by
K.A. Applegate
NAMAKU Aximili-Esgarrouth-Isthill.
Saat ini bangsa Yeerk sedang mengincar planet ini. Mereka menyerbu
Bumi dengan cara yang biasa—cara terselubung. Keong-keong
parasit itu dengan lancar menyusup masuk ke dalam kepala manusia,
membungkus tubuhnya sendiri dengan otak manusia. Memperbudak
umat manusia sebagaimana mereka telah memperbudak bangsa Hork-
Bajir dan Gedd. Dan mereka berharap, suatu hari nanti, mereka dapat
pula memperbudak bangsa Andalite.
Aku sedang memakai kulit palsu dan telapak palsu seperti manusia.
Aku menghampiri meja layan di tempat makan favoritku.
“Aku butuh uang supaya bisa kutukar dengan roti kayu manis,”
jawabku.
Lalu, akhirnya, aku melihat apa yang menjadi idamanku. Dua potong
besar roti kayu manis yang mengilap, dan masih mengeluarkan asap
karena panasnya. Dua manusia duduk dekat sekali dengan dua potong
roti itu.
“Bagus,” kataku lega. Aku menyambar kedua roti kayu manis itu dan
membawanya pergi.
Izinkan aku menjelaskan satu hal lagi di sini: bahasa mulut manusia
kadang-kadang sangat membingungkan. “Ambil satu,” katanya.
“WAKTU itu tak sengaja aku di sana,” kata Marco, “sedang jalan-
jalan mengelilingi pusat jajan, tidak peduli dengan keadaan di
sekitarku. Aku sedang berpikir, Hei, makan taco asyik juga kali, ya,
ketika aku memperhatikan banyak orang, beberapa di antaranya
berseragam putih-putih, mengerumuni Cafe Cinnabon.”
Menurutku mau tak mau, manusia harus memiliki selera humor. Itu
bisa menolong mereka mengatasi rasa malu karena begitu goyah
berdiri di atas dua kaki yang aneh bentuknya.
“Pokoknya, cewek itu bilang begini, 'Ada anak yang jadi gila, dan
menghabiskan satu loyang penuh roti kayu manis.' Nah, siapa—
menurut kalian—siapa kenalan kita yang kuat makan satu loyang roti
kayu manis?”
Aku merasa harus mengatakan sesuatu. “Aku tidak sadar ada sejenis
ketentuan yang berlaku bagi perut manusia,” jelasku. “Kayaknya ada
batas tertentu jumlah makanan yang dapat dikonsumsi. Melewati
batas tersebut akan menyebabkan perasaan tidak nyaman di daerah
perut. Juga membuatku pusing.”
Aku sudah tidak berwujud manusia dan kembali berada dalam tubuh
asliku. Kami berada di hutan yang berbatasan dengan tanah pertanian
10 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Cassie. Di sinilah tempat tinggalku. Tempat tinggal Tobias dan aku.
Ia memangsa tikus, khususnya di pagi hari. Aku meninggalkan hutan
pada malam hari dan berlari menyeberangi padang rumput, menyerap
zat gizi rerumputan melalui kuku kakiku, sebagaimana yang
seharusnya dilakukan makhluk normal lainnya.
Pangeran Jake berkata, “Baru saja aku mau bilang Erek terlambat,
tapi ternyata sekarang ini masih kepagian.”
11 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Itu dia datang,” kata Tobias. “Dia bisa bergerak hampir tanpa suara
kalau mau. Tapi aku tetap dapat melihatnya dari atas sini.” Elang
memiliki pendengaran yang hebat dan penglihatan yang benar-benar
luar biasa. Tapi tetap saja, mereka hanya dapat melihat ke satu arah,
seperti manusia.
“Sori,” kata Pangeran Jake pada Erek. “Aku hanya ingin memastikan
bahwa kita aman.”
“Oh, ya? Berani taruhan?” tanya Pangeran Jake. Tobias kembali dan
mendarat di dahan yang sama.
“Kau benar-benar tidak melihat apa pun yang aneh?” tanya Pangeran
Jake, nada suaranya kecewa.
“Aku kenal hutan ini,” ujar Tobias sombong. “Kaupikir kau bisa
menempatkan pohon willow yang besar di tempat yang tidak
semestinya dan aku takkan menyadarinya? Ya, ampun.”
13 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Erek membungkukkan badan, melakukan semacam penghormatan ke
arah Tobias. “Ingatkan aku untuk tidak pernah memandang rendah
dirimu lagi, saudaraku yang bermata tajam.” Lalu, tiba-tiba ia berubah
serius dan mengutarakan maksud kedatangannya.
“Wah, wah,” ujar Pangeran Jake. “Kalau begitu, mari kita selidiki
tempat itu.”
14 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 3
“AKU punya pertanyaan nih,” kata Marco. “Kalau sudah ada Hewlett
Aldershot dan Hewlett Aldershot Junior, orangtua macam apa yang
mau memberikan nama yang sama pada keturunan yang ketiga? Anak
itu pasti dipukuli anak-anak berandal sepulang sekolah setiap hari.”
Saat itu keesokan harinya. Marco, Rachel, dan aku berada di ambang
jendela di tingkat tiga. Kami sedang dalam morf burung camar.
Menurut teman-teman manusiaku, burung camar itu seperti burung
dara atau merpati. Mereka bisa berada di mana saja tanpa terlihat
mencurigakan.
Aku yakin mereka benar. Walaupun aku tak tahu apa itu merpati. Dan
juga sulit bagiku membayangkan seperti apa burung yang
“mencurigakan” itu.
“Aku cuma mau bilang bahwa setahu kita, Mr. Chapman menabrak
orang itu karena dia tidak tahan dengan nama pria itu.”
“Apa? Jadi aku nggak boleh ngomong? Aku nggak boleh buat
percakapan? Kita sudah mangkal di jendela ini selama satu setengah
jam. Aku, kau, dan Ax.”
15 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Baru satu setengah jam?” tanya Rachel. “Aneh, kayaknya sudah jauh
lebih lama. Saat kau bicara, sang waktu seolah-olah mulur terus, dan
terus, dan terus, Marco. Terus, dan terus, dan terus, dan...”
“Lucu sekali.”
“Satu jam kalian,” gerutu Marco. “Tahu, nggak, itu adalah jammu
juga, Ax-man. Ini Planet Bumi. Kau terjebak di sini. Maka setel
arlojimu dengan waktu setempat.”
Marco merasa bosan. Kami semua bosan. Tapi Marco jadi tukang
ngomel kalau bosan.
“Ini sama sekali bukan kegiatan yang ingin kulakukan di hari Sabtu
yang cerah, saat sedang ada obral besar-besaran di toko busana
Express dan Old Navy,” Rachel mengomel. “Kini giliranku terbang
berkeliling. Aku segera kembali.”
16 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mencoba bersikap seperti burung camar. Itulah sebabnya Rachel harus
melayang sebentar. Itu hal yang wajar dilakukan burung camar.
“Apa ada yang aneh dengan nama Hewlett Alder... hei, lihat!” kataku,
memotong kalimatku sendiri. “Ada manusia lain yang memasuki
ruangan. Dan aku yakin wajahnya tidak asing Iagi.”
“Siapa?”
17 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku bersumpah takkan gagal lain kali.
Mereka gemetar. Jelas ada yang salah. Lalu, dalam sekejap, Visser
Three menempelkan duri ekornya di leher salah satu dokter.
18 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Sekali sentak saja kepala dokter itu bisa menggelinding di lantai.
“Aku tidak peduli dengan saluran saraf otaknya, aku ingin dia
sembuh! Sadarkah kalian kegunaan orang ini bagi kita? Dia orang
nomor dua dalam organisasi pengawal presiden. Dia punya cara untuk
mengetahui setengah dari semua rahasia di planet ini. Itulah sebabnya
aku mengatur kecelakaannya dan membawanya ke sini.”
Tepat pada saat itu, Visser Three menarik ekornya. Si dokter roboh
dan berlutut di lantai. Temannya memandangnya dengan iba, tapi
tidak berani berbuat apa-apa untuk menolongnya.
19 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Kau tidak memberiku pilihan: Jika aku tidak dapat menggunakan
makhluk ini sebagai induk semang, aku terpaksa menyadapnya dan
morf menjadi dirinya. Tapi dengan cara itu aku tak bisa terus-menerus
menggunakan wujudnya dua puluh empat jam sehari. Aku tidak bisa
memiliki hidupnya. Tapi dengan meniru wujudnya, aku bisa
mendekati atasannya. Aku malah dapat menggunakan morf ini untuk
menjebak wanita itu!”
20 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 4
“Apa dia baru saja memelototi kita?” tanya Marco. Lalu “dijawabnya
sendiri, “Yeah, dia memang memelototi kita.”
“Visser Three melotot pada kami, itulah yang terjadi,” jawab Marco.
PRANG!
Lalu aku melihat apa yang telah menembus kaca jendela itu. Burung
kafit! Burung kafit bersayap enam!
21 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Pasti itu Visser Three dalam morf! Tapi bagaimana mungkin?
“Semuanya, serang burung itu!” seru Pangeran Jake. “Dia takkan bisa
mengalahkan kita sekaligus. Tobias! Kau di mana?”
22 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku mengepak-ngepak liar. Kurang cepat! Paruh si kafit menoreh
bagian bawah sayapku.
Kini aku terbang di atas jalan raya. Apa yang manusia sebut restoran
fast-food terlihat di bawahku. Si Visser tinggal beberapa senti di
belakangku. Ia akan menusukku bagai sate dalam tiga detik, dua, sa...
