DARAH PENYAMBUNG
NYAWA
Karya Darma Patria
Cetakan pertama
Penerbit Cintamedia. Jakarta
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau
memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
***
Darma Patria
Pendekar Mata Keranjang 108
dalam episode :
Darah Penyambung Nyawa
128 hal.
***
SATU
SEORANG pemuda berpakaian
hijau ketat, mengayunkan kaki
seenaknya seraya
mengebut-ngebutkan kipas lipat
berwarna ungu ke sekujur
tubuhnya. Pemuda yang
memiliki wajah tampan penuh
seri dan sepasang mata yang
bersinar-sinar itu, memang
tampak kegerahan dan
kepanasan .
Saat itu memang tengah hari.
Sang Surya bertengger di
angkasa,_memancarkan
sinarnya yang garang ke bumi,
seakan-akan hendak membakar
apa yang ada di bawahnya. ~
Sambil terus
mengebut-ngebutkan. kipasnya
'yang bergambarkan laut dan
angka 108, si pemuda
mengeluarkan segulungan kecil
daun lontar dari balik
pakaiannya.
Pemuda ini memang bukan lain
adalah Aji Saputra alias
Pendekar Mata Keranjang 108.
Dan sekarang, si pemuda
membuka gulungan daun lontar
itu dengan sebelah tangan. .
Seketika itu tampak oleh Aji
deretan-huruf huruf yang tak
rapi pada permukaan daun
lontar. Huruf-huruf yang
terangkai menjadi nama! Sesaat.
bibir Aji menggerimit pelan
ketika membaca rangkaian
rangkaian huruf itu dengan
tanpa mengeluarkan suara.
Dahinya pun mengernyit, seaka
akan tengah mengingat-ingat. Di
lain kejap, gulungan daun lontar
itu dimasukkan kembali ke balik
pakaiannya. .
Baru saja tangan Itu
dikeluarkan kembali, sepasang
alis Aji berkerut dalam hingga
hampir menyatu. Karena,
sayup-sayup dia menangkap
bunyi beradunya
senjata tajam dan
hentakan-hentakan keras.
Bunyibunyi khas pertarungan.
. "Benar-benar tak tahu waktu
orang-orang yang tengah
bertempur itu," rutuk si pemuda
seraya menggeleng-gelengkan
kepala. "Apakah mereka tak
tahu kalau saat ini keadaan
benar-benar tak menyenangkan
untuk bertarung"! Ataukah
mereka sedemikian sibuknya,
sehingga hanya saat ini mereka
mempunyai kesempatan untuk
bertarung"!"
Aji membutuhkan waktu
beberapa saat untuk bisa
memperkirakan asal bunyi itu.
Ternyata dari rimba di sebelah
kirinya. Pendekar Mata
Keranjang sendiri, berada di
sebuah jalan berbatu-batu yang
cukup lebar.
Karena dorongan rasa ingin
tahu yang besar, dan juga
adanya kemungkinan orang
membutuhkan pertolongan,. Aji
melesat menuju rimba itu. Dan,
saat si pemuda bergerak,
bunyi-bunyi yang terdengar
semakin keras.
Ketika Pendekar Mata
Keranjang telah tiba di mulut
rimba, bunyi dentang senjata
beradu dan bentakan-hentakan
terdengar semakin keras. Si
pemuda terus melesat ke dalam.
Sesaat kemudian, Aji telah
berada di'sebuah tanah lapang
yang cukup luas.
Aji merasakan bulu-bulu
tengkuknya berdiri ketika
melihat pemandangan yang
terpampang di hamparan tanah
lapang Itu. Beberapa sosok
tergolek di tanah dalam keadaan
tubuh tidak utuh. Sebagian besar
buntung kepalanya. Hanya
sebagian kecil yang terpisah
tangan dan kakinya. Namun,
semuanya mempunyai
kesamaan, tergolek bermandikan
darah. Rumput rumput hijau
terlihat kemerahan karena
tersiram darah.
Angin yang berhembus ke arah
Pendekar Mata
Keranjang, dan agak keras,
membawa bau yang menyengat
hidung dan memualkan perut.
Amis dan anyir. Bau darah ! ~
"iblis dari mana yang mampu
melakukan kekejian seperti
ini"!" kecam Aji seraya
mengayunkan kaki mendekati
sosok-sosok yang bergeletakan
di tanah. '.'
Aji terperanjat ketika melihat
ada satu sosok yang anggota
tubuhnya utuh. Memang, seperti
juga yang lainnya, sosok yang
mengenakan jubah putih itu,
berlumuran dan bergelimangan
darah. Sosok ini tergolek di
antara yang lainnya, sehingga
semula agak tersembunyi dari
pandangan Pendekar Mata
Keranjang.
Pemuda berpakaian dalam
kuning ini bergegas mendekati
sasak berjubah putih. Si pemuda
duduk bersimpuh dan
memeriksanya. Tampak oleh Aji,
sebagian besar jubah putih itu
telah berwarna merah karena
bernoda darah.
Tanpa menunggu lebih lama, Aji
mengulurkan tangannya untuk
memeriksa detak jantung sosok
berjubah putih itu. Tapi,
sebelum jari jari tangan si
pemuda menyentuh dada,
mendadak sang sosok
mengebutkan tangannya ke
wajah Pendekar 108.
Brrr...! "
Serbuk-serbuk berwarna merah
yang menyebarkan bau harum,
menyerbu wajah Aji. Sang
pendekar terperanjat, dan
segera sadar kalau dirinya
tertipu. Dia melompat ke
belakang untuk mengelak seraya
memejamkan mata agar tak
kemasukan serbuk-serbuk itu. DI
saat
yang sama, Aji mengibaskan
tangan kanannya, mengirimkan
pukulan jarak jauh pada
penyerangnya.
Blarr...!'
Angin keras yang menyeruak
dari tangan Aji hanya mengenai
pemukaan tanah, karena sosok
berjubah putih itu telah lebih
dulu menggulingkan tubuh dan
melenting menjauh. Seketika itu
pula tanah terbongkar,
menimbulkan
gumpalan-gumpalan tanah yang
berpentalan ke_udara.
Debu-debu yang timbul,
menyebabkan tempat itu jadi
remang-remang.
Dilain pihak, Aji memang
berhasil membuat serbuk-serbuk
merah tak mengenai matanya.
Tapi, murid Wong Agung ini
lupa untuk menahan napas. Bau
harum itu tercium olehnya.
Seketika itu pula, si pemuda
merasa pusing. .
Aji menyadari gelagat tidak
baik: Dia buru-buru menahan
napas untuk mencegah bau
harum itu terhisap lebih banyak.
Pemuda berambut dikuncir
ini'berhasil. Tapi, serbuk merah
itu ternyata amat luar biasa.
Kendati hanya terhisap sedikit,
namun mampu menimbulkan
pengaruh yang luar biasa. '
Pusing yang melanda Pendekar
Mata Keranjang segera
menghebat. Sekujur tubuhnya
pun lemas. Malah, semua yang
dilihat Aji berputaran, karena
pandangannya
berkunang-kunang.
Aji berusaha keras untuk
bertahan. Dia mengerahkan
hawa muninya untuk mendesak
keluar racun yang masuk. Tapi,
racun yang terkandung dalam
serbuk merah telah meraSuki
sekujur urat dan otot. dan
menyebabkan lemas. Aliran
hawa murni jadi kacau, mati
kutu. usaha Pendekar Mata
Keranjang kandas. Dia
terhuyung-huyung sebelum
akhirnya ambruk ke tanah.
Sosok berjubah putih yang telah
tegak di tanah,
maju menghampiri Aji. Sambil
melangkah, dengan sebelah
tangan dia melucuti jubahnya
yang berlumuran
darah, serta mengusap-usap
wajahnya yang berdebu dan
dipenuhi bercak-bercak darah.
Di depan sang sosok, Aji rebah
tak berdaya. Seluruh anggota
tubuhnya tak bisa digerakkan.
Lemas. Lunglai. Bagaikan orang
yang tak berotot, berurat, dan
bertulang. Tapi pemuda ini
masih sadar. Matanya masih
bisa dibuka, sehingga bisa
melihat semua tindakan dan
gerak-gerik sang sosok.
Sosok itu ternyata seorang
wanita setengah baya. pesolek,
dan berpakaian hitam. Mulutnya
yang masih berbentuk indah.
tersenyum penuh daya pikat.
Sepasang matanya
menyambar-nyambar dengan
sorot genit. Aji sampai
terperanjat melihatnya. Karena,
dia telah melihat wanita ini
sebelumnya, dan cukup
mengenalnya.
"Dewi Barhati Besl...,' keluh
pemuda berambut dikuncir ini
dalam hati. "Sungguh sial!
Rupanya aku telah tertipu...!" '
Wanita berpakaian hitam yang
memang adalah Dewi Berhati
Besi, mengukir senyum penuh
daya pikat. Dengan sikap genit
dan suara dibuat-buat, dia
bicara.
'!Selamat berjumpa lagi, Bocah
Bagus. Dan, pada perjumpaan
kali mi kau tak akan lolos dari
tanganku...l" (Untuk jelasnya
mengenai tokoh yang berjuluk
Dewi Berhati Besi Ini dan
masalahnya dengan Aji, silakan
baca episode sebelumnya yang
berjudul : 'Mustika Naga
Hitam"). '
Usai berkata demikian, Dewi
Berhati Besi mengeluarkan
sebuah guci sebesar ibu jari kaki
dari selipan
pinggangnya. Kemudian, wanita
Ini mengeluarkan: sebutir pil
merah dari dalam guci itu'.
Lalu,_dia berjongkok dan
menjejalkan pil itu ke dalam
mulut Aji. .
Kalau saja mampu, Aji tak akan
sudi menelan pil itu. Tapi, apa
dayanya" Tanpa kesulitan sama
sekali, sang dewi memasukkan
pil itu ke dalam mulut sang
pendekar.
"Bocah bagus. Pil yang kau
telan itu kuberi nama pil surga
dunia. Dengan menelannya, kau
akan mendapatkan kenikmatan
dan kesenangan hidup, kendati
hanya semalam. Setelah itu,
sedikit demi sedikit kau akan
mati dalam keadaan menderita.
Hik hik hik...!" kata Dewi
Berhati Besi yang berwatak
cabul seraya terkikih penuh
kegembiraan. '
Masih dengan tawa yang belum
habis, Dewi Berhati Besi
melontarkan sebatang anak
panah ke udara. Di angkasa,
anak panah itu memancarkan
sinar merah yang memancar ke
segenap arah. Lalu, wanita ini
mengangkat tubuh sang
pendekar dan membawanya
melesat meninggalkan tempat
itu.
Sekitar puluhan tembak di luar
hutan, beberapa orang anak
buah Dewi Berhati Besi, melesat
menjauhi rimba setelah melihat
munculnya isyarat yang mereka
tunggu, yaitu panah berapi
berwarna merah.
Tanda itu merupakan isyarat
kalau rencana yang disusun
Dewi Berhati Besi untuk
menjebak Aji telah berhasil
dengan baik. Rencana yang
telah disusun secara rapi oleh
sang dewi dan anakanak
buahnya, yaitu murid-muridnya,
anggota Perkumpulan Anak
Langit, setelah memperhatikan
gerak-gerik Aji dan menguntit
perjalanannya.
Pendekar Mata Keranjang
memang tak tahu
kalau selama beberapa hari, dia
dikuntit terus oleh Dewi Berhati
Besi dan anak buahnya. Oleh
karena itu,_sang Dewi Berhati
Besi bisa memperkirakan arah
yang ditempuh sang pendekar.
Wanita berpakaian hitam ini pun
bergerak mendahului Aji tanpa
diketahui oleh si pemuda.
Sedangkan beberapa orang anak
buahnya tetap berada di
belakang Aji, di dalam jarak
yang sama..
Dewi Berhati Besi menunggu
didalam rimba bersama
beberapa orang tokoh persilatan
aliran putih yang terlebih dulu
ditahannya. Ketika Pendekar
Mata Keranjang telah berada di
dekat rimba, murid-murid
Perkumpulan Anak Langit,
melepaskan anak panah yang
mangeluarkan sinar biru. Ini
menjadi isyarat pada Dewi
Berhati Besi kalau Aji telah
berada di dekat rimba.
Dewi Berhati Besi pun
melaksanakan siasat yang telah
diaturnya. Dia menimbulkan
bunyi pertarungan dengan
membentur-benturkan senjata
dan mengeluarkan
bentakan-bentakan keras.
Bentakan yang keluar dari
mulutnya sendiri, tapi dengan
kepandaiannya tercipta aneka
suara dan seakan-akan keluar
dari mulut beberapa orang.
Kemudian, para tawanannya
dibunuh secara kejam, untuk
menimbulkan amarah Aji. Dewi
Berhati Besi sendiri, segera
memoles dirinya sedemikian
rupa agar tak dikenal Pendekar
108. Mengenakan jubah putih,
dan melumuri sebagian tubuh
serta wajahnya dengan darah
campur debu.
Setelah itu, Dewi Berhati Besi
merebahkan tubuhnya
tertelentang, bersikap 'seperti
orang yang tengah sekarat atau
terluka parah. Padahal, di
tangan kanannya, tergenggam
serbuk-serbuk beracun yang
mampu membuat tokoh
bertenaga dalam kuat sekalipun,
akan
***
DUA
BERBEDA dengan Dewi Berhati
Besi, Aji sama sekali tak
mempedulikan seruan itu.
"Gurunya cabul. Muridnya pun
tak beda. Memang benar kata
pepatah yang menyebutkan
kalau buah apel itu jatuh tak
jauh dari pohonnya. Kelakuan
dan kegemaranmu persis
gurumu, Wanita Liar...i"
Kembali terdengar satu seruan
dari pemilik suara yang belum
ketahuan wujudnya itu
Dewi Berhati Besi mengedarkan
pandangan ke sana kemari,
karena tak dapat menentukan
asal seruan itu. Suara itu seperti
menyeruak dari segala arah. Hal
ini menunjukan pada sang .dewi
kalau pengintai itu memiliki
kepandaian menakjubkan.
Karena, hanya orang bertenaga
dalam amat kuat, dan berilmu
luar biasa tinggi, yang mampu
membuat ucapannya tak
diketahul asalnya. '
Hal lain yang mengejutkan
Ketua Perkumpulan Anak Langit
ini adalah ucapan Si pemilik
suara tanpa wujud. Itu mengenai
gurunya. Dari pernyataannya,
Dewi Berhati Besi tahu kalau
sang pengintai itu mengenal
gurunya dengan baik. Itu berarti
sosok yang belum kelihatan
wuiudnya itu seangkatan dengan
gurunya.
Kali Ini Dewi Berhati Besi
benar-benar telah kehilangan
gairahnya. Dia mendorong Aji
hingga si pemuda terjengkang.
Kemudian. wanita ini bergegas
bangkit dan membereskan
rambut serta pakaiannya.
