Anda di halaman 1dari 3

Bocah Ontang Anting tak menyangka, orang akan ajukan pertanyaan seperti itu.

Yang
membuatnya kaget dari mana perempuan sarang lintah itu tahu dia menjalin
persahabatan diam-diam dengan prabu Sangga Langit.

Walau sempat kaget, Bocah Ontang Anting menyembunyikan rasa kagetnya dengan
tertawa. "Ratu Lintah!" ucap si kakek.

"Kau bicara ngaco dipagi hari. Katakanlah yang kau ucapkan itu benar. Lalu niat apa
yang tersemburnyi dibalik pertanyaan itu?

"Bagus kau mau bersikap jujur bicara terus terang.Sekarang aku ingin tahu. Sebagai
sahabatnya tentu kau mengetahui dimana sang prabu menyimpan senjata itu?"

Si kakek menggeleng. Wajahnya berubah sedih. Dia teringat dengan kematian sang
prabu yang mengenaskan. Tapi si kakek berusaha menguasai dirh hingga tidak
membuatnya sedih. "Kau bertanya tentang sebuah senjata sakti mandraguna, pusaka
ampuh raja dari semua pedang yang pernah ada di dunia? Ratu Lintah.... tahukah kau
siapa yang telah melakukan penyerbuan ke Istana Es puluhan tahun yang silam?"

Bocah Ontang Anting balik bertanya. Ratu Lintah terdiam, berpikir sejenak lalu
menjawab, "Yang kudengar pelaku penyerbuan itu seorang tokoh misterius.Dia tokoh
maha sesat bergelar

Maha Iblis Dari Timur. Selain dia kemungkinan ada tokoh lain dibelakangnya tapi aku
tidak tahu," Si kakek mengangguk Dia kemudian berujar,

"Aku bisa saja bersahabat dengan gusti prabu. Tapi sebagai sahabatnya tak mungkin
aku mengetahui apa yang prabu rahasiakan. Karena kau sudah tahu siapa yang telah
melakukan penyerbuan ke Istana Es. Aku hanya bisa menyarankan sebaiknya kau carilah
Maha Iblis Dari Timur.Pedang itu pasti ada bersamanya. Kalau nasib peruntunganmu
baik, dan Maha Iblis Dari Timur tertarik padamu. Mungkin dia akan memberikan pedang
rampasan itu padamu. Malah tak tertutup kemungkinan Maha Iblis Dari Timur dengan
rela memberi pedangnya yang lain. Ha ha ha!"

Ratu Lintah tentu saja tahu apa maksud ucapan Bocah Ontang Anting. Dia juga tahu
apa arti pedang yang lain seperti yang dimaksud si kakek.

Perempuan ini pun kertakkan rahangnya. Marah karena merasa di permainkan membuat
dia membentak,

"Orang tua bermulut cabul. Pandai sekali kau menipu dan mempermainkan kata. Aku
yakin kau mengetahui sesuatu termasuk juga tentang rahasia dimana pedang itu. Lekas
katakan padaku sebelum kesabaranku lenyap?!"

Hardikan Ratu Lintah sama sekali tidak mempengaruhi si kakek. Malah sambil mengusap
dagunya yang ditumbuhi beberapa lembar rambut si kakek menjawab,

"Sebelum diserang prabu Sangga Langit tak pernah cerita tentang senjata pusaka, dia
juga tak menitipkannya padaku. Sekarang apakah kau sudah puas?"

Ratu Lintah diam gelisah. Matanya menatap tajam pada si kakek. Seolah mata itu
berusaha mencari kebenaran dibalik pengakuan Bocah Ontang Anting. Tapi dia merasa
tidak puas.

Dia merasa si kakek tidak menceritakan semua yang dia ketahui. Ada yang masih
dirahasiakan oleh Bocah Ontang Anting. Inilah yang membuat Ratu Lintah tidak segera
tinggalkan tempat itu.

Melihat sikap keras kepala Ratu Lintah yang memilih tetap bertahan, kakek cebol ini
kemudian berkata,

"Penjelasan telah kuberikan. Sekarang kulihat kau tetap berdiri di sini. Aku
menyangka kau tertarik padaku tapi kemudian aku menyadari bahwa sekarang kau pasti
mau mengakui perbuatanmu."

"Perbuatan apa?"

"Perbuatanmu membunuh sahabatku Elang Mata Juling?" "Hik hik! Aku lupa menjelaskan
padamu bahwa aku telah mematahkan lehernya. Sekarang apa yang hendak kau perbuat?
Kau mau menghukumku?"

"Menghukum dirimu? Oh tidak. Hutang nyawa dibayar nyawa. Maka sekarang serahkan
nyawa busukmu sebagai ganti nyawa Elang Mata Juling yang telah kau rampas!" teriak
si kakek.

Berbarengan dengan teriakannya itu si bocah tiba-tiba lakukan gerakan tak terduga.
Tubuh si kakek melambung.

