LINGKUNGAN HIDUP
Danau Poso
2014
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Poso
Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai
ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Cara mengutip :
Pengarah :
Arief Yuwono
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH
Penanggung Jawab :
Hermono Sigit
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH
Tim Penyusun :
M. Nursangaji, Eva Rantung, A. Tokare, Harmin Manurung, Titi Novitha Harahap,
Inge Retnowati, Siti Rachmiati Nasution, Wahyu Cahyadi Rustadi.
Didukung oleh :
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan,
Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset
dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan Perikanan,Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tengah, Bappeda dan BLH Kabupaten Poso serta Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Poso yang terkait.
Diterbitkan oleh :
Kementerian Lingkungan Hidup.
Cetakan I : Tahun 2013
Cetakan II : Tahun 2014
SAMBUTAN
DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
DAN PERUBAHAN IKLIM
Danau Poso merupakan salah satu dari 15 (lima belas) danau prioritas yang disepakati pada
Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan saat penyelengaraan Konferensi
Nasional Danau Indonesia I tahun 2009 di Denpasar Bali. Kesepakatan Bali yang
ditandatangani oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Menteri Kehutanan,
Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset
dan Teknologi telah melahirkan komitmen untuk mempertahankan, melestarikan dan
memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung
lingkungannya.
Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka pada Konferensi
Nasional Danau Indonesia II di Semarang, KLH telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan
Danau (Germadan) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai model.
Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening yang telah disusun dalam dokumen
Germadan Rawapening dapat direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya.
Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, maka saat ini dokumen
Germadan Danau Poso telah tersusun.Dokumen Germadan Poso ini lahir berdasarkan arahan
dan kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau
Indonesia serta hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai Danau
Posodari berbagai sumber terkait. Germadan Poso ini berisi Rencana Aksi Penyelamatan
Danau Poso yang menjelaskan program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau
Poso yang akan dilaksanakan secara bertahap oleh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah
Daerah serta oleh Dunia Usaha dan Masyarakat sesuai tugas, fungsi dan kewenangannya.
Danau Poso yang terletak di Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah merupakan danau
terdalam ketiga di Indonesia setelah Danau Matano dan Danau Toba. Danau Poso adalah
danau tektonik yang memiliki potensi sumberdaya alam dan budaya yang cukup besar.Salah
satu keunikan Danau Poso adalah terdapatnya pasir berwarna kuning di sepanjang pinggiran
danau, serta keberadaan ikan endemik ikan sidat (Anguilla sp). Beberapa tahun terakhir ini
kondisi lingkungan Danau Poso menghadapi tantangan yang cukup besar, seperti tingginya
tingkat sedimentasi serta penurunan kualitas air akibat pencemaran oleh limbah domestik,
industri, dan pertanian. Selain itu terdapat pula ancaman penurunan keberadaan biota endemik
di Danau Poso akibat introduksi ikan invasif serta terputusnya jalur ruaya ikan. Menghadapi
berbagai permasalahan Danau Poso tersebut, maka perlu dilakukan upaya penyelamatan
danau yang melibatkan berbagai pihak untuk secara bersama-sama dan bersinergi segera
menyelamatkan Danau Poso.
i
Akhir kata saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih kepada
Tim Penyusun khususnya dan para narasumber baik yang berasal dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dunia usaha maupun masyarakat pada umumnya, sehingga dokumen
Gerakan Penyelamatan Danau Poso ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen Germadan ini
dapat menjadi acuan bersama bagi para pihakuntuk secara sinergis dan terpadumerencanakan,
melaksanakan dan melakukan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan penyelamatan Danau
Poso.
Ir.Arief Yuwono, MA
ii
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI
SULAWESI TENGAH
Danau Poso merupakan sebuah ekosistem unik dan kebanggaan bukan hanya bagi Kabupaten
Poso tetapi juga bagi Provinsi Sulawesi Tengah, serta menjadi sumber kehidupan masyarakat
terutama di sekitar danau. Saat ini, setelah beroperasinya pembangkit listrik Sulewana yang
mendapat pasokan air dari Danau Poso melalui kabel listrik, pihak yang berkepantingan dengan
keberadaan air Danau Poso telah menembus batas provinsi. Dengan demikian, urgensi
penyelamatan Danau Poso semakin besar dan mendesak. Di sisi lain, Danau Poso juga
menyimpan berbagai masalah mulai dari tingginya tingkat sedimentasi, pencemaran, sampai
potensi punahnya sumberdaya hayati endemik. Faktor penyebab permasalahan tersebut diduga
berasal dari alih fungsi lahan di kawasan hulu, limbah pertanian, peternakan maupun domestik
serta pemanfaatan air danau untuk pembangkit listrik yang dikhawatirkan dapat menghambat
siklus hidup biota endemik Danau Poso menuju kepunahan.
Salah satu masalah pengelolaan danau adalah benturan kewenangan baik secara sektoral
maupun antar batas administrasi. Fakta di Indonesia menunjukan bahwa pengelolaan
ekosistem yang secara geografis meliputi kewenangan berbagai kabupaten/kota dan
stakeholders tidaklah mudah. Menumbuhkan dan menyatukan berbagai kepentingan dalam
semangat bersama (commonvision), kebersamaan dan keswadayaan juga tidak sederhana,
namun tidak berarti tidak mungkin. Beberapa contoh pengelolaan lingkungan hidup dari negara
maju seperti Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Australia dan negara-negara di Eropa,
menunjukkan bahwa negara-negara tersebut mampu mengelola dengan baik ekosistem danau,
pegunungan maupun sungai yang bahkan melewati batas negara. Kalau antar negera saja
bisa, maka antar provinsi, kabupaten, kecamatan apalagi desa, mestinya lebih mudah. Bahwa
saat ini hal tersebut masih sulit dilakukan, menurut hemat kami karena kita belum bersungguh-
sungguh.
