Anda di halaman 1dari 3

Ratu Lintah diam-diam terperanjat.

Sekarang dia baru ingat bahwa pemuda gondrong


itulah yang dia mau racuni.

Ratu Lintah kini tertawa tergelak-gelak. Sejenak dia melupakan giginya yang dibuat
rontok oleh Gendeng.

Sementara itu Bocah Ontang Anting sudah membersihkan lintah ditubuhnya. Dia juga
sudah menanggalkan pakaian atasnya yang telah terguyur cairan bau tembakau dan bau
pesing.

Sejak tadi si kakek yang disibukkan lintah memang hanya diam namun dia mendengar
pembicaraan orang. Kini walau tak mengenal permuda aneh itu dia berkata,

"Anak muda. Bicaramu tidak terus terang. Namun aku menduga kau yang mau diracuni
oleh betina itu."

Si pemuda manggut-manggut, lalu menyahuti. "Sudah tahu kenapa masih bicara?"

"Ah, selain Gendeng ternyata kau sombong!" rungut si kakek.

"Aku cuma ingin berterima kasih atas bantuanmu. Kalau kau tak datang mungkin aku
sudah pingsan atau mati jantungan karena lintah-lintah itu."

Gendeng tergelak-gelak. "Orang tua cebol. Kau ini agaknya lebih gila dariku. Kau
aneh dan keterlaluan. Telah kumandikan kau dengan sari tembakau dan air kencing
kuda. Bukannya marah malah berterima kasih. Ha ha ha!"

Walau sudah curiga tapi si kakek tidak menduga. Dia juga tak menyangka pemuda itu
mengerjainya. Karuan saja dia mendamprat,

"Benar-benar edan. Kau sangat keterlaluan."

Si kakek gelengkan kepala berulang kali, namun dia sendiri dengan suara yang lebih
lunak meneruskan ucapannya.

"Hmm, memang sudah nasib. Tapi tak mengapa kau memandikan aku dengan tembakau
campur kencing kuda dari pada kau mandikan aku dengan kencing Ratu Lintah. Aku
yakin kencingnya lebih pesing karatan juga mengandung penyakit. Terima kasih!
Terima kasih banyak. Ha ha ha...! "

"Bagus! ucapan terima kasihmu kuterima. Walau tubuhmu pendek. Semoga kau panjang
umur dan panjang semuanya kek. Ha ha hal" sahut si Gendeng pula diiringi tawa
tergelak. Untuk sesaat lamanya suasana ditempat itu dipenuhi gelak tawa. Merasa
disindir dan merasa tak dipandang sebelah mata, Ratu Lintah tiba-tiba menggeram.
Sambil menggeram dia juga berteriak.

"Manusia keparat. Kullhat kalian bagai dua pasangan yang gila. Kau dan kakek itu
ternyata sama edan dan sama tidak warasnya". geram sang ratu.

"Aku tahu, kau menyindirku. Aku yakin monyet betina yang kau maksudkan adalah
diriku. Berani sekali kau menghina Ratu Lintah?"

"Ah, kalau kau tidak merasa kunyuk betina kenapa tersinggung? Kalau tak merasa
merancuni kenapa marah. Apa salahku hingga kau berbuat keji terhadapku?" tanya
Gendeng, kali ini dia menunjukkan wajah serius.

"Salahmu? Kau muncul pada waktu yang tidak tepat.Dan kau kuanggap sebagai ancaman."
"Ancaman apa? Aku merasa tidak mengancam siapa- siapa ketika berada di kedai itu ?"
jawab si
pemuda polos.

"Kau ini bodoh sekali. Tentu saja dia merasa kecantikannya tersaingi oleh
ketampananmu." celetuk si kakek.

"Atau mungkin dia takut kau bakal menjadi saingannya dalam mendapatkan pedang itu."
"Pedang apa? Aku sudah mempunyai pedang, walau pedang itu cuma pedang tumpul."
jawab

pemuda itu dengan mimik serius.

"Benar-benar bocah gelo. Yang kumaksudkan adalah pedang pusaka Istana Es" terang si
kakek.

Walau sudah menduga, namun Gendeng malah tertawa- tawa.

Sebaliknya Ratu Lintah merasa darahnya menggelegak sampai ke ubun-ubun. Hanya satu
yang terpikirkan olehnya sampai saat itu. Dia harus membunuh kakek dan pemuda di
depannya.

Tidak menunggu lebih lama. Diawali dengan teriakan melengking Ratu Lintah tiba-tiba
melakukan gebrakan dengan satu serangan yang sangat dahsyat. Ratu Lintah sengaja
menyerang Gendeng karena sebelumnya dia sudah menjajal sejauh mana kehebatan yang
dimiliki Bocah Ontang Anting.

