Anda di halaman 1dari 349

"semua kisah yang aku ceritakan ini adalah

nyata,,semua berdasarkan pengalaman pribadi yang


selama ini mengusikku,,,aku adalah seorang anggota
marinir yang tidak percaya dengan tahayul atau
sejenisnya,,namun,,dari kecil peristiwa2 aneh dan
ganjil selalu lengket dengan kehidupanku,,semua itu
aku anggap hanya sebuah ilusi,,hingga aku
dewasa,,peristiwa ke peristiwa lainnya makin menjadi
jadi,,hampir tiap hari selalu terjadi
penampakan,,bahkan sekarang yang paling parah
begitu aku bersentuhan dengan orang lain selalu
nampak gambaran sebuah peristiwa dengan begitu
jelas ataupun sekelebat,tetepi bukan
gambaran,,,,bahagia.

pada tahun 1999 aku di tugaskan di aceh utara,,desa


lancang kecamatan jeunib kabupaten aceh utara,,6 truck
mengantarkan kami ke desa tersebut, kami 1 pleton (33
orang) kami berbekal logistik dan perlengkapan militer,
jalanan yang begitu mulus dan aspal yang sangat hitam
membuat perjalanan kami terasa cepat, walaupun
kewaspadaan tetap tinggi namun,, memasuki desa
lancang pikiranku sedikit gelisah,,desa itu seperti memiliki
aura mistik yang amat dalam,,tengkukku bergidik,,tanpa
ada alasan yang jelas,,pos kami berapa di tepi muara,
beratapkan rumbia berdindingkan kayu papan, di depan
pos kami ada beberapa pelbok yang harus segera
diperbaiki, karna karung berisi pasir itu sudah mulai jebol
di sana sini, kami segera menurunkan perbekalan dan
perlengkapan kami, waktu sudah menunjukkan jam 5
sore, sekelebat bayangan hitam hampir menabrakku, aku
terhenyak, mundur 1 langkah, namun mataku tetap
menatap bayangan hitang menyeriangi hilang dan
meninggalkan bau anyir, aku bertanya pada temanku;

"Tor,, kamu melihat bayangan tadi?"

"aaah bayangan apa,, aku gak melihat bayangan apa2"

mungkin itu adalah perkenalan dari mahkluk sini pikirku.

tanpa terasa penugasanku sudah berjalan 2


minggu,,beberapa penduduk sudah banyak yang
mengenaliku, apalagi anak kecil, adalah amir, anak
seorang ibu rosmiyati yang sering keluar masuk pos
kami,, pada suatu waktu amir berlarian sambil menangis,

'paak,,,pak redy,,,!!!' dia memanggilku dengan kerasnya,


aku yang lagi membersihkan perahu karet terkejut di
buatnya.

'tolong mak saya pak!,,,toloong pak!!' dia amat histeris


juga gelisah.

'kenapa mukamu mir?'tanyaku menenangkan.

'cepat pak!cepaat,,,!!

tanpa bertanya lagi aku segera berlai ke rumah amir,,dan


tak lupa aku mengajak 2 orang temanku tuk menemani,,
rumah amir hanya berjarak sekitar 100m dari pos, tiba aku
di depan pintu rumaj kak rosmiyanti, aku seperti
memasuki alam lain, yang bukan alamku, aku buka pintu
rumah itu ,,dan,, astaghfirllh hal adzim,, aku meliat
sesosok wanita merangka di dinding rumah, rambutnya
awut2an,,matanya merah nanar,,dan mulut menyeriangi,,
liurnya menetes di ujung bibirnya, sorot matanya amat
tajam, bunyi gigi2 yang saling bertemu, sambil mengeram,
'hhhhhrrrmmmmmm,,,,,hhhrrmmmmm,,' nafasnya
ngos2an tak beraturan, aku memberanikan diri melangkah
memasuki rumah itu,,namun bau anyir segera menyebar
menusuk hidungku,,persis bau yang tercium waktu itu,,
aku nyalakan lampu rumah yang dari tadi mati, ya
Allah,,ternyata sosok merangkak di dinding adalah kak
rosmiyanti,,ibunya amir, aku beringsut sedikit menggapao
tangan kak ros(begitu kami memanggilnya) namun
teriakan kak ros makin kencang.

Posisi kami sekarang berhadap hadapan, kak ros makin


menjadi dengan teriakannya, hingga orang kampung
ramai di luar menonton kami,,"hheeee,,,kluar kau dari
tubuh kak ros" hardikku,, namun mulut kak ros tak
menjawab sepatah kata pun, aku meminta temanku untuk
masuk dan memegangi kak ros,, namun dengan sekali
hentakan, dua temanku terpelanting beberapa meter,
akhirnya,, 4 orang warga desa membantu kami
memegangi kak ros,, ketika aku menyentuh
tangannya,,sontak aku merasa berada diluar desa itu,,
aku sedikit bingung, namun aku mencoba menguasai
diriku, karna aku sudah pernah mengalaminya, seperti
melihat bioskop, tapi gambar di tepinya samar aku melihat
seorang anak perempuan yang sedang bermain di tepi
sungau, sambil bersenandung bahasa aceh yang tak ku
pahami.

Lalu semua bayangan itu hilang,,karena aku lihat kak ros


sudah terjatuh dari dinding terkulai lemas di hadapanku,
tanganku yang masih memegang tangannya tak
merasakan getaran dan gambaran yang aneh2
lagi,,namun,, bau anyir itu tidak hilang ,, tubuh kak ros
yang lemas kita angkat ke atas tempat tidur,, "tolong
ambilkan air"kataku. setelah sebaskom air putih
disodorkan padaku, aku basuh wajah kak ros dengan
washlap, kulitnya yang mulai keriput menandakan
perjuangan hidupnya selama ini, para bapak membantu
aku,,tetapi,, karena aceh adalah daerah yang sangat
kental syariat islamnya, aku minta tolong ibu2 untuk
membersihkan kak ros, sementara aku keluar untuk
sekedar menghisap rokok, kerumunan manusia begitu
banyak,' tolong anak2 pulang ke rumah,, "biar kak ros
istirahat dulu",,pintaku'

hari sudah gelap, sekitar pukul 10 malam udara amat


dingin padahal angin tak menyentuh pori2 kulitku,, pohon2
bambu disekitar rumah kak ros terdiam,,bisu,,,dan
suasana amat sangat hening, warga yang sedarri tadi
membicarakan kejadian kak ros pun terdiam, mereka
saling bertatapan, seakan akan ada yang memberi
komando mereka,,'hhheeemmmm' aku isap dalam2
rokokku, pertanda apa ini bathinku, aku berbisiki dengan
imam meunashah (musholla),

"pak,, apakah kak ros sering begini?' belum selesai aku


berbicara,,tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam kamar

WWWWWWRRRRAAAHHH,,,!!!!,,,,WWWWRRRRAAAAA
H!!!!

suaranya keras makin menjadi2, ibu2 yang daritadi di


dalam lari berhamburan ketakutan,, bapak2 berkerumun di
pintu rumah sambil berbicara bahasa aceh yang sebagian
tak kumengerti,, aku beranikan diri menyeruak kerumunan
orang2,, ya Allah,, beri aku kekuatan,, begitu aku masuk
ruang tamu,, kulihat kak ros lagi merangkak seperti seekor
kucing, jari2nya melebar, mencengkram ke lantai yang
masih dari tanah, tatapan matanya begitu tajam, raut
mukanya sangat liar, aura hitam pekat menyelubungi
seluruh tubuhnya, aroma anyir itu kembali datang, dengan
sangat tajam seanyir bau darah yang amat segar, tangan
kak ros mencakar2 semua benda disekitarnya,, hinggal
meninggalkan bekas yang dalam,,

sontak aku mengabil kuda2 buat berjaga2 karna semua


bisa terjadi disaat ini, sambil aku panjatkan doa2 aku
mencoba lemawan kekuatan itu dengan kekuatan
bathinku,,ya Allah,, aku melihat penampakan samar di
belakang kak ros, 2 makhluk kasat mata yang begitu jelas
terdiam,, sosok yang satu adalah seorang tua
renta,,dengan punggung bongkoknya,kuku jari2nya amat
tajam dan hitam, tangannya dihiasi biji2an yang di jalin
membentuk gelang, di jari kanannya ada secercah cahaya
yang keluar dari cincinnya, seluruh kulit tubuh keriput,
bergelambir, tapi sorot matanya,, ya robb,, membuat
seluruh tubuhku menggigil dan jantungku seolah berhenti
karena ketakutan.

sedangkan sosok satunya lagi adalah sesosok makhluk


paruh baya,,berpakaian serba hitam, ikat kepala hitam,
tambut hitam keputihan sebahu, bdan yang kekar hingga
urat2 ototnya kelihatan,, alisnya yang sangat tebal
mengernyit kepadaku, seolah terusik atas kedatanganku,,
bibirnya menyeriangi,, jelas sekali,, sedikit bergumam tak
jelas, aku sontak kaget atas penampakan mereka berdua
,,jelas2 itu adalah makhluk pelindung, yang mungkin
selama ini menghuni tubuh kak ros untuk menangani yang
seperti ini sangatlah tidak gampang, karna harus tahu
kejadian2 apa yang membuat mereka merasa nyaman
menghuni tubuh kak ros, harus ada sesuatu yang di
tukarkan, karena info dari masyarakat kak ros sudah
sering di rukyah,, namun tidak mendapatkan hasil apa2,
sedangkan kalau ingin tahu masalah apa sebenarnya
yang terjadi, harus menunggu kak ros sadar dulu,

aku makin bercucuran keringat karna berpikir apa yang


harus aku lakukan, sedangkan,, aku amat kasih dengan
kondisi kak ros yang menyedihkan, di saat aku tak tahu
harus berbuat apa,,tiba2 kak ros menyerangku,,kuku2nya
yang hitam panjang mencakar kaosku, aku terperanjat
dan terlambat menghindar,wweeerrtt,,,darah di dadakupun
mulai bercucuran, ternyata itu buka serangan yang
pertama,,,,

yuk lanjut lagi ceritanya,,

Ternyata itu bukan serangan yang pertama,, namun


bertubi2 dan penuh amarah kak ros menyerangku,, aku
hanya bisa menghindar karna aku berkonsentrasi dengan
2 bayangan hitam yang mendampinginya,,karena
kuanggap percuma aku melawan kak ros, akan sangat
fatal bagi tubuh kak ros,, semua orang yang melihat
kejadian itu hanya bengong karena melihat tatapanku ke
lain obyek, yang mereka nggak mengerti apa yang aku
lihat, aku kumpulkan seluruh tenaga dalamku dan aku
pusatkan energi tersebut ke perut, terus dan terus,, tapi
harus tepat sasaran agar jiwa kak ros terselamatkan ,, aku
panggil teman2ku yang ternyata sudah pada datang di
rumah kak ros, kak ros meronta ronta,,berontak sambil
berteriak, suasana amat mencekam, semua orang terdiam
membisu melihat apa yang akan aku lakukan, sejenak aku
ragu, bayangan mana yang akan aku serang,, nenek
itukah,,,atau orang kekar itu,,, ku ambil nafas dalam2,,
seperti bisikan ,,

"ojo jukuk rogone,,tapi jukuk atine,,mergo ati wujud niat"


(artinya; jangan hajar raganya,, tapi hajar hatinya,, karna
hati adalah sumber niat),,,

aku menyalurkan seluruh energi ke ujung tanganku,, dan


WWWUUUSSSSSS,,,, aku arahkan seluruh energi
menyentuh bagian hati dari kak ros,,walaupun aku sangat
takut resiko yang akan ditanggung kak ros bila
keputusanku ini salah,,sekelebat bayangan putih keluar
disaat aku menghantamkan seranganku,,saat itu juga
suara petir menggelegar,,di atap rumah semua orang
berteriak termasuk teman dan komandanku,,astaghfirllh
hal adzim, apa yang terjadi bathinku,,namun aku sangat
senang karna kondisi kak ros sudah mulai terkulai lemas
lagi tidak mengerang, segera aku memanggil bakes
(bintara kesehatan) untuk memeriksa kondisi kesehatan
kak ros.

malam itu kami para marinir dan penduduk desa jaga


bergantian menunggu kak ros,,takut ada kejadian susulan,
para warga desa membawa kopi dan gorengan,,ada
sedikit ganjalan di hati mereka tentang aku karna selama
ini desa lancang memang dihantui beberapa kejadian
yang sama sekali tidak masuk akal, teuku ismail (imam
meunashah) mencoba membuka percakapan denganku

'maaf sersan redy,,'


'ahh pak ustad,,gak usah dipanggil gitu, panggil redy saja
karna umur kita sama, iya jawab ustad'

'tadi apa yang terjadi ya pak redy sampai2 ada guntur di


malam yang tanpa ada mendung dan hujan?'

sersan redy sambil nyeruput kopi tarik asal gayo yang di


suguhkan kalo di tulis'sssrrtttt' bner gak ya,wkwkk

'hhmmm,,,saya tidak tahu pak, bahkan apa yang saya


lakukan tadi diluar akal sehat saya,,

'memang apa yang dilihat redy'tanya ustad

akhirnya aku memberitahu bahwa aku bisa melihat hal2


ghoib dengan sadar sesadar-sadarnya
'haaahhhh' pak ustad tercengang,,,'subhanallah,,,hebat itu
mas'

'ahh engak pak, saya malah tersiksa,,saya amat sangat


ingin2 melepas semua ini pak' kata pak redy
'aahhh jangann itu adalah pemberian yang tak semua
orang bisa memiliki' saut pak ustad

' iya pak,,tapi saya amat terganggu,,karna makin kesini


saya tidak bisa membedakan mana manusia dan mana
mahkluk astral,, karna bentuknya yang sama walaupun
kadang ada yang berbentuk lain'

tanpa terasa waktu sudah dini, para warga desa ada yang
sudah kembali pulang untuk berangkat kelaut,,karna rata2
mereka itu para nelayan,,akupun kembali ke pos,,mau
membaringkan tubuhku yang dari tadi pagi belum tidur.
pagi2 aku di bangunin adik lettingku

'bang,,mohon ijin bang,,bangun,,ada yang mencari'

aku terbangun walau dengan malas ' ntar ya aku sholat


subuh dulu' setelah itu aku ke depan pos aku lihat ibu2
membelakangiku yang sedang berbicara pada amir 'iya
buu,,ada yang bisa saya bantu' ibu itu berpaling ke arahku
ternyata itu kak ros,,'oohh,, kak ros,, bagaimana sudah
enakan,,mari silahkan duduk' kak ros menyodorkan
rantang kepadaku
'apa ini' tanyaku,,'

hanya makanan sebagai rasa terima kasih telah menolong


saya' saut kak ros

,,,'ahh gak usah dipikirin,,sudah menjadi tugas dan


tanggung jawab kami kok kak ros' kataku,,,

ketika rantang disodorkan dan tangan kak ros menyentuh


sedikit jariku BLLLAAAASSSHHHH(kata2 ini yg ane
suka,wkwkk) aku langsung terbawa ke dimensi
lain,,sesosok anak perempuan kecil itu muncul lagi,
menari sambil berjingkat diantara bebatuan pinggir
sungai,rambutnya di kepang dua memakai baju
sederhana berwarna biru tua,,tangan kirinya
menggenggam batu,,agak berkilau,,tersenyum
masin,,lugu dan lucu, kakinya tanpa memakai alas kaki
sedikit pasir yang nampak di kakinya,, siapa dia ucapku
lirih dan apa hubungannya dengan semua ini,
BBLAAASSHHH(wkwkwk), aku tersadar kembali ketika
kak ros mengguncang2 tubuhku yang terduduk,

' haaah,,iya,,iya kak,,,' aku diberi segelas air putih dan


segera kuminum

mohon saran dan kritiknya untuk penulisan cerita karna


ane gak begitu bisa membuat bacaan/tata letak yang enak
buat di baca, hehe

Mumpung insome,,dan semangat ngetik karna ceritanya


bakal panjang,,iya panjang

Pemandangan seperti itu sudah gak asing bagi


teman2ku,

"bapak kenapa tadi' tanya kak ros,,"

"gak kenapa2 kak ros,,,eh boleh aku tanya nggak'"


"iya silahkan" ,,,

"apa yang kak ros rasakan semalam",,,

"nggak tahu pak,, saya sebelum maghrib sudah


tiduran,tahu2 sudah banyak orang di rumah saya, cuman
di saat tidur saya merasa ditarik oleh seorang laki2 tua
berpakaian serba putih berjenggot putih dan sorban
putih,,lelaki itu tersenyum padaku dan menjulurkan
tangannya,,saat saya bersalaman dengannya tubuh saya
seperti di tarik oleh sesuatu yang maha dasyat dan
setelah saya bangun saya merasa lemas seperti tidak
memiliki tulang",,,

semua teman2ku bengong mendengar percakapanku


dengan kak ros,

"syukurlah kalau gitu,,lalu,, apakah kak ros punya saudara


perempuan,,anak perempuan yang masih kecil atau famili
perempuan yang masih kecil,," tanyaku,,
" tidak ada pak redy" ,,

lal sosok siapa yang aku lihat itu, ' hhmmmmm,,kak ros
pernah mengalami hal2 yang aneh nggak atau sesuatu
yang tidak masuk akal' tanyaku penasaran,, kak ros
terdiam,,wajahnya terlihat murung,,kerut2 di dahinya
meruncing seperti memikirkan sesuatu yang amat
dalam,,perlahan di sudut matanya bertetesan air mata,
sesekali disekanya dengan kerudungnya, amir yang dari
tadi mengikuti percakapan sayapun ikut menangis,
suasana hening,, temanku yang dari tadi memainkan
gitarpun ikut terdiam,,

"hhmmm,,maaf kak ros, saya bertanya begini demi amir


juga tentunya",,sambil ku elus kepala amir, namun bila kak
ros tidak menjawab tidak apa2 kok' kataku sambul
tersenyum kecil,,mungkin lain kali,,,

perlahan kepala kak ros terangkat dengan sedikit


anggukan lalu kak ros pamit meninggalkan pos
kami,,tinggalah amir di pos kami,,karna memang amir
disukai oleh teman2 kami,,anaknya penurut dan sekalian
dia jadi guru bahasa aceh bagi kami,,sorepun
berlalu,,segala macam aktivitas kami sedikit longgar,
amirpun pamit pulang, namun sebelum pulang aku sudah
berpesan kepada amir kalau dirumah jaga mamakmu ya,
kalau ada apa2 beritahu aku,,amirpun
mengangguk,,baguss anak pintar,, sambil aku selipkan
uang 10ribuan di kantongnya,,dia pun berlalu,,hari itu
sangat tenang,,lautan seperti kaca tanpa riak, apalagi
ombak,, bulan mulai menyembul dari peraduannya bulat
penuh seperti kuning telur yang barusan di buka,,angin
semilir perlahan,,bunyi daun2 bambu bergesekan
menambah tenang perasaanku,,

walau masih ada ganjalan di hatiku,apakah akan terjadi


sesuatu nanti malam terhadap kak ros,, aku menyuruh
adik lettingku untuk berjada bergantian di depan rumah
kak ros,,takut terjadi apa2,,waktu sudah menunjukkan jam
9,,namun rasa kantuk ini menyerang dengan
cepat,,mataku serasa berat namun aku teteap bertahan,,
aku ke depan pos menemani temanku yang sedang
berjaga,,mereka main domino tiga langkah kakiku
melangkah,,tiba2 aku di dorong ke belakang,,aku
terhuyung2,, aku lihat kebelakang tanpa ada siapapun dan
pos depan tempat temanku main batupun di guncang2
hingga doyong ke kanan dan ke kiri,,mereka berhamburan
keluar dari pos,, ambil menenteng senjata ss-1 nya,,ada
apa ini,,seperti gempa.

bahkan pohon kelapa yang berdiri tegakpun


roboh,,kkkkkrrrreeeekkk,,,bbbbhhhhuuuuummmm,,,menjat
uhi pos yang sederhana, seluruh orang yang di pos
berhamburan keluar, berlarian menyelamatkan diri, angin
puting beliung berputar putar disekitar pos, semua porak
poranda di buatnya, atap pos kami beterbangan entah
kemana,, hanya menyelamatkan senjata kami di luar pos,
walau keadaan sama tidak bagusnya , sungai depan pos
yang tadinya tenang bergemuruh, sangat hebat,,, masing2
marinir mencari perlindungan,, tapi anehnya hanya pos
kami yang diterjang puting beliung, rumah di sampingnya
tanpa bergerak sedikitpun, angin yang kencang masih
berputar putar dan bau anyir itu menyeruak membuat
kami semua tutup hidung,,astaghfirllh hal adzim,, ada apa
gerangan,, apa yang terjadi sesungguhnya,,

sekelabt aku lihat penampakan hitam si nenek bongkok


melintas di depanku, jari2nya yang di penuhi kuku2 tajam
bergerak kekanan dan kekiri sambil tertawa cekikikan nan
melengking,,hhhiii,,,hhhiii,,,hhiii,,,hhhiii,,,hhhiii,,!!!!
pemandangan itu membuat seluruh bulu kudukku
berdiri,,darahkupun mendidih,, sosok nenek tua itu
kelihatan sangat marah dengan menyerianginya yang
khas membuat hatikupun jadi kecut. sambil merapal doa2
tuk meminta perlindungan Allah, matakupun aku
pejamkan dengan segala keikhlasan aku meminta
pertolonganNya, kukumpulakn segenap tenaga dalamku
yang dulu pernah aku dapatkan di waktu kecil,,

aku berteriakkkk,,,Allahu Akbar,,,,!!!,,,,,Allahu Akbar,,,,!!!


dan dari tubuhku keluar cahaya putih yang berkilau
berputar2 berlawan dengan putaran angin,,,namun perit
menyambar silih
berganti,,,jjjjjngggggllllaarrr,,,jjjjggggllllaaarrttt,,,,!!! tak ayal
seluruh desapun terbangun,,,berbondong2 melihat
fenomena yang aneh ini, mataku kabur oleh kabut,,,aura
hitam dan putih bertemu menderu deru diangkasa, aku
terduduk ditengah pusaran, aku ikhlas apapaun yang
terjadi.

aku masih duduk bersila, sementara posku sudah


awut2an,,,debu2 dan sampah masih
berterbangan,nafasku sesak, tak kuasa menahan tekanan
tenaga dalam yang begitu dasyat dan dentuman yang
amat dasyat kembali terdengar di
angkasa,,,JJJGGGGLLLLEEEERRRR,,,,BBBHHHUUUM
MMM,,,menyudahi semua kejadia aneh malam ini, aku
pun terkulai lemas, namun kakiku masih bersila, seluruh
tulang2ku serasa linu, pandangankupun gelap dan aku
pingsan. di saat tak sadarkan diri ada sesosok lelaki tua
yang membimbingku ,,dia berbisik,,

''wes ngger,,kabeh wes tak atasi,,awkmu sing


sabar,,kabeh mau wes kersone dumadi'' (sudah
nak,,semua sudah saya selesaikan, kamu yang
sabar,,semua sudah menjadi kehendak yang kuasa)

,,,,BLLAAASS,,,,sosok itupun hilang dan aku tersadarr,


semua orang sudah mengerumuniku bertanya2, namun
tubuhku masih sangat lemas, akupun tertidur, memang
beberapa kali terjadi penampakan orang tua dalam
sadarku yang sering membantu aku disaat aku terdesak
atau tidak mampu melawan kekuatan yang lebih besar,,jg
memberi petuah2 dengan bahasa jawa yang kental,
namun masalah kak tos belum benar2 tuntas,, masih ada
peristiwa yang membuatku penasaran.

pagi harinya setelah tubuhku bugar,,aku segera mandi


dan sholat subuh,,ternyata pos yang begitu berantakan
tadi malam sudah di betuin seluruh warga desa bahu
membahu memperbaikinya, tinggal sedikit sampah
buangan perbaikan yang tersisa disana sini,, bergegas
aku berpakaian dinas dan menenteng senjataku menuju
rumah kak ros, di sepanjang jalan warga yang melaut
mengangguk dan menyalamaiku, mereka sopan sekali
terhadapku,,''ahh,,,gak biasanya bathinku
''assalamualaikum,,assalamualaikum,,,assalamualaikum''

''waalaikum salam'' jawab kak ros

wah senangnya rasa hatiku kak ros gak kenapa2


semalam,

''mari masuk pak redy'' sapanya,,

'diluar saja kak ros''

kak ros keluar dengan membawa segelas kopi gayo yang


panas

''mari pak diminum''

''mau tanya kak ros, karna kejadian semalam begitu


dasyat menimpa saya, tolong jelaskan jangan di tutupi ,
saya ingin mendengar cerita dari kak ros kanapa sampai
terjadi kejadian seperti ini dan saya minta ceritanya jangan
ditambah2i atau dikurangi''

kak rospun mengangguk,,matanya menerawang


memandang ke atas seakan mengingat2 kejadian yang
sudah lama terjadi

''sebentar ya'' kak ros pamit masuk ke dalam membawa


bungkusan kecil, bungkusan berwarna putih seperti kain
kafan diikat dengan kain putih di ujungnya, aku merinding
melihat bungkusan itu, walau sekedar bungusan tapi aura
yang aku lihat adalah aura yang amat jahat dan kejam,
aura berwarna ungu tua bahkan seperti hitam, bungkusan
itu di beri aroma2 seperti parfum arab.

''apa ini kak ros''

''ini mas redy, saya diberi ini sama ayah saya sebelum
meninggal, ayah saya diberi kakeknya, ayah saya juga
bilang tolong jaga dan dirawat biar selalu selamat''

''lalu setelah itu''tanyaku


''setelah itu ayah saya meninggal mas''

saat aku dan kak ros bicara nampak temanku lagi berjalan
menuku ke kedai

''heey edi,,kesini sebentar''

''ada apa bang''

''aku mau membuka sesuatu, tolong jaga aku disaat aku


tak sadarkan diri nanti dan tolong pijat kedua telapakku
dengan kuat,,bisa ngak'' dan dia pun mengiyakan

dengan di jaga temanku edi, aku memberanikan diri


membuka bungkusan itu,,bismillahriohman
nirrohim,,dengan memakai ujung kayu aku
membukanya,,ternyata,, sebongkah batu berwarna emas
dan di tengahnya terdapat ruby merah dan biru begitu
menyilaukan mata dan seperti mengeluarkan asap tipis,
namun berbau amis dan anyir aku bolak balik batu itu
dengan ujung kayu, mencari tau apakah ada rajah atau
tulisan yang aneh2 antara batu itu, ternyata tidak, aku
melepas sepatu dan baj, aku berwudlu dulu sebelum
menyentuh batu itu,, begitu batu itu aku
pegang,,,,,LLLLHHHAAAPPPPPPP,,,,,semua menjadi
gelap gulita, batu itu terasa amat sangat panas, ingin
sekali aku lepas tapi seperti ada kekuatan yang
mencengkram tanganku, aku berada di dimensi lain,,,,aku
lihat anak kecil perempuan berteriak2 dalam bahas aceh
sedang di bopong beramai2 oleh sekelompok orang
berpakaian hitam, masing2 orang membawa obor menuju
kesuatu tempat, di depan di pimpin oleh seorang wanita
paruh baya sambil merapal doa2,,aku berlari menghampiri
mereka,,,tapi,, mereka tidak memperdulikan
kedatanganku,,,anak perempuan tadi di tarruh di
sebuahaltar,,altarnya dihias penuh dengan bunga2 dan
kemenyan

di altarnya di ukir gambar2 tidak jelas,,sembari terus


komat kamit sosok wanita itu membuka sebuah
bungkusan yang diletakkan di dada anak itu, bungkusan
sebesar kepalan tangan dewasa di bukanya,,ternyata itu
adalah batu yang sama yang di bawa kak ross,,sosok
wanita menghunus belati kecil,,berukiran,,berbentuk
bengkok seperti bulan sabit,,melucuti seluruh pakaian
anak perempuan itu,,,anak itu makin menangis dan
mengerang2,,,tapi tidak bisa berbuat apa2,, karna kedua
tangan dan kakinya diikat kain berwarna
merah,,sekelompok orang berpakaian hitam terus
bergumam seperti berdoa,,di samping sosok
perempuan,,ada pemuda berdiri di belakangnya,,hanya
pakai celana pendek hitan dan telanjang
dada,,,hhmmmmm,,,sepertinya aku pernah tahu
dia,,,gumamku,,,diangkat tinggi2 belati itu dengan kedua
tangannya yang terangkat,,terlihat mengkilap dan amat
tajam sejurus kemudian,,,,WWWUUUSSS,,,,dihujam belati
itu tepat di jantung gadis kecil, diapun mendesah tak
bergerak lagi, terlihat darah segar bercucuran membasahi
seluruh altar,,dengan belati itu juga diambilnya hati dan
jantung anak itu,,diangkat,,dan dimakan sosok perempuan
tadi,,darah mengucur disela sela bibirnya,,setelah itu baru
diberikan pada orang dibawahnya, aku gak sanggup
melihat pemandangan yang amat ironis ini,,hingga
membuat perutku mual,,seperti diaduk hingga aku
muntah. ritualritual itupun selesai,,dan sosok hitam itupun
berteriak dengan bahasa aceh yang artinya

"kampung kita sekarang sudah aman,,aman dari


bala,,aman dari penyakit,,namun barangsiapa melanggar
aturan,,akan dijadikan korban berikutnya menyediakan
gadis atau pemuda yang masih suci"

BBBLLLAAASSSSS,,,akupun tertarik ke alam lagi, karena


ada tekanan di telapak tanganku yang begitu kuat, begitu
aku membuka mata beberapa teman dan orang kampung
mengerumuniku dan temanku edi masih memijit telapak
tanganku

"udah ed,,,sakkiiitt,,badanku lemas ed, berapa lama aku


gak sadar?

"hhmmmm sekitar 10 menit bang"


" tolong ed batu nya bungkus lagi dan tolong aku duduk"

tinggiku 178 dan berat 85kg dan edi yang lebih kecil
dariku memapah aku yang sempoyongan dengan sedikit
gontai,,aku duduk di kursi kak ros, tubuhku seperti remuk
dan perut yang masih terasa mual,,tanganku terasa
perih,,ada semacam bekas terbakar ditelapakku,aku
bungkus tanganku dengan slayer yang sering kupakai di
leherku,,sungguh hari yang berat,,aku ambil sebatang
rokok dan kuisap dalam2.

"kak ros,, boleh saya masuk rumah kak ros??"

"ooohhh,,,silahkan pak"

dengan sedikit sempoyongan dan tangan kiriku menahan


di dinding rumah akupun masuk, kulihat foto dan figura tua
terpampang di beberapa dinding,,aku lihat foto2 tua itu
tapi belum ada yang menarik,,hingga aku lohat ada
bingkai yang sebagian sudah rusak karena dimakan
masa,, dibelakang sebuah lemari usang.
"kak ros, ini apa?" tanyaku

"ooh itu lukisan pak,,sudah rusak buat nutupin belakang


almari karna lubang"

"boleh aku lihat?"

"silahkan pak"

aku raih bingkai tua oitu penuh debu dan kotor, aku geser
sediki almarinya agar bingkainya bisa aku tarik keluar,,aku
bersihkan dengan lap yang disodorkan kak ros, terlihat
gambar seorang tua yang masih gagah memakai baju
besearan rakyat aceh, tangan kanannya menghunus
rencong, begitu aku bersihkan bagian
wajahnya,,astaghfirllah hal adzim,,ternyata itu adalah
wajah sesosok laki2 yang berada di belakang kak ros
waktu kerasukan,,juga wajah yang aku lihat waktu aku
masuk dimensi lain, laki2 yang berdiri di acara ritual
itu,,,hhhhaaaahhhh,,, aku sonta kaget dan tanpa sadar
aku jatuhkan lukisan itu.

dengan terbata-bata aku bertanya ke kak ros

"kak ros,,,sss,,,,ss,,ssii,,,ssiiappa itu kak ros?"

" ngak tahu pak,,lukisan itu sudah lama sekali, kata


kakekku itu adalah leluhurku , dulu beliau orang yang
sangat disegani disini"

" maaf kak ross,,kak ros mau permasalahannya selesai,,,?


menurut saya permasalahannya adlaah pada batu ini,,
batu ini harus dimusnahkan,,karna batu inilah penyebab
kak ros seperti ini,,dan kak ros menyadi syirik"

"tapi pak,.,,saya disuruh menjaga batu ini"

" iya saya tahu,,paling tidak ijinkan saya menetralkan batu


ini,,atas seijin Allah,,beri waktu seminggu,,agar bisa
mencari jalan keluarnya"
"iya pak silahkan" kata kak ros

berbegas aku pergi kerumah imam meunashah


menanyakan tentang orang2 tua disini, dengan saran
ustad mus,, aku disuruh ke desa samalanga,,disana ada
pondok pesantren yang dimiliki oleh teuku thoha,,beliau
juga adalah guru dari ustad mus,,,besok paginya dengan
ditemani 2 orang temanju juga ustad mus,,kami berangkat
ke pondok pesantren di samalanga dengan naik perahu
karet kami kesana,,perahu kami tambatkan di desa
samalanga,,,aku langsung disambut oleh sebuah
bangunan yang tiak begitu besar, sangat sederhana, ada
mushola di tengahnya namun meiliki bnyak sekali santri

"assalamualaikum,," ustad mus memberi salam

terlihat did depan seorang lelaku yang amat uta namun


masih kelihatan bugar dan sehat memakai pakaian yang
bersahaja membalas alam kami dengan tersenyum,,
"waalaikum salam",,ustad mus maju sejengkal memeluk
guru dan mencium pipi kiri dan kanan, juga mencium
tangannya,, kamipun melakukan hal yang sama,,lalu
teuku thoha mempersilahkan kami duduk,,setelah basa
basi ustad mus menjelaskan maksud dan tujuan kami

"astaghfitllahh,,hhheeemmmm,,,jadi batu itu masih


disimpan sama anak keturunannya? itu batu
LAKNAT,,harus segera dihancurkan, " kata teuku thoha

"namun aku ingin tahu bagaimana cerita tentang batu itu?"


kataku

teuku thoha menghela nafas dalam2 mengawali


ceritanya,,dahulu kala ada seorang tukang tenung yang
semena2 terhadap masyarakat,dia adalah cut gam
do,,semua warga takut dengan dia, sering melakukan
tenung terhadap orang yang tidak disukai,,bahkan
membuat sesembahan dari anak2 penduduk,,sedikit saja
kesalahan,,pasti dibuat ritual untuk memuja
syetan,,hingga pada suatu hari,,watga yang marah dan
jengkel menangkap mereka berdua menelanjangi mereka
dan diarak keliling desa, dan mereka di rajam, dilempari
batu hingga mati,, nbatu yang selama ini dijadikan jimat
merekapun raib,,entah kemana.

"maaf teuku thoha.. bagaimana selanjutnya untuk


memecahkan masalah ini?" tanyaku

hhheeemmmm tauku thoha menarik nafas panjang,


dahinya sedikit mengernyit seperti memikir sesuatu

" nanti malam kita musnahkan,,tapi saya sudah tua,,sudah


tidak mampu mengerahkan tenaga yang besar"

teuku thoha pun beranjak dari duduknya,,beliau


melambaikan tangan kearah santri, dengan sedikit
membongkok sang santri menghadap

" tolong panggilkan ustad sholeh" ustad sholeh adalah


anak tertua teuku thoha
tak lama kemudian keluar seorang lelaku paruh
baya,,badannya kekar, berwajah santun,,jambannya yang
begitu lebat hampir menutupi seluruh dagunya,,dengan
tertunduk penuh santun,,ustad sholeh menghadap
abahnya,,

" kenalkan tamu abah, tolong nanti malam teman kita


marinir ini dibantu" kamipun bersalaman

setelah berkata demikian abahpun berlalu,,

"aku pamit dulu,, tubuhku sudah tidak bisa diajak duduk


berlama2"

lalu kamipun mulai pembicaraan untuk nanti malam


tentang apa yang harus disiapkan dan apa yang akan
kami lakukan

malampun tiba,,sekitar pukul 23 lebih angin semilir dari


laut begitu sejuk,,deru ombak dipantai sangat lirih,
sementara kulihat rembulan bersinar penih bulat,, seperti
semangatku yang ingin segera menyelesaikan misteri
ini,,aku dan beberapa santri yang sudah di tunjuk oleh
ustad sholeh duduk melingkar,,duduk dipasir pantai yang
hangat,,disekeliling kami di pasang beberapa obor
sebagai penerangan,,beberapa temankupun aku suruh
berjaga2 dengan berpakaian dan bersenjata lengkap
untuk menjada semua kemungkinan,,ustad thoha berdiri
dengan tenangnya memandang keatas dan kedua
tangannya menengadah seperti memanjatkan
sesuatu,,para santri dengan khusyuk tafakur walau aku
lihat sedang mengumpulkan tenaga dalamnya,,,akupun
mengikuti gerakan para santri,, kukumpulkan seluruh
tenaga terakhirku aku simpan dalam2 dan aku salurkan
kearah ujung jari

"semua sudah siap??" tanya ustad thoha

kamipun mengangguk,,memberi isyarat bahwa tenaga


dalam kami sudah kami kerahkan,,bungkusanpun
dikeluarkan,,ditaruh ditengah lingkaran,,dialasi daun
kelapa yang sudah dianyam,,sesaat
kemudian,,,,,,,,,sepi,,,,mencekam,,,,,dan,,,,
BLLLLLAAAARRRRRRRR,,,,,,JJJEGHEEEEERRRRRRR
RRR,,,,,BHAAMMMMM,,,,,,, kami yang mau menyatukan
tenaga dalam kamipun keduluan, batu LAKNAT itu
berputar2,,,melayang di angkasa,,dan menjadi merah
seperti bara, makin lama makin besar,,sebesar bola futsal
dan suaranya menderu2,,,pemandangan pantai sekarang
menjadi berkabut,,kami tidak dapat melihat satu sama
lain,,perputaran bola api itu makin kencang,,hingga
menimbulkan angin topan yang mengelilingi kami,,aura
mistis sudah benar2 menguasai keadaan saat itu,,dan bau
anyir itu meruak lagi,,sesosok penampakan laki2 hadir
diantara kami,,namun,,, sosok itu lebih besar dari yang
kulihat pertama,,tingginya hampir mencapai pohon
kelapa,,bahkan,,, jari kakinya sebesar badanku,,dia
adalah gam do,,lelaki laknat yang mencintai ibunya
sendiri,,matanya terbelalak lebar,,wajahnya merah
padam,,tertawa terbahak bahak
membahana,,,menggelegar,,,membelah
malam,,,HHHHUUUUAAAAAA HAA HAA,,,,HHUUAAAA
HAA HAA,,,,HUUUAAA HAA HAA,,,,
hati kami ciut,,kecut,,tak berani melihat walaupun lewat
sudut mata,,angin topan terus berputar namun aku lihat
diantara berputarnya angin itu ada sekelebat bayangan
anak perempuan kecil yang sering aku jumpai,,namukali
ini dia sedih,,wajahnya datar,,seakan ada segurat
pertanyaan yang ingin disampaikan padaku,,setelah aku
picingkan mataku,,,ternyata bukan hanya 1,,namun
banyak sekali bayangan2 anak2 yang berkelebatan
diantara angin topan.

lautpun ikut bereaksi,,ombak yang tadinya pelan kini


berubah bergulung2 dan membuat pusaran,,tapi
untunglah ustad sholeh sudah memagari secara
ghaib,,jadi apapun yang terjadi ditengah lingkaran
tidakberimbas di luar,begitu sebaliknya,,disaat kami
terbengong oleh keadaan ustad sholeh berteriak,,,"tetap
konsentrasi,,,dan tetapkan sasaranmu..!!!!",,,, kamipun
segera berkonsentrasi, kami yakin Allah akan
membatu,,tangan kamipun kami satukan lagi, posisi
telapak tangan kami dempetkan persis di depan perut,
kami pusatkan energi menjadi satu,,,"sekarang,,!!!" teriak
ustad sholeh,,maka kami luruskan tangan kami ke depan
kearah pusar dari sosok gam
do,,,BBBLLLEEEENNNNGGG,,,,, kalau dilihat dengan
mata bathin tiap2 kami mengeluarkan sinar putih tepat
mengenai sasaran,, namun aku mengeluarkan sinar
biru,,,,HHHHHHHHRRRRRRAAAARRRRRR,,,,,,sosok
gamdo berteriak,,terjungkal di hamparan pasir,,kami
bersorak,,kami mengira sosok itu sudah binasa,,namun,,,
dia hanya terluka,,,gam do makin marah,,, diporak
porandakannya formasi kami hingga para santri pun
terjungkal tak tentu arah,,formasi kita
bubar,,berantakan,,,bahkan beberapa santri ada yang
melarikan diri,,,ustas sholeh masih dengan
kuda2nya,,merapal doa begitu kusyuk,,dan berteriak untuk
melancarkan serangan,,,Allah hu
akbar,,,,!!!!,,,,JLLLLEEERRRR,,,,namun tidak tepat
sasaran,,kulihat sang ustad terengah2,,ada sedikit darah
yang menetes di sela2 bibirnya,,,dia terduduk,,,seperti
luka dalam,,,tenagakupun sudah terkuras habis,,berhari2
tenaga dalamku aku pakai hingga sekarang aku masih
pusing,,,tiba2 gam do menyerang ustad
sholeh,,tangannya dilayangkan ke udara tinggi2 dengan
penuh amarah,,berjingkat aku menuju ustad sholeh
mengingatkan beliau agar
menghindar,,,tetapi,,,,BBLLAAAARRR,,,,

ustad sholeh terkapar kena serangan gam do,,,kulihat


gam do akan melayangkan serangan ke dua,,aku berlari
sebisanya menghampiri ustad sholeh,,aku tubruk tubuh
ustad sholeh agar tidak terkena serangan,,,namun,,aku
pun terlempar beberapa meter,,,seluruh tubuhku
kaku,,aku seperti orang yang habis terbakar,,lubang
hidung dan telingaku mengeluarkan darah segar,,aku
hanya pasrah apapun yang terjadi terjadilah,,,tanpa kami
ketahui,,,ternyata ustad thoha dari tadi melihat apa yang
kita lakukan

ustad thoha menghampiriku,,,dia jongkok di sebelahku


sambil berbisik

"hanya kamu yang bisa menyelesaikan semua ini,,hanya


kamu,,ambilah batu itu,, karna dengan menyentuhnya
kamu akan menhabisinya,,sentuhlah,,aku akan
membantumu"

dengan perlahan aku mendekati batu LAKNAT


itu,,kukerahkan seluruh tenagaku,,batu itu tinggal
sejengkal dari ku, sementara gam do masih
menjadi2,,seluruh santri korat karit ,, semburat,, dan
temanku yang bersenjata hanya bengong,,gak melihat
peristiwa ini,, hanya mendengar dentuman dan suara
yang membahana,,jarak sejengkal terasa sangatlah
jauh,,aku seperti tidak mampu lagi,, tidak mampu
bergerak,, karna darah banyak keluar dari tubuhku,,hanya
jari2ku yang bergerap ingin menggapai batu LAKNAT
tersebut,,,"ya Allah,,, tolonglah hambamu ini,,andaikan
aku yang harus mati disini,,biarkan aku mati dijalan
kebenaran,,,dijalanMu ya robb",,,,,tanganku masih
menggapai2 batu LAKNAT yang sudah tergeletak di
pasir,,tiba2,,,bayangan anak perempuan kecil itu
menghampiriku,, kedua tangannya menggenggam
sesuatu,,dan di bukanya di depanku,,aku tersenyum kecil
dan tanganku menyentuh batu laknat yang diberikan anak
kecil itu,,lalu,,,BLLLLAAAASSSSS,,,,cahaya putih dalam
tubuhku keluar,,menghantam pusar gam do, sementara ku
lihat ustad thoha memberikan energinya padaku dari jarak
jauh,,,,GGGEEELLLLEEGGAAARRRR,,,,ada
pertempuran yang maha dasyat di atas sana,,namun aku
gak bisa menyaksikan peristiwa itu,,

kepalaku sangat pusing,,pandanganku samar dan nanar,,


hhaaahhhh,,,aku tak sadarkan diri

" semua berwarna putih "

hhhhuuuuaammm,,,,tubuhku terasa berat, aku buka


mataku perlahan,, aku sudah terbaring di dipan yang
terbuat dari bambu,,ustad sholeh duduk dibibir dipan,
matanya teduh

"alhamdulillah", kata ustad sholeh sembari ku disodori


minuman rempah
" byyyaaahhhh,,,pahit!!!"

" ayo dihabiskan biar cepat sembuh"

"ustad mana teman2ku? aku takut terjadi kenapa2"

" itu di luar lagi ngobrol dengan komandanmu lettu


simajuntak"

uuuuhhhggg tubuhku sangat sakit digerakkan, namun aku


ingin duduk bersandar dan ustad sholeh nggak segan
membantuku

" pak ustad,,pak teuku thoha mana,,,?'' ustad sholeh


terdiam,,menunduk,,,

"USTAD!!!" bentakku

"abah meninggal" kata ustad sholeh

"inalillahi wainaillaihi rojiun"


"malam itu abah kehabisan tenaganya, seluruh tenaganya
terkuras untukmu hingga kena serangan terakhir, abah
tidak bergerak lagi"

aku menangis sejadinya karna abah meninggal demi


membelaku

" sudah,, kita harus ikhlas" kata ustad sholeh

" kapan dimakamkan???"

