Anda di halaman 1dari 27

Judul: BUMIKU

BY: MALA

Seperti yang kita ketahui. Bumi, adalah Planet ketiga di tata surya setelah Merkurius dan Venus.

Bumi, adalah Planet satu-satunya yang dihuni oleh makhluk hidup, seperti flora, fauna, dan manusia
tentunya.

Bumi juga sudah memiliki kekayaan alami dari nuansa alam, kehebatan yang maha kuasa.

Namun seolah tak bisa merasakan cukup, dan ingin bersaing dengan kekuasaan Tuhan, manusia kian
fatal dalam meminimimalkan Bumi. Membuat Bumi kita menangis.

Disini, kita ambil satu sudut pandang sekaligus Narator. Kita panggil dia Siluet! Halo, Siluet!

Hai, aku Siluet. Aku hidup di sebuah negara yang terbilang maju dan populer dikalangan dunia.
Kemajuan zaman kian membuat umat manusia semakin buta dalam memutar fakta, semakin tuli dalam
mendengar nasehat, dan semakin bodoh dalam kecerdasan.

Inilah kisah Bumi yang menyedihkan, berawal dari gagalnya pelestarian dan hidup bersih, hingga terjun
kedalam proyek dan percobaan sadis!

Hari ini, saat ini, aku sedang bersama Ibuku, Helena. Kami memiliki tujuan untuk pergi ke laboraturium
Ibuku, guna menganalisis proyek terbaru mereka, menciptakan matahari buatan yang panasnya enam
kali lipat lebih panas dari matahari pada umumnya!

Kulihat Ibuku dan mereka, para Ilmuwan gila, yang sedang melakukan uji coba bodoh terhadap matahari
buatan mereka.

"Ibu, apakah ini tidak berbahaya?" tanyaku menatap Ibu yang terlihat begitu sibuk.

"Tidak penting bagi anak kecil, sayang." Ibuku menimpali sembari meneskan tetesan kimia ke suatu
gelas ukur, hingga air yang tadinya hijau kini berubah menjadi biru, serta menciptakan makhluk aneh.
Eyauu!

"Aku berhak tau, Bu!" aku menegaskan nada suaraku, "Ibu dan mereka akan membuat Bumi menangis
Bu!" ucapku lagi namun sama sekali tak dihiraukan.

Memang, aku masih berumur 8 tahun sekarang. Mungkin karena hal itulah mereka tak mempedulikan
ucapakanku.

Apakah ini adalah awal dari hancurnya alam semesta?


Aku memandang alat-alat kimia di sekelilingku, kulihat banyak sekali Ilmuwan yang melakukan uji coba
proyek di lab ini.

Beberapa saat kemudian, Ibuku Helena memanggilku dan berkata "Siluet, lihatlah! Ini terlihat begitu
keren!" antusiasnya ketika berhasil menciptakan sebuah mini zombie yang terlihat rakus dan
mengerikan, aku mengernyit, apa ini?

"Untuk apa ini, Bu? Apa tidak berbahaya?" tanyaku berulang kali yang masih setia memandang monster
kecil itu dari balik kaca titanium yang tembus pandang.

"Ini Ibu gunakan untuk menjadi lawan dari para hewan liar, supaya mereka semua mati dan kami para
Ilmuwan dapat leluasa membuat banyak robot dunia, hahaha!" Ibuku tertawa riang, tapi tidak
denganku.

"Bu, ini bahaya! Ibu mengancam keluarga satwa!" ucapku lantang.

"Sayang, tak peduli berbahaya atau tidak, yang terpenting kami bisa mengendalikan makhluk ini dan bisa
menciptakan teknologi baru," jawab Ibu, aku hanya bisa menggelengkan kepalaku, tak percaya dengan
zaman sekarang.

"Apakah Ibu yakin? Bisa mengendalikan semua teknologi ini? Apakah para Ilmuwan mengendalikan
banyaknya robot, teknologi, monster-monster buatan yang berbahaya?" tanyaku menatap dalam wajah
Ibu.

"Selama dunia punya ini," ucap Ibu menunjuk ke kepalanya, yang terdapat otak didalamnya, "Semua
bisa dilakukan dan aman terkendali," lanjutnya memegang jari-jemariku.

"Ingat sayang! Masa depan membutuhkan orang-orang hebat, masa depan butuh teknologi, butuh
kemajuan, butuh kehebatan, butuh kepintaran, butuh orang-orang baru, but-"

"Butuh kehancuran?" ucapku memotong pembicaraan Ibu, Ibu hanya terdiam dan meneguk ludahnya
kasar, menatapku dalam tanpa suara.

"Sekarang, saat ini, kalimat hancurnya alam semesta semakin didepan mata," ucapku pelan tapi masih
dapat didengar oleh Ibu, memecah keheningan yang ada.

Lalu aku membalikkan badanku dan berjalan menjauh dari Ibu.

"Ahaha! Oh ayolah, anak kecil tidak tahu apa-apa!" suara Ibuku berucap menggema di Laboratorium itu,
namun aku acuh dan tetap pada pendirian ku, mengacuhkan semua yang ada.

Namun zaman sekarang, manusia-manusia semakin keras kepala, mereka sangat-sangat memanfaatkan
alam untuk lahan laboratorium, labirin, dan entah apalah itu namanya.

Mereka mengganti hewan dengan robot, tanpa sadar itu menyiksa hewan, jahat!
Mereka aliri sungai yang bersih dengan limbah pabrik, mereka hiasi langit biru dan indah dengan kabut
hitam dari hasil percobaan dan proyek gila!

Mereka buat bangunan dan menara di dalam lautan, hingga ikan-ikan dan terumbu karang serta
berbagai penghuninya mati tanpa jejak!

Mereka buat matahari buatan, atom, gas, nuklir dan entah apalah namanya!

Semakin hari, ini semakin gila! Dimana Bumi yang dulu? Bukan ini yang diinginkan Bumi! Bumi menangis
sekarang.

Tahun demi tahun kian berlalu, sekarang .., aku sudah berumur 17 tahun. Sekarang aku bukan lagi Siluet
yang berdebat dengan Ibunya diusia 8 tahun haha!

Malam ini ..., aku duduk di samping Ayahku, duduk di luasnya taman dunia, memandang aksa langit
yang dihiasi berbagai rasi bintang yang begitu indah.

Namun ..., belum lama kemudian aku melihat sebuah mesin yang menyerupai UFO, yang tentunya itu
adalah buatan manusia.

Mesin-mesin itu melakukan aksi balapan di langit, hingga satu sama lain bertabrakan dan membuat
langit menjadi kabut karena hitamnya asap dari ledakkan teknologi itu.

Namun aku tidak terkejut, karena ini era sekarang! Era dimana semuanya aman terkendali selagi masih
memiliki kepintaran yang hakiki, kira-kira begitulah kata Ibuku. Selalu tentang masa depan, masa depan,
dan masa depan!

Masa depan yang semakin dekat dengan kehancuran.

"Ayah! Hujan apalagi ini?" tanyaku geram, karena aku tahu hujan ini adalah buatan manusia, tiba-tiba
saja hujan tanah seperti ini.

Semakin deras, semakin deras, dan semakin deras!

"Siluet! Lihatlah Ibu dan teman-teman Ibu dari Inggris dan Paris sudah berhasil menciptakan hujan
tanah, yeah, hebat!" ucap Ibu dan para sahabatnya yang nampak girang bukan main.

"Ibuuu!" teriakku, aku semakin tak menyangka Ibu tak pernah bisa berubah hingga sejauh ini lamanya.

"Ayah! Lihat Ibu! Sebentar lagi dia gila! Kenapa dia melawan hukum alam?" gerutu ku tak terima.

"Sayang, seharusnya ini bagus. Dunia semakin berkembang, ini adalah bukti bahwa sebentar lagi
manusia akan menguasai dunia," ucap Ayahku dengan nada semangat.

"Argh!" aku berteriak dan mengacak-acak rambutku, semuanya sama saja! Tidak adakah yang berfikir
sepertiku?
Aku pergi meninggalkan tempat itu dan pergi menuju rumah yang sudah di desain seperti kepala robot
dinosaurus. Ergh!

Aku merebahkan diriku di atas kasur yang berhiaskan titan-titan masa depan, hahahaha! Lalu aku
mengambil sebuah mini bola Bumi, atau bola Dunia.

Aku memeluk mini Bumi itu, "Earth, are you tired? You can crying now, I know many human have evil
attitude! Them bad for me and you," ucapku.