Dia sadar kakek cebol tak dapat dipandang sebelah mata, dia tahu Bocah Ontang
Anting hanya takut dengan lintahnya.

Sekarang dia menyerang Gendeng. Harapannya pemuda itu dapat dia jatuhkan dalam
beberapa jurus saja.

Tidaklah heran ketika melancarkan serangannya Ratu Lintah langsung menggunakan


kekuatan penuh, mengerahkan jurus andalan yang disertai pukulan dan tendangan
mematikan. Diserang dengan kecepatan luar biasa baik Bocah Ontang Anting maupun
Ratu Lintah sendiri merasa yakin Gendeng tak mungkin bisa menghindar. Itulah
sebabnya sebagai orang yang merasa ditolong diam-diam si kakek siapkan pukulan
untuk membantu.

Tapi apa yang terjadi kemudian sungguh membuat si kakek berdecak kagum dan Ratu
Lintah menjadi terperangah.

Serangan berupa pukulan dan tendangan menggeledek yang dilakukan Ratu Lintah dengan
mudah dapat dihindari oleh Gendeng.

Serangan-serangan ganas itu hanya mengenai angin, tendangannya menghantam batang


kayu hingga hancur berkeping-keping dikobari api. Ratu Lintah menggerung. Seketika
dia balikkan badan. Matanya mendelik memandang tak percaya pada Gendeng. Mulut
perempuan itu terkancing rapat sedangkan hatinya berkata,

"Aku tidak boleh gagal, karena biasanya tak ada seorang lawan pun yang bisa tolos
dari serangan sakti Menjemput Roh Mematikan Raga. Tak kusangka pemuda berprilaku
aneh ini ternyata mempunyai jurus-jurus yang mampu menghindar dari serangan.
Agaknya sebuah jurus langkah mirip tarian burung besar. Dia tak boleh mempermalukan
aku, aku akan menggempurnya dengan serangan Bala Menggusur Nyawa."

Setelah berkata begitu. Ratu Lintah kembali melakukan gebrakan. Tidak tanggung-
tanggung.
Mula-mula dia mengecoh lawan dengan melepaskan lintah-lintahnya.

Melihat Ratu Lintah menggunakan senjata rahasia, pemuda ini tersenyum, namun cepat-
cepat katubkan bibir.

Sekejab saja mulutnya menggembung besar seperti balon mau meledak. Begitu puluhan
lintah melesat deras menghantam sepuluh titik mematikan di tubuhnya pemuda ini pun
meniup.

Tiupan yang dilakukan Gendeng bukan sembarang tiupan.

Tiupan itu berupa ilmu langka yang disertai pengerahan tenaga sakti dikenal dengan
nama Mulut Dewa Mengirim Badai.

Akibatnya sungguh luar biasa. Tidak hanya lintah-lintah itu saja yang dibuat rontok
hancur menjadi kepingan. Deru angin dahsyat yang menyembur keluar dari mulut
Gendeng membuat Bocah Ontang Anting jatuh terjengkang. Sementara Ratu Lintah
sendiri merasakan pakaian dan tubuhnya seperti dicab �k-cabik laksana dihantam
topan prahara. Gelungan rambut wanita ini lepas terurai, sanggulnya mencelat
menggelinding entah kemana.

Ratu Lintah hampir terpelanting kalau tidak cepat alirkan tenaga sakti ke kaki.

Walau sempat terkejut tak menyangka bakal mendapatkan perlawanan yang luar biasa
hebatnya, namun Ratu Lintah yang memiliki pengalaman luas cepat melakukan sesuatu.

Tiba-tiba saja dengan menggunakan ajian sakti yang dikenal dengan nama Ratu Lintah
Mengulur Badan, perempuan ini meliukkan tubuhnya. Tubuh, tangan hingga kaki
mendadak dapat menjulur panjang. Sedangkan sambil menjulur ke dua kakinya menancap
di tanah agar tidak tersapu deru angin yang keluar dari mulut lawan.

Tindakan yang dia lakukan cukup berhasil. Kini tangan dan tubuh yang dapat menjulur
memanjang laksana karet itu merangsak ke depan. Dua tangan menghantam pada waktu
bersamaan.

Serangan itu sungguh diluar dugaan Gendeng. Segera dia memakai dua tangannya
menggunakan jurus Tangan Dewa Menggusur Gunung. Namun hantaman dua tangan
terpentang yang dilancarkannya dapat dihindari lawan.

Wuus!

Serangan dua tangan si Gendeng malah menghantam pohon dibelakang Ratu Lintah. Pohon
ambruk hancur menjadi kepingan. Sedangkan pukulan lawan menderu mengenai dadanya.

Anda mungkin juga menyukai