Anda di halaman 1dari 19

TOPAN PRAHARA DI

TANAH JAWA
1
Teluk Semangka berada di Ujung Selatan pulau Andalas, tepatnya berada di Kota Agung
Suatu Daerah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Skala Brak yang saat itu menguasai
Lampung bagian Barat, Kerajaan Skala Brak pada masa dahulu masih beragama hindu kemudian
diserbu oleh Empat Umpu asal Pagaruyung yang beragama Islam Tepatnya setelah Sultan Alif
Khalifatullah dinobatkan sebagai pemimpin Kerajaan Pagaruyung. Lalu keturunan dari Pagaruyung
inilah yang disebut sebagai Empat Umpu yang mendirikan Sekala Brak dan keturunannya menyebar
hingga menjadi suku bangsa Lampung saat ini. Pemandangan di Teluk ini sangatlah indah dikelilingi
bukit Barisan yang hijau meneduhkan pandangan mendamaikan hati, airnya yang hijau dengan
pantai pasir putih yang bersih. Di hadapan Teluk Semangka berdiri gagah gunung Tanggamus yang
biru menjulang tinggi. Teluk Semangka merupakan pelabuhan nelayan serta pelabuhan dagang
Nusantara yang cukup terkenal pada masa itu. Para petani menjual hasil kopi, Lada, dan lainnya ke
Tanah Jawa. Para Saudagar dari Tanah Banten, Sunda, Mataram seringkali berkunjung ke Teluk ini
guna membeli hasil Tanah Lampung yang kaya akan Lada.

Siang itu udara di Teluk Semangka sangat panas dan kering karena musim kemarau telah tiba, daun2
pepohonan meranggas dan jatuh berguguran ke tanah. Cuaca yang kurang baik membuat para Para
nelayan lebih memilih tinggal di rumah barulah pada sore hari mereka akan berencana pergi melaut.
Panasnya cuaca juga membuat seorang pemuda duduk berteduh di bawah sebuah pohon rindang di
tepi Pantai, pemuda ini berwajah Tampan dan Gagah namun selalu mengulum senyum, berkulit
kuning langsat menggunakan rompi putih dan destar putih, dada bidang dan lengannya yang berotot
membuatnya tampak lebih gagah. Sesekali ketika angin pantai meniup pakaian si Pemuda tampak
pada bagian dadanya yang bidang gambar Kepala seekor Harimau Andalas yang sedang
menunjukkan taringnya. Si pemuda yang tak lain adalah Andana Harimau Singgalang melepaskan
destarnya dan mengkipas2kannya ke tubuhnya untuk mengusir panas.

“Gila, Cuaca hari ini sangat panas, apakah neraka sedang terbuka hingga panasnya melepuhkan kulit,
cuaca panas seperti ini membuatku lapar dan haus ” Andana mengomel sendiri sembari terus
mengkipas2kan destarnya. Andana baru saja hendak meninggalkan tepian pantai itu ketika
serombongan pasukan kerajaan serta sebuah kereta yang di tarik dua ekor kuda melintas di
depannya, di depan sekali duduk di atas punggung kuda dengan gagah seorang pemuda memakai
Jamang (Mahkota kecil yang tidak menutupi seluruh rambut) serta baju bangsawan Jawa berlengan
panjang berwarna hitam bersulam emas dan bercelana hitam panjang yang pada bagian luarnya
ditutup dengan kain (jarit) yang diwiru besar, ia juga membawa Busur dan anak panah yang
tersampir di Punggungnya. Ia adalah Pangeran Ronggo Samudra. Saat Andana melihat pelana dan
baju para prajurit itu ia tahu bahwa pasukan itu bukanlah dari salah satu kerajaan yang ada di pulau
Andalas melainkan dari tanah seberang atau Pulau Jawa.

“Minggir kau pemuda Jelek, jika tidak kaki2 kuda akan menghantam tubuhmu” teriak Sais kereta
Kuda ketika Andana hanya berdiri bengong di tengah Jalan memandangi rombongan pasukan itu.

“Onde Mande, sombong sekali sais kuda itu, baru jadi sais belum jadi adipati” gerutu andana
perlahan sambil pencongkan mulutnya namun ia akhirnya menepi dan memberi Jalan rombongan
pasukan itu. Pasukan kerajaan itu berlalu dengan hentakan kaki2 kuda yang mengepulkan debu2 dan
menutupi pemandangan. Harimau Singgalang mengikuti rombongan itu dengan pandangan
matanya. Pasukan itu semakin menjauh menuju pelabuhan dimana dua buah kapal besar telah
menunggu.

***
Cuaca yang tadi Panas tiba2 Mendung gelap, kilat dan guntur sahut menyahut di angkasa,
kemudin turunlah Hujan sangat deras membasahi bumi. Andana percepat larinya menghindari hujan
ia melihat sebuah kedai yang cukup besar dan ramai di depannya, dengan segera ia menghambur
menuju tempat itu . Kedai itu Milik Kiyai Dalom (kiyai : Kakak dlm bahasa Lampung) yang berdiri tak
jauh dari pelabuhan teluk Semangka selalu ramai dikunjungi pembeli yang hendak mengisi perutnya,
beraneka macam makanan Khas Lampung tersedia di sini seperti Seruit (Ikan Bakar yang di campur
dengan sambal terasi dan lalapan ), Pindang, Gulai taboh ( Gulai santan), Panggang (Ikan asap) serta
berbagai jenis kue2an seperti Lapis legit, Gabing (kue yang terbuat dari batang kelapa muda),
Geguduh (Pisang yang di haluskan dan di goreng) serta berbagai kue lainnya. Andana memesan nasi
putih beserta lauk pauknya, setelah makanan terhidang Harimau Singgalang makan dengan
lahapnya hingga suara mulutnya terdengar menyiprak. Setelah menyantap makanannya Andana
tidur2an di kursi Panjang kedai yang terbuat dari batang bambu yang disusun lima menuju Hujan
Reda. Kira2 sepeminuman teh Andana tidur2an di kursi kedai ia dikejutkan suara gaduh nelayan2
Teluk Semangka yang berteriak2.

“Kapal Mataram diserang rompak !! kapal Mataram diserang rompak !!” teriak mereka. Mendengar
teriakan itu Andana melesat ke tepi pelabuhan. Ia melihat jauh di tengah lautan sebuah kapal
dagang terbakar sedangkan satunya dalam keadaan oleng, meski Hujan turun anehnya kapal yang
terbakar itu apinya tidak padam, mungkin sengaja dibakar dengan sejenis minyak. Andana laksana
terbang hinggap di atas sebuah perahu nelayan dan mengayuhnya dengan mengerahkan tenaga
dalam menuju dua kapal Mataram tersebut.

Ketika Harimau Singgalang tiba di atas kapal yang oleng ia melihat di bawah derasnya hujan Pasukan
Mataram bertempur habis2an melawan lebih dari dua puluh orang berseragam hitam bersenjatakan
golok besar, Pangeran Ronggo Samudera terdesak hebat dikeroyok lebih dari lima orang perompak.
Dalam keadaan genting Ia hanya bisa lintangkan busur panah di tangannya menangkis tebasan golok
yang menderu ke pangkal lehernya. “Trakk” Busur itu putus dua di hantam tebasan golok yang
mengandung tenaga dalam. Mata golok yang tajam terus menderu ke batang leher Pangeran Muda
itu. Melihat hal ini Harimau Singgalang hantamkan pukulan Angin Limbubu ke perompak yang
hendak menabas putus leher Pangeran Mataram tersebut. Angin kencang melabrak tubuh perompak
hingga mental ke dalam laut, tubuhnya mengapung sebentar lalu perlahan2 tenggelam.

