Anda di halaman 1dari 4

"Kuperingatkan kepada kalian agar menanti sampai cucuku sembuh.

Lari pun tidak akan


ada gunanya bagi kalian karena perahu-perahu kalian telah kami simpan dan di
sekeliling Pulau Langkasuka tidak akan ada perahu sebuah pun. Tanpa perahu,
bagaimana kalian akan dapat meninggalkan pulau ini?" demikinan pesan Gu Ek Tong
sebelum dia meninggalkan dua orang itu sehingga Go Hong menjadi mendongkol sekali
dan hampir saja dia memaki-maki ketua itu kalau tidak ditahan oleh Cung Bun yang
memegang lengannya.

Setelah ketua itu meninggalkan mereka berdua di dalam pondok di mana mereka tinggal
untuk sementara, Cung Bun menegur Junior wanita-nya, "Junior wanita, mengapa kau
bersikap seperti itu?"

"Senior, aku tidak menyangka sama sekali akan menyaksikan engkau yang terkenal alim
kini bermain gila dengan gadis puteri ketua Pulau Langkasuka. Huhh!"

Cung Bun mengerutkan alisnya dan memandang tajam kepada Junior wanita-nya. Hatinya
bertanya, mengapa Junior wanita-nya memperhatikan soal begitu, padahal sama sekali
tidak ada sangkut paut dengan Junior wanita-nya?

"Junior wanita, engkau tahu betul bahwa Nona Gu Ling Cu melakukan hal itu demi
menolong kita. Siapakah yang main-main dengan dia?"

"Hemm, apa kau kira aku tidak tahu betapa dia suka kepadamu dan sengaja mendatangi
kamar tahananmu untuk merayumu?"

"Junior wanita! Jadi sudah selama ini kau berada di sini? Dan kau diam saja? Junior
wanita, mengapa kau menyangka yang bukan-bukan? Kalau kau sudah tahu akan
kunjungannya itu, tentu kau tahu juga bahwa dia datang untuk memberi obat penolak
binatang-binatang berbisa. Junior wanita, kita semestinya berterima kasih
kepadanya. Dia bermaksud baik, bahkan tidak segan-segan membohong kepada Kakek-nya
demi keselamatan kita."

"Ya, ya, memang dia baik sekali dan cantik sekali. Siapa yang tidak tahu?"

"Junior wanita..., harap jangan marah. Dia adalah seorang gadis yang bernasib buruk
sekali, ibunya meninggal ketika melahirkan dia, ayahnya pergi entah ke mana dan
sampai kini belum kembali..."

"Memang, dia seorang gadis bernasib buruk yang patut dikasihani, tidak seperti
aku..." dan Go Hong lalu menelungkupkan muka di atas meja dan menangis!

Cung Bun terkejut. Beberapa kali ia hendak memegang lengan Junior wanita-nya akan
tetapi ditahannya tangannya. "Aihh... Junior wanita, engkau pun bernasib buruk, dan
aku merasa kasihan sekali kepadamu. Karena aku merasa kasihan, maka aku menyusulmu.
Junior wanita, diamlah, jangan menangis. Apakah Junior wanita telah bertemu dengan
Ibumu?"

Go Hong seketika berhenti menangis, mengangkat mukanya yang basah air mata dan
memandang kepada Cung Bun. Pemuda itu merasa kasihan sekali, lalu mengeluarkan
sapu-tangannya dan mengapus air mata yang membasahi muka gadis itu.

"Senior...apa maksudmu? Apa yang terjadi dengan dia? Bukankah ibu berada di Pulau
Salju Abadi dan aku sudah mewakilinya?" mendengar tentang ibunya, seketika lupalah
Go Hong akan kemarahan dan kedukaan hatinya sendiri.

"Ibumu juga telah pergi meninggalkan Pulau Salju Abadi...," dengan singkat Cung Bun
lalu menceritakan apa yang terjadi setelah gadis itu lari pergi dari Pulau Salju
Abadi, betapa ibunya juga pergi, tidak mau disuruh tinggal di Pulau Salju Abadi
setelah puterinya membuang diri ke Pulau Langkasuka. "Junior wanita, ketika aku
tidak melihatmu di sini, tadinya aku mengharapkan karena engkau sudah bertemu
dengan ibumu. Jadi engkau belum bertemu dengan ibumu?"

Gadis itu mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala, wajahnya kelihatan muram
mendengar akan kepergian ibunya.

"Ah, kalau begitu ke manakah perginya ibumu?" Cung Bun termenung dan diam-diam dia
pun merasa prihatin sekali akan nasib wanita itu.

