Anda di halaman 1dari 11

Autumn in Paris

Ilana Tan
Autumn in Paris
Ilana Tan

Autumn in Paris Ilana Tan


Tara Dupont menyukai Paris dan musim gugur. Ia mengira sudah memiliki segalanya dalam hidup… sampai
ia bertemu Tatsuya Fujisawa yang susah ditebak dan selalu membangkitkan rasa penasarannya sejak awal.

Tatsuya Fujisawa benci Paris dan musim gugur. Ia datang ke Paris untuk mencari orang yang
menghancurkan hidupnya. Namun ia tidak menduga akan terpesona pada Tara Dupont, gadis yang cerewet
tapi bisa menenangkan jiwa dan pikirannya… juga mengubah dunianya.

Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu,
adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap,
tersingkap pula arti putus asa… arti tak berdaya… Kenyataan juga begitu menyakitkan hingga mendorong
salah satu dari mereka ingin mengakhiri hidup...

Seandainya masih ada harapan - sekecil apa pun - untuk mengubah kenyataan, ia bersedia menggantungkan
seluruh hidupnya pada harapan itu...

Autumn in Paris Details

Date : Published July 2007 by Gramedia Pustaka Utama


ISBN : 9792230300
Author : Ilana Tan
Format : Paperback 272 pages
Genre : Romance, Asian Literature, Indonesian Literature, Novels, Fiction

Download Autumn in Paris ...pdf

Read Online Autumn in Paris ...pdf

Download and Read Free Online Autumn in Paris Ilana Tan


From Reader Review Autumn in Paris for online ebook
Lisa says

Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai? Aku tahu.

Hiks..hiks… kutipan ini benar-benar menjadi jiwa buku ini.


Oke. Sedikit pengakuan. Saya membaca 1/5 bagian depan.... trus langsung melompat ke 1/3 bagian
belakang.... dan diakhiri dengan sibuk menangis tersedu-sedu. Huhuhuhu…… Setelah membaca bagian
akhir, saya tidak sanggup membaca bagian depannya deh.

Mestipun begitu, tetap saja ada harapan untuk dapat bangkit kembali. Hidup adalah perjuangan. Kesedihan
yang mendalam tidak bisa menjadi alasan untuk mengakhiri kehidupan itu sendiri. Kira-kira ini yang
menjadi jiwa dari kutipan berikut :

Biarkan aku menangis. Hari ini saja.


Dengarkan aku. Tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja.
Mungkin butuh waktu, tapi aku akan baik-baik saja.
Kau boleh lihat sendiri nanti.
Kau akan lihat tidak lama lagi aku akan kembali bekerja, tertawa dan mengoceh seperti biasa.
Aku janji.

Aduuuuhhh…. Bisa tidak yaa saya mencintai seseorang seperti Tatsuya mencintai Tara? Dengan hanya
berpikir “selama dia bahagia, aku juga akan bahagia”. Sesederhana itu.

Churin says

Rtc

Rika Moniarti says

Tatsuya Fujisawa langsung tertarik pada Tara Dupont, gadis yang tanpa sengaja menabraknya di bandara
saat ia pertama kali menjejakkan kaki di Paris. Pertemuan-pertemuan selanjutnya terjadi tanpa diduga dan
direncana, pertemuan-pertemuan yang menyenangkan dan membahagiakan yang membuat Tatsuya sedikit
melupakan kepahitan masa lalunya, kepahitan yang justru menjadi alasannya pergi ke Paris.

Adapun Tara menemukan sesuatu yang sesungguhnya tidak ia ketahui secara pasti apa penyebabnya, yang
jelas ia selalu merasa bahagia saat bersama dengan Tatsuya. Kisah cinta mereka pun mengalir dengan manis
sampai mereka dihadapkan pada suatu kenyataan yang begitu pahit, kenyataan yang datang dari masa lalu
mereka berdua, kenyataan yang dengan kejamnya memisahkan mereka.

