Anda di halaman 1dari 108

Cerita dari Jakarta

Pramoedya Ananta Toer

cerita
dari
Jakarta
Sekumputan Kortkutur Keadaon dan Manuslanya
CERITA DARI JAKARTA

1957 : CERITA DARI JAKARTA. Grafica. Jakarta.


lsi
2000 : TALES FROM JAKARTA. Equinox Publishi ng. Jakarta-Singapore.
2002 Januan : CERITA DARI JAKARTA. cetak-ulang I. Hasta Mitra. Jakarta.

Ebook by syauqy_arr@yahoo.co.id
Weblo91 http://hanaoki.wordpress.com Dar; Penerbit ....... . .... . . . ........ ..... . ............ ..... .. .... vii

1. Jongos dan Babu ...........................................

2. Ikan-ikan yang Terdampar . .. .... . ..... .. . .......... .. . .. 16

3. Berita dari Kebayoran .. . ..... . . .. .. ... .. . .. ... . ... ........ 45

4. Rumah . .. . ... ... .... . .. ... . ... .. .. .. ... . .. .. .. ..... ... ... .... 62

5. Keguguran Calon Dramawan ...... .... .. . . .. ... . .. ... . ... 72

6. Nyonya Dokter Hewan Suharko .. . ..... ....... .. .... . ... 90

7. Tanpa Kemudian ... ... ... .... .. ..... ... . .. .. . .. ...... . . .. .. 101

8. Makhluk di Belakang Rumah . ..... .. ... . .. ...... . ... ... . 122

Judul : CERITA DARI JAKARTA (1957) 9. Maman dan Dunianya ......... ................ ........ .... 131
(2002 - cetak ulang dengan EYD)

Penulis : Pramoedya Ananta Toer 10. Kecapi .. ..... . . . ... ... . . . . .... . . .. .. . . . . ..... .... .... ... . . ... 142
Penerblt : HASTA MITRA
Disain buku : Marsha Anggita 11. Biangkeladi . . . . ....... . ..... .. ....... ...... ...... ....... .. . . 152
Kulit Muka : Hitam Graphic Studio
ISBN : 979-8659-25-2 12. Gambir .... .. . .. . ... . . . . . ...... ......... ...... . .... . . . .. . ..... 169

Uaensor Publikaai Adlpure: Jalan Mangunnegaran Kidul18.


TefJFax (0274) 373019 Yogyakarta 55131

Untuk Wllayah Jabotabek. buku-buku Pramoedya bisa didapal di toke-toko blAc.u


yang ditLlljlAc. oleh lisensor Distribuai Adipura (Wlformaai : HP 0818 683 382);
dan perwakilan Hasta Mitra pada aIamaI : Toko Buku Kalam.
Jalan Utan Kayu 68 H. Jakarta TImU". teIp. (021) 857 33 88.

Pengutipan hanya seijin pengarang dan penerbit. kecuali untuk kepentingan


resensi dan keilmuan sebatas tidak lebih dari satu halaman buku ini.
Memperbanyak dengan fotokopi atau bentuk reproduksi lain apa pun ticlak dibenarkan.

Hak Cipta dilindungi Undang-undang


All Rights Reserved

PerC.tak.n: Bengke' Buku Bermutu - Yogy.k.rt.


diharapkan. Orang-orang desa masuk Jakarta bertarung hidup untuk
sesuap nasi, di tengah-tengah kemunafIkan politikus dan para revo
lusioner gadungan.
Dari Penerbit Pramoedya yang tajam mengobservasi lingkungannya dan
kuat bercerita,melahirkan karikatur-karikatur dari tokoh-tokoh
yang digambarkannya itu. Kisah-kisahnya penuh makna dan
padat pesan - dia percaya kepada kekuatan kata yang mampu
mengubah keadaan, tetapi terpulang pada pembaca menyerap dan
mencernakan makna dan pesan kata-katanya.

(1957), Buku ini diterbitkan dalam rangka program kerja Hasta Mi

T
jerita dari Djakarta sebagaimana ditulis dengan
ejaan lama dalam buku asli, adalab kumpulan kisah yang tra untuk mencetak ulang seluruh karya-karya Pramoedya yang

sebelumnya sudah didahului oleh koleksi kisah-kisah pendek sudah menjadi klasik dalam khasanah sastra Indonesia.

indah menarik seperti Percikan Revolusi (1951), Subuh (1951)


Jakarta, Februari 2002 Hasta Mitra, ed.
dan Cerita dari Blora (1952). Membaca kumpulan cerpen-cerpen
itu tentu benar saja bila ada pembaca menjuluki Pramoedya seba
gai seorang master cerpenis - namun kita lebih cenderung menilai
Pramoedya sebagai seorang perawi besar, master bercerita yang
luar biasa, karena kenyataan ini bukan saja kita jumpai dalam
cerpen-cerpennya tetapi juga ketika ia muncul sebagai novelis
karya-karya besar ex-Burn, seperti Bumi Manusia, Anak Semua
Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca, Arok Dedes, Arus Balik, dan
semua karya-karyanya yang lain termasuk yang non-fIksi.
Asal dari Blora, Pramoedya pertama kali masuk Jakarta pada
pertengahan tabun 1942 setelah kekuasaan Hindia-Belanda kacir
melepaskan Indonesia bulat-bulat kepada Jepang. K.elahiran kisah
kisab "Cerita dari Jakarta" mencakup kurun waktu delapan tabun
antara 1948 - 1956, semasa usia semuda itu dia sudah menjalani
berbagai suka-duka kehidupan - dia pernab jadi stenograf,jadi war
tawan, jadi tentara, pemah bermukim di Belanda, di samping
menulis yang tidak henti-hentinya. Di kurun waktu yang penuh
gejolak itulah terefleksi pahit-getir pengalaman dan desilusi;
revolusi dan perjuangan kemerdekaan tidak membawa hasil yang

Vll
vi
1

Jongos + Hahu
ejarah keluarga yang sangat panJang

Created Ebook by syauqy_arr

EJAKJAN PlETERSZ. COEN TURUN-TEMURUN KELUARGA lTU

S memang berdarah hamba. Hamba yang tak tanggung


tanggung - seria sampai buIu-bulunya. Mungkin juga
bukan sejak Coen saja. Besar kemungkinan sudah sejak Pieter
Both atau di saat-saat Houtman mengelana di semua samudera.
Orang tak ada yang tahu dengan pasti. Yang sudah nyata, keluar
bra itu dikenal di kala Coen belum jadi area yang diusir Jepang
dari depan gedung Finaneien.
Keluarga pertama ini dikenal karena tereatat di buku besar
dengan humf Latin, inlandseh sergeant ... stb. No. ... Pangkat
ersan waktu itu sangat tinggi. Dengan pangkat itu orang bisa
berbiak. Dan keluarga itu menurunkan empatpuluh anak.. Entah
herapa biangnya. Orang tak ada yang tahu. Soal ini tak boleh
Illasuk buku besar.
Turunan kedua - hamba juga, serdadu tak berkeIas!
Kemudian dari turunn Ice turunan, derajat hambanya tumn
Juga. Kian keeil kian keeil.Akhirnya sampai tahun 1 949 sampai
l._h keluarga itu pada Sobi dan Inah - ritik deraj at hamba yang
pcnghabisan. Setahun yang Ialu mereka masih hamba-hamba
llcgeri. Keduanya tak tahu: Bahaya mengawang di atas kepala.
2 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA JONGOS + BABU 3

DeraJat hambanya akan turun satu derajat lagi - hamba-hamba akan jadi juru setir nasib keturunannya kelak. Tapi cita-cita itu
distrik-federal-Batavia! Sobi jongos. Inah babu. tak juga bangun. Dan orang tak ada yang menyesalkan ini.Apa
Sekiranya Tuhan masih bermurah hati seperti di jaman dulu, kah perlunya hidup kalau tidak untuk bersenang dan menikmati
sudi memanjangkan keturunan hamba itu, pasti keturunan yang sesuatu yang sudah jadi hak dagingnya? Dan cita-cita hanya
ketigapuluh bukan manusia lagi, tapi - cacing yang menjulur menggelisahkan hidup manusia. Karena itu ia tetap babu juga.
julur di dalam tanah. Dan ini patuh menurut mantika. Rodinah - seperti manusia biasa - lama-lama dewasa juga.
Paras keluarga itu turun-temurun juga punya riwayat. Suatu peristiwa yang ia tak bisa lupakan ialah, suatu kali ia di
Sejak sersan tersebut, paras para keluarga itu jelek semua. Tak lamar orang. Dan orang itu mandor erpol tua yang empat tahun
pernah berubah. Sampai pada suatu kian belas turunan, lahirlah lagi dikubur orang. la menolak tentu. lni pun sudah menjadi
empok Kotek. Berkat penyakit paru-paru, ia mendapat sinar je haknya. Jadi, ia memegang tradisi yang tahan uji. Seperti juga
lita. Dan ia disebut canrik. badannya yang kian besar, kecantikannya pun kian cermerlangan.
Empok Kotek patuh pada tradisinya- hamba sejati! Setia sam Saat yang bersejarah datang. T iba-tiba saja. Seperti batu me
pai bulu-bulunya. Karena itu suatu kali, walaupun ia babu, tuan teor jatuh dari bintang. Orang tak bisa menghitung waktu ka
nya bilang: pan jatuhnya. Rodinah dipanggil "Poppi" oleh tuannya. la me
"Besok nyonya harus beristirahat di Kopeng sampai sebulan. mang seperti pop buatanJepang:Nama Rodinah terhapus dari
Dan Nyai harus tinggal di rumah dengan tuan.Ya?" sejarah. la jadi Poppi - dan pop sejati dari darah dan daging.
la tidak mengerti mengapa disebut nyai sekali itu. la baru Poppi tak kenal politik "divide et impera". Tapi sebagai babu
mengerti setelah tuan kembali dari mengantarkan nyonya. Dan kulit putih ia tahu bahwa orang Amboina yang hitam harus di
kemudian- suatu kali yang tidak baik- ia menjatuhkan barang. lihat sebagai putih. Ia sendiri pun punya muslihat yang manjur:
Dan barang itu bisa menangis. Dan orang-orang menamai itu pecah belah dan serahkanlah diri. Muslihat ini dijalankannya
anaknya. Hampir-hampir ia tak percaya, segampang dan sesenang dengan betul. Di samping itu ia tetap berdisiplin pada tradisinya
itu manusia terjadi. Mengagumkan! Tapi anak itu sudah ada. Dan - setia sampai bulu-bulunya:Tetap mengikatkan diri pada peng
matanya coklat bening. la tak menyesal- ia memegang disiplin hambaan. Namun ia memecah belah juga! Dan oleh muslihat itu
nya sebagai hamba. ia memetik buahnya yang gilang-gemilang tak ubahnya dengan
Rodinah menjelma di dunia.Walaupun matanya colclat ia babu Victoria mendapat Afrika. Dan kemenangan itu ini: anak perta
juga akhirnya. Dan di tangan Rodinah, jaman emas keturunan Ina lahir, keriting perang. Oleh manjurnya muslihat itu ia sam
itu memulai membukakan pintu. Rodinah sarna dengan Victo pai tak sanggup memikirkan, adakah si Sobi anak tuan Hendrik.
ria buat kerajaan Inggris Raya. Coklat kulitnya berkurang. Hi Atau anak dari anak tuan Hendrik - majikannya. Atau anak te
dungnya bangir. Matanya lebar dengan bulu melengkung ke atas. tangga tuan Hendrik, tuan Klaasen. Atau anak tuan Giljam dari
Bihirnya tipis atas bawah. Resam tubuhnya seperti gitar yang Prancis. Atau anak tuan' Koorda. Atau anak tuan Harten. la tak
belum rombeng, belum sombeng. tahu la tak pernah mencoba memusingkan kepala. Yang nyata,
Herannya, pergulingan rupa itu belum berpengaruh atas se la mengambil bagian 50% dalam terjadinya Sobi. Dan ia tak
jarah tradisinya - tetap berdarah daging hamba. Sekiranya ada pernah sadar, bahwa Tuhan turut menciptakan anaknya.
sedikit cita-cita tumbuh dalam hatinya, pasti Rodinah pula yang Poppi memang taat pada muslihatnya sendiri. Dengan demi-
4 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA JONGOS + BABU 5

kian ia berhasil memaksa mereka itu bersikap jujur mengakui Itlcmbangkitkan gairah yang menyengitkan hati. Dan alangkah
Sobi sebagai anak mereka. Antara satu dengan lain bapak mem \cnang kalau ia bisa mendapat anak yang sipit pula. Apa lagi?
bentang tabir gelap. I: nambelas bapak kedua anaknya itu kini tak ada duit sepicis pun
Masing-masing tak kenal mengenal dalam peristiwa tetjadi untuk pembeli rokoknya sendiri.
nya Sobi. Dan dari enam bapak ini Poppi bisa mendirikan ru Dunia ini beredar dengan teliti. Kalau manusia tak memper
mah dari tembok dengan isinya: dua radio dan satu gramapun. h.ltikan, tiba-tiba saja ia akan jadi kaget kalau seluruh anggota
Dan siang malam ketiga barang itu dibunyikan berbareng! Ber ludan tak mau diperintah oleh pikiran lagi. Mendadak saja orang
samaan dengan suara ribut mendengung suara hatinya: Ir lcrasa tua dan tak dibutuhkan lagi oleh dunia yang tak diper
lnilah rumah tembok Poppi! Siapa bisa menyaingi? h.ltikannya. Demikian pula halnya dengan Poppi. Orang tak ada
Tapi rahasianya tetap tersimpan dalam lubuk hatinya. Ini: y.lng tahu penyakit apa yang mengganggu orang secantik itu.
muslihat memecah belah dan serahkan diri. Kedua radio dan gramapunnya pun tak mengern. Dan pada suatu
Ada juga niat padanya memulai penghidupan sebagai orang 11lri yang tak menyenangkan ia dikuburkan orang.Tadinya wak
merdeka - orang preman. Niat itu diusahakannya. Sudah lima ttl sekarat ia melek juga dan heran bahwa matinya sudah dekat,
kali ia kawin secara orang bia kawin.Yakni dengan pengesahan hegitu cepat dan garnpang.Tapi ia mati juga meninggalkan buat
mesjid.Tapi selalu tak lama. Paling lama dua bulan. Akalnya yang .1I1nya yang 50% Sobi dan 50% Inah.
tajam itulah yang selalu mencelakakan kehidupan perkawinannya
***
yang sah. la bisa meraba kecerdikan suami-suami itu: mereka
bukan hendak memberinya penghasilan yang baik. Sebaliknya '\, UAGAI NENEK. moyangnya juga, kedua orang ini mendapat naluri

malah: mau menipunya, mau mengeretnya. Akhirnya ia mem It luba sejati - tidak tanggung-tanggung, setia sampai bulu-bu

biarkan maksudnya berlayar dibawa angin dari buritan. IlIlIya. Sebagai jongos dan babu dari karat tertinggi, mereka

Jiwa budaknya talc menghendaki ia hidup diam-diam di ru Illcrasa tersiksa bila tak mendapat perintah. Dan mendapat ke-

mah. Karena itu sekali lagi ia jadi babu - di daerah lain. Musli t."nlbiraan hidup bila menerima perintah.

hatnya dijalankannya juga. Hasil bam datang- lnah lahir di dunia. Keduanya termasuk pada aliran kanan - tak revolusioner, yakni

Dan dalam tetjadinya rnakhluk baru ini - seperti dulu - ia pun l> bu-jongos yang suka mencuri sendok, garpu, pisau kemudian
II H.-larikan diri. T idak! Keduanya memestikan diri patuh pada
mengambil bagian yang 50%. la tak bisa menentukan bapak
anaknya. Lebih dari sembilan. Hanya duit masuk yang bisa di J.. wajiban. Siapa tahu, barangkali abadilah penghambaannya tiga
'Ill unan lagi.Jadi mereka telah membuat batas-batas untuk dae-
hitungnya.
Waktu beredar dengan cepatnya. T iba-tiba saja orang-orang 1.111 hidupnya. Sarna halnya dengan Renville membuat batas sta
t II\-quo hidupnya Republik.
kulit putih tak manis lagi dalarn pandangannya. Dan dengan tiba
tiba pula ia bisa mencium baunya dari jarak satu meter. Dulu ia Sesudah Poppi meni.nggal, Sobi jadi jongos di kantor Dai

tak pernah memperhatikan baunya, walau hanya dari jarak se Ilka - kantor mata-mata angkatan laut Jepang. Cita-citanya
1I1 terakhir ialah memakai pet berbintang kuning, uniform
persepuluh senti sekalipun. Dan baunya itu, alangkah apak!
(twlh, dan bersamurai bergagang keemasan dengan sarung
Sebab, kini Jepanglah yang lazat dalam perasaannya. Mata yang
prd.lIlg berkulit jeruk. Cita ini tak pernah terlaksana.Jepang tak
sipit itu tambah menggagahkan roman dan kakinya yang pendek
It nah memberi kesempatan. Dan sudah senang hati ia bila
6 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA JONGOS + BABU 7

mendapat kesempatan memekik "keireit" kalau kolonel Dai San y'lng empuk dan sumbang. Penghambaannya ini memberi ke
ka turun dari mobilnya. Sebagai orang lain juga ia merasa benei Inhagiaan yang setinggi-tingginya pada hidupnya. Terutama bila
pada penjajahan waktu itu, penjajahan Belanda maksudnya. Apa ia bisa mengusulkan sesuatu untuk keberesan rumah tangga
penjajahan ia sendiri tak tahu. Tapi, prek-persetan, ia turut benei rnajikannya - puneak kebahagiaan yang bisa dieapai oleh seorang
juga. Apa yang keluar dari mulut Jepang adalah suara kebenaran. Jongos.
Dan semua orang wajib pereaya. Untung ia bisa pereaya. Kalau Jongos memang punya kelas-kelasnya. Ada jongos yang tahu
tidak, pangkat jongosnya akan lenyap sebagai lenyapnya nyawa politik. Ada yang tahu perdagangan. Ada pula jongos yang bisa
romusha. menjalankan diplomasi. Ada yang bisa menembak. Tapi Sobi
Inah juga kerja di tempat itu sebagai pembantu babu euei. Tapi llialah jongos dari derajat penghabisan. Ia sudah senang kalau tak
waktu itu umurnya baru dua belas tahun. Jadi, dadanya masih rnendengar perkataan politik itu. Sebab, menurut rabaannya
pesek dan tak ada yang tertarik kepadanya. Dan ia pun belum politik itu melingkupi segala maeam dosa.Tuannya juga pernah
lagi mendapat kesempatan untuk pegang rol. llcrkata begitu. Dan semua perkataan tuan adalah suatu wet - tak
Jalan sejarah tak pernah lurus. Jepang kalah. Inggris datang. kalah pentingnya daripada wet yang dibuat oleh pemerintah
Orang Indonesia mengamu. Dan kedua adik berkakak itu ter Inanapun jua. Suara tuan adalah suara Tuhan.
paksa diam-diarn menyembunyikan diri. Lama-kelamaan berani Inah kini telah gadis. Ia bukan babu jepang lagi. Sekali ia jadi
juga keduanya keluar. Dan Sobi memberanikan diri turut mem b.lbu di tangsi batalyon. Baru seminggu, dan ia keluar sonder
buru Jepang dan melueuti pakaiannya. Tapi keadaan itu tak lama pcrmisi. Bukan karena ia hendak meninggalkan tradisinya -
pula. Inggrislah yang kemudian mengamuk. Orang kulit putih tidak. Ia gelisah saja mendapat perintah orang-orang yang bu
berdaulat lagi di Jakarta Dan kedua adik berkakak itu tiba-tiba kan tuannya sejati - tak putih kulitnya.
memandang jijik terhadap Jepang. Keduanya merasa ditipu juga Matanya biru bening. Dan puas hatinya oleh ini. Orang Indo
seperti halnya dengan orang-orang lain, walaupun keduanya tak nesia tak ada yang punya mata seperti kepunyaannya. Karena itu
tahu bagaimana jalannya penipuan itu. Dan orang-orang kulit orang Indonesia tak berhak memerintah matanya. Dan hidung
putih tinggi lagi dalam pandangan mereka. nya bangir pula. Ia memang eantik. Dan buatnya k eeantikan
Bunyi tembakan sudah tak terdengar lagi. Yang meribut tiap adalah modal wanita. Ia tak kenaI ilmu harga. Tapi bisa juga
hari: distribusi! Orang sudah jemu berteriak sambil mengepal Inenghargai keeantikannya. Dan modal ini akan dipergunakan
kan tinju.Juga mereka yang dulu menamai dirinya pelopor.juga untuk menguasai nasibnya. Ia mempunyai reneana. Sebab, bukan
mereka yang pernah duduk di dewan pimpinan. Mengapa Sobi Itusia saja punya reneana 5 tahunnya. Inah pun punya. Muslihat
dan Inah tidak? Itulah sebabnya kini Sobi jadi jongos lagi - jo I 'oppi - ibunya - sudah masak dalam kalbunya.
ngos orang kulit putih yang pada waktu pendudukan jepang tak Sekali ia pernah jadi babu. Tapi tuannya, walau kulitnya putih
berharga, dan tak lebih berharga daripada kukunya. Dan ia kini \ckalipun sarna miskinnya dengan dirinya sendiri. Dan ia me
sudah bisa membanggakan diri di kalangan jongos-jongos yang IlJrik diri. Tuannya banyak memberi janji yang menimbulkan
punya juragan Indonesia. Ia sudah belajar menyisihkan diri dari h.uapan besar.Tapi ada juga keeerdasan padanya. Keeantikannya
para jongos yang kerja pada orang Tionghoa dan Indonesia. Ia c.lk akan ditukarkannya dengan janji.
sudah belajar menyanyikan "jua olwees in mai haat" dengan suara ***
8 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA JONGOS + BABU 9

MAKA TERJADILAH han itu .... suruh memijiti. Masyaallah ... semuanya! Kemudian dia bilang,
Adalah sebuah kamar dari kajang. Dari dalam kamar itu se 'Kau sanggup buang anak itu?' 'Tentu, non,' jawabku, dan aku
bentar-bentar terdengar nyanyian empuk dan sumbang "jua 01- dikasihnya lebih dari memijiti."
wees in mai haat ". Agak gelap di situ. Sebuah bale kayu mengisi Kemudian ia menyanyi dengan suara empuknya yang sumbang
setengah ruang. Dua orang muda duduk di atasnya. itu.
"Senang ketja di sana, leak?" tanya Inah sedih. Inah merenung sedih. Bibirnya terkatup rapat dan matanya
''Jua olwees in mai haat " berhenti. Kemudian terdengar ja suram melihat keluar melalui jendela.
waban: "Aku belajar nyanyi ini dari si Husin. Ca-i-laahh, non Mari
"Senang sekali. Sudah krasan aku di sana. Uah, non Mari sangat tertarik pada nyanyianku. Kalau aku rnenyanyi dia mesti
sekarang sudah besar dan sekolah lagi di habees. Uah, kalau sore tnendekati dan memuji. Alangkah bagus suararnu, " katanya.
banyak sinyo datang. Ribut. Ribut selalu." "Tarnbahan lagi anak keeil itu sudah kubuang. Aku jual sarna
Dan paras laki-Iaki yang cakap itu berseri-seri - Sobi! ,anak kapal. Dua ratus rupiah. Kapan itu uang penjualan anak
"Ketjaan banyak," Sobi meneruskan. "Tapi kalau sinyo-sinyo yang kau terima? Separuhnya kubelikan eelana panjang dan ke
sudah pulang, aku menunggu bagian yang terhangat." tneja dan buat ongkos jampe dukun. Kawin kan perkara gam
"Hidupmu senang jadi jongos di sana, kak, " Inah menyela pang. Pikir saja emak dulu! Dia sampai bisa beli gedung, dua
menglrI. radio dan satu gramapun.Jepang memang anjing. Rurnah bagus
"Apalagi kalau tuan-nyonya pergi nonton gambar hidup, mesti bagus dirobohkan pakai teng. Katanya buat melebarkan lapang
non Mari memanggil aku.Aku disuruh memijiti - tidak tawar an udara. Radio dibeslah pula. Nah, Inah, kita tak boleh kalah
tawar lagi mana yang harus dipijit ...," bangga. sama emak."
"Buat seorang jongos, itu sungguh kamnia besar, kak.Tapi aku Inah mengeluh. Kemudian:
ini, -lebih sedih." Dan mata Inah yang bim indah meredup sayu. "Tapi kau tak bisa kawin sama non Mari."
Parasnya yang eantik menjadi kemh."Aku belum juga dapat tuan "Siapa bilang?" Sobi rnenggertak."Parasku eukup eakap! Aku
yang eoeok dengan hatiku." Ia menunduk dalam. Dengan suara bisa nyanyi jua olwees in mai haat. Dan lagi non Mari tergila
pelan seperti doa ia meneruskan. "Aku kepingin sekali punya gila oleh suaraku," kata Sobi garang. Kemudian ia tersenyum
anak yang matanya lebih biru daripada mataku." penuh harapan. "Sebentar lagi aku mesti belajar bahasa Belanda
"Itulah salahnya," Sobi memarahi. "Kalau orang sok memilih Si Husin fasih benar bieara Belanda."
dia takkan pernah mendapat apa-apa. Tahu kambing betawi? Inah masih memandangi jendela dengan sedihnya. "Tapi aku
Yang gemuk-gemuk itu? Bukan domba! K ambing betawi, te uli," katanya kernudian, "aku ini - Ah, tuan-tuan sekarang tak
rompah kulit juga dimakannya." Lebih bangga lagi."Coba pikir! \cperti dulu waktu aku masih kecil."
Bam senunggu yang lalu aku masuk kerja. Aku lihat non Mari "Sudahlah, jangan pilih-pilih lagi. Turut saja nasihatku." Sobi
sudah besar.Tapi, di rumah situ ada anak keeil yang matanra si Inemberanikan. Ia memandang adiknya yang sedang diamuk
pit.Aku tak tahu anak siapa dia itu. Selalu saja si anak itu dikunei kerisauan.
dalam kamar.Tiga hari kemudian tuan dan nyonya pergi non "Kemarin sudah tiga kali aku keluar masuk rumah di Men
ton bioskop Aku dipanggil non Mari ke kamarnya. Tahu? Di- lcng. Pertama-tarna aku bertemu tuan. Matanya eoklat. Baunya
10 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA JONGOS + BABU 11

bukan main!" Ia mengeluh lagi. "Yang dua lagi - aku diterima endirinya. Kapan tak ada orang Belanda yang panuan?Yang kena
oleh nyonyanya. Hampir serupa saja mereka bilang " kudis cuma orang Indonesia. Orang kita ini, Nah."
"Apa mereka bilang?" Sobi memperhatikan. Dan Inah jadi mengerti. Bertanya lagi:
Katanya, "Aku tak butuh babu muda yang cantik, yang ma "Tapi Belanda sekarang sedang perang. Engkau talc takut matI,
tanya biru. Kak, bagaimana, kak?" kak?"
"Goblok," Sobi memarahi. "Yang pertama itu sudah baik be Sobi tertawa pula. Berkata:
tul. Engkau ini sok memilih sih! Mata coklat kenapa sih? Dan "Kau ini sungguh goblok. Kan Belanda sendiri tak maju pe
jangan perhatikan baunya! Apa engkau kira engkau ini tak ber r:lng? Orang Indonesia banyak yang jadi serdadu. Mereka digaji
bau jengkol busuk? Lagak betul. Engkau terlalu ceroboh. Pantas untuk matI buat Belanda, mengerti? Kalau aku sudah jadi Be
saja kedua nyonya itu tak mau.Terlalu bersolek sih. Jangan dulu. I.tnda, aku duduk saja di kantor memerintah kuli."
Biar pakai pakaian rombeng saja dulu. Kalau sudah diterima, nah, "Kau bakal jadi orang besar, kak," keluh Inah bimbang.
itu sih soal gampang. Nanti kalau nyonya pergi, engkau bersolek Dan Sobi tersenyum gembira oleh keindahan dan kebesaran
baik-baik.. Siapa sih yang tak tergiur pada kau?Sayang kau adikku pengelamunannya sendiri. Tapi Inah bertambah sedih. Bertam
sendiri." I l.lh mengiri. Ia turun dari bale. Diambilnya kaca cermin pecah
Dan ia pun meludah di lantai tanah. v.lng terselit pada dinding kajang. Duduk pula dekat kakaknya.
"Tapi kak, tuan-tuan sekarang sarna miskin. Kelihatannya saja I cliti ia menguji parasnya. Tersenyum puas. T iba-tiba ia menge
sarna mentereng.T idak betul-betul gagah seperti dulu," kata Inah rut. Tersenyum pula. Dan Sobi menyanyi lagi dengan suara sum
seperti merintih. hangnya yang empuk. Kemudian ia berjalan menghampiri
"Sok tabu!" kata Sobi kesal. Icndela.
"Coba, kalau aku punya anak, biar matanya lebih biru dari I nah berkata pada diri sendiri:
mataku, kalau tak ada duit masuk, siapa bertanggungjawab?Aku "Aku memang cantik. Kalau dibandingkan dengan ...," ia
sendiri juga yang celaka. Kau? Sudah dapat non dan mesti tak ,h 1m. Memandang kakaknya.
peduli lagi sarna aku. Kau memang untung, kak. Apalagi kalau "Nah ...," sela Sobi tak memandangnya. "Sebentar lagi kita tak
nanti dapat anak yang matanya biru." Illcnempati sarang tikus ini. Aku akan punya gedung sendiri.
Sobi terdiam dan melamun. Kemudian berkata pelan: Kalau kau sudah mendapat tuan," ia menengok memandang
"Aku mesti ingat sarna adikku. Kalau aku sudah bisa kawin diknya, "baik-baik dan hati-hati supaya kau tak kecewa. Mula
sarna non Mari, aku mau masuk Belanda Lantas minta mobil mula kau menyerah saja. Nanti minta emas-emasan.ltu gampang
sarna tuan besar Gubernur Jenderal. Kalau pagi plesir ke Cilin dl\impan. Dan pakaian - soal gampang - nanti datang sendiri."
cing sarna non Mari dan bertelanjang-telanjang di pesisir." I I berjalan Iagi. Duduk di samping adiknya.
"Tapi kulitmu sudah terotol bekas kudis dan panuan. Kau tak lJengan berharap-harap Inah bertanya:
.
malu, kak?" tanya adiknya. "Sudah kau carikan tuan, kak?"
Sobi tertawa tinggi. UTuan Piktor nanti datang kemari. Hati-hati kau bicara, ya?"
"Kalau orang sudah masuk Belanda," kata Sobi dengan penuh C epat-cepat Inah mengaca pula.Tersenyum-senyum. Kemudi-
kepercayaan diri, "bekas kudis dan panu mesti hilang dengan 11 rnengawasi giginya. Memandang kakaknya sambil bertanya:
12 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DAR! JAKARTA JONCaS + BABU 13

"Jam berapa leak?" koran lebar itu? Kak Sobi sih sudah bisa menyanyi. Aku?" Ia
"Enam. Empat jam lagi." bingung dan balik ke ambin.
"Bagaimana matanya?" Inah harap-harap cemas bertanya. Kakaknya masuk lagi. Inah menjajari duduk di bale. Mengadu:
"Katanya cari yang biru!?" kata Sobi pelan agak kesal. "Bagaimana, kak? Aku talc bisa menyanyi seperti engkau."
"Oh, aku kira kuning.Aku tak senang sarna mata kuning. Mata "Kau kan bisa nyanyi jali-jali?" serunya gampang.
kuning juga bau," kata Inah gembira. Kedua tangannya dibelit "Tapi Belanda kan tidak suka?': keluh Inah mendesak.
kan pada dadanya sendiri - kuat-kuat. Dan kedua kakinya "Oya, ya?Aku lupa. Gampang dah," Sobi menghibur. "Perem-
dikakukannya seperti kena kejang.T iba-tiba ia bertanya, "engkau puan tak usah tahu apa-apa. Kalau sudah cantik seperti engkau
tak berangkat kerja, kak?" Illi - semua akan gampang jadinya. Tuan Piktor cakap. Ia tak
"Baru jarn dua. Setengah jam lagi." I lU tuh apa-apa darimu. Dia ada mobil.Tak punya nyonya. Kaya -
"Karnar mandi belum diisi." kcrja di kantor dagang katanya.Tadinya dia bilang padaku begi
Sobi tak memperhatikannya. ni. Kowe bisa carikan aku nyai?" Lantas saja aku menyambar:
"Karena aku nanti tak pulang, jadi kau sendiri harus me- .. Aku punya adik ...."
ladeni." "Betul begitu, kak?" tanya Inah jadi gembira lagi.
"Kamar ini bersihkan dan atur rapi-rapi." "Masak aku mau jerumuskan adikku sendiri?" kata Sobi
Ia menyanyi pula. Kemudian ia pergi keluar. h.lngga.
Inah mengaca lagi. Berbisik: Inah membisu mengagumi bayangan citanya.
"Alangkah biru matamu. Presis seperti mata non Jetti. Non "Aku tak perlu bisa menyanyi seperti kak Sobi," pikirnya.
nya kak Sobi mesti kalah sarna aku. Tapi mengapa aku bukan "Tuan Piktor mesri punya radio. Barangkali enam biji radionya.
Belanda? Sayang. Tapi rupaku kan tak kalah dibandingkan de Alangkah senang kalau disetel berbareng. Nanri banyak orang
ngan Belanda? Coba, hidungku mancung. Kulitku tak begitu (latang melihat di depan rnmahku. Dan aku berdiri di beranda.
putih.T idak terotol. Kalau terlalu putih gampang kena ririk-ririk Mereka pasri berbisik-bisik begini: 'Uah, si Inah sekarang sudah
hitam seperti totok." J.ldi Belanda betul. Dan mereka semua mesri mengiri. Sungguh
Kaca pecah itu diselitkannya kembali pada dinding kajang. Ia rnati! Mesti mengiri. Salahnya sendiri, mengapa kulit mereka
berdiri di belakang jendela. hitam dan hidungnya talc tentu macam lubangnya. Kulitku sih
"Aku kepingin jadi nyai! Aku kepingin punya anak yang tak begitu hitam amat - putih, dan hidungku punya kelas." Ia
matanya biru. Siapa tahu anakku nanti jadi Belanda? Pasti akan tersenyum puas.
senang hidupku. Aku akan punya babu - ah, nanti dia merebut "Jadi derajat kita nanti sarna tinggi sarna rendah, Nah. Kau ada
tuanku. Jongos saja boleh. Dan aku dapat naik mobil.Aku pergi Inobil, aku juga ...."
juga ke Cilincing. Tapi aku malu telanjang-telanjang." "Tapi aku talc mau tclanjang-telanjang di Cilincing, kak. Aku
Ia berdiam diri. T iba-tiba matanya sebak dan keningnya di Inalu."
sentuhkannya pada riang jendela "Goblok," Sobi menghina kebodohan adiknya. "Kalau kita
"Oh, aku tak bisa bicara Belanda. Aku tak bisa membaca dan \udah jadi Belanda, kita ridak boleh malu. Kita harus berani te
menulis. Apa kataku nanri kalau tuan menyuruh aku membaca lanjang. Kita hams berani mabuk. Kita hams berani menggertak
14 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DAR! JAKARTA JONGOS + BABU 15

orang pakai godperdom. Juga kita harus selalu bilang begini: ada yang miskin.Kalau ada Belanda miskin mestilah karena dia
Jepang memang binatang, memang keparat.Tuanku juga berbuat terlalu banyak bergaul dengan orang Indonesia." Dan ia jadi puas
semua itu. Semua perbuatannya aku perhatikan dan aku hafal lagi
kan. Rupa-rupanya gampang saja untuk jadi Belanda. Kalau Kaca dikembalikannya di dinding. Berdiri mengamat-amati
orang cukup cerdik seperti aku memperhatikan dan menirukan, kamar.
dalam tempo seminggu juga orang bisa jadi Belanda." Sobi diam Masih empat jam lagi. "Nanti-nanti saja dibersihkan. "
memandang adiknya yang terpesona oleh keterangannya.
***
"Tapi kalau non kan tak sarna dengan tuan, kak?" tanya Inah
SINI RUMAH Sobi?
sungguh-sungguh.
Inah melompat menghadap ke pintu. Wajahnya pucat. Victor
"Tentu saja tidak.Kalau non begini ...," Sobi menerangkan.
sudah ada di depannya. Gemetar menjawablah gadis itu:
T iba-tiba ia diarn dan menyesali. "Ah," bisiknya kemudian," eng
"Ya, tuan ...."
kau belum bisa naik sepeda."Tapi kegembiraannya tiba-tiba da
Dan tuan itu masuk dan duduk di bale. Inah kebingungan.
tang pula. "Tapi tuan Piktor punya mobil.Kalau non tak boleh
Putusan pertama yang bisa diambilnya ialah duduk di tanah
bilang godperdom. Cukup isa memutar tombol radio. Dan
menundukkan kepala.
engkau sudah bisa. Menjahit engkau pandai.Engkau sudah bisa
"Engkau adiknya?" tanya tuan kulit putih itu.Tangannya me
jadi non.Apalagi parasmu itu - ca-i-Iahhh!"
ngeluarkan sapu tangan dan menyeka keringat kening.
Dan Inah tertawa puas. Dari jauh terdengar lonceng kantor -
"Ya, tuan." Dan Inah tambah gemetaran.
tanda menutup pintu. Sobi meloncat. Di ambang pintu ia ber
"Jangan duduk di tanah. Duduk sini di dekatku." Dan Inah tak
henti. Menengok pada adiknya. Memesan:
berani bergerak.Tuan itu mendekati dengan lemah-Iembut di
"Hati-hati kalau bicara sarna tuan ...."
angkatnya Inah, diletman di arnbin. Dan Inah tidak melawan....
"Ya, kak!"
Dan kemudian ....
Inah pun melompat pula pergi ke dinding. Mencabut kaca
Sesunggu
cermin yang telah pecah.Kembali ia mempelajari parasnya. .
bukan rahasla.Keangkuhan dan kesombongan wanita pada suatu
"Engkau memang cantik," bisiknya. Kemudian pipinya dira
kali terbang. Dan ia menyerahkan diri dengan sadar pada laki
patkannya pada kaca itu. Mengaca lagi. Berkata: "Sebentar lagi
laki tertentu. Dan ini terjadi di seluruh jagat dan abad, pada se
engkau jadi Belanda.Aku toh bukan orang Betawi?Aku juga
mua bangsa dan makhluk bergerak.Hidup alangkah sederhana.
bukan orang Indonesia. Emak dulu juga bilang begitu. Malah
waktu Jepang masih ada emak bilang kak Sobi dan aku paling
i !li: og lapar, makap:- keg, dan bU.2ngai.
Seseder
A3ap dan buang air terletaklah Qidup manusia ini. Dan
sedikit sarna mulianya denganJepang.Alangkah senang jadi Be
hidup yang baru itu brjalan pula dari lapar sampai bu;ngair.
landa."
Hidup yang lain pun menyusullah.Tak habis-habisnya sampai
T iba-tiba air mukanya menjadi keruh. Mengeluh:
dunia bejat. Dan tak ada satu kepala pun merasa bosan.Kalau dia
"Aku tak tahu mengapa Belanda-belanda sekarang sarna mis
bosan, dia bunuh diri.
kin." Dengan tiba-tiba pula kekeruhannya hilang Suaranya me
ningkat, "Kak Sobi lebih tahu daripada aku. Orang Belanda tak Penjara Bukitduri, 1 948.
IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR 17

juga keindahan itu, tetapi di masa ini pikiran dan perasaannya

2 sangat giat dengan hal-hal lain sehingga tak sempat ia memper


gunakannya untuk hal-hal yang tidak mendatangkan ke
untungan.
Dalam beberapa bulan ini hidupnya merupakan tritunggal,
merupakan meSln yang berputar pada riga inden: makan, uang
dan perempuan.Yang lain-lain menjadi perkara sipil. Dan ia tak

Ikan-ikan yang Terdatnpar memberontak melawan keadaannya. Dalam hidupnya selamanya


musuh-musuh telah menjadi kawan setia, dan sebaliknya kawan
kawannya yang setia dan tidak seria menjadi musuhnya. Misal
nya saja pemuda yang kecil kurus itu: si Namun. Ia tak tahu
Created Ebook by syauqy_arr
mengapa semua itu sudah terjadi begitu saja. Dan ia pun tak
pernah mendapat kesempatan bertanya baik pada diri sendiri
ataupun orang lain mengapa jadi demikian.
ALAM CERITERA nn, IDULFITRI AKAN MENDAPAT ILHAM Masa berbulan-bulan yang berdansa-dansa di atas tiga asnya itu

D setelah menanggun? kelpran sebelas jam lamanya.


. .
Hampir seluruh eenta 1m dimaInkan olehnya, danNa-
mun - seorang pemuda yang keeil kurus tapi gesit -
hanya me
memberinya pikiran baru padanya: semua ini sudah beres
sekalipun engkau mau memencak-mencak seperri setan. Dan
akhirnya ia pun meyakinkan dirinya: semua ini beres sudah.
nolongnya memainkan peran utama. Jam enam pagi teng ia tergagap-gagap bangun. Ia lapar.Sela
un
Sebenarnya tidaklah penting cerita si Idulfitri ini, karena manya begitu.Tetapi sekali ini lebih-Iebih lagi: ia tak punya uang,
ini pun tidak
tuknya sendiri sejarah hidupnya sehari-hari selama tak punya makanan, talc punya kopi dan juga tak punya perem
penting. Baginya semua telah meluncur di atas
re y puan.Setelah mencuci muka eantik, yang menjadi hartabendanya
. ya yan
ia kagum juga waktu mula-mula harus me'!1ulal hidupn yang sangat berharga itu, ditinggalkannya pavilyunnya di jalan
ya untuk menga tasl,
baru itu. Beberapa hari lamanya ada usahan Sekretari dengan perasaan mual dan dendam.Tentu saja ia den
tetapi lama-kelamaan tidak . dam pada orang-orang lain yang telah sarapan. Empat orang
Baiklah cerita ini dimulai . ... pemuda yang tinggal bersama-sama dengannya semalam-malam
di ufuk
Bersamaan dengan terbitnya matahari yang itu-itu juga an tak juga kembali.Tapi ia tak pernah peduli mereka akan da
mendapat kegiat an baru.
timur, sejarah manusia di atas bumi tang kembali atau tidak.T idur di Senen mesti, pikirnya memu
nya, Idul
Setelah memasuki hari-hari yang beribu-ribu jumlah tuskan. Dan sekalipun empat petualang itu mampus di depanku,
yang bergan tu
fitri tak tahu lagi di mana penringnya embun aku kira aku pun tidak bakal peduli.
tahu lagl la
an di dedaunan atau rerumputan pagi hariaJuga tak Sekarang ini ... ia lebih peduli pada dirinya sendiri.
bayang di atCtS kepa
di mana manisnya awan merah yang melem Ia akhirnya tahu juga mengapa pagi itu ia lapar sekali. Penga
ersimpul
lao Dan ia pun tak mengerti lagi apa kehebatan yang laman yang hebat-hebat kemarinlah yang memayahkan rohani
ng genta
dalam taluan beduk-beduk langgar mesjid dan kelenl dan jasmaninya sendiri yang sangat dicintainya itu. Seluruh per-
kin ia tahu
gereja-gereja. ltu pun bukan salahnya sendiri. Mung
18 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR 19

hatiannya dipusatkan pada jeep tuan T jong. Dan perhatian yang perempatan menuJu ke Deca Park. Sebentar ia melihat-lihat
dipusatkan itu membuat ia lupa daratan: tak punya uang, belum gambar-gambar. Kemudian:
makan dan sudah lelah mengedari kota Jakarta. "Katak! Engkau ini tidak lain daripada katak," makinya pada
Apabila ia menganggap bahwa semua ini beres sudah dan se diri sendiri. "Katak tua! Katak di bawah tempurung pula!"
lama itu ia setia pada anggapannya, maka hari inilah baru ia Kadang-kadang ia merasa dirinya adalah dua bila dalam
memberontak pada buah pikiran dan anggapannya sendiri itu. keadaan demikian: yang satu atau diri yang memaki dan yang lain
"T idak, semua ini belum beres," bisiknya. Kalau banjir telah diri yang dimaki. Sekali lagi ia memaki, tetapi sekali ini tidak
surut, untuk sekian kali ia mengulangi kata-katanya sendiri yang terendam di dalam kepala saja, tetapi disuarakannya:
selalu dihafal-hafalkannya, dan dihafalkannya kembali bila ia se "Katak! Engkau ini tidak lain daripada katak."
dang tak bersenang hati, hitunglah, berapa banyak ikan terdam "Betul. Engkau ini memang katak!"Terdengar suara tajam dari
par di beting-beting. Dan binatang-binatang itu tidak berdaya belakangnya. Suara itu membangkitkan amarahnya. Dan ia mera
karena mereka tercerai dari air. Dan aku - aku ini salah seekr sa wajib mengetahui siapa yang memakinya terang-terangan itu.
di antara binatang-binatang itu. Dan bila ia tak bersenang hati Diketahuinya: di sampingnya berdiri Namun. la memandang
kembalilah lagi perasaan lamanya. lni: ia merasa sebagai pahla bengis pada kawannya si kerdil kurus yang gesit-gerak itu. Dan
wan yang disia-siakan. Bahkan hingga kini ia masih merasa se ada ia lihat mata si Namun agak bengkak kemerah-merahan.
bagai pahlawan. la selama ini hidup dari keberaniannya, dan Segera saja ia menuduh:
barangsiapa demikian baginya berarti pahlawan. Dan karena ia "Terus pergi ke mana engkau semalam."
penggurutu, sekali ini ia pun menggerutu dalam kepalanya: ka "Engkau curiga."
lau saja dahulu aku tak ikut-ikut berjuang tapi turut-turut "Matamu merah."
merampok kekayaan Jepang dan kemudian diam-diam berda "Cuma sejam aku tidur. Kemudian wekker sudah mengejuti.
gang, alangkah akan tenang hatiku sekarang ini. Apa sekarang? Dan aku tak sampai hati membiarkan engkau menggerutu sam
Aku kasih tahu, kau, diri: engkau ini pahlawan sesat! Engkau pai tiga empat jam."
makhluk daif yang tak mendapat tempat di masyarakat merdeka Sekarang kedua pemain cerita ini berjalan terus. Kini mereka
yang dahulu engkau perjuangkan sampai di pendopo gedung bioskop menonton gambar-gambar
Dan ia pun meyakinkan dirinya sebagai orang daif. Dan ia tak yang terpasang di dinding-dinding. Tapi tak ada perhatian
merasa sakit hati oleh tuduhannya sendiri itu, sekalipun ia akan mereka.
marah memencak-mencak juga bila orang lain yang menuduh "Gambar-gambar paha telanjang dan cium-cium ini tidak ada
nya. Orang lain itu misalnya saja si Namun. gunanya bagi orang lapar," kembali Idulfitri mengacarai per
la berjalan lambat-Iambat. Kepalanya tunduk melihat aspal cakapan.
jalan. Waktu mau menyeberangi jalan raya ia menengok ke ka "La par engkau?"
nan, dan ia melihat pagar istana. Serdadu yang gagah menjaga Dan Idulfitri mengangguk murka.
lubang pintu. Tapi pada itu pun ia sudah tak peduli lagi. Sudah "Engkau terburu nafSu sih," Namun berkata memutusasakan
bosan. Sudah tak kuasa ia mengagumi kehebatan dan apa guna "Seharusnya uang yang lima ratus itu kau ambil saja dari tangan
nya bagi negara dan perutnya sendiri. Sekarang ia menyeberangi si T ionghoa itu. Tapi engkau memang terburu nafsu. Engkau
20 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERlTA DARI JAKARTA IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR 21

keliwat mengumbar kemarahanmu. Dan sumber rejekimu itu "Begitu lama kita mengintai jeep si Cong itu. Berapa jam? Ada
kau han tam dengan kunci Inggris pada keningnya." Sekarang lima jam. Dan kita dorong-dorong dia keluar garasinya. Mem
suaranya jadi menyesal. "Dan orang itu jatuh miring di treplang, buka pintu garasi tak cukup satu jam. Apa kemudian kata setan
kemudian kepalanya terbentur pada cangkuk roda mobil. T idak tukang tadahmobil itu. Maaf, tuan, kalau jeep ini, betul-betul aku
bergerak lagi Barangkali batok kepalanya retak." tak mau terima."
"Barangkali mati." " Memang keparat dia! Aku juga bernafsu mau menggulung
"Mungkin juga." bibirnya waktu itu."
"Dan perkaraku dengan Jibril tambah satu lagi." "Tentu saja."
Namun memancarkan pandang marah padanya. Tapi mulut "Dan engkau mengepalkan tinju." Namun meneruskan, "dan
nya tak berkata apa-apa. Di waktu yang sepagi itu belum lagi ada si T ionghoa itu mundur-mundur ke deretan mobil yang dalam
orang datang menonton gambar-gambar paha telanjang dari luar pembetulan itu." Namun menyenggaki dengan dengan suara
negeri. Orang-orang yang berangkat ke kantor pun belum lagi katak menguik-nguik minta hujan.
membanyak. Baru jam enam lewat sedikit. Menyesali lagi "Siapa takkan sakit hati? Delapan jam kerja. Keringat kaya
Namun: hujan, dan dia bilang seenaknya sendiri, 'Betul tuan, kalau jeep
"Kalau uang itu kau teruna, engkau takkan kelaparan seperti ini, aku tak berani terima. Ini jeep kemenakanku sendiri,'
sekarang ini. Dan aku pun tak dapat membantu engkau katanya."
sekarang." "Kemudian kunci Inggris pun melayang di keningnya," Na
"Engkau lapar juga?" rnun mengingatkan.
Namun mengangguk. Keduanya berdiam diri sekarang. Kembali mata mereka me
"Jual baju saja kita," Idulfitri menganjurkan. byang-Iayang seperti kupu-kupu pada paha-paha orang-orang
T iba-tiba Namun menjadi ketua-tuaan. Kegesitannya dalam kulit putih yang tergantung eli dinding-dinding. Mungkin, pikir
mengubah tampang dipergunakannya. Dan selayak ayah yang Idulfitri, kalau aku sudah kenyang lagi, dapatlah aku mengerti
cintai anaknya ia berkata meminta hati: keindahan seni kaki ciptaan manusia-manusia yang berperasaan
"Kau baru punya hak menjual bajumu sendiri bila sudah ke- halus itu - ciptaan yang berisi paha telanjang dan cium itu.
laparan sepuluh jam lamanya. Paling sedikit!" Kemudian Namun Mengapa tak ada yang menggambarkan bagaimana lapar mem
menyesali. "Dan kita mendorong-dorong begitu lama. Jeep itu helit-belit dalam ususku? Sudah sekian lama ia menyumpahi
sungguh keparat rewelnya. Dan engkau menolak uang itu begi beratus orang. Tapi sekali ini sumpahannya spesial ditujukannya
tu saja, seperti betul-betul engkau ini kaya. Herannya waktu itu p:tda para seniman dan artis. Dan ia pun memberi alasan untuk
aku membenarkan tindakanmu dan meninggalkan bengkel 11lenyambung gerutunya: "Keindahan, paha telanjang dan cium
mobil si T ionghoa itu dengan lenggang hartawan. Sungguh .dalah keindahan. Kalau begitu apa yang membangkitkan nafsu
sungguh aku tidak mengerti!" llam adalah keindahan," kemudian ia menyerang alasan yang
Sekarang Idulfitri mengumbar pemberontakan yang menga- diberikannya tadi. "Atau bolehjuga dipergunakan kata-kata yang
muk dalam kepalanya sendiri dengan suara yang menyerupai lehih indah dari keindahan, kata-kata yang kefilsafat-filsafatan:
topan terdengar dari lubang sumur: kc:benaran yang mutlak."
22 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA IKAN-lKAN YANG TERDAMPAR 23

Ia tersenyum manis, tersenyum mengagumi keanggunan ba "Barangkali karena engkau pandai menempatkan kata selara
ngunan pikirannya sendiri. nya itulah engkau memperoleh kemampuan untuk membuat
"Engkau ada harapan:' Namun menuduh. kalimat yang bagus-bagus.Aku masih ingat kalimatmu yang lebih
Senyum Idulfitri sekaligus lenyap, buru-buru masuk kembali bagus lagi. Kalau banjir telah surut...."
ke dalam kepalanya lagi. Dan suaranya terdengar: "... hitunglah berapa banyak ikan terdampar di bering-beting,"
"Laparku ini belum cukup kuat untuk membangunkan fan ldulfitri meneruskan dengan bangganya.
tasi dan rencana. Engkau cuma bisa memberi sesalan, nasihat dan "Suatu kali datang waktunya engkau tak bisa menggerutu
tuduhan." lagi," Namun menyesali, "tak bisa mempergunakan kata sekiranya
"Itu lebih baik untukmu. " Namun mempengaruhi. "Dengan lagi. Dan waktu itulah aku melihat engkau seperti kepinding
tiada itu engkau akan kelaparan tiap hari, dan aku seorang diri kering terjepit jari-jari ambin."
lah yang harus mendengarkan keluh kesah dan semua gerutumu Dan Idulfitri memaki sekeji-kejinya.Tapi semua makian itu tak
itu." diucapkannya. Namun terlampau kebalrasa. Makian takkan me
"Aku pikir begini," Idulfitri meminta perhatian, "kalau rnarahkan hatinya, bahkan menyinggung pun tidak. Matanya
sekiranya kuangkat celanaku hingga kelihatan seluruh pahaku, dilayangkan kembali pada gambar-gambar paha telanjang dan
adakah barangkali orang yang mau menonton dan membayar?" orang berciuman. Kaum seniman dan artis itu, ia terlampau ba
"Sekiranya?" nyak mengurus dirinya sendiri, mereka barangkali tak sadar beta
"Ya, sekiranya. Sekiranya aku meniru-niru pemain-pemain pa jiwa melayang ke hadirat Tuhan yang diapit malaikat-malaikat
layar putih itu." nya bilamana seorang yang kelaparan ada mencium sate sedang
Hidung Namun kembang kempis seperti hidung kambing dibakar. Dan betapa jiwanya mengimbak-imbak seperti lautan di
kepanasan. Kemudian menyesali sekali lagi menyesali: bulan Januari, bila mendengar tukang sate menawarkan dagang
"Sekiranya! Sekiranya! Di dunia ini tak ada tempat lagi untuk <lnnya. Dan bagaimana kelabakan orang dibuatnya, kelabakan di
sekiranya. Lapar kita tak dapat diobati dengan sekiranya ada lubuk rongga perut.Tapi dengan jiwa pergi ke dunia gaib, seperri
makanan. Dengan sekiranya engkau akan mendapat pikiran dan nabi-nabi mikrat ke alamnya Tuhan yang paling tinggi.
angan-angan yang paling indah dan paling muluk, dan dua hari "Engkau punya rencana baru," Namun menuduh.
kemudian engkau menjadi kaku." Dengan pandang kesal Idulfitri menatap kawannya. Katanya
"Kaku?" sepintas lalu.
"Tentu saja kaku - mati kelaparan." "Matamu merah!"
"Engkau sungguh-sungguh bajingan!" Idulfitri memaki. "Betul, semalam-malaman aku cuma tidur sejam."
"Sudah enam bulan ini kita memang bajingan tulen, dan se- "Badanmu krempeng. Aku bisa membuat engkau tak dapat
perri engkau katakan dengan mulutmu sendiri yang bisa mengu jalan kaki empat jam lamanya," Idulfitri mengancam. Kemudian
kir kalimat itu: dulu kita bajingan untuk kepenringan negara dan rnenggerutui: "Kalau engkau dapat senang, macammu seperti
cita-cita, sekarang kita bajingan untuk kepentingan diri sendiri " dendeng nenek-nenek kedekut. Tapi kalau engkau kelaparan

Dan Idulfitri berseri-seri menerima pujian - pengakuan atas seperti sekarang ini, engkau menempel saja di kudukku betul

keindahan kata-katanya. Namun meneruskan: betul seperti lintah."


