Anda di halaman 1dari 3

Sinopsis

Anak kadang tidak berterus terang dengan perlakuan temannya di sekolah,


mungkin karena sungkan atau takut kalau dibicarakan kepada orangtua, banyak yang
mencoba untuk menerima perlakuan temannya walaupun itu sangat membahayakan bagi
hubungan pertemanan.

Kebiasaan anggota keluarga untuk mendengarkan keluhan anak sangat dibutuhkan


dan solusi yang bijaksana agar anak kembali rukun, agama adalah solusi yang paling baik
bahwa Tuhan memberikan anugerah kepada manusia berbeda, ada yang berlimpah harta
tapi sudah tidak punya orang tua, ada yang biasa - biasa saja dalam harta ternyata
mempunyai kedua orang tua yang sangat perhatian dan penuh kasih sayang.

Bersahabat Lagi

Aku, begitu biasanya ayah memanggilku, sebuah panggilan sayangnya untukku,


ayah adalah sosok yang sangat sabar, penyayang juga humoris.Jika pulang kerja suka bawa
apa saja untukku walau hanya sebutir permen atau cerita lucu sehingga kami bertiga
tertawa.

"Oriiin, sini Nak ayah bikin kejutan !" terdengar suara ayah setelah mengucapkan
salam, aku dan ibuku yang sedang asyik mengepak kue di dapur segera menuju pusat
suara. "Ada apa ayah?" sahutku.

Ayah menuntun aku dan ibuku menuju ke luar "Waaah mobil? Ayah beli mobil?"
spontan aku dan ibuku berucap, "Suatu waktu pasti ayah bisa beli mobil, untuk kali ini
rizki kita baru dipinjemin mobil oleh pimpinan perusahaan tempat ayah bekerja dan besok
kita bisa jalan-jalan." Jawabnya.

"Alhamdulillah, Aku kita mau jalan-jalan, sudah lama Kita tidak main ke kota"
kata ibu.

Setelah ayah istirahat, ayah mengajak Aku dan ibu berkumpul di ruang TV, ayah
memberi kabar gembira lagi bahwa Bapak yang punya perusahaan akan mentraktir makan
sesuka dan sepuas kita, Aku bisa main dengan anaknya dan bisa memilih buku cerita
kesukaan di toko buku yang terkenal di kota. Aku membayangkan betapa bahagianya hari
esok.

"Aku, sekarang sudah waktunya tidur, segera ke kamar dan selamat tidur lelap biar
besok pagi bangun segar dan segera mempersiapkan untuk jalan- jalan" kata ibu

Akupun masuk kamar,tatkala berbaring tak henti - hentinya aku berdo'a " Ya
Allah... semoga ayah- ibuku sehat, panjang umur, disayangi olehMu sebagaimana dia
menyayangiku, mendapatkan rizki yang banyak" dan entah do'a apa lagi yang ku ucapkan
akhirnya aku tidur nyenyak sekali.

Esok harinya akupun sudah siap berangkat, walaupun sebelumnya harus


menyiapkan keperluan untuk sekolah hari Senin seperti alat tulis, kaos kaki, dasi, topi dan
seragam sekolah. kata ibu takutnya cape atau lelah setelah bermain ke kota.

"Aku, tunggu sebentar ya... Ayah akan mengantar ibu memberikan kue pesanan
tetangga seberang sungai itu," kata ayah, "Ya...hati hati" jawabku

Ibu adalah pembuat kue brownies terkenal di desaku, banyak yang pesan untuk
hajatan, pengajian atau hantaran pernikahan.

Tak lama kemudian ayah dan ibu datang, "lets go...," akupun dengan senang hati
naik mobil dibagian depan biar lebih enak melihat pemandangan, sementara ibu di bagian
jok kedua biar enak katanya bisa selonjoran.

Akupun sampai ke tempat yang dituju ke rumah makan mewah yang belum pernah
aku makan di sana.

Tapi... betapa kagetnya aku setelah sampai di meja makan dan dipersilahkan oleh
seorang bapak dan ibu yang tak lain adalah pemilik perusahaan tempat ayah bekerja, duduk
diantara mereka berdua seorang anak yang tak lain adalah teman sekelasku yang tidak
kusukai karena sering mengejek aku "Hai anak tukang supir," terus kemudian mereka
tertawa bersama temanku yang lain.
Aku diam, kegembiraanku rasanya sudah hilang, aku sedih membayangkan
bagaimana kalau besok di sekolah mengejekku "Hai main pinjam mobilku ya? "lalu
kemudian tertawa bersama temanku lainnya.

Sesampainya di tempat yang dijanjikan ayah,Mall besar di kotaku, gembira bukan


kepalang "yah.. nanti aku pengen milih makanan yang belum pernah kucoba, aku hanya
lihat di tv atau HP saja, terus beli buku cerita dan alat tulis." rayuku, "Ya.. Pokoknya apa
yang Aku mau tinggal sebutin saja, soalnya pa Rahmat yang punya perusahaan bilangnya
apa yang Aku mau, beli saja." jawab ayah.

Bukan main gembiranya aku berjalan jingkrak - jingkrak sambil nyanyi Tapi...
Kegembiraanku pupus seketika setelah ayah memperkenalkan Pa Rahmat, karena ada
bersamanya yang disebut sebagai cucunya adalah teman yang selama ini aku selalu
menghindar untuk bertemu dengannya karena masih ingat ketika menyebutku sebagai anak
tukang supir lalu tertawa- tawa dengan teman yang lainnya

"Aku cantik sini Nak, duduknya dekatan dengan Silfi" kata pa Rahmat, aku hanya
diam dan tak terasa air mata menetes. " Kok nangis, kan tadi ingin main di sini ? kata ayah,
"Nggak, Aku ingin pulang saja." Ayah terus membujuk Aku dan meminta menjelaskan
kenapa Aku bersikap seperti itu.

Akhirnya Aku jelaskan semuanya, Silvi yang tadi nampak juga ketakutan Karena
mungkin takut dimarahi, akhirnya tersenyum karena kakeknya amat sangat baik
menjelaskan bahwa setiap orang saling membutuhkan, kakeknya amat sangat butuh kepada
ayah untuk mengantar keperluan keluarga atau perusahaan.

Dan... Ayah membisikan padaku, "Aku harus bersyukur masih punya ayah- ibu,
sementara Silfi kedua orangtuanya sudah meninggal karena kecelakaan, makanya tinggal
bersama kakeknya dan pesan ayah Aku harus menyayangi Silfi. " I love you Ayah"
Jawabku sambil memeluknya. "Kita bersahabat lagi ya" kata Silfi, ku anggukan kepala dan
berpelukan bahagia

Anda mungkin juga menyukai