Anda di halaman 1dari 167

The Chronicles of Narnia #7

Pertempuran Terakhir
(The Last Battle)
By
C.S. Lewis

1|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


PERTEMPURAN TERAKHIR

BAB SATU
Di Tepi Caldron Pool

Dalam hari-hari terakhir Narnia, jauh di sebelah barat Lantern


Waste-Area Lentera dan dekat di samping air terjun besar, hiduplah
seekor kera. Dia begitu tua sehingga tidak ada yang bisa mengingat
kapan dia pertama kali datang untuk tinggal di daerah tersebut, dan
dia kera terpintar, terjelek, dan terkeriput yang bisa kaubayangkan.
Dia memiliki rumah kecil, dibangun dari kayu dan diatapi dedaunan,
tinggi di percabangan pohon besar. Dia bernama Shift.
Sangat sedikit Hewan yang Bisa Berbicara, manusia, dwarf, atau
penghuni dari jenis apa pun, di bagian hutan itu, tapi Shift punya satu
teman sekaligus tetangga, seekor keledai bernama Puzzle. Setidaknya
mereka berdua berkata mereka teman, tapi dari situasi yang
berlangsung kau mungkin bakal berpikir Puzzle lebih seperti pelayan
Shift daripada teman. Keledai itu melakukan semua pekerjaan. Ketika
mereka pergi bersama ke sungai, Shift mengisi penuh botol-botol
kulit besar tempat air minum dengan air tapi Puzzle-lah yang
membawanya pulang.
Ketika mereka menginginkan apa pun dari kota yang letaknya lebih
jauh menyusuri sungai, Puzzle-lah yang pergi ke sana dengan
membawa keranjangkeranjang kosong di punggungnya dan kembali
dengan semua keranjang itu penuh dan berat.
Dan semua benda terbaik yang dibawa pulang Puzzle akan dimakan
Shift, karena seperti yang dikatakan Shift, "Begini, Puzzle, aku tidak
bisa makan rumput dan tanaman thistle sepertimu, jadi supaya adil
aku harus menyeimbangkan keadaan dengan cara lain."
2|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com
Dan Puzzle selalu berkata, "Tentu saja, Shift, tentu saja. Aku
mengerti."
Puzzle tidak pernah mengeluh, karena dia tahu Shift jauh lebih pintar
daripada dirinya dan dia berpikir Shift bahkan sudah begitu baik
bersedia berteman dengannya. Lagi pula jika Puzzle berusaha
mendebat sesuatu, Shift akan selalu berkata, "Nah, Puzzle, aku lebih
tahu apa yang perlu dilakukan daripada kau. Kau kan tahu kau tidak
pintar, Puzzle."
Dan Puzzle selalu berkata, "Benar, Shift. Itu memang benar. Aku
tidak pintar."
Kemudian keledai itu akan mengesah dan melakukan apa pun yang
Shift katakan.
Suatu pagi di awal tahun, keduanya berjalan menyusuri tepian
Caldron Pool. Caldron Pool merupakan mata air besar tepat di bawah
tebing-tebing ujung barat Narnia. Air terjun besar menumpahkan
airnya ke mata air tersebut dengan suara seperti guntur yang tak
pernah berakhir, dan Sungai Narnia mengalir keluar di sisi lain. Air
terjun membuat mata air itu selalu menari, berbuih, dan teraduk-aduk
seolah airnya dididihkan, dan tentu saja inilah alasan mengapa dia
diberi nama Caldron Pool-Mata Air Kuali. Caldron Pool tampak
paling hidup di awal musim semi ketika air terjun meruah dengan
semua salju yang meleleh dari pegunungan tinggi jauh melewati
Narnia di Western Wild-Daerah Barat yang Liar-tempat aliran sungai
berasal.
Dan ketika mereka memandang Caldron Pool, Shift mendadak
menunjuk dengan jari kurusnya yang berbulu gelap dan berkata:
"Lihat! Apa itu?"
"Apa yang apa?" tanya Puzzle.

3|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


"Benda kuning yang baru saja terjatuh dari air terjun. Lihat! Itu dia
lagi, dia mengambang. Kita harus mencari tahu benda apa itu."
"Haruskah?" tanya Puzzle.
"Tentu saja harus," kata Shift. "Benda itu mungkin berguna.
Pokoknya melompat sajalah ke mata air seperti teman yang baik dan
ambil benda itu. Setelah itu kita bisa mengamatinya dengan lebih
jelas."
"Melompat ke dalam mata air?" tanya Puzzle, kedua telinga
panjangnya berkedut.
"Yah, bagaimana lagi kita bisa mendapatkannya kalau kau tidak
melakukan itu?" kata si kera.
"Tapi-tapi," kata Puzzle, "tidakkah lebih baik kau saja yang masuk?
Karena, begini, kaulah yang ingin tahu benda apa itu, dan aku tidak
terlalu penasaran. Dan kau punya tangan, benar kan? Kau selihai
manusia atau dwarf dalam hal menangkap kemudian memegang erat
sesuatu. Aku hanya punya tapak kaki."
"Sungguh, Puzzle," kata Shift, "aku tidak menyangka kau bisa
mengatakan hal seperti itu. Aku benar-benar tidak menduga kau
seperti itu, sungguh."
"Kenapa, memangnya aku salah bicara?" tanya si keledai, berbicara
dengan suara agak rendah hati, karena dia melihat Shift teramat
tersinggung. "Aku hanya bermaksud-"
"Kau mau aku masuk ke air," kata si kera. "Seolah kau sama sekali
tidak tahu betapa kera selalu memiliki paru-paru yang lemah dan
mudah terserang pilek! Baiklah. Aku akan masuk ke sana. Aku
mungkin akan mati. Setelah itu kau baru akan menyesal." Dan suara
Shift terdengar seolah sebentar lagi dia akan mulai menumpahkan air
mata.

4|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


"Aku mohon jangan, kumohon, jangan," kata Puzzle, separo
meringkik dan separo berbicara. "Aku tidak pernah bermaksud seperti
itu, Shift, sungguh. Kau tahu betapa bodohnya aku dan bagaimana
aku tidak bisa memikirkan lebih dari satu hal pada saat yang sama.
Aku lupa tentang paru-parumu yang lemah. Tentu saja aku akan
masuk ke mata air. Kau tidak boleh berniat melakukannya sendiri.
Berjanjilah kau tidak akan melakukan itu, Shift."
Jadi Shift berjanji, dan Puzzle mulai menapakkan keempat kakinya
di sekitar tepi berbatu mata air itu untuk mencari tempat yang bisa
dimasuki. Selain masalah suhu dingin, sama sekali bukan lelucon
berusaha masuk ke air yang membekukan dan berbuih itu, dan Puzzle
harus berdiri gemetaran selama semenit sebelum membulatkan tekad
untuk masuk.
Tapi kemudian Shift memanggil dari belakangnya dan berkata,
"Mungkin lebih baik aku yang melakukannya, Puzzle."
Dan ketika Puzzle mendengar itu dia berkata, "Tidak, tidak. Kau
sudah berjanji. Aku akan masuk sekarang," lalu dia pun bergerak.
Sejumlah besar buih menghantam wajahnya, memenuhi mulutnya
dengan air, dan membutakannya. Kemudian seluruh tubuhnya benar-
benar tenggelam selama beberapa detik, dan ketika muncul ke
permukaan lagi dia berada cukup jauh di bagian lain mata air itu. Lalu
pusaran air menangkapnya dan membawanya berputar dan berputar,
lebih cepat dan semakin cepat, sampai aliran air benar-benar
membawanya ke bawah air terjun, lalu kekuatan air
menenggelamkannya ke bawah, jauh ke bawah, sehingga dia sempat
mengira tidak akan mampu menahan napas sampai bisa muncul di
permukaan lagi.
Dan ketika dia berhasil naik dan akhirnya bisa mencapai tempat
yang dekat dengan benda yang berusaha ditangkapnya, benda tersebut
bergerak menjauh darinya hingga ke bawah air terjun dan terdorong

5|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


ke dasar mata air. Ketika benda itu muncul lagi kini posisinya lebih
jauh daripada sebelumnya.
Tapi akhirnya, ketika Puzzle hampir menderita kelelahan setengah
mati, lebam-lebam di seluruh tubuh dan mati rasa karena kedinginan,
dia berhasil mencengkeram benda itu dengan giginya. Lalu dia keluar
sambil membawanya di depan tubuh sehingga kaki depannya nyaris
terbelit benda itu, karena yang kini dibawanya sebesar karpet perapian
besar, berat, dingin, juga licin.
Dia melemparkannya ke hadapan Shift lalu berdiri meneteskan air,
menggigil, dan berusaha mengatur napas. Tapi si kera bahkan tidak
melihatnya atau menanyakan kabarnya. Si kera terlalu sibuk memutari
benda itu, melebarkannya, menepuk-nepuknya, dan mengendusnya.
Kemudian sinar jahat berkilau di matanya dan dia berkata, "Ini kulit
singa."
"Hiii-hoo-hoo-oh, begitu ya?" kata Puzzle terperangah.
"Nah, kira-kira''' kira-kira''' kira-kira," kata Shift kepada dirinya
sendiri, karena kini dia berpikir keras sekali.
"Kira-kira siapa yang membunuh singa malang ini?" kata Puzzle
akhirnya. "Kulit ini harus dikubur. Kita harus mengadakan
pemakaman."
"Oh, ini bukan kulit Singa yang Bisa Berbicara," kata Shift. "Kau
tidak perlu repot soal itu. Tidak ada Hewan yang Bisa Berbicara di
daerah yang lebih jauh dari air terjun, di Western Wild. Kulit ini dulu
pastinya milik singa liar yang bodoh."
Omong-omong, komentar ini memang benar. Seorang pemburu,
manusia, telah membunuh dan menguliti singa ini di suatu tempat di
Western Wild beberapa bulan lalu. Tapi masalah itu tidak akan
muncul dalam kisah ini.

6|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


"Tetap saja, Shift," kata Puzzle, "bahkan jika kulit ini dulunya hanya
milik singa liar yang bodoh, bukankah seharusnya kita memberinya
penguburan yang layak? Maksudku, bukankah semua singa agak-yah,
agak agung? Karena kautahu-siapa. Tidakkah kau berpikir begitu?"
"Jangan mulai punya ide-ide gila di kepalamu, Puzzle," kata Shift.
"Karena, kau tahu, berpikir bukanlah kelebihanmu. Kita akan
menjadikan kulit ini mantel musim dingin yang hangat dan bagus
untukmu."
"Oh, kurasa aku tidak akan menginginkannya," kata si keledai.
"Itu akan kelihatan-maksudku, hewan-hewan lain bakal berpikir
yang ingin kukatakan, aku tidak akan merasa-"
"Apa sebenarnya yang ingin kaukatakan?" kata Shift, menggaruk
dirinya sendiri ke arah yang salah, yaitu ke atas seperti yang biasa
dilakukan para kera.
"Kurasa tindakan itu akan melecehkan sang Singa Agung, Aslan
sendiri, kalau keledai sepertiku mondar-mandir berjalan dengan
mengenakan kulit singa," kata Puzzle.
"Sudahlah, kumohon jangan membantah lagi," kata Shift. "Apa yang
diketahui keledai sepertimu tentang hal-hal seperti ini? Kau kan tahu
kau tidak mahir dalam berpikir, Puzzle, jadi bagaimana kalau kau
membiarkan aku yang berpikir untukmu? Kenapa kau tidak
memperlakukanku seperti aku memperlakukanmu? Kurasa aku tidak
bisa melakukan segalanya. Aku tahu kau lebih pandai dalam beberapa
hal daripada aku. Itulah sebabnya aku membiarkanmu masuk ke mata
air. Karena aku tahu kau akan melakukannya lebih baik daripada aku.
Tapi kenapa aku tidak bisa mendapatkan giliranku ketika ada sesuatu
yang bisa kulakukan dan tidak bisa kaulakukan? Apakah aku tidak
pernah diperbolehkan melakukan apa pun? Bersikap adillah. Memberi
dan menerima."

7|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


"Oh, yah, tentu saja, kalau kau mengatakannya seperti itu," kata
Puzzle.
"Begini saja," kata Shift. "Sebaiknya kau berlari kecil sebentar
menyusuri sungai hingga Chippingford dan mencari tahu apakah
mereka punya jeruk atau pisang."
"Tapi aku capek sekali, Shift," Puzzle memohon.
"Ya, aku tahu, tapi kau kini BAB-AH dan pasti sangat kedinginan,"
kata si kera. "Kau ingin melakukan sesuatu yang bisa menghangatkan
tubuhmu. Berlari kecil sebentar bisa jadi pemecahan yang tepat. Lagi
pula, hari ini hari pasar di Chippingford."
Kemudian tentu saja Puzzle berkata dia akan pergi.
Segera setelah sendirian, Shift berjalan pelan dengan menyeret
langkah, terkadang dengan dua tungkai dan terkadang empat, hingga
dia tiba di pohonnya sendiri. Kemudian dia mengayunkan tubuhnya
dari cabang ke cabang, berceloteh dan menampilkan cengiran
sepanjang waktu, lalu masuk ke rumah kecilnya.
Dia mencari jarum, benang, dan gunting besar di sana, karena dia
kera yang pandai dan bangsa dwarf pernah mengajarinya cara
menjahit. Dia memasukkan gulungan benang (terbuat dari bahan yang
sangat tebal, lebih seperti kawat daripada benang) ke mulutnya
sehingga pipinya menggelembung seolah dia sedang mengisap
sepotong toffee besar. Dia menjepit jarum dengan bibir dan
memegang gunting dengan tangan kirinya. Lalu dia menuruni pohon
dan berjalan perlahan lagi menuju kulit singa tadi. Dia berjongkok
dan mulai bekerja.
Dia segera menyadari tubuh kulit singa itu akan jadi terlalu panjang
untuk Puzzle dan terlalu pendek di bagian leher. Jadi dia memotong
sebagian besar tubuh dan menggunakannya untuk membuat kerah
panjang untuk leher panjang Puzzle. Lalu dia memotong kepalanya

8|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


dan menjahitkan kerah tadi dengan bagian kepala dan bahu. Dia
memasang benang pada kedua sisi kulit supaya bagian bawah dada
dan perut Puzzle bisa diikat.
Sesekali burung akan melintas di atas kepalanya dan Shift akan
menghentikan kegiatannya, mendongak waspada. Dia tidak mau siapa
pun melihat apa yang sedang dia kerjakan. Tapi tidak satu pun burung
yang dia lihat merupakan Burung yang Bisa Berbicara, jadi tidak
masalah.
Siang menjelang sore, Puzzle kembali. Dia tidak berlari kecil
melainkan hanya berjalan perlahan, santai dan kelihatan malas, seperti
yang biasa keledai lakukan. "Tidak ada jeruk," katanya, "juga tidak
ada pisang. Dan aku lelah sekali." Dia berbaring.
"Kemarilah dan coba mantel kulit singamu yang indah ini," kata
Shift.
"Oh, siapa yang peduli dengan kulit tua itu?" kata Puzzle. "Aku akan
mencobanya besok pagi. Aku terlalu capek malam ini."
"Ternyata kau memang kejam, Puzzle," kata Shift. "Kalau kau lelah,
kaupikir bagaimana aku? Sepanjang hari, ketika kau berjalan-jalan
mencari udara segar menuruni lembah, aku bekerja keras untuk
membuatkan mantel ini untukmu. Tanganku begitu capek sehingga
aku nyaris tidak bisa mengangkat gunting ini. Dan sekarang kau tidak
bersedia mengucapkan terima kasih-dan kau bahkan tidak mau
melihat mantel ini-dan kau tidak perlu-dan-dan-"
"Shift-ku tersayang," kata Puzzle, langsung bangkit. "Maafkan aku.
Aku telah bertindak tanpa perasaan. Tentu saja aku akan senang
mencoba mantel buatanmu. Dan mantel itu kelihatannya bagus sekali.
Segera pakaikan kepadaku. Kuharap kau mau melakukannya."
"Yah, kalau begitu jangan bergerak," kata si kera. Kulit itu terlalu
berat buatnya, tapi akhirnya, setelah begitu banyak menarik,

9|R a tu- b uk u.bl ogs p ot.com


mendorong, terengah-engah, dan meniup, si kera berhasil
memasangkannya ke si keledai. Dia mengikatnya di bawah tubuh
Puzzle dan mengikat kaki-kaki kulit itu ke kaki-kaki Puzzle, begitu
juga ekornya ke ekor Puzzle.
Sebagian besar hidung dan wajah kelabu Puzzle terlihat dari mulut
terbuka si singa. Orang yang pernah melihat singa sungguhan tidak
akan tertipu barang sedetik pun. Namun bila seseorang yang belum
pernah melihat singa melihat Puzzle dengan kulit singanya, orang itu
mungkin saja akan mengira dia singa, itu kalau dia berada agak jauh,
penerangan tidak terlalu bagus, dan kalau Puzzle tidak menyuarakan
ringkikan juga tidak mengentakkan kaki.
"Kau kelihatan hebat, hebat," kata si kera. "Kalau ada yang
melihatmu sekarang, mereka bakal mengira kaulah Aslan, sang Singa
Agung itu sendiri.
"Itu akan buruk sekali," kata Puzzle.
"Tidak, tentu tidak," kata Shift. "Semua makhluk akan melakukan
apa pun yang kaukatakan kepada mereka."
"Tapi aku tidak mau mengatakan apa-apa kepada mereka."
"Tapi pikirkan semua tindakan baik yang bisa kita lakukan!" kata
Shift. "Kau tetap akan punya aku saat membutuhkan nasihat, kau tahu
itu. Aku akan memikirkan perintahperintah masuk akal yang bisa
kauberikan. Dan semua makhluk bakal harus mematuhi kita, bahkan
sang raja. Kita bisa memperbaiki segalanya di Narnia."
"Tapi bukankah segalanya baikbaik saja?" tanya Puzzle.
"Apa?" teriak Shift. "Segalanya baik-baik saja-ketika tidak ada jeruk
ataupun pisang?"

10 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Yah, kau kan tahu," kata Puzzle, "tidak banyak orang yang bahkan,
kurasa tidak ada orang lain kecuali dirimu-yang menginginkan benda-
benda seperti itu."
"Tentunya ada juga masalah gula," kata Shift.
"Hm, ya," kata si keledai. "Bakal menyenangkan kalau ada lebih
banyak gula."
"Nah, kalau begitu semuanya sudah diputuskan," kata si kera. "Kau
akan berpura-pura menjadi Aslan, dan aku akan memberitahumu apa
yang harus dikatakan."
"Tidak, tidak, tidak," kata Puzzle. "Jangan katakan hal-hal yang
begitu mengerikan. Tindakan itu salah, Shift. Aku mungkin tidak
pandai, tapi kalau hanya sejauh itu aku pun tahu. Apa yang akan
terjadi pada kita kalau Aslan yang asli muncul?"
"Kurasa dia akan sangat senang," kata Shift. "Mungkin dialah yang
sengaja mengirimkan kulit singa itu kepada kita, supaya kita bisa
memperbaiki berbagai hal. Lagi pula, dia tidak pernah benar-benar
muncul, kau tahu itu, kan? Tidak akhir-akhir ini."
Pada saat itu terdengar gemuruh keras guntur di langit dan tanah
bergetar dengan gempa bumi kecil. Kedua hewan itu kehilangan
keseimbangan dan terlempar hingga terjatuh mencium tanah.
"Nah kan!" kata Puzzle terengah-engah, segera setelah dia mengatur
napas dan bisa berbicara. "Itu pertanda, peringatan. Aku tahu tindakan
ini teramat jahat. Cepat lepaskan kulit sial ini dari tubuhku."
"Tidak, tidak," kata si kera (yang otaknya bekerja sangat cepat). "Ini
pertanda sebaliknya. Aku baru saja akan berkata kalau Aslan yang
asli, seperti kaukatakan tadi, ingin kita meneruskan ini, dia akan
mengirimkan guntur dan guncangan bumi kepada kita. Kata-kata itu
sudah di ujung lidah, hanya saja pertanda itu datang sebelum aku bisa
mengucapkannya. Kau harus melakukannya sekarang, Puzzle. Dan
11 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
sebaiknya kita menghentikan perdebatan ini. Kau kan tahu kau tidak
mengerti hal-hal seperti ini. Apa yang diketahui keledai tentang
pertanda?"
***

12 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB DUA
Kecerobohan Sang Raja

Sekitar tiga minggu kemudian Raja Narnia terakhir duduk di bawah


pohon ek besar yang tumbuh di samping pintu pondok berburu
kecilnya, tempat dia sering kali menginap selama sepuluh hari atau
lebih untuk menikmati cuaca musim semi yang menyenangkan.
Bangunan pondok itu rendah dan beratap dedaunan tidak jauh dari
ujung timur Lantern Waste dan agak jauh dari pertemuan dua sungai.
Dia sangat suka tinggal di sana, sederhana dan tenang, jauh dari
pemerintahan dan tata cara Cair Paravel, ibu kota kerajaan.
Namanya Raja Tirian, dan usianya antara dua puluh dan dua puluh
lima tahunan, di usia itu bahunya sudah lebar dan kuat, tungkai-
tungkainya dipenuhi otot keras, tapi janggutnya masih tipis. Dia
memiliki mata biru dan wajah pemberani juga jujur.
Tidak banyak yang menemaninya di pagi musim semi itu, hanya
teman setianya, Jewel si unicorn-makhluk ajaib yang berbentuk
seperti kuda bertanduk satu di dahinya. Mereka saling menyayangi
seperti saudara kandung dan masing-masing pernah menyelamatkan
nyawa yang lain dalam peperangan. Hewan suci itu berdiri di dekat
kursi sang raja dengan leher membungkuk, menggosokkan tanduk
birunya ke pahanya yang putih.
"Aku tidak memaksa diriku melakukan pekerjaan ataupun olahraga
apa pun hari ini, Jewel," kata sang raja. "Aku tidak bisa memikirkan
hal lain selain berita baik itu. Apakah menurutmu kita akan
mendengar lebih banyak soal itu hari ini?"
"Berita itu memang kabar paling bagus yang pernah didengar pada
zaman kita, zaman ayah kita, atau zaman kakek kita, Sire," kata
Jewel, "kalau berita itu memang benar."

13 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Bagaimana mungkin kabar itu tidak benar?" tanya sang raja. "Lebih
dari seminggu lalu, burungburung pertama beterbangan datang di atas
kita dan berkata, Aslan ada di sini, Aslan telah datang ke Narnia lagi.
Dan setelah itu para bajing datang. Mereka tidak benarbenar
melihatnya tapi mereka merasa pasti dia ada di hutan. Lalu datang
Rusa jantan. Dia berkata dia telah melihatnya dengan mata kepalanya
sendiri, sangat jauh, di bawah sinar rembulan, di Lantern Waste. Lalu
datang pria berkulit gelap dan berjanggut itu, pedagang dari
Calormen. Bangsa Calormen sama sekali tidak peduli pada Aslan,
tidak seperti kita, tapi pria itu berbicara tentang ini dengan penuh
keyakinan. Lalu ada si luak kemarin malam, dia juga telah melihat
Aslan."
"Memang benar, Sire," Jewel menjawab, "aku memercayai semua
itu. Kalau aku tampak ragu itu karena rasa bahagiaku terlalu besar
sehingga aku tidak mampu membiarkan keyakinanku tenang. Rasanya
terlalu indah untuk bisa dipercaya."
"Ya," kata sang raja sambil mengembuskan napas panjang, tubuhnya
hampir gemetar karena gembira. "Ini jauh lebih hebat daripada apa
pun yang pernah kuharapkan dalam hidup."
"Dengar!" kata Jewel, sambil menelengkan kepala ke satu sisi dan
mengarahkan kedua telinganya ke depan.
"Ada apa?" tanya sang raja.
"Suara tapak kaki, Sire," kata Jewel. "Langkah kaki kuda yang
berlari cepat. Kuda berbobot besar. Itu pasti salah satu centaurus. Dan
lihat, ini dia datang."
Centaurus besar berjanggut keemasan, dengan keringat manusia
pada dahinya dan keringat kuda pada paha cokelat kemerahannya,
bergegas menghampiri Raja, berhenti, dan menunduk rendah. "Salam,
Raja," teriaknya dengan suara yang sedalam suara banteng.

14 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Salam, Teman!" balas sang raja, melihat dari balik bahunya ke arah
pintu pondok berburu itu. "Semangkuk anggur untuk centaurus yang
agung. Selamat datang, Roonwit. Kalau napasmu sudah teratur,
mungkin kau bisa memberitahu kami apa maksud kedatanganmu."
Pelayan keluar dari rumah membawa mangkuk kayu besar, yang
diukir sangat indah, lalu mengangsurkannya kepada si centaurus.
Centaurus itu mengangkat mangkuk dan berkata: "Aku akan minum
pertama untuk Aslan dan kebenaran, Sire, dan yang kedua untuk
Yang Mulia." Dia menghabiskan anggur itu (porsi yang cukup untuk
enam pria kuat) dalam satu tegukan dan menyerahkan mangkuk
kosong kepada pelayan tadi.
"Sekarang, Roonwit," kata sang raja. "Apakah kau membawakan
informasi tambahan tentang Aslan?"
Roonwit tampak sangat murung, dahinya sedikit bekernyit. "Sire,"
katanya. "Kau tahu berapa lama aku telah hidup dan mempelajari
bintang-bintang, karena kami bangsa centaurus hidup lebih lama
daripada bangsa kalian manusia, dan bahkan lebih lama daripada
bangsamu, Unicorn. Belum pernah selama hidupku aku melihat
begitu banyak hal buruk tertulis di langit seperti yang ada pada
malam-malam sejak tahun ini dimulai. Bintang-bintang tidak
mengatakan apa pun tentang kedatangan Aslan, ataupun tentang
perdamaian, ataupun tentang kebahagiaan. Aku tahu dari
pengetahuanku bahwa belum pernah ada konjugasi planet-planet yang
begini penuh bencana selama lima ratus tahun.
"Sudah cukup lama aku berniat datang dan memperingatkan Yang
Mulia bahwa ada kejahatan besar yang mengancam Narnia. Tapi
kemarin malam, desas-desus Aslan kini ada di Narnia sampai ke
telingaku. Sire, janganlah percaya dongeng ini. Itu tidak mungkin.
Bintang-bintang tidak pernah berbohong, tapi manusia dan hewan
begitu. Kalau Aslan benar-benar datang ke Narnia, langit akan
meramalkannya. Kalau dia benarbenar datang, semua bintang yang
15 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
paling agung akan berkumpul demi menghormatinya. Semua itu kisah
bohong."
"Bohong?" kata sang raja dengan nada tinggi. "Makhluk apa di
Narnia atau seluruh dunia yang berani berbohong tentang soal ini?"
Dan tanpa disadari, dia meletakkan tangan pada gagang pedangnya.
"Aku tidak tahu jawaban pertanyaan itu, Baginda Raja," kata si
centaurus. "Tapi aku tahu ada pembohong di bumi, tapi tak ada di
antara bintang-bintang."
"Apakah mungkin," kata Jewel, "Aslan tidak akan datang walaupun
bintang-bintang meramalkan sebaliknya? Dia bukanlah pengabdi
bintang-bintang melainkan pencipta mereka. Bukankah dikisahkan
dalam cerita-cerita kuno bahwa dia bukanlah singa jinak?"
"Pemikiran yang bagus, bagus, Jewel," teriak sang raja. "Itu memang
kata-kata yang tepat: bukanlah singa jinak. Soal ini muncul dalam
banyak kisah."
Roonwit baru saja mengangkat tangannya dan mencondongkan
tubuh ke depan untuk mengatakan sesuatu yang sangat tulus kepada
sang raja, ketika ketiganya menoleh untuk mendengarkan suara
erangan yang kian mendekat dengan cepat. Hutan begitu tebal di
sebelah barat sehingga mereka tidak bisa melihat pendatang baru itu.
Tapi mereka segera bisa mendengar kata-katanya.
"Pilu, pilu, pilu!" teriak suara itu. "Pilu untuk saudara-saudaraku!
Pilu untuk pohon-pohon suci! Hutan dihancurkan. Kapak merajalela
membantai kami. Kami ditebangi. Pohon-pohon besar terjatuh,
terjatuh, terjatuh."
Bersama kata "terjatuh" terakhir si pembicara muncul. Dia seperti
perempuan tapi begitu tinggi sehingga kepalanya setinggi kepala
centaurus, walaupun begitu dia juga tampak seperti pohon. Sulit
menjelaskannya kalau kau belum pernah melihat dryad-roh pohon,

16 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tapi kau tidak akan keliru lagi setelah melihatnya ada sesuatu yang
berbeda pada warna, suara, dan rambutnya. Raja Tirian dan dua
makhluk ajaib itu langsung tahu dia roh pohon beech.
"Kami mohon keadilan, Baginda Raja!" teriaknya. "Tolonglah kami.
Lindungi rakyatmu. Mereka menebangi kami di Lantern Waste.
Empat puluh batang besar saudarasaudaraku sudah terjatuh ke tanah."
"Apa, Lady? Menebangi Lantern Waste? Membunuhi Pohon-pohon
yang Bisa Berbicara?" teriak sang raja, bangkit dari kursinya dan
menghunus pedangnya. "Beraninya mereka? Dan siapa mereka yang
lancang ini? Demi surai Aslan-"
"A-a-a-h," si dryad terengah, tubuhnya gemetaran seolah kesakitan-
bergetar sekali-sekali seolah dipukul berulang kali. Kemudian
mendadak dia terjatuh ke samping begitu tiba-tiba seolah kedua
kakinya dipotong. Selama sedetik mereka melihatnya terbaring mati
di rerumputan kemudian dia menghilang. Mereka tahu apa yang telah
terjadi. Pohonnya, bermil-mil jauh di sana, telah ditebang.
Selama sesaat kesedihan dan kemarahan sang raja begitu
membuncah sehingga dia tidak mampu berbicara. Lalu dia berkata,
"Ayo, teman-teman. Kita harus pergi menyusuri sungai dan
menemukan para penjahat yang telah melakukan ini, secepat yang
kita mampu. Aku tidak akan membiarkan satu pun dari mereka
hidup."
"Sire, dengan itikad baik," kata Jewel.
Tapi Roonwit berkata, "Sire, bersikaplah waspada walaupun kau
memang patut marah. Kejadian-kejadian ini aneh. Kalau ada
pemberontak bersenjata lebih jauh di lembah, kita bertiga terlalu
sedikit untuk menghadapi mereka. Kalau kau bersedia lebih baik kita
menunggu sementara-"

17 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku bahkan tidak akan menunggu selama sepersepuluh detik," kata
sang raja. "Tapi sementara aku dan Jewel pergi ke sana, bersediakah
kau berlari secepat yang kau bisa ke Cair Paravel? Ini cincinku
sebagai tanda kekuasaan. Bawakan aku pasukan dua puluh orang
bersenjata yang kesemuanya berkuda, dua puluh Anjing yang Bisa
Berbicara, sepuluh dwarf (mereka yang merupakan pemanah terbaik),
dan seekor atau lebih Leopard, juga Stonefoot si raksasa. Pimpin
mereka semua menyusul kami secepat mungkin."
"Tentu, dengan itikad baik, Sire," kata Roonwit. Dan dia langsung
berbalik dan berlari ke arah timur menuruni lembah.
Sang raja berjalan dengan langkah-langkah lebar, terkadang
bergumam sendiri dan terkadang mengepalkan tangan. Jewel berjalan
di sampingnya, dalam diam, jadi tidak ada suara menemani mereka
kecuali gemerencing samar rantai emas tebal yang menggantung di
leher si unicorn dan entakan dua kaki juga empat tapak.
Mereka segera sampai di sungai dan berbelok di sana, tempat ada
jalanan berumput: air berada di sebelah kiri mereka dan hutan di
sebelah kanan. Tak lama setelah itu mereka sampai di tempat tanah
menjadi lebih sulit dilewati dan hutan lebat mencapai tepi air. Jalan
itu, atau yang tersisa darinya, kini terbentang pada tepi selatan sungai
dan mereka harus mengarungi sungai untuk mencapainya. Tinggi air
mencapai ketiak Tirian, tapi Jewel (yang berkaki empat sehingga
lebih bisa berdiri seimbang) terus mengambil posisi di kanannya
untuk menahan aliran sungai yang kuat, dan Tirian meletakkan tangan
kokohnya pada leher kokoh si unicorn lalu mereka berdua berhasil
menyeberang dengan selamat.
Sang raja masih begitu marah sehingga nyaris tidak menyadari
dinginnya air. Tapi tentu saja dia mengeringkan pedangnya dengan
hati-hati pada bahu jubahnya, yang merupakan satu-satunya bagian
kering pada tubuhnya, segera setelah mereka tiba di daratan. Mereka

18 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kini berjalan ke arah barat dengan sungai di sebelah kanan dan
Lantern Waste lurus di depan mereka.
Mereka telah berjalan lebih daripada satu mil ketika mereka berdua
berhenti dan berbicara bersamaan. Sang raja berkata "Apa ini?" dan
Jewel berkata "Lihat!"
"Itu rakit," kata Raja Tirian.
Dan memang benar. Setengah lusin batang pohon berkualitas
semuanya baru dipotong dan dibersihkan cabangnya, telah diikat
menjadi satu dan dijadikan rakit, kini rakit itu bergerak cepat di
sungai. Di bagian depan rakit berdiri tikus air yang membawa tongkat
untuk menyetirnya.
"Hei! Tikus Air! Kau hendak ke mana?" teriak si raja.
"Membawa batang-batang kayu ini untuk dijual ke bangsa
Calormen, Sire," kata si tikus sambil menyentuh telinganya seperti dia
menyentuh topi untuk menghormat kalau saja dia mengenakannya.
"Bangsa Calormen!" geram Tirian. "Apa maksudmu? Siapa yang
memberi perintah untuk menebangi pohon-pohon ini?"
Aliran sungai mengalir begitu deras di awal tahun seperti itu
sehingga tak selang berapa lama rakit itu telah mengapung melewati
sang raja dan Jewel. Tapi si tikus air menoleh ke belakang dan
berteriak: "Perintah sang singa, Sire. Aslan sendiri." Dia mengatakan
sesuatu lagi tapi mereka tidak bisa mendengarnya.
Sang raja dan unicorn saling menatap dan keduanya tampak lebih
ketakutan daripada ketika mereka berada dalam peperangan.
"Aslan," kata sang raja akhirnya, dengan suara yang sangat rendah.
"Aslan. Mungkinkah itu benar? Mungkinkah dia yang menebangi
pohon-pohon suci dan membunuh para dryad?"

19 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kecuali para dryad telah melakukan sesuatu yang teramat salah-"
gumam Jewel.
"Tapi menjual mereka kepada Calormen!" seru sang raja. "Apakah
itu mungkin?"
"Entahlah," kata Jewel muram. "Dia memang bukan singa yang
jinak."
"Yah," kata sang raja akhirnya, "kita harus melanjutkan perjalanan
dan menghadapi petualangan yang mendatangi kita."
"Hanya itu yang bisa kita lakukan, Sire," kata si unicorn.
Pada saat itu dia tidak menyadari betapa bodohnya bagi mereka
berdua untuk pergi tanpa pasukan, begitu juga sang raja. Mereka
terlalu marah untuk bisa berpikir jernih. Tapi banyak kejahatan yang
muncul akibat kecerobohan mereka di akhir cerita. Mendadak sang
raja bersandar lekat pada leher temannya dan menundukkan kepala.
"Jewel," katanya, "apa yang terhampar di hadapan kita? Berbagai
bayangan mengerikan muncul di benakku. Kalau kita mati sebelum
hari ini, mungkin kita akan bahagia."
"Benar," kata Jewel. "Kita telah hidup terlalu lama. Hal terburuk di
dunia telah menghampiri kita."
Mereka berdiri seperti itu selama semenit atau dua menit lalu
melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, mereka bisa mendengar
bunyi tak-tak-tak kapak yang menghantam kayu, walaupun mereka
belum bisa melihat apa-apa karena ada dataran yang meninggi di
hadapan mereka. Ketika mencapai puncaknya, mereka bisa langsung
melihat ke Lantern Waste. Dan wajah sang raja memucat ketika dia
melihatnya.
Tepat di tengah hutan kuno itu hutan tempat pohon emas dan perak
dulu pernah tumbuh dan tempat anak dari dunia kita menanam Pohon

20 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Perlindungan-jalan lebar telah dibuka. Jalan itu menyedihkan seperti
luka menganga pada tanah, penuh bekas jejak berlumpur pohonpohon
yang ditebang yang diseret ke sungai. Tampak kerumunan besar yang
bekerja, dan terdengar lecutan-lecutan pecut, kuda-kuda menarik dan
menegangkan otot saat menyeret batang-batang kayu itu.
Hal pertama yang menghantam sang raja dan temannya si unicorn
adalah kira-kira separo anggota kerumunan itu bukanlah Hewan yang
Bisa Berbicara melainkan manusia. Selain itu pria-pria ini bukanlah
para pria berambut pirang Narnia. Mereka berkulit gelap dan
berjanggut dari Calormen, negeri besar dan kejam yang terletak lebih
jauh daipada Archenland di seberang padang pasir ke arah selatan.
Tidak ada alasan, tentu saja, kenapa kita tidak bisa menemui satu
atau dua orang Calormen di Narnia-pedagang ataupun duta karena
pada masa-masa itu Narnia dan Calormen dalam keadaan damai. Tapi
Tirian tidak bisa mengerti kenapa jumlah mereka banyak sekali,
ataupun kenapa mereka memotong pepohonan hutan Narnia. Dia
menggenggam pedangnya lebih erat lagi dan menggulung jubah untuk
membungkus tangan kirinya. Mereka bergerak cepat menghampiri
pria-pria itu.
Dua orang Calormen sedang membimbing kuda yang diikat ke
batang kayu. Tepat ketika sang raja sampai di dekat mereka, batang
kayu itu terjeblos di tempat berlumpur dalam.
"Ayo jalan, anak kungkang! Tarik, pemalas!" teriak kedua pria
Calormen itu, mengayunkan pecut mereka. Kuda tersebut sudah
menarik sekuat yang dia biasa, matanya merah dan mulutnya penuh
busa.
"Ayo kerja, hewan malas," teriak salah satu pria Calormene, dan saat
mengatakannya, dengan kejam dia memukuli si kuda dengan
pecutnya.

21 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Saat itulah hal yang sangat buruk terjadi. Hingga kini Tirian
menganggap semua kuda yang digunakan bangsa Calormen adalah
kuda-kuda mereka sendiri, hewan-hewan bodoh tanpa kemampuan
berpikir tajam seperti kuda-kuda di dunia kita. Dan walaupun dia
membenci bahkan bila kuda bodoh dipaksa bekerja terlalu keras, tentu
saja dia lebih memikirkan pembunuhan pohon-pohon. Sama sekali
tidak pernah terlintas dalam benaknya ada orang yang berani
memasang tali kekang pada salah satu Kuda yang Bisa Berbicara
Narnia yang bebas, apalagi mencambuknya.
Tapi saat cambukan pria kejam itu mencapai sasarannya, kuda itu
mengangkat kedua kaki depannya dan berkata, setengah menjerit:
"Manusia bodoh dan tiran! Tidakkah kau lihat aku sudah berusaha
sekeras mungkin?"
Ketika Tirian tahu kuda itu salah satu rakyat Narnia-nya, muncul
rasa murka yang begitu menguasai dirinya dan Jewel sehingga mereka
tidak tahu apa yang mereka lakukan. Pedang sang raja terhunus ke
atas, tanduk si unicorn menghunus ke bawah. Mereka menyerang
maju bersama-sama. Detik berikutnya kedua Calormen terbaring mati,
kepala yang satu dipancung pedang Tirian dan tubuh yang satu
ditikam tanduk Jewel hingga tembus ke jantung.
***

22 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB TIGA
Sang Kera dalam Kejayaan

"Tuan Kuda, Tuan Kuda," kata Tirian sambil cepat-cepat


memutuskan tali yang mengikat kuda itu, "bagaimana orang-orang
asing ini bisa memperbudakmu? Apakah Narnia telah ditundukkan?
Apakah telah terjadi perang?"
"Tidak, Sire," jawab Kuda dengan terengah-engah, "Aslan ada di
sini. Semua ini berdasarkan perintahnya. Dia telah bertitah-"
"Bahaya datang, Raja," kata Jewel.
Tirian mendongak dan melihat para pria Calormen (bercampur
bersama beberapa Hewan yang Bisa Berbicara) mulai berlari
mendekati mereka dari setiap arah. Dua pria yang meninggal itu mati
tanpa bersuara sehingga rekan-rekannya tidak langsung tahu apa yang
telah terjadi. Tapi kini mereka sudah tahu. Sebagian besar dari mereka
membawa kelewang tanpa sarung di tangan mereka.
"Cepat! Naik ke punggungku!" kata Jewel.
Sang raja melompat ke atas tubuh teman lamanya yang kemudian
berbalik dan berlari pergi. Jewel mengganti arah dua kali atau tiga
kali segera setelah mereka keluar dari jarak pandangan musuh,
menyeberangi sungai, dan berteriak tanpa memperlambat langkahnya,
"Kita ke mana, Sire? Ke Cair Paravel?"
"Berhentilah, teman," kata Tirian. "Turunkan aku." Dia merosot
turun dari punggung si unicorn dan menghadapnya. "Jewel," kata
sang raja. "Kita telah melakukan perbuatan yang mengerikan."
"Tapi kita benar-benar didesak untuk melakukan itu," kata Jewel.