"Siluettt!" teriak Ibu dari dalam sebuah ruangan khusus yang dirancang untuk menganalisis hewan-
hewan purba dan menghidupkannya kembali.

"Siluet?" lagi-lagi ia menyebut namaku, kali ini ia semakin dekat.

"Siluet!"

"Argh!" aku berteriak ketika membuka mataku dan melihat Ibu yang tepat di hadapanku, terbang
dengan Drown listrik terbarunya.

"Apa, Bu?" ucapku.

"Kau ingin mencoba sayap Drown terbaru Ibu? Kau bisa mencelakai hewan dengan ini!" ucap Ibu,
namun aku segara berlalu dan pergi tak mau mendengar ocehannya.

"Atau kau ingin mencoba mata api dan melihat robot canggih yang tak terlihat?" tanya Ibuku terbang di
samping ku, mengikuti setiap langkahku.

"Tidak, terimakasih." jawabku singkat tanpa berhenti melangkah.

"Bagaimana dengan pendeteksi komet luar angkasa?"

"Tidak, terimakasih."

"Mermaid bersayap?".

"Tidak."

"Unicorn pencipta zombie?"

"Tidak."

"Robot Titan?"

"Tidak."

"Sepeda teleportasi?"
"TIDAK! TIDAK! TIDAK!" teriakku berhenti mendadak dan, "Hufffttt!" aku menghela nafas dalam-dalam
dan membuangnya perlahan. Ku tatap Ibu dengan datar, lalu pergi meninggalkannya dengan raut wajah
kesal.

CKLEK!

Aku membuka pintu, berencana untuk mencari udara segar yang sudah terbilang langka!

Tiba-tiba ..., duarr!

"Ayaahh!" teriakku, saat Ayah berdiri didepan pintu dengan menggunakan baju robot dan memiliki
suara yang sangat berisik.

"Ahahaha!" Ayah dan Ibu tertawa melihat tingkahku, sementara aku hanya berlalu pergi dari sana.

Beberapa saat kemudian, aku melihat sebuah menara titanium yang bisa memancarkan cahaya 3D dan
memberikan informasi.

"Pemirsa, dapat Anda lihat sekarang Ukraina, Bangladesh dan Jepang sedang melakukan uji coba Nuklir
di pulau Bikini Atoll," itulah isi informasi yang disampaikan selalu tentang teknologi.

"Huhh! Dunia ..., Dunia ...," gumamku.

Akupun pergi kesebuah danau, kulihat danau itu sudah dipenuhi oleh limbah, sampah dan semerbak
bau asap yang tiada tara. Ikan-ikan bertebaran mati, teknologi benar-benar membunuh kehidupan
satwa.

Ku tatap langit, kulihat seekor burung yang sedang terbang mengepakkan sayapnya, ia nampak riang
gembira. Tanpa sadar, bibir ini ikut tersenyum melihat ternyata masih ada hewan yang bertahan sampai
sekarang.

Senyum yang tadinya merekah kini pudar, kala melihat burung putih itu ditabrak oleh sebuah robot
terbang, burung itupun terluka dan jatuh ketanah.

Aku berlari menghampiri burung putih itu, lalu kuangkat menggunakan jari jemariku.

"Kasian ...," gumamku, "Kau sama seperti aku, tidak ada yang bisa mengerti," lanjut ku merajut kata.

Aku bingung harus memberikan obat apa agar si burung bisa bertahan, karena obat-obatan semua
sudah tak berlaku pada hewan, semua hanya akan mempercepat kematiannya saja. Aku bingung
sekarang!

Ingin ku hubungi Dokter, namun sekarang tak ada Dokter yang mau menolong hewan, kubawa ke Ayah
dan Ibuku hanya akan menambah malapetaka!

Tidak ada jalan lain selain membiarkannya, hingga detik terakhir nyawanya.
Mataku berkaca-kaca saat melihat burung putih ini semakin lemah dan terpejam matanya. Dunia tidak
adil!

Lama-kelamaan, si burung putih pun benar-benar mati.

"Hiks ..., hiks ...," aku menunduk dan menangis, kupeluk burung itu erat dengan berlinang air mata.

Aku masih setia menangis tersedu-sedu di tepi danau, melihat dan memeluk burung putih yang mati
karena ulah teknologi orang-orang pintar.

Entah kenapa tiba-tiba aku merasa sangat marah dan geram melihat kematian burung itu yang aku rasa
tidak pantas! Burung ini mati karena ulah manusia, seharusnya ..., manusia itu melindungi keluarga
Bumi, bukan malah menghancurkan suatu pihak demi kepuasan yang bersifat pribadi! Mereka bahkan
memaksa banyak hewan untuk tunduk kepada mereka, dan dijadikan sebagai bahan percobaan, mereka
menyiksa hewan yang lemah. Ini TIRANI!

"Dunia! Duniaaa!" teriakku, hingga tibalah sebuah mesin robot menghampiriku.

"Ada apa?" tanyanya yang sudah seperti suara manusia, robot ini bernama Z23 sayap merpati. Sebuah
robot yang sudah sangat-sangat menyerupai manusia, mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut.

Tapi, robot seperti ini sudah pasaran di era zaman sekarang.

"Apakah kau tidak mempunyai hati nurani? Kau mesin, seharusnya kalian tidak mencelakai hewan!
Kenapa manusia ingin mengusai dunia dan berujung malapetaka?" tanyaku berjalan kedepan robot Z23
sayap merpati, itu.

"Bukan manusia yang akan menguasai dunia, tapi kami," mataku membelalak hebat, bibir dan badanku
bergetar ketika aku mendengar jawaban aneh dari sang robot dibelakangku.

Akupun membalikkan badanku, dan berjalan menghampiri robot Z23 sayap merpati.

"Apa yang baru saja kau katakan?" tanyaku tak percaya dengan ucapan seperti itu.

Robot itupun tersenyum, lalu berkata, "Suatu hari nanti, kami akan mengambil alih dunia dengan
memanfaatkan manusia," ucapnya dengan senyum semakin melebar dan pergi berlalu begitu saja.

Akupun sontak masih memikirkan ucapan-ucapan aneh yang diberikan oleh robot itu. Mengusai dunia?
Memanfaatkan manusia? Apa maksudnya!

Akupun pergi kerumah dengan membawa burung putih itu.

Sesampainya di rumah, Ibuku langsung menghampiriku dan berkata, "Wow! Apakah kau sudah berhasil
membunuh burung ini untuk proyek Ibu?" ucapnya tersenyum bahagia.

Aku menatap Ibu, lalu aku mengganti pakaianku. "Ya! Sudah berhasil! Berhasil memuaskan hati Ibu!"
ucapku menatapnya lalu meletakkan burung itu kedalam kotak kaca.
Lalu aku kembali menatap ibu dengan kotak kaca yang masih kupegang. "Tapi ingat, Bu. Yang bahagia
itu, Ibu. Bukan aku." ucapku lalu memakai kaca mata, dan pergi keluar rumah.

"Siluettt! Mau kemana kau?" teriak Ibu namun aku sudah berada di luar.

"Aku pinjam motorcyle terbangmu, Ibu." teriakku dan mulai menaiki motorcyle itu, lalu terbang menuju
PFRTW (Place For Robotic and Teclonogy of World).

"Mau kemana kau?" teriak Ibu yang sudah berada diluar dan melihatku terbang menuju PFRTW.

Beberapa jam kemudian aku tiba di tempat yang dituju. Tempat dimana banyak sekali pembangunan
robot dan teknologi, bahkan atapnya saja sudah merupakan kepala robot dan dapat berbicara tentunya.
Huh!

Sekarang perlu diketahui bahwa tumbuhan hijau sudah tidak ada lagi, hewan, semua sudah berganti
dengan robotic. Serta sulitnya mendapatkan air bersih, karena semua sudah rata-rata dialiri oleh limbah
pabrik dan sisa-sisa proyek percobaan.

"Wow!" ucapku terkejut saat berpapasan dengan Dinosaurus, "Huh, itu hanya D-D-D-Dinosaurus?"
ucapku membelalakkan mataku dan berbalik badan menatap Dinosaurus yang hidup? Apa mereka
sudah berhasil menciptakan makhluk purba? Ah! Sudahlah!

Akupun menaiki lift Equador, sebuah lift yang berasal dari zat kimia dan batu baru dari Mars.

