mobi
Bram Stoker
DRACULA 2
Djvu: BBSC
Kuangkat tutup peti mati itu, dan apa yang kulihat membuat
jiwaku menggigil oleh rasa takut.
Count itu terbaring di situ, tapi ia seperti telah mendapatkan
kembali separo masa mudanya, karena rambut dan kumisnya
yang sudah putih berubah menjadi kelabu kehitaman. Bibirnya
berlumuran darah segar yang menetes dari sudut-sudut
mulutnya, dan mengalir ke dagu dan lehernya. Makhluk
mengerikan itu boleh dikatakan memuntahkan darah. Ia
terbaring bagaikan seekor lintah yang keletihan karena
kekenyangan. Senyum mengejek yang terbayang di wajahnya
yang membengkak itu membuatku amat marah.
Inilah makhluk yang sedang kubantu kepindahannya ke London,
ke tempat selama berabad-abad yang akan datang ia akan
memangsa orang-orang tak berdaya. Kusambar sebuah sekop,
lalu kuhantamkan mata sekop ke wajah menjijikkan itu. Waktu
itu kulakukan, kepala makhluk itu berpaling dan matanya
mengarah tepat kepadaku, membelalak dengan sangat
mengerikan. Aku terpaku. Sekop itu terlepas dari tanganku.
Yang terakhir kulihat adalah wajah yang bengkak, berlumuran
darah, dan dihiasi senyum jahat yang agaknya akan tetap
dibawanya sampai ke neraka jahanam.
Bram Stoker
DRACULA 2
Bab 15
Tak jauh dari tempat itu, di dekat sederetan pohon yew yang
berserakan, yang menandai lorong jalan ke arah gereja, tampak
suatu sosok putih samar-samar, bergerak ke arah ruang
penyimpanan peti-peti mati. Tempat itu sendiri tersembunyi
oleh pohon-pohon, dan aku tak bisa melihat ke mana sosok itu
dengan mata kepala sendiri bahwa peti mati itu kosong. Tapi
aku mengangkat bahuku dan berdiam diri, tanpa berbuat apa-
apa, sebab Van Helsing selalu punya rencana sendiri, tak peduli
siapa pun yang melarangnya. Dikeluarkannya kuncinya,
dibukanya ruang penyimpanan peti mati itu, dan kali ini pun
diisyaratkannya dengan sopan supaya aku mendahuluinya.
Tempat itu tidak lagi seangker kemarin malam, tapi alangkah
jahat rasanya bila sinar matahari masuk kelak. Van Helsing
berjalan dan langsung menghampiri peti mati Lucy. Aku
menyusulnya. Ia membungkuk dan membuka dengan paksa
pelapis peti dari timah itu. Saat pelapis itu terbuka, aku serasa
mengalami shock, terkejut dan kecut.
Lucy terbaring di dalam peti mati itu, dalam keadaan seperti
kami melihatnya di malam sebelum ia dimakamkan. Ia bahkan
tampak lebih cantik dan berseri daripada sebelumnya, dan aku
merasa tak percaya bahwa ia benar-benar sudah meninggal.
Bibirnya merah, ya, bahkan lebih merah daripada sebelumnya,
dan pipinya bersemu dadu.
"Apakah ini suatu permainan sulap?" kataku.
"Yakinkah kau sekarang?" Profesor balik bertanya. Sambil
berkata begitu, diulurkannya tangannya. Bergidik aku melihat
ia membuka bibir orang yang sudah meninggal itu, dan
tampaklah gigi-giginya yang putih.
"Lihatlah," katanya lagi. "Gigi-gigi ini lebih tajam daripada
sebelumnya. Dengan ini dan ini,"-ditunjuknya salah satu gigi
taringnya dan sebuah yang di bawahnya-"dia menggigit anak-
anak itu. Percayakah kau sekarang, John?" Lagi-lagi aku merasa
benci, dan ingin membantah. Aku tak ingin mendengar gagasan
jadi merasa bahwa Arthur harus kubawa melalui arus pahit ini,
untuk mencapai hidup yang manis. Anak muda itu harus mau
menghadapi satu jam yang akan membuat wajah surga tampak
hitam baginya. Setelah itu, dia akan dikelilingi oleh kebaikan
dan dia akan mendapatkan kedamaian. Tekadku sudah bulat.
Mari kita pergi. Malam ini kau pulang dulu ke sanatoriummu,
untuk melihat apakah keadaan di sana baik-baik saja. Aku
sendiri akan tinggal di tanah pekuburan ini, malam ini, dan akan
menghabiskan waktu dengan caraku sendiri. Besok malam temui
aku di Berkeley Hotel, jam sepuluh. Aku akan meminta supaya
Arthur juga datang, juga pemuda Amerika yang baik itu, yang
telah ikut menyumbangkan darahnya. Ada tugas untuk kita
semua. Sekarang aku ikut kau sampai ke Piccadilly, dan makan
di sana, karena aku harus kembali kemari sebelum matahari
terbenam."
Kami kunci ruang peti mati itu, lalu pergi. Kami lompati lagi
tembok tanah pekuburan tanpa kesulitan, dan kami kembali ke
Piccadilly.
bawang putih dan salib, dan akan kututup semua celah pintu
dengan benda-benda itu. Sebagai makhluk bangkit, dia masih
muda, dan dia akan berusaha lolos. Benda-benda itu hanya akan
mencegahnya keluar, tapi tak bisa mencegahnya kalau dia ingin
masuk, karena makhluk seperti itu nekat, dan akan mencari
jalan yang paling sedikit penghalangnya, apa pun itu. Aku akan
berada di situ sepanjang malam, mulai dari matahari terbenam
sampai matahari terbit. Bila ada kemungkinan untuk
mempelajari sesuatu, aku akan mempelajarinya. Aku tak takut
pada Miss Lucy, melainkan pada makhluk yang satunya, yang
telah menjadikan Lucy seperti dirinya. Ada kemungkinan dia
mendatangi kubur Lucy dan beristirahat di situ. Dia licik. Itu
diketahui oleh Mr. Jonathan dan dari kenyataan selama ini
bahwa dia telah mempermainkan kita waktu kita
memperjuangkan hidup Miss Lucy, dan ternyata kita kalah. Ya,
makhluk itu kuat dalam banyak hal. Tangannya saja mempunyai
kekuatan yang sama dengan tenaga dua puluh orang. Meskipun
kita berempat sudah memberikan seluruh kekuatan kita pada
Miss Lucy, itu tak berarti apa-apa baginya. Apalagi dia bisa
memanggil serigala serigalanya dan entah apa lagi. Maka
sekiranya dia datang kemari malam ini, dia akan menemukan
aku. Tak ada orang lain yang bisa menemukan aku, kecuali kalau
sudah terlambat Tapi mungkin pula dia takkan datang ke
tempat ini. Tak ada alasan untuk memastikannya datang,
karena wilayah perburuannya lebih luas, bukan hanya daerah
pekuburan itu saja, di mana hanya ada makhluk wanita yang
tidur, dan seorang laki-laki tua yang sedang berjaga-jaga.
Oleh karenanya kutulis surat ini, kalau kalau... Ambillah surat-
surat yang menyertai surat ini, juga catatan harian Harker dan
"Miss Lucy sudah meninggal, bukan? Maka, apa pun yang kita
lakukan padanya, tidak menjadi masalah. Tapi bila dia tidak
mati..."
Arthur terlompat bangkit.
"Ya, Tuhan!" serunya. "Apa maksud Anda? Apa maksud Anda?
Apakah telah terjadi kesalahan? Apakah dia telah dikuburkan
hidup-hidup?" Ia menggeram sedih, dan harapan pun tak bisa
mengurangi kesedihannya itu.
"Tidak mati! Tidak hidup! Apa maksud Anda? Apakah semua ini
mimpi buruk? Atau apa?"
