Anda di halaman 1dari 101

GERAKAN PENYELAMATAN

DANAU TOBA
(GERMADAN TOBA)
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Toba

© Kementerian Lingkungan Hidup, 2014


Bagian atau seluruh isi buku ini dapat dikutip dengan menyebutkan sumbernya disertai
ucapan terimakasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

Cara mengutip :
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan Penyelamatan
Danau (GERMADAN) Toba.

Pengarah :
Arief Yuwono
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, KLH

Penanggung Jawab :
Hermono Sigit
Asisten Deputi Pengendalian Kerusakan Ekosistem Perairan Darat, KLH

Tim Penyusun :
Laksamana Umanda Sitanggang, Hidayati, Harmin Manurung, Titi Novitha Harahap,
Inge Retnowati, Siti Rachmiati Nasution, Wahyu Cahyadi Rustadi.

Didukung oleh :
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappeda Provinsi Sumatera Utara,
Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara, Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) Di Provinsi Sumatera Utara, Bappeda, Badan/Kantor Lingkungan
Hidup Daerah serta SKPD di Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Dairi, Karo, Hubang
Hasundutan, Tapanuli Utara dan Simalungun.

Diterbitkan oleh :
Kementerian Lingkungan Hidup
SAMBUTAN
DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN
DAN PERUBAHAN IKLIM
Konferensi Nasional Danau Indonesia I yang diselengarakan pada tahun
2009, telah menghasilkan Kesepakatan Bali yang ditandatangani oleh 9
Menteri yakni Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pekerjaan Umum, Menteri Pertanian, Menteri Energi dan Sumberdaya
Mineral, Menteri Kehutanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Menteri Riset dan Teknologi untuk
mempertahankan, melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan
prinsip keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan, pada 15 Danau
Prioritas Nasional.
Untuk mempercepat implementasi Kesepakatan Bali Tahun 2009, maka
pada Konferensi Nasional Danau Indonesia II di Semarang, Kementerian
Lingkungan Hidup telah meluncurkan Gerakan Penyelamatan Danau
(GERMADAN) dan mengangkat Penyelamatan Danau Rawapening
sebagai model. Diharapkan Model Penyelamatan Danau Rawapening dapat
direplikasikan kepada 14 danau prioritas lainnya.
Sebagai wujud replikasi model penyelamatan Danau Rawapening, hingga
saat ini telah tersusun dokumen GERMADAN Toba, Maninjau, Singkarak,
Kerinci, Tondano, Limboto, Poso, Tempe, Matano, Kaskade Mahakam
(Semayang, Melintang, Jempang), Sentarum, Sentani, Rawa Danau dan Batur.
Dokumen GERMADAN ini lahir berdasarkan arahan dan kebijakan yang telah
digariskan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia
serta hasil kajian, penelitian serta data dan informasi terbaru mengenai danau
prioritas tersebut dari berbagai sumber terkait. GERMADAN ini berisi
Rencana Aksi penyelamatan Danau Toba yang menjelaskan program super
prioritas dan prioritas penyelamatan Danau Toba yang akan dilaksanakan
secara bertahap oleh Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah, Dunia
Usaha dan Masyarakat sesuai tugas, fungsi dan kewenangannya.

Germadan Toba iii


Akhir kata saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
dan ucapan terima kasih kepada Tim Penyusun dan para narasumber, baik
yang berasal dari pemerintah pusat, daerah, akademisi, dunia usaha maupun
masyarakat, sehingga dokumen Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN)
ini dapat tersusun. Diharapkan dokumen GERMADAN ini dapat menjadi
bahan arahan dan acuan bersama bagi para pihak untuk secara sinergis dan
terpadu merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi kebijakan,
program dan kegiatan penyelamatan Danau Toba.

Jakarta, November 2014


Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan
Lingkungan dan Perubahan Iklim

Ir. Arief Yuwono, MA

iv Germadan Toba
GUBERNUR SUMATERA UTARA
KATA SAMBUTAN
Danau Toba beserta seluruh ekosistemnya merupakan anugerah Tuhan
yang luar biasa bagi Provinsi Sumatera Utara. Potensinya yang berlimpah,
berupa keindahan alam, keunikan budaya, keanekaragaman hayati, sumber
pembangkit listrik, sarana budidaya, sarana transportasi bahkan keunikan
geologisnya, telah memberi manfaat yang besar bagi kesejahteraan Sumatera
Utara.
Disisi lain ekosistem kawasan Danau Toba adalah ekosistem yang rentan
dari aspek lingkungan hidup. Kekurang hati-hatian eksploitasi sumber daya
alam telah menyebabkan degradasi lingkungan. Daerah tangkapan air tidak
terlindungi dengan baik, kualitas air danau cenderung menurun, bahkan
keanekaragaman hayati turut mengalami ancaman.
Degradasi ini harus segera diatasi. Oleh karena itu saya menyambut baik,
upaya Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam
menggulirkan aksi penyelamatan Danau Toba yang disebut dengan Gerakan
Penyelamatan Danau (Germadan) Toba.
Germadan Toba merupakan rangkaian kegiatan penyelamatan yang
berdasarkan kepentingan dan kegentingannya dikelompokkan atas kegiatan
super prioritas dan kegiatan prioritas yang melibatkan berbagai pihak, baik
di pusat, provinsi maupun kabupaten sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing-masing.
Oleh karena itu saya menginstruksikan agar setiap SKPD dijajaran
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang turut serta dalam Gerakan

Germadan Toba v
Penyelamatan Danau Toba ini agar menginternasilasi kegiatan Germadan
kedalam kegiatan SKPD masing-masing dan berkoordinasi dengan SKPD
terkait di kabupaten sekawasan Danau Toba untuk merealisasikannya.
Keberhasilan Gerakan Penyelamatan Danau ini akan meningkatkan daya
saing Provinsi Sumatera Utara.
Akhirnya saya menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Kementerian Lingkungan Hidup RI yang telah memfasilitasi penyusunan
dokumen Germadan ini dan berharap agar tetap bergandeng tangan dengan
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam pengawasan pelaksanaan
Germadan. Horas!

Medan, Desember 2014


GUBERNUR SUMATERA UTARA

H. GATOT PUJO NUGROHO, ST, M

vi Germadan Toba
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI SUMATERA UTARA

Danau Toba, danau yang dicinta masyarakat Sumatera Utara, masyarakat


Indonesia bahkan masyarakat dunia, terus mengalami degradasi. Status trofik
danau yang pada awal tahun 1990 adalah oligotofik, kini berangsur menjadi
eutotrof. Perubahan status trofik yang drastis ini menunjukkan pesatnya
pengayaan nutrien yang dialami danau ini. Pengayaan yang bersumber dari
pollutan ini semakin hari semakin meningkat seiring dengan peningkatan
aktifitas pembangunan di kawasan Danau Toba. Tekanan lain yang dialami
oleh kawasan ini adalah kerusakan daerah tangkapan air. Luas lahan kritis
bertambah dari tahun ke tahun.

Jika tekanan-tekanan ini tidak direduksi hingga ke tingkat yang sesuai


dengan daya tampung, maka lama kelamaan danau ini tinggal sekedar
kumpulan air yang kehilangan potensi untuk mendukung kehidupan di dalam
dan di sekitarnya.

Berbagai upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan kawasan


Danau Toba sudah dilakukan, namum belum optimal mereduksi berbagai
tekanan tersebut, antara lain karena belum komprehensifnya upaya yang
dilakukan serta belum bersinerginya seluruh pemangku kepentingan dalam
menyelamatkan danau ini.

Gerakan Penyelamatan Danau Toba yang merupakan bagian dari


Gerakan Penyelamatan Danau di Indonesia, kiranya menjadi suatu gerakan
yang komprehensif, sinergis dan operasional di lapangan. Dengan cara
itulah idaman para pemangku amanah “lestarinya ekosistem kawasan Danau
Toba, optimalnya pemanfaatan demi terwujudnya keutuhan ekosistem dan
kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan” dapat diwujudnyatakan.

Germadan Toba vii


Akhirnya kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Kementerian Lingkungan Hidup RI dan pihak-pihak lainnya, yang telah
bekerja keras sehingga Germadan Danau Toba ini dapat disusun.

Medan, Desember 2014


Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Sumatera Utara

Dr. Ir. Hj.Hidayati, M.Si

viii Germadan Toba


DAFTAR ISI

Kata Sambutan ........................................................................................ iii


Kata Sambutan Gubernur ........................................................................ v
Kata Pengantar ......................................................................................... vii
Daftar Isi ................................................................................................... ix
Daftar Tabel .............................................................................................. xi
Daftar Grafik ............................................................................................. xii
Daftar Gambar .......................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 PeraturanPerundang-undangan .................................................. 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 6

BAB II GAMBARAN UMUM KAWASAN DANAU TOBA ............... 7


2.1 Kondisi Umum ........................................................................... 7
2.2 Pemanfaatan Kawasan Danau Toba ........................................... 11
2.3 Keanekaragaman Hayati ............................................................ 17
2.4 Penurunan Kualitas Lingkungan Kawasan Danau Toba ............ 19
2.5 Kondisi Sosial Ekonomi ............................................................. 21
2.6 Kondisi Sosial Budaya ............................................................... 23

BAB III IDAMAN PEMANGKU AMANAH ......................................... 25

BAB IV PERMASALAHAN LINGKUNGAN EKOSISTEM


DANAU TOBA ..........................................................................
29
4.1 Kerentanan Alami Kawasan Danau Toba .................................. 29
4.2 Kerusakan Daerah Tangkapan Air ............................................. 33
4.3 Penurunan Kualitas Air .............................................................. 36
4.4 Ancaman Keanekaragaman Hayati ............................................ 51
4.5 Kemiskinan ................................................................................ 52

Germadan Toba ix
BAB V KEBIJAKAN PENGELOLAAN EKSOSTEM
DANAU TOBA .........................................................................
53
5.1 Kebijakan Pemerintah Pusat ...................................................... 53
5.2 Kebijakan Pemerintah Provinsi .................................................. 56
5.3 Kebijakan Pemerintah Kabupaten ............................................... 62

BAB VI GERAKAN PENYELAMATAN DANAU TOBA .................... 75


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 85 

x Germadan Toba
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 LuasdanJumlahPenduduk DTA Danau Toba ………............ 8


Tabel 2.2 ProfilDanau Toba ……………………………...........………. 10
Tabel 2.3 LokasidanJumlah KJA di Danau Toba ……………....…..…. 14
Tabel 4.1 Jenis Tanah yang terdapat di DTA Danau Toba …….....…… 31
Tabel 4.2 JenisdanTutupanLahan DTA Danau Toba 2012 ……........…. 34
Tabel 4.3 BebanLimbahDomestikdari DTA Danau Toba …….........….. 38
Tabel 4.4 Beban Pencemaran Danau Toba dari Jenis Pemanfaatan
Lahan Dan Curah Hujan …………………………………… 40
Tabel 4.5 Jumlah Ternak di DTA Danau Toba ………………….....….. 42
Tabel 4.6 Beban Pencemaran Danau Toba dari Peternakan ……..……. 42
Tabel 4.7 Lokasi dan Jumlah KJA di Danau Toba ………..........…….. 44
Tabel 4.8 Limbah P dan N dari budidaya perikanan ………….......….. 44
Tabel 4.9 Beban Pencemaran dari Sumber-sumber teridentifikasi ….... 46
Tabel 4.10 Status Mutu Air Danau Toba ………….............…………… 49
Tabel 6.1 Matrik Analisis Lingkungan Kawasan Danau Toba dan
Rekomendasi ……….......................…………..…………..... 77
Tabel 6.2 Program Super Prioritasdan Program Prioritas Gerakan
Penyelamatan Danau Toba ….....………....………………… 81

Germadan Toba xi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 KontribusiSektorPertanianterhadap PDRB ............................ 21


Grafik 4.1 Persentaseluashutan di DTA Danau Toba ............................... 33
Grafik 4.2 BebanPencemarandariBudidayaPerikanan ............................. 45
Grafik 4.3 Perbandinganbebanpencemar T-P dariberbagaisumber ........... 46
Grafik 4.4 Perbandinganbebanpencemar T-N dariberbagaisumber .......... 47
Grafik 4.5 Grafik DTBPA Danau Toba untuk T-P .................................... 48
Grafik 4.6 PerbandinganSkorStoretPeriode 2005-2010 dan 2012 ............ 50

xii Germadan Toba


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Batas Administrasidan Daerah Tangkapan Air Danau Toba 7


Gambar 2.2 Peta BatimetriDanau Toba .................................................. 11
Gambar 2.3 Pemanfaatan Danau Toba sebagai sumber air baku air
minum ................................................................................ 12
Gambar 2.4 Siguragura Intake Dam Pengatur air untuk PLTA
Sigura-gura ......................................................................... 13
Gambar 2.5 KJA di Danau Toba ............................................................ 14
Gambar 2.6 Lokasi KJA di Danau Toba ................................................ 15
Gambar 2.7 Bagan di Danau Toba .......................................................... 15
Gambar 2.8 Sarana Transportasi di Danau Toba ...................................... 16
Gambar 2.9 Keindahan alam dan wisata Danau Toba ................................ 17
Gambar 2.10 Keanekaragaman Hayati di Danau Toba .............................. 19
Gambar 2.11 Berbagai komoditas kawasan Danau Toba ............................ 19
Gambar 4.1 Peta Kemiringan Lereng DTA Danau Toba .......................... 29
Gambar 4.2 Peta Jenis Tanah DTA Danau Toba ..................................... 32
Gambar 4.3 Peta Penutupan Lahan DTA Danau Toba Tahun 2012 ......... 35
Gambar 4.4 Penambangan pada tebing danau dan kebakaran lahan ...... 36
Gambar 4.5 Peta Kepadatan Penduduk DTA Danau Toba ...................... 39
Gambar 4.6 Kecerahan Air Danau Toba Tahun 2010-2012 .................... 45
Gambar 4.7 Ikan Pora-pora dan Ikan Bilih ............................................. 52

Germadan Toba xiii


xiv Germadan Toba
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Konferensi Nasional Danau Indonesia ke-1 diselenggarakan dalam rangka
penyelamatan dan pengelolaan ekosistem danau di Indonesia. Konferensi ini
menghasilkan Kesepakatan Bali 2009, yang bertujuan untuk mempertahankan,
melestarikan dan memulihkan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan
ekosistem dan daya dukung lingkungan melalui (1) pengelolaan ekosistem
danau, (2) pemanfaatan sumberdaya air danau, (3) pengembangan sistem
monitoring, evaluasi dan informasi danau, (4) penyiapan langkah-langkah
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim terhadap danau, (5) pengembangan
kapasitas kelembagaan dan koordinasi, dan (6) peningkatan peran masyarakat,
serta (7) pendanaan berkelanjutan.
Sebagai tindak lanjut Kesepakatan Bali 2009, pemerintah menetapkan
danau prioritas yang akan ditangani secara terpadu, berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan untuk periode 2010-2014. Penetapan danau prioritas
tersebut didasarkan pada kerusakan danau, pemanfaatan danau, komitmen
pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan danau, fungsi strategis
untuk kepentingan nasional, keanekaragaman hayati, dan tingkat resiko
bencana.
Berdasarkan pertimbangan tersebut ditetapkan lima belas danau prioritas
yaitu Danau Poso, Maninjau, Singkarak, Kerinci, Tondano, Limboto,
Rawapening, Tempe, Matano, Mahakam, Sentarum, Sentani, Batur, Rawa
Danau, dan Danau Toba.
Khusus Danau Toba, pada tahun 2004 telah disusun sebuah dokumen
Rencana Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba yang merupakan
dokumen referensi sekaligus proposal panduan Pengelolaan Ekosistem
Kawasan Danau Toba yang dikenal sebagai Lake Toba Ecosystem Management
Plan (LTEMP).
Sayangnya rencana pengelolaan yang tidak mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat seluruh pemangku amanah ini, juga tidak dilengkapi dengan

Germadan Toba 1
tahapan-tahapan pencapaian, tenggang waktu pencapaian, penanggungjawab
serta sumber pembiayaan. Oleh sebab itu pelaksanaan rencana pengelolaan ini
belum optimal hingga saat ini.
Pada sisi lain kualitas air Danau Toba terus menurun, antara lain oleh
masuknya berbagai jenis limbah, baik limbah domestik, pertanian, peternakan,
perikanan, pariwisata, transportasi serta kegiatan lainnya. Daerah tangkapan
airnya juga terus mengalami tekanan baik oleh alih fungsi lahan/hutan,
perladangan berpindah, illegal logging, kebakaran, dll.
Untuk memulihkan kondisi danau ini, dicanangkanlah suatu gerakan
penyelamatan yang disebut sebagai Gerakan Penyelamatan Danau (Germadan)
Toba. Melalui gerakan ini diharapkan Danau Toba dapat berfungsi secara
optimal mendukung kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalamnya
maupun sekitarnya dengan tetap menjaga kelestarian dan keberlanjutannya.

1.2. Peraturan Perundang-Undangan


a. Undang-Undang
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi
PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati;
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2001 tentang Perumahan dan
Pemukiman;
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara;
10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;

2 Germadan Toba
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2001 tentang Tata Pengaturan
Air;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Kehutanan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten /Kota;
12. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
13. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Perencanaan
Kehutanan;
14. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;

Germadan Toba 3
17. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai; dan
18. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa.
c. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Danau Toba dan sekitarnya.
d. Keputusan Presiden
1. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung;
2. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan
Nasional Bidang Pertanahan;
3. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk KepentinganUmum; dan
4. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan
Wilayah Sungai.
e. Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/1990 tentang Syarat-
Syarat Pengawasan Kualitas Air;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002 tentang
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum;
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun
2003 tentang Pedoman mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan
serta Pedoman Pembuangan Limbah ke Air dan Sumber Air.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun
2009 tentang Daya Tampung Beban Pencemaran Air danau dan/atau
Waduk;
5. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 86/HK.501/
MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan
Akomodasi;
6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 87/HK.501/
MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan
Minuman;

4 Germadan Toba
7. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 88/HK.501/
MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Kawasan Pariwisata;
8. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 89/HK.501/
MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Transportasi
Wisata;
9. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 90/HK.501/
MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Daya Tarik Wisata;
10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 91/HK.501/
MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyelenggaraan
Kegiatan Hiburan dan Rekreasi; dan
11. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 92/HK.501/
MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Pramuwisata.
f. KeputusanMenteri
1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 458/KPTS/1986
tentang Ketentuan Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan
Penambangan Bahan Galian Golongan C; dan
2. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.4/Menhut-II/2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.48/Menhut-
II/2010, dan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.48/Menhut-II/2010
tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
g. Peraturan Gubernur Sumatera Utara
1. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Baku Mutu Air Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara;
2. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba.
h. Keputusan Gubernur Sumatera Utara
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 062.05/255/K/2002
tentang Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba.

Germadan Toba 5
1.3. Tujuan
Gerakan Penyelamatan Danau Toba bertujuan untuk:
1. Melestarikan fungsi ekosistem Kawasan Danau Toba serta mencegah
pencemaran dan kerusakan lingkungan Kawasan Danau Toba, sehingga
daya dukungnya terhadap kehidupan tetap lestari;
2. Meningkatkan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi para penentu
kebijakan di pusat, provinsi maupun kabupaten di Kawasan Danau Toba
dalam implementasi program Germadan Toba di lapangan;
3. Pengembangan peran kelembagaan dan instansi terkait dalam
penyelamatan Kawasan Danau Toba sesuai dengan kewenangan masing-
masing; dan
4. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam penyelamatan
Kawasan Danau Toba.

6 Germadan Toba
BAB II
GAMBARAN UMUM
KAWASAN DANAU TOBA
2.1 Kondisi Umum
Danau Toba berjarak 176 Km arah Selatan Kota Medan. Danau
inimerupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara, berada
pada ketinggian sekitar 905 m dpl. Danau Toba merupakan danau vulkano-
tektonik, terbentuk kira-kira 75.000 tahun yang lalu karena letusan gunung
api dan amblasnya tanah secara tektonik. Letusan tersebut membentuk lubang
kawah raksasa dan menjadi sebuah danau. Bagian yang tidak runtuh terbentuk
menjadi sebuah pulau yang dikenal dengan Pulau Samosir.

Gambar 2.1 Batas Administrasi dan Daerah Tangkapan Air Danau Toba

Daerah tangkapan air (DTA) Danau Toba meliputi wilayah seluas lebih
kurang 259.700 Ha daratan dan 112.960 Ha perairan. Secara geografis DTA
ini terletak antara 2021’32”–2056’28’’LU dan 980 26’35’’–99015’40’’
BT.Daerah tangkapan air Danau Toba menurut wilayah administrasi
pemerintahan meliputi tujuh kabupaten yaitu:

Germadan Toba 7
tujuh kabupaten yaitu:
(1) Tapanuli Utara,
(2) Toba
(1) Samosir,
Tapanuli Utara,
(3) Humbang
(2) Hasundutan,
Toba Samosir,
(3) Humbang Hasundutan,
(4) Samosir,
(4) Samosir,
(5) Simalungun,
(5) Simalungun,
(6) Karo, dan
(6) Karo, dan
(7) Dairi
(7) Dairi
Kecamatan-kecamatan yang sebagian atau seluruh wilayahnya masuk
Kecamatan-kecamatan yang sebagian atau seluruh wilayahnya masuk
kedalam DTA
kedalam DTADanau
DanauToba,
Toba,disajikan
disajikanpada Tabel
pada 2.1.2.1.
Tabel

Tabel
Tabel 2.1.2.1. Luas
Luas dan
dan JumlahPenduduk
Jumlah PendudukDTA
DTA Danau
Danau Toba
Toba 2345
2
Luas (m ) Jumlah Penduduk (jiwa)
No Kabupaten/Kecamatan 2) 3) 4) 5)
Kecamatan DTA Kecamatan DTA
1. Karo
Kec. Merek 242.668.802 59.142.331 18.223 4.441
Jumlah 242.668.802 59.142.331 18.223 4.441

2. Humbang Has
1. Kec. Baktiraja 22.481.755 22.481.755 6.854 6.854
2. Kec. Paranginan 48.076.136 30.129.866 12.536 7.856
3. Kec. Lintong Nihuta 180.954.211 122.490.385 29.336 19.858
4. Kec. Dolok Sanggul 208.289.677 27.279.695 43.997 5.762
5. Kec. Pollung 331.699.180 229.918.334 17.785 12.328
Jumlah 791.500.959 432.300.035 110.508 52.658

3. Taput
1. Kec. Muara 79.750.000 79.750.000 13.365 13.365
2. Kec. Siborong-borong 279.910.000 93.078.775 44.771 14.888
3. Kec. Sipahutar 408.220.000 22.536.912 24.866 1.373
2
Luas (m ) 195.365.686 Jumlah Penduduk 29.626
(jiwa)
No Jumlah
Kabupaten/Kecamatan 767.880.000
2) 3)
83.002
4) 5)
Kecamatan DTA Kecamatan DTA
Samosir
4.
1. Kec. Nainggolan 66.021.806 66.021.806 11.960 11.960
2 2. Kec.
Data Palipi Kabupaten Kawasan 151.858.931
shp RTRW Danau Toba 151.858.931 16.237 16.237
3 3. Kec.
Hasil Sitio-tio
delineasi 92.719.817
dengan batas DTA Danau Toba 92.719.817 7.191 7.191
4
4. Kec.
BPS, Harian Dalam Angka 2011 527.230.289
Kabupaten 196.282.297 7.933 2.953
5
Hasil Perhitungan
5. Kec. Sianjur Mula2 142.857.558 142.857.558 9.224 9.224
6. Kec. Simanindo 147.903.598 147.903.598 19.681 19.681
7. Kec. Sianjur mula2 180.591 180.591 9.224 9.224
8. Kec. Pangururan 110.914.114 110.914.114 29.687 29.687
9.Kec. Onan Rungu 69.685.758 69.685.758 10.425 10.425 8
10. Kec. Runggur Nihuta 108.101.067 108.101.067 8.434 8.434
8 Jumlah
Germadan Toba 1.417.473.528 1.086.525.536 129.996 125.016

