'cepat pak!cepaat,,,!!
WWWWWWRRRRAAAHHH,,,!!!!,,,,WWWWRRRRAAAAA
H!!!!
tanpa terasa waktu sudah dini, para warga desa ada yang
sudah kembali pulang untuk berangkat kelaut,,karna rata2
mereka itu para nelayan,,akupun kembali ke pos,,mau
membaringkan tubuhku yang dari tadi pagi belum tidur.
pagi2 aku di bangunin adik lettingku
lal sosok siapa yang aku lihat itu, ' hhmmmmm,,kak ros
pernah mengalami hal2 yang aneh nggak atau sesuatu
yang tidak masuk akal' tanyaku penasaran,, kak ros
terdiam,,wajahnya terlihat murung,,kerut2 di dahinya
meruncing seperti memikirkan sesuatu yang amat
dalam,,perlahan di sudut matanya bertetesan air mata,
sesekali disekanya dengan kerudungnya, amir yang dari
tadi mengikuti percakapan sayapun ikut menangis,
suasana hening,, temanku yang dari tadi memainkan
gitarpun ikut terdiam,,
''ini mas redy, saya diberi ini sama ayah saya sebelum
meninggal, ayah saya diberi kakeknya, ayah saya juga
bilang tolong jaga dan dirawat biar selalu selamat''
saat aku dan kak ros bicara nampak temanku lagi berjalan
menuku ke kedai
tinggiku 178 dan berat 85kg dan edi yang lebih kecil
dariku memapah aku yang sempoyongan dengan sedikit
gontai,,aku duduk di kursi kak ros, tubuhku seperti remuk
dan perut yang masih terasa mual,,tanganku terasa
perih,,ada semacam bekas terbakar ditelapakku,aku
bungkus tanganku dengan slayer yang sering kupakai di
leherku,,sungguh hari yang berat,,aku ambil sebatang
rokok dan kuisap dalam2.
"ooohhh,,,silahkan pak"
"silahkan pak"
aku raih bingkai tua oitu penuh debu dan kotor, aku geser
sediki almarinya agar bingkainya bisa aku tarik keluar,,aku
bersihkan dengan lap yang disodorkan kak ros, terlihat
gambar seorang tua yang masih gagah memakai baju
besearan rakyat aceh, tangan kanannya menghunus
rencong, begitu aku bersihkan bagian
wajahnya,,astaghfirllah hal adzim,,ternyata itu adalah
wajah sesosok laki2 yang berada di belakang kak ros
waktu kerasukan,,juga wajah yang aku lihat waktu aku
masuk dimensi lain, laki2 yang berdiri di acara ritual
itu,,,hhhhaaaahhhh,,, aku sonta kaget dan tanpa sadar
aku jatuhkan lukisan itu.
"USTAD!!!" bentakku
meneketehee,, bathinku
aku langsung di infus dan temanku membimbing aku
memasuki ruang perawatan, sungguh ruang yang kecil
dan amat sederhana, hanya terdapat 2 dipan,,2 kursi yang
semua dari kayu, sedangkan WC dan kamar mandi
berada diluar,,terdapat kipas angin dipaku di dinding
kamar,,aku pun rebahan,,,2 orang temanku kembali ke
pos, seorang bakes dan pengemudi sementara aku
ditunggu 3 orang teman yang bersenjata,,karena ini
adalah daerah konflik, tetap waspada untuk
mengantisipasi segala kemungkinan,,aku membawa pistol
P226 yang aku taruh di bawah bantal,,, hari makin sore
karena ini puskesmas kecil dan dipelosok, suasana amat
lengang,,,sepiii,,hiburan satu2nya adalah tv 14" yang
berada di ruangan perawat jada,, aku melihat keluar dan
memanggil temanku roy
" kenapa??"