Aku melepaskan udara dari sayapku, menekuk ekor dan kepalaku
untuk membelokkan arah, dan burung kafit itu melewatiku.
23 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku hampir saja menjawabnya saking marahnya. Tapi tentu saja
Visser Three tidak yakin apakah aku Andalite atau bukan. Ia cuma
asal tebak. Jika aku tetap diam, mungkin ia akan memutuskan bahwa
aku hanya burung camar biasa. Aku melihat Pangeran Jake dan yang
lainnya menghampiriku.
Aku melirik dan melihat elang ekor merah sedang mengepak kuat
untuk mencapai ketinggian agar bisa menukik. Tapi ia hanya tiga
meter di atasku dan terlalu jauh di sampingku untuk bisa menolong.
Bagus. Makin asyik aja nih, kataku pada diri sendiri, mencoba
terdengar lebih berani dibanding kenyataannya. Aku mengepak-
ngepak liar ke arah logo restoran yang besar berwarna kuning,
berbentuk seperti dua lengkungan yang bersambung di tengah.
Landasan lengkungan itu berwarna merah. “Coba kita lihat seberapa
gesit burung kafit berbelok.”
24 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi saat itu aku sudah berputar dan menembus lengkungan kedua. Si
kafit mengejarku, tapi sekarang kecepatan lurusnya menjadi tidak
berguna. Dan rentang sayapnya yang lebar membuatnya sulit
melewati kolong lengkungan itu.
“Aaaahhhh!”
Paruh yang tajam itu memotong sayapku sepanjang tiga senti! Aku
jatuh. Aku membentur atap restoran cepat saji yang dicat hitam. Aku
tertatih-tatih menuju tempat sempit di antara dua unit pendingin besar
yang mengeluarkan suara bising.
Aku melihat Visser Three melintas rendah di atasku, dan aku sadar ia
pasti sudah mendarat.
Aku mulai demorf secepat mungkin. Atap ini dikelilingi tembok yang
cukup tinggi. Para manusia di jalanan tidak dapat melihat kami.
25 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dan jika aku sudah berwujud Andalite, burung itu bukan ancaman
lagi. Dari cakarku tumbuh tapak kaki. Bulu-bulu ekorku melebur
menjadi satu, dan membentuk ujung duri ekorku. Tapi selagi aku
bertumbuh, tempat ini menjadi sempit. Aku, terjepit di antara unit
pendingin, dengan bilah-bilah kipas angin yang meniupkan aroma
makanan berminyak ke arahku.
“Ayo, kita lihat sehebat apa dirimu dalam pertarungan ekor,” kataku,
sekali lagi mencoba terdengar lebih percaya diri daripada sebenarnya.
26 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 5
SUDAH lama sekali kaum Andalite tidak bertarung satu sama lain
dalam pertandingan ekor, kecuali dalam latihan militer atau olahraga.
Di tempat ini, di antara kipas angin yang berputar dan aroma lemak
dan daging hamburger, Visser Three dan aku berdiri berhadapan.
Dua ekor camar mendarat. Lalu dua lagi. Mata tandukku melihat
bayangan burung pemangsa terbang di atas.
“Kita tidak bisa demorf,” kata Pangeran Jake kepadanya. “Kita harus
berubah menjadi manusia dulu. Kita tak bisa demorf kecuali kita
sudah yakin Visser Three tak bisa lolos kali ini.”
“Jika kita sudah demorf, dia tak bakal bisa lolos,” kata Rachel geram.
27 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Ini bukan tempat yang tepat,” kata Cassie, mencoba menjelaskan.
“Orang-orang di bawah sudah melihat ada burung bersayap enam
yang mendarat di sini. Mungkin ada yang sedang naik tangga menuju
kemari.”
Tapi, bagian lain diriku telah melihat ketakutan di mata Visser Three.
Ia sadar dirinya sudah terkepung. Ia sadar ia sedang menghadapi
pertempuran maut yang kemungkinan lolosnya sangat kecil.
Gerakan mendadak!
28 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dalam kebingungan itu, mula-mula aku tak mampu memahaminya.
Segala sesuatu terjadi sekaligus: gerakan mendadaknya, reaksiku, lalu
lompatannya melampaui tembok rendah di sekeliling kami.
29 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 6
Malam itu hujan turun rintik-rintik. Rumput basah dan lembap. Bisa
kurasakan kuku kakiku menyerap sel-sel cacing yang muncul ke
permukaan tanah setiap hujan turun. Makan malamku kali ini akan
kelebihan protein, padahal itulah hal terakhir yang kubutuhkan.
Kebanyakan protein menyebabkan aku tak bisa tidur.
Atau apakah aku cuma membodohi diri sendiri? Ya, aku memang
punya planet asal. Dan tempat tinggal di planet itu. Dan bangsa
seperti diriku. Tapi apakah aku akan kerasan tinggal di sana lagi?
Apakah aku sudah berubah begitu jauh, karena telah hidup bersama
manusia begitu lama?
30 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
malam dengan orangtua Cassie. Aku memiliki DNA Pangeran Jake
ketika ia disusupi oleh Yeerk.
Aku berlari lebih cepat sekarang, tidak lagi peduli pada makananku,
tapi hanya ingin merasakan tetesan air hujan di wajah dan dadaku.
Jika aku berlari cukup cepat, semua tetes air itu hanya akan mengenai
wajah dan dadaku, dan tak ada satu pun yang mengenai punggungku.
Aku melihat pagar kayu. Hampir terlalu tinggi untuk kulompati. Tapi
aku berlari tepat menuju ke arahnya, menyentak kaki belakangku,
menekuk kaki depanku, dan melayang di atasnya.
Aku mendarat dengan mulus dan baru sadar bahwa napasku terengah-
engah. Aku memperlambat lajuku dan berjalan kembali menuju
hutan.
31 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang dikendalikan Visser Three dulunya milik seorang pejuang hebat.
Namanya Alloran. Visser Three memiliki semua keterampilan dan
pengalaman tempurnya.
Aku bertarung dalam duel ekor dengan Visser Three dan setidaknya
aku tidak melarikan diri.
Aku pasti sudah gila kalau tidak punya rasa takut. Tapi aku tidak
kabur. Ia yang kabur.
Aku baru sadar bahwa aku sudah berhenti berjalan, dan kini berdiri
diam di bawah pohon cemara tinggi di tepi padang rumput. Padang
rumput Tobias.
32 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Aku minta maaf karena membangunkanmu. Kok gajah bisa
ngamuk?”
“Apa?”
“Kok tahu?”
“Dengar, Ax, pertama kali aku bertemu Visser Three... dan kau tahu
kapan itu terjadi... aku menangis, aku begitu ketakutan.”
“Elfangor juga alien. Aku juga belum pernah melihatnya. Tapi dia
tidak bikin takut. Visser Three sebaliknya. Bukan karena tampangnya,
tapi karena ada sesuatu memancar darinya. Seperti awan gelap.
Hampir seperti aroma. Perasaan ini—aku tak tahu kata lain yang lebih
tepat—seolah-olah aku sedang melihat sesuatu yang harus
dimusnahkan. Dia jahat. Aku dapat merasakannya. Dan aku punya
perasaan mengerikan bahwa kejahatan itu, dengan cara apa pun, akan
33 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menjamahku, dan mengubah hidupku. Maka waktu itu aku menangis.
Dan ternyata benar. Hidupku berubah, tubuhku berubah.”
“Dengar, Ax. Kau telah menantangnya. Dia yang kabur. Bukan kau.”
“Dia terkepung dan kalah jumlah. Dia pikir kalian semua pejuang
Andalite yang siap kembali ke wujud semula dan menyerangnya. Dia
mengundurkan diri dengan penuh kehormatan.”
34 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Tobias. Kau ingat morf burung yang digunakan Visser tadi? Itu
burung Andalite. Namanya burung kafit. Asalnya dari planet tempat
tinggalku.”
“Apa yang ada dalam benakmu? Bahwa Visser Three mungkin pernah
mendarat di Planet Andalite dan menyadap DNA burung itu?”
Tapi aku tak yakin. Aku percaya Visser Three pernah mendarat di
planetku. Kalau bukan dia, mungkin salah seorang anak buahnya.
Apa pun yang sebenarnya terjadi, itu cuma berarti satu hal. Para
Yeerk sudah menjamah satu-satunya tempat yang aman di galaksi ini:
rumahku.
35 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 7
Suatu hari nanti, bila aku tua, terlalu tua untuk berperang, aku akan
menulis buku tentang manusia, tentang kebiasaan, bahasa-mulut, dan
teknologi mereka yang aneh. Misalnya, tahukah kau bahwa manusia
menciptakan buku sebelum menciptakan komputer?
36 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Karena itu mereka menganggap komputer lebih maju, walaupun ada
fakta bahwa komputer butuh waktu tiga puluh detik untuk meload
satu halaman, sedangkan buku dapat dibuka halamannya tanpa harus
menunggu lama-lama.
37 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Coba katakan untuk yang ketiga kalinya dan kali ini aku akan
mendengarkan.”
Dan ini satu lagi alasan untuk tidak menganggap manusia tidak
penting. Mereka benar-benar cepat beradaptasi. Baru beberapa bulan
lalu Marco tidak percaya ada kehidupan di planet lain. Kini ia
menerima kenyataan itu, menyerap wawasan yang benar-benar baru,
dan mendapati dirinya berada di tengah-tengah pertempuran yang
menggunakan teknologi morf yang tidak dimengerti olehnya. Dan ia
tetap mampu melihat apa yang tersirat, yang bahkan luput dari
perhatianku.
