Anda di halaman 1dari 99

2015

GERAKAN PENYELAMATAN
DANAU TONDANO
(GERMADAN TONDANO)
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano

© Kementerian Lingkungan Hidup, 2014


Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya
disertai ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia.

Cara mengutip :
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan
Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano.

Pengarah :
Arief Yuwono
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH

Penanggung Jawab :
Hermono Sigit
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH

Tim Penyusun :
Sofia Wantasen, Benny Aipideli, Aekman Sigar, Harmin Manurung, Inge Retnowati,
Titi Novitha Harahap , Wahyu Cahyadi Rustadi, Siti Rachmiati Nasution.

Didukung oleh :
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Pariwisata  dan Ekonomi Kreatif, Bappeda Provinsi
Sulawesi Utara, Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Utara,
Bappeda Kabupaten Minahasa, Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Minahasa, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Sulawesi Utara dan
Kabupaten Minahasa serta Universitas Sam Ratulangi.

Diterbitkan oleh :

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Tahun 2015
SAMBUTAN DEPUTI
BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM

Konferensi Nasional Danau Indonesia I yang diselengarakan pada


tahun 2009, telah menghasilkan Kesepakatan Bali yang ditandatangani
oleh 9 Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam
Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi
dan Sumberdaya Mineral, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan
Perikanan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset dan
Teknologi untuk mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi
danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung
lingkungan, pada 15 Danau Prioritas Nasional.
Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka
pada Konferensi Nasional Danau Indonesia II di Semarang, Kementerian
Lingkungan Hidup telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan Danau
(GERMADAN) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening sebagai
model. Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening dapat
direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya.
Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening,
hingga saat ini telah tersusun dokumen GERMADAN Toba, Maninjau,
Singkarak, Kerinci, Tondano, Limboto, Poso, Tempe, Matano, Kaskade
Mahakam (Semayang, Melintang, Jempang), Sentarum, Sentani, Rawa
Danau dan Batur. Dokumen GERMADAN ini lahir berdasarkan arahan
dan kebijakan yang telah digariskan dalam Grand Design Penyelamatan
Ekosistem Danau Indonesia serta hasil kajian, penelitian serta data dan
informasi terbaru mengenai danau prioritas tersebut dari berbagai sumber
terkait. GERMADAN ini berisi Rencana Aksi penyelamatan Danau Tondano
yang menjelaskan program super prioritas dan prioritas penyelamatan
Danau Tondano yang akan dilaksanakan secara bertahap oleh Kementerian,
Lembaga, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan Masyarakat sesuai tugas,
fungsi dan kewenangannya.

Germadan Tondano — iii


Akhir kata saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
dan ucapan terima kasih kepada Tim Penyusun dan para narasumber,
baik yang berasal dari pemerintah pusat, daerah, akademisi, dunia usaha
maupun masyarakat, sehingga dokumen Gerakan Penyelamatan Danau
(GERMADAN) ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen GERMADAN ini
dapat menjadi bahan arahan dan acuan bersama bagi para pihak untuk
secara sinergis dan terpadu merencanakan, melaksanakan dan melakukan
evaluasi kebijakan, program dan kegiatan penyelamatan Danau Tondano.

Jakarta, November 2014


Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan
Lingkungan dan Perubahan Iklim

Ir. Arief Yuwono, MA

iv — Germadan Tondano
SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI SULAWESI UTARA
Danau Tondano merupakan salah satu dari 15 (lima belas) danau prioritas
yang disepakati pada Kesepakatan Bali Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Danau Berkelanjutan. Kesepakatan ini telah melahirkan komitmen bersama
9 (sembilan) kementerian untuk mempertahankan, melestarikan dan
memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan ekosistem
dan daya dukung lingkungannya melalui Gerakan Penyelamatan Danau
(Germadan).
Oleh sebab itu, publikasi Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau
Tondano ini saya sambut dengan gembira, karena didalamnya menguraikan
kondisi dan permasalahan dari berbagai aspek di kawasan Danau Tondano
beserta rumusan program super prioritas dan prioritas penyelamatan
ekosistem Danau Tondano kurun waktu 2015 – 2019.
Agar memberikan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan Germadan,
maka tentu saja peran sinergis dari seluruh pemangku kepentingan
sangat penting. Kepada para pemangku kepentingan saya menyarankan
mengikuti substansi dokumen ini dengan cermat dan efektif sehingga
dapat segera merealisasikan perannya masing-masing agar sasaran
pengelolaan ekosistem Danau Tondano dapat terwujud dan permasalahan
kerusakan ekosistem Danau Tondano dapat penanganan segera.
Pada kesempatan ini, saya sangat menghargai dan mengucapkan terima
kasih atas upaya semua pihak yang telah berhasil menyusun dokumen ini.
Saya percaya bahwa upaya kita ini semata-mata meningkatkan kepedulian
publik dan komitmen bersama terhadap penanganan ekosistem Danau
Tondano sekaligus memberi kesempatan untuk edukasi publik terkait
pengelolaan ekosistem Danau Tondano.
Semoga dokumen ini bermanfaat bagi kita semua.

Manado, Desember 2014

Germadan Tondano — v
vi — Germadan Tondano
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SULAWESI UTARA
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano merupakan salah
satu wujud komitmen Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam
pengelolaan ekosistem danau secara berkelanjutan, menindaklanjuti hasil
Kesepakatan Bali Tahun 2009 tentang Pengelolaan 15 Danau Prioritas di
Indonesia oleh 9 (sembilan) Kementerian terkait.
Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano
disusun sebagai landasan dan arahan bagi para pihak dalam upaya
penyelamatan dan pengelolaan ekosistem Danau Tondano secara
terpadu dan berbasis masyarakat guna mempertahankan keberadaan
dan meningkatkan manfaat serta fungsi kelestarian Danau Tondano untuk
mendukung pelestarian lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano
secara lestari dan berkelanjutan.
Didalam dokumen ini akan diuraikan, antara lain maksud, tujuan,
dan sasaran penyusunan GERMADAN Tondano, kondisi serta telahaan
permasalahan yang dihadapi saat ini serta kondisi ideal yang diharapkan
berdasarkan analisis SWOT. Selain itu, dibahas juga pokok-pokok pikiran
program super prioritas dan prioritas penyelamatan ekosistem Danau
Tondano untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Dokumen GERMADAN Tondano sangat diperlukan untuk memberikan
acuan bagi para stakeholders dalam melakukan pengelolaan ekosistem
Danau Tondano. Oleh karenanya, substansinya harus dapat memberikan
informasi kepada seluruh lapisan masyarakat tentang bagaimana
pengelolaan ekosistem Danau Tondano yang baik dan terarah di Provinsi
Sulawesi Utara.
Penghargaan dan terima kasih saya kepada Kementerian Lingkungan
Hidup melalui Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan
Perubahan Iklim, Akademisi Universitas Sam Ratulangi serta berbagai pihak

Germadan Tondano — vii


yang berperan dan turut serta dalam penyusunan dokumen ini, sehingga
Gerakan Penyelamatan Danau Tondano ini dapat segera terwujud. semoga
Dokumen ini dapat bermanfaat dalam menentukan arah penyelamatan
ekosistem Danau Tondano.

Manado, Desember 2014


Kepala Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Sulawesi Utara,

Edwin H. Silangen, SE., MS

viii — Germadan Tondano


DAFTAR ISI
Sambutan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan
Perubahan Iklim ....................................................................................... iii
Sambutan Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara ............................. v
Kata Pengantar Kepala BLH Provinsi Sulawesi Utara ............................... vii
Daftar Isi ................................................................................................... ix
Daftar Tabel .............................................................................................. x
Daftar Gambar ........................................................................................ xi
Bab 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................... 1
1.2. Dasar Hukum Peraturan Perundangan ............................... 6
1.3. Tujuan Penyusunan Program Penyelamatan Danau Tondano 9
Bab 2 GAMBARAN UMUM ..................................................................... 11
2.1. Informasi Umum ................................................................. 11
2.2. Kondisi Lahan ....................................................................... 18
2.3. Hidrologi .............................................................................. 44
2.4. Status Mutu dan Kelas Air Danau ........................................ 46
2.5. Status Trofik Danau .............................................................. 50
2.6. Topografi .............................................................................. 52
2.7. Fungsi dan Manfaat Danau .................................................. 53
2.8. Karakteristik Danau .............................................................. 59
Bab 3 GERAKAN PENYELAMATAN DANAU TONDANO ........................... 73
Bab 4 Penutup ...................................................................................... 81
Daftar Pustaka ........................................................................................ 83

Germadan Tondano — ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Data curah hujan bulanan 1996-2012 Stasiun Pengamat Hujan
Tondano, Minahasa ............................................................... 12
Tabel 2.2. Data curah hujan bulanan 2004-2013 Stasiun Pengamat Hujan
Noongan-Winebetan, Minahasa ........................................... 14
Tabel 2.3. Penutupan Lahan DTA Danau Tondano ................................. 20
Tabel 2.4. Jenis Penggunaan Lahan Bagian Hulu (up stream) DTA
Danau Tondano ..................................................................... 20
Tabel 2.5. Jenis Tanah di DTA Danau Tondano ...................................... 23
Tabel 2.6. Geologi DTA Danau Tondano ................................................ 31
Tabel 2.7. Geomorfologi DTA Danau Tondano ....................................... 35
Tabel 2.8. Tingkat Bahaya Erosi Danau Tondano ................................... 38
Tabel 2.9. Tingkat Kekritisan Lahan DTA Danau Tondano ...................... 41
Tabel 2.10. Lahan Kritis pada fungsi kawasan hutan di DTA Danau Tondano 43
Tabel 2.11. Data Debit Air Sungai/Saluran Irigasi Inlet dan Outlet
Danau Tondano .................................................................... 44
Tabel 2.12. Kriteria Status Trofik Danau .................................................. 52
Tabel 2.13. Fungsi dan Manfaat Danau ................................................... 54
Tabel 2.14. Beberapa Tipe Danau di Indonesia ....................................... 61
Tabel 2.15. Data Luas Danau dari Instansi Terkait ................................... 62
Tabel 2.16. Perubahan Kedalaman Danau Tondano ............................... 63
Tabel 2.17. Perbandingan Hasil Pengukuran Bathimetri Tahun 2010
terhadap Tahun 2004 ........................................................... 64
Tabel 2.18. Komposisi Spesies dan Indeks Nilai Penting Flora Akuatik di
Danau Tondano .................................................................... 65
Tabel 3.1. Matrik Analisis Lingkungan Kawasan Danau Tondano dan
Rekomendasi ....................................................................... 74
Tabel 3.2. Kegiatan Super Prioritas dan Kegiatan Prioritas Gerakan
Penyelamatan Danau Tondano (2015-2019) ........................ 77

x — Germadan Tondano
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Tondano ...... 8
Gambar 2.1. Daerah Tangkapan Air Danau Tondano ............................ 11
Gambar 2.2. Grafik pola curah hujan di Stasiun Pengamat Hujan Tondano,
Minahasa ......................................................................... 13
Gambar 2.3. Grafik pola curah hujan di Stasiun Pengamat Hujan
Noongan-Winebetan, Minahasa ..................................... 15
Gambar 2.4. Rata-rata suhu udara bulanan (oC) Periode 2001-2010 ... 16
Gambar 2.5. Rata-rata kelembaban udara bulanan (%) Periode 2001-2010 17
Gambar 2.6. Penutupan Lahan DTA Danau Tondano ........................... 19
Gambar 2.7. Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian .................... 21
Gambar 2.8. Jenis Tanah DAS Tondano ................................................. 25
Gambar 2.9. Geologi Danau Tondano ................................................... 33
Gambar 2.10. Peta Geomorfologi DTA Danau Tondano .......................... 35
Gambar 2.11. Tingkat Bahaya Erosi DTA Danau Tondano ....................... 38
Gambar 2.12. Tingkat Kekritisan Lahan DTA Danau Tondano ................. 43
Gambar 2.13. Sketsa pola aliran sungai masuk (inlet) dan keluar (outlet) 45
Gambar 2.14. Total Nitrogen pada 50 titik smapling di Danau Tondano . 46
Gambar 2.15. Konsentrasi Ammonia di Danau Tondano ........................ 47
Gambar 2.16. Konsentrasi Total Fosfat di Danau Tondano ...................... 48
Gambar 2.17. Konsentasi Nitrat, Nitrit, Ammonia di Outket Saluran Irigasi
Bagian Timur Danau Tondano .......................................... 49
Gambar 2.18. Kondisi Pertumbuhan Vegetatif Aktif ............................... 49
Gambar 2.19. Konsentrasi Klorofil-a di Danau Tondano ......................... 50
Gambar 2.20. Peta Sebaran Klorofil-a di Permukaan Danau Tondano
hingga 3 meter ................................................................ 51
Gambar 2.21. Kelas Lereng DTA Danau Tondano ................................... 53
Gambar 2.22. Aktifitas Masyarakat Nelayan di Danau Tondano ............. 55
Gambar 2.23. Obyek Wisata Sumaru Endo di Remboken ....................... 57
Gambar 2.24. Lokasi Wisata di Paleloan ................................................. 58
Gambar 2.25. Jaringan Makanan di Danau Tondano .............................. 69

Germadan Tondano — xi
xii — Germadan Tondano
Bab 1
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Kesepakatan Bali tentang Pengelolaan Danau Berkelanjutan yang
merupakan komitmen dari 9 (sembilan)Kementerian terkait untuk
mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan
prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungannya melalui
tujuh butir program strategis danau. Tujuh butir program strategis danau
dalam kesepakatan tersebut adalah Pengelolaan ekosistem danau,
Pemanfaatan Sumber Daya Air danau, pengembangan sistem monitoring,
evaluasi dan informasi danau, penyiapan langkah-langkah adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim terhadap danau, pengembangan kapasitas,
kelembagaan dan koordinasi, peningkatan peran masyarakat, dan
pendanaan berkelanjutan.
Dalam mewujudkan kesepakatan bersama tersebut, 9 (sembilan)
Kementeriantersebut menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama
dengan semua pihak melalui sinkronisasi dan sinergisitas Program/
Kegiatan Pengelolaan Danau Berkelanjutan pada 15 danau prioritas, yaitu
Danau Toba, Danau Tondano, Danau Maninjau, Danau Kerinci,Danau Rawa
Pening, Danau Batur, Danau Matano, DanauMahakam, DanauSentarum,
DanauRawa Danau, Danau Tempe, Danau Poso, Danau Limboto,Danau
Tondano dan Danau Sentani. Serta menerapkannya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sulawesi Utara terdapat 19 danau dan 1 buah
Embung yang tersebar di hampir seluruh kabupaten/kota di Sulawesi
Utara. (SLD Prov Sulut, 2011).
Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN),
DAS Tondano ditetapkan sebagai:
1. Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup (Lampiran X), dan
2. Wilayah Sungai Strategis Nasional (Lampiran VI)

Germadan Tondano — 1
Menurut pasal 80 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2008, kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan
bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir
punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau
dilestarikan;
c. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap
tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara;
d. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup.
f. rawan bencana alam nasional; atau
g. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Menurut pasal 49 ayat (3), wilayah sungai strategis nasional ditetapkan
dengan kriteria:
a. melayani kawasan strategis nasional, PKN, atau kawasan andalan;
b. melayani paling sedikit 1 (satu) daerah irigasi yang luasnya lebih besar
atau sama dengan 10.000 (sepuluh ribu) hektar; dan/atau
c. memiliki dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan
ekonomi yang mengakibatkan tingkat kerugian ekonomi paling sedikit
1% (satu persen) dari produk domestik regional bruto (PDRB) provinsi.
Selanjutnya dalam Peraturan Menteri PU No.11A/PRT/M/2006 tentang
Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai sebagai penjabaran dari PP No. 28
tahun 2008, Penetapan dan kriteria wilayah strategis nasional didasarkan
pada pertimbangan
a. efektivitas pengelolaan sumberdaya air
b. efisiensi pengelolaan sumberdaya air
c. tercukupinya hak setiap orang untuk mendapatkan air guna memenuhi
kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
d. memenuhi parameter besarnya dampak terhadap pembangunan
nasional: sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.

2 — Germadan Tondano
Fungsi Strategis Danau Tondano diuraikan sebagai berikut:
1. Kawasan Strategis Nasional
a. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado-
Bitung yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
ekonomi;
b. Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano yang merupakan
kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.Kawasan Strategis Provinsi.
2. Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten Minahasa adalah
sebagai berikut:
a. Aspek Ekonomi
• Koridor Pantai Pesisir Utara (PANTURA) dari Manado sampai
dengan Bolaang Mongondow Utara
• Koridor Pantai Pesisir Selatan (PANSELA) dari Minahasa sampai
dengan Bolaang Mongondow Selatan.
b. Aspek Sosial Budaya
Rencana Kawasan Strategis Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 2011 –
2031 dari Aspek Sosial Budaya, meliputi :
• Kawasan Kampung Jawa di Tondano
• Kawasan Kompleks Lodji di Tondano
c. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/atau Teknologi
Tinggi
Daerah kawasan area panas bumi Lahendong, di Kecamatan
Sonder, Remboken dan Tompaso.
d. Aspek Daya Dukung Lingkungan
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), PLT Mikro
Hidro Dan PLT Mini Hidro yang tersebar di Kabupaten Minahasa.
Danau Tondano banyak memberikan kontribusi untuk sumber
pembangkit listrik, air baku untuk air minum untuk Kota Manado dan Kota
Tondano serta direncanakan penyediaan air baku air minum untuk Kota

Germadan Tondano — 3
Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara melalui pembangunan Embung
di Kabupaten Minahasa Utara. Fungsi strategis tersebut diuraikan sebagai
berikut:
a. Sumber Pembangkit Listrik (PLTA): Sumberdaya air Danau Tondano
digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik(PLTA) Tanggari yang
dibangun oleh pemerintah Jepang pada tahun 1950 dengan kapasitas
4,440 kW dan Tonsea Lama. Kemudian dilakukan pengembangan PLTA
Tanggari I dan Tanggari II di sungai Tondano sehingga total daya yang
terpasang sekitar 51.000 kW. Kota – kota besar di bagian Timur Provinsi
Sulawesi Utara dicukupi kebutuhan listriknya dari PLTA tersebut.
Kegiatan ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap
perekonomian masyarakat luas karena energi listrik sangat dibutuhkan
dalam menjalankan kegiatan perekonomian sektor lainnya.
b. Sebagai Sumber Air Baku untuk Air Minum: Air dari Danau Tondano
dan Sungai Tondano dimanfaatkan sebagai suplai air baku untuk air
minum masyarakat Manado dan Kabupaten Minahasa.
c. Perikanan Darat :Danau Tondano sebagai salah satu kawasan perairan
dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat sebagai tempat budidaya
ikan. Sistem budidaya yang digunakan adalah sistem perikanan tancap.
d. Obyek Wisata: Pemanfaatan lain dari perairan danauTondano adalah
sebagai lahan obyek wisata danau yaitu di daerah Remboken.
Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan) merupakan upaya bersama
meningkatkan kepedulian masyarakat, pemerintah pusat dan daerah,
instansi terkait serta sektor swasta dalam pengelolaan, penyelamatan
serta pemanfaatan fungsi dan jasa lingkungan danau secara lestari dan
berkesinambungan.
Permasalahan Danau Tondano tumbuh seiring dengan pertambahan
penduduk dan waktu sehingga tugas pengelolaannya hampir tanpa akhir.
Permasalahan yang terkait dengan perubahan keseimbangan ekosistem
Danau Tondano bertumpu pada: (1). Manajemen yang tidak terpadu dan
tidak kontinue (one river, one management plan belum terpenuhi), (2)
Prinsip keadilan antara penduduk hilir sebagai pengguna jasa ekositem dan

4 — Germadan Tondano
masyarakat hulu sebagai pelindung ekosistem belum dijabarkan secara
konkrit, (3) Kepedulian dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya
fungsi hutan tanah dan air masih tergolong rendah. (4) Sens of crisis
bagi instansi pengelola yang terkait dengan ekosistem Danau Tondano
belum terbangun dengan baik. (5) Peran serta instansi pemerintah baik
di tingkat propinsi hingga tingkat desa dalam pemberdayaan masyarakat
pemilik lahan di danau belum maksimal dan hanya bersifat insidentil;
(6) Implementasi kegiatan rehabilitasi danau yang dilakukan dengan
pendekatan proyek telah berdampak pada perubahan perilaku masyarakat
yang berprinsip bahwa tanggung jawab rehabilitasi semata-mata berada
pada pemerintah. Sedangkan masyarakat pemilik lahan tidak diberdayakan
dengan baik untuk menghasilkan kemandirian dalam memanfaatkan
lahan secara benar sesuai prinsip konservasi tanah dan air. Sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999
pasal 42 ayat 2 bahwa pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan diutamakan
pelaksanaannya secara partisipatif dalam rangka mengembangkan potensi
dan memberdayakan masyarakat.
Permasalahan atau ancaman tersebut jika tidak segera ditanggulangi
diduga akan merugikan berbagai pihak pengguna danau, karena nilai-nilai
maupun manfaat yang diberikan danau akan berkurang bahkan hilang
akibat pengelolaan yang kurang bijaksana. Permasalahan pengelolaan
danau bertumpu pada aspek sosial ekonomi, politicalwill dari pemerintah
daerah serta peningkatan kesadaran dan peran serta semua pihak terutama
pemilik/ penguasa lahan untuk mengaplikasikan pemanfaatan lahan yang
didasarkan pada prinsip KTA yang benar.
Kebijakan pengelolaan ekosistem danau berkelanjutan yang telah
disepakati oleh 9 (sembilan) Menteri pada tanggal 13 Agustus 2009 di Bali.
Sebagai tindak lanjut dalam kesepakatan tersebut diperlukan antara lain
mengkoordinasikan dan melaksanakan pengelolaan dan pengawasan
danau secara terencana, terpadu dan menyeluruh. Salah satu upaya untuk
menata pengelolaan danau, agar dapat memberi nilai dan manfaat optimal
jangka panjang (berkelanjutan) adalah melalui penyusunan Grand Design
Rencana Penyelamatan Danau Tondano.

Germadan Tondano — 5
1.2. Dasar Hukum Peraturan Perundangan
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Sistem Budidaya
Pertanian;
3. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan;
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan;
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara;
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
9. Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;
12. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah 13. Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-14. Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan;
15. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi
PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati;
16. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
17. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria;
18,. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;

6 — Germadan Tondano
23. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Air;
25. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
26. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi
Sumberdaya Ikan;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan 29. Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Kehutanan;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah;
33. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
34. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi;
35. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar;
37. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar;
38. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah;
39. Peraturan Nasional terkait dengan Rencana Tata Ruang di wilayah
Strategis Nasional.
Untuk peraturan di tingkat daerah, maka yang perlu ditampilkan
adalah :

Germadan Tondano — 7
1) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah);
2) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah;
3) Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang Kawasan Strategis
Provinsi/Kabupaten/Kota;
4) Peraturan-peraturan daerah lainnya yang terkait dengan :
a. Kelembagaan pengelolaan danau (Pembentukan Forum Danau,
Badan Koordinasi/Pengelolaan Danau, dll);
b. Perikanan (aturan penangkapan ikan, dll);
c. Baku Mutu Lingkungan/Air;
d. Pengelolaan Danau;
e. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS);
f. Pengelolaan Sumber Daya Air; dll.

