Anda di halaman 1dari 4

MY Alena

DAFTAR PUSAKA

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Atas nama tuhan yang maha esa, buku ini mulai saya tulis sejak tanggal 11, september 2023
bertepatan pada hari senin. Alasan saya menulis buku ini untuk mengabadikan cerita hidup yang saya
pikir harus diabadikan dalam bentuk sebuah buku, bukan untuk dinikmati, hanya untuk dikenang dan
tidak perlu diulang kembali.

Nama, tempat, waktu semuanya aku samarkan


PERKENALAN
Namaku Alena Namira Putri Sanjaya, orang-orang umumnya memanggilku alena, lena,
len, mira. Aku lahir di desa yang jauh dari kesibukan kota, terlahir sebagai gadis desa
sederhana, orangtuaku bukan orang yang terlahir kaya, tapi mereka dari keluarga
terpandang.

Aku anak ke-3 dari empat bersaudara, mempunyai dua kakak perempuan dan satu adik
laki-laki.

# Tahun 2009, bandung

Saat itu usiaku baru 5 tahun “UDAH PUNYA 3 ANAK MASIH MAU SELINGKUH!!”
“INI SEMUA KARENA KAMU!!” “MATI AJA KAMU!!” “NYESAL AKU NIKAH SAMA
KAMU!!”, ya, pertama kalinya aku melihat pertengkaran hebat kedua orangtuaku, anak
mana yang ingin melihat orangtuanya bertengkar, tapi saat itu aku belum mengerti apa-
apa, aku menangis bukan karena takut mereka bercerai pada saat itu, tapi karena aku
takut dengan suara mereka yang makin meninggi.

Seorang pria masuk ke kamar kecil itu dan dengan cepat membawaku keluar, dia om
ridwan, ayah angkatku. Papa dan mamaku sering pergi ke berbagai daerah, merantau
untuk mengerjakan berbagai proyek.

“main sama ayah aja ya nak, ikut ayah kerumah yok” ucapnya dengan mata yang
memerah, kurasa dia ingin menangis melihat kehidupanku yang menyedihkan ini.

“tapi papa sama mama?” ucapku yang masih memikirkan apakah aku harus meninggalkan
mereka dalam keadaan seperti itu.

“udah gapapa, ikut ayah aja, nanti ayah beli mainan” ajak om ridwan.

Tidak ada pilihan lain, anak seusiaku pada saat itu pasti akah melakukan apa saja demi
sebuah mainan, om ridwan membawaku pergi dengan motor jadul miliknya, disepanjang
perjalanan om ridwan menghiburku agar aku tidak bersedih, sejujurnya saat om ridwan
bilang akan membelikanku mainan aku sudah tidak bersedih lagi….

Sesampainya di rumah om ridwan aku sambut tante nana (ibu angkatku) dan kak lisa
(anak kandung om ridwan dan tante nana).

“kak lisa, ajak adek main dulu” ucap om ridwan,

“yok dek, kita main sama bang fais” ajak kak lisa sembari menggenggam tanganku.

Aku, kak lisa dan bang fais (adik kak lisa) bermain di ruang keluarga, ditengah bermain
samar-samar aku mendengar suara om ridwan dan tante yang mengobrol di kamar.

“bertengkar lagi?”

“iya, kali ini didepan alena”


“kasihan alena, apa mereka akan bercerai”

“entahlah mereka sudah terlalu sering bertengkar, dan masalahnya itu itu terus”

“aku memikirkan mental alena”

“kak cerai itu apa?” tanyaku ke kak lisa setelah mendengar obrolan om dan tante, sontak
kak lisa terkejut begitu juga om ridwan dan tante nana yang juga mendengar
pertanyaanku.

“bunda…” kak lisa memanggil tante nana dengan wajah yang gelisah, tante nana bergegas
keluar lalu memelukku.

“alena sayang… mau makan kue…” rayu tante nana mengalihkan topik. Ingat saat itu
usiaku 5 tahun, rayuan seperti itu tentu sangat mempan pada anak seusiaku.

“mau” jawabku singkat lalu tersenyum.

“bagaimana kalau malam ini alena menginap disini? Kita makan banyak kue” timpa om
ridwan.

“tapi nanti papa sama mama nyariin alena” jawabku polos.

“nanti ayah telfon papa sama mama, oke” jelas om ridwan.

”nanti alena tidur sama kakak” ucap kak lisa

“ga, nanti alena tidur sama bang fais, ya kan alena?” balas bang fais.

“alena mau tidur sama ayah sama bunda…” ucapku manja, bayangkan betapa
menggemaskan anak seusiaku pada saat itu.

“yaudah, semuanya nanti tidur dikamar ayah sama bunda aja, gimana” ucap om ridwan
memberikan saran, dan tentu saja saran om ridwan diterima semua orang.

Malam yang panjang tapi akan aku kenang selamanya, mungkin bagi sebagian orang
anak umur 5 tahun belum memiliki ingatan yang kuat, tapi aku anak yang memiliki ingatan
yang cukup kuat, aku masih mengingatnya sampai aku dewasa.

3 bulan kemudian, setelah kejadian pertengkaran antara kedua orangtuaku mereka


tampak baik-baik saja seakan tidak pernah terjadi hal yang mengerikan akhir-akhir ini.
Hari ini orangtuaku mengajak aku pulang kekampung halaman, karena umurku genap 6
tahun, dan aku harus sekolah di kampung halamanku, keputusan itu diambil karena kedua
kakakku yang sudah cukup lama dititipkan ke kakek dan nenekku.

Anda mungkin juga menyukai