" sudah 5 tahun pak,, ngak pak saya BIDES ( bidan desa )
di desa lancang"
" ahhh gak usah pak, sudah biasa, lagian tidakboleh jalan
beruda karna bukan muhrim"
" ada kabar apa dari pos kita bang?" tanyaku pada cipto
" assalamualaikum"
" waah gak usah repot2 gini" kataku basa basi padahal
dalam hatiku niihh makanan bergizi, yang pasti nikmat
sekali
" halah paling kangen uang sepuluh ribuan pak redi" kata
ustad ismail menggoda
" siap dan,,mohon ijin kalau boleh tau, kita akan bergrak
kemana lagi?"
tibalah hari H nya, hari itu hari rabu sekitar jam 7 malam
kami bergerak, pergerakan kami di bagi menjadi 3,
sedangkan senjata bantuan mortir 90 dan mortir 60
bergerak dengan pletonku, segala perbekalan sudah kami
siapkan, berupa natura ( bahan mentah ) juga amunisi
1BP sekitar 120 butir, masing2 personil membawa 4
granat juga 4TP ( tabung pelontar ) kamipun bergerak
menuju sasaran, karena perjalanan kami sangat jauh,
maka separo perjalanan kami menggunakan truk dan
sebagian kami lakukan berjalan, kau ditunjuk sebagai
CUCUK atau VOORSPEED, yaitu orang yang berjalan
paling depan, karena walau tak secara langsung aku
sudah pernah melewati jalan ini, kami sudah memasuki
hutan belantara, yang ada hanya kegelapan, kami
berjalan pelan tanpa menimbulkan gesekan ranting juga
dedaunan semua amat waspada, berjalan hampir
berdempetan. Semua diam, karna sedikit suara saja bisa
terdengar puluhan meter jauhnya, pasukanku hentikan
dan aku memanggil dantonku untuk maju
" siiappp"
"ooohhhh"
" ini gak papa, normal kok 120/90,,, masih terasa sakit?
kalau masih sakit aku ambilkan obat di dalam" tanyanya
" ahhh,, gak usha bu, di pos juga ada kok, iyakan bakes?
he he he "
" yaudah bu, kita pulang dulu, dah mau dhuhur nih,
assalamualaikum" salamku sambil tersenyum
" bang,, bang,, balik ke pos yuk,, aku takut bang " kata
budi
" SUDAH DIAM!!! " bentakku
HHHHRRRRRHHHHOOOMMMMRRRFFFF,,,,,
HHHRREEEMM,,, HUAA,, HA,,, HA,, HII,,HII,,HII, budi
makin menjadi jadi tertawa melengking, tubuhnya
merangkak, tangannya mencakar2 tanah, aku segera
mengambil senjata laras panjangnya, kau lari.ke pos
membangunkan teman2ku,
" kamu gak akan berani membanting tubuh itu,, dan aku
tak takut padamu!!!! " bentakku lebih keras lagi ( padahal
aku ragu )
" HHHHHHAAAHH,,, KAU
MENANTANGKU...??...BERANI KAU PADAKU...!!!!
" hhhhiiiiii hhiii,,,, hhiii,,,, aku tak mau keluar " kata dia
menyeriangi
" nggak tau pak,, habis isya saya sudah tidur, terus
bermimpi bertemu dengan seorang wanita dan saya di
ajak ke rumah barunya"
" inii??? ini pemberian orang tua saya, karna ketika kecil
saya sering sakit2an"
" tidak pak, selalu saya pakai, karna kata orang tua saya
ini akan membantu dan melindungi saya dalam keadaan
apapun"
" itu bang,,, sebelah kuburan kan ada rumpun bambu,, dia
berada persis di dalam rumpun bambu itu,, kok bisa ya? "
kata si roy
" terus ngambilnya gimana? " kataku
" ehh,, sadar bang,, bud,,, bud,,, sadar bud,, nih minum
dulu " kata cipto
" waalaikum salam,, mari pak ustad silahkan masuk dulu "
kataku basa basi
End chap 1
" he he he,, iyaa,,, tapi gak boleh sekarang " kataku lirih
juga menahan sakit kakiku
" icut ikut om ya,, kita sama2 cari keluarganya icut juga
mencari teman om " kataku lagi
" nih makan ya... " lalu aku bakar pisang yg masih mentah
lainnya.