23 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tetap saja, menyerang saat mereka lengah tanpa menantang mereka
secara terbuka-ketika mereka tidak bersenjata-bedebah! Kita dua
pembunuh, Jewel. Selamanya aku akan menanggung malu."
Jewel menunduk. Dia juga merasa malu sekali.
"Selain itu," kata sang raja, "Kuda itu berkata semua dilakukan
berdasarkan perintah Aslan. Tikus itu juga berkata sama. Mereka
semua berkata Aslan ada di sini. Bagaimana kalau itu benar?"
"Tapi, Sire, bagaimana mungkin Aslan memerintahkan sesuatu yang
begitu mengerikan?"
"Dia bukanlah singa jinak," kata Tirian. "Bagaimana kita bisa tahu
apa yang akan dilakukannya? Kita, yang adalah pembunuh. Jewel,
aku akan kembali. Aku akan menyerahkan pedangku dan
menyerahkan diri ke tangan orang-orang Calormen itu dan meminta
mereka membawaku ke depan Aslan. Biarlah dia yang menentukan
keadilan bagiku."
"Kalau begitu kau akan mati," kata Jewel.
"Apakah kaukira aku akan peduli kalaupun Aslan memutuskan
kematian atasku?" kata sang raja. "Itu tidak berarti apa-apa, sama
sekali tidak. Bukankah lebih baik mati daripada memiliki ketakutan
mengerikan ini bahwa Aslan telah datang dan dia tidak seperti Aslan
yang telah kita percayai dan rindukan? Seolah matahari terbit di suatu
hari dan ternyata matahari hitam yang muncul."
"Aku tahu," kata Jewel. "Atau seolah kau meminum air namun
airnya air kering. Kau memang benar, Sire. Ini akhir segalanya.
Sebaiknya kita pergi mencari bantuan."
"Tidak perlu dua orang yang pergi ke sana."

24 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kalau kita pernah saling menyayangi, biarkan aku pergi bersamamu
sekarang," kata si unicorn. "Kalau kau mati dan Aslan bukanlah
Aslan, apa yang tertinggal dalam hidup ini untukku?"
Mereka berbalik dan berjalan bersama ke tempat tadi, meneteskan
air mata pahit.
Segera setelah mereka tiba di tempat pekerjaan berlangsung, pria-
pria Calormen bersorak dan menghampiri mereka dengan membawa
senjata.
Tapi Raja menjulurkan pedang dengan gagang menghadap mereka
dan berkata: "Aku yang adalah Raja Narnia dan kini kesatria celaka
menyerahkan diri ke hadapan keadilan Aslan. Bawa aku
menghadapnya."
"Aku pun menyerahkan diri," kata Jewel.
Kemudian para pria berkulit gelap datang mengerumuni mereka
dalam lingkaran tebal, berbau bawang putih dan bawang bombai,
mata putih mereka berkilau mengancam pada wajah cokelat mereka.
Mereka mengalungkan tali ke leher Jewel. Mereka merebut pedang
Raja dan mengikat tangannya ke belakang. Salah satu pria Calormen,
yang mengenakan topi besi bukannya turban dan tampaknya
pemimpin mereka, melepaskan tali emas yang melingkari kepala
Tirian dan cepat-cepat menyimpannya di antara lipatan-lipatan
pakaiannya. Mereka membawa kedua tawanan itu menaiki bukit ke
suatu tempat di mana terdapat lapangan luas. Dan inilah yang dilihat
kedua tawanan itu.
Di tengah lapangan itu, yang juga merupakan titik tertinggi bukit,
ada pondokan kecil seperti istal, dengan atap rumbia. Pintunya
tertutup. Pada rumput di depan pintu duduklah sang kera. Tirian dan
Jewel, yang mengira akan melihat Aslan dan belum mendengar kabar
apa pun tentang seekor kera, merasa sangat heran ketika melihat ini.
Kera itu tentu saja Shift sendiri, tapi dia tampak sepuluh kali lebih
25 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
jelek daripada ketika dia tinggal di dekat Caldron Pool, karena kini
dia bersolek. Dia mengenakan jaket merah tua yang tidak sesuai
dengannya karena sebenarnya dibuat untuk dwarf. Dia mengenakan
sandal berhiaskan batu mulia pada tapak-tapak belakangnya, karena
seperti yang kauketahui tapak belakang kera benar-benar seperti
tangan. Dia memakai sesuatu yang seperti mahkota kertas di
kepalanya. Ada gundukan kenari di sampingnya, rahang kera itu
terusmenerus mengunyah kenari dan meludahkan keluar kulitnya. Dia
juga terus menerus mengangkat jaket merahnya untuk menggaruk.
Sejumlah besar Hewan yang Bisa Berbicara berdiri menghadapnya,
dan hampir setiap wajah tampak penuh kecemasan dan kebingungan.
Ketika melihat siapa kedua tawanan itu, mereka semua mengerang
dan gemetar.
"O Lord Shift, juru bicara Aslan," kata pemimpin Calormen. "Kami
membawakanmu tawanan. Berkat keahlian, keberanian, dan izin dewa
besar Tash, kami membawa dua pembunuh berbahaya ini hidup-
hidup."
"Berikan kepadaku pedang pria itu," kata sang kera. Jadi mereka
mengambil pedang raja dan menyerahkannya, bersama sabuk pedang
dan perlengkapan lainnya, kepada monyet itu. Kemudian dia
menggantungkannya ke lehernya sendiri, dan ini membuatnya tampak
lebih konyol daripada sebelumnya.
"Kita akan mengurus dua makhluk itu nanti," kata sang kera,
meludahkan kulit kenari ke arah kedua tawanan. "Pertama-tama aku
harus membereskan urusan lain. Mereka bisa menunggu. Sekarang
dengarkan aku, semuanya. Hal pertama yang ingin kubicarakan
adalah tentang kenari. Ke mana perginya si Pemimpin Bajing?"
"Aku di sini, Sire," jawab seekor bajing merah, melangkah maju dan
membungkuk gugup.
"Oh, begitu rupanya ya?" kata si kera dengan wajah menyebalkan.
26 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Sekarang dengarkan aku. Aku mau maksudku, Aslan
menginginkan-lebih banyak kenari. Yang kaubawa ini sama sekali
tidak mendekati kata cukup. Kau harus membawa lebih banyak lagi,
kau dengar? Dua kali lebih banyak. Dan semua itu harus sudah ada di
sini saat matahari terbenam besok, dan tidak boleh ada yang busuk
atau kecil di antaranya."
Gumaman kaget menyebar di antara bajing-bajing lain, dan
Pemimpin Bajing mengumpulkan keberanian untuk berkata, "Aku
mohon, bisakah Aslan sendiri yang berbicara dengan kami tentang
ini? Itu kalau kami diizinkan menemuinya-"
"Yah, kau tidak akan diizinkan," kata si kera. "Dia mungkin akan
sangat murah hati (walaupun itu lebih daripada yang layak kalian
dapatkan) dan keluar beberapa menit malam ini. Saat itulah kalian
semua boleh melihatnya. Tapi dia tidak akan menerima kalian semua
berkerumun di sekelilingnya dan mengganggunya dengan
pertanyaanpertanyaan. Apa pun yang ingin kalian katakan kepadanya
akan disampaikan melalui diriku: itu pun kalau kata-kata kalian
memang pantas disampaikan kepadanya. Sementara itu kalian para
bajing sebaiknya pergi dan membereskan masalah kenari ini. Juga
pastikan semua kenari itu ada di sini besok malam atau, yakinlah,
kalian akan menerima akibatnya!"
Bajing-bajing malang itu cepatcepat berlari pergi seolah ada anjing
mengejar mereka. Perintah baru ini berita mengerikan untuk mereka.
Kenari-kenari yang telah dengan hati-hati disimpan untuk musim
dingin kini nyaris sudah dimakan semua sekarang, dan sebagian kecil
yang tersisa telah mereka berikan kepada sang kera jauh lebih banyak
daripada yang seharusnya mereka bagi.
Kemudian suara dalam-yang berasal dari babi hutan besar bercula
dan berbulu tebal berbicara dari sisi lain kerumunan. "Tapi kenapa
kami tidak boleh benar-benar menemui Aslan dan berbicara
dengannya?" tanyanya. "Waktu dia sering muncul di Narnia di masa-
27 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
masa dahulu, semua makhluk bisa berbicara dengannya sambil
bertatap muka."
"Jangan kau percayai kisah-kisah lama," kata sang kera. "Dan
bahkan kalaupun cerita itu benar, waktu telah berubah. Aslan berkata
dia terlalu lembek pada kalian sebelumnya, kalian mengerti? Nah, dia
tidak akan bersikap lembek lagi. Dia akan menjilati kalian sampai
sadar sekarang. Dia akan memberi kalian pelajaran karena telah
menganggap dia singa jinak!"
Erangan dan gumaman ketakutan terdengar di antara Hewan-hewan,
dan setelah itu, keheningan mencekam yang lebih mengerikan.
"Dan sekarang ada satu hal lagi yang harus kalian ketahui," kata si
kera. "Aku mendengar beberapa di antara kalian berkata aku ini kera.
Nah, aku bukan kera. Aku manusia. Kalau aku kelihatan seperti kera,
itu karena aku sangat tua: beratus ratus tahun. Dan karena aku begitu
tualah maka aku begitu bijaksana. Dan karena aku begitu bijaksana,
Aslan hanya akan bicara padaku. Waktunya tidak boleh dibuang
dengan bicara pada hewanhewan bodoh. Dia akan memberitahuku apa
yang harus kalian lakukan, dan aku yang akan menyampaikannya
kepada kalian. Terima saja saranku dan lakukan dengan waktu yang
dua kali lebih cepat, karena Aslan tidak berniat mentolerir omong
kosong."
Kesunyian merebak kecuali suara luak yang sangat muda menangis
dan ibunya berusaha membuatnya diam.
"Dan sekarang satu hal lagi," si kera melanjutkan sambil
memasukkan kenari baru ke mulutnya, "aku mendengar beberapa
kuda berkata, 'Mari kita bergegas dan menyelesaikan pekerjaan
menarik batang pohon ini secepat mungkin, setelah itu kita akan
bebas lagi.' Yah, kalian bisa segera mengeluarkan pemikiran itu dari
benak kalian. Dan ini tidak hanya berlaku untuk Kuda. Semua yang
bisa bekerja akan diperintahkan bekerja di masa depan. Aslan telah

28 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mengatur semuanya bersama Raja Calormensang Tisroc, seperti yang
biasa digunakan teman-teman berkulit gelap kita untuk menyebutnya.
Kalian para kuda, sapi jantan, dan keledai akan dikirim ke Calormen
untuk bekerja mencari nafkahmenarik dan mengangkut barang seperti
yang dilakukan kudakuda dan sejenisnya di negeri lain. Dan semua
makhluk penggali seperti tikus tanah, kelinci, dan dwarf akan berkerja
di tambang Tisroc. Dan-"
"Tidak, tidak, tidak," erang para hewan. "Itu tidak mungkin. Aslan
tidak akan pernah menjual kami sebagai budak ke Raja Calormen."
"Diam! Jangan membantah!" kata si keras sambil menggeram.
"Siapa yang menyebut-nyebut perbudakan? Kalian tidak akan menjadi
budak. Kalian akan dibayar-dengan jumlah upah yang sangat bagus
pula. Tapi bagaimanapun, upah kalian akan dimasukkan ke simpanan
Aslan dan dia akan menggunakannya untuk kebaikan semua orang."
Kemudian dia melempar pandangan sekilas, dan hampir mengedipkan
mata, kepada pimpinan Calormen.
Orang Calormen itu membungkuk dan menjawab, dengan cara
Calormen yang sangat sombong: "Juru bicara Aslan yang paling
bijaksana, sang Tisroc (semoga dia selamanya kekal) sepenuhnya
setuju dengan penguasa kalian dalam rencana cemerlang ini."
"Nah! Kalian lihat, kan?" kata si kera. "Segalanya sudah diatur. Dan
semua demi kebaikan kalian. Kita akan mampu, dengan uang yang
kalian peroleh, menjadikan Narnia negeri yang pantas ditinggali.
Akan ada jeruk dan pisang, berlimpah-juga jalan, kota-kota besar,
sekolah, kantor, cambuk, berangus, sadel, sangkar, kandang anjing,
dan penjara-oh, segalanya."
"Tapi kami tidak menginginkan semua itu," kata Beruang tua. "Kami
ingin bebas. Dan kami ingin mendengar Aslan bicara sendiri."
"Jangan coba-coba membantah," kata si kera, "karena aku tidak akan
memakluminya. Aku manusia, kau hanyalah Beruang tua yang gendut
29 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dan bodoh. Apa yang kau tahu soal kebebasan? Kau pikir kebebasan
berarti melakukan apa pun yang kauinginkan. Kebebasan sejati berarti
melakukan apa yang kusuruh."
"H-n-n-h," geram Beruang dan dia menggaruk kepalanya, dia
mendapati hal seperti ini sulit dimengerti.
"Tolonglah, aku mohon," kata suara bernada tinggi milik domba
bertubuh penuh wol, yang begitu muda sehingga semua makhluk
kaget karena dia berani bicara.
"Ada apa lagi sekarang?" tanya si kera. "Cepat katakan."
"Aku mohon," kata Domba. "Aku tidak mengerti. Apa hubungan
kita dengan Calormen? Kita milik Aslan. Mereka milik Tash. Mereka
memiliki dewa bernama Tash. Mereka bilang dia memiliki empat
lengan dan kepalanya berupa kepala burung bangkai. Mereka
membunuh manusia di altarnya. Aku tidak percaya ada orang yang
seperti Tash. Namun kalaupun ada, bagaimana mungkin Aslan
berteman dengannya?"
Semua hewan memiringkan kepala ke samping dan semua mata
jernih mereka berbinar ke arah si kera. Mereka tahu itu pertanyaan
terbaik yang sejauh ini ditanyakan siapa pun.
Si kera melompat berdiri dan meludah kepada Domba. "Anak
ingusan!" dia mendesis. "Pengembik kecil konyol! Pulang saja ke
rumahmu dan minum susu. Apa yang kau mengerti soal-soal begini?
Tapi untuk yang lain, dengarkan. Tash hanyalah nama lain Aslan.
Segala pemikiran lama bahwa kita benar sedangkan Calormen salah
adalah konyol. Kita sudah lebih tahu sekarang. Bangsa Calormen
menggunakan katakata yang berbeda tapi sebenarnya kita punya
maksud yang sama. Tash dan Aslan hanyalah dua nama yang berbeda
untuk kau tahu Siapa. Itulah sebabnya tidak akan pernah ada
pertengkaran di antara mereka. Tanamkan itu ke dalam kepala kalian,
dasar hewan-hewan bodoh. Tash adalah Aslan, Aslan adalah Tash."
30 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kau tahu betapa kadang-kadang wajah anjingmu bisa tampak sedih
sekali, kan? Bayangkan itu, kemudian bayangkan semua wajah para
Hewan yang Bisa Berbicara-semua burung, beruang, luak, kelinci,
tikus tanah, dan tikus yang jujur, rendah hati, dan kebingungan-
tampak jauh lebih sedih daripada itu. Setiap ekor turun, setiap kumis
menjuntai lemas ke bawah. Melihat wajah-wajah mereka bisa
membuatmu patah hati karena rasa kasihan. Hanya ada satu yang
tampak tidak terlalu sedih.
Dia kucing berwarna ginger (kuning kemerahan-kucing jantan besar
yang berada pada masa kejayaan hidupnya-yang duduk tegak dengan
ekor melingkari jemari kakinya, di barisan depan hewanhewan. Sejak
awal dia memandangi si kera dan Kapten Calormen lekat-lekat
sepanjang waktu dan tidak pernah sekali pun mengedipkan mata.
"Permisi," kata Kucing sangat sopan, "tapi ada yang menggugah rasa
ingin tahuku. Apakah temanmu dari Calormen juga berpendapat
sama?"
"Tentu saja," jawab si Calormen. "Kera-manusia, maksudku-yang
penuh pengetahuan ini memang benar. Aslan tidak berarti kurang
ataupun lebih daripada Tash.
"Terutama, Aslan berarti tidak lebih daripada Tash?" Kucing minta
penjelasan.
"Tidak lebih sama sekali," jawab orang Calormen itu, menatap lekat
wajah Kucing.
"Apakah itu cukup bagimu, Ginger?" tanya si kera.
"Oh, tentu saja," kata Ginger tenang. "Terima kasih banyak. Aku
hanya ingin memastikan. Kurasa aku sudah mulai mengerti sekarang."
Hingga kini Raja dan Jewel tidak mengatakan apa-apa. Mereka
menunggu sampai si kera mengizinkan mereka bicara, karena mereka
berpikir tidak ada gunanya memotong pembicaraan. Tapi kini, saat
31 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tirian melihat ke sekelilingnya pada wajah-wajah muram warga
Narnia, dan melihat bagaimana mereka semua bakal percaya bahwa
Aslan dan Tash adalah satu dan sama, dia tidak bisa lagi menahan
diri.
"Kera," teriaknya dengan suara keras, "kau berbohong. Kau
berbohong besar. Kau berbohong seperti orang Calormen. Kau
berbohong seperti kera."
Tirian bermaksud meneruskan dan bertanya bagaimana dewa
mengerikan Tash yang memangsa darah pengikutnya sendiri bisa
disamakan dengan Singa baik yang dengan darahnyalah Narnia
diselamatkan Kalau dia diizinkan berbicara, kekuasaan si kera
mungkin bisa berakhir hari itu. Para hewan bisa melihat kebenaran
dan mengusirnya.
Tapi sebelum Tirian bisa mengucapkan kata lain, dua orang
Calormen memukul mulutnya dengan segenap kekuatan, dan orang
ketiga, dari belakang, menendang kakinya dari bawah. Dan saat
Tirian terjatuh, si kera menjerit penuh kemarahan dan teror: "Bawa
dia pergi. Singkirkan dia. Bawa ke tempat dia tidak bisa mendengar
kita, dan kita tidak bisa mendengar dia. Di sana ikat dia ke pohon.
Aku akan-maksudku, Aslan akan-memberinya keadilan nanti."
***

32 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB EMPAT
Yang Terjadi Malam Itu

Raja merasa sangat pusing karena kepalanya dipukul sehingga nyaris


tidak menyadari apa yang terjadi sampai orang-orang Calormen
membuka ikatan pergelangan tangannya, memosisikan kedua
tangannya lurus di kedua sisi tubuh, dan menyuruh sang raja berdiri
dengan punggung menempel pada pohon asli. Kemudian mereka
mengikat tali di sekeliling mata kaki, lutut, pinggang, dan dadanya
lalu meninggalkannya di sana. Yang paling mencemaskannya pada
saat itu-karena sering kali justru halhal kecillah yang paling tidak bisa
dihadapi-adalah bibirnya yang berdarah di tempat mereka
memukulnya dan dia tidak bisa mengelap tetesan darah walaupun itu
menggelitiknya.
Dari posisinya sekarang dia masih bisa melihat istal kecil di puncak
bukit dan si kera yang duduk di depannya. Dia bisa mendengar suara
si kera masih berkoar-koar, dan sesekali jawaban dari kerumunan, tapi
dia tidak bisa mendengar jelas kata-katanya.
Kira-kira apa yang mereka lakukan pada Jewel? pikir sang raja.
Akhirnya kerumunan hewan bubar dan masing-masing mulai
bergerak ke arah yang berbeda. Beberapa lewat di dekat Tirian.
Mereka memandangnya seolah mereka ketakutan sekaligus
mengasihaninya karena diikat di sana, namun tidak ada yang bicara.
Tak lama kemudian mereka semua sudah pergi dan kesunyian
menguasai hutan. Lalu jam demi jam berlalu dan Tirian pertama
menjadi haus kemudian sangat lapar. Dan sejalan dengan bergeraknya
sore menuju malam hari, tubuhnya juga merasa kedinginan.
Punggungnya terasa sangat nyeri.

33 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Matahari terbenam dan senja pun tiba. Ketika hari nyaris gelap,
Tirian mendengar suara langkah kaki cepat dan ringan lalu melihat
beberapa makhluk kecil datang menghampirinya. Tiga di sebelah kiri
adalah Tikus, dan Kelinci berada di tengah, di sebelah kanan terlihat
dua Tikus Tanah. Keduanya membawa kantong kecil di punggung, ini
membuat mereka tampak aneh dalam kegelapan sehingga awalnya
Tirian bertanya-tanya hewan jenis apakah mereka. Lalu, tak lama
kemudian, mereka semua berdiri dengan kaki belakang,
menyentuhkan tapak-tapak kaki depan pada lutut sang raja dan
mencium lutut itu dengan endusan lembut. (Mereka bisa mencapai
lututnya karena Hewan yang Bisa Berbicara Narnia dalam jenis itu
lebih besar daripada hewan-hewan bodoh sejenis di Inggris.)
"Baginda Raja! Baginda Raja yang Mulia," kata mereka dengan
suara-suara bernada tinggi, "kami merasa sangat kasihan padamu.
Kami tidak berani membuka ikatanmu karena Aslan mungkin akan
marah pada kami. Tapi kami membawakan makan malam untukmu."
Tanpa penundaan lagi Tikus pertama memanjat dengan gerakan
cepat dan ringan sampai dia bertengger di tali yang mengikat dada
Tirian, kini dia menggerak-gerakkan hidung berujung bulatnya tepat
di depan wajah Tirian. Kemudian Tikus kedua memanjat dan
bergantungan tepat di bawah Tikus pertama. Hewan-hewan lain
berdiri di tanah dan mulai mengangsurkan benda-benda ke atas.
"Minumlah, Sire, kemudian kau akan mendapati kau mampu
makan," kata Tikus yang paling atas, dan Tirian mendapati cangkir
kayu kecil itu kini dipegangi di depan bibirnya. Cangkir itu hanyalah
seukuran mangkuk telur sehingga dia nyaris tidak merasakan anggur
di dalamnya sebelum cangkir tersebut kosong.
Tapi kemudian si tikus mengangsurkannya ke bawah, hewanhewan
yang lain kembali mengisinya, mangkuk itu dinaikkan lagi, lalu Tirian
mengosongkannya untuk kali kedua. Ini terjadi beberapa kali sampai
sang raja cukup minum, untungnya minuman datang dalam dosis-
34 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dosis kecil yang memang lebih menghilangkan rasa haus daripada
satu kali minum dalam jumlah yang banyak.
"Ini kejunya, Sire," kata Tikus pertama, "tapi, jangan terlalu banyak,
karena takutnya kau akan merasa terlalu haus." Dan setelah keju,
mereka menyuapi sang raja dengan kue gandum dan mentega segar,
lalu memberinya minum anggur lagi.
"Sekarang naikkan airnya," kata Tikus pertama, "dan aku akan
membasuh wajah sang raja. Ada darah di wajahnya."
Lalu Tirian merasakan sesuatu seperti spons kecil membasahi
sekaligus membersihkan wajahnya, dan rasanya hampir menyegarkan.
"Teman-teman kecilku," kata Tirian, "bagaimana aku bisa membalas
semua ini?"
"Tidak perlu, tidak perlu," kata suara-suara kecil itu. "Apa lagi yang
bisa kami lakukan? Kami tidak menginginkan raja lain. Kami
rakyatmu. Kalau hanya si kera dan orang-orang Calormen yang
menentangmu, kami akan bertarung hingga tubuh kami menjadi
serpihan sebelum kami membiarkan mereka mengikatmu. Ya benar,
kami akan melakukannya. Tapi kami tidak bisa melawan Aslan."
"Apakah menurut kalian dia benar-benar Aslan?" tanya sang raja.
"Oh ya, ya," jawab Kelinci.
"Dia keluar istal tadi malam. Kami semua melihatnya."
"Bagaimana penampilannya?" tanya sang raja.
"Yang pasti seperti singa besar yang mengerikan," kata salah satu
Tikus.
"Dan kalian pikir adalah benar Aslan yang membunuhi para nymph
hutan dan menjadikan kalian semua budak Raja Calormen?"
"Ah, seburuk itu, ya?" kata Tikus kedua.

35 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Akan lebih baik bila kami mati sebelum semua ini dimulai. Tapi
tidak ada keraguan padanya. Semua orang bilang itu perintah Aslan.
Dan kami telah melihat sang singa itu sendiri. Kami tidak menyangka
Aslan akan bertindak begitu. Bagaimanapun, kami-kami
menginginkan dia kembali ke Narnia."
"Sepertinya kali ini dia kembali dengan keadaan sangat marah," kata
Tikus pertama. "Kita semua pasti telah melakukan sesuatu yang
teramat keliru tanpa menyadarinya. Dia pasti sedang menghukum kita
karena sesuatu. Tapi aku memang berharap kita diberitahu apa
kesalahan itu!"
"Kurasa yang kita lakukan sekarang mungkin salah," kata Kelinci.
"Aku tidak peduli kalaupun memang demikian," kata salah satu
Tikus Tanah. "Aku akan melakukannya lagi bila waktu berulang."
Tapi yang lain berkata, "Oh sstt," dan "Kita harus hati-hati,"
kemudian mereka semua berkata, "Kami menyesal, raja tersayang,
tapi sekarang kami harus pulang. Tidak akan berakibat baik bagi kami
bila kami ditangkap di sini."
"Segera tinggalkan aku, hewanhewan tersayang," kata Tirian. "Aku
tidak akan ingin menempatkan satu pun dari kalian dalam bahaya,
demi seluruh Narnia."
"Selamat malam, selamat malam," kata para hewan, menggosokkan
hidung mereka pada lutut sang raja. "Kami akan kembali-kalau kami
bisa." Lalu mereka semua pergi dengan langkah-langkah kaki pelan
dan hutan menjadi tampak lebih gelap, dingin, dan sepi daripada
sebelum mereka datang.
Bintang-bintang muncul dan waktu berjalan lambat-bayangkan
betapa lambatnya-sementara raja terakhir Narnia berdiri kaku,
kesakitan, dan tegak terikat pada pohon. Tapi akhirnya sesuatu terjadi.

36 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jauh dari sana muncul cahaya merah. Lalu cahaya itu menghilang
sesaat dan kembali lagi, lebih besar dan kuat.
Kemudian Tirian bisa melihat sosok-sosok gelap mondar-mandir di
salah satu sisi cahaya, mereka membawa bundelan dan
melemparkannya. Dia kini tahu apa yang sedang dilihatnya. Cahaya
itu api unggun, baru dinyalakan, dan sosok-sosok tadi melemparkan
ikatan-ikatan kayu kering ke dalamnya. Akhirnya api unggun menyala
hingga lidah-lidah apinya tinggi dan Tirian bisa melihatnya berada di
puncak bukit. Dia bisa melihat cukup jelas istal di belakangnya,
seluruhnya diterangi cahaya merah, dan kerumunan besar yang terdiri
atas para hewan dan manusia di antara api dan dirinya sendiri.
Sosok kecil, yang membungkuk di samping api, pasti adalah si kera.
Hewan itu sedang mengatakan sesuatu kepada kerumunan, tapi Tirian
tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya. Kemudian si kera pergi
dan membungkuk tiga kali ke tanah di depan pintu istal. Lalu si kera
berdiri dan membuka pintu. Kemudian sesuatu dengan empat kaki-
sesuatu yang berjalan dengan agak kaku-keluar dari sana dan berdiri
menghadap kerumunan.
Erangan dan lolongan keras meledak, begitu keras sehingga Tirian
bisa mendengar sebagian kata-kata itu.
"Aslan! Aslan! Aslan!" teriak para hewan. "Bicaralah pada kami.
Tenangkan keresahan kami. Janganlah marah kepada kami lagi..
Dari tempatnya berada, Tirian tidak bisa melihat dengan jelas apa
makhluk itu, tapi dia bisa melihatnya berwarna kuning dan berbulu
lebat. Dia belum pernah melihat Singa Agung. Dia belum pernah
melihat singa biasa. Dia tidak bisa yakin yang dilihatnya sekarang
bukanlah Aslan sungguhan. Dia tidak mengira Aslan akan
berpenampilan seperti makhluk kaku yang berdiri dan tidak berkata
apa-apa itu. Tapi bagaimana kita bisa yakin? Sesaat pikiran-pikiran
buruk berkelebat dalam benaknya: kemudian dia ingat omong kosong

37 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tentang Tash dan Aslan adalah sama dan tahu seluruh kejadian ini
pastinya tipuan.
Si kera mendekatkan kepalanya ke kepala makhluk kuning itu seolah
sedang mendengarkan sesuatu yang dibisikkan kepadanya. Kemudian
si kera kembali berbalik dan berbicara pada kerumunan, kerumunan
mengerang keras lagi. Lalu si makhluk kuning berbalik dengan
ceroboh dan berjalan-kau mungkin bisa menyebutnya, terhuyung-
huyungkembali ke istal dan si kera menutup pintu di belakangnya.
Setelah itu api pasti dipadamkan karena cahaya menghilang sangat
tiba-tiba, dan Tirian sekali lagi sendirian dalam udara dingin dan
kegelapan.
Dia memikirkan raja-raja lain yang telah hidup dan meninggal di
Narnia di masa-masa lampau dan tampak baginya tidak ada di antara
mereka yang begitu sial seperti dirinya. Dia mengingat kakek
buyutnya Raja Rilian yang diculik penyihir ketika masih muda dan
ditahan selama bertahun-tahun dalam gua gelap di bawah tanah
Raksasa Utara. Tapi kisah itu berakhir dengan baik karena dua anak
misterius mendadak muncul dari tanah yang lebih jauh daripada
Ujung Dunia dan menyelamatkannya sehingga dia bisa pulang ke
Narnia dan menjalani masa kepemimpinan yang lama dan makmur.
"Keadaan tidak seperti itu bagiku," kata Tirian kepada dirinya
sendiri.
Kemudian dia berpikir lebih jauh ke belakang dan mengingat ayah
Rilian, Caspian si Petualang Samudra, yang paman kejamnya Raja
Miraz berusaha membunuhnya dan bagaimana Caspian melarikan diri
ke hutan dan tinggal bersama kaum dwarf. Tapi cerita itu juga
berakhir baik: karena Caspian juga ditolong anak-anak hanya saja kali
ini ada empat anak yang datang dari suatu tempat di luar dunia kita
dan bertempur dalam perang besar lalu membantunya merebut
kembali takhta ayahnya.

38 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi itu sudah lama sekali, kata Tirian kepada dirinya sendiri. Hal-
hal seperti itu tidak terjadi sekarang.
Kemudian dia ingat (karena dia mahir dalam sejarah ketika masih
kanak-kanak) bagaimana empat anak yang sama yang membantu
Caspian telah berada di Narnia lebih dan seribu tahun sebelumnya,
dan pada saat itulah mereka melakukan tindakan yang paling luar
biasa. Karena pada saat itu mereka telah mengalahkan Penyihir Putih
yang mengerikan dan mengakhiri Musim Dingin Ratusan Tahun, dan
setelah itu mereka berkuasa (keempatnya secara bersamaan) di Cair
Paravel, sampai mereka tidak lagi kanak-kanak melainkan raja-raja
agung dan ratu-ratu anggun, dan masa berkuasanya mereka menjadi
Masa Keemasan Narnia. Dan Aslan sering kali muncul dalam kisah
itu. Dia telah datang dalam kisah-kisah lain juga, Tirian kini
mengingatnya. Aslan dan anak-anak dari dunia lain, pikir Tirian.
Mereka selalu datang ketika situasi buruk berada pada puncaknya.
Oh, kalau saja mereka bisa datang sekarang. Lalu dia berteriak,
"Aslan! Aslan! Aslan! Datang dan tolonglah kami sekarang."
Tapi kegelapan, rasa dingin, juga kesunyian tetaplah berlanjut.
"Biarlah aku dibunuh," teriak sang raja. "Aku tidak meminta apa apa
untuk diriku sendiri. Tapi datang dan selamatkan seluruh Narnia."
Dan tetap tidak ada perubahan pada malam atau hutan, tapi saat itu
mulai ada semacam perubahan dalam diri Tirian. Tanpa tahu apa
alasannya, dia mulai merasakan harapan tipis. Dan dia merasa entah
bagaimana lebih kuat.
"Oh, Aslan, Aslan," bisiknya. "Kalau kau tidak bersedia datang
sendiri, setidaknya kirimkan kepadaku para penolong dari dunia lain.
Atau biarkan aku memanggil mereka. Izinkan suaraku menembus
dunia lain."

39 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kemudian, nyaris tidak menyadari apa yang dilakukannya, tiba-tiba
dia berteriak dengan suara keras: "Anak-anak! Anak-anak! Teman-
teman Narnia! Cepat. Datanglah kepadaku. Menembus batas
duniadunia aku memanggil kalian, aku, Tirian, Raja Narnia, Penguasa
Cair Paravel, dan Kaisar Lone Islands!"
Dan dia langsung tenggelam dalam mimpi (jika itu memang mimpi)
yang lebih jelas daripada minipi mana pun yang pernah dia alami
dalam hidupnya. Dia sepertinya berdiri dalam ruangan dengan
Penerangan, tempat tujuh orang duduk mengelilingi meja. Tampaknya
mereka baru saja selesai makan. Dua dari orangorang itu sangat tua,
seorang pria dengan janggut putih dan wanita tua dengan mata yang
bijak, ceria, dan berbinar. Pemuda yang duduk di sebelah kanan pria
tua belumlah dewasa sepenuhnya, pastinya lebih muda daripada
Tirian sendiri, tapi wajahnya sudah memiliki ekspresi seorang raja
dan kesatria. Dan kau nyaris bisa mengatakan hal yang sama tentang
pemuda yang duduk di sebelah kanan si wanita tua.
Menghadap Tirian, di seberang meja, duduk gadis berambut pirang
yang lebih muda daripada kedua pemuda tadi, di masing-masing sisi
gadis itu duduk seorang anak laki laki dan anak perempuan yang lebih
muda lagi. Mereka semua mengenakan pakaian yang tampak aneh
sekali bagi Tirian. Tapi dia tidak punya waktu untuk memikirkan hal-
hal mendetail seperti itu, karena tiba-tiba anak lelaki yang paling
muda dan dua gadis itu melompat berdiri, dan salah satu dari mereka
menjerit.
Si wanita tua terkejut dan menarik napas dengan tajam. Si pria tua
pastinya telah melakukan gerakan mendadak karena gelas anggur
yang berdiri di dekat tangan kanannya terempas dari atas meja: Tirian
bisa mendengar suaranya ketika gelas itu pecah di lantai. Kemudian
Tirian menyadari bahwa orang-orang itu bisa melihatnya, mereka
menatapnya seolah mereka melihat hantu. Tapi dia menyadari
pemuda yang seperti raja, yang duduk di sebelah kanan si pria tua,

40 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tidak banyak bergerak (walaupun wajahnya memucat) hanya
menggenggam kepalan tangannya erat-erat.
Kemudian pemuda itu berkata: "Bicaralah, kalau kau bukan hantu
atau mimpi. Kau memiliki penampilan orang Narnia dan kami tujuh
teman Narnia."
Tirian ingin sekali berbicara, dan dia berusaha berteriak sekeras
mungkin bahwa dia Tirian dari Narnia, sangat membutuhkan bantuan.
Tapi dia mendapati (seperti yang terkadang juga kualami dalam
minipi) suaranya sama sekali tidak berbunyi.
Pemuda yang telah bicara padanya berdiri. "Bayangan, roh, atau
siapa pun dirimu," dia berkata, memaku matanya kepada Tirian
lekatlekat. "Kalau kau dari Narnia, aku memerintahmu atas nama
Aslan, bicaralah padaku. Aku Peter sang Raja Agung."
Ruangan itu mulai berputar di depan mata Tirian. Dia mendengar
suara tujuh orang itu berbicara bersamaan, dan semuanya menjadi
lebih samar dalam setiap detiknya, dan mereka mengucapkan kata-
kata seperti,
"Lihat! Dia makin kabur."
"Dia menghilang."
"Dia lenyap."
Detik berikutnya, Tirian terjaga, masih terikat di pohon, tubuhnya
terasa lebih dingin dan kaku daripada sebelumnya. Hutan penuh
cahaya pucat dan suram yang datang sebelum matahari terbit, dan
tubuhnya basah kuyup karena embun.
Saat itu nyaris pagi. Saat terjaga itu adalah momen terburuk yang
pernah dia alami seumur hidupnya.
***

41 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB LIMA
Bagaimana Pertolongan Mendatangi sang Raja

Tapi penderitaannya tidak bertahan lama. Hampir seketika terdengar


debuman, kemudian debuman kedua, dan tiba-tiba dua anak berdiri di
depannya. Hutan di depannya kosong sedetik lalu dan dia tahu mereka
tidaklah datang dari belakang pohonnya, karena bila memang begitu
dia pasti akan mendengar mereka. Mereka benar-benar muncul entah
dari mana.
Dia melihat sekilas bahwa mereka mengenakan jenis pakaian yang
serupa dan aneh juga berwarna suram seperti orang-orang dalam
minipinya. Dan dia melihat, pada kali kedua pandangan sekilasnya,
bahwa mereka adalah anak laki-laki dan anak perempuan termuda
dari kelompok yang terdiri atas tujuh orang itu.
"Astaga!" kata si anak lakilaki, "Itu benar-benar membuatku
menahan napas! Aku pikir-"
"Ayo cepat kita lepaskan ikatannya," kata si anak perempuan. "Kita
bisa bicara nanti." Kemudian dia menambahkan, menoleh ke Tirian,
"Maaf karena begitu lama baru datang. Kami datang secepat yang
kami bisa."
Sementara si anak perempuan berbicara, si anak laki-laki
mengeluarkan pisau dari sakunya dan dengan cepat memotong tali
yang mengikat sang raja. Bahkan terlalu cepat, karena tubuh sang raja
terasa begitu kaku dan mati rasa sehingga ketika tali terakhir
dipotong, dia terjatuh dan bertumpu pada kedua tangan dan kedua
kakinya. Dia belum bisa berdiri sampai dia membangunkan kembali
kakinya dengan menggosok-gosok keduanya.