38 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Mempermainkanmu,” lanjut Tobias.
“Oh.”
“Bukan cuma rahasia apa yang bisa diketahuinya, tapi, juga siapa
yang dapat ditemui dan diajaknya bicara,” kata Rachel. “Dia bisa
mencari tahu apakah ada informasi tentang kegiatan Yeerk yang
lolos...”
39 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku tak pernah berhenti membayangkan manusia akan jatuh kalau
mereka melonjak seperti itu.
“Jika Jane sudah jadi Pengendali, mengapa Visser Three masih sibuk
dengan H.A. Ketiga?” kilah Cassie. Tapi kemudian ia menoleh pada
Marco. “Apa sebetulnya yang kaupikirkan? Apa kau mau menyadap
Mr. Aldershot?”
“Yeah.”
“Kita tak boleh berbuat begitu,” kata Cassie. “Kupikir kita sudah
memutuskan untuk tidak menyadap DNA manusia.”
“Aku pernah morf jadi Pangeran Jake,” kataku. Aku jadi tertarik
dengan ide Marco. Tapi ada saat-saat teman-temanku enggan
melakukan segala macam cara untuk melawan Yeerk. Kadang-kadang
aku juga.
40 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Dan Cassie pernah berubah jadi Rachel,” tambah Tobias.
“Maaf,” kata Marco dengan sedikit nada sinis dalam suaranya. “Pria
itu tidak bisa memberi izin. Dia itu sedang tidak berdaya. Dia lembek,
mirip sayuran. Dia itu kayak wortel. Selada. Dia itu tomat.”
“Lagi pula kita takkan mungkin masuk ke sana,” kata Pangeran Jake.
“Visser Three sadar rencananya sudah ketahuan. Kita harus berada
dalam wujud manusia untuk menyadap DNA Aldershot. Kau pikir
kita bisa melakukannya dengan tingkat kewaspadaan Visser Three
seperti sekarang? Mustahil.”
“Kayaknya otakku sudah tidur nih,” potong Marco. “Oke, darah itu
aman bagi kita. Jadi, Cassie, bagaimana cara kita mendapatkannya?”
Cassie menjelaskan.
Dan semua manusia itu, bahkan Tobias, berkata, “Ih, jijik.” Mereka
mengucapkannya berulang kali dengan suara keras.
Dan satu hal yang kupelajari selama hidupku di antara manusia, setiap
kali mereka bilang sesuatu itu jijik, biasanya mereka benar.
42 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 8
43 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Berikan saja nyamukmu padaku,” kata Marco. “Kemungkinan dia
sudah menggigitmu, jadi dia tidak akan lapar lagi.”
“Kita tak bisa morf jadi nyamuk yang sama,” kata Cassie. “Hanya
yang betina yang mengisap darah. Yang jantan tidak berguna.”
“Jadi, apa jenis kelamin nyamuk yang di tanganmu itu?” tanya Marco.
“Ya,” kataku. “Aku tidak takut akan gigitan serangga kecil ini.” Aku
memasukkan tangan ke dalam kotak kaca itu. Ternyata sulit
menangkap makhluk itu. Tangan manusia lebih kuat dan lebih gesit
daripada tangan Andalite. Akhirnya, Cassie menangkap seekor
nyamuk dan memberikannya kepadaku.
Ketika kami semua sudah selesai, Pangeran Jake berkata, “Oke, ayo
kita pergi.”
44 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kami morf jadi burung pemangsa dan terbang ke arah rumah sakit.
Dengan mata tajam elang harrier aku dapat melihat Hewlett Aldershot
Ketiga masih berbaring di tempat tidurnya. Tapi ada banyak
perubahan. Empat manusia duduk mengelilinginya. Di kamar sebelah
kirinya, kami melihat empat orang lagi. Dan di kamar sebelah
kanannya, empat lagi.
“Aku jadi merasa tersanjung,” kata Rachel. “Dua belas orang? Dan
mungkin masih banyak lagi di koridor.”
45 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Masuk akal. Pangeran Jake juga berpendapat begitu. Maka sementara
teman-temanku yang lain mendarat di atap untuk morf menjadi
manusia sebelum menjadi nyamuk, aku mendarat di jendela terbuka
yang gelap di ujung rumah sakit ini.
“Bukan. Aku Andalite.” Hanya itu yang dapat kukatakan. Lagi pula,
aku segan berbohong kepada seorang anak yang sedang sakit.
“Siapa namamu?”
“Namaku Aximili-Esgarrouth-Isthill.”
Aku menarik napas panjang lagi. Yah, pikirku. Aku memang harus
mengalihkan perhatian mereka.
46 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku membuka pintu dan melangkah ke koridor. Kedua manusia itu
tidak melihatku sampai aku hampir mencapai mereka. Lalu mulut
keduanya terbuka, lebar sekali. Wajah mereka mulai berubah warna:
yang satu menjadi putih, yang lainnya menjadi merah.
“Demi...”
“Apa yang...”
“Itu sejenis tipuan. Pasti lelucon. Oke, Terry, kau bisa keluar dari
persembunyianmu sekarang. Ha ha. Lucu sekali.”
47 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Klang-breng-brong-BRAKK!
“Monster!'
Tapi satu detik itu terlalu lama. Ia meraih pistolnya. Aku melejitkan
ekorku ke depan dan ia segera menjatuhkan senjata itu.
48 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dalam sekejap mereka akan mulai menembak. Peluru timah dari
senjata manusia itu yang sangat berbahaya. Bukan saja bagiku, tapi
juga karena dapat menembus tembok dan mengenai orang yang tak
bersalah.
“Tembak! Tembak dia! Dasar tolol! Tembak, atau Visser Three akan
memangsa kita!” salah satu manusia itu berseru.
FWAPP!!
FWAPP!
Aku menyentak lagi, tapi kali ini mereka sudah siap menembak. Dan
aku benar-benar kalah jumlah. Aku juga khawatir tembakan mereka
mengenai orang tak bersalah.
Dan pada saat itulah aku baru sadar. Ada satu cara untuk lolos dari
tembakan.
49 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 9
“APA?”
Kamar itu kecil. Terlalu kecil untuk semua penjaga. Kini hanya lima
penjaga yang ada di dalamnya. Jauh lebih baik bagiku.
FWAPP!
50 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku menyabet dan penjaga terdekat melompat mundur, menabrak
teman-temannya. Aku punya waktu sekitar setengah detik sebelum
mereka pulih dan menembak.
FWAPP! PRANG!
“Ini tipuan yang kupelajari dari Visser Three!” seruku. Aku berlari
tiga langkah, menundukkan tubuh bagian atasku, merendahkan mata
tandukku, melipat kakiku dan terbang melewati jendela yang
berlubang.
Aku jatuh!
“Aaaaahhh!”
BLAM!
KRAKK!
“...teralihkan perhatiannya.”
“Tidak juga. Tapi kuharap lima menit lagi begitu.” Jika aku bisa
bertahan hidup selama itu, tambahku dalam hati.
Aku menyusut dengan cepat, dan kini terdengar bunyi sirene dari
kejauhan, makin lama makin dekat.
52 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Jika kita biarkan Andalite itu lolos, nasib kita akan lebih buruk lagi
daripada tertangkap! Terus tembak!”
“Aku tidak bisa melihat apa yang harus kutembak. Terhalang semak-
semak itu. Dan tertutup bayang-bayang.”
Aku menyusut makin cepat. Daun yang tadinya kecil kini menjadi
sebesar kepalaku. Ranting-ranting yang tadinya menjeratku, kini
lepas. Aku sudah bisa berjalan keluar dari bawah semak-semak, hanya
saja kakiku menyusut lebih cepat daripada bagian tubuhku yang lain.
Aku tidak lagi berdiri di atas empat kaki, tapi sudah di atas enam kaki.
Aku berdiri dengan kaki serangga, namun sebagian besar tubuhku
masih berupa Andalite. Andalite yang sangat kecil, tapi masih terlalu
besar untuk berjalan-jalan di atas kaki serangga.
53 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mata tandukku merayap ke depan kepalaku, ke titik di atas mata
utamaku. Mata tandukku mulai memanjang, tumbuh bagaikan benih
pohon yang tumbuh dengan cepat. Menjadi tongkat licin yang
membelah menjadi cabang-cabang pendek.
Mata utamaku masih tetap berfungsi, tapi dari antena ini aku
memperoleh indra yang benar-benar baru.
Aku sudah tidak khawatir lagi akan peluru. Aku sudah terlalu kecil
untuk jadi sasaran, kecuali oleh bidikan yang benar-benar ajaib.
Ukuranku sudah lebih kecil dari satu senti dan terus mengecil.
54 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
terarah. Bukan untuk mencium bau apa pun yang ada di sekitarku.
Tapi indra ini dapat mencari molekul-molekul beraroma khusus,
mengujinya, dan menemukan objek yang memancarkan bau tersebut.
Seperti rasa lapar.
Namun selama ini, mata utamaku tetap berfungsi. Aku tidak berharap
begitu. Kuharap aku tak bisa melihat apa yang terjadi berikutnya.
Tombak itu hampa. Seperti sedotan. Itu tabung untuk mengisap darah.
Darah!
55 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 10
SAAT itu mataku berhenti berfungsi. Aku buta selama beberapa detik
sementara morf ini selesai. Aku menciut semakin kecil, dan tiba-tiba
dari keningku muncul dua mata majemuk yang besar.
