Tapi Ras Pangaban tidak tahu apa-apa tentang ini, tidak ada
yang diketahui mereka diluar lingkungan mereka yang basah kuyup
dan dunianya yang suram.
Aku tahu tahapan terakhir itu. Aku tahu apa yang harus ku
lakukan. Suatu gerakan sederhana saja. Aku akan menjadi bagian
dari awan-awan dan menyebabkan sinar matahari menjadi sepuluh
persen yanng masuk pada hari yang di berikan. Jika aku sangat
mengerti, jika instingku benar, perubahan satu itu dalam
parameter kehidupan akan meluncurkan suatu revolusi besar
diantara ras Pangaban.
Tapi aku ragu ide itu akan bertahan. Jauh di dalam ingatan
kami masih tetap ingat akan kejadian yang terjadi beberapa
milenium lalu, tentang kecelakaan mengerikan yang terjadi pada
Kristal Tropis Rendah Kutub Utara, tiga ratus ribu tahun tidak
cukup untuk menghapus ingatan itu!
“Pengumuman apa?”
Matahari naik tinggi dan bersinar cerah, dan saat kristal itu
bergerak dalam rotasi lamban sinar matahari menyala, terefleksi,
dari jutaan wajah, Sebiru es, hijau pucat, kuning, lembayung, dan
pink. Pemandangan warna-warna itu sungguh indah.
“Ouch.”
“Aku?”
“Ya, dan jangan malu-malu padaku. Kau tahu bahwa kau itu
lebih cerdas daripada Pemain yang biasanya mengalahkanmu. Kau
kalah dalam permainan yang seharusnya kau menangkan, bukan
membebaskan, tapi keras kepala. Kau memainkan permainan dalam
level yang berbeda. Tidak mencoba untuk menang saja, tetapi
mencoba untuk menang dengan kebaikan, kau bersifat Altruisme.”
Jelas.
Ya, ya, itu dia. Suatu pesawat Angkasa Dalam yang asli.
Pesawat Angkasa dalam-ku. MCQ3 milikku pribadi, aku sudah suka
dia sejak awal.
Aku bisa kalah pada orang yang mungkin tidak pernah kulihat.
Tapi mungkin itu semua hanyalah rumor. Mudah saja
menembakkan elektron melalui sebuah kristal, tapi jauh lebih sulit
melakukannya di udara.
“Hei!”
Bukan itu, Toomin. Kupikir. Bukan itu yang harus kau pikirkan
saat ini.
Mone! Dia menyebarkan mone untukku!
Untukku? Tidak, tentu tidak. Aguella bisa mendapatkan
setiap pria yang dia inginkan. Dia cantik, tubuhnya indah, kokoh,
cerdas, menyenangkan, cantik, sangat-sangat cantik.
“Apa?”
Disana ada sim dan disana juga ada kenyataan. Dan biar
kukatakan bahwa jika tidak ada sima, tidak perduli bagaimana
baiknya pun, kenyataan yang cocok. Masalah yang ada dengan sim
adalah kau tahu bahwa itu sim. Kenyataan di tangan yang lain,
baiklah, ini kenyataan.
Ada force field dalam MCQ3 yang berisi atmosfir dan akan,
kami harap bisa membelokkan puing-puing angkasa. Jika Force
field gagal fungsi maka kami akan kehilangan atmosfir. Sistem
cadangan berupa pipa-pipa membingungkan yang ditanam didalam
tiang dimana pipa-pipa itu mengalirkan udara yang bisa dibuat
bernafas ke tiap dermaga.
“Kau tinggal tarik saja tabung tambahan dari kerahnya,”
Lackofa mendemonstrasikannya pada kami. “Dan tinggal
tempatkan pada lubang udara. Lalu bernafaslah dengan normmal
hingga Force field aktif kembali dari cadanganny, atau hingga kau
membeku hingga mati, tergantung yang mana duluan terjadi.”
“Bagaimana?”