42 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Wah," kata si anak perempuan. "Kau yang muncul di depan kami di
malam kami makan malam bersama, kan? Hampir seminggu yang
lalu."
"Seminggu, gadis kecil?" kata Tirian. "Mimpiku membawa diriku ke
dunia kalian kurang dari sepuluh menit lalu."
"Seperti biasa ini masalah waktu yang tidak beraturan, Pole," kata si
anak laki-laki.
"Aku ingat sekarang," kata Tirian. "Soal itu juga disebutkan dalam
kisah-kisah lama. Waktu pada tanah aneh kalian berbeda dengan
waktu kami. Tapi kalau kita membicarakan waktu, ini waktunya
untuk pergi dari sini. Maukah kalian pergi bersamaku?"
"Tentu saja," kata si anak perempuan. "Kami datang ke sini untuk
membantumu."
Tirian berdiri dan memimpin jalan dengan cepat menuruni bukit, ke
arah selatan dan menjauhi istal. Dia tahu benar tempat yang ingin
dicapainya, tapi tujuan pertamanya sekarang adalah mencapai daerah
berbatu supaya mereka tidak meninggalkan jejak, dan tujuan
keduanya adalah menyeberangi air supaya mereka tidak
meninggalkan bau.
Perjalanan ini membutuhkan sekitar satu jam berjalan dan
merangkak pada permukaan keras juga air, dan saat melakukan itu
tidak seorang pun punya napas ekstra untuk berbicara. Tapi walaupun
begitu, Tirian terus-menerus menoleh dan memeriksa teman-teman
seperjalananya. Keajaiban berjalan bersama makhluk-makhluk dari
dunia lain membuatnya merasa agak pusing: tapi kejadian ini juga
membuat kisah-kisah tua terasa lebih nyata daripada sebelumnya:
sekarang apa pun mungkin saja terjadi.
"Sekarang," kata Tirian ketika mereka sampai di bibir lembah kecil
yang terhampar di depan mereka di antara pepohonan birch muda,

43 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"kita sudah cukup jauh dari bahaya ancaman para penjahat itu dan
bisa berjalan lebih santai."
Matahari telah terbit, embun berkilauan pada tiap cabang, dan
burung-burung bernyanyi.
"Bagaimana kalau mengganjal perut dulu? Maksudku untukmu, Sir,
kami berdua sudah sarapan," kata si anak lelaki.
Tirian bertanya-tanya apa yang dia maksud dengan "mengganjal
perut", tapi ketika si anak lelaki membuka tas punggungnya yang
menggembung dan mengeluarkan bungkusan yang agak berminyak
dan tergencet, Tirian mengerti. Raja muda itu teramat lapar, walaupun
dia tidak menyadarinya sampai detik itu. Bungkusan itu berisi dua
sandwich telur rebus matang, dua sandwich keju, dan dua dengan
sejenis selai di dalamnya. Kalau tidak sangat lapar, dia mungkin akan
berpikir lama tentang selai itu, karena makanan sejenis itu belum
pernah dimakan siapa pun di Narnia. Pada saat dia telah memakan
keenam sandwich, mereka sudah sampai di dasar lembah dan di sana
mereka menemukan tebing berlumut dengan aliran air terjun kecil.
Ketiganya berhenti dan minum, lalu membasahi wajah mereka yang
panas.
"Dan sekarang," kata si anak perempuan sambil menyibakkan
rambut basahnya ke belakang dari dahi, "tidakkah kau akan
memberitahu kami siapa dirimu, kenapa kau diikat, dan kenapa itu
terjadi?"
"Dengan itikad baik, gadis kecil," kata Tirian. "Tapi kita harus tetap
berjalan."
Jadi sementara mereka meneruskan perjalanan, Tirian memberitahu
mereka siapa dirinya dan segala hal yang telah terjadi padanya. "Dan
sekarang," dia berkata di akhir cerita, "aku akan pergi ke sebuah
menara, satu di antara tiga yang dibangun pada zaman kakekku untuk
menjaga Lantern Waste dari serbuan kriminal berbahaya tertentu yang
44 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bersarang di sana pada hari-hari kehidupannya. Berkat berkah Aslan
kunci-kunciku tidak dirampas. Di menara itu kita akan menemukan
persediaan senjata, baju rantai besi, juga ransum, walaupun tidak
lebih mewah daripada biskuit kering. Tersedia juga tempat bagi kita
untuk bisa berbaring aman sementara membuat rencana. Dan
sekarang, kumohon, ceritakan kepadaku siapa kalian dan semua kisah
kalian."
"Aku Eustace Scrubb dan ini Jill Pole," kata si anak lelaki.
"Dan kami pernah ke sini, di masa yang sangat lampau, lebih dari
setahun yang lalu menurut waktu kami, dan saat itu ada pemuda
bernama Pangeran Rilian, dan mereka menahan pemuda itu di bawah
tanah, dan Puddieglum memasukkan kakinya ke-"
"Ha!" teriak Tirian. "Kalau begitu apakah kalian Eustace dan Jill
yang menyelamatkan Raja Rilian dari penjara sihirnya yang lama?"
"Benar, itulah kami," kata Jill. "Jadi sekarang Raja Rilian, ya? Oh,
tentu saja dia seharusnya menjadi raja. Aku lupa-"
"Tidak," kata Tirian, "aku keturunan ketujuhnya. Dia sudah
meninggal lebih daripada dua ratus tahun lalu."
Jill cemberut. "Ugh!" katanya.
"Itulah bagian menyebalkan tentang kembali ke Narnia." Tapi
Eustace melanjutkan. "Nah, sekarang kau sudah tahu siapa kami,
Sire," katanya. "Dan kejadiannya seperti ini. Profesor dan Bibi Polly
mengumpulkan kami para teman Narnia bersama-sama-"
"Aku tidak mengenal nama-nama ini, Eustace," kata Tirian.
"Mereka dua orang yang datang ke Narnia pada awal zaman, di hari
ketika semua hewan belajar bicara."
"Demi surai singa," teriak Tirian. "Dua orang itu! Lord Digory dan
Lady Polly! Dari saat fajar dunia! Dan masih hidup di negerimu?
45 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Keajaiban dan kemuliaan kenyataan ini! Tapi teruskan ceritamu,
teruskan."
"Dia bukan benar-benar bibi kami, kau mengerti, kan?" kata Eustace.
"Dia Miss Plummer, tapi kami memanggilnya Bibi Polly. Nah, dua
orang itu mengumpulkan kami, sebagian hanya untuk bersenang-
senang, supaya kami bisa mengobrol panjang-lebar tentang Narnia
(karena tentu saja tidak ada orang lain yang bisa kami ajak bicara
tentang hal-hal seperti itu) tapi sebagian karena Profesor punya firasat
bahwa entah bagaimana kami diinginkan di sini.
"Yah, kemudian kau datang seperti hantu atau entahlah makhluk-apa
dan nyaris membuat kami terkena serangan jantung karena ketakutan,
lalu menghilang tanpa mengatakan apa-apa. Setelah itu, kami tahu
dengan pasti sedang terjadi sesuatu. Pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana kami bisa sampai ke sini. Kau tidak bisa melakukan itu
hanya dengan sekadar menginginkannya. Jadi kami berbincang-
bincang dan akhirnya Profesor berkata satu-satunya cara kemari
adalah dengan Cincin Ajaib. Cincin-cincin itulah yang digunakan
dirinya dan Bibi Polly dulu, dulu sekali ketika mereka masih kanak-
kanak, bertahun-tahun sebelum kami yang lebih muda dilahirkan.
"Tapi cincin-cincin tersebut telah dikuburkan di taman sebuah rumah
di London (itu kota besar kami, Sire) dan rumah itu telah dijual. Jadi
masalah berikutnya adalah bagaimana mengambilnya. Kau tidak akan
bisa menebak apa yang kami lakukan akhirnya! Peter dan Edmund-
maksudnya Raja Agung Peter, orang yang mengajakmu bicara-pergi
ke London untuk masuk ke taman itu dari belakang, pagipagi sekali
sebelum orang-orang bangun. Mereka mengenakan pakaian tukang
supaya bila terlihat siapa pun mereka bisa berpura-pura datang untuk
memperbaiki pipa-pipa. Kalau saja aku ikut mereka, pasti seru sekali.
Dan mereka pastinya berhasil karena hari berikutnya, Peter mengirimi
kami telegram itu sejenis pesan, Sire, aku akan menjelaskan tentang
itu lain kali-untuk mengabarkan dia sudah mendapatkan cincin-cincin

46 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
itu. Dan sehari setelah itu adalah hari ketika Jill dan aku harus
kembali ke sekolah-hanya kami berdua yang masih bersekolah dan
kami belajar di sekolah yang sama. Jadi rencananya Peter dan
Edmund akan menemui kami di suatu tempat dalam perjalanan
menuju sekolah dan menyerahkan cincin-cincin itu. Harus kami
berdua yang pergi ke Narnia, karena begini, yang lebih tua tidak bisa
datang ke Narnia lagi.
"Jadi kami naik kereta api-itu sejenis alat berjalan-jalan di dunia
kami: beberapa kereta dirantai satu sama lain-Profesor, Bibi Polly,
juga Lucy pergi bersama kami ke London. Kami ingin terus bersama
selama yang kami bisa. Nah, di sanalah kami berlima di kereta api.
Dan kami baru saja hendak mencapai stasiun tempat yang lain akan
menemui kami, dan aku sedang memandang keluar jendela untuk
mencari tahu apakah aku bisa melihat mereka, ketika tiba-tiba terjadi
entakan menakutkan dan suara keras terdengar: dan di sinilah kami di
Narnia dan di sanalah Yang Mulia diikat ke pohon."
"Jadi kalian tidak pernah menggunakan cincin-cincin itu?" tanya
Tirian.
"Tidak," jawab Eustace. "Kami bahkan belum melihat cincin-cincin
itu. Aslan melakukan semua untuk kami dengan caranya sendiri tanpa
cincin apa pun."
"Tapi Raja Agung Peter memegangnya," kata Tirian.
"Ya," kata Jill. "Tapi kami pikir dia tidak akan bisa
menggunakannya. Dua Pevensie yang lain-Raja Edmund dan Ratu
Lucy yang terakhir ke sini, Aslan berkata mereka tidak akan pernah
datang ke Narnia lagi. Dan dia mengatakan sesuatu yang nyaris sama
kepada Raja Agung, hanya saja lebih lama sebelumnya. Kau bisa
yakin dia akan langsung datang ke sini secepat mungkin kalau
diizinkan."

47 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Astaga!" kata Eustace. "Udara semakin panas dengan matahari ini.
Apakah kita nyaris sampai, Sire?"
"Lihat," kata Tirian dan menunjuk. Tidak terlalu jauh dari sana
tampak ceruk pemanah abu-abu menjulang tinggi di atas pucukpucuk
pepohonan, dan setelah berjalan semenit kemudian mereka keluar ke
padang rumput terbuka.
Sungai kecil mengalir melintasinya dan di sisi jauh sungai kecil itu
berdiri menara persegi pendek dan lebar dengan jendela-jendela yang
sangat sedikit dan sempit serta pintu yang tampak berat di dinding
yang menghadap mereka. Tirian memerhatikan dengan waspada ke
sekeliling tempat itu, memastikan tidak ada musuh. Kemudian dia
berjalan ke arah menara dan berdiri diam beberapa saat merogoh-
rogoh rencengan kuncinya yang dikalungkannya di balik baju berburu
dengan rantai perak kecil. Rencengan kunci yang dikeluarkannya
menarik sekali, karena dua di antaranya terbuat dari emas dan banyak
di antaranya yang dihias dengan mewah: kau bakal langsung bisa
menebak kunci-kunci itu dibuat untuk membuka ruanganruangan
agung dan rahasia di istana, atau peti dan kotak kecil terbuat dari kayu
wangi yang menyimpan harta kerajaan.
Tapi kunci yang kini dia masukkan ke lubang kunci Pintu tampak
besar, sederhana, dan dibuat secara kasar. Kuncinya agak macet dan
selama beberapa saat Tirian mulai khawatir dia tidak akan mampu
memutarnya: tapi akhirnya dia berhasil dan pintu mengayun terbuka
dengan berat bersama suara deritan.
"Silakan masuk, teman- teman," kata Tirian. "Sayangnya ini tempat
terbaik yang bisa ditawarkan Raja Narnia saat ini kepada tamu-
tamunya."
Tirian senang mendapati dua orang asing ini telah dibesarkan dengan
baik. Mereka berdua berkata tidak perlu cemas dan mereka yakin
tempat ini akan terasa sangat nyaman. Namun kenyataannya menara

48 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
itu tidak benar-benar bisa dibilang nyaman. Tempat tersebut agak
gelap dan berbau lembap. Hanya ada satu ruangan di dalamnya dan
ruangan mi langsung menuju atap batu: tangga kayu di satu sisinya
akan membawamu ke pintu tingkap yang bila melaluinya kau akan
sampai di ceruk pemanah. Terdapat beberapa ranjang kasar yang bisa
ditiduri, dan banyak loker juga bundel. Ada juga perapian yang
tampak tidak pernah dinyalakan selama bertahun-tahun.
"Sebaiknya kita pergi keluar dan mengumpulkan kayu bakar dulu, ya
kan?" tanya Jill.
"Belum waktunya, Teman," kata Tirian. Dia bersikeras mereka tidak
boleh bertemu musuh dalam keadaan tidak bersenjata, dan mulai
membongkar loker, dengan bersyukur dia mengingat bahwa dia selalu
berhati-hati memerintahkan pemeriksaan terhadap menara-menara
pasukan setahun sekali dan memastikan tempat-tempat itu selalu
dipenuhi segala barang yang dibutuhkan. Benang-benang busur
berada dalam tempat penyinipanannya yang terbuat dari sutra yang
dilapisi minyak agar tidak basah, pedang dan tombak digosok
sehingga terhindar dari karat, baju besi dipelihara tetap berkilau
dalam bungkusannya. Tapi ada sesuatu yang lebih menarik. "Lihat
ini!" kata Tirian ketika dia mengeluarkan baju rantai besi panjang
dengan pola unik dan mengibaskannya di depan mata anakanak.
"Baju rantai besi itu bentuknya aneh sekali, Sire," kata Eustace.
"Benar, Nak," kata Tirian.
"Bukan dwarf Narnia yang membuatnya. Ini baju rantai besi
Calormen, pakaian yang unik. Aku telah menyimpan beberapa setel
untuk berjaga-jaga, karena aku tidak pernah tahu kapan aku atau
temenku mungkin punya alasan untuk berjalan tanpa terlihat di tanah
Tisroc. Dan lihat botol batu ini. Di dalamnya ada cairan yang, kalau
kita gosokkan ke tangan dan wajah kita, akan membuat kita secokelat
orang Calormen."

49 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Oh, hore!" kata Jill. "Penyamaran! Aku suka sekali menyamar."
Tirian menunjukkan kepada mereka bagaimana caranya
menuangkan sedikit cairan itu ke telapak tangan kemudian
menggosokkannya ke seluruh wajah dan leher mereka, terus hingga
ke bahu. Dia melakukan hal yang sama pada dirinya sendiri. "Setelah
cairan ini mengering," katanya, "warnanya tidak akan luntur
walaupun kita mencucinya dengan air. Hanya minyak dan abu yang
bisa membuat kita orang Narnia yang putih lagi. Dan sekarang, Jill
yang manis, coba kita lihat apakah baju rantai besi ini pas untukmu.
Mungkin yang ini terlalu panjang, tapi tidak sepanjang yang
kukhawatirkan. Pastinya baju itu milik anak lakilaki yang sedang
dilatih salah satu Tarkaan mereka."
Setelah baju rantai besi, mereka mengenakan topi besi Calormen
yang bentuknya bulat dan pas lekat di kepala dengan ujung tombak di
puncaknya. Kemudian Tirian mengeluarkan gulungan-gulungan
panjang kain putih dari loker dan melilitkannya di atas topi besi
hingga kain itu menjadi turban: dengan ujung tombak kecil di puncak
keluar di tengahnya. Dia dan Eustace mengambil pedang berlengkung
Calormen dan perisai kecil bundar. Tidak ada pedang yang cukup
ringan untuk Jill, tapi Tirian memberinya pisau berburu yang panjang
dan lurus yang akan berguna seperti pedang pada saat-saat darurat.
"Kau bisa menggunakan busur, gadis kecil?" tanya Tirian.
"Tidak terlalu mahir," kata Jill, pipinya bersemu merah. "Scrubb
lebih lumayan."
"Jangan percaya ucapannya, Sire," kata Eustace. "Kami berdua telah
berlatih memanah sejak kunjungan terakhir kami ke Narnia, dan
sekarang kemampuan kami setara. Bukannya kami berdua bisa
dibilang ahli."
Kemudian Tirian memberi Jill busur dan tabung anak panah.

50 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Persoalan berikutnya bagaimana cara menyalakan api karena di
dalam menara itu masih terasa seperti gua daripada di dalam ruangan
dan berada di dalamnya membuat tubuh menggigil. Tapi tubuh
mereka menghangat saat mengumpulkan kayu bakar-matahari kini
berada di posisi tertinggi-dan begitu jilatan lidah api menyala hingga
ke cerobong asap, tempat itu mulai kelihatan ceria.
Namun sajian makan malam sangat membosankan, karena usaha
paling baik yang bisa mereka lakukan adalah menghaluskan biskuit
keras yang mereka temukan di loker dan mencampurnya dengan air
mendidih, dengan garam, sehingga menjadi semacam bubur. Dan
tentu saja tidak ada minuman lagi yang bisa diteguk kecuali air.
"Kalau saja kita membawa sebungkus teh," kata Jill.
"Atau sekaleng cokelat bubuk," kata Eustace.
"Kurasa tidak akan salah bila ada sebotol kecil atau lebih anggur
yang baik pada setiap menara seperti ini," kata Tirian.
***

51 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB ENAM
Petualangan Malam yang Sukses

Sekitar empat jam kemudian, Tirian menjatuhkan tubuhnya ke salah


satu ranjang untuk tidur sejenak. Dua anak itu sudah mendengkur: dia
menyuruh mereka tidur lebih dulu karena mereka mungkin bakal
harus terjaga di malam-malam selanjutnya dan dia tahu mereka
membutuhkan banyak tidur di usia mereka. Lagi pula dia telah
membuat anak-anak itu kelelahan. Pertama dia melatih Jill memanah
dan mendapati, walaupun tidak memenuhi standar Narnia,
kemampuan anak perempuan itu sama sekali tidak buruk.
Bahkan Jill berhasil memanah kelinci (bukan Kelinci yang Bisa
Berbicara, tentu saja: ada banyak kelinci jenis biasa di Narnia Barat),
kini kelinci itu sudah dikuliti, dibersihkan, dan digantung. Tirian
mendapati kedua anak itu tahu segalanya tentang pekerjaan dingin
dan bau ini. Mereka telah mempelajari hal ini dalam perjalanan
berbahaya melalui Negeri Raksasa pada masa-masa kehidupan
Pangeran Rilian.
Kemudian dia berusaha mengajari Eustace cara menggunakan
pedang dan perisainya. Eustace telah belajar cukup banyak tentang
bertarung dengan pedang dalampetualangan sebelumnya, tapi selalu
dengan pedang Narnia yang lurus.
Dia belum pernah menggunakan pedang lengkung Calormen dan ini
membuat sulit keadaan, karena banyak gerakan menyerang yang sama
sekali berbeda dan beberapa kebiasaan yang telah dipelajarinya
dengan pedang panjang kini harus sementara dilupakan. Tapi Tirian
mendapati anak itu memiliki kemampuan pengamatan yang bagus dan
kaki yang gesit. Dia terkejut melihat kekuatan dua anak tersebut:
bahkan mereka berdua sepertinya telah menjadi lebih kuat, besar, dan
dewasa daripada ketika Tirian pertama kali bertemu mereka beberapa
52 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
jam lalu. Ini salah satu efek yang diberikan udara Narnia kepada para
pengelana dari dunia kita.
Ketiga manusia itu sependapat bahwa hal Pertama yang mesti
mereka lakukan adalah kembali ke Bukit Istal dan berusaha
membebaskan Jewel si unicorn. Setelah itu, kalau mereka berhasil,
mereka akan berusaha melarikan diri ke arah timur dan menemui
pasukan kecil yang sesuai rencana dibawa Roonwit si centaurus dari
Cair Paravel.
Pejuang dan pemburu berpengalaman seperti Tirian selalu bisa
bangun pada waktu yang dia inginkan. Jadi dia berniat tidur hingga
pukul sembilan malam lalu mengeluarkan semua keresahan dari
kepalanya dan langsung tertidur. Tidurnya baru terasa sesaat ketika
dia terbangun, tapi dari cahaya dan rasa berbagai hal, dia tahu waktu
tidurnya sesuai dengan keinginannya. Dia bangkit, mengenakan topi
besi dan turban (dia tidur dengan baju rantai besi), kemudian
mengguncangkan tubuh dua anak itu sampai terbangun. Kedua anak
itu tampak, kalau mau jujur, sangat muram dan tak bersemangat
ketika mereka merangkak keluar dari ranjang, mereka juga bolak-
balik menguap.
"Sekarang," kata Tirian, "kita pergi ke arah utara dari sinidengan
keberuntungan, malam ini akan menjadi malam berbintang-dan
perjalanan ini akan lebih singkat daripada perjalanan kita tadi pagi,
saat itu kita harus berjalan memutar namun kali ini kita bisa berjalan
lurus. Kalau kita ditantang, kalian berdua harus tetap diam dan aku
akan berusaha sebisa mungkin berbicara seperti bangsawan Calormen
yang menyebalkan, kejam, dan angkuh. Kalau aku menghunus pedang
maka kau, Eustace, harus melakukan tindakan yang sama dan
membiarkan Jill melompat ke belakang kita dan berdiri dengan anak
panah pada tali busur. Tapi kalau berteriak 'Markas', kalian harus
berlari ke menara, kalian berdua. Dan jangan ada yang berusaha
melawanbahkan tidak dengan satu pukulan-setelah aku memberikan

53 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
perintah mundur: keberanian ceroboh seperti itu telah menggagalkan
banyak rencana besar dalam peperangan. Dan sekarang,
temantemanku, dengan nama Aslan, mari lanjutkan perjalanan."
Mereka pun keluar menyambut malam dingin. Semua bintang Utara
yang agung berkilauan di atas pucuk-pucuk pepohonan. Bintang Utara
Narnia dinamakan Kepala Tombak: cahayanya lebih terang daripada
Bintang Kutub kita.
Untuk beberapa lama mereka bisa berjalan lurus mengikuti Kepala
Tombak tapi akhirnya mereka sampai di daerah berpohon dan
bersemak rapat sehingga mereka harus melenceng dari arah
perjalanan dan memutarinya. Dan setelah itu-karena mereka masih
dibayangi cabang-cabang pepohonansulit mengetahui posisi mereka.
Jill-lah yang membawa mereka ke arah yang benar lagi: dia
pemandu luar biasa di Inggris. Dan tentu saja dia mengenal bintang-
bintang Narnia-nya dengan baik, karena begitu sering bepergian di
Negeri Utara yang liar, dan bisa menunjukkan arah dengan melihat
bintang-bintang lain bahkan ketika Kepala Tombak bersembunyi.
Segera setelah Tirian menyadari Jill adalah penunjuk jalan terbaik di
antara mereka bertiga, dia menyuruhnya berjalan di depan. Kemudian
dia takjub mendapati betapa tanpa suara dan nyaris tidak terlihatnya
cara anak itu bergerak mulus di depan mereka.
"Demi surai agung!" bisiknya kepada Eustace. "Gadis kecil itu gadis
hutan yang menakjubkan. Dia takkan bisa melakukannya dengan
lebih baik lagi bahkan bila ada darah dryad dalam tubuhnya."
"Tubuhnya kecil, itu berpengaruh besar," bisik Eustace. Tapi dari
depan Jill berkata, "Sstt, jangan berisik."
Hutan di sekeliling mereka begitu sunyi. Bahkan terlalu sunyi. Pada
malam Narnia yang biasa seharusnya ada suara-suara ucapan ringan
"Selamat malam" yang ceria dari seekor landak, kukukan burung

54 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
hantu di atas pohon, mungkin suara seruling di kejauhan pertanda
adanya tarian faun, atau suarasuara mengentak dan memalu bangsa
dwarf di bawah tanah. Semua suara itu dibungkam: kesuraman dan
ketakutan kini menguasai Narnia.
Setelah beberapa lama perjalanan mereka mulai menanjak ke atas
bukit dan pepohonan tumbuh dengan jarak kian jauh. Samar-samar,
Tirian bisa melihat puncak bukit yang sangat terkenal itu dan istalnya.
Jill kini berjalan dengan lebih hati-hati: dia terus-menerus membuat
tanda dengan tangannya kepada dua teman seperjalanannya untuk
melakukan hal yang sama. Kemudian dia berhenti total dan Tirian
melihatnya lamakelamaan tenggelam ke dalam rerumputan dan
menghilang tanpa suara. Beberapa saat kemudian dia bangkit lagi,
memosisikan mulutnya di dekat telinga Tirian, dan berkata dengan
bisikan yang paling pelan, "Tiarap. Bita lihat lebih baik." Dia
mengucapkan bita untuk bisa, tidak karena dia salah bicara tapi
karena dia tahu bunyi desisan huruf S Adalah bagian bisikan yang
paling mungkin didengar orang.
Tirian langsung berbaring, hampir tanpa suara seperti Jill, tapi tidak
terlalu berhasil karena tubuhnya lebih berat dan dia lebih dewasa.
Dengan segera mereka pun tiarap, Tirian menyadari bahwa dari posisi
itu kau bisa melihat gerigi tajam bukit dengan latar belakang langit
berbintang. Dua siluet hitam berdiri di depannya: salah satunya istal,
dan yang lainnya, beberapa meter di depannya, seorang prajurit
Calormen. Dia melakukan tugas jaganya dengan sangat buruk: tidak
berjalan-jalan atau bahkan berdiri, melainkan duduk dengan tombak
disampirkan di bahu dan dagu menempel di dada.
"Bagus," kata Tirian kepada Jill. Anak perempuan itu telah
menunjukkan kepadanya situasi yang perlu dia ketahui.
Mereka berdiri dan kini Tirian berjalan paling depan. Dengan sangat
perlahan, nyaris tanpa berani bernapas, mereka berjalan naik menuju

55 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
serumpun pepohonan yang jaraknya tidak lebih dari dua betas meter
dari si penjaga.
"Tunggu di sini sampai aku datang lagi", bisiknya ke dua anak itu.
"Kalau aku gagal, larilah."
Kemudian dia berjalan santai, keluar dari persembunyian dengan
berani, secara jelas terlihat oleh musuh. Si penjaga terkejut ketika
melihatnya dan baru saja hendak melompat berdiri: dia takut Tirian
mungkin salah satu perwiranya dan dia bakal mendapat kesulitan bila
tetap duduk. Tapi sebelum dia bisa bangkit, Tirian telah berlutut
dengan satu kaki di sampingnya, berkata: "Apakah kau salah satu
pejuang Tisroc, semoga dia selamanya kekal? Hatiku gembira karena
aku bertemu denganmu di antara semua hewan dan iblis di Narnia ini.
Ulurkan tanganmu kepadaku, Teman."
Sebelum mengerti apa yang sedang terjadi, si penjaga Calormen
mendapati tangan kanannya dicengkeram kuat. Di detik berikutnya
seseorang berlutut di atas betisnya dan ada pisau belati ditekan ke
lehernya.
"Sedikit saja suara dan kau akan mati," kata Tirian ke telinganya.
"Katakan di mana si unicorn dan kau akan hidup."
"Di-di belakang istal, O Tuanku," kata pria malang itu terbata-bata.
"Bagus. Bangun dan bawa aku ke sana."
Ketika pria itu bangkit, ujung belati tidak Pernah meninggalkan
lehernya. Belati itu hanya berputar sedikit (terasa dingin dan agak
menggelitik) ketika Tirian pindah ke belakang dan meletakkan pisau
tersebut ke tempat rentan di bawah telinganya. Dengan tubuh
gemetar, si penjaga berjalan ke belakang istal. Walaupun gelap, Tirian
langsung bisa melihat sosok putih jewel.

56 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Sstt!" katanya. "Tidak, jangan meringkik. Ya, jewel, ini aku.
Bagaimana mereka mengikatmu?"
"Keempat kakiku diikat dan aku dipasangi tali kekang yang
ditambatkan di cincin besi dinding istal," terdengar suara jewel.
"Berdiri di sini, prajurit, dengan punggung di dinding. Betul.
Sekarang, jewel, arahkan tandukmu ke dada orang Calormen ini."
"Dengan itikad baik, Sire," kata jewel.
"Kalau dia bergerak, tusuk hingga ke jantungnya."
Kemudian dalam beberapa detik, Tirian memotong tali-talinya.
Dengan sisa-sisa tali itu, dia mengikat tangan dan kaki si penjaga.
Akhirnya dia menyuruh orang Calormen itu membuka mulut,
menjejalinya dengan rumput dan mengikatnya dari kepala hingga
dagu supaya dia tidak bisa bersuara, kemudian dia mendudukkan pria
itu bersandar ke dinding.
"Aku telah mempermalukanmu, prajurit, kata Tirian. "Tapi saat ini
aku perlu melakukan semua itu. Kalau kita punya kesempatan
bertemu lagi, mungkin aku akan memperlakukanmu dengan lebih
baik. Sekarang, jewel, mari pergi perlahan-lahan." Tirian meletakkan
lengan kirinya pada leher hewan itu lalu menunduk dan mencium
hidungnya, keduanya lega bisa bertemu lagi. Mereka kembali ke
tempat Tirian meninggalkan anak-anak seperlahan mungkin. Suasana
di bawah pohon lebih gelap sehingga dia nyaris menabrak Eustace
sebelum dia melihat anak itu.
"Semua berjalan lancar," bisik Tirian. "Petualangan malam yang
sukses. Sekarang kita pulang."
Mereka berbalik dan sudah berjalan beberapa langkah ketika Eustace
berkata, "Di mana kau, Pole?"
Tidak ada jawaban.

57 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apakah Jill ada di sebelahmu, Sire?" dia bertanya.
"Apa?" kata Tirian. "Bukankah dia ada di sisi lainmu?"
Situasi saat itu buruk sekali. Mereka tidak berani berteriak tapi
mereka membisikkan namanya dengan bisikan paling keras yang
mereka mampu.
Tidak ada jawaban.
"Apakah dia pergi darimu ketika aku menjemput Jewel?" tanya
Tirian.
"Aku tidak melihat ataupun mendengarnya pergi," kata Eustace.
"Tapi mungkin dia pergi tanpa sepengetahuanku. Dia bisa bergerak
tanpa suara seperti kucing, kau sudah melihatnya sendiri."
Tepat pada saat itu bunyi genderang dari kejauhan terdengar. Jewel
menggerakkan telinganya ke depan. "Dwarf," katanya.
"Dan kemungkinan besar dwarf pengkhianat, musuh," gumam
Tirian.
"Dan kini datang sesuatu dengan tapak kaki kuda, lebih dekat
dengan kita," kata jewel.
Dua manusia dan unicorn itu berdiri bergeming. Saat ini begitu
banyak hal berbeda yang harus dicemaskan sehingga mereka tidak
tahu apa yang harus dilakukan. Suara tapak kaki kuda terdengar kian
lama kian dekat dengan kecepatan tetap.
Kemudian, cukup dekat dengan mereka, terdengar suara berbisik,
"Halo! Apakah kalian semua ada di sana?"
Syukurlah, ternyata Jill.
"Ke mana saja kau?" tanya Eustace dengan bisikan marah, karena
dia sempat sangat ketakutan.

58 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Di istal," kata Jill sambil terengah-engah, tapi engahan ini sejenis
yang biasa kau keluarkan ketika berjuang menahan tawa.
"Oh," erang Eustace, "kau merasa ini lucu, ya? Pokoknya, aku hanya
bisa berkata-"
"Apakah kau sudah membebaskan jewel, Sire?" tanya Jill.
"Ya. Ini dia. Hewan apa yang datang bersamamu.
"Ini dia," kata Jill. "Tapi sebaiknya kita cepat pulang sebelum ada
yang terbangun." Kemudian terdengar ledakan tawa lagi.
Teman-teman seperjalanan Jill langsung mematuhinya karena
mereka sudah menghabiskan waktu cukup lama di tempat berbahaya
itu dan genderang dwarf tampaknya terdengar kian dekat.
Barulah setelah mereka berjalan ke arah selatan selama beberapa
menit, Eustace bertanya: "Bersama dia? Apa maksudmu?"
"Aslan palsu," kata Jill.
"Apa?" kata Tirian.
"Sebenarnya tadi kau ke mana? Apa yang telah kaulakukan?"
"Nah, Sire," kata Jill. "Segera setelah aku melihatmu menyingkirkan
penjaga, kupikir lebih baik aku memeriksa bagian dalam istal dan
melihat apa sebenarnya yang ada di sana? Jadi aku merangkak ke
sana. Mudah sekali melepaskan gemboknya. Tentu saja suasana di
dalam gelap gulita dan berbau seperti istal lainnya. Kemudian aku
menyalakan korek api dan bisakah kau memercayainya--yang ada di
sana hanyalah keledai tua dengan buntalan kulit singa diikatkan ke
punggungnya. Jadi aku menghunus pisau dan memberitahunya
sebaiknya dia ikut denganku. Bahkan sebenarnya aku tidak perlu
mengancamnya dengan pisau sama sekali. Dia muak dengan istal itu
dan sangat siap pergi, bukankah begitu, Puzzle sayang?"

59 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Astaga!" kata Eustace. "Wah aku-aku terkejut sekali. Aku sangat
marah padamu beberapa saat lalu, dan aku masih berpendapat kau
ceroboh sekali menyelinap sendirian tanpa kami: tapi aku harus
mengakui-yah, aku bermaksud mengatakan-yah, tindakanmu hebat
sekali. Kalau dia anak laki-laki dia pasti sudah dilantik menjadi
kesatria, ya kan, Sire?"
"Kalau dia anak laki-laki," kata Tirian, "dia akan dicambuk karena
melanggar perintah." Dan dalam kegelapan tidak ada yang bisa
melihat apakah dia mengatakan ini dengan wajah marah atau
senyuman.
Di menit berikutnya terdengar suara logam bergesekan.
"Apa yang kau lakukan, Sire?" Tanya Jewel tajam.
"Menghunus pedang untuk memenggal kepala keledai yang terkutuk
ini," kata Tirian dengan suara menakutkan. "Minggirlah, gadis kecil."
"Oh, kumohon, jangan," kata Jill. "Aku bersungguh-sungguh, jangan
lakukan ini. Ini bukan kesalahannya. Semua ulah si kera. Dia telah
diperalat. Dan dia sangat menyesal. Lagi pula dia keledai yang baik.
Namanya Puzzle. Dan aku tidak akan melepaskan lenganku dari
lehernya."
"Jill," kata Tirian, "dari seluruh rakyatku kaulah yang paling berani
dan menguasai hutan, tapi sekaligus juga yang paling lancang dan
penentang. Baiklah, biarlah Keledai itu hidup. Kau mau mengatakan
sesuatu untuk dirimu sendiri, Keledai?"
"Aku, Sire?" terdengar suara si keledai. "Aku yakin aku sangat
menyesal kalau telah melakukan kesalahan. Kera berkata Aslan
menginginkanku berpakaian seperti ini. Dan kukira dia tahu
kebenarannya. Aku tidaklah sepintar dia. Aku hanya bertindak sesuai
yang diperintahkan kepadaku. Sama sekali tidak menyenangkan
bagiku tinggal di istal itu. Aku bahkan tidak tahu apa yang sedang

60 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
terjadi di luar. Dia tidak pernah membiarkanku keluar kecuali selama
satu-dua menit di malam hari. Bahkan ada harihari ketika mereka juga
lupa memberiku air."
"Sire," kata jewel. "Dwarf-dwarf itu kian mendekat. Apakah kita
mau menghadapi mereka?"
Tirian berpikir sesaat kemudian tertawa keras-keras. Lalu dia
berbicara, kali ini tidak dalam bisikan. "Demi Singa," dia berkata,
"aku telah menjadi lamban dalam berpikir! Bertemu mereka? Tentu
saja kita akan menemui mereka. Kita akan menemui siapa pun
sekarang. Kita punya keledai ini yang bisa kita tunjukkan kepada
mereka. Biarkan mereka melihat makhluk yang telah mereka takuti
dan sembah. Kita bisa memberitahu mereka kebenaran tentang
rencana keji si kera. Rahasianya sudah terbongkar. Air pasang telah
surut. Besok kita akan menggantung Kera itu di pohon tertinggi
Narnia. Tidak perlu lagi ada bisikan, mengendap-endap, dan
penyamaran. Dimana dwarf-dwarf jujur itu? Kita punya kabar baik
untuk mereka."
Kalau kita sudah berbisik selama berjam-jam, sekadar mendengar
suara siapa pun berbicara keras-keras saja sudah membuat kita
antusias. Semua anggota kelompok itu mulai berbicara dan tertawa-
tawa: bahkan Puzzle mengangkat kepala dan menyuarakan Hii-hoo-
hii-hoo-hii keras-keras, si kera tidak memperbolehkannya melakukan
itu selama berhari-hari.
Kemudian mereka berjalan ke arah suara genderang. Secara
bertahap, suara itu menjadi kian keras dan tak lama kemudian mereka
juga bisa melihat cahaya api obor. Mereka muncul di salah satu jalan
kasar Narnia (kita nyaris tidak akan menyebutnya jalan di Inggris)
yang melintasi Lantern Waste. Dan di sana, berbaris tegap di
sepanjang jalan, sekitar tiga puluh dwarf, semuanya membaca sekop
dan beliung di bahu. Dua Calormen bersenjata memimpin barisan itu
dan dua orang lagi mengawal barisan belakang.
61 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Berhenti!" teriak Tirian ketika dia menapak di jalan.
"Berhenti, prajurit. Ke mana kau memimpin para dwarf Narnia ini
dan atas perintah siapa?"
***

62 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB TUJUH
Sebagian Besar tentang Dwarf

Dua prajurit Calormen di depan barisan, melihat seseorang yang


mereka sangka seorang Tarkaan atau bangsawan besar dengan dua
pengawal muda bersenjata, berhenti dan mengangkat tombak mereka
untuk memberi hormat.
"O Tuanku," kata salah satu dari mereka, "kami akan membawa
orang-orang kecil ini ke Calormen untuk bekerja di tambang-tambang
Tisroc, semoga dia selamanya kekal."
"Demi dewa agung Tash, mereka patuh sekali," kata Tirian.
Kemudian mendadak dia menghadap para dwarf itu sendiri. Satu di
antara enam dwarf membawa obor dan berkat penerangan cahaya
yang berkedap-kedip itu, dia bisa melihat wajah-wajah berjanggut
mereka, menatapnya dengan ekspresi muram dan merana.
"Apakah Tisroc telah menang dalam pertempuran besar, para dwarf,
dan menguasai negeri kalian?" dia bertanya. "Itukah sebabnya kalian
pergi dengan patuh untuk mati di lubang-lubang garam Pugrahan?"
Dua prajurit Calormen membelalakkan mata, memandangi Tirian
dengan terkejut, tapi para dwarf menjawab, "Perintah Aslan, perintah
Aslan. Dia menjual kami. Bagaimana kami bisa melawan dia?"
"Tisroc apanya?" tambah salah satu dwarf lalu meludah. "Aku ingin
melihat dia berusaha mengalahkan kita!"
"Diam, bedebah!" teriak pemimpin prajurit.
"Lihat!" kata Tirian, menarik Puzzle ke depan agar terkena cahaya.
"Semua itu hanya kebohongan. Ternyata Aslan tidak sedang berada di
Narnia. Kalian semua telah ditipu si kera. Makhluk inilah yang

63 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dikeluarkannya dari istal untuk ditunjukkan kepadamu. Perhatikan
dia."
Yang dilihat para dwarf, kini setelah mereka bisa melihat dari dekat,
jelas-jelas cukup untuk membuat mereka bertanya-tanya bagaimana
reka bisa memercayai si kera. Kulit singa telah menjadi tidak rapi
selama masa tahanan Puzzle di istal dan kini makin tidak keruan
karena terbentur berbagai benda dalam perjalanannya melalui hutan
gelap. Sebagian besar dari kulit itu kini seperti satu gundukan besar di
salah satu bahu. Bagian kepalanya, selain telah terdorong ke samping,
entah bagaimana kini berada sangat jauh ke belakang sehingga semua
orang bisa melihat wajah konyol, lembut, seekor keledai menatap
keluar dari dalamnya. Beberapa rumput terjepit di satu sisi mulutnya,
karena Puzzle diam-diam mencari kudapan saat mereka membawanya
serta.
Dan keledai itu bergumam, "Itu bukan salahku. Aku tidak pintar.
Aku tidak pernah bilang begitu."
Selama sedetik semua dwarf memandangi Puzzle dengan mulut
ternganga kemudian salah satu prajurit berkata tajam, "Apakah kau
sudah gila, tuanku? Apa yang kaulakukan terhadap budak-budak ini?"
dan prajurit yang lain berkata, "Sebenarnya siapa kau?" Tombak
mereka tidak dalam posisi menghormat-keduanya diturunkan dan siap
menyerang.
"Berikan kata kuncinya," kata pemimpin prajurit.
"Inilah kata kunciku," kata sang raja ketika dia menghunus pedang.
"Cahaya terbit, kebohongan terungkap. Sekarang bersiaplah, penjahat,
karena aku Tirian dari Narnia."
Tirian menerjang pemimpin prajurit seperti kilat. Eustace, yang
sudah menghunus pedang ketika melihat sang raja melakukan ini,
bergegas menghadapi prajurit yang satunya: wajahnya pucat pasi, tapi
aku tidak akan menyalahkannya. Dan dia mendapatkan
64 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
keberuntungan yang terkadang dialami para pemula. Dia lupa semua
yang Tirian coba ajarkan kepadanya sore itu, dia mengayun-ayunkan
pedangnya dengan liar (aku bahkan tidak yakin matanya terbuka) dan
mendadak mendapati, dengan keterkejutan yang teramat sangat,
bahwa orang Calormen itu kini sudah tergeletak tak bernyawa di
kakinya. Dan walaupun ini kelegaan besar, kejadian itu, pada saat itu,
agak menakutkan.
Pertarungan sang raja bertahan satu atau dua detik lebih lama: lalu
dia juga mengalahkan lawannya dan berteriak pada Eustace, "Serang
dua prajurit yang lain."
Tapi para dwarf sudah mengurus dua Calormen yang tersisa. Kini
tiada lagi, musuh.
"Pertarungan yang bagus, Eustace!" teriak Tirian, menepuknepuk
punggung anak itu. "Sekarang, para Dwarf, kalian bebas. Besok aku
akan memimpin kalian untuk membebaskan seluruh Narnia. Tiga
sorakan untuk Aslan!"
Tapi yang terjadi kemudian teramat menyedihkan. Yang terdengar
hanya sorakan ragu beberapa dwarf (sekitar lima dwarf) yang
langsung terbungkam, dan geraman kemarahan dwarf-dwarf lain.
Banyak di antara dwarf-dwarf itu yang malah tidak mengatakan
apaapa.
"Tidakkah mereka paham?" tanya Jill tidak sabar. "Kenapa kalian?
Tidakkah kalian dengar apa yang dikatakan sang raja? Semua sudah
berakhir. Si kera tidak akan menguasai Narnia lagi. Semua orang bisa
kembali kepada kehidupan lamanya. Kalian bisa bersenangsenang
lagi. Tidakkah kalian lega?"
Setelah hening sejenak, dwarf yang bertampang tidak terlalu ramah
dengan rambut dan janggut sehitam arang berkata, "Dan siapa kau,
Missie?"