“Siapapun dirimu aku Pangeran Ronggo Samudera atas nama kerajaan Mataram mengucapkan
terima kasih padamu”

“Sama2 Pangeran salam hormat dari saya Andana” Harimau Singgalang menjura dan mengusap
wajahnya yang basah kuyup oleh air hujan. Tiba2 terdengar teriakan perempuan dari dalam kereta
Kuda yang diserang para perompak.
“Tolong kakak perempuan saya, ia ada dalam kereta” Berteriak Pangeran Ronggo Samudera kepada
Andana, ia bergegas mengambil sebilah golok yang tercampak di geladak Kapal, dengan senjata
terhunus ia menyerbu pasukan perompak yang saat itu hendak masuk ke dalam kereta kuda. Namun
harimau Singgalang lebih cepat lagi. Andana menyerbu dengan tangan kosong, “Bukk Bukk” tangan
kakinya bekerja, lima anggota rampok mental ke laut. Pasukan rompak benar2 kocar kacir ketika
Andana keluarkan Jurus Titiran Dewa, banyak dari mereka mencelat ke laut dan terkapar di Lantai
Kapal yang langsung di sambut oleh hujaman senjata2 kerajaan Mataram . Andana tangkap leher
baju seorang perompak yang masih hidup di Lantai Kapal.

“Katakan siapa pimpinanmu ? jika tidak akan ku lempar kau ke laut biar di makan Hiu” bentak
Harimau Singgalang.

Dengan ketakutan anggota rompak itu berkata “Jangan ampuni aku raden !! aku hanya orang
suruhan”

“Katakan siapa yang menyuruhmu ? “ Andana angkat tubuh rompak itu, melorotkan celana
panjangnya dan pura2 hendak melemparkannya ke laut. Sementara itu Pangeran Ronggo Samudera
silangkan kedua tangannya ke dada, ia merasa geli melihat Tingkah laku Andana.

“Ampun Raden !! Ampun Raden !! aku akan beritahu, kami hanya orang suruhan seorang pendekar
muda berilmu sangat tinggi namun kejam dan jahat sekali, orang muda itu di Juluki PUTERA API ”
Perompak itu menjawab sambil naikkan celananya yang melorot, lalu ia meneruskan keterangannya
“Putera Api mengetahui bahwa Pangeran Ronggo Samudera dan Gusti Kanjeng Ratu Pambayun
sedang melakukan perjalanan ke Andalas ini, ia memerintahkan kami untuk menghadang dan
mnculik keduanya, Putera Api memiliki dendam kesumat terhadap Raja Mataram gusti prabu Raden
Sutawijaya ”

“aku tidak kenal Putera Api dan apa yang membuatnya dendam terhadap Gusti Prabu, apakah kau
kenal Putera Api sobat ? “ Tanya Pangeran Ronggo kepada Andana.

“aku baru turun gunung pangeran, jadi belum tahu banyak tentang pendekar tanah Jawa” Jawab
Andana sambil mengangkat kedua bahunya.

“Apakah keadaan sudah aman kang mas Ronggo ? tanya suatu suara perempuan dari dalam kereta
kuda.

“Iya kakak, keadaan sudah aman !!” jawab pangeran Ronggo. Andana melihat pintu kereta kuda
terbuka dan sepasang kaki putih mulus keluar dari pintu yang terbuka kemudian menyusul tubuh
ramping dan seraut wajah cantik tersenyum kepadanya dan berjalan ke arah Andana dan Pangeran
Ronggo.

“Ini Kakak perempuanku Gusti Kanjeng Ratu Pambayun” Pangeran Ronggo memperkenalkan kakak
perempuannya kepada Andana.

“Hormat saya kanjeng Gusti Ratu, aku yang buruk ini bernama Andana!!” Andana menjura
dihadapan Retna Pambayun. Baru saja Harimau Singgalang tegakkan tubuhnya Tiba2 Hujan Deras
yang tadi sempat berhenti kembali turun disertai angin kencang bertiup membentuk ombak besar
menghantam Kapal Mataram yang oleng, Pangeran Ronggo berteriak memberi perintah agar Layar
dikuncupkan namun belum sempat para prajurit Mataram melakukan apa yang diperintahkan sang
pangeran Petir menyambar kapal Mataram tepat di lambungnya hingga membuat kapal bocor besar,
Gusti Ratu Retna Pambayun menjerit ketakutan dan tanpa sadar memeluk Andana, Ombak Besar
kembali datang menghantam kapal hingga kapal terbalik menumpahkan semua penumpangnya ke
laut yang penuh badai..

***
Desa Kertosari Berada tepat di kaki gunung Semeru berjarak kira2 setengah hari perjalanan
berkuda dari kadipaten Lumajang, Dari desa Kertosari nampak gunung Semeru begitu dekat dan
berdiri dengan gagahnya. Desa ini juga dilewati lahar dingin yang sewaktu – waktu dimuntahkan
oleh gunung Semeru. Sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya dari bertani dan
beternak. Tembakau, sayuran dan buah-buahan adalah komoditi pertanian yang dikembangkan oleh
masyarakat desa ini mengingat alamnya yang subur berkah dari ”muntahan” Semeru.Suasana
pedesaan yang berhawa sejuk, lebih tepatnya dingin menusuk sumsum tulang terdalam sangat
terasa sekali jika malam telah turun menutupi seantero desa yang berpenduduk tidak terlalu padat
ini. Hari masih gelap meski fajar telah menyingsing di ufuk timur dan ayam hutan berkokok
bersahutan ketika Ki Martani berjalan menuju ladangnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya, laki2
separuh baya itu berjalan membawa cangkul di Pundaknya serta keranjang rotan yang ia bawa di
punggungnya, disisinya berjalan seorang anak kecil berusia sekitar enam tahun bernama membawa
tabung2 bambu berisi air minum. Setelah istrinya meninggal Ki Martani hidup sendiri bersama
anaknya semata wayang.

“Arey, apakah engkau sudah memasukkan sangu makan siang kita nak ? tanya Ki Martani kepada
anaknya

“Sudah ayah” Jawab Arey Kertawijaya singkat.

Mereka terus berjalan melewati semak belukar lebat dan sederetan pohon besar, mereka sampai
pada sebuah kali berbatu2 besar yg tepinya dipenuhi rumput2 liar dan semak belukar, Ki Martani
bersama anaknya berjalan perlahan2 meniti bebatuan yg licin ditengah Kali yg berarus cukup deras,
ketika mereka tepat berada di tengah sungai Ki Martani mendengar suara gemuruh dari arah hulu
Kali, ia melihat arus besar setinggi dua bercampur lumpur berwarna kelabu setinggi tombak menuju
kearahnya, ia terkejut dan berteriak ke anaknya

“Arey, cepat nak banjir bah lahar dingin Semeru datang” Ki Martani tangkap tubuh anaknya dan
mencoba berjalan cepat menuju tepi kali, namun air bah datang lebih cepat menyeret tubuh kedua
orang itu dan sebuah batang kayu besar menghantam tubuh Ki Martani, Arus terus membawa kedua
tubuh itu hingga hilang ditelan air Bah yang menggila itu menuju hilir sungai yang berhutan lebat.
2
Tak lama setelah banjir Lahar dingin yang menghanyutkan Ki Martani dan anaknya Di tengah
Kali tampak sebuah perahu kecil mengapung, di atas perahu itu terlihat sesosok tubuh berpakaian
serba hitam dekil penuh tambalan sedang menjala ikan, kepalanya ditutupi sebuah caping bambu
menutupi seluruh rambutnya, orang bercaping itu sudah beberapa kali melemparkan jalanya ke
tengah Kali dan mengangkatnya ke perahu namun ia hanya mendapatkan beberapa ikan kecil saja,
hal ini membuatnya mengomel panjang pendek.

