Anda di halaman 1dari 3

lelaki tua itu berdiri, ia membuka pintu, jauh di sana, mbak Lastri

berdiri di teras rumah, matanya kosong melihat kearah pintu, lelaki tua
itu menatap Ruslan dan Koco,
"saya tidak bisa membantu banyak, temanmu, dia sudah ada di rumah,
masalah ini, coba selesaikan dengannya"
Ruslan melirik ketika ia berpapasan dengan Lastri yg kemudian masuk ke
rumah lelaki tua itu, ia mendengar Lastri menggumamkan sebuah nama,
"Pornomo", jadi, nama lelaki tua itu adalah Pornomo, untuk apa, Lastri
masuk ke rumahnya, apakah ada sesuatu yg mau mereka bicarakan,
"Edan!! aku jek gak percoyo, Gundik'colo jek onok, mese onok 2 pisan nang
deso iki, gendeng" (Parah!! aku masih gak percaya, Gundikcolo masih ada,
malah ada 2 lagi di desa ini, Gila) kata Koco di atas motor,
Ruslan, hanya berucap "nyocot!!"
Koco diam,
setelah Koco mengantar Ruslan, ia kembali ke rumah itu, melewati kebun
jati sendirian, dari jauh, rumah itu sudah bisa dilihat, pintunya
terbuka, tepat ketika Ruslan melewati pintu, ia melihat Agus, tengah
duduk seperti menunggunya..
"tekan ndi?" (darimana?)
"cari rokok gus"
Agus hanya mengangguk, seakan tidak mau mendebad Ruslan, ia masuk ke
kamar, sebelum masuk, Agus mengatakannya,
"awakmu turu nang sebelah yo, aku kepingin turu ijen" (kamu nanti tidur
di kamar sebelah ya, aku ingin sendirian)
Ruslan tidak menjawab, Agus berbeda,
berjam-jam sudah berlalu, Ruslan masih belum bisa memejamkan matanya,
lantas, ia tiba-tiba merasa harus tahu, apa yg ada di dalam rumah itu,
apa yg di jaga sampai yg jaga harus perempuan seperti itu,
Ruslan beranjak dari ranjang, lantas, ia berpikir untuk memeriksanya
saja,
ia melewati kamar Agus, berjalan pelan-pelan, saat, Ruslan merasa ada yg
salah, ia kembali, membuka gorden yg menutupi kamar Agus, disana, Ruslan
terhenyak, melihat Agus duduk bersila di atas ranjang, di depannya, darah
berceceran,
Agus memuntahkan darah dengan mata terpejam
"he cok koen lapo cok" Ruslan mendekati Agus, menepuk2 pipinya, namun,
Agus seperti tidak sadarkan diri,
Ruslan kebingungan, lantas ia buru-buru mengambil segelas air ke dapur,
meminumkannya pada Agus, namun, ia terus memuntahkannya, tiba2, terdengar
suara Lastri berteriak,
Ruslan mendekati pintu,
"BUKAK!!" "BUKAK GOBLOK!!"
Ruslan pun membuka pintu, Lastri langsung masuk, ia berjalan pincang,
dengan tangan menyeret parang
Ruslan langsung menyusul Lastri, namun, Lastri keluara dari kamar dengan
sendirinya, menyeret Agus, ia menjambak rambutnya yg panjang, Agus masih
muntah darah, Ruslan mencoba menahan Lastri, namun, tatapan matanya,
membuat Ruslan ngeri sendiri,
"Mundur koen!!" (mundur kau!!)
"mbah isok diomongno apik apik mbah, gak usah gowo parang nggih" (mbah
bisa dibicarakan baik baik mbah, tidak perlu pakai parang ya) ucap
Ruslan,
Lastri berhenti, ia menatap Ruslan, menghunuskan parangnya, "mbah"
"mbak maksud kulo, mbak" (maksud saya mbak)
Lastri menyeret lagi
sampai di pintu rumah, Lastri melemparkan Agus, menyeret kakinya sampai
ke perkarangan antara rumah Lastri dan rumah tempat tinggal mereka Ruslan
yg tidak tahu harus apa dengan situasi ini, lari masuk rumah, ia
mengambil pisau di dapur, ia kembali, melihat Lastri sudah menghunus
parang yg Lastri pegang, terhunus di leher Agus,
Ruslan sudah gemetar, kalau sampai Agus di gorok, ia akan buat
perhitungan, namun, rupannya, Lastri menjambak rambut gondrong Agus, lalu
memotongnya dengan parang, Agus terjerembab jatuh ke tanah, ia berhenti
muntah darah
Ruslan mendekati Lastri, menatap segumpal rambut yg ia pegang,
"kancamu kandanono, nang kene, ilmune gak onok apa-apane, mene nek wes
sadar, gowoen nang mbah Pornomo" (temanmu kasih tahu, disini, ilmunya gak
ada apa2 nya, kalau sudah sadar, bawa dia ke mbah Pornomo)
Ruslan mengangguk, "nggih mbah" sahutnya, "eh, nggih mbak" Ruslan
mengkoreksi ucapannya, kini ia menatap rambut yg masih ada ditangan
Lastri, ia pergi, menjauh dengan kaki pincang,
