Anda di halaman 1dari 3

Dahulu kala, di sebuah negeri yang damai, hiduplah seorang Sultan yang arif dan

bijaksana. Sultan tersebut memiliki dua orang putra yang sangat cerdas dan tampan,
yang bernama Raden Rahmad Agung dan Raden Rahmad Jaya. Akan tetapi, kedua
kakak beradik tersebut memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Raden
Rahmad Agung yang merupakan anak pertama memiliki pribadi yang sombong dan
tak mau mengalah. Sedangkan Raden Rahmad Jaya, yang merupakan anak kedua
memiliki pribadi yang lembut dan sopan.

Di usianya yang sudah mulai senja, sang Sultan hendak memilih seorang pemimpin
dari kedua anak laki – lakinya untuk menggantikannya memimpin negeri. Namun,
sang Sultan merasa bimbang karena kedua anaknya sama – sama cerdas dan
tangguh. Hingga dalam waktu yang sangat lama, sang Sultan belum pula dapat
memutuskan siapa yang layak untuk dijadikan pemimpin sebaga penggantinya.

Suatu ketika, negeri tersebut mengalami musibah kemarau panjang. Seluruh


pelosok negeri mulai kekeringan. Bahkan sungai yang menjadi sumber kehidupan
sehari – hari bagi merekapun surut dan lama – kelamaan jadi mengering. Rakyat
semakin menderita karena musibah tersebut. Tak terkecuali sang Sultan, yang turut
bersedih atas musibah yang tengah melanda negerinya tersebut.

Seluruh rakyat berbondong – bondong mendatangi sang Sultan setiap hari silih
berganti, mengadukan penderitaan yang mereka alami kepada sang Sultan. Sang
Sultan tak tinggal diam. Dia berupaya dan berusaha untuk mencari jalan keluar
untuk mengatasi musibah yang tengah melanda rakyat dan negerinya. Tak henti dia
meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa.

Pada suatu malam, saat sang Sultan tengah tertidur, sang Sultan bermimpi,
bahwasanya di dalam mimpinya Ia bertemu sang Dewi yang cantik jelita. Sang Dewi
berkata kepada sang Sultan, “ Wahai Sultan, aku akan membantumu keluar dari
masalah yang tengah melanda negerimu”. Tak ayal, sang Sultanpun terkejut.
Namun Ia juga sangat senang melihat sebuah jalan keluar agar rakyat dan
negerinya segera terbebas dari bencana kekeringan panjang ini.

Sang Dewi melanjutkan, “Tapi dengan sebuah syarat!!”

Sang Sultanpun mengangguk tanda menyanggupi syarat tersebut. “Aku akan


mengisi sungai ini dengan air yang jernih dan berlimpah, esok pagi sungai ini akan
mulai terisi. Namun, sungai ini akan terisi air hanya dalam tiga hari saja. Apabila
dalam waktu tiga hari engkau tidak dapat menentukan penggantimu dari ke dua
anakmu, maka sungai ini akan kering selama – lamanya. Namun, apabila engkau
dapat menentukan penggantimu dari ke dua anakmu, maka sungai ini akan terus
terisi dengan air yang berlimpah selama – lamanya dan negeri ini akan makmur.
Tapi ingat !! air sungai ini harus dialirkan ke seluruh pelosok negeri.. ”
Sang Sultan tiba – tiba terbangun dan langsung teringat pada mimpinya tersebut
dengan perasaan terkejut. BergegasIah Ia pergi menemui kedua anaknya dan
menyampaikan apa yang Ia alami semalam.

Tanpa berlama – lama, sang Sultanpun memutuskan untuk memilih salah satu dari
anaknya untuk menggantikan posisi kepemimpinannya dengan cara, kedua anaknya
harus membuat perahu dari kayu terbaik yang diambil dari hutan di sebuah pulau di
tengah sungai yang hanya muncul apabila sungai tersebut mengering. Perahu
tersebut harus dibuat dalam waktu satu hari saja. Selanjutnya, mereka harus
mendayung perahu di sungai, siapa yang dapat mencapai batas terlebih dahulu,
maka Ialah yang berhak memimpin menggantikan sang Sultan. Kedua kakak beradik
tersebutpun menyanggupi syarat yang diajukan sang Sultan.

