Anda di halaman 1dari 95

< Animorphs #40 >

<The Other>

Bu Beng Siau Jin


*******************
“Tak ada gading yang tak retak,
Begitu pula terjemahan ini”
*******************
HRT,TPS1A, 03-14-2016 07:15
HRT,TPS1A, 03-17-2016 10.30
BAB 01.

Siapa aku ?
Marco.
Bukan Tuan atau Kevin atau Rasheed.
Kau tahu, “Hai, aku Marco.
Jika kau berteriak keras, “Hei, Marco!” kesempatan bagimu
sangat besar agar aku berbalik dan menyapa . “Apa?”
Kau juga bisa mengatakan bahwa siapa aku itu jauh lebih
penting daripada sekedar nama. Begitulah aku, tergantung pada
caramu memandangnya saja. atau dimana tempatmu berada saat
kau berteriak memanggil namaku.
Seperti, Jika kau berada didunia ini setiap hari......di Red
Lobster dimana kau bisa makan semua udang dimalam hari, atau
berada di sudut jalan keramaian kota, atau ada di mall—kau akan
melihatku bahwa aku lebih terlihat lebih pendek.
Semua ini pasti memunculkan pernyataan “Siapa Kau
sebenarnya” dimana pernyataan ini terasa lebih rumit untuk
kujawab. Sekitar 99.9 persen orang di planet ini seperti itu.

Lalu 0,1 persen sisanya,--mereka itulah teman-temanku,


Anggota Animorph yang lainnya, Jake, Cassie, Rachel, Tobias, pria
terakhir ini hidup sebagai seekor elang. Ax, kalau dia itu adik
kecil Elfangor.

Seharusnya banyak masalah yang harus kami hadapi, masalah


yang terlalu rumit bagi kami berenam hingga menyia-nyiakan
waktu saja untuk memikirkannya. atau mungkin kami menjadi lebih
rumit untuk berurusan dengan masalah seperti itu.

Cara yang paling nyarisnya, kau bisa membayangkan, bahwa


kami terlalu banyak menghabiskan waktu disana. Selesaikan saja
dan beli kemeja serta poster. Jika seseorang dari Guardian atau
Prudential tahu kebenaran tentang kami, kami tak akan pernah
mendapatkan asuransi jiwa. Lupakan tentang hidup ini.

Aku bersama teman-temanku, kami hidup dengan cara yang


luar biasa.

Hidup kami penuh resiko tinggi, kami tak perlu ikut sebuah
kelas pada universitas lokal dan membayar 150 dolar perjam dan
mereka akan berkata pada kami bahwa kami tak menyadari
potensi diri.

Kami telah menyadari bahwa potensi diri kami ada diidalam


kebun binatang.

Dengar, perang ini telah dimulai, perang yang menentukan


hidup atau mati, kebebasan atau perbudakan, Kemuliaan atau
penghinaan.

Kegagalan bukan suatu pilihan.

Garis bawahi—Kami disini untuk melayani. Bukan hanya kami


saja, ini juga tentangmu.

Itulah sebabnya mengapa setiap kali ada kesempatan,


sendirian itu menjadi sangat nyaman. Lupakan dunia dan lakukan
sesuatu hanya untukku. sesuatu pekerjaan yang menguntungkan
diri sendiri,dan memuaskan batinku, sesuatu pekerjaan yang tak
membutuhkan usaha, baik secara fisik maupun pikiran.

Rumah itu kosong, Ayah dan Nora sedang mengikuti acara


PTA. Euclid dititipkan pada dokter hewan. sedang memulihkan
dirinya karena luka bedah kecil. Jake dan Rachel sedang
berkumpul pada acara keluarga, Cassie dan ibunya pergi pada
konferensi dokter hewan di The Garden, dan kurasa, Ax dan
Tobias sedang melakukan pekerjaan rutin Elang ekor merah dan
Alien dimalam hari. Aku hanya tahu bahwa diriku saat ini
sendirian.

Aku berbaring pada bangku di ruang tamu. berlaku seperti


kucing tua yang malas, kuambil remote dari atas meja kopi.

Tak ada acara bagus di tv, sempurna, Kujelajahi siaran,


kulewati Spongebob Squarepants dan liga baseball kecil,
kulewatkan acara Two Fat ladies pada saluran makanan.
Kulewatkan juga acara dokumentari kumbang,

AH! Acara Unsolver Mysteries ini keren, Monster Loch Ness,


Big Foot, Alien dari luar angkasa.....

MR. Fake-Spooky sang pembawa acara menatap kamera dan


berkata. “Saat kami kembali setelah pesan-pesan berikut ini, Kami
akan melanjutkan investigasi dalam kami tentang makhluk yang
terekam dalam video amatur yang direkam seminggu yang lalu,
tepat di acara ini.....”

Kutekan tombol mute dan kutunggu. Iklan Kid Rock, Aku


menguap, Iklan Hangnail, serta tujuh iklan lagi, baru acara itu
kembali.

Dan kemudian dunia menjadi berantakan.


Bab 02.

Video itu hanya berupa gambar bulu biru buram yang


bergerak di layar, tak lebih dari itu, cupikan video yang diambil
dengan tangan tak stabil dan dalam kondisi pencahayaan yang
sangat buruk.

Tapi itu sudah lebih dari cukup.

Peringatan bahaya di tubuhku menyala, berbunyi keras.

“Apakah ini bukti positif akan eksistensi makhluk sihir


Unicorn dari cerita rakyat jaman pertengahan?” Ucap Pembawa
acara itu. “Atau makhluk biru ini merupakan Centaurus dari
mitiologi Yunani? Mari kita lihat gambar yang lainnya.

Kutekan tombol power dan layar tv-nya menjadi biru. Satu


gambar saja sudah lebih dari cukup.

Gambar buram itu tak diragukan lagi.

Andalite

Aku melangkahi dua anak tangga sekaligus di kamarku.

Keadaan ini sangat buruk. Sangat-sangat buruk, ancaman


serius bagi keamanan, awal dari kehancuran kami..

Seorang warga negara amerika serikat yang baik, dan siapa


tahu berapa banyak lagi di negara lain, baru saja melihat sekilas
gambaran alien.

Delapan puluh, mungkin sembilan puluh persen orang yang


menonton tayangan itu akan tertarik selama tiga puluh detik—
paling tidak hingga monster bodoh berikutnya tampil setelah
acara iklan bodoh lainnya.

Sepuluh, mungkin dua puluh persen orang yang menonton


tayangan itu akan menyadari bahwa binatang bulu biru itu
bukanlah seekor unicorn ataupun seekor centaurus.

Seorang Andalite. Disini. Di Bumi.

Dan itu pastinya hanya Ax.


Okay, Visser Three dan setiap Yeerk dengan seorang
inangnya tahu “Bandit Andalite” adalah salah seorang yang
membentuk grup kecil perlawanan pada pergerakan Yeerk.

Tapi yang lainnya—manusia yang tidak di kendalikan oleh


Yeerk—tidak tahu. Dan mereka seharusnya tidak perlu tahu.
Karena terlalu berbahaya, terlalu beresiko. Buruk bagi Ax jika
ditawan Visser. Lebih buruk lagi baginya jika dia ditangkap
pemerintah untuk dijadikan bahan penelitian.

Tidak semua orang di “agensi” itu berpikiran wajar seperti


Scully ataupun Mulder. Sebagian malah adalah Yeerk.

Ax tidak akan ditawan. Akan kuyakinankan hal itu terjadi.

Seribu gelombang rasa taut dan kebimbangan melaju di


dalam kepalaku, hampir sama cepatnya saat aku berlari menaiki
anak tangga menuju kamarku.

Aku harus bisa mengendalikannya. Fokus. Pertahankan fokus


ini.

Aku pergi ke kamar tidur. Kususun bantal dibawah selimut


sehingga mirip anak yang lagi tidur. Sehingga ayahku dan ibu
tiriku tidak akan tahu bahwa aku telah pergi lagi.

Kubuka pakaianku hingga hanya tersisa pakaian moprh saja.


Kubuang jeans, T-shirt dan sepatuku kedalam lubang yang ada di
kamar mandi. Bukan jendela dan mulai morph.

Tujuannya : Transportasi cepat.

PING! PING!

Aku meringis. Awal mula keluarnya cakar, dimana beberapa


detik yang lalu masih berupa jari kaki. Kuperhatikan saat seluruh
kaki dan pergelangan melayu, menyusut, dan tiba-tiba menjadi
kaki burung yang super kuat. Tiga jari cakar menghadap kedepan,
satu yang menghadap belakang.

Tidak mungkin kaki burung sekecil itu bisa menopang tubuh


manusiak yang besar. Aku terjatuh.

THUMP!

Aku benar-benar jatuh.Tapi untungnya jatuhnya punggung


duluan. Kuangkat kepalaku dan kuperhatikan saat kakiku berubah
menjadi hitam dan kehilangan cairan hingga tubuhku jadi seperti
dua tongkat daging sapi yang lagi di makan oleh seorang koboi tua.

Saat inilah aku berjanji untuk tidak akan pernah lagi makan
Slim Jim.

Berdasarkan apa yang mungkin kau pikirkan, morph itu


tidaklah sakit. Hanya menjijikkan.

Tapi tetap saja, saat kuperhatikan. Seakan aku ingin


mempercepat prosesnya saja dengan cara memperhatikannya
terus. Jariku---mengeriting di tapak tangan. Kulit manusia
berubah cerah lalu abu-abu dan akhirnya menghilang dibawah pola
bulu tiga dimensi. Kemudian lengan menumbuhkan bulu dengan
buru-buru. Di saat yang bersamaan, tulang lengan mengecil,
menjadi berongga, berubah bentuk, menjadi sayap.

Mulut dan hidungku menempel jadi satu, mengeras menjadi


paruh bengkok yang mematikan.

Organ bagian dalam? Kurasakan mungkin sekitar dua puluh


lima kaki usus merembes dan berdesakan menjadi organ
pencernaan burung yang keicl. Jantung manusiaku yang lambat dan
kokoh berubah menjadi jantung burung pemangsa.

Tidak lagi manusia. Tidak lagi cukup tinggi untuk melihat


notebook tidak terbuka yang berserakan di atas meja. Kertas
pembungkus permen karet yang seharusnya kubuang. Dekat kali
dengan karpet hingga dapat melihat serpihan kue dan sehelai
rambut keriting anjing pudel. Ugh.

Aku menjadi seekor osprey. Binatang yang menjadi salah satu


morph awalku. Tapi burung ini bukanlah burung dengan penglihatan
malam yang hebat, tapi tetap saja penglihatannya jauh lebuh baik
daripada manusia. Penglihatan yang cukup baik untuk pergi
ketempat yang kutuju.

Scoop Ax.

Aku lompat ke ambang jendela. Memperhatikan segala


penjuru rumah dengan mata berembun untuk yakin bahwa rumah
ini tidak sedang di perhatikan. Dan mengepak ke udara malam.
Bab 03.

Ax ada di “rumah”.

Dan ada juga temannya yang bertengger di cabang terdekat.

<Tobias!>

<Apa yang membuat pria sepertimu datang ketempat seperti


ini?>

<Tidak ada yang hebat.> Aku hanya mengepakkan sayapku dan


hingga di rerumputan lembut. Mulai demorph.

<Saat ada yang hebat disaat itulah salah seorang dari kita
muncul, semuanya tidak terduga?> Dia menambahkan lagi.

Tidak kujawab. Tobias telah menjadi seorang retorik hebat


akhir-akhir ini.

Disamping itu, di saat ini, aku tidak punya apa yang disebut
Ax itu “bagian mulut.”

Tapi aku punya mata. Tv Ax menyala. Tapi tidak menampilkan


saluran yang kutonton tadi.

Sesaat setelah bibirku terbentuk kutatap langsung pada


Tobias. Kemudian pada Ax. “Teman kita Ax disini adalah seorang
bintang.” Kukatakan dengan bersemangat, kuseka jarum pinus dari
celana bersepedaku, aku meringis saat kakiku memijak batuan
tajam.

Kuberitahu mereka apa yang telah kulihat. Saat aku selesai


bicara, keheninganlah yang ada.

Tobiaslah yang pertama bicara. <Baiklah, Ax?> Suara bahasa


pikirannya parau, hampir bersemangat. <Apakah hal itu mungkin?>

Ax ragu-ragu. Diarahkannya mata utamanya untuk melihat


kebelakang, kearah hutan lebat.

<Segalanya itu mungkin,> Ujarnya.

Bukan itulah yang ingin ku dengar.

<Kurasa kita butuh salinan dari episode itu,> Ujar Tobias.


“Apa kau pikir, hal itu benar-benar penting?” Kuputar bola
mataku. “Okay. Dengarkan. Kita tidak punya waktu untuk
menunggu mereka tayang atau mengirim cek ke stasiun untuk
membeli salinan acara itu. Kita tidak bisa menerima resiko dengan
menunggu.”

<Itu benar,> Ujar Ax saat dia melangkah ke pengaturan


televisinya. <Tapi kita tidak perlu menunggu.>

“Apakah aku melupakan sesuatu? Sebab aku benar-benar


tidak memahamimu.”

<Ax merekam segalanya,> Tobias menjelaskan. <Pada setiap


saluran. Dia mengatur sebuah CD-ROM pada VCR---atau benda
sejenis itulah. Bagaimanapun juga. Mesin itu bekerja.>

<Marco, aku percaya bahwa inilah yang kau tonton.>

Ax melangkah mundur dari tumpukan peralatannya. Dengan


remote di tangan, dia mempercepat acara itu tiga puluh menit
kedepan hingga dia mencapai bagian yang kumaksud.

Seluruh dua puluh detik untuk hal itu.

Ax terpaku pada frame terakir.

Kali ini lebih hening lagi, aku yang memecahkan keheningan


kali ini.

“Apakah itu kau, Ax?”

Ax memfokuskan keempat matanya sebelum dia menyapukan


mata tanduknya pada daerah di sekitar scoop. Sekarang dia
berhati-hati.

<Tidak bisa kuberitahu dari sudut itu,>

<Mainkan kembali dalam gerakan lambat,> Saran tobias.


<Frame demi frame.>

Ax melakukannya. Kalau bagiku sih tidak ada perbedaannya.

Bisa saja itu Ax.

Bisa saja itu Andalite lain.

Tapi Andalite satu lagi yang kami tahu di Bumi adalah Visser
Three. Tidak mungkin dia begitu ceroboh hingga membiarkan
dirinya di rekam dalam film. Disamping itu, dia tidak pernah
keluar tanpa adanya pengawal.

Kecuali......kecuali dia ingin terlihat oleh ribuan bangku penuh


kentang. Tapi mengapa?

“Ax-man, apakah ada cara untuk memperbaiki kualitas


gambar itu?” Aku bertanya.

<Tidak. Aku tidak bisa menjernihkan resoulusi gambar dari


sumber tidak asli.>

Tobias terbang dari tenggerannya dan hinggap, beberapa


kaki dari layar televisi.

<Kau tidak perlu menjernihkannya.> Ujar Tobias. <Itu bukan


Ax.>

“Jadi itu Visser Three.” Ujarku. “Baiklah, yang itu sedikit


diluar keanehan.”

<Bukan. Bukan Visser juga.> Ujar Tobias. Dia mengarahkan


mata elangnya yang serius pada kami. <Anak-anak. Ku pikir kita
baru saja menemukan Andalite lain.?>

Ax menarik bahunya kebelakang. <Apakah....>

<Itu juga bukan Estrid. Maaf, Ax. Bukan juga Arbat,>

“Baiklah, kalau gitu, siapa?”

<Pria ini orang baru. Dan kulihat dia punya fungsi tubuh yang
benar-benar menjijikkan. Ekornya terpotong setengah.>

<Seorang vecol.> Suara Ax terdengar tidak percaya. Ada


sesuatu yang lain juga. Lebih dari suara normalnya, yang arogan.
Kali ini terdengar seperti jijik.

“Permisi?” Aku bertanya.

<Dia cacat, timpang,> Jawab Ax dengan dingin. <Dan


keberadaanya disini berarti suatu masalah.>

“Yeah.” Aku setuju, kulihat kembali gambar buram di layar


itu. “Yeerk menahannya. Mereka dapat satu lagi Andalite yang
bisa morph di dalam tim mereka. Tidak bagus.”
<Tidak. Yeerk tidak akan menggunakan tubuhnya. Dia benar-
benar tidak berguna sebagai inang.> Ax menggerakkan tangannya
yang rapuh dalam gerakan memecat. <Tanpa adanya pisau ekor dia
tidak bisa bertarung. Dan jelas sekali vecol satu ini tidak memiliki
kekuatan morph atau jika dia bisa dia akan memulihkan ekornya
dengan DNA-nya sendiri.>

“Jadi, Ax, bagaimana perasaanmu yang sebenar-benarnya


pada pria ini? Biar kutebak ya.” Aku terdengar kasar. Padahal aku
tidak bermaksud begitu.

<Marco,> Ujar Tobias. <Kalau bagiku, uh, pria, ini, bisa


berguna bagi Yeerk di tempat lain. Dia pasti punya informasi yang
diinginkan oleh Visser.>

“Yang artinya dimanapun dia berada, kita harus


mendapatkannya duluan. Kecuali jika kita terlambat. Yang mana
aku tidak akan memikirkannya lagi,”

<Tepat sekali,> Tobias setuju. <Skenario terbaik, dia menjadi


sekutu kita.>

Ax membuat suara yang mirip dengan dengusan. <Seorang


vecol sebagai sekutu?Marco, apakah itu artinya suatu humor?
Sebab tidak mungkin.>

Aku menyeringai. Kulipat tanganku di dada. “Bukan Ax. itu


bukan sejenis humor. Ada apa denganmu? Apa masalahmu dengan
pria ini?”

Tobias menyela. <Ayo pergi. Kita harus bicara dengan Jake


dan yang lainnya. Kita bahas hal ini nanti saja.>

Kuhirup nafas dalam-dalam. Kuseka rambutku, keatas, lalu


berbicara. “Yeah, ini waktunya untuk mencari seorang Andalite,
oh.” Kutatap Ax. “Jangan lupakan satu kemungkinan lain disini.
Berdasarkan Kehormatan Andalite yang-terkenal-di-seluruh-
galaksi, pria ini mungkin, seperti yang kita tahu, kemungkinan
besar seorang penghianat. Seluruh rekaman video ini kemungkinan
adalah jebakan bagi kita, manusia yang tidak pencuriga, berhati
besar, yang bertanggung jawab pada makhluk yang tidak
beruntung daripada kita dengan empati dan kebaikannya.”

<Itu benar,> Ujar Ax, dia menatap mataku balik dengan mata
utamanya. <Mungkin itu jebakan yang sangat baik.>
Bab 04.

Tobias menuntun kami pada tempat yang dia sangat yakin


adalah tempat yang sama dimana Andalite itu direkam.

Sesuatu tentang tanah landai, dan pohon pinus yang hancur


sebagian karena tersambar petir menjadi petunjuk baginya. Jika
Ax adalah jam pribadi kami, Tobias itu adalah kartographi dan
pemandu alam liar pribadi kami.

Mungkin seharusnya kami menghubungi yang lain dahulu.


Menunggu hingga pagi. Tapi kami tidak melakukannya. Bahkan
tidak mendiskusikan kemungkinan adanya penundaan. Sekarang
hari semakin gelap. Sehingga, aku ingin jadi burung hantu untuk
penglihatan super dimalam hari dan sangat baik dalam misi
pengintaian.

Kami berputaran diatas tanah lapang itu, Tobias, yang paling


berpengalaman dalam hal terbang, melayang serendah mungkin
dengan tanah. Dia siaga akan setiap pergerakan. Setiap helai daun
yang bergerak yang dengan cepat menghilangkan ekor tikus
ataupun binatang lain yang berlarian diwaktu tidur.

<Sebenarnya, apa yang kita cari?> Aku bertanya. Dunia


dihadapanku begitu jelas, sangat-sangat jelas. Tidak kulihat
adanya sesuatu yang pantas diteriakkan “Bahaya!”

<Apapun yang tidak biasa,> Ujar Tobias. <Tanda-tanda akan


pijakan, tanah yang tertekan, mungkin darah kering.>

Tapi tidak ada apa-apa. Jika ada seseorang, pria ataupun


binatang buas, mereka pasti meninggalkan jejak dalam beberapa
hari, hingga tersamarkan oleh tanah, yang masih tetap basah
karena hujan besar malam kemarin.

Tidak ada tanda-tanda dari intrik kotor.

Setelah dua menit pencarian rinci. Kusarankan bahwa kami


pulang saja. Tidur. Atau Memberitahu pada Jake dan yang lainnya.

<Kita seharusnya demorph,> Saran Ax. <Kita telah morph


selama sembilan puluh menit.>
Aku bukanlah orang yang suka mengambil resiko besar. Ide
untuk demorph ditengah tempat gelap dan sunyi. Terutama tanpa
adanya teman lain yang memeriksa keadaan di belakang kami.
Tidak mungkin. Pikiran itu tidak akan menakutiku.

