Suatu hari, ketika Batin Lagoi sedang menyusuri pantai dengan berjalan santai,
tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara tangisan bayi dari arah semak-semak
pandan.
Bayi :”oek….oek….oek…”
Batin Lagoi :”Suara apa itu? Saya mendengar seperti ada bayi yang sedang
menangis. Apakah mungkin cuma perasaan Saya saja? Sepertinya mustahil jika
ada bayi di sekitar sini.”
Tapi, suara bayi menangis yang terdengar itu semakin kuat dan histeris.
Batin Lagoi :”Sepertinya memang benar ada bayi di sekitar sini. Suaranya
terdengar jelas di telingaku. Lebih baik saya mencari sumber suaranya saja untuk
memastikan.”
Batin Lagoi :”Hm.. Sepertinya suara tangisan bayi itu terdengar dari semak-semak
pandan ini.”
Batin Lagoi :”Anak siapa gerangan? Mengapa berada di sini? Orang tuanya ke
mana?”
Setelah melihat ke sekelilingnya, Batin Lagoi tidak melihat tanda-tanda ada orang
di sekitarnya.
Batin Lagoi :”Daripada anak ini dibiarkan di semak-semak pandan ini, lebih baik
Saya bawa saja ia pulang ke rumah dan Saya akan mengangkatnya sebagai anak.
Mungkin ini adalah petunjuk dari Tuhan karena Saya tidak mempunyai anak.
Sebelum Saya membawa anak ini pulang, Saya akan memberinya nama terlebih
dahulu. Karena Saya menemukannya di antara semak-semak pandan, maka Saya
akan memberi nama anak ini Putri Pandan Berduri.”
Lalu, dengan hati-hati diambilnya bayi itu dari semak-semak Pandan dan
dibawanya pulang. Ia merawat dan menjaga Putri Pandan Berduri dengan penuh
kasih sayang seperti layaknya membesarkan putri raja.
Setelah Putri Pandan Berduri beranjak dewasa, Batin Lagoi memberinya pelajaran
budi pekerti yang luhur kepada Putri Pandan Berduri.
Batin Lagoi :”Pandan, kamu harus mengingat baik-baik apa yang Ayah ajarkan
kepadamu ini.”
Putri Pandan :”Apakah kiranya yang akan hendak Ayah ajarkan kepadaku?”
Putri Pandan :”Tentu saja Ayah. Ayah tidak perlu kuatir akan hal tersebut.”
Batin Lagoi :”Tapi bukan hanya hal itu saja anakku. Engkau juga harus bertutur
kata sopan dan bertingkah laku baik kepada semua orang, baik itu kepada orang
tua bahkan orang yang sebaya denganmu.”
Putri Pandan :”Baik ayah. Nasehat ayah akan selalu Pandan laksanakan.”
Putri Pandan Berduri tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Tutur bahasa dan
sopan-santunnya seperti sifat para putri-putri raja.
kabar bahwa Batin Lagoi menginginkan agar Putri Pandan Berduri itu menjadi istri
seorang anak raja atau anak Megat.”
Sementara itu, di Pulau Galang, terdapat seorang Megat yang mempunyai dua
orang anak laki-laki. Anak yang tua bernama Julela dan yang muda bernama
Jenang Perkasa. Dari mereka kecil, Megat itu mendidik kedua anaknya agar saling
membantu dan saling menghormati satu dengan yang lain.
Jenang Perkasa yang mendengar hal tersebut dari kakaknya menjadi sangat
sedih.
Keesokan harinya, secara diam-diam, Jenang Perkasa berlayar dengan arah yang
tidak menentu. Setelah berhari-hari Ia mengarungi lautan yang luas, akhirnya
sampailah ia di Pulau Bintan.
Penduduk 1 :”Engkau sepertinya bukan penduduk kampung ini. Kalau boleh tahu
darimanakah engkau?”
Sikap dan perilaku Jenang Perkasa itu telah menarik perhatian Batin Lagoi.
