Anda di halaman 1dari 3

"Nama itu jarang kudengar.

Justru nama Kupu Kupu Putih atau yang lebih dikenal


dengan julukan Penyihir Racun Utara yang kerap dibicarakan orang, Menurut kabar
yang berhasil saya serap kemungkinan besar Penyihir Racun Utara mengetahui hal
raibnya Pedang Gila Pusaka istana Es." terang si gadis.

Mendengar Itu si kakek tertawa tergelak-gelak.

Setelah mengumbar gelak tawa melengking hingga membuat langit-langit ruangan


seperti mau runtuh, kakek ini hentikan tawa, seraya berujar,

"Penyihir Racun Utara? Perempuan jahanam genit Itu ternyata masih hidup? Tak
kusangka umurnya panjang." geram si kakek.

Untari diam terpaku. Dia melihat kemarahan di wajah Hyang Kelam. Gerangan apa yang
disembunyikan oleh kakek itu. Apakah menyangkut masa lalu hidupnya. Terdorong rasa
Ingin tahu Untari lalu ajukan pertanyaan,

" Guru apakah kau mengenal perempuan satu Itu?"

Hyang Kelam anggukkan kepala. Matanya yang amblas ke dalam tengkoraknya mencorong
tajam.

Sambil anggukkan kepala dia menjawab,

"Aku tidak begitu mengenal siapa kunyuk betina bergelar Ratu Lintah.Tapi aku pernah
mengenal perempuan keparat berjuluk Penyihir Racun Utara." jelas si jerangkong
hitam. Dia lalu melanjutkan ucapan tanpa menjelaskan pernah punya hubungan apa
dengan perempuan yang baru disebutnya.

"Muridku.. Ketahuilah yang melakukan penyerbuan ke istana Es dua puluh satu tahun
lalu adalah seorang tokoh sesat luar biasa bergelar Maha Iblis Dari Timur. Dia
seorang tokoh misterius. Malah sampai hari ini tak seorangpun yang pernah mellhat
bagaimana rupanya Iblis itu. Dia yang juga bergelar Maha Sesat Dari Timur tidak
menjalin hubungan sahabat dengan satu orang pun tokoh yang tinggal di pulau ini.
Aku juga tidak yakin Maha Iblis Dari Timur melakukan penyerangan ke istana Es
seorang diri. Pasti ada yang membantu mungkin pasukan yang dibawanya dari neraka.
Mengingat prabu Sangga Langit penguasa Istana Es adalah manusia sakti dan mempunyai
perajurit tangguh. Mustahil semuanya tewas terbantai dalam satu malam. Maha Iblis
Dari Timur jelas menggunakan kekuatan lain. Tapi Siapa?"

"Guru. Guru adalah salah seorang mahluk paling sakti dan ahli nujum pula. Dengan
menggunakan kekuatan sihir Pelacak Jejak apakah guru tak dapat mencari tahu siapa
yang telah menjadi sekutu Maha iblis Dari Timur yang merontokkan kekuasaan prabu
Sangga Langit?"

Si kakek menyeringai.

"Siapa yang membantu dan kekuatan apa yang dipergunakan Maha Iblis Dari Timur saat
ini tak penting untuk dibicarakan muridku. Yang jelas pagi harinya ketika aku
sampai di Istana Es. Aku tidak menemukan para penyerang. Aku cuma mendapati lautan
darah dan mayat-mayat bergelimpangan." ujar si kakek. Kemudian dengan mata
menerawang seolah mengenang kejadian puluhan tahun yang silam Hyang Kelam
melanjutkan ceritanya,

"Dalam hatimu kurasa kau bertanya mengapa aku muncul ke istana itu? Sebenarnya
kedatanganku ke istana Es ingin menanyakan keberadaan seorang nenek aneh dari dasar
laut pantai selatan pada gusti prabu. Mengingat aku tahu gusti prabu punya hubungan
baik dengan nenek bernama Nini Balang Kudu. Yang kudengar si nenek sering muncul ke
istana saat kandungan permaisuri Purnama Sari semakin tua."
"Bukankah prabu Sangga Langit mempunyai dua putera?" tanya Untari. Si kakek
mengangguk.

"Ya. Puteranya pangeran Sakagiri berusia enam belas dan pangeran Saka Jagat berusia
empat belas waktu itu.Permaisuri mengandung putera ketiga dengan jarak terpaut jauh
dengan dua putranya yang lain," terang si kakek

"Mengapa kau ingin menemui nenek aneh Nini Balang Kudu?" Mendapat pertanyaan
seperti itu si kakek melengak dan terlihat gelisah.

