Anda di halaman 1dari 33

“10 tahun kedepan kita akan bertemu lagi di tempat ini ya”

*14 APRIL 2027*


*HAAAAHHHHH*

Aku terbangun dari sebuah mimpi yang selalu terbayangkan olehku sejak 10
tahun yang lalu di tanggal dan bulan yang sama.

“Meskipun sudah sangat lama, aku tak akan pernah melupakannya. Sebuah janji
yang selalu mengikatku dengannya”

“kejadian itu dimulai saat pertama kali diriku bertemu dengan dirinya.
‘….’
“Saat aku masih berusia 7 tahun, aku bertemu dengan seorang perempuan
seumuranku. Meski hanya sebentar, aku tidak menyangka itu adalah awal dari
semua yang terjadi sekarang ini.

“Di bulan desember tepatnya tanggal 38, saat itu aku sedang liburan sekolah
tengah semester, aku diantar ke rumah kakekku di Indonesia oleh ayahku. Setelah
itu ia langsung pulang karena banyak sekali urusan pekerjaan. Tentu saja dari
keluargaku aku hanya tinggal sendirian di rumah kakekku karena orangtuaku
menjaga adikku yang masih kecil.”

“Ketika sedang jalan-jalan bersama kakekku aku melihat seorang anak perempuan
yang sedang dikucilkan oleh dua orang laki-laki yang berbadan besar. Dan
mungkin seumuran dengan yang dikucilkan.”

Dengan sigap aku langsung berlari ke arahnya dan membelanya.

“HEEIII, mengapa kalian mengucilkan dia, seharusnya seorang laki-laki itu


melindungi perempuan, bukan malah mengucilkannya.” Kataku dengan lantang

“HEI, BOCAH TENGIL” Katanya sambil berteriak. “Kami tidak punya urusan
denganmu, jangan berani-berani ikut campur atau kau akan rasakan akibatnya.”
“Aku memang tidak punya urusanmu, tetapi jika kau melakukan hal-hal yang
diluar batasan maka aku akan menghajarmu.”

“Sepertinya dia orang baru disini dan tidak kenal dengan bos ya….” Kata
partnernya
“Hmm menarik, perkenalkan aku Kevin pratama anak dari orang terkaya di sini.”
katanya dengan berwajah sinis

“Oh jadi kau anak dari orang kaya.” Kataku sambil mengajak anak itu pergi dari
tempatnya

HEYY KEPARAT, APAKAH KAU TIDAK DIAJARKAN SOPAN-SANTUN OLEH


ORANGTUAMU. Sambil berteriak dan melempar batu ia mengatakannya padaku

Dengan ucapan yang penuh sopan santun aku berkata kepadanya “Bukankah
seharusnya aku yang menanyakannya Kak Kevin.”

*Saat sedang dalam perjalanan ia memecahkan kesunyian, dan berkata*

“Kamu siapa, aku ingin dibawa kemana.” Katanya dengan lembut

“Tenang saja, kataku. Aku ingin mengantarmu kerumahmu. Jadi bisakah kau
tunjukkan aku rumahmu.

“Terimakasih ya, katanya sambil tersenyum. Ngomong-ngomong siapa namamu?

“Aku Mumtaz, Mumtaz Al-Hakimi.

“Kalau begitu Terimakasih ya Mumtaz”. Sambil mengatakannya ia tersenyum

Saat mendengarnya jantungku terasa berdebar-debar, bukan karena cinta tetapi


karena itu adalah pertama kalinya orang mengucapkan terimakasih padaku.

“Tidak lama kemudian Kami sudah sampai didepan sebuah rumah sederhana yang
tidak lain adalah rumahnya.”

Saat itu ada seorang laki-laki yang keluar dari dalam rumah itu, dan ketika
melihat Cewek itu ia langsung menyapanya, “Anak Ayah sudah pulang”

Cewek yang dari tadi hanya diam itu segera memanggil ayahnya kembali

“Aayyyaahhh”. Katanya

*Cewek itu pun berlari kearah ayahnya yang kira kira berada 30 meter didepan
kami, dengan kasih saying ayahnya membelai rambut cewek itu hingga ia merasa
puas*
Saat aku melihat sang ayah melepaskan tangannya dari sang putri, aku langsung
berkata, “Maaf paman aku mau pulang dulu, ini sudah mau sore”.

“Apakah kamu tidak mau mampir dulu, Ibunya Ran sudah memasak banyak lho
kita makan bersama-sama nanti.”

(“Jadi namanya ran?”) Kataku berfikir

“Maaf paman sepertinya aku………”

Ehh, ehhh.

Tiba-tiba cewek itu menarik lenganku

“Ayo kita makan sama-sama shinichi, ibuku sudah masak banyak, aku juga ingin
makan sama Mumtaz”

“Oke” Kataku. “Jika kamu ingin, aku tidak keberatan”

“Yeyyy, terimakasih Mumtaz”

Kami pun masuk kedalam rumahnya

“Silahkan dinikmati makanannya” Kata seorang perempuan yang sepertinya


ibunya

“Ehhh, ternyata Ran sudah punya teman ya?” Tambahnya dengan terkejut

“Iya bu, sepertinya ran sudah mulai akrab dengan anak-anak di sini” Ayahnya juga
ikut berkomentar

“Hei ran, bagaimana kamu bisa dapat teman secepat itu, bukankah katamu Ran
selalu dijahili?” Ibunya bertanya

“Ehhh, kataku “Jadi Ran selalu dijahili disini?” Kataku menimpali

“Iya, Setiap habis pulang main Ran selalu menangis dan bilang kepada ayahnya
kalau dia mau pindah dari sini, katanya , Ran gak boleh main sama anak-anak
disini.”

(Jadi itu sebabnya ia gak melawan waktu diejek tadi) “……”

“IBUUUU, jangan ceritakan hal itu pada Mumtaz, aku jadi maluuu” Sambil
menangis ia mengatakannya
“Ha ha ha ha, anak ibu menangis”

“IBUUUUUU”

“Hahahahahaha, kamu lucu kalau merengek gitu Ran, Hahahahaa” Tanpa sadar
aku tertawa

“Tuh kan, Mumtaz juga ikut ketawaaaa”

Tak lama kemudian acara makan-makan kami selesai

“Maaf ya Paman, Bibi, dan Ran aku mau pulang dulu. Kalau lama-lama nanti
kakekku bisa marah” kataku

“Sampai jumpa lagi Ran!” kataku

“Yaa, Sampai jumpa lagi.”

“Terimakasih ya sudah mau main sama ran” Kata ibunya

“yahh, sama-sama”

Dengan itu hari pertamaku saat berjumpa dengannya berakhir, setelah dari
rumahnya aku pun segera bergegas untuk pulang

Dan saat sudah tiba dirumah kakekku…….

*TOK Tok Tok* “Assalamu’alaikum kakek, aku pulang.”

Benar saja, setelah dibukakan pintunya, dia langsung memarahiku hingga aku
bosan

“HEI Karim, Kau itu setiap dating kesini selalu pulang sore, selalu mandi telat,
main seharian, nanti jika…….., bla bla bla!!”

(hiihhh, dimarahi oleh kakek memang sudah jadwalku sejak kecil)

Akupun berjalan meninggalkan kakekku yang sedang berceloteh sendirian

(Enaknya habis mandi aku ngapain ya?)

Sambil memikirkannya aku membasuh badan, kepala, dan seluruh tubuh ku


hingga aku selesai mandi

“Ahhh segarnya, air mandi di rumah kakek memang air tersegar untuk aku mandi”
Saat aku sudah selesai berpakaian terjadi keributan didepan rumah kakekku, dan
ternyata yang membuat keributan adalah suruhan orang yang membully Ran tadi.

