Anda di halaman 1dari 3

Kupu Kupu Putih mengangguk membenarkan.

"Ya, termasuk dua pangeran putera raja. Bahkan permaisuri yang saat itu tengah
hamil tua juga kena dilukai oleh Maha Iblis Dari Timur. Bahkan untuk lebih
memastikan kematiannya Sobo Guru menghantamnya dengan senjata rahasia Kupu Kupu
Beracun."

"Kerabat Istana Es memang semuanya binasa, tapi bagaimana bisa muncul seorang
pendekar Maha Sakti dari Istana Pulau Es? " kata sang dara ragu.

Semua orang yang ada dalam ruangan gua rahasia di kaki Puncak Terang terdiam. Tiga
bersaudara Tiga Pembawa Maut yang masing-masing bergelar Maut Merah, Maut Hijau dan
Maut Biru tak berani memberi tanggapan karena takut salah dan mendapat hukuman dari
Kupu Kupu Putlh.

Akhirnya setelah berpikir lama si gadis pun berkata,

"Aku tidak bisa memecahkan segala teka-teki yang kuhadapi ini seorang diri.
Membicarakannya pada kalian juga percuma karena kalian hanyalah penjaga, anjing
penjaga yang sulit diajak berbagi"

Mendengar Kupu Kupu Putih yang terus menghina, dalam hati Kalebu memaki,

"Jahanam, kau memang hebat, tapi tanpa tongkat sihir laknat ditanganmu itu kami
bertiga dapat membunuhmu?"

Sang kupu-kupu tahu apa yang ada dalam pikiran dan hati Kalebu. Namun dia berlagak
bodoh. Dia kemudian berkata,

"Untuk sementara aku harus mengesampingkan semua wangsit yang kudapat. Aku harus
menunggu kabar dari Sobo Guru lebih dahulu. Tetapi bila sampai menjelang tengah
hari nanti Sobo Guru tidak mengirimkan kabar, maka aku akan mengutus kalian bertiga
untuk mendaki Puncak Terang." Selesai berkata gadis ini lalu menatap sekilas pada
tiga orang suruhannya.

Merasa diperhatikan dengan sorot mata menyelidik.

Ketiga bersaudara itu menundukkan kepala. Si gadis tersenyum.

Baru saja dia hendak berlalu tinggalkan ruangan itu, tiba-tiba terdengar suara
pekikan keras suara burung yang sangat dikenalnya.

Suara pekikan itu datang dari mulut gua. Kalebu dan Kalametu hendak bangkit, siap
berlari menyongsong ke mulut gua itu. Kupu-Kupu Putih mencegah dengan isyarat
gerakan tangan.

Kedua orang ini urungkan niat dengan kembali duduk ditempatnya masing-masing.

Kupu Kupu Putih balikkan badan menghadap ke arah mulut gua sambil lambaikan
tangannya. Begitu tangan dilambai, di depan gua terdengar suara bergemuruh. Pintu
batu bergeser kesamping.

"Mudah-mudahan Jerit Nyawa membawa kabar bagus!" gumamnya menyebut nama burung yang
terbang berputar-putar di mulut gua.

Setelah tirai gaib yang menutup pintu gua dibuka, untuk yang kesekian kalinya
terdengar suara pekik nyaring. Tak lama kemudian dari luar mulut gua yang terang
terlihat melesat satu burung besar berbulu hitam mirip burung gagak namun paruh dan
matanya sangat merah seperti darah. Jerit Nyawa sang burung hitam yang baru datang
terbang berputar-putar mengelilingi ruangan. Tak lama kemudian hinggap bertengger
di atas batu segi tiga yang terdapat di depan Kupu Kupu Putih.

Melihat kehadiran burung itu si gadis jadi gembira. Dia melangkah mendekati sang
burung yang sebenarnya merupakan mahluk jejadian yang dapat berganti-ganti rupa dan
ujud.

"Kuyakin kau baru turun dari Puncak Terang." kata si gadis yang dijawab oleh sang
burung dengan anggukan kepala.

Gadis itu tersenyum, dia melangkah lebih mendekat ke arah burung yang bertengger
diatas batu segi tiga. Semakin dekat si gadis dengan sang burung hidungnya
mengendus aroma menyengat. Aroma harum khas Kembang Mayat.

"Jerit Nyawa, bagaimana kabar Sobo Guru?" Tanya si gadis sambil belai bulu lebat
yang tumbuh dikepala mahluk itu.