Tiba-tiba Go Hong berdiri dan mengepal tinju, mukanya agak pucat ketika dia
berkata, "Aku mau pergi dari sini sekarang juga! Aku harus mencari ibu sampai
ketemu, dan aku tidak akan kembali ke
Pulau Salju Abadi! Aku tidak akan sudi menggantikan ibu di Pulau Langkasuka ini
pula. Bukankah ibu sudah meninggalkan Pulau Salju Abadi sehingga percuma saja aku
mewakilinya?"

"Nanti dulu, Junior wanita. Kau tidak bisa pergi begitu saja, tentu mereka akan
menghalangimu!"

"Aku tidak takut! Yang menghalangi aku akan kubunuh!"

"Sabarlah. Perlu apa kita mencari permusuhan dengan mereka yang berjumlah banyak?
Bukan soal takut atau tidak takut, akan tetapi mereka adalah manusia-manusia yang
bernasib buruk sekali, dipaksa tinggal di tempat seperti neraka ini. Bahkan mereka
boleh dibilang senasib dengan ibumu dan denganmu sendiri. Selain itu ke manakah
kita harus mencari ibumu? Kalau kita berbaik dengan mereka, bukankah kemudian
mereka dapat membantu kita mencari? Dengan tenaga banyak orang kukira akan lebih
mudah mencari ibumu yang tidak jelas ke mana perginya itu."

Go Hong dapat dibujuk dan akhirnya dia duduk di atas bangku sambil mengerutkan
alisnya dengan wajah muram. Betapa pun juga, setelah dia sadar bahwa cemburunya
terhadap senior-nya dan A Cu tidak berdasar, kini terasalah olehnya betapa hatinya
sesungguhnya merasa lega dan senang karena dapat bertemu dan berkumpul dengan
senior-nya, apa lagi di tempat yang berbahaya ini.

Beberapa hari telah lewat dan A Cu setiap hari minum obat yang terbuat dari daun-
daun seperti yang dilukiskan oleh Cung Bun. Setiap hari kakeknya bertanya dan dia
menjawab bahwa penyakit yang dideritanya, rasa nyeri seperti yang dinyatakan Cung
Bun itu berangsur-angsur sembuh! Girang bukan main hati kakek itu, akan tetapi hati
Go Hong yang mendongkol melihat betapa A Cu seolah-olah mengulur waktu
penyembuhannya!

Pada hari ke tujuh, Gu Ek Tong dan A Cu mendatangi pondok tempat tinggal Cung Bun
dan Go Hong. Dua orang muda dari Pulau Salju Abadi ini memang sudah menunggu di
depan pondok dengan hati tidak sabar, menanti berita kesembuhan total A Cu. Maka
mereka menyambut ketua Pulau Langkasuka dan cucunya itu dengan penuh harapan karena
melihat betapa wajah kedua orang pendatang itu berseri.

Setelah tiba di depan mereka, A Cu segera berkata, "Cung Bun, Kakek merasa
berterima kasih sekali kepadamu dan menyetujui kau melanjutkan pengobatan dengan
menggunakan tenaga dalam murni!"

"Apa...?!"

Akan tetapi kata-kata Cung Bun yang bingung dan tidak mengerti itu segera diputus
oleh A Cu, "Bukankah dulu kau katakan, setelah beberapa hari minum obat penawar
racun, kau akan melenyapkan sama sekali hawa beracun itu dengan menggunakan tenaga
dalam murni menyedot ke luar hawa itu dari punggungku?"
Gu Ek Tong tertawa. "Orang muda she Sung. Kalau bukan engkau yang sudah kupercaya
penuh, tentu aku tidak mengijinkan pengobatan ini. Akan tetapi aku sudah percaya
kepadamu, maka silakan. Mudah-mudahan saja dalam waktu singkat cucuku akan sembuh
sama sekali." Setelah berkata demikian, kakek itu membungkuk ke arah Cung Bun dan
Go Hong, lalu meninggalkan cucunya.

"A Cu, apa maksudmu?" Cung Bun segera berbisik menegur.

"Huh, tentu ingin berduaan denganmu di dalam kamar, apa lagi?" Go Hong mengejek.

"Hushhh, harap kalian jangan ribut-ribut," bisik A Cu. "Mari kita masuk ke kamar
dan bicara." dia menggandeng tangan Cung Bun dan diajaknya masuk.

Melihat Go Hong cemberut, Cung Bun berkata, "Junior Hong, marilah."

"Aku tidak sudi menggangu kalian!"

"Aih Kakak Hong, mengapa begitu? Yang hendak kubicarakan adalah kepentingan kalian
berdua. Marilah," kata A Cu.

