Anda di halaman 1dari 37

a

PERTEMPURAN
TERAKHIR
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com

MR. Collection's
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak me-


lakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu
juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, meng-


edarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai
dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
THE CHRONICLES OF NARNIA
#7 THE LAST BATTLE
Copyright © CS Lewis Pte Ltd 1955, 1950, 1954,
1951, 1952, 1953, 1956
Inside illustrations by Pauline Baynes, copyright © CS Lewis Pte Ltd
1955, 1950, 1954, 1951, 1952, 1953, 1956
Cover art by Cliff Nielsen, copyright © CS Lewis Pte Ltd 2002
The Chronicles of Narnia®, Narnia® and all book titles, characters
and locales original to The Chronicles of Narnia,
are trademarks of CS Lewis Pte Ltd
Use without permission is strictly prohibited
Published by PT Gramedia Pustaka Utama under license from
the CS Lewis Company Ltd
All rights reserved
www.narnia.com

THE CHRONICLES OF NARNIA:


#7 PERTEMPURAN TERAKHIR
Alih Bahasa: Indah S. Pratidina
GM 106 05.017
Hak Cipta Terjemahan Indonesia:
PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 33-37
Jakarta 10270
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
Anggota IKAPI,
Jakarta, Desember 2005

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

LEWIS, C S .
THE CHRONICLES OF NARNIA: PERTEMPURAN TERAKHIR/
C S . Lewis; alih bahasa: Indah S. Pratidina, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2005
280 hlm; ilustrasi; 18 cm
Judul asli: THE CHRONICLES OF NARNIA:
THE LAST BATTLE
ISBN 979-22-1777-0
I. Judul II. Pratidina, Indah S.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta


Isi di luar tanggung jawab percetakan
DAFTAR ISI

1. Di Tepi Caldron Pool 7


2. Kecerobohan sang Raja 23
3. Sang Kera Dalam Kejayaan 39
4. Yang Terjadi Malam Itu 56
5. Bagaimana Pertolongan
Mendatangi sang Raja 71
6. Petualangan Malam yang Sukses 88
7. Sebagian Besar tentang Dwarf 104
8. Kabar yang Dibawa sang Elang 122
9. Pertemuan Besar di Bukit Istal 138
10. Siapa yang Akan Pergi ke Istal? 155
11. Langkah Dipercepat 172
12. Melewati Pintu Istal 188
13. Ketika Bangsa Dwarf
Menolak Bergabung 204
14. Malam Tiba di Narnia 223
15. Naik Lebih Tinggi dan
Pergi Jauh Lebih Dalam 240
16. Perpisahan dengan
Tanah Bayang-bayang 256
a
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
MR. Collection's
BAB 1
Di Tepi Caldron Pool

D ALAM hari-hari terakhir Narnia, jauh di


sebelah barat Lantern Waste—Area
Lentera dan dekat di samping air terjun besar,
hiduplah seekor kera. Dia begitu tua sehingga
tidak ada yang bisa mengingat kapan dia per-
tama kali datang untuk tinggal di daerah
tersebut, dan dia kera terpintar, terjelek, dan
terkeriput yang bisa kaubayangkan. Dia me-
miliki rumah kecil, dibangun dari kayu dan
diatapi dedaunan, tinggi di percabangan pohon
besar. Dia bernama Shift. Sangat sedikit Hewan
yang Bisa Berbicara, manusia, dwarf, atau peng-
huni dari jenis apa pun, di bagian hutan itu,
tapi Shift punya satu teman sekaligus tetangga,
seekor keledai bernama Puzzle. Setidaknya me-
reka berdua berkata mereka teman, tapi dari
situasi yang berlangsung kau mungkin bakal

7
berpikir Puzzle lebih seperti pelayan Shift
daripada teman. Keledai itu melakukan semua
pekerjaan. Ketika mereka pergi bersama ke
sungai, Shift mengisi penuh botol-botol kulit
besar tempat air minum dengan air tapi Puzzle-
lah yang membawanya pulang. Ketika mereka
menginginkan apa pun dari kota yang letaknya
lebih jauh menyusuri sungai, Puzzle-lah yang
pergi ke sana dengan membawa keranjang-
keranjang kosong di punggungnya dan kembali
dengan semua keranjang itu penuh dan berat.
Dan semua benda terbaik yang dibawa pulang
Puzzle akan dimakan Shift, karena seperti yang
dikatakan Shift, "Begini, Puzzle, aku tidak bisa
makan rumput dan tanaman thistle sepertimu,
jadi supaya adil aku harus menyeimbangkan
keadaan dengan cara lain." Dan Puzzle selalu
berkata, "Tentu saja, Shift, tentu saja. Aku
mengerti."
Puzzle tidak pernah mengeluh, karena dia
tahu Shift jauh lebih pintar daripada dirinya
dan dia berpikir Shift bahkan sudah begitu
baik bersedia berteman dengannya. Lagi pula
jika Puzzle berusaha mendebat sesuatu, Shift
akan selalu berkata, "Nah, Puzzle, aku lebih
tahu apa yang perlu dilakukan daripada kau.
Kau kan tahu kau tidak pintar, Puzzle." Dan
Puzzle selalu berkata, "Benar, Shift. Itu memang