Pada suatu hari, Batin Lagoi mengadakan perjamuan makan dengan mengundang
orang-orang Suku Sampan, tidak ketinggalan Batin Lagoi juga mengundang
Jenang Perkasa untuk datang dalam perjamuan itu.
Batin Lagoi :”Wahai Jenang Perkasa, besok malam di rumahku akan diadakan
perjamuan makan bersama orang-orang Suku Sampan Lainnya. Aku ingin engkau
juga datang, karena aku sudah menganggapmu sebagai bagian dari suku ini.”
Jenang P :”Baik tuanku. Besok malam hamba akan datang ke rumah tuanku untuk
memenuhi undangan dari tuanku.”
Batin Lagoi :”Baiklah, sampai bertemu besok malam. Kutunggu kedatanganmu.”
Batin Lagoi :“Wahai, Jenang Perkasa! Sungguh,aku sangat terkesan dan kagum
dengan kesopanan dan keelokkan budi pekertimu. Apakah Engkau bersedia
apabila aku menikahkan kamu dengan putriku, Pandan Berduri?”
Jenang P :“Permintaan tuan dengan segala kerendahan hati saya terima. Saya
bersedia menerima putri tuan sebagai istri saya.”
Batin Lagoi :”Baik sekali. Kapan kiranya engkau akan meminang putriku?”
Jenang P :”Terserah tuanku. Kapan hari baik yang menurut tuanku layak untuk
dilaksanakan pernikahan?”
Jenang P :”Pilihan tuanku memang sangat tepat. Baiklah tepat minggu depan
saya akan meminang putri tuanku.”
Batin Lagoi :”Tapi Jenang, karena Putri Pandan Berduri merupakan putriku satu-
satunya, aku ingin pesta pernikahannya dilaksanakan dengan meriah. Apakah
engkau keberatan?”
Jenang P :”Tentu saja saya tidak keberatan tuanku. Namun, pesta seperti apa
yang tuanku inginkan jika hamba boleh tahu?”
Batin Lagoi :”Pesta dengan minuman dan makanan yang beranekaragam, dan
dengan menampilkan segala macam tari-tarian daerah untuk menghibur para
tamu undangan.”
Jenang P :”Baik tuanku, dengan senang hati akan hamba adakan acara
pernikahan seperti yang tuanku harapkan.”
Tak berapa lama kemudian, Batin Lagoi berfikir untuk segera mengangkat Jenang
Perkasa sebagai Pemimpin di Bintan untuk menggantikan dirinya.
Batin Lagoi :”Wahai menantuku ada hal penting ingin aku bicarakan kepadamu.”
Batin Lagoi :”Aku ingin agar kamu segera mengantikan aku untuk menjadi
pemimpin di Pulau Bintan ini. Aku merasa saat ini adalah saat yang tepat untuk
mengangkat engkau menjadi pemimpin Pulau ini. Apakah kamu bersedia?”
Batin Lagoi :”Keputusan yang baik, acara pengangkatanmu akan segera kita
laksanakan. Namun, aku ingin agar engkau memimpin rakyat Bintan dengan
bijaksana sesuai dengan adat yang berlaku di Bintan. Apakah engkau mengerti,
Jenang?”
Jenang P :”Baik saya mengerti, ayah. Semua nasehat ayah akan saya ingat selalu.”
Pada suatu siang ketika Jenang Perkasa sedang beristirahat di kamarnya, pintu
kamarnya diketuk oleh seseorang.Jenang Perkasa yang mendengar pintu
kamarnya diketuk segera membukakanya.
Jenang P :”Tidak apa-apa. Ada hal apa gerangan yang membuat engkau datang
kepadaku?”
Pelayan :”Begini tuanku, di luar ada sekelompok orang yang ingin bertemu
dengan tuanku.”
Jenang P :”Saya akan menemui mereka. Tolong katakan kepada mereka untuk
menunggu saya sebentar lagi.”