Dengan tenang aku berjalan keluar sambil membawa sebuah buku Novel.

“Nahhh, itu dia orangnya” Kata kevin

“Hei, ayo sekarag kita cepat hajar orang itu” Suruhnya lagi

Dan ternyata yang dibawa adalah segerombolan anak kecil seumuranku yang
tidak bersalah, entah itu laki-laki kah perempuankah semuanya terkumpul
menjadi satu kelompok

[“Hei Karim cepats suruh mereka pulang ya ^…^”] Kata pamanku

(Tatapannya benar-benar menjijikan ~…..~)

“Yoh, jadi siapa dari kalian yang ingin menghajarku.”

Aku mencoba bersikap tenang layaknya seorang Sherlock Holmes ketika


berhadapan dengan penjahat

“Heehhhh”, Kata seorang komplotannya yang cewek, “Apakah orang yang sangat
ganteng ini seorang penjahat?”

“Iya, Ketua ngaco nih, mana mungkin orang yang ganteng begini penjahatnya.”
Timpal Komplotan cewek lainnya

Mencoba memanfaatkan situasi akupun kembali menimpali ucapan mereka

“Iya, mana mungkin aku penjahatnya” Kataku memprovokasi

“Diam kau brengsek” Teriak sang ketua yang tidak lain adalah kevin

“Hey kalian, kalian bodoh ya orang ganteng pun bisa melakukan kejahatan”
Marahnya

“hiks, hiks, tapikan ketua yang bilang orang ganteng tidak akan melakuka
kejahatan.” Kata anggota lainnya

Aku yang dari tadi hanya mendengar keributan antara komplotannya yang pria
dan wanita akhirnya buka suara
“HEI, JIKA KALIAN HANYA INGIN BERDEBAT SEBAIKNYA JANGAN DISINI, CARI
TEMPAT LAIN AGAR TIDAK MENGGANGGU ORANG LAIN.” Kataku marah

*BRUKKKK*

Aku menutup pintu dengan suara keras

“Mengganggu orang yang sedang baca saja”

Setelah membaca novelnya aku tidak ikut makan malam dan tidur pukul
Sembilan.

- Paginya -

Setelah bangun aku langsung bergegas merapikan ranjangku, lalu pergi keluar
untuk pergi marathon.

“Hhhh, semoga aku bisa menemukan ketenangan dengan marathon ini.”

Setelah beberapa saat aku berkata demikian, musibah menerpaku, para gadis-
gadis yang kemarin berdebat dirumahku tiba-tiba mendatangiku dengan sok
akrab,

“Pagi”, “Hai”, “Halo”, “Namamu siapa”, “Apakah kau mau menjadi pacarku”

(Itu semua aku dengar di satu waktu, rasanya aku ingin pingsan) 0……0

(Bukan karena malu, tetapi karena muak) “…..”

Tapi rupanya keberuntungan sedang memihakku, aku melihat seseorang yang


tidak lain adalah Ran dan ayahnya sedang lewat didepan rumahku, Tanpa berpikir
panjang akupun langsung menyapa mereka

“Maaf paman, apakah aku boleh bergabung dengan paman dan Ran?” Tanyaku

“Tentu saja boleh, tapi apakah para penggemarmu ini tidak keberatan?”

“Tentu saja tidak, Merekalah yang tiba-tiba mendatangiku.”

“Baiklah kalau begitu, ayo Mumtaz”

“YOSSHHH, terimakasih paman” Kataku lega


Saat aku meninggalkan mereka, aku rasa ada aura gelap, mereka memelototi Ran
hingga dia ketakutan

“ayah aku takut” katanya

“Tidak apa-apa Ran”, Kataku “Kau tidak perlu takut, jika mereka melakukan itu
padamu kau bisa menutup matamu saja atau bayangkan hal hal menarik”

“EMhhh, aku bisa melakukannya” katanya dengan penuh semangat

(Hhhhh, terimakasih ran, paman kalian memang penyelamatku)

(Tetapi aku merasa aneh dengan orangtua mereka, masa anak-anaknya tidak di
ajarkan Hal yang baik dan buruk)

(Masih Sd sudah pacar-pacaran, bahkan holmespun Tidak menikah meski sudah


besar, memang apasih enaknya menikah?) Sambil berjalan aku mulai berfikir
didalam otakku

“Heii Mumtaz, apa kau ingin ikut Ayah dan Aku mampir sebentar”

Kata-kata dari ran itu membuyarkan lamunan ku

“Ohh boleh-boleh, Memangnya mau mampir kemana?” Tanyaku

“Kita mau ketempat Kakek baik, yang punya Sawah itu”

(“Sepertinya aku kenal dengan orang itu……, apa cuman perasaanku doing”).

Saat melewati jalan demi jalan aku menyadari sepertinya ada yang aneh?,
perasaan seperti aku pernah melewatinya?. Dan saat sudah sampai…..

“Assalamu’alaikum pakde/Kakek baik” Kata ayah Ran dan Ran

(“Heii Heii inikan……”) #.....#

“Wa’alaikumssalam, Ran dan Ayahnya sudah dateng ya?, padahal masih pagi
begini loh” Kata kakekku

“KAAKKKEEEEK” teriakku

“Oh ternyata kamu sudah pergi main, pantesan shubuh-shubuh kamarmu sudah
rapih dan bersih”
(“hhehe, Kakek baik bagaimana orang aku dipukulin terus setiap sore”) ~………..~

“Jadi kamu lagi main sama Ran ya, baguslah kalau begitu kakek takut kamu jadi
anak buah anaknya pak mamat si kevin itu” Tambahnya lagi

(“rasanya gak mungkin juga aku masih diterima setelah kejadian kemarin itu)

“Aku mau mandi dulu ya Ran, Ran tunggu disini dulu”.

“Yaaa”.

Setelah itu aku langsung pergi kekamar mandi, sekilas aku melihatnya sedang
bermain dengan kucing-kucingku Watson dan Lestrade.

Setelah selesai berpakaian aku pergi keluar dan mengajaknya main di dalam
rumah.

“Hei Ran, ayo kita main didalam rumahku aja!”

“Ya” Katanya. “Aku main kedalam dulu ya ayah” katanya kepada ayahnya

“Hati-hati ya” Jawab ayahnya

“Rumahmu besar ya Mumtaz” katanya saat kami tiba didalam rumah

“Ini rumah kakekku, rumahku ada di Bandung, aku tinggal disini hanya satu
minggu”

“Kirain aku kamu tinggal disini”

“Jadi kita mau main dimana Mumtaz?” Tanya nya.

“Di kamarku saja, biar nanti gak repot”

“Yaa”

Saat tiba didepan kamarku aku membuka pintunya dan mempersilahkan ia masuk

“Ayo Ran masuk”

“Assalamu’alaikum, Wahhh kamar Mumtaz bagus sekali”

“Ada Rak buku, poster, dan mainan-mainannya tersusun rapih”. Katanya kagum

“Terimakasih, ayo silakan dimainin ini”


Saat-saat itu adalah saat saat berharga yang ada di hidupku, aku belum pernah
punya teman sebelumnya, yah bagaimana mau punya teman jika setiap harinya
aku hanya membaca buku dan tidak pernah keluar.

Aku juga tidak masuk sekolah TK, dan ini adalah tahun pertamaku saat di SD,
lagipula anak-anak di sana sangat berisik dan tidak sesuai dengan karakterku.
Mungkin saat itu aku sudah berbeda dari anak-anak seusiaku.

Mungkin Ran adalah salah satu tipe anak yang cocok denganku, dan seterusnya
mungkin aku akan mencoba berteman dengan orang lain lagi selain Ran.