" hari ini,mangkanya teman2mu semua hadir di sini"

selesai pemakaman kamipun ke poskami masing2,


badanku masih sakit begitu batuk pasti mengeluarkan
darah, tulang2ku linu dan ngilu, BAKES ( bintara
kesehatan ) memeriksa kondisku, diambilnya stetoskop
dan ditaruh didadaku,,ambil nafas
panjang,,,,hhhuuuffff,,,hembuskan,,,
" kamu harus segera diruju kerumah sakit, cuman rumah
sakit disini jauh, di kecamatan biureun adanya,,coba
dehbawa ke puskesmas dulu, barangkali disitu bisa" kata
dantonku

" seeepp...asep...asep...kadiyek" panggilku

sambil menggerutu si asep datang

" kadiyek,,,kadiyek wong jowo yo jowo ae" katanya


menirukan logatku

"tolong bungkusan ini kasihkan kak ros, bilang aku gak


bisa dateng"

" oke bos" kata asep

kamiber 6 pun berangkat ke puskesmas, sampai di sana


kamipun dilayani dengan baik, orangnya ramah2,,letak
puskesmas sekitar 100meter dari jalan raya, di
belangkangnya ada rumah dinas dokter syaiful,
sedangkan sisi kanan kira2 50meter ada pajak (pasar). di
sebelah pajak ada semacam tempat para nelayan menjual
hasil melaut hari itu, ini adalah pertama kami kami ke
puskesmas, dari kantor keluar sorang laki2 muda berkulit
bersih, berkacamata, berpakaian serba putih dan
menyapa kami

" selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu,,,??"

" eh selamat pagi pak,, boleh tau berbicara dengan


siapa??"

" saya dokter syaiful"

" oh iya pak dokter, ini mau memeriksakan teman kami"


kata bakes

" emang kenapa pak temannya?"

" ini dok, kalau batuk mengeluarkan darah"


dokter syaiful langsung mengeluarkan stetoskop
memeriksa dadaku, sejenak kemudian

" begini pak,, ini harus di rontgen, biar tahu penyebabnya"


kata dokter dan kamipun mengiyakan

aku di duduk di kursi roda di dorong oleh seorang perawat


cantik, putih, rambut sebahu dan bermata lebar,,"waah
cantiknya" batinku, namu ada yang aneh sama perawat
ini,,aku belum menyentuhnya,, namun ada aura yang
kurang bagus yang kurasakan,,,,aaahhh,,,biarlah
bathinku,, teman2ku senyum2 melihat aku didorong oleh
perawat cantik,,"cciiieeeee,,,,ciiiieee,,,,," kata mereka
kompak. kamipun masuk ruangan rontgen,,difoto
beberapa bagian dan aku keluar,,

" di tunggu ya pak" kata dokter syaiful

tak berapa lama aku di panggil, aku bergegas didampingi


bakes, saat aku memegang gagang pintuku tanganku
bersentuhan dengan perawat cantik tadi, karna secara
gak sengaja kami membuka pintu secara
bersamaan,,,,JJJJLLLLLAAABBBBBB,,,, aku berada di
dimensi lain,, perawat yang cantik tadi manaa,,,kenapa
ada perempuan tua renta disebelahku,, dia memakai baju
yang sama, rambut putih sepinggang,,menyeringai
menatapku tajam2,,,,,BBBLLLAAASSSS,,,,,aku pun
tersadar,,,ternyata tangan kami sudah tidak
bersentuhan,,,siapa diaa,, ada apa dengan wanita tua itu,,
kenapa dengan masa lalunya,,,??? sebuah misteri yang
menggelitik hatiku

" anda harus di opname bapak" kata dokter syaiful

" sakit yang bapak alami di rontgen tidak kami temukan,,


hanya ada trauma dibagian dalam tubuh bapak, sungguh
baru pertama kali saya melihat yang seperti ini,,tubuh
diluar bapak seperti terbakar, namun cuma kulit
terluarnya,,kenapa yang trauma bagian tubuh dalam yaa"

meneketehee,, bathinku
aku langsung di infus dan temanku membimbing aku
memasuki ruang perawatan, sungguh ruang yang kecil
dan amat sederhana, hanya terdapat 2 dipan,,2 kursi yang
semua dari kayu, sedangkan WC dan kamar mandi
berada diluar,,terdapat kipas angin dipaku di dinding
kamar,,aku pun rebahan,,,2 orang temanku kembali ke
pos, seorang bakes dan pengemudi sementara aku
ditunggu 3 orang teman yang bersenjata,,karena ini
adalah daerah konflik, tetap waspada untuk
mengantisipasi segala kemungkinan,,aku membawa pistol
P226 yang aku taruh di bawah bantal,,, hari makin sore
karena ini puskesmas kecil dan dipelosok, suasana amat
lengang,,,sepiii,,hiburan satu2nya adalah tv 14" yang
berada di ruangan perawat jada,, aku melihat keluar dan
memanggil temanku roy

" Srd Royy,,,rooyy"

" siap bang"

" beli makanan, aku kelaparan, cacing dalam perutku dan


berdemo nih"

"makanan apa bang?

"terserah deh yang penting kenyang, pake uangmu dulu


ya?aku gak bawa uang"

" beres bang"

" eh jangan sendiri,, yang dua mana?

" tuh lagi di ruang perawat" kata roy

roy dan budi pun berangkat ke pajak, sementara sucipto


masih asyik ngobrol dengan perawat jaga sambil nonton
tv, ternyata nonton tb adalah hiburan yang sangat luar
biasa, yang selama ini kami tidak pernah
lihat,,,,hhhhemmmm,,,, capek juga rasanya tidur melulu...
aku beringsut, bantak aku tarik aku jadikan sandaran
dudukku biar nyaman,, penampakan demi penampakan
aku lihat sore itu,,beberapa sosok nyata jg ada yng
sekelebat,,aku terdiam saja walau nampak kakek2 yang
berjalan memakai penopang tangannya,,dengan berjalan
amat pelan menoleh ke arahku sambil tersenyum, bahkan
tangannya melambai kepadaku,,aku pun membalas
lambaian tangannya,,di belakang kakek terdengar suru
barang dari logam yang
terseret,,,,,,,,,SSSSSSRRRREEETTTTT,,,,,,,SSSSSRRR
REEEETTT,,,,ternyata sosok kakek itu menyeret PIPOT
yang di dalamnya banyak cairan,, hasil dari cateter yang
masih menancap di tubuhnya,,,ada sedikit takut dan geli
dalam diriku,,hee,,he,,he,,, aneh2 saja otang yang sudah
meninggal ini,,gimana tingkah sewaktu masih hidup
ya,,,,gumamku,,

aku tak memperdulikan penampakan2 itu karna mereka


tidak mempunyai aura jahat,, hanya hawa dingin yang
mereka sebarkan pertanda sudah banyak kejadian di
puskesmas kecil ini,,,eeeeeeehhh,,,, tapi kenapa sosok
kakek itu melambai padaku??? aduuuh kenapa aku
melambai
juga,,,,hhhrrmmm,,,kenapa,,,,mengapa,,,,huuuhhh makin
pusing saja kepalaku. Tiba2 aku dikagetkan oleh suara
sucipto, dia adalah senior 2 klik dariku

" gimana,,masih pusing?

" iya bang,,"

" sudah makan belum?"

" makan angin bang,,tapi aku dah menyuruh Roy ama


budi ke pajak,,buat beli makanan"

tak lama merekapun datang sambil menenteng dua


kresek merah ukuran besar

" ini bang,,maaf gak banyak makanan yang dijual,,ini aku


beli pisang,,jeruk,,roti tawar,,ama roti kering dan air
mineral"

" heeehh emangnya aku sakit tifuus,,,gak ada gorengan


atau apa gitu??"
" gak ada bang"

yaweslah aku lahap beberapa pisang raja juga beberapa


potong roti,,ayo dimakan rame2,,jangan bengong aja,,lima
menit kemudian ada yang mengetuk pintuk,,

" assalamualaikum" seorang perawat membawakan


obat2an yang segera aku minum

"ehhhmm,,,maaf mbak,,disini ngak dikasih makan ya??


tanyaku

" maaf pak,,gak ada disamping gak ada juru masaknya,


disini juga jarang ada pasien yang menginap"

" kenapa??"

" masyarakat sini masih suka ke orang tua/pintar dari pada


ke puskesmas"jawab suster sinta merina
" mbak sinta ya namanya,,he,,he,,he" kataku sok kenal

" ehhemmmm,,,ehhemmm,,," suara dehemean ketiga


temanku kompak

" sudah lama disini? tiap hari disini?? tanyaku

" sudah 5 tahun pak,, ngak pak saya BIDES ( bidan desa )
di desa lancang"

aku tercengang,,ternyata didesa lancang juga

" tetapi kenapa aku gak melihat sampean??"

" saya sabtu dan minggu pulang ke lhok seumawe,,terus


seminggu 2 kali jaga disini"

aku mengangguk angguk sok mengerti,,segera kuminum


obatnya,

" saya mau kembali ke lancang dulu pak"


" eeehhh,,,, jangan sendiri, biar di antar teman2ku"

" ahhh gak usah pak, sudah biasa, lagian tidakboleh jalan
beruda karna bukan muhrim"

ckckck,,,subhanallah,,disamping cantik dan


terpelajar,,ternyata dia anak yang sholeh ( rajin menabung
gak ya sambil garuk2 kepala yang gatal ). hari makin
gelap sudah menunjukkan jam 8 malam, teman2ku
bercengkrama di ruang perawat jaga, karna kalau malam
perawatnya ganti yang laki2,, sementara 2 temanku lagi
asyik main catur,,uuhhh,,,kebelet pipis,,,aku bangun
kubawa tiang yang berisi infus ke belakang menuju wc
dan kamar mandi, tangan kiriku menahan di dinding,
karna berjalan aku masih belum kuat, tapi aku juga gak
mau mengganggu teman2ku yang sedak asyik main catur,
sampai di koridor kulihat sosok wanita paruh baya, dia
duduk di koridor, pakaiannya putih tangannya terjuntai ke
lantai ke depan dan kepalanya menunduk, hingga
rambunya menutupi sebagian tangan dan tubuhnya,,
tangan kanannya memegang boneka yang tua dan lusuh,
aku masih tertatih2 menghindar dari sosok itu, karna tepat
di depan sebelah kiriku

aku pun mengganti posisi tiang infus di sebelah kiriku,


sementara tangan kananku menahan didinding, kini soosk
itu persih di sebelah kiriku, hingga jarak kami amat dekat
aku mengdengar suara tangisan,,tangisan lirih,,selirih
hembusan angin malam, tapi tangisan yang amat
menyayat hati, sekujur tubuhku merinding, tengkukku
terasa amat tebal, tangisan itu amat jelas sekarang,
tangisan seseorang yang kehilangan sesuatu yang amat
dicintainya,,aku yang hanya mendengar tangisannyapun
ikut terbawa emosi,,sesosok hantu di koridor itulah yang
menangis begitu miris di hatiku,,hingga aku berhenti
beberapa saat walau aku gak berani menyapanya,,,jarak
kamar madni yang hanya sekitar 25 meter serasa amat
jauh,,ya Allah,,, sungguh perjalanan yang amat menyiksa.
dengan badan yang masih sakit semua aku tetap
melangkah perlahan menuju toilet, mataku melihat dari
sudut terjauh sosok makhluk itu masih tetap duduk dan
tangisannya yang menyayat hati,,di depan toilet,, akubuka
perlahan pintu yang terbuat dari papan, ada suara ramai
sekali tanpa sedikitpun penampakan,, layaknya
mengaakan sebuah pesta,,pesta makan,,, suara denting
piring dan sendok,,suara gelas dituangi
minuman,,memang sih,,dunia kita dan dunia mereka
berlawanan,,apa yang kita buang,,adalah apa yang
mereka makan,,terang bagi kita,,gelap bafi mereka,,sepi
bagi kita,,rame bagi mereka,,dia menampakkan diri
sesuka dia, namun kita tidak dapat melihat dia sesuka
kita,,kecuali orang2 yang mempunyai kemampuan,,dan itu
ada levelnya juga,,bla,,bla,,bla,,,

aku pun mengurungkan niatku pipis di toilet, aku kembali


ke ruang perlengkapan dan kuambil pipot, ku bawa ke
kamarku,,dengan sedikit cepat aku berjalan aku masih
melihat sosok itu di tempat yang sama, aku segera masuk
ruanganku dan membuang hajatku,,,huuuuhh
legaaa,,,,(jangan kawatir, besok pagi aku buang,,hehe )

hari itu sudah gelap, teman2ku dah pada tidur tinggal


seorang saja yang masih mondar mandir diluar
puskesmas,mataku gak bisa aku pejamkan karna nyeri
juga sakit yang aku rasakan sekujur tubuhku,,,aku masih
posisi duduk di dipan puskesmas,,mau ngapain malam2
gini,,aku ambil HP nokiaku ( yang ada anthenanya,,dah
lupa typenya ) barangkali ada sms atau misscall,,namun
kosong,, iseng2 main game uler2an,,selang beberapa
lama,, aku lihat ke arah pintu sosok perempuan yang
duduk di koridor berdiri tepat di tengah pintu,, wajahnya
sebagian tertutup oleh rambut yang panjang, bibirnya
pucat,tangan kanannya menenteng sebuah boneka dan
menghampiriku,,,

"hhheehhh,,,mau apa kamu?? huuuss huuuss" aku


mengusirnya namun sosok itu tetap melayang kearahku,,
aku pun beringsut ke sudut tempat tidur,,aku raba pistok
P226 yang berada di bawah banta,,tapi buat apa,,aku
takut,,,juga kebingungan,,,tanpa bicara sosok itu
menjulurkan tangannya ke kepalaku,,aku tak bisa
bergerak dan ,,,BBBBLLLLAAAASSSS,,,, aku sudah di
alam lain,, aku lihat pemandangan yang mengerikan,
sebuah desa yang dibakar semua orang berteriak histeris
lari pontang panting, semua rumah terbakar, namun hawa
panas tak kurasakan, cuma pemandangan yang amat
mengerikan yang kudapat,,aku lihat orang berpakaian
preman menenteng senjata, tangan kirinya membawa
obor sambil tertawa2

aku amat ingin menolong, tapi orang2 yang melewatiku


tembus begitu saja,, ada seorang gadis kecil yang
menangis,,sambil berteriak memanggil seseorang, dia
sendiri dijalan, dan semua orang yang berlari tak
memperdulikannya,wajahnya kotor sekujur tubuhnya
hampir hitam karna terkena asap dan debu pembakaran,
dia menenteng sebuah boneka
lusuh,,mamakkk,,,,mamaakkkk,,,,,begitu dia berteriak,, lalu
dari arah belakangnku berlarilah seorang
perempuan,,cantik,,kulitnya putih,, hidungnya mancung
dan matanya kebiru2an, mirip orang bule,,berlari
menghampiri gadis kecil itu,,,emmaakkk!!!,,, merekapun
berpelukan,,saat wanita setengah bule tadi hendak berdiri
muncullah laki2 preman yang lain, wajahnya kasar,
brewokan, seperti kriminal,,menarik gadis kecil itu dari
pelukan emaknya,, emaknya yang kalah kuat tenaganya
tak kuasa merebut gadis kecil itu,,,,gadis kecil itu di bawa
ke rumah yang terbakar dan di lemparnya ke dalam
api,,,,MMMAAAAAAKKKK....!!!!!...MMMAAAAKKKK....TOL
OONG pekik sang gadis kecil, namun emaknya tidak bisa
berbuat banyak, karena tubuhnya sudah di bopong laki2
yang lain,yang kulihat hanya tangan kanannya memegang
sebuah boneka lusuh itu milik anaknya, sementara gadis
kecil itu terdiam,tanpa suara, sunyi,,,,, yang kulihat
sekarang hanya orang2 menangis, meratapi semua
kejadian itu, ada yang mencari anaknya,,ada yang
menangis di depan rumahnya,,

Bbblllaaasss,,,, aku tersadar karna tubuhku di guncang


guncang temanku,,astaghfirllah hal adzim,,kataku sambil
menarik nafas panjang

" ada apa bang?" tanya roy

" gak ada apa2, jam berapa ini roy?"


"jam 2 an bang "

" hhmmm gak bisa tidur nih,,, punya rokok roy,,minta


dong,, eh roy kamu tau nggak kenapa daerah ini
dinamakan ACEH ??

" nggak bang"

" katanya sih terdapat beberapa etnis di sini


A : Arab
C: Cina
E: Eropa
H: Hindia ( tamil )
mereka hidup menyebar rpu, kalau arab biasanya daerah
perkotaan, china di daerah pesisir, terutama aceh
utara,,eropa di daerah lamno,,pidie,, hindia di pedesaan
dan pesisir" kataku

" wah mentorku ini banyak pengetahuannya " kata roy


" nggak juga roy, kamu yang kebanyakan nonton sinetron"
kataku tergeletak

setelah sholat malam hatiku sedikit tenang, dan aku


tertidur lagi, esok paginya tubuhku sedikit lebih
segar,,ketika ku bangun dan ternyata teman2 setiaku
sudah ganteng2 dan berpakaian dinas kelihatan gagah
sekali,,

" met pagi bang,,gimana istirahatnya??"

" ah basa basimu garing huaa ha ha ha" kamipun tertawa


bersama

" belikan kopi dan sarapan dong,,nihh,," bang sucipto


menyodorkan tas kresek,,

" tuh dah sekalian rokoknya,,COMFIL,,,( commodore filter


)"

" bukan poskamling,,,gak boleh ngerokok,,apa lagi aku tak


di tawati,,hua ha ha ha,,,"

suasanya makin pecah,,setelah minum kopi aku segera


minum obatku, dah nggak krasan tanpa ada teman2ku
yang lain

" ada kabar apa dari pos kita bang?" tanyaku pada cipto

" gak ada apa2 smua aman terkendali"

sekitar jam 9 pagi aku kedatangan tamu

" assalamualaikum"

" waalakumsalam" kata kami serempak

"ehh kak ros" nampak kak ros,,amir,, ustad ismail, ustad


mus dan beberapa penduduk desa mereka membawa
makanan yang diletakkan dalam rantang dan buah2an,,,

" waah gak usah repot2 gini" kataku basa basi padahal
dalam hatiku niihh makanan bergizi, yang pasti nikmat
sekali

kulihat wajah kak ros kelihatan segar dan


bersinar,,wajahnya masih kelihatan guratan2
kecantikannya,,si amir memelukku sambil sesenggukan

" hei amir,,kenapa menangis,,"

" kangen pak ready" kata kak ros

" halah paling kangen uang sepuluh ribuan pak redi" kata
ustad ismail menggoda

setelah beberapa lamapun mereka pulang,, ada sebersit


rasa bangga dan senang karna berakhir dengan bahagia,
perutku terpuaskan hari ini, makanan rumahan itu sangat2
lezat,,hhheemmm,,,sudah jam 8 malam ternyata, hari ini
serasa berjalan cepat, sekarang yang menjagaku sudah
ganti orang, walau jumlahnya tetep 3 tapi ketiga tiganya
adalah seniorku,,hadeeww,, gak bisa nyuruh2 nih,, udah
lah pasti mereka mengerti karna kondisiku, aku segera
menyusun bantalku, berharap malam ini seindah tadi
siang tanpa penampakan,,kadang aku menggerutu
dengan keadaanku,,orang lain itu gift,,bagiku sih shit,,

aku berusaha memejamkan mataku, karna malam itu


hening dan nyaman,, para seniorku sedang bermain catur,
dan satu lagi sedang membaca tabloid,,,,di saat kakiku ku
tutupi dengan selimut,,tiba2 muncul di hadapanku sosok
hantu setengah bule yang datang entah dari
mana,,hhaaaadduuuuhhhh,,,, apalagi sih bathinku,,dan
dia menyentuh kakiku dan BBBLLLLAAAASSSSS,,,,aku
sudha di tengah hutan, hutan tropis yang amat lebat,
pohon2nya besar dan menjulang tinggi,, hingga sinar
matahari susah menembuh sampai ke tanah,, nampak di
depanku rumah besar semi permanen,,di sebelah kanan
dan kirinya ada beberapa tower yang di atasnya buat
berjaga2,,di belakang rumah besar ada rumah agak kecil,
ada beberapa lagi di belakangnya,, di depan rumah itu
banyak orang berlalu lalang berpakaian semi
militer,,namun potongan dan perangai mereka jauh dari
seorang militan

brewokan disana sini,, rambut acak2an,,di depan kamp itu


ada sungai yang lumayan lebar, sangat jernih hingga batu
dan ikannya kelihatan, di atas sungai ada jembatan kayu
sederhana yang terbuat dari
bambu,,,hhheemmm,,,apakah ini sekelompok separatis?
bathinku,, karena mereka bersenjata dengan kelakuan
seperti preman,, kulihat aktifitas mereka dengan senjata
campuran, ada AK,,M-16 bahkan RPD dan RPG mereka
punya,, tapi kenapa aku disini,,, belum selesai rasa
penasaranku,,ada teriakan yang amat
kencang,,,,TOLOOONGG....!!!! bunuh saja akuuuu....!!!...
bunuh aku... tolong bunuh aku...aku segera ke sumber
suara,, kucari sampai di bangunan paling belakang,,begitu
aku melewati sebuah pintu, kulihat wanita setengah bule
itu di ikat kedua tangannya oleh kulit rotan dan kedua
kakinya di ikat juga hingga posisinya
mengangkang,,tubuhnya mulus tanpa memakali sehelai
benangpun,,bentuk tubuhnya sangat ideal dan
sempurna,,tubuhnya terkulai walau masih dalam ikatan,,
di depannya berjejer lelaki yang siap memuaskan
nafsunya,,lelaki itu memperlakukan dengan
brutal,,,bergantian,,,ya Allah,,, aku terduduk , tak kuasa
melihat pemandangan yang sangat tidak
berperikemanusiaan,, beberapa lelaki yang menganti
menenteng botol minuman,, baunya amat menyengat

aku gak tahan dengan adegan itu, berlalu keluar pintu


belakang, tapi yang kulihat tidak kalah sadis, tumpukan
wanita mati, semuanya telanjang, dengan kondisi leher di
sembelih, dan kepalanya hampir
putus,,HHHOOOEEEKKk,,,,aku pun langsung muntah,,
bahkan sebagian mayat itu sudah
membusuk,,mengeluarkan bau yang luar biasa,, aku
memberanikan diri melewatinya, dan aku tersandung oleh
sesuatu, sesuatu yang diikat oleh karung, namun
bergerak2,, aku membuka salah satu karung itu,,ya
Allah,,isinya adalah kepala,, kepala perempuanmm
mereka di tanam di tanah setengah badan tingga
kepalanya saja yang di atas tanah, itupun di tutupi dengan
karung, mulutnya di sumpal dengan kain, hingga mereka
masih bisa bernafas, untuk dijadikan budak
sex,,astaghfirllah hal adzim,, sedemikian sadis perbuatan
mereka,, kejam,,layaknya iblis yang menjelma menjadi
manusia,, aku kembali masuk ruangan,,kulihat sosok
perempuan setengah bule berdiri di depan raganya,
rupanya setelah puas melampiaskan hawa nafsunya
mereka menyembelih perempuan itu, tiba2 aku sudah
berada di tempat lain, terdapat jalan setapak di tengah
perkebunan sawit,,

beberapa orang mengakut mayat2 perempuan,,mereka


menggali tanah dengan cepat, dan menumpuk mayat2 itu
sekadarnya,,bertindih2an,,hingga di timbun dengan tanah
masih tampak beberap anggota tubuh yang kelihatan
hingga menimbulkan aroa anyir yang menyengat,,sosok
perempuan itu seakan menuntunku ke sederet kejadian,
hingga aku tau kematiannya yang tragis,,dia
menatapku,,,wajahnya memelas,,walau wajahnya ucat
pasi,,namun begitu dalam penderitaan yang dia
tanggung,,,iyaa,,,aku mengerti maksudmu,,dan akan ku
bantu,,lalu aku pun tersadar kembali.
tak terasa sudah 5 hari aku di puskesmas, badanku kini
sudah segar, aku sudah bisa mengumpulkan tenaga
dalamku lagi, hari itu jam 9 pagi dokter sudah
memperbolehkan aku pulang, dengan di jemput truck dan
beberapa orang kami kembali ke pos, rupanya beberapa
orang2 kampung sudah mendengar tentang
kepulanganku, di sepanjang jalan bnyak orang
melambaikan tangan kepadaku, anak2 kecil berlarian di
belakang truck termasuk amir, wah ada apa ini bathinku,
rupanya cerita tentang kak ros sudah di ketahui banyak
orang, bahkan ceritanya di lebih2kan, katanya aku bisa
berlari di atas lautlah, katanya lagi aku bisa
menghilang,,,hadeehh,,,sungguh masyarakat yg begitu
polo

amir berlari dan memelukku, pelukannya sangat era


"sudah mir, jangan erat2, masi nyeri nih, nih aku kasih
10ribu gak usah sok kangen2 segala,, he he he"

amir menyengir dan segera berlalu dari hadapanku,


dantonku menyalamikj
"gimana dha sehat?"

"siap sehat dan,,alhamdulillah"

" sudah siap patroli lagi?"

" siap dan,,mohon ijin kalau boleh tau, kita akan bergrak
kemana lagi?"

" ini ada info dari SGI ( satgas gabungan intelegen )


tentang pergerakan separatis yang dipimpin oleh DARWIS
JEUNEUB di sektor timur"

" boleh saran komandan"

" apa itu? "

" saya sudah pernah kesana dan, kalau kita bergerak


dengan kekuatan 1 pleton, kita tidak akan bisa memukul
mundur darwis, karna kekuatan darwis sangat kuat
dengan persenjataan yg amat lengkap juga moril yg tinggi"

dantonku juga semua tema2ku memperayaiku

"oke berarti kita harus bergerak dengan kekuatan 1 kompi


dan senjata bantuan, randuu,,nanti saya sampaikan danki
( kapten mar agustiwarman )"

"mohon ijin danki, letak camp berada di lereng sebuah


ketinggian, didepannya ada sungai, kalau boleh kita
serang dari 3 titik"

" aku setuju dengan pendapatmu"

tibalah hari H nya, hari itu hari rabu sekitar jam 7 malam
kami bergerak, pergerakan kami di bagi menjadi 3,
sedangkan senjata bantuan mortir 90 dan mortir 60
bergerak dengan pletonku, segala perbekalan sudah kami
siapkan, berupa natura ( bahan mentah ) juga amunisi
1BP sekitar 120 butir, masing2 personil membawa 4
granat juga 4TP ( tabung pelontar ) kamipun bergerak
menuju sasaran, karena perjalanan kami sangat jauh,
maka separo perjalanan kami menggunakan truk dan
sebagian kami lakukan berjalan, kau ditunjuk sebagai
CUCUK atau VOORSPEED, yaitu orang yang berjalan
paling depan, karena walau tak secara langsung aku
sudah pernah melewati jalan ini, kami sudah memasuki
hutan belantara, yang ada hanya kegelapan, kami
berjalan pelan tanpa menimbulkan gesekan ranting juga
dedaunan semua amat waspada, berjalan hampir
berdempetan. Semua diam, karna sedikit suara saja bisa
terdengar puluhan meter jauhnya, pasukanku hentikan
dan aku memanggil dantonku untuk maju

"dan, sasaran kurang lebih 200 meter lagi, sedangkan


sekarang masih jam 2 dini hari"

" yasudah, suruh pasukan untuk strlling ( berlindung )


menunggu pleton lain untuk menemui posisinya"

jam penyerangan adalah jam 4 pagi, kita harap saat itulah


musuh lengah saat mereka tidur terlelap, aku mengambil
botol airku, kuminum beberapa tengguk untuk
menghilangkan rasa hausku, suasana menjadi hening,
hanya suara serangga2 yang sedang bernyanyi
mendendangkan irama malam, aku memandang ke langit,
beberapa bintang tampak mengedip2kan cahayanya,
angin gunung yang semilir terasa sejuk, tapi tak bisa
menenangkan fikiranku, karna yang kuhadapi 200meter
didepan, adalah hidup dan matiku, juga nyawa teman2ku
yang sudah percaya dengan pengelihatanku, aku
mendesah, seperti tertekan suatu tanggung jawab yang
amat sangat besar

tibalah saat yang di tunggu2 jam J -30 kami mengokang


senjata memasukkan amunisi dlam kamar lalu kita kunci,
beberapa senjata bantuan sudah menempatkan landasan
mortirnya, semua koordinat sudah dipastikan, senjata
GPMG ( general purpose mechin gun ) sudaj siap dengan
penembak dan pembantu tembakannya, namun semua
koordinat di pastikan lagi , agar tidak ada korban dari
pihak sipil, hatiku berdebar keras, keringat bercucuran.
datang perintah dari danki melalui PRC untuk segera
melakukan serangan, suasana sepi,,,mencekam,,,setiap
orang bermain dengan fikirannya masing2, saling
menatap satu sama lain, tiba2 ,,BBBLLLEEERRR,,,,,
BBLLEERRRR,, BBLLERRRRR,,,,, SUIIIIIITTTT
,,,,BBBLLEEERRRRRRR

suara mortir keluar berhamburan keluar dari larasnya,


beberapa kali terdengar percakapan melalui radio,
komunikasi antara danki dan danton, setelah suara mortir
yang kedua belas, semua pasukan bergerak
maju,,bershaf,, untuk menyelesaikan sasaran, samar2
terdengar orang berteriak2, suasana yang awalnya
lengang kini berubah jadi terdengar hiruk pikuk,

saat itu sudah menunjukkan pukul 5 pagi, pistol SIGHT


atau fler telah di tembakkan, semua terlihat terang
benderang, suara tembakan di tembakkan silih berganti,
hiruk pikuk Cumiikkan telinga, beberapa orang membalas
tembakan dari dalam rumah, membalas serangan kami,
orang2 berlarian mencari tempat yang aman, kami terus
maju silih berganti dengan pleton lain, banyak separatis
yang meninggal, yang kulihat roh2 yang kebingungan
mencoba kembali ke raganya namun tak bisa, dor,,, dorr,,,
dorr,, rreeettt,,,teettt,,teeerrttt,, bunyi mesin kami terus
meraung2 di sunyinya hutan, suara tembakan balasan
semakin jarang, kamipun meringsek masuk kedalam
rumah dengan menggunakan teknik PJD ( perang jarak
dekat ) kami membagi atas beberapa kelompok, dan aku
masuk kelompok ke 5, karena aku ingin menyelamatkan
sandra yang dibungkus dengan karung yang di belakang,
kelompok 5 berlali sambil mengendap2, mengantisipasi
musuh yang masih hidup atau melarikan diri, aku dobrak
hubuk terakir, dorr,,dorr,,dorr tiga amunisi kami
hamburkan dan 3 separatis menggelepar, tali2 rotan yang
digunakan mengikat para wanita masih terpasang, namun
tak kutemukan sandra para wanita tersebut, akupun
mendobrak pintu belakang namun hanya kutemukan 1
wanita yang masih hidup, sementara yang lain hanya
terlihat lubang di tanah, kunyalakan pistol SIGHT warna
hijau, pertanda sasaran terakir telah diselesaikan.

segera kami lakukan konsolidasi, beberapa senjata kami


kumpulkan, para separaris dan sandra kami kumpulkan
secara terpisah, lalu kami hitung secara berkelompok,
untuk menghitung kerugian dari pihak kami, hari itu sudab
menunjukkan pukul 7 pagi, kami menggeledah seluruh
rumah dan ruangan, mencari dokumen yang tersisa dan
ditinggalkan,,kita laksanakn pendataan, semua tim kita
selamat, hanya luka goresan kecil akibat perkelahian
tangan kosong, setelah terkumpul semua jenazah kami
hitung, ada 27 laki2 tanpa idenditas, dan seorang wanita
yang disandra mereka, jenazah kami mandikan dan kami
makam kan secara islam, karna kita berpendapat walau
kita bermusuh secara faham namun mereka tetap
manusia yang harus kita hargai, dokumem yg terkumpul
ada bendera,, dokumen organisasi, beberapa hp satelit
dan 20 senjata, baik itu organik maupun rakitan, setelah
kita kebumikan secara layak, kamp itu kita bakar, dengan
harapan tidak akan bisa digunakan lagi, aku menghadap
danki

" mohon ijin,, dibelakang ada kuburan masal, kuburan


wanita yanh dikubur secara tidak layak, mohon arahan
dari danki"

" bongkar kuburannya, masukkan kantong mayat, dan kita


makamkan mereka secara layak di desa kita" katanya

" siiappp"

kamipun mencari dan membokar kuburan masal itu, maka


kamipun melaksanakan perintah danki, mayat kita
masukkan kantong mayat dan kita bawa ke desa kami,
tiba2 terdengar suara dari kerumunan ,,,,ASNAA!!!,,,
akupun mendekati ternyata mayat yang hanya tertinggal
tulang belulang itu di kenali oleh penduduk kami, pak
umar pun bercerita, bahwa dia adalah sepupunya yang
berasal dari lamno, dilihat dari kalung kulit yang dihiasi
manik2, lalu aku menceritakan sosok yang aku temui di
puskesmas, ternyata dibenarkan oleh pak umar, ada rasa
bangga dari hatiku, bahwa aku berjanji akan
membantunya, dan sekarang sudah terpenuhi, seluruh
jenazah ibu2 mandikan, kita sholati dan kita makamkan di
pemakaman umum,, ,,,,alhamdulillah,,,, semua berjalan
lancar, dan kita memperoleh kemenangan, di pemakaman
aku melihat sosok ASNA, wajahnya bersinar selalu
tersenyum, membawa bonekanya, di belakangnya, ada
seorang anak kecil juga yanh tersenyum, memegangi
gaun asna, dia mengangguk seperti memberi
penghormatan atau rasa terima kasih, akupun berkata "
iya,,akupun berterima kasih,, atas semua
petunjuknya",,,,lalu mereka balik kanan, anka kecil itu
berjalan sambil loncat2 seperti kegirangan, asna selalu
tersenyum

mereka berjalan menuju cahaya yang sangat


terang,,alhamdulillah ya Allah,,,semoga aku selalu jadi
manusia yang berguna, bermanfaat bagi orang lain,
akupun hendak pergi dari pemakaman, tetapi mataku
menatap sesuatu yang indah, sosok gadis yang jadi
incaranku, gadis cantik tapi mempunyai penampakan
yang mengerikan, adalah SINTA MERINA ( kalau anda
punya FB, ketiklah nama itu, anda akan mendapati gadis
cantik putih memakai jilbab yang sedang duduk, menoleh
kekanan, tapi beberapa kali ku inbox tidak pernah di
balas,, he he he,, ssstttt jangan bilang saya yang memberi
tahu ya ) akupun segera menghampirinya,

" assalamualaikum bu bidan"

" eh wa alaikumsalam" jawabnya sambil tersenyum manis

waduuh jantungku pun seperti musik koplo rasanya, jadi


salah tingkah

" eeemmmm,,ngak kerja bu? kataku basa basi

" nggak,,nggak ada pasien, jadi ikut membantu ibu2 di


sini"

"ooohhhh"

" eh pak silahkan mampir ke klinil kalau ada waktu"


katanya

" iya bu "


karna kliniknya dekat meunashah, maka aku pura2 ke
meunashah (modus) karna disana sedang diadakan
syukuran karena kami telah berhasil menyelamatkan
Sandra

akupun menyegerakan berangkat ke meunashah, disana


sudah banyak orang, berbagai makanan khas aceh telah
dihidangkan, akupun mengambil tempat, walau
sebelumnya bersalam2an dengan warga yang begitu
hangat menyambutku, kulihat ada ustad ismail, ustad mus
juga panglima laut/abu laut, mereka mengangguk setelah
melihatku, dan akupun membalasnya, aku duduk di
samping ustad ismail, aku lihat piring yang pas di depanku
adalah kue ek mi ( tinja kucing ), sungguh nama yang
aneh bagi sebuah makanan, setelah di pimpin doa kami
pun makan bersama, kuahnya adalah durian yang di
masak seperti kare, dengan potongan nangka muda juga
irisan ayam kampung, kalo di lihat sih mirip kolak, tapi
patut di coba nih,,,hhhhhmmmmm,,,,laaziz,,, top
markotop, makanan aneh tapi penuh sensasi,,, enak
banget ,, langsung ku makan dengan lahapnya, ustad
ismail di sampingku menyikutku,

" heh,,pelan2 masih banyak itu" sambil tersenyum

aku merasa di terima di desa ini, pemandangan ini


berbanding terbalik waktu kami datang kesini pertama kali,
sepanjang perjalanan hanya wajah amarah dan
kebencian, tatapan matanya penuh curiga, hhhmmmm,,,
alhamdulillah,, seporsi makanan sudah bersarang di
perutku, cacing2 dalam perutku sudah terpuaskan dan tak
lupa, kopi gayo panas yang menggiurkan, ustad ismail
menyenggolku lagi, " nggak nambah??" aku hanya
menggeleng karna perutku sudah mau meledak, setelah
basa basi, aku beringsut keluar dari meunashah, aku ajak
bakes samanhudi menemani, kami menuju sebuah klinik,
atau polindes kalau tak salah, bangunan 4X4 yang terbuat
dari papan, dan ada teras di depannya, di teras ada 2
bangku panjang

"assalamualaikum" ku ketuk beberapa kali


" wa alaikum salam, eh pak ready silahkan duduk pak"
jawabnya dengan lembut dan sopan

" iya ini temanku, seorang bintara kesehatan, mau sharing


tentang kesehatan masyarakat di sini" kataku sambil
menyikut perut samanhudi, samanhudi pun clingka clinguk
kayak tupai hibernasi,

" ayoo,,,ngomong,," kataku

" eehh,,,iya,,, ini bu,,mau tanya tentang data kesehatan


masyarakat sini, barangkali butuh obat, yang akan saya
mintakan ke pusat" kata samanhudi dengan clingukan gak
jelas

di saat samanhudi ngobrol dengan bikes sesekali aku


melirik ke dalam kliniknya, karena masih amat jelas ketika
aku bersentuhan tangan dengannya di puskesmas, sosok
perempuan mistis yang beraura gelap
membayanginya,,soalnya kalau tidak segera ditangani,
sosok itu akan menguasai inangnya 100%, hingga sang
inang tidak bisa berbuat apa2, linglung,,resah,,gelisah,, di
bayangi sesuatu,, seperti ada yg mengikuti, walau hanya
sebuah bayangan, dan bila iman sang inang tidak kuat,
dia bisa gila,, berada di tengah2 alam, antara alam sadar
dan mimpi, namun bila kita bisa mengendalikannya ada
sedikit manfaat,, tapi sedikit saranku,, jangan sekali2
bermain dengan jin, juga sejenisnya, sangat licik dan
pintar merayu, tak ada keuntungan yang kita dapat, hanya
menjauhkan iman kita dengan sang khalik, membuat kita
syirik penuh dengki, cemburu, nafsu, hidup hanya
dipenuhi kepalsuan, apa akibatnya dengan tubuh, anda
sering sakit2an, sakit hati, fikiran selalu tidak tenang,
gelisah,, segeralah ambil air wudhlu, laksanakan sholat,
aku tidak bermaksud menggurui, karna semua ini
berdasarkan pengalaman yang ku alami,

mataku masih clingukan di dalam klinik, masih mencari yg


aneh2 di dalamnya, namun aku tak menemukannya,
hhheemmmm,,,, sebenarnya aku ingin sekali menyentuh
bu bides, biar aku bisa berinterksi dengan makhluk itu (
jangan di bilang modus ya ) , tapi bagaimana caranya,,
ini aceh bung,, sedikit ngobrol dengan lawan jenis,
gosipnya gak karuan,,,,,, CCLLIING,,,, tiba2 ada ide di
kepalaku,

" uuuhhhhh,,, kepalaku kok pusing sekali ya,," kau pura2


mengerang kesakitan

" coba kulihat " kata samanhudi lalu ku injak kakinya

" aduuh -_- " katanya

" aku minta di tensi sama bu sinta saja, barangkali aku


kena darah tinggi " hehe,, masuk akal kan

" oh iya sebentar " bu bides pun masuk ke dalam biliknya,


mengambil alat untuk mengukur tekanan darah,

lalu bu bides duduk di sebelahku, tangan kiri ku julurkan,


bbblllaaasss,,, sosok itu menyeriangi, sekeliling matanya
gelap, wajahnya pucat sekali, tepat di samping kiriku,,
alamaak,, lututku gemetaran, seakan akan pingin pipis,
tubuhnya mengeluarkan bau busuk yang amat sangat,
kuku2nya amat tajam,, hitam,, telapak tangannya
mengeluarkan ulat2 kecil, sungguh pemandangan yang
sangat menjijikkan, tangan kanan ku tutupkan ke hidung,
agar aroma itu sedikit hilang, aku gak berbicara dengan
sosok itu, karna akan menimbulkan pertanyaan dari bides,
mataku menatap tajam2 sosok itu, dengan maksud agar
dia tahu, aku bisa melihatnya, namun sosok perempuan
itu malah membuka mulutnya lebar2, hingga giginya amat
runcing, berlendir, berbau seperti bangkai, namun aku
terus menatapnya, meyakinkan dia akan aku,,
bbllllassssss,,,

" eeehhh,, kok melotot gitu? " kata bu bides

" ah engk,,, cuma sakit aja waktu tensinya ngembang tadi


"

" ini gak papa, normal kok 120/90,,, masih terasa sakit?
kalau masih sakit aku ambilkan obat di dalam" tanyanya
" ahhh,, gak usha bu, di pos juga ada kok, iyakan bakes?
he he he "

" iya ada bang "

" yaudah bu, kita pulang dulu, dah mau dhuhur nih,
assalamualaikum" salamku sambil tersenyum

" wa alaikum salam " kata bu bidan

oooohhh rasanya enak banget duduk di sampingnya


walau sesaat, namun bukan itu yang membuatku senang,
bahwa aku sudah berhasil mengintimidasi sosok
perempuan itu, semoga dia terpancing.

malam itu aku jaga serambi ke 2, aku terbangun gara2


badanku di guncang2 oleh joko

" baang,, bangun baang,, bang jaga " kata joko


" iya ,,, aku bangun " aku pun berjaga sama budi

" bud, buat kopi yuk, biar gak ngantuk" kataku

" iya bang " kata budi

" manteb kopimu bud "

lalu aku mengeluarkan rokok compil ( chommodorre filter )


karena rokok itu paling murah setelah kansas, , ,
hhhhhmmm,,,, kuhisap dan ku hembuskan dalam2,, jarak
10 meter dari pos sebelah kiri ada rumpun bambu,
sedangkan di sebelah kanan pos terdapat pohon randu
yang sangat besar, tiap malam begini biasanya banyak
klaong yang beterbangan di dahannya , aku ambil
GOOGLE NIGHT VISION ( teropong malam ) untuk
mengamati keberadaan kalong yang berada di atas
pohon, lalu iseng2 aku teropong ke arah laut, terus ke
arah kiri, tiba pandanganku pada rumpun bambu,
pandanganku berhenti, seperti ada bayangan putih yang
bergerak gerak, aku amati lebih teliti lagi
" ahh apa itu bud,,,bud,, arah jam 11 lihat deh " kataku

" aah gak ada apa2 bang" katanya meyakinkan

" ituuuuu bud,, ituuuu "

" mana? "

" heeeehhhh,,, ITU LO BUUDD,,,,," namun budi tak


melihat apa2

" bud, kamu tau tugasmu kalau aku menghampirinya?


tegasku di iringi anggukan budi

" lindungi aku bud " sambilku memberinya senter

akupun melangkah perlahan, menghampiri makhluk yang


bergelantungan di pohon bambu, sedangkan budi dengan
sikap waspada tetap di belakangku, aku terus maju
" bud, kmu maish belum melihatnya??" bisikku

" belum bang " kata budi lirih

" hhaaisss,, matamu soak bud, begitu dekatnya kamu gak


liat apa2"

nampak di atasku berjarak 10 meteran, perempuan


bergelayutan di salah satu pohon bambu, namun
bambunya tidak melengkung, bajunya putih panjang
menutupi kakinya, rambutnya panjang terjurai ke bawah,
tangannya mengelus2 rambutnya, makhluk apa ini
bathinku,, kalau kuntilanak harusnya sudah tertawa
hahahihi,, ini kenapa diam,, aku goyang2 pohon
bambunya, ssslllrreeett,, dia pindah ke pohon satunya, si
budi yang berada tepat di belakangku meremas kuat2
lenganku,

" bang,, bang,, balik ke pos yuk,, aku takut bang " kata
budi
" SUDAH DIAM!!! " bentakku

lalu terdengar suara amat keras,,


HHIIIIII,,,,,HHHIIIIIII,,,,HHHHH,,,,,HIIIIII, suara dari budi,,
waduh budi kesurupan

HHHHRRRRRHHHHOOOMMMMRRRFFFF,,,,,
HHHRREEEMM,,, HUAA,, HA,,, HA,, HII,,HII,,HII, budi
makin menjadi jadi tertawa melengking, tubuhnya
merangkak, tangannya mencakar2 tanah, aku segera
mengambil senjata laras panjangnya, kau lari.ke pos
membangunkan teman2ku,

" heeehh,,, bangun!!!!,,,, bangun!!!,,, budi kesurupan "


teriakku

sontak seluruh anggota pos bangun dan berlari, namun,,


budi tidak ada di tempat, hanya meninggalkan jejak
cakar2an di tanah yang tidak beraturan,
" semua kembali ambil senter dan teropong malam "
danton memerintah
segera di bagi team pencarian, termasuk siapa yang stand
by di pos, tim di bagi 4, namun bergerak searah dengan
tanda jejak yang di tinggalkan budi, malam yg gelap gulita
kini menjadi terang, senter kami bersliweran ke arah
obyek2 yang memungkinkan akan keberadaan budi.
BUDIII,,,,!!!!! BUDII,,,,!!! suara kami bersaut-sautan di
tengah malam, semua tempat gelap kami sorot, tak
terkecuali sungai yang tepat di depan pos, tibalah kami di
jalan makadam, jejak itu hilang, sekarang kita benar2
berpencar, masing2 team di bekali dengan HT, dengan
selalu berkomunikasi kalau2 si budi ditemukan, sudah
hampir satu setengah jam kami melakukan pencarian,
namun tanda2 keberadaan budi masih belum nampak,
kami semua sepakat memutuskan pencarian di area
kuburan, karna biasanya, sumber energi yang paling kuat
berasal dari sana.

nampak didepan hamparan batu nisan yang terdiam,


aroma bau bunga kamboja segeraenyambut kedatangan
kami, amat wangi,, wangi yang anyit,, aura dingin segera
menghampiri pori2ku, haduuuuhhh,,, lagi deh bathinku,
pekuburan islam yang tertata rapi, rumput2 liarnya nyaris
tak ada, sesekali burung hantu berbunyi, membuat kaget
beberapa temanku, bahkan kudengar ada temanku yang
berkata " paiitt,,,, paiittt,,, paiitt" dan aku gak tau maksud
dan tujuannya, kali ini aku merasa aneh, do kuburan
biasanya amat ramai, seperti pasar malam, penuh aktifitas
roh, tapi kali ini sangat tenang,, sepiii,,, ada peristiwa
besar apa lagi ini, gimamku,,, pasti sebentar lagi akan
terjadi peristiwa yang sangat dasyat, rasa takut mulai
menggelitik hatiku, seakan akan aku gak mau melanjutkan
pencarian ini.

otak dan fikiranku seakan, dah gak mau berfikir panjang,,


,karna kalau ada peristiwa dasyat lagi, pasti aku tak
mampu menghadapinya, karna tenaga dalamku belum
bisa terkumpul sempurna, apalagi tanpa di dampingi oleh
istad sholeh, dan ustad thoha yang sudah tiada, aku mulai
gusar, tapi yang hilang kini adalah temanku, seorang
marinir tidak akan pernah meninggalkan temannya, kau
bisa, dan aku harus bisa,, kataku menyemangati diri
sendiri, walau nyawaku kini adalah taruhannya,, suara
teriakan memanggil budi masih terdengar, juga nyala
lampu senter malin berkelibatan, tiba2 tu uhku di tuntun
oleh kekuatan yang besar, menuju kuburan para sandra
yang pagi kemarin kita makamkan, hingga,, sayup2 aku
mendengar suara wanita bersenandung, bersenandung
tentang kekecewaan dan kesedihan,, suaranya miris,,,
menyayat hati, bagi siapapun yang mendengarnya, aku
perlahan menghampiri suaranya, kulihat seseorang
perempuan memakai baju tidur bersenandung,, di
pemakaman baru itu,, siapakah perempuan itu,,,,

aku penasaran dengan gerak geriknya, posisi sosok itu


membelakangi ku, tangan kirinya membawa sekeranjang
bunga kertas, ada beberapa yg di rantai, aku yakin itu
manusia,, karna dari pakaiannya jelas itu pakaian tidur,
bermotif polkadot,, berwarna biru muda,,
hhhheeemmmm,,, empat orang temanku berdiri di
belakangku dengan wajah penasaran juga,,
assalamualaikum,,, assalamualaikum,, wanita itu tak
menjawab,, aku pegang pundaknya,,, dan,, keluar sosok
wanita yang menyeramkan dari dalam tubuhnya,
WWWAAAAA,,,,,,,WWAAAAAA,,,,, Cumiik,, menerjang ke
arahku,, kedua tangannya mencengkram leherku,, aku
kesakitan,,, tercekik,,, tak bisa bernafas,,
hhhkkk,,,,hhkkgg,, hhkggg,,, temanku berusaha
membantuku berdiri, namun mereka terlempar beberapa
depa,, badanku lemas karna tka bisa bernafas, sosok itu
menindihku, cengkramannya sangat kuat, bahkan
kuku2nya melukai leherku,, tanganku memegang
tangannya, wajahnya tepat di wajahku, aroma bau
mulutnya dasyat,, sambil berdoa aku mengumpulkan
sedikit kekuatanku, dan sejuruss,, aku bisa melepaskan
cengkramannya,, akan tetapi, begitu dia tidak
mencengkram, sosok itu kembali masuk ke tubuh
perempuan itu, aku yg masih terlentang berusaha duduk,
di bantu temanku.

wanita yang dari tadi duduk membelakangiku kini


menengok ke belakang,,,, ya Allah,,, ternyata wanita itu
adalah bu bides, sinta merina,, hhhaaaahh,,, mukanya
terlihat sadis, sorot matanya begitu dendam, dia berteriak
sangat keras,, WWWWWWAAAAWWW,,,,,
WWWAAAWWWE,, sambil menengadah ke langit, kedua
tangannya tegang, kakinya bergetat getar, seiring
teriakannya, bayang bayang putih berkelebatan, berputar
putar,,,, banyak sekali,,,, bahkan beberapa menabrakku,,
WWRRAAAA,,,, WWWRRRAAAAA,,, hii,,, hi,,, hi,,,
bayangam putih itu satu persatu masuk ke dlaam tubuh bu
bides, hingga bayang terakir, tubuh bu bides lemas,,
lunglai,, jatuh ke tanah yang lembab.

kamipun berlarian ke arahnya takut terjadi apa2, tetapi


begitu jarak kami tinggal beberapa langkah, tubuh bides
terangkat tinggi2, seperti di angkat oleh sesuatu, tubuhnya
masih terkulai tak sadarkan diri, rambutnya yang terurai
bergerak2, baju tidurnya yang longgar berkibar2 seperti di
tiup angin, walau sama sekali tidak ada angin yg menerpa,
makin tinggi, kamipun serentak menyenteri tubuh yang
terbang terangkat itu, perlahan tubuh bides berdiri,
tangannya perlahan terangkat kesamping menunjuk ke
arahku,,
"KAU,, YA,,, KAU,,MENCAMPURI
URUSANKU...!!!...MENGGANGGU KEHIDUPANKU....!!!"
suaranya keras menggema

bu bides membuka matanya, matanya melotot lebar...!!!...


apalagi senter kami begitu jelas dan terang,

" apa urusanmu mencampuri urusanku!!!!" tanya bu bides

" saya datang hanya untuk membantu" kataku

" TAK ADA YANG MINTA


BANTUANMU..!!!!...HHRREEMMM,,,,HRREEMMM,,, " dia
menggeram geram

" ENYAH KAU DARI SINI...!!!...atau kubanting tubuh


ini...!!!... hua ha ha ha,,,"

" kamu gak akan berani membanting tubuh itu,, dan aku
tak takut padamu!!!! " bentakku lebih keras lagi ( padahal
aku ragu )
" HHHHHHAAAHH,,, KAU
MENANTANGKU...??...BERANI KAU PADAKU...!!!!