8
benar. Aku tidak pintar." Kemudian keledai
itu akan mengesah dan melakukan apa pun
yang Shift katakan.
Suatu pagi di awal tahun, keduanya berjalan
menyusuri tepian Caldron Pool. Caldron Pool
merupakan mata air besar tepat di bawah
tebing-tebing ujung barat Narnia. Air terjun
besar menumpahkan airnya ke mata air tersebut
dengan suara seperti guntur yang tak pernah
berakhir, dan Sungai Narnia mengalir keluar
di sisi lain. Air terjun membuat mata air itu
selalu menari, berbuih, dan teraduk-aduk seolah
airnya dididihkan, dan tentu saja inilah alasan
mengapa dia diberi nama Caldron Pool—Mata
Air Kuali. Caldron Pool tampak paling hidup
di awal musim semi ketika air terjun meruah
dengan semua salju yang meleleh dari pe-
gunungan tinggi jauh melewati Narnia di
Western Wild—Daerah Barat yang Liar—tempat
aliran sungai berasal. Dan ketika mereka me-
mandang Caldron Pool, Shift mendadak me-
nunjuk dengan jari kurusnya yang berbulu
gelap dan berkata:
"Lihat! Apa itu?"
"Apa yang apa?" tanya Puzzle.
"Benda kuning yang baru saja terjatuh dari
air terjun. Lihat! Itu dia lagi, dia mengambang.
Kita harus mencari tahu benda apa itu."

9
"Haruskah?" tanya Puzzle.
"Tentu saja harus," kata Shift. "Benda itu
mungkin berguna. Pokoknya melompat sajalah
ke mata air seperti teman yang baik dan ambil
benda itu. Setelah itu kita bisa mengamatinya
dengan lebih jelas."
"Melompat ke dalam mata air?" tanya
Puzzle, kedua telinga panjangnya berkedut.
"Yah, bagaimana lagi kita bisa mendapatkannya
kalau kau tidak melakukan itu?" kata si kera.
"Tapi—tapi," kata Puzzle, "tidakkah lebih
baik kau saja yang masuk? Karena, begini,
kaulah yang ingin tahu benda apa itu, dan aku
tidak terlalu penasaran. Dan kau punya tangan,
benar kan? Kau selihai manusia atau dwarf
dalam hal menangkap kemudian memegang erat
sesuatu. Aku hanya punya tapak kaki."
"Sungguh, Puzzle," kata Shift, "aku tidak
menyangka kau bisa mengatakan hal seperti
itu. Aku benar-benar tidak menduga kau seperti
itu, sungguh."
"Kenapa, memangnya aku salah bicara?"
tanya si keledai, berbicara dengan suara agak
rendah hati, karena dia melihat Shift teramat
tersinggung. "Aku hanya bermaksud—"
"Kau mau aku masuk ke air," kata si kera.
"Seolah kau sama sekali tidak tahu betapa
kera selalu memiliki paru-paru yang lemah

10
dan mudah terserang pilek! Baiklah. Aku akan
masuk ke sana. Aku mungkin akan mati. Se-
telah itu kau baru akan menyesal." Dan suara
Shift terdengar seolah sebentar lagi dia akan
mulai menumpahkan air mata.
"Aku mohon jangan, kumohon, jangan,"
kata Puzzle, separo meringkik dan separo ber-
bicara. "Aku tidak pernah bermaksud seperti
itu, Shift, sungguh. Kau tahu betapa bodohnya
aku dan bagaimana aku tidak bisa memikirkan
lebih dari satu hal pada saat yang sama. Aku
lupa tentang paru-parumu yang lemah. Tentu
saja aku akan masuk ke mata air. Kau tidak
boleh berniat melakukannya sendiri. Berjanjilah
kau tidak akan melakukan itu, Shift."
Jadi Shift berjanji, dan Puzzle mulai me-
napakkan keempat kakinya di sekitar tepi ber-
batu mata air itu untuk mencari tempat yang
bisa dimasuki. Selain masalah suhu dingin,
sama sekali bukan lelucon berusaha masuk ke
air yang membekukan dan berbuih itu, dan
Puzzle harus berdiri gemetaran selama semenit
sebelum membulatkan tekad untuk masuk. Tapi
kemudian Shift memanggil dari belakangnya
dan berkata, "Mungkin lebih baik aku yang
melakukannya, Puzzle." Dan ketika Puzzle men-
dengar itu dia berkata, "Tidak, tidak. Kau
sudah berjanji. Aku akan masuk sekarang,"
lalu dia pun bergerak.
Sejumlah besar buih menghantam wajahnya,
memenuhi mulutnya dengan air, dan mem-
butakannya. Kemudian seluruh tubuhnya
benar-benar tenggelam selama beberapa detik,
dan ketika muncul ke permukaan lagi dia
berada cukup jauh di bagian lain mata air
itu. Lalu pusaran air menangkapnya dan
membawanya berputar dan berputar, lebih
cepat dan semakin cepat, sampai aliran air
benar-benar membawanya ke bawah air ter-
jun, lalu kekuatan air menenggelamkannya ke
bawah, jauh ke bawah, sehingga dia sempat

12
mengira tidak akan mampu menahan napas
sampai bisa muncul di permukaan lagi. Dan
ketika dia berhasil naik dan akhirnya bisa
mencapai tempat yang dekat dengan benda
yang berusaha ditangkapnya, benda tersebut
bergerak menjauh darinya hingga ke bawah
air terjun dan terdorong ke dasar mata air.
Ketika benda itu muncul lagi kini posisinya
lebih jauh daripada sebelumnya.
Tapi akhirnya, ketika Puzzle hampir men-
derita kelelahan setengah mati, lebam-lebam di
seluruh tubuh dan mati rasa karena kedinginan,
dia berhasil mencengkeram benda itu dengan
giginya. Lalu dia keluar sambil membawanya
di depan tubuh sehingga kaki depannya nyaris
terbelit benda itu, karena yang kini dibawanya
sebesar karpet perapian besar, berat, dingin,
juga licin.
Dia melemparkannya ke hadapan Shift lalu
berdiri meneteskan air, menggigil, dan berusaha
mengatur napas. Tapi si kera bahkan tidak me-
lihatnya atau menanyakan kabarnya. Si kera
terlalu sibuk memutari benda itu, melebarkannya,
menepuk-nepuknya, dan mengendusnya. Ke-
mudian sinar jahat berkilau di matanya dan dia
berkata, "Ini kulit singa."
"Hiii—hoo—hoo—oh, begitu ya?" kata Puzzle
terperangah.