“Hei Ran, sebenarnya hari ini adalah hari terakhirku berada di desa ini, mungkin
tahun-tahun sesudahnya aku akan sibuk dengan tugas sekolahku, jadi aku
mungkin tidak akan datang kesini dalam waktu yang lama” Kata kata itu tiba-tiba
saja keluar dari mulutku

(Hei Bodoh apasih yang aku pikirkan)

“Heeehh, kalau begitu………”

“Hufff, Terimakasih ya sudah mau menjadi temanku” katanya dengan perasaan


yang entah bagaimana

“Kalau begitu aku punya satu permintaan padamu sebagai tanda pertemanan
kita?” Mintanya

“Permintaannya apa?” Tanyaku.

Setelah bermain bersamanya hingga siang ia pun pulang bersama ayahnya, dan
setelah itu kegiatanku diisi dengan membantu paman dan kakekku, belajar,
membaca novel misteri karangan Allan Poe, lalu bersiap pulang kebandung di sore
hari

Rencananya aku akan diantar oleh pamanku jam tiga sore dengan mobil kakek
kebandara, tapi satu jam sebelum itu Ran dan Ayahnya datang lagi kerumahku
untuk mengantarku pulang kebandung

“Halo Mumtaz” Terdengar suara yang tidak asing ditelingaku

“Ehhh, Ran, Paman?” Kataku


“Iya nih ran dari tadi ingin datang kesini, katanya pengen liat kam pulang” Kata
ayahnya

“Mumtaz ini aku sudah dapat cetakan yang tadi, aku punya dua ya, ini buat kamu
dan ini buat aku”

“Ya, Terimakasih ya Ran,”

“Saat sudah besar, ini adalah tanda pertemanan kita dulu.” Katanya dengan
tersenyum

“Ya, ini adalah bukti” kataku dengan membalas senyumnya

“Daahhh, Mumtaz” katanya dengan sedikit mengeluarkan air mata

“Ran jangan menangis, jiks kamu nanti kesepian carilah teman”

“Karena dengan teman kamu tidak akan kesepian lagi”

(ternyata ada gunanya juga kata-kata yang kuambil dari novel) ^….^

Setelah perbincangan sebentar tadi, mobil yang sedang disiapkan pamanku sudah
siap, dan aku pun segera naik kemobilnya. Kami-pun berangkat menuju bandara
yang jaraknya jika dari Bandar lampung kesana sekitar 2,5 jam an.

Pertemuan sebentar yang akan berperan banyak pada masa depanku. Setelah
pertemuan itu aku tidak pernah lagi datang kerumah kakekku karna tugas
menumpuk disekolah.

Saat itu, mendekati menjelang aku lulus SMP aku berfikir ingin memberinya
sebuah surat, sebelumnya aku mengecek dulu apakah dia masih tinggal didekat
rumah kakekku atau tidak di media sosialnya. Ternyata ke ahlianku dalam hal
begitu punya manfaat juga

Hari itu Kamis 14 April aku mengirim sebuah surat kepadanya

Isi surat yang tertulis itu adalah……..

Kamis 14 April 2017


Tak terasa kita sudah mau lulus SMP, rasanya seperti baru kemarin kita bertemu di
sana. Bagaimana kabarmu disana?, semoga selalu sehat ya. Aku disini baik-baik
saja. aku sekarang sekolah di bandung, meskipun aku sudah mau lulus aku masih
belum berteman dengan banyak orang. Disini aku hanya mempunyai dua orang
teman saja, kami tinggal satu rumah didekat sekolah, itu sebenarnya rumah
ayahku. Tentu saja kamar kami berbeda. dua sahabatku itu sifatnya sama-sama
cerewet, tetapi sikapnya sangat berbeda 180 derajat. Walau begitu kami tidak
pernah terpecah belah, ya walaupun kami suka bertengkar sih. Disekolah, kami
tidak terlalu terkenal dikalangan laki-laki sih, tetapi entah kenapa kami mempunyai
sebuah klub yang entah siapa yang buat, dan isinya para perempuan. Kalau tidak
salah nama klubnya itu *Three SmartBoys*. Di sekolah aku masuk ke klub
Badminton, sebenarnya mencari klub yang pekerjaannya Detective seperti
Sherlock Holmes sih. Oh ya, terimakasih sudah menjaga Watson, Lestrade, dan
Adler ya. Jika kamu bertanya darimana nama itu, itu adalah nama tokoh fiksi
dalam karangan Sir Arthur Conan Doyle, di Novel Sherlock Holmes. Sepertinya
kalau tidak salah itu, dulu ayahmu juga punya koleksi lengkap buku novelnya kan?
Saat itu aku tidak sengaja melihat saat makan-makan itu.

“Dan satu lagi, Selamat Ulang Tahun ya Ran”.

Kalau begitu sebagai akhiran dari suratku ini, Terimakasih sudah mau membaca
surat yang hanya menyeritakan tentang diriku ini ya

Sekali lagi Terimakasih Banyak


From Mumtaz to Ran

Email: 

almumtazkudo14@gmail.com

Bandung/Jawa Barat/Kamis/14-April-2017

Seminggu setelah itu, ia menjawabnya di email milikku. Ia mengatakan.

“Terimakasih banyak sudah mengingat diriku”

-Ran
Sampai sekarang aku belum tahu nama panjangnya.

Entah kenapa saat ia menjawabnya rasanya aku senang sekali, aku sampai tidak
keluar kamar dari siang sampai malam.

Saat aku menemui dua teman-teman bodohku itu, dan menceritakan apa yang
aku rasakan. Dengan bodohnya mereka menjawab

“Sepertinya kau jatuh cinta Rim” Kata sahabatku Arnold

“Ya, benar sepertinya Karim telah jatuh hati kepada sorang wanita” kata
sahabatku Hamzah

“Oii, Tumben kalian bisa akur”. “….”

“Aku tidak tahu apa yang bisa membuat kalian akur, selama ini pendapat kalian
selalu berbeda 180 derajat” kataku lagi

“Tentu saja kami akur” – Arnold

“Karena ini mungkin kesempatan sekali seumur hidup kami, melihat seorang
karim yang maniak misteri bisa jatuh cinta” Tambah Hamzah

“Cinta ya?” kataku. (“Tapi aku masih belum yakin kalau ini namanya cinta, karena
dia kan teman pertamaku?”)

(“Tapi siapa mau tahu dia juga cinta pertamaku atau bukan, sekarang aku akan
memfokuskan diriku ke pelajaran dulu saja”)

Temanku Arnold itu ia adalah murid perantau dari Maluku, di sekolah dia adalah
murid pindahan sejak kelas 2, cita-citanya disekolah itu hanya mencari cinta sejati.
Yah aku maklumi sebagai pilihannya saja. sebenarnya dia tinggal dirumahku
karena aku yang menyuruhnya.

Sedangkan Hamzah dia adalah yatim piatu, ia tinggal di panti asuhan dekat
dengan rumahku. Cita-citanya adalah menjadi seorang guru. Aku berteman akrab
dengannya sejak aku masih kelas 3 SD, kurasa, orang-orang pun tahu mengapa
Hamzah bisa tinggal di rumah kami.

Yah, intinya Kami punya alasan tersendiri yang hanya bisa kami bicarakan dengan
kelompok kami saja. ^…^
1 Hari setelah liburan Akhir semester orangtuaku mendadak memberitahuku
bahwa nanti aku akan bersekolah SMA di dekat rumah kakekku, mereka juga
bilang kalau sudah mendaftarkan dua sahabatku itu agar bersekolah ditempat
yang sama denganku.