65 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku Jill," jawabnya. "Jill yang sama yang menyelamatkan Raja
Rilian dari penjara sihirnya-dan ini Eustace yang melakukan itu
bersamaku-dan kami telah kembali dari dunia lain setelah ratusan
tahun. Aslan yang mengirim kami."
Para dwarf berpandangan dengan cengiran: cengiran meremehkan,
bukan bahagia.
"Yah," kata si Dwarf Hitam (yang bernama Griffle), "aku tidak tahu
bagaimana perasaan kalian semua, tapi aku merasa sudah cukup
banyak mendengar tentang Aslan sepanjang hidupku."
"Itu benar, itu benar," geram dwarf-dwarf lain. "Semua ini jebakan,
semuanya jebakan busuk."
"Apa maksud kalian?" tanya Tirian. Waktu bertarung wajahnya tidak
pucat, tapi kini wajahnya memutih. Dia mengira saat ini akan menjadi
momen bahagia, tapi ternyata mimpi buruklah yang datang.
"Kalian pasti berpikir kami semua bodoh, Pasti begitu," kata Griffle.
"Kami telah ditipu sekali, dan sekarang kalian mengira kami akan bisa
ditipu lagi. Kami tidak mau mendengar kisah Aslan lagi! Lihat dia!
Keledai tua bertelinga panjang!"
"Demi langit, kalian membuatku marah," kata Tirian. "Apakah ada
di antara kami yang berkata dia Aslan? Ini tiruan Aslan milik si kera.
Tidakkah kalian mengerti?"
"Dan kalian punya tiruan yang lebih bagus, begitu?" kata Griffle.
"Tidak, terima kasih. Kami sudah ditipu sekali, kami tidak akan bisa
ditipu lagi."
"Aku tidak sedang menipu kalian," kata Tirian marah, "aku melayani
Aslan asli."
"DI mana dia? Siapa dia? Tunjukkan dia kepadaku!" kata beberapa
dwarf.

66 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apakah kalian pikir aku menyimpannya di dompetku, bodoh?" kata
Tirian. "Siapa aku sehingga Aslan akan muncul sesuai keinginanku?
Dia bukan singa yang jinak."
Tepat pada saat kata-kata ini keluar dari mulutnya, Tirian menyadari
dia telah mengambil langkah keliru. Para dwarf segera mulal
mengulang-ulang "bukan singa jinak, bukan singa jinak" dengan nada
meledek. "Itulah yang selalu dikatakan kelompok lain kepada kami,"
kata salah satu dwarf.
"Maksudmu kau tidak percaya pada Aslan sungguhan?" kata Jill.
"Tapi aku sudah pernah melihatnya. Dan dia telah mengirim kami ke
sini dari dunia yang berbeda."
"Ah," kata Griffle dengan senyum lebar. "Itu katamu. Mereka pasti
sudah mengajarimu semuanya. Sepertinya kau telah belajar dengan
baik, ya?"
"Tidak sopan," teriak Tirian, "beraninya kau mengucapkan
kebohongan seperti itu di muka seorang lady?"
"Sebaiknya kau menjaga kata-kata kasar tetap dalam kepalamu,
Mister," si dwarf menjawab. "Kurasa kami tidak mau punya lebih
banyak raja lagi-itu pun kalau kau memang Tirian, karena kau tidak
tampak seperti dia tidak lebih seperti kami menginginkan Aslan-
Aslan lain. Mulai sekarang kami akan menjaga diri kami sendiri dan
tidak akan menyentuh topi untuk siapa pun. Mengerti?"
"Itu benar," kata dwarf-dwarf yang lain. "Kami berdiri sendiri
sekarang. Tidak ada lagi Aslan, tidak ada lagi Raja, tidak ada lagi
kisah-kisah konyol tentang dunia lain. Bangsa dwarf adalah untuk
bangsa dwarf." Dan mereka mulai mengambil posisi barisan dan
bersiap-siap berjalan kembali ke tempat asal mereka.

67 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Makhluk-makhluk kecil tak tahu berterima kasih!" kata Eustace.
"Apakah kalian bahkan tidak akan mengucapkan terima kasih karena
telah diselamatkan dari tambang-tambang garam?"
"Oh, kami sudah tahu semuanya," kata Griffle dari balik bahunya.
"Kalian ingin menggunakan kami, itulah sebabnya karena
menyelamatkan kami. Kalian sedang memainkan permainan kalian
sendiri. Mari, teman-teman."
Dan para dwarf menyuarakan lagu berbaris yang aneh sesuai iringan
genderang, mereka pun menghilang dengan derapan langkah keras ke
dalam kegelapan. Tirian dan teman-temannya memandangi kepergian
mereka. Kemudian dia mengucapkan satu kata, "Ayo," lalu mereka
pun melanjutkan perjalanan.
Kelompok itu berjalan dalam diam. Puzzle masih merasa dirinya
dikuasai rasa malu, lagi pula dia tidak benar-benar mengerti apa yang
telah terjadi. Jill, selain merasa marah pada para dwarf, juga sangat
kagum dengan kemenangan Eustace terhadap prajurit Calormen, dan
merasa agak malu. Sedangkan Eustace, jantungnya masih berdegup
agak kencang. Tirian dan jewel berjalan dengan sedih bersama-sama
di belakang.
Sang raja meletakkan lengannya pada bahu si unicorn dan terkadang
Jewel menyundul pipi Tirian dengan hidung lembutnya. Mereka tidak
berusaha saling menghibur dengan kata-kata. Tidaklah semudah itu
memikirkan kata penghiburan yang bisa diucapkan. Tirian tidak
pernah berminipi salah satu akibat tipuan si kera memperkenalkan
Aslan palsu adalah berhentinya orang-orang memercayai Aslan yang
asli. Tadinya dia merasa sangat yakin para dwarf akan langsung
berbaris di sampingnya ketika dia menunjukkan betapa mereka telah
dikelabui. Kemudian malam berikutnya dia akan memimpin mereka
ke Bukit Istal dan menunjukkan Puzzle ke semua makhluk dan semua
orang akan berbalik menentang si kera dan, mungkin setelah
perlawanan singkat dari orang-orang Calormen, seluruh kejadian ini
68 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
akan berakhir. Tapi kini, kelihatannya, dia tidak bisa mengandalkan
apa pun. Berapa banyak warga Narnia yang akan mengambil jalan
yang sama dengan kaum dwarf?
"Menurutku, ada yang mengikuti kita," kata Puzzle tiba-tiba.
Mereka berhenti dan mendengarkan. Benar saja, ada entakan-
entakan kaki kecil di belakang mereka.
"Siapa di sana?" teriak sang raja.
"Hanya aku, Sire," terdengar jawaban. "Aku, Poggin si dwarf. Aku
baru saja berhasil melarikan diri dari yang lain. Aku ada di pihakmu,
Sire, juga Aslan. Kalau kau bisa meletakkan pedang dwarf di
tanganku, dengan senang hati aku akan mengayunkan serangan
bersama pihak yang benar sebelum semuanya berakhir."
Semua orang berkerumun mengelilinginya, meng ucapkan selamat
datang, memujinya, dan menepuk-nepuk punggungnya. Tentu saja
satu dwarf tidak akan membuat banyak perubahan, tapi entah
bagaimana sangatlah terasa membahagiakan untuk memperoleh
dukungan bahkan dari satu dwarf. Semua anggota kelompok menjadi
lebih ceria. Tapi keceriaan Jill dan Eustace tidak bertahan lama,
karena kini mereka bolak-balik menguap dan terlalu lelah untuk
memikirkan apa pun kecuali tempat tidur. Saat itu waktu terdingin
dalam malam, tepat sebelum fajar, ketika mereka kembali ke menara.
Kalau ada santapan slagi menanti mereka, mereka akan cukup
berlagiang dada untuk makan, namun kerepotan dan penundaan peng
adaannya bahkan tidak ingin mereka pikirkan.
Mereka minum dari aliran air, menciprati muka dengan air, dan
berjalan terhuyung-huyung menghampiri ranjang, kecuali Puzzle dan
jewel yang berkata mereka merasa lebih nyaman di luar. Ini mungkin
keberuntungan karena unicorn dan keledai gemuk dewasa di dalam
ruangan selalu membuat tempat terasa agak sumpek.

69 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dwarf Narnia, walaupun tinggi tubuhnya hanya sekitar satu meter,
merupakan makhluk yang paling tangguh dan kuat untuk seukuran
mereka, jadi Poggin, meskipun telah mengalami siang yang berat dan
terjaga hingga larut malam, terbangun segar bugar sebelum anggota
rombongan yang lain. Dia langsung mengambil busur Jill, pergi
keluar dan memanah beberapa burung dara hutan. Kemudian dia
duduk mencabuti bulu burung-burung itu di ambang pintu dan
bercakapcakap dengan jewel serta Puzzle.
Puzzle tampak dan merasa jauh lebih baik pagi itu. Jewel, karena dia
unicorn dan oleh sebab itu salah satu hewan teranggun dan terlembut
yang pernah ada, bersikap ramah padanya, bercakap-cakap dengannya
tentang berbagai hal yang bisa dipahami mereka berdua, seperti
rumput, gula, dan perawatan tapak kaki.
Ketika Jill dan Eustace keluar dari menara, menguap dan
mengusapusap mata, nyaris pada Pukul setengah sebelas, si dwarf
menunjukkan kepada mereka di mana mereka bisa mengumpulkan
banyak semak Narnia yang bernama Wild Fresney, yang kelihatan
nyaris seperti wood sorrel dunia kita tapi terasa lebih enak setelah
dimasak. (Dibutuhkan sedikit mentega dan lada untuk membuatnya
sempurna, tapi mereka tidak punya keduanya.) Jadi dengan bahan-
bahan seadanya, mereka berusaha membuat stew kental untuk sarapan
atau makan siang mereka, terserah kau mau menyebutnya yang mana.
Tirian pergi lebih jauh ke dalam hutan sambil membawa kapak dan
membawa beberapa cabang pohon untuk kayu bakar.
Sementara makanan dimasak-yang terasa lama sekali, terutama
karena masakan tercium kian lezat saat semakin siap santap-sang raja
menemukan setelan lengkap dwarf untuk Poggin: baju rantai besi,
topi besi, perisai, pedang, sabuk, dan belati.
Kemudian dia memeriksa pedang Eustace dan mendapati Eustace
telah memasukkannya kembali ke sarungnya dalam keadaan kotor

70 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
setelah dipakai untuk membunuh prajurit Calormen. Eustace dimarahi
karena ini dan disuruh membersihkan juga memolesnya kembali.
Sementara itu Jill berjalan bolak-balik, terkadang mengaduk panci
dan terkadang menatap iri ke arah Keledai dan Unicorn yang
memanah rumput dengan bahagia. Entah sudah keberapa kalinya pagi
itu dia berharap bisa makan rumput! Tapi ketika makanan siap, semua
orang merasa sajian tersebut memang pantas ditunggu-tunggu masing
masing pun mengambil porsi kedua.
Ketika semua orang telah makan sebanyak yang mereka mampu,
tiga manusia dan si dwarf menghampiri ambang pintu dan duduk di
sana, kedua makhluk berkaki empat berbaring menghadap mereka, si
dwarf (setelah meminta izin dari Jill dan Tirian) menyalakan pipanya,
dan sang raja berkata, "Sekarang, temanku Poggin, sepertinya kau
punya lebih banyak berita tentang musuh daripada kami. Beritahu
kami semua yang kau ketahui. Dan pertama-tama, kisah apa yang
mereka sebarkan tentang pelarianku?"
"Kisah yang penuh kebohongan, Sire, dibuat-buat pula," jawab
Poggin. "Ginger si Kucinglah yang menceritakannya, dan
kemungkinan besar mengarangnya. Ginger ini, Sire-oh, kucing yang
paling licik yang pernah ada berkata saat itu dia berjalan melewati
pohon tempat Yang Mulia diikat para penjahat tersebut. Dan dia
berkata (tanpa memerhatikan kehormatanmu) bahwa kau melolong,
menyumpahi, dan mengutuki Aslan dengan 'kata-kata yang tidak
ingin kuucapkan'-itu kalimat yang digunakannya, wajahnya saat itu
jujur dan serius-kau tahu bagaimana kucing bisa melakukan itu bila
mereka mau. Kemudian, kata Ginger, Aslan sendiri mendadak muncul
dalam sambaran kilat dan menelan Yang Mulia dalam satu lahapan.
"Semua hewan gemetar mendengar kisah ini dan beberapa bahkan
langsung pingsan. Dan tentu saja si kera mendukung cerita tersebut.
Saat itu, dia berkata, lihatlah bagaimana Aslan menghukum mereka
yang tidak menghormatinya. Jadikan ini peringatan bagi kalian
71 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
semua. Dan para makhluk malang itu mengerang, merengek, dan
berkata, tentu, tentu. Jadi pelarian Yang Mulia bukannya
mengakibatkan mereka berpikir kau masih punya teman-teman setia
yang bersedia membantumu, tapi malah membuat mereka makin takut
dan patuh pada si kera."
"Benar-benar tipuan yang licik!" kata Tirian. "Kalau begitu, Ginger
itu berada dalam pengaruh si kera."
"Saat ini, Sire, pertanyaannya lebih kepada apakah si kera berada
dalam pengaruh Ginger," komentar si dwarf. "Kau harus tahu si kera
kini tidak bisa lepas dari minuman. Aku yakin rencana jahat sekarang
sebagian besar diteruskan oleh Ginger atau Rishda-itu nama Kapten
Calormen. Dan kurasa beberapa kata yang disebarkan Ginger di
antara para dwarf-lah yang menimbulkan reaksi negatif mereka
terhadap dirimu. Dan aku akan memberitahu alasannya.
"Salah satu pertemuan tengah malam yang buruk itu baru saja selesai
malam kemarin dan aku baru berjalan sedikit menuju rumah ketika
menyadari telah meninggalkan pipaku di sana. Pipa itu bagus, salah
satu pipa tua kesayangan, jadi aku berbalik untuk mencarinya. Tapi
sebelum aku sampai di tempat dudukku tadi (keadaan gelap gulita di
sana) aku mendengar suara kucing mengucapkan Meong dan suara
orang Calormen berkata, 'Hei, pelan-pelan bicaranya.' Jadi aku berdiri
sekaku mungkin seolah tubuhku beku. Dan dua makhluk itu ternyata
Ginger dan Rishda Tarkaan, begitu dia memanggilnya. 'Tarkaan yang
mulia,' kata Kucing dengan suaranya yang merayu, 'Aku hanya ingin
tahu apa yang tepatnya kita maksud hari ini tentang Aslan berarti
tidak lebih daripada Tash.' 'Tidak diragukan, kucing yang paling
bijak,' kata lawan bicaranya, 'kau telah memahami maksudku.'
'Maksudmu,' kata Ginger, 'bahwa tidak ada makhluk bernama
demikian begitu juga yang satunya.' 'Semua yang memiliki akal sehat
tahu itu,' kata si Tarkaan. 'Kalau begitu kita saling memahami,'
dengkur si kucing. 'apakah kau, seperti aku, kini kian lelah melayani

72 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
si kera?' 'Hewan kejam yang bodoh dan serakah,' jawab lawan
bicaranya, 'tapi untuk saat ini, kita harus menggunakannya. Kau dan
aku harus diam-diam menyiapkan segalanya dan memastikan si kera
melaksanakan keinginan kita.' 'Dan pastinya akan lebih baik, kan,'
kata Ginger, 'bila kita memperoleh dukungan dari beberapa Narnia
yang juga berakal sehat: satu demi satu ketika kita mendapati mereka
berguna? Karena para Hewan yang benar-benar percaya pada Aslan
tak lama lagi akan berontak: dan pasti berontak ketika kebodohan si
kera mengkhianati rahasianya sendiri. Tapi warga Narnia yang tidak
peduli baik pada Tash maupun Aslan kecuali pada keuntungan
mereka sendiri dan imbalan besar yang mungkin akan diberikan
Tisroc kepada mereka ketika Narnia menjadi provinsi Calormen, akan
jadi pertahanan kuat.' 'Bagus sekali, Kucing,' kata si Kapten. 'Tapi
pilihlah pendukung dengan hati-hati.'
Sementara Poggin si dwarf berbicara, suasana hari tampaknya
berubah. Hari itu cerah saat mereka pertama duduk. Kini Puzzle
gemetar. Jewel menggerakkan kepalanya gelisah. Jill mendongak.
"Awannya tebal sekali," katanya.
"Dan udara terasa sangat dingin," kata Puzzle.
"Benar-benar dingin, demi Singa!" kata Tirian, meniup-niup kedua
tangannya. "Dan ugh! Bau busuk apa ini?"
"Fiuh," Eustace terengah-engah. "Seperti bau bangkai. Apakah ada
bangkai burung di sekitar sini? Tapi kenapa kita tidak menyadari ini
sebelumnya?"
Jewel melompat berdiri tiba-tiba dan menunjuk dengan tanduknya.
"Lihat!" dia berteriak. "Lihat itu! Lihat, di sana!"
Kemudian mereka berenam melihat, dan pada wajah mereka semua
muncul ekspresi kecemasan luar biasa.
***

73 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB DELAPAN
Kabar Yang Dibawa sang Elang

Dalam bayangan pepohonan di ujung jauh ladang terbuka, sesuatu


sedang bergerak. Sosok itu melayang sangat perlahan di arah utara.
Pada pandangan sekilas pertama kau mungkin bakal mengiranya
sekadar asap, karena sosok itu kelabu dan kau bisa melihat
menembusnya. Tapi bau mematikannya bukanlah bau asap.
Lagi pula sesuatu itu memiliki bentuk tetap, bukannya berputar atau
melingkar seperti yang biasa dilakukan asap. Secara kasar, bentuknya
seperti manusia tapi kepalanya seperti burung, burung pemangsa
dengan paruh melengkungnya yang tampak kejam. Sosok itu
memiliki empat tangan yang diangkat ke atas kepala, menjulurkan
keempatnya ke arah utara seolah dia ingin menangkap seluruh Narnia
dalam cengkeraman. Jemarinya-kedua puluh jari-melengkung seperti
paruhnya dan bukannya berkuku biasa, semua bercakar panjang dan
tajam seperti cakar burung. Sosok itu mengapung di rerumputan
bukannya berjalan, dan rerumputan tampak melayu saat dilewatinya.
Sekali melihatnya, Puzzle meringkik keras dan berlari menuju
menara. Dan Jill (yang bukanlah pengecut seperti yang sudah
kauketahui) menutup wajahnya dengan kedua tangan untuk
menghalangi pandangannya ke sana. Yang lain memandangnya
mungkin untuk sekitar satu menit, sampai sosok itu bergerak perlahan
ke dalam pepohonan yang lebih lebat di sebelah kanan mereka, lalu
menghilang. Kemudian matahari kembali muncul, dan burung-burung
mulai bernyanyi lagi.
Semua anggota kelompok itu mulai bernapas dengan teratur dan
bergerak. Mereka berdiri sekaku patung saat makhluk itu berada
dalam jarak pandangan.

74 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa itu tadi?" tanya Eustace dalam bisikan.
"Aku pernah melihatnya sebelumnya," kata Tirian. "Tapi waktu itu
dia diukir di batu, dilapisi emas, dan berlian utuh dijadikan matanya.
Saat itu aku tidak lebih tua daripada kau sekarang, dan pergi ke sana
sebagai tamu kerajaan Tisroc di Tashbaan. Dia membawaku ke kuil
besar Tash. Di sanalah aku melihatnya, diukir di atas altar."
"Kalau begitu benda itu-benda tadi-Tash?" tanya Eustace.
Tapi bukannya menjawab pertanyaan Eustace, Tirian menyelipkan
lengannya di belakang bahu Jill dan berkata, "Bagaimana keadaanmu,
Lady?"
"Ba-baik," jawab Jill, menurunkan tangan dari wajahnya yang pucat
dan berusaha tersenyum. "Aku baik-baik saja membuatku merasa
mual sesaat."
"Kalau begitu tampaknya," kata si unicorn, "benar-benar ada Tash,
ternyata."
"Ya," kata si dwarf. "Dan si kera bodoh itu, yang tidak percaya pada
Tash, akan medapatkan lebih banyak daripada yang
dipertaruhkannya! Dia memanggil Tash: Tash telah datang."
"Ke mana benda itu-dia-sosok itu-pergi?" tanya Jill.
"Ke arah utara menuju jantung Narnia," kata Tirian. "Dia telah
datang untuk menetap bersama kita. Mereka telah memanggilnya dan
dia telah datang."
"Ho, ho, ho!" si dwarf terkekeh, menggosok-gosok kedua tangan
berbulunya. "Bakal jadi kejutan bagi si kera. Kita seharusnya tidak
memanggil iblis kecuali kita benar-benar bermaksud memanggilnya."
"Siapa yang tahu apakah Tash akan menampakkan diri di hadapan
Kera?" kata jewel.

75 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Ke mana Puzzle?" tanya Eustace.
Mereka semua meneriakkan nama Puzzle dan Jill pergi ke sisi lain
menara untuk melihat apakah keledai itu bersembunyi di sana.
Mereka sangat lelah mencarinya ketika akhirnya kepala kelabu besar
mengintip dengan hati-hati keluar dari pintu dan dia berkata, "Dia
sudah pergi, belum?"
Dan ketika akhirnya mereka bisa membujuknya keluar, tubuh
keledai itu gemetaran seperti anjing biasa gemetaran sebelum badai
datang.
"Sekarang aku sadar," kata Puzzle, "ternyata aku benar-benar telah
menjadi keledai yang sangat jahat. Seharusnya aku tidak
mendengarkan Shift. Aku tidak pernah menyangka hal-hal seperti ini
akan mulai terjadi."
"Kalau kau menghabiskan lebih sedikit waktu mengeluhkan betapa
kau tidak pintar dan lebih banyak waktu berusaha menjadi sepintar
yang kau bisa-" kata Eustace memulai tapi Jill memotongnya.
"Oh, jangan ganggu Puzzle yang malang," katanya.
"Semua itu hanya kesalahan, ya kan, Puzzle sayang?" Lalu dia
mencium hidung keledai itu.
Walaupun agak terguncang karena pemandangan tadi, seluruh
anggota rombongan kini duduk kembali dan melanjutkan
perbincangan mereka. Tidak banyak yang bisa diceritakan Jewel
kepada mereka.
Sementara ditawan, dia menghabiskan hampir sepanjang waktunya
terikat di belakang istal, dan tentu saja tidak mendengar sedikit pun
rencana musuh. Dia ditendang (dan beberapa kali menendang balik)
dan dipukuli juga diancam dengan kematian kecuali dia bersedia
berkata dia percaya bahwa yang dibawa keluar dan ditunjukkan ke
semua makhluk dengan penerangan api setiap malam memang Aslan.
76 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bahkan dia akan dihukum mati tepat pada pagi itu kalau saja dia
tidak diselamatkan. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi pada si
domba.
Permasalahan yang harus mereka putuskan adalah apakah mereka
akan pergi ke Bukit Istal lagi malam itu, menunjukkan Puzzle kepada
warga Narnia dan berusaha membuat mereka melihat betapa mereka
telah ditipu, atau apakah mereka sebaiknya pergi diamdiam ke timur
untuk menemui pasukan bantuan yang dibawa Roonwit si centaurus
dari Cair Paravel dan kembali melawan si kera dan orang-orang
Calormen-nya dengan kekuatan tempur.
Tirian ingin sekali menjalani rencana pertama: dia membenci
bayangan membiarkan si kera menipu rakyatnya lebih lama daripada
yang diperlukan. Di pihak lain, cara para dwarf bersikap di malam
sebelumnya merupakan peringatan.
Tampaknya tidak akan yang bisa yakin bagaimana orang-orang akan
bereaksi bahkan walaupun dia menunjukkan Puzzle kepada mereka.
Lagi pula ada masalah Prajurit Calormen yang harus diatasi.
Poggin menduga ada sekitar tiga puluh prajurit. Tirian merasa yakin
kalau seluruh warga Narnia bergabung ke pihaknya, dia, Jewel, anak-
anak, dan Poggin (Puzzle tidak terlalu berpengaruh) akan ada
kemungkinan besar mengalahkan mereka. Tapi bagaimana kalau
separo Narnia -- termasuk semua bangsa dwarf-hanya duduk dan
memandang dalam diam? Atau bahkan melawannya? Risikonya
terlalu besar. Lalu tentu saja ada juga sosok Tash yang seperti asap.
Apa yang harus dilakukan? Namun, seperti yang dikatakan Poggin,
tidak ada salahnya membiarkan si kera mengatasi masalahnya sendiri
selama satu atau dua han. Saar ini dia tidak akan punya Puzzle untuk
dikeluarkan dan dipertunjukkan. Tidaklah mudah menebak kisah apa
yang dia-atau Ginger-akan ciptakan untuk menjelaskan ini. Kalau
para Hewan meminta dipertemukan dengan Aslan setiap malam, dan

77 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tidak ada Aslan yang bisa ditampilkan, pastinya bahkan hewan yang
paling sederhana pun akan curiga.
Akhirnya mereka semua setuju bahwa langkah terbaik yang bisa
diambil adalah melanjutkan perjalanan dan berusaha menyusul
Roonwit.
Segera setelah mereka memutuskan ini, membahagiakan sekali
melihat betapa semua anggota rombongan menjadi lebih ceria.
Sejujurnya aku tidak berpikir ini dikarenakan satu pun di antara
mereka takut bertempur (kecuali mungkin Jill dan Eustace). Tapi aku
yakin masingmasing dalam diri mereka, jauh di lubuk hati merasa
sangat lega tidak perlu mendekati setidaknya belum perlu-makhluk
berkepala burung mengerikan yang, kelihatan ataupun tidak kelihatan,
kini mungkin menghantui Bukit Istal. Pokoknya, seseorang selalu
merasa lebih baik setelah membuat keputusan.
Tirian berkata sebaiknya mereka melepaskan penyamaran, supaya
tidak salah dikenali sebagai orang Calormen dan diserang warga setia
Narnia yang mungkin bakal mereka temui dalam perjalanan. Si dwarf
membuat campuran abu yang tampak menjijikkan dari sisa-sisa
pembakaran di bagian bawah perapian dan minyak dari guci minyak
yang disinipan untuk menggosok pedang dan kepala tombak.
Kemudian mereka melepaskan baju besi Calormen yang mereka
kenakan dan pergi ke sungai kecil.
Campuran memuakkan itu menghasilkan busa seperti sabun lembut:
terasa nyaman dan mengingatkan akan rumah bila melihat Tirian dan
kedua anak itu berlutut di tepi sungai dan menggosok punggung leher
atau meniup atau mengembus ketika mereka mencuci bersih busa.
Kernudian mereka kembali ke menara dengan wajah merah, berkilau,
tampak seperti orang-orang yang diberi kesempatan mandi lebih lama
sebelum pesta. Mereka mempersenjatai diri lagi dengan gaya Narnia
sebenarnya, dengan pedang lurus dan perisai bersisi tiga.

78 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tubuhku seutuhnya," kata Tirian. "Begini lebih baik. Aku merasa
seperti manusia yang utuh lagi."
Puzzle memohon sangat keras supaya kulit singa di tubuhnya
dilepaskan. Dia berkata kulit itu terlalu panas dan menumpuk di
punggungnya sehingga membuatnya merasa tidak nyaman: lagi pula
kulit itu membuatnya tampak konyol.
Tapi mereka memberitahunya dia harus mengenakannya sedikit
lebih lama lagi, karena mereka masih ingin menunjukkan dirinya
dalam pakaian itu kepada Hewan-hewan lain, walaupun mereka kini
akan menemui Roonwit terlebih dahulu.
Yang tersisa dari daging burung dara dan kelinci tidak layak ikut
dibawa tapi mereka membawa beberapa biskuit. Kemudian Tirian
mengunci pintu menara dan masa menginap mereka di sana pun
berakhir.
Saat itu pukul dua lebih sedikit di sore hari ketika mereka berangkat,
dan hari itu hari yang benar-benar hangat di musim semi tersebut.
Tampak lebih banyak daun muda yang bermunculan daripada
kemarin: curahan salju berakhir, tapi mereka melihat beberapa
tumbuhan prinirose. Berkas sinar matahari menembus pepohonan,
burung-burung bernyanyi, dan selalu (walaupun biasanya tidak
kelihatan) terdengar suara aliran air.
Sangatlah sulit memikirkan hal-hal mengerikan seperti Tash.
Anakanak merasa, akhirnya inilah Narnia yang sebenarnya. Bahkan
hati Tirian menjadi lebih ringan ketika dia berjalan di depan mereka,
menyenandungkan lagu berbaris lama Narnia yang bagian refrain-nya
Ho, gemuruh, gemuruh, gemuruh, gemuruh Gemuruh gendang
ditabuh Eustace dan Poggin si dwarf berjalan di belakang sang raja.
Poggin memberitahu Eustace nama-nama pepohonan, burung-burung,
dan tumbuhan-tumbuhan Narnia yang belum diketahui anak itu.

79 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Terkadang Eustace akan memberitahu dwarf tersebut tentang pohon,
burung, dan tumbuhan Inggris.
Di belakang mereka, berjalan Puzzle, dan setelahnya Jill dan jewel
berjalan sangat rapat satu sama lain. Jill telah, kau bisa
mengatakannya, sangat jatuh cinta pada si unicorn. Anak perempuan
itu merasa-dan dia tidaklah terlalu salah-bahwa jewel merupakan
makhluk paling bersinar, halus, dan anggun yang pernah ditemuinya:
dan unicorn itu juga begitu lembut dan halus dalam bertutur kata
sehingga, kalau kau belum mengetahuinya, kau nyaris tidak akan
percaya betapa berani dan menakutkan dirinya dalam pertempuran.
"Oh, ini menyenangkan sekali!" kata Jill. "Hanya berjalan seperti ini.
Aku berharap akan lebih banyak petualangan yang seperti ini.
Sayangnya begitu banyak yang terjadi di Narnia."
Tapi si unicorn menjelaskan kepadanya bahwa dia sangat keliru. Dia
berkata bahwa putra dan putri Adam juga Hawa dibawa keluar dari
dunia mereka yang aneh ke Narnia hanya pada saat-saat ketika Narnia
berada dalam kekacauan dan kegalauan, tapi dia tidak boleh berpikir
selalu begitu keadaannya di sini. Di antara kunjungankunjungan
mereka ada ratusan dan ribuan tahun ketika raja di masa damai
diteruskan oleh raja lain juga di masa damai sampai kau nyaris tidak
bisa mengingat namanama mereka atau menghitung jumlah mereka,
dan nyaris tidak ada yang bisa dimasukkan ke Buku-buku Sejarah.
Dan dia melanjutkan ceritanya dengan ratu-ratu dan para pahlawan di
masa lampau yang belum pernah didengar Jill.
Jewel mengisahkan Ratu Swanwhite yang hidup sebelum masa
Penyihir Putih dan Musim Dingin Panjang, yang begitu cantik
sehingga ketika dia menatap ke mata air hutan mana pun, bayangan
wajahnya menyinari air seperti bintang di malam hari selama setahun
dan satu hari setelah itu. Dia bercerita tentang Moonwood si Kelinci
yang memiliki pendengaran begitu hebat sehingga dia bisa duduk di
tepi Caldron Pool di bawah gemuruh air terjun besar itu dan
80 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mendengar orang-orang berbicara dalam bisikan di Cair Paravel. Dia
memberitahu Jill bagaimana Raja Gale, yang merupakan keturunan
kesembilan Frank, raja pertama semua raja, telah berlayar jauh ke
Lautan Timur dan membebaskan para penghuni Lone Islands dari
seekor naga dan bagaimana, sebagai imbalannya, mereka menyatakan
Lone Islands bagian dari tanah kerajaan Narnia selamanya.
Dia bercerita tentang abad-abad ketika Narnia begitu bahagia
sehingga hanya dansa-dansa juga pesta-pesta yang layak ditulis, atau
yang paling sering: turnamen, yang bisa diingat, dan setiap hari dan
minggu terasa lebih baik daripada sebelumnya. Dan selama Jewel
melanjutkan ceritanya, bayangan akan tahun-tahun bahagia itu, ribuan
bayangan tersebut, menggunung dalam benak Jill hingga dia merasa
seolah sedang melihat ke bawah dari bukit tinggi ke daratan kaya dan
indah yang penuh hutan, air, dan ladang j agung, yang terbentang
hingga sangat jauh sampai semuanya tampak samar dan berkabut
karena termakan jarak.
Lalu Jill berkata: "Oh, aku benar-benar berharap kita bisa segera
menyelesaikan masalah dengan si kera dan kembali ke masa-masa
bahagia seperti dulu. Kemudian mudah-mudahan masa-masa itu akan
terus dan terus berlanjut. Dunia kami bakal berakhir suatu hari nanti.
Mungkin dunia yang ini tidak. Oh, Jewel bukankah akan bagus bila
Narnia tak pernah berakhir-dengan keadaan seperti yang
kauceritakan?"
"Tidak, saudariku," Jewel menjawab, "semua dunia akan mencapai
akhirnya, kecuali negeri Aslan sendiri."
"Yah, setidaknya," kata Jill, "aku berharap akhir dunia ini masih
berjuta-juta tahun jauhnya-wah! Kenapa kita berhenti?"
Sang raja, Eustace, dan si dwarf memandangi langit. Jill bergidik,
mengingat teror yang telah mereka lihat. Tapi kali ini bukan makhluk

81 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang seperti itu yang tampak. Sosok itu kecil dan tampak hitam
dengan latar belakang langit biru.
"Aku berani bersumpah," kata si unicorn, "dari ketinggiannya, dia
pasti Burung yang Bisa Berbicara.
"Aku juga berpikir begitu," kata sang raja. "Tapi apakah dia teman
atau mata-mata Si kera?
"Bagiku, Sire," kata si dwarf, "dia tampak seperti Farsight si Elang."
"Apakah kita harus bersembunyi di bawah pepohonan?" tanya
Eustace.
"Tidak," kata Tirian, "lebih baik berdiri bergeming seperti batu. Dia
pasti akan melihat kita kalau kita bergerak."
"Lihat! Dia berputar, dia sudah melihat kita," kata jewel. "Dia turun
dengan membuat lingkaran-lingkaran besar."
"Panah pada tali busur, Lady," kata Tirian kepada Jill. "Tapi
janganlah menembak sebelum aku memberitahumu. Dia mungkin
teman."
Kalau ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, bakal
menyenangkan memerhatikan keanggunan dan ringannya cara burung
besar itu melayang turun. Dia bertengger pada puncak batu beberapa
meter dari Tirian, menganggukkan kepala berjambulnya, dan berkata
dengan suara elang yang aneh, "Salam, Raja."
"Salam, Farsight," kata Tirian. "Dan karena kau telah memanggilku
Raja, aku bisa percaya kau bukanlah salah satu pengikut si kera dan
Aslan palsunya. Aku sangat lega kau datang."
"Sire," kata sang elang, "ketika kau mendengar berita yang kubawa
kau akan lebih menyesali kedatanganku daripada kesedihan paling
dalam yang pernah kaualami."

82 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jantung Tirian seolah berhenti berdegup saat mendengar kata-kata
ini, tapi dia merapatkan gigi dan berkata, "Teruskan."
"Aku melihat dua pemandangan," kata Farsight. "Pertama
pemandangan Cair Paravel dipenuhi warga Narnia yang gugur dan
pasukan Calormen yang beranjak pergi, panji Tisroc dinaikkan pada
ceruk panah kerajaanmu, dan rakyatmu melarikan diri dari kota ke
berbagai arah, menuju hutan. Cair Paravel diserang dari lautan. Dua
puluh kapal besar Calormen berlabuh di sana dalam kegelapan malam
sebelum kemarin malam."
Tidak ada yang bisa berbicara.
"Lalu pemandangan yang lain, sekitar lima belas mil lebih dekat
kemari daripada Cair Paravel, adalah Roonwit sang centaurus
terbaring mati dengan panah Calormen di sisi tubuhnya. Aku
menemaninya pada detik-detik terakhirnya dan dia memberiku pesan
ini untuk Yang Mulia: ingatlah semua dunia akan mencapai akhirnya
serta kematian mulia merupakan harta dan tidak ada orang yang
terlalu miskin untuk bisa membelinya."
"Jadi," kata sang raja setelah terdiam lama, "Narnia tiada lagi."
Jantung Tirian seolah berhenti berdegup saat mendengar kata-kata mi,
tapi dia merapatkan gigi dan berkata, "Teruskan."
***

83 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB SEMBILAN
Pertemuan Besar di Bukit Istal

Lama sekali mereka tidak mampu bicara atau bahkan meneteskan air
mata. Kemudian si unicorn mengentakkan tanah dengan tapak
kakinya, mengibaskan surai, kemudian berbicara. "Sire," katanya,
"kini tidak perlu pertimbangan apa pun lagi. Kita telah melihat
ternyata rencana si kera telah ditanamkan lebih dalam daripada
bayangan kita. Tidak diragukan dia sudah lama berhubungan diam-
diam dengan Tisroc, dan segera setelah dia menemukan kulit singa,
dia mengirim berita kepada Tisroc untuk menyiapkan angkatan
lautnya demi mengambil alih Cair Paravel dan seluruh Narnia. Kini
tidak ada lagi yang tersisa bagi kita bertujuh kecuali kembali ke Bukit
Istal, mengungkapkan kebenaran, dan menghadapi petualangan yang
dikirimkan Aslan kepada kita. Dan jika, dengan keajaiban besar, kita
mengalahkan tiga puluh Calormen yang berada bersama si kera itu,
kita kemudian harus kembali lagi dan mati dalam pertempuran dengan
lebih banyak prajurit mereka yang tak lama pasti berbaris maju dari
Cair Paravel."
Tirian mengangguk. Tapi dia berbalik ke anak-anak dan berkata,
"Sekarang, teman-teman, sudah tiba waktunya bagi kalian untuk
kembali ke duniamu sendiri. Tak diragukan kalian telah melakukan
semua yang menjadi tujuan pengiriman kalian."
"Ta-tapi kami belum melakukan apa-apa," kata Jill yang tubuhnya
gemetaran, tepatnya bukan karena ketakutan, tapi karena semuanya
kini telah menjadi begitu mengerikan.
"Tidak," kata sang raja, "kalian sudah membebaskanku dari pohon,
kau merayap di depanku seperti ular semalam di hutan dan
membebaskan Puzzle, dan kau, Eustace, membunuh musuhmu. Tapi
kalian terlalu muda untuk berbagi akhir yang begitu berbahaya seperti
84 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang akan kami temui malam ini atau, mungkin, tiga hari kemudian.
Aku meminta kalian-tidak, aku memerintahkan kalian-untuk kembali
ke dunia kalian sendiri. Aku akan menderita malu bila membiarkan
pejuang-pejuang muda seperti kalian terlatuh dalam pertarungan di
pihakku."
"Tidak, tidak, tidak," kata Jill (wajahnya sangat pucat ketika dia
mulai berbicara, kemudian mendadak sangat merah lalu Pucat lagi).
"Kami tidak mau pulang, tidak peduli apa katamu. Kami akan berada
di sampingmu apa pun yang terjadi, benar kan, Eustace?"
"Benar, tapi tidak perlu terlalu heboh soal ini," kata Eustace, yang
memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong (melupakan betapa
kelihatan anehnya tindakan itu kalau kau sedang mengenakan baju
rantai besi). "Karena, kalau kau ingat, kami tidak punya pilihan lain.
Apa gunanya membicarakan soal kepulangan kami? Bagaimana?
Kami tidak punya sihir untuk melakukannya!"
Ini memang logika yang bagus tapi, pada saat itu Jill membenci
Eustace karena sudah mengucapkannya. Anak lelaki itu sering sekali
mengutarakan kenyataan dengan terlalu menyebalkan ketika orang
lain sedang bersemangat.
Ketika menyadari dua orang asing itu tidak bisa pulang (kecuali
Aslan mendadak memindahkan mereka), Tirian pun menyuruh
mereka pergi menyeberangi Pegunungan Selatan menuju Archenland
tempat mereka mungkin bakal aman. Tapi mereka tidak tahu jalan ke
sana dan tidak ada yang bisa dikirim untuk mengantarkan mereka.
Lagi pula, seperti yang dikatakan Poggin, sekali Calormen menguasai
Narnia, mereka pasti akan merambah ke Archenland minggu depan
atau tak lama setelahnya: sang Tisroc selalu menginginkan negeri-
negeri Utara untuk dirinya sendiri. Akhirnya Eustace dan Jill
memohon begitu keras sehingga Tirian berkata mereka akan ikut
bersamanya dan mengambil kesempatan-atau, seperti yang

85 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dikatakannya dengan lebih bijaksana, "petualangan yang akan dikirim
Aslan untuk mereka".
Ide pertama sang raja adalah mereka sebaiknya tidak kembali ke
Bukit Istal-saat ini mereka muak bahkan bila hanya mendengar
namanya-sebelum hari gelap. Tapi si dwarf memberitahu mereka
bahwa kalau mereka tiba di sana di siang hari, mereka mungkin akan
mendapati tempat tersebut kosong, mungkin hanya akan ada seorang
prajurit Calormen. Para Hewan terlalu ketakutan dengan berita yang
disampaikan si kera (dan Ginger) tentang Aslan baru yang murka-atau
Tashlan-untuk mendekatinya kecuali ketika mereka dipanggil
bersamasama untuk menghadiri pertemuan pertemuan tengah malam
yang mengerikan itu. Dan para orang Calormen tidak pernah bisa
benarbenar tahan tinggal di hutan.
Menurut Poggin, bahkan di siang hari mereka bisa dengan mudah
pergi ke suatu tempat di belakang istal tanpa terlihat. Ini akan sulit
dilakukan bila malam telah tiba dan semua prajurit Calormen
bertugas. Dan ketika pertemuan memang sudah dimulai, mereka bisa
meninggalkan Puzzle di belakang istal, sama sekali tidak terlihat,
sampai waktu mereka ingin menunjukkan dia tiba.
Ini sudah jelas merupakan keuntungan: karena satu-satunya
kesempatan yang mereka miliki adalah dengan mengejutkan warga
Narnia. Semua anggota rombongan setuju dan mereka semua
berangkat melewati rute baru arah barat laut-menuju bukit yang
mereka benci. Sang elang terkadang terbang bolakbalik di atas
mereka, terkadang dia hinggap di punggung Puzzle. Tidak seorang
pun-bahkan tidak sang raja sendiri kecuali dalam keadaan benar-benar
darurat-berani membayangkan menaiki unicorn.
Kali ini Jill dan Eustace berjalan bersama. Mereka merasa sangat
berani ketika memohon untuk ikut bersama yang lain, tapi kini
mereka tidak merasa berani sama sekali.