Khusus menyangkut masalah Danau Poso yang hanya terletak dalam satu kabupaten,
sesungguhnya telah tersedia acuan pengelolaan berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan oleh berbagai lembaga penelitian, dan telah dilakukan berbagai program kegiatan
oleh instansi terkait. Namun karena keterbatasan waktu, akses informasi serta koordinasi dari
berbagai pihak, hasil yang dicapai belum optimal. Selain itu, berbagai upaya yang telah
dilakukan oleh instansi terkait tersebut masih bersifat sektoral dan belum mampu memecahkan
masalah secara komprehensif. Namun demikian, dokumen rencana aksi penyelamatan Danau
Poso ini, dengan segala keterbatasannya diharapkan dapat ,menjadi acuan awal untuk
membangun sinergisitas antar instansi dan stakeholder guna penyelamatan danau untuk
kesejahteraan bersama.
iii
Penghargaan dan terimakasih disampaikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup melalui
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, para pakar dari
Universitas Tadulako, serta berbagai pihak yang menginisiasi dan ikut serta dalam penyusunan
dokumen rencana aksi ini. Semoga dokumen ini bermanfat.
iv
Daftar Isi
Daftar Pustaka
Lampiran
v
Daftar Tabel
vi
Daftar Gambar
vii
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
BAB 1
PENDAHULUAN
I-1
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
I-2
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
C. KEPUTUSAN PRESIDEN
1. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
2. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Bidang
Pertanahan; dan
3. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk KepentinganUmum.
D. PERATURAN MENTERI
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39/PRTI1990 tentang Pembagian
Wilayah Sungai;
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/1990 tentang
Pengendalian Mutu Air pada Sumber-Sumber Air;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan
Atas Air dan Sumber Air Pada Wilayah Sungai;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Ijin Penggunaan dan atau Sumber Sumber Air;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/1990 tentang Syarat-Syarat
Pengawasan Kualitas Air;
6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 86/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomodasi;
7. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 87/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan Minuman;
8. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 88/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Kawasan Pariwisata;
9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 89/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Transportasi Wisata;
10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 90/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Daya Tarik Wisata;
11. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 91/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan
Rekreasi;
12. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 92/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Pramuwisata;
13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Daya Tampung Beban Pencemaran Air danau dan/atau Waduk; dan
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Peguasaan Sungai dan
Bekas Sungai;
I-3
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
E. KEPUTUSAN MENTERI
1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/KPTS/1986 tentang
Ketentuan Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan Penambangan
Bahan Galian Golongan C;
2. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 687/KPTS-11/1989 tentang
Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Rakyat dan
Taman Wisata Laut;
3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 779/KPTS/1990 tentang
Pengendalian Banjir dan Pengaturan Sungai;
4. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 167/KPTS-11/1994 tentang Sarana dan
Prasarana Pengusahaan Pariwisata di Kawasan Pelestarian Alam;
5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/KPTS-11/1996 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Pengusahaan Pariwisata Alam;
6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 348IKPTS-11/1997 tentang Perubahan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 446/KPTS-ll/1996 tentang Tata Cara
Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum; dan
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang
Pedoman mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan serta Pedoman
Pembuangan Limbah ke Air dan Sumber Air.
I-4
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
1.3 PERMASALAHAN
Beberapa program telah dikembangkan dan dijalankan, namun lebih bersifat
sporadis, dan seringkali berbenturan dengan kewenangan dan tanggung jawab, sehingga
hasilnya kurang optimal. Program-program tersebut hanya menyelesaikan permasalahan
sesaat, sehingga ketika program telah berhenti, permasalahan akan muncul lagi.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikembangkan suatu Grand Design yang mampu
mengatasi akar permasalahan dan menjamin keberlanjutan programnya.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, permasalahan Danau Poso secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu, permasalahan di DTA dan sempadan,
permasalahan pada badan air danau serta permasalahan kelembagaan. Adapun gambaran
umum Danau Poso beserta identifikasi permasalahannya akan dijelaskan pada Bab II.
1.4 RUANG LINGKUP DAN KERANGKA PIKIR
Kebijakan pengelolaan ekosistem Danau Poso didasarkan pada Visi melestarikan
fungsi ekosistem danau untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Sedangkan Misi pengelolaan ekosistem Danau Poso adalah: melakukan tindakan
konservasi dan pemanfaatan yang bijak atas danau dan daerah tangkapan airnya melalui
kegiatan inventarisasi, penelitian, dan kajian ekosistem danau serta mengikut sertakan
peran aktif masyarakat setempat dan meningkatkan kapasitas kelembagaan dengan
kerjasama, koordinasi, dan keterpaduan antar pemangku kepentingan.
Danau adalah unsur lingkungan hidup yang diatur pengelolaannya dalam Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kelestarian ekosistem danau sangat diperlukan untuk kesinambungan fungsi lingkungan
hidup danau, yaitu sebagai habitat makhluk hidup pada perairannya serta manfaat
sumberdaya airnya bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan danau sebagai sumberdaya
alam dan sumber energi terbarukan perlu seimbang dan tidak mengganggu ekosistemnya.
Danau memiliki ukuran dan keterbatasan daya dukung bagi makhluk hidup. Untuk
pelestarian ekosistemnya, danau tidak boleh menampung beban pencemaran lingkungan
yang melebihi daya tampungnya. Beban lingkungan danau dapat berasal dari daerah
tangkapan air danau, dari atas perairan danau, serta dari hilir danau, yang dapat
mengganggu keseimbangannya. Agar tidak terjadi kerusakan dan pencemaran lingkungan,
setiap pemanfaatan dan kegiatan pada perairan danau atau yang menggunakan
sumberdaya air danau, perlu memperhatikan daya dukung dan daya tampung danau
tersebut. Terkait dengan hal itu, tanggung jawab menjaga kelestarian danau perlu dipikul
bersama oleh semua stakeholder yang berkepentingan, baik Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, pengusaha maupun masyarakat.
Strategi pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Tengah ditempuh dengan
pendekatan perencanaan pembangunan secara holistik yang memungkinkan kebijakan-
kebijakan direncanakan dan diimplementasikan secara terpadu. Prinsip ini ditetapkan
dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Rencana Tata Ruang Wilayah, dengan
mempertimbangkan segi-segi konservasi serta pemulihan kondisi sumberdaya alam dan
lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu strategi
I-5
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
I-6
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
I-7
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
BAB 2
GAMBARAN UMUM DANAU POSO
Danau Poso merupakan danau yang terletak di Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi
Tengah dengan luas ± 36.677 ha dan ketinggian ± 600 m dpl. Klasifikasi iklim Danau Poso
menurut Schmid dan Ferguson adalah tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 3.284,16
mm/tahun dan nilai q = 19°-32°C. Posisi geografi danau ini berada pada 1o44’ hingga 2o04’
Lintang Selatan dan 120o32’ hingga 120o43’ Bujur Timur.