“Sepertinya ini harus kubicarakan dengan mereka, tidak ada pilihan lain”

(“Lagian ayah dan ibuku ini aneh juga”)

“Hei kalian, ada yang ingin aku diskusikan sebentar”

“Heh, apa ini mengenai cinta pertamamu” – Arnold

“Bodoh, siapa yang mau membahas hal bodoh seperti itu” kataku marah.

“Emm, jadi tak usah banyak omong lagi jadi begini……….”

“Sebenarnya orangtuaku mendaftarkan kalian di SMA yang sama denganku.


Untuk biaya sekolah katanya mereka yang bayar, dan untuk biaya rumah kalian
akan tinggal di rumah kakekku. Jadi bagaimana menurut kalian?”

“HEEHHH” teriak mereka bersamaan.

“Hufff, jika kalian tidak mau tidak apa-apa. Jadi bilang saja”

Mereka terlihat bisik-bisik berdua dan si Arnold tiba-tiba berkata

“Yosshh, Jadi Karim kami akan sangat berterimakasih kepada orangtuamu, jadi
sudah kami putuskan kalau kita bertiga tidak boleh boros saat berada dirumah
kakekmu.” ucap Arnold dengan mata berseri-seri.

“Ya, kalau itu aku akan membayar dengan uangku sendiri” kataku

“Heeh sejak kapan kau sudah menghasilkan”

“Sebenarnya aku menjual hasil penemuanku yang tidak berguna untukku melalui
ayahku”

“Kalau begitu biar kita sama-sama enak, bagai mana jika aku akan bayar setengah
biaya listrik, lalu setengah itu kalian bagi dua”.
“Terimakasih Banyak Karim” Mereka mengucapkan itu sampai aku sendiri tak bisa
menghitungnya.

“Ya, jadi sebagai balasan karena aku sudah baik hati kepada kalian. Emm, di SMA
nanti kalian panggil namaku Mumtaz jangan Karim, mengerti”.

“Ya, Kami mengerti” jawab mereka bersamaan.

“Bagus, Bagus sekali”

“Tapi Nold bukankah ini anehh sekali, Karim eh maksudku Mumtaz kan tak pernah
protes mau dia dipanggil apa saja”

“Sudah pasti jawabannya Cin------“

EEAAKHHHHHHHH - Arnold

“Lebih baik kau jangan menyesatkan orang Arnold” kataku

“Ya, kalian berdua. Jadi kita cepat siapkan barang-barang kalian, karena kita mau
pindah kesana lusa!”.

“SIAPP!!”

Hari Jum’at itu kami bertiga pergi ke Bandara jam 3 siang, karena pamanku yang
ada disana akan mengadakan resepsinya hari minggu. Ya sebenarnya dia juga
setelah itu akan langsung pergi ketempat istrinya. Karena hanya akadnya doing
yang dilakukan dirumahku.

Saat di jakarta kami membeli satu setelan baju dulu untuk dipakai di acaranya.
Dan aku ditugaskan di bagian bersih-bersih bersama ayahku, dan teman-temanku.
Hahaha sepertinya aku sudah tahu yang menugaskan kami itu dia.

Pukul 8 malam kami akhirnya tiba di Rumah Kakek. Bagiku rasanya seperti
bernostalgia saat dimana aku dan dia bertemu. Yah mau bagaimana lagi aku tak
punya kenangan yang menyenangkan lagi disini selain saat itu.

“Haahhh akhirnya kita sampe juga, saat naik pesawat itu rasanya kayak mau
jatuh. Hhhhh Hhhh” – Hamzah.
“Kau berlebihan Zah, menurutku rasanya hanya kayak mau muntaah” – Arnold.

(Oii oii apa bedanya kalau begitu)

(Dan sekarang yang jadi pikiranku adalah….)

“Dimana, dimana, dimana cewek yang dipikirkan oleh maniak misteri itu. Dimana,
dimana dia, Hoi Hamzah kau juga bantu cari”.

“Iya, iya”

“Hei hei, ternyata ada yang lebih sibuk daripada aku untuk mencarinya”

“Ehmm, aku pergi dulu. Kalian berdua duluan saja pergi kedalam rumah”.

“Kau tahu kana pa maksudku Nold. Hi hi hi”

“Ya, aku tahu maksudnya”

“Jadi ayo kita lindungi”

“Ehemm. Paman bibi sepertinya, barangnya ada yang ketinggalan saat di mobil

Entah kenapa saat aku pulang sikap mereka berdua jadi sangat aneh padaku.
Mereka senyum-senyum saat melihatku. Malah senyumnya menjijikan sekali.

“Hei kalian berdua sudah mandi semua?”

“Ah, aku belum” – Arnold

“Kalau begitu bisa temani aku?”

“Oh, Bisa aku juga sekalian mau mandi”

Saat sudah dipancing begitu. Benar saja di dalam kamar mandi dia berkata
sesuatu yang aneh

“Hei jadi bagaimana rencanamu tadi sukses?”

“Rencana apa maksudmu?” Tanyaku kembali.

“Oh, maksudmu saat aku tiba-tiba pergi tadi?”

“Ya, itu dia”


“Oh kalau itu mah….. aku sudah dapatkan sikat gigi plus odol dari warung. Aku
baru sadar kalau lupa membawanya, jadi aku beli deh. He he”

“Dasar, kalau begitu kami biarkan saja tadi”

“Memangnya apa yang kalian pikirkan!”

“Ah tidak apa apa”

(Anehh……..). ~…….~

Masa-masa liburanku disana akhirnya tak bisa kujadikan untuk bisa menemuinya,
karena saat aku mau keluar teman-teman badjinganku itu selalu pergi menguntit.
Hahhh akhirnya hanya kuhabiskan dengan membaca buku dan menonton anime
saja. #.....#

Saat hari pertama masuk SMA perutku sedang cari masalah pake mules segala,
jadi aku habiskan waktuku seharian penuh di dalam rumah. Sebenarnya aku
bersemangat karena dia juga sekelas denganku, sedangkan para kampreters itu
juga sekelas denganku.

Hari pertamaku masuk sekolah ini pun tiba. Sebenarnya itu hari kedua bagi anak-
anak lainnya.

“Ohh jadi ini ya sekolah yang katanya, terbaik se-indonesia ini?, Pratama High
School, yang dibuat berdasarkan kerjasama antara ayahku dan Ayah orang itu.
Yah aku hanya berharap mendapat ketenangan saja disini” ^…^

(Jadi ini kelasnya, yah ini sudah sangat bagus untuk sekolah di Indonesia)

“Oke anak-anak, jadi ibu ingin memperkenalkan teman kalian yang kemarn tidak
datang karena sedang sakit”

“Yaa kamu silahkan masuk dan perkenalkan diri”

“Yo”

“Kyaaaaaaaa”

anak-anak perempuan dikelasku langsung teriak histeris saat pertama kali aku
mengucapkan sepatah kata. Kecuali satu orang yang hanya memandangiku sambil
tersenyum, tidak salah lagi itu adalah dirinya.
“Hei, apakah pesona Karim sebesar itu Nold?”

“Sepertinya begitu sih, kemarin saja saat kita memperkenalkan diri tak ada
suasana seperti ini”

“Jadi mungkin disini ada ceweknya Ham, cepat cari!!”

(Dasar Brengseek!)

“EHHEEMM, Aku Mumtaz Karim Al-Hakimi Senang berkenalan dengan kalian”

“Yaa jadi—“

“Panggil aku Mumtaz saja”

“Yaa baiklah Mumtaz jadi kau mau duduk dimana – Ibu guru.

“Ayo duduk disini saja”.

“Hei kamu cepat pergi ini untuk tempatnya”.

“Kamu saja yang pergi”.

(Cepat-cepat cari dimana dia, haaa)

“Ehhemm bisakah semuanya TENANGGG......... baik terimakasih, aku akan duduk


di sebelah anak itu saja.

