Anda di halaman 1dari 50

KEMENTERIAN

LINGKUNGAN HIDUP

Gerakan Penyelamatan Danau


(GERMADAN)

Danau Poso

2014
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Poso

© Kementerian Lingkungan Hidup, 2014

Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai
ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

Cara mengutip :

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan Penyelamatan Danau


(GERMADAN) Poso.

Pengarah :
Arief Yuwono
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH
Penanggung Jawab :
Hermono Sigit
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH

Tim Penyusun :
M. Nursangaji, Eva Rantung, A. Tokare, Harmin Manurung, Titi Novitha Harahap,
Inge Retnowati, Siti Rachmiati Nasution, Wahyu Cahyadi Rustadi.

Didukung oleh :
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan,
Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Riset
dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan Perikanan,Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi
Tengah, Bappeda dan BLH Kabupaten Poso serta Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Poso yang terkait.

Diterbitkan oleh :
Kementerian Lingkungan Hidup.
Cetakan I : Tahun 2013
Cetakan II : Tahun 2014
SAMBUTAN
DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
DAN PERUBAHAN IKLIM

Danau Poso merupakan salah satu dari 15 (lima belas) danau prioritas yang disepakati pada
Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan saat penyelengaraan Konferensi
Nasional Danau Indonesia I tahun 2009 di Denpasar Bali. Kesepakatan Bali yang
ditandatangani oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Menteri Kehutanan,
Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset
dan Teknologi telah melahirkan komitmen untuk mempertahankan, melestarikan dan
memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung
lingkungannya.

Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka pada Konferensi
Nasional Danau Indonesia II di Semarang, KLH telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan
Danau (Germadan) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai model.
Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening yang telah disusun dalam dokumen
Germadan Rawapening dapat direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya.

Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, maka saat ini dokumen
Germadan Danau Poso telah tersusun.Dokumen Germadan Poso ini lahir berdasarkan arahan
dan kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau
Indonesia serta hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai Danau
Posodari berbagai sumber terkait. Germadan Poso ini berisi Rencana Aksi Penyelamatan
Danau Poso yang menjelaskan program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau
Poso yang akan dilaksanakan secara bertahap oleh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah
Daerah serta oleh Dunia Usaha dan Masyarakat sesuai tugas, fungsi dan kewenangannya.

Danau Poso yang terletak di Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah merupakan danau
terdalam ketiga di Indonesia setelah Danau Matano dan Danau Toba. Danau Poso adalah
danau tektonik yang memiliki potensi sumberdaya alam dan budaya yang cukup besar.Salah
satu keunikan Danau Poso adalah terdapatnya pasir berwarna kuning di sepanjang pinggiran
danau, serta keberadaan ikan endemik ikan sidat (Anguilla sp). Beberapa tahun terakhir ini
kondisi lingkungan Danau Poso menghadapi tantangan yang cukup besar, seperti tingginya
tingkat sedimentasi serta penurunan kualitas air akibat pencemaran oleh limbah domestik,
industri, dan pertanian. Selain itu terdapat pula ancaman penurunan keberadaan biota endemik
di Danau Poso akibat introduksi ikan invasif serta terputusnya jalur ruaya ikan. Menghadapi
berbagai permasalahan Danau Poso tersebut, maka perlu dilakukan upaya penyelamatan
danau yang melibatkan berbagai pihak untuk secara bersama-sama dan bersinergi segera
menyelamatkan Danau Poso.

i
Akhir kata saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih kepada
Tim Penyusun khususnya dan para narasumber baik yang berasal dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dunia usaha maupun masyarakat pada umumnya, sehingga dokumen
Gerakan Penyelamatan Danau Poso ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen Germadan ini
dapat menjadi acuan bersama bagi para pihakuntuk secara sinergis dan terpadumerencanakan,
melaksanakan dan melakukan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan penyelamatan Danau
Poso.

Jakarta, September 2013

Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan


Lingkungan dan Perubahan Iklim

Ir.Arief Yuwono, MA

ii
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI
SULAWESI TENGAH

Danau Poso merupakan sebuah ekosistem unik dan kebanggaan bukan hanya bagi Kabupaten
Poso tetapi juga bagi Provinsi Sulawesi Tengah, serta menjadi sumber kehidupan masyarakat
terutama di sekitar danau. Saat ini, setelah beroperasinya pembangkit listrik Sulewana yang
mendapat pasokan air dari Danau Poso melalui kabel listrik, pihak yang berkepantingan dengan
keberadaan air Danau Poso telah menembus batas provinsi. Dengan demikian, urgensi
penyelamatan Danau Poso semakin besar dan mendesak. Di sisi lain, Danau Poso juga
menyimpan berbagai masalah mulai dari tingginya tingkat sedimentasi, pencemaran, sampai
potensi punahnya sumberdaya hayati endemik. Faktor penyebab permasalahan tersebut diduga
berasal dari alih fungsi lahan di kawasan hulu, limbah pertanian, peternakan maupun domestik
serta pemanfaatan air danau untuk pembangkit listrik yang dikhawatirkan dapat menghambat
siklus hidup biota endemik Danau Poso menuju kepunahan.
Salah satu masalah pengelolaan danau adalah benturan kewenangan baik secara sektoral
maupun antar batas administrasi. Fakta di Indonesia menunjukan bahwa pengelolaan
ekosistem yang secara geografis meliputi kewenangan berbagai kabupaten/kota dan
stakeholders tidaklah mudah. Menumbuhkan dan menyatukan berbagai kepentingan dalam
semangat bersama (commonvision), kebersamaan dan keswadayaan juga tidak sederhana,
namun tidak berarti tidak mungkin. Beberapa contoh pengelolaan lingkungan hidup dari negara
maju seperti Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Australia dan negara-negara di Eropa,
menunjukkan bahwa negara-negara tersebut mampu mengelola dengan baik ekosistem danau,
pegunungan maupun sungai yang bahkan melewati batas negara. Kalau antar negera saja
bisa, maka antar provinsi, kabupaten, kecamatan apalagi desa, mestinya lebih mudah. Bahwa
saat ini hal tersebut masih sulit dilakukan, menurut hemat kami karena kita belum bersungguh-
sungguh.
Khusus menyangkut masalah Danau Poso yang hanya terletak dalam satu kabupaten,
sesungguhnya telah tersedia acuan pengelolaan berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan oleh berbagai lembaga penelitian, dan telah dilakukan berbagai program kegiatan
oleh instansi terkait. Namun karena keterbatasan waktu, akses informasi serta koordinasi dari
berbagai pihak, hasil yang dicapai belum optimal. Selain itu, berbagai upaya yang telah
dilakukan oleh instansi terkait tersebut masih bersifat sektoral dan belum mampu memecahkan
masalah secara komprehensif. Namun demikian, dokumen rencana aksi penyelamatan Danau
Poso ini, dengan segala keterbatasannya diharapkan dapat ,menjadi acuan awal untuk
membangun sinergisitas antar instansi dan stakeholder guna penyelamatan danau untuk
kesejahteraan bersama.

iii
Penghargaan dan terimakasih disampaikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup melalui
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, para pakar dari
Universitas Tadulako, serta berbagai pihak yang menginisiasi dan ikut serta dalam penyusunan
dokumen rencana aksi ini. Semoga dokumen ini bermanfat.

Kepala BLHD Provinsi Sulawesi Tengah

Ir. ABDULLAH RAHIM, M.Si.


NIP. 19600320 198703 1 010

iv
Daftar Isi

Sambutan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan


Dan Perubahan Iklim ……………………………………………………………………………………………………….
Kata Pengantar Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi Sulawesi Tengah ………………………………………………………………………………………………..
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………………………….
Daftar Tabel …………………………………………………………………………………………………………………….
Daftar Gambar …………………………………………………………………………………………………………………
Bab 1. PENDAHULUAN ...............................................................................................................................
1.1. Latar belakang ………………………………………………………..………………….…………………………...
1.2. Peraturan Perundangan Undangan …..…...…………………..….…………………………………………...
1.3. Permasalahan …………..…………………………………………...……….…………….…………………….……..
1.4. Ruang Lingkup dan Kerangka Pikir ........................................................................................................
1.5. Tujuan dan Manfat Program Penyelamatan Danau Poso ……………….………………………..
1.5.1 Tujuan Studi …………………………………………………………………………………………………….
1.5.2 Manfaat ……………………………………………………………………………………………………………

Bab 2. GAMBARAN UMUM DANAU POSO .............................................................................................


2.1. Profil Danau Poso ..................………………………………………………………………………………………...
2.1.1. Letak Geografis dan Lingkup Wilayah Administrasi ……………………………………………..
2.1.2. Geologi dan Topografi ………………………………………………………………………………………….
2.1.3. Hidrologi …………………………………………………………………………………………………………….
2.1.4. Tata Guna Lahan ………………………………………………………………………………………………….
2.1.5. Kependudukan ……………………………………………………………………………………………………
2.1.6. Sosial Ekonomi dan Budaya …………………………………………………………………………………
2.2. Kondisi dan Permasalahan Badan Air Danau Poso …………………………………………………………
2.2.1. Kualitas Air …………………………………………………………………………………………………………
2.2.2. Pemanfaatan Danau Poso …………………………………………………………………………………….
2.3. Kondisi dan Permasalahan DTA dan Sempadan ……………………………………………………………
2.3.1. Kerusakan Daerah Tangkapan Air ……………………….……………………………………………….
2.3.2. Kerusakan Sempadan …………………………………………………………………………………………..
2.4. Kondisi dan Permasalahan Kelembagaan ………………………………………………………………………
2.5. Kondisi dan Permasalahan Kemasyarakatan ………………………………………………………………….

Bab 3. GERAKAN PENYELAMATAN DANAU POSO ............................................................................


3.1. Lingkup Wilayah Studi ..……………………………………………………………..……………...………………...
3.2. Program Super Prioritas (Pokok) Dan Program Prioritas (Penunjang) …………………………..
3.2.1 Program Super Prioritas (Pokok) ……………………………………………………………………….……
3.2.2 Program Prioritas (Penunjang) ………………………………………………………………………………..

Bab 4. PENUTUP ............................................................................................................................................

Daftar Pustaka
Lampiran

v
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Penggunaan Lahan Kawasan Poso Tingkat Kecamatan ……...………………...…………….


Tabel 2.2 Penggunaan Lahan Kawasan Poso Tingkat Kecamatan ………………………………….…..
Tabel 2.3 Kecamatan dan Desa/Kelurahan yang merupakan Wilayah Kawasan Danau Poso
Tabel 2.4 Hasil Analisis Kualitas Air Danau Poso (Sesuai PP No. 82 Tahun 2001) ……….….......
Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Luas Sub DAS, Panjang Sungai, Koefisien Bentuk, Kerapatan
Sungai, Kemiringan Sungai, Laju Erosi dan Laju Sedimentasi Sungai ....…………………
Tabel 2.6 Tingkat Kerusakan Lahan pada Kawasan Danau Poso .........................................................
Tabel 2.7 Prakiraan Tingkat Pendangkalan Danau Poso ...........................................................................
Tabel 3.1 Analisis SWOT Upaya Penyelamatan Danau Poso …..………………………….………...……...

vi
Daftar Gambar

Gambar 1.1 Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Poso……………………………………...………..


Gambar 2.1 Peta Geologi Patahan Danau Poso .............……………………………………………...………….
Gambar 2.2 Peta Topografi DAS Poso ..................................................................................................................
Gambar 2.3 Peta Isohyet Curah Hujan Danau Poso dan Sekitarnya ......................................................
Gambar 2.4 Peta Lahan Kritis DTA Danau Poso ..............................................................................................
Gambar 2.5 Peta Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Poso ..................................................

vii
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kegiatan Konferensi Nasional Danau Indonesia Ke-2 telah diselenggarakan dalam
rangka penyelamatan dan pengelolaan ekosistem danau di Indonesia. Kesepakatan Bali
2009 tentang Pengelolaan Danau yang berkelanjutan menekankan penyelamatan Danau
Prioritas periode 2009-2014. Dalam pengembangan dan pemanfaatan potensi danau
sangat diperlukan upaya untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi
danau berdasarkan keseimbangan ekosistem. Tujuh strategi dikembangkan, yaitu
pengelolaan ekosistem danau; pemanfaatan sumber daya air danau; pengembangan
sistem monitoring, evaluasi dan informasi danau; penyiapan langkah-langkah adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim terhadap danau; pengembangan kapasitas, kelembagaan dan
koordinasi; peningkatan peran masyarakat; dan pendanaan berkelanjutan.
Kesepakatan Bali 2009 telah menetapkan 15 danau prioritas yang akan ditangani
bersama secara terpadu, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan pada periode 2010-
2014. Penetapan danau prioritas tersebut berlandaskan pada kerusakan danau,
pemanfaatan danau, komitmen Pemda dan masyarakat dalam pengelolaan danau, fungsi
strategis untuk kepentingan nasional, keanekaragaman hayati, dan tingkat resiko
bencana.Lima belas danau tersebut adalah Danau Toba, Maninjau, Singkarak, Kerinci,
Tondano, Limboto, Rawapening, Tempe, Matano, Mahakam, Sentarum, Sentani, Batur,
Rawa Danau, dan Danau Poso.
Danau Poso terletak di sebelah Selatan Kota Poso, tepatnya di desa Tentena
Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso. Jarak dari Kota Poso adalah 56 km dan dapat
ditempuh selama 1,5 jam dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat. Danau
Poso memiliki luas kurang lebih 32.000 hektar, dikelilingi hutan dan pegunungan. Danau ini
berada pada ketinggian 657 meter diatas permukaan laut, sehingga memiliki udara yang
sejuk ditambah lagi dengan keunikan hamparan pantai pasir berwarna putih dan kuning.
Air danau yang jernih menambah keindahan Danau Poso. Saat ini keberadaan kawasan
Danau Poso sudah sangat mengkhawatirkan, ditandai dengan kondisi Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang mengalami degradasi. Indikatornya berupa semakin meluasnya
lahan kritis, erosi pada lereng-lereng curam baik yang digunakan untuk pertanian
maupun peruntukan lain seperti pemukiman, pertambangan dan sebagainya. Dampak
yang ditimbulkan antara lain banjir yang semakin besar dan frekuensinya meningkat,
debit air sungai di musim kemarau yang sangat rendah, percepatan sedimentasi pada
danau dan jaringan irigasi, serta penurunan kualitas air. Keseluruhan dampa kini
mengancam keberlanjutan pembangunan khususnya pembangunan pertanian,
pariwisata dan energi.Oleh karena itu, Danau Poso masuk dalam kategori danau
Prioritas yang perlumen dapat perhatian serius dari semua stakeholders.