II - 1
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
II - 2
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Poso diapit oleh Sesar Naik Wekuli dan Sesar Naik Poso di sebelah baratnya. Di
sebelah barat Sesar Naik Poso ini juga dijumpai Sesar Geser Palu - Koro.
Disamping itu di sekitar Danau Poso juga dijumpai banyak sesar yang secara umum
berarah barat daya – timur laut dan barat laut – tenggara (Gambar 2.1).
b. Topografi
II - 3
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Secara garis besar DAS Danau Poso dapat dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu
hulu, tengah dan hilir.
1. Daerah Hulu
Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai kelandaian cukup terjal, lebih
dari pada 25%. Kemiringan lahan di bagian ujung hulu mencapai 25 - 40%. Di
atas hulu, yang berada di lereng pegunungan kemiringan mencapai lebih dari
40%.
2. Daerah Tengah
Merupakan daerah dengan kelandaian sedang, berkisar 8%. Di beberapa
bagian dijumpai kemiringan yang agak besar sampai 15%. Kawasan ini
merupakan daerah pertanian, khususnya tanaman padi dan tegalan dan
semak belukar.
2. Daerah Hilir
Merupakan dataran rendah dengan kelandaian kecil kurang dari 2%. Di areal
ini terdapat persawahan dan tegalan serta kebun di beberapa lokasi.
PEMILIK PROYEK
190000 200000 210000 220000 230000 240000 250000 260000 270000
9810000
9810000
N
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORA T JE NDERAL SUMBER DAYA AIR
W E
SATUAN KERJA BALAI W ILAYAH SU NGAI SULAW ESI III
PEKERJAAN
S
STUDI POTENSI DANAU POSO
9800000
9800000
KETERANGAN
Sungai
Batas Sub DAS
Kontur
9790000
9790000
9780000
9780000
DIGAMBAR TANGGAL
DIPERIKSA TANGGAL
9770000
9770000
MENYETUJUI TANGGAL
MENGETAHUI TANGGAL
KONSULTAN
9760000
9760000
JUDUL GAMBAR
9750000
10 0 10 20 Kilometers
LEMBAR NO KONTRAK TGL KONTRAK
07/SP/P PKPP -
3 MEI 2007
BWSS.III/2007
190000 200000 210000 220000 230000 240000 250000 260000 270000
II - 4
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
2.1.3 Hidrologi
Danau Poso memiliki kapasitas tampung air maksimum 636,69 juta m3 pada elevasi muka
air maksimum 512,70 m dengan, dengan volume 71.811.599.956 m3 luas genangan
2
367,68 km . Curah hujan rata – rata tahunan 3.500 mm (Balai Wilayah Sungai Sulwesi
III, 2007).
Gambar 2.3. Peta Isohyet Curah Hujan Danau Poso dan Sekitarnya
Secara hidrologis air Danau Poso berasal dari curah hujan, air tanah dan air permukaan
yang berasal dari 91 aliran sungai sebagai inlet termasuk dalam Sub DAS Danau Poso.
Danau Poso memperoleh suplai air dari beberapa sungai besar yaitu, Koro Kodina, Koro
Panjo, Koro Owini, Koro Meko, Koro Salukaia, Koro Wimbi.
II - 5
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Berdasarkan data pada Tabel 2.1 dan 2.2, jumlah total lahan sawah dan lahan
kering yang berada di kawasan Danau Poso 55.433 Ha. Perubahan tata guna lahan di
sekitar danau berkontribusi terhadap perubahan kualitas air Danau Poso. Perubahan
tersebut diindikasikan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, tingkat
kelerengan lahan yang curam (klas lereng IV) disebabkan tingginya run off dan sulit untuk
dihijaukan.
2.1.5 Kependudukan
II - 6
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Tabel 2.3.
Kecamatan dan Desa/Kelurahan yang merupakan
Wilayah Kawasan Danau Poso
Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah
Kecamatan Desa/Kelurahan Penduduk Penduduk
(km²)
(jiwa) (jiwa/km²)
01. Petirodongi 40.11 1860 46
Pamona Utara
02. Tendeadongi 31.34 1538 49
03. Sawidago 31.88 2558 80
04. Tonusu 70.8 1488 21
05. Mayakeli 67.75 592 9
Pamona
Puselemba 06. Buyumpondoli 62.37 1799 29
07. Pamona 40.9 5059 124
08. Tentena 27 1759 63
09. Sangele 13.82 2927 212
10. Peura 120.7 1028 9
11. Dulumai 111.39 509 5
12. Leboni 33.63 1622 48
13. Soe 13.02 1190 91
14. Mayoa 64 2294 35
15. Mayasari 8 1803 225
16. Uelene 38.86 562 15
Pamona Selatan
17. Panda Jaya 6.2 2769 447
18. Maya Jaya 6 829 138
19. Pandayora 44.8 1982 44
20. Bangun Jaya 6 487 81
21. Pendolo 36.5 1875 51
22. Boe 68 1320 19
23. Bancea 43.4 1782 41
24. Panjo 40.6 1281 32
25. Pasir Putih 37.5 1388 37
26. Tolambo 43 444 10
Pamona Tenggara
27. Tindoli 43 758 18
28. Tokilo 43 492 11
29. Korobono 58 777 13
30. Amporiwo 33 364 11
31. Wayura 58 852 15
32. Taipa 63.46 1086 17
33. Meko 90 3123 34
Pamona Barat 34. Salukaia 48 2322 48
35. Toinasa 55 2213 40
36. Uranosari 8.5 653 76
Kawasan Danau
650 56924 61
Poso
II - 7
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
a. Sosial Ekonomi
II - 8
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Penelitian kualitas air Danau Poso masih sangat terbatas, sehingga untuk
mendapatkan informasi yang akurat tentang kualitas air Danau Poso apakah tercemar atau
tidak tercemar, perlu dilakukan secara berkala untuk mendapatkan data secara
komprehensif. Penelitian kualitas air Danau Poso yang pernah dilakukan oleh tim PPLH
Universitas Tadulako di sekitar kawasan Danau Poso menunjukkan bahwa kualitas air
danau pada beberapa parameter yang sering dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat
pencemaran suatu badan perairan menunjukkan peningkatan konsentrasi yang cukup
signifikan jika dibandingkan dengan nilai ambang batas baku mutu kualitas air. Adapun
hasil analisis kualitas air danau Poso disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Hasil Analisis Kualitas Air Danau Poso (sesuai PP No. 82 Tahun 2001)
Baku Mutu Air Kelas
No Parameter Satuan Hasil
I II III IV
o
1 Temperatur C 30.40 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3
2 TDS mg/L 60 - - - -
3 pH mg/L 7.70 6-9 6-9 6-9 6-9
4 DO mg/L 4.67 6 4 3 0
5 BOD mg/L 3.30 2 3 6 12
6 COD mg/L 10.08 10 25 50 100
7 Nitrit (N-NO2) mg/L 0.024 0.06 0.06 0.06 (-)
8 Nitrat (N-NO3) mg/L 0.40 0.5 (-) (-) (-)
9 Tembaga (Cu) mg/L 0.006 0.02 0.02 0.02 0.2
10 Seng (Zn) mg/L 0.000 0.05 0.05 0.05 2
11 Timbal (Pb) mg/L 0.000 0.03 0.03 0.03 1
12 Mangan (Mn) mg/L 0.000 0.1 (-) (-) (-)