" tak ada yang kutakuti kecuali Allah "

" hhiiiiiihiiii,,,, hhhhhiii,,, hhhhhiii,,, hhaaaaa,,, haa,,haa,,,"


JJJGGGLLLEERRRR,,,

kilat seperti menyambar kearahku, kau berguling ke kiri,


dan terkena pohon kamboja

" HHEEEHHH,,,, PENGECUT!!!!... jangan masuk raga yg


tak berdosa itu,,, kluar kau,,,!!!... hadapi aku, kalau kau tak
berani keluar dari raga itu, percuma aku melayanimu....!!! "

" hhhhiiiiii hhiii,,,, hhiii,,,, aku tak mau keluar " kata dia
menyeriangi

diam2 aku berbisik pada temanku, suruh semua anggota


kumpul disini, ternyata sudah banyak yg terkumpul, karna
bunyi yang keras seperti petir tadi, kau bilang pada
mereka, untuk membaca doa,,( maaf tidak saya sebutkan
surah apa), bersama sama sosok itu menjerit, pontang
panting kesana kemari, tubuh bu bides di hantamnya ke
pohon sekeliling pemakaman, namun kami terus berdoa,
sambil mengikuti arah geraknya, perlahan lahan tapi
pasti,, sosom putih itu banyak yang keluar dari tubuh bu
bides,,, "teruuuuss,,, teruusss doanya,,, lebih kerass
doanya" kataku.... dan perlahan tubuhnya perlahan turun,
turun sampai ke tanah dan di tangkap dantonku

tubuh bu bides segera di bawa keluar area pemakaman,


karna masih tegang dan meronta, karna sosok dalam
tubuhnya masih belum terima, HHHRRRMMMM,,,,
HHHHRRMMMM,,,, HHHHRRRMMM,,,, mulut bu bides
mengeram,, matanya masih liar dan jelalatan,, "pegangi
tangan dan kakinya " kataku yg kewalahan memegangi
walau sudah dengan 4 orang, karna bu bides melakukan
perlawanan, terus meronta dan mengeram, kami
memegangi tangan, kaki dan kepalanya, aku menekan
sela2 jari tangan dan kakinya, agar sosok itu mau
menyingkir dari tubuh bu bides, sesaat suara yg keluar
dari mulut bu bides berupa kesakitan, sesaat lagi suara
gelak tawa dari sosok itu, aku gak mau ambil resiko.

kudekatkan mulutku di telinganya, aku hirup dalam2


dengan sisa tenaga dalamku, sekuat tenaga sosok itu
berpegangan, mencoba bertahan dalam tubuh bu bides, ,
namun , , ternyata sisa tenagaku masih mampu
menghirup keberadaannya, ketika sosok itu sudah
sepenuhnya aku hirup, aku menjauh dari kerumunan,
HHHUUUUUUUSSSSS,,,, aku keluarkan sosok itu dari
tubuhku, lalu aku lemas,, terduduk di sebuah nisan,
heeehhh,, hheeehhh,, hheehhh,,, nafasku tersengal2,
namun aku mampu menguasai diri, alhamdulillah,,, aku
lihat sudah jam 4 pagi, kami semua tertolong walau
sempat aku lihat sosok itu pergi yang penting kami semua
terselamatkan, tinggal keberadaan si budi.

Alhamdulillah,,, kami semua bersyukur, beberapa orang


mengangkat tubuh bu bides,, waktu bu bides di angkat,
sekilas kutangkap benda aneh menggelantung di leher bu
bides,, namun ku biarkan,, karna aku akan tanya ketika
dia sadar nanti,, beberapa temanku aku suruh
melanjutkan pencarian si budi, " eh coba di lihat di
PENDUSO ( keranda mayat ) ",yang biasa di simpan di
area pemakaman, namun mereka tidak menemukan
apapun

" sudah,,, kita kembali ke pos dulu,, kita rawat bu bides


dan sholat,, habis itu kita lanjutkan pencarian " teriak
dantonku

kami pun kembali,, menuju pos yang di tinggalkan


semalaman,, sesampainya di pos, segera bu bides di
periksa kesehatannya oleh bakes kami,, setelah selesai
sholat dan sarapan,, kami di bagi 2 kelompok, 1 kelompok
di pos untuk memastikan kesehatan bu bidan, dan
satunya mencari keberadaan si budi, namun kelompok di
pos cuma 10 orang selebihnya pencarian, aku di
masukkan dalam kelompok di pos, karna kondisi sudah
pagi, bakes samanhudi membuka pembicaraan,, "
alhamdulillah kondisi bu bides tidak apa2, hanya trauma
secara psikis dan kelelahan", namun berbeda dengan yg
aku lihat, aku tak mau menyentuhnya, karna kondisiku gak
kalah miris dari kondisi bu bides, setelah dia sadar, pelan2
aku tanya dia

" gimana bu bidan,, sudah enakan??

" alhamdulillah pak,,, tapi kepala saya amat pusing"

" ya udah,, ibu gak perlu bangun,, silahkan tiduran saja,,


eeehhmm,,, kalau boleh tau, apa yang bu bides lakukan,,
hingga seperti ini?? "

" nggak tau pak,, habis isya saya sudah tidur, terus
bermimpi bertemu dengan seorang wanita dan saya di
ajak ke rumah barunya"

" ooohhh,,, gituu,,, eeehhhmm,,, kalungnya bagus ya bu


bidan,,?? kataku

" inii??? ini pemberian orang tua saya, karna ketika kecil
saya sering sakit2an"

" ooohh gitu,, boleh saya lihat?? "

bu bidanpun dengan mengangkat sedikit kepalanya,


perlahan membuka kalung kulit yg di pakainya, lalu di
letakkan di sebelahku, kulihat sebuah kalung yang
sederhana, yang terbuat dari kulit, di tengahnya ada
tembaga sebesar ibu jari orang dewasa, yang sisi sisinya
di kaitkan dengan semacam kili kili, di tembaga itu tertulis
tulisan arab yang tidak begitu jelas ketika di baca,
hhhemmm,,, apa isinya bathinku,,,

" boleh saya buka bu??"

" silahkan pak ready " katanya

pelan2 kubuka dan ternyata benar, didalam kalung itu


terdapat kulit tipis yang di gulung, begitu aku buka
terdapat tulisan arab yg di bolak balik ( RAJAH ), rajah
sebenarnya adalah doa2, namun ,, doa2 yg tidak jelas
maksud dan sumbernya,, bahkan bila kita meyakini, akan
terjerumus kita dalam kesyirikan,, tiada siapapun yang
bisa membantu kita kecuali Allah.

" ibu pernah melepas ini ( rajah ) ? " kataku

" tidak pak, selalu saya pakai, karna kata orang tua saya
ini akan membantu dan melindungi saya dalam keadaan
apapun"

" termasuk tadi malam? " kataku

" astaghfirllah hal adzim" kata bu bides

" ibu mau tidak tersiksa lagi?? saya insyallah akan


menolong ibu, asal ibu menyerahkan kalung itu, kalau ibu
gak menyerahkan kalung itu, maaf saya tidak bisa, dan
tidak mau membantu ibu lagi"

dengan berat hati, bu bides menyerahkan kalung itu


" tapi jangan di rusak ya pak,, karna itu kenang2an dari
bapak saya"

" insyaAllah" jawabku

dan hari itu juga bu bides di antar ke kliniknya, ,dibantu


ibu2 desa, sekitar jam 3 sore tim pencarian budi kembali,
mereka datang dengan membopong seseorang, aku
berlari menghampirinya, ya Allah ternyata itu si budi, "
siapkan tempat" kata dantonku,, lalu direbahkannya tubuh
budi di balai balai di depan pos,

" eh ketemu dimana? " kataku

" di sebelah pemakaman tadi malam " kata roy

" sebelah mana roy? "

" itu bang,,, sebelah kuburan kan ada rumpun bambu,, dia
berada persis di dalam rumpun bambu itu,, kok bisa ya? "
kata si roy
" terus ngambilnya gimana? " kataku

" ya kami tebangi bambunya,, mangkanya lama sekali"

budi yg tergeletak lemas badannya luka2 akibat kena duri


bambu yg amat tajam, pakaian dinasnya sobek sana sini,
darah yg sudah mengeringpun banyak terlihat, bakes
samanhudo mengolesi tubuh budi dengan minyak angin,
mata budipun sedikit terbuka,

" ehh,, sadar bang,, bud,,, bud,,, sadar bud,, nih minum
dulu " kata cipto

" makan ya bud, biar di masakin T2 ( makanan kaleng ) ?


lanjut cipto

" nggak,, aku masih kenyang,, semalam habis makan di


tempat pesta " kata budi

" HHHHHAAAH,,,,, pestaa,,??? " kata kami hampir


bersamaan
( ingat kata2ku di puskesmas,, apa yg kita buang,, itu yg
mereka makan ), berarti budi makaaaann....???.... hiiiii,,
kau dan teman2 ku merasa jijik... kami pun rame2
mengerubuti budi, pada bertanya pengalamannya hilang
semalam.

" begini ,,, aku di belakanh banh ready,, tiba2 punggungku


hangat,, pertama kukira kena serangga atau apa,,
ternyata gak kenapa2,, begitu bang ready maju,, aku
seperti sedang antara sadar atau tidak,, lalu aku di ajak
seorang cewek yg cantik jelita, katanya rumahnya lagi ada
pesta, rumahnya bagus sekali,, besar dan luas, pagarnya
juga tinggi, dihiasi bunga2 berwarna warni yg indah,
lampu2 nya gemerlap, tamunya banyak sekali, semuanya
berpakaian serba putih, waaahh seperti rumah mewah di
jalan darmo lah, begitu aku masuk, makanan sudah di tata
di beberapa meja panjang, di kanan kirinya ada lilin,
semua makanan ada, kambing gulingpun ada, sedangkan
minumannya serba berwarna merah, aroma ruangan itu
seperti parfum bunga kamboja, aku yg begitu lama ndak
merasakan makanan enak langsung ngambil nasi sate,,
gulai dan kambing guling,, hhhhmmmmm.... aku seperti
tamu yg terhormat, tapi aku gak kenal dengan para
tamunya, mereka tidak bicara, dan gerakannya
pelan,,,pelan,,, aaaahh,,, cuek saja yg penting makaaan
kenyang " kata si budi

HHHUUUUEEKKKK......HHUUUEEEKKKK.... sontak perut


kami mual

" wes bud,,,wes,,, jangan kau teruskan,, tuh bau mulutmu


busuk,, sana mandi trus gosok gigi " kataku menghardik

haduuuhh,, untung hanya makanan, kalau di ajak bercinta,


bisa tidak pulang budi

hari sudah sore, aku dan beberapa teman pergi ke


meunashah, menemui ustad ismail dan ustad mus untuk
meminta bantuan, karna tenagaku gak akan bisa melawan
sendirian, dan kedua ustad itu menyetujui, " ntar setelah
sholat isya di tepi pantai dekat pos marinir ya pak " kataku,
kamipun kembali ke pos, setelah isya kedua tengku dan
dua temannya lagi menghampiriku di pos

" assalamualaikum "

" waalaikum salam,, mari pak ustad silahkan masuk dulu "
kataku basa basi

" gak usah mas, langsung saja "

maka kamipun berangkat ke pantai, kira2 jaraknya 25m


dari pos kami, " disini saja ya pak", teman2 ku ikut berdiri
di samping pos, mereka ingin tau apa yang kami perbuat.

" begini pak ustad,, benda ini (rajah) punya bu bides,


sebenarnya benda ini pemberian dari orang tuanya bu
bides, cuman diyakini " keberadaannya " mangkanya
langsung di masuki ( khodam ) yg jahat,,, begitu
meyakinkan untuk melindungi, padahal,,, akan
menyesatkan bagi penggunanya,,, untuk itu,, saya ingin
membakar, sebelumnya pak ustad pimpin berdoa agar
kita di beri kelancaran, juga saya minta tenaga dalamnya,
karna tenaga saya belum benar2 pulih " kataku

lalu kamipum duduk bersila, berjejer menghadap laut,


sedangkan bara yg sudah aku siapkan sudah kutaruh di
depanku, pak ustadpun mulai berdoa, doanya begitu fasih,
di sela2 doanya, aku buka gulungan rajah yg terbuat dari
kulit itu.

dengan terus berdoa, kami mengumpulkan tenaga dalam


kami, malam itu bulan nampak separo, di tepi sinarnya
ada bayangan bulat mengelilinginya, hanya beberapa
bintang yg menemani kami, langit pun sedikit berawan,
hingga suasana gerah menempel pada kulit kami, dua
teman pak ustad saling melirik, karena mereka belum
pernah melakukan hal yg seperti ini, perlahan-lahan rajah
aku angkat, aku angkat ke atas perapian, lembaran itu
berkibar kibar tak tentu arah, walau angin tak ada malam
itu, tanganku bergetar menahan gerakannya, aku tahan
dengan tangan satunya, tubuhku sekarang yg bergetar,
hingga kedua kakiku yg duduk bersila sedikit terangkat,
hatiku berdebar-debar, namun aku tetaplah fokus, aku
dekatkan lembaran itu ke api, tapi dia bergerak ke atas,
seakan tidak mau terbakar, dan terpaksa,,, aku masukkan
lagi, hingga kedua tanganku ikut panas, keringatkupun
bercucuran, membasahi wajah dan tubuhku, pasir2 pantai
ikut terangkat,, bertaburan,,, seakan akan ikut ingin
memadamkan api tersebut.

hingga rajah itu sekarang benar2 terbakar, lalu,,,


BBBBBLLLLAAAAMMMMMM,,,, kabut keluar dari
perapian, memenuhi seluruh pantai, kami terhenyak,,
sungguh dasyat jin yang mendiami rajah itu, tungku
perapianpun ikut padam, dan tungkunya terguling-guling,
kami segera berdiri mengambil kuda2, tapi kaki kami tidak
dapat bergerak, seperti ada yg memegangi, ustad ismail
mengibas-ibaskan sajadahnya, sambil terus berdoa, dan
aku memandang sekeliling, mencari sumber energi itu dari
mana berasal.

karna aura yg kutangkap samar2, energinya pun masih


kecil, hingga kutangkap sesosok perempuan, bertengger
di atas pohon kelapa, tertawa melengking, bahkan seperti
sedang menjerit, kulihat teman2ku yg tadinya melihat kami
di samping pos, sekarang mereka sudah tak nampak lagi,
hhhiiii,,,hhhiii,, hhhiiii,,, hhii,,, suaranya kecil, tapi bernada
amat tinggi, darahkupun berdesir, hingga bulu kudukku
berdiri semua, sosok itu melompat kearah kami, dan ustad
ismail sudah siap dengan kibasan sajadahnya, kami
pusatkan energi menjadi satu dan,,
WWWWUUSSSHHH,,,, tepat pada sasaran,, sosok itu
terlempar, tapi kembali lagi dengan mengeram,,
HHHHHHRRRRMMMM,,, sesaat kami melancarkan
serangan kedua, sssssrreett,,,, ada bayangan lain yg
menghalangi, seakan berpihak pada kami, bayangan yg
baru datang ini beraroma sangat harum,, mereka saling
beradu di angkasa.

alhamdulillah,, semua penugasan kami di saat itu berakhir


dengan happy ending, sepanjang kepulangan kami dari
desa lancang, seluruh masyarakat berjejeran melepas
kepergian kami, isak tangis masyarakat yg seakan tak rela
melepas kepulangan kami, tangan mereka melambai2,
seakan memberi isyarat selamat jalan, orang tua, pemuda
dan anak2 berlarian mengiringi kepergian kami, kamipun
ikut larut dalam suasana mengharukan itu, termasuk
kehilangan "rasa" yg terpendam dan tak sempat
kunyataka terhadap seseorang, dia hanya berdiri di depan
kliniknya, tangannya melambai, dengan seutas sapu
tangan di ujung jarinya, tanpa berkata2 hanya senyum
tipis namun amat mendalam dan menggetarkan hatiku,
aku yg duduk di bak belakang, juga terdiam membalas
lambaian tangannya, ada penyesalan dan juga ada cinta
yg tak tersampaikan, terima kasih sahabatku,,,,
temanku,,,, hanya Allah yg tau semua rahasia dan jalan
bagi umatnya,,,,,

End chap 1

pada taun 2005 bulan dan tanggalnya saya lupa, kami


penugasan di aceh barat daya, kekuatan kami 1 bataliyon,
di pimpin 1 letkol, 3 kapten dan 10 letnan, kami berangkat
dari belawan, menggunakan sekitar 30 truk, melewati
berastagi, subulusalam, dan tapaktuan, posko kami di
tapaktuan, sementara kompi tersebar di sekitar, kompie
saya berada di kecamatan ALUE BILIE, sedangkan
pleton2 lainnya di tempatkan di alue bilie 1 pleton, pulau ie
1 pleton dan di desa selamat datang 1 pleton, aku masuk
dalam pleton bantuan dengan menggunakan mortir 90 yg
berkedudukan di alue bilie, alue bilie adalah kecamatan yg
kecil, daerah si atas ketinggian dan juga dekat lautan,
daerah yang sedikit terilosir, di tengah2 hamparan
perkebunan sawit, dan di sebelah selatan perkebunan
sawit adalah hutan yg masih perawan, tak banyak yg aneh
dari kehidupan di desa sana, di samping kuliner aceh yg
begitu lezat, di tepi jalan raya banyak kedai2 berjejeran di
sepanjang jalan raya, sedangkan di sebelah kiri ada
terminal kecil untuk minibus, di belakang terminal.

di belakang terminal kecil ada balai desa, di samping


kanan ada kantor koramil dan polsek, di belakang koramil
lah posko kami berdiri, terdiri dari 2 barak, karna kami
bebarengan dengan satgas SGI yg tergabung dari 3
satuan TNI, barak kami berupa papan seperti bale2 he
he,,, senjata kami di taruh dalam rak2 senjata, sedangkan
mortir dan granatnya kami letakkan secara terpisah, di
depan pos di buat pelbox yg terbuat dari karung dan di
tata rapi hingga ketinggian manusia, berjarak 5 km ke
arah utara terdapat pos kami yg lain di desa pulau ie,
sedangkan tak jauh dari pos itu sudah terdengar suara2
ombak, sepanjang pos alue bilie dan pulau ie adalah
hamparan pohon sawit yg sudab berumur ratusan taun,
amat sejuk karena kerindangannya, kulihat banyak sekali
monyet bergelayutan di dahan2 sawit, sungguh
pemandangan yg menyejukkan hati.

kami yg dari senjata bantuan, selalu berpindah tempat


dimana pleton membutuhkan bantuan tembakan dan
kekuatan, di situlah kami di tempatkan, semua teman2
sudah tau tentangku, bahkan sering sharing juga
mengerjaiku, suatu hari kami di tugaskan ke pos pulau ie ,
karna akan di adakan patroli sektor di pulau ie, hampir
seluruh warga desanya bisa berbahasa jawa, karena
mereka memang orang jawa yg di transmigrasikan ke
sana, namun bahasa jawa NGOKO (kasar), kami sering
berinteraksi dengan warga sekitar, kami ngobrol dan
bercerita tentang asal-usul mereka, tapiiiii ada sesuatu yg
ganjil, biasanya setiap aku bersalaman dengan
seseorang, aku akan tau siapa orang itu, tapi tidak dengan
warga di sini, aku tak mendapatkan "pengelihatan"
apapun, anehh...bathinku,, apakah aku sudah
sembuh??..bahkan masa lalunya hanya kulihat saja
sepintas.

hingga suatu sore, warga berteriak

" banyak ikan...banyak ikan...!!!...di laut banyak ikan..!! " (


translate dari b.jawa ), apasih... ya pasti di laut banyak
ikan, kenapa mereka berteriak...gumamku

tapi aku penasaran juga, dengan meminjam sepeda motor


warga, aku secepatnya menuju pantai, apa yg ku
lihat...??? lautan yg tadinya berlimpah air, sore itu
KERING... tinggal ikan yg banyak sekali di tepi pantai itu,
masyarakat berbondong-bondong beramai-ramai
berebutan ikan di pantai, tapi berbeda dengan yg kulihat,
dari kejauhan aku lihat seperti gunung yg bergemuruh
suaranya,

" SEMUANYA BUBAR..!!..CEPAATTT BUBAR...!!..ada


ombak yg besar yg datang..!! " teriakku berkali-kali

tapi mereka tak menghiraukan teriakanku,,

" CEPAAAAT PERGII...!!! " bahkan aku menaikkan


seorang anak kecil ke sepeda motorku, tetapi ibunya
malah marah2, aku gak mau mati konyol, karna pasti akan
terjadi sesuatu yg DASYAT,,, kubalikkan sepeda motorku,
aku mau mengingatkan teman-temanku yg ada di pos
pulau ie,, namuuunnn,,,, baru beberapa meter,,,,
BBBBBLLLEEEEMMMM,,,, BBBBLLLEEEEEMMMM,,,,,,,
BBBBBLLLLEEEEEERRRRRTT.....,, gelombang setinggi
pohon kelapa menghantamku, BBBBLLLEEEMMMM....
ombak itu bergulung-gulung,, membawa apapun yg
mereka dapati,, aku meronta,,, berenang sekuat tenaga,
bahkan beberapa kali aku minum air laut yg sudah
bercampur dengan lumpur, mataku tidak bisa melihat,,
karna air yg begitu kental,, dan beberapa kali tubuhku di
hantam oleh suatu benda,, dan aku tak tau benda apa itu,,
JJJJLLLLEEEENNNGGGGGHH.....JJJJLLLEEENGGGG
GH... ombah silih berganti,, dan kini,, kepandaian
berenangku sudah tak ada artinya lagi, aku hanya
berserah,, kuserahkan diriku kepada yg ESA, kusebut
beberapa kali nama ibuku, dengan harapan mendapatkan
doanya, tubuhku yg lemas, tiba2 terlempar oleh arus yg
kencang, dan disebelahku kudapati benda yg keras, aku
cepat2 memeluknya.

begitu aku memegang benda itu, akupun memeluknya


erat2, aku tak mau melepaskannya, hingga badanku
lemas gelap dan tak sadarkan diri, hari itu tubuhku sakit
semua, badanku kedinginan, seperti baru bangun dadi
mimpi buruk, aku mencoba bangun dan membuka
mataku, tapi mataku tak bisa di buka,, aku usap mataku,
rupanya seluruh tubuhku masih bercampur dengan
lumpur, aku buka mataku perlahan, ternyata aku sudah
berada di tengah laut, sesuatu yg selama ini aku peluk
adalah sebatang pohon kelapa, aku lihat sekelilingku,
ASTAGFIRLLAH HAL ADZIM... semua MAYAT,, yang
tumpang tindih bercampur dengan lumpur dan sampah,
aku gak bisa mengenali mereka, karna mereka tampak
sama.

perutku sakit sekali, badan2ku penuh luka, pakaianku


compang camping, aku yg tanpa daya terombang ambing
oleh arus laut, aku mencoba memisahkan diri dari
segerombolan mayat itu, karna bau busuknya sudah amat
menyengat, bahkan beberapa sudah mengeluarkan bau
anyir, karna isi perutnya sudah keluar, aku ambil beberapa
kelapa yg dari tadi pohonnya aku peluk, dan aku menjauh
dengan menaiki pohon pisang.

aku hanya mengayuh,,dan mengayuh pohon pisang itu,


dan makan juga minum dari kelapa yg kubawa, tiap hari
yg kudengar hanya rintihan, ratapan, suara memanggil-
manggil, tetapi aku tak dapat membantunya, tubuhku
pucat, kebas,, karna berhari2 di lautan lepas, bahkan
bagian tubuhku di makan ikan, aku bagai mayat hidup, tak
tau arah dan dimana, hingga hari berikutnya dari kejauhan
kulihat perahu nelayan, dengan memakai layar dan motor
tempel kecil, tanganku melambai-lambai sambil berteriak
dengan suara yg parau, "
toolooong....toloong...toloooong,,!! " tak lama kemudian
perahu kecil itu mendekat, bapak tua itu mengangkatku
dalam perahu kecilnya, aku di berinya minum dan juga
makan,

" kamu kenapa? " kata bapak nelayan

" maaf pak, sudah berapa lama melaut ? " tanyaku

" sudah 4hari " katanya

lalu aku menceritakan semuanya, bapak Abdulgani pun


kaget, dan segera mengajakku kembali, kami mencari
pantai yg kami kenal, namun kondisi semua pantai sama,
porak poranda tak karuan, pohon2 yg kokoh pada
tumbang, bangunan2 di tepi pantai hilang semua, aku
minta di turunkan di pantai terdekat, karna kasihan pak
Abdulgani gelisah memikirkan keluarganya.
" sudah pak saya di sini saja, biar saya cari desa pulau ie,
terima kasih bnyak pak nasir abdulgani, semoga segera
menemukan keluarganya"

pak abdulgani segera meninggalkanku, aku menyusuri


sepanjang pantai kosong, hanya mengandalkan instingku
dengan mengingat-ingat kembali pantai yg pernah ku
kunjungi, panas terik yg menyengat membuatku lemas
kekurangan cairan, segera kugali pasir di pantai yg lagi
surut, kugali dan trus kugali hingga mendapatkan sumber
air, alhamdulillah,,, airnya sangat jernih dan tawar,
kupuaskan dahagaku sambil kuisi botol minuman yg
berserakan di pantai, aku meneruskan perjalananku,
didepanku terdapat sebuah bangunan bekas semi
permanen, kira2 ini bangunan apa, karna yg nampak
hanyalah pondasi itupun sudah di tumpuki sampah2.

perutku keroncongan, cacing2 dalam ususku sudah mulai


berdemo ( sambil bakar ban ), berteriak, turunkan makan,
, , turunkan makan, , karena hari sudah mulai senja mulai
senja, kubangun para2 di pohon bakau, kujalin beberapa
ranting pohon, biar bisa buat istirahat malam,
kukumpulkan ranting2 kering buat perapian, namun
cacingnya sudah semakin brutal, aku ketepi pantai kucari
keong, tiram dan juga kerang, kupasang batu2 hingga
membuat perangkap ikan, "siapa tau ada ikan yg frustasi,
he he he ",,, aku bicara pada diriku sendiri, sekelebat
kulihat sebuah pergerakan di air, kukejar dan ku tangkap,
hhhmmmmm,,, "seekor gurita yg putus asa, hehehe
makan enak nih " kubakar ranting yg sudah kusiapkan,
dan alhamdulillah hari ini aku bisa makan, sambil makan
kucari daun boh-bohan buat mengobati luka di kakiku,
karna takut kalau membusuk tak mngkin aku bisa
melanjutkan perjalanan.

malampun tiba, perapian ku tambahi dengan kayu besar,


biar bisa menghangatkan tubuhku, dari jauh terdengar
samar2 lolongan suara anjing liar, aaaaauuuuuu......
aaaaauuuuu..... suara anjing kesepian yg juga mencari
keluarganya, " hheemmm, nasb kita sama njing " aku
bicara sendiri, kantuk yg amat sangat menyerangku,
mataku sudah tak mampu melihat keindahan malam,
akupun tertidur lelap sekali.

pagi buta aku terbangun, karna ribut suara anjing2 liar


memperebutkan sesuatu, kulihat anjing itu
menggonggongi sesuatu, bulat dan besar, dengan tertatih
karna luka di kakiku, akupun menghampirinya, waah
penyu yg bertelur, , kini posisiku menunggu penyu itu
selesai bertelur, sedangkan gurita yg kubakar tadi masih
sepotong, kulempar pada anjing besar berwarna hitam,
BLACKY ,,, suit,,,, suit,,, si blacky melahapnya dengan
skali mulut terbuka, ia menghampiriku, mengendus2
kearahku, " hhuuusss,,, hhuuuuss,, dah habis, ntar kalo
penyumya bertelur banyak kita bagi berdua,,, oke,, "
blacky pun terduduk memandangi penyu itu seakan dia
mengerti ucapanku, beberapa jam kemudian, penyu besar
itu mulai bergeser, dengan menyeret tubuhnya yg berat
aku bergegas membongkar telurnya perlahan, kuhitung
satu per satu, " wah 100 butir, nih blacky km 50 aku 50,,
adilkan ", blacky dengan rakus memakan telur itu, aku
membuka bajuku yg compang camping, kubuka untuk
membungkus telur, biar bisa d gunakan ketika wktu
darurat.

kulihat perangkap ikanku di pantai, tapi tak mndapatkan


hasil, sudahlaah,,, aku melanjutkan perjalananku, dengan
tubuh yg luka kaki juga memar dan bernanah, kubuat kayu
penopang untuk kakiku, akupun melanjutkan perjalanan.
dengan bekal 2 botol air tawar dan 50 telur penyu, aku
bersemangat mencari teman dan posku, kalau benar ini
bangunan bekas TPI, berarti 3km lagi menuju pos pulau
ie, "waahh betapa senangnya bisa berkumpul dengan
teman2ku, apalagi aku membawa telur penyu, ntar bisa
aku bagikan ke teman2 ku" kataku sambil tertawa sendiri.
perlahan lahan aku ikuti jalan setapak yg samar2, semoga
saja benar ini jalan menuju posku, dengan masih tertatih,
kukumpulkan semua tenagaku, biar bisa segera terobati,
sepanjang jalan yg kulewati sangat berbeda dengan jalan
yg pernah aku lewati, menjadikanku ragu2, semua pohon
sawitnya roboh, melintang tak berauran, hingga aku harus
melompat, merunduk bahkan merayap untuk melewatinya,
begitu sepi dan lengang tanpa ada sedikitpun suara,
karena harusnya aku sudah melewati desa pulau ie.
karena stiap langkahku ku hitung seratus meter adalah
seratus empat puluh langkahku, tapi sejauh ini tanda2
desa itu tak ku temui, hanya puing-puing berserakan,
sampah campur aduk dan menggunung.

" WWWRRRRAAA....DIMANA AKU....!!! "

aku berteriak kencang hingga suaraku menggema, aku


duduk berselonjor sambil merenungi kejadian yg ku alami,
suasana begitu hening,, sunyi,, dan mencekam,, aku
seperti di daerah antah brantah, seperti adam yg
kebingungan mencari sang hawa, tapi aku gak mau cepat
putus asa, harus bergerak lagi. aku berdiri dengan
tongkatku, aku berjalan lagi memasuki bekas desa pulau
ie, yg sudah membentuk gunungan sampah bercampur
lumpur juga bangkai manusia. samar dan tipis aku
mendengar suara seorang anak menangis sesenggukan,
kuperhatikan arahnya, lamat lamat makin jelas, di bawah
tumpukan sampah dan ranting, aku kuak perlahan karna
ini pasti suara soerang bocah, nampak jasad seorang ibu
yg sedang memeluk anaknya, terlihat kepalanya yg penuh
dengan lumpur

" hhaii...." aku menyapanya, dia melongok menatapku,


wajahnya meringis seperti menahan sesuatu, " boleh aku
bantu? " gadis itu mengedipkan matanya, perlahan2 aku
balikkan tubuh ibunya, terlihat seorang ibu yg sekitar umur
30tahunan, aku yg juga masih sakit dan lemas, pelan2
bisa melepaskan pelukannya, dan aku tarik gadis itu dari
pelukan dan genangan lumpur di sekitarnya, " sini,,,minum
air ya " gadis kecil itu meminum airku dengan cepatnya,
dan kubersihkan wajahnya dari lumpur, dan sekarang
nampak gadis kecil yg manis, dengan mata bulat dan bibir
tipisnya.

" ini siapa..??..ibumu ya...??.. "

gadis kecil itu menunduk

" ibumu sudah di surga,, aku makamkan ya,,? " kataku


gadis itu menggeleng, bahkan memeluk erat ibunya,
akhirnya akupun duduk di sampingnya, lalu aku bocara,,,

" aku juga pernah punya kucing,, si manis namanya, aku


sayang dengan si manis, tiap hari aku mandikan, aku beri
makan karna dia lucu " gadis itu memperhatikanku

" tiap hari si manis tidur denganku, kemanapun aku pergi


diapun selalu ikut "

" warnanya apa om ? " katanya polos

" he he he,, warnanya coklat, eeeehhh om belum tau


namamu siapa? "

" saya cut,, di panggil ICUT "

" tapi suatu ketika si manis meninggal, biar si manis


masuk surga dia harus di makamkan, kalau tidak di
makamkan tidak bisa masuk surga "
" iya... kasian si manis ya om "

" he emb kasian,, apa icut gak suka ibunya masuk


surga..?? "

" suka om, tapi icut mau ikuut "

" he he he,, iyaa,,, tapi gak boleh sekarang " kataku lirih
juga menahan sakit kakiku

" icut ikut om ya,, kita sama2 cari keluarganya icut juga
mencari teman om " kataku lagi

dia pun menunduk sambil meneteskan air matanya, .

dengan sisa tenaga aku menggali tanah di samping


jenasah itu, ku masukkan dalam liang kubur, anehnya,,
mayat itu tidak bau anyir ataupun bangkai, namun
beraroma wangi,, subhanallah,,,semoga engku khusnul
khotimah,,. setelah aku makamkan secara islam, akupun
mencoba berdiri ,tapi hari sudah sore, hingga aku
memutuskan untuk bermalam tak jauh dari makam ibunya
icut,. aku dan icut duduk bersender di sebelah pohon
kelapa yang tumbang, atapnya kuberi daun kelapa yg
berserak,, ranting2 kering sudah di kumpulkan icut, dan
aku membuat perapian, di bawah perapian aku masukkan
beberapa butir telur penyu buat makan malam, icut yg
kedinginan sudah hangat sekarang, tubuhnya meringsek
padaku, aku belai rambutnya, aku gak tau masa depan yg
akan dia hadapi.

kulihat wajah gadis manis ini, begitu polos dan lugu,


umurnya waktu itu mungkin sebelas tahun, umur anak yg
masih manja dengan orang tuanya, bajunya kumal,, dan
robek sana sini, perlahan aroma telur penyu panggang
membuat perutku makin kelaparan, kukorek dengan
ranting, dan ku ambil beberapa.