Melalui mata ini aku melihat segalanya pecah menjadi ribuan gambar-
gambar kecil. Masing-masing gambar sedikit berbeda dibanding
gambar di sampingnya, masing-masing merupakan campuran dari
biasan cahaya, warna-warna yang aneh, dan spiral-spiral energi.
Aku tak pernah kehilangan kendali morf ini. Maksudku, aku tak
pernah lupa siapa atau apa diriku, seperti yang kadang-kadang terjadi
bila kita morf dalam bentuk tertentu untuk pertama kali.
Maka peristiwa berikut ini terjadi bukan karena aku hilang kesadaran,
melainkan karena rasa lapar nyamuk yang begitu besar, begitu kuat,
begitu jelas, sehingga aku menurut saja.
Aku terbang, dan sadar siapa diriku, namun begitu naluri nyamuk
berseru, “Darah! Darah!”, aku menjawab, “Ya! Ya!”
56 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Nyamuk tampak seperti serangga yang tidak berbahaya. Tapi aku
sudah mencari keterangan. Nyamuk menularkan bakteri, virus, dan
parasit. Mereka membawa kuman penyakit radang otak, demam
berdarah, dan malaria.
“Ax! Ax! Bicaralah,” panggil Pangeran Jake, dan tiba-tiba aku sadar
sudah sejak tadi ia berteriak-teriak.
57 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Besar, besar sekali, jauh lebih besar daripada yang dapat
kubayangkan, terbentang sasaranku. Ratusan kali panjang tubuhku,
jutaan kali beratku, Hewlett Aldershot Ketiga telentang di atas tempat
tidur, mengeluarkan aroma yang menarik.
turunnya kulit orang itu adalah bunyi Dug! Dug! Dug! di bawah
kakiku.
Denyut nadi. Denyut yang berirama dari darah yang mengalir melalui
pembuluh balik dan pembuluh nadi.
58 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 11
Dan di sana, di satu sisi, empat tubuh manusia tersebar dalam wujud
yang sama—saling silang dengan cara yang aneh. Aku melihat wajah
Pangeran Jake, tapi juga melihat jantungnya yang berdenyut, jaringan
otot kakinya, dan bagian dalam otaknya. Begitu juga teman-temanku
yang lain.
59 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mereka semua menggeliat kesakitan.
“Pangeran Jake! Tobias!” jeritku. Tapi tentu saja mereka tidak dapat
menjawab. Tidak ada udara untuk mengantar suara-mulut mereka.
Tidak ada benda apa pun, bahkan sepercik pecahan atom dan molekul
yang selalu melayang-layang di ruang angkasa normal. Tidak ada
bintang atau planet-planet. Tak ada benda apa pun di Zero-space.
Tapi bahkan dengan otak yang mulai beku dan pandangan yang aneh
ini, aku sadar makhluk jenis apa itu.
60 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang normal, aku dapat melihat bagian dalam segala sesuatu. Tapi
tubuh yang kulihat masih tetap tubuh manusia dan tubuh Andalite.
Bukan sekadar gumpalan-gumpalan tak berarti.
Pernah, pada suatu saat di masa lalu, aku menjelaskan kepada teman-
teman manusiaku tentang massa tubuh yang terdorong ke Zero-space.
Mereka bertanya apakah pesawat yang melewati Zero-space dapat
menabrak gelembung-gelembung jaringan ini.
61 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku tak dapat menggambarkan kepedihan karena melihat anggota
bangsaku begitu dekat. Andalite pertama yang kulihat setelah sekian
lama.
Tapi tentu saja mereka tidak dapat melihatku. Di dalam pesawat itu
mereka memiliki ruang tiga dimensi yang normal. Kaum Andalite di
dalam pesawat itu hanya melihat lantai, dinding, dan langit-langit
yang tidak tembus pandang.
Aku sadar aku akan mati. Aku akan mati dalam jangkauan
penglihatan bangsaku sendiri. Mati...
Kesadaranku hilang.
Dan tiba-tiba, aku masih hidup. Aku tidak tersebar dalam dimensi
yang rumit. Aku masih utuh, hidup, dan terbaring pada satu sisi di
atas meja yang didesain untuk menahan ekor dan kakiku dengan
nyaman.
62 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 12
Aku berdiri. Aku gemetaran, tapi aku tak bisa hanya berbaring saja.
“Kapten, saya sedang morf. Morf yang sangat kecil. Lalu saya
mendengar suara letusan dan tiba-tiba saja sudah berada di Zero-
space.”
“Apa? Dirimu adalah massa tubuh asli yang diakibatkan oleh morf
dengan massa tubuh kecil? Mustahil!” sang dokter berseru, matanya
berkilat-kilat karena emosi. “Maksudku, mungkin saja itu tidak
mustahil, tapi belum pernah terjadi. Kejadian ini akan menghapus
semua teori perpindahan massa tubuh dalam proses metamorfosis. Ini
akan menjadi terobosan ilmiah dari...”
“Ya, tentu saja,” potong sang kapten lagi, terdengar makin tidak
sabar. “Tapi, walaupun sangat menarik secara ilmiah, aku punya
pertanyaan yang lebih penting. Kami sudah tahu bagaimana kau bisa
berada di Zero-space, Aristh Aximili, tapi bagaimana para alien ini
bisa muncul di sini, sedangkan hanya Andalite yang memiliki
kemampuan morf?”
64 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Itu pertanyaan langsung dari perwira tingkat tinggi. Dari tingkat yang
sangat tinggi. Seorang kapten adalah tuan dan penguasa dalam
pesawatnya. Pada dasarnya, seorang aristh adalah sesuatu yang bisa
disingkirkan dari telapak kaki sang kapten.
“Maaf, Sir,” jawabku. “Hanya saja, sudah begitu lama saya tidak
melihat sesama Andalite. Dan saya pikir takkan pernah lagi... saya
pikir saya akan terdampar di Bumi seumur hidup.”
65 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Pesawat induk itu dibantu pesawat Blade milik Visser Three yang
tersembunyi di balik bulan.”
“Lalu, kubah jatuh dari orbit dan menembus permukaan laut di Planet
Bumi. Saya berada di bawah permukaan air selama berminggu-
minggu waktu Bumi, hingga para manusia datang untuk
menyelamatkan saya.”
“Ya.”
“Tidak. Mereka morf menjadi hewan air dan berhasil masuk ke kubah
untuk menolong saya.”
Wah, masalah jadi semakin sulit. Beberapa waktu lalu aku berhasil
menghubungi Planet Andalite. Pada dasarnya mereka telah
66 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menyuruhku untuk memikul tanggung jawab karena memberikan
kemampuan morf kepada manusia. Mereka tidak mau nama baik
Elfangor sebagai pahlawan jadi buruk. Memberikan teknologi morf
kepada makhluk asing adalah kejahatan besar.
Sang perwira taktik mendesah. “Dasar anak tolol, jika kau yang
memberikan kemampuan morf kepada mereka, bagaimana mungkin
mereka sudah dalam wujud morf waktu pertama kali kau bertemu
mereka? Jelas mereka telah memiliki kemampuan itu pada saat
mereka menemukanmu.”
Aku bisa bilang apa? Aku tidak sempat mempersiapkan kisah yang
baik. Seharusnya aku berwujud nyamuk di tempat yang miliaran
kilometer jauhnya. Kini aku dianggap pembohong dan idiot.
67 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Sang dokter pergi. Tapi kapten itu malah mendekat. “Aristh Aximili,
aku menuntut penjelasan mengapa kau berani berbohong kepadaku.”
“Ya, Kapten . “
69 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 13
“Kita baru saja keluar dari Zero-space dan sedang bergerak dengan
kecepatan tertinggi di angkasa normal menuju Planet Leera.”
70 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dirasuki, lalu menggunakannya sebagai tubuh induk semang untuk
bertempur di perairan Planet Leera.
“Kayaknya massa tubuh kita terseret oleh daya magnet pesawat yang
sedang lewat. Semua orang di pesawat ini kaget. Kita baru saja
membuat terobosan ilmiah untuk teori Zero-space.”
“Oh, bagus, aku jadi lebih tenang,” kata Rachel, dengan nada yang
disebut manusia sebagai “sinis”.
“Tak ada yang tahu. Para dokter dan ilmuwan lain dalam pesawat ini
sedang mencari jawabannya. Mencoba menyusun teori. Mungkin
akan ada efek pantul.. Tapi mereka tidak yakin. Dan kita sudah
hampir mendarat di Planet Leera. Ini pesawat perang, yang berarti
punya sejumlah kendaraan tempur darat. Kini penyerbuan Yeerk di
Planet Leera bukan lagi rahasia. Itu sudah jadi perang terbuka.
Mereka punya empat pesawat induk di orbit dan dua pesawat Blade.
Ratusan Bug Fighter. Sedangkan kami hanya punya kurang dari
sepertiga kekuatan mereka.”
71 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Jadi, coba aku simpulkan,” kata Rachel. “Tiba-tiba kita berada
miliaran kilometer dari Bumi dan terseret ke dalam peperangan besar
di mana pihak yang jahat punya kekuatan tiga kali lipat pihak yang
benar?”
“Ya,” sahutku.
Rachel terlihat tidak puas. “Aku punya informasi untukmu, Ax. Jika
ada pertempuran melawan Yeerk hari ini, aku harus ikut.”
72 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Kita harus menuruti perintah sang kapten,” kataku.