13 Kadmium (Cd) mg/L 0.000 0.01 0.01 0.01 0.01
14 Besi (Fe) mg/L 0.003 0.3 (-) (-) (-)
15 Sulfat (SO4) mg/L 0.65 400 (-) (-) (-)
Sumber :PPLH UNTAD Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 2.3 dapat diketahuibahwa kualitas air pada beberapa parameter
telah melewati nilai ambang batas baku mutu air, antara lain: kandungan oksigen terlarut
(DO) yaitu 4.67 mg/L, di mana nilai baku mutu air untuk peruntukkan kelas II dan III telah
melewati nilai ambang baku mutu yang dipersyaratkan. Kandungan oksigen terlarut sangat
penting di perairan karena sangat menentukan proses biokimia air yang mempertahankan
tingkat kualitas air. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
Kebutuhan oksigen kimia atau Chemical Oxygen Demand (COD) menggambarkan
jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi,
baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar
didegradasi secara biologis (nonbiodegradable) menjadi CO2 dan H2O. Nilai COD dianggap
paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik. Keberadaan bahan
organik pada badan perairan dapat berasal dari alam, aktivitas rumah tangga, dan aktivitas
kegiatan perekonomian. Mutu air yang baik untuk standar kualitas air limbah adalah 40
mg/L (Allaert, 1984). Sedang nilai COD yang paling tinggi untuk kehidupan biota perairan
II - 9
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
adalah sekitar 10 mg/L, dan untuk kebutuhan mandi dan renang lebih kecil dari 30 mg/L.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan COD yaitu 10,08 mg/L, di mana nilai
tersebut di atas nilai ambang baku mutu air kelas I. Sedangkan hasil analisis kualitas air
Danau Poso untuk parameter BODadalah 3.30 mg/L, di mana nilai tersebut telah melewati
nilai ambang baku mutu air yang dipersyaratkan.
Parameter BOD secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu
prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh
organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu
perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam.
Nitrogen diperairan dapat berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen
anorganik terdiri atas amonia (NH3), amonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan molekul
nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan urea.
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama
bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan
bersifat stabil, serta tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik, sedangkan amonia
bebas (NH3) yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas
amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan konsentrasi
oksigen terlarut, pH, dan suhu. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan Nitrat
(N-NO3) yaitu 0.40 mg/L, sedangkan kandungan nitrit (N-NO2) yaitu 0.024 mg/L.
Berdasarkan nilai tersebut efek eutrofikasi yang sering mengganggu dalam kehidupan
ekosistem perairan semakin berkurang, di mana pertumbuhan algae maupun tumbuhan air
seperti enceng gondok jarang dijumpai di perairan danau Poso. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan pengaruh limbah-limbah pertanian yang masuk ke dalam badan air
di sekitar Danau Poso akan meningkatkan proses eutrofikasi.
II - 10
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
1) Taman Anggrek Bancea berada di sebelah barat Danau Poso memiliki luas 5.000
hektar, terdapat beragam spesies anggrek khususya yang dikenal dengan Anggrek
Hitam (black orchid). Taman ini mempunyai suhu udara yang sejuk karena merupakan
kawasan dari Danau Poso;
2) Air Terjun Saluopa terletak dipinggiran Danau Poso yang terdiridari 12 tingkat dengan
aliran air yang sangat deras, jernih dansejuk. Air yang mengalir berasal dari hutan tropis
sehinggamenyebabkan suhu air bertambah dingin. Pengunjung dapat naiksampai pada
tingkat teratas melalui tangga yang beradadisepanjang air terjun tidak berlumut.Air
Terjun Saluopa berada pada jarak 12km sebelah barat kota Tentena;
3) Goa Pamona merupakan peninggalan prasejarah yang berfungsisebagai tempat
penguburan kedua pada zaman budaya megalith.Mulut goa menghadap ke selatan
dengan lebar 2.4 meter.Kedalaman goa 80 meter dan didalamnya terdapat 8 buah
kamartempat penyimpanan kerangka manusia serta bekal kuburnya.Menurut sejarah,
kamar pertama, kedua, ketiga dan keempatadalah benteng raja Suku Pamona yang
dipakai sebagai tempatberlindung bagi raja pada saat terjadi perang. Goa
Pamonaterletak disebelah barat tepian Danau Poso;
4) Goa Latea terletak di tepi Danau poso sebelah timur.Keberadaan goa inimenjadi dasar
konsep pemikiran bahwa ada kehidupan setelahkematian. Goa Latea terletak ditebing
bukit Parera yangmerupakan goa alam berupa bukit kapur yang usia genesisnyakurang
lebih tiga puluh ribu tahun. Goa ini pernahmengalami keruntuhan batuan sekitar dua
ribu tahun lalu. Goa inidijadikan sebagai tempat penguburan Suku Pamona pada
masalalu, khususnya masyarakat dari perbukitan Wawolembo. Sistempenguburan
seperti ini berakhir pada abad ke-19. Situs inimemiliki benda cagar budaya berupa 4
pasang peti dan 36 buahtengkorak. Tempat ini dipugar pada tahun 1994 oleh
DirektoratPerlindungan dan Pembinaan Peninggalan Bersejarah danPurbakala;
5) Pantai Siuri terletak sebelah barat di tepian Danau Poso denganmenghadirkan
pemandangan alam yang indah kearah danau. DiPantai Siuri terdapat beberapa tempat
penginapan yang dapatdigunakan wisatawan untuk menginap.Pantai Siuri memiliki
pasir putih yang bersih, air danau yangjernih laksana cermin, berpadu suasana hutan
tropis sehinggaairnya tenang dan udaranya dingin; dan
6) Watu Mpangasa Angga merupakan sebuah batuyang menurut legenda digunakan
oleh mahluk halus untuk mengasah benda tajam.Batu ini terdiri dari berbagai jenis batu
kapur dengan bentuk yangunik dan selalu tampak basah yang memberikan kesan
seolah–olah batu itu baru saja digunakan oleh manusia, padahal sebernanya tidak.