Aku bahkan lebih takut akan pikiran tersangkut dalam wujud


berkutu tebal sepanjang hari-hariku.

Jadi disaat Tobias terbang diatas sekalian berjaga-jaga, aku


hinggap di tanah, didekat pohon pinus sebelah timur dan demorph
dengan cepat. Ax, di sisi lainnya, masih tetap turun, beberapa
yard dariku. Kami kira akan jauh lebih aman untuk keluar dari
wujud morph.

SCHLOOP! SCHLOOP!

Okay, tidak ada sayap lagi. Tapi juga belum ada lengan,
keduanya hebat.

SPLOOT! SPLOOT!

Lengan melayu. Jari kecil muncul dari ujung tangan, pelan,


pelan,pelan akhirnya keluar semua.

Dengan mataku yang masih mata burung hantu kulihat Ax


mulai demorph.

Kuputuskan lebih baik aku tidak melihatnya.

Kuarahkan mataku kesebelah kanan. Kulihat possum tua


dan......

<Marco! Ax!> Tobias memangil tergesa-gesa. <Pergi dari sana,


sekarang!>

Terlambat. Aku sudah sepertiga manusia.

Hal itu akhirnya terjadi. Kami terlalu ceroboh. Meremehkan


musuh.

Kami benar-benar mati kali ini.

Dan untuk berbagai alasan. Kuperhatikan possum itu.

Dia bertambah besar dua kali lipat.

Dobel lagi, dan lai!


Bulu abu-abunya mulai berubah menjadi biru, hampir sama
seperti warna yang muncul dari campuran tiap botol cairan kimia.
Atau seperti pensil yang berubah warna saat kau putar kedepan
belakang.

Tidak perlu ilmuwan untuk menyelidiki bahwa dia bukanlah


possum biasa.

Dia itu Andalite.

Dia itu bukanlah Visser Three.

Dan juga bukan yang kami lihat di televisi.

Andalit ini memiliki ekor besar yang panjang serta tebal. Dan
diujungnya ada pisau yang membuat mataku takut, kelihatannya
seperti sabit yang dibawa dewa kematian.

Aku hampir selesai demorph saat Andalite itu berjalan


kearah Ax. Ekornya mengiris udara penuh ancaman, pisaunya
berkilat tertimpa sinar bulan. Tiap kaki belahnya yang besar
menginjak tanah yang berembun, menerbangkan secuil kecil tanah.
Tikus-tikus tanah berlarian.

Dia ini bukan---vecol. Pria ini jauh lebih besar daripada


Andalite lain yang pernah kulihat. Lebih besar daripada saudara
Ax. Pangeran Perang Elfangor-Sirinial-Shamtul. Lebih besar
daripada Aloth-Attamil-Gahar. Bahkan lebih besar daripada
Alloran-Semitur-Corras, tubuh inang bagi Visser Three.

Bahunya seperti gelandang belakang football amerika.


Dadanya seperti dada seorang atlit binaragawan. Lengannya juga,
kecuali untuk bulu birunya,bisa mengalahkan juara dunia kelas
menengah. Bahkan jari Andalite yang biasanya kecil dan berjari
banyak kalau dia lebar dan kokoh. Seperti tangan seorang tukang
kayu atau buruh bangunan.

Yang lebih membingungkan lagi : Dari pinggannya yang hampir


mirip manusia berbentuk bundar, panggul yang seperti rusa atau
kuda, pria itu terlihat seperti Clydesdale. Benar-benar seorang
yang besar.

Tidak mungkin Ax, seorang anak kecil, masih arisht, sanggup


melawan pria ini. Ax hebat, petarung handal, tapi kau tidak ingin
melihat pria besar ini menendang bokong Ax dengan gerakan
biasa.

Bukan karena aku bertaruh pada pria ini, tapi jika aku begitu,
lebih baik kupertaruhkan uangku pada Mr. Macho dia ronde
pertama.

Tapi Andalite itu tidak menyerang Ax. Ataupun aku.

Dia berdiri disana, tidak lebih lima yard jauhnya. Dia


mengabaikanku dan menatap Ax, yang sekarang juga sudah
kembali ke bentuk aslinya, ekor pisaunya diacungkan. Andalite
besar itu kelihatan menunggu sesuatu. Agar Ax menyerang
duluan?

<Okay, teman-teman, ini buruk?> Ucap Tobias secara pribadi


sehingga Andalite itu tidak bisa mendengar. <Tapi kupikir dia
belum melihatku. Akan kucoba untuk menarik perhatianya.
Sebelum dia bergerak.>

Gugup dan tak bisa menjawab Tobias. Kutatap Ax.

Dia berdiri sempurna, meniru cara diri lawannya. Menunggu


siapa yang bergerak duluan.

<Tobias.> Ucapnya, dalam bahasa pikiran yang tenang dan


pelan. <Kupikir tidak.....>

Terlambat!
“TSSEEERRR!”

Tobias menukik kebawah dari langit malam! Di bawah cahaya


putih dari bulan, cakarnya tiba-tiba di julurkan untuk menyerang,
dia kelihatan seperti iblis berbulu dari neraka.

“TSSEEERRR!”

Andalita itu tersentak. Tersentak!, lalu memandang, mundur


beberapa langkah ke belakang, mengejangkan mata tanduknya
keatas dan mata utamanya terus menatap Ax.

Ya! Tobias akan melakukannya, terluka atau mengalihkannya


cukup untuk keuntungan...

FWAPP!
Dengan kecepatan yang membutakan dan akurasi tinggi ekor
besar Andalite itu menghantam Tobias di langit.

Dan terdengar suara yang menyedihkan saat Tobias


terhantam ke tanah.

“TOBIAS!”
Bab 05.

Aku berlari kearah tubuh tanpa kehidupan Tobias. Tapi


lirikan peringatan dari Ax membuatku terdiam. Apa yang akan
kulakuakn? Mungkin, paling tidak, aku bisa mengamankan tubuh
Tobias sebelum terinjak oleh kuku belahnya yang besar.

Aku bisa morph, Kupikir dengan gila. Aku bisa..

<Jangan melakukan apapun, Marco. Jangan lakukan apapun.>

Sekarang Ax sudah jadi pembaca pikiran? Lupakan. Aku akan


jadi gorila......

CLOPCLOP CLOPCLOP!

Andalite itu berderap kearah Ax.

CLOPCLOP CLOPCLOP!

Ax berderap kearah Andalite.

Ax menerjang.

FWAPPP!

Menyabetkan ekornya pada tenggorokan musuh.

Dan meleset.

Sekarang Andalite besar itu mendapatkan keuntungan besar.


Sebelum Ax bisa meluncurkan serangan lain....

THWAAAAP!

Dia dihantam oleh bagian tumpul dari pisau Big Blue. Ax


terjatuh.

Andalite itu melangkah mundur untuk membiarkan Ax berdiri


dengan aneh. Lalu dengan tenang dia menempelkan pisaunya di
tenggorokan Ax.

<Visser Three.> Ujar Prajurit itu, suara pikirannya penuh


dengan penghinaan. <Akhirnya kita berjumpa. Tidak kukira kau
begini menyedihkan, tidak berguna.> Dia mengarahkan salah satu
matanya pada Tobias, tetap tanpa emosi pada tanah yang
berembun itu. <Tidak heran lagi mengapa kau mengirim prajurit
kecilmu untuk melakukan tugas seorang prajurit!>
<Aku bukan Visser Three,> Balas Ax, dengan suara sopan
penuh kemuliaan pada dirinya, mempertimbangkan pisau besar
yang ditempelkan di tenggorokannya. <Aku Aximilli-Esgarrouth-
Isthill.>

Setengah detik berlalu. Andalite itu sepertinya mendapatkan


sekeping informasi.

<Adik dari Pangeran Elfangor-Sirinial-Shamtul.?> Akhirnya


dia berbicara. Masih ragu-ragu.

Sekarang bahasa pikiran Andalite semakin menguat. Dia


menantang. <Kau berada di pesawat Dome yang hebat. Dalam
pertempuran takdir terakhir. Kau selamat dari kecelakaan itu?>

Ada apa ini? Rasanya aku disapu akan sejenis reuni akademi
Andalite. Dan disaat mereka berbincang-bincang, Tobias......

<Ya,> Ujar Ax. <Walaupun aku memohon untuk diijinkan


bertarung. Aku malah dikirim kedalam pesawat Dome saja. Hingga
akhirnya, aku dibawah tekanan karena akulah satu-satunya yang
selamat. Mungkin aku telah keliru. Aku menyaksikan video akan
vecol itu...>

<Vecol itu,>

Suara raungan Andalite dalam bahasa pikiran menulikan


pikiranku. Raungan itu benar-benar menyakitkan bagi kepalaku.
Kutatap tanpa daya saata dia menekan pisau ekornya makin dalam
pada leher Ax. Hingga mengalirkan darah.

<Namanya Mertil-Isca-Elmand,> Dia berbicara dalam nada


normal. <Dan sebaiknya kau mengingatnya dengan baik, arisht.>

Ax bukan orang tolol. Saat dia berbicara, dia tetap menjaga


nada bahasa pikirannya agar netral. <Aku pernah mendengar nama
Mertil-Iscar-Elmand. Pilot Pesawat tempur itu. Kudengar banyak
kehormatan yang diterimanya saat ikut serta dalam berbagai
peperangan. Dan Siapakah anda yang aku mendapatkan
kehormatan untuk berjumpa sekarang?>

Ini gila. Ax benar-benar punya karir sebagai aktor disamping


Gwyneth Paltrow dalam acara Shakespreare in Love. Atau mungkin
sebagai seorang diplomat. Aku merasa begitu aneh sampai-sampai
aku akan kencing di celana saja, dan Ax malah berperan sebagai
seorang pahlawan dalam acara komedi atau semacamnya.
Berbicara tentang keanggunan dalam peperangan.

<Aku Gafinilan-Estrif-Valad.>

Keempat mata Ax tiba-tiba menunjukkan rasa hormat.


Bahasa pikirannya menunjukkan tanda kagum.

<Aku juga pernah mendengar nama anda, Reputasi anda


sebagai seorang pilot pesawat tempur adalah salah satu yang
paling baik dalam sejarah akademi. Karir anda dijadikan sebagai
contoh bagi setiap aristh yang harus diikuti.>

Gafinilan melepaskan pisau ekornya dari leher Ax. Dia


kelihatan malu, aneh. Dia tidak merasa jengkel akan ucapan Ax
tapi juga tidak tersanjung. Dia mengarahkan mata utamanya pada
diri Ax.

<Panglima Gafinilan,> Ax lanjut berbicara, dengan senang.


<Baru-baru ini, aku sadar akan fakta bahwa armada perang
Andalite di alihkan dari misinya untuk memadamkan invasi Yeerk
di planet ini. Daripada itu, armada itu telah dikirim untuk
menghadapi konflik Rakkam Garroo di Nine Sifter. Tidak ada
pasukan khusus yang dikirimkan untuk membantu teman-temanku
menghentikan Yeerk yang ingin menguasi planet Bumi. Anda mesti
membantu kami.....>

<Aku tidak mesti melakukan apapun,> Gafinilan menyela


dengan getir. <Aku tidak lagi prajurit, Aximili-Esgarrouth-Ishtil.
Tujuanku sekarang adalah------daripada itu, tujuan dan tanggung
jawabku—adalah untuk mengurus Mertil. Seperti yang kau tahu.>
Dia menambahkan lagi, nadanya semakin kelam. <Dia terluka parah
dalam peperangan terakhir. Pesawatnya mendamparkan kami di
planet ini, begitu jauh dari rumah kita.>

Ax kelihatannya ingin protes.

<Tinggalkan kami dalam damai,> Perintah Gafinilah. Pelan.


Tidak ada kesempatan untuk berdebat. <Jika tidak, jika kau
mencoba untuk ikut campur dalam urusanku memenuhi tugasku.
Aku bersumpah demi ingatan orang tuaku bahwa kau akan tewas.>

Aku tetap berdiri seakan aku selalu berdiri. Hampir siaga.


Seakan aku berdiri disamping pemakaman ibuku. Hanya saja kali
ini, aku takut bahwa jika kau bergerak walaupun sebesar rambut
jaraknya aku akan terbunuh.

Suka menentang, isu diluar militer kebiasaan dari seorang


Andalite seharusnya tidak menyerangku---kami---seperti yang
tidak biasanya. Atau menggangu. Tidak juga setelah cerita yang
kami dengar tentang Alloran di planet Hork-Bajir. Tidak juga
setelah tahu bahwa Elfangor telah melanggar salah satu hukum
terlarang mereka. Dan terutama tidak juga setelah pertemuan
kami dengan Arbat-Elevat-Estoni, seorang prajurit dan pemikir
yang gila karena perang.

Tetap saja---masih ada sesuatu yang mengerikan dan kelam


serta putus asa yang dipancarkan dari prajurit alien yang
terdampar ini. Aku tidak ragu lagi bahwa siapapun yang dia
maksud apapun yang dia katakan. Bahwa dia akan membunuh kami
jika kami mencarinya dan Mertil.

Kecuali.....

Dari sudut mataku kulihat Tobias. Aku merasa sangat lega


karena dia masih hidup. Berharap bawha dia tidak menarik
perhatian untuk dirinya sendiri.

<Sekarang, pergilah, Arisht Aximili. Bawa---temanmu----dan


tinggalkan tempat ini. Visser Three akan disini sebentar lagi. Dan
dia tidak akan sebaik aku, kuyakinkan padamu.>

<Pak......>

<Untuk kebaikanmmu sendiri, Aximili!> Ujar Gafinilan dengan


kasar. <Lupakan bahwa kau pernah melihatku. Lupakan tentang
Mertil. Itu perintah. Lupakan.>

Gafinilah berpaling dari kami, keempat matanya saat dia


berjalan kearah hutan gelap. Menjauh dari daerah yang tertimpa
cahaya bulan.

<Aku berharap keberuntungan dalam misimu, Aximili. Kau dan


teman-temanmu, Bahkan walaupun tak ada harapan.>
Bab 06.

Kami mengkikuti Gafinilan. Tentu saja dia tahu kalau kami


ikuti.

Dan sekarang aku tahu bahwa dia tidak akan melakukan


apapun pada kami.

Gafinilan menjebak kami dan menghantam pingsan Tobias,


tapi dia membiarkan kami tetap hidup. Kami ingin---butuh—tahu
mengapa.

Dan ada sesuatu yang lain lagi.

Andalite itu telah melihatku demorph. Paling tidak, aku


sangat yakin bahwa dia melihatku tadi.

Mungkin dia tidak melihat seluruh prosesnya. Seberapa


hebat sih mata possum? Aku sendiri tidak tahu. Mungkin dia pikir
dia melewatkan sesuatu, bahwa aku telah morph dari tubuh asli
Andaliteku menjadi manusia.....

Siapa yang kubercandai? Dia pasti telah melihat


keseluruhannya. Temanku yang memberitahu hal itu. Disamping
itu, mengapa pula ada orang yang punya pisau ekor malah morph
jadi orang berotot lemah, dan bermasalah dengan kulit lembut?

Tidak penting lagi jika dia tahu tentangku disaat ini. Selama
dia tidak panjang umur untuk terus menceritakannya.

Aku berubah menjadi serigala. Ax menjadi harrier. Disaat


dia morph, Tobias memeriksa dirinya dan memutuskan bahwa
keadaan baik. Jadi, bahkan walaupun dia masih tetap goyah dia
tetap memperhatikan Gafinilan.

<Dia berlari cepat, teman-teman. Aku tidak bisa terlalu tinggi


atau aku akan kehilangan jejaknya. Pepohonan terlalu tebal. Dan
aku kesulitan terbang di tempat bercahaya rendah ini.>

Aku berangkat. Dengan indera penciuman serigala yang


hebat, dengan stamina yang mengagumkan dan kelincahannya, kami
masih punya kesempatan mengikuti jejak Gafinilan. Kuharap sih
begitu.

<Tempel dia, Tobias.> Kupanggil dia. <Kita dalam perjalanan.>


Aku melaju melalui hutan gelap. Rasanya seperti berlarian
melalui tempat penuh teka-teki untuk mendapatkan hadiah di
tengah—Suatu hadiah yang kau benar-benar tidak mau sebab kau
tahu bahwa hadiah itu berbahaya dan mungkin mematikan. Suatu
hadiah yang mesti kau hancurkan sebelum dia menghancurkanmu.
Tapi suatu hadiah yang harus kau miliki, tidak peduli apapun itu.

Disekitar dan melewati daun hijau pinus yang gelap dan


bebatuan kecil. Dibawah cabang kuat yang rendah. Udaranya
dingin dan lembab, diselimuti bebauan yang mengacaukan temanmu
yang lain. Tetap saja, aku sangat yakin bahwa moncong hidung
serigala mendeteksi Andalite besar itu. Aku berlari.

Diatasku, Ax dan Tobias terbang dengan usaha terbaik


mereka di kegelapan.

Tapi usaha mereka tidak cukup bagus.

<Dia hilang!> Jerit Tobias tiba-tiba. <Aku tidak.....dia lari


kedepan....lalu hilang..>

Aku berhenti dibawah cabang dimana Tobias bertengger. Ku


denguskan hidungku ke tanah, kucoba mencari keberadaan
Gafinilan. Kuangkat kepalaku dan kubaui udara. Ax terbang
mendekat.

<Rasanya dia seperti menghilang.> Ujar Tobias.

<Aku semakin dekat pada ketidak beradaanya.> Kutambahkan


lagi. <Paling tidak, tidak ada arah yang jelas.>

<Sebanyak aku yang tidak ingin menghitung kemungkinannya,>


Ujar Ax. <Mungkin disana ada jalan masuk ke pusat kolam Yeerk
yang tersembunyi entah dimana. Mungkin Gafinilan masuk dari .....>

<Tunggu!> Kataku. Aku melangkah diam-diam sekitar satu


yard kedalam hutan lebat, kugunakan seluruh indera penciuman
serigala. <Dia lewat sini. Baunya kecil...tapi..lihat!>

Ada sejenni gua atau pintu masuk. Sekita tiga yard disebelah
kananku. Tidak mudah ditemukan kecuali kau sedang mencarinya.
Pintu masuk itu rendah dan sempit sera hampir benar-benar
tersembunyi dibelakang cabang-cabang tumbuhan hijau.

<Sepuluh banding satu kesitulah teman Andalite kita


menghilang.> Kataku. <Kelihatannya kau benar, Ax-man.>
<Dan kelihatannya kita tidak sendirian,> Ujar Tobias.

Ada sesuatu yang keluar dari gua.

Seseorang. Seorang manusia. Seorang pria.

Dia berhenti di pintu masuk gua. Memeriksa keadaan dengan


seksama. Mencurigai. Seakan dia berharap untuk menemukan
mata-mata yang bersembunyi dibalik batang pohon.

Dia rata-rata sama dengan manusia lain.

Tidak ada yang menjadi tandanya kecuali ke rata-rataanya


yang sangat rata-rata. Kelihatan bagus. Tinggi dan beratnya rata-
rata. Pertengahan umur, mungkin tiga puluh lima, mungkin empat
puluh lima. Rambutnya diantara coklat dan pirang. Setengah
antara panjang dan pendek. Di mengenakan jeans yang tidak bisa
di jelaskan, kemeja gelap, serta sepatu putih.

Dia berupa jenis pria yang akan menghilang dibalik keramian


dengan langsung. Jenis pria yang mudah membaur.

Saat pria ini merasa senang tidak ada seorangpun yang akan
berurusan dengannya. Dia berangkat. Dengan cepat dan penuh
keyakinan melalui hutan gelap terdekat.

Biasanya, kami mungkin mengikutinya. Terutama sejak kami


yakin bahwa dia itu seorang pengendali, yang keluar dari Kolam
Yeerk. Tapi Gafinilan jauh lebih penting bagi kami sekarang.

Aku berjalan di tanah basah untuk masuk dalam gua itu,


perutku mengenai jarum pinus serta embun dan tanah, aku
bergerak kedepan pintu gua dan menunggu temanku yang lain
Setelah beberapa menit, aku mengendus pintu masuk. Ya.
Gafinilan tadi ada disini. Aku sudah bersiap jika harus pergi ke
kolam Yeerk dibawah sana. Untuk menemukan Andalite sebelum
dia membocorkan rahasia kami.

Aku tidak bersiap untuk apa yang kutemukan didalam gua.

Tidak ada. Tidak ada panel palsu atau pintu jebakan atau
keypad berkode rahasia. Tidak ada. Yang ada hanya ruang
berongga kecil, berdebu dalam batu besar.

Aku merangkak keluar dari gua. <Tidak ada apa-apa. Tidak


ada pintu masuk. Tidak ada apa-apa.>
Ax, bertengger pada salah satu cabang kokoh yang
melindungi pintu masuk gua, berkata. <Sangat cerdas. Tentu saja
disitulah dimana Gafinilan menyembunyikan pakaian manusianya.
Untuk morph manusia.>

Tentu saja. Kesalahan bodoh kedua di malam ini.