13
"Nah, kira-kira... kira-kira... kira-kira," kata
Shift kepada dirinya sendiri, karena kini dia
berpikir keras sekali.
"Kira-kira siapa yang membunuh singa
malang ini?" kata Puzzle akhirnya. "Kulit ini
harus dikubur. Kita harus mengadakan pema-
kaman."
"Oh, ini bukan kulit Singa yang Bisa Ber-
bicara," kata Shift. "Kau tidak perlu repot
soal itu. Tidak ada Hewan yang Bisa Berbicara
di daerah yang lebih jauh dari air terjun, di
Western Wild. Kulit ini dulu pastinya milik
singa liar yang bodoh."
Omong-omong, komentar ini memang benar.
Seorang pemburu, manusia, telah membunuh
dan menguliti singa ini di suatu tempat di
Western Wild beberapa bulan lalu. Tapi masa-
lah itu tidak akan muncul dalam kisah ini.
"Tetap saja, Shift," kata Puzzle, "bahkan
jika kulit ini dulunya hanya milik singa liar
yang bodoh, bukankah seharusnya kita mem-
berinya penguburan yang layak? Maksudku,
bukankah semua singa agak—yah, agak agung?
Karena kau-tahu-siapa. Tidakkah kau berpikir
begitu?"
"Jangan mulai punya ide-ide gila di kepala-
mu, Puzzle," kata Shift. "Karena, kau tahu, ber-
pikir bukanlah kelebihanmu. Kita akan menjadi-

14
kan kulit ini mantel musim dingin yang hangat
dan bagus untukmu."
"Oh, kurasa aku tidak akan menginginkan-
nya," kata si keledai. "Itu akan kelihatan—mak-
sudku, hewan-hewan lain bakal berpikir—yang
ingin kukatakan, aku tidak akan merasa—"
"Apa sebenarnya yang ingin kaukatakan?"
kata Shift, menggaruk dirinya sendiri ke arah
yang salah, yaitu ke atas seperti yang biasa
dilakukan para kera.
"Kurasa tindakan itu akan melecehkan sang
Singa Agung, Aslan sendiri, kalau keledai se-
pertiku mondar-mandir berjalan dengan me-
ngenakan kulit singa," kata Puzzle.
"Sudahlah, kumohon jangan membantah lagi,"
kata Shift. "Apa yang diketahui keledai se-
pertimu tentang hal-hal seperti ini? Kau kan
tahu kau tidak mahir dalam berpikir, Puzzle,
jadi bagaimana kalau kau membiarkan aku yang
berpikir untukmu? Kenapa kau tidak mem-
perlakukanku seperti aku memperlakukanmu?
Kurasa aku tidak bisa melakukan segalanya.
Aku tahu kau lebih pandai dalam beberapa hal
daripada aku. Itulah sebabnya aku membiarkan-
mu masuk ke mata air. Karena aku tahu kau
akan melakukannya lebih baik daripada aku.
Tapi kenapa aku tidak bisa mendapatkan giliran-
ku ketika ada sesuatu yang bisa kulakukan dan

15
tidak bisa kaulakukan? Apakah aku tidak pernah
diperbolehkan melakukan apa pun? Bersikap
adillah. Memberi dan menerima."
"Oh, yah, tentu saja, kalau kau mengatakan-
nya seperti itu," kata Puzzle.
"Begini saja," kata Shift. "Sebaiknya kau
berlari kecil sebentar menyusuri sungai hingga
Chippingford dan mencari tahu apakah mereka
punya jeruk atau pisang."
"Tapi aku capek sekali, Shift," Puzzle me-
mohon.
"Ya, aku tahu, tapi kau kini basah dan
pasti sangat kedinginan," kata si kera. "Kau
ingin melakukan sesuatu yang bisa menghangat-
kan tubuhmu. Berlari kecil sebentar bisa jadi
pemecahan yang tepat. Lagi pula, hari ini hari
pasar di Chippingford." Kemudian tentu saja
Puzzle berkata dia akan pergi.
Segera setelah sendirian, Shift berjalan pelan
dengan menyeret langkah, terkadang dengan
dua tungkai dan terkadang empat, hingga dia
tiba di pohonnya sendiri. Kemudian dia meng-
ayunkan tubuhnya dari cabang ke cabang, ber-
celoteh dan menampilkan cengiran sepanjang
waktu, lalu masuk ke rumah kecilnya. Dia
mencari jarum, benang, dan gunting besar di
sana, karena dia kera yang pandai dan bangsa
dwarf pernah mengajarinya cara menjahit.