Gambar 1.1. Pendekatan Gerakan Penyelamatan Danau Tondano

8 — Germadan Tondano
1.3. Tujuan Penyusunan Program Penyelamatan Danau Tondano
Program Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano
bertujuan untuk mengkonservasi ekosistem danau sehingga fungsi dan
peranannya sebagai reservoir alami untuk pariwisata, PLTA Tondano,
irigasi pertanian, kehidupan biota danau, khususnya spesies endemic ikan
bilih, perikanan, perhubungan dan sumber baku air minum dapat terjaga.
Adapun tujuan khusus dari program inia dalah:
a. Mengaplikasikan sains dan teknologi untuk remediasi badan air dan
Daerah Tangkapan Air (DTA);
b. Mengembangkan proses kebijakan pengelolaan Danau Tondano yang
didukung oleh kelembagaan yang baik; dan
c. Meningkatkan peran serta masyarakat berbasis kearifan local untuk
kemajuan pariwisata, energy listrik, perikanan tangkap, konservasi dan
antisipasi kebencanaan diselingkar Danau Tondano.

Germadan Tondano — 9
10 — Germadan Tondano
BAB 2
GAMBARAN UMUM

2.1. Informasi Umum BAB II. Gambaran Umum

1. Luas dan Letak Daerah Tangkapan Air Danau Tondano


2.1. Informasi Umum
Secara geografis, Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Tondano terletak
2.1.1. Luas dan Letak Daerah Tangkapan Air Danau Tondano
di antara 124°Secara45’ 45.09’’
geografis, BT dan
Daerah 1° 5’Air
Tangkapan 39.76’’
(DTA)LU sampai
Danau Tondanodengan
terletak di124°
antara 58’ 29.28’’
124° 45' 45.09'' BT dan 1° 5' 39.76'' LU sampai dengan 124° 58' 29.28'' BT dan 1° 18'
BT dan 1° 18’ 56.48’’ LU seluas ±25.676 ha termasuk Danau Tondano.
56.48'' LU seluas ±25.676 ha termasuk Danau Tondano. Secara administratif, DTA
Secara
administratif, DTA Danau
Danau Tondano terdapat diTondano terdapat
wilayah Kabupaten di wilayah Kabupaten Minahasa.
Minahasa.

Gambar 1. Daerah Tangkapan Air Danau Tondano


Gambar 2.1. Daerah Tangkapan Air Danau Tondano
2.1.2. Status dan Kondisi Kawasan Danau

Kondisi curah hujan di wilayah DTA Danau Tondano diamati menggunakan data dari
2. Curah Hujan
stasiun pengamat hujan Tondano milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Kondisi curah hujan di wilayah DTA Danau Tondano diamati menggunakan
data dari stasiun pengamat hujan Tondano milik Badan Meteorologi Klimatologi

Germadan Tondano — 11
dan Geofisika dan Stasiun Noongan milik Balai Wilayah Sungai Sulawesi I. Hasil
pengamatan dan analisis data curah hujan dengan kurun waktu 1996 – 2012
di Stasiun Tondano digunakan untuk mengamati besar dan pola curah hujan di
wilayah ini. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Nopember dan terendah
pada bulan Agustus. Musim kemarau terjadi dalam waktu yang tidak terlalu
lama yakni pada bulan Juli – September, dan musim hujan dimulai pada bulan
Oktober. Menurut klasifikasi iklim Schmidt – Ferguson, wilayah ini memiliki
iklim A (Sangat Basah), dimana rasio antara bulan kering dan bulan basah
adalah sebesar 0,13 (kurang dari 0,14).

Tabel 2.1. Data curah hujan bulanan 1996 – 2012 Stasiun Pengamat Hujan
Tondano, Minahasa
Bulan
Tahun Jumlah BB BK BL
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
1996 163 297 186 103 213 0 177 138 149 263 211 228 2128 11 1 0
1997 149 168 74 231 116 2 210 0 7 129 157 77 1320 7 3 2
1998 40 34 48 133 181 453 195 159 63 258 263 210 2037 8 3 1
1999 166 142 338 151 285 204 98 124 197 239 115 132 2191 11 0 1
2000 221 215 194 299 93 443 27 105 93 284 339 215 2528 9 1 2
2001 250 326 318 402 216 145 61 67 208 273 264 94 2624 9 0 3
2002 273 70 138 196 225 320 0 2 13 85 309 74 1705 6 3 3
2003 174 201 344 149 110 128 147 203 78 100 305 300 2239 11 0 1
2004 158 130 193 391 221 115 217 0 60 76 544 182 2287 9 1 2
2005 162 226 226 209 138 112 80 31 150 251 343 219 2147 10 1 1
2006 183 284 150 70 384 310 10 44 49 104 243 275 2106 8 3 1
2007 232 78 208 208 139 246 249 88 72 192 310 210 2232 9 0 3
2008 147 120 167 279 253 328 194 131 164 235 315 217 2548 12 0 0
2009 114 203 108 148 307 225 125 37 4 283 373 100 2028 10 2 0
2010 103 92 27 155 200 129 229 153 227 246 188 264 2014 10 1 1
2011 155 386 226 200 358 141 28 44 217 104 238 258 2355 10 2 0
2012 163 145 257 461 185 110 179 189 112 135 252 202 2390 12 0 0
Rata-rata 168 183 188 223 213 201 131 89 110 192 281 192 2048.83 9 1.17 1.17
Sumber : BMKG
Ket : BB = Bulan Basah (>100mm)
BK = Bulan Kering (<60mm)
BL = Bulan Lembab (60 – 100mm)

12 — Germadan Tondano
Berdasarkan pembagian iklim Oldeman, di wilayah ini dimungkinkan
terjadi bulan basah (>200 mm/bulan) selama < 3 bulan berturut – turut dan
bulan kering hanya terjadi dalam satu bulan, sehingga digolongkan dalam
golongan iklim E, terlalu kering dan hanya mungkin satu kali palawija.
Namun demikian di wilayah Sub DAS Tondano, memiliki curah hujan yang
relatif sedang atau tidak kering, melainkan banyak yang termasuk dalam
bulan lembab karena berada di daerah dengan elevasi tinggi dan dikelilingi
oleh pegunungan. Dengan kondisi alam dataran lakustrin yang dominan
datar sehingga fluks radiasi surya dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara
maksimal dan persediaan air tawar yang disuplai oleh Danau Tondano
melalui sistem irigasi yang baik, maka banyak sekali tanaman padi sawah
dibudidayakan di daerah ini.

400

350

300

250

200

150

100

50

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

Gambar 2. Grafik pola curah hujan di Stasiun Pengamat Hujan Tondano, Minahas
Gambar 2.2. Grafik pola curah hujan di Stasiun Pengamat Hujan Tondano, Minahasa

PolaPola curahhujan
curah hujan pada
padadaerah Tondano
daerah dan sekitarnya,
Tondano dapat dijelaskan
dan sekitarnya, dapat menggu
gambar
dijelaskan grafik. Curah
menggunakan hujan tertinggi
gambar terjadi hujan
grafik. Curah pada bulan Februari
tertinggi dan terendah
terjadi
pada bulan Februari
bulan dan
Agustus. terendah
Musim pada bulan
penghujan mulai Agustus. Musim
terjadi pada bulanpenghujan
Oktober hingga mem
mulai terjadi
musimpada bulanpada
kemarau Oktober
bulanhingga memasuki
Agustus. Musim musim
kemaraukemarau pada dengan a
yang ditandai
bulan Agustus. Musim kemarau yang ditandai dengan adanya bulan –
bulan – bulan kering, terjadi dalam jangka waktu yang relatif lebih pende
bulan kering, terjadi dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek jika
dibandingkan
dibandingkan musim penghujan.
musim penghujan. BesarnyaBesarnya curahrata
curah hujan hujan ratatahunan
– rata – rata tahunan
sebesar 2048.83
adalah sebesar 2048.83 mm/th
mm/thdimana
dimanatermasuk
termasukdalam
dalamkategori sedang,
kategori yakni antara 2
sedang,
2500 mm/th, dengan jumlah hari hujan rata – rata tiap tahunnya sebanyak 219 har
Germadan Tondano — 13
intensitas hujannya adalah sebesar 9,35 mm/hari dengan kategori sangat rendah,
kurang dari 13,60 mm/hari.
yakni antara 2000 – 2500 mm/th, dengan jumlah hari hujan rata – rata tiap
tahunnya sebanyak 219 hari maka intensitas hujannya adalah sebesar 9,35
mm/hari dengan kategori sangat rendah, yakni kurang dari 13,60 mm/hari.
Kondisi curah hujan di wilayah DTA Danau Tondano bagian selatan
diamati menggunakan data dari stasiun pengamat curah hujan Noongan
– Winebetan milik Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, Kementerian Pekerjaan
Umum. Hasil pengamatan dan analisis data curah hujan dengan kurun
waktu 2004 - 2013 di Stasiun Noongan digunakan untuk mengamati besar
dan pola curah hujan di wilayah ini. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Nopember dan terendah pada bulan September.

Tabel 2.2. Data curah hujan bulanan 2004 – 2013 Stasiun Pengamat Hujan Noongan-
Winebetan, Minahasa
Bulan
Tahun Jumlah BB BK BL
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
2004 154.0 50.7 295.0 288.3 330.6 124.6 358.5 0.00 51.4 70.0 358.3 208.6 2290.00 8 3 1
2005 112.6 247.6 270.1 113.6 158.8 160.9 151.0 0.00 0.00 331.5 358.0 389.0 2293.10 10 2 0
2006 117.9 269.8 140.6 217.8 288.1 265.7 0.00 0.00 0.00 80.00 139.4 366.2 1885.50 8 3 1
2007 112.6 195.0 367.9 313.0 238.6 190.4 372.2 102.6 14.6 197.2 267.2 320.5 2691.80 11 1 0
2008 104.8 136.9 137.0 258.0 236.5 117.0 287.6 186.1 63.0 180.2 287.9 186.6 2,181.60 11 0 1
2009 104.9 79.2 127.0 154.4 296.6 137.3 80.8 26.0 0.0 146.4 369.4 114.2 1,636.20 8 2 2
2010 38.3 10.2 102.0 186.2 179.0 82.9 118.9 126.3 111.2 194.4 128.8 170.9 1449.1 9 2 1
2011 141.6 279.0 303.5 173.4 405.2 167.4 60.5 90.9 313.4 147.2 234.7 205.0 2,521.80 10 0 2
2012 231.0 157.4 291.6 319.5 127.0 56.1 251.2 175.0 47.8 47.0 191.0 192.3 2,086.90 9 3 0
2013 301.8 312.9 85.4 337.0 179.3 141.2 215.6 88.4 61.2 170.0 291.2 152.7 2,336.70 9 0 3
Rata-rata 141.9 173.87 212.01 236.12 243.97 144.35 189.63 79.53 66.26 156.39 262.59 230.6 2153.82 9.4 1.45 1

Sumber : BWS Sulawesi I


Ket : BB = Bulan Basah (>100mm)
BK = Bulan Kering (<60mm)
BL = Bulan Lembab (60 – 100mm)

14 — Germadan Tondano
Sumber : BWS Sulawesi I
Ket : BB = Bulan Basah (>100mm) BK = Bulan Kering (<60mm) BL = Bulan Lembab (60 – 100mm)

300

250

200

150

100

50

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des

GambarGambar
3. Grafik pola pola
2.3. Grafik curah hujan
curah di diStasiun
hujan Stasiun Pengamat Hujan Noongan-Winebe
Pengamat Hujan
Minahasa Noongan-Winebetan, Minahasa

Menurut
Menurutklasifikasi iklimSchmidt
klasifikasi iklim Schmidt– Ferguson,
– Ferguson, wilayah
wilayah ini memiliki
ini memiliki iklim iklim B
B (Basah), dimana rasio antara bulan kering dan bulan basah adalah sebesar
dimana rasio antara bulan kering dan bulan basah adalah sebesar 0,15 (lebih d
0,15 (lebih dari 0,14 dan kurang dari 0,33). Berdasarkan klasifikasi iklim
dan kurang
Oldeman, Sub DAS dariNoongan
0,33). Berdasarkan
memiliki tipe klasifikasi
iklim yangiklim
samaOldeman,
dengan Sub Sub DAS N
DASmemiliki
Tondano,tipeyakniiklim
iklimyang sama
E. Sub DASdengan
Noongan,Submemiliki
DAS Tondano,
curah hujanyakni
yang iklim E. Su
relatif sedang atau tidak kering, melainkan banyak yang termasuk
Noongan, memiliki curah hujan yang relatif sedang atau tidak kering, melainkandalam
bulan lembab. Dengan kondisi alam yang sama dengan sub DAS Tondano
yang termasuk dalam bulan lembab. Dengan kondisi alam yang sama dengan s
yakni berupa dataran lakustrin yang datar dikelilingi oleh pegunungan
Tondano
sehingga fluksyakni
radiasiberupa
surya dataran lakustrin yang
dapat dimanfaatkan datar
oleh dikelilingi
tanaman secaraoleh pegu
maksimal
sehinggadanfluks
persediaan air tawar
radiasi surya dapatyang disuplai oleh
dimanfaatkan olehDanau Tondano
tanaman secara maksim
melalui sistem irigasi yang baik, maka banyak sekali tanaman padi sawah
persediaan air tawar yang disuplai oleh Danau Tondano melalui sistem irigasi ya
dibudidayakan di daerah ini.
maka banyak sekali tanaman padi sawah dibudidayakan di daerah ini.
Pola curah hujan pada daerah Noongan dan sekitarnya, yakni Sub DAS
Noongancurah
Pola bagian hujan
tengahpadadandaerah
huluNoongan dan sekitarnya,
dapat dijelaskan yakni Sub
menggunakan gambarDAS Noongan
grafik. Curah
tengah danhujan
hulutertinggi terjadi pada
dapat dijelaskan bulan Nopember
menggunakan gambardan terendah
grafik. Curah hujan t
pada bulan September. Musim penghujan mulai terjadi pada bulan Oktober
terjadi pada bulan Nopember dan terendah pada bulan September. Musim pe
hingga memasuki musim kemarau pada bulan Agustus. Musim kemarau
yangmulai terjadi
ditandai padaadanya
dengan bulan bulan
Oktober hingga
– bulan memasuki
kering, musimjangka
terjadi dalam kemarau pad
waktu yang Musim
Agustus. relatif lebih
kemaraupendek
yangjika dibandingkan
ditandai musim bulan
dengan adanya penghujan.
– bulan kering
dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek jika dibandingkan musim pen
Germadan Tondano — 15
Besarnya curah hujan rata – rata tahunan adalah sebesar 2.153,82 mm/th
Besarnya curah hujan rata – rata tahunan adalah sebesar 2.153,82 mm/th
dimana termasuk dalam kategori sedang, yakni antara 2000 – 2500 mm/th,
dengan rata – rata jumlah hari hujan sebanyak 135 hari sehingga intensitas
jumlah hari hujan sebanyak 135 hari sehingga intensitas hujannya adalah sebesar 15,96
hujannya adalah sebesar 15,96 mm/hari dengan kategori rendah, yakni
mm/hari dengan kategori rendah, yakni 13,61 - 20,70 mm/hari.
13,61 - 20,70 mm/hari.
3. Suhu Udara
b. Suhu Udara
Hasil pencatatan rata-rata suhu udara bulanan untuk periode 10 tahun
Hasil pencatatan rata-rata suhu udara bulanan untuk periode0 10 tahun terakhir (2001-2010)
terakhir (2001-2010) memiliki 0 0
kisaran sebesar 22,32 C-230C. Pola rata-rata
memiliki kisaran sebesar 22,32 C-23 C. Pola rata-rata suhu udara bulanan seperti pada Gambar 4
suhu udara bulanan seperti pada Gambar 4 menunjukkan bahwa rata-rata
menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 230C dan
suhu udara tertinggi terjadi pada0 bulan Mei sebesar 230C dan terendah
terendah pada bulan Februari sebesar 22,32 C.
pada bulan Februari sebesar 22,32 0C.

23.2

23

22.8
Temperatur (⁰C)

22.6

22.4

22.2

22

21.8
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

0
Gambar 2.4. Rata-Rata
Gambar Suhu
4. Rata-Rata SuhuUdara
UdaraBulanan
Bulanan ( (C)
C) Periode 2001-2010
0 Periode 2001-2010

c. Kelembaban Udara
4. Kelembaban Udara
Berdasarkan data hasil pengamatan kelembaban udara diperoleh nilai kisaran sebesar
Berdasarkan data hasil pengamatan kelembaban udara diperoleh
86,7%-91,6%. Pola kelembaban udara pada Gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata kelembaban
nilai kisaran sebesar 86,7%-91,6%. Pola kelembaban udara pada Gambar
udara bulanan cukup tinggi sepanjang tahun meskipun pada bulan-bulan kering/musim kemarau.
5 menunjukkan bahwa rata-rata kelembaban udara bulanan cukup tinggi
Kelembaban udara pada musim kemarau yakni, pada bulan Agustus dan September lebih besar dari
sepanjang tahun meskipun pada bulan-bulan kering/musim kemarau.
80 %.
Kelembaban udara pada musim kemarau yakni, pada bulan Agustus dan
September lebih besar dari 80 %.

16 — Germadan Tondano
92

91

90
Kelembaban udara (%)

89

88

87

86

85

84
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

Gambar 5. Rata-Rata Kelembaban udara Bulanan (%) Periode 2001-2010


Gambar 2.5. Rata-Rata Kelembaban udara Bulanan (%) Periode 2001-2010

5. Kecepatan dan Arah Angin


d. Kecepatan dan Arah Angin
Hasil analisis data kecepatan dan arah angin adalah Bulan Januari
sebagian besar
Hasil analisis dataangin berhembus
kecepatan dariadalah
dan arah angin UtaraBulan
(52%) dansebagian
Januari Barat(35%). Dariberhembus
besar angin 52
% hembusan
dari Utara (52%)angin utara 47%
dan Barat(35%). Darimemiliki kecepatan
52 % hembusan ≤ 47%
angin utara 6 knot (±11,1
memiliki km/s),
kecepatan ≤ 6 knot
sedangkan angin
(±11,1 km/s), Barat 30%
sedangkan angin memiliki kecepatan
Barat 30% memiliki ≤ 6 knot
kecepatan (±11,1
≤ 6 knot km/s).
(±11,1 km/s).Pada
Pada Bulan
Bulan Pebruari
Pebruari terjadi terjadi peningkatan
peningkatan frekuensi
frekuensi angin angin
Utara dan Utara dan
penurunan anginpenurunan
Barat. Angin utara
angin Barat. Angin utara memiliki frekuensi 75% dan sebagian besar
memiliki frekuensi 75% dan sebagian besar (67%) memiliki kecepatan ≤ 6 knot (±11,1 (67%)km/s),
memiliki kecepatan
sedangkan angin Barat≤memiliki
6 knot frekuensi
(±11,1 km/s), sedangkan
20%. Bulan angin
Maret terjadi Barat memiliki
peningkatan frekuensi angin
frekuensi 20%. Bulan Maret terjadi peningkatan frekuensi angin
utara khususnya pada kecepatan ≤ 3 knot (±5,5 km/s) dan penurunan frekuensi kecepatan utara angin
khususnya pada4->7
untuk kecepatan kecepatan ≤ 3 knot
knot(±7,4-12,95 km/s),(±5,5 km/s)
demikian puladan penurunan
dengan angin Barat frekuensi
terjadi penurunan
kecepatan angin untuk kecepatan 4->7 knot(±7,4-12,95
frekuensi. Sama halnya yang terjadi pada Bulan April terjadi peningkatan km/s), demikian
kecepatan angin utara
pula dengan angin Barat terjadi penurunan frekuensi. Sama halnya
khususnya pada kecepatan ≤ 3 knot (±5,5 km/s) dan penurunan angin Barat serta hembusan angin
yang terjadi pada Bulan April terjadi peningkatan kecepatan angin utara
Selatan mulai meningkat. Pada Bulan Mei pola angin berubah, pada bulan tersebut terjadi
khususnya pada kecepatan ≤ 3 knot (±5,5 km/s) dan penurunan angin
penurunan kecepatan angin utara dan peningkatan angin selatan secara drastis dari 16 % meningkat
Barat serta hembusan angin Selatan mulai meningkat. Pada Bulan Mei pola
menjadi ± 59%. Kejadian yang sama terjadi pada bulan Juni hingga Oktober arah angin didominasi
angin berubah, pada bulan tersebut terjadi penurunan kecepatan angin
oleh angin selatan dengan kisaran frekuensi ± 71 % - 93 %. Pada Bulan November terjadi penurunan
utara dan peningkatan angin selatan secara drastis dari 16 % meningkat
angin selatan dan peningkatan angin utara dan angin barat. Bulan Desember sebagian besar angin
menjadi ± 59%. Kejadian yang sama terjadi pada bulan Juni hingga Oktober
berhembus dari barat dan utara dengan frekuensi hampir berimbang yakni, 41% dan 40,6% .
arah angin didominasi oleh angin selatan dengan kisaran frekuensi ±
71 % - 93 %. Pada Bulan November terjadi penurunan angin selatan dan

Germadan Tondano — 17
peningkatan angin utara dan angin barat. Bulan Desember sebagian besar
angin berhembus dari barat dan utara dengan frekuensi hampir berimbang
yakni, 41% dan 40,6% .

2.2. Kondisi Lahan


1. Penutupan Lahan
Berdasarkan interpretasi citra Landsat tahun 2013, didapatkan bahwa
luasan hutan di DTA Danau Tondano adalah sekitar 4% dari total DTA Danau
Tondano. Jenis tutupan lahan dominan di DTA Danau Tondano adalah
pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campur semak. Pertanian
lahan kering adalah lahan usaha pertanian yang ditanami tanaman pangan
atau sayuran. Jenis komoditas yang banyak ditanam petani adalah jagung,
kacang tanah, kacang merah, buncis, wortel, cabe, tomat, mentimun dan
buncis. Pertanian lahan kering campur semak di wilayah ini merupakan
campuran antara tanaman pertanian semusim dan perkebunan tahunan.
Jenis tanaman yang banyak dijumpai dalam kelas ini adalah cengkeh,
kelapa, aren, bambu, pisang, jagung, kacang tanah, tanaman buah-buahan
seperti nangka, mangga dan tanaman penghijauan. Hal ini dipengaruhi
oleh kondisi tanah, elevasi, topografi dan curah hujan.
Pertanian lahan basah berupa sawah adalah lahan budidaya pertanian
yang biasanya ditanami padi, yang mendapat pengairan teknis ataupun
non teknis. Lahan berpengairan teknis umumnya ditanami padi secara terus
menerus atau dua kali dalam setahun, sedangkan yang tidak berpengairan
teknis hanya satu kali dalam setahun. Pada musim kering lahan ini ditanami
jagung, kedelai, kacang merah dan kacang tanah sehingga kadang-kadang
daerah seperti ini digolongkan sebagai tegalan. Penggunaan lahan sawah
umumnya terdapat pada bentuk lahan dataran aluvial dan aluvio-lakustrin.
Belukar adalah lahan yang ditumbuhi vegetasi alami seperti kayu sirih-
sirihan yang bercampur dengan tanaman keras lainnya. Lahan ini umumnya
merupakan bekas ladang atau kebun campuran yang telah diterlantarkan
dalam jangka waktu yang relatif lama. Keadaan ini umumnya dapat
ditemukan pada bentuk lahan aliran lava. Di daerah ini, penduduk selain
memanfaatkan tanaman cengkeh yang sudah mati juga menggunakan

18 — Germadan Tondano
kayu-kayuan yang berasal dari penggunaan lahan ini untuk dijadikan kayu
bakar. Tanah terbuka di DAS Tondano merupakan bekas muntahan lava
Gunung Soputan dan kawah Gunung Mahawu.