I-1
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

1.2 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


A. UNDANG-UNDANG
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria;
2. Undang - undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman;
4. Undang-undang Nomor 5 tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB
Mengenai Keanekaragaman Hayati;
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
7. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-
Undang;
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
9. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
10. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara;
11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan; dan
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
B. PERATURAN PEMERINTAH
1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten /Kota;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai; dan
14. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa;

I-2
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

C. KEPUTUSAN PRESIDEN
1. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
2. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Bidang
Pertanahan; dan
3. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk KepentinganUmum.

D. PERATURAN MENTERI
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39/PRTI1990 tentang Pembagian
Wilayah Sungai;
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/1990 tentang
Pengendalian Mutu Air pada Sumber-Sumber Air;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan
Atas Air dan Sumber Air Pada Wilayah Sungai;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Ijin Penggunaan dan atau Sumber Sumber Air;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/1990 tentang Syarat-Syarat
Pengawasan Kualitas Air;
6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 86/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomodasi;
7. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 87/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan Minuman;
8. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 88/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Kawasan Pariwisata;
9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 89/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Transportasi Wisata;
10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 90/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Daya Tarik Wisata;
11. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 91/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan
Rekreasi;
12. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 92/HK.501/MKP/2010
tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Pramuwisata;
13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Daya Tampung Beban Pencemaran Air danau dan/atau Waduk; dan
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Peguasaan Sungai dan
Bekas Sungai;

I-3
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

E. KEPUTUSAN MENTERI
1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/KPTS/1986 tentang
Ketentuan Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan Penambangan
Bahan Galian Golongan C;
2. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 687/KPTS-11/1989 tentang
Pengusahaan Hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Rakyat dan
Taman Wisata Laut;
3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 779/KPTS/1990 tentang
Pengendalian Banjir dan Pengaturan Sungai;
4. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 167/KPTS-11/1994 tentang Sarana dan
Prasarana Pengusahaan Pariwisata di Kawasan Pelestarian Alam;
5. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/KPTS-11/1996 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Pengusahaan Pariwisata Alam;
6. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 348IKPTS-11/1997 tentang Perubahan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 446/KPTS-ll/1996 tentang Tata Cara
Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum; dan
8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang
Pedoman mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan serta Pedoman
Pembuangan Limbah ke Air dan Sumber Air.

F. PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH


1. Perda Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Nomor 4 Tahun 1985
tentang Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Sulawesi Tengah;
2. Perda Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Nomor 11 Tahun 1996
tentang Sempadan Sungai;
3. Perda Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah; dan
4. Perda Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Irigasi.

G. KEPUTUSAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH


1. Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah Nomor Kep.188.44/1443/Ro.
BKLH/1990 tentang Baku Mutu Lingkungan di Provinsi Sulawesi Tengah; dan
2. Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Nomor 465 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Air dan Udara di Sulawesi Tengah.

H. PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO


1. Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Poso Tahun 2012-2032;
2. Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 8 Tahun 2006 tentang Daerah Aliran
Sungai dan Danau;
3. Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kewenangan
Kabupaten Poso; dan
4. Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 6 Tahun 2010 tentang Irigasi.

I-4
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

1.3 PERMASALAHAN
Beberapa program telah dikembangkan dan dijalankan, namun lebih bersifat
sporadis, dan seringkali berbenturan dengan kewenangan dan tanggung jawab, sehingga
hasilnya kurang optimal. Program-program tersebut hanya menyelesaikan permasalahan
sesaat, sehingga ketika program telah berhenti, permasalahan akan muncul lagi.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikembangkan suatu Grand Design yang mampu
mengatasi akar permasalahan dan menjamin keberlanjutan programnya.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, permasalahan Danau Poso secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu, permasalahan di DTA dan sempadan,
permasalahan pada badan air danau serta permasalahan kelembagaan. Adapun gambaran
umum Danau Poso beserta identifikasi permasalahannya akan dijelaskan pada Bab II.
1.4 RUANG LINGKUP DAN KERANGKA PIKIR
Kebijakan pengelolaan ekosistem Danau Poso didasarkan pada Visi melestarikan
fungsi ekosistem danau untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Sedangkan Misi pengelolaan ekosistem Danau Poso adalah: melakukan tindakan
konservasi dan pemanfaatan yang bijak atas danau dan daerah tangkapan airnya melalui
kegiatan inventarisasi, penelitian, dan kajian ekosistem danau serta mengikut sertakan
peran aktif masyarakat setempat dan meningkatkan kapasitas kelembagaan dengan
kerjasama, koordinasi, dan keterpaduan antar pemangku kepentingan.
Danau adalah unsur lingkungan hidup yang diatur pengelolaannya dalam Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kelestarian ekosistem danau sangat diperlukan untuk kesinambungan fungsi lingkungan
hidup danau, yaitu sebagai habitat makhluk hidup pada perairannya serta manfaat
sumberdaya airnya bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan danau sebagai sumberdaya
alam dan sumber energi terbarukan perlu seimbang dan tidak mengganggu ekosistemnya.
Danau memiliki ukuran dan keterbatasan daya dukung bagi makhluk hidup. Untuk
pelestarian ekosistemnya, danau tidak boleh menampung beban pencemaran lingkungan
yang melebihi daya tampungnya. Beban lingkungan danau dapat berasal dari daerah
tangkapan air danau, dari atas perairan danau, serta dari hilir danau, yang dapat
mengganggu keseimbangannya. Agar tidak terjadi kerusakan dan pencemaran lingkungan,
setiap pemanfaatan dan kegiatan pada perairan danau atau yang menggunakan
sumberdaya air danau, perlu memperhatikan daya dukung dan daya tampung danau
tersebut. Terkait dengan hal itu, tanggung jawab menjaga kelestarian danau perlu dipikul
bersama oleh semua stakeholder yang berkepentingan, baik Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, pengusaha maupun masyarakat.
Strategi pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Tengah ditempuh dengan
pendekatan perencanaan pembangunan secara holistik yang memungkinkan kebijakan-
kebijakan direncanakan dan diimplementasikan secara terpadu. Prinsip ini ditetapkan
dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah dan Rencana Tata Ruang Wilayah, dengan
mempertimbangkan segi-segi konservasi serta pemulihan kondisi sumberdaya alam dan
lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu strategi

I-5
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Tengah ditempatkan


pada prioritas utama, disamping bidang kependudukan dan ketenagakerjaan.
Ruang lingkup penyelamatan ekosistem Danau Poso diawali dengan identifikasi
masalah dan analisis permasalahan untuk menemukenali akar masalah dari kondisinya
sekarang. Degradasi lahan kawasan Danau Poso terutama pada Daerah Aliran Sungai
(DAS) ditandai dengan semakin meluasnya lahan kritis, sehingga terjadi erosi pada
lereng-lereng curam, pada lahan yang digunakan untuk pertanian maupun peruntukan
lain seperti permukiman, pertambangan dan sebagainya. Terjadinya fenomena
tersebut tidak terlepas dari kurang efektifnya pengelolaan DAS, terutama karena tidak
adanya keterpaduan tindak dan upaya yang dilakukan oleh berbagai sektor, instansi,
atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan DAS. Oleh karena itu pendekatan
menyeluruh dan terpadu sangat diperlukan dalam mengurangi degradasi lahan di
kawasan Danau Poso. Guna mencapai kondisi tersebut, maka disusun milestones 5
tahun pertama Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) melalui 3 pendekatan yang
saling mendukung dan terintegrasi seperti pada Gambar I. 1.
Pendekatan untuk GERMADAN Danau Poso tediri dari Aplikasi Sains dan Teknologi
untuk Remediasi Badan Danau dan DTA, Pengembangan Kelembagaan untuk
Peningkatan Pengelolaan Danau, dan Peningkatan peran serta masyarakat dalam
Pengelolaan dan Konservasi Danau.

Gambar I.1 Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Poso


1.5 TUJUAN DAN MANFAAT PROGRAM PENYELAMATAN DANAU POSO
1.5.1 Tujuan
Program Penyelamatan Danau Poso bertujuan untuk mengkonservasi danau
sehingga fungsi dan peranannya sebagai reservoir alami untuk sumber baku air minum,
irigasi pertanian, perikanan, PLTA dan wisata dapat terjaga.

I-6
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Adapun tujuan khusus dari program ini adalah:


a. Mengembangkan proses kebijakan pengelolaan ekosistem Danau Poso yang
didukung oleh kelembagaan yang baik;
b. Mengaplikasikan sains dan teknologi untuk remediasi badan air dan Daerah
Tangkapan Air (DTA); dan
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi Danau
Poso dengan berbasis kearifan lokal.
1.5.2 Manfaat
Sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai, manfaat yang dapat diperoleh
melalui Program Penyelamatan Danau Poso adalah:
a. Mencegah kerusakan ekosistem danau yang dapat diakibatkan oleh berbagai
aktivitas masyarakat;
b. Sebagai acuan pemerintah dalam menilai kesesuaian antara rencana kegiatan
penyelamatan danau dengan kebijakan dan rencana pembangunan daerah; dan
c. Melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan Danau
Poso. Melalui partisipasi masyarakat dalam proses penyelamatan Danau Poso
diharapkan pada masa mendatang masyarakat juga akan terlibat secara aktif dalam
pengambilan keputusan mengenai kelayakan lingkungan suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan.

I-7
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

BAB 2
GAMBARAN UMUM DANAU POSO

2.1 PROFIL DANAU POSO


2.1.1 Kondisi Geografis dan Lingkup Wilayah Administratif

Danau Poso merupakan danau yang terletak di Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi
Tengah dengan luas ± 36.677 ha dan ketinggian ± 600 m dpl. Klasifikasi iklim Danau Poso
menurut Schmid dan Ferguson adalah tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 3.284,16
mm/tahun dan nilai q = 19°-32°C. Posisi geografi danau ini berada pada 1o44’ hingga 2o04’
Lintang Selatan dan 120o32’ hingga 120o43’ Bujur Timur.

Secara administratif keseluruhan wilayah pesisir Danau Poso merupakan wilayah


dari beberapa kecamatan, yaitu: Kecamatan Pamona Utara, Kecamatan Pamona
Puselemba, Kecamatan Pamona Tenggara, Kecamatan Pamona Selatan, dan Kecamatan
Pamona Barat. Dari lima wilayah kecamatan tersebut terdapat 36 desa/kelurahan yang
masuk sebagai wilayah kawasan Danau Poso. Kecamatan Pamona Selatan merupakan
kecamatan yang memiliki desa/kelurahan terbanyak yang merupakan wilayah kawasan
Danau Poso yaitu 12 desa/kelurahan. Namun demikian untuk luas wilayah kecamatan
Pamona Puselemba menempati luas wilayah yang masuk dalam Kawasan Danau Poso
terluas yaitu 561,38 km2 atau menempati 37 % dari keseluruhan luas wilayah kawasan
Danau Poso (Rencana Strategis Danau Poso, 2012).

2.1.2 Geologi dan Topografi


a. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Poso (Simanjuntak dkk, 1997), daerah Sekitar
Danau Poso tersusun oleh berbagai jenis litologi (Gambar 2.1), yang secara
stratigrafis dari yang tertua hingga termuda adalah sebagai berikut :
 Kompleks Pompangeo (MTmp), tersusun oleh sekis, granit, batusabak, genes,
serpentinit, kuarsit, dan batugamping malih. Sekis terdiri atas sekis mika, sekis
serisit, sekis muskovit, sekis klorit-serisit, sekis hijau, sekis gloukofan, sekis
pumpelit, dan sekis yakut-amfibolit. Genes terdiri dari genes albit-muskovit,

II - 1
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

genes kuarsa-biotit, dan genes epidot-muskovit-plagioklas. Batuan ini


mempunyai umur lebih tua dari kapur dan ketebalannya mencapai ribuan
meter;
 Batugamping Malih (MTmm), berupa pualam dan batugamping foliasi berwarna
kelabu muda – kelabu kehijauan, merah – merah kecoklatan. Satuan ini berasal
dari endapan pelagos laut dalam dan berumur lebih tua dari Kapur;
 Formasi Latimojong (Kls), berupa perselingan batusabak, filit, grewake,
batupasir kuarsa, batugamping, argilit, dan batulanau dengan sisipan
konglomerat, rijang, dan batuan gunung api. Formasi ini mempunyai ketebalan
lebih dari 1000 m, diendapkan pada lingkungan laut dangkal dan berumur
Kapur hingga Eosen;
 Formasi Poso (Tppl), terdiri dari batugamping, napal, batupasir tufan, dan
konglomerat. Satuan ini mengandung fosil foraminifera yang menunjukan umur
Pliosen, sedang lingkungan pengendapannya laut dangkal. Secara keseluruhan
satuan batuan ini mempunyai tebal hingga mencapai 800 m;
 Formasi Puna (Tpps), tersusun oleh konglomerat, batupasir, lanau, serpih,
batulempung gampingan dan batugamping. Kongklomerat tersusun oleh
fragmen batugamping foliasi, sekis, genes, dan kuarsa dengan semen karbonat
padat dan keras. Batupasir berwarna coklat kehijauan sampai kehitaman,
padat, keras, berlapis baik (30 – 200 m). Lanau berwarna kelabu – kelabu
kehitaman, agak keras dan padat, berlapis baik. Batulempung gampingan
berwarna kuning kecoklatan – kelabu, kurang padat. Batugamping umumnya
berupa batugamping koral. Formasi ini berumur Pliosen dan diendapkan pada
lingkungan pengendapan laut dangkal. Ketabalan Formasi Puna mencapai 800
m dan menindih secara tidak selaras di atas Formasi Pompangeo;
 Endapan Danau (Ql), berupa lempung, lanau, pasir, dan kerikil. Satuan ini
memiliki perlapisan mendatar, sedang ketebalan batuan mencapai puluhan
meter dan dijumpai tepat di tepi Danau Poso, khususnya di sebalah barat dan
utara danau; dan
 Endapan Aluvial (Qal), berupa pasir, lempung, kerikil dan kerakal. Batuan ini
dijumpai di sisi tenggara Danau Poso dan di sekitar sungai yang berupa
endapan limpas banjir.
Sesuai dengan struktur geologi regional, daerah sekitar Danau Poso mempunyai
struktur yang sangat kompleks. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa Danau

II - 2
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Poso diapit oleh Sesar Naik Wekuli dan Sesar Naik Poso di sebelah baratnya. Di
sebelah barat Sesar Naik Poso ini juga dijumpai Sesar Geser Palu - Koro.
Disamping itu di sekitar Danau Poso juga dijumpai banyak sesar yang secara umum
berarah barat daya – timur laut dan barat laut – tenggara (Gambar 2.1).