5. Tobasa
1. Kec. Ajibata 69.165.800 69.165.800 7.297 7.297
3. Kec. Sitio-tio 92.719.817 92.719.817 7.191 7.191
4. Kec. Harian 527.230.289 196.282.297 7.933 2.953
5. Kec. Sianjur Mula2 142.857.558 142.857.558 9.224 9.224
6. Kec. Simanindo 147.903.598 147.903.598 19.681 19.681
7. Kec. Sianjur mula2 180.591 180.591 9.224 9.224
2
8. Kec. Pangururan Luas (m )
110.914.114 110.914.114 Jumlah Penduduk 29.687
29.687 (jiwa)
No Kabupaten/Kecamatan 2) 3)
9.Kec. Onan Rungu 69.685.758
Kecamatan 69.685.758
DTA 10.4254)
Kecamatan DTA
5)
10.425
4. 10. Kec. Runggur Nihuta
Samosir 108.101.067 108.101.067 8.434 8.434
Jumlah
1. Kec. Nainggolan 1.417.473.528
66.021.806 1.086.525.536
66.021.806 129.996
11.960 125.016
11.960
2. Kec. Palipi 151.858.931 151.858.931 16.237 16.237
5. Tobasa
3. Kec. Sitio-tio 92.719.817 92.719.817 7.191 7.191
1.
4. Kec. Ajibata
Harian 69.165.800
527.230.289 69.165.800
196.282.297 7.297
7.933 7.297
2.953
2.
5. Kec.Lba JuluMula2
Kec. Sianjur 132.716.000
142.857.558 132.716.000
142.857.558 8.218
9.224 8.218
9.224
3.
6. Kec.Pintu Pohan Meranti
Kec. Simanindo 381.928.000
147.903.598 381.928.000
147.903.598 7.130
19.681 7.130
19.681
4.
7. Kec.Bona Tuamula2
Kec. Sianjur Lunasi 62.512.300
180.591 58.778.684
180.591 5.081
9.224 4.778
9.224
5.
8. Kec.Porsea
Kec. Pangururan 49.007.200
110.914.114 49.007.200
110.914.114 13.505
29.687 13.505
29.687
6. Kec.Parmaksian
9.Kec. Onan Rungu 21.608.100
69.685.758 13.875.917
69.685.758 10.366
10.425 6.657
10.425
7.
10.Kec.Siantar
Kec. RunggurNarumanda
Nihuta 34.992.700
108.101.067 34.992.700
108.101.067 5.761
8.434 5.761
8.434
8. Kec.Uluan
Jumlah 62.972.100
1.417.473.528 62.972.100
1.086.525.536 8.094
129.996 8.094
125.016
9. Kec.habinsaran 314.222.000 7.624.230 15.605 379
5. 10. Kec.Nassau
Tobasa 297.786.000 297.786.000 7.282 7.282
11. Kec.Silaen
1. Kec. Ajibata 64.804.500
69.165.800 64.804.500
69.165.800 12.209
7.297 12.209
7.297
12. Kec.Sigumpar
2. Kec.Lba Julu 22.865.700
132.716.000 22.865.700
132.716.000 7.483
8.218 7.483
8.218
13. Kec.Loju Pohan
3. Kec.Pintu boti Meranti 63.362.300
381.928.000 63.362.300
381.928.000 18.529
7.130 18.529
7.130
14. Kec.Tampahan
4. Kec.Bona Tua Lunasi 27.479.700
62.512.300 27.479.700
58.778.684 4.333
5.081 4.333
4.778
15. Kec.Balige
5. Kec.Porsea 84.736.100
49.007.200 84.736.100
49.007.200 37.008
13.505 37.008
13.505
16. Kec.Bor-bor
6. Kec.Parmaksian 38.205.700
21.608.100 20.567.383
13.875.917 6.847
10.366 3.686
6.657
Jumlah
7. Kec.Siantar Narumanda 1.728.364.200
34.992.700 1.392.662.313
34.992.700 174.748
5.761 152.348
5.761
8. Kec.Uluan 62.972.100 62.972.100 8.094 8.094
6. Dairi
9. Kec.habinsaran 314.222.000 7.624.230 15.605 379
1.
10.Kec.Silahi
Kec.NassauSabungan 119.200.000
297.786.000 63.090.573
297.786.000 4.473
7.282 2.367
7.282
2.
11.Kec.Pegagan
Kec.Silaen Hilir 155.330.000
64.804.500 1.947.135
64.804.500 14.748
12.209 185
12.209
Jumlah
12. Kec.Sigumpar 274.530.000
22.865.700 65.037.708
22.865.700 19.221
7.483 2.552
7.483
13. Kec.Loju boti 63.362.300 63.362.300 18.529 18.529
7. Simalungun
14. Kec.Tampahan 27.479.700 27.479.700 4.333 4.333
1.
15.Kec.Silimakuta
Kec.Balige 77.500.000
84.736.100 6.208.937
84.736.100 14.269
37.008 1.143
37.008
2.
16.Kec.Purba
Kec.Bor-bor 172.000.000
38.205.700 40.896.902
20.567.383 22.504
6.847 5.351
3.686
3. Kec.Haranggaol Horison
Jumlah 38.456.635
1.728.364.200 38.456.635
1.392.662.313 5.017
174.748 5.017
152.348
4. Kec.Dolog Pardamean 99.450.000 12.159.206 16.058 1.963
6. 5. Kec.Pematang Sidamanik
Dairi 125.190.000 16.328.695 16.391 2.138
6. Kec.Silahi
1. Kec.Girsang Sipangan Bolon
Sabungan 130.195.804
119.200.000 72.669.797
63.090.573 14.328
4.473 7.997
2.367
Jumlah
2. Kec.Pegagan Hilir 642.792.439
155.330.000 186.720.172
1.947.135 88.567
14.748 23.610
185
Jumlah Total 5.865.209.927
274.530.000 3.417.753.781
65.037.708 624.265
19.221 390.251
2.552

Sumber:
Sumber: BPS (2001)
BPS
7. Simalungun (2001) dan
dan RTRW
RTRWKabupaten
Kabupaten2011-2015.
2011-2015.
1. Kec.Silimakuta 77.500.000 6.208.937 14.269 1.143
2. Kec.Purba 172.000.000 40.896.902 22.504 5.351
Daerah Tangkapan Air Danau
3. Kec.Haranggaol Horison
Toba terdiri 38.456.635
38.456.635
dari 19 sub DTA sungai yakni
5.017 5.017
sub4.DTA; (1) Pardamean
Kec.Dolog Sungai Sigubang, (2) Sungai Bah12.159.206
99.450.000 Bolon, (3) Sungai
16.058 Guluan, (4)
1.963
Sungai Arun, (5)Sidamanik
5. Kec.Pematang Sungai Tomok, (6) Sungai Sibandang,
125.190.000 16.328.695 (7)16.391
Sungai Halian,
2.138 9
6. Kec.Girsang Sipangan Bolon 130.195.804 72.669.797 14.328 7.997
(8) Jumlah
Sungai Simare, (9)Sungai 642.792.439
Aek Bolon, (10)Sungai
186.720.172
Mongu,
88.567
(11) Sungai
23.610
Jumlah Total 5.865.209.927 3.417.753.781 624.265 390.251
Germadan Toba 9
Sumber: BPS (2001) dan RTRW Kabupaten 2011-2015.
Mandosi, (12) Sungai Gopgopan, (13) Sungai Kijang, (14) Sungai Sinabung,
(15) Sungai Ringo, (16) Sungai Prembakan, (17) Sungai Sipultakhuda, (18)
Sungai Silang, dan (19) Sungai Bah Tongguran, Sedangkan outlet Danau Toba
hanya terdiri dari satu buah sungai yaitu Sungai Asahan.
Pada kondisi hujan normal masukan air dari sungai-sungai tersebut
berkisar antara 41,613 m3/detik pada puncak musim kemarau sampai dengan
124,914 m3/detik pada puncak musim hujan.Pada tahun kering 1997 debit
aliran masuk dari sungai-sungai tersebut berkisar antara 8,56 m3/detik pada
bulan Januari sampai dengan 62,39 m3/detik pada bulan April. Sedangkan
pada tahun basah 1999, debit aliran masuk berkisar antara 83,535 m3/detik
pada bulan Agustus sampai dengan 493,812 m3/detik pada bulan Mei.
Curah hujan rata-rata berkisar antara 2,200 – 3,000 mm/tahun. Puncak
musim hujan terjadi pada bulan November-Desember dengan curah hujan
antara 190-320 mm/bulan. Sedangkan tipe iklim pada Kawasan Danau Toba
menurut penggolongan Oldeman adalah tipe C, D1, dan E.
Topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan,
dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan (0 – 8%),
landai (8–15%), agak curam (15–25%), curam(25–45%), sangat curam
sampai dengan terjal (> 45%). Daerah datarmeliputi lebih kurang 27% dari
total kawasan, daerah landai 31%, daerah agak curam 24%, daerah curam
16% dan daerah yang sangat curam sampai terjal lebih kurang 2% dari total
DTA.
Jenis tanah pada bagian Timur DTA Danau Toba merupakan jenis
kompleks litosol dan regosol yang sangat peka terhadap erosi, pada bagian
Tenggara jenis podsilik coklat (peka erosi), sedangkan di Pulau Samosir jenis
tanahnya sebagian besar merupakan jenis tanah brown forest (agak peka erosi).
Secara umum profil Danau Toba disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Profil Danau Toba


2021’32”–2056’28’’LU dan
Letak Geografis
980 26’35’’– 99015’40’’ BT.
Morfologi dan stratifikasi
Luas permukaan (km2) 1.124

10 Germadan Toba
Keliling (km) 428,7
Panjang maksimum (km) 50,2
Lebar maksimum (km) 26,8
Kedalamam maksimum (m) 508
Volume (x 109 m3) 256,2
Kedalaman rata-rata (m) 228
Kedalaman relatif (%) 1,34
Luas DTA (km2) 2,486
Rasio luas DTA/luas permukaan danau 2,21
Pengembangan garis pantai (SLD) 3,61
Lapisan epilimnion (m) 0-30
Lapisan metalimnion (m) 30-100

Gambar 2.2 Peta Batimetri Danau Toba

2.2 Pemanfaatan Kawasan Danau Toba


Keindahan Danau Toba serta kelimpahan sumberdaya alamnya telah
menjadi daya tarik bagi manusia untuk bermukim di daerah ini.Seiring dengan
perjalanan waktu jumlah masyarakat yang berdomisili semakin meningkat
demikian juga dengan pemanfaatan dan jenis pemanfaatan sumberdaya alam
semakin meningkat dan bervariasi.

Germadan Toba 11
Sejak dahulu air Danau Toba telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
sumber air minum dan keperluan domestik lainnya. Persentasi masyarakat
pengguna air danau sebagai sumber air minum semakin berkurang karena
penurunan kualitas air danau. Sebagian masyarakat mencari alternatif lain
berupa air gunung, sedangkan masyarakat lainnya tetap menggunakan air
danau karena belum mempunyaisumber lain.
Survey Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi
Sumatera Utara tahun 2007 menunjukkan bahwa dari 147 lokasi pemukiman
yang berada di pinggiran Danau Toba, 88% diantaranya menggunakan air
danausebagai sumber air baku air minum tanpa pengolahan lanjut. Selain itu,
terdapat tiga Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang menggunakan air
danau sebagai sumber air bakunya yaitu PDAM Balige, PDAM Laguboti dan
PDAM Pangururan.
Oleh karena fungsi yang sangat vital ini Pemerintah Sumatera Utara
melalui Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2009 menetapkan Baku Mutu
Air Danau Toba menjadi kelas I (PP Nomor 82 Tahun 2001) dimana kualitas
airnya harus memenuhi persyaratan sebagai air baku air minum.
Pada bagian hilir danau, Sungai Asahansebagai satu-satunya sungai
yang mengalirkan air Danau Toba digunakan untukpembangkitan tenaga
listrik dengan potensi total sekitar 1056 MW, yang terbagi dalam 5 kelompok
pembangkitan. PLTA Asahan I dengan kapasitas 2 x 90 MW telah selesai
dibangun, PLTA Asahan II sudah beroperasi dengan kapasitas 604 MW,
PLTA Asahan III dengan kapasitas 174 MW sedang dalam proses persiapan
pembangunan. Sedangkan PLTA Asahan IV dan V, masih memungkinkan
untuk dibangun dengan kapasitas masing-masing sebesar 80 MW dan 18 MW.

(a) PDAM (b) Pemanfaatan langsung


Gambar 2.3 Pemanfaat Danau Toba sebagai Sumber Air Baku Air Minum
(a) PDAM (b) Pemanfaatan langsung
Gambar 2.3 Pemanfaat
12 Germadan Toba Danau Toba sebagai Sumber Air Baku Air Minum

Sedangkan pada bagian hulu danau, air Lae Renun dialirkan ke Danau
Sedangkan pada bagian hulu danau, air Lae Renun dialirkan ke Dan
Toba untuk menggerakkan turbin dengan kapasitas 82 MW. Pengaliran air L
Sedangkan
Renun ke Danau Toba,pada bagiansendirinya
dengan hulu danau, telah
air Lae Renun dialirkan
memperluas DTA ke Danau
Danau Toba.
Toba untuk menggerakkan turbin dengan kapasitas 82 MW. Pengaliran air Lau
Renun ke Danau Toba, dengan sendirinya telah memperluas DTA Danau Toba.

Gambar 2.4 Siguragura Intake Dam Pengatur Air untuk PLTA Siguragura
Gambar 2.4 Siguragura Intake Dam Pengatur Air untuk PLTA Siguragur
Air Danau Toba yang jernih dan tenang serta memiliki dasar yang
dalam membuat danau ini memiliki potensi yang sangat baik untuk budidaya
Air Danau Toba
perikanan.Pada yangperikanan
sisi lain, jernih dan tenang
tangkap masihserta memiliki
menjadi andalan dasar yang dala
sebagian
membuatmasyarakat
danau sebagai sumber matapotensi
ini memiliki pencaharian.
yang sangat baik untuk budida
Budidaya
perikanan.Pada sisi perikanan dengan keramba
lain, perikanan tangkapjaring apung
masih (KJA) diandalan
menjadi Danau sebagi
Toba (Haranggaol) dimulai pada tahun 1996.Kegiatan ini terus berkembang
masyarakat
dan sebagai
menyebarsumber
hampir mata pencaharian.
ke seluruh perairan Danau Toba.Survey Bapedalda
(sekarang Badan Lingkungan Hidup-BLH) Sumatera Utara pada tahun 2007
menunjukkanbahwa jumlah total KJA milik masyarakat mencapai 4.922 unit
yang tersebar pada 51 lokasi.
Survey BLHSumatera Utara pada tahun 2012 menunjukkan bahwa
keramba jaring apung milik masyarakat mencapai 8.428 unit dimana 6.768
terdapat di Haranggaol. Penyebaran keramba juga lebih terpusat pada bagian
utara Danau Toba, mulai dari Desa Silalahi di Kabupaten Dairi hingga ke
Desa Panahatan di Kabupaten Simalungun.

Germadan Toba 13
Danau Toba, mulai dari Desa Silalahi di Kabupaten Dairi hingga ke Desa
Panahatan di Kabupaten Simalungun.
Pada tahun 1998 PT. Aquafarm yang berbasis di Pulau Jawa memperluas
Pada
lokasi tahun 1998
usahanya PT. Aquafarm
ke Danau Toba denganyang berbasis di Pulau
membudidayakan Jawa
ikan memperluas
nila.Jumlah KJA
lokasi usahanya ke Danau Toba dengan membudidayakan ikan nila.Jumlah
milik PT. Aquafarm pada tahun 2012 adalah 484 unit dengan total kapasitas
KJA milik PT. Aquafarm pada tahun 2012 adalah 484 unit dengan total
25.407.200 ekor ikan nila serta produksi rata-rata 31.000 ton/tahun.
kapasitas 25.407.200 ekor ikan nila serta produksi rata-rata 31.000 ton/tahun.

(a)(a) (b)
(b)
Gambar 2.52.5
Gambar KJA di di
KJA Danau
DanauToba
Toba(a)
(a)KJA
KJA Masyarakat (b)KJA
Masyarakat (b) KJA PT.
PT. Aquafarm
Aquafarm

Tabel 2.3
Tabel 2.3 Lokasi
Lokasi dan
dan Jumlah
JumlahKJA
KJAdidiDanau
DanauToba
Toba
No. Lokasi Jumlah KJA (unit)
Milik Masyarakat
1 Silalahi II 300
2 Silalahi III 40
3 Paropo 400
4 Tongging 500
5 Haranggaol 6768
6 Tigaras 85
7 Panahatan 100
8 Sibaganding 50
9 Soalan 185 14
Jumlah 8428
Milik PT. Aquafarm
1 Panahatan 152
2 Sirungkungon 134
3 Silimalombu 60 Sumber : Survey
4 Lontung 60 BLH Provsu dan
5 Pangambatan 78 PT. Aquafarm
Jumlah 484 Nusantara
Sumber : Survey BLH Provsu dan PT. Aquafarm Nusantara
14 Germadan Toba
4 Lontung 60
5 Pangambatan 78
Jumlah 484
Sumber : Survey BLH Provsu dan PT. Aquafarm Nusantara

Selain budidaya dan penangkapan ikan secara tradisional, belakangan ini


Gambar
berkembang metode Gambar2.62.6
Lokasi
penangkapan LokasiKJA
ikanKJA didiDanau
Danau Toba
(khususnya Toba
ikan bilih) menggunakan
bagan (lift net).Jaring yang ditopang oleh rangka kayu/besi berbentuk segi empat
Selain budidaya dan penangkapan ikan secara tradisional, belakangan ini
yang diapungkan,
berkembang metode diturunkan ke danau,
penangkapan sementara dari
ikan (khususnya ikan bagian atas dinyalakan15
bilih) menggunakan
lampu dengan
bagan (lift cahaya yang
net).Jaring terang.Ikan-ikan
ditopang olehyang tertarik
rangka dengan
kayu/besi cahaya segi
berbentuk lampu
empat yangpada
berkumpul diapungkan, diturunkan
bagian tengah ke danau,diangkat.Penangkapan
bagan, kemudian sementara dari bagian atas ini
model
dinyalakan lampu
berkembang dengan
hampir di seluruhcahaya
wilayahterang.Ikan-ikan
Danau Toba. yang tertarik dengan
cahaya lampu berkumpul pada bagian tengah bagan, kemudian diangkat.
Penangkapan model ini berkembang hampir di seluruh wilayah Danau Toba.

Gambar 2.7 Bagan di Danau Toba


Gambar 2.7 Bagan di Danau Toba
Germadan Toba 15
Masyarakat sudah sejak dulu memanfaatkan Danau Toba sebagai media
Masyarakat sudah sejak dulu memanfaatkan Danau Toba sebagai media
transportasi.Pusat-pusat transportasi tradisional kemudian berkembang
menjadi pelabuhan-pelabuhan kapal.
Pada saat ini terdapat dua pusat penyeberangan antara Pulau Sumatera
dengan Pulau Samosir dengan menggunakan kapal Fery yakni, Tomok-
Ajibata danTigaras-Ambarita. Sedangkan pusat-pusat tranportasi lainnya
yang menggunakan kapal motor terdapat diberbagai tempat seperti, Ajibata,
Parapat, Balige, Muara, Tigaras, Tomok dll.

Gambar 2.8 Sarana Transportasi di Danau Toba


Gambar 2.8 Sarana Transportasi di Danau Toba
Keunikan budaya masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba berpadu
Keunikan budaya masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba berpadu
dengan keindahan alamnya telah menjadikan kawasan ini menjadi salah satu
dengan keindahan alamnya telah menjadikan kawasan ini menjadi salah satu
tujuan wisata andalan di Sumatera Utara.Hampir di sekeliling danau terdapat
tujuan wisata andalan di Sumatera Utara.Hampir di sekeliling danau terdapat
objek-objek wisata,
objek-objek wisata, baik
baik wisata
wisata budaya,
budaya, situs
situs alam
alammaupun
maupunkeindahan
keindahan alam,
alam,
diantaranya
diantaranya Makam
Makam Raja
Raja Sidabutar
Sidabutar di
di Tomok,
Tomok,Batu
BatuPersidangan
PersidangandidiSiallagan,
Siallagan,
Rumah
Rumah Adat
Adat di
di Lumban
Lumban Julu, Batu Gantung
Julu, Batu Gantung didi Sibaganding,
Sibaganding,Aek
AekSipangolu
Sipangoludi
diSimangulampe,
Simangulampe,BatuBatu
HobonHobon di Samosir,
di Samosir, Aek Dai
Aek Sipitu Sipitu Dai di Limbong,
di Limbong, panorama
panorama alam di Tele, Huta Ginjang, Bakara, Muara, Parapat, Tuktuk, Air
alam di Tele, Huta Ginjang, Bakara, Muara, Parapat, Tuktuk, Air Terjun
Terjun Sipisopiso dan masih banyak lagi.
Sipisopiso dan masih banyak lagi.
Potensi wisata kawasan Danau Toba telah dikenal secara internasional,
Potensi wisata kawasan Danau Toba telah dikenal secara internasional,
dan pemerintah kabupaten pada kawasan ini pada umumnya menetapkan
dan pemerintah
kawasan Danau kabupaten
Toba padapada kawasan menjadi
wilayahnya ini pada tujuan
umumnya menetapkan kawasan
wisata.
Danau Toba pada wilayahnya menjadi tujuan wisata.

16 Germadan Toba
Danau Toba pada wilayahnya menjadi tujuan wisata.

Gambar
Gambar2.9
2.9 Keindahan Alamdan
Keindahan Alam danWisata
WisataDanau
Danau Toba
Toba

Selain pemanfaatan perairan, daratan daerah tangkapan air Danau Toba


juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya pemukiman,
pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan dll, yang mendukung kehidupan
masyarakat sekitar.
17
2.3 Keanekaragaman Hayati
Secara umum habitat ekosistem kawasan Danau Toba dapat digolongkan
atas dua bagian, yaitu habitat daratan dan habitat perairan.Pada habitat daratan
terdapat berbagai jenis flora dan fauna.
Flora pada kawasan ini terdiri dari tumbuhan alam berupa pohon, semak/
perdu, herba perennial dan rumput serta tumbuhan, diantaranya: meranti,
kapur, keruing, puspa, manggis hutan, kayu raja, pinus, liana, epifit, zing
iberaceae, pohon Hoting Batu, Atuang (Semecarpus, sp), Sona, Dakkap dan
Kamboang angsana, beringin, cemara, ekaliptus, mahoni, kaliandra, kemiri,
johar, mindi, palu, pinus dan suren, alpukat, aren, bambu, belimbing, cengkeh,
coklat, dadap, durian, gamal, jambu mente, jarak, jengkol, jeruk, kapuk,
kecapi, kelapa, kemiri, kopi, kayu manis, mangga, nangka, petai cina, petai,
pinang, rambutan, sawit, sawo dan sirsak.
Tanaman endemik kawasan Danau Toba terus berkurang akibat
perambahan, pembukaan lahan, penggunaan pestisida, dan kebakaran.
Sejumlah tanaman sudah sulit ditemukan seperti daun rasa mint antarasa
(Litsea cubeba), rumput obat ampapaga (Centella asiatica), pohon buah
andalehat (Chrysophyllum roxburghii G), dan tanaman cemara sampinur tali
serta andaliman. Sejumlah pohon juga sudah sangat sulit ditemukan, seperti

Germadan Toba 17
pohon pokki, pohon kayu keras, dan pohon piupiu tanggule, pohon mistis
warga Batak yang kayunya digunakan sebagai tongkat tunggal panaluhan.
Dari jenis bunga, anggrek toba juga menuju punah sejak maraknya
perambahan hutan di kawasan Toba. Pelestari anggrek toba, Ria Telaumbanua,
mencoba melestarikan anggrek dengan mendokumentasikannya dan membuat
pembibitan di kawasan Taman Eden 100.Hingga saat ini belum ada upaya
serius yang dilakukan untuk menjaga kelestarian jenis-jenis flora ini.
Sedangkan fauna terdiri dari golongan mammalia, amfibi, reptilian,
aves dan insekta. Beberapa diataranya adalah burung rangkong, elang, kuau,
burung hantu, beo, monyet beruk, siamang, kancil, kucing hutan, macan
dahan, babi hutan, biawak, Tapir (Tapirus indicus), Kambing Hutan, Rusa
(Cervus unicolor), Harimau Sumatera (Panthera tiris sumatrensis), kutilang,
sikatan, tekukur, bubut, dan beo.
Keanekaragaman biota pada perairan Danau Toba tergolong terbatas.
Hal ini disebabkan oleh karakteristik perairan danau yang oligotrofik, miskin
unsur hara. Oleh karena itu populasi plankton dan bentos pada danau ini juga
terbatas.
Komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis
tersusunnya suatu jaringan makanan, sehingga plankton berperan sangat
penting dalam ekosistem danau dalam menunjang kehidupan biota air,
terutama ikan.
Jenis ikan endemik yang masih dijumpai di perairan Danau Toba, namum
hampir punah adalah Ihan (Ikan Batak). Ihan terdiri dari dua spesies yaitu
Lissochilus sumatranus dan Labeobarbus soro. Jenis endemik lainnya yang
sangat jarang ditemui adalah ikan Pora-pora (Puntius binotatus). Ikan pora-
pora berbeda dengan ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker)yang
diintroduksi dari Danau Singkarak.Jenis ikan eksotik non budidaya maupun
yang dibudidayakan oleh masyarakat al. ikan mas, ikan mujair, ikan kepala
timah dll.

18 Germadan Toba
Danau Singkarak.Jenis ikan eksotik non budidaya maupun yang dibudidayakan
oleh masyarakat al. ikan mas, ikan mujair, ikan kepala timah dll.