Gambar. PenutupanGambar 2.6. Penutupan


Lahan DTA Lahan DTA Danau Tondano
Danau Tondano
Hutan pada umumnya terdapat pada puncak-puncak perbukitan/pegunungan yang
Hutan bagian
merupakan padadari
umumnya terdapat
hutan lindung pada puncak-puncak
Gunung Masarang, Gunung Tampusu, perbukitan/
Gunung
pegunungan
Lengkoan, Gunung yang merupakan
Lembean, Gunungbagian
Kawatak,dari hutan
Gunung lindung
Soputan dan Gunung Masarang,
Gunung Kaweng.
Gunung
Luasan Tampusu,
hutan primerGunung Lengkoan,
dan sekunder Gunung Lembean,
akan cenderung Gunung
berkurang akibat Kawatak,
rambahan
Gunung Soputan dan Gunung Kaweng. Luasan hutan primer dan sekunder
penduduk. Hampir semua areal hutan yang memiliki aksesibilitas telah dimasuki dan
akan cenderung
mengalami berkurang
perambahan. akibat
Bagian yang rambahan
tersisa penduduk.
hanyalah bagian Hampiryang
puncak gunung semua
areal
relatifhutan yang memiliki aksesibilitas telah dimasuki dan mengalami
sulit dijangkau.
perambahan.
Tabel. PenutupanBagian yang
Lahan DTA tersisa
Danau hanyalah bagian puncak gunung yang
Tondano
relatif sulit dijangkau.
Penutupan Lahan Luas (ha) Prosentase
Hutan lahan kering primer 297.64 1.43
Hutan lahan kering sekunder 453.23 2.17
Permukiman 19
Germadan Tondano —978.95 4.69
Pertanian lahan kering 12341.26 59.15
Tabel 2.3. Penutupan Lahan DTA Danau Tondano
Penutupan Lahan Luas (ha) Prosentase
Hutan lahan kering primer 297.64 1.43
Hutan lahan kering sekunder 453.23 2.17
Permukiman 978.95 4.69
Pertanian lahan kering 12341.26 59.15
Pertanian lahan kering campur semak 1343.74 6.44
Sawah 3728.29 17.87
Semak belukar 1686.89 8.09
Tanah Terbuka 32.83 0.16
Grand Total 20862.83 100.00

Berdasarkan hasil interpretasi Citra Quikbird diperoleh bahwa bagian


hulu (up stream) dari daerah tangkapan Danau Tondano dapat dibedakan
atas 11 (sebelas) jenis penggunaan lahan. Penyebaran penggunaan
lahan dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan luas masing-masing jenis
penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 2.4. Jenis Penggunaan Lahan bagian hulu (up stream) dari Daerah
Tangkapan Danau Tondano
Luas
No Penggunaan Lahan
ha %
1 Hutan 1.233 11,79
2 Kebun Campuran 1.856 17,73
3 Sawah 2.924 27,95
4 Tegalan 3.231 30,88
5 Semak Belukar 89 0,85
6 Rumput 51 0,48
7 Permukiman 1.032 9,86
8 Kolam 10 0,09
9 Rawa 27 0,25
10 Tubuh Air 4 0,03
11 Solfatara/fumarole 9 0,08
JUMLAH 10.464 100,00
Sumber : Interpretasi Citra Quikbird dan Pengecekan Lapangan 2011 (Luntungan, 2014)

20 — Germadan Tondano
Penggunaan lahan di lokasi penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
Hutan adalah lahan yang umumnya ditumbuhi vegetasi alami yang
terdiri dari pohon-pohon besar dengan tinggi lebih dari 5 meter dan
bertajuk rapat. Penggunaan lahan ini banyak dijumpai di puncak perbukitan/
pegunungan dan lembah curam/tebing-tebing sungai. Luas penggunaan
lahan ini adalah 1.223 ha atau 11,79 persen dari total daerah penelitian.
Kebun Campuran adalah lahan yang ditanami petani dengan berbagai
macam jenis tanaman baik tanaman tahunan, buah-buahan maupun
tanaman semusim secara bersama-sama. Penggunaan lahan ini tersebar
merata di daerah penelitian. Jenis tanaman yang banyak dijumpai dalam
kategori ini adalah cengkeh, kelapa, aren, bambu, pisang, jagung, kacang
tanah, tanaman buah-buahan seperti nangka,mangga, dan tanaman
penghijauan
adalah seperti
1.856 ha atau 17,73lamtoro.
persen dariLuas penggunaan
total daerah penelitian.lahan ini adalah
Gambaran 1.856 hadi lokasi
kebun campuran
atau 17,73
penelitian persen
dapat dilihat dari
pada total
Gambardaerah
... penelitian. Gambaran kebun campuran
di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 2.7. Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian


Gambar ..... Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian
Germadan Tondano — 21

Sawah adalah lahan budidaya pertanian yang biasanya ditanami padi, yang mendapat air pengairan
Sawah adalah lahan budidaya pertanian yang biasanya ditanami
padi, yang mendapat air pengairan teknis ataupun non teknis. Lahan
berpengairan teknis umumnya ditanami padi secara terus menerus atau
dua bahkan tiga kali dalam setahun, sedangkan yang tidak berpeng­airan
teknis hanya satu kali dalam setahun dan pada musim kering lahan ini
ditanami palawija seperti tomat, jagung, kacang merah dan kacang tanah.
Sawah banyak dijum­pai di sekitar sungai. Luas penggunaan lahan ini adalah
2.924 ha atau 27,95 persen dari total daerah penelitian
Tegalan adalah lahan usaha pertanian yang ditanami tanaman pangan
atau sayuran.
Jenis komoditas yang banyak ditanam petani adalah jagung, kacang
tanah, kacang merah, buncis, wortel, cabe, tomat, mentimum dan buncis.
Penggunaan lahan ini hampir tersebar merata di seluruh daerah penelitian,
dari dataran sampai perbukitan/pegunungan dengan berbagai macam
kemiringan lereng. Luas penggunaan lahan ini adalah 3.231 ha atau 30,88
persen dari luas keseluruhan areal penelitian.
Semak belukar adalah lahan yang ditumbuhi vegetasi alami seperti
alang-alang yang bercampur dengan vegetasi yang lebih besar seperti
kayu sirih-sirihan. Lahan ini umumnya merupakan bekas ladang atau usaha
tani lainnya yang telah diterlantarkan. Luas penggunaan lahan ini adalah
89 ha atau 0,85 persen dari luas daerah penelitian.
Rumput adalah lahan yang ditumbuhi rerumputan, yang tumbuh tidak
teratur. Daerah ini sering terpengaruh oleh aktivitas vulkanik Gunungapi
Soputan. Penggunaan lahan rumput didaerah ini dapat dijumpai di daerah
sekitar puncak Gunung Soputan Tua.
Permukiman adalah lahan yang digunakan untuk bangunan tempat
tinggal dan peka­rangan (termasuk tanaman) dan sarana umum seperti
kantor, sekolah, gedung ibadah, rumah sakit, lapangan olahraga, pasar,
terminal, dan semua daerah terbangun lainnya. Luas penggunaan lahan ini
adalah 1.032 ha atau 9,86 persen dari total daerah penelitian.
Kolam adalah ceruk di tanah yang agak luas dan dalam berisi air untuk
memelihara ikan. Kolam di lokasi penelitian relative sempit, hanya sekitar
10 ha atau 0,09 persen dari keseluruhan lokasi penelitian.

22 — Germadan Tondano
Rawa adalah lahan berair atau sering dipengaruhi oleh air yang ditumbuhi
oleh vegetasi rawa dan sagu. Penggunaan lahan ini dijumpai di bagian utara
lokasi penelitian atau di bagian selatan dari danau Tondano. Penggunaan
lahan ini menempati areal seluas 27 ha atau 0,25% dari luas daerah penelitian.
Tubuh Airatau badan air merupakan kumpulan air permukaan
yang berbentuk sungai yang mengalir dari bagian hulu ke bagian hilir di
sekitar Danau Tondano. Sungai-sungai yang berada di lokasi penelitian ini
semuanya bermuara di Danau Tondano.
Solfatara/fumaroladalah bentuk manifestasi geothermal berupa
mata air panas dan semburan uap air dan gas-gas oksida belerang. Di lokasi
penelitian, lapangan solfatara/fumarol terdapat dalam bentuk kolam dan
lumpur air panas yang banyak mengandung endapan belerang. Potensi
geothermal di daerah ini sedang dikembangkan dan saat ini telah dilakukan
pengeboran di titik sekitar wilayah Tompaso.
2. Tanah
Jenis tanah di DTA Danau Tondano didominasi oleh ordo tanah Inceptisol,
sebagian Alfisol, Entisol, dan Ultisol. Namun dalam kajian ini disajikan dalam
asosiasi tanah, karena keterbatasan data yang ada mengenai peta tanah di
Sulawesi Utara. Tanah di uraikan berdasarkan Satuan Peta Tanah (SPT) dalam
Peta Tanah dan mengikuti asosiasi tanah yang bersangkutan. Asosiasi adalah
dua atau lebihtakson yang saling bercampur.

Tabel 2.5. Jenis Tanah DTA Danau Tondano


Jenis Tanah Luas (ha)
Dystropepts Humitropepts Tropohumults 3611.41
Dystropepts Humitropepts Tropudalts 54.88
Dystropepts Tropudalfs 483.47
Dystropepts Tropudalfs Troporthents 403.89
Eutrandepts Eutropepts 1235.55
Eutropepts 2890.38
Eutropepts Eutrandepts 3227.37
Humitropepts Dystrandepts Hydrandepts 1722.74
Tropaquepts Fluvaquents 6431.16
Tropudalfs Humitropepts 866.71
Grand Total 20927.56

Germadan Tondano — 23
Jenis tanah di DTA Danau Tondano bervariasi. Dominasi jenis tanahnya
adalah Eutropept atau padanannya adalah Latosol Merah. Latosol adalah
jenis tanah dari tanah zonal termasuk tanah yang terbentuk di bawah
kondisi lembab, tropik berhutan serta dicirikan oleh perbandingan silika
– seskuioksida yang rendah dalam fraksi lempung, kapasitas pertukaran
basa yang rendah, aktifitas lempung yang rendah, kandungan mineral
paling primer yang rendah, kandungan unsur-unsur terlarut yang rendah,
dan derajat stabilitas agregat yang tinggi, biasanya berwarna coklat kuning
kemerahan (Siswomartono, 1989). Dijelaskan lebih lanjut tanah latosol
merah ini bertekstur halus – sedikit, drainase yang baik, solum dalam
hingga sedang dan kesuburan yang tinggi. Selain itu, terdapat jenis tanah
Distropept atau padanannya adalah Latosol Coklat.
Di hulu, jenis tanah lain yang ditemui selain Eutropept dan Distropept
adalah Eutrandept dan Humitropept. Jenis ini termasuk dalam kelas tanah
Inceptisol. Inceptisol adalah tanah yang biasanya basah dengan horizon
pedogenik dari bahan induk tetapi bukan iluviasi. Secara umum, arah
perkembangan tanah belum nyata dari tanda-tanda yang ditinggalkan oleh
berbagai proses pembentukan tanah atau tanda itu terlalu lemah untuk
diklasifikasikan dalam kelas lain.Jenis tanah lainnya yang dominan adalah
Dystrandepts dan Eutrandepts. Jenis tanah dengan akhiran „andepts“
merupakan subordo dari Inceptisol. Andepts memiliki kandungan abu
volkan yang tinggi dan memiliki kelembaban tanah yang kurang. Mengingat
DAS Tondano, DAS Paniki dan DAS Sario merupakan daerah yag dikelilingi
oleh gunung – gunung api, maka dapat diperkirakan bahwa tanah di daerah
ini merupakan hasil dari erupsi volkanik yang pernah terjadi pada masa
lampau. Tanah dengan akhiran “andepts” dipadankan dengan jenis tanah
Andosol atau juga disebut sebagai tanah vulkanis yang berasal dari abu
gunung api. Tanah ini digunakan terutama untuk tanaman sayur-sayuran
dan bunga-bungaan, perkebunan cengkeh. Juga untuk hutan pinus dan
obyek-obyek pariwisata.

24 — Germadan Tondano
sayur-sayuran dan bunga-bungaan, perkebunan cengkeh. Juga untuk hutan pinus dan obyek-
obyek pariwisata.

Gambar 2. 8. Jenis Tanah DAS Tondano


Gambar. Jenis tanah DAS Tondano
Deskripsi setiap satuan tanah diuraikan sebagai berikut :
SatuanDeskripsi
Peta Tanah Dystropepts
setiap satuanDystrandepts Tropaquepts
tanah diuraikan sebagai berikut :
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah yang masing-masing
Satuan Peta Tanah Dystropepts Dystrandepts Tropaquepts
dijelaskan sebagai berikut :
Satuan adalah
• Dystropepts Peta Tanah ini merupakan
tanah ordo asosiasi
Inceptisolls subordo dari dan
tropepts tigagreat
greatgroup tanah
group Dystropepts.
yang masing-masing
Perbedaan dijelaskan
dengan Eutropepts adalahsebagai
kejenuhanberikut : 4OAc) pada kedalaman 25-100
Basa (NH

• cm Dystropepts
dari permukaan tanah besarnya < 50%.
adalah tanah ordo Inceptisolls subordo tropepts dan great
group Dystropepts. Perbedaan dengan Eutropepts adalah kejenuhan
Basa (NH4OAc) pada kedalaman 25-100 cm dari permukaan tanah
besarnya < 50%.
• Dystrandepts adalah Andepts yang terbentuk pada iklim lembab. Kata
Dystr dari Yunani berarti infertile atau tidak subur. Andepts merupakan
subordo dari Inceptisol. Andepts memiliki kandungan abu volkan yang
tinggi dan memiliki kelembaban tanah yang kurang.

Germadan Tondano — 25
• Tropaquepts termasuk dalam sub ordo aquepts ordo Inceptisol. Yaitu
Inceptisol yang memiliki sifat pada lapisan di atas kontak densik, litik
atau paralitik, atau lapisan di antara kedalaman 40 cm dan 50 cm dari
permukaan tanah mineral, mana saja yang lebih dangkal, memiliki
kondisi akuik selama sebagian waktu pada tahun-tahun normal atau
telah didrainase.
Satuan Peta Tanah Dystropepts Dystrandepts Tropudults
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Dystropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Dystrandepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya
• Tropudults adalah greatgroup tanah dari orde Ultisol dan sub orde
Udults. Tropudults tergolong memiliki erodibilitas yang agak tinggi.
Nampak kecenderungan kepekaan tanah terhadap erosi di dominasi
oleh agak tinggi. Dengan keadaan relief berbukit sampai bergunung
peluang bahaya erosi tanah cukup besar.
Satuan Peta Tanah Dystropepts Humitropepts Tropohumults
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Dystropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Humitropepts merupakan greatgroup dari suborde Tropepts dan orde
Inceptisols. Humitropepts adalah tropepts yang memiliki kandungan
humus yang tinggi dan berkisar pada daerah yang memiliki rata-rata
curah hujan yang tinggi. Tergolong tropepts karena mempunyai resin
temperatur isohipertermik.
• Tropohumultstergolong ordo Ultisols, sub ordo humults greatgroup
tropohumults. Tanah ultisols di lapangan ditujukkan oleh adanya
horizon argilik. Hanya saja tanah ultisols ini pada kedalaman < 180 cm
dari permukaan tanah memiliki kejenuhan basa (Jumlah Kation) <35 %
sehingga KBJK sangat rendah. Di lapangan dapat di dekati besarnya PH
Tanah.

26 — Germadan Tondano
Satuan Peta Tanah Dystropepts Humitropepts Tropudalfs
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Dystropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Humitropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Tropudalfs adalah tanah ordo Alfisols, sub ordo udalfs dan great group
tropudalfs, klasifikasi tanah brown Forest Soil dan Mediteran merah
kuning dahulu tergolong dalam alfisols ini. Sifat utama tanah ini
yakni memiliki horizon argillik artinya memiliki kadar liat yang sangat
nyata di horizon B (horizon illuviasi). Dengan demikian di horizon B
atau horizon bawah dijumpai sifat yang sangat padat dibandingkan
dengan horizon A di atasnya. Itulah sebabnya bilamana lahan tidak
memiliki tutupan lahan atau vegetasi, terutama berakar dalam maka
pada lerengan bila hujan turun akan menimbulkan bahaya longsoran
tanah dan erosi.
Satuan Peta Tanah Dystropepts Tropudalfs
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Dystropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Tropudalfs adalah tanah ordo Alfisols, sub ordo udalfs dan great group
tropudalfs, klasifikasi tanah brown Forest Soil dan Mediteran merah
kuning dahulu tergolong dalam alfisols ini. Sifat utama tanah ini
yakni memiliki horizon argillik artinya memiliki kadar liat yang sangat
nyata di horizon B (horizon illuviasi). Dengan demikian di horizon B
atau horizon bawah dijumpai sifat yang sangat padat dibandingkan
dengan horizon A di atasnya. Itulah sebabnya bilamana lahan tidak
memiliki tutupan lahan atau vegetasi, terutama berakar dalam maka
pada lerengan bila hujan turun akan menimbulkan bahaya longsoran
tanah dan erosi.
Satuan Peta Tanah Dystropepts Tropudalfs Troporthents
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :

Germadan Tondano — 27
• Dystropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Tropudalfs adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Troporthents adalah great group dari ordo entisols, sub ordo orthents.
Diduga tanah Troporthents ini adalah tanah litosol dahulu, di mana
kedalaman tanah dangkal sampai sangat dangkal. Dengan demikian
kepekaan terhadap erosi tergolong tinggi.
Satuan Peta Tanah Eutrandepts Eutropepts
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Eutrandepts adalah greatgroup dari orde Inceptisol dan sub orde
Andepts. Andept memiliki kandungan abu volkan yang tinggi dan
memiliki kelembaban tanah yang kurang. Eutrandepts terbentuk dari
abu volkanik dalam iklim semi arid, karena rendahnya curah hujan.
• Eutropeptsadalah great group dari ordo Inceptisols, Sub ordo Tropepts.
Inceptisols adalah tanah-tanah yang tergolong masih muda tetapi
sudah memiliki perkembangan profil ABC. Horison penciri adalah
B kambik. Klasifikasi tanah latosol dahulu tergolong Inceptisolls
ini. Pada umumnya memiliki epipedon umbrik, mollik, histik atau
plagen. Tergolong tropepts karena mempunyai resin temperatur
isohipertermik. Awalan Eutr pada eutropepts berasal dari bahasa Yunani
yang berarti subur.
Satuan Peta Tanah Eutrandepts Hydrandepts Humitropepts
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Eutrandepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Hydrandepts adalah greatgroup dari orde Inceptisol sub orde Andepts.
Andepts yang mengandung liat yang terdehidrasi hingga berukuran
kerikil tergolong hydrandepts. Awalan hydr dari Yunani yang berarti
air. Hydrandepts terbentuk pada iklim yang paling basah. Kandungan
organik yang dimiliki pada hydrandepts sangat tinggi.
• Humitropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.

28 — Germadan Tondano
Satuan Peta Tanah Eutropepts
Satuan Peta Tanah ini hanya berupa satu jenis greatgroup tanah
Eutropepts yang penjelasannya dapat dilihat pada uraian sebelumnya.
Satuan Peta Tanah Eutropepts Dystrandepts
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Eutropeptsadalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Dystrandeptsadalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
Satuan Peta Tanah Eutropepts Eutrandepts
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Eutropeptsadalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Eutrandepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
Satuan Peta Tanah Humitropepts Dystrandepts Hydrandepts
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari tiga greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Humitropeptadalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Dystrandepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Hydrandepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
Satuan Peta Tanah Tropaquepts Fluvaquents
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Tropaqueptsadalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Fluvaquents adalah greatgroup dari orde Entisols dan sub orde aquents.
Aquents adalah entisols yang mempunyai satu atau lebih sifat ;1)
kondisi aquik dan bahan sulfidik di dalam 50 cm dari permukaan tanah
mineral, atau selalu jenuh air dan matriksnya tereduksi pada semua
horizon di bawah kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral,
atau pada suatu lapisan di atas kontak densik, litik, atau paralitik, atau
lapisan di antara kedalaman 40 cm dan 50 cm di bawah permukaan
tanah mineral, mana saja yang lebih dangkal, memiliki kondisi aquik

Germadan Tondano — 29
selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal. Memiliki tekstur
lebih halus dari pasir halus berlempung atau tekstur pasir halus
berlempung yang lebih kasar. Mengandung cukup besi fero aktif untuk
dapat memberikan reaksi positif terhadap alpha, alpha dypyridyl ketika
tanah sedang tidak diirigasi. Aquents telah dijelaskan dalam uraian
sebelumnya. Fluvaquents adalah aquents yang mengandung karbon
organik berumur holosen sebesar 0,2 % atau lebih pada kedalaman
125 cm di bawah permukaan tanah mineral atau memiliki penurunan
kandungan karbon organik secara tidak teratur dari kedalaman 25
cm sampai 125 cm atau mencapai kontak densik, litik, atau paralitik
apabila lebih dangkal.
Satuan Peta Tanah Tropudalfs Humitropepts
Satuan Peta Tanah ini merupakan asosiasi dari dua greatgroup tanah
yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :
• Tropudalfsadalah sama dengan penjelasan sebelumnya.
• Humitropepts adalah sama dengan penjelasan sebelumnya.

3. Geologi
Secara geologis, menurut van Bemmelen (1970), irisan geologi
Minahasa masih terjalin dengan jajaran gunung api Sangihe. Erupsi sebuah
gunung api besar Tondano pada periode akhir waktu geologi Tersier dan
awal waktu Quater membentuk sebuah lobang raksasa (crater). Danau
Tondano terbentuk akibat pengisian crater oleh aliran permukaan dari
pegunungan sekitar pada lembah geantiklin Minahasa yang berbatasan
dengan lengkung jurang Lembean di sebelah Tenggara dan barisan
gunung-gunung muda, yaitu Soputan, Tampusu, dan Mahawu. Jenis bahan
induk batuan di DTA Danau Tondano yang paling banyak ditemui adalah
batuan gunung api : tuf Tondano dan batuan gunung api muda. Batuan
ini merupakan hasil dari aktivitas vulkanik dari gunung – gunung api yang
ada di DTA Danau Tondano. Efendi (1976) memaparkan dalam Peta Geologi
Minahasa bahwa struktur geologi kawasan DTA Danau Tondano didominer
oleh batuan gunung api, tuva Tondano, batuan gunung api tua, endapan
danau dan sungai, aluvium. Batuan gunung api membentuk gunung api

30 — Germadan Tondano
strato muda yang sebagian masih aktif, seperti Gunung Soputan yang
mengeluarkan materi lava, lapili dan abu yang bersifar basal. Tufa Tondano
terbentuk dari bahan klastika gunung api kasar yang umumnya bersifat
andesit yang tersusun dari komponen menyudut hingga menyudut
tanggung dan dicirikan oleh banyaknya pecahan batu apung dan tuva.
Endapan piroklastikan ini diperkirakan berasal dari letusan hebat pada
waktu terjadinya kaldera Tondano. Batuan gunung api tua umumnya terdiri
atas breksi, lava dan tuva yang bersifat andesit sampai basal. Endapan
danau dan sungai berupa bahan pasir, debu, konglomerat dan liat napalan.
Terakhir, bahan aluvium terdapat dalam bentuk bongkah, kerakal, kerikil,
pasir dan lumpur dari berbagai macam batuan.

