Anda di halaman 1dari 148

<Animorph Chronicle #04>

<The Ellimist Chronicle>

Bu Beng Siau Jin


*******************
“Tak ada gading yang tak retak,
Begitu pula terjemahan ini”
*******************
HRT,TPS1A, 03-02-2016 07:37
HRT,TPS1A, 03-08-2016 18:47
Prolog

Anak manusia itu memanggilku. Anak manusia sekarat, dan


tidak ada yang bisa kulakukan padanya berdasarkan peraturan
dari permainan yang bisa merubah fakta itu.

Anak manusia itu, salah seorang dari mereka yang menyebut


dirinya Animorph, meminta penjelasan dariku. Di saat-saat
terakhir, manusia itu ingin tahu : Apakah ini semua berharga?
Rasa sakit ini, rasa putus asa ini, rasa takut ini. Kengerian dari
kekerasan yang diderita, dan kengerian dari kekerasan yang
diakibatkan, apakah ini semua berharga?

Ku katakan padanya bahwa aku tidak bisa menjawab


pertanyaan itu. Ku katakan padanya bahwa pertempuran itu
sendiri belum berakhir.

“Siapa kau?!” Raung anak itu. “Siapa kau yang memainkan


permainan dengan kami? Kau muncul, kau menghilang, kau
bermain-main degnan kami, kau menggunakan kami, siapa kau,
makhluk apa kau? Aku butuh jawaban.”

“Ya.” Ujarku. “Kau memang butuh jawaban. Untuk pertanyaan


ini. Akan kuberikan seluruh jawaban yang aku tahu. Dan saat kau
sudah tahu siapa aku, kau nantinya akan bertanya pertanyaan lain.
Dan aku juga akan menjawab pertanyaan itu. Dan kemudian.....”
Kehidupan Pertama
Bab 01.

Nama lengkapku adalah Azure Level, Seven Spar, Extension


Two, Down-Messenger, Forty-One. Nama pilihanku adalah Toomin.
Aku suka suara dari dunia, dimana seluruh alasan yang kau
butuhkan untuk sebuah nama pilihan.

Nama “Permainanku” adalah Ellimist. Seperti Toomin, nama


itu tidak mempunyai arti tertentu. Nama itu kupikir hanya
terdengar santai. Tidak pernah terpikir olehku dimana saat aku
memilih nama itu dan nama itu akan mengikutiku sangat lama, dan
begitu jauh.

Pangaban adalah suatu ras yang menarik yang beradaptasi


dengan baik pada dunia mereka yang tidak biasa. Mereka tinggal
dibawah awan-awan yang selalu berwarna abu-abu. Mereka tidak
pernah melihat matahari mereka dengan baik, tidak ada gugus
bintang dan planet lainnya. Ironi tertentu ini sebab planet
memreka sendiri faktanya bukanlah sebuah planet, tapi
merupakan bulan yang meng-orbit suatu planet yang jauh lebih
besar yang cocok untuk kehidupan.

Apakah mereka diberkahi dengan awan yang tidak biasa


sehingga mereka menjadi suatu ras yang sangat berbeda. Sulit
dibayangkan bahwa ada spesies lainnnya yang bisa tetap hidup
dibawah langit yang memenuhi planet utama, dengan segala
kesuburannya, dan tidak terobsesi dengan keinginan untuk
mempelajari perjalanan luar angkasa.

Tapi Ras Pangaban tidak tahu apa-apa tentang ini, tidak ada
yang diketahui mereka diluar lingkungan mereka yang basah kuyup
dan dunianya yang suram.

Pangaban berkaki enam, dimana ke enam kakinya


terkonfigurasi dengan cukup baik. Kepalanya berada diatas tubuh
rampingnya yang berotot yang hanya sedikit lebih kecil dari
bagian tubuh tempat bersatu keenam kakinya.
Mereka hidup diatas air. Kakinya besar, seperti jaring laba-
laba dan cekung kedalam, yang membuat mereka bisa berjalan
diair yang mengisi sebagian besar permukaan planet disamping
beberapa buah pulau yang basah. Mereka makan dengan cara
menurunkan sejenis jaring dari tubuhnya kedalam ari dan
menjaring binatang serta tumbuhan mikroskopik yang ada di
dalam air.

Mereka cerdas. Tidak cerdas seperti ras Ketran, tapi


mereka sadar akan dirinya sendiri. Mereka tahu siapa diri mereka.
Tahu bahwa mereka ada didunia nyata. Punya bahasa. Kebudayaan
yang kebanyakan melibatkan tarian air yang mengagumkan, ritual
makan, dan agama yang berpusat pada kepercayaan pada roh
bawah yang memberikan makanan dan menyediakan makanan.

Analisis DNA meng-indikasikan adanya potensi


pengembangan. Dunia Pangaban menerima radiasi dengan dosis
yang masih bisa di toleransi, tidak mematiakn, radiasi itu hanya
menyebabkan peningkatan terjadinya mutasi. Dan terlepas dari
bentuk fisik mereka yang aneh dan batasan sumber daya alam
planet mereka, aku percaya bahwa mereka bisa mengembangkan
tekhnologi yang seimbang dengan ...katakanlah pada Konfederasi
Ilaman.

Hanya ada satu masalah : Planet utama yang menjadi titik


orbit planet ras pangaban dihuni oleh spesies agresif berkaki
empat serta bertangan dua berupa tangan binatang pengerat yang
disebut Gunja Wave. Gunja Wave adalah makhluk yang masih
primitif, tidak begitu sadar akan diri mereka. Tapi DNA mereka
menjanjikan. Dan ke agresifan mereka mungkin memberikan
masalah jika ada dua ras yang bentrok.

Tetap saja, aku punya insting akan hal itu, Ku-Memmed


temanku Azure Level, Nine Spar, Mast Three, Right-Messenger
Twelve. Nama pilihannya adalah Redfar. Nama “Permainannya”
adalah Inidar.

“Akan ku urus Pangaban, jika kau memilih untuk


menerimanya.”

“Dengan senang hati,” Dia memmed balik. “Kau meremehkan


aggresi mereka. Kau seorang idealist, Ellimist.”’
“Oh? Baiklah, berjalanlah ke sarangku, ucapkan dreth pada
chorkant.”

Inidar tertawa. Suara tertawa itu membuatku sedikit


khawatir. Dia kelihatannya sangat percaya diri. Tapi tidak akan
kutunjukkan keragu-raguanku padanya. “Haruskah kita immerse?”
Immerse itu adalah ritual tantangan dari sebuah permainan.

“Di sisi sebelahnya.” Ujar Inidar setuju, dia menerima


tantanganku.

Kuperiksa posisi dunia nyataku, kuperiksa untuk melihat


apakah ada memm yang tertunda, yang harus ku urus. Aku tidak
ingin di ganggu. Kemudian kubuka shunt dan disaat bersamaan aku
sudah didalam permainan.

Aku melayang-layang tanpa tubuh diatas dunia Pangaban.


Meluncur diatas lautan sup berwarna abu-abu-hijau yang penuh
semak akan alga dan belut yang bergerak gesit panjangnya bisa
mencapai tiga mil. Aku melayang sekali lagi datas pulau yang
berlumut, pohon yang tidak bagus, dan kutemukan se koloni
Pangaban.

Pangaban sedang memancing seperti biasanya, tapi juga


sedang memainkan sesuatu. Suatu permainan yang melibatkan
pergerakan lambat, melingkar dengan ketat pada seorang
Pangaban di pusat lingkaran itu. Permainan mereka tidak rumit,
tentu saja jika dibandingkan akan permainan yang sedang ku
mainkan.

Tetap saja, aku tersentuh. Tentu saja suatu kemampuan


untuk membuat dan memainkan suatu permainan adalah tanda-
tanda yang bagus dari spesies manapun. Permainan itu lembut,
lambat, dan hampir tidak bertujuan, tapi permainan itu bisa
berevolusi. Permainan telah berevolusi di planet lain, diantara
rakyat lainnya, bangsaku sendiri, Ketran, mungkin menjadi contoh
unggulnya.

Kubayangkan apa yang akan Inidar lakukan pada ras Gunja


Wave. hakikat permainan ini minimalis : Lakukan tahapan terakhir
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tujuan.

Aku tahu tahapan terakhir itu. Aku tahu apa yang harus ku
lakukan. Suatu gerakan sederhana saja. Aku akan menjadi bagian
dari awan-awan dan menyebabkan sinar matahari menjadi sepuluh
persen yanng masuk pada hari yang di berikan. Jika aku sangat
mengerti, jika instingku benar, perubahan satu itu dalam
parameter kehidupan akan meluncurkan suatu revolusi besar
diantara ras Pangaban.

Aku melambat, melayang-layang, ku kembangkan sayapku,


dan turun untuk berdiri diatas air, aku kelihatan bagi para
Pangaban yang bergerak lambat.

Aku suka merasakan tekstur permainan. Aku suka berada


didalam permainan itu. Hanya saja, hanya dengan angin alien di
sayapmu dan tanah tempatmu hinggap (Atau air, di kasus ini.)
Bisakah kau benar-benar tahu tempat itu. Dan tempat yang
menjadi integral spesies itu.

Kutatap keatas pada tumpukan selimut yang kokoh dari awan


abu-abu. Tidak bisa kubirkan terlalu banya cahaya yang turun atau
seluruh ekosistem yang ada di sini akan timpang. Hanya sedikit
saja.

Kurasakan getaran hari berupa antisipasi. Pangaban berada


pada batasan pengalaman yang mereka tidak pernah perkirakan.
Mata mereka terbuka untuk yang pertama kalinya. Alam semesta
mereka akan meluas sebesar beberapa miliar persen.

Aku tersenyum. Dan ku-memmed inti gamme : Bagian awan.


Dan awan itu berpisah. Saat ini malam hari, awan-awanya hancur
berantakan, pergerakan lambat, sobekan perlahan dari awan. Dan
diatas para Pangaban bintang-bintang bermunculan. Dan didalam
bintik hitamm yang mengelilingi planet, seluruhnya menjadi
bergaris hijau, biru, dan orange.

Perlahan-lahan, satu demi satu, tanpa takut. Pangaban


melakukan apa yang tidak pernah dilakukan spesies lain
sebelumnya : Mereka memandang ke atas.

Mereka memandang ke atas dan mengerang dengan suara


jeritan mereka.

Kudengar memm Inidar dalam pikiranku. “Haruskah kita


percepat?”

“Lakukan,” Jawabku dan ku-memm inti permainan.


Suatu badai! Suatu badai yang terdiri dari angin dan air dan
bumi dan waktu itu sendiri, pusaran kegilaan dari perubahan.
Inilah saat-saat terakhir dari permainan. Kami sudah membuat
perubahan kamid dan sekarang menonton waktu yang bergulir
maju ke depan.

Aku bangkit melihat tampilan : Mutasi DNA, perubahan iklim,


indeks tekhnologi, populasi. Untuk yang pertama dalam waktu dua
ratus ribu tahun hanya ada sedikit perubahan. Kemudian aku
melihat adanya perbedaan DNA dalam pandangan dan bentuk
tubuh. Pangaban memilih pandangan dengan jarak yang lebih jauh,
untuk pandangan berwarna, untuk leher yang lebih panjang.

Dan kemudian, seluruhnya secara bersamaan, ada masalah.


Alga yang tumbuh di lautan berjatuhan seperti batu. Tidak
mungkin! Peningkatan cahaya matahari tak bisa diacuhkan efeknya
yang berarti peningkatan flora. Tapi itu benar, lautan menjadi
mati.

Dan kemudian, saat aku berdiri tidak tersentuh diantara


badai perubahan, belut karnivora pertama muncul untuk
menyerang Pangaban. Populasi Pangaban dibantai dalam sekejap.

Evoulusi DNA muncul dan menyelematkan Pangaban. Mereka


memilih ukuran tubuh yang lebih kecil. Makin kecil makin cepat,
bisa menghindar dari serangan belut. Makin kecil dan kecil hingga
yang dahulunya Pangaban menjulang tinggi sekarang tidak lebih
besar daripada kami Ras Ketran.

Ancaman belut berkurang. Dan sekarang akhirnya muncullah


fluktuasi indek tekhnologi pertama. Pangaban telah mempelajari
cara membuat peralatan. Senjata, tentu saja. Tombak sederhana
yang bisa digunakan untuk menghajar belut-belut. Di dalam waktu
yang singkat Pangaban berburu dan memakan belut. Pemancing
primitif telah menjadi pemangsa sejati.

Sejuta tahun telah berlalu dan banyak spesies yang sekarang


melintasi lautan planet yang bersenjatakan tombak dan panah.
Mereka membentuk hirarki yang di dominasi oleh prajurit.
Kebudayaan mereka berubah, menyukai dewa langit yang telah
memberikan hadiah berupa senjata.
Ya. ya. Ini berhasil cukup baik. Sejuta tahun lagi, mungkin
dua dan mereka akan belajar untuk bergerak melebihi senjata.
untuk......

Dan kemudian, dalam sekejap yang sangat tiba-tiba yang


hampir selama sekedipan waktu, setiap indeks menjadi datar.
Pangaban telah menghilang. Punah.

Aku mengutuk dan kudengar suara tertawa Inidar dalam


memm.

Aku memundurkan waktu dan memperlambat putaran


mundurnya. Itu dia. Gunja Wave, masih tetap sebagai binatang
pengerat, tapi sekarang berjalan lurus, mereka tiba di Planet
pangaban dengan pesawat luar angkasa primitif yang sangat
mengagumkan dan mereka membunuh serta memakan Ras
Pangaban. Mereka memburunya hingga punah dan meniggalkan
planet itu tiada makhluk cerdas penghuninya lagi.

“Haruskan kita panggil permainan itu?”Inidar menawarkan.

Aku mendesah. “Apa pergerakanmu?”

“Oh, gerakan yang sangat kecil.” Ujar Inidar. “Kutingkatkan


tingkat reproduksi mereka dengan persentase kecil. Peningkatan
ini meningkatkan sifat agresif alami mereka. Dan kuperkirakan
bahwa gerakanmu adalah membuka langit Pangaban. Populasi
tumbuh berdesakan, makanan sedikit, dan kemampuan mereka
bisa melihat permukaan planet Pangaban sangat jelas, sangat-
sangat jelas... Gunja Wave-ku ingin memakan spesiesmu.”

“Ya, dan mereka melakukannya.” Ucapku. “Ku panggil


permainan itu.”

“Kau harus belajar untuk menghindari kenaifanmu, Ellimist.


permainan itu bukan tentang kehebatan dan kebagusan siapa yang
memakmurkannya. Permainan itu hanya motivasi.”

“Ya, dan kau bisa langsung pergi ke permukaan,” Gerutuku.


“Kita jumpa lagi di tempat bertengger untuk penerbangan bebas?”

“Aku akan disana, Ellimist.” Kumatikan permainan dan kubuka


mataku untuk melihat dunia nyata di sekitarku.
Bab 02.

Aku seorang Ketran. Planet ku disebut Ket. Aku


menceritakan fakta ini dengan jelas adalah karena rencana kami
untuk membuka uninet untuk mengunjugi dunia luar. Sudah
saatnya publikasi uninet bisa dibaca oleh Illaman atau
Generational, tidak harus oleh Ketran saja. Aku tak ingin bersikap
chauvinistik.

Dunia luar biasanya kagum akan fakta kehidupan di planetku.


Mengagumkan saat berbicara dengan mereka sebab mereka bisa
memberikan perspektif baru pada kegiatan yang kami anggap
normal. Generasi 9561 yang tiba di planet untuk menginvestigasi
Ket gagal untuk menemukan keberadaan kami awalnya. Oh, mereka
mereka menemukan kristal tentu saja, mereka itu tidak buta,tapi
mereka tidak berpikir untuk melihat keberadaan kehidupan
cerdas selain yang ada di permukaan planet.

Permukaan planet Ket itu tidak bisa dihuni oleh kebanyakan


bentuk kehidupan, permukaannya diselimuti oleh lautan asam,
aliran lahar, dan sulur pencekik. Tapi Generasi 9561 (Sebenarnya
mereka itu adalah Generasi 9559) hanya berkeliling di lingkungan
yang cocok mengambil sampel hingga salah satu pesawat mereka
tidak sengaja menabrak tiang dari Kristal kutub utara yang besar
dan kontak pertama telah membuat semua orang terkejut.

Kehidupan? Pada Kristal besar yang mengambang diatas


permukaan planet setinggi tiga ratus mil? Tidak mungkin! Tapi
pikiran yang sama juga muncul di benak kami jika kami juga baru
pertama kali datang di planet mereka dan menemukan keberadaan
mereka diantara pepohonan dan sungai-sungai dan sebagainya.

Tapi proses evoulusi dari Bangsaku itu tidak jelas. (Sangat


menarik bagaimana mudahnya kami mengerti proses evoulusi dari
spesies yang berbeda namun bingung akan proses kami sendiri)
Ilmuwan kami yakin bahwa pada suatu haru kami bisa hidup di
permukaan dunia kami, atau paling tidak pada lautan sulfur yang,
tapi pada beberapa poin simbiosis antara Ketran dan Kristal telah
terbentuk dan kami tumbuh bersama.
Sekarang, tentu saja, dan untuk sekiranya dua juta tahun,
kami telah mempertahankan simbiosis kami dengan kristal. Usia
dari kristal asalku sendiri—Kristal Khatulistiwa tinggi (KHT) telah
berlalu selama 1,4 juta tahun. Tentu saja itu masih setengah dari
usia dari Kristal Benih, menjadikan KHT adalah salah satu kristal
yang baru saja terbentuk.

Istilah simbiosis itu tidaklah akurat. Kami hidup sedangkan


Kristal tidak, walaupun sulit untuk jatuh dalam anggapan bahwa
kirtasl itu punya sesuatu yang disebut kehidupan. Yang pastinya
kami tidak bisa hidup tanpa adanya kristal, darinyalah kami
menggantungkan kehidupan kami. Dan kristal itu sendiri bisa
tetap tumbuh tanpa adanya bantuan kami, kristal tidak akan bisa
tetap bertahan menjadi sebesar ini tanpa adanya kami. Perkiraan
kami bahwa suatu kristal dengan rata-rata garis tengah setengah
mil akan terjatuh. Tekanan atmosfir dan daya apung internalnya
akan kalah oleh gravitasi. Pastinya tujuh puluh sembilan mil garis
lingkar Kristal benih itu adalah hasil simbiosis Ketran. Berapa
lama Kristal besar itu bisa tetap mengambang jika tidak ada
bantuan dari ratusan kepak sayap dari ribuan Ketran?

Ada perbincangan di uninet tentang penggunaan mesin buatan


untuk menyuplai kristal kami agar terus mengambang. Mesin-
mesin itu akan membebaskan kami dari kebanyakan waktu yang
biasanya kami gunakan untuk hinggap di kristal. Para Visioner
membicarakan bagaimana kami bisa beranjak dari waktu terbang
bebas kami yang sebesar satu per sepuluh menjadi sebesar satu
setengah saja. Faktanya, kami tidak perlu lagi mengurus stasiun
utama dan terbang terus untuk mengangkatnya. Kami bisa hinggap
untuk makan dan beristirahat, disaat mesin-mesin akan menyuplai
kegiatan angkat mengangkat kristal itu untuk tetap terus
mengambang di permukaan.

Tapi aku ragu ide itu akan bertahan. Jauh di dalam ingatan
kami masih tetap ingat akan kejadian yang terjadi beberapa
milenium lalu, tentang kecelakaan mengerikan yang terjadi pada
Kristal Tropis Rendah Kutub Utara, tiga ratus ribu tahun tidak
cukup untuk menghapus ingatan itu!

Pikiran itu membuatku gugup. Kubuka mataku dan kutatap


kebawah. Ya, kami masih tetap mengambang diatas rawa lahar
Eenos. Tidak, permukaan tidak lebih dekat daripada saat aku
terlelap dalam permainan. Cakar pengaitku masih tetap mengait
dengan baik pada tempatnya dan sayapku masih tetap mengepak
sesuai irama.

Azure level melingkupi tempatku, stuktur menonjol yang


tajam dan runcing yang kukenali sebaik kukenal tapak tanganku
sendiri. Baik itu kelembutannya serta tiang yang mengkilap, tiang
kristalnya dan pekarangan yang bisa kulihat nun jauh disana pada
tiang putih bundar---Area yang baru tumbuh. Aku masih muda,
mungkin aku akan dipilih untuk pindah ke area baru setelah
pertumbuhannya sudah layak dihuni. Kemudian namaku akan
berubah. Itu aneh. Dan baik itu diatas, bawah, tetanggaku,
seluruhnya juga akan berubah juga.

Kutatap Azure Level, SevenSpar, Extension Two. Down


Messengger Forty Two, yang terdekat di atasku. dia orang yang
pendiam, selalu saja begitu. Telah kucoba berkali-kali untuk
mengajaknya terlibat dalam permainan. tapi dia seorang ilmuwan
yang serius, salah seorang visioner yang kusebutkan tadi. Kukenali
dia sebagai “Forty-two tua.” Kurasa aku masih ragu apakah dia
benar jauh lebih tua daripada aku. Nama pilihannya adalah
Lackofa. Dia melafalkannya sebagai “LACK-Uv-Uv.” Kurasa itu
hanya jenaka-nya saja.

“Hei, Lackofa.” Kupanggil dia, kugunakan ucapan berbicara


daripada menggunakan memm uninet.

Kepalanya tersentak, menyebabkan bulunya yang yang


panjang dan penuh seni itu bergetar. Dia mengedipkan matanya
yang berhias. Dia mengamati langit, kupikir dia tidak tahu
darimana asal suara itu. Akhirnya, perlahan-lahan, dengan
kemalas-malasan,dia memandang ke bawah dengan tatapan
magenta-nya. “Toomin. Ada apa?”

“Aku kalah dalam permainan lain.”

“Ah, baiklah, aku tidak mengerti mengapa kau merasa perlu


untuk meng-informasikan hal itu secara pribadi fakta itu
kepadaku, dimana aku sedikit saja tertariknya, aku bisa
melihatnya dari net.”
Aku tidak terusik akan sikapnya. Kami berdua tidak ada yang
meminta penempatan ulang tugas, itulah buktinya akan fakta
bahwa kami bersikap baik sesama tetangga.

Aku menunggu, aku tahu bahwa keingin tahuannya sangat


besar dalam benaknya. “Baiklah, mengapa kau kalah?”

“Redfar berkata padaku bahwa aku terlalu idealis.”

“Mmm. Aku tidak berbagi kesenangan dengan permainan.”


Kata Lackofa. “Tiap permainan yang bisa dimainkan bisa diatur
ulang kembali. Kau selalu menyimpulkan hukum----mengira bahwa
kau sudah membayar perhatian lebih dan sekali kau tahu
aturannya itulah kemenangannmu, apa menariknya? Itu semua
hanya perangkat lunak. Perangkat lunak itu perangkat lunak itu
perangkat lunak. Membosankan.”

Aku merasa jengkel akan percakapan ini. Kelihatannya aku


tidak cukup paham permainan itu. “Kependudukan alien itu bukan
sekedar perangkat lunak.” Permainan itu adalah permainan yang
paling canggih yang pernah diluncurkan. Permainan itu punya lebih
dari sejuta skenario.

“Apa yang dibutuhkan merefleksikan pola dari pembuat


permainan. Skenario itu dibutuhkan secara terbatas sebab dasar
asumsinya juga terbatas.” Dia benar, tentu saja, tapi aku sedang
tidak mood untuk menerima penghakiman seenak sendiri darinya.
Aku sedang mood untuk merubah pokok pembahasan. “Apakah kau
akan datang pada pengumuman itu?”

“Pengumuman apa?”

“Pengumuman apa?” Apa maksudmu. ‘Pengumuman apa?’


Pengumuman itu. Bahkan kau sendiri tahu pengumuman apa.
Mereka mengumumkan awak tidak penting untuk ditempatkan
pada Kristal Quadrant Tiga. Emcee.”

“Oh, yang itu, baiklah, pertama-tama, aku tidak bisa


membayangkan mengapa kau merasa penting untuk terbang kesana
kemari padahal kau bisa tahu hasilnya hampir sama cepatnya di
net. Dan lagipula, aku tahu aku akan pergi.” Butuh waktu beberapa
detik untuk mendaftarkan pernyataan terakhirnya itu, berbicara
seakan-akan dia berhati-hati pergi tanpa persiapan.
“Kau akan pergi? Maksudmu...kau akan menjadi awak
penting?”

“Biologi ke tiga.” Ucapnnya, dia mencoba bersikap biasa,


getaran kecil tangan tengahnya tidak akan bisa membodohiku.
Tidak perlu menyembunyikan kilauan pinnk yang mulai muncul dari
ujung bulunya dan menyebar hingga ke kepalanya.

Aku bahagia untuk Lackofa. Aku sangat bahagia. Kecuali


bagian lain diriku yang berteriak-teriak iri padanya. Aku punya
kesempatan satu banding lima ratus untuk naik ke pesawat Zero-
Space sebagai awak tidak penting. Dia telah terjamin akan
menjadi awak penting. Usia kami hampir sama. Tapi entah
mengapa dia berhasil mendapatkan pencapaian yang lebih hebat
daripada aku.

Ada memm masuk. Toomin. Ucapku pada diriku sendiri.


Bisakah kau baca isyarat waktu? Aku memang idiot. Aku menyia-
nyiakan hidupku dengan bermain permainan, terbang bebas, dan
bertatap muka. Sementara Lackofa sedang belajar hingga
angkasa terdalam untuk menjadi yang pertama dalam akan suatu
hal yang aku hanya bisa melihatnya nanti, dan hanya berada di
beberapa sim net.

Aku terdiam. Lackofa kelihatannya tidak tahu. Atau mungkin


saja dia tidak perduli.

“Well, selamat, Lackofa.” Kata ku, kulakukan pekerjaan lemah


untuk menunjukkan gairahku.

“Apakah itu benar-benar suatu kehormatan.”

“Apa ya? Oh Ya. Kurasa ya.”

Aku terdiam setelah itu. Salah memang karena pedih, tapi


aku begitu. Sedih akan diriku sendiri, aku dengan tabah menolak
semua spesialisasi intelektual. Ku ucapkan pada diriku sendiri
bahwa aku tidak ingin membatasi pikiranku karena mengambil
salah satu disiplin ilmu. Kemalasan, itu dia. Aku malas. Aku
seorang pemimpi. Aku seorang juvie di usiaku saat aku bisa
dengan mudah serius pada sebagai seorang dewasa. Satu-satunya
hal yang kuperdulikan hanyalah tentang permainan, dan aku juga
tidak cukup bagus dalam permainan itu.
Kupecahkan masalah itu dan ada cara untuk merubah hidupku.
Untuk merubahnya disekitar penerbangan-tengah. Tidak ada lagi
omong kosong. Aku harus menanggungnya, aku harus bergulat, aku
harus mengait dan bertahan. Akan kulakukan, Shuntku akan
terbakar karena kepenuhan memm pembelajaran aku akan
mendownloadnya. Aku bisa melakukannya. Aku punya otak ini. Aku
hanya belum memutuskan untuk serius.

Okay, baiklah, habis waktu, Toomin. Buat suatu pilihan.


Buatlah komitmen. Saat ini juga. Lakukan!
Hanya saja saat waktunya terbang bebas. Yang lainnya akan
mengharapkan aku. Ku katakan pada Inidar aku akan disana. Aku
bukannya akan mengabaikan seluruh temanku hanya karena aku
memutuskan untuk berubah. Awalnya terbang bebas, kemudian
kujelaskan pada teman-temanku bahwa mereka mungkin tidak
akan sering-sering melihatku lagi.
Bab 03.

Memm isyarat-waktu muncul dan kulepaskan cakarku dari


kaitan dan kuputuskan sambungan. Kurasakan anugrah keheningan
didalam kepalaku. Tidak ada memm. Tidak ada isyarat waktu,
tidak ada update, tidak ada peringatan, tidak ada “Benda yang
tertarik.”, tidak ada omelan tentang pekerjaan yang belum
selesai, tidak ada himbauan untuk menguji ini itu atau publikasi
uninet yang lainnya, tidak ada pengaruh rasa bersalah “Mengapa
kau tidak bertengger dengan kami?” memm dari dam dan sire.

Terbang bebas! Aku menukik kebawah, turun, turun dan


turun menjauh dari tiang yang menjadi rumahku.

Sayapku kulipat, aku menukik tajam melalui tiang vertikal dan


tiang lurus dan melalaui kristal yang baru tumbuh, melewati bulu-
bulu wanita yang tidak bersemangat, tidak terkesan, tapi amat
sangat melirik caraku menukik.

Turun dan keluara dari matrix, keluar dari lingkup kristal ke


udara bebas dimana aku bisa melihat permukaan dengan jelas.
Atau sejelas yang orang lain bisa lihat, kulihat gas rawa berwarna
kuning yang perlahan-lahan berputar dibawah sana.

Kubuka sayapku, kubatalkan momentum yang terjadi,


kuseimbangkan daya apung, kukokohkan dorsalku saat aku
menghisap udara.

Dari sini bisa kulihat gambaran utuh kristal tempat tinggalku.


Sangat klise melihat keindahannya, tapi kristal itu memang indah.
Kristal itu hampir memenuhi langit, tentu saja, tapi bahkan dari
jarak ini aku bisa melihat bentuk sphere kristal itu, bola yang
brilian, tiang vertikal yang reflektif, tiang lurusnya, dan
pekarangannya.

Matahari naik tinggi dan bersinar cerah, dan saat kristal itu
bergerak dalam rotasi lamban sinar matahari menyala, terefleksi,
dari jutaan wajah, Sebiru es, hijau pucat, kuning, lembayung, dan
pink. Pemandangan warna-warna itu sungguh indah.

Populasi sekarang sudah hampir setengah juta. dan kapan


saja waktunya sembilan puluh persen penghuni sedang mengait
disana, dengan sayap yang dikepakkan dalam pola abadi,
menyediakan angkatan tanpa lelah yang menjaga kristal itu agar
tidak jatuh secara perlahan-lahan ke bawah. Sepuluh persen sisa
populasi sedang terbang bebas, jika mereka memilih terbang, tapi
kebenyakan hanya warga ketran yang lebih muda saja yang
terbang bebas. Ketran-ketran yang lebih tua hanya terbang bebas
jika mereka ingin mengerjakan suatu kerjaan khusus.

Berdiri diluar kristal itu sendiri, kelihatan kecil seperti bulan


kecil di orbit yang ketat, pesawat itulah : Mapping Crystal
Quadrant Three : MCQ3. The EmCee.

Mungking MCQ3 itu kabar buruk, dari masa depan kami


sendiri, saat pertama kali melihatnya, MCQ3 kelihatan seperti
versi mini dari Kristal Tinggi Khatulistia, kecuali bentung tiang
vertikal dan tiang lurus yang sangat jelas tidak bertumbuh dan
berhias mode sphere, tapi dari pada membentuk lonjong oval
dengan titik atas bawah yang terbatas. Pada bagian bawah MCQ3
ada empat stem raksasa, tebalnya dua kali lipat daripada tebal
tiang lurus kristal yang terakhir tumbuh. Dan pada masing-masing
stem raksasa itu terpasang silinder metal buram. Silinder itulah
mesin Zero-Space. Benda yang menggangu banyak orang berupa
piringan kecil yang terletak pada sambungan dimana stem
terhubung pada inti kristal, disana, pada titik strategis
pembangun MCQ3 telah memasang sebuah generator anti
gravitasi.

MCQ3 mengambang tanpa upaya, menjaga stasiun tetap


bekerja secara sempurna, menolak gaya tarikan planet yang tanpa
kasihan itu, seluruh gaya angkat itu tanpa adanya kepakan dari
banyak sayap seperti kristal lainnya.

Hal itu membuat rasa yang sempurna, pesawat itu


ditakdirkan untuk suatu planet pada dunia tidak dikenal. Kami
tidak bisa memprediksi bentuk atmosfir, tekanan, gaya dorong,
dan sebagainya, dalam kemajuan, tidak praktis rasanya untuk
membayangkan kristal tanpa dukungan sayap menjelajah atmosfir
dari dunia alien yang tidak pernah dilihat. Anti gravitasi
menjadikannya sempurna.

Tapi masalahnya itu adalah kristal asal kami sendiri. Anti


gravitasi itu sangat mudah dibuat. Jika mesin itu dipasang pada
kristal asal maka orang-orang akan bebas dari tugas utama
mengangkat kristal. Hidup akan jadi terbang bebas!

Sebagai seorang Pemain hal itu terasa mempesona. Tepat


sekali seperti skenario permainan : Buat suatu perubahan vital
pada masyarakat, dan tonton apa yang terjadi. Apa yang akan
terjadi jika kami Ketran melepaskan diri dari kerja sama yang
dibutuhkan untnuk menjaga kristal asal kami mengambang di
atmosfir? Tidak ada yang tahu.

Kutatap MCQ3. Tidak ada emosi yang bisa dihindari yang


menemani pandanganku. Sudah kujual kolamku di dalam tambang
di permukaan untuk menjadi awak pesawat. Deep Worm, aku ingin
pergi ke sana.

Apakah itu terjadi. “Apa?” Kuejek diriku sendiri dengan


kejam. “Tidak butuh untuk seorang remaja Pemain untuk menjadi
awak dari pesawat hebat ekspedisi antar planet?”

Biarkan ini berlalu, Biarkan angin ini lewat, Toomin, Bukan di


masa lalu tapi di masa depan perbaiki jarak penemumu
“Itu benar.” Gerutuku. “Ambil perlindungan dalam basa-basi.”

Kukepakkan sayapku dan naik keatas. Bukan kearah MCQ3.


Tidak, bukan kesitu, tapi berbelok dari situ, naik keatas ke
tenggeran lembayung tempatku bertemu dengan teman-temannku
untuk mendengarkan pengumuman. Tempat terakhir yang ingin ku
kunjungi di frame pikiran ini, tapi mereka, orang-orang tolol yang
malang, tetap saja jauh dari harapan.

Kami semua telah mendaftar agar diterima sebagai awak


tidak penting. Mengapa tidak? Itulah daya tarik alami diantara
Pemain dan penjelajah planet. Atau begitulah yang kami ucapkan
sendiri.

Kutahan angin menyenangkan dan membubung tanpa usaha


keatas, naik dan naik hingga melewati Azure Level, naik ke Violet
Level dan hinggap pada tenggeran yang kosong.

Redfar/Inidar sedang menunggu disana, melihat-lihat dengan


malas bersama Escobat (Yang nama permainannya adalah
Wormer), dan Doffnal, seorang gamer wanita yang jarang ditemui,
yang menggunakan nama permainan Aguella.
“Hai, Ellimist.” Panggil Aguella saat dia melihatku. “Aku telah
me-memm bahwa kau berhasil membasmi Pangaban dalam catatan
waktu.”

Jika sedang berkumpul diantara kami sendiri biasa


menggunakan nama permainan untuk saling memanggil. Ini afektasi
memalukan, tanda lainnya dari ketidak dewasaan yang sekarang
bisa kulihat dengan jelas diantara kami semua.

“Aku memainkan firasat.” Ucapku sedikit terlalu berkesan


untuk menandingi nada lawakannya. Kemudian, kucoba untuk
melemahkan moodnya. kutambahkan. “Kuminta pertandingan ulang,
Berikutnya aku akan berusaha untuk membasmi musuhku dalam
waktu yang lebih cepat daripada batasannya.”

Temanku tertawa akan ucapanku. Kami berkompetesi di


dalam permainan, tapi kami berempat juga merasa bahwa kami
berkompetisi melawan permainan., sama seperti musuh biasa yang
kami harus pelajari cara menundukkannya.

Ku ingat kembali apa yang di ucapkan Lackofa tentang


permainan yang tidak perlu dibatasi : Tidak ada keraguan lagi dia
benar. Tidak ada keraguan lagi bahwa polanya akan menjadi begitu
dan permainan akan menjadi semakin membosankan, tapi
kemudian, pada titik itu, pembuat permainan akan membuat
permainan baru yang lebih maju. Mereka selalu begitu.

Wormer mulai berbicara tentang skenario yang melibatkan


kompetisi tiga arah diantara spesies parasite, suatu spesies
pemangsa, dan suatu spesies simbiosis. Hanya dia satu-satunya
yang telah memainkannya jadi kami mendengarkannya dekat-
dekat. Dengan cepat kami terhanyut dan ikut-ikutan bicara
tentang permainan itu saat kami terbang disekitar tenggeran,
memeriksa ketertarikan orang lain dan mengecek hasil keluarnya.
Tenggeran lembayung adalah tempat hangout yang hebat bagi
para anak muda yang terbang bebas.