“Aku bukan kau, Tobias. Aku bukan nothlit. Aku bukanlah makhluk
yang terperangkap dalam tubuh makhluk lain.”
“Memang bukan. Tapi menurutku kau bukan sekadar aristh lagi. Dan
suka atau tidak, kau bagian dari kami.”
73 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 14
Mungkin ia khawatir aku jadi terlalu akrab dengan para manusia itu.
Entahlah. Yang aku tahu, seorang aristh biasanya tidak boleh berada
di anjungan.
74 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
memancarkan data langsung ke otakmu. Sangat “canggih”, menurut
istilah Marco. Aku memutuskan bahwa aku tak punya alasan untuk
merasa bersalah. Aku telah bergabung bersama para manusia itu
selama di Bumi. Itu masuk akal. Tapi kini aku kembali di antara
bangsaku. Tempatku di sini.
75 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Baik, Sir. Kaum Yeerk sangat kuat pada orbit di atas planet ini.
Menurutku, mereka pasti menang melawan kita, biarpun dengan
susah payah. Tapi mereka tidak mau pertempuran terjadi di atas.
Bahkan jika mereka mengalahkan kita pun, keadaan mereka mungkin
terlalu parah untuk bisa menyerang dan merampas benua di bawah
sana dari pasukan Leeran.”
Aku tidak tahu harus menjawab apa. Tentu saja, si perwira taktik ini
benar! Jawabanku tadi pasti terdengar bodoh.
76 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Tapi, dengan segala hormat, Sir, saya dan para manusia itulah yang
menghancurkan usaha Yeerk di Bumi saat mereka hendak
menciptakan pasukan tempur bawah air yang akan digunakan di
Planet Leera. Jika bangsa Yeerk berhasil waktu itu, mungkin Planet
Leera sudah mereka kuasai.”
77 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Sir, di manakah basis tempur saya?” tanyaku kepada si perwira
taktik.
Ia dan sang kapten bertukar pandang dan tertawa. Aku tidak tahu
apakah aku harus merasa malu atau bangga. Yang jelas, saat ini aku
merasa takut.
Benua itu tampak semakin besar. Kebanyakan berupa tanah subur dan
berwarna hijau, berupa hutan. Hijau seperti hutan atau rimba di Bumi,
tapi ada juga tumbuhan berwarna kuning.
Sisi utara benua itu tidak begitu subur, lebih gundul, kemungkinan
besar lebih dingin. Pertempuran itu terjadi di sebuah lembah.
78 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Leeran sedang berjalan kaki, bergerak di atas bebatuan tanpa
perlindungan apa pun dari serangan Yeerk.
79 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Sang kapten Menghampiri bawahannya , lalu... FWAPP!
TSEEEWW! TSEEEWW!
Para prajurit itu jatuh ke dek, pingsan oleh sinar Shredder. Udara
bergelombang karena panas. Arus listrik statis mendesis dan menari-
nari dalam lidah api biru di atas tubuh-tubuh tersebut.
Hanya si perwira taktik yang berdarah dan ketakutan yang tetap sadar.
Sebuah penghinaan: Karena ia sudah tidak berbahaya lagi.
80 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 15
FWAPP!
Aku teringat pada Visser Three. Ini untuk kedua kalinya aku
bertarung ekor lawan ekor dengan musuh. Kali ini musuhku takkan
lolos.
TSEEWWW!
BRUUUK!
83 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku melihat Harelin tersentak ke belakang mendengar berita ini.
“Kalian para manusia, morf! Satu-satunya cara keluar dari sini adalah
dengan menjadi kecil. Aristh, kau juga.”
“Tapi...”
“Yes, Sir!”
Saat itu aku tahu apa yang akan dilakukannya. Aku sadar ia tidak
punya pilihan lain. Ia takkan membiarkan dirinya ditangkap Yeerk. Ia
takkan membiarkan satu Andalite pun di pesawat ini
ditangkap hidup-hidup. Dan tak ada cara lain untuk lolos dari
kepungan Yeerk di luar.
“Pangeran Jake, kita harus morf menjadi sesuatu yang kecil. Umm...
umm... lalat! Menjadi lalat, lalu terbang ke atas anjungan. Ada pintu
darurat di atap.”
84 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Lalu ia berpaling ke arah Jake. “Apa yang harus kita lakukan?”
Aku memusatkan pikiranku pada morf lalat. Kupikir aku akan melihat
ketakutan di wajah Harelin ketika kami berubah wujud. Sebab tubuh
lalat cukup menjijikkan, bahkan untuk ukuran hewan Bumi.
85 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dari setiap penjuru pesawat, terdengar ratusan bahasa-pikiran
mengucapkan kata-kata upacara kematian. Aku turut bergabung.
“Mungkin aku keliru. Mungkin ras yang berbeda dapat menjadi lebih
kuat kalau bersatu. Pergilah bersama teman-teman manusiamu dan
buktikan bahwa aku memang keliru.”
“Jake... Pangeran Jake,” kataku. “Kita harus pergi dari sini sejauh
mungkin.”
86 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 16
Aku tak punya jawaban. Aku tak dapat berpikir. Aku hanya
mengulang-ulang tragedi itu di dalam kepalaku: kapten pesawat
Andalite menjadi pengkhianat. Mustahil. Sebab makin kupikirkan,
makin sadar aku bahwa ia bukanlah Pengendali. Pesawat Ascalin
telah berada di ruang angkasa selama berminggu-minggu. Agar
makhluk Yeerk dapat hidup dalam otak Samilin, ia harus mendapat
sinar Kandrona dari kolam Yeerk. Mustahil bagi seorang kapten
untuk menyembunyikan generator partikel Kandrona portabel—yang
dapat dibawa-bawa.
“Yah, jika kau tak tahu, lalu siapa dong yang tahu?” tuntutnya. “Apa
yang akan kita lakukan? Terbang keliling-keliling mencari tong
sampah terdekat agar kita bisa makan? Ayo, kita butuh rencana.”
“Aku... aku... aku tak tahu apa yang harus kita kerjakan.”
“Kita harus bisa menemukan cara untuk pulang,” kata Marco. “Gara-
gara Kapten Pengkhianat itu, perang ini jadi semakin sulit. Tak
kusangka, Andalite yang hebat ternyata bisa berbuat begitu. Kupikir
hanya kami saja, manusia yang primitif dan bodoh, yang berkhianat.”
“Adil? Adil?!” teriak Marco. “Coba kalau kita terus menuruti perintah
Ax untuk berdiam diri di kamar, Ax pasti sudah mati bersama...”
Kami terbang dalam kebisuan, melihat planet yang aneh melalui mata
majemuk lalat, hampir tidak mendengar apa-apa, mencium aroma
yang tak pernah kami cium sebelumnya. Kami tenggelam dalam
pikiran kami. Dan setelah beberapa saat aku berharap tuduhan dan
teriakan tadi mulai lagi. Ini kenyataan yang memuakkan, tetap hidup
sementara yang lainnya mati. Memuakkan sekali, karena perbuatan
88 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
baik apa pun yang kaulakukan, suatu pikiran terus-menerus muncul
dalam kepalamu: Syukur bukan aku.
“Entahlah,” sahutku.
“Buat apa? Supaya ada pengkhianat lagi yang menangkap kita?” kata
Rachel kasar.
91 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 17
92 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Baiklah, Pangeran Jake.”
Aku sudah pernah jadi kelelawar, dan setelah menjadi nyamuk dan
lalat, morf ini terasa normal. Kelelawar punya bulu. Dan aku
menganggap bulu membuatku nyaman, walaupun berwarna cokelat
dan bukan biru.
93 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kini kaki belakangku mulai menciut, kanan dan kiri berubah
bersamaan. Lalu muncul cakar kecil menggantikan kuku kuda.
Aku dapat melihat dengan jelas. Tidak sejelas burung elang, tapi
hampir sejelas manusia. Tapi penglihatan bukanlah nilai lebih morf
ini. Kelebihan kelelawar adalah kemampuan menembakkan sederet
bunyi ultrasonik yang akan memantul dari benda padat dan
mengirimkan kembali gambar suara kepada otak kelelawar.
94 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Oke, ayo kita temukan perkemahan Andalite itu,” kata Marco.
95 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 18
Aku terjun di lembah antara dua batu, dan melayang ke atas hanya
beberapa milimeter di atas puncak batu berikutnya. Aku berbelok ke
kiri, ke kanan, dalam sentakan-sentakan akrobatik.
Ini jadi seperti permainan: sedekat apa aku bisa terbang menyisiri
ujung-ujung tajam bebatuan tanpa merobek sayapku atau mematahkan
tulangku?
TSEEEWWWW!!
Ini akan jadi pembantaian. Tapi Pangeran Jake telah menyuruh kami
untuk tidak ikut campur. Dan aku takkan mengabaikannya lagi.
“Bukankah tadi sudah kubilang untuk tidak ikut campur?” tanya Jake.
“Yeah, memang itu yang tadi kaubilang,” kata Tobias. “Jadi, apa yang
harus kita lakukan sekarang?”
97 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Pangeran Jake ragu-ragu sejenak. Lalu ia berkata, “Oke, kita- tolong
mereka. Segera mendarat, demorf, remorf, cepat, cepat!”
Apakah aku masih bisa terbang? Yes! Aku melayang naik tepat pada
waktu barisan Taxxon terdepan melangkah maju.
98 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mereka makan segalanya, mayat maupun makhluk yang masih hidup.
Bahkan sesama mereka sendiri.
Kini, enam meter di atas tanah, aku dapat melihat medan pertempuran
itu lebih jelas. Garis depan Hork-Bajir sudah jauh di depan kami.