24 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR 25

"Marahkah engkau, Fitri?" tidur. Tapi mata yang kurangajar ini tak mau dipejamkan. Dan
Fitri tidak menjawab, bahkan memunggungi kawannya. pikiran yang terkutuk ini terus juga rnengembara. Jadi kubaca
"Sering amat engkau marah kepadaku." Namun mencoba- koran."
coba hati kawannya. "Dari dulu aku tabu engkau suka membaca koran."
Tetapi Idulfitri tetap tidak peduli. "Tapi sekali ini kabar yang memberi harapan padaku."
"Fitri," akhirnya Namun merajuk, "dalam hatiku yang bersih, Kembali Idulfitri melayangkan pandangnya pada gambar-gam-
selalu aku percaya engkau pemimpinku. Engkau adalah obor har paha telanjang dan cium-mencium di dinding-dinding Deca
untuk hidupku yang gelap-gelita ini. Bukankah itu sering kuka Park. la berpikir: "alangkah senang jadi perempuan. Perlihatkan
takan kepadamu? Apakah engkau telah lupa?" paha, dan engkau dapat uang. Dan paha-paha para pemain film
Kemudian Namun menghampiri kawannya dan mencan Itu jadi pahlawan hati dalam jiwa lelaki dan wanita - puluhan juta
matanya. Akhirnya meneruskan: Idaki dan wanita - yang juga punya pahanya masing-masing. Dan
"Engkau tahu benar bahwa engkau pemimpinku. Engkau tabu Illereka pun bisa berciuman satu sarna lain. Tapi uang itu sung
benar keadaanku." uh jahanam. Barangkali karena mereka berhak menerima uang
"Sekali ini engkau boler menyimpan harapanmu di lemari bila memperlihatkan pahanya itulah yang menyebabkan mereka
makan." herhak pula jadi pahlawan hati dalam jiwa para penontonnya."
Sekarang Namun menyesali kawannya yang berkesalhati itu: Dan sekarang Idulfitri menyumpahi diri sendiri: "Dan
"Aku tak bermaksud jelek terhadapmu, Fitri. Selamanya aku \ckarang engkau kelaparan - dan tetap akan kelaparan!"
kawan setiamu. Dan selama engkau pemimpinku, oborku di kala Dengan tiada dipinta Namun meneruskan ceritanya:
gelap-gelita, engkaulah yang aku ikut: Biarlah aku ini semacam "Aku mendapat ilham," ia memulai.
penyanyi kroncong tua yang butahuruf itu. Bagaimana penda "Ilham?" Idulfitri hampir berteriak oleh kagetnya. "Aku kira
patmu, begitu atau tidak?" (lima nabi-nabi saja bisa mendapat ilham. Engkau juga? Engkau
"Musikmu itu musik kroncong. Aku jijik mendengar kron yang selama enam bulan ini jadi bajingan di sampingku? Dan
congo Apalagi kalau penyanyinya perempuan tua, butahuruf dan LIpan engkau bakal mendapat wahyu?"
beri nasihat dalam lagunya. Dan engkau ini," ia menunjuk N a Namun tersenyum bangga.
mun," engkau ini semacam penyanyi kroncong tua yang butahu "Lihat Fitri, kaum nasionalis seluruhnya terusir dari daratan
ruf itu. Bagaimana pendapatmu, begitu atau tidak?" riongkok," Namun mengacarai cerita tentang ilhamnya "Kaum
"Ya, memang begitu, Fitri." komunis menang gelanggang.Juga di Eropa T imur."
"Sekarang, mau apa lagi kau?" "ltu aku juga tahu dari koran."
"Tapi engkau selalu pemimpin dalam hatiku." "la, tapi engkau tidak mengerti."
"Tentu, tentu saja. Kelaparan menyulap segala-galanya jadi luar "Aku bisa baca sendiri' koran-koran itu."
biasa indahnya. Dan orang-orang badung semacam ini tiba-tiba "Tapi engkau tidak mengerti hubungan satu dengan lain ke
bisa menjadi domba jinak." J .dian."
Namun terdesak. "Engkau anggap aku enteng?"
"Betul, Fitri. Semalam aku talc pergi ke mana-mana. Aku terus Namun tak peduli pada desakan itu dan meneruskan: "Engkau
26 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR 27

memang tahu tentang komunisme. Itu aku akui, tetapi cuma "Mengapa? Kalau kita miara kerbau, akhirnya kerbau itu
sejumput." mengorbankan segala-galanya untuk yang merruaranya. !tu sudah
"Kau begitu sombong sekarang." adil. "
"Engkau juga tabu tentang politik, tentang ekonomi - penge "Jadi kaum penggendut perut sendiri itu kerbaumu?"
tahuan yang engkau kumpulkan dari buku-buku dan apa saja "Ya, mula-mula kita biarkan dia makan kenyang-kenyang biar
yang dapat kau baca. Sejak engkau belajar membaca hingga ber kuat dan gendut dan perkasa, kemudian dia kita tunggangi, kita
umur dua puluh delapan tahun! " suruh membajak sawah kita. "
"Engkau pandai pidato seperti Sukarno." " Semuanya?"
"Sekali waktu engkau akan belajar padaku." "Semuanya. Tapi, yang terasa hanya perutku sendiri yang lapar.
"Kepiting! " Lapar yang menghancurkan kegiranganku sehari-hari. Laparku
"Dengarkan. Aku teruskan ceritaku ten tang dirimu." sendiri. Laparmu aku tak dapat merasakan. Kita colongi barang
Idulfitri mengalah dan mendengarkan. mereka satu per satu," Idulfitri akhirnya mendongeng dengan
"Tapi engkau tak suka membaca koran. Itulah salahnya." tiada batu loncatan terlebih dahulu pada kuping kawannya,
"Koran cuma itu-itu juga isinya. Yang lain cuma tanggal dan "sepedanya, jeepnya, walaupun percobaan pertama sudah gagal."
tempatnya." "Dan salah seorang di antara mereka sudah kau tangani de
Namun tertawa terbahak-bahak dan dipukulnya bahu kawan ngan kunci Inggris. " Namun menggembirai.
nya. Idulfitri tidak marah. Ia telah biarkan belajar semua keke Oleh dongengnya sendiri, Idulfitri menjadi gembira benar
salan hatinya terhadap Namun.Acuh tak acuh ia mendengarkan Dan yang akhir sekali, Namun terus menggembirai, "mereka
kicauan kawannya. kau usir dari padang rumputnya masing-masing. Engkaulah ke
"Engkau kira tanggal dan tempat tidak penting? Kalau mudian yang jadi raja segala padang rumput." Namun tertawa
sekarang ini dan di tempat ini terjadi pembunuhan, sekalipun senang.
pembunuhan yang itu-itu juga, maka itu adalah penting. Karena Sekarang Idulfitrilah yang mendapat ilham, dan menyuarakan
... dengarkan! ... karena yang terbunuh adalah engkau." ilhamnya:
"Katak! " Teriak Idulfitri. "Tapi kita berdua kaum lapar yang belum mendapat gelang
'Jadi engkau tahu sekarang apa pentingnya tanggal dan tem gang. Juga belum pernah mencoba memasuki gelanggang. Be
pat. Ha, aku tahu sekarang engkau insaf akan ketinggalanmu. lum lagi membentuk kaum." Akhirnya lambat-Iambat dan mu
Koran juga yang telah memberi aku ilham ini." rung Idulfitri meneruskan: "Kita terlampau lambat, kita keting
"Apa ilhammu?" galan jaman. Seharusnya sejak dulu-dulu kita telah mulai mem
"Biar aku beri kata pengantar dulu." buat kaum."
"Ya, teruskanlah." " Itu pun tidak bisa," Namun menyela. "Yang dulu-dulu
"Kaum lapar mulai menang gelanggang " sekarang telah terlanjur mampus."
"Kaum penggendut perut sendiri mulai terusir dari ladang "Ya."
ladang rumputnya," Idulfitri menyenggaki. "Tapi kita belum lagi kalah," Namun membetulkan . "Dan
"Engkau ndak adil." sekali kita sudah pernah menang."
28 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA IKAN-lKAN YANG TERDAMPAR 29

"Menang? Pernah menang?" Idulfitri menguj i kebenaran Idulfitri tak dapat menahan hatinya mendengar ucapan kawan
kata-kata Namun. nya yang kefilsafat-filsafatan itu. Menyuarakan isi hatinya:
"Mengapa tidak? Tentu saja pernah. Kita pernah menggondol "Ya - di waktu perang berkecamuk di tiap pojok - juga pe
sepeda perempuan sebuah, walaupun hanya bermerk Janco rang yang pernah kualami dan kujalani - teriakan kemanusiaan
keparat." adalah indah, suci, murni, mengendapkan segala kebinatangan
Mendengar itu Idulfitri menarik pandangnya dari paras Na- ang menjalang di dalam diri manusia. Dan ambillah kata-kata
y
mun, dan pada mukanya tergambar kejijikan dan kemualan. yang lebih indah dan manis daripada itu," katanya lambat-Iam
"Itu bukan kemenangan. Dengan satu kali kemenangan kita hat. "Dn kue serabi adalah empuk, manis, lezat dalam kenangan
tak usah hidup gentayangan lagi seperti ini. Misalnya - kalau saja o!?ng hila dia sedang kelapar'!!1 . Dan ambillah kata-kata yang
jeep itu terbeli oleh si keparat Tionghoa itu." J auh lebih indah dan manis daripada semuanya itu . Juga melati
Namun"'tak peduli dan meneruskan cerewetnya: yang tumbuh di kubangan tai kerbau, a]angkah sedap Jij)a
ndang,
. "Tidak kurang dari lirfia puluh buah buku luar negeri yang lebi_nyaman apabila dia didapati di taman istana."
berjilid luxe." D"an sekalipun Namun tahu bahwa perhatian Idul "Engkau mengejek kata-kataku," Namun menuduh.
fitri mulai berkurang, ia tetap meneruskan, lebih mendongeng Idulfitri tak menjawab.
pada diri sendiri daripada sahabatnya. "Dan satu Fiat. Sayangnya Di jalan raya lalu lintas mulai hidup. Jalan sepeda di samping
Fiat keparat itu sudah diubah jadi oplet, harganya harga oplet Jalan raya telah penuh dengan sepeda para pegawai yang be
juga. Sekalipun begitu aku masih saja kagum melihat ke rangkat hekerja. Kadang-kadang ada j uga becak yang lewat de
tangkasanmu. Begitu cari kerja begitu engkau dapat. Engkau jadi ngan bel yang dideringkan amat ramainya membawa cabul, yang
sopir dan aku keneknya. Kita hantam oplet itu . Tapi engkau baru pulang dari pesanan, ke kandangnya masing-masing. Sering
ini. . . ," ia memandangi Idulfitri pada profilnya dengan pandang J uga becak kosong, sedang sopirnya bersinar-sinar penuh harap
mengancam dan memperingatkan, " engkau terlampau meman- an menghadapi permulaan hari yang gemilang.
jakan si Jirah . . . ." " Tidak ada gunanya hicara tentang yang muluk-muluk," Idul-
Jijik dan mual Idulfitri menyambut pandang kawannya . Bi fitri memulai lagi.
birnya mau berkata dan bergerak-gerak sedikit.Tapi tak ada suara "Aku pikir-pikir memang tidak ada gunanya."
terdengar. Matanya ditebarkan ke loket bioskop yang terkunci. "Apalagi filsafat kuda-Iepas-mu itu."
"Dan besok atau lusa, loket itu pun akan mengalami penyer "Kadang-kadang filsafat memberi banyak hiburan pada perut
buan kita - kita dari barisan kaum kelaparan ." Ia terdiam kaget. bpar."
Kemudian meneruskan dengan suara kefilsafat-filsafatan: "Aku "Kepiting! Aku tak bisa menahan laparku lagi . Kita cari kawan
tak mengerti, kalau aku lapar - semua makanan yang terkenang ekarang," dan ia sudah mulai melangkah meninggalkan beran
rasa-rasa dekat saja di mulut dan rasa-rasa kelezatannya enam juta da gedung Deca Park. "Setuju?"
kali lebih lezat daripada yang sebenarnya." p
" Setuj u. Ta i, ah."
Ia terdiam mengenang-ngenangkan semua makanan yang "Keluhanmu sangat mengerikan."
pernah melampaui kerongkongannya. Makanan yang pernah "Aku sendiri ngeri mendengarnya. Kawan-kawan sedang kelJa
dicicipinya sejak ia dilahirkan hingga kini. ekarang. Tak ada seorang pun yang dapat kau harapkan di wak-
30 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR 31

tu sejahanam ini! Lebih baik kita duduk-duduk di siru barang I api ia selalu ingin jadi orang baik dan menuntut kehidupan
tiga jam." Namun akhirnya mengusulkan. Tapi kala dilihatnya ( )rang baik-baik pula.
Idullitri tak sudi mendengarkan dan terus beIJalan, buru-buru "Seharusnya aku sudah jadi polisi militer," ia akhirnya berke
ia mengikutinya. luh kesah.
Kedua pemuda yang merasa sebagai ikan, yang terdampar di "Engkau mengembara! " Namun menuduh.
beting setelah banjir surut itu, kini membelok ke kiri. Dan ge "Kalau saja mereka tak meneurigai aku, dan kenal siapa aku,
dung kantor telepon menggarang di samping kiri mereka. Seben I nereka takkan mendepak aku dengan begitu saja. Engkau tahu
tar mereka memandangi jam yang terpasang di samping depan. 'icbabnya, bukan?"
"Kawanmu si Ida kerja di situ, bukan?" Namun menuduh. "Ya, tentu saja tahu."
"Sejak dia bunting tiga bulan, lakinya melarangnya kerja," Idul "Aku punya reneana. Tapi mereka punya keeurigaan."
fitri mematikan harapan Namun. Kemudian: " Aku ingat si Man "Engkau didepak, dan akhirnya tinggal reneana."
sur sekarang. Aku dengar dta sudah kerja. Kalau betul, tuj uh jam "Padahal mereka j uga eempengan. Aku juga eempengan tapi
lagi kita bisa makan." punya reneana."
"Mansur kerja di kantor dagang. Sepuluh jam lagi kau boleh Idulfitri tersenyum pahit.
tunggu." "Barangkali karena kau dilahirkan di hari lebaran." Namun
Idulfitri menyumpah dalam hati dan mulutnya. Mereka diam rnembelokkan. "Dan kita jadi bajingan. sekarang."
diam sambil berjalan dan mata tak henti-hentinya menimbang "Kalau saja aku jadi polisi militer," Fitri meneruskan sesalan
nimbang kekayaan orang lalu lintas dan makanan yang didagang nya, " tanggung! Semua baj ingan di kota ini akan kugulung
kan di sepanj ang jalan. Sampai di depan istana mereka tak me hidup-hidup." Tiba-tiba dengan suara meledak: "Dan engkau
nengok ke kanan, ke istana, tapi jalan terus. Kesebalan dan ke j uga!" teriaknya pada Namun.
eurigaan pada nasib tiap orang di antara kawan-kawannya yang Namun tertawa girang.
telah hidup teratur memilukan hatinya. Dalam kepalanya ia Orang lalu lintas di samping menyampingnya kian memba
membayangkan kawannya letnan Hasibuan. Dulu kawan itu nyak. Tapi keduanya tak peduli dalam mengumbar omongan
berpangkat sersan mayor. Setelah turun dari penjara ia meng masing-masing. Dalam suatu saat yang tertentu Idulfitri menye
hadap ke pangkalan militer: mel. Ia mengalami kesulitan waktu sali perjalanan hidupnya yang selama ini dikemudikan oleh Na
itu: mendapat berpuluh mae am pertanyaan . Kemarahan yang mun ke arah kej ahatan.Ya, sampai ia tak segan-segan membunuh
dibawanya dari penj ara mengobar-ngobarkan suara yang ter orang di malam hari. Ia tak suka. Selalu hatinya berteriak bahwa
kandung dalam jawaban-jawabannya. Kemudian ia mendapat ia tak suka, bahwa ia benei pada perbuatannya Tapi ia tak dapat
kata putusan: "saudara boleh tunggu." Dan ia menunggu. Dua menghindarkan diri dari pengaruh Namun.
bulan sudah. Akhirnya ia bertemu dengan Hasibuan. Mendapat Tiap-tiap kali ia menyesali kelakuannya yang terus menurun
eerita - "dalam laporan yang kubaea engkau tak dapat diterima di waktu yang akhir-akhir ini selalu timbul keinginannya untuk
dalam ketentaraan lagt. Engkau berhaluari komunis." Ia terlom menggugah mata kawannya. Tapi heran, selalu dan selalu aku tak
pat oleh terkejut yang amat san gat. Dan sadarlah ia bahwa ia ada keberanian untuk mengerjakannya. Dan ia tahu mengapa.
seorang komunis dengan tidak mengetahui ujung dan pangkal. Dan ia pun tak ingin mengerti mengapa.
32 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA IKAN-IRAN YANG TERDAMPAR 33

"Aku girang engkau tidakjadi polisi militer sampai sekarang." Air muka Idulfitri bermendung. Dan sekali lagi ia ingin meng
"Seluruh hatimu aku mengerti, Namun." J.,'1l guh mata kawannya yang selalu haus akan kurban baru itu. Tapi
"Kalau tidak, mungkin aku sudah engkau ringkus, dan akhir keinginannya tetap beku di dalam dada.
nya engkau sendiri juga menderita kerugian besar." "Namun, benar engkau, kaum lapar yang memasuki gelang
"Aku? Rugi?" ang mulai mendapat kemenangan. Kaum lapar! "
"Tentu, engkau tak memperoleh aku sebagai sahabat. Engkau "Tapi di sini kaum lapar b elum lagi bersatu. Dan masing
tidak bisa berpikir lebih lanjut. Pikiranmu pendek dan pemarah r nasing harus mencari sasaran sendiri-sendiri." Namun mengga
mu ngudubilah setan. Kalau tidak karena aku yang begini gesit, n mi cerita ilham itu. "Dan aku? Aku sendiri sudah dapat meli
engkau sudah ditangkap orang kampung, atau boleh jadi polisi hat kurban baru."
militer sendiri, atau . . . ." D engan sigapnya Idulfitri mencekau leher kawannya. Lima,
Kemualan Idulfitri mulai mengamuk dalam dadanya. Tiba cnam orang melihat pemandangan itu dengan diam-diam, dan
tiba Namun membelokkan percakapan, dan kemualan Fitri \ctengahnya terns memperhatikan untuk mengetahui kejadian
menj adi reda: '\elanjutnya. Sekali ini Idulfitri hampir-hampir kehilangan ke
"Karimun sudah jadi ketua ranting sebuah partai sekarang." kang. Mengancam:
Sekarang kemualan itu pdam. Idulfitri bertanya: ''Jangan ulangi kata-katamu itu."
"Maksudmu Karimun kawan kita yang dahulu tertangkap Melihat orang-orang sekeliling yang memperhatikan tingkah
tangan waktu sedang mengeluarkan Navy Cut sekaleng besar bkunya ia menjadi bimbang dan kemudian melepaskan cekauan
dari gudang tentara kita?" nya. Namun tertawa geli seperti tak ada terjadi apa-apa, kemu
Namun mengangguk. Jian mengulangi kata-kata kawannya:
"Dan yang dikeroyok orang Kranji karena bilang sembayang "Ya, kaum lapar yang memasuki gelanggang mulai mendapat
itu pekerjaan mubazir dan agama itu candu?" kemenangan."
"Perkataan itu dipungutnya dari suara seorang kawannya yang Tapi Idulfitri tak menyambung ucapannya. Dan ia menggerntu
jadi pemimpin Pesindo?" lagi dalam kepalanya.
"Jadi engkau ingat siapa si Karimun itu." Kadang-kadang ada juga kesusilaan diajarkan pada manusia.
"Aku tak tahu benar. Barangkali. Jadi itu orangnya?" fapi ajaran kesusilaan tak menjamin takkan adanya orang seper
S ekarang keduanya berjalan terus melewati gedung Radio ti Namun ini. Tiap orang dalam hidupnya sedikit atau banyak
Nasional Indonesia. (elah memperoleh ajaran itu . Apa sekarang jadinya? Namun ba
"Partai apa?" Idulfitri bertanya lagi. j i ngan dan aku tidak kurang daripadanya. Aku! Aku yang di
" Masyumi." harapkan j adi kommis oleh ibuku dan wedana oleh bapakku.
Mereka berjalan terus. Berjalan zonder bercakap. Dan waktu Bajingan! Bajingan keparat, sekalipun aku selalu mencitakan jadi
ada di depan kementerian pertahanan, tiba-tiba Idulfitri berseru: manusia baik-baik. Setiap waktu ajaran kesusilaan ini tidak mem
"Sekarang aku mendapat ilham. Ilham betul-betul " bawa kebahagiaan bacin, tapi bahkan sebaliknya. Karena dia juga,
Namun berseri-seri. Tanyanya: hati selalu menyesal dan kebutuhan sehari-hari menyebabkan
"Ada engkau melihat kurban barn?" orang mengumpulkan bahan-bahan sesalan. Dengan perut lapar
34 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR 35

dan setumpuk ajaran kesusilaan tiap hari aku harus mengembara dialah yang menolong aku waktu aku menggelepak di bangku
dan mengembara. Barangkali ajaran itu baru berguna bila tiap J 'romberg Park sesudah keluar dari Glodok."
orang mendapat rejekinya masing-masing, dan dapat memper "Toh kalau dipikir-pikir betul si Arsad tidak begitu jahat?"
gunakannya sebaik-baiknya - cukup untuk hidup sehari-hari. "Dan yang ditembak mati itu?"
Dan untuk perut lapar, janji Tuhan pun takkan ada gunanya. "Kalau mereka tidak ditembak mati akan bergelandang Juga
Secepeng pun tidak. .lkhirnya seperti kita berdua ini," Namun berkata.
Tak tahu lagi Idulfitri pokok-pokok pembicaraan apa yang Diam. Mereka membelok ke tanah lapang Gambir. Dalam
diajukan Namun kepadanya sewaktu ia merenung-renung itu. hatinya Idulfitri berdoa agar si Arsad takkan bisa jadi konunis, tapi
Barulah ia mendengar waktu kawannya berkata: t ctap tinggal jadi tukang ketik. la benci padanya. Ia benci pada
"Arsad ingin jadi konunis," Namun berkata. kawan-kawannya yang ndak punya ketegasan, tidak punya watak,
Tiba-tiba Idulfitri tertarik pada ucapan itu , karena itulah karena kawan-kawan seperti itulah baginya merupakan musuh
harapan ibunya pada dirinya dulu y.lng paling berbahaya karena kegoyahan pendiriannya. Kalau dia
"Apa jadinya?" ia bertanya. r ctap jadi tukang ketik, dia takkan mungkin punya kekuasaan,
"Sampai mampus dia a n tetap jadi tukang ketik." k arena kekuasaan di tangannya akan menyebabkan celakanya
"Kau terlampau kejam padanya." hanyak orang - j auh lebih banyak daripada yang sudah di
"Kejam! Bukankah aku hanya mengulangi ucapanmu dahu ti mbulkannya.
lu?" Namun memperingatkan. "Bagaimana dengan ilhammu ?" Namun bertanya.
"Ya." Paras Idulfitri bermendung pula. Dengan bersungut-sungut ia
"Sudah untungnya." rnembuka mulut:
"Kau banting dia di reI trem," Namun mengingatkan, " dan "Aku sudah terlampau kerap mencoba menguasai pekerjaan
kemudian engkau maki sekeji-kejinya. Heran aku engkau bisa y.lng layak."
berbuat begitu kepada kawan." "Aku?" Namun membantah. "Mengapa bukan kita? Bukan
"Dia bilang aku pengacau." kah aku sendiri juga begitu?"
"Setidak-tidaknya engkau memang pengacau keamanan se "Namun, engkau tak pernah memberi aku kesempatan un
perti aku. Kadang-kadang aku berpendapat bahwa sekali waktu {uk berdiri sendiri dan mencoba kekuatan sendiri. Engkau sela
engkau akan membanting aku pula." I I I menunggangi kudukku."
Idulfitri tak menjawab. Namun tak membantah. Apabil Idulfitri mulai menyinggung
"Sebenarnya, terlebih dahulu engkau harus berterima kasih
d i rinya ia tak berani membantah . Itu pula sebabnya ia selalu
kepadanya."
herusaha banyak-banyak bercakap tentang berbagaJ pokok agar
"Aku berterima kasih kepadanya? Dia lebih dahulu harus
Jwannya itu tak menYinggung-nyinggung dirinya. la merasa
berterima kasih padaku. Aku bekas komisaris polisi, kawan. Aku terlalu lemah dibiarkan seorang diri di dalam masyarakat, teru
tahu dialah yang menyebabkan ditembak matinya tiga orang
t:lma dalam lapangan kejahatan. Dan ia tak mempunyai kepan
pejuang bawah tanah Jakarta. Aku tahu buktinya. Dan aku tahu
, iJian serta kecakapan apa-apa la pun takkan sanggup bekerja
juga dia dicari polisi militer, dan dia kusembunyikan, karena
k 1sar karena kurus badannya.
36 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA IKAN-iKAN YANG TERDAMPAR 37

"Kantor-kantor itu selalu bilang," Idulfitri meneruskan, "ka rillua penjahat di seluruh kota ini. Di selurnh Indonesia malah.

lau tuan kerja di sini mendapat gaji pokok seratus delapan pu J >.1I1 engkau," ia memandangi Namun tajam-tajam pada profil
luh." Idulfitri tertawa. "Seratus delapan puluh! " Ia berseru girang ly.l, "juga takkan lepas dari sikatanku Kemudian aku bangun
pahit. "Dua puluh rupiah lagi barn cukup untuk membayar uang I II nasib baru untuk kaum yang lapar."

pondokan. Sebab kalau aku kerja, aku harus bisa makan dengan .. Aku juga anggota kaum lapar," Namun minta perhatian.

teratur, artinya membayar teratur pula. Dengan hidup begitu .. Barangkali juga kelak aku jadi ketua parlemen. Mungkin pula

tidak begitu payah mencari uang pondokan dan makan. Dan , .I d i menteri."

untuk rokok, kita harns mengembara malam hari lagi. Di hitung " Kalau engkau jadi menteri, aku pun sanggup jadi pembantu

hitung sarna juga." I H ."nteri."

"Kalau saja engkau tak terlalu memanjakan Jirah, hidup kita I dulfitri tak berkata-kata lagi. Ketakutan menjolak-jolak di

akan senang dengan pengembaraan di malam hari seperti I I I Ita Namun. Kemudian yang akhir berkata kemanis-manisan:
biasanya." .. Engkau adalah obor untuk hidupku yang gelap-gelita ini."

Air muka Idulfitri bermendung pula. Berkata bersungut: . Dan hila aku jadi menteri, akan kurelakan seluruh hidupku

"Dan aku mendapat ilham: aku harns masuk partai politik." " n tuk kebaikan masyarakat dan bangsa."

Paras Namun hergaris-garis kaku menahan tertawa. "Barangkali mulai hari ini engkau mau lepas dari pestolmu,"

"Aku tahu sosioloji, aku tahu ekonomi,juga politik aktif, aku N.l Inun berkata lambat-Iambat mengandung ketakutan, kebim

banyak tahu sejarah dan undang-undang. Aku tahu filsafat sedi Lt.l I lgan dan anjuran.

kit. Kesusasteraan aku pun mengerti sekedarnya. Hanya pidato .. Aku harus jadi menteri! Dan kalau sudah jadi, orang akan

aku tak pandai. Tapi aku bisa belajar." I h u siapa aku, apa yang dapat kukerjakan dan apa yang ku

"Barang siapa pandai menggerutu," Namun mencoba meng rt.lhui."

gagalkan lamunan kawannya,"dia tidak mungkin bisa berpidato." " Berikan pestolmu padaku," Namun memberanikan. Panas

"Engkau tak pernah mengenakkan hatiku." lll i tahari mulai mengganggang tanah lapang Gambir. Keduanya

"Percayalah . Bukan saja engkau tak pandai herpidato, tapi l luduk-duduk di bangku di tengah-tengah lapangan itu. Rindang

bahkan tidak akan bisa pandai . Engkau penggerutu dan sifatmu I "'pohonan di tanah setumpak itu. Dan seperri halnya di From

juga tak ada suatu bakat yang baik." I lI'rg Park, di situ pun banyak berguling-guling perempuan-pe

"Kepiting kau!" I Inpuan tak bertempat tinggal. Di malam hari mereka berdan

" Cuma saja gerutumu belum engkau pelihara dengan baik d .an rapi-rapi dan mengedarkan dirinya. Dan di siang hari mere
sehingga belum bisa menghasilkan uang." 1 berkumpul-kumpul di setumpak tanah rindang itu , bertidur-

Pada suatu waktu, Idulfitri meneruskan, "mungkin aku bisa 11, bercanda-canda dt bawah-bawah pohon atau sahng menolong

jadi wakil di dewan kota Atau wakil di dewan propinsi. Dan , rburu kutu di kepala. '

mungkin kelak juga di dewan perwakilan rakyat." "Dan mereka itu:' Idulfitri berbisik pada dirinya sendiri, "ada

Sektlas nampak Namun ketakutan. I . h juga ikan-ikan yang terdampar di beting-bering setelah ban
"Jangan. Jangan," ia mencegah. , I f surut."
II

"Dan bila aku jadi wakil dewan perwakilan rakyat, aku sikat Apa katamu, Fitri?" Namun bertanya.
38 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR 39

"Mereka itu sarna halnya dengan kita." t rotol oleh kudis-kadas dan segala macam penyakit kulit, dipak-
"Ada bedanya. Mereka perempuan dan kita lelaki." l I I ya dirinya menghibur-hibur hati dengan soal-soal mesum. Ia
"Bukan itu. Mereka memungkinkan hidup hari ini dengan II blah tuan dalam memaksa dan menundukkan diri. Tapi belum
menghancurkan kemungkinan hidup lusa hari: kemungkinannya Iwperempat jam ia telah bosan dan perempuan-perempuan ta-
sendiri! Kita lain, kita memungkinkan hidup hari ini dengan 1 I .ln kedua itu tak memberinya hiburan lagi. Akhirnya dirinya
merampas kemungkinan hidup orang lain di lusa hari." , I . rebahkannya di bangku beton yang kosong. Tertidur juga.
"Aku tidak mengerti." Berkali-kali sepeda berdering melalui setumpak tanah rimbun
"Kita tidur saj a di sini," Idulfitri berkata lagi, tak mengindah II ll . Kadang-kadang mobil menderum-derum tak jauh dari
kan kawannya. I l lcreka - mobil mereka yang diuji untuk mendapat rebewes. Tapi
"Barangkali memang lebih baik kalau kita tidur." I-.elelahan jiwa dan badan membuat kedua makhluk itu tak peduli
Keduanya berhasil dapat menguasai sebuah bangku. Idulfitri . pa-apa dalam tidurnya. Kelaparan pun tak sanggup mem
menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku. Sebentar I l mgunkan.
ditengoknya Namun dan dilihatnya kawannya itu selalu meng Matahari kian lama kian menegak dan kemudian menyon
intip kantong celananya. I!1tipan itu dengan sendirinya menye . Iong ke barat.Tambah lama tambah ke barat.Jam lima tepatjalan
babkan Idulfitri memasukkan tangan kanannya ke dalam kantong ( ; .lmbir Selatan penuh dengan iring-iringan mobil pulang dari
itu, dan tangan itu tak juga keluar-keluar dari situ. Dan sebentar k mtor. Klakson meraung-raung tak henti-hentinya. Dan kedua
kemudian - walaupun ia kelaparan - ia tertidurlah. Namun .I habat itu terbangunlah.
kembali mengintip kantong itu. Tetapi kini tidak dengan pan Mula-mula mereka mengocok mata masing-masing. Kebia
dang penuh gairah sebagai tadi Ketakutan dan kekecewaan \,1.1n mengembara membuat mereka mengerti, hari telah jam
membayang kuat di wajahnya. I l ina sore. Dengan diam-diam mereka berjalan ke arah j alan
Ia adalah lambang yang tepat dari satu tokoh yang tidak mem ( ;ambir Selatan. Akhirnya Idulfitrilah yang memulai:
punyai ketentuan dan kepastian, tidak punya tempat dan tujuan "Kalau cita-cita ayahku terkabul, bangun tidur begini kopi
dalam masyarakatnya sendiri. Ia adalah lambang dari kelumpuh \udah sedia dan kamar-rnandi dari tegel porselen dengan bak
an jiwa pemuda, yang baru bisa hidup apabila ada seorang atau yang berair biru sudah sedia pula."
lebih kawan yang bisa ditunggangi kuduknya. "Engkau borjuis gagal! " Namun menuduh.
Dalam kelumpuhannya, ia masih tetap ingin memiliki satu "Pendeknya, tiap orang harus hidup secara dengan kehidupan
satunya benda yang dicintai kawannya, yang selama ini telah horjuis," Idulfitri membela keyakinannya, "dan baru kemudian
menggampangkan penghidupannya. Dan benda itu kini ada di orang tak pernah bicara tentang keburukan borjuis."
dalam kantong Idulfitri. Dan kantong itu dikunci oleh tangan " Sebaiknya engkau pulang saja ke rumah orang tuamu. Itu
Idulfitri. Akhirnya Namun tak tahan lagi pada ketakutan dan l ebih baik. Aku kira aka pun demikian juga. Di mana orang
kebingungannya. Ia bangkit dari samping kawannya. Dengan tuamu?"
menunduk ia berj alan mondar-mandir. Akhirnya ia meng "Aku kira, tak perlu-perlu amat engkau mengetahui "
gabungkan diri dengan perempuan-perempuan tak beratap itu. "Mengapa? Kan mereka orang tuamu sendiri?"
Walaupun ia jijik melihat kulit mereka yang kusam-musam dan
"Anak yang diharapkannya jadi rnanusia yang kelak menjadi
40 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA IKAN-IKAN YANe TERDAMPAR 41

kebanggaannya adalah aku yang keparat ini. Mereka tidak mem " M 1nsur! " Idulfitri berteriak kesakitan di dalanl hatinya.
butuhkan aku. Aku maIu pulang ke kampungku. Aku malu pada ( ) rang di j endela bus itu berteriak-teriak lagi. Kemudian
pertanyaan mereka yang paling pertama." 1 1 1 1 ,hil itu melancar cepat. Kecewa Idulfitri memandangi kawan
"Apa pertanyaan mereka yang pertama?" II} I. 13ertanya:
"Seperti engkau belum pernah dewasa! Seperti engkau belum " Apa katanya tadi?"
pernah punya orang tua!" .. Katanya dia sudah pindah di Jatibaru ."
"Tentu saja mereka akan bertanya: Bagaimana pekerjaanmu? .. ridak dibilangkan gang dan nomor rumahnya?"
Engkau bekerja apa sekarang, anakku? Dan mereka menunggu Namun menggeleng.
j awaban dengan hati berdebar-debar. Dan j angan pula engkau " Uarangkali hari ini kita ditakdirkan untuk kelaparan . Dan
lupa,jawabanmu itu sebentar lagi akan tersiar di antara para te I , kau, haji gagal, apakah tidak bisa berdoa agar dalam dua jam
tangga dan kawan sahabat orang tuamu itu." 1111 paling lambat kita bisa memperaleh makan?"
"Apa cita-cita orang tuamu atas dirimu?" Idulfitri tak men I )utus asa Idulfitri menghempaskan badan di bangku beton di
jawab. "Orang tuaku," ia memulai pelahan-Iahan meminta per I ' l I Iggir j alan sepeda. Dengan masgulnya Namun duduk di sam
hatian sahabatnya, " orang tuaku menghendaki agar kelak aku I ' l I Ignya sambil meludah ke tanah. Sejenak mereka berdiam diri
menjadi haji." ,c.perti sedang bermusuh-musuhan.Tiba-tiba mata Idulfitri me
"Haji?" I I J.lncar-mancar. Ia menengok ke seberang jalan dan melihat tu
"Ya, Allah, Haji ! " k.mg loak berseru-seru. Ia memperhatikan segala gerak pedagang
"Kalau begitu tahulah aku orang macam apa engkau ini. Haji iLU dengan kagumnya. Pada bibirnya tercantum senyum riang.
tldak berkata apa-apa dalam pergaulan ini. Paling-paling orang " Engkau mendapat ilham!" Namun menuduh.
tahu dia pernah beri uang pada Kongsi Semprong Tiga." "Tidak. Aku tahu sekarang, yang kukatakan ilham tadi bukan-
"Setidak-tidaknya begitulah harapan mereka " 1 1 1 1 ilham. Hanya angan-angan kosong belaka."
"Lebih baik engkau pulang pada mereka. Tapi aku akan tetap "Tapi sekarang engkau mendapat ilham betul-betul! " Namun
bertahan di sini, hingga setidak-tidaknya sepuluh prosen dari l l lcnyelidik.
cita-cita mereka terkabul." "Tidak. Sudah sebelas jam kita kelaparan sejak pagi. Belum
"Apa gunanya semuanya itu kalau engkau sudah jadi bajing l l"rhitung semalam."
an?" Namun membantah. " Kalau dihitung bersama petang kemarin, sudah lebih dari dua
Idulfitri tidak meneruskan. Akhirnya Namun j uga yang me- puluh jam."
mulai lagi : "Dua puluh lima jam," Idulfitri membenarkan. " Sekarang alas
"Barangkali Mansur sudah pulang sekarang." I II sudah cukup." Ia menengok ke belakang dan menlanggIl tu
"Kita pergi ke rumahnya?" !.. .l ng loak.
Sampai di jalan Gambir Selatan mereka melihat sebuah bus "Kalau bajumu kau j ual, engkau pulang telanjang dada. dan
berjalan kencang ke arah barat. Di salah sebuah jendela kedua ngkau masuk angin."
nya melihat seorang melambai-Iambaikan tangan dan berseru " Dampet mau berapa, bang?" Idulfitri bertanya pada tukang
seru. Kedua sahabat itu mengawasi. Membalas lambaian ) oak.
42 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR 43

"Engkau tidak pernah punya dompet," Namun membantah . rukang loak mendelik oleh kekurangajaran orang asing itu .
"Lihat dulu barangnya, dong! " tukang loak mendorong. I ) 1 11 Namum melunakkan sikap dan suaranya.
"Namun, keluarkan dompetmu itu," perintahnya tegas. "Seratus lima puluh," katanya. "Hilang seratus tidak mengapa."
Namun terlampau kaget. Agak lama ia memandang kawannya. " Mau tidak?" I dulfitri mendorong tukang loak yang nlende
Tapi waktu dilihatnya Idulfitri tak berkedip memandangnya, ia . I Ll sakit hati itu. Matanya mengancam. "Mau tidak?"
menunduk dan menggagapi kantong. Mata mengancam dari Idulfitri menggentarkan hatl tukang
Dompet itu sangat berharga bagi N amun. Dengannya ia ba 1 " .lk.
nyak dapat melaksanakan cita-citanya. Dompet itu pula banyak " Tujuh perak, dah."
menumpahkan kepercayaan orang yang hendak ditipunya. Juga "Tujuh perak? Bangsat!" Sekarang Idulfitri yang memaklnya.
ada banyak hal yang menyebabkan mengapa ia cinta pada harta Tukang loak merasa ketakutan. Matanya ditebarkan ke kiri-
bendanya itu. Sekalipun demikian ia keluarkan juga harta benda k .man untuk mencari bantuan orang-orang lewat. Tapi mereka
itu. ! .I k Inenlbantunya. "Delapan," katanya kemudian.
"Dua ratus lima p uluh kubeli sebulan yang lalu," katanya sam " Kau kira aku mengemis?" Idulfitri mendorong terus. "Kita
bil menyerahkan benda itu. I H:rbagi duit, bukan? Bukan kau saja yang butuh duit."
Maka keluarlah sebuah dompet luxe besar, terbuat dari kulit .. Aku mau buru-buru pulang," kata tukang loak selanj utnya.
biawak yang dikerjakan sangat rapi. Pinggirannya direnda oleh " Cepatkan dulu urusan kita," Idulfitri menggertak.
tali kulit sehingga membelangi, bergenjang-genjang. Dengan " Sepuluh perak, dah."
lemasnya Namun mengambili kertas-kertas dari dalamnya dan "Tidak lebih?" Namun bertanya dengan ketakutan menari-
memasukkannya ke dalam kantong. Akhirnya sampailah ia pada 1 1 .1 ri di matanya.
lembaran dompet yang kedua. " Tidak lebih. Betul-betul tidak lebih."
"Gambar perempuan siapa itu!" seru Idulfitri curiga. "Mana uangnya," Idtalfitri bersicepat sebelum Namun dapat
Kemalu-maluan, bimbang dan takut Namun menunduk dan l I lendahului mengambil dompetnya kembali. Dan segera ia
berkata lemah kehilangan kepercayaan diri: menerima uang itu.
"Hanya Jirah kita." Tukang loak berangkat dengan girangnya . Dompet itu sung
"Kita?" Idulfitri berseru murka. guh-sungguh bagus dan merupakan sebuah hasil kerajinan seni
Tapi waktu tukang loak memandangnya ia mengubah sikap. V.I Ug satu-satunya. Idulfitri melangkah ke j urusan tentangnya
Meneruskan: de ngan girangnya. Dan Namun tersuruk-suruk di belakangnya
"Dua ratus lima puluh kami beli di toko kulit sebulan yang d e n gan muka mesum - kehilangan kebesaran dan benda ke
lalu. Mau berapa, bang?" pL"rcayaan.
"Enam perak," kata tukang loak dengan sewenang-wenang "Kita pergi ke depo di' ujung jalan ini. Ada sate di sana."
nya sendiri. " D ua ratus limapuluh aku beli," Nanlun masih nlenyesali .
"Keparat! " Namun melompatkan cacian yang dianggapnya Keduanya berjalan terus. Idulfitri bercepat-cepat. Nanlun
paling bernilai itu, dan j uga cacian yang paling memuaskan I l lcnyeret-nyeret kecapaian di belakang
hatinya. " Kalau dOlnpet itu tak kutawarkan," Idulfitri nlenggerutu di
44 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

epan, " tak tahulah aku engkau ini betul-betul lintah yang meng
lsap darah kudukku tiap detik engkau sempat. Sudah tenagaku
kau makan, duit mesti minta kebagian , sekarang pacarku diduai
3
y
n a. Kal u engkau insaf . . . ," waktu ia menengok ke belakang
lketahulnya bahwa Namun tercecer jauh di belakang dan ber
Jalan dengan sengsaranya, ia kian mempercepat langkah.

Bu u-b ru Namun melonjak-Ionjak memburu kawannya
.
seperu anJlng takut ketinggalan tuan. Berita dari Kebayoran
Waktu keduanya berdekatan kembali, Idulfitri berkata kesung-
..( '" ;';' .- :-
. ." _ . .= 0"._ -:-. 0" . : :- -::
" ,1(:-;. '" ". ., ",-:"./

guh-sungguhan:
"Sekarang aku dapat ilham betul-betul." Created Ebook by syauqy_arr
"Engkau tidak mau si Jirah aku duai, bukan?"
Aku tahu sekarang, Namun, aku bajingan dan engkau juga
.
!
baJ ngan . apl engkau bajipgan dari banjingan. Dan si Jirah tidak
EKALI INI - SEPERTI Bl ASANYA BlLA J AM M ALAM TEL AH S A MPAI

S
Ieblh dan satu. Engkau boleh pakai dia untuk selama-Iamanya."
"Tapi engkau tidak marah, bukan?"
- ia terkenang kembali pada Kebayoran. Terlalu besar daya
penarik daerah itu untuknya. Ia ingin bertemu kembali
"Tidak, aku tidak marah."
dengan lakinya, Saleh; dengan adiknya, Chatij ah; dengan emak
"Apa ilh ammu sekarang?" tanya Namun terlepas dari den dam
nya, - semua yang dikenalnya dahulu sejak kecil, dan yang juga
sahabatnya. "Ah, aku sudah dapat menerka siapa kurban baru
dikenalnya terus dalam hatinya. Tapi antara dia dan Kebayoran
nanti malam."
dan orang-orang yang dikasihinya itu tak lagi ada jembatan yang
"Ya."
tersedia. Jembatan yang satu-satunya itu sudah lama hancur. Di
"Pedagang yang tiap malam Iewat di depan rumah kita." Idul
hancurkan oleh ketakutannya. Dan ia tetap tercancang di taman
fitri mengangguk, dan terus mempercepat jalannya. "Dan aku
Fromberg. Tercancang oleh suatu kemustian.
dapat ilham lagi," katanya pula.
Mula-mula ia dan golongannya punya daerah di depan istana
"Ya." Namun menjawab berhati-hati . "Engkau sudah tak
presis . Tapi lampu-Ianlpu terang dipasang orang di sepanjangjalan
marah lagi kepadaku tentang si Jirah. Engkau sahabat sejati."
yang nleretas-retas kegelapan taman depan istana itu. Dan Iam
"Dan kalau nanti malam berhasil , bergandengan tangan delni
pu-Iampu itulah yang mengusirnya dengan golongannya ke se
persahabatan yang ikhlas kita pergi ke rumahnya."
belah kanan lagi: tak lebih dari dua ratus lima puluh meter. Tak
Mereka duduk makan sate. Dan karena tak ada kehebatan yang
lebih dua ratus lima meer dari pagar istana.
nampak pada dua orang kelaparan sedang makan sate. maka ce
Sekali waktu ada desas-desus bahwa orang-orang segolongan
rita ini pun berakhirlah. Tetapi akhir yang sesungguhnya sebe
.lkan digeropyok oleh polisi. Desas-desus itu nlembuat From
narnya bukan terletak pada jatuhnya malam dan jatuhnya kur
bergpark sebentar menjadi lengang. Dia dan orang-orang se
ban baru, tetapi pada kesanggupan mereka untuk terus menerus
olongannya mencari daerah lain. Tetapi setelah desas-desus itu
nlenghamburkan tenaga dan kesanggupan mereka . . . .
tak terdengar lagi mereka kembali ke tempat itu.
Jakarta} VII- 1 950.
BERITA DARI KEBAYORAN 47
46 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

Sekarang kota telah kehabisan kesibukannya. Mengantuk ia I )iman belunl datang. I a tak tahu di mana. Diman tukang
mendudukkan pantatnya di bangku beton taman itu. Sekali ini (Orobak haminta. Dialah yang dulu membawanya ke Jakarta

ia tak dapat melepaskan kenang-kenangannya: "Kebayoran! Ja I I l 1 tuk cari nasib baru! Sesudah jam malam sampai dan ia tergo

ngan ingat-ingat dia, jangan ingat-ingat dia, ia menasihati hati I o J... di bangku beton, biasa Diman datang dan tidur di samping
nya sendiri." l I y.I .Ya, di sampingnya, sebelum turun dari atasnya presis. Dan ia
Dan kemudian ia pun berpikir ten tang hari besok. t I k pernah berani membantah. Ia merasa agak aman di dekat

Taman depan istana untuknya, tak ubahnya dengan Arabia I l i lnan . Ia merasa tak diganggu oleh kenangannya.

untuk orang Islam atau Palestina untuk orang Kristen. Bila Ara ebentar ia masih merancang hari besok: ke Pasar Tanah Abang

bia dan Palestina dipindahkan, dunia akan menghadapi kegon I leli nanas muda. Dulu ia selalu beli nanas masak untuk menolak
cangan. Tapi kepindahan daerahnya tak menggoncangkan siapa l 'lban hidup: makhluk baru! Kini peranakannya tak sanggup lagi

pun jua selain dirinya sendiri dan golongannya. Memprotes pada l 1 I elakukan kewajibannya. Penyakit hebat pernah menusuk dan

yang berwajib dia tak berkuasa, karena namanya tak terdaftar di I I l e nyerbit-nyerbitnya. Dan sekarang ia hanya membutuhkan

buku besar, dan menurut catatan resmi dia belum dilahirkan - 1 1 .l nas muda. Selama itu buah itulah yang menolak penyakit yang

belum pernah ada di atas . tanah Jakarta. Dia dan golongannya "l" k .lli dulu pernah menyerangnya.

tetaplah tinggal jadi bayang-bayang malam yang tak bertenaga. fertidurlah ia sekarang. Wajah menengadah langsung ke tem

Dan kalau Paris menyanyikan chansonnya: Cintaku takut cahaya p It di mana sorga membentang. Bintang-bintang bersaing de-
sang surya, Jakarta merintihkan kisah malamnya: rejekiku ter 1 I .ln lampu jalan, dengan lampu penghias beranda balai perte

ancam sinar sang listrik. l i llian kota praja dan restoranYen Pin,juga dengan lampu peng

Kemudian: I I I .IS pagar istana.


Ia mengeluh: ia, si Aminah. Jiwanya lesu - ya, jiwanya, sekira Waktu ia masih kecil ia pernah punya keinginan menikmati

nya memang ada jiwa di dalam tubuhnya. Badannya kepayahan . .. I I I.1r listrik dalam kamarnya. Tapi keinginan itu tak pernah ter-
Dengan malasnya kebaya dan kainnya yang bagus ditanggalkan 1 'l" lluhi hingga sekarang. Sampai sekarang - kala ia tak membu

nya. Dikenakan pakaian yang biasanya dipergunakan setelah jam t u h kan seikat sinar pun dari segala cahaya buatan manusia.

malam sampai: yang buruk! Kemudian badannya digolekkan di fak acuh ia terbangun dan membiarkan dingin malam me

bangku. Dingin! Tapi ia sudah biasa. I I ha mata kakinya. Kemudian dingin itu naik ke atas lagi: betis.