Sumber : Simanjuntak dkk, 1997

Gambar 2.1. Peta Patahan Danau Poso

b. Topografi

Daerah sekitar Danau Poso umumnya merupakan perbukitan dan pegunungan


dengan elevasi berkisar antara 400 hingga 1200 m dengan kelerengan 15 – 40 %.
Daerah dataran dengan kelerengan kurang dari 2 % dijumpai pada tepi danau di sisi
tenggara, selatan, barat dan utara yang merupakan daerah endapan danau dan
endapan aluvial yang berada di sekitar aliran sungai (Balai Wilayah Sungai
Sulawesi III, 2007).

II - 3
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Secara garis besar DAS Danau Poso dapat dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu
hulu, tengah dan hilir.

1. Daerah Hulu
Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai kelandaian cukup terjal, lebih
dari pada 25%. Kemiringan lahan di bagian ujung hulu mencapai 25 - 40%. Di
atas hulu, yang berada di lereng pegunungan kemiringan mencapai lebih dari
40%.

2. Daerah Tengah
Merupakan daerah dengan kelandaian sedang, berkisar 8%. Di beberapa
bagian dijumpai kemiringan yang agak besar sampai 15%. Kawasan ini
merupakan daerah pertanian, khususnya tanaman padi dan tegalan dan
semak belukar.

2. Daerah Hilir
Merupakan dataran rendah dengan kelandaian kecil kurang dari 2%. Di areal
ini terdapat persawahan dan tegalan serta kebun di beberapa lokasi.
PEMILIK PROYEK
190000 200000 210000 220000 230000 240000 250000 260000 270000
9810000

9810000
N
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORA T JE NDERAL SUMBER DAYA AIR
W E
SATUAN KERJA BALAI W ILAYAH SU NGAI SULAW ESI III

PEKERJAAN
S
STUDI POTENSI DANAU POSO
9800000

9800000

SULAW ESI TENGAH

KETERANGAN

Sungai
Batas Sub DAS
Kontur
9790000

9790000
9780000

9780000

DIGAMBAR TANGGAL

DIPERIKSA TANGGAL
9770000

9770000

MENYETUJUI TANGGAL

MENGETAHUI TANGGAL

KONSULTAN
9760000

9760000

JUDUL GAMBAR

DAS DANAU POSO


9750000

9750000

10 0 10 20 Kilometers
LEMBAR NO KONTRAK TGL KONTRAK

07/SP/P PKPP -
3 MEI 2007
BWSS.III/2007
190000 200000 210000 220000 230000 240000 250000 260000 270000

Sumber Balai Wilayah Sungai Sulawesi III, 2007

Gambar 2.2. Peta Topografi DAS Poso

II - 4
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

2.1.3 Hidrologi

Danau Poso memiliki kapasitas tampung air maksimum 636,69 juta m3 pada elevasi muka
air maksimum 512,70 m dengan, dengan volume 71.811.599.956 m3 luas genangan
2
367,68 km . Curah hujan rata – rata tahunan 3.500 mm (Balai Wilayah Sungai Sulwesi
III, 2007).

Sumber : Balai Wilayah Sungai Sulawesi III, 2007

Gambar 2.3. Peta Isohyet Curah Hujan Danau Poso dan Sekitarnya

Secara hidrologis air Danau Poso berasal dari curah hujan, air tanah dan air permukaan
yang berasal dari 91 aliran sungai sebagai inlet termasuk dalam Sub DAS Danau Poso.
Danau Poso memperoleh suplai air dari beberapa sungai besar yaitu, Koro Kodina, Koro
Panjo, Koro Owini, Koro Meko, Koro Salukaia, Koro Wimbi.

II - 5
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

2.1.4 Tata Guna Lahan


Penggunaan lahan di Kawasan Danau Poso didominasi oleh pemanfaatan Lahan
kering, baik sebagai tegalan, pekarangan, hutan dan lainnya. Pada tabel berikut
diperlihatkan penggunaan lahan pada kawasan Danau Poso.
Tabel 2.1 Penggunaan Lahan Kawasan Danau Poso Tingkat Kecamatan
Tanah Sawah (Ha)
Sementara Jumlah
Kecamatan ½ Tadah
Teknis Sederhana Non PU tidak (Ha)
teknis hujan
diusahakan
Pamona Selatan 80 453 740 2.039 28 142 3.482
Pamona Barat - 3.993 - 293 - 200 4.486
Pamona Tenggara - 1299 80 - 210 58 1.647
Pamona Utara - - - - 273 - 273
Pamona Puselemba - - - - 217 - 217
Sumber : BPS Kabupaten Poso, 2011

Tabel 2.2. Penggunaan Lahan Kawasan Danau Poso Tingkat Kecamatan


Tanah Kering (Ha) Jumlah
Kecamatan Lahan Tegalan/kebun Ladang/huma (Ha)
bangunan
Pamona Selatan 709 4.144 968 5.822
Pamona Barat 171 - - 171
Pamona Tenggara 336 1.960 458 2.754
Pamona Utara 6.348 17.244 9.069 32.611
Pamona Puselemba 392 3.538 - 3.930
Sumber : BPS Kabupaten Poso, 2011

Berdasarkan data pada Tabel 2.1 dan 2.2, jumlah total lahan sawah dan lahan
kering yang berada di kawasan Danau Poso 55.433 Ha. Perubahan tata guna lahan di
sekitar danau berkontribusi terhadap perubahan kualitas air Danau Poso. Perubahan
tersebut diindikasikan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, tingkat
kelerengan lahan yang curam (klas lereng IV) disebabkan tingginya run off dan sulit untuk
dihijaukan.

2.1.5 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kabupaten Poso sampai dengan tahun 2011 mencapai


213.096 jiwa, dengan mata pencaharian sebagian besar adalah petani. Sedangkan jumlah
penduduk yang berada di kawasan Danau Poso yang meliputi Kecamatan Pamona
Selatan, Pamona Barat, Pamona Puselemba, Pamona Utara dan Pamona Tenggara
mencapai 56.924 jiwa (BPS Kabupaten Poso, 2011).

II - 6
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Tabel 2.3.
Kecamatan dan Desa/Kelurahan yang merupakan
Wilayah Kawasan Danau Poso

Jumlah Kepadatan
Luas Wilayah
Kecamatan Desa/Kelurahan Penduduk Penduduk
(km²)
(jiwa) (jiwa/km²)
01. Petirodongi 40.11 1860 46
Pamona Utara
02. Tendeadongi 31.34 1538 49
03. Sawidago 31.88 2558 80
04. Tonusu 70.8 1488 21
05. Mayakeli 67.75 592 9
Pamona
Puselemba 06. Buyumpondoli 62.37 1799 29
07. Pamona 40.9 5059 124
08. Tentena 27 1759 63
09. Sangele 13.82 2927 212
10. Peura 120.7 1028 9
11. Dulumai 111.39 509 5
12. Leboni 33.63 1622 48
13. Soe 13.02 1190 91
14. Mayoa 64 2294 35
15. Mayasari 8 1803 225
16. Uelene 38.86 562 15
Pamona Selatan
17. Panda Jaya 6.2 2769 447
18. Maya Jaya 6 829 138
19. Pandayora 44.8 1982 44
20. Bangun Jaya 6 487 81
21. Pendolo 36.5 1875 51
22. Boe 68 1320 19
23. Bancea 43.4 1782 41
24. Panjo 40.6 1281 32
25. Pasir Putih 37.5 1388 37
26. Tolambo 43 444 10
Pamona Tenggara
27. Tindoli 43 758 18
28. Tokilo 43 492 11
29. Korobono 58 777 13
30. Amporiwo 33 364 11
31. Wayura 58 852 15
32. Taipa 63.46 1086 17
33. Meko 90 3123 34
Pamona Barat 34. Salukaia 48 2322 48
35. Toinasa 55 2213 40
36. Uranosari 8.5 653 76
Kawasan Danau
650 56924 61
Poso

Sumber : Rencana Strategis Danau Poso, 2012

II - 7
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

2.1.6 Sosial Ekonomi dan Budaya

a. Sosial Ekonomi

Ditinjau dari segi sosial ekonomi, ketergantungan masyarakat sekitar terhadap


danau cukup besar,dimana sejak zaman dahulu Danau Poso merupakan urat nadi
kehidupan bagi masyarakat yang mendiami sepanjang pesisir danau tersebut. Berbagai
kegiatan sosial dan ekonomi berkembang cukup pesat dari tahun ke tahun seperti kegiatan
pertanian. Pada umumnya pekerjaan utama penduduk yang bermukim di kawasan Danau
Poso adalah bertani. Usaha pertanian yang digeluti umumnya berupa pertanian lahan
kering dan lahan basah. Lahan basah dikelola untuk budidaya tanaman padi, sedangkan
lahan kering untuk budidaya tanaman perkebunan (jeruk, jambu mete, kakao, kelapa,
cengkeh dan kopi) dan budidaya tanaman pangan (padi ladang, jagung, singkong, ubi jalar,
kacang tanah dan kacang hijau).
Banyaknya masyarakat yang menggeluti usaha pertanian disebabkan oleh kondisi
wilayah yang sebagian besar lahan kering dan semak belukar sehingga bisa diusahakan
untuk berusahatani. Selain usahatani lahan kering, mereka juga mengusahakan lahan
pekarangan dan perkebunan. Di samping itu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
masyarakat juga menangkap ikan dengan memancing atau menggunakan bubu serta
mengusahakan kolam perikanan darat seperti jenis ikan mas, lele dan gurami.
Sarana perekonomian lokal yang dimanfaatkan oleh penduduk setempat, baik untuk
menjual produksi usahatani (dalam skala kecil) maupun dalam pemenuhan kebutuhan
keluarga lainnya terbatas pada kios/warung, pasar harian dan mingguan.
b. Sosial Budaya
Penduduk Kecamatan Pamona Selatan, Pamona Barat, dan Pamona Utara memiliki
adat istiadat dan kebiasaan yang merupakan campuran yang kental antara budaya lokal
setempat dengan nilai–nilai yang terkandung dalam ajaran agama yang dianut
masyarakatnya. Namun, dalam proses perkembangannya tidak lagi terlihat diberlakukan
secara ketat. Artinya, nilai-nilai budaya yang tergali dari kearifan lokal masyarakat di daerah
tersebut, penggunaanya senantiasa disesuaikan dengan perkembangan zaman dan telah
terlebur dengan nilai-nilai agama yang dianut. Pengaruh nilai-nilai keagamaan tersebut
terlihat seperti dalam upacara adat, perkawinan, upacara syukuran yang dilakukan
ditempat-tempat tertentu, acara hajatan keluarga, dan pemberian sanksi bagi pelanggaran
susila yang dilaksanakan berdasarkan campuran antara nilai adat dan agama. Dalam
struktur masyarakat desa, berbagai macam adat istiadat yang ditaati dan
diimplementasikan pada umumnya menyangkut aturan-aturan yang ditaati secara turun
temurun.