“Setan Alas, Kutu Kupret !! sudah berapa kali aku mengembangkan jala namun tak juga aku
mendapatkan ikan besar, apa ikan2 besar di kali keparat ini telah hanyut dibawah banjir lahar tadi”

Orang itu dengan kesal melemparkan jalanya ke lantai perahu dan membuka caping bambunya,
kepala dan wajahnya yang tadi tertutup kini nampak, ternyata orang itu adalah seorang Nenek
Berwajah keriput Seram dan bengis, yang paling membuat seram adalah rambut dan sepasang alis
tebalnya yang berwarna merah seperti api, siapakah nenek ini ? puluhan tahun silam ia adalah
dedengkot golongan hitam Tanah Jawa bergelar Malaikat Setengah Iblis. Nenek ini berilmu sangat
tinggi dan banyak menebar maut bagi golongan putih, ia juga pernah membantu pemberontak
melawan pasukan Mataram namun gagal sebab Kaum pemberontak harus tercerai berai oleh
pasukan Mataram, sedangkan ia sendiri takluk di tangan Ki Ageng Pamanahan ayah Raden Mas
Sutawijaya yang memerintah Mataram saat ini dan Malaikat Setengah Iblis melarikan diri dengan
luka dalam yang hampir membuatnya tewas, ia sangat marah dan dendam terhadap ki Ageng
Pamanahan, namun sampai Ki Ageng Pamanahan wafat ia tak mampu membalaskan dendamnya,
sepanjang sepak terjangnya di dunia persilatan hanya beberapa pendekar saja yang mampu
mengalahkan Malaikat Setengah Iblis salah satunya Datuk Perpatih Alam Sati gurunya Andana.
Malaikat Setengah Iblis berdiam di Puncak Mahameru Gunung Semeru, Malaikat Setengah Iblis
sebenarnya bukanlah pendekar tanah Jawa, ia berasal dari sebuah Pulau kecil di Ujung timur
Nusantara bernama Maluku.

Malaikat Setengah Iblis baru saja hendak mengayuh perahunya untuk mencari sisi lain kali tempat
menjala ketika ia melihat sesosok tubuh anak kecil tersangkut di akar pohon Beringin besar di
Pinggir kali. Ia segera mengarahkan perahunya ke pohon Beringin itu.

“Hmm, apakah anak itu telah mati ? aku harus segera menelitinya” Malaikat Setengah Iblis melayang
seperti seekor burung rajawali dan dengan gerakan cepat ia mennyambar tubuh anak itu dan
membawanya ke sisi tebing kali. Malaikat Setengah Iblis tempelkan telinganya ke dada si Anak ia
mendengar degup Jantung perlahan sekali.

“Anak ini masih hidup, aku harus mencoba membuatnya sadar” Malaikat Setengah Iblis membuka
baju bocah malang itu, ia terkagum2 melihat susunan tulang rusuk tubuh bocah itu yang sangat
rapat dan bagus.

“Anak yang gagah, aku harus menjadikannya murid, hahaha” Malaikat Setengah Iblis berseru
kegirangan dan cepat alirkan tenaga dalam ke tubuh bocah Malang itu dan memanggul tubuhnya
berkelebat menuju puncak gunung Semeru yang menjulang gagah ..
***
Puncak Mahameru masih seperti sebelas tahun yang lalu, Kawasan pedataran luas berbatu2
kecil yang diselimuti abu gunung, Kawah Jonggring Saloka mengepulkan asapnya ke udara, suhu
udara di Puncak Mahameru sangat dingin apalagi memasuki musim kemarau. MungkinTak ada
seorangpun yang mampu bertahan jika terhirup asap Kawah Jonggring Soka yang mengandung racun
serta panasnya batu2 pijar yang dapat melelehkan daging manusia namun lain halnya dengan
seorang Pemuda yang bertapa di atas sebuah batu pijar kawah dengan bertelanjang dada, Batu Pijar
yang sangat panas itu sama sekali tidak melumerkan tubuhnya, pemuda itu duduk dengan kaki
bersila, memejamkan matanya dan merangkapkan kedua tangannya ke dada, otot2nya bertonjolan
berkeringat menandakan sang pemuda menahan panas yang luar biasa, pemuda ini berkulit sawo
matang, berwajah gagah namun menyiratkan kebengisan dan kesombongan yang telah menyatu
dengan hatinya, alisnya sangat tebal dan hitam hingga terlihat hampir saling menyatu, rambutnya
gondrong melebihi bahu dan ditutupi dengan sebuah belangkon batik berwarna merah, ia terus
bersemedi dan memejamkan matanya sampai sebuah siulan melengking bergema dan satu suara
berkata dari balik tebalnya asap kawah membuyarkan semedinya

“Muridku Arey Kertawijaya, kau menjalankan semedimu dengan sangat baik dan telah lulus
mendapatkan ilmu inti api, ini saatnya kau menunjukkan kehebatanmu dengan dunia persilatan,
hahahaha”

“Guru Sedeng, orang kepanasan malah tertawa” menjawab Arey Kertawijaya, ia berdiri dan
melompat ke hadapan gurunya, ia berdiri dengan kaki terkembang dihadapan seorang nenek
berambut & beralis merah yang bukan lain Malaikat Setengah Iblis.

“Hahaha, tak sia2 aku mengajarkan semua ilmuku kepadamu selama ini, pergi bersihkan dirimu lalu
temui aku di gubuk” berkata Malaikat Setengah Iblis kepada muridnya.

Arey Kertawijaya bergegas tinggalkan tempat itu diikuti gurunya menuju gubuk kediamannya di
Selatan Kawah..
Malaikat Setengah Iblis menatap Arey Kertawijaya yg duduk bersila dihadapannya lalu ia mulai
membuka pembicaraan “Sebelas tahun yang lalu aku menemukanmu di Kali itu, Sebelas tahun
engkau telah kulatih ilmu silat dan ilmu kesaktian, kini engkau telah menjadi pendekar hebat, semua
ilmu yang ku turunkan kepadamu hendaknya senantiasa kau kembangkan meski saat ini kau telah
memiliki ilmu kesaktian tinggi. Gunakan semua ilmu itu demi cita2ku menguasai dunia persilatan,
bunuh semua orang yang menghalangimu tanpa belas kasihan sebab jika engkau tidak membunuh
mereka maka mereka akan membunuhmu. Setelah nanti kau turun gunung pergilah ke Mataram dan
bunuhlah rajanya yang bernama Raden Mas Sutawijaya serta seluruh keluarganya, sebab bapaknya
yang telah membuat aku malu dan hampir mati, namun ketika aku telah mematangkan kesaktianku
serta menciptakan ilmu Inti Api yang kini kau kuasai Ki Ageng Pamanahan telah mampus hingga aku
tidak sempatmembalaskan dendam, tetapi tidak dapat bapaknya maka dapat anaknya pun tak jadi
soal .

“Hahaha, ceritamu hanya membuatku malu jadi muridmu guru ” Arey Kertawijaya tertawa
terbahak2 mendengar cerita Malaikat Setengah Iblis.