"Ada misteri-misteri yang hanya bisa diduga oleh manusia.
Misteri-misteri yang selama berabad-abad hanya bisa
diselesaikan sebagian. Percayalah, kita sekarang sudah hampir
mencapainya. Tapi aku belum melakukannya. Bolehkah aku
memenggal kepala Miss Lucy?"
"Demi langit dan bumi, tidak!" teriak Arthur dengan kemarahan
yang amat sangat "Bagaimanapun juga, saya takkan mengizinkan
pemotongan atas tubuh Lucy. Prof. Van Helsing, Anda menguji
saya terlalu jauh. Apa yang telah saya lakukan terhadap Anda,
hingga Anda ingin menyiksa saya begitu? Apa pula yang telah
dilakukan gadis manis yang malang itu, hingga Anda berniat
menghina makamnya sedemikian rupa? Sudah gilakah Anda,
hingga Anda berbicara begitu, atau sayakah yang gila, hingga
mau mendengarkan kata-kata Anda yang sudah gila? Jangan
berani-berani punya rencana semacam itu! Saya takkan
memberikan izin untuk melakukan apa pun juga. Saya
berkewajiban melindungi kuburnya dari perusakan, dan
sungguh, saya akan melakukannya!"
Bab 16
Bab 17
dan suami saya yang sudah saya tik itu-Anda akan mengenal
saya lebih baik. Saya tak pernah ragu dalam mengeluarkan apa
yang ada dalam hati saya mengenai soal ini. Tapi saya maklum,
sebab Anda belum mengenal saya, dan saya tak boleh berharap
Anda mau mempercayai saya."
Ia benar-benar orang yang berbudi luhur. Lucy tersayang
memang tepat dalam menilainya. Ia bangkit, lalu membuka
sebuah laci besar di mana tersusun rapi sejumlah tabung besar
berlapis lilin hitam. Lalu ia berkata,
"Benar kata Anda. Saya tidak mempercayai Anda karena saya
tidak mengenal Anda. Tapi sekarang saya mengenal Anda, dan
terus terang saya katakan, seharusnya saya mengenal Anda
sejak dulu. Saya tahu, Lucy telah menceritakan tentang diri
saya pada Anda. Dia juga bercerita tentang Anda pada saya.
Bolehkah saya menebus dosa saya pada Anda? Ambillah
tabung-tabung ini, dan dengarkanlah-enam buah yang pertama
bersifat pribadi, dan takkan membuat Anda takut, melainkan
akan membuat Anda mengenal saya lebih baik. Sementara Anda
membaca, makan malam disiapkan, dan sementara itu pula saya
membaca catatan-catatan harian Anda dan suami Anda, supaya
saya lebih bisa memahami beberapa hal."
Dibawakannya fonograf itu ke ruang dudukku, dan
dipasangkannya. Aku yakin bahwa aku akan mendengar suatu
hal yang menyenangkan, karena catatan itu akan menceritakan
tentang sisi lain suatu episode cinta murni yang baru kuketahui
dari satu sisi....
yang sederhana, yaitu lima puluh peti berisi tanah biasa. Lalu
kutemui kepala stasiun, yang dengan ramah mem pertemukanku
dengan petugas-petugas yang telah menerima peti-peti itu.
Penjelasan mereka sesuai benar dengan apa yang tercantum
dalam daftar, dan mereka tak bisa menambahkan apa-apa,
kecuali bahwa peti itu berat sekali, dan mereka harus bekerja
keras untuk menggesernya. Salah seorang menambahkan bahwa
pekerjaan itu benar-benar berat, karena tak ada seorang pun
yang berbaik hati memberikan minuman barang sedikit pun,
hingga-sambung yang lain-rasa haus yang harus mereka
tanggung saat itu takkan terlupakan. Sebelum pergi, kuberikan
imbalan lebih dari cukup pada mereka.
Harker?"
Aku mengangguk, dan ia berkata lagi, "Saya kurang mengerti
apa tujuannya, tapi kalian semua begitu baik, dan bekerja
dengan begitu bersungguh-sungguh serta penuh semangat,
hingga saya tak bisa berbuat lain kecuali menerima gagasan-
gagasan Anda dengan memejamkan mata, dan mencoba
membantu Anda semua. Ada satu hal yang sudah saya pelajari
dalam menerima fakta-fakta yang pantas membuat seseorang
merasa rendah diri seumur hidupnya. Apalagi saya tahu bahwa
Anda mencintai Lucy yang malang...." Ia memalingkan tubuh,
lalu menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan. Suaranya
bergetar karena tangis. Mr. Morris
yang ikut merasakan kesedihan itu, hanya meletakkan
tangannya di pundak temannya, lalu diam-diam
keluar dari kamar. Kurasa ada sesuatu pada sifat wanita yang
membuat pria merasa bebas menangis di hadapan mereka dan
mengeluarkan isi hatinya
yang bersifat lembut dan emosional, tanpa mengurangi sifat
kelaki-lakiannya. Jadi, waktu Lord Godalming tahu bahwa ia
tinggal berduaan saja denganku, ia duduk di sofa dan menangis
sepuas-puasnya. Aku duduk di sebelahnya dan menggenggam
tangannya. Kuharap saja ia tak menganggapku lancang, dan bila
kelak ia teringat akan peristiwa ini, semoga ia tak punya
anggapan yang bukan-bukan. Ternyata aku salah menilainya,
karena aku yakin bahwa ia tak punya anggapan semacam itu-ia
terlalu berbudi untuk berpikiran begitu. Karena kulihat hatinya
hancur, kukatakan padanya,
"Saya sangat mencintai Lucy, dan saya tahu siapa dia bagi
Anda, dan siapa pula Anda baginya. Kami berdua sudah seperti
kakak adik, dan sekarang dia sudah tiada. Tak maukah Anda
menjadikan saya saudara dalam kesedihan? Saya tahu
kesedihan-kesedihan yang sedang Anda rasakan, meskipun saya
tak tahu berapa dalamnya. Bila simpati dan rasa iba bisa
membantu dalam duka Anda, izinkanlah saya membantu Anda
demi Lucy."
Saat itu, pemuda malang itu tampak dilanda rasa haru. Kulihat
bahwa seketika itu juga semua penderitaan yang disimpannya
sendiri akhir-akhir ini, menemukan salurannya. Ia jadi histeris.
Diangkatnya kedua belah tangannya dan dihantam-. kannya
kedua belah telapak tangannya dalam kesedihan yang amat
sangat. Ia bangkit, lalu duduk lagi, dan air mata mengalir terus
di pipinya. Aku kasihan sekali padanya. Tanpa berpikir,
kurentang-kan lenganku. Dengan terisak d rebahkannya
kepalanya di pundakku, dan ia menangis seperti anak kecil,
dengan tubuh terguncang-guncang karena emosi.
Kami kaum wanita memiliki naluri keibuan yang memungkinkan
kami bisa mengatasi persoalan-persoalan kecil bila semangat
keibuan kami tersentuh. Kurasakan kepala pria yang sedang
sedih itu tersandar pada tubuhku, seperti kepala bayi yang
mungkin kulahirkan kelak. Aku membelainya, seolah-olah ia
anakku sendiri. Pada saat itu tak terpikir olehku betapa
anehnya hal itu.
Sebentar kemudian isak tangisnya agak mereda, lalu ia
mengangkat kepalanya sambil meminta maaf, tanpa
menyembunyikan emosinya. Dikatakannya bahwa dalam
beberapa hari dan malam terakhir ini-hari-hari yang melesukan
dan malam-malam tanpa tidur-dia tak bisa berbicara dengan
siapa pun juga, sebagaimana seorang pria seharusnya berbicara
Bab 18
disusun oleh Harker dan istrinya yang luar biasa itu. Harker
belum kembali dari mengunjungi pekerja-pekerja pengangkutan
yang telah diceritakan Dr. Hennessey padaku dalam suratnya.
