Anda di halaman 1dari 7

Badut peneror

Terlihat bayangan seseorang berdiri di balik pagar rumahnya. Seseorang berbadan besar yang
terus menerus menekan bell. Membuat Rosa hilang kesabaran.

"Siapa sih orang gila yang berkunjung malam-malam begini." gerutunya.

Rosa menutup telinganya dengan bantal berusaha untuk tetap tertidur. Jam sudah menunjukkan
pukul 2 pagi matanya begitu berat untuk bangun namun bunyi bell tak kunjung berhenti. Rosa
bangkit sambil berteriak penuh emosi. Ia tinggal seorang diri, tidak ada yang bisa dimintai
tolong untuk membantunya mengusir orang aneh yang berkunjung tak tau aturan. Dengan

langkah lunglai ia berjalan ke pintu depan. Masih dengan perasaan jengkel Rosa membuka
semua kunci. Malam begitu dingin, ia tidak sempat memakai pakaian hangat untuk menutupi
tubuhnya hanya baju tidur tipis yang mengembang tertiup angin. Dengan masih mengenakan
sendal tidur Rosa berjalan ke arah pagar depan. Matanya masih terpejam-pejam sambil
berjalan. Sinar senter seketika mengenai wajahnya, mata Rosa melek seketika. Ia terkejut
bukan main. Rosa reflek menutupi wajahnya dengan tangan.

"Silau tau!" tukas Rosa.

Sinar senter seketika padam. Rosa mengedip-kedipkan matanya. Sesaat semuanya tampak
begitu gelap dan secara perlahan matanya mulai bisa menyesuaikan dalam gelap. Rosa
terdiam kaku, dibalik pagar tampak badut berwajah mengerikan tengah menatap kearahnya.
Wajah putih pucat dengan hidung tomat dan bibir merah darah yang lebar. Dari jidat atasnya
ke bibir bawah tampak garis luka sayatan. Dan di tangan badut itu tergenggam pisau

berlumuran darah. Rosa menjerit ngeri.

"KYAAAAAAAA!!" Dan langsung berlari kedalam rumahnya.

Rosa menutup pintu begitu keras. Ia bersandar sambil mengatur nafasnya. Bunyi Bell kembali
terdengar. Rosa menjerit ngeri, ia mengintip di balik jendela dan melihat Badut itu tengah
memanjat pagar. Rosa semakin menjerit panik, Badut itu mendarat dengan mulus dan berlari
kearah pintu rumahnya. Suara decak sepatu karet di tanah berlumpur terdengar bersamaan
dengan bunyi detak jantung yang memburu. Rosa berlari kekamarnya dan meringkuk di balik
selimut tebal. Bunyi ketukan pintu terdengar berulang kali.

"PERGII!! JANGAN GANGGU AKU!!" Jerit Rosa. Suara itu perlahan berhenti, tapi sesaat
kemudian terdengar suara ketukan di jendela.

"TOLOOONG!!" jerit Rosa panik.

"PERGIII!! JANGAN GANGGU AKU!! MENJAUH DARI KU!! PERGI SANAAAAA Hucck huck

...." jerit Rosa sekuat tenaga sampai terbatuk.

"Aku mohon menjauhlah dariku." lirih Rosa, ia mulai terisak.

Bunyi decak sepatu karet kembali terdengar mengitari rumahnya. Diiringi sinar senter yang
menari-nari. Rosa langsung membenamkan wajahnya ke dalam selimut saat sinar senter
menyinari kamarnya. Bunyi ketukan di jendela terdengar kembali, setelah itu sunyi. Gedoran
pintu depan dan dobrakan keras membuat Rosa menjerit ngeri. Ia bangkit dari tempat tidur dan
berlalu mengambil ponselnya lalu mencari sebuah nama

"Tere, ini Rosa." suara Rosa bergetar. "Kelvin ... Kelvin masih hidup! Dia ada disini!"

"Kelvin sudah mati!"

"Tidak! Dia masih hidup! Dia akan ...."

BRUAKKK!!

"KYAAAAA!!" Rosa menjerit ngeri mendengar pintu di dobrak dari luar.