86 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Pole," kata Eustace dalam bisikan. "Sebaiknya aku memberitahumu
aku tegang sekali."
"Oh, kau akan baik-baik saja, Scrubb," kata Jill. "Kau bisa bertarung.
Tapi aku-tubuhku gemetaran terus, kalau kau mau tahu yang
sebenarnya."
"Oh, gemetaran tidak ada artinya," kata Eustace. "Aku merasa aku
bakal muntah."
"Ya ampun, jangan bicarakan soal itu," kata Jill.
Mereka terdiam selama semenit atau lebih.
"Pole," kata Eustace akhirnya.
"Apa?" kata si anak perempuan.
"Apa yang akan terjadi kalau kita terbunuh di sini?"
"Yah, kita akan mati, kurasa."
"Tapi maksudku, apa yang akan terjadi di dunia kita? Apakah kita
akan terbangun dan mendapati diri kita sendiri berada di kereta api?
Atau apakah kita akan lenyap dan tidak akan terdengar lagi
keberadaannya? Atau apakah kita akan ditemukan mati di Inggris?"
"Astaga. Aku tidak pernah memikirkan itu."
"Bakal aneh bagi Peter dan yang lainnya bila mereka melihatku
melambaikan tangan dari jendela kemudian ketika kereta berhenti kita
tidak ada di mana-mana! Atau kalau mereka menemukan dua-
maksudku, kalau kita sudah mati di Inggris sana."
"Ugh!" kata Jill. "Bayangan yang mengerikan."
"Tidak bakal mengerikan bagi kita," kata Eustace. "Kita seharusnya
tidak akan sadar berada di sana."
"Aku hampir berharap-ah, tapi tidak juga, kata Jill.

87 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Apa yang ingin kaukatakan?"
"Tadinya aku akan berkata aku berharap kita tidak pernah datang ke
sini. Tapi tidak, tidak, tidak begitu. Bahkan meskipun kita memang
akan terbunuh. Aku lebih baik mati terbunuh dalam pertempuran
demi Narnia daripada menjadi tua dan bodoh di rumah dan mungkin
mondar-mandir dengan kursi roda dan akhirnya meninggal juga."
"Atau terbunuh dalam kecelakaan kereta Jawatan Kereta Api
Inggris!"
"Kenapa kau berkata begitu?"
"Yah, waktu entakan keras itu terasa entakan yang tampaknya
melemparkan kita ke Narnia-aku menduga itu merupakan awal
kecelakaan kereta. Jadi aku lega sekali mendapati diri kita malah
berada di sini."
Sementara Jill dan Eustace membicarakan ini, yang lain
mendiskusikan rencana mereka dan rasa sedih mereka berkurang. Itu
karena mereka kini memikirkan apa yang harus dilakukan di malam
itu dan pemikiran akan apa yang terjadi di Narnia-pemikiran bahwa
semua kejayaan dan kebahagiaan negeri ini sudah berakhir-didorong
ke bagian belakang benak mereka.
Pada saat mereka berhenti berbicara, pemikiran itu akan keluar dan
membuat mereka sengsara lagi: tapi mereka terus-menerus berbicara.
Poggin benar-benar sangat ceria tentang aksi malam yang harus
mereka lakukan. Dia yakin Babi Hutan dan Beruang, dan mungkin
semua Anjing akan langsung bergabung di pihak mereka. Dan dia
tidak percaya semua dwarf akan bertahan di sisi Griffle.
Lagi pula bertempur dengan cahaya api dan keluar-masuk di antara
pepohonan akan menjadi keuntungan bagi pihak yang lebih lemah.
Kemudian, kalau mereka bisa menang malam ini, perlukah mereka
benarbenar langsung melempar nyawa dengan menghadapi pasukan

88 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Calormen beberapa hari berikutnya? Kenapa tidak bersembunyi di
hutan dahulu, atau bahkan di Western Wild lebih jauh daripada air
terjun besar dan hidup seperti pemberontak? Kemudian mereka
mungkin akan menjadi lebih kuat dan terus menguat, karena para
Hewan yang Bisa Berbicara dan warga Archenland akan bergabung
dengan mereka setiap harinya. Dan akhirnya mereka akan keluar dari
persembunyian dan menyapu orangorang Calormen (yang akan
menjadi kurang waspada pada saat itu) keluar dari negeri mereka dan
Narnia akan bangkit kembali.
Bagaimanapun, tindakan seperti itu pernah terjadi pada masa Raja
Miraz! Tirian mendengar semua ini dan berpikir, tapi bagaimana
dengan Tash? Dan merasakan dalam tulangnya bahwa tidak satu pun
dan harapan itu akan terjadi. Tapi dia tidak mengatakannya.
Ketika mereka lebih dekat dengan Bukit Istal tentu saja semua orang
menjadi terdiam. Kemudian tantangan di hutan sesungguhnya pun
dimulai. Mereka membutuhkan waktu lebih daripada dua jam, sejak
mereka pertama kali melihat bukit itu hingga ke saat mereka sampai
di belakang istal. Gerakan mereka sejenis gerakan yang tidak bisa
digambarkan secara layak kecuali dituliskan dalam berlembar-lembar
halaman.
Perjalanan dari setiap tempat perlindungan hingga ke perlindungan
berikutnya masing-masing merupakan petualangan, dan ada banyak
penantian di antaranya, dan beberapa dugaan akan bahaya yang
keliru. Kalau kau pramuka atau penunjuk jalan yang baik, kau pasti
sudah tahu bagaimana keadaannya.
Pada saat matahari terbenam mereka semua aman di rumpunan
pohon holly sekitar tiga belas meter di belakang istal. Mereka semua
mengunyah beberapa potong biskuit dan berbaring. Sekarang tibalah
bagian yang terburuk, menunggu. Untungnya bagi anak-anak, mereka
sempat tertidur selama dua jam, tapi tentu saja terbangun ketika
malam menjadi lebih dingin, dan yang terburuk, terbangun haus dan
89 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
tanpa kesempatan mencari minum. Puzzle hanya berdiri, tubuhnya
sedikit gemetar karena gugup, dan tidak mengatakan apa-apa.
Tapi Tirian, dengan kepala menempel pada pinggang Jewel, tertidur
nyenyak seolah dia berada di tempat tidur kerajaannya di Cair
Paravel, hingga suara gong ditabuh membangunkannya, dia Pun
bangkit dan melihat ada api unggun di ujung jauh istal dan tahu
waktunya telah tiba. "Kecuplah aku, jewel," katanya. "Karena ini pasti
akan menjadi malam terakhir kita di bumi. Dan kalau aku pernah
menyinggungmu dalam salah apa pun, berat maupun ringan, maafkan
aku sekarang."
"Yang Mulia Raja," kata si unicorn, "aku hampir berharap kau telah
melakukan itu, supaya aku bisa memaafkanmu. Selamat tinggal. Kita
telah mengalami masa-masa indah bersama. Kalau Aslan memberiku
kesempatan memilih, aku akan memilih kembali hidup yang telah aku
jalani dan kematian yang menyongsongku sekarang."
Kemudian mereka membangunkan Farsight, yang tertidur dengan
kepala di bawah sayapnya (ini membuatnya kelihatan seolah dia tidak
punya kepala), dan merangkak maju menuju Istal. Mereka
meninggalkan Puzzle (tidak tanpa kata-kata baik, karena kini tidak
ada yang marah kepadanya) tepat di belakang istal, memberitahunya
jangan bergerak hingga seseorang datang menjemputnya, dan
mengambil posisi masing-masing pada salah satu ujung istal.
Api unggun belum dinyalakan terlalu lama dan baru mulai
membakar tinggi. Api hanyalah berjarak beberapa meter dari mereka,
dan kerumunan besar makhluk Narnia berada di sisi lainnya, sehingga
Tirian awalnya tidak bisa melihat mereka cukup jelas, walaupun tentu
saja dia melihat lusinan mata yang bersinar karena bayangan api,
seperti ketika kau melihat mata kelinci atau kucing saat disinari lampu
mobil. Dan tepat pada saat Tirian mengambil posisi, gong berhenti
dibunyikan dan dari suatu tempat di sebelah kirinya tiga sosok

90 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
muncul. Sosok pertama adalah Rishda Tarkaan si Kapten Calormen,
sosok kedua adalah si kera.
Dia memegang tangan si Tarkaan dengan satu tapak dan terus-
menerus merintih dan bergumam, "Jangan terlalu cepat, pelan-pelan,
aku benar-benar tidak sehat. Oh, kepalaku yang malang! Pertemuan-
pertemuan tengah malam ini telah menjadi terlalu berat untukku. Kera
tidaklah diciptakan untuk terbangun di malam hari. Aku kan bukan
tikus atau kelelawar-oh, kepalaku yang malang."
Di sisi lain si kera, berjalan tanpa suara dan anggun, dengan ekor
terangkat ke udara, tampak Ginger si kucing. Mereka menuju api
unggun dan begitu dekat dengan Tirian sehingga mereka bakal
langsung bisa melihatnya kalau mereka berjalan ke arah yang benar.
Untungnya itu tidak terjadi.
Tapi Tirian mendengar Rishda berkata pada Ginger dengan suara
pelan: "Sekarang, Kucing, pergi ke posisimu. Lakukan peranmu
dengan baik."
"Meong, meong. Percayalah kepadaku!" kata Ginger. Kemudian dia
melangkah menjauhi api unggun dan duduk di barisan depan para
Hewan yang sudah berkumpul: kau bisa bilang bergabung dengan
para penonton. Karena kenyataannya, ketika terjadi, seluruh peristiwa
itu seperti pementasan teater.
Kerumunan warga Narnia seperti para penonton yang duduk; tempat
berumput sempit di depan istal, tempat api unggun dinyalakan dan si
kera juga si kapten berdiri untuk berbicara kepada kerumunan, seperti
panggung; istal itu sendiri seperti layar pemandangan di latar
belakang panggung; dan Tirian serta teman-temannya seperti
orangorang yang mengintip dari belakang layar pemandangan.
Posisinya strategis sekali. Kalau ada di antara mereka yang maju
sehingga terkena cahaya api unggun penuh, semua pasang mata akan
langsung terpaku kepada siapa pun itu: di pihak lain, selama mereka

91 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
berdiri di dalam bayang-bayang dinding belakang istal,
perbandingannya seratus banding satu mereka tidak akan terlihat.
Rishda Tarkaan menyeret si kera hingga mendekati api. Keduanya
berputar untuk menghadapi kerumunan, dan ini tentu saja berarti
punggung mereka menghadap Tirian dan kawan-kawannya.
"Sekarang, Monyet," kata Rishda Tarkaan dengan suara pelan.
"Ucapkan kata-kata yang telah dipikirkan kepala yang lebih bijak itu
oleh mulutmu. Dan angkat kepala." Ketika berbicara dia sedikit
menendang atau mendorong si kera dari belakang dengan ujung
kakinya.
"Jangan ganggu aku," gumam Shift. Tapi dia duduk lebih tegak dan
mulai berkata, dengan suara yang lebih keras-"Sekarang dengarkan,
kalian semua. Telah terjadi sesuatu yang buruk. Hal yang kejam. Hal
terkejam yang pernah terjadi di Narnia. Dan Aslan-"
"Tashlan, bodoh," bisik Rishda Tarkaan.
"Tashlan, maksudku, tentu saja," kata si kera, "sangatlah murka
karena ini."
Merebak kesunyian mencekam sementara para Hewan menunggu
mendengar masalah baru apa lagi yang menanti mereka. Kelompok
kecil di dinding belakang istal juga menahan napas. Apa lagi yang
akan terjadi sekarang?
"Benar," kata si kera. "Pada saat ini juga, ketika Yang Menakutkan
sendiri ada di tengah kita-di sana di istal di belakangku-seekor hewan
jahat telah memutuskan melakukan sesuatu yang kalian kira tidak
akan berani dilakukan siapa pun bahkan walaupun Dia berada seribu
mil jauhnya. Hewan ini telah memakaikan kulit singa pada dirinya
dan berkeliaran di hutan ini, berpura-pura menjadi Aslan."

92 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jill bertanya-tanya selama sesaat apakah si kera telah gila. Apakah
dia akan mengungkapkan seluruh kebenarannya? Erangan ketakutan
dan kemarahan dikeluarkan para Hewan.
"Grrr!" terdengar geraman. "Siapa dia? Di mana dia? Biarkan aku
mencabiknya dengan gigiku!"
"Dia terlihat kemarin malam," teriak si kera, "tapi dia telah
melarikan diri. Dia seekor keledai! Keledai biasa yang menyedihkan!
Kalau salah satu dari kalian melihat keledai itu-"
"Grrr!" geram para hewan.
"Tentu, tentu. Sebaiknya dia tidak muncul di hadapan kami." Jill
menatap sang raja.
Mulut Tirian terbuka dan wajahnya penuh kengerian. Kemudian dia
mengerti kecurangan licik rencana musuh. Dengan mencampurkan
sedikit kebenaran bersama kebohongan mereka telah membuat tipuan
mereka menjadi lebih kuat. Apa gunanya, sekarang, memberitahu
para Hewan bahwa ada keledai yang berpenampilan seperti singa
untuk menipu mereka? Si kera hanya bakal perlu berkata, "Itulah yang
baru saja kukatakan." Apa gunanya menunjukkan Puzzle dengan kulit
singanya? Mereka hanya akan menyerangnya.
"Dan matilah angin di layar kita," bisik Eustace.
"Tanah telah dirampas dari kaki kita," kata Tirian.
"Terkutuk, terkutuklah kelicikan ini!" kata Poggin. "Aku berani
bersumpah kebohongan baru ini hasil pemikiran Ginger."
***

93 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB SEPULUH
Siapa yang Akan Pergi ke Istal?

Jill merasakan sesuatu menggelitiki telinganya. Ternyata jewel si


unicorn, berbisik kepadanya dengan mulut kuda yang lebar. Segera
setelah mendengar kata-kata jewel, dia mengangguk dan berjingkat
pergi ke tempat Puzzle berdiri.
Dengan cepat dan tanpa suara, dia memotong tali terakhir yang
mengikat kulit singa ke keledai itu. Tidak akan ada gunanya bila dia
ditangkap dengan mengenakan itu, setelah kata-kata Kera tadi! Jill
ingin menyembunyikan kulit itu di suatu tempat yang sangat jauh, tapi
kulit tersebut terlalu berat. Tindakan terbaik yang bisa dilakukannya
adalah menendangnya ke tengah sesemakan yang paling lebat.
Kemudian dia memberikan sinyalsinyal kepada Puzzle untuk
mengikutinya dan mereka berdua bergabung dengan yang lain.
Si kera sedang berbicara lagi. "Dan setelah kejadian buruk seperti
itu, Aslan-Tashlan menjadi lebih murka daripada sebelumnya. Dia
berkata dia telah bersikap terlalu baik pada kalian, keluar setiap
malam agar kalian bisa melihatnya! Nah, dia tidak akan keluar lagi."
Lolongan, meongan, cicitan, dan geraman terdengar sebagai reaksi
para Hewan terhadap berita ini, tapi mendadak suara yang sangat
berbeda terdengar bersama tawa keras. "Dengarkan kata-kata si
monyet," teriaknya. "Kita tahu kenapa dia tidak akan mengeluarkan
Aslan-nya yang tersayang. Aku akan memberitahu kalian sebabnya:
karena Aslan-nya tidak ada. Dia tidak pernah memiliki apa pun
kecuali keledai tua dengan kulit singa di punggungnya. Sekarang dia
kehilangan itu dan tidak tahu harus bagaimana."
Tirian tidak bisa melihat wajah-wajah di sisi lain api unggun dengan
jelas, tapi dia menebak itu suara Griffle si Pemimpin Dwarf. Dan dia

94 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
cukup yakin akan soal ini ketika, sedetik kemudian, seluruh suara
dwarf mendukungnya, bernyanyi: "Tidak tahu harus bagaimana!
Tidak tahu harus bagaimana! Tidak tahu harus bagaimana-a-a!"
"Diam!" bentak Rishda Tarkaan.
"Diam, anak-anak lumpur! Dengarkan aku, warga Narnia yang lain,
kalau tidak aku akan memberikan perintah kepada para pejuangku
untuk menertibkan kalian dengan ujung pedang. Lord Shift telah
memberitahu kalian tentang keledai penipu itu. Apakah kalian pikir,
karena keledai itu maka tidak ada Tashlan sungguhan di dalam istal?
Apakah begitu? Berhati-hatilah, berhati-hatilah!"
"Tidak, bukan," teriak sebagian besar makhluk. Tapi si dwarf
berkata, "Memang begitu, Kulit Gelap, kau benar. Ayolah, Monyet,
tunjukkan kepada kami apa yang ada di istal, kami akan percaya
setelah melihat dengan mata kepala sendiri."
Ketika selanjutnya keheningan merebak, si kera berkata, "Kalian
para dwarf mengira kalian begitu pintar, ya kan? Tapi tunggu dulu.
Aku tidak pernah berkata kau tidak bisa melihat Tashlan. Siapa pun
yang ingin, bisa melihatnya."
Seluruh hadirin terdiam.
Kemudian, setelah nyaris satu menit, Beruang mulai berbicara
dengan suara pelan dan kebingungan: "Aku tidak terlalu mengerti
semua ini," dia menggumam, "kukira kau bilang-"
"Kaukira!" ulang si kera. "Seolah ada yang bisa menyebut apa yang
sedang terjadi di dalam kepalamu berpikir. Dengarkan, kalian semua.
Semua orang bisa melihat Tashlan. Tapi dia tidak mau keluar. Kalian
harus masuk dan melihatnya."
"Oh, terima kasih, terima kasih, terima kasih," kata lusinan suara.
"Itulah yang kami inginkan! Supaya kami bisa masuk dan bertatapan

95 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dengannya. Dan sekarang dia akan berbaik hati dan semuanya akan
kembali seperti dulu lagi."
Burung-burung berceloteh, dan para Anjing menggonggong penuh
semangat. Lalu mendadak, terjadi kehebohan besar dan terdengar
suara para makhluk bangkit berdiri, sedetik kemudian mereka akan
berbondong-bondong bergegas maju dan berusaha masuk ke pintu
istal secara bersama-sama.
Tapi si kera berteriak, "Mundur! Diam! Tunggu dulu."
Para Hewan berhenti, banyak di antara mereka dengan satu kaki
terangkat di udara, banyak di antara mereka dengan ekor bergoyang-
goyang, dan semuanya dengan kepala menoleh ke satu arah.
"Bukankah kau berkata," Beruang mulai berkata, tapi Shift
memotong.
"Siapa pun boleh masuk," katanya. "Tapi satu demi satu. Siapa yang
akan masuk pertama kali? Dia tidak berkata dia sedang merasa
berbaik hati. Dia jadi sering menjilati bibirnya sejak dia menelan Raja
yang pembelot malam lalu. Pagi ini dia banyak menggeram. Aku
sendiri tidak akan berminat masuk ke istal malam ini. Tapi terserah
kalian. Siapa yang mau masuk duluan? Jangan salahkan aku kalau dia
menelan kalian bulatbulat atau mencerai berai diri kalian menjadi
serpihan-serpihan kecil hanya dengan teror matanya. Itu masalah
kalian. Nah sekarang! Siapa yang akan duluan? Bagaimana kalau
salah satu dwarf kalian?"
"Konyol sekali, masuk dan terbunuh!" cemooh Griffle.
"Bagaimana kami bisa tahu apa yang kau simpan di dalam sana?"
"Ho-ho!" teriak si kera. "Jadi kau mulai berpikir memang ada
sesuatu di dalam sana, hah? Nah, kalian para Hewan mengeluarkan
begitu banyak suara semenit lalu. Kenapa kalian semua diam
sekarang? Siapa yang akan pergi duluan?"
96 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi para Hewan hanya berdiri berpandangan dan mulai mundur
menjauhi istal. Sangat sedikit ekor yang bergoyang-goyang sekarang.
Si kera berjalan pelan bolak-balik sambil meledek mereka. "Ho-ho-
ho!" dia terkekeh. "Kukira kalian semua sangat bersemangat
bertatapan langsung dengan Tashlan! Kalian berubah pikiran, hah?
Tirian menelengkan kepala untuk mendengar sesuatu yang berusaha
dibisikkan Jill ke telinganya. "Menurutmu apa yang sebenarnya ada di
dalam istal?" tanyanya.
"Siapa yang tahu?" kata Tirian. "Kemungkinan besar dua Calormen
dengan pedang terhunus di masingmasing sisi pintu."
"Kau tidak berpikir," kata Jill, "mungkin yang ada di sana--kau tahu,
kan--makhluk mengerikan yang pernah kita lihat itu?"
"Tash sendiri?" bisik Tirian.
"Tidak bisa dipastikan. Tapi beranikan dirimu, Nak, kita semua
berada di antara cakar Aslan asli."
Kemudian kejadian yang sangat mengejutkan terjadi. Ginger si
kucing berkata dengan suara tenang dan jelas, sama sekali tidak
terdengar penuh emosi, "Aku akan masuk, kalau kalian mau."
Setiap makhluk menoleh dan memandangi Kucing itu lekat-lekat.
"Perhatikan kelicikan mereka, Sire," kata Poggin kepada sang raja.
"Kucing terkutuk itu terlibat dalam rencana jahat ini, di tengah-
tengahnya. Aku berani bertaruh apa pun yang berada di dalam istal
tidak akan menyakitinya. Kemudian Ginger akan keluar lagi dan
berkata telah melihat keajaiban."
Tapi Tirian tidak mendapat kesempatan menanggapi ini si kera
sudah memanggil si kucing untuk maju. "Ho-ho!" kata si kera. "Jadi
kau, kucing Yang bersemangat, akan bertatapan langsung dengan Dia.
Silakan saja, kalau begitu! Aku akan membuka pintunya untukmu.
97 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jangan salahkan aku kalau Dia membuatmu ngeri sehingga kumismu
copot. Itu masalahmu sendiri."
Lalu Kucing itu bangkit dan bergerak dari posisinya di dalam
kerumunan, berjalan anggun dan penuh kebanggaan, dengan ekor
terangkat, tidak selembar bulu pun di tubuhnya yang halus dan
mengilap berada di tempat yang salah. Ginger berjalan hingga
melewati api unggun dan begitu dekat sehingga Tirian, dari
tempatnya berdiri dengan bahu bersandar di dinding belakang istal,
bisa melihat tepat ke wajahnya. Mata hijau besarnya tidak berkedip.
"Setenang nyiur melambai," gumam Eustace. "Dia tahu tidak ada
yang perlu ditakutinya."
Si kera, terkekeh dan menampilkan ekspresi aneh, bergerak
menyeberang hingga berada di samping si kucing, mengangkat
tangannya, menarik palang kayu, dan membuka pintu. Tirian berpikir
dia bisa mendengar si kucing mendengkur saat dia berjalan masuk ke
ambang pintu yang gelap.
"Aii-aii-aouwii!-" Jeritan paling mengerikan yang pernah kaudengar
membuat semua makhluk tersentak. Kalau kau pernah terbangun
karena kucing berkelahi atau berkasih-kasihan di atap di tengah
malam, kau pasti tahu bagaimana suaranya. Suara kali ini lebih buruk.
Si kera terdorong hingga terjatuh oleh Ginger yang melompat keluar
dari istal dengan kecepatan penuh. Kalau kau belum pernah melihat
Kucing itu, kau mungkin akan mengira dia kilat berwarna oranye. Dia
melesat melintasi rerumputan terbuka, kembali ke tengah kerumunan.
Tidak ada yang mau menemui seekor kucing yang berada dalam
keadaan seperti itu. Kau bisa melihat para hewan menyingkir dan
dirinya ke kiri dan ke kanan. Dia berlari memanjat pohon,
memutarinya dengan cepat, dan menjulurkan kepala ke arah bawah.
Bulu-bulu ekornya berdiri sampai nyaris setebal seluruh tubuhnya,

98 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
matanya seperti api hijau sebesar piring, di sepanjang punggungnya
setiap bulu juga berdiri tegak.
"Aku akan memberikan janggutku," bisik Poggin, "untuk
mengetahui apakah hewan licik itu hanya bersandiwara atau apakah
dia telah melihat sesuatu di dalam sana yang menakutinya!"
"Tenang dulu, teman," kata Tirian, karena si kapten dan si kera juga
sedang berbisik-bisik dan dia ingin mendengar apa yang mereka
bicarakan. Tirian tidak berhasil, dia hanya mendengar si kera sekali
lagi mengeluh, "Kepalaku, kepalaku," tapi dia menduga makhluk itu
juga sama herannya dengan tingkah laku Kucing tersebut, seperti
dirinya.
"Sekarang Ginger," kata Kapten. "Tenangkan dirimu. Beritahu
mereka apa yang telah kaulihat."
"Aii-Aii-Aauw-Awah," teriak si kucing.
"Bukankah kau Hewan yang Bisa Berbicara?" kata si kapten.
"Kendalikan suara-suara tak jelasmu dan bicaralah." Yang mengikuti
kata-kata ini cukup mengerikan.
Tirian merasa sangat yakin (begitu juga yang lain) bahwa Kucing itu
berusaha mengatakan sesuatu, tapi yang keluar dari mulutnya hanya
suarasuara khas kucing biasa yang menyebaikan yang bisa kaudengar
keluar dari mulut kucing marah atau takut mana pun di halaman
belakang Inggris. Dan semakin lama dia bersuara, semakin dia tidak
tampak seperti Hewan yang Bisa Berbicara. Erangan gelisah dan
pekikan tajam pelan terdengar dari kerumunan Hewan.
"Lihat, lihat!" kata suara Beruang. "Dia tidak bisa berbicara. Dia
telah lupa caranya berbicara! Dia telah kembali menjadi hewan yang
bodoh. Lihat wajahnya." Semua makhluk melihat ini memang benar.
Kemudian ketakutan terbesar menyebar di kalangan warga Narnia.

99 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Karena setiap makhluk Narnia telah diajarkan-ketika mereka masih
kanak-kanak -- bagaimana Aslan di permulaan penciptaan dunia telah
mengubah para hewan Narnia menjadi Hewan yang Bisa Berbicara
dan memperingatkan mereka bahwa kalau mereka bersikap tidak baik,
suatu hari mereka akan kembali seperti dulu dan menjadi hewan-
hewan tidak berakal yang malang yang biasa ditemukan di negeri-
negeri lain.
"Dan kini hukuman ini akan mendatangi kita," mereka mengerang.
"Ampun! Ampun!" erang para hewan. "Lindungi kami, Lord Shift,
jadilah jembatan antara kami dan Aslan, kau harus selalu masuk dan
berbicara padanya untuk kami. Kami tidak berani, tidak berani."
Ginger menghilang lebih jauh ke atas pohon. Tidak ada yang pernah
melihatnya lagi.
Tirian berdiri dengan tangan di gagang pedang dan kepalanya
menunduk. Dia terpesona pada segala horor yang dibawa malam itu.
Terkadang dia berpikir akan jadi tindakan yang terbaik untuk segera
menghunus pedang dan menyerbu orang-orang Calormen itu, namun
di detik berikutnya dia berpikir akan lebih bijaksana untuk menunggu
dan melihat perkembangan baru apa yang akan dialami permasalahan
ini. Dan kini perkembangan baru telah tiba.
"Ayahku," terdengar suara keras dan jelas dari sebelah kiri
kerumunan. Tirian langsung tahu salah satu orang Calormen-lah yang
berbicara, karena dalam pasukan Tisroc, prajurit terbiasa memanggil
perwira "Tuanku" tapi para perwira memanggil perwira senior mereka
"Ayahku".
Jill dan Eustace tidak tahu soal ini tapi, setelah menengok ke sana
kemari, mereka lihat si pembicara, karena tentu saja orangorang di
sebelah pinggir kerumunan lebih mudah dilihat daripada yang berada
di tengah, tempat kobaran api membuat semua yang berada di
belakangnya agak hitam. Pria itu muda, tinggi, dan langsing, dan
100 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bahkan agak tampan dengan kulit gelap dan keangkuhan khas bangsa
Calormen.
"Ayahku," katanya kepada Kapten, "aku juga ingin mencoba
masuk."
"Diamlah, Emeth," kata Kapten. "Siapa yang menyuruhmu bicara?
Apakah patut anak muda berbicara tanpa diminta?"
"Ayahku," kata Emeth. "Aku memang lebih belia daripadamu,
namun dalam diriku juga mengalir darah Tarkaan yang sama seperti
dalam tubuhmu, aku juga hamba Tash. Karena itu''
"Diam," kata Rishda Tarkaan. "Bukankah aku kaptenmu? Istal itu
bukan urusanmu. Istal itu untuk warga Narnia."
"Tidak, ayahku," ucap Emeth.
"Kau telah berkata Aslan mereka dan Tash kita adalah satu. Dan jika
itu memang kebenaran, kalau begitu Tash sendiri ada di dalam sana.
Dan bagaimana kau bisa berkata Dia bukan urusanku? Karena aku
rela mati seribu kali kalau aku bisa melihat wajah Tash meski barang
sekali."
"Kau seorang bodoh yang tidak mengerti apa pun," kata Rishda
Tarkaan. "Kau akan mendapat masalah besar."
Wajah Emeth menjadi tegas. "Jadi apakah tidak benar bahwa Tash
dan Aslan adalah satu?" tanyanya. "Apakah si kera telah berbohong
pada kita?"
"Tentu saja mereka adalah satu," jawab si kera.
"Bersumpahlah, Kera," kata Emeth.
"Oh, ya ampun!" keluh Shift. "Kalau saja kalian mau berhenti
menggangguku. Kepalaku sakit sekali. Baiklah, baiklah, aku
bersumpah."

101 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Kalau begitu, ayahku," kata Emeth, "aku benar-benar bertekad akan
masuk ke sana."
"Bodoh," kata Rishda Tarkaan memulai, tapi para dwarf mulai
berteriak,
"Ayolah, kulit gelap. Kenapa kau tidak membiarkannya? Kenapa
kau membiarkan warga Narnia masuk tapi tidak membolehkan orang-
orangmu sendiri ke sana? Apa yang kausimpan di sana sehingga kau
tidak mau orangorangmu sendiri menemuinya?"
Tirian dan teman-temannya hanya bisa melihat punggung Rishda
Tarkaan, jadi mereka tidak pernah tahu bagaimana wajahnya saat dia
mengangkat bahu dan berkata, "Kalian akan menjadi saksi bahwa aku
tidak bersalah atas darah pemuda bodoh ini. Masuklah, pemuda
ceroboh, dan cepat lakukan."
Kemudian, seperti yang telah dilakukan Ginger, Emeth berjalan
maju menuju bagian rumput terbuka di antara api unggun dan istal.
Matanya bersinar, wajahnya sangat serius, tangannya berada di
gagang pedang, dan dia mengangkat kepalanya. Jill ingin menangis
ketika melihat wajahnya. Dan jewel berbisik di telinga sang raja,
"Demi surai sang singa, aku hampir menyukai pejuang muda ini,
walaupun dia seorang Calormen. Dia pantas mendapatkan dewa yang
lebih baik daripada Tash."
"Aku betul-betul berharap kita tahu apa yang sebenarnya ada di
dalam sana," kata Eustace.
Emeth membuka pintu dan masuk, ke mulut hitam istal. Dia
menutup pintu di belakangnya. Hanya beberapa detik lewat-meski
terasa lebih lama daripada itu-sebelum pintu tersebut terbuka lagi.
Sosok dengan baju besi Calormen terjatuh keluar, tergeletak
telentang, dan berbaring bergeming: pintu tertutup di belakangnya.

102 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Si kapten melompat mendekatinya dan membungkuk untuk menatap
wajahnya. Dia bergerak mendadak karena terkejut. Kemudian dia
mengendalikan diri dan menghadap para hadirin, berteriak: "Pemuda
ceroboh ini telah mendapatkan keinginannya. Dia telah melihat Tash
dan mati. Kalian semua harus menjadikan ini peringatan."
"Tentu, tentu," kata para Hewan yang malang.
Tapi Tirian dan teman-temannya memandangi pemuda Calormen
yang meninggal itu kemudian berpandangan. Karena mereka, dengan
posisi yang sangat dekat, bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat
para hadirin karena berada jauh dan di balik api unggun: pria yang
mati itu bukan Emeth. Orang itu sangat berbeda: pria yang lebih tua,
lebih berisi dan tidak terlalu tinggi, dengan janggut tebal.
"Ho-ho-ho," si kera terkekeh. "Ada lagi? Ada lagi yang mau masuk?
Yah, karena kalian semua pemalu, aku akan memilih yang akan
masuk berikutnya. Kau, kau Babi Hutan! Ayo maju. Suruh dia maju,
para prajurit Calormen. Dia akan bertatap muka dengan Tashlan."
"O-o-mph," geram Babi Hutan, bangkit dengan berat hati. "Ayolah,
kalau begitu. Coba rasakan taringku."
Ketika Tirian melihat Hewan pemberani itu bersiap-siap bertempur
untuk mempertahankan nyawa-dan para prajurit Calormen mulai
merapat menghampirinya dengan pedang lengkung terhunus-dan
tidak ada yang membantunya sesuatu sepertinya meledak dalam
dirinya. Dia tidak lagi peduli apakah ini waktu yang terbaik untuk
turun tangan atau bukan.
"Hunus pedang," dia berbisik kepada yang lain. "Panah pada tali
busur. Ikuti aku."
Detik berikutnya warga Narnia terkejut melihat tujuh sosok
melompat maju ke depan istal, empat di antara mereka mengenakan
baju besi berkilauan.

103 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Pedang sang raja memantulkan cahaya api ketika dia
mengayunkannya di atas kepala dan berteriak dengan suara keras: "Di
sini aku berdiri, Tirian dari Narnia, demi nama Aslan, untuk
membuktikan dengan tubuhku bahwa Tash adalah iblis kejam, si kera
pengkhianat licik dan orang- orang Calormen ini pantas mati.
Datanglah ke sisiku, semua warga Narnia yang setia. Apakah kalian
akan menunggu hingga para tuan baru kalian membunuh kalian satu
demi satu?"
***

104 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB SEBELAS
Langkah Dipercepat

Secepat kilat, Rishda Tarkaan melompat ke belakang agar terhindar


dari jangkauan pedang sang raja. Dia bukanlah pengecut, dan akan
bertarung sendirian melawan Tirian dan si dwarf bila perlu. Tapi dia
tidak bisa menghadapi Elang dan Unicorn sekaligus. Dia tahu
bagaimana Elang bisa terbang ke wajahmu, mematuk matamu, dan
membutakanmu dengan sayap mereka. Dan dia telah mendengar dari
ayahnya (yang pernah menghadapi bangsa Narnia dalam peperangan)
bahwa tidak ada manusia, kecuali dengan panah, atau tombak
panjang, yang bisa mengalahkan unicorn, karena ketika mereka
berdiri dengan kaki belakang sambil menjatuhkan tubuh ke arahmu,
kau bakal harus menghadapi kaki, tanduk, dan giginya secara
bersamaan.
Jadi dia bergegas berlari ke arah kerumunan dan berdiri sambil
berteriak: "Berkumpul, berkumpul kemari, para prajurit Tisroc,
semoga dia selamanya kekal. Kemari, semua warga Narnia yang setia,
bila tidak ingin kemarahan Tashlan jatuh kepadamu!"
Sementara ini terjadi, dua peristiwa juga berlangsung pada saat yang
sama. Si kera tidak menyadari bahaya yang mengancamnya secepat si
Tarkaan. Selama satu detik atau lebih, dia tetap berjongkok di
samping api unggun memandangi para pendatang baru.
Kemudian Tirian bergegas menghampiri makhluk menyedihkan itu,
mengangkatnya dengan mencengkeram punggung lehernya, dan
bergegas kembali ke istal sambil berteriak, "Buka pintunya!"
Poggin membukanya.
"Pergi dan minumlah racunmu sendiri, Shift!" kata Tirian dan dia
melemparkan si kera ke dalam kegelapan.
105 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tapi ketika si dwarf menutup keras pintu itu lagi, cahaya biru-
kehijauan yang membutakan keluar dari dalam istal, bumi bergetar,
lalu terdengar suara aneh-kuakan dan teriakan seolah itu suara serak
semacam monster burung.
Para Hewan mengerang, melolong, dan berteriak, "Tashlan!
Sembunyikan kami darinya!" dan banyak yang pingsan dan terjatuh,
juga banyak di antara mereka yang menyembunyikan wajah dengan
sayap atau cakar kaki. Tidak seorang pun kecuali Farsight si elang,
yang memiliki mata terbaik di antara semua makhluk hidup,
menyadari ekspresi wajah Rishda Tarkaan pada saat itu. Dan dari apa
yang dilihatnya, Farsight langsung tahu Rishda juga sama terkejutnya,
dan hampir setakut, semua orang.
Itulah orang, pikir Farsight, yang telah memanggil dewa-dewa yang
tidak dipercayainya. Bagaimana keadaannya nanti kalau mereka
benar-benar datang? Hal ketiga-yang juga terjadi pada waktu yang
sama-merupakan satu-satunya hal yang membahagiakan pada saat itu.
Setiap Anjing yang Bisa Berbicara dalam pertemuan tersebut (ada
sedikitnya lima belas ekor) datang bergabung dan menggonggong
penuh semangat di sisi Raja Tirian. Mereka kebanyakan anjing besar
dengan bahu kekar dan rahang besar. Kedatangan mereka seperti
ombak besar di pantai: ombak yang nyaris mendorongmu jatuh.
Karena walaupun mereka Anjing yang Bisa Berbicara, mereka juga
punya tingkah laku seperti anjing biasa: dan mereka semua berdiri
dengan kaki belakang dan meletakkan kaki depan ke bahu para
manusia dan menjllatl wajah mereka, semua berkata bersamaan,
"Selamat datang! Selamat datang! Kami akan membantu, kami bantu,
bantu, bantu. Tunjukkan bagaimana caranya membantu, tunjukkan
bagaimana, bagaimana. Bagaimana-bagaimana-bagaimana?"
Kejadian ini begitu indah sehingga bisa membuatmu ingin menangis.
Ini, akhirnya, adalah sejenis kejadian yang mereka harapkan. Dan
ketika, sedetik kemudian, beberapa hewan kecil (tikus, tikus tanah,
106 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bajing, dan sejenisnya) datang berlari dengan langkah-langkah kecil,
berdecitdecit bahagia, dan berkata, "Lihat, lihat. Kami di sini," dan
ketika, setelah itu, Beruang dan Babi Hutan juga datang, Eustace
mulai merasa bahwa mungkin ternyata segalanya akan berjalan baik.
Tapi Tirian melihat ke sekeliling dan melihat betapa sedikitnya
hewan yang pindah. "Kemari! Kemari!" dia berteriak. "Apakah kalian
semua telah menjadi pengecut sejak aku menjadi raja kalian?"
"Kami tidak berani," rintih lusinan suara. "Tashlan akan marah.
Lindungi kami dari Tashlan."
"Di mana semua Kuda yang Bisa Berbicara?" kata Tirian kepada
Babi Hutan.
"Kami melihat mereka, kami melihat mereka," cicit Tikus. "Si kera
telah membuat mereka bekerja. Mereka semua diikat-di bawah bukit."
"Kalau begitu, kalian para makhluk kecil," kata Tirian, "kalian
pengerat, penggerogot, dan penghancur kacang, pergilah secepat
kalian bisa berlari dan cari tahu apakah para Kuda berada di pihak
kita. Dan kalau memang begitu, gunakan gigi kalian untuk melepas
tali-tali yang mengikat mereka dan gerogoti hingga para Kuda bebas
dan bawa mereka ke sini."
"Dengan itikad baik, Sire," terdengar suara-suara kecil, dan bersama
kibasan ekor, kelompok bermata jeli dan bergigi tajam itu berangkat.
Tirian tersenyum hanya karena rasa sayang ketika memerhatikan
mereka pergi. Tapi waktunya sudah tiba untuk memikirkan halhal
lain. Rishda Tarkaan sedang memberikan perintah-perintah.
"Maju," katanya. "Sebisa mungkin tangkap mereka hidup-hidup dan
lemparkan mereka ke dalam istal, atau desak mereka ke dalam sana.
Ketika mereka semua sudah berada di dalam, kita akan membakar
istal dan menjadikan mereka persembahan untuk dewa agung Tash."