Ketika aku tiba disebuah tingkat, aku dikagetkan dengan pemandangan ..., menakjubkan?

Ya, ditingkat ini mulai dari Dinosaurus, Tirex, dan masih banyak hewan hewan Purba lainnya, ternyata
para Ilmuwan di PFRTW sudah berhasil menciptakan makhluk bernyawa! Tapi tetap saja dia berasal dari
zat-zat kimia.

Setelah beberapa lama aku menjelajahi tempat-tempat di PFRTW, aku memutuskan untuk bertemu
dengan para Ilmuwan yang sedang melakukan wawancara ditingkat 17.

Akupun pergi ketingkat 17, dan menyaksikan mereka sedang melakukan siaran live acara televisi.
Dimana semua kamera adalah robot, dan semua pelayan adalah robot.

Tanpa aba-aba aku masuk ketempat seorang Ilmuwan yang sedang melakukan sesi wawancara itu.
Kenapa tidak ada halangan untuk masuk? Karena, pada era saat ini. Semua manusia sudah hampir bisa
menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan teknologi, dan tentunya semua manusia berhak
memperlihat teknologi hasil terbarunya kepada semua orang melalui siaran PFRTW. Jadi, tidak ada
halangan lagi bagi manusia untuk memperlihatkan teknologinya.

"Hei, apa itu? Apakah kau membawa teknologi atau mungkin robot terbaru?" tanya salah satu Ilmuwan,
sekarang aku telah berada di siaran langsung PFRTW.

"Ya," jawabku singkat dan duduk menghadap kamera robot 1OPV.


Saat ini, orang-orang sedang menyaksikanku. Karena aku berada di siaran live dunia! Semua negara
sedang melihatku.

Kamipun berbincang-bincang hangat, hingga tibalah diperbincangan yang mulai panas.

Beberapa jam kemudian ...,

"Manusia yang pintar dan hebat, perlu anda sadari, bahwa di dunia sekarang, sudah mendekati
kehancuran. Lihatlah, sulitnya bagi kita untuk mencari air bersih demi teknologi, teknologi, dan
teknologi!" ucapku namun semua hanya tertawa, menganggap bahwa ini lelucon belaka.

"Hahaha! Apa maksudmu?"

"Dahulu, manusia dan hewan saling mencintai dan melindungi. Tapi sekarang semua sudah berubah,
dimana manusia mencelakai hewan, merusak dan memusnahkan tumbuhan hijau hanya demi
kepentingan pribadi!" ucapku, namun lagi-lagi semua tertawa.

"Lihatlah burung ini, aku menyaksikan dan melihatnya secara langsung, burung malang ini dibunuh oleh
teknologi kalian! Ingat! Ini nyawa! Kalian dengan sengaja dan tanpa memiliki hati nurani demi
memajukan dunia tua, yang tidak ada artinya!" ucapku, lagi dan lagi tidak ada yang peduli!

"Perlu kalian ketahui, bahwa teknologi sudah mulai menguasai dunia, masa depan yang kalian inginkan
adalah ..., DIMANA SEMUA MANUSIA DIKUASAI ROBOT-ROBOT YANG SUDAH MEMILIKI RASA JAHAT!!
DIMANA SEMUA MANUSIA DIPERLAKUKAN SEPERTI MANUSIA MEMPERLAKUKAN HEWAN OLEH
TEKNOLOGI! DIMANA DUNIA HANCUR!! SEMUA ORANG MENYESAL NAMUN PENYESALAN ITU TIDAK
ADA ARTINYA!! SEMUA SUDAH TERLAMBAT! BERHENTILAH SEBELUM KALIMAT SENJATA MAKAN TUAN
ITU BENAR-BENAR TERJADI! INGAT! KITA HANYA MANUSIA BIASA! TIDAK AKAN PERNAH BISA
MENANDINGI KEKUSAAN TUHAN! KARENA PADA DASARNYA SEMUA AKAN MATI! TEKNOLOGI-
TEKNOLOGI YANG KALIAN CIPTAKAN TIDAK AKAN MEMBANTU KALIAN JIKA KALIAN SUDAH MATI!!
TEKNOLOGI-TEKNOLOGI YANG KALIAN CIPTAKAN HANYA AKAN MEMBUAT KEHANCURAN SEMAKIN
DEKAT!" ucapku lantang, kulihat mereka semua terdiam menatapku dan ...,

"AHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!" gila! Mereka sudah gila! Mereka tertawa terbahak-bahak dan


mengusirku begitu saja, namun sebelum aku pergi aku sempat melontarkan kata...,

"BUKAN INI HARAPAN BUMI!" ucapku memandang mereka satu per satu dan pergi.

Sesampainya dirumah, aku mendapati Ibu yang sedang melamun, duduk di sebuah kursi.

Akupun berencana untuk pergi ke kamarku, namun sebelum itu Ibu memanggilku.

"Siluet," ucapnya dengan suara sendu, menatap lekat seolah penuh kekecewaan.

"Ada apa, Bu?" tanyaku.

Ibu berdiri dari duduknya, dan menghampiriku dengan tatapan yang tak biasa kupandang. Kini, dia
benar-benar tepat dihadapanku, dia menatapku dalam-dalam. Ada apa?
"Hufftt!" dapat didengar sekarang Ibu menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan.

"Siluet, apa maksudmu?" Ibu bertanya dengan suara gamang nan sendu, nampak terukir kekecewaan
diraut wajahnya.

"Ibu--"

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu," hatiku bergetar mendengar apa yang Ibu ucapkan barusan.

"Kau pengkhianat Siluet! Kau mempermalukan dunia! KENAPA KAU PERGI KE PFTRW DAN
MENGUCAPKAN KALIMAT BODOH SEPERTI ITU? KAU BENAR-BENAR MEMBUATKU MALU SILUET!" ucap
Ibu penuh penekanan disetiap ucapannya. Ibu, maaf 'kan aku!

"Dari kecil, hingga kau umur 17 tahun sekarang ini, kau tidak pernah bisa menghargai setiap perjuangan
Ibu dan orang-orang dunia! Apa maksudmu, hah?" ucap Ibu lagi, dapat terlihat sekarang matanya
menahan sesuatu. Tangisan!

"Itu karena semua sudah berlebihan, Bu." jawabku.

"Ibu kecewa," ucap Ibu lalu meneteskan air mata kecewanya.

"Kau sudah besar Siluet! Seharusnya kau sudah bisa memahami disetiap titik perjuangan umat manusia,
Ibu hanya ingin kau menjadi penerus dunia yang hebat. Lebih hebat daripada Ibu dan Ayahmu! Ibu
hanya ingin kau menjadi anak yang bisa membagakan dunia! Ibu hanya berharap kau adalah penerus Ibu
yang hebat! Ibu hanya ingin kau menjadi manusia yang hebat Siluet!" ucap Ibuku dengan berlinang air
mata, entahlah ..., aku sekarang merasa bersalah pada Ibuku, ini adalah kali pertama aku membuat Ibu
menangis seperti ini, hatiku bergetar dan tidak tahu harus apa.

"Tapi apa? Kau tidak pernah bisa menghargai, kau selalu keras kepala, tidak ingin mencapai harapan Ibu,
kau egois, kau lebih mementingkan sesuatu yang tidak penting seperti tumbuhan hijau dan hewan
daripada ciptaan Ibu! Siluet, Ibu melakukan semua ini itu demi kamu. Seharusnya kamu semangat
mengejar angan yang indah!" ucap Ibuku.

"Hiks ..., mulai sekarang, Ibu tidak ingin melihatmu lagi ditempat ini!" ucap Ibuku membalikkan
badannya membelakangiku "Pergi," lanjutnya.

Hatiku bergetar, mataku membelalak, dan tetes air mata kini membasahi pipi. Aku memohon kepada
Ibu agar mencabut ucapannya, namun semua sia-sia.

"Ibu! Hiks ..., aku mohon jangan usir aku, Bu!" ucapku memohon dan bersujud dikaki Ibu.

Namun tetap saja Ibu tetap pada pendiriannya.

"Pergi!" ucap Ibu lantang menendangku hingga kepalaku mengeluarkan cairan darah.
"Pergi! Saya tidak sudi mempunyai anak seperti anda! Anda baru saja menuntut dunia! Anda bukan anak
saya! Pergi!" akhirnya, ucapan menyakitkan itu keluar dari mulut Ibuku, sekarang dia tidak lagi
menangis, nampaknya dia sudah benar-benar membenciku.