pagi ini terasa cerah sekali, udara begitu segar, langit biru
sekali, aku mandi di sumber air belakang pos, ini pertama
kali mandi sejak peristiwa itu, kugosok tubuhku dengan
kulit kelapa, rambut aku shampo dan menggosok gigi
dengan pasir, ingin rasanya berlama2 di air, kupakai kaos
yg tertinggal, dan kupanggil icut untuk mandi, kusodori
shampo " nih mandi ya...yg bersih " , akupun menyiapkan
sarapan pagi, kumasak mie beberapa bungkus, dan
kuhisap rokok sampoerna mild beberapa batang, aku lihat
kesana kemari namun si blacky tak nampak pagi ini.
icut menggeleng
" habis makan,, bantu om kemas2 ya,, trus kita lanjutin
naik sepeda, HP nya mana yg aku kasih? "
" ini toko saya nak, tapi saya tidak bisa membukanya,
karna kuncinya di bawa suami saya, yg gak tau di mana
keberadaan saya, saya berniat mensodakohkan isi toko
ini, tapi saya tidak tau cara membukanya, kasihan warga
sini nak "
" tak kiro awkmu wes mati ( saya kira kamu sudah
meninggal ), kamu istirahat saja ",
" mohon arahan, saya menemukan anak kecil yg sudah
tidak ada keluarganya, boleh ikut saya?? "
End Chap 2
" justru itu, kamu yg aku jadikan danpos di situ, karna aku
tau kamu mumpuni di pos itu "
aku dan 2 orang temanku asep gunawan dan siregar,
kami di belaki perahu karet dan logistik lainnya, aku brifing
sebentar dengan kelompokku, agar tau apa yg akan di
lakukan di pos nanti, aku bersihkan senjataku, ku bongkar
dan ku elap biar gak macet, dan aku berbelanja tambahan
karna posku jauh dari pemukiman, setelah semua siap
aku pun istirahat, karna besok adalah perjalanan yg baru
dan petualangan yg baru juga.
pagi itu laut seperti kaca, tanpa riak dan ombak, langit yg
begitu biru nan teduh, sungguh suasana yg amat
romantis, " coba kesini sama pacar ya, gak sama kamu
kamu,,hhwaa hhaa haa,,, " kami semua tertawa lebar,
sungai yg kami lalui makin gelap, gelap di tutupi oleh
dahan dan ranting pohon2 besar yg sebagian menjorok di
atas sungai. perjalanan sudah hampir 1 jam, berarti sudah
dekat, kubuka lagi petaku, dan memang tinggal 500 meter
lagi, terlihat di depan sebuah tanjung dengan sedikit ada
bukit, kutambatkan PK kami ke dermaga kecil yg terbuat
dari kayu besi, ku ambil barang2ku kutaruh di pos dengan
rapi, posku seperti biasa terbuat dari papan dengan 2
tmpat tidur menghadap ke sungai, di sisi kiri pos kami ada
papan warna hijau TANJUNGKRAMAT.
" itu,, ada kuburan orang dahulu di atas bukit " sambil
menunjuk
" ada orang jauh,, tapi entah,, kami tak tau " jawabnya
pagi itu sungai lagi hige tige, semua aman daerah yg aku
lewati ini, sangat berdekatan dengan tawau ( malasya)
hingga membuat kami harus extra hati2, jangan sampai
memasuki daerah orang. tibalah kami di sebuah
perempatan sungai, dimana perempatan itu tidak ada di
peta, dan kami berhenti sebentar,
" lewat mana nih? " kata siregar karna hari itu dia menjadi
tekongnya
" bentar kek " kau bolak balik memastikan arah peta
" redy...siregar....asep"
" iya " aku tersenyum kecut, karna ini proses yg sulit juga
fikirku,
dari tadi aku melihat tingkah polah anak kecil itu, hingga
mengingatkanku pada si kecil icut, jadi kangen ama
kecentilannya, hingga aku ingat pada suatu hari, icut
membuka pintu rumah tanpa salam,
" ada yg bisa saya bantu? " icut berdiri di antara kami
berdua
" maaf bapak, tadi icut terjatuh dari sepedanya, trus karna
takut kenapa2 saya antar pulang "
"dulu kita bermalam di sini, dan gak jauh dari perahu karet
kita ada rumah2, kenapa hanya belantara,, hanya pohon2
bengkirai besar yg ada, mereka itu siapa,,!!!,, kalau
makhluk astral kenapa teman2ku melihat semua,,!!! " terus
HHHHIIIIIII,,,,, asep pun bergidik, bulu2 kuduknya berdiri,
tapi aku masih gak percaya,
" aayyooo danru,, kita pulang,,, " kata siregar