(a)(a (b) (b)
Gambar
Gambar 2.10
2.10 KeanekaragamanHayati
Keanekaragaman HayatididiDanau
DanauToba
Toba(a)
(a) Ihan,
Ihan (b)
(b)Anggrek
AnggrekBatak
Batak

2.4 Penurunan
2.4 Kualitas
Penurunan Lingkungan
Kualitas Kawasan
Lingkungan Danau
Kawasan TobaToba
Danau
Sebagai konsekuensi
Sebagai konsekuensi pemanfaatan
pemanfaatan sumberdaya
sumberdaya ini, ini, terjadi
terjadi penurunan
penurunan
kualitaslingkungan
kualitas lingkungankawasan
kawasanDanau
DanauToba
Toba dan
dan penurunan
penurunan ini ini semakin
semakin masif
masif
takkala pemanfaatan Luasan hutan berkurang
sumberdaya secara signifikan,
alam kurang memperhatikanpada tahun 1985 luasan hutan
prinsip-prinsip
takkala pemanfaatan sumberdaya alam kurang memperhatikan prinsip-prinsip
kelestarian pada
lingkungan.
kawasan ini mencapai 78.558 ha (28% dari total DTA),12 tahun kemudian
kelestarian lingkungan.
Luasan(1997)
hutan luasan
berkurang secara signifikan,
ini menyusut pada ha
menjadi 62.403 tahun 1985
(22%). luasan hutan
Penurunan ini terutama
pada kawasan ini mencapai
disebabkan 78.558
oleh alih hahutan
fungsi (28%menjadi
dari total DTA),12
ladang, sawah,tahun kemudian
alang-alang, semak dan
(1997) luasan ini menyusut
10 menjadi 62.403 ha (22%). Penurunan ini terutama
pemukiman . Sedangkan menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) luas
disebabkan oleh alih fungsi hutan menjadi ladang, sawah, alang-alang, semak 19
kawasan DTA yang diperuntukkan sebagai kawasan hutan adalah 143.840 ha
dan pemukiman . Sedangkan menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)
luas kawasan (51%).
DTA yang diperuntukkan sebagai kawasan hutan adalah 143.840
ha (51%).

Gambar 2.11
Berbagai
Komoditas
Kawasan Danau
Toba

Gambar 2.11 Berbagai Komoditas Kawasan Danau Toba


Germadan Toba 19

Luasan hutan ini semakin menyusut, pada tahun 2001 luasan hutan pada
Luasan hutan ini semakin menyusut, pada tahun 2001 luasan hutan pada
DTA Danau Toba hanya mencapai 13% . Dengan kata lain dalam kurun waktu
empat tahun telah terjadi penyusutan luasan hutan hampir 50% dari kondisi
sebelumnya.
Hasil analisa citra satelit kawasan Danau Toba tahun 2012 menunjukkan
penurunan luasanhutan terus terjadi, luas hutan yang tinggal hanya mencapai
12% .
Lahan tererosi juga sangat nyata terlihat. Tiang-tiang penyangga rumah
penduduk yang dibangun empat generasi yang lalu, sudah banyak yang
menggantung karena batu penopangnya tergerus antara lain seperti terlihat di
Huta Sitanggang Lipan di Desa Huta Nomora. Lahan yang tertutup batuan juga
terlihat di banyak tempat. Tanah penutup batu-batu ini telah mengalami erosi.
Pemantauan BLH Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 menunjukkan
bahwa kualitas air Danau Toba telah tercemar, dengan kategori cemar sedang
(mengacu kepada Baku Mutu Air kelas I sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun
2001). Berbagai sumber pencemar air Danau Toba antara lain adalah limbah
domestik, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi air dan pertambangan
bahan galian golongan C.
Limbah domestik mengandung bahan-bahan pencemar antara lain bahan
organik, nitrogen, phosphor, potassium, kalsium, amoniak, nitrat dan padatan-
padatan tersuspensi serta organisme patogen.
Pencemaran dari kegiatan pertanian berupalimbah pestisida dan pupuk
menyebabkan meningkatnya kadar phospor, nitrogen, kalium, dan zat organik
di perairan Danau Toba. Limbah dari kegiatan peternakan menimbulkan
pencemaran bahan organik, unsur N, P, K dan bakteri e-coli. Sedangkan
limbah dari kegiatan budidaya perikanan antara lain berupaunsur phosphor,
nitrogen, vitamin, mineral dan zat-zat organik.
Kegiatan transportasi air berpotensi menurunkan kualitas perairan
melalui ceceran oli dan bahan bakar, limbah padat dan air limbah dari toilet
kapal. Kegiatan pertambangan bahan galian golongan C akan meningkatkan
kekeruhan yang dapat mengganggu kehidupan biota air dan meningkatkan
sedimentasi.

20 Germadan Toba
Bahan-bahan pencemar tersebuttelah meningkatkan kandungan unsur
hara pada perairan danau sehingga mengakibatkan eutrofikasi. Eutrofikasi
ditandai dengan makin suburnya eceng gondok dan gulma air lain di perairan
danau.Jika eutrofikasi tidak dikendalikan, maka Danau Toba akan kehilangan
potensi untuk mendukung kehidupan di dalam dan di sekitarnya.

2.4 Kondisi Sosial Ekonomi


Kegiatan perekonomian masyarakat di Kawasan Danau Toba didominasi
kontribusi sektor ini
oleh pertanian, terhadap
termasuk Produk Domestik
peternakan Regional
dan perikanan. Hal Bruto (PDRB)
ini dapat dilihatmasing-
dari
kontribusi
masing sektor
kabupaten ini terhadap
sebagaimana Produk
terlihat padaDomestik Regional Bruto (PDRB)
Grafik 2.1.
masing-masing kabupaten sebagaimana terlihat pada Grafik 2.1.

Grafik 2.1 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB


63.11
64 60.64
62 58.64
60
58 55.83
53.9 54.28 54.27
56
54
52
50
48

Sumber :2011-2015
Sumber : RPJM Kabupaten RPJM Kabupaten 2011-2015

Dari grafik terlihat bahwa sektor pertanianmenyumbang lebih dari 50%


Dari grafik terlihat bahwa sektor pertanianmenyumbang lebih dari 50%
PDRB masing-masing
PDRB masing-masing kabupaten.
kabupaten.Besarannya
Besarannyacenderung
cenderungmenurun
menurundari
dari tahun
tahun ke
ke tahun.Di
tahun.Di Kabupaten
Kabupaten Karo,Karo,
padapadatahun
tahun 2006
2006 sektor
sektor pertanian
pertanianmemberi
memberi
kontribusisebesar 66.20% dan pada tahun 2008 turun menjadi 58.64%. Di
kontribusisebesar 66.20% dan pada tahun 2008 turun menjadi 58.64%. Di
Kabupaten Tapanuli Utara sektor pertanian menyumbang PDRB 56.72% pada
Kabupaten Tapanuli
tahun 2005, Utarapada
sedangkan sektor
tahunpertanian menyumbang
2008 menurun menjadi PDRB
54.20%.56.72% pada
tahun 2005, sedangkan
Ditinjau pada tahun 2008
dari karakteristik menurun
budidaya menjadi umumnya
pertanian 54.20%. dilakukan
padaDitinjau
lahan kering untuk budidaya
dari karakteristik tanaman
budidaya pangan,
pertanian tanamandilakukan
umumnya perkebunan
pada
lahan kering untuk budidaya tanaman pangan, tanaman perkebunan
Germadan Toba 21dan
kehutanan.Sementara pengusahaan kegiatan pertanian pada lahan basah hanya
dan kehutanan.Sementara pengusahaan kegiatan pertanian pada lahan basah
hanya dilakukan untuk tanaman padi.
Kegiatan perikanan pada kawasan ini merupakan perikanan air tawar,
baik berupa perikanan darat maupun danau. Perikanan danau dilakukan
dengan dua cara, yakni perikanan tangkap dan budidaya.
Sarana dan prasarana pendidikanpada Kawasan Danau Toba umumnya
sudah tersedia dari tingkat SD hingga SLTA pada masing-masing kecamatan.
Di ibu kota kabupaten umumnya terdapat taman kanak-kanak, dan melalui
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, sebagian desa telah memiliki
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Sarana dan prasarana kesehatan juga tersebar pada kawasan ini. Pada
setiap ibukota kabupaten terdapat minimal satu rumah sakit type D, pada
setiap kecamatan terdapat Puskesmas, dan atau Puskesmas Pembantu. Pada
tingkat desa terdapat Balai Pengobatan Umum (BPU), Pondok Bersalin Desa
(Polindes), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) atau Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes).
Sarana transportasi baik darat, danau maupun udara terdapat pada
kawasan ini. Sistem jaringan jalan meliputi jalan nasional, jalan provinsi,
jalan kabupaten yang membentuk pola linier dan lingkar.Jalan provinsi
membentuk sebagian jalan lingkar luar dari Siborong-borong Dolok Sanggul-
Tele Sidikalang Kabanjahe.
Sarana transportasi danau berupa pelabuhan terdapat hampir pada semua
pemukiman di pinggiran danau. Pelabuhan-pelabuhan utama menghubungkan
kota-kota besar di pinggiran danau, yakni Ajibata – Tomok, Ajibata –
Ambarita – Pangururan, Balige - Nainggolan – Mogang –Pangururan, Ajibata
– Nainggolan dan Nainggolan - Muara.
Terdapat dua bandar udara pada kawasan ini, yakni bandar udara Sibisa
di Kecamatan Lumban Julu, Toba Samosir dan bandar udara Silangit di
Kecamatan Siborong-borong Tapanuli Utara.

22 Germadan Toba
2.6 Kondisi Sosial Budaya
Masyarakat di kawasan Danau Toba mayoritas berasal dari etnis Batak
Toba, Karo, Pakpak dan Simalungun,yang dipengaruhi oleh adat istiadat yang
sudah turun-temurun diwariskan oleh leluhur seperti kegiatan gotong-royong,
pesta dan lain-lain.
Sistem kekeluargaan dalam masyarakat Batak bersifat patrilineal.
Sistem ini merupakan tulang punggung masyarakat Batak yang dibangun
berdasarkan silsilah atau keturunan marga yang menghubungkan mereka satu
sama lain, dalam garis laki-laki (Male line). Laki-laki membentuk kelompok
kekerabatan, sementara kaum perempuan membentuk afiliasi kekeluargaan
(affinal relationship), karena mereka menikah dengan kelompok patrilineal
yang lain (Vergowen, 1994).

Germadan Toba 23
24 Germadan Toba
BAB III
IDAMAN PEMANGKU AMANAH

Kelestarian ekosistem Kawasan Danau Toba adalah idaman dari generasi


ke generasi masyarakat kawasan Danau Toba serta para pemangku amanah
lainnya. Potensi yang terkandung pada kawasan ini disadari sangat besar,
demikian juga dengan tekanan yang dihadapinya.
Telah lama kesadaran dan idaman itu terbenam dalam sanubari para
pemangku amanah. Barulah pada tahun 2004, kesadaran dan idaman itu
diikrarkan secara bersama sebagai ungkapan tekad Pelestarian Ekosistem
Kawasan Danau Toba serta pengoptimalan pemanfaatannya agar terwujud
keutuhan Ekosistem Kawasan Danau Toba serta kesejahteraan masyarakatnya
secara berkelanjutan.
Kesadaran dan idaman itu dideklarasikan pada Juni 2004 oleh Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara beserta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
Sumatera Utara, Otorita Asahan, beserta pemerintah kabupaten/kota dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota yang berada di kawasan
Danau Toba, dan daerah hilirnya, yakni Kabupaten Karo, Dairi, Humbang
Hasundutan, Samosir, Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Asahan
dan Kota Tanjung Balai.
Kesadaran dan idaman yang dituangkan dalam Deklarasi Kesepakatan
Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba adalah sebagai berikut:
1. Menyadari bahwa Ekosistem Kawasan Danau Toba adalah karunia Tuhan
Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, yang merupakan ruang bagi
kehidupan manusia dan lingkungan hidup lainnya, serta sebagai salah
satu kekayaan tak ternilai bagi Sumatera Utara, bagi Indonesia dan bagi
dunia;
2. Menyadari bahwa Ekosistem Kawasan Danau Toba memiliki nilai
ekologi, sosial-budaya, dan ekonomi bagi kehidupan manusia, serta
memiliki keterkaitan ekologis yang tidak terpisahkan dengan ekosistem
kawasan sekitarnya, yang mencakup dan tidak terbatas pada ekosistem
Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Asahan;

Germadan Toba 25
3. Menyadari bahwa Ekosistem Kawasan Danau Toba mengalami berbagai
tekanan, baik yang disebabkan oleh faktor alamiah maupun yang
disebabkan oleh beragam aktifitas yang kurang mengindahkan prinsip-
prinsip kelestarian ekosistem. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengantisipasi kemungkinan dan atau terjadinya degradasi daya dukung
komponen-komponen Ekosistem Kawasan Danau Toba bagi kehidupan
manusia yang hidup di dalamnya;
4. Menyadari bahwa keberhasilan pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau
Toba hanya akan berdaya guna dan berhasil guna, jika dilakukan secara
bersama-sama dan dengan mendefinisikan dan mengintegrasikan
keberadaan faktor-faktor ekologi, ekonomi dan sosial di wilayah para
Pemangku Amanah secara ekologis, bukan berdasarkan batas-batas
administratif, sektor, dan kewilayahan semata;
5. Menyadari bahwa keberhasilan pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau
Toba sangat ditentukan oleh keberadaan rencana pengelolaan ekosistem
dengan visi, tujuan dan sasaran pengelolaan ekosistem yang terintegrasi,
disepakati bersama, serta dilaksanakan dengan berlandaskan prinsip-
prinsip kerjasama, kemitraan dan tanggung jawab;
6. Menegaskan bahwa di dalam kerangka pembangunan berkelanjutan,
setiap tingkatan Pemerintahan, sesuai kewenangan yang dimilikinya,
mempunyai tanggung jawab untuk memanfaatkan sumber daya alam
dengan tetap menjaga daya dukung komponen Ekosistem Kawasan
Danau Toba;
7. Memahami bahwa meningkatkan kualitas hidup masyarakat merupakan
tujuan utama pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba;
8. Memahami eratnya keterkaitan antara tradisi dan nilai budaya masyarakat
dengan keberadaan dan pemanfaatan komponen-komponen Ekosistem
Kawasan Danau Toba, maka sangat penting untuk memberdayakan
kearifan, inovasi dan pengetahuan tradisional yang ada dan yang hidup
di masyarakat dalam upaya pemulihan, pelestarian, serta perlindungan
Ekosistem Kawasan Danau Toba;
9. Menegaskan bahwa dibutuhkan peningkatan kerjasama lokal, regional,
nasional dan internasional, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah
maupun non-pemerintah dalam upaya pengelolaan Ekosistem Kawasan
Danau Toba, serta pemanfaatan komponen-komponen ekosistemnya;

26 Germadan Toba
10. Menegaskan bahwa sangat diperlukan pengaturan-pengaturan yang
bersifat khusus untuk mengakomodasi kebutuhan pemulihan, pelestarian
dan perlindungan komponen-komponen Ekosistem Kawasan Danau Toba
yang berdaya guna dan berhasil guna, termasuk di dalamnya pengaturan
tentang kelembagaan, alokasi keuangan, sumber keuangan dan akses
terhadap teknologi yang diperlukan;
11. Pemangku Amanah berketetapan hati untuk mengelola Ekosistem
Kawasan Danau Toba agar mampu memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi mereka yang hidup saat ini, dan bagi generasi mendatang.
Adapun sasaran pengelolaan Kawasan Ekosistem Danau Toba yang
disepakati oleh para pemangku amanah adalah:
1. Air di Ekosistem Kawasan Danau Toba layak dipergunakan sebagai air
minum;
2. Danau Toba memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
berinteraksi dengan Ekosistem Kawasan Danau Toba (rekreasi, dapat
direnangi dengan aman);
3. Lahan di Daerah Tangkapan Air Danau Toba mempunyai fungsi ekosistem
yang optimal;
4. Ikan dan hasil pertanian dari Ekosistem Kawasan Danau Toba layak
dikonsumsi dan atau tidak terkontaminasi;
5. Air Danau Toba dapat dipergunakan sebagai sumber tenaga listrik;
6. Ekosistem flora dan fauna dalam keadaan sehat dan terpelihara
keanekaragaman hayatinya;
7. Udara di Ekosistem Kawasan Danau Toba dapat mendukung kehidupan
ekosistem yang sehat.
Sasaran pengelolaan (manfaat) tersebut dapat dicapai melalui 6 (enam)
dasar pencapaian yaitu:
1. Keberadaan data dan informasi yang cukup untuk dipergunakan dalam
proses perencanaan, perumusan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan
kebijakan di Ekosistem Kawasan Danau Toba;
2. Perumusan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan di
Ekosistem Kawasan Danau Toba didasarkan atas prinsip pengelolaan
ekosistem yang telah disepakati bersama;

Germadan Toba 27
3. Masyarakat dan pranata masyarakat mampu mengambil peran proaktif
dalam pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba;
4. Sedimen, udara, daratan dan perairan di Ekosistem Kawasan Danau Toba
tidak menjadi sumber/jalur stresor terhadap keutuhan ekosistem;
5. Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba
(BKPEKDT) yang berdaya guna;
6. Keberadan spesies eksotik di Ekosistem Kawasan Danau Toba dapat
terpantau dengan baik dan terkendali.
Deklarasi kesepakatan tersebut dilengkapi dengan Dokumen Lake Toba
Ecosystem Management Plan (LTEMP) yang terdiri dari Buku LTEMP dan
Dokumen Peta kawasan Danau Toba.
Dokumen LTEMP merupakan dokumen Rencana Pengelolaan Ekosistem
Kawasan Danau Toba dan juga dokumen referensi sekaligus proposal yang
menjadi panduan Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau para pemangku
amanah (stakeholders).
Dengan adanya dokumen LTEMP, sesungguhnya arah dan sasaran
pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba sudah digariskan dengan jelas.

28 Germadan Toba
BAB IV
PERMASALAHAN LINGKUNGAN
EKOSISTEM DANAU TOBA

4.1 Kerentanan Alami Kawasan Danau Toba


4.1.1 Topografi dan Jenis Tanah
Pada umumnya kondisi lingkungan pada suatu wilayah dipengaruhi oleh
dua faktor, yakni kondisi alamiah lingkungan itu sendiri serta eksploitasi
manusia.
Kondisi alamiah kawasan Danau Toba memang rentan terhadap timbulnya
resiko lingkungan hidup. Topografi dominan, yakni curam hingga terjal
serta didominasi oleh jenis tanah yang rentan erosi serta iklim yang sangat
kering pada musim kemarau merupakan faktor-faktor alamiah yang membuat
kawasan ini rentan terhadap resiko lingkungan hidup.

Gambar 4.1 Peta Kemiringan Lereng DTA Danau Toba

Germadan Toba 29
Berdasarkan Kajian Teknis Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba (KTPSDA & PLHDT)
yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Institut Teknologi Bandung (LP
ITB) tahun 2001, disimpulkan bahwa topografi DTA Danau Toba didominasi
oleh perbukitan dan pegunungan.
Luas daerah yang datar (kemiringan 0 - 8%) meliputi lebih kurang 27%
dari total DTA, daerah yang landai (kemiringan 8 – 15%) mencapai 31%,
daerah yang agak curam (kemiringan 15 - 25%) mencapai 24%, daerah curam
(kemiringan 25 - 45%) mencapai 16% dan daerah yang sangat curam sampai
terjal (kemiringan > 45%) lebih kurang 2% dari total DTA.
Kondisi topografi yang demikian mengakibatkan DTA ini kurang dapat
menyimpan air hujan karena aliran permukaan cenderung tinggi, laju erosi
tinggi dan potensi longsoran juga tinggi terutama pada daerah-daerah yang
sangat curam sampai terjal pada tebing-tebing pinggiran danau.
Rendahnya potensi resapan/penyimpananan air pada DTA, diindikasikan
oleh banyaknya sungai-sungai kecil yang bersifat intermitten, dimana sungai-
sungai ini mengalir pada musim hujan dan mengering pada musim kemarau.
Tingginya laju erosi pada DTA ditandai dengan banyaknya lahan yang
mempunyai lapisan tanah yang sangat tipis terutama pada daerah-daerah
perbukitan dengan lereng yang curam, bahkan di beberapa lokasi yang muncul
di permukaan hanya batuan pembentuk tanah tanpa adanya lapisan tanah. Hal
ini terjadi karena pada daerah-daerah tersebut telah terjadi proses erosi yang
cukup tinggi secara terus-menerus.
Keberadaan semak belukar dan alang-alang/padang rumput yang cukup
luas pada DTA ini juga merupakan indikasi tingginya laju erosi sehingga lahan
yang telah terbuka sulit membentuk formasi hutan alam kembali karena lapisan
tanahnya relatif tipis. Proses pembentukan lapisan tanah secara alamiah, tidak
mampu mengimbangi proses penipisan lapisan tanah karena proses erosi.
Menurut Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT)
Wilayah I, Medan 1987, jenis tanah DTA Danau Toba di bagian timur
merupakan jenis tanah kompleks litosol dan regosol yang sangat peka
terhadap erosi, bagian Tenggara jenis podsilik coklat (peka erosi) dan jenis
tanah kompleks pegunungan.

30 Germadan Toba
Di bagian Barat DTA terdapat jenis tanah podsolik coklat (peka erosi),
sedangkan di Pulau Samosir jenis tanahnya sebagain besar merupakan jenis
tanah brown forest (agak peka erosi).
Jenis-jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang peka sampai dengan
sangat peka terhadap erosi. Kepekaan erosi akan semakin meningkat jika
kondisi kelerengan semakin curam dan penutupan tanah semakin berkurang
(terbuka dari penutupan vegetasi/tumbuhan).
Jenis-jenis tanah yang terdapat di DTA Danau Toba ini disajikan pada
Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jenis Tanah Yang Terdapat di DTA Danau Toba

%
Variasi Bentuk Kepekaan
No. Jenis Tanah terhadap
Lahan Terhadap Erosi
Luas DTA
1. Litosol 36,4 Daerah Curam Sangat Peka
Podsolik coklat
Datar dan
2. kelabu, Podsol, Tanah 13,8 Peka – sangat peka
Berombak
diatomea
Litosol/Podsolik/
3. 3,5 Daerah Curam Peka – sangat peka
Regosol
Podsolik coklat, Bergelombang,
4. 18,7 Peka – sangat peka
Regosol Curam
Alluvial Regosol,
5. 3,2 Datar Tidak peka
Organosol
Podsilik Coklat Datar dan
6. 2,7 Peka
Kekuningan bergelombang
Podsolik Coklat
Datar dan Peka
7. kelabu, Podsolik 21,6
bergelombang
Coklat

Sumber: Ditjen RRL Departemen Kehutanan –LP IPB, 1990

Dari Tabel 4.1 diketahui sekitar 97% tanah pada DTA Danau Toba
merupakan tanah yang peka sampai dengan sangat peka terhadap erosi.
Kondisi topografi yang curam akan memperbesar potensi erosi ini. Lebih
kurang 59 % DTA ini mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap erosi dengan
kondisi topografi yang berat (daerah bergelombang sampai dengan curam).

Germadan Toba 31
Gambar 4.2 Peta Jenis Tanah DTA Danau Toba

4.1.2 Kondisi Iklim


Dari tujuh stasiun penakar hujan yang terdapat di DTA Danau Toba
(Parapat, Sidamanik, Situnggaling, Balige, Siborong-borong, Dolok Sanggul,
dan Pangururan) diketahui bahwa curah hujan tahunan di kawasan ini berkisar
antara 2.200 sampai dengan 3.000 mm/tahun. Puncak musim hujan terjadi
pada bulan November-Desember dengan curah hujan antara 190 – 320 mm/
bulan. Sedangkan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni-Juli
dengan curah hujan berkisar antara 54 – 151 mm/bulan.
Suhu udara bulanan di DTA Danau Toba berkisar antara 18,0 – 19,7
0C di Balige dan antara 20,0 – 21,0 0C di Sidamanik. Suhu udara selama
musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim
hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79 – 95%.
Pada bulan-bulan musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah
dibandingkan pada bulan-bulan musim hujan.

32 Germadan Toba
Suhu udara yang lebih tinggi dan kelembaban yang lebih rendah pada
musim kemarau menyebabkan kawasan DTA Danau Toba rentan terhadap
kebakaran. Tutupan lahan berupa semak belukar yang tersebar pada perbukitan
menambah kerentanan terhadap bahaya kebakaran.
Eksploitasi kawasan yang kurang mempertimbangkan kondisi alamiah
ini telah menimbulkan berbagai permasalahan baik permasalahan lingkungan
maupun ekonomi. Permasalahan-permasalahan ini saling terkait dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain.