Tida ada yang mengungkit soal pengumuman, awalnya tidak


ada. Tidak ada seorangpun yang kelihatannya tertarik. Kami
sedang menikmati angin. Waktunya terlalu berangin untuk
terobsesi akan kesempatan kecil pada petualangan kehidupan
nyata. Lagipula, kami ini Pemain. Permainan itu sendiri adalah
bendanya.
Dan kusadari sekarang bahwa kami masing-masing melirik
pada mimbar tempat sang pembicara akan muncul sebentar lagi
untuk memberitahukan isi beritanya.

Aku tidak gugup. Aku sudah menyerah akan harapanku. Tidak


ada apa-apanya merasa menyerah hingga putus asa hingga menjadi
gugup. Tapi temanku yang lainnya malah gugup dan sulit juga
rasanya untuk tidak terkena sedikit turbulensi mereka.

Aku berkata. “Kau tahu, kebenarannya berada dibawah itu


semua, permainan itu punya sebuah setelan asumsi. Jika kita bisa
bisa melakukan kodifikasi asumsi-asumsi itu kita bisa
memenangkan setiap permainan.” Aku menarik petuah dari
Lackofa dan mengucapkannya lagi seakan itu pandanganku sendiri.

“Tentu saja kita bisa.” Kata Inidar. “Jika. Sangat besar


‘JIKA’. Besar “JIKA’. Faktanya begitu..”

Dia terdiam. Dia memperhatikan lekat-lekat pada : Empat


globe, tidak ada awan, seperti yang dikatakan para tetua. Wormer
dan Aguella berotasi dan melihat juga tanpa perlu bersikap tidak
tertarik.

Apakah yang akan aku lakukan? Pura-pura tebang dan


menggoda serta bertatap muka dengan beberapa gadis asing? Aku
harus tetap bertahan dan menunggu. Hanya ini yang sopan.

Aku melihat, menunggu bersama mereka, saat sang


pembicara menyeret sebuah fuzzball ke mimbar.

Dia seorang tetua, bulu-bulu panjangnya lebih berwarna


merah berkarat daripada jernih. Pembicara adalah pekerjaan bagi
orang tua. Mereka punya suara yang cocok untuk pekerjaan itu.

Aku tidak ingin menjadi gugup. Seluruh sifat model baruku


akan sikap acuh tidak acuh ku sudah tersapu jauh pada udara yang
naik keatas tentang keinginanku. Ikutkan aku! Ikutkan aku, orang
tua, dan biarkan aku pergi dengan kehidupan baruku yang serius.

“Inilah pengumumannya.” Ucap pembicara itu keras-keras,


dengan suara profesionalnya.

“Lembayung dan level Pink akan memulai pengolahan tanah


dari tiang lurus baru. Masing-masing tiang lurus akan bertumbuh
delapan Yard,”
Kami tidak perduli. aku juga tidak perduli, bagaimanapun juga
mungkin Aguella dan Wormer peduli, mereka berdua berasal dari
lembayung.

Pembicara itu mulai lagi. “Tujuh hari lagi sebelum acara


Dansa dari rumah kita tercinta, dengan Kristal Tinggi Orbit
Kutub. Seperti yang kau tahu, acara ini akan diadakan hanya sekali
setiap sembilan belas tahun. Terbang bebas akan dijadwalkan
setengah interval untuk mengijinkan banyak orang-orang untuk
saling berjumpa dan berhubungan dengan saudar lelaki dan
saudara wanita kita yang ada di Orbit kutub tinggi.”

Aku mengangkat bahu, baiklah, itulah sesuatu yang berbeda.


Akhirnya, perubahan rutin. Suatu kesempatan untuk berjumpa
orang asing dan membuat sambungan silang. Aku belum siap untuk
bercampur dengan orang lain. Jadi paling tidak ada tekanannya.
Kami tidak ada yang cukup tua. Kecuali mungkin Aguella.

Kulirik dia, kulihat bagaimana reaksinya akan pengumuman


itu. Apakah dia tersipu? Pikiran aneh bagiku jika membayangkan
Aguella menjadi seorang Dam. Entah mengapa mengangguku. Dia
tidak terlihat mirip dengan Dam-ku. Dia jauh lebih muda, dan
untuk satu hal, dia lebih cantik.

Aguella sangat serius akan Inidat, Wormer, dan Aku sendiri.


Dia lebih menjiwai permainan dalam hidupnya. Dia sangat
menyukai teori sensor passive.

Faktanya, salah satu rancangannya telah di gabungkan (Dalam


bentuk modifikasi) Pada susunan sensor pada pesawat EmCee.

“Akhirnya.” Pembicara itu berbicara dengan ajaib.

“Ini dia.” Gerutu Wormer.

“Akan ku umumkan nama-nama dari awak tidak penting yang


terpilih untuk perjalanan penempatan Kristal Quadrant Tiga.
Nama-nama yang akan diumumkan berdasarkan levelnya. Mulai
dari Level Pink : Pink Level, Seventy Spar, Yard One, Down-
Messenger,Nine. Pink Level....”

“Kita bisa memainkan satu permainan sebelum dia bicara


sampa ke level kita.” Gerutu Inidar.
Saat-saat drama tinggi telah terpotong oleh kenyataan
bahwa kami telah lama menunggu. Namun, kami tidak bergerak
kemanapun. Masih ada percakapan tidak beraturan, tapi telinga
kami tetap tersentak apabila mendengarnya.

Dan kemudian. “Violet Level, Two Spar, Main Branch, Left


Messenger, One Hundred twenty-nine.”

Aguella tersentak. Untuk waktu yang lama aku tidak


mengerti mengapa.

“Apakah itu kau?” Kutanya ketolol-tololan. Aku yakin bahwa


aku pernah tahu nama resminya tapi sudah lama sekali sejak
kulupakan.

Dia mengangguk. Dia mulai berbicara, kemudian dia


mengangguk lagi lebih sering. Dia lebih kelihatan terganggu
daripada bergembira. Hampir khawatir.

Aku tidak punya waktu lebih untuk memikirkan reaksi


anehnya akan berita bagus itu. Pembicara itu akhirnya sampai ke
Azure Level. Wormer kecewa. Violet Level sudah selesai di
umumkan, dan namanya tidak disebut.

Ada tujuh nama yang disebut dalam Azure Level. Namaku


yang kelimat disebut.

Untuk beberapa saat otakku berhenti bekerja. Aku berhenti


bernafas. Sayapku tergagap aku sedikit turun. “Apakah dia
menyebut namaku?” Aku berbisik .”Forty-one, kan? Bukannya
Thirty-one?”

Wormer melakukan yang terbaik untuk menyikapiku. Dia


mencoba untuk mengudara mungkin Inidar melakukan yang terbaik
juga, tapi hasil terbaiknya tidaklah hebat. Dia terlihat seperti
seorang penabrak, dan aku tahu bahwa apapun yang kucoba
ucapkan dan membuang rasa sedihnya akan membuatnya jauh
lebih sedih lagi. Rasa kasihan tidak akan pernah nyaman bagi
seorang yang di kasihani.

Tapi dalam beberapa level reaksi mereka sudah tidak


relevan. Aku tahu itu, dan begitu juga mereka, menyedihkan.

Kami berempat sekarang sudah terpisah dua-dua. Wormer


dan Inidar akan tetap disini. Aguella dan Aku akan pergi.
Bab 04.

Aku kembali ke tempat bertenggerku, jarang sekali aku bisa


tepat waktu seperti ini. Aku bertengger dan berteriak pada
Lackofa.

“Hei! Hei! Lackofa!”

Dia membuka matanya dan menatapku dengan pandangan


tidak mengertinya. “Ada apa sekarang?”

“Aku berhasil. Aku menjadi awak tidak penting!”

“Se tidak pentingnya seperti kemungkinannya.” Ucapnya


dengan datar.

“Sangat lucu, Lackofa, tapi kau tidak punya kesempatan


untuk menjengkelkanku. Tidak hari ini. Aku ada di EmCee. Kita
akan jadi awak bersama-sama. Aku akan pergi!”

“Oh, itu. Ya, aku tahu.”

“Bagaimana kau bisa tahu? Berita itu belum lagi muncul di


uninet. Ada mandat penundaan seperempat jam sebelum
pengumuman resmi dari uninet.”

Uninet masih dalam pengembangan, hampir seratus tahun


tuanya, dan tidak ada seorangpun yang menganggap usang
pembicara dan tradisi mereka.

Lackofa menyipitkan matanya. Ku akses uninet. Tidak,


pengumuman itu belum lagi ada. Tunggu. Ini dia, baru saja tiba.
Kutekan dan kubaca namaku sendiri, nama tercintaku. Ku garis
bawahi dan kubaca sekali lagi.

Nama yang sangat bagus itu terlihat sangat-sangat rapi di


baris bawah daftar awak. Memandangnya membuatku merasa
puas.

Kemudian, aku sadar. “Hei, Lackofa. Bagaimana kau bisa tahu,


berita ini baru saja muncul di net?”

Tidak ada jawaban.

“Kau melakukannya bukan.” Kutuduh dia. “Kau yang


mendukung namaku.”
“Mengapa aku harus melakukan hal itu?” Raung nya.

“Mengapa aku harus melakukan hal itu?” Ku ulangi ucapannya


dengan nada yang berbeda. “Kau bahkan tidak menyukaiku. Aku
seorang Pemain. Seorang Pemain yang sering kalah. Aku berada di
rangking seratus tujuh puluh sembilan dari sembilan ratus
sembilan Pemain yang terdaftar di setku Mengapa aku?”

Awalnya Lackofa tidak menjawab, tapi kurasa dia sadar


bahwa aku tidak akan membiarkannya membuang pancingan itu.
Dia mengeluh lagi, menggurutu tanpa suara pada dirinya sejenak,
kemudian, dia berkata seakan dia seorang yang dipaksa untuk
mengakui kejahatannya. “Aku mengembangkan kecurigaan tidak
normal atas kekalahanmu, Toomin. Aku seorang akhli biologi jadi
aku punya akses akan map DNA-mu. Faktanya kau berada pada
rangking seratus tujuh puluh sembilan—Kekalahanmu sebelumnya
lima belas.”

“Ouch.”

“Tapi berdasarkan aturan analisis kecerdasan murni kau


sangat mendekati puncak.”

“Aku?”

“Ya, dan jangan malu-malu padaku. Kau tahu bahwa kau itu
lebih cerdas daripada Pemain yang biasanya mengalahkanmu. Kau
kalah dalam permainan yang seharusnya kau menangkan, bukan
membebaskan, tapi keras kepala. Kau memainkan permainan dalam
level yang berbeda. Tidak mencoba untuk menang saja, tetapi
mencoba untuk menang dengan kebaikan, kau bersifat Altruisme.”

Aku malu. Kagum juga. Lackofa memperhatikan aku pada level


yang tidak pernah kuperkirakan.

“Bagaimanapun juga,” kata Lackofa. “Kita punya banyak


ilmuwan brilian, analisis brilian, komunikator brilian, peneori
brilian, ahli fisika brilian, tehknisi brilian, dan Ahli astronomi
brilian di pesawat MCQ3. Kutanya pada diriku sendiri apa yang
tidak kami punya, dan jawabannya muncul di pikiranku. Kami tidak
punya Pecundang yang brilian. Jadi ya, aku yang menyeponsori
namamu. Sekarang, tolonglah, untuk tetap diam, aku ada kerjaan.”

Dia menutup matanya, dan mendiamkanku, kali ini nyata.


Pecundang yang brilian? Apakah mungkin untuk menjadi
seseorang yang secara serempak di puji dan di hina?

Jelas.

Sebuah memm muncul, rupanya undangan sebuah permainan


dari seorang Pemain bernama Dryhad. Kutolak dia. Sekarang
bukan waktunya bermain permainan. Aku punya suatu pikiran yang
harus kupikirkan dalam-dalam : Aturan untuk susunan.

Apakah aku? Ya, tentu saja. Sekarang memang bukan


waktunya untuk suatu permainan. Untuk pertama dan kebanyakan,
aku harus mempelajari segalanya yang harus dipelajari. MCQ3,
tentang mesin Zero-Space, tentang Quadran Tiga, dan tata surya
utamanya.

Ku aksed data pada MCQ3. Ringkasannya saja butuh setahun


bagiku untuk mencernanya. Tidak ada waktu untuk semua itu.
Disamping itu, aku tidak butuh hal-hal semacam itu, aku hanya
butuh.....baiklah, untuk sekarang aku hanya butuh gambar.

Ya, ya, itu dia. Suatu pesawat Angkasa Dalam yang asli.
Pesawat Angkasa dalam-ku. MCQ3 milikku pribadi, aku sudah suka
dia sejak awal.

Pecundang yang brilian?

Paling tidak aku tidak akan naik pesawat tanpa adanya


persiapan, kelihatan seperti orang tolol yang tersesat yang tidak
bisa membedakan bagian dalam dari bagian luar. Aku akan
mengingat setiap square inchi dari pesawat.

Sangat sedikit waktu. Sembilan belas hari. Terlalu banyak


kegiatan dan tidak ada waktu sama sekali. Benar-benar tidak ada
waktu untuk itu semua. Sembilan belas hari!

Deep worm, kelihatannya akan terlihat seperti selamanya.


Bab 05.

Pikiranku sedang ku fokuskan dengan tajam, bahkan secara


obsesif, pada MCQ3 dan peluncurannya, tapi setiap orang lain
malah lebih tertarik pada Dansa di Kristal Orbit Kutub Tinggi.
Kutubnya ada di Ketran, tentu saja, sama seperti kami, tapi
kemungkinan dengan masyarakat yang berbeda. Ku katakan
kemungkinan karena kami hanya kesana setiap sembilan belas
tahun sekali.

Secara alami kami laporan bekas dari kristal lainnya yang


telah menghadapi mereka dan berdansa dengan kami. Tahun
kemarin baru saja kami selesai berdansa dengan Kristal
Khatulistiwa Tinggi Dua, saudara perempuan kristal kami, dan
mereka telah berhadapan dengan Kristal kutub tiga tahun
sebelum kejadian itu.

Tetap saja, mendapatkan laporan bekas dari tiga tahun


sebelumnya bukanlah cara untuk memahami masyarakat. Dan pada
beberapa kasus, beberapa hal yang masyarakat Kristal Dua telah
beritahu kami tentang Kristal kutub sedikit aneh.

Untuk satu hal tertentu Kristal Kutub menurut dugaan


sangat melibatkan pewarnaan bulu. Bukan itu yang menjadi hal
buruknya, kurasa sih, tapi aneh, maksudku, kau terlahir dengan
bulu-bulu itu, mengapa kau ingin bulu-bulu itu jadi berwarna hijau
dan lainnya?

Tapi yang lebih dalam lagi, kristal kutub dikatakan telah


membuat langkah yang hebat di bidang komunikasi atmosfir. Yang
ini, tentu saja, akan menjadi terobosan akan dunia yang terpisah-
pisah ini. Jika ada orang lain yang tahu cara memancarkan sinyal
melalui radiasi di latar belakang mereka akan bisa melakukan
komunikasi dari kristal ke kristal. Kami tidak akan lagi jadi suatu
planet dengan Tiga-puluh dua kristal independent : Kami bisa
mengaitkan ke tiga puluh dua dalam uninet planet. Aku akan bisa
menantang Pemain dari kristal yang berbeda!

Aku bisa kalah pada orang yang mungkin tidak pernah kulihat.
Tapi mungkin itu semua hanyalah rumor. Mudah saja
menembakkan elektron melalui sebuah kristal, tapi jauh lebih sulit
melakukannya di udara.

Dansa di Kristal Kutub Orbit Tinggi tidak lama lagi, hanya


beberapa jam lagi. Kedua kristal berkeinginan untuk mengalami
penggunaaan mesin mengerikan yang diperlukan untuk
memperlambat momentum dan menghidupkan ulangnya. Jadi kami
punya waktu tiga jam dimana kami bisa terbang bebas diantara
jarak itu. Dan secara pribadi kami akan terbang lebih dekat.

Aku dijadwalkan berangkat lebih awal saat jarak masih jauh.


Aku masih muda. kau tidak ingin mengharapkan orang tua untuk
terbang bebas selama satu setengah jam hanya untuk
mendapatkan waktu perjumpaan sepuluh menit saja bukan.

Seluruh masyarakat itu mengagumkan. Aku? Tidak terlalu


begitu. Ada hal lain yang sedang ku pikirkan.

Aku masih ditempatku, berselancar melalui uninet sim MCQ3


untuk yang kedua puluh kalinya, saat kudengar suara sangat dekat
yang memanggilku. Kubuka mataku dan disanalah Aguella. Dia
datang langsung ke tiang tempatku tinggal.

“Ellimist. Apa yang sedang kau lakukan?”

Aku berkedip. “Apa?”

“Ini waktunya. Apa, apakah kau mengabaikan isyarat waktu?


Ini waktunya! Acara Dansa.”

“Oh, Benar.” Kulepaskan cakar pengaitku dan melirik sebelah


selatan. Kristal kutub sudah berada pada jarak pandang seharian
ini, tapi kristal itu kelihatan semakin besar saja tiap jamnya.
Faktanya pikiran pertamaku adalah kami akan tertarik kesana.

Aguella menyeringai saja, dia menunggu sesuatu. Menungguku


untuk menyadari sesuatu. Aku membeku dan mengalihkan
pandanganku lagi pada kristal kutub itu. Kemudian aku berteriak.

“Hei!”

Aguella mengangguk. “Yeah.”

“Kristal itu asimetris. Lihatlah pada kristal yang baru tumbuh


itu.” Sphere itu, atau apalah yang seharusnya jadi sphere itu,
telah benar-benar jadi Padat. Padatan kristal itu hanya
sepersepuluh diameternya, tapi terlalu besar untuk kristal yang
baru tumbuh dan menunggu untuk di trim.

“Kristal itu bukan asimetris.” Kata Aguella. “Atau paling tidak


bukan itulah titik tujuannya, kupikir. Aku bisa saja salah, tapi
kuperkirakan itu suatu pola. Kau bisa melihatnya dari bawah sini,
tapi kupikir mereka mencoba untuk memdatarkan sphere itu dari
segala arah. Kupikir kristal padatan itu telah sesuai dengan sisi
kepadatannya.”

“Mengapa mereka harus....”

“Airfoil,” Ucapnya penuh kemenangan. “Kristal kutub itu


sedang membuat sebuah airfoil.”

Untuk pertama kalinya dalam tujuh hari ini aku benar-benar


lupa tentang MCQ3. Sebuah airfoil! Itu sesuatu yang diluar fiksi.
Bukan kejutan lagi bahwa sphere itu lebih susah untuk tetap
terangkat tanpa adanya airfoil. Airfoil itu bisa terbang tanpa
adanya angin yang berhembus dan benar-benar bisa mengangkat
kristal itu.

Airfoil itu adalah jawaban akan permasalahan dari mesin.


Menyematkan mesin pada kristal mungkin bisa menghancurkan
kohesi sosial, tapi rancangan airfoil masih tetap membutuhkan
orang untuk mengangkatnya. Hanya saja lebih sedikit yang perlu
diangkat. Pernah sekali kubaca tentang efisiensi rancangan airfoil
yang bisa membuat setengah penduduk untuk tetap terbang
bebas pada waktu tertentu.

“Mereka akan santai jika berhasil membuatnya.” Kata Aguella


dengan iri. “Kubayangkan jika mereka akan pernah mencobanya.”

“Mungkin,” Ujarku penuh keraguan. Kuingat kembali


gambaran di ingatanku tentang seorang bijak dari dewan.
Setengah anggota dewan sudah begitu tua sehingga mereka hanya
menggeser daripada mengangkat. Aku ingin bertaruh bahwa
beberapa anggota dewan itu akan terjatuh ditempat saat mereka
melihat airfoil kristal kutub itu.

“Ayolah, mari pergi.” Himbau-nya.

Kami terbang bebas, cepat dan beringas. Tidak ada saat-saat


yang ditinggalkan. Aguella, dia wanita, jauh lebih cepat daripada
aku, tentu saja, tapi dia tetap menahan lajunya agar aku tetap
bisa mengimbanginya. Ku kendarai anginnya, tetap terbang di
belakangnya. Keadaan ini memberikan keuntungan padaku suatu
pemandangan yang melingkupi kedua hal mengagumkan, yaitu
airfoil itu dan Aguella sendiri. Pod-nya cantik sekali.

Bukan itu, Toomin. Kupikir. Bukan itu yang harus kau pikirkan
saat ini.
Mone! Dia menyebarkan mone untukku!
Untukku? Tidak, tentu tidak. Aguella bisa mendapatkan
setiap pria yang dia inginkan. Dia cantik, tubuhnya indah, kokoh,
cerdas, menyenangkan, cantik, sangat-sangat cantik.

Terlalu banyak kata cantik yang ku ucapkan pada diriku


sendiri. Berarti benar : Aguella sedang menyebarkan mone-nya.
Dan aku tanpa daya di jalur angin terbangnya.

Aku terbang kesebelah kiri, bebas dari jalur terbangnya. Dia


melambat sedikit tapi itu pilihan bagus. Apapun yang dilakukannya
membuatku mendapatkan udara segar.

Kuhisap udara segar tapi hampir terlambat. Bulu-buluku


sudah menjadi geli. Bagaimana bisa dia melakukan hal ini? Dia
sesama Pemain denganku! Ini perlakuan yang membuat amarah,
dan dengan adanya perjalanan yang akan datang, dan acara dansa
ini,....ini trik rendahan, sudah pasti..

Dia menyadari gerakanku, jalan keluar yang tidak menarik.


Dia harus tahu. Mengapa aku melakukannya. Hebat. Sekarang dia
pasti marah padaku, dan saat ini aku benar-benar sedang tidak
ingin berdiplomasi dan bersikap sopan serta santai. Otakku
sedang kacau.

“Hampir disana.” Katanya. “Lihat!”

“Apa? Lihat apa?” Teriakku.

“Kristal kutub pertama, didepan sana, mereka seumuran


kita.”

“Yeah, well, sebenarnya kita tak seumuran, kau tahu,


Aguella.”
Dia tertawa, tertawanya mengganggu, “Kita hampir
seumuran, Toomin.....secara fisik iya, sekarang, secara
fisikologi.......” Dia tertawa lagi, menjengkelkan, merendahkan
martabat, namun tertawanya menakutkan dan mengintimidasi.

Kutelan ludahku dan mencoba untuk memikir apapun tentang


fakta bahwa tadi dia menggunakan nama pilihanku, dan bukannya
nama permainanku. Dia biasanya selalu memanggilku Ellimist.
Tidak pernah Toomin.

Oh, ini hebat. Oh, ini baru hebat.

Ku abaikan leluconnya, suara tertawanya, dan sebaik yang


kubisa, serta mone-nya. Kufokuskan diriku akan kristal kutub.

Ada sekitar dua atau tiga ratus masyarakat mereka di udara,


bersebaran di udara pada area seluas dua mil. Sama banyaknya
dengan kami warga masyarakat khatulistiwa. Seperti dua awan
berkelip-kelip di langit berhama.

Kulihat kebelakang dan kulihat kristal asalku. Kulihat kristal


itu sudah ketinggalan jaman, tidak berkilau, jika dibandingkan
dengan rancangan kristal kutub yang sekarang tidak diragukan
lagi kelihatan berbentuk airfoil. Hal itu membuatku sedikit
bersikap defensif, kurasa. Kristal rumah kami lebih besar, lebih
tua, kurasa lebih indah warnanya. Tapi kristal kutub itu lah kristal
masa depan.

Kucari-cari masyarakat kristal kutub itu, ingin kulihat bulu-


bulu tiruan yang berwarna yang kudengar rumornya, tapi mereka
kelihatan tidak ada bedanya dengan kami. Masing masing mereka
punya “2 plus 4 sama dengan 4 plus 2 dan tidak ada yang lebih
baik.” Seperti yang biasa digunakan pre-sire ku. Dua pod, empat
sayap, empat mata, dan dua lengan.

Aku dan Aguella bertemu dua masyarakat kristal kutub yang


kelihatannya ingin menjumpai kami. Mereka berdua seumuran
kami, keduanya pria. Salah satunya memiliki bulu-bulu kuning
indah yang alami dan mata kuning-orange. Yang satu lagi lebih
mudah dikenali dengan sayap anehnya yang besar. Kami dan
mereka terbang menyilang dan melayang dalam jarak yang sopan.

“Ini temanku Doffnall.” Kuperkenalkan Aguella dengan nama


pilihannya. “Aku Toomin.”
“Ini temanku Oxagast, dan aku Menno.” Ucap Yang bersayap
besar itu.

“Selamat berjumpa.” Kami berempat berkata bersaman.

“Kalian memiliki pesawat angkasa dalam yang bersiap


diluncurkan.” Seru Menno.

Dia berbicara langsung aku langsung berkata. “Kalian


mempersiapkan sebuah airfoil!”

Kami semua tertawa bersama dan aku paling tidak merasa


lebih nyaman. Keingin tahuan mereka cocok dengan kami, dan
masing-masing dari kami punya perbincangan.

“Ya, itu, Kristal Mapping Quadrant Tiga.” Kataku, kemudian,


tanpa perlu berpura-pura kutambahkan. “Aku dan Doffnal adalah
awaknya.”

“Awak penting?” Tanya Oxagast.

Aguella tertawa. “Tidak, maaf, kami berdua bukan ilmuwan.


Kami hanya sepasang Pemain yang beruntung.”

Kami berbincang-bincang tentang permainan dan tentang


kemungkinan pengembangan uninet kristal-ke-kristal.

Menno kelihatannya ingin mengatakan sesuatu, mulutnya


terbuka, kemudian tertutup dan dipaksa tersenyum. Wajah
Oxagast muram.

“Itu pasti hebat.” Kata Oxagast dengan lemah lembut.

Kemudian Aguella membahas rancangan airfoil itu.

“Apakah Sang bijak kalian menolak ide itu?” Tanya Aguella.

Kedua masyarakat kristal kutub itu saling tatap. “Mereka


menolak. Jadi kami mengadakan pungutan suara.”

“Apa?”

“Kami memungut suara. Masing-masing masyarakat kami di


ijinkan untuk memberikan keputusannya, ya atau tidak, kemudian
kami hitung totalnya. Rancangan airfoil didukung oleh enam puluh
satu persen oleh pemilih.”

Aku dan Aguella pasti kelihatan sangat terkejut.


Menno menyeringai, dia mengangguk tahu bagaimana ekspresi
kami. “Kami mengadakan perubahan dalam masyarakat kami.”

“Beberapa perubahan? Mengapa?”

Menno mengulurkan tangannya kearah rumahnya. “Sebab


memang diperlukan. Kami tidak akan membiarkan sang bijak
menghentikan kami menghentikan kemajuan itu. Perubahan sudah
datang. Perubahan besar. Rakyat yang memutuskan sekarang. Dua
tahun lagi kami akan menyelesaikan rancangan airfoil itu.
Kehidupan kami tidak akan sama lagi.”

“Tidak, kurasa itu tidak akan terjadi.” Ujarku. Apakah aku


malu atau iri atau keduanya? Aku benar-benar terganggu. Itulah
yang kutahu.

Oxagast kelihatannya kurang antusias daripada temannya


Menoo. “Ide itu akan memberikan rakyat kami lebih banyak waktu
bebas setelah airfoil itu beroperasi, kami akan melakukan
lompatan besar. Itulah idenya.”

“Tentu saja kami akan berhasil.” Kata Menno. “MCQ3 milik


kalian? tidak mengejek ya, tapi itu akan jadi mainan jika
dibandingkan apa yang kami bangun. Kutup orbit tinggi akan
memimpin jalan, dan yang lainnya akan mengikuti. Saat kalian
sudah kembali dari Quadran tiga, keadaan disini akan berbeda.”

“Berbeda itu tidak selalu lebih baik.” Gerutuku, aku kepikiran


Pangaban.

Tapi Menno mencercaku. “Kau itu seorang pemain dan kau


takut akan adanya perubahan? Permainan apa yang dimainkan
rakyat khatulistiwa? Apakah permainan tentang kendali. Dengan
adanya pemilihan dan perubahan lainnya yang bermunculan kami
berhenti bermain-main dengan hal kecil, bergerak disini dan
disana sesuai anjuran sang bijak. Kami semua yang menjadi sang
bijaknya. Kami menjadi pemain daripada yang dimainkan.”

“Dalam beberapa skenario permainan ada keseimbangan


antara perubahan dan stabilitas.” Kubalas lagi dia. “Permainan---
paling tidak seperti yang kami mainkan---itu untuk membuat
perubahan kecil tidak menonjol---dan menikmati hasilnya.”

“Banyak yang sama dengan kami.” Ujar Oxagast setuju.


“Hanya saja akhir-akhir ini beberapa pemain.” Dia mencondongkan
kepalanya kearah Menno. “Beberapa pemain merubah aturan
permainan.”

“Kami menyebutnya Penyusup.” Ujar Menno dia tertawa


bangga. “Kami menjadi lebih radikal. Mengapa harus minimalis?
Mengapa menggunakan perubahan kecil? Mengapa tidak ikut
langsung kedalam permainan, ikutkan dirimu kedalam aksi mereka,
dan ambil alih? Pahamkan apa yang kumaksud? Mengapa pula
seorang pemain tidak tampat dalam permainan itu? Penyusup!”

Aku mendapatkan isyarat waktu. Waktunya untuk pulang.


Terlalu sedikit waktu, namun aku merasa lega juga.

“Selama berjumap.” Ujarku sedikit kasar.

Aguella dan Oxagast mengulangi ucapan selamat tinggal. Tapi


Menno menatapku dengan kasar dan berkata. “Jangan takut akan
perubahan, khatulistiwa. Perubahan itu sudah datang, baik kau
suka atau tidak.” Kemudian, yang membuatku terkagum, dia
menggenggam erat tangannya dan meneriakkan satu kata.
“Penyusup!” Kata itu bukanlah salam atau ucapan berpisah, kata
itu suatu pernyataan tentang kepercayaan. Kata itu suatu
tantangan.

Aguella hanya sedikit berkata-kata saat perjumpaan tadi,


tapi saat terbang pulang dia jarang terdiam.

“Dia benar.” Kata-nya. “Lihat apa yang telah mereka lakukan!


Airfoil. Mengapa? Mereka merubah aturan, ya kan? Hal yang sama
dalam permainan, mereka merubah peraturan.”

“Yeah, baiklah, dia tidak menyebutkan apakah dia


memenangkan banyak permainan?”

“Mungkin suatu hari kita bisa bermain melawan mereka.” Kata


Aguella.

“Mungkin lebih cepat daripada yang kau pikirkan.” Kataku,


kuingat ekspresi terpaksa yang aneh dari masyarakan kristal
kutub saat aku menyebutkan komunikasi antar kristal.

Apakah masyarakat kutub telah berhasil mengatasi masalah


itu? Itu bisa jadi revulusi yang sesungguhnya, jauh lebih hebat
daripada hanya menggantikan pemerintahan dari sang bijak.
Tentu saja transmisinya akan jadi tidak berguna hingga
kristal lainnya punya receiver. Jika tidak transmisinya hanya akan
terdengar sebagai jeritan suara angin, tidak kedengaran.

Jadi kupikir dan kuyakinkan diriku sendiri dengan ilusi itu.


Bab 06.

Esoknya, Kristal Kutub Orbit tinggi sudah tidak kelihatan


lagi, dan aku masuk ke MCQ3 untuk yang pertama kalinya.

Disana ada sim dan disana juga ada kenyataan. Dan biar
kukatakan bahwa jika tidak ada sima, tidak perduli bagaimana
baiknya pun, kenyataan yang cocok. Masalah yang ada dengan sim
adalah kau tahu bahwa itu sim. Kenyataan di tangan yang lain,
baiklah, ini kenyataan.

Lackofa, sebagai sponsorku, menjadi pemanduku di pesawat.

Aguella telah terpilih untuk proses biasanya, jadi dia tidak


ada yang menyeponsori, dan dengan demikian keduanya ada
kerugian dan keuntungannya.

Kerugiannya adalah bahwa tidak ada yang akan menjawab


pertanyaanya. Jadi dia tetap bergantung padaku, dimana hal itu
bagus juga. Keuntungannya adalah bahwa dia tidak perlu khawatir
akan mempermalukan sponsornya.

Ucapan selamat datang dari Lackofa padaku hanya begini.


“Cobalah untuk tidak jadi seorang yang benar-benar idiot, okay?
Itu saja yang kuminta.”

MCQ3 dibangun sesuai standar. Pesawat ini berupa kristal


budidaya dengan satu isyarat, berbentuk bulat telur daripada
sphere. Didalam pesawat ini ada tempat bertengger untuk seratus
empat awak—penting dan cadangan. Tapi tentu saja tidak ada
seorangpung yang disediakan untuk mengangkatnya. Kami bisa
mengangkatnya jika merasa akan jadi lebih nyaman, tapi
mengangkat disini tidak relevan, tidak penting. Kurasa ini contoh
suatu rasa kecil akan jadi bagaimana nantinya jika ada airfoil.

Ada force field dalam MCQ3 yang berisi atmosfir dan akan,
kami harap bisa membelokkan puing-puing angkasa. Jika Force
field gagal fungsi maka kami akan kehilangan atmosfir. Sistem
cadangan berupa pipa-pipa membingungkan yang ditanam didalam
tiang dimana pipa-pipa itu mengalirkan udara yang bisa dibuat
bernafas ke tiap dermaga.
“Kau tinggal tarik saja tabung tambahan dari kerahnya,”
Lackofa mendemonstrasikannya pada kami. “Dan tinggal
tempatkan pada lubang udara. Lalu bernafaslah dengan normmal
hingga Force field aktif kembali dari cadanganny, atau hingga kau
membeku hingga mati, tergantung yang mana duluan terjadi.”

“Bagaimana jika kami tidak ada di dermaga?” Tanya Aguelle.


“Bagaimana jika kami ada disalah satu tempat bertengger?”

“Ada akses darurat disana.” Kata Lackofa. “Pertanyaan


bagus. Kau berpikir maju kedepan.”

Hal itu membuka sedikit mataku, Apakah Lackofa bertatapan


muka dengan Aguella? Apakah dia tidak mone lagi? Tidak, aku
tidak menyadarinya.

Kubuang ingatanku tentang masukan itu dan kuposisikan


sayapku di belakang tubuhku. Tidak bekerja. Pria lain akan
memperingatkanmu ketika kau terkena mone, apa yang tidak
mereka ceritakan itu adalah berapa lama efeknya bertahan.

“Bagaimana jika kita sedang terbang melalui Zero-Space saat


force fieldnya gagal bekerja?” Aku bertanya.

Lackofa menanggapiku dengan tatapan sayu-nya. “Kita akan


langsung keluar dari Z-space dan muncul kembali di angkasa
normal, dimana kau sekali lagi harus bernafas melalui tabung atau
membeku hingga mati. Oh, dan ngomong-ngomong? Sulit terbang
di area hampa. Jadi jika kita kehilangan atmosfir kau pasti ingin
tetap berada di dermaga, saja.”

Muncul gambaran sekilas di otakku saat aku mengepakkan


sayapku tanpa daya, sia-sia di angkasa saat MCQ3 mendekat
kearah bintang terdekat.

Baiklah, tidak pernah ada seorangpun yang mengatakan


bahwa perjalanan luar angkasa itu aman. Generasi 9561 mengklaim
bahwa mereka kehilangan sepuluh persen Generasi 9547, generasi
pertama yang mencoba ke luar angkasa dan melakukan perjalanan
luar angkasa dan enam persen dari Generasi 9548. Bahkan baru-
baru saja Generasi 9558 mereka itu kehilangan banyak subtansial
di angkasa yang berhubungan dengan kecelakaan.

Dan lagi, tiap individu Generasi begitu mudah tewas.


Beginilah yang mereka lakukan. Bekerja sama dengan bentuk
kehidupan hanya saja jangan terlalu terlalu banyak bertengkar
pada setiap anggota yang bisa bertukar tempat.

“Ikuti aku, tetaplah dekat-dekat, jangan sentuh apapun.”


