Anda di halaman 1dari 8

DESKRIPSI CERPEN ‘’GARONG’’ INDRA TRANGGONO

‘’MENYIBAK MITOS DALAM BUDAYA’’

Oleh : Rodhiatun Niswah (120210402003)

Mata Kuliah : Kritik Sastra

Kelas : C

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

1
‘’MENYIBAK MITOS DALAM BUDAYA’’

‘’karena sebagian budaya itu dibesarkan dan berawal dari sebuah mitos’’.

Kata tersebut mungkin dapat mewakili dari cerpen-cerpen karya sastrawan


hebat Indra Tranggono.Ia lahir pada 24 Maret 1960. Ia besar di kabupaten Tegal
Senggotan Kasihan Bantul Yogyakarta. Disamping menulis cerpen, ia juga giat
membuat naskah drama antara lain yang berjudul “Monumen”. Saat dirinya
menjadi wartawan Harian Masa Kini dan Bernas pada tahun 1980-an. Dia juga
merupakan salah satu pendiri Komunitas Pak Kanjeng bersama Emha Ainun
Nadjib dan kawan-kawan serta Komunitas Seni Kua Etnika bersama Djaduk
Feriyanto, Butet Kertaradjasa dan kawan-kawan. Selain itu, ia juga aktifis
sastrawan yang sering kali muncul karya-karyanya di media cetak termasuk koran
Kompas.1 Salah satu karya cerpennya yang dimuat di koran Kompas, 25 Mei
2014 adalah ‘’Garong’’.

Cerpen ‘’garong’’ ini menceritakan seorang laki-laki yang begitu beringas


akan harta, tahta, dan wanita. Semua ia kuasai dengan hanya barang
kepunyaannya yang dapat mengubah segalanya menjadi barang-barang yang ia
inginkan yaitu bola api, Ageni namanya. Salah satu korban wanita selanjutnya
adalah wanita yang ia rubah parasnya menggunakan bola api miliknya bernama
Gendari. Karena segala perlakuan Ageni yang tidak wajar yang dirasakan Gendari
terus menerus ia menelusuri tentang lelakinya itu. Ia terkejut dengan segala
tindakan tidak rasional kekasihnya itu. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
cerpennya :

... Gambar-gambar lain muncul di layar: anak-anak berseragam sekolah,


gedung-gedung sekolah yang ambruk, bayi-bayi dengan kepala besar dan
mata melotot, ibu-ibu kurus, dan rumah sakit yang penuh sesak pasien. Lalu
muncul anga-angka. Trilyunan. Sekejap kemudian tampak Ageni
menggerakkan tangannya. Angka trilyunan itu terpelah, terpecah dan

1
Indra Tranggono, The Window Of Yogyakarta,
http://www.thewindowofyogyakarta.com/contentsnmn.php?
kat=gale&id=MTgx&fle=c2VuaW1hbkRhZi5waHA=&lback=cGFnZT03,Diakse
s 9 September 2014, 19:47:03

2
terburai. Lalu belasan mulut mengaga mengisap angka-angka itu. Mataku
terasa pedih. Perutku terasa mual. Kepalaku pusing... (Paragraf ke 63)

Ia menguasai segalanya dengan hanya bola api. Ageni pun mengajak


Gendari menikah, karena begitu terpesonanya. Tetapi ia merasakan bulu keras dan
tajam pada tubuh Ageni, ia juga merasakan kuku panjang yang akan
menerkamnya. Sebenarnya karya cerpen milik Indra Tranggono tidak hanya ini.
Banyak karya lainnya yang dimuat dalam media cetak. Diantanya, ‘’Menebang
Pohon Silsilah’’ yang menceritakan seorang anak yang mengalami broken home
dan ayahnya memilih wanita lain tetapi wanita yang dipilih ayahnya untuk
menjadi ibu tiri adalah wujud serigala, dan ayahnya ikut berubah menjadi serigala.
Cerpen ini mampu mengangkat hal-hal mitos masyarakat tentang manusia
serigala. Lain halnya lagi dengan cerpen ‘’Wajah Itu Membayang Dipiring Bubur,
cerpen ini mengangkat cerita genderuwo dalam sebuah pasar tradisional. Tokoh di
dalamnya seorang laki-laki yang bekerja sebagai penjaga dan tukang sapu di pasar
tersebut. Karena tokoh diduga mati terbakar saat pasar Kliwon terjadi kebakaran
hebat dan mayatnya tidak ditemukan, diduga dibawa oleh genderuwo. Selain itu
cerpennya yang berjudul ‘’Ode Buat Babi’’ mengangkat cerita seorang ayah yang
sangat gemar mengumpulkan celengan bentuk babi, yang pada akhirnya celengan
tersebut berubah menjadi babi sungguhan dan menerkam seluruh anggota
keluarganya.