4.2 Kerusakan Daerah Tangkapan Air


Kondisi alamiah sebagaimana diuraikan di atas serta pengelolaan yang
kurang tepat telah mengakibatkan kerusakan DTA Danau Toba, diantaranya
berupa pengurangan luasan hutan dan peningkatan luasan lahan kritis.
Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan (2009), luasan hutan di DTA
Danau Toba adalah 143.840,32 Ha atau 51% dari luasan DTA. Namun hingga
saat ini luasan ini belum pernah tercapai. Luasan hutan di DTA Danau Toba
cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1985 luasan hutan pada kawasan ini mencapai 78.558,18 ha
(28% dari total DTA), 12 tahun kemudian (1997) luasan ini menyusut menjadi
62.403,19 ha (22%). Penurunan ini terutama disebabkan oleh alih fungsi hutan
menjadi ladang, sawah, alang-alang, semak dan pemukiman.

Germadan Toba 33
Pada tahun 2012, Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan
Danau Toba (BKPEKDT) bekerja sama dengan PT. Wahana Rekakarya
melakukan analisa jenis tutupan lahan di DTA Danau Toba. Menurut hasil
analisa citra satelit, luasan hutan di DTA Danau Toba adalah 57.604,88 ha
(tanpa memperhitungkan luasan hutan pada DTA Lau Renun), sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel4.2.

Tabel 4.2 Jenis dan Tutupan Lahan DTA Danau Toba 2012

No. Penutup Lahan Tahun 2012 Luas (Ha) % terhadap DTA


1 Hutan 57.604,88 15,3
2 Belukar 25.446,55 6,7
3 Ladang/ Belukar 49.959,01 13,2
4 Rumput/ Belukar 47.359,01 12,6
5 Ladang/ Rumput 24.372,68 6,5
6 Ladang 7.586,54 2,0
7 Rumput 27.098,51 7,2
8 Sawah 22.100,03 5,9
9 Lahan Terbuka 686,4 0,2
10 Danau 115.025,21 30,5
Jumlah 377.238,82 100,0

Jika jenis tutupan lahan belukar, rumput belukar, rumput dan lahan
terbuka dikategorikan sebagai lahan kritis, maka luasan lahan kritis di DTA
Danau Toba sudah mencapai 38,36% dari luasan DTA.
Hampir setiap tahun kebakaran hutan/semak dan/atau lahan terjadi pada
kawasan ini. Kebakaran umumnya menghanguskan semak belukar atau
pepohonan, menyebabkan hilangnya vegetasi penutup lahan. Lahan yang terbakar
sangat rentan terhadap erosi, baik oleh tiupan angin maupun oleh guyuran air
hujan. Erosi akan mempersulit tumbuhnya vegetasi baru, karena lapisan tanah
yang semakin tipis. Kebakaran selalu memunculkan lahan kritis baru.
Mengingat sumber utama api adalah kegiatan pembersihan lahan dengan
pembakaran oleh masyarakat, maka peningkatan kesadaran masyarakat akan

34 Germadan Toba
dampak kebakaran lahan sangat penting diupayakan. Selain hal tersebut,
penanaman pohon yang tidak peka terhadap kebakaran perlu dilakukan pada
batas-batas lahan masyarakat dengan hutan/areal yang tidak diusahakan.

Gambar 4.3 Peta Penutup Lahan DTA Danau Toba Tahun 2012

Mengingat topografi kawasan yang didominasi oleh perbukitan dan


pegunungan, maka penggunaan sarana pemadam kebarakaran berbasis daratan
kurang dapat diandalkan. Oleh sebab itu penyediaan fasilitas pemadam
berbasis udara perlu diupayakan bersama oleh para pemerintah daerah pada
kawasan ini.
Penyebab lain kerusakan DTA adalah penambangan bahan galian golongan
C dari badan air, pinggiran pantai dan tebing Danau Toba. Penambangan
pasir dari badan air dan pantai Danau Toba dapat ditemui di Desa Sitanggang
Upar sampai Desa Parbaba. Daerah ini merupakan satu-satunya pantai Danau
Toba yang landai dan berpasir, sangat potensial untuk dikembangkan menjadi
tujuan wisata.
Di daerah Horsik sampai Panamean, berdasarkan Survey BLH tahun 2007
ditemukan 34 titik penambangan batu pada daerah sepanjang 6 km dari dinding
danau. Tebing danau yang berupa bebatuan digali bahkan sampai mencapai

Germadan Toba 35
puncak tebing. Penambangan ini sangat merusak ekosistem, menimbulkan
erosi, sedimentasi, kekeruhan, menambah lahan kritis dan berpeluang untuk
melongsorkan/meruntuhkan dinding danau. Penambangan sejenis juga dapat
ditemukan di Haranggaol, Harian dan daerah lainnya.

(a) (b)
Gambar 4.4 Penambangan pada tebing danau (a), kebakaran lahan (b)

Kerusakan DTA Danau Toba berpotensi mengganggu siklus hidrologi.


Jika kemampuan pengaturan fungsi hidrologis kawasan ini semakin
menyusut, maka fenomena banjir pada pinggiran Danau Toba dan hilir Sungai
Asahan menjadi hal yang selalu terjadi pada musim penghujan, demikian juga
penurunan tinggi muka air danau akan terjadi setiap musim kemarau. Dampak
yang lebih serius adalah semakin menurunnya daya dukung kawasan terhadap
kehidupan karena rendahnya potensi air tanah.
Dengan demikian upaya-upaya peningkatan stabilitas kuantitas air
danau, perlu mendapat perhatian serius baik dari pemerintah pusat yang
telah menetapkan kawasan ini sebagai kawasan strategis nasional, maupun
pemerintah provinsi dan kabupaten yang bersentuhan langsung dengan
kawasan ini.

4.3 Penurunan Kualitas Air Danau


Danau Toba adalah danau oligotrofik, yakni danau yang miskin unsur
hara. Namun danau yang miskin ini telah mengalami pengayaan (eutrofikasi),
karena dampak dari berbagai aktifitas manusia serta alam. Pengayaan ini telah
menyebabkan penurunan kualitas air danau, padahal sekitar 88% penduduk

36 Germadan Toba
yang bermukim di pinggiran danau menggunakan air Danau Toba sebagai air
baku air minum .
Sementara itu hasil analisa data pemantauan kualitas air Danau Toba
tahun 2012, menunjukkan bahwa air danau ini sudah tercemar dengan
kategori tercemar sedang . Dengan kata lain, mayoritas masyarakat sekitar
pantai mengkonsumsi air dari sumber yang tidak layak sebagai air baku air
minum tanpa pengolahan.
Sebagai dampak tercemarnya air danau, terjadi blooming tumbuhan air
seperti enceng gondok dan gulma air lainnya. Enceng gondok menimbulkan
deplesi oksigen, menghambat akses ke danau, meningkatkan evaporasi dan
mengurangi nilai estetika. Kekurangan oksigen pada badan air menyebabkan
berkurangnya populasi ikan, penurunan populasi ikan mengakibatkan
penurunan pendapatan nelayan. Sebagian nelayan beralih profesi menjadi
petani, membuka lahan-lahan kritis sehingga menimbulkan dampak lingkungan
baru. Efek domino ini terus berlanjut, menimbulkan dampak lingkungan demi
dampak lingkungan yang semakin mendegradasi kawasan Danau Toba.

4.3.1 Sumber-sumber Pencemar Perairan Danau


Sulit disangkal bahwa Danau Toba adalah tempat pembuangan limbah
raksasa, baik limbah domestik, pertanian, peternakan maupun limbah lainnya.
Hukum alam memang mengharuskan bahwa semua air, baik air sungai, air
larian (run off) maupun air selokan pada daerah tangkapan air danau akan
bermuara ke danau. Limbah-limbah yang terbawa oleh air dari daerah seluas
259.594 ha masuk ke Danau Toba umumnya tanpa pengolahan, ditambah lagi
oleh limbah yang dihasilkan pada perairan seperti sisa pakan dan sekresi ikan
pada keramba serta oli kapal yang terbuang. Kontribusi beban pencemar dari
berbagai sumber diuraikan berikut ini.
1. Limbah Domestik
Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan
kerumahtanggaan. Limbah domestik dapat berupa padatan, maupun cairan.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limah Domestik menjelaskan bahwa air limbah domestik adalah air

Germadan Toba 37
Mutu Air Limah Domestik menjelaskan bahwa air limbah domestik adalah air
limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan,
limbah yangperniagaan,
perkantoran, berasal dariapartemen
usaha dandan
atau kegiatan permukiman, rumah makan,
asrama.
perkantoran, perniagaan,perhitungan
Dalam melakukan apartemen beban
dan asrama.
pencemar dari limbah domestik ke
Dalam
Danau Toba,melakukan perhitungan
hanya unsur beban
pemukiman pencemar
yang dari limbah
diikutsertakan, domestik
karena ke
data dari
Danau Toba, hanya unsur pemukiman
sumber lainnya belum tersedia. yang diikutsertakan, karena data dari
sumber lainnya belum tersedia.
Besaran beban pencemar limbah domestik dari masing-masing kabupaten di
Besaran beban pencemar limbah domestik dari masing-masing kabupaten
DTA Danau Toba, adalah sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.3.
di DTA Danau Toba, adalah sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel4.3.
Tabel 4.3.Beban
BebanLimbah
Limbah Domestik
Domestik dari
dariDTA
DTADanau
DanauToba
Toba

Beban Limbah Domestik (Kg/hari)


No. Kabupaten
BOD5 COD Suspended Solid Total Nitrogen T- Phospor
1 Karo 109,92 192,36 2.387,17 19,99 5,66
2 H. Hasundutan 1.303,30 2.280,77 2.830,39 236,96 67,14
3 Tapanuli Utara 586,59 1.026,53 1.273,90 106,65 30,22
4 Samosir 3.094,16 5.414,77 6.719,63 562,57 159,40
5 Toba Samosir 3.770,61 6.598,56 8.188,69 685,57 194,24
6 Dairi 63,17 110,55 137,19 11,49 3,25
7 Simalungun 584,34 1.022,59 1.269,01 106,24 30,10
Total 9.512,07 16.646,13 22.805,98 1.729,47 490,02
Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012

Dari
Dari Tabel
Tabel 4.34.3 terlihat
terlihat bahwa
bahwa kontributorutama
kontributor utamabeban
bebanpencemar
pencemar limbah
limbah
domestik terhadap Danau
domestik terhadap Danau Toba
Toba adalah
adalah Kabupaten
Kabupaten TobaToba Samosir,
Samosir, diikuti
diikuti oleh
Kabupaten
Kabupaten Samosir dan Humbang Hasundutan, sedangkan kontributor terkecil
Samosir dan Humbang Hasundutan, sedangkan kontributor terkecil
adalah Kabupaten Dairi. Besaran kontribusi ini berbanding lurus dengan
adalah Kabupaten Dairi. Besaran kontribusi ini berbanding lurus dengan jumlah
jumlah penduduk di DTA Danau Toba pada masing-masing kabupaten.
penduduk di DTA Danau Toba pada masing-masing kabupaten.
Total beban BOD yang masuk ke Danau Toba dari limbah domestik
Total beban BOD yang masuk ke Danau Toba dari limbah domestik
mencapai 9,5 ton perhari. Dalam satu tahun beban yang masuk mencapai
mencapai
3.500 ton.9,5 ton perhari.
Jumlah Dalam
ini akan satumeningkat
terus tahun beban yang masuk
seiring denganmencapai 3.500
pertumbuhan
ton. JumlahBeban
penduduk. ini akan
COD terus
darimeningkat seiring dengan
limbah domestik mencapaipertumbuhan penduduk.
16,6 ton setiap hari,
atau
Beban6 juta
CODton/tahun.
dari limbah domestik mencapai 16,6 ton setiap hari, atau 6 juta
ton/tahun.
Kontribusi beban pencemaran berupa padatan tersuspensi dari limbah
domestik terhadapbeban
Kontribusi Danaupencemaran
Toba mencapai
berupa22,8 ton perhari
padatan atau 8,3
tersuspensi dari juta ton
limbah
pertahun. Sedangkan
domestik terhadap T-N mencapai
Danau 600 ton
Toba mencapai lebih
22,8 tonsetiap tahun.
perhari atau Bahan-bahan
8,3 juta ton

38 Germadan Toba
pencemar ini cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk.

Gambar 4.5 Peta Kepadatan Penduduk DTA Danau Toba

Kontribusi limbah pencemar berupa T-P dari limbah domestik tergolong


besar, mencapai 178,8 ton pertahun. T-P dari limbah domestik ini turut
memperkaya nutrisi di Danau Toba.
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa kontribusi beban limbah domestik cukup
besar terhadap peningkatan kadar pencemar di Danau Toba. Oleh karena itu
penanganan limbah domestik secara komprehensif mendesak untuk dilakukan.
Sumber utama pencemar limbah domestik adalah kota-kota berpenduduk
padat di pinggiran Danau Toba seperti Balige, Porsea, Pangururan, Parapat,
Bakara, Nainggolan dan Tomok. Pembangunan instalasi pengolahan limbah
domestik perlu diprioritaskan pada kota-kota ini.
Selain pembangunan instalasi pengolahan air limbah, pendidikan
masyarakat juga sangat penting dilakukan. Pintu utama menuju perubahan
adalah pendidikan. Oleh karena itu pendidikan generasi muda sangat penting
dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan.

Germadan Toba 39
dari pemukiman, interaksi masyarakat secara langsung ke Danau Toba untuk
menyuci baik peralatan masak dan makan, pakaian dan kendaraan perlu dihindari.
Hal lain yang perlu dilakukan untuk meminimalisasi limbah domestik
adalah melakukan penataan kawasan. Daerah sempadan danau harus
2. Limbah dari Berbagai
dibebaskan Jenis Pemanfaatan
dari pemukiman, Lahansecara langsung ke Danau
interaksi masyarakat
Toba dengan
Lahan untuk menyuci baik peralatan
berbagai masak dan makan,
pemanfaatannya pakaian dan kendaraan
juga berkontribusi terhadap
perlu dihindari.
pencemaran perairan. Residu pupuk, pestisida, herbisida maupun material tererosi
2. Limbah dari Berbagai Jenis Pemanfaatan Lahan
merupakan contoh-contoh bahan pencemar dari pertanian. Bahkan hutan juga
Lahan dengan berbagai pemanfaatannya juga berkontribusi terhadap
turut menyumbangkan bahan-bahan
pencemaran perairan. pencemar,
Residu pupuk, seperti
pestisida, phosphor
herbisida dan material
maupun nitrogen.
tererosi
Curah hujan jugamerupakan contoh-contohpolutan,
turut menyumbangkan bahan pencemar dari
khususnya pertanian. Bahkan
phosphor.
hutan juga turut menyumbangkan bahan-bahan pencemar, seperti phosphor
Besaran beban pencemaran Danau Toba yang berasal dari berbagai
dan nitrogen. Curah hujan juga turut menyumbangkan polutan, khususnya
pemanfaatan/tutupan
phosphor. lahan, serta curah hujan untuk parameter Chemical Oxygen
Demand (COD), Totalbeban
Besaran Nitrogen (T-N) Danau
pencemaran dan Total
TobaPhosphor (T-P) dari
yang berasal disajikan pada
berbagai
Tabel 4.4.pemanfaatan/tutupan lahan, serta curah hujan untuk parameter Chemical
Oxygen Demand (COD), Total Nitrogen (T-N) dan Total Phosphor (T-P)
disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Beban Pencemaran Danau Toba dari Jenis Pemanfaatan Lahan
Tabel 4.4 Beban Pencemaran Danau Toba dari Jenis Pemanfaatan
dan Curah hujan
Lahan dan Curah hujan

Polutan COD T-N T-P


Sumber (ton/thn)
Curah Hujan - - 2,05
Pertanian 986,30 18,57 6,19
Padang Rumput 704,13 28,17 6,19
Hutan 198,56 80,79 2,79
Sawah 154,92 47,74 1,89
Total 2.043,91 175,27 19,10

Sumber
Sumber : Kajian : Kajian Danau
DTBPA DTBPA Toba,
Danau Toba,
20122012

Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa hutan merupakan penyumbang bahan


Daripencemar
Tabel 4.4 diketahui
terbesar untuk bahwa hutanT-N,
parameter merupakan penyumbang
dibandingkan bahan
dengan jenis
pencemarpemanfaatan lahanparameter
terbesar untuk lainnya serta
T-N,curah hujan, yakni
dibandingkan mencapai
dengan jenis80pemanfaatan
ton/tahun

40 Germadan Toba
meskipun luasannya hanya mencapai 22% dari total luasan pemanfaatan lahan
lainnya.
Sedangkan untuk parameter T-P, penyumbang terbesar adalah pertanian
dan padang rumput diikuti oleh hutan sebagaimana terlihat pada Tabel 4.4.
Lahan pertanian dan padang rumput menyumbangkan T-P sebesar 6 ton/tahun.
Diantara kedua jenis pemanfaatan lahan ini, pertanian merupakan kontributor
terbesar. Meskipun luasannya lebih kecil 18% dari padang rumput, tetapi
memberi kontribusi yang sama besar.
Dari Tabel4.4 terlihat bahwa pertanian merupakan penyumbang terbesar
beban pencemar COD disusul padang rumput dan hutan. Bahan pencemar
COD dari pertanian mencapai 986 ton/tahun.
Bahan-bahan pencemar dari pemanfaatan lahan ini sulit dikelola
karena tersebar pada hamparan yang luas. Selain mengurangi penggunaan
bahan-bahan pestisida, herbisida dan pupuk kimiawi pada lahan pertanian,
pemeliharaan buffer danau juga sangat penting.
Buffer yang baik dapat memerangkap pollutan hingga 80-85%. Aktifitas
kimiawi dan biologi di dalam tanah, terutama pada hutan di tepi danau dapat
menangkap dan merubah polutan menjadi bahan yang kurang berbahaya.
Buffer juga dapat bertindak sebagai penyerap nutrient dan kelebihan air
karena sistem akar tumbuhan menyerap bahan-bahan ini dan menyimpannya
dalam biomassa tumbuhan.
3. Limbah Peternakan
Peternakan, selain memberi manfaat ekonomi juga berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan, terutama jika penanganan limbahnya tidak
dilakukan dengan benar.
Besaran beban pencemaran perairan Danau Toba dari limbah peternakan
bergantung kepada jumlah ternak, serta kontribusi pencemaran dari berbagai
jenis ternak. Jumlah beberapa jenis ternak di DTA Danau Toba yang diperoleh
dari data Kabupaten Dalam Angka 2011 ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Germadan Toba 41
Tabel 4.5 Jumlah Ternak di DTA Danau Toba

Tabel JumlahDanau
(ekor)
No. Tabel4.5
Kabupaten 4.5 Jumlah
Jumlah Ternak TernakdidiDTA
DTA Danau Toba Toba
Sapi Kerbau Kuda Kambing Babi Kelinci Domba Ayam Itik
1 Karo 39 149 1 98Jumlah 203
(ekor) 34 - 1.339 146
No. Kabupaten
2 Humbang Hasundutan Sapi24 Kerbau
4.209 Kuda
131 Kambing
57 12.647
Babi Kelinci- Domba- 58.115
Ayam 5.264
Itik
13 Karo
Tapanuli Utara 164
39 1.141149 331 1.223
98 6.435 203 34- 73- 39.467
1.339 3.176
146
24 Humbang
Samosir Hasundutan 1.942
24 23.332
4.209 341 7.971
131 23.835
57 12.647 - 298- 79.180
58.115 6.535
5.264
35 Tapanuli
Toba Samosir
Utara 1.426
164 11.677
1.141 31 1.223
33 3.424 14.826
6.435 - 1.817
73 193.256
39.467 171.737
3.176
46 Samosir
Dairi 13 23.332
1.942 110 3415 7.971
79 23.835
1.782 - 298- 13.054
79.180 150
6.535
57 Toba
Simalungun
Samosir 29 11.677
1.426 320 312 3.424
35 14.826
2.943 - 1.81723 193.256- 171.737-
6 Dairi Total 3.637
13 40.938
110 5445 12.887
79 62.671
1.782 34- 2.211- 384.411
13.054 187.008
150
Sumber: BPS (2011) dan hasil
7 Simalungun 29 perhitungan
320 2 35 2.943 - 23 - -
Total 3.637 40.938 544 12.887 62.671 34 2.211 384.411 187.008
Sumber: BPS (2011) dan hasil perhitungan
Sumber: BPS (2011) dan hasil perhitungan
Besaran kontribusi beban pencemar dari kegiatan peternakan terhadap
Danau Toba ditunjukkan pada Tabel 4.6. Total beban pencemaran BOD dari
Besaran
Besarankontribusi
kontribusibeban
bebanpencemar
pencemar dari
dari kegiatan
kegiatan peternakan terhadap
peternakan terhadap
peternakan
Danau di kawasan Danau Toba mencapai lebih dari 5.600 ton pertahun,
Danau Toba
Toba ditunjukkan pada Tabel
ditunjukkan pada Tabel 4.6.
4.6. Total
Total beban
beban pencemaran
pencemaranBOD BODdaridari
sedangkan
peternakan COD mencapai
di kawasan
kawasan Danaulebih
Danau Tobadari 22.600
Toba mencapai ton
mencapailebih pertahun.
lebihdari Melihat
dari 5.600
5.600ton besarnya
ton pertahun,
pertahun,
peternakan di
sedangkan COD mencapai
kontribusi bahan pencemaranlebih
daridari 22.600 ton
peternakan, pertahun.
maka Melihat
pengelolaan besarnya
peternakan
sedangkan COD mencapai lebih dari 22.600 ton pertahun. Melihat besarnya
kontribusi bahan pencemaran
sudah seharusnya dilakukan. dari peternakan, maka pengelolaan peternakan
kontribusi bahan pencemaran dari peternakan, maka pengelolaan peternakan
sudah seharusnya dilakukan.
Pola peternakan di kawasan Danau Toba, khusunya untuk ternak
sudah seharusnya dilakukan.
Pola adalah
ruminanse peternakan di kawasan
non kandang. Ternak Danau Toba,kuda,
sapi, kerbau, khusunya
kambing,untuk ternak
atau domba
Pola peternakan di kawasan Danau Toba, khusunya untuk ternak
ruminanse adalah non kandang. Ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, atau
dibiarkan merumput di padang penggembalaan. Pola seperti ini menyebabkan
ruminanse
domba adalah non
dibiarkan kandang. Ternak
merumput sapi, kerbau,
di padang kuda, kambing,
penggembalaan. Polaatau domba
seperti ini
polutan tersebar pada daerah yang sangat luas, sehingga menyulitkan
menyebabkan polutan
dibiarkan merumput tersebarpenggembalaan.
di padang pada daerah Pola yangseperti
sangatini luas, sehingga
menyebabkan
pengelolaannya.
menyulitkan pengelolaannya.
polutan tersebar pada daerah yang sangat luas, sehingga menyulitkan
pengelolaannya.
Tabel
Tabel4.6
4.6Beban
BebanPencemaran DanauToba
Pencemaran Danau Tobadari
dariPeternakan
Peternakan
Pollutan Total Solid BOD COD T-N T-P
Kabupaten
Tabel 4.6 Beban Pencemaran Danau Toba dari Peternakan
ton/tahun
Karo 51,48
Pollutan Total Solid BOD10,86 COD43,52 T-N 3,74 T-P0,52
Humbang
Kabupaten 1.561,31 367,13 ton/tahun
1.320,48 118,24 17,62
Taput
Karo 625,55
51,48 156,58
10,86 537,64
43,52 48,91
3,74 7,85
0,52
Samosir
Humbang 6.622,14
1.561,31 1.370,82
367,13 5.522,18
1.320,48 476,51
118,24 63,46
17,62
Tobasa
Taput 18.035,68
625,55 3.676,45
156,58 14.949,01
537,64 1.211,77
48,91 199,22
7,85
Dairi
Samosir 121,25
6.622,14 34,10
1.370,82 107,38
5.522,18 10,14
476,51 1,79
63,46
Simalungun
Tobasa 186,04
18.035,68 51,95
3.676,45 167,17
14.949,01 15,72
1.211,77 2,26
199,22
Total
Dairi 27.203,45
121,25 5.667,90
34,10 22.647,37
107,38 1.885,03
10,14 292,72
1,79
Simalungun
Sumber Sumber
: Kajian DTBPA 186,04
: Kajian
Danau 51,95
DTBPA
Toba, 2012 Danau 167,17
Toba, 2012 15,72 2,26
Total 27.203,45 5.667,90 22.647,37 1.885,03 292,72
42 Germadan
Sumber Toba
: Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
Beban pencemaran untuk parameter T-N dan T-P dari kegiatan peternakan
juga tinggi. Total-N, mencapai 1,8 ribu ton pertahun sedangkan Total-P
mencapai sembilan ribu ton pertahun. Keberadaan unsur-unsur pencemar
ini juga patut dikelola untuk menghindari eutrofikasi pada danau. Salah satu
upaya pengelolaan limbah peternakan adalah dengan memelihara buffer danau
maupun sungai-sungai yang mengalir ke danau.
4. Limbah Budidaya Perikanan
Berdasarkan hasil survey Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera
Utara pada tahun 2012, diketahui bahwa jumlah unit keramba jaring apung
milik masyarakat di Danau Toba mencapai 8.428 unit dengan ukuran bervariasi.
Rata-rata jumlah produksi 2,84 ton/unit KJA/tahun dengan penggunaan pakan
rata-rata 4,3 ton/unit KJA/tahun.
Berdasarkan paparan PT. Aquafaram Nusantara kepada Komisi VIII
DPR-RI di Hotel Niagara, Parapat tanggal 24 September 2012, diketahui
jumlah keramba jaring apung milik PT. Aquafarm adalah 484 unit dengan
bentuk dan ukuran bervariasi dengan kapasitas total 25.407.200 ekor ikan nila
serta produksi rata-rata 31.000 ton/tahun.
Berdasarkan data produksi dan penggunaan pakan, diketahui bahwa feed
conversion ratio pada budidaya ikan PT. Aquafarn Nusantara adalah 1,92.
Dengan demikian rata-rata penggunaan pakan untuk mencapai produksi
31.000 ton/tahun adalah 59.520 ton pakan/tahun.
Hasil penelitian Pohan, (2009) menunjukkan bahwa jumlah limbah
nitrogen yang dihasilkan pada budidaya ikan PT. Aquafarm Nusantara
adalah 0,0321 dan 0,0323 kg/kg pakan untuk dua jenis pakan yang berbeda.
Sedangkan limbah phosphor yang dihasilkan adalah 0,013 dan 0,0102 kg/kg
pakan.
Berdasarkan data-data tersebut, maka limbah nitrogen dan limbah
phosphor yang dihasilkan dari budidaya perikanan di Danau Toba adalah
sebagaimana terdapat pada Tabel 4.9 dengan asumsi bahwa proporsi limbah
nitrogen maupun phosphor yang dihasilkan dari budidaya ikan oleh masyarakat
dan PT. Aquafarm Nusantara adalah sama.