Dan esok harinya, di pagi hari betapa terkejutnya rakyat di seluruh negeri karena
mendapati sungai yang mongering tiba – tiba dialiri air yang begitu deras dan jernih.
Begitu juga dengan sang Sultan dan kedua anak – anaknya. Tak berlama – lama,
Raden Rahmad Jaya bergegas menyebrangi sungai untuk mengambil kayu terbaik
dari hutan yang terdapat di sebuah pulau di tengah sungai sebelum tertutupi seluruh
permukaannya oleh air sungai. Upaya dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia
berhasil mendapatkan kayu terbaik yang diminta oleh sang Sultan. Berbeda denga
Raden Rahmad Agung, Ia terlalu santai. Hingga pada saat Ia akan menyebrangi
sungai, pulau yang dimaksud sudah tak nampak, karena telah tertutupi oleh air
sungai. Dan Iapun kembali dengan tangan hampa.

Tak habis akal, Raden Rahmad Agung mendatangi tempat penyimpanan kayu milik
sang adik pada malam harinya. Ia tersenyum puas mendapati kayu yang Ia cari
sudah Ia dapatkan. Ia mengambil kayu terbaik milik sang adik dan menyisakan
hanya sedikit saja.

Keesokan harinya, di hari kedua Raden Rahmad Jaya tengah bersiap untuk
membuat perahu. Namun, alangkah terkejutnya Ia, mendapati kayu yang Ia
kumpulkan kemarin telah berkurang jumlahnya. Dan hanya bersisa sedikit saja.
Dengan persaan sedih Ia melihat kayu – kayu tersebut. Dan terpaksa Ia membuat
perahu dengan bahan seadanya.

Di hari ketiga, kedua bersaudara tersebut bersiap menuju sungai. Raden Rahmad
Agung dengan bangganya menunjukkan perahu yang Ia buat berukuran besar dan
Indah. Sedangakan perahu milik Raden Rahmad Jaya berukuran kecil. Dengan
sombongnya, Raden Rahmad Agung terus membanggakan perahu miliknya,
meyakini bahwa Ialah yang akan menang dengan membandingkan perahu miliknya
dan milik adiknya.

Hingga perlombaanpun dimulai, kedua kakak beradik mulai mendayung perahu


mereka masing – masing. Raden Rahmad Agung mendayung dengan santai sambil
tertawa mengejek menatap ke arah perahu sang adik. Nampak Raden Rahmad
Jaya, terus berusaha mendayung dengan mengerhakan seluruh tenaganya.
Di tengah sungai, tiba – tiba angin kencang berhembus.. Tak ayal, membuat perahu
kecil milik Raden Rahmad Jaya terombang – ambing di sungai. Perahu milik Raden
Rahmad Agung tak bergoyang sedikitpun. Menaruh harapan agar perahu milik sang
adik karam, Raden Rahmad Agung terus tertawa terbahak – bahak menyaksikan
adiknya terombang – ambing bersama dengan perahu kecilnya.

Disaksikan seluruh rakyat, Raden Rahmad Jaya terus mendayung perahunya.


Seluruh rakyat yang menyaksikan merasa kasihan kepada Raden Rahmad Jaya.
Mereka besorak memberikan semangat kepada Raden Rahmad Jaya. Mendengar
itu, Raden Rahmad Jaya terus bersemangat mendayung. Dengan lantang Ia
berteriak “Bismillahi Allahuakbar!!!”

Selepas Ia berteriak, tiba – tiba angin kencang berhembus semakin kencang. Angin
kencang tersebut berhembus melesatkan perahu milik Raden Rahmad Jaya ke
ujung sungai. Berbeda dengan Raden Rahmad Agung, perahunya mengalami karam
di tengah sungai. Iapun harus kecewa, karena sang adiknyalah yang menang dalam
perlombaan ini.

Telah diputuskan, sang Sultan memili Raden Rahmad Jaya sebagai pemenang. Dan
Ia akan menggantikan posisi sang Sultan memimpin negeri ini. Sang Sultanpun
mejatuhi hukuman untuk Raden Rahmad Agung, karena telah berbuat curang.
Raden Rahmad Jaya menghampiri sang kakak dan mengajaknya untuk menghadap
sang ayah. Ia mengatakan kepada sang ayah bahwa Ia telah memaafkan sang
kakak karena Ia tetap akan membutuhkan kakanya untuk membantunya dalam
memimpin negeri ini. Raden Rahmad Jaya berkata, “Negeri ini sangat besar, tak
mungkin aku dapat memimpin jika hanya seorang diri”. Sang kakak menangis
terharu, atas kebijaksanaan sang adik. Akhirnya, merekapun saling bahu –
membahu untuk memakmurkan negeri mereka.

Hampir setiap hari, mereka mendayung perahu mengarungi sungai untuk memantai
keadaan negeri dan memastikan bahwa rakyat mereka sejahtera. Hingga kini,
seluruh rakyat negeri tersebut hidup dengan damai di bawah kepemimpinan Raden
Rahmad Jaya dan dibantu oleh sang kakak, yaitu Raden Rahmad Agung.

Anda mungkin juga menyukai