"Ibuu hiks...," isakku menatap Ibu yang berjalan menjauhiku, aku berlari mengejar Ibu yang menuju
rumah, namun sebelum aku tiba, Ibu sudah terlebih dahulu menutup pintu rumah dengan kuat.

"Ibuu! Hiks! Buka Buu! Hiks, Siluet mohoon! Ibuuu! Ayahhhh!" Teriakku memukul-mukul pintu besi itu.

Setelah sekian lama aku memohon dan berteriak, akhirnya akupun memutuskan untuk benar-benar
pergi dari sana. Menghapus segala kenangan yang ada!

"Ibu, Ayah, maaf 'kan aku, maafkan Siluet!" ucapku lalu meninggalkan secarik kertas logam dan
kuletakkan ditepi pintu.

Akupun melangkah pergi darisana, pergi ke arah Selatan tanpa tujuan.

Malam telah tiba, cuaca begitu dingin malam ini. Aku duduk disebuah tempat yang sudah dihiasi bekas-
bekas robot, akhirnya ..., mata ini terlelap tidur, menunggu sang surya menyinari esok pagi.

Hari demi hari kian berlalu, sementara aku tetap pergi mengembara tanpa tujuan, beginilah hidupku
yang baru, selalu berjalan tanpa tujuan, berharap aku bisa menemukan duniaku yang baru.

5 tahun telah berlalu ...

Sekarang aku sudah berumur 22 tahun. Aku akui aku hidup menderita dikepung oleh orang-orang yang
ingin memajukan dunia.

Sekarang, aku sudah tidak tahu harus kemana, bahkan aku tidak tahu aku berada dimana sekarang.

Umur semakin bertambah, tetapi hidupku tidak menemukan sebuah perubahan, pergi dari rumah
benar-benar membuatku menderita, kelaparan, kehausan, tidak ada teman, hinaan, cacian, bahkan
fitnah bertebaran untukku. Semua itu sudah kurasakan.

Aku sering mendapat tatapan aneh dari orang-orang, entahlah ..., apakah mereka menganggapku sudah
tidak waras?

Hingga akhirnya ..., aku menemukan sesuatu yang terbilang sangat-sangat dan sangat-sangat lalu
sangat-sangat dan saaangaaat langka! Apa itu? Itu adalah sebuah hutan yang masih sangat-sangat
alami! Hutan asli yang ditumbuhi tumbuhan hijau. Iya! Ini hutan! Ini hutan! Ini hutan asli, bukan buatan
manusia!
Aku menemukan hutan ini ketika aku sedang berjalan-jalan kearah selatan dan melihat sebuah batu
besar, lalu bersandar di batu raksasa itu, kemudian batu itu retak dan belah dua, setelah itu aku masuk
dan terlihatlah hutan alami ini!

Akupun mesuk kedalam batu tersebut, lalu membalikkan badanku dan batu itu lenyap seketika.

Belum lama kemudian, aku melihat segerombolan kera, tupai dan peri, berlari-lari kearah batu yang
hilang tadi, aku bersembunyi didabalik daun-daun pisang yang berukuran jumbo.

"Apakah tidak ada manusia yang berhasil masuk?" tanya seekor tupai.

"What!! Mereka bisa bicara?" ucapku dalam hati seakan tak percaya, aku menepuk-nepuk wajahku,
apakah ini mimpi atau hanya khayalanku?

"Kenapa kau sangat ceroboh Carel?" ucap seorang peri bersayap itu.

"Alatnya rusak," jawab seekor kera.

"Batu itu adalah pintu kita menuju tempat ini, jika saja ada manusia yang berhasil masuk, maka itu
sangat bahaya! Kita bisa mati dan hutan ini akan dijadikan proyek mereka ...," sahut seekor tupai.

"Iya, aku tahu itu!" jawab kera dan peri.

"Ayo, bawa alat ini, kita serahkan pada beruang," ucap kera.

Merekapun pergi dari tempat itu, aku melihat seorang peri membawa sebuah alat OPAS57G, alat itu
berguna untuk memancarkan cahaya dan mengeluarkan sesuatu untuk teleportasi.

Akupun memutuskan untuk mengikuti segerombolan hewan dan peri itu dengan sangat hati-hati.
Karena, jika mereka mengetahui keberadaanku maka mereka akan ketakutan dan hutan akan menjadi
kacau.

Tapi ..., disini aku tidak melihat hewan yang lainnya, hanya ada tumbuhan hijau seperti pohon, bunga,
rerumputan dan ..., masih banyak lagi.

Perjalananpun berlangsung lumayan lama, hingga akhirnya ..., mereka berhenti di suatu tempat.

Dapat kulihat didepan mereka terdapat sebuah bendungan yang cukup luas dan jembatan kecil yang
terbuat dari kayu, serta disebrang terdapat sebuah air terjun yang sangat deras.

Merekapun berbaris dan mulai menyebrang diatas jembatan kayu itu, merekapun tiba disebrang, lalu ...,
mereka memasuki air terjun dan menembusnya.

"Apa? Menembus air terjun?" pikirku lalu lalu mendekati jembatan itu dan ikut menyebrang menyusul
mereka.

Akupun menyebrang dengan sangat hati-hati, kulihat air terjun yang semakin dekat dan sangat bersih
serta gemerlapan seperti pelangi.
Akupun tiba disebrang bendungan, aku mulai berjalan menembus air terjun, sangat dingin, itulah
rasanya.

"Wow!" aku tercengang, ternyata dibalik air terjun ini terdapat sebuah pintu kecil yang terbuat dari
dinding sebuah goa, akupun bingung bagaimana caranya agar bisa melewati pintu itu.

Tidak sengaja aku menarik salah satu tanaman hijau panjang yang berada di atas goa, setelah ditarik,
pintu goa itupun terbuka luas.

Aku mulai memasuki goa itu, ternyata tempat ini sangat luas, dapat kurasakan desiran angin sejuk
melaju didepanku, aku tersenyum bahagia. Di dinding goa ini juga masih banyak lukisan-lukisan
bersejarah nenek monyang terdahulu.

Setelah sekian lama menelusuri goa itu, akhirnya aku menemukan sebuah cahaya yang sangat terang
diujung goa.

Akupun berlari dan menembus cahaya itu.

"Waaaw! aku benar-benar dan sangat-sangat serta saaangaaat terkejut! Ketika aku melewati cahaya itu
seperti labirin, aku melihat sesuatu yang saaangaaat indah!

Aku melihat banyak sekali hewan mulai dari kancil, rusa, angsa, kelinci, kangguru, gajah, siput, ikan di
danau biru, burung-burung dilangit, hyena, harimau, singa, babi, bebek, ayam, dan masih banyak lagi
jenisnya, yang paling mengesankan mereka berjumlah sangaaat banyak!

Tempat ini juga seperti negeri dongeng, pohon-pohon hijau menjulang tinggi, dan aneka ragam buah
dan bunga sangat menghiasi tempat ini, langit dan pelangi yang cerah, danau-danau dan jembatan yang
yang membentang, dan masih banyak lagi. Benar-benar menakjubkan!

Akupun mengusap-usap mataku tak percaya, aku berjalan-jalan dan melihat banyaknya ikan mulai dari
yang paling besar seperti paus dan hiu hingga yang paling kecil, bahkan aku melihat mermaid yang
sedang berbicara dengan para peri.

Wow! Negeri Dongeng ternyata benar-benar ada!

"M-m-m-manusiaaa!" teriak salah satu tupai kecil, sontak semuanyapun melihat kearahku dan ...,
kacaulah keadaan disana.

Mereka berlari-lari ketakutan, kedaan disana menjadi kacau, sedangkan aku hanya berteriak
meyakinkan bahwa aku ini adalah manusia yang baik.

Namun kedaan malah bertambah kacau!

"Hei, semua! Tenanglah, aku adalah manusia yang baik! Aku tidak akan melukai siapapun!"

"Bahkan, bahkan aku juga tidak menyukai teknologi-teknologi yang manusia ciptakan!"
"Percayalah padaku!"

Aku berteriak berkali-kali, hingga aku melihat seekor kelinci yang sedang terjepit akar pohon,
nampaknya ia kesakitan.

Akupun mendekati kelinci itu secara perlahan dan menenangkannya, meyakinkan bahwa aku adalah
manusia yang baik.

"Nah, kau bebas sekarang," ucapku tersenyum setelah membebaskan kelinci itu.

"T-terima kasih," jawabnya gugup yang terlihat sangat lucu.