Tangan terjulur ke arah batok kepala Ratu Lintah siap menjebol bagian ubun-ubun dan
membongkar isinya. Si nenek yang selalu menganggap remeh kakek kerdil ini sempat
dibuat terkesiap. Dia merasakan ada hawa panas mengerikan menyertai sambaran tangan
kakek bertampang bocah ini. Selain itu dia juga melihat ada cahaya ungu menyergap
bagian tubuhnya dari dada hingga keujung kepala. Sadar lawan memiliki ilmu
kesaktian tidak rendah, Ratu Lintah melompat mundur sambil dorongkan kedua tangan
menangkis serangan kilat lawannya.

Dua tangan bergerak dari arah berlawanan dan berusaha saling mendahului. Benturan
keras tak dapat dihindari..

Plak Des! "Wuah. "

Benturan itu membuat Ratu Lintah terhuyung dengan tubuh bergetar. Sementara
lengannya yang beradu keras dengan jemari tangan lawan terasa sakit, panas seperti
dibakar.

Sesaat setelah benturan keras, Bocah Ontang Anting jungkir balik di udara tak
karuan rupa. Jari-jarinya sakit mendenyut seolah bertanggalan. Tapi rasa sakit
segera lenyap begitu si kakek alirkan tenaga sakti kebagian tangan.

Dia juga membagi kekuatan ke arah kedua kaki. Hanya sekali si kakek menjejak tanah,
sesudah itu tubuh kerdilnya melambung lagi. Sepasang tangan dan kedua kaki kiri
pancarkan sinar kuning bergermelap menyilaukan pertanda Bocah Ontang Anting telah
mengerahkan ilmu ajian andalan yang dikenal dengan nama Rembulan Jatuh Bintang
Berguguran.

Ini adalah salah satu ilmu andalan yang dimiliki oleh si kakek cebol. Ratu Lintah
kini menyadari kakek berwajah seperti bocah itu ternyata bukan orang sembarangan.
Dibalik tampangnya yang kekanakan dia memiliki berbagai ilmu sakti yang tak
terduga. Ratu Lintah menggerung sekaligus melompat kesamping ketika melihat
sepasang tangan si kakek terjulur memanjang siap membetot lepas kepala sang ratu.
Sebaliknya dua kaki menyambar bersamaan meluncur deras kebagian perut dan rusuknya,
Dengan menggunakan jurus Lintah Mengintai Dibalik Air, sang ratu menghindari dua
serangan yang dilakukan si kakek. Tubuh disentakkan ke belakang kaki tetap terpacak
di tanah. Aneh luar biasa. Tubuh Ratu Lintah tiba-tiba terjulur panjang seperti
lintah yang berenang, mulur sedemikian rupa mengikuti gerakan kepala dan kedua
bahunya.

"Weleh-weleh. Bagaimana mungkin betina jelek ini bisa mengulur tubuh hingga
sepanjang itu?" pikir Si kakek ketika pukulan dan tendangannya hanya mengenai
tempat kosong.

Ledakan berdentum mengguncang halaman pondok Bocah Ontang Anting. Pijaran api dan
gumpalan es bertabur di udara. Si kakek terus memburu, kali ini yang diincarnya
adalah bagian kaki Ratu Lintah yang terpacak di tanah.

Hawa panas menggebubu, segulung cahaya kuning melesat laksana kilat menyambar,
bergerak demikian cepat menghantam kaki Ratu Lintah. Sang Ratu keluarkan suara
raungan aneh. Seolah benang karet yang ditarik keras kemudian dilepaskan lagi.
Sekonyong-konyong tubuh yang menjulur panjang mengkeret, memendek dengan daya
pantul sedemikian rupa.

Sebelum tendangan orang bersarang dikakinya, kepala Ratu Lintah menghantam tubuh
Bocah Ontang Anting dengan satu gerakan seperti kerbau menyeruduk.

Des!

Bocah Ontang Anting memang sempat terpental. Namun sebelum terjatuh, tendangannya
yang luput mengenai kaki menghantam dada Ratu Lintah. Perempuan Itu menjerit,
suaranya seperti tercekik. Tubuh terhuyung, dada terasa panas seperti terbakar.
Ratusan lintah besar yang bergelayutan di dadanya rontok bertanggalan. Sebagian
malah menemui ajal dalam keadaan hangus terpanggang. Di depan sana sejauh lima
tombak kakek cebol berusaha bangkit sambil dekap perutnya yang seperti hancur.
Terhuyung kakek ini tapi mampu berdiri. Dia menggelengkan kepala seperti orang
bingung. Kepala si kakek terasa sakit hampir mau meledak. Setelah mengatur nafas
dan alirkan hawa murni keseluruh tubuhnya, barulah orang tua itu mendapatkan
keseimbangannya kembali. Dia memandang ke depan. Bocah Ontang Anting melihat lawan
telah menyilangkan kedua tangan di depan dada.

Anda mungkin juga menyukai