Anda di halaman 1dari 7

Dongeng Cerita Rakyat Maluku Utara Legenda Buaya Tembaga

Zaman dahulu, di daerah Baguala huduplah seekor Buaya besar yang berwarna kuning keemasan, yang
dikenal dengan Buaya Tembaga. Buaya Tembaga tersebut tidak pernah memangsa hewan lain. Namun,
sebaliknya ia selalu menolong ikan-ikan, hewan-hewan lainnya dan selalu melindungi mereka dari hewan
buas. Keberadaannya Buaya Tembaga terdengar sampai pesisir selatan Pulau Baru. Hewan yang berada
di Pulau Baru hidup dalam ketakutan karena ada seekor Ular besar yang selalu memangsa hewan-hewan.

Akhirnya, mereka mengirim utusan untuk meminta bantuan kepada Buaya Tembaga. Yang diutus adalah
seekor Ikan, Ikan tersebut harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Sang
Ikan pun sampai di kediaman Buaya Tembaga.

‘’ Buaya Tembaga yang baik hati, aku datang dari Pulau Baru untuk meminta bantuanmu.’’ Ujar sang Ikan.

‘’ Apa yang bisa aku bantu?’’ jawab Buaya Tembaga.

‘’ Selama ini kami hidup dalam ketakutan karena ada seekor Ular besar yang melingkar pada pohon.
Pohon tersebut melingkar pada pohon dan melintang pada aliran air yang biasa kami gunakan. Hidup
kami menjadi tidak tenang. Kami sangat memohon kepada mu untuk membantu mengusir Ular
tersebut.’’ ujar Ikan menjelaskan.

Tanpa berpikir panjang, Buaya Tembaga langsung mengabulkan permintaan utusan tersebut. akhirnya,
mereka pergi bersama-sama ke Pulau Baru. Buaya Tembaga harus menempuh perjalanan yang cukup
jauh. Sesampainya ia disana, ia dipersilahkan untuk istirahat dan dijamu dengan sangat baik.

Keesokan harinya, Buaya Tembaga diantar oleh seluruh Ikan-ikan menuju sang Ular. Pada saat sampai
ditempat tujuan, Buaya Tembaga mulai waspada. Ia semakin mendekat pada Ular tersebut. ternyata,
Ular sudah memperhatikannya dan menjulurkan kepalanya. Dalam sekejap sang Ular pun langsung
melilit tubuh Buaya Tembaga dengan sekuat tenaga. Namun, Buaya Tembaga tenang dan mengumpulkan
tenaganya untuk membalas serangan sang Ular.

Pada saat lilitan Ular mulai mengendur. Buaya Tembaga langsung membalik tubuhnya di dalam air.
Ekornya pun ikut bergerak untuk memukul sang Ular. Tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama,
Ular mulai kehabisan napas. Pada saat lilitannya semakin mengendur Buaya Tembaga langsung memukul
kepala sang Ular. Ular pun menyerah dan pergi meninggalkan Pulau Baru.

Seluruh hewan penghuni Pulau Biru bersorak gembira menyambut kemenangan Buaya Tembaga. Mereka
memberikan hadiah berupa Ikan yang sangat banyak. Ikan-ikan tersebut berupa Ikan Parere dan Ikan
Parang untuk dibawa pulang. Sampai sekarang, masyarakat Maluku sangat percaya jika melihat
keberadaan Buaya Tembaga di Teluk Baguala. Pasti disana bermunculan Ikan yang sangat banyak.

Pesan moral dari cerita rakyat maluku utara buaya tembaga adalah jika kita punya kekuatan atau
kelebihan harus digunakan untuk membantu dan menolong orang lain. Orang yang sering membantu
akan mendapatkan banyak rejeki dan hidup bahagia.

