Anda di halaman 1dari 7

TUGAS UTS CERITA RAKYAT

NAMA:Raja Delfhia Martiza Indiani

NIM:2003010017

KELAS:M-02

“PUTRI PANDAN BERDURI”

Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah sekumpulan orang Suku Laut di Pulau
Bintang. Orang yang memimpin suku tersebut adalah Batin Lagoi yang terkenal baik
hati, adil, dan ramah.

Pada suatu hari, ia pergi berjalan santai menyusuri tepi pantai. Saat menikmati suara
deru ombak, tiba-tiba ia mendengar suara bayi menangis.

Ia mencoba mencari dari mana sumber suara itu berasal. Ternyata, suara itu tangisan
bayi itu berasal dari semak-semak daun pandan yang berduri.

Dengan sangat berhati-hati, ia menerobos semak pandan. Terkejutlah ia karena ada


seorang bayi perempuan tergeletak beralaskan daun pisang di antara semak-semak itu.

“Anak siapa ini? Orang tua mana yang tega meninggalkan bayi di antara semak-semak
pandan,” ucap Batin Lagoi dalam hati.

Karena tak memiliki anak, dia membawa pulang bayi tersebut dan merawatnya. Bayi
bernama Putri Pandan Berduri ini ia rawat dengan sepenuh hati. Batin Lagoi
menganggapnya seperti anak sendiri.

Waktu terus berjalan. Putri Pandan Berduri pun sudah semakin dewasa. Ia tumbuh
dengan sangat baik. Wajahnya cantik dan rupawan, sehingga banyak pemuda yang
mengincarnya.

Meski begitu, tak seorang pun pemuda yang berani meminangnya. Sebab, Batin Lagoi
ingin putrinya kelak memiliki suami seorang anak raja atau bangsawan.
Jenang Perkasa

Pada suatu hari, ada seorang bangsawan muda bernama Jenang Perkasa yang
berlabuh di Pulau Bintan. Ia melarikan diri dari asalnya, yaitu Pulau Galang.

Penyebabnya adalah karena hubungan dengan kakaknya, Julela, sedang tak baik.
Mereka berdua adalah anak dari seorang megat atau raja di Pulau Galang.

Sang raja mendidik kedua anaknya agar saling membantu dan menghormati sedari
kecil. Sayangnya, saat beranjak dewasa, sifat Julela berubah.

Setelah sang ayah memilihnya sebagai pemimpin Pulau Galang, mendadak sifatnya
menjadi sangat sombong. Ia bahkan tak lagi memerdulikan perkataan adiknya.

Mereka jadi kerap bertikai. Apalagi, Julela kerap memaki Jenang Perkasa. “Hai, Jenang
Bodoh! Aku ini pemimpin di sini! Kau harus mematuhi segala keinginanku. Jika tidak,
siap-siap kau pergi dari sini!” ucap Julela dengan kasar.

Tentu saja sifat kesombongan kakaknya membuat bersedih. Maka dari itu, ia lebih
sering bercengkrama dengan rakyat-rakyat biasa di Pulau Galang ketimbang dengan
kakaknya sendiri.

Para rakyat mengenal Jenang Perkasa sebagai pria yang baik hati, adil, dan suka
menolong. Semantara kakaknya terkenal jahat, sombong, dan kikir.

Mengetahui bahwa adiknya bersikap baik pada rakyat, Julela langsung memaki Jenang
Perkasa. “Tak seharusnya kau berbuat baik pada mereka! Lebih baik kau tak usah lagi
berbaur dengan para rakyat!”

Jenang Perkasa tak kuasa melawan. Ia khawatir bila perseteruan mereka akan semakin
memanas. Alhasil, Jenang memutuskan untuk melarikan diri.

Pada suatu pagi buta, ia secara diam-diam berlayar tak tentu arah. Setelah berhari-hari
mengarungi lautan, sampailah ia pada Pulau Bintan.