Romantisme ternyata bukan hanya bisa dinikmati remaja usia belasan atau pasangan yang sedang dimabuk
cinta aja ya. Saya sendiri yang udah seumur ini buktinya masih tertarik pada novel dengan tema tersebut.
Kalau diingat-ingat sih, tema novel ini sama sekali bukan tema baru, malah bisa dibilang klise, sudah pernah
ada di berbagai novel cinta atau film-film drama. Jadinya memang waktu baca novel ini saya seperti duduk
di depan televisi, nonton DVD film drama romantis, ikut senyam-senyum di awal cerita, cepat-cepat
mengambil tisue saat ada adegan sedih, dan menghela napas di akhir cerita.

Kalau memang klise, lantas kenapa novel ini tetap enak untuk dibaca ya? Mungkin karena gaya penulisan
cerita yang mengalir, dialog-dialog yang ringan dan segar, dan tokoh-tokoh yang digambarkan begitu
menarik sebagaimana tokoh dalam film yang pastilah cantik dan tampan yang membuat saya... enggan untuk
berpaling.

Winarni says

Jenis buku : Novel


Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2007
Edisi : Ketiga
Tebal buku : 272 hlm, 20 cm

Seandainya masih ada harapan - sekecil apapun untuk mengubah kenyataan, ia bersedia menggantungkan
seluruh hidupnya demi harapan.

Tara Dupont adalah blasteran Paris-Indonesia tetapi ia menyukai Paris. Pertemuannya dengan Tatsuya
Fujisawa membuatnya penasaran pada lelaki tersebut. Lelaki yang membenci Paris.
Kedatangan Tatsuya ke Paris untuk mencari orang yang menghancurkan hidupnya. Namun kehadiran Tara
di sisinya mampu membuatnya tenang.
Hingga benang merah yang menghubungkan mereka di masa lalu, terkuak, rahasia itu pula yang
menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan mereka. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap
pula arti putus asa… arti tak berdaya…

Ilana Tan tampil dengan cara berceritanya yang khas seperti skenerio drama dengan latar tempat Paris. Ia
mampu mengaduk emosi pembaca dengan ceritanya. Meskipun ceritanya terkesan klise dan mudah di tebak
namun Ilana Tan memberikan kejutan di akhir cerita. Cara ia mendiskripsikan emosi di saat klimaks mampu
membuat pembaca ikut terlarut.
Sayangnya,tulisan tersebut belum mampu memberikan pengetahuan yang baru dan pemikiran yang dalam
begi pembacanya. Disinilah letak kekurangan sekaligus kelebihannya karena bacaan ini ringan dan dapat
dinikmati sambil beristirahat.

Ilana Tan termasuk produktif, novel ini adalah novel keduanya setelah Summer in Seoul dan novel ketiganya
Winter in Tokyo. Semoga Ilana Tan terus berkarya.

Fhily says

"Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu."


Bercerita tentang kisah cinta Tara Dupont dan Fujisawa Tatsuya, settingnya di Paris u,u karena saya ngefans
sama Paris hehehe, sepertinya tempatnya romantis gitu kalau settingnya disana :3 Tapi, seperti judulnya
autumn cerita ini memang dibuat sad ending aihhhh T_T Tatsuya mati hiks, dan juga yang lebih
mengenaskan ternyata Tara dan Tatsuya itu satu Ayah. Sudah banyak teman-teman yang mereview panjang-
panjang disini jadi saya rasa sudah cukup menjelaskan tentang buku yang sangat menyentuh ini.

Kata-kata yang menyedihkan buat saya itu ini T_T : “Jangan marah padaku kalau aku menangis sekarang.”
entah kenapa mewek disitu T_T (?)

"Jangan marah padaku kalau aku menangis.... Hari ini saja.... Kau boleh lihat sendiri nanti. Kau
akan lihat tidak lama lagi aku akan kembali bekerja, tertawa, dan mengoceh seperti biasa....
Aku janji...."