Teringat sepintas dengan kejadian di salah satu desa yang pernah saya
singgahi adanya issu mitos berkeliaran yang memberitakan adanya sosok wanita
dengan rambut panjang yang menyeramkan selama 7 hari berturut-turut yang
menampakkan diri pada warga sekitar. Menurut salah satu cerita warga, ia janda
yang ditemukan meninggal di dalam rumahnya yang hampir 2 hari membusuk,
karena ia tinggal sendiri dan mempunyai rambut panjang yang selalu di
sanggul,kabarnya pula dia mempunyai masalah dengan keluarganya, warga
menyimpulkan bahwa janda itu gentayangan. Lain hal dengan masa reformasi
yang dipimpin oleh rezim pada masa orde baru. Teringat bahwa hak asasi begitu
runtuh oleh kekuasaan para pemuka. Mereka menjamah dan memperlakukan

3
masyarakat dengan semena-mena. Membunuh, merampas dengan paksa juga
mereka lakukan karena mereka berkuasa karena kedudukan mereka. Selain itu
masih ingatkah dengan sosok Gayus Tambunan, sosok koruptor yang tenar pada
zamannya Presiden SBY? Pendidikannya tak begitu tinggi, tapi ia lihay dalam
menggelapkan uang, memakai kekayaan milik negara dan kekuasaan dengan
sesuka hatinya. Inipun membuktikan bahwa banyak orang yang selalu
menginginkan kejayaan dan kekuasaan dengan cepat tanpa tau dan merasa bahwa
tindakannya merugikan negara. Inipun juga terjadi pada kutipan cerpen
‘’Garong’’ dimana seseorang menjadi berkuasa saat ia mempunyai kedudukan
tinggi.

Mitos dengan Jalan Pintas (Pesugihan)

Cerpen ini pada dasarnya menggunakan metodologi sosiologi sastra yang


berdasarkan prinsip bahwa karya sastra merupakan refleksi/cerminan masyarakat.
Sebagai anggota masyarakat, penulis tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan
soasial budaya, politik, keamanan, ekonomi, dan alam yang melingkupinya.
Selain merupakan suatu eksperimen moral yang dituangkan oleh pengarang
melalui bahasa, sastra dalam kenyataannya sosial (Damono, 1978:1). 2Karena
budaya dengan masyarakat tak bisa dipisahkan, begitu pula dengan mitos
pesugihan. Pesugihan merupakan jalan pintas yang cepat untuk mendapatkan apa
yang diinginkan termasuk harta. Tentu saja dengan cara cepat. Masyarakat
berkembangpun masih percaya akan hal ini. Tak hanya itu jalan pintas lain untuk
mendapatkan jabatan dan kekuasaan juga masih bergelut dalam budaya
masyarakat. Dengan mengandalkan pawang atau dukun serta dibantu oleh
makhlus halus masyarakat banyak percaya akan apa yang akan didapatkannya
dengan cara yang tidak wajar ini. Siapa yang tidak menyangka seorang Ageni
tokoh dalam cerpen Garong ini mempunyai sejenis bola api yang dapat
mewujudkan segala keinginan seseorang termasuk kekasihnya Gendari. Karena
dengan bola api itu ia bisa mendapatkan uang yang ia suka. Ageni semacam

2
Suroso, Puji Santoso, Pardi Suratno, Kritik Sastra Teori, Metodologi, dan
Aplikasinya (Yogyakarta: Elmatera Publishing, 2008) hal.103

4
mempunyai ilmu yang ia anut yang bisa mendapatkan kekuasaan dan
keinginannya dengan cepat. Terbukti pada kutipan cerpen Garong,