“Diam murid setan, ingat jika kau tak kutolong saat ini engkau sudah jadi tulang belulang di kali itu”
bentak Malaikat Setengah Iblis. Lalu ia meneruskan ceritanya

“ Kau pikir mudah untuk menguasai dunia persilatan, kau akan menghadapi puluhan pendekar sakti
golongan putih yang tidak akan merestuimu dalam niat menjadi raja diraja dunia persilatan, ingatlah
ada beberapa pendekar hebat yang harus kau singkirkan lebih dulu, mereka sangat sakti tapi bukan
berarti kau tak mampu menglahkan mereka, jika kau telah berhasil mengalahkan mereka maka kau
akan mudah dalam mencapai niatmu, Mereka adalah Datuk Perpatih Alam Sati dari Andalas namun
yang ku dengar ia telah mengundurkan diri dari dunia persilatan, yang kedua bernama Lanange
Jagad bergelar Singa dari Utara, lalu Andana Harimau Singgalang muridnya Datuk Perpatih Alam Sati
tanda pengenal pemuda itu adalah di dada kananya terdapat gambar kepala harimau yang sedang
menunjukkan taringnya, Pendekar Muda yang baru turun gunung namun sudah menggemparkan
tokoh2 silat golongan hitam, serta beberapa tokoh silat lainnya, Kau hari ini akan kulepas turun
gunung, pergilah ke mataram dan kuasailah dunia persilatan, namun sebelum pergi kenakanlah baju
dan celana merah ini, Warnanya serasi dengan warna belangkonmu, warna merah menandakan Api,
Api menandakan kegagahan dan kehebatan, Api akan membakar apa saja yang menghalanginya
seperti kau membasmi penghalang2mu, karena semua kesaktianmu berasal dari Inti Api pijar
Mahameru maka aku akan memberimu gelar “PUTERA API ”

Gunakanlah gelar itu dan jadikanlah gelar itu suatu nama yang ditakuti dunia persilatan, tebarkanlah
Topan Prahara di Tanah Jawa ini dan berlalulah dari hadapanku aku sudah muak melihatmu
ditempat ini, Hahahahaha, Malaikat Setengah Iblis tutup kata2nya dengan tertawa panjang. Putera
Api mengambil seperangkat pakaian yang diberikan gurunya lalu mengenakannya. Lalu tanpa
mengucapkan kata2 ia tinggalkan puncak Mahameru menuju kaki gunung dimana terbentang dunia
luas yang seolah tak berujung.
3
Matahari telah merangkak tinggi ketika Andana tersadar dari Pingsannya, tubuhnya terasa
letih sekali dan sakit2. Ia tak tahu berada dimana serta berapa lama ia terbaring di pasir ia hanya
melihat deburan ombak di Pantai yang hijau, pepohonan kelapa yang tumbuh sepanjang pantai itu,
serta riuhnya suara burung camar yang menerkam Ikan2 Laut yang muncul di permukaan air, ia ingat
kejadian kapal Mataram yang diserang perompak dan terbalik dihantam badai, ia juga ingat dengan
Pangeran Ronggo Samudera dan Gusti ratu Ratna Pambayun. Namun kepalanya yang sakit membuat
Harimau Singgalang tak banyak mengingat. Andana berdiri dan memandang sekeliling,
pandangannya membentur sesosok tubuh perempuan terbaring di pasir pantai. Andana segera
berlari menghampiri ia melihat sosok yang terbaring pingsan itu adalah Retna Pambayun, Putri
Sulung Sultan Mataram. Harimau Singgalang tekan nadi Retna Pambayun dan tempelkan telinganya
ke dada ke Putri Raja itu masih ada denyut nadi dan degup Jantung. Andana balikkan tubuh Retna
Pembayun dan urut punggung gadis itu berulang kali serta alirkan tenaga dalam, air laut yang
tertelan mengucur deras dari mulut sang Putri, namun Retna Pembayun belum juga sadar. Tanpa
ragu Pendekar kita tempelkan bibirnya ke bibir gadis itu untuk menyedot air laut yang masih
tertinggal, setelah beberapa kali menyedot akhirnya mata Ratna Pembayun terbuka dan ia melihat
wajah Andana dekat sekali dengan wajahnya, Ratna Pembayun terkejut dan “Plakkk !! “ ia
menampar wajah Harimau Singgalang dengan keras.

“Pemuda kurang ajar !! kau hendak memperkosaku” teriak Putri raja Mataram itu.

“ Maafkan aku Gusti ratu, aku hanya menolongmu, aku tadi menemukan gusti ayu tergeletak
pingsan, aku terpaksa menyedot mulutmu untuk mengeluarkan air laut dari tubuh Gusti ayu, aku
hanyalah rakyat biasa yang mana berani berbuat kurang ajar dengan seorang putri raja” Andana
menjelaskan sambil usap2 pipinya yang merah, mulutnya terpencong2 menahan sakit.

“Semua laki2 sama,semua laki2 penipu, mereka hanya bermulut manis dan pandai merayu, pura2
berbuat baik didepan namun sebenarnya buaya “ Retna Pembayun berkata dengan keras.

Andana hanya terdiam mendengar kata2 gadis itu, ia merasa sangat jengkel dengan kata2 sang putri
raja, bukannya berterima kasih malah menuduhnya yang bukan2, Andana menarik napas panjang
lalu menyahuti kata2 Ratna Pembayun “ Sekali lagi aku minta maaf jika gusti ratu berpikir aku
hendak berbuat yang tidak2 , aku memang bukan pemuda yang suci namun aku tidak pernah
merusak anak gadis orang apalagi mengganggu istri orang, sayangnya terkadang niat baik seseorang
seringkali tidak ditanggapi dengan baik juga bahkan orang yang baik2 seringkali dinilai munafik
namun itulah hidup kita harus banyak legowo menjalaninya“

Ratna Pembayun terdiam mendengar kata2 pemuda itu, kata2 Andana menusuk langsung ke
hatinya. Ia tak tahu harus menjawab apa. Melihat Sang putri hanya berdiam diri Harimau Singgalang
berkata memecah kesunyian “Mungkin lebih baik gusti ratu segera pulang, aku takut sang prabu
cemas akan keadaan gusti ratu, jika gusti ratu tidak keberatan bolehkah aku mengantar ehhh tapi
tunggu dulu kita sekarang ini di mana Jawa atau masih di Andalas ? Andana bertanya sambil tepuk
keningnya.
Retna Pambayun memandang berkeliling dan menggelengkan kepalanya “aku juga tidak tahu
dimana kita berada Andana, aku hampir tak pernah keluar keraton ” terang Sang putri.

“Onde mande, dima awak kini ko, urang ciek sajo ndak nampak doh” Harimau Singgalang mengomel
dalam bahasa Minang membuat geli Gusti Ratu Retna Pembayun.

“Jika engkau tidak keberatan bisakah Engkau menolongku dengan mengantarkanku pulang ?” Tanya
Gusti Ratu Retna Pembayun kepada Andana. Harimau Singgalang memandang wajah Retna
Pembayun yang tersenyum kepadanya, Harimau Singgalang menjawab “sudah tugas saya sebagai
rakyat melindungi dan mengantar gusti ratu sebagai pemimpin kami pulang dengan selamat”

“itu bukan tugas rakyat untuk melayani raja atau penguasa Andana tapi sebaliknya Raja yang harus
melayani rakyatnya, karena itu aku meminta pertolongan kepadamu tapi ingat jangan berbuat yang
tidak2 dan juga panggil saja aku Retna Pembayun tak usah pakai Gusti Ratu” menjawab Retna
Pembayun.