" icut...bangun dulu..makan...icut...bangun nak.. " namun


icut tk bereaksi kelihatan nyenyak tidurnya

di rerimbunan,, kulihat bergerak-gerak, aku mengambil


tongkatku, berjaga-jaga kalau ada babi hutan yg muncul,
dan kuambil batu besar sebesar kepalan tangan kulempar
ke semak2 itu, KKKKKAAAIINNGG,,,, ooohhh si blacky
ternyata, dia kelaparan juga, sini blacky,,,,blacky,,, aku
memberinya telur,, " jangan banyak2 ya, biar besok masih
bisa makan lagi " gumamku,,,

malam makin larut, icut sudah tidur di pangkuanku, dan


blacky tidur di sampingku, menghadap perapian, aku gak
bisa tidur, karna tidak dalam posisi nyaman, ada icut di
pangkuanku, kulihat sosok gentayangan, jiwa2 yg resah,
jiwa2 yg penasaran hilir mudik di depanku, berbagai
macam bentuk melewatiku, ada yg menyeret kakinya, ada
yg kepalanya patah ke belakang, aku tak berani menatap
mereka, aku hanya pura2 menatap api unggun, anjing di
sebelahku gelisah beringsut perlahan menjauhiku, aneh si
blacky ini, tapi aku yakin dia melihatku.

aku terus melihat blacky yg berada di sebelah kananku,


dia mengeram tapi pelan, seakan ketakutan sesuatu, tapi
apa,,,,, tapi begitu alu menoleh di sebelah kiriku, A S T A
G A ,,,, ada sosok perempuan jongkok tepat setengah
meter di sebelahku, mukanya pucat pasi, rambutnya
acak2an, matanya melotot, dan geleng2 pelan di
depanku.......hhhhhhhhiiiiiiiii.......aku pura2 tidak melihat
dia, tapi dia selalu bergerak ke arah kemana wajahku
berpaling, jangan sekarang bathinku,,, lalu aku pura2
bersin,, HHHAAAATTTTTJJJIIIINNGGG,,,,, waduh,,
malah semua sosok itu menatapku, aku celingukan,, gak
tau harus berbuat apa,,.

aku hanya diam saja, berharap mereka tak


menganggapku, karna menolong diri sendiri saja belum
mampu, aku paksa mataku terpejam, hingga aku benar2
tidur. pagi harinya aku bangun dengan tubuh sakit semua,
apalagi posisi tidurku yg duduk, kulihat blacky sudah
berlarian di antara pohon sawit, kubangunkan icut karna
tidur malamnya sudah ku anggap cukup, ,

" iiiccuuuuttt,,, bangun yuk, kita jalan mencari saudaramu "


icutpun bangun dia menguap dan mengucek matanya.
" nih makan biar sehat " aku menyodorkan 3 butir telur
penyu padanya

dia makan telur itu sambil berjalan, kami berdua berjalan


pelan2, kecuali si blacky yg berlarian dan datang ketika ku
panggil, beberaa kilo meter aku menemukan sebuah
pondasi yg mirip dengan posku, tidak ada bangunan lagi
hanya pondasi dan sampah yg menumpuk, beberapa
pakaian preman juga ada yg nampak, di belakang pos
dulu ada sumber air, aku bergegas menyuruh icut untuk
mandi, karna dia terlihat kuyu dan kumal bahkan
aromanya tak sedap, kuambil beberapa pakaian dan
kupotong panjangnya, walau kedodoran, tapi itulah
pakaian yg bersih untuk icut, akupun mandi, kuganti
pakaian dengan yg pas, di sudut ember itu, aku
menemukan pistol G2, aku lihat ada amunisinya, aku
selipkan di dalam bajuku buat berjaga-jaga, ayo cut jalan
lagi, tak lupa kami memenuhi botol air minum yg kosong.

dalam kondisi seperti ini, botol air menjadi barang yg


sangat berguna, bahkan lebih berguna dari uang jutaan.
kami berjalan lagi, sesekali icut minta di gendong,
badannya yg kurus tapi terasa cukup berat, " om....lapar
om.." kata icut, aku ambil 2 telur terakir dan kuberikan
padanya, si blacky berputar2 mengelilingi icut untuk minta
bagian, tapi gak ada yg tersisa, hanya kulit telur yg benar2
kering, sepanjang jalan aku hanya minum, untuk sekedar
melupakan rasa laparku, aku terus menggendong icut,
walau luka di kakiku belum juga sembuh, " ccut..istirahat
dulu ya..om capek ", aku berhenti di sebuah pohon waru
yg miring, di sebelahnya ada banyak pohon pisang, aku
perhatikan tiap2 pisang itu, dengan harapan ada yg
masak, ada setandan yg masak 1, itupun di makan codot
setengah, aku robohkan pohon pisang itu, dan kupotong
dengan bilah bambu, hendak ku makan bekas codot itu,,,

"lapaaarrrr...." si icut meminta

" nih makan ya... " lalu aku bakar pisang yg masih mentah
lainnya.

hhhheeemmm,, amat lezat rasanya, sebagian kami


makan, sebagian lagi untuk bekal, perjalanan kami amat
melelahkan.

perjalanan kami menuju posku yg berada si alue bilie,


setiap jalan yg aku lewati tak nampak tanda2 kehidupan,
sepi,,, hanya suara nyanyian icut yg dari tadi minta di
gendong, dia menyanyikan lagu bungong jeumpa yg terus
di ulang2 dan diam sendii ketika tertidur, punggungku yg
panas membuat aku harus berhenti, berat juga anak ini,
aku berhenti sejenak di sebuah gubuk reot, perlahan aku
turunkan icut dari punggungku dan kurebahkan di gubuk
itu, aku minum beberapa teguk botol air minumku, sambil
celingukan mencari sesuatu yg bisa di makan, namun
hanya hamparan sawit yang nampak terhampar luas.

aku ambil sisa pisang bakarku kumakan demgan kulitnya,


blacky terduduk di bawah kakiku, ku beri 2 buah pisang,
hhheemmm suka juga kau dengan pisang bakar ya
blacky, kuberi minum beberapa gelas lalu dia tidur di
bawah kakiku, capek juga kamu ya, tiba2 blacky
menggonggong dan berlari, " blacky...mau kemana?? " ya
udahlah mungkin dia bosan dengan pisang bakarku,
akupun merebahkan tubuhku sebentar, dan terlelap
beberapa jam, hingga aku di bangunkan oleh suara blacky
yg ribut.

gonggongan blacky makin kencang, rupanya dia


menggigit kaki seekor ayam, " good boy..good boy.. bosan
dengan pisang bakar, sekarang bawa seekor ayam, anjing
pintar ", aku sembelih ayam itu dan kusiangi, kubungkus
dengan daun pisang, lalu kubungkus lagi dengan lumpur,
aku bakar dengan perapian kecil, blacky duduk dengan
sabar menunggu ayam panggangku, icutpun terbangun
karna mencium aroma yg menggoda, ,guuuk,,guuuk,,
guuuk,, guuuk, " iya bentar..belum matang...bentar ", lalu
aku buang lumpur yg mengering itu, semerbak aroma
harumnya segera menggoda siapapun ygmenciumnya,
kubagi 3 dan jelas si blacky dapat bagian paling banyak,
kami makan amat rakus, sungguh nikmat sekali makan
pisang dengan lauk ayam,,,hhheemmmm laaziizzz,,,.
kamipun beranjak melanjutkan perjalanan.
tiba di perbatasan desa aku sungguh sangat gembira,
karna jelas tertulis di patok perbatasan, alue bilie 1km,
fikiranku memikirkan betapa senang dan gembira bertemu
teman2ku, juga membayangkan memakai baju bersih dan
hangat, mau makan kenyang trus tidur yg nyenyak
banget, aku senyum2 sndiri. atap2 rumah alue bilie sudah
nampak dari kejauhan, aku amat bersemangat, " ayo cut
kita sudah mau sampai, ayo,,," dengan sedikit kutarik
tangan icut, tapi kenapa sepi, ahh paling orang2 lagi
ngobrol di kedai bathinku, aku lepas tangan icut kau
berlari menuju posku, tapi ya Allah,,, bangunan yg
kelihatan atapnya tadi ternyata pucuk bangunan yg
tumpang tindih, tak ada seorang pun, tapi,, tak ada bau
bangkai, tak ada pakaian ataupun senjata yg tersisa,
nampak semua orang sudah pada pindah, yg tertinggal
hanya alat2 masak, ada sedikit garam, bumbu indomie yg
tak terpakai, pisau komando yg tertinggal, sepasang
sendal jepit, ransel, dan 3 kaos oblong, sepertinya mereka
tergesa-gesa meninggalkan pos ini, lalu aku harus
kemana,,, mencari siapa,, apakah aku sudah di tinggalkan
pasukanku..??? apakah mereka mati dan sudha di
evakuasi ke belawan, bagaimana kalau aku bertemu
separatis nanti, bagaimana dengan icut, aku harus
mencari saudaranya kemana, aku terduduk lemas, tanpa
terasa air mata ini tak bisa kubendung, sejuta pertanyaan
bercampur aduk, berkecamuk dalam hatiku,

malam itu kami memutuskan tidur di alue bilie, hari mulai


gelap, penerangan gak ada sama sekali, karna seluruh
listrik padam semenjak terkena tsunami, kutinggalkan icut
dan blacky di depan perapian, aku berjalan ke arah
koramil dan polsek, barangkali ada sesuatu yg tertinggal
dan aku bisa memanfaatkan, kubawa kayu yg sudah
membara sebagai penerangan, sesampai di koramil yg
berantakan, aku menemukan korek gas, sabun, juha
sedikit shampo, barang2 seperti kursi meja dan kertas
berserakan, bahkan ada genangan air di sana sini.
kulanjutkan ke polsek, ada kasur lipat, aku angkat dan
glodak ada handphone yg tertinggal, waah mantab nih
bisa buat minta pertolongan bathinku, di pojok ruangan
ada sebuah sepeda tua, hheemmm lumayan kalau
kuperbaiki dari pada jalan, kubawa barang2 itu, kasurnya
kubersihkan, icut dan blacky segera tiduran di atasnya.

aku hidupkan hp yg tadi kutemukan, dan ternyata masih


berfungsi, iseng2 ku telpon salah satu nomer yg tersedia,
tapi gak bisa, ku coba yg lain, juga gak bisa, ternyata gak
ada jaringannya, icut mencubitku,, "
oom...lapaarrr...om...lapaar " hhheemm kuputar otakku, oh
iya ada kedai, barangkali ada makanan yg ditinggalkan,
kutinggalkan hpnya buat icut dan dan aku berangkat
mencari makanan, padahal waktu sudah menunjukkam
jam 9 malam, kubuka beberapa kedai, hanya makanan yg
sudah busuk. beberapa kedai telah kubuka, namun tak
mendapatkan apa2, aku berjalan lagi dan alu ingat waktu
pertama kali kesini, aku mampir di sebuah warung kecil
untuk membeli rokok sampoerna mild, kaupun bergegas
kesana, kulihat tertutup rapat, tapi,, aku takut dosa,, aku
bimbang dengan apa yg kulakukan, karena mengambil
hak orang lain adalah mencuri, tapiiiii otakku penuh
dengan kata tapi,, halaah ambil saja beberapa anggap
hutang, aku mencongkel warung itu, alhamdulillah ada
rokok, korek gas, supermie rasa soto, ada permen, aku
mengambilnya, tanoa banyak tapi lagi, aku masak mie
rasa soto itu, dengan menggunakan alat masak seadanya
juga air dari sumur, mie rebusan sudah terhidangkan,,
hheeemm,, terpuaskan oleh rokok juga, sayang gak ada
kopi bathinku, setelah kenyang icut langsung tertidur.

aku memperbaiki sepeda tua itu, ku modif di kanan kirinya


sebagai tempat perbekalan, sementara di belakang aku
kasih tambahan boncengan dengan keranjang. tapi besok
pagi aku harus ke arah mana,, ke meulabhoh,, apa ke
tapaktuan,, kalau ke meulabhoh di sana ada pelabuhan
kecil, jaraknya dekat cuman 25-30km, kalau ke tapaktuan
ratusan kilo meter jauhnya, hadeehh,, tidur sajalah,, biar
besok fit,,,

pagi ini terasa cerah sekali, udara begitu segar, langit biru
sekali, aku mandi di sumber air belakang pos, ini pertama
kali mandi sejak peristiwa itu, kugosok tubuhku dengan
kulit kelapa, rambut aku shampo dan menggosok gigi
dengan pasir, ingin rasanya berlama2 di air, kupakai kaos
yg tertinggal, dan kupanggil icut untuk mandi, kusodori
shampo " nih mandi ya...yg bersih " , akupun menyiapkan
sarapan pagi, kumasak mie beberapa bungkus, dan
kuhisap rokok sampoerna mild beberapa batang, aku lihat
kesana kemari namun si blacky tak nampak pagi ini.

sepeda pancalku sudah siap berpetualang, hheemm,,,


ada rasa bangga dengan hasil modifku, karna di
boncengan belakang aku kasih payung buat icut, walau
kondisi payung sudah robek di beberapa bagian, icut yg
selesai mandi segera menyantap mie instan yg masih
panas, mulutnya cengar cengir karna kuah yg rada panas.

" pelan pelan,, biar gak kesedak,, eh icut umurmu brapa


sih? " tanyaku

" sikureng (9) "

" ooohhh,,, bukannya 11 tahun? "

icut menggeleng
" habis makan,, bantu om kemas2 ya,, trus kita lanjutin
naik sepeda, HP nya mana yg aku kasih? "

aku hidupkan lagi hp itu, mencoba melihat apakah ada yg


bermanfaat, hhhmmmm,, ada lagu2nya, dangdut semua,
rhoma irama, mansyur s, imam s arifin, gak ada yg pop.
setelah berkemas icut naik di boncengan, segera kukayuh
sepeda butut itu.

sepanjang jalan, kupanggil si blacky "


BLACKY.....!!!...BLACKY...!!!..SSUUITT..!! " gguuukk,,,
gguukk, si blacky berlari mengejar sepedaku, icut girang
sekali dia bertepuk tangan dan tangannya di arahkan
kebelakang memanggol si blacky, lagu dangdut "sakit gigi"
mengiringi perjalanan kami, kami seperti raja jalanan,
bersepeda berkelak kelok dengan bernyanyi, tak takut di
tabrak mobil walaupun di jalan raya, karna jalanan begitu
sepi,,lengang,, tiang listrik yg berjejer di tepi jalan roboh,
jalan aspal yg begitu hitam dan mulus retak2 di tepinya,
hingga jalan sepedaku seperti lagi menari diiringi suara
music dangdut, begitu jalanan menurun, aku dan icut
berteriak keras keras, seperti keasyikan menaiki sebuah
wahana, ,dan bila jalanan sudah mulai menanjak, icut
turun ikut membantu mendorong sepeda dari belakang,
seperti bapak dan anak yg begitu kompak saat
bertamasya.

hingga kami memasuki desa selamat datang, mungkin


nama desa ini diambil dari GAPURA menuju meulabhoh,
karna di atas gapura tertulis besar besar kata selamat
datang di meulabhoh, he he he,, nama desa yg
sederhana, " kita istirahat di sini ya cut ", aku segera
membongkar perlengkapan yg kami bawa, kasurnya aku
gelar, peralatan masak aku siapkan dan pos selamat
datang letaknya di sebuah bukit, tapi kondisinya tak
berbeda jauh dari pos2 yg sudah aku lewati, di belakang
pos adalah hutan belantara, yg terkenal dengan macam2
jenis hewan buasnya,.

aku siapkan beberapa bobby trap di belakang, siapa tau


ada rusa atau kancil yg terjebak disana, kami menempati
ruangan yg paling depan, karna pelbox yg masih kokoh
mengelilinginya, dan kurasa hanya tempat itu yg paling
aman, si blacky menghilang lagi, entah kenapa cuman aku
berharap anjing pintar itu membawa sesuatu yg bisa kami
makan. setelah semua kusiapkan, aku kesamping pos
memetik beberapa kuncup pakis dan daun cocor bebek
buat campuran mie kami, karna sudah lama juga gak
menikmati rasa sayuran.

icut mengumpulkan ranting2 kering, bungkus mie instan di


bolak balik dan di bacanya, bahkan sampai tulisan yg
terkecil, aku masuk kedalam pos, terdapat majalah marinir
lusuh dan kusodorkan padanya, icut antusias
membacanya. setelah makan dan sholat aku tertidur,
bangun2 sudah malam karna hawanya gerah sekali,
hingga nyamuk2 banyak mengigit kami, aku ambil
beberapa lavender, ku gosokkan ke tubuh icut hinga dia
tenang dan tidur lagi, aku duduk di kursi belakang pelbox,
sambil menghisap beberapa rokok, aku lihat pistol P226
dan kuhitung amunisinya, hhemmm masih delapan.
tiba-tiba aku dikejutkan suara blacky yg mendadak lari
kearah kmi, hheemmm,,, dari mana kamu blacky,, blacky
menggeram2 seperti kesakitan dan ketakutan, " hei...ada
apa denganmu?? " aku mulai waspada, kuambil pistolku,
aku kokang, kumasukkan peluru dalam kamar dan ku
kunci, dari arah kegelapan terdengar suara erangan,
sebuah erangan yg amat dalam, sebuab ancaman yg
segera mendekat, aku picingkan mataku, penasaran
dengan apa yg bersembunyi di balik kegelapan, aku buka
kunci pistolku, siap dengan segala kemungkinan, , dan, ,
HHHHHHHHHRRRRRROOOOOOOMMMMMMMM,,,,
DOR....DOR...DOR... aku berguling kaget oleh sesuatu yg
besar, aku segera relfek menembak sosok itu, icut
terbangun mendekap si blacky.....sssssttttttt..... aku
membuat isyarat agar icut tak bicara, aku diam tak berani
memastikan, karna aku tak yakin peluruku mengenai
bagian apa, dan makhluk apa yg kuhadapi.

suasana jadi hening, hanya erangan kesakitan dari


sesuatu yg terdengar, dan nafas yg tersengal-sengal, icut
kelihatan sangat ketakutan, blacky hanya terdiam didekap
oleh icut, kuambil pisau komandoku, tapi aku tak berani
mendekati makhluk itu, aku merayap mengintip apa yg
sudah ku tembak, sesosok yg sangat besar tegeletak di
depan pelbox kami, hingga tak ada suara apapun aku
baru berani beringsut mendekati, dengan membawa kayu
perapian buat penerangan, begitu jarakku sangat dekat,
kudekatkan peneranganku padanya, aku mendapati sorot
mata yg lebar, seekor HARIMAU sumatra tergeletak
disana, aku menendang2 bagian tubuhnya, memastikan
makhluk itu sudah mati.

ke esokan paginya kira2 jam 5 pagi, kulihat bangkai


harimau itu masih tergeletak, amat disayangkan memang,
rupanya tadi malam harimau itu mengejar si blacky untuk
di jadikan mangsa, karna di tubuh blacky terdapat
beberapa luka begitu juga dengan harimau itu, rupanya
terjadi perlawanan yg sengit, blacky di samping hewan yg
sangat pintar, juga hewan yg tangguh ternyata, aku obati
luka2 blacky, dengan daun2 yg kutemukan disekitar
hutan, sekalian kulihat jebakan hewanku yg tak
membuahkan hasil, kuperban kaki blacky, ku naikkan ke
keranjang di sepedaku, kau meneruskan perjalanan...

kami meneruskan perjalanan, karna kota MEULABHOH


sudah dekat, cuma sekitar 5km ke pusat kota, tiba2 icut
berteriak,, " AAWWAAASSSS.....",
CCCCCCCIIIIIIIIIITTTTTT...... aku mengerem sepedaku
dan ku belokkan ke kiri, karena di depan jalanan terlihat
menganga,, seperti kawah yg membuka lebar mulutnya,
hingga terlihat dalam, dan berbentuk aliran sungai di
bawahnya, aku parkir sepedaku, icut dan blacky
kuturunkan, hhheemmm aku garuk kepala walau tanpa
terasa gatal, icut yg penasaran melongokkan kepalanya

" eeehhhh,,,icut,,, jangan,,, bahaya,,,!!!!,, icut disini dulu


sama blacky, om mau melihat sekitar, barangkali ada jalan
yg bisa dilewati " ,

akupun melipir di tepi ceruk yg menganga itu, berbekal


pisau dan pisau yg menemani, jalanan yg sedikit
menanjak juga berlumpur membuatku jatuh bangun,
beberpaa kali terpeleset bahkan terpelanting, hhhhmmm,,,
sepertinya gak mungkin dilewati, akupun kembali dan
mencari jalan dari sisi kiri, barangkali jalan dari pantai bisa
lebih sedikit mudah, dengan berpegangan pada sebuah
akar pohon, aku menuruni jurang yg hanya 10meter, lalu
kucari arah ke pantai, hhheemmm,,, jalan ini
memungkinkan kulewati, tapi aku melanjutkan ke pantai
untuk mencari tali tampar, carmantel, kuralon, manila atau
apapun buat nurunin sepeda dan blacky yg terluka,
namun yg kudapati hanya tali bekas jaring atau puket
nelayan, ini sudah cukup pikirku,,,

kupotong beberapa bagian yg tak kubutuhkan, lalu kujalim


hingga tali itu kuat dan kokoh, kugulung tali itu melingkari
badanku lewat bahu, ujung2nya kubuat simpul angka
delapan, akupun kembali ketempat icut dan blacky yg
kutinggalkan, di atas kudengar ada suara yg amat gaduh,
blacky menggonggong keras2, padahal nggak biasanya
blacky menggonggong seperti itu, dan sesekali suara icut
berteriak- teriak " ..pergii...!!!...pergi...!!." waduh ada apa
dengan icut dan blacky, apakah yg mengganggu mereka
hingga mereka begitu gaduh,,,???

aku segera memanjat dinding tanah yg lumayan terjal,


karna aku sangat2 mengkhawatirkan mereka, takut terjadi
apa2, ternyata begitu aku sampai di atas, aku melihat
blacky sudah di kepung puluhan anjing liar, blacky
membelakangi icut, dia berhadapan dengan kawanan
anjing liar itu, tubuh blacky sudah koyak sana sini, luka yg
hampir mengering itu berdarah lagi, blacky masih dengan
sikap waspada, telinganya berdiri tegak, menunjukkan dia
sangat marah besar, tak gentar melawan puluhan anjing
liar walau di kelilingi puluhan ekor.

aku cabut pistolku, kuacungkan ke atas, DOOORRR,,


para anjing liar itu berlarian berhamburan, aku dekati
blacky ku elus dia biar tenang, good boy,,, good boy,, tapi
tanganku yg mengusap blacky berlumuran darah,
lehernya koyak digigit, sekujur tubuhnya terluka, tahan
blacky,, kamu bisa,, kamu harus sembuh,, blacky pun
bersimpuh ,mengerang, aku ambil kaos yg bersih, kuseka
luka lukanya, kucari daun2 yg bisa meredam rasa
sakitnya, lalu kuperban dengan kaosku, aku segera
memasak supermie cepat2, biar si blacky segera makan,
tapi begitu makanan sudah siap, si blacky diam saja, aku
guncang, icutpun berteriak kencang.

" BLACKYYYY.....!!!....BLACKYYYYY....!!!.. jangan


tinggalkan icut blacky "

icut memeluk blacky erat2, hingga darah blacky melumuri


seluruh mukanya, icut menciumi blacky yg sudah tak
bernyawa lagi, aku terharu melihat peristiwa ini, ,hingga
aku sesenggukan di buatnya, teman karibku pergi
meninggalkan kami, dia begitu berani menghadapi semua
kawanan itu demi nyawa kami, tak memperdulikan
taruhan apa yg terjadi nanti, tapi dia tetap FIGHT untuk
orang yg di cintainya. kami makamkan blacky, aku berdiri
tegak dan memberi hormat padanya, sungguh tauladan yg
patut di contoh, selamat tinggal kawan,, selamat jalan.

kami meneruskan perjalanan, kubuat tali duduk / seat


harnes buat nurunin icut, lalu kuturunkan sepeda beserta
perlengkapan kami, dan aku turun yg terakhir, sepanjang
jalan icut tak mau bicara, darah di wajahnya sudah mulai
mengering, " icut,,heeh icut,,, mandi dulu di pantai ya, biar
orang2 tidak takut dengan kedatanganmu ", icut pun
menurut, aku membetulkan sepeda kami lagi, setelah tadi
saya pisahkan beberapa bagian. selesai mandi kami
menyusuri pantai meulabhoh, pemandangan yg sama
sampah berserakan dimana-mana, mayat yg sudah
membusuk, perahu di atap rumah, rumah di atas bukit,
mobil di atap rumah, mayat tersangkut di pohon.

semuanya berantakan, bau amis anyir dimana2, aku lihat


toko2 perhiasan di telantarkan pemiliknya, banyak sekali
emas2 yg berserakan, toko handphone, mobil2 mewah,
motor, tergeletak begitu saja, tapi semua tak berfungsi,
masih berguna sepeda anginku he he he,,, dari kejauhan
orang2 berseliweran, wah,, ada tanda2 kehidupan, tapiii
mereka nampak seperti mayat hidup, tubuh yg kurus,
mata cekung, pakaian penuh lumpur, mereka
mendatangiku, aaaiiirrr,,,,aaiiirrr,,,aaiirrr,,, aku memberinya
sebotol airku, hamya sekali teguk wanita tua itu
meminumnya, dan itu membuat orang2 disekitarya
melihatku, meminta,, dan bahkan merebut air dariku.

barang2 bawaanku diserbunya, " eeehhhh eehhhh eehhh,,


sisakan satu botol untuk icut " mereka tak
memperdulikannya, air dan supermie rasa sotoku pun
ludes di ambil masyarakat yg kelaparan, mereka tidak bisa
kemana2 karna terisolasi oleh bencana, " tenang icut,,
ntar tak carikan makanan " , aku mendorong sepeda
pancalku, karna aku ingin mengamati orang2 dari dekat,
biar ntar aku carikan solusi buat semuanya.

aku masih mendorong sepedaku, kulewati gedung BRI yg


sepi, berantakan, pasti di dalamnya masih banyak uang
fikirku, tapi buat apa, masyarakat hanya butuh minum juga
makanan, apalagi kalau ada baju bersih, dan selimut
hangat, depan bri ada gedung PMTOH, gedung itu dulu
juga ramai di datangi orang, tapi sekarang sepi, lengang,
seperti kota mati, icut mencubitku dari belakang,,
" laapaaarrr....!!! "

" iya bentar ya icut... "

setelah aku melewati beberapa blok, aku lihat seperti ada


swalayan, pasti di dalamnya banyak makanan dan
minuman, tapi kenapa orang2 gak berani
membongkarnya, aku dekati swalayan itu, kulihat 4
gembok besar mengunci swalayan itu, sedangkan dalam
jendela kaca swalayan di kelilingi tralis besi yg kuat,
heeemm aku harus berani mengambil resiko, antara
mencuri atau keterpaksaan, tiba2 ada ibu paruh baya
menghampiriku.

" ini toko saya nak, tapi saya tidak bisa membukanya,
karna kuncinya di bawa suami saya, yg gak tau di mana
keberadaan saya, saya berniat mensodakohkan isi toko
ini, tapi saya tidak tau cara membukanya, kasihan warga
sini nak "

subhanallah,, masih ada orang yg berhati mulia seperti ini,


disaat kondisinya tak jauh beda dengan yg lain.

" boleh saya membantunya bu..?? "

ternyata di saat aku ngobrol tadi banyak warga yg


berkerumun mendengar pembicaraan kami, akupun maju
sedikit memberi arahan, tidak boleh berebutan bila pintu
ini berhasil ku buka, kulihat amunisi pistolku tinggal 5, aku
harus tepat sasaran, agar semua ini tidak menjadi sia2.
aku ambil ancang2, ku bidikkan pisto P226 ku ke arah
gembok yg pertama, orang2 di belakangkupun harap2
cemas, dan bahkan beberapa berdoa demi kesuksesanku,
DOR,,, satu gembok berhasil ku buka, " horeeeee"
mereka berteriak penuh antusias, DOR,,,gembok kedua
berhasil, orang2 bersorak sorai, DOR,,, gembok ketiga ku
buka, yg ke empat ini membuatku stres takut nggak kena,
amunisi tinggal 2, ada beban yg kutanggung amat besar,
aku konsentrasi,,DOR,,,, peluruku mengenai gembok, tapi
tidak membuka gembok itu, karna tidak pas dengan pen di
gembok itu, tanpa pikir panjang, aku dekatkan pistolku,
dan DOR,,, gembok itu terbuka, seluruh warga langsung
berdesakan, berebutan sembako juga kain kering.

" HHOOOIIII..!!!!...HENTIKAANNN..!!! " aku berteriak di


kerumunan, hingga semua orang menatapku

" gak ada yg berebutan,, semua di bagi rata " kataku

lalu aku di depan gerbang, memastikan semua dapat


bagian, termasuk gadis kecilku, icut,,, dia mengambil
permen dan boneka. icut lewat di depanku, kukedipkan
mataku dan dia menjulurkan lidahnya padaku, setelah
semua mengambil satu2, ibu pemilik toko memberiku roti
tawar, air tawar dan juga mie instan.

" maaf bu,, apa saya boleh minta rokok?? "

" ambil lah " katanya

" makasih bu,, semoga amal jariyah ibu menjadikan


manfaat bagi banyak orang "akupun keluar menemui icut
san sepedaku
besok paginya, kota meulabhoh hiruk pikuk, aku yg tidur di
emper sebuah toko, kaget dengan riuhnya manusia,
helikopter bell, memberikan bantuan yg di terjunkan lewat
udara, silih beganti relawan asing pun berdatangan,
membuat tenda2 memeriksa kesehatan, pakaian bekas
layak pakai, makanan,, bertruk-truk mereka datang, aku
berdiri merasa jalan keluar sudah datang, dan ini akhir
dari penderitaan panjang yg ku alami, icut memeluk
kakiku, dan truk2 marinir datang, untuk mengumpulkan
para mayat yg masih tergeletak di sana sini, di masukkan
kantong mayat dan di data, aku menghampiri orang yang
ku kenal

" selamat pagi, mohon arahan,, saya sersan ready, dari


pos alue bilie, mohon arahan " letnan haryono hampir tak
mengenaliku, lalu dia memelukku dengan erat.

" tak kiro awkmu wes mati ( saya kira kamu sudah
meninggal ), kamu istirahat saja ",
" mohon arahan, saya menemukan anak kecil yg sudah
tidak ada keluarganya, boleh ikut saya?? "

" boleh,, nanti kita atur datanya "

aku menggendong icut, dan kisahnya berakhir.

icut aku ajak ke jawa, ku sekolahkan, dan beranjak


dewasa, pesan moralnya adalah " tetaplah berusaha
membantu orang lain, walau kondisi kita sederhana,
karena pertolongan itu bukan tentang uang, tapi tentang
perhatian dan cinta kasih ". alhamdulillah icut sudah
besar, jadi gadis yg sholehah, ceria dan penuh kasih,
kemarin dapat undangan di kedokteran unair, sungguh
cita2 yg luhur.

Chapter tsunami selesai gan,, oh iya,, mungkin masih ada


yg mengira kalau TS sanak keluarga, teman seprofesi om
ready,, saya jawab "bukan", saya hanya teman dunia
maya yg mengagumi cerita dan pribadi beliau, dan saya
fikir kalian juga pasti suka dengan ceritanya, karna
berbagi itu indah.

End Chap 2

pagi itu di sebuah batalyon marinir di surabaya, kami di


siapakan untuk berangkat sagas PAMTAS ( pengamanan
perbatasan ) dan OBVIT ( obyek vital ) di sebuah pulau
kecil di antara pulau tarakan, nunukan dan sebatik adalah
pulau bunyu, kami berangkat dengan kekuatan 1 pleton di
pimpin oleh danton ltt alexander, kami berangkat
menggunakan pesawat hercules dan mendarat di tarakan,
di daerah juata. segera kami sampai di sebuah pulau,
dengan menggunakan 5 speed boat 400pk, pulau bunyu
bukan pulau yg besar, pulau kecil hanya dengan berlari
belum capek sudah kembali ke garis start, begitu yg
sering d ucapkan teman2ku, kami mempersiapkan
segalanya, membenahi pos yg sudah mulai di makan usia,
di pulau bunyu ada kegiatan dari gas pertamina atau
pertagas, di sana tiap rumah tidak perlu kompor, namun
dari gas2 pertamina yg di salurkan ke tiap rumah dan
menyala 24 jam, penduduknya pun tidak begitu banyak,
rata2 mereka menempati bagian pesisir, sedangkan pos
kami berada di atas ketinggian, mereka banyak dari suku
bugis, penduduk bunyu rata2 pedagang atau karyawan
pertagas, hampir semua penduduk kami kenal.

kamipun di kelompokkan, terdiri atas beberapa kelompok,


1 kelompok 3 orang, ada yg di tarakan, nunukan, sebatik,
seipancang, seibuku dan lainnya, hhhemmm,,, begitu di
sebutkan penempatan posku, jadi gak enak fikiranku,
TANJUNG KERAMAT, waduuh nama tempat yg sekilas
menyeramkan,

" mohon ijin danton, kenapa saya di tempatkan di pos yg


namanya mengerikan begitu, emang gak ada pos yg enak
si dengar gitu, tanjung bunga, pos apalah " kataku
komplain

" justru itu, kamu yg aku jadikan danpos di situ, karna aku
tau kamu mumpuni di pos itu "
aku dan 2 orang temanku asep gunawan dan siregar,
kami di belaki perahu karet dan logistik lainnya, aku brifing
sebentar dengan kelompokku, agar tau apa yg akan di
lakukan di pos nanti, aku bersihkan senjataku, ku bongkar
dan ku elap biar gak macet, dan aku berbelanja tambahan
karna posku jauh dari pemukiman, setelah semua siap
aku pun istirahat, karna besok adalah perjalanan yg baru
dan petualangan yg baru juga.

pagi harinya kami siapkan perahu karet, mopel, dan


perbekalan kami, termasuk peta dan kompas, jam 8 tepat
kami semua berangkat, aku menjadi tekong ( motoris ),
kulihat siregar dan asep begitu antusias, PK ( perahu
karet ) kami menderu-deru, membelah sungai2 kecil yg
kanan kirinya lebat oleh pohon NIPAH, hutan di kaltim
saat itu masih sangat lebat, hingga bekantan sering
bergelayutan disana juga di tanjung, sesekali ada buaya
yg sedang berjemur, sungguh hutan yg lebat dan gelap, di
sungai2 kecil itu banyak sekali cabang2nya, hingga
memaksaku berhenti sebentar untuk melihat peta dan
kompas, memastikan kami tidak tersesat.

pagi itu laut seperti kaca, tanpa riak dan ombak, langit yg
begitu biru nan teduh, sungguh suasana yg amat
romantis, " coba kesini sama pacar ya, gak sama kamu
kamu,,hhwaa hhaa haa,,, " kami semua tertawa lebar,
sungai yg kami lalui makin gelap, gelap di tutupi oleh
dahan dan ranting pohon2 besar yg sebagian menjorok di
atas sungai. perjalanan sudah hampir 1 jam, berarti sudah
dekat, kubuka lagi petaku, dan memang tinggal 500 meter
lagi, terlihat di depan sebuah tanjung dengan sedikit ada
bukit, kutambatkan PK kami ke dermaga kecil yg terbuat
dari kayu besi, ku ambil barang2ku kutaruh di pos dengan
rapi, posku seperti biasa terbuat dari papan dengan 2
tmpat tidur menghadap ke sungai, di sisi kiri pos kami ada
papan warna hijau TANJUNGKRAMAT.

kemungkinan yg menulis itu adalah inhutani atau


perhutani, " tapi mana bagian keramatnya ya,,???,,ahh
ntar lah", kami mempersiapkan makan siang, tiba2 kami di
kejutkan datangnya celeng berkaki 3 yg masuk ke dapur
kami, " besar sekali celeng ini " bathinku," tapi sepertinya
jinak " kata kakek, begitu biasanya kami memanggil
siregar, hhuuss,,husss,, aku menghalaunya agar keluar,
tapi cuek saja celeng itu, aku beri sebungkus CIAMIE baru
menurut. kulihat di dermaga ada segerombolan nelayan
yg singgah di posku, aku menghampirinya, ternyata
mereka adalah suku yg suka nomaden menggunakan
sampan kecilnya, karna kulihat ada anak kecil, ibu2, juga
orang tua ikut serta, sampan kecil itu beratapkan daun
rumbia, beberapa sampan mengebul asap si
belakangnya, hheemmmm,,, aku punya ide

" ibu masak apa? "

" masak kepiting pak "

" waaahh sedap tuh bu "

" mari pak ambil "

" saya tukar mie rebus ya ? "


" boleh,,, boleh pak " mereka kegirangan

maka terjadilah barter, sepiring kepiting dengam 10


bungkus mie instan,

" bapak sering kesini? tanyaku sambil makan kepiting

" sering, kami selalu kesini untuk mengambil air bersih,


buat persediaan "

" tapi pak, knapa di namakan tanjung keramat? "

" itu,, ada kuburan orang dahulu di atas bukit " sambil
menunjuk

" itu kuburan siapa pak ? "

" ada orang jauh,, tapi entah,, kami tak tau " jawabnya

hheemmm,,, makin penasaran aja kuburan itu, senjapun


mulai beranjak, bias warna orange di barat perlahan
pudar, air sungai yg terhubung dengam laut pun tenang,
pohon2 besar bergerak perlahan terkena hembusan
angin. malam pun tiba, aku ambil lampu solar cell ku, dan
ku taruh di sisi kiri dermaga, nggak begiru terang sih,
sinarnya yg kuning lumayan lah sedikit ada penerangan,
karna hanya itu lampu penerangan kami, di samping
senter yg masing2 kami miliki, tapi itu untuk yg sifatnya
emergency, malam yg begitu gelap, hingga lampu
penerangan kami menjadi obyek yg menarik, termasuk
serangga ramai2 mengerubuti lampu itu, begitu hening
dan damai, dua orang temanku sudah terlelap dalam
tidurnya, aku duduk di depan pos, mengamati sungai dan
lampu di samping dermaga.

sayup2 aku mendengar suara orang bernyanyi, " aahh,,


paling suara radio yg di bawa nelayan, , , eeeehhhh
semua nelayan itu kan sudah pergi, suara senandung
perempuan, di tengah rimba yang jauh dari pemukiman
begini mana ada perempuan ",batinku berkecamuk,
mencoba memprediksi hal yg masuk akal,,,,
ku amati pemandangan samar2 di depan, kurunut dari
sebelah kanan, di sekitar lampu g ada siapa2, kupicingkan
sedikit mataku, perlahan sesekali terdengar suara air yang
sedang di mainkan dan suara senandung itu makin jelas,
lamat2 di sebelah kiri kulihat sesosok gadis memakai
kemben duduk di dermaga, sedangkan kaki sebagian
masuk ke dalam air, kedua kakinya di gerakkan ke depan
dan ke belakang silih berganti, rambutnya sebahu,
tangannya memainkan air di depannya, siapa gerangan??
kan bahaya di sini terkenal banyak buaya, eeeeiissss,,, ku
ambil senter yg dari tadi di sebelah kananku, perlahan ku
arahkan ke gadis itu, gadis itu menoleh ke arahku dan
BBBYYUUUUURRR,,, dia masuk ke dalam air, aku berlari
mengejar gadis di dermaga itu, takut kenapa2, sangat
bahaya masuk ke dalam air jam segini, EEEHHHH
TUNGGUUH,,, aku berteriak, kawatir, begitu sampai di
dermaga, aku tak menemukan siapa pun, bahkan tempat
bekas dia duduk pun tak basah, aku pun terduduk di tepi
dermaga, ku awasi sekelilingnya, tak nampak apapun,
wajah gadis itu terlihat bersih, rambutnya hitam pekat, "
hai kalo kamu manusia nampaklah,, namun bila kamu roh
tolong perkenalkan dirimu " bathinku

lama aku terpekur di tepi dermaga, masih bertanya2


antara percaya atau tidak dengan kejadian tadi, ku hela
nafas panjang2, lalu ku keluarkan rokok kesayanganku,
sampoerna mild, kuhisap beberapa batang, eeemmmm,,
lampu solar cellku sudah semakin redup, malam ini tak
nampak satu perahupun yg lewat. aku ambil lampu itu
karna banyak serangga yg menempel, tiba2 di dalam air,
KCUUUPPAAK,,,BBYYUUURRRR,,, dan sekali lagi sosok
gadis itu menampakkan diri sekejap, aku pun buru2
kembali ke posku, karna banyak keganjilan di sana, karna
kalau di daerahku ( jawa ) itu terdengar dengan namanya
KALAP, sosok makhluk halus yg bisa menyerupai siapa
saja, terutama orang yg di sayanginya, dia punya modus
pura2 tenggelam biar nanti kita tolong, tapi justru kita yg di
tenggelamkannya, juga masih teringat kejadian waktu aku
masih kecil, waktu itu ada MUNGGUT (semacam
keracunan, air yg tadinya jernih tiba2 langsung keruh) jadi
ikannya pada mabuk terus mengapung di air, aku sma
kelas 1, nampak orang berkepala naga, berbadan merah
menatapku, hhhiiiii,,, sampai dewasa kejadian itu
menghantuiku, dan sekarang sosok gadis di belantara,
akupun segera lari ke pos, segera memejamkan mataku,
hingga pagi menyongsong.

pagi itu kami merencanakan patrol sekitar menggunakan


PK, kupersiapkan PK dan mopelnya, juga kupersiapkan
logistiknya, karena aku harus tau dengan daerah yg jadi
tanggung jawabku. kami bertiga berangkat, dan pos aku
tutup dengan papan, sepanjang sungai aku catat tentang
arusnya, delamannya, dan juga rintangannya, sesekali
kami istirahat sejenak untuk masak atau sedikit istirahat,
lalu kami meneruskan perjalanan, lewat sekaca dan kami
memasuki seiular, sungai yg sering di gunakan untuk
pelolosan human traficking ataupu ilegal logging.

pagi itu sungai lagi hige tige, semua aman daerah yg aku
lewati ini, sangat berdekatan dengan tawau ( malasya)
hingga membuat kami harus extra hati2, jangan sampai
memasuki daerah orang. tibalah kami di sebuah
perempatan sungai, dimana perempatan itu tidak ada di
peta, dan kami berhenti sebentar,

" lewat mana nih? " kata siregar karna hari itu dia menjadi
tekongnya

" bentar kek " kau bolak balik memastikan arah peta

" tapi g ada yg salah, yg penting kita jangan ke kiri 90,


kita arah balik aja tapi yg ke kiri, soalnya kalau ke kanan
terus kita bisa sampai di nunukan "kataku

" oke "

PK pun berbalik arah, kita terus mengikuti anak sungai,


hinggal sungai itu sedangkal lutut kaki, hari mulai sore,
aku memutuskan untuk beristirahat di situ, karna mau
balik pulangpun masih terlalu jauh. malampun tiba,
nyamuk dan agas tak henti2nya menyerang kami, ku
ambil lotion dan aku oleskan, lumayan,, malam ini terasa
hangat walau kami tidur di anak sungai, karena dahan2
nipah melindungi kami. pagi2 aku terbangun, kulihat jam
tanganku sudah menunjukkan pukul 6, aku di kejutkan
oleh suara2 halus, suara cekikikan wanita, seperti sedang
bergurau dan sedikit melucu, eeeemmm,,, kakek kakinya
menendang-nendang pinggulku,

" ada apa kek? "

" lihat ke belakang " katanya

aku menengok ke belakang wwoooowww,, sebuah


pemandangan yg mencengangkan, kulihat beberapa
gadis sedang mandi, hhhaaahhh,,, buru2 aku balikkan
badanku, badanku sedikit gemetar, ku kucek2 mataku,
seakan tak percaya, si kakek hanya bengong, jarak kami
hanya 25 meter, ada 4 gadis mandi di bawah, dan ada 2
sedang mencuci di atas sebuah batu datar, dan
semuanya,, telanjang,, apakah itu bidadari,,, atau hanya
roh, tapi kakek melihat juga. gadis yg di bawah melihat
kami, tangannya melambai2, seakan menyuruh kami
untuk bergabung, kau mendayung PK pelan2, dan mereka
tetap tertawa2, tanpa ada risih dan malu.
asep gunawan yang dari tadi masih tidur pulaspun
terbangun, " ada apa sih " dia pun terbengong, aku
mencoba melihat mereka lebih dalam, tapi tak
menemukan keganjilan, badan mereka putih mulus,
bentuk tubuhnya proporsional, rambut hitam pekat dan di
kepang dua, merekapun beranjak memakai pakaian
sederhana, kami seperti kerbau uang di cucuk hidungnya,
mengekor kemana mereka pergi, masuk ke dalam hutan,
di depan ada puluhan rumah yg mirip gubuk, jalan2
terbuat dari pohon besi yg di ikat dengan rotan,
perkampungan itu di kelilingi oleh perairan, dan pohon
bakau yg menjadikan penyangga baik itu rumah maupun
jalannya, tiap jalannya terhubung dari rumah ke rumah,
atau jalan itu sendiri, gubuk2 mereka tertata rapi dan
bersih.

laki2 dewasa dan anak2 hanya memakai cawat,


sedangkan para perempuan dan gadis memakai kemben
yg terbuat dari kulit pohon, mereka suka memakai
perhiasan dari batu2an, biji2an dan akar yg di anyam,
laki2 dan orang2 tua mempunyai tatto di dada dan
punggung, juga tangannya, sedangkan para perempuan
bertatto di bagian kakinya, anak laki2 memakai kalung
dengan seperti lonceng di tengahnya, tapi terbuat dari
biji2an, di sebelah luar terdapat perahu yg terjejer tanpa
menggunakan mesin, atap gubuknya terbuat dari daun
rumbia yg di tata rapi, sedangkan dinding2nya terbuat dari
alang2. aku terpukau dengan pemandangan seperti ini,
mirip bungalow2 yg ada di bunaken manado, tapi ini lebih
asri, tanpa sampah

hari ini sampe bunyu 3 dulu ya,, perlu peregangan jari,


hehe,,sikaattt

mereka orang2 yg ramah, sangat ramah malah, semua


orang bengong melihat kedatangan kami, kami seolah
makhluk asing yg baru pertama kali mereka lihat, pakaian
kami di pegang2, jam tangan dan senjata kami di lihat dan
di raba, aku mengambil rokok kesayanganku, dan
kunyalakan satu, merekapun langsung mengambil
rokokku, di bagi2 dan di rokoknya, mereka berkomunikasi
dengan bahasa yg tak kumengerti, bahasa seperti orang
yg sedang mengecap suatu makanan, kami di ajak duduk
di sebuah gubuk yg agak besar, seorang tua yg penuh
tatto di sekujur tubuh dan mukanya dan memakai topi dari
akar bahar tapi ujungnya terdapat sehelai bulu gagak, dia
memberi salam dengan menyentuh jidatku dengan telapak
tangannya, saat itu aku tidak merasakan getaran apapun,
aku tidak mengerti apa yg di bicarakan, hingga terpaksa
aku berbicara dengan gaya tarzan

" saya...ready...ini (aku menunjuk kakek) siregar...dan


itu...asep.." dia manggut2 sambil menirukan ucapanku

" redy...siregar....asep"

" iya " aku tersenyum kecut, karna ini proses yg sulit juga
fikirku,

" kami...marinir...tentara..." dia manggut2 lagi

hadeeehh,,, gimana ini, aku memutar otak bagaimana dia


mengerti ucapanku, di antara kebingunganku munculah
seorang gadis cantik, dia membawa semacam kendi dan
gelas yg terbuat dari tanah liat, dia menuangkan minuman
yg di dalamnya terdapat rempah2, harum sekali
aromanya, hampir mirip aroma terapi.

lalu keluar lagi gadis yg lain, tapi kali ini membawa


umbi2an, ada talas, pisang, jg yg lainnya, gadis yg kedua
ini ternyata gadis yg aku lihat waktu mandi itu, sesekali dia
mencuri pandang ke arahku, begitu aku melihatnya dia
malah memalingkan wajahnya yg cantik itu, dia
menunduk, terus berlalu ke dalam. orang tua dengan tatto
sekujur tubuhnya tangannya seperti mempersilahkan kami
untuk makan, dan teman2ku pun langsung melahap
makanan yg di hidangkan, tapi karena hari itu hari senin,
akupun gak memakannya, karna aku puasa, aku hanya
menyentuh makanan itu dan ku usapkan ke leherku, biar
tidak "kepohonan" ( pamali ) , adat sana untuk sopan
santun, mereka tertawa, walau aku gak tau apa yg mereka
tertawakan.
setelah makan teman2ku sudah tidak ada entah kemana,
aku menemani orang tua yang banyak tattonya, (kepala
suku) kalau boleh aku sebut demikian, aku beri beberapa
pack rokok, sambil minum rempah2 kepala suku itu masih
terus tertawa, sambil bercerita, walau aku gak tau
kata2nya, tapi aku tau maksudnya yg kira2 seperti ini

" di sini masyaraktnya jauh dari keramaian, tapi kami taat


dan patuh oleh suatu aturan adat, ada aturan tentang
hewan apa saja yg boleh di buru maupun tidak, juga
tentang tanaman dan pohon, karna ada pohon yg di
keramatkan" aku hanya mengangguk-angguk, kepala
suku juga bercerita tentang anak2nya, anaknya 3 cewek
semua, sudah waktunya menikah, aku tersenyum
menanggapi omongannya.

setelah lama berbincang dengan kepala suku, aku mohon


pamit untuk mengecek PK, kwatir kandas atau di acak2
oleh suku itu karna rasa penasaran mereka, tapi
alhamdulillah PK ku baik2 saja, hanya anak2 kecil yg
sedang menaikinya, aku cek bbm dan businya, masih
banyak dan normal, aku duduk di atas batu besar di
pinggir sungai, sungguh masa kecil yg membahagiakan,
hemmm,,, sungguh nyaman andai punya rumah di sini,
tanpa ada konflik, tanpa ada pertengkaran, tanpa
teknologi, tanpa ada urusan2 kantor dan masalah, hidup
ini serasa damai, rukun, ceria, seperti surga dunia,
mereka hanya memikirkan berburu dan mencari makan
buat besok,, hhhhhhheemmmmm

dari tadi aku melihat tingkah polah anak kecil itu, hingga
mengingatkanku pada si kecil icut, jadi kangen ama
kecentilannya, hingga aku ingat pada suatu hari, icut
membuka pintu rumah tanpa salam,

" ooooooommmmm,,,,,,oooooommmmm "

aku yg lagi di lantai atas sedang main alto sexophone lark


ku dan menyanyikan lagu dari daniel shahuleka, don't
sleep away tonight kalo gak salah, hingga aku gak dengar
teriakannya, lalu tiba2 dia menjewerku
" hhhiihhhh,,, kalo di panggil itu d jawab yaa "

" ammpuunn,,, ammpuun,,, iya sayang,, om gak dengar "