‘’anggaran untuk orang-orang malang ini sangat gede. Hampir


500 milyar. Kita bisa memainkannya, ‘’ kulihat mulut Ageni berucap
melalui huruf-huruf yang menjelma menjadi bola-bola api’’. (Paragraf ke
61)
Kutipan tersebut terbukti bahwa Ageni memang penganut ilmu hitam yang
mampu memperoleh kekayaan dengan cepat hanya dengan bola api
kesayangannya. Sebenarnya banyak pula masyarakat masih percaya adanya
tahayul akan pesugihan meskipun kenyataannya tak sebagian besar percaya akan
hal itu karena sebagian agama mempercayai bahwa tindakan itu dilarang keras
oleh agama.
Mitos dengan Agama

Gramci berpendapat bahwa kepercayaan populer dan gagasan-gagasan


dimensi kesadaran adalah kekuatan material. Dalam hal ini yang penting bahwa
gagasan-gagasan atau kepercayaan itu disebar sedemikian rupa sehingga
memengaruhi seseorang tentang dunia. Ada tiga cara penyebaran gagasan-gagasan
atau filsafat, yaitu melalui bahasa, common sense, dan folklor. Folklor meliputi
sistem-sistem kepercayaan menyeluruh, tahyul-tahyul, opini, cara-cara melihat
tindakan tertentu dan segala sesuatu. 3Sebenarnya manakah yang lebih dulu antara
mitos dan agama? Karena pada awalnya mitos sebagai penggerak logika yang
mengungkapkan mitos sebenarnya hadir dizaman kita tidak di zaman itu. Dan
pasti yang terlahir dahulu adalah mitos. Selain itu cerpen-cerpen milik Indra
Tranggono ini merupakan jenis kritik Mitepoik/kritik Arketipe berdasarkan
kecenderungan umum kritik sastra. Dapat dibuktikan pada kutipan cerpen berikut
ini:

‘’Apa sih pekerjaan kamu?’’ aku bertanya pada suatu senja.

‘’Pengusaha! Ya, apa saja kusikat. Yang penting semuanya jadi duit,
‘’katanya usai minum bir, suatu saat di sebuah cafe di kotaku. (Paragraf ke 55 dan
56)
3
Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2012)
hal.144

5
Pada kutipan cerpen diatas dapat dilihat bahwa Ageni menganut mitos
tertentu dengan mengandalkan ilmu hitam. Karena mitos sudah terlanjur melekat
dalam budaya masyarakat, maka masih banyak orang yang tak canggung akan hal
ini. Maka dari itulah cerpen Garong ini tidak melepaskan budaya yang notabene
Indra Tranggono masyarakat Yogyakarta dengan segala kebudayaan mitos yang di
anutnya.

Manusia dengan Simbol Binatang

Dalam cepen Garong ini penulis mengungkapkan bahwa sosok Ageni


adalah sejenis anjing atau babi yang gila kekuasaan. Ini pula juga menjadi
simbolik tokoh Ageni bahwa memakai sosok anjing sebagai metaphor. Dalam
terminologi islam, anjing masuk kategori najis. Maka dari itu, ia harus dijauhi.
Orang yang tanpa sengaja tubuhnya dijilat harus segera dicuci hingga beberapa
kali sehingga najisnya hilang.selain itu anjing menjadi sangat terhormat oleh tuan
rumahnya karena sebagai pelindung. Hal itulah yang menjadi daya tarik ketika
binatang ini bermakna referensial menunjukkan sebagai bangunan cerita yang
dapat membangun horizon pemaknaan baru lewat sejumlah impuls liteter dunia
tekstual (sense).