Perintah Lackofa. Dia terbang keatas, kami mengikuti di
belakangnya. Naik dan naik melalui byzantine, melewati tiang yang
tidak kukenal, melewati dermaga, serta beberapa mesin terpasang
yang berkilat saking cerahnya.

Dia membimbing kami ketempat tenggeran yang tidak pernah


kulihat sebelumnya—bahkan tidak ada di sim. Tenggeran itu
berada di ujung mangkuk yang mungkin lebarnya lima puluh kaki,
mangkuk itu berisi cahaya yang berkedip, pembaca dan layar
penampil video. Seluruhnya dibuat dari logam dan filamen karbon
serta crys gepeng. Tempat ini merupakan mimpi buruk bagi
seorang penderita klaustrophobia, karena tempat ini benar-benar
dikelilingi oleh ruang disekelilingmu.

“Apa ini?” Tanyaku penasaran. “Ini tidak ada di sim!”

“Tidak,” Kata Lackofa. “Ini pusat kendali cadangan. Jika ada


kerusakan catastropik pada inti kristal, mesin-mesin ini bisa
digunakan untuk menerbangkan wadahnya.”

“Bagaimana?”

“Ini ini berdiri sendiri. Kau tidak bisa melihat mesinnya, dia
membuat force fieldnya sendiri. Dan jika ada kerusakan
katastropik pada kristal itu sendiri, pod ini bisa terpisah dari
induknya dan tetap terbang.”

“Tanpa.....tanpa kebanyakan awak pesawat.” Kataku, aku tidak


ingin mempercayai apapun yang begitu kejam. “Dan ini tidak ada di
sim.”

Mata Lackofa mengeras. “Tidak, ini tidak ada di sim. Dan


tidak akan ada juga di uninet. Kau harus memahami sesuatu. Ini
bukanlah kehidupan lamamu. Perjalanan ini sedikit lebih hebat
daripada darmawisata ilmuwan tak berdosa. Dan ini benar-benar
bukan permainan.”

Nada ucapannya membuatku merinding. Aku Aguella saling


pandang.
Kami menjaga agar stasiun ini tetap berada diluat dari
tenggeran gelap bertepi tajam. Mengambang jauh diatas kristal
asalku, sedikit diantara udara tempat tinggalku. Tapi tiba-tiba
aku tahu bahwa kami telah melintasi batas.

“Apa yang ada di luar sana?” Kutanya Lackofa.

Dia menggooyangkan kepalanya pelan-pelan. “Kami tidak tahu


pastinya. Tapi dua tahun yang lalu suatu pesawat yang tidak di
ketahui asalnya. Muncul dari Zero-Space sejuta mil dari sini dan
menyalakan sensor orbit. Drop Pod itu dilepaskan sekali tiap enam
bulan, seperti yang kau tahu, untuk memperpanjang waktu hidup
sensor. Tapi dengan keberuntungan kami berhasil mendeteksi
pesawat itu dua bulan setelah kemunculannya. Kami kirim drone
kesana untuk mencegat dan men-surveinya. Dan drone itu tidak
pernah kembali. Dua bulan kemudian kami mendapatkan jawaban
dari sensor drop pod lainnya. Pesawat alien itu telah menembak
drone kita dan menghancurkannya dengan menggunakan sejenis
senjata sinar ber-energi tinggi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan
di dalam pesawat itu. Pesawat itu di program untu melindungi
dirinya sendiri, kurasa sih. Kami memodifikasi sebuah drone
dengan perlindungan force field dan mesin yang lebih cepat, kami
kirim kembali untuk mencegat pesawat alien itu lagi.

“Kali ini kami beruntung. Pesawat alien itu menembak drone


kita sebelum pesawat itu sempat menyesuaikan sistem
perlindungannya drone kita menempelkan dirinya ke dermaga
pesawat alien itu dan menyerap data komputernya.

“Hanya ada satu masalahnya : Saat Drone itu melepaskan


dirinya dari pesawat, drone kita tertembak dan rusak. Kami
berhasil memperbaikinya tapi hanya bisa menyelematkan sebagian
datanya saja.”

“Berapa banyak yang kita tahu?” Tanya Aguella.

Lackofa ragu-ragu. Kemudian. “Kalian berdua memahami ini


dengan baik, kuharap, tidak ada satupun percakapan ini yang akan
tersiar ke masyarakat luas. Maksudku itu artinya penalti bagi
kalian.” Dia mengulanginya pelan-pelan. “Penalti bagi kalian.”

Hal itu mengejutkanku. Penalti? Karena membocorkan


rahasia? Mereka akan mengeluarkanku dari dermaga? Membuatku
terbang bebas hingga aku mati kelaparan, kesepian, dan akhirnya
terjatuh ke lautan lahar dibawah?

“Setiap ras alien yang pernah kita jumpai telah baik hati,”
Ujar Lackofa. “Tapi ras yang satu ini, ras yang membuat pesawat
hantu itu, tidak. Buktinya adalah bahwa mereka itu merespon
provokasi terkecil dari kita dengan kekerasan ekstrim. Mereka
menyebut diri mereka sendiri Capasin. Karena pesawat mereka
muncul dari Quadrant Tiga, kami perkirakan bahwa planet mereka
juga berasal dari sana. Misi Dari MCQ3 adalah mengadakan
hubungan dengan ras itu dan berusaha mengajukan peraturan
perdamaian.”

“Bagaimana jika ras Capasin tidak tertarik akan


perdamaian?” Tanya Aguella.

Lackofa menyeringai. “Berarti kita akan pulang dengan


informasi cukup untuk mengatasi tantangan mereka. Satu hal
yang kita tahu : Ras Capasin tidak tahu keberadaan kita. Jika kita
bertemu mereka kita harus merahasiakan tempat asal kita dengan
sangat rahasia.” Dia menambahkan lagi. “Hal yang kelihatannnya
jadi masalah sesungguhnya merupakan anugerah tersembunyi.”

“Apa yang sedang kau bicarakan?”

“Planet asli Generasi 9561 memiliki radiasi latar belakang


rendah dan mereka biasa berkomunikasi melalui transmisi dan
penerimaan gelombang radio. Gelombang-gelombang radio itu
menjadi propaganda, kau tahu? Dia melambaikan tangannya ke
langit. “Gelombang dari Generasi 9561 menyebar tanpa henti ke
seluruh penjuru angkasa. Siapa yang tahu siapa yang akan
menerima dan mungkin memahami transmisi itu? Siapa yang tahu
apa yang menyebabkan Generasi jadi begitu tertarik. Kami, di sisi
tangan yang lain, tetap tidak kelihatan di galaksi ini. Mungkin
bukan hal buruk. bukan”
Bab 07.

Dalam waktu tiga minggu aku tahu MCQ3 asli sebaik aku tahu
simnya. Aku tahu setiap tiang lurusnya, setiap tiang vertikalnya,
setiap tenggeran, setiap sistem cadangan. Aku bahkan tahu
mesinnya, sebaik yang orang lain tahu tentang mesin Z-Space.

Aku telah berjumpa dengan banyak awak, baik yang penting


ataupun yang tidak penting. Aku bahkan telah di perkenalkan pada
salah seorang dari Tiga orang Sang Bijak yang akan mengomandoi
pesawat. Dia seorang tua yang muram yang sempat-sempatnya
mendengkur acuh tak acuh padaku sebelum dia kembali bekerja.

Kuhabiskan waktu terbang bebasku di pesawat. Dan waktu


terbang bebasku di lipat tigakan (Tinggal beberapa hari lagi
hingga kami terbang dan sudah tidak dipekerjakan sebagai
pengangkat kristal lagi.)

Waktuku sedikit sekali untuk bermain permainan dan aku


takut bahwa Inidar akan mengirim ulang undangan permainan.
Hubungan kami sudah renggang sekarang. Bukan karena aku tidak
bisa bermain, tapi karena sebab apa aku tidak tidak bisa bermain.

Kami tetap saling tukar menukar memm, berbicara tentang


jadwal permainan, tpai tidak pernah terjadi.

Daripadaku, aku lebih banyak memperhatikan Aguella. Aku


tetap menunggunya untuk me-mone aku lagi, tapi yang membuatku
lega, tidak pernah terjadi lagi. Aku sangat lega.

Walaupun begitu aku berpikiran kenapa dia tidak


melakukannya. Apakah aku telah melakukan sesuatu yang salah?
Apakah caraku bereaksi padanya? Dasarnya sih aku ini juvie yang
panik?

Tidak penting. Tidak ada tempat untuk berpikir hal itu pada
misi luar angkasa penting dan berbahaya.

Hanya saja aku ingin tahu mengapa, itu saja. Dan aku dapat
isyarat saat kami berdua menjadi asisten pemasangan beberapa
dermaga terakhir.

Hanya ada kami berdua, dan seorang wanita dengan nama


pilihan Jicklet. Jicklet adalah seorang awak penting---tekhnisi ke
lima. Dia tahu apa yang dilakukannya tapi tidak sama seperti orang
lain yang sama-sama akhli, dia tidak sabaran akan kebodohan kami.

“Beginilah tugas awak tidak penting.” Dia menjelaskan, seraya


mengeratkan kerah pada cairan adhesif. “Kalian disini untuk
belajar sedikit tentang segalanya. Begitulah caranya hingga kami
ada cadangannya. Okay, sekarang kau, Toomik, gunakan gergaji itu
untuk memotong lem yang berlebih itu.”

“Namaku Toomin.”

“Yeah, apapun yang kau ucapkan, Toomid. Hati-hati. Sisakan


seotong.”

Kupotong lem yang setengah mengering itu, dengan hati-hati


kusisakan delapan inchi potongannya. Aku sedikit tidak berhasil
saat memasukkan sisa-sisa gergajian kedalam lubang pembuangan.

“Kalian harus berhati-hati untuk tidak menjatuhkan apapun.”


Kata Jicklet. “Kita tepat berada di atas mesin. Kalian tidak ingin
kan turun kebawah sana ditengah pod yang menyala. Begitulah,
selamat bekerja dengan baik. Sekarang semir potongan itu dan
berteriaklah padaku saat kau sudah selesai.”

Dia mengepakkan sayapnya naik ke atas pada sepasang


amatiran lainnya yang di awasinya. Aku dan Aguella saling
berpandangan tanda lega saat dia pergi.

Dan kemudian Kristal Khatulistiwa Tinggi meledak.

Kepalaku terhantam martil. Sayapku berhenti berkepak


karena ke gegeran ini. Berputaran, api, api dimana-mana!

Satu detik sebelumnya aku sedang bekerja dan menyeringai


pada Aguella, dan di detik berikutnya telingaku sudah berdarah,
mataku berputar-putar, pikiranku kacau balau.

Apa yang sedang terjadi?

Tubuhku terluka di beberapa lusin tempat karena pecahan


kristal yang beterbangan. Sebuah Kristal sepanjang enam inchi
menancap di Pod-ku. Kutarik krital itu, aku berteriak kesakitan
dan terjatuh di udara saat kutarik kristal tadi.

Apa yang sedang terjadi?


Aguella----dimana dia? Dia tidak kelihatan olehku. Puing-
puing terus beterbangan disekitarku, sekarang sudah mulai
berjatuhan, berputar-putar dan berkelip-kelip saat terjatuh.

MCQ3 tetap distasiun. Dimanakah Aguella?

“Aguella! Aguella!”

Kudengar suara erangan, terdengar sesaat di telingaku yang


berdengung ini. Kulihat keatas dan tampaklah, dia sedang
bergantungan dengan cakarnya pada sepotong kecil tiang yang
tidak disemir.

Dan kemudian terjadi lagi. Dan kali ini kulihat. Kulihat keatas
pada temanku, juga pada darah orange yang mengalir dari
wajahnya. Tapi yang ada dibelakangnya, diatas MCQ3, diatas
tiang kulihat benda silinder, berleher membusur, yang merupakan
tanduk dari pesawat alien. Pesawat itu bergerak perlahan-lahan di
atmosfir, pesawat itu tidak mirip dengan pesawat dari Generasi
ataupun Illaman. Pesawat itu tidak pernah kulihat ataupun ku
bayangkan.

Pesawat itu kelihatannya melingkar perlahan-lahan pada


kristal asalku. memperhatikan, menunggu dan kemudian menembak
lagi. Dia menembakkan sinar energi, berwarna merah pucat. Sinar
itu mengenai inti dari kristal asalku, rumah asalku yang malang.
Kali ini kuperkirakan kegegeran terjadi karena kristal yang terlalu
panas akan meledak, menjadi hancur berantakan.

Duniaku terjatuh. Sekarang kristal itu sudah jadi dua potong.


Satu fragmen yang besarnya sepertiga dari kristal asli
berputaran, turun kebawah. Sayap-sayap dikepakkan gila-gilaan
tapi keseimbangannya sudah hilang, dan terlalu banyak sayap
tidak akan pernah mengepak lagi.

Sisa-sisa dari masyarakat Kristal Khatulistiwa tinggi terluka


dan sebagian terbakar. Kristal jadi kasar, tapi tetap berhasil
diangkat. Bisa kulihat ribuan saudara lelaki dan saudara
perempaunnku, seluruhnya mengerahkan tenaga, seluruhnya
mengangkat bersama. Saudaraku lainnya yang sedang terbang
bebas berhamburan datang untuk bertengger dimana saja dan
membantu mengangkat.
Tapi pesawat alien itu belum selesai sampai begini saja. Kali
ini tidak ada senjata sinar. Kali ini dia menyebarkan awan
flechette. Kecil, sangat kecil sehingga susah dilihat dengan mata
telanjang, berisi jutaan pengait logam. Suara penyebaran awan itu
seperti amukan gunung meletus. Flechette itu disebarkan selama
lima detik, tidak lebih dari waktu itu, tapi akhirnya setiap Bangsa
Ketran yang tidak memakai perlindungan tubuhnya terpotong-
potong. Seluruh kristal sekarang banjir darah.

Tubuh-tubuh saudaraku berjatuhan. Kristal itu sendiri jatuh


juga. Jatuh kebawah, turun, dan semakin cepat, tanpa ada
seorangpun yang bisa menahannya lagi. Kristal itu akan jatuh lama
sekali dari ketinggian tiga ratus mil ini.
Bab 08

“Aguella!” Aku mengepakkan sayapku ketempatnya. Dia


hampir pingsan.

“Orang-orang tolol! Ke dermaga sekarang!” Teriak Jicklet.


“Kita akan segera berangkat!”

Kudengar suara raungan pelan dari mesin yang menyala.


Kuangkat dia, dia mengepak juga tetapi lemah. Kuangkat dan
kubawa dia ke dermaga terdekat. Dermaga inilah yang baru saja
kami selesaikan. Kumasukkan dia dermaga.

“Jepitlah! Dengarkan aku : Jepitkan cakarmu!”

Dia mengangguk, matanya menatap liar, mengira-ngira.


Kulihat dadanya mengetat. Dia sudah aman di dermaga. Sekarang
giliranku. Dermaga terdekat yang terbuka jaraknya lima puluh
kaki.

Alien itu telah menyadari kami. Awalnya kami kelihatan


seperti sebuah bongkahan kristal hancur dari kristal asalku. Tapi
sekarang sudah kelihatan bahwa kami tetap terbang, karena
kristal ini terbang sendiri. Namun mereka tidak terburu-buru.
Mengapa pula mereka harus terburu-buru? Sementara kami tidak
bisa melawan. Kami tanpa daya disini.

Pesawat alien itu terbang malas-malasan, mengarahkan


tanduknya kearah kami. Dengan jari-jariku yang kaki ku rogoh
dermaga, kuputar, kututup, dan alien itu menembak.

Mereka menggunakan senjata sinar kali ini. Sangat akurat,


tembakannya mengenai pusat kristal.

Tapi force field telah dihidupkan oleh seseorang yang


berpikir lebih jernih daripada aku. Sinar merah itu berkilau dan
sebuah piringan cahaya terang muncul di batas force field.

Alien itu berhenti menembak. Saat ini aku berada pada


uninet pesawat, kukaitkan diriku, kulihat bacaan dari mesin. Pada
kekuatan sembilan puluh persen mereka bisa ditinggalkan, tapi
saat ini masih enam puluh lima persen.
Setiap orang yang ku kenal telah tewas. Sire dan Dam-ku,
telah tewas. Inidar telah tewas. Wormer tewas. Kulihat kebawah,
dan kulihat kristal itu, rumahku, berkerlip terang saat jatuh
dibawah sana. Berapa lama hingga kristal itu terjatuh dari
ketinggian tiga ratus mill? Berapa lama hingga tercebur ke lautan
lahar, menggumpal dan terbakar hingga musnah dari dunia?

Pesawat alien itu melayang diatas kami, mereka kelihatannya


ingin tahu. Tertarik. Seperti seorang ilmuwan yang sedang
mempelajari mikroba di bawah lensa.

Kemudian, dari bawah perut pesawat alien itu turun satu


pesawat kecil berbentuk seperti sayap dari pesawat utama
mereka, pesawat kecil itu melayang dekat sekali, memperhatikan
kristal kami dari dekat, merasakan force field itu. Dia berhenti,
bacaan dari mesin memberitahukan tenaga saat ini delapan puluh
persen.

Pesawat kecil itu maju kedepan, sangat perlahan. Dia


menabrak force field, mendorongnya. Force field menahannya.
Mesin menunjukkan tenaga sudah delapan puluh empat persen.
Kulihat suatu bentuk, dari jendela tembus pandang di depan
pesawat kecil itu. Jarak pesawat itu tidak lebih dua puluh yard
jauhnya. Aku bisa melihatnya, dia bisa melihatku. Keadaan ini
menjadi intim sekarang, menjadi pribadi.

Pesawat kecil itu mulai berkilau, seakan pesawat itu memanas


dari dalam. Kilaunya semakin terang dan terang saja hingga
cahaya itu menyakiti mataku.

“Dia mencoba untuk menembus masuk.” Ujarku.

Kami tidak punya apa-apa. Tidak ada senjata. aku mengerti


senjata secara abstrak, apa yang tidak di mengerti pemain?
Disamping itu, kami tahu bahwa pesawat dari Generasi selalu
bersenjata lengkap. Tapi kami tidak pernah membuat senjata.
Tidak pernah.

Hidung pesawat itu kembali menekan force field. Pesawat itu


melambat. Pesawat itu mulai menyerap dan mendefleksikan force
field dan melaju melambat, tapi tetap saja masih lebih cepat dari
laju isi bar biru di persentase tenaga pesawat. Pesawat alien itu
akan berhasil menjebol force field sebelum kami berhasil kabut.
Sekali force field itu berlubang maka, awan flechette itu......

Tidak ada. Tidak ada senjata. Peralatan tangan. pengikis dan


pemotong yang kugunakan untuk......

Pisau pemotong. Potong dan Putuskan!

Aneh. Rencana kacau. Rencana tolol itu akan membuat pemain


lain terbahak-bahak.

Itulah satu-satunya gerakan yang kupunyai.

Aku keluar dari dermaga. Terbang ke tiang telanjang. Tiang


itu tajam, belum ditumpulkan oleh petugas keamanan. Berapa
berat beban yang bisa kuangkat? Aku harus tahu dulu dibagian
mana tiang ini titik beratnya, aku harus tahu, tapi aku tidak bisa
menentukannya, dan tidak ada waktu.

Kukira-kira saja. Enam kaki. Aku bisa mengangkat segitu


besar. Aku melayaang ke tiang itu dan mengcengkramnya, hampir
saja kujatuhkan pisau pemotong. Mulai kupotong cincin di sekitar
kaki kristal yang tebal ini. Potong, potong, potong jangan
khawatirkan tentang serpihan-serpihannya.

Sudah kupotong keseluruh sisi tiang, kuperiksa bagian


belakang lalu kudorongkan tiang itu lurus kedepan. Kristal itu
terpotong. Cukup rapi juga potonganku. Walaupun bukan potongan
profesional, tapi yang penting terpotong.

Kucengkram tiang itu dengan tanganku dan kuangkat. Tidak


begitu berat rupanya, aku bisa mengangkatnya, tapi aneh rasanya,
susah untuk berbelok dengan tiang panjang ini.

Kutumpu tiang itu dibawah salah satu sisi lenganku, untuk


sedikit bantuan dari salah satu cakarku, dan mulai kukepakkan
sayapku.

Aku terbang menuju pesawat kecil itu. Lebih cepat, secepat


yang kubisa, terbang sembrono, tak ada waktu untuk khawatir
saat ini, tak ada waktu untuk membayangkan bagaimana aku bisa
selamat dari ledakannya nanti.

Dengan gerakan lambat jendela pesawat kecil itu terbuka.


Pengemudinya hanya memiliki dua mata, keduanya menatap
kedepan. Warnanya biru. Indah. Mata biru itu menatapku, dan
kemudian melebar. Emosi alien apa itu? Takut? Mengolok?
Terkagum?

Cahaya pesawat itu membutakan, kujaga agar mataku tetap


terbuka walaupun sulit, yang kulihat hanyalah mata biru yang
masih menatapku.

Aku menyerang, ujung tiang di tanganku menembus logam


pesawat, hanya berhasil masuk sedalam satu kaki, lalu berhenti.
Kutarik lagi, hingga tiang itu bebas.

Kutarik lagi, kutumpukan seluruh beratnya, dan kali ini


kutusukkan dari atas langsung ke arah awak alien itu. Dan sekali
lagi tiang ini terhenti lagi.

Tapi sekarang kilauan pesawat itu sudah pudar. Percikan


energi field di force field sudah melemah.

Ketinggiannya, tolol, gunakan gravitasi, jerit suara dalam


kepalaku. Tentu saja!

Ku kepakkan sayapku untuk mendapatkan ketinggian yang


pasi, naik dan naik, mata biru itu terus mengikutiku, tetap saja,
dia terus memperhatikanku, lebih merasa curiga daripada benci
padaku.

Naik dua puluh kaki keatas. Sekarang! Aku meluncur


kebawah. Sayapku kulipat aku meluncur, ujung tiang ini mengarah
kebawah.

Ujung tiang yang lancip menembus hingga kedalam pesawat


alien itu diatas kokpitnya. Kristal ini tembus kedalam. Tidak ada
ledakan. Tidak ada dramatisnya. Tapi saat kulepaskan tiang
kristal itu dan kubiarkan momentum jatuhku menarikku melewati
jendela, kulihat alien itu menatap kedepan tanpa ekspresi sama
sekali.

Ujung lancip dari tiang kristal itu menembus hingga kokpit,


dan menembus kepalanya yang besar.

Di saat itu, dengan setengah bagian pesawat alien itu berada


didalam force field dan setengahnya lagi diluar, mesin kami
meluncur.

Untuk saat-saat mengerikan yang memusingkan ini seluruh


alam semesta terasa berjatuhan di sekitarku. Dan sesaat
kemudian aku sudah melayang-layang tanpa sensasi apapun dengan
cepat di area putih hampa Zero-Space.

Pesawat kecil alien itu tetap ikut bersama kami. Alien yang
kubunuh itu tetap memandang dengan mata birunya yang indah.
Bab 09.

Kami keluar dari Zero-Space sama cepatnya; Hanya seorang


dari tiga orang Sang bijak yang berada di pesawat saat
penyerangan itu. Dia muncul via uninet. Aku pernah berjumpa
dengannya walaupun sebentar. Nama pilihannya saat ini adalah
Farsight. Namanya cocok untuk tugasnya. Suatu nama yang bijak.

“Sudah jelas bahwa Ket diserang oleh spesies alien dari


tempat tidak diketahui asalnya. Kami sedang mengkalkulasikan
lintasan kembali dan berharap pesawat ini akan muncul di salah
satu kristal rumah. Mungkin kita bisa dapat bantuan, walaupun
tanpa adanya senjata.....

Bulu-bulu Farsight turun dan dia merendahkan tatapan


matanya. Dia sudah sangat tua. Kuharap dia sangat bijak. Ingin ku
percaya bahwa dia bijak. Tapi dia kelihatannya tidak sadar akan
adanya pesawat alien yang tersangkut.

Awak tidak penting tidak boleh me memm Seorang sang


bijak. Tidak di perbolehkan. Terutama tidak diperbolehkan
ditengah krisis seperti ini. Tapi aku terlalu tersentak untuk
begitu peduli akan tata cara permasyarakatan.

Ku buat memm menunggu. Dia bisa mengabaikannya jika dia


mau.

Aku begitu puas (Dan juga berani) saat kulihat respon


Farsight saat dia langsung membuka salurannya. Kepalanya
tersentak dan dia langsung menatapku.

“Pesawat itu masih tetap bersama kita?”

“Ya, sang bijak.” Kataku. “Pesawat itu terjebak dalam force


field kita. Atau setengah di dalam dan setengah keluar.”

Aku jadi tidak merasa berani lagi saat menyadari bahwa


petugas yang bekerja tidak tahu apa yang terjadi dibawah sana di
mesin tiga. Tidak tahu bahwa force field tidak berkompromi.
MCQ3 lebih tidak ada persiapan daripada yang kubayangkan.

Ku memmed deskripsi kejadian yang terjadi.


Reaksinya cepat sekali. Ada hujan sayap dan setengah lusin
orang yang melewatiku, melihat langsung ke pesawat alien itu.
Lackofa salah satu orang-orang itu.

Dia berhenti dan berteriak. “Baiklah, ayolah, pahlawan. Kau


telah membunuhnya.”

Begitulah teguran dari Lackofa, tapi ucapannya lebih terasa


daripada menenangkan. Aku telah membunuh. Pembunuhan adalah
hukum kedua dari lima hukum : Tidak boleh mengambil kehidupan
makhluk berakal budi. Kedua yang terpenting setelah mengangkat
kristal.

Kulirik Aguella. Dia masih tetap hidup. Tapi dalam kondisi


yang tidak bisa bergabung denganku. Dia butuh waktu lama di
dermaga, itulah yang dia butuhkan. Dia akan baik-baik saja. Dia
akan baik-baik sja.

Akan baik-baik saja. Keselamatannya sangat penting bagiku.


Dia harus hidup, tidak ada orang lain yang kuperhatikan selain dia.

Aku keluar dari dermaga dan terbang menjumpai Lackofa.


Jicklet ada bersamanya. Ada tujuh orang yang terbang kedepan
hidung pesawat itu, gugup, berlompatan, tidak yakin bagaimana
mengurusnya.

“Itu kontainer.” Ujar seseorang. “Segalanya yang penting ada


didalamnya. Kita harus masuk kedalam.”

Tentu saja kata “Didalam” memenuhi benak kami, karena


kami baru saja selamat dari sesuatu yang lebih buruk dari penalti.

“Lembaran logamnya sangat tebal.” Kata Jicklet. “Jika bukan


ujung kristal itu yang menembusnya tidak akan tertembus. Tapi
lihat? Ada kabel dan ada beberapa barang primitif yang dipasang
di kulit pesawat. Bisa kukupas lembaran kulit logam itu dengan
mudah. Kabel-kabel ini akan membuatnya menjadi sedikit lebih
lama jika kita ingin menyelamtkan apa yang ada disini. Dan jika kau
ingin agar aku membuka pintunya, baiklah, lebih dulu aku harus
melacak jalur-jalur tiap kabelnya.”

Dia menunggu suatu jawaban. Perintah. Aku sadar bahwa


tidak ada seorangpun yang tahu, jika ada seseorang, yang sedang
bertugas.
Akhirnya Lackofa berkata. “Pelihara fungsi pesawat alien ini.
Tapi cepatlah. Beri kami bukaan dulu.”

Jicklet langsung bekerja, dan dua orang lain datang


membantunya. Mereka itu tekhnisi berpengalaman, Aku dan
Lackofa serta anggota yang lainnya yang bukan tim penyelamat
berdiri saja.

Lackofa saat ini kelihatan lebih khawatir dari yang pernah


kulihat. Aku tidak butuh bantuan apapun karena merasa iba.
Ingatanku akan rumahku yang terjatuh beserta kabut dari darah
Ketran dibelakangnya masih segar. Akan selalu segar di ingatanku.

Sekarang aku bisa melihat alien itu sangat jelas. Matanya


yang tanpa kelopa itu menjadi gelap. Seakan beberapa pigmen
biru didalam matanya sudah merembes masuk kedalam irisnya.
Kepalanya seperti bola, besar sih kalau ikut standar kami. Dia
tidak punya sayap. Dia punya paruh sebagai ganti mulutnya, paruh
yang tajam, mengarah kebawah yang membuatnya terlihat sedih,
dan berekspresi kecewa. Lengannya yang banyak bergantungan
lemas di tubuhnnya. Kulitnya berwarna hijau begitu gelap sehingga
hampir kelihatan hitam. Kristal panjang itu menembus kepalanya
dari atas.

“Capasin.” Ujar Lackofa sebagai jawaban dari pertanyaan


yang tidak ku ucapkan. “Kurasa misi kita tentang perdamaian itu
sudah batal.”

“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” Aku bertanya.

“Kau yang memberitahukan kepadaku, pemain.”

Jicklet menyeka wajahnya. Pipa jalur kabel yang dipotongnya


telah menyemprot wajahnya dengan cairan bertekanan. Dia baru
saja menutupnya. “Inilah kerja terbaik yang bisa kami lakukan.
Ada struktur dukungan utama dibalik ini. Jika kami memotongnnya
kita tidak akan pernah bisa membuka lagi.”

Ada lubang persegi, berisi besi tajam dan kabel berserakan.


Lubang besar yang muat dimasuki seorang----jika tiang kristalnya
sudah dicabut.

“Mari kita tarik tiang itu.” Kata Lackofa pelan.


Menarik tiang merupakan kerja yang mengerikan. Saat tiang
kristalnya kami taruk, tubuh alie itu mulai terjatuh dari lubang
tadi. Lackofa dan seorang tekhnisi menyentuhkan podnya pada
tengkorak lembut alien itu, dan setelah itu langsung kami tarik
tubuhnya. Ada suara hisapan saat tiang itu berhasil dicabut dari
tubuh alien itu. Tubuhnya langsung terjatuh di geladak
pesawatnya.

Dua orang tekhnisi kami menerbangkan tiang itu ketempat


pengolahan. Tidak ada seorangpun yang menyarankan untuk
memasangnya lagi. Tiang itu bukan senjata untuk membunuh.
Tidak ada seorangpun yang melihatku. Tidak ada seorangpun yang
berkata padaku.

“Kita periksa dulu apakah kita bisa menerbangkan benda ini.”


Kata Lackofa. Dia menjilat bibirnya. Dia tidak ingin menjadi
sukarelawannya, begitu pula dengan Jicklet.

Tidak sulit untuk di mengerti : Tempat tertutup tidaklah


terlalu buruk. Tempat tertutup yang ditempati pasukan jauh lebih
buruk lagi. Mayatnya tidak berarti harus disitu terus kan. Mereka
akan terjatuh dari dermaganya untuk dibakar di permukaan
dibawah sana. Apa lagi yang tersembenyi dan mesum disini.

Namun aku punya hubungan dengan mayat alien ini. Dia itu
milikku dalam suatu hal yang tidak terkatakan.

“Akan kulakukan.” Bisikku.

“Tidak harus kau.” Ujar Lackofa dengan lembut. Tapi


matanya mengatakan hal yang lain. Matanya mengatakan begini :
Jika bukan kau, pemain, lalu siapa lagi?

“Kalian harus membantuku masuk dan keluarnya.” Kataku,


Kutatap penuh permohonan pada Lackofa dan Jicklet. “Kalian akan
membantuku keluar nantinya?”

Jicklet memegang lenganku. “Jika aku harus memotong


pesawat ini seperti kelelawar segar, kami akan tetap
mengeluarkanmu.” Kutarik beberapa nafas dalam-dalam. Tidak ada
waktu yang akan kusia-siakan disini. Farsight mungkin sedang
penuh semangat menanti hasil laporan kami. Dia ingin----kami
semua ingin---Kembali ke planet Ket.

“Cari senjata.” Kata Lackofa.


Aku mengangguk. Akan kucari senjata. Jika aku bisa
mengatasi rasa panik dan bisa mencabik-cabik sayapku karena
marah di tempat tertutup nanti ya.

Aku mendarat di pesawat itu. Kulipat sayapku erat-erat.

Lakukan dengan satu tetesan saja, Toomin. Seluruhnya


secara bersamaan.
Aku melangkah, kurasakan sensasi saat masuk melalui lubang
tadi, dan mendarat dengan salah satu pod pada lantai yang
berceceran darah dan sepasang lengan alien.

Aku terjatuh, wajahku hanya beberapa inchi saja dari mata


Capasin yang sekarang sudah buram. Suara jeritan sudah ada di
tenggorakanku sebelum aku sempat memikirkannya.

Aku menjerit, aku panik, seluruhnya disekelilingku, aku


tertutup! Tidak ada langit! Tidak ada langit!

“Tutup matamu!” Teriak Lackofa. “Toomin, tutup matamu.


Jangan dilihat!”

Suaranya yang ketakutan membuatku jadi lebih takut lagi.


Tapi kututup juga mataku. Kupaksa mataku untuk tertutup. Dan
sayapku juga kulipat erat-erat.

Aku bernafas dengan keras, kemudian melembut, kupaksa


diriku untuk tenang, tenang.

Dengan perlahan-lahan buka satu mata. Toomin. Tidak,


jauhkan pandanganmu dari Capasin. Lihat keatas. Lihat pada
lubang itu. Lihat keatas pada lubang dan bintang di baliknya.
Langit malamm. Bukan langit malamku, tapi langit yang sama.
langit, okay, aku bisa melakukannya. Aku bisa.
Kubuka mataku. Aku berdiri tegang, gemetaran, tapi tidak
panik lagi. Tapi butuh keberanian nyata untuk mengalihkan
pandanganku dari petak aman di atasku, untuk memalingkan
pandanganku dari langit dan wajah-wajah rekanku.

Kokpit pesawat ini kecil sesuai standar manapun. Dan disini


dibuat lebih kecil lagi oleh instrumen yang ada dibuat dalam
bentuk tumpukan kotak hitam yang berwarna hijau berkilau.
Bentuk itu mengingatkanku akan sistem cadangan gawat
darurat kami. Sistem primitif yang dibuat menggunakan logam,
menggunakan elektron untuk mengantarkan datanya daripada
menggunakan photon yang lebih efisien. Dan seluruh fungsi
pesawat ini dirancang untuk di manipulasi dengan sentuhan
daripada menggunakan memm.

Ini sangat kasar. Bagaimana mungkin ini bisa sekasar ini?


Versi yang lebih besar dari pesawat ini telah menghancurkan
kristal rumahku dalam waktu kurang dari lima menit. Bagaimana
bisa pesawat ini bisa tertawa-tawa dibelakang sana? Ini
penghinaan, menyakitkan hati.

“Kau harus cepat, Toomin.”

“Ya.”

“Apa kau baik-baik saja?”

“Ya. ya. Aku hanya.....ini tidak benar. Maksudku.


Mereka...Mengapa mereka ....”

“Toomin, sekarang bukan waktunya untuk membahas hal itu.”

“Mereka telah membunuh semua orang!”

“Aku tahu, Toomin. Tapi tak ada waktu kita sekarang untuk
membahas itu. Jangan pikirkan tentang itu. Fokus. Ini.....ini hanya
permainan, Toomin. Ini hanya permainan dan kau sekarang
Ellimist. Analisa. Jangan dirasakan, ini hanya permainan.”

Ya. Itu dia. Sebuah sim, bukan kenyataan. Tidak ada tanduk
pisau di pesawat. Tidak ada sinar merah pucat. Tidak ada tornado
flechette. Sebuah permainan. Suatu masalah.

Kugoyangkan diriku sendiri, kupererat sayapku yang terasa


sakit. Disini ada kendali. Kendali yang secara fisik dikendalikan
kabel. Beberapa kendali itu akan menerbangkan pesawat.
Beberapa lainnya untuk pemeliharaan dan fungsi lingkunga.
Kemudian disini juga pasti ada senjata.

Apa arti simbol itu? Apakah itu ketinggian pesawat? Mungkin


saja. Paling tidak begitulah menurut indera perasa Ketranku. Yaw.
Gulungan. Ketinggian. Kecepatan udara? Dan disamping yang
itu...ya. ya. itu pasti kendali penerbangan. Penolak maju. Penolak
mundur. Penolak pelan.
Okay, lalu benda panjang itu, tongkat yang bersambung itu,
itu kendali senjata. Benda itu pasti membutuhkan kemampuan
untuk terbang dan bertempur secara bersamaan. Paling tidak
bisakah aku menerbangkannya?