' Namun, sebelum wanita
pesolek ini sempat berbuat
sesuatu, Aji yang telah dirasuki
birahi, bergegas bangkit dan
menubruknya. :
Sang Dewi Berhati Besi jadi
jengkel pada Aji. Tapi, wanita
pesolekjni tak berani bertindak
gegabah. Dia tahu kalau si
pemuda berkepandaian tinggi.
Oleh karena itu, Dewi Berhati
Besi tidak mengelak ketika Aji
menubruknya, hingga
membuatnya jatuh telentang
dengan tubuh si pemuda berada
di atasnya. Saat itulah, jari
tangan Dewi Berhati Besi
meluncur ke arah bahu kanan
Aji.
Tukkk...! ' _
Seketika itu pula, Aji langsung
terkulai lemas. Tak ubahnya
sehelai kain basah. Pemuda
berambut dikuncir ini pun tak
berdaya ketika sang dewi
mendorongnya hingga
tergelimpang di lantai.
Dewi Berhati Besi tak
mempedulikan Aji lagi. Dia
bergegas bangkit seraya
mengedarkan pandangan ke
sana kemari, mencari-cari sang
pemilik suara. Tapi. lagi-lagi
hasilnya nihil.
"Pengintai Hina...! Kalau kau
memang bukan seorang
pengecut, tunjukkan dirimu...!"
tantang wanita berpakaian
hitam ini, lantang kendati
dengan sedikit cemas. Sebab, dia
telah bisa memperkirakan kalau
sang pemilik suara,
berkepandaian tinggi.
"Ha ha ha"!" ' .
Sosok tanpa wujud itu hanya
memperdengarkan tawanya
yang keras menggelegar sebagai
sambutannya. Akibatnya,
dinding-dingin kuil yang telah
lapuk. rontok.
Untuk kesekian kalinya. Dewi
Berhati Besi terperanjat.
Kejadian pada dinding kuil,
telah menjadi bukti ketinggian
tenaga dalam sosok tanpa wujud
itu. Tapi, satupun dewi tak
menjadi gentar karenanya.
"Keparat busuk...! Jangan kau
kira dapat menggertakku dengan
permainan anak-anak seperti
itu...! Kalau kau memang bukan
pengecut, keluar...!" seru Dewi
Berhati Besi, lantang. .
"Baiklah kalau itu yang kau
inginkan...! ingat, kau yang
memintaku keluar...!" '
Belum lenyap gema ucapan itu,
dari atas atap kuil
_ yang tidak tertutup, melayang
turun sesosok bayangan. Di lain
kejap, sosok itu telah
menjejakkan kakinya di depan
Dewi Berhati Besi.
Sang Ketua Perkumpulan Anak
Langit itu sampai terjingkat ke
belakang saking kagetnya; Dia
tak mendengar bunyi gerakan
atau kesiuran angin. Tapi,
tahu-tahu sosok itu telah tegak
di hadapannya. Sang Dewi
Berhati Besi pun mengarah
pandangannya pada sang sosok.
Sosok yang berdiri berjarak dua
tombak dari Dewi Berhati Besi
adalah seorang kakek berkepala
botak. Kumis, jenggot, dan
cambangnya telah berwarna
dua. Tubuhnya tinggi besar dan
terbungkus oleh pakaian lusuh
yang sudah tidak dapat dikenali
lagi warna aslinya.
"Tua bangka keparat...! Siapa
kau..."! Mengapa mencampuri
urusanku...!" tanya Dewi Berhati
Besi dengan nada tinggi. .
"Orang sepertimu tak pantas
mengenalku, Wanita Liar! Dan,
perlu kutegaskan sekali lagi"
aku sebenarnya tak ingin
mencampuri urusanmu kalau
saja bukan pemuda ini yang kau
jadikan korban...." .
'Apa hubunganmu dengan
pemuda ini, Keparat"!" tanya
Dewi Berhati Besi lagi,
terdorong oleh rasa Ingin tahu
mengapa si kakek botak
mengistimewakan Pendekar
Mata Keranjang.
"itu pun tak perlu kau tahu,
Wanita Cabul!" tandas ..
kakek berpakaian lusuh. 'Yang
jelas, kalau kau bermaksud
meneruskan maksudmu, akan
berhadapan denganku!" Kalau
kau mengurungkan tindakan tak
terpujimu, aku bersedia
membiarkanmu pergi!"
Dewi Berhati Besi tak segera
memberikan tanggapan. Dia
tercenung dengan benak
digayuti berbagai macam
pertanyaan. _
'Aneh...! Mengapa setiap
usahaku untuk menguasai bocah
ini senantiasa mendapatkan
halangan" Benar-benar sial...!
Haruskah kuturuti ucapannya
dan pergi dari sini"!" Tapi. . itu
urusannya terlalu pengecut.
Susah-payah kudapatkan bocah
ini mana mungkin harus
kulepaskan begitu saja"! Toh,
tingkat kemampuan kakek
keparat ini belum kuketahui.
Bukan tidak mungkin dia hanya
menggertakku saja."
Keputusan terakhir yang
diambil, membuat sang Dewi
Berhati Besi timbul kembali
semangatnya. Dia menatap
kakek botak dengan sorot mata
penuh tantangan.
"Kakek usilan! Jangan kau kira
akan demikian mudah untuk
menggertakku. Kalau kau
memang punya kemampuan,
silakan mengusirku dari tempat
ini" tandas Ketua Perkumpulan
Anak Langit itu dengan suara
keras.
"Begitukah"!" timpal kakek
berpakaian lusuh,"seenaknya.
'Kalau itu yang kau inginkan,
akan kupenuhi! Tapi ingat, kau
yang menantangku, Katakan itu
nanti pada gurumu, agar dia
tidak menganggapku bertindak
keterlaluan...!"
Baru saja kakek botak
mengatupkan mulutnya, Dewi
Berhati Besi melancarkan
serangan. Wanita pesolek yang
licik itu mengibaskan tangannya,
menaburkan bubuk-bubuk merah
yang telah berhasil
memperdayai aji.
Seketika itu pula, bau harum
melingkupi sekitar tempat itu.
Menyeruak, mengiringi
menyerbunya debu debu
kemerahan. Tapi, kakek
berpakaian lusuh hanya
terkekeh. Lalu, dia mengebutkan
tangannya. Seketika itu pula,
angin keras berhembus.
Melabrak debu-debu dan
membawanya pada Dewi
Berhati Besi.
Sang dewi tak berani bertindak
sembarangan. Dia melompat ke
samping untuk mengelakkan
serbuan angin keras yang
menggebrak ke arahnya. Tapi, si
kakek tak tinggal diam. Dia
mengirimkan serangan
bertubi-tubi dengan
kibasan-kibasan tangannya,
yang mengakibatkan
menyeruaknya angin-angin
keras.
Dewi Berhati Besi blingsatan ke
sana kemari untuk mengelak.
Dia berhasil. Akibatnya,
dinding-dinding kuil yang
menjadi sasaran, berlobang dan
berguguran ketika terhantam.
Untuk beberapa gebrakan, Dewi
Berhati Besi memang berhasil
menyelamatkan diri dari
serbuan angin angin keras. Tapi,
baru delapan jurus. wanita ini
telah dibuat kerepotan. Ketua
Perkumpulan Anak Langit ini
tak punya kesempatan untuk
melancarkan serangan balasan,
karena gencarnya
serbuan-serbuan kakek berbaju
lusuh.
Di jurus kedua belas. Dewi
Berhati Besi tak mampu
mengelak lagi karena telah
terpojok di sudut kuil. Wanita
pesolek ini terpaksa. menangkis,
dengan mendorongkan
tangannya yang menimbulkan
serbuan angin keras. _
' Pyarrr, plaass..!"
Benturan pukulan-pukulan jarak
iauh itu membuat Dewi Berhati
Besi terjengkang. Punggungnya
menabrak dinding kuil.
Tangannya-terasa sakit-sakit
dan dadanya sesak.
Dewi Gerhati Besi sadar, kalau
kakek berkepala botak
melancarkan serangan lagi,
nyawa akan melayang. Karena,
keadaannya saat Ini tak
memungkinkannya untuk
mengelak, apalagi untuk
menangkis serangan.
Namun, kekhawatiran Dewi
Berhati Besi segera mencair
ketika mengetahui kakek bolak
tak melanjutkan serangan. Si
kakek berdiri tegak dengan
pandangan mata menghujam ke
arahnya.
"Siapa sebenarnya kakek
keparat ini"!' Dewi Berhati Besi
meracau dalam hati.
"Kepandaiamya luar biasa
sekali. Aku yakin, tingkatnya tak
berada di sebetah bawah Guru.
Padahal, menurut Guru, tokoh
yang memiliki kemampuan
setaraf dengannya hanya bisa
dihitung dengan jari...."
Ketua Perkumpulan Anak Langit
ini sampai mengernyitkan
dahinya karena bersikeras untuk
mengingat-ingat. Kejap
kemudian, parasnya berubah
ketika teringat akan satu nama. '
"Dewa Botak... apakah tokoh ini
yang mempunyai julukan itu"!
Kalau menilai dari
kepandaiannya, dan juga
ciri-cirinya... rasanya tak salah
lagi. Apa yang dikatakan Guru
semuanya benar, berpakaian
lusuh serta berkepala gundul....'
.
'Wanita liar. Dengar baik-baik,"
kakek botak bicara.dengan nada
sungguh-sungguh. "Aku
memberimu kesempatan sekali
lagi, untuk segera meninggalkan
tempat itu. Jika, kau masih tetap
bersikeras untuk meneruskan
maksudmu, tindakanku
selanjutnya belum tentu lunak."
Dewi Berhati Besi hanya bisa
memaki-maki si kakek dalam
hati. Kalau menuruti perasaan,
dia tak ingin meninggalkan
tempat itu. Tapi, apa'dayanya"!
Si kakek terlalu tangguh
untuknya, bersikeras menentang,
hanya akan merugikan diri
sendiri.
"Kali ini aku mengaku kalah,
Dewa Botak._ Sekarang, aku
terpaksa mengikuti keinginanmu.
Tapi. camkanlah. Akan datang
waktunya bagiku untuk
membahas dendam terhadap
perlakuan tak sopanmu ini !'
Kakek berkepala gundul hanya
tertawa terkakeh.
"Rupanya kau telah tahu siapa
adanya aku, Perempuan jalang!'
katanya, setelah puas
mengumbar tawa.
Dewi Berhati Besi tak
memberikan tanggapan apa pun.
Wanita pesolek ini hanya
menghujamkan tatapan penuh
rasa dendam pada si kakek.
Tapi, yang ditatap, tak
mempedulikannya sama sekali.
Kakek yang ternyata berjuluk
Dewa Botak ini tetap tak acuh
ketika Dewi Berhati Besi
membalikkan tubuh dan melesat
meninggalkan tempat itu.
Dewa Botak menghampiri Aji
yang masih tergolek ditanah,
setelah terlebih dulu
memperhatikannya beberapa
saat lamanya. Sambil
mengayunkan kaki, si kakek
mengebutkan tangannya.
Hembusan angin keras pun
menggebrak, meluncur ke arah
Aji. Si kakek melakukannya
beberapa kali.
Tak lama kemudian, dari
sepasang lobang hidung
Pendekar 108 keluar cairan
kehijauan. Begitu pula dari
sudut-sudut mulutnya. Dan,
ketika tak ada lagi cairan yang
keluar, sorot mata dan paras Aji
tak lagi memancarkan nafsu
yang besar. Perlahan-lahan
segalanya kembali seperti
sediakala.
Sungguhpun demikian, pemuda
berambut dikuncir Inl belum
mampu untuk menggerakkan
anggota tubuhnya. Apalagi
untuk bangkit. .Totokan yang
diancarkan Dewi Berhati Besi
masih membelenggunya.
Meskipun demikian, Aji telah
dapat berpikir secara normal.
Pendekar 108 ingat kalau
dirinya telah tertawan secara
licik, oleh DeWi Berhati Besi,
dan ditotok. Lalu, dirinya
diberikan obat-obatan yang
membuat nafsu birahinya
bangkit. Setelah itu, hanya
bayangan-bayangan kabur yang
dapat diingatnya. Dan, di antara
bayangan bayangan kabur itu,
kakek berkepala botak yang
berada di depannya, tidak
termasuk di dalamnya.
' 'Ke mana perginya wanita
jahat itu..."! Dan... siapa adanya
kakek ini" Dan, di pihak mana
dia berdiri, kawan atau lawan"!"
tanya Aji dalam diam. setelah
tak mampu mengingat-ingat
bagaiamana kakek botak bisa
berada di depannya. ..
Saat Aji tengah kebingungan,
Dewa Botak kembali
mengebutkan tangannya. Di lain
saat, Aji merasakan totokan
yang membelenggunya, pudar.
Aliran darahnya kembali lancar.
***
TIGA
AJI kontan diam. Tapi, hanya
mulutnya. Di dalam benak
pemuda ini, serentetan
pertanyaan berkumandang.
"Hanya sampai di sini sajakah
umurku"! Apakah kepergianku
ketempat asing ini hanya untuk
mengantarkan nyawa"! Ahhh...!
Padahal, belum begitu banyak
wanita yang kukenal. Hhh...l
Nasib...! Nasib!'"
'Mengapa kau malah diam, Anak
Muda"! Apa yang kau pikirkan"!
Kematian"! Asal kau tahu saja.
Anak Muda. Tidak ada yang
perlu ditakuti dengan kematian
itu."
-"Aku tak memikirkan masalah
kematian itu, Kek. Aku hanya
menyesalkan singkatnya sisa
waktu yang kumiliki. Padahal,
masih banyak tugas yang belum
kuselesaikan," kilah Aji.
Dewa Botak terkekeh pelan.
Kemudian, mulutnya membuka.
perdengarkan ucapan.
"PIL surga dunia memang amat
keji. Tapi, Itu bukan berarti
tidak ada penangkalnya." '
"Jadi... racun itu bisa
dipunahkan, Kek"!" sambar Aji,
cepat dan penuh gairah.
Kakek berkepala botak
mengangguk.
"Dan kau punya penangkalnya,
Kek," desak Pendekar 108,
penuh harap.
'sayang tidak," jawab DeWa
Botak, sehingga membuat seri di
wajah Aji lenyap"Aku hanya
tahu penangkal-penangkalnya.
Yang pertama tentu saja pada
perempuan yang
meracunimu...."
Aji garuk-garuk kepalanya yang
tidak gatal.
"Kalau pada perempuan tak
sopan itu tanpa diberitahukan
pun, aku tahu," rutuk pemuda
berambut dikuncir itu dalam
hati.
"Tentu saja pada perempuan liar
itu kau tak bisa berharap untuk
mendapatkan pemunahnya, Aji,"
kata Dewa Botak lagi,
mengganti sapaan terhadap si
pemuda dengan nama saja.
"Kau hanya punya harapan
pada yang kedua, Aji. Karena.
aku tahu tempatnya."