Sebagai seorang guru walau mempunyai sifat kejam dan berwatak keji, namun dia tak
ingin berbohong pada muridnya.

Tapi dia juga tak berniat berterus terang karena apa yang dia rahasiakan menyangkut
urusan pribadi. Karena itu Hyang Kelam kemudian berkata,

"Apa pun urusanku dengan nenek penghuni dasar laut selatan itu tak perlu
kuceritakan padamu.

Yang jelas seperti pernah kuceritakan padamu ketika aku sampai di Istana Es semua
penghuninya telah tewas. Dua pangeran putera Prabu Sangga Langit menemui ajal di
taman kaputeraan, Patih Selo Kaliangan tewas di Balairung istana. Prabu Sangga
Langit terkapar tak jauh dari singgasana kebesarannya. Sedangkan permaisuri Purnama
Sari sekarat dengan luka dileher dan dada.Luka itu menganga. Darah membasahi tempat
peraduan. Kecil kemungkinan bagi permaisuri untuk bisa selamat. Aku berusaha untuk
menolong, tapi tak bisa. Permaisuri benar-benar tewas.Namun aku meninggalkannya
ketika aku mendengar suara gaduh mencurigakan datang dari halaman belakang istana.
Aku melakukan pemeriksaan. Ketika aku sampai di halaman belakang, aku mendapati
seorang perwira terkapar dengan lukanya yang mengerikan. Luka itu seperti luka
gigitan suatu mahluk buas, Dia juga seperti ingin menyampaikan sesuatu.Tapi suranya
tidak jelas. Karena tak mungkin ditolong dan kasihan melihat penderitaannya dengan
terpaksa aku mempercepat kematiannya..." terang si kakek.

Semua penjelasan itu membuat Untari terdiam. Tapi dia juga ternyata masih penasaran
dengan nasib yang dialami oleh keluarga kerajaan. Terdorong rasa ingin tahu, Untari
bertanya lagi,

" Guru... aku ingin tahu bagaimana halnya dengan permaisuri. Kalau benar permaisuri
tewas tentunya anak dalam kandungannya ikut terbawa mati?"

Si kakek manggut-manggut. Matanya yang cekung menjorok amblas ke dalam rongga


menatap Untari dengan sorot yang sulit diduga. Hyang Kelam menghela nafas sambil
dongakan kepala lalu berucap,

"Permaisuri saat itu hamil besar. Menurut perkiraan sekitar sembilan bulan kurang.
Seorang bayi dalam kandungan bila ibunya tewas maka dia pun ikut mati.Saat itu dari
halaman belakang aku kembali ke ruang peraduan permaisuri. Aku terkejut. Permasuri
yang kuketahui telah menghembuskan nafasnya ternyata raib. Aku yakin ada seseorang
yang datang lalu membawanya pergi. Penasaran aku melakukan pengejaran. Permaisuri
tak kutemukan. Aku tak tahu hendak diapakan permaisuri yang telah meninggal. Aku
juga tak tahu siapa yang membawanya pergi."

"Kemudian apa yang terjadi? Apakah guru bertemu dengan orang-orang yang melakukan
penyerbuan ke istana Es?" tanya Untari.

Si kakek menggeleng.

"Aku yakin yang menyerbu istana Es kemungkinan satu atau dua orang saja. Dua orang
ini dibantu oleh kekuatan gaib yang sangat kuat. Aku tak pernah menemukan mereka.
Di dinding dekat kursi singgasana raja kutemukan sebuah petunjuk aneh berupa
tulisan darah. Tulisan itu menyebutkan nama sang pembantai."

"Apakah saat itu guru tidak segera mencari senjata pusaka milik kerajaan?" tanya
sang dara sambil menatap gurunya. Hyang Kelam tersenyum aneh

"Melihat kekejian yang berlangsung saat itu tak terpikirkan olehku untuk mengambil
pedang.

Belakangan baru terpikir, jika dapat menguasai pusaka milik kerajaan aku bisa
menjadi seorang raja atau setidaknya menjadi penguasa tunggal di dunia persilatan.
Aku sendiri telah kembali ke istana Es begitu usiamu menginjak tujuh tahun. Seluruh
penjuru istana sampai tempat rahasia telah kuteliti.

Tapi pedang Gila telah raib."

"Apakah mungkin senjata jatuh ke tangan Maha Iblis Dari Timur?" tanya Untari.

"Aku tak tahu. Kalau benar engkau harus mencari tokoh paling sesat satu ini. Tapi
mengingat kehebatannya yang luar biasa kemungkinan aku akan ikut ambil bagian dalam
pencarian kali ini." tegas si kakek.

Anda mungkin juga menyukai