Germadan Toba 43
Tabel4.7
Tabel 4.7Lokasi
Lokasidan
danJumlah
JumlahKJA
KJAdidiDanau
DanauToba
Toba
Tabel
No. 4.7 LokasiLokasi
dan Jumlah KJA di KJA
Jumlah Danau Toba
(unit)
Milik Masyarakat
No. Lokasi Jumlah KJA (unit)
1 Silalahi II 300
Milik Masyarakat
2 Silalahi III II
1 Silalahi 40
300
3 Paropo
2 Silalahi III 400
40
4 Tongging
3 Paropo 500
400
5 Haranggaol
4 Tongging 6768
500
6 Tigaras
5 Haranggaol 85
6768
7 Panahatan
6 Tigaras 100
85
8 Sibaganding
7 Panahatan 50
100
8 Sibaganding
9 Soalan 50
185
9 Soalan
Jumlah 185
8428
Jumlah
Milik PT. Aquafarm 8428
Milik PT. Aquafarm
1 Panahatan 152
1 Panahatan
2 Sirungkungon 152
134
2 Sirungkungon 134
3 Silimalombu 60
3 Silimalombu 60
4 Lontung 60
4 Lontung 60
5 Pangambatan 78
5 Pangambatan 78
Jumlah 484
Jumlah 484
Sumber :Kajian
Sumber DTBPA
:Kajian DTBPADanau
DanauToba,
Toba,2012
2012
Sumber :Kajian DTBPA Danau Toba, 2012

Tabel
Tabel4.8
Tabel4.8Limbah
Limbah
4.8 PPdan
Limbah dan
P NNdari
dan Budidaya
Ndari
dariBudidayaPerikanan
Budidaya Perikanan
Perikanan
Rata-rata Rata-rata Total Total Unit
UnitLimbah TotalLimbah
Limbah
JumlahJumlah Rata-rata Rata-rata Total Total Limbah Total
PemilikPemilik
KJA KJA Produksi
ProduksiPakan
PakanProduksi
Produksi Pakan
Pakan Nitrogen
Nitrogen Phospor
Phospor BOD Nitrogen
Nitrogen Phospor
Phospor
unit unit(ton/tahun/unit KJA)KJA) (ton/tahun)
(ton/tahun/unit (ton/tahun) (Kg/Kg
(Kg/KgPakan)
Pakan) (ton/tahun)
(ton/tahun)
Masyarakat 8428 8428 2,84 2,84 4,3 4,323.935,5
Masyarakat 23.935,536.240,4
36.240,4 1.163,3
1.163,3 409,5
409,5
0,0321
0,0321 0,0113
0,0113 0
PT. Aquafarm 484 484
PT. Aquafarm 31.000,059.520,0
31.000,0 59.520,0 1.910,6
1.910,6 672,6 672,6
Total Total 54.935,5 95.760,4
54.935,5 95.760,4 3.073,9 1.082,1
3.073,9 1.082,1
Sumber:
Sumber: Kajian
Kajian DTBPA
DTBPA Danau
Sumber:
Danau Toba,
Kajian
Toba, 2012 Danau Toba, 2012
DTBPA
2012

Dari
Dari Tabel
Tabel 4.8
4.8 dan Grafik 4.2
dan Grafik 4.2telihat
telihatbahwa
bahwa budidaya
budidaya perikanan
perikanan milikmilik
PT.
Dari Tabel 4.8 dan Grafik 4.2 telihat bahwa budidaya perikanan milik PT.
PT. Aquafarm Nusantara menyumbangkan limbah phosphor dan nitrogen
Aquafarm Nusantara menyumbangkan limbah phosphor dan nitrogen jauh lebih
jauh
Aquafarm Nusantara
lebih tinggi menyumbangkan
dari budidaya perikananlimbah phosphor
masyarakat, yaknidan nitrogen jauh lebih
62,2%.
tinggi dari budidaya perikanan masyarakat, yakni 62,2%.
tinggi dari budidaya perikanan masyarakat, yakni 62,2%.
44 Germadan Toba
Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012

Derajat kekeruhan perairan Danau Toba, semakin meningkat. Hal ini


ditunjukkan dengan data kualitas air, yang diverifikasi oleh KLH pada tahun
2012. Kecerahan rata-rata air, menurun dari tahun 2010 ke tahun 2012
(Gambar 4.6). Hal ini kemungkinan besar disebabkan sisa pakan ikan yang
tidak termakan oleh ikan, dari kegiatan budi daya perikanan KJA (Keramba
Jaring Apung).

Gambar 4.6. Kecerahan Air Danau Toba Tahun 2010 dan 2012

Germadan Toba 45
4.3.2
4.3.2 Perbandingan
Perbandingan BebanBeban
PencemarPencemar dari Sumber-sumber
dari Sumber-sumber Teridentifikasi
DariTeridentifikasi
sumber-sumber pencemar yang teridentifikasi yakni, limbah domestik,
4.3.2 Perbandingan Beban Pencemar dari Sumber-sumber Teridentifikasi
Dari
limbah sumber-sumber
peternakan, limbahpencemar
pertanian,yang teridentifikasi
kehutanan, sawah,yakni,
padanglimbah domestik,
rumput, hujan
Dari sumber-sumber pencemar yang teridentifikasi yakni, limbah domestik,
limbah
serta peternakan,
perikanan, limbah
diketahui pertanian,
bahwa kehutanan,
kontributor utamasawah, padang
pencemar untukrumput, hujan
parameter T-
sertalimbah peternakan,
perikanan, limbah
diketahui pertanian,
bahwa kehutanan,
kontributor sawah,
utama padang rumput,
pencemar hujan
untuk parameter
P dan T-N adalah budidaya perikanan, diikuti oleh peternakan dan domestik,
serta perikanan, diketahui bahwa kontributor utama pencemar untuk parameter T-
T-P dan T-N adalah budidaya perikanan, diikuti oleh peternakan dan domestik,
sebagaimana terlihat
adalahpada Tabelperikanan,
P dan T-N
sebagaimana terlihat pada Tabel4.9
budidaya 4.9serta
sertaGrafik
diikuti 4.3 dan
Grafikoleh danGrafik
Grafik4.4.
4.3 peternakan dan
4.4.domestik,
sebagaimana terlihat pada Tabel 4.9 serta Grafik 4.3 dan Grafik 4.4.
Tabel
Tabel4.9
4.9Beban
BebanPencemaran dari Sumber-sumber
Pencemaran dari Sumber-sumberTeridentifikasi
Teridentifikasi
Tabel 4.9 Beban Pencemaran dari Sumber-sumber Teridentifikasi
Pollutan TSS Total Solid BOD COD T-N T-P
Sumber Pollutan TSS Total Solid BOD (ton/tahun)
COD T-N T-P
DTA (daratan)
Sumber (ton/tahun)
Domestik
DTA (daratan) 8.440,43 3.525,43 6.169,51 640,99 181,61
Domestik
Pertanian 8.440,43 3.525,43 6.169,51
986,30 640,99
18,57 181,61 6,18
PadangPertanian
rumput 986,30
704,13 18,57
28,17 6,18 6,19
SawahPadang rumput 704,13
154,92 28,17
47,74 6,19
1,89
Sawah 154,92 47,74 1,89
Hutan 198,56 80,79 2,79
Hutan 198,56 80,79 2,79
CurahCurah
hujanhujan -
- -
- 2,05
2,05
Peternakan
Peternakan 27,20
27,20 5,67
5,67 22.647,37
22.647,37 1.885,03
1.885,03 292,72
292,72
Total Total
DTA (daratan) 8.440,43
DTA (daratan) 8.440,43 27,20
27,20 3.531,10
3.531,10 30.860,79
30.860,79 2.701,28
2.701,28 493,43
493,43
DanauDanau
Perikanan
Perikanan -- 3.073,9 1.082,1
3.073,9 1.082,1
Total Total 8.440,43
8.440,43 27,20
27,20 3.531,10
3.531,10 30.860,79
30.860,79 5.775,19
5.775,19 1.575,53
1.575,53
Sumber:
Sumber: Kajian
Kajian DTBPA
DTBPA DanauToba,
Danau Toba, 2012
2012
Sumber: Kajian DTBPA Danau Toba, 2012

Grafik 4.3 Perbandingan beban pencemar T-P dari berbagai sumber


Grafik 4.3 Perbandingan beban pencemar T-P dari berbagai sumber
(ton/tahun)
(ton/tahun)
1200.0 1082.1
1200.0 1082.1
1000.0
1000.0
800.0
600.0
800.0
400.0 292.7
600.0 181.6
400.0
200.0 6.2 6.2 1.9 2.8 2.0 292.7
181.6
0.0
200.0 6.2 6.2 1.9 2.8 2.0
0.0

Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012


Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012

46 Germadan Toba
Sumber : Kajian DTBPA Danau Toba, 2012
Sektor budidaya perikanan menyumbangkan pencemar T-P sebesar 68,7%
sedangkan sektor lainnya hanya 31,3%. Untuk pencemar T-N, kegiatan budidaya
Sektor budidaya perikanan menyumbangkan pencemar T-P sebesar
ini menyumbangkan
68,7% sedangkanpencemar sebesar
sektor lainnya 53,2%.
hanya Kedua
31,3%. Untukjenis pencemar
pencemar T-N, ini sangat
kegiatan
budidaya
berperan ini menyumbangkan
dalam pencemar
peningkatan status sebesar
trofik Danau53,2%. Kedua
Toba. jeniskarena
Oleh pencemaritu
ini sangat berperan dalam peningkatan status trofik Danau Toba. Oleh karena
pengendalian volume budidaya perikanan di Danau Toba sangat penting untuk
itu pengendalian volume budidaya perikanan di Danau Toba sangat penting
dilakukan.
untuk dilakukan.

Grafik 4.4 Perbandingan beban pencemar T-N dari berbagai sumber


(ton/tahun)

3500.0 3073.9
3000.0
2500.0 1885.0
2000.0
1500.0
1000.0 641.0
500.0 18.6 28.2 47.7 80.8 0.0
0.0

Sumber: Kajian DTBPA Danau Toba, 2012


Sumber: Kajian DTBPA Danau Toba, 2012

Berdasarkan perhitungan beban pencemar dari sumber-sumber


terindifikasi,
Berdasarkan diketahui bahwa
perhitungan bebansector budidaya
pencemar dari perikanan menyumbangkan
sumber-sumber terindifikasi,
pencemar T-P sebesar 68,7% sedangkan sector lainnya hanya 31,3%.
diketahui bahwa sector budidaya perikanan menyumbangkan pencemar T-P
Saat ini jumlah beban pencemar phosphor dari sumber yang teridentifikasi
sebesar 68,7% sedangkan sector lainnya hanya 31,3%.
mencapai 1.575,53 ton pertahun, 1.082,1 ton diantaranya berasal dari kegiatan
Saat iniperikanan
budidaya jumlah beban pencemar
sedangkan phosphor
sisanya 493,43dari sumberdari
ton berasal yang teridentifikasi
DTA dan curah
mencapai
hujan.1.575,53 ton pertahun, 1.082,1 ton diantaranya berasal dari kegiatan
budidaya Jumlah
perikanan sedangkan
bahan sisanya
pencemar 493,43
ini sudah jauhton berasaldaya
melebihi dari tampung
DTA dandanau
curah
hujan.yakni 898,209 kgP/tahun, dengan demikian terdapat kelebihan phosphor
sebesar 677,221 kg/tahun.
Jumlah bahan pencemar ini sudah jauh melebihi daya tampung danau
yakni 898,209 kgP/tahun, dengan demikian terdapat kelebihan phosphor sebesar
Germadan Toba 47
677,221 kg/tahun.
Agar sesuai dengan daya tampung danau, maka beban phosphor
budidaya perikanan, beban maksimum adalah 608.087 kgP/tahun. Untuk kondisi
Agar sesuai dengan daya tampung danau, maka beban phosphor
saat ini terdapat kelebihan beban phosphor sebesar 212.295 kgP/tahun (43%) dari
maksimum dari DTA dan curah hujan adalah 281.139 kgP/tahun dan dari
DTA dan curah hujan serta 474.005 kgP/tahun (44%) dari kegiatan budidaya
budidaya perikanan, beban maksimum adalah 608.087 kgP/tahun. Untuk
perikanan.
kondisi saat ini terdapat kelebihan beban phosphor sebesar 212.295 kgP/tahun
(43%) Salah
dari DTA
satudan curah
upaya hujan serta 474.005
pengendalian kelebihankgP/tahun
phosphor(44%)
adalahdari kegiatan
mengurangi
budidaya
dari perikanan.
sumbernya. Beban phosphor dari DTA harus dikurangi sebesar 43% dan dari
Salahperikanan
budidaya satu upaya pengendalian
sebesar 44%. Halkelebihan phosphor
ini berarti produksiadalah mengurangi
ikan dari kegiatan
dari sumbernya.
budidaya Beban phosphor
harus dikurangi, dari DTA
sehingga produksi harus dikurangi
maksimum sebesar
pertahunnya 43%
30.763,89
dan dari budidaya perikanan sebesar 44%. Hal ini berarti produksi ikan dari
ton. Jika diasumsikan proporsi pengurangan produksi ikan dari budidaya
kegiatan budidaya harus dikurangi, sehingga produksi maksimum pertahunnya
masyarakat dan Jika
30.763,89 ton. industri adalah sama,
diasumsikan maka
proporsi masyarakatproduksi
pengurangan harus mengurangi
ikan dari
produksinya hingga maksimum
budidaya masyarakat 13.403,89
dan industri adalahton/tahun sedangkan
sama, maka industri harus
masyarakat harus
mengurangiproduksi
mengurangi produksinya
hinggahingga maksimum ton/tahun.
maksimum17.360 13.403,89 ton/tahun sedangkan
industri harus mengurangi produksi hingga maksimum17.360 ton/tahun.

Grafik 4.5 DTBPA Danau Toba untuk T-P

1600000
1400000
1200000
1000000
kgP/thn

800000
600000
400000
200000
0

4.3.3 Status Mutu Air Danau Toba


4.3.3 Bahan-bahan
Status Mutupencemar yang
Air Danau masuk ke Danau Toba telah menyebabkan
Toba
danau ini tercemar,pencemar
Bahan-bahan dengan kategori cemarkesedang,
yang masuk Danaujika dibandingkan
Toba dengan
telah menyebabkan
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penetapan
danau ini tercemar, dengan kategori cemar sedang, jika dibandingkan dengan
Baku Mutu Air Danau Toba.
Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penetapan
48 Mutu
Baku Germadan
AirToba
Danau Toba.
Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa status mutu air Danau Toba pada tahun
2012, pada
Dari semua titikterlihat
Tabel 4.10 pantaubahwa
adalahstatus
cemar sedang,
mutu sedangkan
air Danau pada tahun
Toba pada periode
2012, pada
2005-2010, duasemua titik pantau
titik pantau yakniadalah
Tengah cemar
Tao sedang,
Silalahisedangkan pada
dan Lintong periode
masih cemar
2005-2010, dua titik pantau yakni Tengah Tao Silalahi dan Lintong masih
ringan. Hal ini menunjukkan peningkatan dan penyebaran bahan polutan semakin
cemar ringan. Hal ini menunjukkan peningkatan dan penyebaran bahan
besar dan merata
polutan semakindi perairan
besar danDanau
merataToba.
di perairan Danau Toba.

Tabel 4.10 Status Mutu Air Danau Toba


Tabel 4.10 Status Mutu Air Danau Toba
Status Mutu
No Titik Sampling
2005-2010 2012
1 TONGGING Cemar Sedang Cemar Sedang
2 HARANGGAOL Cemar Sedang Cemar Sedang
3 SALBE Cemar Sedang Cemar Sedang
4 TIGARAS Cemar Sedang Cemar Sedang
5 PARAPAT Cemar Sedang Cemar Sedang
6 SIMANINDO Cemar Sedang Cemar Sedang
7 AJIBATA Cemar Sedang Cemar Sedang
8 TENGAH SILALAHI Cemar Sedang Cemar Sedang
9 AMBARITA Cemar Sedang Cemar Sedang
10 TOMOK Cemar Sedang Cemar Sedang
11 ONAN RUNGU Cemar Sedang Cemar Sedang
12 TENGAH TAO SILALAHI Cemar Ringan Cemar Sedang
13 SIREGAR AEK NALAS/SIGAOL Cemar Sedang Cemar Sedang
14 PORSEA Cemar Sedang Cemar Sedang
15 BALIGE I Cemar Sedang Cemar Sedang
16 BALIGE II Cemar Sedang Cemar Sedang
17 LINTONG Cemar Ringan Cemar Sedang
18 MUARA Cemar Sedang Cemar Sedang
19 BAKARA Cemar Sedang Cemar Sedang
20 PALIPI/MOGANG Cemar Sedang Cemar Sedang
21 PANGURURAN Cemar Sedang Cemar Sedang
22 SILALAHI Cemar Sedang Cemar Sedang
23 PANAHATAN Cemar Sedang

Sumber
Sumber : Indeks
: Indeks KualitasLingkungan
Kualitas Lingkungan Hidup
Hidup Kawasan
KawasanDanau
DanauToba (2012)
Toba (2012)

Germadan Toba 49
Grafik 4.6 Perbandingan Skor Storet Periode 2005-2010 dan 2012

-26 Panahatan
-20 Lintong
-8
-20 Balige-1
-12

-18 Balige-2
-12
-18 Onan Runggu
-20
-22 Sigaol
-20
-18 Tomok
-18
-18 Tao Nainggolan
-18
-22 Mogang
-26
-18 Ambarita
-12
-18 Muara
-16
-16 Simanindo
-18
-16 Tigaras
-20
-16 Silalahi
-18
-18 Bakara
-20
-18 Pangururan
-18
-16 Porsea
-26
-18 Ajibata
-20
-18 Parapat
-20
-16 Salbe
-12
-20 Haranggaol
-15
-18 Tongging
-12
-20 Tao Silalahi
-10
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0
2012 2005-2010 Skor Storet

Sumber:
Sumber: Indeks
Indeks Kualitas
Kualitas Lingkungan
Lingkungan Hidup
Hidup Kawasan
Kawasan Danau
Danau Toba,2012
Toba, 2012

50 Germadan Toba
Jika ditinjau dari skor Storet, sebagaimana terlihat pada Grafik 4.6, skor
pada tahun 2012 cenderung menurun dibandingkan periode sebelumnya. Artinya
Jika ditinjau dari skor Storet, sebagaimana terlihat pada Grafik 4.6, skor
pada tahun 2012 cenderung menurun dibandingkan periode sebelumnya.
Artinya meskipun status mutu pada titik pantau tersebut sama-sama cemar
sedang, namum bobot tercemarnya lebih tinggi pada tahun 2012.
Perubahan status mutu air ini serta penurunan skor Storetnya, harus
menjadi perhatian para pihak yang berkepentingan. Jika pengendalian
pencemaran tidak dilakukan dengan segera maka status mutu air ini akan terus
bergerak ke arah cemar berat.

4.4 Ancaman Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati (kehati) pada kawasan Danau Toba telah
mengalami ancaman, baik pada habitat daratan maupun habitat perairan.
Terdapat berbagai faktor penyebab terancamnya kehati pada kawasan ini
diantaranya; perusakan habitat karena kebakaran, konversi lahan, aplikasi
pestisida, pembuangan limbah, penyempitan luasan habitat, introduksi spesies
asing, maupun serangan hama dan penyakit serta bencana alam banjir, longsor
atau gempa.
Dengan dalih peningkatan ekonomi, berbagai pihak melakukan intrusi
spesies asing ke perairan Danau Toba tanpa kajian yang memadai. Intrusi
spesies asing telah mengganggu bahkan hampir memunahkan spesies asli.
Pada saat ini terjadi blooming spesies endemik; ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis Bleeker) di Danau Toba, dan pada saat yang sama nelayan
kesulitan menangkap ikan pora-pora (Puntius binotatus) salah satu spesies
endemik danau ini. Bentuk ikan bilih yang mirip dengan ikan pora-pora
membuat banyak pihak mengganggap ikan bilih sama dengan pora-pora,
namun kedua spesies ini sesungguhnya berbeda. Ikan bilih merupakan spesies
endemik Danau Singkarak, sedangkan pora-pora merrupakan spesies endemik
Danau Toba. Intrusi spesies asing telah mengganggu keberadaan spesies
endemik, oleh karena itu sangat diperlukan kebijakan yang ketat dan tepat
dalam pelestarian keanekaragaman hayati Kawasan Danau Toba.

Germadan Toba 51
(a)
(a) (b)(b)
Gambar 4.7 Ikan
Gambar Pora-pora
4.7 Ikan Pora-pora(a)
(a)dan
dan Ikan Bilih(b)
Ikan Bilih (b)

4.5 Kemiskinan
4.5 Kemiskinan
Sebagai danau tektonik vulkanik, maka kawasan Danau Toba pada
Sebagai danau tektonik vulkanik, maka kawasan Danau Toba pada
umumnya didominasi oleh perbukitan dan pegunungan dengan topografi agak
umumnya didominasi oleh perbukitan dan pegunungan dengan topografi agak
curam sampai terjal mencapai 52 % (LTEMP, 2006).
curam sampai terjal mencapai 52 % (LTEMP, 2006).
Pada sebagian wilayah, khususnya yang berdekatan dengan pantai banyak
ditemuiPada
lahansebagian wilayah,Jenis
berbatu-batu. khususnya yang DTA
tanah pada berdekatan dengan pantai
juga didominasi olehbanyak
tanah
ditemui
yang pekalahan berbatu-batu.
sampai Jeniserosi,
sangat peka tanah meliputi
pada DTA 96%juga didominasi
dari luas DTAoleh tanah
(LTEMP,
2006).peka
yang Faktor topografi,
sampai sangat bebatuan
peka erosi,danmeliputi
erosi menjadikan
96% dari luaswilayah
DTAini kurang
(LTEMP,
produktif
2006). sebagai
Faktor lahan bebatuan
topografi, pertanian, danpadahal sumber kehidupan
erosi menjadikan mayoritas
wilayah ini kurang
masyarakat daerah ini adalah pertanian. Hal inilah yang menyebabkan sebagian
produktif sebagai lahan pertanian, padahal sumber kehidupan mayoritas
besar masyarakat kawasan Danau Toba hidup dalam kemiskinan. Kemiskinan
masyarakat daerah ini adalah pertanian. Hal inilah yang menyebabkan sebagian
sering menjadi penghalang pembangunan berwawasan lingkungan, karena
besar masyarakat
masyarakat kawasan Danau
dan pemangku Toba
kebijakan hidup
lebih dalam kemiskinan.
mengedepankan aspekKemiskinan
ekonomi.
sering menjadi penghalang pembangunan berwawasan lingkungan, karena
masyarakat dan pemangku kebijakan lebih mengedepankan aspek ekonomi.