" kamu yg cari mati sep, tapi kalau aku mati bisa nggak
aku nitip icut padamu,,hhe "
" danru ngomong apa sih.. "
" itu makam sudah lama sekali pak, bahkan pada jaman
kakek2 kami makam itu sudah ada "
" ahhh nggak ada pak, pos kami di bawah bukit itu, tapi
gak ada makamnya "
" ya mungkin bisa tertutup longsor atau apa, tapi pos yang
bapak2 tempati adalah area pemakaman dari suku itu,
suku itu sangat mempercayai bahwa anak2 mereka yg
meninggal karna sakit, akan menjadi buaya, karena
mereka yakin asal muasal mereka dari sana juga "
" trus pak,, pernah nggak ada kejadian aneh2 di sana? "
" banyak pak, saya orang sini nggak berani ke pos bapak,
takut pak "
" heeehh,, gak ada, ini bekalpun sudah mulai habis "
hhuuuufftt,, ku ambil nafas panjang dan berat, kulihat
bayangan cahaya matahari di antara rimbunnya hutan,
menunjukkan arahku benar, tapi kenapa dimataku salah,
entahlah, disaat aku mulai menyerah, sekelebat bayangan
itu ada lagi dan hilang di balik pohon, hheeeem,,
bayangan ini menambah beban pikiranku, lalu muncul lagi
bayangan itu, dan hilang di pohon yg sama, " ayo sep kita
berkemas ", kita berkemas dengan cepat, aku ikuti
bayangan itu di pohon dia menghilang, dan bayangan itu
nampak lagi, terus menghilang di tempat yg jauh, aku ikuti
lagi, dan setelah mengikuti yg ketiga kalinya, ternyata
kami sudah sampai di belakang posku, ya Allah,,, ternyata
benar petaku, hanya berjarak 500m, siregar langsung
menyambut kedatangan kami, memang benar berarti, aku
di butakan oleh sesuatu, sesuatu yg tidak menginginkan
aku untuk kembali ke posku.
" hanya saya pak " aku masih memeriksa wanita itu,
sementara kakek masih menodongkan senjatanya,
" maaf bu atas kesalahan kami, tapi saya harap anda tidak
ugal2an di sungai ini, karena tiap tempat ada aturannya "
" maaf bu,, yg asli tidung siapa,, bapak atau ibunya? "
" maaf pak,, saya hanya orang biasa, saya tidak mampu
mengemban sebuah tugas yg begitu berat " hhheemm,,,
haji bato mendesah di sudut matanya menitikkan air mata
" kamu sudah di pilih, yakinlah kamu mampu, kamu pasti
bisa, ingatlah kamu tidak sendiri, kamu mempunyai
saudara yg banyak, dengan berlainan kemampuan, dan
kamu akan di pertemukan dengan caraNya, aku tidak bisa
membayangkan beban yg akan kamu tanggung,
mangkanya aku sedih memikirkannya "
" maaf pak haji bato, lalu apa maksud dari janji adalah
janji? "
" maaf pak haji, kapan ritual ini di laksanakan? " tanyaku
" baiklah bu erna dan pak haji bato, terima kasih atas
bantuannya selama ini "
" iya aku tau danru, tapi setelah danru pergi, saya dan
asep di serbu para buaya itu, kemaren buaya2 itu muncul
ke permukaan, berjejer di pinggir sungai, banyak sekali,
sementara kakek kambuh berteriak-teriak gak karuan,
kami di kepung danru, saya tidak tau apa yg harus saya
perbuat, mau saya tembak nanti takut buaya jadi2an, mau
saya biarkan mereka mengepung kami, mereka masuk ke
dalam pos, sementara saya berdiri di atas tempat tidur,
dan danru datang trus marah2, apa tidak egois itu
namanya "
" mari kita ke pos dulu, kita bicara di dalam "begitu kami
masuk ke dalam pos, akupun menceritakan perjalananku
ke tarakan,
" iya gak papa, aku hanya ingin mendengar ceritamu "
" saya menyukai dia danru, ada rasa sayang waktu di air
terjun itu, saya bilang begini, maukah kamu suatu saat
nanti menjadi bagian dari hidupku, dia mengangguk, dan
saya berjanji akan datang lagi, menjemput kamu untuk
saya bawa ke surabaya, di saat saya bicara seperti itu,
tiba2 kepala suku datang, dan salah faham dengan apa
yang kami kerjakan "
" begitu saja..?? gak ada lagi..? " tanyaku dan di balas
anggukan siregar
hari itu hari kamis, haji bato dan erna sudah datang,
mereka membawa speed boat yg besar, ada seekor