<Aku paham,> Panggil Tobias tiba-tiba, entah darimana diatas


sana.

Aku berlari. Hingga ke ujung hutan, aku demorph dan lalu


menjadi burung hantu.

Kami ikuti Gafinilan hingga ke pemukiman di dekat


universitas.
Pemukiman yang rata-rata.

Kami perhatikan dia saat berjalan langsung ke pintu depan


dari suatu rumah yang kelihatan rata-rata. Peternakan kecil
seperti rumah lainnya di blok itu. Namanya “H. McClellan.” dalam
tulisan emas di kotak surat standar depan rumahnya.

Dia berhenti di pintu. Memeriksa sekeliling. Kemudian,


memasukkan tangannya kedalam kantong celanam mengambil
seperangkat kunci, dan masuk.

Kami menunggu. Mendengar beberapa kunci yang dibuka dan


masuk kedalam.

Lampu tidak di hidupkannya saat dia didalam rumah, bahkan


setelah penuh empat menit.

<Apa sekarang?> Tanya Tobias.

<Menyelinap atau mengintip melalui jendela?>

<Tidak,> Ujar Ax. <Terlalu berbahaya. Gafinilan akan sangat


berhati-hati disini. Penjagaannya akan sangat aktif.>

<Okay, teman-teman,> Aku berkata. <Aku sangat yakin inilah


waktunya kita bawa kasus ini pada pemimpin kita yang tak kenal
takut itu.>
Bab 07.

“Jake, pria itu melihat kami demorph.”

Rachel melompat dari kursi kayunya. Saat ini masih pagi,


sebelum waktu sekolah, karena konferensi guru-guru akan telat
hari ini. Seperti biasanya, kami berkumpul di gudang jerami
Cassie. “Hebat, Marco, kerjaan bagus.” Dia berkata sarkastis
padamu.

“Tapi,” Aku mulai. “Dia bahkan tidak tersentak. Tidak


melihatku lagi, tidak berbicara padaku. Tidak bertanya pada Ax
tentangku. Seakan dia tidak peduli padaku.”

“Kurasa pertanyaannya itu adalah, mengapa?” Ujar Jake.


“Ingat bagaimana Gonrod hampir saja kena serangan jantung saat
tahu ada manusia dengan kekuatan morph. Pria ini harusnya peduli.
Mungkin ada sesuatu masalah yang jauh lebih besar di pikirannya
sekarang. Sesuatu yang sedang berlangsung.”

“Oh, yeah. Pasti begitu. Seperti yang kukatakan sebelumnya,


pria itu bahkan tidak bertanya.” Ujarku. “Hal itu tidak membuat
perbedaan. Dia bahkan tidak bertanya bagaimana Ax tahu apa
yang terjadi pada konflik Rakkam Garro. Tidak bertanya
tentangku. Tidak bertanya berapa banyak “teman” yang Ax punya.
Siapa “kita” ini. Ayolah. Tidak ada seorangpun yang tanpa pamrih.
Itulah perhatian selektifnya. Itulah perhitungannya.”

<Dia berkata pada kami bahwa Visser akan tiba sebentar


lagai.> Ax menambahkan. <Seakan jika dia tahu kebiasaan Visser.
Seakan dia akan segera menjumpainya.>

<Atau mungkin untuk menyerangnya,> Ujar Tobias. <Kupikir


kita seharusnya tidak langsung lompat ke kesimpulannya. Kita
tidak tahu apapun tentang hubungan antara Gafinilan dan Visser
Three.>

Aku tertawa. “Yeah, kita tahu. Kita tahu cukup banyal. Kita
tahu adanya hubungan. Hal itu dikombinasikan dengan pengusiran
Gafinilan pada kita. Dan tentu saja, ancamannya untuk membunuh
kita jika kita tidak meninggalkannya dan temannya Mertil. Dalam
bukuku, jika dia tidak teman kita, maka dia itu musuh kita.”
Jake mengurut-urut belakang lehernya. “Ingat saja bahwa
dia tidak tinggal untuk menjumpai Visser Three. Selalu ada
kesempatan bahwa dua Andalite itu bisa jadi bagian tim kita.
Jadi, kita harus tetap memperhatikan pria itu. Pastikan dia tidak
bekerja pada perusahaan Yeerk. Atau juga pergi ke kolam Yeerk
sekali tiga hari.

“Aku akan kesana,” Ujar Rachel.

“Aku juga akan pergi.” Ujar Cassie.

“Baiklah, Ax apa yang kau tahu tentang Gafinilan?” Tanyaa


Jake.

<Reputasinya tanpa hambatan,> Ujar Ax sederhana.

“Dia hampir saja membunuhmu karena kau menghina


temannya.” Ku bahas lagi. “Dan dia menyerangmu, sesama
Andalite.”

<Dia itu seorang prajurit, bukan seorang diplomat,> Balas Ax.


Mungkin itu bukan hanya pikiranku, tapi dia tidak terdengar
seratus persen yakin akan pendapatnya. <Aku tidak berpikir hal
itu adalah kegiatan prajurit yang tidak biasanya, terutama karena
terdampar jauh dari dunianya sendiri, dalam suatu tempat yang
dibawah invasi dari musuh, begitulah reaksi yang dilakukannya.>

“Dengan kekerasan. Okay, lalu bagaimana dengan rekaman


video itu?” Tanya Rachel. “Siapa yang mengambil? Bagaimana bisa
disiarkan?”

Cassie mengangkat bahu. “Banyak kemungkinanannya. Bisa


saja kelakuan orang tidak berdosa. Mungkin diambil oleh seorang
pria licik yang menjualnya pada Tv untuk mendapatkan bayaran.
Atau seorang dari majalah misalnya Star or Enquirer. Atau ide
jahil dari seorang iseng tukan bercanda.”

“Atau itu mungkin diambil oleh Gafinilan sendiri,” Ujar Rachel


sengit. “Mungkin dia membuat perjanjian dengan Yeerk. Cara yang
sempurna untuk memancing bandit Andalite pada kematiannya.”

“Tapi kita masih tetap hidup.” Kubalas ucapan Rachel.


“Bagaimana jika apa yang kau sarankan itu benar, positifnya aku
tidak akan ada dalam percakapan ini.”
<Bagaimana jika Gafinilan tidak bekerja dengan Yeerk?> Ujar
Tobias. <Bagaimana jika dia tidak tersangkut dengan rekaman itu?
Apa maksudnya dengan perkataan tinggalkan dia sendiri? Lupakan
tentangnya dan Mertil.>

“Terlalu buruk,” Kata Jake getir. “Seberapa sering Andalite


datang ke Bumi? Kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa
Gafinilan dan Mertil tinggal di tengah kota. Kita tidak bermaksud
bahwa mereka itu membahayakan, tapi kita akan mencari tahu
sebanyak apa yang kita bisa.”

“Kurasa kita akan pergi?” Kataku, seakan aku tidak tahu apa
yang akan terjadi.

“Oh, yeah. Hanya saja ‘kita’ artinya kau dan Ax.” Ujar Jake.
“Jika pria ini adalah seorang penghianat, jika dia ingin bergabung
dengan Yeerk, kita tidak ingin dia tahu lebih banyak informasi
dari kita daripada apa yang sudah dia tahu. jadi, hingga hari ini
Marco jadi manusia. Yang mana itulah informasi yang dia tahu, dan
Ax sebagai seorang Andalite. Dia melihat Tobias tapi kita butuh
dia sebagai pengamat udara disaat kalian berdua didalam. Kalian
dalam kunjungan biasa untuk kepentingan pangeranmu, Ax.
Sisanya akan membantumu dari belakang. Untuk kekuatan
tambahan jika dibutuhkan.”

Aku menyeringai. “Jika dia bermaksud bahwa ‘aku akan


membunuhmu jika kau tidak meninggalkanku’ itu. Terima kasih,
pria besar.”

Jake menyeringai balik. “Bukan masalah. Dan saat kalian


pergi, sisanya akan waspada. Perhatikan kemana dia pergi, apa
yang dia lakukan. Lihat jika dia menghubungi Yeerk. Perhatikan
Mertil juga.” Dia menatap Cassie dan Rachel. “Tapi awalnya, coba
buntuti Tuan H. McClellan sebelum dia meninggalkan rumahnya
pagi ini. Tobias, kau pergi bersama mereka. Saat mereka pergi ke
sekolah, kau yang mengambil alih.”

Tobias terbang dari tenggerannya di belandar. <Tentu, Jake.


Kutunggu kau di udara, cewek-cewek.>

“Apa yang kulakukan sementara itu?” Aku bertanya pada


Jake setelah temanku yang lain pergi. “Hingga Ax dan aku
mengunjugi Batman dan Robin?”
Jake tersenyum keji padamu. “Uh Marco, kupikir kau sudah
selesai. Kau tahu kalian bertiga berlarian untuk mencari Andalite
itu tanpa memberitahu kami. Bagaimana jika bersantai beberapa
jam? Mungkin berdoa satu atau dua pada kamu? Kami akan sangat
membutuhkannya.”
Bab 08.

Aku bukanlah orang yang banyak berdoa dan suka memohon.


Kecuali, tentu saja, jika akan membuat gadis cantik berkata
“ya” untuk berkencan denganmu. Kemudian, bahkan memohon
adalah pilihan.

<Marco? Itu kau?>

<Di dalam daging---uh----bulu-bulu.>

Aku bergabung dengan Tobias diatas rumah tetangga H.


McClellan. Diatas dua atau tiga kamar tidur, diatas atap dan kain
layar bergambar cedar berbentuk segitiga dan trapesium. Diatas
kolam renang di halaman belakang, lingkaran biru terang dan
bundaran, dan didepan seragam persegi berwarna hijau. Tipikal
pola geometri amerika. Benar-benar keren di sudut pandang ini.

<Mengapa kau tidak di sekolah bersama yang lain?> Tanya


Tobias.

<Kupikir-pikir aku benar-benar tidak ingin menjawab


pertanyaan itu. Jadi, apa yang telah kau temukan?>

Tobias meluncur dengan putaran malas, membiarkan termal


mengangkatnya. <Tidak begitu banyak. Kami ikuti Henry----Itulah
Kata H dalam namanya—ke universitas. Kelihatannya dia itu
asisten dari kelas akademis. Beberapa profesor yang bekerja
dengan partikel fisika. Apapun itu.>

<Ax pasti tahu. Apa lagi?>

<Baiklah, kecuali saat pria itu pergi ke kamar mandi, mungkin


untuk demorh, kamu sangat yakin kami memperhatikannya terus
sepanjang pagi. Cassie dan Rachel masuk kedalam. Menemukan
tempat yang baik untuk demorph. Tempat itu merupakan salah
satu ruangan pribadinya, jendela yang dibekukan, satu kandang.
Dia berduduk di kursinya, berbincang dengan rekan kerjanya,
memakan donut. Kemudian Cassie dan Rachel pergi ke sekolah.
Aku memeriksa sekeliling. Sekitar jam sebelas, Henri mendapat
telpon dari seseorang yang kelihatannya membuatnya gemetar.
Hal berikutnya yang kutahu, dia itu berkeliling di rumahnya.
Kecuali dia morph menjadi sesuatu yang sangat kecil. Kupikir dia
masih ada disana,>

<Atau di rumah hijaunya. Aku ingin lebih dekat kesana,>


Ujarku

Aku meluncur kebawah, mendekat pada atap perkebunan


kecil milik Henry McClellan. Mendekat lagi pada rumah hijau yang
tersambung dengan rumahnya sendiri melalui sejenis terowongan
sepanjang lima belas foot panjangnya.

<Hati-hati, Marco,> Kata Tobias memperingatkan. <Dia gugup


dan benar-benar paranoid.>

<Dan kemungkinan dia mencari-cari kita, aku tahu, aku tahu.>

<Mungkin yang menelpon tadi itu Mertil,> Ujar Tobias saat


dia melayang sekitar dua puluh kaki dari atas rumah hijau itu.

<Mungkin Visser,> Ujarku dalam suara sarkastik pelan.


<Jangan didramatisasikan.>

Tobias mengabaikan tandaku. <Itu dia, dalam wujud


Andalite.>

Gafinilan hampir tidak kelihatan, bahkan bagi mata Ospreyku.


Dia berada di antara rimbunya tumbuhan dibalik kaca dalam
rumah hijau.

<Berdasarkan ucapan Ax,> Tobias menjelaskan. <Berkebun


adalah hobi yang sangat keren bagi Andalite, berkebun itu suatu
seni, katanya.>

<Hebat, aku pasti akan membelikannya pemotong rumput yang


bisa dikendarai mereka John Deere natal ini. Apakah ada tanda-
tanda dari Mertil?>

Tobias hinggap pada pohon oak besar yang merupakan pohon


milik Tuan Henry McClellan. <Bukan itu yang kulihat.Hanya
McClellan saja yang membabat rerumputan. Atau lagi mencukur
kebunnya. Dia kelihatan sangat fokus.>

<Kalau gitu aku akan lebih dekat lagi.>

<Uh, Marco. Aku tidak yakin itu ide yang hebat. Bagaimana
jika dia melihat ke atas?>
<Bagaimana jika dia tidak melihat ke atas? Lihat, pria ini
membuat berharap besar. Aku ingin tahu sebanyak mungkin
sebelum aku sampai ke hamparan rumputnya.>

<Okay, tapi...> Tidak ada tapi-tapian. Aku pergi semakin


dekat diatas atap rumah hijau.

Aku bergerak semakin dekat-semakin dekat, mataku


kukerahkan untuk menangkap setiap rinci gerakannya yang kubisa
kemudian...

ZZZZZAAAPPP!

<Ahhh!>

Aku bahkan belum menyentuh kacanya! Tapi setruman listrik


sudah menyengatku, hampir jatuh, kurang dari sekaki saja dari
atap kaca. Ku kerahkan diriku ke sebelah kanan, mengepak sekuat
tenaga, merasa putus asa untuk tidak menyentuh kaca itu seakan
kena sedetik sebelumnya.

<Marco!>

Rumah hijau itu dikelilingi oleh Force field.

Hanya kegiatan biasa bagi Gafinilan untuk melindungi dirinya.

<Marco! Jawab aku!>

Aku tidak bisa. Rasa sakit ini menyakitkan. Pikiran manusiaku


mati rasa karena kejutannya.

Kemudian aku terbang. Tidak mengarah ke manapun, bahkan


tidak pergi dari apapun. Insting Osprey yang mengambil alih dan
aku hanya terbang saja, naik, kemudian turun, mengepak gila-
gilaan, karena sakit yang kurasakan.

<Marco! Apa yang kau lakukan! Pergi dari sana, sekarang!>

Aku tidak melihat adanya kamera pengintai yang ada di atap


rumah.

Hingga sudah terlambat.

<Hati-hati! Dia punya shredder!>

Jeritan Tobias akhirnya sampai ke panikku yang tanpa pikiran


itu.
Kulihat kebelakang pada kepala Gafinilan dan senjata yang
digenggam tangan melalui cahaya langit dari atas rumah itu yang
datar.

Dia menggenggam shredder yang diarahkan padaku.

<Menyerah!> Teriaknya dalam kepalaku.

Aku tidak menjawab. Berharap bahwa mungkin, mungkin, jika


aku tetap diam, dia akan berpikir bahwa aku ini hanya seekor
burung bodoh.

Bukan untuk pertama kalinya, ku remehkan dirinya.

Tseeeew!

Dia menembak!

Kulihat sekilas sebelum kurasakan rasa sakitnya.

<Aaagggghhh!>

Salah satu kaki cakarku benar-benar hilang.

<Itu tembakan peringatan,> Ujarnya.

Peringatan.

Tidak bisa kau bayangkan betapa menjengkelkannya untuk


melihat kebawah dan melihat salah satu bagian tubuhmu
menghilang. Tidak perduli apapun wujudmu. Melihat angkasa
kosong dimana tempat itu seharusnnya berada. Melihat darah dan
cairan yang keluar dari bekas lukanya.

<Menyerah, Atau Mati,> Perintahnya lagi.

Tidak banyak pilihan yang lain.

<Hubungi yang lain! Temukan Ax!> Kuucapkan secara pribadi


pada Tobias. <Cepatlah!>

Untuk Gafinilan ku ucapkan. <Apa yang kau inginkan


kulakukan?>

Dia tetap mengarahkan shredder itu padaku. Kelihatannya


dia tidak melihat Tobias terbang, atau memang tidak peduli.

<Hinggat dia taman belakang, disamping rumah hijau,>


Instruksinya. <Kemudian, Demorph.>
Bab 09.

<Jadi, mataku tidak menipuku,> Ujar Gafinilan dia tetap


berdiri disana, <Saat pertama kulihat dirimu di malam itu,
cahayanya buram.....tapi kau manusia. Bukan Andalite.>

Tidak ada yang lebih buruk lagi daripada kehilangan cakar.


Hanya sedikit lumpur karena berguling tadi.

“Kelihatannya emang gitu,”

Gafinilan mencolekkan shreddernya padaku seakan itu jari


saja.

<Siapa yang memberikan tekhnologi morph padamu?>

“Apa perbedaannya karna hal itu?”

<Perbedaannya itu tentang benar dan salah,>

Gafinilan berkata lagi. <Andalite yang memberikanmu


kekuatan untuk morph telah melanggar hukum Kebaikan Seerow.
Dia seorang kriminal.>

“Andalite yang memberikanku kekuatan untuk morph sudah


tewas,” Ku katakan padanya dengan datar. “Dan aku tidak yain kau
harus menyebut orang lain sebagai kriminal. Kau tahu,siapa yang
tanpa kesalahan melempar batu untuk pertama kalinya, dan yang
lainnya lagi.”

<Apa yang coba kau siratkan, manusia?>

Tiba-tiba, aku jadi jauh lebih marah daripada ketakutan.


“Aku tidak menyiratkan apapun. Aku mengatakan yang
sesungguhnya. Kau membuat perjanjian dengan Visser Three. Aku
tidak tahu rincinya, atau apa yang kau anggarkan untuk bisa kabur
darinya. Tapi inilah yang kutahu : Visser Three itu Yeerk.
Sekarang, kau adalah Andalite yang cerdas. Beritahu aku apa yang
telah kau buat.”

SWOOSH!

Tanganku langsung terbang ke leherku. Keluar darah.

Hanya sedikit. Serangan peringatan.


Dan kemudian pisaunya kembali ke tenggorokanku.

<Aku bukan seorang penghianat,> Ujar Gafinilan, bahasa


pikirannya terdengar pelan dan mengancam.

<Gafinilan!>

Ax!

Ax menerobos pagar tumbuhan tinggi yang mengelilingi kebun


McClellan. Ekornya diacungkan, bersiap untuk bertarung.

<Jika kau benar seorang Andalite sejati,> Ujar Ax, dia


berhenti tidak sampai sepuluh kaki jauhnya dari tempat kami
berdiri.

<Kau tidak akan melukai manusia itu. Dia salah seorang dari
kita sekarang. Dia seorang prajurit yang melawan Yeerk. Jika kau
serang dia, itu tandanya bahwa kau seorang penghianat.>

Gafinilan mengayunkan mata tanduknya untuk melihat Ax.


Mata utamanya tetap melihatku.

<Kau berani menantangku, Aristh kecil?>

<Aku berani,> Balas Ax. <Temanku dalam kelompok perlawanan


tahu kita ada disini. Pangeranku lah yang mengirimku ke sini untuk
berbicara denganmu.>

Gafinilan tidak merespon. Tidak saat ini. Dia tetap berdiri


tegak, memisahkan kami, ekspresi di wajahnya tidak terduga.

<Kuperingatkan padamu untuk tidak mendekatiku,> Akhirnya


dia bicara. <Pangeranmu mengangguku karena mengabaikan
peringatanku dan mengirim seorang anak manusia.> Dengan
perlahan-lahan, dia menarik pisau ekornya dari tenggorokanku.
<Aku akan bicara dengannya atau aku tidak akan bicara pada
siapapun.>

Aku mundur. Kurasakan sengatan dikulit leherku dan berkata.


“Kalau gitu kurasa percakapan ini berakhir.”

Aku mundur beberapa langkah dari Gafinilan. Kemudian


berjalan ke arah Ax.

<Tidak!>
Perlahan-lahan, ku arahkan kepalaku dan kulihat Andalite
besar itu.

Dan untuk beberapa detik, kupikir kulihat tubuh besarnya


gemetaran, Gemetaran sekilas. Mungkin aku hanya
membayangkannya saja.

<Tidak!> Ucapnya lagi, bahasa pikirannya jauh lebih rendah


dan tenang. <Silahkan, masuk ke dalam.>

<Marco? Ax? Kita ada disini. Di depan dan belakang rumah.>

Jake. Sempurna.

“Okay,” Kataku pada Gafinilan. “Mari bicara.”

Gafinilan menuntun Ax melalui pintu disamping rumah


hijaunya, kami memasuki rumah itu melalui pintu biasa, kaca, dan
segalanya.