"Di mana, Kek"! Jauhkah dari
sini"!" tanya Aji, setengah hati,
mengingat keterbatasan waktu
yang dimilikinya.
"Lumayan," jawab Dewa Botak.
'Kira-kira dua hari tiga malam
waktu yang kau perlukan untuk
tiba di tempat itu, bila kau
menunggang kuda tanpa henti
dengan kecepatan tinggi. Akan
lebih lama lagi waktumu bila
kau tersesat jalan atau...:
'Kurasa tak ada gunanya kau
terangkan lebih jauh, Kek," sela
Pendekar 108 tanpa menunggu
ucapan itu selesai. "Karena.
sebelum tiba di tempat itu,
nyawaku keburu melayang.
Mengapa" Karena, seperti
pernyataanmu tadi, Waktu yang
kumiliki hanya setengah hari."
Dewa Botak kembali terkekeh.
"Anak muda kau terlalu
khawatir akan kematian.
Sehingga ucapanku hanya
kulitnya saja yang kau tangkap.
Pikirkanlah. Untuk apa
kuberitahukan penangkalnya,
kalau kutahu kau tak punya
waktu untuk mendapatkannya"!"
***
***
EMPAT
PEREMPUAN berpakaian
merah bersikap tenang. Dia
tahu kecepatan menerkam
harimau loreng itu
mengagumkan. Tapi, masih
terlalu lambat bila dibandingkan
dirinya. Oleh karena itu, si
perempuan menunggu hingga
sepasang kaki depan binatang
buas itu semakin mendekat.
Ketika saat yang dinantikannya
telah tiba, perempuan berwajah
buruk itu melesat ke samping
kanan. Di saat yang sama,
tangan kirinya dihantamkan ke
arah lambung sang raja
harimau.
Bukkk! .
Harimau loreng itu terpental ke
samping akibat pukulan wanita
berpakaian merah. Dari mulut
binatang hutan yang perkasa itu
keluar raungan kesakitan.
Tapi, harimau loreng itu bukan
termasuk binatang yang mudah
menyerah. Memang, pukulan
gadis berwajah buruk
menyakitkannya, membuat
tubuhnya terlempar, dan
terbanting di tanah secara keras.
Tapi, binatang buas Itu tidak
kapok, melainkan bangkit,
menggeram kembali. Dan
menerkam. '
Perempuan berpakaian merah
mendengus, jengkel.
'Binatang tak tahu diri!"
rutuknya geram. "tidak tahukah
kau kalau aku telah bertindak
baik hati"! Kalau aku mau,
pukulanku tadi telah dapat
mengirim nyawamu ke neraka!
Tapi, kau tak tahu kebaikan
orang! Kalau begitu, aku akan
memberikanmu hajaran yang
lebih keras agar kapok" '
Sambil berkata demikian,
perempuan berwajah
jelek itu menyelinap; melalui
bagian bawah tubuh harimau
loreng. Serangan sang harimau
tadi mengenai tempat kosong,
lewat beberapa jari di atas
kepala si perampuan.
Perempuan berwajah buruk itu
sendiri, sekarang telah berada di
bagian belakang harimau
loreng. Kemudian. dengan
kecepatan gerak yang
mengagumkan, wanita ini
mengulurkan tangannya ke arah
ekor sang raja hutan. '
Tappp...!
Ekor binatang buas itu
tertangkap tangan si perempuan.
Tanpa membuang waktu lagi,
perempuan itu
memutar-mutarkan tangannya di
atas kepala, sehingga membuat
harimau loreng terbawa
berputaran. Sang raja hutan
meraung-_raung karena marah
bercampur takut.
Perempuan berpakaian merah
yang telah bermaksud membuat
sang binatang ketakutan, tak
mempedulikannya. Dia terus
saja memutar-mutarkan
tangannya. Baru setelah
dirasanya cukup, cekalan pada
ekor harimau loreng
dilepaskannya.
Akibatnya, tubuh harimau
loreng melayang jaUh karena
pengaruh tenaga putaran.
Binatang buas itu
meraung-mung karena merasa
takut, menyadari akan
keadaannya yang tidak
menguntungkan. Dan, rasa takut
sang binatang memang tak
terlalu berlebihan. Karena
luncuran tubuhnya menuju
sebatang pohon. Di lain kejap,
batang pohon besar itu
terhantam kepala sang harimau
secara keras. Terdengar bunyi
'bruk' yang cukup keras.Seketika
itu pula, sang harimau'pingsan !
Kendati binatang buas itu telah
tak menyerang lagi, perempuan
berwajah buruk, tak segera
mengalihkan perhatian dari
tubuh sang binatang. Tapi,
bukan
karena wanita ini merasa
tertarik. Perempuan berpakaian
merah Ini belum mampu
menguasai perasaannya, karena
melihat orang yang mirip
Pendekar 108. Dia
menenangkan dirl dulu agar
tidak terlihat gugup atau
bingung. '
Di lain pihak. Aji malah merosot
turun dari cabang pohon.
Pemuda ini melakukannya
sebagaimana orang biasa turun
dari pohon. Aji tak berani
mengerahkan tenaga dalam
karena khawatir akan akibatnya.
,
Setelah tiba di tanah, pemuda
berambut dikuncir itu
mengayunkan kaki mendekati
perempuan berwajah buruk.
Wajah pemuda ini berseri-seri.
Bibirnya menyunggingkan
senyuman lebar. Sedangkan
orang yang didekati, .belum
memalingkan muka. Masih
menujukan pandangan pada
harimau loreng .
"Selamat bertemu lagi. Nona,"
sapa Aji sopan dengan suara
mengandung kegembiraan
besar.
Perempuan berpakaian merah
tak segera menoleh. Apalagi
menyambuti sapaan Aji. Malah.
dia menggeleng-gelengkan
kepalanya kuat-kuat seperti
hendak. melupakan sesuatu. .
Dan memang sebenarnya
demikian. Perempuan berwajah
buruk itu mengira dirinya terlalu
terbawa perasaan, sehingga
ucapan dan nada orang yang
ditolongnya menyampaikan
terima kasih, persis Aji. '
mengapa kau
menggeleng-gelengkan
kepalamu. Nona" Apakah
lehermu sakit"!" tanya Aji lagi
setengah bergurau, karena tak
mendapatkan. sambutan
atas pertanyaannya.
Kali Ini si perempuan berbaju
merah menolehkan kepala. Dia
menatap Aji lekat-lekat. Hal ini
membuat si pemuda
kebingungan. Sambil garuk
garuk kepalanya, murid Wong
Agung ini mengaiukan
pertanyaan.
"Apakah ada yang aneh dengan
diriku, Nona"! Ataukah... kau
telah lupa padaku"! Aku Aji. Aji
Saputra. Orang yang kau
tanyakan mengenai jalan menuju
danau di Gunung Nirwana..."
Sepasang mata indah milik si
perempuan, membeliak
menunjukkan keterkejutan.
Suaranya terdengar bergetar
ketika bicara.
'Benarkah kau, Aji"!"
"Tentu saja!" tandas Aji,
lantang. "Apakah ada yang
berubah dengan diriku sehingga
membuatmu tak kenal lagi"!" ,
"Tidak ada yang berubah
dengan dirimu, Aji. Tapi...
sepengetahuanku kau telah
tewas ketika bentrok dengan
Iblis Pemakan Bangkai... Aku
melihat ketika Bidadari
Berkabung membawamu untuk
dikubur?" (Untuk jelasnya
mengenai hal .ini, silakan baca
episode scbelumnya yang
berjudul :"Mustika Naga
Hitam").
Aji cengar-cengir sambil
usap-usap ujung hidungnya.
''Itu hanya sebuah' kekeliruan
saja, Nona. Kau lihat sendiri kan
kenyataannya"! Aku sangat
bugar."
"Syukurlah kalau begitu, Aji.
Aku gembira mendengarnya:
sahut si perempuan gembira
dengan sepasang mata
bersinar-sinar. Tapi mendadak,
dia teringat' sesuatu. "Kalau kau
benar Aji... mengapa
menghadapi harimau loreng itu
kau tak mampu berbuat apa
pun"! Dengan kepandaianmu,
binatang itu dapat kau usir
tanpa perlu bersusah payah.
Apalagi sampai memanjat pohon
untuk menyelamatkan nyawa."
Aji diam sejenak. Berpikir dan
menimbang-nimbang, apakah
akan menceritakan kejadian
yang menimpanya pada si gadis.
atau tidak. Dalam waktu yang
singkat itu, akhirnya si pemuda
memutuskan untuk
merahasiakannya dulu.
"Aku juga tidak mengerti, Nona.
Yang kutahu. begitu siuman,
semua tenaga dalamku musnah.
Tapi, menurut berita yang
kudapatkan, tenagaku akan
kembali seperti sedia kala
apabila meminum beberapa tetes
darah kura-kura raksasa yang
berada di Pantai Karang
Hitam." ' _
"Darah kura-kura raksasa di
Pantai Karang Hitam"!" ulang
perempuan berpakaian merah
yang sebenarnya bernama
Kumala Sari, dan memiliki paras
yang buruk ini, dengan sepasang
mata membeliak besar karena
kaget. "Kurasa kau akan sulit
untuk mendapatkannya, Aji,
karena binatang-binatang itu
adalah peliharaan seorang
tokoh yang luar biasa sakti dan
aneh. Telah banyak orang yang
menginginkan darah binatang
itu, tapi tak mendapatkannya." ,
"Tokoh sakti yang berjuluk
Pengail Aneh'itu amat kikir. Tak
pernah kudengar dia
memberikan darah binatang
peliharaannya, kendati orang
yang memintanya amat
membutuhkannya. Dia tak
menerima atau mendengarkan
alasan apa pun. Sedang untuk
merampasnya, lebih sulit lagi.
Karena, dia memiliki
kepandaian luar biasa tinggi."
Aji tak merasa heran mendengar
pemberitahuan Kumala Sari.
Karena, Dewa Botak telah
memberitahukannya. Bahkan
dengan keterangan yang lebih
jelas
lagi"
"Aku juga telah mendengar
berita itu, Nona. Tapi, aku
memutuskan untuk mencobanya
dulu. Tidak ada salahnya kan
berusaha"! Mengenal hasil atau
tidaknya, kita pasrahkan saja
pada Tuhan. Barangkali saja
aku bernasib mujur...." .
Perempuan berparas 'buruk
mengangguk-anggukkan kepala.
***
***
LlMA
BLARR...! ' Bunyi keras
langsung terjadi, dan membuat
sekitar tempat Itu bergetar
hebat, ketika Manusia Ajaib
mengulurkan tangan,
menangkis. Aji dan Kumala Sari
merasakan sekujur
tubuh-tergetar karena tanah
berguncang keras. _
Siluman Tengkorak Hidup
mengalami kejadelan yang lebih
mengenaskan. Tangkisan
Manusia Ajaib, membuatnya
terjangkung ke belakang dan
terhuyung huyung beberapa
langkah. Sementara Manusia
Ajaib tak bergeming sama
sekali. Namun beberapa saat
kemudian, batu yang diduduki
kakek barjenggot panjang itu
hancur berkeping-keping.
Manusia Ajaib meluruk jatuh,
tapi secara perlahan-lahan.
Rupanya batu cadas yang luar
biasa keras itu tak mampu
menahan beSarnya kekuatan
yang menekan, sehingga hancur
berderai.
Didepan Manusha Ajaib,
Siluman Tengkorak Hidup
rupanya masih penasaran.
Begitu berhasil menguasai diri,
kakek mengerikan ini
menggerakkan sepasang
tangannya lagi, bersiap untuk
mengirimkan serangan lanjutan.
***
ENAM
BEBERAPA saat sebelum
Kumala San terhumbalang
menuju ke pohon besar akibat
hembusan
angin keras yang dikeluarkan
SilumanTengkorak Hidup, Aji
melayang deras diikuti luncuran
golok. Pemuda berbaju hijau
ketat Ini kebingungan selama
tubuhnya meluncur.
"Apa yang ratus kuperbuat kali
ini"! Apakah aku harus tetap
dengan keputusan semula"!
Tidak mengerahkan tenaga
dalam Karena hal itu dapat
membahayakan keselamatanku"!
Tapi bila sekarang tak
kukeluarkanpun. rasanya
nyawaku'akan melayang,
tertembus golok"!' _
Pendekar 108 kebingungan
untuk memilih tindakan yang
paling tepat. Namun,
kedua-duanya mempunyai akibat
yang berbahaya. Aji bagaikan
menghadapi buah simalakama.
Dimakan ibu mati, tidak
dimakan bapak yang mati.
Di saat-saat yang menegangkan
itu, sesosok bayangan keemasan
berkelebat, menyambar tubuh
Pendekar 108, menyelamatkan
dari sambaran golok! '
Jleggg !. '
Tanpa menimbulkan bunyi
berarti, sosok keemasan itu
menjejakkan kakinya. Tubuh Aji
yang berada di panggulannya,
diturunkannya. Sang pendekar
pun tegak di atas tanah.
"Terima kasih," kata Pendekar
108 seraya cengar cengir. '
Sang penolong Aji hanya
menganggukkan kepala, Tak
dapat diketahui apakah dia
tersenyum atau wajahnya
berseri-seri, karena adanya
sebuah selubung yang menutup
wajah. dan seluruh kepalanya.
Selubung yang berwarna
keemasan seperti pakaian yang
dikenakannya. Sebuah pakaian
gombrang yang membuat bentuk
tubuhnya tak terlihat.
Sosok keemasan itu baru saja
menganggukkan kepala. ketika
serangkaian seruan keras,
menggelegar.
'Keparat busuk! Berani kau
mencampuri urusanku,
Monyet"!' maki Siluman
Tengkorak Hidup, kalang kabut.
"Tahukah kau siapa adanya
aku"!"
"Aku memang tak pernah
melihatmu sebelumnya. Tapi
menilik ciri-cirimu, aku bisa
menduganya. Bukankah
kautokoh sesat yang berjuluk
Siluman Tengkorak hidup"!"
timpal sosok berselubung;
tenang. Tidak marah atau pun
gentar karena hinaan dan
ancaman yang dilontarkan sang
siluman! '
Siluman Tengkorak Hidup
mendengus mendengar dugaan
yang tepat itu. Dia
mengernyitkan dahinya. Hampir
tak ada yang terlihat karena
wajahnya memang hampir tak
berdaging. Sepasang matanya
menghunjam sosok keemasan
dengan sikap penuh selidik. .
"Aku pun" bisa menduga siapa
adanya kau, Monyet Tak
Berwajah! Sungguhpun harus
kuakui kalau bertemu denganmu
baru kali ini: Bukankah kau
dedengkot golongan "putih yang.
berjuluk Manusia Bertopeng"!"
,Sosok keemasan yang berjuluk
Manusia Bertopeng
perdengarkan tawa berderai. '
'Rupanya, meski pergaulanmu
dengan mayat mayat di dalam
tanah; manusiapun kau kenal
juga. Tengkorak!' kata sang
sosok berselubung setengah
mengejek.