"Rosa!"

"Buka Pintunya!

"Kau dengar? Dia akan masuk! Dia akan membunuhku! Dia membawa pisau tajam!"

Bruaakkk!!

"TEREE!!" Jerit Rosa panik. "Tolong aku!! Dia akan segera masuk!!"

BRUAAAAKK

"TEREEEE!!"
Suara bodrakan semakin keras, dan ....

BRUAKK!! BRAAAKK!! DEBUUMM!!

"Tolong akuuu, dia berhasil masuk."

"TERE TOLONGG AKUUU."

TUT TUUTTTT

Sambungan telepon terputus. Rosa menatap layar ponselnya dalam diam. Tere memutus

sambungannya. Ia sendirian, Rosa benar-benar sendirian. Tidak ada yang bisa


menyelamatkannya.

DEG DEG DEG

Suara langkah kaki kembali terdengar. Rosa panik. Knok pintunya bergerak. Ada seseorang
diluar yang hendak membukanya.

Rosa sudah menguncinya. Pintu itu sekarang terkunci dari dalam. Rosa aman, dia aman dalam
kandang kecilnya.

PRAAANG!!

Terdengar bunyi kaca pecah. Rosa berbalik karena angin dingin menghembus punggungnya.
Tirai jendela berkibar tertiup angin, memperlihatkan lubang pecahan kaca di jendela.

Dibelakang lubang terlihat wajah seseorang yang tidak Rosa kenal, Lelaki berwajah rupawan.

BRUAAAKKK!!

Pintunya kembali di dobrak. Rosa melirik sekilas kearah ganggang pintu yang bergerak-gerak.
Rosa memandang ke arah Kelvin dan kembali ke arah pintu.

"Rosa!!" Terdengar suara Tere di sebalik pintu.

"Buka pintunya, Rosa!"

Rosa terkejut. Itu suara Tere, berarti Tere datang hendak menolongnya. Rosa melangkah
mundur secara perlahan.

"Hentikan!" perintah Lelaki itu.


"Kenapa? Siapa kau?"

"Rosa buka pintunya!" teriak Tere. "Rosa buka! Jauhi Pria itu! Dia berbahaya!!"

Tangan Lelaki itu merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah mangga muda lalu
mengulurkannya ke arah Rosa.

"Kau ingat ini?"

Mata Rosa membulat terkejut. "Kelvin?!" Bibirnya bergetar kala mengucapkan kata itu,

Rosa mundur perlahan. Kenangan masa lalu melintas seketika, kala Rosa berdiri di dekat
pohon mangga, ia tengah asik menjuluk buahnya dengan gala. Namun tidak berhasil
menjatuhkan satu mangga pun. Daun-daunnya berjatuhan ke segala arah. Rosa kembali
menjuluk dan ... Hup buah Mangga berhasil terlepas dari batangnya namun malah jatuh
keselokan, Rosa tidak berhasil menangkapnya.

"Sial!" gerutunya. Terdengar bunyi decit sepatu karet. Rosa menoleh kebelakang dan melihat
seseorang dengan kostume badut tengah berjalan kearahnya. Tangannya penuh dengan balon.

"Hallow Rosa?" sapanya.

Rosa tersenyum kecil.

"Butuh bantuan?"

Rosa mengangguk. "Aku tidak berhasil mengambil satu buah pun." Kelvin menyerahkan balon
ditangannya ke tangan Rosa dan ia bersiap memanjat setelah melepas pakaian badutnya.

"Yang di kanan." perintah Rosa menunjuk buah yang ia mau.

Kelvin menurut dan memetik buah mangga berwarna kuning keemasan perintah Rosa. Lalu
melompat turun.

"Terima kasih." Rosa tersenyum tulus.

"Sama-sama."

Kenangan memudar dan kembali kemasa kini.

"Kau melupakan ku?"


"Kau kan sudah ...."

"Aku belum mati, aku datang untuk menyelamatkanmu."

"Menyelamatkanku?"