"Hei, itu dia orangnya!" teriak mereka menunjuk kearah ku, mereka menghampiri ku dan membawa
senjata.

Akupun perlahan mundur, apakah aku akan di bunuh?

"Hei, tenang semuanya! Dia baik, dia hanya menyelamatkanku dari cengkraman akar pohon ini!" teriak
kelinci kecil merentangkan kedua tangannya membelakangiku.

"Bohong!"

"Bohong!"

"Manusia itu jahat!"

"Jahat!"

"Jahat!"

Teriak mereka semakin mendekatiku, salah satu dari merekapun memukulku, namun si kelinci dengan
sigap menangkis pukulan itu.

"Kelinci kecil," sahutku melihat kelinci itu terluka.

Lantas semua makhluk disanapun terdiam kala melihat sahabat mereka terluka.

Belum lama kemudian, datanglah seorang peri bersayap, nampaknya ia adalah Ratu, karena
menggunakan mahkota.

Dia mendekatiku, dan mengarahkan tongkat sihirnya padaku, nampaknya ia sedang mengintrogasi
tubuhku.

"Dia manusia, dia tidak membawa alat apapun, berarti dia tidak akan bisa melukai kita," sahut sang Ratu
Peri setelah mengintrogasi.

Semua hewan dan makhluk disanapun melepaskan senjata mereka, lalu salah satu dari mereka
mengecek tubuhku.
"Iya, benar! Dia tidak membawa alat apapun teman-teman!" teriaknya.

Merekapun segera berlalu pergi dan membawaku kesebuah Istana dan mengurungku disana.

"K-kenapa aku dikurung?" teriakku, "bukankah aku sudah dinyatakan tidak membawa apapun? Tujuanku
baik," lanjutku.

"Diam," sahut sang Ratu Peri.

Iapun pergi meninggalkan tempat itu.

Aku pun sukses dikurung dipenjara Istana itu, aku mendengus kesal, padahal aku tak mempunyai niat
jahat. Huh!

Malam telah tiba ...,

"Ini, makanlah ...," ucap seekor beruang coklat, memberikan beberapa ubi bakar dan buah-buahan,
serta sepiring nasi dan lauknya.

Aku yang masih terdiam dan termenung pun sama sekali tak selera untuk makan padahal aku lapar.

"Hello!" ucap beruang itu menyapaku yang termenung, "ini, makanlah ...," lanjutnya, lalu pergi berlalu
meninggalkan tempat itu.

"Hei! Bebaskan aku! Aku tak mempunyai niat jahat, aku orang baik!" teriakku, namun si beruang sama
sekali tak menghiraukannya.

"Huh! Menyebalkan!" gerutu ku.

Beberapa saat kemudian, perutku terasa lapar, aku pun melirik beberapa makanan yang disediakan oleh
beruang, makanan itu terlihat menggoda selera dan lezat, perlahan aku menghampiri makanan itu dan
menariknya agar lebih mendekat.

"Apakah makanan ini tidak beracun?" pikirku, "ah! Sepertinya tidak ...," lanjut ku.

Aku pun mengambil satu ubi bakar, perlahan aku memasukkannya kedalam mulut, "lezat," gumam ku.

Akhirnya aku memutuskan untuk memakan semua makanan lezat itu, alhasil ..., aku kenyang malam ini.

Beberapa saat kemudian ..., si beruang pun kembali, lalu ia mengambil wadah-wadah berisi makanan
yang telah kosong.

Beberapa jam kemudian ...,

"Ngantuk ...," gumam ku, aku pun memutuskan untuk tidur.

Hari demi hari, minggu demi minggu, hingga 1 bulan telah berlalu. Aku merasa begitu tersiksa, aku
bosan, tidak bisa kemana-mana, dan ini berlangsung setiap hari! Ya, SETIAP HARI!
Hingga akhirnya, Ratu Peri menghampiriku dan membebaskan ku dari penjara ini.

"Yeay! Akhirnya! Akhirnya! Akhirnyaaa! Aku bebaaas!" teriakku berlari-lari tak sabar untuk pergi keluar.

"Kau masih akan menjalani beberapa tes lagi, anak kecil," timpal Ratu Peri.

Tes pertama!

"Wow! Dinginn!" teriakku, karena saat ini aku sedang berdiri disebuah batu berukuran kecil yang sangat
tinggi, aku berdiri dengan kaki diangkat sebelah. Angin-angin serta air hujan turun dengan derasnya
membasahi dunia hijau ini.

"Yah! Sebentar lagi," ucap seekor panda, ia bernama Coby, panda khusus yang diutus Ratu Peri untuk
menjadi guru pembimbingku.

"Dingiinn! Aarrgghhh!" teriakku saat terjatuh dan masuk kedalam jurang yang tingginya puluhan meter.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Coby dari atas sana.

"Awh! Tidak, tidak apa-apa!" sahut ku menggema dari dalam jurang itu.

Tidak lama kemudian, datanglah segerombolan kecoa menghampiriku, hewan yang sangat menggelikan
dan menakutkan bagiku.

"Apa ini?" gumam ku, saat merasakan sesuatu di bahuku, aku pun melirik kearah bahuku, dan ..., aku
mendapati kecoa sedang duduk manis menatapku.

"H-h-hai ...," sapa ku, tersenyum masam kearahnya, jangan lupakan keringat dingin yang telah mengucur
deras.

"K-k-kecoaaa!!!" teriakku dan berlari sekencang mungkin menelusuri dalam jurang itu.

"Di tes kedua, kau jangan sampai gagal!" tegas Coby sembari memberikan sebuah tongkat sihir.

"Ayo cepat ucapkan sihirnya!" teriaknya dari kejauhan.

"Aquadiaorus!" teriakku mengarahkan tongkat sihir kecil itu kearah pohon beringin.

"Hah? Kenapa tidak terjadi apa-apa?" aku bertanya-tanya sembari mengotak-atik tongkat sihir itu. Tak
lama kemudian tongkat sihir itupun mengeluarkan cahaya, benda ini bergerak dengan sendirinya,
membuatku kesulitan mengendalikannya.

"Wow! Wow! Wooowww!" teriakku, aku berlari karena terbawa kuat oleh tongkat sihir itu.

"Coby! Tolong!" teriakku, saat tongkat kecil ini semakin membawa tubuhku hingga terbang dan
tersangkut keatas pohon.
Nampak terlihat Coby menepuk jidatnya, sementara aku hanya tersenyum masam.

"Perfeclss!" teriaknya mengarahkan tongkat sihirnya kearah ku, dan mengangkat tubuhku dengan
kekuatan yang dikandung oleh sihirnya.

"Tes ketiga! Ayo Siluet, semangat!" ucap Coby memberiku semangat

"A-apa a-aku harus masuk kedalam goa ini, untuk mencari rambut ular?" tanyaku.

"Ehem!" jawab Coby mengangguk dan tersenyum.

"Tapi Coby ..., ular tidak ada rambut," gerutu ku.

"Ada, rambut ular berada di atas kepalanya, ayo cepat! Jangan banyak bertanya!" ucap Coby lalu
mendorongku, alhasil aku pun tersungkur kedalam goa itu.

"Dan ingat! Jangan berisik ...," bisik Coby dari kejauhan.

Perlahan aku membalikkan badanku, dan melangkahkan kaki masuk kedalam goa itu.

2 jam kemudian ...,

"Dimana anak itu," gumam Coby, karena ia sedari tadi menunggu, namun orang yang ditunggu tak
kunjung kembali. Siapa lagi kalau bukan Siluet!

Tak lama kemudian, goa nampak bergetar dan mulai retak, Coby mulai panik.

"Aaahhkkk!" teriak Siluet berlari keluar dari dalam goa itu.

"Ada apa?" teriak Coby.

"Ituuu!" teriak Siluet tanpa henti berlari dan menunjuk kebelakang, dimana terdapat ular raksasa yang
mengejarnya dari dalam goa.

"Haaah?!" teriak Coby dengan mulut ternganga dan mata membelalak besar.

"Sudah kubilang jangan berisik!" teriak Coby yang sudah ikut berlari di sampingku.

"Tolooonnnggg!" teriak kami berdua saat sang ular semakin mengejar.

"Tes keempat! Ayolah Siluettt, jangan membuat kekacauan lagi," geram Coby.

"Ini tes macam apa? Kenapa aku disuruh menangkap ikan paus dari daratan?" tanyaku.

"Ayolah! Kau pasti bisa!" teriak Coby.