Mrs. Harker menyuguhkan teh, dan terus terang kukatakan
bahwa sejak aku mendiami rumah ini, baru sekaranglah rumah
ini terasa bagaikan rumah tinggal sesungguhnya. Setelah
selesai minum, Mrs. Harker berkata,
"Dr. Seward, bolehkah saya mengajukan satu permintaan? Saya
ingin bertemu dengan Renfield, pasien Anda itu. Izinkanlah
saya menemuinya. Apa yang tertulis dalam catatan Anda
tentang dia sangat menarik perhatian saya!"
Pandangannya penuh permohonan, dan ia cantik sekali, hingga
aku tak bisa menolaknya. Maka aku mengajaknya ke tempat itu.
Waktu kami masuk ke kamar itu, kukatakan pada Renfield
bahwa seorang wanita ingin bertemu dengannya. Renfield hanya
berkata,
"Untuk apa?"
"Dia sedang melihat-lihat seluruh tempat ini, dan ingin
bertemu dengan penghuninya," sahutku.
"Oh, baiklah," katanya. "Dia boleh masuk, silakan. Tapi tunggu,
saya bereskan sebentar tempat ini."
Aneh sekali caranya berbenah. Ia hanya menelan lalat-lalat dan
laba-laba yang ada di dalam kotak, sebelum aku sempat
mencegahnya. Jelas bahwa ia takut akan ada gangguan. Setelah
selesai dengan pekerjaannya yang menjijikkan itu, ia berkata
dengan ceria,
"Persilakan wanita itu masuk." Dan ia duduk di tepi tempat
tidurnya dengan menundukkan kepala, tapi kelopak matanya
terangkat, hingga ia bisa melihat Mrs. Harker masuk. Sesaat
Harker,
"Kata teman saya John, Anda dan suami Anda menyusun secara
berurutan semua yang telah terjadi selama ini, Madam Mina."
"Tidak sampai saat ini, Profesor," sahut Mrs. Harker. "Hanya
sampai tadi pagi.
"Mengapa tidak sampai sekarang? Sampai saat ini kita sudah
melihat betapa besar arti hal yang paling kecil sekalipun. Kita
sudah menceritakan rahasia-rahasia kita. Tak ada ruginya
bukan?"
Wajah Mrs. Harker memerah. Sambil mengeluarkan secarik
kertas dari sakunya, ia berkata,
"Prof. Van Helsing, coba Anda baca ini dan katakan apakah
pantas diikutsertakan atau tidak. Itu catatan kegiatan saya
sendiri hari ini. Saya juga menyadari perlunya mencatat segala-
galanya, betapapun remeh kelihatannya. Tapi catatan-catatan
ini tak banyak artinya, dan lebih banyak bersifat pribadi.
Apakah harus diikutsertakan?" Profesor membacanya dengan
cermat, lalu mengembalikannya dan berkata,
"Tak perlu diikutsertakan kalau Anda tak mau, tapi saya harap
boleh dimasukkan. Itu akan mem-buat suami Anda lebih
mencintai Anda, dan kami, sahabat-sahabat Anda, lebih
menghargai dan menyayangi Anda." Mendengar itu, wajah Mrs.
Harker memerah lagi, dan ia tersenyum ceria.
Jadi, sampai saat ini, semua catatan kegiatan kami lengkap dan
rapi. Setelah makan malam, Profesor mengambil satu copy
untuk dipelajarinya, sebelum kami rapat pada jam sembilan.
Kami sendiri sudah membacanya semuanya, hingga bila masuk
ke ruang kerja nanti, semua sudah berbekal informasi tentang
pun kurang percaya. Kalau saja aku tidak melatih diriku selama
bertahun-tahun untuk berpandangan luas, tak mungkin aku bisa
percaya, sebelum kenyataan itu menyadarkan diriku, 'Lihat!
Lihat! Inilah bukti! Inilah bukti!' Sayang! Kalau saja aku tahu
sejak awal
apa yang kuketahui sekarang-ya, bahkan kalau saja aku
menduganya-nyawa seseorang yang begitu kita sayangi dan
begitu berharga bagi kita semua akan bisa diselamatkan. Tapi
itu sudah berlalu, dan kita sekarang harus bekerja keras
supaya nyawa lain tidak menjadi korban, selagi kita masih bisa
menyelamatkannya. Makhluk itu tidak seperti lebah, yang mati
setelah menyengat sekali. Dia tidak mati. Dia bahkan akan
menjadi lebih kuat, dan karena lebih kuat, dia memiliki tenaga
yang lebih besar untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat
Vampir yang berada di tengah-tengah kita ini berkekuatan
sama dengan dua puluh orang. Kelicikannya luar biasa, karena
kelicikan itu tumbuh bersama masa. Dia juga memiliki
kemampuan sihir, yang berdasarkan asal-usulnya, merupakan
sesembahan bagi si mati. Dan semua orang mati yang bisa
dipengaruhinya berada di bawah perintahnya. Dia lebih kejam
daripada yang terkejam, dia setan terbengis yang tak punya
hati. Dalam batas-batas tertentu, dia bisa muncul kapan dan di
mana saja, dan dalam batas kemampuannya, dia bisa
memerintah keadaan alam, badai, kabut, dan petir. Bisa pula
dia memerintah binatang-binatang rendah seperti tikus, bulbul,
kelelawar, kelekatu, rubah, dan beruang. Dia bisa membesar
dan mengecil, dan kadang-kadang bahkan bisa menghilang dan
tak kelihatan. Jadi bagaimana kita bisa memulai pekerjaan kita
untuk memusnahkannya? Bagaimana kita bisa menemukan di
peti itu harus kita sterilkan supaya dia tak bisa mengamankan
dirinya di situ. Dengan demikian, akhirnya kita akan bisa
menemukannya dalam bentuk manusia, antara tengah hari
sampai saat matahari terbenam, dan kita menanganinya pada
saat dia paling lemah.
"Nah, sekarang, Madam Mina, malam ini adalah yang terakhir
bagi Anda, sampai semuanya berakhir dengan baik. Terlalu
besar arti diri Anda bagi kami, hingga kami tak mau
menanggung risiko apa-apa terhadap diri Anda. Setelah kita
berpisah malam ini, Anda tak boleh bertanya-tanya lagi.
bahasa yang baik, "Saya percaya Anda mau berbaik hati pada
saya, Dr. Seward. Ingatlah bahwa saya telah melakukan segala-
galanya untuk meyakinkan Anda malam ini."
Bab 19
hingga tak ada satu pun yang bisa bergerak dengan kecepatan
lazim. Maka tidurku pun gelisah, dan aku berpikir terus. Lalu
udara terasa berat, lembap, dan dingin. Kulepaskan pakaian
yang menutupi mukaku, dan kudapati segala-galanya di
sekelilingku temaram. Aku heran. Api gas yang kubiarkan
menyala untuk Jonathan, tapi kukecilkan nyalanya, tampak
hanya merupakan bunga api kecil dalam kabut yang rupanya
telah merembes masuk ke dalam kamar dan menjadi lebih
tebal. Aku ingat benar bahwa jendela telah kututup sebelum
aku masuk ke tempat tidur. Aku ingin turun untuk meyakinkan
hal itu, tapi anggota tubuhku, bahkan juga kemauanku, serasa
dirantai oleh semacam rasa mengantuk. Aku berbaring diam-
diam, me-nahankan keadaan itu. Hanya itu yang bisa kulakukan.
Kututup mataku, tapi aku masih bisa melihat lewat bulu mataku.
