Anda di halaman 1dari 5

Double R

“ROSI ROSI CEPET BUKA GAK!!!” teriak seorang gadis yang sudah emosi sejak tadi sambil mengetuk
pintu kamar dengan tidak sabaran
“ROSI CEPET BUKA ATAU AKU DOBRAK PINTU KAMARNYA”
“Berisik tau gak sih” balas Rosi, pemuda yang sudah daritadi ditunggu untuk membuka pintu
menampakkan diri dengan wajah tidak berdosanya dihadapan gadis yang sedang berkacak pinggang
dengan wajah penuh emosi
“Birisik tii gisih, bisa bisanya kamu bilang gitu??!!”
“Apaansih dari tadi bunda denger ribut banget kalian berdua” tiba tiba Bunda datang sambil membawa
spatula yang sepertinya sedang digunakan untuk memasak
“Ini nih Bunda, kemarin tuh earphone ku masih baik baik aja, liat habis dipinjem sama Rosi malah jadi
bentukan rambut kusut mana tuli sebelah lagi” adu Rose pada bunda sambil merengek
“Rosi…jangan gitu dong nak, kamu tau kan itu barang pertama yang adikmu beli dengan uangnya
sendiri..” nasihat Bunda dengan lembut
“Iya Bunda, Oci minta maaf” tunduk Rosi dihadapan Bunda
“Kamu jangan minta maaf ke Bunda, minta maaf sama adikmu tuh” sambil mengusap kepala anak
sulungnya itu. “Bunda tinggal dulu, kalian jangan berantem terus, kasian Ayah gabisa fokus baca
korannya tuh” tunjuk bunda ke lantai bawah dimana terlihat Ayah dengan kacamata, kopi, dan koran
kesayangannya.
Setelah 1 menit Bunda meninggalkan dua insan yang masih enggan untuk mengeluarkan suara, Rosi
masuk ke dalam kamarnya lalu menguncinya, meninggalkan Rose yang masih berdiam diri menunggu
permintaan maaf Rosi.
“Ih siapa sih punya kembaran, gitu amat. Udah ngerusakin ga tanggung jawab, minimal minta maaf kek!”
sambat Rose yang sudah amat kesal dengan kelakuan kembarannya itu.
Malamnya, Rosi dan Rose tampak bermain play station di ruang tengah. Ya, tadi pagi seperti angin lalu
saja bagi mereka, sudah kegiatan rutin bagi mereka untuk bertengkar. Jika tidak ribut, seperti ada yang
kurang saja dalam hidup mereka.
“Ci, ci, awas tuh di kiri lo ada musuh, gitu aja kagak liat, pantes kalah *wlee*” ejek Rose melihat sejak
tadi Rosi tidak bisa memenangkan game yang telah mereka mainkan selama 2 jam
“Iya bawel banget dah lo, gue juga punya mata kali bisa liat!” kesal Rosi yang sudah diejek terus oleh
Rose
Benar saja, akibat musuh yang diberitahu oleh Rose, tidak lama kemudian Rosi game over. Terdengar
tawa puas dan mengejek dari Rose yang membuat Rosi semakin menekuk wajahnya. Tiba-tiba Bunda
datang dengan cookies di tangannya
“Udah udah, jangan ejek kakaknya terus dek” ucap Bunda karena ia tahu tidak lama lagi, dua insan
tersebut akan memulai keributan di dalam rumah.
“Tuh dengerin Bunda! Ngeselin banget, pantesan kagak ada yang mau sama lo, malem minggu kok
dirumah, gada cowo ya lu” kata Rosi sambil mengambil cookies yang dibawa Bunda, dan
mencelupkannya kedalam susu milik Rose.
“Apaansih, kok jadi bahas cowo, dikata lu juga punya?? ngaca!! Lu juga malmingan dirumah kaliii”
sanggah Rose tidak mau kalah.
“Udah udah…kalian ini daritadi ribut terus, Ayah capek dengernya…” ucap ayah yang tiba tiba saja
sudah berdiri di belakang mereka
“Maaf yah” ucap kembar tersebut bersamaan. Jika sudah dihadapan sang Ayah, mereka langsung terlihat
seperti harimau yang telah dijinakkan.
Ting! Bunyi notifikasi ponsel Rosi, bergegas Rosi segera mengecek ponselnya tersebut, seakan akan ia
sudah menunggunya dari tadi. Tidak lama kemudian ia berpamitan dengan Ayah dan Bunda “Oci pergi
dulu ya bun, yah, sebentar aja kok, sebelum jam 11 Oci balik” Bunda dan Ayah hanya tersenyum melihat
punggung putranya yang sudah hilang dibalik pintu utama rumah mereka tersebut.
“Siapadeh, habis liat notif terus senyum senyum, habis itu langsung pergi” Rose tampak curiga dengan
kelakuan kembarannya tersebut.
Tidak hanya malam ini Rosi bertingkah mencurigakan seperti ini, Rose sudah menyadarinya kurang lebih
2 minggu. Selalu mengecek ponselnya setiap detik menit, jika ada notif ia langsung menuju kamar atau
tersenyum melihat ponselnya tersebut.