107 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Hah!" kata Farsight kepada dirinya sendiri. "Jadi inilah cara yang
akan digunakannya dengan harapan mendapatkan maaf Tash karena
ketidakyakinannya."
Barisan musuh-sekitar setengah kekuatan Rishda-kini mulai berjalan
maju, dan Tirian nyaris tidak memiliki waktu untuk memberikan
perintah. "Ke kiri, Jill, dan berusahalah menembak sebanyak mungkin
sebelum mereka mencapai kita. Babi Hutan dan Beruang ambil posisi
di sampingnya. Poggin pada sebelah kiriku, Eustace kanan. Ambil
sayap kanan, jewel. Bantu dia, Puzzle, dan gunakan kaki-kakimu.
Melayang dan menyerang, Farsight. Kalian para Anjing, tetaplah di
belakang. Masuk ke antara mereka ketika perang dengan pedang
sudah dimulai. Aslan akan membantu kita!"
Eustace berdiri dengan hati berdebar kencang, berharap dan berharap
dia akan merasa berani. Dia belum pernah melihat apa pun (walaupun
dia sudah pernah melihat naga dan ular laut raksasa) yang bisa
membuat darahnya terasa begitu dingin seperti barisan pria berwajah
gelap dan bermata berkilau itu. Ada lima belas orang Calormen,
Banteng yang Bisa Berbicara Narnia, Slinkey si rubah, dan Wraggle
si satyr-dewa hutan. Kemudian dia mendengar suara dentingan tali
busur dan lesatan anak panah di sebelah kirinya, lalu satu Calormen
terjatuh, kemudian dentingan dan lesatan lagi lalu si satyr tergeletak.
"Oh, bagus sekali, putri Hawa!" terdengar suara Tirian, kemudian
musuh mencapai mereka.
Eustace tidak pernah ingat apa yang terjadi dalam dua menit
berikutnya. Semua seperti mimpi (sejenis mimpi yang biasa kaualami
ketika suhu tubuhmu lebih dari tiga puluh tujuh derajat celsius)
sampai dia mendengar suara Rishda Tarkaan berteriak dari kejauhan:
"Mundur. Pergi ke belakang dan bentuk ulang barisan."
Kemudian Eustace kembali kepada kesadarannya dan melihat
pasukan Calormen berlari mundur untuk bergabung dengan teman-

108 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
temannya. Tapi tidak semua. Dua orang terbaring mati, tertusuk
tanduk jewel, satu karena pedang Tirian. Si rubah tergeletak mati di
dekat kakinya sendiri, dan dia bertanyatanya apakah dia yang telah
membunuhnya. Si banteng juga terjatuh, matanya tertusuk panah Jill
dan sisi tubuhnya terhunjam taring Babi Hutan. Tapi pihak kita juga
mengalami kehilangan. Tiga anjing terbunuh dan yang keempat
tertatihtatih di belakang barisan dengan tiga kaki dan merintih.
Beruang berbaring di tanah, bergerak lemah. Kemudian Beruang itu
bergumam dengan suara seraknya, kebingungan hingga akhir, "Aku-
aku tidak-mengerti," membaringkan kepala besarnya ke rumput tanpa
suara seperti anak yang akan tidur, lalu tidak pernah bergerak lagi.
Bahkan sebenarnya, penyerangan pertama telah gagal. Eustace
tampaknya tidak mampu merasa lega soal ini: dia haus sekali dan
lengannya terasa sangat nyeri.
Ketika para orang Calormen yang terkalahkan mundur ke
pemimpinnya, para dwarf mulai meledek mereka. "Sudah cukup,
Kulit Gelap?" mereka berteriak. "Tidakkah kalian menyukainya?
Kenapa Tarkaan hebatmu tidak maju dan bertarung sendiri, bukannya
mengirimkan kalian untuk dibunuh? Para kulit gelap yang malang!"
"Dwarf!" teriak Tirian. "Kemarilah dan gunakan pedang kalian,
bukan lidah. Masih ada waktu. Para dwarf Narnia! Kalian bisa
bertarung dengan baik, aku tahu itu. Kembalilah kepada kesetiaan
kalian."
"Huh!" cemooh para dwarf.
"Lupakan saja. Kau sama banyak bicaranya seperti yang lain. Kami
tidak menginginkan raja mana pun. Bangsa dwarf adalah untuk
bangsa dwarf. Huu!"
Kemudian bunyi genderang dimulai: bukan genderang dwarf kali ini,
melainkan genderang besar Calormen yang terbuat dari kulit kerbau.
Sejak pertama, anak-anak langsung membenci bunyinya. Bumbum-

109 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
ba-ba-bum, begitu bunyinya. Tapi mereka akan lebih membencinya
kalau mereka tahu apa arti tabuhan itu.
Tirian tahu. Itu berarti ada pasukan Calormen lain di suatu tempat
tidak jauh dari sana dan bahwa Rishda Tarkaan sedang memanggil
mereka untuk meminta bantuan. Tirian dan jewel berpandangan sedih.
Mereka baru mulai berharap mereka mungkin bisa menang malam itu:
tapi semuanya akan berakhir untuk mereka bila musuh-musuh baru
muncul. Tirian memandang ke sekitarnya dengan putus asa. Beberapa
Narnia berdiri bersama pasukan Calormen, entah apakah karena
pengkhianatan atau karena benar-benar takut pada "Tashlan".
Warga Narnia yang lain duduk bergeming, memandang, tidak
tertarik bergabung dengan pihak mana pun. Tapi kini lebih sedikit
hewan yang tertinggal: kerumunan menipis. Jelas sekali, beberapa di
antara mereka telah menyelinap pergi pada saat pertempuran
berlangsung.
Bum-bum-ba-ba-bum, genderang mengerikan itu terus ditabuh.
Kemudian suara lain untuk bergabung dengannya. "Dengar!" kata
Jewel, kemudian, "Lihat!" kata Farsight.
Sedetik kemudian tidak diragukan lagi apa yang datang. Bersama
entakan langkah kaki, kepala dikibaskan, lubang hidung melebar, dan
surai melambai, lebih dari dua puluh Kuda yang Bisa Berbicara
Narnia datang menyerbu dari bukit. Para hewan pengerat dan
penggerogot telah melakukan tugas mereka.
Poggin si dwarf dan anak-anak membuka mulut untuk bersorak tapi
sorakan itu tidak pernah disuarakan. Mendadak udara dipenuhi suara
tarikan tali busur dan desisan panah. Para dwarf-lah yang
menembakkan panah dan selama sesaat Jill nyaris tidak bisa
memercayai matanya-mereka menembaki para Kuda. Bangsa dwarf
merupakan pemanah ulung. Kuda demi Kuda berjatuhan. Tidak satu
pun Hewan agung itu berhasil mencapai Raja.

110 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Pengacau kecil!" pekik Eustace, melompat-lompat marah.
"Pengkhianat kecil yang kotor dan jahat." Bahkan jewel pun berkata,
"Bolehkah aku menyerang para dwarf itu, Sire, dan menusuk sepuluh
di antara mereka pada setiap lompatan?"
Tapi Tirian berkata dengan wajah sekaku batu, "Tetaplah di
tempatmu, Jewel. Kalau kau harus menangis, Sayang," (kata-kata ini
ditujukan kepada Jill), "tolehkan kepalamu ke samping dan pastikan
kau tidak membasahi tali busurmu. Dan tenanglah, Eustace. Jangan
mengomel, seperti pelayan dapur. Tidak ada kesatria yang mengomel.
Kata-kata mulia atau serangan ampuh merupakan satu-satunya bahasa
yang mereka kenal."
Tapi si dwarf balik meledek Eustace. "Kau terkejut melihatnya kan,
anak kecil? Kau mengira kami berada di pihakmu, kan? Jangan
khawatir. Kami tidak menginginkan Kuda yang Bisa berbicara. Kami
tidak mau kalian menang, seperti kami tidak ingin mereka menang.
Kau tidak bisa mengajak kami. Bangsa dwarf adalah untuk bangsa
dwarf."
Rishda Tarkaan masih berbicara dengan para prajuritnya, tidak perlu
diragukan sedang membuat rencana penyerangan berikutnya dan
mungkin menyesali kenapa dia tidak mengerahkan seluruh
kekuatannya pada penyerangan pertama. Genderang ditabuh.
Kemudian, bersama rasa horor, Tirian dan teman-temannya
mendengar, samar dan jauh seolah berasal dari suatu tempat jauh
sekali, bunyi genderang balasan. Pasukan Calormen lain telah
mendengar sinyal Rishda dan akan datang untuk mendukungnya.
Kau tidak akan menduga Tirian kini sama sekali telah kehilangan
harapan dengan melihat wajahnya. "Dengar," dia berbisik dengan
nada langsungke-inti-permasalahan, "kita harus menyerang sekarang,
sebelum para penjahat itu diperkuat teman-temannya yang datang dari
jauh."

111 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Coba pertimbangkan lagi, Sire," kata Poggin, "di belakang kita kini
ada tembok kayu tebal istal. Kalau kita maju, bukankah kita akan
dengan mudah dikepung dan menerima serangan pedang dari segala
arah?"
"Aku juga berpendapat sama, Dwarf," kata Tirian, "kalau saja
rencana mereka bukan untuk memaksa kita masuk ke istal. Semakin
jauh kita dari pintunya yang mematikan, semakin baik."
"Sang raja benar," kata Fairsight. "Jauh dari istal terkutuk ini dan
iblis apa pun yang berada di dalamnya, apa pun yang terjadi."
"Ya, aku setuju," kata Eustace. "Aku bahkan mulai membenci
melihatnya."
"Bagus," kata Tirian.
"Sekarang lihat lebih jauh ke arah kiri kita. Kau akan melihat batu
besar yang bersinar putih seperti marmer dalam sinar api unggun.
Pertama kita akan menyerang pasukan Calormen dengan kekuatan
penuh. Kau, gadis kecil, akan bergerak ke sebelah kiri kita sambil
menembak secepat yang kau bisa ke arah mereka, dan kau, Elang,
terbanglah ke wajah mereka dari sebelah kanan. Sementara itu kami
akan menyerang dari depan. Ketika kita sudah sangat dekat dengan
mereka, Jill, sehingga kau tidak bisa lagi memanah mereka karena
khawatir malah mengenai kami, mundurlah ke batu putih dan tunggu
di sana. Yang lain, tajamkan pendengaran kalian selama pertempuran.
Kita harus membuat mereka terdesak dalam hitungan menit atau tidak
sama sekali, karena jumlah kita lebih sedikit daripada mereka. Segera
setelah aku berteriak Mundur, semua bergegas menyusul Jill di batu
putih, di sana kita akan mendapatkan perlindungan dari belakang dan
bisa bernapas sebentar. Sekarang, majulah, Jill."
Merasa teramat sendirian, Jill berlari sekitar enam meter, meletakkan
kaki kanannya ke belakang dan kaki kirinya ke depan, lalu memasang

112 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
panah di tali busurnya. Dia berdoa tangannya tidak gemetaran sehebat
itu.
"Benar-benar tembakan yang payah!" katanya ketika panah
pertamanya melesat ke arah musuh dan terbang melewati kepala
mereka.
Tapi dia langsung memasang panah lagi di busurnya, dia tahu
kecepatanlah yang terpenting saat ini. Dia melihat sesuatu yang besar
dan hitam berkelebat ke wajah-wajah orang Calormen. Itu Farsight.
Pertama satu orang, kemudian satu lagi, menjatuhkan pedangnya dan
mengangkat kedua tangan untuk menjaga mata mereka. Lalu salah
satu panah Jill sendiri menusuk seorang prajurit, dan satu lagi
menghunjam serigala Narnia, yang tampaknya telah bergabung
dengan musuh.
Tapi dia baru menembak beberapa detik ketika harus berhenti.
Bersamaan dengan ayunan pedang, taring Babi Hutan, dan tanduk
Jewel, juga gonggongan dalam para anjing, Tirian dan pasukannya
menyerbu maju musuhnya, seperti orang-orang dalam perlombaan lari
seratus meter. Jill heran melihat betapa tidak siapnya pasukan
Calormen. Dia tidak menyadari ini merupakan akibat serangannya
dan sang elang. Hanya sedikit pasukan yang bisa melihat dengan baik
ke depan bila mereka dihujani panah dan satu sisi dan dipatuki elang
dari sisi lain.
"Oh, bagus sekali. Bagus sekali!" teriak Jill.
Pasukan Raja memecah belah pasukan musuh. Si unicorn
melemparkan orang-orang seperti kau melemparkan jerami dengan
garpu jerami, Bahkan Eustace tampak bagi Jill (yang bagaimanapun
tidak tahu banyak tentang keahlian berpedang) bertarung dengan
sangat hebat. Para Anjing menyerang leher para prajurit Calormen.
Penyerangan ini akan berhasil.

113 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Akhirnya kemenangan akan Bersama rasa shock yang dingin dan
mengerikan, Jill menyadari sesuatu yang aneh. Walaupun Calormen
berjatuhan pada setiap ayunan pedang Narnia, jumlah mereka
tampaknya tidak pernah berkurang. Bahkan, jumlah mereka
tampaknya menjadi lebih banyak sekarang daripada ketika
pertarungan dimulai. Mereka bertambah banyak setiap detiknya.
Mereka tersebar di berbagai sisi.
Tampak orang-orang Calormen baru. Orang-orang baru ini
membawa tombak. Ada begitu banyak warga bangsa ini sehingga Jill
nyaris tidak bisa melihat teman-temannya.
Kemudian dia mendengar suara Tirian berteriak: "Mundur! Ke
batu!" Pasukan musuh telah mendapat bantuan. Genderang telah
menjalankan tugasnya dengan baik.
***

114 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB DUA BELAS
Melewati Pintu Istal

Jill seharusnya sudah berada di belakang di batu putih, tapi dia


melupakan bagian perintah untuknya ini karena terlalu bersemangat
mengamati peperangan. Kini dia mengingatnya. Dia langsung
berbalik dan berlari menuju batu itu, dan tiba di sana tak lebih dari
sedetik sebelum yang lain menyusul. Hal yang sama pun terjadi pada
mereka semua, untuk sesaat punggung mereka menghadap pasukan
musuh. Mereka semua berbalik segera setelah mereka mencapai batu.
Pemandangan mengerikan menyambut mereka.
Seorang Calormen sedang berlari ke pintu istal membawa sesuatu
yang menendang dan meronta. Ketika pria itu berada di antara
pasukan Tirian dan api unggun, mereka bisa melihat dengan jelas
sosok si pria dan sosok yang digendongnya. Itu Eustace. Tirian dan si
unicorn bergegas maju untuk menolongnya. Tapi orang Calormen itu
kini lebih dekat ke pintu daripada mereka. Sebelum mereka mencapai
separo jarak, dia melemparkan Eustace ke dalam istal, menutup pintu
dan mengurungnya di sana. Setengah lusin lebih orang Calormen
berlari ke belakangnya.
Mereka membentuk barisan di daerah terbuka di depan istal. Tidak
ada kesempatan mendekati istal sekarang. Bahkan pada saat itu Jill
ingat untuk memalingkan wajah, jauh dari busurnya. "Bahkan kalau
aku tidak bisa berhenti terisak, aku tidak akan membiarkan tali
busurku basah," katanya.
"Awas panah!" kata Poggin tibatiba.
Semua orang merunduk dan menarik topi besi mereka baik-baik
hingga ke hidung. Para Anjing berjongkok di belakang. Tapi
walaupun beberapa panah mendatangi mereka, tak lama kemudian

115 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
jelas bahwa bukan mereka yang menjadi sasarannya. Griffle dan para
dwarfnya kembali menggunakan panah mereka. Kali iini dengan
tenangnya mereka menembaki Calormen.
"Teruskan, teman-teman!" terdengar suara Griffle.
"Bersama-sama. Hati-hati. Kita tidak menginginkan si orang kulit
gelap seperti juga kita tak menginginkan Monyet-atau Singa atau
Raja. Bangsa dwarf adalah untuk bangsa dwarf."
Apa pun yang kaukatakan tentang dwarf, tidak ada yang bisa
mengatakan mereka bukanlah pemberani. Dengan mudahnya mereka
bisa pergi ke tempat yang aman. Mereka lebih suka tetap tinggal dan
membunuh sebanyak mungkin pasukan dari dua pihak, kecuali ketika
kedua pihak cukup baik untuk tidak merepotkan mereka dengan
saling membunuh. Mereka menginginkan Narnia untuk diri mereka
sendiri. Yang mungkin tidak mereka pertimbangkan adalah pasukan
Calormen mengenakan baju rantai besi sedangkan para Kuda tidak
memiliki perlindungan. Selain itu pasukan Calormen memiliki
pemimpin.
Suara Rishda Tarkaan berteriak: "Tiga puluh di antara kalian tetap
menjaga orang-orang bodoh di balik batu putih. Sisanya, ikuti aku,
kita akan memberi para Putra Bumi ini pelajaran."
Tirian dan teman-temannya, masih terengah-engah akibat
pertempuran dan mensyukuri beberapa menit istirahat, berdiri dan
melihat sementara sang Tarkaan memimpin anak buahnya menyerang
bangsa dwarf. Pemandangan saat ini aneh. Kobaran api tenggelam
lebih rendah: cahaya yang dihasilkannya kini kian pudar dan
berwarna merah gelap. Sejauh yang bisa dilihat seseorang, seluruh
tempat pertemuan itu kini telah ditinggalkan kecuali oleh para dwarf
dan bangsa Calormen. Dalam pencahayaan seperti itu seseorang tidak
bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi. Kedengarannya
para dwarf memberikan perlawanan yang hebat.

116 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tirian bisa mendengar Griffle menggunakan bahasa yang teramat
kasar, dan sesekali sang Tarkaan berseru, "Tahan sebanyak yang
kalian bisa! Tangkap mereka hidup-hidup!"
Bagaimanapun pecahnya perang itu, perseteruan tidak berlangsung
lama. Suaranya segera menghilang. Kemudian Jill melihat sang
Tarkaan kembali berjalan menghampiri istal: sebelas orang
mengikutinya, menyeret sebelas dwarf yang diikat. (Apakah dwarf
yang lain telah terbunuh, atau sebagian dari mereka melarikan diri,
tidak pernah diketahui.)
"Lemparkan mereka ke dalam kuil Tash," kata Rishda Tarkaan.
Dan ketika kesebelas dwarf itu, satu demi satu, dilemparkan atau
ditendang ke dalam ambang pintu yang gelap kemudian pintu tersebut
tertutup lagi, sang Tarkaan membungkuk rendah ke arah istal dan
berkata: "Mereka juga persembahan untuk apimu, Lord Tash."
Lalu semua orang Calormen mengentakkan mata pedang mereka ke
perisai dan berteriak, "Tash! Tash! Dewa agung Tash! Tash yang tak
tergoyahkan!" (Kini tidak ada lagi segala omong kosong tentang
"Tashlan".)
Kelompok kecil di batu putih mengawasi kejadian ini dan berbisik
satu sama lain. Mereka telah menemukan aliran kecil air yang
menuruni batu dan minum sepuas-puasnya. Jill, Poggin, dan sang raja
dengan menangkupkan kedua tangan, sementara para makhluk
berkaki empat menjilati air dari kolam kecil yang terbentuk di bagian
bawah batu. Rasa haus mereka begitu menguasai sehingga air itu
terasa bagai minuman terlezat yang pernah mereka reguk seumur
hidup mereka, dan sementara minum mereka benar-benar bahagia dan
tidak bisa memikirkan hal yang lain.
"Aku merasakannya di tulangku," kata Poggin, "bahwa kita semua,
satu demi satu, akan melewati pintu gelap itu sebelum pagi tiba. Aku

117 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
bisa memikirkan seratus kematian yang lebih akan kupilih daripada
ini."
"Pintu itu memang mengerikan," kata Tirian. "Lebih seperti mulut."
"Oh, tidak adakah yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya?"
tanya Jill dengan suara gemetar.
"Tidak, teman baikku," kata jewel, menyentuh lembut Jill dengan
hidungnya. "Mungkin untuk kitalah pintu menuju negeri Aslan
terbuka dan kita akan bersantap di mejanya malam ini."
Rishda Tarkaan memutar punggungnya dari istal dan berjalan lambat
menuju tempat yang berada di depan batu putih. "Dengarlah,
"katanya. "Kalau si babi hutan, para Anjing, dan si unicorn mau
datang ke mari dan meminta belas kasihanku, hidup mereka akan
diampuni. Si babi hutan akan dimasukkan ke kandang di taman
Tisroc, para Anjing dikirim ke kandang anjing Tisroc, dan si unicorn,
setelah aku memerintahkan agar tanduknya digergaji, akan menarik
kereta. Tapi si elang, anak-anak, dan dia yang dulunya Raja akan
dipersembahkan kepada Tash malam ini."
Satu-satunya jawaban untuknya adalah geraman.
"Serang, Prajurit," kata sang Tarkaan. "Bunuh hewan-hewannya, tapi
tangkap makhluk berkaki duanya hidup-hidup."
Kemudian pertempuran terakhir Raja terakhir Narnia dimulai. Yang
membuat keadaan terasa berat, selain jumlah musuh, adalah
tombaknya. Para Calormen yang telah menyertai si kera sejak awal
tidak memiliki tombak: itu karena mereka datang ke Narnia satu-satu
atau berdua, berpura-pura menjadi para pedagang yang tidak
bermaksud jahat, dan tentu saja mereka tidak membawa tombak
karena tombak bukanlah sesuatu yang bisa kau sembunyikan.
Tombak-tombak baru harus masuk belakangan, setelah si kera kuat
dan mereka bisa menyerbu secara terbuka. Tombak itu membuat

118 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
perbedaan yang sangat kentara. Dengan tombak panjang kau bisa
membunuh babi hutan sebelum kau bisa dicapai taringnya dan
unicorn sebelum kau bisa ditusuk tanduknya, itu kalau kau sangat
cepat dan melindungi kepala. Dan kini tombak-tombak yang terhunus
mendekati Tirian dan teman-temannya yang tersisa. Menit berikutnya
mereka semua bertarung mati-matian.
Dalam satu sisi, keadaan tidaklah seburuk seperti yang mungkin
kaubayangkan. Ketika kau menggunakan setiap otot semaksimal
mungkin-menunduk menghindari tusukan ujung tombak di sini,
melompat ayunannya di sana, menerkam ke depan, mundur, berputar-
kau tidak punya banyak waktu untuk merasa takut ataupun sedih.
Tirian tahu dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk yang lain saat
ini, mereka semua akan menjelang kematian bersama. Samarsamar
dia melihat Babi Hutan terjatuh di salah satu sisinya, dan jewel
bertarung ganas di sisi lainnya. Dari sisi salah satu matanya dia
melihat, tapi hanya bisa melihat, prajurit Calormen besar menarik Jill
pergi dengan menjambak rambutnya. Tapi dia nyaris tidak
memikirkan semua itu.
Pikirannya kini hanyalah terfokus pada bagaimana menjual
nyawanya semahal mungkin. Kondisi terburuknya adalah dia tidak
bisa mempertahankan posisi awal pertempuran, yaitu di bawah batu
putih. Seseorang yang bertempur dengan selusin musuh sekaligus
harus mengambil kesempatan di mana pun dia bisa, harus menyerang
cepat setiap kali dia melihat dada atau leher musuh tidak terjaga.
Setelah beberapa ayunan pedang, tindakan ini mungkin akan cukup
menjauhkan posisimu dari tempat pertama kau berada. Tak lama
kemudian Tirian mendapati dirinya semakin jauh ke kanan, semakin
dekat ke istal. Di dalam benaknya, dia memiliki bayangan samar
bahwa ada alasan bagus yang membuatnya menjauhi tempat itu.
Tapi kini dia tidak bisa mengingat apa alasan itu. Lagi pula, dia tidak
bisa menghindari situasi. Mendadak segalanya menjadi sangat jelas.
119 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Dia mendapati dirinya melawan sang Tarkaan itu sendiri. Api unggun
(setidaknya yang tersisa) berada lurus di depan. Bahkan dia sedang
bertarung tepat di depan pintu istal, karena pintu itu kini terbuka dan
dua Calormen memegangi daunnya, siap segera menutupnya begitu
Tirian berada di dalam. Dia mengingat segalanya sekarang, dan dia
menyadari bahwa musuh telah memojokkannya ke istal dengan
sengaja sejak pertempuran dimulai.
Dan sementara memikirkan ini dia masih berkelahi melawan sang
Tarkaan sekeras yang dia bisa. Ide baru tebersit di dalam benak
Tirian. Dia menjatuhkan pedangnya, berlari ke depan, menghindari
ayunan pedang lengkung sang Tarkaan, menangkap sabuk musuh
dengan kedua tangannya, lalu melompat ke dalam istal sambil
berteriak: "Mari masuk dan temui sendiri Tash!"
Terdengar bunyi yang memekakkan telinga. Seperti ketika si kera
dilemparkan ke dalam, bumi bergetar dan tampak cahaya
membutakan. Para prajurit Calormen di luar berteriak, "Tash! Tash!"
dan menggebrak-gebrak pintu. Kalau Tash menginginkan kapten
mereka sendiri, Tash harus mendapatkannya. Mereka, apa pun yang
terjadi, tidak ingin bertemu Tash.
Selama sedetik atau dua detik, Tirian tidak tahu di mana dirinya
berada atau bahkan siapa dirinya. Kemudian dia berdiri dan
menunggu hingga tubuhnya seimbang, mengerdipkan mata, dan
melihat ke sekelilingnya. Di dalam istal ternyata tidak gelap, seperti
yang tadi diduganya. Dia berada dalam cahaya yang sangat terang:
itulah sebabnya dia mengedip-ngedip.
Dia berbalik untuk melihat Rishda Tarkaan, tapi Rishda tidak sedang
menatapnya. Rishda menyuarakan erangan keras dan menunjuk,
kemudian dia menutupi wajah dengan kedua tangan dan terjatuh
terkapar, tubuh menelungkup, ke tanah. Tirian melihat ke arah
kemana sang Tarkaan tadi menunjuk. Kemudian dia mengerti.

120 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Sosok mengerikan datang menghampiri mereka. Sosok itu lebih
kecil daripada rupa yang mereka lihat dari menara, walaupun masih
lebih besar daripada manusia, dan bentuknya sama. Sosok itu
berkepala burung pemangsa dan empat lengan. Paruhnya terbuka dan
matanya bersinar. Suara kaokan keluar dari paruhnya.
"Kau telah memanggilku ke Narnia, Rishda Tarkaan. Inilah aku. Apa
yang akan kaukatakan?
Tapi sang Tarkaan tidak mengangkat kepalanya dari tanah maupun
mengatakan apa pun. Tubuhnya gemetaran seperti seseorang yang
sedang diserang cegukan parah. Dia cukup berani dalam pertempuran:
tapi separo keberaniannya telah meninggalkannya di awal malam
tersebut ketika dia mulai mencurigai bahwa mungkin ada Tash
sungguhan. Sisa keberanian kini telah meninggalkannya sekarang.
Bersamaan dengan entakan tiba-tiba-seperti ayam betina mematuk
untuk menangkap cacing—Tash melompat ke Rishda yang malang
dan meletakkannya di bawah bagian atas dua lengan kanannya.
Kemudian Tash memutar kepalanya ke samping untuk memandangi
Tirian dengan salah satu matanya yang mengerikan: karena tentu saja,
berhubung dia berkepala burung, dia tidak bisa melihatmu lurus-lurus.
Tapi segera, dari belakang Tash, sekuat dan setenang lautan musim
panas, sebuah suara berkata: "Pergilah, monster, dan bawa mangsa
yang menjadi hakmu ke tempatmu sendiri: dengan nama Aslan dan
Ayah Agung Aslan, Kaisar Seberang Lautan."
Makhluk mengerikan itu menghilang, dengan sang Tarkaan masih di
bawah lengannya. Dan Tirian berbalik untuk melihat siapa yang telah
berbicara. Kemudian yang dia lihat membuat jantungnya berdetak
lebih keras daripada dentumannya dalam pertempuran mana pun.
Tujuh sosok, Raja dan Ratu, berdiri di hadapannya, semua dengan
mahkota di kepala dan pakaian berkilauan, namun para Raja juga

121 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
mengenakan baju rantai besi dengan memegang pedang yang
terhunus di tangan.
Tirian membungkuk penuh hormat dan baru akan berbicara ketika
Ratu yang termuda tertawa. Tirian menatap lekat wajahnya, kemudian
terperangah takjub, karena dia mengenalinya.
Ratu itu Jill: tapi bukan Jill dengan penampilan yang terakhir kali
dilihatnya, dengan wajah penuh lumpur dan air mata, serta gaun katun
kasar tua yang menjuntai turun di salah satu bahu. Kini anak
perempuan itu tampak sejuk dan segar, sesegar bila dia baru saja
datang sehabis mandi. Dan awalnya, Tirian mengira Jill tampak lebih
dewasa, tapi kemudian tidak, lalu dia tidak pernah bisa memutuskan
pendapatnya tentang hal itu. Lalu dia melihat Raja yang paling muda
adalah Eustace: tapi anak lelaki itu juga berubah seperti Jill.
Mendadak Tirian merasa canggung karena berada bersama orang-
orang ini dengan darah, debu, dan keringat pertempuran masih
mengotorinya. Detik berikutnya dia menyadari bahwa dirinya sama
sekali tidak dalam keadaan demikian. Dia segar, merasa sejuk, dan
bersih, serta mengenakan pakaian sangat indah seperti yang dia
kenakan dalam pesta besar di Cair Paravel. (Tapi di Narnia pakaian
terbaikmu bukanlah pakaian yang tidak nyaman. Mereka tahu
bagaimana membuat benda-benda yang terasa nyaman sekaligus
tampak indah di Narnia: dan tidak ada benda-benda seperti kanji,
flanel, atau bahan elastis bisa ditemukan dari ujung satu negeri ke
negeri lain.)
"Sire," kata Jill, melangkah maju dan membungkuk hormat dengan
anggun, "mari kuperkenalkan dengan Peter, Raja Agung seluruh Raja
di Narnia."
Tirian tidak perlu bertanya yang manakah sang Raja Agung, karena
dia mengingat wajahnya (walaupun di sini dia tampak lebih mulia)

122 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dari mimpinya. Tirian melangkah maju, berlutut dengan satu kaki dan
mencium tangan Peter.
"Raja Agung," dia berkata.
"Kau selalu mendapat kesetiaanku." Lalu Raja Agung
mengangkatnya dan mencium kedua belah pipinya seperti yang
seharusnya dilakukan seorang Raja Agung. Kemudian dia
membimbingnya menemui Ratu yang tertua-tapi bahkan dia, tidaklah
berumur, tidak ada rambut uban di kepalanya dan tidak ada kerutan
pada pipinya-dan berkata, "Sir, ini Lady Polly yang datang ke Narnia,
pada Hari Pertama, ketika Aslan membuat pepohonan tumbuh dan
para Hewan berbicara."
Selanjutnya Peter membimbing Tirian menghampiri pria yang
janggut keemasannya menjuntai hingga ke dada dan wajahnya
dipenuhi kebijakan. "Dan ini," dia berkata, "Lord Digory yang datang
bersamanya di hari itu. Dan ini adik laki-lakiku, Raja Edmund, dan ini
adik perempuanku, Ratu Lucy."
"Sire," kata Tirian, ketika dia telah menyapa semuanya, "kalau aku
telah membaca kisah riwayat dengan benar, seharusnya ada seorang
lagi. Bukankah Yang Mulia memiliki dua adik perempuan? Di mana
Ratu Susan?"
"Adikku Susan," jawab Peter singkat dan muram, "bukan lagi teman
Narnia."
"Benar," kata Eustace, "dan setiap kali kau berusaha
mengundangnya datang untuk berbincang-bincang tentang Narnia, dia
akan berkata, 'Betapa hebatnya ingatanmu! Tak kusangka kau masih
mengingat permainan-permainan aneh yang dulu kita mainkan saat
kanakkanak."

123 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Oh, Susan!" kata Jill. "Akhir-akhir ini dia hanya tertarik pada bahan
nilon, lipstik, dan undangan. Sejak dulu dia selalu tak sabar menjadi
dewasa."
"Dewasa!" kata Lady Polly.
"Aku berharap dia benar-benar menjadi dewasa. Dia menghabiskan
sepanjang masa sekolahnya dengan berharap mencapai usianya
sekarang, dan dia membuang seluruh sisa hidupnya berusaha tetap
berada dalam usia itu. Seluruh benaknya dipenuhi keinginan berlomba
menuju masa terbodoh dalam kehidupan manusia secepat yang dia
bisa kemudian berhenti di sana selama yang dia bisa."
"Yah, lebih baik kita tidak membicarakan ini sekarang," kata Peter.
"Lihat! Di sana ada pohon-pohon buah yang lezat. Marl kita cicipi
buah-buahnya."
Kemudian, untuk kali pertama, Tirian melihat ke sekelilingnya dan
menyadari betapa teramat anehnya petualangan ini.
***

124 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB TIGA BELAS
Ketika Bangsa Dwarf Menolak Bergabung

Tirian mengira-atau dia akan mengira bila dia punya waktu bahkan
untuk berpiker- mereka berada di dalam istal kecil beratap rumbia,
panjangnya sekitar tiga setengah meter dan lebar kira-kira dua meter.
Kenyataannya mereka kini berdiri di atas rerumputan, langit biru tua
di atas kepala mereka, dan udara yang berembus lembut di wajah
mereka seperti angin awal musim panas.
Tidak jauh dari mereka tumbuh sekelompok pohon, berdaun lebat,
tapi di bawah setiap daun di sana mengintip buah-buahan keemasan,
kuning pucat, ungu, atau merah manyala yang belum pernah dilihat
siapa pun di dunia kita. Buah-buahan membuat Tirian merasa saat itu
pastinya musim gugur, tapi ada suatu perasaan dalam udara yang
memberitahunya saat itu tidak mungkin lewat bulan Juni. Mereka
semua bergerak menghampiri pepohonan.
Semua orang mengangkat tangan untuk memetik buah yang paling
disukainya, kemudian semua orang berhenti sesaat. Buah ini begitu
indah sehingga setiap orang merasa, "Tidak mungkin buah ini
untukku, pasti sebenarnya kami tidak diperbolehkan memetiknya."
"Tidak apa-apa," kata Peter.
"Aku tahu apa yang dipikirkan kita semua. Tapi aku yakin, sangat
yakin, kita tidak perlu cemas. Aku punya firasat kita semua tiba di
negeri di mana segalanya diizinkan."
"Kalau begitu, selamat menikmati!" kata Eustace.
Kemudian semua orang mulai makan. Bagaimana rasa buah-buah
itu? Sayangnya tidak seorang pun bisa menjelaskannya. Aku hanya
bisa berkata, dibandingkan buah-buah itu, grapefruit paling segar

125 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
yang pernah kau makan bakal terasa hambar, dan jeruk paling berair
terasa kering, dan pir yang paling mudah meleleh di mulut terasa
keras dan liat, lalu stroberi liar yang paling manis terasa masam. Lalu
di dalamnya tidak ada biji, batu, atau lebah. Kalau kau pernah
memakan buah itu barang sekali saja, sesudahnya segala hal
menyenangkan di dunia ini akan terasa seperti obat pahit. Tapi aku
tidak bisa menggambarkannya. Kau tidak bisa mengetahui bagaimana
rasanya kecuali kau bisa datang ke negeri itu dan merasakannya
sendiri.
Ketika mereka telah cukup makan, Eustace berkata kepada Raja
Peter, "Kau masih belum menceritakan kepada kami bagaimana
kalian bisa sampai di sini? Kau baru saja akan melakukannya, ketika
Raja Tirian muncul."
"Tidak banyak yang bisa diceritakan," jawab Peter.
"Edmund dan aku sedang berdiri di peron dan kami melihat kereta
kalian mendekat. Aku ingat berpikir bahwa kereta kalian bergerak
terlalu cepat di tikungan itu. Lalu aku ingat berpikir betapa anehnya
bahwa mungkin kerabat kami berada di kereta yang sama walaupun
Lucy tidak tahu soal itu-"
"Kerabat kalian, Raja Agung?" tanya Tirian.
"Maksudku ayah dan ibuku-Ayah ibu Edmund, Lucy, dan aku."
"Kenapa mereka ada di kereta itu?" tanya Jill. "Maksudmu mereka
tahu tentang Narnia?"
"Oh tidak, ini tidak ada hubungannya dengan Narnia. Mereka dalam
perjalanan menuju Bristol. Aku baru saja mendengar bahwa mereka
akan berangkat pagi itu. Tapi Edmund berkata mereka pasti akan
menggunakan kereta kalian." (Edmund adalah sejenis orang yang tahu
banyak soal lalu lintas kereta api.)
"Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Jill.
126 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Yah, tidak terlalu mudah menceritakannya, ya kan, Edmund?" kata
Raja Agung.
"Tidak terlalu," kata Edmund.
"Kejadiannya seperti di waktu lain ketika kita ditarik dari dunia kita
sendiri dengan sihir. Ada raungan mengerikan dan sesuatu
menghantamku dengan entakan, tapi tidak terasa sakit. Dan aku tidak
merasa terlalu takut-yah, lebih seperti antusias. Oh-inilah anehnya.
Lututku sebenarnya masih terasa agak nyeri, karena terkena hantaman
saat bermain rugby. Aku menyadari rasa sakit itu mendadak hilang.
Dan aku merasa sangat ringan. Kemudian-di sinilah kami."
"Kejadiannya nyaris persis sama dengan kami di gerbong kereta
api," kata Lord Digory, mengelap sisa terakhir buah dari janggut
keemasannya. "Hanya saja menurutku kau dan aku, Polly, secara
umum merasa dibugarkan. Kalian orangorang muda tidak akan
mengerti. Tapi kami berhenti merasa tua."
"Orang-orang muda?" kata Jill. "Kurasa kalian tidak benarbenar
lebih tua daripada kami di sini."
"Yah, kalaupun tidak begitu di sini, dulu kami memang tua," kata
Lady Polly.
"Dan apa saja yang terjadi sejak kalian sampai di sini?" tanya
Eustace.
"Yah," kata Peter, "untuk waktu yang lama (setidaknya menurutku
lama) tidak terjadi apa-apa. Kemudian pintu terbuka-"
"Pintu?" tanya Tirian.
"Ya," jawab Peter. "Pintu yang kaulewati saat masuk-atau keluar.
Apakah kau lupa?"
"Tapi di mana pintu itu?"