Mendengar pertanyaan si gadis, burung mirip gagak berparuh dan bermata merah itu
membuat gerakan. Bagian ekor disonggengkan ke atas sedangkan kepala dijungkir ke
bawah.

Gerakan ini membuat tiga laki-laki penjaga Kupu Kupu Putih tak kuasa menyembunyikan
tawa.

Si gadis palingkan kepala, menatap ke arah ketiganya dengan mata mendelik. Seketika
suara gelak tawa lenyap. Ketiga laki-laki itu sama tekab mulutnya.

Kupu Kupu Putih yang mengetahui makna isyarat gerakan Jerit Nyawa itu tertegun dan
menggumam sendiri,

"Jadi Sobo Guru belum sembuh dari sakitnya. Aku prihatin atas kejadian ini. Tapi
bisakah kita bicara secara terbuka. Rubahlah ujudmu ke ujud yang lain. Bila kau
tetap dalam rupa burung sulit bagiku untuk bicara lebih banyak!?"

Jerit Nyawa mengangguk sambil keluarkan pekikan nyaring. Suara pekikan keras itu
membuat Kalebu, Kalametu Kajero yang memiliki tingkat kesaktian tinggi dan tenaga
dalam luar biasa terjungkal roboh dan pingsan seketika .Kupu Kupu Putih hanya
tersenyum. Pekikan maut yang dapat membuat jantung manusia biasa berhenti berdenyut
itu adalah hal yang biasa dan sama sekali tidak mengakibatkan pengaruh apa-apa bagi
dirinya.

Sang burung terus memekik, tak lama kemudian burung hitam itu berputar sambil
kepakkan sayapnya sebanyak tiga kali.

Byar! Byar!

Maka terjadilah keanehan yang luar biasa. Kepakan sayap sang mahluk ini disertai
dengan pijaran cahaya hitam kemerahan yang menyilaukan mata. Lalu sosok sang burung
lenyap bersamaan dengan lenyapnya cahaya di atas batu segi tiga, kini duduk seorang
gadis berusia sekitar dua puluh tahun berkulit dan berambut hitam legam dengan
sekujur kulit ditumbuhl bulu-bulu halus. Gadis jelmaan Ini menyeringai,
mempertihatkan gigi-giginya yang runcing tajam berklau sambil menatap ke arah Kupu
Kupu Putih . Sang kupu-kupu yang mengetahui sejarah riwayat puteri gondoruwo ini
ikut tersenyum sambil membelai rambutnya. Jerit Nyawa yang sedang dibelai di manja-
manja ini pun tampak menikmati perlakuan penuh kasih yang diberikan Kupu Kupu
Putih. Namun semua kemanjaan dari sifatnya yang kekanakan tak berlangsung lama.

Sejurus kemudian dia mengangkat tangannya yang ditumbuhi rambut halus lebat.
Kupu Kupu Putih kembali duduk di tempatnya. Dia tak perlu menunggu lama karena
Jerit Nyawa tiba-tiba berkata, "Kedatanganku ke tempatmu ini tidak akan lama, wahai
kakak. Aku datang ingin menyampaikan pesan Sobo Guru."

"Aku sudah tidak sabar mendengar kabar apa yang kau bawa," ujar Kupu Kupu Putih.
"Sekarang katakan apa yang hendak kau katakan. Aku siap mendengar."

Jerit Nyawa terdiam sejenak sambil menghirup nafas dalam-dalam. Kemudian dia
membuka mata berujar,

"Sobo Guru mengatakan Pedang Gila senjata keramat istana Es belum ditemukan hingga
hari ini.

Sementara Maha Iblis Dari Timur yang ikut membantu melakukan pencarian terhadap
pedang itu kehilangan petunjuk. Engkau diperintahkan untuk meninggalkan tempat
pertapaan. Sobo Guru juga dengan tegas memintamu untuk menemukan Rajawali Putih."

Mendengar penjelasan Jerit Nyawa, Kupu Kupu Putih jadi terdiam sambil kerutkan
keningnya. "Mencari rajawali putih? Hmm, burung itu pernah kulihat dalam wangsitku.
Tidak hanya rajawali

saja tapi aku juga melihat seekor mahluk besar berupa naga berwarna merah di pantai
Karang Es." gumam Kupu Kupu Putih

"Jadi kau telah mendapatkan wangsit itu, Sobo Guru akhir-akhir ini menerima
petunjuk penting.

Petunjuk tentang keberadaan pedang Gila."

"Lalu apa hubungannya dengan burung rajawali putih dan naga merah?" tanya si gadis
tak mengerti.

Anda mungkin juga menyukai