Kelas : C
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1
‘’MENYIBAK MITOS DALAM BUDAYA’’
‘’karena sebagian budaya itu dibesarkan dan berawal dari sebuah mitos’’.
1
Indra Tranggono, The Window Of Yogyakarta,
http://www.thewindowofyogyakarta.com/contentsnmn.php?
kat=gale&id=MTgx&fle=c2VuaW1hbkRhZi5waHA=&lback=cGFnZT03,Diakse
s 9 September 2014, 19:47:03
2
terburai. Lalu belasan mulut mengaga mengisap angka-angka itu. Mataku
terasa pedih. Perutku terasa mual. Kepalaku pusing... (Paragraf ke 63)
Teringat sepintas dengan kejadian di salah satu desa yang pernah saya
singgahi adanya issu mitos berkeliaran yang memberitakan adanya sosok wanita
dengan rambut panjang yang menyeramkan selama 7 hari berturut-turut yang
menampakkan diri pada warga sekitar. Menurut salah satu cerita warga, ia janda
yang ditemukan meninggal di dalam rumahnya yang hampir 2 hari membusuk,
karena ia tinggal sendiri dan mempunyai rambut panjang yang selalu di
sanggul,kabarnya pula dia mempunyai masalah dengan keluarganya, warga
menyimpulkan bahwa janda itu gentayangan. Lain hal dengan masa reformasi
yang dipimpin oleh rezim pada masa orde baru. Teringat bahwa hak asasi begitu
runtuh oleh kekuasaan para pemuka. Mereka menjamah dan memperlakukan
3
masyarakat dengan semena-mena. Membunuh, merampas dengan paksa juga
mereka lakukan karena mereka berkuasa karena kedudukan mereka. Selain itu
masih ingatkah dengan sosok Gayus Tambunan, sosok koruptor yang tenar pada
zamannya Presiden SBY? Pendidikannya tak begitu tinggi, tapi ia lihay dalam
menggelapkan uang, memakai kekayaan milik negara dan kekuasaan dengan
sesuka hatinya. Inipun membuktikan bahwa banyak orang yang selalu
menginginkan kejayaan dan kekuasaan dengan cepat tanpa tau dan merasa bahwa
tindakannya merugikan negara. Inipun juga terjadi pada kutipan cerpen
‘’Garong’’ dimana seseorang menjadi berkuasa saat ia mempunyai kedudukan
tinggi.
2
Suroso, Puji Santoso, Pardi Suratno, Kritik Sastra Teori, Metodologi, dan
Aplikasinya (Yogyakarta: Elmatera Publishing, 2008) hal.103
4
mempunyai ilmu yang ia anut yang bisa mendapatkan kekuasaan dan
keinginannya dengan cepat. Terbukti pada kutipan cerpen Garong,
‘’Pengusaha! Ya, apa saja kusikat. Yang penting semuanya jadi duit,
‘’katanya usai minum bir, suatu saat di sebuah cafe di kotaku. (Paragraf ke 55 dan
56)
3
Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2012)
hal.144
5
Pada kutipan cerpen diatas dapat dilihat bahwa Ageni menganut mitos
tertentu dengan mengandalkan ilmu hitam. Karena mitos sudah terlanjur melekat
dalam budaya masyarakat, maka masih banyak orang yang tak canggung akan hal
ini. Maka dari itulah cerpen Garong ini tidak melepaskan budaya yang notabene
Indra Tranggono masyarakat Yogyakarta dengan segala kebudayaan mitos yang di
anutnya.
Dari kutipan cerpen diatasPenulis disini sosok anjing atau babi memang
kerap dipakai sebagai pelambang manusia yang rakus. Tata sosial masyarakat
anjing atau babi ini mempunyai sifat rakus, tamak, keras dan kejam. Karena
hampir semua karya cerpennya mengandung telaah pada mitos-mitos atau arketipe
(keinsanan purba). Karena itulah banyak karya-karya sastrawan yang memakai
6
simbol anjing sebagai masyarakat yang tamak dan gila kekuasaan. Tentu saja
diluar urusan itu anjing tetap masih punya peluang tampil dalam jagad cerpen.
Anjing mungkin juga babi dan kucing garong masih punya peluang besar untuk
dieksplorasi oleh para penulis cerpen.4
4
Oyos Saroso H.N, Anjing dalam Cerpen
Indonesia,http://lampungkitaoke.blogspot.com/2007/06/anjing-dalam-cerpen-
indonesia.html Diakses 27 November 2014 20:15 oleh Niswah
7
kejayaan dalam waktu singkat. Selain itu penulis sudah berada disisi masyarakat
dan ikut merasakan dampak dari para penguasa. Karya sastranya menjadi cara
ungkap yang lain untuk hal yang biasa kita lihat, tapi masih tergagap untuk
mengungkapkannya.
SUMBER KUTIPAN