Dan melangkah masuk kedalam dapur yang sesuai dengan


Martha Stewart Living or House Beautiful or Architectural
Digest. Salah satu majalah itu selalu dibaca ibu tiriku.
<Rumah anda sangat akurat dan merupakan contoh menarik
bagi pemukiman masyarakat perkotaan,> Ujar Ax secara formal.

<Kuhargai penilaianmu, Aximili,> Balas Gafinilan, secara


formal juga. <Sulit untuk mempelajari begitu banyak rincian dari
kebudayaan manusia. Tapi yang terpenting untuk Mertil dan aku
adalah tetap tidak mencurigakan dengan bersembunyi. Walaupun
begitu aku harus mengakui hubungan antara kerendahan dan atap
ini membingunkan. Rasanya tidak mirip tinggal dibawah langit
lapang.>

“Itu ada perkebunan kecil,” Kataku. “Lain kali, pergilah ke


Cape Cod, paling tidak, atau ada cahaya lampu di tiap kamar,
bukan hanya di dapur saja.”

Gafinilan memilih untuk mengabaikan ucapanku. Dia menuntun


kami melalui dapur, yang berisi berbagai variasi barang domestik
bertekhnologi modern. Ada Peti Es dibawah nol derajat.
Micromave. Viking Cooktop dan ovem. Pencuci piring Bosch.
Cuisinart. Peralatan dapur. Mixer dan segalanya yang berkilau
bersih. Nora pasti akan merasa di surga. Okay, mungkin aku
terlalu banyak menghabiskan waktu menonton acara dapur dalam
saluran Food Network.

“Yeah, Dapur yang hebat, Gafinilan.” Kataku. “Tapi


kelihatannya seperti tidak pernah digunakan. Tidak ada piring
kotor di sink, tidak ada panci berdebu di dinding, tidak ada towel
basah yang dilempar ke pojokan dapur, tidak mungkin ada orang
yang percaya bahwa kalian tinggal disini.”

Gafinilan memfokuskan mata utamanya padaku. “Dua Pria


tidak tinggal disini,> Katanya. <Paling tidak sejauh manusia lain
pertimbangkan. Rumah ini milik Henry McClellan dan dia tinggal
sendirian. Hidup dengan tenang. Menghabiskan banyak waktunya
dalam kantor dan universitas. Dia tidak berteman. Dia adalah
orang yang manusia sebut. “penyendiri.”>

Baiklah, yang itu menjawab pertanyaanku. Gafinilan menuntun


kami melalui beberapa ruangan di rumahnya, tiap ruangan begitu
murni, tidak pernah di gunakan? Untuk dua pria dengan kuku belas
berlumpur dan tidak memiliki kemampuan untuk duduk?

Jelas sekali, Mertil dan Gafinilan benar-benar tinggal entah


dimana dirumah ini.

Satu-satunya hal yang menganggu adalah barang yang tidak


pada tempatnya yang dalam rumah sempurna dijadikan barang
kesenian, tentu saja dibeli dari beberapa pekerja seni yang
menjajakannya disepanjang jalan. Kau tahu, melukis diatass velvet
hitam, dibuat dari batang cadillac tua. Ada sketsa dan bahkan
gambar badut berwajah sedih.

Sebelum aku bertanya dimana gambar Elvis yang menangis di


gantung. Gafinilan menuntun kami kembali ke dapur. Di salah satu
dinding jauh ada keypad. Bahu Andalite yang besar menghalangi
pandangan kami saat dia menekan kodenya. Pintu terbuka
kesebelah kiri sementara pad itu tetap terbuka.

<Silahkan. Disanalah ruangan pribadi kami.>

Dalam saluran setengah pribadi Ax memberi tahu Jake posisi


kami. Bahwa kami memasuki ruangan tersembunyi di rumah. Bahwa
dia dan yang lainnya harus bersiap dalam panggilan kami.
Kemudian Aku dan Ax melangkah kedepan. Kubisiki dia.
Bahwa itulah yang namanya Rumah mini dari rumah-Andalite-yang-
jauh-dari-rumah.

<Aku dan Mertil beruntung bisa mendapatkan banyak barang


setelah kecelakaan,> Gafinilan menjelaskan. <Yang terpenting,
penyuplai tenaga yang masih bagus dan sebuah generator force
field. Yang sangat penting bagi kehidupan kami.

Aku tersenyum getir. “Tidak kau katakan.”

Stasiun komputer. Ada lebih dari selusin. Tiap layar


menjalankan program yang berbeda, saat pertama kali kupandang
tidak ada program yang ku kenali.

Beberapa tv berlayar besar. Tiap tv hidup dan diatur untuk


menampilkan acara berita yang berbeda. Segalanya mulai dari
Hollywood Style Report hingga CNN lalu Bloomberg Report.

Lantainya dilapisi rumput subur. Tidak ada kursi, tapi ada


meja panjang yang mana diatasnya ada berbagai senjata genggam.

Dindingnya berwarna krem. Atapnya biru langit. Kelihatannya


ada ruangan lain disamping ruangan ini. Mungkin ada, tentu saja.
Disana mungkin ada panel geser tersembunyi lainnya. Kemungkinan
ada.

Seba kami tidak melihat Mertil.


Bab 10.

<Pangeran Perang Gafinilan. Aku ingin mengerti mengapa kau


tidak tertarik untuk bergabung dalam pertempuran kami melawan
dominasi Yeerk.>

Dan masih berjalan baik sejauh ini.

Tapi daripada kulihat kepala Ax bergulingan lantai berumput,


kuperhatikan ekspresi di wajah Gafinilan bermutasi dari marah
hingga putus asa hingga menjadi wajah Andalite biasanya yang
tidak bisa ditebak. Seluruhnya hanya dalam waktu beberapa detik.

<Sangat baik, Aximili muda,> Katanya, terdengar jauh lebih


santai, pose marahnya berkurang. <Mungkin kau tidak akan
menyukai ceritaku. Tapi benar. Dan ceritaku. Seperti yang akan
kuceritakan padamu.> Dia mulai menceritakan kisahnya. <Pada
suatu waktu, tidak lama juga, aku bertugas dalam perang melawan
Yeerk. Di tugaskan dalam pasukan Pesawat Dome, ditugaskan
dibawah saudaramu, Elfangor.>

<Ya.>

<Aku dan Mertil sama-sama pilot Fighter. Kami masuk ke


akademi bersama-sama dan meraih reputasi yang sam untuk
kecakapan dan keberanian. Bagaimanapun juga tidak ada
seorangpun yang kekal dari korban perang. Selama peperangan
melawan Pesawat Blade, peperangan itu menghancurkan pesawat
Dome kita, fighterku tertembak dan mesin utamanya hancur.
Segera setelah tertembak aku kehilangan kendali dan
menghantam fighter Mertil yang sudah rusak kian. Entah
bagaimana caranya sayap pesawat kami tersangkut, pesawat kami
berputaran kebawah. Aku yakin bahwa kami berdua akan
terbunuh.>

Dia berhenti sejenak. kemudian setelah beberapa saat


menegangkan dia melanjutkan.

<Daripada tewas, kami menjadi dua orang korban perang.


Untuk beberapa alasan, kami berdua selamat. Menghabiskan
beberapa bulan yang menyiksa bersembunyi di hutan, menghindari
mata pemangsam hingga aku bisa menyerap seorang manusia. Dan
berpetualan dalam dunia kalian. Kau lihat kan, aku hanya terluka
ringan, Beberapa luka bakar, beberapa rusuk patah yang gampang
sembuh. Sepanjang waktu, luka nya sembuh. Tapi ekornya---
terpotong. Dan sebab ketidak mampuannya untuk menggunakan
tekhnologi morph, tak ada yang bisa dilakukannya. Dia tidak akan
kembali ke wujudnya semula. Dan sekarang, aku tidak lagi seorang
prajurit yang bertugas melayani Dunia Andalite. Aku adalah
pelindung Mertil dan temannya,> Dia menambahkan lagi, bahasa
pikirannya kelam. <Jika aku bisa mengendalikan fighterku. Mertil
mungkin tidak akan semenderita seperti sekarang.>

<Mengerikan,> Ujar Ax. Bahasa pikirannya menampilkan


simpati. Hanya jejak saja tapi. <Mertil dibangkitkan dari kematian
seorang pahlawan dan dipaksa hidup sepanjang hari sebagai
seorang Vecol.>

<Aku senang karena Mertil hidup,> Sambung Gafinilan.

Aku percaya akan dia.

“Jadi, dimana dia sekarang?” Aku bertanya. “Aku ingin


menjumpainya.”

<Mustahil!> Ujar Ax.

<Tidak!> Sahut Gafinilan.

<Tidak terpikirkan rasanya untuk menyusup masuk dalam


isolasi seorang vecol,> Ax menjelaskan. <Isolasinya hanyalah satu-
satunya kemuliaan yang dia punya.>

“Baiklah, aku bukan ingin tertawa atau apalah.” Kataku. “Aku


bahkan tidak bisa menyapa “Hai.” pada pria itu?”

Tidak ada jawabam, dari kedua Andalite.

Mungkin seharusnya aku diam saja. Mungkin ada beberapa


topik yang seharusnya tidak kucampuri.

Aku tertawa palsu. “Kalian Andalite butuh penyesuaian serius


saat berhubungan dengan perbedaan kemampuan.”

<Kami punya cara kami sendiri,> Ujar Ax begitu saja.

<Aximili!> Ujar Gafinilan penuh hati. Dia merubah topik.


<Maukah kau memberikan kehormatan padaku dengan membagi
beberapa akar illsipar?>
Ini dia. Saat Ax dalam morph manusianya. Dia tidak bisa
tahan akan roti kayu manis. Maksudku itu menakutkan loh. Kulihat
tatapan gila yang memenuhi wajah tanpa Ekspresi Andalite.
Tatapannya yang berkata seperti ini “Berikan padaku sekarang
atau akan kulukai kau.”

<Terima kasih,> Ucapnya hati-hati. <Aku tidak lagi punya akar


illsipar sejak berangkat dari rumah kita.>

Gafinilan berjalan ke pintu belakang dan menuntun kami ke


bagian utama dari rumah hijaunya.

<Anda seorang pekebun yang handal, Gafinilan,> Ujar Ax.

<Aku telah mempelajari seni botani pengolahan tanah sejak


masa mudaku. Ini sebuah tantangan, tapi menghasilkan juga, untuk
mempelajari kepedulian dan pemeliharaan tumbuhan Bumi.>

Aku tidak paham apa-apa tentang tumbuhan hijau. Namun aku


bisa melihat bahwa Andalite itu berjari hijau. Paling tidak ada
sepuluh jenis bunga, dalam pot dan dijajarkan di tanah. Dua jenis
mawar, peoni ungu, daili orange—Gafinilan pas kali untuk ditandai
sebagai seorang bodoh. Semak-semak, dan semak kecil, dedaunan
hijau, beberapa jenis bunga, beberapa pohon ramping. Bahkan ada
batu kebun dari jepang, lengkap dipasang dengan rapi disertai
kerikilnya.

<Aku menumbuhkan illsipar dari bibit kebun di rumah asliku,>


Gafinilan menjelaskan. Dalam tangannya yang aneh itu, dia
memegang enam atau tujuh batang tumbuhan yang kelihatannya
seperti scallion. Kecuali warna pinknya. <Ini tumbuhan sehat dan
tumbuh dengan baik disini.>

Kuperhatikan, hampir kagum, saat kedua Andalite itu


meletakkan batang tumbuhan itu ditanah dan memakannya dalam
gaya Andalite biasanya. Menghancurkan tanaman itu dibawah kuku
belah mereka dan menyerap nutrisinya.

Kemudian hal yang paling mengagumkan itu berakhir.


Kelihatan Andalite itu telah melupakan bahwa aku ada disini. Jadi
kudekati beberapa tumbuhan menawan yang ditanam Gafinilan.
Berjejer rapi dalam tempatnya di sepanjang jalan kecil hingga
keataas, tiap tumbuhan berada dalam pot bertanah, ada pangkur,
penyiram bunga, dan pupuk dalam mangkuk.
“Bzzzzz!”

Apa ini.....

Kupukul udara dengan tanganku. Dasar lebah tolol.

“Bzzzzz!”

Yang lain lagi! Smack!

Tapi aku hanya membuang-buang waktuku. lebah itu tidak


tertarik olehku. Mereka tertarik akan bunga manis dan berwarna
yang memenuhi rumah hijau.

Tentu saja, Gafinilan mempercayakan lebah-lebah itu untuk


membantu pertumbuhan tanamannya.

Dengan cepa, kuperiksa jika Ax dan Temannya masih tetap


melakukan ritual penyerapan illsipar.

Kemudian kuperiksa sarang lebah dalam rumah hijau. Tidak


ada.

Kuperiksa otakku untuk memastikan apakah ada yang kutahu


tentang lebah madu. Seperti, apakah mereka menyengat? Tidak
ada.

Tapi aku tidak ingin menyerap lebah madu. Jika mereka


datang dari luar dan kembali ke sarangnya yang entah dimana
diluar rumah hijau ini tanpa tersengat force field---artinya bahwa
mereka tahu jalan keluar yang aman.

Itulah yang kubutuhkan.

Aku berdiri disana. Berharap ku baui aroma manis dan....

“Bzzzzzz!”

Dapat! Kutahan lebah itu dalam tanganku dan berharap untuk


menyerapnya.

<Terima kasih untuk akar illsipar yang sempurna ini.>

Ax! Aku masih tetap menggenggam lebah itu, kuintip melalui


pot-pot tumbuhan kulihat kedua Andalite itu telah selesai ritual
makannya.

<Sama-sama,> Jawab Gafinilan, salah satu mata tanduknya


diarahkan padaku.
Aku tersenyum

<Mungkin sekarang pangeranmu akan memberikan


kehormantan padaku dengan suatu kunjungan?> Ujar Gafinilan.
<Sekarang kutahu kalian tahu aku tidak berbahaya. Maukah kau
memberitahunya bahwa aku mengundangnya untuk menikmati
dunia ini?.

<Aku mesti menjelaskan....>

“Ya, tentu saja,” Ujarku, kupotong ucapan Ax. Berharap


bahwa dia diam. “Kami akan menerima undanganmu.”

Ax menatapku, kebingungan. Aku menyeringai gila padanya.

Lebah tolol ini menyengatku!

Owh! Kubuka tanganku, jauh dari pandangan mereka, dan


kulemparkan lebah itu ke tanah.

Kemudian aku bergabung dengan mereka berdua.

<Sempurna,> Ujar Gafinilan senang. <Kutunggu kunjungan


kalian dan juga untuk berjumpa dengan pangeranmu!>
Bab 11.

Pangerannya Ax dan teman baikku tidak akan mengunjungi


Gafinilan sebelum aku melakukan sedikit investigasi lebih lanjut
sendirian.

Tapi aku tidak akan memberitahukannya pada mereka.

Kami berjumpa di mall. Ax dalam wujud morph manusianya,


dan menjelajah kesana-kemari seperti anak normal lainnya yang
bermain di mall.

Jake pergi sendiri. Memeriksa toko sepatu Nike, pura-pura


tertarik pada sesuatu yang tidak membahayakan seperti olahraga.

Tobias dengan Rachel yang membawa satu tas dari toko


Express dan satu dari Bebe. Tobias kelihatan aneh dan salah
tempat.

Finalnya, Cassie. Dalam balutan sepasang jeans yang benar-


benar pas.

Secara kebetulan yang sudah direncanakan, kami berkumpul


di pusat makanan. Ax ingin membeli sekotak roti kayu manis. Jake
mengira sebotol Pepsi kedengarannya pas. Apa yang kau tahu?

Kami berkumpul di meja kosong dan disaat Ax memasukkan


wajahnya kedalam kotak makanan dan aku berpura-pura membalik
komik yang kukeluarkan dari kantong belakang, kami beritahu
pada teman yang lain bahwa kami akan turun.

“Kau tahu kau mengambil resiko-besar dan akan kutambahkan


juga—tolol, Marco.” Ucap Jake, dia bersuara pelan dan
ekspresinya lembut.

“Yeah, baiklah, kami dapat apa yang kita inginkan,” Kataku.


“Kami masuk ke dalam. Dan kami bisa mengkonfirmasikan bahwa
Gafinilan adalah seorang yang telah melepaskan meriamnya.”

“Ya,” Ujar Ax setuju. Walaupun susah rasanya untuk serius


dengannya dengan adanya remah makanan di dagunya. “Moodnya
kelihatan sangat stabil. Tapi. Tapi dia itu seorang pekebun yang
hebat. Dan dia membuat tiruan manusia yang mengesankan.”
“Yeah, kecuali kertas towel berpola.” Gerutuku, kuletakkan
buku komik di atas meja. “Tempatnya begitu sempurna.”

Rachel bergabung dalam percakapan. “Kedengarannya dia


seperti terlalu seimbang. Mencoba terlalu sulit. Hal itu masih bisa
dipahami. Pastinya dia ketakutan.”

“Akan siapa?” Tanya Tobias. “Pada kita atau pada Yeerk?”

Jake menghisap habis sisa sodanya. “Dia ingin berjumpa


dengan pangeran Ax. Kukatakan padanya bahwa kita akan
berkunjung.”

“Bukan ide yang baik, teman. Lihatlah, aku punya perasaan


sangat jelek tentang pria ini. Situasi ini, aku tidak bisa menebak
motifnya dengan jelas. Yang ingin kukatakan adalah kita menunggu
dulu sebelum mengirimmu kesana.”

Jake mengangkat bahunya. “Untuk apa? Agar Visser


menangkapnya? Agar Gafinilan bercerita pada Visser paling tidak
ada seorang manusia di ‘Bandit Andalite?’”

“Terlalu beresiko,” Cassie menimpali. “Marco benar.”

“Kita berjaga-jaga, seperti biasanya. Aku pergi dalam


pengawalan.”

Jake berdiri. “Aku pulang. Ibuku memasak salah satu


masakan favoritku untuk makan malam. Jika kau terlambat, dia
akan penasaran.”

“Aku akan menemanimu.” Ujar Cassie.

“Mari kita rencakan pertemuanku dengan Gafinilan secepat


mungkin,” Ujar Jake. “Mungkin besok malam.”

“Aku juga akan keluar dari mall,” Tobias berdiri dan


melemaskan tangannya. “Tempat ini membuatku merasa aneh. Ax-
man? Kau ikut?”

Ax menepuk-nepuk perutnya. “Ya. Tobias. aku percaya bahwa


aku sudah kenyang untuk saat ini.” Dia berdiri dan mengumpulkan
roti kayu manis yang tersedia dalam kotak.

Tinggal aku dan Rachel, sendirian.


Kubusungkan dadaku dan tersenyum. “Apakah ada alasan
tertentu bagimu karena ingin berduaan denganku, Rachel?”

“Yeah. Hingga aku bisa melihatmu bertingkah bodoh. Seperti


biasanya.” Dia bersantai di bangkunya. “Maksudku Marco. saat ini
aku lagi tidak mood.”

Kuangkat tanganku, mohon ijin menyerah.

“Okay, okay. jadi....?”

“Seringkali kau jadi orang aneh terhebat. Kau tahu?”

Aku tertawa. “Uh, makasih.”

“Tapi kau juga orang terhebat untuk mengenali saat ada


sesuatu yang benar-benar mencurigakan. Aku bisa menghalangi
lelucon garingmu. Tapi aku tak bisa mengabaikan insting
paranoidmu.”

“hehe, makasih, lagi,”

Rachel terpaku. “Maksudku. Lihatlah, kau tidak membolehkan


Jake menjumpai Gafinilan sebelum kau kesana sendirian. Jangan
capek-capek membantahnya. Kau pasti punya rencana ya kan. Aku
ingin tahu apa itu rencanamu.”

Dengan cepat, seperti biasanya, kuperiksa sekeliling.


“Mengapa? Sehingga kau bisa bercerita pada pacar burung-priamu
itu dan mengacaukanku dan Jake.”

“Bukan, dasar tolol,” Desis Rachel. “Jadinya aku bisa pergi


bersamamu. Kau pasti butuh seseorang untuk melindungi
bokongmu nanti.”

“Lihatkan! Aku tahu kau itu peduli.”

WHAM!

Dan disaat itulah Kaki Rachel tersambung dengan tulang


keringku.
Bab 12.

Aku disini tidak akan tepat waktu untuk morph jadi lalat
sebelum “misiku”. Jadi ya aku menghabiskan beberapa menit di
internet, berharap untuk menemukan fakta yang bersangkutan
dengan kemampuan lebah dan kelemahannya. Sesuatu yang
mungkin akan membantuku apa yang kukira akan terjadi saat
pikiran lebah mengajakku berkelahi nanti.

Dan aku mempelajari sesuatu yang membuatku


ketakutan : Lebah madu itu sama seperti semut, adalah serangga
sosial. Tidak begitu sama sih dengan semut. Tapi fungsi mereka
untuk bagian yang lebih besar lagi. Bukan sebagai individual.
Seperti mesin dalam dedikasi mereka untuk bertahan hidup di
koloni. Mereka mempersembahkan seratus lima puluh persen
hidupnya untuk sarang.