16
Dia memasukkan gulungan benang (terbuat
dari bahan yang sangat tebal, lebih seperti
kawat daripada benang) ke mulutnya sehingga
pipinya menggelembung seolah dia sedang
mengisap sepotong toffee besar. Dia menjepit
jarum dengan bibir dan memegang gunting
dengan tangan kirinya. Lalu dia menuruni
pohon dan berjalan perlahan lagi menuju kulit
singa tadi. Dia berjongkok dan mulai bekerja.
Dia segera menyadari tubuh kulit singa itu
akan jadi terlalu panjang untuk Puzzle dan
terlalu pendek di bagian leher. Jadi dia me-

17
motong sebagian besar tubuh dan mengguna-
kannya untuk membuat kerah panjang untuk
leher panjang Puzzle. Lalu dia memotong ke-
palanya dan menjahitkan kerah tadi dengan
bagian kepala dan bahu. Dia memasang benang
pada kedua sisi kulit supaya bagian bawah
dada dan perut Puzzle bisa diikat. Sesekali
burung akan melintas di atas kepalanya dan
Shift akan menghentikan kegiatannya, men-
dongak waspada. Dia tidak mau siapa pun
melihat apa yang sedang dia kerjakan. Tapi
tidak satu pun burung yang dia lihat merupa-
kan Burung yang Bisa Berbicara, jadi tidak
masalah.
Siang menjelang sore, Puzzle kembali. Dia
tidak berlari kecil melainkan hanya berjalan
perlahan, santai dan kelihatan malas, seperti
yang biasa keledai lakukan.
"Tidak ada jeruk," katanya, "juga tidak ada
pisang. Dan aku lelah sekali." Dia berbaring.
"Kemarilah dan coba mantel kulit singamu
yang indah ini," kata Shift.
"Oh, siapa yang peduli dengan kulit tua itu?"
kata Puzzle. "Aku akan mencobanya besok pagi.
Aku terlalu capek malam ini."
"Ternyata kau memang kejam, Puzzle," kata
Shift. "Kalau kau lelah, kaupikir bagaimana
aku? Sepanjang hari, ketika kau berjalan-jalan

18
mencari udara segar menuruni lembah, aku
bekerja keras untuk membuatkan mantel ini
untukmu. Tanganku begitu capek sehingga aku
nyaris tidak bisa mengangkat gunting ini. Dan
sekarang kau tidak bersedia mengucapkan te-
rima kasih—dan kau bahkan tidak mau me-
lihat mantel ini—dan kau tidak perlu—dan—
dan—"
"Shift-ku tersayang," kata Puzzle, langsung
bangkit. "Maafkan aku. Aku telah bertindak
tanpa perasaan. Tentu saja aku akan senang
mencoba mantel buatanmu. Dan mantel itu
kelihatannya bagus sekali. Segera pakaikan
kepadaku. Kuharap kau mau melakukannya."
"Yah, kalau begitu jangan bergerak," kata
si kera. Kulit itu terlalu berat buatnya, tapi
akhirnya, setelah begitu banyak menarik, men-
dorong, terengah-engah, dan meniup, si kera
berhasil memasangkannya ke si keledai. Dia
mengikatnya di bawah tubuh Puzzle dan meng-
ikat kaki-kaki kulit itu ke kaki-kaki Puzzle,
begitu juga ekornya ke ekor Puzzle. Sebagian
besar hidung dan wajah kelabu Puzzle terlihat
dari mulut terbuka si singa. Orang yang pernah
melihat singa sungguhan tidak akan tertipu
barang sedetik pun. Namun bila seseorang
yang belum pernah melihat singa melihat Puzzle
dengan kulit singanya, orang itu mungkin saja

19
akan mengira dia singa, itu kalau dia berada
agak jauh, penerangan tidak terlalu bagus, dan
kalau Puzzle tidak menyuarakan ringkikan juga
tidak mengentakkan kaki.
"Kau kelihatan hebat, hebat," kata si kera.
"Kalau ada yang melihatmu sekarang, mereka
bakal mengira kaulah Aslan, sang Singa Agung
itu sendiri."
"Itu akan buruk sekali," kata Puzzle.
"Tidak, tentu tidak," kata Shift. "Semua
makhluk akan melakukan apa pun yang
kaukatakan kepada mereka."
"Tapi aku tidak mau mengatakan apa-apa
kepada mereka."
"Tapi pikirkan semua tindakan baik yang
bisa kita lakukan!" kata Shift. "Kau tetap
akan punya aku saat membutuhkan nasihat,

20
kau tahu itu. Aku akan memikirkan perintah-
perintah masuk akal yang bisa kauberikan.
Dan semua makhluk bakal harus mematuhi
kita, bahkan sang raja. Kita bisa memperbaiki
segalanya di Narnia."
"Tapi bukankah segalanya baik-baik saja?"
tanya Puzzle.
"Apa?" teriak Shift. "Segalanya baik-baik
saja—ketika tidak ada jeruk ataupun pisang?"
"Yah, kau kan tahu," kata Puzzle, "tidak
banyak orang yang—bahkan, kurasa tidak ada
orang lain kecuali dirimu—yang menginginkan
benda-benda seperti itu."
"Tentunya ada juga masalah gula," kata
Shift.
"Hm, ya," kata si keledai. "Bakal menye-
nangkan kalau ada lebih banyak gula."
"Nah, kalau begitu semuanya sudah diputus-
kan," kata si kera. "Kau akan berpura-pura
menjadi Aslan, dan aku akan memberitahumu
apa yang harus dikatakan."
"Tidak, tidak, tidak," kata Puzzle. "Jangan
katakan hal-hal yang begitu mengerikan.
Tindakan itu salah, Shift. Aku mungkin tidak
pandai, tapi kalau hanya sejauh itu aku pun
tahu. Apa yang akan terjadi pada kita kalau
Aslan yang asli muncul?"
"Kurasa dia akan sangat senang," kata Shift.

