Anda di halaman 1dari 8

CREEPY PASTA

By Lian Meliana
AKU
Bum!Bum!Bum
Suara itu terus terusan menggema di telingaku. Pukul 2 pagi.
Aku terbangun dari tidur karena rasa yang amat panas
menyelimutiku ditambah suara berisik itu. Aku membuka
mataku, melihat sekeliling kamarku dalam kegelapan dibantu
dengan cahaya merah diluar sana. Ah sial, mati listrik.
Kemudian aku memutuskan unutk turun dari ranjangku untuk
mecari sebatang lilin diruang tv. Namun saat kaki ku mulai
melangkah, aku merasakan ada seseorang terbaring
dibelakangku. Aku terpaku, tak mampu bergerak sama sekali
saat aku melihat seseorang itu. Dan itu aku.
TEMANKU
Dia yang duduk disana adalah temanku, kami selalu bersama-sama sedari
kecil.
“Lihat dia Bu!” teriakku pada ibu saat itu, namun ibu hanya mengangkat
kedua alisnya.
Kami selalu bermain petak umpet, namun kini tidak lagi. Aku sudah terlalu
besar jika harus bermain dengan Dia.
TOPENG
Dia Donna, gadis cantik yang menjadi incaran si cupu bernama Alex. Donna
adalah gadis popular di sekolahnya, parasnya yang cantik membantunya
dalam mendongkrak popularitas.
Suatu hari ketika jam olahraga, Alex menyatakan cintanya pada Donna. Di
depan banyak siswa yang saat itu tengah berolahrga.
“Apa? Berani-beraninya si cupu itu menyatakan cintanya padaku. Tentu tidak.
Lihat Wajahmu, tutup saja dengan topeng.” Jawab Donna kala itu.
Dan benar, Keesokannya Alex datang menggunakan topeng yang bergambar
wajah Stev, lelaki yang tengah diincar oleh Donna.
Namun beberapa hari setelahnya, topeng yang ia gunakan mulai membusuk.
jari
Hari itu, aku melihat Antoni pulang dari Amerika. Dia membawa sebuah
koper ditangan kanannya dan pendigin es ditangan kirinya. Dia menyapaku
karena aku sedang berada disana.
“Ada sesuatu untukmu, sore nanti aku antarkan.” ujarnya sebelum ia hilang
ditelan pintu.
Sore harinya bel rumahku berbunyi, kemudian aku membukanya, ada
Antoni disana lengkap dengan senyum menyeringai khasnya.
“Aku tidak membawa apa apa dari sana, tapi aku membawa terlaru banyak
daging jadi aku buatkan sup.
Selepas lelaki itu pergi, aku mulai menyantap supnya, dagingnya begitu
lembut dan mempunyai citra rasa yang khas. Hingga pada sendok terakhir,
aku memuntahkan semua isi perutku. Ada jari kecil disana.
AYAH
Aku benci lelaki yang kupanggil ayah. Tangan yang seharusnya mengelus
kepala anaknya dengan kasih sayang tak berlaku bagi lelaki itu.
Malam ini dia memukulku lagi dengan balok kayu yang cukup besar
hanya karena dia kalah judi. Setelah itu aku menangis dipojokan
sepanjang malam. Dan memikirkan suatu cara agar salah satu dari kami
pergi dari sini.
Keesokan malamnya, aku melancarkan aksi, aku kabur melewati jendela.
Namun dia melihatku dan berusaha mengejarku.
Namun tak berselang lama dia tak lagi mengejarku. Dan saat aku
menoleh kebelakang, dia sudah terpenggal oleh kawat berduri yang aku
pasang. Aku tersenyum puas, dia yang pergi.
Kakakku
Pengganggu di gang sana adalah kakakku. Dia sangat
menyayangiku lebih dari apapun. Seperti waktu itu,
kepalaku terputus karena temannya dan dia
membalasnya. Memenggal kepalanya dan
menempelkannya pada tubuhku yang kaku ini.
BADUT
Aku terbangun dari tidur, karena suara bising dari bunyi bel. Aku menuruni
tangga dengan kesal, pasalnya siapa yang ingin bertamu di pagi buta seperti
ini.
Namun saat aku berdiri di depan monitor pengawas. Aku melihat seseorang
berpakaian badut berdiri menghadap kamera pengawas sembari menampilakn
deretan gigi yang berantakan.
Dia diam, masih dalam posisi itu. Lalu…
BRUG, BRUG, BRUG!!!
Dia menggedor geedor pintu dengan kasar. Aku bergetar ketakutan,
kemudian mengambil pistol yang tergeletak di rak buku.
DORRRR
Aku menarik pelatuknya, pelurunya mengenai kepalanya, ternyata dia
kekasihku. Kue yang di pegangnya bercampur dengan pecahan otak
miliknya.

Anda mungkin juga menyukai