Sebentar ia mengangkat kepala. Lampu pagar istana masih N .lik lagi: paha. Naik lagi: hampir ke perut. Dalam mengimpi ia

menyala dengan megahnya. Dan gelap serta dingin malam mem p l l n tahu, saat demikian adalah saat Diman datang. Dalam tidur
buat ia merasa terpencil. Di sekelilingnya tak terdapat lelaki lagi p l i ll ia tahu lanj utannya, benda berat yang hangat menekan seku
yang biasanya mengusir kesunyiannya. Mereka telah pulang ke I l i r tubuh. Tapi ia tak acuh. Dianl saja, dengan mata terpejam.
rumah atau isterinya masing-masing. Namun kini ia sudah da l ubuh tidak bergerak. Ia sudah demikian lelah. tidak bertenaga

pat mengantongi dua belas setengah rupiah. Lima lelaki telah Llgi. Geraknya hanya untuk lelaki yang berani membayarnya.
membutuhkan kehangatan jasatnya tadi. Lelaki yang diamok I t l1ing tinggi : seringgit! Lebih dari itu adalah keluar biasaan ,
hormon yang mencari jalan lepas! Dan ia - dirinya yang seba I... clnurahan. Dengan tak acuh pula ia dengar di sela mimpinya
tang itu - merupakan padang tandus yang menadah hujan - itu I I I buh berat itu menggelepak jatuh di sampingnya disusul oleh
hermon!
PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA BERITA DARI KEBAYORAN 49
48

keluh dan nafas terengah-engah. Kemudian malam melanjutkan la masih ingat pada pakaian yang melekat pada tubuh itu -
tugasnya: kosong dari segala perasaan. 1 '.l kaiannya sendiri yang dahulu dikasihkannya kepadanya .
''I('karang kebaya itu telah kehilangan warna aslinya. Ia turun
***
kc"rnbali ke dalam air dan mengecilkan badan. Mengapa takut?
DERU-DERAM-dering lalulintas tak kuasa membangunkannya. Tu- M cngapa takut? Ia bicara dengan hatinya. Dia adikku! Adikku
buhnya menghendaki lebih banyak istirahat daripada yang ia " ndiri! Adikku yang dulu juga. Dan bergegas ia naik ke darat
sanggup sediakan. Mulutnya masih terbuka, dan pelupuk matanya (."'nbali dan segera berpakaian. Sekarang ia mendaki tebing kali
tergantung berate Segaris iler mengering di pipi. Rambutnya I ksar tersebut - mencegat si Khatijah di pelipir, di bawah po
kacau dan sekalipun dalam tidur nyenyak nafasnya pendek se I \( Hl jalanan. Di depannya radio dari reparasi radio mendengung
ngal-sengal. Hanya cahaya matahari yang mulai menggigit kulit , Icngung. Bukan dunianya! Ia tak dapat memperhatikan musik
.
membuat ia menjenguk dunia dari jendela matanya. Dlman d.lIlsa itu. Mobil menderu-deram di jalanan depannya. Bukan
sudah tak ada di sampingnya lagi - berangkat kerja. Dengan f l l nianya! Pegawai-pegawai masuk kantor dengan pakaiannya
malasnya ia mengocok kedua belah matanya. Dan seluruh ada y IIlg teratur rapi. Bukan dunianya! Hanya Khatijah sebagian dari
nya di kala itu merupakan potretnya sendiri. Potret yan em d l l nianya.
bayangkan lukisan sejarah -sejak ia dari tiada hingga menJadl ada Khatijah sudah besar sekarang. Dadanya sudah berisi . Va, keli
sampai terlentang di bangku beton taman Fromber? Po t ang I I It.ln dari permainan cahaya pada tubuhnya. Khatijah sudah de
membayangkan apa yang akan terjadi atas dirinya seJak kim hing- w.Isa. Dan dadanya telah berisi. Kesedihan menyerangnya tiba
ga ia kembali ke tiada. II ha. Kulitnya sendiri telah terlampau longgar untuk tubuhnya.
.
Dibawanya berkas pakaiannya yang semalam dlbawanya ' >.I n ia tak punya jalan kembali ke dunianya sendiri. Kampung
mengedarkan dagingnya, menyeberangi jalan istana, turun ke kali n ya kini seakan telah pindah ke sorga - Kebayoran itu! Dan
Besar - mandi. Di jalan dipapasinya berbagai macam orang de k ('luarganya yang dahulu ikut pula pindah ke sorga.
ngan tampangnya masing-masing. Ia tak kenal lagi berapa puluh I )iamatinya tubuh adiknya yang kian lama kian mendekat itu.
dl an tara mereka yang telah menikmati tubuhnya. Dan mereka Aku dahulu semontok itu juga. Tapi lebih cantik. Lebih gesit.
pun tak kenaI padanya. Apa peduli? Ia tak butuh orangnya. Ia I ) In juga lebih banyak orang yang memberahikan daku. Aku
hanya butuh uangnya. Mereka pun tak butuh padanya. Mereka l ll lggung lebih banyak - jauh lebih banyak daripada dia. Ah,
hanya butuh dagingnya, dan itu pun ada masa tertentu pula dan l{ h Jtijah tak dapat masak, dan aku palIng pandai.Tapi apa guna
tidak di sepanjang masa. l I y.l semua itu. Beginilah aku sekarang, dan dia masih boleh me
Air kali yang kuning itu selamanya menyegarkan tubuhnya I l lilih. Aku telah memilih - dan pilihanku salah.
barang sedikit. Dan tenaganya merangkak kembali memasuki tiap J.lrak antara Aminah dan Khatijah tambah dekat. Jantungnya
urat nadinya. Dikeluarkan sisirnya dan dirapikan rambutnya. Iwrdebaran kencang. Luar biasa kencangnya. Sudah terlampau
Waktu ia sedang beristirahat dan duduk di tepian kali, dilihat .,", lI1g ia menasihati diri sendiri: "Jangan dengarkan berita dari
nya di kejauhan dekat persimpangan jalan kereta api sesosok tu 'I,t"bayoran! Dia akan membuat hatimu hancur."Tapi nasihat itu
buh manusia di an tara puluhan bahkan ratusan sosok yang lain - mi remuk digiling-giling kenangan lama. Kenangan pada kam
sosok tubuh yang sangat dikenalnya. Dan tubuh itu telah sekian I ling dan keluarga yang telah pindah ke sorga. Sejarah hidupnya
lama merayu-rayu memburu-buru dalam benaknya: Khatijah!
50 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA BERITA DAR] KEBAYORAN 51

kepingin lurus. Kini bengkok-bengkok. Dan dia ingin melurus "Saleh? Mengapa aku tak diberinya juga? Aku? Bininya?"
kembali. "Salahmu sendiri mengapa lari!" memutuskan.
"Tijah! " serunya pada gadis remaja itu. Arninah mengeluh.Tapi keluhannya tak terdengar oleh kuping
Dan gadis yang dipanggilnya, gadis yang berpakaian lusuh tua rnanusia - juga tidak oleh kupingnya sendiri. Mengadulah ia
itu memperhatikannya. Khatijah tidak kenal. Ia tak mengenal lagi ( Icngan lagu minta simpati:
saudaranya yang selama itu telah reot dibakar angin malam, "Siapa kuat, Tijah? Siapa kuat? Kak Saleh sudah kubilangi,
dibakar oleh kenang-kenangannya, diremukkan oleh hatinya. J.ll1gan jual rumah dan ladang itu. Itu sumber penghidupan kita.
Mukanya tipis cekung, pantat sempit, mata kabur keputih-putih I :lpi dia bilang, kekayaan kita itu harus kita serahkan pada pe-
an dan kulit seakan berjamur. Khatijah hendak segera berangkat 1 I 1crintah, Minah, kalau kita tak mau mendapat kesusahan dari
lagi. Tapi: I l.ldanya. Dan rumah serta pekarangan itu dijuallah. Tigaribu! Tapi
"Khatijah! Engkau tak kenal lagi?" suara yang mencurigai diri \ljak itu kita tak dapat membuat tuak dan gula lagt.Aku tak dapat
sendiri. JlI.lI rujak buah atap. Tak punya panen singkong dan cabe. Dan
Khatijah berpikir. Kaget sebentar. Ketakutan, kejijikan, "' Ita tak dapat beli ladang orang lain karena tak ada yangjual . . . ."
kekecewaan menari-nari i matanya. "Aku mau ke Pasar Baru," Tijah mendesak.
"Minah! Aminah! Engkau ini, kak?" suara gembira yang se Aminah merasa tertusuk. Kembali rninta simpati:
gera berpindah jadi benci . Matanya meluncur dari rambut mela "Nantilah. Nanti dulu."
lui pakaian tua busuk rombeng itu. Kini kecurigaan terkandung Sekarang ketakutan memancar pada mata Khatijah. Tapi ia tak
dalam pandangnya. "Sudah lama kami tak dengar kabarmu." Inelawan. Dan Aminah meneruskan ceritanya:
Kemudian meletup suara kejam: "Engkau mengemis, Minah?" "Kemudian tak ada penghasilan apa-apa, Tijah. Dan kak Saleh
"Aku . . . ?" f .lk betah tinggal di pondok orang.Aku sendiri juga tidak. Siapa
Selama ini Aminah tak tahu lagi mana yang lebih baik, menge l wtah tinggal di pondok orang kalau tadinya pernah tinggal di
mis atau jadi bayang-bayang malam seperti yang terpaksa ia ker 1 1I Inah sendiri? Kak Saleh kemudian kena candu dadu, main
jakan berbulan-bulan lamanya. , I.ldu tiap hari. Uang habis. Hutang terlampau banyak.Aku sendi
"Engkau pelesir ke Jakarta, Tijah?" tiba-tiba. t I tak punya modal. Saleh juga tidak. Jadi aku ikut sarna Diman

"Belanja, Minah," bangga memamerkan. "Beli baju. Beli sutera kc Jakarta cari nasib baru."
merah satu baju. Beli kain dua. Beli gincu." "Salahmu sendiri mengapa lari."
"Engkau mau kawin," suara yang melayang-Iayang mau men "Saleh masih main dadu, Tijah?" menghindari.
darat. "Jualan sate. Dan aku yang masak sambal."
"Aku mau kawin, Minah. Setengah bulan lagi," teriak ke " Kalau begitu engkau mau kawin sarna dia."
menangan. Khatijah meruntuhkan pandang ke tanah. Aminah meruntuh
"Senanglah hidupmu," sesalan yang mendekati irihati. Lin pandang ke tanah. Sebentar-sebentar ada orang lalu dan
"Mending daripada dulu, Minah. Tapi baru sekarang aku b "rhenti turut mendengarkan, kemudian jalan lagi. Kedua pe
merasa senang. Beli sutera merah, kain dan gincu. Kak Saleh yang "Inpuan itu takut pada kebenaran dan kenyataan masing-masing
memberi uang." Akhirnya:
52 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA BERlTA DARI KEBAYORAN 53

"Kalau begitu engkau mau kawin dengan dia," ulangan. .. Dan kalau engkau berani pulang, engkau mau dipukulinya
"Salahmu sendiri mengapa lari," juga ulangan. I ongan alu."
"Diman sekarang kerja jadi tukang gerobak haminta. Rumah Aminah ingat pada alu yang biasa dipergunakannya untuk
kami di bawah-bawah pohon di tengah taman." la mengarahkan I I lcnumbuk jagung waktu ia masih bini Saleh. Sampai kuning
mata ke Jurusan taman Fromberg. I lJ1Ing-ujung alu itu. Dan tepung jagung itu dibuburnya, dijual
Aduan itu tak membangkitkan perasaan apa-apa pada Khati l I y l di pinggir jalan. Remuk kepalaku kena alu itu, pikirnya.
jah.Tidak menterjemahkan kehidupan Aminah.Tak berarti apa 1\. l"lnbali sepasang air mengintip, keluar, kemudian tergulingjatuh
apa. I.. e kebayanya yang kumal. Dadanya merongga. Merongga minta
"Kalau hujan kami kehujanan," Aminah meneruskan. . \ 1 . Dan isi itu tak didapatnya dari mulut Khatijah. Sungguh, ia

Khatijah tetap kosong rasa. la ingin bersicepat pergi menghin I 1 ll'raSa tak punya jalan kembali. Dan Kebayoran merupakan se
dari Aminah. login bersicepat ke Pasar Baru beli sutera merah, 't1l.ltU yang lebih indah daripada sorga yang pernah didengarnya
kain dan gincu. d.lri berita orang-orang. Sesuatu menyebabkan ia berpegangan
"Kadang-kadang aku masuk angin. Kadang-kadang demam. 1 '.lda pohon jalanan. Matanya merenung ke kali Besar di bawah
Dan Diman kerja. Aku tak tahu di mana kerjanya. Dan tak ada l Iya. Khatijah tak dapat menahan hati lagi. la berangkat.
orang yang bisa kusuruh rri:emanggilnya. Jadi aku tinggal tergo .. Aku bukan hendak minta uangmu, Tijah," katanya.
lek saja di bawah pohon taman," suara yang benar-benar ingin retapi Khatijah berjalan terus.
mendarat di sasarannya. .. Ambillah kak Saleh, Tijah, aku bukan hendak merampas
"Engkau tak ingin pulang ke Kebayoran?" mencoba-coba. .., .Ieh dari tanganmu."
Sekarang pintu keinginan Aminah terbuka. Segera me- Dan Khatijah terus berjalan.
nyambut: ebentar timbul hasrat pada Aminah untuk menahan adiknya.
"lngin! lngin sekali." I :Ipi tak keluar sepatah lagi dari mulutnya. Dan menahan dengan
Khatijah mengisap nafas pendek, keras dan menyesak di dada. ( (Ilaga ia tak mampu. Tambah lama Khatijah bertambah jauh. la
Melihat Khatijah hendak menghindarinya segera ia menco- Il.lnya dapat mengikuti dengan keinginannya, dengan pandang
ba-coba kembah: I IY1, dengan iri hatinya, dengan segala-galanya yang masih ada
"Tapi siapa mau terima? Pekarangan kami yang dahulu I'.ldanya selain tubuhnya.
sekarang sudah kepunyaan pemerintah. Waktu aku pergi, sebuah Khatijah telah hilang sekarang - lenyap di balik pintu kereta
gedung sekolah didirikan di sana. Dan sekarang engkau mau I p i . Hampir-hampir ia memekik memanggilnya kembali. Tapi
kawin sarna Saleh, Saleh mau kawin sarna engkau." t"hendaknya tak mendapat bantuan dari uratsarafnya.
"Salahmu sendiri." Pelahan ia berangkat ke tempat, yang selama ini memberinya
"Emak marah padaku, Tijah?" d.lcrah untuk hidupnya:' taman Fromberg! - tak lebih dari dua
"Engkau disumpahi." I I(US lima puluh lima meter dari pagar istana. Badannya dihem
"Disumpahi!" Aminah menghafalkan kata itu. I l,lskan di bangku taman. Sekarang ia tersedan-sedan sendirian.
"Disumpahi supaya mati dirubung lalat." I > ,In sinar matahari yang membakar rambut dan jangat dibiar
Sepasang air bening mengintip di sudut-sudut mata Arrunah. .l nnya. Dadanya kian terasa merongga, dan ban terasa membu-
54 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA
BERITA DARI KEBAYORAN 55

tuhkan isi. Ia ingat Saleh lakinya - Salehnya sendiri. Saleh yang


I I.mgkan berita dari Kebayoran itu. Tetapi ia ingin tahu. Ia kepi
sampai sekarang masih lakinya. Saleh yang kesasar, tetapi waktu I lgin dengar kabar ten tang bekas pekarangannya yang hingga kini
kembali ke jalan benar tidak menjemputnya, tetapi menjemput 1 I l.lsih tetap ia cintai, ten tang Saleh, tentang emaknya, dan ten
adiknya yang masih perawan. Bertambah ia pikirkan bertambah I .lIlg suasana ramah seperti dahulu dengan mereka semua. Tapi
asing si Saleh baginya -jadi orang yang tak boleh dikenalnya lagi. \ 'Illuanya itu kini telah pindah ke sorga.

Dan emaknya mau memukulnya dengan alu. Semua telah men Di te1entangkan tubuhnya di bawah pohon di rerumputan.
jadi asing, tambah asing - ada, tapi tak ada dalam harapannya . 1(,Il1bali ia merupakan potret dari seluruh adanya.
Hari itu ia takjadi berangkat ke PasarTanah Abang untuk beh. I alu !intas kota bergerak terus. Bergerak terus. Nanti malam
nanas muda. Pikiran dan sesalan dan renungan membuat ia sa .1 LIn datang dan muncul kembali lelaki berduyun-duyun di
ngat lelah. f II nan Fromberg mencari perempuan seperti dirinya - membu
Lalu lintas di sekelilingnya yang merubung taman itu berjalan t l l hkan kehangatan tubuhnya. Di dunia bebas mereka tak mau
seperti biasa. Ia pun kehilangan selera untuk makan mi di Tanah "'ellal padanya. Di dunia kelam mereka mencarinya.
Abang. Trem listrik telah berkali-kali lewat. Ia kehilangan niat Aminah ingin kembali ke Kebayoran. Ia tak berani. Ia takut
untuk menumpang. Parak sjang Diman baru turun dari kerja, dan 1 '.1 da Saleh, pada alu, pada sumpahan emaknya, pada emaknya
kemudian: \clldiri,juga pada Khatijah. Dan sampai kapan waktu seperti itu
"Mengapa matamu merah, Minah?" berakhir dan berubah, ia tak ada kesanggupan untuk menge
Kini ia merasa, Diman tak sanggup melindungi ketakutan dan f I huinya. Mengangankan pun tak sanggup.
kekosongan yang kini menyala dalam dadanya. Dan tak ada satu
***
benda dan satujiwa pun sanggup melindunginya. Rumput tanah
di bawah kakinya membentang hijau. Di sana-sini gundul. La I " BERAPA HARI kemudian terdengar pada kupingnya bisikan Di-
ngit melembayang biru. Kadang-kadang angin meniup lunak 1 1 1.1 n di sampingnya dalam pekat malam mengandung mendung:
Tapi segala benda yang mengelilinginya,juga dirinya sendiri te "Tadi aku bertemu Saleh. Dia bilang, bulan depan akan buka
lah kosong dari segala perasaan. Hampa! Dan tak jua ada isi mau I {'\lOran di kota baru. Bininya sudah bunting," katanya.

datang. Seperti batu dengan batu. Aminah membelalakkan mata mengatasi kantuknya. Dan ke-
"Engkau menangis, Minah? Engkau menyesal. Aku memang ko\ongan dalam dadanya kini menggersangkan seluruh jiwanya.
bersalah padamu, Minah.Tapi engkau pun bersalah mengapa mau " Kalau saja engkau dahulu tak membawa aku kenlari . . . ."
kuajak. Kita berdua bersalah." " Kita tak dapat mengulangi hari yang sudah lewat, Mina."
Suara lelaki itu pun kosong. Kosong - kekosongan yang mem Dan sekarang tiba-tiba saja Aminah kepingin punya anak.
buat gila. Dan kekosongan itu dengan tiada disadarinya sebenar .. Alangkah baiknya kalau aku punya anak," ia menge1uh .
nya telah ada sejak ia meninggalkan kehidupan keluarga dan " 13esok aku jadi manQor, Minah."
mengembara bersama pemuda yang ada di dekatnya itu. Ia nlU Sebentar saja mata Aminah bersinar. Kemudian sinar itu mati
lai menyadari kekosongan itu tatkala Diman telah kehilangan api . I.t I .Ul1 kegelapan.
terhadap dirinya. "Tak sukakah hatimu?"
Sekali lagi ia mencoba menasihati dirinya agar jangan menge- "Kalau engkau jadi mandor . . . ."
.. Kita sewa pondok kecil dan hidup secara orang baik-baik,"
56 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA BERITA DAR] KEBAYORAN 57

Diman mempengaruhi. "Dan barangkali juga kita bisa dapat , 1.1 11 ia tak sanggup berdiri tegak lagi. Punggungnya telah mem
anak." I I( Hlgkok. Wajahnya selalu pucat. Untuk melenyapkan pucat itu
"Kalau engkau jadi mandr, engkau dapat pondok kecil, dan dlpergunakannya bedak tebal-tebal dan selapis rouge dan bibir
engkau kawin dengan perempuan baik-baik." I lya yang biru muda dimerahinya dengan lipstik yang semuanya
Ucapan Aminah memberikan ilham pada Diman, dan ia tak 1 1 1 1 dibelinya dari Tanah Abang.
meneruskan janjinya. Kedua makhluk itu berdiam diri. Raung Tampangnya menakutkan dirinya sendiri. Dan waktu masa
mobil pemadam kebakaran membuat perhatian mereka tertarik. I l lerangkak beberapa bulan lagi, tiap lelaki yang datang kepadanya
Kemudian hiIang pula bentuk dan bunyi mobil tersebut. I lll"<lra dahulu lama-lama. Ia tahu sebabnya: mereka hendak me
"Kalau perempuan melacurkan dirinya, dia jahat dan tak diberi I I I 1 11bang-nimbang tampangnya. Bahkan sekali seorang pemuda
kesempatan untuk jadi baik kembali. Tapi kalau lelaki melacur be rteriak kepadanya: "sayang aku tak bawa saputangan buat
kan diri, tak ada yang menentang, dan dia masih juga bebas, dia I l lcnutupi tampangmu. Kalau bawa mau jugalah."
boleh berbangga dengan kelacurannya, juga di depan umum," Ia insaf bahwa syarat-syarat kewanitaan kian lama kian habis
Aminah berbisik lebih pada malam yang bisu daripada Diman. 1 .1 n ggal dari dirinya. Segala bedak, rouge dan lipstik tidak lagi
Dan kedua makhluk tak beratap itu, tak punya Tuhan yang I l lcnolong. Bahkan klonyo pun tidak. Dan waktu selama dua
pemurah seperti Tuhan orang yang kaya, tak punya negara dan 1 1 1.I]am tak ada orang yang hendak menegurnya, karena waktu
tak punya kebangsaan itu - keduanya tidur berpelukan untuk I t l l bulan memancar terang dengan sinar kuningnya. Akhirnya
membatalkan dingin malam - untuk membatalkan kegoyahan d i ikutinya juga contoh kawan-kawannya dalam mengatasi
hari esok yang mengancam dalam kepala. ke ldaan yang genting itu dengan menawarkan seluruh ke-
Sekarang angin meniup ganas. Di langit kilat berkejapan dah 1 1O rmatannya:
syat. Tapi guntur sudah terlampau biasa buat mereka - tak sang "Baiklah, bung, dengan mulutku juga boleh."
gup membangunkan. Dan kala hujan turun dengan derasnya, Ia tahu bahwa empat orang di antara kawannya tidak kembali
keduanya melompat dan melarikan diri ke gubuk pompa bensin I.lgi ke taman setelah melakukan perbuatan itu. Ia tak tahu ala
kosong. Di sana keduanya meneruskan tidurnya di antara perem I I lat mereka, karenanya tak mengetahui betul adakah mereka
puan-perempuan golongan Aminah dan lelaki-Ielaki golongan mati oleh perbuatan demikian atau . . . .
Diman. Tempias mengamuk melalui jendela-jendela yang telah Dan sejak itu i a bekerja dengan mulutnya, dengan lidahnya dan
l fcngan sedikit dari giginya. Mula-mula ia tak tahu harus diapa
pecah belah kacanya. Dan dari jendela itu nampak dua di antara
berpuluh-puluh bola lampu yang nlenghiasi pagar istana. k . Hl getah yang terhisap dan lengket di lidah itu. Sekali dua ia
Sejak malam itu Diman tak pernah datang lagi. I l Idahkan keluar, tetapi akhir-akhirnya ia telan masuk nlelalui
Ah, Aminah sudah tahu apa yang akan terjadi atas perhu I.. crongkongan ke dalam perut.
bungannya dengan Diman. Bukankah ucapan Diman yang ter Sejak itu ia merasa bahwa apa yang dinamai kehormatan tidak
akhir itu begitu ringan dan melayang tidak berpijak di atas bumi, ui.t samasekali di dalam tubuhnya yang telah hancur itu. Cita
tercurahkan tidak dari dasar hati yang rela. itanya untuk meluruskan jalannya sendiri kini telah padam. Ah,

Sekarang ia seorang diri mengembara jadi bayang-bayang I\a] saja ada orang bisa memberinya barang seringgit sehari ia
malam. Kian lama tubuhnya kian lemah. Batuknya kian dalam \.mggup mengerjakan segala-galanya yang sebanding dengan
tt"naga dan kebiasaannya.
PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA BERITA DAR] KEBAYORAN 59
58

Tetapi lambat laun yang datang padanya bertambah sedikit, dan " Pergilah. Tapi jangan terlampau lama. Aku haus."
akhirnya tidak ada sarna sekali. Tampangnya yang melidi, dan ()rang itu pun pergilah. Aminah memejanlkan mata sambi!
mukanya yang cekung-cekung, rambutnya yang rontok dan t l lcllunggu.Tusukan matahari tak terasa lagi olehnya. Lanla sekali
kulitnya yang kian longgar membuat orang tak bisa membeda " d e h belum juga datang. Tetapi ia kini bisa nlemaafkan. Akhir-
kan mana Aminah dan mana monyet. 1 1 \'.1 Saleh datang kembali membawa beberapa orang.

***
" ltukah langgananmu yang selalu makan di restoranmu?" Ia
I wrtanya.
PADA SUATU hari yang cerlang-cemerlang ia tak kuasa bangun lagi Saleh mengangguk.
dari bangkunya. Ia terlalu lapar. Kerongkongan dan perutnya " Apa? Diman jadi pembantumu sekarang?"
terasa terbakar. Sehari-harian ia tergolek dalam ganggangan ()rang-orang bershort putih itu mengangkatnya ke brancart.
matahari. Dari mulutnya terus-menerus keluar air. Kadang I ) III tubuh Aminah berayun-ayun sedikit. Kemudian ia dinlasuk
kadang ia pun terbatuk lemah dan nanah meleleh dari antara k .1 I l ke dalam mobil krip.
lidah dan langit-langitnya. Pita-pita suaranya telah rantas dan tak "Saleh, bagus amat kereta ini."
ada suara bisa keluar lagi dari tenggorokannya. " I ni keretaku sendiri, Minah, dari keuntungan restoran."
Kadang-kadang ada orang lewat. Ia mencoba memanggilnya "Mengapa ada alu di dalam kereta ini?"
dan minta pertolongan dengan menggerak-gerakkan salah se "Ini pemberian emak untukmu. Kapan engkau mau menum
buah dari jarinya tetapi orang itu berjalan terus. Mungkin ia tak I H l k jagung lagi?"
tahu, dan mungkin juga tidak peduli. "Apakah di atas itu lampu listrik untukku?"
Di malam hari semua orang menyingkir dari tubuh itu, de Tiba-tiba Saleh berubah menjadi bapaknya. Dan ia nlemulai
ngan membawa perasaan ngeri pulang ke rumah. I .lgi:
Dan keesokan harinya, waktu matahari mulai memancar "Bapak tidak pergi ke sawah?"
kembali, Aminah telah berada di perbatasan antara dua dunia. " Panen sudah selesai, dan hujan belum turun. Kalau hujan
Matanya masih dapat menangkap pemandangan di kelilingnya I I I run sekali, tanah baru dibalik. Kemudian dibiarkan tertimpa

tetapi jiwanya tidak lagi. 1 I 1 1tahari. Kalau ada hujan kedua baru dibalik lagi. Dan panen
Waktu ada seorang lelaki datang kepadanya dan memeriksa l l.lkalnya bagus."
nya sebentar, lelaki itu pun kemudian menggeleng-gelengkan ke "Engkau mau apa?"
palanya. Maca Aminah dapat menangkap sosok tubuh itu. Dan "Mesin jahit tentu." Aminah tertawa.
pada pengelihatannya orang itu adalah Saleh yang datang hendak Tiba-tiba se1uruh dinding bernlulut dan 11lenlonyongkan bi
menjemputnya. Sekalipun pita-pita suaranya telah rantas, namun , I H rnya nlasing-masing kepadanya dan berseru-seru dengan
ada juga ia katakan padanya: '
.Isarnya:
"Kak, ampuni segala dosaku. Ampunilah aku. Bawalah aku "Monyet lepas! Mau ke mana, kau? Engkau cunla mengotori
pu Iang." keindahan taman ini."
Dan bibir orang itu seakan-akan berkata kepadanya: Panashati Aminah bukan nlain mendengarnya dan ia berseru
"Tunggu sebentar Minah. Biar aku ambil kereta untuk meng- 'oeru:
angkutmu."
60 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DAR) JAKARTA BERITA DAR] KEBAYORAN 61

"Diman, Diman, mereka sarna kurangajar kepadaku. Diman! I hn kereta berjalan terus, lancar dan tenang. Sekarang ia se
Diman! Mana kau? Mana?" " ' .l l l g diri. Kereta berjalan terus - terus - terus - terus. Dan ia

Tapi Diman tak juga muncul. Ketakutan dan kepanasan hati I I 1 . 1 P seorang diri.
mengamuk dengan dahsyatnya. Tubuh Aminah beroleng-oleng. I{ ereta berjalan terus - dan tidak akan berhenti di mana tem
Matanya mendelik. Ia berusaha untuk mempergunakan matanya I ' l l pun juga . . . .
untuk melihat. Dan tenaga yang menarik bola mata itu ke atas
bukan main kuatnya. Tapi Aminah tetap berusaha. Akhirnya ia Jakarta, 1 - 1 950.

bisa mempergunakan matanya kembali. Di depannya terbentang


rawa dengan air hitam. Pinggirnya dilebati lalang. Tetapi kereta
yang ditumpanginya berjalan laju dan tenang. Kadang-kadang
udara berubah-ubah warna: biru, kelabu, merah, hijau - segala
warna. Kadang-kadang di langit terjadi peperangan dahsyat anta
ra berbagai senjata.
Tiba-tiba segala-galanya .lenyap.
Dari jauh ia dengar imbauan suara emaknya:
"Aminah! Aminah! Saleh akan kawin dengan adikmu . Engkau
tak datang menyaksikan?"
Kembali Aminah merasai sakit hati. Ia mau rangsang emaknya.
Tetapi tiba-tiba di depannya tergelar pekarangannya yang ia cin
tai: dengan pohon-pohon aren sepanJang pagar. Sebuah rumah
kayu berlantai tanah berdiri tenang di atas tengah-tengah pe
karangan. ltulah rumahnya di mana ia dan Saleh hidup damai.
Kemudian pemandangan yang menyedapkan itu lenyap. Bul
dozer dan traktor datang sebagai raksasa-raksasa yang hendak
nlenerkamnya. Dan puluhan truk yang menderum-derum mem
bawa kayu dan batu bata dan pasir dan semen seperti sepasukan
kerbau liar yang hendak menginjak-injaknya.
Aminah menjerit.
Perubahan tambah lama tambah sering. Gambar demi gam
bar menyusul. Akhirnya tenang lagi. Aminah melihat Saleh tu
run dari kereta, kemudian Diman, kemudian Khatijah, emaknya,
bapaknya, tetangga-tetangganya. Ia menjerit memanggil mereka
seorang demi seorang. Tetapi mereka berseru membalas:
"Kami mau ke kota. Engkau mau ke Kebayoran, bukan?"
RUMAH 63

I )an obrolan dengan sewajarnya saja berpindah haluan. Se-

4 1 1 1C:l1tara itu aku telah menjadi demikian kuatir kalau-kalau tuan


I l iinah beserta orang Arab itu terlibat dalam obrolan sampai lima
, .1 1 1 1 lamanya tentang sesuatu yang mereka sukai, dalam bahasa

A r .lb pula, tetapi yang aku benci.


Kemudian lewat pula seorang bertubuh pendek gemuk,
I tu ntek, habis turun dari mesjid sebelah.
RUlll ah "Ya markhaba, 'Amid " sekali lagi tuan rumah berseru. Sekali
' I I I kepada si buntek.
, / "
Dan Amir yang disebut dengan logat kearab-araban muncul
Created EboOK by syauqy_arr p u la di beranda. Matanya terus-menerus berkelap-kelip dan an
I l ra sebentar dikedip-kedipkan rapat-rapat seperti orang yang
\lIdah setahun tak pernah tidur.
Kemudian obrolan menjadi tambah ramai: tentang pendapat
AKTU lTV AKU INGIN MENGOBROL TETAPI KAWAN

W
1 1.lbi ten tang agama, tentang Qur'an yang sebenarnya riada lain
kawan serumah habis pergi menonton. Jadi pergi d.l ripada amal Nabi sendiri, tentang bismillah yang bila direnung
lah aku ke rumah tetangga. Malam. Sabtu pula! Aku LUI amat dalamnya ternyata meliputi seluruh filsafat yang per
masih ingat harinya, karena orang-orang berbondong-bondong luh ada di dunia, tentang Qur' an yang riada bandingannya diban-
pulang dari mendengarkan tafSir di mesjid sebelah. lingkan dengan seluruh buku di atas bumi ini yang pernah ada,
Sedang enaknya mengobrol tentang kesulitan-kesulitan masa I t"Iltang perbintangan dan Ibn Sina dan bani Ummayah dan Pa
pancaroba politik, sosial dan ekonomi, seorang Arab meng I ("stina dengan orang-orang Yahudlnya yang ulet dan munafik,
ucapkan: , Ltn akhirnya tentang poligami.
"Assalamu .... ," di tangannya terjinjing sebuah payung hitam, Waktu obrolan ten tang poligami bermula, orang Arab itu
terbuat daripada kain, berpici tinggi, lehernya pendek dan seakan hcrhenti bicara. Selamanya ia berhenti bicara dan kehilangan
tak pernah ia menengok dalam seluruh hidupnya. Perawakan \Cnlangatnya bila orang telah mulai menyinggung ten tang
nya ringgi dengan perut membuncit ke depan. Sarungnya ter perkawinan. Dan mata-matanya menjadi demikian polong se
pasang tinggi-tinggi. Matanya dalam dan tajam seakan hendak perri hampir-hampir dikeluarkan dari kelopaknya, tanpa meli
meruntuhkan segala yang dipandangnya. Dan sepatunya sudah J );lt, tapi memberi kesan sedang meneliti sesuatu yang dekat tetapi
terlalu tua. y.lng hanya ia sendiri melihatnya. Umum telah mengetahui, bah
"Ya markhaba!" seru tuan rumah. \Va orang Arab itu tak berbahagia dalam kehidupan perkawinan
"Ada apa situ!" I lya. Pada umurnya yang kelima puluh satu ia kawin lagi dengan
"Pisang goreng!" kemenakannya yang berumur en am belas tahun. Pada bulan
Lambat-Iambat tapi pasti mulailah nyata sosok tubuhnya yang bulan pertama perkawinan itu isterinya terus menerus menangis,
perkasa. Kursi yang didudukinya berderak-derik hendak patah lerkenang pada kawan-kawannya bermain. (Waktu ia sedang
rasanya.
RUMAH 65
64 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

asyik bermain dengan kawan-kawannya, ia dipanggil bapaknya, Setelah itu meluneur ayat-ayat Qur'an atau barangkali juga
dan kemudian dikawinkan dengan kakek itu). Pada tahun-tahun suatu lelueon dalam bahasa Arab. Tak tahulah aku. lnilah ruginya
kemudian si isteri ini lebih banyak meneueurkan air mata kare tak tahu bahasa asing. Akhirnya:
na tak juga dikaruniai anak. Itulah sebabnya kakek Arab itu tak "Bagaimana pendapat Mukhammadd tentang tafSir saya tadi,
berani lama-lama menginjak rumah tangganya sendiri. dan debat saya tadi tentang tidak orisinilnya agama di sini! Ah,
Umum pun mengetahui, bila ia telah memolongkan matanya mana bisa agama tidak orisinil. Kalau tidak orisinil, kan sudah
adalah suatu alarnat agar menghentikan pokok pereakapan yang lama kesapu bersih, seperti keadilan, seperti nasib rumah
dibenei itu. Kalau tidak, bisa ia tinggal bermata polong terus, nada Mukhammadd itu! Mukhammadd mesti pereaya sarna keadilan."
sadarkan kelilingnya dan mengeloyor tanpa mengindahkan adat "Bagaimana mesti pereaya! Keadilan yang sudah tidak orisinil
tamu-tamu. itu! Coba, ustad, tahun 5 1 saya bikin perkara, mesti keluar lima
Akhirnya berbeloklah pereakapan pada: belas ribu buat ongkos itu. Perkara beres, saya menang. Tapi yang
"Bagaimana! Serba salah tuan 'Arnir. Lima ratus pajaknya se tinggali rumah tidak bisa dikeluarkan juga. Tahun 53 sepuluh
tahun. Untung lima sen pun kagak dalarn lima tahun." ribu. Coba ustad, tiap hari saya pigi ke kantor pengadilan. Saya
':Jadi bagaimana kabar perkra pengadilan?" tuan rumah ber sih berani bengkelahi . . . ."
tanya. Kemudian suaranya seperti tembakan senapan mesin, meminta
"Pengadilan!" orang Arab itu bersemjijik. "Pengadilan! Penga perhatian dan simpati kami semua. Pada tahun 46 rumahnya,
dilan! Bagaimana pengadilan! Perkara sudah dua kali putus!" dapat dikatakan sebuah istana keeil-keeilan, diduduki oleh se
"Dua kali putus! Cuma di sini ada perkara yang dua kali putus! orang kapten Belanda, yang selalu tak mau bayar uang sewa. Tiap
Orang yang tinggali rumah itu mesti pergi. Tapi siapa mesti usir kali ia datang menagih, penyewa hanya menjawab: "Bayar dengan
itu orang?!" ini mau?" sambil memperlihatkan tinjunya. Berbulan-bulan
"Terang, PoIisi!" tuan rumah menyarankan. demikian tems sehingga pada suatu kali ia datang lagi, dan juga
"Polisi! " ia berseru, tertawa keras, kemudian tiba-tiba padam. mendapat perlakuan semaeam itu. Tapi pada kali ini ia telah ke
Ia merenung-renung, menggelengkan kepala, seakan seluruh hilangan kesabarannya. Tinju yang diaeungkannya kepadanya ia
kesedihan yang pernah dialarninya datang menyergap dengan tangkap, ia tarik. Kapten Belanda itu ia ajak berkelahi.
mendadak. Rupa-rupanya tubuhnya yang perkasa, penuh dengan gum
Aku pun menjadi heran, tetapi diam saja. Ustad ' Arnir ter palan otot kuat, memberinya keuntungan dalarn perkelahian itu
kekeh-kekeh senang. Kemudian menyarankan: Sekali pukul Belanda itu telah terpilin-pilin dan terguling-gu
"Mukharnmadd! Siapa benar mesti menang. Juga dalam aga ling masuk ke dalam got. Got yang biasanya tak dibersihkan
rna ada disebut. Lihat biniku yang di Krukut - itu yang tinggi berminggu-minggu lamanya itu! Tapi saat itu tak punya kesem
tinggi langsing, pipinya merah, giginya rampak! Tahu, tuan? Ha! patan untuk merasa kasihan. Ia melompat masuk ke dalarn got
Dulu rumahnya juga diduduki Cina. Yah, kita pigi perkara, dan tubuh mangsanya itu diinjak-injaknya sehingga kulitnya yang
menang. Cina diusir, dan ... bayar kerugian!" kembali ia terkekeh putih tak dapat dikatakan dekil lagi. Bini Belanda itu menjerit
kekeh. "Tahu sebabnya. Sabar. Ketentuannya di tangan Tuhan. jerit memanggil polisi.
Kita orang-orang Islam yang tahu sabar. Bukan?! Yang benar Dan waktu polisi datang, si kapten sudah pingsan.
mesti menang."
66 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA RUMAH 67

Dalam pemeriksaan polisi ia menang. Dan tiga bulan kemu Semua orang tertawa. Tetapi nampaknya Arab itu tak tahu di
dian kapten Belanda itu keluar dari rumahsakit dan membayar mana lucunya. Akhirnya ia ikut tertawa terdesak, sebagai peng
penuh uang sewa, kemudian buru-buru pergi dari rumah itu . hormatan pada keramahan tuan rumah, ustad 'Amir dan aku
Segera istana itu ia perbaiki . B elum lagi selesai yakni setelah sendiri tentu, tetapi lama-kelarnaan ia pun rnerasa senang karena
tahun 50, masuklah seseorang dengan keluarganya tanpa izin. orang-orang lain bisa bersenang dengan kisahnya.
Keluarga Tionghoa. "Tapi orang Indonesia susah dilawan, tuan. Tahu? Di balik
Arab itu mengeluh kelegaan. "Kalau cuma bengkelahi, hah!" kerneja saya ini selalu ada pisau, tuan. Siapa saja tak mernbuat saya
ia perlihatkan lengannya yang besar dan teguh seperti penggada takut. Tapi Indonesia, tuan, masyaallah, sarna-sarna agama, tapi
daripada kayu enau. "Sarna siapa saja tidak mundur, ustad." Ia susahnya . . . . Hrn, dulu di negeri Arab ada orang tua, tuan, punya
memandangi aku dan menyambung: "Tidak bakal mundur, tuan. anak banyak, lelaki sernuanya . . . ."
Biar Belanda, kek; biar Cina, kek. Tapi jangan Indonesia. Indo Kernudian ia bercerita tentang cerita yang berkepala bersatu
nesia sarna-sarna agama, sarna-sarna Nabi. Bukan? Nah itu su teguh bercerai jatuh, hanya saja terjadinya adalah di negeri Arab.
sahnya." Ia tertawa senang. Akhirnya yang tamatkan ceritanya yang berteIe-teIe dengan
Sekarang ustad 'Amir menyislpi: bumbu di sana-sini itu dengan:
"Biniku yang di Jatinegara - tuan tahu, kan? Yang tinggi ram "Hmm, dulu di negeri Arab ada banyak orang-orang yang
ping itu, ada tahi lalat di dagu kirinya - itu yang suka membantu bijaksana. Sungguh pintar-pintar orang Arab dahulu. Beginilah
masak di tempat-tempat yang ada gawe - ah, sungguh perempuan kita sekarang, ustad, kalau Arab sarna Indonesia bisa dipatahkan
sejati! Apa dia bilang? 'Kafir-kafir kagak punya kekuatan: katanya. satu-satu seperti lidi sapu itu, habislah agama Islam di sini. Bu
Biarin di dunia idup senang, di akhirat curna kita yang menang." kan?"
"Ha, benar," Arab itu menyetuj ui. "Tapi tuan rnasih bisa buat perkara sarna pengadilan! " Tuan
"Bagairnana dengan Cina itu?" tuan rurnah bertanya sarnbil rurnah rnenyarankan.
tertawa agak mengejek. "Sudah tuan, sudah capek saya ini. Pengadilan punya putusan,
" Itu perkara gampang. Saya tantang sekali, dia kabur pagi-pagi tuan; putusan ditulis di kertas, tuan; kertas kagak punya kekua
benar." saan!" Ia tertawa mengejek dirinya sendiri. Perkara pertarna be
"Siapa lagi yang menyerbu itu rumah?" ustad 'Amir menye gini jadinya, tuan, polisi datang mengusir, barang-barang dip in
lidik sambil menilik kupiah Arab yang tebal dan berdaki-daki dahkan dari dalarn rumah ke pekarangan, di pinggir jalan. Ru
pada tepi bawahnya. mah kosong. Polisi pergi. Barang-barang kontan dimasukkan lagi.
" Indonesia! Nah, saya mesti keluar lima puluh ribu buat Mau bilang apa, tuan?" Polisi sudah jalankan tugas. "Memang
mengusirnya." tadinya saya marah, tuan. Tapi tahu-tahu itu tukang-tukang be
"Lima puluh ribu!" ustad ' Amir hampir-hampir pangsan men cak ikut menyerbu saya, tuan. Nah, keruan saja saya lari pontang
dengarnya. Ia berteriak dengan mata melotot. Mata merahnya panting, tuan . . . ."
berkilau-kilau beku sepertl tertutup seselaputan debu. Sekali lagi sernua yang hadir tertawa. Bahkan ia sendiri juga.
"Lima puluh ribu," Arab itu mengeluh. "Dia pergi tapi Indo Wajahnya yang bersungguh-sungguh kehilangan kesungguhan
nesia kawannya masuk! Masyaallah! Jahanarn benar." nya, ia tersenyurn sengit.
RUMAH 69
68 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

lagi. Tapi harus Arab itu mengangguk-angguk mengejek dan memandang


"Memang bisa meng osongkan ruma h itu
keluar. Dan yang aku. Karena pandang itulah seakan aku berkewajiban ikut meng
perkara lagi, tuan. Berapa puluh ribu lagi mesti
sekarang memang angguk-anggukkan kepalaku pula. Dan kulihat tuan rumah
tinggali rumah akan ulangi siasatnya, tuan. Saya
yang satu!" memang telah mendahului aku . Kaya sekumpulan burung
sudah tua, tuan; jadi tua karena pikirkan itu rumah
beri sisipa n lagi, tekukur. Demikianlah keadaan kami sementara ustad 'Amir
"Biar bagaimana juga," ustad 'Amir mem
. Tuan Mukha mengucapkan berbagai macam ayat yang aku tak tahu artinya
"sekali waktu tuan mesn menang. Demi Tuhan
Nabi kita. Tidak barang sepatah pun juga. Bukan main nikmat mendengar lafaz
madd masih sembayang, bukan? Conto hnya
Bukan? Bini saya nya. Tambah dirasakan, tambah meresap, dan bertambah mengiri
punya apa-apa, tapi kemudian punya keraja an.
bukan , yang kecil lah hatiku padanya, karena ia dapat mempergunakan bahasa yang
yang di gang Klinci, tuan Mukhamadd - ingat,
dia pernah bilang demikian asing bagiku.
mungil hitam manis seperti golek-golek itu -
nnya masing-masing, Tiba-tiba tuan rumah menyilakan minum kopi. Arab itu pun
pada saya, semua orang mendapat bagia
dilakukan. minum. Dan waktu anggukannya telah hilang ia susul kopi itu
kalau dia tahu batas hak dan kewajiban yang mesti
Jadi . . . ." dengan pisang goreng, yang sementara itu telah menjadi dingin.
Tahu yang wajib tahu yang batal. Bukan?
Matanya berkilau-kilau melihat pisang goreng lain-Iainnya yang
"Ah, ustad ini, berapa bininya sib?"
saja. Tidak masih baris berjajar di atas piring. Kemudian ia batuk-batuk.
"Empat rumah tangga, tuan Mukhamadd! Pikir
a apa, tuan Minum seteguk lagi, dan mengucapkan syukur kepada Tuhan
sediki t biaya. Tapi Tuhan masih kasih rejeki . Karen
Wajahnya ber dan Nabi.
Mukhamadd? Karena saya berjalan di jalan Nabi."
a. Tiba-tiba suasana beralih dengan cepatnya.Tuan rumah, ustad
seri-seri setelah memproklamasikan keadaan diriny
yang penting dalam prokla 'Amir dan Mukhamadd bicara dengan ramainya, dengan tangan
Tetapi Arab itu tak merasai sesuatu
menggapai-gapai, menjangkau-jangkau, menunj uk dan berge
masi itu. Mendesakkan pengaduannya:
a tidak bisa. leng-geleng. Semuanya dalam bahasa Arab. Dengan kepala tak
"Jama n aneh, sekarang, tuan. Kita mau apa-ap
-ulur, terus ru bergerak dari lehernya, ustad 'Amir menilik kiri kanan dengan
Pokrol banyak, perkara tidak juga selesai, diulur
Ya, Aliah. Mau matanya yang abadi dalam kantuknya itu. Fasih benar ia berba
ulur-ulur. Perkara selesai, pelaksanaan tidak beres.
i dikeroyok." hasa asing itu. Dan nampak ia berbahagia bila mendapat kesem
beres mesti berani keluar duit lagi, mesti beran
k ia menjadi patan mempergunakan bahasa itu. Dan diriku sendiri yang se
Suaranya tambah lama tambah sayu, dan nampa
matan ya ber orang ini merupakan setumpuk karang belah di tengah laut, yang
lebih tua. Ia seka-seka kerongkongannya . Tiba-tiba
adak: hanya hadir untuk menyaksikan adanya taufan.
cahaya dan memandang ustad 'Amir. Bertanya mend
Mereka tertawa.
"Bini ustad empat kan?"
Mereka menyengir.
"Ya."
Bergeleng-geleng.
"Mestinya tiap hari tUan mengantuk."
gagahnya Sekali-kali menyebut astagafirullah, ada juga terdengar nun
Semua orang tertawa kecuali ustad 'Amir. Dengan
sepert i lam zalik. Sekali tuan rumah meringis seperti monyet kesakitan. Aku
letak duduknya ia perbaiki, matanya berkelap-kelip
ta: tak habis-habis heran apa yang ia peringiskan sebenarnya. Dan,
pu menara, kemudian dengan suara berdaulat berka
aku pun mulai gelisah. Untuk menghindarkan diri sendiri dari-
"Barang siapa berjalan di jalan Nabi akan selamat."
70 PRAMOEDYA ANANTA TOER : eERITA DARI JAKARTA RUMAH 71 .

pada perasaan ndak sedap itu, aku pandangi wajah Arab itu baik "Tidak ada?" tanyaku.
baik. Dan ada terasa olehku sesuatu kekuatan yang pernah rne "Sarna sekali tidak ada," jawabnya .
matahkan semangat Arab itu di dalarn hidupnya. Ada terasa oleh "Kalau begitu aku sendirilah yang terpik
at. Tapi rnengapa tak
ku tertawanya yang terpaksa-paksa. Matanya hitam arang, kecil memikat kalian?"
dan dalam dan tenang itu, meminta sirnpati lebih banyak lagi, Tuan rumah tersenyurn heran . Ia pand
angi aku lama-lama
mata yang mengadukan halnya pada tiap manusia yang mau seakan-akan tak percaya pada ucapanku
. Akhirnya berkata lam
membuka hati kepadanya. Dan ada juga terasa olehku, bahwa ia bat-Iambat.
telah kucurkan berliter-liter air mata, tiap hari, walaupun hanya "Aku kira engkau bosan mendengarkann
ya. Begi ni, dahulu ia
di dalam pikiran sendiri yang kesakitan. Ada terasa rumah itu periba. Sekarang dia punya enam pulu
h tujuh buah rumah ge
adalah satu-satunya lambang kebesaran hidupnya selama itu, yang
d ng di Jakarta ini. Rata-rata sewanya dua
ratus sebulan. Hitung
didirikannya dari riba sen demi sen, yang dipungutnya dengan saJa berapa. Aku takut kau bosan men
dengarkan dia. Kare na,
berjalan kaki langkah demi langkah, sambil menahan haus dan dalam lima enarn tahun ini hanya itulah
yang ia dapat ceritakan
lapar, lelah dan kecewa - berpuluh tahun lamanya. kepada siapa pun yang ditemuinya."
Waktu percakapan dan senda gqrau dalam bahasa Arab selesai, "Luar biasa," kataku sekali lagi.
Arab itu memandang aku seakan terkejut oleh pengertiannya Dan hujan pun turunlah seperti dicur
ahkan layaknya.
sendiri, bahwa aku tak kenal bahasa Nabi. Segera ia ubah per
cakapan dalam bahasa Indonesia. Meneruskan:
Jakarta, 1 955.
"Bukan, tuan?" tanyanya. Sekali ini kepadaku. "Tidak punya
barang, kita susah. Punya barang, kita juga susah, semakin susah."
Semua tertawa, termasuk aku.
Tiba-tiba guntur menderum-derum di angkasa hitam. Semua
orang menilik langit yang mengawang di atas tepian beranda.Tak
sebuah pun bintang mengerlip. Arab itu bangkit, menyangkut
kan payung pada lengannya, memberi kami semua sebuah salam
seorang. Tangannya terasa hangat. Ia pun pergilah, tertatih-tatih.
Ustad 'Amir pun pergi setelah meneguk habis kopinya.
Guntur terus menderu-deru. Dan di dunia ini seakan-akan
hanya ada aku dan tuan rumah, dan lampu dan piring kosong
serta gelas-gelas kosong.
"Kau tak bosan mendengar ceritanya, kan?"
"Luar biasa! " seruku takjub.
"Apa yang luar biasa?"
"Caranya bicara! Caranya memikat perhatian pendengar."
"Siapa yang terpikat oleh bicaranya?"
KEGUGURAN CALON DRAMAWAN 73

Berj am-jam ia mencoba, tetapi tidaklah sanggup. Akhirnya

5 dikenakan sepatu dan kemejanya lagi, kemudian pergi keluar


memasuki malam.
Tuj uan sekali ini adalah tuj uan yang biasa: ke Pasar Senen
melihat lenong.
Ia tak bosan-bosan pada lenong itu. Toh begitu hidup! Toh
begitu benar! Antara yang bergolak di dalam sanubari dan yang

Keguguran caton Drarnawan bergolak di alam lahir begitu teraduk dan berpadu menjadi satu.
Dan gendang memberi tekanan pada gerak dan pengertian.
." '/.. .;... ".: . .. . ... "'.. /' .. .. ......:. ""';.- .." .. : u : .":;'" ::. ,.
.
.: ._:: .-:...:- . .:.. ".. .". ..
.
.. .. :l' .:. . -?-. . ,.1 "$' .
Menggigil j iwanya menontonnya. Harapannya menggelora
kembali.
Created Ebook by syauqy_arr
Aku harus bisa! Aku harus bisa! Juga sekuat lenong itu.
Bergegas ia pulang, melintasi kegelapan dan dingin. Lenong
telah memberinya kekuatan, dan kekuatan itu kini takkan dile
ANNY A PADA
TAHUN INI TAK LEPAs-LEPAS PERHATI
UDAH DUA paskannya. Dan waktu ia ingat Kila, ia pun berbisik pada dirinya

S
Indonesia.
kekerdilan drama di lapangan seni sendiri:
guatkan harapannya.
Mengapa tidak mungkin? Ia men Biar dia sepuluh tahun berpengalaman. Tapi pengalamannya
, langsung dipahat, tanpa ada
Mereka bisa membuat area-arca batu hanya untuk menghancurkan. Dan aku butuh pembangunan.
persiapan, tanpa latihan! Darah pem
ahat yang berabad-aba la Aku butuh penciptaan. Aku butuh pengisian. Aku tak suka ke
manya terpendam tiba-tiba men
jompak keluar. Menga a udak kosongan.
danpada kesusasteraan.
dengan drama? Drama lebih tua Kakinya melangkah cepat-cepat dan segala benda di perjalan
membuat dama tak ter
Dan sekali, waktu hasratnya hendak. annya tak mendapat tempat dalam perhatiannya.
ah Kila. Tapi Kila hanya ter
tahankan lagi, ia pun datang ke rum "Hamid! "
tertawanya den gan kata-kata
tawa , dan akhirnya menguatkan Ia kecewa karena bertemu kawan. Ia harus meladeninya wa
ya:
yang mengocar-kacirkan harapann laupun barang sebentar.
a mem buat drama.' "
"Engkau pula mau coba-cob "Dari mana? Apa? Lihat lenong lagi? Bagaimana dramamu?
"Mengapa?" ia bertanya . Sudah jadi? Ah, kawan, di waktu ini siapa pula yang mau main
k sanggup membuat drama
"Mengapa? Sedangkan Eropa tida sandiwara! Engkau tak punya kapital, dan kalau toh punya orang
a-Iamanya setelah Ibse n, se-
1agl. D rama akan mati untuk selam
. tak mau datang menonton. Film lebih menarik."
setelah itu hanya kuda 1 umplng.
te1ah Strindberg. Drama-drama . Kembali harapannya pontang-panting dibuatnya.
dan kanan. "
yang ditunggangi dari kiri dan . "Apa salahnya aku mencoba-coba?"
eleng-geleng la pulang ke pe-
Dan dengan harapan layu berg "Mencoba-coba? Kan engkau belum pernah ikut main san
lnya selembar kertas kwato dan
mondokannya kembali . Diambi diwara?" Kawan itu tertawa, dan akhirnya meneruskan: " Itu pun
. Tetapi perasaan k: ctl telah
men cob a menyusun babak-babak . bukan salahmu. Sandiwara hampir-hampir tak dimainkan lagi.
a yang hendak dltu hsnya.
mematahkan garis b esar dari dram
KEGUGURAN CALON DRAMAWAN 75
CERITA DARI JAKARTA
74 PRAMOEDYA ANANTA TOER :
beliung. Tidak jarang ia mengeluhkannya, sekalipun seorang
yang memung
toh rum ain kan cum a propaganda besarlah
Kalau kawan pernah menakut-nakutinya dengan kata-kata:
ya rasa-rasanya tidak
ng, dan itu pun karcisn
kin ia diperhatikan ora "Hamid, kalau engkau mulai mengeluhkan sesuatu - sesuatu
u sendiri." . .
terbayar oleh kantongm ber ant aka n . Kinl itu sudah menjadi penyakit dalam jiwamu. Mungkin juga jiwa
rjalanan den gan dad a
Hamid meneruskan pe adaku! Mere
mu agak tak beres."
Mereka tak percaya kep
ia be rjalan lambat-Iamb
at.
g aku harapkan
Seja tu Hamid takut bertemu dengan kawannya yang se
al kepercayaanlah yan
ka tidak pe rcaya! Padah orang 1m, dan selalu menghindarinya sedapat mungkin.
.
sebagai modal. .
m lag l bau asap Ia pun per ah mengeluh kepada kawannya, Mardi, seorang
arnya kem bal i, ter clu
Waktu ia memasuki kam
yan g me lek ati sel uru h benda di I?
amnya. an kembali ia
pengarng cerna pendek, dan ia memandanginya tenang-tenang,
rok ok kemudian menyuarakan:
hatlny. Ia meng
a yang dipercayal oleh
terangkum dalam suasan "Aha . . . itu bahan yang baik sekali untuk . . . tidak! Tidak baik
a. Dan la s angup
ap sua tu ka li bis a menulis sebuah dr.an: . dite untuk cerita pendek, ruangnya terlampau sempit. Itu adalah satu
har a
segala -gal any a asalk an hasil clp taannya bls
mengurbank an dan thema yang menggoncangkan. Harus dilahirkan dalam prosa . . .
bu ku -b uk u dra ma .

ya . Diambilnya .
rima oleh masyarakatn r, Sltor, bahkan rt u p u n tidak, dalam prosa terlampau lambat dan lemah. Harus
nta ni, -Idr us, Us ma
nya So
lemarinya , dibalik-balik dilahirkan dalam drama. Harus dilakukan! Harus ditekankan!
shk in, Unamuno
jug a Ogenin dari pu . . Dengan iringan musik yang menderum! Yang membelah."
up me mb uat seper 1m. ,
.

