Kelas : XI ips 2
KELUARGA
pipinya. Dia tak bisa tidur sedari sejam yang lalu. Tapi sebab itu
kecil itu menutup tirai rapat-rapat. “Maaf…” ucap si gadis kecil lirih.
“Kenapa?”
“Ya. Gak apa. Bener, kamu belum ngantuk?” tanyanya untuk yang
ketiga kalinya..
Kakak balik tidur lagi. Kamu juga cepat tidur Ros…” perintah Lisa.
“Iya Kak”
Sejenak gadis kecil memperhatikan punggung perempuan yang ia
“Kak… ” panggil si gadis kecil lirih, tapi tak ada jawab. “Kak Lisa…
kata Fika. Kalo kita punya ibu, kita bisa makan makanan enak,
terus kalo sakit, ‘ibu’ perhatian. Apa aja yang kita mau, bakal
dikasih. Aku tahu Kak… itu gak mungkin. Tapi aku mau diulang
tahunku yang ke-6 besok bisa ketemu ibu. Kalau cuman nglihat
“Hmm…“
“Kak Lisa?”
Sebenarnya Lisa memang sudah terjaga sejak gadis kecil itu tak
berapa kali biar kamu tahu. Tadi kamu bilang udah tahu, tapi tetap
kerasa kepala. Sudah pasti kita gak bisa bertemu. Karena kita
Lisa dengan nada sedikit kesal, karena emosi yang belum stabil
“Hm. Iya kak, maaf.” Rosa yang menyesal. “Ya, udah. Gak apa-
apa. Sekarang kamu tidur, besok kita kan bakal ada acara. “
mau. Coba kamu minta sama yang di atas. Percaya deh, pasti
bertemu Ibu. Tapi kan mustahil. Kalo gitu, aku mau bertemu
Siapapun!”
di luar. Semua pada sibuk nyiapin acaranya. Hari ini bukan cuman
kamu yang dirayain. Jadi jangan manja ya Adek Rosa” jelas Lisa.
hati.
“Ros, hari ini bakal ada yang datang loh…” Tiba-tiba saja Bu
“Ah! Bu Rahmah?”
“Ya sudah, kalo gitu. Nanti Rosa liat aja sendiri. Biar Surprise, ya?”
kesabaran.
muncul disaat yang tak terduga. “Ah! Iya Kak!” Dalam waktu
“Umurnya sekarang 6 tahun ya? Jadi anak itu pasti suka mainan”
Keadaan saat itu begitu ramainya, hingga Rosa tak sempat untuk
harmonis.
“Nah, ayo semua kumpul-kumpul sini! Nida, Oki, Eva, Dan Rosa.
mengikuti arahannya.
entah apa yang ia cari. Dan disaat itu, ia menangkap satu sosok
kemeja
putih serta jas hitam. Dalam keramaian, sosok itu terbilang
berkacamata itu.
Tak selang berapa lama, sosok itu menyadari bahwa Rosa sedang
memperhatikannya.
“Ros, kok diem aja? Ikut tiup lilinnya juga ya.” Bu Rahmah
menegur Rosa yang sedari tadi hanya diam, seakan tak menikmati
meniup lilin.
“Makasih kak.”
menyanggupi.
“Bu Rahmah, ada a..” belum selesai ia bertanya, Rosa
memaklumi Rosa.
“Rosa masih inget kan? Waktu Ibu bilang, bakal ada yang datang.”
bersemangat kembali.
berdiri sebelumnya.
baru mengenal lelaki itu, tapi ia yakin bahwa Paman Reza adalah
Rosa.“Maksud Ibu?”
Rahmah, Fika, Nida, Eva… kakak dan adik-adik yang lain juga.
kamu juga tidak mungkin ada. Dan kamu juga tidak akan bisa
bertemu kami. Jadi, kembalilah ke keluargamu dan jangan lupakan
“Semua sudah?”
“Iya.”
ia singgahkan di Bagasi.
Sekali lagi Rosa tak mampu menahan tangis. Dan yang lain pun
nanti.
keluargamu.”
“Tak terasa, waktu begitu cepat. Bagaikan aliran air, dan aku
“Dan kini, aku di sini. Jika ku putar kembali waktu, dulu seakan
“Tapi, jika aku memutar kembali waktu dulu. Saat pertama kali aku
Biasa.”
“Sabtu, tiga puluh satu Desember. Dua ribu sebelas… “ Aku
sejak aku tinggal bersama Pamanku, Reza Anan (32). Dia seorang
seseorang yang berada di sisinya. Tapi kini, sosok itu telah tiada
suara yang berasal dari dapur itu adalah Paman. Hari ini giliran
padanya. Dia orang yang disiplin waktu. Jadi aku sering sekali
“Hm… enak Za. Makin hari makin enak. Level masak Reza
orang yang berlidah tajam dan dingin. “Iya iyaa… Aku kan sudah
minta maaf tadi. Oh ya Za. Hari ini tanggal berapa ya?” Aku
nggak ya?
“Hhm… tanggal 31. Kamu itu ya. Segitunya banget, sampai lupa
Ckckck” Ini dia sifat yang paling aku tidak suka darinya. Jika
diantar.” Aku mengubah topik obrolan lagi, tapi kali ini tanpa
basa-basi. “E? Kenapa tiba-tiba?” sendoknya terhenti saat akan
Aku mencari alasan. “Tapi kamu masih SMP, dan belum boleh
Kkrekk! Aku mendengar deritan kaki kursi, yang ternyata itu kursi
melihatku sebentar “Ha? Untuk apa aku marah? Aku mau ambil
minum, kamu lupa menyediakan minum di meja makan tadi.” Huft..
perbuatanku.
sudah. Itu terserah kamu kalo mau berangkat tanpa harus diantar.
Tapi kamu harus bisa jaga diri, ya?” Tanpa ragu aku
hari ini. “Aku ingin menanyakan beberapa hal terkait Rosa. Kamu
pasti sudah tahu tentang hal ini. Dan kamu menyembunyikan hal
ini dari ibu, Reza. Dan pasti, juga menyembunyikan hal ini dari
Rosa” Aku tak bisa berkata apa-apa lagi, juga tak bisa menentang
kebenaran itu.
ku kalau Ibu Rosa sudah tiada. Apa maksudmu? Reza, kamu tahu
mau menyembunyikan hal ini? Kalau dia sampai tahu, apa jadinya
nanti. Dia sudah pasti akan sangat kecewa. Reza? Jangan hanya
padanya. Dia pasti akan mengerti. Karena dia bukan anak kecil
lagi.”
Walaupun aku baru akan menjelaskan , tapi tetap tak ada jawab.
dulu sekali. Aku, Sinta, Ayahmu juga Ibumu adalah teman dekat.
Lebih dari itu, kita sudah seperti keluarga. Dan disaat Ibumu
menerima kalian,
Aku dan Sinta berinisiatif merawat Ibumu hingga kau terlahir.
rumah sendiri, karena dia tak ingin akan lebih merepotkan kami
Aku dan Sinta saat itu begitu antusias untuk menjemputmu, tapi
ini?”
tidak akan mau tinggal bersamaku.” Aku tak bisa menatapnya. Aku
juga menyayangimu.”