apa. Apa yang benar dan mana yang salah sudah sulit untuk dimengerti, tak ada lagi persamaan,
tak ada lagi dengung lagu Binatang Inggris.
Tidak ada pikiran untuk memberontak atau tidak patuh dalam otak Clover. Ia tahu bahwa saat ini
mereka jauh lebih baik daripada yang pernah mereka alami di masa Jones dan bahwa di atas
semua hal, yang perlu dilakukan adalah mencegah kembalinya manusia. Apapun yang terjadi, ia
akan tetap setia, bekerja keras, melaksanakan perintah-perintah yang diberikan kepadanya dan
menerima kepemimpinan Napoleon. (p.78-79)
Kisah ini dapat dikatakan sebagai sebuah satir dan alegori dari perjuangan revolusi yang
digambarkan dengan sangat cerdas. Meski dikatakan bahwa Pertanian Binatang atau Animal
Farm melambangkan negara Rusia/Uni Soviet dan Marxisme-nya, saya kira keadaan seperti ini
jamak terjadi pada negara mana pun, di masa apa pun. Cita-cita perjuangan yang mulia dapat
digeser oleh sebagian kecil orang yang cerdik dan licik. Dengan kepandaian berdiplomasi para
pemimpinnya, golongan pekerja yang hanya memiliki loyalitas buta tanpa pemikiran kritis dan
kecerdasan akan sangat mudah dipengaruhi.
Membaca buku ini seperti membaca kehidupan, kita bisa dikejutkan oleh suatu hal, sekaligus
tidak heran dengan hal yang terjadi kemudian. Kenyataan politik yang terkadang dapat
menciptakan keajaiban, membenarkan yang salah, menghalalkan yang haram,
memutarbalikkan fakta, bukan hal yang asing sejak dulu hingga sekarang.
Penggunaan simbol babi sebagaimana manusia yang cerdas, tapi begitu rakusnya hingga
mempergunakan kecerdasannya demi kepentingan diri dan golongannya saja. Cloversang
kuda, sebagai simbol dari golongan pekerja yang setia, namun tak bisa menyuarakan
pemikirannya, hanya bisa mengikuti apa kata pemimpinnya, dengan ketakutan akan kembalinya
masa lalu yang suram. Tanpa sadar, mereka masuk ke dalam masa yang lebih suram, namun
dengan disulap sedemikian rupa sehingga tampak cantik dan menjanjikan.
Lagipula mereka tidak pernah kehilangan, bahkan untuk sesaat, rasa hormat dan hak istimewa
mereka dalam menjadi anggota Pertanian Binatang. Mereka masih tetap satu-satunya pertanian
di seluruh negeri, di seluruh Inggris!yang dimiliki dan dioperasikan oleh binatang-binatang.
(p.115)
Terjemahan buku ini cukup memuaskan bagi saya. Kata-katanya mengalir dengan nikmat, mudah
diterima, tanpa kehilangan rasa dan keindahannya.
5/5 bintang untuk kritik cerdas nan memukau.
Binatangisme adalah judul versi Indonesia dari novel lama Animal Farm yang diterjemahkan
oleh mendiang bapak Mahbub Djunaedi. Judul terjemahan versi penerbit lainnya yang muncul
belakangan adalah Negara Binatang, Ladang Binatang, juga Peternakan Hewan.
Setiap kali ada kerusakan misterius, Snowball selalu dijadikan kambing hitam. Setiap kali
mereka menemukan penyimpangan undang-undang oleh para babi dan meminta Muriel, si
domba yang bisa membaca untuk membacakan bunyinya, bunyi undang-undang itu sudah tidak
sesuai dengan apa yang dulu pernah mereka dengar. Misalnya, mereka ingat jika semua hewan
tidak boleh berbunuhan. Di dinding kandang, Muriel mendapati tulisan Semua hewan tidak
boleh saling membunuh TANPA SEBAB. Begitu pula tentang minuman keras, kini tulisan di
dinding adalah Semua hewan dilarang minum minuman beralkohol BERLEBIHAN. Sampai
tibalah amandemen yang berpuncak pada: Semua binatang adalah sederajat dan beberapa
binatang LEBIH SEDERAJAT daripada binatang yang lain. Napoleon sudah tidak segan-segan
bekerjasama dengan manusia, makhluk yang seharusnya mereka singkirkan. Para hewan kerap
memergoki para babi berjalan tegak dengan sepasang kaki belakang sambil membawa cemeti.
Apa daya, hewan-hewan itu tidak punya bukti tertulis, ingatan mereka akan segera tergantikan
eufemisme ala Squealer, juru bicara Kamerad Napoleon.