“Ahayyy, kebijaksanaan raja Mataram ternyata telah menurun ke putrinya, jika aku tidak boleh
berbuat yang tidak2 berarti aku boleh berbuat yang iya2 kan gusti ehh Retna” goda Andana sambil
menyeringai.

“yang tidak2 saja tak boleh apalagi yang iya2, uhhh dasar !!” Retna Pembayun berkata dengan
wajah pura2 cemberut.

“Hahahaha, baiklah kalau begitu Retna tapi cuil sedikit tidak apa2kan” Andana berkelebat
mendahului sambil mencuil dagu Retna Pembayun.

“Pemuda geblek, tak patahin tanganmu !!” teriak Retna Pambayun sambil mengejar Andana yang
telah lebih dulu tinggalkan pantai itu.

***
Setelah Menempuh perjalanan cukup jauh sampailah Andana dan Retna Pembayun disebuah kota
kecil bernama Jayakarta yang dihuni mayoritas suku Betawi, Andana akhirnya tahu mereka sudah
berada di tanah Jawa. Dulu kota kecil ini bernama Sunda Kelapa dan merupakan kota pelabuhan
dibawah kekuasaan kerajaan Pajajaran dan ramai dikunjungi para pedangang baik dari dalam
maupun luar Sunda Kelapa namun Fatahillah yang memimpin pasukan Demak berhasil
menguasainya kemudian setelah di islamkan ia merubah namanya menjadi Jayakarta.

Andana dan Retna Pembayun beristirahat di sebuah kedai di Pinggiran Jayakarta, perjalanan yang
cukup jauh membuat Retna Pembayun keletihan, ia seumur2 tak pernah melakukan perjalanan
sejauh itu. Untuk menjaga hal2 yang tak diinginkan Andana meminta Retna Pembayun
menyembunyikan siapa dirinya sebenarnya mengganti pakaian yang sederhana berwarna putih2.
“Sebaiknya kita menyewa kuda untuk melanjutkan perjalanan ke Kotaraja Mataram Retna” berkata
Andana sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.

“Ya itu pemikiran yang tepat , oh ya sebenarnya asalmu dari mana Andana ? Tanya Retna Pembayun.

Andana telan nasi dalam mulutnya baru menjawab “aku hanya pemuda kampung yang berasal dari
Andalas Retna, sebuah kampung di Kaki Gunung Marapi bernama Negeri Sungai Tarab”

“aku melihatmu menghajar para perompak, ilmumu luar biasa” Memuji Retna Pembayun.

Harimau Singgalang menyengir mendengar pujian Retna Pembayun.

“Ah aku hanya beruntung Retna, ilmuku mungkin lebih tinggi sedikit dari para perompak itu hingga
kepalaku berhasil lolos dari tebasan pedang mereka” kata Andana Merendah.

“Oh begitukah ? hmm aku suka pemuda yang merendah sepertimu, aku akan menceritakan
kehebatanmu kepada ayahku, ia akan memberimu jabatan di keraton” berkata Retna Pembayun.

“Hahahaha, aku ini pemuda gunung bodoh Retna, mana mungkin bisa menjadi pejabat keraton”
Andana tertawa mendengar kata2 gadis itu.

“Kenapa Tidak ? jika engkau memiliki keterampilan tentu ayah takkan memandang asal dirimu”
meyakinkan Retna Pembayun.

“setahuku orang Jawa memandang bobot dan bibit, dan aku tak termasuk sama sekali di dalamnya
Retna” Andana menolak dengan halus.

“Keraton akhir2 ini seringkali diteror oleh seorang Pendekar muda golongan hitam bergelar Putera
Api, para pendekar istana belum berhasil menangkap pemuda jahat itu, mungkin engkau bisa
membantu ayahku dalam melawannya”

“Hmm aku belum tahu tentang Putera Api itu, tapi jika ia menjadi teror bagi Kerajaan mungkin ada
hal yang membuatnya begitu, apakah kau tahu hal itu Retna ? ” Tanya Andana.

“aku tidak tahu hal apakah itu Andana, tapi Patih Kerajaan mengatakan dulu Ki Ageng Pamanahan
kakekku pernah menggagalkan rencana pemberontakan dan membuat cidera gurunya Putera Api,
Mungkin hal itu yang membuat Putera Api selalu berusaha membunuh keluarga raja termasuk diriku
dan adikku Pangeran Ronggo Samudera. Aku tak tahu dimana adikku itu berada mudah2an ia
selamat dari gelombang laut” Retna Pembayun menjawab dengan wajah cemas.

“Ya mudah2an ia selamat Retna, mungkin sebaiknya kita mencari kuda dan segera melanjutkan
perjalanan” Andana bangkit dari kursinya diikuti Retna Pembayun, setelah membayar makan mereka
melanjutkan perjalanan dengan kuda.
***
Andana Menunggangi Kudanya secara perlahan sebab Retna Pembayun sering tertinggal di
belakang. Gadis itu belum terlalu mahir dalam menunggang kuda. Ketika mereka sampai pada
sebuah hutan Jati yang cukup rapat Andana menghentikan kudanya.

“Ada apa Andana, kenapa kau berhenti ?” Tanya Ratna Pembayun. Harimau singgalang memberi
isyarat agar Retna Pembayun diam. Pendekar kita yang telah dilatih bertahun2 mengetahui ada
beberapa mata yang mengintai mereka dari balik kerapatan pepohonan Jati, belum sempat Andana
menyelidik lebih lama tiba2 bersiuran sembilan anak panah melesat ke arahnya dan Retna
Pembayun. Retna Pembayun menjerit ketakutan, Harimau Singgalang cepat hantamkan pukulan
tangan kosong ke arah empat buah anak panah yang menyerang Retna Pembayun sedangkan ia
tangkis lima anak panah yang menyerangnya dengan Mandau Elang Putih. Sembilan anak panah
luruh ke tanah dalam keadaan bengkok dan patah.

“Siapa yang menyerang secara pengecut silahkan unjukkan diri” Teriak Andana. Harimau Singgalang
melihat empat laki2 berseragam merah keluar dari balik pepohonan Jati, dipunggung mereka
terlampir busur dan tempat anak panah, mereka berdiri berbaris sengaja menghadang Jalan
Harimau Singgalang dan Retna Pembayun.

“Siapa gerangan kisanak2 ini ? dan mengapa menyerang kami dengan panah ? “ Tanya Andana.

“Kami empat Pemanah dari empat penjuru angin tidak segan2 membunuhmu anak muda” Berkata
salah seorang dari mereka.

“Lekas serahkan Putri Mataram itu pada kami atau kau akan menerima kematian !!” Ancam
kawannya yang berwajah cekung dan berambut panjang keriting.

“Hahahaha, tidak tahu juntrungan langsung mau main paten2an, sampeyan arep mateni aku muka
cekung !! aku takut !!” Andana menjulurkan lidahnya meledek ke arah si Muka cekung.