" tuh di cari bu guru cantik "

akupun segera turun melihat siapa yg datang, ku lihat


seorang wanita berpakaian rapi sedang berdiri sambil
membawa sebuah map,

" ada yg bisa saya bantu? " icut berdiri di antara kami
berdua

" maaf bapak, tadi icut terjatuh dari sepedanya, trus karna
takut kenapa2 saya antar pulang "

" iya cut? " si centilpun malu2

" heemm,,, nakal ya tadi di sekolah? " kataku

" engak kok " katanya sedikit manja


kulirik guri icut, wajahnya sendu, tatapannya kalem dan
sopan, kulitnya kuning langsat, tingginya kira2 168cm

" maaf bu,, saya ready, orang tuanya icut "

" nggak,,, itu om ku,, " si icut menyela

" nama saya yulia "

" oh iya,, maafkan anak saya kalo nakal di sekolah ya bu "

" oooohh,, engak pak ready, icut anak yg pandai, juga


sopan "

hhmmmm jadi inget yg engk2

sudah 2 hari kami tinggal di pemukiman itu, kami bertiga


masih bujang pada saat itu, namun aku sudah mempunyai
komitmen dengan seseorang di jawa dan aku amat
menyayanginya, karena itu aku gak mau macam2 ataupun
memberi harapan terhadap orang lain, bagiku lelaki sejati
adalah lelaki yg mampu menjaga komitmennya, hingga
tak ada siapapun yg terluka hatinya, aku mencari siregar
dan asep, mengajak mereka untuk kembali ke pos, karna
masih banyak tugas pokok yg belum terselesaikan, kami
meninggalkan pemukiman itu dengan suka cita, namun
wajah siregar yg terlihat ama murung, beberapa kali aku
menggodanya, tapi dia diam tak merespon candaanku.

begitu kami sampai di pos, kulihat rumput di sekeliling pos


sudah terlihat begitu tinggi, terasa aneh dan ganjil, "
padahal hanya 2 hari " bathinku. menjelang sore siregar
berteriak-teriak,

" AADDUUUHHHH...!!!!...SAKKIIITTT...SAKIIITT..!!! " aku


dna asep segera menghampirinya,

" weee,,kenapa kau,,,??? "

" sakit danru,,, "


" apamu,,? "

" iniii,,,, " siregar menunjuk bawah perutnya,

lalu kubuka celana kolor yang di pakainya

" ASTAGFIRLLAH HAL ADZIM...!!!...kamu berbuat


apa!!!..apa yg terjadi!!! " kataku panik

kulihat, MAAF, kelamin siregar sebesar lengan orang


dewasa, sangat besar, bahkan untuk ukuran eropa
sekalipun, aku sudah berprasangka yang tidak2,

" kamu macam2 dengan gadis di sana?? ku bunuh kau


bila macam2 "

" sumpah aku gak berbuat apa2 "

namun, begitu air laut surut, bentuknya kembali seperti


semula, begitu terus hingga berulang-ulang, " aaaaahh,,,
gak beres ini, ayo sekarang juga kita kembali ke
pemukiman itu lagi ", karna aku sudah gak betah dengan
semua erangan kesakitan siregar, ku kebut PK ku, karna
memang aku ingin masalah ini segera selesai, kalaupun
siregar berbuat yg enggak2, langsung ku nikahkan bila
perlu. aku brangkat dengan pikiran dongkol, karna amat
memalukan bila pasukan induk mengetahui kejadian ini,
apalagi aku sebagai dantimnya.

bbm dan hanis 1 jurigen, dan aku amat hafal dengan


lokasi pemukiman itu, tapiiii,,, tempat pemukiman itu tak
bisa ku temukan, pemukiman itu tak ada, " aaaahhhh
masak kita kesasar ", ku ulangi lagi dari perempatan
sungai sampai 4 kali, dan memang pemukiman itu tidak
ada, HHHAAAAHHH,,,, kami bertiga celingukan,

"dulu kita bermalam di sini, dan gak jauh dari perahu karet
kita ada rumah2, kenapa hanya belantara,, hanya pohon2
bengkirai besar yg ada, mereka itu siapa,,!!!,, kalau
makhluk astral kenapa teman2ku melihat semua,,!!! " terus
HHHHIIIIIII,,,,, asep pun bergidik, bulu2 kuduknya berdiri,
tapi aku masih gak percaya,
" aayyooo danru,, kita pulang,,, " kata siregar

" bentar kek,, terus gimana dengan sakitmu itu "

aku sangat penasaran dengan kejadian tak masuk akal


ini, tapi hari sudah senja, burung2 rangkok sudah
bersarang di rerimbunan, dan bekantan sudah tidak
nampak lagi, akupun memutuskan untuk kembali.

kami kembali ke pos, sepanjang perjalanan kami bermain


dengan fikiran masing2, seperti masih mencari2 letak akal
sehat tentang kejadian kemarin, sesekali aku melirik
siregar dengan tatapan penuh pertanyaan, sesampainya
di pos, siregar langsung ku seret ke belakang pos, aku
sudah menyelipkan pistol P266 ku di belakang baju,

" sini kau..!!! " kataku

" siap !!! " siregar menjawab


" nih ya... masalah yg sudah kita lalui bukan main2, kita
sudah berhadapan dengan sekumpulan makhluk astral yg
levelnya sangat tinggi, hingga kamu dan asep ikut masuk
kedunianya " aku keluarkan pistolku, ku arahkan ke kepala
siregar

" cepat kau ngaku...!!! apa yg kau perbuat di sana


bajing*n..!! aku sudah kehabisan kesabaran, atau kulunasi
nyawamu hari ini..!!!.. hahhh...!!!

siregar tertunduk lesu, kepalanya tertunduk tapi sorot


matanya melihatku dengan tajam,

" kita sudah melewati berbagai macam pertempuran, suka


dan duka kita lewati bersama, apa yg danru makan, itu
juga saya makan, begitu sebaliknya, kita marinir!!! danru,
kita di lahirkan dalam satu rahim, walau saya tamtama
dan anda bintara, ingat!!!! marinir adalah satu, semboyan
marines brotherhood yg selalu kita dengung2kan, adalah
jiwa kita, tapi semua akan percuma bila danru tidak
mempercayai saya lagi..!!!.. silahkan kalau saya haris
berakhir di sini, di tanganmu!!! saya akan sangat bangga "
siregar terlihat lebih marah dariku

perlahan, kuturunkan pistol yg menempel di kepala


siregar, karna aku yakin dengan kata2nya, aku peluk
siregar kuat2, akupun meminta maaf padanya.

kondisi siregar sekarang belum ada perubahan, setiap air


pasang dia selalu kesakitan, namun hilang tak kala air
menjadi surut,

" kek, tapi tolong, ceritakan kejadian 2 hari selama kita di


sana, karena kamu dan asep terpisah dariku "

" maaf danru, selama danru ngobrol dengan kepala suku,


lengan saya di tarik oleh anak kepala suku yg pertama,
kami berdua berjalan ke belakang pemukiman, di sana
ada sebuah bukit, dengan rumput dan tanaman yg tertata
rapi, bunga2nya bagus, seumur hidup saya tidak pernah
melihat tempat seperti itu, di bukit iu ada air terjunnya,
saya pun mandi, di saat saya mandi ternyata anak kepala
sukupun ikut mandi, dia sepertinya tertarik dengan saya,
terus dia mendekati saya, mencium saya,sayapun ikut
terbawa suasana "

" jujur ya? " kataku

" siap saya jujur sejujur-jujurnya, saat kami sedang


berciuman, tiba2 kepala suku berteriak, dan tau apa yg
kita lakukan, dia marah, saya harus nikah jam itu juga, tapi
saya tidak mau, karena terlalu cepat untuk menikah, saya
di kejarnya, walau saya berusaha menjelaskan tapi
percuma karna kelainan bahasa, hingga dia melemparkan
tongkatnya dan mengenai punggungku, dan begitu keluar
danru kembali mengajak kita ke pos " terangnya

makam di atas bukit


makam yg selama ini menjadikan tanjung ini menjadi
tanjung keramat, sebuah makam kuno dengan nisan
besar dari batu sungai yg hitam pekat, dan di naungi
sebatang pohon meranti yg usianya sudah ratusan tahun,
makam itu sangat besar dan panjang
" semoga kisah saya tidak menyinggung siapapun, andai
ada penulisan yg salah saya meminta maaf pada
saudara2, karna saya hanya manusia biasa, sama2
ciptaanNya, saya bukan paranormal dan juga bukan
dukun " pesan dari om ready

aku kembali ke posku setelah pulang dari makam, kau


bingung dengan apa yg kulakukan, pikiranku penuh, dan
saat aku kebingungan, di atas dermaga depan posku ada
buaya yg amat besar, panjang dermagaku 10 meter, tapi
buaya itu lebih panjang lagi, karena ekornya masuk ke
dalam air, mulutnya menganga, warnanya putih bersih,
tapi ada yg aneh dengan buaya itu, kulihat si lehernya
seperti memakai kalung yg terbuat dari akar, tadi aku kira
buaya itu kena jerat atau nyangkut di jaring nelayan, dan
kupastikan lagi, ternyata bukan, dia memang memakai
sebuah kalung, aku mendekatinya dengan perlahan,
kalung dari akar itu ada bagian yg di ukir, DOR...DORR..
asep mengeluarkan tembakan
" ASEEPP...!!.. HENTIKAN TEMBAKANMU..!! "

tembakan asep mengenai bagian tubuh buaya tadi, tapi


buaya itu diam saja seakan tak merasakannya, dan ketika
peluru asep mengenai tubuh buaya itu terlihat percikan api
dan asap yg mengepul, asep mendekatiku

" apa itu danru,, buaya kok gak mempan dengan


amunisiku?? "

" entahlah sep, mungkin ini jalan keluar kita "

aku ingin menyentuh kepala buaya itu, dengan maksud


biar ada interaksi, tanganku berjarak 3 meter dari kepala
buaya itu, si asep menarik bahuku

" apa yg danru lakukan..??? danru mau mati..?? "

" kamu yg cari mati sep, tapi kalau aku mati bisa nggak
aku nitip icut padamu,,hhe "
" danru ngomong apa sih.. "

" sudah sep... kamu diam "

aku beringsut perlahan, keringat dingin segera


membasahi sekujur tubuhku, karena spekulasi kali ini
amat membahayakan keselamatan hidupku, buaya itu
hanya buka mulut dan diam saja, ketika tanganku
menyentuh moncong buaya itu, BBBBLLLLAAAASSSSS,,,
aku sudah di dimensi lain, aku berhadapan dengan orang
tua, tubuhnya masih kelihatan otot2nya, walau kulitnya
bergelambir, rambut putih, jenggot dan kumis juga putih,
dia memakai baju yang seperti kain yg cuma di putar di
tubuhnya, dia duduk bersila menghadapku, kepalanya
menunduk, tapi sekujur tubuhnya di selimuti aura yg
bening tapi berapi-api, orang tua ini tinggi sekali, dua kali
tinggiku, aku meriang, sekujur tubuhku seperti terserap
energinya kedalam tubuhnya, amat sangat panas telapak
tanganku yg menyentuh moncongnya.

sekujur tubuhku memerah, bahkan air yg di sekeliling


dermaga mulai mengeluarkan buih
WWWWWRRRRRRRRRR,,,,, aku berteriak dan mencoba
bertahan, jantungku berdetak cukup kencang, urat dan
ototku mengejang, wwwwwrrraaahhhh,,,,
bbbbuuuuuzzzzz,,,, sekarang tubuhku brangsur-angsur
hangat, hangat,, dan mulai dingin, hawa disekitarku
sekarang dingin, amat dingin, telingaku berdengung,
tulang2ku menggigil, hingga terdengar bersentuhan antar
tulangnya, mulutku kering, darahku seakan membeku,
wwwwrrraaaahh,,,
WWWWWWWWWWWRRRRAAAHHHHHH,,,!!!!! aku
berteriak kuat2 karna gak tahan, lalu orang tua itu
membuka matanya, dan BBLLAASS,, tubuhku normal lagi,
bahkan terasa amat ringan, enteng sekali.

orang tua itu menatapku tajam, lalu tangan kanannya di


angkat tinggi2, tangannya di buat seperti orang menunjuk,
dan ujung jarinya di tempelkan ke jidatku, kepalaku jadi
sangat pusing, dan mulutnya di buka, meniupkan hawa
hangat ke arah telingaku, dia berujar
" kau sudah sempurna, saatnya kau mencari jalanmu
sendiri, tapi setiap yg kau lihat adalah yg kau dengar, apa
yg kau makan, adalah apa yg kau berikan, janji adalah
janji "

BBBBBBBLLLLAAASSS,,,, aku tergeletak di dermaga,


badanku lemas, aku di bopong asep dan siregar, di
tidurkan di dipanku, entah berapa lama aku pingsan......
dan begitu terbangun kata2 itu masih terngiang2 di
telingaku, tapi apa maksut dari "janji adalah janji" siapa yg
berjanji,,janji pada siapa??

aku masih mencari jawaban atas perkataan orang tua yg


menjelma menjadi buaya, suatu hari aku dan asep
melakukan patroli darat, kami mau sedikit melakukan
observasi tentang wilayah daratan di sekitar posku,
berbekal kompas dan peta, pistol dan 2 magazen juga
sedikit bahan mentah dan air di dalam pack serbu kami,
siregar sengaja gak ku ajak, karna takut menjadi beban
bila sakitnya kambuh. pagi itu kami menaiki sebuah bukit,
tanpa jalan tikus menandakan tempat itu memang jarang
bahkan gak pernah di lewati manusia.

hutan yg begitu lebat, dengan pohon2 ratusan tahun


menjulang tinggi dengan gagah perkasa, saking lebatnya
hingga cahaya matahari susah menembus di
rerumpututan, di balik pohon banyak di tumbuhi lumut,
bahkan anggrek liar yg cantik menebarkan pesona dan
keelokannya, sesekali babi hutan melintas, mengendus2
dengan anak2nya mencari cacing dan umbi2an, kami
memberi sedikit goresan pada pohon/ranting, tentang arah
pergerakan kami, biar kami tidak tersesat, beberapa kali
ku bidik kompas dan kubuka petaku, ku amati tiap
ketinggian dan lembah.

sungguh alam yg sangat kaya, sungguh anugrah Allah yg


tiada tara, di sini aku terlihat seperti kurcaci di film hobbit,
merasa kerdil dengan pepohonan yg amat besar dam
batu2 besar, saat jam menunjukkan jam 11 siang, kami
membuka natura, memasak bekal memakannya, rupanya
aroma makanan yg aku masak membuat beberapa hewan
penasaran, kulihat ada kancil dan landak yg mendekat,
juga ratusan semut api yg mengerubuti makananku, ku
bagi beberapa suap, biar bisa menghilangkan rasa
penasaran mereka.

kami melanjutkan perjalanan, ku ambil arah ke kiri dengan


maksud biar tidak terlalu jauh dari pos, aku gak mau
sampai ke pos kemalaman karna amat membahayakan
bila itu terjadi, karna kontur tanah yg sedikit bergambut,
juga aku belum mengenal betul dengan hutan ini.
beberapa kali kami istirahat, karena di peta menunjukkan
tempat tinggal kami tinggal beberapa kilometer saja, tapi
kali ini ada kejadian aneh, kulihat kompasku tidak
menunjukkan arah utara, tapi terus berputar tak tentu
arah, padahal waktu sudah sore sekitar jam 4, waaaahh,,,
pasti tanah di sini mengandung medan magnet yg amat
besar, kubuka lagi petaku, posku berjarak sekitar
500meter, harusnya dermaga dan sungai depan pos
sudah nampak, tapi yg kulihat hanya pohon, dan pohon
lagi.

aku memutuskan untuk bermalam di sini, kami membuat


bivak sederhana, sebuah tenda separo berbahan kain
parasut tapi berlapis karet agar air tidak menembus.
malampun mulai tiba, hutan yg tadinya hanya gelap
sekarang menjadi makin gelap, karena kabut tebal sudah
menuruni lembah, hawa dingin mulai menjalar ke dalam
bivak kami, sengaja kami tidak membuat perapian, agar
tidak tercemar udara di sini. asep mulai batuk2, aku
kerahkan sedikit tenaga dalamku, agar tubuhku hangat,
sedikit keringat mengucur di keningku, namun sebaliknya
dengan asep, batuknya malah menjadi2,

" minum obat sep, suaramu mengganggu hewan yg lagi


pacaran " celotehku

" sudah nih, tapi makin menjadi2 "

" sini mendekat, buka bajumu " perintahku

aku salurkan sedikit tenaga ke arah punggung asep,


sampai dia merasa panas,
" sudah cukup danru, punggungku serasa terbakar "

" gimana, udah enakan? "

" alhamdulilah "

" yaudah kamu tidur aja, biar aku yg jaga "

akupun berjaga di luar bivak, walau malam sangat gelap,


tapi suara hewan2 di hutan sedikit menghiburku,
sekelebat ada bayangan putih di depanku, kubiarkan saja,
kusapa malah, dan berkelebat lagi. aku lihat asep begitu
nyenyak, hingga tak tega membangunkannya untuk
berjaga, lamat aku mencium orang membakar sesuatu,
seperti ada orang lain di hutan ini, aku berdiri, jauh ada
sepercik api dan suara orang berbicara, tapi siapa,,,
sudahlah,,, aku hapus rasa penasaranku, aku
menyenderkan badan untuk istirahat sejenak.

pagi2 asep sudah membuat 2 cangkir kopi, aroma kopi yg


semerbak mengganggu kantukku, hhhhm,, kopi panas di
minum di tengah hutan seperti ini sungguh sesuatu yg
patut di syukuri, aku kembali membuka peta, tapi tak
mununjukkan jalan kembali menuju pos, akhirnya aku
memutuskan berkeliling sekali lagi, kudapati bekas2
jalanku, aaahh,,, kita hanya berputar2 di sini, tanda2 yang
sudah kita buat kemarin masih terlihat jelas, aku
mendekati orang yg membuat api semalam, ada 2 orang,
lagi duduk dan membuat mie instan, kami di sambut,
bahkan di buatkan kopi,

" waaahh,, mantap kopinya pak, ini sudah bermalam di


sini sudah berapa hari pak? "

" baru 7 hari " katanya

" lagi berburu atau apa? "

" lagi mencari kayu GAHARU "

" wah,,,boleh lihat? " lalu di bukanya tas yg bapak itu


bawa, sekepal kayu gaharu yg hitam dan amat wangi.
" waah harum ya pak, eehh bapak2 ini tau nggak tentang
makam di atas bukit itu? " tanyaku mencoba2

" itu makam sudah lama sekali pak, bahkan pada jaman
kakek2 kami makam itu sudah ada "

" trus kata kakek2 itu gimana? "

" itu makam dari suku tidung "

" suku tidung? "

" iya,, sebenarnya makamnya tidak hanya satu pak, tapi


banyak, kata kakek saya yg di atas adalah kepala
sukunya, sedangkan rakyatnya di makamkan di bawahnya
"

" ahhh nggak ada pak, pos kami di bawah bukit itu, tapi
gak ada makamnya "
" ya mungkin bisa tertutup longsor atau apa, tapi pos yang
bapak2 tempati adalah area pemakaman dari suku itu,
suku itu sangat mempercayai bahwa anak2 mereka yg
meninggal karna sakit, akan menjadi buaya, karena
mereka yakin asal muasal mereka dari sana juga "

" trus pak,, pernah nggak ada kejadian aneh2 di sana? "

" banyak pak, saya orang sini nggak berani ke pos bapak,
takut pak "

bulu kudukku langsung bergidik, otakku berputar2


menyambung2kan kejadian aneh yg aku alami selama ini,
tapi aku masih bingung dengan janji tetaplah janji.

1. kejadian aneh di pemukiman


2. kejadian siregar
3. buaya di dermaga
4. makam kepala suku dan pos kami adalah makam suku
tidung
aku mencoba merangkai semua kejadian, apakah begini,
pemukiman yg aneh itu sebenarnya di sini, di tanjung
keramat, terus salah paham antara siregar dengan kepala
suku, buaya yg di dermaga itu sebenarnya jelmaan dari
kepala suku yg mencoba memberi jawaban atas teka teki
ini, lalu,, seluruh peristiwa itu terjadi di posku, kami tidak
kemana-mana, haaahhh,,, apa yg sebenarnya terjadi..??
tapi bagaimana dengan penyakit siregar, bagaimana
tentang janji adalah janji, dan bagaimana aku bisa pulang
ke posku.???

heehhh,, mending buat kopi ambil rokok, sudah 2 hari di


dalam hutan dan orang2 pencari gaharu sudah pergi,
sebelumnya aku sempat bertanya kemana arah posku. ini
hari ketiga, aku mencoba menaiki pohon tertinggi dengan
maksud melihat sekitar, tapi yg kulihat hanya rimbunnya
hutan, pohon dan pohon lagi,

" gimana sep, ada saran? "

" heeehh,, gak ada, ini bekalpun sudah mulai habis "
hhuuuufftt,, ku ambil nafas panjang dan berat, kulihat
bayangan cahaya matahari di antara rimbunnya hutan,
menunjukkan arahku benar, tapi kenapa dimataku salah,
entahlah, disaat aku mulai menyerah, sekelebat bayangan
itu ada lagi dan hilang di balik pohon, hheeeem,,
bayangan ini menambah beban pikiranku, lalu muncul lagi
bayangan itu, dan hilang di pohon yg sama, " ayo sep kita
berkemas ", kita berkemas dengan cepat, aku ikuti
bayangan itu di pohon dia menghilang, dan bayangan itu
nampak lagi, terus menghilang di tempat yg jauh, aku ikuti
lagi, dan setelah mengikuti yg ketiga kalinya, ternyata
kami sudah sampai di belakang posku, ya Allah,,, ternyata
benar petaku, hanya berjarak 500m, siregar langsung
menyambut kedatangan kami, memang benar berarti, aku
di butakan oleh sesuatu, sesuatu yg tidak menginginkan
aku untuk kembali ke posku.

ke esokan harinya aku menyiapkan perahu karet, aku mau


mencari informasi tentang orang2 suku tidung di sekitaran
posku, kuajak siregar karna kasihan asep yg terlihat masih
kelelahan, aku jalankan mopel enduro 40pk pelan2
menyusuri sungai, setiap bertemu perahu aku selalu
bertanya tentang sukunya, ataupun orang yg masih
mempunyai keturunan suku tidung, namun tak
mendapatkan hasil. hingga suatu saat, aku di kejutkan
oleh speed boat yg melaju amat kencang searah
denganku, suaranya menderu2, hingga menimbulkan
ombak yg lumayan tinggi, begitu speed boat itu
menyalipku, ombak yg di tinggalkan masuk ke PK dan
membasai pakaian kami, " kurang ajaaarrr ", kemudian
ada sebersit kecurigaan tentang laju speed boat itu,
jangan2 penyelundup.

aku langsung menyuruh siregar menancap gas PK ku, "


kejar kek ", terjadilah kejar2an dengan speed boat, kakek
memang tekong yg tangguh, beberapa kali jarak kita amat
dekat, tapi aku gak mau berlama2 main kucing2an dengan
perahu di depanku, aku keluarkan tembakan peringatan,
tapi perahu itu tak mengindahkan, " waah,, bener nih ada
yg gak beres ", langsung ku bidik mopel yg menempel di
belakang DOR...DOR.. dua amunisi menyalak mengenai
mesinnya, dan kejar2an ini berakhir.

ku suruh siregar menghentikan PK tepat di speed boat itu,


KELUARR...TANGAN DI ATAS..!! teriakku,, tapi gak ada
tanda2 yg di dalam mau menyerah,

" kek, senapanmu siapkan, lindungi aku, KALAU


HITUNGAN KETIGA TIDAK KELUAR, AKAN KU
TENGGELAMKAN SPEED BOATMU....!!!
satuuu...duaa...tiii..."

tiba2 dari arah kemudi muncul tangan yg ke atas,

" CEEPAAATT..!! " bentakku

lalu muncullah seorang wanita yg amat cantik, memakai


kacamata rayben, rambut panjang terurai, kulit yg kuning
langsat, memakai setelan ketat yg terbuat dari kulit
berwarna hitam,

" CEPAAT...!!..TIARAP..!! " bentakku, tapi dia malah


tersenyum

" semuanya keluar..!! "

" hanya saya pak " aku masih memeriksa wanita itu,
sementara kakek masih menodongkan senjatanya,

" kenapa kamu tak berhenti haahh?? "

"maaf pak, saya mainkan musik terlalu kencang mungkin "

" lalu kamu bawa barang apa itu di dalam ? "

" hanya dagangan saya pak " katanya pelan

kamipun membawa speed boat itu ke pos kami, setelah


sampai di pos kami memeriksa ulang, barang2 kami
keluarkan, kami cek satu persatu, dan kami tidak
mendapatkan barang yg mencurigakan, walau saya tau
dia membawa dagangan dari malaysia dengan tidak di
lengkapi dokumen ( itupun termasuk ilegal ) tapi masih
bisa di maklumi, karna hanya membawa pas saja sudah
bisa keluar masuk malaysia.

kami ambil datanya, ternyata dia bernama erna, suku


campuran bugis dan tidung, hahhh ternyata jauh2 di cari
malah datang sendiri,

" maaf bu atas kesalahan kami, tapi saya harap anda tidak
ugal2an di sungai ini, karena tiap tempat ada aturannya "

kamipun merapikan barang2nya lagi dan memperbaiki


mopel yg telah kami rusak, bu erna pun meminta maaf
karna tidak mengiraukan peringatan kami, butuh waktu 2
hari untuk memperbaiki mopel bu erna, hingga cukup
waktu aku bertanya2 tentang sukunya,

" maaf bu,, yg asli tidung siapa,, bapak atau ibunya? "

" bapak saya mas "

" oohhh, tinggal dimana dia sekarang? "


" ikut dengan saya di tarakan "

" eemmm,,, kalau boleh saya mau bertamu dengan


bapaknya untuk sedikit bertanya2 " akupun menjelaksan
semua peristiwa yg terjadi di sini, dan alhamdulillah bu
erna mengiyakan

setelah semua di perbaiki ikutlah aku ke tarakan, tepatnya


rumah yg berlokasi di sekitar gunung baso kalo gak salah,
aku bertamu dan di depanku datang orang tua yg gagah,
dengan mata sipit, kulit putih bernama haji bato, begitu
amat santun dan juga rendah diri, haji bato
memperkenalkan dirinya, dan bercerita banyak tentang
masa lalu suku tidung, aku menyeruput kopi dan pisang
goreng yg sudah di sediakan bu erna, banyak pantangan
adat yg harus di patuhi juga di laksanakan, bila tidak bakal
terjadi bencana, baik itu secara pribadi maupun umum,
aku manggut2 mendengarkan semua petuah yg di
sampaikan.
lalu aku bertanya tentang kejadian yg menimpaku, tentang
sosok buaya namun begitu aku sentuh adalah orang tua
tinggi kekar besar itu, haji bato hanya mengghela nafas
panjang,

" bersyukurlah kamu, kamu orang yg di inginkannya, karna


kamu sudah melewati batas emosi, orang seperti kamu
harus tahan segala godaan duniawi, segala macam
hasrat, nafsu, harus kamu ikhlaskan, kamu akan banyak
sekali mendapat cobaan, cobaan yg paling berat akan
datang, dari sahabat yg selama ini kamu lindungi, dan dari
anak istri yg kamu cintai, amat berang memang, tapi itulah
jalan hidupmu, hidup menderit, namun hatimu tetap kasih,
kamu miskin tapi tetap membantu orang lain, kamu harus
selalu tersenyum, walau hatimu sudah hancur " deg,,,
jantungku seakan langsung berhenti

" maaf pak,, saya hanya orang biasa, saya tidak mampu
mengemban sebuah tugas yg begitu berat " hhheemm,,,
haji bato mendesah di sudut matanya menitikkan air mata
" kamu sudah di pilih, yakinlah kamu mampu, kamu pasti
bisa, ingatlah kamu tidak sendiri, kamu mempunyai
saudara yg banyak, dengan berlainan kemampuan, dan
kamu akan di pertemukan dengan caraNya, aku tidak bisa
membayangkan beban yg akan kamu tanggung,
mangkanya aku sedih memikirkannya "

" maaf pak haji bato, lalu apa maksud dari janji adalah
janji? "

" maksudnya antara kamu dan temanmu itu harus


melaksanakan sebua janji, bila tidak mampu sediakan
tedong bule ( kerbau bule ) sebagai gantinya, aku akan
membantumu

" maaf pak kami satgas di sini, untuk membeli seekor


kerbau bule sangat2lah mahal, saya menabung pak, cuma
25 juta tapi bila bapak sudi dan berkenan silahkan ambil
tabungan saya, selain itu g ada lagi "
" sudah g usah repot2 pakai uangmu " erna keluar dari
kamarnya

" anggap saja kamu sudah mempunyainya, simpan


kembali tabunganmu " lanjut erna

ya Allah begitu baik erna padaku, haji bato tertawa lebar

" maaf pak haji, kapan ritual ini di laksanakan? " tanyaku

" jumat ini, setelah sholat jumat "

" baiklah bu erna dan pak haji bato, terima kasih atas
bantuannya selama ini "

kamipun bersalaman dan aku pulang, sampai di pos aku


mencari kakek

" kakkeeekk....kaakkkkeeekkk.. sini kau " kakek langsung


menghampiriku dan membawakan tasku
" sudah jangan di bawakan, heh sekarang di sini hanya
kita berdua, apa yg kau lakukan di pemukiman itu.!!! jawab
dengan jujur..!!.. apa yg sudah kau janjikan sama orang di
sana..kamu menjanjikan apa..!!..jawab kek..!! karena aku
tau apa yg kau sembunyika..!!! ", suaraku menggema
diantara tanaman bakau dan nipah hingga aseppun
terbangun

kakek melihat ke atas seakan akan mengingat kembali


apa yg sudah dia katakan dan janjikan, sementara asep
berlari dari arah pos, menghampiriku dan mendorong
pundakku,

" danru jangan seenaknya sendiri..!! datang2 hanya


marah, danru tidak tau apa yg terjadi selama danru tidak
berada di sini "

aku sempat mundur beberapa langkah

" apa maksudmu sep...!!! kamukan sudah tau aku pergi


untuk mencari solusi, dan aku juga sudah pamit dengan
kalian berdua "

" iya aku tau danru, tapi setelah danru pergi, saya dan
asep di serbu para buaya itu, kemaren buaya2 itu muncul
ke permukaan, berjejer di pinggir sungai, banyak sekali,
sementara kakek kambuh berteriak-teriak gak karuan,
kami di kepung danru, saya tidak tau apa yg harus saya
perbuat, mau saya tembak nanti takut buaya jadi2an, mau
saya biarkan mereka mengepung kami, mereka masuk ke
dalam pos, sementara saya berdiri di atas tempat tidur,
dan danru datang trus marah2, apa tidak egois itu
namanya "

aku menunduk tak bisa bicara apa2, aku menyadari, aku


bukan pemimpin yg bijaksana, aku bukan teman yg baik

" mari kita ke pos dulu, kita bicara di dalam "begitu kami
masuk ke dalam pos, akupun menceritakan perjalananku
ke tarakan,

" nah sekarang kamu kek, menceritakan apa yg sudah


kamu janjikan " asep masuk ke dalam membuat kopi,
kakek tertunduk lesu dengan wajah yg datar,

" maafkan saya danru, saya khilaf "

" iya gak papa, aku hanya ingin mendengar ceritamu "

" saya menyukai dia danru, ada rasa sayang waktu di air
terjun itu, saya bilang begini, maukah kamu suatu saat
nanti menjadi bagian dari hidupku, dia mengangguk, dan
saya berjanji akan datang lagi, menjemput kamu untuk
saya bawa ke surabaya, di saat saya bicara seperti itu,
tiba2 kepala suku datang, dan salah faham dengan apa
yang kami kerjakan "

" begitu saja..?? gak ada lagi..? " tanyaku dan di balas
anggukan siregar

" yasudah, semua sudah terjadi, dan alhamdulillah masih


ada pertolongan, semoga saja bantuan dari haji bato bisa
terealisasi
hari itu hari rabu, masih dua hari lagi ritual itu di
laksanakan, " kamu harus banyak berdoa, semoga inilah
jalan keluar bagi kita semua "

hari itu hari kamis, haji bato dan erna sudah datang,
mereka membawa speed boat yg besar, ada seekor
kerbau besar di belakangnya, begitu speed boat merapat
ke dermaga, segera keluar beberapa orang dengan
memakai pakaian adat, 8 laki2 paruh baya menarik kerbau
keluar dari speed boat, erna dan haji bato juga keluar dari
pintu depan, aku siregar dan asep sudah harap2 cemas,
kusambut rombongan haji bato, orang tua itu menjawab
salamku dan tersenyum, sesekali dia memandang
sekeliling dengan sekali-kali tersenyum, juga mengambil
nafas panjang yg dalam

kami mempersilahkan rombongan agar masuk ke dalam


posku, tapi haji bato malah ingin ke makam atas buki,
maka aku menunjukkan makam itu, menaiki bukit yg tak
begitu tinggi, haji bato terengah-engah, namun raut
mukanya selalu tersenyum, seperti orang yg sudah
menemukan makna ikhlas, mensyukuri hidup, dengan
bekal kehidupan yg sudah begitu tebal, aku jadi
berandai2. sedikit berhenti haji bato melangkah lagi, 8
orang mengawalnya dari belakang, mereka berlari
menghampiri sang haji, namun sang haji bato tak
mengiyakan bantuannya.

sesampainya si makam yg sangat anggun, dengan


rindangnya pohon meranti tua yg setia menemani ratusan
tahun, haji bato bersimpuh, kedua kakinya di lipat,
tangannya di satukan ke depan, sementara kepalanya di
sentuhkan ke nisan batu kali.

perlahan lahan kepala haji bato terangkat, menatap nisan


itu dalam2, tersungging senyuman lalu memeluk erat nisa
itu kuat2, dia menangis sesenggukan seperti memeluk
sang kekasih yg sudah lama tidak bertemu, suasana haru
pilu menghambur dalam saat itu, delapan pengawal hanya
bersimpuh berjejeran di tepi makam, aku hanya terduduk
melihat pemandangan itu, samar2 aku dengar haji bato
bicara, dengan bahasa seperti orang mengecap, seperti
orang menceritakan tentang sebuah peristiwa yang aku
tak tau maksudnya.

sang haji mengambil sesuatu dalam tasnya, bungkusan


berupa tembakau dan daun sirih, di bakar dengan ranting
yg bnyak terdapat di area pemakaman, begitu tembakau
nyala perlahan2 aura yg begitu hangat menyeruak di
antara kami, kupandangi wajah haji bato menengadah
memandang di rimbunnya kayu meranti, akupun ikut
menengadah, mencari apa yg di lihatnya, sekelebat
kulihat cahaya putih nan tipis, bergerak melesat ke arah
haji bato, begitu cepat cahaya itu, namun tangan haji bato
lebih cepat lagi menangkap cahaya itu, dan di masukkan
ke dalam kain yg di simpan dalam pinggangnya, mata
hatiku mencari2 apa yg di tangkap sang haji, namun sang
haji ternyata mempunyai kemampuan yg tak bisa di
sepelekan, gerakannya masih gesit, tangannya begitu
ringan dan lincah, di bandingkan dengan umurnya yg
senja.
setelah semua di kira cukup kami turun dari bukit, hari
sudah mulai senja, kulihat kakek dan asep sudah
mengingatkan hammock nya diantara pohon, dan para
pengawal haji bato menggelar tikar yg terbuat dari daun
pandan, " silahkan pak haji dan pak erna istirahat di
dalam, maaf hanya itu adanya ", akupun mengambil
hammock ku, ku ikat di antara asep dan siregar, aku
rebahkan tubuhku, sementara 8 orang itu asyik mengobrol
dan becanda.

erna keluar dari pos, memakai celana jeans yg serasi


dengan t-shirtnya, dia duduk di sebelah para pengawal,
kopi hitam kental yg masih panas terhidang di antara
mereka, aku gak berani minum, karna aku ingin segera
tidur, biar besok aku fresh, malam makin larut, hammock
yg sudah lama kupakai terasa amat nyaman, aku terlelap
dalam buaiannya.

tiba2 aku di kagetkan oleh sesuatu yg menyundul di


punggungku, sesuatu yg kasar dan sangat menyakitkan,
kulihat waktu menunjukkan dini hari, aku bangun kulihat
asep dan siregar sudah terbangun juga, dan mereka
menunjuk2 ke arah bawah hammocku, aku terkejut bukan
kepalang, ratusan buaya berjejer mengerubungi kami,
besar kecil semua keluar dari air, berderet2 seperti lagi
menunggu sesuatu, namun kali ini semuanya diam,
mulutnya tak ada yg terbuka sama sekali, mereka begitu
tenang, mereka berderet rapi, yang paling besar di depan
dan yg paling kecil di belakang, dan buaya yg pernah aku
sentuh moncongnya berada paling depan, berhadapan
dengan haji bato, haji bato duduk bersila menghadap ke
arah laut, kanan kirinya para pengawal yg juga duduk
dengan tenangnya, aku bergidik ketakutan, buaya yg tepat
di bawah hammocku begitu besar, hingga tubuhnya
mengangkatku dari hammock yg ku tiduri, begitu terasa
dingin dan basah, tapi dia hanya diam saja, kulihat buaya
yg paling depan sedikit2 melihat ke arahku, aku
menunduk pelan dan sedikit tersenyum kecut, antara
berani dan tidak, haji bato mengambil beberapa telur
angsa, dan beberapa lembar daun sirih yg sudah di olesi
kapur, mereka berbicara dan sekali buka mulutnya telur2
itu sudah pindah ke mulut buaya.
setelah itu buaya paling depan berbalik arah, sementara
buaya g lain menyeruak memberi jalan, tapi begitu sampai
tepat di depanku, dia berhenti, menoleh ke arahku, apa
maksudnya, mau apa dia menatapku seperti itu, aku
menunduk dan memberi hormat padanya, lalu dia berlalu
masuk ke dalam sungai, di barengi dengan buaya2 yg
lain, suasana hening tadi perlahan sirna ketika kakek
mulai bicara,

" wah untung badanku kurus, jadi buaya itu gak melirik ke
arahku " hua hua haaa

haji bato menuju ke arahku, akupun segera berdiri, dia tak


berkata kata hanya menepuk nepuk bahuku. siang harinya
setelah sholat jumat haji bato menyiapkan segala
sesuatunya untuk ritual, kerbaunya sudah di mandikan,
dengan air sungai yg sebelumnya di kasih wewangian, di
leher sang kerbau di hiasi, untaian aneka bunga2, bahkan
kaki2nya di hiasi oleh janur yg di bentuk sedemikian rupa,
8 orang pengawal memakai pakaian adat dengan hanya
memakai cawat, cawat dari kulit, kaki dan tangannya di
cat membentuk sesuatu, mereka membawa seperti
lonceng kecil2 yg di rangkai dan di pakai di kaki sebelah
kiri, haji bato segera memimpin ritual, dia bersendekap,
duduk diantara pengawalnya yg berdiri

quote om ready " apa yg kulihat, beda yg kau lihat, apa yg


ku dengar, tak sama dengan yg kau dengar, dan begitu
juga yg kurasakan, tapi apa yg ku sampaikan kuharap
anda semua mengerti, tentang kekuranganku "

aku, erna, siregar dan asep hanya menjadi penonton si


belakang haji bato, kerbau besar itu di ikat di atas
dermaga, lalu haji bato mengucapkan doa2, kata erna itu
doa untuk para leluhur, doa yg sudah ada turun temurun,
seperti kidung yg di nyanyikan untuk anak kecil, kidung
pemanggil untuk para penghuni dan kidung pilu tentang
kesendirian penerus suku, kemenyan dari getah pinus
dinyalakan, asapnya tebal membumbung tinggi, di
tambahi serbuk kayu cendana, juga bunga2 yg sudah di
taruh di atas daun, di letakkan di tepi sungai, 8 pengawal
berdiri dan menari, suara gemerincing hentakan kaki yg di
hiasi lonceng, menyebar seantero sungai, ke lembah dan
ke tanjung tanjung, air sungai begitu tenang, begitu
dingiin, suasana yg amat sakral, semua fikiran
berkecamuk, antara akal dan nalar.

aku hanya diam melihat sekeliling, penasaran ingin tau


dengan apa yg terjadi, haji bato terus mengucap doa2,
sementara para pengawal menari makin cepat, suara
hentakan kakinya sudah tak beraturan, seperti orang yg
sedang kerasukan, matanya terlihat putih, keringatnya
makin bercucuran, tangan dan badan haji bato gemetaran,
mengambil sesuatu dari balik bajunya.

haji bato mengambil kain yg di selipkan di sisi badannya,


sebuah bungkusan kain yg ditangkap waktu berupa sinar
putih tipis di makam atas, buntalan itu di bukanya, nampak
badik tua warna keemasan dengan gagang warna
keemasan pula dan di penuhi ukiran, badik itu
mengeluarkan cahaya yg berkilau kilau di ujungnya, dan
begitu badik itu di angkat, SSSSSLLAAB,,, getarannya
meluas keseluruh sungai dan hutan, kulitku sedikit
merasakan hawa panas yg keluar dari badik itu, haji bato
kemudian berdiri, beliau menghampiri kerbau yg dari tadi
di ikat tak bergerak di dermagaku, kerbau itu terlihat
pasrah, seperti terhipnotis oleh sesuatu, badik yg sudah
terhunus itu di angkatnya tinggi2, hingga seperti lampu yg
menyala, seorang pengawal berlari membawa mandau, di
iringi seorang pengawal lagi, pengawal itu berada tepat di
kanan dan kiri kerbau itu, sambil terus membaca doa2,
dan sang pengawal hendak menghujamkan mandau itu ke
leher kerbau,, tiba2,, kakek menjerit histeris

" HHHHHWWAAAAAA.....!!!....HHHWWAAAAA....!!! "

aku yg berada tepat di samping kakek terkejut setengah


mati, suaranya amat kencang dan Cumiikkan telinga, aku
dan asep memegangi kakek yg kesakitan, kali ini
ukurannya lebih besar lagi, bahkan sampai keluar dari
celana pendeknya, aku nggak tega dengan keadaannya,
kakek terus meronta2 kesakitan,
" aku gak kuat danruuu....SAAKIIIITTTTT!!!! bunuh saja
aku
danruu...!!!...HHHWWAAAAA....PAANAAAAASSSS...!!!! "

aku segera mengambil tali webing, ku ikat tubuh kakek


biar tidak meronta2, dan aku suruh asep untuk
menyuntikkan penenang biar kakek tidak kesakitan, begitu
aku lihat para pengawal ternyata kerbau besar itu sudah di
sembelih, darah segar segera bercampur dengan
jernihnya air sungai, dan sungai itu menjadi merah darah,
kepala kerbau itu di potong, dan jeroannya di keluarkan,
bagian hatinya di pisah, sementara lainnya di potong
kecil2, perlahan lahan para buaya itu bermunculan,
mereka menampakkan moncongnya, dan perlahan lahan
mereka mendekat ke dermaga, haji bato dan
pengawalnya berundur dari dermaga beberapa langkah,
langkahnya menunduk penuh hormat.

namun kali ini yg muncul pertama kali bukan buaya besar


yg aku pegang moncongnya, tapi buaya tanggung,
berukuran cuma sekitar 3 meteran, sementata buaya yg
aku pegang moncongnya hanya mengambang di air,
buaya seukuran 3 meter ini melahap hati kerbau itu,
setelah hati kerbau itu habis buaya itu mengibaskan
ekornya dan masuk ke dalam air, sementara buaya yg lain
berebut potongan daging, buaya yg amat besar tadi hanya
mengawasi mereka, aku bertanya pada haji bato

" maaf pak haji, kenapa yg makan duluan itu buaya yg


masih muda?? siapa buaya itu?? "

" itulah sosok yg di cintai siregar, mengapa dia makan


duluan, berarti permintaan maafnya sudah di terima walau
sebenarnya masih ada rasa tidak rela, kamu tau ada
buaya yg selalu memandangimu?? "

" saya pak haji? "

" iya,, lihat di samping buaya besar itu, ada buaya yg


matanya menatapmu dari tadi "

" ahh,,, enggak pak haji, matanya kan begitu semua


hhehehehe,,, "

" lihat lagi, itu adalah anak kepala suku yg mencintai kamu
" katanya

aku terdiam, kutatap matanya dalam2, dan ia meneteskan


air matanya, setelah semua daging itu habis, satu persatu
para buaya itu menghilang, tinggal buaya yg masih
menatapku yg perlahan2 menghilang masuk ke dalam air,
pak haji bato menghampiri kakek, badiknya di tempelkan
di "ITU" nya kakek, dan perlahan2 mengempis dan kakek
pingsan.