21
"Mungkin dialah yang sengaja mengirimkan
kulit singa itu kepada kita, supaya kita bisa
memperbaiki berbagai hal. Lagi pula, dia tidak
pernah benar-benar muncul, kau tahu itu, kan?
Tidak akhir-akhir ini."
Pada saat itu terdengar gemuruh keras guntur
di langit dan tanah bergetar dengan gempa
bumi kecil. Kedua hewan itu kehilangan kese-
imbangan dan terlempar hingga terjatuh men-
cium tanah.
"Nah kan!" kata Puzzle terengah-engah, se-
gera setelah dia mengatur napas dan bisa ber-
bicara. "Itu pertanda, peringatan. Aku tahu
tindakan ini teramat jahat. Cepat lepaskan
kulit sial ini dari tubuhku."
"Tidak, tidak," kata si kera (yang otaknya
bekerja sangat cepat). "Ini pertanda sebaliknya.
Aku baru saja akan berkata kalau Aslan yang
asli, seperti kaukatakan tadi, ingin kita menerus-
kan ini, dia akan mengirimkan guntur dan
guncangan bumi kepada kita. Kata-kata itu
sudah di ujung lidah, hanya saja pertanda itu
datang sebelum aku bisa mengucapkannya. Kau
harus melakukannya sekarang, Puzzle. Dan se-
baiknya kita menghentikan perdebatan ini. Kau
kan tahu kau tidak mengerti hal-hal seperti ini.
Apa yang diketahui keledai tentang pertanda?"

22
a
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.

MR. Collection's
BAB 2
Kecerobohan sang Raja

S EKITAR tiga minggu kemudian Raja Narnia


terakhir duduk di bawah pohon ek besar
yang tumbuh di samping pintu pondok berburu
kecilnya, tempat dia sering kali menginap selama
sepuluh hari atau lebih untuk menikmati cuaca
musim semi yang menyenangkan. Bangunan
pondok itu rendah dan beratap dedaunan tidak
jauh dari ujung timur Lantern Waste dan agak
jauh dari pertemuan dua sungai. Dia sangat
suka tinggal di sana, sederhana dan tenang, jauh
dari pemerintahan dan tata cara Cair Paravel,
ibu kota kerajaan. Namanya Raja Tirian, dan
usianya antara dua puluh dan dua puluh lima
tahunan, di usia itu bahunya sudah lebar dan
kuat, tungkai-tungkainya dipenuhi otot keras,
tapi janggutnya masih tipis. Dia memiliki mata
biru dan wajah pemberani juga jujur.
Tidak banyak yang menemaninya di pagi

23
musim semi itu, hanya teman setianya, Jewel
si unicorn—makhluk ajaib yang berbentuk se-
perti kuda bertanduk satu di dahinya. Mereka
saling menyayangi seperti saudara kandung dan
masing-masing pernah menyelamatkan nyawa
yang lain dalam peperangan. Hewan suci itu
berdiri di dekat kursi sang raja dengan leher
membungkuk, menggosokkan tanduk birunya
ke pahanya yang putih.
"Aku tidak memaksa diriku melakukan pe-
kerjaan ataupun olahraga apa pun hari ini,
Jewel," kata sang raja. "Aku tidak bisa me-
mikirkan hal lain selain berita baik itu. Apakah
menurutmu kita akan mendengar lebih banyak
soal itu hari ini?"
"Berita itu memang kabar paling bagus yang
pernah didengar pada zaman kita, zaman ayah
kita, atau zaman kakek kita, Sire," kata Jewel,
"kalau berita itu memang benar."
"Bagaimana mungkin kabar itu tidak benar?"
tanya sang raja. "Lebih dari seminggu lalu,
burung-burung pertama beterbangan datang di
atas kita dan berkata, Aslan ada di sini, Aslan
telah datang ke Narnia lagi. Dan setelah itu
para bajing datang. Mereka tidak benar-benar
melihatnya tapi mereka merasa pasti dia ada
di hutan. Lalu datang Rusa jantan. Dia berkata
dia telah melihatnya dengan mata kepalanya

24
sendiri, sangat jauh, di bawah sinar rembulan,
di Lantern Waste. Lalu datang pria berkulit
gelap dan berjanggut itu, pedagang dari
Calormen. Bangsa Calormen sama sekali tidak
peduli pada Aslan, tidak seperti kita, tapi pria
itu berbicara tentang ini dengan penuh ke-
yakinan. Lalu ada si luak kemarin malam, dia
juga telah melihat Aslan."
"Memang benar, Sire," Jewel menjawab,
"aku memercayai semua itu. Kalau aku tampak
ragu itu karena rasa bahagiaku terlalu besar
sehingga aku tidak mampu membiarkan ke-
yakinanku tenang. Rasanya terlalu indah untuk
bisa dipercaya."
"Ya," kata sang raja sambil mengembuskan
napas panjang, tubuhnya hampir gemetar kare-
na gembira. "Ini jauh lebih hebat daripada
apa pun yang pernah kuharapkan dalam hi-
dup."
"Dengar!" kata Jewel, sambil menelengkan
kepala ke satu sisi dan mengarahkan kedua
telinganya ke depan.
"Ada apa?" tanya sang raja.
"Suara tapak kaki, Sire," kata Jewel. "Langkah
kaki kuda yang berlari cepat. Kuda berbobot
besar. Itu pasti salah satu centaurus. Dan lihat,
ini dia datang."
Centaurus besar berjanggut keemasan, dengan

25
keringat manusia pada dahinya dan keringat
kuda pada paha cokelat kemerahannya, ber-
gegas menghampiri Raja, berhenti, dan me-
nunduk rendah. "Salam, Raja," teriaknya de-
ngan suara yang sedalam suara banteng.