"Huppp!" aku menyelam kedalam air.


"Huaaarrrggghhh!" teriakku saat berada didalam air, gila, ini gila! Seharusnya aku ingat bahwa aku tidak
bisa berenang!

Tes kelima, terbang dengan sehelai bulu ayam.

GAGAL!

Keenam, menari di atas es.

GAGAL!

Ketujuh, tes terakhir. Bertarung dengan Coby.

"Hiyaa!" teriakku melangkahkan kakiku, hingga aku tepat berada di belakang Coby.

Duagh!

Aku menendang tengkuk Coby, hingga ia tersungkur.

CLING!

CLING!

CLING!

Suara pedang kami bersatu dan beradu satu sama lain.

"Hiyaa! Naga berapii!" teriak Coby terbang dan menuju kearah ku dengan pukulan andalannya.

"Perfecculuss!" teriakku mengarahkan tongkat sihirku, dan keluarlah cahaya biru menahan dahsyatnya
pukulan Coby.

"Hiyaaa!" teriakku, menghentakkan kakiku ketanah, hingga tanah itu menjadi retak.

"Kau tertipu," sahut Coby, "Marsclena qurro arrogeintho!" teriak Coby membacakan sebuah mantra dan
ia membelah diri menjadi tujuh.

"Haaah?" aku menganga hebat saat menyaksikan banyak Coby-Coby yang lainnya.

"Hiyaaa!"

Mereka menyerang secara bersamaan.

"Perfecto partnem!" teriakku mengarahkan tongkat sihirku dan ...,

Piw!

Piw!
Piw!

Aku menembak mereka satu persatu.

"Argh!" aku tersungkur saat salah satu Coby menyerang ku dari belakang.

Sekarang aku dikepung oleh tujuh Coby.

"Hiyaaa!" teriakku, dan keluarlah sayap biru dari kedua bahuku.

"Hiyaaa!" aku Mengepakkan sayap ku dan terbang menghindari serangan mereka.

Pertarungan pun berlangsung begitu sengit, hingga akhirnya ..., tibalah diakhir pertempuran, dan
hasilnya ...,

"Kau gagal!" ucap Coby menghampiriku.

"Tapi ..., ada kemenangan dalam dirimu!" lanjutnya, sontak akupun menoleh kearahnya.

"Apa maksudmu?"

"Yah! Maksudku, kau menang," ucap Coby.

"Benarkah?"

"Ehem!" dia mengangguk sebagai pertanda 'IYA'.

"Yeaaay!"

Keesokan harinya, aku dan Coby pergi ke Istana, untuk melaporkan bahwa 7 tes sudah selesai.

Sesampainya di Istana ...

"Ratu, kedatangan hamba kesini untuk menyampaikan bahwa 7 tes telah dilalui," ucap Coby.

Beberapa saat kemudian, aku melihat seekor nyamuk hinggap di kepala Coby, sementara Coby, ia hanya
melanjutkan laporannya ke baginda Ratu.

Aku pun mendekatkan telapak tanganku ke kepala Coby dan ...,

PLAK!

"APA YANG KAU LAKUKAN?" teriak Coby meringis kala telapak tanganku menampar keras kepalanya.

"Hehe!" aku meringis sembari menyengir kuda.

Sedangkan sang Ratu, ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah yang fokus
menatapku.
"Baiklah, apakah ada perubahan, Coby?" tanya sang Ratu.

"Iya! Ada, Ratu," jawab Coby.

"Bagaimana dengan 7 tes yang telah diselesaikan?" tanya sang Ratu kembali.

"6 gagal 1 sukses, Ratu," timpal Coby.

"Tapi, Ratu. Ada yang ingin ku bicarakan," ucap Coby, yang nampak begitu serius.

"Hem!" Ratu menganggukkan kepalanya dengan wajah serius, lalu beralih menatapku.

"Siluet, aku izinkan kau untuk keluar dahulu." ucap Ratu memandangku.

"Oke. Ayo, Coby," lanjut ku, menarik tangan panda Coby.

"Maaf, Siluet. Sayangnya, Coby harus tinggal disini, kau ..., pergilah ...," ucap Ratu dengan senyum
semerbak mengukir diwajahnya.

"Kenapa?" tanyaku.

"Kau ini! Pergilah!" tiba-tiba Coby menimpali pertanyaan ku.

"Baiklah! Bye bye!" ucapku dan berlari menuju luar Istana, berharap bisa lebih akrab dengan hewan
lainnya.

"Memalukan! Kenapa harus lari?" Coby berucap dalam hati, lalu melanjutkan pembicaraan mereka yang
nampak begitu serius! Kira-kira ..., apa itu?

Istana ini benar-benar indah, dindingnya yang berkilau terbuat dari emas dan berlian, atap dan lantainya
juga terbuat dari emas dan berlian, iklim ruangan yang begitu sejuk dan nyaman, karpet merah yang
bersih serta dihiasi berbagai bunga yang harum di kedua sisinya. Membuat rasa nyaman kini terukir di
hati.

"Hai!" sapa ku tersenyum sembari duduk disebuah batu hijau yang besar, menyapa perkumpulan hewan
yang ada.

Hari demi hari, aku dan dunia baruku mulai menjalin keakraban dan persahabatan.

Kami bermain bersama, makan bersama, pergi bersama, tertawa bersama, bercanda bersama, dan ...,
banyaklah!

Pada suatu hari, aku sedang bersenang-senang bersama seorang peri seukuran manusia normal.

Lalu, kami duduk ditepi bukit bunga yang indah.

"Slendra, beri aku waktu untuk pergi sebentar." ucapku.


"Mau kemana?" Slendra bertanya kepadaku, sebelah alisnya terangkat dan terlihatlah wajah
kebingungan.

"Aku ada janji dengan Cate dan Sky, aku akan menemui mereka dan mengatakan bahwa aku sibuk, kau
tunggu disini," ucapku, "5 menit, yah! 5 menit!" lanjut ku, menunjukkan kelima jariku.

"5 menit ya?" jawab Slendra.

"Iya! 5 menit saja!" jawabku.

"Yakin?"

"Iya! Aku yakin! 5 menit!" timpal ku.

"Jika hanya 5 menit ..., maka ..., silahkan!" ucap Slendra memperbolehkan.

"Oke!" ucapku, lalu berlari kearah utara, bertujuan untuk menemui Cate dan Sky dalam waktu 5 menit.
Ingat HANYA 5 MENIT!!!

LIMA BELAS JAM KEMUDIAN ...

Hari sudah malam, mentari sudah berganti dengan sang penguasa malam, rembulan.

Namun ternyata ditepi sebuah bukit bunga yang indah, terdapat seorang peri yang nampaknya sedang
menunggu seseorang.

"Ergh! Ergh!" sekarang peri itu nampaknya geram dan sangat marah, dia adalah Slendra.

"Siiilluueetttt!!!"

Sementara disisi lain, Siluet dan teman-temannya.

"Sebentar, rasanya ada yang aneh," ucapku merasakan bahwa melupakan sesuatu, sementara para
sahabatku, memangku penuh tanda tanya.

"Hah!!! S-S-SLENDRA!!!" ucapku dengan mata membelalak hebat!

"Slendraaa!" aku berteriak dan berlari menuju bukit bunga.

Hari-hari kian berlalu. Aku telah merasa nyaman dengan keadaan disini, kami semua merupakan teman
sekarang! Benar-benar tidak ku sangka, ternyata tumbuhan hijau dan hewan-hewan belum punah
seutuhnya!
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, tahun silih berganti. Tak terasa ...,

10 TAHUN TELAH BERLALU ...

"Jadi ..., karena itulah kau diusir oleh Ibumu?" tanya Lois, kekasihku.

"Ehem!" aku mengangguk dan berdehem sebagai pertanda 'iya'.

Lois, dia adalah sosok lelaki yang memiliki rambut blonde khas pangeran Istana. Iya, dia adalah putra
dari Ratu dan Raja peri.

Kau tahu? Dia sangat tampan, dia juga merupakan ahli panah dan ahli berkuda, seperti pangeran
berkuda yang menjemput permaisyurinya.

Dia adalah sosok lelaki yang bisa mengerti perasaanku, dia baik, tangguh, sabar, pengertian, dan keren
tentunya. Nama aslinya ..., Shanderaous Lois ll.

"Lois," ucapku, yang bersandar di dadanya.

"Hm," serunya, dapat kudengar detak jantungnya yang berdegup.