Ponton

selesai tugasku di tanjung keramat, kami bertiga pindah


dan di tarik ke satuan induk, pasukan induk kami di pulau
bunyu, pos kami di SERDANG, sebuah pemukiman untuk
para karyawan pertamina, tapi pos kami berjauhan
dengan pemukiman itu, sebuah rumah yg amat besar
terbuat dari papan, sementara perahu karet kami simpan
di bawah (pantai) dekat dengan pasar tradisional dan
PONTON, pasti orang bunyu yg membaca chapterku kali
ini senyum2 sendiri, tapi ada apa dengan ponton? kenapa
ponton? dan apa hubungannya dengan buaya itu?

quote," sebenarnya banyak jeda waktu ketika om ready


mengupdate kisahnya, karna kesibukan beliau yg
sekarang melatih para prajurit muda"

hari itu malam jumat, aku mau menengok perahu karetku


yg ku ikat di pangkalan (pantai) dengan mengendarai
sepeda motor yg kupinjam dari penduduk, sekitar jam 8
malam sepanjang perjalanan amat sepi dan lengang,
maklum bukan pulau yg besar, lampu penerangan jalan
juga belum begitu banyak, hanya di pojok2 pertigaan atau
di daerah pangkalan yg sedikit ramai, hanya suara sepeda
motorku yang terdengar menderu di jalan.

di tengah perjalanan ada sesuatu yg mengusik mataku,


sosok seorang wanita berbaju merah terusan dengan
memakai payung berjalan di sebelah kiriku, pakaiannya
panjang hingga menutupi kakinya, rambutnya yg terurai
panjang sepinggang, tangan kanannya memegang
payung, sedangkan tangan kirinya membawa keranjang,
aku cuek saja, sepeda motorku terus melaju, tapiii,,
kenapa malam2 tanpa hujan wanita itu membawa
payung?? tanyaku dalam hati, trus siapa dia,, kan di situ
nggak ada pemukiman..?? ahh biarlah,, aku segera turun
dari motorku, aku periksa tali2 perahu karet, dan
memastikan masih terikat kencang, juga mesin yg masih
menempel, jerigen bbmnya aku ambil, aku ikat di sepeda
motor, daerah pangkalan memang tempat paling aman
untuk menginap para nelayan luar pulau, banyak sekali
nelayan hari itu yg mampir untuk beristirahat, mereka
menyapaku dengan ramah, bahkan menawari kopi.

akupun menyempatkan diri bertamu ke salah satu perahu,


kopi dan rokok buatan sendirinya mantap, kopi yg di
tambahi serbuk jahe juga kayu manis begitu sangat
menyegarkan di tubuhku, sungguh suasana kekeluargaan
yg amat hangat, mereka memperkenalkan diri, dari suku
bugis, pak muhtar namanya, pria berumur sekitar 60
tahun, berperawakan kurus berkumis seperti pak raden, "
wah pak muhtar ini hebat kalau membuat kopi tubruk,
karna langsung di saring dengan kumisnya " hwaha ha
ha,, semuanya tertawa, pak muhtar membawa 2 anak
lelakinya, sedangkan di perahu sebelah ada sepupu dan
keponakannya, di perahu bagian belakang ada beberapa
teripung, jaring dan juga pancing

" sering ke sini pak? " tanyaku

" iya,, kalau cuaca sedang buruk atau sudah kemalaman "

perahu yg kami naiki sedikit terguncang begitu ada perahu


atau speedboat lain yg lewat, setelah lama kami
berbincang, aku pamit untuk kembali ke pos, dan pak
muhtar memberi seekor ikan tuna sirip kuning yg masih
segar buat oleh2, dengan sedikit memaksa pak muhtar
menaruh ikan di sepeda motorku, akupun undur diri, kira2
sudah jam 11 malam waktu itu, bulan malam itu bulat
sempurna, sedangkan di sekelilingnya ada cahaya bulat
yg mengelilinginya, jalanan jadi lumayan terang, kupacu
sepedaku di dinginnya malam dan begitu sepi, pohon2
besar bergerak perlahan, dahannya melambai-lambai di
dekat sang rembulan, jalanan aspal yg begitu sempit
berkelok-kelok.

ku ikuti jalan yg sepi itu, hingga di tanjakan pertigaan di


sebelah kanan aku masih melihat wanita baju merah di
situ, masih memakai payung hitamnya, namun kali ini
menghadap ke jalan, seakan menunggu sesuatu atau
seseorang untuk menjemputnya, sorotan lamou motorku
sempat menyinari bagian tubuhnya, nampak baju
panjangnya berkibar2 tertiup angin malam, kali ini aroma
bunga melati dan bunga khantil yg tercium oleh hidungku,
wanita itu menunduk menyembunyikan wajahnya, aku
amat penasaran apakah ini roh atau manusia, sebab
bagiku mereka tak ada bedanya, kalau manusia kenapa
malam tanpa hujan memakai payung, apa wanita stres?
kalau roh, kenapa memancarkan aroma bunga melati dan
khantil, pori2ku bergidik, darahku langsung naik, seperti
ada permintaan tolong yg harus aku bantu, tapi aku tetap
tak menghentikan motorku, karna aku belum hafal benar
tentang tentang daerah itu, setibanya di pos kulihat
beberapa teman asih asyik berjaga, kuberikan ikan itu
pada mereka, dan merekapun membakarnya di depan
pos, di beri bumbu kecap, jeruk nipis, cabe dan bawang,
aku menaruh jerigen bbm di dalam pos.

aku menemani teman yg jaga sambil makan ikan bakar, di


pos jaga ada agung, tegus dan agus, ikan tuna segar itu
begitu manis, apalagi di lumuri madu di atasnya,
aromanya sedap, bikin yg melihat dan mencium aromanya
ngiler, ikan besar itu di letakkan di atas meja, nasi liwet yg
baru matangpun dihidangkan menemani, sambal tomat
pedas juga sudah siap, satu persatu teman yg sudah tidur
pada bangun karna tergoda aromanya, kakek membuat
teh panas, hhhhhmmm lengkap sudah, sambil makan aku
membuka pembicaraan,

" aku tadi melihat cewek di pertigaan bawah cewek pakai


gaun warna merah dan payung "

" ah danru, mana ada tengah malam begini ada cewek


keluyuran " sahut agung
" trus ngapain juga bawa payung, kan gak hujan ??
malam2 lagi " teguh menimpali

" itu juga yg aku fikirkan, itu yg menjadi teka teki ku hari
ini, di situkan gak ada pemukiman hanya hutan dan pohon
besar " kata kakek

pagi hari setelah apel pagi, kami melaksanakan


pembagian tugas, ada yg melaksanakan patroli sektor
darat, juga ada yg melaksanakan patroli laut, aku
mendapat tugas teritorial, mencoba mendapat aspirasi
masyarakat, tentang kekurangan dan kelebihan
masyarakat pulau bunyu, bahkan meningkatkan kalau
bisa, aku menggalang kelompok pemuda, karang taruna,
karna dari segi inilah yg kulihat kurang tertata, karna
pemuda warga sini waktu itu hanya suka mabuk2an,
hingga tawuran.

adalah burhan, seorang pemuda pengangguran yg


kerjanya berkelahi dan mabuk2an, preman pasar yg
sering berbuat onar, perkenalanku dengan burhan dulu
juga melalui perkelahian, karna burhan sering
mengganggu kenyamanan dan keamanan masyarakat,
tertawa aku kalau ingat kejadian itu, burhan menenteng
botol minuman cap tikus sementara tangan kanannya
menyeret mandau, berteriak-teriak sambil telanjang dada,
menantang siapapun yg ada, waktu itu aku hanya mau
mengecek perahu karetku, tapi burhan tak mengijinkan ku
lewat, aku turun dari sepeda motor dengan maksud jalan
kaki saja, si burhan malah mengayun2kan mandaunya
kepadaku, merasa jiwaku terancam dengan sekali jurus
pun si burhan sudah tergeletak, bukan karna aku yg hebat
tapi lebih pada si burhan yg sedang mabuk berat, setelah
aku lumpuhkan dan ku antar pulang, bahkan aku
memberinya pekerjaan, walau sekedar menjaga
keamanan para nelayan yg menginap di pantai namun ia
mendapat penghasilan yg halal.

dari burhanlah aku tau apa itu ponton, ponton adalah


lokalisasi kecil yg terbangun di atas ponton ( drum2 yg
disusun dan mengapung ) tempat para lelaki kesepian yg
mencari kenikmatan sesaat, ada beberapa wisma besar
san wisma kecil si depannya, juga ada gerbang yg terbuat
dari kayu tebal, aku belum pernah kesana, karna aku gak
mau tergoda dengan semua itu, juga aku menjaga
komitmen dengan seseorang di pulau jawa bernama yulia,
kisah cintaku dengan yulia tergolong unik, di kenalkan
oleh icut, dan kami tidak suka menggunakan telephone
untuk mengirim berita, tapi lebih suka menggunakan surat,
klise memang, terkesan kuno, namun,, lewat suratlah
semua pesan kita lebih tersampaikan dengan romantis,
pernah suatu pagi pak pos menyampaikan suratku, surat
dengan amplop berwarna pink, bermotif bunga2, begitu ku
buka semerbak wangi kasablanka mngingatkanku
padanya,

" assalamualaikum, hai orang suka bepergian, laksana


hujan yg meninggalkan embun, selalu membekas di setiap
pertemuan, simpati dan empatimu Cumiarkan keinginan
keingin tahuan, jangan tersenyum yg di seberang,
terbesitlah dalam jalan..... dari wangi kasablanka..... "
he he he,, kalau baca surat2nya , aku selalu tersenyum,
bahagia dan sedih, campur aduk nggak karuan,
hhhheeesss,,,, jadi kemana-mana. setelah berbincang
dengan burhan dan mengatur kegiatan karang taruna
akupun pamit pulang......

aku menaiki motor pinjamanku, di pangkalan waktu itu


sudah sepi, jalan2 mulai lengang, pasar yg biasanya rame
hari itu sudah tutup, yg terlihat hanya para pemuda yg
berkumpul main gaple dan menyapaku ketika kulewat,
sebelah kanan adalah pantai, yg biasanya para nelayan
bersandar untuk bermalam, malam itu tak nampak
siapapun, sepi dan sunyi, yg sedikit ramai adalah daerah
ponton, suara house musik terdengar menghentak di
sunyinya malam, kira2 berjarak 200meter dariku, kulihat
gerbang depan sudah tertutup, ada 3 tukang ojek yg
sedang menunggu pelanggan, aku perlahan2 melewati
ponton sambil mendongakkan kepalaku, karna ingin tau
apa yg terjadi di sana, namun setelah melewati ponton
aku terhenti, karna wanita berpakaian merah dan
berpayung ada berada di sebelah ponton, rambutnya
terurai panjang dan sebagian menutupi wajahnya yg pucat
pasi, aku menghentikan motorku, menatap wanita itu dari
bawah ke atas berulang2, meyakinkan apakah itu roh atau
manusia.

aura di tubuhnya begitu tipis, aku memberanikan diri


mendekatinya, namun wanita itu bergeser miring tanpa
menggerakkan anggota tubuhnya seperti tertiup angin,
darah menyeruak dari ujung kakiku ke kepala, " wahh roh
ini " bathinku, kenapa dia selalu menampakkan diri
padaku, kenapa sekarang di ponton, tapi kenapa begitu
kudekati dia menyingkir, apa yg mau di sampaikannya,
aku mendekati lagi, aku ingin menyentuhnya, biar aku tau
apa yg di inginkannya, tapi dia bergeser lagi tanpa
menggerakkan tubuhnya, aku sedikit berbisik padanya,

" kamu kenapa.. kamu punya masalah apa.. aku boleh


membantumu..?? "

wanita itu hanya diam menatap jalan raya, seperti


manekin, tak bergerak sama sekali tubuhnya, dalam
fikiranku hanya ada kenapa dan kenapa, tapi aku terus
mengikuti wanita itu, dan dia berhenti setiap sepuluh
meter, seakan membimbing atau mengajakku ke suatu
tempat, hingga dia berhenti di depan telaga patra, lalu dia
menghilang, dengan senterku aku menelusuri setiap sudut
tempat rekreasi itu, bahkan aku mencari diantara telaga
kecil yg terdapat di telaga, tapi tidak ada, aku hampir
putus asa dibuatnya, tapi aku di kagetkan oleh sesuatu yg
bergerak di atas kepalaku.

sepasang kaki yg bergerak berayun2 di dahan pohon


beringin, begitu aku melihat ke atas ternyata benar, sosok
wanita itu sedang duduk dan mengayunkan kakinya,
wajahnya datar menatap ke depan, aku terganggu oleh
sesuatu yg terasa dingin di pundak kananku, begitu aku
lihat darah yg menetes dari selangkangan sosok wanita
itu, darah berbau busuk dan anyir, dan aku menggeserkan
tubuhku ke kiri untuk menghindarinya, tiba2 tangan sosok
wanita itu terangkat, menunjuk ke arah telaga, setelah itu
dia menatapku memelas, lalu dia menghilang di sertai
suara tangisan pilu nan pelan, akupun melangkah menuju
sepeda motorku, sambil memikirkan sebuah teka teki lagi,
antara pohon, berdarah dan menunjuk telaga, apa kaitan
semua itu, aku terus berjalan menuju sepeda motorku,
sambil garuk2 kepala yg tak gatal.

sesampainya di sepeda motorku aku melanjutkan


perjalanan menuju pos, aku lihat teman2 ada yg lagi main
catur, bilyard dan nonton sepak bola liga champion, aku
menaruh perlengkapan dan memakai celana pendek,
kubuat kopi di dapur, dapur kami kompornya menyala
24jam, karna setiap rumah disaluri gas oleh pertamina
secara gratis, salah satu bentuk kepedulian kepada warga
sekitar, termasuk jaringan telpon 4 angka yg juga gratis,
kuseduh kopiku dan bergabung dengan teman2ku, teguh
dan agus main catur mereka seperti sedang memikirkan
pemerintahan, kakek lagi nonton tv dan aku duduk di
sampingnya,

" kek, gimana hasil patroli daratmu? "

" lumayan danru "


" lumayan apa? "

" lumayan capek "

" ada perkembangan apa dari patrolimu ? "

" gak ada, tapi danru waktu saya patroli tadi saya
menemukan rumah di tengah hutan, yg di huni oleh
seorang kakek2 "

" terus apa anehnya? " tanyaku

" sebenarnya gak ada yg aneh, tapi saat kami


melewatinya tadi kakek itu tak bereaksi saat kami
menyapanya, akhirnya saya memberanikan diri untuk
mendekatinya dan menyapanya dari dekat, disekitat
rumahnya tercium aroma menyat yg sangat menyengat,
dan rumahnya di hiasi tulang2 hewan, rambut panjang
juga gigi, saya takut melihat rumahnya danru "
kakek menceritakan tentang rumah di hutan itu dengan
bersungguh2, dan sesekali teman yg lain menimpali, aku
hanya bersungut2 penasaran, karena makin banyak teka
teki yg butuh jawaban, apakah ini jalanku, selalu berkutat
dengan masalah orang atau makhluk lain, bagaimana
dengan masalah pribadiku sendiri, dengan dinasku, icut
yg hanya dengan pembantu, dengan yulia si gadis
kasablanka, aku hanya melangkah, karna menolah
hanyalah pembelajaran,

" gini aja, kapan ada ptroli darat lagi? aku penasaran
dengan apa yg kau katakan kek "

" aaaahhh,, saya gak mau danru, saya takut, peristiwa


kemarin sudah menakutkan saya "

" aaah,, cemen abang ini " sela teguh, teguh adalah
prajurit muda di antara kami, di samping muda usianya,
muda juga pangkatnya,

" yaudah guh kamu ikut, agung, kamu juga arifudin ikut
saya "

" SIIAAP " jawab mereka serempak

" di samping kita kerumah itu, kita sekalian patroli darat


tapi dari arah kebalikan, segera siapkan perlengkapan
perjalanan 1 hari, baik itu bekal maupun senjata "

" SIIAP!! " mereka menjawab dengan penuh semangat

setelah semuanya siap, kami berempatpun berangkat,


teguh dari tadi gak pernah diam jahilnya, senior2nya
dijahili satu persatu, emang dia si biang kerok tapi seru
dan perhatian, jalan setapak yg kami lalui rindang dan
teduh, kabut yg sudah berubah menjadi embun
meninggalkan tetesan air di setiap dedaunan yg kami
lewati, seperti semboyan kami " datang seperti badai,
pergi laksana embun ".

pagi itu masih menunjukkan pukul 5, suasana hening dan


sunyi, kecuali suara burung prenjak yg menyambut
datangnya mentari, tanpa terasa kami sudah berada di
bibir hutan, wanginya pohon2 pinus amat menyegarkan,
teguh aku suruh jalan paling depan, karna di samping dia
yg tau jalannya, juga karna biar tidak mengusili
senior2nya. setiap langkah kami penuh kehati-hatian,
karena di daerah sini ada beberapa titik pasir hisap yg
amat membahayakan, sudah banyak tersiar kabar korban
yg tenggelam di dalamnya.

tiba2 teguh menghentikan langkah kami, dia


menghentikan kami dengan isyarat lengan dan tangan,
lalu aku mendekat,

" ada apa guh ? " tanyaku pelan

" di depan danru rumah kecil itu, itu rumah yg di maksud


bang siregar "

akupun memanggil semua temanku untuk berkumpul,

" gini, kita berhenti di sini, kita amati rumah itu dari jauh,
saya hanya ingin tau kegiatan sang pemilik rumah "

lalu kami bershaf, sambil tiarap menghadap gubuk itu,


gubuk sederhana, terbuat dari bambu dan beratapkan
rumbia, di depan gubuk ada dipan yg terbuat dari bambu
juga, gubuk itu banyak di hiasi benda2 yg di gantung di
ikat dengan ijuk, aku mengamati dengan teropong, gubuk
yg sepi dan sunyi tanpa ada kegiatan sama sekali, botol2
yg di beri bandul besi berbunyi ketika di tiup angin,
suasana agak aneh menyimpan sejuta misteri, tentang
siapa orang tua yg diceritakan siregar. lama kami
mengamati gubuk itu yg masih juga sepi, akupun perlahan
lahan merunduk mendekati gubuk karna tergoda dengan
rasa penasaranku, aku amati hiasan2 yg di gantung di
depan gubuk, kutemukan banyak rambut panjang yg di
untai dengan gigi2 hewan.

aku makin penasaran tatkala di belakang gubuk banyak


gundukan, gundukan yg tak tertata letaknya, begitu aku
lihat lebih dekat lagi, ternyata gundukan itu lebih
menyerupai kuburan, yg di antara kuburan satu dengan yg
lainnya di tanami pohon tomat, ada sekitar 20an, kuburan
siapa itu pikirku,, aku mencoba mengintip dalam gubuk itu,
karna dindingnya terbuat dari bambu hingga banyak
rongga tuk bisa melihat ke dalam, tapi yg kulihat hanya 1
meja yg di atasnya ada lentera kecil yg terbuat dari
kaleng.

di depan meja ada semacam perapian kecil untuk dupa


atau entah apa, di atas perapian terdapat rak dari kayu yg
di dalamnya ada banyak tembikar yg sudah berwarna
gelap, aku mencoba melihat kesebelah kanan, tapi cuman
gelap, aku bergerak ke sudut lain, barangkali dari celah itu
aku bisa melihat sisi yg gelap, namun percuma, tak
membuahkan hasil.

ingin rasanya mencongkel atau mendobrak pintu gubuk itu


untuk memuaskan rasa penasaranku, tapi semua itu tak
kulakukan, karna aku masih menghargai pemilik rumah,
tapi aku yakin ada yg gak benar dengan gubuk ini karna
amat mencurigakan, dari kuburan, juga barang2 yg di
gantung di rumah, kami harus tetap berhasil jika ingin
menguak misteri ini dengan sempurna, tidak boleh
gegabah dan grusa grusu, kami berempatpun
memutuskan untuk bermalam, tapi di tempat yg sedikit
tersembunyi, supaya tidak di ketahui pemilik gubuk, tapi
dari tadi kami tak melihat seorangpun disana, kemana
pemilinya. hari sudah mulai gelap, seharian kami tak
makan, hanya minum air putih saja, bekal mentah kami
banyak, tapi kami sengaja tidak membuat perapian agar
tidak menarik perhatian siapapun, aku atur jaga untuk
mengawasi gubuk itu, jaga2 bila orang tua yg
menurigakan itu muncul, begitu kata kakek tentang orang
tua itu.

aku menunggu semalaman dan tanpa hasil, gubuk itu


tanpa aktifitas, dari tadi hanya lentera kecil yg nampak di
ruang tamu. pagi harinya aku memutuskan untuk
mendobrak pintu itu, karna aku ingin mengakhiri rasa
penasaranku, kami beranjak dari tempat persembunyian,
aku yg paling depan mengeluarkan pisau komandoku,
kurapatkan tubuhku ke pintu, ku hentakkan sedikit, tapi
pintu itu terganjal sesuatu dari dalam, kami dorong pintu
gubuk itu, dan ya Allah kami temukan tubuh orang tua itu
sudah kaku, tergeletak di belakang pintu, teguh dan agung
mengangkat jasad itu keluar, di taruhnya di atas dipan,
sementara aku masuk pemandangan dalam kamar itu
sungguh menjijikkan, bau arus dan amis dimana2, aku
membuka tiap tembikar di atas rak perapian, beberapa
organ manusia dan janin yg sudah mengering berwarna
kehitaman di dalamnya, bahkan ada jari2, orang dewasa
di situ, aku mual, peruku bergejolak mau muntah, kututupi
hidungku dengan slayer, aku membuka bungkusan putih
dibawah dipan kecil, ternyata tulang belulang bayi, aku
keluar, ingin menyentuh jasad orang tua itu, namun aku
urungkan, karna teguh yg berada di dekatnya mundur
beberapa langkah katanya dari mulutnya keluar kelabang
yg sangat besar, ku ambl kelabang hitam besar itu dengan
kayu, aku mendekati jasad itu, aku sentuh keningnya dan
BBBBBLLLLAAASSSS,,, aku melihat seseorang yg
tergesa2, menemui seorang lelaki muda menuju sebuah
hutan, seorang wanita yg sedang hamil besar.

sang pemuda menarik tangan gadis itu dengan setengah


berlari menuju sebuah gubuk, di gubuk itu ada seorang
nenek dengan anak lelakinya, sang gadis meronta2,
memberontak ingin melepaskan tangannya, tapi tak bisa
karna cengkraman lelaki itu amat kuat, bahkan tubuh yg
sedang hamil besar itu di seretnya, di naikkan di atas
dipan, di ikat dengan ijuk tangan dan kakinya,

" pokoknya aku gak mau melahirkan bayi ini..!!.. bayi ini
bukan bayiku..!!.. ratna kau sudah di luar batas..!!

" ampun bang..maaf bang...!!! " kata ratna meratap

" hentikan..!!!.. tak selayaknya kamu berbuat seperti ini..!! "


anak nenek pemilik gubuk itu membentak

" hhhaaahh...siapa kamu..!!!.. berani mencampuri urusan


pribadiku..!! marnu berteriak lebih keras

merekapun keluar bersenjatakan belati, meninggalkan


ratna dan nenek tua itu di dalam gubuk, sementara di
dalam gubuk ratna menjerit2 bertaruh nyawa karna
janinnya.

darah mengucur deras membasahi lantai tanah dan nenek


tua itu menarik janin yg sudah besar itu keluar tanpa
tangisan, marnu berkelahi dengan penuh emosi kebencian
sudah menguasai dirinya, matanya nanar, melotot, melihat
ke segala arah. dardi anak nenek itu mencoba
menenangkan marnu, tapi sabetan demi sabetan belati
marnu makin membabi buta,

" kalau kamu gak mau mengakui bayi itu, biar aku yg
merawatnya, bayi itu sudah bernyawa, dosa besar kamu
membunuhnya " kata dardi

" ahhh,,, persetan dengan dosa " marnu sambil


meayunkan belati beeet....bbbeet..

perkelahian makin sengit, dardi hanya berusaha


menghindar tiap sabetan belati yg di arahkan padanya,
sementara marnu makin kalap, semua kata2 dardi tak
dianggapnya, malah berprasangka dardi lah yg sudah
merusak rumah tangganya. marnu membabi buta,
berteriak-teriak sperti orang yg sudah kehilangan akal
sehatnya, sabetan belatinya tak satupun mengenai dardi,
dan ketika marnu hendak menghujamkan belati itu ke arah
dardi, dardi menghindar selangkah ke kiri dan mendorong
tubuh marnu, tapi naas bagi marnu karna sabetannya
meleset mengenai pohon dan menancap di dada sebelah
kiri, tepat di jantungnya.

dardi lari hendak menolong, tapi terlambat, darah sudah


membasahi dadanya, marnu kelejotan, tubuhnya
bergetar2 sebentar, lalu diam. dardi masuk dalam gubuk,
ingin melarang emaknya agar tidak mengambil janin itu,
dan ternyata juga terlambat, karna janin sudah di bungkus
dengan kain putih, dan ratna sudah melotot tak bernyawa
lagi, dardi berteriak keras, suaranya membahana
membelah hutan belantara gunung daeng, sementara
emaknya hanya keheranan melihat anaknya, ada
penyesalan amat dalam dari dardi, di peluknya tubuh
ratna dan bayi itu, dan dia berjanji akan menunggu
keluarganya, hingga seseorang bisa mengumpulkan
mereka bersama, dan akan menunggu gubuk itu, menjaga
ratna dan bayinya, walau ratna dulu adalah wanita ponton,
primadona bagi para lelaki hidung belang yg di persunting
marnu.

aku tersadar kembali, kudapati tubuh dardi tua yg sudah


kaku dan dingin, aku menyuruh agus kembali ke pos,
meminta bantuan teman2 yg ada di sana, agar, mereka yg
sudah mendahului kita bisa disemayamkan dengan wajar,
biar arwah mereka tak lagi bergentayangan mengganggu
warga sekitar, tapi dari semua kuburan yg kami bongkar,
kami tak menemukan mayat ratna, ciri2 yg kulihat tak
kutemukan, yg ada hanya dardi, juga bayi2 yg sudah di
aborsi.

sampai sekarang, kalau anda ke pulau bunyu, tepatnya di


jalan masuk telaga patra, pasti penduduk sekitar masih
menceritakan tentang kisah RATNA, sosok hantu wanita
bergaun merah, ia masih bergentayangan, karena ia
belum di semayamkan sebagai mana mestinya, dan aku
gak bisa menemukannya, karna setelah kejadian itu, ratna
tak mau menampakkan dirinya padaku, semoga beliau di
terima di sisiNya, di tempat yg terbaik, sesuai amal dan
perbuatannya, kita manusia hanya menjalani apa yg
sudah digariskan pada kita, tanpa harus menilai satu
sama lain, karna yg berhak menilai siapa kita, hanya sang
KHALIK...

chapter PONTON selesai


sekali lagi ane minta maaf karna belum sempar update
link chapter di pageone

dan ane minta maaf lagi karna ceritanya sudah


ha.............................chiiiinnnn....sory gan ane
bersin,,wkwkwk,, yah gak lucu ya? oke deh

next chapter tentang biografi om ready, tapi ane minta


waktu beberapa hari dulu buat nenangin fikiran karna ada
mslah di RL, sambil ngerebonding jari ane yg kapalan

makasih buat agan2 yg udah support


makasih buat agan yg kasih ane doa dengan ikhlas
makasih buat rate, cendol, dan sharenya
muakaasih banyak
love u guys,,, and sorry ane bukan maho,,wkwkwk

nb perintah komendan tuan kapur : " selalu pantengin


threadnya "

End Chap 3

Sang Penyentuh 1

seluruh hidup adalah misteri, kata2 itu sering aku dengar


dari tiap manusia yg berusaha memahami diriku, tapi lain
dariku, bagiku tiap langkahku adalah misteri, bertemu
dengan orang baru, bersalaman dan mengetahui masa
kelamnya. setiap manusia mempunyai cerita dan kisah yg
unik, baik yg di sadarinya maupun tidak, begitu juga
dengan anda dan saya, tapi kisahku bukan hanya sekitar
kita, sekitar anda dan saya, tapi lebih sering ke kisahnya,
kisah makhluk2 penasaran yg berusaha ingin meminta
bantuan kepada orang2 yg mampu melihat dan peduli
terhadap mereka. mereka juga makhluk seperti kita yg
perlu bantuan layaknya anda, banyak kejadian menurut
anda mungkin fiktif, tapi itulah kenyataannya, saya bukan
dukun, paranormal, ataupun cenayang, saya hanya..

aku lahir pada 1Desember dari keluarga bhineka tunggal


ika, karena banyak suku yg campur aduk hingga menjadi
aku, dari china, batak, manado, bugis dan jawa, anak
tunggal dan selalu hidup nomaden karena mengikuti
kedinasan ayahnya. ayah berdarah batak, bugis dan jawa,
sementara mama berdarah china manado. ayahku
bernama Zulfikar hamzah, dan ibuku bernama bertje ( siu
ling ), artinya burung yg suka bernyanyi.

dari lahir hidupku sudah banyak keganjilan, dari lahir


sungsang dan terbelit usus, hingga kelahiranku mundur
beberapa hari karena susahnya pelayanan kesehatan dan
birokrasinya. mamaku banyak bercerita tentangku,
tentang masa kecil yg sulit, kehidupan tak layak, juga
penyesuaian adaptasi lingkungan kerja ayah yg selalu
berpindah-pindah. dari kecil aku suka diam, bermain
dengan "teman2ku", mereka yg tak tampak oleh orang lain
adalah sahabat karibku sampai sekarang, gila!!!!, sudah
bosan dengan kata2 itu, bahkan orang tuakupun pernah
terpengaruh membawa ke psikiater, paranormal, me
ruqyah ku, tapi justru apa yg kurasa dan ku lihat makin
menjadi-jadi.

saya meminta maaf bagi anda yg mempunyai


pemahaman yg berbeda dengan saya, saya cuma
menceritakan kisah yg ku alami, juga mencari " saudara
penyentuh " lain yg tersebar entah dimana tempatnya, dan
akhirnya kedua orang tuaku menyerah dengan kondisiku,
hingga kakekku ( dari ayah ) RM Ronggo Warsito
menjelaskan tentangku, tentang kekurangan dan
kelebihanku, aku sangat si manja oleh eyang, apalagi
eyang putri Siti Sarah. keturunan dari eyangku memang
sedikit dan bergaris keturunan tunggal, dari buyut kakek
dan ayah. hingga aku pernah suatu ketika waktu umurku 5
tahun aku demam tinggi, kata dokter aku kena demam
berdarah, semua pembuluh darahku sudah tidak bisa di
masuki oleh jarum injeksi, bahka transfusi darah sudah
tidak bisa di lakukan. kedua orang tuaku panik, apalagi
mama dan eyang putri, tapi tidak bagi kakekku, kakek
amat mengerti dengan apa yg sedang terjadi, beliau
begitu tenangnya hanya berusaha menenangkan ayah,
katanya itu adalah proses akhir.

hingga aku smp kelas 1 baru menyadari bahwa apa yg


kulihat sekelebat ataupun dengan jelas adalah bagian dari
sentuhan dengan orang lain, aku gak pernah bercerita
tentang semua ini, karena orang kalau aku ceritakan
tentang penampakan atau setelah aku menyentuhnya
menganggap aku bocah aneh, termasuk mamaku
melarangku untuk bercerita, bahkan segera mengalihkan
pembicaraan ke topik yg lain, hingga aku jarang
berkomunikasi, di jauhi teman2 sebaya, juga tetanggaku,
keluargaku yg sering berpindah ternyata bukan karna
dinas ayah yg selalu pindah, tapi menyembunyikanku dari
orang lain, aku tau semua itu di lakukam untuk
kebaikanku, tapi kondisi seperti ini membuatku semakin
tertekan, aku kadang berbohong tak ada apa2 agar
mamaku senang, agar mamaku gak sedih dengan
keadaanku, berkali-kali aku mencoba melawan dan
membuangnya, tapi hingga sekarang semua tanpa hasil.

pengalaman pertamaku waktu smp kelas 1 saat itu aku


barusan pindah rumah ke bojonegoro, beralamatkan di jl.
mastrip gang mat ekram lorong 4 desa ledok wetan
bojonegoro, ayahku di pindah tugaskan sebagai danramil,
pertama kali pindah ke smp 1 bojonegoro aku di
perkenalkan di depan kelas oleh seorang guru biologi, bu
yayuk namanya, aku berdiri dan memperkenalkan diri,
teman2 baruku lumayan nakal orangnya, semua tertawa
sedikit mengejek dan tak menghiraukanku yg di depan
kelas, aku lihat sekeliling kelas semua tampak normal,
hanya satu di sudut kiri belakang, ada seorang bocah
laki2 yg duduk termenung melipat tangannya di meja dan
melihat ke arah jendela, dan di bawah meja ada sosok
anak perempuan yg selalu memegangi kakinya.

anak perempuan di bawah meja menatapku tanpa


berkedip, kelopak matanya yg hitam dengan pakaian
sekolah yg lusuh, rambut di kepang, aku terus
memperhatikan gadis itu, sementara semua teman
sekelas masih menertawakanku, aku melambaikan
tanganku ke arah gadis itu, mengajak dia maju ke depan,
tapi gadis di bawah meja itu diam saja, begitu juga dengan
anak laki2 yg sedang di pegangi kakinya, tak terpengaruh
dengan lambaian tanganku, melihat gerakanku tadi sontak
semua teman2ku menoleh ke belakang, mencari siapa yg
aku panggil, dan bu yayuk buru2 menarikku untuk duduk
di bangku depan. sepanjang pelajaran aku selalu
memikirkan gadis di bawah meja, yg terus menatapku,
sedikit2 aku mencuri pandang ke arahnya, dan dia tak
bergerak tetap di posisi yg sama, hingga bu yayuk
menegurku, " ready, apa kamu mau duduk di belakang? "
aku menggeleng.

pas waktu istirahat aku mendekati temanku, ternyata


bernama mulyadi, rumahnya beda gang dengan rumahku,
aku duduk di sampingnya, dan sosok gadis itu tepat di
kaki kananku.
" mul, main bola yuk ? " aku mencoba mendapatkan
perhatiannya

" aku gak bisa main bola " mulyadi menggeleng

aku ambil salah satu buku tulisnya, ternyata dia pandai


melukis wajah2 temanku, juga aku jadi obyek lukisannya

" wah bagus mul,, gambadmu bagus, mirip sekali " akupun
mengambil buku skets yg selalu ku bawa dan
menyodorkan padanya

" wah kamu pandai menggambar juga ya ? "

" ahh biasa,, cuma iseng "

dari situlah kami akrab, pembicaraan kami nyambung, aku


gak berani menanyakan sosok gadis di bawah meja,
karna aku menuruti nasehat orang tua untuk
menyembunyikannya. ketika mulyadi berdiri dan berjalan,
mulyadi seperti orang pincang, kaki sebelah kirinya di
seret2 sementara sosok gadis itu kegirangan menikmati
setiap langkah yg di ayunkan mulyadi, dan diam begitu
mulyadi duduk kembali.

tapi ternyata yg kulihat bukan mulyadi saja, di saat bu


yayuk mengajar aku melihat sosok hitam, seperti
bayangan tapi berdiri di sampingnya, bayangan itu hanya
diam sementara bu yayuk terus bergerak menerangkan
pelajarannya, bayangan itu seperti siluet yg nampak sama
kalau di gabungkan dengan bu yayuk, konsentrasiku
pecah, antara gadis di bawah meja dan siluet hitam bu
yayuk, walau aku gak konsentrasi dengan pelajaran tapi
begitu bu yayuk bertanya aku selalu menjawabnya
dengan benar. hingga jam sekolah usai aku mengambil
sepeda polygon, karena letak sekolah dan rumahku tak
begitu jauh, aku mengajak mulyadi untuk pulang bersama,
kali ini sosok gadis itu kegirangan lagi, saat mulyadi duduk
di belakang pakaian sosok itu berkibar2 tertiup angin,
akupun ikut gembira melihat mereka berdua.
" sudah stop sini,, di depan itu rumahku " kata mulyadi

tampak rumah yg sangat sederhana, terbuat dari bilah2


papan tua, yg sebagian sudah dimakan usia, berlantaikan
tanah dan di meja tamu hanya ada kendi, di ruang tamu
tak banyak yg di jadikam aksesoris. begitu memasuki
rumah mulyadi sosok gadis itu melepaskan pelukannya
dari kaki mulyadi, hingga sosok itu berjalan ke belakang
memasuki rumah mulyadi yg sepi

" orang tuamu mana mul? "

" ibuku buruh cuci di toko moe sin tjong, bapakku lagi narik
becak "

" trus kamu gak punya saudara? "

mulyadi menunduk hingga air mata jatuh dari sudut


matanya, melihat mulyadi menangis akupun ikut bersedih,
aku seakan ikut merasakan kemlaratan yg di alaminya,
seragam sekolahnya yg sudah di tambal sana sini, separu
WARRIOR yg sudah mangap mengeluarkan lidahnya.

" yg sabar ya mul, kamu jangan menyerah dengan


keadaan ini, kamu sudah makan? ayo main ke rumahku,
aku punya sepatu dan seragam yg masih bagus "

akupun mengajak mulyadi pulang dan tak lupa sosok itu


mengikuti juga, aku memilihkan seragam sekolah dan
sepatu yg masih layak, mama memberi makan dan
memberinya makanan untuk di bawa pulang, juga beras
dan beberapa bahan pokok, akupum ikut mengantarnya
pulang. sesampainya di rumah mulyadi kembali, sambil
membawa makanan mulyadi berlari ke belakang tergesa2,
di bukanya sebuah bilik yg di gembok dari luar, aku
penasaran dan mengikutinya dari dari belakang, begitu
pintu bilik itu terbuka ASTAGFIRLLAH HAL ADZIM,,, bau
pesing menyeruak keluar, di dalam bilik yg gelap itu
terdapat seorang pemuda yg terpasung kakinya,
pasungnya terbuat dari pohon utuh yg di belah menjadi
dua, dan sisi2nya di beri pasak juga rantai besi. mulyadi
mendekatinya dan menyuapi laki2 itu, laki2 itu diam saja
seakan menikmati apa yg d sodorkan mulyadi, lalu
mulyadi mengambil ember berisi air, sabun dan handuk,
mengelap dan menyabuninya, " yo mas,, wes ngganteng
sampean saiki " dia diam saja sambil menatap ke sudut
bilik.

akupun penasaran apa yg dilihatnya, dan aku menoleh ke


kanan, kulihat sosok tinggi besar, hitam, penuh bulu,
karena sangat tinggi dia membungkukkan badannya, aku
bergeser ke kiri, kudengar dia mengendus dengan suara
yg berat, aku mengajak mulyadi keluar dari bilik itu, aku
gak kuat dengan baunya, di samping bau pesing juga bau
apek yg sangat luar biasa,

" siapa itu mul? " tanyaku

" itu kakakku, setiap hari aku mengurusnya, memberi


makan, minum dan memandikannya, sudah 2 tahun dia
begitu, kadang bicara, berteriak2 dan menangis, kalau
bapak dan ibu pulang kakakku gak pernah bicara, takut
sama bapak karna bapak sering kasar dan
menganggapknya gila, hanya aku yg peduli padanya,
mengajaknya bicara dan bermain, kadang dia kesakitan
kakinya minta di lepas, kakakku gak pernah marah sama
aku, walau kadang cuma makan nasi kemarin kita makan
bersama, siang nanti ibuku pulang kadang membawa
makanan, kalau sore nasi akin di tambahi parutan kelapa
sudah cukup membuat kami senang, bapak kadang
pulang bawa uang dan kadang tidak " aku tertegun
dengan kata2 mulyadi, begitu sederhana hidupnya, tapi
dia tak mengeluh, tak pernah menuntut untuk sesuatu,
betapa beruntungnya diriku dengan kehidupan yg layak

" mul kakimu kenapa? " tanyaku lagi

" kakiku sakit, terasa berat dan linu, tapi kalau di rumah
hilang "

" boleh aku menyentuh kakimu? "

mulyadi mengangguk, aku pura2 menyentuh kaki mulyadi,


padahal aku menyentuh kening sosok itu, dan
BBLLLAAAAAASSSSS,,, aku melihat gadis kecil yg
lincah, menari-nari di rerumputan, dia bersama seorang
wanita paruh baya, tangannya yg munggil menggandeng
wanita itu, angin perbukitan menyapu rambutnya yg
panjang, sementata tangan satunya bermain di ujung2
rumput, mereka memasuki hutan yg sekilas kubaca
tertulis ALAS TUO. sang wanita membawa keranjang dan
karung, di pinggangnya terselip sabit, dalam hutan wanita
itu memetik daun2 jati yg hijau, di tata rapi dan di ikat,
sementara gadis itu masih asyik bermain menangkap
belalang dan di masukkan ke dalam plastik, tiba2 gadis itu
menjerit berteriak amat keras dan tak bersuara lagi,
wanita itu menghentikan aktifitasnya, mencari dimana asal
suara berada, dia gelisah berlarian kesana kemari sambil
memanggil aisyyaaahhhh,,,, aisyaahhh,,, aaiissyyaahhh,,,
gadis kecil itu masuk ke dalam lubang sempit tapi dalam
yg di atasnya di tumbuhi semak belukar dan
bblllaaaaasshh,,, aku tersadar kembali sambil terduduk,
mulyadi yg mengetahui ulahku sedikit kaget,

" ssssttttt,,,, sssttt,,, jadi namamu aisyah ya,, jangan takut,


aku akan membantumu, tapi tidak sekarang ya, asal kamu
janji tidak bergelayutan di kaki ini,,,, janji ?? " aku
membelai rambutnya lalu menyodorkan jariku, dan dia
menyodorkan jarinya juga

" heh,, ngapain ngomong sama kakiku ? "

" ini mul, biar kakimu sembuh " aisyah melepaskan


pelukannya, dia berdiam di sudut rumah

" mul, kamu tau alas tuo? "

" tau aku, tapi jauh, harus menyebrang bengawan solo,


juga lewat kuburan angker yg di namakan KALI KETHEK (
sungai monyet ) di desa banjarsari "

" besok habis sekolah kesana yuk? "

" ngapain kesana, aku takut kalo lewat kali kethek "
katanya
" halah,, cemen kamu mul, menang hitam ( badan ) doang
" aku mengejek mulyadi

" yo wes, besok siang kita berangkat "

setelah pulang sekolah yg tak lupa pamit sama mama aku


berangkat dengan mulyadi, waktu itu jembatan
penghubung belum di bangun, kami naik perahu gethek,
perahu yg suka menyeberangkan orang2 ke banjarsari
ataupun sebaliknya, waktu itu kami membayar seribu
perak, kami berjalan kaki melewati area pemakaman,
pemakaman kali kethek yg tak terawat dan juga terkenal
angkernya, sepanjang perjalanan mulyadi menutup kedua
matanya, dan tangan satunya memegangi lengam bajuku.

kuburan kali kethek yg luas tampak angker dan


menyeramkan, pohon2 kamboja sudah tua banyak
tersebar di area itu, pohon beringin yg amat besar berdiri
kokoh di tengah pemakaman, rumput ilalang menutupi
sebagian perkuburan, banyak makam kuno yg bertuliskan
tulisan jawa, yg nisannya doyong ke kanan ataupun ke
kiri, sebagian ku baca dengan nama2 orang dulu

" sosro direjo... karmo mangun... wiryo


kusumo...aduuuhhh... mul jangan cubit2 sakit tauuu "
kataku

" kamu ngapain malah baca tulisan di makam, ayoook


cepaat,, jangan lama2 "

" iya..iya.. " kamipun bergegas meninggalkan pemakaman

kami melintasi gerbang pemakaman, kala itu gerbangnya


terbuat dari kayu jati kuno yg di sisi-sisinya di ukir dengan
indah, dan di atasnya di ukir bentuk gunungan
pewayangan, jalanan setapak yg kulalui kini kanan kirinya
di tanami pohon jati lokal, yg besar2, daun2 jati kering
berserakan dimana-mana, beberapa kali kami berpapasan
dengan pencari kayu ( blandong ) juga para wanita
pencari daun jati, anak2nya membawa bungkusan plastik
berisi belalang juga ENTHUNG ( ulat jati ) untuk di makan,
sepanjang jalan menuju alas tuo mulyadi selalu ngedumel
dengan jarak yg lumayan jauh, sedikit2 dia minta berhenti
dan minum.

setelah satu setengah jam perjalanan, di depan


terpampang tulisan di papan kayu, alas tuo, yg di buat
oleh perhutani

" mul... kita sudah sampai " kataku

" iya.. alhamdulillah.. emg kamu nyari apasih di hutan ini?