Saat Manusia Bertopeng dan
Siluman Tengkorak Hidup
terlibat perdebatan, Kumala
Sari telah berhasil menguasai
dirinya. Memang, sebagian
anggota tubuhnya masih terasa
sakit-sakit. Tapi, pandangannya
telah kembali seperti sediakala.
.'
Gadis berpakaian merah ini
gembira bukan main ketika
melihat Aji selamat. Pemuda
berambut dikuncir itu berdiri tak
jauh di sebelah depannya.
Ketika Kumala Sari
mengarahkan pandangan ke
sana, pemuda berpakaian hijau
ketat Itu tersenyum seraya
melambaikan tangannya. Gadis
itu pun tersenyum dan
melambaikan tangan pula
sebagai sambutnya.
***
TUJUH
YANG membuat Aji dan Kumala
Sari terkejut adalah keberadaan
seorang kakek yang bertubuh
pendek gemuk dan bercaling.
Kakek ini berdiri bertolak
pinggang. Di sebelahnya dua
ekor kuda tunggangan 'Aji dan
Kumala Sari telah menggeletak
di tanah. Darah mengucur deras
dari bagian leher
binatang-binatang itu. .
Tanpa perlu memeriksa lebih
jauh, dan dengan tanya melihat
luka pada leher, dan tidak
adanya gerakan dari kuda-kuda
itu, Aji dan Kumala Sari telah
tahu kalau binatang-binatang
tunggangan mereka telah tewas.
Dan tanpa bertanya lagi pun
mereka telah tahu kalau kakek
pendek gemuk itulah yang telah
membunuh tunggangan mereka.
"Iblis Pemakan Bangkai," desis
Kumala Sari penuh rasa gentar,
karena telah dapat mengetahui
tingkat kepandaian dan juga
kekejaman kakek ini, ketika
terjadi peristlwa perebutan
Mustika Naga Hitam di Gunung
Nirwana.
Aji dapat merasakan nada
gentar dalam ucapan Kumala
Sari. Dan. pemuda ini tak
merasa heran. Karena, tahu
kalau tingkat kepandaian
Kumala Sari memang berada
jauh di bawah tingkat kakek
pendek gemuk yang tidak.lain
dari Iblis Pemakan Bangkai.
Seorang tokoh persilatan yang
beraliran sesat serta
berkepandaian luar biasa tinggi.
Kekejamannya menyebabkan
bulu roma berdiri. Dan, kakek
ini pun gemar makan nyali
manusia yang dibunuhnya.
' He he he..."
Iblis Pemakan Bangkai
pendengarkan tawa terkekeh,
ketika melihat keterkejutan
pasangan muda mudi itu. Hanya
saja, paras kakek mi berubah
ketika melihat Aji. _
"Bocah ini rupanya berumur
panjang. Berarti... waktu itu dia
berhasil selamat dari maut"!
Siapa yang menyelamatkannya"
Bidadari Berkabung atau
Menusia Bertopeng"!" si kakek
membatin. "Aku harus
berhatihati. Bocah ini penuh
kejutan. Hhh...! Tak pernah
kusangka kalau
penunggang-penunggang kuda
ini salah satunya adalah dia." '
Aji bukan orang bodoh. Pemuda
ini dapat melihat adanya
keraguan untuk bertindak pada
sinar mata Iblis Pemakan
Bangkal. Maka, dia bermaksud
untuk bersiasat, karena bisa
menduga mengapa si kakek
bersikap demikian.
Pendekar Mata Keranjang
menatap Iblis Pemakan Bangkai
dengan sikap keren. Suaranya
dibuat penuh tekanan ketika
bicara.
"Kiranya kau, Iblis Pemakan
Bangkai."! Kebetulan sekali...!
Waktu itu ada gangguan yang
membuat usahaku untuk
melenyapkanmu dari muka
bumi, terhambat. Sekarang, kila
bertemu lagi di sini. Jadi... aku
bisa merampungkan tindakanku
waktu itu...."
Sambil berkata demikian.
dengan sikap nekat, untuk lebih
meyakinkan ancamannya,
Pendekar Mata Keranjang
melangkah maju. Hanya
setindak. Tidak lebih. Karena Itu
pun hanya merupakan gertakan
belaka.
Gertakan Aji memang tak
sia-sia. Sorot sepasang mata
Iblis Pemakan Bangkai semakin
memperlihatkan keraguan untuk
bertindak. Meskipun demikian,
kakek bercaling Ini tidak
mundur. Dia tetap tegak di
tempatnya .
Yang bergerak justru Kumala
Sari. Wanita ini merasa
khawatir bukan main melihat
tindakan Pendekar 198. Dia
mencemaskan keselamatan Aji.
Maka, Kumala Sari buru-buru
melangkah, mendekati sang
pendekar dan berdiri di
depannya. Sikap gadis ini
terlihat melindungi.
' Aji terperanjat melihat
tindakan Kumala Sari. Karena,
hal Itu bisa membongkar
siasatnya. Dia tahu, Kumala
Sari belum mengerti kalau
dirinya bersandiwara. Maka,
buru-buru pemuda berambut
dikuncir ini membuka mulutnya,
siap perdengarkan suara.
Namun. Pendekar Mata
Keranjang kalah cepat
berbicara. Kumala Sari telah
mendahuluinya.
"Iblis Pemakan Bangkai. Kalau
kau memang bukan pengecut,
hadapi aku! Jangan orang yang
tak punya kemampuan apapun
yang kau ladeni!" tandas gadis
berpakaian merah, mantap.
Aji hanya bisa-garuk-garuk
kepalanya dengan sikap
bingung. Batinnya meracau
habis-habisan
"Buyarlah rencanaku...! Tidak
ada cara lain untuk menggertak
iblis ini...! Hhh...! Wanita itu tak
mengerti siasat...!"_ ' _
"Bocah sial! Rupanya kau
bermaksud menggertakku.
heh..."! Kau kira aku manusia
dungu yang begitu mudahnya
kau kelabui"! Kau akan
mendapat ganjaran yang bagus
atas kelancanganmu itu!"
Kumala Sari kebingungan. Dia
menatap Aji dengan sorot mata
menyesal. Perempuan ini
sekarang mengerti kalau
pemuda berpakaian hijau ketat
itu tengah bersiasat, dan
sekarang dia yang membuat
siasat si pemuda berantakan.
Tapi, Aji tak terlihat jengkel.
Malah, pemuda berpakaian
dalam warna kuning berlengan
panjang inl, cengar-cengir dan
kerdipkan mata kirinya pada
Kumala Sari yang tengah
menatapnya.
Kedipan Pendekar 108 membuat
gadis berpakaian merah
melengos. Memang parasnya tak
menampakkan perubahan. Tapi,
sinar matanya menunjukkan
rasa malunya.
"Kurasa kalian telah cukup
bermesraan sebelum pergi ke
lobang kubur!" seru Iblis
Pemakan Bangkai dengan suara
mengguntur. "Aku tak punya
banyak waktu lagi!"
Kakek bercaling' ini
mengibaskan tangan kanan
kirinya. Bergantian dan
kelihatan sembarangan. Tapi,
angin' keras menggebrak ke
arah pasangan muda-mudi di
hadapannya. Angin keras yang
dimaksudkan untuk membuat Aji
dan Kumala Sari terlempar
tanpa terluka.
Kumala Sari tak punya pilihan
lain kecuali menentang angin
keras itu dengan dorongan
sepasang tangannya yang
menimbulkan angin keras pula.
Kalau saja bisa, gadis ini lebih
suka untuk menghindar. Karena,
Kumala Sari tahu kalau tenaga
dalam Iblis Pemakan Bangkai
jauh lebih kuat daripada dirinya.
Mengadu tenaga dalam hanya
akan merugikan diri sendiri.
Namun, Kumala Sari tak punya
pilihan lain.Kalau dia mengelak,
angin keras itu akan mencelakai
Aji. Mengingat kerasnya
hembusan angin, pemuda
berambut dikuncir itu akan
terpental jauh dan
terguling-guling
tanpa ketahuan di mana
tubuhnya akan berhenti
melayang.
Tidak demikian halnya kalau
Kumala Sari menangkis.
Memang angin keras yang
keluar dari dorongan tangan si
gadis tak terlalu keras. Kalah
kuat jika dibandingkan dengan
angin yang keluar dari tangan
Iblis Pemakan Bangkai. '
Oleh karena itu, ketika terjadi
benturan, tubuh Kumala Sari
sampai terputar dan terhuyung.
Di belakangnya, Aji terputar,
terjengkang dan jatuh terguling
guling. Tapi, akan lebih parah
lagi kejadian yang dialami
Pendekar 108, jika Kumala Sari
tak berikan tangkisan. Dengan
papakan 'yang dilakukan si
gadis, kekuatan tenaga yang
menggebrak dari Iblis Pemakan
Bangkai, sebagian besar telah
dipunahkan. _
Iblis Pemakan Bangkai tak
menyia-nyiakan kesempatan.
Begitu Kumala Sari terhuyung,
dia melakukan gerakan menarik.
Kakek bercaling ini
mengerahkan tenaga dalam
menyedot, untuk membawa gadis
berpakaian merah itu
kepadanya, tanpa dia perlu
mendekati. ' '
Kumala Sari terkejut bukan
main ketika merasakan adanya
daya tarik yang luar biasa kuat,
yang bermaksud membawanya
ke Iblis Pemakan Bangkai.
Kumala Sari tak menginginkan
hal itu terjadi. Dia berusaha
melakukan perlawanan. Tapi,
saat itu kedudukannya tak
menguntungkan. Dengan mudah,
tubuhnya tertarik ke arah Iblis
Pemakan Bangkai.
Aji sendiri mengalami kejadian
yang lebih tak menyenangkan.
Dia terguling-guling. Belasan
tombak jauhnya sebelum
akhirnya luncuran tubuh si
pemuda terhenti.
Pendekar 108 bangkit. Seketika
itu pula parasnya merah padam.
Sinar matanya seperti
memancarkan api ketika melihat
tindakan Iblis Pemakan Bangkai
terhadap Kumala Sari.
Memang, saat Aji tengah
terguling-tuting, Iblis Pemakan
Bangkai berhasil membawa
tubuh Kumala Sari ke dekatnya.
Kemudian tangan-tangannya
yang gemuk pendek memegang
kedua bahu si gadis. Kumala
Sari meronta. Namun, hal ini
membuat kemarahan kakek
bercaling semakin menjadi. Dia,
membanting Kumala Sari
sehingga punggung si'gadis
membentur tanah secara keras. '
***
DELAPAN
SAAT-SAAT kritis bagi
kehormatan Kumala Sari,
terdengar seruan keras. Tidak
mirip seruan, tapi
geraman atau raungan binatang
buas yang terluka. Sekitar
tempat itu kontan tergetar.
Malah, iblis Pemakan Bangkai
merasakan semangatnya seperti
terbang meninggalkan raga. '
Iblis Pemakan Bangkai langsung
menoleh ke arah asal suara
gaduh, kendati dengan sebagian
semangat yang masih tersisa.
Begitu melihat penyebab yang.
menimbulkan bunyi
menggiriskan hati itu, si kakek
langsung terperanjat. .
Kakek bercaling ini memang
patut untuk terkejut. Karena,
penyebab bunyi itu adalah.... Aji
alias Pendekar Mata Keranjang.
Dan, keterkejutan Iblis Pemakan
Bangkai semakin menjadi-jadi
ketika melihat sepasang mata
Aji!
Sepasang mata pemuda
berambut dikuncir ekor kuda itu
terlihat mencorong tajam dan
bersinar kehijauan. Tak mirip
mata manusia! Dan, si kakek
yakin, sinar mata Pendekar itu
lebih tajam daripada sinar mata
Manusia Bertopeng yang pernah
mengalahkannya secara mudah
(Untuk jelasnya silakan baca
episode : "Mustika Naga
Hitam").
Iblis Pemakan Bangkai langsung
menyadari akan adanya bahaya
besar. Aji ternyata bukan orang
lemah seperti yang disangkanya
semula. Maka, buru-buru kakek
ini menghentakkan sepasang
tangannya, mengirimkan
pukulan jarak jauh pada si
pemuda.
Wusss...!
Pasir dan batu-batu besar kecil
beterbangan kemuka dari tangan
Iblis Pemakan Bangkai,
menggebrak angin keras yang
mengeluarkan bunyi
menggidikkan.
Untuk kedua kalinya, terdengar
bunyi gaduh yang bahkan jauh
lebih dahsyat dari sebelumnya.
ini terjadi ketika Aji
menghentakkan sepasang
tangannya pula, untuk
menyambuti serangan lawan.
Dari sepasang tangan pemuda
ini, meluncur sinar menyilaukan
mata!
_Pendekar Mata Keranjang
sempat terperanjat melihat hal
ini. Karena, biasanya
sinar-sinar menyilaukan itu
hanya muncul jika dia
mengebutkan kipasnya.
Perasaan kaget Aji semakin
membesar ketika melihat
kejadian selanjutnya. Beberapa
saat sebelum benturan terjadi,
sinar menyilaukan yang keluar
dari hentakan tangannya,
memecah menjadi dua bagian.
Glarrr...!
Bunyi keras menggelegar
laksana guntur terdengar ketika
bentrok angin-angin pukulan itu
terjadi. Kejap kemudian, Iblis
Pemakan Bangkai terjengkang
ke belakang dan terbanting.
Sedangkan'Pendekar 108 tetap
tegak di tempatnya.
Sementara itu, Iblis Pemakan
Bangkai merasakan dadanya
sesak bukan main. Namun, dia
masih sempat melihat adanya
ancaman bahaya besar. Kakek
ini melihat Sinar keperakan
meluncur deras ke arahnya,
Sinar yang memecah sebelum
terjadinya benturan, berasal
dari tangan Pendekar Mata
Keranjang.
Sinar yang memecah itu
berbentuk naga samar berwarna
keperakan. Naga keciL Naga
samar itu meliuk ke atas sebelum
akhirnya meluncur ke arah dada
Iblis Pemakan Bangkai yang
belum sempat bangkit, karena
belum mampu mengusir sesak di
dada.
Bresss"!
Kakek bercaling mengeluarkan
jeritan menyayat hati ketika
sinar keperakan berbentuk naga
kecil samar itu menghantam
dadanya secara telak. Si kakek
langSung terpental, bagaikan
daun kering ditiup angin
keras..Pakaian dan dada Iblis
Pemakan Bangkai tampak
hangus. Malah, samar-samar
tercium bau sangit daging. yang
terbakar! Saat itu pula, nyawa
kakek pendek gemuk itu
melayang ke akhirat.
Aji melongo menatap mayat Iblis
Pemakan Bangkai yang tergolek
belasan tombak dari tempatnya
semula. Pemuda berambut
dikuncir itu masih terkesima
melihat hasil tindakannya. Dia
tak pernah menyangka kalau
Iblis Pemakan Bangkai demikian
mudahnya ditewaskan.