“LAH, MASA DIA UDAH ADA CEWE????!!!!” teriak Rose sadar setelah menganalisa tingkah aneh
kembarannya tersebut. “Bun, Yah masa sih Oci ada cewe, ga mau ya akuuuuuu. Kalau dia ada cewe, Oce
juga harus ada cowo” rengek Rose seperti anak kecil yang tidak ingin kalah dengan tetangganya jika
memiliki mainan edisi terbatas.
“Gaboleh gitu dong sayang…ya masa kalian mau harus samaan terus..” ucap Bunda berusaha
menenangkan putri kesayangannya.
“Iya dong Bun!” seru Rose, tetap kekeh.
Sementara itu Ayah yang tidak tahu lagi harus menenangkan putrinya dengan cara apa, malah memainkan
play station. Karena ia tahu, jika penyakit keras kepala Rose kambuh, sangat sulit untuk menasihatinya.
Sudah pukul 22.30 belum ada tanda tanda kepulangan Rosi, sementara itu Rose masih setia menunggu
kembarannya itu di ruang tengah.
Suara gerbang dibuka dan ‘stater’ motor masuk ke telinga Rose dan betul saja, orang yang sudah
ditunggu-tunggu oleh Rose membuka pintu sambil mengucapkan “Assalammualaikum” dan tidak lupa
ditangannya ada kresek yang dari luar saja sudah tertebak isinya, yup martabak manis, makanan kesukaan
Rose.
“Kemana aja lu, habis nongki sama tongrongan lu, apa jalan sama cewe” sewot Rose
“Baru pulang dimarahin! Nih makan martabak manis” kata Rosi mengikuti nada iklan permen yang setara
dengan 1 gelas susu. Sekaan akan Rosi sudah menebak kembarannya tersebut akan mengomel, jadi ia
sudah menyiapkan sogokan yang paling ampuh.
Tapi, sayangnya sogokan Rosi kali ini tidak berhasil, karena Rose sudah benar-benar dipuncak rasa ingin
tahunya.
“Jawab pertanyaan gue!!! Gausa lagak bawain gue martabak manis” kekeh Rose memaksa Rosi untuk
memberitahunya
“Emang kenapasi, kepo amat” Rosi pun tetap tidak ingin memberitahu kembarannya tersebut
“Ya emang kepo!” ucap Rose sambil menghentakkan kaki “Lu kalau punya cewe bilang, masa lu udah
ada cewe gue masi jomblo disini, gak adil tau gak!” sambung Rose yang masih saja menghentakkan
kakinya ke lantai ruang tengah dan menekuk wajahnya
“Dih ngapain bilang bilang lu, ga ada hubungannya kali. Gue mau punya cewe apa gak, mau jalan sama
cewe apa gak, juga ga ada hubungannya sama lu. Gausa kepo deh lu jadi orang, berisik” balas Rosi
Rose langsung saja meninggalkan Rosi yang masih ada di ruang tengah ke dalam kamarnya, dan menutup
pintu kamarnya dengan kencang. Rosi memang merasa kata-katanya sedikit keterlaluan, tetapi ia tidak
terlalu memusingkan hal itu, karena ia yakin esok paginya pasti mereka akan bertingkah seperti biasa.
Keesokan paginya, Rose langsung berpamitan kepada Bunda dan Ayah yang sedang berada di ruang
makan, tentu saja disana ada Rosi yang sedang menyantap sarapannya.
“Loh, Oce gak sarapan dulu??” Bunda merasa heran, karena ia tau Oce sangat tidak bisa melewatkan
sarapannya, terlebih lagi sarapan pagi itu adalah nasi goreng buatan bunda, makanan favoritnya nomor 1
di dunia ini.
“Gak Bunda, tadi Oce udah makan roti di kamar kok, Oce duluan ya” Rose langsung meninggalkan ruang
makan tersebut
“OCE BERANGKAT SAMA SIAPA? INI OCI MASIH SARAPAN, NAK” teriak sang Ayah
“SAMA TEMEN, YAH” balas Rose yang sudah berada di depan pintu
“Adikmu kenapa?? Tumben gamau berangkat sama kamu, gak sapa kamu juga pagi ini” tanya Bunda
terheran-heran
Rosi mengangkat bahunya “Gatau juga Bun, emang lagi badmood mungkin, paling nanti juga kaya biasa”
Jujur Rosi merasakan bahwa Rose menghindarinya pagi ini. Sejak turun tangga Rose berusaha untuk
tidak menatap wajahnya, ia merasakan semua itu.
Saat di sekolah pun, Rose tidak menyapanya, tidak pergi ke kelasnya untuk meminta uang jajan, tidak
merusuhinya. Rosi berfikir apakah ini karena perkataanya semalam tadi atau hal lain.