Saat tinggal di Pulau Bintan, ia tak mengaku bila dirinya adalah seorang bangsawan.
Sebab, ia tak ingin orang-orang mengenalnya sebagai seorang bangsawan. Ia ingin
mereka menganggapnya sebagai rakyat biasa.

Untung bertahan hidup, ia bekerja sebagai nelayan di Pulau Bintan. Ia bersikap ramah
dan baik kepada setiap orang. Siapa pun yang butuh pertolongan, ia siap
membantunya dengan tulus hati.
Menghadiri Perjamuan

Sikapnya tersebut ternyata terdengar sampai telinga Batin Lagoi. Karenanya, ia


mengundang Jenang Perkasa dalam acara perjamuan makan malam. Dalam acara
tersebut, pemuda tampan ini bersikap sangat sopan.

Batin Lagoi bahkan sangat terkesima dengan sopan santun dari pemuda ini. “Dia
nampaknya bukan pemuda biasa. Sepertinya ia tumbuh dari keluarga yang baik-baik.
Apalagi, wajahnya sangat rupawan,” ucap Batin Lagoi dalam hati.

Usai acara, semua tamu perjamuan pamit undur diri. Namun, Batin Lagoi menahan
Jenang Perkasa. “Anak muda, kau jangan pulang dulu. Aku ingin mengobrol
denganmu. Tunggulah aku dulu. Aku kan mengantar ke gerbang para tamu dahulu,”
ucap sang raja.

Sebenarnya, Jenang Perkasa merasa cemas. Ia tak tahu kenapa sang raja memintanya
untuk tinggal dulu. Namun, ia tak kuasa menolak permintaan sang raja.

Tak berselang lama, Batin Lagoi menghampirinya, “Wahai Jenang Perkasa! Aku sangat
terkesan dan kagum dengan keelokan budi pekertimu. Dari mana sebenarnya kau
berasal? Kau tampak seperti anak bangsawan,” tanya Batin Lagoi.

“Wahai, Tuan Batin Lagoi. Hamba ini hanyalah seorang pemuda biasa yang kebetulan
senang berpetualang. Hamba kemari untuk bekerja sebagai nelayan. Beruntung hamba
bertemu dengan rakyat Pulau Bintan yang teramat ramah dan baik hatinya,” ucap
pemuda itu dengan sopan.

“Tentu saja mereka bersikap baik padamu. Kau saja berbuat baik pada mereka. Aku
telah mendengar banyak tentang kebaikanmu dari para warga. Sungguh aku terpukau
dengan kebaikan hatimu,” ucap Batin Lagoi memuji Jenang Perkasa.

“Terima kasih, Tuan atas pujian yang engkau berikan pada hamba. Hamba kan terus
berbuat kebaikan,” jawab pemuda itu.

Menjadi Pemimpin Bintan

Setelah berbicara banyak hal, Batin Lagoi semakin menyukai kepribadian Jenang
Perkasa. Ia pun ingin menjadikannya sebagai suami dari Putri Pandan Berduri.

“Sebenarnya, aku menginginkan menantu anak raja atau bangsawan. Tapi, setelah
melihat sikapmu, tampaknya aku berubah pikiran. Maukah kau kunikahkan dengan
putriku?” tanya Batin Lagoi.
“Dengan segala kerendahan hati, saya bersedia menerima putri Tuan sebagai istri
saya,” jawab Jenang Perkasa dengan sopan.

Seminggu kemudian, Batin Lagoi menikahkan Jenang Perkasa dan Putri Pandan
Berduri. Mereka melangsungkan pernikahan dengan sangat megah. Ribuan tamu dari
beragam suku pun turut menghadiri pesta tersebut.

Tak berselang lama, Batin Lagoi mengangkat menantunya yang bijaksana itu sebagai
pemimpin Bintan, menggantikan dirinya. Batin Lagoi percaya bila menantunya bisa
memimpin rakyat dengan baik.

