Anda di halaman 1dari 2

Dengan kemarahan luar biasa dia berteriak,

"Kunyuk hina. Sungguh kau tak memandang muka pada Golok Terbang Cambuk Geni. Tak
ada hukuman yang paling setimpal buat manusia ceroboh sepertimu selain kematiant"
Bersamaan dengan terlakannya itu Golok Terbang memberi isyarat pada anak buahnya
untuk menyerang.
Melihat empat anak buah Golok Terbang melakukan penyerangan secara serentak. Pemuda
ini pura-pura terkesiap unjukkan wajah keget. Serangan ganas menderu menghantam
sepuluh bagian tubuh mematikan pada diri Gendeng. Gendeng berteriak seakan
ketakutan lalu menghindar dengan gerakan kalang kabut. Anehnya walau gerakan
menghindari serangan lawan terlihat tak karuan, namun tak satupun dari serangan
ganas dan sangat cepat yang dilakukan empat lawan mengenal asarannya. Bahkan untuk
menyentuh pemuda itu kelihatannya sangat sulit sekali.
Empat anak buah Golok Terbang Cambuk Geni yang menyerang pemuda sangat penasaran
dan tambah beringas.
Tak ayal lagi kini mereka menyerang dengan pukulan mengandung tenaga dalam sangat
tinggi dan berbahaya.
Serangan Itu semakin berbahaya karena ke empat lawan tidak cuma melepaskan
tendangan dan pukulan tapi juga mulai menggunakan senjata ditangan masing-masing.
Tusukan pedang dan golok menderu, membabat, membacok bahkan melesat membabat leher
si Gendeng.
Hebatnya walau diserang dengan menggunakan kekuatan penuh Gendeng justru dapat
menangkis setiap serangan yang datang. Dan ketika empat senjata menderu sebat siap
menjadikan tubuhnya putus menjadi kutungan-kutungan mengerikan, pemuda ini segera
menggunakan ilmu mengentengi tubuh serta kelincahan gerak yang luar biasa cepatnya.
Wuss Trang ! Traang!
Empat senjata saling beradu dan menimbulkan pijaran api yang membuat empat lawannya
keluarkan seruan kaget.
Gendeng mendadak raib. Seiring dengan itu terdengar suara siulan disertai
berkelebatnya bayangan putih dan berkesiuran.
Tak lama kemudian dua diantara penyerang merasakan punggung di tepuk dan kening
dijitak. Sementara dua lainnya sekonyong-konyong merasakan hawa dingin menyerang
tubuh mereka. Suara siulan lenyap berganti dengan gelak tawa. Gendeng kini telah
berdiri tak jauh di depan mereka sambil menunjuk ke arah mereka disertai tawa
mengekeh.
"Ha ha ha. Orang-orang tak bermalu. Harusnya kalian membunuhku, tapi sekarang
mengapa dua diantara kalian bertelanjang diri tak bermalu? Dan dua lainnya
tertawalah dan lainnya terus menggaruklah sampai gila." kata Gendeng disertal tawa
terpingkal-pingkal.
Golok Terbang Cambuk Geni terkejut bukan main.
Bahkan matanya mendelik besar seolah hendak melompat dari dalam rongganya ketika
mengetahui empat anak buahnya di buat tidak berdaya dengan cara yang sangat
memalukan. Satu diantara pengikutnya yang diketuk bagian keningnya kini tertawa-
tawa tak karuan kejuntrungannya. Sedangkan yang diusap bagian punggungnya kini
terlihat terus menggaruk sekujur tubuh seolah telah diserang penyakit gatal-gatal
yang luar biasa. Sementara dua pengikut lainnya terlihat sekujur tubuhnya sudah
tidak lagi terlindung pakaian. Pakaian tebal hitam yang melekat di tubuh hancur
tercabik-cabik berserakan di atas tanah berlapiskan es seolah semua pakaian mereka
disiangi oleh binatang buas. Kedua orang ini beruntung masih menggunakan celana
kolor gombrang hingga tak sampai menderita malu besar.
Lenyapnya pakaian yang melindungi tubuh sudah tidak karuan rupa membuat kedua orang
menggigil kedinginan.
Tapi mereka juga menjadi sangat marah. Celakanya ketika mereka hendak bergerak
menyerang kembali, keduanya bukan cuma tak mampu menggerakkan tubuhnya tapi juga
seakan baru sadar bahwa senjata mereka telah berpindah tangan dan bertengger diatas