Sekarang aku sudah tahu dari masa asal kata. “Sibuk seperti
lebah” datang bukan.

Hal ini tidak membuatku senang. Menjadi semut adalah satu


pengalaman paling menakutkan dari kehidupanku yang memang
sudah aneh.

Aku akan kehilangan diriku lagi, menjadi semut. Begitu juga


Jake dan yang lainnya. Tidak ada perasaan akan diri sendiri.
Keluar dari sifat pribadi. Kebanyakan orang bahkan tidak pernah
membayangkan bagaimana rasanya kehilangan bagian itu dalam
kehidupanmu. Rasanya seratus kali lebih hebat daripada mimpu
terburukmu.

Aku bernafas dalam-dalam. Aku harus menghindari sarang


asli jika mungkin.

Kulihat jam dinding. Waktu terus berlalu saat kau ketakutan.

Kami berjumpa terlalu awal di pagi hari. Rachel menggunakan


morph elang botaknya dan aku jadi Osprey. Kami terbang ke
rumah Henry McClellan.

<Sekarang apa?> Dia bertanya.

<Hinggap dan survey.>


Kami melakukannya. Sebelum tiga menit penuh berlalu, kami
menemukan seekor lebah madu.

Dan dia menuju ke rumah hijau.

Sempurna. Mungkin aku tidak perlu menemukan koloni itu.

<Apa yang dilakukannya?> Tanya Rachel.

<Aku tidak tahu. Perhatikan saja.>

Yang mana tidak mudah bagi kami. Lebah itu terbang secara
tidak teratur. Keatas, lalu kebawah. Kekanan, lalu kebawah lagi.
Kiri! Atas! Bergerak diagonal, berbalik arah, mundur lagi.

Kemudian, dalam pertunjukan akrobatik finalnya, dia


menyelinap lewat lubang kecil di panel kaca.

<Okay, Marco,> Ujar Rachel. <Itulah jalan masukmu.>

<Yeah. Aku tidak akan pernah bisa melewati penghalang


nuklir itu tanpa terpanggang.>

<Tidak juga, kecuali kau itu lebah sungguhan,> Ujar Rachel.


<Maksudku, benar-benar membuntuti. Yang artinya kita butuh
sarang mereka.>

Dia benar. Mengadopsi sistem lebah madu adalah cara


teramanku----tak disebutkan hanya---ada kesempata untuk
masuk.

Kami temukan sarang di tersembunnyi di pepohon di ujung


kebun belakang rumah Henry McClellan.

<Darimana Gafinilan mendapatkan uang untuk tempat ini?>


Gerutuku. <Pekarangannya, pasti, sepertinya tiga acre.>

<Lotto?> Rachel hinggap pada cabang pohon oak disamping


perumahan komunitas lebah. <Akan kulindungi kau disaat demorph.
Setelah kau morph. akan kuperhatikan terus hingga kau semakin
dekat ke rumah itu. Apapun yang terjadi jika keliru disana. Marco,
lebih baik kau panggil aku.> Dia memperingatkan. <Tidak usah
bertingkahjadi seorang pahlawan.>

<Tidak ada bahayanya kalau itu,> Gerutuku.


Aku hinggap di bawah batang pohon tempat Rachel. Dengan
cepat demorph dan buru-burun pergi kebawah sarang lebah.
Memperhatikan perjalanan morph yang akan kulakukan.

Tidak ada seorangpun dari kami yang suka morph menjadi


sesuatu yang kecil. Terutamanya itu serangga. Terutama lagi
semut, yang begitu, begitu tidak manusia. Lebah madu jauh lebih
keren daripada semut. Seluruh hal membingunkan itu. Mungkin
inilah artinya bahwa mereka itu sedikit dipandu dan berpikir
sederhana serta kejam. Bukan?

Sekarang atau tidak usah. Aku merangkak untuk


meminimalisir tubuhku saat aku menyusut nanitnya menjadi
seukuran permen Gummy Bear. Dan kugambarkan lebah madu itu
dalam pikiranku.

Urutan morph selalu tidak logis. Tidak mengikuti pola


tertentu. Tidak bisa di prediksi.

Kali ini, bagian kecil dari tubuhku yang pertama berubah


adalah bagian torso yang menjadi thorax lebah. Marco dibawah
dadaku. Thorak lebah. Marco lagi di atasku. Ugh.

Apakah pernah kuceritakan bahwa lebah madu punya


kerangka luar? Yang mana mengurangi kebutuhan akan kerangka
dalam. Jadi aku sangat yakin bahwa kebanyakan besar aku ini tak
ber-rusuk serta bertulang saat ini.

<Yang itu begitu memusingkan.> Sahut Rachel.

Aku memilih untuk tidak merespondnya.

Kitin. Itulah bahan dasar kerangka luar, suatu subtansi keras


yang melindungi organ bagian dalam dan juga membuatnya tetap
bertahan dari kekeringan.

Fiip. Fiip.

Dua set sayap datar yang tipis mencuat dari thorax lebah.
Membrans, yang benar-benar terhubung dengan pembuluh darah,
set terdepan jauh lebih besar. Bersama-sama, menggunakan
sistem pengangkat seperi gerakan berputar, dua set sayap yang
membuat lebah madu bisa terbang.

Poofpoofpoofpoof.
Ratusan, ribuan bulu kecil bermunculan di seluruh tubuhku.

<Okay, yang itu jauh lebih baik,> Rachel berseru.

Juga di thorax, muncul tiga pasang kaki bersegmen. Saat


morphnya sudah selesai aku bisa berjalan dan bahkan
menggunakan kaki bagian depanku untuk membersihkan antena.

Pertunjukan berikutnya itu antena. Bersegmen juga dan


dilapisi bulu kecil. Antena ini berupa organ sensor yang super
penting. Sangat sensitif akan sentuhan dan bau. Terhubung
secara langsung ke otak.

Keren. Aku bisa menggerakkan antenaku sebab tiap antena


terpasang pada soketnya di kepalaku.

Huh? Okay, kepala manusia dengan cepat berubah menjadi


sejenis kepala persegi lebah.

Mulut manusiaku, tiba-tiba tersegel.

Daguku, terbelah.

Shloop!

Dan proboscis keluar dari mulut vertikalku. Berupa lidah


panjang dan berbulu yang membuat lebah bisa menghisap cairan.

Mandibelnya, berupa sepasang ditiap sisi kepalaku. Berguna


untuk memakan tepung sari dan memanipulasi lilin dan menggigit
musuh.

Okay, sekarang aku buta, mata manusiaku menghilang.

Kemudian : Pop! Poppopopopop

Pandanga. Ribuan lensa kecil menunjukkan padaku ribuan


potong dunia. Seluruhnya dikombinasikan untuk membentuk satu
mosaic berfaset besar atau seperti gambar berkotak-kotak.

Lebah tidak memandang warna sebaik manusia. Rumah burung


berwarna merah yang kulihat sebelum morph—bukan merah bagi
lebah.

Tapi teman, aku bisa melihat pergerakan! Terbentuk tidak


sejelas keadaan aslinya saat aku melihat bunga-bunga pada
sumbernya atau pada saat ada kupu-kupu yang hinggap dari satu
daun ke daun lain.
Pop! Pop! Pop!

Tiga mata lagi yang kecil keluar dari mata kompondku.


Mereka benar-benar tidak mencirikan apapun, tidak pergerakan
ataupun bentuk. Tapi mata itu gunanya untuk mendeteksi cahaya.

Dan datanglah dia abdomen.

Oh, beruntungnya kau. Aku lebah betina. Bagaimana aku bisa


tahu hal ini? Sebab abdomenku jauh lebih ramping daripada
abdomen yang bundar pada pejantan.

Tapi kebanyakan sebab aku punya penyengat. Panjangnya


sekitar seperdelapan inchi dan berada di ujung abdomenku.
Penyengat ini seperti jarum yang dipakai pekerja penyuntik.
Kecuali ujungnya yang berkait sehingga akan menempel pada
korban sengatan lebah madu. Dan sengatan ini beracun, bukan
vitamin loh.

Senang rasanya karena punya senjata. tapi jangan gunakan


Marco, otak manusiaku mengingatkan. Jika aku menyengat musuh,
bagian penyengatku akan ketinggalan di tubuh musuh setelah
kulepaskan sengatanku. Dan aku akan mati. Seperti lebah yang
kuserap. Lebah itu telah menyengatku.

Tapi setelah morph ini selesai. Aku tidak lagi berpikir


tentang sebab dan efeknya—menyengat dan mati. Berpikir
tentang sebab dan efeknya—hal itu biasa dipikirkan otak manusia.

Dan kemudian. Jadilah aku seekor lebah madu betina.


Seluruh serangga terbang diserahi misi penting—untuk bekerja
dan bekerja untuk sarang. Untuk ratu.

Sarang! Aku harus masuk ke sarang!


Bab 13.

Aku meluncur dari tanah.

<Marco! Bertahanlah!> Suara kasar. Tidak berarti bagi lebah.


<Kau tidak seharusnya masuk kedalam sarang!>

Aku hinggap di bibir salah satu batang pohon mati yang


berongga. Bertemu dengan lebah penjaga, pekerja lainnya,
sepertiku. Aku tidak tercium seperti bau musuh. Jadi aku
berputaran, awalnya mengikuti jalan ini, kemudian itu, lebah
lainnya berputar-putar dengan ketiga kakinya. Mengibaskan
ekornya. Temanku memberitahukan lokasi dari sumber makanan
baru untuk sarang.

Seluruhnya untuk sarang!

Aku akan pergi dan mengumpulkan....

<Marco! Apa yang kau lakukan?>

Apa......oh. Otakkku akhirnya kembali ke tempatnya semula.


Apa yang telah kulakukan?

Kutinggalkan teman lebahku di sarang dan berangkat.


Terbang menjumpai Rachel, dia tetap bertengger di pohon
sebelah dalam morph elang.

<Apa yang salah denganmu? Dia menyela. <Kau seekor lebah


madu yang tolol!>

<Maaf. Tapi aku tidak yakin bahwa aku akan menyebut lebah
sebagai orang tolol. Kau butuh sifat individualis dan akal budi
untuk jadi tolol, bukan? Seperti dibandingkan dengan cerdas atau
malu, atau apalah?>

<Kurasa juga gitu,> Ujar Rachel.

<Ngomong-ngomong, morph ini tidak sebegitu buruk seperti


semut. Kau tahu kan bagaimana semut itu diprogram untuk
menjadi bagian dari keseluruhan mereka? Rasanya seperti itu,
hanya saja tidak begitu agresif. Rasanya aku seperti bagian dari
keluarga besar petani. Seluruhnya untuk satu dan satu untuk
semua disaat kami membawa hasil panen dan makanan untuk
generasi selanjutnya dan melakukan penghormatan pada ratu.
Begitulah komunisme,> Aku menggerutu. <Maksudku, Castrol itu
seperti Raha saat kau berpikir tentang hal itu,>

<Yeah, baiklah, rekanku, Marco, pastikan saja kau


mengendalikan morphnya, okay?>

<Yeah. Lihat, disana ada sepasang lebah yang terbang keluar


dari sarang. Mungkin sebaiknya aku mengikuti mereka dan
berharap untuk yang terbaik.>

<Aku ikut bersamamu.>

Aku terbang mengikuti kedua lebah itu. Salah satunya


terbang keluar dari tempat ini. Yang lainnya kelihatan menuju ke
rumah hijau.

Sejauh ini, berdasarkan jalur yang ditempuhnya.

ZZZZZZZZ

Bukan lebah lain. Bukan lebahku. Serangga lain.

Whooosh!

Dia meluncur didepanku! Mengincar lebah yang didepan aku


mengikutinya!

Ada apa ini?

Melalui pandanganku yang seperti ribuan tv kecil kulihat


serangga yang jauh lebih besar dariku, mungkun dua kali ukuran
tubuhku. Tubuhnya kelihatan diselimuti tulang lancip atau paku-
paku kecil. Hidungnya kelihatan seperti jarum besar.

<Marco! Lebih baik kau berhati-hati!> Panggil Rachel.

Dan kemudian monster serangga itu menghantam lebah di


depan keras sekali. Menguncikan kakinya yang mengerikan di
tubuh lebahm menangkap serangga yang kecil dalam kaki
berpakunya, sehingga seperti penjara besi bagi lebah temanku itu.

Seperti satu serangga mutasi besar mereka terbang. Lebah


temanku meronta-ronta tapi tidak berefek.

Dan kemudian serangga bandit itu menusuk lebah temanku


dengan hidung jarumnya, Pastinya dia menghisap cairan lebah
temanku itu, sebab saat serangga besar itu melepaskan alat
penghisapnya. Lebah temanku itu layu dan kering.
Suatu isyarat mengerikan muncul di otakku. Tapi insting
serangga pembunuh itu telah mengalir deras....

<Marco! Dia mengincarmu!>

ZZZZZZZZZ

<Dia sekaki di belakangmu, mungkin enam inchi. Aku akan


mencoba menangkapnya...>

<Ahhh!>

Kuraskan salah satu kaki berpakunya menangkap abdomenku.

Tidak tidak tidak tidak.

Sedetik kemudian dia menangkapku di sisi sebelah.

Aku menjadi makanan ringan bagi serangga yang benar-benar


tidak menarik.

Paling tidak dia akan bekerja cepat. Berapa lama makhluk ini
menghisap cairan lebah lain?

Kurasakan proboscisnya menusuk punggungku. Ujung jarum


yang penghisap mematikannya menusuk.

WHOOOOSSSHHHH!
Hempasan angin keras membuatku berputaran, kemudian
terjatuh ke tanah.

Terjatuh, tapi belum mati.

Kucoba untuk menggerakkan sayapku, mencoba


mengendalikannya. Tapi dia masih tetap menempel di tubuhku.

Thump!

Aku menghantam tanah. Terpaku tapi masih tetap hidup.

<Marco!> Jerit Rachel. <Apa kau baik-baik saja?>

<Aku masih hidup,> Kataku padanya. <Tapi tidak baik-baik


saja. Makhluk ini masih tetap di tubuhku!>

<Oh, kau baik-baik saja,> Katanya. <Aku mendapatkannya.


Kurobek dua tubuhnya, Maaf, aku membuatmu terjatuh.>

<Kau dimaafkan. Tapi bawa aku dari sini, mau kan?>


Seekor elang botak menghajar serangga di taman? Tidak
terlalu aneh bukan.

Dengan cakar elangnya yang kuat. Rachel mencengkram


tubuhku dan bagian yang tersisa dari tubuh pembunuh itu. Kami
terbang ke pepohonan rimbun dibelakang sarang lebt.ah, disaat
yang bersamaan kami demorph dan morph lagi. Bersiap untuk
mencoba kegiatan gila ini lagi.

Kali ini, Rachel bersiaga pada pembajak bersayap.

Setelah sepuluh menit, ada lebah lain yang terbang kearah


rumah hijau Gafinilan. Ku ikuti dia.

<Kulihat force field itu,>

<Hati-hati, Marco.>

Biar kuberitahukan padamu aku lebih sadar bahwa aku benar-


benar bisa terpanggang dalam force field, tapi rasanya sangat
spektakuler untuk benar-benar dilihat. Suatu warna yang tidak
pernah kulihat saat jadi manusia. Tidak bisa dipercaya. Tidak bisa
dijelaskan. Sesuatu yang kemudian kutahu bahwa hal itu disebut
sebagai “Warna ungu lebah,” Warnanya diantara kuning dan
spektrum ultraviolet. Terlalu keras bagi mata manusia.

Terlalu buruk. Sebab warna itu terlalu keras. Dan aku


terbang melewatinya, begitu mudah dikenali, berupa terowongan
bersudut. Benar-benar lebar bagi seekor lebah. Dan terowongan
itu menuntun ke lubang kecil di panel kaca pada dinding rumah
hikau.

Kecil, seperti rasanya memakan sepotong kue, gampang itu.

<Aku hampir masuk,>

<Uh, Marco? Teruslah. Gafinilan baru saja masuk ke rumah


hijau.>

Terlambat, aku harus menggunakan kesempatan. Aku


menyelinap dibelakang lebah madu lain. Dengan ketakutan
mendekat pada Gafinilan, yang sedang memeriksa label
tanamannya, mendekatkannya pada kedua mata utamanya.
Tiba-tiba saja dia mengayunkan mata tanduknya pada kami.
Dia tahu kemunculan kami. Dan mengayunkan kembali matanya
pada urusannya.

<Aku masih baik saja sejauh ini,> Kataku <Menuju ke rumah,>

Sudah ku catat dalam kunjungan pertamaku bahwa Gafinilan


tidak menutup pintu belakang rumahnya, yaitu pintu yang
menghubungkan antara dapur dan rumah hijau.

Keberuntungan bersamaku.

Sejauh ini,

Aku terbang melintasi pintu yang terbuka.

Terbang melewati setiap ruang yang ada dirumah. Ruang


tamu yang apik. Ruang makan yang tidak pernah digunakan. Dan
dapur yang murni.

Dan kugunakan mata dan antena lebah madu untuk


mendapatkan informasi lebih.

Kubaui bunga, tetumbuhan, dan tanah dalam pot di rumah


hijau. Coklat dan kismis dari kue yang diletakkan Gafinilan dalam
kaca Mason Jars. Disinfectant yang berbau kuat di kamar mandi.
Mr Clean atau Top Job atau Comet,

Melalui rumah, dalam setiap ruang, perbedaan Gafinilan, bau


yang tidak menyenangkan.

Tapi hanya ada satu hal yang tidak kulihat atau kucium atau
rasakan.

<Apa yang ada disana?> Rachel bertanya.

<Akan kuberitahu kau apa yang tidak ada disini,> Kataku. <Dan
apa yang sudah lama tidak ada, yaitu Mertil.>
Bab 14.

“Aku tidak paham. Kemana itu Mertil?” Ucap Jake. Tapi


hanya setelah dia berhenti berkata padaku bahwa dia benar-
benar tertarik padaku dan hal Gafinilan ini. Setelah dia berhenti
memelototi Rachel. Setelah dia setuju bahwa informasi Andalite
yang hilang ini berharga. Kami semua berada di gudang jerami
Cassie. Dan hal ini membuat kami semakin bingung. “Apakah dia
benar-benar ada? Apakah pria di rekaman video itu palsu?”

<Pangeran Jake ku konfirmasikan bahwa memang ada Mertil-


Iscar-Elmand dalam akademi Andalite. Dan pilot fighter itu
dengan nama yang sama banyak meraih kehormatan setelah
perang.> Ax berhenti sejenak. <Tentu saja, aku tidak tahu bahwa
tubuhnya tidak sanggup morph. Aku dibawah tekanan pihak
Akademi tidak menerima Vecol.>

“Yeah,” Kusela dia. “Kau benci saat pahlawanmu berubah


menjadi orang cacat. Hal itu sangat-sangat ngeri.”

“Kembali ke intinya,” Sahut Jake serius. “Yang mana, apakah


yang akan kita lakukan pada Gafinilan?”

Rachel tiduran di bangku panjangnya. “Dia tidak ingin


menyakiti kita. Belum juga hingga saat ini. Ngomong-ngomong.
Tapi dia tidak juga ingin membantu kita. Lain daripada itu, dia
malah berkata bahwa kita harus membiarkannya, tapi lalu dia
malah ingin berjumpa dengan Jake. Bukankah hal ini ada artinya.”

<Aku tidak memikirkan bahwa pria ini tahu apa yang dia
inginkan......>

<Ya, Tobias. Dia tahu,> Ujar Ax, dia sangat tertarik. <Akar
illsipar. Mengapa aku tidak ingat sebelumnya!>

Kugoyangkan kepalaku. “Ingat apa?”

<Gafinilan menawarkan padaku akar illsipar,> Ujar Ax


menjelaskan. <Akar itu adalah bahan minuman keras ringan, yang
kalau dalam bentuk manusianya itu mendekati teh ataupun kopi
tiap pagi.>

“Okay, tapi....”
<Akar illsipar punya fungsi medis. Dalam kuantitas besar,
akar itu bisa menghilangkan rasa sakit dari penyaki Soola.
Penyakit itu adalah penyakit yang di program secara genetik.
Menyebabkan peningkatan rasa sakit di sendi tubuh begitu juga
ototnya, sangat sakit dia akhir periode kambuh. Dalam beberapa
kasus, penyakit itu menyebabkan penderita jadi progresif. Dia
akan menyerang kehidupan utama penderita dan hasilnya selalu
fatal.>

“Okay,” Kata Jake. “Aku tetap belum paham apa yang


dilakukan penyakit ini pada kita.”

“Dan aku juga tidak paha,” Rachel menimpali. “Mengapa, jika


Gafinilan terkena penyakit, dia tidak bisa menyembuhkan dirinya
sendiri dengan morph saja. Oh, tunggu. Ya aku paham. DNA-nya
sendiri yang berpenyakit. Rasanya dia terjebak.”

