bijaksana. Sultan tersebut memiliki dua orang putra yang sangat cerdas dan tampan,
yang bernama Raden Rahmad Agung dan Raden Rahmad Jaya. Akan tetapi, kedua
kakak beradik tersebut memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Raden
Rahmad Agung yang merupakan anak pertama memiliki pribadi yang sombong dan
tak mau mengalah. Sedangkan Raden Rahmad Jaya, yang merupakan anak kedua
memiliki pribadi yang lembut dan sopan.
Di usianya yang sudah mulai senja, sang Sultan hendak memilih seorang pemimpin
dari kedua anak laki – lakinya untuk menggantikannya memimpin negeri. Namun,
sang Sultan merasa bimbang karena kedua anaknya sama – sama cerdas dan
tangguh. Hingga dalam waktu yang sangat lama, sang Sultan belum pula dapat
memutuskan siapa yang layak untuk dijadikan pemimpin sebaga penggantinya.
Seluruh rakyat berbondong – bondong mendatangi sang Sultan setiap hari silih
berganti, mengadukan penderitaan yang mereka alami kepada sang Sultan. Sang
Sultan tak tinggal diam. Dia berupaya dan berusaha untuk mencari jalan keluar
untuk mengatasi musibah yang tengah melanda rakyat dan negerinya. Tak henti dia
meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa.
Pada suatu malam, saat sang Sultan tengah tertidur, sang Sultan bermimpi,
bahwasanya di dalam mimpinya Ia bertemu sang Dewi yang cantik jelita. Sang Dewi
berkata kepada sang Sultan, “ Wahai Sultan, aku akan membantumu keluar dari
masalah yang tengah melanda negerimu”. Tak ayal, sang Sultanpun terkejut.
Namun Ia juga sangat senang melihat sebuah jalan keluar agar rakyat dan
negerinya segera terbebas dari bencana kekeringan panjang ini.
Tanpa berlama – lama, sang Sultanpun memutuskan untuk memilih salah satu dari
anaknya untuk menggantikan posisi kepemimpinannya dengan cara, kedua anaknya
harus membuat perahu dari kayu terbaik yang diambil dari hutan di sebuah pulau di
tengah sungai yang hanya muncul apabila sungai tersebut mengering. Perahu
tersebut harus dibuat dalam waktu satu hari saja. Selanjutnya, mereka harus
mendayung perahu di sungai, siapa yang dapat mencapai batas terlebih dahulu,
maka Ialah yang berhak memimpin menggantikan sang Sultan. Kedua kakak beradik
tersebutpun menyanggupi syarat yang diajukan sang Sultan.
Dan esok harinya, di pagi hari betapa terkejutnya rakyat di seluruh negeri karena
mendapati sungai yang mongering tiba – tiba dialiri air yang begitu deras dan jernih.
Begitu juga dengan sang Sultan dan kedua anak – anaknya. Tak berlama – lama,
Raden Rahmad Jaya bergegas menyebrangi sungai untuk mengambil kayu terbaik
dari hutan yang terdapat di sebuah pulau di tengah sungai sebelum tertutupi seluruh
permukaannya oleh air sungai. Upaya dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia
berhasil mendapatkan kayu terbaik yang diminta oleh sang Sultan. Berbeda denga
Raden Rahmad Agung, Ia terlalu santai. Hingga pada saat Ia akan menyebrangi
sungai, pulau yang dimaksud sudah tak nampak, karena telah tertutupi oleh air
sungai. Dan Iapun kembali dengan tangan hampa.
Tak habis akal, Raden Rahmad Agung mendatangi tempat penyimpanan kayu milik
sang adik pada malam harinya. Ia tersenyum puas mendapati kayu yang Ia cari
sudah Ia dapatkan. Ia mengambil kayu terbaik milik sang adik dan menyisakan
hanya sedikit saja.
Keesokan harinya, di hari kedua Raden Rahmad Jaya tengah bersiap untuk
membuat perahu. Namun, alangkah terkejutnya Ia, mendapati kayu yang Ia
kumpulkan kemarin telah berkurang jumlahnya. Dan hanya bersisa sedikit saja.
Dengan persaan sedih Ia melihat kayu – kayu tersebut. Dan terpaksa Ia membuat
perahu dengan bahan seadanya.
Di hari ketiga, kedua bersaudara tersebut bersiap menuju sungai. Raden Rahmad
Agung dengan bangganya menunjukkan perahu yang Ia buat berukuran besar dan
Indah. Sedangakan perahu milik Raden Rahmad Jaya berukuran kecil. Dengan
sombongnya, Raden Rahmad Agung terus membanggakan perahu miliknya,
meyakini bahwa Ialah yang akan menang dengan membandingkan perahu miliknya
dan milik adiknya.
Selepas Ia berteriak, tiba – tiba angin kencang berhembus semakin kencang. Angin
kencang tersebut berhembus melesatkan perahu milik Raden Rahmad Jaya ke
ujung sungai. Berbeda dengan Raden Rahmad Agung, perahunya mengalami karam
di tengah sungai. Iapun harus kecewa, karena sang adiknyalah yang menang dalam
perlombaan ini.
Telah diputuskan, sang Sultan memili Raden Rahmad Jaya sebagai pemenang. Dan
Ia akan menggantikan posisi sang Sultan memimpin negeri ini. Sang Sultanpun
mejatuhi hukuman untuk Raden Rahmad Agung, karena telah berbuat curang.
Raden Rahmad Jaya menghampiri sang kakak dan mengajaknya untuk menghadap
sang ayah. Ia mengatakan kepada sang ayah bahwa Ia telah memaafkan sang
kakak karena Ia tetap akan membutuhkan kakanya untuk membantunya dalam
memimpin negeri ini. Raden Rahmad Jaya berkata, “Negeri ini sangat besar, tak
mungkin aku dapat memimpin jika hanya seorang diri”. Sang kakak menangis
terharu, atas kebijaksanaan sang adik. Akhirnya, merekapun saling bahu –
membahu untuk memakmurkan negeri mereka.
Hampir setiap hari, mereka mendayung perahu mengarungi sungai untuk memantai
keadaan negeri dan memastikan bahwa rakyat mereka sejahtera. Hingga kini,
seluruh rakyat negeri tersebut hidup dengan damai di bawah kepemimpinan Raden
Rahmad Jaya dan dibantu oleh sang kakak, yaitu Raden Rahmad Agung.