52 Germadan Toba
BAB V
KEBIJAKAN PENGELOLAAN
EKOSISTEM DANAU TOBA
Berbagai kebijakan sudah digariskan oleh pemerintah, baik pemerintah
pusat, provinsi maupun pemerintah kabupaten untuk pengelolaan kawasan
Danau Toba. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain adalah Peraturan
Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1990
tentang Penataan Kawasan Danau Toba, Peraturan Daerah Sumatera Utara
Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Umum Tata Ruang Sumatera Utara,
Lake Toba Ecosystem Management Plan (LTEMP - 2004), Peraturan Gubernur
tentang Zonasi Perikanan, Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penetapan Baku Mutu Air Danau Toba dan Rencana Pembangungan Jangka
Panjang dan Jangka Menengah (RPJP dan RPJM) kabupaten sekawasan
Danau Toba. Namun implementasi kebijakan-kebijakan tersebut hingga saat
ini belum mampu menjaga kelestarian kawasan Danau Toba.

5.1 Kebijakan Pemerintah Pusat


Pemerintah menyadari bahwa Danau Toba telah mengalami degradasi
lingkungan, oleh sebab itu pemerintah menetapkan Kawasan Danau Toba
sebagai kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup (PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang
Wilayah Nasional). Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah menetapkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana
Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan sekitarnya.
Dalam Peraturan Presiden tersebut, disebutkan bahwa tujuan penataan
ruang kawasan Danau Toba adalah mewujudkan kawasan Danau Toba sebagai
air kehidupan (Aek Natio) masyarakat, ekosistem, dan kawasan kampung
masyarakat adat Batak dan pengembangan kawasan pariwisata berskala dunia
yang terintegrasi dengan pengendalian kasawan budi daya sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta adaptif terhadap bencana
alam.

Germadan Toba 53
Lingkup pengaturan Perpres 81/2014 tersebut meliputi: (a) peran dan
fungsi Rencana Tata Ruang serta cakupan Kawasan Danau Toba (KDT),
(b) tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang KDT, (c) rencana struktur
ruang KDT, (d) rencana pola ruang KDT, (e) arahan pemanfaatan ruang KDT,
(f) arahan pengendalian ruang KDT, (g) pengelolaan KDT dan (h) peran
masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang KDT.
Rencana Tata Ruang KDT berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan
pembangunan di KDT untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sosial budaya
dan kesejahteraan masyarakat dengan fungsi sebagai pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan di KDT;
b. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten di KDT;
c. perwujudan keterpaduan, keserasian, dan keseimbangan perkembangan
antar wilayah kabupaten, serta keserasian antar sektor di KDT;
d. penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di KDT
e. pengelolaan KDT; dan
f. perwujudan keterpaduan rencana pengembangan KDT dengan kawasan
sekitarnya
Kebijakan penataan ruang KDT ini meliputi: (a) pemertahanan kestabilan
kuantitas dan pengendalian kualitas air danau, (b) pelestarian ekosistem
penting perairan danau dan sekitarnya, (c) pelestarian kawasan kampung
dan budaya masyarakat adat Batak, (d) pengembangan dan pengendalian
pemanfaatan kawasan pariwisata berkelas (high-end) dan kawasan pariwisata
massal yang berdaya tarik internasional, nasional, dan regional yang adaptif
terhadap bencana alam, (e) pengendalian kawasan budidaya perikanan danau,
(f) pemertahanan kawasan pertanian tanaman pangan untuk ketahanan pangan,
(g) pengendalian kawasan budidaya peternakan, holtikultura, dan perkebunan
berbasis masyarakat dan ramah lingkungan, dan (h) perwujudan kerjasama
pengelolaan dan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup, pemasaran produksi
kawasan budidaya dan peningkatan pelayanan prasarana dan sarana antar
wilayah.
Secara umum Perpres RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya, sangat
baik mengedepankan kelestarian lingkungan dalam pengembangan aktifitas

54 Germadan Toba
ekonomi dan sosial budaya di Kawasan Danau Toba. Hanya saja karena
Perpres ini lahir setelah RTRW provinsi dan kabupaten di Kawasan Danau
Toba selesai disusun, maka adaptasi pola ruang dan struktur ruang pada
Perpres ini kedalam RTRW provinsi dan kabupaten menjadi tidak dapat
dilakukan dengan segera.
Namun demikian untuk mempercepat implementasi RTR Kawasan Danau
Toba dan sekitarnya, hendaknya para pemerintah daerah segera mengadopsi
program-program perwujudan struktur dan pola ruang yang digariskan dalam
Perpres ini kedalam program-program pembangunan di Kawasan Danau Toba.
Kebijakan Pemerintah Pusat lainnya adalah dokumen Grand Design
Penyelamatan Ekosistem Danau yang menggariskan bahwa terdapat 8
(delapan) program terkait upaya Penyelamatan Ekosistem Danau di Indonesia,
termasuk Danau Toba, yakni:
1. Penetapan Tata Ruang Kawasan Danau;
2. Penyelamatan Ekosistem DAS dan DTA;
3. Penyelamatan Ekosistem Lahan Sempadan;
4. Penyelamatan Ekosistem Perairan Danau;
5. Pemanfaatan Sumberdaya Air Danau;
6. Pengembangan Sistem Monitoring, Evaluasi dan Informasi Ekosistem
Danau;
7. Pengembangan Kapasitas, Kelembagaan dan Koordinasi; dan
8. Peningkatan Peran dan Partisipasi Masyarakat.
Program – program tersebut adalah arah kebijakan program secara
umum yang dapat dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga, baik di tingkat
pusat dan daerah, dunia usaha serta masyarakat dalam mewujudkan upaya
penyelamatan danau. Namun, dalam pelaksanaannya kebijakan ini sangat sulit
untuk diterapkan, karena belum didukung oleh payung hukum yang mengikat
seluruh Kementerian/Lembaga baik di tingkat pusat maupun daerah dalam
mewujudkannya. Untuk itu, keberadaan peraturan perundangan tentang danau
yang memperkuat pelaksanaan kebijakan ini menjadi satu prioritas utama
yang harus segera diterbitkan agar operasionalisasi pelaksanaan kebijakan
yang dituangkan dalam Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau dapat
mengenai sasaran.

Germadan Toba 55
5.2 Kebijakan Pemerintah Provinsi
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah melakukan berbagai upaya
pengelolaan kawasan Danau Toba, baik melalui kegiatan praktis maupun
melalui penyusunan peraturan dan atau pedoman pengelolaan, diantaranya
Peraturan Daerah tentang Penataan Kawasan, rencana pengelolaan ekosistem
kawasan, zonasi budidaya perikanan serta penetapan baku mutu air Danau
Toba.

1.2.1 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara


Nomor 1 Tahun 1990 tentang Penataan Kawasan Danau Toba
Peraturan Daerah (Perda) Tk. I Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1990
mengatur tentang Penataan Kawasan Danau Toba. Sebagaimana disebutkan
dalam pasal 2 Perda ini, maka tujuan penataan Kawasan Danau Toba adalah
untuk memelihara, mengendalikan dan meningkatkan mutu lingkungan hidup
serta mengoptimasikan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan
berkesinambungan.
Adapun sasaran penataannya adalah untuk (1) meningkatkan fungsi
lindung terhadap tanah, air, udara, flora dan fauna, (2) meningkatkan fungsi
budidaya kepariwisataan, perindustrian, pertanian tanaman pangan, perikanan,
peternakan, perkebunan, kehutanan, perhubungan, pertambangan, pemukiman
pedesaan dan pemukiman perkotaan serta (3) untuk meningkatkan disiplin
penghuni.
Dalam rangka melestarikan lingkungan, maka melalui Perda ini, setiap
penduduk dan pemilik tanah di Kawasan Danau Toba diwajibkan melestarikan
perairan dan pantai Danau Toba serta daerah hulu dan aliran sungai sekitarnya.
Untuk mencapai hal ini maka setiap penduduk dilarang untuk
melakukan perladangan berpindah, merambah dan membakar hutan,
melepaskan ternak ke Danau Toba, membuang limbah padat, cair dan gas
ke Danau Toba, menambang bahan galian golongan C (kecuali dengan
ijin Gubernur), menangkap ikan dengan alat peledak, listrik dan zat kimia
lainnya, memanfaatkan dan menguasai tanah timbul, mengganggu lokasi
tempat pembiakan ikan, mencuci kendaraan bermotor di sungai dan Danau
Toba (kecuali pada lokasi yang ditentukan), membiarkan ternak berkeliaran,

56 Germadan Toba
membiarkan eceng gondok, gulma dan endapan lumpur, serta menelantarkan
tanah milik.
Untuk menunjang pemeliharaan lingkungan dalam bidang transportasi
danau, Perda ini mengharuskan semua kapal/perahu motor yang beroperasi di
Danau Toba harus dilengkapi dengan tangki WC dan tempat sampah. Setiap
pemilik, pengusaha kapal/perahu motor diwajibkan membuang sampah,
limbah dari WC dan oli bekas/minyak ke tempat pembuangan di dermaga.
Dalam hal penataan bangunan, melalui Perda ini Pemerintah melarang
mendirikan bangunan di sepanjang pantai Danau Toba yang jaraknya 50 m
dari tepi pantai danau ke arah darat dan antara tepi danau dengan jalan umum
tepi danau. Dilarang mendirikan bangunan usaha industri yang menimbulkan
pencemaran yang melebihi ambang batas baku mutu lingkungan, dan dilarang
mendirikan bangunan di atas perairan danau kecuali atas izin Gubernur. Setiap
bangunan yang didirikan di permukiman perkotaan pada wilayah Kawasan
Danau Toba diharuskan mempunyai tempat penampungan sampah, air limbah,
WC dengan septic tank dan peresapan.
Dari pengaturan-pengaturan tersebut di atas, terdapat beberapa hal
mendasar yang belum menjadi rumusan yakni:
a. Perlindungan dan/atau penataan lingkungan perairan dan daratan.
Dalam ketentuan umum disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Kawasan Danau Toba adalah Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba
dan perairan Danau Toba. Dengan kata lain penataan Kawasan Danau
Toba mencakup penataan perairan dan daratan yang menjadi DTA Danau
Toba. Jika diperhatikan isi keseluruhan Perda ini, maka penataannya
hanya meliputi daratan yang menjadi DTA saja. Padahal salah satu
sumber tekanan terhadap kawasan ini adalah pemanfaatan perairan danau
sebagai daerah budidaya perikanan. Oleh karena itu kebijakan penataan
selanjutnya harus dilakukan secara terintegrasi antara perairan dan
daratan.
b. Tanggungjawab pengelolaan/pengolahan limbah cair.
Pada Perda ini disebutkan bahwa setiap penduduk dan pemilik tanah
dilarang membuang limbah padat, cair dan gas ke Danau Toba, oleh

Germadan Toba 57
karena itu setiap rumah penduduk dan fasilitas umum di pemukiman
perkotaan diharuskan memiliki tempat penampungan sampah, air limbah,
WC dengan septic tank dan peresapan. Dari ketentuan ini terlihat bahwa
pengelolaan/pengolahan limbah cair hanya menjadi tanggungjawab
penduduk.
Pada kota-kota maju, pengolahan limbah domestik umumnya dilakukan
secara terpusat oleh pemerintah. Oleh sebab itu, pemerintah perlu dan
patut mengambil tanggungjawab ini melalui penyediaan sarana dan
prasarana pengolahan limbah.
c. Perlindungan Keanekaragaman Hayati
Salah satu sasaran penataan Kawasan Danau Toba yang digariskan
dalam Perda ini adalah meningkatkan fungsi lindung terhadap flora dan
fauna. Namun tidak disertai pengaturan lebih lanjut tentang bagaimana
mencapai sasaran ini. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
kawasan ini adalah ancaman terhadap keanekaragaman hayati baik di
darat maupun di perairan. Introduksi spesies asing ke dalam danau dapat
mengancam keberadaan spesies asli, dan saat ini banyak ditemui spesies
eksotik pada perairan Danau Toba seperti ikan Bilih (Puntius binotatus),
Udang, ikan Bujuk (Channa luctus) dan pada saat yang sama populasi
ikan endemik semakin langka seperti ikan mujair dan ihan batak. Oleh
karena itu perlu kebijakan yang lebih jelas dan ketat tentang perlindungan
keanekaragaman hayati ini.

5.2.2 Lake Toba Ecosystem Management Plan (LTEMP)


Seluruh pemangku amanah Ekosistem Kawasan Danau Toba, yakni
para pimpinan eksekutif dan legislatif pada Ekosistem Kawasan Danau Toba
serta Provinsi Sumatera Utara dan Otorita Asahan, pada tahun 2004 telah
sepakat untuk melakukan pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba untuk
mencapai tujuh sasaran manfaat yakni:
1. Air di Ekosistem Kawasan Danau Toba layak dipergunakan sebagai air
minum;
2. Danau Toba memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
berinteraksi dengan Ekosistem Kawasan Danau Toba (rekreasi, dapat

58 Germadan Toba
direnangi dengan aman);
3. Lahan di Daerah Tangkapan Air Danau Toba mempunyai fungsi ekosistem
yang optimal;
4. Ikan dan hasil pertanian dari Ekosistem Kawasan Danau Toba layak
dikonsumsi dan atau tidak terkontaminasi;
5. Air Danau Toba dapat dipergunakan sebagai sumber tenaga listrik;
6. Ekosistem flora dan fauna dalam keadaan sehat dan terpelihara
keanekaragaman hayatinya;
7. Udara di Ekosistem Kawasan Danau Toba dapat mendukung kehidupan
ekosistem yang sehat.
Sasaran pengelolaan (manfaat) tersebut dapat dicapai melalui 6 (enam)
dasar pencapaian yaitu:
1. Keberadaan data dan informasi yang cukup untuk dipergunakan dalam
proses perencanaan, perumusan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan
kebijakan di Ekosistem Kawasan Danau Toba;
2. Perumusan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kebijakan di
Ekosistem Kawasan Danau Toba didasarkan atas prinsip pengelolaan
ekosistem yang telah disepakati bersama;
3. Masyarakat dan pranata masyarakat mampu mengambil peran proaktif
dalam pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba;
4. Sedimen, udara, daratan dan perairan di Ekosistem Kawasan Danau Toba
tidak menjadi sumber/jalur stresor terhadap keutuhan ekosistem;
5. Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba
(BKPEKDT) yang berdaya guna;
6. Keberadan spesies eksotik di Ekosistem Kawasan Danau Toba dapat
terpantau dengan baik dan terkendali.
Untuk mencapai sasaran manfaat tersebut para pemangku amanah juga
sepakat untuk menjadikan Lake Toba Ecosystem Management Plan (LTEMP)
sebagai Pedoman Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba yang akan
digunakan sebagai salah satu acuan bagi penyusunan program pembangunan
di daerah masing-masing.

Germadan Toba 59
Dokumen pengelolaan ini telah memuat berbagai rekomendasi strategis
untuk mencapai sasaran manfaat dimaksud, bahkan rekomendasi strategis
tersebut telah diuraikan lebih rinci dalam rekomendasi program untuk
memudahkan para pemangku amanah mengimplementasikannya pada
kebijakan, rencana dan program pembangunan pada daerah masing-masing.
Rekomendasi strategis dan rekomendasi program tersebut sangat baik dan
sangat tepat diimplementasikan untuk memulihkan dan melindungi integritas
Ekosistem Kawasan Danau Toba, namun tidak mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat seluruh pemangku amanah, sehingga sinergitas pengelolaan
kawasan sulit dicapai.
Selain hal tersebut, kelemahan lain dokumen perencanaan ini adalah
tidak dijelaskannya tahapan-tahapan pencapaian idaman, tenggang waktu
pencapaian, siapa melakukan apa serta sumber pembiayaan.
Oleh sebab itu para pemangku amanah perlu menggariskan kebijakan
berkekuatan hukum, mengatur lebih lanjut hal-hal tersebut diatas yang
diterjemahkan dalam kebijakan masing-masing daerah.

5.2.3 Zonasi Perikanan di Danau Toba


Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005
telah menyusun Zonasi Budidaya Ikan pada KJA di Perairan Danau Toba.
Penentuan zonasi budidaya ikan pada KJA (keramba jaring apung) tersebut
didasarkan pada faktor-faktor berikut:
1. Ekosistem akuatik yang seimbang. Luas perairan yang diusahakan untuk
budidaya KJA maksimal 1% dari luas total perairan;
2. Faktor pembatas pemanfaatan, yaitu peruntukan badan air dan tepi pantai
danau untuk kegiatan pariwisata, dermaga dan jalur lalu lintas transportasi
air, dan kondisi alam, sehingga pemanfaatan lebih kecil dari 1%;
3. Ketersediaan lahan. Berdasarkan perhitungan luas perairan yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya ikan adalah seluas 743 ha;
4. Tata letak KJA, kondisi dasar perairan yang berbatu sangat mendukung
penempatan KJA;

60 Germadan Toba
5. Kepadatan Unit/Kantong KJA per hektar sebesar 14 unit kantong (ukuran
3x3x3 m) untuk 1 ha dengan kepadatan tebar ikan 75 kg/m3;
6. Penempatan posisi atau letak KJA mempertimbangkan aspek lalu lintas
pelayaran, jarak antara KJA dan peruntukan kegiatan wisata.
Salah satu faktor penentu zonasi KJA yang disebutkan dalam pedoman
tersebut adalah keseimbangan ekosistem akuatik. Untuk mencapai
keseimbangan ini maka ditentukanlah luas zonasi KJA maksimal 1% dari luasan
perairan. Namun faktor luasan bukanlah faktor mendasar dalam penentuan
zonasi melainkan faktor daya tampung beban pencemaran perairan danau.
Diantara enam faktor tersebut tidak ada satupun yang mempertimbangkan
daya tampung beban pencemaran air danau sebagai penentu zonasi KJA.
Mengingat danau ini adalah danau oligotrofik dan sudah mengalami
eutrofikasi maka faktor daya tampung beban pencemaran airnya harus
dijadikan dasar penentuan kebijakan pemanfaatan perairan dan DTA danau.

5.2.4 Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penetapan Baku Mutu Air Danau Toba
Melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Sumatera Utara Nomor 1 Tahun
2009 Pemerintah Sumatera Utara menetapkan Baku Mutu Air Danau Toba
sebagai kelas I sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
dengan mutu air yang memenuhi persyaratan untuk air baku air minum.
Melalui penetapan baku mutu ini dapat ditentukan status mutu air
Danau Toba apakah masih memenuhi baku mutu atau sudah tercemar. Jika
status mutu air sudah tercemar maka Pemerintah Provinsi melakukan upaya
penanggulangan pencemaran dan pemulihan kualitas air.
Satu-satunya instrumen pengendalian pencemaran yang diatur dalam
Peraturan Gubernur ini adalah melalui perijinan yang harus dipenuhi oleh
para penanggungjawab usaha dan atau kegiatan serta kewajiban yang melekat
pada perijinan tersebut. Dengan kata lain, pengendalian pencemaran hanya
diarahkan untuk sumber-sumber pencemar yang point source.
Hingga saat ini diketahui bahwa salah satu sumber pencemar dominan
perairan danau adalah limbah domestik, selain budidaya perikanan. Pemekaran

Germadan Toba 61
wilayah pemerintahan, pertambahan penduduk dan perkembangan daerah
perkotaan akan menambah beban pencemaran limbah domestik. Oleh karena
itu kebijakan pengaturan pengendalian dan pengolahan pencemar non point
source ini harus diprioritaskan dan menjadi tanggungjawab pemerintah,
khususnya pada daerah-daerah perkotaan di kawasan Danau Toba.
Pada sisi lain, pengendalian dan pengolahan bahan pencemar dari kegiatan
budidaya perikanan pada keramba jaring apung sulit dilakukan karena bahan
pencemar tersebut langsung bersentuhan dengan badan air Danau Toba. Oleh
karena itu pengaturannya harus dilakukan tersendiri melalui pendekatan
daya tampung beban pencemaran air. Pengaturan ini harus dicantumkan pada
kebijakan yang akan datang.
Dalam Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2009, terdapat lima pengaturan
lanjutan yang harus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,
untuk menunjang keefektifan implementasinya. Kelima hal tersebut adalah
(1) pengaturan tentang pemantauan kualitas air, (2) penetapan daya tampung
beban pencemaran air danau, (3) penetapan persyaratan aplikasi limbah untuk
tanah, (4) persyaratan pembuangan limbah ke air atau sumber air dan (5)
persyaratan baku mutu limbah. Pengaturan ini perlu segera dilakukan agar
penurunan kualitas air Danau Toba dapat dicegah.

5.3 Kebijakan Pemerintah Kabupaten


Kebijakan pembangunan daerah oleh pemerintah daerah tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJP disusun untuk
jangka waktu dua puluh tahun, sedangkan RPJM disusun untuk jangka waktu
lima tahun.
Dengan demikian untuk mengetahui apakah pemerintah sudah
mempertimbangkan faktor lingkungan sama penting dengan faktor ekonomi
dan sosial dalam pembangunan antara lain dapat dilihat dari RPJM yang
disusun oleh pemerintah daerah tersebut.

5.3.1 Kabupaten Samosir


Dalam rangka mewujudkan visi Kabupaten Samosir, “Samosir Menjadi
Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015”, maka Pemerintah

62 Germadan Toba
Samosir menetapkan 14 (empat belas) prioritas pembangunan yang akan
diimplementasikan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap
tahunnya yaitu: reformasi birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan,
pariwisata dan budaya, ketahanan pangan, penanggulangan kemiskinan,
pengembangan infrastruktur, pelestarian lingkungan, pembangunan
perdesaan, pemberdayaan masyarakat, penanggulangan bencana, penanaman
modal, pengembangan ekonomi kreatif dan pembinaan pemuda dan olah raga.
Pada gambaran umum dan kondisi kabupaten disebutkan bahwa pada
tahun 2008 tempat pembuangan air limbah/tinja di Kabupaten Samosir yang
memakai septick tank sebesar 35,34%, ke kolam/sawah sebesar 0,63%, ke
sungai/danau sebesar 57,55% dan lainnya sebesar 6,48%. Secara umum air
limbah yang paling dominan adalah limbah rumah tangga, rumah sakit, hotel,
restauran, perbengkelan, door smeer, industri rumah tangga dan pasar.
Sedangkan isu-isu strategis yang berkembang dan permasalahan yang
akan diatasi dalam kurun waktu 5 tahun ke depan dalam bidang lingkungan
adalah pengelolaan persampahan untuk meningkatkan citra daerah pariwisata.
Sebagaimana diketahui bahwa kualitas air Danau Toba cenderung semakin
menurun dan disinyalir salah satu sumber dominan pencemar adalah limbah
domestik. Dari gambaran umum diketahui bahwa lebih dari 50% penduduk
Kabupaten Samosir membuang limbahnya secara langsung ke sungai/danau.
Keadaan ini akan semakin menurunkan kualitas air.
Penanganan penurunan kualitas air ini belum mendapat perhatian
serius dari Pemerintah Samosir, sedangkan untuk kepentingan pariwisata
pengendalian kualitas air ini sangat penting mengingat mayoritas penduduk
kabupaten ini menggunakan air Danau Toba sebagai sumber air baku air
minum/air minum.
Dari RPJMD Kabupaten Samosir 2011-2015, diketahui, hanya ada
satu hal yang menyinggung masalah lingkungan yaitu sistem pengelolaan
persampahan, itu pun terletak pada sektor perekonomian bukan pada sektor
pengelolaan lingkungan hidup.
Beberapa program Pemerintah Samosir yang berpeluang menimbulkan
dampak lingkungan yaitu program peningkatan produksi pertanian dan
perkebunan, program peningkatan penerapan teknologi pertanian tepat
Germadan Toba 63
guna, program peningkatan produksi hasil peternakan, program peningkatan
ketahanan pangan dan program peningkatan produksi perikanan.
Program-program yang memperjuangkan kelestarian lingkungan
diantaranya, program pengembangan pertanian organik, program perlindungan
dan konservasi sumber daya hutan, program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
(RTH), program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
dan program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan
sumber daya air lainnya.
Program-program tersebut dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya
dapat mengatasi permasalahan lingkungan yang dihadapi kabupaten ini.
Program-program prioritas pada masing-masing sektor masih berpihak pada
peningkatan perekonomian.