Tabel 2.6. Geologi DTA Danau Tondano


Jenis Periode
Kode Luas (ha) % Deskripsi
Batuan Pembentukan
Batuan Endapan Danau dan Sungai Tua : pasir, lanau,
Qs 4508.52 21.43 Pleistosen
Sedimen dan lempung ; sebagian terkonsolidasi
Batuan Gunung Api : tuf Tondano (Efendi,
Batuan 1974); tuf, tuf lapili, breksi dan lava, bersifat
QTv 6013.96 28.59 Pleistosen-Pliosen
Gunung Api andesit banyak mengandung pecahan
batuapung
Batuan Batuan Gunung Api Muda : lava, bom, lapili
Qv 5684.96 27.02 Holosen
Gunung Api dan abu
Batuan Gunung Api : breksi,
aglomerat, tuf dan lava,
Batuan
Tmv 4829.82 22.96 Miosen Tengah bersifat andesit dan basal,
Gunung Api
mengandung sisipan batupasir, batulanau,
serpih dan batu gamping
Total 21037.25 100

Kode Qs adalah sistem geologi batuan sedimen yang berasal dari


endapan danau dan sungai Tua yang berupa pasir, lanau, dan lempung serta
sebagian terkonsolidasi. Pembentukan formasi geologi ini adalah pada masa
Pleistosen. Plestosen dulu disebut diluvium yakni formasi sekarang (holosen
atau aluvium), bermula dari 1.750.000 tahun yang lalu hingga 10000
tahun yang lalu dibawah satuan waktu geologi ini terdapat kala pliosen

Germadan Tondano — 31
dan diatasnya kala holosen. Pada kala ini, bumi mengalami beberapa kala
es. Kala ini pula yang menyaksikan homo sapiens pertama yang pertama
dan berbagai jenis yang mendahuluinya. Sebaran tipe geologi Qs di DAS
Tondano menyebar di sekitar danau Tondano yaitu di Roong, Toulour, Kiniar,
Liningaan, Wewelan, Watulambot dan sekitarnya dan di Passo, Tountimomor,
Totolan, Panasen, Tounelet, Pahalaten dan sekitarnya.
Kode QTv adalah sistem geologi batuan gunung api yang berasal dari
tuf Tondano (Efendi, 1974); tuf, tuf lapili, breksi dan lava, bersifat andesit
banyak mengandung pecahan batu apung. Pembentukan formasi geologi
ini adalah pada masa Pleistosen hingga Pliosen. Pliosen adalah suatu kala
dalam skala waktu geologi yang berlangsung 5,332 hingga 1,806 juta
tahun yang lalu. Kala ini merupakan kala kedua pada periode Neogen
di era Kenozoikum. Pliosen berlangsung setelah Miosen dan diikuti oleh
kala Pleistosen. Namanya diberikan oleh Sir Charles Lyell dan berasal dari
kata bahasa Yunani πλεῖον (pleion, “lebih”) dan καινός (kainos, “baru”) dan
kurang lebih berarti “kelanjutan dari sekarang”, merujuk pada fauna laut
moluska yang relatif modern yang hidup pada zaman ini. Seperti periode
geologi lain yang lebih tua, stratum geologi yang menentukan awal dan
akhir teridentifikasi, tapi waktu pasti awal dan akhir kala ini agak tak pasti.
Batas yang menentukan kemunculan Pliosen tidak ditentukan oleh suatu
peristiwa tertentu melainkan hanya berupa batas semu antara Miosen
yang lebih hangat dan Pliosen yang relatif lebih sejuk.
Kode Qv adalah sistem geologi batuan gunung api muda yang berupa
lava, bom, lapili dan abu. Pembentukan formasi geologi ini adalah pada
masa Holosen. Holosen adalah kala dalam skala waktu geologi yang
berlangsung mulai sekitar 10.000 tahun hidrokarbon atau kurang lebih
11.430 ± 130 tahun kalender yang lalu (antara 9560 hingga 9300 SM).
Holosen adalah kala keempat dan terakhir dari periode Neogen.
Kode Tmv merupakan sistem geologi batuan gunung api yang berupa
breksi, aglomerat, tuf dan lava, bersifat andesit dan basal, mengandung
sisipan batupasir, batulanau, serpih dan batu gamping. Kala pembentukan
formasi ini adalah pada Miosen Tengah. Miosen adalah suatu kala pada
skala waktu geologi yang berlangsung antara 23,03 hingga 5,332 juta tahun
yang lalu. Seperti halnya periode geologi yang lebih tua lainnya, lapisan

32 — Germadan Tondano
batuan yang membedakan awal dan akhir kala ini dapat teridentifikasi,
tapi waktu tepat awal dan akhirnya tidak dapat terlalu dipastikan. Miosen
dinamai oleh Sir Charles Lyell dan berasal dari kata bahasa Yunani μείων
(meioon, “kurang”) dan καινός (kainos, “baru”) dan kurang lebih merujuk
pada “kurang baru” karena hanya memiliki 18% (kurang dari Pliosen)
invertebrata laut modern. Miosen mengikuti Oligosen dan diikuti oleh
Pliosen dan merupakan kala pertama pada periode Neogen.

Gambar 2.9. Geologi Danau Tondano


Gambar. Geologi Danau Tondano
4. Geomorfologi
G. Geomorfologi
Bentuk lahan atau geomorfologi merupakan salah satu parameter
Bentuk lahan
dalam karakteristik atau geomorfologi
morfologi merupakanpulau
DAS. Proses geomorphologi salah satu paramete
Sulawesi,
dimana DASDAS.
morfologi TondanoProses
terletak,geomorphologi
sangat dipengaruhi oleh proses
pulau geotektonik
Sulawesi, dimana DA
sangat dipengaruhi olehGermadan
proses geotektonik
Tondano — 33 yang menghasilkan teba
kawasan Asia Timur di satu sisi dan sistem pegunungan Sunda Besar
yang menghasilkan tebaran pulau-pulau di kawasan Asia Timur di satu
sisi dan sistem pegunungan Sunda Besar di sisi lain. Sistem orogenik
(pegunungan) yang membentuk sebagian besar Pulau Sulawesi sehingga
pulau ini dikenal sebagai “Celebes Orogenic“ (van Bemmelen, 1970).
Laporan JICA (2001) membagi wilayah DTA Danau Tondano atas
kelompok pegunungan, kelompok daerah berlereng (piedmont) dan
kelompok dataran. Kelompok pegunungan terdiri atas gunung dan bukit.
Kelompok daerah berlereng terdiri atas dataran tinggi dan lerengnya.
Kelompok terakhir adalah kelompok dataran.
Daerah gunung terdiri atas tiga tipe topografi, yaitu kerucut gunung,
yang dirajai tutupan abu vulkanik, tuva, dan lava serta memiliki kelerengan
sedang sampai sangat curam (3 – 60%). Tipe kedua adalah topografi aliran
lava yang banyak mengandung lava andesit dan basaltik dari gunung api
Tampusu serta berlereng landai hingga curam (3 – 25%). Daerah punggung
bukit adalah tipe ketiga yang dibentuk dari lava vulkanik dan tuva serta
berlereng curam (25 – 75%). Daerah bukit terbagi atas dua tipe topografi,
yaitu yang berlereng curam (15 – 45%) dan lereng berombak (3 – 8%) yang
ditutupi bahan aluvial dan koluvial.
Luasan dataran tinggi di DTA Danau Tondano tergolong kecil dan
ditutupi abu vulkan dan tuva berwarna gelap serta berlereng landai 3 – 15%,
kecuali daerah berjurang (15 – 25%). Wilayah berlereng di sekitar dataran
tinggi adalah lereng gunung api Soputan yang ditutupi abu vulkanik.
Kelompok dataran terbagi atas endapan danau di sekitar Danau
Tondano dan endapan aluvial-koluvial. Endapan danau memiliki topografi
datar hingga sedikit cekung. Sedangkan endapan aluvial-koluvial terdapat
di daerah yang sedikit lebih tinggi dari endapan danau, memiliki topografi
berombak. Komposisi endapan biasanya adalah liat yang menutupi bahan
pasir dan kerikil.

34 — Germadan Tondano
Tabel 2.7. Geomorfologi DTA Danau Tondano
Geomorfologi Luas (ha)
Bukit yang agak curam diatas kerucut vulkanik basa (V97) 2890.38
Dataran lakustrin (A44) 6431.16
Dataran lava basa berbulit kecil (V51) 483.47
Dataran tufa vulkanik sedang sampai basa yang bergelombang (V83) 3227.37
Dataran vulkanik basa yang berombak sampai bergelombang (V83) 54.88
Gunung berapi setrato muda berasal dari vulkanik basa (V32) 1722.74
Krucut kecil vulkanik muda basa/ sedang (V97) 866.71
Punggung bukit sejajar diatas tufa vulkanik sedang/basa (H42) 1235.55
Punggung bukit yang sangat curam di atas vulkanik basa (V52) 403.89
Punggung gunung yang tak teratur diatas batuan vulkanik 3611.41
Grand Total 20927.56

Gambar 2.10.
Gambar. Peta Geomorfologi DTAPeta Geomorfologi
Danau Tondano DTA Danau Tondano

H. Tingkat Bahaya Erosi Germadan Tondano — 35


Erosi merupakan proses pengikisan dan terangkutnya partikel tanah dari suatu tempat
ke tempat lain oleh tenaga erosif (dalam hal ini air), yang menyebabkan hilangnya lapisan
5. Tingkat Bahaya Erosi
Erosi merupakan proses pengikisan dan terangkutnya partikel tanah
dari suatu tempat ke tempat lain oleh tenaga erosif (dalam hal ini air), yang
menyebabkan hilangnya lapisan permukaan tanah dan mengakibatkan
kerusakan lahan. Penyebab utama timbulnya erosi adalah penggunaan
lahan yang kurang sesuai dengan fungsinya atau yang tanpa disertai
dengan teknik pengawetan yang sesuai, termasuk akibatnya kurang
kesadaran para pemakai atau pemilik lahan atas bahaya erosi. Berdasarkan
kenampakannya, erosi dapat dibedakan menjadi erosi percik (splash
erosion), erosi permukaan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi
jurang (gully erosion).
Erosi merupakan proses alamiah yang tidak dapat atau sulit untuk
dihilangkan sama sekali atau menjadi tingkat erosinya nol, khususnya
untuk lahan-lahan yang diusahakan untuk pertanian. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih di bawah
ambang batas yang maksimum (soil loss tolerance), yang besar erosinya
tidak melebihi laju pembentukan tanah. Hal ini penting dilakukan pada-
lahan-lahan pertanian untuk membatasi tanah yang hilang, sehingga
tingkat kesuburan dan atau produktivitas tanah tidak terganggu dan
dapat dipertahankan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu perlu adanya
penelitian untuk menenkan besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan
untuk tiap-tiap jenis tanah untuk dijadikan dasar dalam menentukan tata
guna lahan, pola dan intensitas tanam, manajemen lahan dan tindakan
konservasi (Suripin, 2002).
Sejumlah model prediksi erosi lahan sudah banyak dikembangkan,
sebagaimana telah dibahas dalam berbagai literatur. Model-model
yang ada kebanyakan adalah empiris (parametrik) yang dikembangkan
berdasarkan proses hidrologi dan fisis yang terjadi selama peristiwa erosi
dan pengangkutannya dari DAS ke titik yang ditinjau. Idealnya metode
prediksi harus memenuhi persyaratan yang nampaknya bertentangan,
yaitu model harus dapat diandalkan, dapat digunakan secara umum, mudah
dipergunakan, data yang minimum, komprehensif dalam hal faktor-faktor
yang dipergunakan dan dapat mengikuti (peka) terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di DAS seperti tindakan konservasi lahan (Morgan,

36 — Germadan Tondano
1986). Salah satu model prediksi erosi yang banyak dipergunakan adalah
metode USLE.
USLE dikembangkan di USDA – SCS (United States Department of
Agriculture – Soil Conservation Services) bekerja sama dengan Purdue
University oleh Wischmeier dan Smith sejak 1965. Model ini memungkinkan
perencana memprediksi laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu
kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam jenis tanah
dan penerapan pengelolaan lahan (tindakan konservasi lahan). Metode ini
dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi permukaan
dan erosi alur dibawah kondisi tertentu. Persamaan ini dapt memprediksi
erosi pada lahan-lahan non pertanian, tetapi tidak dapat untuk memprediksi
pengendapan. Selain itu juga tidak memperhitungkan hasil sedimen
dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai. Berdasarkan analisis
statistik terhadap lebih dari 10.000 tahun data erosi dan aliran permukaan,
parameter fisik dan pengelolaan dikelompokkan menjadi lima parameter
utama yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara numeris.
Persamaan yang pertama kali dikembangkan untuk mempelajari
erosi lahan adalah yang disebut persamaan Musgrave, yang selanjutnya
berkembang terus menjadi persamaan yang sangat terkenal dan masih
banyak dipakai sampai sekarang, yaitu Universal Soil Loss Equation (USLE).
USLE memungkinkan perencana memprediksi laju erosi rata-rata lahan
tertentu pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap
macam jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan (tindakan konservasi
lahan). USLE dirancang untuk memprediksi erosi jangka panjang dari
erosi lembar dan erosi alur dibawah kondisi tertentu. Persamaan tersebut
dapat juga memprediksi pengendapan dan tidak memprehitungkan hasil
sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai.
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan oleh BPDAS Tondano
(2013), diketahui nilai erosi tertimbang (A) untuk DTA Danau Tondano
adalah sebesar 46,46 ton/ha/th. Hasil analisis prediksi erosi menunjukkan
bahwa terdapat wilayah – wilayah yang memiliki kelas bahaya erosi sedang
hingga sangat berat yang tersebar daerah yang memiliki topografi agak
curam hingga sangat curam. Wilayah – wilayah yang demikian perlu
diperhatikan dengan penanganan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah
guna menekan erosi.

Germadan Tondano — 37
Tabel 2.8 Tingkat Bahaya Erosi Danau Tondano
Tingkat Bahaya Erosi Luas (ha)
Sangat Ringan 6407.48
Ringan 441.68
Sedang 7623.58
Berat 2075.58
Sangat Berat 4359.18
Grand Total 20907.5

GambarErosi
Gambar. Tingkat Bahaya 2.11.DTA
Tingkat Bahaya
Danau Erosi DTA Danau Tondano
Tondano

I. Lahan Kritis 38 — Germadan Tondano


Lahan adalah suatu wilayah daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup semua tanda pengenal
(atribut) atmosfer, tanah, geologi, timbulan, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan,
6. Lahan Kritis
Lahan adalah suatu wilayah daratan bumi yang ciri-cirinya mencakup
semua tanda pengenal (atribut) atmosfer, tanah, geologi, timbulan,
hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap
maupun yang bersifat mendaur, serta hasil kegiatan manusia masa lalu
dan masa kini, sejauh hal-hal tadi berpengaruh secara signifikan atas
penggunaan lahan pada masa kini dan masa mendatang.
Lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang mengalami proses
kerusakan fisik, kimia dan biologi karena tidak sesuai penggunaan dan
kemampuannya, yang akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologis,
produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dan daerah
lingkungan pengaruhnya. Lahan dapat bersifat kritis menurut ukuran
sosial ekonomi. Dalam hal ini, kekritisan mencakup lahan yang dibiarkan
terbengkalai atau tidur, digunakan di bawah kemampuan potensialnya
sehingga tidak efektif atau digunakan melampaui kemampuan
potensialnya. Lahan yang dibiarkan tidur, tergantung pada keadaannya,
dapat juga kritis menurut ukuran biofisik atau justru aman dari kerusakan
biofisik. Misalnya, lahan alang-alang yang secara sosial ekonomi kritis namun
baik dalam menghadapi gangguan biofisik. Sebaliknya, lahan yang telah
diolah namun dibiarkan terbengkalai sangat rentan terhadap kerusakan
biofisik. Lahan yang digunakan secara tidak efektif biasanya tidak mudah
mengalami kerusakan biofisik karena intensitas gangguan oleh pengguna
lahan masih kecil daripada tingkat usikan yang dapat ditanggung lahan.
Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan melalui Keputusan
Nomor: 041/Kpts/V/1998 mendefenisikan lahan kritis sebagai lahan
yang telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atau berkurang
fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan. Fungsi
yang dimaksud pada defenisi tersebut adalah fungsi produksi dan fungsi
tata airnya. Sebagaimana dikemukakan di atas, fungsi produksi berkaitan
dengan fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan fungsi
tata air berkaitan dengan fungsi tanah sebagai tempat berjangkarnya akar
dan menyimpan air tanah. Penurunan fungsi produksi dan fungsi tata air
tertentu yaitu pada nilai total skor tertentu di fungsi kawasan lindung,
fungsi kawasan lindung di luar kawasan hutan dan kawasan budidaya akan
menentukan tingkat kekritisan lahan pada fungsi kawasan tersebut.

Germadan Tondano — 39
Lahan kering marginal yang berstatus kritis dicirikan oleh solum tanah
yang dangkal, lereng curam, tingkat erosi tinggi, produktivitas rendah,
penutupan vegetasi kurang. Kondisi demikian umumnya terdapat di
wilayah desa tertinggal dan sebagian besar dikelola oleh petani miskin
yang tidak mampu melaksanakan upaya-upaya konservasi, sehingga
kondisinya makin lama makin memburuk. Kondisi tersebut lebih parah
jika menerapkan sistem usaha tani yang orientasinya subsisten, sehingga
mempercepat terbentuknya lahan kritis.
Lahan kritis terjadi akibat erosi oleh air hujan. Erosi sendiri diakibatkan
oleh faktor-faktor iklim, topografi, vegetasi, kondisi tanah dan ulah manusia.
Sulawesi Utara memiliki curah hujan tinggi, lahan berlereng. Ketika pohon
maupun vegetasi penutup tanah lainnya yang tumbuh di atas lahan
ditebangi maka curah hujan yang tinggi memukul langsung permukaan
tanah yang gundul. Butiran tanah terlepas dari agregatnya dan dibawa
hanyut oleh aliran permukaan (run off) ke lereng bawah sampai akhirnya
diindapkan di muara-muara sungai. Tanah yang terhanyut mengandung
zat-zat hara penting untuk tanaman. Dengan demikian yang tertinggal
adalah lapisan bawah tanah (sub soil) atau bahan induk yang tidak subur
dan bukan media tumbuh yang baik untuk pertanian. Para ahli mengatakan
bahwa untuk pembentukan lapisan olah (top soil) setebal 2,5 cm diperlukan
waktu 30 –300 tahun.
Kerusakan tanah di DTA Danau Tondano terutama disebabkan oleh
hilangnya lapisan permukaan (top soil) oleh kekuatan pukulan butir-butir
hujan dan kekuatan daya angkut aliran permukaan oleh air hujan. Sebagai
proses selanjutnya akan terbentuk lahan kritis dan marginal yang semakin
bertambah setiap tahunnya bila tidak ditangani. Penggunaan lahan yang
dilakukan secara asal-asalan mengakibatkan tingginya laju erosi, sebaliknya
penggunaan lahan yang baik menghasilkan laju erosi yang rendah.
Hutan dan lahan yang telah terganggu oleh kejadian alam atau
tindakan manusia memerlukan pengelolaan yang khusus untuk mencegah
kemerosotan lebih lanjut dan untuk memulihkannya memerlukan waktu
yang cukup lama. Hutan memberikan penutupan yang terbaik yang
mungkin untuk pencegahan kerusakan-kerusakan akibat banjir, khususnya
kerusakan yang terjadi sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi.

40 — Germadan Tondano
Berikut ini adalah kondisi tingkat kekritisan lahan di DTA Danau
Tondano :
Tabel 2.9 Tingkat Kekritisan Lahan DTA Danau Tondano
Tingkat Kekritisan Lahan Luas (ha) %
Potensial Kritis 12407.91 59.06
Agak Kritis 5295.96 25.21
Kritis 3245.49 15.45
Sangat Kritis 58.81 0.28
Grand Total 21008.17 100.00
BPDAS Tondano (2013)

Berdasarkan tingkatannya, menurut Balai Penelitian Tanah (2004),


lahan kritis dibedakan menjadi :
1. Lahan Sangat Kritis, mempunyai salah satu ciri atau dapat lebih dari
satu ciri sebagai berikut :
a. Lahan mengalami erosi berat, selain erosi parit (gully errossion)
juga banyak dijumpai tanah longsor, tanah merayap, dengan
dinding longsoran yang sangat terjal.
b. Kedalaman tanah dangkal sampai sangat dangkal, atau tanpa
horizon A dan atau bahan induk, sebagian horizon B telah tererosi.
c. Persentase tutupan vegetasi permanen sangat rendah bahkan
hingga gundul atau tandus.
d. Lereng umumnya lebih dari 45 persen, namun banyak pula lahan
kritis yang mempunyai lereng kurang dari 30 persen.
2. Lahan Kritis, mempunyai salah satu ciri atau dapat lebih dari satu ciri
sebagai berikut :
a. Lahan telah mengalami erosi berat, dimana tingkat erosi umumnya
parit.
b. Kedalaman tanah sedang hingga dangkal, dengan horizon A
kurang dari 5 cm
c. Persentase tutupan vegetasi permanen antara 20 – 50%
d. Lereng antara 15 – 30 persen. Kesuburan tanah rendah.

Germadan Tondano — 41
3. Lahan Agak Kritis, mempunyai salah satu ciri atau dapat lebih dari satu
ciri sebagai berikut :
a. Lahan telah mengalami erosi ringan sampai sedang, antara erosi
permukaan dan erosi alur, tetapi produktivitasnya sudah rendah,
karena tingkat kesuburannya rendah. Lahan masih produktif,
tetapi tingkat bahaya erosi tinggi, sehingga fungsi hidrologisnya
menurun. Bila tidak ada usaha perbaikan, maka dalam waktu
singkat akan menjadi kritis.
b. Kedalaman tanah sedang dengan horizon A kurng dari 15 cm
c. Persentase vegetasi permanen 50-70%, vegetasi dominan biasanya
alang-alang, rumput semak belukar dan hutan jarang.
4. Lahan Potensial Kritis, mempunyai salah satu ciri atau dapat lebih dari
satu ciri sebagai berikut:
a. Lahan masih tertutup vegetasi permanen cukup tinggi lebih dari
75% dengan ketebalan horizon A lebih dari 15 cm. Namun jika
kegiatan konservasi tidak dilakukan dan tanah dibiarkan terbuka
erosi dapat terjadi.
b. Lahan asih mempunyai fungsi produksi, hidrologi, hidroorologi
cukup baik, tetapi bahaya untuk menjadi kritis sangat besar bila
lahan tersebut dibuka atau bila tidak dilakukan usaha konservasi
c. Lahan masih tertutup vegetasi, karena kondisi topografi atau
keadaan lereng sedemikian curam (lebih dari 45%), sangat tertoreh
dan kondisi tanah mudah longsor, maka bila vegetasi dibuka akan
terjadi erosi berat/kuat.
d. Lahan karena keadaan topografi dan bahan induknya, bila terbuka
atau vegetasi rusak karena erosi atau longsor, misalnya tanah
berbahan batuan induk sedimen, bahan volkan dan bahan kapur
lunak.
e. Produktivitas lahan masih baik, tetapi penggunaannya tidak sesuai
dengan kemampuan dan belum dilakukan usaha konservasi.