“Ini ini berdiri sendiri. Kau tidak bisa melihat mesinnya, dia
membuat force fieldnya sendiri. Dan jika ada kerusakan
katastropik pada kristal itu sendiri, pod ini bisa terpisah dari
induknya dan tetap terbang.”
“Setiap ras alien yang pernah kita jumpai telah baik hati,”
Ujar Lackofa. “Tapi ras yang satu ini, ras yang membuat pesawat
hantu itu, tidak. Buktinya adalah bahwa mereka itu merespon
provokasi terkecil dari kita dengan kekerasan ekstrim. Mereka
menyebut diri mereka sendiri Capasin. Karena pesawat mereka
muncul dari Quadrant Tiga, kami perkirakan bahwa planet mereka
juga berasal dari sana. Misi Dari MCQ3 adalah mengadakan
hubungan dengan ras itu dan berusaha mengajukan peraturan
perdamaian.”
Dalam waktu tiga minggu aku tahu MCQ3 asli sebaik aku tahu
simnya. Aku tahu setiap tiang lurusnya, setiap tiang vertikalnya,
setiap tenggeran, setiap sistem cadangan. Aku bahkan tahu
mesinnya, sebaik yang orang lain tahu tentang mesin Z-Space.
Tidak penting. Tidak ada tempat untuk berpikir hal itu pada
misi luar angkasa penting dan berbahaya.
Hanya saja aku ingin tahu mengapa, itu saja. Dan aku dapat
isyarat saat kami berdua menjadi asisten pemasangan beberapa
dermaga terakhir.
“Namaku Toomin.”
“Aguella! Aguella!”
Dan kemudian terjadi lagi. Dan kali ini kulihat. Kulihat keatas
pada temanku, juga pada darah orange yang mengalir dari
wajahnya. Tapi yang ada dibelakangnya, diatas MCQ3, diatas
tiang kulihat benda silinder, berleher membusur, yang merupakan
tanduk dari pesawat alien. Pesawat itu bergerak perlahan-lahan di
atmosfir, pesawat itu tidak mirip dengan pesawat dari Generasi
ataupun Illaman. Pesawat itu tidak pernah kulihat ataupun ku
bayangkan.
Pesawat kecil alien itu tetap ikut bersama kami. Alien yang
kubunuh itu tetap memandang dengan mata birunya yang indah.
Bab 09.
Namun aku punya hubungan dengan mayat alien ini. Dia itu
milikku dalam suatu hal yang tidak terkatakan.
“Ya.”
“Aku tahu, Toomin. Tapi tak ada waktu kita sekarang untuk
membahas itu. Jangan pikirkan tentang itu. Fokus. Ini.....ini hanya
permainan, Toomin. Ini hanya permainan dan kau sekarang
Ellimist. Analisa. Jangan dirasakan, ini hanya permainan.”
Ya. Itu dia. Sebuah sim, bukan kenyataan. Tidak ada tanduk
pisau di pesawat. Tidak ada sinar merah pucat. Tidak ada tornado
flechette. Sebuah permainan. Suatu masalah.
Aku tidak tersentuh. Tidak ada memm. Dan tidak ada waktu
lagi untuk instruksi diluar apa yang Lackofa berikan padaku. Dia
mondar-mandir di dermaga, dengan cepat menjelaskan apa yang
telah kami pelajari dari Farsight, kemudian kembali lagi untuk
menginsktusikan padaku.
Tidak adil, tidak akurat, tentu saja, baik itu Illaman dan juga
Generational bisa bertahan dalam tempat seperti ini dan kami ini
ras berakal budi. Tapi saat ini aku sedang tidak mood untuk
mencari alasan. Saat ini aku sedang tidak mood untuk melakukan
apapun kecuali hanya menjerit saja.
Kami tiba dia oasisnya langit. Salah satu lubang jelas yang
mengagummkan di awan besar. Kutub Orbit Tinggi ada disana.