II - 8
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

2.2 KONDISI DAN PERMASALAHAN BADAN AIR DANAU POSO


2.2.1 Kualitas Air

Penelitian kualitas air Danau Poso masih sangat terbatas, sehingga untuk
mendapatkan informasi yang akurat tentang kualitas air Danau Poso apakah tercemar atau
tidak tercemar, perlu dilakukan secara berkala untuk mendapatkan data secara
komprehensif. Penelitian kualitas air Danau Poso yang pernah dilakukan oleh tim PPLH
Universitas Tadulako di sekitar kawasan Danau Poso menunjukkan bahwa kualitas air
danau pada beberapa parameter yang sering dijadikan indikator untuk mengetahui tingkat
pencemaran suatu badan perairan menunjukkan peningkatan konsentrasi yang cukup
signifikan jika dibandingkan dengan nilai ambang batas baku mutu kualitas air. Adapun
hasil analisis kualitas air danau Poso disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Hasil Analisis Kualitas Air Danau Poso (sesuai PP No. 82 Tahun 2001)
Baku Mutu Air Kelas
No Parameter Satuan Hasil
I II III IV
o
1 Temperatur C 30.40 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3
2 TDS mg/L 60 - - - -
3 pH mg/L 7.70 6-9 6-9 6-9 6-9
4 DO mg/L 4.67 6 4 3 0
5 BOD mg/L 3.30 2 3 6 12
6 COD mg/L 10.08 10 25 50 100
7 Nitrit (N-NO2) mg/L 0.024 0.06 0.06 0.06 (-)
8 Nitrat (N-NO3) mg/L 0.40 0.5 (-) (-) (-)
9 Tembaga (Cu) mg/L 0.006 0.02 0.02 0.02 0.2
10 Seng (Zn) mg/L 0.000 0.05 0.05 0.05 2
11 Timbal (Pb) mg/L 0.000 0.03 0.03 0.03 1
12 Mangan (Mn) mg/L 0.000 0.1 (-) (-) (-)
13 Kadmium (Cd) mg/L 0.000 0.01 0.01 0.01 0.01
14 Besi (Fe) mg/L 0.003 0.3 (-) (-) (-)
15 Sulfat (SO4) mg/L 0.65 400 (-) (-) (-)
Sumber :PPLH UNTAD Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 2.3 dapat diketahuibahwa kualitas air pada beberapa parameter
telah melewati nilai ambang batas baku mutu air, antara lain: kandungan oksigen terlarut
(DO) yaitu 4.67 mg/L, di mana nilai baku mutu air untuk peruntukkan kelas II dan III telah
melewati nilai ambang baku mutu yang dipersyaratkan. Kandungan oksigen terlarut sangat
penting di perairan karena sangat menentukan proses biokimia air yang mempertahankan
tingkat kualitas air. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
Kebutuhan oksigen kimia atau Chemical Oxygen Demand (COD) menggambarkan
jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi,
baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar
didegradasi secara biologis (nonbiodegradable) menjadi CO2 dan H2O. Nilai COD dianggap
paling baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik. Keberadaan bahan
organik pada badan perairan dapat berasal dari alam, aktivitas rumah tangga, dan aktivitas
kegiatan perekonomian. Mutu air yang baik untuk standar kualitas air limbah adalah 40
mg/L (Allaert, 1984). Sedang nilai COD yang paling tinggi untuk kehidupan biota perairan

II - 9
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

adalah sekitar 10 mg/L, dan untuk kebutuhan mandi dan renang lebih kecil dari 30 mg/L.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan COD yaitu 10,08 mg/L, di mana nilai
tersebut di atas nilai ambang baku mutu air kelas I. Sedangkan hasil analisis kualitas air
Danau Poso untuk parameter BODadalah 3.30 mg/L, di mana nilai tersebut telah melewati
nilai ambang baku mutu air yang dipersyaratkan.
Parameter BOD secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu
prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh
organisme selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu
perairan, pada kondisi yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam.
Nitrogen diperairan dapat berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen
anorganik terdiri atas amonia (NH3), amonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan molekul
nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan urea.
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama
bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan
bersifat stabil, serta tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik, sedangkan amonia
bebas (NH3) yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas
amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan konsentrasi
oksigen terlarut, pH, dan suhu. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan Nitrat
(N-NO3) yaitu 0.40 mg/L, sedangkan kandungan nitrit (N-NO2) yaitu 0.024 mg/L.
Berdasarkan nilai tersebut efek eutrofikasi yang sering mengganggu dalam kehidupan
ekosistem perairan semakin berkurang, di mana pertumbuhan algae maupun tumbuhan air
seperti enceng gondok jarang dijumpai di perairan danau Poso. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan pengaruh limbah-limbah pertanian yang masuk ke dalam badan air
di sekitar Danau Poso akan meningkatkan proses eutrofikasi.

2.2.2 Pemanfaatan Danau Poso

Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi


kehidupan manusia (rumah tangga, industri, dan pertanian). Beberapa fungsi danau secara
ekosistem adalah sebagai berikut: (1) sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi
sebagai penyumbang bahan genetik; (2) sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis
flora/fauna yang penting, (3) sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh
masyarakat sekitarnya (rumahtangga, industri dan pertanian); (4) sebagai tempat
penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai
atau dari sumber-sumber air bawah tanah; (5) memelihara iklim mikro, di mana keberadaan
ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaman dan tingkat curah hujan setempat; (6)
sebagai sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke
tempat lainnya; (7) sebagai penghasil energi melalui PLTA; (8) sebagai sarana rekreasi dan
objek pariwisata (Connell & Miller,1995).
Sebagai salah satu tujuan wisata, Danau Poso memiliki beberapa tempat yang
menarik, antara lain:

II - 10
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

1) Taman Anggrek Bancea berada di sebelah barat Danau Poso memiliki luas 5.000
hektar, terdapat beragam spesies anggrek khususya yang dikenal dengan Anggrek
Hitam (black orchid). Taman ini mempunyai suhu udara yang sejuk karena merupakan
kawasan dari Danau Poso;
2) Air Terjun Saluopa terletak dipinggiran Danau Poso yang terdiridari 12 tingkat dengan
aliran air yang sangat deras, jernih dansejuk. Air yang mengalir berasal dari hutan tropis
sehinggamenyebabkan suhu air bertambah dingin. Pengunjung dapat naiksampai pada
tingkat teratas melalui tangga yang beradadisepanjang air terjun tidak berlumut.Air
Terjun Saluopa berada pada jarak 12km sebelah barat kota Tentena;
3) Goa Pamona merupakan peninggalan prasejarah yang berfungsisebagai tempat
penguburan kedua pada zaman budaya megalith.Mulut goa menghadap ke selatan
dengan lebar 2.4 meter.Kedalaman goa 80 meter dan didalamnya terdapat 8 buah
kamartempat penyimpanan kerangka manusia serta bekal kuburnya.Menurut sejarah,
kamar pertama, kedua, ketiga dan keempatadalah benteng raja Suku Pamona yang
dipakai sebagai tempatberlindung bagi raja pada saat terjadi perang. Goa
Pamonaterletak disebelah barat tepian Danau Poso;
4) Goa Latea terletak di tepi Danau poso sebelah timur.Keberadaan goa inimenjadi dasar
konsep pemikiran bahwa ada kehidupan setelahkematian. Goa Latea terletak ditebing
bukit Parera yangmerupakan goa alam berupa bukit kapur yang usia genesisnyakurang
lebih tiga puluh ribu tahun. Goa ini pernahmengalami keruntuhan batuan sekitar dua
ribu tahun lalu. Goa inidijadikan sebagai tempat penguburan Suku Pamona pada
masalalu, khususnya masyarakat dari perbukitan Wawolembo. Sistempenguburan
seperti ini berakhir pada abad ke-19. Situs inimemiliki benda cagar budaya berupa 4
pasang peti dan 36 buahtengkorak. Tempat ini dipugar pada tahun 1994 oleh
DirektoratPerlindungan dan Pembinaan Peninggalan Bersejarah danPurbakala;
5) Pantai Siuri terletak sebelah barat di tepian Danau Poso denganmenghadirkan
pemandangan alam yang indah kearah danau. DiPantai Siuri terdapat beberapa tempat
penginapan yang dapatdigunakan wisatawan untuk menginap.Pantai Siuri memiliki
pasir putih yang bersih, air danau yangjernih laksana cermin, berpadu suasana hutan
tropis sehinggaairnya tenang dan udaranya dingin; dan
6) Watu Mpangasa Angga merupakan sebuah batuyang menurut legenda digunakan
oleh mahluk halus untuk mengasah benda tajam.Batu ini terdiri dari berbagai jenis batu
kapur dengan bentuk yangunik dan selalu tampak basah yang memberikan kesan
seolah–olah batu itu baru saja digunakan oleh manusia, padahal sebernanya tidak.
Watu Mangasa Angga terletak disebelahtimur pantai Danau Poso.
Berdasarkan hasil studi terdapat beberapa pokok permasalahan pada Kawasan
Wisata Danau Poso, diantaranya: 1) sebagai kawasan wisata yang terbilang sangat
berpotensi di Indonesia, objek-objek Wisata di daerah Kabupaten Poso khususnya wisata
Danau Poso sangatlah memerlukan suatu bentuk informasi yang terarah, 2) perlu
dikembangkan media–media yang mendukung program promosi Kawasan Wisata Danau

II - 11
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Poso, dan 3) bentuk informasi yang selama ini disampaikan oleh Dinas Pariwisata belum
efektif.
Disamping sebagai obyek wisata, Danau Poso juga digunakan sebagai sumber
energi PLTA Sulewana, oleh karena itu proses pendangkalan yang terjadi pada wilayah
perairan danau perlu segera dikendalikan dengan cara merehabilitasi hutan dan lahan
rusak/kritis di wilayah daerah tangkapan airnya, mengamankan kawasan hutan lindung dan
cagar alam dari aktivitas pembukaan dan okupasi lahan untuk non-kehutanan, pembuatan
bangunan konservasi tanah pada lahan-lahan agak curam sampai curam di luar kawasan
hutan, dan penetapan lahan-lahan berlereng curam sampai sangat curam yang memiliki
jenis tanah peka erosi sebagai kawasan perlindungan setempat.

2.3 KONDISI DAN PERMASALAHAN DTA DAN SEMPADAN


2.3.1 Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA)
a. Laju erosi dan sedimentasi

Kerusakan daerah tangkapan air (DTA) di kawasan danau Poso ditandai oleh laju
erosi dan sedimentasi. Berdasarkan hasil kajian tim PPLH UNTAD (2010), kerusakan DTA
umumnya dipengaruhi oleh tingkat kerusakan lahan. Hasil analisis laju erosi sebagaimana
pada Tabel 2.5 menunjukkan bahwa laju erosi tertinggi terdapat di wilayah Sub DAS
Kodina yaitu 57,98 ton/ha/tahun. Pada Sub DAS Meko dan Saluopa-Mayakeli masing-
masing sebesar 50,90 dan 42,39 ton/ha/tahun. Laju erosi paling rendah adalah pada Sub
DAS Taipa dan Peura-Sangale yakni 14,89 ton/ha/tahun.
Faktor utama penyebab tingginya laju erosi pada wilayah Kodina dan Meko adalah
tingkat kerusakan lahan, panjang dan kemiringan lereng (kelas lereng IV), yang ditunjang
oleh kondisi lahan dalam bentuk lahan terbuka serta curah hujan rerata bulanan di atas 100
mm. Sedangkan besarnya laju sedimentasi di sekitar kawasan Danau Poso sesuai Tabel
2.5 menunjukkan bahwa pada Sub DAS Meko dan Sub DAS Kodina adalah paling besar
nilai sedimentasinya dibanding dengan beberapa sub DAS lainnya. Kedua Sub DAS
tersebut masing-masing memiliki laju sedimentasi 13,49 dan 12,14 ton/tahun. Laju
sedimentasi yang tinggi berkorelasi dengan percepatan pendangkalan terutama pada
segmen sungai dan danau di kawasan DAS tersebut. Pendangkalan ini telah membuat
kapasitas tampung air pada Sungai dan danau Poso menjadi berkurang, sehingga airnya
mudah meluap pada saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan waktu yang lama.
Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Luas Sub DAS, Panjang Sungai, Koefisien Bentuk, Kerapatan
Sungai, Kemiringan Sungai, Laju Erosi,dan Laju Sedimentasi Sungai
Laju Erosi Laju
Luas DAS Panjang Sungai Koefisien Kerapatan Kemiringan (LE) Sedimentasi
No Kode
(km2) Utama (km) Bentuk Sungai Sungai (ton/Ha/ Sungai (LSS)
Sampel Tahun) (ton/tahun)
(A) (L) (F) (G) (% S)

1 Kodina-Boe 8.875,14 38,58 32,84 0,0019 1,30 57,98 12,14


2 Bancea-Panja 13.768,98 25,17 21,73 0,0028 2,02 36,37 9,12
3 Taipa 3.727,95 12,15 25,25 0,0067 9,84 14,89 5,39
4 Meko 46.793,16 54,89 15,53 0,0021 2,14 50,9 13,49
5 Salukaia 7.108,53 16,31 26,72 0,0061 7,35 18,85 6,69

II - 12
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

6 Toinasa 7.826,36 12,45 50,49 0,0055 8,62 25,05 9,15


7 Saluopa-Mayakeli 589,51 5,64 238,59 0,0035 0,92 42,39 6,91
8 Peura-Sangele 97,26 5,30 124,50 0,0033 11,28 14,89 5,47
9 Dulumai-Tokilo 9.359,51 8,59 126,84
0,0025 2,85 25,2 7,13
Sumber : PPLH UNTAD, 2010

b. Kerusakan Lahan
Hasil analisis tingkat kerusakan lahan di kawasan Danau Poso menunjukkan bahwa
umumnya daerah usaha pertanian berada pada tingkat kerusakan agak rusak (AR) sampai
rusak (R). Sedangkan lahan terbuka pada semua sub DAS memiliki status rusak, baik pada
lereng 25 - 45% maupun di atas 40%. Tabel 2.6 menunjukkan bahwa tingkat kerusakan
lahan berdasarkan tipe penggunaan lahan untuk semua sub DAS.