42 — Germadan Tondano
Gambar. TingkatGambar
Kekritisan Lahan
2.12. DTA
Tingkat Danau Tondano
Kekritisan Lahan DTA Danau Tondano
Tabel. Lahan kritis pada fungsi kawasan hutan di DTA Danau Tondano
Tabel 2.10. Lahan kritis pada fungsi kawasan hutan di DTA Danau Tondano
Tingkat Kekritisan Lahan Areal Penggunaan Lain Kawasan Hutan Lindung Total
Potensial
TingkatKritis 12089.92 Lain Kawasan Hutan
Kekritisan Lahan Areal Penggunaan 317.99 12407.91Total
Lindung
Agak Kritis 5025.32 270.64 5295.96
Potensial Kritis 12089.92 317.99 12407.91
Kritis 2909.11 336.38 3245.49
AgakKritis
Sangat Kritis 5025.32
- 58.81270.64 58.81 5295.96
KritisTotal
Grand 2909.11
20024.35 983.82336.38
21008.17 3245.49
Sangat Kritis - 58.81 58.81
Yang dikategorikan sebagai lahan kritis adalah pada tingkat kekritisan lahan agak kritis kritis
danGrand Totalkritis. Berdasarkan hal tersebut 20024.35
sangat maka prioritas penanganan983.82 21008.17
kegiatan rehabilitasi
hutan dan ahan adalah pada kategori kritis dan sangat kritis. Kategori lahan sangat kritis di
DTA Danau
Yang Tondano adalah pada
dikategorikan lahanlahan
sebagai terbukakritis
hasil adalah
erupsi Gunung Soputan.kekritisan
pada tingkat Berdasarkan
overlay antara peta lahan kritis dan peta kawasan hutan lindung didapatkan bahwa lahan
lahan agak kritis kritis dan sangat kritis. Berdasarkan hal tersebut maka
sangat kritis di fungsi kawasan hutan lindung adalah sebesar 600 ha sedangkan lebih banyak
prioritas penanganan kegiatan rehabilitasi hutan dan ahan adalah

Germadan Tondano — 43
pada kategori kritis dan sangat kritis. Kategori lahan sangat kritis di DTA
Danau Tondano adalah pada lahan terbuka hasil erupsi Gunung Soputan.
Berdasarkan overlay antara peta lahan kritis dan peta kawasan hutan
lindung didapatkan bahwa lahan sangat kritis di fungsi kawasan hutan
lindung adalah sebesar 600 ha sedangkan lebih banyak pada kawasan
budidaya. Luas kawasan hutan lindung di DTA Danau Tondano hanya 983
ha atau sekitar 4,6% dari luas daerah tangkapan air.

2.3. Hidrologi
Terdapat 3 (tiga) sungai yaitu Sungai Panasen, Sungai Ranoweleng
dan Sungai Mawalelong/Leleko yang bermuara ke Danau Tondano,
disamping sejumlah saluran irigasi, sungai intermitten dan saluran drainase
permukiman yang bermuara ke Danau Tondano. Danau Tondano memiliki
1 (satu) outlet yaitu Sungai Tondano yang bermuara di Teluk Manado.
Data rata-rata debit air masuk danau (inlet) dan air keluar (outlet) untuk
musim kemarau dan penghujan. Jumlah Data debit air untuk sungai/saluran
irigasi yang menjadi inlet Danau Tondano dan Data debit air oulet Danau
Tondano/Sungai Tondano (PPSA, 2006) dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2.11. Data Debit Air Sungai/Saluran Irigasi Inlet dan Outlet Danau Tondano
Lokasi di 24 Inlet Danau Tondano dan 1 Outlet
No. Debit (m3/detik) Keterangan
(Sungai Tondano/Toulour)
1. k. Koya 0,012
2. k. Toubeke 0,015
3. k. Salupokol 0,015
4. k. Tougela 0,044
5. Leput 2 0,940
6. k. Tougela 1 0,225
7. k. Tougela 3 0,124
8. k. Tougela 4 0,090
9. S. Leleko*) 0,935
10. S. Talikuran 0,895
11. Irigasi 1 0,014
12. Irigasi 2 0,014
13. Irigasi 3 0,015

44 — Germadan Tondano
Lokasi di 24 Inlet Danau Tondano dan 1 Outlet
No. Debit (m3/detik) Keterangan
(Sungai Tondano/Toulour)
14. Irigasi 4 0,013
15. S. Panasen*) 8,100
16. S. Ranoweleng 7,610
17. S. Saluwangko 4,860
18. s.irigasi (Tandengan) 0,114
19. s.irigasi (Tounipus) 0,014
20. s.irigasi (Serawet) 0,014
21. s.irigasi (Toulumbuten)
)
0.018
Sumber: Data sekunder PPSA, 2003, * Data Wantasen, 2008
22. s. irigasi (Tounsukun) 0.114
23. s.irigasi Makalonsow) 0.105
24. s.irigasi Papakelan 1.086
25. S. Tondano (Outlet)*) 4.200
Sumber: Data sekunder PPSA, 2003, *) Data Wantasen, 2008

Sungai Leleko (inlet) Sungai Tondano (outlet)

Sungai Panasen (inlet)

Sungai Saluwangko (inlet) Sungai Ranoweleng (inlet)

Gambar 2.13. Sketsa pola aliran sungai masuk (inlet) dan outlet (keluar).
Gambar .... sketsa pola aliran sungai masuk (inlet) dan outlet (keluar).

Germadan Tondano — 45
2.4. Data series status mutu dan kelas air danau terakhir

Data kualitas air Danau Tondano diperlukan dalam menentukan status mutu dan kelas air danau.
2.4. Status mutu dan kelas air danau
Data kualitas air Danau Tondano diperlukan dalam menentukan status
mutu dan kelas air danau. Data kualitas air Danau Tondano yang tersedia
adalah data dari penelitian kerjama pemerintah Republik Indonesia dengan
pemerintah luar negeri seperti Jepang dan Canada. Japan International
Cooperation Agency (JICA), 2001 melakukan pengukuran kualitas air
pada 50 titik sampling di Danau Tondano. Diperoleh data konsentrasi total
nitrogen 1,11 mg/l-3,58 mg/l, dan total fosfat 1,7 mg/l. Rata-rata total
nitrogen 2540 µg/l dan total fosfat di Danau Tondano 1700 µg/l (JICA,
Rata-ratadapat
2001), total nitrogen
dilihat2540
padaµg/lGambar
dan total 2.13
fosfat dan
di Danau
2,15Tondano 1700 µg/l (JICA, 2001), dapat
dilihat pada Gambar ....

Total Nitrogen di Danau Tondano


Total Nitrogen (mg/l)

0 Total N (mg/l)
13 5 7 9
11131517 19
21 23 25 27 29 31
33 35 37 39
41 43 45 47
49

Gambar .... Total Nitrogen pada 50 titik sampling di Danau Tondano (JICA, 2001)
Gambar 2.14. Total Nitrogen pada 50 titik sampling di Danau Tondano (JICA, 2001)

Penelitian kualitas air


Penelitian yang dilakukan
kualitas oleh Dinas
air yang Sumberdaya
dilakukan olehAir Dinas
Provinsi Sumberdaya
Sulawesi Utara melalui
Air
Proyek Pengembangan
Provinsi Sulawesi dan Pengelolaan
Utara melalui Sumber Air/PPSA
Proyek (2003) menunjukkan
Pengembangan danbahwa kualitas air di
Pengelolaan
inlet DanauAir/PPSA
Sumber Tondano dan Sungai menunjukkan
(2003) Tondano melebihi ambang
bahwabatas baku mutu
kualitas air sesuai
air di PP No. 82
inlet Danau
Tahun 2001 (parameter: TSS, TDS, fosfat, BOD, COD, nitrat, coliform).
Tondano dan Sungai Tondano melebihi ambang batas baku mutu air
sesuai
yang samaPP No.
yang82diukur
Tahunpada2001tahun
(parameter:
2000 danTSS, TDS,2008
tahun fosfat, BOD, kecenderungan
terdapat COD, nitrat,
coliform).
meningkat yaitu 0,21 mg/l-0,41 mg/l, secara rinci dapat dilihat pada Gambar ...
Konsentrasi ammonia diukur pada tahun 2000 dan tahun 2008 terdapat
kecenderungan meningkat yaitu 0,21 mg/l-0,41 mg/l, secara rinci dapat
Konsentrasi Ammonia (mg/l)

0.45
dilihat pada Gambar 2.140.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1 46 — Germadan Tondano
0.05
0
Timur Timur Timur selatan
danau danau( danau danau
meningkat yaitu 0,21 mg/l-0,41 mg/l, secara rinci dapat dilihat pada Gambar ...

Konsentrasi Ammonia (mg/l)


0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Timur Timur Timur selatan
danau danau( danau danau
(Telap) Toulim (Rano
embet) merut)
Ammonia, 2000 0.27 0.35 0.27 0.2
Ammonia, 2008 0.3 0.41 0.33 0.21

Gambar ... Konsentrasi Ammonia di Danau Tondano (data JICA tahun 2000 dan Wantasen, 2008),
Gambar 2.15. Konsentrasi Ammonia di Danau Tondano (data JICA tahun 2000
Konsentrasi ammonia di permukaan Danau dan Wantasen,
Tondano2008),
masi memenuhi ketentuan baku mutu
yang dipersyaratkan sesuai
Konsentrasi Peraturan
ammonia Pemerintah
di permukaan DanauNomor
Tondano82masi
tahun 2001 tentang
memenuhi
ketentuan baku mutu yang dipersyaratkan sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
PencemaranAir (Kelas I) yaitu peruntukan air baku untuk air bersih
konsentrasi ammonia yang dipersyaratkan adalah 0,50 mg/l. Akan tetapi
ada kecenderungan bertambah. Konsentrasi tertinggi terdapat di muara-
muara sungai yang menjadi inlet danau dan di Danau Tondano terutama
pada bagian timur dan bagian tengah danau.
Konsentrasi Nitrit (NO2-) di permukaan Danau Tondano berada pada
kisaran 0,001-0,118 mg/l. Konsentrasi Nitrit ini melebihi baku mutu
sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian PencemaranAir (Kelas I), konsentrasi
nitrit yang diperbolehkan adalah 0,06 mg/l, termasuk kebutuhan untuk
PDAM. Konsentrasi Nitrit tertinggi adalah terdapat di bagian timur Danau
Tondano. Bagian timur Danau Tondano menjadi lokasi kegiatan perikanan
sistem karamba jaring apung, dan konsentrasi nitrit yang terukur adalah
0,070 mg/l–0,118 mg/l. Sedangkan konsentrasi nitrit di bagian barat Danau

Germadan Tondano — 47
Tondano 0,003-0,024 mg/l (memenuhi syarat baku mutu sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2001).
Konsentrasi nitrat di permukaan Danau Tondano, diperoleh data
konsentrasi nitrat berkisar antara 0,1 mg/l hingga 1,1 mg/l (Wantasen,
2012). Hasil penelitian Korah (2000) di perairan bagian timur Danau
Tondano, diperoleh data bahwa konsentrasi Nitrat di permukaan danau
yaitu di stasiun pengukuran Eris (0,85 mg/l), Telap (0,65 mg/l), Toulimembet
(0,80 mg/l), Kaweng (0,68 mg/l). Konsentrasi Nitrat masih memenuhi
syarat baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas
I), konsentrasi Nitrat yang diperbolehkan adalah 10 mg/l. Pengukuran
konsentrasi nitrat, nitrit, ammonia di Danau Tondano dilakukan pada 50
(lima puluh) titik lokasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi
nitrat <0,005-0,018 mg/l, nitrit <0,001-0,002 mg/l, ammonia 0,007-0,11
mg/l, dan total fosfat 0,011-0,347 mg/l.
Konsentrasi nitrat, nitrit, dan ammonia berada di bawa baku mutu
kualitas air sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001. Konsentrasi
nitrat 10 mg/l, nitrit 0,06 mg/l, ammonia 0,5 mg/l. Konsentrasi fosfat pada
lokasi bagian timur Danau Tondano telah melebihi baku mutu sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 yaitu diperoleh konsentrasi
fosfat 0,347 mg/l sedangkan konsentrasi fosfat sesuai baku mutu 0,2 mg/l.
Konsentrasi fosfat secara grafik dapat dilihat pada Gambar 2.15.
Total Fosfat
Total Fosfat
0.35
0.35
0.3 0.3
Konsentrasi (mg/l)
Konsentrasi (mg/l)

0.250.25
Total Fosfat 0.2
0.2
0.15
Total Fosfat
0.10.15 Total Fosfat
0.05 0.1
0
0.05
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
0 Lokasi
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Gambar .....Total Fosfat Total Fosfat
Konsentrasi Lokasidi Danau Tondano (Rumende, dkk, 2014)
Gambar 2.16. Konsentrasi Total Fosfat di Danau Tondano (Rumende, dkk, 2014)
Konsentrasi nitrat, nitrit, ammonia di outlet saluran irigasi yan menjadi inlet Danau Tondano bagian
Gambar ..... Konsentrasi Total Fosfat di Danau Tondano (Rumende, dkk, 201
timur (Data Tahun 2008 dan 2014) digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar ...).
9 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 48 — Germadan Tondano
Lokasi
Konsentrasi
0.9 nitrat, nitrit, ammonia di outlet saluran irigasi yan menjadi inlet Danau Tonda
Lokasi

Gambar ..... Konsentrasi Total Fosfat di Danau Tondano (Rumende, dkk, 2014)

Konsentrasi nitrat, nitrit, ammonia di outlet saluran irigasi yan menjadi


inlet Danau Tondano
Konsentrasi nitrat,bagian
nitrit, ammonia di outlet
timur (Data Tahun
saluran2008
irigasidan inlet Danau Tondano bagian
2014) digambarkan
yan menjadi

dalam bentuk grafik


timur (Data Tahun(Gambar 2.16).
2008 dan 2014) digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar ...).

0.9
0.8
0.7
Konsentrasi (mg/l)

0.6
s.irigasi (Tandengan1)
0.5
0.4 s.irigasi (Tounipus 2)

0.3 s.irigasi (Serawet)


0.2 s.irigasi (Toulumbuten)
0.1
0
2008 2014 2008 2014 2008 2014
Nitrat Nitrit Ammonia

Gambar 2.17. Konsentrasi Nitrat, Nitrit,


Gambar .....Konsentrasi Ammonia
Nitrat, di Outletdi Saluran
Nitrit, Ammonia IrigasiIrigasi
Outlet Saluran Bagian Timur
Bagian Timur Danau
Danau TondanoTondano (Data Tahun 2008 dan
(Data Tahun 20082014)
dan 2014)

Data yang tertuang dalam Gambar .. menunjukkan bahwa konsentrasi Sungai Tounipus 2
Data yang tertuang dalam Gambar .. menunjukkan bahwa konsentrasi
memiliki konsentrasi nitrat yang tinggi. Saat pengambilan sampel kualitas air, tanaman berada dalam
Sungai Tounipus 2 memiliki konsentrasi nitrat yang tinggi. Saat pengambilan
saat pertumbuhan aktif dan saat pemupukan sintetis (Urea) dilakukan.
sampel kualitas air, tanaman berada dalam saat pertumbuhan aktif dan
saat pemupukan sintetis (Urea) dilakukan.

Gambar 2.18. Kondisi tanaman Pertumbuhan Vegetatif Aktif


Gambar .....Kondisi tanaman Pertumbuhan Vegetatif Aktif
Germadan Tondano — 49
2.5. Status trofik danau
Tingkat Trofik Danau Tondano.
Kondisi kualitas air Danau Tondano diklasifikasikan berdasarkan
eutrofikasi yang disebabkan adanya peningkatan konsentrasi unsur hara
dalam air. Faktor pembatas sebagai penentu eutrofikasi adalah unsur Fosfor
(P) dan Nitrogen (N). Pada umumnya rata-rata tumbuhan air mengandung
Nitrogen dan Fosfor masing-masing 0,7% dan 0,09% dari berat basah.
Khlorofil-a dapat digunakan untuk memprediksi biomassa phytoplankton.
Konsentrasi khlorofil-a tertinggi terdapat pada kedalaman 3 meter,
dibandingkan dengan konsentrasi khlorofil-a yang terdapat di permukaan
Danau Tondano. Konsentrasi tinggi terdapat di bagian timur Danau Tondano
(jaring apung Kaweng 26,77 µg/l), bagian selatan danau (22,49 µg/l) dan
bagian tengah Danau Tondano (27,01 µg/l). Konsentrasi terendah terdapat
di lokasi Wisata Paleloan 3,7 µg/l (lokasi bagian barat Danau Tondano).
Konsentrasi khlorofil-a di Danau Tondano pada permukaan danau berkisar
antara 0,93 µg/l - 24,2 µg/l , kedalaman 1 (satu) meter berkisar antara 10,3
µg/l – 24,7 µg/l, kedalaman 2 (dua) meter berkisar adalah 13,9 µg/l, dan
kedalaman 3 (tiga) meter berkisar antara 3,7 µg/l – 27,0 µg/l, digambarkan
dalam bentuk grafik, yang terdapat pada Gambar 2.18.

30

25
Konsentrasi Klorofil-a (µg/l)

20

15

10

0
inlet wisata selata inlet inlet jaring tengah jaring wisata outlet
danau Sumar n danau danau apung danau apung Palelo danau
Leleko u Endo danau Panas Ranow Kawen Eris an
en eleng g
Permukaan 0.93 8.72 19.71 19 24.26 14.42 19 18.76 5.97 18.32
Kedalaman 1 m 10.39 24.73
Kedalaman 2 m 13.98
Kedalaman 3 m 15.37 22.49 26.77 27.01 26.33 3.7 16.7

Gambar 2.19.
GambarKonsentrasi Klorofil-
....... Konsentrasi Klorofil- aa di
diDanau
Danau Tondano
Tondano (Wantasen,
(Wantasen, 2012) 2012)
Tingginya konsentrasi khlorofil-a di bagian timur Danau Tondano, bagian selatan danau dan
50 — Germadan Tondano
bagian tengah Danau Tondano adalah disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang
memungkinkan terangkatnya sejumlah nutrien dari tempat lain, juga disebabkan oleh nutrien dari
sisa makanan ikan (Pellet) lokasi KJA yang dominan terdapat di bagian timur dan selatan Danau
Tingginya konsentrasi khlorofil-a di bagian timur Danau Tondano,
bagian selatan danau dan bagian tengah Danau Tondano adalah disebabkan
oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan terangkatnya
sejumlah nutrien dari tempat lain, juga disebabkan oleh nutrien dari sisa
makanan ikan (Pellet) lokasi KJA yang dominan terdapat di bagian timur
dan selatan Danau Tondano.
Berkaitan dengan lebih tingginya konsentrasi khlorofil-a pada
kedalaman 3 meter di Danau Tondano, disamping faktor cahaya juga oleh
bahan organik tinggi. Tingkat kecerahan Danau Tondano sekitar 2,0-3
meter dengan demikian radiasi matahari bisa sampai pada kedalaman 3
meter dan didukung oleh ketersediaan nutrien (Nitrogen) menyebabkan
fotosintesis berlangsung baik sehingga pertumbuhan phytoplankton
meningkat pada kedalaman 3 meter.

Gambar 2.20. Peta Sebaran Khlorofil-a di Permukaan Danau Tondano Hingga 3 meter
Gamba.... Peta Sebaran Khlorofil-a di Permukaan Danau Tondano Hingga 3 meter
Gamba.... Peta Sebaran Khlorofil-a di Permukaan Danau Tondano Hingga 3 meter
Hasil pengukuran terhadap rata-rata Nitrogen total adalah 2540 µg/l, konsentrasi rata-rata total
Hasil pengukuran
Phosphat terhadap
adalah 1700 µg/l rata-rata
Germadan
Nitrogen
(JICA, 2001).
Tondano
total
Pengukuranadalah 51
Gamba.... Peta Sebaran Khlorofil-a di Permukaan Danau Tondano Hingga 3 meter
— 2540 µg/l, konsentrasi rata-rata total
tingkat kecerahan diperoleh data bahwa
HasilPhosphat
pengukuran
kecerahan terhadap
adalah 1700
di Danau rata-rata
µg/l
Tondano(JICA, Nitrogen
2001).
adalah 2,0total
sekitarPengukuran
meteradalah 2540
tingkat
sampai µg/l,
kecerahan
dengan konsentrasi
diperoleh
3 meter. rata-rata
data rata-total
bahwa
Konsentrasi
Phosphat adalah
kecerahan
rata khlorofil-a1700
di Danau µg/l
adalah (JICA,
Tondano
16,85 µg/l. 2001).
adalah Pengukuran
sekitar
Apabila tingkat
2,0 meter sampai
dibandingkan dengan kecerahan
dengan
Kriteria3Status
meter.diperoleh
danaudata
Konsentrasi
Trofik bahwa
rata-
seperti
Hasil pengukuran terhadap rata-rata Nitrogen total adalah 2540
µg/l, konsentrasi rata-rata total Phosphat adalah 1700 µg/l (JICA, 2001).
Pengukuran tingkat kecerahan diperoleh data bahwa kecerahan di Danau
Tondano adalah sekitar 2,0 meter sampai dengan 3 meter. Konsentrasi rata-
rata khlorofil-a adalah 16,85 µg/l. Apabila dibandingkan dengan Kriteria
Status Trofik danau seperti yang tertera pada Tabel ....., maka status trofik
Danau Tondano absolut berada pada Eutrof dan bahkan mengarah ke
status Hipereutrof.

Tabel 2.12. Kriteria Status Trofik Danau


KadarRata-rata Kadar Rata-rata KadarRata-rata Kecerahan
Status Trofik
Total-N (µg/l) Total-P (µg/l) Khlorofil-a (µg/l) Rata-rata (m)
Oligotrof ≤ 650 < 10 < 2.0 ≥ 10
Mesotrof ≤ 750 < 30 < 5.0 ≥4
Eutrof ≤ 1900 <100 < 15 ≥ 2,5
Hipereutrof > 1900 ≥ 100 ≥ 200 < 2,5
Sumber : Peraturan Menteri No 28 Tahun 2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau/dan atau Waduk

2.6. Topografi
Keadaan topografi DTA Danau Tondano sebagian besar mempunyai
relief datar sampai berombak, dan sebagian lainnya bergelombang sampai
curam. Kemiringan lereng yang menonjol adalah datar yang luasnya
59% dari luas DAS, diikuti dengan curam yang luasnya 18% dari total
luas DAS. Topografi datar sebagian besar terdapat di wilayah pemukiman
di Tondanodan Langowan yang berlokasi di sekitar Danau Tondano.
Sedangkan lereng curam terdapat di kawasan hutan yang merupakan
daerah pegunungan.

52 — Germadan Tondano
Gambar 2.21.
Gambar . Kelas Lereng DTAKelas LerengTondano
Danau DTA Danau Tondano

D.2.7
Penutupan Lahan
Fungsi dan Manfaat Danau
Berdasarkan
Fungsi interpretasi
dan manfaat citra Landsattentang
danau menjelaskan tahun 2013,
fungsi didapatkan
dan nilai bahwa
manfaat danau yang meliputi : manfaat langsung, manfaat ekologi, hasil
DTA Danau
produksi Tondano
(ekonomis danadalah sekitar 4%
non ekonomis) dandari total DTADanau
kekhasan. Tondano. Jen
Berikut ini adalah
contoh-contoh fungsi dan nilai manfaat ekosistem danau.
dominan di DTA Danau Tondano adalah pertanian lahan kering dan pertan
Germadan Tondano — 53
campur semak. Pertanian lahan kering adalah lahan usaha pertanian yang di
Tabel 2.13. Fungsi dan Manfaat Danau
Fungsi dan Nilai Manfaat Keterangan
Manfaat langsung (Direct Function)
Sebagai tempat tampungan air yang berlebih baik dari air hujan, aliran permukaan
• Pengatur tata air maupun sumber–sumber air bawah tanah sehingga danau berfungsi juga untuk
membantu mengatasi banjir
Sebagai sumber air yang dapat digunakan oleh masyarakat baik langsung (pertanian/
• Kebutuhan air peternakan, industri, rumah tangga) maupun tidak langsung(sumber bahan baku air
minum danpenghasil energi melalui PLTA).
Perairan danau telah digunakan selama ribuan tahun oleh masyarakat sebagai sarana
• Jalur transportasi
perhubungan (transportasi).
Danau, terutama yang memiliki nilai estetika, dapat menjadi lokasi yang menarik untuk
• Rekreasi
rekreasi.
Banyak danau yang menyimpan misteri ilmu pengetahuan sehingga menarik untuk
• Penelitian dan pendidikan
digunakan sebagai lokasi penelitian, termasuk kegiatan pendidikan.
Fungsi ekologi
Sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora dan fauna yang penting.
• Habitat
• Penahan dan penawar Badan air dan keseluruhan komponen lingkungan yang terdapat di dalamnya dapat
pencemaran menurunkan daya racun bahan pencemar yang masuk ke dalamnya.
Secara keseluruhan, kondisi hidrologi dan daur materi pada lahan basah dapat
• Stabilisasi iklim mikro
menstabilkan iklim mikro, terutama curah hujan dan suhu.
Danau dapat meyerap dan menyimpan karbon sehingga berfungsi sebagai pengendali
• Pengendali iklim global
lepasnya karbon ke udara yang berkaitan langsung dengan perubahan iklim global.
Hasil produksi (ekonomis dan non-ekonomis)
• Penyedia air untuk Sejak dahulu, air permukaan yang terdapat di danau telah digunakan oleh masyarakat
masyarakat untuk berbagai keperluan.
• Pengisi air tanah Air permukaan yang terdapat di danau dapat mengisi akuifer melalui pori-pori tanah.
• Penyedia air untuk lahan outlet Danau Tondano adalah Sungai Tondano dapat mengairi ekosistem lahan basah
basah lainnya yang berada di hilirnya
Danau merupakan habitat berbagai komoditas perikanan, seperti ikan mas, ikan mujair,
• Sumber perikanan
udang, payangka (perikanan tangkap dan perikanan budidaya).
Kekhasan (attributes)
• Merupakan habitat
Berbagai jenis flora dan fauna menjadikan danau sebagai habitatnya baik dalam
berbagai keanekaragaman
sebagian maupun keseluruhan siklus hidupnya.
hayati
• Keunikan tradisi, budaya Banyak danau memiliki nilai estetika yang khas sehingga menjadi bagian dari
dan warisan perkembangan budaya masyarakat setempat.
• Habitat bagi sebagian atau
Berbagai jenis flora dan fauna menjadikan danau sebagai tempat perkembangbiakan,
seluruh siklus hidup flora
pemeliharaan, pembesaran, dan tempat mencari makan.
dan fauna.