Hanifah says

Setelah hampir 3 tahun membacanya, yang paling saya ingat adalah momen ketika air mata saya terus
mengalir. Bukan menangis tersedu-sedu, namun sesenggukan karena tiap kata yang lewat saya baca menahan
napas saya.
Oke cukup lebay tapi sungguh, apalagi saat Tara memanggil Tatsuya untuk jangan pergi. Bersamaan dengan
penggambarannya di kepala, saya menangis sambil memukul-mukul dada saya supaya napas tetap ada.
Mengenai cerita yang menurut saya klise; hubungan yang ternyata sedarah, namun kelebihannya adalah
terdapat alur yang mengalir dan menarik dalam upaya mengulik kisah yang menyakitkan tersebut.
Terakhir, dari novel ini pula saya jadi belajar dan terbiasa dalam menghadapi sad ending. Karena saya sadar,
justru dengan musibah yang dialami Tatsuya membuat cerita ini terkesan nyata karena tidak ada yang
sempurna di dunia ini.
Dari novel inilah saya langsung menekuni tetralogi empat musim lainnya karena jujur meskipun ini novel
seri kedua tapi merupakan novel pertama yang saya baca.
Dan saya rasa, saya tidak salah.

Sara says

Tatsuya Fujisawa benci Paris, ataupun musim gugur. Kedatangannya hanya satu: bertemu orang yang
mengalirkan darah pada nadinya.
Tapi gadis musim gugur mengubah semuanya, hingga daun yang berguguran terlihat seindah cinta yang
bersemi.

Tara Dupont selalu berpikir dia menyukai Sebastien. Hingga kemudian telinganya mendengar diary
Monsieur Fujitatsu di radio dan tanpa sadar pria itu sudah menjadi bagian yang penting dalam hidupnya,
yang selalu dia tunggu.

Tapi masa lalu Jean-Daniel Lemercier menghancurkan mereka, karena penyangkalan takkan berarti jika
darah mengungkapkan kebenarannya.
Akhirnya, setelah memantapkan hati dan gigit boneka, dibaca juga novel ini.
Hasilnya? Ini Novel Ilana Tan Yang Paling Keren!

Semua novel Ilana Tan memiliki satu pola, begitu banyak 'Kebetulan' disana. Tapi hanya novel ini yang tidak
bisa diprediksi, yang menyayat hati, yang hampir bikin banjir di rumah gue. :P

Awalnya manis banget, Tara sedikit naif, polos dan egois. Bertemu dengan Tatsuya, ganteng, romantis,
konyol dan nggak bisa ditebak. Tatsuya sukses bikin ngiler semua cewek (atau paling nggak, gue). Meskipun
malu, tapi cewek manapun pasti suka dikasih kejutan kayak Monsieur Fujitatsu.

Itu membuktikan, cowok macam ini benar-benar langka. Karena meskipun ada, ujungnya meninggal. Tragis
kan?

Lalu plot berjalan, dari yang awalnya indah, berakhir seperti pohon. Di musim panas dia merekah, lalu satu
persatu jatuh di musim gugur, dan hilang ditelan salju musim dingin.

Bagus juga gue nggak nangis berkali-kali baca novel ini, bisa makin parah flu gue (curhat).

Intinya: meskipun gue benci novel sedih, tapi gue salut banget sama Ilana Tan. Kasih deh jempol tangan,
kaki, sampai pinjam jempol orang kalau perlu.
Benar-benar top! :)

Silvia Iskandar says

Mmmm...mungkin aku jarang baca buku YA makanya aku merasa agak ada yg kurang gitu...

Yg paling aku kecewa adalah krn gak berasa sama sekali Paris-nya. Buat aku yg gak pernah ke Paris, wkt
mulai baca, harapanku besar sekali utk 'jalan2'. Tapi ternyata, gak ada deskripsi yg cukup kuat utk
membangkitkan bayanganku akan autum in paris.