>>>..<<<
Animal Farm adalah satir yang diduga kuat sebagai sindiran tajam penulisnya, George Orwell,
kepada Uni Soviet pada masa Stalin berkuasa. Novel ini terbit tepat pada hari kemerdekaan
negeri kita. Saya rasa, simbolisme kebinatangan yang dipakai sangat kuat untuk menggambarkan
beragam sifat manusia. Babi, dalam banyak tradisi adalah simbol dari sifat penuh nafsu, tamak,
dan serakah. Babi jantan melambangkan kekuatan fisik, kebebasan, keberanian, kekejaman, dan
perang. Kelompok Druid (para pendeta Celtic kuno) menganggap babi jantan sebagai
simbol kekuatan spiritual, intelektual, dan kekuasaan karena hewan ini hidup di
dalam rimba dan memakan buah dari pohon oak keramat. Sesuai untuk
menggambarkan pemimpin diktator yang gila hormat dan berbuat sewenang-wenang. Manusia
tidak diciptakan untuk membabi. Kuda melambangkan pekerja keras yang setia, merpati sebagai
penyampai pesan, kucing yang bekerja semaunya, dan seterusnya.
Apabila anda hendak maju dalam pemilihan kepala daerah, atau apa pun itu namanya, buku ini
cocok sebagai salah satu bahan renungan. Jangan sampai terjadi, setelah kekuasaan digenggam
lantas memperkuda rakyat sendiri, rekan seperjuangan dihabisi. Rakyat juga jangan mau
dibohongi oleh pemimpin macam ini. Agar tidak sampai terjadi (lagi), seperti ungkapan seorang
penulis di masa orde lama, bertanah air tapi tidak bertanah. Seorang dua orang penguasa otoriter
tidak lebih kuat dari rakyatnya yang berjumlah ribuan.
Saya sendiri lebih mengartikan kepemimpinan dalam lingkup yang lebih luas. Dari pemimpin
negara, kepala daerah, pejabat teras, pemimpin keluarga, sampai pemimpin diri sendiri. Sikap
tidak adil dan sewenang-wenang sekuat mungkin harus dijauhi.
>>>..<<<
Hingga pada suatu hari bertahun-tahun kemudian, para hewan menyaksikan keributan antara
Napoleon beserta kroni-kroninya dan manusia. Saat itulah, sudah mustahil untuk bisa
membedakan, ini manusia atau babi, babi atau manusia?
Kriteria Epic
1. Epic biasanya bercerita tentang negara, dunia atau alam semesta.
2. Kisah epic beralur cepat dan mencakup area geografis yang luas.
3. Gaya penulisan epic biasanya in medias res (dari bahasa Latin = into the
middle of things) yang artinya cerita di mulai di tengah-tengah aksi lalu baru
disusul flashback ke belakang lewat narasi atau dialog tokohnya, untuk
menjelaskan runtutan kejadian hingga ke cerita yang menjadi awal epic tadi.
4. Kehadiran dewa-dewi atau kekuatan supernatural lain biasanya menghiasi
kisah epic dengan mengintervensi kehidupan manusia.
5. Biasanya penggambaran tokoh dipenuhi dengan ephitet (dari bahasa
Yunani = descriptive term), artinya uraian yang menjelaskan suatu tokoh.
Misalnya dari Odyssey of Homer: Cronides ayah kami, penguasa alam
semesta
6. Epic biasanya dilengkapi dengan catalog lengkap
mengenai para tokoh yang terlibat, nama, keturunan dsb.
(=enumeratio)
Answers 5
Add Yours
Answered by Aslan 5 years ago 10/14/2011 7:31 PM
Animal Farm deals with themes rather than morals. The themes deal with the nature of autocratic
and communist states. I suppose if we look for a moral, we can say that "power corrupts and
absolute power corrupts absolutely". I suppose Napoleon initially had the well being of the farm
in mind but once he got a taste of power, the philosophy behind the farm changes.
The concepts of animalism which read very much like a Ten Commandments reflect the morals
(themes) that we take from this book. Two themes that we learn rather quickly is that it is easy to
take advantage of those around us who are weak, or less intelligent. Napoleon uses his power to
high pressure the sheep, who follow along with the rest of the crowd, and manipulate characters
like Boxer who simply wants to help. The other moral is the Lord Acton belief: Power corrupts,
absolute power corrupts absolutely. Napoleon (the representation of Stalin), certainly becomes
corrupt when he rules by fear.
Apa arti kemerdekaan bila pada akhirnya hanya melahirkan penjajah baru? Apa arti revolusi, bila
pembebas di hari ini akhirnya hanya akan menjadi penindas baru di kemudian hari?. Apa arti
reformasi, bila penguasa saat ini tak beda bahkan lebih jelak dari rezim sebelumnya. Satu kisah
tentang kesia-siaan. Begitulah kira-kira cerita dalam novel Animal Farm karya George Orwell.