Taxxon merayap-rayap melintasi kegelapan di bawah.
Seandainya tadi masih ada Andalite di sekitar kami, maka mereka kini
sudah binasa. Dalam benakku aku membayangkan hologram peta
pertempuran yang terpampang di pesawat Ascalin. Aku dapat melihat
tempat kami berada dan lokasi pasukan-pasukan itu ditempatkan.
KAMI berdiri, dalam tubuh asli kami, di antara sisa-sisa mayat yang
ditinggalkan Taxxon. Kami tidak dapat menemukan Tobias.
Aku berdiri sendirian. Aku terus merasa dirikulah yang salah. Aku
malu. Aku muak. Aku telah meninggalkan teman-temanku dan malah
mempercayai bangsaku. Salah satu anggota bangsaku
mengkhianatiku. Dan sisanya telah... yah, mungkin mereka akan
bertempur dengan gagah berani. Tapi tetap saja kalah.
100 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
segera mengungkap siapa sesungguhnya anggota Animorphs. Itu
bukan berarti Animorphs akan dapat kembali ke Bumi lho.
“Entahlah. Kita sudah kalah. Kita berada di planet yang akan segera
menjadi milik Yeerk. Kita telah gagal menyelamatkan Leeran, seperti
halnya kami telah gagal menyelamatkan Hork-Bajir. Seperti halnya
kita gagal menyelamatkan manusia saat ini.”
“Jadi, mengapa mereka peduli akan apa yang terjadi di benua itu?”
101 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
peduli... akan... apa... “ Aku menahan napas. Ya! Tentu saja! Tentu
saja itulah rencana Komandan Galuit.
“Ya?”
“Mengapa?”
“Satu hal lagi,” kataku. “Jika nanti tampaknya bangsa Yeerk akan
mengalahkan kita, atau menangkapku hidup-hidup, jangan kaubiarkan
itu terjadi. Kau harus tega membinasakan aku daripada membiarkan
aku tertangkap. Berjanjilah.”
“Apa? Kenapa?”
“Sebab kupikir aku tahu apa yang akan terjadi. Dan jika betul,
kemenangan kita ini akan menjadi kemenangan terbesar dalam
sejarah Andalite. Dan informasi ini tak dapat jatuh ke tangan Yeerk.
Apa pun taruhannya. Apa pun yang terjadi.”
102 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 20
BENUA itu termasuk kecil menurut ukuran Bumi, tapi tetap saja
butuh waktu semalaman untuk mencapai pantai. Kami berubah
menjadi burung pemangsa dan terbang ke arah laut. Kami berhenti
setiap dua jam untuk demorf dan beristirahat. Dan selama itu aku
terus bertanya-tanya apakah masih ada waktu.
Dan akhirnya laut pun tampak, terbentang luas, berwarna biru cerah,
jauh lebih cerah daripada laut Bumi yang kelabu.
103 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Bagaimana kita bisa apa?” tanya Pangeran Jake. Butuh beberapa
detik bagi kami untuk menyadarinya.
Rachel lenyap!
Mata kami menjelajah angkasa. Tak ada Rachel. Bahkan tak ada
benda apa pun yang dapat dilihat mata burung pemangsa kami.
“Apa yang terjadi?” tanya Marco, marah karena ketakutan. “Dia tadi
di sini! Dia sedang bicara!”
“Ax, ada apa ini?” tanya Pangeran Jake. “Mula-mula Tobias, lalu
Rachel!”
“Tapi tak ada sinar Dracon,” kataku. “Tak ada apa pun. Sesaat dia ada
di sini. Detik berikutnya dia sudah lenyap.”
Kami terjun dari langit. Aku tahu tak ada yang menembak kami, tapi
aku terjun secepat teman-temanku. Apa pun yang membuat teman-
temanku menghilang, benar-benar membuatku takut. Apa pun itu, aku
tak ingin terlihat olehnya.
Kami terjun.
104 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BYURRR!!
Aku menyelam, berenang dalam air yang hangat. Aku segera berubah
kembali ke wujud Andalite. Aku muncul di permukaan. Air membuat
sayapku basah, tapi sayapku segera lenyap. Aku menghirup udara
melalui lubang, yang merupakan gabungan antara hidung Andalite
dan paruh burung.
“Tunggu!” kata Cassie. “Kita tak tahu makhluk apa yang ada di laut
ini, tapi menurut kaum Yeerk, hiu martil-lah yang paling
“Yeah, betul juga,” kata Jake. “Oke. Hiu. Dan semuanya harus saling
memperhatikan yang lain. Kita sudah kehilangan dua orang. Jangan
sampai ada yang ketiga!”
105 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi ada banyak macam ikan di dalam laut Bumi. Hanya sedikit yang
disebut hiu. Beberapa spesies hiu adalah pemakan plankton. Beberapa
bertubuh kecil dan hanya memangsa ikan-ikan yang lebih kecil.
Tapi ada beberapa hiu yang masuk kategori “pemakan manusia”. Hiu-
hiu itu mesin pembunuh. Kalau ada tubuh yang sesuai dengan sifat
dan kekejaman Yeerk, jawabannya adalah tubuh ikan hiu.
Hiu memiliki rahang besar yang kuat, berisi gigi runcing dan tajam.
Kulitnya dilapisi jutaan gigi yang sangat kecil, yang dapat merobek
kulit manusia. Hiu juga memiliki banyak indra yang masing-masing
berguna untuk satu hal: menemukan mangsa. Menemukan dan
membunuh mangsa.
Penglihatan yang luar biasa. Indra penciuman yang luar biasa yang
dapat mendeteksi segenggam molekul darah yang larut dalam
miliaran liter air. Sensor medan listrik yang dapat merasakan energi
yang dikeluarkan oleh makhluk lain.
106 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kepala berbentuk palu godam. Merasakan indra baru muncul dalam
otakku. Merasakan gigi hiu—barisan gigi berbentuk segitiga.
Dan aku merasakan naluri hiu yang brutal dan kejam bergabung
dengan pikiranku.
Dan kini hanya ada empat hiu yang berenang di dalam laut Planet
Leera.
107 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 21
“KUHARAP Rachel dan Tobias bisa melihat ini,” kata Cassie. Suara
bahasa-pikirannya merupakan campuran dari rasa takjub dan
kesedihan. “Ini sama sekali tidak seperti laut di Bumi.”
Benar. Daratan tadi mungkin tidak menarik, tapi samudra ini benar-
benar menakjubkan. Laut di Bumi berisi banyak makhluk yang
mengagumkan, tapi kebanyakan yang terlihat adalah air yang keruh
dan dasar laut yang berpasir.
Di laut ini airnya sejernih udara. Lebih jernih, malah. Sebab atmosfer
planet ini sangat lembap sehingga seolah-olah napasmu beruap.
Perairan ini benar-benar jernih. Dasar laut di bawah kami sedalam dua
belas meter, namun kami dapat melihat sampai sedetail-detailnya.
108 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Samudra Planet Leera adalah pesta yang mengundang bermacam-
macam bentuk kehidupan sebagai tamu.
“Tapi di sini ada pemangsa,” kata Marco suram. “Para Yeerk ada di
sini. Dan kita ada di sini. Untuk saat ini. Sampai tiba-tiba kita
mengeluarkan bunyi 'puff!' seperti Rachel dan Tobias.”
109 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Komentar itu menyadarkan kami. Meski kami sedang takut, sedih,
dan putus asa, kami tak mampu mengabaikan pemandangan yang
indah di sekitar kami.
110 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Roket tersebut berupa silinder berbentuk langsing panjang, melebar di
bagian depan untuk membentuk sayap, dan di bagian belakang untuk
menjaga keseimbangan. Tersusun pada sayap belakangnya tabung-
tabung kecil yang terbuka di bagian depan.
Wuusss!!
111 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Aximili-Esgarrouth-Isthill dan tiga manusia dari planet Bumi
bukanlah sekutu kami,” sebuah bahasa-pikiran terdengar. Ia tertawa.
“Kalian tak dapat menyembunyikan apa pun dari otak Leeran ini.”
Dan tiba-tiba air bergolak oleh selusin lembing yang diluncurkan dari
sayap belakang roket.
Kali ini kami telah siap. Tapi masih kurang gesit. Sebatang lembing
mengenai sisiku dan tertancap di sana. Pangeran Jake berhasil
mengelak, tetapi sirip Cassie terus-menerus tertembus lembing.
Marco terkena dua kali. Darah hiu menggelegak di perairan ini.
“Wah, perang ini hebat banget! Kau tak bisa memastikan siapa di
pihak siapa,” seru Marco. “Perang apa ini, Vietnam?”
Tiga dari kami terluka. Tapi tak ada yang mati. Lembing-lembing
tersebut memang cepat, tapi sangat tipis. Pasti sangat fatal bagi
Leeran atau makhluk mana pun di samudra yang penuh damai ini.
112 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Tapi... tapi lembing haru-chin ini begitu mematikan!” salah satu
Leeran berujar. Ia terdengar seperti anak kecil lagi ngambek.
113 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 22
Kaum Andalite paham tentang pertandingan ekor. Tapi, ada hal yang
sangat pribadi dalam perkelahian dengan mulut. Kau harus berada
dekat sekali. Kau harus membaui dan merasakan dan menyentuh
musuhmu.
114 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Salah satu Leeran berhasil meloloskan permintaan tolong ini. Yeerk
dalam kepalanya sedang sibuk mencoba menyelamatkan diri, dan
Leeran yang asli mengambil kesempatan untuk mengirimkan
penglihatan itu ke otakku.