Tabel 2.6 Tingkat Kerusakan Lahan pada Kawasan Danau Poso


Tingkat Kerusakan
Penggunaan Lahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hutan Primer (X1)
Lereng
25-40 % B B B B B B - - -
>40 % B B B B B B
Hutan Sekunder (X2)
Lereng
25-40 % AR B AR B B B B B -
>40 % AR B AR B B B B B
Sawah (X3) B B B B B B B B B
Semak Belukar (X4)
Lereng
25-40 % AR - B AR B B B B -
>40 % B B B B B B B
Kebun Campuran (X5)
Lereng
25-40 % R AR AR R AR AR AR AR AR
>40 % R AR AR R AR AR AR R AR
Tegalan (X6)
Lereng
25-40 % R - AR - - - AR - -
>40 % R AR B
Padang Rumput (X7)
Lereng
25-40 % AR - AR AR - - AR - -
>40 % AR AR B B
Lahan Terbuka (X8)
Lereng
25-40 % R R R - - - R - -
>40 % R R R R

Pemukiman (X9) AR B B AR B B AR B B
Sumber: PPLH UNTAD, 2010
Keterangan: AR= Agak Rusak, B=Baik, R = Rusak
1 = Sub DAS Kodina; 2 =Sub DAS Bancea-Panja; 3=Sub DAS Taipa; 4= Sub DAS Meko; 5 = Sub DAS Salukaia ; 6=Sub
DAS Toinasa ; 7= Sub DAS Saluopa-Mayakeli; 8 = Sub DAS Peura-Sangele; dan 9 = Sub DAS Tokilo - Dulumai.

Berdasarkan Tabel 2.6 dapat diketahui bahwa kondisi kerusakan lahan di kawasan
DAS Danau Poso berada pada kondisi tingkat kerusakan (degradasi) lahan mulai dari
kondisi masih baik (B), agak rusak (AR) sampai dengan rusak (R). Pada kawasan hutan
primer (hutan rapat) kondisi lahannya masih tergolong baik, kecuali hutan sekunder (hutan
jarang) pada Sub DAS Kodina-Boe dan Sub DAS Meko yang memiliki tingkat kerusakan
pada tahap agak rusak (AR). Pada kondisi lahan dengan tingkat degradasi agak rusak
dibutuhkan perhatian dari semua pihak karena pada wilayah tersebut telah terdapat

II - 13
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perusakan ekosistem DAS. Secara umum, bagian
tengah dan hilir sub DAS sekitar kawasan Danau Poso yang dinilai agak rusak terutama
pada daerah berlereng curam sampai dengan sangat curam dengan tipetutupan lahan
berupa lahan terbuka (tanah gundul dan padang rumput), tegalan dan ladang, serta
beberapa lokasi pada liputan vegetasi kebun campuran.
Mengingat terjadinya kecenderungan kearah kerusakan lahan dari kondisi baik
menjadi agak rusak dan kondisi agak rusak menjadi rusak, maka perlu diupayakan adanya
tata kelola kawasan DAS yang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air di
wilayah DAS Danau Poso. Tata kelola ini juga harus didukung komitmen yang kuat
terutama dari pemerintah daerah,terkait dengan pemberian izin usaha extraktif yang sangat
potensial megancam keberadaan danau. Usaha tersebut antara lain berupa perkebunan
skala besar (plantation), usaha pertambangan dan usaha perkayuan. Kegiatan-kegiatan ini
meningkatkan degradasi lahan, erosi dan akan sangat mengancam kelangsungan danau.
Memperhatikan permasalahan tersebut, dibutuhkan regulasi untuk mencegah
terjadinya dampak yang lebih parah sebelum terlambat dan agar alokasi pemanfaatan
lahan yang tidak sesuai fungsinya dihimbau untuk dihentikan dan dikembalikan kepada
fungsi semula. Lahan yang tergolong curam sampai sangat curam dengan jenis tanah
peka erosi agar dikelola menjadi kawasan perlindungan setempat. Untuk mencapai maksud
tersebut perlu diupayakan adanya payung kelembagaan yang mampu mengamankan
kawasan DAS dari kerusakan dengan melibatkan para pihak terkait, dalam bentuk forum
koordinasi pengelolaan DAS terpadu.
PETA LAHAN KRITIS

Sumber : BPDAS 2011.

Gambar. 2.4 Peta Lahan Kritis DTA Danau Poso

II - 14
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Gambar 2.5. Peta Tutupan Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Poso

2.3.2 Kerusakan Sempadan


Berdasarkan hasil survey dan analisis Peta Citra Lansad 7 ETM ban 542 diketahui
bahwa telah terjadi kerusakan sempadan Danau Poso yang mengakibatkan danau
mengalami pendangkalan. Hal ini terjadi akibat degradasi lahan pada hampir seluruh
bagian sisi tepi Danau Poso, terutama pada DAS-DAS yang kondisinya telah rusak (DAS
Kondina-Boe, Bancea/Panja, Meko dan DAS Saluopa- Mayakeli). Pendangkalan yang
terjadi cukup serius, dan diperkirakan telah mencapai luas 7.072,64 Ha ( 19,28 % ) dari
luas Danau Poso atau sekitar 36.677 ha dengan kategori dangkal ataupun agak dangkal.

Tabel 2.7 Prakiraan Tingkat Pendangkalan Danau Poso


Agak Agak
Dangkal Dalam Jumlah
No Sub DAS Luas DAS Dangkal (10- Dalam (20-
(<10 m) (>40 m) (Ha)
20 m) 40 m)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Kodina-Boe 48.875,14 197,06 2.355,14 - 1.412,14 3.964,34
2 Bancea-Panja 13.768.98 232,77 204,04 - 3.063,24 3.500,05
3 Taipa 3.727,96 100,47 528,14 - 1.907,79 2.536,40
4 Meko 46.793,16 121,01 1.000,07 - 1.802,42 2.923,50
5 Salukaia 7.108,53 62,01 - - 1.259,10 1.321,11
6 Toinasa 7.826,36 214,66 - - 3.650,77 3.865,43
Saluopa-
7 7.589,51 525,46 208,07 1.205,32 - 1.938,85
Mayakeli
8 Peura-Sangele 3.497,26 184,16 859,51 4.254,30 - 5.298,27
9 Dulumai-Tokilo 9.359,51 75,85 203,92 - 2.281,91 2.561,68
Danau Bagian
10 8.767,37 8.767,37
Tengah
Jumlah 148.546,41 1.713,45 5.359,19 5.459,62 24.144,74 36.677,00
Sumber : PPLH UNTAD, 2010

II - 15
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Tabel 2.7 menunjukkan bahwa degradasi lahan menyebabkan hampir seluruh


bagian sisi tepi Danau Poso mengalami pendangkalan yang cukup serius terutama
pada DAS-DAS yang kondisinya telah rusak (DAS Kodina-Boe, Bancea/Panja, Meko,
dan DAS Saluopa-Mayakeli). Dari total luas Danau Poso yaitu ± 36.677Ha, terdapat
sekitar 19,28% atau diperkirakan mencapai luas 7.072,64 Ha yang telah mengalami
pendangkalan baik kategori dangkal ataupun agak dangkal.

Pendangkalan tersebut akan mempengaruhi daya tampung danau yang pada


akhirnya dapat mengurangi umur danau. Dengan demikian jika hal ini tidak segera
ditangani, maka pendangkalan akan terus terjadi dan kapasitas tampung air pada
danau akan semakin berkurang.

2.4 KONDISI DAN PERMASALAHAN KELEMBAGAAN


Beberapa hal yang sering menjadi permasalahan dalam pengembangan kawasan
Danau Poso bersifat multi dimensional, terutama terkait dengan manajemen kelembagaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim PPLH Universitas Tadulako,
beberapa permasalahan tersebut antara lain :
a. Kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini menggunakan pendekatan
kebijakan topdown dan bersifat sektoral serta kedaerahan (ego wilayah), sehingga
diperlukan koordinasiantara bottom up dan top-down approach
b. Belum terciptanya pengelolaan sumberdaya air dengan pendekatan regional,
c. Belum tersedianya database pengelolaan lingkungan hidup yang mengintegrasikan
antara teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dengan sistem informasi
geografi yang lebih akurat.
d. Belum berjalannya pengembangan sistem monitoring dan evaluasi lingkungan
danau yang diintegrasikan dengan sistem informasi lingkungan danau. Akibat
keterbatasan akses data dan informasi tersebut,koordinasi tidak berjalan efektif
sehingga antar sektor lembaga bekerja sendiri tanpa dukungan instansi terkait.
e. Belum adanya master plan dan/atau tata ruang danau dalam pengelolaan kawasan
Danau Poso mengakibatkan program yang dijalankan bersifat sektoral sehingga
terjadi overlapping program dan pemborosan.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka strategi pengembangan


kelembagaan pengelolaan perairan danau harus didorong agar lebih bersifat partisipatif. Di
mana pemerintah melalui Kementerian/Lembaga atau dinas terkait sangat diharapkan
untuk berperan sebagai fasilitator dalam pengembangan kelembagaan pengelolaan
partisipatif tersebut. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain:
a. Pembentukan forum pertemuan koordinatif yang melibatkan semua pemangku
kepentingan untuk penyusunan kerangka kelembagaan, meliputi visi, misi, tujuan,
sasaran, serta strategi-strategi pengelolaan, termasuk di dalamnya program-pogram
implementasi kebijakan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Forum
pertemuan juga harus menyepakati bentuk kelembagaanserta struktur organisasi di
dalamnya;

II - 16
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

b. Memperjuangkan aspek legal kesepakatan pengelolaan yang telah ditetapkan untuk


dijadikan peraturan yang bersifat mengikat sepertiperaturan pemerintah atau
peraturan daerah;
c. Untuk implementasi kebijakan serta strategi pencapaian sasaran selanjutnya
disusun Masterplan kawasan danau. Penyusunan masterplan dan tata ruang juga
memerlukan keterlibatan masyarakat, pemerintah serta pemangku kepentingan
lainnya, ditambah tenaga-tenaga ahli terkait yang dapat memberikan masukan-
masukan informasi untuk pengambilan keputusan yang akurat.

2.5 KONDISI DAN PERMASALAHAN KEMASYARAKATAN


Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan manfaat, maka pengelolaan
danau harus dilaksanakan secara terencana dan penuh kehati-hatian agar potensi danau
dapat termanfaatkan secara optimal. Kegiatan pengelolaan diprioritaskan pada kawasan
danau yang memiliki potensi pemanfaatan tinggi serta kawasan yang telah mengalami
degradasi. Selain itu, kegiatan pengelolaan danau juga harus diprioritaskan bagi
kesejahteraan masyarakat. Komunitas masyarakat yang sadar akan pentingnya kawasan
danau (khususnya bagi kehidupan manusia), serta mempunyai kemauan dan kemampuan
untuk memanfaatkan danau secara bijaksana, akan memelihara keberadaan danau
dengan berbagai fungsi dan nilai pentingnya. Berdasarkan pada prinsip ini maka danau
dapat terjaga dengan sendirinya oleh komunitas masyarakat bersangkutan.
Pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan danau yang melibatkan berbagai
pemangku kepentingan khususnya masyarakat lokal, lebih memberikan kepastian
keberlanjutan pengelolaan dibandingkan kegiatan serupa yang dilakukan tanpa peran aktif
masyarakat lokal. Peran aktif masyarakat dalam pengelolaan danau harus dimulai sejak
identifikasi isu pengelolaan, penentuan alternatif pengelolaan isu danau, implementasi
rencana kegiatan, hingga monitoring dan evaluasi efektivitas pengelolaan berdasarkan
kriteria yang disepakati. Danau dimanfaatkan oleh beragam pemangku kepentingan,
akibatnya pengelolaan danau menjadi rawan konflik dan di beberapa tempat memicu
rusaknya sumberdaya hayati. Oleh sebab itu, pengelolaan danau harus dilakukan secara
terpadu yang melibatkan semua pemangku kepentingan.
Selama ini, pengelolaan danau masih dilakukan secara sektoral dan regional serta
belum memiliki kejelasan mengenai peran dan pembagian tanggung jawab bagi masing-
masing pemangku kepentingan. Evaluasi dari kegiatan seringkali didasarkan pada
kepentingan masing-masing sektor sehingga tidak jarang menimbulkan konflik di antara
para pengguna. Secara umum, untuk pengelolaan (perencanaan, implementasi kegiatan,
monitoring dan evaluasi) yang terintegrasi, diperlukan kerja sama yang kuat antara
pemerintah, swasta, lembaga penelitian, lembaga pendidikan, dan masyarakat yang tinggal
atau bermata pencaharian di kawasan Danau Poso.

II - 17
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

BAB 3
GERAKAN PENYELAMATAN DANAU POSO

3.1 PENENTUAN KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG


KAWASAN DANAU POSO

Program penyelamatan Danau Poso merupakan program yang sangat penting


bagi masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya masyarakat di pesisir Danau
Poso. Bahkan, dengan beroperasinya PLTA Sulewana maka nilai penting Danau Poso
telah menyentuh stakeholder yang lebih luas, menembus provinsi lain di Sulawesi.
Danau Poso, dengan demikian merupakan sumberdaya alam yang sangat terkait
dengan hajat hidup masyarakat luas. Secara ekologis, danau merupakan habitat dari
berbagai biota air sekaligus berfungsi sebagai pengendali banjir. Secara ekonomi,
Danau Poso merupakan sumber mata pencaharian petani dan nelayan di sekitarnya,
juga berfungsi sebagai sarana transportasi dan obyek wisata. Dengan upaya
penyelamatan ini diharapkan Danau Poso dapat memberikan manfaat yang
berkelanjutan, baik manfaat ekonomi maupun ekologis.