Misalnya, ttg sungai Seine. Bberapa kali disebut betapa indahnya sungai Seine. Ok...please show, don't just
tell..apakah sungai itu meliuk-liuk atau lurus dan gede, apa di sampingnya penuh pohon2, pohon jenis apa ,
warna daunnya mestinya udah memerah, dan kalau memang banyak pohon yg berguguran, tentunya banyak
daun yg mengapung-apung di sungai. Atau kalau ternyata gak ada, apakah sungai itu di pinggir jalan besar
sehingga permukaannya memantulkan mobil2 yg berseliweran atau justru pasangan2 yang berpacaran?

Ini ada contoh deskripsi dari narasi drama 'Call the Midwife' yg saya suka banget :

The River Thames pulsed through the heart of the East End like its blood, sustaining its people and taking
much away with it what they had thrown or lost. For some, it marks the beginning of a journey, for some, it's
a channel of return. Bringing back the missing and the lost, the forgotten and the longed for. It was often an
escape route, and sometimes the road home.

Aduuuh..karena saya suka banget, mari kita terjemahkan supaya bisa lebih diresapi:

Sungai Thames berdenyut melalui jantung East End seperti nadinya, memastikan keberlangsungan
penduduknya dan membawa dengannya apa yang mereka buang dan tak sengaja terhilang. Bagi beberapa
orang, Sungai Thames menandai awal sebuah perjalanan, dan bagi yang lainnya, Thames adalah jalan untuk
kembali. Membawa kembali yang sempat hilang dan tersasar, yang dilupakan dan yang dirindukan. Thames
sering dijadikan sebagai rute pelarian dan kadang-kadang, jalan pulang.

Jadi dari deskripsi yg puitis ini kita tahu bhw Thames itu bukan sungai yg indah berair tenang, namun
fungsional dan sibuk. But still...cara menggambarkannya itu lho..

Menurutku cerita ini bisa dilokasikan di mana saja asal namanya diganti gak usah berbau Prancis atau
Jepang, toh..Paris-nya juga gak nongol2 amat.

Poin kedua yg membuat aku ..mmmm...adalah, kurangnya deskripsi dengan 5 indra perasa. Ini sih aku baca
di buku 'Write Great Fiction' Katanya kita harus menggunakan bermacam2 indra dlm menggambarkan
sesuatu. Sentuhan, pandangan, bau..dll

Nah, di novel ini beberapa kali kejadian di restoran, sebenarnya kesempatan yg bagus utk melakukan sensory
description. Udon, kayak apa udon itu? Udon kan membal-membal, kenyal, masuk ke bistro apakah ada bau
gorengan, bau croissant yg baru jadi dan legit seperti mentega yang membuai, apakah ada suara berisik milk
frother dari mesin kopi? Bagaimana tuh dengan autumn? Dinginnya sampai sebagaimana? Mestinya bibir
kering dan pecah, anginnya juga menembus jaket. Ini sama sekali gak ada.

Very sinetron-like.
Unsur-unsur sinetron menurut saya adalah :
-terjadi pada org2 sempurna (semua karakternya cantik, ganteng, kekurangannya cuma playboy yg malah
menekankan pada keunggulan fisik)
-keluarga kaya
-intrik2, spt anak di luar nikah, saudara ketemu gede
-bunuh diri.. (ini lebay, saya tau beberapa editor gak suka sama unsur ini krn klise)
-jalan cerita fokus banget sama 1 hal, mis balas dendam, cinta tak sampai , rebut harta
-kebetulan2 adegan kuping-menguping

Menurutku, hidup manusia itu kompleks, dan kekompleksan itu yg membuat cerita bisa jadi menarik.
Misalnya cerita ayah Tara yg pemilik restoran, nah...bukankah kita tahu ekonomi eropa melamban ya,
mestinya kalau dimasukkin gejala2 toko agak sepi, dan pergumulan ayah Tara dalam bisnis, seharusnya lebih
menarik.