Benar saja, Jenang Perkasa bisa memimpin rakyatnya dengan sangat adil dan
bijaksana. Hal itu membuat Batin Lagoi dan Putri Pandan Berduri bangga dengan
Jenang Perkasa.

“Tak salah aku memilihmu sebagai menantuku, Nak. Hatimu sangatlah baik. Kau bisa
menjaga kesejahteraan di negeri Bintan ini,” ucap Batin Lagoi.

“Benar sekali, Kakanda. Adinda bangga karena telah memilihmu sebagai suamiku.
Meski kau bukanlah dari bangsawan, tapi jiwa kepemimpinanmu sangat hebat,” imbuh
Putri Pandan Berduri.

“Terimakasih Ayah dan Istriku. Aku jugalah merasa terhormat bisa memimpin rakyat di
negeri ini dengan baik,” ucap Jenang Perkasa. Dalam hati, sebenarnya ia merasa
bersalah karena telah membohongi istri dan ayahnya soal status kebangsawanan.

Pada saat malam tiba, ketika semua telah tertidur, Jenang Perkasa duduk seorang diri.
“Haruskah aku mengungkapkan diriku yang sebenarnya saat ini?” tanyanya dalam hati.

“Tapi, bagaimana kalau mereka murka kepadaku? Aku telah berbohong selama ini,”
resah Jenang Perkasa. Meski telah berpikir lama, Jenang Perkasa tak kunjung
menemukan solusi atas keraguannya.

Tak Suka dengan Julela

Di sisi lain, masyarakat Pulau Galang mendengar kabar bila Jenang Perkasa telah
memimpin Pulau Bintan dengan baik. Para masyarakat tersebut lalu berlayar ke Pulau
Bintan.

Mereka hendak meminta Jenang Perkasa kembali ke Pulau Galang. “Tuanku, Jenang
Perkasa, tolonglah rakyat Pulau Galang. Tuan Julela sangatlah sombong dan kikir.
Masyarakat tak lagi sejahtera,” ucap beberapa masyarakat dari Pulau Galang.

“Maafkan aku. Aku tak bisa meninggalkan rakyatku di sini. Lagi pula, bila aku kembali
ke Pulau Galang, tentu saja kakakku tak akan diam saja. Pertikaian pasti tak bisa
terhindarkan. Aku tak ingin menimbulkan keributan,” ucap Jenang Perkasa dengan
bijaksana.
Setelah bujuk rayu yang cukup lama, Jenang Perkasa tetap bersikukuh tak ingin
kembali ke Pulau Galang. Para warga pun akhirnya memahami maksud Jenang.
Mereka lalu pergi dengan kesedihan.

Kedatangan para warga Pulau Galang terdengar oleh Batin Lagoi dan Putri Pandan
Berduri. Pada akhirnya, Jenang Perkasa menjelaskan bahwa selama ini ia memang tak
ingin menunjukkan identitas aslinya sebagai bangsawan. Ia ingin orang-orang
mengenalnya sebagai orang biasa.

Mendengar penjelasan menantunya, Batin Lagoi pun memakluminya. “Tak mengapa,


Jenang! Aku bisa memaklumi kenapa kamu berbohong selama ini. Yang terpenting
adalah kamu selalu bersikap baik pada rakyat dan istrimu,” ucap Batin Lagoi.

“Terima kasih, Ayah! Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan mertua dan istri sebaik
kalian. Tuhan memang Maha Adil dan Penyayang,” ucap Jenang Perkasa.

Hidup Berbahagia

Pada akhirnya, Jenang Perkasa tetap tinggal di Pulau Bintan. Ia hidup berbahagia
dengan Putri Pandan Berduri, ayah mertua, dan para rakyat. Jenang dan Putri Pandan
kemudia dikarunia tiga putra.

Mereka adalah Batin Mantang, Batin Mapoi, dan Batin Kelong. Jenang Perkasa dan
Putri Pandan berduri mendidik ketiga anaknya dengan baik. Mereka mengajarkan pada
anak-anak agar selalu hidup dalam kerendahan hati.