Aku jug a san gg - "Aku tak pernah mengarang," Hamid membantah.


pad a dra ma Ste Inb eck, Tlkus dan Manu
Dan waktu ia in gat "Tidak pernah mengarang," katanya. "Bukankah saban hari
.
sia' , ia tertawa puas. engkau mengarang. Kawan, engkau pasti juga bisa mengarang.
nd apa t kep erc aya an terlebih dahulu . Tapl se-
Mereka telah me Kalau tidak . . . ."
desakkan hasil u
diperolehnya, mereka
belum kepercayaan itu "Apa kalau tidak? "
ntut kepercayaan ItU.
rakatnya, dan ia menu
lisannya kepada masya "Masalahmu berhenti di ubun-ubunmu."
muncul ke depan
ang, dan harapannya
Hatinya menja di ten "Apa salahnya?"
.
kembali . nj di soal sulit
"Dan engkau gila."
sny a, hal itu tid akl ah me
Apa yang hendak dituli Kembali ia teringat pada ucapan seorang kawannya yang
bagi Hamid. Sejak lam a ia
merasa mem utu.hkan
clnta seo ng ..
menuduh bahwa Jlwanya sudah tidak beres lagi. Ia ketakutan.
sesorang wanlta.
ah sanggup menclntal
wanita, tetapi ia tiadal "Itu harus engkau lahirkan," kata Mardi pula.
u ash, karena seb e
gguhnya tidaklah be git
Perasaannya itu sesun Lama Hanud menimbang-nimbang dan akhirnya membenar
en in, tokoh Tol tol
be git u menyada ri. Ol
lumnya ia tidaklah ka ucapan pengarang cerita pendek itu. Harus dilahirkan! Agar
ke arah perasaan ItU ,
yang membimbingnya
dalam Kozak-nyalah hanku kosong kembali dari kesesakan.
njadi miliknya sen-
seratu s prosen telah me Dibelinya bebea buku drama dan dipelajarinya. Akhirnya
dan kini pe rasaan itu , .
.
diri . la memutuskan din: Sekall waktu aku pasti berhasil menulis
yang selalu Sl'b uk
suk segolongan orang
Hamid adalah terma .
l drama."
dir i, seh ingga kurang me m erhatikan kel.
dengan hatinya sen Usahanya untuk mencari buku-buku tentang teori drama tak
adal sep ertl angln
nya akan cin ta memb
lin gnya. Kebutuhan
76 PRAMOEDYA ANANTA TOER : eERITA DARI JAKARTA KEGUGURAN CAiON DRAMA
WAN 77
pernah berhasIl, karena untuk itu uangnya selalu tak eukup, dan tetap menearinya juga. Da n
penasaranlah ia waktu tak
untuk datang ke perpustakaan kemalasan lebih berhasIl menawan bisa me
nemui Mardi . Penasaran
itu bar u hilang waktu
hatinya. Tapi bila ia ingat lenong yang tidak pernah bieara ten ia berada
dalam rangkulan kamar yang
dipereayainya. Berj am-jam
tang teori dan mempereayakan lanearnya permainan pada spon ia duduk
t rmangu- angu . Tiba-tiba
semangatnya me njompak
tanitas belaka, teori-teori itu tak menjaru halangan baginya. Apa dan ha
tlnya bertenak:
pula waktu Mardi berbisik padanya penuh kepereayaan diri: "Harus kumulai! Sekarang
juga! "
"Saudara, hasil terlebih dahulu dilahirkan, teori tentangnya egera dimbilnya kertas kw
arto dari tumpukannya dan
baru kemudian. Shakespeare hingga kini tiada tandingnya kare la . la enuhs, sedang di lua mu
r matahari kian lama kian
na hasil-hasil tulisannya. Kemudian baru muneul barisan theo eondong.
Dla mb dnya kepala "D ua Ma
nusia" sejalan dengan pen
galaman
retisi yang menunggangi Shakespeare. Ikut hidup tentu. Hamid

nya sel ma ini ahw kaw
annya yang satu-satunya
hanyalah
mengembalikan buku-buku drama itu ke dalam rak kembali. s nub annya sendlrI. .
fa Ingat pada saran Mardi
bahwa musik yang
Kakinya diangkat sebelah dan merenung-renung sambil dengan dipergunakan harus mende
rum - harus membelah. fa
tangan kanannya mengambil buku hariannya. Ia tak habis-habis me nge nang-ngenang seg merenung
ala saran yang dite rimany
heran mengapa harus diombang-ambingkan oleh kata-kata a.
Aklnr nya dengan lanearnya
orang, kawan-kawau belaka. Ia menyesali dirinya yang tidak kuasa ia menulis:
menentukan pemilihan sendiri untuk dirinya sendiri. Ia pun Mohammad Rusli Abdul Ha
mid:
menyesali dirinya yang tidak bisa bergaul, dan lebih pereaya pada
DUA MA
kamarnya daripada dunia luas di luarnya, yang akhirnya me !'1yaris sebelum layar dibuka dan NU SIA
musik menderum
nyebabkan kawan yang satu-satunya baginya ialah sanubarinya telah men
Jau h:
sendiri." PENGANTAR : (dengan sua
ra berbisik)
Sekarang dibukanya buku harian itu pada lembaran yang hing Mereka i i adalah
anu sia- anusia yang patah jadi
ga kini jadi semboyan hidupnya sehari-hari. Tulisan itu pun u
Sebelah dl atas burru dalam
hputan rahasia demi rah
dua batang

kan buah pikirannya senruri, tetapi disalinnya dari buku-harlan asia


Ses obe k lagi di alam lain
- segumpal jiwa bulat tela
George Washington: Tutup mulutmu dan pergunakan kuping njang.
(Layar dibuka pelahan)
mu sebanyak-banyaknya. Diambilnya sebuah pulp en dan ditulis
nya di bawah: Adakah barangkali aku harus mengurangi mem Babak Pertama

pergunakan kupingku? Kuping ini membuat aku tak punya Adegan p ertama
Pem and an
pendirian! Terlampau banyak yang kudengar, sehingga suaraku
pe uh be rls l buku teba!

? n: Seb uah kamar. e1ajar. Seb uah rak buk
u yang
sendiri tidak kuasa memperlihatkan kekuatannya. dan OpIS, majalah dan
koran. Di meja
Malam itu ia tidur gelisah dengan pikiran yang tidak selesai. . ?
tults: beb rapa uku ter
buka di atasnya dan gam
bar sebuah ter
Sehabis keJja kantor ia meneoba meneari Mardi untuk minta pas ng dl dlndlng dalam
pigura - seorang gadis
Sebuah kursi
nasihatnya. Hatinya melarangnya, karena dengan tambah meng k lJa dan sebuah kursi
biasa di depan meja.
gantungkan diri kepada nasihat orang, ia akan tambah kehilang DI atas rak bu ku terpas
ang radio keeil yang sed
ang menangkap
an kebebasan dengan pendiriannya. Begitu mula-mula! Tetapi ia sebuah pemanear
78 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA
KEGUGURAN CALON DRAMAWAN
79
ManusI' a-I Pardan sedang duduk menghadapi buku harian, di MIRYAM -I masuk diik uti MIRYAM-
II, yang segera menggagapi
tangannya sebuah pulpen. Ia duduk merenung-renung menu'kir- kantong PARDAN-I.
kan sesuatu hal yang sulit.
PARDAN-I :
Manusia-II Pardan berdiri di belakangnya. Apa kabar kasih?
.
PARDAN-II (memandangi Pardan-I) tertawa. Setelah mehhat ke- PARDAN-II : menutup mara dengan
kedua belah tangan, mengeluh:
liling kemudian memanciang buku hari n da : Mengapa dia datang lagi berdagan
. .. . .. . g keeantikan? Aku tak punya
Aku tidak tahu apa gunanya ini buku hanan! Tlap han diisl., Dusl. ,
duit sekalipun mau menikma
ti keeantikannya Aku tak punya
Toh tetap aku tidak tahu. .
wak tu, dan dramaku ini belum
juga selesai.
PARDAN-I :
Sampai di mana orang dapat mengetahui? (Menggel ngkan

pala) ***

Sampai di mana! (Sambil memukulkan kepalan dl atas meJa) . PEGANGAN PADA bahunya membuat ia melompat terkejut. Dan
PARDAN-II : waktu diketahuinya March sudah ada saja di sampingnya pada
Sampai di mana, tidak ada orang yang mengetahui. Kalau orang parasnya tergambar kekeeewaan. Mardi tidak mengetahui
tahu batasnya, dia tahu sampai di ana. kekeeewaan itu dan membuka mulutnya:
PARDAN-I menggeleng-gelengkan kepala, kemuruan meneruskan "Engkau mulai juga dramamu?" Ia ambil lembaran krtas yang
penulisannya. telah ditulisi Hamid. Ia mulai membaea antara sebentar meman
PARDAN-II: dang Hamid. Akhirnya: "Kamar yang engkau gambarkan adalah
.
Aku telah berjanji pada diriku sendiri, tidak lagi mau men deka kamarmu, mejanya, gambarnya, kursi . . . . Tidakkah engkau bisa

MIryam. Miryam adalah wanita cantik (sebentar memandangl menggambarkan kamar lain?"

gambar garus di dinding) yang haya baik untuk diClntal.


" . , H nya Sebelum Hamid sanggup menjawab telah menyambar perta
.
untuk dicintai. Selebihnya, dla tldak berharga. Dan aku elnta nyaan yang lain:

kepadanya. "Mengapa Pardan satu dan Pardan dua, Miryam satu dan
. .
PARDAN-I bangkit dan memutar kenop radio, menean peman- Miryam dua?"
car lain. Berjalan mondar-mandir, berkata dengan suara lambat "Di lenong orang meneampurkan sanubari dan kenyataan.
tapi berat: Dan aku mau membelahnya. Tiap belahan dimainkan oleh se
'
Cinta adalah memb en. orang p emain tertentu."
PARDAN-II berteriak : "Mengapa pula lenong menjadi bapa gurumu? Bukankah
. buku-buku drama yang bagus-bagus dalam rak bukumu itu bisa
Aku bosan memberi . Aku telah kehabisan segala nuk memben.

Aku mau menerima - sebanyak-banyak mungkin. menjadi pembimbing yang baik juga?"
PARDAN-I menjenguk pintu. Menyapa: "Tapi semuanya tidak egitu eoeok. Belahan antara kenyataan
Siapa? dan sanubari tidak kuat dan pertautannya pun tidak begitu erat."
PARDAN-II pelahan : "Engkau kan bisa mempelajari Pirandello terlebih dahulu?"
. .
"Pirandello ?"
Aku harap bukan si Miryam. Aku harap seo rang laIn yang ttdak
. HamId tak pernah mendengar nama itu. Dan ia merasa keci!.
kukenal. Daripadanya mungkin aku menenma sesuatu.
Ia merasa kosong. Kepenuhan yang menyesak dalam dadanya kini
80 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA KEGUGURAN CALON
DRAMAwAN
81
cair buyar. Dan dadanya? Bolong melompong seperti tembok bec k tentang pengembara-p
engembara yang terlup
ditembusi peluru baja. akan. Begitu
melulu. Cekof tentang sala
h sangka melulu. Tap i Ind
Ia letakkan selembar permulaan drama itu ke dalam laci. Naf onesia mem
butuhkan yang lain lagi. Ba
calah cerita-cerita pendek
su berbicara telah habis punah. engkau bisa juga pergun ku. Bahkan
akan sebagai bahanmu."
"Mengapa engkau terdiam?" D
hatinya Hamid berdoa sem
oga kawannya itu lekas per
"Aku tak banyak tahu tentang dramawan dan hasil-hasil dan Ia dlserahkan ke ran gi
gkulan kamar yang dip
ercayainya. Tapi
ciptaannya."
nampa ya semen r it Hamid belum mendapat
kesempatan
"Mengapa itu mematahkan semangatmu?" untuk Itu. MengusIr Ia ud
. ak berani. Akhirnya:
"Mardi, sekarang ini aku butuh melahirkan sesuatu. TetapI
"Bag imana kalau kita no
nton di Menteng?"
hampir semuanya bilang padaku dengan ucapan yang hampir Ma dI
eredupkan matanya sam
bil merendahkan suaran
bersamaan : bukan engkau butuh melahirkan, tetapi engkau bu yang tInggI: ya
tuh mengetahui terlebih dahulu."
" ku tak punya uang. En
gkau boleh pinj ami aku
"Engkau patah hati, Hamid! Pengarang tidak hanya bisa ber . . Apa yang
dimaInkan? "
patah hati saja. Itu tidak ada gunanya baginya. Pengarang adal Mereka pun berangkat.
satu tokoh pemberontakan individu. Dengarkan - aku sendin Hamid tel seminggu ini
menghitung-hitung uan
pengarang, karena itu aku bisa ceritakan padamu apa itu penga t
ke ungkinan enonton film yang sekali ini. Ia den
gnya un
gar dari
rang. Pengarang adalah sumber tenaga yang tiap kali dengan hasIl
kin dan anan, film ItU ada
Iah drama besar yang dip
indahkan ke
tulisannya mengadu tenaga dengan tenaga masyarakatnya."
layar pu nh . I tertelan ole
h cerita itu. Ia terbakar
melihat gam_
"Apa maksud semua itu?" Kini Hamid merasa lebih bolong ?
bar an p emaIn-pemaIn
.
.
yang itu-itu jug a. Toh beg
itu ben ar, toh
b. beg Itu hIdup. Ba hkan per
. padauan dan per ceraian
ant ara ke
"Maksudku, pengarang adalah antipoda dari masyarakat sendi-
nyat n dan sanubari itu
tidak begitu terbebh dan
rio Mengapa harus bercerita tentang kamar? Tentang pacar me tunggal se
per n Ia pun ya.
lulu?" "Luar biasa! " seru Mardi
waktu mereka ber pis aha
Kalau tidak karena kesopanan atau persahabatan ia sudah me n di per ti
gaan jalan .
neriakkan kehilangan kesabarannya: "Lu ar biasa! " bis ik Hamid
leb ih kepada dirinya sen
"Aku tidak mengerti. Pulang engkau? Aku mau menuhs diri
Dan mereka berpisahan.
malam ini. Menulis tentang diri dan kamarku, karena cuma itu
***
lah pengetahuanku yang sebenarnya."
DI RUH HAMID diterima oleh surat dari Go
Tetapi kesopanan dan persahabatan tidak mengijinkannya. Dan manitsar - si pacar
Baru Ia Ingat bahwa Nl. sar

ia tinggal seorang diri, tinggal menjadi pendengar yang patu .
nonton di Menteng bersam
telah mendapat janjinya
untuk me
"Memang banyak pengarang yang berpusing pada satu hal saJa. a-sama dengannya. Kemb
ali dadanya
Bahkan banyak pengarang besar begitu juga. Turgenyef selalu

terasa olong. Ia pandangi
gambarnya yang terpasan
g di dinding,
kemudlan merebahkan bad
an di bale.
menceritakan tentang pertemuan, kemudian salah seorang men
"H abi s! Habislah semua. Ak
dongeng sampai habis dan pertemuan bubar. Begitu saja. Stein- u mau tidur.Aku mau me
ngasoh ! "
Ia terlampau cape. Dan tidu
rnya geIisah. Pagi-pagi kep
abnYl
TA KEGUGURAN CALON DRAMAWAN
82 PRAMOEDYA ANANTA TOER : COOTA DARI JAKAR 83

muanya itu . Karenanya pun tidak mengerti .


masuk kerja. Sebaliknya de s emuanya ItU .
terasa pusing sehingga ia tak berani .
ngan diam-diam ia duduk di meja
tuIisnya dan berpulu all Kembali dadanya menjadi bolong.

tak tahu mengapa tetap l nap "He, mengapa engkau begitu pucat?"
membaca permulaan dramanya . Ia
ggigil. "Sakit. Baru aku mau pergi ke dokter."
kali membacanya jantungnya men
" Kalau aku teruskan :' kata nya pada diri send iri, "dan tetap "Marilah kita bareng berjalan."
, tidak ada yang bis.a mm "Pergilah dahulu. Aku ingin sendirian."
dapat mempertahankan cara demikian
a besar. Dan apabtla tldak Kawan itu merasa tersinggung hatinya dan pergi terlebih
bantah, drama ini bakalnya jadi dram
mengakuinya kelak:' dahulu. Dan Hamid merebahkan tubuhnya di bale. Ia tak tahu
ada yang mengakui, aku sendiri yang
alan barang seperempat apa yang harus dipikirkannya terlebih dahulu . Segala macam
Sore itu ia bersiap hendak berjalan-j
jam melihat anak-anak sekolah berm
ain bola keranjang i
kecaman dari r dan kanan bergulung dengan dahsyatnya di
an yang pernah menamal dalam kepala. Kim terasa benar olehnya betapa ia sangat tergan
lapangan Banteng. Tetapi seorang kaw
k ke dalam kamarnya. Sebe tung pada segala kecaman yang bersilang siur dengan menung
nya agak tidak beres tiba-tiba masu
ihat selembar permulaan ang nama-nama dan kata-kata besar-besar yang belum pernah
lum disilakan ia duduk di kurs i. Mel
drama, timbul kecucukan dalam hatin
ya dan mulai membacanya,
la kenal . embali ia ingat pada lenong yang hanya memperca
.
a: yakan dl 1 pada kespontanitasan. Ah , tentu saja bila dramanya
dengan perhatian seksama. Akhirny .
"En gkau mulai membuat dram aku a lihat."
kelak Jadl , tak ngkin isa dimainkan oleh lenong. Ia ingat
an mata memancarkan Shakespeare. Dan Ingatan ltu ia sampai kepada Kila yang pernah
Dipandangnya Hamid lama-lama deng
mengatakan kepadanya:
perasaan hormat.
nya dengan harapan "Kalau engk u mau menulis drama, contohlah Shakespeare.
"Bagaimana pendapatmu?" Hamid berta .
Tldak ada tandingnya hingga kini dalam melukiskan manusia "
menjolak di dalam dada. . . . . .
"Aku kira cara yang engk au pergunaka n 1m ndak blsa dite- "Men pa u hars mencotohnya?" Bantahnya sekar:U:g
teri PPK pun tidak akan dalam hannya. Aku udak ada mat melukiskan manusia. Kalau
rima oleh masyarakat di masa ini. Men
harus lukiskan, an kulukiskan keadaan manusia, sekalipun
mengerti ."
"Mengapa?" tanya Hamid bertambah
besar harapannya.
manusla I anya dinku seorang dan barangkali juga ditambah
dan menghembuskan dengan Sl Nltsar. Selain itu aku pun tidak pernah membaca
"Terlampau bera t!" sambil mengisap
Shakespeare."
nafas besar.
Matanya me!ayan pada rak buku. Tidak terdapat selembar pun
"Berat?"
"Engkau terlampau banyak membaca
buku psychologi . Teru- uku tentang dmu Jlwa. Bahkan uraian-uraian kecil di maj alah
.
sisme itu nampak berp e tldak pernah la baca. Kalau ia pernah membaca hanyalah buku
tama Mea der dan Tourner dan solip
ngaruh atas dirimu. Psychologi moder

ini merusa an engkau. pengantarnya belaka. Itu pun telah tujuh tahun yang lalu dan ia
.
h Jlwamu, SehlIgga e ? gka sudah lupa semua apa isinya.
Dia terlampau tajam membelah-bela
engkau berkisar-klsar dl Rupa-rupanya, pikirnya kemudian, untuk menjadi dramawan
merasa sangat kesepian, dan akhirnya
sepu tar dirimu sendiri belaka ."
ora g rus. engerti dan membaca semua buku yang ada di
Ia tak pernah dengar se- dunla 1m . Plkiran demikian membuat ia merasa sebagai orang
Hamid menggelengkan kepalanya.
KEGUGURAN CALON DRAMAWAN 85
A DARl JAKARTA
84 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CRIT

lah kemampusannya. Tapi ingat, saudara, kalau bukuku tentang ke


buhan sebelah dan ya?g sebe
kerdil yang mengalami pertum
lagi tinggal bugil dalam kececad
an, kehinaan
n kenlstan serta susasteraan ini terbit, saudara harus mempelajarinya. Apalagi bagi
saudara yang mau menciptakan drama.Tahu, saudara? Pengarang
ka di samplng keseplan dan
keb odo hannya. Ia merasa cela pengarang sendiri tidak mengerti kesusasteraan. Itulah yang
kekurangan. . . .
menyedihkan."
men cob a men cari jala n keluar untuk melepaskan dIn dan
Ia "Beberapa hari ini aku pun sedang sibuk membuat drama."
-
nya hatinya dan akhirnya dida
segala kesempitan itu . Disabarkan "Bagus sekali! Setidak-tidak ada usaha untuk menggagalkan
patnya juga : .
enam orang lagl yang kemampusan drama."
aku per gi keli ma atau
"Le bih baik
uk melengkapkan kecaman dan
Besar lagi harapan Hamid.
mengetahui tentang drama, unt "Tapi awas, pengarang-pengarang drama yang sudah masuk
saran yang pernah kuterima." . . .

kotak akan melontarkan kecaman membabi buta seperti kuda


apa yang hendak dikunJun gl.
Ia mulai berpikir-pikir siapa-si
lumping mabok pada tulisanmu kelak."
g-orang yan g dapat dipercaya
Akhirnya ditemuinya juga oran "Mengapa?"
ang
seorang pengarang dram.a, . seor
pendapatnya tentang drama:
eran di SMA yang ki seda
g "Mengapa?" guru kesusasteraan itu tertawa. "Bukankah tiap
redaktur, seorang guru kesusast orang lebih percaya pada kebesarannya sendiri daripada kemung
aln sand i
sasteraan, seorang pem
menyusun buku pelajaran kesu kinan kebesaran bagi orang lain? Arnnya saudara diajaknya ma
film dan merangkap pengarang
wara yang kini menjadi pemain suk ke dalam kotaknya. Dan saudara akan mendapat sumpahan
seni di radio.
scenario, dan seorang redaktur
kalau ketahuan ada mengetahui sedikit tentang Sartre dan Ca
juga, hendak memulai: Penga-
Ia bangkit dan hari itu, detik itu
tak mus, dan saudara akan dianggap termasuk mereka yang menya
di rumah. Dan setelah belJalan
rang drama itu tak ditemuinya nyikan keruntuhan jiwa Eropa.
-
lah ia bisa menemui guru kesu
kurang dari lima kilometer baru Sekarang tak tertahankanlah lagi bagi Hamid. Ia keluarkan
sasteraan.
yusu n buku kesusasteraan :' permulaan dramanya dan disodorkannya kepada guru itu .
"Saudara, sekarang aku baru men
"lni drama saudara?" sambutnya sambil memandangi kertas itu
pi selalu tidak bisa bersesuaian
katanya. "Aku dan kawanku, teta melalui sebelah hidung.
menuntut pembelahan drama
faham di soal drama . Si kawan
pendapa drama memp yai , elas Ia membaca sebentar kemudian menyodorkan kertas itu
dalam prosa dan puisi. Aku ber
pas dan prosa atau PUISI . . . .
kembali kepada Hanlid.
sendiri, yaitu kelas drama, terle
"Ah saudara, mengapa baru permulaan sudah saudara bacakan?
mbar kertas permulaan drama
Perhatian Hamid tertarik. Se1e
itu Selesaikanlah dahulu."
arkan dari kantong, kalau guru
itu hampir-hampir saja ia kelu Hamid telah kehabisan perkataan. la pulang dengan perasaan
anya :
tidak segera meneruskan kata-kat
gkan atau menterjemahkan. kocar-kacir. Kakinya capai' dan tubuhnya seluruhnya kaku-kaku
"Prosa dan puisi adalah meneran
getjakan pikiran dan perasaan
. pegal .
Drama adalah melakukan, men
Malam itu ia mencoba untuk meneruskan dramanya. Tetapi
sudah bersedia bekerjasama de
Beda bukan? Ah, aku menyesal
panya saudara ada nunat pa untuk itu tenaganya telah habis . Kembali ditelentangkan tubuh
ngan orang setolol itu . Rupa-ru
masa dunia drama menghadapl nya di ranjangnya, dan kemudian tidur yang j uga gelisah me-
drama? Baik sekali - terutama di
KEGUGURAN CALON DRAMAWAN 87
TA DARI JAKARTA
86 PRAMOEDYA ANANTA TOER : Coo

gan air di dua. Memang indah, saudara, memang benar - tapi tidak perlu
mengguyuri kepalanya den
nyusul. Malam itu ia lupa saudara pergunakan sebagai pegangan. Saudara bisa mencari
ar menga
g jahat-jahat antara sebent
ngin sehingga mimpi yan
ah j uga, bangkit dan mengg

u ur ke sendiri ! Saudara bisa menjadi besar dengan cara saudara sendiri! "
getinya . Akhirnya ia mengal a. Hamid meninggalkan rumah dramawan itu dengan semangat
pagi ia tidur dengan damatny
pala di kamar mandi. Hingga ung ang kocar-kacir berantakan lagi. Apabila dalam kehidupannya
s pulang, tetapi makan di war
Setelah bekerja ia tidak teru m la membutuhkan cinta, sedang ia tidak dapat mencintai, dalam
suk dala
ri orang-orang yang ma
dan kemudian terus menca penciptaan ini ia membutuhkan pupuk, membutuhkan keper
a dite
yang diharapkannya . Akhirny
daftarnya sebagai penasihat lkan cayaan - orang belum mau memberinya baik pupuk maupun
erk ena
drama. Waktu ia memp
muinya seorang pen garang kepercayaan, dan ia sendiri talc mampu menyediakan untuk di
minat pada drama dan ingin
mem
diri sebagai seorang yang ber dang rinya sendiri.
pan
itu merenunginya dengan
bua t sen dir i, dramawan
serangan:
Dal m berjalan itu ia selalu bertanya pada hatinya sendiri,
k dan berpikir ia membuka
mengecilkan. Antara berbisi kapan la pernah mendengar nama Dante dan kapan ia membaca
belum
tahun yang akan datang ini
"Sa udara, untuk dua puluh karangannya de Monarchia. Ia pun tak dapat menjawab apa
yang ber-
rnya satu drama Indonesia
ada kesempatan untuk lahi hubungannya dengan drama. Ia talc pernah dengar bahwa ada
harga."
seorang dramawan bernama Dante.
sendiri?" Hamid bertanya.
"D an drama-drama saudara
ng dimainkan."
Degan ti k setahunya kakinya telah membawanya ke rumah
"Ya , kadang-kadang mema Mardi. Lama la talc dapat menjawab segala pertanyaan yang dilon
"Da n pendapat saudara?" tarkan kepadanya. Ia menggulingkan tubuhnya yang layu dan
diri ?
ritik hasil cip taannya sen
"Ah , siapa pula bisa menge cape di tikar Mardi, kemudian mencoba tidur.
non
ah kalau ada yan g datang me
Bag iku sendiri sudah senangl "Engkau terlampau cape," Mardi menuduh. "Mau minum es?"
rnya."
dengan tepuk tangan sekada
ton , apa lagi bila disambut Hamid menggelengkan kepala. Dan setelah hatinya agak reda
sudah suatu pengakuan?" .
"Bu kankah tepuk tangan itu la bersendeku sambil memijiti kakinya.
apa-
an saja , saudara! Tidak berarti
"Tepuk tangan hanya kebiasa "Siapa Dante?" akhirnya ia bertanya.
apa?" - "Engkau tidak tahu Dante? Itu pencipta bahasa Italia? "
dur, barulah Hamid mengeluar
Waktu percakapan sudah ken "Apa hubungannya dengan drama?"
ann ya
dengan hormat menyodork
kan permulaan dramanya dan "Tidak ada tentu."
memperhatikan air mukan ya.
kepada dramawan itu sambil Dan sekarang Hamid tak bisa berpikir sarna sekali.
menulis drama?" tanyanya de
' Sau dara sudah mulai dengan "Mengapa engkau tanyakan Dante?"
ia mulai
Dan dengan tak senang hati
ngan pandang mengecilkan.
gga tamat. Akhirnya tersemb
urkan Ha tak menjawab. Dikeluarkan lagi permulaan dramanya
membaca, lambat-lambat , hin ang kinl te1ah kumal dan' dibacanya kembali ucapan tokohnya
juga kata-katanya:
per nah mem bac a terj ema han
.
Dante de Monarchia, ka- .

SJ da : Aku talc tahu ap gunanya ini buku harian! Tiap hari
"Aku dust. Dust. Toh tetap aku tldak tahu. Diambilnya podot dari
ah -
n menderum: "Memang ind
tanya pelahan-lahan." Kemudia kantong. Kata tahu dicoretnya dan digantinya dengan mengerti.
ian dan
k pertengahan antara keabad
Apalagi manusia ini makhlu "Engkau menderita, kawan," Mardi memulai lagi. "Apa yang
, berj iwa dua, berlaku
kefanaan - va, tentu saja ia bermuka dua
88 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA KEGUGURAN CALON DRAMAWAN
89

bisa kukerjakan untukmu? Aku tak bisa melihat engkau begitu Akhirnya tetjadi perdebatan seru antara Mardi dan tamu itu .
kuyu dan remuk hari." Puluhan nama-nama dan aliran-aliran menderu-deru, yang mana
"Ceritakan padaku, apa sebabnya permulaan drama ini diang s mua itu tak ada yang dikenalnya. Ia hanya kenal Utuy, Idrus,
gapnya berpegangan pada ucapan Dante dalam karangan de
St or, I sen an Strindberg. Lain tak ada yang diketahuinya.
Monarchia?" Dtam-dtam ta meninggalkan kamar Mardi dengan membawa
"Siapa si gila yang bercerita itu? 0, si dramawan koplo itu. Aku sepotong dramanya. Di rumah ia baca kembali Bunga Rumah
tahu, dia baru mencoba-coba membaca Dante. Mengapa dia aan Utuy. Hati nya terpikat. Tetapi tidak ada mengisi ke
tidak bilang dari pokoknya saja? Mengapa dia tidak bilang eng tngtnannya. Memanglah tidak mungkin bisa mengisi ! Ia butuh
kau kena pengaruh si Aquino tukang omong kosong itu?" mencipta, menjadikan masalahnya menjadi bentuk yang nyata,
Mendengar Aquino, semangat Hamid yang mulai merangkak dan bukan menerima ciptaan orang lain. Karena itu Bunga
bangun, terpukul lagi dan terbirit-birit sembunyi ke dalam gua Rumahmakan itu dikembalikan ke dalam rak dan ia ulang-ulang
nya kembali. membaca karangannya sendiri.
"Mengapa banyak benar nama yang harus kudengar? Menga Setidak-tidaknya, ia berbisik pada dirinya, sepotong karangan
pa banyak amat tuduhan yang harus kuterima? Apakah suatu . .
tnt telah melakukan perasaan dan pikiranku, anggapan dan pe
kejahatan menulis drama tanpa mengetahui semua itu?" mandanganku. Diambilnya lern dan ditempelkan selembar ker
Dan semen tara itu datang seorang kawan masuk ke dalam tas kwarto itu di buku hariannya, kemudian lembaran-Iembaran
kamar Mardi. Ia melihat permulaan drama itu, mernbaca dengan yang enj epit drama itu dilemnya pula, sehingga hasil ciptaan
penuh perhatian, kemudian: ltu terslmpan dalam sampul lembaran buku harian.
"Sayang, drama ini sebenarnya bisa j adi baik, tetapi masih Setelah itu ia pun tidur. Nyenyak. Karena, sebelumnya ia telah
mernbirnbangkan apakah orang bisa menerima tokoh-tokoh berbisik pada hatinya sendiri:
yang rnemainkan belahan satu tokoh. lni perjuangan manusia "Biarlah drama ini kukerjakan dengan tubuh dan jiwaku
melawan dirinya sendiri. lni pemberontakan. Tapi orang belum sendiri saja."
bisa menerima, atau setidak-tidaknya ia akan jadi drama
terkepung - tidak bisa dimainkan. Dan musiknya? Mengapa Amsterdam, X- 1 953.
harus menderum? Apakah harus dipergunakan orkes . . . ."
Mardi dan Hamid mengikuti bibir kawan yang bergerak be
gitu cepat dan penuh keyakinan itu.
"Aku pernah nonton Anouilh waktu dirnainkan di Paris.
Dramanya Pesta Para Pencopet. Tahu engkau apa yang mengi
ringi? Hanya satu fagot! Tapi toh nyaman."
"Aku tak mengerti ten tang musik," Hamid membuka mata
nya dengan irama minta maaf.
"0, saudarakah yang menulis? Maaf aku bra bukan saudara
pengarangnya," kata orang itu kemalu-maluan. "Tapi saudara tak
merasa terhina, bukan?"
NYONYA DOKTER HEWAN SUHARKO 91

"Aku kenal tuan dokter hewan Suharko. Anaknya riga orang

6 Van , yang sulung sekarang berumur 1 8 tahun. Tahun depan


masuk fakultas ekonomi.Yang dua orang tak perlu kusebut, kare
na ticiak pen ring dalam cerita tentang Express 1 50 cc ini."

***

BEBERAPA BULAN sete1ah menamatkan pe1ajarannya Suharko buka


praktek sendiri. Ternyata pekerjaan dokter hewan itu ia cintai
Nyonya Dokter Hewan Suharko dengan amat sangat. Sebaliknya, pekerjaan itu pun memberinya
.
banyak rejeki, banyak nafsu, banyak cinta, dan banyak kesenang
/ ..; " .: - . " . " . -, .?? . . ," " .' '- " ,'. . // , . q :
." ;. :;::.'

an-kesenangan lain. Dalam waktu setengah tahun ia te1ah men


Created Ebook by syauqy_arr jadi dokter dari 5 buah perusahaan pemerasan susu, yang berada
di luar kota, sebuah peternakan anjing - semua kepunyaan orang
asing. Salah sebuah daripada perusahaan-perusahaan ini membe

I KAWANKU UNTUK rinya sepotong cinta yang kudus dari seorang gadis Indo. Gadis
ADA SUATU BARI AKU DIAJAK MENEMAN

P
cc tahun 1 952, ang Indo ini anak seorang totok dengan babunya. Keduanya kawin
melihat sepeda mot or Express 1 50 .
onglah hhat-lihat dan dikarunia 3 orang anak tersebut.
hendak dibelinya dari kawannya. "Tol
Ternyata kemudian, bahwa Corry adalah seorang isteri yang
demikian kami berdua be
kan?" kawanku bilang. Dan dengan
rajin, seorang petani yang sesungguhnya, seorang yang setia dan
r itu rupa-rup anya masi h
rangkat ke rumahnya. Sepeda moto
pun tidak tinggi bena r: tahu melayani s uaminya, hemat dan pandai mempergunakan
dalam keadaan baik , sedang harganya
uang suaminya. Waktu Van lahir keluarga itu telah dapat mem
Rp. 5 .000 ,-
n dari kawanku bilang: beli sebuah Morris. Setelah itu mereka memperoleh sebuah ru
Sete lah surat-surat diselesaikan kawa
kedatangan nyonya mah bagus eli daerah Menteng. Tiap sore banyaklah Belanda yang
"Tapi awas , beberapa hari lagi kau akan
datang kepada dokter hewan itu untuk memeriksakan dan me
dokter hewan Suharko:'
rawatkan binatang piaraannya masing-masing. Hanya jenis kera
"Untuk urusan apa?"
ah dengar nama yang ia tak mau menerima, karena pada suatu kali , seorang le1aki Jer
" S epeda moto r ini . Kau belum pern
mu dan meminta barang man membawa seekor lutung betina, yang waktu hendak di
mentereng itu? Dia akan datang pada
hutang dan meminta periksanya terus menggigit jempolnya, kemudian meloncat dan
ini. Dia akan tandatangani buatmu surat
r ini darimu. Ini bekas memeluk majikannya sambi! menjerit-jerit. Pendeknya rejeki
darimu surat penyerahan sepeda moto
permintaannya." dokter hewan Suharko trus mengalir dengan damainya. Bukan
kepunyaannya. Tapi kau jangan luluskan
g ini dan menanda- rejeki saja. Banyak juga nyonya-nyonya Be1anda itu membawa
"Mengapa dia mesti minta kembali baran
binatangnya hanya untuk dalih saja.
tangani surat hutang?"
kepadamu, dan su- Pendeknya rejeki ke1uarga dokter hewan Suharko itu menga
"Beg ini. Sepeda motor itu takkan batik lagi
nnya kawanku itu !ir riada henti-hentinya. Perkakas rumah tangga dari model ter
rat hutang itu takkan ditebusnya ." Dan kawa
baru, yang paling megah dari potongan terakhir ada di dalam
pun mulailah bercerita dengan senangnya:
92 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA NYONYA DOKTER HEWAN SUHARKO 93

rumahnya. Corry memang tahu memilih barang yang mempu Sepeninggal Corry borjuisme Indonesia tumbuh dengan pe
nyai garis-garis sederhana, garis yang mengarah-arah pada klasik, atnya, tanpa memberi berkah pada masyarakatnya. Tak banyak
seperti halnya dengan garis-garis tubuhnya sendiri. terdapat pekerjaan yang membutuhkan tenaganya sebagai dok
Kemudian segala macam bencana datang: pendudukan Jepang, ter hewan partikelir. Bukan saja karena ia telah tua dan tak sang
Revolusi, pendudukan Inggeris, pendudukan Belanda - masa gup bergerak dengan cepat dan giat, juga karena keadaan sosial
masa kaum borjuis lebih banyak mementingkan keselamatan sekarang belum lagi mempunyai bentuknya yang pasti. Kaum
tubuhnya masing-masing daripada binatang-binatang piaraannya. kolonial dan borjuis barat dulu selalu mempunyai hobbl untuk
Masa mengkerutnya dunia borjuis asing itu mengerutkan ke rnenyehatkan jiwanya: terutama h ewan piaraan. Tetapi kaum
hidupan keluarga Suharko. Masa yang pendek itu menjadi terla kolonial dan borjuis nasional lebih senang mengabadikan uang
lu lama bagi Corry. Dalam masa itu ia telah menjadi terlalu tua nya dalam villa, tanah, mobil dan sebagai hobbi diambilnya
dan meninggal dunia, meninggalkan suami dan ketiga orang manusia sebagai binatang piaraannya - dengan segala risiko di
anaknya. tanggung oleh si binatang yang mau dipiara itu.
Tahun-tahun pertama kemerdekaan juga tidak memberikan Hanya karena suatu kebetulan, di masa kemerdekaan ia ber
keuntungan bagi dokter hewan .Suharko. Namun masa-masa hasil dapat menguasai sebuah kedudukan yang baik pada suatu
yang kian memuncak sulitnya itu bagi Suharko memberikan jawatan pemerintahan. Dalam beberapa waktu kemudian ia pun
kenang-kenangan indah di dalam jiwanya terhadap almarhum bergerak pula di lapangan politik. Akhirnya ia menguasai jawat
isterinya, baik dalam bekas-bekas perbuatan maupun benda-ben annya. Tetapi dalam segala kegiatan kemasyarakatan yang akhir
da pilihan yang ditinggalkannya: dressoir, sice, pendule, meja akhir itu hatinya kian menjadi sunyi, apalagi apabila ia tinggal
makan, radio salon Philips beserta pickup, meja tulis, lemari seorang diri di rumah, anak-anak pergi bersekolah atau bermain
lemari, jambang-jambang tembikar dan porselen dari I talia dan main, sedang yang menemaninya hanyalah perkakas rumah tang
Cekoslovakia, gorden-gorden dari pabrik-pabrik tenun Mesir, ga peninggalan Corry.
serta bangku-bangku kulit buatan Marokko, pikar dari Jepang, Karena itu pada suatu kali diputuskannya untuk pergi mene
sulaman-sulaman dari Tiongkok.Tiap benda pembelian isterinya ngok orang tuanya di Solo.
itu seakan-akan berkata kepadanya: "Bukankah aku pilihan Cor Tentu saja ketiga anaknya dibawanya serta. Sejak ia masuk
ry, dan Corry mencintai aku?" Tiap benda itu menjadi temp at Nasrani ia tak berani lagi menghadap orang tuanya. Bahkan
tempat yang menyimpan segala kenangannya yang baik-baik. waktu ayahnya meninggal, ia hanya berani mengirimkan uang.
Lama setelah Corry meninggal benda-benda itu tetap terpelihara. Pada ibunya ia pun hanya berani mengirimkan wissel tiap bulan.
Dalam masa-masa sulit, tak ada sebuah pun di antaranya yang Bertemu muka? Sungguh-sungguh ia tak berani. Ia takut meng
dijual. Semua hanya berkat kebijaksanaan Corry juga. hancurkan hati ibunya berdepan-depan.
Lebih daripada benda-benda itu ialah anaknya yang pertama: Sekarang ia telah mehjadi tua. Ia hanya hidup di dalam ke
Van. Wajahnya begitu sarna dengan ibunya, bahkan juga tingkah nangan-kenangan. Dan tiap kenangan masa muda yang masih
laku serta fiilnya. Kadang-kadang dalam pergaulannya dengan dapat diraihnya dikukuhinya agar tak hilang lagi: nafsu-nafSu di
Van, Suharko lupa, bahwa Van adalah anaknya. Ia membawa sua burderai-burderai di luar kota dulu! Dengan begitu banyak non
sana bahagia ibunya. Belanda! Dengan langganan-Iangganan yang membawa anjing-
94 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA NYONYA DOKTER HEWAN SUHARKO 95

nya! Sebenarnya dia insaf, Corry mengetahui segala perbuatan Pada salah suatu tamasya di daerah pegunungan, seakan-akan
nya itu, tetapi berdiam diri saja. Corry sendiri pernah bilang: dengan tiada disengajanya ia letakkan tangannya pada pundak
Bagaimanapun juga kau pandangjenis lelaki, dia akan tetap tlng g-'ldis yang telab memberinya sedikit daya hidup itu. Kiki tiada
gal jadi jenisnya. Sekalipun kau beri moral dan religi segerobak rnernbantah. Karena itu ia cium gadis itu dengan ketakutan.Juga
tiap hari. K iki tidak rnembantah.
Dan di Solo, ibunya yang sudah lebih dari tua itu j uga hidup Maka terjadilah kasih cinta yang sarna juga di mana-mana
dalam kenang-kenangan, dalam dunia cita dalam mana anaknya negen.
hendak dibentuk sendiri. Masih tetap segar, walaupun kenyataan Maka terjadilah seman gat yang hidup-menghidupi antara pi
kenyataan telab jelas-jelas mengecohnya. Perawan, yang ia sedia hak-pihak yang bercinta-cintaan.
kan bakal menantunya, kini telah meninggal, meninggalkan se Beberapa minggu kemudian keduanya menjadi pengantin
orang anak perawan. Sedang ayam-ayam yang ia sediakan untuk llaru dan pindah ke Jakarta.
mengawinkan dokter hewan Suharko entah telah menjadi bera B eberapa bulan setelah pernikahan itu, ternyata bagi Suharko,
pa ratus kini, mengembara mengisi pekarangan belakang. Lebih hahwa si Kiki lebih bebas, lebih gesit, lebih meriah daripada yang
lima puluh pros en keturunannya mati di tiap musim penyakit i.l lihat dan nilai semula. Hidupnya yang telah lama dan lamban

pseudopes. I nenjadi kuat dan gesit, dan juga meriah. Ia lihat bagaimana dalam
Nenek itu menyambut puteranya yang telah menjadi tua de cbentar waktu si Kiki dapat memikat hati orang - dengan ke
ngan hati yang masih tetap curiga. Dan puteranya sendiri lebih hebasan, kegesitan dan kemeriahannya. Apabila dahulu rumah
suka hidup dalam keriahan kenang-kenangan masa lalu daripa nya adalah semacam benteng yang terkurung, kini adalab sema
da melayani kecurigaan ibunya. Corry tiada bandingan! cam lapangan terbuka, - tamu! Tiada henti-hentinya.
"Lasmi telah meninggal, Ko," ibunya berkata. "Gadisnya sering Dan dokter hewan Suharko rnulai menjadi jernu meIihat ba
kemari. Baru dua bulan turun dari Eropa, Ko, ikut ayahnya, kerja nyaknya tamu, tanpa sortasi itu. Tapi si Kiki butuh mengalirkan
di kedutaan kita di Eropa." kegesitan, kebebasan, serta kemeriahannya kepada siapa saja yang
Suharko sudah lama kehilangan p erhatiannya pada hal-hal Inungkin. Rumah tangga dokter hewan Suharko kini menjadi
secumil semacam itu. Juga perkenalannya dengan Kiki anak ga tempat bermukim bagi hati-hati tua dan hati-hati muda yang
dis, yang semestinya dabulu menjadi isterinya itu, hanya punya Inenanggung kesepian di tengah-tengah kotaJakarta yang gelisah.
nilai secumil. Akibatnya Suharko terdorong di kesamping di rumahtang-
Tetapi suasana daerahnya yang kecil itu menyebabkan ia ter ganya sendiri.
paksa j ua memperhatikan berbagai hal yang cuma sedikit itu . Ia kembali rnenjadi lemah - lebih lemah.
Lama-kelamaan ia mulai perhatikan si Kiki, gadis modern, de Ia kembali menjadi kesepian - lebih kesepian.
ngan rambut di-bob buntutkuda itu. Lama-kelamaan ia terpe Sekarang dokter hewah Suharko tak membutuhkan Kiki lagi.
sona, tanpa kesedarannya sendiri tentu, pada kegesitan, kemudaan, Ia hanya membutuhkan keutuhan kenangan-kenangannya di
kelincahan, dan keriahan si Kiki. Bertambah sering keluarga itu Inasa lalu. Sering ia pandang Van dengan diam-diam. Dan kini
bertamasya keluar kota bersama-sama dengan Kiki, bertambah Kiki tumbuh menjadi wanita yang telah masak. Dan Suharko
nyata baginya bahwa si gadis yang baru turun dari Eropa itu tiada peduli akan kenyataan itu.
dalam beberapa hal mirip dengan Corry.
96 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA NYONYA DOKTER HEWAN SUHARKO 97

Dalam waktu yang tidak lama Kiki telah ubah rumah tangga beli kembang, sate, belanja di Pasarbaru, nonton. Di atas Express
beserta suasananya sekaligus menjadi 'modern' sebagaimana ia 1 50 cc ia merasa sebagai wanita yang telah maju, modern, dan
dan golongannya menamainya. Ia susun kembali letak perabot menarik perhatian lelaki. Ia senang menarik perhatian lelaki .
perabot menurut petunjuk daripada majalah-majalah wanita "Dengan begini, mas, aku tak lagi mengganggu mas dengan
yang terbaru . Mula-mula pendule, yang tiap malam membuat pinta dipinjami oto itu."
nya menjadi pening, karena khayal-khayalnya selalu diganggu Dalam pada itu dunia kenang-kenangan dokter hewan Suhar
nya, dijualnya, digantinya dengan jam meja dari model terbaru. ko telah punah, ikut menjadi almarhum bersama Corry. Tiap
Pertama kali, kaget juga Suharko melihat benda kebanggaan hari Corry kian menjadi kabur, hilang-hilang timbul tidak ke
Corry dijual tanpa seijinnya, tetapi ia diam saja. Dari uang ber tentuan. Bahkan ia lihat anak-anaknya sendiri tambah lama
dikit-dikit yang dapat disimpannya Kiki membeli hiasan-hiasan menjadi asing di rumahnya sendiri, terdesak oleh para tamu yang
rumah yang amat asing bagi suaminya: perabot-perabot kawat, ingin menyeri kegesitan, kebebasan, keriahan Kiki dalam kese
maquet-maquet tembikar serta beledu bahkan jerami. Kian lama pian mereka.
daerah kenangan-kenangan Suharko kian terdesak.Tiap tindak
***
an Kiki menyebabkan dunia knang-kenangannya ikut ter
PADA SUATU hari waktu Suharko pulang dari memeriksa penya-
kutung.
kit mulut dan kuku yang sedang berjangkit dengan sehebatnya
"Ini lebih praktis," kata Kiki selalu, "lebih modern, dan lebih
di luar kota, dan hujan turun dengan tiada tersangka-sangka, ia
murah."
dapati Kiki sedang menemui seorang tamu - seorang pemuda
Kemudian lemari-lemari dengan garis dan bentuknya yang
pemondok yang tinggal di samping rumahnya.
klasik melayang pula. Sebagai gantinya datanglah lemari-lemari
"Buat apa dia datang? Dan mengapa dia, dan juga semuanya,
dibingkai dengan staalbuis ber-kroon diplitur putih. Radio-sa
bukannya datang untuk aku?"
lon Philips yang telah ketinggalan jaman, dan telah menjadi
Pertanyaan itu menyebabkan Suharko dihadapkan kepada
nenek-nenek itu, terbang pula, digantikan oleh Grundig 3-di
tuduhan yang ia tak pernah merasatnya: Kau cemburu! Cem
mensi. Sebuah tape-recorder, yang hanya lima kali dipergunakan,
buru!
menggeletak jadi pajangan di lemari pojok. Piano Corry, yang
B eberapa jam kemudian Kiki berkata kepadanya:
sederhana dan kecil itu, pun melayang.
"Mas saya hendak pergi, menukar motor ini dengan yang lebih
"Buat apa piano?" katanya pada Harko pada suatu sore. "Mas
baik."
tidak main, anak-anak juga tidak bisa main. Aku sendiri tak suka
Express 1 50 cc itu pun menggeret-geret di pekarangan kemu
piano, bahkan musik kamar pun tidak. Musik besar lebih baik
dian meraung hilang ditelan lalu lintas malam kota Jakarta. Jam
apa pula satu piano hanya! "
dua malam Kiki pulang. Dengan Express 1 50 cc itu juga Suhar
Sebagai gantinya muncul dalam rumah itu sebuah sepeda
ko sendiri yang bangun ntuk membukakannya. Lelaki tua itu
motor Express 1 50 cc.
merasa, ia memang harus mengalah. Ia telah nikmati kemudaan
"Lihatlah, mas, bukankah tanknya nampak elegan? Bodoh
Kiki. Bukankah Kiki berhak menikmati kemudaannya sendiri
amat itu orang yang beli Puch - seperti jaran kepang! "
juga? Sepotong malam itu ia tak tertidur. Kiki tidur dengan
Dan dengan sepeda motor itu Kiki mondar-mandir tiap hari:
senang dan nyenyak. Suharko melihat - dan baru sekali ini! -
98 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA NYONYA DOKTER HEWAN SUHARKO 99

Kiki tertelentang di sampingnya: matanya terbuka sebagian, Suharko pulang kerja dan melihat sepeda motor itu masih di
mulutnya ternganga, dan ujung-ujung giginya berderet mengeri tempatnya ia pukul isterinya dengan rotan. Sehingga seminggu
kan, lengkung mulutnya yang melancip ke atas. la merasa sedang ia terus pukul Kiki pada mukanya. Sementara itu Van menderita
mendampingi singa betina. Ia merasa sedang mendampingi cae at untuk selama-Iamanya.
buaya. Ia merasa sedang mendampingi sesuatu makhluk yang Perhubungan antara Kiki dan Suharko adalah seperti kambing
menjijikkan. Ia melompat turun, berbisik pada diri sendiri: dengan makelarnya.
" Tiada pernah kusangka, bahwa manusia bisa serupa benar Tentu saja pada satu kali Kiki minta eerai dari suaminya.
dengan hewan." "Tentu saja," kata Suharko, "dan bawa semua barang-barang
Pelahan-Iahan ia pergi ke pelataran depan, duduk di kursi modern itu. Tetapi perabot Corry hendaknya kau kembalikan.
kebun dan merenungkan hari depan anak-anaknya, merenung Bawalah semua uang yang ada, dan pergilah kau."
kan Corry yang membawakan suasana petani. Sedang kandang
***
kandang kalkun di belakang rumah kini telah punah diobrak
SEjAK WAKTU itu Kiki meninggalkan rumah dan suaminya. Ia eari
abrik menjadi baan badminton. Tembok konsul, yang oleh Corry
benda-benda yang telah dijualinya. Tiap benda yang diperoleh
tadinya didereti dengan bunga-bungaan dan tempat keluarga itu
nya kembali, dibarenginya dengan surat hutang atas nama dok
berangin melihat lalu lintas, kini terhalang oleh bak ikan hias,
ter hewan Suharko. Dan kembali benda yang telah diterimanya
maskoki, maanvis, plastik, ikan ular dan bintang.
itu dijualnya lagi kepada orang lain. Demikian terus-menerus.
Pada jam lima subuh hari biasanya anaknya yang tertua, si Van,
Hanya satu yang tak dijualnya: Express 1 50 cc. Tetapi akhirnya ia
telah bangun dan bergerak badan. Va. Ia dengar pintu samping
terjuaI jua. Mula-mula aku yang membelinya. Tetapi cara-cara
dibuka. Ia dengar anaknya keluar. Ia dengar anak itu terpeleset
yang ia pergunakan aku kenal benar. Aku tolak surat hutangnya.
dan jatuh menubruk sesuatu benda keras. Ia lihat anaknya terte
" Tentu saja ceritamu itu tidak benar semuanya," kata kawanku
lentang pingsan di bawah Express 1 50 cc. Keningnya pecah ter
kepada kawannya.
pukul ujung footstep. D arah mengucur tiada henti-hentinya.
" Tentu saja tidak. Sebagian tentu fantasiku sendiri."
Suharko menyeret Van, membaringkannya di atas sofa dan
"Dan apa gunanya fantasi itu?"
merawatnya.
"Supaya kau mendapat gambaran yang lebih jelas."
Waktu Kiki bangun dan melihat anak tirinya terbungkus
Dan kami pun pulanglah. Aku memboneeng kawanku dt atas
dalam p erban, serta kasur dan seperai sofa berlumuran darah
sepeda motor yang baru dibelinya.
nampak kekecewaan tergambar pada wajahnya.
"Mengapa darah itu mesti berleleran di sofa. Tidak di lantai ***

saja?" SEBULAN KEMUDIAN benar-benar kawanku didatangi oleh seorang


Sekali itu dalam kehidupan perkawinannya Kiki dijawab de wanita, yang dalam cerita. kawannya kawanku disebut Kiki. Air
ngan rotan pada mulutnya. Dan Suharko meraung: mata bereueuran meneeritakan penderitaannya dalam kehidupan
"Buang Express itu. Kalau tidak mau, aku yang membuang rumah tangganya. Ia meminta kembali Express 1 50 ce itu, kare
nya." Sejak itulah Express 1 50 ec itu tetap berdiri di samping na dipinta oleh suaminya. Dan ia takut pada suaminya.
rumah, dengan minyak berceceran di sekelilingnya Dan tiap Terpaksa kawanku dalam waktu sesaat tak dapat mempercayai
1 00 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

cerita kawannya kawanku. Air mata adalah cukup menjadi per


nyataan yangj ujur. Ia serahkan sepeda motornya dan menerima 7
surat hutang.
Sejak waktu itu, wanita yang disebut kawannya kawanku se-
bagai Kiki, tak pernah memperlihatkan batang hidungnya lagi.

Tanp a Ketnudian

Created Ebook by syauqy_arr

ADANYA AKU TAK KENAL BETUL.