“Setan !! berarti kau benar2 minta mati muda bocah tolol” Teriak si Muka Cekung. Ia cabut sebuah
anak panah yang tersampir di punggungnya lalu ia menyerang Harimau Singgalang dengan sebuah
tusukan ke arah dada, Andana cepat miringkan tubuhnya ke samping ia tebaskan Mandau Elang
Putih di Tangan kanannya ke arah tangan si muka cekung yang memegang anak panah. Si muka
Cekung tarik tangannya ke belakang. Tebasan mandau Andana hanya mengenai tempat kosong, Si
Muka cekung hantamkan tangan kirinya ke arah dagu sang pendekar namun kaki Kanan Harimau
Singgalang berkelebat cepat menghantam dada Si muka cekung “Bukk !! Si Muka Cekung mental
beberapa tombak ke belakang tulang dadanya remuk, ia megap2 sebentar lalu tak berkutik lagi.

Melihat temannya mati ketiga orang Pemanah dari empat penjuru angin terkesima, mereka tahu si
Muka Cekung bukan pendekar yang mudah dikalahkan, ia berilmu cukup tinggi namun mereka
melihat Si Muka Cekung dapat dirobohkan hanya dengan dua jurus membuat mereka jerih.

“Siapa kau anak muda ?” tanya mereka.


“Kalian ingin tahu siapa aku ? tanyalah pada kawan kalian yang mati itu, jika ia tak menjawab
mungkin ia akan menjawab ketika kalian bertemu di alam kubur, hahaha” Harimau Singgalang
tertawa lebar. Retna Pembayun hanya geleng2 kepala melihat tingkah Andana.

“Tertawalah sepuasmu bocah sombong, ketahuilah Pangeran Ronggo Samudera ada pada kami,
hanya kami yang tahu tempatnya berada, nyawamu akan kami ampuni jika menyerahkan Retna
Pembayun kepada kami “ berkata salah seorang dari ketiga pemanah.

“kalian apakan adikku ? dimana dia ?” Tanya Retna Pembayun, dia bergerak hendak menyerang tiga
pemanah namun Andana segera menahannya.

“Sebenarnya apa mau kalian tiga pemanah ? mengapa menyerang keluarga Mataram ?” Tanya
Harimau Singgalang.

“hahaha, kami akan menyerakan mereka ke Putera Api, kami pasti akan mendapat hadiah besar”
berkata Pemanah yang bercambang bawuk lebat.

“hmm begitu ? saya rasa itu hanya mimpi seekor monyet bercambang liar, hahahaha” Andana
tertawa terbahak2 .

“Kurang Ajar !! Mari kita hajar pemuda ini ” Pemanah bercambang bawuk memberi perintah.

Dengan sigap ketiga pemanah itu serang Andana, Andana buka serangan dengan Jurus Sayap Elang
membelah angkasa, dalam lima jurus pertama perkelahian seimbang, deru serangan anak panah
menyerang setiap inci tubuh Harimau Singgalang membuatnya harus bertahan mati2an. Namun
pada jurus ke enam Andana berseru keras dan keluarkan jurus Titiran Dewa, dari putaran tubuhnya
Andana jotos kedua penyerang dengan kedua tinjunya. Bukk !! Bukk !! Jotosannya menghantam
telak dada, kedua pemanah mental muntah darah, Tubuh salah seorang dari mereka menghantam
pohon Jati, ia tergelimpang mati dengan tulang belakang patah. Satunya lagi menghantam batu
besar hingga tewas dengan kepala pecah.

Melihat kedua temannya mati Pemanah bercambang bawuk menyerang Harimau Singgalang dengan
rasa kecut hingga serangannya tak lagi mantap, satu tendangan Andana mengantam bahunya hingga
tulangnya retak. Rasa sakit tiada kepalang membuat Pemanah ini mencoba melarikan diri, Andana
tahu apa yang ada dibenak lawannya, ia segera berkelebat menghadang dan totok urat leher
pemanah itu hingga kaku tegang namun jalan suaranya masih terbuka.

“Ampun !! Jangan Bunuh aku !! “memelas Pemanah itu.

“Cepat katakan dimana adikku berada !!” Retna Pembayun berkata.

“Iya cepat katakan atau aku akan Pateni sampeyan” Andana ikut menyahut, Ia cabut Mandaunya
dan tempelkan bagian yang tajamnya ke leher Pemanah bercambang bawuk itu.

“Aku akan katakan tapi kalian berjanji untuk tidak membunuh diriku”

“Tergantung !! Jika kau berbohong aku akan potong anumu” Gertak Andana.
“Pangeran Ronggo Samudera aku sembunyikan disebuah goa di kaki bukit ini, dekat sebuah kali
berair jernih yang tepinya ditumbuhi banyak pohon bambu” menjelaskan Pemanah itu.

“cepat kau tunjukkan jalannya !! Andana lepaskan totokan Pemanah itu namun Mandaunya terus
menempel dileher sang pemanah. Pemanah itu berjalan dengan ketakutan lehernya yang ditempeli
Mandau terasa dingin seperti es.

Mereka akhirnya sampai pada sebuah goa batu yang tersembunyi dibalik kerapatan pohon Bambu.
Setelah melepaskan totokan yang menyekap Pangeran Ronggo Samudera. Andana Harimau
Singgalang melepaskan totokan sang pemanah dan menyuruhnya pergi.

“Pergilah !! jika aku melihatmu berbuat jahat lagi aku akan menyunat anumu sampai tiga kali”
Andana tendang pantat Pemanah itu.

“Terima kasih Pendekar !! Terima kasih gusti ratu !!” dengan cepat pemanah itu kabur tinggalkan
tempat itu.

Setelah pemanah itu pergi Retna Pembayun menemui Pangeran Ronggo Samudera dan memeluk
adiknya itu.

“Apakah kau baik2 saja adik ?” tanya Retna Pembayun.

“aku baik2 saja kakak, tapi badanku lemas sekali disekap cukup lama di goa ini” Menjawab Pangeran
Ronggo Samudera.

“Apakah kabarmu Pangeran ? dengar2 dirimu tidur nyenyak di goa ini ?” Tanya Andana sambil
tersenyum.

“betul sekali sobat Andana, tidur nyenyak sampai tubuhku habis dimakan nyamuk” menjawab
Pangeran Ronggo.

“Sekali2 bersedekah darah dengan nyamuk pangeran, bagaimana engkau bisa ditangkap empat
pemanah itu ?” tanya Andana Kembali.

“ setelah kapal terbalik aku berenang dan menemukan tong kayu, aku memeluk tong itu dengan erat
mencoba mencari daratan namun ombak besar datang menghantamku hingga tak sadar apa2 lagi,
ketika aku terbangun sudah dalam goa ini, dari percakapan mereka aku tahu mereka menemukanku
di Pantai Banten, mereka adalah anak buah Putera Api” menjelaskan Pangeran Ronggo.

“mereka menghadang kami diperjalanan, mencoba menangkap kakakmu Retna Pembayun, dari
mereka kami tahu Pangeran disekap disini”

“Iya adik, Andana telah menewaskan tiga dari mereka dan kembali menolong kita” Retna Pembayun
berkata. Ia menatap mesra Harimau Singgalang.

“Terima kasih sobat Andana, Pertolonganmu kemarin belum sempat kami balas, sekarang sudah
menolong lagi” Pangeran Ronggo mengucapkan terima kasih ke Andana.

“Hidup kan harus saling membantu pangeran !! mungkin suatu hari aku yang akan ditolong orang
lain, ayo kita lanjutkan perjalanan Pangeran” menjawab Andana.
4
Siang itu Raja Mataram Merasa gelisah duduk di kursi batu di taman belakang gedung Istana. Sudah
berapa hari kedua anaknya Gusti Ratu Retna Pembayun dan Pangeran Ronggo Samudera belum juga
pulang dari Andalas. Sesekali ia bertanya kepada kepala pasukan Kotaraja apakah anak2nya telah
kembali. Kegelisahannya itu dilihat oleh permaisurinya Raden ayu Retno Dumilah.

