Anda di halaman 1dari 3

LKPD UJIAN PRAKTIK BAHASA INDONESIA

Nama : Sherly Afriza Nandita


Kelas : XII – IPA/IPS
Judul Cerpen : Peri Kecil Ayah

“Ayah, pengen jalan -jalan” ucap Aiza kecil. Sang ayah dengan antusias menjawab
ajakan sang gadis “mau jalan-jalan kemana sayang? Aiza kan tahu kalo bensin ayah lagi
habis..” Aiza kecil pun cemberut dengan jawaban sang ayah. “Ayah, tapi Aiza kan pengen
jalan-jalan” timpal sang ayah “oke bentar ayah tahu caranya”.
Di sisi lain sang ayah mencari cara agar putri kecilnya bisa Bahagia dengan cara
mengajaknya jalan-jalan. Tanpa sepengetahuan Aiza sang ayah mati-matian meminjam uang
agar bisa membeli bensin dan mengajak putri kesayangannya pergi Bersama. Akhirnya
mereka bisa pergi jalan-jalan dengan tawa Aiza yang sangat lepas, ayah merasa senang jika
Aiza pun senang. Begitu juga sebaliknya Ketika Aiza sedih, maka ayah juga merasa sangat
sedih.
Semakin hari Aiza semakin dewasa, ayah dan ibu juga semakin tua. Tak terasa kini
Aiza sudah memasuki masa-masa remaja, seorang remaja yang sangat nakal dan pecicilan.
Ayah dan ibu sudah lelah dengan sikap nakal Aiza yang susah dinasehati. Ayah dan ibu
memikirkan, bagaimana dengan sikap dan perilaku Aiza seperti itu hingga masa depan?. Dari
hasil musyawarah ayah dan ibu, Aiza kan diantarkan ke pesantren.
Awal kehidupan Aiza akan dimulai di dalam pesantren ini, yang biasanya disebut
(penjara suci). Aiza menjalani kehidupan seperti santriwati pada umumnya. Hingga 3 tahun
berlalu, Aiza mendapat kabar bahwa cinta pertamanya yang biasa ia sebut ayah mengalami
kecelakaan parah. Ketika mendapat kabar itu hati Aiza hancur seperti pecahan piring. Ada
pepatah mengatakan bahwa ayah adalah cinta pertaman bagi anak perempuannya, ayah bukan
orang yang pandai menyampaikan kata-kata sayang kepada anak perempuannya, tapi seorang
ayah mampu memberikan kasih sayang lewat perbuatan dan perilaku untuk peri
kesayangannya. Begitu juga dengan ayah Aiza yang selalu memberikan kasih sayang dan
perilaku manis kepada anak gadisnya, ayah yang penyayang seperti ibu, dan penasihat yang
baik untuk Aiza. Hingga sang ayah sudah mulai bisa melakukan kegiatan seperti biasanya
karna ditemani dengan istri tercintanya.
Lima bulan berlalu hingga hari ulang tahun Aiza pun tiba “selamat bertambah umur
anak gadis ayah, semoga apa yang Aiza inginkan cepat terkabulkan ya nak.. ayah gak
nyangka anak ayah umur 17 tahun aja, sudah dewasa, Aiza kan sudah tahu mana yang baik
dan mana yang buruk buat Aiza”. Kemudian disusul dengan ucapan sang ibu “anak ibu sudah
besar, selamat ulang tahun ya nak..” Aiza dan ibu saling berpelukan, hingga air mata Aiza
pun ikut turun. “maafin Aiza yah bu, belum bisa jadi anak yang ayah dan ibu inginkan”
begitu yang Aiza lihat, dari pandangan ayah menjadi penasihat yang baik untuk aiza. Aiza
selalu mengingat-ingat apa yang selalu dikatakan oleh ayah untuk Aiza, dan ibu selalu
mewanti-wanti Aiza untuk selalu ingat apa yang dikatakan oleh sang ayah.
Ayah selalu bilang kepada sang ibu “bagaimana ya bu jika Aiza sudah menikah nanti?
Anak gadis ayah sudah dewasa, berarti kita juga semakin tua ya bu”. “iya yah, ibu aja gak
ngerasa dulu Aiza masih kecil bisa jalan-jalan bareng ke taman, lah sekarang Aiza sudah
besar aja”. Di pesantren Aiza sudah mengenal banyak macam teman, di tempat ini Aiza juga
sudah menyimpan perasaanya kepada seseorang. Hingga 1 bulan berlalu, sang laki-laki
sepertinya tahu bahwa Aiza menyukainya, Aiza merasa sangat malu karna sahabatnya juga
menggoda Aiza “cieeee.. Aiza sudah suka-suka nih sama santriwan, siapa sih za kok aku
kepo?” “jangan ah malu aku” ucap Aiza.
Tak terasa, 6 tahun Aiza hidup dalam pesantren hingga akhirnya ia lulus. Setelah lulus
pun Aiza mendalami ilmu kitab kuning lagi selama 4 tahun atau biasanya sering disebut
(ngabdi kitab kuning). Kini Aiza sudah memasuki usia 21 tahun, Setelah lulus Aiza tiba-tiba
merasa rindu dengan seseorang tapi entah siapa yang ia rindukan, padahal ayah dan ibu juga