Watu Mangasa Angga terletak disebelahtimur pantai Danau Poso.
Berdasarkan hasil studi terdapat beberapa pokok permasalahan pada Kawasan
Wisata Danau Poso, diantaranya: 1) sebagai kawasan wisata yang terbilang sangat
berpotensi di Indonesia, objek-objek Wisata di daerah Kabupaten Poso khususnya wisata
Danau Poso sangatlah memerlukan suatu bentuk informasi yang terarah, 2) perlu
dikembangkan media–media yang mendukung program promosi Kawasan Wisata Danau
II - 11
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Poso, dan 3) bentuk informasi yang selama ini disampaikan oleh Dinas Pariwisata belum
efektif.
Disamping sebagai obyek wisata, Danau Poso juga digunakan sebagai sumber
energi PLTA Sulewana, oleh karena itu proses pendangkalan yang terjadi pada wilayah
perairan danau perlu segera dikendalikan dengan cara merehabilitasi hutan dan lahan
rusak/kritis di wilayah daerah tangkapan airnya, mengamankan kawasan hutan lindung dan
cagar alam dari aktivitas pembukaan dan okupasi lahan untuk non-kehutanan, pembuatan
bangunan konservasi tanah pada lahan-lahan agak curam sampai curam di luar kawasan
hutan, dan penetapan lahan-lahan berlereng curam sampai sangat curam yang memiliki
jenis tanah peka erosi sebagai kawasan perlindungan setempat.
Kerusakan daerah tangkapan air (DTA) di kawasan danau Poso ditandai oleh laju
erosi dan sedimentasi. Berdasarkan hasil kajian tim PPLH UNTAD (2010), kerusakan DTA
umumnya dipengaruhi oleh tingkat kerusakan lahan. Hasil analisis laju erosi sebagaimana
pada Tabel 2.5 menunjukkan bahwa laju erosi tertinggi terdapat di wilayah Sub DAS
Kodina yaitu 57,98 ton/ha/tahun. Pada Sub DAS Meko dan Saluopa-Mayakeli masing-
masing sebesar 50,90 dan 42,39 ton/ha/tahun. Laju erosi paling rendah adalah pada Sub
DAS Taipa dan Peura-Sangale yakni 14,89 ton/ha/tahun.
Faktor utama penyebab tingginya laju erosi pada wilayah Kodina dan Meko adalah
tingkat kerusakan lahan, panjang dan kemiringan lereng (kelas lereng IV), yang ditunjang
oleh kondisi lahan dalam bentuk lahan terbuka serta curah hujan rerata bulanan di atas 100
mm. Sedangkan besarnya laju sedimentasi di sekitar kawasan Danau Poso sesuai Tabel
2.5 menunjukkan bahwa pada Sub DAS Meko dan Sub DAS Kodina adalah paling besar
nilai sedimentasinya dibanding dengan beberapa sub DAS lainnya. Kedua Sub DAS
tersebut masing-masing memiliki laju sedimentasi 13,49 dan 12,14 ton/tahun. Laju
sedimentasi yang tinggi berkorelasi dengan percepatan pendangkalan terutama pada
segmen sungai dan danau di kawasan DAS tersebut. Pendangkalan ini telah membuat
kapasitas tampung air pada Sungai dan danau Poso menjadi berkurang, sehingga airnya
mudah meluap pada saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan waktu yang lama.
Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Luas Sub DAS, Panjang Sungai, Koefisien Bentuk, Kerapatan
Sungai, Kemiringan Sungai, Laju Erosi,dan Laju Sedimentasi Sungai
Laju Erosi Laju
Luas DAS Panjang Sungai Koefisien Kerapatan Kemiringan (LE) Sedimentasi
No Kode
(km2) Utama (km) Bentuk Sungai Sungai (ton/Ha/ Sungai (LSS)
Sampel Tahun) (ton/tahun)
(A) (L) (F) (G) (% S)
II - 12
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
b. Kerusakan Lahan
Hasil analisis tingkat kerusakan lahan di kawasan Danau Poso menunjukkan bahwa
umumnya daerah usaha pertanian berada pada tingkat kerusakan agak rusak (AR) sampai
rusak (R). Sedangkan lahan terbuka pada semua sub DAS memiliki status rusak, baik pada
lereng 25 - 45% maupun di atas 40%. Tabel 2.6 menunjukkan bahwa tingkat kerusakan
lahan berdasarkan tipe penggunaan lahan untuk semua sub DAS.
Pemukiman (X9) AR B B AR B B AR B B
Sumber: PPLH UNTAD, 2010
Keterangan: AR= Agak Rusak, B=Baik, R = Rusak
1 = Sub DAS Kodina; 2 =Sub DAS Bancea-Panja; 3=Sub DAS Taipa; 4= Sub DAS Meko; 5 = Sub DAS Salukaia ; 6=Sub
DAS Toinasa ; 7= Sub DAS Saluopa-Mayakeli; 8 = Sub DAS Peura-Sangele; dan 9 = Sub DAS Tokilo - Dulumai.
