6 bulan lagi Hasna sudah lulus smp. Sebelum ujian nasional, Hasna meminta kepada ayah
dan bundanya melanjutkan sma didekat rumah agar bisa tinggal bersama orang tuanya.
Ayah Hasna mengiyakan permintaan anaknya tersebut namun dengan sedikit rasa
keberatan. “Kenapa kamu ingin sekolah disini nak? Bukankah teman-temanmu baik dan
sayang kepadamu disana? Apakah ada masalah dengan mereka?” Tanya Ayah Hasna
melalui telfon. “Aku baik-baik saja ayah. Alhamdulillah hubungan saya dan teman-teman
sangat baik, bahkan mereka sering mentraktir diriku dikantin. Aku ingin bersekolah dan
tinggal bersama ayah dan bunda karena aku ingin kita berempat berkumpul lagi seperti
waktu aku kecil.” Jawab Hasna. “Lalu bagaimana dengan bibimu? Apakah dia sudah
mengetahui keinginanmu?” Tanya ayah kembali. “Aku belum berbicara kepada bibi, tapi
pasti aku akan mengatakan kepadanya segera.” Jawab Hasna. “Baiklah jika itu yang kamu
inginkan, ayah akan mencarikan sekolah yang terbaik untukmu disini.” Jawab Ayah dengan
sedikit berat hati. “Baik terima kasih ayah.”.
Hasna sebenarnya tahu jika ayahnya keberatan karena mereka tidak mampu untuk
menyekolahkan Hasna di sana. Hasna merasa bimbang, ia sangat merindukan kedua orang
tuanya namun disisi lain Hasna tahu bahwa orang tuanya tidak memiliki cukup uang untuk
menyekolahkannya. Hari demi hari, perasaan rindu Hasna kepada orang tuanya semakin
menguat. Terkadang ia mengurung diri dan menangis di kamar hingga larut malam.
Melimat keponakannya yang sedang sedih, Bibi pun bertanya kepada Hasna. “Kenapa
kamu? Bibi lihat matamu sembab, apakah kamu kurang tidur? Ceritakan kepada bibi apa
yang sedang menjadi masalahmu.” Tanya bibi kepada Hasna. “Aku baik-baik saja tidak ada
masalah apa-apa.” Jawab Hasna sambil tersenyum kecil. “Ceritakan kepada bibi apa yang
sedang mengganjal dihatimu.” Pinta bibi. “Sebernarnya aku ingin sekali tinggal bersama
ayah dan bunda serta melanjutkan sekolah disana. Namun, aku khawatir apabila ayah tidak
sanggup untuk membiayai aku sekolah.” Terang Hasna. “Nak, bibi akan selalu mendoakan
yang terbaik untukmu. Apapun yang kamu ingin lakukan asalkan itu baik, maka bibi akan
mendukungmu.” Nasihat bibi kepada Hasna. Setelah mendapat nasihat bibinya, Hasna
kembali bersemangat. Ia yakin bahwa selama dirinya berusaha dan doa, maka Allah akan
memberikan jalannya.
Dua minggu kemudian ada kabar bahwa SMA Negeri Ajibarang mengadakan lomba fisika
dan peringkat 5 teratas akan mendapatkan full beasiswa sekolah selama 3 tahun.
Mendengar kabar tersebut, Hasna sangat senang karena SMA Negeri Ajibarang adalah
sekolah favorit di kotanya dan kebetulan letaknya tidak jauh dari rumahnya. Hasna pun
belajar dengan sungguh sungguh agar bisa mendapatkan beasiswa tersebut
Hari perlombaan pun tiba, sebelum berangkat Hasna berpamitan kepada kedua orang
tuanya untuk mengikuti lomba yang bertempat di SMA Negeri Ajibarang. Pada saat
pengumuman Hasna mendapatkan peringkat 3 dari 146 siswa yang mengikuti lomba
tersebut. Hasna segera pulang memberi tahu orang tuanya dan orang tuanya merasa lega
karena tidak mengeluarkan biaya untuk menyekolahkan Hasna.
Tahun ajaran baru pun tiba, Hasna sangat senang karena kali ini ia bisa bersekolah dan
kumpul bersama keluarganya.
Rasa rindu yang sangat mendalam itu akhirnya bisa terbayarkan. Walaupun setiap hari
harus makan dengan nasi dan lauk seadanya namun Hasna bersyukur karena merasakan
kenikmatan yang luar biasa karena bisa berkumpul dengan keluarga.
Sari melangkahkan kaki dengan tergesa. Ia sudah terlambat 10 menit dari jadwal busnya
hari ini, sehingga ia tertinggal bus jemputan. Ia perlu keluar dari gerbang komplek dan
mencari ojek.
Hari ini semakin sial, tidak ada satupun ojek di pangkalan. Hari Senin seperti ini
memang biasanya menjadi sangat sibuk, begitu pun tukang ojek. Di seberang jalan, ia
melihat sosok lelaki yang menertawakan raut wajahnya. Sari semakin mendengus kesal,
lelaki itu semakin menertawakannya. Dialah Ario.
Ario dengan motornya mendatangi Sari di seberang Jalan dan menawarkan untuk
mengantarnya. Awalnya Sari menolak, karena pasti Ario, teman masa kecilnya akan
mengejeknya habis-habisan di jalan. Tapi, di saat tergesa, akhirnya Sari pun menerima
ajakan Ario.
“Ya sama aja kayak kamu terlambat ke turnamen lah.” Jawab Sari asal-asalan.
Ario memang atlet bulu tangkis yang sudah tidak pernah sekolah umum sejak SMP. Ia
memilih fokus untuk menjadi atlet dan memilih home schooling. Dari teman masa kecil
Sari, Ariolah yang sudah memantapkan diri menjadi apa yang ia mau. Walau berbeda
jalan dengan Sari, Ario selalu menemukan cara untuk menikmati masa remajanya.