Legenda Tanjung MarthaFons

‘Legenda Tanjung MarthaFons’

Dahulu kala di kampong poka, kecamatan Baguala, hiduplah sebuah keluarga bahagia
yaitu Bram dan nyonya Mina. Mereka mempunyai seorang anak perempuan yang selain cantik
juga rajin membantu orang tuanya. Namanya adalah Martha.
Sehari-hari bapak Bram bekerja sebagai nelayan sedangkan ibu Mina membakar sagu.
Martha setiap hari menjual sagu buatan ibunya dengan cara menjajakannya. Jika Martha sudah
merasa lelah, Martha biasa beristirahat dibawah pohon sambil menghitung pendapatan yang dia
peroleh hari itu dengan penuh harap dagangannya bisa laku dan membawa uang yang banyak
kepada orang tuanya.
Ketika berumur 17 tahun Martha masih tetap berjualan sagu untuk membantu orang
tuanya. Pada suatu hari Martha melewati asrama tentara portugis, Martha kaget namanya
dipanggil saat hari sudah menjelang malam dan belum satupun dagangannya laku terjual.
Ternyata orang yang memanggil Martha adalah tuan Alfonso, seorang komandan tentara Portugis
.
Tuan Alfonso suka memperhatikan Martha yang suka berjualan sagu dan dengan alasan
ingin membeli sagu. Tuan Alfonso pun mengajak Martha berkenalan. Nasib mempertemukan
tuan Alfonso dan Martha.
Sejak pertemuan itu tuan Alfonso jatuh cinta kepada Martha dan kemudian menjalin
hubungan dengannya. Ketika Martha berumur 17 tahun tuan Alfonso bermaksud melamar
Martha, Orang tua Martha menyutujuinya dengan syarat mereka menikah jika Martha berusia 19
tahun.
Suatu ketika terjadi pertukaran markas pasukan portugis yang mengharuskan pasukan
Alfonso harus di tarik mundur dari Ambon ke Batavia begitupun sebaliknya . Akhirnya
perpisahan pun harus terjadi antara sepasang kekasih. Mau tidak mau Martha harus melepaskan
Alfonso demi tugasnya . Kapal Alfonso telah berlabuh di pelabuhan, bunyi stom 3 kali membuat
hati Martha sedih di tinggal sang kekasih. Tidak mampu menahan rasa sedih dan kehilangan
Alfonso, Martha pun nekat membuang diri ke laut berenang ke arah kapal Alfonso kekasihnya.
Ketika melihat kekasihnya berenang , Alfonso pun ikut terjun ke laut berenang ke arah
kekasihnya. Namun ,nasib berkata lain tubuh Alfonso dan Martha di hempas gelombang air laut
dan hilang.
Kisah cinta mereka berdua kemudian diabadikan menjadi tanjung yang sangat terkenal
“Tanjung MarthaFons”. Dan sekarang sudah menjadi tempat penyeberangan Fery Poka-
Galala…;-)

Nah sekarang kita ke sebelah utara Maluku, yakni Propinsi Maluku Utara. Pada Propinsi Maluku
Utara ada sebuah Legenda yang disebut sebagai Tanjung Menangis.
Ingin tahu ceritanya ? Mari kita simak sama sama,

Dahulu kala terdapat kerajaan besar di Pulau Halmahera. Rajanya belum lama meninggal dunia.
Ia meninggalkan dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Mereka bernama Baginda Arif,
Putra Baginda Binaut, dan Putri Baginda Nuri. Putra Baginda Binaut sangat menginginkan
kedudukan sebagai raja untuk menggantikan ayahnya. Keinginan itu disampaikan kepada patih
kerajaan.

“Aku harus menggantikan kedudukan ayahku.” Kata Binaut kepada sang Patih dengan penuh
keyakinan.

Agar sang Patih ikut mendukung rencana tersebut, maka Binaut memberi janji bahwa jabatan
sang Patih akan tetap dipertahankan, dan ia akan diberi hadiah emas berlian. Berkat bujuk rayu
dan janji itulah, Sang Patih bersedia mendukung Binaut menjadi raja. Sang Patih segera
mengatur para pengawal kerajaan untuk menangkap Sri Baginda Ratu, Putra Baginda Arif dan
Putri Baginda Nuri. Setelah ditangkap, mereka dijebloskan di penjara bawah tanah.

“Kanda Binaut benar-benar kejam! Tamak! Tak tahu diri!” umpat Putri Baginda Nuri dengan
penuh emosi.