kerbau besar di belakangnya, begitu speed boat merapat
ke dermaga, segera keluar beberapa orang dengan
memakai pakaian adat, 8 laki2 paruh baya menarik kerbau
keluar dari speed boat, erna dan haji bato juga keluar dari
pintu depan, aku siregar dan asep sudah harap2 cemas,
kusambut rombongan haji bato, orang tua itu menjawab
salamku dan tersenyum, sesekali dia memandang
sekeliling dengan sekali-kali tersenyum, juga mengambil
nafas panjang yg dalam
" wah untung badanku kurus, jadi buaya itu gak melirik ke
arahku " hua hua haaa
" lihat lagi, itu adalah anak kepala suku yg mencintai kamu
" katanya
Ponton
" iya,, kalau cuaca sedang buruk atau sudah kemalaman "
" itu juga yg aku fikirkan, itu yg menjadi teka teki ku hari
ini, di situkan gak ada pemukiman hanya hutan dan pohon
besar " kata kakek
" gak ada, tapi danru waktu saya patroli tadi saya
menemukan rumah di tengah hutan, yg di huni oleh
seorang kakek2 "
" gini aja, kapan ada ptroli darat lagi? aku penasaran
dengan apa yg kau katakan kek "
" aaah,, cemen abang ini " sela teguh, teguh adalah
prajurit muda di antara kami, di samping muda usianya,
muda juga pangkatnya,
" yaudah guh kamu ikut, agung, kamu juga arifudin ikut
saya "
" gini, kita berhenti di sini, kita amati rumah itu dari jauh,
saya hanya ingin tau kegiatan sang pemilik rumah "
" pokoknya aku gak mau melahirkan bayi ini..!!.. bayi ini
bukan bayiku..!!.. ratna kau sudah di luar batas..!!
" kalau kamu gak mau mengakui bayi itu, biar aku yg
merawatnya, bayi itu sudah bernyawa, dosa besar kamu
membunuhnya " kata dardi
End Chap 3
Sang Penyentuh 1
" wah bagus mul,, gambadmu bagus, mirip sekali " akupun
mengambil buku skets yg selalu ku bawa dan
menyodorkan padanya
" ibuku buruh cuci di toko moe sin tjong, bapakku lagi narik
becak "
" kakiku sakit, terasa berat dan linu, tapi kalau di rumah
hilang "
" ngapain kesana, aku takut kalo lewat kali kethek "
katanya
" halah,, cemen kamu mul, menang hitam ( badan ) doang
" aku mengejek mulyadi
" kamu gak merasakan mul kalau kakimu nggak sakit lagi?
kamu gak nyeret lagi jalannya? "
" oohhh iya ya, padahal aku kan di luar rumah "
" makanya, kita kesini mau mencari obat buat kakimu "
" enak ya mas, habiskan mas saya masih punya banyak "
kataku
" iyo, terima kasih le,, rumahmu mana ? "
" saya nggak sakit " mas tikno bicara dengan penuh
kehati-hatian, sesekali dia melihat ke belakangku
" ati2 kalau ngomong, kalau kamu gak mau bernasib sama
denganku "
" kamu kenapa sampai jatuh bangun gitu, ada apa? "
akupun menceritakan apa yg kulihat dan siapa yg
menendangku, dan mulyadi bilang,,,
" ngapain diluar mul, ayo masuk " aku dan mulyadi diam
saja, begitu masuk rumah bapaknya mulyadi menarik
leher mulyadi ke dalam rumah
" maaf pak dhe, sudah siang, saya mau pulang sholat
dulu, biar ibu saya tidak marah " aku membuat alasan
agar bisa menghindar dari bapaknya mulyadi
" iya aku di pukul pake gagang sapu, pantatku sakit "
" mosok segitu sjaa mul,,, wes gini, nanti habis sekolah
aku meminta ayah untuk mengajak bapakmu keluar, habis
gitu kita membantu mas tikno gimana? "
" nahh,, kalo gitu sip,, aku setuju " lalu kami memasuki
kelas
aku berdiri diantara makhluk itu dan mas tikno, dan aku
bertanya lebih keras,
" SOPO IKU MAS !!!!! " mas tikno berlari memeluk kakiku,
memohon aku untuk tidak menyakitinya,
" aku sudah tidak bisa hidup seperti ini, aku bosan dengan
kemlaratan, tapi apa yg kudapat, dia selalu minta tumbal,
sudah aku beri satu, setahun kemudian dia minta lagi, aku
yg bunuh aisyah,,,, aku,,, " lanjut mas tikno
" juallah rambut mama ini untuk membeli sepatumu " aku
berteriak sekuat2nya dan memeluk mama sambil
memohon ampun, tak akan berbuat lancang lagi.
