungan Revan memutuskan pulang ke kost. Setelah membayar minuman,
Revan dengan langkah gontai berjalan menuju parkiran.