(Hebat sekali, bagaimana mimpi bisa mempermainkan kita). Dan
sekarang aku bisa melibat bagaimana kabut itu masuk, karena
kelihatannya benda itu terpusat menjadi semacam pilar awan di
dalam kamar, di bagian atasnya ada cahaya gas yang nampak
bersinar seperti mata merah. Semuanya mulai terasa
berputar-putar dalam otakku, seperti juga pilar-pilar awan
yang berputar-putar di dalam kamar. Lewat pusaran itu serasa
terdengar kata-kata dari Injil, Tiang awan di siang hari yang
menjadi api di malam hari. Apakah memang ada semacam
petunjuk batin yang datang padaku dalam tidurku? Tapi pilar
itu terdiri atas tuntunan siang dan malam, karena di mata
merah itu tampak ada api yang kini memikatku. Waktu
kupandangi terus, api itu terbagi dan serasa menyinari diriku
lewat kabut itu seperti dua buah mata merah, seperti yang
dikatakan Lucy saat pikirannya melayang sesaat di tebing
Bab 20
1 Oktober.
Tuan yth,
Kami selalu senang memenuhi keinginan-keinginan Anda. Sesuai
dengan keinginan Anda yang disampaikan oleh Mr. Harker atas
nama Anda, kami ingin memberikan informasi mengenai jual-
beli rumah di Piccadilly No. 347. Penjual aslinya adalah
pelaksana dari almarhum Mr. Archibald Winter-Suf-field.
Pembelinya adalah seorang bangsawan asing, Count de Ville,
yang telah mengurus pembelian itu sendiri, dan membayar
harga pembeliannya dengan uang tunai. Kecuali itu, kami tak
tahu apa-apa lagi mengenai dirinya.
Salam takzim dari kami, Mitchell, Sons & Candy.
yang paling lemah, dan tak ada lagi tempat pelariannya. Van
Helsing pergi ke British Museum untuk mencari keterangan-
keterangan mengenai obat-obat kuno. Para dokter zaman
dahulu menangani hal-hal yang tak diterima oleh para pengikut
di zaman sekarang. Sekarang Profesor mencari pengobatan-
pengobatan untuk melawan sihir dan setan, yang mungkin akan
berguna bagi kami kelak.
Kadang-kadang kupikir kami semua sudah gila, dan suatu saat
nanti kami akan terbangun dan waras kembali dengan
mengenakan pakaian pasien yang ketat.
Bab 21
Orang itu pergi, dan kami mulai memeriksa pasien itu dengan
teliti. Luka di wajahnya tidak parah. Yang parah adalah
keretakan pada tengkoraknya, akibat suatu tekanan, yang
meluas ke sisi sebelah kanan dan mengenai saraf-saraf
penggeraknya. Profesor berpikir sebentar, lalu berkata,
"Kita harus mengurangi tekanan itu dan mengembalikannya
pada keadaan normal sebatas kemampuan kita. Cepatnya
penyebaran menunjukkan parahnya luka itu. Kelihatannya
seluruh saraf penggeraknya kena penyebaran luka di otaknya
yang akan berkembang dengan cepat, jadi kita harus segera
mengadakan pengeboran. Kalau tidak, akan terlambat". Sedang
ia berbicara, kami mendengar suara ketukan halus di pintu. Aku
pergi membukanya, dan di lorong, di luar pintu, ada Arthur dan
Quincey yang masih mengenakan piama dan sandal. Arthur yang
mula-mula berbicara,
"Kudengar anak buahmu memanggil Profesor Van Helsing untuk
memberitahukan tentang kecelakaan itu padanya, jadi
kubangunkan Quincey, atau tepatnya kupanggil dia, karena dia
sudah bangun. Semuanya berjalan terlalu cepat dan terlalu
aneh, hingga agaknya tak ada di antara kita yang bisa tidur
nyenyak akhir-akhir ini. Kupikir besok malam segala-galanya
akan berubah lagi. Kita ha-rus menoleh ke belakang-dan
melihat lebih banyak ke depan daripada yang sudah kita
lakukan selama ini. Bolehkah kami masuk?" Aku mengangguk
dan membukakan pintu, dan mereka berdua masuk.
Pintu kututup kembali. Waktu Quincey melihat-sikap dan
keadaan pasien itu, serta genangan darah yang mengerikan di
lantai, ia berkata dengan berbisik,
sama saja, dan meskipun tak sama, bagiku malam ini semuanya
sama, John, bila kuputar gagang pintu ini dan ternyata tak
bergerak, gunakan bahumu dan dorong. Kalian juga ikut. Nah,
kita lihat!"
Diputarnya gagang pintu itu, tapi pintu itu tak bergerak. Kami
menghantamkan tubuh ke pintu itu, dan pintu itu terbuka
dengan berderak, sedangkan kami hampir tersungkur ke dalam.
Profesor benar-benar jatuh. Aku cepat-cepat mendatanginya
untuk membantunya bangun. Aku ngeri waktu melihat
pemandangan di hadapan kami. Bulu roma terasa berdiri di
tengkukku, dan jantungku seperti berhenti berdetak.
Cahaya bulan sedemikian terangnya, menembus tirai tebal yang
berwarna kuning. Keadaan di dalam kamar cukup terang, hingga
kami bisa melihat semuanya.
Di tempat tidur, di samping jendela, terbaring Jonathan
Harker. Wajahnya merah dan napasnya berat, seperti dalam
keadaan terbius. Di dekatnya, di tepi tempat tidur, tampak
sosok tubuh istrinya yang berpakaian serba putih sedang
berlutut dan menghadap ke luar. Di sampingnya berdiri seorang
laki-laki bertubuh kurus dan tinggi, pakaiannya serba hitam.
Wajahnya membelakangi kami, tapi begitu melihatnya, kami
semua langsung mengenali Count-jelas sekali, sampai pada
bekas luka di dahinya. Dengan tangan kirinya ia memegang
tangan Mrs. Harker yang kedua belah lengannya terulur ke
atas hingga lurus. Tangan kanannya mencengkeram tengkuk
wanita itu, dan memaksakan wajah wanita itu menunduk sampai
ke dadanya. Pakaian tidur Mrs. Harker yang putih ber lumuran
darah, dan darah itu mengalir ke dada telanjang Count, yang
kemejanya terbuka. Keadaan mereka berdua tak ubahnya
Malam ini kalian aman, tapi kita harus tenang dan berunding."
Mrs. Harker tampak bergidik dan tak berkata apa-apa. Ia
hanya menyandarkan kepala ke dada suaminya. Saat ia
mengangkat kepala lagi, pakaian tidur suaminya yang putih
berbekas darah di bagian yang tersentuh bibirnya, serta dari
darah yang me-netes dari luka kecil di lehernya. Begitu Mrs.
Harker melihat darah itu, ia mundur, lalu menangis lagi, dan di
tengah-tengah isak tangisnya ia berbisik,
"Aku kotor, tak suci lagi! Aku tak boleh menyentuh atau
menciummu. Aduh, mengapa justru aku yang sekarang harus
menjadi musuh terjahat-mu, dan yang paling harus kautakuti!"
Suaminya menyahut dengan tegas,
"Omong kosong, Mina. Memalukan sekali mendengar kata-
katamu itu. Aku tak mau mendengar kata-kata seperti itu lagi,
dan kau tak boleh mengucapkannya lagi. Tuhan akan
menyaksikan dan menghukumku dengan penderitaan yang amat
berat, bila ada perbuatan atau keinginanku yang akan
memisahkan kita!" Direntangkannya lengannya, lalu
dirangkulnya istrinya ke dadanya. Beberapa saat lamanya
wanita itu tersandar saja sambil menangis. Dari atas kepala
istrinya, Harker memandangi kami dengan mata lembap dan
berkaca-kaca, cuping hidungnya bergetar, mulutnya tertutup
rapat. Beberapa lama kemudian tangis istrinya berkurang, lalu
Harker berkata padaku dengan ketenangan yang dipaksakan,
hingga aku yakin bahwa hal itu amat sangat menyusahkannya,
"Sekarang, Dr. Seward, tolong ceritakan semuanya. Saya sudah
tahu fakta-faktanya, tapi tolong ceritakan kejadiannya."
