ABSEN : 27
KELAS : XII IPS
KELUARGA
“Kenapa?”
“Aku belum ngantuk kok. Maaf.. udah mbangunin
Kak Lisa”
“Kak Lisa?”
Sebenarnya Lisa memang sudah terjaga sejak gadis
kecil itu tak sengaja membuatnya terbangun.“Rosa… Kan
Kakak dah bilang berapa kali biar kamu tahu. Tadi kamu
bilang udah tahu, tapi tetap kerasa kepala. Sudah pasti kita
gak bisa bertemu. Karena kita tidak punya… Terus, kamu
gak usah dengerin ceritanya si Fika.” Lisa dengan nada
sedikit kesal, karena emosi yang belum stabil sebab sedari
bangun tidur.
“Hm. Iya kak, maaf.” Rosa yang menyesal. “Ya,
udah. Gak apa-apa. Sekarang kamu tidur, besok kita kan
bakal ada acara. “ Ungkap Lisa dengan senyum penuh arti.
“Oh, ya Dek. Kalau besok Kakak gak bisa ngasih kado yang
sesuai dengan yang Adek mau. Coba kamu minta sama
yang di atas. Percaya deh, pasti dikabulin” saran Lisa.
“Bisa?” Tanya Rosa dengan polosnya. “Bisa dong!”
Jawab Lisa yakin. Rosa tersenyum lebar.
Akhirnya Rosa pun memutuskan untuk segera
tidur. Agar acara esok yang ia nanti-nanti sesuai dengan
apa yang ia harapkan.
Rosa memandang langit-langit kamar yang tak
nampak, sambil memohon kepada Yang Maha Kuasa,
“Semoga besok aku bertemu Ibu. Tapi kan mustahil. Kalo
gitu, aku mau bertemu keluargaku. Tapi kan di sini juga
udah ada keluargaku. Hah… terus, minta apa? Kalo gitu,”
mohonnya dalam batin sembari berfikir matang-matang
apa yang ia harapkan.
“Semoga aku bertemu dengan keluargaku yang
sudah sekian lama tidak bertemu, siapapun! Kalo gak, yang
penting keluargaku yang belum pernah aku temui juga gak
apa-apa. Siapapun!”
***
01 Januari 2002 : 08.00
Pagi yang cerah menyambut secercah senyum itu.
Di Panti Asuhan ‘Kasih Ibu’.
“Eii… bangun Ros. Udah jam 8, inget gak, ini hari
apa?” Lisa mencoba membangunkan Rosa si pemalas
untuk yang kesekian kalinya, kali ini dengan sekuat tenaga
dan tanpa ampun.
“Hmm!” Rosa yang kesal karena Lisa
membangunkannya dengan cara yang berbeda. Yaitu
menggelitikinya. “Ahhh! KAK! Hahaha… GELI!” Rosa mulai
tak tahan. Dan akhirnya, menyerah. “Iya, iya aku bangun.
Udahan!” Pinta Rosa.
“Nah… anak pintar. Sekarang mandi, terus bantu-
bantu yang lain di luar. Semua pada sibuk nyiapin
acaranya. Hari ini bukan cuman kamu yang dirayain. Jadi
jangan manja ya Adek Rosa” jelas Lisa. “Iya iya iya…” jawab
Rosa.
Setelah selesai dengan urusan pembersihan diri,
selanjutnya Rosa pun ikut membantu. Lisa menyarankan
Rosa untuk membantu dalam urusan dekorasi bersama
saudara sebayanya dan dibantu oleh beberapa Kakak yang
juga menuntun mereka. Melipat kertas origami, meniup
balon, menggunting kertas, dan memajang dekorasi yang
telah siap. Semua melakukan tugas masing-masing dengan
senang hati.
“Ros, hari ini bakal ada yang datang loh…” Tiba-
tiba saja Bu Rahmah mengatakan sesuatu sembari
menepuk pundak Rosa disaat ia sedang asyiknya meniup
balon. Dan berhasil mengagetkan Rosa walaupun tak ada
niat untuk melakukannya. “Ah! Bu Rahmah?”
“Kamu pasti seneng.” Bu Rahmah melanjutkan
ucapannya barusan. “Ada yang datang? Siapa?” Rosa sama
sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya beliau katakan.
“Loh, belum tahu toh nduk?” tanya Bu Rahmah
dengan heran. Rosa yang polos tetap diam. Mencoba
menerka apa yang sebenarnya Bu Rahmah maksudkan.
Tapi semakin ia berfikir, semakin ia tak mampu
menemukan jawabannya.
“Ya sudah, kalo gitu. Nanti Rosa liat aja sendiri.
Biar Surprise, ya?” Bu Rahmah menyarankan. “Emang,
siapa Bu? Siapa?” Rosalia yang mulai dipenuhi rasa
penasaran, sudah sampai pada puncak kesabaran.
“Bu Rahmah! Minta tolong ke sini sebentar, boleh?”
terdengar suara wanita memanggil yang sumbernya
berasal dari dapur. “Oh! Nggih Bu!” Bu Rahmah
menyanggupi. Dan akhirnya Bu Rahmah pergi dengan
meninggalkan gadis kecil itu yang dipenuhi rasa
penasaran.
Disaat yang sama, “Ros, temani Kak Lisa ke
Supermarket sebentar. Mau?” Lisa juga muncul disaat
yang tak terduga. “Ah! Iya Kak!” Dalam waktu singkat Rosa
melupakan percakapannya dengan Bu Rahamah.
***
01 Januari 2002 : 08.30
Rosalia Fernanda, sebentar lagi aku akan
menjemputnya. Ternyata makan waktu cukup lama untuk
mencapai ke tempat itu. Sedangkan aku berangkat mulai
pukul 7. Aku begitu gugup.
“Umurnya sekarang 6 tahun ya? Jadi anak itu pasti
suka mainan” gumamku sembari mengemudikan mobil
yang melaju dengan pasti. Dipikir-pikir, jarang sekali aku
ini berkomunikasi dengan anak kecil. Bagaimana nantinya
kalau aku bertemu Rosalia, berbicara, atau berperilaku
padanya? Hhah… Sinta. Andai kamu masih ada di sisiku.
***
01 Januari 2002 : 08.50
Rosa dan Lisa telah kembali setelah keperluan mereka.
Saat mereka sedang akan memasuki rumah, Rosa terus
mengalihkan perhatiannya pada mobil hitam yang sudah
terparkir sejak sebelum kembalinya mereka dari
berbelanja.
“Ah… akhirnya kita sampai rumah. Capek banget ya
Ros.” Rosa pun mengalihkan pandangannya pada Lisa.
“Mau minum Kak, ke dapur yuk!” pinta Rosa. “Ah!
Ayo Dek.”
“Iya.”