Orang 1 :”Selamat siang. Maaf kiranya kami telah mengganggu istirahat tuanku
Jenang Perkasa.”
Jenang P :”Tidak apa-apa. Kiranya ada perlu apa yang membuat kalian datang ke
sini? Apakah telah terjadi sesuatu hal yang buruk di Pulau Galang sehingga kalian
datang ke tempatku?”
Orang 2 :”Tenang saja Tuanku, tidak terjadi sesuatu hal yang buruk di Pulau
Galang.”
Jenang P :”Kalau begitu, hal apakah yang membuat kalian datang kemari?”
Orang 3 :“Kami datang kesini karena kami mendengar bahwa Tuanku menjadi
pemimpin di Pulau Bintan ini. Selain itu, kami juga mengetahui tentang cara
kepemimpinan tuanku di Pulau ini. Maksud kedatangan kami ke sini adalah untuk
mengajak tuanku kembali ke Galang, dan mengggantikan kakak tuanku yang
sombong itu sebagai Pemimpin di Galang. Apakah kiranya tuanku bersedia?”
Jenang P :”Maaf, bukan maksudku untuk menolak maksud baik kalian. Namun,
sekarang aku sudah menjadi pemimpin di Pulau Bintan ini. Aku tidak dapat
meninggalkan pulau ini begitu saja.”
Orang 2 :”Apakah tuanku tidak merasa kasihan kepada penduduk Pulau Galang
karena kepemimpinan kakak tuanku? Kami tahu Tuanku dahulu adalah penduduk
dari Pulau kami, oleh karena itu hendaknya Tuanku bersedia membantu kami
dengan cara menjadi pemimpin Pulau Galang.”
Jenang P :”Dahulu aku memang penduduk dari Pulau Galang, tetapi kini aku
sudah menjadi penduduk Pulau Bintan ini. Lagipula sudah menjadi tanggung
jawabku untuk memimpin Pulau Bintan yang sangat kucintai ini. Aku tidak bisa
melepaskan tanggung jawabku begitu saja. Sekali lagi maafkan aku,tapi aku tidak
bisa menerima permintaak kalian.”
Akhirnya sekumpulan orang dari Galang itu pun kembali dengan tangan hampa.
Sementara Jenang Perkasa hidup berbahagia bersama Putri Pandan Berduri.
Mereka mempunyai tiga orang putra, yang sulung dinamakan Batin Mantang,
yang tengah Batin Mapoi, dan yang bungsu Batin Kelong.
Jenang Perkasa mendidik ketiga anaknya agar mereka tidak menjadi orang yang
sombong.
Jenang P :”Anak-anakku yang kukasihi. Aku selalu ingatkan kepada kalian nantinya
kalian akan memimpin Pulau ini menggantikan Aku. Aku berharap kelak kalian
akan menjadi pemimpin suku yang bertanggungjawab dan tidak sombong.
Karena masa depan rakyat ada di tangan kalian, maka kalian harus benar-benar
menjadi anak yang bertanggungjawab.”
Maka pada ketiga anaknya diadatkannya dengan adat suku Laut, dan dinamakan
dengan adat Kesukuan.
Tak lama kemudian, Jenang Perkasa meninggal dunia, disusul Putri Pandan
Berduri. Walaupun keduanya telah tiada, tetapi anak-cucu mereka banyak sekali,
sehingga adat Kesukuan terus berlanjut. Hingga kini, Jenang Perkasa dan Putri
Pandan Berduri tetap dikenang karena dari merekalah lahir persukuan di Teluk
Bintan.
(TAMAT)
Analisis
Tema :Kemanusiaan
Alur :Maju
Latar:
c. Suasana : Menyenangkan,Sedih,DLL
Amanat :
Kaidah Kebahasaaan:
Bahasa Baku:Ada
Verba :Mengirimkan,Mendengar
Kata Benda:Kalung,Emas,Permata