Tidak terlalu. Tapi ya. Mungkin. Mungkin aku sebaik seorang


penerbang alien, bagaimanapun juga, apa yang makhluk permukaan
pahami tentang penerbangan?

“Ellimist?” Panggil Lackofa dengan sopan tapi bertekanan.

Ku tarik nafas dalam-dalam. Kata-kata ku berikutnya akan


menyegel takdirku, mungkin seluruh takdir kami. “Kau bisa
melaporkan pada Farsight. Bisa kubawa pesawat ini kedalam force
field kita. Dan menerbangkannya saat kita kembali ke rumah.”

“Pesawat itu punya senjata?”

“Ya. Aku tidak tahu bagaimana cara menggunakannya. Tapi


ya.”

“Mereka membunuh kita, itulah yang mereka lakukan.” Kata


Lackofa dengan muram, “Dan mungkin itulah yang kita butuhkan.”
Bab 10.

Aku tidak tersentuh. Tidak ada memm. Dan tidak ada waktu
lagi untuk instruksi diluar apa yang Lackofa berikan padaku. Dia
mondar-mandir di dermaga, dengan cepat menjelaskan apa yang
telah kami pelajari dari Farsight, kemudian kembali lagi untuk
menginsktusikan padaku.

“Kita melompat kembali melalui Z-Space. Kami berpikir


bahwa dengan jarak sependek ini kita bisa muncul di tempat
dengan ke akuratan tinggi. Sang Bijak memerintahkan aku dan
Kamu untuk mengambil kendali pesawat alien ini dan menjalankan
aksi perlindungan jika dibutuhkan.”

“Kau dan Aku? Maksudmu.....apa kau paham bahwa kita akan


disegel disini.”

“Ya” Kata Lackofa dengan datar. “Ya, Jicklet yang akan


menyegel kita.”

Aku merasa sakit mendengarnya. Tapi tidak separah Lackofa.


Dia sampai mengeluarkan mone-nya. Takut. Aroma dari mone-nya
memicu kepanikanku sendiri dan aku harus berjuang keras untuk
mengendalikan tubuhku yang gemetaran.

Ras Illaman menjelajah bertahun-tahun terkunci dalam


pesawat persegi mereka. Tapi Ras Illaman adalah ras yang
bertempat tinggal di permukaan planet, biasa menggunakan
perlindungan dalam bangunan. Bagi Seorang Ketran ide untuk
dikunci dalam ruangan tertutup sangat mengerikan baginya.
Jicklet menggenggam lengan Lackofa. “Apakah kau sanggup
melakukannya? Akan kuambil alih tempatmu. Kau itu seorang ahli
biologi, aku yang tehnisi. Ini bukan pekerjaan seorang ahli
biologi.”

Lackofa kelihatannya terpancing sehingga mungkin dia akan


menerima tawaran yang diberikan. Tapi ujungnya dia
menggoyangkan kepalanya tanda, tidak, dia tidah berbicara, tapi
memberi tanda tidak, dia bisa melakukannya. Dia bisa menahan
apa yang Ketran lain tidak bisa tahan.
“Seperti yang telah kau beritahukan padaku, Lackofa, tutup
matamu.” Kataku padanya. “Tutup matamu. Akan kubantu kau
turun.”

Dia tidak berkata apa-apa, tidak ada lelucon atau observasi.


Dia diluar itu lagi. Dan sekarang aku tahu bahwa membantunya
mengatasi rasa takutnya membantuku dengan rasa takutku sendiri
juga.

Kuturunkan dia dengan lemah-lembut disampingku. Dia kaku


sekaku pipa kabel yang panjang.

Aku tetap saja berbicara padanya, menentramkan dia saat


Jicklet dan teman-temannya bekerja untuk menyegel kami di
dalam. Tidak ada langit. Tidak ada langit sama sekali. Terus saja
berbicara pada Lackofa, Ucapku pada diriku sendiri, teruslah
berbicara, aku tak ingin dia panik, tidak boleh panik, tidak boleh
panik.
Kusadari bahwa mataku sendiri rupanya tertutup. Kubuka
sedikit dan kulit melalui jendela. Makhluk buas Ketran jenis apa
yang bisa menoleransi ini? Mengintip ke langit melalui jendela
tembus pandang palsu? Terkunci di dalam kota besi? Capasin pasti
binatang. Tidak ada ras berakal budi yang hidup seperti ini.

Tidak adil, tidak akurat, tentu saja, baik itu Illaman dan juga
Generational bisa bertahan dalam tempat seperti ini dan kami ini
ras berakal budi. Tapi saat ini aku sedang tidak mood untuk
mencari alasan. Saat ini aku sedang tidak mood untuk melakukan
apapun kecuali hanya menjerit saja.

“Apa kau baik-baik saja.” Tanya Lackofa padaku. Dia telah


membuka sebelah matanya.

“Tidak, kalau kau sendiri?”

“Ayolah. Akan kutunjukkan padamu apa yang telah


kuketahui.”

“Apa peti kematian ini ada namanya?”

“Peti. Itu sudah cukup.” Gerutuku. Kupertimbangkan tongkat


kendali yang mana yang akan lebih mudah untuk di kendalikan
Lackofa. “Ini. Letakkan salah satu tanganmu disini. Ini kendali
pelontar maju. Kalau mau maju majukan banyak kedepan, kalau
kembali dorong kebelakang sedikit, jika di putar kekiri kurasa
untuk membalikkan daya pelontarnya.

Dia mengangguk. Warna pink di bulu-bulunya perlahan-lahan


pudar dan aroma mones-nya karena dia takut tadi juga sudah
menghilang. Dia masih ketakutan, tapi tidak mendekati panik lagi.

Melalui jendela kulihat langit berubah putih. Kami telah


memasuki Zero-Space lagi. Dalam waktu beberapa menit yang
pendeka.....

Lackofa memalingkan wajahnya dari kendali dan menunduk


mmelihat mayat alien. “Aku benar. Kemungkinan dia Capasin.”
Ujarnya. Kemudian dia benar-benar menyentuh kepala mayat itu,
membalikkanya wajahnya, memperhatikannya dengan seksama, dan
mengeluarkan kantung kecil. Dia itu seorang ahli biologi---seorang
ahli makhluk hidup. Kurasa menyentuh tubuh alien begitu gampang
baginya. Mungkin bahkan lebih menentramkan.

Tiba-tiba langit berubah jadi hitam lagi, hitam dan dipenuhi


bintang. Aku tidak melihat adanya Ket. Apakah ahli navigator kami
telah gagal! Apakah kami memang punya navigator di pesawat ini?
Aku ingin bertanya pada Lackofa, saat kami berputar dan tiba-
tiba saja rumahku terlihat, besar, dan dekat. Sungai merah yang
ku kenali dan juga rawa berwarna hijau-abu2 itu, padang pasir
berwarna coklat dan gembung itu, awan berwarna hijau pucat,
seluruhnya yang kucintai diluar daya tahanku. Rasanya seperti
tusukan di jantungku.

Duniaku telah di sergap. Kulepaskan kemarahan di hatiku


mengalir keluar. Rasa marah melihat duniaku menghilangkan rasa
takutku, sedikit.

MCQ3 melayang rendah, dan rendah, hingga di ujung


atmosfir. Force fieldnya berkila merah saat kami melambat di
atmosfir. Kami kembali ke stastiun kammi, melihat rumah yang
kami tahu sudah hilang.

Tidak ada apa-apa. Langitnya kosong. Langit yang seharusnya


berisi Kristal Khatulistiwa Tinggi dan sepuluh ribu sayap yang
mengepak serta wajah bahagia dan........seluruhnya telah hilang,
meninggalkan jiwa kosong di langitu.
Pesawat ini berubah arah, dengan kemalas-malasan, terasa
sekali bagiku,Walaupun hanya sebuah kristal , bahkan EmCee
sekalipun, tidak punya kehidupan, tidak ada emosinya.

Kami melaju dengan kecepatan supersonik untuk mencegar


saudara perempuan kami yaitu. Kristal khatulistiwa Tinggi Dua.
Kami melambat untuk meng-antisipasi dan akhirnya tidak
mendapatkan apa-apa di tempat kristal seharusnya berada, disini
hanya langit kosong saja.

Vektor lainnya, kenyataan lainnya ditempat seharusnya


kristal berada tapi hanya langit kosong lagi.

Di sekitar planet, stasiun demi stasiun, Orbit demi Orbit,


melaju, kemudian melambat. Mencari-cari di langit yang kosong.
Menerima kenyataan yang tidak bisa diterima ini dengan perasaan
ngeri.

Dua belas kristal telah hilang. Berapa banyak kehidupan yang


hiloang? Apakah ada orang lain yang masih hidup? Apakah ada
yang masih hidup dimana-mana?

Kami menabrak awan tebal, arah tiga hari dimana rekan


dansa kami barusan, Kristal Kutub Orbit Tinggi, seharusnya
berada. Mungkin awan tebal ini menyembunyikan mereka,
menyelamatkan mereka.

Dengan tenang kami melaju ke depan. Aku tahu setiap mata


di pesawat ini mencari-cari. Sudah pasti jika mereka tahu bahwa
serangan alien pada kristal kutub akan menimbulkan momentum
dan kelihatan dari awan.

Kami tiba dia oasisnya langit. Salah satu lubang jelas yang
mengagummkan di awan besar. Kutub Orbit Tinggi ada disana.
Kristal itu bergerak secepat yang dia bisa. Setiap kepakan sayap,
melaju untuk melintasi oasis ini dan mencari perlindungan di
karang awan yang menjulang tinggi nun jauh disana. Tapi airfoil itu
masih sekedar konsep daripada kenyataan, kristal kutub itu tidak
melaju lebih cepat daripada kristal lainnya.

Pesawat Capasin itu dua ratus yard diatasnya. Menonton,


menunggu.

“Mengapa mereka tidak menyerang? Mengapa mereka


menunggu?”
“Beberapa makhluk suka menikmati perburuan.” Kata Lackofa
dengan sikap profesional. “Beberapa makhluk itu menikmati
pembunuhan yang mereka lakukan.”

Lakukan saja pembantaian kalian. Teriakku penuh amarah.


Apanya yang menyenangkan untuk mereka? Dimana alien
menjijikkan tertawa saat mereka melihat makhluk bersayap
mencoba untuk memindahkan rumah mereka?

Tiba-tiba sensor peti ini hidup. Farsight telah melemahkan


Force field dan sensor peti ini, di bebaskan, kami mengambil data
dari lingkungan yang mengelilingi ini.

Itu sinyal kita. Sinyal kita untuk...untuk melakukan apa


tepatnya?

Kuhirup udara kotor di pesawat ini dan berkata “Lackofa


aktifkan pendorong.”

“Apa?”

“Pendorong pesawat. Tenaga lima puluh persen.”

Hasilnya mengejutkan kami berdua. Peti ini meluncur


kedepan. Mayat alien ini bergulingan, kami meluncur dari EmCee
kearah Kristal Kutub Orbit Tinggi.

Giliranku. Ku gerakkan kendali dengan kedua tanganku,


dengan cepat kutahu bahwa fungsi pesawat ini ada yang keliru.
Kami meluncur kebawah dengan kecepatan supersonik.

“Tarik keatas!”

“Aku tahu!” Teriaknya.

Kuputar tongkat itu dan dengan lonjakan keras peti ini


berhenti dibawah, lalu meluncur ke atas lagi. Kami arahkan ke
pesawat Capasin, dengan pesawat yang melaju terlalu cepat.

Tidak. Aku berpikir seperti seorang Ketran, bukan sebagai


seorang Capasin. Ini mesin bukan sayap. Ini kotak bukan tubuh.
Lebih cepat, sedikit lambat.

“Tingkatkan kecepatan hingga enam puluh persen.”

“Apa kau gila?”

“LAKUKAN SAJA!”
Lebih cepat! Naik dan naik dan aku benar tentang kendali
senjata? Apakah aku akan menghabisi pesawatku sendiri atau
yang lebih buruk lagi, menembak kristal kutub malang yang sedang
terbang itu?

Kupererat jariku disekitar cincin menonjol itu.

Sinar itu meluncur dengan garis lurus di udara dan mengenai


Pesawat Capasin. Terjadi ledakan kecil pada permukaan wadah
logam dua puluh kaki dari tanduk pisau pesawat.

Kuputar lagi dan kuposisikan perut Peti ini diatas punggung


pesawat Capasin.

Suatu bagian memalukan dari pikiranku sekarang berkata.


Sekarang, ini baru sebuah permainan!
Bab 11.

Ini permainan. Walaupun tidak sama seperti yang pernah


kumainkan. Tapi tetap membantuku untuk memikir bahwa ini hanya
permainan. Jangan pikirkan ini sebagai kehidupan, sebagai
kehidupan nyata. ini hanya permainan. Saat ini semua selesai aku
dan Inidar akan tertawa dan......
Tapi Inidar telah tewas, bukan? Dan setiap orang.....setiap
orang.

Kubiarkan momentumku dan kubiarkan dia mengambil


gilirannya, membuatku terseret sejauh satu mil sebelum aku bisa
melontarkan pesawat ini lagi kesana. Waktu luang ini mengejutkan.
Tidak sama seperti waktu terbang dengan sayap.

Kuperhatikan lagi, tapi pesawat Capasin itu tidak akan


membiarkanku bergerak bebas lagi. Sekarang mereka
mengarahkan pesawatnya kepadaku. Sebentar lagi senjata sinar
hebat akan ditembakkan kepada kami.

Namun, dalam permainan ini mungkin misinya menghabisi


target yang lebih kecil? Tidak ada cara untuk mengetahuinya. Aku
hanya mengira-ngira. Dengan intuisiku. Pesawat besar yang lambat
dengan senjata sinar hebat melawan pesawat kecil lebih lincah
manuvernya dengan sebuah senjata penyengat. Siapakah yang
akan memenangkan permainan ini?

Aku menembak. Meleset!

“Gunakan waktumu, bidik dengan baik.” Kataku.

“Lakukan apa?” Jerit Lackofa. tangannya menggenggam erat


penekan kendali berwarna biru.

“Pelontar balik! Sekarang!”

Mayat alien ini terbanting ke pod belakangku. Tapi mataku


tetap kufokuskan kejendala dan kulihat tombak sinar biru tidak
mengapa-apakan kami. Aku berhasil membuat tembakan mereka
meleset!
Okay, lalu. Beginilah permainan itu. Jika kemampuanku adalah
bermanuver, maka lebih baik aku bermanuver.
Capasin pasti penghuni permukaan planet, pasti sekali.
Mereka menerbangkan pesawat mereka seperti penghuni daratan,
lebih berfokus pada dua dimensi daripada tiga dimensi
penerbangan.

“Lontarkan ke atas. Putar ke kanan dan.....yeah, seperti itu!”

Peti ini bergerak ke atas, menembus penjagaan pesawat


Capasin. Kumiringkan hidung peti ini kebawah dan aku menembak.
Kena !

Mesin. Tembakanku kena mesin. Menimbulkan percikan listrik


membakar gas yang tersembur keluar dari lubang hasil
tembakanku tadi. Mesin itu hancur. Pesawat Capasin berputar,
liar, diluar kendali mereka.

“Mereka sudah lumpuh!” Jerit Lackofa, dia senang sekali.

Kutembak lagi. Tidak kupikirkan. Bukan keputusan


intelektual, hanya tahu saja. Kutembak lagi dan tembakan sinarku
meleset.

“Apa yang sedang kau lakukan? Mereka sudah lumpuh.” Kata


Lackofa.

Kubidik dengan hati-hati kali ini. Kutembak lagi dan


mengenari cincin bawah pesawat Capasin, pesawat itu hancur
berantakan, menjadi ribuan potongan kecil.

“Sekarang pesawat itu baru lumpuh.” Bisikku.

Kulihat dia dan tampaklah pandangan mengerikannya. Aku


tidak bisa membaginya. Itu bukanlah bagian kejam bagiku. Aku
hanya tahu ini permainan dan dia melakukannya. Capasin itu bisa
saja menembak dan membunuh kami. Mereka bisa saja
menebarkan awan flechette lagi pada kristal itu.

“Satu-satunya cara menang disini adalah dengan membunuh.”


Kataku, “Itulah permainan. Inilah permainan mereka. Mereka
tidak ingin melumpuhkan kristal rumah kita. mereka
memusnahkannya. Ini permainan mereka, aturan mereka.”

Lackofa tidak menjawab. Kami kembali ke MCQ3 dan


memarkirkannya di tenggeran utama. Kami harus melapor pada
Farsight. Kusarankan Lackofa untuk berangkat.
“Tidak. Tidak. Elimist, kau saja. Jika aku berhasil keluar dari
pesawat ini. Aku tidak akan pernah masuk lagi. Aku bisa
beristirahat disini, bisa kututup mataku terus. Atau mungkin
melihat-lihat alien ini. Kau pergilah. Disamping itu, kaulah
pemainnya.”

Aku tidak membantah lagi, dia benar. Dia bisa mempelajari


tubuh Capasin. Kutemukan pintunya dan kubuka. Langit! Aku
bergerak perlahan-lahan untuk keluar dari jebakan mematikan ini.
Jika kubiarkan diriku panik, lalu aku akan jadi seperti Lackofa,
aku tidak akan pernah kembali lagi kesini. Setelah keluar kulihat
momentum kristal kutub itu telah habis dan mereka berhenti.
Saat ini mereka sedang memelihara stasiunnya dan setengah lusin
masyarakatnnya terbang kearah EmCee. Ku kepakkan sayapku dan
pergi ke tenggeran utama dalam waktu beberapa menit. Farsight
pasti ingin mendengar laporanku dulu sebelum dia berurusan
dengan masyarakat kristal kutub yang panik.

Sang Bijak beristirahat dalam buaian. Dia kelihatan sedikit


lebih orange. Sakit atau efek karena tua ya? Terasa mengganggu
sekali saat melihat pemimpin kami berada di buaian dengan sayap
lelahnya yang tidak berkepak lagi. Dia di kelilingi oleh banyak
penasihat, mungkin ada selusin, seluruhnya kelihatan ketakutan,
bingung.

Seorang wanita yang suka ikut campur dari Level Pink yang
tidak pernah kutemui memotong jalanku. “Pergilah. Farsight
sedang sibuk.”

“Aku Azure Level, Seven Spar, Extension....”

“Sudah tidak ada Azure Level lagi.” Potongnya lagi. “Pergilah.


Apakah kau tidak tahu apa yang sedang terjadi?”

“Akulah yang meledakkan pesawat Capasin.” Ucapku padanya,


aku sedang tidak mood untuk berbantahan.

Matanya menyempit. Ekspresinya berubah dari bersikap acuh


menjadi seorang cerdas yang mengantisipasi sesuatu. “Kau
Toomin?”

Lackofa pasti telah memberitahu nama pilihanku. Dia


mencengkramku dan setengah mendorongku melewati beberapa
penasihat yang melayang lalu aku dihadapkan pada Farsight.
Kucoba untuk tidak melihat buaian net itu.

Wanita dari level Pink, yang bernama Tatchilla,


memperkenalkan diriku dengan cepat, dengan aturan yang hampir
brutal Dan dia berdiri didekatku. Aku punya perasaan bahwa aku
baru saja menjadi anak didiknya. Bahkan menjadi propertinya.
Deep Worms, apakah mereka benar-benar orang yang masih
memikirkan ambisi di saat seperti ini?

Farsight menatapku dengan matanya yang buram itu. “Apa


yang kau ketahui?”

Suatu pertanyaan yang luar biasa. “Lackofa percaya bahwa


mereka itu Capasin. Kita bisa menerbangkan peti—pesawat kecil
milik mereka—dan kita bisa melawan mereka. Tapi jika kita
bertemu lagi dengan lebih banyak pesawat mereka lagi keanehan
ini bukanlah hal yang aku dan Lackofa sukai.

“Lebih banyak pesawat?” Teriak Tatchilla. “Apa maksudmu


dengan lebih banyak pesawat? Mengapa mereka membawa lebih
banyak pesawat?”

Aku tidak yakin. Aku hanya mengandalkan instingku. Aku tahu


bahwa ada lebih banyak pesawat. Aku tahu itu. Tapi bisakah aku
menyakinkan mereka?

“Mereka bermain...Maksudku bahwa mereka bertempur


dengan pelan-pelan. Mereka buang-buang waktu. Mereka
menikmati prosesnya.” Hampir saja aku menjelaskan pada mereka
bahwa alien itu sama seperti spesies Endrid dari permainan.
Endrid juga begitu, mereka mendapatkan kepuasan dari aksi
membunuh mangsanya. Tapi membawa-bawa permainan pada
pembahasan ini tidak akan menolong kredibilitasku.

“Jumlah kristal rumah kita yang telah hilang, dihancurkan,


mereka tidak tergesa-gesa, cara Capasin bermain.....kuperkirakan
bahwa masih ada lebih banyak pesawat lagi.” Ucapanku terdengar
tidak menyakinkan bahkan bagi diriku sendiri.

Ucapanku bukan berita baik. Tatchilla menuduh pemikiranku.


Dia sudah tidak berdiri lagi di sebelahku, “Isu ini bukanlah
sekedar ucapan dari pemain permainan ini, tapi isu sebenarnya
adalah dimana kita harus menempatkan EmCee. Kita harus
mencari kristal rumah baru dan mengklaim status
perlindungannya.”

Saat itulah masyarakat kutub kita dengan gemuruhnya


kepakan sayap dan pertanyaan tanpa nafas mereka.

“Apa yang sedang terjadi? Pesawat alien yang mengejar kami


sedang bersiap untuk menyerang!”

Farsight mengangkat tangannya yang lemah ke atas untuk


memotongnya. “Siapa pembicara dari kalian?”

“Aku yang bernama Jardbrass.” Ucap salah seorang. “Aku


yang akan berbicara. Pesawat ini berada dalam are kekuasaan
stasiun kami. Ini bukan acara dansa. Kalian disambut disini, tapi
kalian harus menghormati otoritas demokrasi kami.”

“Apa?” Ucap Seseorang seraya tertawa. “Kami baru saja


menyelamatkan hidup kalian dan kalian ingin agar kami menyatakan
keunggulan sistem percobaan kalian itu ?”

“Menyelamatkan hidup kami? Tidak ada bukti bahwa pesawat


alien itu....”

“Kalian tadi lari.” Potong Tatchilla. “Jangan jadi pengecut.


kalian tidak masuk ke awan tebal sebab kalian kira alien itu
datang untuk berdagang logam.”

Farsight berkata. “Sejauh ini kami telah mejumpai dua belas


kristal yang diketahui telah dihancurkan atau paling tidak hilang,
sangat jauh dari stasiun mereka.”

Fakta itu membuat Jardbrass tercengang. Tapi dia tidak siap


untuk menghadapi keprihatinan tertentu. “Kasus yang sama,
pesawat ini dan pesawat kotak alien tadi berada di daerah
yuridiksi kami. Kalian bisa menyampaikan maksud kalian pada
dewan terpilih kami atau kalia bisa pergi dari sini.”

Tidak bisa dipercaya. Tatchilla datang lagi dengan beberapa


bahasan kabur akan daerah sah. Salah seorang penduduk kristal
kutub yang sudah lama ada di dewan. Dan dalam sekilas seluruh
tenggeran ini ribut dengan suara-suara bantahan.

Begitulah orang-orang. Mereka punya batasan. Kurasa. Aku


mencoba untuk menjadi seorang filosofis, tapi menjadi makin sulit
saja. Aku sudah sadar akan fakta bahwa Lackofa berada didalam
peti kotak disana, keringatan dan kesusahan bernafas. Dan fakta
bahwa Aguella berada di dermaga, terluka, tidak ragu lag dia
merasa diabaikan.

Deep worm, diamlah. Kataku dalam diam. Hanya saja saat


kulihat pandangan terkejut dan tiba-tiba saja mereka terdiam.
Aku baru sadar bahwa aku mengatakannya keras-keras.
Bab 12.

Terlambat untuk kembali. Dan lagipula, aku memang tidak


ingin kembali. Beradu pendapat tidak akan memenangkan
permainan. “Ada lebih banyak pesawat Capasin.” Kataku. “Mereka
datang kesini untuk menghabisi kita. Mereka akan kembali. Kalian
harus menyembunyikan kristal kalian dibalik awan selama yang
kalian bisa. Dan mulai membuat senjata.” Siapa.....siapa kau?”
Tanya Jardbrass. Aku mulai menjawabnya, tapi ada seseorang
yang memotong. “Dialah satu-satunya orang yang memainkan
permainannya.” Dia rupanya Menno. Bagaimana bisa aku melupakan
sayapnya yang kebesaran itu? “Ini bukan permainan.” Ucap
Jardbrass dengan suara kaku yang digunakannya untuk
mendiamkan seorang muda yang angkuh. “Ya, memang.” Ujar
Menno lagi. Dia benar-benar tidak terintimidasi. “Ini permainan,
dan Capasin itu berpikir bahwa ini permainan, dan jika kita tidak
ikut bermain---kita kalah. Itulah sebabnya mengapa mereka
datang. Mereka datang untuk bermain. Mereka datang karena
undangan kita.” Jardbrass mulai berbicara. Tapi tidak ada kata-
kata yang keluar. Dia langsung terjatuh. Ekspresi kelam di
wajahnya, seluruhnya terlarut. “Dua belas kristal.”Bisiknya
kasihan. “Tidak mungkin.”

“Apa maksudnya akan pada undangan kita?”” Tanya Farsight


pada Menno secara langsung.

Menno tidak menjawab. Dia tersenyum padaku, dia bayangan


dari seorang pemain menyakinkan yang menghantuiku dari acara
Dansa itu.

Aku tahu apa maksudnya. Aku tahu apa yang telah mereka
lakukan . “Mereka menemukan cara untuk menyiarkan pesan.”
Kataku. “Tapi palingan mereka baru-baru saja menemukannya.
Bagaimana bisa pesan yang disiarkan bisa menjelajah hingga ke
dunia jauh dan sampai ke Capasin?”

“Kami menyambungkannya ke transponder Zero-Space.” Ujar


Menno dengan bangga. “Kami seabad lebih maju daripada kalian
masyarakat Khatulistiwa, kalian tahu. Kami bisa mengirimkan
sinyal melalui radiasi latar belakang. dan kami bisa
memantulkannya melalui Z-Space. Dalam waktu sepuluh tahun
kedepan kristal kami seutuhnya akan jadi model airfoil dan
menjadi pusat uninet global. Dan segera setelah hal itu kami bisa
menyambungkannya secara langsung pada Ras Generasional Dan
Ras Illaman di planet asli mereka. Ini akan jadi revolusi!”

“Sinyal apa yang kalian pantulkan melalui Z-Space, orang


kutub?”

“Tidak bisakah kau tebak, temanku dari khatulistiwa?


Awalnya rumus matematika sederhana, untuk tes awal. Kami lihat
dulu apakah sistem itu bisa menangani lalu lintas data yang berat.”

“Demi Ibu langit, kalian memantulkan permainan! kalian


memantulkan permainan melalui Z-Space.”

“Ya. Brilian bukan?” Dengus Menno. “Kecuali untuk fakta


kecil, bahwa beberapa spesies tidak tahu perbedaan antara
permainan dan kenyataan. Alien-alien itu datang kesini untuk
membantai kita sebab mereka telah melihat permainan kita dan
percaya bahwa itu nyata. Mereka berpikir bahwa kita
mempermainkan spesies lain. Bahwa kita ikut campur dengan
pengembangan mereka dengan hasil berbeda sebagai hasilnya.
Mereka pikir kita ini melakukan hal keji. Mereka datang untuk
menghabisi apa yang mereka percaya sebagai ras pembunuh.”
Berita mengerikan ini masih tetap berdengung dalam keheningan
hingga ada seseorang yang berteriak. “Lihat!”

Setiap kepala melihat.

Dua pesawat Capasin muncul dari awan. Aku tidak perlu


menunggu perintah lagi, ku kepakkan sayapku ke peti.

Aku turun dari pintunya langsung ke samping Lackofa.


“Mereka.....” Aku terengah-engah.

“Kulihat mereka!”

“Lontaran sekuat lima puluh persen!”

Ku cengkram kendali saat kami meluncur dari EmCee. Target


yang mana? Kanan atau Kiri? Kiri lebih dekat ke Kristal Kutub
Orbit Tinggi. Hentikan mereka dulu, lalu.

Sebuah sinar cahaya mengiris sayap inti dari kristal kutub.


Bongkahan kristal baru terjatuh, menyeret tiga puluh atau lebih
Ketran jatuh bersamanya. Siapa yang telah menembak? Di
belakang kami! Diatas kami!

Ku putar peti ini, kubiarkan momentumnya membawa kami


kebawah perut pesawat alien, dan kutembak langsung.

Di saat yang bersamaan dua Pesawat Capasin yang lainnya


menebarkan awan flechette nya. Dua pecahan flechette
mengurung kristal kutub dari kedua sisi. Mungkin masih ada yang
hidup dari pembantaian itu. Tapi tidak akan cukup kuat lagi untuk
mengangkat kristal.

Ini seperti di rumahku saat itu. Hanya saja kali ini tidak ada
sayap yang mengepak putus asa melawan gravitasi. Kali ini wanita
maupun pria, juvie ataupun orang tua, yang bertengger seluruhnya
tewas di ketinggian.

Kristal Kutub Orbit Tinggi terjatuh seperti jenasah yang


meregang. Terjatuh begitu saja dari langit.

Pesawat Capasin diatas kami berbelok tajam.


Memperlihatkan resiko yang akan kami hadapi. Terlambat untuk
peduli. Kristal Kutub Orbit Tinggi sudah hilang. Dan masih ada
tiga pesawat Capasin melawan Force Field EmCee dan senjata
menyedihkan dari pesawat peti ini.

Tidak ada gerakan yang bisa membuat kami menang. Tidak


ada kecuali kabur. Mundur. Strategi sah : Telah banyak
kusaksikan spesies yang mundur dari pertempuran, berkumpul
kembali, hitung ulang, dan serang lagi.

Terbang menjauh.

“Pembalik Lontaran.” Kataku.

Lackofa tidak merespon.

“Hanya itu satu-satunya gerakan, Lackofa. Peti ini. Kita harus


menyelamatkannya. Hanya ini satu-satunya senjata yang kita
miliki. Inilah satu-satunya kesempatan kita.”

“Mereka telah membunuh semua orang. Semua orang, bukan?


Setiap kristal, satu demi satu.”
“Bukan kita,” Kataku dengan kasar. “Tidak akan jika kita lari.
Lackofa. Inilah yang kita punya saat ini. Seluruh ras Ketran.
Sekarang Luncurkan pembalik lontaran. lakukan.”

Pesawat Capasin tidak pusing-pusing mengejar kami, saat


EmCee dan kami berdua yang ada dalam peti ini terbang meluncur
dari angkasa. Dan kami masuk lagi kedalam Force field.

Inilah akhir dari Ket. Dan. Walaupun begitu masih tetap ada
tujuh puluh dua Ketran yang masih hidup saat ini, ini jugalah akhir
dari Ras-ku.
KEHIDUPAN KEDUA

Bab 13.

“Panglima, tata surya itu punya enam planet asli dan sembilan
bulan. Dua bulannya---keduanya mengorbit planet kedua----
mungkin bisa ditinggali.” Aku mengangguk. “Kita periksa dulu.
aktifkan Force field dengan kekuatan penuh, aktifkan sensor
pasif pada jarak maksimal, sensor aktif matikan, pesawat tempur
siaga pada status dua.” Kata-kataku menjadi suatu aksi. Force
field sistem pertahanan pesawat berkilau, mendistorsikan
pandanganku akan matahari tata surya itu serta bintang di
luarnya. Sebuah Probe keluar dari Force field untuk
mengumpulkan setiap data elektronik yang ada. Sensor aktif kami,
apa yang kami sebut “Pingers.” Dimatikan. Sensor itu bisa
mengingatkan kemungkinan musuh akan keberadaan kami. Dan
jauh di pinggang pesawat bersayap tiga, pilot masuk kedalam
kokpit pesawat tempur bersenjata lengkap, dan menghidupkan
mesin serta senjata. Sembilan pilot lainnya bersiap di stasiun,
bersiap untuk menghadapi musuh tiga menit lagi. Inilah yang ke
tujuh puluh sembilan kalinya kami memasuki tata surya setelah
keluar untuk mencari rumah. Hari-hari dan tahun-tahun penuh
kekaguman sudah sirna sejak lama.

Ini menjadi kegiatan rutin sekarang. Inilah yang kami


lakukan. Harapan dan kekecewaaan dari semua sisa-sisa emosi
yang perlahan-lahan mengering, kesalahan demi kesalahan pedih.

Kami telah belajar untuk tidak mengira apapun. Kami telah


belajar untuk memotong setiap perhitungan nyata dan untuk
percaya pada setiap pertanda buruk. Tujuh puluh sembilan tata
surya dalam waktu enam puluh tiga tahun. Dan itu masih tata
surya yang berharga untuk di investigasi. Berapa banyak tata
surya kami kunjungi hanya untuk menambang asteroid kaya
mineral, atau untuk mengumpulkan hidrogen?
Itulah yang kami lakukan. Beginilah kami sekarang. Ras Ket :
Kurang dari seratus orang pengembara yang mencari rumah baru.

Kami telah menjumpai banyak spesies berakal budi. Beberapa


jauh sekali, kebanyakan dekat. Beberapa spesies kasihan pada
kami. Beberapa lainnya menyerang kami. Tapi dalam waktu enam
puluh tiga tahun terakhir kami telah belajar untuk melindungi diri.
Kami mulai dengan pesawat peti Capasin, menggandakan
senjatanya. Lalu di tingkatkan, terus di inovasikan.

MCQ3 telah bermutasi selama bertahun-tahun hingga


menjadi Pesawat Pencari, Pesawat Pencari ini jauh berbeda dari
pesawat lainnya. Pengujian jarak dekat masih tetap menemukan
formasi kristal asli di jantung pesawat, tapi kebanyakan yang kami
tambahkan adalah titanium dan Campuran mineral-polimer. Mesin
Z-Space yang asli telah sejak lama diganti dengan mesin Z-Space
yang jauh lebih cepat. Dua sayap yang pendek dan gemuk telah
ditambahkan sebagai bentuk airfoil untuk memasuki atmosfir. Dan
senjata yang tersusun dengan rapi dibawah tiap sayap, bahkan
ditambah lagi selusin pesawat tempur berwarna hitam, yang akan
dihormati oleh calon lawan.

“Force Field, telah aktif, Panglimma.” Lapor Menno.

“Baiklah, coba dulu yang berwarna biru.” Ujarku.

Kulihat Aguella tersenyum. Aku telah jadi panglima sejak


Farsight tewas, lima puluh tahun yang lalu. Tapi aku masih tetap
menolak untuk menunjuk setiap planet ataupun bulan yang sesuai
dengan tujuan.

Aguella ada di dermaga, matanya ditutup untuk fokus akan


bacaan sensor. Sayapnya mengepak perlahan-lahan, seperti
biasanya. Tidak berguna juga, karena sudah sejak enam dekade
lalu tidak ada seorangpun yang mengepakkan sayap untuk
mengangkat lagi. Namun, kami masih tetap Ketran. Kami masih
tetap ingin terbang. “Yang berwarna biru itu, Panglima.” Tanya
Menno mengkonfirmasi. Menno adalah panglima kedua, wakil
panglima.

Hampir saja kami perang sipil karena suatu hal. Menno dan
pelarian dari kristal kutub serta beberapa pengungsi yang kami
selamatkan dari pecahan Kristal Tropis Orbit tengah Rendah
telah duduk bersama untuk meminta dibentuknya pemerintahan
demokrasi dipesawat Pencari. Tentu saja hal itu hanya karena
mereka menolak dominasi masyarakat khatulistiwa.

Demokrasi tidak mungkin ada dalam pesawat luar angkasa.


Tapi kompromi-nya iya. Yang berkompromi Menno. Dia
mengendalikan dermaga ke dua. Dan dia bekerja dengan baik,
walaupun dia dan aku tidak akan pernah menjadi teman.

Keadaan ini malah menjadi lebih pribadi. Bagi Menno ini hanya
sekedar permmaiinan yang harus di menangkannya apapun
bayarannya. Tidak kutipu diriku sendiri, dia masih saja tetap
memainkan permainannya. Dan jika dia menggantikan tempatku dia
tidak akan memilih apapun. Dia akan memerintah.