Awalnya semua binatang - babi, sapi, ayam, burung, kuda, keledai, dll - merasa senasib dan
sependeritaan di bawah musuh yang sama, manusia pemilik peternakan Manor, Tuan Jones.
Namun pada akhirnya, setelah berhasil merdeka dari "penjajahan" Tuan Jones, perlahan-lahan,
jenis binatang tertentu merasa mempunyai privilese dan memiliki hak yang lebih dari binatang
lain dan bisa membuat aturan semaunya. Si Babi Napoleon menjadikan dirinya sebagai
pemimpin yang tidak ubahnya seperti "penjajah" bagi binatang lain - bahkan tega menyingkirkan
teman seperjuangan sendiri, si Babi Snowball. "Penjajah" baru ini ironisnya adalah dari jenis
mereka sendiri....SEEKOR BINATANG, bukan lagi si manusia, si Tuan Manor. Tindakantindakan manusia yang dulunya dianggap manifestasi bentuk penjajahan, perlahan-lahan mulai
ditiru oleh para babi.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/farid_mardin/animal-farm-versiindonesia_54ff161aa33311f04350f8c2
Dalam Animal Farm, yang merupakan kritik terhadap totalitarian Stalin, Napoleon (representasi
Stalin) dan babi-babi lain di akhir cerita menjadi manusia, dengan kutipan:
The creatures outside looked from pig to man, and from man to pig, and from pig to man again;
but already it was impossible to say which was which.
Singkatnya, di akhir cerita, di ujung semua keputusasaan rezim Napoleon, pembaca dapat
melihat bahwa para babi tersebut pada akhirnya tidak jauh berbeda dari manusia yang pernah
menjadi manusia. Dalam peristiwa tersebut, terjadi proses mimesis/mimikri. Mimesis sendiri
dalam tiruan perilaku, dan jika dikaitkan dengan istilah mimikri sendiri, maka tujuan dari proses
tiruan perilaku (babi ke manusia) merupakan tindakan yang protektif, sehingga terhindar dari
seleksi alam. Seleksi alam ini sendiri bermakna terhindar dari masalah yang ditimbulkan
manusia. Dalam Animal Farm, para babi ternak tersebut mengambil keuntungan dari sesama
mereka, tapi sendirinya tampil sebagai musuh (manusia) dengan berjalan dengan dua kaki,
belajar baca-tulis, dan memakai sepatu/atribut manusia lainnya (tidur di kasur, dan sejenisnya).
Para babi itu menjadi manusia yang menindas mereka.
Pada akhirnya, revolusi para binatang itu adalah sebuah faal yang sia-sia dan menghasilkan halhal yang semu pula. Dalam teori Freire terhadap proses liberasi, revolusi tidak menjamin
terciptanya sebuah keadaan bebas. Nilai-nilai fear of freedom yang ditransmisikan si penindas
terhadap objeknya (yang tertindas), membuat perubahan-perubahan berakhir semu. Freire
menamakan proses tersebut dengan istilah prescription (ketentuan), yang akan saya alih
bahasakan menjadi preskripsi. Setiap preskripsi merepresentasikan posisi pilihan seseorang, yang
nantinya akan mengubah kesadaran orang yang diberikan preskripsi, sesuai dengan yang
memberi. Analoginya, jika kita datang ke dokter untuk mengeluhkan rasa sakit dan meminta
obat, maka sang dokter akan memberikan resep (prescription) kepada kita, yang menentukan
obat, yang nantinya akan kita minum. Di akhir, tubuh akan menerima obat yang telah diresepkan
si dokter. Kita menurut saja terhadap sebuah usaha konstruksi sehat yang diberikan dokter,
begitu pula kaum tertindas. Pada kasus kaum tertindas, perilaku kaum tersebut adalah perilaku
yang terpreskripsikan, yang mengikuti arahan si penindasnya (Freire, 2000: 47)
Teori Freire itu cukup menerangkan mengapa revolusi sosialis kaum proletar kerap menemui
kegagalan, terlebih di Uni Soviet. Jauh sebelum mengenal masyarakat Soviet yang ada dalam
pemahaman kita tangkap sekarang (menderita, tertindas, dan sebagainya), ketika masih
berbentuk imperium, masyarakat Rusia (belum Soviet) sudah mengalami penindasan, sebagai
efek autokrasi dan otoritas kaum bangsawan (khususnya dari pihak Istana). Bahkan Lenin
menyaksikan saudaranya mati dibunuh oleh salah satu prajurit Tsar, begitupun hidup Stalin yang
sulit di Georgia waktu itu. Jadi, pelaku revolusi, dalam hal ini Lenin dan nantinya Stalin, adalah
eks-kaum tertindas.