“Apa yang mencemaskanmu kakanda Sutawijaya ?” tanya permaisurinya.

“anak2 kita belum juga pulang, apa yang membuat mereka terhalang, seharusnya mereka telah tiba
kemarin” gusti prabu Raden Sutawijaya menjawab pertanyaan istrinya dengan cemas.

“Mereka dikawal prajurit2 pilihan kanda,saya yakin mereka baik2 saja, sebaiknya kanda beristirahat
dulu nanti saya hubungi Patih kerajaan kiyai Adipati Mandaraka jika ia telah kembali dari Pati guna
meminta nasihatnya kanda”

“Ya sebaiknya kita meminta petunjuk beliau, aku juga mencemaskan berita yang dibawa kurir
kerajaan mengenai sepak terjang seorang pemuda sakti Mandraguna bernama Putera Api dimana
belakangan ini seringkali mengganggu ketentraman rakyat kerajaan” Berkata Gusti Prabu.

Gusti Prabu panembahan senopati memanggil beberapa prajurit untuk bersiaga di Pintu Gerbang,
dan memeriksa orang asing yang mendatangi keraton. Sang prabu masuk ke kamarnya untuk
beristirahat namun belum lagi ia menaiki tangga keraton tiba2 ia mendengar suara ribut2 di halaman
keraton Mataram, ia bergegas menuju halaman depan. Sang prabu melihat Panglima Kerajaan
Singaranu dan beberapa berkelahi dengan seorang pemuda gagah berpakaian serba merah dan
berbelangkon yang juga berwarna merah. Dalam waktu singkat pemuda itu menjatuhkan para
prajurit dan mendesak Panglima kerajaan.

“Hentikan Pertempuran !! dan kau pemuda berbelangkon merah Mulailah dengan menerangkan
namamu dan apa keperluanmu menyerang Kotaraja“ Sang Prabu membentak dengan suara disertai
tenaga dalam.

“Hahahaha, dengarlah Raden Mas Sutawijaya yang baru saja naik tahta, aku Putera Api dari Puncak
Mahameru, ayahmu Ki Ageng Pamanahan pernah menciderai guruku Malaikat Setengah Iblis hingga
beliau tak berdaya dan terluka dalam yang cukup parah , aku disini untuk membalaskan dendam
guruku sekaligus menyatakan kerajaan ini harus tunduk dibawah perintahku” Putera Api berdiri
dengan kaki terkembang dan dada membusung.

“Pemuda Sombong bermulut besar !! Sang Prabu biarkan hamba memisahkan kepalanya dari badan”
berkata Panglima Singaranu dengan beringas.

“Buktikan ucapanmu itu Panglima !! jangan seperti anjing yang hanya bisa menggonggong, hahaha”
Putera Api mengejek Panglima Singaranu.

“Patah lehermu !! Panglima Singaranu hantamkan pinggiran telapak tangannya ke leher Putera Api.
Putera Api rundukkan kepalanya, tebasan tangan Raden Singaranu lewat sejengkal diatas kepalanya.
Beberapa prajurit disitu tanpa diperintah mengikuti jejak atasannya dengan mencabut pedang
mereka masing2 dan menyerbu Putera Api. Putera Api bergerak gesit, tangan kanannya berkelebat
dan Prakk !! kepala salah seorang prajurit pecah, nyawanya lepas sebelum tubuhnya terbanting ke
tanah. Hal ini membuat marah Raden Singaranu, ia cabut pedang panjangnya dan menyerbu Putera
Api dengan ajian tujuh bayangan setan, Putera Api melihat tubuh raden Singaranu menjadi tujuh
bayangan yang berputar putar. Putera Api mainkan jurus Tarian Api, tubuhnya meliuk liuk seperti api
yang tertiup angin menghindari tebasan dan tusukan Raden Singaranu. Beberapa Prajurit yang ikut
menyerbu bermentalan dihantam kaki dan tangan Putera Api. Sepuluh jurus telah berlalu namun
belum terlihat tanda2 kekalahan salah seorang dari mereka.

Raden Singaranu terus menyerang dengan pedangnya,disaat yang sama Putera Api sodokkan
sikunya tepat ke ulu hati Raden Singaranu, bukk !! hekk !! Raden Singaranu merasakan ulu hatinya
seperti pecah dan kakinya menginjak genangan darah hingga membuatnya terpeleset dan langsung
disambut tendangan kaki kiri Putera Api. Raden Singaranu mencelat dua tiga tombak dan muntahkan
darah segar, ia tergelimpang tak sadarkan diri. Sementara itu belasan prajurit kembali datang
menyerbu. Putera Api Hantamkan Pukulan Api Biru ke arah pengeroyoknya. Lidah Api berwarna biru
menderu ganas menghantam Belasan Prajurit itu, kebanyakan dari hangus terkapar dimakan lidah
api yang keluar dari telapak tangan Putera dari Mahameru itu. Kawan2nya yang mencoba
menyerang mundur ketakutan.

Raja Mataram menjadi sangat marah melihat ini dengan berteriak keras, ia cabut keris yang terselip
di pinggangnya, dengan keris itu ia menghujani Putera Api dengan serangan berantai dalam jurus2
mematikan, Gusti Prabu Raden Mas Sutawijaya adalah putera Ki Ageng Pamanahan yang sakti
Mandraguna, seperti ayahnya Raden Mas Sutawijaya juga memiliki ilmu kesaktian yang tinggi,
namun serangan yang disertai amarah membuatnya lupa dengan pertahanan dirinya, dadanya
menjadi sasaran empuk jotosan lawan yang menghantam telak, Ia terbanting ke belakang, matanya
berkunang2, sebaliknya putera api merasa kaget jotosan yang dihantamkannya tadi cukup untuk
menghancurkan batu karang namun Raja Mataram hanya terbanting tanpa cidera. Gusti Prabu
Raden Mas Sutawijaya bangkit dan hantamkan kedua tangannya ke depan, Terdengar suara seperti
ratusan seruling yang ditiup bebarengan. Lalu angin sekencang topan prahara menggebubu ke arah
Putera Api.

Putera Api merasakan angin kencang panas yang mencoba menyeret tubuhnya ke belakang, itulah
Pukulan Puting Beliung Pantai Selatan. Putera Api melompat ke udara, dengan berteriak keras dia
menghantamkan pukulan Api Biru ke arah Gusti Prabu Sutawijaya. Semua orang yang ada disitu
tersentak kaget dan berusaha menyingkir dari panasnya udara yang memanggang kulit mereka.
Bumm !! Bummm !! dua pukulan sakti beradu di udara. Putera Api terpental ke belakang dan
tebanting ke tanah dadanya terasa ditindih batu besar. Sementara itu Gusti Prabu Raden Mas
Sutawijaya terpental menghantam tiang keraton, ia muntahkan darah segar.