kepala lawan. Mereka tahu bahwa dengan senjata milik mereka pemuda Gondrong itu
menyiangi pakaian mereka.
Melihat keadaan yang menimpa pengikutnya si Tinggi besar agaknya mulai sadar bahwa
pemuda berpenampilan aneh bertingkah seperti orang gendeng itu ternyata bukan
manusia sembarangan.
Empat anak buahnya bukan orang berilmu rendah. DI tanah Dipa mereka bahkan dijuluki
Empat Macan Haus Darah, Karena ilmu kesaktian mereka yang tinggi, maka ketika Golok
Terbang Cambuk Geni mengarungi laut selatan menuju pulau Es guna mencari senjata
pusaka peninggalan penguasa Istana Es, ia membawa serta mereka.
Tak disangka hari ini Empat Macan Haus Darah mendapat malu besar. Dan yang
mempermalukan mereka adalah pemuda belia berprilaku kurang waras. Sadar berhadapan
dengan lawan berkepandaian luar biasa tinggi, Golok Terbang lalu berkata,
"Pemuda aneh berambut gondrong. Ternyata kau bukan pemuda sembarangan. Tak heran
kau berani bertingkah dihadapanku. Kau telah menotok syaraf tawa Macan Bungsu
hingga membuatnya terus tertawa. Kau juga menotok syaraf penyakit Macan Sulung itu
yang membuatnya terus menggaruk seperti orang kudisan. Kemudian kau bahkan hampir
membuat Macan Tengah dan Macan ketiga telanjang. Mereka bukan orang berkepandaian
rendah. Ternyata bahwa kau memiliki ilmu kesaktian luar biasa. Katakan padaku siapa
dirimu ini?" kata Golok Terbang Cambuk Geni penasaran.
Gendeng tertawa ha ha hi hi. Setelah itu ajung jempol dipergunakan untuk menekan
cuping hidung sebelah kanan lalu dia menghembuskan nafas hingga mirip orang yang
membuang ingus.
Setelah menggosokkan tangannya yang kanan dengan yang kiri, pemuda ini, membuka
mulut, "Ah orang gagah berkumis tebal mirip saringan kopi. Aku ini bukan siapa-
siapa. Orang malah memberiku julukan Gendeng padahal namaku Raja, entah raja apa.
Mungkin RAJA GENDENG." ujar si pemuda. Dia lalu menyambung ucapannya.
" Bagiku apalah artinya sebuah nama. Sedangkan mengenai Empat Macan kaki tanganmu
itu kukira memang suka bersenda gurau mungkin ketika kecil mereka tak bahagia.
Namun terus terang aku ingin bertanya kepadamu apakah benar kau bukan orang pulau
Es ini?"
Golok Terbang diam-diam terkejut tak menyangka pemuda itu menaruh curiga kepadanya.
Dia berpikir sejenak, Lalu berkata.
"Anak muda, bagaimana kau bisa tahu aku bukan penduduk pulau ini?"
Gendeng tersenyum lalu menggoyangkan kepalanya hingga rambut panjang yang menutupi
wajah tersibak. Sekarang Golok Terbang dapat melihat dengan jelas bahwa wajah
pemuda itu ternyata sangat tampan.
"Kisanak. Aku sudah menduga kau bukan orang sini kau mungkin datang dari tanah Dipa
diseberang laut selatan. Aku tidak perduli kau datang dari mana. Yang jelas orang
sepertimu mudah dikenali."
"Apa maksudmu? tanya Golok Terbang terlihat tidak sabar. Gendeng lagi-lagi
mengumbar senyum, selanjutnya ia berujar,
"Manusia sepertimu tak mungkin mengarungi lautan menantang ombak jika tidak ada
maksud tersembunyi dibalik perjalananmu. Nah, aku ingin bertanya apakah
kedatanganmu ke Pulau Es sekedar hendak berpelesiran ataukah ingin mencari sebuah
senjata pusaka milik Istana Es yang raib dicuri orang?"
Jika tadi Golok Terbang mampu menguasai diri dan dapat menyembunyikan rasa
kejutnya. Kini dia menjadi kaget. Dengan mata mendelik penuh curiga Golok Terbang
berkata,
"Wahai! Kau masih begini muda. Bagaimana kau bisa menebak pikiran orang. Terus
terang aku datang dari jauh ke pulau Es ini memang ingin mencari Pedang Gila.
Sebuah senjata maha sakti yang layak menjadi milikku." ujarnya dengan mata
menerawang dan wajah berseri.
"Anak muda walau tingkah lakumu seperti orang Gendeng alias gila, aku yakin otakmu
waras. Sekarang katakan padaku apa yang kau ketahui tentang Pedang Gila?"

Anda mungkin juga menyukai