... Tanganku meraba punggungnya. Kurasakan tanganku menyentuh bulu-


bulu yang keras dan kasar. Lalu kugenggam jari-jemarinya. Kurasakan, ada
kuku-kuku panjang menyentuh telapak tanganku. Kutatap wajahnya. Aku melihat
di antara deretan giginya yang putih berkilau tumbuh taring, makin lama makin
panjang. Aku ingin menikam jantungnya, tapi tak kutemukan belati atau pisau
lipat... (Paragraf 65)

Dari kutipan cerpen diatasPenulis disini sosok anjing atau babi memang
kerap dipakai sebagai pelambang manusia yang rakus. Tata sosial masyarakat
anjing atau babi ini mempunyai sifat rakus, tamak, keras dan kejam. Karena
hampir semua karya cerpennya mengandung telaah pada mitos-mitos atau arketipe
(keinsanan purba). Karena itulah banyak karya-karya sastrawan yang memakai

6
simbol anjing sebagai masyarakat yang tamak dan gila kekuasaan. Tentu saja
diluar urusan itu anjing tetap masih punya peluang tampil dalam jagad cerpen.
Anjing mungkin juga babi dan kucing garong masih punya peluang besar untuk
dieksplorasi oleh para penulis cerpen.4

Indra Tranggono mengangkat segala cerita budaya dan mitos di setiap


daerahnya dan dalam beberapa cerpen diatas masing-masing mempunyai
keunikan cerita sendiri. Dengan gaya bahasa yang menggelitik pembaca dan
dimainkan imajinasinya tentang mitos-mitos dan hal-hal yang tabuh dalam
kehidupan. Terlebih pada cerpen ‘’Garong’’,cerita ini dikemas dengan apik dan
mengandung tanya pada awal cerita yang membuat pembaca semakin ingin tahu
bagaimana akhir dari ceritanya. Dengan menghadirkan sosok Ageni yang begitu
sakti dan luar biasa kekuatannya hanya dengan barang kesayangannya yang
melimpah yaitu hanya bola api yang ia beli di sebuah toko Cahaya dan ia mampu
mengenggam segala dunia yang ia inginkan beserta dengan sifat keserakahannya.
Tapi ia begitu lihay dalam menangkap dan menjerat mangsa-mangsanya termasuk
Gendari. Meskipun ia tergoda tapi ia merasa mengganjal dengan sifat kekasihnya
itu. Namun disalah satu sisi, cerpen ‘’Garong’’ ini kurang menarik, dari sudut
tema dan alur masih lebih menarik judul cerpennya’Wajah Itu Membayang
dipiring Bubur’’. Cerpen ini mampu mengungkapkan setiap sudut alur yang
dikemas apik dan membuat pembaca terkesan dan puas pada akhir ceritanya. Dari
cerpen ‘’Garong’’ ini berbagai masalah dunia terungkap dalam karya Indra ini.
Mulai penguasa, pemimpin dan para pemuka yang gila bahkan serakah akan
segala hal yang ia inginkan. Tak pandang bulu apakah itu dewasa maupun anak-
anak yang ia tindas demi kesenangan pribadi. Indra Tranggono mencoba
mengangkat persoalan dunia yang makin menjadi akan kegialaan dan keserakah
akan jabatan dan kekuasaan. Indra bahkan secara tidak langsung sedang
mengkritik terhadap kehidupan politik di negaranya yang ingin kekuasaan dan

4
Oyos Saroso H.N, Anjing dalam Cerpen
Indonesia,http://lampungkitaoke.blogspot.com/2007/06/anjing-dalam-cerpen-
indonesia.html Diakses 27 November 2014 20:15 oleh Niswah

7
kejayaan dalam waktu singkat. Selain itu penulis sudah berada disisi masyarakat
dan ikut merasakan dampak dari para penguasa. Karya sastranya menjadi cara
ungkap yang lain untuk hal yang biasa kita lihat, tapi masih tergagap untuk
mengungkapkannya.

SUMBER KUTIPAN

Faruk. 2012. Penganatar Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


Offset
Suroso,dkk. 2009. Kritik Sastra Teori, Metodologi, dan Aplikasi.
Yogyakarta : Elmatera Publishing.
Saroso, Oyos H.N, Anjing dalam Cerpen Indonesia , ONLINE
http://lampungkitaoke.blogspot.com/2007/06/anjing-dalam-cerpen-
indonesia.html Diakses 27 November 2014 20:15 oleh Niswah
Tranggono, Indra The Window Of Yogyakarta, ONLINE
http://www.thewindowofyogyakarta.com/contentsnmn.php?
kat=gale&id=MTgx&fle=c2VuaW1hbkRhZi5waHA=&lback=cGFnZT03,Diakse
s 9 September 2014, 19:47:03

Anda mungkin juga menyukai