“Belajar yang rajin ya Bu Dokter!” Sari tersenyum, sambil terkekeh. Merasa senang dan
puas, entah mengapa.
Unsur Simpulan dan bukti
Tema Perbedaan pilihan
Kutipan cerpen
“Gimana rasanya terlambat sekolah?” Tiba-tiba Ario bertanya saat
di perjalanan.
“Ya sama aja kayak kamu terlambat ke turnamen lah.”
Latar waktu Terlambat sekolah ,hari senin
Kutipan cerpen
- Hari Senin seperti ini memang biasanya menjadi sangat sibuk,
begitu pun tukang ojek. Di seberang jalan
Yuk kita dengarkan lagu Melly Goeslaw, yang berjudul ‘Ku Bahagia’. Selamat
Mendengarkan!”
Lagu itu dirilis 2002 bersamaan dengan film terfenomenal pada masanya, yaitu Ada Apa
dengan Cinta. Kedua ikon itu seolah mengisi masa remajaku saat itu. Dan hari ini, di
penghujung 2019, aku berdiri kembali di sekolah ini, dengan radio yang sama, dan lagu
yang sama. Aku takjub, ekskul radio ini masih terus bertahan, di tengah banyaknya
aplikasi musik di HP siswa zaman sekarang.
Apabila tak ada keperluan untuk legalisir ijazah, tak mungkin aku mendengarkan lagi
siaran-siaran dari radio sekolah ini. Lagu itu seolah membawaku bagaimana aku masih
aktif di radio sekolah dan menghabiskan masa mudaku dengan teman-teman. Masa itu
seolah memanggilku kembali
Di lorong sekolah menuju kantor, dahulu tidak ada atapnya. Sekarang dilengkapi atap
berwarna biru tua. Memang benar, sekolah ini sudah bermetamorfosis sempurna. Aku
jadi teringat ketika dahulu kehujanan basah kuyup dari kantor sampai ruangan kelas
sehabis mengantarkan tugas.
Kemudian secara tiba-tiba, Pak Mustofa mendatangiku. Pak Mustofa merupakan guru
seni yang menjabat juga sebagai pembina radio. Keriputnya kini semakin banyak, tetapi,
gaya dan jiwanya tak pernah kelihatan tua. Setelah saling bertukar kabar, ia pun
mengantarkanku pula ke ruang TU.
Aku jadi teringat mereka bagaimana menghabiskan masa SMA dengan suka duka.
Mengerjakan tugas bareng, ke kantin bareng, mengurusi segala hal tentang radio, sampai
lulus bareng dan kita masing-masing tak tahu kabar lagi. Entah mengapa aku menjadi
rindu hal tersebut. Setelah dari sini, aku putuskan untuk mencari mereka dan
mengembalikan masa remajaku. Apapun yang terjadi.
Unsur Simpulan dan bukti
Tema Kenangan masa sma
Kutipan cerpen Aku jadi teringat mereka bagaimana menghabiskan masa SMA
dengan suka duka.
Latar waktu Penghujung 2019
Kutipan cerpen Kedua ikon itu seolah mengisi masa remajaku saat itu. Dan hari
ini, di penghujung 2019,
Latar sudut Orang pertama(aku)
pandang
penceritaan
Kutipan cerpen Aku jadi teringat mereka bagaimana menghabiskan masa SMA
dengan suka duka
Karakter(tokoh) Aku,pak mustofa
Kutipan cerpen - Aku jadi teringat mereka bagaimana menghabiskan masa SMA
dengan suka duka.
-Pak Mustofa merupakan guru seni yang menjabat juga sebagai
pembina radio
Alur/plot/struktu Mundur
r
Kutipan cerpen
Aku jadi teringat ketika dahulu kehujanan basah kuyup dari kantor
sampai ruangan kelas sehabis mengantarkan tugas.
Seekor singa sedang tidur di hutan ketika seekor tikus mulai berlari naik turun
tubuhnya hanya untuk bersenang-senang.
Hal ini mengganggu tidur singa, dan dia bangun dengan marah.
Dia akan memakan tikus itu ketika tikus itu dengan putus asa meminta singa untuk
membebaskannya. “Aku berjanji padamu, aku akan sangat membantu kamu suatu hari
nanti jika kamu menyelamatkanku.”
Singa itu menertawakan kepercayaan diri tikus itu dan membiarkannya pergi.
Suatu hari, beberapa pemburu datang ke hutan dan bermaksud membawa singa yang
terjebak perangkap bersama mereka. Mereka mengikat singa itu di pohon. Si singa
berjuang untuk keluar dan mulai merintih.
Mendengar rintihan itu tikus berjalan segera menuju asal suara dan melihat singa
dalam kesulitan. Dengan cepat, dia berlari dan mengunyah tali untuk membebaskan
singa. Keduanya berlari ke hutan.
Suatu hari, raja Akbar mengajukan pertanyaan di istananya yang membuat semua
orang di ruang sidang bingung. Ketika mereka semua mencoba mencari tahu
jawabannya, Birbal berjalan masuk dan bertanya ada apa. Mereka mengulangi
pertanyaan itu kepadanya.
Birbal segera tersenyum dan pergi ke Akbar. Dia mengumumkan jawabannya; katanya
ada dua puluh satu ribu lima ratus dua puluh tiga gagak di kota.
Birbal menjawab, “Minta anak buahmu untuk menghitung jumlah gagak. Jika ada lebih
banyak, maka kerabat gagak harus mengunjungi mereka dari kota terdekat. Jika
jumlahnya lebih sedikit, maka gagak dari kota kami harus mengunjungi kerabat mereka
yang tinggal di luar kota. “