Agaknya memang dara Pulau Langkasuka ini tidak pernah mengerti apa yang diejekkan
oleh Go Hong. Agaknya cara hidup di Pulau Langkasuka membuat dia kurang mengerti
akan tata susila sehingga tak pernah merasa melanggar sesuatu biar pun dia memasuki
kamar berdua dengan seorang pemuda. Sambil bersungut-sunggut menyembunyikan rasa
malunya bahwa dia telah menduga yang bukan-bukan, Go Hong ikut masuk.

"Aku memang berpura-pura, mengulur panjang waktu penyembuhan. Semua ini karena aku
mendengar bahwa Kakek dan para pembantunya tidak ingin membebaskan kalian setelah
aku sembuh."

"Keparat! Kakek-mu memang bukan manusia baik-baik! pantas menjadi ketua di Pulau
Langkasuka! Aku akan menemuinya!"

"Hushhh, Junior Hong. Bersabarlah, dan mari kita dengar kata-kata A Cu."

Dengan muka muram Go Hong duduk lagi dan memandang wajah A Cu. Wajah yang manis
sekali, pikirnya, manis dan polos. Pantaslah kalau andai kata Cung Bun jatuh cinta
kepada gadis ini, pikirnya lagi dan hatinya merasa berdebar penuh khawatir.

"Kakek telah berjaga-jaga dan mempersiapkan anak buahnya, menjaga kalau-kalau


kalian melarikan diri. Berbahaya sekali."

"Habis bagaimana baiknya, A Cu?"

"Ada jalan," kata dara yang lincah dan cerdik itu. "Menurut pendengaranku ketika
Kakek merundingkan di kamar rahasia bersama para pembantunya yang paling dipercaya,
Kakek tidak berniat buruk kepada kalian. Setelah kau dapat menyembuhkan aku, maka
Kakek membutuhkan engkau sebagai ahli pengobatan di pulau ini. Dia hendak menahanmu
agar kau dapat mengobati setiap penghuni yang terserang penyakit. Ada pun Kakak
Hong ditahan di sini sebagai sandera, untuk menahan kekuasaan Pulau Salju Abadi."

"Keparat...!"

"Jangan marah, Kakak Hong. Kurasa kita harus menghadapi Kakek yang berwatak kasar
dengan sikap dan akal halus. Kalau aku sudah sembuh, yaitu kalau kunyatakan bahwa
aku sudah sembuh sama sekali, sedikit banyak Kakek tentu akan berterima kasih.
Kemudian Bun-koko...heh, Cung Bun mengajarkan Kakek mengenal daun obat-obatan
dengan janji akan membebaskan kalian. Kurasa Kakek akan mau menerimanya karena
sebenarnya yang dibutuhkan adalah pengetahuan tentang ilmu pengobatan itu. Dengan
demikian, kalau kalian meninggalkan pulau ini, kalian akan dianggap sebagai sahabat
dan penolong. Bagaimana?"

"Kurasa baik juga akal ini," kata Cung Bun.

"Hemm, terserahlah. Akan tetapi jangan ada akal bulus di balik semua ini!" Go Hong
mengancam.

A Cu menarik napas panjang. "Kakak Hong, harap jangan mencurigai aku. Aku sudah
menyesal sekali menjadi seorang yang terlahir di tempat ini. Aku ingin melanjutkan
cita-cita Ayah-bundaku yang kabarnya dahulu juga selalu berusaha agar penghuni
Pulau Langkasuka tidak menjadi orang liar yang tidak mengenal prikemanusiaan,"
setelah berkata demikian, A Cu pergi meninggalkan pondok itu dengan muka tunduk.

"Seorang anak yang baik...," Cung Bun memuji sambil memandang tubuh dara itu yang
melangkah pergi meninggalkan pondok.

"Maksudmu, seorang dara yang cantik dan berbudi!"

Tanpa menoleh Cung Bun mengangguk. "Memang, dia cantik dan berbudi."

�Huh! Sudah kusangka demikian!"

Cung Bun menoleh kaget dan memandang wajah Junior wanita-nya. "Junior Hong, apa
maksudmu?"

Go Hong membuang muka. "Hemm, tidak apa-apa. Begitulah!" lalu dia lari memasuki
kamarnya, membanting daun pintu keras-keras.

Cung Bun menggeleng kepalanya. Makin tidak mengerti dia akan sikap wanita pada
umumnya, dan saat itu sikap Go Hong khususnya. Juga sikap A Cu yang amat aneh,
kalau mengingat bahwa dia adalah cucu ketua Pulau Langkasuka yang berwatak aneh dan
kejam.

Semua terjadi seperti direncanakan oleh A Cu. Setelah dara itu mengaku sembuh sama
sekali dan Cung Bun bersama Go Hong menghadap ketua untuk minta pembebasan, Gu Ek
Tong malah menggelengkan kepalanya.

Anda mungkin juga menyukai