"

" kamu gak merasakan mul kalau kakimu nggak sakit lagi?
kamu gak nyeret lagi jalannya? "

" oohhh iya ya, padahal aku kan di luar rumah "

" makanya, kita kesini mau mencari obat buat kakimu "

" trus dimana obatnya? "


" kamu mencari di semak2, di situ nanti ada lubang, kalau
ketemu kamu teriak ya, aku akan mencari di sisi yg lain "
kamipun menyebar

karna kala itu sedang musim kemarau, jadi rumput2


liarnya kering dan tak begitu rimbun dan tinggi, kami
mencari beberapa lama, kuingat aisyah terjerembab
dalam lubang di sisi jati yg sedikit doyong, aku cari pohon
doyong itu juga dengan sedikit mengira2 dimana lubang
itu berada, " nah itu dia " bathinku, aku sedikit berlari dan
meloncat menghindari batu padas tajam yg sangat banyak
disana, kubersihkan semak2 di atasnya, sengaja aku
nggak memanggil mulyadi karna dia pasti ketakutan
dengan apa yg kutemukan, aku ambil kerangka itu aku
masukkan ke dalam glangsing yg sudah aku siapkan, lalu
aku memanggil mulyadi, " muullll,,,,,muull,, " mulyadi
bergegas menghampiriku dan bergegas pulang.
sesampainya di rumah aku bercerita banyak kepada ayah,
tentang apa yg terjadi dan apa yg kutemukan, tapi
bagaimana dengan sosok hitam besar berbau apek yg
berada di bilik saudaranya mulyadi..??
masih terngiang2 di telingaku petuah dari eyang tentang
jati diriku
" sak tenane sedulurmu ono limo perkoro, koyo driji kiwo
lan tengen, driji tengen ukoro sing becik, driji kiwo ukoro
loro, sedulurmu driji tengen koyo ibarate driji kabeh nduwe
kesakten, yen kuwe driji tengah pengimbang marang
sedulur, golekono sedulurmu, mergo kowe ngambah
banyu, sing paling tuo ( driji jempol ) onone neng tengah
oro2 "

artinya: " sebenarnya saudaramu ada 5 seperti seperti jari


kanan dan kiri, yg kanan membawa kebaikan yg kiri
membawa bencana, semua jari punya kemampuan, dan
kamu jari tengah sebagai penyeimbang bagi saudara2mu,
cari saudaramu karna hidupmu di atas air, dan cari
saudara tertuamu yg hidup di padang gersang "

kata2 yg menyuruh aku untuk menemukan saudara2ku,


sebelum kekuatan jari kiri bersatu, dulu kata2 itu aku
anggap sebagai petuah biasa, tapi makin kesini semua
menjadi semacam petunjuk, hingga perjalanan dan
petualanganku berlanjut hingga sekarang.....

setelah tulang belulang aisyah di makamkan secara islam,


kaki mulyadi sudah normal, nggak pincang lagi,
pemakaman itu mempertemukan keluargaku dan keluarga
mulyadi, sebenarnya banyak pertanyaan dari para
tetangga tentang penemuan tulang itu, tapi ayah berhasil
menutupinya, karna ayah nggak ingin aku dijauhi oleh
tetangga dan takut aku di anggap anak yg aneh, " ready,
kamu tuh jangan jauh2 mainnya, kamu belum hafal betul
dengan dengan daerah ini " kata mamaku

mulyadi adalah temanku satu2nya yg tahu tentangku, aku


mulai membuka diri, kujelaskan tentang kekuranganku
tapi dia juga harus bisa menjaga rahasia ini, termasuk
dengan kakaknya sutikno, yg sebenarnya bukan sakit
jiwa, tapi di bayang2i oleh makhluk gaib yg selalu
membuntuti dan mengganggunya, pertama dia tak
percaya dengan yg ku katakan, tapi dengan sembuhnya
kaki yg selama ini dia derita, juga dengan pembuktian
penemuan kerangka aisyah, sekarang dia percaya
padaku. aku sering berkunjung ke rumah mulyadi, ingin
melihat kakaknya dan penampakan itu, tapi sering juga
aku batalkan karna kehadiran bapak dan ibunya mulyadi,
karena mereka melarang aku untuk mendekati mas
sutikno, mereka kawatir kalau aku di apa2kan dia.

hingga suatu ketika di saat sepi, hanya aku dan mulyadi


yang ada, aku meminta mulyadi membuka bilik yg selama
ini di gunakan untuk memasung mas sutikno, pintu kayu
itu di buka, kudapati mas sutikno sedang tidur, namun
aneh yg tercium hanya bau pesing, bau apek itu tidak ada,
aku membawa apel dan pisang yg kubawa dari rumah,
aku bangunkan mas tikno untuk memakan apel yg ku
bawa, begitu aku menoleh ke kanan belakang, sosok itu
tidak ada, mas tikno memakan apel yg kusodorkan,
sedangkan mulyadi berjaga-jaga di pintu, dia takut
ketahuan orang tuanya.

" enak ya mas, habiskan mas saya masih punya banyak "
kataku
" iyo, terima kasih le,, rumahmu mana ? "

" aku temennya mulyadi mas, namaku ready, mas sakit


apa? mana yg sakit mas? "

" saya nggak sakit " mas tikno bicara dengan penuh
kehati-hatian, sesekali dia melihat ke belakangku

" sampean gak usah takut, aku sudah tau siapa yg


mengganggu sampean " tangan mas tikno meremas
lenganku, dan apel itu di jatuhkan

" ati2 kalau ngomong, kalau kamu gak mau bernasib sama
denganku "

" iyo mas,, mas,, aku boleh menyentuh kepalamu? aku


pengen ngobati sampean " mas tikno mengangguk

dan BBBBLLLAAAAASSS,,,, aku melihat mas tikno


sedang di suatu tempat, yg di sekitarnya di kelilingi api,
api biru yg banyak, tanahnya mengeluarkan api, mas tikno
duduk bersila hanya menggunakan celana pendek,
tangannya bersendekap, matanya terpejam, bibirnya
komat kamit seperti mengucapkan sesuatu, hawa di
sekitar mas tikno panas, sangat panas, dia duduk di atas
pasir2 yg panas, tapi tubuhnya tidak terbakar, didepannya
terdapat banyak sekali sesajen, bunga2, minyak wangi
dan juga kemenyan.

mas tikno badannya memerah, keringat bercucuran


dimana2, tubuhnya bergetar-getar, di belakang mas tikno
ada beberapa batu yg di tata melingkar, di tengah putaran
batu terdapat batu biru, di sekeliling batu hanya pasir dan
tempat gersang, dan berjarak 10meter darinya hutan jati
yg lebat, anehnya daun jati yg berguguran tak satupun yg
terbakar, aku melihat kejadian itu dengan jelas semuanya
terang, bahkan aku ikut merasakan panasnya api.

GUBRRAAK,,, tubuhku terhempas ke dinding rumah


mulyadi, rupanya selama aku menyentuhnya sosok itu
datang dan marah, menendang badanku yg kecil
terpental, mas tikno yg masih antara sadar atau tidak
terdiam, mulyadi yg lagi jaga pintu masuk dan menarikku
keluar, mas tikno berteriak2, mengeram, suaranya berat
dan dalam, aku di seret mulyadi keluar bilik, hingga lupa
mengunci bilik itu kembali, punggunggu terasa amat sakit,
bahkan terasa linu di persendian, aku di luar rumah dan
mulyadi bertanya,

" kamu kenapa sampai jatuh bangun gitu, ada apa? "
akupun menceritakan apa yg kulihat dan siapa yg
menendangku, dan mulyadi bilang,,,

" KAYANGAN API itu,, mas tikno memang sering kesana


sendirian "

" tempat apa itu mul ? "

" itu nama tempat yg terdapat banyak api abadi, bahkan


beberapa kali api PON di ambil dari situ, tepatnya di desa
DANDER "
" ooh gitu, jauh mul dari sini? "

" ya lumayan, sepuluh kilo paling "

aku yg masih di luar rumah mulyadi tka berani masuk, dan


saat itu juga bapak mulyadi datang dengan becaknya, dia
memakai capil dan kaos singlet swan brand, di lehernya
terdapat selembar handuk kecil,

" ngapain diluar mul, ayo masuk " aku dan mulyadi diam
saja, begitu masuk rumah bapaknya mulyadi menarik
leher mulyadi ke dalam rumah

" kamu ngapain buka bilik itu mul...!!!! kamu biarkan


masmu teriak2 seperti itu...!! mana kuncinya....!!! " kunci di
sodorkan mulyadi dan langsung di saut bapaknya, begitu
pintu itu di gembol, mas tikno langsung diam,

" sudah kamu kasih makan masmu?? " mulyadi


menganggik takut
aku masih di luar rumah takut kena marah, apalagi kalau
mulyadi bicara kalau aku masuk ke bilik itu pasti bapaknya
tambah naik darah, dan pelan2 aku hendak melangkah
meninggalkan rumah mulyadi, tiba2 bapaknya mulyadi
berteriak

" ape nang endi kuwe?? ( mau kemana kamu ) masuk


dulu, saya mau bicara "

" maaf pak dhe, sudah siang, saya mau pulang sholat
dulu, biar ibu saya tidak marah " aku membuat alasan
agar bisa menghindar dari bapaknya mulyadi

besok paginya kami bertemu di sekolah, aku menghampiri


mulyadi

" bagaimana mul,,bapakmu marah sama kamu? "

" iya aku di pukul pake gagang sapu, pantatku sakit "

" kamu ngomong apa sama bapakmu? jangan2 kamu


cerita apa yg sudah aku lakukan ? "

" oraa,,,sumpah oraa " kata mulyadi

" trus kapan bisa kita teruskan nyembuhin masmu? "

" aku gak berani,, aku takut "

" helehhh mul,,, mul,,, kamu kok sedikit2 takut, di


rumahmu sendiri kok takut "

" nggak gitu, bapakku kalo marah menakutkan, lebih


menakutkan dari pada amukannya mas sutikno, salah
sedikit aku ngrumat mas tikno, pasti nendang, pasti
njewer, pasti mukul "

" muullll,,, semua ini demi masmu, kamu g kasihan


dengan masmu yg kyk gt? ayo mul...ora popo " kataku
mendesak

" enggak berani aku,,kapook weesss,,, kapoookkk!!!! "


suara mulyadi menjadi keras, hingga teman2ku yg lain
menengok ke arah kami,

" mosok segitu sjaa mul,,, wes gini, nanti habis sekolah
aku meminta ayah untuk mengajak bapakmu keluar, habis
gitu kita membantu mas tikno gimana? "

" nahh,, kalo gitu sip,, aku setuju " lalu kami memasuki
kelas

setelah pulang sekolah aku segera pulang, kudapati


mama yg sedang menyetrika,

" assalamualaikum,, ayah mana ma ? "

" waalaikumsalam,, ya belum pulang, masih jam brapa, ya


sebentar lagi mungkin " kata mamaku

aku mengganti baju sekolah dengan baju bermainku,


setelah itu makan dan ayahku pulanh, aku menceritakan
niatku yg ingin membantu mas sutikno...
aku menceritakan semua tentang keluarga mulyadi, baik
itu mulyadi maupun mas sutikno sndiri, ayahku adalah
ayah yg hebat, sosok ayah yg mau mengerti, membantu
dan melindungi atas kekurangan anaknya, walau kadang
melarang kalau yg kuhadapi sudah diluar batas
kemampuanku,

" jadi begitu rencanamu?? kamu sudah sholat?? " kata


ayahku sambil manggut2

" sudah yah "

" yasudah,, nanti saya suruh bapaknya mulyadi ke rumah,


kebetulan genteng banyak yg bocor, tapi kamu jangan
kesana sebelum bapaknya mulyadi datang "

" nggeh yah "

setelah bapaknya mulyadi datang, aku bergegas


mengajak mulyadi ke rumahnya, bilik yg di kunci itu si
buka oleh mulyadi, Bbbbbrrrrttttt,,,, aura sangat gelap
berkeliling, berputar2 dalam bilik itu, hingga pemandangan
dalam kamar terlihat samar2, mulyadi bersembunyi di
belakangku, kepalanya timbul tenggelam karna
penasaran, aku berusaha melihat apa yg terjadi di dalam.
kulihat tubuh mas tikno terangkat, sementara balok kalo
yg memasungnya ikut terangkat juga, rantai2 dari besi
bergemerincing saling bertatapan, tubuh mas tikno terkulai
di udara, kepalanya ke belakang, rambutnya yg panjang
terurai berkibar2, tangannya mencengkram, dia bangun
melihatku, otot2nya keluar, matanya melotot hanya
putihnya yg nampak, aku lihat sekeliling, makhluk tinggi
besar berbulu itu tak nampak,
HHHHHHHRRRRRRRRMMMMMM.......
MMMMMMMMMM..... HHHHHHRRRRMMMMMMM....

mas tikno mengeram, suara gigi2 bersentuhan dengan


keras dan bau apek itu datang lagi, amat menyengat
malah, tubuh mas tikno terpontang-panting, dan kayu
pasungan itu bergerak di bawah mengikutinya, hingga
pergelangan kakinya mengucur darah segar, aku bingung
mau masuk lewat mana, karna takut terkena balok kayu
dan juga rantai pengikatnya. perlahan2 aku merapat ke
dinding, memasuki bilik itu secara perlahan, aku harus
bisa menyentuhnya, aku ingin tau apa yg terjadi dengan
mas tikno, hingga pada suatu kesempatan tubuh mas
tikno merendah, dan BBBBBLLLLAAASSSS.....

aku lihat mas tikno sedang berkelahi dengan sekelebat


makhluk yg bergerak amat cepat, mas tikno berputar-putar
mengikuti kemana makhluk itu pergi, serangan demi
serangan tak bisa di hindarinya, tubuh mas tikno jatuh
bangun, darah sudah mulai keluar dari mulutnya, aku
mendekat tapi tangan mas tikno menghalangiku, hingga
posisiku di belakangnya, akupun ikut berputar mencari
sumber gerakan, debu2 di sekeliling mas tikno
beterbangan, karna kuda2 mas tikno begitu kokoh,
bergeser ke kanan dan ke kiri, kulihat sebuah
kesempatan, ku angkat jari tengahku, mengenai bayangan
itu, dan dia tersungkur bergulung2, seperti gulungan
rambut yg tersapu angin.

yg kulihat sekarang adalah sosok hitam, berbulu, tinggi


besar, dia telungkup membelakangiku, nafasnya
terengah-engah, mengendus-endus, aku dan mas tikno
maju perlahan, mendekati makhluk itu, seperti seekor
monyet yg sangat besar, seperti yetti tapi bertubuh gelap,
" sopo iku mas? " mas tikno diam, dia berjalan ke depan
sosok itu, berhadap2an, dia seperti menyembah, tapi
sosok itu diam saja. dan tiba2 sosok itu bangun, dengan
mengeluarkan taring2nya yg panjang, dia menyeringai,
liurnya menetes di sela2 giginya, cakar2nya yg hitam
membuay goresan di tanah kering itu, sesaat dia lompat
hendak mencengkram, saat itu juga aku naik ke bahunya
dan menempelkan jariku di kepalanya, makhluk itu
melenguh, jatuh terkulai tanpa daya, matanya yg besar
melirikku seakan memelas.

aku berdiri diantara makhluk itu dan mas tikno, dan aku
bertanya lebih keras,
" SOPO IKU MAS !!!!! " mas tikno berlari memeluk kakiku,
memohon aku untuk tidak menyakitinya,

" aku yg salah le,, aku yg salaaaaahhh,,, semua ini akibat


kelakuanku sendiri, aku yg menghadirkan makhluk itu, aku
yg memohon dan menyembah dia, agar kami tidak
melarat lagiiiii " katanya lirih sambil terisak

" aku sudah tidak bisa hidup seperti ini, aku bosan dengan
kemlaratan, tapi apa yg kudapat, dia selalu minta tumbal,
sudah aku beri satu, setahun kemudian dia minta lagi, aku
yg bunuh aisyah,,,, aku,,, " lanjut mas tikno

" bukan mas, aisyah masuk ke dalam lubang yg sempit


dan meninggal di situ " kataku

" nggak...!!!! aku yg membunuhnya untuk tumbal, memang


dia jatuh dalam lubang, aku tau peristiwa itu, lalu aku
mengambilnya, setelah aku bunuh dan kupersembahkan
pada makhluk ini, jasadnya aku kembalikan pada lubang
itu, aisyah gentayangan menghantuiku, tapi aisyah takut
akan sosok yg ada di kamarku, akhirnya dia ikut mulyadi
adikku "

dan BBBBBBLLLAAAAAASSS,,,, aku melepaskan jariku


di kening mas tikno, di alam sadar mas tikno memelukku
erat2, menangis sejadi2nya, menyesali atas apa yg
dilakukan, tapi semua sudah terjadi, aisyah telah pergi,
dan menyembah atau mempunyai perewangan bukan
menjadi solusi untuk mengentaskan kemlaratan, setan
tetaplah setan, jin masihlah jin, dengan segala daya upaya
agar manusia terjerumus dengannya, segala iming2
duniawi, hingga penyesalan datang, dan semua sudah tak
berarti. tapi.... bagaimana dengan sosok bayangan yg
amat menyerupai bu yayuk guru.. siapa bayangan itu....

mas tikno sudah dilepas dari pasungnya, keluarganya


amat bersyukur dengan kesembuhannya, namun itu
berbanding terbalik dengan yang dirasakannya, hari2nya
penuh penyesalan, setelah di proses di kepolisian dan di
sidang mas tikno di jebloskan ke dalam penjara. kami
sekeluarga sering menjenguknya, walau sekedar
membawa makanan, sekarang mas tikno sudah mulai
suka bercanda, di beri ketrampilan oleh lapas, semoga
kemudian hari bermanfaat bagi orang lain.
banyak perubahan di keluarga mulyadi, banyak keceriaan
setelah sembuhnya mas tikno, namun kejadian itu bocor,
hingga berkembang ke masyarakat bahwa aku ketularan
setan dari mas tikno, hingga para tetangga sudah
memandangku aneh, melirik dengan kecurigaan,
memandang dengan sinis, tapi tak menyurutkan
keinginanku mencari misteri yg terjadi dengan bu yayuk,
bayangan hitam yg selalu ada di setiap kegiatan bu yayuk,
guru biologiku.....

hari itu terasa amat panas, sekolah kami memang jarang


pepohonan, hanya ada pohon asem disudut gerbang
sekolah, pohon asam tak begitu tinggi tapi sudah sangat
berumur karena besar dan akar2nya yg sebagian sudah
merangsek dalam ruang kelas, pohon asam itu yg biasa
kami gunakan berteduh di saat jam istirahat di samping
kantin bu marni. karena sudah tua, beberapa kali pihak
sekolah mencoba menebang tapi tak satu gergaji mesin
yg mampu merobohkannya, bahkan orang yg mencoba
menebangpun mendadak sakit. tak ada yg aneh, tak
nampak aura bahkan bayangan yg mencurigakan,
mungkin hanya sugesti atau sebuah kebetulan.

teman2 yg biasanya akrab denganku kini mulai menjauh,


mulyadi juga sudah mulai terpengaruh, aku jadi sosok yg
amat pendiam, apalagi karna tubuhku yg tinggi, aku di
suruh pindah bangku, sekarang aku duduk si bangku
paling pojok kanan, kertas dan pensil yg menjadi
pelampiasan, yg sampai sekarang masih aku simpan, aku
buka ketika aku kangen dengan masa2 itu, aku sering
merenung, merasa di acuhkan, rendah diri, apalagi kondisi
ayahku yg sedang sakit2an, beliau di vonis sakit kanker
paru2, kehidupan ekonomi kedua orang tua mulai
berubah, gaji ayah banyak di gunakan untuk berobat,
kedua eyangku sudah tidak ada, aku semakin kesepian,
sebagai anak tunggal, di jauhi teman, dan ekonomi yg
sedang sekarat, mamaku tetap tabah menghadapi semua
ini, tak pernah melihay beliau menangis.

tak pernah mengeluh, selalu berusaha tersenyum bila


ayah pulang kantor, dari kecil rasa kasih sayang di
tunjukkan dengan setulus hati, penuh cinta dan kasih, tak
pernah ada pertengkaran yg kudengar antara mereka.
walau makan seadanya, hanya nasi bulgur, beras yg
banyak kutunya di tambah dengan garam, terasa amat
nikmat bila mama yg menyuapinya, peristiwa ini makin
memuncak tatkala ayah telah mendahului kami, mamaku
amat terpukul, uang pensiun yg tak banyak sudah dibuat
bayar cicilan hutang untuk pengobatan ayah, nasipun
sudah tak bisa aku nikmati, hanya singkong dan ubi
rambat yg menjadi bahan makanan kami.

satu persatu barang2 warisan ayah di jual untuk sekedar


menyambung hidup, keadaan berubah 180, itupun mama
tanpa mengeluh, selalu tersenyum saat aku pulang
sekolah. saat ini, akupun menangis bila ingat masa2 itu,
sebuah cobaan yg amat dasyat dan mendalam, hingga
membentuk pribadiku yg sekarang, aku masih ingat ketika
sepatu sekolahku ujung2nya sudah jebol, hingga jari2
kakiku nampak keluar bila aku memakai sepatu, dengan
berat hati aku meminta sepatu kepada mama, mama
hanya tersenyum lalu RAMBUTNYA YG PANJANG DI
POTONGNYA hingga kelihatan kulit kepalanya, rambut itu
di sodorkan padaku sambil tetap tersenyum, beliau
bilang..

" juallah rambut mama ini untuk membeli sepatumu " aku
berteriak sekuat2nya dan memeluk mama sambil
memohon ampun, tak akan berbuat lancang lagi.

kini setelah sekolah aku mencoba mencari uang tanpa


sepengetahuan mama, karna aku gak mau mama
bersedih memikirkanku, semua pekerjaan aku ambil, dari
menyemir sepatu, memanggul belanjaan ibu2 di pasar,
jadi pemulung, jadi kuli bangunan, bagiku,, aku pulang
harus membawa uang, tapi semua orang makin
menjauhiku, ibu2 tak mau memberikan belanjaanku,
orang2 gak mau mempekerjakanku, karna mereka takut
akan kebenaran cerita yg berkembag tentangku.

ada seorang guru bahasa indonesia yg begitu perhatian


denganku, namanya bapak ASMORO, suatu ketika beliau
memanggilku, aku duduk di BP
" ready, nilaimu sekarang mulai turun, kenapa denganmu
nak?? apa yg membebani hidupmu, dulu kamu rapi,
bersih dan wangi sekarang kenapa bisa begini " aku diam
tak menjawab pertanyaan guruku, hanya mataku yg
berkaca2, menahan ucapan yg mau aku sampaikan

" boleh bapak membantumu sedikit? bapak tau kamu


pandai melukis, kenapa nggak kamu asah
kemampuanmu, kalau lukisanmu sudah jadi, biar bapak
yg beli "

lalu pak asmoro menyodorkan amplop yg berisi uang Rp


150.000, aku menolaknya karena pesan ayah " jangan
sekali2 menerima uang walau kamu menderita ", tapi
guruku memaksa dan bilang " uang ini tidak aku kasihkan
kamu, kamu boleh kembalikan bila kamu punya uang "

akupun mengiyakan, aku membeli cat minyak dan


beberapa perlengkapan melukis juga membuat kanvas
sendiri yg terbuat dari kayu2 bekas, dan kain putih yg di
dasari lem rajawali di campur semen putih, sesampainya
di rumah mama marah2, karena aku membawa uang yg di
berikan oleh pak asmoro, aku berusaha menjelaskan dan
akhirnya beliau mau mengerti. lukisan pertamaku bapak
presiden sukarno, lalu ayah dan mama, juga beberapa
lukisan tokoh nasional lainnya, pak asmoro yg menjadi
pelanggan tetapku, setelah sekolah aku hampir tak pernah
keluar rumah, aku hanya melukis dan melukis, beberapa
kali ikut lomba dan hasilnya lumayan. hidupku makin
tertutup, nggak pernah bermain seperti bocah2
selayaknya.

pagi itu aku berangkat sekolah berjalan kaki, melewati


antara gedung2 kota, sesampai di sekolah aku mencari bu
yayuk, tapi tak menemukan guru biologiku itu, kata guru
BP bu yayuk sedang sakit. aku berusaha mencari alamat
bu yayuk, dan guru BP menyodorkan sebuah kertas
bertuliskan alamatnya, desa kauman gang calak no 47,
setelah sekolah dan ganti baju, aku mencari alamat yg
hanya berjarak 2km dari rumahku, aku memasuki sebuah
gang yg tak begitu lebar, banyak pohon jambu di sisi
kanan dan kirinya, jambu2 yg sudah tua dan dimakan ulat
aku ambil beberapa, kumakan demi menghilangkan
dahaga, aku melewati area pemakaman di tengah
perumahan.

satu persatu nomer rumah ku urutkan, hingga aku


menemukan sebuah rumah yg sederhana namun
bersahaja, bercat warna kuning telur dan hijau muda
menjadi pemanisnya, batu2 alam di tata apik mengelilingi
separo bangunan, rumah dengan angka 47 dengan
lonceng kecil di sisi kiri pintu rumah yg masih tertutup dari
dalam, kling,,kling,,, aku gerakkan loncengnya dan aku
memberi salam seorang wanita tua keluar membukakan
pintu

" cari siapa nak? "

" bu yayuk ada nek? "

" ada,,, nanti dulu,, tak panggilkan " sebentar kemudian


muncul bu yayuk memakai sweater bermotif hello kitty,
memakai syal warna krem, dengan wajah yg sedikit pucat,
senyum bibirnya mengembang mengetahui aku yg
datang, aku di persilahkan masuk dan di beri teh hangat,

" gimana lukisanmu ready?? sudah banyak yg laku? "

" alhamdulillah bu, lukisan pak sukarno di beli pak asmoro,


dan 4 lukisan lainnya di beli temannya ayah "

" alhamdulillah, maafkan ibu ya ready, akhir2 ini ibu


sakit2an, saat keluar rumah badan ibu sering langsung
mering, badan panas dingin " jawab bu yayuk dengan
terbatuk-batuk

" iya bu, , maaf bu,, saya mau bertanya, apakah ibu punya
saudara kembar? "

" lhoo ada apa ini,, tiba2 menanyakan saudara ibu? "

" nggak papa bu,, hanya ingin tau "


" iya tapikan harus ada alasannya " kata bu yayuk sambil
beringsut mundur menjauh dariku

bu yayuk makin mundur karna mataku terus melihat


bayangan hitam yg ada di sebelahnya,

" kamu lihat apa ready? hee ada apa si sebelahku? " bu
yayuk menatapku keheranan

aku menatap bayangan itu tajam2, sengaja aku berbuat


seperti itu agar dia merespon dengan pengelihatanku, bu
yayuk menatapku keheranan, sementara pelan2
bayangan itu menoleh ke arahku, wajahnya yg hitam kini
nampak bayangan mata, hidung san mulut yg hitam juga,
mulutnya melebar bergaris2, aroma busuk dan jahat
keluar dari mulutnya, kerut2 alisnya menajam
menandakan dia marah,

" saya tidak tidak takut sama kamu !!! " kataku, bu yayuk
yg ketakutan dengan ulahku mendorong bahuku
" hhheeehh ready, hentikan!!!,, kamu ini kenapa to,
tingkah lakumu aneh, benar kata orang, saya ikut berbela
sungkawa dengan apa yg menimpa ayahmu, tapi saya
sedih sikapmu yg sering bicara sendiri, bahkan itu terbukti
di sini, di depanku " bu yayuk terlihat sedih dengan
kondisiku, beliau menunduk

" saya baik2 saja kok bu,, dan insyAllah saya ikhlas, maaf
bu, kalau begitu saya mohon pamit "

" iya nak...hati2 " bu yayuk menyelipkan uang di sakuku

" buat jajan ya "

" makasih bu, semoga ibu lekas sembuh "

akupun pulang kerumah, aku lewat tanggul sebagai


pembatas agar banjir tidak masuk ke kota, di depana da
pohon kersen, aku duduk di bawahnya, memandang
keruhnya air saat itu, aku melamun. dulu aku ingat pernah
duduk di bawah pohon ini, saat itu mamaku marah padaku
karna kenakalanku, aku lari dan duduk di bawah pohon
ini, lalu datang ayah dengan masih memakai pakaian
dinasnya, memelukku dengan erat, mencium kepalaku,
dan duduk di sampingku lalu tersenyum,

" jagoanku gak boleh nakal ya, nanti minta maaf sama
mamamu, beliau sedih, kwatir kamu kenapa2 " aku
memeluknya erat

" iya yah " jawabku menangis

lalu ayah mengajakku pergi makan bakso, dengan


mengendarai motor CB nya berwarna merah, tapi kali ini
aku merenung sendiri tanpa siapapun si sisiku, hanya
keruhnya air bengawan solo yg melimpah, tiba2 aku
dikejutkan oleh sesuatu, suatu yg timbul tenggelam di
tengah derasnya arus bengawan, sosok berwarna merah
yg perlahan2 mendekatiku, begitu dekat terlihat jelas
manusia berkepala naga bermata manusia berwarna
merah darah, aku mundur hingga punggungku menempel
di pohon itu, manusia naga itu amat menyeramkan, dia
mendekatiku, berjalan di air, tingginya tiga kali dariku,
ekornya amat panjang, sekujur tubuhnya di penuhi sisik2
berwarna merah menyala, cakar2nya panjang dan merah,
di sela2 jarinya terdapat selaput, wajahnya tersenyum
amat dingin, dia menghampiriku makin dekat dia makin
membungkuk, begitu berjarak sekitar 3 meter, manusia
naga itu bersimpuh, badannya di selonjorkan ke tanah,
dan kedua tangannya menjulur ke depan seperti sedang
sujud.

ini adalah penampakannya yg kedua, kau nggak tau


maksud dan tujuannya, dia datang di saat aku di bawah
nol, entah berusaha mengajakku atau sekedar
menghiburku, karna hanya ketakutan yg amat sangat
kurasakan ketia dia tiba, aku punya teman "yg tak terlihat"
seorang anak perempuan dan adiknya, mereka menjadi
teman curhatku, mengungkapkan semua keluh kesahku,
mereka juga yg menghiburku, juga memberi semangat
hidupku, temanku bernama "cristin", dan adiknya
kupanggil "dino", cristin seumuran denganku dan dino
sosok anak kecil berbadan gemuk putih bermata sipit,
sedangkan cristin gadis lugu ceria selalu bercanda tapi
akan menghilang bila kau bertemu manusia, sampai
sekrang cristin dan dino menemaniku, sering aku
sembunyikan keberadaannya, apalagi kalau ada
teman2ku.

aku pulang kerumah, mendapati mamaku sedang


menjahit, beliau membeli mesin jahit digunakan untuk
menambah uang belanja, rumah serasa amat sepi, tak
ada ayah yg sering menjahili, aku berikan uang pemberian
bu yayuk kepada mama, walau mama pada awalnya
marah, tapi beliau menerima juga pada akhirnya, banyak
lelaki yg coba mendekati mama, termasuk teman ayah yg
sudah menduda, tapi mama menolaknya secara halus,
karna aku juga gak mau ada orang lain yg menggantikan
posisi ayahku, keesokan harinya di saat berangkat
sekolah, aku di sapa oleh seseorang, ternyata bu yayuk
yg sedang naik motornya.

sepeda motor prima hitam menghampiriku, aku


menggeleng atas ajakannya, aku memilih berjalan,
sesampainya di sekolah kulihat sikap teman dan guruku
makin menjadi2, sapaanku tak pernah di hiraukan mereka,
aku menjadi alien di kehidupanku sendiri, aku menunduk
berjalan memasuki kelas, biologi adalah pelajaran
pertama hari ini, setelah salam dan doa bu yayuk
mengawali pembelajarannya, wajah bu yayuk sedikit kuyu,
sebentar2 batuknya memecah keheningan kelas.

sosok di sampingnya sekarang bukan berwarna hitam


samar, tapi sudah berwarna hitam gelap, makin jelas
sosok itu menampakkan penampilannya, hingga sosok itu
mengeluarkan aura di sekujur tubuhnya, tapi anehnya
sosok itu sudah tidak identik dengan sosok bu yayuk, tapi
seperti seorang wanita memakai gaun dan rambutnya
terurai panjang, aku berfikir, kenapa sosok ini berubah,,
apa yg sudah terjadi,,,dan kenapa dengan bu yayuk (
menirukan CONNAN karangan goshi aoyama, hehe ) bu
yayuk mengajar dengan duduk dan temanku di panggil
untuk mencatat pelajaran, bayangan itu sudah tidak
bergerak seperti yg bu yayuk lakukan, dia mondar mandir
di sekeliling dinding, aku mengamati bayangan itu, hingga
nggak konsen dengan pelajaran saat itu.

sebentar sosok itu diam diantara temanku dan berputar


lagi, dia selalu menghindar bila sudah mendekatiku, aku
mencoba menerka jenis makhluk apa itu, ada kisah apa di
balik semua penampakannya, tapi aku gak mau
mengungkap semua itu disini, karna aku takut dicap lebih
aneh lagi, bu yayuk menegurku

" ready!! " akupun langsung melihat kepapan tulis

ketika aku melihat ke paoan tulis itulah sosok itu tepat


berada di atasku, bau busuk yg keluar dari mulutnya yg
terbuka segera membuat seisi kelas heboh, saling
menuduh satu sama lain, menyangka ada yg kentut
diantara kami, akupun pura2 celingukan, dan sebentar
kemudian sosok itu pergi, aku ijin keluar dengan alasan
ingin pipis, padahal aku mengikuti gerak gerik bayangan
hitam itu, masuk ke kelas yg lain dan berputar2 lagi,
berhenti sebentar dan berputar lagi, seakan memilih
sesuatu. hingga dia berhenti lama di sebuah kelas
terakhir, kelas yg sedang diajar oleh pak asmoro,
bayangan itu berhenti, bertatap2an.

JJJLLLEEG,,, aku kaget, dan bersandar di balik tembok


kelas, karena dari gerak geriknya jelas bayangan itu
tertarik dengan pak asmoro, tapi bagaimana aku
mencegah bayangan itu merasuki pak asmoro, aku berfikir
amat keras, langsung frontal nggak mungkin, lalu kuketok
pintu kelas pak asmoro keras2,
THOK...THOKK..THOKKK... aku langsung membuka pintu
sebelum disuruh masuk, bayangan itu kini menatapku,
dan pergi dekat pak asmoro, " waah,, salah kelas ternyata
" kataku sambil cengar cengir, semuanya tertawa lebar
melihat tingkah polahku, dan banyak teman2 yg meneriaki
" bocah anehh... bocah anehh " aku berhasil rupanya, aku
mencari2 kemana bayangan itu pergi, sudah tidak ada lagi
ternyata dan aku kembali ke kelas.

di luar kelas kudengar kegaduhan, semua murid di kelas


itu berteriak2, bahkan beberapa wanita keluar sambil
menjerit, guru2 kelas lain mulai berdatangan melihat apa
yg sedang terjadi di sana, hingga pintu kelas menjadi
sesak antara murid kelas yg ketakutan keluar, dengan
para guru yg mau masuk untuk melihat, aku yg bertubuh
kecil tak melihat apa2 dari luar, yg kulihat hanya ekspresi
dari orang2 yg ketakutan.

aku mencari tau apa yg terjadi di dalam sana, bolak balik


aku lompat tapi tak nampak apa2, akhirnya aku seret
tempat sampah besar yg asa ditiap luar kelas, aku naik di
atas tempat sampah itu, dan benar bu yayuk sedang
posisi orang merangkak di atas meja, kakinya membentuk
kuda2, kedua lututnya berada di atas meja, tangan
kanannya di belakang, dan tangan kirinya menahan
tubuhnya, rambutnya acak2an, tangannya mencakar2
meja dan membuat goresan, bu yayuk mengeram,
suaranya serak dan berat, matanya merah nanar
membelalak menakutkan.

para guru yg ada di pintu tak berani menolong ataupun


menyentuhnya, murid2 sudah pada keluar semua, saling
bercerita diluar kelas, kepala sekolah datang " ya Allha
yayuk,,, kenapa kamu yayuk??? " namun hanya berkata2,
pak guru olahragapun hanya diam, tak ada yg berusaha
menenangkan atau memeganginya, bu yayuk berteriak
keras HHHHRRRRRAAAAAWWWW....
HHHHHRRAAAAAAWWW,,, tapi situasinya tetap sama,
hingga pak satpam kami datang, memasuki kelas dan
mencoba memegangi tangan bu yayuk, dengan sekali
tepisan pak satpam terjungkal beberapa meter dan bu
yayuk tertawa lebar, kedua tangannya menyamping, HWA
HA HA HA, tapi yg keluar bukan suaranya, suara serak
dan berat, seperti suara laki2 tua.

setelah bapak satpam terpental, masuklah para guru lelaki


memegangi bu yayuk yg terus berteriak2, empat guru tadi
kewalahan memegangi tangan dan kaki bu yayuk, silih
berganti pak guru itu terjatuh, dan sekarang guru yg
lainnya ikut membantu, sembilan orang yg sudah
memegangnya, mengangkat bu yayuk di bawa ke ruang
BP, tapi sewaktu di tengah perjalanan, bu yayuk berontak,
hingga kesembilan guru lelaki terpontang panting,
mengakibatkan genggaman mereka terlepas, dan kini bu
yayuk masih seperti orang merangkak, mencakar2 dan
berteriak di lapangan volly.

semua murid yg ada diluar ketakutan, wajah bu yayuk


sudah memerah, matanya merah nanar, murid2
bersembunyi di belakang para guru, para guru
mengelilingi bu yayuk, dan ditengah kerumunan itu datang
seorang laki2 berpakaian lusuh dan pakaian sedikit
compang camping, membawa sebotol air minum,
menyeruak masuk memasuki lingkaran para guru, air
dalam botol tadi diminumnya, dan di semprotkan di wajah
bu yayuk, sontak bu yayuk perhatiannya teralihkan,
sekarang dia berhadap-hadapan dengan lelaki itu, terjadi
perlawanan yg sengit, hingga semburan air yg kedua,
mengenai punggung bu yayuk. yg kulihat pada semburan
kedua sosok hitam pekat itu meronta, hampir keluar dari
tubuh bu yayuk, mungkin dengan menyembur air yg
sudah di jampi2, bisa mendeteksi keberadaan makhluk itu,
lelaki itu ternyata melihat apa yg kulihat.
lelaki itu berusaha mencari titik lemahnya yg berada di
belakang punggung, tapi bu yayuk selalu menghindar, bu
yayuk melawan dengan mencakar2 ke arah lelaki itu, dan
bapak itu selalu bisa menghindarinya, hingga suatu
kesempatan bapak itu menyerampang kaki bu yayuk, dan
minta tolong para guru untuk memeganginya, bu yayuk di
pegangi tangan dan kakinya, tubuhnya di telungkupkan ke
tanah, hingga seluruh tubuh dan pakaian bu yayuk kotor
penuh dengan tanah. bapak itu mengambil airnya, dan
menyemprotkan airnya yg ketiga tepat di belakang
punggungnya, dan bu yayuk meraung keras, kakinya
kelejotan, mengendus2 di tanah, hingga enduaannya
terlihat karna banyak debu yg berhamburan di sekeliling
mulut dan hidungnya.

diam2 aku memegangi kaki bu yayuk, karna jin san syetan


tertentu keluar masuk lewat jempol kaki, aku sentuh
jempol kaki bu yayuk tanpa diketahui orang lain, dan
semua orang yg memegangi bu yayuk terpental, termasuk
bapak itu, aku juga pura2 terpental agar semua tidak
curiga padaku, tubuh bu yayuk terhempas sekitar satu
meter, naik dan turun lagi, hingga bu yayuk lemas tanpa
suara, diam, para guru segera membawa bu yayuk ke BP,
bapak tua itu di panggil oleh kepala sekolah, sebelumnya
dia menoleh padaku, dan aku tersenyum membalasnya,
ternyata bapak itu seorang peminta2, dan dijadikan pak
kebon ( penjaga sekolah ) oleh kepala sekolah.

begitu bu yayik sudah sadar, mandi dan ganti pakaian, bu


yayuk mencariku, aku di peluknya dengan erat, diciuminya
pipiku, tak henti2nya meminta maaf dan berterima kasih
padaku, aku hanya bengong dengan apa yg sudah
dilakukan, karna pandangan setiap orang berbeda
terhadapku, juga telah menyebar berita tentangku. mama
sudah merasa tidak nyaman lagi hidup di bojonegoro,
rumah kami jual, kami pindah, para guru banyak
membantu kepindahan kami, termasuk bu yayuk, yg
bercerita banyak kepada mamaku tentang kejadian di
sekolah.

kami pindah ke babat, sebuah kecamatan yg berkembang


pesat, berada di perempatan 4 kabupaten besar, ke barat
kab. bojonegoro, ke timur gresik, ke utara kab. tuban dan
keselatan kab. jombang, di babat kami beralamatkan di jl.
tanggul rejo, gang melati dekat dengan tanggul juga, aku
pindah sekolah ke smp 1 babat, kabupaten lamongan.
tempat baru...kawan baru...petualangan baru....

hingga saya menemukan si RAGIL, lima saudara kanan


saya yg berasal dari sulawesi

lanjut besok lagi ya gan, hehe

BABAD kota kecil yg ngangenin, rata2 penduduknya


pedagang, pasar babat menjadi sentral perdagangan
sayur mayur di hampir semua kabupaten yg dekat
dengannya, dibatasi aliran bengawan solo, dengan kuliner
yg sudah terkenal seantero nusantara WINGKO BABAD,
rumahku tepat di belakang pabrik wingko LOE LAN ING
tersebut, disamping pecel stasiun juga nasi kalongan, yg
selalu menjadi makanan favorit tatkala aku melewati kota
itu, 2 tahun kami tinggal disana, namun kenangan yg amat
manis yg mendalam sehingga selalu aku pengen kesana.
sekolah smp 1 babad hanya berjarak sekitar 3km dari
rumahku, setiap hari aku jalan kaki, kalau tidak numpang
angkutan colt yg sering hilir mudik mengangkut anak2
sekolah, sekolahku di desa plaosan, di belakang sekolah
ada PUNDEN ( kuburan yg dikeramatkan ), sebelum
punden ada rel kereta api dari surabaya ke jakarta, tak
jauh dari rel ada TERSIER, tapi kami menyebutnya sier
sier, tempat kami bercanda, mandi bersama teman2
sepermainan atau sekolah. dengan lingkungan baru, tidak
ada yg tau tentang kekuranganku, hingga dengan mudah
aku beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

aku di tempatkan di kelas II G, kelas paling pojok kiri,


hanya berjarak 200meter dengan rel kereta api, hingga
kalau ada kereta yg lewat, suara guru yg menerangkan
seperti lagi di MUTE, hanya gerak bibirnya yg kelihatan,
tanpa ada suara, karna terlalu bising dengar suara
keretanya, di sekolah aku lumayan menonjol, hampir
semua mata pelajaran aku mendapat hasil yg terbaik,
apalagi pelajaran melukis, beberapa kali ikut lomba
sampai ke provinsi, dan alhamdulillah aku sebagai
pemenangnya, namaku lumayan terkenal, hampir semua
guru mengenalku, sebelum semuanya menjadi berubah
secara drastis.

ada legenda tentang kota babad, hingga kenapa


dinamakan babad, dahulu kala sebelum kota babad ada,
adalah sunan bonang (di tuban) dan sunan ampel (di
surabaya) membagi beberapa perbatasan wilayah,
setelah hutan di babat karna pohon2 yg amat besar,
ditancapkanlah KAYU PEMBATAS sebagai bayas wilayah
tersebut, yg tepat di tancapkan di pasar babad, tepatnya
di depan toko mas CONDONG, kayu seukuran manusia
setinggi 2 meter dan bagian atasnya ada semacam
kepala, karna hutannya di babat, desa itupun di beri nama
desa Babad. banyak kisah misteri yg terjadi di sana karna
desa kecil itu termasuk desa kecil yg sudah lama ada,
lebih tua usianya dari kabupatennya sendiri, terlihat dari
bangunan2 amat kuno yg sudah tak terawat, ada yg masih
terawat digunakan sebagai gedung bioskop GARUDA, di
sekolahan tidak pernah terjadi kejadian yg ganjil, belum
pernah kulihat penampakan, dan saat aku jabat tangan
dengan seseorang kadang aku yg bingung, apakah
semuanya normal atau aku yg sudah normal.

setahun hidup normalku berlalu, hidup yg paling indah yg


kualami, layaknya anak2 smp lainnya, dengan segala
kenakalan dan keusilannya, hingga tiba masa itu....

waktu itu pelajaran bahasa english ( begitu bu endang


guru bhs inggrisku menyebutkan ) mengajar di kelasku,
aku duduk di tengah, bangku sebelah kiri duduk dengan
twman sebangku bernama AGUS PRAYOGI ( hai gus ) yg
sekarang jadi dokter di bekasi. hari itu aku gelisah, badan
rasanya amat gerah dan panas, padahal yg lain gak
punya reaksi sama sepertiku, sebelah kiriku adalah
jendela kaca, yg bisa melihat kereta api tiba, atau ada
petani semangka yg sedang memanennya, tapi bukan itu
yg membuat aku gelisah dan gerah, seperti terdengar
suara gending jawa, terdengar sayup2 di telingaku, tapi
temanku gak ada yg mendengarnya.
suara itu amat mengganggu pendengaranku, kucari
celingukan ke kanan dan ke kiri, kutanyakan teman2ku
nggak ada yg mendengar, kulihat kereta api gaya baru
lewat, para penumpang yg duduknya sampai di atas
kereta, berdesak2an, seakan lagi tergesa2. setelah kereta
api lewat, aku melihat rombongan manusia bererak2an di
belakang sekolah, dengan membawa sesaji bermacam2
makanan, juga minuman menuju ke kuburan tua itu, orang
yg paling depan seperti memimpin jalannya ritual,
berpakaian adat dan membawa lonceng kecil, yg selalu di
sembunyikan tiap langkahnya, kuburan tua itu di naungi
pohon beringin yg besar.

cungkupnya di tutupi kain putih, dibuatkan rumah2an juga


di tutupi kelambu putih, pemandangan itu terlalu asik
bagiku,

" gus itu ngapain sih? "

" itu namanya NYADRAN " kata agus


" nyadran...??? " tanyaku bingung, dan suara gamelan itu
makin kencang terdengar di telingaku,

" kamu denger suara gamelan gus? " tanyaku lagi

" kupingmu sudah soak itu " katanya cuek

waktu jam istirahat, aku menuju ke belakang, melihat apa


yg sedang dilakukan orang2 yg berkerumunan di punden
itu, dan suara gending jawa itu makin jelas kudengar,
memyanyikan langgam yg menyayat hati, seperti nyanyian
lagu sedih, mengiba, tapi penuh mistis, aku nggak begitu
memperdulikan ritual itu, tapi mencoba mencari sumber
suara, dari mana sumber suara itu berasal, kerumunan
manusia yg begitu banyak menghalangi pandanganku,
hingga ritual itu usai dan makanan yg berupa tumpeng2
besar itu di bagikan.

aku menerobos masuk orang2 yg berdesakan, melipir ke


tepi dengan bersusah payah, hingga didepanku ada
jamuan besar, bunga2 yg di tata sedemikian rupa, aneka
warna dan rupa, wangi minyak SRIMPI menyengat si
hidungku. sekarang punden itu tepat di hadapanku,
kelambu putih berkibar2, makam kuno yg di cat putih
bersih, di dalamnya di taburi aneka bunga juga, seorang
juru kunci tepaku diam membaca doa2, suara gamelan itu
tiba2 sirna, padahal aku yakin seyakin-yakinnya kalau
suara gamelan itu berasal dari dalam, tapi sungguh tidak
mungkin bila itu terjadi, karena pelataran itu sudah penuh
sesak oleh lautan manusia, bagaimana dengan radio
tape?? kayaknya mustahil juga, karna tak nampak salon
ataupun tape yg berada di situ, lalu siapa?? apa dari
kampung lain?? desa SOGO masih berjarak 10km, gak
mungkin itu. akupun kembali ke kelas masih dengan
penasaranku, dan pelajaran berikutnya di mulai,
pandanganku masih sering mencuri2 punden itu, siapa yg
sudah bersemayam di sana, lalu kenapa ada suara
gamelan, dan kenapa hanya aku yg dengar.