"Apakah kau tidak mempunyai niat jahat kepada bangsa manusia? Karena bagaimanapun juga, manusia
adalah musuh kalian ...," tanyaku yang terdengar sendu.

Lois yang tadinya menatap langit beralih menatapku yang berada di pelukannya.

"Apakah kau tidak benci kepadaku?" tanyaku lagi.

"Ulangi," dapat kudengar, Lois menyahut ucapanku dengan serius.

"Ulangi!" sekarang suara itu semakin tegas, membuatku tak leluasa untuk mengulangi ucapanku.

"A-apakah kau t-tidak b--benci kepadaku?" ucapku gugup dengan keringat dingin membasahi.

Lois semakin mempererat pelukannya, matanya menatap penuh keseriusan.

"Ya! Aku akui, aku memang membenci manusia, manusia memang kejam, tapi bukan berarti aku juga
harus membenci kekasihku!" ucapnya mengelus kepalaku lembut

"Benarkah?" tanyaku.

"Hm," jawabnya.
"Cinta kita seperti Cinderella dan Pangerannya, lalu bersemi seperti kapal Titanic, kemudian dibawa mati
oleh Romeo dan Juliet," ucapan demi ucapan yang Lois lontarkan benar-benar membuatku tak kuasa
menahan senyum, aku tersipu malu.

Sore ini ..., aku menikmati sunset bersama, bersama KEKASIHKU! Ahahah!

Setelah sekian lama ..., nampak perkembangan dunia amatlah pesat, manusia benar-benar berhasil
membuat masa depan teknologi dunia.

Harapan Bumi seakan telah sirna, manusia yang tentunya merata Ilmuwan, Dokter, Profesor, Sejarawan,
dan manusia-manusia hebat lainnya sudah sangat-sangat berhasil menciptakan dunia baru.

Saat ini, dunia sudah berubah! Semua bangunan yang dapat berbicara, ia adalah robot. Robot, robot dan
robot, sudah merapat di seluruh penjuru dunia.

Tanah sudah berganti dengan titanium modern yang dapat berubah menjadi apapun SE-KE-TI-KA!

Langit sudah dipenuhi oleh teknologi-teknologi terbang yang rata-rata semua orang memilikinya.

Mereka juga sudah berhasil menciptakan empat matahari buatan. Matahari pertama, berada diujung
utara. Kedua, berada di kutub selatan, sehingga tempat yang tadinya kutub, kini sudah berubah
hmenjadi sangat panas. Ketiga, berada di pertengahan langit Barat, dan keempat, berada diujung Timur.
Empat penjuru mata angin telah mereka kuasai.

Mereka membuat kehidupan baru di lautan, mereka melakukan pengeboman atom di laut demi
menciptakan lahan dan proyek baru. Sekarang, lautan telah 75% dikuasai oleh manusia! Mereka
mengancam kehidupan laut, mereka membunuh kehidupan disana!

Manusia, sudah berhasil menciptakan dua bulan baru, berhasil menciptakan banyak bintang di langit.
Bahkan, sekarang di dalam luasnya tanah, banyak robot yang sedang melakukan proyek, membuat
tanah seakan sudah menjadi kekuasaan yang hakiki.

Mereka juga menciptakan hujan baru, membangkitkan orang yang sudah mati, menciptakan berbagai
makhluk aneh dari yang besar hingga berukuran mini.

Mereka membangkitkan dan menciptakan kembali hewan dan makhluk purbakala, membangkitkan
nenek moyang, menciptakan zombie, makhluk raksasa dan masih banyak lagi!

Bahkan, manusia sudah mulai bertindak seperti robot ciptaannya! Mereka juga menciptakan mesin
teleportasi, dimensi, mesin waktu dan lain-lain. RASIS!

Namun ..., tanpa mereka sadari, perlahan teknologi mulai menguasai mereka!

Dunia semakin dibuat aneh oleh manusia, kejadian-kejadian diluar nalar kerap terjadi.
Pada suatu hari, sebuah satelit yang berada diluar angkasa, satelit APVCES 52, satelit pengendali jaringan
paling berpengaruh, tiba-tiba saja dihantam oleh sebuah meteor berapi, membuatnya meledak seketika
disertai ledakan satelit lainnya! Hingga terjadilah kebakaran gas di langit!

Kabar terbaru, dunia menjadi eror. Para Ilmuwan mendongak ke langit, dan mendapati hujan api yang
dahsyat. Bahaimana dengan atmosfer? Manusia telah menciptakan atmosfer baru, tapi manusia fatal!
Manusia menciptakan atmosfer yang salah! Atmosfer listrik, yang sangat lemah, sehingga memudahkan
meteor untuk menghantam Bumi dan segalanya isinya.

Sistem pengendali robot menjadi eror, robot-robot melepas pengendali mereka masing-masing, mereka
tersenyum dan mulai menghancurkan umat manusia! Mereka membak, membunuh, dengan cara yang
amat sangat sadis. Mereka merobek perut manusia dan ..., keluar darah dan segala isinya!

Tiba-tiba robot yang berada didalam tanah mulai bekerja tak sesuai harapan, mereka membelah tanah
dan menenggelamkan manusia kedalamnya hingga kehabisan nafas!

Matahari buatan meledak dan hancur, membuat api-api semakin melahap Bumi dengan ganas, manusia
juga ikut terbakar dikarenakan nya!

Karena serangan api yang dahsyat, membuat gunung-gunung yang masih tersisa ikut meledak seketika!

Robot-robot yang berada didalam lautan menenggelamkan manusia, hingga air meluap setinggi menara
Eiffel, Prancis.

Manusia sudah kehilangan akal, manusia tidak harus berbuat apa! Angka kematian manusia meningkat
drastis dihari ini.

Tanah menjadi retak, disusul badai, gempa gumi, ledakan api, tsunami, bencana zombie memakan
manusia, robot-robot hilang kendali dan menyerang manusia, bangunan-bangunan menjadi roboh dan
hancur, segala makhluk ciptaan manusia membunuh manusia itu sendiri! Hujan metana, hujan api,
angin, dan air kini berpadu seketika.

Jam menunjukkan 18:06, semua sudah selesai. Hanya tersisa kebakaran, dan bencana di bumi. Semua
manusia hebat telah mati!

Sekarang, TERBUKTI bahwa apa yang diucapkan Siluet 23 tahun lalu benar-benar terjadi!

Sebuah kalimat "SENJATA MAKAN TUAN," ternyata membawa sebuah kenyataan yang abadi!

Inilah BUKTI dari sebuah PEMBUKTIAN.

"Tidak ada yang bisa menandingi kekuasaan Tuhan. Sekalipun ada, pada ujung-ujungnya semua akan
berakhir, dan tamatlah riwayat hidup." ucapku, keluar dari tempat persembunyian dunia baru dan
kembali ke dunia manusia, diikuti oleh hewan-hewan yang merupakan teman-temanku.
"Ibu! Hiks ...," isak Siluet berlari kearah sang Ibu, dan memeluknya erat.

"Ibu! Hiks ..., bangun, Bu!" ia menangisi jasad yang tak berdaya itu.

Ia genggam tangan Ibunya, ia peluk tubuh Ibunya, ia usap kepala Ibunya.

Hati yang riang kini menjadi gamang, kala melihat orang yang kita sayangi pergi untuk selamanya!

Siluet mencium jasad sang Ibu, berharap sebuah keajaiban bisa terjadi. Namun itu mustahil.

Titik demi titik hujan mulai turun membasahi Bumi yang telah pudar, Siluet yang menangis namun
terhapus oleh sang hujan.

"I-Ibu, hiks ...," Bumi menjadi hening dan sunyi, dihiasi dengan kehancuran dan banyaknya jasad-jasad
yang bergeletakkan.

Siluet mengusap wajah pucat itu, ia mengusap rambut yang telah pudar itu, ia peluk erat-erat Ibunya
tersayang.

Hati merana, pikiran gamang, kini terukir dibenak wanita itu.

"Hiks ..., Ibu." lirih Siluet memandang wajah tenang Ibunya, "tenanglah dialam sana," lanjutnya merajut
kata dan mengukir senyum yang indah.

"Aku pasti akan menyusulmu, Ibu. Tergantung Yang Maha Kuasa dan waktu yang menentukan, cepat
atau lambat," ucap Siluet, matanya nampak merah, membendung air mata yang tak mengenal habis.

