“Anak siapa itu yang menangis di tempat seperti ini?’, pikirnya heran
sambil memandang sekeliling. Karena ia tak melihat seorangpun,
Batin Lagoi meneruskan langkahnya.
Batin Lagoi menginjak semak semak itu dengan hati hati. Suara
tangisan bayi terdengar semakin keras.
Batin Lagoi tercengang melihat seorang bayi perempuan yang
diletakkan diatas dedaunan yang kini berada di depannya.
Batin Lagoi merawat bayi perempuan itu dengan penuh kasih sayang
bak anaknya sendiri. Terkadang ia merasa bayi itu memang diberikan
Tuhan untuknya.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Putri Pandan Berduri telah
tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik jelita. Bukan hanya
parasnya yang menawan, Putri Pandan Berduri juga memiliki sikap
yang sangat anggun dan santun layaknya seorang putri.
Batin Lagoi memang berharap agar putrinya itu berjodoh dengan anak
seorang raja atau pemimpin suatu daerah.
Banjir darah melanda tanah Jawa pada tahun 1549. Berhasrat menjadi
penguasa tunggal Nusantara, Kesultanan Demak mengobarkan perang
di mana-mana. Kerajaan-kerajaan pecahan Majapahit satu per satu
ditaklukkan. Sunan Kalijaga berupaya membendung perubahan brutal
yang merundung negerinya. Dalam keprihatinannya, ia melihat sosok
Ratu Adil yang diramalkan Jayabaya pada diri Adipati Pajang
Hadiwijaya.
Tak lama berselang, Keris Setan Kober hilang dari penjagaan Sunan
Kudus, sosok kuat di belakang Arya Penangsang. Hilangnya pusaka
itu memicu kecemasan. Para adipati yang menolak bergabung dengan
Pajang, dan menyadari daya niskala keris itu, mencoba bersekutu
dengan siapa saja yang berhasil menguasainya. Untuk menandingi
perbawa Keris Setan Kober, seorang empu sakti pun bertapa demi
menemukan Ndaru Kala Astika, batu meteor yang jatuh ke bumi lima
ratus tahun silam.