(Yakkk, tepat sasaran ^...^)

TING TONG
{SILAHKAN KEPADA PARA SISWA UNTUK BERISTIRAHAT. TERIMAKASIH}

“Lama tidak bertemu yah Ran” Sapaku padanya.

“Heeeehh kamu Mumtaz?” Katanya tidak percaya.

“Yakk, tentu saja”.

“Kukira, kau langsung pulang saat sudah selesai yang kemarin”.

“Soal itu ceritanya panjang”.

“Jadi apakah kamu mempunyai teman baru selain aku?”.

“Yaa, dia adalah sahabatku dari SMP namanya Zahra”.


“Untuk kedua temanmu itu.....”

“Hei Kariiim, ma ma ma maksudku Mumtaz Jadi ayo kita ke kantin?” – Arnold

[Hoi bodoh itu dia sedang sama pacarnya] – Hamzah

“EHHHHHHH” – Arnold

“Ma Maafkan aku kalau mengganggu sepertinya kami pergi dulu” – Arnold.

“Hhh, mau bagaimana lagi. Ayo Nold, Ham”

“Maaf ya Ran aku pergi dulu, lain kali kita ngobrol lagi”

[Sepertinya aka nada yang mendahului kita nich] – Armold

“Bodoh, Memangnya apa yang mau didahulukan” Bantahku.

“Hei, Ran” – Zahra

“Kau sedang melihat apa” – Zahra

“Ohhh aku mengerti, kamu mulai suka dengan lawan jenis ya?”.

“Apa-apa tadi yang kau omongin?” Katanya gugup

“Sepertinya benar”

“Ehhh apa yang kau bicarakan zahraaa”

“Jadi siapa sebenarnya dia?, Sepertinya orang itu yang sedang ramai dibicarakan
anak kelasku. Tak kusangka ternyata kau dekat dengannya” .

“Kau tak akan bilang siapa-siapa kan. Janji?”

“Ya, janji!”

“Jadi dia itu adalah teman masa kecilku, namanya Mumtaz........”

Sementara itu dikantin........

“Hei, Apa kalian sudah mendapatkan tentang informasi ekskulnya?”

“Ya” kata Hamzah. “Kukira disini tak aka nada yang menarik untukmu selain futsal
atau badminton, tak ada Permainan detektif seperti apa yang kau inginkan!!. Nih
silahkan dibaca sendiri”
“Ahhh, disini ekskulnya tak ada yang menarik sama sekali. Futsal, badminton, aku
sudah punya banyak penghargaannya masa mau nambah lagi”. “......”

“Ya kau benar, aku gak mau rumah kakekmu penuh dengan barang-barang seperti
itu lagi. Tapi semoga saja hadiahnya Uang.” – Arnold

“Ahh apakah disini gak ada OSIS?” Kataku

“Heii siapa yang mencari OSIS tadi? Kata seseorang

“Ahh itu aku!!”

Hmm, kalau soal masalah itu aku bisa kasih izin buat klub tapi minimal kau harus
punya 5 orang anggota untuk yang bukan sports, sedangkan klub sports harus
memiliki 10 orang anggota!.

“Hmmm, Omoshiroi” kataku

“Tapi bukankah kita kekurangan 2 anggota lagi”. – Hamzah

“Yahh, kalau itumah gampang kan kau tahu siapa ketuanya”. – Arnold

“Yaaa, kalau begitu aku akan cari anggota”

“Tunggu dulu, Tapia pa nama klub nya. Bukankah itu penting?” – Hamzah

“Kalau begitu Hamzah, kau wakilnya kan. jadi kau yang putuskan, tapi harus ada
kata SHERLOCK ya. Daahh” Setelah mengatakan itu aku langsung lari

“Heii, sejak kapan itu diputuskan” – Hamzah .

“Sudahlah ham, kau tahu bagaimana dia kan”.

“HUFFFFFF, BAIKLAHH”.

(Mungkin aku akan mengajaknya dulu untuk bergabung)

“Hahhhh hah hah, itu dia”. Kataku

“Ehh ada apa Mumtaz?”

“Hei Ran maukah kamu bergabung dengan klubku?”

“Heehh Klub”
“Oh kalau begitu maaf sudah mengganggu, jadi kau sudah memutuskannya ya?”
“...”

“EHH, Bukan begitu maksudku”

“Kalau begitu nanti akan kujelaskan dirumahku. Dan tolong ajak sahabatmu juga”
Pintaku

/SAAT DIRUMAH/

“Jadi ini rumah pacarmu, Ran?” – Zahra

“Sudah kubilang dia bukan pacarku!!”

“Pertama-tama aku ucapakan terimakasih banyak pada kalian yang sudah datang.
Lalu setelah ini aku persilahkan pada wakil ketua Hamzah untuk menyampaikan”

“Ehhmm, jadi sebelumnya aku ingin menjelaskan bahwa Boss Mumtaz ingin
membuat sebuah klub yang berisi tentang kebebasan”

“Dan nama klubnya itu adalah.........”

“SHERLOCK GROUP” Kataku

[kau mengambil bagian penting lagi] – Hamzah

[ya maaf, tapi sampai sini biar aku yang menjelaskan]

“Jadi kuharap kalian semua kenal dengan Sherlock Holmes. Jadi dipersingkat
nama klub ini diambil dari kata Sherlock pada Sherlock Holmes dan Group dari
klub. Jadi SHERLOCK GROUP adalah *klub Sherlock holmes*

“Sherlock holmes bukan hanya saja bercerita tentang detective dan penjahat, di
sana juga ada unsur seni, seperti tulisan, alat musik, bahkan lukisan, Sains, Kimia,
Biologi dan hal-hal lain pun ada disini”.

“Maksud dari kebebasan adalah Kebebasan untuk berkarya, jadi jangan takut
untuk berkarya, dan tidak usah malu”

“Begini slogannya. Ehmm, Sherlock Group: Kebebasan untuk Berkarya” kataku


dengan berceloteh panjang lebar.
“Yahh, jika kalian tidak ingin bergabung sih, akan kumaklumi namanya juga
sebuah klub jadi........”

“Ran mau bergabung dengan Sherlock Group karna sebenarnya cita-citaku


adalah.......”

“Menjadi Novelis kan Ran” kataku

“heehhh bagaimana kau bisa tahu juga padahal dia hanya bercerita padaku saja””
– Zahra

“Hmpph, ehh bagaimana bisa kau?”

[Hei Hamzah sepertinya dia mulai lagi]

“Dari buku yang kau bawa. Dan dari jari tanganmu yang seperti sedang
berkeringat. Itu karena kau sering sekali menulis. Iya kan” Jawabku

“Yaa, itu benar. Tapi bagaimana kau tahu?”

“Karena dimataku semua hal-hal kecil yang sering luput dari pandangan mata
seseorang, itu akan menjadi sebuah kunci jawaban untukku”

“Hehh kau dan dia kan teman masa kecil jadi mungkin dulu ia bercerita padamu
kan. jadi coba tebak apa cita-citaku dengan melihatku, bisakah?” – Zahra

[Jadi kita amankan sekarang ya zah]

“Yakkk tentu sa-----.”

[sebaiknya kau tak bicara dulu] – Arnold

[Zahra bisakah kita bicara sebentar diluar?] – Hamzah

10 menit kemudian

“Ehmm, setelah dipikir-pikir lagi aku tidak jadi untuk meminta agar kau meihatku”

“Dan soal Klub mungkin aku akan membantu”

“ehhh, Hontou?. Doumo Arigatou ghozaimasu” Penghormatanku

“Maksudmu apa tadi?”

“ohh, Benarkah? Terimakasih banyak!”