Upaya penyelamatan Danau Poso perlu dilakukan melalui kajian lingkungan


eksternal dan internal sehingga upaya yang dilakukan tersebut efektif dalam mencapai
sasaran. Kondisi dan karakteristik lingkungan eksternal dan internal perlu dianalisis
sehingga dapat diketahui dampak penting yang ditimbulkan dan dapat ditetapkan
rencana-rencana strategis yang mungkin dapat dilakukan. Untuk mengetahui kondisi
eksternal dan internal yang dibutuhkan dalam upaya penyelamatan Danau Poso,
dilakukan analisis SWOT yaitu menganalisa lingkungan eksternal dan internal yang
dimiliki kawasan Danau Poso. Adapun lingkungan internal yang dimaksud adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi ekosistem yang berasal dari dalam Danau Poso itu
sendiri, dan lingkungan eksternal berasal dari luar badan air Danau Poso. Adapun
faktor-faktor internal terdiri atas kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness)
kawasan Danau Poso, sedangkan faktor-faktor eksternal terdiri atas peluang
(Opportunity) dan ancaman (Threat). Analisis SWOT disajikan pada Tabel 3.1 berikut
ini:

III-34
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Tabel 3.1 Analisis SWOT Upaya Penyelamatan Danau Poso

Peluang (O) Ancaman (T)


 Terbukanya peluang untuk  Tingginya tingkat
Eksternal pengembangan kawasan wisata penyusutan/pendangkalan danau
Danau Poso  Hilangnya keragamanhayati Danau
 Terbukanya alternatif Poso
diversifikasi usaha pertanian  Hilangnya pekerjaan dan sumber
dengan komodisitas unggulan pendapatan masyarakat pesisir
Internal  Tersedianya dana dari Danau Poso
pemerintah
Kekuatan (S) Rencana Strategis (SO) Rencana Strategis (ST)
 Komitmen yang kuat  Melakukan dokumentasi dan  Melakukan konservasi pada zona
pemerintah dan masyarakat publikasi potensi danau Poso penyangga dan hulu yang menjadi
terhadap penyelamatan Danau  Melakukan promosi wisata sumber pendangkalan Danau Poso
Poso. Danau Poso yang ramah  Memulihkan keanekaragaman
 Adanya potensi alam yang lingkungan. hayati danau melalui pemantuan
cukup untuk pengembangan  Penyusuanan dokumen master kualitas air dan identifikasi biota
usaha termasuk pariwisata. plan danau. air.
 Penusunan dokumen KLHS Danau
Poso.
Kelemahan (W) Rencana Strategis (WO) Rencana Strategis (WT)
 Kurangnya kesadaran dan  Membentuk kelompok  Meningkatkan kesadaran dan
partisipasi masyarakat pencinta dan penyelamat partisipasi masyarakat terhadap
terhadap pelestarian Danau Danau Poso. pelestarian Danau Poso.
Poso.  Melakukan sosialisasi program  Penciptaan lapangan kerja baru
 Kurangnya pengetahuan dan penyelamatan Danau Poso. sebagai sumber pendapatan
keterampilan masyarakat  Melakukan penyuluhan dan masyarakat.
dalam mengelola Danau Poso. pelatihan keterampilan usaha  Mengupayakan lahirnya Perda
 Rendahnya taraf hidup produktif. pengelolaan Danau Poso.
masyarakat pesisir danau  Mengadakan Pusat Informasi
Poso. Pesisir Danau Poso di lokasi
 Belum efektifnya Perda strategis.
tentang pengelolaan danau
Poso.

Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi program penyelamatan Danau


Poso, dapat dikemukakan beberapa permasalahan yang perlu mendapat penanganan
serius utamanya pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Daerah Tangkapan Air
(DTA)danau serta sempadan danau, potensi kerusakan yang dapat terjadi pada
umumnya adalah:
 Kerusakan lingkungan dan erosi lahan yang disebabkan oleh penebangan hutan
dan pengolahan lahan yang tidak benar, sehingga menimbulkan erosi dan
sedimentasi serta menyebabkan pendangkalan dan penyempitan danau;
 Pembuangan limbah domestik, industri, dan pertanian yang menyebabkan
pencemaran air danau.

Berbagai kegiatan yang berlangsung pada perairan danau juga berpotensi


merusak ekosistem akuatik, yaitu:
 Penangkapan ikan dengan cara yang merusak sumber daya (overfishing);
 Pembudidayaan ikan dengan keramba jaring apung yang tidak terkendali sehingga
berpotensi pembuangan limbah pakan ikan dan pencemaran air; dan
 Pengambilan air danau sebagai air baku ataupun sebagai tenaga air (PLTA) yang
kurang memperhitungkan keseimbangan hidrologi danau sehingga mengubah
karakteristik permukaan air danau dan sempadan danau.

III-35
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Dalam upaya penyelamatan Danau Poso perlu dilakukan kajian lingkungan


eksternal dan internal sehingga upaya yang dilakukan tersebut efektif mencapai
sasaran. Kondisi dan karakteristik lingkungan eksternal dan internal perlu dianalisis
agar dapat diketahui dampak penting yang mungkin terjadi, sehingga perlu ditetapkan
rencana-rencana strategis.
Pelaksanaan program dilakukan berdasarkan beberapa pendekatan, yaitu:
 Pendekatan ilmiah, dalam setiap kegiatan diterapkan inovasi teknologi untuk
memecahkan masalah;
 Pendekatan partisipatif, masyarakat terlibat langsung dalam pelaksanaan program
dengan pengawalan dan pengawasan dari instansi terkait; dan
 Pendekatan integratif dan koordinatif, program dilakukan secara terpadu oleh
berbagai stakeholders.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dirumuskan program-program yang diharapkan
dapat menyelamatkan Danau Poso. Dalam pelaksanaannya Program-program
tersebut dikelompokkan menjadi dua program besar, yaitu 1) Program Super Prioritas
dan 2) Program Prioritas. Untuk mencapai hal tersebut maka akan dilaksanakan
kegiatan-kegiatan secara periodik, dengan pendekatan implementasi program kegiatan
yang saling mendukung.
Beberapa program super prioritas dan prioritas dalam menyelamatkan Danau
Poso antara lain:
PROGRAM SUPER PRIORITAS (POKOK)
1. Pengendalian Pencemaran Air, Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Air;
2. Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA; dan
3. Konservasi Sumberdaya dan Keanekaragaman Hayati

PROGRAM PRIORITAS (PENUNJANG)


1. Pemanfaatan Sumberdaya Air Danau; dan
2. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat

III-36
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

3.2 PROGRAM SUPER PRIORITAS (POKOK) DAN PROGRAM


PRIORITAS (PENUNJANG)

3.2.1 Program Super Prioritas (Pokok)

1. Pengendalian Pencemaran Air, Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Air


Untuk mengetahui kualitas air sungai/danau yang ada dilokasi studi, dilakukan
pengamatan dan pengukuran kualitas air berdasarkan sistem Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang merupakan suatu unit kesatuan ekosistem sehingga segala kegiatan
melalui pengamatan air, baik kualitas maupun kuantitasnya. Baku mutu kualitas air
yang digunakan dalam kaitannya dengan studi yaitu peraturan pemerintah No. 82
Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Karakterisasi Sifat Fisik–Kimia Air
Kondisi kualitas air Danau Poso mengalami penurunan akibat adanya buangan limbah
domestik, limbah pertanian, aktivitas budidaya yang dilakukan di dalam danau, dan
sedimentasi danau akibat erosi di daerah hulu sungai.

Tujuan: Mengetahui kualitas air melalui pengukuran parameter fisika, kimia, dan
mikrobiologi
Ruang Lingkup Kegiatan:
Pengukuran kualitas air Danau Poso dengan ruang lingkup pekerjaan meliputi 21 titik,
di mana titik pengambilan sampel dilakukan pada inlet, outlet, pertengahan danau,
bagian tepi danau, serta identifikasi biota air yang ada di Danau Poso serta
ekosistemnya. Parameter kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika, parameter
kimia, dan parameter mikrobiologi.

Masukan : Dana untuk alokasi SDM, tenaga ahli, dan alat


Keluaran : Data kualitas air dengan beberapa parameter, dan data biota air serta
ekosistemnya
Hasil : Tersedianya data akurat kualitas air Danau Poso dalam rangka rencana
pengelolaan dan pemulihan lingkungan
Manfaat : Mengetahui baku mutu air Danau Poso
Dampak : Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kualitas air dan
pengendalianpencemaran air

Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Air


Pemantauan kualitas air sangat diperlukan mengingat kondisi kualitas air Danau Poso
sudah mulai tercemar oleh beberapa buangan limbah domestik, limbah pertanian, dan
limbah industri berdasarkan studi pendahuluan yang pernah dilakukan. Dengan
demikian maka pemantauan kualitas air secara berkala perlu dilakukan untuk
mendapatkan data secara komprehensif, sehingga dampak yang mungkin ditimbulkan
oleh adanya berbagai aktivitas masyarakat dapat dieliminer dengan menerapkan
kebijakan yang berwawasan lingkungan.

III-37
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Ruang Lingkup Kegiatan:


Untuk mendapatkan data secara komprehensif maka pemantauan dan evaluasi
kualitas air dilakukan pengambilan sampel secara berkala.

Masukan : dana untuk alokasi SDM, tenaga ahli, dan alat


Keluaran : Data kualitas air secara berkala
Hasil : Tersedianya data akurat kualitas air dan daya tampung beban pencemaran air
Danau Poso dalam rangka rencana pengelolaan dan pemulihan lingkungan
Manfaat : Mengetahui baku mutu air Danau Poso dan daya tampung beban pencemaraan
air danau
Dampak : Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kualitas air dan pengendalian
pencemaran air.

Tersedianya data kualitas air secara berkala sangat menguntungkan utamanya dalam
pengambilan kebijakan Pemerintah Daerah dalam pemanfaatan Danau Poso. Hal ini
berkaitan erat dengan daya tampung beban pencemaran air danau. Di mana dengan
mengetahui daya tampung beban pencemaran, maka Pemerintah Daerah dapat
mengeluarkan regulasi berupa penetapan zona yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan
industri, lingkungan perumahan, dan kegiatan pertanian. Adanya penetapan zona
tersebut akan memberi dampak terhadap kualitas air danau, sehingga danau punya
kemampuan dalam memulihkan diri dari pencemaran yang masuk ke dalam badan
perairan. Dengan demikian maka status mutu air Danau Poso secara tidak langsung
dapat diketahui dengan adanya penetapan zona tersebut.

2. Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA


Secara alami danau akan mengalami pendangkalan meskipun memerlukan waktu
yang relatif lama. Pendangkalan danau dapat dipercepat karena aktivitas manusia di
DTA seperti tingginya laju sedimentasi dan erosi. DAS dan DTA yang rusak
menyebabkan fluktuasi debit tinggi sehingga banjir di musim hujan dan debit sangat
rendah di musim kemarau dengan perbedaan yang sangat drastis. Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang masuk ke Danau Poso sebagian besar berada di Kecamatan
Pamona Selatan dan curah hujannya cukup tinggi. Secara garis besar DAS Danau
Poso dapat dibagi menjadi tiga (3) bagian, yaitu hulu, tengah dan hilir.
a. Daerah Hulu
Daerah ini merupakan daerah yang mempunyai kelandaian cukup terjal, lebih dari
pada 25%. Kemiringan lahan di bagian ujung hulu mencapai 25-40%. Di atas hulu
yang berada di lereng pegunungan, kemiringan mencapai lebih dari 40%.
b. Daerah Tengah
Merupakan daerah dengan kelandaian sedang, berkisar 8 %. Di beberapa bagian
dijumpai kemiringan yang agak besar sampai 15%. Kawasan ini merupakan daerah
pertanian, khususnya tanaman padi dan tegalan, serta semak belukar.

III-38
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

c. Daerah Hilir
Merupakan dataran rendah dengan kelandaian kecil kurang dari 2%. Di areal ini
terdapat persawahan dan tegalan serta kebun di beberapa lokasi.

Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Poso sebagian besar terletak di empat
kecamatan yaitu Kecamatan Pamona Selatan, Pamona Barat, Pamona Utara, dan
Pamona Timur. Tepi bagian timur danau sangat curam, namun didaratan DAS Kodina
dan Bancea agak landai.
Ruang Lingkup Kegiatan 1:
Pengumpulan data tentang letak, luas, pola dan struktur pengelolaan serta tingkat
degradasi lahan pada kawasan Danau Poso. Data yang dikumpulkan masing-masing
lokasi adalah letak, luas, dan status lahan menurut geografi dan administrasi
pemerintahan, kondisi penutupan lahan, kelerengan lahan, tingkat erosi, manajemen
konservasi (bila ada) dan produktivitas lahan (khusus pada kawasan budidaya usaha
pertanian) sekitar danau. Selain itu teridentifikasinya potensi dan permasalahan, serta
terciptanya keserasian dan keterpaduan pemanfaatan kawasan Danau Poso. Sasaran
lokasi kegiatan adalah lokasi yang termasuk dalam daerah tangkapan air (cathment
area) Danau Poso yang penetapannya diperoleh dari hasil analisis peta rupa bumi
skala 1:50.000 dan citra landsat 7 ETM band 542 skala 1:50.000.