Berdasarkan Tabel 2.6 dapat diketahui bahwa kondisi kerusakan lahan di kawasan
DAS Danau Poso berada pada kondisi tingkat kerusakan (degradasi) lahan mulai dari
kondisi masih baik (B), agak rusak (AR) sampai dengan rusak (R). Pada kawasan hutan
primer (hutan rapat) kondisi lahannya masih tergolong baik, kecuali hutan sekunder (hutan
jarang) pada Sub DAS Kodina-Boe dan Sub DAS Meko yang memiliki tingkat kerusakan
pada tahap agak rusak (AR). Pada kondisi lahan dengan tingkat degradasi agak rusak
dibutuhkan perhatian dari semua pihak karena pada wilayah tersebut telah terdapat
II - 13
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perusakan ekosistem DAS. Secara umum, bagian
tengah dan hilir sub DAS sekitar kawasan Danau Poso yang dinilai agak rusak terutama
pada daerah berlereng curam sampai dengan sangat curam dengan tipetutupan lahan
berupa lahan terbuka (tanah gundul dan padang rumput), tegalan dan ladang, serta
beberapa lokasi pada liputan vegetasi kebun campuran.
Mengingat terjadinya kecenderungan kearah kerusakan lahan dari kondisi baik
menjadi agak rusak dan kondisi agak rusak menjadi rusak, maka perlu diupayakan adanya
tata kelola kawasan DAS yang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air di
wilayah DAS Danau Poso. Tata kelola ini juga harus didukung komitmen yang kuat
terutama dari pemerintah daerah,terkait dengan pemberian izin usaha extraktif yang sangat
potensial megancam keberadaan danau. Usaha tersebut antara lain berupa perkebunan
skala besar (plantation), usaha pertambangan dan usaha perkayuan. Kegiatan-kegiatan ini
meningkatkan degradasi lahan, erosi dan akan sangat mengancam kelangsungan danau.
Memperhatikan permasalahan tersebut, dibutuhkan regulasi untuk mencegah
terjadinya dampak yang lebih parah sebelum terlambat dan agar alokasi pemanfaatan
lahan yang tidak sesuai fungsinya dihimbau untuk dihentikan dan dikembalikan kepada
fungsi semula. Lahan yang tergolong curam sampai sangat curam dengan jenis tanah
peka erosi agar dikelola menjadi kawasan perlindungan setempat. Untuk mencapai maksud
tersebut perlu diupayakan adanya payung kelembagaan yang mampu mengamankan
kawasan DAS dari kerusakan dengan melibatkan para pihak terkait, dalam bentuk forum
koordinasi pengelolaan DAS terpadu.
PETA LAHAN KRITIS
II - 14
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Gambar 2.5. Peta Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Poso
II - 15
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
II - 16
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
II - 17
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
BAB 3
GERAKAN PENYELAMATAN DANAU POSO
III-34
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
III-35
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
III-36
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Tujuan: Mengetahui kualitas air melalui pengukuran parameter fisika, kimia, dan
mikrobiologi
Ruang Lingkup Kegiatan:
Pengukuran kualitas air Danau Poso dengan ruang lingkup pekerjaan meliputi 21 titik,
di mana titik pengambilan sampel dilakukan pada inlet, outlet, pertengahan danau,
bagian tepi danau, serta identifikasi biota air yang ada di Danau Poso serta
ekosistemnya. Parameter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika, parameter
kimia, dan parameter mikrobiologi.
III-37
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Tersedianya data kualitas air secara berkala sangat menguntungkan utamanya dalam
pengambilan kebijakan Pemerintah Daerah dalam pemanfaatan Danau Poso. Hal ini
berkaitan erat dengan daya tampung beban pencemaran air danau. Di mana dengan
mengetahui daya tampung beban pencemaran, maka Pemerintah Daerah dapat
mengeluarkan regulasi berupa penetapan zona yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
industri, lingkungan perumahan, dan kegiatan pertanian. Adanya penetapan zona
tersebut akan memberi dampak terhadap kualitas air danau, sehingga danau punya
kemampuan dalam memulihkan diri dari pencemaran yang masuk ke dalam badan
perairan. Dengan demikian maka status mutu air Danau Poso secara tidak langsung
dapat diketahui dengan adanya penetapan zona tersebut.
III-38
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
c. Daerah Hilir
Merupakan dataran rendah dengan kelandaian kecil kurang dari 2%. Di areal ini
terdapat persawahan dan tegalan serta kebun di beberapa lokasi.
Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Poso sebagian besar terletak di empat
kecamatan yaitu Kecamatan Pamona Selatan, Pamona Barat, Pamona Utara, dan
Pamona Timur. Tepi bagian timur danau sangat curam, namun didaratan DAS Kodina
dan Bancea agak landai.
Ruang Lingkup Kegiatan 1:
Pengumpulan data tentang letak, luas, pola dan struktur pengelolaan serta tingkat
degradasi lahan pada kawasan Danau Poso. Data yang dikumpulkan masing-masing
lokasi adalah letak, luas, dan status lahan menurut geografi dan administrasi
pemerintahan, kondisi penutupan lahan, kelerengan lahan, tingkat erosi, manajemen
konservasi (bila ada) dan produktivitas lahan (khusus pada kawasan budidaya usaha
pertanian) sekitar danau. Selain itu teridentifikasinya potensi dan permasalahan, serta
terciptanya keserasian dan keterpaduan pemanfaatan kawasan Danau Poso. Sasaran
lokasi kegiatan adalah lokasi yang termasuk dalam daerah tangkapan air (cathment
area) Danau Poso yang penetapannya diperoleh dari hasil analisis peta rupa bumi
skala 1:50.000 dan citra landsat 7 ETM band 542 skala 1:50.000.
III-39
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
skala besar, ekploitasi hutan dan pertambangan. Selain itu, pendekatan KLHS yang
lebih bersifat partisipatif akan membangkitkan rasa tanggung jawab para pihak
terhadap penyelamatan danau.
Masukan : Dana untuk alokasi SDM, proses pembahasan antar pemangku
kepentingan, tenaga ahli, dan alat
Keluaran : Terlaksananya KLHS pada kebijakan, rencana dan/atau program
yang terkait dengan kondisi Danau Poso sehingga dapat digunakan
sebagai instrumen penangkal paling awal dalam perencanaan danau.