Sumber : Straegi Lahan Basah (KLH, 2004) dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, 2012

54 — Germadan Tondano
s perkembangbiakan, pemeliharaan, pembesaran, dan tempat mencari makan.
flora dan fauna.
m
sumber : Straegi Lahan Basah (KLH, 2004) dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau,
2012
Fungsi dan manfaat danau yang paling dominan adala penyedia air
nfaat danauuntuk
yang PLTA,
palingperikanan tankap
dominan adala dan budidaya
penyedia air untukserta
PLTA,pariwisata.
perikanan tankap
erta pariwisata.
1. Perikanan tangkap
kap. Ikan-ikanIkan-ikan yangterdapat
yang potensial potensial terdapat
di Danau di Danau
Tondano Tondano
adalah Ikan betutu,adalah
nike, Ikan
betutu, nike, mujair dan payangka. Data Dinas Perikanan dan Kelautan
angka. Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa, 2009 menunjukkan
Kabupaten Minahasa, 2009 menunjukkan bahwa capaian produksi
produksi Penangkapan ikan-ikan tersebut adalah 400 ton/tahun. Harga jual tingkat
Penangkapan ikan-ikan tersebut adalah 400 ton/tahun. Harga jual tingkat
10.000/kg,pedagang:
maka penghasilan yang diperoleh
Rp. 10.000/kg, maka sebesar Rp. 4.000.000.000.
penghasilan yang diperolehKegiatan
sebesar Rp.
etutu untuk triwulan terakhir adalah 120 ton. Harga jual tingkat pedagang Rp.adalah
4.000.000.000. Kegiatan eksport ikan betutu untuk triwulan terakhir
120 ton. Harga jual tingkat pedagang Rp. 70.000/kg, total harga jual betutu
al harga jual betutu : 120.000 x Rp. 70.000 = Rp. 8.400.000.000.
: 120.000 x Rp. 70.000 = Rp. 8.400.000.000.

Gambar 2.22. Aktifitas Masyarakat Nelayan di Danau Tondano


Gambar .... Aktifitas Masyarakat Nelayan di Danau Tondano
Sumber : www.illunowa.com,2008
Sumber : www.illunowa.com,2008
2. Perikanan budidaya
didaya. Danau Tondano
Danau dimanfaatkan
Tondano juga untuk
dimanfaatkan perikanan
juga untuk budidaya
perikanan sistem sistem
budidaya
karamba
apung (floating net).jaring
Dataapung (floating
dari Dinas net). Data
Perikanan dari Dinas
dan Kelautan Perikanan
Kabupaten dan Kelautan
Minahasa
Kabupaten Minahasa Tahun 2009, menunjukkan bahwa terdapat sekitar
enunjukkan bahwa terdapat sekitar 8.500 – 10.000 unit jaring apung yang terdapat di
8.500 – 10.000 unit jaring apung yang terdapat di Danau Tondano. Sekitar
o. Sekitar 2.000 jaring apung yang telah rusak tersebar di Danau Tondano terutama di
2.000 jaring apung yang telah rusak tersebar di Danau Tondano terutama
Danau Tondano. Hal ini mempengaruhi nilai estetika danau serta pendangkalan.

Germadan Tondano — 55
di bagian timur Danau Tondano. Hal ini mempengaruhi nilai estetika danau
serta pendangkalan. Usaha budidaya jaring apung di Danau Tondano
adalah dikelola oleh 750 KK. Jenis ikan yang dibudidaya : Ikan nila, ikan mas.
Capaian produksi Kegiatan budidaya : 5100 ton/tahun. Harga jual tingkat
pedagang: Rp. 10.000/kg. Penghasilan/tahun : Rp. 51.000.000.000.
Hasil wawancara dengan pembudidaya ikan yang memiliki budidaya
ikan sistem jaring apung di Danau Tondano, diperoleh data bahwa untuk
1000 ekor Ikan Nila ukuran 10-12 cm sampai dengan panen membutuhkan
makanan 5 sak/1000 ekor (1 sak = 50 kg; 5 x 50 kg =250 kg), dengan waktu
3-5 bulan. Saat ini jumlah Jaring Apung aktif sekitar 3500 (ukuran 1 jaring=
3x4 m atau 4x4 m). Cara pemberian makanan adalah 2 x sehari. Jenis
makanan adalah CPP, Confeed, Bintang, Karka (nama dagang). Kadar air
pakan 13%, kadar air ikan 77-78%. Jadi hanya sekitar 30% yang menjadi
daging ikan. Jika produksi 400 ton/tahun dan perbandingan penggunaan
pakan dan produksi 1:2, maka diperkirakan penggunaan pakan adalah 200
ton/tahun (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa, 2010).
3. Pariwisata
Kegiatan wisata untuk wilayah Kabupaten Minahasa yang berada di
dalam lingkup Kawasan DAS Tondano, kegiatan terbesar adalah di Danau
Tondano. Di area danau ini terdapat sejumlah titik atraksi yang menjadi
kunjungan wisatawan. Obyek wisata yang sudah lama terkenal adalah
Sumaru Endo di Remboken dan kawasan wisata di Paleloan yaitu keduanya
terletak di bagian barat dari Danau Tondano, seperti terlihat pada Gambar
2.23.

56 — Germadan Tondano
dari Danau Tondano, seperti terlihat pada Gambar .....

Gambar 2.23. Obyek Wisata Sumaru Endo di Remboken ((Bahasa Tombulu Minahasa:
Gambar ..... Obyek Wisata Sumaru Endo di Remboken ((Bahasa
Menghadap Mentari Pagi) gambar Wantasen, 28 November 2009)
Tombulu Minahasa: Menghadap Mentari Pagi) gambar Wantasen,
28 November
Gambaran 2009)
kondisi sumberdaya pariwisata wilayah pada dasarnya
dapat dilihat dari berbagai aspek. Di dalam sistem pariwisata, tinjauannya
berdaya pariwisata
mencakup sisi wilayah
pasokanpada
ataudasarnya dapat dilihat
produk pariwisata darisisiberbagai
maupun aspek.
kebutuhan
atau pasar pariwisata. Sisi produk dapat dipilah atas atraksi atau daya
ata, tinjauannya mencakup sisi pasokan atau produk pariwisata maupun sisi
tarik wisata dan aktivitas wisata, akomodasi, fasilitas, aksesibilitas dan
transportasi,
pariwisata. prasarana
Sisi produk dapatpendukung, serta
dipilah atas atraksi atau daya tarik wisata dan
Sarana dan prasarana pariwisata yang tersedia adalah cottage-cottage
dasi, fasilitas, aksesibilitas dan transportasi, prasarana pendukung, serta
yang terdapat di di kawasan wisata Sumaru Endo dan di kawasan Paleloan
serta rumah makan terapung, dapat dilihat pada Gambar 2.23 dan 2.24.

Germadan Tondano — 57
Gambar 2.24. Lokasi Wisata di Paleloan (bagian barat Danau Tondano) (gambar diambil
Wantasen: 11 November 2008)
Gambar .... Lokasi Wisata di Paleloan (bagian barat Danau
Potensi lain adalah sumber air panas alami yang merentang luas
Tondano) (gambar diambil Wantasen: 11 November 2008)
di sebelah barat dan selatan Danau Tondano, dari Kecamatan Tondano
Selatan, Kecamatan Kakas, dan Kecamatan Langowan Barat. Terdapat juga
Waruga (kuburan adat Minahasa zaman dahulu) di sebelah utara Danau
Tondano. Di Kota Tondano sendiri terdapat atraksi Wisata Budaya Minahasa
maupun keterkaitan dengan sejarah.
er air panas alami yang merentang luas di sebelah barat dan selata
4. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
n Tondano Selatan,
Dibangun Kecamatan
semasa Kakas,Pembangkit
penjajahan Belanda, dan Kecamatan Langowa
Listrik Tenaga
Air (PLTA) Tonsealama unit I menjadi PLTA Tertua di negeri ini, terletak di
uburan Desa
adatTonsealama
Minahasa zamanTondano
Kecamatan dahulu) di Kendati
Utara. sebelah utara
usianya Danau
lebih tua Tond
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tapi dayanya masih rutin
dapat atraksi Wisata
menerangi ribuan Budaya
rumah di Minahasa maupun
Sulut. Daya yang keterkaitan
dikeluarkan masih 3.300dengan
kilo Watt (3,3 Mega Watt) dan tegangannya 16,8 kilo Volt (kV). Melihat
kondisinya, orang mungkin takkan percaya bila generator merek General

ga Air (PLTA). Dibangun semasa


58 — Germadanpenjajahan
Tondano Belanda, Pembangk
alama unit I menjadi PLTA Tertua di negeri ini, terletak di Desa Ton
Electric yang diproduksi 1917, itu masih kuat memikul beban hingga setara
satu kecamatan (Wola, 2010). Sungai Tondano dengan debit yang cukup
besar dan kelerengan yang cukup curam berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Saat ini Sungai Tondano telah
dimanfaatkan untuk mengoperasikan tiga buah pembangkit listrik, yaitu:
PLTA Tonsealama I, PLTA Tanggari I, dan PLTA Tanggari II. Sistem PLTA yang
ada di DAS Tondano, penyaluran airnya model kaskade (bertingkat). Yakni,
Tonsea Lama yang berada di hulu. Airnya jatuh dalam pipa pesat setinggi
90 meter. Air yang telah terpakai di PLTA Tonsealama menghasilkan 14,38
MW, PLTA Tanggari I menghasilkan 17,20 MW, dan Tanggari II menghasilkan
19,00 MW. Total energi yang dihasilkan ketiga PLTA ini adalah 50,58 MW.

2.8. Karakteristik Danau


1. Tipe Danau
Sejarah terbentuknya Danau Tondano diawali dengan evolusi
geologi daerah semenanjung Minahasa tidak terlepas dari faktor kendali
keberadaan struktur cekungan busur gunung api akhir Tersier-Kuarter
Sulawesi Utara dan Sangihe. Wilayah ini memiliki fase kejadian perulangan
erupsi dan tektonik aktif, yang ditandai oleh pembentukan cekungan
pull-apart. Kegiatan ini berlanjut dengan berkembangnya vulkanisme di
kawasan ini yang ditandai oleh pembentukan Kaldera Tondano pada 2±0,4
juta tahun yang lalu (Lecuyer drr, 1997; Pratomo dan Leuyer, 2007 dalam
Moechtar, H, dkk, 2007).
Danau Tondano mengalami perubahan bentang alam dari waktu ke
waktu. Litologi sedimen kuarter bawah permukaan tersusun oleh lempung
bergambut, lempung organik/humus, lempung tufan, pasir, lanau dan
lempung (Moechtar, H, dkk, 2007). Secara umum ciri litologi yang demikian
dapat dibedakan menjadi fasies erupsi gunung api sebagai tuf Tondano
dan erupsi gunung api muda, fasies sedimen dapat dibedakan menjadi
endapan-endapan danau, pasir danau (fasies paparan danau), pasang
surut (perulangan fasies danau dan rawa), dan rawa.
Soil/tanah penutup merupakan endapan permukaan terdiri atas
lempung dan lanau pasiran, berwarna coklat kekuning-kuningan, coklat dan

Germadan Tondano — 59
kuning, terpilah buruk, mengandung sisa tumbuhan dan diinterpretasikan
sebagai tanah pelapukan yang berasal dari sedimen dibawahnya (soil).
Ciri litologi yang berbeda dan mencolok antara tuf Tondano dengan
fasies sedimen, diantaranya kekerasan, komposisi, dan warna sehingga
memberikan kesan bahwa fasies tersebut sebagai alas endapan sedimen
dan batuan gunungapi muda. Di lapangan, batuan tersebut tersingkap di
selatan danau pada bentang alam perbukitan bergelombang, sehingga
memperkuat dugaan bahwa fasies tersebut sebagai alas dari rangkaian
sedimen Kuarter. Fasies Piroklastika lainnya yang keterdapatannya
bersama-sama dengan fasies sedimen memiliki sifat litologi yang relatif
lunak dan berlapis, sehingga ditafsirkan sebagai material hasil erupsi
gunung api yang masuk ke dalam danau dan kemungkinan termasuk ke
dalam gunung api muda (Qv). Rangkaian susunan litologi yang ditafsirkan
tersebut diatas, selanjutnya dicirikan oleh suatu penerusan lapisan secara
berkesinambungan, yaitu hasil suatu proses sedimentasi dari waktu ke
waktu. Susunan lapisan tersebut secara lateral dan vertical membentuk
suatu rangkaian. Susunan perlapisan yang demikian dapat dikelompokkan
menjadi satu kesatuan dengan karakter yang berbeda dari waktu ke waktu
menjadi Unit Fasies Pengendapan (UFP).
Proses kesinambungan perlapisan tersebut masih berlangsung dan
terus menerus hingga sekarang. Menurut Effendi dan Bawono (1997)
endapan danau dan sungai yang terdiri atas pasir, lanau, konglomerat,
dan lempung napalan. Komposisi litologi tersebut tidak jauh berbeda
dengan fasies di bawah permukaannya, sehingga rangkaian fasies tersebut
dapat dimasukkan ke dalam apa yang dimaksud dengan endapan danau
dan sungai (Qs). Hasil erupsi gunung api muda (Qv) turut memperkaya
rangkaian endapan danau dan sungai purba di daerah ini.
Pada bagian ini dijelaskan tentang tipe danau. Beberapa tipe danau
yang ada di Indonesia dapat dilihat pada dapat dilihat pada tabel berikut
ini :

60 — Germadan Tondano
Tabel 2.14. Beberapa Tipe Danau di Indonesia
No. Tipe Danau Danau Keterangan
1. Danau Tektonik Diatas, Dibawah, Lindu, Matano, Terbentuk akibat gempa bumi,
Paniai, Poso, Singkarak dan Towuti
2. Danau Vulkanik Danau Tiga Warna dan Segara Anak, Terbentuk akibat letusan gunung berapi
Rawa Danau, Tondano
3. Danau Tekto- Toba, Maninjau, Kerinci dan Ranau Terbentuk oleh aktivitas gempa bumi dan letusan
vulkanik gunung berapi
4. Danau Kawah Gunung Kelud dan Galunggung Terletak pada elevasi tinggi di sekitar gunung, memiliki
dasar yang dalam dan relatif stabil
5. Danau Kaldera Maninjau dan Batur Terletak pada elevasi tinggi di sekitar gunung, memiliki
dasar yang dalam dan rekatif stabil
6. Danau Sesar – Bratan-Buyan-Tamblingan
Lingkar Kaldera
7. Danau Paparan Semayang, Melintang, Jempang, Terletak pada elevasi rendah dan dangkal serta
Banjir (Flood Plain) Limboto dan Tempe cenderung mengalami pendangkalan terus-menerus
akibat pelumpuran dan berkembangnya tumbuhan air
8. Danau Tapal Kuda Danau Teluk di Jambi
(Oxbow)
9. Danau Longsoran/ Sentani, Ranau dan Bandung Purba
Bencana Alam
10. Danau Pelarutan Paniai dan Dolina di Biak
11. Danau Morai/Gletser Danau Ertzberg di Papua
12. Danau Kars Danau Ayamaru di Papua Barat Terbentuk akibat perkembangan tektonik yang intensif
berupa sesar atau patahan yang telah memotong dan
merobek batuan karbonat di kawasan setempat
13. Danau Payau Danau Bunung di Sulawesi Utara Terletak di pantai, kualitas air payau akibat terkena
intrusi air asin dari laut

Sumber : Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau, 2012

2. Morofologi Danau
Tipe Danau di Indonesia menurut Kementerian Negara Lingkungan
Hidup (2009), terdapat 9 tipe yaitu danau tektonik, danau vulkanik, danau
tekto-vulkanik, danau kawah, danau kaldera, danau sesar-lingkar kaldera,
danau paparan banjir (flood plain), danau longsoran, danau semi-alami
(semi natural).
Menurut Hehanussa dan Sri Haryani, 2009 bahwa Untuk keperluan
perencanaan, diusulkan klasifikasi danau berdasarkan genesisnya, yang
dinamai klasifikasi morphogenesis danau Indonesia. Usulan klasifikasi

Germadan Tondano — 61
danau ini bukan untuk membagi-bagi danau di Indonesia, tetapi terlebih
untuk mempermudah tim yang bertugas menyusun rencana pengelolaan
danau di Indonesia yang jumlahnya di­perkirakan lebih dari 500 danau
besar, berarti perlu ada 500 rencana pengelolaan.
Indonesia memiliki 12 kelas morfogenesis yaitu kelas morfogenesis
Danau Tektonik, Danau Volcano-Tektonik, Danau Kaldera dan Endorheik,
Danau Amblesan di lereng gunung api aktif, Danau Paparan dan Oxbow,
Danau Sesar dan Bencana Alam, Danau Akibat Pelarutan, Danau Estuari,
Danau Akibat Bencana ALam, Reservoar, waduk, tasik, situ, embung, Danau
sisa tambang dan galian dan Danau akibat campuran proses diatas. Danau
Tondano termasuk dalam kelas morfogenesis danau akibat bencana alam.
Luas perairan Danau Tondano diperoleh beberapa data dari instansi terkait
dan data tersebut bervariasi dari tahun ke tahun. Data luasan Danau
Tondano terdapat pada Tabel 2.15.

Tabel 2.15. Data Luas Danau Tondano dari instansi Terkait


No. Data Luas Perairan Danau Tondano Sumber Data (Tahun) Keterangan
1. 4.638 Ha JICA (2001)
2. 4.600 Ha BPDAS (2003) Musim kemarau
3. 5.100 Ha BPDAS (2003) Musim penghujan
4. 4.625 Ha Proyek PPSA (2004)
5. 4.950 Ha Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Minahasa (2008)
6. 4.650 Ha Direktorat Jenderal Penataan Ruang Dep. PU
RI(2009)

Sumber: JICA (2001), BPDAS (2003), Proyek PPSA (2004), Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Minahasa (2008), Direktorat Jenderal Penataan Ruang Dep. PU RI(2009).

Studi Proyek PPSA tahun 2004 diperoleh data bahwa muka air Danau
Tondano terkontrol oleh inlet bangunan PLTA Tonsea Lama terletak pada
elevasi +681,151 meter dari permukaan laut. Keliling danau pada kondisi
normal sekitar 35.5 km. Dilihat dari klasifikasi ukuran danau, Kementerian
Negara Lingkungan Hidup (2009) mengklasifikasikan bahwa Danau
Tondano termasuk danau klasifikasi kecil yaitu luas 1-100 Km2. Hasil
studi Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Aliran Sungai

62 — Germadan Tondano
Tondano tahun 2009, diperoleh data bahwa luas Danau Tondano adalah
4650 Ha. Perubahan tinggi permukaan perairan danau secara permanen
dengan memperluas area genangan air dari tahun ke tahun adalah
salah satu indikator terganggunya sumberdaya alam danau. Perubahan
tinggi permukaan perairan Danau Tondano dipengaruhi oleh perubahan
kedalamannya (Tabel 2.16.), dimana kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa telah terjadi pengendapan (sedimentasi) di perairan. Pengendapan
oleh sedimentasi diakibatkan oleh erosi, dan erosi yang terjadi akibat
perubahan pemanfaatan lahan dari lahan lindung ke lahan budidaya
sangat beresiko mengurangi kestabilan tanah yang pada akhirnya akan
meningkatkan erosi. Berubahnya tinggi permukaan air Danau Tondano
akan mengganggu jumlah debit air, dan seterusnya akan mengganggu
pemanfaatan sumberdaya air Danau Tondano sebagai sumber tenaga
penggerak turbin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Tabel 2.16. Perubahan Kedalaman Danau Tondano

Tahun Kedalaman (m)


1934 40
1974 28
1983 27
1987 20
1992 16
1996 15
2000 14

Sumber: Dep. PU, 2005

Sungai Tondano memiliki panjang 41.100 meter yang bermuara ke Laut


Sulawesi. Hulu Sungai Tondano adalah Danau Tondano, dengan demikian
air Sungai Tondano tersebut berasal dari Danau Tondano. Pengukuran debit
sungai di outlet Danau Tondano diperoleh data debit sungai maksimum
5,684 m3/det dan minimum 5,024 m3/det (Dep. PU, 2005).
Berdasarkan kajian pendangkalan berdasarkan morfologi dasar danau
dengan menbandingkan hasil penggambaran bathimetri tahun 2010
dengan hasil yang pernah ada sebelumnya yaitu tahun 2004 didapatkan

Germadan Tondano — 63
angka rerata volume endapan 6.190.118,39 m3/tahun dan kecepatan
pendangkalannya 13,41 cm/tahun (Dirjen SDA-BWS, 2010).
Analisis data topografi dan bathimetri diperoleh karakteristik situasi
danau Tondano sebagai berikut (Dirjen SDA-BWS, 2010).:
- Elevasi Muka Air = 682,47 mdpl
- Elevasi Dasar Rerata = 667,36 mdpl
- Kedalaman Rerata = 15,11 m
- Luasan = 4616 Ha = 46,16 km2
- Volume Berdasarkan Kontur = 668,57 Juta m3
- Elevasi Terdalam = 32,7 m. Titik ini diperkirakan sebagai lubang mata
air. Untuk dasar danau elevasi terdalam yang terbaca oleh alat adalah
20 m.
- Debit air (sungai) yang masuk ke danau Tondano = 10,840 m3/sec
- Kadar sedimen yang terangkut = 67.972,50 ton/thn
- Volume sedimen yang mengendap = 88.364 m3/thn
- Laju endapan = 1,9 mm/thn

Tabel 2.17. Perbandingan Hasil Pengukuran Bathimetri Tahun 2010 Terhadap Tahun 2004
Pengukuran Satuan Tahun 2004 Tahun 2010 Penyusutan / Tahun
Luas genangan km2 46,86 46,16 0,12
Volume Tampungan Juta m3 672,28 668,57 0,62
Penyusutan / Tahun cm/thn 0,12 0,62
Sumber: Kementerian PU, Dirjen SDA-BWS, 2010

3. Keanekaragaman Hayati
Flora
Data tumbuhan/ flora akuatik yang terdapat di Danau Tondano
diperoleh dari 6 (enam) lokasi pengukuran yaitu Paleloan, Eris, Tasuka,
Ranomerut, Talikuran, Tolour. Flora akuatik di Danau Tondano digolongkan
dalam tiga jenis yaitu: 1). Jenis yang melayang dan berakar di dasar; 2).
Jenis yang terapung bebas; 3). Jenis di pinggiran danau dan terapung.
Dari ketiga jenis tersebut, jenis yang dominan terdapat di perairan
Danau Tondano adalah jenis yang tumbuhnya melayang dan berakar di
dasar. Teridentifikasi sekitar 14 jenis tanaman air yang terdapat di Danau
Tondano: Brachiaria mutica, Ceratophhyllum demersum, Cyperus plastistilys,

64 — Germadan Tondano
Eclipta prostate, Eichhornia crassipes, Hydrilla verticilata, Ipomoea aquatic,
Limnocharis flava, Nelumbium nelumbo, Phragmites australis, Pistia stratiotus,
Sacharum spontaneum, Sphenoclea zeylanica, Potamogeton malaianus.
Data komposisi spesies dan Indeks Nilai Penting (INP) ditunjukkan
dalam angka 7,54 hingga angka 155,19. Komposisi Spesies dan Indeks
Nilai Penting Flora Akuatik di danauTondano dapat dilihat pada Tabel
2.18. Indeks Nilai Penting Flora Aquatik di Danau Tondano tertinggi adalah
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). Tumbuhan Eceng Gondok ini baru
terdapat di Danau Tondano sekitar tahun 1985. Data dari Departemen
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan menunjukkan bahwa pada
tahun 1981 tumbuhan Eceng Gondok belum terdapat di Danau Tondano.
Tumbuhan air yang mendominasi tahun 1981 adalah Hydrilla verticilata,
Ceratophhyllum demersum, Najas indica, Potamogeton malaianus. Jenis-
jenis ini tergolong tumbuhan air yang melayang dan berakar di dasar.
Juga tumbuhan yang tergolong terapung bebas yaitu Pistia stratiotus,
Spirodelapolyrhiza, Azolla pinnata, Lemna minor.