P Permunculannya memang amat menggiurkan - seorang


perawan remaja, bertubuh tinggi langsing, berkulit lang
sat mendekati putih, hidung bangir, bibir kecil yang penuh, dan
gaya Jalan yang melenggok-Ienggak ringan. Pada pandangan per
tama ini mataku memang tertarik kepadanya. Dan tiadalah salah:
seakan ia diciptakan di atas dunia ini untuk menimbulkan bera
hi pria. Bibirnya yang penuh seakan khusus diciptakan untuk
dicium lama-lama.Tingkah lakunya yang kegenit-genitan meng
getarkan sendi-sendi iman.
D an aku talc tahu namanya.
Kata orang: bila perhatian ada, ada pula jalan untuk menge
tahui . Demikianlah, maka pada suatu kali terkutip berita sedikit
olehku tentangnya. Nama: Nana. Pekerjaan? Tentu saja pekerjaan
harus disebutkan pula. Bukankah ia pagi-pagi berangkat di atas
sepedanya yang tak berban mati itu, dan tiga empat hari baru
pulang ke rumah untuk kemudian berangkat lagi di waktu pagi
pagi benar? Nah; pekerjaan: pelayan Concordia! ltu pusat hibur
an para opsir Jepang.
Nama dan pekerjaan hanya suatu ancang-ancang untuk
mendapatkan berita yang lebih banyak. Tiap kesempatan kuper-
1 02 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA TANPA KEMUDIAN 1 03

gunakan untuk mengetahui benar tentang makhluk yang diru tlrikannya kepadaku untuk mengenangkan dirinya begitu kuat
hian.
niai begitu banyak kemauan untuk menggetarkan kebera dan tiada terbendung. Sedang desas-desus tentangnya dengan
Anripati terhadap pekerjaannya tiadalah menjadi halangan. Kare diam-diam kusimpan di dalam hati. Dan pada suatu kali meniup
dan
na: yang seperti dia hanya seorang saja di atas buminya Tuhan, lah berita yang benar-benar menusuk p erasaanku: Nana kini
Tuhan hanya menciptakan seorang saja yang seperti dia. telah menjadi ringgi, gemuk dan lebih montok, dipiara oleh opsir
Berita selanjut nya mudahlah sudah untuk dikira-kirakan: ham Jepang daerah Menteng. Masa pendudukanJepang dengan kela
pir tiap hari Nana diseret oleh opsir-o psir Jepang ke kamar parannya ridaklah merupakan suatu masa yang baik bagi desas
kolong Conco rdia. desus fitnahan, hampir selamanya benar, karena bagi orang-orang
Di masa sekarang memang sudah banyak yang tak kenal nama kelaparan hidup menjadi bersungguh-sungguh. Sebagai seorang
Concordia - gedung yang kini menjadi temp at wakil-wakil kanak-kanak seperti aku, yang jiwanya terbuka bagi segala ke
rakyat berkumpul dan bersidang. inginan riadalah dapat aku melenyapkan buah-buah keinginan
S ering, apabila aku pergi ke Balai Pus taka untuk membeli dengan b egitu saja. Bahkan keinginan-keinginan yang terasa
buku , terdengar dari kolong yang di sana-sini diberi betjerajak mubazir dan gila masih punya tenaga pendorong untuk meng
besi itu , tertawa ria, kadang-kaang pekik ketakutan atau dera gerakkan tekad dan tubuh. Demikianlah dengan perut yang se
yang menggeletar dari ujung rotan mentah. Tawa, pekik itu ada tengah lapar dan tubuh yang lesu pada hampir tiap sore aku ber
lah keluar dari bibir yang penuh dan menggairahkan daripada keliaran di daerah Menteng untuk dapat memandang wajahnya
perawan -perawan muda seperti Nana. Dan Nana sendiri ada di yang telah sekian lama aku dambakan. Segala anggapan dosa yang
situ. dilemparkan oleh umum di atas kepalanya, dapatlah diampuni
Orang bilang: Nana tak perlu didera dengan rotan. Lihat saja oleh jiwaku yang masih muda. Segala kesalahannya tidak terma
badannya yang tetap montok.Lihat saja kulitnya yang tak pernah suk ke dalam perhitunganku, dan segala gerak-geriknya yang
lecet semili persegi pun! barangkali juga ditujukan kepadaku, terasa sebagai isyarat dari
Orang lain lagi bilang: "Nana sih, tak perlu ketakutan ." alam sempurna, dari alam cipta, merupakan rahmat yang seting
"Ya, ia telah sediakan dirinya dengan senanghati untuk dunia gi-ringginya.
kesenangan." Dan pada suatu siang kudapati alamatnya.
Ia berumur tujuh belas tahun waktu itu. Tiga tahun lebih muda Ia sedang duduk minum segelas susu coklat di serambi sebuah
daripada umurku. Tujuh belas tahun lamanya ia telah memper gedung kelabu yang indah. Waktu melihat aku, ia mengangguk.
siapkan diri untuk menerima saluran bagi kegenitannya. Tujuh Dan jambulnya ikut pula mengangguk. Dengan tiada kuduga
belas tahun adalah masa yang amat panjang bagi detik-detik duga ia bangkit dari duduknya dan diajaknya aku mampir seben
bahagia yang bukan main pendeknya. tar. Aku Iihat lehernya berkalung rantai emas dengan mainan
Entah sudah berapa kali saja aku menyayangkan tubuh yang yang gemerlapan dengan intan dan berlian. Kupingnya dihiasi
dibaktikan kepada bala tentara Dai Nippon itu, tetapi karena riap sepasang markis yang rampai bermatakan berlian pula. Apakah
pribadi hidup dengan dalil-dalilnya sendiri untuk dapat meng berlian dan intan itu hanya imitasi, pada waktu itu bukanlah
umpani sang hidup yang tiada puas-puasnya itu, tiadalah ber menjadi masalah samasekali. Kupingnya bagiku lebih penting
faedah rasa sayangku itu. Namun dalam masa-masa senggang daripada markis, dan leh ernya l ebih penting daripada kalung
beserta mainannya.
TANPA KEMUDIAN 1 05
1 04 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

Di waktu itu hilang lenyaplah segala rasa takutku terhadap "Mau makan?" matanya berkilau-kilau.

segala macam Jepang yang ada di atas bumi ini. D engan tenang Waktu aku mengangguk malu, nampak ia bertambah girang.
aku naik ke rumahnya, dan kemudian membuntutinya masuk ke "Di sini tak perlu takut. Setidak-tidaknya waktu ini. Dia se-

dalam. Perabot rumahnya terdiri atas barang-barang berat yang dang pergi. Pergi ke Surabaya."

disusun dengan sembrono. Di segala tempat nampak kaca-kaca Malam itu aku dibawai olehnya sekantong beras, sekaleng
cermin yang besar, sebuah feautiel besar, tebal dan dekil meng Ininyak samin dan seekr ikan emas yang belum juga mau mati.
gagahi sepotong ruangan tengah beserta sebuah meja berdaun Dan kubawa berkat itu melalui pengembara-pengembara kela
kaca kristal. Di tiap meja terdapat asbak yang berisi abu dan paran yang berjalan dengan langkah satu-satu di sepanjangjalan.

puntung, bahkan juga kapas bekas pengorek kuping. Pintu ka Jakarta di masa pendudukan Jepang.
mar-kamar terbuka sembarangan, dan dari ruang tengah i tu ***
nampak berbagai macam pakaian bergelantungan serta kelambu
EJAK lTV aku sering mengembarai Menteng. Bukan hanya un-
yang tak terpelihara, seperai yang masih teraduk-aduk. tuk memandangi wajahnya - dan siapa tahu mendapat harapan
Di luar dugaanku ia adalah begitu ramah, tidak seperti waktu yang lebih besar daripada yang pernah kuharapkan selama ini _

kita masih tinggal segang. Kema!iaman air mukanya hilang tiada tetapi juga karena jaman kelaparan ini telah demikian membe
berbekas . Rouge dan gincu yang memerahi pipi serta bibirnya
ranikan hatiku dengan tak semena-menanya. Tetapi tiap aku sam
membuat ia nampak riang. Ia duduk sambil mengangkat kaki pai di depan rumahnya tak pernah aku melihat ia duduk seorang
sebelah, sehingga sepatu sandalnya yang tali-tumitnya diinjak,
diri di beranda seperti dahulu.
tergantung-gantung layu.
Sekali dua kulihat ia hanya melintas saja di beranda itu dalam
Setelah menyediakan bagiku minuman, mulailah ia mem
kimono merah berbunga-bunga putih, ungu dan kuning serta
perkenalkan kepadaku benda-benda yang dalam waktu yang
bersepatu sendal yang diinjak talinya. Dari kejauhan, dan dalam
sebentar itu dapat dikuasainya: pakaian selemari penuh (di an
waktu selintas, ia nampak lebih cantik dan menggairahkan. Sela
tara jutaan orang yang kekurangan pakaian, bahkan berkain goni Iu dan selalu kudapati di beranda itu opsir-opsir Jepang yang
dan kajang), barang emas-emasan. duduk dengan larsa kuning terangkat ke atas tangan-tangan feau
"Dan lihat itu, radio besar. Sayang sekarang nggak ada siaran:'
tiel. Bukan opsir yang itu-itu juga, tetapi berganti-ganti.
katanya sambil menyapu-nyapu dataran peti radio. Kadang aku lihat Nana duduk di pangkuan salah seorang di
Setelah itu pandangnya elitebarkan ke keliling. Tiba-tiba:
antara mereka serta mencubiti pipi atau membelai misai opsir
"Pecah belah dari kristal. Kata tuan Ozima buatan Osaka." dari negeri matahari terbit itu. Artinya: jarak antara aku dan dia
"Kau senang di sini, bukan?" tanyaku . Dan justru di waktu kian hari kian jauh, harapanku kian detik kian surut dan memu
itulah aku insyaf, bahwa kami sebenarnya belum lagi berkenalan. dar. Namun segala perbuatannya sungguh-sungguh aku maafkan.
"Nggak perlu berkenalan kan? Kita sudah lama berkenalan. Bahkan rasanya aku masih dapat terima ia di dalam hatiku bila ia
Kita tahu nama masing-masing Aku senang eli sini?Ya, memang telah berjauhan dengan opsir-opsirnya.
senang, tapi . . . ." Tiba-tiba Revolusi pecah dengan tiada terduga-duga sebelum
Ia tujukan pandangnya pada pintu yang terbuka dan menga nya . . . .
rah ke ruang belakang. Sekilas kelihatan babu-babu yang terta
***
wa-tawa histeris. Dan aku mengerti.
1 06 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA TANPA KEMUDlAN 107

AKu PUN MASUK tentara. Kenang-kenangan serta pengalaman "Kau d i sini?" segera aku bertanya.
pengalaman di jaman Jepang dengan sekaligus padam, terdesak Nampak ia kaget melihat aku. Kemudian aku lihat ia menjadi
oleh kesibukan-kesibukan baru yang memberikan kebahagiaan gugup - ketakutan . Tetapi akhirnya ia mengangguk dan menco
bagi pemuda-pemuda miskin, pemuda-pemuda pencinta, kela ba tersenyum manis. la tetap tak menjawab.
paran, kesabtan dan penakut. Revolusi telah membuat tubuh "Sudah lama?" kembali aku bertanya - mencoba ramah.
tubuh muda ini menjadi pusat segala kegiatan. Kini orang hanya la mengais-ngais dengan kaki yang telanjang, kemudian me
in gat pada bala tentara Inggris dan Nica. Orang lebih membe l etakkan embernya di tanah, sebentar saja mencuri pan dang ke
rahikan senjata daripada apa pun j ua yang mungkin. Orang padaku dan berkata hampir-hampir berbisik:
memberahikan pakain berwarna hijau serdadu daripada segala "Baru seminggu," jawabnya.
pakaian yang mungkin. Orang terseret mentah-mentah pada Telah setengah bulan ini aku tinggal di Cikampek. Tiap berita
segala yang berbau kemiliteran. Aku tidaklah berbeda dengan pe yang sekecil-kecilnya pun segera meniup dari mulut ke mulut.
muda-pemuda ini. Tetapi tentang dia aku tak pernah dengar. Apalagi orang seperti
Pada suatu hari sehabis pulang dengan pasukan dari garis dia tak pernah dikenal oleh tempatku ini. Ini tidak mungkin!
depan, kembalilah aku mendiami. kamarku di sebuah rumah Ja Tidak mungkin! pikirku. Namun aku bertanya juga:
watan Kereta api, di Cikampek, di pangkalan. "Mencari beras?"
Pangkalan ini adalah sebuah kota kecil yang tiap musim diku "Mengungsi," jawabnya, tidak lebih keras daripada suaranya
tuki oleh kekurangan air. Kota ini terjadi karena menjadi stasiun yang tadi.
p ersimpangan daripada lin-lin penting, karena itu hanya pe "Mengungsi ?"
gawai-pegawai Jawatan Kereta apilah yang memperoleh yang Rupa-rupanya ia tak senang ditanyai. Jadi kuambil anduk dan
baik-baik saja di sini. Juga leiding hanya mengalir ke gedung pakaian kotor dan tersuruk-suruk kembali ke beranda sebuah
gedung dinas Kereta api ini. Dan tidak selamanya penghuni ge gedung Jawatan Kereta api yang jadi tempat tinggalku bersama
dung itu rela meminj amkan kamar mandi kepada prajurit-pra tujuh orang prajurit lain.
jurit yang tinggal di beranda mereka. Prajurit-prajurit yang ting Kembali aku bertemu dengannya waktu ia pulang ke rumah-
gal di beranda? Tentu, karena di sini tak pernah ada tangsi, baik nya dan melewati beranda tempat tInggalku.
polisi ataupun militer, dan di masa Revolusi kota ini harus me "PuIang?" tanyaku.
nampung tidak kurang dari sepuluh ribu orang prajurit. Di tiap Ia mengangguk, kemudian menundukkan kepala.
rumah terdapat prajurit mendompleng. lni belum terhitung para "Tak mampir?"
p engungsi dan p encatut beras dari Jakarta. Air menjadi lebih Ia mengangkat kepala, tersenyum sedikit, kemudian meng
sedikit lagi. Tiap sumur menjadi pusat kegiatan di pagi hari - geleng.
sejak subuh hingga tengah malam. Bunyi katrol menjerit tiada "Di mana tinggal?" tanyaku lagi.
henti-hentinya. Dengan bulu matanya yang tebal panjang dan mulut di
Pada salah sebuah kesempatan mandi di sore hari, dengan tia monyongkan ia menunjuk arah sebuah rumah di belakang ru
da kuduga-duga kulihat seorang wanita langsing menjinjing mah samping tempat tinggalku. Menunduk Iagi.
ember terbus berisi cucian sedang menunggu gilirannya. Dan Dekat saja, pikirku. Dan dengan sendirinya saja terlintas dalam
wanita itu tiada lain daripada Nana.
:..:.O=
1 08 __....:.P.:.: .:..: ED ...:: A-=
:.:.:..:. AN
:.:.:AN :.
TA TO
.:... E
::..: .:. ERI
: C:...-
: R.:... TA_D
....:. .- _ AKAR:
!AR I J__ TA___ TANPA KEMUDIAN 1 09
RAM -----" _

otakku untuk berkunjung ke rumahnya. Setidak-tidaknya ia ikut campur dalam memukul, menetak dan menendangnya.
pernah memberi aku bekal makan di masa kelaparan dulu. Ia Wajahnya riang dijalari darah patriot yang sedang meneIJang
patut dikunjungi. golongan anti-revolusi . Bulu-hidungnya menggeletar seakan
Sore itu aku pergi ke markas untuk mengurus sesuatu peker akan ikut menyiksa si garong dengan tusukannya.
jaan. Berita yang panas meniup dari kiri-kanan: seorang garong Waktu komandan resimen lewat ia terhenti bicara, kemudian
tertangkap waktu sedang mengungsikan hasil garongannya dari mendapat perintah untuk memanggil komandannya.
Jakarta ke pedalaman. Dia telah dihajar habis-habisan, dikurung "Nana! " bisikku. "Bekas Jepang! Kini digarong pula dirinya."
di markas polisi militer. Dan sambil berpikir-pikir aku pun pulang ke berandaku. Kuco
"Apa yang digarongnya?" tanyaku. ba hendak menghidupkan api berahiku yang dahulu, tetapi rupa
" Nona," jawab seseorang. rupanya ia tak mau berkobar lagi. Orang seperti Nana patut
Dan aku tak heran. Penggaro ngan nona-no na manis sudah dikasihani . Di masa kelaparan ia telah pilih jadi gundik Jepang,

sering terjadi di Lemah Abang, Cibarusa,Wadas,TelukJambe dan di masa Revolusi ia tak punya hak pilih, bahkan dirampas dirinya.

sebagainya. Hanya satu hal yang selalu timbul sebagai reaksi atas Waktu hampir sampai ke berandaku , aku tak jadi masuk, teta

kejadian semacam itu : muak! Ke}11uakan masyarakat yang sedang pi langsung menuju ke rumah Nana. Ia keluar dari kamar. Ku

berjuang menghadapi bala tentara musuh yang lebih kuat. ucapkan selamat kepadanya karena telah terlepas dari kekuasaan
Seperti biasa berita semacam itu menyebabkan orang bertanya: si garong durhaka.
"Si nona manis, nggak?" Aku lihat tak ada kegembiraan tergambar pada wajahnya. Ia
Dan alangkah terkejutku sekali ini waktu mendengar: nona itu nampak kusut dan mencoba menyelesaikan pikiran dan mem
tiada lain daripada Nana. Seorang polisi militer yang sedang bulatkan keberanian. Ia menunduk dalam. Memandang aku se
berada di markas resimen bercerita dengan tangan kiri dan ka bentar. Menunduk lagi. Kemudian duduk di kursi di hadapanku .
nan sebentar melambai-Iambai bahwa bersama dengan kereta Tetapi semua itu tak kuperhatikan benar.
lambat garong itu datang ke Cikampek. Tak ada laporan apa-apa Waktu datang serombongan polisi militer ke rumahnya, segera
dari Jakarta. Maksudnya bukanlah hendak ke Cikampek, tetapi aku pun menunta diri.
ke Purwakarta. Tetapi sampai Cikampek si nona turun dan me Ia tak seriang dahulu. Ia telah menjadi layu.
laporkan pada komandan jaga stasi un, bahwa dirinya telah diga Dan di hari-hari selanj utnya, setelah kuketahul bahwa tiap
rong oleh seorang. Dan seorang itu sedang duduk menantinya malam salah seorang prajurit yang berada di bawah komandoku
di dalam gerbong. sering datang ke rumahnya dan berniat hendak mengawininya,
Di saat itu juga si garong ditangkap dan dihajar. Ia tak diberi aku tak pernah lagi datang ke rumahnya . . . .
kesempatan untuk membela diri. Dalam pukulan dan tendangan ***
matanya tetap tenang mengawasi N ana. Orang macam begini
BEBERAPA BULAN kemudia ia tinggalkan Cikampek tanpa ber-
mesti dipicis! Orang berteriak-teriak. Yang lain-lain menyerah
pamitan kepadaku. Juga praj urit yang berniat hendak menga
kan jiwa dan raganya buat perjuangan - dia senang-senang
wininya yang meluap-Iuap kini padam dengan mendadak. Ia
menggarong perempuan!
menjadi pendiam. Bahkan pada suatu kali ia minta diberi tugas
Polisi militer itu melayang-Iayangkan tangan dan tinjunya. Ia
di sebuah pos yang baru dibuka. Jadi kukirimlah dia ke sana de-
1 10 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DAR! JAKARTA TANPA KEMUDIAN 111

ngan membawa sebuah kerabin, yang telah lama dimilikinya se kaku dan lidahnya kelu. Luka bekas cacar pada lehernya dan
belum menjadi prajurit. Ia berangkat seorang diri di pos pem sebuah tahi lalat kecil pada pipinya, membawa aku pada kenang
beritaan yang terpencil itu . Sehari-dua datang juga beritanya an masa pendudukan Jepang dengan kesulitan-kesulitan dan
melalui pos tentara dan telepon. Tetapi pada had ketiga tak ter kesukaan kecil-kecil yang telah kami alami bersama-sama. Apa
dengar apa-apa lagi tentangnya. Demikianlah, sehingga lima belas kah mungkin Khalil seorang garong? Apakah Revolusi telah
hari lamanya.Waktu kami membuat pengusutan, ternyata praju mengubah pemuda yang sopan-santun, baik dalam laku maupun
rit itu meninggalkan posnya dengan membawa kerabin ke dalam berpikir ini, menjadi seorang penculik wanita?
pangkalan pembantu untuk mengambil ransum. Tetapi di sebuah Sekaligus kuruntuhkan pandangku, dan ia pun meruntuhkan
warung yang terpencil ia disergap oleh beberapa orang. Kerabin pandangnya. Terdengar suaranya yang layu:
nya dirampas dan ia sendiri dibunuh. Dengan demikian tiadalah "Aku kira, tidak ada satu hal pun yang pernah kulakukan, yang
akan keluar cerita dari mulutnya tentang Nana. melanggar larangan agama. Tapi itu tak apalah. Kau prajurit, dan
Lama-kelamaan dapatlah kutangkap sebuah berita, bahwa ga kau harus berpihak pada kawan-kawanmu. Sekalipun kau kenal
rong yang menculik Nana bernama Khalil. Tambah lama berita aku, sekalipun kau hendak menolong aku, kau lebih baik me
tentangnya yang kukumpulkan ertambah banyak juga. Misal nolong jiwamu sendiri. Lagi pula kau memang tak bisa me
nya, bahwa ia sejak kecil tinggal di Jakarta. Bahwa ia tinggal di nolong aku seelikit jua pun. Kau akan tewas bila berusaha me
sebuah gang di Kemayoran. Bahwa pekeIjaannya berdagang apa nolong aku."
saja yang dimungkinkan oleh masa pendudukan Jepang. Bahwa Dengan isyarat tangannya ia minta eliberi minum.
baru sekali ini dalam seluruh hidupnya masuk ke pedalaman. Dan Dan aku ambilkan ia segelas teh pahit.
berita itu membuat aku terkenang pada salah seorang tetanggaku "B esok aku ditembak mati," katanya. "Tapi itu tak mengapa.
segang yang senama dengan dia. Karena tiada dapat menahan hati Untung kau datang. Aku tetap berada dalam keimanan kepada
maka pada suatu kali datanglah aku ke markas polisi militer Tuhan dan agama. Matiku ini akan lebih baik bila saja dia dapat
untuk menjenguk garong yang dibenci oleh seluruh penduduk berbahagia karena itu."
pangkalan. Waktu aku masuk ke dalam selnya, mula-mula sekali "Dia?" tanyaku dalam hati. " Nana?" Tapi aku hanya men
yang nampak olehku adalah tahi lalat pada puncak hidung. Tahi dengarkan suaranya yang layu, sayup-sayup, seperti dari kejauhan
lalat itu adalah kepunyaan tetanggaku Khalil.Wajahnya aku tiada diucapkannya, dan: mengandung dendam kesumat.
mengenal lagi karena telah tenggelam di dalam bengkak dan "Aku besok ditembak mati," ulangnya. "Tetapi aku tidak akan
bekas-bekas bakaran rokok. mati! Aku akan tetap hidup di dalam hati mereka yang telah
"Khalil! " aku berbisik. memfitnah aku."
Ia angkat kepalanya dan menentang mataku. Benar, mata itu "Kau kena fitnah?" tanyaku .
adalah mata tetanggaku sendiri, sekalipun telah menjadi sepasang "Ah, biarIah soal ini takkan pernah diketahui orang. Hanya
garis lidi. Melihat aku, dengan mendadak matanya berapi-api saja, kalau Revolusi ini kelak selesai, dan kau sempat datang dt
berisi dendam kesumat. Dan dendam kesumat itu juga diarah kampung kita eli Jakarta, sampaikanlah kabar diriku kepada orang
kannya kepadaku - kawannya sendiri. tuaku. Aku merasa beruntung ada seorang yang kukenal datang
Ia tak membuka mulutnya. Mungkin karena bibirnya telah mengunj ungi aku, walaupun tidak dapat dan tidak bermaksud
dan tidak mampu menolong aku."
1 12 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA TANPA KEMUDIAN 1 13

Ia tak teruskan ucapannya. Dengan isyarat disuruhnya aku lalat di puncak hidungnya. Hampir-hampir aku berteriak kesa
pergi. la hendak tinggal seorang diri, mempersiapkan diri untuk kitan melihat tamasya itu. Wajahnya tak kukenali sarna sekali,
mati pada besok hari. karena wajah yang kemarin membengkak begitu hebatnya, kini
Aku pun pergi keluar dari selnya, tersuruk-suruk gontai. Ke bengkakan itu telah menjadi dua kali lipat, sehingga kepalanya
palaku penuh dengan ribuan hal yang panas, pedih dan ruwet. merupakan sebuah buyung kecil terbalik. Matanya yang kema
Berbagai mata mengawasi aku dengan curiganya. Tetapi aku tidak rin merupakan sepasang lidi pendek, kini hilang ditelan bengkak
peduli. Aku ceritakan kepada komandan polisi militer tentang an yang kebiru-biruan mengandung air, sedang di sana-sini ter
diri si Khalil, bahwa aku kenal padanya. Bahwa dia seorang yang coreng bekas-bekas bakaran api rokok. Bekas-bekas luka cacar
terkenal taat pada agama dan tidak mungkin melakukan peng pada lehernya lenyap, dan tahi Ialat kecil di pipinya pun telah
garongan. Tetapi dia hanya menjawab: hilang terbakar. Namun ia berjalan tegap seakan memberi kesan
"Yang mengadukan lebih tahu daripada kau ! " pada manusia Revolusi di sekelilingnya: "Inilah aku, yang sang
"Aku p u n kenal siapa yang mengadukan itu," kataku. gup menderitakan apa pun jua yang kalian perbuat atas diriku ."
Tetapi percakapan itu tak dapat berlangsung lebih lama. Dan "Tidak mungkin! Tidak mungkin! " teriak hatiku. "Ia seorang
percakapan itu tak kuasa memberinya alasan untuk mengubah berani, karena ia punya kebenaran yang terus dikukuhinya hing
"
keputusannya. (Waktu itu belum ada pengadilan tentara!) ga matinya nanti."
Pada suatu pagi yang cerah, waktu aku dengan pasukanku Seorang di antara kami melompat dari geladak, berlari-Iarian
berada di atas sebuah geladak truk untuk berangkat ke garis mendapatkan Khalil, dan orang yang tiada berdaya itu dipukul
depan, nampak olehku iring-iringan tawanan digiring di tem nya pada dadanya. Berteriak:
pat di mana mereka akan menjalani hukuman mati . M ula-mula "Rasai ni! Garong!"
adalah tawanan yang bersifat pengkhianatan militer: seorang le: Khalil terbungkuk dalam, terhuyung-huyung ke belakang.
veransir bahan makanan mentah kepada Nica dengan dua orang Prajurit di belakangnya menadahinya dengan dengkul, sehingga
pembantunya, dan di belakang ketiganya nampak sebuah iring Khalil meliuk ke samping dan roboh di atas tanah basah. Orang
iringan kecil pula. Tubuhnya tinggi dan rambutnya gondrong orang tertawa girang, tetapi banyak juga yang menutup matanya,
tiada terurus. Kedua belah tangannya terikat ke belakang.Ujung bahkan juga menutup dengan tangan!
tali yang satu naik melalui punggung ke atas dan mati pada " Itu tidak layak! " seorang berseru-seru.
tengkuk setelah melingkari leher. Jadi pabila tangan di belakang Tetapi prajurit itu hanya tersenyum malu.
tak diangkat ke atas, maka jalan nafasnya akan tersekat, seperti Kemudian iring-iringan tawanan berjalan terus, membelok ke
orang yang menggantung diri. Ujung tali yang lain menjulur ke sebuah gang becek. Semua orang tahu ke mana tujuannya: se
belakang dan mati dengan seorang prajurit yang menyandang buah rimbunan bambu di pinggir telaga. Di sana Khalil akan me
sepucuk kerabin. Di belakang prajurit itu mengiring pula tiga nemui ajalnya. Dia harus' mau mati dengan tiga peluru, setelah
empat orang prajurit. sekian banyak siksaan yang dideritakannya.
"Itu dia! " seru seorang di an tara kami. "Khalil ! " Waktu truk kami lari di atas jalanan yang telah gundul kehi
Seseorang tertawa d i sampingku. "Sekarang hari sekaratnya." langan aspal, dan nyanyian bersama telah mati di tenggorokan
Aku pandangi Khalil. Mula-mula yang kukenali adalah tahi masing-masing, tiba-tiba kami semua menjadi terdiam. Debu
1 14 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA TANPA KEMUDIAN 1 15

mengepul-ngepul ke atas dan kemudian menghujani geladak Pada suatu malam seseorang yang baru didatangkan dari
kanu sementara truk terus lari ke garis depan. Sawah yang meng pangkalan tidur di sampingku . Aku belum kenal betul kepada
hijau berkejar-kejaran dengan ladang-ladang dan gubuk buruk nya. Ia seorang pendiam dan lebih banyak merenung-renung, se
serta rumah-rumah bambu yang baru didirikan. Ingatanku teru hingga tak dapat aku menahan hatiku untuk menanyakan ke
mengembara ke masa-masa lalu, ke dunia di mana salah seorang padanya apa sesungguhnya yang selalu direnungkannya.
pendukungnya adalah kawanku segang yang bernama Khalil. Ia tersenyum pahit. Kemudian menjawab :
Tiba-tiba terdengar-dengar olehku suara ia mengaji di malam "Aku algojo, pak."
hari, waktu malam begitu dalamnya, dan tidur manusia begitu Dan bulu romaku mendadak berdiri kaku seperti parutan. Di
asyiknya. Suaranya mengimbak-imbak menembusi embun dan sampingku tidur seorang algojo. Tetapi kuberanikan hatiku dan
halimun pagi, mengembara mencari Tuhan. bertanya terus:
Dan barangkali semua di antara kami pun sedang mengenang "Senang jadi algojo?"
ngenangkan Khalil dengan nasibnya. Sekali lagi ia tersenyum pahit.
Praj urit yang habis memukulnya menyembunyikan tangan "Senang? Va. Darah yang memancur itu . . . ." Ia tak teruskan
yang dlpergunakannya memukul. tadi ke dalam kantong celana ucapannya.
nya. Beberapa pasang mata memandangnya. Dan ia menekur ke 'Jadi apa yang selalu kau renung-renungkan?"
lantai. "Hari-hari dan saat-saat terakhir orang-orang celaka itu. Aku
Tiba-tiba seorang berteriak: banyak merenungkan maut. Mengapa dalam menghadapi maut
"Tiap pengacau harus dibasmi! Tiap pengkhianat harus dibuat nya banyak orangjadi pengecut! Banyak orang jadi banci? Pada
menungging! Tapi, apakah benar si Khalil bersalah? " hal sebelumnya dia terkenal garang dan galak. Ada pula yang
Tak ada yang menjawab. Dan truk melaju terus, menerobosi memfitnah kawan-kawannya sendiri agar dapat diseretnya ke
kepulan debu dan jarak yang terasa tiada habis-habisnya. lembah maut. Ada pula yang . . . ."
Barangkali tiap orang mencoba hendak menjawab pertanyaan itu. "Bagaimana leveransir Nica dulu menghadapi mautnya? Kau
Aku sendiri tiada memperoleh jawaban yang kuharapkan. kan yang mengeIjakan?"
Waktu truk berhenti kami menuj u ke tugas masing-masing. Ia bergerak memunggungt aku. Pelahan-lahan tanpa semangat

*** ia bercerita:
"Ya.Aku tahu dia orang sombong waktu masih bebas. Dengan
BEBERAPA HARI kemudian garis depan kami yang baru saja dia-
sarung pelekat tersampir di bahu ia masuk ke kampung keluar
jukan dengan jarak 4 km dipukul oleh musuh. Kami mengalami
kampung mencari bahan mentah . Kalau orang lain berani
kekalahan. Barisan depan lari kocar-kacir menuj u ke garis ke
menawar seringgit, ia menawar hampir dua kali lipat. Begitu
dua. Di sanalah kami berkumpul. Malam itu datang bala bantu
bayanganku . Akhirnya semua bahan mentah jatuh ke tangannya.
an.Juga sebuah kesatuan polisi militer datang untuk membersih
Dari mana dapat uang sebanyak itu ! Dari mana? Mengapa ia
kan daerah dari kacauan mata-mata musuh. Beberapa orang
lebih suka bergaul dengan Nica dan meremehkan kita? Itulah
wanita dan lelaki tewas ditebang lehernya karena didakwa men
kesombongannya. Dan waktu matanya diikat dengan setangan,
jadi mata-mata ini, namun tanpa melalui suatu penyiksaan yang
ia menjatuhkan diri. 'Ampun pak, ampun pak. Beri aku hidup.
lama.
1 16 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA
TANPA KEMUDIAN 1 17

Aku hanya berdagang buat memberi makan anak biniku. Lain


BEBERAPA TAHUN kemudian nama Nana tak pernah terlintas di
tiM.' Dan waktu aba-aba untuk menembaknya mulai diberikan,
dalam ingatanku. Juga Khalil tidak. Bahkan kenangan pada ga
ia menjatuhkan diri berguling-guling di tanah seperti anak kecil
rong yang saleh itu telah aku bunuh di dalam jiwaku dengan
minta permen dari emaknya yang amat miskin. Aku ini emak
makin banyaknya orang yang berlaku kurangajar mengkhianati
nya, seorang emak yang miskin akan ampun."
perjuangan. Tiada pernah aku sangka-sangkakan bahwa pada
Ia mendeham dalam.
suatu kali Nana dan Khalil mengganggu pula ingatanku. Sedang
"Aku lihat darah memancar dari nadi yang terputus kena
Khalil yang telah lama lenyap ditelan bumi itu hidup dengan
peluru. Begitu indah menyembur! Begitu keras mel sit. Tidak
segarnya di dalam pikiranku, sehingga mau tak mau terkenang
lama. Kemudian pelesitan darah itu menurun, kemudlan hanya
kenanglah olehku akan kata-katanya:
keluar berangsur-angsur. Itulah keindahannya."
"Aku tidak akan mati! Aku akan tetap hidup di dalam hati
"TiM dengan samurai?"
kalian."
"Bagi orang seperti aku ini, samurai lebih banyak memberi
Ceritanya adalah demikian:
kesenangan dan keindahan tetapi kenangan pada kata-katanya
Pada salah suatu hari dari masa aku ditawan, komandan pen
terakhir juga lebih menyeramkan. Dan hampir selamanya ter
jara memperbolehkan para tawanan menerima tamu di dalam
bawa dalam mimpi. Begitulah hari dan kata terakhir leveransir
penjara. Sejak waktu itu di tiap hari Minggu berbondong-bon
Nica. Kedua pembantunya hanya berdiam diri, dan menerima
dong wanita, tua dan muda, mengunjungi penjara kami (lelaki
ajalnya dengan diam-diam. Lain halnya dengan Khalil celaka
. tidak diperkenankan}.Ya, pada salah suatu hari yang tiada kusang
ltU.' "
ka-sangkakan itu Nana datang bersama seorang temannya. Ia
Dengan mendadak ia mengubah letak tidurnya. Kini meng
mengenakan gaun sutera taft kuning dengan leher longgar, serta
hadapi aku. Kemudian bangkit dan duduk. Tangannya terkepal
tepi bawah yang menjangkau bawah lutut. Pipinya diberinya
menjadi tinju dan diamang-amangkannya entah kepada siapa.
rouge agak tebal dan bibirnya digincu merah muda. Alisnya
"Khalil terkutuk! 'Tembaklah aku,' katanya. 'Aku tidak akan
dicukur dan diganti dengan sipat. Kulit mukanya nampak amat
mati. Aku akan tetap hidup di dalam hati kalian.' Bajingan itu!
lunak dan membeledu. Ia nampak cantik, lebih daripada dahulu.
Setelah disiksa begitu lamanya masih punya keberanian buka
Tubuhnya kehilangan kemontokannya dan menjadi langsing,
mulut semacam itu. Dan kata-kata itu memburu-buru aku terus
sedang gerak-geriknya kaku dan tergopoh-gopoh.Juga ia datang
hingga kini. Semua orang menembak kepalanya sehingga men
untuk menghibur para tawanan.
jadi buyar.Waktu ia kami perintahkan untuk menggali kuburan
Aku ikuti ia dengan mataku. Rupa-rupanya tiadalah ia mem
nya sendiri, ia lakukan ini dengan cermat. Ia lakukan sambIl.
punyai kawan seorang pun di dalam penjara itu. Waktu dilihat
membaca talkin - itu bajingan!"
nya tak ada seorang pun di antara para tawanan yang menegur
"Malam itu kepalaku membayangkan hari dan kata-kata ter
nya, ia serahkan bungkusan yang dibawanya kepada salah seorang
akhir Khalil. Hingga dalam mimpi masih terdengar-dengar
temanku. Aku lihat kawanku, yang tak bersanak di Jakarta itu,
suaranya: Aku akan tetap hidup di dalam hati kalian. Aku hidup
mengucapkan terimakasih. Dan sejak waktu itulah ia mempu
di dalam kalian!"
nyai kenalan.
***
Karena ia masih juga nampak gelisah, maka ia pun kudekati.
TANPA KEMUDIAN 1 19
1 18 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

bisikan terdengar lemah dari mulutnya: "Khalil, ampunilah aku.


Kulihat ia terlompat karena kagetnya melihat aku.Wajahnya yang
Ya, Khalil." Bila tak segera dibelokkan perhatiannya kepada hal
pucat menjadi lebih pucat lagi. Tanganku kuulurkan kepadanya.
hal biasa, segera ia meraung-raung kembali seperti singa betina
Ia terima uluran tanganku dengan tangan yang menggetar.
yang sedang marah kehilangan anak. Ia menangis tersedan-sedan
"Kau sakit, Nana?"
seperti nenek-nenek tertinggal seorang diri dari atas dunia ini.
Ia menggeleng.
Berita-berita itu berIaku dalam masa tiga tahun.
Berkali-kali kucoba agar ia membuka mulutnya. Tetapi mulut,
Dan aku tetap tidak mengerti persoalannya. Dan aku tidak ada
yang kini nampak lebih lebar daripada dahulu itu, tetap mem
keinginan untuk mengetahui dan mengerti.
bisu.
Tetapi pada suatu hari sewaktu aku berkunjung ke rumah
Beberapa jam pun lewatlah, dan masa berkunjung habis. Aku
orang tua Khalil, bertemu aku dengan ayahnya. Ia masih tetap
lihat ia beIjalan gontai menuju ke pintu pagar besi. Temanku
mengantarkannya. berkupiah haji yang putih dan berselendang kuning. Ia nampak

Pada hari Minggu sesudah itu ia datang lagi. Ia datang tiap hari tak lebih muda daripada dahulu. Tubuhnya lebih gemuk. Perka

Minggu, hari berkunjung. kas rumah tangga jauh lebih banyak daripada dahulu, bahkan di

Kemudian datanglah masa kemrdekaan. Kami sepenjara ber pojok ruang tengah bereliri sebuah radio salon dari model yang

pencaran di berbagai tempat. Hanya kadang-kadang bertemu terakhir.

secara kebetulan. Namun terbetiklah berita olehku: Nana telah Setelah duduk eli kursi, tiba-tiba aku teringat pada pesan Khalil

kawin dengan temanku sepenjara dahulu. Sejak itu aku mulai untuk bertanya pada orang tuanya. Maka dengan melalui ber

banyak mendengar tentangnya. Ia tak tinggal segang lagi di kam bagai macam alasan aku pun bertanyalah kepadanya.

pungku, di Kemayoran. Setelah meninggalkan Cikampek, ia pin Dengan suara tenang orang tua itu bercerita:

dah ke kampung lain. Segera setelah proklamasi eliumumkan, Khalil, yang teIah lama

Pertama-tama yang kudengar ialah: mereka hidup berbahagia mencintai Nana, melamar Nana. Lamaran diterima. Orang tua

dan sedang merampas cita-citanya untuk dibuat menjadi ke itu sendiri tiada yakin akan keberesan rumah tangga keduanya
nyataan. Berita kedua: Mereka sering cekcok, dan suaminya se di kemudian hari. Mengapa? Karena Khalil adalah seorang pe
lalu menghilang sehabis cekcok itu. Berita ketiga: Nana telah muda yang bersungguh-sungguh. Nana sebaliknya; ia seorang
melahirkan seorang anak lelaki. Berita keempat: Nana sering ber yang menganggap enteng segala-galanya. Bahkan j uga teIah
teriak-teriak seperti orang gila. Dan bila ia berhal demikian, se menganggap enteng harga dirinya sendiri. Orang tua itu tak
gala pekerjaan harus dilakukan oleh suaminya. Berita keIima: setuju anaknya menerima seorang wanita bekas ]epang - ber
Suaminya dipecat dari jabatan karena terlampau sering tak ma macam-macam ]epang pula. Tetapi Khalil dapat memaafkan se
suk kerja. Kemudian ia bekerja pada kantor dagang. Berita luruh kekurangan dan noda-noda wanita yang dicintainya. Maka
keenam: suami isteri itu tdah dapat membeli sebuah rumah se kawinlah keduanya. '
derhana di sebuah kampung yang tak jauh dari kampungku. "Tetapi, nak," kata orang tua itu, "beberapa minggu kemudian
Berita ketujuh: Kini Nana sering kehilangan ingatan dan me - hanya beberapa minggu - sudah terdengar tuduhan-tuduhan
mencak-mencak seperti orang gila. Setelah agak lama berlaku yang memalukan atas diri anakku. Anakku Khalil yang suci itu .
demikian, ia pun roboh tak sadarkan diri. Bila ia mulai siuman, Apa katanya, nak? Katanya, dia mengawini Nana hanya hendak
120 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA
TANPA KEMUDIAN 121

mengincar harta benda Nana. Masyaallah, harta benda haram dari tua Khalil tanpa mengabarkan kejadian ngeri
yang telah me
Jepang-Jepang sontoloyo itu. Son-to-Io-yo ! Paling pol barang nimpa diri anaknya.
barangnya semua hanya berharga dua puluh ribu harga sekarang, Dan Nana sendir i?
nak. Anakku dituduh mengincar barang-barang yang cuma se Dengan suaminya ia memperoleh bebera pa orang
anak lagi .
harga sebegitu! Coba pikir. Memalukan." Tiap senlinggu paling sedikit dua kali ia kehilan
gan ingatannya.
Ia meludah di lantai. Tetapi bukankah sejak kecil ia telah persiapkan diriny
a untuk
Ia meludah di lantai dengan tekanan urat-urat leher. Inenyalurkan nafsu berahinya ke arah kini? Tanpa
kemud ian.
"Memalukan! " dengusnya jijik. "Perempuan durhaka. Waktu Khalil benar-benar hidup terus di dalam hatiku kini.
anaknya lahir, nak, anaknya yang pertama, anak itu diserahkan
kepada kami. Dan matanya sipit pula! Lima bulan kawin, lahir
Jakarta, 1I- 1 956.
lah si anak sipit. Ya Rasull, ampuni aku ini. Tidak, nak, anak itu
tidak kusia-siakan. Dia kuterima dengan syukur. Setidak-tidak
nya terbaui juga dia oleh darah Khalil. Khalil sendiri belum per
nah lihat anak sipit itu. Dia tak p :rnah kembali."
"Di mana Khalil sebenarnya, Pak?" tanyaku.
"Sampai di manakah pengetahuanku, nak? Waktu Inggris
mulai mengamuk, perempuan durhaka itu mengajak Khalil
mengungsi ke pedalaman. Sesudah itu tak pernah kembali lagi
dia. Nana kembali seorang diri. Setelah menyerahkan si sipit, dia
tak pernah muncul kemari lagi. Aku sendiri pun tak ingin me
lihatnya. D an Khalil itu, aku sendiri tak tahu masih hidup atau
mati, atau hanya segan pulang karena hendak melupakan Nana
durhaka. Dia sungguh-sungguh cinta kepadanya. Hanya itu ke
salahannya, hila dia pernah bersalah."
"Kasihan!" kataku dalam hati. "Dia belum lagi tahu anaknya
direjang dan dibunuh karena fitnahan wanita yang dicintainya:
Nana."
Sekaligus aku merasa berdosa kepada Khalil, karena aku pun
pernah mendakwanya sebagai garong yang sesungguhnya. Per
nah pula aku tulis sebuah cerita busuk tentangnya. Untuk me
nyatakan kekhilafan dan kesalahanku itulah kutulis cerita ini,
sekalipun ia telah lama mati dan tak dapat memaakan kekhilafan
dan kesalahanku.
Dengan hati berat penuh pikiran aku tinggalkan rumah orang
MAKHLUK DI BELAKANG RUMAH 1 23

tnandikan dan menceboki juragan-juragan kecil yang tak boleh

8 dikasari - dan sebelum disadarinya, bahwa ia belum lagi mandi


\ore, hari teIah malam.
Satu hari lagi kesempatan untuk menjadi dekil.
Dan bila ada kesempatan terluang untuk mencuci ceIana
dalam sendiri, sebentar kemudian berjeIa-j elalah pada kawat je
Inuran presis di depan rumahku: celana-celana dekil dengan tan
Makhluk di Belakang Rutn ah j ungnya yang kekuning-kuningan. Kadang nampak demikian
rnembusuk, dan rasa-rasanya suburlah bila ditumbuhi kacang
-::. ._ / " . ... /"H Y-" -: . s-.. :=.:.

tanah barang empat biji, atau jagung ataupun kedelai . Bukan saja
Created Ebook by syauqy_arr karena amoniaknya, tetapi j uga karena kain itu sendiri seakan
sudah menjadi humus!
Kalau kau membaca tulisan ini, barangkali kau menyangka aku
sedang melancarkan suatu penghinaan. Bukan demikian mak
ARI RAM KAWAT BERANoA RUMAHKU TERLIHAT SEBUAI-1

D
sudku. Ini adalah suatu fakta yang bertebaran dengan nyatanya
sumur. Tidak lebih dari lima meter jaraknya daripada
di depan rumahku, di lingkunganku, dan barangkali juga di
ram kawat berandaku. Heran sumur berada di depan
lingkunganmu sendiri, sekalipun tak boleh dianggap sebagai
rumah, dan hanya berantara lima meter. Sebenarnya bukannya
kebenaran yang berdiri sendiri.
dia berada di depan rumahku karena disengaja demikian. Soal
Cobalah kau lihat si Dua itu! Kau sendiri belum kenaI dia.
nya ialah karena rumahku terletak di bokong deret n rumah Mungkin kau juga akan merasa jijik berkenalan . Tetapi dia telah
.
petak. (Rumahku juga petak) . Dari balik ram kawat Inll h aku menjadi sebagian daripada duniaku. Namanya yang sebenarnya
saksikan adanya kehidupan aneh - kehidupan makhluk dl beIa
orang tak tahu benar sekarang. Sebabnya gampang diketahui. Ia
kang rumah.
tak dapat menghitung lebih dari tuj uh. Yang benar-benar dike
Dan makhluk ini adalah para babu nalnya adalah bilangan dua. Nah, itulah sebabnya namanya
Kalau babu keluarga Tionghoa lama-kelamaan berwajah ber
berubah menj adi si Dua. Kini ia berumur tiga belas tahun. Sejak
sih dan mengarah-arah pada air muka Tio nghoa, kalau babu
berumur enam tahun ia telah memulai hidupnya di belakang
keIuarga Eropa tumbuh menjadi hati-hati dan sopan, lain pula
rumah di depan rumahku . Selama setahun aku tinggal di rumah
halnya dengan babu para priyayi Jakarta. Beberapa bulan setelah
ini, kulihat seIamanya ia kenakan gaun yang satu-satunya - be
mereka diimport dari daerah memang ia menjadi bersih, nanl
kas kain Pekalongan sang juragan. Rahmat kerja paling sedikit
pak seperti orang kota benar-benar, dan beberapa wakt s etela dua beIas jam sehari adalah ini: hingga kini bilangan tiga belas
.
itu kembali menjadi dekil! Bukan karena para babu Inl pastI
merupakan suatu teka-teki yang tak terp ecahkan baginya. Tiga
jorok, tetapi karen a juragan biasanya tak memanjakannya lagi dan
belas diambil lima merupakan suatu neraka yang lengkap dengan
segala pekerjaan yang mungkin robohlah di atas kepalany : me penyiksa dan apinya yang abadi.
masak (ini pasti) , mencuci (dari celana kolor tuan sampat pada
Sebelum aku pindah dari rumahku ini , aku masih sempat
popok dan kemeja) , membereskan rumah, mencuci piring, me-
1 24 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA MAKHLUK DJ BELAKANG RUMAH 1 25

menyaksikan betapa dalam tiga malam berturut-turut ia abdi. Pengabdiannya memang membawanya ke harkat yang le
menangis di sumur. Pelahan, ditahan, dengan suara kanak bih tinggi :jadi priyayi di kota.Tetapi kadang-kadang mereka lupa
kanaknya yang masih murni. Kukira tadinya ia habis disemprot pada pengabdiannya dulu. Karena itu sering terdengar teriakan
oleh sang j uragan, tetapi ternyata ia rindu pada orang tuanya. histeris di daerahku ini:
Jalan satu-satunya hanya menangis, karena ia tahu ia tak dapat "Sekali lagi, gua setrika perut luh! "
pergi meninggalkan kewaj ibannya. Ia buruh percuma. Ia tak Dan ini adalah teriakan yang disebabkan si babu nlembawa
bergaji. Ia hanya dapat makan sekali sehari. Dan malam dapat juga selisih sepicis dari pasar, pakaian kurang cepat diseterika, padahal
kalau ada sisa-sisa tertinggal dari juragan. ltu si Dua. tuan akan segera pergi, sepeda tuan masih juga berlumpur-Ium
Aku tak pernah mengatakan, bahwa semua babu priyayi pur (petak kami adalah petak liar yang jalan-jalannya tak ber
demikian nasibnya. Setidak-tidaknya di petak yang sana lagi, aspal) . Hanya kadang-kadang saja, bila becek, ditaburi dengan tahi
babunya yang masih kanak-kanak di sekolahkan tiap sore. Ia pun gergaji j uragan kecil belum diceboki, dan kesalahan-kesalahan
tak mendapat gaji selain uang jalan setalen sehari. Tetapi babu kecil lainnya. Sebenarnya saja tertawa juga aku dalam hati men
kecil ini lama-kelamaan menjadi perawan yang montok, terlam dengar teriakan-teriakan histeris itu. Tetapi waktu kuketahui,
pau suka membaca, yang tanpa gisadarinya sendiri lambat-Iaun j eritan itu disuarakan demikian keras dan dengan air muka ber-
dianggap oleh nyonya sebagai calon saingannya sendiri. Dan se sungguh-sungguh, yakinlah aku bahwa seorang babu priyayi
belum perawan montok ini menamatkan sekolah rakyat ia telah telah diacu dalam moral yang khas: moral babu priyayi . Ba
terusir pergi. rangkali tak ada yang mengerti apa itu moral babu priyayi. Dan
Tentu saja tiap orang mempunyai alasan sendiri-sendiri untuk aku rasa, aku sendiri pun tidak. Hanya gambaran moral itu mem
melindungi keutuhan lingkungannya - lingkungan hidupnya, bayang tak tegas, seperti rembang tubuh ayam di senja hari wak
maksudku - sekalipun lingkungan ini belum tentu menyenang tu mendung mengangkangi bumi.
kan , belum tentu bermanfaat benar baginya. Karena itu aku pun Teriakan semacam itu menyebabkan si babu hampir selama-
tak ada mempunyai hak untuk menggugat. Tetapi pada dasarnya nya terdesak ke poj ok dapur. Dan selalu sarna saja jawabannya:
aku adalah seorang penggugat. Karena itu keadaan semacam itu "Beli es, nya!"
aku gugat pula. Tapi barangkali alasan juragan itu memang be "Beli es! Kalo pake duit nenek moyang lu sendiri sih . . . ."
nar: tinggi rendahnya sekolah takkan menjadi jaminan sosial apa Kemudian babu di sana lagi - babu maj ikan yang baru menga-
apa di kemudian hari. wini perawan dari kampung halaman sendiri. Dan perawan inilah
Barangkali patut pula kuceritakan, bahwa rumahku tergolong yang membawa babu itu. Nyonya pegantin tiap pagi duduk di
pada petak yang terdiri atas dua puluh tiga pintu - dua puluh bawah pohon ceri sehingga suaminya pulang dari kantor, dan
tiga keluarga! Dapat dikatakan semua petak mempunyai babu dengan uletnya memberi kesan pada semua orang yang lewat di
nya masing-masing. Dan para priyayi dari udik ini tak jarang da depannya, bahwa ia tak biasa kerja di kampungnya : priyayi tulen.
tang ke kota ini setelah lebih dahulu menjadi babu atau jongos Tak biasa kerja! Dalam masa kerja dipinta dari dan oleh tiap
Di daerah petak ini! Untuk mengabdi! Sejalan dengan ajaran para orang! Moral priyayi lagi! Tentu saja bukan maksudku membuat
priyayi tua jaman baheula. Berendah-rendah akan luhur akhir penyamarataan . Tetapi aku sungguh-sungguh kenaI kehidupan
nya. Juga priyayi udik yang datang ke Jakarta ini dahulu meng- golongan priyayi sebelum perang. Dan para priyayi Jakarta wak-
126 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA MAKHLUK DI BELAKANG RUMAH 127

tu ini hendak meneruskan moralnya yang ketinggalan jaman. nyakit perut dan harus melarikan diri ke kakus umum , akan
Dengan lebih banyak warna dan irama tentu, sesuai
. dengan ke- nampak sumur olehnya, sumur kami, masih terang-benderang
modernan. diterangi sebuah lampu dinding; babu ini dengan menunduk
Dan priyayi manakah yang belum ketinggalan jaman? dalam mencuci pakaian yang serasa riada selesai-selesainya. Sam
Para petani yang cerdik telah dapat menguasai hasil panen dan pai jam sebelas, dua belas, satu, dua, kadang-kadang pun tiga.
memperbesar kekayaannya. Kaum pedagang telah memperkokoh Setelah jam riga, dunia daerah kami barulah sunyi senyap. Nanti
kedudukannya dan menjadi raja di riap kota. Kaum buruh telah jam lima pagi,jadi dua jam kemudian, mulailah makhluk-makh
mengkonsolidasi diri. Hanya kaum priyayi jua ketinggalan. De luk belakang rumah ini muncul kembali di sumur: mandi, men
ngan ideal-bermalasnya yang tak lapuk ditimpa hujan dan panas cuci, sehingga jam sembilan.
itu ! Kemudian semua orang tahu apa akibatnya: para babu dan ***
jongos yang keriban pulung.
APAKAH ARTINYA Revolusi, yang telah banyak nleminta kurban
Sebenarnya terlampau jauh kicauanku tentang hal-hal yang
beribu-ribu anggota keluarga babu ini, bagi kepentingan hidup
tidak berhubungan langsung dengan makhluk-makhluk di be-
mereka sendiri? S ekali-sekali terlintas masalah ini dalam ke
lakang rumah ini .
palaku. Dan aku tak bisa menjawab. Bukan karena aku memang
Di dalam golongan kami, golongan penduduk petak, ada juga
bukan seorang ahli negara atau politikus, tetapi yang terutama
suatu type keadaan yang amat menggiurkan untuk tidak dice
sekali karena persoalan itu amat peliknya dan bagi seorang ahli
ritakan. Bukannya aku hendak membuka rahasia orang! Antara
negara malah persoalan yang terlampau remehnya. Seorang
manusia, bahkan juga antara aku dengan kau, dan keliling kita
kawan pernah mengemukakan saran: mari kita masuk agama
ini , sebenarnya tidak ada rahasia apa-apa. Jadi begini, di dalam
Buddha. Dengan demikian kita punya kesempatan untuk hidup
golongan kami, golongan penduduk petak, ada seorang babu
tiga enlpat kali. Dan dalam hidup tiga empat kali ini bta pasti
pula. Bawaan dari udik tentu. Anggota keluarga juragan ini ba
dapat menyaksikan apa faedahnya puluhan orang telah diangkat
nyak. Dan menurut nasihat sang dukun, supaya selamat dunia
menjadi menteri pendidikan, pengajaran dan kebudayaan .
akhirat, murah rejeki turun-temurun, harus dilakukan berbagai
Tentu saja saran itu suatu kelakar yang amat cynis dan sia-sia,
syarat. Syarat ini selain yang secara tak berterus-terang mengun
tungkan sang dukun sendiri,juga: bila juragan masak, tak boleh
etapi kalau melihat gelagat semacam ini memang ada benarnya
Juga.
lebih dari dua liter. Dan karena anggota keluarga itu begitu ba
Sekali lagi aku tersasar di lapangan aganla dan kelllenterian,
nyak, babu itu juga yang harus masak tiga kali sehari. Aku tahu,
padahal maksudku hendak bercerita tentang nlakhluk di bela
babu itu benar-benar tak mengerti persoalan juragannya.
kang di belakang rumah. Baiklah aku teruskan.
Barangkali karena ini hanya kesimpulan yang kutarik sendiri
Babu yang kuceritakan, tadi lama-kelamaan kehilangan nafsu
sewaktu kulihat juragan dengan sembunyi-sembunyi menanam
nlakan. Bila sedang lapar, nasi belum lagi masak, nasi sudah habis
tumbal di depan rumahnya, dan menyembunyikan sebuah lagi
atau pekerjaan masih menumpuk, atau salah seorang juragannya
di atas langkan pintu depan, di atas langkan pintu belakang -
tnendorong-dorong agar lebih cepat bekerj a. Jadi nafsu makan
pintu dapur.
k Jburlah ke langit hijau . Demikian seterusnya. Dan bila pada
Kemudian, bila pada suatu malam tetanggaku terserang pe-
111alaln hari ada kesempatan terluang untuk makan, tubuh sudah
1 28 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA MAKHLUK 01 BELAKANG RUMAH 1 29

terlampau letih sehingga usus-usus serta waduk besar dan waduk membela majikan dari tiap omongan orang. Untuk pembelaan
kecil kehilangan daya kontraksi yang semestinya. Jadi ia tidur nya ini ia tak menerima upah tambahan tentu. Kenaikan upah
sebelum makan. Jadi ia bekerja lagi sebelum makan. Lama j uga tidak. Salah seorang di antara mereka telah menghamba
kelamaan, walaupun ia belum lagi mati, suatu keretakan telah delapan tahun lamanya. Kenaikan upah hanya sekali terjadi: tiga
terjadi antara badan dan jiwanya. Sungguh aneh kedengaran . ringgit. Sementara itu masa yang delapan tahun itu meluncur
Walau demikian ada jua benarnya, walau cuma sedikit. Begini: tanpa berkesan: ia telah menjadi perawan tua. Tambah lama tam
jiwanya mengembara ke mana-mana sewaktu tubuhnya mencu bah tua. Tanpa mendapat kasih dan sayang seorang perjaka idam
ci, berjalan, atau makan, atau tidur. Dapat dipastikan tiap ming an. Impian bukan saja tidak menjadi kenyataan, bahkan ia me
gu sekali ia kena bencana: terpeleset di sumur, paku terbenam redup hilang.
dalam kakinya, terseterika lengan, terbalik menumbuk bangku, Ngomong-ngomong tentang impian yang mungkin ini,
bahkan sekali waktu sedang duduk beristirahat di sebuah kursi mengingatkan aku pada babu di daerah kami, yang kini telah
rotan yang telah peot, ia kejatuhan sepeda, kursi menjatuhi deret pindah kerja di pabrik. Ia seorang perawan dari udik. Kulitnya
an piring, dan setelah itu ia kejatuhan pulung di atas kepalanya dari bersih, dengan warna yang banyak menerbitkan iri hati para
juragan.
j uragan. Ia mempunyai gaun sutera indah yang amat cocok de
Mau tak mau bencana ini mengingatkan aku pada pelajaran ngan warna kulitnya. Di tiap waktu yang dianggapnya penting,
guruku waktu masih duduk di sekolah rakyat: tubuh dan jiwa kembali gaun itu dikenakannya. Dari gerak-geriknya nyata-nya
harus dipersatukan! Pikiran harus berarah. Kalau tidak, roh pikir ta ia mempunyai impian yang mungkin itu. Tiap dikenakan
an yang tak berarah ini akan mengembara, kemudian bersarang gaunnya yang indah itu dijinjingnya majalah-majalah film atau
di tempat-tempat tertentu. Dan roh ini menarik tubuhmu, ter hiburan lainnya. Aku tak tahu apakah majalah itu dibeli atau
jadilah perbenturan. Itulah bencana. dipinjamnya. Yang nyata, dari jauh ia memberi kesan seorang
Tentu saja itu suatu teori lain lagi tentang bencana. terpelajar. Tetapi bila ia sudah dekat pada kita, dan nampak oleh
Lama-kelamaan tubuh babu ini menjadi gemuk benar. Aku kita pelompong mulutnya, hilang lenyap kesan terpelajarnya dan
mengira beri-beri, tetapi karena aku tak pernah dididik untuk beringsut-ingsut kembali pada kesan babunya. Tentu saja ini
menjadi tabib, tak patutlah aku lancarkan pengiraan semacam itu. bukan penghinaan. lni hanyalah pertemuan antara impian dan
Pada suatu hari ia terjatuh tanpa sebab, yakni sehabis mencuci kenyataan di dalam satu wajah dan di dalam satu gaya. Dan j us
empat jam di sumur. Kemudian ia mendelik. Mendelik saja. Ini tru karena impiannya itulah pada suatu hari ia tinggalkan ke

terjadi pada waktu menjelang magrib. Baru di malam hari ia babuannya dan menjadi buruh pabrik. Beberapa bulan kemudi
merintih. Dan pada keesokan harinya ia pun dipulangkan ke an, pada suatu sore yang nyaman, kulihat ia berjalan-jalan dengan
udik. Setidak-tidaknya pemandangan yang menyesakkan itu seorang pemuda yang memiliki sepeda Raleigh baru , dengan
berkuranglah dengan sebuah. persnelling dan berko, dengan goncengan dipernikkeI.