127 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Lihat," kata Peter sambil menunjuk.
Tirian mengikuti arah yang ditunjuk dan melihat hal yang paling
aneh dan konyol yang bisa kaubayangkan. Hanya beberapa meter dari
mereka, terlihat jelas di bawah sinar matahari, berdirilah pintu kayu
kasar dan, di sekelilingnya, bingkai pintu itu: hanya itu, tidak ada
dinding, tidak ada atap. Dia berjalan menghampirinya, kebingungan,
dan yang lain mengikuti, memerhatikan apa yang akan dia lakukan.
Tirian berjalan memutari pintu menuju sisi lainnya. Tapi pintu itu
tampak sama dari sisi sebaliknya: dia masih berada di udara terbuka,
pada pagi musim panas. Pintu hanya berdiri sendiri seolah tumbuh di
sana seperti pohon.
"Tuan Yang Mulia," kata Tirian kepada Raja Agung, "ini keajaiban
yang luar biasa."
"Itulah pintu yang kaulewati bersama orang Calormen itu lima menit
lalu," kata Peter, tersenyum.
"Tapi bukankah aku masuk dari hutan menuju bagian dalam istal?
Sedangkan pintu ini tampak seperti pintu yang membuka entah dari
mana dan ke mana."
"Memang tampak seperti itu kalau kau berjalan mengelilinginya,"
kata Peter.
"Tapi coba letakkan matamu ke celah di antara dua papan di pintu
dan lihatlah ada apa di baliknya."
Tirian meletakkan matanya ke lubang. Awalnya dia tidak bisa
melihat apa pun kecuali kegelapan. Kemudian, ketika matanya sudah
terbiasa, dia melihat cahaya samar kemerahan api unggun yang nyaris
padam, lalu di atasnya, pada langit hitam, bintang-bintang. Kemudian
dia bisa melihat sosok-sosok gelap bergerakgerak atau berdiri di
antara dirinya dan api unggun: dia bisa mendengar mereka berbicara
dan suara mereka seperti suara orang Calormen.

128 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jadi dia tahu dia sedang melihat keluar melalui pintu istal menuju
kegelapan Lantern Waste tempat dia berperang dalam pertempuran
terakhirnya. Orangorang itu mendiskusikan apakah sebaiknya mereka
masuk dan mencari Rishda Tarkaan (tapi tidak satu pun dari mereka
mau melakukan itu) atau untuk membakar istal tersebut. Dia berputar
dan melihat ke belakang pintu lagi lalu nyaris tidak bisa memercayai
matanya. Tampak langit biru di atas, dan daerah berumput yang
terhampar sejauh mata memandang di segala arah, dan semua
temannya ada di sekelilingnya, tertawa.
"Kalau begitu sepertinya," kata Tirian, dia pun tersenyum, "istal
yang dilihat dari dalam dan istal yang dilihat dari luar merupakan dua
tempat yang berbeda."
"Benar," kata Lord Digory. "Bagian dalamnya lebih luas daripada
luarnya."
"Ya," kata Ratu Lucy. "Di dunia kami dulu juga ada istal yang
memiliki sesuatu di dalamnya yang lebih besar daripada seluruh dunia
kami."
Ini kali pertama Lucy berbicara, dan dari keceriaan dalam suaranya,
Tirian kini tahu kenapa. Dia menikmati seluruh situasi ini lebih dalam
daripada yang lain. Tadinya dia terlalu bahagia untuk berbicara.
Tirian ingin Lucy berbicara lagi, maka dia berkata: "Bila kau
bersedia, Madam, lanjutkan. Ceritakan kepadamu seluruh
petualanganmu."
"Setelah kejutan dan suara keras," kata Lucy, "kami mendapati diri
kami di sini. Dan kami bertanya-tanya tentang pintu itu, seperti
dirimu tadi. Kemudian pintu tersebut terbuka untuk pertama kalinya
(kami melihat kegelapan dari ambang pintu ketika ini terjadi) dan dari
sana keluar pria besar dengan pedang terhunus. Dari lengannya kami
tahu dia orang Calormen.

129 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Dia mengambil posisi di samping pintu dengan pedang teracung,
pundaknya datar, siap menyerang siapa pun yang masuk dari pintu.
Kami menghampirinya dan berbicara padanya, tapi kami merasa dia
tidak melihat maupun mendengar kami. Dan dia tidak pernah melihat
ke sekitarnya, ke langit, sinar matahari, dan rerumputan: kurasa dia
juga tidak bisa melihat semua itu. Maka selanjutnya kami menunggu
lama. Lalu kami mendengar palang dibuka dari sisi lain pintu. Tapi
pria tadi tidak bersiapsiap menyerang dengan pedangnya sampai dia
bisa melihat siapa yang masuk. Jadi kami menduga dia telah
diperintahkan untuk menyerang beberapa dan membiarkan yang lain.
Namun pada saat itu ketika pintu terbuka, mendadak Tash ada di
sana, di sisi pintu yang sini, tidak seorang pun di antara kami yang
melihat dari mana dia datang. Dan melalui pintu datanglah Kucing
besar. Kucing itu hanya melihat Tash satu kali kemudian lari
menyelamatkan diri: tepat pada waktunya, karena Tash menerkamnya
dan pintu menghantam paruhnya ketika kembali tertutup. Pria di
dalam bisa melihat Tash. Dia menjadi sangat pucat dan membungkuk
di depan monster itu: tapi Tash menghilang.
"Kemudian kami menunggu lama lagi. Akhirnya pintu terbuka untuk
kali ketiga dan dari sana datanglah pemuda Calormen. Aku
menyukainya. Prajurit di pintu agak terlompat karena terkejut,
wajahnya tampak terpana, ketika dia melihat si pemuda. Kurasa dia
menyangka akan melihat seseorang yang sangat berbeda-"
"Aku mengerti semuanya sekarang," kata Eustace (dia punya
kebiasaan buruk memotong cerita orang lain). "Kucing itu memang
direncanakan masuk duluan dan si prajurit diperintah untuk tidak
menyakitinya. Kemudian si kucing harus keluar dan berkata dia telah
melihat Tashlan mereka yang mengerikan dan berpura-pura takut
untuk menakut-nakuti Hewan lain. Tapi yang tidak pernah diduga
Shift adalah ternyata Tash yang asli akan muncul, jadi Ginger keluar
benar-benar ketakutan. Dan setelah itu, Shift akan mengirimkan siapa

130 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
saja yang ingin disingkirkannya dan si prajurit akan membunuhnya.
Lalu-"
"Teman," kata Tirian lembut, "kau mengganggu lady ini
menyelesaikan kisahnya."
"Nah," kata Lucy, "si prajurit terkejut. Ini memberi pemuda itu
waktu yang cukup untuk mengambil kuda-kuda. Mereka bertarung.
Pemuda itu membunuh si prajurit dan melemparkannya ke luar pintu.
Kemudian dia berjalan maju perlahan ke arah kami. Dia bisa melihat
kami, dan segalanya. Kami berusaha berbicara dengannya tapi dia
lebih seperti dalam keadaan setengah sadar. Dia terus-menerus
berkata, Tash, Tash, di mana Tash? Aku pergi ke Tash. Jadi kami
menyerah dan dia bergerak pergi ke suatu tempat-di sana. Aku
menyukainya. Dan setelah itu''', ugh!" Lucy cemberut.
"Setelah itu," kata Edmund, "seseorang melemparkan kera melalui
pintu. Dan Tash ada di sana lagi. Adikku begitu berhati lembut
sehingga dia tidak suka memberitahumu bahwa Tash hanya mematuk
satu kali kemudian monyet itu raib!"
"Dia pantas mendapatkannya!" kata Eustace. "Bagaimanapun, aku
berharap dia juga membuat Tash sakit perut."
"Dan setelah itu," kata Edmund, "datanglah sekitar selusin dwarf:
kemudian Jill, Eustace, dan akhirnya dirimu sendiri."
"Aku berharap Tash juga memakan para dwarf," kata Eustace.
"Makhluk-makhluk kecil jahat itu."
"Tidak, dia tidak melakukan itu," kata Lucy. "Dan jangan berpikir
kejam begitu. Mereka masih ada di sini. Bahkan kau bisa melihat
mereka dari sini. Dan aku sudah berusaha dan berusaha lagi berteman
dengan mereka, tapi tidak ada gunanya."
"Berteman dengan mereka!" teriak Eustace. "Kalau kau tahu
bagaimana kelakuan dwarf-dwarf itu!"
131 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Oh, hentikan, Eustace," kata Lucy. "Mari ikut menghampiri
mereka. Raja Tirian, mungkin kau bisa melakukan sesuatu pada
mereka."
"Aku tidak bisa merasakan kasih sayang yang besar pada bangsa
dwarf saat ini," kata Tirian. "Meskipun begitu, bila kau meminta,
Lady, aku akan melakukan tindakan yang lebih berat daripada ini."
Lucy memimpin jalan dan tak lama kemudian mereka semua bisa
melihat para dwarf. Ekspresi wajah mereka tampak sangat aneh.
Mereka tidak berjalan-jalan atau menikmati suasana (walaupun tali
yang mengikat mereka tampaknya telah menghilang), maupun
berbaring beristirahat. Mereka duduk berdekatan dalam lingkaran
kecil menghadap satu sama lain. Mereka tidak pernah melihat ke
sekeliling atau menyadari keberadaan para manusia sampai Lucy dan
Tirian hampir cukup dekat untuk menyentuh mereka. Kemudian
semua dwarf memiringkan kepala seolah mereka tidak bisa melihat
siapa pun tapi sedang mempertajam telinga dan berusaha menebak
apa yang sedang terjadi dari suaranya.
"Awas!" kata salah satu dwarf dengan suara membentak. "Lihat-lihat
kalau berjalan. Jangan menabrak kami!"
"Tentu saja!" kata Eustace sebal. "Kami tidak buta. Kami punya
mata di kepala."
"Matamu pasti mata yang hebat kalau bisa melihat di dalam sini,"
kata dwarf yang sama yang bernama Diggle.
"Di dalam mana?" tanya Edmund.
"Astaga, kau bodoh sekali, di sini tentu saja," jawab Diggle. "Dalam
lubang istal yang sempit, gelap gulita, sesak, dan bau ini."
"Apakah kau buta?" tanya Tirian.
"Bukankah kita semua buta di dalam kegelapan?" kata Diggle.

132 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tapi di sini tidak gelap, dwarf bodoh yang malang," kata Lucy.
"Tidak bisakah kau melihatnya? Lihat ke atas! Lihat ke sekelilingmu!
Tidak bisakah kau melihat langit, pepohonan, dan bunga-bunga?
Tidak bisakah kau melihat diriku?"
"Demi semua omong kosong, bagaimana aku bisa melihat sesuatu
yang tidak ada di sini? Dan bagaimana aku bisa melihatmu lebih baik
daripada kau melihatku dalam gelap gulita seperti ini?"
"Tapi aku bisa melihatmu," kata Lucy. "Aku akan membuktikan aku
bisa melihatmu. Ada pipa di mulutmu."
"Semua orang yang mengenal bau tembakau bisa mengatakan itu,"
kata Diggle.
"Oh, kalian makhluk yang malang! Ini mengerikan," kata Lucy.
Kemudian dia mendapatkan ide. Dia berhenti dan memetik beberapa
batang bunga violet liar. "Dengar, Dwarf," dia berkata. "Bahkan kalau
matamu salah, mungkin hidungmu benar: bisakah kau mencium ini?"
Dia mencondongkan tubuh dan mendekatkan bunga-bunga segar dan
lembap itu ke hidung jelek Diggle. Tapi dia harus segera melompat
untuk menghindari serangan tinju kecil kerasnya.
"Singkirkan itu!" dia berteriak. "Beraninya kau! Apa maksudmu
menjejalkan begitu banyak kotoran istal yang menjijikkan ke
wajahku? Ada tumbuhan thistle-nya pula. Benar-benar tidak sopan!
Lagi pula siapa sebenarnya kau?"
"Makhluk-bumi," kata Tirian, "dia Ratu Lucy, dikirim kemari oleh
Aslan dari masa lampau yang teramat silam. Dan hanya karena aku
menghormatinyalah, aku Tirian rajamu yang sah, tidak memisahkan
kepala kalian semua dari bahu, walaupun telah terbukti dua kali
bahwa kalian pengkhianat."
"Wah, ini dia juaranya!" seru Diggle. "Bagaimana kau bisa terus
membicarakan semua sampah itu? Singamu yang tersayang tidak
133 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
datang menolongmu, ya kan? Tentu saja tidak. Dan sekarang bahkan
sekarang-ketika kau telah dipukuli dan dilempar ke dalam lubang
hitam ini, seperti kami semua, kau masih melakukan permainan
lamamu. Memulai kebohongan baru! Berusaha membuat kami
percaya ketika tidak seorang pun di antara kami mau berhenti
memprotes, bahwa di sini tidak gelap, dan langit tahu tentang yang
lain-lain juga."
"Tidak ada lubang hitam, kau terjebak dalam khayalanmu sendiri,
bodoh," teriak Tirian. "Sadarlah." Lalu dia mencondongkan tubuh ke
depan, meraih sabuk dan kerudung Diggle kemudian
mengayunkannya keluar dari lingkaran para dwarf.
Tapi begitu Tirian menurunkannya kembali, Diggle berlari kembali
ke posisinya di antara bangsanya, menggosok-gosok hidungnya dan
melolong: "Auw! Auw! Kenapa kaulakukan itu? Menubrukkan
wajahku ke tembok. Kau nyaris mematahkan hidungku."
"Aduh!" kata Lucy. "Apa yang harus kita lakukan untuk mereka?"
"Biarkan saja mereka," kata Eustace: tapi saat dia berbicara, tanah
bergetar.
Udara yang manis mendadak menjadi lebih manis. Cahaya terang
berkelebat di belakang mereka. Semua berbalik. Tirian berbalik
paling terakhir karena dia takut. Di sana berdirilah kekasih hatinya,
besar dan nyata, sang singa keemasan, Aslan sendiri, dan yang lain
sudah langsung berlutut di sekeliling cakar depannya dan
membenamkan tangan juga muka dalam surai Aslan ketika sang singa
menurunkan kepala besarnya untuk menyentuh mereka dengan
lidahnya.
Kemudian mata Aslan terpaku pada Tirian, dan Tirian
mendekatinya, dengan tubuh gemetar, dan melemparkan tubuhnya ke
kaki sang singa, lalu singa itu menciumnya dan berkata, "Bagus, Raja
terakhir Narnia yang teguh pada pendirian pada masa tergelap ini."
134 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aslan," kata Lucy di antara derai air mata, "bisakah-maukah-kau
melakukan sesuatu untuk para dwarf yang malang ini?"
"Anakku tersayang," kata Aslan, "aku akan menunjukkan kepadamu
apa yang aku bisa sekaligus tidak bisa lakukan." Dia mendekati para
dwarf dan menggeram pelan: pelan, tapi membuat seluruh udara
gemetar.
Tapi para dwarf berkata kepada satu sama lain, "Kau dengar itu? Itu
kelompok yang berada di ujung lain istal. Berusaha menakut-nakuti
kita. Mereka melakukan itu dengan menggunakan mesin atau
sejenisnya. Jangan diacuhkan. Mereka tidak akan mengelabui kita
lagi!"
Aslan mengangkat kepala dan mengibaskan surai. Mendadak jamuan
besar muncul di lutut para dwarf: pai, lidah, burung dara, trifle
(hidangan pencuci mulut dingin), dan es. Setiap dwarf mendapatkan
segelas anggur lezat di tangan kanan mereka. Tapi tidak ada banyak
gunanya. Mereka mulai makan dan minum dengan cukup rakus, tapi
tampak jelas mereka tidak bisa benar-benar menikmati rasanya.
Mereka mengira mereka sedang memakan dan meminum benda-
benda yang biasanya kita temukan di istal. Satu dwarf berkata dia
sedang berusaha menyantap jerami, sedangkan yang lain berkata dia
memperoleh sepotong lobak tua, dan dwarf yang ketiga berkata dia
menemukan daun kubis mentah.
Kemudian mereka mengangkat gelas berisi anggur merah yang
kental ke mulut mereka dan berkata, "Ugh! Bayangkan meminum air
kotor dari palung hewan yang pernah digunakan keledai! Tidak
pernah menyangka kita akan mengalami ini."
Tapi tak lama kemudian setiap dwarf mulai curiga bahwa setiap
dwarf yang lain telah menemukan sesuatu yang lebih enak daripada
yang mereka miliki, dan mereka mulai merebut dan merampas, lalu
mulai bertengkar, hingga akhirnya setelah beberapa menit
135 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
berlangsunglah perkelahian di antara mereka, semua makanan lezat
tercorengkan pada wajah dan pakaian mereka atau terinjak.
Tapi ketika akhirnya mereka duduk untuk merawat mata hitam dan
hidung berdarah, mereka semua berkata, "Yah, setidaknya tidak ada
omong kosong di sini. Kita tidak membiarkan siapa pun menjebak
kita. Bangsa dwarf adalah untuk bangsa dwarf."
"Kalian lihat," kata Aslan. "Mereka tidak akan membiarkan kita
menolong mereka. Mereka telah memilih kecurangan daripada
kepercayaan. Penjara mereka berada dalam benak mereka sendiri,
walaupun begitu mereka memang berada dalam penjara itu, dan
begitu takut terjebak di dalam sehingga tidak bisa dikeluarkan. Tapi
marilah, anak-anakku. Aku punya tugas lain."
Aslan pergi menghampiri pintu dan mereka semua mengikutinya.
Dia mengangkat kepala dan mengaum, "Kini tiba waktunya!"
kemudian lebih keras lagi, "Waktu!"; lalu begitu keras sehingga
suaranya bisa mengguncangkan bintang-bintang, "WAKTU".
Pintu pun mengayun terbuka.
***

136 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB EMPAT BELAS
Malam Tiba di Narnia

Mereka semua berdiri di samping Aslan, di sebelah kanannya, dan


memandang melalui ambang pintu yang terbuka. Api unggun telah
padam. Seluruh bumi diselimuti kegelapan: bahkan kau tidak bisa
menyadari kau sedang melihat hutan bila tidak melihat ujung akhir
sosok gelap pepohonan dan ujung awal bintang-bintang.
Tapi ketika Aslan kembali mengaum, di sebelah kiri, mereka melihat
sosok hitam lain. Lebih tepatnya, mereka melihat bidang lain di mana
tidak ada bintang: dan bidang itu menjulang tinggi dan kian tinggi lalu
menjadi sosok manusia, lebih besar daripada raksasa mana pun.
Mereka semua cukup mengenali Narnia untuk tahu di mana raksasa
itu Pastinya berdiri. Dia pasti berada di daerah tinggi bersemakan liar
yang terhampar jauh ke Utara melewati Sungai Shribble. Kemudian
Jill dan Eustace ingat dulu sekali, di gua-gua dalam di bawah daerah
liar itu, mereka telah melihat raksasa besar tertidur dan diberitahu
bahwa namanya Bapak Waktu, dan bahwa dia akan terbangun pada
hari ketika dunia berakhir.
"Ya," kata Aslan, walaupun mereka tidak berbicara. "Sementara dia
berbaring dan bermimpi, namanya Waktu. Kini ketika dia terbangun
dia akan memiliki nama lain."
Kemudian raksasa besar itu mendekatkan terompet waktu ke
mulutnya. Mereka bisa melihat ini karena perubahan sosok hitam
yang dia buat di antara bintang-bintang. Setelah itu agak lama
kemudian, karena suara mengalir begitu lambat-mereka mendengar
suara terompet tersebut: bernada tinggi dan mengerikan, walau terasa
indah secara aneh dan mematikan.

137 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mendadak langit dipenuhi bintang jatuh. Satu bintang jatuh saja
begitu indah dilihat, tapi kini lusinan, kemudian sekelompok besar,
lalu ratusan, sampai seolah ada hujan perak di langit: dan ini
berlangsung terus-menerus. Dan ketika hujan bintang berlangsung
cukup lama, satu atau dua orang di antara mereka mulal menduga ada
sosok gelap lain di langit seperti raksasa tadi. Sosok itu berada di
tempat lain, kanan atas, kau bisa mengatakannya tinggi tepat di atap
langit. Mungkin itu awan, pikir Edmund. Bagaimanapun, tidak ada
bintang di sana: hanya kegelapan.
Tapi di sekelilingnya, hujan bintang terus berlanjut. Kemudian
bidang tanpa bintang itu mulai meluas, membentang semakin jauh
dan lebih jauh dari bagian tengah langit. Kini seperempat dari
keseluruhan langit hitam, kemudian menjadi separo, dan akhirnya
hujan bintang jatuh hanya terjadi rendah di bagian bawah dekat
horison.
Dengan rasa bahagia karena menyaksikan keajaiban (ada juga rasa
takut di dalamnya) mereka semua mendadak menyadari apa yang
sedang terjadi. Kegelapan yang menyebar sama sekali bukanlah awan:
itu hanya kehampaan. Bagian hitam di langit merupakan bagian di
mana tidak ada lagi bintang yang tersisa. Semua bintang telah jatuh:
Aslan telah memanggil mereka pulang.
Detik-detik terakhir sebelum hujan bintang benar-benar berakhir
sangatlah menarik. Bintang mulai berjatuhan di sekeliling mereka.
Tapi bintang di negeri itu bukanlah bola gas terbakar seperti yang ada
di dunia kita. Mereka makhluk seperti manusia (Edmund dan Lucy
pernah bertemu salah satunya). Jadi sekarang mereka mendapati hujan
orang-orang berkilauan, semuanya berambut panjang seperti perak
yang bersinar terang, dan membawa tombak yang seperti logam putih
panas, turun bergegas keluar dari udara hitam, lebih gesit daripada
batu yang jatuh. Mereka menimbulkan bunyi berdesis saat mendarat
dan membakar rerumputan. Lalu semua bintang itu melayang

138 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
melewati mereka dan berdiri di suatu tempat di belakang, sedikit ke
kanan.
Ini keuntungan besar, karena kalau tidak, kini setelah tidak ada
bintang di langit, segalanya akan menjadi gelap total dan kau tidak
akan bisa melihat apa-apa. Dengan begini, kerumunan bintang di
belakang mereka membiaskan cahaya putih menyilaukan dari balik
bahu mereka. Mereka bisa melihat mil demi mil hutan Narnia
terhampar di depan mereka, tampak seolah dibanjiri cahaya lampu.
Bayangan hitam setiap semak dan hampir setiap lembar rumput
berada di belakang. Garis tepi setiap daun terlukis begitu tajam
sehingga kau bakal berpikir jarimu bisa terpotong karenanya.
Pada rerumputan di hadapan mereka terbaring bayangan mereka
sendiri. Tapi yang menakjubkan adalah bayangan Aslan. Bayangan
itu membanjir ke sebelah kiri mereka, begitu besar dan mengerikan.
Dan semua ini ada di bawah langit yang kini akan menjadi tak
berbintang selamanya. Cahaya dari belakang (dan agak ke kanan)
mereka begitu kuat sehingga menerangi bahkan lerenglereng Western
Wild. Ada sesuatu yang bergerak di sana. Hewan-hewan raksasa
merayap dan meluncur turun ke Narnia: naga besar, kadal raksasa,
dan burung tanpa bulu dengan sayap seperti sayap kelelawar. Mereka
menghilang ke dalam hutan dan selama beberapa menit keheningan
merebak.
Kemudian terdengar-awalnya dari jauh sekali-suara-suara erangan
lalu, dari setiap arah, gemeresik, entakan pelan, dan kepakan sayap.
Suara itu kian mendekat. Tak lama kemudian dari suara kaki-kaki
kecil yang berlarian hingga entakan cakar-cakar besar bisa dikenali,
begitu juga tik-tak tapak kaki kecil yang ringan hingga gemuruh
tapak-tapak besar. Kemudian kita bisa melihat ribuan pasang mata
yang berkilauan. Dan akhirnya, keluar dari bayang-bayang
pepohonan, berlari menaiki bukit demi menyelamatkan nyawa, dalam
jumlah ribuan dan jutaan, keluar segala macam makhluk-Hewan yang

139 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Bisa Berbicara, dwarf, satyr, faun, raksasa, bangsa Calormen, orang-
orang dari Archenland, Monopod, dan benda-benda aneh tidak wajar
dari pulau-pulau terasing atau daerah-daerah tidak dikenal negeri
Barat. Dan semua berlari menuju ambang pintu tempat Aslan berdiri.
Bagian petualangan ini merupakan satu-satunya peristiwa yang
terasa seperti mimpi pada saat itu dan agak sulit benar-benar diingat
setelahnya. Terutama, tidak ada yang bisa mengatakan berapa lama
kejadian ini berlangsung. Terkadang terasa hanya berlangsung selama
beberapa menit, tapi di lain waktu rasanya kejadian itu berlangsung
bertahun-tahun. Yang pasti, entah apakah pintu itu telah menjadi
teramat besar atau para makhluk mendadak menjadi sekecil agas,
karena kerumunan sebesar itu tidak mungkin bisa berusaha masuk
melewatinya. Tapi tidak ada yang memikirkan soal seperti itu pada
saat itu.
Makhluk-makhluk bergegas berdatangan, mata mereka kian
berkilauan dan kian terang ketika mereka semakin dekat dengan
bintang-bintang yang berdiri di sisi lain pintu. Tapi ketika mereka
tepat sampai di dekat Aslan, salah satu dari dua hal ini terjadi pada
masing masing makhluk.
Mereka semua menatap lurus ke wajah Aslan, kurasa mereka tidak
punya pilihan lain soal ini. Dan ketika beberapa memandang, ekspresi
di wajah mereka berubah menakutkan ekspresi ketakutan dan
kebencian: hanya saja, pada wajah para Hewan yang Bisa Berbicara,
ketakutan dan kebencian itu hanya berlangsung selama sepersekian
detik. Kau bisa melihat mereka mendadak tidak lagi menjadi Hewan
yang Bisa Berbicara. Mereka hanya seperti hewan biasa. Dan semua
makhluk yang memandang Aslan dengan cara itu langsung mengubah
arah gerakan ke sebelah kanan mereka, ke kiri Aslan, dan menghilang
ke dalam bayangan hitam raksasanya, yang (seperti yang sudah kau
dengar) membanjir hingga jauh ke sebelah kiri ambang pintu. Anak-
anak tidak pernah melihat mereka lagi.

140 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Aku tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Tapi makhluk yang
lain memandang wajah Aslan kemudian mencintainya, walaupun
beberapa di antara mereka juga tampak teramat ketakutan di saat yang
sama. Dan semua makhluk itu masuk melewati pintu, menuju sebelah
kanan Aslan. Ada beberapa jenis makhluk yang aneh di antara
mereka. Eustace bahkan mengenali salah satu dwarf yang membantu
memanah para Kuda. Tapi dia tidak punya waktu untuk bertanya-
tanya tentang hal seperti itu (lagi pula itu bukan urusannya) karena
kegembiraan besar menyingkirkan semua hat lain keluar kepalanya.
Di antara makhluk-makhluk bahagia yang kini mengerumuni Tirian
dan teman-temannya adalah mereka yang disangka telah mati.
Ada Roonwit si centaurus, Jewel si unicorn, Babi Hutan yang baik,
Beruang yang baik, Farsight sang elang, serta para Anjing tersayang
dan para Kuda, begitu juga Poggin si dwarf.
"Pergi jauh lebih dalam dan naik lebih tinggi!" teriak Roonwit
kemudian berpacu cepat ke arah barat. Dan walaupun mereka tidak
mengerti apa maksudnya, kata-kata itu entah bagaimana membuat
seluruh tubuh mereka tergelitik.
Babi Hutan mendengus ceria ke arah mereka. Beruang baru saja
akan bergumam bahwa dia masih saja tidak mengerti, ketika
pandangannya menangkap pepohonan buah dl belakang mereka. Dia
berjalan tergopoh-gopoh ke pepohonan itu secepat yang dia bisa dan
di sana, pastinya, dia menemukan sesuatu yang sangat dimengertinya.
Tapi para Anjing tidak berpindah, mengibas-ngibaskan ekor mereka,
begitu juga Poggin, menyalami tangan semua orang dan senyum lebar
merekah di wajah jujurnya.
Dan Jewel menyandarkan kepalanya yang seputih salju ke bahu Raja
dan sang raja berbisik ke telinga jewel. Kemudian semua orang
mengalirkan perhatian kembali ke sesuatu yang bisa dilihat melalui
ambang pintu.

141 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Para naga dan kadal raksasa kini menguasai Narnia. Mereka
berkeliaran menarik pohonpohon dari akarnya dan meremuk
pepohonan itu seolah hanya batang-batang lidi. Menit demi menit
hutan akhirnya lenyap. Seluruh negeri menjadi kosong dan kau bisa
melihat berbagai hal pada bentuknya-semua tonjolan atau lubang
kecilnya-yang tidak pernah kau perhatikan sebelumnya. Rerumputan
kering.
Tak lama kemudian Tirian mendapati dirinya melihat dunia yang
terdiri atas batu dan tanah telanjang. Kau bakal sulit percaya pernah
ada yang hidup di sana. Para monster itu sendiri menjadi tua,
berbaring, kemudian mati. Daging mereka mengerut dan
tulangbelulang mereka tampak: tak lama kemudian mereka tinggal
kerangka besar yang berbaring di sana-sini pada batu mati, tampak
seolah mereka telah mati ribuan tahun lalu. Untuk waktu lama
segalanya bergeming.
Akhirnya sesuatu yang putih garis datar panjang putih yang
bercahaya saat terkena sinar para bintang yang berdiri-datang
bergerak menghampiri mereka dari ujung timur dunia. Suara yang
merebak luas memecahkan keheningan: pertama gumaman, kemudian
gemuruh, lalu erangan.
Dan kini mereka bisa melihat sesuatu itu datang, dan betapa
cepatnya dia bergerak. Sesuatu tersebut tembok air berbuih. Lautan
meninggi. Di dunia tanpa pohon itu kau bisa melihatnya sangat jelas.
Kau bisa melihat semua sungai menjadi lebih lebar dan danau
menjadi lebih luas, lalu danau-danau yang terpisah bergabung
menjadi satu, lalu lembah-lembah menjelma menjadi danau-danau
baru, bukit-bukit berubah menjadi pulau, kemudian pulau-pulau itu
menghilang. Dan daerah liar yang tinggi di sebelah kiri mereka dan
pegunungan yang lebih tinggi di sebelah kanan mereka hancur dan
runtuh bersama suara gemuruh dan ceburan ke dalam air yang
meninggi. Dan air berputar hingga naik tepat ke bagian bawah

142 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
ambang pintu (tapi tidak pernah melewatinya) sehingga buih
bercipratan di kaki depart Aslan. Segalanya kini menjadi air yang
datar dari tempat mereka berdiri hingga di mana air bertemu langit.
Dan keluar dari sana mulai muncul cahaya. Garis fajar suram dan
muram membentang disepanjang horison, lalu melebar dan menjadi
lebih terang, hingga akhirnya mereka nyaris tidak memerhatikan
cahaya bintang-bintang yang berdiri di belakang mereka. Matahari
akhirnya muncul. Ketika ini terjadi, Lord Digory dan Lady Polly
berpandangan dan saling mengangguk kecil. Kedua orang itu, di
dunia yang lain, sudah pernah melihat matahari yang sekarat, jadi
mereka segera tahu matahari yang ini juga sekarat. Matahari tampak
tiga kali-dua puluh kali-lebih besar daripada yang seharusnya, dan
berwarna merah sangat gelap.
Ketika bias sinarnya menyinari raksasa Waktu, raksasa itu juga
berubah menjadi merah: dan bayangan matahari itu juga membuat
seluruh permukaan air tak berujung itu tampak seperti darah.
Kemudian bulan muncul, posisinya sangat aneh, sangat dekat dengan
matahari, dan tampak merah juga. Dan ketika bulan tampak, matahari
mulai menembakkan lidah-lidah api tinggi, seperti kumis atau ular api
merah, ke arahnya. Seolah matahari merupakan gurita yang berusaha
menarik bulan mendekat dengan tentakel-tentakelnya. Dan mungkin
matahari memang menarik bulan.
Bagaimanapun bulan datang mendekatinya, awalnya perlahan, tapi
kemudian semakin lama semakin cepat, sampai akhirnya lidah-lidah
api matahari yang panjang melibat bulan, menarik keduanya hingga
menyatu, dan menjadi bola raksasa seperti batu bara yang terbakar.
Bongkahan-bongkahan besar api berjatuhan dari bola raksasa itu ke
dalam lautan, dan awan uap membumbung naik.
Kemudian Aslan berkata, "Sekarang buatlah akhir."

143 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Sang raksasa melemparkan terompet tanduknya ke lautan. Kemudian
dia merentangkan salah satu tangan-tampak sangat gelap dan
panjangnya ribuan mil-melintasi angkasa hingga tangannya mencapai
matahari. Dia mengambil matahari dan meremasnya dengan
tangannya seperti kau meremas jeruk. Dan mendadak kegelapan total
datang. Semua orang kecuali Aslan melompat ke belakang
menghindari udara sedingin es yang kini bertiup dari ambang pintu.
Ujung-ujungnya sudah mulai tertutup es.
"Peter, Raja Agung Narnia," kata Aslan. "tutuplah pintunya."
Peter, sambil gemetaran karena kedinginan, mencondongkan tubuh
ke dalam kegelapan dan menarik daun pintu tertutup. Daun pintu itu
menggesek es saat dia menariknya. Kemudian, dengan gerakan agak
kaku (karena bahkan pada saat itu tangannya telah mati rasa dan
membiru) dia mengeluarkan kunci emas dan menguncinya. Mereka
telah cukup banyak melihat hal-hal aneh dari ambang pintu itu. Tapi
jauh lebih aneh ketika mereka melihat ke sekitar dan mendapati diri
mereka sendiri dalam kehangatan siang hari, langit biru di atas
mereka, bunga-bunga di kaki mereka, dan tawa di mata Aslan.
Aslan berbalik cepat, merunduk lebih rendah, memecut dirinya
sendiri dengan ekornya, lalu melesat pergi seperti panah keemasan.
"Pergi jauh lebih dalam! Naik lebih tinggi!" dia berteriak ke balik
bahunya.
Tapi siapa yang bisa mengikutinya dengan kecepatan seperti itu?
Mereka mulai berjalan ke arah barat untuk mengikutinya.
"Jadi," kata Peter, "malam turun di Narnia. Apa ini, Lucy? Kau
menangis? Dengan Aslan di depan, dan kita semua di sini?"
"Jangan berusaha menghentikanku, Peter," kata Lucy. "Aku yakin
Aslan juga tidak akan melakukan itu. Aku yakin tidaklah salah untuk
berduka demi Narnia. Bayangkan semua yang terbaring mati dan
membeku di belakang pintu itu."
144 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Benar dan aku sempat berharap," kata Jill, "negeri itu akan
berlangsung selamanya. Aku tahu dunia kita tidak akan begitu. Aku
benarbenar mengira Narnia akan abadi."
"Aku melihatnya dimulai," kata Lord Digory. "Aku tidak
menyangka aku akan masih hidup untuk menyaksikannya berakhir."
"Tuan sekalian," kata Tirian. "Para lady berhak untuk menangis.
Lihatlah, aku sendiri melakukannya. Aku telah melihat kematian
ibuku. Dunia mana lagi yang kuketahui selain Narnia? Bukanlah nilai
baik, melainkan tindakan tidak hormat, bila kita tidak berkabung."
Mereka berjalan menjauhi pintu dan meninggalkan para dwarf yang
masih duduk berdesakan dalam istal khayalan mereka. Dan sambil
berjalan mereka berbincang-bincang tentang perang tua dan
kedamaian tua, juga rajaraja kuno dan semua kemenangan Narnia.
Para Anjing masih bersama mereka. Mereka menggabungkan diri
dalam percakapan tapi tidak terlalu sering karena mereka terlalu sibuk
berlari ke depan dan ke belakang, dan bergegas mengendusi wangi
rerumputan sampai membuat diri mereka sendiri bersin.
Mendadak mereka mengendus bau yang sepertinya membuat mereka
sangat bersemangat. Mereka semua mulai berdebat tentang bau itu-
"Ya, memang benar-Bukan, ini bukan bau itu-Itu yang baru saja
kukatakan—Siapa saja bisa mencium ball apa ini-Singkirkan hidung
besarmu dari sana dan biarkan yang lain mencoba mengendus."
"Ada apa, sepupu-sepupuku?" tanya Peter.
"Orang Calormen, Sire," kata beberapa Anjing bersamaan.
"Bawa aku kepadanya kalau begitu," kata Peter. "Entah dia akan
menemui kita dalam damai atau perang, meski begitu dia akan tetap
disambut."
Para Anjing berlari duluan dan kembali beberapa saat kemudian,
berlari seolah demi menyelamatkan nyawa, dan menggonggong keras
145 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
untuk mengatakan bahwa memang ada orang Calormen. (Para Anjing
yang Bisa Berbicara, seperti anjing biasa, bertingkah seolah mereka
berpikir apa pun yang sedang mereka lakukan pada saat itu teramat
sangat penting.) Yang lain mengikuti ke tempat yang ditunjukkan
para Anjing dan mendapati pemuda Calormen duduk di bawah pohon
chestnut disamping sungai kecil yang berair jernih. Dia Emeth.
Dia langsung bangkit dan membungkuk anggun. "Sir," dia berkata
kepada Peter, "aku tidak tahu apakah kau teman atau lawan, tapi aku
akan menganggapnya sebagai kehormatan bila bisa menyebutmu
salah satunya. Bukankah salah satu pujangga pernah berkata teman
bijak merupakan hadiah terbaik dan musuh bijak terbaik kedua?"
"Sir," kata Peter, "aku tidak melihat ada alasan perlunya ada perang
antara dirimu dan kami."
"Katakanlah siapa dirimu dan apa yang telah terjadi padamu," kata
Jill.
"Bila akan ada cerita, marilah kita semua minum dan duduk,"
gonggong para Anjing. "Kami sangat lelah."
"Yah, tentu saja kalian akan lelah kalau terus-menerus
mondarmandir seperti yang telah kalian lakukan," kata Eustace.
Jadi para manusia duduk di rumput. Dan ketika para Anjing telah
minum dengan sangat lahap dan berisik dari sungai kecil, mereka
semua duduk, dengan punggung sangat tegak, terengah-engah,
dengan lidah terjulur keluar dari kepala mereka sedikit ke salah satu
sisi untuk mendengarkan kisahnya.
Tapi jewel tetap berdiri, menggosok tanduk ke sisi tubuhnya.
***

146 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB LIMA BELAS
Naik Lebih Tinggi dan Pergi Jauh Lebih Dalam

"Ketahuilah, O Para Raja Kesatria," kata Emeth, "dan kalian, O Para


lady yang kecantikannya menyinari jagat raya, aku Emeth putra
ketujuh Harpha Tarkaan dari kota Tehishbaan, di sebelah barat
padang pasir. Aku datang belakangan ke Narnia dengan dua puluh
sembilan kesatria lain di bawah pimpinan Rishda Tarkaan. Nah,
ketika aku pertama mendengar bahwa kami harus bergerak ke Narnia
aku berbahagia, karena aku telah mendengar banyak cerita tentang
negeri kalian dan sangat ingin bertemu kalian dalam pertempuran.
Tapi ketika aku mengetahui kami akan pergi dengan menyamar
sebagai pedagang (yang pakaiannya memalukan bagi kesatria dan
putra Tarkaan) dan untuk bergerak dalam kebohongan dan kelicikan,
rasa bahagia meninggalkanku. Dan yang paling buruk adalah ketika
aku mendapati kami harus melayani seekor monyet, kemudian ketika
mulai ada pernyataan bahwa Tash dan Aslan adalah satu, dunia
menjadi gelap di mataku. Karena selalu sejak aku masih kanak-kanak
aku mengabdi kepada Tash dan keinginan terbesarku adalah
mengenalnya lebih jauh, dan, bila memang mungkin, melihat
wajahnya. Sedangkan nama Aslan selalu membawa kebencian
kepadaku.
"Lalu, seperti yang kalian telah lihat, kita semua dipanggil untuk
berkumpul di depan gubuk beratap rumbia, malam demi malam, dan
api unggun dinyalakan, lalu si kera membawa keluar dari gubuk itu
sesuatu berkaki empat yang tidak bisa kulihat jelas. Dan berbagai
kaum juga Hewan membungkuk dan menghormatinya. Tapi aku
berpikir, sang Tarkaan telah ditipu si kera: karena sesuatu yang keluar
dari istal itu bukanlah Tash ataupun dewa lain. Tapi ketika aku
memandang wajah sang Tarkaan, dan memerhatikan setiap kata yang