Namun, Sri Baginda Ratu meminta agar Nuri bersabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan
ini.

“Yang benar akan tampak benar dan yang salah akan tampak salah. Dan yang salah itu, kelak
akan mendapatkan hukuman yang setimpal,” kata Sri Baginda Ratu menghibur dengan penuh
keibuan, betapapun sangat sakit hati melihat kekejaman putra kandungnya.

Binaut merasa gembira setelah menjebloskan ibu dan saudara kandungnya ke penjara. Ia
mengumumkan kepada rakyat kerajaan bahwa Sri Baginda Ratu dan putra-putrinya mengalami
musibah di laut.

Saat itu pula, Putra Baginda Binaut minta kepada para pembesar istana untuk segera dilantik
menjadi raja. Sejak itu, Sri Baginda Binaut bersikap angkuh dan tinggi hati. Ia menganggap
sebagai raja yang paling berkuasa di muka bumi ini.

Demi kepentingan dirinya, ia memerintahkan kepada seluruh rakyat kerajaan agar bekerja giat
untuk membangun istana megah. Selain itu, diberlakukan berbagai pungutan pajak, diantaranya
pajak hasil bumi, pajak hewan, pajak tanah. “Bukan main! Raja Binaut penghisap dan penindas
rakyat!” kata salah seorang penduduk kepada yang lain. Mereka mengeluh dengan peraturan
yang dikeluarkan Raja Binaut yang sangat merugikan rakyat. Tetapi, mereka takut membantah,
apalagi berani melawan perintah raja, pasti kena hukuman berat.

Ada seorang pelayan istana raja bernama Bijak. Ia melarikan diri dari istana dan membentuk
sebuah pasukan tangguh melawan raja Binaut. Paling tidak, mereka dapat membebaskan Sri
Baginda Ratu dan putra-putrinya.
“Kita harus segera bertindak menyelamatkan mereka,” kata Bijak dengan penuh harap. Hal ini
didukung teman-temannya.

Waktu itu, banyak para pegawai istana yang telah membelot bergabung dengan Bijak. Bijak pun
telah mempelajari bagaimana mengadakan penyelamatan itu. Bila penyelamatan berhasil,
direncanakan mengadakan penyerangan ke istana Raja Binaut.

Berkat kepemimpinan Bijak, dalam sekejap mereka berhasil menyelamatkan Sri Baginda Ratu
dan putra-putrinya yang dipenjara Binaut. Mereka langsung dibawa ke hutan.

“Kuucapkan terima kasih tak terhingga,” ucap Sri Baginda Ratu dengan tersendat.

Mereka tampak kurus kering karena selama dipenjara di bawah tanah jarang makan dan minum.
Bijak pun menyampaikan kepada Sri Baginda Ratu akan mengadakan penyerangan ke istana.
Tetapi, Sri Baginda Ratu tidak setuju, ia tidak mau berlumuran darah bangsanya sendiri.
Ketamakan, kebengisan, iri dan dengki akan kalah dengan doa permohonan yang disampaikan
kepada Tuhan.

Raja Binaut berlaku semena-mena terhadap rakyatnya. Sang Patih yang selalu mendukung
keputusan Raja Binaut lama-kelamaan tidak senang dengan perilaku Raja. Tetapi ia tidak berani
mengeluarkan sikap yang melawan. Kalau itu dilakukan pasti ia langsung dipecat dan
dijebloskan penjara. Saat itu penjara penuh dengan tahanan.

“Siapa yang melawan Raja, hukuman penjaralah tempatnya.” Itulah kesombongan Raja Binaut.
Karena ia merasa yang paling berkuasa dan paling tinggi.
Namn tak disangka, sebuah bencana alam terjadi. Sebuah gunung meletus dengan sangat
dahsyat. Lahar panas mengalir ke segala penjuru. Istana Raja Binaut pun menjadi sasaran lahar
panas. Ternyata sebagian besar lahar panas telah meluluh lantakkan bangunan istana yang baru
saja selesai dibangun dari hasil keringat rakyat. Raja Binaut kebingungan mencari perlindungan.
Ia lari pontang-panting tak tahu arah tujuan.