Masukan : Dana untuk alokasi SDM, tenaga ahli, dan alat


Keluaran : Tersusunnya laporan yang memuat data/informasi serta analisis
mengenai nilai-nilai dari parameter penilaian kerusakan lahan
berdasarkan fungsinya sehingga dapat digunakan dalam penyusunan
rencana program kegiatan pencegahan dan pengendalian degradasi
lahan di kawasan Danau Poso
Hasil : Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir dan hulu danau terhadap
pelestarian lingkungan Danau Poso
Manfaat : Mengurangi laju degradasi hulu, pesisir dan perairan Danau Poso
dengan aktivitas usaha masyarakat yang ramah lingkungan
Dampak : Meningkatnya kualitas SDM lingkungan

Ruang Lingkup Kegiatan 2 :


Pengkajian komprehensif tentang lingkungan hidup strategis (KLHS) kawasan Danau
Poso. KLHS dilakukan terhadap RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota yang
termasuk ke dalam wilayah pengelolaan Danau Poso, serta terhadap kebijakan,
rencana dan/atau program lain yang potensial berdampak negatif terhadap kondisi
Danau Poso. Berbeda dengan Amdal yang mengurus aspek hilir atau kegiatan, KLHS
mengkaji aspek hulu terkait kebijakan, rencana dan /atau program. Oleh karena itu,
KLHS sangat diperlukan karena mengkaji hal-hal yang terkait dengan upaya
penyelamatan danaupada tataran kebijakan atau pada saat yang paling dini. Hal-hal
yang berkaitan dengan peraturan dan pemberian izin pada usaha di DTA dapat
terdeteksi melalui KLHS sehingga dapat diupayakan dicegah sebelum kronis. Usaha-
usaha di DTA yang sangat berpotensi mengancam kondisi danau adalah perkebunan

III-39
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

skala besar, ekploitasi hutan dan pertambangan. Selain itu, pendekatan KLHS yang
lebih bersifat partisipatif akan membangkitkan rasa tanggung jawab para pihak
terhadap penyelamatan danau.
Masukan : Dana untuk alokasi SDM, proses pembahasan antar pemangku
kepentingan, tenaga ahli, dan alat
Keluaran : Terlaksananya KLHS pada kebijakan, rencana dan/atau program
yang terkait dengan kondisi Danau Poso sehingga dapat digunakan
sebagai instrumen penangkal paling awal dalam perencanaan danau.
Disamping itu, dapat menjadi acuan dalam penyusunan rencana
program kegiatan pencegahan dan pengendalian degradasi
ekosistem di kawasan Danau Poso
Hasil : Peningkatan kesadaran pengambil kebijakan dan stakeholder danau
terhadap pelestarian lingkungan Danau Poso
Manfaat : Mengurangi laju degradasi hulu, pesisir dan perairan Danau Poso
dengan aktivitas usaha masyarakat yang ramah lingkungan
Dampak : 1. Mengurangi laju degradasi hulu, pesisir dan perairan Danau Poso
dengan aktivitas usaha masyarakat yang ramah lingkungan; dan
2. Terjaganya fungsi ekonomi dan ekologis Danau Poso

3. Konservasi Sumberdaya dan Keanekaragaman Hayati


Suatu ekosistem yang mempunyai keanekaragam yang tinggi akan mempunyai
kestabilan ekologi yang tinggi pula. Pada suatu ekosistem danau misalnya apabila
ditumbuhi gulma air atau algae berarti didominasi oleh satu jenis tumbuhan,
keanekaragamannya rendah.
Ancaman terhadap keanekaragaman hayati ekosistem air tawar disebabkan oleh 5
(lima) faktor, yaitu :
a. Penangkapan berlebihan (over exploitation) dan dengan cara yang merusak
seluruh biota air;
b. Kerusakan habitat oleh pelumpuran, pendangkalan dan penurunan permukaan
air serta penyempitan perairan danau;
c. Kerusakan kualitas air oleh pencemaran dari DAS, DTA, sempadan dan kegiatan
pada perairan danau;
d. Perubahan pola aliran air; dan
e. Invasi oleh jenis-jenis hewan eksotis.
Ketidakseimbangan ekosistem danau yang diakibatkan oleh proses degradasi lahan
menyebabkan biota perairan danau mengalami tekanan yang cukup signifikan. Hal ini
dapat diketahui dari menipisnya unsur hara, penurunan kualitas air, dan penurunan
volume danau. Dengan adanya kondisi tersebut maka perlu dilakukan restocking
keanekaragaman hayati.

III-40
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Ruang Lingkup Kegiatan:


Persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi

Masukan : Dana untuk restocking


Keluaran : Jenis dan banyaknya jenis biota yang di-restocking
Hasil : Mengembalikan ketersediaan sumberdaya hayati danau
Manfaat : Mengembalikan fungsi ekonomis dan lingkungan danau
Dampak : Kelestarian sumber daya alami Danau Poso

3.2.2 Program Prioritas (Penunjang)

1. Pemanfaatan Sumberdaya Air Danau


Beberapa fungsi danau secara ekosistem adalah sebagai berikut:
a. sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi penyumbang bahan genetik;
b. sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting,
c. sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya
(rumahtangga, industri dan pertanian);
d. sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran
permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah;
e. memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat
mempengaruhi kelembaman dan tingkat curah hujan setempat;
f. sebagai sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat
satu ke tempat lainnya;
g. sebagai penghasil energi melalui PLTA;
h. sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata (Connell & Miller,1995).
Pengelolaan danau harus dilaksanakan secara terencana, agar potensi danau dapat
termanfaatkan secara optimal dan kegiatannya diprioritaskan pada kawasan danau
yang memiliki potensi pemanfaatan tinggi serta kawasan yang telah mengalami
degradasi.Selain itu, kegiatan pengelolaan danau juga harus diprioritaskan bagi
kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan apek keseimbangan ekologis.
Ruang Lingkup Kegiatan:
Penyusunan master plan tata guna air danau, Water Management pemanfaatan air
danau untuk keperluan pengairan, air baku, PLTA, Perikanan dan lain-lain

Masukan : Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan
Teknologi.
Keluaran : Peningkatan pemanfaatan sumberdaya air danau Poso
Hasil : Tertatanya pemanfaatan sumberdaya air danau.sesuai kebutuhan
sektoral
Manfaat : Mengembalikan fungsi Ekonomis dan Lingkungan danau
Dampak : Kelestarian sumber daya alami Danau Poso dan pemanfaatan
berkelanjutan.

III-41
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

2. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat


Masyarakat memiliki peranan sangat penting dalam keberhasilan gerakan
penyelamatan danau. Kearifan lokal yang ada perlu dilestarikan, di mana dalam
implementasinya pengelolaan dan konservasi Danau Poso dapat diperkaya dengan
pengetahuan dan ketrampilan. Hal ini sangat diperlukan karena pengelolaan yang
bottom up, yaitu pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat dilaksanakan secara
terpadu, desentralistik dan partisipatif untuk menangani permasalahan lingkungan
dengan partisipasi aktif dan peran serta masyarakat (KLH, 2008). Kegiatan untuk
mendorong partisipasi juga memperhatikan nilai nilai lokal yang selama ini
diparaktekkan oleh oleh masyarakat. Karena itu dilakukan pengkajian terhadap
proktek kearifan lokal tersebut pada masa lalu hingga saat ini. Keikut sertaan
masyarakat tersebut selain menumbuhkan sara memiliki dan berdampak pemanfaatan
sumberdaya alam secara lestari, juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat secara berkelanjutan.

a. Pembentukan Kelompok Peduli di tingkat mikro (desa dan Kecamatan) serta


Forum Stakeholder di tingkat Makro (Danau)

Ruang Lingkup Kegiatan :


Lingkup kegiatan meliputi persiapan, pembentukan kelembagaan yang melibatkan
seluruh stakeholder, sosialisasi kelembagaan dan peranannya kepada masyarakat,
serta evaluasi.
Masukan : Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan
Teknologi.
Keluaran : Lembaga Pengelola Danau Poso
Hasil : Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir danau terhadap pelestarian
lingkungan Danau Poso
Manfaat : Tumbuhnya partisipasi stakeholder (pemerintah, swasta dan
masyarakat) dalam Penyelamatan Danau Poso.
Dampak : Meningkatkan kualitas lingkungan danau.

b. Pengkajian Nilai-Nilai Lokal Masyarakat untuk Penyelamatan Danau

Ruang Lingkup Kegiatan :


Lingkup kegiatan meliputi persiapan, penelitian atau pengkajian, sosialisasi dan
pelembagaan serta monitoring dan evaluasi.
Masukan : Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan
Teknologi.
Keluaran : Dokumen kajian nilai nilai lokal pengelolaan Danau Poso

III-42
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

Hasil : Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir danau terhadap pelestarian


lingkungan Danau Poso berbasis kearifan lokal.
Manfaat : Terjaganya nilai lokal masyarakat dalam Penyelamatan Danau Poso.
Dampak : Meningkatkan kualitas lingkungan danau.

c. Pertanian Ramah Lingkungan, UMKM dan Budidaya Rotan

Ruang Lingkup Kegiatan :


Lingkup kegiatan meliputi persiapan, penelitian atau pengkajian, sosialisasi dan
pelembagaan serta monitoring dan evaluasi.
Masukan : Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan
Teknologi.
Keluaran : Terbentuknya kelompok tani ramah lingkungan, kelompok UMKM dan

kelompok tani Budidaya Rotan.


Hasil
Meningkatnya
: kesadaran konservasi dan ekonomi masyarat di pesisir danau Poso.
Manfaat : Meningkatnya kualitas lingkungan danau dan pendapatan masyarakat.
Dampak : Masyarakat sejahtera dan lingkungan danau lestari.

Untuk lebih jelasnya, program super prioritas dan prioritas penyelamatan Danau Poso
dapat dilihat pada lampiran.

III-43
Gerakan Penyelamatan Danau Poso

BAB 4
PENUTUP

Menindaklanjuti Kesepakatan Bali Tahun 2009 tentang Pengelolaan


Danau Berkelanjutan yang telah menyepakati 15 danau (Danau Toba, Danau
Singkarak, Danau Maninjau, Danau Kerinci, Rawa Danau, Danau Rawapening,
Danau Sentarum, Danau Tondano, Danau Tempe, Danau Poso, Danau
Mahakam (Semayang, Melintang, Jempang), Danau Matano, Danau Limboto,
Danau Batur, Danau Sentani) menjadi danau prioritas, maka pada tahun 2011
telah dicanangkan Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) sebagai wujud
upaya percepatan impelementasi Kesepakatan Bali. Untuk itu maka sebagai
model, Germadan Rawapening yang telah diluncurkan pada KNDI II (Konferensi
Nasional Danau Indonesia Kedua) di Semarang harus dapat direplikasikan ke-14
danau prioritas lainnya, salah satunya adalah Danau Poso.
Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau Poso yang telah tersusun ini
diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pihak, baik pemerintah, dunia usaha,
masyarakat, maupun perguruan tinggi dan LSM dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan penyelamatan Danau Poso.
Guna mendukung keberhasilan penyelamatan Danau Poso sangat
diperlukan kerjasama yang kuat antar para pihak dalam melaksanakan komitmen
penyelamatan Danau Poso. Untuk itu, maka Gubernur Sulawesi Tengah dan
Bupati Poso dapat meminta Bappeda serta unit SKPD terkait di daerah untuk
menggunakan dokumen Germadan Poso ini menjadi dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program dan kegiatan penyelamatan Danau Poso.
Program penyelamatan Danau Poso dapat dilaksanakan dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi masing-masing institusi terkait. Untuk menilai
keberhasilan program dan kegiatan penyelamatan Danau Poso di tingkat daerah,
maka perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Unit pemantauan dan evaluasi
penyelamatan Danau Poso dapat merupakan lembaga Ad-Hoc yang dibentuk
oleh Gubernur dan memiliki kekuatan hukum. Lembaga tersebut dapat dibentuk
dengan penguatan kelembagaan yang telah ada tanpa membentuk lembaga
baru dan atau lembaga yang dibentuk secara berjenjang mulai dari tingkat desa,
kecamatan hingga kabupaten.
Sinergisitas program dan kegiatan antar sektor dan SKPD terkait di
daerah sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan penyelamatan Danau
Poso. Untuk itu, maka komunikasi dan koordinasi dalam mengawal pelaksanaan
penyelamatan danau hingga mencapai sasaran dan target capaian yang
diinginkan menjadi prasyarat utama dan kunci keberhasilan program
penyelamatan Danau Poso.

IV - 1
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB, Bogor.

Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.

Bappeda, 2012. Rencana Strategis Pengelolan Kawasan Danau Poso. Badan


Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Poso.

Biro Infokom Propinsi Sulawesi Tengah, 2007.

BPS 2006. Kabupaten Poso Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Poso.

BPS, 2005. Kecamatan Pamona Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Poso.

BPS, 2005. Kecamatan Pamona Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Poso.

BPS, 2005. Kecamatan Pamona Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Poso.

Connell, D.W & G.J Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran
(Terjemahan Yanti Koestoer). Penerbit Univesitas Indonesia (VI-Press ).
Jakarta.

Darga, T. N, 1979. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Debit Air dan Kadar Lumpur
di Perairan Sungai Jawa Barat. Disertasi Doktor (Tidak dipublikasikan). Institut
Pertanian Bogor.

Haan, C.T., H.P. Johnson and D.L. Brakeinsiek, 1982. Hydrology Modelling of Small
Watershed. Publisher by ASAE. St.Joseph. Michigan, USA.

Hudson, N.W., 1988. Soil Conservation. Batsford, England.

Jorgensen, S.E. 1990. Erosion and Filtration dalam: Jorgensen & H. Loftler (Eds).
Guidelines of Lake management Vol. 3: Lake Shore Management. International
Lake Environmental Committee Foundation Shiga-Kainan Build. Japan.

Langdale, G.W. and W.D. Shrader, 1982. Soil Erosion Effects on Soil Productivity
of Cultivated Croplan. American Society of Agronomy and Soil Science Society
of America. 677 South Segoe Road, Madison, Wisconsin, USA.
Manan, S. 1978. Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. Jurusan
Manajemen Hutan. Fak. Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Singh, V.P., 1992. Elementary Hydrology. Departemen of Civil Engineering,


Lousiana State University. Prentice-Hall. Inc. New Jersey, USA.

Sinukaban, N., 1995. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Bahan Kuliah pada
Program Pascasarjana, IPB, Bogor (tidak di publikasikan).