Kristal itu bergerak secepat yang dia bisa. Setiap kepakan sayap,
melaju untuk melintasi oasis ini dan mencari perlindungan di
karang awan yang menjulang tinggi nun jauh disana. Tapi airfoil itu
masih sekedar konsep daripada kenyataan, kristal kutub itu tidak
melaju lebih cepat daripada kristal lainnya.
“Apa?”
“Tarik keatas!”
“LAKUKAN SAJA!”
Lebih cepat! Naik dan naik dan aku benar tentang kendali
senjata? Apakah aku akan menghabisi pesawatku sendiri atau
yang lebih buruk lagi, menembak kristal kutub malang yang sedang
terbang itu?
Seorang wanita yang suka ikut campur dari Level Pink yang
tidak pernah kutemui memotong jalanku. “Pergilah. Farsight
sedang sibuk.”
Aku tahu apa maksudnya. Aku tahu apa yang telah mereka
lakukan . “Mereka menemukan cara untuk menyiarkan pesan.”
Kataku. “Tapi palingan mereka baru-baru saja menemukannya.
Bagaimana bisa pesan yang disiarkan bisa menjelajah hingga ke
dunia jauh dan sampai ke Capasin?”
“Kulihat mereka!”
Ini seperti di rumahku saat itu. Hanya saja kali ini tidak ada
sayap yang mengepak putus asa melawan gravitasi. Kali ini wanita
maupun pria, juvie ataupun orang tua, yang bertengger seluruhnya
tewas di ketinggian.
Terbang menjauh.
Inilah akhir dari Ket. Dan. Walaupun begitu masih tetap ada
tujuh puluh dua Ketran yang masih hidup saat ini, ini jugalah akhir
dari Ras-ku.
KEHIDUPAN KEDUA
Bab 13.
“Panglima, tata surya itu punya enam planet asli dan sembilan
bulan. Dua bulannya---keduanya mengorbit planet kedua----
mungkin bisa ditinggali.” Aku mengangguk. “Kita periksa dulu.
aktifkan Force field dengan kekuatan penuh, aktifkan sensor
pasif pada jarak maksimal, sensor aktif matikan, pesawat tempur
siaga pada status dua.” Kata-kataku menjadi suatu aksi. Force
field sistem pertahanan pesawat berkilau, mendistorsikan
pandanganku akan matahari tata surya itu serta bintang di
luarnya. Sebuah Probe keluar dari Force field untuk
mengumpulkan setiap data elektronik yang ada. Sensor aktif kami,
apa yang kami sebut “Pingers.” Dimatikan. Sensor itu bisa
mengingatkan kemungkinan musuh akan keberadaan kami. Dan
jauh di pinggang pesawat bersayap tiga, pilot masuk kedalam
kokpit pesawat tempur bersenjata lengkap, dan menghidupkan
mesin serta senjata. Sembilan pilot lainnya bersiap di stasiun,
bersiap untuk menghadapi musuh tiga menit lagi. Inilah yang ke
tujuh puluh sembilan kalinya kami memasuki tata surya setelah
keluar untuk mencari rumah. Hari-hari dan tahun-tahun penuh
kekaguman sudah sirna sejak lama.
Hampir saja kami perang sipil karena suatu hal. Menno dan
pelarian dari kristal kutub serta beberapa pengungsi yang kami
selamatkan dari pecahan Kristal Tropis Orbit tengah Rendah
telah duduk bersama untuk meminta dibentuknya pemerintahan
demokrasi dipesawat Pencari. Tentu saja hal itu hanya karena
mereka menolak dominasi masyarakat khatulistiwa.
Keadaan ini malah menjadi lebih pribadi. Bagi Menno ini hanya
sekedar permmaiinan yang harus di menangkannya apapun
bayarannya. Tidak kutipu diriku sendiri, dia masih saja tetap
memainkan permainannya. Dan jika dia menggantikan tempatku dia
tidak akan memilih apapun. Dia akan memerintah.
“Tunggu!”
“Kita akan mati untuk mitos itu. Tidak ada lagi Juvie. Kita
sudah matu sebagai ras, selurhnya hanya untuk gambaran dari
dunia yang tidak ada lagi.”