Kuceritakan dengan sebenarnya apa yang telah terjadi, dan ia
mendengarkan dengan ketenangan yang dibuat-buat, tapi cu-
Bab 22
banyak penderitaan kita. Apalagi, tak ada lagi di dunia ini yang
bisa menyiksa saya lebih hebat daripada derita yang telah saya
tanggung sekarang! Apa pun yang akan terjadi, haruslah yang
memberi harapan baru atau semangat baru bagi saya!" Van
Helsing memandangi Mina selama wanita itu berbicara, dan
tiba-tiba ia berkata dengan suara halus,
"Tapi, Madam Mina, apakah Anda tidak takut? Bukan demi diri
Anda sendiri, tapi bagi orang orang lain, setelah apa yang
terjadi itu." Wajah Mina menjadi keras, tapi matanya bersinar,
memancarkan kerelaan seorang martir waktu ia menjawab,
"Ah, tidak! Tekad saya sudah bulat!"
"Untuk apa?" tanya Van Helsing dengan halus, sedangkan kami
semua diam, karena masing-masing sudah punya bayangan
samar mengenai maksudnya. Jawaban yang diberikan Mina
sederhana sekali, seolah-olah ia hanya mengemukakan suatu
fakta.
"Karena bila saya temukan pada diri saya tanda-tanda bahwa
saya akan mencelakakan orang-orang lain yang saya cintai, saya
akan mati-dan saya akan memperhatikan hal itu dengan ketat
sekali." "Itu tidak berarti Anda akan bunuh diri, bukan?" tanya
Van Helsing dengan suara serak.
"Bisa saja, bila tak ada di antara teman-teman yang saya
sayangi ini mau melakukan hal yang merupakan suatu keharusan
itu untuk saya!" Ia menoleh pada Profesor dengan pandangan
penuh arti sewaktu berbicara. Ketika itu Profesor sedang
duduk, kini ia bangkit dan mendekati Mina, lalu meletakkan
tangannya di atas kepala wanita itu, sambil berkata dengan
serius,
"Anakku, pasti ada yang mau membantu bila itu demi kebaikan.
Aku sendiri berani mempertanggungjawabkannya pada Tuhan,
dan aku berani melakukannya, saat ini sekalipun. Ya, demi
keselamatan! Tapi, anakku..." Ia tersedak, dan di teng
gorokannya terdengar suatu suara isak. Ditelannya ludah kuat-
kuat, dan ia berkata lagi,
"Di sini ada beberapa orang yang akan menghalang-halangi
kematian Anda. Anda tak boleh mati. Anda tak boleh mati oleh
tangan mana pun juga, lebih-lebih oleh tangan Anda sendiri.
Anda tak boleh mati sebelum makhluk yang telah menodai
hidup Anda yang manis itu benar-benar mati. Karena bila dia
masih berada bersama 'Yang Tak Mati', kematian Anda sama
saja dengan ke-matiannya. Tidak, Anda harus hidup! Anda
harus berjuang untuk hidup, meskipun kematian akan
merupakan kesenangan tak terperikan Anda harus melawan
kematian itu sendiri, baik buat dia yang datang dalam sakit
maupun dalam senang, baik siang maupun malam, dalam keadaan
damai maupun dalam bahaya! Selama jiwa Anda masih hidup,
Anda harus tetap hidup. Jangan berpikir tentang kematian,
sampai kejahatan dahsyat ini berlalu."
Kekasihku yang malang itu jadi sepucat orang mati, gemetar
dan menggigil, seperti pasir hangat yang bergetar yang pernah
kulihat saat air pasang naik. Kami semua diam, tak bisa berbuat
apa-apa. Akhirnya Mina tenang juga. Ia berpaling pada Van
Helsing, dan berkata dengan manis sambil mengulurkan
tangannya. Aduh, betapa sedih aku melihatnya.
"Saya berjanji pada Anda, sahabat saya yang baik, bahwa bila
Tuhan menginginkan saya hidup, saya akan berusaha untuk
setelah tahu apa isinya, baru kita kepung tempat itu dan kita
serang buronan kita."
"Kalau begitu, mari kita pergi sekarang," seruku. "Kita sudah
terlalu banyak membuang waktu!" Profesor belum juga
bergerak, dan hanya berkata, "Lalu dengan cara bagaimana kita
masuk ke rumah di Piccadilly itu?"
"Dengan cara apa saja," pekikku.
"Kalau perlu, kita masuk dengan paksa."
"Bagaimana dengan polisi kalian di sini? Apa kata mereka'
nanti, dan apa yang akan mereka lakukan?"
Aku tertegun. Sebenarnya aku tahu bahwa kalaupun ia menunda
suatu tindakan, itu pasti karena ia punya alasan tertentu. Jadi
aku berkata dengan tenang sekali,
"Tapi jangan menunggu lebih lama daripada yang diperlukan.
Anda tentu maklum bagaimana tersiksanya saya."
"Ah, anakku, tentu aku tahu. Dan sama sekali tak ada
keinginanku untuk menambah siksaan atas dirimu. Tapi
ingatlah, apa yang bisa kita lakukan sebelum dunia bangun dan
bergerak? Setelah itulah saat kita baru tiba. Aku sudah
banyak berpikir, dan kurasa cara paling sederhanalah yang
terbaik. Sekarang kita ingin masuk ke rumah itu, tapi kita tak
punya kuncinya. Begitu, kan?" Aku mengangguk.
"Nah, andaikan kau pemilik rumah itu, dan tak bisa masuk, tapi
kau tak punya keinginan untuk masuk dengan paksa, apa yang
akan kaulakukan?"
"Saya akan memanggil seorang pembuat kunci yang terdaftar,
dan menyuruhnya mencarikan saya kunci palsu untuk itu."
"Dan polisi kalian pasti akan campur tangan, bukan?"
tanda bahwa rumah itu pernah dipakai. Dan di kapel tua, peti-
peti itu masih dalam keadaan seperti pada saat terakhir kami
melihatnya. Waktu kami berdiri di depan peti-peti itu, Van
Helsing berkata,
"Nah, kawan-kawanku, ada tugas yang harus kita kerjakan di
sini. Kita harus mensterilkan semua tanah ini, yang menyimpan
kenangan sangat suci namun dibawanya dari tempat yang begitu
jauh untuk digunakan dengan tujuan jahat. Dia telah memiliki
tanah ini, karena itu dianggapnya suci. Maka kita akan
mengalahkannya dengan senjata sendiri, karena kita akan
menjadikannya lebih suci lagi. Tanah itu telah disucikannya
untuk digunakan oleh manusia seperti dia, dan kita
menyucikannya demi Tuhan." Sambil berbicara, dikeluarkannya
dari tasnya sebuah obeng dan tang. Dan sebentar saja tutup
sebuah peti sudah terbuka. Tanahnya berbau apek dan pengap,
tapi kami tak merasa apa-apa, sebab perhatian kami terpusat
pada Profesor. Diambilnya dari kotaknya sepotong Hosti,
diletakkannya di tanah itu dengan khidmat, ditutupkannya
kembali tutup peti itu, dan dipasangnya tiap-tiap sekrupnya.
Kami membantunya mengerjakan semua pekerjaan itu.
Satu demi satu peti-peti besar itu kami buka dan kami sucikan
seperti itu, lalu kami tinggalkan seperti keadaannya semula,
tapi di dalamnya masing-masing sudah terdapat sepotong
Hosti.