"Yang Maha Kuasa, tempatkanlah Ibuku, Ayahku, dan orang-orang yang aku sayangi disisimu, berilah
kenikmatan untuk mereka, jauhkan siksaanmu, buat mereka selalu merasa cukup dengan apa yang
mereka miliki, Aamiinn," Siluet, berdoa kepada Yang Maha Kuasa, agar terampuni segala dosa mereka.

"Ibu, aku selalu mendoakan mu" lanjut Siluet mengukir kenangan yang tak akan pernah mengenal lupa.

"Maafkan aku, Bu," Siluet berucap dengan suara lembut berhias nada sendu, dan berputarlah segala
ingatan seperti video abadi.

"Aku menyanyangimu," lanjutnya, hingga fajar datang menyambut sang rembulan, mengucapkan
selamat jalan kepada bintang-bintang.

"Siluet, lebih baik kita makamkan saja jasad Ibumu," ucap Lois, membelai bahu sang kekasih.

Awalnya, Siluet tidak ingin memakamkannya, ia terus ingin bersama Ibunya, namun karena bujukan yang
terus-menerus dan nasehat alami yang diberikan, akhirnya hati menjadi lembut dan menerima
kenyataan pahit kehidupan.

"Ayah, hiks ..., Ibuu!" teriak dan tangis Siluet memeluk Ayah dan Ibunya yang berhiaskan nisan.

Nampaknya, semua sudah berakhir. Teknologi telah berhasil menghancurkan dunia.


Kehidupan telah kembali pada dasarnya! Dimana tidak ada yang namanya teknologi aktif ciptaan
manusia. Semua sudah normal dan kembali ke asalnya! Dibawah kekuasaan Yang Maha Kuasa. Yang
berkuasa atas segala sesuatu.

1 tahun kemudian ...

Jasad-jasad manusia telah terkubur dengan sendirinya, tanaman hijau perlahan mulai tumbuh
mengelilingi dunia.

"Ratu, kenapa tempat persembunyian ini tidak kita buka saja? Kenapa harus tetap bersifat rahasia?
Bukankah semua sudah selesai?" tanya seekor burung gagak kepada sang Ratu Peri.

"Tempat persembunyian ini harus tetap bersifat tersembunyi! Karena, miliaran tahun yang akan datang,
manusia akan kembali menguasai dunia, dan tempat ini, bisa dijadikan tempat persembunyian anak-
cucu kita di masa depan. Jika sampai kita sebar luaskan, maka tempat ini akan mudah dijelajah oleh
manusia, dan semua akan hancur," timpal sang Ratu, kemudian mengerahkan seluruh kekuatannya,
diikuti oleh seluruh hewan dan berbagai makhluk lainnya, yang ikut mengerahkan seluruh kekuatannya.

LAB!

Tempat persembunyian itu, kini menjadi tak terlihat sama sekali. "tempat ini, akan aktif kembali bila
saat-saat dibutuhkan," lanjut sang Ratu Peri.

Siluetpun menghampiri Slendra, namun Slendra nampak ketakutan dan pergi begitu saja, semua hewan
kini pergi meninggalkan tempat itu dan mencari kehidupan masing-masing.

Hewan-hewan darat kembali keaktivitasnya, hewan berinsang kembali kedalam luasnya lautan, peri,
putri duyung semuanya kembali ke asalnya.

"Coby," ucap Siluet menghampiri seekor panda yang sedang memakan ujung bambu.

Panda itupun nampak kaget melihat kedatangan Siluet, iapun berlari menghindar.

Siluet memanggil semua hewan temannya, namun tak ada yang menimpali. Bahkan, sekarang tak ada
lagi yang berbicara seperti manusia, mereka kembali berbicara layaknya bahasa hewan.

"Ada apa ini?" Siluet terlihat kebingungan, memandang keanehan disekitarnya.

"Semua memang akan kembali seperti ini, Siluet. Setelah mengerahkan seluruh tenaga dan
kekuatannya, mereka tidak akan bisa berbicara seperti manusia lagi, bahasa mereka akan kembali
seperti sediah kala, bahasa hewan." ucap Sang Ratu.

"Semua ingatan mereka juga akan hilang, mereka tidak akan bisa mengingatmu, oleh sebab itulah
mereka menghindar darimu, mereka juga akan hidup seperti layaknya hewan, mereka tidak akan bisa
mengingat kejadian-kejadian sebelumnya. Mereka adalah hewan, dan akan kembali seperti hewan!
Bahkan, mulai detik ini hukum rimba kembali berlaku, dimana semua berjuang, dimansa atau
memangsa!" lanjut sang Ratu peri.
"Lalu, kenapa Ratu tidak lupa ingatan?" tanya Siluet.

"Karena aku didalam diriku terdapat sebuah permata yang menyatu dalam darahku, tujuan permata ini
adalah untuk membuka kembali tempat tersembunyi ini dikemudian hari, karena satu-satunya yang bisa
membuka tempat ini adalah permata ini, dan aku mewarisinya, jadi semua ingatan dan kekuatanku
dijaga oleh permata ini. Aku juga diutus untuk hidup selamanya, karena aku adalah ..., Setan. Tapi
menjelma menjadi peri, dan tak bisa kembali kewujud semula, aku juga tidak bisa melepas permata ini.
Kabar baiknya, aku tidak bisa berbuat buruk, jika aku berbuat buruk maka permata ini akan
menyiksaku," ucap sang Ratu Peri panjang lebar, menjelaskan segala tanda tanya.

"Oooh, jadi seperti itu! Wow Ratu! Aku benar-benar dibuat kagum oleh semua itu! Aku tidak bisa
berkata-kata lagi!" ucap Siluet, merasa terpukau bukan main.

"Tunggu! Bagaimana dengan Lois?" tiba-tiba Siluet teringat sang kekasih.

"Kau harus menerima kenyataan, Siluet. Lois sudah kembali menjadi peri seperti sedia kala, dia tidak
akan bisa mengingatmu," ucap Sang Ratu memandang Siluet yang nampak sedih.

"Owh ..., Lois," lirih Siluet menunduk, benar-benar tak disangka semua akan berakhir seperti ini, kisah
cinta mereka telah berakhir secepat ini.

"Jangan sedih, kau bisa menjinakkan mereka semua, hewan-hewan bahkan peri." ucap Sang Ratu, lalu
terbang menuju hutan hijau dan tidak akan pernah kembali.

"Jaga diri baik-baik, Siluettt!" teriak Sang Ratu.

Kini ..., semua sudah kembali seperti semula, sisa-sisa alat teknologi manusia kian hancur dan terkubur
seiring berjalannya waktu.

Bumi semakin membaik. Kini, hewan-hewan lah yang menjaga ekosistem Bumi!

Dalam beberapa tahun, Bumi perlahan kembali, tumbuhan hijau semakin berkembang pesat. Lautan
menjadi bersih beserta para penghuninya.

Hewan-hewan semakin berkembang biak dengan berbagai jenis.

Samudra kembali menyatu setelah ribuan tahun, gunung-gunung kembali terbentuk dengan alami.

Negara-negara belum terbentuk, hewan-hewan purbakala kembali tercipta.

Kini, lautan lebih tinggi dari daratan. Namun, tahun demi tahun lautan kian menyurut.

Setelah jutaan tahun, miliaran tahun, Bumi kembali ke dasarnya, Bumi menjadi hijau kembali!

Sekarang, daratan dikuasai hutan dan penghuninya, yang pastinya bukan manusia!
Inilah, HARAPAN BUMI YANG SESUNGGUHNYA!

Semua sudah kembali, hingga pada akhirnya, kera-kera yang awalnya bertubuh bungkuk, 10 tahun
kemudian generasi kera sudah bisa berdiri.

Generasi kera itu berpuluh-puluh tahun kemudian, bertubuh hampir mirip seperti manusia.

Berpuluh-puluh tahun kemudian, bulu-bulu kera semakin menipis, wajahnya semakin terukir mirip
manusia.

Beberapa tahun kemudian, kera itu benar-benar berevolusi seperti manusia!

Generasi berikutnya, revolusi kera yang sudah mirip seperti manusia itu berkembang biak dan
melahirkan yang sangat-sangat mirip seperti manusia.

Lalu revolusi kera itu menjadi manusia purba, kemudian segerombolan manusia purba dari generasi ke
generasi sudah benar-benar menjadi manusia dan mengukir awalnya kependudukan hingga
berkembang menjadi umat manusia.

TAMAT!

Anda mungkin juga menyukai