“Apa?”
“Tembakkan.”
“Mengerti.”
Wham!
Wham!
Wham!
“Misil! Tembak!”
Wham!
Aku di dermagaku.
Langit. Di sekitarku.
Kristal!
Inidar tertawa.
“Aguella?”
Aku ingin tertawa. Ini terlalu lucu. Dia berbicara, dia ada
disini sekarang, didepan wajahku. Melayang-layang di udara bersih
di rumahku.
Tapi itu tidak lebih dari ilusi saja mengapa aku termotifasi
untuk bermain. Hanya itu yang kupunyai, tidak ada lagi kecuali
permainan.
Kurasa, kauu buat apa yang bisa kau buat dalam hidupmu.
Dia menolak. Tentu saja dia akan terus menolak. Dan tahu ini
tentang Father : Satu-satunya kelemahannya adalah
kekejamannya. Bisa kugunakan itu. Dia akan memaksaku untuk
terus memainkan permainan hingga ribuan kali.
Kujangkau dia, aku ingin tahu apa pikirannya. Tapi dia tidak
menjawab. Dia telah pergi, dia telah mundur, namun, aku tetap
hidup.
“Aguella, cintaku.”
“Toomin?”
“Ya.”
“Aku.....”
“Telah kubuat kau hidup lagi, untuk saat ini. Bagian dari
dirimu yang kusentuh menjadi hidup lagi, Aguella. Ingatan ini,
dugaan ini, ide-ide ini. Tapi hanya sesaat.”
“Tidak, tidak.”
“Ah.”
“Aguella, aku.”
“Aku selalu menjadi bagian dari dirimu, dan kau juga bagian
dariu.”
Bab 19.
Tidak ada Father. Tidak ada pikiran dan akal sama sekali. Dia
bukan apa-apa tapi hanya sekedar karang. Dia hanya suatu
makhluk biologi sederhana, dia suatu kecelakaan dalam proses
evolusi, dia itu seorang karang pemangsa yang menyambungkan
dirinya dengan mangsanya. Father bukan apa-apa kecuali
korbannya sendiri. Dan saat kuserap dan kupotong dia dari
seluruh korbannya, Father tidak lebih dari sekedar rumput laut
biasa.
Sendirian.
Butuh waktu lebih dari tiga puluh tahun untuk melakukan apa
yang kubutuhkan. Aku mendatangi tia pesawat, tiap bangkai
pesawat, dan mengambil apa yang bisa kugunakan. Kubangun jalan
melalui hutan dan membuat mesin pengangkut. Kubuat toko
telentang di darat yang berisi peralatan yang pastinya akan
membuat Jicklet mengiler kalau melihatnya. Aku masuk kedalam
pikiran yang tersimpan di dalam tubuhku. Seiring waktu aku
bertahan untuk hidup dari badai multi pikiran yang menimpa,
untuk mengambil apa yang kuperlukan dan pergi dari pikiran itu.
Jicklet terkadang ikut pergi denganku. Dan juga seorang insinyur
bernama Hadra 232. Dan seorang ilmuwan Z-Space bernama Nu.
Dan seratus ilmuwan lainnya, tekhnisi, peneori, pembangun,
perancang, inovator, dan akhli biologi juga. Lackofa juga
bersamaku, Yang lainnya juga dari berbagai ras. Pekerjaan ini
merubah bentuk, memutasi, tumbuh seperti makhluk hidup dan
faktanya menjadi makhluk hidup juga. Padahal aku hanya
membangun pesawat luar angkasa, aku membangun lebih-lebih
banyak lagi benda. Aku sedang membangun suatu ras baru. Suatu
ras dari seorang. Suatu ras dari jutaan orang. Aku menjadi satu
dan jamak sekaligus. Aku hidup dan aku juga mesin. Mesin
merupakan bagian dari tubuhku. Komputer disambungkan secara
langsung dengan otakku dan segera setelah sambungannya diputus
dan garisnya menghilang. Sensor menjadi indera perasaku. Aku
menjadi induk. Induk yang bisa melepaskan banyak orang
sekaligus.