Waktu kami menutup pintu rumah itu, Profesor berkata dengan
serius,
"Sebegitu jauh, pekerjaan kita sudah selesai. Bila dalam
langkah-langkah berikutnya kita juga bisa berhasil, pada saat
bahwa musuh yang kami hadapi kuat dan licik, dan sebegitu
jauh kami tak tahu apakah Count ada di dalam rumah itu. Di
ruang makan yang terletak di belakang ruang depan, kami
temukan delapan buah peti berisi tanah. Hanya ada delapan,
padahal seharusnya sembilan. Pekerjaan kami takkan selesai,
takkan pernah, sebelum kami bisa menemukan peti yang hilang
itu. Mula-mula kami buka tirai-tirai jendela. Dari situ tampak
sebidang pekarangan sempit beralas ubin, yang menuju ke
sebuah kandang kosong. Kandang itu kelihatan seperti bagian
depan sebuah rumah mini. Rumah itu tak banyak jendelanya,
jadi kami tak takut dilihat orang. Kami tidak membuang waktu,
dan langsung memeriksa peti-peti itu. Dengan alat-alat yang
kami bawa, kami buka peti itu satu demi satu, dan peti-peti itu
kami perlakukan seperti peti-peti yang ada di kapel tua itu.
Ternyata Count sedang tak ada di rumah itu, dan kami terus
menggeledah barang-barangnya yang lain.
Setelah melihat sekilas ke kamar-kamar lain, mulai dari ruang
bawah tanah sampai ke gudang di loteng, kami berkesimpulan
bahwa barang-barang yang dimiliki Count hanyalah yang ada di
ruang makan itu, dan kami pun memeriksanya dengan teliti.
Barang-barang itu berserakan saja di atas meja makan besar.
Ada surat-surat jual-beli rumah di Piccadilly, yang diikat
menjadi satu berkas, surat-surat jual-beli dari rumah-rumah di
Mile End dan di Bermondsey, dan ada pula kertas-kertas surat,
amplop, pena-pena, dan tinta. Semuanya ditutupi dengan
sehelai kertas pembungkus tipis supaya tidak kena debu. Ada
pula sebuah sikat pakaian, sikat rambut, sisir, sebuah kendi,
dan sebuah waskom berisi air kotor kemerah-merahan seolah-
olah bercampur darah. Akhirnya terdapat pula setumpuk kecil
Bab 23
Awas Dracula! Jam 12.45 dia baru saja keluar cepat-cepat dari
Carfax dan bergegas ke arah selatan. Agaknya dia sedang
berjalan berkeliling, dan mungkin ingin bertemu dengan kalian.
Mina.
Keadaan sepi sebentar, dan kemudian dipecahkan oleh suara
Jonathan Harker,
"Puji Tuhan, kita akan segera bertemu dengannya!" Van Helsing
cepat-cepat menoleh padanya dan berkata,
"Tuhan akan bertindak dengan cara dan waktu-Nya sendiri.
Jangan khawatir, tapi jangan pula bersenang hati dulu, karena
apa yang kita inginkan sekarang ini mungkin bisa membawa
kematian bagi kita."
"Saya tak peduli apa-apa lagi sekarang," kata Harker dengan
berapi-api, "kecuali menghapuskan setan itu dari muka bumi.
Menjual nyawa pun saya mau untuk itu!"
"Hus, hus, anakku!" kata Van Helsing., "Tuhan tidak berjual-
beli nyawa, sedangkan setan yang mungkin mau membelinya
tidak jujur. Tapi Tuhan Maha Pengasih dan Mahaadil, dan Dia
tahu penderitaanmu dan kasih sayangmu pada Madam Mina.
Ingat, betapa akan berlipat ganda kesedihannya bila
didengarnya kata-katamu yang sembrono itu. Jangan
khawatirkan kami. Kita Semua bertekad bulat dalam pekerjaan
ini, dan hari ini kita akan mengakhirinya. Saat untuk bertindak
sudah tiba. Hari ini kekuatan vampir itu akan jadi terbatas
pada kekuatan manusia, dan keadaan itu tidak akan berubah
Bab 24
"Jadi yang harus kita lakukan adalah mencegah hal itu. Kita
harus merahasiakan rencana kita darinya, supaya dia tak bisa
menyampaikannya, karena dia tak tahu. Ini suatu tugas berat!
Menyakitkan sekali, hingga hancur rasanya hatiku
memikirkannya, tapi harus dilakukan. Bila kita bertemu
dengannya nanti, harus kukatakan padanya bahwa dengan
alasan tertentu yang tak bisa kita katakan, dia tak bisa lagi
menghadiri pertemuan-pertemuan kita. Tapi dia tetap harus
kita jaga." Disekanya dahinya yang basah oleh keringat, sebab
ia harus mengatakan sesuatu yang akan menyakiti wanita
malang yang sudah cukup banyak tersiksa itu. Aku tahu bahwa
ia akan terhibur bila kukatakan padanya bahwa aku juga punya
dugaan sama, karena setidaknya itu akan mengurangi rasa
tersiksa akibat keraguannya. Jadi kukatakan hal itu padanya,
dan akibatnya sama seperti yang kuharapkan.
Saat pertemuan hampir tiba. Van Helsing sudah pergi, katanya
untuk mempersiapkan pertemuan itu dan perannya yang berat
nanti. Tapi aku yakin bahwa sebenarnya ia ingin berdoa seorang
diri.
bahkan lebih dari itu, bila kalian semua sepakat, kau akan
dibebaskan dari janji itu."
"Aku berjanji!" kataku, dan sesaat ia nampak amat bahagia,
padahal kupikir ia sama sekali tak bisa merasa bahagia lagi
gara-gara tanda merah di dahinya itu! Katanya, "Berjanjilah
padaku bahwa kau takkan menceritakan pa-apa padaku
mengenai semua rencana sehubungan dengan penyerangan
terhadap Count, baik dengan kata-kata maupun isyarat. Sampai
kapan pun juga, selama ini masih ada padaku!" Dan ditunjuknya
bekas merah itu. Kulihat betapa besar kesungguhannya, maka
aku pun berkata,
"Aku berjanji!" Dan begitu aku mengucapkan kata-kata itu,
kurasa pintu tertutup di antara kami berdua.
Bab 25
"Bahwa saya harus mati sekarang, baik oleh tangap saya sendiri
atau oleh tangan orang lain, sebelum kejahatan yang lebih
besar menjerat Kita semua tahu bila saya mati, kalian akan
menyelamatkan roh saya, seperti pernah kalian lakukan
terhadap roh Lucy yang malang, supaya menjadi kekal. Kalau
saja kematian atau rasa takut terhadap kematian merupakan
satu-satunya penghalang, saya tak takut mati sekarang, di
tempat ini juga, di tengah-tengah sahabat-sahabat yang
mencintai saya. Tapi kematian bukan jalan keluarnya. Saya tak
bisa percaya bahwa mati selagi masih ada harapan di hadapan
kita dan masih ada tugas berat, adalah kehendak Tuhan. Oleh
karenanya saya tak yakin akan adanya istirahat abadi, lalu
keluar ke dalam kegelapan yang mungkin ada di dunia ini atau di
dunia setan!" Kami semua terdiam, karena naluri kami
mengatakan bahwa itu hanya suatu pendahuluan. Teman-teman
yang lain tampak tegang, dan wajah Harker jadi kelabu.
Mungkin ia telah menduga lebih baik daripada kami semua,
mengenai apa yang akan terjadi. Mrs. Harker berkata lagi,
Nah, itulah sumbangan yang bisa saya berikan dalam
perundingan pembagian warisan ini." Aku jadi heran, mengapa ia
menggunakan ungkapan aneh itu di tempat begini, dan dengan
begitu bersungguh-sungguh. "Nah, apa yang akan kalian
sumbangkan?
Saya tahu, pasti nyawa kalian!" Lalu cepat-cepat disambungnya,
"Itu memang mudah bagi laki-laki pemberani seperti kalian.
