Anda di halaman 1dari 2

Sinopsis Novel “Pulang” Karya Tere Liye

Adam Faizul Hudiyansyah 19/444948/FI/04680

Novel pulang berkisah tentang seorang anak yang berasal dari rimba hutan Sumatera, di antara
rimbunnya Bukit Barisan, yang dipanggil si Bujang. Bujang sendiri hanyalah nama samaran yang
disematkan oleh Si Tauke Besar pemimpin Keluarga Tong. Berawal dari seorang anak yang tidak
memiliki alas kaki, kemudian si Bujang tumbuh menjadi seorang yang cerdas luar biasa dan
menyelesaikan gelar dua master sekaligus. Padahal sampai usia 15 tahun ia tak mencecap bangku
sekolah sedikit pun. Hanya Mamak, ibunya, yang menjadi gurunya sehari-hari serta mengisahkan
banyak hal, termasuk ilmu agama.

Novel ini memiliki alur itu maju mundur dengan sudut pandang orang pertama. Cerita dalam
novel ini membawa kita bolak balik menyusuri perjalanan Bujang di masa lalu hingga masa saat ini
yang dalam ceritanya sudah berumur 20 tahun. Perjalanan ceritanya dimulai dari datangnya Tauke
Muda ke kampung Bujang untuk membantu Samad (Ayah dari Bujang) berburu Babi Hutan. Dari
sanalah petualangan Bujang di mulai. Setelahnya Bujang yang tidak tahu-menahu perihal Samad yang
ternyata memiliki sejarah hitam membuat Bujang harus ikut oleh Tauke Muda. Nampaknya Samad dan
Tauke Muda sudah memiliki perjanjian dan itu gak bisa di hindari walaupun sang Mamak menolak
mentah-mentah perjanjian itu.

Selanjutnya kita dikenalkan dengan rahasia yang Bujang tidak pernah ia ketahui, bahwa Samad
dulunya adalah bagian dari suatu organisasi hitam, dengan nama Keluarga Tong. Organisasi ini adalah
salah satu penguasa shadow economy, suatu konsep ekonomi dibawah dunia hitam, ekonomi illegal.
Keluarga ini diceritakan sebagai warisan yang turun temurun dari generasi ke generasi, pimpinannya
bernama Tauke Besar. Meski nama organisasi ini adalah Keluarga Tong, tetapi sebenarnya gak ada
yang namanya Tong di keluarga ini. Setelah diperkenalkan dengan sejarah Keluarga Tong, Bujang
akhirnya dibawa oleh Tauke Muda ke kota untuk bergabung dengan organisasi ini.

Kisah selanjutnya bergulir pada sepak terjang Keluarga Tong dengan pemimpinnya si Tauke
Besar yang secara diam-diam mempunyai pengaruh pada berbagai kegiatan ekonomi di kota provinsi.
Tere Liye menjabarkan pada pembacanya perihal istilah shadow economy: kegiatan pencucian uang,
sumber-sumber dana yang dipakai dalam bisnis dan perbankan, serta orang-orang kaya yang dipakai
sebagai pion dalam menjalankan usaha bagi orang lain. Shadow economy mulanya adalah isu yang
mungkin telah kita dengar secara samar-samar. Di dunia inilah, dengan gaya ala mafia dan aksi, novel
ini mengisahkan tukang pukul nomor satu di keluarga Tong: si Bujang alias Babi Hutan.

Cerita berlanjut pada cerita masa lalu Bujang ketika mulai beradaptasi dengan Keluarga Tong
dan mengerti apa itu konsep shadow economy, cerita asal usul dan proses Bujang menjadi “penyelesai
masalah” nomer satu di Keluarga Tong. Penyelesai masalah di sini bukan hanya sebagai tukang jagal
atau tukang pukul yang menggunakan fisik, tapi juga kemampuan diplomasi dengan intelegensi yang
Bujang miliki. Kita diperkenalkan dengan beberapa karakter yang selama ini juga membantu dan
menjadi guru bagi Bujang, dari mulai bidang akademis, menembak, pertarungan tangan kosong,
bahkan teknik beladiri dari jepang lengkap dengan senjatanya.

Sampai akhirnya cerita dibawa pada konflik internal Keluarga Tong, yaitu pengkhianatan dari
Rasyid. Rasyid yang selalu mengklaim sebagai pewaris suku Bedouin membawa jalan bagi Bujang
untuk memahami akar keluarganya, soal sakit hati dan kisah cinta orang tuanya. Maka si Bujang pun
pulang, seperti yang dipesankan oleh Mamaknya, “Pergilah anakku, temukan masa depanmu. Sungguh,
besok lusa kau akan pulang. Jika tidak ke pangkuan Mamak, kau akan pulang pada hakikat sejati yang
ada di dalam dirimu. Pulang. (hlm. 24)”

Meski menjadi tukang pukul, Bujang tidak pernah makan babi atau minum minuman keras atau
bahkan menggoda perempuan. Tentu Bujang bukan tukang pukul sembarangan, tapi ia juga penyelesai
konflik tingkat tinggi. Ini memang berkaitan dengan pesan Mamaknya, tapi tentu kita tahu maksudnya.
Tanpa sedikit pun makanan dan minuman haram yang masuk ke dalam tubuhnya, Bujang akan
menemukan jalan pulang sejauh apa pun dia tersesat. Ya, akhirnya ia menyadari arti nama aslinya,
yaitu Agam yang berasal dari leluhurnya yang saleh dan pemberani. Juga darah kakeknya yang seorang
perwira tetap mengalir dalam tubuhnya.

Anda mungkin juga menyukai