" iya bu, , maaf bu,, saya mau bertanya, apakah ibu punya
saudara kembar? "
" lhoo ada apa ini,, tiba2 menanyakan saudara ibu? "
" kamu lihat apa ready? hee ada apa si sebelahku? " bu
yayuk menatapku keheranan
" saya tidak tidak takut sama kamu !!! " kataku, bu yayuk
yg ketakutan dengan ulahku mendorong bahuku
" hhheeehh ready, hentikan!!!,, kamu ini kenapa to,
tingkah lakumu aneh, benar kata orang, saya ikut berbela
sungkawa dengan apa yg menimpa ayahmu, tapi saya
sedih sikapmu yg sering bicara sendiri, bahkan itu terbukti
di sini, di depanku " bu yayuk terlihat sedih dengan
kondisiku, beliau menunduk
" saya baik2 saja kok bu,, dan insyAllah saya ikhlas, maaf
bu, kalau begitu saya mohon pamit "
" jagoanku gak boleh nakal ya, nanti minta maaf sama
mamamu, beliau sedih, kwatir kamu kenapa2 " aku
memeluknya erat
" iya tau,, aku kan asli orang sini, memang knp? "
" konon,, pathok itu di tanam oleh para sunan, dan hanya
keturunan para sunanlah yg bisa memindahkannya, tapi
itu semua hanya cerita, benar tidaknya hanya Allah yg tau
" aku manggut2 sok mengerti
" ehhh mau kemana lagi, tadi sudah main seharian nggak
tau kalai sekarang 1 syuro?? "
" yaa kata orang tua dulu gak baik klo bepergian "
" heii lihat apa? apa yg kau lihat? " dia menunjuk ke arah
punden itu
" kamu siapa? aku anak daeng mucktar " jawabnya berdiri
seakan menantang,
aku dan ragil sudah seperti kakak adik, ragil hampir setiap
hari di titipkan ke rumahku, dan menjelang maghrib orang
tuanya menjemputnya, dan suatu ketika aku dikejutkan
oleh ulah ragil yg aneh, biasanya sepulang sekolah
ragillah yg menyapaku, langsung menempel meminta
buku gambarku, tapi kali ini lain, begitu aku membuka
pintu ragil sedang menghadap ke tembok, salamku nggak
di sahutnya, dia bersimpuh di lantai. kepalanya
menunduk, rambutnya awut2an, dan tangannya
mencoret2 ke dinding rumah, dengan gambar yang
selama ini belum pernah aku lihat.
" aku mau ke pemakaman itu, kamu disini aja ya? "
" kamu punya masalah apa nak, dari tadi kulihat kau
hanya duduk disini, tidak menunggu siapapun, tidak
menghiraukan siapapun, tapi kamu sudah menghabiskan
1 bungkus rokokmu "
" ehh,, tidak ada apa2 mbah " lalu dia duduk disebelahku
" saya percaya mbah,,, tapi,, saya tidak tau sampean "
kakek itu tertawa lebar
" ready, kamu ikhlas kan? " aku terdiam tak berani
menjawab pertanyaan kakek itu, karna aku nggak akan
ikhlas bila terjadi sesuatu pada orang yg ku sayangi.