147 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
dikatakannya kepada si kera, kemudian aku berubah pikiran: karena
aku melihat sang Tarkaan sendiri tidak memercayai ini.
Kemudian aku mengerti dia bahkan sama sekali tidak percaya pada
Tash: karena bila percaya, bagaimana mungkin dia berani
melecehkannya? "Ketika aku memahami ini, kemarahan besar datang
kepadaku dan aku bertanya-tanya apakah Tash yang sesungguhnya
tidak akan menyambar si kera maupun sang Tarkaan dengan api dari
langit.
Walaupun begitu aku menyembunyikan kemarahan dan menahan
lidah, lalu menunggu untuk melihat bagaimana akhir kisah ini. Tapi
kemarin malam, seperti yang telah diketahui sebagian dari kalian, si
kera tidak membawa benda kuning itu melainkan berkata bahwa
semua yang ingin melihat Tashlan karena mereka telah
menggabungkan dua kata itu untuk mengelabui bahwa keduanya
adalah satu-harus masuk satu demi satu ke gubuk itu. Maka aku
berkata kepada diriku sendiri, pastinya ini tipuan lagi.
Tapi ketika si kucing masuk lalu keluar lagi tampak gila karena
ketakutan, aku berkata pada diriku sendiri, pastinya Tash yang asli
yang mereka panggil tanpa pengetahuan atau keyakinan, kini telah
berada di antara kami, dan akan menghukum musuhnya. Dan
walaupun hatiku mencair di dalam karena kemuliaan dan teror Tash,
hasratku lebih kuat daripada rasa takutku, dan aku mengerahkan
kekuatan ke lututku agar keduanya berhenti gemetar, dan ke gigiku
agar tidak bergemeletuk, dan memutuskan akan menatap wajah Tash
walaupun dia bakal memusnahkanku. Jadi aku rnenawarkan diriku
sendiri untuk masuk ke gubuk tersebut, lalu sang Tarkaan, walaupun
tidak rela, membiarkanku pergi.
"Segera setelah aku masuk melewati pintu itu, keheranan pertama
adalah ketika aku mendapati diriku sendiri berada dalam limpahan
sinar matahari yang sangat terang (seperti yang kita alarm sekarang)
walaupun bagian dalam gubuk tampak gelap dari luar. Tapi aku tidak
148 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
punya waktu untuk mengagumi ini karena mendadak aku terpaksa
bertarung menyelamatkan leher melawan salah satu bangsaku sendiri.
Segera setelah melihatnya, aku mengerti bahwa si kera dan sang
Tarkaan telah menempatkannya di sana untuk membunuh siapa pun
yang masuk kalau orang itu tidak tahu soal rahasia mereka: jadi
prajurit itu juga pembohong, penghujat, dan bukan abdi setia Tash.
Aku menjadi lebih yakin untuk melawannya, dan setelah mengatasi
penjahat itu, aku melemparkannya keluar lewat pintu.
"Kemudian aku mengawasi keadaan sekitarku dan melihat langit
juga dataran-dataran luas, serta mencium wangi manis. Lalu aku
berkata, demi dewa-dewa, ini tempat yang indah: mungkin aku telah
datang ke negeri Tash. Jadi aku mulai menjelajahi daerah asing ini
dan mencarinya.
"Aku pun melintasi banyak rumput dan bunga juga segala macam
pohon lebat dan indah hingga akhirnya rendah di tempat sempit di
antara dua batu di sana datang Singa Agung menemuiku. Kecepatan
gerakannya seperti burung unta, dan ukurannya sebesar gajah,
rambutnya seperti emas murni, dan kilau di matanya seperti emas cair
dalam kuali. Dia lebih mengerikan daripada Gunung Berapi Lagour,
dan dalam hal kecantikan dia melebihi segalanya yang ada di dunia
seperti keindahan mawar mekar mengalahkan debu di padang pasir.
"Lalu kakiku lemas dan aku terjatuh di dekat kakinya dan berpikir,
pasti ini saatnya mati, karena sang singa (yang layak mendapatkan
segela penghormatan) akan tahu selama hidupku aku mengabdi Tash
dan bukan dia. Walaupun begitu, lebih baik melihat sang singa lalu
mati daripada menjadi Tisroc bagi seluruh dunia dan hidup namun
tidak pernah melihatnya. Tapi Yang Agung dan Mulia menundukkan
kepala keemasannya dan menyentuh dahiku dengan lidahnya
kemudian berkata, 'Anakku, selamat datang.' Tapi aku berkata,
'Sayangnya, Lord, aku bukanlah anakmu melainkan abdi Tash.' Dia
menjawab, 'Nak, semua pelayanan yang kaulakukan demi Tash, aku

149 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
anggap sebagai pelayanan yang dilakukan demi aku.' Kemudian
karena keinginan besarku untuk mendapatkan kebijakan dan
pemahaman, aku menekan rasa takut dan bertanya kepada Yang
Agung dan Mulia, 'Lord, jadi apakah memang benar, seperti yang
dikatakan si kera, bahwa kau dan Tash adalah satu?' Sang singa
menggeram sehingga bumi berguncang (tapi kemarahannya bukanlah
terhadapku) dan berkata, 'Itu tidak benar. Bukan karena aku dan dia
adalah satu, tapi karena kami berlawananaku mengambil untukku
pelayanan yang kaulakukan untuknya.
Karena aku dan dia merupakan jenis yang berbeda sehingga tidak
ada pelayanan yang jahat bisa dilakukan untukku, dan tidak ada yang
tidak jahat bisa dilakukan untuknya. Karena itulah, bila ada yang
bersumpah demi nama Tash lalu menjaga dan menepati sumpahnya
itu, sebenarnya dia telah bersumpah atas namaku, walaupun dia tidak
mengetahuinya, dan akulah yang memberinya imbalan. Dan kalau ada
yang melakukan kekejaman atas namaku, maka, meskipun dia
mengucapkan nama Aslan, adalah Tash yang dia puaskan dan Tashlah
yang akan menerima tindakannya.
Apakah kau mengerti, anakku?' Aku berkata, 'Lord, kaulah yang
paling tahu seberapa banyak yang telah kupahami.' Tapi aku juga
berkata (karena kebenaran mendesakku), 'Walaupun begitu, aku telah
mencari Tash dalam seluruh hariku.' 'Kekasih,' kata Yang Agung dan
Mulia, 'kecuali hasratmu adalah untukku kau tidak akan perlu mencari
begitu lama dan susah payah. Karena semua akan menemukan apa
yang mereka sebenarnya cari.'
"Kemudian dia mengembuskan napas kepadaku dan mengusir pergi
gemetar dari tungkai-tungkaiku dan membuatku berdiri. Lalu setelah
itu, dia tidak banyak berkata-kata, kecuali bahwa kami akan bertemu
lagi, dan aku harus pergi jauh lebih dalam dan naik lebih tinggi.
Kemudian dia menjelma menjadi pusaran angin keras laksana badai
keemasan dan mendadak hilang.

150 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Dan sejak saat itu, O Para Raja dan Lady, aku telah berjalan-jalan
untuk menemukannya dan kebahagiaanku begitu besar sehingga rasa
itu bahkan melemahkanku seperti luka. Dan merupakan mukjizat di
antara segala mukjizat, bahwa dia menyebutku Kekasih, aku yang tak
lain adalah anjing-"
"Hah? Apa katamu?" tanya salah satu Anjing.
"Sir," kata Emeth. "Itu hanya merupakan gaya bicara yang kami
miliki di Calormen."
"Yah, aku tidak bisa berkata aku menyukai gaya bicara seperti itu,"
kata Anjing.
"Dia tidak bermaksud jahat," kata Anjing yang lebih tua. "Lagi pula,
kita memanggil anak anjing kita Buyung ketika mereka tidak bersikap
sopan."
"Benar juga," kata Anjing pertama. "Atau upik."
"S-s-stt!" kata Anjing Tua. "Itu bukan kata yang sopan untuk
digunakan. Ingat di mana kau berada sekarang."
"Lihat!" kata Jill tiba-tiba.
Seseorang mendekat, agak takut-takut, untuk menemui mereka:
makhluk anggun dengan keempat kakinya, tubuhnya berwarna abu-
abu keperakan. Dan mereka memandangnya selama sepuluh detik
penuh sebelum lima atau enam suara berkata bersamaan, "Ya ampun,
itu Puzzle tua!" mereka belum pernah melihatnya di siang hari tanpa
kulit singa, dan ini membuat perbedaan luar biasa.
Kini dia dirinya sendiri: keledai cantik dengan bulu yang begitu
halus dan kelabu juga wajah yang begitu lembut dan jujur sehingga
kalau kau benar-benar melihatnya kau akan melakukan hal yang sama
dengan yang dilakukan Jill dan Lucy-berlari ke arahnya dan

151 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
melingkarkan lengan ke lehernya lalu mencium hidungnya dan
membelai telinganya.
Ketika mereka bertanya kepadanya di mana dia selama ini, dia
berkata dia memasuki pintu bersama makhlukmakhluk lain tapi dia-
yah, sejujurnya, dia berusaha sebisa mungkin menghindari mereka,
begitu juga Aslan. Karena melihat sang singa yang sesungguhnya
telah membuatnya begitu malu atas segala omong kosong
mengenakan kulit singa sehingga dia tidak tahu bagaimana menatap
wajah siapa pun secara langsung. Tapi ketika dia melihat semua
temannya pergi ke arah barat, dan setelah dia menyantap satu atau
lebih suap rumput ("Dan aku belum pernah merasakan rumput yang
begitu lezat selama hidupku," kata Puzzle), dia mengumpulkan
keberanian dan mengikuti. "Tapi apa yang akan kulakukan bila aku
benar-benar bertemu Aslan, aku yakin aku tidak tahu," dia
menambahkan.
"Kau akan mendapatinya bukan masalah ketika sungguh-sungguh
bertemu dengannya," kata Ratu Lucy.
Kemudian mereka pergi melangkah bersama, selalu ke arah barat,
karena arah itulah yang tampaknya ditunjukkan Aslan ketika
berteriak, "Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam." Banyak
di antara makhluk lain yang bergerak ke arah sama dengan perlahan,
tapi daerah berumput itu begitu lebar sehingga tidak ada kerumunan.
Hari masih begitu pagi, dan kesegaran pagi hari mengisi udara.
Mereka bolak-balik berhenti untuk melihat ke sekeliling atau ke
belakang, sebagian karena tempat itu begitu indah dan sebagian
karena ada sesuatu pada tempat itu yang tidak bisa mereka pahami.
"Peter," kata Lucy, "menurutmu, tempat apa ini?"
"Entahlah," jawab sang Raja Agung. "Ternpat ini mengingatkanku
akan suatu tempat tapi aku tidak bisa memberimu namanya.

152 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Mungkinkah kita pernah tinggal di sini saat liburan ketika kita masih
teramat sangat kecil?"
"Pastinya itu liburan yang sangat menyenangkan," kata Eustace.
"Aku berani bertaruh tidak ada negeri seperti ini di mana pun di dunia
kita. Lihatlah warna-warninya! Kau tidak akan bisa melihat biru
seperti biru pada pegunungan itu di dunia kita."
"Bukankah ini negeri Aslan?" kata Tirian.
"Tidak seperti negeri Aslan di puncak gunung di ujung akhir timur
dunia," kata Jill. "Aku sudah pernah kesana."
"Kalau ada yang tanya pendapatku," kata Edmund, "tempat ini
seperti di suatu tempat dalam dunia Narnia. Lihat saja pegunungan di
depan-dan pegunungan es besar di belakang daerah itu. Pastinya agak
seperti pegunungan yang biasa kita lihat di Narnia, gunung-gunung
yang berada di sebelah barat di belakang air terjun?"
"Benar, memang mirip," kata Peter. "Tapi yang ini tampak lebih
besar."
"Menurutku gunung-gunung itu tidak seperti apa pun yang ada di
Narnia," kata Lucy. "Tapi lihat di sana." Dia menunjuk ke arah
selatan di sebelah kiri mereka, dan semua orang berhenti dan menoleh
untuk melihat.
"Perbukitan itu," kata Lucy, "bukit-bukit yang berhutan indah dan
bukit-bukit biru di belakangbukankah daerah itu sangat mirip
perbatasan selatan Narnia?"
"Mirip!" teriak Edmund setelah terdiam sesaat. "Malah tepat sama.
Lihat, itu Gunung Fire dengan puncak bercabang duanya, dan itu
jalan perbukitan menuju Archenland dan lainnya!"
"Namun walaupun begitu tetap saja tidak sama," kata Lucy.

153 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Semuanya berbeda. Daerah itu lebih berwarna dan lebih''' lebih''' oh,
entahlah'''"
"Lebih seperti hal yang sesungguhnya," kata Lord Digory lembut.
Tiba-tiba Farsight si elang melebarkan sayapnya, membumbung
tinggi sekitar sepuluh atau lima belas meter ke udara, berputarputar
kemudian mendarat di tanah. "Para raja dan ratu," dia berteriak, "kita
semua telah buta. Kita hanya baru mulai melihat dimana kita berada.
Dari atas sana aku telah melihat semuanyaEttinsmuir, Beaversdam,
Sungai Besar, dan Cair Paravel masih berkilauan di tepi lautan timur.
Narnia belum mati. Inilah Narnia."
"Tapi bagaimana bisa?" tanya Peter. "Karena Aslan telah
memberitahu kami yang lebih tua bahwa kami tidak akan pernah
kembali ke Narnia lagi, namun di sinilah kami."
"Benar," kata Eustace. "Dan kita melihat segalanya hancur dan
matahari padam."
"Dan segalanya di sini begitu berbeda," kata Lucy.
"Si elang benar," kata Lord Digory. "Dengar, Peter. Ketika Aslan
berkata kau tidak akan pernah bisa lagi kembali ke Narnia, dia
mengacu pada Narnia yang kaupikirkan. Tapi itu bukan Narnia yang
sesungguhnya. Yang memiliki awal dan akhir. Dunia itu hanya
bayangan atau tiruan Narnia asli yang sejak dulu telah ada di sini dan
akan selalu ada di sini: seperti juga dunia kita, Inggris dan semuanya,
hanyalah bayangan atau tiruan sesuatu dalam dunia nyata Aslan. Kau
tidak perlu berduka karena Narnia, Lucy. Seluruh Narnia lamalah
yang penting, semua makhluk tersayangnya, telah ditarik ke dalam
Narnia asli melalui Pintu. Dan tentu saja dunia ini berbeda, sama
berbedanya antara benda asli dengan bayangan atau hidup nyata
dengan mimpi."

154 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Suaranya membangkitkan semangat semua orang seperti terompet
ketika dia mengucapkan kata-kata itu: tapi ketika dia menambahkan
dengan suara pelan, "Semua ada dalam Plato, ada dalam Plato: astaga,
apa sebenarnya yang mereka ajarkan kepada anak-anak di sekolah-
sekolah itu?"
Anak-anak yang lebih tua tertawa. Ini tepat seperti hal-hal yang
pernah mereka dengar dikatakan Lord Digory dulu sekali di dunia lain
tempat janggutnya beruban bukannya berwarna keemasan. Dia tahu
kenapa mereka tertawa dan ikut tertawa juga. Tapi dengan sangat
segera mereka semua kembali muram: karena, seperti yang
kauketahui, ada semacam kebahagiaan dan keajaiban yang
membuatmu merasa serius. Waktu ini terlalu berharga untuk dibuang-
buang dengan lelucon.
Adalah sulit untuk menjelaskan bagaimana tanah bermandikan sinar
matahari ini berbeda dengan Narnia lama, sama seperti
memberitahuku bagaimana rasa buah di negeri itu. Mungkin kau akan
memiliki beberapa bayangan kalau kau berpikir seperti ini. Anggaplah
kau berada di ruangan dengan jendela menghadap ke teluk lautan
indah atau lembah hijau yang membelah pegunungan.
Dan di dinding ruangan tersebut yang berseberangan dengan jendela,
bayangkan ada cermin. Dan ketika kau berbalik menjauhi jendela
mendadak kau menangkap penampakan laut atau lembah itu, dari
awal lagi, melalui cermin. Dan lautan di dalam cermin, atau lembah di
dalam cermin, dalam satu sisi bisa dibilang sama dengan aslinya:
walaupun begitu di saat yang sama laut atau lembah itu entah
bagaimana berbeda-lebih dalam, lebih indah, lebih seperti tempat-
tempat dalam cerita-dalam cerita yang belum pernah kaudengar tapi
sangat ingin kauketahui.
Perbedaan antara Narnia tua dengan Narnia baru seperti itu. Yang
baru merupakan negeri yang lebih dalam: setiap batu, bunga, dan
helai daun rumput tampak seolah punya arti lebih. Aku tidak bisa
155 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
menggambarkannya lebih baik daripada itu: kalau punya kesempatan
kesana, kau akan tahu bagaimana maksudku.
Si unicorn-lah yang merangkum perasaan semua orang. Dia
menjejakkan tapak depan kanannya di tanah dan meringkik, kemudian
berteriak: "Aku telah tiba di rumah akhirnya! Inilah negeriku yang
sebenarnya. Aku berasal dari sini. Inilah tanah yang kucari sepanjang
hidupku, walaupun aku belum mengetahuinya hingga kini. Alasan
kenapa aku mencintai Narnia lama adalah karena negeri itu terkadang
tampak agak mirip dengan negeri ini. Brii-hii-hii! Naik lebih tinggi
dan pergi lebih jauh ke dalam!" Dia mengibaskan surainya dan
melompat ke depan kemudian mulai berpacu kencanglangkah-
langkah unicorn yang, di dunia kita, akan segera membawanya lenyap
dari pandangan dalam hitungan detik.
Tapi kini hal yang paling aneh terjadi. Semua orang mulai berlari,
dan mereka mendapati, dengan terperangah heran, bahwa mereka bisa
menyamai langkah kaki jewel: bukan hanya para anjing dan manusia,
tapi bahkan Puzzle kecil yang gemuk dan Poggin si dwarf dengan
kaki pendeknya. Udara menerpa wajah mereka seolah mereka sedang
mengendara cepat dengan mobil tanpa kaca depan. Daerah sekitar
berkelebat melewati mereka seolah mereka sedang melihatnya dari
jendela kereta ekspres. Semakin cepat dan terus semakin cepat
mereka berlari, tapi tidak seorang pun dari mereka yang kepanasan,
lelah, ataupun kehabisan napas.
***

156 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
BAB ENAM BELAS
Perpisahan dengan Tanah Bayang-bayang

Kalau seseorang bisa berlari tanpa merasa lelah, kurasa orang tidak
akan terlalu sering ingin melakukan tindakan lain. Tapi mungkin akan
ada alasan khusus untuk berhenti berlari, dan alasan khusus inilah
yang membuat Eustace kini berteriak: "Astaga! Berhenti! Lihat apa
yang sedang kita datangi!" Dan dia memang pantas berbuat begitu.
Karena kini di depan mereka tampak Caldron Pool, dan di belakang
kolam tersebut tebingtebing tinggi yang tak terjamah, lalu,
menuangkan air ke tebingtebing, beribu-ribu ton air setiap detiknya,
berkilauan seperti berlian di beberapa tempat dan tampak gelap, hijau,
seperti kaca di tempat-tempat lain, Air Terjun Besar. Kim kejutan
akan pemandangan ini bahkan telah tampak di mata mereka.
"Jangan berhenti! Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam,"
teriak Farsight, membelokkan penerbangannya lebih ke atas.
"Semuanya bukan masalah baginya," kata Eustace, tapi jewel juga
berteriak:
"Jangan berhenti. Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam!
Hayati dalam setiap langkahmu."
Suaranya masih bisa terdengar di atas raungan air tapi detik
berikutnya semua orang melihat bahwa dia telah melompat ke dalam
air lalu dengan tergesa-gesa juga penuh kehebohan di belakangnya,
bersama cipratan demi cipratan, yang lain mengikutinya. Airnya
tidaklah dingin menggigit seperti yang mereka semua (terutama
Puzzle) sangka, tapi terasa sejuk penuh buih nyaman. Mereka
mendapati diri mereka berenang langsung menuju air terjun itu
sendiri.
"Ini benar-benar gila," kata Eustace kepada Edmund.
157 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku tahu. Walaupun begitu-" kata Edmund.
"Ini bagus sekali, ya?" kata Lucy. "Apakah kalian menyadari kita
tidak bisa merasa takut, bahkan bila kita ingin? Coba saja."
"Ya ampun, memang tidak bisa," kata Eustace setelah mencobanya.
Jewel yang pertama mencapai kaki air terjun, tapi Tirian tepat berada
di belakangnya. Jill terakhir tiba, jadi dia bisa melihat seluruh
kejadian lebih lengkap daripada yang lain. Dia melihat sesuatu yang
putih bergerak naik dengan kecepatan tetap di permukaan air terjun.
Sesuatu yang putih itu si unicorn. Kau tidak bisa memastikan apakah
dia berenang atau memanjat, tapi dia terus bergerak, semakin tinggi
dan terus semakin tinggi. Puncak tanduknya membelah air tepat di
atas kepalanya, dan air mengucur deras dalam dua aliran berwarna
pelangi di sekeliling bahunya.
Tepat di belakangnya tampak Raja Tirian. Dia menggerakkan kaki
dan lengannya seolah sedang berenang tapi dia bergerak naik lurus:
seolah kita bisa berenang menaiki dinding rumah.
Yang tampak paling aneh adalah para anjing. Saar berlari menuju air
terjun, mereka sama sekali tidak terengah-engah, tapi kini, ketika
mereka bergerak menggeliat bersama-sama ke atas, beberapa di antara
mereka sering kali tersedak dan bersin, ini dikarenakan mereka tidak
berhenti menggonggong, dan setiap kali mereka melakukan itu mulut
dan hidung mereka dipenuhi air. Tapi sebelum Jill mendapat
kesempatan untuk menyadari semua hal secara keseluruhan, dia pun
mulai menaiki air terjun.
Kejadian ini sejenis yang mustahil terjadi di dunia kita. Bahkan
kalaupun kau belum tenggelam, kau bakal dihantam babak belur oleh
berat air yang mengerikan menuju gerigi bebatuan yang tak terhitung
banyaknya. Tapi di dunia itu kau bisa melakukannya. Kau bergerak
naik dan terus naik, dengan berbagai pantulan cahaya berkilauan ke
arahmu dari air dan berbagai jenis bebatuan berwarna berkilauan di
158 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
baliknya, sampai seolah kau sedang menaiki cahaya itu sendirilalu
terus tinggi dan meninggi sampai kesadaran akan tinggi akan
membuatmu ngeri kalau kau bisa ketakutan, tapi di sini ketinggian itu
hanya terasa luar biasa menyenangkan.
Kemudian akhirnya kita akan sampai ke kelokan hijau yang indah
dan halus di mana air tertuang dari atas dan mendapati diri kita kini
berada di sungai datar di atas air terjun. Arus air berpacu melewatimu,
tapi kau perenang andal sehingga bisa bergerak maju melawannya.
Tak lama kemudian mereka berada di tepi sungai, air menetes-netes
dari tubuh mereka tapi mereka bahagia. Lembah panjang terbuka di
hadapan dan pegunungan salju, kini jauh lebih dekat, menjulang ke
langit.
"Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam," teriak jewel dan
mereka segera bergerak lagi.
Mereka kini sudah keluar dari Narnia dan mendaki ke Western Wild
yang belum pernah dilihat bahkan oleh Tirian, Peter, maupun si elang.
Tapi Lord Digory dan Lady Polly pernah. "Kau ingat? Kau ingat?"
mereka berkata-dan mengucapkannya dengan suara mantap pula,
tanpa terengah-engah, walaupun kelompok itu kini berlari lebih cepat
daripada anak apanah.
"Apa maksudmu, Lord?" Tanya Tirian. "Jadi adalah benar, seperti
yang dikisahkan dalam cerita, bahwa kalian berdua melakukan
perjalanan hingga kesini pada hari dunia diciptakan?"
"Benar," jawab Digory, "dan terasa bagiku hari itu baru terjadi
kemarin."
"Dan dengan kuda terbang?" tanya Tirian. "Apakah bagian itu
benar?"
"Tentu saja," jawab Digory.
Tapi para Anjing menggonggong, "Lebih cepat, lebih cepat."
159 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jadi mereka berlari lebih cepat dan terus lebih cepat sampai rasanya
lebih seperti terbang daripada berlari, dan bahkan si elang di atas
bergerak tidak lebih cepat daripada mereka. Kemudian mereka
melewati lembah berliku demi lembah berliku dan mendaki sisisisi
curam perbukitan dan, lebih cepat daripada kapan pun, menuruni sisi-
sisi yang lain, mengikuti sungai dan terkadang menyeberanginya dan
berjalan melintasi danau-danau gunung seolah mereka perahu boat
hidup, sampaiakhirnya di ujung jauh sebuah danau panjang yang
tampak sebiru batu turkois, mereka melihat bukit hijau bepermukaan
rata. Sisi-sisinya securam sisi pyramid dan disekeliling puncaknya
tampak dinding hijau: tapi di atas dinding itu muncul cabang-cabang
pepohonan yang daun-daunnya tampak seperti perak dan buahnya
seperti emas.
"Naik lebih tinggi dan pergi lebih jauh ke dalam!" raung si unicorn,
dan tidak ada yang menahan diri. Mereka berlari lurus menuju kaki
bukit kemudian mendapati diri mereka berlari menaikinya hampir
seperti air dari ombak yang pecah merambah batu pada ujung suatu
teluk. Walaupun lerengnya nyaris securam atap rumah dan
rerumputannya selicin rumput lapangan bowls, tidak ada yang
tergelincir.
Barulah ketika mencapai puncak bukit mereka memperlambat
langkah, itu karena mereka mendapati diri mereka menghadap
gerbang emas besar. Dan untuk sesaat tidak ada diantara mereka yang
cukup berani untuk memeriksa apakah pintu gerbang bisa dibuka.
Mereka semua merasakan perasaan yang sama seperti dengan buah-
buahan negeri itu-"Beranikah kita? Apakah ini diperbolehkan?
Apakah ini memang untuk kita?" Tapi sementara mereka berdiri
terdengarlah suara keras terompet tanduk, jelas dan manis
menyenangkan, ditiup dari suatu tempat di dalam taman berdinding
itu. Kemudian gerbang terayun terbuka.

160 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Tirian berdiri menahan napas dan bertanyatanya siapakah yang akan
keluar. Lalu yang keluar adalah makhluk terakhir yang disangkanya:
Tikus yang Bisa Berbicara yang kecil, langsing, dan bermata
berkilauan dengan bulu merah terpasang di pita yang mengelilingi
kepalanya, cakar kirinya beristirahat pada pedang panjang.
Tikus itu membungkuk, bungkukan yang paling anggun, dan berkata
dengan suara cicitannya: "Selamat datang, atas nama sang singa.
Naiklah lebih tinggi dan pergilah lebih jauh ke dalam."
Kemudian Tirian melihat Raja Peter, Raja Edmund, dan Ratu Lucy
berlari ke depan untuk berlutut dan menyapa Tikus itu, mereka semua
berteriak, "Reepicheep!"
Dan napas Tirian menjadi cepat hanya karena sekadar rasa takjub,
karena kini dia tahu dia sedang melihat salah satu pahlawan terbesar
di Narnia, Reepicheep si Tikus yang pernah bertarung dalam Perang
Beruna dan setelah itu berlayar ke Ujung Dunia bersama Raja
Caspian sang Penjelajah Lautan. Tapi sebelum dia memiliki banyak
waktu untuk memikirkan ini, dia merasakan dua lengan kuat menekan
dirinya dan ciuman wajah berjanggut di kedua pipinya lalu
mendengar suara yang sangat diingatnya berkata: "Apa kabar, Nak?
Kau lebih kekar dan tinggi sejak terakhir aku menyentuhmu!"
Orang itu ayahnya sendiri, Raja Erlian yang baik: tapi tidak seperti
yang Tirian lihat terakhir kali ketika mereka membawanya pulang
dalam keadaan pucat dan terluka akibat pertarungannya dengan
bangsa raksasa, juga tidak seperti yang diingatnya tahun-tahun
berikutnya ketika dia telah menjadi pejuang dengan kepala beruban.
Pria ini ayahnya, muda dan ceria, tepat seperti yang diingatnya dari
masa-masa awal ketika dia sendiri masih kanak-kanak yang senang
bermain dengan ayahnya di taman istana Cair Paravel, tepat sebelum
waktunya tidur pada malam musim panas. Aroma roti dan susu yang
biasa dia dapat saat kudapan malam kembali kepadanya.

161 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Jewel berkata dalam hati, aku akan membiarkan mereka berbicara
sebentar berdua, barulah aku akan pergi kesana dan menyapa Raja
Erlian yang baik. Dia memberiku banyak apel merah ketika aku masih
kecil.
Tapi detik berikutnya ada hal lain yang mengalihkan pikirannya,
karena kini keluar dari gerbang, kuda yang begitu gagah dan mulia
sehingga bahkan seekor unicorn pun akan merasa malu bila tampil
bersamanya: kuda bersayap yang agung. Kuda itu memandang
sebentar Lord Digory dan Lady Polly, lalu meringkuk, "Apa kabar,
sepupu-sepupuku?" dan mereka berdua berteriak, "Fledge! Fledge tua
yang baik!" dan bergegas menghampiri untuk menciumnya.
Namun kini si tikus kembali mengajak mereka masuk. Jadi mereka
semua melintasi pintu gerbang, masuk ke udara wangi lezat yang
berembus melewati mereka keluar taman, juga masuk ke campuran
sinar mentari yang sejuk dan bayangan di bawah pepohonan, berjalan
di atas rumput tebal dengan bunga putih di sana-sini. Hal paling
pertama yang disadari semua orang dengan rasa terkejut adalah betapa
tempat itu jauh lebih luas daripada tampilannya dari luar. Tapi tidak
ada yang punya kesempatan untuk memikirkan ini karena orang-
orang kini berdatangan dari segala arah untuk menemui para
pendatang baru.
Semua orang yang pernah kau dengar keberadaannya (kalau kau
mengetahui sejarah negeri ini) tampaknya ada di sana. Ada
Glimfeather si burung hantu dan Puddlegum si Marshwiggle, lalu
Raja Rilian yang telah terbebas dari sihir dan ibunya, putri sang
bintang dan ayah Rilian yang agung Caspian sendiri. Dan dekat
dibelakangnya tampak Lord Drinian, Lord Berne, Trumpkin si dwarf
dan Trufflehunter si luak baik dengan Glenstorm si centaurus, dan
ratusan pahlawan lain dari Perang Pembebasan.
Kemudian dari sisi lain datanglah Cor Raja Archenland dengan Raja
Lune ayahnya dan istrinya Ratu Aravis, juga pangeran pemberani
162 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Corin si Tinju Petir, adiknya, serta Bree si Kuda dan Hwin si Kuda
Betina.
Kemudian yang adalah keajaiban di atas segala keajaiban bagi
Tirian-di sana datang lebih jauh dari masa lampau, dua berang-berang
yang baik dan Tumnus si faun. Lalu ada sapaan, kecupan, jabat
tangan, dan lelucon-lelucon lama yang kembali diutarakan (kau tidak
akan bisa membayangkan betapa terdengar lucunya lelucon lama
ketika kau mengutarakannya lagi setelah beristirahat selama lima atau
enam ratus tahun) dan seluruh kelompok bergerak maju menuju
tengah-tengah kebun buah tempat sang phoenix duduk di pohon dan
menatap ke bawah kepada mereka semua, dan di kaki pohon itu ada
dua singgasana, dan di dua singgasana itu duduk Raja dan Ratu yang
begitu agung dan cantik sehingga semua orang membungkuk di
hadapan mereka. Dan mereka memang pantas melakukan itu, karena
dua orang itu adalah Raja Frank dan Ratu Helen yang dari
keduanyalah para raja Narnia dan Archenland yang paling tua
diturunkan. Lalu Tirian merasa seperti yang akan kaurasakan bila
dipertemukan dengan Adam dan Hawa dengan segala kemuliaan
mereka.
Sekitar setengah jam kemudian atau mungkin saja setengah ratus
tahun kemudian, karena waktu di sana tidak seperti waktu di siniLucy
berdiri bersana teman tersayangnya, teman Narnia terlamanya,
Tumnus si faun, melihat ke bawah dari atas dinding taman, dan
melihat seluruh Narnia terbentang di bawah. Tapi ketika kau melihat
ke bawah kau mendapati bahwa bukit ini lebih tinggi daripada
perkiraanmu: bukit menukik ke bawah dengan tebing-tebing
bercahaya, beribu-ribu meter di bawah mereka dan pepohonan di
bagian lebih bawah dunia itu tampak tidak lebih besar daripada butir
garam berwarna hijau.
Kemudian Lucy menghadap ke dalam taman lagi dan berdiri dengan
punggung bersandar ke dinding dan memandangi tempat tersebut.

163 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Aku mengerti," katanya akhirnya setelah berpikir lama. "Aku
mengerti sekarang. Taman ini seperti istal itu. Lebih luas di dalam
daripada di luarnya."
"Tentu saja, Putri Hawa," kata si faun. "Bila kau pergi semakin
tinggi dan jauh ke dalam, segalanya akan tampak makin besar. Bagian
dalam lebih besar daripada bagian luar."
Lucy memandang lekat taman itu dan melihat tempat tersebut bukan
benar-benar taman, melainkan dunia tersendiri, dengan sungai, hutan,
lautan, dan pegunungan tersendiri. Tapi semua itu tidak asing: Lucy
mengenali semuanya.
"Jadi begitu," katanya. "Ini masih Narnia, dan lebih nyata serta lebih
indah daripada Narnia di bawah, seperti juga lebih nyata dan lebih
indah daripada Narnia di luar pintu istal! Aku mengerti''' dunia di
dalam dunia, Narnia di dalam Narnia'''"
"Benar," kata Mr Tumnus, "seperti bawang bombai: kecuali di sini
setiap kali kau masuk lebih dalam, setiap lingkaran lebih besar
daripada yang terakhir."
Dan Lucy memandang kesini dan kesana lalu tak lama kemudian
mendapati bahwa sesuatu yang baru dan indah telah terjadi padanya.
Setiap kali dia melihat sesuatu, betapapun jauhnya, sekali dia sudah
memusatkan pandangan kesana, sesuatu itu menjadi sangat jelas dan
dekat seolah dia sedang melihat dengan teleskop. Dia bisa melihat
seluruh padang pasir selatan dan lebih jauh lagi di belakangnya kota
besar Tashbaan: ke arah timur dia bisa melihat Cair Paravel di tepi
laut dan jendela kamar yang dulu miliknya.
Dan jauh di lautan dia bisa menemukan pulau-pulau, pulau demi
pulau ke Ujung Akhir Dunia, dan, lebih jauh di belakang ujung akhir,
gunung raksasa yang mereka sebut negeri Aslan. Tapi kini dia melihat
gunung itu merupakan bagian dari rangkaian pegunungan yang
mengelilingi seluruh dunia. Di depannya semua tampak sangat dekat.
164 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
Kemudian dia melihat ke kiri dan melihat yang dia duga adalah
sekelompok besar awan berwarna cerah, dengan jurang memisahkan
mereka. Tapi ketika dia mengamati dengan lebih saksama dan melihat
ternyata itu bukan awan melainkan tanah sungguhan. Dan saat dia
memasang mata pada satu titik tertentu di sana, dia langsung
berteriak, "Peter! Edmund! Kemari dan lihat! Cepat ke sini!"
Lalu mereka datang dan melihat yang ditunjuk Lucy, karena mata
mereka juga telah memiliki kemampuan yang sama dengan adik
mereka itu.
"Wah!" seru Peter. "Itu Inggris. Dan rumah itu-rumah lama Profesor
Kirke di desa tempat semua petualangan kita dimulai!"
"Kukira rumah itu sudah dirobohkan," kata Edmund.
"Memang sudah," kata si faun. "Tapi kau kini sedang melihat Inggris
di dalam Inggris, Inggris sungguhan seperti juga tempat ini Narnia
sungguhan. Dan di dalam Inggris bagian dalam itu tidak ada benda
yang baik dihancurkan."
Mendadak mereka memindahkan pandangan ke tempat lain,
kemudian Peter, Edmund, dan Lucy terperangah kagum lalu berteriak
dan mulai melambaikan tangan: karena mereka melihat ayah dan ibu
mereka, membalas lambaian ke arah mereka di seberang lembah luas
dan dalam. Situasinya sepertinya ketika kau melihat orang-orang
melambaikan tangan kepadamu dari dek kapal besar ketika kau
menunggu di dermaga untuk menemui mereka.
"Bagaimana kami bisa mendekati mereka?" kata Lucy.
"Itu mudah," kata Mr Tumnus. "Negeri itu dan negeri ini-semua
negeri sungguhan hanyalah roda-roda bergerigi membentang dalam
pegunungan raksasa Aslan. Kita hanya perlu berjalan disepanjang
punggung gunung, lebih naik dan lebih masuk ke dalam, sampai

165 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
kedua negeri bertemu. Dan dengar! Itu terompet tanduk Raja Frank:
kita semua harus naik."
Dan tak lama kemudian mereka mendapati diri mereka semua
berjalan bersama-dan betapa agung juga cerianya barisan itu-mendaki
menuju pegunungan yang lebih tinggi daripada yang bisa kaulihat di
dunia ini bahkan bila memang ada. Tapi tidak ada salju pada
pegunungan tersebut: namun ada hutan, lereng hijau, kebun buah
manis, dan air terjun yang berkilauan, satu setelah yang lain, begitu
terus-menerus seolah tidak berakhir. Dan tanah yang mereka pijaki
kian lama kian menyempit, dengan lembah dalam di setiap sisinya:
dan di seberang lembah itu tanah yang adalah Inggris asli kian dekat
dan terus mendekat.
Cahaya di depan menguat. Lucy melihat kelompok besar tebing
berbagai warna menjulang di depan mereka seperti tangga bangsa
raksasa. Kemudian dia melupakan segalanya, karena Aslan sendiri
kini datang, melompat turun dari tebing ke tebing seperti air terjun
besar kekuatan dan keindahan yang hidup.
Dan orang pertama yang dipanggil mendekatinya adalah Puzzle si
keledai. Kau tidak pernah melihat keledai tampak lebih lunglai dan
konyol daripada Puzzle ketika dia berjalan naik ke Aslan, lalu dia
tampak, di samping Aslan, sekecil anak kucing di samping anjing St
Bernard. Sang singa menundukkan kepala dan membisikkan sesuatu
kepada Puzzle sehingga telinga panjangnya turun lemas, tapi
kemudian Aslan mengatakan sesuatu yang lain sehingga telinga
Puzzle berdiri tegak lagi. Para manusia tidak bisa mendengar apa
yang dikatakannya sepanjang waktu itu.
Kemudian Aslan menoleh ke arah mereka dan berkata, "Kalian tidak
tampak sebahagia seperti yang kuinginkan."
Lucy berkata, "Kami khawatir akan disuruh pergi, Aslan. Dan kau
telah begitu sering memulangkan kami ke dunia kami sendiri."

166 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m
"Tidak perlu khawatir soal itu," kata Aslan. "Apakah kalian belum
menduganya?"
Hati mereka melompat, dan harapan liar bangkit di dalam diri
mereka.
"Kecelakaan kereta api memang telah terjadi," kata Aslan lembut.
"Ayah dan ibu kalian juga kalian semua telah-seperti yang biasa
kalian sebut di Tanah Bayang bayang-mati. Semester pembelajaran
telah berakhir: liburan sudah dimulai. Mimpi telah berakhir: ini
adalah pagi hari."
Dan ketika berbicara, Dia tidak lagi tampak di mata mereka seperti
singa, tapi hal-hal yang mulai terjadi setelah itu yang begitu luar biasa
dan indah sehingga aku tidak bisa menuliskannya. Dan bagi kita ini
akhir semua kisah, dan kita bisa dengan yakin berkata mereka hidup
bahagia selamanya. Tapi bagi mereka ini hanyalah permulaan kisah
sebenarnya.
Sepanjang hidup mereka di dunia ini dan segala petualangan mereka
di Narnia hanyalah sampul dan halaman judul: kini akhirnya mereka
memulai Bab Satu Kisah Agung yang belum pernah dibaca siapa pun
di bumi, yang berlangsung abadi, dimana dalam setiap bab lebih
menyenangkan daripada sebelumnya.
-END-

E-Book by
Ratu-buku.blogspot.com
-

167 | R a t u - b u k u . b l o g s p o t . c o m

Anda mungkin juga menyukai