Bukan maksudku menekankan, bahwa kehidupan babu sela Dan si Dua?

manya menyesakkan hati. Beberapa di antara mereka sungguh Waktu juragan menghunjam kepalanya dengan kutukan yang
sungguh telah bersenang hati dengan nasibnya . Dengan tertawa bertubi-tubi dan j uragan-juragan kecil men en dang dan mencu

dan senyum yang selalu menghias bibir, dengan kesungguhan hati bitinya, ia menangis tersedan-sedan di pojok petak, menghadap
I (J I'RAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

ke dinding.Tigajam lamanya! Pada malam hari ia tak nampak di


situ lagi. Ia telah lari. Mengembara! Anak yang belum pernah
meninggalkan rumah petak ini, jangankan sejarak 2 kilometer! 9
Karena selama itu ia hanya hidup di sumur, di belakang rumah.
Sehari dua hari juragan masih merasa sebal terhadap si Dua.
Tapi lama-kelamaan ia mulai cemas juga dan dicarinya si Dua.
Beberapa hari kemudian seorang tetangga menemukannya
duduk tafakur di pojok jembatan dan diajaknya pulang. Hanya MalDan dan Dunianya
satu jawabannya:
"Biar gua ditubruk kereta api!"
Dan berita ngeri yang dibawanya itu menyebabkan juragan Created Ebook by syauqy_arr
menjadi kalang-kabut untuk kedua kalinya, dan dibawalah anak
itu pulang. Dengan janji tentu: Besok akan dikembalikan pada
orang tuanya. Di udik! Pagi-pagi. benar pada keesokan harinya,
ADA KANDANG AYAM MAK ROKAYE SEKARANG DIPASANG

P
si Dua tak tampak lagi - mungkin untuk selama-Iamanya.
Tentang makhluk-makhluk di belakang rumah ini, terlampau
kunci . I?an sejak waktu itu tak ada harapan baginya
untuk blsa merogo telur si kurik ayam Mak Rokaye.
banyak yang dapat diceritakan, tetapi hampir selamanya bernada
Sumbe keuannnya mati. Ia tak dapat membeli kue Iagi. Ia tak
mineur. Dan justru karen a sumur itu tak dapat dipindahkan dari
dapat hlbur adiknya kalau menangis.
depan rumahku, tiap hari pemandangan mataku tertumbuk pada
wajah-wajah mereka ini, tiap hari, waktu kerja, waktu melamun, .

Se ak pai tadi hatinya terus-menerus merasa jengkeI. Apalagi
SI adlk tak Juga mau memandangnya. Bahkan mata si adik me
waktu menerima tamu, pendeknya: tiap duduk di depan. Lama
nimbulkan kebencian dalam hatinya: terkirai sedikit saja dan
kelamaan tumbuhlah dalam pikiranku, bahwa moral babu priyayi
nafasnya terburu-buru. Ia kehabisan dongeng sekarang. Kepala
ini termasuk juga dalam kesusilaan timur, kesopanan timur, se
nya penuh dengan telor si kurik ayam Mak Rokaye. Tak bisa beli
perti yang sering dipropagandakan oleh kaum seniman dan poli
krupuk! Tk mungkin Iagi dapat memasukkan sepotong kecil
tisi. Cuma saja sering amat dilupakan, bahwa kesusilaan timur,
penganan Itu ke dalam mulut si adik.
kesopanan timur ini, tiada lain daripada suatu hal kecil yang dibe
sar-besarkan. Dan soal yang kecil itu adalah kesopanan dan ke Ia teliti mata adik yang terkirai sedikit itu . Dan ia berpenda
pat denga ? diam-diam: si adik mesti ngambek. Pendapat itu
susilaan priyayi .
membuat la terpaksa mencari akaI.
Dilamb aikan tangannr,a di atas muka si adik, tetapi si adik tecap
.
tak peduh, bahkan menggeliat-geliat kecil, kemudian cak ber
gerak-gerak Iagi s telah membiarkan mulutnya tinggal ternga
nga. M
an trus Jua mencari akal.Akhirnya,jarinya yang sering
mera plngtran borok itu dimasukkan ke dalam tangan si orok,
.
tetapl SI adlk tak sudi lagi menggenggam seperti biasanya. Juga
1 32 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA MAMAN DAN DUNIANYA 1 33

tidak mau tertawa terkekeh Iagi. Memang tidak akan mau, me Akhirnya ia tertidur dengan membawa soalnya ke dalam
mang tidak bisa mau Iagi. Maman keciI tidak tahu, si adik keciI numpl.
kena rachitis dan otot pernafasannya Iumpuh. Untuk selama-Ia Waktu si emak datang, ia kaget dan terbangun. Buru-buru ia
manya si adik tidak akan memandangnya Iagi, tidak tertawa pergi padanya dan bilang si adik sudah mati.
padanya Iagi, dan tidak akan mendengarkan dongengnya Iagi, Emak marah mendengar itu, karena pulang-pulang ia keca
juga tidak mau menggenggamjarinya yang berbau busuk borok. pean. Roti dan nasi sisa yang dibawanya di dalam baku] ia letak
Maman masih mencoba menggirangkan si adik. kan di meja, kemudian dibangunkannya si babe. Si babe bangkit
Di Iuar rumah suara anak-anak meribut dan mengejek-ejek dan dengan mata setengah tertutup ia menuju ke tempat makan
nya sebagai si jago cancangan, si jago sayur. Buru-buru Maman an disusun.
menutup pintu dan kembali mendekati si adik yang tetap mem Sekarang Maman berlari-larian pada babe dan menceritakan
bisu. apa yang ia ketahui. Babe memendelikinya.Tapi akhirnya menga
Sekarang terpaksa ia naik ke atas ambin dan mengilik iga kecil lah juga. Ia pergi melihat adik. Ia raba-raba dada makhluk kecil
keciI itu. Adik tidak bergerak, j uga tidak tertawa, j uga tidak itu. Tiba-tiba terpekik. Emak ikut menghampiri dan ikut pula
menangis. Ia jumput hidung keciI si adik, dan barulah ia tahu: meraba dada si adik. Ia pun terpekik. Emak dan babe bukannya
-
adik tidak bernafas Iagi. Tiba-tiba ia ingat pada kambing Cing memekik karena si adik telah mati, tetapi hanya karena kaget
Hasan, yang berteriak-teriak sepanjang malam, pantatnya diberi bertemu dengan maut.
berpipa sebatang tangkai daun papaya biar bisa kentut. Antara . Tiada ajal Iagi Maman pun menyumbangkan teriaknya, tetapi
sebentar mulut binatang itu dituangi oIeh Cing Hasan dengan bukan karena babe dan emak terpekik. Ia berteriak karena kaget
air kelapa hijau. Tetapi si kambing tidak juga mau kentut dan melihat kedua orang tuanya terpekik begitu dahsyat. Ia berteriak
terus berteriak-teriak. Jam tujuh pagi, dan itulah yang ia saksi karena pekikan mereka membenarkan dugaannya bahwa adik
kan sendiri, kambing itu pun berlutut di tanah, rebah, kemudian mati, bahwa adik akan ditanam di kuburan, bahwa ia kehilangan
diam saja, tidak bersuara dan juga tidak bernafas. Orang bilang: kawan bermain yang tak pernah mengganggunya.
si kambing mati. Mati karena makan daun kara. Dan sekarang Maman punya alasan untuk menangis. Ia mera
Kesadaran akan hadirnya sang maut menyebabkan Maman sa berbahagia dalam tangisnya . Sudah puluhan kali ia ingin
menj erit. Ia Iari ke ambin babe yang sedang tidur nyenyak. Ia menangis tanpa mengetahui mengapa. Dan tangisnya itu pun
goyang-goyang bahu babe. Tapi babe marah. Dia tak mau ter takkan menarik perhatian kuping orang. Sekarang ia ada alasan
ganggu bila sedang tidur pagi.Jaga malam sebagai hermandat itu untuk menangis. Orang tuanya juga menangis. Jadi ia pun boleh
selalu membuat tubuhnya terhunjam kantuk sampai jam dua pula menangis.
belas siang. Inilah kenang-kenangan pertama Maman kecil: Emak
Maman tinggal tersedan-sedan.Akhirnya ia kembali ke ambin menangis, babe menangls dan si adik mati - kenang-kenangan
si adik dan memperdengarkan tangisnya yang pelahan-lahan itu
yang saban kali hidup kembali dalam keadaan, di waktu dan di
kepada dirinya sendiri. Air matanya mengucur. Tangannya me
tempat yang berlain-lainan.
mel uk si adik pada perutnya. Ia tak reIa kalau si adik dikirimkan
***
ke kuburan, diceraikan daripadanya. Bahkan sekarang pun ia
sudah merasa sunyi.
134 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA MAMAN DAN DUNIANYA 1 35

DENGAN MELALUI kekerasan, kadang-kadang juga kutukan, dari menghalangi hatinya, seperti si adik keeil dulu. Tetapi justru itu
kedua orang tuanya Maman akhirnya dapat juga meneapai umur lah yang rasanya takkan pernah didapatnya. Semua perawan se
sampai empat belas tahun Ia tumbuh menjadi pemuda yang akan mengej ek dirinya, meremehkan tubuhnya dalam hidupnya.
kurus ringgi, pendiam, lebih banyak hidup di dalam angan-ang n, ***
dan eanggung dalam tiap pekerjaan. Tetapi ia justru harus kelJa,
PADA SUATU hari waktu ia sedang mendorong sampah got di se-
harus sudah bisa mulai membantu keuangan orang tua.
buah kampung, ditemuinya seorang babu. Hatinya segera tertam
Dan pada suatu hari pergilah ia ke kantor haminte minta jadi
bat oleh kesehatan tubuhnya, oleh wajahnya yang kemerah
kuli - sesuai dengan kemampuan yang ia punyai dan yang mere
merahan mengandung darah segar. Setelah lima belas hari bekerja
ka percaya ia mempunyainya. Sejak waktu itu tiap hari pagi-pag di kampung itu tahulah ia bahwa babu itu hidup dalam ejekan,
benar ia berangkat dari rumah, berjalan kaki terseok-seok pergl
tertawaan dan nistaan juga, bedanya si babu justru tidak meng
ke tempat pekerjaan, membawa bungkusan makan siang, da
hiraukannya.
memakannya nanti waktu mengasoh kerja di pinggir j lan dl
. Kemudian kawan-kawan sekerja pun mulailah mengejek,

bahwa pohon atau di beranda rumah orang. Sejak aktu It Clap
mentertawakan dan menista si babu itu . Lambat-Iaun tahulah
sore hari pukul lima orang melihatnya pulang, belJalan kakl dan
Maman, si babu itu gagu . Pengetahuan itu menyadarkan dirinya,
lebih terseok-seok lagi. Tentu saja banyak tetangga yang menge
bahwa wanita itu senasib dengan dirinya, karena itu pastilah
j eknya. Bukan maksud mereka hendak melukai hatinya, tetapi
eocok untuk menJadi isterinya. Sekarang ia mulai tersenyum
justru sebaliknya, hendaknya sekali waktu ia au terta:va kepa
. senyum bila si gagu lewat, dan si babu j uga membalas senyum
da mereka. Dalam keadaan semaeam itu hatlnya mellJadl gun
nya. Barangkali wanita itu merasai juga, bahwa dalam hidupnya
dah dan merindukan sesuatu yang jauh - merindukan suasana
baru seorang itulah yang tiada mengej ek, mentertawakan dan
dahulu di mana dunia ini hanya diisi oleh dirinya dengan adik
menistakannya. Senyum itu bukan hanya dibalas dengan senyum

nya dan oleh ayam-ayam kurik Mak Rokay , dan hanya kadang
. saja oleh si babu, bahkan dengan penganan dan rokok.
kadang saj a babe dan emak ikut eampur dl dalam dUnla ya. ?
. Dan pada suatu hari yang bermendung, di hari Minggu, ber
Sekarang ia harus bekerja. Sekarang ia harus memasuki dnla
. ceritalah Maman kepada kedua orang tuanya, bahwa ia bermak
besar. Sekarang tiap orang hendak ikut eampur dengan plkiran,
sud hendak kawin.
dengan perasaan, dengan kenang-kenangannya pada si adik kecil.
" B erapa duit lu sih?" si enlak menyerangnya dengan nada
Semua miliknya yang tersembunyi harus ia kurbankan untuk
ej ekan.
dapat makan siang dan malam. Dan hari-hari dalam hidup terasa
Tentu saja Maman tidak menjawab. Waktu babe pulang dari
amat panjang seakan tiada akan akhir-akhirnya.
. jaga malam, enlak menyampaikan maksud anak itu kepadanya.
Setelah lima tahun kerja, ia masih tecap kuli, yang nlenyorongl
Dan kontan si babe meringis pedih, mengusap dada sambi I ber
got-got di sepanjang gang. Hanya kadang-kadang saja ia mene
kata seperti mendoa:
rima hadiah dari seseorang yang got di depan rumahnya sudah
" Siapa nanti ngumpanin bini Iu? Gua juga?"
lima belas hari tak dibersihkan dan telah berubah menjadi sarang
Tentu saja Maman tidak menjawab.
nyamuk. Dan ia simpan tiap hadiah yang diterimanya. Pada suatu
Keesokan harinya ia bekerja lagi.
kali ia pun ingin punya isteri - seseorang yang takkan pernah
Lusanya si babe dapat menangkap berita dari kawan sekerja
136 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA MAMAN DAN DUNIANYA 137

ter
Maman, bahwa anaknya mau mengawini perawan gagu .Tak babu-babu lain . Dan ternyata memang demikian tetapi ia tak
an be
tahankan tersiksa hati si babe. Sampai di rumah ia kabark punya hak melarangnya kawin. Ternyata si juragan mengidap
rita pentin g itu pada bininya. Babe menggarami: perasaan kasih sayang kepadanya, karena ia seorang pekerja yang
dengar
" Sudah gua bakal ketempuhan ngumpanin. sekarang rajin, tidak suka mengobrol dalam pekerjaan. dan tidak mem
si bakal menantu gagu pula." pedulikan orang-orang lain selain pekerjaannya.
cur de
Tetapi si emak sekali ini terdiam. Air matanya mengu Dengan tiada diduga-duganya si juragan menawarinya peker
ini ia menye dan
ngan diam-diam. Ia tersedan-sedan . Baru sekali jaan untuk menjadi pembantunya di kantor. Ia akan mendapat
lambat-
kesunyian hidup anaknya. Antara sedannya terdengar upah tiga kali lipat daripada yang diterimanya sekarang. Tetapi
lambat: dengan perjanjian, Maman harus tinggal di kamar paling ujung
kagak.
"Ya anak! Anak cuma satu , warisan kagak, pelajaran di rumah si juragan. Tentu saja tawaran yang menyenangkan itu
kawin , dapat peraw an
Pintar kagak , tenaga kagak. Sekalinya bakal ia ambil.
gagu. Kebangetan benar nasib Iu! " . Beberapa bulan kemudian kawinlah ia dengan si gagu.
a lagl.
Setelah itu ia tak menggugat-gugat si gagu dan anakny Pekerjaannya yang baru ialah menjaga kantor juragan agar
ng p nya
Tetapi si babe terus jua membangkit:-bangkit. Ia mema tetap bersih. Kadang-kadang ia harus ikut mondar-mandir naik
tamba h kuran gJ g
alasan: upahnya yang sedikit tak urung bakal truk mengantarkan dan mengambil barang dari pelabuhan.Wak
tuJ ul
karena adanya menan tu gagu. Karena itu ia tidak menye tu si j uragan menuntut daripadanya agar ia bisa baca tulis, maka
kehendak si Maman. dengan rajinnya ia ikuti kursus pemberantasan butahuruf.
Dan pada suatu malam waktu babe telah pergi kerja,
ma Pada suatu hari yang tak diduga-duganya, si juragan berkata
pergi mengu nJungl
menghampiri anaknya yang nampak hendak kepadanya:
si pacar: "Jalan perusahaan sekarang sendat, Maman . Banyak perusa
ber-
"Mam an, bukan emak melarang, cuma saja emak mau haan gulung tikar. Perusahaanku sendiri sebe narnya sudah
tanya, masak lu kagak bisa cari bini yang b nara !?" . mulai sempoyongan. Aku harap kau mengerti kesulitanku ."
c saJa, mak.
Dalam hati Maman dengar suara sanubannya: Blsa Tetapi Maman tidak mengerti. Akhirnya si j uragan menerang
Tetapi seperti orang-orang lain juga . si orang lai itu
c ma bisa kan kepadanya, bahwa sebenarnya ia tak sampai hati memecat
mengej ek, mentertawakan dan menlsta Mama n. Tetapl ulut nya. Tetapi apa boleh buat. ia harus memecatnya. atau Maman
menJawab
nya bungkem. Waktu si emak mendesaknya ia hanya harus berpuas hati dengan menerima hanya sepertiga gaji.
pelahan: "Juragan," jawab Maman. " Waktu juragan senang. saya ikut
"Biari n. mak. Orang gagu juga manusia kan?" dengan juragan. Kalau juragan mengalami waktu yang tidak baik,
gkatlah
Setelah itu ia kenakan bajunya yang terbaik dan beran seharusnya saya tetap pada ) uragan juga. ltu pun kalau juragan
bu oleh tidak menolak saya ."
ia meng unjungi si gagu. Di sana mula-mula ia disanl
. Seb lum SI gagu
juragan si gagu, yang ternyata orang yang ramah Dan malam itu Maman diserbu oleh kesedihan yang amat
dl bawh p sangat . Hilangnya dua pertiga dari upahnya, menyebabkan ia tak
selesai kerja, j uragan lelaki mengaj ak mengobrl
hon ceri di depan rumah. latah yang membawa SI gagu dan Udlk
: mungkin menyumbang emaknya yang sudah tua dan tidak kuat
h sepert l
Karena gagunya ia percaya, tidak akan banyak tingka lagi jadi babu cuci.Waktu semua orang tidur. dibisikkannya pada
kuping bininya yang tidur dengan damainya:
138 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA MAMAN DAN DUNIANYA 139

" Gagu! Gagu! Tolonglah aku." mudian mengunjungi kuburan adiknya. Si juragan dengan segera
Tetapi si gagu tetap ridur. Bahkan tersenyum sedikit. dapat menduga akan kesulitan yang dialami bujangnya itu . Teta
Sepotong malam itu ia berpikir dan berpikir. Tetapi tak ada pi ia sendiri membutuhkan pertolongan dalam masa perdagang
pikiran baik datang ke kepalanya. Otaknya merasa dilibat oleh an berjalan sendat. Satu-satunya pertolongan yang ia dapat beri
sesuatu kegelapan. Pekat! Hampir subuh tiba-tiba kegelapan itu kan ialah memberinya ijin meninggalkan rumahnya dan beserta
dibolongi oleh eahaya terang yang gilang-gemilang. Dan di isterinya pindah ke rumah emaknya yang telah tua dan saki tan.
dalam eahaya terang itu muneul wajah si adik yang meronta Dengan demikian, setelah mengueapkan banyak-banyak te
rontakan kaki dan tangannya. Ia j umput hidung keeil si adik. Dan rimakasih atas segala pertolongan yang diberikan si juragan ke
si adik kian menghentak-hentakkan kaki dan tangannya. padanya sendiri dan isterinya, ia pun pindahlah. Juga ditempat
Waktu eahaya dan si adik lenyap. Maman tergagap-gagap ba nya yang baru si gagu tidak pernah memprotes. Ia hadapi segala
ngun. Pada matanya ritik dua tetes air mata. Air mata untuk si pekerjaan dan kewajiban dengan wajah yang bersih. Wajah si gagu
adik kecil. Si gagu sudah tak ada di sampingnya - sudah mulai itulah satu-satunya hiburan bagi kekeeewaan dan kesedihannya.
kerja di dapur. Malam pertama di rumah si emak itu ia pun tak dapat meme
*** . jamkan mata. Angannya melayang ke mana-mana. Mau rasanya
ia pergunakan waktu sehabis kerja itu untuk meneari penghasil
Setelah selesai pekerjaannya di kantor, Maman tak segera pulang.
an tambahan, tetapi tiada datang pikiran jernih yang mau mem
Ia langsung pergi ke rumah orang tuanya. Emaknya sedangjatuh
bimbingnya. Dan dengan upahnya yang hanya sepertiga itu , tak
sakit. Para tetangga menyatakan kegirangan hatinya karena ia
mungkin ia bisa hidup beserta bininya. Dulu bininya pun dapat
datang. Si emak tersenyum berbahagia melihat kedatangan
makan pereuma, dan ia juga sekali dalam sehari. Dulu bininya
anaknya. Dan para tetangga bilang, tak ada orang yang mengu
dapat upah dari si juragan, tetapi sekarang tidak. Si emak sakit
rus emaknya yang sakit itu.
pula. Sedang babe tak juga mendapat kenaikan upah . Bila ia
"Baiklah, mak," katanya. Nanti Maman bilang pada juragan
pernah mendapat kenaikan, harga kenaikan itu hanyalah sebesar
biar Maman boleh pindah kemari.
riga bungkus rokok putih.
Dan setelah membelikan makanan untuk emaknya, dan obat
Dan angan Maman terus melayang-Iayang.
kinine, ia pun pergilah ke kuburan si adik keeil. Tetapi kuburan
Waktu subuh hampir tiba, kembali dalam kegelapan sanubari
itu tak didapatnya lagi. Waktu ditanyakannya kepada penjaga, ia
nya muncul eahaya yang terang-benderang. Dan di dalam eahaya
mendapat keterangan, bahwa kuburan itu sudah lima tahun yang
itu kelihatan si adik keeil tertawa-tawa kepadanya. Sekaligus se
lalu dibongkar, dan sekarang dipergunakan buat kuburan orang
gala kesedihan dan keeupatan yang dideritanya menjadi lenyap.
lain lagi. B unga yang ia beli dari pinggir jalan ia taburkan di
Ia kenlbali dalam dunia masa kanak-kanaknya dulu . Ia bernlain
tempat bekas kuburan adiknya.
main Iagi dengan si adik keeil. Ia jumput Iagi hidung keciI si adik.
Sampai di rumah hari telah pukul sembilan malam. Juga si
dan si adik meronta-ronta. Kemudian ia kilik-kilik iga-iga keciI
gagu tak menyambutnya dengan wajah eemberut. Ia tahu, bila
Maman datang terlambat, pastilah ada kewajiban penting harus si adik. Dan si adik terkekeh-kekeh.
S ementara itu matahari teiah terbit. Ia tergagap-gagap bangu n
diselesaikannya. Dan waktu juragan menanyainya dari mana ia
dalam waktu sehabis kerja, ia eeritakan halnya: emak sakit, ke- dengan masih membawa sebagian daripada perasaan di dalanl
1 40 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA MAMAN DAN DUNIANYA 141

hatinya. Sehari penuh itu ia terus teringat pada adiknya. Dan Tiga bulan kemudian empat belas orang. Rumah pondoknya kini
sehabis kerja ia mulai membuat anak-anakan, yang, apabila di menjadi pabrik.
jumput hidungnya, kaki dan tangannya meronta-ronta. Berhari D an pada suatu waktu ia menjadi seorang yang terkaya di
hari ia kerjakan anak-anakan itu, yakni pada waktu-waktu habis kampungnya. Tak ada lagi orang yang mengej ek, mentertawakan
kerj a. Setengah bulan kemudian jadilah mainan yang diidam dan menistakannya. Mainan buatannya kini telah mengisi toko
idamkannya. Ia panggil anak-anak kecil di seluruh gang itu. Ia toko besar dengan jalan komisi. Dalam waktu lima tahun ia te
beli berbagai macam penganan untuk menyedekahi si adik lah mempunyai pabrik besar dan tiga ratus orang buruh.
buatannya sendiri. Pada suatu kali ia dan isterinya datang berkunjung ke rumah
"Orang gila," kata para tetangga. "Makan saja kurang nyede si juragan. Ia lihat perabot rumah tangga yang mahal-mahal dulu
kahin anak-anakan." kini telah habis tandas. Bahkan garasi telah kosong. Dengan wajah
Tetapi anak-anak lain p ula. Mereka merasa senang, dengan muram juragan menemuinya.
sedekah penganan itu. Dan seorang demi seorang di antara mere "Riwayat kami telah habis, Maman:' kata juragan. Segala usa
ka diperbolehkan menjumput hi dung adik kecil sekali. Bila kaki ha telah gagal. Matanya yang cekung meneliti wajah tamunya.
dan tangan adik kecil meronta-rnta, mereka bersorak-sorak. " Tapi aku senang melihat kau sehat, dan barangkali juga sudah
Akhirnya berkerumunlah orang-orang dewasa j uga. Hari itu beruntung."
adalah hari Mamam dapat mewujudkan perasaan bahagia yang Maman mengucapkan banyak-banyak terimakasih atas segala
diperolehnya dari si adik di dalam mimpinya. pertolongan juragan, baik yang kepadanya maupun yang kepada
D engan penemuannya itu ia berubah menjadi orang lain, se bininya, sehingga ia kini dapat hidup beruntung. Juga Maman
orang yang berbahagia. Ia mendapatkan kekuatan baru. Dan se menceritakan kepada juragan, ia sekarang telah punya pabrik
lanj utnya di waktu-waktu habis kerja ia membuat anak-anakan besar dengan tiga ratus orang buruh. Kemudian sambungnya:
lagi, sehingga dalam sebulan itu telah dua puluh lima dibuatnya. "Kalau juragan suka, baiklah juragan bekerja pada kami. Dan
B ahan-bahannya ia dapat dari kayu-kayu bekas dari tempat ker karena modal Maman tidak lain daripada kayu-kayu dan kawat
ja. Setelah jumlah mainan itu melebihi lima puluh, pada suatu bekas pemberian j uragan, sudah sepatutnya juragan memiliki
sore ia pun pergi memikul mainan itu untuk diperdagangkan. Ia j uga sebagian daripada perusahaan itu."
berteriak-teriak girang menj ajakan dagangannya, kegirangan Sejak waktu itu juragan menjadi seorang pesero dan pegawai.
yang tulus. Di sepanjangjalan anak-anak berkerumun mengagu Waktu pemerintah melarang impor barang-barang mainan yang
mi mainan model baru itu . Dan tiap menyerahkan sebuah main mahal, pabrik Maman seakan tersulap menjadi berlipat kali be
an yang terjual itu kepada pembeli ia mengucapkan terimakasih sarnya. Dan sukses itu dipergunakannya untuk memberikan
kepada si adik. sumber penghasilan bagi mereka yang tersekat dalam kegagalan
Pada jam sepul uh malam, waktu ia pulang, semua mainan yang penghidupan. Juga kanak-kanak yang dahulu mengej ek, men
dijualnya telah habis. Sekali dalanl hidupnya ini ia memperoleh tertawakan dan menistanya mendapat bagian j uga daripada suk
uang yang paling besar j umlahnya. Dan terpaksalah ia malam ito sesnya. Kepahitan hidup itu ia deritakan sendiri, senangnya ia
j uga mencari tukang yang mau membantu pekeIJaannya. Sebu bagi-bagi kepada siapa saja yang membutuhkan.
Ian kemudian tukang yang bekerja padanya menjadi empat orang.
KECAPI 1 43

Lama-kelamaan menjadi j elas bagiku, hidupnya merupakan

10 rangkaian ketakutan: dari setan-setan, polisi, orang-orang pandai,


orang-orang kaya, kekecilan hati tak kena catutannya, rongrong
an si bini, dan banyak lagi yang boleh dirangkai lagi. Rasa-rasanya
tiap langkah yang diganjurnya - meragukan! Dan dicarinyalah
keping-keping pegangan: perkutut yang disemburnya dengan air
kumur sendiri tiap hariJum'at, ucapan-ucapan impian kejenisan
Kecapi nya yang datang secara spontan: anu geulis, anu koneng (hila ada
wanita lewat) ! Mata merahnya berkilauan seperti mata setan.
. <. .- .: ..... .. ..:: k. /. :." :.: . ".
Dan bila malam minggu datang, diambilnya kecapinya dari
Created Ebook by syauqy_arr simpanan dan mulailah ia bersesindiran seorang diri. Kadang
datang juga tetangga lain membawa biola, dan permainan pun

lt
menj adi meriah. Sesindiran segera berganti dengan tembang
sekar. Maka turunlah dari langit suasana dan ikIim daerahnya
KU KIRA TIAP ORANG PUNYA TAFSIRAN ATAS HIDUPNYA
sendiri - daerah Lembah dan Gunung. Suara nyanyian yang laju
sendiri. Bahkan orang gila pun punya. Sedikit banyak tiba-tiba berubah menjadi gesit lincah mengandung berahi. Ah,
nya arah hidup yang kita tempuh tergantung pula pada impian; ah kenyacaan! Kedua-duanya ada dalam diri tiap orang.
tafsiran ini. Dan sekali ini aku hendak bercerita tentang kisah Kedua-duanya perang-memerangi. Karena itu tiada seorang pun
seorang lelaki yang karena salah tafSir ini jatuh ke tanganku un
bisa aman daripadanya.
tuk menjadi tokoh ceritaku. Nampaknya peperangan itu terlalu hebat tetjadi dalam tubuh
Aku kenaI padanya di sebuah teritis rumah yang hendak nya - matanya yang selalu merah, tulang-tulang iganya yang
kusewa. Ia bercelana katok hitam. Punggungnya melengkung dan berupa kaki ketam. Kemudian: kegiatan-kegiatan kecil - menye
tulang-tulang iganya berbaris seperti deretan kaki ketam. Ma ka bersih sepeda prancisnya dengan topo basah sehingga tinggal
tanya merah merindukan tidur yang nikmat, tetapi lagu suara mengkilat. Dan dipanggulnya si dua roda itu di tiap becekan yang
nya mendayu-dayu meminta perhatian. ditemuinya; melicinkan lantai tanah rumah tinggalnya yang di
"Biar aku cuma orang kecil," katanya dengan bangganya, "Tu sewanya dari Raden Marbaut, ditambalnya dengan barang
han telah beri aku kemurahan kenaI pada para pembesar: pre barang apkiran dari tiap tempat ketjanya: cat, kayu-kayu galar,
siden, menteri-menteri, pegawai-pegawai tinggi." kawat ram, pecahan windshield mobil buat genteng kaca; men
Dan sekali lagi tulang-tulang iganya melambai-Iambai, sung cari tempat yang menyenangkan pada batang-batang kayu buat
guh-sungguh seperti ketam sedang merangkak, matanya yang perkututnya; membuat kandang ayam bagi ayam-ayam yang amat
merah menyaIa: dia meminta perhatian yang mutlak. Dan per dicintainya dan yang menelur tiap haria
hatian itu aku berikan kepadanya. Lama-kelamaan aku pun mengenaI sekeping daripada sejarah
"Jadi apa sih? " tanyaku. nya . Dahulu ia dilahirkan dan dibesarkan dan dikawinkan di
Ternyata ia jadi penagih rekening seorang dokter partikelir. daerahnya sendiri: daerah Lembah dan Gunung, di mana tiap
Kemudian kami bertetangga.
1 44 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA KECAPI 1 45

detik terdengar kecapi mendayu-dayu bersama angin yang tua, yang telah duduk di SGB dan mendapat uang ikatan dinas,
mengandung kadar air yang berat, di mana tiap saat orang bisa ikut dengan emaknya. Anaknya yang lelaki, ikut dengannya.
jatuh tertidur dengan aman, karena bumi selalu memberi rah Dengan pakaian dan anak lelakinya dan si jangkung koneng, ia
mat pada tetanaman. Ia petani yang rajin. Itu dulu, empat lima pun berangkat ke daerah pelarian:Jakarta! Jakarta! Jakarta, seperti
belas tahun yang lalu. Tetapi tanahnya sendiri sempit dan sawah bagi pelarian-pelarian lain juga.
itu talc sanggup memberinya kemakmuran penuh selama setahun. Demikianlah sekeping sejarahnya yang kuketahi.
Usaha lain tak ada, selain mendapat makan siang waktu gotong Dan di Jakarta ini pula ia memulai sejarah penghidupan dan
royong mendirikan rumah orang, dan memancing leIe di kali. kehidupan baru - sejarah pelariannya. Juga pelarian daripada
Hidupnya melarat, dan ia rasakan benar kemelaratan itu sebagai penghidupan: tanpa tanah, tanpa pancing. Ia menjadi warga
pengucilan dirinya daripada orang-orang lain. Tiap orang rasa cangkokan di daerah baru ini. Segera ia mendapat petak pada
rasa berhak memerintah dirinya. Dan ia tak senang tinggal di sewaan Raden Marbaut. Dan Raden ini pula yang meminjami
rumah. Dan di rumah, bininya pun tak senang didekatinya. alat-alat tidur dan dapur. Untung pula baginya, karena pada hari
Isteri sialan! Tuduhnya pada ikan yang dipancingnya, pada itu juga ia mendapat pekerjaan: di sebuah percetakan nasional!
angin yang berhel!lbus, pada puncilk rumpun bambu di mana dia Upah? Seminggu kerja sama benar dengan sewa petakannya.
memancing di bawahnya, pada air yang mengimbak-imbak diter Penghidupan yang tak menyenangkan! Bila hujan tiba, air yang
jang ikan terkejut, pada kenalan yang mau mendengarkan rintih meluap dari daerah-daerah tinggi di sekelilingnya, tumpah ma
an kalbunya. Pada semua - pada segala. Hanya satu tidak: pada suk ke dalam rumahnya. Dan karena dinding rumahnya yang
isterinya sendiri. Ia anggap si Cicih sebagai biang-keladi segala belakang terbuat daripada punggung bukit yang dipotong. Kare
ketaksenangan hidupnya. Ia ingin memberontak terhadapnya. na samping punggung bukiun ini merupakan comberan besar,
Tetapi alasan untuk itu tak ada! dinding tanah ini seperti dengan sendirinya menjadi sarang tikus
Juga ia membutuhkan alasan, sebagaimana para diplomat, se tanah. Juga dari lubang-Iubang tikus tanah ini menyembur air
bagaimana para politikus dan para kritikus. lumpur bila hujan turun dengan lebatnya. Ruang tengah yang
Tetapi dakwaannya itu kian lama kian mendapat bentuk: be menj adi kamar tidur, kamar makan dan juga menjadi kamar
nar-benar si Cicihlah yang membuat dirinya melarat! Isteri sialan tamu, adalah bekas kakus kampung yang telah dimatikan dengan
itu! Dan bentuk itu menjadi positif waktu ia berpihak pada timbunan sampah. Tetapi waktu gas kakus itu telah menguap
impian kejenisannya: seorang dan semua wanita yang jangkung semua, sedang sampah mulai menjadi tanah, dataran ruangan itu
koneng! Alangkah nikmat: jangkung koneng. Dan pada suatu kali pada suatu ketika terbenam ke dalam. Tiap hari ditimbun oleh
melintas di dalam perhatiannya: seorang perawan. Dan perawan nya dengan sepikul tanah, tetapi sebulan kemudian lubang itu
itu rela menampung impiannya untuk dijadikan kenyataan - belum juga lenyap. Bahkan bila hujan menerjang daerahnya,
seorang perawan sungguh! Jangkung koneng sungguh! lubang pun merupakan lokak yang tak kurang-kurang penting
Dan bermulalah tindakan baru. Inilah kemenangannya yang nya daripada si jangkung koneng. Akibat dari semua itu adalah
pertama. Kemenangannya sebagai lelaki! Dan kemenangan ini jelas: si jangkung koneng tiap hari mengomel. Dan anak lelalo
dirasainya benar-benar. nya terus gentayangan mengedari kota mencari barang sepicis
Pecahlah perkaWlnannya dengan Cicih . Perawannya yang ter- dua.
1 46 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA KECAPI 147

Pada suatu waletu ia renungkan hidupnya yang dulu-dulu. Dan Kekerdilan upah itu menyebabkan ia pindah kerja. Sekarang
pada suatu saat yang genting ia curahkan isi hatinya kepadaku: ia jadi penagih rekening. Lima prosen komisi. Hanya seminggu
"Kalau aku pikir-pikir, hidupku dulu senang juga. Dilaknat dalam sebulan ia kerja. Keluarga barunya mulai menjadi makmur.
lah kehidupan seperti sekarang ini." Tetapi matanya tambah mencekung ke dalam: ia mengidap suatu
Dan aku tahu benar, keluarga pelarian ini hanya makan sekali kerinduan besar. Hal ini pernah pula dikatakannya kepadaku,
sehari. pada suatu siang yang amat panas:
B arangkali dahulu, sebelum kawin, si jangkung koneng "Meski lebih susah, sebenarnya aku dahulu lebih berbahagia.
mendapat janji yang muluk-muluk. Barangkali. Karena, bila kini Keluarga yang utuh! Hati yang utuh dan pikiran yang utuh.Yang
mendung mulai mengawang di angkasa kelam, terdengar ia lain-lain sebenarnya kesusahan kecil-kecil. Apa sekarang? Biar
mendoa panjang-panjang. Dan bila guntur mulai terdengar di rejeki tumpah dari langit, keluarga toh sudah pecah-belah. Pikir
malam hari, terdengar nyaring ia mengaji diselang-seling dengan an pecah-belah. Badan di sini, hati ke sana - ke mana-mana."
kutukan kepada lakinya. Karena hingga sekarang janji itu belum Dalam beberapa tahun perkawinan, si jangkung koneng tak
terj elma dan menemaninya di masa-masa lakinya pergi kerja, ia juga mau bunting. Tetapi perutnya kian hari kian menjadi gen
menjadi kesepian dan uring-uringan. Untuk mengisi masa-masa dut mengandung lemak. Dan karena isteri ini merasa tak
kesepiannya itu diambilnya seorang anak pungut. Tapi hal itu berkedudukan yang pasti sebagai isteri karena suaminya hanya
menyebabkan pembagian makanan bertambah sedikit lagi. Hari dua jam sehari di rumah, dan karena ia merasa tak benar-benar
hari sepi dan kurang yang tiada habis-habisnya . Akhirnya si jang sebagai ibu, karena tak pernah beranak, tak banyak yang mesti ia
kung koneng menjadi garang. Tak segan-segan ia memaki suami kerjakan selain ngagoler di ranjang yang berkasur sungguh-sung
nya di depan umum. Dan siasat lelaki itu dalam menghadapi guh itu . Lama-kelamaan tubuhnya menjadi demikian gemuk.
keadaan semacam itu hanyalah satu: cepat-cepat kenakan celana Suatu keadaan yang dengan sendirinya saja mengkhianati buah
dan lari - lari ke mana saja, sampai kegarangan si jangkung mimpi lakinya.
koneng menjadi reda, dan rela menerimanya kembali di sam Apa yang dapat kau harapkan dari badan segendut itu! Sekali
pingnya. Pulang-pulang hari telah malam, dan ia tidur di kursi. peristiwa sambil melihat orang mengurus balong ia bicara ke
Bertambah sering si jangkung koneng memakinya, bertambah padaku sambil melirik pintu kakus umum tempat isterinya
sering pula ia melarikan diri. Akhirnya ini menjadi kebiasaannya melakukan hajat besar.Anak tidak, kesenangan tidak, pelesir tidak.
yang menyenangkan hatinya juga agak sedikit. Hanya bau ketek jua yang kudapat daripadanya. Ngudubilahshan!
Sekarang hanya dua jam sehari semalam ia tinggal di rumah. Lama-kelamaan kesenangannya menghindari rumah tangga
S ementara itu ia mengharuskan diri mencatut kiri kanan . nya sendiri kian berkurang. Barangkali karena tubuhnya kian
Kadang-kadang ia sendiri tercatut. Dan pada suatu keuntungan, lama dirasanya kian lemah olehnya. Sering ia nampak bermu
dapatlah ia membeli sepeda-prancis. rung-murung di teritis r'u mahnya. Sering pula ia tidur di rumah,
Lain hari lagi ranjang berkasur. Kasur! Kasur sungguh-sung sering pula bermain-main dengan ayam-ayamnya di pagi hari .
guh! B ukan bergalar bambu! Lama-kelamaan bangun juga suatu Tetapi yang terlebih sering ialah memetik kecapi buatannya
rumah tangga yang normal. Tapi gajinya di percetakan nasional sendiri. Getaran tali-tali itu menjadi kereta baginya yang
tak juga naik. la jadi setter - setter yang kurang paham mem mengantarkannya kembali ke daerah Lembah dan Gunung. Ini
baca huruf. Itulah biang-keladi kekerdilan gajinya.
1 48 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DAR) JAKARTA KECAPI I

kentara dari irama petikannya, dari gaya nyanyiannya, dan juga yang mengharap kasih. Kerinduannya pada daerah Lembah dan
dari ramuan bunyi tali-temali kecapi itu sendiri. Dan kalau ada Gunung, pada sawahnya yang keciI duIu, pada anak perempuan

wanita lewat, dan ini dilihatnya, terutama bila yang lewat itu nya, pada masa-masa bahagia yang telah ia punahkan sendiri.
perawan, segera saJa keluar senggakan di antara nyanyiannya: Sedang anak yang dibawanya itu . . . .
AihJ aihJ kapelet engke "Tidak seperti aku ! " katanya. "Entah seperti siapa dia. Tidak
Dan ia tak peduli pada bininya. kenal kewajiban rumah tangga, meskipun aku tahu dia tak senang

Ia hanya peduli pada gairat hatinya, pada usaha melepaskan diri tinggal di rumah pada emak tirinya."
dari kesesakan hati. Tentu saja semua ini tak diketahui oleh bi Anak pungut yang diambil oleh isterinya, tambah hari tam

ninya, karena dia perawan waktu kawin dengannya. Karena dia bah besar, dan jelas-jelas menjadi saingan anak tiri.

tak pernah punya anak, karena dia tak pernah j adi janda. Perka Anak tak ketahuan orang tuanya disayang-sayang, gerutu

winan joko loro1 adalah yang paling mengikat sanubari di tiap tokoh kita bila merasa jengkel terhadap anak pungut itu, sedang

perceraian, selalu teringat baik oleh pihak perempuan maupun anakku yang ketahuan siapa emak siapa bapaknya disia-siakan.

pihak lelaki. Dan sej ak waktu itu baik anaknya sendiri maupun tokoh kita

Mula-mula senggakan-senggakan itu menyebabkan bininya tambah tak senang tinggaI di rumah pondoknya.

j engkel juga - senggakan yang dirasanya amat kurangajar. Tetapi Dan si orok ini terlampau gemar menangis. Isterinya gemar

IeIaki itu tiada ambil peduli. memanj akan si orok. Dan si orok tambah hari tambah besar,

Ketegangan batin lelaki itu kian lama kian hebat, karena tam tambah hari tambah manja, terutama waktu ia teIah mengerti apa

bah hari kej angkungkonengan isterinya tambah hiIang jua, dan gunanya tangis.

pula wanita itu tambah banyak memperlihatkan gejala-gejaIa Karena si orok anak lelaki, gerutu tokoh kita sekali ini adalah:

daripada hati yang dikungkung oleh kesepian. Pemuda tiga kepeng!

Memang bukan salahnya, sekali waktu lelaki itu berkata ke Dan para tetangga membiakkan gerutu hatinya sendiri, kare

padaku pada suatu waktu yang tak kuduga-duga, kalau dia tak na tak tahan mendengar tangis yang berlarut-Iarut itu:

punya anak. Setidak-tidaknya dia sudah berusaha keras untuk Pemuda tiga kepeng!
***
mengandung. Kalau tak juga dapat, bukanlah itu tak lagi berada
dalam kekuasaan manusia. Bukan? RASA-RASA SUDAH lama sekali - lebih satu setengah tahun - ke-

Tokoh kita tambah hari tambah menjadi Iayu juga. Malah capi tokoh kita tinggaI bungkem, sedang tokoh kita sendiri te

sekali ia pernah bilang, ia ingin jatuh sakit pada sekali tempo - lah mencapai umur lewat dari empat puluh. Sering timbul dalam

sakit keras, dan: ada tangan yang membelainya dengan kasih sa hatiku: Jutaan Ielaki semacam dia, giat dan tak kekurangan keju

yang yang ikhlas, ada suara yang dibisikkan pada telinganya yang ruan, telah melewati umurnya yang empat puluh - tetapi apa

mengharapkan agar ia lekas sembuh. Tetapi tak juga ia jatuh sa kah yang telah diperoIehnya dari hidupnya sendiri? Sesuatu yang

kit. Bahkan anak, yang dibawanya, tambah j auh pula dari hatinya dapat memberinya pegangan yang teguh bagi kehidupannya se
terusnya dalam menempuh hidup tua di kemudian hari? Dan
dengan sendirinya saja soal demikian menjadi soal dan cermin
1. joko loro perawan dan peIJaka
-
bagi diriku sendiri. Sepuluh tahun kemudian umur yang empat
1 50 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA KECAPI 151

puluh akan menj adi lima puluh. Dan berapakah kecilnya hati bila yang meninggalkan dunia yang fana ini tidak banyak mempero
dalam j arak itu belum jua nampak sesuatu yang dapat menj adi leh kehormatan seperti roh-roh yang meninggalkan daerah Lem
tongkat penunjang bagi tenaga yang kian melemah! Dia demiki bah dan Gunung-nya. Dia amat kecewa. ltu terdengar dari petik
an halnya. Aku demikian pula halnya. Kami hidup dalam keke an tali kecapinya. Dari suaranya yang mengalun lambat-Iambat.
cilan hati dan kekuatiran yang sarna dalam menghadapi masa Terdengar olehku isterinya menegurnya. Tetapi ia tak dengar
panjang di mana tubuh telah layu.Justru karena itulah tokoh kita teguran itu. Ia teruskan perikan dan nyanyiannya di dalam kege
amat menarik perharianku. Di balik segala perbuatannya, bahkan lapan malam, di berandanya, di atas tikar pandan yang baru di
di belakang tertawanya yang rela itu, ada sesuatu yang timpang, belinya - spesial buat tahlilan.
sesuatu yang menunjukkan penasaran hatinya terhadap keliling, Didieu gunung diditu gunung:
hidup dan diri sendiri, walau besar juga kemungkinan semua itu Lamun jurang mah mana jalanana
tiada disadarinya. Aku tak tahu lagi bagaimana sambungannya, karena bahasa
Pada suatu kali waktu orang tuanya meninggal dunia, keluar daerah yang ia pergunakan itu tak kukenal. Cuma dari irama
ga itu pergilah ke udik, ke daerah Lembah dan Gunung. Tidak nyanyiannya aku tahu ia sedang meratap riuh-rendah. Ia menya
lama! Beberapa hari kemudian keluarga itu pulang kembali di nyikan perasaan harinya sendiri: suatu kesedaran bahwa ia sudah
daerah kami. Banyak obrolan dan berita memancur deras dari salah tafSir tentang hidupnya sendiri. Ia dahulu duga, isterinyalah
mulutnya. Hanya satu yang tidak keluar - tetapi yang j ustru yang menjadi biang keladi kehancuran rumah tangga, tetapi yang
kuharapkan terdengar dari mulutnya -: kegoncangan hatinya sebenarnya adalah bahwa dirinya sendiri yang tak mampu men
sendiri. ciptakan suasana hidup yang menyenangkan.Juga sekarang tidald
Mungkin dalam batinnya ia telah membuat penyelesaian semu Kerinduannya kian memuncak: kerinduan pada suasana hidup
ataupun penyelesaian sewajarnya, atau penyelesaian murah, yak yang menyenangkan.
ni: doa agar isterinya yang tak diharapkan hatinya lagi itu lekas Sampai jauh malam irama menyesali pemilihan yang dipinta
lekas mati hendaknya. Atau: dirinya sendiri yang lekas-Iekas mati oleh tafSiran yang salah itu terns merayu berbisik-bisik. Begitu
hendaknya.Atau:Tuhan menyulap dunia ini sehingga semua yang sentimentil!
ada berkenaan benar dengan kemauannya. Tetapi semuanya itu Kalau mati apakah mati
justru tidaklah mungkin, karena a1am punya perkembangannya Cibeber punya cerita
sendiri, dan hati manusia terlampau lahap dan banyak kemauan. Pacia jam riga pagi aku masih dengar rayuannya. Tetapi suaranya
Alam bukan saja miskin, tetapi juga kedekut, ganas, sedang hati yang terdengar setengah mengantuk itu berdemdam dalam: ta
manusia terlampau rakus dan mau menguasai segala. ngis yang dilagukan.
Jadi? Dan kini kutentukan bagi diriku sendiri: hatinya, jiwanya,
Jadi tokoh kita tinggal melengkung bermata merah. hidupnya, hari depannya, telah menjadi bolong dan compang
Beberapa malam setelah kedatangannya dari udik terdengar ia campIng.
memainkan kecapinya lagi, setelah tak ada tamu yang diharap
Jakarta, 1 956.
kannya datang, yakni tamu yang bertahlil buat roh mendiang
orangtuanya. Dia belum lagi tahu, bahwa di Jakarta ini roh-roh
BIANGKELADI 1 53

Demikianlah tuan Kariumun menurut yang resnu dan menu


11 rut yang popular, yang nyata!
Tetapi aku bukan hendak bercerita tentang yang resmi dan
yang popular ini. SebaIiknyaIah maIah.Aku hendak bercerita dari
segi yang tidak resmi, tidak nyata, dan tidak popular.
***

Biangkeladi SEBELUM JEPANG membuat kocar-kacir rakyat Indonesia dengan


masa pendudukannya, Mas Kariumun telah menjadi favorit
rakyat, karena ia berha!'il dapat memenuhi gairat rakyat di lapang
Created Ebook by syauqy_arr an pencak. Di mana-mana ia dapat merebut kejuaraan. Bahkan
jago-jago pencak dari gunung dan lembah sarna ngiler untuk
menekuk batang lehernya. Tetapi ia tetap juara. Sekali pernah ia
kena keroyok. Tetapi empat orang pengeroyoknya terpental
SMINYA: IA ADALAH KEPALA JAWATAN. IA MENJADI KEPALA