Disamping itu, dapat menjadi acuan dalam penyusunan rencana
program kegiatan pencegahan dan pengendalian degradasi
ekosistem di kawasan Danau Poso
Hasil : Peningkatan kesadaran pengambil kebijakan dan stakeholder danau
terhadap pelestarian lingkungan Danau Poso
Manfaat : Mengurangi laju degradasi hulu, pesisir dan perairan Danau Poso
dengan aktivitas usaha masyarakat yang ramah lingkungan
Dampak : 1. Mengurangi laju degradasi hulu, pesisir dan perairan Danau Poso
dengan aktivitas usaha masyarakat yang ramah lingkungan; dan
2. Terjaganya fungsi ekonomi dan ekologis Danau Poso
III-40
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Masukan : Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan
Teknologi.
Keluaran : Peningkatan pemanfaatan sumberdaya air danau Poso
Hasil : Tertatanya pemanfaatan sumberdaya air danau.sesuai kebutuhan
sektoral
Manfaat : Mengembalikan fungsi Ekonomis dan Lingkungan danau
Dampak : Kelestarian sumber daya alami Danau Poso dan pemanfaatan
berkelanjutan.
III-41
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
III-42
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
Untuk lebih jelasnya, program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau Poso
dapat dilihat pada lampiran.
III-43
Gerakan Penyelamatan Danau Poso
BAB 4
PENUTUP
IV - 1
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB, Bogor.
Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
BPS 2006. Kabupaten Poso Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso.
BPS, 2005. Kecamatan Pamona Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Poso.
BPS, 2005. Kecamatan Pamona Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Poso.
BPS, 2005. Kecamatan Pamona Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Poso.
Connell, D.W & G.J Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran
(Terjemahan Yanti Koestoer). Penerbit Univesitas Indonesia (VI-Press ).
Jakarta.
Darga, T. N, 1979. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Debit Air dan Kadar Lumpur
di Perairan Sungai Jawa Barat. Disertasi Doktor (Tidak dipublikasikan). Institut
Pertanian Bogor.
Haan, C.T., H.P. Johnson and D.L. Brakeinsiek, 1982. Hydrology Modelling of Small
Watershed. Publisher by ASAE. St.Joseph. Michigan, USA.
Jorgensen, S.E. 1990. Erosion and Filtration dalam: Jorgensen & H. Loftler (Eds).
Guidelines of Lake management Vol. 3: Lake Shore Management. International
Lake Environmental Committee Foundation Shiga-Kainan Build. Japan.
Langdale, G.W. and W.D. Shrader, 1982. Soil Erosion Effects on Soil Productivity
of Cultivated Croplan. American Society of Agronomy and Soil Science Society
of America. 677 South Segoe Road, Madison, Wisconsin, USA.
Manan, S. 1978. Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. Jurusan
Manajemen Hutan. Fak. Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sinukaban, N., 1995. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Bahan Kuliah pada
Program Pascasarjana, IPB, Bogor (tidak di publikasikan).
Sjarief, R., 1997. Kawasan Perdesaan di tinjau dari Sistem Tata Air Daerah Aliran
Sungai (DAS). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 8. No. 1. P3WK-ITB,
Bandung.
Todd, D.K., 1980. Ground Water Hydrology. Publised by John Wiley & Sons. Inc.,
New York. USA.
Yayasan Bina Agro Hutani Lestari (YBAHL) Sulteng, 2002. Studi Efektivitas
Pengelolaan Taman Nasional dan Sistem Pengelolaan Daerah Penyengga
60 Desa Wilayah Program CSIADCP. Kerjasama YBAHL Sulteng dengan
CSIADCP Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah. Palu
Penentuan Daya Penetapan Daya Belum ada Tersedia Penetapan Balai Sungai Dinas SDA dan Kementerian PU,
Tampung Beban Tampung Beban dokumen DTBA kajian DTBA Sulawesi III Tata Ruang Kemeterian
Pencemaran Air Pencemaran Air Danau Poso DTBA Danau Poso Prop. Sulteng Ristek
(DTBPA) Danau (DTBPA) danau Poso Danau Poso
Poso
Pengendalian Tidak Ada Keramba Luas Keramba Luas Luas Luas Luas Luas Dinas Kelautan Dinas Kelautan Kementerian
Keramba Apung Apung Apung 2 Ha Keramba Keramba Keramba Keramba Keramba dan Perikanan dan Perikanan Kelautan dan
Apung 1 Ha Apung 0,5 Apung 0,4 Apung 0 Ha Apung 0 Ha Kab. Poso Prop. Sulteng Perikanan
Ha Ha
Lahan Kritis, Erosi, Penyelamatan Ekosistem Rehabilitasi Lahan Luas lahan kritis yang Luas lahan kritis 200 Ha 200 Ha 200 Ha 200 Ha 200 Ha BPDAS Palu - Dinas Kementerian LH,
Banjir dan Daerah Aliran Sungai Kritis direhabilitasi seluas DAS dan DTA Poso, BLH Kab. Kehutanan Kementerian
Sedimentasi (DAS) dan Daerah 1.000 Ha Danau Poso Poso, Dinas Daerah Provinsi Kehutanan
Tangkapan Air (DTA) seluas 5.468,22 Kehutanan Sulteng, BLHD
Ha Kabupaten Poso, Propinsi
PLTA Sulewana Sulawesi Tengah
Menurunnya Konservasi Sumberdaya Evaluasi efektifitas Evaluasi Penyempur Dinas Kelautan Dinas Kelautan Kementerian
populasi ikan dan Keanekaragaman pembuatan jalur Jalur Ruaya naan Jalur dan Perikanan dan Perikanan Kelauatan dan