Tabel 2.18. Komposisi Spesies dan Indeks Nilai Penting Flora Aquatik di DanauTondano
Lokasi Pengukuran Flora Aquatik
Nama Latin
Eris Tolour Tasuka Paleloan Ranomerut Talikuran
Brachiaria mutica 22,80 5,74
Ceratophhyllum demersum 16,84 8,54 5,75
Cyperus plastistilys 7,30 9,67
Eclipta prostata 5,96
Eichhornia crassipes 109,01 60,35 148,58 141,23 155,19 106,15
Hydrilla verticilata 39,60 65,61 16,42 27,83 18,23 38,90
Ipomoea aquatica 3,08 15,97 16,23 20,21
Limnocharis flava 14,00
Nelumbium nelumbo 15,09
Phragmites australis 9,30 19,96
Pistia stratiotus 11,25 2,40
Potamogeton malaianus 2,22
Sphenoclea zeylanica 4,22 9,30 19,19 10,11
Sacharum spontaneum 7,54
Extent of coverage from 5 1 40 15,66 23 6,3
shoreline (m)
Sumber: Wantasen, S; J. Nebath ; B. Soeroto, 2005

Germadan Tondano — 65
Data pada Tabel 2.18., menunjukkan bahwa Eichhornia crassipes adalah
spesies yang dominan di semua lokasi penelitian dengan Indeks Nilai
Penting 60 hingga 155. Tumbuhan lainnya yang mendominansi adalah
Hydrilla verticilata, Sphenoclea zeylanica Ceratophhyllum demersum.
Selain tumbuhan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), tumbuhan
lainnya yang mendominansi terdapat pada enam lokasi pengamatan di
Danau Tondano yaitu Hydrilla verticilata, Sphenoclea zeylanica terdapat di
Eris, Tolour, Paleloan dan Talikuran, dan Ceratophhyllum demersum terdapat
di Tolour, Tasuka dan Ranomerut. Hydrilla verticilata mempunyai Indeks
Nilai Penting 16,42 hingga 65,61; Sphenoclea zeylanica dengan Indeks Nilai
Penting 4,22 hingga 19,19; Ceratophhyllum demersum dengan Indeks Nilai
Penting 5,75 hingga 16,84.
Lokasi Paleloan adalah termasuk lokasi yang terdapat di bagian barat
Danau Tondano. Lokasi Eris, Tasuka, Ranomerut dan Talikuran adalah lokasi
yang terdapat di bagian timur Danau Tondano, dan lokasi Toulour adalah
lokasi di bagian utara Danau Tondano (outlet danau).
Pola penyebaran tumbuhan air dari pinggiran Danau Tondano ke arah
tengah Danau Tondano dapat ditemukan hingga kedalaman 6,4 meter.
Tumbuhan air Hydrilla verticilata dapat ditemukan pada kedalaman 1
meter - 6,4 meter, Ceratophyllum demersum ditemukan pada kedalaman 1
meter – 5,10 meter, Potamegeton malaianus ditemukan pada kedalaman 1
meter – 5,25 meter, Ganggang hijau pada kedalaman 1 meter – 2,80 meter
(Rundengan, 1996).
Menurut Soeroto, Tumbuhan tingkat tinggi yang punah atau
menghilang dari Danau Tondano karena munculnya eceng gondok adalah
Najas indica.
Fauna
Danau Tondano merupakan danau penghasil ikan air tawar. Jenis-jenis
ikan air tawar yang dihasilkan menurut Soeroto (1988) adalah Ikan: Payangka
(Ophieleotris aporos), Nike (Ophieleotris aporos), Mujair (Oreochromis
mossambicus), Nila (Oreochromis niloticus), Gabus (Ophicephalus striatus),
Nilem (Osteochilus hasselti), Sepat (Trichogaster trichopterus), Betok (Anabas

66 — Germadan Tondano
testudineus), Mas (Cyprinus carpio), Tawes (Puntius gonionotus); Crustacea :
Udang Waor (Caridina spp); Moluska : Renga (Angulyagra costata), Kolombi
(Pila ampullacea).
Keanekaragaman yang tinggi mengindikasikan lingkungan yang stabil.
Hasil penelitian Korah (2000) menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman
fitoplankton di Danau Tondano pada beberapa stasiun adalah terendah di
stasiun Eris (1,09548), secara berurutan diikuti oleh stasiun Telap (1,31382),
Toulimembet (1,12756), Kaweng (1,25971), dan Tountimomor (1,53553).
Jenis fitoplankton yang mendominasi perairan Danau Tondano adalah
Closterium sp. Rendahnya indeks keanekaragaman fitoplankton di stasiun
Eris menggambarkan bahwa di lokasi tersebut lebih banyak mendapat
masukan limbah yang berasal dari aktivitas jarring apung yang terdapat
di lokasi tersebut, juga dari outlet saluran irigasi dan drainase permukiman
yang menjadi inlet Danau Tondano.
Komunitas Benthos sering digunakan sebagai bioindikator lingkungan
perairan. Hasil penelitian Korah (2000) di Danau Tondano menunjukkan
bahwa Organisme Benthos yang terdapat di Danau Tondano adalah
organism Tubifex sp, Stenothyra ventricosa. Organisme Tubifex sp adalah
organism yang khas terdapat di perairan yang terpolusi organik. Indeks
keanekaragaman Benthos di Danau Tondano pada beberapa stasiun adalah
terendah di stasiun Eris (1,58509), secara berurutan diikuti oleh stasiun Telap
(2,0232), Toulimembet (1,77021), Kaweng (1,96308), dan Tountimomor
(2,07006). Kelima lokasi ini terletak di bagian timur Danau Tondano.
Danau Tondano juga memiliki jenis-jenis ikan yaitu ikan Nike dan ikan
Payangka yang menjadi ikan khas Danau Tondano, disamping Plankton, dan
Benthos yang telah diuraikan sebelumnya. Soeroto (1988) mengemukakan
bahwa jaringan makanan di Danau Tondano, kedudukan ikan Payangka
dan Nike penting karena merupakan produksi danau terbesar yang dapat
dimanfaatkan manusia. Gambaran jaringan makanan di Danau Tondano
(hasil penelitian Soeroto, 1988) di sajikan pada Gambar ....
Rantai makanan Nike merupakan konsumen sekunder dan Payangka
sebagai konsumen tersier atau konsumen puncak (top consumer/predator)
yaitu keduanya tidak mempunyai saingan yang berarti di Danau Tondano.

Germadan Tondano — 67
Keduanya merupakan rantai makanan yang sangat penting. Jenis-jenis
produksi perikanan yang terdapat di Danau Tondano: Ikan: Payangka
(Ophieleotris aporos), Nike (Ophieleotris aporos), Mujair (Oreochromis
mossambicus), Nila (Oreochromis niloticus), Gabus (Ophicephalus striatus),
Nilem (Osteochilus hasselti), Sepat (Trichogaster trichopterus), Betok (Anabas
testudineus), Mas (Cyprinus carpio), Tawes (Puntius gonionotus); Crustacea :
Udang Waor (Caridina spp); Moluska : Renga (Angulyagra costata), Kolombi
(Pila ampullacea).
Makanan ikan Payangka di Danau Tondano adalah udang Caridina,
moluska, larva serangga, nike dan alga benang. Soeroto (1988) menemukan
bahwa yang paling sering ada di dalam lambung ikan Payangka adalah Alga
benang, kemudian berturut-turut Stenothyra, Caridina, Thiara, Angulyagra,
larva serangga, tumbuhan tingkat tinggi, nike, Cyclops, Cladocera,
Melanoides, sisa dapur dan Detritus. Ikan Payangka nampaknya lebih
memilih udang Caridina, larva serangga, dan keong Stenothyra. Sedangkan
makanan ikan Nike adalah campuran zooplankton dan fitoplankton
(Cyclops, nauplius, Keratella, Oscillatoria, Bosmina, Phormidium, Nitzschia,
Ceriodaphnia, Cladophora, Navicula dan Polyarthra).
Payangka menempati relung (niche) ekologik tersendiri di Danau
Tondano. Payangka meletakkan telur pada batu di dasar danau atau obyek
keras di dalam air (litofil), jelas tidak mempunyai saingan tempat pemijahan
kecuali spesiesnya sendiri. Jadi dalam relung pemijahan Payangka tidak
mempunyai saingan. Larva Payangka yang planktonis segera mencapai
permukaan dan cepat tersebar ke seluruh Danau Tondano. Berdasarkan
data yang dipeoleh bahwa Payangka berpijah sepanjang tahun (bulan Juni
dan Oktober). Puncak pemijahan adalah bulan September atau Oktober.
Hal ini terjadi pada permulaan musim hujan.
Ikan Payangka mempunyai relung ekologi khusus di Danau Tondano.
Dari mulai tempat pemijahan yang tak tersaingi, larva yang planktonis,
ikan muda sampai besar dapat memanfaatkan hampir seluruh sumber
makanan di Danau Tondano. Hal ini yang membuat Payangka tetap eksis
dan terdapat dalam jumlah yang berlimpah di Danau Tondano. Kedudukan
Payangka dan Nike penting di dalam jaringan makanan di Danau Tondano,

68 — Germadan Tondano
karena produksi Danau Tondano terbesar yang dapat dimanfaatkan
manusia adalah Payangka dan Nike (Soeroto, 1988).
Ikan Payangka tertangkap pada kedalaman 1-6 m, dan sebagian besar
didapat pada daerah dengan tumbuhan yang lebat. Tumbuhan air selain
penting di dalam jaringan makanan di Danau Tondano, karena produksi Danau Tondano terbesar
sebagai tempat berlindung ikan juga tempat mencari makan, sebab udang
yang dapat dimanfaatkan manusia adalah Payangka dan Nike (Soeroto, 1988).
Caridina dan juga moluska banyak terdapat di sekitar tumbuhan air. Ikan
Ikan Payangka tertangkap pada kedalaman 1-6 m, dan sebagian besar didapat pada daerah
Nike dengan
(anakan Payangka)
tumbuhan terdapat
yang lebat. Tumbuhan terutama
air selain di bagian
sebagai tempat berlindung pinggir danau dan
ikan juga tempat
hidupmencari
berkelompok.
makan, sebab udangKonsentrasi
Caridina dan jugaNike
moluskabiasanya di daerah
banyak terdapat terlindung
di sekitar tumbuhan air. dari
gelombang, tenang
Ikan Nike (anakan danterdapat
Payangka) tidakterutama
ada ditumbuhan, dengan
bagian pinggir danau dan hidup kedalaman
berkelompok. antara

75 cmKonsentrasi
sampaiNike2 biasanya di daerah terlindung dari gelombang, tenang dan tidak ada tumbuhan,
m. Penangkapan Nike oleh para nelayan dilakukan dengan
dengan kedalaman antara 75 cm sampai 2 m. Penangkapan Nike oleh para nelayan dilakukan
jarring angkat (lift net) berbentuk segitiga, yang dipasang di satu tempat di
dengan jarring angkat (lift net) berbentuk segitiga, yang dipasang di satu tempat di tepi danau
tepi danau kemudian berulang-ulang diangkat. (Soeroto, 1988).
kemudian berulang-ulang diangkat. (Soeroto, 1988).

Batok Gabus Payangka Lele

Nike, anak ikan lain Caridina Siput

Nilam,
Tawes
Zooplankton Larva
Gastropoda Mujair, Nila
serangga


Fitoplankton Tumbuhan tingkat Alga benang Detritus
tinggi

Gambar ..Jaringan Makanan di Danau Tondano (Soeroto (1988) dalam Wantasen, 2012)
Gambar 2.25. Jaringan Makanan di Danau Tondano (Soeroto (1988) dalam Wantasen, 2012)

Fauna di danau dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok fauna


Fauna di danau dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok fauna berdasarkan tempat hidupnya,
yaitu fauna yang hidup didasar perairan (benthos), fauna yang hidup di kolom air (pelagis) dan
berdasarkan tempat hidupnya, yaitu fauna yang hidup didasar perairan
hewan yang hidup bersembunyi di antara tumbuhan air. Benthos dapat berupa siput atau keong,
(benthos), fauna yang hidup di kolom air (pelagis) dan hewan yang hidup
cacing serta larva serangga. Siput di Danau Tondano adalah keong mas (Pomacea sp), keong
bersembunyi
gondang atau di antara
kolombi tumbuhan
(Pila ampullacea), rengaair. Benthos
(Angulyagra dapat
costata), berupa
keong mini siput atau
(Stenothyra
keong, cacingkeong
ventricosa), serta
duri larva
(Thiara serangga. Siput di tuberculata),
scabra), keong (Melanoides Danau Tondano adalah keong
Melanoides granifera,

mas (Pomacea sp), keong gondang atau kolombi (Pila ampullacea), renga
(Angulyagra costata), keong mini (Stenothyra ventricosa), keong duri (Thiara

Germadan Tondano — 69
scabra), keong (Melanoides tuberculata), Melanoides granifera, sedang yang
berupa kerang adalah kijing Taiwan (Anodonta woodiana). Jenis cacing di
danau adalah cacing rambut (Tubifex sp), cacing tanah (Lumbricus sp) dan
cacing polychaeta (Nereis sp.).
Hewan-hewan yang bersembunyi di antara tumbuhan air adalah udang-
udang kecil seperti Caridina wycki, dan Caridina helleri yang merupakan
species-species endemik Sulawesi, dan berbagai jenis larva serangga. Larva
serangga yang berupa anak capung (Agrion spp dan Lestes spp.) Larva-larva
Baetis sp., Ephemera sp., Hydropsyche sp., Epeorus sp. dll bersembunyi di
antara Hydrilla dan Ceratophyllum ; larva-larva ini menjadi makanan ikan-ikan
di danau seperti ikan gabus yang masih muda dan ikan payangka.
Menurut Soeroto (1988), Ikan-ikan di danau Tondano adalah ikan-
ikan hasil introduksi (penebaran) dari luar. Ikan payangka misalnya, ikan
ini berasal dari Danau Limboto dan di introduksi tahun 1902. Ikan mas
(Cyprinus carpio) dan nilem (Osteochilus hasselti) dimasukkan tahun 1940-an,
ikan mujair (Oreochromis mossambicus) tahun 1957, ikan nila (Oreochromis
niloticus) tahun 1971. Setelah itu berbagai jenis mujair, yaitu mujair putih,
mujair merah, mujair mercy (Oreochromis spp) ditebar sekitar tahun 1980-
an. Berbagai jenis ikan hias, juga pernah masuk ke Danau Tondano, seperti
ikan platis (Xypophorus maculatus), platis pedang (Xypophorus helleri) dan
lele putih (Clarias batrachus), yang masuk secara liar (introduksi liar) pada
tahun 1980-an tersebut.
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan ikan koan (Ctenopharyngodon
idella) juga pernah di masukkan ke Danau Tondano, namun ikan-ikan ini
tidak dapat berkembang biak di Danau Tondano, karena selalu harus
dengan hyphofisasi atau kawin suntik dan stripping (membuahkan telur
dalam piring setelah telur dan sperma dikeluarkan dari tubuh ikan). Ikan
sidat (Anguila sp) pernah dilaporkan ada di danau, bahkan kami sempat
menangkap ikan belut (Monopterus albus) pada tahun 1999. Ikan yang
sukses di introduksi di danau adalah ikan betutu (Oxyeleotris marmoratus)
sekitar 10 tahun terakhir ini. Sejak sekitar 20 tahun terakhir ini produksi
ikan di danau naik karena ada pemeliharaan ikan di jaring tancap. Ikan
yang dipelihara di jaring ini adalah ikan mas,nila dan mujair ; juga beberapa

70 — Germadan Tondano
jenis ikan hias seperti mas koki (Carassius auratus), koi (Cyprinus sp.), lohan
(Cichlasoma sp.) dan ikan mas kumpai (C.carpio var. flavipinnis).
Ikan-ikan yang dianggap asli Danau Tondano seperti ikan sepat, betok
dan gabus bahkan telah ditebar sebelum tahun 1900, dan ikan-ikan ini
didatangkan dari Filipina (Darlington, 1957). Ikan yang endemik Danau
Tondano adalah ikan Tondanichhthys kottelati, yang telah diidentifikasi
dan diberi nama oleh ahli ichthyologi Amerika bernama Bruce Collete
(Collete,1995).
4. Sosial, Ekonomi dan Budaya
Masyarakat Minahasa terkenal dengan budaya gotong royong yang
dinamakan Marpalus.

Germadan Tondano — 71
72 — Germadan Tondano
Bab 3
GERAKAN PENYELAMATAN
DANAU TONDANO

Berdasarkan isu pokok yang terdapat pada kawasan Danau Tondano,


baik ditinjau dari sudut lingkungan hidup maupun kebijakan pengelolaan,
maka disusun rekomendasi penyelamatan Danau Tondanoyang disusun
dalam bentuk matrik sebagaimana disajikan pada Tabel 6.1.
Matrik disusun berdasarkan isu pokok, permasalahan yang mungkin
timbul/sudah terjadi sebagai akibat isu pokok tersebut serta rekomendasi
penanggulangan/pencegahan permasalahan.
Rekomendasi ini tentu bersifat iteratif dan progresif, selalu perlu dikaji
ulang dan dikembangkan dengan tujuan utama memperlakukan aspek
lingkungan sama penting dengan aspek ekonomi dan sosial.
Mengingat bahwa kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan
strategis nasional dari segi lingkungan hidup, maka perlindungan lingkungan
hidup menjadi salah satu isu penting yang harus dipertimbangkan
dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan selalu mengikutsertakan
perlindungan lingkungan dalam setiap aspek pembangunan, maka daya
dukung kawasan terhadap kehidupan di dalam dan sekitar danau dapat
terpelihara secara berkelanjutan.

Germadan Tondano — 73
Tabel 3.1. Matrik Analisis Lingkungan Kawasan Danau Tondano dan Rekomendasi

Isu Pokok Kondisi Permasalahan Rekomendasi Program/Kegiatan


1. Penurunan Kualitas Air - Kualitas air Danau Tondano - Membahayakan kehidupan - Pembangunan IPAL domestic/komunal pada pemukiman padat penduduk
Danau (Kelas II PP 82/2001) manusia terutama di seputaran Danau Tondano serta menyusun regulasi/perda
- sisa makanan ikan pada - Pertumbuhan Eceng gondok pendukungnya
perikanan budidaya yang tidak melimpah - IPAL jaring apung
semua dimakan oleh ikan, - Kematian ikan secara masal - Pemeliharaan tanaman (rewo) sebagai buffer zone khususnya pada
feces ikan serta pembuatan (upwelling) pinggiran danau
jaring tancap yang tidak - Sumber Pencemar al.: - Monitoring limbah rumah makan terapung
terkendali limbah domestik, pertanian/
- penggunaan pupuk sintetis/an pemanfaatan lahan, peternakan, Penanggulangan limbah pertanian/pemanfaatan lahan
organik perikanan - Penerapan pertanian ramah lingkungan/ penggunaan pupuk organik
(70%)
- Fasilitasi dan pengawasan penggunaan pupuk dan pestisida

Penanggulangan limbah peternakan


- Pengelolaan limbah peternakan
- Pengembangan peternakan ramah lingkungan
- Pembuatan pupuk kompos serta biogas

74 — Germadan Tondano
Penanggulangan limbah perikanan
- Pembatasan budidaya perikanan berdasarkan daya dukung dan daya
tampung perairan danau
- Pengembangan perikanan ramah lingkungan
- Pemakaian pakan ikan tidak berlebihan

Penanggulangan limbah transportasi danau


- Penertiban sarana transportasi yang membuang limbah ke danau

Pengendalian Pembuatan jarring tancap


- Beralih ke pemakaian jaring apung & pembersihan jaring tancap yang
tidak dimanfaatkan lagi
Isu Pokok Kondisi Permasalahan Rekomendasi Program/Kegiatan
Program Pendukung
- Pemantauan kualitas air secara berkala dan berkesinambungan
- Evaluasi dan/atau penetapan baku mutu air
- Penentuan status trofik
- Penentuan dan penetapan daya tampung beban pencemaran air danau
- Penanganan eceng gondok secara berkesinambungan serta penetapan
zonasi untuk bahan baku pupuk organik, kerajinan, biogas
2. Kerusakan Daerah - Laju erosi dan sedimentasi - Peningkatan laju erosi - Konservasi tanah DAS/DTA secara vegetatif dan sipil teknis
Tangkapan Air Danau meningkat - Peningkatan volume sedimen - Melarang pertambangan bahan galian golongan C
Tondano - Penebangan pohon yang tidak - Peningkatan lahan kritis - Pengendalian konversi lahan agar tidak melebihi daya dukung lingkungan
terkendali - Mengganggu keseimbangan - Menciptakan alternatif mata pencaharian lain selain pertanian
hidrologis - Mencegah reklamasi pinggiran danau
- Menerapkan sistim agroforestry
- Pendeliniasian dan penetapan kawasan rawan bencana longsor dan erosi
agar terhindar dari berbagai jenis kegiatan budidaya
- Merehabilitasi kawasan rawan longsor dan erosi
- melalui peningkatan kesadaran masyarakat
- Penanaman pohon seputaran danau tondano khususnya di lahan kritis
serta lahan tidur
3. Pertumbuhan eceng – Tumbuhan tingkat tinggi - Ancaman kepunahan spesies - Pengurangan KJA secara bertahap
gondok yang tidak Najas indica yang punah endemik - Pengendalian eceng gondok dengan memanfaatkan untuk pupuk organik

Germadan Tondano — 75
terkendali atau menghilang dari Danau - Kerusakan habitat dan/atau bio gas serta kerajinan
Tondano karena munculnya - Menurunnya estetika Danau - Inventarisasi keanekaragaman hayati dan kelimpahan flora/ fauna pada
eceng gondok Tondano setiap habitat
- Menurunnya populasi spesies - Mengganggu transportasi - Pemetaan spesies endemik
endemik ikan Tondanichhthys danau, dan perikanan tangkap - Perlindungan spesies serta habitatnya
kottelati - Mengawasi secara ketat introduksi spesies eksotik
- Mencegah penangkapan ikan dengan menggunakan racun ataupun
dengan listrik

4. Perubahan Kedalaman kecepatan pendangkalan Danau - Ancaman pendangkalan Danau - Memasang Sedimen trap di muara Sungai Panasen, Sungai Ranoweleng,
Danau Tondano Tondano 13,41 cm/tahun Tondano dan Sungai Leleko
- Membersihkan tiang pancang bambu yang telah rusak
5. Eutrofikasi Danau Status trofik Danau Tondano - Potensi menjadi Hipereutrof - Pengurangan KJA sampai 50%
Tondano adalah Eutrof - IPAL jaring apung
Rekomendasi-rekomendasi tersebut dapat digolongkan kedalam
enam program penyelamatan Danau Tondano, yaitu (1) perlindungan
DTA, sempadan danau dan sungai, serta penanggulangan lahan kritis
(2) pengendalian penurunan kualitas air/pencemaran air dan eutrofikasi
Danau Tondano, (3) pengendalian pertumbuhan eceng gondok yg tidak
terkendali, (4) pengendalian sedimentasi, 5). penataan kebijakan, dan (6)
peningkatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Namun karena salah satu tekanan terhadap kawasan Danau Tondano
adalah kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan yang merupakan
mata pencaharian dominan masyarakat kawasan Danau Tondano,
maka perlu dicari alternatif mata pencaharian lain untuk meminimalkan
tekanan tersebut, yaitu (6) pengembangan pariwisata. Oleh karena itu
bidanglainnya yang perlu dilakukan untuk penyelamatan Danau Tondano
adalah pengembangan pariwisata.
Masing-masing bidang penyelamatan tersebutdiaktualisasikan melalui
sejumlahkegiatan yang berdasarkan efektifitas serta kegentingannya
dikelompokkan ataskegiatan super prioritas dan kegiatan prioritas.
Program-program ini akan dilaksanakan sebagai Gerakan Penyelamatan
Danau Tondano yang rincian selanjutnya adalah sebagaimana dicantumkan
pada Tabel 6.2.