“Hahahaha, Hari ini hari kematianmu Sutawijaya !! bersiaplah mampus” Putera Api Hantamkan
Pukulan Api Neraka ke arah Raja Mataram yang tersandar ke tiang keraton, Kini tak ampun lagi Raja
Mataram itu akan menemui ajalnya. Para prajurit kerajaan berseru keras namun tak mampu berbuat
apa2. Namun jika yang maha kuasa belum menghendaki , maka tak seorang pun akan menemui
ajalnya. Begitupun dengan Raja Mataram, sesaat lagi pukulan Api Neraka akan menghantamnya
tiba2 udara menjadi redup dan laksana sambaran petir cahaya putih panas menghantam ke arah
pukulan Api Neraka Putera Api, Bummm !!! dua Pukulan yang sangat panas beradu. Udara tertutup
pemandangan debu dan pasir yang berterbangan. Para prajurit yang berada dekat dengan sumber
beradunya pukulan mental berkaparan dengan tubuh hangus, Raja Mataram masih beruntung sebab
ketika pukulan sakti beradu ia masih sempat berlindung pada tiang keraton yang cukup lebar. Putera
Api mental tiga tombak, jalan darahnya kacau, pemandangannya berkunang2, dadanya terasak
sangat sesak hingga ia sulit bernapas dan kepalanya berdenyut sakit.

Ketika Udara kembali terang Putera Api melihat di depannya bertekuk lutut seorang Pemuda
Berompi Putih, bercelana panjang dan berdestar Putih. Di belakangnya berdiri Gusti Ratu Retna
Pembayun dan Pangeran Ronggo Samudera yang segera berlari menghambur menolong ayah
mereka yang tersandar di tiang Istana.

Pemuda berompi putih itu yang tak lain Andana Harimau Singgalang kemudian bersila mengatur
jalur napasnya yang sesak, ia tadi mengeluarkan lebih dari setengah tenaga dalamnya
menghantamkan pukulan Telapak Halilintar.

“Kau monyet gondrong !! katakan siapa dirimu sebelum aku mengirimmu ke neraka” Bentak Putera
Api dengan mata melotot. Matanya menyiratkan amarah.

“Weleh2 !! Andana menyahuti dengan tertawa lebar mendengar ucapan Putera Api. “Aku kemari
justru untuk menyampaikan salam dari raja neraka, ia membutuhkan monyet sepertimu disana,
hahahaha”

“apakah kau hendak menjadi pahlawan kesiangan monyet gondrong ? menolong raja mataram yang
layak mampus itu”

“apa ?? kau mengatakan aku monyet gondrong, dirimu juga gondrong dan sesama monyet gondrong
dilarang saling ejek, hahahaha” Andana tertawa terpingkal2. Ia kembali berkata “Melihatmu tadi
menyerang raja Mataram aku yakin kau adalah Putera Api !! melihat keadaan dirimu aku kira kau
keberatan nama, lebih bagus kau dijuluki Putera Monyet , Hahaha”

“ Bangsat !! kau majulah hadapi aku” Putera Api melompat ke depan tahu2 jotosannya laksana kilat
menyerang Andana dan sudah satu jengkal di depan pelipis Pendekar kita.

“Pecah Kepalamu !! teriak Putera Api.

“Patah Tanganmu” Balas Andana, Tangan Harimau Singgalang bergerak ke depan menangkis jotosan
tangan Putera Api. Bukkk !! dua tangan beradu. Keduanya sama2 terjengkang ke belakang .

Andana terhenyak di tanah, tangannya serasa tanggal. Sementara itu tangan Putera Api bengkak
membiru, Putera Api menyadari tenaga dalam pemuda berompi putih itu tidak dibawah dirinya.
Ketika Andana terjatuh tadi Putera Api Sempat melihat Gambar Wajah Harimau di dada Andana.
Putera Api yakin pemuda ini adalah Harimau Singgalang yang diceritakan gurunya. Ia tak menyangka
begitu cepat ia menemui penghalangnya dalam menguasai dunia persilatan, ia merasa saatnya untuk
menyingkirkan Harimau Singgalang.
Putera Api bangkit berdiri dan hantamkan Pukulan Api Biru ke depan. Lidah Api berwarna biru panas
menggebubu ke arah Andana yang baru hendak bangun, Harimau Singgalang tak menyangka
mendapatkan serangan ganas itu. Tak ada jalan lain baginya selain menjatuhkan tubuhnya rata
dengan tanah balas hantamkan pukulan Telapak Halilintar dengan tenaga dalam penuh.

Dua pukulan yang bersumber dar panas beradu akibatnya panas bertemu panas yang menghasilkan
dentuman yang menggelegar disertai pecahan2 lidah api yang bertaburan membuat Istana Mataram
Laksana dilanda gempa.

Pecahan2 lidah api menebar kesemua penjuru halaman Keraton Mataram, menimbulkan asap tebal
yang menutupi pemandangan. Semua orang yang ada disitu menyingkir termasuk Raja Mataram
yang dibopong Pangeran Ronggo Samudera menuju ke dalam istana.

Putera Api Muntahkan darah segar, ia terluka dalam yang cukup parah. Sementara Andana tertekuk
lutut ke tanah lelehan darah mengalir disela2 bibirnya. Putera Api sama sekali tak menyangka begitu
hebatnya Harimau Singgalang.

“Keparat !! aku hari ini mungkin belum bisa membunuhmu Harimau Singgalang, kelak akau akan
datang lagi untuk menghancurkanmu” Putera Api Berkelebat ke tembok keraton.

“Jangan Lari kau Putera Api !!” Andana hantamkan Pukulan Angin Limbubu. Brakkk !! byarrr !!
tembok keraton Mataram Roboh dihantam pukulan Andana namun sosok Putera Api tidak kelihatan
lagi. Hanya kepulan debu yang terlihat dari tembok yang roboh.

Andana bangkit berdiri tepuk2 baju putihnya yang kotor oleh debu, ia alirkan tenaga dalam ke
bagian tubuhnya yang sakit dan menghampiri Retna Pembayun yang berdiri di pintu keraton.

“Aku telah mengantarmu pulang Retna, Tugasku sudah selesai disini karena itu aku mohon pamit”

“Mengapa kau tak tinggal disini sampai ayahku sembuh Andana ? seperti Janjiku aku akan
menceritakan pertolonganmu kepadanya, dia pasti akan memberimu Jabatan disini” Retna
Pembayun berkata dengan wajah memelas Membuat Andana merasa Iba.

“aku menolong tanpa pamrih Retna, lagipula orang persilatan sepertiku ini belum pantas hidup di
kerato, tempatku adalah rimba hijau persilatan, banyak tugas2 yang harus aku selesaikan” Andana
berkata sambil pegang Pundak Gadis Cantik itu.

Retna Pembayun pandangi tangan Andana yang menyentuh pundaknya lalu ia mengambil sebuah
lencana bintang bersegi delapan yang di tengahnya terdapat lingkaran dengan gambar bulan bintang
“Berjanjilah kau akan kembali kesini Andana, Pintu keraton Mataram akan selalu terbuka untukmu
jika kau menunjukkan lambang penghargaan kerajaan Mataram itu”

“Terima kasih Retna aku akan menjaga pemberianmu ini baik2, selamat tinggal Retna selama waktu
terus bergulir kita pasti akan bertemu lagi” menjawab Andana.
“Boleh aku memelukmu Andana ?” Tanya Retna Pembayun. Andana tersenyum lalu dikembangkan
kedua tangannya dan merangkul erat Retna Pembayun. Retna Pembayun Balas merangkul erat
Harimau Singgalang seakan tiada hendak dilepaskannya lagi matanya dipejamkan. Retna Pembayun
masih memejamkan matanya meski Andana telah meninggalkan tempat itu. Tiada yang tersisa bagi
gadis itu selain hangatnya pelukan pemuda itu yang masih terasa di degup Jantungnya...

“TAMAT”

SEGERA TERBIT EPISODE BERIKUTNYA !! BIDADARI GUNUNG ARJUNO !!

Anda mungkin juga menyukai