Ruslan menggendong Agus kembali ke rumah. entah apa yg terjadi, Ruslan
masih tidak mengerti
ditemani Koco, Agus dibawa ke rumah lelaki tua itu, ia sudah sadar,
namun, ia seperti orang ling lung, wajahnya pucat, bahkan, Ruslan sudah
mengajaknya bicara sejak tadi pagi namun, Agus hanya diam
mbah Pornomo hanya duduk memandangnya, ia menunjukkan kain kafan putih,
mbah Por, membuka kain kafan putih itu, didalamnya, ada segumpal rambut,
Ruslan langsung tahu, itu adalah rambut Agus,
"nekat!!" ucap mbah Por, tanpa mengatakan apa2 lagi, mbah Por langsung
menghantam kepala Agus, sebelum menekan hidungnya, tiba-tiba darah hitam
keluar darisana,
mbah Por langsung menyesap hidung Agus, Ruslan dan Koco hanya bisa
melihat kejadian itu, mereka tidak mau berkomentar, setelah selesai, mbah
Por mengambil batok kelapa, memuntahkan isi mulutnya,
disana, ditengah-tengah genangan darah hitam kental, ada segumpal daging
busuk
mbah Por membuang ludah sebelum membersihkan mulutnya dengan sapu tangan,
ia meletakkan rambut hitam dan kain kafan di batok kelapa, membakarnya,
dan tercium aroma yg wangi,
wangi sekali sampai Ruslan dan Koco bingung,
mbah Por kemudian meminumkan air putih, Agus sadar,
"piye" tanya mbah Por, "wes ngerti sopo sing nduwe lemah kui" (kamu sudah
tahu siapa yg punya tanah itu)
Agus hanya diam, keringatnya mengalir deras, bibirnya gemetar,
"sudah lihat juga, Gundik'colo yg lain?" mbah Por masih bertanya,
Agus mengangguk
mbah Por berdiri, ia diam, kemudian mendekati Agus lagi, "boleh aku
melihat apa yg kamu lihat"
Agus mengangguk
Ruslan dan Koco masih diam, ia melihat mbah Por, mencium tangan Agus
seakan ia meminta restu, suasana menjadi hening, sangat hening sekali,
Ruslan dan Koco, merinding
seperti tersedak, mbah Por melompat mundur, dibibirnya keluar darah, ia
merangkak, seolah mau memuntahkan sesuatu, Agus dan yang lain sontak
menolong mbah Por, memijat lehernya
mbah Por terus memukul dadanya, dan keluarlah gumpalan daging yg sama,
daging colo' berlumurkan darah,
"artine opo toh mbah?" tanya Ruslan,
"sing nduwe lemah, kate teko, njupuk opo sing kudu di jupuk" (yang punya
tanah mau datang, mengambil apa yg harus dia ambil)
"nopo niku mbah?" (apa itu mbah)
mbah Por tampak berpikir, "Lastri"
"co" kata mbah Pur, "awakmu eroh omahe pak RT, budalo mrono, ngomong'o,
Balasedo'ne teko" (kamu tahu rumah pak RT kan, bilang sama dia, Balaseda'
mau datang)
Ruslan melihat wajah mbah Por, ia tidak pernah segelisah ini, sedari
tadi, mbah Por hanya mengelus janggutnya
mbah Por melihat keluar rumah, lalu menutup pintu rumahnya, "melok aku"
(ikut saya)
Ruslan dan Agus berdiri, ia berjalan di belakang mbah Por yang melangkah
masuk ke salah satu kamar,
di kamar itu, Ruslan banyak melihat benda2 yg tidak asing lagi, bawang
putih di pasak,
cabai di ikat dengan benang, sampai kembang bertebaran di meja, mbah Por
langsung mempersilahkan mereka duduk, saat mereka duduk, tiba-tiba mbah
Por memukul-mukul kepalanya, seperti orang kebingungan, bahkan, ia
menghantam rahangnya, dan secara tiba2, menarik paksa giginya..
entah gigi mana yg ia ambil, namun, Ruslan dan Agus merasa ngilu melihat
itu di depannya, darah masih mengalir dari bibir mbah Por, namun,
bukannya merasa kesakitan, mbah Por seperti tertawa terbahak-bahak
melihat giginya tanggal
"Edan"bisik Ruslan, yg ditanggapi agus, ia setuju
berpikir bahwa semua itu selesai, adalah kesalahan besar, mbah Por lagi-
lagi, menekan gigi bawah yg berada tepat di tengah dengan kedua
tangannya, matanya tengah menatap Ruslan, dengan nafas tersenggal-
senggal, mbah Por menarik paksa, hingga darah mengalir deras dari
bibirnya..
menyaksikan hal gila seperti itu, membuat Agus dan Ruslan tidak tahan, ia
mendekati mbah Por, namun, mbah Por tak menghiraukan mereka, ia seperti
orang yg sudah kesetanan, dan benar saja, giginya berjatuhan dengan luka
robek yg membuat Ruslan memalingkan wajah,
mbah Por tertawa.

Anda mungkin juga menyukai