Aji tak sadar dalam terpaan rasa
kagetnya. Di depan si pemuda,
Kumala Sari pun membeliakkan
matanya bESar-besar, ketika
melihat Iblis Pemakan Bangkai
tewas. Kalau tak melihat sendiri,
dia tak akan percaya kalau
kakek yang menakutkan itu,
tewas di tangan Pendekar Mata
Keranjang. '
Tapi, di samping rasa gembira
karena berhasil selamat dari
ancaman bahaya yang
mengerikan, kaget karena
melihat tewasnya sang'iblis,
Kumala Sari merasa tak senang.
Marah kepada Pendekar 108.
Gadis berpakaian merah ini
merasa ditipu Aji. Dibohongi
mentah mentah. .
"Apa maksud Aji berpura-pura
tak punya kepandaian"! Apakah
dia sengaja ingin menghinaku"!"
rutuk Kumala Sari, dalam hati.
Karena perasaan marah itu,
Kumala Sari tidak mengucapkan
terima kasih sedikit pun atas
pertolongan yang diberikan Aji.
Malah tersenyum atau menoleh
pun sam sekali tak dilakukannya.
Dengan sikap tak peduli, gadis
berpakaian merah ini bergegas
memunguti pakaiannya yang
berserakan dan mengenakannya
dengan cepat.
Semua gerak-gerik Kumala Sari
tak luput dari perhatian
Pendekar 108. Sang pendekar
sama sekali tak kecil hati atau
kecewa melihat tingkah Kumala
Sari. Karena mengira si gadis
masih terpukul dengan kejadian
yang dialami, atau terlalu
terburu-buru untuk mengenakan
pakaian guna menutupi tubuh
indahnya yang tanpa pakaian
sama sekali. .
"Gila...!" Aji membatin, penuh
rasa kagum dengan pandangan
tertuju pada Kumala Sari. "Tak
pernah kusangka kalau
perempuan berparas buruk ini
ternyata memiliki wajah luar
biasa cantik. Tubuhnya pun
indah menggiurkan. Kulitnya
demikian putih. Benar-benar
seorang gadis yang sempurna.
Sama sekali tak pernah
kusangka akan bisa
mendapatkan rezeki begini
besar..."
Sementara itu, orang yang
menjadi pusat perhatian sang
pendekar" langsung menolehkan
kepala, menatap Aji ketika
selesai mengenakan pakaiannya.
Kelihatan unik, karena sebagian
besar tubuhnya terlihat akibat
pakaiannya yang telah
koyak-koyak hampir di semua
tempat. Malah, dua bukit
kembar yang membusung.
menyembul keluar karena
pakaian di bagian itu. koyak
besar! Dengan susah payah
Kumala Sari berusaha
menutupinya dengan
menggunakan sepasang
tangannya.
Tindakan Kumala Sari yang
terlihat demikian kerepotan.
membuat Aji merasa geli.
Pemuda ini sampai
cengar-cengir dan usap-usap
ujung hidungnya.
"Sama sekali tak kusangka kalau
kau memiliki wajah demikian
cantik, Nona. Tapi... mengapa
wajah cantikmu itu kau
sembunyikan"! Sayang sekali...!"
racau Aji sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
Pemuda berambut dikuncir ini
memang mempunyai watak
urakan. Sehingga masih berani
dan bisa membuat guyonan,
kendati melihat sikap Kumala
Sari yang tidak seperti biasanya.
Paras gadis itu membesi.
Sepasang matanya membeliak,
menunjukkan rasa tak
senangnya. Kendati demikian,
semua itu tak mengurangi
kecantikannya.
'Kau... kau benar-benar
memuakkan hati!" tandas
Kumala Sari dengan suara
tersendat-sendat. "Sampai hati
kau mempermainkanku...
Berpura-pura tak punya
kemampuan apa-apa! Kiranya
semuanya dusta belaka! Berarti
perjalananmu menuju Pantai
Karang Hitam pun, hanya
sandiwara belaka. Aku tak sudi
lagi kautipu! Silakan kau pergi
ke mana pun kau mau,
Pembual...!"'
"Nona...! Tunggu dulu...! Kau
salah paham...Aku...!" '
Aji terpaksa menghentikan
ucapannya yang belum Selesai.
Karena, Kumala Sari tak
mempedulikannya sama sekali.
Gadis itu membalikkan tubuh
dan melesat meninggalkan si
pemuda. Hanya dalam
sekejapan, tubuhnya telah
berada belasan tombak di
depan, dan kemudian semakin
mengecil, sampai akhirnya
lenyap ditelan kejauhan.
Pendekar Mata Keranjang tak
mengejar. Pemuda ini hanya
memandangi kepergian si gadis,
sambil menggaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal.
Lalu, setelah Kumala Sari tak
terlihat lagi, pemuda berambut
dikuncir ini beranjak
meninggalkan tempat itu,_
menuju Pantai Karang Hitam.
***
***
SEMBILAN
SEORANG kakek berpakaian
lusuh berwama hitam, duduk di
atas sebuah batu seukuran
kerbau
dan berpermukaan datar serta
halus. Dia berpunggung
melengkung mirip punggung
udang. Kuli wajahnya
kemerahan. Usianya tak kurang
dari tujuh puluh lima tahun.
Kakek berpunggung melengkung
ini duduk di batu di pinggir
sungai. Pandangannya tertuju ke
permukaan air yang cukup
bening. Tangannya
menggenggam sebatang bambu
seukuran ibu jari kaki;
Bambu yang berwarna kuning
itu hanya bagian pangkalnya
saja yang sebesar ibu iari kaki.
Makin ke ujung semakin kecil.
Di bagian paling ujung besarnya
hanya seperti jari kelingking!
Ada tali halus yang menjulur ke
permukaan air, pada bagian
bambu di dekat ujungnya. Ujung
tali itu tidak menyentuh
permukaan air. Sekitar lima jari
di atas permukaannya.
Mendadak permukaan air
bergolak. Sekejap kemudian,
beberapa ekor ikan besar kecil
terlempar dari dalam air dan
menempel pada ujung tali si
kakek.
Kakek berpunggung melengkung
_ini, menggerakkan tangan
menyentak bambunya. Seketika,
ikan ikan yang menempel di
ujung talinya terlempar.
Anehnya, binatang-binatang air
itu terlempar ke arah si kakek.
dan secara bergiliran. Dan,
ketika jatuh di depan kakek
berpakaian hitam itu pun, secara
berurutan pula. Kakek berkulit
kemerahan ini telah memancing
ikan secara luar biasa!
Kakek berpunggung melengkung
memungut
ikan-ikan hasil pancingannya
satu persatu. Binatang binatang
itu tak bergerak sedikit pun,
ketika berada dalam cekalan jari
si kakek. Padahal, sebelumnya
ikan ikan itu
menggelepar-gelepar.
Kakek bermuka merah itu
membolak-balikkan
'ikan-ikan yang berada di
tangannya. Ikan-ikan yang
mempunyai dua tanda merah
menyala sebesar kuku.
dimasukkannya ke dalam
bumbung. Sedangkan ikan ikan
yang hanya mempunyai satu
tanda, atau tak mempunyai
tanda sama sekali,
dilemparkannya lagi ke dalam
air setelah terlebih dahulu
ditekan salah satu sisi badan
binatang itu. _
Si kakek menggunakan ujung
jari telunjuknya ketikamenekan.
Dan, begitu jari tangannya
dijauhkan, pada bagian tubuh
ikan yang ditekan, tampak tanda
merah menyala sebesar kuku!
Kakek berpakaian hitam itu
melakukan tindakan anehnya itu
sampai semua ikan-ikan hasil
tangkapannya habis diperiksa.
Setelah itu. dia menjulurkan
kembali kailnya yang aneh ke
permukaan sungai. Meneruskan
kembali caranya memancing
yang aneh dan luar biasa! _ _
Kail aneh itu telah terbentang di
atas permukaan air. Tapi, paras
si kakek menyuram. Dia
menggelengkan kepala dengan
sikap" tak senang.
Bibir-bibirnya yang sejak tadi
terkatup rapat, menggerimit
sedikit, memperdengarkan
gerutuan. tak senang. _
"Benar-benar hari yang tak
menyenangkan... saat tengah
sibuk begini ada saja gangguan.
Hhh"! Sahabat sahabat di dalam
air tentu menjadi terganggu.
Makhluk dari mana pula yang
berkeliaran ke tempat ini, dan
mengganggu kesenanganku"!"
Meski mulutnya menggerutu,
tangan si kakek
bergerak menyentak. Untuk yang
kesekian kali, ikan ikan
meluncur ke arahnya. Kembali,
kakek bermuka merah itu
memeriksa ikan-ikan hasil
tangkapannya. ' Saat itulah, dari
kejauhan meluncur cepat
seorang berpakaian luar hijau
ketat berlengan pendek. Sosok
ini adalah Aji alis Pendekar
Mata Keraniang 108. Dan, sang
pendekar, duduk di atas
punggung tunggangannya. Kuda
Coklat putih yang kelihatannya
telah amat lelah. '
Dari jarak lima tombak, Aji
telah melihat kakek berpakaian
hitam yang tengah-memeriksa
ikan-ikan yang ditangkapnya.
Pemuda berambut dikuncir Ini
pun perlambat laju
tunggangannya. Sepasang
matanya menghujam pada si
kakek, sedangkan benaknya
membatin.
'Aku Yakin daerah ini yang
bemama Pantai Karang Hitam.
Tapi, di mana kura-kura raksasa
itu"! Atau... paling tidak di mana
tempat tinggal Pengail Aneh"!
Atau... jangan-jangan kakek itu
yang berjuluk Pengail Aneh..."l
Hhh...! Bodohnya aku...!
Mengapa waktu itu tak
kutanyakan pada Dewa Botak"!
Sekarang baru terasa repotnya."
***
***
SEPULUH
Sosok itu adalah seorang gadis
berusia sekitar
dua puluh tahun. Parasnya
cantik jelita, dengan
bibir tipis yang merah
membasah dan bola mata seperti
bintang pagi. Alisnya tebal dan
hitam. Terlihat menyolok karena
kulit wajahnya putih halus dan
mulus. Pendeknya, gadis Ini
benar-benar molek! Pakaian
ketat warna kuning yang
dikenakan, membuat bentuk
tubuhnya yang montok
menggiurkan terlihat semakin
jelas.
"Apakah aku tidak tengah
bermimpi"! Ataukah... sekarang
aku telah berada di akhirat"!"
racau Aji seraya
mengucek-ngucek sepasang
matanya. "Kalau tidak mengapa
aku telah bertemu dengan
seorang bidadari...."
Gadis berpakaian kuning
menatap Aji dengan sorot mata
tajam. Tak terSenyum
sedikitpun, kendati dilubuk
hatinya gembira bukan main.
Perempuan mana yang tidak
senang dipuji"!
"Hentikan senda guraumu.
Sobat. Kalau saja tak melihat
benda di tanganmu, sikap
kurang ajarmu itu telah cukup
untuk membuatku memberikan
hajaran keras!" tandas si gadis
dengan sikap keren.
Aji menggaruk-garuk kepalanya
melihat sikap tegas si gadis dan
ucapannya yang tandas. Kali ini
Aji tak berani mengusap-usap
ujung hidungnya. Dia khawatir
kulitnya yang keriput itu akan'
terkupas jika diusap usap.
Beberapa kali si pemuda hampir
lupa. Untungnya. di saat-saat
terakhir, selalu ingat. Sehingga.
jari-jari tangannya terhenti di
tengah jalan.
"Benda ini"!" tanya Aji meminta
kepastian, seraya
mengeluarkan kembali kalung
baja putih yang telah
dimasukannya ke balik
pakaiannya. '
Gadis berpakaian kuning
menggelengkan kepala.
"Jadi... kau mengenal benda
ini"!"
"Tentu saja!" tandas si gadis,
lantang. "Karena benda itu
adalah kepunyaan kami!" '
Aji jadi merasa tertarik
mendengar jawaban gadis cantik
itu.Sedikit banyak, dari jawaban
itu, dia tahu kalau gadis
berpakaian kuning punya
hubungan dengan Pengail Aneh.
Karena, bukankah Manusia
Bertopeng maksudkan, kalung
baja putih itu harus
ditunjukkannya pada kakek
bermuka kemerahan itu!
"Kepunyaan kami"! Siapa yang
kau maksud dengan kami itu,
Nona"!"
"Aku dan kakekku...!"
'Keteranganmu belum jelas. Kau
belum mengatakan secara
gamblang, mengenai dirimu dan
kakekmu. Siapa adanya kau, dan
kakekmu itu," sambut Aji sambil
cengar-cengir. .
Gadis berpakaian kuning itu
kontan diam. Tapi, sepasang
matanya yang menghujam
selebar wajah Aji, bersorot
dingin.
"Mengenai siapa adanya aku
dan kakekku, bisa kuberitahukan
belakangan. Sekarang, yang
ingin kutahu, mengapa benda itu
bisa berada di tanganmu. Asal
kau tahu saja, Sobat. Kami tahu
pasti siapa orang yang
memegang benda kepunyaan
kami itu!"
"Baiklah kalau itu sudah
menjadi keputusanmu, aku
mengalah, Nona. Akan
kuceritakan semuanya secara
jelas,," sahut Aji, mengalah
seraya menggaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal.
"Memang benda ini bukan
kepunyaanku. Seorang
tokoh sakti dan baik hati yang
telah berkali-kali
menyelamatkan nyawaku, yang
memberikan kalung in:!
Kemudian, secara singkat tapi
jelas Aji menceritakan semua
kejadian yang dialaminya,
Gadis berpakaian kuning
mendengarkan cerita Pendekar
108 dengan penuh perhatian.
Beberapa kali, gadis ini
mengeluarkan seruan kaget
ketika mendengar kisah si
pemuda.
"Jadi... kau telah bertemu
dengan kakekku... dan beliau tak
mau memberikan obat yang kau
perlukan"!" tanya gadis
berpakaian kuning ketika Aji
usai bercerita.
"Apakah waktu itu kalung yang
kau pegang telah
kautunjukkan"!"
Aji menggeleng.
"Saat itu aku lupa, Nona: Eh...
jadi kau cucu si Pengail Aneh
itu"!'
Gadis berpakaian kuning
mengangguk.
"Beliau-memang kakekku. 'Dan,
tepat seperti yang dikatakan
Dewa Botak. Beliau tak pernah
memberikan darah kura kura
raksasa apa pun alasannya.
Tapi, kalung baja putih
merupakan satu kekecualian.
Dengan benda itu, permintaan
apa pun akan dikabulkan.
Sekalipun permintaan itu amat
sukar untuk dipenuhi" ujar gadis
berpakaian kuning, dengan
sikap sungguh-sungguh.