R
malang-melintang. Dia tetap juara. Antara sebentar namanya di
?
dari be erapa orang egawai tinggi n tidak kurang
sebut-sebut baik di kota maupun di desa.Juga orang-orang yang
dari senbu dua ratus nga puluh pegawaJ. menengah dan
pernah baca koran kenaI namanya. Dan justru karena tak pernah
rendah dan pesuruh yang berpencaran di seluruh kota-kota be
melihat gambarnya mereka bayangkan dia sebagai seorang yang
sar di Indonesia. DaIam kunjungan-kunjungan resmi ia disam
bertubuh tinggi besar, bermisai melintang karena dikakukan
but oleh pegawai-pegawainya dengan kebesaran seorangjendral
: dengan lilin tiap subuh dan petang. Nyatanya dia seorang yang
Dan pegawai-pegawainya memandang kepadanya dengan han
bertubuh kerdil lagi kurus.
penuh harap akan kasih, akan perhatian, akan promosi. Di de
Sebagai seorang yang aktif di dalam pergerakan (ini dimulainya
rah kekuasaannya ia merupakan dewa yang berkuasa penuh dile-
dengan menagih iuran, sehingga ia dikenal sejak dari bawah
pas atau tidaknya para pegawai itu.
. mula) tentu saja ia banyak pula dikenaI oleh dunia persuratkabar
Popularnya: Ia adalah seorang patriot, yang mana tanah aIr dan
an. Dan sebagai pegawai negeri pada Gubermen Hindia Belan
bangsa akan merasa kehilangan besar pabila ia meninggal dunia.
da ia berhasil menduduki temp at yang tinggi di kurun masa itu .
Celakanya, lama-kelamaan kepopularan itu demikian mempe
Kemudian Jepang pun berkuasa.
ngaruhi hati sanubarinya sehingga lama-kelamaan ia pun percay
Kemudian pejabat-pejabat tinggi bangsa Belanda disingkirkan.
kepadanya. Di luar sebagai kepaIa jawatan ia menjadi ket a dan
Dan jadilah ia wakil kepala jawatan. Di Jakarta tentu! Namanya
berbagai gerakan dan perkumpulan, yang menyebabkan Ia ber
baik dalam laporan-Iaporan resmi, keharumannya di kalangan
tambah popular lagi di kaIangan penduduk. Sementara itu
penduduk, menyebabkan ia dengan mudahnya dapat menguasai
golongan muda lebih kesaI lagi kepadanya, dan menamainya se
hati Jepang, dan - menguasai sumber rejeki yang patut tentu. Tiap
orang beroepsketua. (Tentu saja tak diucapkan mereka di ha
nasi hat yang diucapkannya diikuti oleh sepnya, orangJepang, baik
dapannya!) .
dalam seluk-beluk pekerjaan maupun dalam seluk-beluk
1 54 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA BIANGKELADI 1 55

mengubah inventaris jawatannya menjadi barang-barang kebu tetangganya, ia adalah gagal pula. Ia tak pernah gendong salah
tuhan yang dekat. Dan di masa kelaparan itu tuan Kariumun seorang dari anak-anaknya, tak pernah berkasih-kasihan dengan
tumbuhlah dari seorang kerdil kurus menjadi seorang pendek mereka. Bila di rumah pekerjaannya sudah tetap: membaca ko
gemuk. Otot-ototnya tak pernah dilatihnya lagi sehingga men ran, dan tak lain dari membaca koran. Dan koran itu tak boleh
jadi bergumpulan sebagai Hercules tidak resmi, sebagai Hercules dibaca oleh orang lain sebelum ia sendiri membacanya. Anak
dalam format kerdil. anaknya sendiri memandang dirinya sebagai seorang dewa pula:
Tetapi ada yang lebih penting daripada semua itu: ia pun dewaYamadipati, dewa yang berhak atas mati dan hidup mereka.
menjadi setengah dewalah. Tak kurang-kurang banyaknya kawan Dan terhadap anak-anak dan isterinya, Mas Kariumun hanya
dan kenalan datang kepadanya minta pekerjaan. Tentu saja ini punya dua pemilihan: memerintah atau melarang.
tidak resmi. Tetapi demi keutuhan popularitasnya ia harus ber Mas Kariumun telah lima belas tahun kawin dengan nyonya,
buat. Demi popularitas! Dan sebagian dari mereka tertolonglah. diberkahi enam orang anak syah. Dalam lima belas tahun itu tak
Sebagian yang tinggal hanya setengah tertolong. Tetapi setengah habis-habis nyonya mendambakan suatu masa di mana suaminya
tertolong adalah lebih bernilai daripada tiada. mau berjalan-jalan dengannya, dengan anak-anaknya, sehingga
Dapat dikatakan: Tuan Kariumun .menaiki j enjang-jenjang tahulah ia akan bahagia bersuami isteri.
sosial itu dengan mudah sambil berlenggang. Bagi dirinya sendiri Mas Kariumun mempunyai keberatannya
Sebagai orang yang tidak resmi Tuan Kariumun sebenarnya sendiri: ia sesali hatinya yang tiada tetap. Di waktu-waktu sunyi
mempunyai banyak keberatan, juga terhadap dirinya sendiri. sendiri ia rasai hatinya merasa kecut, bahwa sesungguhnya diri
Nyonya, misalnya, tak dapat menghargainya baik sebagai manu nya tiadalah berhak seharum dan sepopular itu. Ia kaji-kaji
sia maupun sebagai suami.Yang pertama karena, demikian menu kepandaian dan kecakapannya. Tiada! Selain pencak. Tetapi apa
rut nyonya kepada kerabat dan kawan-kawannya yang paling kah dunia ini harus diperintah oleh juara pencak? Ia menjawab:
dekat, terlampau serakah, tidak bersungguh-sungguh dalam se "Ya". Tetapi kata hatinya berteriak-teriak amat nyaring: "tidak!
gala hal, hanya digerakkan oleh nafsu popular belaka, buncah hari, tidak!" Dan hal yang semacam itulah yang menyebabkan ia rasai
dan menganggap orang-orang lain hanya domba-domba yang betapa tiap ia sunyi sendiri hatinya menggigil kecut dan ke
hanya patut digembalakan oleh dirinya, diperah atau dipotong 1 dinginan. Tidak seperti di dalam rapat! Hatinya selalu besar, dan
demi kepopularannya. Benar tidaknya, hanya nyonyalah ba tempik-sorak para hadirin membuat tubuhnya yang berformat
rangkali yang tahu.Yang kedua, demikian menurut nyonya ke Hercules kerdil menjadi raksasa: celaka mereka yang terlanda dan
pada kerabat dan kawan-kawannya yang paling dekat, Tuan terlanggar, jadilah segala niat dan cita.
Kariumun gagal sebagai suami: ia tak pernah memikirkan Kemudian tibalah jaman Revolusi.
kepentingan diri dan kesenangan hati nyonya, lebih banyak tak Ia pun mengetahui ke mana rakyat mau menuju, dan melihat
ringgal di rumah, membuat turne ke daerah-daerah, berpidato perubahan gelagat itu, ia pun menceburkan dirilah ke dalam
dan berpropaganda di rapat-rapat umum dan melalui radio, tetapi ketentaraan. Letnan Kolonel, mengomandani anak buah lima
- juga menurut nyonya - tidak kena pada batunya, bukan inti belas ribu, di antaranya lima ratus orang bersenjata api, dua orang
yang kita ingin dapat, tapi sampah yang justru harus lata buang! bersenjatakan otomarik dan sebuah mortir. Dan di masa itu na
Sebagai seorang ayah, dan sekali ini menurut salah seorang bekas manya kian membubung. Nasihat-nasihatnya diterima bebka
156 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA BIANGKELADI 1 57

oleh pimpinan Angkatan Perang. Rahasia dari pengetahuannya karena waktu itu ia tak ada di rumah sehingga tak tertemukan
tentang ketentaraan dikutipnya dad keahliannya dalam hal silat. oleh formateur. Kesialan ini untuk selama-Iamanya akan tetap
Silat adalah individual dan ketentaraan adalah kolektif. Namun disesalinya. Kalau tidak, sudah sampailah ia di puncak kariernya.
kedua-duanya berdasarkan atas asas-asas yang sarna. Tetapi beberapa tahun kemudian tumbuhlah wartawan-war
Di rnasa-rnasa itulah pada pinggangTuan Kariumun tergeong tawan muda yang seperti banteng mengamuk menanduk ke kiri
geong sebilah samurai dan sepucuk mauser. Tanda pangkatnya dan ke kanan, atau seperti kerbau edan yang haus akan kurban.
yang bergaris keemas-emasan berkilau-kilau. Hampir-hampir Nama-nama, yang di masa-masa lalu, dijunjung orang dengan
tiap prajurit yang berpapasan dengannya terpaksa berhenti, hormat dan takzim, kini oleh mereka diobrak-abrik seperti orang
memberi hormat. Sungguh-sungguh ia merasa seorang pah mengobrak-abrik dagangan kacang goreng saja mudahnya. Ia
lawan. Sekali saja ia dengan anak buahnya pernah terlibat dalam sendiri pun tidak luput dari keganasan gerombolan wartawan itu.
pertempuran dengan musuh, tetapi berhasil mengelakkan diri. Antara sebentar pasanglah gelombang kritik dan caci-makian
Dan waktu Belanda melancarkan aksinya yang bertubi-tubi buat alamatnya. Apa kata mereka? Sudah tidak tepat bagi masa
daerah pertahanannya runtuh. Ia dan pasukannya bergerilya. kini! Lebih tepat bila dikatakan goblok! Bahkan ada lagi yang
Kadang-kadang ia heran akan keberaniannya. Kadang-kadang sungguh-sungguh menyakitkan hatinya: "Seyogianya kumisnya
-
ia heran juga melihat orang-orang lain memandangnya berani. dicabuti biar pandangan matanya menjadi terang, dan agar wa
Tetapi di waktu sunyi sendiri digugatlah ia oleh pertanyaan-per jahnya yang sesungguhnya nampak jelas." Masyaallah! Wartawan-
tanyaan yang menj engkelkan: "Benarkah kau berani?" Dan se wartawan kurangajar itu sudah berani menganjurkan mencabuti
telah menimbang-nimbang agak lama berserulah hati kecil kumisku!
terkutuk itu: "Tidak, kau bukan orang yang berani, kau hanya Dalam hati kecilnya ia banyak juga mengakui kebenaran mere
orang ikut-ikutan. Keberanianmu cumalah keberaruan melin ka. Bahkan kadang-kadang ia menjadi heran betapa anak-anak
dungkan hidup dan keselamatanmu sendiri di balik pasukanmu! " kecil, yang layaknya menjadi adiknya sendiri yang paling bungsu
Dan i a merasa dirinya kecil.Akibat gugatan yang demikian ham telah begitu cepat dapat mengerti berbagai persoalan yang pe
pir dapat dipastikan bahwa ia segera menyatukan diri dengan lik-pelik.Tetapi selalu juga ia berhasil membisikkan sesuatu dalam
pasukan dan membuat operasi lokal. Tetapi justru karena inilah hatinya yang kecut: kepala Jawatan lebih penting dari segala!
ia lebih-Iebih lagi dianggap berani oleh anak buahnya dan rakyat Artinya pula, bahwa kritik-kritik itu akan kalahlah oleh kepo
yang pernah menyaksikan sepak-terjangnya. pularannya. Dan bila di rumah isterinya bertanya bagaimana
Waktu kemerdekaan telah tercapai sepenuhnya, dalam suatu pendapatnya tentang kritik-kritik itu, ia hanya tersenyum me
upacara resmi ia pun menerima bintang gerilya, dan tidak terkira remehkan. Paling-paling ia berkata lembut:
kan banyaknya surat penghargaan dari pemerintahan setempat, "Mereka tak tahu apa-apa. Mereka patut dimaatkan, dikasihani:'
yang semuanya memberikan kesaksian atas segala kepahlawanan Tetapi dalam hati kecilnya meraung-raunglah kutukan dan
nya dan kecintaannya kepada tanah air. sumpahannya terhadap wartawan-wartawan, yang menjadi
Kembalilah ia ke Jakarta dan menjadi kepala Jawatan. biangkeladi keonaran itu.
Pun di masa kemerdekaan namanya terus membubung. Bah Suatu hal yang tidak nyata baginya ialah bagaimana sebenar
kan sekali ia hampir-hampir menjadi menteri. Salahnya hanyalah nya pendapat sebagian daripada para pegawainya atas dirinya yang
1 60 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DAR! JAKARTA BIANGKELADI 161

pau biasa ia melihatnya, karena ia babunya! Dengan sendirinya Pintu terbuka. Mas Kariumun hilang lenyap ditelan kamar
saja tubuhnya mulai bergerak, nafsunya yang menjolak mulai mandi. Terdengar pintu itu pun terkunci kembali.
melata-Iata hendak menggerakkan seluruh hadirannya. Mula-mula memang terdengar perontaan yang hebat. Tetapi
Tiba-tiba kesedarannya datang menyambar: "Awas!" perontaan itu akhirnya padam. Perhubungan antara lelala dan
Tetapi sebelum ia sempat memperhatikan sambaran kese wanita adalah normal memang.Yang adak. normal adalah gugat
darannya, jompakan darahnya sudah tiada tertahan lagi. "Tubuh an hati sanubari.
yang begitu penuh, begitu tidak resmi, begitu asli! dan begitu ke Yang keluar dari kamar mandi untuk pertama kali adalah Mas
babu-babuan dalam penyerahannya! " - kata-kata yang ikut ber Kariumun. Matanya setengah mendelik dengan pandangan yang
detik bersama darahnya yang menjadi demikian encer. tetap. la sedang menanamkan keyakinan dalam hatinya.
Dan babu itu kembali pergi ke dapur dengan langkah yang "Dia tidak akan bunting! "
tiada berdosa. Tuan Kariumun memandangi tubuh belakangnya Juga ia sedang membantah gugatan hati sanubarinya:
yang berayun-ayun tiap wanita itu melangkah. Mas Kariumun "lni bukan dosa! lni bukan sesuatu yang tidak patut. Ini hanya
tersenyum senang. Dan pikirannya memercikkan pujian: daging perhubungan biasa antara seorang tuan dengan hambanya.Yang
nya masih muda. Pikiran itu menyebabkan darahnya kembali tidak beres adalah demokrasi! Demokrasi dan pergeseran ke
menjompak dahsyat. la tunggu si babu datang kembali sambil masyarakatan dari feodal ke arah demokrasi! Kita sudah biasa
membulatkan tekad untuk memutuskan apa yang akan terjadi berkurban! (Dan ia ingat pada bintang gerilya yang dianugerah
antara dirinya dan diri wanita itu. Tetapi sebelum tekadnya men kan oleh pemerintah kepadanya. Juga ia ingat pada bintang peng
jadi bulat, sebelum putusan bisa didapatnya, ada tenaga raksasa hargaan serta surat-surat pujian dari pemerintahan-pemerintah
yang menyuruhnya bangkit berdiri dan menariknya seperti ker an setempat karena jasanya kepada Republik. Dan juga ia ingat
bau pada tali di cupingnya ke arah belakang. Matanya yang na kepada orang-orang yang telah diberinya sugesti agar ia dapat
nar dengan pandang yang berayun-ayun tak ada memandang menerima bintang-bintang itu!) Sesuatu yang besar hanya de
sesuatu pun selain memandang temp at datangnya bunyi - dan ngan kurban saja dapat dilaksanakan. Yang dikurbankan adalah
bunyi itu disebabkan karena si babu. rakyat b odoh. Karena itu kita membutuhkan banyak rakyat
Dan ia temui si babu sedang mencuci di kamar mandi. Dan si bodoh untuk dikurbankan. Dan dengan mengurbankan perem
babu tak tahu akan jompakan hatinya. Mula-mula ia ragu hendak puan murah itu pikiranku akan tetap menjadi jernih demi ke
masuk ke kamar mandi. Takut ia kalau-kalau ada seseorang me beresan jawatanku , demi keselamatan masyarakat!
nyaksikan perbuatannya. Tetapi secepat kilat hatinya telah dapat Sampai di kamar ia rebahkan diri dan kini dengan bermuka
berdamai dengan kesadarannya.Terdengar suara lantang dari di muka berhadap-hadapanlah ia dengan hati sanubarinya sendiri.
rinya sendiri, yang keluar dengan diam-diam tanpa pengawasan: Dan pada waktu itu si babu keluar juga dari kamar mandi .
" Aku berani tanggung! Tanggungjawab atas segala tingkah Mukanya tertunduk lungHli. Air matanya bercucuran dan ram
lakuku! " butnya kacau . Tubuhnya masih basah kuyup. Sampai di kamar
Dan ia ketuk pintu kamar mandi. babu - kamarnya - ia lari ke dalam dan merebahkan tubuhnya
"Nah, buka pintu." menangis lambat terisak-isak.
"Ya, tuan." ***
BIANGKELADI 1 63
1 62 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

DAR) SUDUT yang tidak nyata, sebagai kepala jawatan, Mas Kariu Pada suatu malam, waktu untuk kesekian kalinya ia berdalih
mun dianggap sebagai seorang tokoh reaksioner. Ia dianggap hendak buang air besar karena salah makan di resepsi kedutaan
seorang yang selalu bergayutan kukuh-kukuh pada politik par anu, kembali isterinya memejamkan mata, tetapi tidak tidur lagi
tainya. Para pegawai menyesali sikapnya yang angkuh dan sebelum si suami kembali tergolek di sampingnya dan ia memulai
menyumpahi benteng ke-nasional-annya yang tak dttembus oIeh lagi menghafalkan pergulatan batin yang meriuh pada wajah
apa pun juga itu. "Nasional! Nasional! " Tiap kali terdengar dari kepala Jawatan, suaminya itu. Hati si isteri sudah lama bicara dan
mulutnya yang satu itu. Atau: "anasional! anasional!" - damprat mendengarkan kata hati sanubari suaminya. Tetapi ia tetap ter-
an bagi para pegawainya yang telah dan bakal dipecatnya. diam.
Tetapi dalam hati kecilnya ia justru tak tahu apa nasional dan Pada malam itulah untuk pertama kalinya sejak perhubungan
anasional itu. Bentengnya yang tak dapat ditembusi adalah ben kelamin itu babu itu berani minta uang. Mas Kariumun janji:
teng asap. "Besok jam lima subuh."
Waktu partainya memegang pemerintahan ia buat serentetan Pagi-pagi benar ia bangun (biasanya ia bangun pukul tujuh
pidato di kota-kota besar di Jawa, di hadapan goIongan-golong dan masuk kantor satu atau dua jam kemudian) dan memberi
an hadirin yang beraneka ragam perqatlan dan kesenangannya. babu itu tiga ratus rupiah. Ia tak mengerti buat apa uang itu.
Terutama di kota kelahirannya sendiri, yang kemudian menjadi Siangnya, sekembali Mas Kariumun dari kantor, babu itu telah
daerah pertama ia dapat menguasai suatu kedudukan yang amat meninggalkan pekerjaannya.
baik di jaman penjajahan Belanda dahulu, ia buka tiap pintu Bukan main lega rasa hatinya.
gedung dan tiap kuping, dan diketuknya tiap pintu hati yang Sekarang aku takkan diresahkan oleh perempuan penggoda!
terkunci agar membukakan diri buat dimasuki dengan pidatonya. Perempuan durjana itu.
Masa kampanye pemilihan umum merupakan masa yang kera Dan ia pun takkan diganggu oIeh kata hatinya sendiri.
sukan baginya. Berminggu-minggu Iamanya hampir-hampir ia Si babu telah jauh.
tak tidur, dua jam dalam tiap sehari semalam. Dari kota ke kota Si babu sudah lenyap dari hati.
ia himpunkan suksesnya, pujian dari dewan partainya. Dan se Si babu tak Iagi menempati suatu pojok di dalam pikirannya.
mentara itu pemilihan umum yang dua kali membawa keme Dan beberapa hari kemudian kabinet partainya runtuh.
nangan besar bagi partainya. Ia terpilih menjadi anggota parIe Beberapa hari setelah itu datang tiga orang pemuda ke rumah-
men. Ia pun terpilih menjadi anggota konstituante. nya. "Pastilah minta pekerjaan," pikirnya.
Untuk pertama kali dalam hidupnya barulah waktu itu ia "Bapak:' kata salah seorang di antara mereka, "dua hari bertu
merasa begitu tenang dan tak dirisaukan Iagi oIeh kebimbangan rut-turut kami hendak -bertemu dengan bapak di kantor, tetapi
atas kemampuannya sendiri. kami tak bapak terima. Apa boleh buat, jadi datanglah kami ke
Popularitas adalah jaminan yang paling baik, katanya meyakin rumah."
kan dirinya sendiri. Dengan itu segala dosa yang keciI-keciI akan "Saudara-saudara," kata Bapak Kariumun, "sebagaimana sau
lenyap karena kemasyhuran. Bahkan orang takkan percaya bah dara-saudara ketahui, kabinet baru jatuh. Jadi aku banyak peker
wa orang masyhur bisa punya dosa kecil. Apalagi dosa besar! jaan untuk menyiapkan berdirinya kabinet baru. Setengah jam
Sementara itu perhubungannya dengan babunya benar-benar lagi aku mesti berunding dengan dewan partai."
telah menjadi normal.
1 64 BIANGKELADI 1 65
PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

Tetapi langkah heran Mas Kariumun waktu mengetahui, Tiba -tiba timbul kecu rigaan dalam
hati Tuan Kari umu n .
ya .
bahwa kenga pemuda itu tidak juga bangkit dari duduknya. Se Barangkali mereka kerabat si babu, tebakn .
ang," Bapa k KarI umu n mengalah
orang malah mendelik kepadanya. Dan ia coba menyembur si "Baiklah , bicaralah sekar
mendelik itu: sekarang.
itu berpidato bertele-
"Artinya aku tak punya waktu." Setelah salah seorang di antara yang tiga
Dan pemuda itu tertawa mengej ek. Malah berani-berani buka yang menjadi penutup pi-
tele akhirnya sampai juga ke soalnya,
mulut:
dato itu.
' 'Partai it omong kosong kalau hanya penting buat partai.
. "Bapak harus bertanggung jawab! "
Balk peenntah maupun partai kalau tidak bisa memb
ahagia "Tentang apa.? "
kan kehidupan keluarga, yah, percuma saja." membuat bunting adik
"Tentang apa? Bukankah bapak yang
Mas Kariumun tak dapat mengendalikan amarahnya. Perasaa .
n kamI.? "
nasionalnya tumbuh dengan mendadak, meluap, terbakar
dan Sekejap Bapak Kariumun merasa hidu
ngnya me demikian
berkobar-kobar. usia dapat dlhlrupnya ke
besar nya sehingga seluruh umat man . .
"Jadi saudara ini anasir-anasir. Baik,. aku teleponkan polisi." ,juga dirinya sendiri. Ia roboh terdu duk di atas sofa ternn
dalam
Pemuda yang mendelik itu menangkap tangan Mas Karium
un dih oleh hidungnya yang terasa mek
ar itu. Nafasnya terde 1f
.
k datang perlka plkir
tetapi ia belum lagi lupa akan kejuaraannya bermain pencak
da seng al-sengal timp a-me nimp a. Men dada
terpen tallah tangan si pemuda itu. lontarkan perclkan ltu ke-
an di dalam benaknya. Dan segera ia
"Kalau begitu," pemud a yang dari tadi diam saja kini berkat
a, pada ketiga tamunya: . ' .
" urusan ini langsung kita rundingkan dengan nyonya ." denukian . Slap a-
"Bagaimana saudara-saudara bisa menuduh
"Orang-orang kampung ini sungguh toloH " pikir Mas Kariu
kah saksinya, apakah buktinya?" . . ,

mun . Tak juga mereka mau menge rti kalau si bini tak k agar menJadl lp a
punya " Kami bukannya hendak memaksa Bapa
urusan apa-apa dengan soal-soal kenegaraan. Dan ia terseny
um kami, tetapi minta pertanggungjawab.

Bukankah bap k sendlrI
.

mengejek. Sekarang ia berkata tegas-tegas: bertanggung Jawab atas


yang sering berpidatO agar para pemuda
"Pergi lah! Pergi. Kalau benar-benar pentin g, besok
sajalah segala perbuatannya?" . . . .
Slnt saudara-saudara
datang lagi." " Aku selalu bertanggu ngjawab. Tetapl dl
"Untuk menunggu sekian lama kami tak ada waktu a tuduhan itu . Tidak
," kata si membawa tuduhan, dan aku harus terim
pemuda yang mendelik tadi. "Mau tak mau sekara saksinya! "
ng. Kalau tak mungkin! Mana buktinya dan mana pula .
mau aku yang mulai nyodok! " kami peroleh dan nyonya
"Baiklah. Bukti dan saksi itu akan
ng kepergian-kep er-
"Apa nyodok?" Bapak. Pasti nyonya bisa cerita banyak tenta
" Nyod ok Bapak . Dengan bamb u runcing. Deng ."
an golok . gian Bapak di waktu-waktu tertet .
.
. .

D engan apa saj a." a dlnnya mengglgtl


Dan Mas Kariumun sedarlah kinl bahw
semua orang men gh T
"Kewajibanku lebih penting dari saudara-saudara.
Mengapa sedikit. Di dalam kepalanya terbayanglah
mesti dengan kekerasan? " ia rasai betapa dunla-
mati, memuja dan mendewakanny a. Kini
s roba h.
"Baiklah-baiklah. Kita bereskan dengan nyonya
saja:' yang lain nya menggeletar, bergeleng-geleng, nyari
menyambung.
BlANGKELADI 1 67
1 66 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

tubuhnya. Seridak-tidak
Dengan suara perintah salah seorang dl antara para tamu itu Maka para hadirin menaksir-naksir
kesehatan tubuhnya masih
berkata: nya Tuan Kariumun gemuk, walaupun
nya. Waj ah para hadirin ber
"Jadi apak mau b ertanggungjawab. Baiklah. Jadi kami tak meragukan , apa pula kesehatan jiwa
tersenyumlah kf' samping lOri,
perlu maIn sodok. Kami tak perlu b erbuat kotor. Baiklah. Kami seri- seri. Dan Bap ak Kariumun
kata-katanya yang ternyata
harap pa hi ni j uga pada minggu depan pada jam lima sore ke samping kanan, dan mengulangi
g
Ba ak nlka ?,i
adik kami. Selesaikan surat-surat bapak." jatu h di tanah gembur.
. mas uk tiga orang pemuda
Balklah, kata Bapak Kariumun. Dan dari pintu di samping kanan
ping pintu tersebut. Mereka
" ami thu, kai harus rahasiakan semua ini. Bapak boleh yang kemudian berdiri tegak di sam

c ralkan adik ka setelah menikah, agar bayi yang bakal dila ikut mendengarkan kho tbahnya.
ngannya. Para hadi rin

r an kelak tahu slapa bapaknya, agar adik kamI tak terlalu amat Tuan Kar ium un men erus kan weja
it sangking rianya. Waktu
dieJ ek orang." sena ng, kadang-kadang tertawa seng
sambutan yang menyenangkan
S ekali inilah Mas Kariumun kalah. S egelumbang kerisauan Mas Kariumun hendak berpanen
la ke kiri dan ke kanan, ter
menumbangkan kepercayaannya pada dirinya sendiri. dari para hadi rin, menelengkan kepa
ng mata di samping pint u. la
tumbuklah matanya pada riga pasa
menyambar-nyambar batang
***
lihat pandang mereka sepe rti kilat
TEPAT A?A j n hari yang telah dijanjikan Bapak Kariumun kan pandangnya, meneguhkan
tengkuknya. Ia mencoba menguat
men glgl kedinglnan (hati ya yang kedinginan, tubuhnya tetap li gagal. Hilang seluruh kebe
imannya. Tetapi sekali dicoba, seka
pan .) di sebuah restoan Tlonghoa. Juga pribadinya menggigil pend engaran batinnya:
. raniannya. Terngiang-ngiang dalam
kedlglnan. Ia telah mI um dua gelas biro Sebelumnya tak per
. "Mari lOta sodok saja dia."
na l mInm .sebanyak ltu. Pandang matanya dirasainya berayun "Dis odok aku tidak takut:' kata Tuan
Kariumun. Ia lebih takut
sedlkit. lngln la agar dapat berpikir dengan teratur. Tidak bis a.' s dan keresmian dan ke
pada malu, pada runtuhnya popularita
Tidak bisa! Dan ia hanya dapat mengharap. kini baru ditanamkannya
nyataannya. Sedang kepopularan yang
Moga-moga si ?abu itu mau juga terima tukang kebunku itu . yang muda-muda itu telah
. di tanah gembur hati para hadirin
Tldak. percuma dia kubekali tujuh ratus rupiah! kar. Tiga pasang mata itu
nampak olehnya menjadi han gus terba
S etelah itu ia pun masuk ke dalam gedung bioskop - untuk Mas Kariumun merasa se
. merusakkan segala-galanya. Sebentar

menghablskan atu y ng dua jam sebelum berpidato di depan terlepas dari sekrupnya, ter
akan otaknya melo ncat sepe rti per
para kader pendldikan Jasmani. nya melengkung. Ia pun
pental enta h di man a. Buku-buku kaki
Jam tuj h tepat mobilnya telah sampai di tempat yang dituju mimbar, sebagai orang yang
runtuhlah sebagai orang resmi di atas
nya, dan la pun b erhadapan dengan para pendengarnya. Dan
nyata, sebagai orang yang popular.

arena yang dihadapi n a adalah calon-calon guru pendidikan
. . Malam itu ramai-ramai orang mera
watnya. Tetapi akhi rnya

Jasma l, dan k r na plkirannya menjadi demikian bekunya, ter
ketiga pemuda itulah yang dapat men
guasai tubuhnya yang ke
paksa la ulangl Juga mote usang itu dengan suara lantang tapi gan ketiganya ia dibawa ke
hilangan kesedarannya. Di dalam girin
merongga: lama sambil menangis nlalu .
rumah si babu yang telah menunggu
" Para pendengar yang terhormat. S esungguhnyalah: Di dalam kabar di seluruh tanah air
Dan keesokan harinya semua surat
tubuh yang sehatlah terdapat jiwa yang sehat."
1 68 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

memuat berita: Bapak Kariumun pingsan eli atas mimbar. Beliau


terlampau banyak Iakukan pekerjaan di hari-hari yang akhir ini.
(Mungkin berita itu menyebabkan bahwa beberapa waktu ke
12
mudian Mas Kariumun mendapat bintang kesetiaan dari peme
rintah) . Dan kini, untuk seterusnya Mas Kariumun tak mau
hidup sebagai orang yang tidak resmi, tidak nyata dan tidak po
pular. Ia Iebih suka bersinggasana di atas dunia resmi, dunia nya
ta, dunia popular - karena, inilah baginya jalan yang paling sela Garnbir
mat dunia dan akhirat. .' -.-:: .
. :. , .
" :- f-: . - .;,.< '/'-;"-';'. ...: (' -: ''''''.-
:. .-' :.: .

Created Ebook by syauqy_arr

AKARTA 1 952.

J
Subuh hari . Embun pelan melayang dan turun ke burni e
Suling 10k kereta api yang pertama menj erit seperti setan
di dalam dongeng minta kurban. Sebagian dari mereka
mengeluh sebentar, duduk, mengocok mata - masih tetap dalam
pelukan kegelapan - terbatuk -batuk, dan meninggalkan tempat
tidurnya masing-masing. Satu dua di antaranya berjalan ter
huyung-huyung meninggalkan gerbong, menjauh, memasuki
temp at yang Iebih gelap.
Kalau lender di tenggorokan telah tersemburkan habis, sam
pailah keduanya di pagar setasiun, menerobos eli an tara kawat
kawat berduri dan sampai di jalanan sepeda. Suling 10k langsir
mulai sering - menj erit-jerit tidak mempedulikan keIiIing. Dan
Iampu kantor setasiun mulai menyala satu persatu. Juga lampu
Iampu sepanjang ban langsiran.
Di pelataran setasiun, }Gan lama kian banyak pelita menyala:
pedagang makanan dan rokok dan kopi yang mencegat keun
tungan pagi dari kaum pekerja, kuli dan si bakal penumpang
ekspres Jakarta - Surabaya dan Jakarta -Yogya.
" Gua kagak tau Iu tidur eli mana," suara rendah serak masih
mengandung lender di tenggorokan.
1 70 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 1 71

"Di bawah gerbong kapur." "Ya, mari sarapan duIu."


" Kurang aj ar! Gua cari-cari Iu " "Keduanya menuj u ke tempat tukang pancong langganan
"Emangnya takut?" mereka. D uduk sebentar sambil mengorek mata, membuang
"Ya, gua takut semalam. Terus-terusan mimpi dicekik setan." lender kerongkongan yang datang lagi, batuk-batuk dan kadang
"Salah Iu sendiri. Kemarin kalah juga, terns mau main aja. Baju kadang bergaruk-garuk dari pantat hingga leher.
ilang, sekarang masuk angin." "Duduk aja dekat api. Anget."Tukang pancong menawarkan.
Dan sambil mengorek kotoran mata mereka menuju ke peIa "Udah ngrokok?"
taran setasiun. Terompet dan suling di ban Iangsiran kian meribut "Kopinya dulu, ah."
bersambut-sambutan. Dan tambah sering 10k meraung-raung Dan keduanya minum seteguk dua teguk, kemudian meletak-
tambah banyak orang meninggalkan temp at tidurnya. Juga
kan cangkir lagi.
pengembara-pengembara yang tidur di beranda setasiun mulai "Hari baik sekarang, ya? Pagi-pagi langganan udah datang."
bangun seorang demi seorang. Dan di waktu lampu beranda Dan ketiga-tiganya mulai bicara, ramah dan dari hati ke hati.
dinyalakan, semua mereka bangun dan pergi ke tempat gelap. "San, gua dengar si Incup sudah ketangkap."
Kadang-kadang mereka mengasoh sebntar di pinggir selokan "Incup? Apa artinya dia? Cuma buntut, bukan kepala."
atau belakang pohon atau di pojok-pojok setasiun dan mem "Sejaya-jaya orang, kalo miring akhirnya terguling juga," tu-
buang setupak air. Sebentar kemudian bau pesing dari beberapa
kang pancong meneruskan "Tapi Iu betah amat jadi beginian,
liter air pagi, yang terserak di mana-mana, mengembara ke se
Tong! "
luas beberapa puluh meter persegi
"Apa lagi sih! Dibuat baik nasib kagak jadi mendingan, dibuat
Sinar Iampu dan pelita ditambah dengan puIuhan kelap-kelip
begini juga sarna aja. Apa lagi yang dipilih?" Otong membalas.
rokok kretek dan kaung.
"Kan lu punya bini?"
Permainan cahaya yang tidak minta perhatian dalam dingin
" Biarin punya bini kalau duit kagak masuk, ya disumpahin
subuh hari yang lembab itu. orang juga. Mendingan begini, kagak ada yang nyumpahin."
" San, Hasan, enak tidurlu semalam?" "Kan lu tiap ari dapat duit?"
"Cap e gua,Tong. Begitu banyak muatan kemarin." "Cuman cukup buat gua sendiri."
"Ah, Iu kagak main dadu, kagak nggerayang. Duit terus ma "Begitu serakah. Kan banyakan nguli dapatnya daripada da
suk. Wah setahun lagi Iu mesti kaya." gang kaya gua ni? Tapi gua kagak ngerti. Lu lebih senang kedi
"Masa kalo mau kaya aja mesti jual idup begini? Lari pontang nginan. Gua dapat dikitan tapi kagak kedinginan dan saban ari
panting dari Pal Merah! Garong-garong itu memang pejajaran. bengkelai sarna orang yang punya barang."
Barang diambil, bini diambil, nyawa gua mau diambil juga. Pe "Abis , orang-orang udah mulai pelit semua sekarang. Dulu
jajaran! Sekarang, tidur di kolong gerbong. Anget juga kalau bisa waktu gua misih kecil semua orang mau kasih gua duit kalo gua
masuk ke dalam. Tapi kalo ada kontrolan - mati lu. Masa begini minta. Sekarang? Minta duit dapatnya ludah. Bengkelai dulu baru
cara cari kekayaan?" dapat."
"Lu inget-inget aja ama yang udah-udah, San ! "
Di jalanan sepeda, lampu mulai banyak: sepeda dan becak. Bel
"Sarapan kita?"
berderingan bersambutan antara sebentar. Sebuah pick-up nle
luncur di jalan raya dan masuk ke halaman setasiun.
1 72 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 1 73

"Buman pancongnya. Tu ada kulian." Setelah mehhat bekas pedang, orang itu menambalu upahnya
Dan Hasan dan Otong menggigit sepotong, bangkit berdiri, Keduanya turun dan lambat-Iambat terdengar oleh mereka:
menelan cepat, dan kemudian berlari-Iarian berlumba dengan "Kuli-kuli mulai tambah kurangajar sekarang."
kuli-kuli lain menjemput pick-up yang baru datang membawa "Tukang tunjuk tempat yang kurang ajar," bisik Otong pada
banyak kopor dan bakal penumpang. Hasan.
"Kuli, gan? Kuli?" Otong menawarkan jasanya dengan tawar "Ya, cuman nunjuk doang."
an yang pan tang surut. Sambil menyeka keringat mereka kembali ke bangku tukang
"Bawa semua itu. Delapan kopor! Jangan hilang. Awas! " pancong.
"Baik, gan, tanggung beres. Dan waktu para penumpangnya "Hasil?"
berangkat menuju ke peron.Otong menggertak kuli-kuli lain: "Hasil. Empat perak seorang."
'Jangan ganggu. Cari aja yang lain. Hasan, muatan banyak ini. "Lihat itu. Gua belum lagi dapat untung sepagi ini. Lu udah
Yo!" empat perak seorang. Paling banyak gua dapat sepuluh perk
Keduanya memangguli kopor-kopor ke peron, mengikuti si seari-arian, tambah anak dan bini. .Lu! Cuma beberapa merut,
. .
I"
bakal penumpang dari belakang. uang sudah di kantong. Ke mana aJa perglnya uang ltu.
Dan pagi itu nap as keduanya sudah mulai tersengal-sengal. "Gua sih gampang, bang: judi! nggerayang! apalagi !"
Berat-berat kopor itu. "Dasar lu. Udah dapat empat perak mesti kagak mau nguli
Keringat berbintik-bintik di kening dan pelipis. Sepagi itu! lagi."
Waktu sampai di peron yang terang, baru nyata tampang kedua "Buat apa? Duit ada, perut sudah diisi. Buat apa kerja lagi? Gua
nya. Otong bertubuh pendek tegap dan hidungnya selalu dIgang kagak punya anak, kagak mau bini. Hasan ini yang gua kagak
gu ingus tebal yang minta turun ke bumi selalu. Hasan lebih ting ngerti, buat apa duitnya."
gi dan lebih besar, dengan pipi sebelah berjalur bekas kena tajam "Awas polisi datang," tukang pancong memperingatkan.
pedang. Keduanya membungkuk-bungkuk dalam tindihan "Bangsat! Kagak bisa tambah gede upahnya sekarang. Serem
muatan. Dan waktu mereka naik ke atas kereta, tukang tunjuk juga gua lihat bedilnya ."
tempat berteriak sopan: Keduanya menghirup sisa kopi dan menggigit sisa pancong.
"Bukan di situ, gan. Sini nomor empat puluh sanlpai lima Mata Hasan mengawasi polisi yang memasuki peron, begitu
puluh." tegap badannya, berbedil pula. Ia ingin punya bedil sebuah dan
Dengan sumpahan dalam hati keduanya meneruskan jalan ia ingin beli sekali waktu. Ia ingat Incup. Suatu pagi datang
terbungkuk-bungkuk beberapa meter lagi. Kemudian menyusun padanya dan bilang, "San, binimu itu manis sih." Darahnya me
kopor-kopor di bawah dan samping tempat duduk. Dan waktu luap mendengar kekurangajaran itu. Tapi ia tak berani mengu
tangan diulurkan untuk menerima upah terdengar: sirnya. Incup ditakuti oleh seluruh kampung.
"Masa cuma seringgit, tuan? Barang begini banyak." Orang bilang ia mata-mata si Juned. Dia punya colt dengan
"Delapan perak semuanya," Hasan menambahi. Matanya yang lima puluh peluru. "Tapi sayang, San, binimu itu manis amat sih?
sebelah berada di ujung garis bekas tajam pedang, ikut mem Yah, memang sayang. Bibe itu bukan jodohlu." Ia kendalikan
protes. "Delapan perak," katanya lagi. "Tidak kurang dan tidak kemarahannya dan mencoba mengorek maksud Incup. "Kalau
lebih."
1 74 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 1 75

begitu jodoh siapa dia?" Dan Incup meneruskan dengan sindir gang di daIam lipatan celana. "Sekali lagi - rasai tangan si Hasan.
an yang dipertegas dengan gerak-gerik. "Siapa Iagi kalau bukan Lu bakal kagak kembali pada gundik-gundiklu."
j odoh jago kampung kita?" Ia pura-pura tidak tahu apa-apa dan Ia ikuti Sidik, yang sedang mengangkat mobilet terkunci, de
bertanya. "Siapa sih jago kampung ini?" Dan Incup dengan Ian ngan pandangnya. "Kagak seIamat ngerampok rejeki orang."
carnya menyambut. " Lu kagak tahu? Sebentar Iagi Iu juga tahu " Sabar, San, sabar," tukang pancong menghiburkan. "Du
sendiri." Dan malam itu rumahnya dikepung. Harta bendanya duklah. Minum aj a lagi. Apa lu kira Jakarta ini segede kampung
yang tiada seberapa dihancurkan. Bininya - si Bibe - diseret ke Iu Pal Merah? Kagak, San."
daIam malam. Ia sendiri menerobosi kepungan, tapi masih ter Otong tertawa kemudian mendekatkan badannya pada
cium pedang di pipinya. Sejak itu ia mengumpulkan dendam tungku.
sej umput demi sejumput. Dan sekarang ia melihat bedil polisi. "Tambah Iagi, kopinya," katanya. "Pancong baru itu biarin gua
Ia ingin punya bedil, ya, bedil Inggris itu. Kalau mereka boleh makan - tapi yang keringan dikit."
mencelakakan dirinya, mengapa ia tidak? Hitam langit teIah berkurang. Dan peIataran setasiun Iambat
" Ngelamun Iagi, San?" tukang pancong memperingatkan. laun menjadi ramai - campur aduk antara penduduk sah dan
"Lihat itu, datang lagi dua becak. Lihat .belakangnya, mobiI ed " penduduk yang tidak masuk buku kantor pendaftaran penduduk.
Sekali teguk kopinya habis. Hasan melompat dan menawar Namun, baik sah atau tidak, mereka ada mengandung sesuatu
kan jasanya . Sopan sekarang sambil mencuri pandang pada yang sarna: usaha memenuhi kebutuhan masing-masing, meng
polisi. isi kekurangan sendiri-sendiri.
"Seringgit buat ngangkut mobilet ini," tuan. "Tanggung beres Di sana-sini mulai meraung suara serak dari kacung-kacung
sampai di atas. Tapi bensin harus dibuang dulu." Sekali lagi ma koran dan majalah. Bahkan juga kelontong dan hasil pembakar
tanya melirik polisi di sampingnya. Tidak, seringgit tidak terIam an roti. Kini menyusul bakal penumpang kereta api Jakarta-Yogya
pau menyoIok mata poIisi. berkerumun datang.
" S etengah perak kalau mau."
"Tu datang lagi muatan," tukang pancong memperingatkan.
Hasan berjalan lambat ke arah tukang pancong sambil
H asan melompat. Otong masih tetap duduk di bangkunya.
menunggu kenaikan tawaran.
Sekali ini Hasan berhasil dapat muatan. Sebuah peti besar dari
" Tiga talen, dah." Ia berjalan terus. "Seperak , dah. Baiklah
kayu bekas bungkus mobil. Di belakangnya mengiringkan orang
seringgit."
Tionghoa yang sudah tua.
Hasan kembali, tetapi seorang kuli lain yang bertubuh Iebih
"Kadang-kadang si Hasan sampai dapat empat puluh seari ."
besar dan lebih perkasa telah menghadapi orang itu.
Otong meneruskan . Matanya mengawasi Hasan yang sedang
"Ya, tuan, seringgit," katanya. "Biarin saya yang angkat."
terbungkuk-bungkuk di bawah muatannya, seperti kura yang
H asan terdiri di tempatnya. " Sidik itu memang bajingan ,"
g
terlampau jauh mening alkan air. "Tapi heran gua di mana di
pikirnya. "Di belakang setasiun dia punya gundik Cina - Cina
simpan duitnya. Dia kagak nakaI, kagak judi . Kagak apa-apa se
Benteng - dan gundiknya mau buka jualan."
lain makan doang. Dia cukup makan empat perak seari."
"Sidik bajingan itu - kalau malam cari-cari gua Dulu sudah
"Kasihan. Lihat dia itu. Ah, badan disiksa sendiri karena kepi-
kena seratus gua dirampasnya." Ia raba pisau belati di bawah ping-
ngin kaya."
1 76 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR ?

Waktu datang orang membeli pancong, tukang pancong itu "Punya anak dia?"
tak meneruskan, dengan gesitnya membungkuskan beberapa kue "Katanya baru sebulan penganten baru."
yang dipilih oleh pembeli sendiri. Dan waktu pembeli telah "Kalau begitu masih muda."
pergi, ia bertanya: Napas tersengal-sengal memutuskan percakapan mereka.
"Kali punya pacar dia." "E, bang Sidik," Otong mengacarai langganan baru. "Du-
"Pacar? B anci dia. Betul banci. Kagak pernah pergi dari seta duklah sini. Kopinya enak pagi ini - tandes sampe di ulu-ati."
siun. Kalo siangan dikit, dia kagak muncul-muncul, sembunyi di "Dasar sial, pagi-pagi kagak dapat barang secepeng," Sidik
gerbong sana." Otong menunjuk ke arah dalam setasiun. Kalo memulai."
kereta dari Semarang dan Surabaya datang, baru dia muncul lagi. " Gua sih belum nagih, bang," tukang pancong mengumum
"Masa bisa sampai dapat empat puluh seari?" kan pendiriannya. "Nanti kalau udah ada masak bang Sidik ka
"Ah kagak percaya? Dia begitu kuat dan cepat kerjanya." gak ingat. Bukan?"
"Pake nyamber barang orang, kali." Sidik mendeham.
"Mana bisa! Dia begitu alim." "Kuenya, ah." Dan sebelum ada yang bicara lagi ia telah meng
"Kalo malam?" ambil sepotong dan mulai makan. "Gua tadi lihat si Hasan seben
"Kalo semua udah pada tidur, baru dia mau tidur. Cari sem-
tar. Di mana dia sekarang? Cepet amat ilangnya?"
bunyian dulu. Kali takut dicuri duitnya."
Otong tak membuka mulut. Juga tukang pancong tidak.
"Gua kagak pernah liat dia ketawa. Ngapain sih dia?"
"Kalau si Hasan udah bayar sarna gua, nanti utang gua, gua
"Kali ingat ama bininya yang ilang."
bayar. Bener, dah." Tiba-tiba Sidik berhenti makan. Dan dari
"Kali mau kumpulin duit bakal cari bininya."
mulutnya yang masih tersumbat kue terdengar suaranya pelan
"Kasian."
pelan: "Liat tu! Kalo belum pernah kenal, itu dia yang namanya
"Kasian? Lu kira cuma satu aja perempuan di dunia ini?"
AI Kabir." Sidik menyikut Otong. Keduanya, dan juga tukang
"Tong! Bener-bener lu orang kebel. Buat orang biasa, Tong,
pancong, melihat seorang pemuda yang melangkah hati-hati
perempuan itu cuma satu . Emang lain buat lu. Lu sih emang
seperti di atas jembatan kereta api. Sidik tertawa sedikit. Tukang
kagak ngerti gua." Otong tertawa senang. "Dibilangin bener-be
pancong tidak mengerti . Otong mengikuti pemuda itu terus
ner kok ketawa. Emangnya berapa sih emak lu? "
dengan pandangannya.
"Tentu aj a satu. Ngapain sih?"
"Kenapa sih?" tukang pancong bertanya.
"Dan Hasan bininya satu juga, kagak mau lebih, kagak mau
" !tu dia AI Kabir. Mustinya namanya AI Kebiri, tukang ngebi
diganti ama yang lain. Memang dia begitu alim keliatannya. Sem
ri kantong penumpang." Kemudian Sidik tertawa setelah merasa
bahyang juga dia?"
bangga dapat memperkenalkan pengetahuannya. " lngin gua
"Kadang-kadang. Ambil air sembahyang di keran rumah 10k.
nekuk batang lehernya dan membantingnya di batu kali."
Kalau ada tukang gertak dia kagak jadi ambil, kagak jadi sem
Otong tetap tak bicara. Juga tukang pancong tidak.
bahyang. Cuma malemnya dia ngaji."
"Kalau gua punya barisan kaya dia, mau juga gua jadi seperti
"Pinter ngaji dia?"
dia . Tiap pagi naik di Gambir - liat tu! Tukang karcis kagak be
"Taulah. Gua sendiri kagak pernah ngaji, gimana bisa tau dia
rani tarik karcis, pura-pura kagak lihat aja, takut semua mereka
pinter ngaji?"
1 78 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 1 79

sarna anak kurus itu - Sebentar lagi turun di Jatinegara, atawa "Bang Sidik, gua sendiri mau pigi ke kota sekarang."
paling lacur turun Cikampek. Kantong sudah berisi duit. Kalau "Lu dengar, kagak? Gua bilang, bilangin gua kalo liat si Hasan.
cuma ratusan itu udah sial, dah. Kagak ada orang berani ganggu. Anak keparat itu hilang aja kalo dicari." la bangkit dari tempat
Uah, polisi jaman sekarang, lihat uang seribu juga udah lehak duduknya . Berdiri sambil menebarkan pandang. "Utangnya ka
lehek. Tampang baik tapi sarna mangsa ilang kumisnya. Kalo gak dibayar-bayar," ia meneruskan. Kemudian dengan irama agak
bener-bener kejadian, satu bedil misih takut ama lima belas ta rendah: "Bang, uangnya nanti-nanti aj alah." Kemudian ia pergi.
ngan. Bedil?" Sidik tertawa lagi. "Di gerbong yang banyak isinya Dari jauh ia berteriak:
itu bedil kagak bisa bunyi. Bungkem, tanggung bungkem. Dulu "Lu jangan Iupa, Tong."
berjuang juga, Tong?" "Kasihan si Hasan," tukang pancong mengacarai. Otong diam
"Ah, gua sih orang penakut, bang Sidik." saja, tetapi matanya menyelidik ke kiri dan kanan.
"Lu sih, tahunya cuma perempuan. Lu mesti kenal gua dong." Setelah membayar, pekerja Pasar Ikan berangkat lagi. Berdiri
Sidik menunjuk dirinya. lama di perhentian trem di depan setasiun Gambir di seberang
" Ini dia yang dulu pegang komando. Kalau kagak karena gua, gereja.
repulisi tidak jadi begini gampang. Ber!lpa aja gua gotong . . . ." "Ngapain sih nguber-uber si Hasan?"
Otong minum dengan diam-diam. Nampak ia hendak bang "Dia kira Hasan punya simpanan dua ribu rupiah."
kit. Matanya mengamat-amati Sidik. Dan waktu Sidik meman "Apa? Kuli bisa nyimpan dua ribu?"
dangnya ia duduk kembali. Seorang baru duduk di dekat Sidik. " Gua sih kagak tau. Sidik sendiri yang bilang begitu. Dia mau
la buka sebuah kaleng aliminium dan botol dari aliminium juga. uang itu ."
"Minta diisi, Bang. Kuenya dua saja cukup dah. Kopinya em- "Kalo betul begitu, memang bangsat si Sidik itu Lu bedua
pat cangkir. Secangkir diminum di sini." kagak berani kroyok?" Otong hanya menyengir malu. "Lu cuma
"Kerja di mana, bung?" Sidik bertanya. brani ama perempu an, Tong. Betul juga si Sidik tadi, Iu cuma tau
"Pasar Ikan, sambil tunggu trem di sini ." perempu an." Tiba-tiba tukang pancong berdiam diri. Matanya
"Besar gajinya?" diarahka n ke suatu tempat. Akhirnya berkata gagap. "Tu dia
"Ah, cuma cukup buat makan." orangnya datang lagi."
Tukang pancong meneliti pembeli baru yang kurus kering " Sidik?"
dalam baju kerja biru itu. "Hasan!"
Tetapi ia tidak berkata apa-apa. Otong juga diam saja.
Otong bangkit, berj alan terburu-buru ke arah Hasan yang
"Kagak punya bini, bung, kok beli kopi pagi-pagi?"
sedang menuju ke tempatnya. Kehhatan keduanya bertemu, ber
"Sedang bunting, ngidam."
cakap-cakap, kemudian hilang ke arah yang bertentangan.
"Ah, perempuan kagak boleh dikasih ati ," Sidik membera
***
nikan.
Orang kurus itu memandang Sidik, tidak berkata apa-apa teta CAHAYA MATAHARI pertama melembayang kuning di belakang
pi nampak ia tak bersenang hati karena ucapan itu. gereja depan setasiun. Kereta Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Yog
"Tong bilangin gua kalo lu liat Hasan. Susah amat dia dicari ya sudah berangkat beberapa waktu yang lalu. Kesibukan di pe
sih." lataran setasiun mulai berkurang. Di depan setasiun, telah bebe-
1 80 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 181

rapa kali trem lewat. Kereta-kereta jarak pendek mulai datang "Lu begitu ketakutan . Nanti malam tidur ama gua aj a, San."
sebuah demi sebuah membawa para pedagang dari udik dan "Biarin gua tidur sendirian."
pegawai-pegawai yang tinggal di kota-kota sekeliling Jakarta. "Lu takut duit Iu gua colong?"
Jalan sepeda mulai penulol dengan sepeda dan becak, dan jalan raya "Kagak begitu, Tong. Gua percaya ama lu. Tapi gua kagak mau
oleh kendaraan bermotor. Iu nanti dapat susah kalo ada apa-apa."
Di sebuah gerbong penumpang yang kosong Hasan duduk "Ada apa sih?"
bersendeku dengan mata jalang mengawasi kelilingnya. Pende "Nih, ambil uang gua tadi pagi. Enam perak. Pigi sana main
ngarannya dipasangnya baik-baik dan antara sebentar tangannya judi lagi."
meraba pisau di belakang lipatan celana dan kantong uang di "San, si Sidik cuma nakut-nakutin aja. Bisa kita kroyok dia,
dekat pisau itu. kan?"
Dilihatnya polisi yang tidak banyak lagi di setasiun. Ah, bedil "Buat apa sih? Dia kan orang baik? Cuma aja selalu kekurang
cuma membuat berabe, pikirnya. Sekarang ia tak ingin punya an duit. Kebanyakan gundik sih.Yang Cina Benteng, yang orang
bedil. Sekarang ia ingin punya pestol. Tapi pestol kurang tandes Krawang, yang o rang Banten . Kagak punya duit j uga misih
tembakannya sih. Gampangnya sebab bia disimpan di kantong kepingin naik haji. Dasar kagak tau diuntung. Tapi dia orang baik,
dan kalo ada apa-apa tinggal dorderdor. Abis perkara. Ia masih Tong."
ingat bagaimana ia mempergunakannya dahulu - kepunyaan "Bener-bener gua kagak seperti lu, San."
kawannya yang jadi sersan. Tapi tidak pernah kena. Bahkan dari "Pigi aja, dah."
jarak lima meter sebuah jeruk pun tidak kena. Tapi gua sekarang " Gua pigi, ya?" Otong bangkit. Dengan wajah girang ia se
bukan gua dulu . Gua sekarang musti bisa! Si Juned jagoan itu gera melompat turun dari jenjang gerbong, dengan tiada mene
mesti gua temui lain kali. Gua gertak dari belakang. Gua tampar ngok lagi melompat-iompat dari rel yang satu ke yang lain, lang
lehernya dan bilang: " Mau apa lu sekarang! Satu ama satu nih! sung menuj u keluar setasiun di pinggir j alan sepeda di kiri seta
Ayo jago, liat silatlu." Tidak, tidak, dia mesti bawa piso atawa pes siun. Dalam sebentar waktu ia telah hilang di an tara salah sebuah
tol di kantong celana. Dia mesti gua pukul sarna besi di kepala gerombolan dadu. Antara sebentar diselang-seling dering bel dan
nya, biar sampe pecah. beca dan tuter oto dan gelantang trem terdengar seruan yang
Derak-derik di geladak gerbong memaksa ia terlompat dan memberi semangat:
mengarahkan pandang ke jurusan datangnya bunyi itu. Dengan " Satu, delapan. Siapa lagi? Jangan jait kantongnya! Kalau cuma
sendirinya saja tangannya meraba celana di mana pisaunya ter uang, besok bisa cari lagi! Ayo-ayo-ayo. Enam. Siapa lagi? Tidak
Slmpan. ada lagi? Lihat! Awas! Buka mata! Kucing garong, setan dapur.
"San," seruan pelan. "Dia udah pigi." kuda lumping dari jabalkat - hayo, buka mata. Cir! Empat, bung
"Tong?" - masuk kantong." Bandar menang.
"Ha? Dia udah pigi ." Otong mendekat dan keduanya duduk Suara sang ban dar dan pengikutnya bertanding dengan kera
sebangku. maian kelilingnya. Hanya apabila ada kereta api lewat dan n l C
"Bayarin utang gua sarna si tukang pancong, Tong." Hasan raung panjang, hilanglah semua suara dari gerombolan-gernnl
mengulurkan beberapa lembar uang bolan dadu itu. Beberapa tukang becak turun dari kend.lT.l.m -
1 82 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CBRITA DARI JAKARTA GAMBIR 1 83

nya, merogo kantong dan hilang di dalam gerombolan. Sebagian


tandas juga gua akhirnya. Lima belas, San. Tidak sedikit, kan?
dari mereka segera keluar lagi dengan tampang asam atau lega
Mari makan, makan yang kenyang, yang enak . Lantas tidur.
dan mengayuh beeanya lagi.
Ngapain sih pegang eelana aja?"
Tiba-tiba terdengar siulan keras dari ujung pelataran setasiun.
" Gatel aj a. Kali terlalu lama kagak dieuei."
Gerombolan tetap memandangi uangnya yang terletak di atas
"Mau gua eueiin nanti sore?"
kertas lebar berkotak-kotak dan bernomor. Tetapi siulan keras "Biarin aja, dah."
membuat semua bandar dari tiga gerombolan bersama pengi
"Beli aj a yang baru. Kan lu punya duit dua ribu?"
ringnya bangkit berdiri. Memandang melalui kepala-kepala yang
"Babi! Siapa bilang gua punya sebegitu banyak?"
j ongkok atau berdiri ke arah jalan raya.
"Sidik yang bilang."
"Polisi," katanya.
"Dari mana dia bisa ngarang begitu?"
"Jangan eari gara-gara bandar. Mana ada polisi." "Ah bang Sidik itu emang pandai ngarang. Lu kan kenal j uga
" Lu dengar siulan? Itu dia tanda dari mata-mata gua." siapa dia? Saban ari diitung eelenganlu. Dia bilang ama gua, sa
Sebagian dari gerombolan bubar. Tetapi beberapa orang ban ari lu nyimpan lima belas. Itu paling laeur katanya. Biasany
a
mengerubung bandar.
dua puluh lima seari."
"Mentang-mentang uda menang, jangan lari lu." Tetapi ban- "Dan lu pereaya?"
dar-bandar itu sudah biasa menghadapi orang yangjengkel kare-
"Pereaya kagak pereaya sih."
na kekalahannya. "Dia kira gua bisa nyetak duit."
"Bandar punya kuasa," kata mereka. Dan mereka tidak takut, "Alah, mikirin yang bukan-bukan. Mari makan dulu. Masa
karena mereka punya pengiring. dikarang orang gitu aja takut, San. Otong sih kagak pernah
ngin
Otong melompat kegirangan. Dengan kedua tangan di dalam tip rejeki orang. Kagak pernah, biarin mati dah. Di sini gua
idup
kantong ia masuk ke dalam setasiun. Tujuannya yang pertama senang. Utang euma pada lu aja ada."
ialah gerbong kosong di mana Hasan duduk termenung. Tapi Mereka makan. Otong dengan lahapnya dan Hasan dengan
sebelum sampai ia kembali keluar lagi. Di teritis setasiun ia mem keeurigaannya.
beli empat bungkus nasi dan dibawanya serta pergi ke gerbong! "Matalu jalang aja, San. Ngapain sih takut ama si Sidik?"
Ia telanjang dada dan kulitnya mengkilat kena matahari. Kema "Kagak enak badan gua, Tong. Gua kagak bisa ketja lagi
. . ari
rin terpaksa dijualnya kemeja yang satu-satunya karena kalah lnl ."
maIn. "Kali l u kuatir gua eolong duit lu . Kagak, San . Kalo gua
Jahat,
Hasan sudah tak ada di gerbong yang dituj unya. hah sebent ar aja harta lu abis tandes gua keduk. Kalo
susah, ya,
"San! San ! " gua ketjain ama bang Sidik. Jangan kuatir, San."
Setelah mendapat keyakinan kawannya benar-benar tak ada i a Dan setelah makan keduanya menyeka-nyekakan tangan
di
pergi ke gerbong-gerbong lain. D i salah sebuah gerobak kayu ia dindin g-dind ing gerbon g. Kemu dian menyekakan
pada pipa
dapati Hasan sedang mengawasi kedatangannya dengan tangan eelana masing-masing. Kadang-kadang mereka menei
um tangan
meraba hpatan eelana. itu dan bilang:
" Ha, gua menang sekarang. Untung polisi datang. Kalo kagak "Pinter amat masaknya. Va, emang pinter."
A
1 84 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKART GAMBIR 1 85