Hidup kalian ada di tangan Tuhan, dan kalian bisa
mengembalikannya ke ta-ngan-Nya. Tapi apa yang bisa kalian
berikan pada saya?" Ia menatap lagi dengan pandangan
bertanya, tapi kali ini dihindarinya wajah suaminya.
saat itu tiba lagi, saya harap Andalah yang akan menjadikan
saat itu kenangan manis dalam hidup suami saya. Semoga
tangannya yang penuh kasih sayanglah yang membebaskan diri
saya dari kutukan itu."
"Sekali lagi aku bersumpah!" terdengar suara Profesor yang
bergema dengan penuh keyakinan. Mrs Harker tersenyum
dengan tulus, dan sambil mendesah lega ia bersandar, dan
kemudian berkata lagi,
"Nah, sekarang saya peringatkan, peringatan yang tak boleh
kalian lupakan. Yaitu, bila saatnya tiba, mungkin semuanya akan
terjadi dengan cepat, tanpa diduga. Kalian tak boleh menyia-
nyiakan waktu untuk memanfaatkan kesempatan itu. Karena
pada saat itu saya sendiri mungkin... ya, bila saatnya tiba, saya
pasti akan bersekutu dengan musuh yang melawan kalian.
"Satu lagi permintaan saya," katanya, dan ia jadi khidmat
sekali waktu mengucapkannya. "Keadaan-nya memang tidak
begitu mendesak dan tidak sepenting yang saya minta
terdahulu, tapi saya minta agar kalian mau melakukan satu hal
lagi untuk saya." Kami semua mengangguk, tak seorang pun
berbicara, karena memang tak perlu.
"Saya minta kalian membacakan doa penguburan untuk saya
sekarang." Bicaranya terhenti karena suara geram dari
suaminya. Digenggamnya tangan suaminya itu, lalu
diletakkannya di dadanya, dan ia berkata lagi, "Bukankah kelak
pun kalian harus membacakan doa penguburan itu? Apa pun
tujuan dari keadaan yang menakutkan ini, saat ini akan menjadi
kenangan manis bagi kita semua, atau beberapa orang di antara
kita. Kau, suamiku, kaulah yang kuharapkan untuk
"Jadi, karena dia seorang penjahat, dia egois, dan karena daya
pikirnya terbatas dan perbuatannya didasarkan atas
egoismenya saja, maka dia membatasi dirinya pada suatu
tujuan. Dan tujuan itu kejam. Sebagaimana dia melarikan diri
pulang dari Sungai Danube dengan meninggalkan pasukan yang
dibinasakan, maka kini pun dia bertekad menyelamatkan diri
tanpa peduli apa-apa. Jadi egoismenya sendirilah yang
membebaskan roh saya sedikit dari tenaga batinnya yang
sangat kuat itu, yang telah dimasukkannya ke dalam diri saya
pada malam yang mengerikan itu. Saya merasakannya! Ya, saya
merasakannya! Puji Tuhan alas belas kasihan Nya! Roh saya
terasa lebih bebas daripada beberapa jam yang lalu. Dan
segala hal yang menghantui saya itu membuat saya takut kalau-
kalau dalam keadaan tersihir atau mimpi dia memanfaatkan
saya demi kepentingannya." Profesor bangkit
"Dia memang sudah memanfaatkan pengetahuan dan pikiran
Anda, dan karena itulah kita ketinggalan dari dia di Varna ini,
sementara kapal yang membawanya melaju menembus selubung
kabut ke Galatz. Di sana dia pasti sudah membuat persiapan-
persiapan untuk meloloskan diri dari kita. Tapi pikiran kanak-
kanaknya hanya bisa melihat sejauh itu. Dan mungkin, apa yang
menurut perhitungan si pelaku kejahatan itu adalah demi
kebaikan dirinya sendiri, dengan rahmat Tuhan Yang Maha
Penyayang bisa berbalik menjadi hal yang menghancurkannya.
Begitulah selalu kebajikan Tuhan. Si pemburu terperangkap
dalam jeratnya sendiri. Jadi sekarang, sementara dia
mendahului kita, otak kanak-kanaknya membisikkannya untuk
tidur. Dia juga mengira bahwa karena dia telah memutuskan
hubungan dengan roh Anda, hingga dia tidak mengetahui
pikiran Anda lagi, maka Anda pun tak bisa tahu pula tentang
dia. Di situlah dia gagal! Pembaptisan darah yang mengerikan
yang telah diberikannya padamu, memberikan kebebasan pula
bagimu untuk mengetahui rohnya, seperti yang telah
kaulakukan bila kau dalam keadaan bebas, yaitu saat matahari
terbit dan tenggelam. Pada saat-saat seperti itu kau pergi atas
kehendakmu, bukan atas pengaruhnya. Dan kekuatan yang baik
bagimu dan lagi yang lain-lain itu, kauperoleh setelah
mengalami penderitaan gara-gara dia. Sekarang keadaannya
menguntungkan sekali, karena dia tak tahu. Dan karena ingin
melindungi dirinya, dia lalu memutuskan hubungan, hingga dia
tak tahu di mana kita berada. Tapi kita tidak egois, dan kita
percaya Tuhan beserta kita dalam semua kegelapan ini. Kita
akan menyusulnya, dan kita takkan gentar, meski seandainya
kita musnah dan menjadi seperti dia. John, inilah saat yang
penting dan memberikan banyak kemajuan bagi kita dalam
perjalanan kita. Tolong catat dan tuliskan semuanya, supaya
bila yang lain-lain kembali dari menjalankan tugas mereka,
catatan itu bisa kauberikan pada mereka, supaya mereka pun
tahu."
Maka kutuliskan semua ini, sementara menunggu mereka
kembali, dan Mrs. Harker sudah pula menyalinnya dengan mesin
tiknya.
Bab 26
Jonathan pergi naik kapal motor yang sangat laju itu di sungai,
sementara John dan Quincey mengawal di tebing sungai, di
mana musuh mungkin mendarat, aku akan membawa Madam
Mina ke jantung negara musuh kita. Sementara musang licik itu
terikat di dalam petinya, terapung-apung di air di mana dia tak
bisa lolos ke darat- karena dia tak berani membuka tutup peti
matinya, takut kalau-kalau orang-orang yang membawanya
memusnahkannya-kami akan pergi mengikuti jejak yang pernah
dilalui Jonathan dari Bistritz ke Borgo, dan mencari jalan ke
Puri Dracula. Dalam keadaan tersihir Madam Mina pasti bisa
membantu, dan kami pasti bisa menemukan jalan kami. Tanpa
itu, jalan itu pasti takkan bisa kami temukan lagi, setelah
matahari terbit untuk pertama kali, bila kami sudah mendekati
tempat yang amat menentukan itu. Banyak yang harus
dikerjakan, dan masih banyak tempat lain yang harus disucikan
untuk membinasakan sarang ular berbisa itu." Tiba-tiba
Jonathan menyelanya dengan berapi-api,
"Profesor Van Helsing, apakah Anda bermaksud membawa Mina
ke mulut setan yang merupakan perangkap kematian itu?
Padahal keadaannya amat menyedihkan, dan dia ternoda oleh
penyakit dari setan itu. Saya tak mengizinkan! Demi surga dan
neraka, jangan lakukan itu!" Ia seolah-olah tak mampu berkata-
kata lagi beberapa menit lamanya, lalu sambungnya,
"Tahukah Anda tempat apa itu? Pernahkah Anda melihat gua
yang mengerikan dari setan neraka itu, di mana sinar bulan pun
seakan-akan hidup dalam bentuk-bentuk mengerikan, dan
setiap bintik debu yang berputar-putar di angin merupakan
jabang bayi monster yang siap melahap? Pernahkah Anda
merasakan bibir vampir di leher Anda?" Lalu ia menoleh
Bab 27
berkurang, dan malam ini aku gagal sama sekali. Yah, kehendak
Tuhan jua yang terjadi-apa pun itu, dan apa pun akibatnya!