'Permintaan apa pun"' tanya Aji
meminta penegasan sambil
cengar-cengir, '
Gadis berpakaian kuning telah
bersiap untuk mengangguk.
Tapi, belum sempat hal itu
dilakukannya, dia melihat sikap
dan tingkah Aji yang
mencurigakan. Anggukan
kepalanya pun ditahan. Sebagai
gantinya. gadis Itu memberikan
jawaban yang sebelum
dikeluarkan, dipikirkannya dulu
masak-masak.
"Permintaan apa pun dengan
catatan, dapat kami penuhi
tanpa melanggar nilai-nilai
kebenaran dan sopan santun.' "
Aii manggut-manggut. _
"Gadis yang cerdik," puji
pemuda berambut dikuncir ini,
dalam hati. "Dia dapat
menemukan Jawaban yang
demikian tepat." _ '
"Berarti sekarang kita dapat
menemui kakekmu dan aku bisa
mendapatkan darah kura-kura
raksasa," kata Aji dengan nada
lega. _
Gadis berpakaian kuning
menganggukkan kepala. Aji
menjadi heran karenanya.
'Apa maksud gelengan kepalamu
itu, Nona"!" Aji tak kuasa untuk
menahan rasa ingin tahunya.
"Kita tak perlu menemui
kakekku. Kau tahu, dia punya
watak yang amat aneh. Seusai
memancing, tak mau diganggu
atau ditemui. Aku sendiri tak
tahu mengapa. dan apa yang
dilakukannya. Yang jelaS
apabila dia telah selesai dengan
urusannya, dia akan kembali ke
rumah," beritahu si gadis,
panjang lebar.
'Jadi... dia tak kembali ke rumah
seusai memancing"l Lalu... ke
mana"!" _ . '
"Ke tempat kura-kura raksasa
peliharaannya. Hanya itu yang
kutahu. Mungkin dia memberi
makan kura-kura itu dengan
hasil tangkapannya. Tapi...
mungkinkah kura-kura itu doyan
ikan"!" __
Aji'mengangkat kedua bahunya
pertanda tak tahu.
"Kalau menurutku, kau akan
kubawa ke rumah dan kuberikan
obat itu. Aku yakin, di saat
Obat-itu telah memunahkan
racun yang mengeram di
tubuhmu, kakekku akan kembali.
Dan, ! aku tak perlu khawatir
kalau
beliau akan marah. Karena,
kakekku sendiri pun: akan
memberikan obat yang kau
perlukan apabila melihat kalung
baja putih...."
"Begitupun baik. Aku setuju. 0
ya, kita telah bicara banyak
bagaikan dua orang sahabat
yang bertahun tahun kenal._
Tapi, anehnya kita belum saling
mengenal nama masing-masing.
Aku Aji. Aji saputra," kata
Pendekar 108 seraya
mengulurkan tangan.
Gadis berpakaian kuning tak
segera menyambuti uluran
tangan si pemuda. Dia lebih
dulu menatap Aji, sebelum
akhirnya mengulurkan
tangannya.
Dengan gesit Aji menggenggam
tangan si gadis yang halus._Erat
dan lama. Seperti hendak
menggenggamnya terus dan tak
melepaskannya lagi. Baru ketika
si gadis, menariknya, Pendekar
Mata Keranjang melepaskannya.
***
***
SEBELAS
AJI merenggangkan tubuhnya
untuk melenturkan otot-otot dan
urat-urat tubuhnya yang terasa
kaku. Sepasang matanya pun
dibuka. Dan. seketika itu pula,
pandangan pemuda ini langsung
tertumbuk pada sesosok tubuh
molek yang tengah berdiri di
ambang pintu ruangan,
memandang jauh ke depan.
Aji segera mengenali pemilik
sosok menggiurkan itu kendati
mengenalnya belum lama. Siapa
lagi kalau bukan Nawang
Wulan"!
'Mengapa Nawang berdiri saja
di situ"! Apakah ada yang
tengah ditunggunya"! Ah ya...!
Kakeknya...! Nawang tengah
menunggu Pengail Aneh. Jadi...
rupanya kakek itu belum juga
datang. Sudah berapa lama ya"!
Aku jadi tak tahu pasti karena
tertidur. Sebuah kejadian yang
aneh. Mana mungkin aku tak
bisa menahan rasa ngantuk. Ini
pasti ada apa-apanya. Tidak
salah lagi pasti darah kura kura
raksasa itu. Mungkin itu
mempakan akibat sampingan...."
"Obat..."! Ya...! Aku telah
meminum obat. Lalu...
bagaimana perkembangannya
sekarang"!" _ .
Ketika teringat akan hal ini, Aji
langsung mengarahkan
pandangan pada tangannya.
Seketika itu pula. kegembiraan
sang pendekar 'muda ini melupa.
Kalau, saja tak malu, Aji telah
melompat-lompat gembira.
Karena, tangannya telah pulih
kembali seperti sediakala. Tidak
ada keriputnya. Dan, bukan
hanya tangan. Tapi juga kulit
tubuh lainnya. Malah, kuku-kuku
jari tangan dan kakinya telah
kembali ke warna asal. Tidak
lagi biru
"Darah kira-kura raksasa itu
memang benar-benar luar biasa.
Manjur...! Sekarang aku telah
kembali seperti sediakala. Jadi,
aku harus melaksanakan
apa-apa yang menjadi tugas
seorang pendekar!"
Aji bergegas bangkit. Kemudian
menghampiri Nawang Wulan.
Yang didekati tak bergeming
sama sekali. Apalagi menoleh.
Kendati demikian, Aji tak
merasa tersinggung sama sekali.
Pemuda ini dapat memaklumi
kegelisahan Nawang Wulan.
"Mengapa "kakek belum juga
datang...," dari mulut mungil itu
akhirnya keluar gumaman
bernada keluhan, sarat dengan
kebingungan dan kecemasan.
'Sabarlah, Nawang. Mungkin tak
lama lagi dia akan tiba," hibur
Aji sekenanya, karena tak tahu
harus'berbicara apa dan
bagaimana.
"Tak mungkin, Aji," bantah
Nawang Wulan tak sependapat
dengan si pemuda. "Kau tahu,
Kakek tak pernah terlambat
untuk pulang. Apalagi sampai
demikian telat seperti kali ini.
Itu tidak mungkin, Aji. Aku lebih
condong menduga kalau Kakek
mendapatkan halangan di
jalan...."
Aji baru mengerti maksud
ucapan Nawang Wulan.
"Kalau begitu, mengapa tidak
kita yang menyusulnya"!
Daripada gelisah menunggu di
tempat ini, bukankah lebih baik
kalau mendatangi tempat itu
untuk memastikan dan melihat
Sendiri apa yang telahk
terjadi"!" Pendekar Mata
Keranjang mengajukan usul.
Nawang Wulan membalikkan
tubuhnya, Ialu menatap Aji
lekat-lekat. Di lain saat
sepasang 'bibirnya yang mungil
berkemik memperdengarkan
ucapan. Aah ?""
"Aku gembira sekali kau telah
berhasil sembuh, Aji"
"Aku lebih gembira lagi,
Nawang. Dan, semua ini atas
pertolonganmu. Kalau tidak, aku
telah tinggal di atas kuburan
saat ini dan dengan keadaan
tubuh mengerikan!" timpal Aji,
sejujurnya. "Oleh karena itu
sebelumnya kuucapkan
berjuta-juta terima kasih atas
pertolonganmu, Nawang.
Kaulah yang telah
mengembalikan ketampanan dan
keperkasaanku."
"Lupakanlah itu, Aji. Kau
memang pantas untuk
mendapatkan darah kura-kura
raksasa itu," sahut Nawang
Wulan sambil menahan senyum
mendengar ucapan Pendekar
Mata Keranjang yang terakhir,
karena bernada memuji dirinya
sendiri.
"Sekali lagi kuucapkan terima
kaSihku padamu. Nawang. O ya,
sekarang kita telah pantas
berjalan bersisian. Kau cantik,
jelita. dan manja Dan aku"! Aku
jauh lebih menarik daripada
sebelumnya kan"!"
,"Kau ngawur!"
"Kalau begitu... mari kita
bergegas untuk menemui
kakekmu, Nawang. Kurasa
perbincangan kita telah selesai."
'
"Ikuti aku saja!" tandas Nawang
Wulan melesat mendahului
Pendekar 108. Gadis ini tak tahu
mengapa muncul perasaan
gembira yang terperikan, ketika
berbincang-bincang dengan Aji.
Penampilan si pemuda,
gerak-gerik. dan sikapnya
benar-benar menarik hati
Nawang Wulan. Gadis jelita ini
telah terpincuk pada si mata
keranjang yang berparas
tampan.
Melihat Nawang Wulan telah
melesat, Aji tak punya pilihan
lagi kecuali melesat mengikuti.
Hanya dalam sekejapan,
pemuda berpakaian hijau ketat
ini. telah berada di sebelah si
gadis.
saat Aji dan Nawang Wulan
melesat, meninggalkan pondok,
dua sosok duduk bersila
berhadap-hadapan di atas
sebuah batu sebesar kerbau
yang permukaannya datar dan
halus. Batu itu berwarna hitam
mengkilat, seperti juga
batu-batu lainnya di sekitar
tempat itu, karena dua sosok itu
memang berada di Pantai
Karang Hitam.
Sosok yang pertama sukar untuk
dikenali jenisnya. Karena, dia'
mengenakan selubung yang
menutup wajah, dan pakaian
longgar yang membuat potongan
tubuhnya tak terlihat. Selubung
dan pakaian itu berwarna
kuning keemasan. Sosok ini tak
lain dari Manusia Bertopeng. '
DI depan Manusia Bertopeng
yang terkenal sebagai pentolan
kaum putih, duduk tokoh yang
tak kalah terkenalnya. Memang,
keadaannya tak menggiriskan.'
karena dia adalah seorang
kakek yang bertubuh kurus
kering seperti cecak kelaparan.
Tapi, hampir semua tokoh
persilatan mengenalnya. Kakek
ini adalah penghuni Pantai
Karang Hitam, si Pengail Aneh.
"Sekarang... katakan maksud
kedatanganmu kemari, Topeng.
Tidak usah malu-malu atau
ragu. Kau telah kuanggap
keluarga sendiri karena telah
menyelamatkan cucuku." ' _
"Kuucapkan banyak terima
kasih atas penghargaan
yang kau berikan padaku,
Pengail! Aku merasa
mendapatkan kehormatan besar
atas pengakuanmu yang
menganggapku sebagai keluarga
sendiri. Tapi... apakah kau telah
memikirkannya masak-masak"!
Kau tidak mengenalku. Bahkan
tidak tahu wajahku...."
"Tidak usah kau pikirkan hal Itu,
Topeng. Aku tak akan menyesal
mengangkatmu sebagai anggota
keluarga. Terkecuali kalau kau
merasa keberatan," selak
Pengail Aneh. Karena tak sabar
menunggu'selesainya ucapan
Manusia Bertopeng. _
"Aku sama sekali tak keberatan,
Pengail. Justru aku merasa tak
pantas...."
"Kalau begitu. tak usah kau
perpanjang lagi masalahnya,"
lagi-lagi Pengail Aneh
menyelak. "Sekarang katakan
hal yang mendorongmu untuk
datang menemuiku."
Manusia Bertopeng terdiam
sejenak.
"Ada beberapa hal yang
mendorongku untuk datang
kemari dan menjumpaimu,
Pengail. Pertama, aku
mendengar selentingan kabar
akan adanya pertemuan
datuk-datuk sesat. Aku khawatir
mereka bergabung. Bila Itu
terjadi, dunia persilatan akan
geger. Kekuatan mereka akan
sulit ditanggulangi. Aku sendiri
sempat bentrok dengan Siluman
Tengkorak Hidup. Sayang, aku
kehilangan jejaknya. Aku yakin,
siluman itu keluar dari
persembunyiannya sehubungan
dengan akan adanya
pertemuan...."
"Aku tidak takut! Bila mereka
datang kemari akan' kuladeni.
Kau lahu, Topeng. Lima belas
tahun yang lalu, Begal Bermata
Iblis dan Siluman Tengkorak
Hidup menyatroni tempat ini.
Untung mereka berhasil kabur.
Kalau tidak, mereka akan
menjadi mayat tak berkubur di
tanganku!" tandas Pengail Aneh,
lantang.
Pengail Aneh memang tidak
berbohong. Namun,
pernyataannya pun tak
sepenuhnya benar. Dia berhasil
mengusir datuk-datuk sesat itu
tidak sendirian. Suatu kebetulan,
rekannya Dewa Botak berada di
tempatnya, sehingga
dedengkot-dedengkot golongan
putih ini' menghadapi lawan
masing-masing seorang.
Manusia Bertopeng hanya
manggut-manggut, tak
memberikan bantahan atas
keterangan yang didapatnya.
Dia sendiri pernah berhadapan
dengan Dedemit Bermulut Manis
di tempat ini, ketika datuk sesat
itu hampir mencelakai Nawang
Wulan. Kejadiannya pun
belasan tahun lalu, saat Pengail
Aneh tak berada di Pantai
Karang Hitam! Manusia
Bertopeng berhasil melukai sang
dedemit.
Karena pertolongannya itu. sang
pengail yang tiba setelah
Dedemit Bermulut Manis kabur,
menghadiahkan kalung baja
putih pada Manusia Bertopeng. .
"Hal yang kedua, Pengail,
menyangkut seorang pemuda
bernama Aji," kata Manusia
Bertopeng. "Dia membutuhkan
darah kura-kura raksasa untuk
mengobati lukanya. Apakah dia
telah bertemu denganmu"!"
"Aji...," ulang Pengail Aneh
dengan sepasang alis berkerut,
seperti mengingat-ingat. "Aku
tidak mengenalnya. Dan....'
"Kalau begitu, lupakanlah,
Pengail. Mungkin dia belum tiba
di sini," putus Manusia
Bertopeng. "Mengenai dia bisa
kita bicarakan lain waktu.
Sedangkan persoalan yang
terakhir... adalah persoalan
yang lama mengganjal di dalam
dadaku. Bertahun-tahun
kurendam, dan sebenarnya aku
masih ragu untuk
mengutarakannya. Tapi... kurasa
lebih baik kukatakan sekarang
sebelum terlambat...."
Sampai di sini, Manusia
Bertopeng menghentikan
ucapannya.Dia menarik napas
dan menghembuskannya
berkali-kali, seakan-akan
hendak menenangkan diri. .
"Pengail... sebenarnya aku
adalah...," sambil bicara dengan
suara bergetar yang menjadi
pertanda kalau Manusia
Bertopeng menahan guncangan
perasaan, sebelah tangannya
meraih selubung di kepala, siap
untuk direnggutkan.
"Untung kami rupanya besar
sekali...! Kalian berada di sini,
sehingga tak repot-repot untuk
mencari lagi. ha ha ha...!"
Seruan keras yang diiringi tawa
itu membuat Manusia Bertopeng
tak melanjutkan ucapannya.