Ax menundukkan kepalanya. <Tepat sekali. Satu-satunya cara


adalah menyerap, kemudian morph, menjadi Andalite lain. Yang
genetiknya tidak dipengaruhi penyakit itu. Dengan perkataan lain,
penderita dari penyakit Soola mesti membuang tubuhnya yang
tidak sempurna. Dia mesti menjadi nothlit.>

Tobias menatap Ax dengan tatapan elangnya yang sengit.


<Kedengarannya lebih masuk akal.>

<Tidak. Dalam masyarakat sosial Andalite, memilih untuk


menjadi nothlit dalam situasi atau untuk tujuan seperti itu adalah
tingkat ke pengecutan. Secara moral sangat salah. Sangat hina.>

“Jika Gafinilan sakit, mengapa kita tidak melihat tanda-tanda


penderitaannya? Dan jika dia menyerap Andalite lain apa yang
diniatkan Gafinilan.” Kata Cassie bingung. “Mengapa dia tidak
menyerap Ax?”

Ax menjawab pertanyaan itu. <Gafinilan adalah seorang


Andalite dewasa dengan kemampuan fisik seorang prajurit
mengesankan. Dia tidak akan pernah memilih untuk mengadopsi
tubuh dari anak muda. Dia tidak akan membuang-buang waktunya
menunggu tubuh muda itu untuk tumbuh dalam kemampuan
maksimalnya. Disamping itu! Aku juga tidak akan pernah memberi
ijin untuk hal seperti itu. Mengapa Gafinilan tidak menunjukkan
rasa sakitnya di depan umum, hal itu kelihatannya karena dia
seorang prajurit yang dilatih untuk tidak menunjukkan tanda
apapun akan kelemahan fisik ataupun masalah kejiwaan didepan
umum,> Ax berhenti sejenak. <Tapi rasa sakit itu mendekati tahap
kematian, dia tidak akan bisa menyembunyikan rasa nyerinya sama
sekali.>

“Jadi, kau pikir Gafinilan itu.. atu..tetap---belum menyerap


tubuh Andalite Visser Three....” Aku berhenti. “Baiklah, yang itu
juga tidak akan terlalu sulit.”

“Tidak. Aku yakin dia menginginkanku,” Cetus Jake tiba-tiba.


“Paling tidak, dia berpikir bahwa aku ini adalah seorang Andalite
pria dewasa yang sehat.”

“Tapi Ax berkata bahwa menjadi Nothlit adalah kelakuan


pengecut,” Kata Cassie menjelaskan. “Apa kau pikir Gafinilan itu
seorang pengecut? Aku sih tidak. Tidak juga karena dia tidak
mengindahkan peraturan Andalite untuk merawat Mertil.”

“Bagus, Cassie,” Kusela dia. “Dia ujung-ujungnya pria itu


pembohong. Dan dia menyimpan rahasia besar. Aku tidak
mempercayainya sejauh yang kubisa melemparnya. Yang mana
palingan sih sepersepuluh inchi saja. Mungkin.”

“Aku harus setuju,” Kata Rachel menambahkan. “Gafinilan


berada dalam situasi buruk, jika dia mengejar tubuh Andalite,
siapa tahu apa yang akan dilakukannya saat...jika...dia tahu bahwa
Jake itu manusia.”

“Hal yang sama seperti yang dilakukannya pada Mertil.” Aku


menggerutu. “Kupikir tujuannya bukanlah kebahagian Mertil.
Kupikir kemungkinan dia yang membuat rekaman temannya sendiri.
Mengirimnya keluar unntuk memancing Andalite lain yang mungkin
berjalan-jalan di planet Bumi. Kemudian saat Mertil sudah
melakukan bagiannya. Gafinilan menyingkirkan kesengsaraannya.
Yaitu Andalite hilang yang luar biasa.”

“Sangat kasar, Marco,” Kata Cassie.

<Tapi hal itu bisa jadi kenyataan,> Ujar Ax. <Seperti


kesedihkanku untuk mengakui kemungkinan adanya sifat seperti
itu dalam sesama Andalit.>

<Kesetiaan,> Kata Tobias pelan, dengan aneh. <Apakah itu


semua untuk hal itu.>
“Ax?” Ujar Cassie, kedengarannya dia mulai tertarik.
“Bagaimana dengan kubus morph itu? Peralatan Escafil itu?
Bisakah kita gunakan pada Mertil? Berikan dia kekuatan untuk
morph?”

“Apa perbedaan yang akan terjadi jika dia mati?” Ujar


Rachel kelam.

Ax ragu-ragu. <Sepertinya Mertil itu alergi atau sejenisnya,


atau memiliki sejenis penyakit yang menolak tekhnologi morph.
Dalam kasusnya, apa bagusnya kita paksa dia?>

Jake berdiri dengan kasar. “Kita tidak akan mendekati fakta


sesungguhnya jika hanya duduk disini berspekulasi apakah Martil
sudah tewas atau belum? Jika Gafinilan adalah seorang pria jahat
atau bukan? Agar kita bisa tahu ya kita tanya dia. Dan berharap
kitalah yang pertama datang kesana.”
Bab 15.

Jadi kami pergi. Aku bersama dengan Tobias, Rachel, Cassie


dan Ax seperti yang diharapkan morph jadi lebah madu.
Kuperingatkab pada mereka kalau menangkap lebah untuk
menyerapnya itu sulit. Kuperingatkan juga pada mereka tentang
binatang yang Cassie sebut sebagai pencuri terbang, iblisnya
serangga yang mencoba membuatku smoothie lebah.

Rencananya kami berlima akan menyelinap masuk ke kebun


McClellan/Gafinilan. Menyerap seekor lebah dari sarangnya. Dan
terbang melalui force field kedalam rumah hijau Gafinilan.

Saat kami sudah berada di posisi yang direncanakan. Jake


akan membunyikan bell pintu depan. Aku akan menyelinap kedalam
rumah dan menempeli Jake serta Gafinilan. Yang lainnya akan
bersiaga hingga----jika---kami mendapat masalah dan butuh bala
bantuan besar.

Dan masalah yang akan datang dari Gafinilan atau Yeerk,


pertama-tama kami pastikan dahulu bahwa rumhanya tidak sedan
diawasi saat Jake berangkat. Yang mana artinya pemantauan
penuh.

Diluar membiarkan Jake berbincang dengan Andalite besar


itu, rencana kami masih samar-samar. Kebanyakan disesuaikan
dengan tindakan Gafinilan nantinya.

Saat kami sudah berada dalam wujud morph, dan dengan


aman masuk ke rumah hijau, kuberitahu pada Jake.

Beberapa saat kemudian, dia membunyikan bell pintu depan.


<Kurahap kita beruntung, anak-anak,> Kataku.

Gafinilan meletakkan sebotol cairan pupuk dan menuju ke


rumah dari pintu belakang. Ku ikuti dia. Dekat sih tapi tidak
begitu dekat hingga membuatnya curiga dan memukulku hingga
mati.

Setelah masuk ke ruangan tamu, Gafinilan morph menjadi


Henry McClellan. Kemudian berjalan ke pintu depan. Dibukanya
sebatas rantai pengunci saja.
“Ya?” Katanya, disembunyikannya kebanyakan tubuhnya
dibelakang pintu, hanya sebagian wajahnya saja yang kelihatan.

“Gafinilan?” Jake berkata dengan pelan.

“Bukan, bukan, namaku Henry McClellan.”

Gafinilan mulai menutup pintu.

“Aku tahu,” Kata Jake dengan cepat. “Itulah nama


manusiamu. Aximili sudah memberitahuku. Aku Jake.”

Perlahan-lahan, pintunya ditutup. Gafinilan membuka rantai


penguncinya. Membuka pintu itu lagi. Dan melangkah mundur.

“Masuklah,” Katanya.

Jake masuk. Gafinilan mengunci pintu itu lagi.

“Kaulah pangeran Aximili?”

“Ya,” Jawab Jake.

Morph manusia Andalite itu langsung rileks bisa kudengar


dari suaranya.

“Aku senang bahwa kau menerima undanganku untuk


berjumpa denganmu.” Katanya. “Mungkin akan lebih baik jika kita
berbicara dalam ruangan yang jauh lebih nyaman bagi kita.
Silahkan. Ikuti aku.”

Gafinilan menuntun Jake melalui dapurnya yang berkilau


kedalam ruangan pribadi. Dia melangkah kesamping dan
menyilahkan Jake masuk duluan.

“Sangat bagus.” Kata Jake.

Andalite itu mengikutinya dan pintu yang sudah diatur


dibelakangnya langsung tertutup. Di belakangku juga.

Kami bertiga. Terputus hubungan dari yang lain, yang


menunggu di rumah hijau.

“Seperti yang kuberitahu pada Aximili muda,” Kata Gafinilan.


“Aku dan Mertil beruntung mendapatkan barang-barang yang
masih bisa digunakan dari bangkai fighter kami. Beritahu aku,
apakah ada banyak barang-barang yang selamat dari pesawat
Dome? Atau apakah lautan Bumi menghancurkannya semua?”
Whoa. Ax telah memberitahu Gafinilan bahwa dialah satu-
satunya orang yang selamat. Kecuali Gafinilan dan Mertil. Apa
yang sedang direncanakan Gafinilan?

Jake menatap Henry McClellan dengan mantab. “Pesawat


Dome hampir hancur seluruhnya,” Begitu jawabnya.

“Ya. Ya.” Mata Henry memeriksa ruangan ini. Kemudian dia


menatap Jake lagi. “Jake, itu nama yang bagus. Apakah itu versi
singkat dari nama yang lain. Misal Ax untuk Aximili?”

“Begitulah orang-orang memanggilku.”

Jake tidak memberikan apapun pada pria itu.

Gafinilan bersuara dengan keras. Dengan suara keramahan


palsu. “Silahkan buat dirimu senyaman mungkin.”

Dia mundur ke area berumput dan mulai demorph.

<Mengapa kau belum demorph?> Dia bertanya saat dia sudah


selesai.

Jake tersenyum. “Aku lebih memilih untuk berbicara padamu


dengan wujud ini.”

<Tapi kau menghina sesama Andalite karena tidak


menunjukkan dirimu sendiri,> Bujuk Gafinilan, matanya tersenyum
dengan cara Andalite.

“Tubuh fisikku tidak relevan.”

<Pangeran Jake,> Suara Gafinilan penuh paksaan sekarang,


hampir mengancam. <Kuminta kau untuk demorph dari wujud
morphmu yang menggelikan itu.>

“Hanya setelah kau jelaskan apa yang benar-benar kau


inginkan dariku,” Balas Jake.

<Sudah Cukup!> Gafinilan melangkah maju kedepan Jake,


pisau ekornya diangkat tinggi, diacungkan di belakangnya.

Dan kemudian dia terhuyung, Meraung. Menutup ke empat


matanya.

Tidak ada keraguan lagi. Pria itu kesakitan.


Ax benar. Penyakit Soola. Atau sejenisnya yang sangat serius
dan semakin memburuk.

Jake mulai maju kedepan. Mengikuti instingnya untuk


menolong.

<Tidak! Tunggu. Biar dia beritahukan dulu apa yang ingin kita
butuhkan.>

Dia berhenti. Memeriksa tekanan darahnya.

“Gafinilan....”

Andalite itu membuka matanya, mata utamanya duluan.

<Tidak,> Ujarnya, suaranya keras tapi lembut. <Tidak akan


ada perbincangan lagi.>

Dia berbalik dari Jake. Berjalan perlahan-lahan ke meja


penuh senjata. Di ambilnya sebuah shredder.

Diarahkan kepada Jake.

<Sekarang kau akan melakukan apa yang kukatakan.>n


Bab 16.

<Kami dapat masalah,> Kupanggil teman yang lain. <Kami butuh


bala bantuan disini. Sekarang!>

<Bagaimana jadinya, Pangeran Jake?> Kata Gafinilan. <Jika


kau pikir aku akan menunjukkan pengampunan sebab kau kelihatan
sebagai anak kecil, kau keliru.>

Jake tetap berdiri kokoh. “Bagaimana jika aku memang masih


anak-anak?” Katanya dengan tenang. Seakan shredder itu tidak
berada beberapa kaki dari wajahnya.

<Mundurlah, Jake,> Kataku padanya.

Ekor Gafinilan mengejang. <Kau membuatku bosan dengan


permainan ini! Untuk seorang prajurit Andalite, kau tidak begitu
cerdas.>

“Hrrroooaaarrr!”

Dari arah rumah hijau itu kedengaran raungan grizzly. Suara


raungan kesedihan dari serigala. Suara haus darah dari pemangsa.

Gafinilan tersentak karena suara itu.

Dan kemudian terdengar suara BABOOM! Keras saat Rachel


menembus dinding seperti bola baseball yang memecahkan jendela
kaca. Tapi kali ini lebih banyak kekacauan.

Cassie, Ax dan Tobias mengikutinya segera setelah dia


masuk.

“Maafkan aku karena membuatmu bosan, Gafinilan,” Kata


Jake dengan tenang. “Tapi kami juga bosan. Bosan karena
penghindaran dan ucapan setengah benarmu. Jadi jika kau merasa
baik saja akan hal ini. Saat inilah waktu yang tepat untuk
membuat perhitungan. Waktunya untuk pembersihan.”

<Empat prajurit melawan satu?> Gafinilan mengejek.

“Lima, jika aku morph,” Kataku, aku demorph dibelakang meja


senjata, berjalan kedepan wajahnya. “Enam jika Jake morph.”

“Tapi kami kesini bukan untuk bertarung, Gafinilan,” Kata


Jake. “Kami kesini hanya untuk mendapatkan informasi.”
Kedua mata tanduk Gafinilan berayun gila-gilaan selama
sedetik. Kemudian dia paham sendiri. <Kau, kalian semua---kalian
Bandit Andalite yang ditakuti Visser. Kalian semua kecuali
Aximili—manusia?”

“Ya,” Kata Jake. Dia menatap Tobias. “Lebih kurang. Kami


diangkat oleh Pangeran Elfangor untuk memerangi Yeerk.”

<Kau lihatkan,> Kata Ax. <Tidak ada Andalite dewasa untuk


kau serap sehingga kau bisa kabur dari penyakit Soola.>

<Apa!> Raung Gafinilan, diarahkannya shreddernya pada Ax.


<Beraninya kau berkata begitu! Aku seorang prajurit. Dalam
galaksi tidak pernah aku akan mempermalukan diriku sendiri
dengan melakukan hal kepengecutan seperti itu.>

Hening. Tangan Gafinilan mulai gemetar di turunkannya


shredder itu. Dan kemudian Tobias berbicara.

<Kau tahu, dalam dunia Andalite, mungkin hal itu dianggap


sebagai cacad mental atau kriminal karena kehormatan pribadi
atau sesuatu untuk menyembuhkan dirimu sendiri dalam cara yang
bisa kau lakukan. Tapi tidak disini. Tidak di Bumi.>

<Dia benar,> Cassie menimpali dengan cepat. <Kami tidak


menghakimi orang yang ingin sehat dengan jalan sah. Kami....>

Gafinilan mengarahkan Shreddernya lagi. <Kau tidak


mengerti!> Dia menjerit, putus asa. <Tidak ada seorangpun yang
mengerti.>

“Mengapa tidak kau jelaskan,” Saran Jake.

Hening lagi. Beberapa saat kemudian kuperkirakan Gafinilan


akan melakukan suatu tindakan putus asa. Ketegangan teradiasi
beberapa inchi darinya. Dan kemudian dia mengangkat bahunnya
sepertinya dia telah membuat keputusan, dan ketegangan itu
digantikan oleh sejenis kelelahan.

Dia menurunkan shreddernya dan berbicara.

<Hal itu benar. Aku terkena penyakit Soola. Tapi apa yang
telah kulakukan. Bukan kulakukan untuk diriku sendiri. Aku
melakukannya untuk Mertil.>
<Tentu saja, Mertil tidak sanggup morph,> Kata Ax. <Aku
tidak mengerti.>

Senyuman sombong muncul di mata utama Gafinilan. <Kau


lihatkan? Tidak ada seorangpun yang mengerti. Kupikir tidak ada
alasan bagigku untuk tetap menjaga rahasia itu darimu,> Katanya.
<Beberapa manusia, beberapa pembuat masalah, kemungkin ada
manusia tidak berdosa yang memasuki area makan Mertil. Visser
Three melihat rekaman itu—entah dari tv atau dari jalan yang
lain. Aku tidak tahu. Tapi sudah cukup. Mertil ditangkap oleh
Yeerk. Hanya saja kemudian visser tahu bahwa Mertil itu vecol,>
Suara Gafinilan menguat. <Tentu saja, Yeerk tidak butuh orang
cacad, terutama jika dia tidak bisa morph.>

“Pemerasan?”

<Ya. Visser menggunakan Mertil untuk menemukanku dan


kutawarkan diriku untuk ditukar dengan Mertil. Lagipula, itu
kesalahanku mengapa dia kelihatan oleh manusia. Harusnya aku
melindunginya lebih hati-hati. Tapi Mertil sudah mengantisipasi
tindakanku. Demi keselamatan jiwaku dia memberitahukan pada
Visser tentang riwayat medisku.> Gafinilan tertawa kasar. <Visser
Tidak butuh Andalite yang hanya hidup beberapa bulan lagi,
apalagi vecol.>

<Kukira kau akan senang karena hal itu,> Ujar Cassie.

Gafinilan mengarahkan mata tanduk kearahnya. <Kami semua


ingin dijadikan buruan,>

“Visser tetap menginginkan sesuatu darimu,” Kata Jake.

<Oh, ya, Visser Three begitu cerdas. Dan begitu kejam. Dia
menawarkan perdagangan. Jika aku membawa padanya seorang
Andalite yang bisa morph dan sehat, dia akan melepaskan Mertil.>

<Dan kau percaya padanya?> Cela Rachel.

<Pilihan apa yang kupunya? Percaya dan bertindak, atau tidak


melakukan apa-apa dan menunggu berita kematian Mertil. Saat
itulah secara tidak terduga aku bertemu denganmu Aximili muda,
aku tidak ragu-ragu untuk memasang perangkapku...>
Ax memotongnya. <Kau ingin menghianati seorang bangsamu
hanya pada Yeerk hanya demi pertukaran seorang teman? Untuk
hidup seorang vecol?>

<Untukku,> Ujar Gafinilan. <Ini bukan tentang aksi


penghianatan bagi duniaku. Untukkku, ini secara pribadi. Ini
tentang persahabatan.>
Bab 17.

“Ayo kita lakukan. Selamatkan Mertil dan hajar bokong-


bokong Yeerk.”

Coba tebak siapa yang mengatakannya.

Kami semua demorph dan Jake memperkenalkan kami pada


Gafinilan—yang menatap kami semua—bahwa kami bergabung
dalam pasukan untuk menyelamatkan Mertil.

<Kalian tidak perlu terlibat lebih dalam dalam situasi ini,>


Kata Gafinilan, hampir kasar. <Mertil itu tanggung jawabku.>

Kugoyangkan kepalaku. Aku benar-benar tidak percaya akan


cerita Gafinilan, tidak akan kalau tidak ada bukti, tapi aku tahu
bahwa kali ini bertindak sendirian itu menggelikan. Dan sangat
berbahaya bagi kami. Pilihanku? Jangan biarkan pria ini lepas dari
pengawasan. “Kau sendiri apa yang akan kau lakukan?” Aku
bertanya. “Melawan Visser Three dan serdadu Hork-Bajirnya yang
mengejutkan?”

“Bukannya menghina, Gafinilan,” Jake menimpali. “Tapi kau


tidak dalam keadaan untuk bertindak sendirian. Aneh kan kalau
kau melawan mereka tanpa memperdulikan sakitmu.”

“Disamping itu,” Ucap Cassie dengan lembut. “Kau dan Mertil


bisa ada di Bumi ini sebab kalian bertarung untuk melindungi kami.
Ras Manusia. Pertimbangkan saja ini sebagai bayaran jika kami
menyelamatkan Mertil. Karma bagus dibayar kembali.”

Tobias tetap terdiam. Tidak biasanya. Akhir-akhir ini


moodnya tidak bisa ditebak. Tapi aku yakin dia ikut program kami.

Ax, juga, menjadi semakin buruk dia bahkan tidak membantu


menyakinkan Gafinilan untuk menerima bantuan kamu. Aku sangat
yakin dia tidak ikut program kami.

<Tapi.....> Gafinilan ragu-ragu. <Aku tidak akan membiarkan


anak-anak bertarung dalam pertarunganku. Aku akan jadi orang
rendah budi.>

Rachel memutar matanya.


“Tidak ada kata tidak sopan, Gafinilan,” Ujar Jake. “Kami
akan tetap ikut denganmu. Sebenarnya, kau yang ikut dengan
kami. Jadi sekarang, kau bermain dalam aturan kami atau kau
duduk saja di sini.”

Jika Gafinilan terpaku atau tersinggung karena pidato Jake,


dia tidak akan menunjukkanya. Kelelahan, depresi—apapun itu---
membuatnya menerima situasi dengan sedikit ataupun sama sekali
tidak ada perlawanan.