5.3.2 Kabupaten Toba Samosir
Visi dan misi Kabupaten Toba Samosir : “Terwujudnya Kabupaten Toba
Samosir yang memiliki rasa kasih, peduli dan bermartabat”
Peduli maksudnya peduli terhadap segenap lapisan masyarakat miskin,
karena kita menyadari sebagian masyarakat masih tergolong miskin dan juga
peduli terhadap lingkungan hidup.
Kabupaten Toba Samosir telah memasukkan pengarusutamaan
pengelolaan lingkungan hidup pada misi ke-6 Kabupaten Toba Samosir yaitu :
Mengoptimalkan serta memanfaatkan sumber daya alam. Dari misi ini tujuan
arah pembangunan yaitu :
1. meningkatkan jangkauan layanan fungsi dan peranan sarana prasarana
kebersihan, kesehatan, dan kenyamanan lingkungan hidup, dan sasaran
arah pembangunan yaitu :
a. Tersedianya tatanan regulasi tentang pengelolaan air limbah, dan
persampahan;
b. Tersusunnya tatanan perencanaan pengelolaan air limbah, dan
persampahan;
c. Terwujudnya pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
domestik;

64 Germadan Toba
d. Terwujudnya peningkatan fungsi dan peran sarana dan prasarana
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah;
e. Terwujudnya peningkatan PAD dari sektor pengelolaan air limbah
dan persampahan; dan
f. Terwujudnya peningkatan keberadaan, fungsi dan peranan drainase
di pusat-pusat pasar di seluruh kecamatan.
2. Meningkatkan potensi sumber daya alam hayati;
3. Meningkatkan kenyamanan dan keasrian lingkungan hidup;
4. Meningkatkan penataan pembangunan lingkungan hidup yang ramah
lingkungan (sustainable development);
5. Meningkatkan penggalian potensi sumber daya alam non hayati (abiotik);
6. Meningkatkan penataan pembangunan energi dan sumber daya mineral
yang ramah lingkungan (sustainable development);
7. Mewujudkan kepastian hukum terhadap kawasan hutan;
8. Meningkatkan fungsi lindung dan tata air dari kawasan hutan dan lahan;
9. Meningkatkan pengamanan kawasan hutan dan hasil hutan;
10. Meningkatkan fungsi dan peran kawasan hutan dan hasil hutan; dan
11. Mewujudkan kepastian hukum terhadap penataan ruang daerah
Isu strategis di bidang lingkungan hidup pada RPJMD Kabupaten Toba
Samosir :
1. Pencemaran dan kerusakan ekosistem Danau Toba;
2. Permasalahan lingkungan sektor industri dan pertambangan;
3. Konservasi potensi sumber daya hutan; dan
4. Konversi lahan pertanian menjadi lahan perumahan/permukiman dan
industri.
Analisis pengaruh kebijakan, rencana dan program yang berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan atau meningkatkan potensi permasalahan
lingkungan yaitu :
1. Program perencanaan pengembangan kota-kota menengah dan besar.
Program ini berpotensi mengkonversi lahan dari kawasan lindung menjadi
kawasan pusat perekonomian, menciptakan kawasan permukiman yang baru
yang pada gilirannya akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair;

Germadan Toba 65
2. Program pengembangan wilayah transmigrasi.
Program ini berpotensi mengkonversi lahan dari kawasan lindung menjadi
kawasan permukiman, kawasan pertanian dan perkebunan;
3. Program Pengembangan budidaya perikanan.
Program ini berpotensi menurunkan kualitas air Danau Toba;
4. Program pengembangan perumahan.
Program ini berpotensi untuk menghasilkan limbah padat dan limbah cair
dari kegiatan domestik;
5. Program peningkatan produksi dan populasi ternak.
Program ini berpotensi menghasilkan limbah padat, meningkatkan emisi
gas CH4 (metan) sebagai penyumbang gas rumah kaca;
6. Program destinasi daerah pariwisata.
Program ini berpotensi pada kegiatan alih fungsi lahan pada sempadan
danau.
7. Program pengembangan industri kecil dan menengah;
Program ini berpotensi menghasilkan limbah cair, dan limbah padat dari
kegiatan industri.
Analisis kebijakan, rencana dan program yang berpeluang melestarikan
lingkungan adalah :
1. Program pembangunan saluran drainase, gorong-gorong;
2. Program Turap/Talud/Bronjong;
3. Program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan
sumber daya air lainnya;
4. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah;
5. Program pengendalian banjir;
6. Program lingkungan sehat perumahan;
7. Program pengelolaan kinerja persampahan;
8. Progran pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; dan
9. Program perlindungan dan konservasi sumber daya air.

5.3.3 Kabupaten Humbang Hasundutan


Salah satu isu strategis dalam pembangungan Kabupaten Humbang
Hasundutan adalah masalah pelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup sebagaimana tertuang dalam RPJMD 2011-2015.

66 Germadan Toba
Dalam isu strategis disebutkan bahwa pengelolaan sumber daya alam
masih belum berkelanjutan dan relatif mengabaikan kelestarian fungsi
lingkungan sehingga menurunkan daya dukung lingkungan. Apabila hal
ini tidak diantisipasi maka krisis pangan, krisis air dan krisis energi akan
mengancam.
Pada sisi lain bertambahnya kebutuhan lahan pertanian menjadi ancaman
bagi keberadaan hutan. Memburuknya kondisi hutan akibat deforestasi juga
akan mengganggu keseimbangan hidrologi.
Dalam RPJMD tersebut, kesadaran lingkungan yang baik
diimplementasikan dengan mendukung kebijakan nasional untuk melakukan
penanaman pohon di lereng-lereng kawasan Danau Toba, meningkatkan
kesehatan lingkungan Danau Toba melalui pencegahan kontaminasi
nosokomial, infeksi dari limbah sarana kesehatan dan limbah rumah tangga.
Mengingat bahwa hanya satu kecamatan dari Kabupaten Humbang
Hasundutan yang berbatasan langsung dengan Danau Toba dan pada
kecamatan ini hanya terdapat satu buah puskesmas, maka pencegahan
kontaminasi (infeksi) nosokomial dan infeksi dari limbah kesehatan sebagai
cara meningkatkan kesehatan lingkungan Danau Toba bukanlah prioritas,
meskipun upaya tersebut perlu dilakukan.
Hal terpenting dilakukan adalah pengolahan limbah rumah tangga,
penyelenggaraan pertanian dan perikanan ramah lingkungan serta perlindungan
dan konservasi hutan serta membudayakan pertanian organik.

RTRW Kabupaten Humbang Hasundutan


Salah satu isu strategis dari RTRW Kabupaten Humbang Hasundutan
adalah terjadinya deforestasi yang mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan dan kesuburan tanah. Pada tujuan penataan ruang telah
dimasukkan unsur pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
yaitu : terwujudnya masyarakat Humbang Hasundutan yang sejahtera melalui
pemanfaatan ruang yang berbasis agro, budaya, serta pengelolaan sumber
daya alam yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, yang didukung
dengan infrastruktur yang memadai dan sumber daya manusia yang handal.

Germadan Toba 67
Dari kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten salah satu kebijakannya
ialah pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan ekosistem melalui :
• Identifikasi dan inventarisasi keberadaan lingkungan hidup dan ekosistem
kawasan;
• Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan hidup; dan
• Rehabilitasi dan revitalisasi ekosistem dan lingkungan hidup pengelolaan
persampahan dan pengelolaan limbah di Kota Dolok Sanggul serta
rencana sistem penyediaan air minum yang difokuskan ke Kota Dolok
Sanggul.
Arahan pemanfaatan ruang pada RTRW Kabupaten Humbang Hasundutan
yaitu perwujudan pusat-pusat kegiatan lokal yang menjadi perhatian utama
yaitu Kota Dolok Sanggul sebagai pusat kegiatan lokal sebagai prioritas
utama, kemudian yang mendapat perhatian utama adalah perwujudan sistem
sarana jaringan transportasi.

5.3.4 Kabupaten Simalungun


“Terwujudnya masyarakat dan daerah Kabupaten Simalungun yang
makmur perekonomian, adil, nyaman, taqwa, aman, dan berbudaya
(mantab)”. Visi ini akan dicapai melalui lima misi yaitu, peningkatan dan
percepatan pembangunan infrastruktur, percepatan pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas, pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi
secara berkelanjutan, peningkatan ketertiban dan keamanan dan menciptakan
pemerintahan yang bersih dan profesional.
Dari visi dan misi di atas terlihat bahwa Pemerintah Kabupaten
Simalungun belum mengintegrasikan aspek lingkungan terhadap aspek
ekonomi dan sosial, meskipun permasalahan lingkungan merupakan salah
satu tantangan yang sudah diprediksi akan terjadi.
Dalam RPJPD Kabupaten Simalungun tahun 2005-2025 kondisi
lingkungan hidup Kabupaten Simalungun digambarkan sebagai berikut :
1) Semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka akan terjadi konversi
lahan-lahan pertanian ke dalam bentuk areal pemukiman, kerusakan
hutan akan semakin parah akibat perilaku yang tidak bertanggung jawab

68 Germadan Toba
dari pihak-pihak tertentu yang melakukan eksploitasi hutan secara besar-
besaran;
2) Perambahan hutan akan semakin tinggi intensitasnya karena didukung
oleh krisis energi dan tingginya harga jual minyak mentah di pasar,
sehingga kondisi ini memaksa masyarakat untuk mendapatkan energi
alternatif dari kayu hutan yang berada di sekitar lokasi pemukiman;
3) Penambangan bahan galian golongan C yang jumlahnya semakin
meningkat dari tahun ke tahun, akan mengakibatkan habitat sungai
menjadi rusak;
4) Krisis air bersih diperkirakan akan menjadi ancaman serius tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan air domestik tetapi juga untuk keperluan
industri dan pertanian. Hal ini disebabkan karena daerah resapan air dan
daerah tangkapan air semakin berkurang atau beralih fungsi;
5) Polusi udara akan semakin tinggi akibat komsumsi bahan bakar yang
semakin banyak; dan
6) Polusi air akan semakin tinggi akibat pembuangan limbah ke sungai tanpa
melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
Dari enam kondisi lingkungan yang digambarkan, tidak ada yang
menyangkut kualitas air Danau Toba. Padahal kabupaten ini sangat
berkepentingan terhadap pemeliharaan dan peningkatan kualitas air Danau
Toba untuk menunjang kegiatan wisata di Parapat, Tigaras, Haranggaol dan
daerah-daerah lainnya.
Selain potensi wisata, wilayah kabupaten ini juga menjadi salah satu
sumber pencemaran air danau, baik dari pemukiman di sekitar danau, lahan
pertanian, budidaya perikanan maupun peternakan babi.
Oleh karena itu, perlindungan lingkungan hidup harus menjadi salah satu
kegiatan pembangunan yang mendesak untuk dilaksanakan.
Isu strategis bidang lingkungan hidup yang diangkat oleh kabupaten ini
adalah pengelolaan persampahan secara mandiri, pengembangan bio energy,
pelaksanaan 3R (Recycle, Reuce, Reduce), pengelolaan ruang terbuka hijau,
penurunan kualitas dan kuantitas air tanah, penambangan liar bahan galian
golongan C tetapi tidak menyinggung masalah penurunan kualitas air danau.
Dari berbagai program pembangungan yang disusun oleh pemerintah,

Germadan Toba 69
terdapat beberapa program yang dapat menimbulkan dampak lingkugan
atau berpotensi meningkatkan permasalahan lingkungan, yaitu; program
pengembangan industri kecil dan menengah, program pengembangan budidaya
perikanan, program peningkatan produksi peternakan, program pemanfaatan
hasil hutan dan program peningkatan destinasi daerah pariwisata. Pelaksanaan
program ini perlu diawasi untuk meminimalisasi dampak lingkungan hidup.
Selain hal tersebut, Pemerintah Simalungun juga memiliki berbagai
program yang memperjuangkan kepentingan lingkungan, diantaranya; program
pengembangan kinerja pengelolaan persampahan, program pengembangan
teknologi pengelolaan persampahan, program pembangunan, pengelolaan dan
konservasi sungai, danau dan sumber daya air lainnya, program pengendalian
banjir, program pengembangan sarana air bersih, program perlindungan
dan konservasi sumber daya alam, program pengendalian pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup, program rehabilitasi dan pemulihan cadangan
SDA, program peningkatan akses informasi SDA dan lingkungan hidup,
program peningkatan pengendalian polusi, program pengendalian kebakaran
hutan, serta program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Selain program-program tersebut, pemerintah juga perlu melakukan
pengendalian pencemaran perairan, baik sungai maupun danau, pengendalian
pencemaran dari sumber peternakan dan perikanan, rehabilitasi lahan kritis,
mengendalikan kebakaran hutan dan lahan dan melindungai sempadan sungai
dan danau serta menghindari reklamasi pantai.

5.3.5 Kabupaten Karo


Untuk mewujudkan tujuan pembangunan, maka melalui Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karo Tahun 2010-2030, ditetapkan Tujuan
Penataan Ruang, yaitu:“Terwujudnya Kabupaten Karo sebagai kawasan
pertanian dan pariwisata berbasis agribisnis yang aman, nyaman, produktif,
berdaya saing dan berkelanjutan.”
Isu strategis Kabupaten Karo yaitu :
 Kabupaten Karo merupakan wilayah yang berbasiskan pertanian dan
sudah ditetapkan sebagai pusat Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi
Bukit Barisan. Dengan demikian saat ini pengembangan pertanian dengan

70 Germadan Toba
konsep agropolitan serta pariwisata berbasis pertanian (agrowisata)
sedang dikembangkan di Kabupaten Karo;
 Kabupaten Karo merupakan catchment area bagi kawasan perkotaan
Mebidang dengan penekanan fungsi pada kawasan hutan lindung dan
suaka alam. Dengan demikian keberadaan hutan harus diperhatikan
dengan pengelolaan kawasan hutan dengan konsep social-forestry
(melibatkan masyarakat) serta pemanfaatan kawasan hutan lindung dan
suaka alam sebagai objek wisata, dengan tetap mempertahankan fungsi
lindungnya.
 Penetapan kawasan hutan yang sampai saat ini belum terselesaikan dan
belum terintegrasi dengan Provinsi menyebabkan kendala dalam beberapa
aspek, khususnya pengembangan pariwisata.
 Sebagai wilayah yang berada di dataran tinggi dengan kemiringan
yang cukup curam, menyebabkan wilayah ini merupakan kawasan
bencana geologi (daerah waspada dan daerah bahaya), dengan demikian
pencegahan dan penanggulangan bencana merupakan hal yang sangat
penting di kabupaten ini.
Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang pada RTRW Kabupaten Karo :
1. Peningkatan pusat-pusat pelayanan wilayah dan pusat-pusat kegiatan
ekonomi secara merata sesuai dengan daya dukung dan potensinya;
2. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan transportasi ke seluruh
wilayah dan wilayah di sekitar Kabupaten Karo; dan
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi,
sumber daya energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di
seluruh wilayah kabupaten.
Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang Kabupaten Karo,
meliputi:
1. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;
2. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya.
Kebijakan pola ruang telah mempertimbangkan kualitas lingkungan
hidup, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kawasan Danau Toba pada
RTRW Kabupaten Karo diarahkan sebagai kawasan dengan fungsi daya
dukung lingkungan hidup.

Germadan Toba 71
5.3.6 Kabupaten Tapanuli Utara
Mewujudkan kemakmuran masyarakat berbasis pertanian adalah tujuan
yang hendak dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, sebagaimana
tertuang dalam RPJMD tahun 2010-2014.
Dalam rangka perwujudan visi ini Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Utara juga menyadari pentingnya pelestarian lingkungan. Dalam analisa
isu-isu strategis, disebutkan bahwa masalah utama lingkungan di kabupaten
ini adalah kerusakan hutan yang umumnya disebabkan oleh perambahan
dan pembakaran. Perambahan dilakukan untuk memperluas areal pertanian
sedangkan kebakaran selain karena faktor kemarau juga disebabkan oleh
kecerobohan masyarakat.
Khusus kawasan Danau Toba, permasalahan lingkungan yang
diidentifikasi oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara adalah ketiadaan
tata ruang, khususnya daerah pantai sehingga pemukiman tidak tertata dengan
baik serta adanya akumulasi limbah.
Sedangkan sasaran yang hendak dicapai oleh pemerintah dalam kurun
waktu 2010 – 2014 dalam bidang lingkungan hidup adalah memulihkan
sumber daya alam dan lingkungan hidup yang rusak, mencegah kerusakan
yang lebih parah, serta mendorong keterlibatan masyarakat luas untuk
menjaga kelestarian lingkungan, peningkatan keindahan kota dan penerapan
pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup. Sasaran ini akan dicapai
melalui program pengembangan hutan dan hasil hutan serta pengelolaan dan
pemanfaatan hutan.
Mencermati RPJMD Kabupaten Tapanuli Utara ini terdapat beberapa hal
yang perlu disoroti, khususnya dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup,
yakni:
1. Isu utama lingkungan hidup yang diidentifikasi adalah masalah kerusakan
hutan, sedangkan program yang dicanangkan adalah pengembangan
hutan dan pengelolaan hutan. Untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi, perlindungan dan pengamanan hutan perlu dikedepankan;
2. Akumulasi limbah adalah masalah lingkungan yang juga disoroti,
terutama di kawasan Danau Toba, namun tidak disertai dengan upaya

72 Germadan Toba
penanggulangan. Memang wilayah Danau Toba yang termasuk ke
kabupaten ini hanya mencakup satu kecamatan yakni Kecamatan Muara,
namun demikian limbah yang dihasilkan terutama limbah domestik perlu
mendapat penangangan; dan
3. Peningkatan pertanian yang menjadi fokus utama pembangunan
kabupaten ini perlu dilakukan dengan menyeimbangkan kepentingan
ekonomi, sosial dan lingkungan.

5.3.7 Kabupaten Dairi


Terdapat tiga kecamatan pada Kabupaten Dairi yang berada di DTA
Danau Toba yaitu Kecamatan Silahi Sabungan (berbatasan langsung dengan
Danau Toba), Sumbul, dan Parbuluan.
Tujuan penataan ruang di Kabupaten Dairi, adalah”Mewujudkan Wilayah
Kabupaten Dairi Yang Aman, Nyaman, Produktif, Berwawasan Lingkungan
dan Berorientasi Agribisnis”.
Kebijakan struktur ruang, yaitu :
1. Peningkatan pelayanan pusat-pusat kegiatan yang merata, berhierarki dan
sinergis; dan
2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan
sarana wilayah yang terpadu dan merata di seluruh wilayah.
Kebijakan pola ruang, yaitu :
1. Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung;
2. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budidaya; dan
3. Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis.
Kebijakan yang ada pada pola ruang telah mempertimbangkan
keseimbangan ekosistem, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup,
alih fungsi lahan, dan pemanfaatan sumber daya alam.
Kawasan strategis pada RTRW Kabupaten Dairi telah diarahkan pada
Kawasan Danau Toba yang diperuntukkan sebagai fungsi daya dukung
lingkungan hidup, sosial dan budaya, dan pertumbuhan ekonomi. Kawasan

Germadan Toba 73
Danau Toba selain sebagai kawasan strategis nasional, juga merupakan
kawasan strategis kabupaten. Fungsi daya dukung lingkungan hidup diarahkan
untuk kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup. Fungsi sosial
dan budaya diarahkan untuk kawasan konservasi warisan budaya. Fungsi
pertumbuhan ekonomi diarahkan untuk :
1. Kawasan Pengembangan Pariwisata; dan
2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu.

74 Germadan Toba
BAB VI
GERAKAN PENYELAMATAN
DANAU TOBA

Berdasarkan isu pokok yang terdapat pada kawasan Danau Toba, baik
ditinjau dari sudut lingkungan hidup maupun kebijakan pengelolaan, maka
disusun rekomendasi penyelamatan Danau Toba yang disusun dalam bentuk
matrik sebagaimana disajikan pada Tabel 6.1.
Matrik disusun berdasarkan isu pokok, permasalahan yang mungkin
timbul/sudah terjadi sebagai akibat isu pokok tersebut serta rekomendasi
penanggulangan/pencegahan permasalahan. Rekomendasi ini tentu bersifat
iteratif dan progresif, selalu perlu dikaji ulang dan dikembangkan dengan tujuan
utama memperlakukan aspek lingkungan sama penting dengan aspek ekonomi
dan sosial. Mengingat bahwa kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan
strategis nasional dari segi lingkungan hidup, maka perlindungan lingkungan
hidup menjadi salah satu isu penting yang harus dipertimbangkan dalam
pelaksanaan pembangunan. Dengan selalu mengikutsertakan perlindungan
lingkungan dalam setiap aspek pembangunan, maka daya dukung kawasan
terhadap kehidupan di dalam dan sekitar danau dapat terpelihara secara
berkelanjutan.

Germadan Toba 75
76 Germadan Toba
Tabel 6.1 Matrik Analisis Lingkungan Kawasan Danau Toba dan Rekomendasi

Isu Pokok Kondisi Permasalahan Rekomendasi Program/Kegiatan


1. Kerentanan alamiah kawasan - Topografi didominasi oleh perbukitan dan pegunungan - Potensi resapan air hujan rendah - Perlindungan kawasan hutan
Danau Toba terhadap resiko (43% DTA agak curam s/d sangat curam - Aliran permukaan cukup tinggi - Penanggulangan lahan kritis
lingkungan - Jenis tanah dominan peka sampai dengan sangat peka - Erosi tinggi - Perlindungan daerah dengan topografi agak curam hingga terjal
terhadap erosi,mencapai 97% dariDTA - Potensi longsor tinggi - Perlindungan sempadan sungai, danau dan daerah air surut
- Sungai-sungai bersifat intermitten - Penerapan pertanian ramah lingkungan
- Sedimentasi tinggi - Pengendalian konversi lahan agar tidak melebihi daya dukung lingkungan
- Iklim: sangat kering pada musim kemarau - Rawan kebakaran - Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap resiko/dampak kebakaran hutan/
lahan
- Penanaman pohon yang kurang peka terhadap kebakaran terutama pada lahan yang
berbatasan dengan pemukiman dan perladangan
- Penyediaan pemadam kebakaran berbasis udara
2. Penurunan Kualitas Air Danau - Danau Toba tercemar sedang (Kls I PP 82/2001) Sumber - Peningkatan bahan-bahan pencemar Pengelolaan limbah domestik
Pencemar al.: limbah domestik, pertanian/pemanfaatan - Dapat menurunkan produktifitas primer - Pembangunan IPAL domestik pada kota-kota utama di kawasan Danau Toba serta
lahan, peternakan, perikanan dan transportasi danau - Membahayakan kehidupan biota air dan manusia menyusun regulasi/perda pendukungnya
- Eutrofikasi - Pemeliharaan dan pembangunan buffer zone khususnya pada sempadan danau dan
sungai
- Fasilitasi sarana air bersih ke rumah-rumah penduduk
- Pengoptimalan IPAL Ajibata
- Penertiban dan pengawasan izin pembuangan air limbah
- Penyediaan sarana dan prasarana pengeloaan sampah
Penanggulangan limbah pertanian/pemanfaatan lahan
- Pemeliharaan dan pembangunan buffer zone khususnya pada sempadan danau dan
sungai
- Penerapan pertanian ramah lingkungan
- Fasilitasi dan pengawasan penggunaan pupuk dan pestisida
- Pengendalian konversi lahan agar tidak melebihi daya dukung lingkungan
Penanggulangan limbah peternakan
- Pemeliharaan dan pembangunan buffer zone khususnya pada sempadan danau dan
sungai
- Pengelolaan limbah peternakan
- Pengembangan peternakan ramah lingkungan
Penanggulangan limbah perikanan
- Pembatasan budidaya perikanan berdasarkan daya dukung dan daya tampung
perairan danau
- Pengembangan perikanan ramah lingkungan
Penanggulangan limbah transportasi danau
- Penertiban sarana transportasi yang membuang limbah ke danau

Germadan Toba 77
Isu Pokok Kondisi Permasalahan Rekomendasi Program/Kegiatan
Program Pendukung
- Pemantauan kualitas air secara berkala dan berkesinambungan
- Evaluasi dan/atau penetapan baku mutu air
- Penentuan status trofik
- Penentuan dan penetapan daya tampung beban pencemaran air danau
- Penanganan eceng gondok
3. Kerusakan DTA Danau Toba - Laju erosi dan sedimentasi meningkat - Peningkatan laju erosi - Konservasi tanah DAS/DTA secara vegetatif dan sipil teknis
- Kebakaran hutan dan lahan masih sering terjadi - Peningkatan volume sedimen - Melarang pertambangan bahan galian golongan C
- Peningkatan lahan kritis - Pengendalian konversi lahan agar tidak melebihi daya dukung lingkungan
- Mengganggu keseimbangan hidrologis - Menciptakan alternatif mata pencaharian lain selain pertanian
- Mencegah reklamasi pantai
- Menerapkan sistim agroforestry
- Pendeliniasian dan penetapan kawasan rawan bencana longsor dan erosi agar
terhindar dari berbagai jenis kegiatan budidaya
- Merehabilitasi kawasan rawan longsor dan erosi
- Pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui peningkatan kesadaran masyarakat
- Mengembangkan pembudidayaan rumput makanan ternak
4. Ancaman Keanekaragaman - Banyak spesies eksotik diintroduksi ke kawasan Danau - Ancaman kepunahan spesies endemik - Perlindungan dan konservasi keanekaragaman hayati
hayati Toba tanpa didahului penelitian - Kerusakan habitat - Inventarisasi tipe-tipe habitat daratan dan perairan kawasan Danau Toba
- Menurunnya populasi spesies endemik - Fragmentasi habitat - Inventarisasi keanekaragaman hayati dan kelimpahan flora/ fauna pada setiap
- Introduksi spesies eksotik habitat
- Pemetaan spesies endemik
- Perlindungan spesies serta habitatnya
- Mengawasi secara ketat introduksi spesies eksotik
- Mencegah penangkapan ikan dengan menggunakan racun
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keanekaragaman hayati
- Pembangunan reservat/rumah ikan endemik
5. Kebijakan/Tata Kelola Kawasan
DTA Danau Toba

a. Pemerintah Pusat (Perpres - RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya ditetapkan - Ketidaksesuaian RTRW daerah terhadap RTR Kawasan - Sosialisasi RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya kepada SKPD pemerintah provinsi
81/2014 tentang RTR Kawasan setelah pemerintah daerah menyusun RTRW sehingga Danau Toba dan sekitarnya dapat menimbulkan konflik di dan kabupaten di Kawasan Danau Toba
Danau Toba dan sekitarnya) adopsi RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya terhadap daerah - Internalisasi program-program perwujudan struktur ruang dan perwujudan pola
RTRW daerah menjadi lambat ruang kedalam program pemerintah provinsi dan kabupaten di Kawasan Danau Toba
b. Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara
1. Perda Tk. I SU No. I/1990 - Pengaturan penataan peraian danau tidak tercakup dalam - Tujuan pembuatan Perda tidak tercapai, permasalahan - Pengaturan penataan pemanfaatan perairan juga harus diatur
perda ini lingkungan tetap terjadi - Pemerintah harus mengambil peran penting dalam pengelolaan limbah cair baik
- Tanggungjawab pengelolaan/pengolahan limbah cair domestik maupun industri
hanya dibebankan pada penduduk - Fungsi lindung terhadap flora dan fauna harus diatur lebih lanjut
- Pengaturan tentang fungsi lindung terhadap flora dan
fauna tidak dicantumkan
- Pelanggaran tidak ditindaklanjuti dengan penegakan
hukum