"Salam, Teman!" balas sang raja, melihat dari


balik bahunya ke arah pintu pondok berburu
itu. "Semangkuk anggur untuk centaurus yang
agung. Selamat datang, Roonwit. Kalau napasmu
sudah teratur, mungkin kau bisa memberitahu
kami apa maksud kedatanganmu."
Pelayan keluar dari rumah membawa mang-
kuk kayu besar, yang diukir sangat indah, lalu

26
mengangsurkannya kepada si centaurus.
Centaurus itu mengangkat mangkuk dan ber-
kata:
"Aku akan minum pertama untuk Aslan
dan kebenaran, Sire, dan yang kedua untuk
Yang Mulia."
Dia menghabiskan anggur itu (porsi yang
cukup untuk enam pria kuat) dalam satu teguk-
an dan menyerahkan mangkuk kosong kepada
pelayan tadi.
"Sekarang, Roonwit," kata sang raja. "Apa-
kah kau membawakan informasi tambahan ten-
tang Aslan?"
Roonwit tampak sangat murung, dahinya
sedikit bekernyit.
"Sire," katanya. "Kau tahu berapa lama
aku telah hidup dan mempelajari bintang-
bintang, karena kami bangsa centaurus hidup
lebih lama daripada bangsa kalian manusia,
dan bahkan lebih lama daripada bangsamu,
Unicorn. Belum pernah selama hidupku aku
melihat begitu banyak hal buruk tertulis di
langit seperti yang ada pada malam-malam
sejak tahun ini dimulai. Bintang-bintang tidak
mengatakan apa pun tentang kedatangan Aslan,
ataupun tentang perdamaian, ataupun tentang
kebahagiaan. Aku tahu dari pengetahuanku
bahwa belum pernah ada konjugasi planet-

27
planet yang begini penuh bencana selama lima
ratus tahun.
"Sudah cukup lama aku berniat datang dan
memperingatkan Yang Mulia bahwa ada ke-
jahatan besar yang mengancam Narnia. Tapi
kemarin malam, desas-desus Aslan kini ada di
Narnia sampai ke telingaku. Sire, janganlah
percaya dongeng ini. Itu tidak mungkin.
Bintang-bintang tidak pernah berbohong, tapi
manusia dan hewan begitu. Kalau Aslan benar-
benar datang ke Narnia, langit akan meramal-
kannya. Kalau dia benar-benar datang, semua
bintang yang paling agung akan berkumpul
demi menghormatinya. Semua itu kisah bo-
hong."
"Bohong?" kata sang raja dengan nada ting-
gi. "Makhluk apa di Narnia atau seluruh dunia
yang berani berbohong tentang soal ini?" Dan
tanpa disadari, dia meletakkan tangan pada
gagang pedangnya.
"Aku tidak tahu jawaban pertanyaan itu,
Baginda Raja," kata si centaurus. "Tapi aku
tahu ada pembohong di bumi, tapi tak ada di
antara bintang-bintang."
"Apakah mungkin," kata Jewel, "Aslan tidak
akan datang walaupun bintang-bintang me-
ramalkan sebaliknya? Dia bukanlah pengabdi
bintang-bintang melainkan pencipta mereka.

28
Bukankah dikisahkan dalam cerita-cerita kuno
bahwa dia bukanlah singa jinak?"
"Pemikiran yang bagus, bagus, Jewel," teriak
sang raja. "Itu memang kata-kata yang tepat:
bukanlah singa jinak. Soal ini muncul dalam
banyak kisah."
Roonwit baru saja mengangkat tangannya
dan mencondongkan tubuh ke depan untuk
mengatakan sesuatu yang sangat tulus kepada
sang raja, ketika ketiganya menoleh untuk men-
dengarkan suara erangan yang kian mendekat
dengan cepat. Hutan begitu tebal di sebelah
barat sehingga mereka tidak bisa melihat pen-
datang baru itu. Tapi mereka segera bisa men-
dengar kata-katanya.
"Pilu, pilu, pilu!" teriak suara itu. "Pilu
untuk saudara-saudaraku! Pilu untuk pohon-
pohon suci! Hutan dihancurkan. Kapak me-
rajalela membantai kami. Kami ditebangi.
Pohon-pohon besar terjatuh, terjatuh, terjatuh."
Bersama kata "terjatuh" terakhir si pembi-
cara muncul. Dia seperti perempuan tapi begitu
tinggi sehingga kepalanya setinggi kepala
centaurus, walaupun begitu dia juga tampak
seperti pohon. Sulit menjelaskannya kalau kau
belum pernah melihat dryad—roh pohon, tapi
kau tidak akan keliru lagi setelah melihatnya—
ada sesuatu yang berbeda pada warna, suara,

29
dan rambutnya. Raja Tirian dan dua makhluk
ajaib itu langsung tahu dia roh pohon beech.
"Kami mohon keadilan, Baginda Raja!"
teriaknya. "Tolonglah kami. Lindungi rakyatmu.
Mereka menebangi
kami di Lantern
Waste. Empat pu-
luh batang besar
saudara-saudaraku
sudah terjatuh ke ta-
nah."
"Apa, Lady? Me-
nebangi Lantern
Waste? Membunuhi
Pohon-pohon yang
Bisa Berbicara?"
teriak sang raja,
bangkit dari kursinya
dan menghunus pedangnya. "Beraninya mereka?
Dan siapa mereka yang lancang ini? Demi
surai Aslan—"
"A-a-a-h," si dryad terengah, tubuhnya ge-
metaran seolah kesakitan—bergetar sekali-sekali
seolah dipukul berulang kali. Kemudian men-
dadak dia terjatuh ke samping begitu tiba-tiba
seolah kedua kakinya dipotong. Selama sedetik
mereka melihatnya terbaring mati di rerumput-
an kemudian dia menghilang. Mereka tahu