Seandainya di Sebastien dan Fujisawa diceritakan gak cocok dalam pendapat mereka membangun sebuah
gedung (dan tentu saja penulis harus riset biar gak ada pembaca jurusan arsitek yg protes kalau fakta2nya
ngaco), tentu novel ini jadi lebih menarik sekaligus edukatif. Hal2 edukatif spt ini yg punya unsur 'eye
opening' yg membuat pembaca ingat dan terkenang2 sih, menurut saya.

Kebetulan banget deh yg di airport nyenggol kopernya bisa ketemu lagi, ternyata temen baik temen
sekantor...well..ini memang kalo film romantic comedy juga sering begini, but in reality, seberapa besar sih
kemungkinan itu.

Adegan kuping-menguping khas drama korea hihihih..selalu ada deh, pas percakapan super penting, tiba2
ada org ketiga yg mendengar di background..halah..dalam keadaan nyata, mana bisa si Tara nguping
percakapan ayahnya dengan dokter sampai sepanjang itu dr awal-habis...makanya, cuma terjadi di sinetron
dan drama Korea
Ya begitulah..it was ok

Tara Chan says

kesan pertama yang kudapat dr judul nouvel ini yaitu " romantis "
karena paris identik dgan yg romantis_2 (menurut aku)

pertama x baca, aku lgsg suka dgan karakter tatsuya fujisawa yg dgambarkan misterius tpi romantis [ aku
yakin kbanyakan cewe juga mnyukai tipe seperti ini (; ]

aku juga suka karakter Tara yg periang , cerewet tapi dpt menenangkan Tatsuya [ di ceritanya ]

awalny chemistry Tara-Tatsuya sangat manis sekali , apalagi monsieur Fujatatsu adalah tipe yg penuh
kejutan dan mmbuatku juga ikut deg_2an seperti Tara [ maaf y , ripiu ini agak ga jelas ]

menjelang tengah_2 buku begitu kebenaran rahasia gelap itu mulai terungkap , perasaanku mulai tdak
karuan..

sebenar ny cerita ini ktebak bgt dr awal , tp entah mgapa aku tidak protes dan tetap melanjutkan membaca .
mungkin karena penggunaan bahasa ilana tan yg begitu mengalir dan indah , membuat ku bisa ikut mrasakan
emosi yang dirasakan Tara dan Tatsuya .

menjelang akhir bab , mata ku mulai panas . apa lg setelah membaca epilog ny ( yg menurutku ) keren sekali
dan sukses mmbuatku menangis T.T

satu bintang untuk Tara [ karena nama ku Tara (; ]


dua bintang untuk penjelasan suasana Paris yg cukup detail
satu bintang untuk Tatsuya yg misterius tapi romantis (;

4 bintang buad novel ini (:

sayang sad ending , kalo tdak mgkin bintang ny akan lebih banyak lg .
*maksa ;p

sari says

Setelah pengalaman pertama membaca bukuWinter in Tokyo jadi penasaran dengan seri four season lainnya.
Ternyata seri yg satu ini benar-benar mengejutkan. Ending yg tidak bisa ketebak oleh para pembaca..apalgi
baca epilognya,,y gue jadi pengen argggggghhhhh..kenapa bisa gini. Pdahal di awal cerita Ilana Tan tidak
sedikitpun memberikan kecurigaan bakal ending seperti itu. Di awal cerita benar-benar romance..disuguhi
dengan pengakuan cinta pada pandangan pertama, pertemuan yg serasa takdir, pengakuan manis on air di
radio..jalan-jalan melihat sudut kota Paris. Alur cerita mengalir baik dan setting latar yg mendiskripsikan
keindahan kota paris (namun kebanyakan adegan makan barengnya..knapa y kalo ngajak bertemu pasti
ngajak makan hehehe). Kemudian mulai terselip emosi yg banyak ketika mulai dihadirkan konflik. Dan
wow..perkembangan ceritanya mulai berubah, salut dengan pengarang yg mampu mengemas plot menjadi
lebih menarik. Tau kapan menampilkan adegan ini dan itu, sehingga pembaca yg membacanya menjadi
teraduk-aduk emosinya. Sampai mau lembar terakhir, masih berharap endingnya seperti yg diinginkan, tapi
ya memang kali ini semua kembali ke realita. Epilog yg luar biasa menyentuh dari sang pengarang membuat
kita merasa ah rasanya kurang rela endnya kyak gini.