78 Germadan Toba
Isu Pokok Kondisi Permasalahan Rekomendasi Program/Kegiatan
2. LTEMP - LTEMP tidak mempunyai kekuatan hukum yang - LTEMP gagal diinternalisasikan oleh para pemangku - Para pemangku amanah perlu menggariskan kebijakan bersama yang berkekuatan
mewajibkan seluruh pemangku amanah untuk kebijakan ke dalam program masing-masing hukum yang diterjemahkan dalam kebijakan masing-masing daerah
melaksanakan amanah yang terkandung di dalamnya - Maksud dan tujuan LTEMP belum/ gagal tercapai - Perlu ditegaskan tahapan serta jangka waktu pencapaian sasaran serta
- Tidak ditegaskan waktu pencapaian target, serta siapa tanggungjawab masing-masing sektor serta sumber pembiayaan
melakukan apa,

3. Zonasi Perikanan di Danau Toba - Faktor utama penentu kapasitas budidaya perikanan di - Potensi peningkatan beban pencemaran dari budidaya - Dalam menentukan kapasitas budidaya perikanan di Danau Toba, maka daya
Danau Toba, yakni daya tampung beban pencemaran air perikanan sangat besar tampung beban pencemaran air danau harus menjadi pertimbangan utama
danau, tidak dipertimbangkan dalam pengaturan ini - Terdapat potensi penurunan aktivitas pariwisata
- Pengendalian pencemaran hanya ditujukan untuk sumber- - Eutrofikasi
sumber pencemar yang point source
4. Pergub Sumut I/2009 tentang - Belum terdapat pengaturan pengendalian pencemaran - Sumber pencemar dominan tidak tertangani - Pemerintah harus menanggungjawabi pengendalian dan pengolahan pencemar non
Penetapan BM Air Danau Toba dari KJA - Peningkatan beban pencemar sulit dikendalikan point source sebagai salah satu sumber pencemar dominan perairan Danau Toba
- Terdapat lima pengaturan lanjutan yang harus dilakukan - Eutrofikasi - Pengendalian pencemaran dari KJA harus dicantumkan dan didasarkan pada daya
oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, untuk tampung beban pencemaran air danau
menunjang keefektifan implementasi Pergub ini yaitu - Pengaturan ini perlu segera dilakukan agar penurunan kualitas air Danau Toba dapat
(1) pengaturan tentang pemantauan kualitas air, (2) dicegah
penetapan daya tampung beban pencemaran air danau,
(3) penetapan persyaratan aplikasi limbah untuk tanah,
(4) persyaratan pembuangan limbah ke air atau sumber air
dan (5) persyaratan baku mutu limbah
c. Kebijakan Pemerintah Kabupaten
1. Kab. Samosir - Aspek lingkungan hidup belum dimasukkan sebagai isu Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup tinggi - Perlu memasukkan isu lingkungan sebagai salah satu isu strategis
strategis - Perlu membuat kebijakan pengelolaan kualitas air
- Penanganan penurunan kualitas air belum menjadi
prioritas pemerintah
2. Kab. Toba Samosir Terdapat beberapa program pembangunan yang berpotensi Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup tinggi Program-program tersebut perlu disertai dengan program mitigasi dampak yang
menimbulkan dampak lingkungan namun belum disertai ditimbulkan, misalnya program pengembangan kota perlu disertai dengan program
dengan mitigasinya, pembangunan IPAL domestik, pengelolaan persampahan dan penyediaan ruang
terbuka hijau.
3. Kab. Humbahas Program peningkatan produksi pertanian, terfokus pada Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup - Untuk peningkatan kesehatan lingkungan Danau Toba, hal yang lebih diutamakan
kegiatan perluasan lahan, pemakaian pupuk kimia dan tinggi sebaiknya pengelolaan limbah domestik dan rehabilitasi lahan-lahan kritis
pestisida dan penanaman bibit unggul - Untuk peningkatan produksi pertanian program penggunaan pupuk organik perlu
dilakukan. Perluasan lahan pertanian perlu dibatasi jangan sampai merambah
daerah-daerah dengan kemiringan agak curam hingga terjal
4. Kab. Simalungun - Belum mencantumkan masalah lingkungan dalam visi Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup - Pelestarian lingkunan seharusnya menjadi salah satu komponen dalam visi dan misi
dan misinya meskipun permasalahan lingkungan yang tinggi - Penurunan kualitas air Danau Toba merupakan permasalahan lingkungan yang
digambarkan membutuhkan penanganan segera dan harus ditanggulangi oleh seluruh pemerintah daerah pada kawasan Danau Toba
berkelanjutan - Sebaiknya isu stategis yang diangkat bersumber dari kondisi lingkungan yang
- Penurunan kualitas air Danau Toba belum dimasukkan terjadi/dikemukakan sehingga upaya pengelolaan lingkungan dapat dilakukan
sebagai permasalahan lingkungan lebih efektif
- Isu strategis bidang lingkungan hidup yang diangkat - Program-program tersebut perlu disempurnakan dengan mengintegrasikan
oleh Pemerintah Simalungun kurang bersesuaian dengan mitigasi dampak yang ditimbulkan
kondisi lingkungan yang dikemukakan

Germadan Toba 79
Isu Pokok Kondisi Permasalahan Rekomendasi Program/Kegiatan
- Beberapa program pembangunan yang dicanangkan - Pemerintah juga perlu memprogramkan pengendalian pencemaran perairan, baik
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan namun sungai maupun danau, pengendalian pencemaran dari sumber peternakan dan
belum disertai dengan mitigasi dampaknya perikanan, rehabilitasi lahan kritis, mengendalikan kebakaran hutan dan lahan dan
melindungai sempadan sungai dan danau serta menghindari reklamasi pa ntai
5. Kab. Tapanuli Utara - Isu utama lingkungan hidup yang diidentifikasi adalah Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup - Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, perlindungan dan pengamanan
masalah kerusakan hutan, sedangkan program yang tinggi hutan perlu dikedepankan
dicanangkan adalah pengembangan hutan dan - Upaya pengelolaan limbah, terutama limbah domestik perlu diprogramkan
pengelolaan hutan
- Akumulasi limbah adalah masalah lingkungan yang juga
disoroti, terutama di kawasan Danau Toba, namun tidak
disertai dengan upaya penanggulangan

6. Kab. Dairi* - Limbah domestik yang berasal dari pemukiman di Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup - Pendidikan masyarakat tentang pengelolaan limbah domestik perlu dilakukan,
pinggiran Danau Toba pada wilayah Kab. Dairi, yakni di tinggi demikian juga dengan pembangunan instalasi pengolahan limbah domestik
Kecamatan Silalahi Sabungan masuk ke danau tanpa - Pengawasan kawasan hutan lindung perlu ditingkatkan yang dibarengi dengan
pengolahan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perlindungan hutan
- Alih fungsi kawasan hutan pada bagian hulu DTA Lau
Renun, dapat mengancam keberlanjutan PLTA Lau Renun
yang berada di pinggiran Danau Toba
7. Kab. Karo* - Limbah domestik yang berasal dari pemukiman di Potensi kerusakan dan pencemaran lingkungan cukup - Pendidikan masyarakat tentang pengelolaan limbah domestik perlu dilakukan,
pinggiran Danau Toba pada wilayah Kab. Karo yakni Desa tinggi demikian juga dengan pembangunan instalasi pengolahan limbah domestik
Tongging masuk ke danau tanpa pengolahan - Pencegahan dini pembangunan pada sempadan danau harus segera dilakukan,
- Pertumbuhan bangunan di sempadan danau untuk menghindari kesulitan penertiban pada masa yang akan datang

*) Pada saat penyusunan materi ini, RPJMD belum diperoleh, dengan demikian permasalahan dan rekomendasi terutama didasarkan pada pengamatan lapangan

Rekomendasi-rekomendasi tersebut dapat digolongkan ke dalam lima program penyelamatan Danau Toba, yaitu (1) perlindungan DTA, sempadan danau dan
sungai, serta penanggulangan lahan kritis (2) pengendalian pencemaran air, (3) perlindungan keanekaragaman hayati (4) penataan kebijakan, dan (5) peningkatan
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Namun karena salah satu tekanan terhadap kawasan Danau Toba adalah kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan yang merupakan mata pencaharian
dominan masyarakat kawasan Danau Toba, maka perlu dicari alternatif mata pencaharian lain untuk meminimalkan tekanan tersebut, yaitu (6) pengembangan
pariwisata. Oleh karena itu bidang lainnya yang perlu dilakukan untuk penyelamatan Danau Toba adalah pengembangan pariwisata.
Masing-masing bidang penyelamatan tersebut diaktualisasikan melalui sejumlah kegiatan yang berdasarkan efektifitas serta kegentingannya dikelompokkan
atas kegiatan super prioritas dan kegiatan prioritas. Program-program ini akan dilaksanakan sebagai Gerakan Penyelamatan Danau Toba yang rincian selanjutnya
adalah sebagaimana dicantumkan pada Tabel 6.2.

80 Germadan Toba
Tabel 6.2. Kegiatan Super Prioritas dan Kegiatan Prioritas Gerakan Penyelamatan Danau Toba (2015-2019)

Target Capaian (Tahun ke) Penanggung


No. Program Kegiatan Sasaran Indikator Output Baseline Pendukung
1 2 3 4 5 Jawab
1. Perlindungan Kegiatan Super Prioritas
DTA dan
1. Reforestry Menambah luas hutan hingga 38,4 % luasan hutan di DTA Luas hutan 12,6 5% 10% 10% 10% 3,4% Dishut (Provsu dan Kab) KLH, BLH Provsu & Kab,
penanggu-
51 % dari DTA sesuai dengan Danau Toba bertambah % dari DTA Kemenhut , BKSDA serta pihak lain pemanfaat
langan
TGHK 2009 EKDT
lahaan kritis
2. Penanaman dan Melindungi sempadan 25 % sempadan danau dan - 5% 5% 5% 5% 5% Dishut (Provsu dan Kab), KLH, BLH Provsu & Kab
pemeliharaan sabuk hijau danau dan sungai serta sungai, memiliki sabuk BPDAS, Kemenhut serta pihak lain pemanfaat
(buffer) pada sempadan mengendalikan erosi dan hijau EKDT
danau dan sungai sedimentasi
3. Penanggulangan lahan Memulihkan 110.441 ha 50 % luas lahan kritis dapat Luas lahan kritis 10% 10% 10% 10% 10% Dishut (Provsu dan Kab), KLH, BLH Provsu & Kab
kritis lahan kritis direhabilitasi 110.441 ha (2012) BPDAS, Kemenhut serta pihak lain pemanfaat
EKDT
Kegiatan Prioritas
1. Pengembangan pertanian Terkendalinya erosi dan 50% penurunan erosi dari - 10% 10% 10% 10% 10% Dinas Pertananian, Dinas Kementan, KLH
dan peternakan ramah pencemaran dari pertanian pertanian Peternakan, BLH (Provsu
lingkungan dan peternakan dan Kab)
2. Penyediaan sarana Mencegah perluasan 1 Unit helikopter 0 - 1 - - - BNPB,BPBD Sumatera Kemenristek
pemadam kebakaran kebakaran hutan dan lahan Utara
berbasis udara
2. Pengendalian Kegiatan Super Prioritas
Pencemaran
1. Evaluasi dan Penetapan Ditetapkannya Baku Mutu SK Gubernur tentang BM Pergub Sumatera Evaluasi Ranca- Peneta- Imple- Imple- BLH Provsu , KLH, LIPI Dinas Kelautan &
Air
Baku Mutu dan Status (BM) dan Status Trofik Danau dan Status Trofik Danau Utara No. 1 Tahun BM ngan BM pan BM mentasi mentasi Biro Hukum Provsu Perikanan, Menteri
Trofik Danau Toba 2009 & Status & Sosiali- Kelautan dan Perikanan
Trofik sasi
2. Penentuan dan Penetapan Ditetapkannya Daya Tampung SK Gubernur tentang Kajian DTBPA Penentu- Peneta- Sosiali- Imple- Imple- BLH Provsu, KLH, Biro LIPI
Daya Tampung Beban Beban Pencemaran Air Penetapan Daya Tampung Danau Toba an DTBPA pan sasi & mentasi mentasi Hukum Provsu
Pencemaran Air (DTBPA) Beban Pencemaran Air Danau DTBPA imple-
Danau Toba Toba Danau mentassi
Toba
3. Pembangunan sarana & Mengurangi beban limbah 7 IPAL Domestik terbangun 1 IPAL Domestik di 1 IPAL 1 IPAL 1 IPAL 2 IPAL 2 IPAL Dinas Tarukim, Dinas Menteri PU, BLH Provsu
prasarana IPAL domestik domestik dalam 5 tahun Ajibata dan Bina Marga (Provsu dan
di kota-kota utama optima- Kab)
kawasan Danau Toba dan lisasi IPAL
optimalisasi IPAL Ajibata Ajibata
4. Penertiban budidaya Produksi budidaya perikanan Penurunan 44% beban 1082 ton T-P/ Sosiali- Sosiali- 10% 14% 20% Dinas Kelautan dan KLH, Kementerian
perikanan sesuai dengan DTBPA Danau pencemaran dari budidaya tahun sasi sasi Perikanan, BLH (Provsu Kelautan dan Perikanan
Toba perikanan & Kab)

Germadan Toba 81
Kegiatan Prioritas
1. Pemantauan kualitas Tersedianya data kualitas air Frekuensi pemantauan 2 /21 /±10 4/21/ 4/21/ 4/21/ 4/21/ 4/21/ BLH (Provsu & Kab) KLH, LIPI
air secara berkala dan pertahun/jumlah titik lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap
berkesinambungan pantau/jumlah parameter
(PP 82/2001)
2. Penyediaan sarana dan Tersedianya data kualitas air 100% sarana dan prasarana 0 10% 20% 20% 30% 20% Menristek, LIPI, BLH KLH
prasarana pemantauan secara kontinyu pemantauan kualitas air Provsu
kualitas air secara real time secara real time tersedia
secara lengkap
3. Perlindungan Kegiatan Super Prioritas
Keanekaraga-
1. Konservasi Reservat Ikan Terlindunginya reservat 7 kabupaten yang - 1 kab 1 kab 1 kab 2 kab 2 kab Dinas Kelautan Kementerian Kelautan
man Hayati
ikan reservat Ikannya dan Perikanan, dan Perikanan, KLH
terlidungi BKSDA,BPDAS, BLH
(Provsu dan Kab)
2. Pembentukan UPT Lestarinya flora fauna Terbentuknya UPT 0 Persia- Pemben- Operasi- Operasi- Operasi- Dinas Pertanian, Dinas Kementan, Kementerian
Perlindungan Flora dan Fauna endemik di kawasan Perlindungan Flora dan pan tukan onal oanal onal Kelautan dan Perikanan, Kelautan dan Perikanan,
(Keanekaragaman hayati) Danau Toba Fauna (Keanekaragaman BLH (Provsu dan Kab), Kemenhut, KLH
hayati) BKSDA
Kegiatan Prioritas
1. Penebaran (Restocking) spesies Memulihkan keberadaan 50.000 benih ihan batak, Tidak terdata 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 Dinas Kelautan dan Menteri Kelautan dan
endemik di kawasan Danau dan kelimpahan spesies pora-pora ditaburkan Perikanan BLH (Provsu Perikanan, BLH
Toba endemik yang terancam di Danau Toba dalam 5 & Kab)
punah tahun
4. Penataan Kegiatan Super Prioritas
Kebijakan
1. Sosialisasi dan internasilasi RTRW kabupaten di 100% RTRW Kabupaten di RTRW Provsu Sosiali- 25% 50% 75% 100% Dinas Tarukim, Bapeda, Menteri PU, KLH dan
Perpres No. 81 Tahun 2014 Kawasan Danau Toba Kawasan Danau Toba sesuai dan RTRW kab di sasi BKPRD, BLH (Provsu Bapenas
tentang Rencana Tata Ruang dan sekitarnya sesuai dengan Perpres 81/2014 kawasan Danau dan Kab)
Kawasan Danau Toba dan dengan Perpres No. Toba
Sekitarnya 81/2014
2. Penertiban pemanfaatan ruang Pemanfaatan ruang 7 kab yang ditertibkan RTRW Provsu Sosiali- Penerti- Penerti- Penerti- Pener- Dinas Tarukim, Bapeda, Menteri PU, Bappenas
di kawasan Danau Toba sesuai dengan Perpres pemanfaatan ruangnya dan RTRW kab di sasi 7 kab ban 1 ban 2 ban 2 tiban 2 BKPRD, BLH (Provsu
81/2014 kawasan Danau kab kab kab kab dan Kab
Toba
3. Penetapan Zonasi Pemanfaatan Tertatanya pemanfaatan Penetapan zonasi - Kajian Perumu- Peneta- Imple- Imple- Dinas Tarukim, Bappeda, Menteri PU, KLH dan
Perairan Danau ruang perairan pemanfaatan perairan pendahu- san pan mentasi menta-si BLH, Dinas Perikanan Bapenas
danau luan dan Kelautan (Provsu
& Kab)
Kegiatan Prioritas
1. Penataan kebijakan pada Desa-desa di DTA Danau 100% desa pada pinggiran - 15% 20% 25% 25% 15% BLH, Pemberdayaan KLH
tingkat pedesaan Toba memiliki peraturan pantai Danau Toba Masyarakat dan
tentang konservasi memiliki peraturan tentang Pemerintah Desa (Provsu
lingkungan konservasi & Kab)

82 Germadan Toba
Target Capaian (Tahun ke) Penanggung
No. Program Kegiatan Sasaran Indikator Output Baseline Pendukung
1 2 3 4 5 Jawab
5. Peningkatan Kegiatan Super Prioritas
Partisipasi
1. Penyuluhan dan Peningkatan kesadaran 2 kali penyuluhan per 0 2x 2x 2x 2x2x BLH, Badan KLH
dan
pembinaan masyarakat akan pentingnya kab/tahun penyulu- penyulu- penyulu- penyulu-
penyulu- Pemberdayaan
Pemberda-
perlindungan lingkungan han/kab han/kab han/kab han/kab
han/kab Masyarakat &
yaan
Pemerintah Desa (Provsu
Masyarakat
dan Kab)
2. Pembentukan kelompok- Terbentuk kelompok- 1 kelompok terbentuk/ 0 1 kel/kab 1 kel/kab 1 kel/kab 1 kel/kab 1 kel/kab BLH, Badan KLH
kelompok masyarakat kelompok penyelamatan kab/ tahun Pemberdayaan
pencinta lingkungan lingkungan Masyarakat &
Pemerintah Desa (Provsu
dan Kab)
Kegiatan Prioritas
1. Pengkajian kearifan Teridentifikasinya dan 7 kabupaten yang - 1 1 1 2 2 Perguruan Tinggi, BLH,
lokal dalam pelestarian tersosialisasi-kannya kearifan kearifan lokalnya Biro Bina Kemasyaraka-
lingkungan lokal teridentifikasi dan tan dan Sosial, (Provsu
tersosialisasi dan Kab)
2. Pengembangan ekonomi Meningkatkan ekonomi Terbentuknya 2 kelompok - 2 kel/kab 2 kel/kab 2 kel/kab 2 kel/kab 2 kel/kab Badan Pemberdayaan Menteri Pariwisata dan
kreatif berbasis pariwisata masyarakat dan mengurangi masyarakat per tahun Masyarakat dan Ekonomi Kreatif, serta
tekanan terhadap lingkungan yang menekuni ekonomi Pemerintah Desa, pihak lain pemanfaat
kreatif berbasis pariwisata Dinas Kebudayaan EKDT
dan Pariwisata, Dinas
Kesejahteraan Sosial
(Provsu dan Kab)
6. Pengemba- Kegiatan Super Prioritas
ngan
1. Peningkatan dan Terkoneksinya desinasi- 100% jalan lingkar Panjang jalan 20% 20% 20% 20% 20% Dinas PU, Tarukim, Dinas Menteri PU
Pariwisata
pembangunan jalan destinasi pariwisata melalui dalam (tepian danau) ± 419 km, Jalan dan Jembatan
lingkar luar Danau Toba jalan darat terkoneksi dan sebagaian besar (Provsu dan Kab)
ditingkatkan sudah terbangun

2. Penyediaan sarana dan Tersedianya fasilitas umum 2 objek wisata dengan 0 2 objek 2 objek 2 objek 2 objek 2 objek Dinas PU, Tarukim, Dinas Menteri PU, Menteri
prasarana pendukung pada objek-objek wisata fasilitas umum yang wisata / wisata / wisata / wisata / wisata / Pariwisata (Provsu dan Pariwisata dan Ekonomi
objek-objek wisata lengkap/kab/tahun kab kab kab kab kab Kab) Kreatif, serta pihak lain
pemanfaat EKDT
Kegiatan Prioritas
1. Pengembangan budaya Terbentuknya kelompok 1 kelompok sadar wisata 0 1 kelom- 1 kelom- 1 kelom- 1 kelom- 1 kelom- Dinas Pariwisata, Dinas Menteri Pariwisata dan
sadar wisata masyarakat sadar wisata pada masing-masing kab/ pok/kab pok/kab pok/kab pok/kab pok/kab Sosial (Provsu dan Kab) Ekonomi Kreatif
tahun
2. Promosi wisata Danau Toba Semakin dikenalnya potensi 4 kegiatan promosi/kab/ 4 4 4 4 4 Dinas Pariwisata (Provsu Menteri Pariwisata dan
pariwisata Danau Toba tahun kegiatan/ kegiatan/ kegiatan/ kegiatan/ kegiatan/ dan Kab) Ekonomi Kreatif
kab kab kab kab kab

Germadan Toba 83
84 Germadan Toba
DAFTAR PUSTAKA
BKPEKDT, (2004), “Lake Toba Ecosystem Management Plan”.
BPS, (2012), “Kabupaten Dalam Angka 2011”.
_______ , ( ) “Kajian Akademis Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba”.
Asep Sukma, ( ),“Implementasi Rehabilitasi Lahan dan Hutan dalam
Pelestarian Danau Toba”.
________, (2001), “PengkajianTeknis PSDA dan PLHDT” LP ITB.
BLHSU, (2011), “Kajian Lingkungan Hidup Strategis Danau Toba”.
BLHSU, (2012), “Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Kawasan Danau Toba”.
Pohan Panjaitan, (2009), “Kajian Potensi Pencemaran Keramba Jaring Apung
PT. Aquafarm Nusantara di Ekosistem PerairanDanau Toba”, VISI
(2009) 17 (3), 290 – 300.
Draft Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Danau Toba.
Lukman & I. Ridwansyah, (2010), “Kajian Kondisi Morfometri dan Beberapa
Parameter Stratifikasi Perairan Danau Toba” Jurnal Limnotek Vol 17
(2) hal 158-170.
KLH, (2012), “Grand Design Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia”.
BLHSU, (2012), “Kajian Daya Tampung Beban Pencemaran Danau Toba”.
________, (1990) Perda Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 1
Tahun 1990 tentang Penataan Kawasan Danau Toba.
________, (2009), “Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penetapan Baku Mutu Air Danau Toba”.
RPJMD Kabupaten Samosir 2011-2015.
RPJMD Kabupaten Humbang Hasundutan 2011-2015.
RPJMD Kabupaten Simalungun 2010-2015.
RPJMD Kabupaten Toba Samosir 2011-2015.

Germadan Toba 85
RPJMD Kabupaten Tapanuli Utara 2010-2015.
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana
Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan sekitarnya

86 Germadan Toba

Anda mungkin juga menyukai