BABAD kota kecil yg ngangenin, rata2 penduduknya


pedagang, pasar babat menjadi sentral perdagangan
sayur mayur di hampir semua kabupaten yg dekat
dengannya, dibatasi aliran bengawan solo, dengan kuliner
yg sudah terkenal seantero nusantara WINGKO BABAD,
rumahku tepat di belakang pabrik wingko LOE LAN ING
tersebut, disamping pecel stasiun juga nasi kalongan, yg
selalu menjadi makanan favorit tatkala aku melewati kota
itu, 2 tahun kami tinggal disana, namun kenangan yg amat
manis yg mendalam sehingga selalu aku pengen kesana.

sekolah smp 1 babad hanya berjarak sekitar 3km dari


rumahku, setiap hari aku jalan kaki, kalau tidak numpang
angkutan colt yg sering hilir mudik mengangkut anak2
sekolah, sekolahku di desa plaosan, di belakang sekolah
ada PUNDEN ( kuburan yg dikeramatkan ), sebelum
punden ada rel kereta api dari surabaya ke jakarta, tak
jauh dari rel ada TERSIER, tapi kami menyebutnya sier
sier, tempat kami bercanda, mandi bersama teman2
sepermainan atau sekolah. dengan lingkungan baru, tidak
ada yg tau tentang kekuranganku, hingga dengan mudah
aku beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

aku di tempatkan di kelas II G, kelas paling pojok kiri,


hanya berjarak 200meter dengan rel kereta api, hingga
kalau ada kereta yg lewat, suara guru yg menerangkan
seperti lagi di MUTE, hanya gerak bibirnya yg kelihatan,
tanpa ada suara, karna terlalu bising dengar suara
keretanya, di sekolah aku lumayan menonjol, hampir
semua mata pelajaran aku mendapat hasil yg terbaik,
apalagi pelajaran melukis, beberapa kali ikut lomba
sampai ke provinsi, dan alhamdulillah aku sebagai
pemenangnya, namaku lumayan terkenal, hampir semua
guru mengenalku, sebelum semuanya menjadi berubah
secara drastis.

ada legenda tentang kota babad, hingga kenapa


dinamakan babad, dahulu kala sebelum kota babad ada,
adalah sunan bonang (di tuban) dan sunan ampel (di
surabaya) membagi beberapa perbatasan wilayah,
setelah hutan di babat karna pohon2 yg amat besar,
ditancapkanlah KAYU PEMBATAS sebagai bayas wilayah
tersebut, yg tepat di tancapkan di pasar babad, tepatnya
di depan toko mas CONDONG, kayu seukuran manusia
setinggi 2 meter dan bagian atasnya ada semacam
kepala, karna hutannya di babat, desa itupun di beri nama
desa Babad. banyak kisah misteri yg terjadi di sana karna
desa kecil itu termasuk desa kecil yg sudah lama ada,
lebih tua usianya dari kabupatennya sendiri, terlihat dari
bangunan2 amat kuno yg sudah tak terawat, ada yg masih
terawat digunakan sebagai gedung bioskop GARUDA, di
sekolahan tidak pernah terjadi kejadian yg ganjil, belum
pernah kulihat penampakan, dan saat aku jabat tangan
dengan seseorang kadang aku yg bingung, apakah
semuanya normal atau aku yg sudah normal.

setahun hidup normalku berlalu, hidup yg paling indah yg


kualami, layaknya anak2 smp lainnya, dengan segala
kenakalan dan keusilannya, hingga tiba masa itu....

waktu itu pelajaran bahasa english ( begitu bu endang


guru bhs inggrisku menyebutkan ) mengajar di kelasku,
aku duduk di tengah, bangku sebelah kiri duduk dengan
twman sebangku bernama AGUS PRAYOGI ( hai gus ) yg
sekarang jadi dokter di bekasi. hari itu aku gelisah, badan
rasanya amat gerah dan panas, padahal yg lain gak
punya reaksi sama sepertiku, sebelah kiriku adalah
jendela kaca, yg bisa melihat kereta api tiba, atau ada
petani semangka yg sedang memanennya, tapi bukan itu
yg membuat aku gelisah dan gerah, seperti terdengar
suara gending jawa, terdengar sayup2 di telingaku, tapi
temanku gak ada yg mendengarnya.

suara itu amat mengganggu pendengaranku, kucari


celingukan ke kanan dan ke kiri, kutanyakan teman2ku
nggak ada yg mendengar, kulihat kereta api gaya baru
lewat, para penumpang yg duduknya sampai di atas
kereta, berdesak2an, seakan lagi tergesa2. setelah kereta
api lewat, aku melihat rombongan manusia bererak2an di
belakang sekolah, dengan membawa sesaji bermacam2
makanan, juga minuman menuju ke kuburan tua itu, orang
yg paling depan seperti memimpin jalannya ritual,
berpakaian adat dan membawa lonceng kecil, yg selalu di
sembunyikan tiap langkahnya, kuburan tua itu di naungi
pohon beringin yg besar.

cungkupnya di tutupi kain putih, dibuatkan rumah2an juga


di tutupi kelambu putih, pemandangan itu terlalu asik
bagiku,

" gus itu ngapain sih? "

" itu namanya NYADRAN " kata agus

" nyadran...??? " tanyaku bingung, dan suara gamelan itu


makin kencang terdengar di telingaku,

" kamu denger suara gamelan gus? " tanyaku lagi

" kupingmu sudah soak itu " katanya cuek

waktu jam istirahat, aku menuju ke belakang, melihat apa


yg sedang dilakukan orang2 yg berkerumunan di punden
itu, dan suara gending jawa itu makin jelas kudengar,
memyanyikan langgam yg menyayat hati, seperti nyanyian
lagu sedih, mengiba, tapi penuh mistis, aku nggak begitu
memperdulikan ritual itu, tapi mencoba mencari sumber
suara, dari mana sumber suara itu berasal, kerumunan
manusia yg begitu banyak menghalangi pandanganku,
hingga ritual itu usai dan makanan yg berupa tumpeng2
besar itu di bagikan.

aku menerobos masuk orang2 yg berdesakan, melipir ke


tepi dengan bersusah payah, hingga didepanku ada
jamuan besar, bunga2 yg di tata sedemikian rupa, aneka
warna dan rupa, wangi minyak SRIMPI menyengat si
hidungku. sekarang punden itu tepat di hadapanku,
kelambu putih berkibar2, makam kuno yg di cat putih
bersih, di dalamnya di taburi aneka bunga juga, seorang
juru kunci tepaku diam membaca doa2, suara gamelan itu
tiba2 sirna, padahal aku yakin seyakin-yakinnya kalau
suara gamelan itu berasal dari dalam, tapi sungguh tidak
mungkin bila itu terjadi, karena pelataran itu sudah penuh
sesak oleh lautan manusia, bagaimana dengan radio
tape?? kayaknya mustahil juga, karna tak nampak salon
ataupun tape yg berada di situ, lalu siapa?? apa dari
kampung lain?? desa SOGO masih berjarak 10km, gak
mungkin itu. akupun kembali ke kelas masih dengan
penasaranku, dan pelajaran berikutnya di mulai,
pandanganku masih sering mencuri2 punden itu, siapa yg
sudah bersemayam di sana, lalu kenapa ada suara
gamelan, dan kenapa hanya aku yg dengar.

pulang sekolah aku bergegas ke rumah teman, rumahnya


di belakang pasar, namanya adim al bashid dengan hoby
yg sama kami mencari inspirasi pemandangan pasar,
dengan segala hiruk pikuk para pedagang dan pembeli,
kami sama2 beraliran realisme, namun walaupun obyek
dan tempatnya sama, tapi apa yg tertangkap oleh
imajinasi tiap kepala berbeda, aku cenderung soft, dan
adim sedikit ekstrim dalam hal pewarnaan, saat asyik2nya
melukis bapaknya adim keluar, memakai baju koko sarung
dan kopiah, iseng2 aku bertanya tentang punden di
belakang sekolah,

" om,, tau nggak kuburan di belakang sekolah kami? "

" iya tau,, aku kan asli orang sini, memang knp? "

" itu makam siapa sih om? "


" makam itu sudah lama sekali, dan berita yg beredar
simpang siur, katanya itu hanya petilasan, ada yg bilang
makam seorang ulama "

" kalo makam ulama kenapa ada NYADRAN om? itukan


sirik "

" itu yg membuat cerita tentang makam itu tumpang tindih,


karna masyarakat kita masih terbelenggu oleh adat
istiadat umat lain, dan tak mudah melepaskan begitu saja,
emg knapa kamu tanya begitu? "

" nggak ada om, cuma penasaran,,trus om,, saya pernah


dengar cerita tentang PATHOK perbatasan yg di depan
toko emas condong katanya pathok itu gak bisa di geser
atau di robohkan ya om "

" iya waktu om masih kecil seperti kalian, jalan negara ke


bojonegoro di buat, pathok itu berada tepat di tengah
jalan, buldoser dan alat berat tak bisa menggoyahkan
pathok itu, bahkan para supirnya sakit dan mati "

" memang knapa om kok sampai segitunya? "

" konon,, pathok itu di tanam oleh para sunan, dan hanya
keturunan para sunanlah yg bisa memindahkannya, tapi
itu semua hanya cerita, benar tidaknya hanya Allah yg tau
" aku manggut2 sok mengerti

setelah lukisanku selesai aku pamit untuk pulang, dengan


penasaran aku jalan kaki melewati toko condong, kini
pathok itu sudah ratusan taun usianya, tapi kayu jati itu tak
lapuk, masih berdiri tegak di tengah keramaiaan kota, aku
sentuh ujung kayu itu, tak ada respon, tak ada getaran2
aneh yg kurasakan, akhirnya aku pulang, ku temui
mamaku yg sedang menggoreng kerupuk, aku duduk
bersila di sebelahnya membungkusi kerupuk ke dalam
plastik, dan kubakar ujung plastik dengan lilin, memang
setelah kepindahan kami dari bojonegoro mama selalu
mencari kesibukan dengan berjualan kerupuk yg di
titipkan di warung2 atau toko2 aku juga membuka jasa
pembuatan spanduk untuk membantu meringankan
ekonomi mama. sore hari fikiran dan rasa penasaranku
berkecamuk, tentang asal usul gending jawa itu, aku pamit
keluar sama mama,

" ehhh mau kemana lagi, tadi sudah main seharian nggak
tau kalai sekarang 1 syuro?? "

" emang kenapa kalau 1 syuro ma?? "tanyaku

" yaa kata orang tua dulu gak baik klo bepergian "

" nggak maa, paling sebelum magrib aku pulang "

" yaa sudah, ,hati2 ya "

akupun berangkat, mau memuaskan rasa penasaranku,


aku berjalan menyusuri rel kreta api, di kiri kanan banyak
anak2 sebayaku sedang mandi di sier2, berlompatan,
jumpalitan, di derasnya aliran air dari sungai dan sawah
setempat, aku terus berjalan menuju belakang sekolahku,
punden itu di sebelah kananku, pohon ketepeng banyak di
area itu, hingga membuat area punden nampak teduh,
beberapa buah ketepeng berjatuhan, dan kulihat sampah2
habis ritual begitu banyak bertebaran hingga mengotori
pemandangan.

di depan nampak seorang tua yg sedang menyapu,


membersihkan sisa2 sampah, dan di sebelah kiriku, ada
seorang anak perempuan kira2 kelas 6 sd sedang
berjongkok mengintip sesuatu, aku mendekatinya

" heii lihat apa? apa yg kau lihat? " dia menunjuk ke arah
punden itu

" aku melihat banyak orang menari "

jjjlleeegg,,, hahh,, kamu melihat apa yg kulihat, bathinku,


suara gending itu terdengar lagi di telingaku,

" kamu mendengar suara itu? rumahmu dimana? " anak


kecil itu mengangguk, dan menunjuk ke arah yg jauh
dia melihat apa yg kulihat, dia mendengar apa yg
kudengar, yg kulihat banyak para sinden menyanyi dan
menari di sebelah punden, di belakangnya tertata rapi
para penabuh gamelan, memakai pakaian yg indah dan
seragam, sindennya canti2, begitu juga dengan penabuh
gamelan, para pemuda yg gagah dan mempunyai umur yg
sama, kini aku dan anak kecil itu bersembunyi di belakang
batu besar, melihat para sinden dan penabuh gamelan yg
sedang menyanyikan sebuah lagu, lagu sedih, tp
dinyanyikan dengan gembira, lagu penuh hawa mistis.

para sinden menari dengan lemah gemulai, kami berdua


terpesona dengan langgam yg di nyanyikan, hingga tak
sadar tangan kami bersentuhan, kami saling memandang,
dalam pandanganku aku sedang berpelukan,
bergandengan tangan dengan dia, hingga bertemu
dengan orang2 yg tak pernah kutemui sebelumnya,
berpakaian aneh, warna warni, dan kami berlima
berkumpul di sebuah ladang, membentuk lingkaran sambil
bergandengan tangan, ada seorang tua berambut putih
menuntunku menuju sebuah gua, di dalam gua terdapat
lampu yg sangat terang, orang tua itu membungkuk,
mempersilahkan aku masuk untuk mengambilnya, dan
BBLLLAASS,,, kami melepaskan sentuhan tangan yg tak
disengaja itu, kami.berdua bengong saling memandang.

" siapa kamu? " tanyaku

" siapa kau? " tanya anak kecil itu

" waduh, di tanya malah balik nanya "

" kamu siapa? aku anak daeng mucktar " jawabnya berdiri
seakan menantang,

" rumahmu mana? " tanyaku

" sambeng.. ( sambeng desa dekat sekolah ) "

" ngapain kesini? "


" kau ngapain kesini " jawabnya dengan dialek makasar
yg kental

" ehh kamu melihat apa tadi? " tanyaku

" aku melihat apa yg kau lihat "

" siapa namamu? "

" HUSNA (nama samaran)"

" coba lihat jarimu" tanyaku

kami saling membuka telapak tangan, kutunjukkan jari


tengahku, dan dia menunjukkan jari kelingkingnya, apakah
dia yg si maksud kakekku??

" apa kamu merasa aneh dengan jarimu?? " husna


mengangguk

" aku pernah memimpikan bertemu kakak, berulang kali,


dan bahkan di tempat ini, jam segini, dengan pakaian ini "

hahh,, benar ternyata si ragil (entit) yg kuhadapi, hingga


lama kita bercerita, menangis, tertawa, tak terasa hari
mulai gelap, aku pulang, sebelum memecahkan misteri ini,
lagian aku sudah janji dengan mama akan pulang
sebelum maghrib, juga aku mengantar husna
kerumahnya. ternyata daeng mucktar baru seminggu
pindah kesana, karna ingin buka usaha coto makassar di
daerahku, aku berkenalan dengan keluarganya sebelum
aku pulang, ada sebersit harapan pertemuanku dengan
ragil, percaya akan kata2 kakek, tentang 5 saudara kanan
yg akan kutemui.

kini selain melukis, ragil sudah seperti keluargaku sendiri,


dan bapak mucktar dan istrinya sering curhat masalah si
ragil dengan mamaku, semua cerita si ragil hampir mirip
denganku, dari seringnya bicara sendiri, di datangi
makhluk astral ke rumahnya, juga sering pindah2 karena
alasan yg sama denganku, cuma pengelihatan ragil belum
fokus, masih berbenturan dengan tingkat2 dimensi lain,
penguasaan mental dan spiritualnya belum pas, itu yg
membuat ragil menjadi labil, tubuhnya di masuki beberapa
roh secara bergantian, kalau orang awam bilang dia
mempunyai kepribadian ganda, tapi mamaku memberi
dorongan mental bagi keluarga pak mucktar, sebenarnya
semua itu baik2 saja, asal di tangani dengan kasih sayang
dan diarahkan yg tepat, di bekali ilmu agama, biar kelak
bermanfaat bagi dunia dan akherat.

kalau boleh aku kasih gambaran tentang ragil, dia anak


perempuan usianya selisih 4 tahun denganku, kulitnya
sawo matang, rambut sebahu, hampir sama dengan anak
lain sih, di samping rasa ingin taunya yg tinggi dan cerdas,
ragil mempunyai tanda lahir, diantara mata dan dahinya,
setengah lingkaran seperti bulan sabit berwarna putih,
tanda itu adalah sebuah kekuatan berfikir yg positif, jadi
dia tidak boleh punya berfikiran yg negatif, atau
memikirkan kejadian yg negatif, niscaya apa yg
difikirkannya akan menjadi sebuah kenyataan, intinya
siragil gak boleh bersedih, harus gembira, nampak jelas
sekali jika suasana hatinya sedang berubah.
warna ujung rambutnya memerah, tapi kalau dia sedang
keadaan normal ujung rambutnya kembali ke warna hitam,
akulah yg sering bertanya tentang ragil kepada keluarga
bpk mucktar, apa yg dia suka ataupun tidak, apa yg di
benci dan disukainya dll. ragil seperti menemukan
saudara laki2nya yg sudah lama tak bertemu, tingkahnya
jahil, lucu, tapi jengkelin juga, dari pertama bertamu ke
rumahku wajahku jadi bahan untuk coret2nya, di beri ini,
di beri itu, tapi aku gak bisa menolaknya, bahkan pernah
suatu ketika aku jadi bahan olok2 teman sekolahku,
sepatu warna putih untuk upacara hari senin di gambari
bunga2 dan tas punggungku satu2nya di gambari dengan
lisptik mama, buka sekali atau dua kali, sering malah,
akhirnya sepatuku aku cat putih bolak balik, hingga kakiku
lecet di buatnya. ragil tuh kayak sosok misterius, sifatnya
susah ditebak, setiap kali jariku bersentuhan yg aku lihat
selalu berubah, ada sosok lelaki tua, berbaju hitam,
memakai surban berwarna merah dan hitam, ada seorang
wanita paruh baya memakai gaun yg serba putih, kadang
ada seekor kelinci, apa maksud dengan kelinci ini,
memasuki alam roh si ragil, kalau manusia sih sudah
biasa, sosok yg aneh juga biasa, ini kelinci, apakah kelinci
itu jelmaan seseorang, apakah kelinci itu kutukan dari
sesuatu??

aku dan ragil sudah seperti kakak adik, ragil hampir setiap
hari di titipkan ke rumahku, dan menjelang maghrib orang
tuanya menjemputnya, dan suatu ketika aku dikejutkan
oleh ulah ragil yg aneh, biasanya sepulang sekolah
ragillah yg menyapaku, langsung menempel meminta
buku gambarku, tapi kali ini lain, begitu aku membuka
pintu ragil sedang menghadap ke tembok, salamku nggak
di sahutnya, dia bersimpuh di lantai. kepalanya
menunduk, rambutnya awut2an, dan tangannya
mencoret2 ke dinding rumah, dengan gambar yang
selama ini belum pernah aku lihat.

tangannya ke atas, menggambar seseorang, dalam


bentuk siluet berkepala terang membawa tongkat yg di
acungkan ke atas, tongkatnya bercahaya, di bawahnya
ada sesuatu, mirip gigi2 panjang yg sangat banyak, dari
kejauhan nampak bayangan empat orang yg di kelilingi
api, seluruh tembok ruang tamu penuh gambar seperi itu,
dan gambar yg di sebelah meja ada semacam mulut atau
gua penuh gigi, dan di depannya ada anak kecil yg
sedang menunjuk ke atas, sebuah titik yg di gambarnya.
dengan penuh penasaran aku menggoda si ragil yg terus
mencoret2 tembok dengan cepat, kutarik bahunya san ya
Allah,, begitu aku lihat wajahnya mata ragil putih semua,
wajahnya menatapku tapi tangannya mencoret2 tembok,
seakan ada yg menuntunnya menggambar seperti itu,
wajah ragil datar, dia seperti kosong, tanpa jiwa.

kugoncang2 rubuh ragil, tapi ragil tetap menatapku,


namun tangannya masih menggambar aneh di tembok,
terpaksa aku sentuh dahinya, BBLLLAASSS,, kulihat ragil
sedang dipeluk seorang wanita, gambar bulan sabit di
dahinya bercahaya berwarna perak, wanita itu
membisikkan sesuatu ke ragil, dia tak jahat, karna tidak
nampak aura jahat yg mengelilinginya, ragil terlelap dan
menengadah ke atas, mulutnya terbuka, tangamnya
terkulai lemas ke samping, wanita berbaju putih itu
memeluk ragil dan menatapku, dia berdiri dan melepaskan
ragil dari pelukannya, ragil tergeletak di savana yg hijau,
wanita itu menatapku dan berjalan ke arahku, tangannya
di angkat ke atas, jari2nya mengembang.

aku mengambil kuda2 menjaga segala kemungkinan, tapi


wanita itu lantas tersenyum, bergerak seperti angin ke
arahku, dan aku tersadar kembali karna ragil menyiramku
dengan air kendi,

" siapa itu ragil? " kataku

" ibu, , , " katanya pelan

" lalu apa yg kau gambar?? " ragil menggeleng

kusalin gambar ragil ke buki gambarku sebelum ku


bersihkan, karna takut mama marah, beliau sedang
mengantar kerupuk pesanan. gambar itu bolak balik
kulihat, seperti sebuah pesan, pesan yg di sampaikan
melalui ragil, tapi maksudnya apa...
setelah sadar, sering aku bertanya pada ragil tentang apa
yg dilihat, yg aku tak lihat, tapi anak lugu itu tak mau
bicara, sejurus kemudian dia berdiri, kakinya
mengangkang, tangannya mengepal diangkat menyilang
diatas kepalanya, aura lain yg datang, seperti desiran
angin yg lewat sebelah pundakku dengan cepat, tubuh
ragil terguncang2, aku yg lagi duduk di depannya mundur
beberapa langkah, sungguh dasyat sesuatu yg
merasukinya. angin yg bercampur hawa panas, sudah
keluar diantara lubang hidung dan telinganya, matanya
terpejam, mulut ragil seperti orang kedinginan, bibirnya
pucat, dan dinding2 rumahku begitu dingin ketika
tanganku menyentuhnya.

" KAU SI TENGAH ",, jari2 ragil menunjuk padaku,


suaranya seperti suara wanita dewasa,

" CARI PETINGGIL " lanjut ragil

aku belum menyentuhnya dan ragil sudah terkulai "


ragil...sssstttt... rafil.." aku menepuk2 pipinya, aku
ambilkan air putih, dan kuusapkan dimuka dan di
ubun2nya, ragil terbangun di pelukanku, melihat kondisi
ragil yg masih kecil, dan penguasaannya yg belum
sempurna, aku jadi simpati dan kasihan, aku takut bila
kejadian seperti ini terjadi di sekolah atau dia sedang
main, akan berakibat tidak baik buat keluarganya, aku
tidurkan dia di deoan tv, tidurnya pulas sekali, karna
tenaganya jelas terkuras dua kali kejadian tadi, aku yg
masih di penuhi teka teki yg berusaha menyimpulkan
pesan yg sudah di sampaikan, apakah gambar yg
memegang tongkat itu petinggil?

setelah terbangun, ragil aku antar pulang dengan naik


sepeda phoenix pemberian mamaku, rumah ragil memang
gak jauh dari sekolah, dengan memelukku dari belakang
dan kepalanya direbahkan di punggungku, aku mengayuh
sepeda pelan2. waktu sudah sore sekitar jam 15.00,
rumah ragil masih tertutup rapat, akhirnya ku dudukkan
ragil di lincak ( tempat tidur dari bambu ) di depan rumah,
kudengar sayup2 gending itu mulai di lantunkan lagi, lagu
yg sama, aku mencoba mendengarkan dengan jelas, tapi
benar, gamelan iti sidah di tabuh kembali, ragil yg sedang
tertidur sampai terbangun, dan juga sama penasarannya
denganku,

" gil, kamu mendengarnya? "

" iya "

" aku mau ke pemakaman itu, kamu disini aja ya? "

" aku ikutttt "

" eehhh,, nggak boleh, kamu masih lemas, kamu istirahat


saja sambil nunggu orang tuamu datang " kataku
setengah berbisik

" nggak mau, aku ikut " ragil memaksa

akhirnya kamipun berangkat, setibanya di depan punden


suara gending makin kencang, dan aku lihat para sinden
dan penabuh gamelan memainkan perannya dengan
semangat, tapi sekarang, banyak sosok yg berkelebat,
diam, ataupun sedikit bergerak. ragil di sebelah kiriku
melihat penampakan mereka juga " anak ini sangat
pemberani " bathinku, aku mencoba lebih dekat, dan
semakin kencang suara itu terdengar, bahkan mengiang2,
begitu saking kerasnya, ragil menutup kedua telinganya,
tarian para sinden makin menjadi, seakan menyedot kami
untuk ikut menari dan menyanyi bersama.

saat aku terpengaruh oleh alunan musik, kaki dan


tanganku mulai bergerak sendiri, aku seakan hanyut oleh
buaian nada2 syahdu, hingga aku nggak begitu
memperdulikan ragil. ragil duduk di atas batu besar yg
kemaren aku buat bersembunyi, dia diam, perlahan2 kilat2
berwarna biru masuk ke dalam tubuh ragil, hingga tubuh
ragil mengeluarkan asap, tibunya terangkat masih dalam
posisi duduk, dan kilat yg lebih besar mengenaiku hingga
aku tersadar.

kulihat ragil matanya membelalak berwarna putih, bulan


sabit di dahinya memancarkan sinar berkilauan, hingga
sekitar pemakaman menjadi terang, aku hanya menjadi
penonton, menjadi saksi atas kehebatan si ragil, satu
tangan kanannya di angkat, sedang tangan kirinya
melintang di dada, gelombang energi yg amat kuat
kurasakan dari tubuh ragil, dan perlahan para sinden dan
penabuh gamelan berteriak seperti kepanasan, terjadi
perubahan dari penampakan mereka, mereka berubah
menjadi makhluk2 yg menyeramkan, hingga hentakan
tangannya membuyarkan mereka semua, porak poranda
kesegala arah, kelambu punden sampai berkibar keras,
dan para setan dan jin itu hilang entah kemana.
bebarengan dengan hilangnya mereka, ragil terjatuh dari
duduknya, aku membopongnya dan segera kubawa
pulang. hikmah dari semua ini adalah jangan bersekutu
dengan syetan, karna benda apapun yg kita yakini akan
kekuatannya, akan menjadi tempat yang tepat hari kita
sesat.

" kisah ini masih panjang, aku menulis di saat senggang,


karna memang masih mendidik calon marinir muda,
dengan segala ketrampilan dan kemahiran mereka,
berharap bisa memberi ilmu bermanfaat agar ilmu itu terus
disampaikan kepada marinir muda berikutnya, di saat
semua tugasku di dunia sudah usai, semoga ilmu itu yg
bisa memayungiku di saat harta, tahta dan wanita sudah
tidam ada gunanya lagi... amiin.. "

kisah selanjutnya, kisah yg sangat seru, ketika pertama


kali bertemu dengan saudara kiri, 5 bersaudara yg
mempunyai kemampuan di atas saya, mempunyai aura2
jahat, mereka bengis, kelima bersaudara itu sudah
terkumpul 4 orang, sedangkan aku hanya dengan ragil,
dan pertemuan pertamaku ketika kami pindah rumah lagi
di lamongan, ketika aku sudah memasuki SMU.

setelah aku lulus dari smp 1 babat, kami pindah ke kota


lamongan, kepindahan kami karena kehendak mamaku yg
ingin membuka usaha kecil2an di kota itu, kami membeli
perumahan sederhana, di perumnas sukomulyo lamongan
kota segaris, maksudnya hanya dilewati 1 jalur jalan
negara, rata2 muslim, dan kulinernya sudah menusantara,
walau ada makanan larangan, makanan yg tidak boleh
keluar daerah lamongan, walau aturan itu tak tertulis,
namun masyarakat lamongan sangat menaati larangan
itu, lamongan kota yg dikelilingi oleh tambak, juga dua
tokoh muslim terkenal, yakni SUNAN DRAJAD juga
putranya SYECH HISYAMUDDIN. sunan drajad di
makamkan di daerah drajad, berdekatan pantai dan syech
hisyamuddin di makamkan di perbatasan kota, beberapa
tokoh fenomental sudah lahir di lamongan, kota
berkembang tapi bukan tentang mereka yg aku bahas, ini
tentang pertemuanku dengan saudara kiriku, saudara yg
menjadi musuh bebuyutan saudara kanan, saudara yg
mempunyai latar belakang dan kemampuan amat dasyat
juga ingkarnya mereka akan agama yg selama ini mereka
anut.

aku sekolah di sma 1 lamongan, sekolah yg berjarak


sekitar 3,5km dari rumahku, masuk tahun ajaran pertama,
nggak ada yg spesial, semuanya berjalan normal,
kehidupanku dengan mamaku sudah mulai berangsur
membaik, hutang2 kepada rentenir sudah lunas semua, di
samping ada dana pensiun dari ayah, juga kerja sambilan
mama yg sudah mulai baik. di lamongan seperti ada
penetral dalam pengelihatanku, semuanya tampl biasa
dan wajar, walau tanpa kusadari dibalik itu semua
terkumpul rencana jahat dari saudara2 kiriku. di balik
ketenangan itulah justru ada beberapa peristiwa yg amat
membahayakan keselamatanku.

siapa tak kenal lamongan, cerita tentang dukun2


santetnya yg halus, selain banyuwangi tentunya, cuma
bedanya dukun2 di banyuwangi terkesan kasar dan
frontal, lain dengan cara kerja dukun lamongan, bekerja
laksana tanpa jejak, seperti mati dalam kewajaran, hingga
siapapun tak mengetahui penyebab kematian2 yg ada,
bahkan menurut diagnosa dokter mereka kebanyakan di
vonis mati karna sakit jantung.

di lamongan aku mempunyai hobby baru, memancing


pergi ke tambak teman atau ke kedung juga telaga2 yg
banyak tersebar di sana. adalah dusun BALUN ( orang
lamongan pasti mengiyakan ) dusun kecil dengan
penduduk beberapa ratus tapi amat rukun kehidupan
bertoleransi beragamanya, hingga semua tempat ibadah
dijadikan satu lokasi, penduduknya amat menghargai
agama lain, tapi di balik itu semua paranormal yg kondang
berada disana, berlagak seperti orang pada umumnya,
bekerja seperti biasa hingga banyak orang yg tidak
menyangka dan menyadarinya, bahkan mengerikan cara
kerja mereka mengabisi para musuhnya secara halus.

di dusun itu banyak tambak2 yg di sewakan, hanya


membayar beberapa ribu pulang bisa membawa ikan
berkilo-kilo, rugi?? enggak, seperti ada sesuatu yg
sengaja diberikan agar dusun itu nggak terkenal dengan
keangkerannya, banyak para pemancing luar kota yg
berduyun2 sekedar mencari hiburan atau menambah
pendapatan dari situ.

hingga pada suatu waktu, kau bersama teman2ku


berangkat menuju dusun itu, dusun yg nggak terlalu jauh
dari jalan raya, dan dusun yg rindang karna dikelilingi
rumpun2 bambu, kami membawa peralatan memancing,
juga membawa bekal untuk sehari, kami membayar
secara iuran, kami bayarkan kepada pemilik tambak, ikan
campuran yg rata2 mereka sebarkan seperti tombro,
bandeng, nila, juga bader. diantara rombongan kami
adapula rombongan dari gresik, aku menyiapkan tempat
duduk lipatku, kutata alat pancing dan juga umpannya, tak
lupa radio tape kunyalakan, hmmm lagu2 jadul jamannya
orang tuaku muda dulu, membuat suasana amat nyaman
dan rilek.

ketika aku asyik melemparkan umpanku, tiba2 ada


gelombang hawa yg amat panas menyentuh lenganku,
rasanya seperti terbakar, bahkan lenganku memerah, aku
ambil air tambak dan ku oleskan ke lenganku yg sedikit
melepuh, rasanya panas dan gatal, aku nggak menyadari
ada seorang anak kecil, mirip cebol yg mengawasiku dari
kejauhan, aku masih asyik memancing karna sore harilah
waktu ikan mulai makan, apalagi posisi sudah PW ( Posisi
uWenak ) selaras dengan musiknya, beautiful tonight, ,
bbyyuuuhhh,, setan nantangipun gak ada yg ngladenin
hwa ha ha,,,
tapi BBEETTZZZ,,, udara panas itu datang kedua kalinya,
kali ini terasa amat sakit seperti disengat tomcat, hingga
lenganku perih, ada bercak2 merah yg tertinggal disana,
aku memandang sekitar. di bawah pohon pisang berdiri
seorang anak bertubuh sedikit gempal, bertolak pinggang,
dan menatapku dengan tajam, dia memakai baju lurik
dengan celana pendek selutut berwarna hitam, anak itu
kira2 sepinggangku, tapi lagaknya seperti menantang,
kubiarkan, kuacuhkan tapi dia makin menjadi2, anak kecil
itu seperti memakai kalung, kalung seperti keris tapi kecil (
THOKOLAN ) yg terbalut oleh seperti kulit harimau, aku
mencoba memperhatikannya, kuingat2 siapa dia, tapi
rasanya belum pernah aku bertemu atau melihat
sebelumnya, berhubung waktu sudah sore kamipun
memutuskan pulang, kupancal vespa sprint ku hingga
suaranya memecah sore itu, jalan yg ku lalui jalan tanah,
bila terjadi hujan sebentar saja jalanan itu menjadi
berlumpur hingga beberapa kali kubersihkan bannya dari
tanah.
setelah beberapa kali berhenti buat bersihin ban vespaku,
kamipun berangkat lagi, tapi niat itu terhenti, karna di
depan kami sudah berdiri tegak dengan bertolak pinggang
anak kecil itu, waktu itu gerimis, kami sudah basah kuyup,
tapi air hujan sama sekali tak menyentuh kulit anak itu,
tubuhnya seperti terlindungi oleh air hujan, sungguh
tenaga dalam yg luar biasa bathinku, pasti anak kecil itu
memakai ilmu lembu sekilan. melihat anak kecil yg
menghalangi jalan kami, teman2ku tertawa

" heehh,, anak kecil, jangan mengganggu jalan kami,


ngapain kamu berdiri ditengah jalan itu, belum pernah di
hantam orang ya? " teriak temanku roni

" hhuuuusss ron, jangan bicara seperti itu, jangan pernah


menyepelekan orang lain, walau dia bertubuh kecil, dia
bukan orang sembarangan " kataku

akupun maju sambil membungkuk, aku mendekat karna


hujan sudah mulai deras, aku takut omonganku tak
terdengar oleh dia, beberapa kali langkahku ke depan,
sebelum aku benar2 dekat dengannya, anak kecil itu
sudah menepi, tapi matanya terus mengawasiku, akupun
membatalkan untuk menemui dan dan berbicara padanya,
aku kembali ke vespaku, dan teman2ku malah mengejek
anak kecil itu ramai2, aku hanya diam dan berangkat
terkahir, sambil membungkuk lagi seperti orang meminta
maaf, laki2 kecil itu terus menatapku, hingga pandangan
kami tak nampak lagi karna kami sudah sampai di belokan
jalan raya.

karna masih ada sangkutan sdikit, ane trusin chapternya


ya, terima kasih udah nunggu updatenya

aku pulang ke rumah, mendapati mamaku yg sedang


kesakitan, beliau memegangi perutnya sambil kesakitan,
beliau memegangi perutnya sambil menangis, segera
kubawa kerumah sakit muhammadiyah, setelah di
diaknosa tak ada penyakit yg berarti, perutnya sedikit
membesar, setelah minum obat dan agak mendingan
beliau minta pulang. aku amat takut kehilangan orang
tuaku satu2nya, orang yg amat berarti dalam hidupku,
sebagai ibu dan ayahku, karna takut terjadi apa2 apalagi
setelah pertemuanku dengan lelaki kecil itu, aku menjadi
mawas diri, nggak ingin orang tuaku menjadi bagian dari
semua ini.

setelah sholat maghrib aku "pagari" rumahku, sungguh


aku ingin melepaskan semua ini, andaikan "mereka"
meminta dan berjanji tak mengganggu aku dan
keluargaku, aku dengan senang hati memberikannya,
setahun berselang dan sakit yg diderita mamaku makin
parah, perutnya buncit kebiru2an dan sering menangis,
segala upaya telah aku lakukan, dengan meminta
pertolongan ragil malah, menyatukan kekuatan kami, tapi
semua menjadi sia2, lukisanku sudah habis kujual untuk
mengobati mama, bahkan tabungan kami untuk persiapan
kuliahku sudah ludes terpakai, barang2 sudah habis
terjual, termasuk vespa sprint kesayanganku, harta kami
satu2nya hanya rumah yg kami tempati, tinggal meja dan
kursi, semua masalah campuraduk membuatku stres.

dari situlah aku mengenal rokok, mengenal dunia hitam


sekedar mencari sesuap nasi, juga pengobatan mamaku,
hingga suatu siang, aku lagi suntuk duduk di terminal
sambil merokok, aku dikejutkan oleh seorang lelaki tua,
memakai safari berwarna krem, bersepatu pantovel
mengkilat, menepuk bahuku, lelaki amat tua yg seluruh
rambutnya sudah berwarna putih itu menyapaku dan
tersenyum,

" kamu punya masalah apa nak, dari tadi kulihat kau
hanya duduk disini, tidak menunggu siapapun, tidak
menghiraukan siapapun, tapi kamu sudah menghabiskan
1 bungkus rokokmu "

aku gelagapan karnanya, orang tua itu seakan tau apa yg


terjadi dan kurasakan

" ehh,, tidak ada apa2 mbah " lalu dia duduk disebelahku

" bukan jawaban itu yg kulihat darimu, mungkin kalau


kamu mau menceritakan masalahmu, aku bisa
menolongmu "
aku seakan berada di sebuah perempatan, bingung jalan
mana yg harus kupilih, kalau beliau mau membantuku,
ntar kalau ada apa2 dengan mamaku siapa yg
bertanggung jawab, kalau tidak ada bantuan, siapa yg
akan membantuku

" ayolah,,, percayakan semua hidupmu sudah di atur,


percayalah,, bahwa cobaan hidupmu makin dewasa makin
matang, percayalah,,, kamu mempunyai Allah "

" saya percaya mbah,,, tapi,, saya tidak tau sampean "
kakek itu tertawa lebar

" ayo kerumahmu, kamu punya uang? " ahh modus


apalagi ini bathinku

" aku punya permintaan, nanti setelah selesai kau berikan


uangmu ke panti asuhan muhammadiyah "

" maaf mbah,, saya nggak punya uang "


" ha ha ha " kakek itu tertawa lebar lalu kakek itu
memesan becak dan kami menuju ke rumahku

saat itu sudah siang, rumah kami ramai para tetangga yg


banyak merawat mamaku, mamaku hanya bisa menangis
menahan kesakitan, setelah memberi salam, kakek itu
mengajak aku sholat berjamaah, memang rumah kami
kecil, tapi kami mempunyai satu kamar yg kami jadikan
mushola. kakek itu sebagai imam, aku tepat di
belakangnya, namun ketika takbir pertama terucap,
subhanallah,, yg kulihat kanan dan kiriku sosok cahaya
putih ramai menjadi makmum, memakai pakaian serba
putih. bukan disampingku saja ternyata, seluruh ruangan
rumahku penuh sesak oleh sosok pakaian serba putih itu,
dan ketika salam, satu persatu bayangan putih itu
menghilang, kecuali bayangan putih yg berada di kanan
dan kiri si kakek, aku segera mencium telapak tangan
kakek itu, tercium aroma bunga yg luar biasa harumnya,
dan kakek itu tersenyum, juga mengelus kepalaku.
" siapkan aku baskom yg berisi air, gunting, dan juga susu
putih satu gelas dan ibumu suruh pakai mukena "

para tetangga yg hadir ikut bersimpuh di tikar yg sudah


kami gelar, aku duduk bersila, dan mamaku rebahan
dengan kepala di pangkuanku, para tetangga disuruh ikut
berdoa, sang kakek duduk di depan mamaku, kedua
tangannya di cuci dalam baskom dan berdoa sejenak,
mama menatapku seakan bertanya siapa gerangan yg
sudah kamu bawa, aku hanya menggeleng dan berbisik,
hamba Allah ma aku sayang mama percaya ya ma, dan
mukena di perut mama dibuka, dan kakek itu tersenyum
lagi dan juga berkata

" ready, kamu ikhlas kan? " aku terdiam tak berani
menjawab pertanyaan kakek itu, karna aku nggak akan
ikhlas bila terjadi sesuatu pada orang yg ku sayangi.

semua tetangga yg duduk dan berdiri terdiam, bahkan


seperti menahan nafas, hingga suasana benar2 sunyi dan
mencekam, tapi ada seorang tetangga yg merekam
kejadian itu dengan handycam, setelah dibuka mukena
bagian perut itu, sang kakek menempelkan kedua
tangannya ke bagian perut mama, ujung jempolnya
diangkat, memancarkan sinar bening dan tipis, dan
BBLLEEEEEESSSSS,,, ujung jempol itu masuk kedalam
perut mama, sontak darah mengucur membasahi tikar dan
mukena mama yg putih, aku lihat wajah mama tanpa
ekspresi, wajahnya datar, hanya terucap sholawat yg
terdengar samar, justru para tetanggaku yg ketakutan
bahkan menutup matanya, begitu perut mama terbuka
nampaklah usus2 mamaku yg membesar, tangan kakek
itu dimasukkan ke dalam perut mama, dan menarik
sesuatu yg berwarna hitam, seperti kerikil sebesar jari
manusia, lalu di potong menggunakan gunting, dan hasil
guntingan tadi diletakkan dalam baskom yg berisi air
hingga baskom tadi berwarna merah darah, lalu usus
mama di masukkan kembali.

begitu tangan kakek tadi dibasuh dalam baskom dan


tangannya di tempelkan di perut mama sekali usap
BBEEETTTT luka goresan itu sudah tidak ada lagi, semua
orang yg melihat takjub ,berkali2 aku menciumi mamaku,
hingga aku menangis takut kehilangan orang yg amat aku
cintai, semua kejadian tadi tidak bisa difikir dengan akal
sehat, sang kakek meminum susu putih yg masih hangat,

" sudah,, sekarang kamu bangun dan makan, kamu sudah


sehat " katanya menyuruh mamaku dan mamaku
langsung menuruti perintahnya seakan2 tak terjadi
apapun

" uangmu ada kan? jangan lupa setelah kepergianku,


berikan uang itu, karna di terminal tadi, aku sudha berjanji
" katanya dan aku mengangguk

setelah memakai sepatunya, kakek itu berdiri,

" kamu jangan takut, kamu tidak sendiri, di sini cobaanmu


makin banyak, tetapkan hatimu, jangan pernah kamu lupa
akan jalanmu, sudah menjadi jalan hidupmu, yakinlah
Allab selalu membimbingmu, dan carilah saudaramu, ,
assalamualaikum,, "
kakek itu berdiri di depan pintu dan
BBBBBBLLLLAAAASSSSS,,, hilang begitu saja, semua
tetanggaku terkejut, aku juga kaget, karna sepertinya dia
tau betul dengan apa yg menimpaku, apakah dia SI
PETINGGIL bathinku, ataukah beliau adalah malaikat,
atau seorang aulia, banyak pertanyaan dalam hatiku yg
masih belum ada penjelasannya.

aku segera berlari menemui mamaku yg sedang makan,


aku peluk beliau dan kuciumi beberapa kali,

" mama nggak papa?? mama sudab sehat?? " mamaku


tersenyum

aku mengambik baskom, kuisi air, dan bergegas


bersimpuh di depan kaki mama yg sedang duduk di kursi,
kumasukkan kakinya ke dalam baskom, dan aku
bersimpuh di depannya, kubasuh kaki mama sambil
kupijit, aku sujud di depannya, dan ku ciumi kakinya,
berkali2 aku minta maaf, meminta maaf atas jalan sesat
yg selama ini aku tempuh, setelah kubasuh kakinya
sambil menangis, aku meminum air basuhan itu sampai
habis, dan mama meletakkan makanannya, lalu
memelukku dengan erat, menciumi pipi dan kepalaku.

" apa yg sudah kau lakukan nak, hingga kamu telah


meminum cucian air kakiku? "

" ready minta maaf maa,,,ready khilaf, hingga ready salah


arah, hingga ready gak bisa berbuat yg terbaik buat mama
"

" sudahlah anakku, yg penting mama sudah sehat, tak ada


yg perlu kau khawatirkan "

saat itu para tetangga banyak yg terharu dengan kejadian


tadi, mereka ikut menangis dan menenangkanku, bahkan
dari mereka memberi uang, untuk menunaikan janjiku
menyantuni anak yatim sesuai janji kakek itu. hingga kini
vidio itu masih ada, cuman ketika vidio di arahkan ke
wajah kakek itu, wajahnya terlihat samar, ngeblur, dari
kejadian tadi aku bisa menyimpulkan, jangan meragukan
rencana Allah, Allah lah yg merencanakan dan hanya
padaNya yg memberi ampunan.

nb: TS sendiri blum bisa menemukan vidio yg d maksud


om ready, dan yaa,,,, biarlah sebagian tetap menjadi
misteri.

Anda mungkin juga menyukai