“Heii Mumtaz, sebenarnya berapa banyak bahasa yang kamu kuasai?” Tanya ran

“Ohh kalau itu aku baru menguasai delapan bahasa. Jerman, Jepang, Arab, Italia,
Portugis, Inggris, Spanyol, Perancis. Sudah itu doang”.

“Hei, sebenarnya apa cita-citamu?” – Zahra.

“Yaa soal itu sih, aku punya banyak”Jawabku.

“Yaa jadi sudah diputuskan bahwa Mumtaz akan jadi ketua dan aku menjadi Wakil
ketuanya” .

“Pertanyaannya, siapa yang mau menjadi sekretaris dan mencatat hal-hal


penting?” Tanya Hamzah.

“Kalau itu sihh?” Kataku “Ran agar melatih tulisanmu menjadi novelis, bagaimana
kalau kamu saja”.

“Heehhhhh aku?” Katanya tak percaya.

“Hmm, kamu tidak mau?” tanyaku lagi.

“Ahh tidak, aku mau”.

“Kalau begitu maka semuanya sudah ya, sekarang tinggal mendiskusikan aturan-
aturannuya” – Hamzah

Setelah itu kami mendiskusikan beberapa hal terkait dengan klub. Lalu, aku
membeli barang-barang yang mungkin kami butuhkan, lalu setelah itu mereka
mengusulkan agar kami sekalian belajar bersama. Begitulah kisah saat hari
pertama klub kami berdiri

*SHERLOCK GROUP* Nama klubnya bertempatkan diruang klub disekolah kami


lebih tepatnya berada dilantai tiga, kebetulan setelah aku menemui wakil ketua
OSIS ada ruang kosong, jadi kami tidak perlu membeli ruangnya.

Disini jika ingin membeli keperluan untuk klub selain mengandalkan uang klub
dapat juga melalui point penilaian atau dengan menemui Ketua OSIS dan
menjawab pertanyaan yang diberikan olehnya. Tetapi faktanya banyak yang gagal
jika berdiskusi melalui pertanyaan itu, jadi sekarang jika berhasil menjawab
pertanyaan yang diberikan hadiahnya kau bisa meminta 4 perlengkapan untuk
ditaruh di dalam klub.
– 7 HARI SETELAH PEMBENTUKAN KLUB –

Saat itu sepulang sekolah kami berlima berkumpul di klub. Kami sedang
melakukan kegiatan klub. Mulai dari membaca, menulis, melukis, dan merakit.
Aku yang sedang membaca.

“Heii Sir, apakah tidak ada AC disini?” – Arnold .

“Wajar saja tidak ada, kita baru saja menetap di ruangan ini” jawabku.

“Bagaimana kalau kita membelinya saja” – Hamzah .

“Bodoh, uang kita belum cukup untuk membelinya” – Zahra.

“Memangnya siapa yang bilang memakai uang” –Jawabku.

“jangan-jangan kalian ingin mencobanya?” – Zahra.

“Ya, aku ingin mencobanya” jawabku.

“Tapi kan, kau tahu sendiri kalau tak ada yang bisa menjawabnya? Ia bertanya lagi

“Ya, memang itulah tujuanku. Jika tak ada yang bisa menjawabnya, lalu aku bisa
menjawabnya. Maka ini bisa jadi sejarah, dan aku yang memulainya.” Jawabku
dengan mata yang berbinar-binar.

“Sudahlah Zah, sekali dia ingin tak aka nada yang bisa melarangnya” – Hamzah

“Ya, benar. Lebih baik kita menunggu membawa pulang hadiahnya” – Arnold

“kenapa kalian bisa seyakin itu” – Zahra “....”

Setelah itu aku langsung pergi dari ruangan itu ke ruangan Ketua OSIS. Di-
sekolahku, OSIS berkuasa kepada semua murid seperti Kepala Sekolah. Mereka
jugalah yang mengurus tentang perlombaan, study tour, dan lain lain lagi.

*BRUAKKK*

“SIAPA ITU?” Tanya wakil ketuanya

“Kuharap kalian mengenalku” Kataku

“Ohh, ternyata hanyalah seorang Mumtaz Al-Hakimi yaa”. Katanya dengan sikap
dingin “Maksudku Ryu Makoto-kun” -....
“Jadi kau juga Sudah mengingatnya ya Ketua Osis, Pratama-san” Jawabku dengan
nada sinis

Pratama-san atau Akihiko Pratama. Dulu dia juga lahir di jepang sama sepertiku, ia
juga sempat sekolah disekolah yang sama denganku saat kami masih SD, Aku dan
dia berbeda 2 tahun dia lebih tua dibandingkan aku. Dia adalah putra sulung
keluarga pratama atau kakanya Kevin. Saat kami masih sekolah dijepang dulu
Kami selalu bersaing saat di ujian sekolah, walaupun dulu aku selalu berada tepat
dibawahnya, tapi sekarang. Aku bertekad untuk berada di nomor 1.

“Heehhh, jadi kalian berdua sudah saling kenal?” Teriak sang wakil ketua karena
terkejut.

“Santai saja, pertama-tama lekas perkenalkan namamu dulu” kata Pratama-san.

“Aku wakil ketua OSIS .........”.

“Kau Ayu Cantika Putri kan, Putri kedua dari keluarga Herman!” Kataku.

“Ba- bagaimana kau tahu itu?” Ia terkejut karena aku sudah mengetahui
namanya.

“Sepertinya kau sudah selangkah berada didepanku ya?” Kata Pratama-san


dengan nada sinis.

“Yah aku sudah tahu itu. Sekarang, tak usah basa basi lagi cepat beri aku
pertanyaannya!”

“Aku yakin kau sudah tahu maksud dari kedatanganku tiba-tiba kesini!”
Tambahku.

“Bocah sok sepertimu tidak usah memintanya, kami sudah banyak melihatnya dan
mereka tersenyum saat di awal padahal akhirnya, mereka akan menyerah!”
Giliran wakilnya yang menjawabku.

“Tak peduli teka-teki apa yang ada di-akhir pertanyaannya” Jawabku dengan yakin
“Hanya ada satu yang pasti, aku tidak akan pulang dari sini dengan tangan yang
tidak membawa 5 barang tersebut”.

“Sebelum itu aku ingin menawarkan sebuah pilihan Makoto-kun” Tawarnya.


“Sebenarnya ada cara yang lebih mudah untuk mendapatkannya, kau cukup
menjadi ketua OSIS berikutnya setelahku, lalu kau bisa mendapatkannya 3x lipat!
Bagaimana tawaranku? Baguskan?”.

“Ah, soal itu aku tidak mau. Meskipun ini untuk menguji atau yang menyuruh
ayahku juga aku tetap tidak mau!. Lagipula aku kesini hanya untuk memecahkan
teka-tekinya, Hadiahnya adalah bonus untuk teman-temanku” -...-.

“Oh ya bukankah kau punya adik, jadikan saja dia” Tambahku lagi.

“Kau tahu kan ini adalah pekerjaan besar, jika aku memberinya ke dia aku yakin
apa yang akan terjadi selanjutnya akan hancur. Kau pun tahu kan bagaimana
dia?”.

“Ya, aku tahu”.

“Kalau begitu maka langsung saja kita masuk ke pertanyaan terakhirnya atau yang
lebih tepat adalah kodenya” Katanya lagi.

“Eh tunggu dulu ketua” kata wakilnya, “Bukankah kita harus memberinya
pertanyaan sebelum itu?”.

“Kurasa, itu tidak perlu”. Katanya, “aku tahu dia orangnya bagaiman, dan jika kita
beri dia pertanyaan maka dia akan memecahkannya dengan mudah”.