Kami terbang kedalam Orbit tinggi diatas bulan biru.

“Itu air.” Ujar Aguella. Nadanya menunjukkan adanya jejak


kekecewaan. Kami telah mempelajari bahwa planet dengan jumlah
air yang besar tidak memungkinkan adanya angin keatas, atau
tekanan atmosfir yang kami butuhkan untuk mendukung
pemukiman berbasis kristal kami.

Sebegitu cepatnya bulan biru itu menjadi tidak berguna bagi


kami. Hal itu bukan kejutan besar lagi. Kutekan keluhan
kekecewaanku. Orang-orang memperhatikanku. Aku harus menjadi
contoh mereka. Masa mudaku sudah sejak lama hilang dan kubawa
begitu banyak tanggung jawab.

“Navigator, kirimkan tim pencegat ke planet putih.”


Perintahku.

“Tunggu!”

Itu Aguella. Kulirik dia dan kulihat seberapa fokus wajahnya.


Kubukan hasil tampilan sensor, Menno melakukan hal yang sama.
Tapi apapun yang dilihatnya, kami berdua tidak berhasil
melihatnya.

Ku memm dia. “Ada apa?”

Dia menunjukkan dua tampilan dan menggaris bawahi bagi


kepentinganku dan Menno. Saat usahanya tidak berhasil
menggerakkanku, dia berkata dengan tidak sabaran. “Ada sesuatu
yang bergerak....mengambang. Dia air, melalui air. Dibawah
permukaan. Lihatkan cahaya itu? Disana, dibagian yang gelap. Pola
cahaya, terrefleksi dengan tinggi, tentu saja.”

“Apa isi layar kedua?” Tanya Menno.

“Arus air. Lihat? Be....benda itu, apapun itu, dia bergerak


melawan arus air. Dan dia mematikan cahayanya.

“Seekor ikan besar dengan reaksi kimia yang memproduksi


cahaya? Kita pernah melihatnya sebelumnya.”

“Mungkin.” Kata Aguella setuju. “Tapi mungkin tidak, tidak


bisa kukatakan hal yang pasti tapi aku terkesan, tak ada yang
lebih berkesan daripada itu, bahwa aku melihat struktur yang
rumit.”

“Kristalline?” Tanya Menno, dia tidak setuju.

“Aku tidak tahu,” Potong Aguella. “Tidak akan jelas tanpa


sensor aktif kita.”

“Terlalu berbahaya. Terlalu banyak resiko untuk kemungkinan


yang belum pasti?” Bantah Menno. “Apakah kau menyarankan
bahwa kita seharusnya menyalakan pesawat ini sehingga
memberikan kesempatan pada seseorang yang berada dibawah
sana yang tinggal dibawah air mengejek kehidupan kita yang sudah
lama mati? Kita tidak bernafas dalam air, Aguella. Kita tidak
terbang di air. Ini hanya obsesi tak berarti dengan masa lalu.”

Pernyataan terakhir itu benar-benar membangkitkan


kemarahan Aguella. Dan ditambah lagi dengan ucapan Menno tadi
yang memprovokasi aku. Dengan cepat ku memm Aguella untuk
tetap diam.

Dengan suara paling lembut yang kubisa aku berkata. “Misi


pesawat ini sudah jelas, Menno.”

“Ya, untuk mengembara di galaksi mencari apa yang kita tahu


sebagai lingkungan paling langka.” Ujarnya. “Kita beradaptasi
dengan lusinan cara, tapi tidak pernah di kasus ini. Kita punya
pesawat tempur, dan kita juga belajar untuk hidup dengan benda
itu. Sudah lama sejak kita pernah mencoba untuk terbang ataupun
mengangkat. Tapi kita menolak untuk menerima kenyataan. Tidak
akan pernah ada lagi Ket. Tidak ada lagi rumah kristal. Lusinan
planet dan apa lagi yang akan kita temukan, lagi dan lagi? Penghuni
permukaan. Penghuni permukaan. Tidak ada yang lain kecuali
penghuni permukaan.”

“Kita ada di langit!” Potong Aguella. “Kita tidak merangkak.


Kita tidak berjalan. Kita dilahirkan untuk hidup di langit!”

“Kita akan mati untuk mitos itu. Tidak ada lagi Juvie. Kita
sudah matu sebagai ras, selurhnya hanya untuk gambaran dari
dunia yang tidak ada lagi.”

Ucapan terakhir itu untuk Aguella dan aku. Kami berdua


sudah mendeklarasikan sebagai pasangan, tapi kami tidak pernah
melahirkan anak. Hal itu sudah jadi peraturan tidak tertulis
tentang pemukiman aneh kami. Bahwa kami tidak akan memberikan
kehidupan baru hingga kami tiba di rumah.

“Sudah cukup.” Ucapku, kuhentikan dengan cepat sebelum


ucapanku menyebar ke seluruh awak. “Pesawat ini punya misi.
Menno. Akan kita lihat fenomena aneh yang di ucapkan Aguella.
Tapi tidak dengan sensor aktif. Kita akan menggunakan tim
penjelajah Jicklet yang baru. Ini waktunya untuk mengetes dia.”

“Aku akan bergabung dengan tim lainnya.” Ucap Menno, Dia


tahu bahwa aku tidak mempercayai dirinya untuk mengomandoi
pesawat Pencari ini. Dia membiarkan aku tahu bahwa dia tahu
bagaimana yang kurasakan.

“Sebenarnya, akan ku komandoi tim pencari. Sudah sejak


lama hingga aku pernah turun ke planet. Menno, kau yang akan
mengomandai sementara ini. Aguella, kau ikut denganku. Memm
Lackofa dan Jicklet agar bergabung dengan kita. Dan Memm
petugas ketiga Deeved untuk membawa stasiun sensor kesini.”

Menno mengangguk. Kuterima gertakannya. Telah


kudemonstrasikan padannya bahwa aku cukup percaya diri untuk
meninggalkannya bertugas. Paling tidak selama kubawa Deeved
dari tenggeran juga. Deeved seorang petugas ketiga, dia berasal
dari kristal tropis. Dia bukan sekutuku, tapi dia meremahkan
Menno. Menno tidak akan berbuat apa-apa selama Deeved ada
disini.

Aku benci atmosfir akan kecurigaan dan ketidakpercayaan,


tapi aku beradaptasi. Itulah sebabnya pusat komando berada di
tengah-tengah tenggeran, sehingga kami bisa saling melihat di
angkasa nyata. Seluruh fungsi kegiatan kami bisa saja
menggunakan uninet. Tapi di dunia dimana pengkhianatan
memungkinkan lebih tentram rasanya jika bisa berhadapan. Aku
perlu memperhatikan Menno. Dan aku juga menikmati saat-saat
memandang Aguella.

Aku terbang turun didalam pesawat bersama Aguella


disampingku dan Lackofa yang kami jumpai ditengah jalan menuju
penjelajahan.

“Kau meninggalkan Menno yang bertugas, Ellimist? apa kau


sudah gila? Dia akan membalikkan pesawat dan kembali ke utopia
kecilnya itu.”

Lackofa menolak untuk memperlakukanku sebagai sang bijak,


atau mematuhiku sebagai panglimma, atau pada rasa sopan biasa
sebagai sesama Ketran. Aku lebih berharga baginya.

Dia sakit-sakitan sepanjang tahun. Lebih sakit daripada saat


dia menjadi ahli biologi terendah nomor tiga. Dia sekarang
menjadi ilmuwan kepala di pesawat.

“Telah ku persiapkan Deeved yang mengawasinya. Dan


lagipula, awak itu setia loh.”

Lackofa berkata. “Jangan terlalu bergantung pada kesetiaan,


Ellimist. Kesetiaan itu kekuatan yang lemah.”

Dia tidak sedang bercanda. Dia serius. Apakah dia tahu


sesuatu?

Ingin ku tekan dia untuk memberikan informasi lebih, tapi


Lackofa dipercaya oleh setiap fraksi. Dia sangat terpercaya
sebab dia diketahui tidak akan melanggar kepercayaan dan
menjadi seorang informan. Namun dia tadi memberikan sinyal
yang jelas sekali padaku. Sepertinya dia melebih-lebihkan.
Sepertinya.
Bab 14.

Sudah terlamabt untuk kembali ke pesawat tanpa


menunjukkan kelemahan yang tidak bisa diterima. Tidak ada
pilihan lain kecuali terus melaju ke depan dan bergantung pada
awak-awak berlainan fraksi yang disebut Lackofa sebagai
kekuatan lemah dari kesetiaan.

Explorer (Penjelajah) Adalah salah satu pesawat jenis baru


yang rancangannya ditiru dari perjumpaan kami dengan pesawat
alien. Jicklet dan teman-temannya bekerja keras selama lima
tahun untuk membuatnya. Bahan utamanya diambil dari asteroid
serta beberapa dari planet yang hancur. Jicklet sekarang punya
sejenis kekaisaran sendiri, yang terdiri dari toko yang lumayan
lengkap, pengecoran logam, pengisi ulang bahan bakar, hangar, dan
landasan perbaikan. Kristal kasar dan struktur logam membentuk
cincin asimetris yang janggal di sekitar pesawat, dibawah stasiun
pesawat tempur dan diatas mesin.

Jicklet yang menangani mesin, senjata dan pesawat kecil.


Jika ada orang lain yang punya kekuatan lebih besar daripada
panglima, Kepala Tehnisi Jicklet lah orangnya. Tapi baginya paling
tidak, kesetiaan itu bukan kekuatan lemah.

Aku pernah melawat pesawat penjelajah ini di berbagai


tempat pembangunan dan meresmikan peluncurannya. Aku sudah
terbiasa dengan pesawat ini, tapi pesawat ini beristirahat, tidak
digunakan, dianggurkan di landasan setahun terakhir.

Jicklet sudah mengantisipasi hal itu.

“Kepala Tehnisi, aku benci saat memanggilmu dengan


panggilan sependek itu. Kau tahu, kau disambut disini untuk
mengirim seorang anggotamu bersama jika mau.”

Suatu lelucon, tentu saja. Tidak ada kekuatan di galaksi ini


yang bisa menahannya agar tidak menerbangkan pesawat
Penjelajah untuk misi utamanya.

“Kupikir aku bisa tepat waktu.” Ujar Jicklet hambar.


“Bolehkah aku meminta misi?”
“Bulan berair dibawah sana. Kami ingin melihatnya kebawah
sana langsung tanpa menggunakan sensor aktif.”

“Pesawat penjelajah akan mengatasinya.” Ujarnya penuh


percaya diri.

Pesawat ini cantik, perpaduan yang indah antara perasaan


Ketran dan Pragmatisme alien. Mirip peti, tapi sangat tembus
pandang, dengan crys datar sebagai panelnya serta menggunakan
force field sebagai penopang dindingnya. Pesawat ini tidak
sanggup melakukan perjalanan Z-Space, pesawat ini dirancang
untuk digunakan di orbit dan atmosfir. Ada sayap penukik dan
mesin pendorong ion besar dibelakangnya. Pesawat ini cepat,
nyaman dan bersenjata lengkap dengan Sinar Capasin versi
pengembangan dari kami sendiri.

Terlalu banyak senjata. Terlalu banyak kekuatan membunuh.

Kuberikan senyum setuju pada Jicklet, tapi dia melihat


keragu-raguanku.

“Kita sudah menjelajah jauh di galaksi penuh bahaya.”


Ujarnya.

“Sangat jauh.” Aku setuju. Kami kehilangan dunia kami karena


Capasin pikir kami ini agresor padahal kami tidak begitu. Apakah
pesan moral dari cerita itu? Bahwa kami seharusnya bersiap-siap
akan kekerasan pada setiap giliran? Benar atau salah. Itulah
pelajaran yang telah kami pelajari. Kami tidak akan pernah tanpa
persiapan lagi.

Namun, disini kami menampilkan kesiapan kami untuk


menganiaya pada setiap kurva pesawat kami. Kami telah
mempersiapkan diri kami sendiri untuk pembantaian lain yang
bahkan lebih lengkap lagi.

“Mari kita lihat apa yang mainanmu bisa lakukan, Jicklet.”

Kami masuk ke pesawat. Kami berada di ruang tertutup tapi


masih bisa melihat bintang di segala arah kecuali dibawah. Suatu
kompromi. Itulah yang baru saja Menno katakan akan ras kami :
Adaptasi. Jika tidak ada planet yang sesuai dengan yang kami
buthukan, mungkin seharusnya kami yang mencocokkan diri kami
pada suatu planet. Kami punya tekhnologi manipulasi genetika yang
bisa kami lakukan pada beberapa generasi kedepan. Kami para
tetua akan hidup sebagai diri kami Ketran yang menyedihkkan,
tanpa penerbangan, lagi. Tapi anak-anak muda kami akan
dilahirkan tanpa sayap, dengan tubuh yang lebih kokoh, tulang
yang lebih kuat, kaki asli daripada pod milik kami, dan tidak ada
cakar bertengger lagi.

Apakah Menno benar?

Tidak. Tidak akan selama aku yang jadi panglima-nya.


Penjelajah telah dilepaskan dari pesawat Pencari dan Jicklet
menyalakan mesinnya.Kekuatan gravitasi yang terakumulasi
menahan kami, tapi force field internal menahan berat kami,
bahkan menjaga darah kami agar tidak membeku. Kami meluncur
kearah bulan biru dan menggunakan atmosfir tipis sebagai rem
penahannya. Kami harus benar-benar menghentikan kecepatan
kami sebelum kami bisa benar-benar aman masuk kedalam air.
Penjelajah melaju dengan kecepatan subsonik, hanya sepuluh kaki
saja diatas lautan selembut kaca.

“Ada target tertentu?” Tanya Jicklet pada Aguella. “Kedepan


sembilan mil lagi. Disitulah seharusnya kita menjumpai fenomena
yang telah kuamati.”

Kami melewati garis waktu siang hari dan Jicklet melaju


dengan kecepatan terhebatnya. Pesawat ini membelah air dengan
sudut dangkal. Saat itulah terasa sensasi klaustrophobia tiba-
tiba. Seseorang yang tidak bisa dibesarkan di kristal yang
melayang diangkasa, menghabiskan beberapa dekade hidupnya
dalam pesawat yang dikelilingi oleh jutaan mil ruang terbuka, dan
kemudian merasa tenang karena di cemplungkan di lautan. Air
yang melingkupi sekeliling kami, gelap, buram. Kemudian, Jicklet
menyalakan lampu dan aku tersentak. Sekelompok dari ribuan
belut kuning yang brilian warnanya, banyak sekali garis-garisnya
yang bercahaya, terbang melewati kami, disekitar kami.

“Fosforensi.” Komentar Lackofa. “Mungkin itulah yang kau


lihat, Aguella, sekelompok besar belut.”

“Tapi belut-belut itu cantik.”

Warna kuning itu berenang melewati kami, dan sekarang aku


tidak dibutakan lagi oleh merek. Kulihat warna yang mengagumkan
dan gerakan hebat dimana-mana. Seekor ikan yang hampir
seukuran Penjelajah berenang dengan mulut terengah-engah dan
sirip yang berbulu, seluruhnya cerah dengan neon merah dan biru,
ada suatu makhluk yang telrihat seperti airfoil dengan tentakel
birunya, ada juga delapan ikan terbang, kelihatan berbahaya,
berwarna pink terang, dan dibawah kami ada hutan dari tentakel
yang sangat panjang, saking panjangnya hingga tidak kelihatan
ujungnya oleh pandangan kami.

Ada pergerakan buram!

Pesawat penjelajah meroket, bergerak miring dengan


tajamm, dan dengan suara raungan keras, pesawat ini berhenti.

“Ada sesuatu yang menangkap kita, Panglima!” Teriak Jicklet.

Dia lebih paham daripada aku. Ini pesawatnya, lagipula, dan


dia menguasai setiap square inchi pesawat ini.

“Seluruh cahaya luar hidupkan, sensor aktif hidupkan.


Senjata aktifkan dengan tenaga penuh. Jicklet, sentakkan
lambung pesawat jika memang dibutuhkan.”

“Siap, Panglima,” Balas Jicklet.

Cahaya diluar pesawat bersinar terang. Perairan sekarang


jadi sangat jelas, tapi tetpa saja kami berada pada zona malam di
bagian planet ini sehingga cahaya dari pesawat tidak bisa
menampilkan dengan luas akan sulur atau benda apapun itu yang
berhasil melilitkan tubuhnya pada pesawat kami. Belut dan ikan-
ikan masih tetap berenang.

“Hasil bacaan sensor muncul.” Kata Aguella. “Bentuk


kehidupan, basis karbon.” Dia membeku.

“Apa?”

“Makhluk ini sangat besar. Kecuali aku membacannya dengan


salah kuperhatikan adanya sistem elektrik terus-menerus yang
menghabiskan daya serap sensor. Benda ini memanjang hingga ke
kaki langit. Di segala arah.”

Langsung ku kalkulasikan dengan cepat, garis tengah bulan,


jarak dari sini ke kaki langit...

“Itu pasti kesalahan sensor.” Kataku. “Tidak ada makhluk


sebesar itu.”
“Kita bergerak.” Ujar Lackofa.

Telah kurasakan juga gerakan ini. Kami ditarik kebawah.

“Okay. Kejutkan lambungnya.” Perintahku pada awak.

Cahaya pesawat meredup saat tenaga pesawat di alihkan ke


komponen logam lambung. Apapun makhluk yang bersentuhan
dengan lambung pesawat akan tersetrum.

“Dia tetap melilit kita.” Teriak Lackofa tidak penting karena


kami juga tahu.

“Mengerti. Senjata sinar pada kekuatan terendah. Pola


serangan lebar.” Aku masih tetap tenang. Aku menyesal karena
menggunakan cara kasar. Seperti kebanyakan bentuk kehidupan
yang ini pasti belum mencapai tahap berakal budi, makhluk ini
hanya mengikuti instingnya.

“Tembakkan.”

Sinar ditembakkan. Air menyerap kebanyakan energinnya,


pada kekuatan seperti ini, tapi makhluk itu tetap akan merasa
panas sekali jika kena.

Perairan di sekitar kami menguap dan mulai mendidih.

“Hasil tembakan, Laporkan.”

“Makhluk itu tetap melilit kita.” Ujar Lackofa. “Makhluk


sebesar ini mungkin tidak punya reseptor rasa sakit pada area
tubuh sekecil itu. Dia mungkin tidak merasakan kita.”

Aku mengangguk. “Kita akan mencari jalan keluar. Tembakkan


sinar berkekuatan sedang. Jicklet, pantau bagian bawah lambung.
Akan kita potong tentakelnya. Sesaat setelah kita terbebas, lebih
baik langsung terbangkan kita ke atmosfir lagi.”

“Mengerti.”

Senjata sinar ditembakkan, tombak cahaya membentuk


lingkaran menakjubkan dibawah kami.

Pesawat Penjelajah berguncang saat tentakel itu terjatuh.


Pesawat ini mulai naik ke permukaan.

“Ada yang mendekat!” Teriak Aguella.


“Panglima!” Jerit Jikclet.

Monster itu menghantamkan kepalanya pada pesawat. Aku


terhantam dari dermagaku, cakarku terlepas dan berdarah.
Aguella dan Jicket masih tetap di dermaga mereka tapi Lackofa
terjatuh. Sekilas kelihatan mulut besar monster itu, cukup besar
hingga bisa menelan pesawat ini dalam sekali gigi.

“Tembakkan sinar berkekuatan tinggi!”

Mulut makhluk itu bersinar merah. Bagian dalam tubuhnya


meledak, menghancurkannya, hingga membuat lubang besar di
tubuh makhluk itu.

Wham!

Wham!

Aku terhuyung. Wajahku sudah basah dengan darahku


sendiri sekarang.

Wham!

Cahaya. Buta. Mencoba berpikir, mencoba untuk


mengucapkan perintah.

“Misil! Tembak!”

Tidak ada jawaban.

Wham!

Hantaman lagi, terus menerus. Force field menahan lambung


pesawat, tapi kami ini ibarat serangga yang berada di dalam
toples kacang yang dihantam terus-terusan.

Cahaya menyala. Tidak ada suara. Hening. Aku terbaring


patah tulang. Kepalaku berputar-putar.

Air menyerbu masuk. Bagaimana? Force field itu


seharusnya......

Ada sesuatu yang menyentuhku. Wajahku. Menyentuhku,


melilitkan dirinya padaku dan.....
Bab 15.

Aku di dermagaku.

Langit. Di sekitarku.

Kristal!

Aku bertengger di sebuah kristal. Azure Level. Bertengger,


mataku terbuka, masih didalam permainan. Aku sedang bermain
bersama Inidar. Skenario permainan ini melibatkan dua spesies
alien, salah satunya bangsa pengembara yang mencari rumah baru.
Spesies yang lainnya iblis seukuran dunia. Sangat besar, sehingga
dia mengkonsumsi apapun yang berada didekat planet.

“Akan kuambil Ketran, jika kau menerima.”

“Dengan senang hati.” Inidar memm balik. “Kau meremehkan


nilai dari ukuran dan kekuatan. Kau itu seorang idealist, Ellimist.”

“Oh? Baiklah, melangkahlah kedalam sarangku, ucapkan dreth


pada chorkant.”

Inidar tertawa.

“Haruskah kita mencebur?”

“Di sisi lainnya.” Jawabnya.

“Ini tidak nyata.” Ku memm balik dia. “Kau sudah tewas,


Inidar. Kau sudah tewas lama sekali.”

“Memang benar, Ellimist.” Dia setuju. “Capasin yang


membunuhku. Membunuh kami semua. Mereka juga ada disini. Kau
tahu, apakah kau mau melihatnya?”

“Capasin? Dimana? Dimana ‘ini’?”

“Bukalah matamu, Ellimist, apa yang kau lihat?”

“Kristal Khatulistiwa Tinggi. Tapi kristal ini sudah mati juga.


Dan Lackofa juga ada di tenggerannya. Apakah dia sudah tewas?
Apakah aku sudah tewas? Ataukah ini sejenis mimpi? Halusinasi?”

“Apakah hanya itu satu-satunya pilihan?” Tanya Inidar, dia


mengejek. “Mungkin ini bukan di dalam permainan?”

“Mungkin saja.” Ucapku. “Tapi siapa?”


Suara tertawa Inidar kedengaran riang sekali di kepalaku.
Lalu dia menghilang, dan sebelum kubuka mataku, bukan di uninet
memm, tapi tepat di depanku muncullah Capasin. Capasin yang
kubunuh itu.

“Hallo lagi, Ellimist.” Ucapnya. Ada lubang menganga di ujung


kepalanya dan dibawah kepala dimana ujung kristal tajam
menembus tenggorakannya.

“Ini semua tipuan.” Kataku.

“Ya. Hampir mirip tipuan saat kau mengejutkanku. Sebatang


tombak primitif menghentikan pesawat luar angkasa modern.
Ouch!”

“Apakah ini permainan?” Aku tidak seperti bentuk anak-anak


ku seperti yang saat ini muncul. Aku itu seorang panglima dari
pesawat Pencari. Aku lah panglima dari seluruh rakyat Ketran
yang tersisa. Seluruhnya yang tersisa.

“Baiklah, coba pikir salah siapa itu?” Tanya Capasin itu


seakan dia telah membaca pikiranku. “Kalian mengembangkan
permainan dimana kalian bermain dengan kehidupan dari seluruh
spesies lain, dan dengan cerdasnya kalian menyiarkan permainan
itu melalui Z-Space, tanpa perlu memasang pemberitahuan bahwa
itu hanya permainan, hanya permainan Lalu kalian terkejut saat
seseorang datang untuk menghabisi kalian seperti sebegitu
banyak parasite lainnya.”

“Kalian bahkan tidak menunggu adanya penjelasan.” Kupotong


ucapannya. “Kalian datang-datang langsung membantai kami.”

Capasin itu menggerakkan tangannya seperti gerak tangan


Ketran. “Itulah yang kami lakukan. Dan jika kau punya kekuatan
kau harusnya kembali dan mengambil lagi planet kalian. Daripada
mengembara seperti orang tersesat, mencari-cari planet yang
tidak ada. Kau spesies pengecut.”

“Kurang dari seratus orang di dalam sebuah pesawat untuk


mengambil alih Ket?” Aku mendengus. “Kau terdengar seperti
Menno. Selalu pergerakan radikal jika bersamanya. Kembali dan
bertarung hingga mati, atau beradaptasi dan menjadi sesuatu
yang benar-benar baru.”
“Yan dan sekarang kita tahu bahwa aku benar.” Ujar Menno,
dia berkerumun disampng tubuh mayat Capasin, “Lihat kemana kau
bawa kamim. Apakah kau bahkan tahu? Kita sudah jadi pecahan
permainan permainan sekarang. Father telah memiliki kita. Father
telah mengumpulkan kita disini, menjadikan kita mainannya.”

“Apa yang sedang kau bicarakan?”

“Kau pikir ini semua mimpi, bukan. Ellimist? Ini kenyataan.


Atau hampir kenyataan. Inidar terbentuk, suatu bentuk palsu
yang terbuat dari pikiranmu sendiri. Begitu juga dengan Capasin
satu ini, meskipun demikian ada Capasin asli disini. Dan ngomong-
ngomong, Aku ini asli. Aku menjalankan diriku sendiri.”

“Mengapa kau ada disini? Kau harusnya berada di dalam


pesawat Pencari.”

“Aku yang sedang mengomandoi, ingat? Bukan kau. Kami lihat


kalian menghidupkan sensor aktif. Pada saat itu, kuperintahkan
hal yang sama, tidak ada alasan untuk itu. Jadi kami lihat saat
kalian menembak dibawah sana. Kubawa turun pesawat Pencari ini
kebawah untuk menyelamatkan kalian, terkejut bukan? Terkejut
bahwa akan mencoba dan menyelamatkan hidupmu? Tidak akan.
Bagaimana bisa aku mengabaikanmu dan berharap untuk
mengendalikan awak yang tersisa? Tidak akan ada seorangpun
yang memenangkan permainan pembantaian. Paling tidak aku akan
mencoba dan menyelamatkanmu.”

“Pesawat Pencari itu tidak bisa menembus lingkungan berair.”


Ujarku curiga.

“Father keluar dari air.” Ujar Menno. “Dia mengendalikan


segalanya yang ada di bulan ini. Saat itu kami berada di atas
permukaan air, secara gila-gilaan mencoba mengirimkan satu
pesawat tempur untuk menyelamatkan kalian. Dan disaat yang
bersamaan muncullah dinding air yang mustahil ada, tentu saja---
air itu naik tinggi entah darimana saja, muncullah gelombang air
setinggi setengah mil. Dan kau benar. Pesawat Pencari ini tidak
bagus untuk lingkungan berair.”

“Aguella?”

“Tepat disini.” Ujarnya.

“Bagaimana kau........Apa dia baik-baik saja?”


“Aku terbunuh, Toomin. Kami semua. Semuanya kecuali kau.”

Aku ingin tertawa. Ini terlalu lucu. Dia berbicara, dia ada
disini sekarang, didepan wajahku. Melayang-layang di udara bersih
di rumahku.

“Apakah kau ingin melihat kenyataannya, Ellimist?” Tanya


Menno.

“Ya. Tentu saja.”

“Jangan terlalu cepat untuk memutuskan. Kau tidak akan


menyukai kenyataannya.”

“Kalian semua sudah mati. Apa lagi yang lebih buruk?”

Senyuman Menno melebar.

Dan saat ini tiba-tiba kristalnya menghilang, langitnya


menghilang. Aku berada di bawah iar. Dibawah air tapi tetap
bernafas. Ada sesuatu yang menahanku. Tentakel. Deep Worm,
mereka semua ada didalamku! Sulurnya membesar tumbuh di
dalam tubuhku, menembus tubuhku, menjadikanku suatu bagian
dari tubuh mereka.

Aku mengambang, tertambat, dalam suatu tempat dimana


tentakel memanjang hingga sejauh mataku bisa memandangnya.
Menno mengambang di dekatku, tertambat, tertembus juga,
tergabung dengan tubuh tentakel. Matanya tertutup. Dadanya
terbuka. Bisa kulihat isi bagian dalam tubuhnya.

Beberapa kaki dariku----Aguella. Aguella-ku tercinta.


Terikat. Ikut serta. Mayatnya tumbuh bersama dengan suatu
makhluk yang disebut Father.

Lackofa. Jicklet, tubuh lainnya, lebih banyak lagi, kulihat


lebih banyak lagi. Mereka semua berada di sekitarku.

Sebagian kelihatan tidak terluka, yang lainnya tubuhnya


tercabik-cabik karena luka tabrakan dengan tubuh pesawat atau
karena penurunan tekanan yang tiba-tiba.

Dimana-mana mayat. Mayatdari Rakyat Ketran yang terakhir.

“Tidak, kaulah rakyat Ketran terakhir, Tooming sang


Ellimist.” Ujar Aguella.
Dia depanku, sekali lagi, melayang, wajah cantiknya,
......seluruhnya hanya ilusi. Kristal yang melayang itu. Rakyat yang
mengangkatnya. Jauh dibawah sana, sungai lahar yang mengalir.

“Apa yang kau inginkan dari kami?” Jeritku.

“Aku Father.” Ujar Lackofa. Dia menatapku dari


dermagannya diatas sana. Old Forty-two. “Akulah kehidupan dari
planet ini. Seluruh yang ada disini berasal dariku, menjadi milikku,
menjadi bagian dari tubuhku. Seluruh kekuatan itu milikku.”

Tiba-tiba, muncul penglihatan cepat, data yang dikompresi


didownload pada kecepatan sepuluh kali lipat daripada kecepatan
normal, seperti ratusan memm yang meledak didalam kepalaku di
saat yang bersamaan. Kulihat Father. Dia menutupi seluruh square
inchi bulan, setiap mil lantai lautan, setiap pula kecil, segalanya
dari kutub ke kutub. Semiliar tentakel seluruhnya bergerak-gerak
menunggu.

Bukan hanya kami saja korban Father. Kulihat adanya Ras


Generasi dan ras Illaman. Kulihat Capasin. Kulihat banyak ras yang
telah kami temui dalam perjalanan panjang kami. Kulihat Ketran
yang tidak pernah kulihat, seluruhnya tewas. Tidak ada yang hidup
kecuali aku seorang, jika ini benar-benar disebut kehidupan.

Tapi itupun berarti sedikit bagi Father. Bahkan tubuh mayat-


mayat itu bisa digunakan, dijaga terus, otak tanpa jiwa mereka
dibuat agar berfungsi lagi.

Berapa banyak pesawat luar angkasa yang terseret kedalam


bulan biru ini? Father sudah tua. Dia telah sangat tua sebelum rak
berakal budi pertama kali menyalan roketnya.

“Apa yang kau inginkan dariku?” Jeritku padanya.

Menno berkata. “Sepi sekali disini hanya ditemani, kawan-


kawan yang telah mati. Aku ingin memainkan permainan, Ellimist.”
Bab 16.

Rupanya ini semua permainan juga.

Aguella sudah hilang. Tewas. Sejak tahun pertama----


dekade?----abad?---Father telah membawanya kembali padaku. Di
datang dan Lackofa juga datang serta Menno juga. Seluruh
saudara lelaki dan wanita yang telah tewas, temanku, musuhku,
yang kucintai. Seluruhnya tewas. Tapi tetap saja Father
memberikan rumahku kembali di Azure Level, rumah lamaku,
bersama teman-teman di sekelilingku, Inidar ada disana juga, dan
Wormer, mereka dibangun dari pikiranku sendiri.

Ingatan murni, mereka dibuat oleh Father dari pikiranku,


mereka kurus, makhluk yang tak berharga, mereka hanya
melakukan apa yang pernah mereka lakukan. Ini sangat memalukan
karena aku tidak kenal mereka lebih baik lagi. Jika ingatanku
masuk lebih dalam lagi Father akan membuat mereka lebih
menghibur.

Dimana Father punya tubuh dan Otak dia bisa membuatnya


menjadi lebih kreatif. Aku dan Aguella menikah. Kami punya tiga
anak kecil. Tapi anak-anak itu berupa ilusi yang menyedihkan,
terpisah, tidak lengkap, aku tidak pernah memperhatikan anak
kecil dengan serius. Pikiranku tidak bisa membuat mereka, tidak
bisa menuliskan mereka seutuhnya. Mereka kelihatannya datang
dan pergi secara acak. Jika kuingat mereka, mereka akan muncul,
jika kulupakan mereka dan mereka akan menghilang selama
beberapa jam ataupun hari.

Aku dan Lackofa tumbuh tua bersama, teman tua. Kami


menghabiskan waktu bebas kami bersamma. Merangkai puisi
bersama, berbicara tentang hari-hari baik dahulu. Dia tumbuh
tua. Begitu juga aku.

Jicklet terkadang datang. Terkadang kami yang datang ke


tenggerannya. Dia sudah sangat hormat pada orang lain sekarang,
saat ini dia bekerja dibawah Dewan pertemuan dan pertimbangan.

Dan Menno? Untuk sesaat Menno-lah lawanku disetiap


permainan. Father terkadang menjadi lawan kami. Father suka
sekali menonton permusuhan. Aku dan Menno sangat berbeda.
Tapi seiring waktu permusuhan kami memudar, hilang, sulit
rasanya untuk tetap membenci orang yang telah tewas. Bahkan
bagi orang yang kelihatan sangat penting dan hidup.

Berapa banyak permainan yang telah ku mainkan bersama


Father? Ribuan? Sepuluh ribu? Kucoba untuk menolak, tapi dia
langsung saja mematikan ilusi tentang rumah, dan akhirnya kulihat
dimana dan apa aku sebenarnya. Aku berada di lautan, tertambat
abadi pada salah satu sulur yang tumbuh didalam tubuhku, sulur
itu masuk ke otakku. Aku berada di hutan tentakel tanpa ujung
bersama dengan Lackofa, menno dan Aguella yang malang tetap
mengambang, sudah mati, tapi tidak pernah membusuk, tidak
pernah terurai, tidak pernah, tidak pernah damai.

Tapi itu tidak lebih dari ilusi saja mengapa aku termotifasi
untuk bermain. Hanya itu yang kupunyai, tidak ada lagi kecuali
permainan.

Permainan dan kilatan kecil akan harapan yang tidak mati.

Menyedihkan, ilusi putus asa. Betapa lucu dan menggelikan


sekali untuk melekat pada harapan akan kabur. Dan kabur untuk
apa? Kemana aku akan pergi? Apa aku jadinya nanti? Aku
merupakan bagian dari Father. Tidak ada lagi Toomin, tidak ada
lagi Ellimist. Yang ada hanya Father.

Namun......Aku tetap hidup. Aku masih tetap memainkan


permainan dan membuat keputusan permainanku sendiri.

Father butuh aku, sudah sejak lama sekali sejak aku


menyadari fakta itu. Dia tetap membuatku hidup untuk bermain.
Sebab walaupun aku kalah tiap kali bermain, aku masih tetap
lawan terbaiknya.

“Aku ingin memainkan permainan.” Ucap Father. Dia telah


memperoleh wajah baru, wajahnya sendiri, atau hasil
reproduksinya, atau hanya sejenis. “nama permainan.” Dia
mengambil wujud seorang tetua, seorang Sang Bijak. Dia terbang
ke dermagaku, melayang, dan mengulangi. “Haruskah kita
membenam??”

“Di sisi lainnya.” Ujarku.

Father telah memainkan banyak permainan. Banyak


Permainan. Aku percaya bahwa dia telah mengumpulkan lebih dari
seribu ras, dari seluruh galaksi. Kami memainkan permainan yang
tidak jauh berbeda daripada permainan pemukiman alien kami
sendiri. Kami punya permainan gerak refleks sederhana,
permainan pembunuhan, permainan yang melibatkan gerakan rumit
dari potongan pesawat datar atau diantara kubus atau diantara
dimensi angkasa. Permainan yang berupa permainan dari
permainan.

Itu semua yang kupunya. Aku pernah memohon pada Father


untuk membunuhku saja, tapi akhirnya, tentu saja dia menolak.
Aku telah mencoba untuk langsung kalah, berharap untuk
membuat permainan menjadi membosankan bagi Father. Tapi
Father tetap sabar, dia tetap menungguku. Selama bertahun-
tahun, sedekade, tidak masalah untuknya. Dan ujung-ujungnya aku
selalu ikut bermain lagi.