Anehnya, lahar seolah-olah mengejar kemanapun Raja Binaut lari.

“Tolong-tolong!” teriak Binaut.

Lahar panas itu sedikit demi sedikit menempel di kaki Binaut. Seketika itu juga kakinya melepuh
dan kulitnya terkelupas. Ia berusaha untuk tidak berhenti berlari. Lahar panas mulai menjalar ke
tubuhnya. Ia sangat tersiksa. Ketika ia mengalami siksaan lahar panas itu ia ingat ibunya.

Ia mohon ampun. “Ampunilah aku, bu! Maafkanlah aku, bu! Aku sudah tidak kuat menanggung
penderitaan ini! Aku tidak akan mengkhianati ibu, kakak Arif dan adik Nuri lagi. Maafkanlah
aku! Ibu! Ibu!” teriak Binaut karena kesakitan.

Namun teriakan itu hilang perlahan-lahan dan akhirnya ia meninggal.


Jasad Binaut terdampar di sebuah pantai. Seketika itu juga tempat itu berubah menjadi sebuah
Tanjung. Konon, tanjung itu sering terdengar orang menangis minta belas kasihan karena
mengalami siksaan yang amat sangat. Kini tempat terdamparnya Binaut itu dinamakan Tanjung
menangis

Cerpen Rakyat Nusantara : Asal Muasal Tanjung Menangis

Pada zaman dahulu di Pulau Halmahera ada suatu kerajaan. Rajanya belum lama meninggal
dunia. Ia meninggalkan dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Mereka bernama Baginda
Arif, Putra Baginda Binaut, dan Putri Baginda Nuri. Putra Baginda Binaut sangat ingin menjadi
raja.

"Aku harus menggantikan kedudukan ayahku," kata Binaut kepada patih kerajaan. Jika sang
Patih mendukungnya, ia akan mempertahankan jabatan sang Patih. Sang Patih pun bersedia
mendukung Binaut.

Kemudian, sang Patih menangkap sang Ratu, Putra Baginda Arif, dan Putri Baginda Nuri.
Mereka dikurung dalam penjara bawah tanah.

Binaut merasa gembira setelah menjebloskan ibu dan saudara kandungnya ke penjara. Lalu, ia
mengumumkan kepada rakyat kerajaan bahwa sang Ratu dan kedua saudaranya mengalami
musibah di laut. Saat itu pula, Binaut dilantik menjadi raja.

Setelah menjadi raja, Binaut bersikap angkuh dan tinggi hati. Demi kepentingan dirinya, ia
memerintahkan kepada seluruh rakyatnya untuk membangun istana megah. Rakyat pun
mengeluh dengan peraturan yang dikeluarkan Binaut. Tetapi, mereka takut membantah karena
pasti akan mendapat hukuman berat.

Ada seorang pelayan istana raja bernama Bijak. Ia melarikan diri dari istana dan membentuk
sebuah pasukan tangguh untuk melawan Binaut. Pertama-tama, ia berkeinginan untuk
membebaskan Ratu dan putra-putrinya. Karena sudah hapal dengan lekuk istana, ia dengan
mudah menyelamatkan mereka.
Seiring waktu, Binaut semakin semena-mena terhadap rakyatnya. Sang Patih yang awalnya
mendukung kini tidak senang. Tetapi, ia tidak berani melawan.

Suatu hari, terjadi gunung meletus. Istana Raja Binaut terkena aliran lahar panas. Lahar itu
meluluhlantakkan bangunan istana yang baru saja selesai dibangun. Binaut pun mencari
perlindungan. Ia lari pontang-panting tak tahu arah tujuan. Anehnya, lahar seolah-olah mengejar
ke mana pun Binaut lari.

Hingga akhirnya, Binaut meninggal karena terkena lahar panas. Jasad Binaut terdampar di
sebuah pantai. Seketika itu juga, tempat itu berubah menjadi tanjung. Menurut kabar, di tanjung
itu sering terdengar suara orang menangis. Oleh penduduk sekitar, tempat itu dinamakan Tanjung
Menangis.

Anda mungkin juga menyukai