76 — Germadan Tondano
Tabel 3.2. Kegiatan Super Prioritas dan Kegiatan Prioritas Gerakan Penyelamatan Danau Tondano (2015-2019)

Target Capaian (Tahunke) Penanggung


No. Program Kegiatan Sasaran Indikator Baseline Pendukung
2015 2016 2017 2018 2019 Jawab
1. Perlindungan DTA Kegiatan Super Prioritas
dan penanggulangan
1. Reforestry Menambah luas hutan Luasan hutan di Belum ada 5% 10% 10% 10% 3,4% Dinas Kehutanan KLH, BLH Prov&
lahan kritis
di DTA DTA Danau Tondano Sulut, BWS, BPDAS Kab, serta pihak
bertambah dan Pemerintah Kab. lainyang mempunyai
Minahasa keterkaitan
2. Penanaman dan Melindungi sempadan sempadan danau dan Belum ada 5% 5% 5% 5% 5% Dishut (Prov dan KLH, BLH Provsu &
pemeliharaan sabuk danau dan sungai serta sungai, memiliki sabuk Kab), BPDAS, Kabserta pihak lain
hijau (buffer) pada mengendalikan erosi dan hijau Kemenhut
sempadan dan audan sedimentasi
sungai

3. Penanggulangan Memulihkan lahan kritis luas lahan kritis Luas lahan kritis 10% 10% 10% 10% 10% Dishut (Prov dan KLH, BLH Provsu &
lahan kritis seputaran danau tondano yang direhabilitasi Kab), BPDAS, Kabserta pihak lain
bertambah Kemenhut
Kegiatan Prioritas
1. Pengembangan Terkendalinya erosi penurunan erosi dari Belum ada 10% 10% 10% 10% 10% Dinas Pertananian, Kementan, KLH
pertanian dan dan pencemaran dari pertanian Dinas Peternakan,
peternakan ramah pertanian dan peternakan BLH (Prov dan
lingkungan Kab)
2. Penyediaan sarana Mencegah perluasan Kendaraan pemadam 0 - 1 - - - BNPB,BPBD Sulawesi Pemerintah Prov Sulut
pemadam kebakaran kebakaran hutan dan Utara dan Kabupaten
berbasis udara lahan
2. Pengendalian Kegiatan Super Prioritas
Pencemaran Air,
7. Evaluasi dan Ditetapkannya Baku Mutu SK Gubernur tentang Pergub Sulawesi Evaluasi BM Ranca-ngan Peneta- Implemen- Implemen- BLH Provsu , KLH, Dinas Kelautan &
erosi dan Eceng
Penetapan Baku (BM) dan Status Trofik BM dan Status Trofik Utara No. 1 BM & Status pan BM& tasi tasi LIPI Biro Hukum Prov Perikanan, Menteri
Gondok
Mutu danStatus Trofik Danau Danau Tahun 2009 Trofik Sosialisasi Kelautan dan
Danau Tondano Perikanan
8. Penentuan dan Ditetapkannya Daya SK Gubernur tentang Kajian tentang Penentu-an Peneta-pan Sosialisasi & Implemen- Implemen- BLH Prov, KLH, Biro LIPI
Penetapan Daya Tampung Beban Penetapan Daya Danau Tondano DTBPA Danau DTBPA Danau implemen- tasi tasi Hukum Prov
Tampung Beban Pencemaran Air Tampung Beban Tondano Tondano tasi
Pencemaran Air Pencemaran Air Danau
(DTBPA) Tondano
9. Pembangunan sarana Mengurangi beban IPAL Domestik 1 IPAL Domestik 1 IPAL dan IPAL dan IPAL dan 2 IPAL 2 IPAL Dinas PU, Dinas Bina Menteri PU, BLH Prov
& prasarana IPAL limbah domestic seri terbangun dalam 5 tanggul optimalisasi tanggul tanggul Marga (Prov dan
domestik pemukiman ta tingkat mengurangi tahun dan tanggul IPAL serta Kab)
kawasan seputaran tingkat pendangkalan penahan lumpur tanggul
Danau Tondano Danau Tondano dari erosi
dan optimalisasi
IPAL serta tanggul
penahan lumpur

Germadan Tondano — 77
10. Penertiban Produksi budidaya Penurunan beban Pengendalian Sosialisa-si Sosialisa-si 10% 14% 20% DKP, BLH (Prov&Kab) KLH, Kementerian
budidaya perikanan perikanan sesuai pencemaran dari jaring Kelautan dan
budidaya perikanan Perikanan
11. Pengendalian Pengangkatan, Berkurangnya populasi Belum ada Pembersihan Pembersihan evaluasi Evaluasi Evaluasi BLH, DKP, BWS, PU, KLH, KKP, Kementerian
Gulma Air Eceng pemanfaatan serta zonasi eceng gondok BP DAS (Prov & Kab) PU
Gondok
12. Pengendalian pembatasan pemberian Terkendalinya Peninjauan Sosialisasi 10% 10% 10% 10% KPPT, Pariwisata, BLH, Pariwisata Prop.`
pemberian ijin jin pencemaran air danau kembali ijin BLH
usaha rmh makan
Kegiatan Prioritas
3. Pemantauan kualitas Tersedianya data kualitas Frekuensi pemantauan 2 /21 /±10 4/21/lengkap 4/21/ 4/21/ 4/21/lengkap 4/21/lengkap BLH (Prov & Kab) KLH, Unsrat, Unima,
air secara berkala dan air pertahun/jumlah lengkap lengkap BWS Laboratorium
berkesinambungan titik pantau/jumlah
parameter (PP 82/2001)
4. Penyediaan sarana Tersedianya data kualitas 100% sarana dan 0 10% 20% 20% 30% 20% Menristek, LIPI, BLH KLH
dan prasarana air secara kontinyu prasarana pemantauan Prov
pemantauan kualitas kualitas air secara real
air secara real time time tersedia secara
lengkap
3. Perlindungan Kegiatan Super Prioritas
Keanekaragaman
1. Konservasi Reservat Terlindunginya reservat 7 kabupaten yang - kab kab kab kab kab Dinas Kelautan Kementerian Kelautan
Hayati
Ikan ikan reservat Ikannya dan Perikanan, dan Perikanan, KLH
terlidungi BKSDA,BPDAS, BLH
(Provdan Kab)
2. Pembentukan Lestarinya flora fauna Terbentuknya UPT 0 Persiapan dan Operasional Operasi-onal Operasi- Operasi-onal Dinas Pertanian, Kementan,
UPT Perlindungan endemik di kawasan Perlindungan pembentukan oanal Dinas Kelautan Kementerian Kelautan
Flora dan Fauna Danau Tondano Flora dan Fauna dan Perikanan, dan Perikanan,
(Keanekaragaman (Keanekaragaman BLH (Provdan Kab), Kemenhut, KLH
hayati) hayati) BKSDA
Kegiatan Prioritas
1. Penebaran Memulihkan keberadaan ikan endemik Tidak terdata 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 Dinas Kelautan Menteri Kelautan dan
(Restocking) spesies dan kelimpahan spesies dibudidayakan seperti dan Perikanan BLH Perikanan, BLH
endemik di kawasan endemik yang terancam payangka, Ike, kesa (Prov&Kab)
Danau Tondano punah dan kabos di budi daya
sehingga tidak puma
4. Penyelamatan 1. Penertiban sarana Terlidunginya sarana dan Sarana dan prasarana RTRW Kab Kab Kab Kab Kab Dinas Kebudayaan Kementerian
ekosistem lahan dan prasarana wisata prasarana wisata tertata baik. dan Pariwisata Pro Kebudayaan
sempadan dan yang melanggar Penertiban jin usaha dan Kab Pariwisata,
perairan RTRW pariwisata sekitar BLH
Danau

78 — Germadan Tondano
2. Penetapan Wilayah Terkendaliya alih fungsi Luas sempadan danau Belum ada BWS, PU Kementerian LH,
Sempadan Danau lahanuntuk pemukiman, yang dapat dipulihkan Kementerian PU, Prov
usaha/jasa dan pertanian / ditertiban & Kab}

3. Perluasan dan Terciptanya sarana dan Tersedianya sarana Belum ada Rp.198 M Dinas PU Provinsi Kementerian PU, Dinas
pelebaran jalan di prasarana jalan jalan keliling danau PU dan Bapeda (Prov
seputaran danau tondano & Kab
5. PenataanKebijakan Kegiatan Super Prioritas
1. Sosialisasi dan RTRW 100% RTRW Kabupaten RTRW Prov dan Sosialisasi 25% 50% 75% 100% Dinas Tarukim, Menteri PU, KLH dan
internasilasi Perpres kabupatendiKawasan di Kawasan Danau RTRW kab di Bapeda, BKPRD, BLH Bapenas
No. 81 Tahun 2014 Danau Tondanodan Tondano sesuai dengan kawasan Danau (Provdan Kab)
tentang Rencana sekitarnya sesuai dengan Perpres 81/2014 Tondano
Tata Ruang Kawasan Perpres No. 81/2014
Danau Tondano dan
Sekitarnya
2. Penertiban Pemanfaatan ruang Lokasi yang ditertibkan RTRW Prov dan Sosialisa-si Penerti-ban Penerti-ban Penerti-ban Pener- Dinas Tarukim, Menteri PU, Bappenas
pemanfaatan ruang sesuai dengan Perpres pemanfaatan ruangnya RTRW kab di tiban Bapeda, BKPRD, BLH
di kawasan Danau 81/2014 kawasan Danau (Provdan Kab
Tondano Tondano
3. Penetapan Zonasi Tertatanya pemanfaatan Penetapan zonasi - Kajian Perumu-san Peneta-pan Imple- Imple- Dinas, Bappeda, Menteri PU, KLH dan
Pemanfaatan Perairan ruang perairan pemanfaatan perairan pendahuluan mentasi menta-si BLH, Dinas Perikanan Bapenas
Danau danau dan Kelautan (Prov
& Kab)
Kegiatan Prioritas
1. Penataan kebijakan Desa-desa di DTA Danau 100% desa pada - 15% 20% 25% 25% 15% BLH, Pemberdayaan KLH
pada tingkat Tondano memiliki pinggiran pantai Danau Masyarakat dan
pedesaan peraturan tentang Tondano memiliki Pemerintah Desa
konservasi lingkungan peraturan tentang (Prov& Kab)
konservasi
5. Peningkatan Kegiatan Super Prioritas
Partisipasi dan
1. Penyuluhan dan Peningkatan kesadaran 2 kali penyuluhanper/ 0 2x 2x 2x 2x 2x BLH, Badan KLH
Pemberdayaan
pembinaan masyarakat akan tahun penyuluhan penyuluhan penyuluhan penyuluhan penyuluhan Pemberdayaan
Masyarakat
pentingnya perlindungan Masyarakat &
lingkungan Pemerintah Desa
(Provdan Kab)
2. Pembentukan Terbentuk kelompok- 1 kelompok terbentuk/ 0 Klmpk masy Klmpk mas Klmpk mas Klmpk mas Klmpk masy BLH, Badan KLH
kelompok-kelompok kelompok penyelamatan tahun Pemberdayaan
masyarakat pencinta lingkungan Masyarakat &
lingkungan Pemerintah Desa
(Provdan Kab)

Germadan Tondano — 79
Target Capaian (Tahunke) Penanggung
No. Program Kegiatan Sasaran Indikator Output Baseline Pendukung
1 2 3 4 5 Jawab
Kegiatan Prioritas
1. Pengkajian Teridentifikasinya dan kearifan lokalnya - 1 1 1 2 2 Perguruan Tinggi, Menteri Kebudayaan
kearifan lokal tersosialisasi-kannya teridentifikasi dan BLH, Biro Bina danPariwisata
dalam pelestarian kearifan lokal tersosialisasi Kemasyaraka-tan
lingkungan dan Sosial, (Prov
dan Kab)
2. Pengembangan Meningkatkan ekonomi Terbentuknya - Klmpk mas Klmpk mas Klmpk mas Klmpk mas Klmpk masy Badan Menteri Pariwisata
ekonomi kreatif masyarakat dan kelompok masyarakat Pemberdayaan dan Ekonomi Kreatif,
berbasis pariwisata mengurangi tekanan per tahun yang Masyarakat dan serta pihak lain
terhadap lingkungan menekuni ekonomi Pemerintah Desa, pemanfaat EKDT
kreatif berbasis Dinas Kebudayaan
pariwisata dan Pariwisata,
Dinas Kesejahteraan
Sosial(Prov dan Kab)
6. Pengembangan Kegiatan Super Prioritas
Pariwisata
1. Peningkatan dan Terkoneksinya desinasi- jalan lingkar dalam Pelebaran jalan, 20% 20% 20% 20% 20% Dinas PU, (Prov dan Menteri PU
pembangunan destinasi pariwisata (tepian danau) sebagaian sudah Kab)
jalan lingkar Danau melalui jalan darat terkoneksi dan terbangun
Tondano ditingkatkan
2. Penyediaan sarana Tersedianya fasilitas objek wisata dengan 0 objek wisata objek wisata objek wisata objek wisata objek wisata Dinas PU, Dinas Menteri PU, Menteri
dan prasarana umum pada objek-objek fasilitas umum yang Kebudayaan dan Pariwisata dan
pendukung objek- wisata lengkap/tahun Pariwisata (Prov dan Ekonomi Kreatif,
objek wisata Kab) serta pihak lain
pemanfaat EKDT
Kegiatan Prioritas
1. Pengembangan Terbentuknya kelompok kelompok sadar wisata/ 0 Kelom-pok Kelom-pok Kelom-pok Kelom-pok Kelom-pok Dinas Pariwisata, Menteri Pariwisata
budaya sadar wisata masyarakat sadar wisata tahun Masy. Masy. Masy. Masy. Masy. Dinas Sosial (Prov dan Ekonomi Kreatif
dan Kab)
2. Promosi wisata Semakin dikenalnya kegiatan promosi/tahun kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan kegiatan Dinas Pariwisata Menteri Pariwisata
Danau Tondano potensi pariwisata Danau (Prov dan Kab) dan Ekonomi Kreatif
Tondano

80 — Germadan Tondano
BAB IV
PENUTUP

Dokumen Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Tondano yang


telah tersusun ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pihak, baik
pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, LSM maupun masyarakat
umum, dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
pelaksanaan penyelamatan Danau Tondano.
Guna mendukung keberhasilan penyelamatan Danau Tondano, sangat
diperlukan kerjasama yang kuat antar para pihak dalam melaksanakan
komitmen penyelamatan Danau Tondano. Untuk itu, maka Gubernur
Sulawesi Utara dan Bupati Minahasa, dapat meminta Bappeda serta unit
SKPD terkait di daerah untuk menggunakan dokumen Germadan Tondano
ini menjadi dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
dan kegiatan penyelamatan Danau Tondano. Program penyelamatan
Danau Tondano dapat dilaksanakan dengan mengoptimalkan peran dan
fungsi masing-masing institusi terkait. Untuk menilai keberhasilan program
dan kegiatan penyelamatan Danau Tondano di tingkat daerah, maka
perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Unit pemantauan dan evaluasi
penyelamatan Danau Tondano dapat merupakan lembaga Ad-Hoc yang
dibentuk oleh Gubernur dan memiliki kekuatan hukum. Lembaga tersebut
dapat dibentuk dengan penguatan kelembagaan yang telah ada tanpa
membentuk lembaga baru. Institusi pengelola Danau Tondano diharapkan
dapat berfungsi secara rutin dan berkesinambungan.
Sinergisitas program dan kegiatan antar sektor dan SKPD terkait di
daerah sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan penyelamatan
Danau Tondano. Untuk itu, maka komunikasi dan koordinasi dalam
mengawal pelaksanaan penyelamatan danau hingga mencapai sasaran
dan target capaian yang diinginkan menjadi prasyarat utama dan kunci
keberhasilan program penyelamatan Danau Tondano.

Germadan Tondano — 81
82 — Germadan Tondano
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2005, Minahasa dalam angka tahun 2004/2005, BPS
Kabupaten Minahasa.
Balai Wilayah Sungai Sulawesi I, 2010. Pengukuran dan Analisa Bathimetri,
Kualitas Air dan Sedimen Danau Tondano, Kementerian Pekerjaan
Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan, 1981. Studi
Perencanaan Perbaikan Keadaan Danau Tondano Provinsi Sulawesi
Utara. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang,
2005. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan DAS Danau Tondano dan
Sekitarnya. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2009.
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Daerah Aliran Sungai Tondano
Provinsi Sulawesi Utara, Jakarta.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Minahasa, 2010. Laporan
Tahunan Tahun 2009. Minahasa Tondano.
Efendi, A.C dan S.S. Bawono, 1997, Peta Geologi Lembar Manado Sulawesi
Utara Skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
JICA, 2001, The Study on Critical Land and Protection Forest Rehabilitation at
Tondano Watershed in Republik of Indonesia, Vol I, Main Report, Nippon
Koei Co, Ltd and Kokusai Kogyo Co, Ltd.
JICA, 2001, The Study on Critical Land and Protection Forest Rehabilitation
at Tondano Watershed in Republik of Indonesia, Vol II, Appendices (1/2)
Nippon Koei Co, Ltd and Kokusai Kogyo Co, Ltd.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH), 2009. Gambaran Umum
Potensi dan Kondisi Danau Indonesia dan Dampak Perubahan Iklim,
makalah: Tema Pengelolaan Danau Konferensi Nasional Danau
Indonesia I di Bali 13-15 Agustus 2009.

Germadan Tondano — 83
Korah, R. 2000. Dampak Budidaya Ikan Jaring Apung Terhadap Lingkungan
Perairan Danau Tondano di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi
Utara. Tesis Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Luntungan, J.N, 2014. Dinamika Spasial Penggunaan Lahan Pertanian
Berdasarkan Citra Penginderaan Jauh Tinjauan Dalam Rangka Menuju
Pertanian Lestari di Daerah Aliran Sungai (DAS) Noongan dan Panasen
Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara(Disertasi), Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Moechtar, H; I. Pratomo; H. Mulyana; S. Poedjoprajitno, 2007, Gerakan
Struktur dan Kaitannya dengan Faktor Kendali Tektonik, Berdasarkan
Analisis Stratigrafi: Studi Kasus Geologi Kuarter Terhadap Fase
Perkembangan Danau Tondano Purba Sepanjang Remboken-Kakas
Kecamatan Remboken dan Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa,
Sulawesi Utara, Jurnal Geologi Indonesia Vol. 2 (3): 177-190.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian PencemaranAir
(Kelas I).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), DAS Tondano
ditetapkan sebagai: Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (Lampiran XI) dan Wilayah
Sungai Strategis Nasional (Lampiran VI).
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Daya Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau Waduk.
PPSA, 2003, Investigasi Kualitas Air Sungai dan Danau Tondano. Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral Sumberdaya Air
Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air (PPSA) Sulawesi
Utara.
PPSA, 2004, Pengukuran Batimetri dan Studi Pemodelan Sirkulasi Air serta
Ekosistem Danau Tondano, Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah Direktorat Jendral Sumberdaya Air Proyek Pengembangan
dan Pengelolaan Sumber Air (PPSA) Sulawesi Utara.

84 — Germadan Tondano
PPSA, 2006, Monitoring dan Daya Dukung Sungai dan Danau Tondano.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jendral
Sumberdaya Air Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air
(PPSA) Sulawesi Utara.
Puslittanak, 1995, Data Hasil Survey dan Pemetaan Sumberdaya Tanah
Tingakt Semi Detail (Skala 1: 50.000) Daerah Tondano Sulawesi Utara
untuk Penyediaan Air dan Hydro Power, Tim Peneliti Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Rundengan, H.A, 1996, Analisis Tumbuhan Air dan Tingkat Sedimentasi
Bahan Organik di Danau Tondano, Skripsi Fakultas Pertanian Universitas
Sam Ratulangi Manado.
Soeroto Bambang, 1988. Makanan dan Reproduksi Ikan Payangka
(Ophieleotris aporos (Bleeker)) di Danau Tondano, Disertasi Fakultas
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Sukimin, S. 2009. Pengendalian Gulma Air Eceng Gondok (Eicchornia crassipes)
dan Kematian Massal Ikan Budidaya di Perairan Danau. makalah: Konferensi
Nasional Danau Indonesia I di Bali 13-15 Agustus 2009.
Tim Peneliti Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak), 1995.
Survey dan Pemetaan Sumber daya Tanah Tingkat semi Detail (Skala:
1 : 50.000) Daerah Tondano Sulawesi Utara untuk Penyediaan Air
dan Hydropower, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian. Jakarta.
Wantasen, S; J. Nebath ; B. Soeroto, 2005, Water Quality and Biodiversity
in Lake Tondano and the Tondano River In T.Babcock ;S.K.Wismer and
B. Nurkin (eds) From Sky to Sea : Environment and Development in
Sulawesi, Departement of Geography University of Waterloo.
Rumende, R.R.H.; J.L. Rantung; Wantasen, S, 2014. Sebaran Spasial Ekologi
Nitrogen dan Fosfat di Danau Tondano, Universitas Sam Ratulangi,
Manado.
Wantasen, S, 2012. Sebaran Spasial Ekologi Nitrogen di Danau Tondano
Provinsi Sulawesi Utara (Disertasi), Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Germadan Tondano — 85
86 — Germadan Tondano

Anda mungkin juga menyukai