“Baiklah jika ketua sudah seyakin ini” Wakilnya pun pasrah.

“Jadi Makoto Ryu-kun, ini silahkan dipecahkan. Kau punya waktu tiga hari tidak
lebih, jika lebih maka kau akan gagal ya”

“Ya, aku tahu” -...-

(Hmm, lebih baik aku buka dulu amplopnya)

Dan saat kubuka amplopnya ada selembar kertas yang bertuliskan.......

AQ S/J3 58 K2 4 Se30 50 9596 148 153 IN EIGO

S.M.H

(Sepertinya aku pernah lihat kode ini?)


Setelah membacanya aku bergegas menuju klubku yang berada di lantai dua
gedung khusus Kelas Klub, sedangkan ruang OSIS bertempatkan di Lantai paling
atas di gedung khusus Kelas Klub.

Saat di jalan aku selalu diperlihatkan pemandangan menjijikan oleh Siswi-siswi


yang aku lewati, mulai dari memanggil namaku dengan nada seksi, sampai ada
yang hampir menciumku. Rasanya saat itu aku ingin menghajar mereka.

“Yo aku pulang” Kataku.

“Selamat datang Mumtaz” Kata Ran.

“Bzz, bzz, wuahahahahaha wahaaahahaha” Kata dua orang sahabatku itu.

“Kenapa kalian tertawa?” Tanyaku.

Lalu tiba-tiba si Arnold datang dan memelukku.

“Sudahlah jangan bersedih hati kawan, aku tahu itu akan sulit” Katanya.

“Sulit apanya?” tanyaku lagi.

“Ya, kau pasti sudah tahu lah” Katanya lagi.

(Dasar Arnold aneh?) dalam hati aku berkata.

“Oh, ya bisa tuliskan di papan tulis, berapa menit aku kembali dan tulis jamnya
ya!”

“Maaf para gadis, sebelumnya apa ak.u boleh meminjam Al-Qur’an yang kalian
bawa?” Tanyaku pada Ran dan Zahra.

“Ya, tentu saja jika itu bisa menghilangkan rasa stressmu” kata Zahra.

(Aku stress kenapa?) pikirku.

Setelah mendapat qur’an yang kupinjam aku segera membuka kertasnya dan
langsung kucocok kan dengan analisisku. 30 menit kemudian aku selesai. Setelah
selesai aku ingin istirahat sebentar, Tetapi tiba-tiba Hamzah mengambil
kertasnya.
“Hei Mumtaz apa ini?” Tanyanya

“Sebuah Kode yang kudapat tadi” Kataku

“Sudahlah Mumtaz aku tahu itu terlalu susah bagimu. Jadi tak usah pikirkan lagi”
Arnold ikut berbicara

“Haahh”. Kataku “Aku tak tahu apa yang kalian pikirkan. Jadi, aku ingin keruang
OSIS lagi lalu mengambil hadiahnya” Jawabku “...”

“HEEEHHHHHHHH” Teriak semua orang yang ada didalam klub

“Dan untuk kalian, khususnya Zahra dan Ran sebaiknya hentikan permainan petak
umpet kalian. Aku sudah tahu dari pertama kali kita bertemu, Ran ku. Maksudku
Ran temanku tak pernah malu jika berbicara denganku dan dia sangat cerewet”

“Ahh akhirnya ketahuan juga” Kata Ran

“Maaf, ya Mumtaz” – Zahra

“Ya, aku mau pergi dulu” aku langsung pergi meninggalkan mereka

“Tunggu Mumtaz, aku mau ikut!” Kata Ran

“Ya, terserah” kataku

Kami berdua pun pergi dari sana dan segera pergi ke Ruang OSIS.

“Kau keren sekali Mumtaz, seperti Holmes bisa menebak orang” Ran memulai
pembicaraan

“Terimakasih banyak Ran, kuharap kau tidak terkejut nanti” kataku

“Kau juga mendaftar sebagai anggota OSIS kan?” Tanyaku

“Oh, itu ya aku mendaftar disana. Memangnya kenapa” Tanyanya

“Aku merasa ada yang aneh nanti”

“Aku masuk” Kataku saat berada di depan pintu OSIS.

“ha ha ha, sepertinya kau sudah menyerah ya bocah sok?” Kata wakilnya.

“Ada masalah apa sih kau denganku” Kataku padanya.


“Ehemm, Mumtaz kamu tak boleh berkata seperti itu pada orang yang lebih tua,
seharusnya kamu memanggilnya kak Cantika” Ran ikut menasehatiku.

“Ya ya, maaf kak Cantika” kataku pasrah.

“Hu huh u hu, ternyata bocah nakal ini bisa patuh juga” Katanya mengejek

(Dasar kau sialan)

“Sudah sudah, Jadi sudah pecah kodenya?” Katanya

“Ya, dalam 30 menit 50 detik”

“EHHHH, Cepet amat?” kata sang wakil

“Ya, sesuai janjimu. Aku menagihnya”

“Ya aku tahu itu, tetapi ada satu hal yang belum kuberi tahukan padamu’
Katannya. “Seseorang yang berhasil memecahkannya harus menjadi ketua OSIS
selanjutnya”.

“Ka kalau begitu, mungkin saja jawabanku salah. Nih lihat sendiri” kataku.

“Ya baiklah akan kuperiksa.................., sesuai perkiraanku, kemungkinan jawaban


mu benar adalah 99%. Dan ternyata sesuai ekspetasiku”

“Kalau begitu, walaupun dipaksa aku tetap gak mau” Tegasku.

“Yah padahal jika kau mau aku akan membelikanmu 3 figure yang kau mau,
mengajakmu ke akihabara, dan ke istana tottori” Sogoknya

“Tetap saja aku tak mau”

“ditambah jalan-jalan ke Baker Street lalu ke Reichenbach Fall dan..........”

“Oke dil ya?, aku akan menjadi ketua OSIS selanjutnya dan itu sebagai hadiah
liburan. Kalau mau mengelak juga tak bisa karena sudah kurekam!”

“Iya, iya. Sekarang kau Makoto-kun akan menjadi penasehatku dank au Ran akan
menjadi sekretaris” Katanya dengan seenaknya

“Heii ketua, mengapa kau memanggil Mumtaz menjadi Makoto?, apa kau sudah
pikun?”
“Ehmm Hemm, Makoto Ryu-kun tolong jelaskan”.

“Ran bisa kita bicara sebentar?” kataku.

“Jadi begitu, maaf sudah merahasiakannya darimu”.

“Be-berarti kau ingin jadi detektif?” Katanya tak percaya

“Ya, rencananya begitu. Tetapi, jika orang itu tak mengijinkanku, aku hanya bisa
menjadi novelis atau professor seperti ayahku.”

“Ya, dia adalah ibunya Makoto-kun. Dulu saat kami sedang bermain dia selalu
memarahi kami, lalu memukul. Sangat mengerikan bukan?” Orang itu
menceritakannya

“Ya Pratama-san , kau bisa mengambil barang barang yang kami minta sekarang?”
tanyaku.

“Ya tentu saja Makoto-kun”

Kami berdua pun pergi dari ruangan OSIS dan langsung pergi menuju rumah,
untuk yang lainnya aku sudah menelpon agar pulang duluan

Saat dijalan ia bertanya

“Hei Mumtaz?” katanya

“Ada apa Ran?”

“Bolehkah aku memanggilmu Ryu saja?, Agar kita bisa lebih akrab”

(Sepertinya dia tidak tahu ya) pikirku

“Ya, itu terserah kamu”

Seminggu kemudian barang-barang yang kubeli dengan menukar rencana SMA–


ku pundatang. Suasana klub pun tampak lebih hidup. Kami kedatangan satu
anggota baru yaitu seorang siswi, dia adalah Rivalnya Pratama-san.