Sjarief, R., 1997. Kawasan Perdesaan di tinjau dari Sistem Tata Air Daerah Aliran
Sungai (DAS). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 8. No. 1. P3WK-ITB,
Bandung.

Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.


Nova, Bandung.

Sudarsono, S. dan K. Takeda, 1988. Bendungan Type Urugan. Pradnya Paramita,


Jakarta.

Sudarsono, S. dan K. Takeda, 1985. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya


Paramita, Jakarta.

Todd, D.K., 1980. Ground Water Hydrology. Publised by John Wiley & Sons. Inc.,
New York. USA.

Yayasan Bina Agro Hutani Lestari (YBAHL) Sulteng, 2002. Studi Efektivitas
Pengelolaan Taman Nasional dan Sistem Pengelolaan Daerah Penyengga
60 Desa Wilayah Program CSIADCP. Kerjasama YBAHL Sulteng dengan
CSIADCP Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah. Palu

Yayasan LPMB, 1989. Metode Perhitungan Debit Banjir (Standar). Kepmen


Pekerjaan Umum No. 306/KPTS/1989. Departemen Pekerjaan Umum,
Bandung.
LAMPIRAN
Rencana Aksi Penyelamatan Danau Poso

Target Capaian Penaggung


Permasalahan Program Kegiatan Indikator/Output Baseline Pendukung Kementerian
2014 2015 2016 2017 2018 Jawab
PROGRAM SUPER PRIORITAS
Pencemaran air oleh Pengendalian Pencemaran Pemantauan dan 1. Memenuhi Baku Baku Mutu Air BM Air BM Air BM Air Kelas BM Air BM Air Kelas BLH Kab. Poso BLH Prov. Kementerian
limbah domestik, Air, Pemantauan dan Evaluasi Kualitas Air Mutu Kualitas Air Kelas II Kelas II Kelas II II Kelas II I Sulteng, Lingkungan
industri dan Evaluasi Kualitas Air Kelas I Universitas Hidup,
pertanian Tadulako Kementerian
2. Status Tropik air Oligotropik Oligotropik Oligotropik Oligotropik Oligotropik Oligotropik Ristek
danau : Oligotropik

Penentuan Daya Penetapan Daya Belum ada Tersedia Penetapan Balai Sungai Dinas SDA dan Kementerian PU,
Tampung Beban Tampung Beban dokumen DTBA kajian DTBA Sulawesi III Tata Ruang Kemeterian
Pencemaran Air Pencemaran Air Danau Poso DTBA Danau Poso Prop. Sulteng Ristek
(DTBPA) Danau (DTBPA) danau Poso Danau Poso
Poso
Pengendalian Tidak Ada Keramba Luas Keramba Luas Luas Luas Luas Luas Dinas Kelautan Dinas Kelautan Kementerian
Keramba Apung Apung Apung 2 Ha Keramba Keramba Keramba Keramba Keramba dan Perikanan dan Perikanan Kelautan dan
Apung 1 Ha Apung 0,5 Apung 0,4 Apung 0 Ha Apung 0 Ha Kab. Poso Prop. Sulteng Perikanan
Ha Ha

Lahan Kritis, Erosi, Penyelamatan Ekosistem Rehabilitasi Lahan Luas lahan kritis yang Luas lahan kritis 200 Ha 200 Ha 200 Ha 200 Ha 200 Ha BPDAS Palu - Dinas Kementerian LH,
Banjir dan Daerah Aliran Sungai Kritis direhabilitasi seluas DAS dan DTA Poso, BLH Kab. Kehutanan Kementerian
Sedimentasi (DAS) dan Daerah 1.000 Ha Danau Poso Poso, Dinas Daerah Provinsi Kehutanan
Tangkapan Air (DTA) seluas 5.468,22 Kehutanan Sulteng, BLHD
Ha Kabupaten Poso, Propinsi
PLTA Sulewana Sulawesi Tengah

Peningkatan Luas Luas Hutan 50 Ha 50 Ha 50 Ha 50 Ha 50 Ha


Hutan Rakyat seluas Rakyat seluas
250 Ha 20.685 Ha
Pemantauan debit air Pemantauan debit air Belum dilakukan 4 Kali 4 Kali 4 Kali 4 Kali 4 kali PU Kab. Poso, Bappeda Prov. Bappenas,
danau dan danau dan sedimentasi pemantauan Balai Sungai Sulteng, Dinas Kemenristek,
sedimentasi secara periodik secara periodik Sulawesi Wilayah SDA Prop. Kementerian PU
sebanyak 20 kali setiap tahun III Sulteng,
Universitas
Tadulako
Pemantauan debit air Belum dilakukan PU Kab. Poso, Bappeda Prov.
danau dan sedimentasi pemantauan Balai Sungai Sulteng, Dinas
secara periodik secara periodik Sulawesi Wilayah SDA Prop.
sebanyak 20 kali setiap tahun III Sulteng,
Universitas
Tadulako

Target Capaian Penaggung


Permasalahan Program Kegiatan Indikator/Output Baseline Pendukung Kementerian
2014 2015 2016 2017 2018 Jawab
PROGRAM SUPER PRIORITAS
Lahan Kritis, Erosi, Penyelamatan Ekosistem Penyusunan KLHS KLHS KRP Kawasan KLHS KRP Penyusunan Bappeda Kab. Bappeda Prov. Bappenas,
Banjir dan Daerah Aliran Sungai KRP Kawasan Danau Danau Poso Kawasan Danau KLHS KRP Poso, BLH Kab. Sulteng, BLH Kementrian
Sedimentasi (DAS) dan Daerah Poso Poso belum Kawasan Poso, Dinas PU Prop. Sulteng, Dalam Negeri,
Tangkapan Air (DTA) tersedia Danau Poso Kab. Poso Dinas SDA dan Kementerian
Tata Ruang Lingkungan
Prop. Sulteng, Hidup,
Universitas Kementerian PU
Tadulako

Menurunnya Konservasi Sumberdaya Evaluasi efektifitas Evaluasi Penyempur Dinas Kelautan Dinas Kelautan Kementerian
populasi ikan dan Keanekaragaman pembuatan jalur Jalur Ruaya naan Jalur dan Perikanan dan Perikanan Kelauatan dan
endemik akibat Hayati ruaya (fish way ) (fish way) Ruaya (fish Kab. Poso, BLH Prop. Sulteng, Perikanan,
terganggunya siklus way) Kab. Poso, PLTA BLHD Prop Kementerian
hidupnya oleh Sulewana Sulteng Lingkungan
pembangunan Hidup,
PLTA Sulewana, Kementerian
terjadinya Ristek
introduksi ikan
invasive serta Pengembangan Penyiapan Sosialisasi Sosialisasi Pengendalian Pengendalian Dinas Kelautan Dinas Kelautan Kementerian
terputusnya jalur teknik penangkapan instrumen dan Perikanan dan Perikanan Kelautan dan
Peningkatan populasi Jumlah pupulasi
ruaya ikan ramah Kab. Poso Prop. Sulteng Perikanan,
ikan endemik ikan endemik
lingkungan Kementerian
Ristek
Penertiban Penyiapan Sosialisasi Pembinaan Pembinaan Penertiban Dinas Kelautan Dinas Kelautan Kementerian
penangkapan ikan instrumen dan Perikanan dan Perikanan Kelautan dan
secara ilegal penertiban Kab. Poso Prop. Sulteng Perikanan

Restocking Kajian Sosialisasi Restocking Restocking Restocking Dinas Kelautan Dinas Kelautan Kementerian
(penebaran) benih populasi hasil kajian biota biota biota dan Perikanan dan Perikanan Kelautan dan
ikan endemik biota endemik endemik endemik Kab. Poso Prop. Sulteng Perikanan
endemik Danau Poso Danau Poso Danau Poso
Danau Poso
Target Capaian Penaggung
Permasalahan Program Kegiatan Indikator/Output Baseline Pendukung Kementerian
2014 2015 2016 2017 2018 Jawab
PROGRAM PRIORITAS
Tumpang tindih Pemnfaatan Sumberdaya Penyusunan Dokumen master plan Belum tersedia Penelitian Sosialiasi/ Pembudayaa Pembudayaa Pembudayaan BLH Kab. Poso BLHD Prov. Kementerian
pemanfaatan air Air Danau Poso masterplan tata guna master plan desiminasi n n Sulteng Lingkungan
dan pe-
danau untuk air air danau pemanfaatna air Hidup
baku, PLTA, Irigasi danau Poso nyusunan
dan Perikanan. dokumen

Penaggung
Permasalahan Program Kegiatan Indikator/Output Baseline Pendukung Kementerian
Target Capaian Jawab
2014 2015 2016 2017 2018
PROGRAM PRIORITAS
Rendahnya Peningkatan Peran dan Peningkatan Terbentuknya 20 Belum ada 4 Kelompok 4 Kelompok 4 Kelompok 4 Kelompok 4 Kelompok BLH Kab. Poso BLHD Prov. Kementerian
pertisipasi Partisipasi Masyarakat kesadaran kelompok multi Kelompok Peduli Sulteng Lingkungan
masyarakat dan stakeholders terhadap stakeholders Danau Poso yang Hidup
memudarnya pemeliharaan (Kelompok Peduli terbentuk
kearifan lokal dalam ekosistem Danau Ekosistem Danau
penyelamatan Poso Poso) di tingkat Desa
ekosistem danau dan Kecamatan

Pembinaan atau 200 Orang/tahun 100 orang 200 Orang 200 Orang 200 Orang 200 Orang 200 Orang BLH Kab. Poso, BLHD Prov. Kementerian
penyuluhan Dinas Kelautan Sulteng, Dinas Lingkungan
pemanfaatan dan Perikanan Kelautan dan Hidup,
sumberdaya air danau Kabupaten Poso, Perikanan Prop. Kementerian
disekitar Danau Poso Dinas Kehutanan Sulteng, Dinas Kehutanan,
Kab. Poso Kehutanan Prop. Kementerian
Sulteng Perikanan dan
Kelauatan

Pengkajian Nilai - Teridentifikasinya Belum ada Penelitian Sosialiasi/ Pembudayaa Pembudayaa Pembudayaan BLH Kab. Poso, BLHD Prov. Kementerian
nilai lokal dalam nilai - nilai lokal informasi kearifan desiminasi n n Bappeda Poso Sulteng, Lingkungan
penyelamatan Danau dalam penyelamatan lokal dalam Universitas Hidup
Poso Danau Poso penyelamatan Tadulako
Danau Poso
Sinergitas Pembentukan Forum Belum ada Forum Persiapan Pembentuka Pertemuan Pertemuan Pertemuan BLH Kab. Poso, BLHD Prov. Kemneterian
Program/Kegiatan Peduli Danau Poso Peduli Danau instrumen n Forum Tahunan Tahunan Tahunan Bappeda Poso Sulteng, Lingkungan
antara pemerintah, Poso Peduli Universitas Hidup
masyarakat dan Danau Poso Tadulako
perguruan tinggi
dalam aksi
penyelamatan Danau
Sinergitas Pembentukan Forum Belum ada Forum Persiapan Pembentuka Pertemuan Pertemuan Pertemuan BLH Kab. Poso, BLHD Prov. Kemneterian
Program/Kegiatan Peduli Danau Poso Peduli Danau instrumen n Forum Tahunan Tahunan Tahunan Bappeda Poso Sulteng, Lingkungan
antara pemerintah, Poso Peduli Universitas Hidup
masyarakat dan Danau Poso Tadulako
perguruan tinggi
dalam aksi
penyelamatan Danau
Poso

Rendahnya Peningkatan Peran dan Pengembangan Model Pengembangan Belum ada model Kajian Sosialisasi/ PendampinganPendampinganPendampingan Dinas Pertanian Dinas Pertanian Kementerian
Pendapatan Partisipasi Masyarakat Pertanian Ramah Pertanian Ramah pengembangan teknologi Pendampin dan Perkebunan Prop. Sulteng, Pertanian
Masyarakat Lingkungan Lingkungan Pertanian Ramah pengembang gan Kab.Poso, BPPT Dinas
Disekitar Danau Lingkungan an Pertanian Prop. Sulteng, Perkebunan
Poso Ramah BP4K Kab. Poso Prop. Sulteng,
Lingkungan Universitas
Tadulako

Target Capaian Penaggung


Permasalahan Program Kegiatan Indikator/Output Baseline Pendukung Kementerian
2014 2015 2016 2017 2018 Jawab
PROGRAM PRIORITAS
Peningkatan Peran dan Pengembangan Kelompok Usaha Belum ada 4 Kelompok 4 Kelompok 4 Kelompok 4 Kelompok 4 Kelompok Dinas Dinas Koperasi Kementerian
Partisipasi Masyarakat UMKM dan Ekonomi Ekonomi Kreatif kelompok usaha KUMPERIDAG Prop. Sulteng, Perdagangan,
Kreatif berbasis berbasis pariwisata 20 ekonomi kreatif Kab. Poso, Dinas Dinas Kementerian
pariwisata kelompok usaha berbasis Pariwisata dan Perdagangan Pariwisata dan
pariwisata Ekonomi Keratif dan Ekonomi Kreatif
Kab. Poso Perindusterian
Prop. Sulteng,
Dinas Pariwisata
Prop Sulteng, ,
Universitas
Tadulako

Pengembangan hasil Kelompok Tani Belum ada 2 Kelompok 2 Kelompok 2 Kelompok 2 Kelompok 2 Kelompok BPDAS Palu - Dinas Kementerian
Hutan Non Kayu Budidaya Rotan kelompok Poso, Dinas Kehutanan Prop. Kehutanan
Berbasis Masyarakat masyarakat yang Kehutanan Kab. Sulteng,
10 kelompok
terbentuk Poso Universitas
Tadulako

Anda mungkin juga menyukai