Sudah 5 hari berlalu, perang dingin yang dibuat oleh Rose terus berlanjut, sang Bunda dan Ayah pun
merasa bingung ada apa dengan anak kembar mereka yang biasanya selalu ribut, tetapi sekarang mereka
tidak saling menyapa, untuk saling bertatap mukapun enggan. Begitupun dengan Rosi, ia berusaha untuk
menanyakan ada apa dengan kembarannya tersebut, tetapi Rose punya 1001 cara untuk menghindarinya.
“Rose, ayolah jangan begini, buka pintunya gue mau bicara” Rosi sudah jengah dengan tingkah laku Rose
yang mendiamkannya tanpa ia tau apa sebabnya
Tidak terdengar adanya jawaban dari kamar Rose
“C’mon Ce, gue gamau kita terus gini, at least I know why you act like this” Rosi masih terus berusaha
Rose yang ada di dalam kamar mendengar semuanya, ia tahu jika Rosi sudah menggunakan Bahasa
Inggris maka artinya ia sudah sangat serius. Rose berjalan untuk membuka pintu yang terkunci.
“Oh my god! Finally” terlihat ekspresi bahagia di raut wajah Rosi
“Apa? Cepet, gue mau lanjut nugas” ucap Rose di depan pintu kamarnya, ia enggan untuk
mempersilahkan kembarannya masuk ke dalam kamarnya
“Apa salah gue? Tell me. Jangan diemin gue terus kaya gini” Rosi sudah sangat frustasi untuk mencari
tahu mengapa kembarannya yang satu ini mendiamkannya
“Lah, lo peduli?? Kan gue gada hubungannya di hidup lo” jawab sarkas Rose
“Jangan bilang begitu Ce, you’re my twins, ya lo pasti selalu ada hubungannya sama gue” ucap Rosi
dengan lembut namun terdengar ke frustasian dalam kalimatnya tersebut
“Lawak, lu yang bilang gitu di ruang tengah, sekarang lo bilang gue selalu ada hubungannya sama lo??”
terdengar tawa sinis dari mulut Rose
“Cuma gara-gara perkataan malem itu lu kaya gini, Ce? Really?” tanya Rosi dengan wajah yang tidak
percaya
“CUMA??!! Cuma lo bilang??? gue tungguin lo pulang malem itu yang biasanya gue udah di kamar asik
nonton Netflix kesayangan gue. Gue bukan gamau lu punya pacar, tapi gue cuma takut lu bakal lebih asik
sama pacar lu, bakal lebih sayang sama pacar lu, lupain gue, gamau anter jemput gue lagi, gak mau
dengerin cerita random lagi, dengan ekspresi dan tingkah laku lu yang selalu nunggu notif dari hp l uterus
senyum senyum sendiri, gue Cuma takut lu pergi dan gak sayang sama gue lagi CUMA itu” dalam sekali
tarikan nafas, semua kata-kata yang berusaha Rose tahan selama 5 hari lolos keluar dari mulutnya itu,
matanya sudah terlihat berkaca-kaca
Rosi terlihat terkejut setelah mendengarkan apa yang Rose katakan, ia langsung membawa kembarannya
itu ke dalam pelukannya, dan mengusap punggung Rose dengan halus.
“Astaga, ternyata bisa mikir gitu juga kembaran gue yang satu ini. Cup, cup, cup, masa gue bisa tinggalin
bocil kaya lu, bisa-bisa dipukul gue sama Ayah. Gue kemarin lagi nunggu paket action figure limited
edition gue, makanya cek notif terus. Gada yang cewe-cewean, kan Ayah juga suruh fokus sekolah dulu
sama jagain lu, mana bisa gue cari pacar udah dikasi tanggung jawab gitu, ya walaupun gue tau gue
ganteng banyak yang mau. Udah gausa nangis” terdengar nada sangat percaya diri dalam kata-kata Rosi
Rose yang semulanya ingin menangis, malah tidak jadi dikarenakan kata-kata Rosi yang terakhir, ia
melepaskan diri dari pelukan Rosi dan membuat wajah seakan-akan ia mendengarkan kata paling
menjijikkan di dunia
“Idih, malah jadi over pd lu! Gada yang nangisin lu juga *wlee*” balas Rose dengan wajah tengilnya
“giidi ying ningisin katanya, liat tuh ingus lu hampir keluar” tunjuk Rosi ke wajah Rose
“MANA ADA!!” teriak Rose tidak terima dikatakan ingusnya hampir keluar
Tawa mereka pecah seketika, menertawakan hal yang sudah terjadi 5 hari belakangan ini. Tiba-tiba
Bunda dan Ayah datang
“Nah gini kan enak, adem diliatnya. Bunda lebih suka liat kalian ribut daripada diem-dieman kaya
kemarin, Ayah kalian sampe cari di google cara memperbaiki hubungan anak yang rusak” ejek Bunda
sambil melihat Ayah
“Bunda, jangan dibocorin dong!” seru Ayah tidak terima
Bunda, Rosi, dan Rose tertawa mengejek Ayah, dan suasana rumah kembali seperti semula.

Anda mungkin juga menyukai