30
apa yang telah terjadi. Pohonnya, bermil-mil
jauh di sana, telah ditebang.
Selama sesaat kesedihan dan kemarahan sang
raja begitu membuncah sehingga dia tidak
mampu berbicara. Lalu dia berkata, "Ayo,
teman-teman. Kita harus pergi menyusuri sungai
dan menemukan para penjahat yang telah me-
lakukan ini, secepat yang kita mampu. Aku
tidak akan membiarkan satu pun dari mereka
hidup."
"Sire, dengan itikad baik," kata Jewel.
Tapi Roonwit berkata, "Sire, bersikaplah
waspada walaupun kau memang patut marah.
Kejadian-kejadian ini aneh. Kalau ada pem-
berontak bersenjata lebih jauh di lembah, kita
bertiga terlalu sedikit untuk menghadapi me-
reka. Kalau kau bersedia lebih baik kita me-
nunggu sementara—"
"Aku bahkan tidak akan menunggu selama
sepersepuluh detik," kata sang raja. "Tapi se-
mentara aku dan Jewel pergi ke sana, ber-
sediakah kau berlari secepat yang kau bisa ke
Cair Paravel? Ini cincinku sebagai tanda ke-
kuasaan. Bawakan aku pasukan dua puluh
orang bersenjata yang kesemuanya berkuda,
dua puluh Anjing yang Bisa Berbicara, sepuluh
dwarf (mereka yang merupakan pemanah ter-
baik), dan seekor atau lebih Leopard, juga

31
Stonefoot si raksasa. Pimpin mereka semua
menyusul kami secepat mungkin."
"Tentu, dengan itikad baik, Sire," kata
Roonwit. Dan dia langsung berbalik dan berlari
ke arah timur menuruni lembah.
Sang raja berjalan dengan langkah-langkah
lebar, terkadang bergumam sendiri dan ter-
kadang mengepalkan tangan. Jewel berjalan di
sampingnya, dalam diam, jadi tidak ada suara
menemani mereka kecuali gemerencing samar
rantai emas tebal yang menggantung di leher si
unicorn dan entakan dua kaki juga empat tapak.
Mereka segera sampai di sungai dan berbelok
di sana, tempat ada jalanan berumput: air
berada di sebelah kiri mereka dan hutan di
sebelah kanan. Tak lama setelah itu mereka
sampai di tempat tanah menjadi lebih sulit
dilewati dan hutan lebat mencapai tepi air.
Jalan itu, atau yang tersisa darinya, kini ter-
bentang pada tepi selatan sungai dan mereka
harus mengarungi sungai untuk mencapainya.
Tinggi air mencapai ketiak Tirian, tapi Jewel
(yang berkaki empat sehingga lebih bisa berdiri
seimbang) terus mengambil posisi di kanannya
untuk menahan aliran sungai yang kuat, dan
Tirian meletakkan tangan kokohnya pada leher
kokoh si unicorn lalu mereka berdua berhasil
menyeberang dengan selamat. Sang raja masih

32
begitu marah sehingga nyaris tidak menyadari
dinginnya air. Tapi tentu saja dia mengeringkan
pedangnya dengan hati-hati pada bahu jubah-
nya, yang merupakan satu-satunya bagian ke-
ring pada tubuhnya, segera setelah mereka
tiba di daratan.
Mereka kini berjalan ke arah barat dengan
sungai di sebelah kanan dan Lantern Waste
lurus di depan mereka. Mereka telah berjalan
lebih daripada satu mil ketika mereka berdua
berhenti dan berbicara bersamaan. Sang raja
berkata "Apa ini?" dan Jewel berkata "Lihat!"
"Itu rakit," kata Raja Tirian.
Dan memang benar. Setengah lusin batang
pohon berkualitas semuanya baru dipotong dan
dibersihkan cabangnya, telah diikat menjadi satu
dan dijadikan rakit, kini rakit itu bergerak cepat
di sungai. Di bagian depan rakit berdiri tikus air
yang membawa tongkat untuk menyetirnya.
"Hei! Tikus Air! Kau hendak ke mana?"
teriak si raja.

33
"Membawa batang-batang kayu ini untuk
dijual ke bangsa Calormen, Sire," kata si tikus
sambil menyentuh telinganya seperti dia me-
nyentuh topi untuk menghormat kalau saja
dia mengenakannya.
"Bangsa Calormen!" geram Tirian. "Apa
maksudmu? Siapa yang memberi perintah untuk
menebangi pohon-pohon ini?"
Aliran sungai mengalir begitu deras di awal
tahun seperti itu sehingga tak selang berapa
lama rakit itu telah mengapung melewati sang
raja dan Jewel. Tapi si tikus air menoleh ke
belakang dan berteriak:
"Perintah sang singa, Sire. Aslan sendiri."
Dia mengatakan sesuatu lagi tapi mereka tidak
bisa mendengarnya.
Sang raja dan unicorn saling menatap dan
keduanya tampak lebih ketakutan daripada ke-
tika mereka berada dalam peperangan.
"Aslan," kata sang raja akhirnya, dengan
suara yang sangat rendah. "Aslan. Mungkinkah
itu benar? Mungkinkah dia yang menebangi
pohon-pohon suci dan membunuh para dryad?"
"Kecuali para dryad telah melakukan sesuatu
yang teramat salah—" gumam Jewel.
"Tapi menjual mereka kepada Calormen!"
seru sang raja. "Apakah itu mungkin?"