Setelah beranjak dewasa, ketiga anak tersebut menjadi pemimpin di suku mereka
masing-masing. Batin Mantang hijrah ke bagian utara Pulau Bintan, Batin Mapoi ke
arah barat, dan Batin Kelong kelak akan menggantikan Jenang Perkasa.

Mereka memimpin suku masing-masing dengan sangat baik. Bahkan, suku-suku


tersebut menjadi suku terbesar dan termahsyur di daerah Bintan. Tak ada hentinya
Batin Lagoi merasa beryukur atas kehadiran Putri Pandan Berduri, Jenang Perkasa,
dan cucu-cucunya.
Unsur Intrinsik

Usai membaca cerita rakyat Putri Pandan Berduri, berikut adalah unsur-unsur
intrinsiknya. :

1. Tema

Cerita rakyat Putri Pandan berduri memiliki tema tentang kebaikan hati dan
kebijaksanaan seseorang. Lebih tepatnya kebaikan hati seorang pemimpin yang
kemudian mendapatkan cinta tulus dari orang-orang di sekelilingnya.

2. Tokoh dan Perwatakan

Ada beberapa nama tokoh-tokoh utama dan tambahan dalam cerita rakyat Putri
Pandan Berduri. Misalnya saja seperti Putri Pandan Berduri, Batin Lagoi, dan Jenang
Perkasa.

Batin Lagoi dan Jenang Perkasa memiliki sifat yang hampir sama, yakni bijaksana, baik
hati, dan suka menolong. Tak jauh berbeda, Putri Pandan Berduri juga mempunyai sifat
yang ramah, baik, dan bijak.

Tokoh antagonis atau tokoh tambahan dalam legenda ini adalah Julela. Sifatnya adalah
sombong dan kikir, sehingga membuat rakyat-rakyatnya hidup penuh kesengsaraan.

3. Latar

Cerita rakyat ini menggunakan beragam latar tempat, seperti Pulau Galang, Pulau
Bintan, semak-semak pandan berduri, dan pantai. Semak-semak pandan berduri
sendiri adalah tempat di mana Batin Lagoi menemukan seorang bayi perempuan.

4. Alur Cerita Rakyat Putri Pandan Berduri

Karena dikisahkan secara runtut, cerita rakyat Pandan Berduri memiliki alur yang maju.
Kisahnya berawal dari Batin Lagoi yang menemukan seorang bayi cantik.

Ia lalu mengangkatnya menjadi seorang putri raja. Saat gadis kecilnya tumbuh dewasa,
ia menikahkannya dengan pemuda baik hati bernama Jenang Perkasa.

Tak berselang lama, Batin Lagoi mengangkat Jenang Perkasa sebagai pemimpin untuk
menggantikan dirinya. Meski rakyat di kampung halaman Jenang Perkasa sempat
memintanya tuk kembali, ia tetap bersikukuh untuk tinggal bersama Putri Pandan
Berduri dan Batin Lagoi.

5. Pesan Moral
Pertama, selalu berbuatlah baik pada sesama. Sebab, orang yang selalu berbuat baik
juga kan mendapatkan kebaikan dari orang lain.

Sebaliknya, orang yang selalu berbuat jahat, juga pasti kan mendapatkan balasannya.
Selanjutnya, janganlah kamu bersikap sombong seperti Julela. Karena
kesombongannya, rakyat-rakyat tak menyukainya sehingga meminta Jenang Perkasa
menggantikan posisinya.

Pada akhirnya, orang-orang yang bersikap baiklah yang kan hidup bahagia. Sementara
yang berbuat kejahatan akan hidup dalam kesengsaraan.

Unsur ekstrinsik

Unsur esktrinsik yang terdapat dalam cerita rakyat putri pandan berduri adalah nilai etika yaitu
tidak boleh sombong dan berbaik hati.

Anda mungkin juga menyukai