ada dirumah. Di kampung halaman, Aiza dan sahabatnya membuka kajian ilmu yang telah ia
dapatkan selama ia mendalami ilmu dipesantren hingga akhirnya Aiza berinisiatif untuk
mengajak para remaja kajian majlis untuk tabarrukan ke makam sunan kudus. Ketika Aiza
hendak memasuki masjid Bersama rombongannya ia disapa dengan seorang laki-laki yang ia
lupa. “assalamualikum Aiza? Kesini sama siapa?” “eh waalaikumsalam, kesini sama
rombongan anak kajian majlisku. Maaf kamu siapa ya?” timpal Aiza “aku yang dulu pernah
kamu kagumi di pesantren itu loh..” “ astaghfirullah” ucap Aiza sambil menahan malu.
Hingga akhirnya sahabat Aiza datang memanggil “Aiza buruan ih, udah ditunggu anak-anak
jama’ah, eh ada mas hadroh, udah dulu mas ya, soalnya kita mau sholat jama’ah. Kasian
anak-anak udah nunggu ustadzahnya”. Ucap sahabat Aiza yang sampai sekarang tidak tahu
siapa nama laki-laki yang dikagumi oleh Aiza. “masyaallah kamu udah cantik, pinter,
sholehah lagi. Semoga kitab bisa bertemu dititik terbaik menurut takdir ya za..” batin laki-laki
itu sambil tersenyum manis. Pada akhirnya mereka pun berpisah, karena sang laki-laki itupun
juga akan melaksanakan sholat juga.
Ketika hendak keluar masjid Aiza bertemu lagi dengan laki-laki yang dijuluki (mas-
mas hadrah) oleh sahabatnya itu. “eh Aiza ketemu lagi” Aiza yang hendak memasang
sepatunya pun ikut menoleh dan tersenyum hangat padanya tanpa menjawab perkataan yang
dilontarkan untuknya. “Aiza boleh minta nomernya gak?” “boleh mana sini hp nya” tanpa
sepengetahuan laki-laki itu, Aiza malah memberikan nomer telepon ayahnya. “Makasi ya,
semoga nanti telepon dari saya di angkat hehe” “insyaallah” ucap Aiza ramah.
Sesampainya di rumah Aiza memikirkan apakah benar laki-laki itu jadi
meneleponnya?. Di tempat lain laki-laki itu sudah bulat ingin menelepon Aizanya. Hingga
akhirnya ia menelepon, deringan pertama belum ada jawaban, hingga deringan terakhir
diangkat oleh sang penerima telepon “iya assalamualaikum cari siapa ya?” ucap ayah Aiza
“waalikumsalam, ini saya ehmm mau cari Aiza boleh?” “oh sebentar saya panggilkan dulu
ya” laki-laki itu mengira bahwa suara itu adalah suara ayah Aiza dan ternyata dugaannya
benar. “halo assalamualaikum, kenapa kamu cari aku?” “tidak apa-apa aku hanya ingin
berbicara sebentar denganmu, aku esok akan main kerumahmu. Rumahmu tidak pergi
keman-mana kan?” “ngapain kesini?, nanti ayahku marah” ucap Aiza. Tadi tidak hanya itu
yang ia ucapkan kepada ayah Aiza, ia juga sudah izin bahwa esok ia akan main kerumah aiza.
Keesokan harinya ia merasa sangat cemas, apakah laki-laki itu benar akan datang
kesini atau hanya menngodaanya. Tak lama kemudian, sang ibu memanggilnya “Aiza turun
nak, ada tamu nih mau ketemu sama kamu” Aiza pun segera menyiapkan diri. “oh ini yang
Namanya Aiza, cantik loh mas..” ucap ibu laki-laki itu “iya lah bu anak laki-laki kit aini tahu
aja mana yang cantik, dan sholehahnya”. Hingga ia tak menyangka bahwa kedatangan laki-
laki itu ingin memintanya “bagaimana aiza? Niat datangnya keluargaku kesini untuk
memintamu agar engkau jadi istriku” dipotong dengan ucapan sang ayah “gak apa-apa nak,
terima aja, mungkin nak aris ini sudah memang menjadi jodohmu” “bismillah dengan izin
allah lamaranmu aku terima” ucap Aiza lega. “alhamdulillah” ucap orang tua mereka berdua.
Aiza tidak pernah memikirkan bagaimana bisa ia berjodoh dengan laki-laki yang ia
kagumi dari 11 taun yang lalu, hingga akhirnya allah memberikan Aiza laki-laki itu untuk
menjadi bagian dari hidupnya.
Dikediaman rumah ayah dan ibu Aiza, ayah Aiza belum siap ditinggal oleh putri
semata wayangnya. “bu rumah jadi sepi ya, ayah gak nyangka Aiza sudah milik suaminya
seutuhnya” ibu yang berada di dapur sambil mengusap air mata “semoga aris bisa menjadi
suami yang baik ya yah untuk Aiza”
Kini tidak ada lagi Aiza kecil yang sering menangis meminta sesuatu kepada ayah dan
ibunya, tidak ada lagi suara perdebatan antaran Aiza dan ibunya.

Terimakasih

Kisah ini diambil dari kisah nyata, selebihnya ngarang hahahha

Anda mungkin juga menyukai