Kurasa, kauu buat apa yang bisa kau buat dalam hidupmu.

Permainan baru, baru saja dimulai.

Permainan ini berbeda. Father telah memperolah spesies


baru.

Tiba-tiba saja aku berada pada ruangan tertutup, lembab,


hampir-hampir tanpa udara. Paling tidak terasa tanpa udara
bagiku, bagi seorang Ketran. Walaupun dalam segala kewajaran,
aku sekarang sudah hidup di lautan dan tertambat pada sebuah
sulur—sehingga sulit rasanya untuk mencela.

Tidak pernah seperti ini, terasa tanpa udara. Tempat ini


tidak besar, mungkin hanya seratus feet square luasnya.
Didalamnya ada makhluk, aneh, bentuknya seperti leburan dari
lusinan ras berbeda. Wajah ras ini memiliki dua mata menghadap
kedepan dan satu mata menghadap ke belakang. Rambutnya
panjang, menjulur melewati punggungnya yang berpaku-paku
hingga ke lantai. Seluruhnya berbeda rambutnya, ada yang
berambut hijau, merah dan kuning. Wajahnya ada yang hitam,
kuning dan ungu. Lengan ras ini kelihatannya tidak terlalu
dibutuhkan, ada yang berlengan tiga, yang lainnya ada yang sampai
sembilan.

Mereka benar-benar baru. Tidak seperti ras yang pernah ku


temui sebelumnya. Father telah mendapatkan yang baru.
Mengikuti instingku aku tahu bahwa kami berada didalam
suatu pesawat luar angkasa. Pesawat ini bergerak. Percepatannya
tidak selembut pesawat luar angkasa yang kutahu. Pesawat ini
bergerak ke atas bawah dan begitu terus seakan sedang diamuk
badai saja, atau bahkan sedang mengambang diatas lautan.

Makhluk itu duduk diatas meja dengan tubuhnya dengan


nyaman. Mereka sedang minum dengan santai-santainya. Mungkin
mereka minum minuman keras. Mereka memandangi kami.

Kami, aku dan Father dalam bentuk Menno, kami berada di


ujung salah satu ruangan di platform yang tinggi. Masing-masing
tangan kami memegang peralatan. Panjang, hampir sepanjang
tubuhku, tapi lebih datar lagi, hampir mirip papan lah. Dan
memanjang di papannya ada tujuh tali-tali kencang. Ada lubang
tiupan yang bisa kujangkau dengan membengkokkan leherku
sedikit, kutempatkan lubang tiupan itu kedalam mulutku.

Menno menyeringai padaku, pandangan menantang. Dia


menempatkan mulutnya disekitar lubang tiupan dan
menghembuskan nafasnya ke lubang saat jari-jarinya bermain-
main di tali-tali kencang.

Hasilnya.....ini.......ini tidak pernah kudengar di hidupku


ataupun di mimpi.

Suaranya bukan hanya sekedar suara. Aku tidak punya kata-


kata untuk menjelaskannya. Mungkin tidak ada seoranpun yang
bisa. Suaranya menyentuh lubuk hatiku yang telah lama kulupakan.
Suaranya membuatku berfikir akan Aguella. Tentang rumah.
Tentang bintang-bintang dan matahari dan awan serta seluruh
keindahan, kesedihan, kesenangan dan keriangan yang tidak
pernah kutahu.

Menno/Father telah selesai bermain dan makhluk yang


mendengarkan berteriak-teriak dengan suara kasar jika
dibandingkan dengan suara dari instrument Menno.

“Giliranmu.” Ujar Menno.

Kutempatkan di bibirku seperti yang kulihat di lakukanjnya,


kuikuti gerak tangannya tadi. dan kubunyikan suaranya. tapi bukan
suara yang dikeluarkan alat ini. Punyaku suaranya kasar dan
menyakitkan bagi telingaku sendiri.
Namun, aku bisa mendengarnya, bahkan di suara itu, bahkan
dengan ketidak logisanku, ini awal mula dari sesuatu, sesuatu.

Penonton diam saja mendengarkanku.

“Begitulah permainan.” Menno tertawa.

“Permainan apa ini, Father?”

“Makhluk itu disebut Unemite. Mereka belum sanggup


mengadakan perjalanan luar angkasa. Kuseret sebuah pesawat
Skrit Na ke dalam jaringku----mereka itu spesies tidak berguna,
Skrit Na itu..-----Dan didalam pesawat mereka itu ada Unemite
tawanan mereka.

“Permainan itu, Father. Apa namanya?”

“Mereka menyebutnya musik.”

“Aku tidak punya harapan untuk menang.” Kataku jujur.


“Kumohon padamu, Father, bebaskan aku. Aku tidak ingin bermain
lagi.”

Dia menolak. Tentu saja dia akan terus menolak. Dan tahu ini
tentang Father : Satu-satunya kelemahannya adalah
kekejamannya. Bisa kugunakan itu. Dia akan memaksaku untuk
terus memainkan permainan hingga ribuan kali.

Melangkahlah ke sarangku, katakan dreth pada chorkant,


Bab 17.

“Haruskah kita membenam.”

“Di lain sisi.”

Unimete. Instrummen. Permainan ke seratus.

Aku telah menunggu. Begitu sulit untuk menunjukkan


peningkatan bermain ku yang cukup pada Father, untuk menantang
balik dia, tanpa membuka apa saja yang telah ku pelajari. Begitu
sulit untuk membangun dasarnya di saat ini.

Permainan ke seratus. Tapi yang ke sepuluh ribu kalinya aku


telah memainkannya di pikiranku, sendirian. Instrumen itu, adge
itu, seperti yang Unimete sebut, telah merasuk kedalam
pikiranku.

Adge itu telah menjadi bagian dari diriku. Berada didalam


tubuhku, di dalam otakku, dan bahkan jika Father mengakhiri
permainan, dia tidak akan pernah bisa mengambil adge itu dariku,
tidak akan pernah mengambil musik dari ku, tidak akan pernah.
Aku telah memilikinya. Telah menjadi punyaku. Dan sekarang,
permainan ini, yang keseratus kalinya, akan kutunjukkan padanya.

Dia sekarang menggunakan wujud Menno, menyebalkan, yakin


akan kemenangannya, tapi cukup hati-hati juga bahwa kali ini dia
harus berusaha lebih keras lagi untuk menarik penerimaan dari
para pendengar.

Namun, dalam permainan ke seratus Father tidak ada


kemajuan. Tidak dalam ide-ide asli permainan, tidak dalam
ekspresi baru. Dalam beberapa level bahkan ironis : Menno,
Menno yang asli rakyat Ketran, selalu menjadi pengacara untuk
menjalankan level baru, dia menginjeksikan sifat tidak
mengindahkan pada convensi permainan.

Aku tersenyum untukku sendiri, Ah, Menno, kau akan bangga


padaku.
Tapi saat ini Aguella lah yang ada dalam pikiranku saat
kumainkan adge yang ada dari lubang tiupan ke bibirku. Aguella
lah yang membuat musik ini menjadi bisa ku kuasai, dan
kekuarangan akan Aguella, atau apapun sepertinya, akan menjadi
kekalahan dari Father yang malang. Kau butuh cinta untuk
memenangkan permainan musik.

Kumainkan riff. Menno ternganga. Penonton duduk di depan.

Itu benar, Father. Aku telah menulis ulang aturannya.

Kumainkan irama kesedihan. Kumainkan irama kesepian. Putus


asa. Menemukan cinta dan hilang lagi. Kumainkan irama tragis
ketidak pahaman dan sinis akan kekalahan serta penakhlukan.
Kumainkan irama yang melagukan menahan segala penderitaan,
daya tahan akan kehidupan tanpa harapan, harapan dimana bahkan
harapan itu hanyalah pengkhianatan.

Namun, walaupun aku memainkan musik begitu sedihnya,


musik yang sama menolak putus asanya. Bagaimana bisa seseorang
merasa putus asa saat musik sedang dimainkan.

Kulihat wajah para Unimete di depan. Mereka telah


mendengar irama kesepian dan dalam ekspresi kesepian mereka
kulihat adanya kenyamanan dalam diri mereka sendiri.

Oh, ya. Aku telah menguasi mereka, para pendengar. Aku


bisa menuntun mereka dan mereka akan pergi bersamaku
kemanapun adge ku menuntun.

Dan Father? Oh, senang rasanya melihatnya. Senang rasanya


melihat yang tadinya meremehkan sekarang sudah berubah dari
kekaguman terus berubah lagi jadi kemarahan hebat.

Musik ini tidak menyentuhnya. Tapi dia bisa melihat bahwa


kali ini akulah yang sudah menang. Aku telah memenangkan
permainan begitu bersuara, sehingga akhirnya bahwa dia tidak
akan pernah punya harapan untuk bersaing denganku lagi. Bukan
dalam permainan musik.

“Bagaimana?” Akhirnya dia bertanya juga.

Kumainkan sebuah frasa dalam adge-ku dan kulakukan apa


yang tidak pernah dilakukan ras Unimete. Aku bernyanyi.
Kugunakan suara mulutku, suara ketranku, untuk membuat suara
yang tidak bisa dibuat adge.

Unimete menggila. Sorakannya luar biasa, gila-gilaan, tapi


penuh kecintaan.
“Bagaimana?!” Menno/Father bertanya, tidak bisa dia
menyembunyikan kemarahannya.

“Aku seorang pecundang.” Ku lagukan jawabannya. “Mereka


menyebutku pecundang yang brilian, seluruh pemenang,
seluruhnya pemenang kecuali aku seorang, pecundang. Tapi hanya
pecundang yang bisa menyanyikan warna biru langit. Hanya
seorang pecundang yang bisa melihat penglihatan yang
sesungguhnya.
Bab 18.

Kurasa Father akan langsung membunuhku. Tapi rupanya


tidak.

Kupikir dia tidak akan pernah memainkan permainan musik


lagi, tapi dia mencoba lagi. Dan kali ini dia meniru sebanyak apa
yang telah kulakukan. Itu tidak penting. Aku punya trik untuk
peningkatan bermainku,

Aku telah memikirkan peningkatan taktik dalam duetku. Akan


kutawarkan frasa musik, kumainkan beberapa saat, lalu ku undang
mereka untuk ikut dan menebak frasa selanjutnya.

Father tidak bisa. Dan upayanya sungguh menyedihkan.

Untuk waktu yang panjang setelah permainan terakhir.


Father tidak lagi menjumpaiku. Tidak ada lagi permainan. Tidak
ada apa-apa lagi. Aku ditinggalkan mengambang, dibiarkan
memandangi laut tempatku tertambat, memandangi tubuh Aguella
yang telah lama tewas. Dialah renunganku.

Tapi segalanya sudah berubah sekarang. Aku punya musik.


Dan bahkan tanpa adanya sebuah adge. Aku sudah lama bisa hidup
di dalam pikiranku sendiri dan bisa kumainkan dan kubuat lagu-
lagu baru tanpa henti siang dan malam.

Akhirnya setelah lama sekali, setelah beberapa tahun


mungkin, Father datang lagi padaku. Dia punya permainan baru
lagi, suatu spesies baru lagi. Bukan musik, bukan sesuatu yang
seperti itu. Kali ini permainan sederhana yang menempatkan
potongan-potongan kecil. Aku kalah dalam empat permainan
pertama. Aku menang yang kelima, yang ke enam. Lima permainan
berikutnya. Bahkan setiap permainan.

Father marah dan mengubah skenario permainan menjadi


pemandangan yang sangat mengerikan. Dia mengamuk dan
membiarkanku mengambang di lautan lagi.

Dan pastinya dia sekarang akan membunuhku. Dia mengerti


apa yang telah terjadi. Aku telah memenangkan permainan musik
dan permainan tiga bentuk, peningkatan permainan telah
melakukan sesuatu pada pikiranku, merubahku bahkan pada
permainan yang tidak ku mengerti. Kulihat lebih banyak dimensi.
Intuisiku sudah melekat padaku lagi sekarang. Aku percaya pada
gerakanku sendiri. Dan sebaliknya, Father gemetaran.

Setahun. Satu permainan baru. Permainan pembunuhan kali


ini. Senjata, dalam ruangan yang membingungkan.

Aku memenangkan permainan pertama.

Aku memenangkan setiap permainan.

Father diam saja. Mengapa dia tidak membunuhku?

Kujangkau dia, aku ingin tahu apa pikirannya. Tapi dia tidak
menjawab. Dia telah pergi, dia telah mundur, namun, aku tetap
hidup.

Dan kemudian harapan yang terpendam, emosi mengerikan


akan kehancuran kami, mulai bangkit lagi di benakku. Ku jangkau
keluar, ku jangkau kebawah pada tambatanku, melalui syaraf
Father seakan syaraf itu merupakan uninet biologi. Ku jangkau
Aguella.

“Aguella, cintaku.”

“Toomin?”

“Ya.”

“Apakah aku hidup?”

“Apa kau berpikir? Apa kau melihat? Apa kau merasa?

“Aku.....”

Bisa kulihat mayatnya, kulihat melalui sinar matahari yang


menembus perairan. Melihatnya melalui ikan berneon hija yang
melewatinya.

“Ingatanku, seluruh....” Katanya. “Aku bisa merasakanmu,


Toomin. Hanya kau saja. Hidup, tapi..... apa yang telah terjadi?”

Sudah beberapa tahun, bagaimana bisa hatiku masih terasa


pedih? Mengapa rasa sakit ini begitu segar?

“Kau hidup di dalam ingatanku, Aguella. Tapi sekarang, disini,


di tempat ini, kau hanya hidup di saat Father menyentuh urat
syarafmu. Saat dia menghidupkan ingatanmu.” Tidak ada Father
disini.” Ujarnya.

“Telah kubuat kau hidup lagi, untuk saat ini. Bagian dari
dirimu yang kusentuh menjadi hidup lagi, Aguella. Ingatan ini,
dugaan ini, ide-ide ini. Tapi hanya sesaat.”

“Berarti aku telah mati.”

“Ya. Kau telah menghilang, Aguella. Ini hanyalah bayangan


dari dirimu, otak biologimu, urat syarafmu hidup, seperti
komputer biologi, tidak lebih dari itu.”

“Biar kulihat, sekali lagi, biar kuliat apa aku ini.”

“Tidak, tidak.”

“Ah.”

“Aguella, aku.”

Bisakah aku meminta ijin darinya? Dari seseorang yang sudah


tewas selama beberapa dekade? Ini menjengkelkan. Dia akan
memberikan jawaban yang kuminta. Keinginannya sudah lama
hilang, sudah lama menghilang.

“Kubuat kau menjadi bagian dari diriku, Aguella, apa kau


mengerti? Aku mendownload mu, pikiranmu, pengetahuanmu,
seluruh yang ada padamu.”

“Aku selalu menjadi bagian dari dirimu, dan kau juga bagian
dariu.”

Kurendahkan penghalan di antara kami. Kurasakan derasnya


informasi yang datang darinya. data. Itu dia, data yang terkunci
tapi sudah kubuka, apa saja membuatnya menjadi seorang Ketran.
Rasa takutnya, keinginannya, cintanya.

Seluruhnya menjadi bagian dariku, dan bahkan di saat


mengerikan, disaat-saat tersembunyi dimana aku memperlakukan
orang yang kucintai tidak lebih sebagai file uninet, aku tamak dan
berpikir, Ah, Father, tolol sekali mengapa kau mundur, sekarang
aku yang akan datang padamu.
Kudownload Jicklet. Lackofa. Menno. Satu-persatu kuserap
pikiran mereka.
Ketran yang lainnya, hingga seluruh akal ras Ketran berada
didalam tubuhku.

Dan kemudian yang lainnya, akal alien, pikiran alien.

Pandangan alien, Lebih cepat! Ras Generasi. Illaman, Capasin.


Skrit Na. Lebih lagi! Lebih cepat!

Aku menjadi virus uninet, memakan data, menyebarkannya,


mengkonsumsinya, menyerapnya. Tetap saja aku tidak lebih hanya
satu satu persen dari Father, tapi aku sudah seratus kali lipat
dari diriku sebelumnya.

Daankin, 333, Wurb, Breets, Multitude, Chan Wath. Ras


demi ras. Kukosongkan setiap akal mereka kedalam diriku, setiap
datanya, tidak sempat untuk mengecek watku, untuk melihatnya,
untuk membuka dan menikmatinya, oh tidak, tidak sempat, ras nya
sudah hidup, ras pengkonsumsi, untuk mendownload dan menyerap.

Berapa lama hingga kau melihatnya, Father? Berapa lama


hingga kau tahu permainan baru ini?
Aku meraung dan terus meraung. Dan tetap saja Father
tidak merasakanku, tidak merasakan resiko yang sedang tumbuh
ini. Mengapa dia? Father tidak pernah tahu ada musuh alaminya.
Dia telah menguasai seluruh dunia sepanjang proses evolusinya.
Satu bentuk kehidupan yang menguasai setiap lautan di
tempatnya,

Kemudian, setelah waktu yang panjang, kurasakan ketidak


mudahannya. Kurasakan perhatiannya. Dia mengirim impulsnya,
melaju dengan cepat melalui jaringannya yang besar, kurasakan
disini dan disana penyebab sensasi aneh yang menggangu ini.

Tidak kutunjukkan apa-apa padanya. Kusembunyikan tubuhku.


Dia terus mencari dan hanya menemukan kekosongan. Kekosongan
yang ada dimana pikiranku bersembunyi. Dimanakah Capasin?
Dimanakah Generasi? Dimanakah Grasper?

Dimanakah Ketran-Ketran itu?

Dah setelah waktu yang panjang, saat potongan-potongan


tubuhnnya berkumpul dengan lambat, saat dia mulai merasakan
suatu emosi baru, dia bertanya. Dimana Ellimist?
Saat ini aku masih setengahnya Father. Kami sudah
seimbang. Kuhentikan kemajuanku.

“Haruskah kita membenam sekarang, Fahter?” Kataku.

“Permainan apa?” Dia bertanya.

“Permainan, Father. Permainan terakhir.”


Kehidupan Ketiga

Bab 19.

Akal terakhir yang kuserap adalah Father sendiri. Dan saat


kuserap pikiran dan akalnya, aku tidak mendapatkan apa-apa.

Tidak ada Father. Tidak ada pikiran dan akal sama sekali. Dia
bukan apa-apa tapi hanya sekedar karang. Dia hanya suatu
makhluk biologi sederhana, dia suatu kecelakaan dalam proses
evolusi, dia itu seorang karang pemangsa yang menyambungkan
dirinya dengan mangsanya. Father bukan apa-apa kecuali
korbannya sendiri. Dan saat kuserap dan kupotong dia dari
seluruh korbannya, Father tidak lebih dari sekedar rumput laut
biasa.

Aku lah Father sekarang. Dalam diriku berisi segala


pengetahuan dari ratusan ras cerdas. Tapi aku masih tetap
Toomin. Sang Ellimist. Aku tidak cocok hidup di sini, di lautan
bulan biru ini. Aku dilahirkan sebagai makhluk yang terbang, di
langit bebas.

Kubuka mataku dan kupandang keluar dari lautan. Kupandang


keluar dari ladang kematian Father.

Kulepaskan tentakel yang menahanku. Ini butuh waktu yang


lama. Sulurnya telah menembus tubuhku, memasuki otakku. Sakit
rasanya, rasa sakit fisik yang tidak pernah kurasakan lagi selama
beberapa dekade. Dan saat aku hampir bebas aku hampir saja
kebanjiran air laut. Tentakel inilah yang memberikan makanan dan
udara yang membuatku tidak menua.

Sekarang aku tercekik, paru-paruku kering, perutku berat.


Kugerakkan ototku yang tidak pernah bergerak lagi.

Kutendang tentakel dari tubuhku, bebas! Kubuka sayapku dan


terbang perlahan-lahan naik ke di air, naik terus hingga ke
permukaan. Udara!

Bebas! Wajahku keluar dari permukaan air, tidak tertambat


lagi, bebas, merdeka!
Bisakah aku terbang? Apakah aku mungkin terbang lagi?
Bagaimana membuat sayapku keluar dari permukaan air? Tidak
mungkin. Tida----------rasanya seperti gelombang besar lautan,
derasnya air terjun, akan pandangan, suara, gambaran, ide-ide,
emosi, aku tersapu akan mereka, seorang penerbang bebas di
tengah amukan badai.

Seluruh akal dan pikiran yang kudownload kedalam pikiranku,


seluruhnya ada disini. seluruhnya berkerumun didalam otak
Ketranku yang terbatas. Aku menjadi komputer yang menjalankan
seribuan perintah sekaligus. Tubuhku sendiri kelihatan sekan ada
dalam berbagai variasi. Aku punya tangan, sayap, kaki, tentakel,
penyengat, prod, cakar, perasa, mata dengan berbagai jenis. Bisa
kulihat warna dengan berbagai spektrum, bisa kulihat sinar X dan
sinar kosmik serta gelombang microwave. Aku punya telinga yang
hanya bisa mendengar suara bass terdalam, dan juga telinga yang
bisa mendengar hanya alunan suara, dan telinga yang mendengar
deru udara yang berhembus pada jarak ribuan yard dariku.

Seluruhnya itu, seluruh ingatan itu, bertumpuk-tumpukan


pada tubuh dan otakku yang tidak mencukupi.

Aku terbenam, naik ke permukaan lagi,Toomin, seorang


pemain yang menyebut dirinya Ellimist. Aku yang mengendalikan,
tidak, tidak bukan kendali, tidak, seluruh usaha yang bisa
kulakukan hanyalah menahan serangan yang akan datang. Aku
tidak bisa menggunakannya. Tidak bisa kubuka pintunya dan
menggunakannya tanpa merasa diluar batasku.

Aku berenang, sekarang ketakutan, terombang-ambing akan


apa yang telah kulakukan. Aku berenang dibawah cahaya terang
dari piringan planet diatas sana, dibawah bulan putih dan coklat,
dibawah kehangatan matahari terdekat.

Aku berenang terus dalam jangka waktu yang panjang. Tapi


aku tidak tersesat. Kami sering menggunakan bulan ini seagai
permainan bersama Father, aku dan Father. Aku tahu dimana
keberadaan setiap pulau-pulau kecil dan berbaring di tanah tanah
disana karena kelelahan.

Setelah beristirahat, kubuka sayapku dan kubiarkan udara


yang mengeringkannya. Huru-Hara didalam kepalaku masih tetap
ada, masih tetap bergemuruh.
Saat aku sudah kering benar. Aku terbang untuk pertama
kalinya setelah jangka waktu yang panjang sekali, aku hanya bisa
menangis haru saat ini. Aku terbang, kubawa sayapku terbang di
lautan yang hampir tanpa batas, lautan dibawah panenan tubuh
mayat yang masih tertambat pada Father.

Mereka sudah mulai terurai sekarang, tentu saja. Father


sudah tidak bisa menjaga penuaan mereka dan efek pembusukan
dari air itu sendiri. Dia tidak lagi menutrisi mereka.

Mereka telah mencapai kematian akhirnya. Seluruh


permukaan bulan ini menjadi ladang kubur.

Aku terbang dan mencari-cari. Aku tidak pernah melihat


tempat yang kucari, tapi aku tahu bahwa tempat itu ada. Father
pernah membuat permainan di permukaan dunianya, tapi ada suatu
tempat yang kosong melompong saat di permainan, area itu tidak
pernah muncul. Rahasia apa yang tersembunyi disana? Aku
terbang dan menikmati udara segar. Aku lapar. Mengagumkan! Aku
kelelahan. Luar biasa! Aku merdeka.

Sendirian.

Didepanku kulihat tempat yang kuperkirakan sudah


kutemukan. Sebuah pulau tersembunyi. Lebih luas dari pulau yang
lain dan jauh lebih tinggi. Pulau yang satu ini kering jika
dibandingkan dengan pulau lainnya di bulan ini. Pulau ini diselimuti
tetumbuhan yang rimbun, kebanyakan berwarna hijau dengan
corak orange dan merah.

Disana dan disini, ada pesawat luar angkasa yang tersangkut


di pepohonan. Sebagian ada yang sudah sangat tua sehingga
ditutupi oleh lumut, sulur dan pepohonan. Ada beberapa yang
kelihatan baru jatuh seminggu ataupun sebulan yang lalu.

Pesawat-pesawat itu ada yang besar juga kecil. Ada yang


kelihatan berbahaya ataupun biasa saja. Sebagian dipersenjatai
dengan senjata yang sangat menakjubkan. Yang lainnya yah hanya
berisi perlengkapan biasa saja.

Seluruh pesawat dari berbagai ras yang telah terpancing


oleh Father selama lebih jutaan tahun berada di pulau ini
menunggu. Telah kutemukan pembuangan sampah Fathet. Butuh
beberapa saat bagiku untuk menemukan pesawat Penjelajah. Dan
kutemukan juga Pesawat Pencari milik kami. Pesawat Pencari
sudah hancur, penyok-penyok. Aku mendarat di salah satu tiang
pesawat dan berdiri disana sejenak. Berdiri dia batu nisan
rakyatku. Ketran terakhir sekarang sedang berdiri diatas batu
nisan dari ras-nya. Pesawat Penjelajah keadaaanya jauh lebih baik.
Pesawat itu terbalik, karena gaya gravitasi, tapi mesinnya masih
bisa hidup, dan sistemnya masih bekerja. Pesawat ini masih bisa
terbang. Aku bisa pergi dari bulan Father. Dan pergi kemana? Aku
sekarang seperti alien semungkin bisaku. Hanya aku Ketran yang
tersisa di galaksi ini, dengan beberapa pengecualian, yang tidak
pernah diketahui bahwa kami ada. Dan aku adalah seorang alien
yang dalam dirinya berisi banyak pikiran lain. Aku dipenuhi dengan
jawaban akan pertanyaan dari sepuluh ribu rekan, teman dari
ribuan dunia. Aku tahu dimana kekasih tercinta mereka telah
pergi, mengapa mereka tidak pernah kembali. Akulah yang tersisa
dari Ket, tapi disaat yang bersamaan akulah yang tersisa dari ras
punah yang lainnya serta keluarga dan pemukiman tersisa lain. Aku
telah menjadi repositori hidup dari ratusan variasi ras. Kehidupan
yang tetap berada dibelakang pintu terkunci dari otakku
kecuali....kecuali aku bisa menjadi sesuatu yang lain.

“Kau benar, Menno. Kita mesti beradaptasi, di akhirnya.


Beradaptasi atau mati.”
Bab 20.

Butuh waktu lebih dari tiga puluh tahun untuk melakukan apa
yang kubutuhkan. Aku mendatangi tia pesawat, tiap bangkai
pesawat, dan mengambil apa yang bisa kugunakan. Kubangun jalan
melalui hutan dan membuat mesin pengangkut. Kubuat toko
telentang di darat yang berisi peralatan yang pastinya akan
membuat Jicklet mengiler kalau melihatnya. Aku masuk kedalam
pikiran yang tersimpan di dalam tubuhku. Seiring waktu aku
bertahan untuk hidup dari badai multi pikiran yang menimpa,
untuk mengambil apa yang kuperlukan dan pergi dari pikiran itu.
Jicklet terkadang ikut pergi denganku. Dan juga seorang insinyur
bernama Hadra 232. Dan seorang ilmuwan Z-Space bernama Nu.
Dan seratus ilmuwan lainnya, tekhnisi, peneori, pembangun,
perancang, inovator, dan akhli biologi juga. Lackofa juga
bersamaku, Yang lainnya juga dari berbagai ras. Pekerjaan ini
merubah bentuk, memutasi, tumbuh seperti makhluk hidup dan
faktanya menjadi makhluk hidup juga. Padahal aku hanya
membangun pesawat luar angkasa, aku membangun lebih-lebih
banyak lagi benda. Aku sedang membangun suatu ras baru. Suatu
ras dari seorang. Suatu ras dari jutaan orang. Aku menjadi satu
dan jamak sekaligus. Aku hidup dan aku juga mesin. Mesin
merupakan bagian dari tubuhku. Komputer disambungkan secara
langsung dengan otakku dan segera setelah sambungannya diputus
dan garisnya menghilang. Sensor menjadi indera perasaku. Aku
menjadi induk. Induk yang bisa melepaskan banyak orang
sekaligus.

Tiga puluh tahun, dan akhirnya siap juga. Aku telah melewati
beberapa abad hidupku di bulan biru ini. Bulan ini semakin
sekarat, udaranya semakin buruk, tapi aku baik-baik saja. Aku
tidak butuh udara lagi. Airnya berbau busuk karena tubuh mayat-
mayat itu, tapi aku tidak butuh minum lagi. Ikannya sudah sejak
lama punah. Tapi aku telah menyelamatkan yang tewas. Dan
sekarang kubuka gerbang multitudeku lebar-lebar, tidak pernah
kututup lagi.

Seluruh ras Ketran di tubuhku, seluruh ras Generasi,


Dannkin-ku, Hayati-ku, 333-ku, Wurb-ku dan Breeet,
Gofinnickiliast, Multidinal-ku, Chan Wath-ku, Skrit Na-ku, Dan
Illaman serta Capasin sertan seorang Unemite dan masih banyak
lagi. Ras demi ras. Ku kosongkan pikiran mereka dan kualihkan ke
otak tambahanku, otak sintesis biologi-mekanisku dan semua
merdeka lagi.

Terlalu banyak pengetahuan, terlalu banyak, namun, saat


banjir datanya sudah tenang, hanya aku yang benar-benar hidup.
Ini semua hanya aku. Aku tetap sendirian.

Kuhidupkan mesin pesawatku dan terbang dari permukaan


bulan yang sekarat.

Dari angkasa kulihat kembali kearah bulan biru. Apakah ini


pantas? Beberapa ras membakar tubuh mayat teman mereka,
beberapa lainnya memakan tubuh mayat rekan mereka, ada yang
menimbunnya didalam tanah. Semua akhirnya akan sama saja,
menjadi tengkorak yang melayang-layang di air serta tulang
belakang dan kulit keras dari seluruh tubuh mayat-mayat di bulan
biru menjadi pemandangan yang menakjubkan. Kutembakkan
senjataku kearah bulan, kuhancurkan bulan itu menjadi berkeping-
keping, hingga atmosfirnya hancur, hingga air lautnya menguap
menjadi kehampaan, hingga cairan inti bulan yang ada tertarik
oleh gravitasi planet dan akhirnya menguap di atmosfir saking
panasnya.

Lalu kumasi Z-Space dan melaju sejauh satu juta mil dari
tempatku dan tempat terkutuk sebelumnya. Sekarang apa yang
akan kulakukan? Aku makhluk unik. Hanya aku sendiri makhluk
unik yang kutahu ada. Aku bukan bagian dari spesies manapun. Aku
bagian dari banyak spesies, tapi tidak akan ada harapan
terjadinya persekutuan. Siapa yang mau menyambutku di tata
surya mereka? Aku telah menjadi bentuk fisik dari perwujudan
uninet antar spesies yang pernah kumimpikan. Aku adalah
perpustakaan dari informasi akan banyak ras. Dan dengan
perpanjangan tubuhku/pesawatku aku sudah sangat kuat hingga
diluar perhitungan orang biasa. Sekarang apa? Sekarang apa?

Sekarang apa? Apa permainanmu sekarang, Ellimist? Kupikir


aku akan kembali ke Ket. Tapi hal itu akan membuatku merasa
sedih saja. Kembali ke apa? Apakah kelangit kosong dimana dahulu
rakyatku tingga? Aku terbang. Keluar dan masuk Z-Space, keluar
dan masuk orbit planet. Waktu tidak berarti bagiku, aku tidak
terburu-buru, tapi kesepian adalah masalah lain. Kucoba untuk
membuat sub rutinku sendiri, simulasi dari rakyat-rakyatku.
Kucoba untuk berbicara dengan mereka, kucoba untuk......Tapi
bagaimana bisa kau benar-benar berbicara pada hasil kreasimu
sendiri?

Bagaimana kau bisa berbicara pada mesin yang kau program


sendiri? Ini menjadi latihan narsisme. Ini awal mula dari kegilaan.

Aku tahu sekarang mengapa Father membuatku tetap hidup.


Dia sudah lama tahu kekosongan akan komunikasi tanpa adanya
harapan kejutan. Seorang Ketran-----ras berakal budi lainnya-----
itu hanya angann-angan bebasnya. Kemerdekaan dan akal budi
tidak bisa dipisahkan. Pikiran buatan itu bukanlah pikiran
sesungguhnya.

Aku terbang dalam waktu yang panjang. Bertahun-tahun.


Mencari. Mencari apa? Aku tidak tahu.

Dan kemudian, aku keluar dari Z-Space dan memasuki tata


surya dimana ada dua planet sedang berperang.

Tekhnologi mereka sudah maju, namun belum sanggup


mengadakan perjalanan Z-Space. Mereka berkomunikasi dengan
menggunakan gelombang micro dan emisi laser. Mereka bergerak
di daratan, lautan dan melalui langit di planet asal mereka.
Mereka telah berhasil menekan kebanyakan penyakit yang
menimpa.

Dua planet yang begitu dekat, jaraknya tidak lebih dari


seperempat juta dari titik terdekat mereka. Salah satu ras Jall,
ras lawannya bernama Inner World. Inner World sesunghnya
berada di orbit terdekat, tapi kata ‘inner’ itu punya referensi dari
faktor lainnya. Baik Jallian ataupun Inner World tidak termasuk
di dalam Multitude-ku. walaupun ras 333, tahu akan keberadaan
mereka, saat ini aku berada di ujung terjauh galaksi.

Aku tiba, tidak kelihatan bagi kedua sisi. Aku tiba disini
diantara perang pesawat antar pesawat. Faktanya, aku keluar dari
Z-space pada jarak dua puluh mil sebelum terkena tembakan sinar
dahsyat dari pesawat Jallian yang meleset dari targetnya,
meleset pula dariku, dan akhirnya mengenai asteroid yang lewat.
“Well, well.” Kataku. (Sudah sejak lama sejak aku pernah
berbicara pada diriku sendiri.) “Sepertinya aku tersangkut dalam
peperangan.”

Pesawat Jallian, yang besarnya hingga satu mil, menembak


lagi. Kali ini tembakannya mengenai korbannya. Yaitu pesawat
kecil, yang lincah dari ras Inner yang kelihatannya dirancang
untuk bergerak melalui air, meledak.

Sorak kegirangan ras Jallian hanya berumur pendek.


Segerombolan pesawat Inner muncul dari mode selubung primitif
mereka yang bisa tersembunyi dari sensor pesawat Jallian.

Pesawat Jallian menembak lagi dan lagi, menghabisi lima


penyerang, mendekat total sepertiga pasukan musuh. Tapi
kemudian pasukan Inner menembak. Senjata mereka lebih lemah.
Pesawat Jallian tidak langsung meledak, tapi kulit pesawatnya
terbuka. Udara dalam pesawat Jallian langsung memburu keluar,
begitu juga dengan tubuh-tubuh awak mereka, terbang di
angkasa, tanpa daya.

Aku beraksi tanpa berfikir. Beraksi itu insting alami.


Kupanjangkan Force Fieldku antara pesawat Jallian dan pesawat
Inner World. Kedua sisi saat itu menembak. Senjata dari kedua
sisi tidak ada yang bisa menembus force fieldku.

Aku bergerak mendekati mereka dan kubiarkan mereka


melihatku. Pastinya mereka sangat terkejut! Pesawat mereka
terbuat dari logam, titanium dan bahan campuran lain. Kalau
pesawatku terbuat dari benda hidup. Dari Kristal dan daging dan
campuran logam yang seluruhnya menyatu, seluruhnya diselubungi
Force field yang tidak tertandingi. Aku seperti pengunjung dari
masa depan yang baru mereka lihat.

Seharusnya mereka mematikan mesin pesawat mereka dan


menunggu untuk paham kesenanganku. Kedua sisi butuh waktu
kurang dari lima menit untuk menyadari aku dengan sensor aktif
mereka, untuk merasakanku, setengah meninjauku..

Dan kemudian pesawat Inner World mulai menembak. Padaku!


Jallian menggunakan pengalihan itu untuk menembak pesawat
Inner, dan dalam hitungan detik perang ini malah jadi perang tiga
sisi, saling bebas mau tembak yang mana.
Aku hampir tertawa. Tapi kedengkian dari kedua spesies ini
menjijikkan. Aku bisa saja menghancurkan kedua armada perang
mereka hanya dengan hantaman sayap dari pesawatku. Kuperluas
jangkauan tenaga, dan kulingkupi pesawat mereka dengan force
fieldku. Ku hisap tenaga pesawat mereka, kubasahi mesin mereka,
ku kacaukan sensor mereka, dan kuseret pesawat mereka, tanpa
daya ke angkasa. Lalu kubuka saluran komunikasi dan kukatakan.
“Perang kalian sudah selesai.”
Bab 21.