"Lu kagak kerja lagi, Tong?" Juned haram itu. Kali dia sekarang sedang enak-enak dengan
udlan menyembur-
Hati-hati Otong memandangi Hasan, kem biniku di Kebon Jeruk. Kali juga di Tangerang atawa Ciawi. Mesti
kan perasaannya: . ' dia kena gua bekuk. Gua abisin idupnya. Gua abisin, gua abisin,
nl taruh, lu met1
"Ben er, San, matamu merah dan jalang. Bera gua abisin, gua abisin." Terjompak kakinya yang sebelah mende
bilang, a. blsa
kagak tidur semalam-malaman. Gua kan udah pak Iantai gerbong hingga berdentang. "Tuhan! Tuhan! Tuhanku,
kagak ada nlat Jahat
kawanin lu tidur, biar lu merasa amana Kan beri saya kekuatan buat dapatin dia. Dapatin dia! Dapatin dia.Ya
diri."
pada gua? Ah, dasar lu aja yang mau nyiksa Tuhan, ya Pangeran, ya Allah yang Mahakuasa. Mereka penjahat,
"Lu kagak kerja lagi? " ulangnya. mereka bajingan, balatentara iblis yang Engkau kutuki.Ya,Tuhan,
ggelengka ke-
"Kenapa sih mau sendirian aja?" Otong men saya tidak berbuat jahat kalau membunuh mereka, bukan? Tidak
Ia mengua lrka
palanya. Pada matanya terpanear kekuatirn: bukan? Mereka euma ngotorin duniaMu yang seharusnya indah
, yang terhlt dan
keadaan kawannya, dengan kekuatiran yang JuJur dan suci. Berilah kekuatan, berikan tugas itu pada saya, biar saya
hati keeilnya. . abisin mereka dari dunia ini."
Ada juga Hasan melihat ketulusan kawann

a ItU. D am ha- "Jangan Tuhan berikan tugas itu pada polisi." Matanya kembali
ItU, tetapl dengan
tinya ia menerima jasa-jasa yang ditawarkan mengawasi beberapa orang polisi yang mondar-mandir. "Beriin
earanya sendiri ia menolaknya. saja pada saya, pada saya, ya Tuhan."
" Kagak kerja Iu?" tanyanya lagi. . Tetapi dendamnya yang mulai merangkak dalam hati itu telah
aja sekar ang. Kalo kaga k mau gua kawa run, mendesak doanya. Di depaknya lagi lantai gerbong sekuat ten a
"Gua mau tidur
biar dah gua yang pindah." . ganya. Tiga kali, empat kali.
jawa ban, ia pun pind ahlah ke gerb ong Ial . Komandan polisi di bawah tiang setasiun menebarkan pandang
Dan dengan tiada .
, bahkan mengl tlp
Sebentar ia masih menengok ke be1akang ke mana-mana. Hasan menyandarkan tubuhnya pada punggung
berku a danpa
kawannya . Tetapi perutnya yang kenyang leblh . bangku. Depakannya pada lantai tinggal gerak yang Iemah, na
udlan la pun re-
da kekuatirannya atas diri Hasan. Sebentar kem mun masih terdengar juga dari jarak beberapa puluh meter. Dan
pintu .
hah tertidur di bangku gerbong di belakang . komandan polisi itu akhirnya menghampiri tempat Hasan . Naik
sepeda hamplr
Keriuhan lalu lintas di jalan raya dan jalan ke atas gerbong, dengan langkah hati-hati. Waktu sudah dekat
gunjungi pende
hampir tak kuasa menembusi setasiun .dan me dengan tempat yang diearinya, mata komandan itu melihat ram
berkuasa . Mata
ngaran Hasan. Keriuhan dalam setaslun leblh but yang tergerai jatuh di belakang punggung bangku. la terus
mengantuk, teru
Hasan sudah berawan-awan karena eape dan mendekati, kemudian berdiri diam-diam mengawasi Hasan. Dan
mengintip kian ke
tama karena terlaiu lama dipergunakannya Hasan tidak tahu.
mari o Terlampau banyak orang yang telah ditel

itin a ari kejauh Seperti demam gigilan menjalar kembali ke kaki Hasan. Di
,
plgl ke era.ka.
an . "Sekarang dia udah pigi. Gua doain dia udah angkatnya kakinya keras-keras dan dihentamkannya di lantai.
i yang aslh tlng
Kemudian matanya mengawasi bebe rapa polis .
"Mati Iu! Mati lu! "Tangan dan seluruh tubuhnya pun nlenggi
ada dl plnggang
gal. Kembali matanya lengket pada pestol yang gil oleh kemarahan yang telah memuneak menyapu otaknya.
tar. "Den gan satu
komandan. Dan mata itu hersinar-sinar sehen "He, Codet, ngapain lu?"
abisin barisan si
pestol dan seratus duaratus pelor gua bisa juga Hasan terlompat. Dan seki gerak telah terdiri di depan ko
mandan polisi. dengan tangan kejang memegang eelana.
GAMBIR 1 87
1 86 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

di pinggang itu. Pelor-pelor keeil manis, yang diselitkan di


"Ah, bapak ru buat kaget orang aja."
lubang-Iubang pelor, berkelip-kelip seakan minta dimilikinya.
"Ngapain lu bikin ribut di sini. Sakit? Kok kagak kerja?"
"Apa yang lu lihat aja sih?" Hasan melemparkan pandang ke
" S akit, pak."
tempat lain. "Pestol?" Hasan menyengir.
"Demam?"
"Bagus amat pestolnya," kata Hasan meneoba-eoba.
"Demam, pak."
Komandan polisi itu mengulurkan setuba pel biru yang diam-
"Lu
esti kagak pernah pegang pestol." Ia keluarkan senjata
.
Itu dan sarungnya dan diserahkan kepada Hasan. "Awas ada
bilnya dari kantong eelananya.
tak pelornya, tapi sudah dikunci. Tapi awas."
" Nih, makan tiga seari." Dan Hasan menerima pel itu. Ia
eela- "Bagus amat. Seperti mainan anak keeil."
menglutung, dan terus memasukkannya ke dalam kantong
"Ya, seperti mainan anak keeil. Tapi bisa bikin lu sekarat."
na belakang.
"Saya kepingin jadi polisi kalo liat pestol, pak."
"Terimakasih, pak."
"Lu mau jadi polisi?" Ia tertawa. "Ada-ada aja lu nih. Emang
"Udah lama sakitnya?"
nya gampang jadi polisi. Bisa nulis kagak?"
"Kemarin, pak."
"K agak , p ak ."
"Untung ketahuan gua. Untung gua -misih punya pel. Kalau
"Dasar Codet, kagak bisa nulis mau jadi polisi. Cuma kerna
kagak mati lu. Kalo mati siapa nyaksiin di sini :'
kepingin punya pestol." Hasan tertawa mendengus. "Beli aja pes
"Terimakasih, pak, terimakasih."
tol-pestolan."
"Udah makan lu?"
"Kurang berat, pak. Kalau ada yang mau pinjamin mau j uga
"Udah pak."
saya pinj am."
"Banyak makan Iu?"
"Buat apa pestol dipinjam? Kan berbahaya?"
"Ah kagak napsu, pak, cuma dikit."
"Ah, kapan saya udah tua, udah bisa ad-ati." Hasan menimang
"Punya uang?" .
nlmang senjata itu sambil menimbang-nimbang iman koman
"Kagak pak."
dan polisi itu. "Ngomong-ngomong boleh kagak, pak, kalo saya
Komandan itu mengulurkan beberapa lembar uang kertas dan
pinjam?"
Hasan menerimanya.
"Buat apa?"
"Terimakasih pak, sambil memasukkannya ke dalam kantong
"Ah, seneng aja."
eelana belakang.
"Ada-ada aja lu ah. Udah sembuh sakitnya!"
Polisi itu memandanginya dengan perasaan kasihan. Kemudi-
"Berkat kedatangan bapak jadi baik. Nanti malam jaga di sini,
an duduk. Hasan pun duduk dan keduanya berhadap-hadapa n.
pak?"
Tapi Hasan tetap menunduk melihat jempol kakinya yang men
"Kapan lu tau sendiri' kalo malam sini kagak dijaga?"
jurus keluar, kaki anak perbatasan yang euma bersepatu setahun
"Pak, di kampung saya punya sawah punya ladang. Sekarang
sekali.
bukan musim tanam,jadi saya nguli di sini. Kali aja ada tambah
"Misih lama dinesnya, pak?"
tambah buat mbuat rumah baru."
"Empat jam lagi aplos."
Sekarang mata Hasan menghafalkan pestol yang tersembunyi " Gua sih kagak kepingin kalo punya sawah punya ladang."
1 88 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 1 89

"Saya punya simpanan beberapa ribu juga." "Lama lu mau pinjam pestol?"
"Lu?" "Begitulah, pak, seminggu kira-kira."
"Saya, pak." "Lu kagak mau bunuh orang?" Dengan pertanyaan itu polisi
"Kok lu trima j uga duit dari gua?" itu memandangi bekas pedang yang menggarisi pipi Hasan yang
"Itu kan pemberian pak, rejeki kagak boleh ditolak." sebelah.
"Kapan-kapan gua boleh mampir di rumah lu?" "Masa saya mau bunuh orang, pak. Siapa yang mau saya bunuh
"Tentu aja, pak." Hasan meraba uangnya lagi. "Di eelana ini sih?"
saya juga ada simpanan, pak. Jangan gusar, pak, bener-bener saya "Kagak mau ngrampok? "
kepingin pinjam pestol. Kalau bapak suka, simpanan ini boleh "Bapak ini ada-ada saja. Masa saya yang punya ciri begini mau
bapak ambil." ngrampok, kan semua orang bisa kenal."
"Ngomong gitu bisa j adi perkara, Codet," kata polisi itu sam "Kenapa itu codet?"
bil tertawa. "Ada-ada aja lu. Udah gede tua kepingin main pes "Orang kata, pak, jaman repulisi kena ujung pedang."
tol, lah, udah kuli bilang punya sawah punya ladang punya sim "Lu ikut perang jaman repulisi?"
panan ribuan. Ada aja Iu, Codet!" "Uah, bapak ini, kapan waktu itu saya misih kanak-kanak
Hasan mengeluarkan kantong dari balik eelana. betul."
" Liat, pak, kalau kagak pereaya." Polisi itu kembali menyandarkan tubuhnya pada punggqng
"Liat! " Polisi itu berdiri dan mendekati kantong. Matanya ber bangku. Diteruskan renungannya. Telunj uk-kanannya menge
sinar-sinar. Hasan mulai menghitung dan akhir hitungan itu sam tuk-ngetuk bangku.Tiba-tiba, " Gua bisa j uga pinj amin, tapi kalo
pai pada j umlah: seribu enamratus empat puluh lima rupiah. seminggu kagak bisa . Bukan kerna ada kontrolan, tapi kadang
" Lu kagak nyolong, kan?" kadang pestol harus ditinggal di kantor kalo kebetulan dapat
Untuk melenyapkan keeurigaan polisi itu, Hasan memperde komandan yang tidak dikenal."
ngarkan tertawanya yang bermain-main, kemudian membuka "B egini aja dah , pak. Kalau siang bapak yang pake, kalau
kartunya. malam saya. S ungguh mati, saya kagak akan ngrampok, kagak

"Kalo bapak mau, boleh ambil semua tapi bener-bener saya akan mbunuh orang. Cuma mau saya kelonin waktu tidur."
kepingin pinjam senjatanya." Polisi itu tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba ia terdiam dan
Polisi itu duduk lagi dan bersandaran. Matanya merenung merenung-renung lagi.

jauh. "Boleh, dong, pak?"

Hasan memasukkan kantong uangnya di balik celana kemba "Tapi kalo ketauan orang Iu ada punya pestol, gua bakal kena

Ii. Bercerita: "Saya memang aneh, pak, seperti baba saya. Kalo celaka."

baba saya, pak, bukan main beraninya beli burung dan ayam jago. "I\.duh-aduh, kaya saya ini masih kanak-kanak aja."

Kadang-kadang satu jago brani dia beli dua ribu rupiah. Tapi Kembali polisi itu merenung-renung. Kemudian matanya ber

kalau saya lain. Dari kecil kepingin pegang pestol bener-bener." sinar keras. Ia telah mendapat keputusan.

Polisi itu menegakkan badannya lagi. Matanya dituj ukan ke "Baiklah. Berikan uangnya pada gua. Gua pinjamin lu pestol

peron melalui jendela gerbong. Tetapi peron tidak kelihatan, ter gua. Tapi awas, kalo gua datang kemari, pestolnya misti ada. Lu

. tutup oleh gerbong-gerbong lain. misti ada."


1 90 PRAMOEDYA ANANIA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 191

Mereka bertukaran barang. Polisi berlalu dan Hasan buru-buru "Ah, gua ketiduran. Lu kagak ngapa-ngapain gua tadi?"
menyembunyikan senjata itu ke dalam eelana. Barulah tenang "Ngapain sih? Kagak. Cuma gua heran lu pegangi celana aja
hati Hasan yang selama ini tersiksa keinginannya sendiri untuk dari dulu."
memiliki senjata semaeam itu. Hilang seluroh ketakutannya ka "Lama lu di situ?"
lau-kalau uangnya dapat terarnpas oleh sidik. Wajahnya berseri "Kapan nj aga lu? Tentu aj a lama. Lebih empat jam. Kok lu
seri o Diselujurkan tubuhnya di bangku . Keamanan dalam pe pegang lagi eelana itu? Gua sih udah pegang. Kepingin tau, sih.
rasaannya menyebabkan ia tak mempunyai kekuatiran apa-apa. Buat apa pestol itu, San? Lu mau ngrampok?"
la jatuh tertidur. " Hus, jangan keras-keras."
Waktu Otong bangun, yang mula-mula sekali diperbuatnya Pada paras Hasan tergambar kekeeutan. Matanya j alang meli
ialah mengintip kawannya melalui lobang pintu. Kala dilihatnya hat ke mana-mana mela1ui j endela gerbong. Yang ia lihat euma
kawannya tertidur ia mendekat, pelan-pelan, berjingkat. Dipan bondongan orang yang turon dari kereta yang datang dari Bogar.
danginya kawannya itu lama-lama. Tetapi yang terlama ialah pada Otong mendekatkan badannya dan dengan suara berbisik
lekukan-Iekukan di eelana. lngin benar ia mengetahui adakah bertanya lagi:
kawannya sungguh-sungguh punya rib\lan atau tidak. Tak dapat "Buat apa pestol itu?"
ia menahan keeueukannya, dan tangannya mulai meraba-raba, Hasan tidak bisa menjawab. Ia berdiam diri. Ia meneoba men
dengan mata terpusatkan kepada mata Hasan. Waktu kawannya eari alasan, tapi tidak bisa. Kalau dia bilang sama polisi - kalo dia
mengeluh, Otong terkejut dan mundur.Tapi Hasan telah tengge mau berbuat jahat pada gua - kalo dia eerita sarna orang lain -
lam di dasar impiannya. Dan waktu kawannya mengubah letak kalo dia - Ia tutup wajahnya dengan kedua belah tangannya.
kaki. Otong pun terkejut. Sesak rasa dadanya. Akhirnya dengan irama minta dikasihani ia
Ia tak berani meneruskan pereobaannya. Baru setelah Hasan berbisik:
tenang lagi ia memulai lagi. Ya, kini terabalah benda-benda di "Kagak lu eeritain sarna orang lain, bukan?"
balik celana itu: benda keras panjang. Otong masih memandangi Hasan dengan mata me1ompong
Yang satunya? Benda gembung panjangjuga. Rabaannya dite bertanya. Ia menggeleng. Tapi Hasan masih juga tak pereaya.
ruskannya. Pada wajahnya tergambar kekagetan yang arnat sangat. "Bener-bener lu kagak eerita?"
la berdiri dan duduk di bangku di depan kawannya itu Ke Otong menggelengkan kepalanya. Kemudian berbisik. " Buat
palanya menggeleng. Lama ia duduk demikian. Berjam-jam. apa pestol itu?"
Akhirnya senja pun datang. la masih menunggui kawannya. Tera Kembali Hasan menutup wajahnya dengan kedua belah ta
sa perutnya lapar. Tetapi ia tahankan. Dan setelah permulaan ngannya . Betul-betul ia tak sanggup menjawab pertanyaan
malam datang hati-hati ia bangunkan kawannya. kawannya itu .
"Sudah malam, San, bangun." "N gapain bingung, gan?"
Hasan melompat bangun sambil memegang eelananya . Ma "Jangan tanya lagi, Tong. Gua kagak bisa bilang apa-apa."
tanya jalang memandangi Otong. Kemudian: "Siapa mau lu bunuh? Sidik?"
.
" Lu SItu, ong.,,,
Hasan menggeleng.
"Ya." " 0, ngerti gua sekarang. lneup ama si Juned. Gua ngerti
sekarang. Bukan?"
1 92 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 1 93

Hasan meruntuhkan pandangnya ke lantai. fa tak sanggup tubuh kawan sendiri: Otong. Malam turun dengan damainya.
mengkhianati rencananya sendiri. Ia tak mau diketahui orang. Ia Akhirnya Hasan sampai di sebuah keran, minum beberapa teguk,
tak mau dilemparkan ke dalam penjara. Ia mau hidup, sebagai membasuh muka, kuduk, leher dan kedua belah tangannya, ke
orang bebas dan tidak dipaksa atau diperintah oleh siapa pun. Ia mudian berjalan lagi. Dari sebuah ujung wagon kosong ia lihat
cuma mau lepaskan dendamnya. Ia cuma mau mengurangi pen selintas Sidik. Tapi ia tidak takut. Sidik hanya mengharapkan
jahat yang ada di dunia ini! uangnya, dan uang ia tak punya. Bulan bersinar penuh di atas
Dan itu bukan kejahatan. Buatnya kini itu adalah kewajiban . nya. "Ah itu si Sidik, barangkali gua disangka misih berduit." Ia
Tapi polisi pasti akan menangkapnya karena ia membunuh orang. tertawa sendirian. Namun belum ada keberanian padanya untuk
"Lu kagak mau jawab, San. Lu tahu, gua selalu bantu lu. Gua p ergi ke peron di mana banyak polisi berj aga dan mondar
juga mau ikut lu cari si Incup dan Juned. Gua ngerti sakit ati lu, mandir dengan bedilnya.
San.Jangan lu kira gua ini anak kemarin yang masih pake celana Dingin malam kian lama kian menyerbu ke dalam tubuh
monyet. Selamanya lu kagak percaya ama gua." melalui lubang-Iubang kulit. Hasan tak mempedulikan Sidik
"Apa gua itu memang kagak punya tampang buat dipercayain, yang mondar-mandir. Badannya ia tekuk untuk menghangati
pa? He, kenapa begitu pucat, San? Jangan kuatir, gua kagak bakal
sekujur tubuh. Malam ini, sekalipun hatinya agak tenteram, ti
bongkar lu punya resia."
durnya tidak nyenyak, karena dingin tak bisa dilawannya begitu
"Tong. . . ." Hasan tak bisa meneruskan.
saja. Niat hendak tidur di dalam gerbong selalu dibatalkannya.
"Hasan-Hasan, banyak amat yang lu pikirin. Semua orang lu Kecurigaannya pada segala-galanya sangat b erkuasa tas dirinya
curigain. Kawan juga dicurigain. Pegimana bisa tentrem ati lu, sejak ia harus melarikan diri dari daerahnya.
San?" Setasiun telah sunyi.Tak ada lagi penumpang datang atau per
''Jangan ngomong papa, Tong. Gua kagak sanggup ngomong."
gi. Hanya kadang-kadang dengung pengembara yang mengobrol
"Baile dah. Gua mau nguli sore ini." Dan dengan tiada mene
di beranda bersama penumpang-penumpang dari kota untuk
ngok ia turun dari gerbong dan hilang di balik deretan kereta
kepergian besok sampai ke kupingnya. Itu sudah biasa. Pikiran
yang baru datang dari empat kota. Kembali Hasan merebahkan
nya kadang-kadang tersangkut pada isterinya yang hilang.
badan pada punggung bangku. Ia mulai mengenangkan segala
Kadang-kadang pada. . . . Ia tersenyum. Tak tahan ia mengenang
kemungkinan bencana yang bakal datang, yang mungkin datang,
kan sikap Sidik nanti bila diketahuinya ia tak beruang sama sekah.
dan boleh jadi juga segera akan terjadi. Ia menyesal karena jatuh
Kadang-kadang pikiran itu terbakar punah dan kemarahan me
tertidur. "Ah, padahal tadi gua harus bilang itu bukan pestol. Mes
luap-Iuap bila tersinggung oleh wajah garong-garong yang me
tinya gua bilang, ya, bilang sambil main-main, ada-ada aja lu,
musnahkan kebahagiaan rumah tangganya.
masak martil disangka pestol. Tapi dia akan tanya. Masa martil
Desak-desik di bawahnya memaksa ia menjengukkan kepala
disimpan di dalam celana?"
ke bawah. Dan ia lihat 'Sidik sedang berusaha naik ke atap ger
Hasan tak bisa memperoleh keputusan. Ia bangkit dan b elJalan
bong. Sekarang ia pura-pura tidur. Kian lama desak-desik gerak
meninggalkan gerbong dengan tiada tuj uan. Sekarang ia tak
Sidik ban menyata. Akhirnya terasa nafas orang itu menghem
mempunyai kekuatiran sedikit pun terhadap Sidik. Tapi ke
busi mukanya.
curigaan yang menghebat malahan mengambil bentuk dalam
" San . . . Hasan," ia dengar bisikan pelahan sekali.
1 94 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 1 95

Dan ia tetap berdiam diri. Kini ia terasa olehnya rabaan tangan. htlang dari matanya dan langit penuh disebari awan hijau, putih
Tiba-tiba Hasan kaget. Ia ingat pestolnya. Kekuatiran kalau-ka dan kuning. Ia dengar Sidik tertawa mengejek. Ia dengar juga
lau senjata itu terampas menyebabkan ia membuat sepakan keras lawannya mendekatinya, dan tangannya kembali meraba balik
dengan kaki kanannya. Sidik tersepak dan terpelantingjatuh. Dan kantongya.
sebelum terguling ke tanah ia sempat berpegangan kaki Ha Kembali Hasan mengumpulkan tenaganya dan melompat.
san .Yang akhir terseret ke bawah tetapi sempat berpegangan Dipukulnya leher lawannya dan Sidik terhuyung-huyung ter
pinggiran atap sehingga kedua orang itu tergantung. jongkok. Ia menggeram - pemuda yang alim dan sopan ini kini
Waktu Sidik mendapat tanah pada kakinya, ia eratkan pe telah berubah menjadi macan yang buas. Ia dekati lawannya seta
gangannya pada kaki Hasan. Matanya memandang ke atas - dan pak demi setapak.
bulan memancar terang di antara dua awan yang sedang berarak. ''Jangan dekatin ! " Sidik memperingatkan. ''Jangan dekatin! "
"Turun lu! Bangsat lu! " Tapi si pemuda itu telah kehilangan pertimbangannya lagi.Juga
Dengan satu sentakan Hasan terjatuh ke bawah. Sidik telah kehilangan niatnya yang pertama.Yang terpikir oIeh
"Mana duit lu." nya kini adalah pembalasan atas pukulan Hasan pada lehernya
Hasan j atuh dan merangkak-rangka hendak bangun. Tetapi yang sejenak menghalangi jalan darahnya dan terasa sebagai sam
Sielik telah berada di atas lehernya. baran kawat listrik.
" Gua bunuh lu kalo . . . ." dan dengan sekali sepak Hasan ter "Jangan dekatin! " bisiknya lagi. Dan digulungnya lengan ba
jatuh kembali. junya. "Kalau mau tau tangan Sidik - Tunggu itu! Jangan
Sikap angkuh dan paksaan yang melalui batas perikemanusiaan gugup! "
itu membangkitkan amarah Hasan. Pemuda yang tidak mempu Hasan terus mendekati . Dan buru-buru Sidik menggulung
nyai harapan hari depan dan hanya bisa mengumpulkan dendam Iengan bajunya yang sebelah. "Baik.Ayo maju! " Sidik melompati
itu segera melompat dan mengumpulkan seluruh tenaganya. Ia Hasan. Keduanya bergumul dalam cahaya bulan - dan dalam
hadapi Sidik dengan amarah yang menggigil di dalam dada. cahaya bulan yang itu juga Otong sedang bercumbuan dengan
"Lu mau Iawan gua? Awas jangan betreak. Gua cekek mam wanita yang dua jam tadi ditemuinya di pinggir j alan tanah
pus lu nanti." Iapang Gambir.
Tapi Hasan tidak mendengar ancaman itu lagi.Tangannya pun Dengung pengembara dan bakal-bakal penumpang di beran
telah menggigil dan membesi dalam siku-siku yang perkasa. da setasiun tak terdengar dan jam dua belas sudah lama lewat.
"Jangan dekatin gua kalo mau selamat! " Sidik mengancam. Perkelahian eli antara gerbong dan rel-rel kereta api terus ber
"Serahin aja duit lu." Tapi Hasan terus maj u setapak-setapak de jalan dengan sengitnya. Antara sebentar terdengar gedebak-gede
ngan lambatnya. Juga kakinya berat sebagai besi mencengkam buk kaki menendang, dan suara leher yang menghindarkan ce
tanah di bawahnya . kikan.
Waktu Hasan telah dekat benar Sidik mulai menyerang. Ia Akhirnya Hasan terangkus ke dalam ringkusan Sielik dan tak
sepak mangsanya dan Hasan terpelanting. Pinggangnya kena dan bisa bergerak Iagi.
hampir-hampir ia tak bisa bangkit berdiri. Kepalanya terantuk reI, "Mampus lu! Mampus Iu! " Dengan kepalannya yang sebelah
dan pemandangannya berkunang-kunang. Bulan yang kuning ia pukuli muka Hasan. Percobaan Hasan untuk melepaskan
GAMBIR 1 97
1 96 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

Sidik mengikuti perintah. Ia berdiri. Dan Hasan menggarisi


ringkusan itu tidak berhasil. Seluruh tangannya yang masih tinggi
muka lawannya dengan ujung pisau. Darah menetes keluar. Dan
tak dapat membatalkan kekuatan tangan Sidik yang membaja itu.
Bahkan tangan itu kian lama kian memotong lehernya. Sidik merintih.

"Tidak, tidak bisa! Gua mesti cari akal! Kalo kehilangan akal "Biarin gua pulang, San. Ampun."
"Sekarang kagak ada ampun."
gua mati dalam pitingan Sidik."
Sidik terus berjalan mundur setapak denu setapak, dan seta
Tangan Sidik berhenti memukuli , dan kemudian memulai
pak demi setapak. Kian lama keduanya klan mendekati setum
meraba balik celana, Hasan. Dengan tangannya yang bebas Hasan
pak tanah yang dilindungi pohon di mana Otong sedang tidur
menyerang kemaluan Sidik yang mana membuat pitingan itu
an di rumput dengan Hasan maju mengikuti juga lawannya.
menjadi longgar. Dan kesempatan itu Hasan pergunakan untuk
" Gua sembah lu, San - gua sembah lu, tapi biarin gua pulang."
membanting lawannya.
Hasan mendengus.
Akhirnya ia terlepas kembali. Tetapi Sidik kini menj adi
" Gua kagak tahu - semua mau nyelakain gua:' Hasan berbisik.
demikian marah. Sebaliknya Hasan memperoleh kesadarannya
kembali .Waktu lawannya hampir dapat menangkapnya kembali, "Lu juga. Bajingan! "
" Gua emang salah, San. Gua akuin."
ia cabut pisau dari ceIananya. Sidik mundur-mundur melihat
Sebentar Hasan mau membiarkan lawannya pulang, tetapi
senjata yang berkilapan kena cahaya bulan. Tetapi Hasan terus
akhirnya ia berpendapat orang yang ada di bawah kekuasaannya
mendesaknya.
itu jugalah yang di kemudian hari - mungkin juga bJ!sok atau
"N ggak ada yang nyaksiin, Sidik. Kagak ada. Kalo lu njerit, piso
lusa - akan menyiksanya lebih hebat lagi. Dia musti gua abisin!
ini makan jantung lu."
"Ampun San, ampun," kata Sidik pelahan. Gua juga mau idup!
Dan setelah selesai mendapat keputusan itu ditikamkan pisau
" Sekarang lu kagak bisa lepas dari gua. Kalo lepas besok lu
mburu-mburu gua lagi," sambut Hasan. yang gemerlapan kena cahaya bulan itu di hulu hati lawannya.

"Kagak San, kagak." Sebentar Sidik menjerit ngilu kemudian rebah. Hasan mening

"Sekarang kagak ada ampun. Sekarang kagak ada saksi. Gua galkan tempat itu, melompati pagar setasiun dan kemudian hi

habisin di sini lu." lang dari pemandangan.

" Gua panggil polisi ! " Awan yang mengapit bulan kini menutupinya sarna sekali.

"Kalo berani njerit - cobalah." Gelap pekat daerah itu. Hanya nafas Sidik yang terengah-engah.

Sidik terus mundur-mundur. Dengan tidak setahunya ia ter Terdengar langkah sepatu berlari-Iarian. Akhirnya terdengar juga

sandung reI dan jatuh. Hasan tidak menyerangnya dan hanya langkah kaki telanjang melintasi daerah itu - kaki Otong yang

memandanginya sambil berdiri. hendak melarikan diri ke gerbong karena ketakutan. Sebentar

"Berdiri lu! Gua kagak bakal nyerang orang Jatuh. Kagak se- kemudian lampu-Iampu senter berkejapan dan waktu sebuah

perti lu, nyerang orang tidur. Ayoh berdiri! " sinar jatuh pada tubuh Sidik terdengar teriakan, akhirnya disusul

Hasan menendang pan tat. Sidik merintih dalam terlentangnya. oleh perintah:

"Ampun, San. Biarin gua pulang." "Setasiun mesti dikepung! "


" Ayo berdiri! " Segera terdengar kaki berlari-Iarian dan empat pasang sepatu
polisi mendekati tubuh itu dan mengangkatnya.
1 98 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 1 99

Tidak seberapa jauh dari situ Otong tertangkap oleh polisi dan
Kembali Otong tak bisa menjawab.
digiring ke beranda. Dan tak lama kemuelian tubuh Sidik diba
"Di mana lu tadi ! "
wa ke beranda pula. Kepalanya bergeleng-geleng bila yang meng Tangan Otong menunjuk ke tempat ia habis bercumbuan
angkatnya bergerak, tidak bertenaga. Mulutnya terbuka, dan dari
dengan kawannya.
situ keluar nafas pendek dan besar-besar. Otongnya menggigil "Ngapain lu di sana! "
meliat darah yang memancuri lantai. Dan waktu ia lihat pisau Sekali lagi Otong tak bisa menjawab.
yang masih tertanam di dada ia jatuh tiada sadarkan diri. "Ngapain lu lari-Iari! "
Tambah lama tambah banyak orang merubung. Dari jauh ter "Takut, pak."
dengar suling mobil palang merah, dan sebentar kemudian kor "Ngapain takut! "
ban itu diangkut ke dalam mobil krib dan dibawa ke rumah sakit. "Ada orang betreak dan saya ketakutan."
"Kenai elia? Kenai dia?" seorang polisi menanya Otong waktu "Siapa nama lu! "
yang akhir ini telah bangun dari pingsannya. Otong menyebut namanya sendiri. Tapi waktu ditanyakan di
Dengan tiada bertenaga Otong mengangguk. mana rumahnya ia menjadi bimbang, namun eliceritakannya juga
"Siapa namanya." bahwa ia telah setengah tahun meninggalkan rumah karena tak
"Sidik."
bisa memberi makan anak dan bininya. Tiba-tiba ia merasa sedih
"Di mana rumahnya! " waktu orang-orang tak menghargai alasan meninggalJcan rumah.
"Kagak tau, pak." Ia merasa tidak berharga di depan anggota-anggota tangan negara
"Bagaimana bisa tidak tahu?" itu . Ia menunduk, dan ia ingat pada Hasan. Ia in gin tahu eli mana
"Saya kenai dia eli sini." Hasan sekarang berada. fa tahu dari kenyataan-kenyataan yang
" Sering dia di sini?" telah berlaku, bahwa kawannya itulah yang membunuh Sidik. Ia
Sekali lagi Otong mengangguk.
ingat pestol di balik celananya. Dan ia ingat bahwa Sidik selalu
"Ngapain dia sering di sini?"
memburu-burunya.
"Dia buaya Gambir."
"Kenapa dia lu bunuh! " satu pertanyaan lagi
Orang-orang yang beruniform dan yang mengelilingi dia ter- Otong menambah dalamkan tunduknya. Waktu terdengar
tawa.
beberapa langkah sepatu menghampiri baru ia mengangkat ke
"Lu pernah dibuayain dia?"
pala dan melihat perempuan yang beberapa saat tadi bercumbu
" Kagak, pak."
dengannya digiring polisi mendekati tempatnya.
"Bagaimana lu tahu dia buaya kalo lu kagak pernah dibuayain." "Betina ini juga terbirit-birit lari," seorang yang baru datang
Otong tak dapat menjawab. mengacarai. Kembali Otong menundukkan kepalanya.
'jawab! " Orang berteriak. Tetapi Otong benar-benar tidak bisa "Lu kenai perempuan ini?"
menjawab. ' 'Jawab, lekas jawab! Mengapa diam saja? Mau lu kena Benar-benar Otong tak berani mengangkat kepala - tak be
tempeleng?" rani menentang mata perempuan itu.
" Orang-orang yang bilang, pak." "Lu kenaI lelaki ini? " satu pertanyaan garang tertuJ u pada
"Siapa orang-orang itu!" perempuan itu.
200 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 20 1

Terdengar suara perempuan yang sayup-sayup : kepala keluarga. Dan ia telah pernah mencoba untuk menjadi
"Kenal, tuan." kepala keluarga yang baik. Untuk itu Hasan telah melalui ber
"Di mana kenal! " bagai masa dan pengalaman yang tidak enak. Dan ia sendiri men
"Di pinggir jalan." cari keenakan untuk mengelakkan kewajibannya. Dan pikiran
''Jalan mana." pikiran seperti itu menyebabkan ia memutuskan tidak akan buka
''Jalan pinggiran lapangan Gambir." mulut menyebut nama sahabatnya itu.
"Sundal lu, ya? Cabul?" Sidik meninggal dunia beberapa waktu kemudian setelah sam
Perempuan itu tidak menjawab. pai di rumah sakit. Pemeriksaan atas bekas-bekas tangan di tang
"Lu kenal Sidik?" kai pisau menyebabkan Otong terlepas dari dakwaan pertama.
"Sidik yang mana, tuan? " Namun ia tetap ditahan. Perempuan - kawannya bercumbu -
"Yang barusan dibunuh." dibebaskan beberapa hari setelah ditangkap, dan hanya diwajib
"Saya kenal banyak Sidik, tuan." kan bertanggungjawab atas pelanggaran jam malam dan berge
"He Otong, ceritain sarna cabul lu, siapa si Sidik yang lubunuh landangan, menyalahi kesusilaan.
tadi." Susunan pikiran Otong kocar-kacir sarna sekali. Ia merasa Keesokan harinya setelah terjadi pembunuhan tak ada nam
seperti terbakar dalam silang min tang pertanyaan-p ertanyaan pak lagi orang-orang bergelandangan di setasiun, karena mereka
yang waj ib dijawab, dan yang mana ia tak bisa menjawabnya. malam itu juga ditangkapi dan digiring ke kantor polisi . Juga
Kembali ia ingat pada Hasan dan berpendapat, Hasan pasti tidak bakal-bakal p enumpang tidak lagi menginap di b eranda. Di
bersalah. Tapi siksaan pertanyaan itu sungguh-sungguh tidak ter malam hari Gambir sunyi-senyap.
tahankan. Bibirnya menggigil. Ia ketakutan. Pada suatu pagi seprti biasa - kembali pelataran setasiun di
"He, siapa nama lu tadi ! " sebari oleh pedagang-pedagang dengan sinar pelitanya yang ber
" Otong, pak." kelap-kelip dan api dapurnya yang memerahi daerah kelilingnya.
''Jadi lu cemburuan sama si Sidik, bukan?" D i tempatnya yang lama, tukang pancong langganan Sidik,
"Kagak, pak. Kagak. Betul kagak." Hasan dan Otong, telah membuka dagangannya.Tetapi langgan
"Ngapain si Sidik lutikam kalo kagak cemburuan? Lu bilang an yang tiga orang itu sudah lebih sebulan tak ia lihat hidungnya
Sidik yang buaya. Lu kan buaya juga?" lagi. Dan Sidik " masih mempunyai hutang dua perak pada
Perempuan itu mulai menangis. nya. Tetapi bukan hutang itu yang menyebabkan ia kangen pada
"Siapa yang lu pilih?" Orang bertanya pada perempuan itu. "Si mereka. Ia telah begitu biasa dengan Otong dan Hasan dan de
Sidik atau Otong?" ngan dalih-dalih Sidik untuk selalu menghindari pembayaran.
"Tuan, saya tak tahu Sidik yang mana." Sering ia bertanya ke mana saja mereka pergi. Ia kuatir kalau
Polisi tidak mendapat putusan yang tepat. Karenanya kedua kalau mereka tersangkut dengan pembunuhan yang didengarnya
oranR tangkapan itu pun diangkut ke kantor polisi . Dan di se dari kiri kanan.
panjangjalan Otong terus-menerus ingat pada kawannya Hasan. Kemudian duduk seorang kuli di bangkunya. Ia lihat itu dari
Terasa benar olehnya bahwa pada Hasan ada sesuatu yang ia papan kuningan yang terpasang pada bajunya.
hormati: keteguhan niatnya untuk menjalani kewajiban sebagai "Sekarang kuli mesti pake plat?" ia bertanya.
202 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 203

"Tentu aja, banyak yang gelap sih." Tukang pancong mengambiI kipas dan mulai mengipasi api.
" Gelap gimana, sih?" Ia mengenangkan Hasan lagi. Ia yakin hanya Hasanlah yang sang
"Liat aja.Waktu ada yang dibunuh dulu, orang kagak tau siapa gup membunuh Sidik. "Hasan yang pendiam itu! Hasan yang
yang mbunuh. Padahal semua orang tau , mesti kuli yang pemurah dan penyayang, pendiam dan selalu merenung itu . Kata
mbunuh." si Hasan, di kampungnya diuber-uber garong," ia berpikir. "Di
" Gimana kalo kuli yang ngerjain?" sini diuber-uber Sidik.Ya, mesti dia yang mbunuh. Kagak boleh
"Siapa lagi? Kuli-kuli gelap mesti. Kuli-kuli yang kagak pu tidak."
nya rumah dan tidur di gerbong-gerbong. Nguli sambil Kemudian ia ingat pada pagi hari waktu Sidik mulai mengin
nyolong." tip Hasan dan Otong memberitahukan kehadiran Sidik kepada
" Lu kenai salah seorang?" nya. Ia lihat bagaimana pemuda itu pergi ke arah lain dan sehari
"Ada banyak gua kenai." harian itu tidak kelihatan lagi.
"Lu kenai Hasan?" Dia mesti kepaksa. Sidik yang memaksa.
" Hasan codet? Kenai. 0 iya. Sekarang gua baru ingat. Udah "Ngapain ngelamun?" langganan itu bertanya.
lama gua kagak liat." Tukang pancong menarik nafas panjang. "Lagi kopinya?" ia
"Itulah, gua mau tanya di mana dia sekarang." bertanya.
"Ada apa sih?" "Ah betul-betul tukang pancong ini. Kapan kopi baru diisi
"Dia misih punya utang." lagi?"
"Habis kejadian itu gua kagak dengar-dengar kabarnya lagi. " Gua ingat sarna anak-anak - si Otong, si Hasan. Begitu muda
Juga kagak pernah liat tampangnya." Orang itu mulai berpikir dan sudah ditangkap." Langganan ini tertawa dan akhirnya:
pikir tetapi tak juga mendapat pikiran. Akhirnya ia menggeleng "Itulah kalo orang kagak netap di satu tempat, segala kejahat-
dan biIang, benar-benar ia tidak tahu. an jadi dekat."
"Kenai Otong?" "Apa sebabnya Sidik dibunuh?"
"Ngapain tidak?" "Kagak tahu! "
"Di mana dia?" "Kok bisa biIang itu kejahatan!?"
Orang itu berpikir lagi, kemudian menggeleng. Langganan itu tak bisa menj awab. Ia berpikir sedikit. Tapi
"Kenai Sidik?" akhirnya membela ucapannya:
"Itu dia yang dibunuh." "Tapi mbunuh orang kan sudah kejahatan? Sedang motong
"Dia yang dibunuh?" tukang pancong berseru kaget "Masya ayam kagak pake doa saja udah kejahatan namanya."
allah. Baru tahu gua. Dia yang dibunuh? Siapa yang mbunuh?" Keduanya sebentar berdiam diri. Seorang langganan lain
"Kagak tahu gua. S emua orang yang tidur di gerbong di mengambil tempat duduk dan memesan kopi. Dengan tiada yang
tangkap." bertanya ia membuka percakapan:
"Semua? Juga Hasan? Juga Otong?" "Sudah dengar?" tanyanya.

" Otong ditangkap. Tapi Hasan - gua kagak dengar dia di "Dengar apa?" langganan lama menyahut.
tangkap." "Ingat komandan polisi yang dinas minggu yang lalu?"
204 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA GAMBIR 205

"Pak Dul Karnin?" orang diri mengharapkan keselamatan untuk si Hasan. Apa salah
"Ya. Ditangkap polisi militer kemarin." dia? Berontak hatinya. Dia begitu alim, begitu jujur, rajin, dan
"Tahu dari mana?" bisa nyimpan duit. Dia kagak banyak tingkah dan semua orang
"Dari anak buahnya tentu. Tahu mengapa ditangkap?" ditolongnya. Hutangnya selalu dibayar dan tidak pernah dia nipu
Kedua orang itu memandangi langganan baru. Tetapi mulut gua.
mereka tersumbat. Bukan karena kecucukan. yang hebat, tetapi Kembali wajah Hasan terbayang. Segera ia besarkan kembali
karena tidak besar perhatian mereka. Hasan dan Otong yang apinya. Dia j adi buron sekarang. Beli pestol! Mbunuh Sidik!
waktu itu mengisi pikiran mereka dan bukan si komandan polisi. Padahal dia kagak j ahat.
"Dia njual pestol." Ke mana dia mau pigi? Rumah kagak ada. Saudara kagak be
"Njual pestol! " rani terima. Kalo aja gua tahu tempatnya - Ah, gua jua kagak be
"Tahu siapa yang beli?" rani kasih dia sembunyian . . . .
Sekarang berita itu menarik perhatian mereka. Dan dengan Baru waktu datang langganan-Iangganan baru rasa sedihnya
takzim mereka menyemak mulut langganan baru. terhadap Hasan berkurang. Ia bisa mengerti kesulitan anak muda
"Lu semua mesti kagak bakal tahu . .cuma gua yang tahu." itu. Dan setelah menuangkan kopi diisapnya rokok kretek buat
"Siapa?" Tukang pancong bertanya. Ia teringat pada si Hasan. an bininya. Dan hanya asap rokok itu menghangati perasaannya.
Dan terkenang olehnya bagaimana ia menjual hidupnya untuk Dari kuli-kuli sah yang lain ia mendengar lebih banyak lagi ten
mendapatkan uang banyak-banyak. tang Hasan. Sebagian dari mereka menentukan bahwa anak
"Ha . . . san," katanya. "Hasan si codet." muda itu segera akan dapat tertangkap karena luka pada mukanya
"Hasan?" langganan lama berseru. yang tidak sedikit itu.
Tetapi tukang pancong itu menundukkan kepala. Ia tahu se Sore itu tukang pancong tersebut pulang membawa berita ke
muanya. Segera ia mengambil kipas dan membesarkan api rumahnya - berita tentang pemuda yang sering diceritakannya
dapurnya untuk menutupi pengetahuannya. Dalam hatinya ber di rumah: pemuda yang mendapat simpati itu kini menjadi bu
doa agar Hasan berhasil dapat membalaskan dendamnya atas ron, dan tiap orang memastikan sebentar lagi dia tertangkap -
garong-garong yang telah mengobrak-abrik hidupnya. dihinakan, dipukuli, diadili , dihukum - hanya akibat dari suatu
"Jadi Hasan jadi buron sekarang?" sebab. Dan sebab itu tukang pancong tersebut tidak bisa meru
"Betul, jadi buron." muskan. Kalaulah bisa akan dikatakannya juga: si Hasan hanya
"Buat apa si Hasan beli pestol?" berusaha agar bisa hidup seperti orang-orang lain, terlepas dari
"Buat nggarong kali - apa lagi?" ancaman pemburuan terus-menerus sampai tertangkap. Dan itu
Gugup tukang pancong menghidangkan kuenya dan secangkir belum lagi akhir dari penderitaannya.
kopi. Minum seteguk kopi dari cangkirnya sendiri, kemudian Pada suatu pagi waRtu ia baru saja nlembuka dagangannya
mencuci cangkir-cangkir yang bekas terpakai. Hampir-hampir datanglah pemuda duduk diam-dialTI di bangku
tak sanggup ia mendengar salahfaham orang-orang atas diri pe "Kopi," katanya.
muda yang diam-diam dikasihinya itu . Tukang pancong itu hafal suara itu .
Dan waktu kedua langganannya itu telah pergi ia berdoa se- "Hasan! " serunya dalam bisikan. "Pergi lu buru-buru. Lu di
cari polisi."
206 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

" Gua dicari polisi?" Daftar Karya Pramoedya Ananta Toer


"Ya, lu dicari polisi."
"Ngapain?" Tulisan-tulisan semasa di SD, satu di antaranya pernah ditawarkan
"Lu beli pestol. Komandan polisi itu sudah ditangkap Dia pada penerbit Tan Koen Swie, Kediri, ditolak. Semua hilang.
ngaku." Sepoeloeh Kepala Nita (1 946), hilang ditangan penerbit Balingka,
Buru-buru Hasan meneguk kopinya. Pasar Baru,Jakarta, 1 947.
"Lu kagak bohong?" tanyanya. Kranji-BekasiJatuh (1 947) , fragmen dari Dt Tepi Kali Bekasi
"Gua doain lu kagak ketangkap. Pegi aja buru-buru. Buat apa Perburuan (1 950). Pemenang sayembara Balai Pustaka,Jakarta, 1949.
pestol itu?" Keluarga Gerilya (1 950) .
"Gua mau kembaliin sarna itu komandan. Gua udah tembak Subuh (195 1 ) , kumpulan 3 cerpen.
tembakin garong itu."
Percikan Revolusi (1 95 1 ) , kumpulan cerpen.
"Tapi lu buron sekarang."
Mereka yang Dilumpuhkan I & II (195 1 ) .
Hasan merogo kantongnya, tapi tukang pancong itu tak mau
Bukan Pasarmalam (1 95 1 ) .
menerimanya.
Di Tepi Kali Bekasi (195 1) , sisa naskah yang dirampas Marinir
"Kalau gua ada uang banyak, lu gua kasih biarin kagak begitu
Belanda pada 22 Jull 1 947.
sengsara."
Dia yang Menyerah ( 1 95 1 ) , kemudian dicetak-ulang dalam
"Terima kasih, terima kasih," kata Hasan "Kalo kagak dibi
kumpulan cerpen.
langin, gua udah ketangkap." Buru-buru ia bangkit dan pergi
Cerita dari Blora (1 952) pemenang karya sastra terbaik dari Badan
menyeberangi jalan raya kemudian hilang di balik gedung-ge
Musyawarah Kebudayaan Nasional,Jakarta (1 953).
dung Pejambon .
Gulat diJakarta (1953) .
Di atas kepalanya ancaman yang selalu hendak dihindarkan
Midah Si Manis Bergigi Emas (1 954)
dan dihilangkannya. Di depannya hari depan yang kosong
Kornpsi (1 954).
melompong. Dalam hatinya dendam yang lenyap dan yang kini
Cerita Calon Arang (1 957)
diganrinya oleh ketakutan. Di dalam kantongnya, sepucuk pes
Sekali Peristiwa di Banten Selatan (1958) .
tol dengan peluru yang ringgal beberapa burir.
Dan untuk selama-Iamanya ia akan menjadi makhluk malam.
Panggil Aku Kartini Saja I & II (1 963) ; III & IV dibakar Angkatan
Darat, 13 Oktober 1 965.
Kadang-kadang dengan pestal dan kadang-kadang dengan pisau
ia mencari penghidupannya. Anak yang sederhana dari luar kota Kumpulan Karya Kartini, yang pernah diumumkan di berbagai

ini dipaksa mengikuti j ejak penjahat-penj ahat yang pernah media; dibakar Angkatan Darat, 1 3 Oktober 1 965.

membuat sejarah di atas bumi dengan akhirnya yang juga telah Wanita Sebelum Kartini; dibakarAngkatan Darat, 13 Oktober 1 965.
tersedia. Cadis Pantai (1 962-65) dalam bentuk cerita bersambung, bagian
pertama trilogi tentang keluarga penulis; terbit sebagai buku, 1 987;
Amsterdam, VIII- 1 953. dilarang Jaksa Agung.Jilid II dan III dibakar Angkatan Darat, 1 3
Oktober 1 965.
Created Ebook by syauqy_arr@yahoo.co.id
Weblog J http://hanaoki.wordpress.com
Penghargaan
Sejarah Bahasa Indonesia. Satu Percobaan, (1964); dibakar Angkatan
Darat pada 13 Oktober 1 965. 1 988 Freedom to Write Award dari PEN American Center,
Mari Mengarang (1955) talc jelas nasibnya di tangan penerbit di Amerika Serikat.
Jalan Kramat Raya,Jakarta 1 989 Anugerah dariThe Fund for Free Expression, NewYork,
Cerita dariJakarta (1957). Amerika Serikat.
Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia (1 963). 1 995 Wertheim Award, "for his meritorious services to the
Lentera (1965), kumpulan tulisan yang pemah diumumkan oleh struggle for emancipation ofthe Indonesian people" , dari
Lentera. Talcjelas nasibnya di tangan penerbit diJalan Pecenongan, The Wertheim Foundation, Leiden, Belanda.
Jakarta. 1 995 Ramon Magsaysay Award, "forJournalism, Literature, and
Semua karyanya dilarang oleh Kementerian PPKlPDK, 1 966. Creative Arts, in recognition of his illuminating with
Bumi Manusia (1980), bagian pertama tetralogi Burn. Dilarang brilliant stories the hystorical awakening, and modern
jaksa agung, 198 1 . experience of the Indonesian people" , dari Ramon
Anak &mua Bangsa (1981), bagian kedua tetralogi Bum. Dilarang Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina.
jaksa agung, 198 1 . 1996 Partai Rakyat DemokratikAward, "honnat bagi Pejuang
Sikap dan Peran Intelektual di Dunia Ketiga (1 981). dan Demokrat Sejati" dari Partai Rakyat Demokratik.
Tempo Doeloe (1982), antologi sastra pra-Indonesia. 1 996 UNESCO Madanjeet Singh Prize, "in recognition of
lejak Langkah (1985), bagian ketiga tetralogi Bum. Dilarangjaksa his outstanding contribution to the promotion of toler
agung, 1 985. ance and non-violence", dari UNESCO, Paris, Prancis.
Hikayat Siti Mariah, (ed) Haji Mukti (1 987). Dilarangjaksa agung, 1 999 Doctor of Humane Letters, "in recognition of his re
1 987. markable imagination and distinguished literary contri
Rumah Kaca, bagian ke empat tetralogi Bum, 1988. Dilarangjaksa butions, his example to all who oppose tyranny, and his
agung, 1 988. highly principled struggle for intellectual freedom" , dari
Sang Pemula (1 985). Dilarang jaksa agung, 1 985. University of Michigan, Madison, Amerika Serikat.
Memoar Oei1joeTat, (ed.) OeiTjoeTat, 1995. Dilarangjaksa agung, 1 999 Chanceller's Distinguished Honor Award, "for his out
1 995. standing literary archievements and for his contributions
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu 1, 1 995. Dilarangjaksa agung, 1 995. to etnic tolerance and global understanding", dari Uni
Arus Balik, 1 995. versity of California, Berkeley, Amerika Serikat.
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II, 1 997. 1999 Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, dari Le
Arok Dedes, 1999. Ministre de' la Culture et de la Communication
Mangir, 2000 . Republique Fran'raise, Paris, Prancis.
Larasatl (Ara), 2000.
New York Foundation for the Arts Award, New York,

2000
Amerika Serikat.
2000 Fukuoka Cultural Grand Prize,Jepang.

Anda mungkin juga menyukai