Yang lebih parah adalah sejak aku menjadi penasehat OSIS, aku mulai kedatangan
banyak sekali surat ataupun coklat didalam lokerku saat aku datang maupun
pulang. Lokerku sama-sama penuh dengan surat itu.
“Hahh akhirnya hari ini hari jum’at, besok akhirnya aku Libur dari tugas-tugas
yang melelahkan dan membosankan”

“Ya benar sekali Ryu, aku juga lelah menulis terus” Kata Ran

(satu jam setelah pulang aku diminta oleh Pratama-san agar datang keruangannya
dia ingin membicarakan hal penting berdua denganku. Kira-kira hal penting apa?)

[“hei ryu, ryu kau dipanggil dengan guru itu”]

“Mumtaz, kau dengar apa yang ibu omongin?”

“Mungkin tentang ulangan dadakan atau pemberitahuan bazar?” Tebakku

“Ya benar sekali, hari ini ibu akan mengadakan ulangan harian”

Setelah itu seisi kelas panik lalu akhirnya kami diberi waktu untuk belajar sebentar

DING DONG {BAGI PARA MAHASISWA DIPERSILAHKAN UNTUK PULANG}

(Sepertinya aku akan pergi ke klub dulu untuk istirahat sebentar)

“Aku datang” Kataku

“Hei boss ternyata enak banget pakai AC” – Arnold

“hmm” Jawabku

Kemarin kami dapat 10 barang, jadi total fasilitas yang sudah diberikan sekolah
adalah 15 barang. Ruang klub kami berbentuk persegi panjang dengan panjang x
lebar 6x4 + Kamar mandi 2x2

Barang-barangnya yang diberikan sekolah adalah 1 Meja yang diatasnya ada 1


komputer, lalu 2 kursi, dan 2 meja panjang, 1 oven. 2 Rak buku, 1 rak sepatu dan
1 AC, 1 kotak peralatan belajar, 1 dispenser, 2 tikar, dan 1 Wifi khusus anggota
klub

Sedangkan barang-barang yang kami beli sendiri dari koperasi adalah Buku
sekotak majalah, 10 buku tulis, gallon, 10 gelas (Zahra bawa karna kebanyakan)
dan banyak lagi
Barang-barang yang kubuat ada CCTV hanya bisa dilihat oleh hp ketua klub dan
ketua OSIS, pendeteksi agar brankas tetap aman, dan alat pendeteksi sidik jari
untuk memastikan hanya anggota dan ketua OSIS yang masuk.

Setelah itu aku dan Ran pergi ke ruang OSIS

“Kau terlambat 10 menit makoto-kun” Omelnya

“Ya aku minta maaf, jadi apa yang ingin kau bicarakan?” Tanyaku.

“Sebenarnya ini adalah pembicaraan antara laki-laki jadi kita akan mengobrol
diruang khususku”

“Memang apa ada sesuatu yang penting?” Tanyaku

[“Ini sesuatu tentang cinta”] bisiknya

“KAU, KAU MENYUKAI SE SE......”

“Heehh kau jatuh cinta akihiko?” Tanya wakilnya

“tentu saja tidak mungkin maksudnya aku menyukai seekor burung” Katanya
sambil menutup mulutku

“Jadi ayo kita bicarakan sebentar?”

Kami pergi dengannya yang menggeretku sambil menutup mulutku

“Jadi kau menyukai siapa?” tanyaku.

“Ahh, itu rahasia” Jawabnya “Sebenarnya aku ingin Tanya padamu apa itu cinta?”.

“Seharusnya aku yang bertanya begitu, sebelum memberitahuku siapa dia aku tak
akan memberitahumu!”

(“Ya, meskipun aku tak tahu apa itu cinta sih^...^”).

“Sebenarnya kemarin seseorang menyatakannya padaku. Lalu karena bingung aku


meminta pendapatmu”.

“Kalau begitu tolak saja” Kataku sambil memakan makanan yang sudah disiapkan
disitu

“EHHH, kenapa begitu?” Tanyanya lagi/


“Kan dulu kau sendiri yang bilang kalau tidak mau menikah, dan perempuan itu
sangat galak” Kataku sambil menyantap makanan.

“Sepertinya kau tidak ada perubahan meski sudah SMA” Katanya dengan
memalingkan wajah “Jika kau berada diposisimu kau juga pasti melakukan hal
yang sama sepertiku”.

“Ohh diberi surat pertanyaan ya?” Tanyaku.

“Ya, kau belum pernahkan diberi itu?”

“Kalau itu aku sudah punya banyak, bahkan bermacam-macam jenis tulisan. mulai
dari puisi, pantun, bahkan ada yang menulisnya dengan syair lagu. Ya aku hanya
mengambilnya untuk kupelajari tentang tulisan sih. memangnya surat-surat itu
kenapa?”

[“Hhhh percuma aku berbicara cinta dengan maniak misteri”] Meski hanya kecil
suaranya, namun aku bisa mendengarnya dengan jelas

“Lupakan itu, sebenarnya yang akan aku bicarakan ini adalah berita besar”.

“Jadi sebenarnya Ibumu akan datang kesekolah ini, dan ia akan menetap selama 1
minggu” katanya dengan keringat yang menetes.

“APAAAA” teriakku sampai suaranya tembus keruangan utama.

“Heii, kalian berdua sebenarnya ada apa?” Wakilnya segera membuka pintu
ruangan kami

“Ahh tidak tadi hanya ada sedikit kejutan” Kataku dan langsung menutup kembali
pintunya.

“Jadi kau sudah tahu kan apa yang akan kita lakukan?......... tetapi, hari senin kau
harus pergi kekolam renang karena kelas 10 akan mengadakan Liburan”

“Ya, kalau Cuma sehari aku akan mencoba bertahan” Jawabku

“Sebenarnya masalah yang lebih penting adalah......... dia terus menelponku


seminggu ini untuk menanyakan apakah Makoto-kun sudah punya pacar” Katanya
dengan pasrah. #....#

“Dia tak berubah ya” ~......~


– Besoknya –

“Oke semuanya, sebelum kita berangkat pastikan kalau disana nanti barang-
barang kalian tidak hilang ya” – Ketua Panitia.

“Dan nanti kita akan kedatangan tamu spesial, jadi jaga sikap kalian”.

(He heh, itu pasti ibu).

“Sepertinya yang dimaksud itu adalah ibu ya Rim?” – Hamzah .

“Ya, hari yang melelahkan sudah tiba” Kataku.

“Dan yang lebih melelahkan, orang itu sudah mengajukan cuti selama seminggu
karena katanya dia ada keperluan, dan aku tak berhasil mendapatkannya!!”.

“Yo, kalian” kata Arnold “kenapa wajah kalian ketakutan begitu?”.

“Ya selanjutnya kelas 10 B akan berangkat dengan mobil yang berwarna merah
itu” kata Panintianya.

Selanjutnya kami pergi dengan membuat barisan, aku duduk didepan sendirian
bersama dengan supirnya. Sebenarnya saat aku ingin duduk dibelakang banyak
wanita kelasku yang berebut duduk disampingku, jadi diputuskan bahwa aku akan
duduk didepan. Tak lama kemudian mobil kami sampai ditempat tujuan, yaitu
Pratama water park. Yang memilikinya adalah ayah dari akihiko pratama atau
ketua OSIS.

“Hei Karim, bukankah kau senang karena kita bisa melihatnya dalam jumlah
banyak?” Kata Arnold kegirangan

“Bodoh, aku tak peduli dengan itu, yang kupirkan hanyalah mencari lalu
menghindari ibuku”

“Ya, s

Anda mungkin juga menyukai