"Dari ini ... Kau mengingat ini?" Kelvin memperlihatkan sebuah cincin putih berpermata kristal
biru.

"Kamu ingat? Saat itu kamu menuduhku sebagai pencuri, tapi kamu tidak tau kalau cincin itu

pemberian Tere. Dia memintaku memakai cincin kesayangannya untuk melamarmu agar
hubungan kalian berdua tidak pernah terputus. Namun itu hanya bualan. Tere ternyata
menyukaiku dan aku menolaknya. Aku berpikir itu akan membuatnya sadar, ternyata aku salah.
Dia berniat menghancurkan kita berdua. Dengan membunuhmu!"

"Semua terjadi dimalam itu. Sehari sebelum pertunangan. Saat Tere memberitahu semua orang
kalau akulah sang pencuri. Kau malu dan menarikku dari pesta."

"Kamu kira aku akan senang dengan cincin curian? Beraninya kamu mencuri cincin Tere dan
mengakuinya sebagai cincinmu!"

"Aku kira ... Tere ...."

"Kenapa kamu seperti ini? Cincin itu sangat berharga bagi Tere! Kamu seorang Penipu dan
pencuri! Menjauh dariku!!"

"Rosa! Rosa! Tunggu Rosa! Apa maksud kamu dengan perkataan Tere barusan? Dia

menyuruh kamu menjauhi aku?".

"Rosa!" Kelvin menarik tangan Rosa dan memegang bahunya. "Jelaskan! Apa yang di katakan
Tere?"

"Pekerjaan kamu hanya menjadi badut keliling!! Kamu itu miskin! Banyak Lelaki kaya yang
mau sama aku!"

"Rosa," Kelvin menggenggam tangan Rosa begitu erat. "Jangan dengarkan perkataan Tere ...
dia berusaha menjauhkan kita."
Rosa menghempas tangan Kelvin. "Tere selalu benar!! Kamu tidak artinya bagiku!!" Rosa
mendorong tubuh Kelvin menjauh darinya. Kelvin menarik tubuh Rosa detik itu juga terdengar
suara klakson mobil begitu nyaring.

TEETTTTTTT!! BRUARRRRR!

"Saat itu yang kamu tau, kamu mendorongku ke tengah jalan, namun yang sebenarnya aku
sengaja mundur ...."

"Apa maksudmu?"

"Semua itu ... karena aku kecewa padamu. Kau lebih memilih Tere dari ku."

"Lalu ... kenapa kau datang?"

"Untuk menjauhkanmu darinya, Tere berbahaya. Dia berniat membunuhmu."

Bruakkk!!

Pintu kamar terbuka, seseorang berpakaian badut masuk kedalam kamar. Rosa menjerit
histeris. Kelvin langsung maju dan memeluk tubuh Rosa.

"Jangan takut! Ada aku disini."

"Dimana Tere?" tanya Rosa.

"Dia itu Tere, Tere yang mengenakan pakaian badut."

Mata Rosa membulat terkejut.

"Itu benar, seharusnya kau yang mati. Bukan Kelvin. Dasar pembunuh!!" Rere maju mendekati

Rosa. Kelvin menjadikan tubuhnya sebagai tameng.

"Rosa tidak bersalah. Kelvin masih hidup." Kelvin memberi tahu Tere.

"Aku melihat dengan mataku sendiri, gadis itu menabraknya."

"Yang sebenarnya terjadi, aku menabrakan diri, agar kau mengira aku telah mati dan tidak
mengganggu hidupku lagi."

"Kau kembali membuatku kecewa." tukas Tere.

"Lupakan dendammu, Tere, aku Kelvin."


Tere terdiam. Dia menatap Lelaki didepannya dengan sendu. "Kau masih hidup."

"Lupakan dendammu."

Tere menjatuhkan pisaunya. Dia terduduk menatap Rosa sendu.

"Maafkan aku, telah Ilvolve denganmu."

Biodata Penulis

Fitriana Nurazmi, lahir di taluk kuantan. menyukai menulis sejak kecil. Sekarang menulis di form
Wattpad. Instagram; victory_prota

Anda mungkin juga menyukai