endemik akibat Hayati ruaya (fish way ) (fish way) Ruaya (fish Kab. Poso, BLH Prop. Sulteng, Perikanan,
terganggunya siklus way) Kab. Poso, PLTA BLHD Prop Kementerian
hidupnya oleh Sulewana Sulteng Lingkungan
pembangunan Hidup,
PLTA Sulewana, Kementerian
terjadinya Ristek
introduksi ikan
invasive serta Pengembangan Penyiapan Sosialisasi Sosialisasi Pengendalian Pengendalian Dinas Kelautan Dinas Kelautan Kementerian
terputusnya jalur teknik penangkapan instrumen dan Perikanan dan Perikanan Kelautan dan
Peningkatan populasi Jumlah pupulasi
ruaya ikan ramah Kab. Poso Prop. Sulteng Perikanan,
ikan endemik ikan endemik
lingkungan Kementerian
Ristek
Penertiban Penyiapan Sosialisasi Pembinaan Pembinaan Penertiban Dinas Kelautan Dinas Kelautan Kementerian
penangkapan ikan instrumen dan Perikanan dan Perikanan Kelautan dan
secara ilegal penertiban Kab. Poso Prop. Sulteng Perikanan
Restocking Kajian Sosialisasi Restocking Restocking Restocking Dinas Kelautan Dinas Kelautan Kementerian
(penebaran) benih populasi hasil kajian biota biota biota dan Perikanan dan Perikanan Kelautan dan
ikan endemik biota endemik endemik endemik Kab. Poso Prop. Sulteng Perikanan
endemik Danau Poso Danau Poso Danau Poso
Danau Poso
Target Capaian Penaggung
Permasalahan Program Kegiatan Indikator/Output Baseline Pendukung Kementerian
2014 2015 2016 2017 2018 Jawab
PROGRAM PRIORITAS
Tumpang tindih Pemnfaatan Sumberdaya Penyusunan Dokumen master plan Belum tersedia Penelitian Sosialiasi/ Pembudayaa Pembudayaa Pembudayaan BLH Kab. Poso BLHD Prov. Kementerian
pemanfaatan air Air Danau Poso masterplan tata guna master plan desiminasi n n Sulteng Lingkungan
dan pe-
danau untuk air air danau pemanfaatna air Hidup
baku, PLTA, Irigasi danau Poso nyusunan
dan Perikanan. dokumen
Penaggung
Permasalahan Program Kegiatan Indikator/Output Baseline Pendukung Kementerian
Target Capaian Jawab
2014 2015 2016 2017 2018
PROGRAM PRIORITAS
Rendahnya Peningkatan Peran dan Peningkatan Terbentuknya 20 Belum ada 4 Kelompok 4 Kelompok 4 Kelompok 4 Kelompok 4 Kelompok BLH Kab. Poso BLHD Prov. Kementerian
pertisipasi Partisipasi Masyarakat kesadaran kelompok multi Kelompok Peduli Sulteng Lingkungan
masyarakat dan stakeholders terhadap stakeholders Danau Poso yang Hidup
memudarnya pemeliharaan (Kelompok Peduli terbentuk
kearifan lokal dalam ekosistem Danau Ekosistem Danau
penyelamatan Poso Poso) di tingkat Desa
ekosistem danau dan Kecamatan
Pembinaan atau 200 Orang/tahun 100 orang 200 Orang 200 Orang 200 Orang 200 Orang 200 Orang BLH Kab. Poso, BLHD Prov. Kementerian
penyuluhan Dinas Kelautan Sulteng, Dinas Lingkungan
pemanfaatan dan Perikanan Kelautan dan Hidup,
sumberdaya air danau Kabupaten Poso, Perikanan Prop. Kementerian
disekitar Danau Poso Dinas Kehutanan Sulteng, Dinas Kehutanan,
Kab. Poso Kehutanan Prop. Kementerian
Sulteng Perikanan dan
Kelauatan
Pengkajian Nilai - Teridentifikasinya Belum ada Penelitian Sosialiasi/ Pembudayaa Pembudayaa Pembudayaan BLH Kab. Poso, BLHD Prov. Kementerian
nilai lokal dalam nilai - nilai lokal informasi kearifan desiminasi n n Bappeda Poso Sulteng, Lingkungan
penyelamatan Danau dalam penyelamatan lokal dalam Universitas Hidup
Poso Danau Poso penyelamatan Tadulako
Danau Poso
Sinergitas Pembentukan Forum Belum ada Forum Persiapan Pembentuka Pertemuan Pertemuan Pertemuan BLH Kab. Poso, BLHD Prov. Kemneterian
Program/Kegiatan Peduli Danau Poso Peduli Danau instrumen n Forum Tahunan Tahunan Tahunan Bappeda Poso Sulteng, Lingkungan
antara pemerintah, Poso Peduli Universitas Hidup
masyarakat dan Danau Poso Tadulako
perguruan tinggi
dalam aksi
penyelamatan Danau
Sinergitas Pembentukan Forum Belum ada Forum Persiapan Pembentuka Pertemuan Pertemuan Pertemuan BLH Kab. Poso, BLHD Prov. Kemneterian
Program/Kegiatan Peduli Danau Poso Peduli Danau instrumen n Forum Tahunan Tahunan Tahunan Bappeda Poso Sulteng, Lingkungan
antara pemerintah, Poso Peduli Universitas Hidup
masyarakat dan Danau Poso Tadulako
perguruan tinggi
dalam aksi
penyelamatan Danau
Poso
Rendahnya Peningkatan Peran dan Pengembangan Model Pengembangan Belum ada model Kajian Sosialisasi/ PendampinganPendampinganPendampingan Dinas Pertanian Dinas Pertanian Kementerian
Pendapatan Partisipasi Masyarakat Pertanian Ramah Pertanian Ramah pengembangan teknologi Pendampin dan Perkebunan Prop. Sulteng, Pertanian
Masyarakat Lingkungan Lingkungan Pertanian Ramah pengembang gan Kab.Poso, BPPT Dinas
Disekitar Danau Lingkungan an Pertanian Prop. Sulteng, Perkebunan
Poso Ramah BP4K Kab. Poso Prop. Sulteng,
Lingkungan Universitas
Tadulako
Pengembangan hasil Kelompok Tani Belum ada 2 Kelompok 2 Kelompok 2 Kelompok 2 Kelompok 2 Kelompok BPDAS Palu - Dinas Kementerian
Hutan Non Kayu Budidaya Rotan kelompok Poso, Dinas Kehutanan Prop. Kehutanan
Berbasis Masyarakat masyarakat yang Kehutanan Kab. Sulteng,
10 kelompok
terbentuk Poso Universitas
Tadulako