Dua wajah beringas muncul di hadapanku. Jallian itu


mereprentasikan siput berlengan bannyak. Dia tidak punya nama,
hanya ada gelar, suatu tujuan. Dia bergelar Life-giver of Jain
Sea. Dan daripada memberikan keturunan kelihatannya
Kelihatannya aneh bagiku, Satu demi satu, tempayak kecil
bergeliatan di tengah tubuhnya bersusun dalam bentuk lingkaran.
Tempayak-tempayak itu diangkat dan dibawa oleh penjaga
mereka.-----Jenis makhluk hidup yang baru saja kulihat
menggelepar di ruang hampa angkasa tadi.

Life-Giver of the Jain Sea marah. “Siapa kau, tidak ada hak
untuk mencampuri urusanku? Aku berbicara pada suatu orang
tidak dikenal! Patuhi aku!”

Dia berbicara dalam bahasa asing, tapi dengan database yang


kupunyai dengan berbagai jeni bahasa tidak begitu cepat hingga
kupahami bahasanya.

Ras Inner World punya bentuk tubuh yang lebih


menyenangkan, paling tidak bagi perasaanku. Untuk satu hal saja,
yaitu mereka itu bersayap. Dan aku punya sifat Ketran untuk
masalah penerbangan. Dan mereka bermata banyak berwarna
kuning terang. Salah seorang yang berbiara padaku bernama
Kapten Whee, yang terdengar whimsi bagiku.

Kapten Whee bersikap sopan, tapi tetap masih bisa


menunjukkan sikap permusuhannya. “Orang asing, tolong pergi
dari sini. Kami ada urusan dengan binatang kecil Jallian itu.”

“Aku tidak berharap untuk mengijinkan berlangsungnya


pembantaian ini.” Ujarku tenang.

“Ini bukan urusanmu.” Kata Kapten Whee. “Tapi kami


mengagumi kehebatan tekhnologi milikkmu. Maukan kau bersekutu
dengan kami untuk menghabisi Jallian, kami akan senang sekali
menjadi sekutu kalian.”

“Tawaran anda sangat ramah bagiku.” Ujarku getir. “Tapi


kupikir tidak akan ada lagi pembantaian disini.”
“Tidak ada! Hilanglah, tidak ada! Hindari pemberitahuanku!”
Raung Life-Giver. Dia tidak percaya bahwa aku menolak untuk
mematuhinya. Ke aroganannya mungkin merupakan fungsi penting
dari kebutuhan biologinya. Mungkin sulit rasanya untuk tetap
sederhana jika kau dikenal orang sebagai Life-Giver.

Tapi apa itu aneh, apa itu mengejutkan dan mengganggu ku,
apakah itu reaksi emosionalku sendiri : Aku lagi senang. Aku
berbicara secara nyata, pada makhluk hidup dimana tiap kata dan
gerakannya tidak yang kukembangkan. Dari planet Jallian
kelihatan muncul pesawat besar yang baru saja keluar dari orbit
planet dan sekarang melaju dengan kecepatan penuh kearah kami.
Sesaat kemudian ras Inner World meresponnya dengan
meluncurkan awan virtual dari pesawat kecil mereka. Apakah
mereka berdua ingin menyerangkau atau saling menyerang?
Apakah itu penting? Keduanya sudah gila. Ini hanya permainan,
lagi dan lagi. Pemukiman Alien. Tidak ada bedanya dari begitu
banyak skenario yang telah Wormer atau Inidar atau Aguella
serta aku telah mainkan. Pertanyaannya adalah, bagaimana
harusnya aku bermain?

Sudah kutarik pikiran Menno : Aku telah menyusup kedalam


permainan. Membuat diriku sendiri menjadi pemain pusat, di arena
langsung, daripada hanya melihatnya dari layar. Namun aku masih
kesulitan melakukan pendekatannya. Apakah yang akan spesies
lain pelajari jika aku menghabisi pesawat mereka dengan kekuatan
kasarku? Dan apakah ini benar-benar tempatku? Tidak kutanya
diriku sendiri apakah ini urusanku untuk ikut campur. Bukannya
aku membingungkan antara permainan dan kehidupan nyata. Aku
hanya melihat dua speses sebagai orang tolol yang terjebak dalam
kekejaman tanpa arti. Tidakkah aku punya hak untuk ikut campur?
Tentu saja, aku punya hak. Aku bukan Menno, aku itu Toomin. Aku
Ellimist, sang pecundang yang brilian. Tapi sekarang aku tahu
begitu banyak. Kebijaksanaanku sudah begitu dalam. Kekuatanku
luar biasa. Pastinya.....dan disana ada fakta inti dari permainan ini
bahwa aku tidak bermain melawan siapapun. Tidak ada lawan,
hanya permainan itu sendiri.

Pergerakan minimal, kemudian.

Jika ini benar-benar permainan dengan mudah bisa saja ku


ubah jalur orbit dari kedua planet sehingga mereka tidak akan
bersinggungan begitu dekat. Perlambat atau percepat mereka
hingga cocok, balikkan orbitnya. Letakkan matahari diantara
mereka berdua. Mereka kekurangan tekhnologi untuk berperang
lintas jauh.

Tapi sehebat seperti kekuatanku sekarang, mereka itu


begitu hebat. Namun aku bisa dengan mudah memindahkan
asteroid. Atau dua saja. Atau seratus saja.

Sistem sabuk asteroid berada di luar orbit planet Inner


World. Itu perhitungan yang mudah, dengan kemampuanku. Dan
aku juga punya kekuatan besar dari tubuhku/pesawatku.

Kutinggalkan kedua sisi untuk saling bunuh dan mundur ke


sabuk asteroid. Yang ini akan butuh waktu : Asteroid bukan
sekedar batu yang mengapung. Tapi mungkin mereka dari kedua
sisi, bisa melihat apa yang kulakukan, mungkin mereka akan
menghentikan peperangan mereka.

Kugunakan tubuhku/pesawatku untuk menyikut sebuah


asteroid, bukan yang besar sih, kusikut hingga keluar dari
orbitnya. Mesinnku jauh dari cukup kalau hanya sekedar geser
menggeser saja. Asteroid itu bergeser karena sikutanku dan
terapung mengikuti gaya gravitasi terbesar, berubah jalur,
sekarang jauh lebih rendah dari jalur sebelumnya, asteroid ini
sekarang mengorbit jauh lebih cepat dari sebelumnya.

Aku bekerja dan menunggu. Dalam beberapa munggu


peperangan itu akan terpaksa mundur dan menghentikan
permusuhan mereka-----suatu tahapan alami dari konflik mereka.
Inilah titik terdekat dari planet mereka untuk keluar dan saling
bunuh.

Kutunggu saat armada asteroidku meluncur di angkasa. Dan


saat waktunya sudah tiba kuperlambat mereka, kusikut pada
tempat yang kuinginkan. Hal ini butuh kerja di bulan-bulan terbaik
di satu tahun.

Dan sekarang kedua planet mendekat lagi, saling bertumpu


lagi, bisa kulihat persiapan perang mereka, pesawat-pesawat
mereka di tes kembali, diisi ulang bahan bakarnya.

Kutunggu hingga kedua planet berada di ujung geloranya


peperangan. Dan kemudian, satu demi satu, kuhancurkan
asteroidnya. Tujuh puluh empat asteroid dalam berbagai ukuran
sekarang sudah menjadi sepuluh ribuan meteor berbagai ukuran.
Meteor-meteor itu tebal, dan merupakan awan mematikan yang
akan menghancurkan setiap senjata yang diluncurkan dari kedua
planet.

Jallian dan Inner World tidak akan bisa saling menjangkau


satu sama lain, paling tidak hingga mereka bisa mengembangkan
pesawat luar angkasa yang jauh lebih berguna. Aku telah membuat
barisan penuh peledak yang tidak bisa ditembus di orbit antar
kedua planet.

Perang antara Jallian dan Inner World sudah berakhir. Dan


akhirnya kutemukan misiku, tujuanku di galaksi ini.
Bab 22.

Seakan galaksi telah berkonspirasi untuk membuat masuk


akal akan pemisahan, pematahan, kehidupanku yang mengerikan.
Aku telah menjadi seorang pemain Ketran yang boros. Aku telah
selamat dari dari penghancuran masal. Aku telah menjadi kapten
dari pesawat luar angkasa yang sanggup melakukan perjalanan Z-
Space. Aku pernah menjadi tawanan, dipaksa untuk jadi seorang
pemain jenis baru. Aku telah berevolusi menjadi sesuatu yang
tidak pernah ada sebelumnya di galaksi ini, yaitu campuran dari
banyak tekhnologi, pikiran dari banyak rakyat, seluruhnya
mengalir melalui matrix musik. Dan sekarang bahwa kelanjutan
hidup anehku sepertinya cocok dengan sempurna pada apa yang
pekerjaan yang dibutuhkan itu. Aku akan menjadi pembuat
perdamaian. Dan bahkan lebih lagi : Aku akan membantu
perkembangan dan kemajuan suatu spesies. Akan kuajari mereka
akan perdamaian. Pembantaian rakyatku oleh ras Capasin tidak
akan terulang kembali di dunia manapun. Tidak akan selama aku
masih ada! Aku terbang di Z-Space, muncul disana sini, mencari-
cari di galaksi, kugunakan setiap butir kecil pengetahuanku untuk
melihat, merasakan, untuk mempelajari, untuk memahami.
Kudengarkan musik dari evolusi itu sendiri, atau begitulah yang
katakan pada diriku sendiri. Kehidupan ada dimana-mana. Ribuan,
ribuan planet berkerumun kehidupan. Kebanyakan masih sangat
primitif, tapi mengapa hal itu akan menghentikanku? Aku bisa
masuk lebih dini dalam kehidupan mereka, aku bisa “menyusup”,
jika menggunakan kata-kata Menno. Namun,aku menyusup dengan
sensifitas elok dan dengan motifasi murni. Akan kuciptakan
harmoni. Persekutuan yang berani dengan kekangan dan estetika
minimalis, seluruhnya tentu saja untuk pelayanan moral,
perdamaian itu jauh lebih baik daripada peperangan, bahwa
kemerdekaan itu jauh lebih baik daripada perbudakan, bahwa
pengetahuan itu jauh lebih baik daripada pengabaian.

Oh, ya, galaksi akan menjadi tempat yang menakjubkan


dibawah panduanku.

Aku terbang dari satu bintang ke bintang yang lain, dari satu
dunia ke dunia yang lain. Disini kuangkat ras yang terpuruk, disana
ku akhiri penyakit, di tempat yang lain kuberi makan ras yang
kelaparan. Se abad sudah berlalu. Dan yang lain lagi, dan lebih
lagi, makin lebih lagi yang terjadi. Waktu hampir tidak berarti
bagiku sekarang. Tantanganku luas dan berharga, hal itulah yang
membuat pikiranku terus berpacu. Aku berteman di banyak dunia,
menjadi anggota terhormat dari ratusan keluarga, klan, suku,
spesies, ras. Mereka berbicara padaku, tentang Ellimist seperti
sekarang yang mereka tahu tentangku, dengan hormat, syukur dan
kagum.

Dan kemudian harinya sudah tiba saat secara kebetulan aku


berada pada jarak terdekat dari saat-saat kemenangan
pertamaku. Seribu tahun telah berlalu sejak aku menghentikan
peperangan antara Inner World dan Jallian.

Karen tahu bahwa aku begitu deka, aku kembali kesana untuk
merasakan, untuk mengenangkan saat-saat dahulu.

Inner World masih penuh kehidupan, tapi tidak ada


kutangkap adanya gelombang mikro atau radio atau emisi laser.
Tidak ada satelit yang mengorbit planet. Penduduk Inner World
sudah berkurang jauh dan sekarang yang tersisa hidup dengan
level tekhnologi primitif.

Hanya butuh waktu sejenak bagiku untuk merekonstruksikan


apa yang telah terjadi. Mudah sekali mengetahuinya sejak aku
menemukan sebuah ranjau yang masih tetap mengorbit. ranjau itu
merupakan peralatan primitif, diproduksi dalam jumlah banyak
oleh masyarakat Inner World. Mereka meluncurkannya dalam
jumlah besar, memasangnya di jalur transportasi dunia Jallian.
Banyak ranjau yang meledak karena awan meteor buatanku. Tapi
banyak juga yang selamat sampai tujuan, dan yang selamat itu
masuk dan meledak saat tersentuh di permukaan planet Jallian.

Bahkan sekarang, setelah seribu tahun, radiasi ledakannya


masih bisa dibaca. Bahkan sekarang kawah hasil ledakannya masih
kelihatan dari angkasa

Kurang kerjaannya aku malah ingin menghitung seluruh rinci


kejadiannya. Lebih dari seratusan ledakan. Tujuh ratus ledakan
nuklir.

“Bukan permainan yang mudah dimenangkan, bukan?”


Untuk sesaat kupikir itu suaraku sendiri. Nada suaranya
sarkasme dan mengutuk, menirukan kemarahan dalam diriku
sendiri. Tapi kemudian sensorku melacaknya. Ada sesuatu yang
baru muncul dari Z-Spcae. Sesuatu yang besar.

Aku berputar, kupersiapkan pertahananku, tetap saja aku


masih percaya diri bahwa itu bukanlah apa-apa, tidak peduli
bagaimana tidak terkiranya, bisakah dia benar-benar
menantangku.

Tapi pesawat yang tiba-tiba muncul di angkasa normal itu


tidak pernah kulihat sebelumnya. Tidak ada juga dalam database
Multitude-ku.

Pesawat itu sendiri bukanlah pesawat : Benda itu planetoid,


besarnya bisalah jadi bulan kecil. Namun planetoid itu bisa
melakukan penerbangan Z-Space. Luar biasa! Mustahil! pastinya
suatu ilusi.

Kusapu planetoid itu dengan sensorku dan bisa kurasakan


adanya penerimaan darinya, planetoid itu mengundangku untuk
melihatnya. Dia tidak perduli. Dia tidak takut padaku.

Ada bentuk kehidupan didalam planetoid itu, mungkin ada dua


puluh ribu makhluk, dalam berbagai variasi, kebanyakan berevolusi
secara alami, tapi sebagian, kuperkiran, merupakan hasil
percobaan. Atau makhluk buatan.

Tapi hanya ada satu bentuk kehidupan yang kuperhatikan :


Sensorku menunjukkan garis kekuatan, mentah, kekuatan yang
menghubungkan maklhuk itu dengan seluruh bentuk kehidupan
yang ada di planetoid.

Sudah lama aku tidak pernah merasakan takut lagi......Aku


hampir saja tidak mengenali emosiku ini. Takut. Aku tidak takut
pada apapun! Akulah Ellimist. Dalam seribu tahun aku tidak pernah
menjumpai apapun, siapapun yang bisa menantangku.

“Sang Ellimist.” Ujarnya, suara tertawanya terdengar jauh di


dalam pikiranku. “Telah kulihat hasil kerajinan tanganmu di banyak
tempat di galaksi ini. Aku merasa senang akhirnya bisa berjumpa
denganmu. Aku mencari-cari dirimu.”
Aku tidak bisa melihatnya, dia menyembunyikan wajahnya
dariku. “Kau tahu namaku,” Kataku, kucoba untuk menghilangkan
tanda-tanda adanya takut.

“Oh, tapi kau begitu terkenal di begitu banyak tempat. sang


Kosmik Do-gooder yang hebat.”

“Kau mendapatkan keuntungan dariku.” Kataku. “Padahal aku


tidak tahu siapa dirimu.”

Lalu dia menunjukkan dirinya padaku. Aku terkejut saat


melihat bahwa dia mirip denganku, dia seperti mesin seperti
makhluk biologi. Tapi bentuk biologi-nya begitu berbeda. Dia ber-
evolusi untuk permukaan, atau mungkin bahkan untuk kehidupan
dibawah tanah. Tidak ada sayap yang akan bisa mengangkat
daging, ototnya yang besar itu. Dan tidak ada makhluk dengan
mata satu yang mendominasi itu yang bisa melihat dengan
mudahnya pada tiga dimensi.

“Aku disebut Crayak. Tentu saja, itu hanya nama


permainanku.” Dia tertawa dengan suara tertawa yang kuketahui,
yaitu suara tertawa yang mengejek dan memandang remeh.

“Apakah kau pemain?”

“Apakah kita tidak sama.?”

“Tidak lagi.” Ujarku berbohong. “Aku tidak lagi memainkan


permainan. Aku melakukan apa yang bisa kulakukan untuk
membuat galaksi ini jadi jauh lebih baik.”

“Baiklah, kau melakukan kerja menakjubkan disini.” Kata


Crayak. “Bisa kulihat dengan jelas apa yang telah terjadi disini.
Puing-puing pelindung cerdasmu memberikan ide pada mereka
untuk menggunakan ranjau nuklir. Salah satu planet
menghancurkan yang lainnya, dan, kekurangan lawan, kekurangan
tantangan, sang penghancur itu sendiri berubah menjadi barbar
dan lapuk. Ya. Kerja yang bagus.”

Itu benar. Tidak ada keraguan lagi. Bagian lain dari diriku
membayangkan bagaimana bisa Crayak membaca pertanda dengan
begitu baik. Tapi kebanyakan ada satu frasa yang terus berputar-
putar di kepalaku : Yaitu, pecundang brilian. Aku telah kalah.
Dengan seluruh niat terbaikku, aku telah menghabisi satu spesies
dan mengurangi jumlah spesies yang satunya.
Aku telah kalah pada Inidar, kalah pada Wormer, kalah pada
Aguella. Aku telah kalah dalam berbagai cara pada Menno : Karena
menolak idenya akan adaptasi telah ku tuntun seluruh rakyatku
yang tersisa kedalam jebakan Father. Dan aku juga telah kalah
pada Father, di akhirnya, aku malah jadi Father itu sendiri. Apa
aku sebenarnya. setelah semua ini, dengan seluruh korban Father
yang ada didalam tubuhku? Aku adalah versi tekhnologi tinggi dari
Father.

Dan sekarang aku telah terbenam menjadi korban dari


keangkuhan. Aku mulai mempercayai superioritas moralku sendiri.
perccaya pada ketangguhanku.

“Kau telah mengikutiku?” Kutanya Crayak. “Ya.” Dia


menunggu. Dia tahu apa yang ingin kutanyakan, tapi dia ingin
membuatku bertanya padanya.

“Berapa banyak.....yang seperti ini?”

“Tidak banyak.” Ujar Crayak. “Tidak,sering kali kau berhasil


secara mengagumkan. Solusimu adalah permainan Mamathisk
penghancuran sendiri sungguh brilian. Sulit dipisahkan. Efektif.
Kau mengarahkan mereka akan perdamaian. Aku datang untuk
menghancurkan diri mereka sendiri.”

Aku sudah mulai sadar saat dia menjelaskan kesuksesanku.


Kemudian, pernyataan terakhirnya mengejutkanku.

“Apa yang kau lakukan?”

“Aku membalikkan efek yang kau campur tangani.” Ujar


Crayak . “Rasa Mamathisk kubalikkan hingga menjadi kanibal saat
mereka gagal bercocok tanam. Suatu tumbuhan parasit. Tidak
mungkin untuk meghentikan mereka. Tapi seperti yang kau tahu,
kanibalisme adalah adaptasi dari yang kalah. Mamathisk sangat-
sangat punah.”

“Apa kau sudah gila?!” Jeritku.

“Tidak, tidak, kupikir tidak begitu, Ellimist. Aku hanya


seorang pemain. Sama seperti kau. Tapi mungkin dengan filosopi
yang berbeda aku tidak memainkan permainan untuk
menyelamatkan spesies, tapi untuk menghabisinya. Aku memainkan
permainan genosida. Galaksi ini punya lebih banyak potensi
permainan dibandingkan galaksi yang kutinggalkan. Akan
kubersihkan galaksi ini dari segala bentuk kehidupannya. Lalu,
saat sudah tidak ada ras berakal budi yang tersisa, Akan kubunuh
kau, Ellimist. Itulah permainanku. Bisakah kita bermain?”
Bab 23.

Berapa tahun, berapa dekade aku telah bermain melawan


Father? Kalah dalam setiap permainan. Hingga dengan sedikit
keuntungan kutemukan permainan yang tidak bisa
dimenangkannya.

Aku tidak boleh kalah pada Crayak. Potongan permainan


sudah menjadi kenyataan. Kami bermain untuk kehidupan nyata.
Dan aku memainkan sisi terlemahnya : Aku harus menyelamatkan,
sedang dia hanya menghancurkan.

Namun, disinilah kebenaran yang memalukannya : Aku


membutuhkan Crayak sama seperti Father membutuhkanku.

Crayak menghilang kedalam Z-Space dan ku ikuti dia


semampu orang lain mengikuti didalam pergantian zona tak
berarti di Z-Space. Kutemukan dia sedang menungguku di tata
surya dengan tiga planet berpenghuni. Salah satunya merupakan
planet asli Capasin. Selama ini aku selalu saja menghindar agar
tidak mendekati planet mereka. Aku tidak ingin terpancing balas
dendam pada mereka itu.

Crayak telah tinggal berhari-hari di tata surya itu. Dia


mengeluarkan potongan permainnya dengan kekejian luar biasa.

“Inilah permainannya, Ellimist : Tiga dunia. Masing-masing


berisi ras berakal budi : Laga, Folk, dan Capasin. Aku percaya kau
pasti tahu akan Capasin. Ada tiga asteroid yang ditempatkan
secara strategis. Tiga ledakan dalam waktu kurang dari lima
menit. Kecuali untuk salah satu asteroid itu yang telah dipasangi
ranjau dan akan meledak menjadi puing-puing sebelum dia bisa
mengenai-----kau bisa pegang kata-kataku untuk yang itu.”

“Kata-kata apa, pembunuhan besar-besaran iya.”

“Ya, memang, tapi pembunuhan yang sopan.” Ujarnya, dan dia


tertawa lagi dengan suara tertawanya yang jenaka. “Kau kuberi
waktu untuk memeriksa dan menghancurkan salah satu asteroid.
Bukan yang dia lagi. Jika kau salah menebak dan menghancurkan
asteroid beranjau lalu dua planet akan tewas. Jika kau menebak
dengan benar dan menghentikan ranjaunya di salah satu asteroid,
hanya satu planet saja yang akan musnah.”
Aku ingin mengamuk, mengutuk makhluk buas itu. Tidak ada
waktu! Tidak ada waktu untuk mencaci makhluk kotor itu, dia
hanya ingin tertawa. Lima menit. Sudah berkurang sekarang.

Seluruh data sekarang! Apa yang kutahu? Capasin : pendudu


dengan kekejaman luar biasa saat mereka merasa diancam ketika
mereka menerima siaran Ketran dahulu. Laga mereka petani sub-
tekhnologi. Folk, mereka belum bisa melakukan perjalanan luar
angkasa, tapi secara tekhnologi mereka berkemampuan tinggi dan
terobsesi akan pandangan eugenic yang memotifasi mereka untuk
menghabiskan sembilan puluh persen anak cucu mereka untuk
sistem tubuh imaginasi.

Dimanakah ranjaunya? Itulah isunya, bukan tentang spesies


mana yang akan bertahan. Pertanyaanya adalah, yang manakah
yang akan diampuni Crayak? Akankah dia menyelamatkan spesies
yang terdekat dengan nilai kehidupannya ataukah dia akan
mengampuni yang tidak mengancam? Yang manakah yang sesuai
keinginannya : Capasin atau Folk? Siapakah yang akan di jaganya
agar selamat? Dan apakah yang diharapkannya agar kulakukan?

Dia bisa saja mengira aku akan menyelamatkan Laga. Dia bisa
saja mengira aku akan menghabisi asteroid dan mengampuni para
petani damai itu. Dan Laga akan jadi spesies yang paling di
bencinya.

Tapi, mengira aku akan menyelamatkan Laga dia pasti tahu


bahwa aku mengira-ngira pikirannya.

Apakah jawabannya?

Detik terus berdetik. Waktu terus berlalu. Aku harus


memilih atau tidak bermain sama-sekali. Tiga asteroid besar yang
melaju di angkasa yang hitam, akan jatuh ke tiga planet.

Kuhidupkan mesinku, bergerak ke posisi, dan menembak.

Asteroid Capasin memanas, retak, terbelah, kutembak lagi


dan lagi, kuhancurkan potongan besar itu.

“Ledakkan ranjaumu!” Jeritku.

“Seperti yang telah kusetujui.” Ujar Crayak.


Ledakan besar terjadi, bola api besar menyala dia angkasa
hitam. Ledakannya mengkonsumsi apa yang tersisa dari asteroid
Capasin.

Keliru! Aku telah keliru menebaknya!

Aku melaju, kecepatan penuh, untuk mengejar asteroid ke


planet Laga. Cepat! Jauh lebih cepat! Terlalu jauh untuk
menembak. Tembak sajalah! Kubidik asteroid itu, kutembak,
kulihat tembakanku mengenai asteroid yang jauh itu. Terlalu jauh
jaraknya, dan kemudian asteroid itu sudah sampai di bayang-
bayang planet.

Tidak ada gelombang kejut di angkasa. Tidak kurasakan


ledakannya. Tapi bisa kulihat planet berwarna biru dan hijau itu
bergetar-getar. Suatu pemandangan yang mengagumkan. luar
biasa, serta terlalu mengerikan. Planet itu hancur, kelihatannya
hampir tidak bisa dihentikan, momentumnya tidak bisa
dibayangkan. Awalnya perlahan-lahan, lalu makin cepat, suatu
retakan muncul, lebih banyak retakan lainnya. Daratan planet itu
hancur. Lautannya mengering hingga menjadi kawah luas. Inti
putih yang panas dari planet Laga bertemu dengan air lautan yang
dinding dan meledak.

Dunia Lagan hancur menjadi bagian, uap, api, dan puing-puing.


Hancur berantakan. Atmosfir biru yang sekarang mengenai
batang pohon besar, kemudian menguap.

Setiap makhluk hidup tewas.

Aku telah berbalik, telah kuhidupkan mesinku, telah


kuperhitungkan kemungkinan buruknya, telah tahu kegagalan
diriku sendiri, melaju tanpa alasan, tanpa harapan, melaju dan
menembak dan meleset, seluruh apa yang kutahu adalah kulakukan
ini demi jiwaku sendiri dan tidak ada alasan lain.

Folk tewas lebih perlahan daripada Laga. Asteroidnya


menabrak juga. Mengejutkan planet, menghancurkan daratan
sebesar benua, dan terbang lagi. Luka planet itu luas biasa. Setiap
struktur yang ada diplanet itu gepeng, setiap pantai dilandai
tsunami, setiap danau banjir, jutaan orang tewas.

Namun Folk tetap hidup.


“Orbit mereka kacau balau.” Ujar Crayak. “Bisa kau lihat
sendiri bahwa mereka akan meleset perlahan-lahan, lalu lebih
cepat, tergoyang-goyang, karena gempa. turun dan turun terus
karena gravitasi, astmosfirnya mendidih, sekarang, beberapa
orang yang berhasil selamat terjebak dalam kantung-kantung
udara sehingga akhirnya tentu saja mereka akan terpanggang
hidup-hidup oleh matahari mereka sendiri.”

“Beberapa orang dari mereka masih tetap bisa


diselamatkan.” Jeritku.

“Ya. Dan kau bisa tetap tinggal disini dan menyelamatkan


mereka, Ellimist. Atau kau bisa mengikutiku ke permainan
berikutnya, selamatkan beberapa makhluk itu, atau mungkin
seluruh dunianya. Pilihanmu. Ini semua bagian dari permainan.”
Bab 24.

Permainan berikutnya.

Dan yang berikutnya lagi.

Permainan demi permainan, jika jika bisa menyebutnya


sebagai permainan mandi darah. Tiap kali aku bermain, selalu
makhluk buas Crayak yang ada didepan, selalu dia yang
mengendalikan daerah bermainnya.

Kekuatannya jauh lebih hebat daripada aku. Dia


mempermainkan aku. Mengejek dan menertawakanku. Dunia-dunia
bermatian dan galaksi menjadi kosong, tahun-tahun berlalu, abad,
milenium, dan selalu saja aku hanya bisa menyelamatkan sedikit,
tidak pernah semuanya.

Aku tidak pernah menemukan gerakan kemenanganku.


Kepedulianku akan orang tidak berdosa tidak membiarkanku
berlalu. Ataukah ini hanya egoku?

Harus ada jalan lain. Aku telah mengalahkan Father setelah


lama sekali. Pasti ada jalan lain.

Bagaimana aku mengalahkan Father? Dengan menguasai


bakat yang tidak dikuasainya dengan baik. Tapi Musik tidak akan
menghentikan Crayak.

Akhirnya kuhidupkan mesinku dari reruntuhan planet lain dan


kabur ke Z-Space dengan raungan kemenangan Crayak yang terus
berdengung di telingaku.

Tidak ada lagi. Tidak ada permainan lagi. Tidak akan ada
hingga aku menemukan jalannya.

Aku terbang dalam waktu yang panjang, lebih panjang


daripada waktu yang pernah kubahiskan dengan tinggal di Z-
Space sebelumnya. Akhirnya aku muncul jauh di ujung galaksi,
miliaran tahun cahaya dari inti tata surya tua yang berpopulasi di
planet tua.

Jauh disini langitnya jauh lebih gelap. Bahkan disini sensorku


tidak menangkap adanya radio ataupun emisi gelombang mikro.
Sunyi disini. Apakah disini ada kehidupan?
Kuperiksa banyak planet dan kutemukan adanya kehidupan,
bahkan bentuk kehidupan dalam tingkat sel, tapi disini dan disana
ada bentuk kehidupan yang lebih maju. Pada salah satu planet
kutemukan suatu ras, spesies yang masih primitif. Baru memasuki
awal muka sejarah pemukiman mereka.

Aku sudah berada di angkasa selama satu milenium sekarang.


Ribuan tahun telah berlalu sejak aku mengalahkan Father. Ribuan
tahun lagi sejak aku menjumpai adanya makhluk merdeka, rasional
yang seimbang dengan----Crayak, dan bisakah dia disebut
rasional?

Aku kesepian, benar-benar kesepian.

Aku tidak lagi punya tubuh dengan bentuk biasa. Aku tidak
lebih dari mesin besar daripada makhluk hidup. Dan sekarang,
didalam keputus asaanku, dengan ilusi yang meracuni pikiranku,
dengan kepedihan akan kelemahanku sendiri, dihantui oleh rasa
bersalah, aku memohon adanya teman sederhana dan nyaman.

Aku ingin tubuh. Aku ingin turun ke planet dibawah dan


terbang atau paling tidak berjalan bebas saja.

Sebenarnya tidak begitu sulit. Ku lepaskan salah satu Drone


untuk turun ke permukaan dan mengambil contoh dari DNA dari
makhluk berakal budi yang berada dibawah sana. Dengan contoh
DNA itu dengan mudah kutumbuhkan tubuh tiruan.

Pertanyaan sulitnya adalah bagaimana aku mungkin tinggal di


bentuk tubuh itu. Tidak ada kesempatan, tidak ada kemungkinan
bahwa aku bisa menggunakan otak biologi makhluk itu untuk
menyimpan apa yang ada di dalam otakku. Otakku sendiri berisi
ratusan kali lipat kapasitas data daripada otak sederhana.

Bagaimana untuk membawa diriku kedalam makhluk itu? Aku


bisa saja menyunting dataku. Menguranginya hingga berisi hal-hal
terpenting yaitu : Ide-ide, fakta, gambaran, ingatan.

Artinya, untuk sementara akan ada dua diriku. Dua bentuh


tubuh lengkap Ellimist yang tidak di jembatani. Dan sejenis
sketsa dari diriku sendiri.

Kuhabiskan waktu satu tahun untuk memutuskan apa yang


harus dan apa yang tidak harus ditempatkan kedalam otak biologi
terbatas yang ku kloningkan. Ini tahun-tahun yang mengagumkan.
Setahun penuh pembelajaran. Untuk apa yang tidak lebih dari
pendidikan lebih dalam daripada mencampurkan segala yang kau
tahu dan memutuskan apa yang terpenting?

Di akhirnya apa yang kutempatkan didalam makhluk itu


adalah aku. Toomin. Pemain dari Ketran.

Tetap kubuat bentuk mudaku. Aneh bukan, tapi itulah,


setahun kemudian, setelah semua pertempuran, Toomin lah yang
paling berharga.

Kubawa serta ingatan Aguella, orang yang paling kucintai. Dan


kubawa juga Lackofa denganku, juga, untuk sikap skeptisnya,
integritasnya, dan selera humornya.

Dan yang membuatku terkejut bahwa aku sadar aku tidak


bisa melakukannya tanpa adanya Menno. Pemberontakan, juga,
adalah sesuatu yang kubutuhkan.

Kubuat sketsa ingatan itu, kupaparkan tanpa rinciannya,


intuisinya, aneh memang, tapi aku tidak ingin menyunting hal yang
mengerikan. Tidak bisa kuijinkan diriku untuk membuang saat-
saat kehancuran dari rumahku, atau dari kehancuran mengerikan
yang menimpa pesawat Penjelajah, atau waktu aku ditawan dalam
waktu yang sangat panjang oleh Father. Bahkan tidak kubiarkan
diriku menyunting Crayak.

Tapi akhirya aku berhasil juga. Kucampurkan versi diriku


yang masih muda ini kedalam otak dari makhluk kloningan dan saat
itulah aku hidup di dua tempat, dalam dua bentuk yang bersamaan.

Kulihat diriku sendiri saat tubuhku yang baru melihatku juga.


Dengan mata dan telinga dan sensor dalam tubuhku. Kuamati
tubuh biologiku. Aku berupa makhluk buas yang kuat berdiri
dengan kokoh pada keempat kaki berkuku besar. Aku punya tubuh
bagian atas, tidak begitu jauh bedanya dengan torso Ketranku
sendiri, tapi hanya dengan dua lengan dan tidak ada sayap sama
sekali.

Matanya ada empat, tapi makhluk ini dalam proses evolusinya


mengembangkan tanduk yang bisa digerakkan sehingga kedua
mataku bisa diarahkan kesegala arah.

Tubuhku berbulu kasar berwarna biru serta sebuauh senjata


di ekor yang kegunannya terbatas. Aku makan dengan cara
berlarian, dengan menginjak-injak rerumputan dengan kuku
berongga dan mencerna nutrisi dari rumput-rumput itu. Aku tidak
punya mulut.

Disaat yang bersamaan kulihat pada tubuh tuaku, tubuhku


yang lebih sempurna, pesawat terbang luar angkasaku,melalui dua
mata besar dan dua mata tanduk. Aku kelihatan besar dan rumit.
Tubuh biologiku yang baru, berdiri di ruang datar, yang dilindungi
oleh Force field di teluk pesawat. Tubuhku yang tua berupa
mesin, tidak perlu membantahnya lagi. Aku masih bisa tetap
melihat bagian tubuh Ketranku yang berkeriput, menua yang
terjerat dalam roda gerigi, sehingga jika dibicarakan, sekarang
tiang kristal yang menjulang serta mesin titanium dan peralatan
dalam mesin dari bahan campuran serta peralatan senjata
tambahan sekarang sudah satu mil lebih panjangnya.

Hal itu membuatku sedih, entah mengapa, untuk benar-benar


melihat tubuhku dari luar. Didalam pikiranku aku tetaplah seorang
Pria Ketran. Bagi mata orang lain aku adalah peralatan mengerikan
akan kekuatan yang tidak bisa ditandingi.

Tubuhku yang merupakan hasil kloningan turun ke permukaan


planet.

Aku mendarat dalam alam liar yang berisi rumput tingga dan
pohon-pohon berwarna luar biasa. Kukirim pesawatku kembali ke
orbit dan mencoba bergerak dengan kakiku.

Luar biasa! Dengan tiap langkah kurasai tanahnya. Hidungku


dipenuhi aroma bunga, memenuhi otakku. Sudah lama sekali sejak
aku pernah membaui apapun. Tubuh ini lincah, serta kuat. Ekornya
bisa digunakan untuk menusuk apapun yang menyerangku dari
belakang.