Tiga puluh tahun, dan akhirnya siap juga. Aku telah melewati
beberapa abad hidupku di bulan biru ini. Bulan ini semakin
sekarat, udaranya semakin buruk, tapi aku baik-baik saja. Aku
tidak butuh udara lagi. Airnya berbau busuk karena tubuh mayat-
mayat itu, tapi aku tidak butuh minum lagi. Ikannya sudah sejak
lama punah. Tapi aku telah menyelamatkan yang tewas. Dan
sekarang kubuka gerbang multitudeku lebar-lebar, tidak pernah
kututup lagi.
Lalu kumasi Z-Space dan melaju sejauh satu juta mil dari
tempatku dan tempat terkutuk sebelumnya. Sekarang apa yang
akan kulakukan? Aku makhluk unik. Hanya aku sendiri makhluk
unik yang kutahu ada. Aku bukan bagian dari spesies manapun. Aku
bagian dari banyak spesies, tapi tidak akan ada harapan
terjadinya persekutuan. Siapa yang mau menyambutku di tata
surya mereka? Aku telah menjadi bentuk fisik dari perwujudan
uninet antar spesies yang pernah kumimpikan. Aku adalah
perpustakaan dari informasi akan banyak ras. Dan dengan
perpanjangan tubuhku/pesawatku aku sudah sangat kuat hingga
diluar perhitungan orang biasa. Sekarang apa? Sekarang apa?
Aku tiba, tidak kelihatan bagi kedua sisi. Aku tiba disini
diantara perang pesawat antar pesawat. Faktanya, aku keluar dari
Z-space pada jarak dua puluh mil sebelum terkena tembakan sinar
dahsyat dari pesawat Jallian yang meleset dari targetnya,
meleset pula dariku, dan akhirnya mengenai asteroid yang lewat.
“Well, well.” Kataku. (Sudah sejak lama sejak aku pernah
berbicara pada diriku sendiri.) “Sepertinya aku tersangkut dalam
peperangan.”
Life-Giver of the Jain Sea marah. “Siapa kau, tidak ada hak
untuk mencampuri urusanku? Aku berbicara pada suatu orang
tidak dikenal! Patuhi aku!”
Tapi apa itu aneh, apa itu mengejutkan dan mengganggu ku,
apakah itu reaksi emosionalku sendiri : Aku lagi senang. Aku
berbicara secara nyata, pada makhluk hidup dimana tiap kata dan
gerakannya tidak yang kukembangkan. Dari planet Jallian
kelihatan muncul pesawat besar yang baru saja keluar dari orbit
planet dan sekarang melaju dengan kecepatan penuh kearah kami.
Sesaat kemudian ras Inner World meresponnya dengan
meluncurkan awan virtual dari pesawat kecil mereka. Apakah
mereka berdua ingin menyerangkau atau saling menyerang?
Apakah itu penting? Keduanya sudah gila. Ini hanya permainan,
lagi dan lagi. Pemukiman Alien. Tidak ada bedanya dari begitu
banyak skenario yang telah Wormer atau Inidar atau Aguella
serta aku telah mainkan. Pertanyaannya adalah, bagaimana
harusnya aku bermain?
Aku terbang dari satu bintang ke bintang yang lain, dari satu
dunia ke dunia yang lain. Disini kuangkat ras yang terpuruk, disana
ku akhiri penyakit, di tempat yang lain kuberi makan ras yang
kelaparan. Se abad sudah berlalu. Dan yang lain lagi, dan lebih
lagi, makin lebih lagi yang terjadi. Waktu hampir tidak berarti
bagiku sekarang. Tantanganku luas dan berharga, hal itulah yang
membuat pikiranku terus berpacu. Aku berteman di banyak dunia,
menjadi anggota terhormat dari ratusan keluarga, klan, suku,
spesies, ras. Mereka berbicara padaku, tentang Ellimist seperti
sekarang yang mereka tahu tentangku, dengan hormat, syukur dan
kagum.