<Mertil bergerak di siang dan malam,> Dia berkata setelah


diam sejenak. <Sejauh yang kutahu, dia tidak pernah ditempat
yang sama selama lebih dari satu jam, dan dia tidak pernah
ditempat yang sama dua kali.>

“Mengapa tidak menahannya di kolam Yeerk saja?” Tanya


Rachel. “Disana ada banyak kurungan kosong, serta peralatan
penyiksaan, serta benda sejenis lainnya.”

<Kubayangkan jika Visser takut adanya serangan,> Gafinilan


menjawab. <Kubayangkan bahwa dia tidak mempercayaiku intuk
menyelesaikan penawaran kami. Kubayangkan dia setengah
mengira bahwa aku akan bergabung dengan pasukan gerilia yang
merugikan dia. Yang mana, sepertinya baru saja kulakukan.>

“Jadi, Mertil berada dalam sejenis kendaraan transportasi,”


Kata Cassie. “Sebuah truk, trailer, sesuatu yang lain. Bagaimana
cara kita menemukannya? Pengawasan udara...

Ax memotong. <Kita tidak bisa membahayakan hidup kita


demi seorang vecol.>

“Okay, Ax-man.” Kataku padanya, suaraku sedikit kurang


mantab. “Aku memotong pembicarannmu sebab kau bagian dari tim
ini. Tapi saat kau berbicara seperti itu, seakan pria ini adalah
sejenis kotoran, orang tidak berharga. Harus kukatakan bahwa
kau tidaklah seorang dari kami.”

<Aku tidak pernah berpura-pura jadi manusia.> Ujar Ax.

Rachel mendengus. “Kau penuh kata-kata, Marco. Harusnya


kupanggil kau sebagai pria bernama Hewlett Aldershot yang koma
karena sayuran. Tidak ,tunggu, wortel, pastinya.”
“Bukan hal yang sama,” Kubalas Rachel. “Itu komedi gelap.
Humor kelam. Bukan sejenis komedi bebas atau penghinaan.”

“Makasih. Aku mungkin bukan orang yang selalu mengatakan


hal yang benar, tapi banyak kulakukan hal yang benar. Atau paling
tidak ,mencoba begitu, Perhatianku.” Kutambahkan, aku
menyeringai. ”Sungguh hebat,”

<Bukan tentang itu Marco,> Ujar Tobias. <Ini tentang Mertil.


Mertil itu shorm Gafinilan, Ax apakah kau tidak mengerti.....

“Baik Ax mengerti atau tidak,” Jake menyela. “Kita akan


melakukannya, apakah kalian paham? Bagus. Gafinilan, apakah kau
berhubungan dengan Mertil?”

Selama pertempuran kecil kami, Gafinilan terdiam terus.


Mungkin dia lelah untuk mempertahankan posisinya.

<Aku dan Mertil adalah sahabat baik sejak kecil,> Akhirnya


dia berbicara. <Kecuali kami berada di planet yang berbeda, kami
bisa saling mendengar bahasa pikiran. Tidak sempurna sih. Tapi
suara Mertil selalu bersamaku. Hal itulah yang membuatku tahu
bahwa dia masih tetap hidup.>

“Jadi, apa?” Kata Rachel. “Morph burung, perhatikan setiap


inchi kota hingga kita mendapatkan jejak Mertil agar Gafinilan
bisa mendengar spesifikasinya? Berharap bahwa Mertil bisa,
paling tidak, menampilkan dirinya dari jendela, atau sejenisnya,”
Bab 18.

Aku mengerti, ini kejam.

Aku mengerti, mungkin lebih mengerti daripada temanku


yang lain, apa itu artinya menjadi tidak sentimental. Bahkan
bersikap dingin. Untuk melihat akhir di awal dan awal di akhir.

Tidak ku sanggah, bahwa Jake, sebagai contohnya tidak


membagi pengalamannya dalam keputusan sulit ini. Bahwa hampir
setiap hari dia tidak dipaksa untuk memilih diantara dua
kemungkinan, pilihan yang sulit. Bahwa dia tidak merasakan
penderitaan dari saat-saat krisis. Bahwa terlalu sering dia
kelihatan berumur lima puluh tahun.

Apa yang ingin ku katakan adalah bahwa aku mengerti,


dengan cepat dan dalam level sesuai instingku, tentang arti dari
kebengisan yang harus kau raih---hampir, kau hidup disitu—untuk
bisa membuat pilihan mustahil itu. Untuk memilih jalan yang benar
diakhir sana.

Untuk menerima dipersepsikan sebagai seorang kejam dan


tanpa hati.

Untuk hidup dalam fakta bahwa orang-orang takut terlalu


akrab pada seseorang sepertiku, kemampuanku untuk melakukan
apa yang dibutuhkan untuk dilakukan.

Dibalik selera humorku yang luar biasa, aku tidak selalu


merasa senang. Ada ada banyak alasan mengapa bisa begitu. Apa
yang akan kau lakukan jika kau harus memutuskan apa yang harus
kau selamatkan dari apa yang tersisa dari kehidupan ibumu? Atau
malah membiarkan Visser One, Yeerk itu, hidup? Hitung
resikonya. Aku tetap tidak tahu hasil dari keputusan kejam itu,
tapi aku bisa melakukannya. Bisa mengambil keputusan itu.

Jadi, dalam beberapa level, aku tahu bahwa Gafinilan sudah


berusaha. Bagaimana dia memutuskan keputusan mustahil itu.
Untuk melakukan apapun demi menyelamatkan hidup temannya.
Bahka jika dia harus mengorbankan dirinya sendiri. Bahkan jika
dia harus menyerahkan Andalite lain, salah satu bangsanya, pada
Yeerk.
Itulah suatu hal terkejam yang harus dilakukan. Dan aku
sangat yakin dia akan melakukannya lagi jika dia harus begitu.

Aku menghormatinya untuk hal itu.

<Jake,> Aku berbicara secara pribadi dengannya. <Kau lebih


baik bersiap-siap dalam keadaan serius. jika pria ini nantinya
memutuskan untuk menukarkan kesetiaan....>

<Marco. Kita akan melakukan hal ini.>

<Baik-baik, Aku disini. Tapi biar kuperjelas. Apa yang ingin


dikatakan Gafinilan adalah bahwa dia sudah siap untuk
menghianati kita. Apa yang sudah berubah? Okay, tidak tidak bisa
memenuhi perjanjiannya dengan Visser Three. Tidak bisa
membawakan seorang Andalite dewasa. Tapi mungkin dia bisa
membuat kesepakatan baru, jika keadaan jadi semakin buruk.
Menyerahkan manusia yang jadi “Bandit Andalite,” sebagai
pertukaran untuk Mertil.>

<Dia mengatakan bahwa dia akan bekerja dengan kita, bukan


melawan kita,> Ujar Jake, dengan lelah.

<Kau percaya akan hal itu, aku akan mempercayai


kebalikannya. Begitulah cara kita bisa menutupi diri kita.>

<Baiklah. Mari kita selesaikan hal ini,>

Gafinilan dalam morph burung hantu yang baru saja


diserapnya. Aku jadi burung hantu. Cassie jadi osprey, Jake jadi
peregrine Falcon, Rachel jadi elang botak dan Ax jadi harrier.
Tobias, tentu saja, jadi dirinya sendiri.

Untuk setengah jam penuh kami terbang ke utara kota dalam


kelompok yang berpencaran. Berharap untuk menemukan adanya
jejak Mertil. Sejauh ini, radio tetap diam.

<Mertil mengatakan bahwa dia berada pada suatu kuburan.>


Suara bahasa pikiran Gafinila muncul tiba-tiba dan kedengaran
bersemangat.

<Mustahil,> Ujar Rachel. <Tidak ada kuburan disekitar sini.


Begitulah yang kutahu.>

<Gudang, ya...>
<Dia berkata bahwa saat penjaga Hork-Bajir membuka pintu
penjaranya, dia melihat secara samar-samar adanya beberapa
kendaraan seperti kotak yang besar, seperti tempatnya ditahan
itu. Kendaraan itu terbuat dari logam, tapi berkarat. Mertil
memperkirakan bahwa kendaraan itu sudah dibuang.>

<Dapat,> Kataku. <Tempat kereta api tua. Sekitar satu mil


dari sini.>

Kereta api tua dan stasiunya sudah tidak beroperasi sejak


nenekku masih kecil. Sekarang, tempat itu menjadi arena dimana
anak muda berkumpul, berpesta liar dan melakukan hal yang
membuat mereka bisa ditahan.

Kami mencapai tempat yang tiap acre-nya dipenuhi logam


kereta api rusak. Dan tidak melihat apapun yang kami harap ada
disini. Bahkan dengan pemandangan burung hantuku yang super
tajam, aku tidak melihat adanya jejak mencurigakan di tanah, atau
bekas adanya bulu biru yang tersangkut di gerbong,

Dan tempat ini begitu sunyi. Terlalu sunyi.

Aku terbang berputaran rendah, berharap menemukan


secercah jejak bahwa Mertil ditahan di tempat ini. Lagi dan lagi.
Tidak ada apa-apa. Seratus gerbong kosong, yang masing-masing
panjangnya enam puluh kaki. Didapur juga. Beberapa mobil yang
berserakan di kedua sisi. Satu atau dua lokomotif.

<Tidak ada,> Kataku muram, <Yang ada hanya karat, tikus, dan
gerbong kosong.>

<Gafinilan, apakah kau masih mendengar suara Mertil?> Tanya


Jake. <Apakah kau yakin dia ada di sini?>

<Ya, ya. Dia sudah semakin dekat.>

<Okay, kalau gitu, teman-teman. Kita mesti mendarat, morph


menjadi binatang kuat, pijakkan kaki kita di tanah dibawah.>

<Apakah itu aku,> Kutanya <Ataukah Jake yang terdengar


seperti seorang pengacau perkemahan saat dia berbicara seperti
itu?>

<Itu kau,? Cassie yang bilang. Pacarnya. Kau tahu kan.

Kemudian...
<Lihat arah jam tiga kawan-kawan!> Teriakku pada mereka.

Pintu salah satu gerbong terbuka. Dan dalam gerbong itu


berisi sekitar selusin Hork-Bajir.

Gerbong lainnya! Dan selusin Hork-Bajir lainnya.

Oh, yeah. Benar-benar ada sesuatu di sana.


Bab 19.

Malam bergulir begitu cepat. Mungkin banyaknya rel kereta


api yang ada disini ditambahkan kilaunya dini hari yang membuat
rangkaian gerbong ini memanjang hingga ke stasiun.

Tempat ini beraroma mistik karena sudah lama ditinggalkan


dari aktifitas manusia. Dalam perasaanku, Mertil ditahan dalam
tempat yang dia sebut kuburan. Tidak ada lagi kondektur dan
petugas perawatan kereta. Tidak ada lagi penumpang yang penuh
semangat dan anggota keluarga yang bertingkah, menunggu
penumpang untuk mendarat.

Sekarang tempat ini benar-benar jadi ujung garis. Tebal


dengan bayangan dari cahaya lampu yang redup nun jauh di jalan
seberang. Dan diantara bayang-bayang besar dari Hork-Bajir.

Kami mendarat di timur jauh lapangan, diatas kereta


penumpang sebelah kanan. Dari sini, kami bisa melihat pasukan
Yeerk yang tidak terdeteksi. Memperhatikan mereka saat mereka
berjejer dibarisan gerbong berkarat serta apa yang bersiaga
dalam lapangan kecil di tengah arena.

Memperhatikan posisi mereka yang dikelilingi oleh lima belas


truk U-Haul.

<Kupikir Mertil itu ada disalah satu truk U-Haul. Dan mereka
sebentar lagi akan segera berangkat.>

<Ya,> Kata Gafinilan lalu dia berhenti sejenak. Kemudian


sambungya. <Mertil yakin kali ini pasti benar. Dia dengar beberapa
orang penjaga berbicara tentang tujuan selanjutnya. Tapi dia
tidak punya rincian tujuannya.

<Tobias?> Panggil Jake. <Tetaplah diatas. Kami akan butuh


panduanmu saat kami di darat. Yang lainnya? Morph mode tempur.
Kupikir kita harus bekerja keras untuk mengeluarkan Mertil.>

<Bagaimana dengan Gafinilan?> Tanya Ax dengan kaku.


<Dengan segala hormat, kau tidak akan...>

<Aku akan bertempur. Itu dia, jika pangeranmu


mengijinkanku bergabumg.>
<Hebat,> Ujar Jake. <Tapi jika kau rasa kau tidak tahan,
menunduklah rendah-rendah. Aku tidak ingin menyelamatkan dua
Andalite malam ini. Ax? Dampingilah Gafinilan dalam kasus jika dia
butuh bantuan,> Jake berhenti sebentar. Lalu dilanjutkan. <Atau
jika dia memutuskan untuk berpihak ke musuh.>

Gafinilan tidak merespon pernyataan Jake. Dia itu benar-


benar seorang prajurit yang hebat, dia mengakui Jake sebagai
pangerannya. Atau dia bahkan jauh sudah memperhitungkan dari
yang kuperkirakan.

Kami meluncur turun dari atap gerbong dan demorph.


Kemudian aku jadi Gorilla, dengan tinju sebesar bata. Jake jadi
harimau, dengan cakar dan gigi mematikan. Cassie jadi serigala,
lincah dan tidak kenal lelah. Rachel menggunakan morph gajahnya,
sempurna untuk mendorong dan menghantam dinding logam. Ax
dan Gafinilan tetap jadi Andalite.

Tiba-tiba....

<Kau mesti pergi,> Itu suara bahasa pikiran yang tidak ku


kenali. Lembut dan sedih. Suara patah-patah. Suara dari
seseorang yang penuh kebosanan dan rasa malu yang campur aduk.

Mertil.

Tentu dia. Pasti, pergi pasti bukan jadi masalah. Aku tidak
begitu bodoh untuk tertarik dalam pertempuran berdarah, empat
anah kecil, seekor burung, dua alien----salah satunya sakit parah
dan kemungkinan penghianat----melawan seratus prajurit Hork-
Bajir.

Kulirik Gafinilan. Dia menggenggam erat gerbong logam


berkarat, dan bernafas dengan pendek-pendek.

<Gafinilan?> Kupanggil dia. <Beritahu Mertil bahwa sebentar


lagi kami akan segera menjumpainya.>

<Tobias,> Ujar Jake. <Kami sudah siap. Arah sebelah mana.

Diatas sana dibalik kegelapan, Tobias, pemandu alam liar


pribadi kami, berkata. <Ada dapur kereta api didepan. Putari dari
sebelah kiri. Jika kukatakan ok, lanjutkan ke gerbong berikutnya.

Kami berjalan sepanjang gerbong kedepan. Melalui lambung


gerbong yang memusingkan. Tobias memandu kami hingga kami
hanya berjarak beberapa lusin yard dari musuh. Dan, berdasarkan
cahaya api unggun yang baru saja dibuat Hork-Bajir, kami bisa
melihat terlalu jelas bahwa kami kalah jumlah.

<Hehee, Jake, apakah keanehan kali ini pernah lebih buruk?>


Kutanya dia.

<Tentu saja,> Jake menjawab. <Tapi kali ini kita mendapatkan


elemen kejutan.>

“Andalite!”

<Oh, sial.>

Bahkan Tobias tidak sempurna. Dari atas gerbong kereta


berdiri seorang Hork-Bajir. Dia mengarahkan pisau di lengannya
pada kami.

<Dia pasti lewat dari sisi samping!> Sahut Tobias. <Disini


terlalu gelap!>

Sirene. Perintah gila-gilaan. Suara tidak menyenangkan dari


gesekan pisau Hork-Bajir dengan logam.

Terlalu banyak elemen kejutannya.


Bab 20.

“Fhahaah!”

Hork-Bajir meloncat dari atap gerbong.

<Rachel! Dia itu belahan jiwamu!>

Salah satu Hork-Bajir kesepian, menerjang kami bertujuh,


pisaunya berkilat-kilat.

WHUMPF!

Dia terjatuh ke tanah saat Gafinilan menghajarnya dengan


pisau ekornya yang besar.

<Dia pingsan,> Ujar Andalite itu. <Aku percaya dia akan tetap
disini beberapa saat.>

<Duh,>

<Semuanya!> Teriak Jake. <Kita tidak akan diam saja disini


dan menunggu mereka datang. Tetaplah di bayang-bayang. Kita
bergerak kedepan dan kelilingi tanah lapang di depan.>

<Terlambat, teman,> Kata Tobias melaporkan. <Mereka telah


mengirimkan unit pasukan Hork-Bajir. Semenit lagi sampai
kesana.>

<Okay, rencana baru. Tunggu hingga mereka dekat.> Potong


Jake. <Lalu kita jatuhkan mereka.>

<Bagaimana dengan gelombang selanjutnya?> Jerit Cassie.

<Dan Mertil,> Kata Gafinilan pelan.

<Perhatikan!>

Dalam keremangan malam sepuluh Hork-Bajir menerjang dari


depan. Terlambat untuk sembunyi.

Satu mengincar diriku. Kupulkan kedua tanganku ke perutnya.

WHUMP!
Dia tumbang.

“Rrrrrrooooooaaarr!”
Jake! Dengan kecepatan dan kelincahannya dia meloncat
kedepan. Kekuatan dari tujuh ratus pound harimau siberia
menghantam dua prajurit Yeerk yang langsung tumbang.

Fwapp! Fwapp!

Ax. Bertarung berdampingan dengan Gafinilan, dia bahkan


jauh lebih mengagumkan dari yang biasanya.

Ada lagi suara raungan serigala.

<Cassie, apa kau baik-baik saja?>

<Yeah,> Dia meloncat dari tubuh Hork-Bajir yang baru


ditumbangkannya. <Dia menghajarku tapi berhasil kubuat tumbang
duluan.>

“Tseeer!”

Ya! Itu Tobias. Seorang Hork-Bajir meraung-raung seraya


memegangi benda merah kacau yang pernah jadi matanya.

Racahel. Kalau dia melilitkan belalainya pada Hork-Bajir


dan.....

THUWUUUMP!

Dilemparkannya korbannya dalam keremangan itu.

Ini terlalu mudah. Sesuatu...

Lebih banyak lagi! Ada lima yang datang, sepuluh yang kami
jatuhkan.

<Menyebar!> Perintah Jake. <Buat mereka berpikir bahwa


kita terkepung.>

<Sekarang yang itu baru optimistik,> Kataku.

Aku menghindar ke kiri. Lalu menyelinap kedalam bayang-


bayang.

Beberapa saat kemudian, aku melompat ke punggung seorang


Hork-Bajir. Langsung saja kubanting dia ke tanah.

<Aaaahh!>

Sebelum aku sempat berdiri, teman dari korbanku tadi


menusukkan pisau di sikunya ke bahuku.
Tusukannya dalam juga.

FWAAP!

Gafinilan.

<Makasih, bung,> Kataku, kutarik pisau yang tersangkut di


ototku.

<Sama-sama, Marco,> Katanya. <Tapi kusarankan padamu


untuk memperhatikan punggungmu lebih teliti.>

Aku bersumpah jika pria ini punya mulut dia pasti akan
menyeringai.

<Pasti,>

Luka tadi buruk juga tapi aku pernah mendapat luka yang
jauh lebih buruk.

<Marco!> Rachel menjerit. <Sedikit bantuan, tolong! Aku tidak


bisa berbalik disini!>

Aku berlari tersentak-sentak kearah Rachel. Entah mengapa


di bisa masuk ke tempat yang terlalu sempit diantara dua gerbong
kereta api.

Kubuang Hork-Bajir yang tersangkut di panggulnya.


Kulemparkan ke samping gerbong.

<Mundurlah, Rachel. Akan kuperhatikan, uh......>

<Jangan katakan,> Dia langsung menyela. <Cukup, jangan


katakan.>

Tapi aku sudah pergi, menerjang Hork-Bajir yang datang dari


kiri dan kanan. Luka dia bahuku berdenyut, kepalaku sekarang
berdarah. Kusentuh dan kurasakan tulangku.

Disini sangat gelap, disini terlalu banyak, sangat-sangat


banyak.

Aku terhuyung, mundur dari Hork-Bajir yang maju mendekat.


Menjebakku dalam sudut sempit dimana tidak ada jalan keluar.

Aku sadar bahwa aku aku telah terpisah dari Jake dan yang
lainnya, walaupun aku masih bisa mendengar raungan mengerikan
mereka serta suda desingan pertempuran yang berlangsung.
Okay, aku berpikir gila, aku yang membuat diriku seperti ini
sekarang aku juga yang akan mengeluarkanku.
Pertanyaannya sekarang itu bagaimana.
Bab 21.

<Aku Kong!>

Aku menerjang kedepan, kupukul-pukul dada gorilaku, kali ini


adalah penampilan yang benar-benar kemachoan palsu.

Tapi berhasil.

Berikan padaku beberapa detik yang kubutuhkan untuk


menyelinap melalui pintu gerbong yang setengah terbuka, setelah
keluar langsung kututup.