Aku bukan orang tolol, aku tahu bahwa ekor ini tandanya
bahwa masih ada pemangsa di ekosistem ini, tapi aku tidak begitu
peduli. Kubawa senjata sinar kecil yang kusarungkan disekitar
pinggan dan kuadaptasikan dengan tangan fisikku.

Aku berjalan-jalan melalui hutan, menekan dan mendorong


dengan bahuku yang kuat, menyeruduk rimbunan rumbut tinggi
yang seperti dinding virtual.
Aku punya tujuan. Aku telah memeriksa planet ini dan tahu
lingkungannya dengan baik. Aku muncul dari hutan ke padang
terbuka, dimana rerumputan membentuk dinding virtual.

Tempat tinggal sederhana dibuat mereka dengan membentuk


mangkuk di tanah datar setengah ditutupi dengan atap yang
lembut.

Kulangkahkan kakiku pada padang terbuka. Tiga temanku


makhluk berbulu biru berada pada jarak seratus yard dariku.
Mereka langsung beraksi. Mereka berlari kearahku dengan
kecepatan tinggi, mengepungku, dan memutar-mutar ekor mereka
dengan gaya aneh padaku.

Tiga pisau berkilau yang mengancam tenggorokanku. Bukan


sambutan yang kuharapkan.
Bab 25.

Kuangkat tanganku, untuk menunjukkan bahwa aku tidak


membawa senjata dan berarti bahwa aku tidak berbahaya. Tapi
tentu saja gerak ini tidak berarti bagi spesies yang membawa
senjatanya di ekor mereka. Ketiga makhluk itu sibuk saling
berbicara dengan isyarat tangan. Jika multitude-ku ada saat ini
langsung saja bisa kupecahkan kode tangan mereka. Tapi sekarang
aku dalam tubuh yang terbatas. Aku tidak bisa mengira-ngira.
Kucoba dan kutiru beberapa gerak tangan mereka. Makhluk itu
memperhatikanku dan dengan cepat pula mereka frustasi,
tandanya aku asal gerak tidak keruan. Dan sekarang malah
menjadi semakin rumit masalahnya, mereka sedang mendiskusikan
apakah aku perlu dibunuh sebagai orang asing yang berbahaya.

Dua dari ketiga orang itu kelihatan menggunakan gerak


tangan marah. Mereka melompat-lompat, mengangkat kaki
belakangnnya, dan mengarahkan kaki depannya padaku, menusuk-
nusukkan pisau ekornya ke udara. Yang ketiga, makhluk yang lebih
kecil dengan mata tandukknya yang bergerak tanpa henti itu
serta mata utamanya yang tetap tenang, menahan mereka, tapi
tetap kesulitan.

Bisa kurasakan dengan jelas emosi mereka. Itu bukan hanya


bahasa tubuh. Mereka kelihatannya memiliki kemampuan untuk
memproyeksikan sejenis bahasa emosi dasar mereka dengan cara
yang tidak kupahamai.

<Aku bukanlah musuh.> Ujarku. Kukatakan kalimat itu tanpa


berpikir, secara otomatis ku akses sistem komunikasi----suatu
sistem yang merupakan bagian dari tubuhku yang lain, bukan
bagian dari wujudku ini.

Akhirnya kulihat makhluk-makhluk itu menjadi tenang.


Mereka telah “Mendengar” Ku. Atau paling tidak mendengar nada
emosiku.

Kucoba lagi. <Aku ingin berteman. Aku berada disini untuk....>


Aku ingin berkata bahwa aku kesini untuk membantu. Tapi, tidak,
bukan itu lagi. <Aku berada di sini untuk belajar dari kalian.>
Mereka berbicara dengan lebih cepat lagi. Emosinya sudah
mendinginm. Namun, kemudian, mereka bertiga berbalik, aku
sudah dilupakan. Ada sesuatu yang datang dari arah hutan.
Sesuatu yang besar.

Makhluk itu berjalan dengan enam kaki, masing-masing kaki


sebesar batang pohon, kepalanya berayun rendah, berayun kekiri
dan kanan saat dia berjalan. Makhluk itu berkulit tebal di
punggungnya.

Makhluk itu besar tapi bagiku bukan sejenis ancaman seperti


yang dilihat makhluk berbulu biru tadi. Mereka dengan jelas
sekali menganggapnya sebagai bahaya. Emosi mereka begitu
mudah di pahami. Lalu makhluk buas itu mulai bergerak dan
kurasakan juga emosinya. Aku tidak percaya ada makhluk segitu
besar yang bisa bergerak begitu cepat. Lebih banyak sesama bulu
biru yang muncul, berlarian dari segala arah, mereka menyerang
monster itu sebelum sampai ke scoop. Tiga temanku tadi juga
menyerang, Kepala panjang itu tidak memperhatikan. Kuikuti
mereka dengan cepat, kakiku menendang tanah saat aku berlarian.
“Saudara” Pertamaku sampai ke monster itu. Makhluk buas itu
langsung membunuh dua bulu biru tanpa kesulitan. Dia berhenti
untuk makan, di robeknya tubuh bulu biru itu lalu ditelan, teman-
temannya yang lain terus menusuk-nusuk dengan pisau ekornya,
pertempuran ini adalah pertempuran satu sisi yang menyedihkan.
Dan aku harus tetap diluar area pertempuran. Aku datang bukan
untuk bertarung, tapi aku, paling tidak secara fisik adalah salah
satu dari makhluk itu dan disini ada sedikit pertemanan yang
telah kumohon tadi, sangat sedikit juga pembelajaran, sangat
sedikit kesantaian selama mereka dibantai. Ku tarik keluar
senjata sinarku dan kutembak kepala monster itu. Monster itu
langsung tewas dan terjatuh. Mulai hari itu aku disambut, dan
dianggap sebagai anggota dari suku mereka.

Mereka tidak punya nama untuk ras mereka, tidak ada gerak
tangan khusus untuk nama spesies mereka, hanya gerak tangan
untuk suku mereka. Sejauh yang kupahami planet mereka tidak
relevan. Mereka hanya tahu suku ini, kelompok ini, tidak lebih dari
itu. Akulah yang pertama memperkenalkan gerak tangan untuk ras
dan untuk kepentingan perkataanku berbasis otakku sendiri,
kuperkenalkan nama pembicara juga.
Kunamakan mereka Andalite. Aku tinggal bersama Andalite
selama bertahun-tahun. Tahun-tahun yang bahagia, mereka itu
orang yang primitif. Bahasa gerak tangan mereka hanya mencakup
dua ratus kata atau frasa. Mereka tidak memiliki kesenian, ilmu
pengetahuan, tidak ada cocok tanam. Tapi mereka telah
berevolusi dari pemamah murni, menjadi anggota penggembala,
hingga menjadi pribadi yang berbeda. Mereka punya potensi
bagus. Aku tingga bersama mereka, namun menolak untuk
mengajari, menolak juga untuk ikut campur. Pada saat tertentu
kugunakan senjataku untuk menghalau serangan monster. Tapi
hanya itu saja. Disamping itu aku juga seorang Andalite. aku sama
seperti mereka, menjaga api agar tetap menyala, merawat atap
dari scoop kecilku,dengan hati-hati menghindari memakan terlalu
banyak di musim kering, merawat pepohonan terus agar mereka
menjatuhkan daun-daun enaknya saat hari panen tiba, dengan
segela rincian kegiatan tidak penting yang kujalani setiap
hari.Tapi dari semua itu, aku punya teman. Aku “Berbicara”
Dengan makhluk hidup yang berbicara balik, bukan dengan mesin
diprogram yang respon yang sudah diatur dalam komputer atau
dari ingatan yang sudah mati, tapi dengan kehidupan yang tidak
bisa ditebak yang mengagumkan ini.

Aku tidak lagi kesepian. Aku tidak lagi bosan di galaksi sana.

Dari masa ke masa aku akan kembali ke diriku yang lain di


orbit dan mendownload segala pengalaman dan ingatan baru.
Diriku yang satu lagi berterima kasih. Tubuhku yang satu lagi
menanyakan setiap rincinya. Merasakan kehangatannya.
Kehangatan yang sudah lama mati sejak Aguella dan Lackofa
tewas.

Aku menikah.

Namanya Tree. Andalite hanya menggunakan selusin atau


lebih nama seperti----Tree, Water, Star, Grass, dan sebagainya.
Kemungkinan dua puluh persen wanita di suku ini bernama Tree.

Kami punya anak : Namanya Star. Tapi Star tewas setelah


dilahirkan karena penyakit yang menyerang Andalite muda.

Telah kuperhatikan seluruh dunia kebohongan dimana aku


telah kehilangan rasku sendiri. Bagaimana aku bisa begitu peduli
pada makhluk kecil ini, makhluk yang goyah ini? Bagaimana bisa
kematiannya membuatku begitu sedih?

Rasa sakit ini mengerikan. Tidak bisa dibandingkan. Namun


aku senang karena tahu bahwa aku masih bisa merasakan.

Penyakit yang membunuhnya bisa dengan mudah diobati.


Tubuhku yang di orbit hanya butuh waktu beberapa detik untuk
mencari patogen dan bekerja untuk membalikkannya. Aku punya
kekuatan untuk membuat anak Andalite tidak akan tewas karena
penyakit itu lagi. Aku bisa menjamin tidak akan ada Andalite lain
lagi yang akan terkena penyakit yang sama.

Aku punya kekuatan.

Aku punya kekuatan untuk membasmi pemangsa, untuk


menyingkirkan penyakit, untuk menjamin bahan makanan, untuk
mengubah Andalite secara biologi sehingga mereka bisa.....

Aku punya kekuatan itu. Aku pernah menggunakan kekuatan


itu sebelumnya, dan akhirnya malah menghabisi dunia.

Namun, bagaimana mungkin aku tidak melakukannya?


Bagaimana mungkin aku tidak menyingkirkan penyakit itu?
Bagaimana mungkin aku tidak menghentikan iblis itu?

“Kau bersembunyi pada makhluk-makhluk primitif itu.” Ku


caci maki diriku sendiri. “Kau pengecut dan kabur dari Crayak dan
tidak melakukan apapun untuk menghentikannya. Kau ingin
mengatasi masalah mudah dan menghindari masalah yang besar?
Apakah itu moralitasmu, Toomin sang Ellimist?”

Tree datang padaku dan membuat gerakan tangan untuk


“anak”

“Kau ingin punya anak lagi?” Ku gerakkan tanganku balik


menjawabnya.

“Ya.”

“Tapi anak yang lain akan tewas juga, istriku.”

“Ya.”

“Lalu mengapa punya anak lagi? Jika bukan penyakit, lalu


monster itu, atau kelaparan. Mengapa punya anak lagi?”
“Penyakit mengambil satu.” Ujar Tree. Lalu dia berkata lagi
dengan wajah menantangnya. “Monster ambil satu. Kelaparan
ambil satu. Lebih banyak anak, lebih banyak kehidupan.”

Aku punya anak yang lain. Dan kali ini anak ini tidak tewas
karena penyakit. Kami beri nama dia Flower.

Seiring berjalannya waktu Tree tewas karena usia tua.


Flower telah menjadi pemimpin dari suku ini. Dia menikahi saudara
perempuannya Grass. Mereka berdua bersaudara. Sky Dan
Water, tewas. Tiga dari lima anak kami telah tewas, hanya dua
yang hidup.

Saat aku membantu penguburan jenazah Tree berdasarkan


ritual yang akan membuat jiwanya untuk memperkuat rerumputan,
aku tahu bahwa waktuku dengan Andalite sudah selesai.

Aku datang kesini ribut-ribut untuk belajar, tapi tidak


pernah kupelajari sesuatu yang baru. Namun dari makhluk primitif
itu, aku telah belajar bagaimana mengalahkan, atau paling tidak
menolak, Crayak. Lebih banyak anak, akan ada beberapa
kehidupan.

Untuk setiap ras yang dihabisi Crayak. Akan kutumbuhkan


dua ras baru.
Bab 26.

Seratus generasi sudah berlalu dan aku telah menumbuhkan


bibit kehidupan di banyak dunia. Aku menumbuhkan “Anak” Jauh
lebih cepat dari pada yang bisa Crayak hancurkan. Perjalananku,
dan database dari Multitudeku, telah membuatku menjadi
ensiklopedia pengetahuan tentang dunia yang dihuni dan juga tata
suryanya. Dan dalam beberapa kasus aku tinggal membuat sendiri
dunia yang layak huni, Kulelehkan daratan es untuk melepaskan air
ke tempat lainnya itu salah satu cara, lalu kuperbanyak tumbuhan
penghasil oksigen itu cara yang lainnya.

Aku punya keuntungan sekarang. Crayak harus berusaha


mencari spesies baruku dulu, yaitu orang-orang yang tidak akan
menunjukkan keberadaan mereka dengan emisi radio. Spesies
primitif yang bersembunyi diantara jutaan planet.

Dan, untuk pertama kalianya, kubuat satu spesies baru.


Mereka dikembangkan didalam tubuhku/pesawat, kubuat dari tiap
potong DNA. Kubekali ilmu pengetahuan mereka, ku hilangkan ke
agresifan mereka.

Kusebut makhluk buatanku itu Pemalite.

Pada ras Pemalite kuberikan mereka tekhnologi. Mereka


menjadi spesies maju dalam beberapa dekade saja sejak kubuat
mereka. Sebagai navigator mereka, kuberlakukan undang-undang
pada mereka.

Mereka tidak boleh mempraktekkan kekerasan, dan mereka


akan menyembunyikan diri mereka selama mungkin.

Dan kuberikan misi bagi mereka untuk menyebarkan


kehidupan di mana-mana.

Dengan seluruh kekuatanku aku tetap tidak bisa mengimbangi


hasil kerja yang telah dilakukan Pemalite. Mereka pergi ke
bintang dengan pesawat awan, membawa tumbuhan dan spesies
binatang saat mereka pergi. Merek menyebarkan kehidupan
seperti Dermawan kumatan.
Bahkan Crayak pun tidak bisa menemukan mereka. Ataupun
satu fraksi kecil dari mereka. Kehidupan telah memenangkan
perlombaan melawan kematian. Kebaikan mengalahkan kekejian.

Dalam seluruh waktu itu, milenium itu, aku belum pernah


berjumpa dengan Crayak. Tapi pasti kami akan berjumpa lagi.

Hal itu terjadi tanpa peringatan. Aku muncul dari Z-Space


dalam tata surya yang belum pernah kukunjungi. Hentakan kuat
arus listrik mengenaiku sebelum aku sempat menghidupkan
Sensorku. Suatu sinar energi dengan kekuatan yang mengejutkan.

Selama beberapa detik aku kewalahan. Setiap sistem


tubuhku berkedip. Setiap syaraf dan sambunganku tergagap.
Serangan itu akan membunuhku sepuluh ribu tahun yang lalu. Tapi
sekarang aku bukan lagi makhluk yang sama seperti yang terakhir
kalinya dilihat Crayak. Telah kuikuti teori yang sama untuk
keberlangsungan hidupku saat aku mempertahankan diriku sendiri.
Aku telah tumbuh, aku mereplika, aku meluas. Telah kupecahkan
tubuhku sendiri menjadi beberapa lusin pesawat semi biologi. Aku
sekarang berupa tiga lusin kristal/pesawat yang saling terbuhung,
seluruhnya tersambung dengan komunikasi langsung dalam
beberapa level sekaligus : Segalanya mulai dari gelombang mikro
sederhana, laser hingga sambungan yang lebih rumit berdasarkan
pikiran harmoni krsital. Crayak berhasil menghabisi tiga bagian
tubuhku. Tapi itu sekarang hanya satu persepuluh saja dari tubuh
Ellimist.

Crayak tetap tinggal di dunianya yang gelap. Tetap dikelilingi


oleh para penjilat. Tetap memiliki senjata dan kemampuan yang
dia miliki. Dan sekarang kekuatannya sudah tidak begitu kuat lagi
dariku.

“Kelihatannya aku selamat.” Kataku padanya. “Mari kita lihat,


apakah kau juga bisa selamat.” Ku bidik dan kutembak dia dengan
segala apa yang kupunya.

Planetoid gelap Crayak bergoyang. Pecahan besar, seukuran


pegunungan besar meledak.

“Kau telah tumbuh.” Dengus Crayak.

“Dan kau tidak. Kehidupan punya keuntungan dari kematian.”


“Hanya keuntungan sementara, Ellimist. Kehidupan itu
singkat. Kematian itu abadi.”

“Kau berlari dari satu tempat ke tempat lainnya, kau seorang


tolol yang mencoba membasmi penyakit kumat. Kau terlalu lambat.
Kehidupan telah mengalahkanmu.”

“Kehidupan, bukan. tapi kau. Ellimist. ya. ya kau telah


memperumit rencanaku. Jadi sekarang, walaupun aku menyesal,
akan kuakhiri permainan kecil kita.”

“Aku tahu. Kau kekurangan keberanian untuk memainkan


permainan yang mungkin kau akan kalah. Rupanya kau seorang
pengecut.”

“Aku seorang penyelamat Ellimist.” Dia menembak.

Peperangan berlangsung. Dia menembak, aku menembak.


Kuhamburkan misil nuklir padanya dan langsung segera ku isi ulang
dengan cepat---salah satu bagian tubuhku berisi mesin senjata.
Misil itu meledak terkena force fieldnya, melemahkan
kekuatannya, memancarkan radiasi ke tubuh planetoidnya, serta
makhluk hidupnya di plateoid.

Dia menatapku penuh amarah, lalu dia meluncur dan


menabrakku.

Kuhantam balik dia dengan kekuatan yang membuatnya buta


dan bingung. Dan lalu Crayak berbalk dan kabur.

Tidak. Dia tidak akan berhasil kabur dariku. Akan kuikuti


dua, akan kuburu dia, dan kuhabisi dia.

Kukejar dia kedalam Z-Space. Kami bertempur di tata surya


lain. Kami berdua mengorbit bintang raksasa dan menyerap energi
dari bintang itu untuk tetap saling bertempur. Kami
menghancurkan asteroid, kami melengkungkan angkasa itu sendiri,
kami saling tusuk dengan sinar energi.

Crayak lari lagi. Dan aku terus mengikutinya.Rasa dari


kemenangan sudah berada di mulutku, beserta rasa lapar akan
balas dendam dan usaha mempertahankan diri.

Kuserang dia dengan sinar yang energinya kudapat dari


bintang. Kekuatannya tidak bisa dibayangkan.Tembakanku meleset
dan mengenai planet serta langsung mengeringkan lautan. Spesies
yang tinggal di planet itu tidak akan hidup lebih dari setahun di
dunia mereka yang rusak.

Tapi saat ini tidak ada waktu untuk berhentu. Kuberitahu


pada diriku sendiri bahwa aku akan memperbaikinya saat Crayak
sudah tewas. Kuberitahu pada diriku sendiri bahwa aku akan
kembali lagi saat Crayak sudah hilang untuk selamanya.

Tapi akulah yang kabur pada pertempuran berikutnya. Dan


yang berikutnya lagi. Crayak telah belajar dariku. Dia
menambahkan kekuatannya sendiri dan begitu juga aku.

Dia lari. aku mengejar. Aku lari. Dia yang mengejar. Dan
selama di angkasa normal kami bertempur dan kami tumbuh di Z-
Space. Itulah paradox anehnya : Kami makin tumbuh kuat. juga
makin mematikan. Masing-masing menimbulkan luka dan kerusakan
di tubuh lawannya.

Kami menjadi bersimbiosis pada beberapa level. Kami berdua


tidak bisa saling bunuh, kami berdua juga tidak bisa kabur, karena
sekarang, setelah banyaknya pertempuran, kami sudah jauh lebih
kuat.

Kekuatan penghancur yang kami timbulkan telah


memusnahkan tata surya yang bintangnya kami jadikan ajang
pertempuran. Planet yang memiliki penduduk bertekhnologi maju,
yang arogan, yang punya kemampuan penjelajahan angkasanya,
menonton kami, tanpa daya, terpaku, dan akhirnya musnah juga.

Tetap saja aku dan Crayak tumbuh makin mematikan, tapi


jika dibandingkan, akulah yang paling berbahaya sekarang.

Ada dua garis di graphik kosmik : Salah satunya adalah


jumlah planet yang hidup semakin menurun dan turun terus.
Kehidupan bermusnahan disekitar galaksi saat dua orang gila
bergulingan disana sini dan menghantam planet tak berdaya
dibawah kami.

Garis yang lainnya menunjukkan bahwa kenaikan lambat akan


pengaruhku pada Crayak.

Hanya ras tersembunyi saja yang bisa melihat apa yang akan
terjadi sebentar lagi : Kemenanganku atas Crayak atau
kehancuran seluruh kehidupan di galaksi yang kami timbulkan.
Dan, kemudian, kecelakaan menyebabkan aku dan Crayak
terbenam kedala dunia yang kami berdua tidak tahu kalau ada.
Crayak memasang jebakan untukkku. Dia bersiap untuk berjudi
dengan apapun yang ada. Jadi dia mulai bergerak dengan pola yang
berbeda. Dia membuatku bisa melihat gerakannya selanjutnnya.

Jebakannya berhasil. Ku baca polanya dan dengan tololnya


aku masuk kedalam jebakannya. Bahwa aku muncul dari Z-Space
hanya ratusan mil saja dari kekuatan yang aku dan Crayak tidak
akan sanggup melawannya : Suatu lubang hitam.
Bab 27.

Sekarang tubuhku terdiri dari empat ribu dua ratus dua


puluh potongan. Aku muncul dari Z-Space dengan tubuh besarku,
yang memanjang dibelakangku. Begitu aku muncul saat itu juga
kulihat jebakannya. Tapi sudah terlambat!

Gaya tarikan dari lubang hitam tidak mungkin dilawan. Aku


punya kekuatan yang luar biasa, tapi aku belum punya kekuatan ini.
Tubuh bagian depanku terhisap gravitasi tanpa adanya
kesempatan untuk kabur.

Jebakan Crayak itu sempurna.

Kuberikan perintah pada bagian tubuhku yang lain : Jangan


muncul dari Z-Space!

Beberapa milidetik dari kehancuran total tubuhku yang


tersisa membatalkan kemunculannya dari Z-Space. Aku terluka
parah, tapi tidak terbunuh. Tapi, oh, bagaimana bisa aku terluka.

Kutonton saja tanpa bisa berbuat apa-apa pada bagian tubuh


depanku, termasuk sisa-sisa pesawat asli/tubuh, yang tersisa dari
Ketran untukku itu, jatuh terhisap kedalam Lubang hitam.

Aku berada dimana-mana di saat yang bersamaan, tersesat,


berbalik, terputar, didalam Z-Space, di angkasa nyata yang jauh
sekali dari tubuhku yang muncul secara acak, serta yang jauh
kedalam mulut mengerikan dari lubang hitam.

Aku sekarang berupa pecahan-pecahan kecil.

Rasa sakit ini! Sambunganku dalam berbagai level. Ini bukan


hanya aliran data, ini lebih daripada itu. Disana ada lengan dan
sayapku, terjatuh, mengecil, terhisap oleh gravitasi.

Disana ada telinga dan mataku yang menyebar di angkasa


serta di tempat bukan angkasa. Meregang.

Kurasakan koneksiku melemah, seakan kurasakan bagian


tubuhku sedang di gergaji. Sakit! Pikiranku tertutup, pingsan,
tidak! Fragment. Potongan tubuhku. Jeritan terdistorsi serta
teriakan liar dari komunikasi yang terputus.
Alam semesta itu sendiri kelihatannya hancur. Bintang-
bintang berjatuhan, membuka dirinya sendiri seperti bunga yang
sedang mekar. Dan kemudian......dan kemudian.....

Aku kelihatannya mengambang dalam suatu tempat yang


tidak pernah kulihat ataupun bayangkan. Yang ada disekitarku
seluruhnya berupa garis berputaran akan kekuatan murni yang
besar, terpotong, dan warnanya berubah. Kulihat angka-angka,
membanjir di antara mereka. Kudengar raungan di telingaku.
Kujangkau garis itu dengan tanganku yang besar, dan bisa
kukendalikan diriku pada kurva angkasa itu sendiri. Aku bisa
merusak kurva waktu angkasa.

Kulihat......kulihat segalanya, isi dalamnya, bagian luarnya, gari


dalam, dan luar akan segalanya, sekaligus.

Aku masih tetap hidup.

Tapi dimanakah aku?

Apakah aku?

Aku berada di antara lubang hitam, diantara Zero-Space,


diantara angkasa nyata namun bersatu dalam satu medium yang
tidak kutahu apa itu.

Aku melihat, mendengar, merasakan di segala tempat


sekaligus. Efeknya sangat tidak jelas.

Dengan mengikuti instingku kucoba untuk menyatukan


seluruh bagian tubuhku bersama, tapi tidak bisa. Tidak mungkin
aku tetap hidup, mustahil bahwa masih bisa mengepakkan sayapku
dia Zero-Space. mustahil bahwa aku seharusnya menjadi pods
kecil didalam lubang hitamm.

Aku sadar akan keberadaan Crayak, kurasakan dia


menjangkau tubuh ku yang berada di angkasa nyata. Dia sedang
menyerangku, meledakkan bagian tubuhku dengan serangan luar
biasa.

Kurasakan bagian fisik dari tubuhku menguap, terbakar


karena sinar energi. Namun pikiranku sendiri tidak menghilang.

Bagian tubuhku sekarang seluruhnya sudah ada di lubang


hitam, mereka hancur menjadi keping-keping terkecil, hancur
hingga seukuran atomm, menghancurkan segalanya.
Namun aku masih tetap hidup.

Ada sesuatu yang telah terjadi, sesuatu...........

Satu demi satu Crayak menghabisi bagian tubuhku. Ratusan.


Ribuan. Dan saat tidak ada lagi bagian tubuhku yang berada di
angkasa nyata dia mengejarku yang ada di Zero-Space dan
menghabisinya tanpa ampun, membuang setiap bagian mesin,
daging, serta kristal ke angkasa nyata dimana mereka bisa
dihancurkan.

Namun aku tetap hidup.

Berapa lamakah waktu yang telah berlalu? Tidak tahu. Aku


tidak lagi berada bersama waktu. Bisa kulihat waktu sebagai suatu
seri benang yang berbelit, kemungkinan setriliun benang yang
berbelit.

Apakah aku sudah tewas? Apakah ini sejenis kehidupan


setelah mati?

Mati, tidak. Orang mati tidak akan melihat, tapi aku melihat!
Kulihat benda yang tidak akan pernah dilihat oleh makhluk hidup
sebelumnya. Kulihat bagian terdalam dari struktur alam semesta.
Aku berada diantara kode penciptaan.

Tidak ada lagi bagian tubuhku yang tersisa, tidak ada lagi
yang bisa orang sentuh ataupun lihat. Aku sudah hilang, namun aku
tetap hidupn
Akhir dari Permainan

Bab 28.

Aku tidak tahu berapa lama aku mengambang pada tempat


mistik berisi energi murni dan keindahan murni. Waktu itu untuk
makhluk lain. Waktu itu tidak membawaku bersamanya.

Aku tidak tahu apa-apa tentang ini. Aku hanya sekedar


makhluk, bagi seluruh multitudeku, bagi seluruh kekuatanku, aku
hanya, suatu makhluk abadi.

Sama seperti seorang Andalite primitif yang tiba-tiba


dilemparkan kedalam pusat kendali dari pesawat luar angkasa. Aku
orang bodoh yang liar---benar-benar primitif.

Tapi aku tahu ini : Sesederhana dan seprimitifnya aku ini,


aku bisa menyentuh dan menggetarkan garis waktu angkasa.

Apakah aku sudah tumbuh menjadi segini besar? Ataukah


aku sudah menyusut ke ukuran sub molekul? Ukuran tidak berarti
apapun. Tidak ada ukuran di tempat ini.

Aku hidup, dan hanya itulah yang kutahu. Aku hidup tanpa
wujud, hidup tanpa urat syaraf untuk bergerak, tanpa makanan
untuk dikunyah, tanpa otot untuk dikendalilkan. Aku melihat tanpa
mata, dan merasakan tanpa lidah dan bergerak tanpa sayap atau
pod atau mesin untuk menggerakkannku.

Inilah yang aku tahu.

Dan aku tahu satu hal lain dengan baik, suatu pelajaran sulit
yang kudapat dari milenium perang : Lawanku akan menemukanku.

Suatu kejadian super langka, suatu kebetulan di angkasa


telah mengubahku. Aneh? Keanehannya berkisar dari satu milyar
banding satu, satu triliun banding satu, tidak bisa diperhitungkan.

Tapi keanehan ini hanya terjadi sekali. Keanehan ini sangat


luar biasa hebatnya. Crayak mempelajarinya. Crayak
memperhatikan. Sejak aku memunculkan diriku padanya, sejak aku
bertindak dan menunjukkan diriku padanya, Crayak akan
menemukan jalan untuk mengikutiku disini. Dan karena pikiran dan
moralitasku tidak berubah, begitu pula dia nantinya.

Dengan hati-hati, ketakutan, dengan segala kerendahan hati,


aku mulai mempelajari lingkungan baru ini. Kutemukan suatu cara
bahwa aku bisa melihat dunia nyata, melihat kejadian dan orang-
orang yang terdampar di angkasa dan waktu.

Mereka kelihatannya tumbuh besar, dewasa, menua, dan


tumbang, dalam sekedipan mata, dan saat kulihat dan pelajari, aku
tahu bahwa ratusan lalu seribuan dan akhirnya jutaan tahun telah
berlalu di angkasa nyata.

Kulihat Crayak diluar sana, tetap melakukan pekerjaan


kejinya. Kulihat garis menjadi hitam, tidak bisa di jalani, dan
berujung pada kehampaan saat dia membasmi planet. Miliaran
kehidupan menjadi kehampaan, Telah kutanamkan hal besar pada
kehidupan, dan Pemalite-ku tetap menyebarkan kehidupan, tapi
gelombang penyebaran mereka berubah menjadi kesukaan Crayak.

Akhirnya, aku tahu bahwa aku masih harus belajar banyak,


aku tahu kekuranganku sendiri.

Crayak memasuki tata surya yang berisikan sembilan planet


yang mengorbit satu bintang kuning berukuran sedang. Dua dari
planetnya yang berwarna merah dan biru berpenghuni. Planet
merahnya sudah sekarat, atmosfinya sangat tipis, dan Crayak
tidak bisa menebar bahaya disana.

Tapi planet biru itu penuh akan kehidupan. Spesies dominant


dalam planet itu besar, brutal, dalam berbagai bentuk luar biasa.
serta hewan raksasa pemakan tumbuhan, serta hewan pembunuh
dengan gigi besar dan cakar mematikan. Ada kecerdasan disana,
tapi tidak ada akal budi, bisa kulihat itu, sangat jelas sekali.

Kecerdasan itu bukan pada makhluk besar yang mendominasi


dengan brutal, tapi dalam sekelompok kecil orang berpakaian bulu
binatang mangsanya, dimana masa depan planet ini berada di
tangan mereka.

Mereka hanya perlu ditinggalkan sendirian dalam waktu enam


puluh atau tujuh puluh juta tahun sebelum mereka menjadi orang-
orang hebat.
Crayak tidak melihat hal itu, yang dia lihat hanyalah bahwa
disana ada kehidupan. Dia membidikkan senjatanya dan menembak
planet biru itu, dan aku hanya perlu menarik garis angkasa waktu
hingga senjatanya tidak mengenai apapun. Planet itu hilang.

Dia mencoba lagi, dan tiap kali dia menembak kuaplikasikan


kekuatan putar balikku yang luar biasa tapi kejam itu.

Dan kemudian, dalam kebingungannya, Crayak


mempertimbangkan untuk mundur. Aku tahu bahwa sebentar lagi
dia akan menjumpaiku.
Bab 29.

“Jadi disinilah kau, Ellimist.”

“Sudah kuperkirakan kau akan kesini, Crayak.”

Dia muncul padaku seperti biasanya. Sebagai monster


kegelapan. Aku tahu bagaimana aku muncul baginya : Aku telah
menguasai tipuan sederhana untuk memproyeksikan diriku pada
bentuk yang paling cocok untukkku. Aku muncul padanya sebagai
Ketran biasa. “Keuntunganmu sudah hilang, Ellimist.”

“Kita sudah seimbang sekarang,” Ujarku setuju. “Kau tidak


bisa lagi melukaiku secara langsung. Kau paham kan?”

“Aku tidak bisa membahayakanmu, Ellimist, tapi aku tetap


bisa melukaimu. Aku masih bisa membunuh hal yang kau cintai.”

“Bisa kau coba, Crayak. Tapi akhirnya kau hanya akan jadi
orang tolol. Apa belum kau lihat apa saja yang telah kau lakukan.
Aku bisa membalikkannya? Kau bisa membantai dan aku bisa
membalikkan waktu untuk mengembalikannya. Tapi akan
kuberitahukan kau hal ini : Jika kita membawa perang kita
didalam mangkuk angkasa dan waktu ini kita sendirilah yang akan
menghancurkan alam semesta dan membunuh diri kita sendiri
bersama segala isinya.”

“Ini berarti permainan tanpa arti yang tidak ada


pemenangnya.” Ujar Crayak setuju. “Tapi apa lagi yang bisa kita
berdua lakukan?

“Kita bisa menonton. Kita bisa mengagumi proses kemajuan


evolusi.”

“Tidak bisa diterima. Aku lebih memilih kehancuran diriku


sendiri daripada begitu. Untuk hidup abadi sebagai seorang
pengamat? Harus ada permainannya. Jika tidak ada permainan
maka tidak berarti bagiku.”

“Kalau begitu, mari kita bermain, Crayak.” Tapi harus ada


aturannya.”
“Ya, dan akan ada aturannya.” “ Dan yang menangnya?” Itu
juga, walaupun akan memakan waktu jutaan tahun.” Crayak
tersenyum .”Aku tidak akan kemana-mana.”

“Kalau begitu ayolah.” Ujarku. “Mari kita mainkan permainan


akhirnya.”
Epilog.

Kukataka pada manusia yang sekarat itu. “Sekarang kau


sudah tahu siapa aku ini. Apakah aku ini.”

“Yeah, kau hanya anak kecil. Seperti aku ini tapi dalam versi
lain, seorang anak yang terbenam terlalu dalam dan tidak bisa
keluar.” “Seorang anak.”

“Kau terjebak. Kau tetap dirimu” “Aku terjebak.” “Ya.”


Ujarku.

“Apakah aku salah satu potongan permainanmu? Apakah kami


berenam potongan permainanmmu?”

Kupertimbangkan pertanyannya sejenak. Siapa yang bisa


mengatakan bahwa siapa itu potongan dan siapa itu pemainnya?
Sudah sering kali kupikirkan apakah aku ini hanya potongan
permainan dalam permainan besar yang orang mainkan dengan
tertawa pada keinginanku?

“Bukan aku yang menyebabkanmu menjadi salah satu dari


enam orang itu. Kau itu.....kau itu.....kecelakaann yang
membahagiakan. Kau itu kontribusi tanpa kuketahui sebelumnya
dari ras manusia untuk keselamatannya sendiri.”

Manusia itu terdiam. Tidak ada permohonan, tidak ada


pembelaan untuk hidup lagi. Dan di akhirnya, penerimaannya
bahkan sekuat ini, jiwanya yang bergolak. “Kau mengatakan bahwa
aku bisa bertanya satu pertanyaan lagi.” “Ya.”

“Aku tidak bisa bertanya apakah kami menang, aku tidak bisa
bertanya apakah hasilnya akan baik-baik saja.” “Aku tidak tahu
pertanyaan itu.” “Okay, pertanyaannya ini, Ellimist : Apakah
aku.....apakah aku membuat perbedaan? Hidupku, dan
ma.......ma......matiku.....apakah berharga? Apakah hidupku benar-
benar penting?”

“Ya. Kau pemberani. Kau kuat. Kau hebat. Kau penting.”

“Yeah. Okay, lalu, okay, lalu.”

Satu benang angkasa-waktu berubah menjadi gelap dan


bergulung dalam kehampaan.
Selesai
*************
Bu Beng Siau Jin
*************
The Ellimist Chronicle
*************
HRT, TPS1A, 03-08-2016 18:47
*************
“Tidak ada gading yang tidak retak,
Begitu pula terjemahan ini.”
*************
Sampai Jumpa di terjemahan berikutnya. :)

Anda mungkin juga menyukai