“Apa?” teriak Cassie. “Mereka sudah kalah. Aku tak mau membunuh
mereka.”
115 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Sekarang cuma kami berempat melawan tiga Leeran yang tersisa.
Terjadi pertarungan yang cepat namun brutal. Tiga Yeerk Iagi
terenggut dari kepala Leeran dan kini mereka meliuk-liuk, benar-
benar berada dalam lingkungan yang berbahaya dengan kadar garam
yang mematikan.
Terima kasih! kata Leeran itu. Ini bukan bahasa-pikiran yang biasa.
Ini jauh lebih dalam. Pikiran-pikiran, ide-ide, dan gambaran-
gambaran yang muncul dalam kepala kami yang kemudian kami
terjemahkan dalam kata-kata kami sendiri.
116 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dalam beberapa bulan terakhir ini para Yeerk telah berhasil
menangkap banyak anggota bangsa kami dan menjadikan mereka
Pengendali. Banyak Pengendali di antara tempat ini dan Kota Cacing.
Kalian memang kuat, namun jika ada satu saja Pengendali-Leeran
yang dapat mendekati kalian, rahasia kalian akan terbongkar.
Ya! seru si Leeran. Ya, pakai wujud kami. Pakai roket-air kami.
Selama kalian berada cukup jauh dari Leeran lain, kalian akan aman
dari sensor pikiran.
Kami naik ke permukaan. Aku morf dari wujud hiuku. Begitu pula
para manusia. Kami mengapung-apung, naik-turun, sesuai irama
ombak Planet Leera. Matahari masih berada di horizon, baru saja
menampakkan diri untuk mengawali hari yang baru. Sinarnya
117 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menyebabkan air di sekitar kami berwarna kuning keemasan. Aku
mengulurkan tanganku dan menyentuh kulit Leeran yang kuning dan
berlendir.
Kami melepas keempat Leeran itu pergi ke gua bawah air, guna
menyembuhkan luka-luka mereka.
118 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dan kami mulai berubah bentuk menjadi wujud paling aneh yang
pernah kami miliki. Fisiknya memang aneh, tapi tidak seaneh
beberapa hewan Bumi yang pernah kutiru. Kaki berselaput yang kuat,
empat tentakel yang meliuk-liuk, dan kepala tanpa leher ini hampir
terasa normal dibandingkan dengan morf lalat atau kecoak.
Aku dapat melihat jelas harapau Marco untuk mendapat berita tentang
ibunya, Visser One. Ia ingin tahu apakah ibunya berada di sini, di
planet ini, seandainya Visser One selamat dari pertemuan kami yang
terakhir.
119 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Selagi ia bergumul dengan perasaan hampa yang muncul sehabis tiap
pertempuran.
“Yah,” kata Marco, jelas terganggu oleh hal ini. “Aku cuma mau
bilang bahwa pikiran apa pun yang kalian baca, itu cuma dibuat-buat.
Bukan pikiran yang asli.”
“Hei,” ujar Cassie, “ini cuma morf, ya, kan? Kita sering sulit
mengendalikan pikiran morf yang baru. Tapi kita selalu mampu
mengatasinya. Jadi mungkin saja...”
“Mungkin saja karena ini cuma morf, kita mampu menutup naluri
ini!” kata Marco paham.
Lalu, satu demi satu kurasakan pikiran mereka menutup. Dan aku pun
menutup pikiranku sendiri.
Tapi menurutku semua spesies akan merasa lebih nyaman kalau hak
privasi mereka dihargai. Dan bagi manusia, dan Andalite, rahasia dan
dusta dan perasaan sendirian merupakan hal yang alami.
120 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 23
Kota Leeran itu menjulang dari dasar laut seperti menara. Besar garis
tengahnya di bagian dasar sekitar seratus lima puluh meter.
Bentuknya yang kerucut membuat garis tengahnya semakin kecil,
menjadi sepuluh meter di bagian puncak. Puncaknya hampir
menyentuh permukaan air, sampai pada batas antara air dan udara. Di
puncaknya terdapat baling-baling yang mengisap air dan
mengeluarkan zat-zat buangan dari seluruh pelosok kota.
Warna utamanya adalah merah jambu. Tapi terdapat juga warna biru
dan hijau dan ungu, dalam sapuan-sapuan warna yang tak beraturan.
121 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Di mana-mana terdapat lubang. Makhluk-makhluk Leeran melintas
keluar-masuk lubang dan mengelilingi menara, tiga puluh meter di
atas kami, enam meter di bawah kami, di mana-mana.
Dan bagai topan tornado dalam gerak lambat, cacing-cacing biru yang
panjang itu berenang-renang mengelilingi Kota Cacing.
“Apakah mereka orang baik atau orang jahat?” tanya Pangeran Jake,
sambil menatap kapal-kapal selam itu.
122 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kami turun, menyerap udara dari molekul-molekul air dengan kulit
Leeran kami. Kami terus turun, menunggu serangan yang dapat pecah
setiap saat. Tapi kami terus melewati puluhan Leeran yang tidak
berbuat apa-apa untuk menghentikan kami.
“Indra pembaca pikiran,” kata Cassie. “Mereka tahu siapa kita dan
mengapa kita ada di sini.”
“Jadi mereka juga tahu siapa yang kita cari,” kata Pangeran Jake.
Dan anehnya, muncul jawaban atas dugaan kami itu. Ada sejenis
penglihatan yang mengisi pikiranku: sejenis panah yang menunjukkan
lubang mana yang harus kami masuki.
Kami memasuki kota itu melalui salah satu jendela. Aku tak tahu apa
yang ingin kutemukan di dalam, tapi yang pasti bukan yang kulihat
berikutnya. Menara itu ternyata cuma kerak pelindung. Di dalamnya
ada tujuh atau delapan, atau mungkin lebih, gelembung-gelembung
transparan raksasa yang mengambang. Dalam masing-masing
gelembung ada tingkat-tingkat sebanyak dua belas lantai atau lebih.
Terdapat lubang pintu masuk pada bagian dasar gelembung-
gelembung itu. Beberapa terisi air. Yang lainnya berisi udara. Yang
lainnya lagi berisi campuran air dan udara, berbeda pada masing-
masing tingkat. Semuanya berisi makhluk Leeran yang sedang
bekerja, tidur, atau berekreasi. Dan salah satu gelembung, yang
sebagian besar berisi udara, memiliki dua lusin Andalite pada satu
lantai.
123 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kami memasuki gelembung itu dari bawah dan akhirnya muncul di
permukaan air. Kami naik ke lantai. Dua prajurit Andalite sedang
menunggu.
124 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
keberadaanmu di Bumi. Juga kakakmu Elfangor. Aku kecewa
terhadap Elfangor. Walaupun begitu, demi galaksi, kakakmu benar-
benar pejuang hebat! Aku tak tahu bagaimana kau bisa berada di sini
bersama teman-teman manusiamu, tapi ini sebuah nasib mujur! Kami
membutuhkanmu.”
125 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Benar, Aristh. Tak seorang pun bisa menjadi penguasa atas dirinya
sendiri. Kita semua harus saling melayani.”
126 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 24
127 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
seharusnya dapat bertahan lebih lama lagi. Merekalah yang harus
mengaktifkan bom tersebut. Ternyata tombol untuk mengaktifkannya
tak pernah ditekan. Kami sudah berjam-jam mengirimkan sinyal radio
untuk mengaktifkannya. Tapi sudah lewat waktunya dan tak terjadi
apa-apa. Dan sebentar lagi Yeerk akan dapat menangkap frekuensi itu
dan mengetahui rencana kami. Maka tombol itu harus ditekan
sekarang, atau tidak sama sekali.”
“Kaum Andalite hanya tinggal sedikit di planet ini. Dan tak satu pun
yang memiliki morf sebanyak kalian,” jelas Galuit. “Semua pejuang
Andalite punya kemampuan morf. Tapi baru sedikit yang telah
128 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menyadap DNA makhluk lain. Dan mereka biasanya berasal dari
kalangan ilmuwan, atau mata-mata. Tapi kalian berempat mungkin
mampu menembus pertahanan Yeerk.”
“Marco! Marco!”
Kapal selam ini meluncur melalui samudra Planet Leera yang jernih.
Tapi tak ada waktu untuk menikmati pemandangan. Pangeran Jake,
129 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Cassie, dan aku dikerumuni makhluk-makhluk Andalite. Kami
diperiksa silang oleh sang ilmuwan kapal. Di sela-sela pertanyaannya,
kami juga ditanyai oleh Galuit dan perwira mata-mata.
“Sir, saya tak punya cukup data untuk...” ilmuwan itu berkata.
130 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi dugaan saya adalah: apa yang terjadi ini merupakan sejenis efek
elastis. Mereka terentang melalui Zero-space dan kembali ke angkasa
normal dekat Planet Leera, tapi sejumlah kecil massa tubuh mereka
masih ada di Bumi. Tubuh tersebut mungkin berfungsi sebagai
jangkar.”
“Dari data yang kauberikan padaku, efek ini terjadi makin lama makin
cepat,” kata ilmuwan itu. “Kalian akan lenyap, satu demi satu, makin
lama makin cepat. Seperti teman-teman kalian, kalian semua akan
lenyap.”
Galuit berkata, “Dalann situasi seperti ini, aku tak dapat meminta
kalian menjalankan misi ini.”
131 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 25
KAMI sedang diberi pengarahan oleh salah satu anak buah Galuit.