Karen tahu bahwa aku begitu deka, aku kembali kesana untuk
merasakan, untuk mengenangkan saat-saat dahulu.
Itu benar. Tidak ada keraguan lagi. Bagian lain dari diriku
membayangkan bagaimana bisa Crayak membaca pertanda dengan
begitu baik. Tapi kebanyakan ada satu frasa yang terus berputar-
putar di kepalaku : Yaitu, pecundang brilian. Aku telah kalah.
Dengan seluruh niat terbaikku, aku telah menghabisi satu spesies
dan mengurangi jumlah spesies yang satunya.
Aku telah kalah pada Inidar, kalah pada Wormer, kalah pada
Aguella. Aku telah kalah dalam berbagai cara pada Menno : Karena
menolak idenya akan adaptasi telah ku tuntun seluruh rakyatku
yang tersisa kedalam jebakan Father. Dan aku juga telah kalah
pada Father, di akhirnya, aku malah jadi Father itu sendiri. Apa
aku sebenarnya. setelah semua ini, dengan seluruh korban Father
yang ada didalam tubuhku? Aku adalah versi tekhnologi tinggi dari
Father.
Dia bisa saja mengira aku akan menyelamatkan Laga. Dia bisa
saja mengira aku akan menghabisi asteroid dan mengampuni para
petani damai itu. Dan Laga akan jadi spesies yang paling di
bencinya.
Apakah jawabannya?
Permainan berikutnya.
Tidak ada lagi. Tidak ada permainan lagi. Tidak akan ada
hingga aku menemukan jalannya.
Aku tidak lagi punya tubuh dengan bentuk biasa. Aku tidak
lebih dari mesin besar daripada makhluk hidup. Dan sekarang,
didalam keputus asaanku, dengan ilusi yang meracuni pikiranku,
dengan kepedihan akan kelemahanku sendiri, dihantui oleh rasa
bersalah, aku memohon adanya teman sederhana dan nyaman.
Aku mendarat dalam alam liar yang berisi rumput tingga dan
pohon-pohon berwarna luar biasa. Kukirim pesawatku kembali ke
orbit dan mencoba bergerak dengan kakiku.
Aku bukan orang tolol, aku tahu bahwa ekor ini tandanya
bahwa masih ada pemangsa di ekosistem ini, tapi aku tidak begitu
peduli. Kubawa senjata sinar kecil yang kusarungkan disekitar
pinggan dan kuadaptasikan dengan tangan fisikku.
Mereka tidak punya nama untuk ras mereka, tidak ada gerak
tangan khusus untuk nama spesies mereka, hanya gerak tangan
untuk suku mereka. Sejauh yang kupahami planet mereka tidak
relevan. Mereka hanya tahu suku ini, kelompok ini, tidak lebih dari
itu. Akulah yang pertama memperkenalkan gerak tangan untuk ras
dan untuk kepentingan perkataanku berbasis otakku sendiri,
kuperkenalkan nama pembicara juga.
Kunamakan mereka Andalite. Aku tinggal bersama Andalite
selama bertahun-tahun. Tahun-tahun yang bahagia, mereka itu
orang yang primitif. Bahasa gerak tangan mereka hanya mencakup
dua ratus kata atau frasa. Mereka tidak memiliki kesenian, ilmu
pengetahuan, tidak ada cocok tanam. Tapi mereka telah
berevolusi dari pemamah murni, menjadi anggota penggembala,
hingga menjadi pribadi yang berbeda. Mereka punya potensi
bagus. Aku tingga bersama mereka, namun menolak untuk
mengajari, menolak juga untuk ikut campur. Pada saat tertentu
kugunakan senjataku untuk menghalau serangan monster. Tapi
hanya itu saja. Disamping itu aku juga seorang Andalite. aku sama
seperti mereka, menjaga api agar tetap menyala, merawat atap
dari scoop kecilku,dengan hati-hati menghindari memakan terlalu
banyak di musim kering, merawat pepohonan terus agar mereka
menjatuhkan daun-daun enaknya saat hari panen tiba, dengan
segela rincian kegiatan tidak penting yang kujalani setiap
hari.Tapi dari semua itu, aku punya teman. Aku “Berbicara”
Dengan makhluk hidup yang berbicara balik, bukan dengan mesin
diprogram yang respon yang sudah diatur dalam komputer atau
dari ingatan yang sudah mati, tapi dengan kehidupan yang tidak
bisa ditebak yang mengagumkan ini.