Berlarian melintasi lantai kotor, terkena tikus yang


berjatuhan dan kaca-kaca yang berpecahan, serta kerangka pintu
daru gerbong samping.

Terus kebawah, kuhantam pintu gerbong berikutnya hingga


tertutup.

Tarik nafas dalam-dalam......

UH-oh.

Dan sadar bahwa aku akan menghadapi pembantaian Hork-


Bajir lagi.

Susah dijelaskan secara tepatnya berapa jauh dalam suasana


gelap seperti ini.

Aku melompat dari samping gerbong. Bertahan dengan baik.

Berharap bahwa bulu punggung gorila dan kulitnya bisa


membuatku menyatu dengan kegelapan malam. Membuatku
tersembunyi, aku hanya titik gelap di dalam bayang-bayang.

Saat kau masih anak-anak, kau tahu bagimana saat kau


menutup matamu, dan menyakinkan dirimu bahwa jika kau tidak
melihatnya, maka kau juga tidak kelihatan?

Baiklah, hal itu tidak akan berlaku jika kau dikelilingi oleh
musuh setinggi tujuh kaki bertanduk dan berpisau seperti kadal.

Pandangan Hork-Bajir tidaklah hebat dalam kegelapan, tapi


pendengaran mereka baru hebat. Dari detakan jantunku dan udara
panas yang kukeluarkan saat bernafas saja mereka akan tahu
dimana aku berada.

Aku mulai bersiap untu berayun.

Dan kemudian.....

Ada sesuatu yang membuatku melirik kesebelah kanan,


hampir melewati bahuku yang luka parah tadi.

Ada anak tangga. Yang dibuat di dinding gerbong.

Mungkin aku bisa meraihnya, berayun dari situ, untuk


menambahkan kekuatan pukulan dan tendanganku.

Kecuali.....

Anak tangga itu bagian dari tangga.

Tangga yang mengarah ketempat dimana tidak akan kau


datangi.

Ada dua Hork-Bajir yang mendatangiku! Kutangkap lehernya


lalu kuadu. Tanduk di kepala mereka berdua saling tancap di
masing-masing kepala. Lengket deh.

Kemudian, saat Hork-Bajir berikutnya memutuskan untuk


berhenti beberapa kaki dari temannya yang sudah tumbang. Aku
segera kearah pergi ke arah tangga.

Kuabaikan luka menganga di bahuku.

Dan aku sedikit lagi sampai di puncak gerbong.

Fantastis! Dari sini aku bisa melihat lapangan dengan jelas.


Sisa-sisa api unggun dan truk U-Haul yang masih di parkir.

Tapi tidak lama lagi.

<Semuanya! Mereka menjalankan truk itu!>

Dan kami masih terlalu jauh dari lapangan untuk


menghentikan mereka.

Mungkin...jik kami bisa sampai ke pintu masuk stasiun,


mungkin kami bisa menghentikan mereka sebelum mereka kabur
ke jalan besar.

Mungkin.
<Aku akan pergi ke gerbang utama!> Teriakku pada yang lain.
<Siapapun yang bisa, jumpai aku disana!>

<Dimana sih gerbang utama itu?> Itu Rachel.

Pertanyaan bagus. Kuperhatikan stasiun tua ini. Kulihat


adanya lambung gelap dari stasiun tua. Kubayangkan tempat itu
pasti sebagai tempat parkir dari banyak mobil yang ada dekat
stasiun. Lega rasaya. Menentukan gerbang masuk/keluar pasti
dekat tempat parkir.

<Okay,> Aku berteriak keras. <Kesebelah kiri. Kemungkinan di


belakang tempat parkir stasiun tua. Pergi saja kesana!>

<Akan kuikuit cahaya lampu mereka,> Ujar Tobias.

<Ax mundurlah bersama Gafinilah,> Jerit Jake. <Dia akan


tumbang. Jika kita kehilangan dua prajurit hasilnya akan berbeda
sangat tajam nanti.>

Melewati atas tanah merupakan satu-satunya cara cepat.

Thud thud thud thud.

Aku berlompatan dari satu atap gerbong ke atap lainnya.


Atap gerbong kereta berikutnya tinggal sepuluh kaki lagi jauhnya.
Terlalu jauh untuk kulompati.

Kuperhatikan lagi. Okay. Ada jalan lain melintasi mobil-mobil.


Suatu jalan yang akan kudekati jika bukan tepat didekat stasiun
tua. Suatu jalur yang benar-benar tidak langsung, berputar-putar,
anh, jalan logam yang melintasi arena pertarungan. Jika aku tidak
dihentikan oleh Hork-Bajir, aku bisa sampai kesana sebelum truk
U-Haul pergi dari tempat ini.

Jika.....

Thud thud thud thud thud.

Lebih dekat. Atap demi atap. Makin maju kedepan, kemudian,


perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, bergerak ke kiri, kearah
stasiun.

<Marco!> Tobias memanggil. <Kau bisa mencegat truk itu


semenit lagi. Cepatlah!>

Thud thud thud thud thud.


<Marco, aku dibelakangmu, ada didarat,> Ujar Rachel.

<Marco, majulah,> Ujar Jake. <Aku dan Cassie dihalangi Hork-


Bajir, kami....>

Bahasa pikiran Jake terputus.

Satu cahaya. Dua. bentuknya bundar dan kecil. Yeah. Itulah


truk itu, bergerak perlahan-lahan dengan lampu pemandunya. Aku
meluncur turun dari atap gerbong kereta api. Merangkak
beberapa kaki lagi hingga tiba di ujung.

Dan bersiap untuk turun ke atap truk yang akan lewat nana..

<Saat kuberikan tandanya, teman,> Ujar Tobias.

<Aku siap,>

<Go! Go! Go!>

Aku meluncur! mendaratkan tubuh gorilaku yang besar pada


atap truk U-Haul.

WHUMMPFF!
Aku mendarat dengan cara kubungkukkan badanku untuk
membuat beratku jatuh dengan cepat.

Aman.

Dan truk ini hanya secepat dua puluh mil perjam saja.

<Supirnya, mendengar sesuatu,> Tobias Melaporkan.

Baiklah, uh, duh, badanku meninggalkan tanda besar di atap


truk ini. Ini namanya serangan kejutan.

Aku merangkak di sepanjang cargo dan masuk ke kabin truk.


Mengintip siapa supirnya. Kulihat seorang pengendali manusia yang
sangat gugup.

Kubuka paksa pintunya.

Kurenggut dia.

Terlalu lambat! Supir itu menginjak pedal rem.

Truknya berhenti.

Aku tidak.
Bab 22.

Melayang sejauh empat puluh kaki di udara.

WHOOF!

Aku terbanting ke tanah. Bergulingan lagi sejauh dua puluh


kaki.

Akhirnya, berhenti. Dan hal seperti ini tidak bagus. Biar


kuberitahu padamu.

Aku terluka parah tapi masih tetap hidup.

Terima kasih pada bintang-bintang untuk tengkorak


helmetike gorilla.

SCREEEEEEE!

Supir truk itu menekan pedal gas-nya lagi.

Sekarang dia akan menabrak gorilla.

Dekat! Semakin dekat!

Ruji truk semakin dekat.

Begitu juga dengan aroma karet yang terbakar.

Aku berdiri terhuyung-huyung.

Kemudian.....

CRAAAAASSSSHHH!

Gerbong kereta api! Menghalangi jalur truk itu. Langsung


saja menghentikannya.

Dari balik bangkau gerbong itu kudengar terompet


kemenangan Rachel.

<Bagus, Rachel,> Aku berjalan tertatih-tatih kearah tabrakan


tadi. <Keluarkan Mertil dari truk itu.>

<Sama-sama untuk menyelamatkan hidupmu,> Katanya. <Lagi,>

Gerbong penumpang dari truk itu benar-benar terpisah. Dua


roda depannya berserakakn di tanah, beristirahat dengan nyaman
diatas gerbong gepeng.
Pintu supirnya terbuka. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa
selamat dari tabrakan tadi. Tapi dia itu punya dan telah jadi
Yeerk untuk bisa kabur.

<Mertil!> Kupanggil dia, kucari-cari dibelakang truk, sekarang


dalam kegelapan total cahaya lampu itu benar-benar hancur. <Kau
baik-baik saja?>

<Aku baik-baik saja seperti biasanya.>

Hebat. Tuan. Filosophi lainnya.

<Bukan yang ini,> Ujar Rachel. <Sebelum tangki gasnya


meledak atau sejenisnya.>

Kugenggamkan jari gorilaku yang tebal disekitar dinding truk


dan kutarik,

Hanya bergoyang-goyang.

Tidak terbuka. Otot di dada dan lenganku meregang saat


kucoba lagi.

Tetap tidak bisa. Sekarang bahuku benar-benar super sakit.

<Biar kucoba dengan belalaiku,> Kata Rachel.

<Jadilah tamuku.>

<Marco! Rachel!>

Itu Jake, dia meluncur dari bayang-bayang dengan tubuh


penuh darah, tapi aku pernah melihatnya dalam keadaan lebih
buruk. Cassie, Ax dan Gafinilan ada bersamanya. Mereka masing-
masing terluka karena pertempuran.

Beberapa detik kemudian, Tobias hinggap diam-dima di atas


gerbong terdekat.

<Kami mencoba mengeluarkan Mertil,> Rachel menjelaskan.

Gafinilan melangkah maju. <Apakah dia...?>

<Aku baik-baik, saja, Gafinilan,> Mertil menjawab. <Walaupun


aku masih di dalam kota ini.>

<Akan kubuka truk ini,> Kata Gafinilan.

Dia maju tepat dibelakang pintu yang rusak tadi.


CLAAANG!

Aku melompat. Tidak bisa membantu, suaranya mengerikan.

Kampak tempur pisau ekor Gafinilan menembusi pintu besi.

Pria itu boleh saja lagi sekarang, tapi dia tetap masih sangat
kuat.

SKKKRRREEEEUUUULL!

Serigala Cassie menangis dengan suara mengerikan saat pisau


ekor Gafinilan merobeka pintu besi.

<Sangat keren,> Ujar Rachel.

Saat dia membuat sejenis potongan panjang. Gafinilan


mundur.

WHAM! WHAM! WHAM!

Dan Mertil menendang jalan keluarnya.


Bab 23.

Kami menemukan Mertil. Mungkin menyelamatkan hidupnya.

Teman baikknya Gafinilan telah berjuang keras untuk


menyelamatkannya.

Mertil mestinya merasa senang. Tapi dia kelihatannya tidak


begitu senang.

Kami berada dalam hutan. Jauh lebih aman daripada tetap di


gerbong-gerbong kereta api itu, menunggu pengendali Hork-Bajir
untuk menemukan kami lagi.

<Aku terkejur,> Ujar Mertil datar. <Bahwa kalian mau


membahayakan hidup kalian untukkku. Untuk orang sepertiku.>

Dia memegang ekornya yang terpotong itu, ekor tumpul yang


ada di tubuhnya. Seakan dia malu. Keadaan seperti ini tidak
nyaman.

<Kami tidak tahu apa yang kau maksud,> Ujar Cassie sopan.

<Akan kujelaskan,> Ujar Ax. <Maksudnya bahwa dia terkejut


bahwa kita orang normal, prajurit yang sehat mau meresikokan
hidupnya untuk seorang vecol.> Dia berhenti sejenak.
Mengarahkan mata tanduknya padaku dan menambahkan. <Atau,
seperti yang dikatakan Marco, seseorang yang “berguna dengan
cara yang lain.”>

<Jeez, bisakah kita tidak usah membahas isu ini?> Ujar


Rachel. <Lagipula bukan kesalahan Mertil makanya dia terluka.
atau dia alergi atau ada yang lain. Bisa kusebutkan beberapa orang
yang kutahu yang sangat-sangat sehat dan hanya menyia-nyiakan
oksigen saja, Kalau pendapatku sih.>

<Aku ikut satu kalau itu,> Gerutuku.

Mertil dan Gafinilan tetap terdiam.

<Ax,> Ujar Jake. <Kau mengangap Gafinilan adalah seorang


pahlawan bagi masa depan Andalite, bukan?>

Ax mengangguk. Yang itu merupakan salah satu gestur


manusia yang sudah diadopsinya.
<Mungkin fakta bahwa dia bisa mengatasi kekurangan
fisiknya yang tidak sempurna itu adalah salah satu alasan bahwa
dia seorang pahlawan. Bagaimana menurutmu?>

<Pangeran Jake, kupikir alasan Gafinilan adalah bisa


mengatasi kelainan bentuk temannya sebab dia melihatnya melalui
mata pertemanan. Yang itu kebiasaan diluar pengecualian. Diluar
kebiasaan biasa. Dalam kemasyarakatan Andalite umumnya, tidak
begitu alaminya untuk menunjukkan keprihatinan bagi seorang
vecok.>

<Jadi, persahabatan itu tidak alami?> Potong Rachel. <Tidak


normal?>

<Ngomong-ngomong apa itu “normal.”?> Tanya Cassie .

<Yang normal, yang standar, yang rata-rata.> Kataku.

Tobias melirik. <Okay, aku menjadi seorang yang super rumit


disini. Aku seorang nothlit. Seorang aneh. Apalah itu. Sahabat
baikku itu seorang alien berbulu biru. Apapun itu. Pacarku seorang
manusia---saat dia tidak dalam bentuk morph. Bagaimana kalau
kita tidak usah berbicara tentang “normal” lagi. Atau “Rata-rata”
atau “alami.”>

Terjadi keheningan yang aneh lagi aku, orang, jadi makin


sekarat untuk mendengar apa yang akan terjadi berikutnya.

<Mertil-Iscar-Elmand,> Ujar Ax. Penuh hormat. <Sungguh


suatu kehormatan untuk bertemu denganmu. Aku selalu
mengingatmu seperti keadaanmu biasanya.>

Baiklah, itulah awalnya.

<Kita seharusnya pergi dari sini,> Ujar Jake. <Gafinilan, kami


akan membantumu dan Mertil pulang.>

<Terima kasih.>

Dan sekali lagi kulihat kegetiran yang pernah kulihat


sebelumnya. Hanya saja lebih buruk. Dan kuingat saat Gafinilan
tidak yakin bahwa dia melihat bentuk manusiaku pertama kalinya
malam itu. Dia mengintip pada label nama buatannya sendiri di
rumah hijaunya.
Saat kegetiran itu berhenti, Gafinilan berkata. <Dan
kemudian, kalain jadi begitu baik pada kami. Waktuku terus
berjalan. Aku ingin menghabiskan waktuku yang penuh kehormatan
bersama teman baikku.>

Mertil, yang bukan spesimen berkutu dari prajurit Andalite


itu sendiri, berdiri kokoh. <Seperti kepeduliaan yang diberikan
padaku, jadi sekarang aku yang akan memperdulikannya. Ini
tugasku.>

<Visser mungkin tidak akan membiarkan kalian,> Ujar Jake.,

<Visser sudah membuktikan bahwa kami ini tidak berguna


baginya.> Ujar Gafinilan.

<Dia benar, Jake,> Kataku. <Jika ada orang yang di incar


Visser, pastilah itu kita. Karena selalu mengacaukan rencananya.>

<Oh, goody,> Ujar Cassie. <Kau selalu tahu bagaiana caranya


mengakhiri perkataan sulit, Marco,>

<Terima kasih,> Kataku.


Bab 24.

Agar kau tahu bahwa permainan tua itu yang bernama “Siapa
aku kali ini?” Atau ritme di kamar anak-anak tentang, seorang
dokter, pengacara, pembuat kue, apapun itu. Orang-orang
berusaha untuk mengidentisifikasinya berdasarkan apa yang
mereka pakai hari itu. Berdasarkan apa yang kelihatan, bisa
dipandang, yang seharusnya dari mereka.

Jadi, jika kau kau adalah orang yang mengerakkan salah satu
tanganmu di kursi roda, atau kau itu orang buta, kau itu seorang
yang cacat. Mungkin kau juga seorang ahli puisi atau sarjana,
seorang pendosa, atau seorang suci. Tapi yang pertama dan yang
paling sering muncul di pikiran orang, kau itu seorang cacat.

Bukan apa saja yang bisa kau lakukan.

Ibuku adalah....?....inang bagi Visser One. Dialah pencetus


invasi Yeerk pertama di Bumi.

Semua orang, kecuali ayahku dan istri barunya, berpikir


bahwa dia telah mati.

Mungkin dia sudah mati.

Mungkin dia belum mati.

Mungkin dia bisa diselamatkan.

Mungkin dia tidak bisa diselamatkan.

Aku hanya tidak tahu, lagipula kali terakhir kami bertatapan.


Dalam terowongan Taxxon di kolam utama Yeerk. Pada
percobaannya dari Dewan Tiga Belas..

Kebanyakan aku bahkan tidak berpura-pura untuk tahu.


Walaupun jika panggilan itu datang lagi....

Baiklah, akan kutunggu hingga saat untuk memutuskan itu


terjadi. Dan kemudian akan kulakukan apa yang seharusnya ku
lakukan.

Ngomong-ngomong, selama kurun waktu ini. Akulah “anak


yang telah kematian ibunya,” bagi orang-orang diluar sana. Bagi
temanku, akulah. “anak bermulut besar dan ibu yang dicuri oleh
alien.”

Aku tidak bisa lepas dari itu.

Vecol, mentalnya berubah, cacat, tolol, psycho, gimp.

Kau hanya perlu belajar untuk hidup dengannya.

Jake sang pemimpin yang bertanggungm jawab.

Rachel sang penggila perang yang cantik.

Cassie sang pemeluk-pohon.

Tobias, burung-manusia.

Ax, alien yang salah tempat.

Gafinilan adalah seseorang dengan penyakit parahnya.

Mertil...

Jadi kami menyelamatkan Mertil dan setuju untuk


membiarkannya dan Gafinilan hidup dalam damai. Kami sangat
yakin bahwa Yeerk akan menyingkir dari mereka, paling tidak
untuk saat ini.

Maksudku, seperti yang telah dikatakan Gafinilan, apa lagi


yang bisa dilakukan tubuh Andalite mereka? Tidak ada. Kecuali
bukti dalam akan kesetiaan yang memusingkan, benar-benar tidak
dapat dimengerti bagi Visser Three dan bawahannya.

Jadi ikuti fakta yang muncul dari pendapat Gafinilan tadi, dia
itu orang yang akan tewas dan Mertil itu tidak berguna, kami
bayangkan bahwa mereka kesempatan yang adil untuk tetap hidup
tanpa adanya gangguan.

Paling tidak hingga Gafinilan tewas dan Mertil sendirian di


rumah Henry McClellan. Tidak bisa morph. Seorang tawanan
virtual di tanah asing.

Bagaimana dia bertahan?

Mungkin seharusnya aku tidak melakukannya....

Seberapa sering aku mengatakan hal seperti itu? Sering.

Mungkin seharusnya aku tidak melakukan hal itu, tapi malah


kulakukan.
Hitung saja yang terakhir kalinya, kunjungan tidak berijin
yang ku lakukan pada rumah McClellan, dalam wujud morph
ospreyku, disaat Gafinilan/Henry sedang bekerja.

Aku bukan orang yang benar-benar bodoh.

Kulihat Mertil di rumah hijau. Kupanggil dia dari jauh


sehingga dia tidak akan ketakutan dan langsung menembakku
dengan shredder atau sejenisnya. Dikenalinya diriku sebagai
gorilla tampan dari malam itu.

<Yang lainnya tidak tahu kalau aku ada disini, jadi, uh, aku
merasa senang jika kunjungan ini jadi rahasia kecil kita>

<Tentu saja,> Jawab Mertil, suaranya sedikit tegang. <Aku


berhutang nyawa padamu.>

<Baiklah, aku tidak tahu yang itu,> Kataku, <Tapi, lihat. Aku
hanya ingin kau tahu jika.....uh, saat Gafinilan, kau tahu, dia telah
meninggal, mungkin aku akan datang kesini, bermain permainan
video, atau apalah, karena sendirian itu, tidak bagus dan....baiklah,
kita bisa bersama semua sekutu yang kita punya.>

Tidak ada. Aku berpindah ketempat tenggeran di pohon oak


tua dimana Tobias hinggap pada kunjungan pertama kami.

Kulihat ada seekor lebah madu yang berdengung terbang ke


rumah hijau.

Menunggu.

Mungkin aku akan melindungi pria itu entah bagaimana


caranya. Aku tidak ingin membuang waktu disaat mulutku terdiam.

Keheningan ini mengerikan.

Dan kemudian, tiba-tiba, suaranya menggelagar padaku. Kuat


dan bertenaga serta bergetar dengan sesuatu yang terdengar
seperti ada banyak kebanggan dalam suaranya.

<Terima kasih, Arisht Marco. Mungkin aku akan


melakukannya.>

Bu Beng Siau Jin.


HRT,TPS1A, 03-17-2016 10.30
Sampai Jumpa. Di lain kesempatan. :)

Anda mungkin juga menyukai