Galuit berkata, “Itu belum semuanya. Sungai itu mungkin dijaga oleh
Pengendali-Leeran. Gua itu dihuni sejenis ular yang menggunakan
pelokasian gema untuk mematuk apa pun yang masuk. Ular-ular ini
132 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bergelantungan pada langit-langit dan dinding gua. Tapi begitu kalian
mencapai “lubang terang”, kalian akan aman. Kecuali, tentu saja, bila
para Yeerk telah menemukannya.”
Kapal selam itu membawa kami ke mulut sungai. Sejauh itulah yang
dapat kami capai tanpa terlihat musuh.
“Aku tahu samudra di sini berair asin, seperti di Bumi,” kata Cassie.
“Tapi bagaimana dengan sungainya?”
Cassie menggelengkan kepala. “Hiu martil adalah ikan air asin. Aku
tak tahu bagaimana daya tahan mereka dalam air tawar. Benar-benar
tidak tahu. Tapi itu morf terbaik saat ini untuk bergerak cepat dan
bertempur.”
“Aku mencium bau Leeran,” kataku. “Di depan kita. Aku masih ingat
baunya.”
“Yap,” Cassie sependapat. “Leeran baik atau Leeran jahat? Itu yang
jadi pertanyaan.”
Kami bergegas maju. Melalui air yang agak keruh itu, kami dapat
melihat mereka. Dua amfibi kuning yang memiliki lengan gurita.
Mereka menuju tepi sungai. Mencoba keluar dari air, keluar dari
jangkauan kami. Mereka tidak memiliki roket-air, hanya berenang
dengan menggunakan tubuh alami mereka.
134 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kami lebih gesit, tapi tepi sungai sudah dekat, sudah makin dekat!
Airnya jadi dangkal. Tak lebih dari dua meter dalamnya. Satu meter!
Para Leeran itu menendang-nendang lumpur, mengaburkan
penglihatan kami, tapi kini indra hiuku dapat merasakan medan listrik
makhluk itu.
135 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Si Hork-Bajir telah mundur. Dan kini aku menyeret si Pengendali-
Leeran ke air yang dalam.
Sejak saat ini. Terima kasih, sahabat Andalite-ku! Cepat! Cepat! Para
Yeerk menyadari tujuan kalian sekarang! Cepat!
“Berapa lama lagi para Yeerk akan dapat menemukan “lubang terang”
itu?” tanya Pangeran Jake.
136 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 26
“ITU dia! Apakah itu pintu masuk gua bawah air-nya?” seru Cassie.
“Jangan banyak pikir, tak ada waktu untuk itu,” kata Pangeran Jake.
Kami menyelam ke arah mulut gua itu. Dasar sungai naik perlahan-
lahan dan kami berenang dalam kegelapan, ketakutan, dan
ketergesaan. Tiba-tiba aku merasakan moncongku menembus
permukaan air. Ada udara!
“Makin lama makin cepat,” kata Pangeran Jake. “Makin sedikit waktu
antara tiap pemindahan. Tinggal kita berdua. Kita bisa lenyap
sebelum mencapai tombol itu.” Suaranya mewakili perasaanku.
Seolah-olah ia tak dapat bernapas. Seolah-olah ia tak dapat
menghentikan jantungnya yang berdebar-debar.
“Demorf. Tak ada yang dapat kita lakukan sekarang kecuali bergegas
dan mencoba menyelesaikan tugas ini!” perintah Pangeran Jake.
137 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Ya, Pangeran Jake,” sahutku.
“Kau tahu, Ax, sekarang cuma tinggal kita berdua. Kita sebaiknya
membuang segala hal yang berhubungan dengan sebutan “pangeran”
ini.” Ia berhenti sebentar, lalu menyambung, “Panggil saja aku “Jake
yang dulu disebut pangeran”.”
“Yeah. Lelucon. Tidak begitu bagus sih, tapi kan Marco tidak ada di
sini, jadi menurutku...”
“Ya.”
“Jika salah satu dari kita terhalang, dengan alasan apa pun, yang
lainnya harus terus melanjutkan misi ini. Paham?”
138 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kami menembakkan rentetan suara itu dan melihat gambaran gua
yang samar-samar, yang membentang ke segala arah, jauh lebih luas
daripada yang dapat dipantulkan suara ultrasonik kami. Kami
membentangkan sayap, mengepakkannya, dan bergegas maju dalam
kecepatan maksimal. “Jangan lupa masih ada ular,” kataku.
“Uh. Uh, uh, uh,” kata Pangeran Jake dengan agak gemetar.
139 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Pangeran Jake.
“Kalau Rachel ada di sini, dia akan bilang: Kita teruskan saja!”
140 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 27
AKU mendarat pada seberkas jamur atau lumut atau apa pun yang
berwarna jingga manyala. Dan mulai demorf.
“Lubang terang” itu panjangnya sekitar seratus lima puluh meter dan
lebarnya sekitar delapan puluh meter. Atapnya sekitar tiga puluh
meter di atas kepalaku. Ukurannya sangat besar untuk sebuah lubang
di bawah tanah. Tapi bagiku terasa kecil sekali.
Tak ada hujan yang pernah jatuh di sini. Tak ada matahari yang
pernah menyinari tempat ini. Satu-satunya cahaya berasal dari sinar
hijau yang dipancarkan dinding-dinding gua tersebut. Sinar yang tak
pernah bertambah terang maupun bertambah redup.
Tempat ini hidup, namun terasa mati. Sebuah keajaiban alam, tapi
juga merupakan tempat yang menyeramkan dan menghancurkan
harapan.
141 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku melihat berkeliling dengan waspada. Tapi aku tidak melihat
Hork-Bajir atau Taxxon atau Gedd. Hanya tumbuh-tumbuhan aneh
dalam tempat yang aneh.
BOOOMMM!!!
Batu-batu runtuh.
142 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jatuhnya mereka ditahan oleh roket-roket kecil pada kaki dan ekor
mereka. Roket-roket itu menyala merah. Dua, tiga, lalu selusin Hork-
Bajir jatuh dalam gerak lambat sambil mengokang pistol Dracon
mereka. Mereka meneliti keadaan di sekeliling sambil meluncur
turun, mencari silinder itu. Dan mencariku.
Aku lari. Aku tak peduli apakah aku akan tersandung dan kakiku akan
patah. Aku berlari, melompat, jatuh, dan bangun kembali.
Tseeewww!
Zzzzaaaappp!
Tssseeewww! Tseeewww!
Tsseeewww!
143 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kodenya! Nomor kodenya! Aku sudah meng-enter nomornya! Tapi
betulkah? Apakah aku masih ingat? Lalu...
Setengah jam itu terlalu lama. Para Yeerk akan mampu menjinakkan
bom ini dalam waktu kurang dari itu.
Aku tenang-tenang saja. Aneh sekali, ternyata aku bisa tetap tenang.
“Tujuh...”
144 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Enak saja. Yeerk, kali ini kau kalah. Kali ini, kau harus mati.”
“Lima...”
“Tiga...”
Ia menarik picunya.
“Satu...”
145 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 28
“Apa?” teriakku.
“Woa! Woa, aku serius nih: Woa!” pekik Marco. “Ini benar-benar
lebih aneh dari yang aneh.”
Membunuh diriku.
Tapi itu bukanlah masalah terbesar. Sebab tepat pada saat itu, selagi
aku duduk di atas kulit manusia yang bergetar-getar, dikelilingi bulu-
bulu raksasa, sebuah benda yang besarnya selangit jatuh ke arahku.
146 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
“Ow!” seru Hewlett Aldershot Ketiga, ketika ia menepuk tempat aku
baru saja sibuk menggigitnya. “Ow!” katanya lagi.
“Seharusnya dia belum bangun!” keluh yang lain. “Dia masih koma!”
“Lari! Lari!”
“Lari!” seseorang berseru sekali lagi. Dan kali ini, yang lainnya
setuju. Terdengar gemuruh menggelegar ketika para Pengendali-
Manusia itu dengan panik berlomba keluar ruangan.
147 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Chapter 29
“Yeah,” kata Marco. “Memang itu aneh: kata 'renggut'. Kita berubah
jadi nyamuk untuk mengisap darah seseorang agar kita bisa berubah
menjadi dirinya. Sebagai gantinya kita malah terdampar di tengah
peperangan untuk menguasai kodok kuning dengan kekuatan
supranatural. Dan kita berhasil meledakkan sebuah benua kecil penuh
Yeerk, menyelamatkan seluruh ras, dan akhirnya kembali ke sini,
menemukan manusia yang sedang koma terbangun akibat gigitan
nyamuk yang dilakukan alien yang merupakan gabungan dari rusa
dan kalajengking dan centaurus bermata empat. Wow, itu normal
banget. Sama seperti hari-hari lain. Buku harianku sayang, hari ini
148 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
benar-benar membosankan, sampai ada yang mengucapkan kata
'renggut'.”
Aku mengenali nada suaranya. Sarkasme atau sinis. Itu sejenis humor.
Maka aku pun tertawa dengan menggunakan suara-mulut.
“Aku tertawa.”
149 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku adalah makhluk Andalite, sendirian, jauh, jauh dari rumahku.
Jauh dari teman-teman sebangsaku. Hanya saja kadang-kadang
teman-teman sebangsamu bukan saja mereka yang memiliki wujud
sepertimu. Kadang-kadang teman-teman sebangsamu sangat berbeda
wujudnya darimu.
END
E-Book by
Ratu-buku.blogspot.com
150 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m