34
"Entahlah," kata Jewel muram. "Dia me-
mang bukan singa yang jinak."
"Yah," kata sang raja akhirnya, "kita harus
melanjutkan perjalanan dan menghadapi pe-
tualangan yang mendatangi kita."
"Hanya itu yang bisa kita lakukan, Sire,"
kata si unicorn. Pada saat itu dia tidak me-
nyadari betapa bodohnya bagi mereka berdua
untuk pergi tanpa pasukan, begitu juga sang
raja. Mereka terlalu marah untuk bisa berpikir
jernih. Tapi banyak kejahatan yang muncul
akibat kecerobohan mereka di akhir cerita.
Mendadak sang raja bersandar lekat pada
leher temannya dan menundukkan kepala.
"Jewel," katanya, "apa yang terhampar di
hadapan kita? Berbagai bayangan mengerikan
muncul di benakku. Kalau kita mati sebelum
hari ini, mungkin kita akan bahagia."
"Benar," kata Jewel. "Kita telah hidup terlalu
lama. Hal terburuk di dunia telah menghampiri
kita." Mereka berdiri seperti itu selama semenit
atau dua menit lalu melanjutkan perjalanan.
Tak lama kemudian, mereka bisa mendengar
bunyi tak-tak-tak kapak yang menghantam
kayu, walaupun mereka belum bisa melihat
apa-apa karena ada dataran yang meninggi di
hadapan mereka. Ketika mencapai puncaknya,
mereka bisa langsung melihat ke Lantern Waste.

35
Dan wajah sang raja memucat ketika dia
melihatnya.
Tepat di tengah hutan kuno itu—hutan tem-
pat pohon emas dan perak dulu pernah tumbuh
dan tempat anak dari dunia kita menanam
Pohon Perlindungan—jalan lebar telah dibuka.
Jalan itu menyedihkan seperti luka menganga
pada tanah, penuh bekas jejak berlumpur
pohon-pohon yang ditebang yang diseret ke
sungai. Tampak kerumunan besar yang bekerja,
dan terdengar lecutan-lecutan pecut, kuda-kuda
menarik dan menegangkan otot saat menyeret
batang-batang kayu itu. Hal pertama yang
menghantam sang raja dan temannya si unicorn
adalah kira-kira separo anggota kerumunan
itu bukanlah Hewan yang Bisa Berbicara me-
lainkan manusia. Selain itu pria-pria ini bukan-
lah para pria berambut pirang Narnia. Mereka
berkulit gelap dan berjanggut dari Calormen,
negeri besar dan kejam yang terletak lebih
jauh daipada Archenland di seberang padang
pasir ke arah selatan.
Tidak ada alasan, tentu saja, kenapa kita
tidak bisa menemui satu atau dua orang
Calormen di Narnia—pedagang ataupun duta—
karena pada masa-masa itu Narnia dan
Calormen dalam keadaan damai. Tapi Tirian
tidak bisa mengerti kenapa jumlah mereka

36
banyak sekali, ataupun kenapa mereka me-
motong pepohonan hutan Narnia. Dia meng-
genggam pedangnya lebih erat lagi dan meng-
gulung jubah untuk membungkus tangan kiri-
nya. Mereka bergerak cepat menghampiri pria-
pria itu.
Dua orang Calormen sedang membimbing
kuda yang diikat ke batang kayu. Tepat ketika
sang raja sampai di dekat mereka, batang
kayu itu terjeblos di tempat berlumpur dalam.
"Ayo jalan, anak kungkang! Tarik, pemalas!"
teriak kedua pria Calormen itu, mengayunkan
pecut mereka. Kuda tersebut sudah menarik
sekuat yang dia biasa, matanya merah dan
mulutnya penuh busa.
"Ayo kerja, hewan malas," teriak salah satu
pria Calormene, dan saat mengatakannya, de-
ngan kejam dia memukuli si kuda dengan
pecutnya. Saat itulah hal yang sangat buruk
terjadi.
Hingga kini Tirian menganggap semua kuda
yang digunakan bangsa Calormen adalah kuda-
kuda mereka sendiri, hewan-hewan bodoh
tanpa kemampuan berpikir tajam seperti kuda-
kuda di dunia kita. Dan walaupun dia mem-
benci bahkan bila kuda bodoh dipaksa bekerja
terlalu keras, tentu saja dia lebih memikirkan
pembunuhan pohon-pohon. Sama sekali tidak

37
pernah terlintas dalam benaknya ada orang
yang berani memasang tali kekang pada salah
satu Kuda yang Bisa Berbicara Narnia yang
bebas, apalagi mencambuknya. Tapi saat cam-
bukan pria kejam itu mencapai sasarannya,
kuda itu mengangkat kedua kaki depannya
dan berkata, setengah menjerit:
"Manusia bodoh dan tiran! Tidakkah kau
lihat aku sudah berusaha sekeras mungkin?"
Ketika Tirian tahu kuda itu salah satu rakyat
Narnia-nya, muncul rasa murka yang begitu
menguasai dirinya dan Jewel sehingga mereka
tidak tahu apa yang mereka lakukan. Pedang
sang raja terhunus ke atas, tanduk si unicorn
menghunus ke bawah. Mereka menyerang maju
bersama-sama. Detik berikutnya kedua Calormen
terbaring mati, kepala yang satu dipancung
pedang Tirian dan tubuh yang satu ditikam
tanduk Jewel hingga tembus ke jantung.

38

Anda mungkin juga menyukai