Karena sekarang Madam Mina tidak lagi menulis dengan huruf
stenonya, itu, maka akulah yang harus menuliskan semua
kejadian yang kami alami, dengan caraku yang canggung dan
kuno ini, supaya kejadian setiap hari tidak berlalu tanpa
dicatat
Kami tiba di Celah Borgo sesaat setelah matahari terbit
kemarin pagi. Waktu melihat tanda-tanda fajar, aku bersiap-
siap untuk melakukan hipnotis. Kami hentikan kereta, dan kami
turun supaya tak ada gangguan. Kusiapkan alas dari bulu-bulu
binatang, dan kuminta Madam Mina berbaring di situ. Seperti
biasa, ia menurut, tepi lebih lambat, dan tidur hipnotisnya pun
lebih singkat. Jawabannya sama saja dengan sebelumnya,
"Kegelapan dan air mengalir." Lalu ia bangun dalam keadaan
berseri-seri dan ceria. Kami melanjutkan perjalanan, dan
segera tiba di Celah. Pada saat ini, ia nampak berapi-api dan
bergairah. Ia memperlihatkan kemampuannya menjadi penunjuk
jalan. Sambil menunjuk ke sebuah jalan, ia berkata,
"Ini dia jalannya."
"Bagaimana Anda tahu?" tanyaku.
"Tentu saja saya tahu," sahutnya, dan setelah berhenti
sebentar, berkata lagi, "Bukankah Jonathan sudah
menjalaninya dan telah menulis tentang perjalanan itu?"
Mula-mula itu kuanggap aneh, tapi segera kulihat bahwa hanya
ada satu jalan simpang seperti itu. Jalan itu tampaknya jarang
dilalui, dan berbeda sekali dengan jalan kereta dari Bukovina
ke Bistritz yang lebih lebar dan lebih keras, serta lebih banyak
digunakan.
takut memikirkan dia yang berada jauh dari dunia luar, dan
begitu dekat dengan tempat mengerikan itu. Tapi kami punya
kuda, dan kami tetap akan menyusulnya. Kubuat catatan ini
sementara Godalming bersiap-siap. Kami membawa senjata-
senjata kami. Orang Szgany itu harus berhati-hati kalau ia
memang ingin bertempur. Ah, kalau saja Morris dan Seward
ada bersama kami. Kami hanya bisa berharap! Semoga aku tak
perlu lagi menulis, Selamat tinggal, Mina! Tuhan memberkati
dan menolongmu.
pergi ke puri. Palu tukang besi yang kubawa dari Veresti akan
berguna di sini. Meskipun semua pintu puri terbuka,
kutanggalkan semua engselnya yang berkarat, karena aku takut
kalau-kalau ada orang yang berniat jahat, atau mungkin nasib
buruk akan menutup pintu-pintu itu kembali, sehingga setelah
masuk aku tak bisa keluar lagi. Pengalaman pahit Jonathan
berguna bagiku dalam hal ini. Dengan mengingat catatan
hariannya, kutemukan jalan ke kapel tua, karena aku tahu di
situlah tempat tugasku. Udaranya menekan, rasanya ada
semacam busa yang mengandung belerang, yang membuatku
agak pusing. Entah apa yang terdengar olehku, apakah itu
hanya suara menderu di telingaku saja, ataukah suara serigala
melolong dari jauh? Lalu aku teringat akan Madam Mina, dan
aku jadi amat bimbang. Aku tercekam oleh dua pilihan berat
Aku tak berani membawanya ke tempat ini, jadi kutinggalkan
dia di dalam lingkaran suci itu, supaya ia selamat dari vampir.
Padahal di sana ada pula ancaman dari serigala! Kuputuskan
bahwa tugasku ada di sini. Mengenai serigala, kami harus
berserah pada kehendak Tuhan. Soalnya ini merupakan pilihan
antara kematian dan kebebasan di baliknya. Itulah pilihanku
untuknya. Sekiranya hanya demi kepentinganku sendiri,
pilihannya lebih istirahat yang lebih baik daripada liang kubur
vampir! Jadi aku memilih untuk terus menjalankan pekerjaanku
di sini.
Aku tahu bahwa sekurang-kurangnya ada tiga peti mati yang
harus kucari-peti-peti mati yang dihuni. Jadi aku segera mulai
mencari, dan kutemukan satu di antaranya. Perempuan itu
terbaring dalam tidur vampirnya. Ia tampak begitu hidup, dan
kecantikannya mencolok. Aku jadi bergidik, karena aku
mungkin Dr. Seward dan Mr. Morris. Pokoknya aku tahu betul
bahwa Jonathan tak ada di antara mereka. Tapi aku juga yakin
bahwa Jonathan tak jauh dari situ. Waktu aku berbalik, kulihat
dari arah utara dua orang lagi melarikan kuda mereka dengan
kecepatan tinggi sekali. Salah seorang di antaranya kukenali
sebagai Jonathan, dan dengan sendirinya aku tahu bahwa yang
seorang lagi adalah Lord Godalming. Mereka juga sedang
mengejar rombongan yang membawa gerobak itu. Waktu
kukatakan hal itu pada Profesor, ia berteriak kegirangan,
seperti anak sekolah. Dan setelah melihat lagi dengan teliti,
sampai salju yang jatuh menghalangi pandangan lagi,
diletakkannya senapan Winchester-nya pada batu besar di
jalan masuk tempat kami berlindung, siap untuk digunakan.
"Mereka sedang mengepung," katanya. "Bila saatnya tiba,
mungkin kita akan dikelilingi oleh kaum gipsi." Kukeluarkan
revolverku, dan kusiapkan, karena sementara kami berbicara,
suara lolong serigala terdengar makin nyaring dan makin dekat.
Waktu salju berhenti turun sebentar, kami melihat lagi. Aneh
rasanya melihat salju turun dengan serpihan serpihan yang
begitu rapat di dekat kami, padahal di tempat yang jauh,
matahari bersinar makin terang, tergelincir menurun ke arah
puncak-puncak gunung yang jauh. Sambil menyapu kaca
teropong itu, kulihat di sana-sini bintik-bintik yang bergerak
sendiri-sendiri, berdua-dua, atau bertiga tiga, bahkan dalam
jumlah yang lebih besar. Serigala-serigala sedang mencari
mangsa.
Setiap detik penantian terasa bagai berabad-abad. Angin
berembus kencang, meniup salju dengan keras hingga tersapu
ke arah kami dalam bentuk pusaran pusaran Sekali-sekali kami
Catatan Tambahan
Tujuh tahun yang lalu, kami semua menjalani derita itu. Tapi
kami rela menanggungnya demi kebahagiaan yang kami peroleh
kemudian. Aku dan Mina mendapat kebahagiaan tambahan,
karena kelahiran anak laki-laki kami bertepatan dengan hari
kematian Quincey Morris. Aku tahu, ibunya diam-diam
berkeyakinan bahwa semangat keberanian sahabat kami itu
menitis sedikit pada anak kami. Namanya yang panjang
mengaitkan nama semua anggota kelompok kami, tapi kami
menyebutnya Quincey.
Dalam musim panas tahun ini, kami bepergian ke Transylvania.
Dan kami datangi lagi tanah tua yang bagi kami tetap penuh
dengan kenangan nyata itu. Rasanya tak mungkin bahwa semua
yang telah kami lihat dengan mata kami sendiri dan kami
dengar dengan telinga kami sendiri, adalah kebenaran-
kebenaran yang nyata. Semua bekas kejadian itu sudah
Djvu: BBSC
Edit & Convert: inzomnia
http://inzomnia.wapka.mobi