Tangan yang telah meraih
selubung pun diturunkannya
kembali. tanpa merenggut
penutup wajah sekaligus kepala
itu. Berbareng dengan itu,
Manusia Bertopang
mengalihkan pandangan ke arah
asal suara.
Pengail Aneh tak kalah cepat
bertindak. Kakek itu pun
menoleh. Dan, seperti juga
Manusia Bertopeng, ketika
mengetahui si pemilik suara,
perasaan si kakek terguncang.
Hampir berbarengan, Manusia
Bertopeng dan Pengail Aneh
melompat dari atas batu dan
bersiap untuk
menghadapi segala
kemungkinan.
Di depan Manusia Bertopeng
dan Pengail Aneh. berjarak
sepuluh tombak. Berdiri empat
sosok dengan sikap pongah.
Tiga di antara mereka adalah
kakek-kakek. Hanya seorang
yang terlihat seperti wanita
berusia enam puluh tahun. _
Baik Manusia Bertopeng,
maupun Pengail Aneh tahu pasti
siapa adanya empat pendatang
tak diundang itu. Dedemit
Bermulut manis, Siluman
Tengkorak Hldup, Dan Begal
Bermata lblis,serta Rase Genit.
Yang berseru adalah Dedemit
Bermulut Manis, sedangkan tiga
tokoh di sebelahnya, hanya
mempertunjukkan sikap
menghina Manusia Bertopeng
dan.Pengail Aneh. Sikap orang
yang berada di pihak yang lebih
unggul '
Pengail Aneh yang segera
memberikan sambutan dengan
lantang. Tapi, kakek ini tidak
menujukan pandangannya pada
Dedemit Bermuiut Manis,
melainkan pada Begal Bermata
Iblis Sambil bicara, Pengail
Aneh menudingkan telunjuk
kirinya.
"Begal Sialan! Lima belas tahun
lalu, kau hampir kukirim ke
neraka! Sama sekali tak
kusangka kau berani
menampakkan tampangmu yang
buruk lagi. Meskipun kau
membawa banyak komplotan
untuk mengeroyok, kau kira aku
tak mampu untuk
membunuhmu"!"
Makian Pengail Aneh, membuat
sang begal berang. Sepasang
matanya yang memang
menyeramkan, semakin terlihat
menggiriskan hati. Dia
melangkah maju beberapa
tindak.
. "Pengail Keparat...! Tanpa
bantuan mereka pun aku mampu
untuk membuatmu menjadi
mayat tidak berkubur!
Asal kau tahu saja, kawanmu, si
tua Dewa Botak telah menjadi
penghuni neraka! Sekarang, kau
akan menyusulnya...!"
Sambil mengatupkan mulutnya,
Begal Bermata
Iblis melancarkan serangan.
Dari sepasang matanya yang
mengerikan, menyeruak dua
larik sinar hijau yang meluncur
ke arah Pengail Aneh. ' ' ' Sang
pengail tak segera memberikan
sambutan. Kakek ini masih
terlampau kaget mendengar
pernyataan Begal Bermata Iblis
tentang kematian Dewa Botak.
Pengail Aneh masih terkesima.
Untungnya, sebelum sinar hijau
yang mengeluarkan bunyi
gemuruh itu menggebrak
dirinya, si kakek sadar akan
bahaya besar yang mengancam.
Dia melompat tinggi ke atas
untuk mengelakkannya.
Blarrr..!, _
Batu'sebesar kerbau yang
berada di belakang sang pengail
hancur berkeping-keping mejadi
abu. Dan, hancurnya batu ini
seperti menjadi tanda bagi
masing-masing pihak bertarung
untuk menentukan siapa yang
berhak untuk tetap hidup.
Siluman Tengkorak Hidup
langsung berkelebat ke arah
Manusia Bertopeng seraya
mengirimkan serangan maut. Di
saat yang sama, Dedemit
Bermulut Manis juga menyerang
orang yang diserang sang setan.
Manusia Bertopeng dikeroyok.
Bukan hanya sosok berpakaian
keemasan yang dikeroyok.
Pengail Aneh sendiri, begitu
menjejak tanah, segera dihujani
serangan-serangan maut oleh
Begal Bermata Iblis dan Rase
Genit.
"Inikah yang kau namakan
bertarung tanpa mengeroyok,
Begal Licik"!" ejek Pengail Aneh
sambil
mengelakkan serangan dua
lawannya.
"Siapa yang mengeroyok, Kakek
Pelit"!" Rase Genit yang
memberikan sambutan. "Aku
hanya tak ingin kau mati
dibunuh oleh Begal Bermata
Iblis! Aku ingin tangankulah
yang mengirim nyawamu ke
neraka!"
Pengail Aneh tak menyahuti. Di
samping karena tak ingin, kakek
ini tahu. berbicara hanya akan
mengurangi pemusatan
perhatiannya-pada pertarungan.
Hal itu amat berbahaya,
mengingat lawan-lawan yang
dihadapinya berkepandaian luar
biasa! Dia bisa celaka!
' Penyerangan empat pentolan
kaum sesat Itu, membuat
suasana di Pantai Karang Hitam
yang semua hening, jadi gaduh
oleh bunyi pertarungan yang
tercipta menjadi dua kancah itu.
Jurus demi jurus berlangsung
secara cepat. Dan, baik Pengail
Aneh, maupun Manusia
Bertopeng harus mengakui kalau
keroyokan lawan-lawan tangguh
itu teramat kuat untuk dapat
mereka tanggulangi. Hanya
dalam beberapa jurus kedua
pentolan golongan putih ini
telah tertekan hebat. Mereka
lebih banyak bertahan dan
mengelak daripada menyerang,
karena terlalu gencarnya
serbuan-serbuan lawan.
Di jurus kedua puluh lima.
Pengail Aneh yang keadaannya
lebih buruk dibanding Manusia
Bertopeng, karena lawan-lawan
yang dihadapinya lebih tangguh
daripada yang dihadapi
Manusia Bertopeng, terlempar
dan terguling-guling di tanah.
Itu terjadi akibat si kakek
menangkis serangan Rase Genit.
di saat posisinya tak
menguntungkan!
Begal Bermata iblis tak
menyia-nyiakan kesempatan itu.
Dia memburu sang pengail dan
menghujaninya dengan
serangan bertubi-tubi yang
memaksa si kakek untuk terus
bergulingan menyelamatkan
diri.
Dukkk!
Gulingan tubuh Pengail Aneh
seketika itu pula terhenti ketika
punggung nya menubruk
gundukan batu sebesar kerbau.
Dia tak bisa menghindari lagi.
Padahal, saat itu serangan
Begal Bermata Iblis menggebrak
tiba:
Pengail Aneh memutuskan untuk
menangkis. Tapi, ketika
mengangkat tangan itu
memapak, sebutir kerikil yang
ditendang oleh Rase Genit,
menggebrak mendahului
mengancam ubun ubunya!
Dalam saat yang bersamaan,
kakek ini menghadapi dua
serangan maut sekaligus! _
Pengail Aneh merasakan
sukmanya melayang seketika itu
juga. Dia tahu, tak mungkin
baginya untuk menanggulangi
dua serangan itu pada saat
bersamaan. Satu demi satu pun
lebih tak mungkin lagi. Karena,
kesempatan yang dimiliki sang
pengail. amat terbatasi
dalam waktu yang sangat
singkat itu, Pengail Aneh
mengambil keputusan nekat. Dia
menghentakkan tangan
kanannya, mengirimkan pukulan
jarak jauh, yang membuat kerikil
yang meluncur ke arahnya,
hancur di tengah jalan.
Pengail Aneh bermaksud untuk
memapak serangan Begal
Bermata !blis, setelah
mematahkan serangan RaSe
Genit. Kakek ini sebenarnya
merasa ragu untuk keberhasilan
usahanya itu. Masalahnya,
waktu
yang dimilikinya amat sempit.
Bukan hanya untuk memapak,
tapi mengerahkan tenaga dalam
pada tangan yang akan
dipergunakannya untuk
menghadang serangan sang
begal.
Di saat kritis bagi keselamatan
Pengail Aneh, Manusia
Bertopeng melentik cepat
menerobos kepungan
lawan-lawannya. Sosok penuh
rahasia ini melesat ke arah
Begal Bermata lblis. Saat
tubuhnya melayang ke arah sang
begal, sepasang tangannya
dihentakkan bergantian,
melancarkan pukulan jarak jauh
ke arah datuk selatan itu! "
Wusss, wusss.!
Serangan mendadak tak
disangka-sangka itu,
mengejutkan Begal Bermata
Iblis. Dia tahu, kalau tetap
meneruskan serangannya,
pukulan-pukulan jarak jauh
manusia Bertopeng akan
menghantamnya, yang mungkin
akan dapat mengirim nyawanya
ke akhirat. Begal Bermata lblis
belum ingin mati.
Itulah sebabnya, Begal Bermata
Iblis mengurungkan
serangannya. Kakek tinggi besar
ini melakukan lompatan harimau
jauh ke samping untuk
mengelakkan serangan Manusia
Bertopeng.
Pengail Aneh pun lolos dari
keadaan kritis. Begal Bermata
Iblis juga selamat dari ancaman
bahaya maut. Sekarang, ganti
Manusia Bertopeng yang
terancam. Dari kanan kiri
belakangnya, Dedemit Bermulut
Manis dan Siluman Tengkorak
Hidup, mengejar sambil
melancarkan serangan maut! '
Plakkk, _bukkk, desss...!
Bunyi nyaring itu terdengar
berkali-kali yang diiringi dengan
keluhan-keluhan tertahan. Kejap
kemudian, Manusia Bertopeng
dan bedemit Bermulut Manis
sama-sama terlempar. kearah
yang berlawanan. Dari mulut,
hidung, dan telinga keduanya
menyembur darah segar!
Dua dedengkot persilatan yang
berasal dari golongan berbeda
itu, melayang-layang sejauh
beberapa tombak sebelum
akhirnya terbanting keras di
-tanah. Manusia Bertopeng dan
Dedemit Bermulut Manis
berusaha untuk bangkit, tapi
gagal. Keduanya ambruk
kembali ke tanah sambil
memuntahkan darah segar
Kejadian yang menimpa dua
tokoh itu membuat jalannya
pertarungan seketika
terhenti._Semua pasang mata
tertuju pada Manusia Bertopeng
dan Dedemit Bermulut Manis.
Sekali lihat saja. mereka semua
tahu kalau nyawa dua tokoh itu
telah berada di ujung tanduk.
Lepasnya nyawa dari raganya
tinggal menunggu saatnya saja.
Namun, .jika saja Sebelum saat
itu tiba, Manusia Bertopeng dan
Dedemit Bermulut Manis segera
meminum darah kura-kura
raksasa. keselamatan mereka
mungkin tercipta. '
Kejadian yang menimpa
Manusia Bertopeng dan Dedemit
Bermulut Manis tak luput dari
pandang mata semua orang
yang berada di situ. Mereka
melihat dengan jelas betapa
bacokan tangan Dedemit
Bermulut Manis menghantam
belikat kiri Manusia Bertopeng.
DI saat yang hampir sama,
tamparan Dedemit Bermulut
Manis menghantam pinggang
kanan Manusia Bertopeng. '
Dua serangan itu memang
dahsyat sekali, dan membuat
tubuh Manusia Bertopeng
terlempar. Namun, Manusia
Bertopeng memang benar-benar
luar biasa, saat tubuhnya
terhumbalang, dia masih sempat
menyepakkan kakinya ke
belakang, mengirimkan
serangan balasan dengan tenaga
terakhirnya!
Dedemit Bermulut Manis yang
bernasib sial. Kakek pendek
gemuk ini tak menyangka kalau
Manusia Bertopeng masih
mampu melancarkan serangan.
sehingga tak sempat mengelak.
Kaki Manusia Bertopeng
menghantam dadanya secara
keras. Dan akibatnya, datuk
barat itu mengalami nasib sama
dengan lawannya.
***
DUA 'BELAS
DIANTARA semua yang
menyaksikan, Pengail Aneh yang
paling dulu sadar, dan teringat
apa yang harus dilakukan.
Kakek kurus kering ini segera
melesat untuk menyambar
Manusia Bertopeng,
membawanya kabur dan
menyelamatkan nyawanya
dengan meminumkan darah
kura-kura raksasa. ..
Tiga pentolan sesat melihat
tindakan Penghuni Pantai
Karang Hitam itu. Dan mereka
bisa menduga apa yang hendak
dilakukan oleh Pengail Aneh.
Maka, seperti telah disepakati
sebelumnya, Rase Genit dan
kawan-kawannya itu, melesat
untuk merintangi niatan sang
pengail!
Pengail Aneh tak punya pilihan
lain kecuali membataltan
maksudnya dan menjauhkan
diri. Namun. dia segera dikejar
dan dihujani serangan-serangan
mematikan. Dalam segebrakan
Pengail Aneh telah kerepotan!
Kakek kurus kering ini
berlompatan ke sana kemari
untuk menyelamatkan selembar
nyawanya!
Pada saat genting bagi
keselamatan Pengail Aneh,
terdengar bentakan keras
disusul dengan berkelebatnya
sesosok bayangan hijau kuning
ke dalam kancah pertarungan.
"Pengecut-pengecut hina...! Di
mana-mana kalian selalu
bertarung secara keroyokan"!'
Bersamaan dengan melesat
masuknya sosok hijau kuning,
pengeroyokan terhadap Pengail
Aneh membuyar. Tiga pentolan
sesaat menjauhkan diri dari
kancah pertarungan karena
serangan kalang kabut sang
pendatang baru yang dahsyat
dan menuju ke bagian yang
mematikan!
"Selamat bertemu lagi, Manusia
Tulang," ucap Sosok hijau
kuning yang bukan lain dari Aji
Saputra alias Pendekar Mata
Keranjang, sambil
cengar-cengir.
"Kau?" sambut Siluman
Tengkorak Hidup, yang
mendapat sapaan. Suara kakek
ini bergetar penuh kemarahan
dan keterkejutan. 'Ternyata
dugaanku benar. Kau bukan
orang sembarangan. Saat
bertemu pertama kali aku telah
curiga, dan ternyata dugaanku
itu benar."
"Sayang kau tidak berhasil
membunuhku, Siluman
Tengkorak! Itu artinya saat ini
nyawamu akan menghadap
malaikat maut! Kau akan mati di
tanganku! Malah bukan hanya
kau, tapi
pengkhlanat-pengkhianat
lainyajuga, yaitu orang-orang
yang bersamamu. Nyawa kalian
semua tak cukup untuk menebus
dosa kepengkhianatan kalian
dan pencurian kitab pusaka
ilmu-ilmu orang yang kalian
khianati!" _
Bukan hanya Siluman
'Tengkorak Hidup yang
terjingkat. Dedemit Bermulut
Manis, dan Begal Bermata Iblis
pun demikian.