Ratrichibi says

After reading Ilana Tan's first book, "Summer in Seoul", I've been looking forward for her next novels. I like
her simple writing style and the plots, which sometimes predictable (well, what do you expect for romance
stories?) but still have the pinch on some scenes.
When I read Summer In Seoul, the fanfiction-style was still bold and I couldn't help myself not to be excited
about it XD
But this Autumn in Paris gave me a new excitement. The story is more mature if I might say, with a heart-
throbbing characters and storyline. That's why I just couldn't get off of this book until the very last page. And
even though it's pretty much predictable, but still, love story is not always as cheesy-weasy-lovey-dovey as
people thought.
Yes, I cried when I read the last 2/3 part of the book >__<

I always love the warm feeling in my heart after reading such a good love story :)

My favorite quote from this book :


"Kalau dia bahagia, aku juga merasa bahagia. Sesederhana itu."

Buku karya Ilana Tan ini mengisahkan tentang Tara Dupont, gadis keturunan Indonesia-Perancis yang
tinggal di Paris dan Tatsuya Fujisawa, seorang arsitek dari Jepang.

Tara adalah seorang gadis yang memiliki kepribadian menarik. cerewet, ceplas ceplos, namun tulus dan
penuh antusiasme. Sedangkan Tatsuya adalah seorang pria pendiam yang membenci musim gugur. Ia juga
membenci Paris, namun ia datang ke kota itu untuk menelusuri jejak masa lalunya yang tak terduga sampai
ia bertemu dengan Tara. Gadis itu telah mengubah pandangannya tentang dunia, dan memberikan rasa
nyaman di hati Tatsuya. Pertemuan-pertemuan mereka di Paris telah menanamkan kesan di hati mereka
masing-masing, namun mereka juga harus bergulat dengan luapan masa lalu yang tak terduga.

Walaupun kisah cinta cenderung klise, namun kisah Tara dan Tatsuya tetap memberikan rasa penasaran dan
kejutan hingga ke akhir cerita. Dengan gaya bahasa yang sederhana dan alur yang mudah dicerna,
menjadikan buku Autumn in Paris ini sangat menarik untuk menjadi teman membaca kita di sore hari. Kisah
roman manusia urban masa kini dikemas apik dalam buku yang merupakan salah satu bagian dari trilogi
musim karya Ilana Tan lainnya, yaitu Summer in Seoul dan Winter in Tokyo. Penggambaran adegan dan
karakter yang kuat dari buku ini menjadikan kisah cinta Tara dan Tatsuya lebih menyentuh hati para
pembacanya.

Buku ini memberikan gambaran tentang kehidupan dan kisah cinta yang kompleks, penuh dengan harapan
dan keyakinan yang menepiskan keputusasaan. Memang, tidak semua kisah cinta harus manis, namun tidak
semua kisah cinta juga harus menjadi getir, bukan? Menjalani kehidupan mereka yang penuh dengan kejutan
dari sejarah hidup masing-masing, penulis buku ini menginspirasikan kita untuk menghadapi kenyataan
hidup dengan cinta dan harapan.
-chib-

Francisca Todi says

Astaga, kayaknya baru kali ini aku nangis bombay pas baca buku. So sweet and yet so tragic. Ilana, you’re
too cruel! ?