Aku tidak lagi kesepian. Aku tidak lagi bosan di galaksi sana.
Aku menikah.
“Ya.”
“Ya.”
Aku punya anak yang lain. Dan kali ini anak ini tidak tewas
karena penyakit. Kami beri nama dia Flower.
Dia lari. aku mengejar. Aku lari. Dia yang mengejar. Dan
selama di angkasa normal kami bertempur dan kami tumbuh di Z-
Space. Itulah paradox anehnya : Kami makin tumbuh kuat. juga
makin mematikan. Masing-masing menimbulkan luka dan kerusakan
di tubuh lawannya.
Hanya ras tersembunyi saja yang bisa melihat apa yang akan
terjadi sebentar lagi : Kemenanganku atas Crayak atau
kehancuran seluruh kehidupan di galaksi yang kami timbulkan.
Dan, kemudian, kecelakaan menyebabkan aku dan Crayak
terbenam kedala dunia yang kami berdua tidak tahu kalau ada.
Crayak memasang jebakan untukkku. Dia bersiap untuk berjudi
dengan apapun yang ada. Jadi dia mulai bergerak dengan pola yang
berbeda. Dia membuatku bisa melihat gerakannya selanjutnnya.
Apakah aku?
Mati, tidak. Orang mati tidak akan melihat, tapi aku melihat!
Kulihat benda yang tidak akan pernah dilihat oleh makhluk hidup
sebelumnya. Kulihat bagian terdalam dari struktur alam semesta.
Aku berada diantara kode penciptaan.
Tidak ada lagi bagian tubuhku yang tersisa, tidak ada lagi
yang bisa orang sentuh ataupun lihat. Aku sudah hilang, namun aku
tetap hidupn
Akhir dari Permainan
Bab 28.
Aku hidup, dan hanya itulah yang kutahu. Aku hidup tanpa
wujud, hidup tanpa urat syaraf untuk bergerak, tanpa makanan
untuk dikunyah, tanpa otot untuk dikendalilkan. Aku melihat tanpa
mata, dan merasakan tanpa lidah dan bergerak tanpa sayap atau
pod atau mesin untuk menggerakkannku.
Dan aku tahu satu hal lain dengan baik, suatu pelajaran sulit
yang kudapat dari milenium perang : Lawanku akan menemukanku.
“Bisa kau coba, Crayak. Tapi akhirnya kau hanya akan jadi
orang tolol. Apa belum kau lihat apa saja yang telah kau lakukan.
Aku bisa membalikkannya? Kau bisa membantai dan aku bisa
membalikkan waktu untuk mengembalikannya. Tapi akan
kuberitahukan kau hal ini : Jika kita membawa perang kita
didalam mangkuk angkasa dan waktu ini kita sendirilah yang akan
menghancurkan alam semesta dan membunuh diri kita sendiri
bersama segala isinya.”
“Yeah, kau hanya anak kecil. Seperti aku ini tapi dalam versi
lain, seorang anak yang terbenam terlalu dalam dan tidak bisa
keluar.” “Seorang anak.”
“Aku tidak bisa bertanya apakah kami menang, aku tidak bisa
bertanya apakah hasilnya akan baik-baik saja.” “Aku tidak tahu
pertanyaan itu.” “Okay, pertanyaannya ini, Ellimist : Apakah
aku.....apakah aku membuat perbedaan? Hidupku, dan
ma.......ma......matiku.....apakah berharga? Apakah hidupku benar-
benar penting?”