"Kau... apa hubunganmu dengan
si keparat tuKang jagal manusia
itu, heh"!" Begal Bermata Iblis
yang mengajukan pertanyaan.
"Tidak ada hubungan apa pun.
Hanya saja'aku telah menerima
budi baiknya. Maka, aku
memutuskan untuk membalas
kebaikannya'dengan melakukan
tindakan yang membuatnya mati
merem, yaitu membunuh kalian
semua...!!' tandas Aji, mantap.
"Sesumbarmu besar, Tikus
Busuk! Kaulah yang akan pergi
ke neraka menyusul si tua itu!"
seru Begal Bermata Iblis,
geram.
Bersamaan dengan keluarnya
bentakan itu, sang begal
menyerbu Pendekar 108. Di saat
yang hampir bersamaan,
Siluman Tengkorak Hidup ikut
meluruk ke arah Aji. '
Rase Genit yang ketinggalan, tak
mendapatkan kesempatan untuk
bertarung menghadapi Pendekar
Mata Keranjang. Karena,
Pengail Aneh telah
menyerangnya. Untuk kedua
kalinya, pertarungan yang
terpisah menjadi dua kancah
pun, berlangsung.
Saat pertarungan berjalan
beberapa jurus, dua orang
wanita muncul di tempat itu.
Mereka adalah Nawang Wulan
dan Bidadari Berkabung. Sesaat
perempuan-perempuan ini
menyaksikan jalannya
pertarungan, kemudian menatap
dua sosok yang tergolek di
tanah. _ '
Baik Bidadari Berkabung
maupun Nawang Wulan, segera
mengenal sosok yang
berpakaian dan berselubung
keemasan. Seketika itu pula
mereka terperanjat ketika
melihat keadaan si Manusia
Bertopeng.
Namun, Nawang Wulan dapat
bertindak cepat. Dia langsung
melesat ke arah Manusia
Bertopeng, menyambar
tubuhnya, dan berlari cepat
meninggalkan tempat itu" untuk
menuju ke rumahnya. Bidadari
Berkabung tak mau ketinggalan.
Wanita ini pun melesat
mengikuti Nawang Wulan.
Beberapa saat sebelumnya
Bidadari Berkabung berlarian
seorang diri. Di tengah
perjalanan, wanita Ini bertemu
dengan Aji dan Nawang Wulan.
Tanpa membuang waktu lagi,
sang bidadari menceritakan
hal-hal yang diketahuinya.
Aji sempat terkejut dan marah
mendengar cerita Bidadari
Berkabung. Wanita itu
menuturkan kalau Dewa Botak
telah tewas. Kakek berkepala
gundul itu ketahuan ketika
mengintai pertemuan
datuk-datuk sesat itu.
Dewa Botak pun dikeroyok.
Hanya dalam belasan jurus,
kakek berkepala gundul itu
roboh terluka parah. Dewi
Berhati Besi yang hadir di
tempat itu, ikut gurunya si Rase
Genit, bermaksud membalas
sakit hatinya.
Sang dewi terlalu gegabah.
Dewa Botak masih mampu unjuk
gigi, menangkal balas dendam
Dewi Berhati Besi. Ketua
Perkumpulan Anak Langit itu
tewas di tangan sang dewa. Hal
ini membuat Rase Genit murka.
Dia meracuni Dewa Botak untuk
membuat kakek itu mati
pelan-pelan.
Sepeninggal datuk-datuk sesat
itu, Bidadari Berkabung muncul.
Wanita ini sempat mendapatkan
berita dari mulut Dewa Botak
sebelum kakek itu tewas. Berita
tentang penyerbuan datuk-datuk
sesat itu ke Pantai Karang
Hitam. Itulah sebabnya, setelah
menguburkan mayat Dewa
Botak, Bidadari Berkabung
bergegas ke Pantai Karang
Hitam.
Berita sang bidadari membuat
Aji bergegas melesat lebih dulu.
Bidadari Berkabung menyusul
bersama Nawang Wulan. Kedua
wanita Ini muncul beberapa saat
setelah Aji. ,
Kemunculan dua perempuan itu.
dan kepergian mereka kembali
dengan membawa Manusia
Bertepeng, tak luput dari
penglihatan tokoh-tokoh yang
tengah bertarung. Kalau saja
bisa. Begal Bermata lblis dan
sekutu sekutunya akan berusaha
untuk mencegah. Tapi,
lawan-lawan yang mereka
hadapi. tak memberikan
kesempatan bagi mereka untuk
melakukan hal itu.
Memang baik Rase Genit.
maupun Begal Bermata Iblis,
dan Siluman Tengkorak Hidup,
harus mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk
mengimbangi Pengail Aneh dan
Pendekar Mata Keranjang.
Terutama sekali Rase Genit
yang menghadapi Pengail Aneh
sendirian!
Jurus demi jurus berlangsung
cepat. Masing-masing pihak
berusaha keras untuk secepat
mungkin merobohkan lawan
yang dihadapi. Pendekar 108
pun sendiri telah menggunakan
kipas ungu yang menjadi senjata
andalannya. Murid Wong Agung
ini memang telah memutuskan
untuk menghabisi
lawan-lawannya untuk
memenuhi janjinya terhadap
Penjagal dan Neraka.
Serangan-serangan yang
dilontarkan Aji, senantiasa
mengandung maut. Terutama
terhadap Begal Bermata Iblis.
Karena, kakek tinggi besar Itu
yang telah membunuh sang
penjagal. Memang, sang
penjagal sempat
memberitahukan pada Aji
mengenai orang yang
menghabisi nyawanya.
Di jurus kelima puluh tiga, Aji
terpaksa melempar tubuh ke
samping untuk mengelakkan
serangan Siluman Tengkorak
Hidup. Kesempatan itu tak
disia-siakan oleh Begal Bermata
!blis. Dia menghentakkan
sepasang tangannya,
mengirimkan pukulan jarak jauh
terhadap sang pendekar. _
Wusss...!
Air melihat adanya serangan
berbahaya Itu. Keadaannya
yang di udara memang tak
menguntungkan. Kendati
demikian, si pemuda masih
mampu untuk menghentakkan
kedua tangannya pula untuk
memapak. Tindakan yang
diambil Pendekar Mata
Keranjang menyebabkan kedua
belah pihak harus mengadu
tenaga dalam! _
Wusss...!
Begal Bermata Iblis
membeliakkan sepasang
matanya besar-besar ketika
beberapa saat sebelum bentrok
pukulan-pukulan jarak jauh
terjadi, di antara gemuruh angin
keras yang keluar dari kedua
tangan Aji, menyeruak sinar
keperakan yang membentuk
lukisan naga samar-samar.
Sinar berbentuk naga yang
besarnya tak lebih besar
daripada kadal itu, melesat
dengan kecepatan menakjubkan
ke udara, lalu menukik ke arah
sang begal. Datuk selatan ini
berusaha keras untuk mengelak.
Blarrr...!
Bentrok pukulan-pukulan jarak
jauh Itu, menyebabkan Begal
Bermata Iblis dan Pendekar
Mata Keranjang sama-sama
terjengkang ke belakang. Dan,
saat tubuh Begal Bermata Iblis
tengah melayang, sinar
keputihan itu menggebrak!
Bresss-..!
Begal Bermata lblis meraung
sejadi-jadinya ketika sinar
berbentuk naga itu menghantam
dadanya. Tubuhnya kembali
terlempar. Namun, saat itu pula.
nyawa si kakek ikut terlempar.
Sebelum tubuhnya sendiri
mendarat di tanah.
Siluman Tengkorak Hidup
terkejut bukan main melihat
kejadian yang menimpa
sekutunya. Kakek kurus kering
ini jadi nekat. Dia meluruk ke
arah Aji dengan kepala di
depan, seperti layaknya seekor
kerbau. Saat Itu, Pendekar 108
baru saja bangkit!
Wusss...!'
Angin yang menggila
menggebrak seiring dengan
meluncurnya serangan Siluman
Tengkorak Hidup yang aneh.Di
seberang, Aji telah merasakan
sendiri kedahsyatannya sebelum
serangan itu sendiri tiba.
Pemuda berambut dikuncir ekor
kuda ini merasakan dadanya
sesak. '
Aji tak mau mengambil risiko
dengan membiarkan serangan
itu semakin mendekat. Pemuda
ini tak bisa membayangkan
bagaimana dahsyatnya serangan
itu kalau dalam jarak yang
masih cukup jauh saja sudah
menimbulkan akibat yang
demikian dahsyat.
Pendekar 108 segera
mengebutkan kipasnya. Di lain
saat, sinar keputihan yang
berbentuk kipas raksasa
meluncur memapaki tubuh
Siluman Tengkorak Hidup.
Bunyi gemuruh laksana badai
yang disertai hawa panas
menghambar, mengiringi
meluncurnya sinar berbentuk
kipas. ' ' '
Bre'sss...! .
Untuk kedua kalinya terdengar
lolongan yang' menyayat hati.
Lolong kematian. Kali ini
berasal dan mulut siluman
tengkorak Hidup, ketika terlanda
sinar berbentuk kipas raksasa,
sebelum serangannya sendiri
tiba di sasaran. .
Jeritan kematian dari sekutunya
yang saling susul-menyusul,
membuat Rase Genit, gugup.
Dan, kegugupannya ini harus
dibayarnya dengan _mahal.
Tendangan Pengail Aneh secara
telak menghantam dadanya.
Bunyi berderak keras
tulang-tulang yang patah pun
terdengar seiring dengan
terpentalnya tubuh sang rase
dengan semburan darah dari
mulutnya
Rase Genit menggelepar-gelepar
ketika tubuhnya terbanting di
tanah. Beberapa saat
sebelumnya, Siluman Tengkorak
Hidup jatuh di tanah dalam
keadaan tanpa nyawa.
Hanya'sebentar Rase Genit
menggelepar, di lain saat
nyawanya putus.
Pengail Aneh memperhatikan
lawannya sebentar. Kemudian,
menatap Aji. Dilihatnya sang
pendekar tengah menundukkan
kepala. Dia tak tahu kalau Aji
tengah bicara di dalam hatinya.
"Penjagal dari Neraka... janjiku
telah kutepati.
Pengkhianat-pengkhianat ini.
telah kukirim ke lobang kubur.
Tenanglah kau di alam sana.
Dan kukira, amanatmu ini sudah
tidak berguna lagi..!
Aji mengeluarkan gulungan
daun lontar dari balik
pakaiannya. Sekali dia
menggerakkan jari jari tangan
meremas, daun lontar itu hancur
berkeping-keping untuk
kemudian lenyap ditiup angin.
Aji menoleh ke arah Pengail
Aneh sambil tersenyum. Sang
pengail membalasnya seraya
mengayunkan kaki mendekat ' .
'Kau hebat. Aji. Aku kagum
padamu: hanya itu yang
diucapkan si kakek. _
"Kau pun mengagumkan, Kek,"
timpal Aji
Baru saja Pendekar 108
mengatupkan mulutnya,
terdengar bunyi
langkah-langkah mendekat. Aji
dan Pengail Aneh menoleh.
Mereka melihat tiga sosok
menghampiri mereka. Manusia
Bertopeng, Bidadari Berkabung,
dan Nawang Wulan. '
Aji sempat terkejut. Bukan
karena melihat keberadaan
Nawang Wulan dan Bidadari
Berkabung. Karena, mereka
memang datang bersamanya,
hanya saja, dia terpaksa melesat
lebih dulu, karena khawatir akan
terlambat. Dua perempuan itu
dibiarkannya melakukan
perjalanan bersama. .
Yang.membuat hati pemuda
berambut dikuncir ekor kuda ini
kaget adalah paras dan sorot
mata sang bidadari. Tidak lagi
menyiratkan kedukaan besar,
malah penuh seri. , .
"Apa yang membuatnya"
demikian gembira"!' tanya Aji
dalam hati.
Ternyata bukan hanya Aji yang
terkejut.. Pengail
Aneh pun demikian. Itu terjadi
ketika kakek ini melihat kalung
baja putih yang berada di
tangan Nawang Wulan. Dia
mengenali betul siapa pemilik
kalung itu setelah menegasinya
lebih lanjut.
Kalung baja putih yang
membuatnya adalah Pengail
Aneh. Semuanya berjumlah lima
buah. Masing masing
mempunyai sedikit perbedaan.
Sebuah ada pada dirinya. Tiga
buah ada di tangan Nawang
Wulan, dan sebuah lagi adalah
milik putranya. Tiga yang ada di
tangan cucunya itu, adalah milik
menantunya yang telah
meninggal, ketika melahirkan,
milik Nawang Wulan, dan
sebuah lagi sengaja dibuat oleh
Pengail Aneh untuk calon suami
cucunya. _
Tapi, Nawang Wulan yang
merasa berhutang budi ketika
mendapat pertolongan Manusia
Bertopeng, memberikan kalung
itu padanya. Manusia Bertopeng
sendiri, menyerahkannya pada
Aji, agar si pemuda
mendapatkan darah kura-kura
raksasa. Namun, sekarang
kalung itu telah kembali ke
tangan Nawang Wulan.
Dan sekarang, kalung yang
menjadi milik anaknya berada di
tangan Nawang Wulan.
Padahal, telah puluhan tahun,
sang anak tak dilihatnya. Oleh
karena itu, Pengail Aneh kaget.
karena tak mengerti mengapa
kalung itu bisa berada pada
Nawang Wulan. .
Tapi. kebingungan Pengail Aneh
tak lama. Ketika terpandang
olehnya Manusia Bertopeng,
dia' segera dapat menduga siapa
adanya sosok penuh misteri Itu.
Keheranannya akan tingkah
Manusia Bertopeng ketika
berbicara dengannya sekarang
tak ada lagi.
'Sekarang aku mengerti
mengapa kau bertingkah aneh,
Topeng." Pengail Aneh sambil
menatap Manusia Bedopeng.
"Aku tahu, apa yang menjadi
ganjalanmu . selama
bertahun-tahun itu. Aku tahu
pula mengapa kau
bertingkah aneh. Sekarang,
bukalah selubungmu itu,
Bongaya." .
Tanpa membantah sama sekali
Manusia Bertopeng memenuhi
perintah Pengail Aneh. Di
sebelahnya, Nawang Wulan
yang bermaksud untuk
memberitahukan tentang siapa
adanya Manusia Bertepeng, jadi
mengurungkan maksud karena si
kakek telah menduganya dengan
tepat.
Semula, Nawang Wulan pun
terperanjat ketika melihat
kalung baja putih ada pada
Manusia Bertopeng. Dia jadi
terkejut, gembira, sekaligus
bingung, ketika sosok penuh
misteri itu mengatakan hal yang
sebenarnya, begitu seng sosok
selamat dari maut. setelah diberi
minum darah kura-kura raksasa.
PENDEKAR MATA
KERANJANG
Segera terbit
Serial Pendekar Mata
Keranjang 108 dalam episode :
RAHASIA HUTAN SILUMAN
Tamat
(KOLEKTOR E-BOOK)