Juliza says

(4 bintang)
Ini kisah kebetulan yang pahit. Dan, biasanya hamba tidak mudah merasa senang dengan kisah cinta
terlarang yang semacam ini. Selalu saja hamba merasa ia ‘menyeramkan’ tetapi untuk Autumn in Paris,
mungkin kerana kecekapan penulisnya menyusun kata dan rasa watak-watak membuat hamba tidak
menganggap ia terlalu ‘seram’.

Ya, ini kisah yang sedih sekali dan hamba suka itu. Mungkin aneh tapi pada hamba jika hendak menulis
(atau contoh yang lain membuat filem/drama) yang sedih biar sampai orang menangis. Jika lucu biar sampai
ketawa. Jika ngeri biar sampai takut. Hamba anggap ia satu kepuasan apabila rasa pada tulisan mampu
membuat hati hamba merasakan yang sama.

Jika ditanya mungkin tiada yang hamba tidak suka tentang buku ini. Bahasa Indonesianya masih mampu
hamba mengerti walau ada beberapa patah kata yang hamba perlu cari tahu. Oh ya, mungkin hamba kurang
berkenan sedikit bagaimana cepatnya hubungan Tatsuya dan Tara berkembang. Buku ini sudah cukup drama
tetapi mungkin perlu lebih muka.

Selain itu, hamba suka semua watak-watak yang ada. Semuanya menyenangkan termasuk bos Tara yang
perfectionist itu :). Dan tentu, siapa saja yang tidak jatuh suka pada Tatsuya? Hamba suka kata-kata
akhirnya; “Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu.” Ah, hamba ingin menangis lagi
dengan cuma mengingat lelaki Jepun itu.

p.s Buku ini membuat hamba teringat filem Mawar Merah kegemaran mak.

Meimei Camui says

Hhhh~ sumpah! nyesek banget baca buku ini,

Dan...ehmm~ Aku nangis baca buku ini T____T

"Apakah ada yang tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak boleh dicintai..??

Kalo mau tau...baca aja buku ini T_T huwf!


Sampe sekarang kalo baca buku ini, mata aku masih berkaca-kaca,
Ada adegan yang menurut aku meaning banget!
Sebuah foto pria dan wanita, di bagian belakang foto itu bertuliskan kalimat :
"Aku dan semua hal yang kuinginkan dalam hidup." kalimat itu ditulis oleh tatsuya.

Damn...Tatsuya secara nggak langsung bilang bahwa "Semua yang dia inginkan dalam hidup, ada pada
Gadis itu."

Hhhh...aku nggak bisa berkata-kata lagi untuk ending cerita.

Ririn says

Sesungguhnya, saya tidak membayangkan pengakhiran yang sedemikian. Hingga ke saat-saat akhir, saya
masih mengharapkan 'keajaiban' akan berlaku, di mana ada satu penyebab yang dapat 'mengikat' Tara-
Tatsuya. Lagi-lagi bila mengingatkan Summer In Seoul mempunyai pengakhiran yang sangat manis.

Aku mencintainya.

Seumur hidup saya, tidak pernah lagi rasanya saya menemui kisah di mana dua perkataan tersebut memberi
kesan yang amat mendalam.

Sejujurnya, bahasa yang digunakan adalah amat sederhana. Tiada kata-kata puitis yang bisa menyentuh rasa.
Tiada kata-kata manis yang membelai jiwa. Malahan, pembacaan saya pada awalnya seperti tidak beremosi.
Cuma yang jadi penariknya, penceritaannya yang lancar dari satu babak ke babak yang lain.

Tapi, bila konflik sebenar bermula, saya mula tidak keruan. Dan bila Tara turut mengetahui rahsia itu, hati
saya juga turut berasa sakit. Saya juga turut berharap semoga ada 'kesilapan' di mana-mana.

Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia. Sesederhana itu.

Dan air mata pun tumpah, tanpa dapat ditahan lagi.

Anda mungkin juga menyukai