Anda di halaman 1dari 10

Resensi Novel Arai

A. Identitas Buku

1. judul buku: arai


2. Penulis: ian sancin
3. Tahun terbit: cetakan 1, juli 2015
4. jumlah halaman: 502 halaman
5. Isbn: 978-602-048-1

B. Biografi Pengarang

Ian Sancin Lahir di Tanjung pandan Belitung pada 23 Mei 1963,


menetap di Pangkalpinang tahun 1980. Sebagian besar aktivitas kesehariannya
adalah membaca dan menulis. Tahun 1985 aktif di Teater dan salah satu
naskahnya dengan judul Fatamorgana memenangkan lomba pementasan se
Kotamadya Pangkalpinang.Ian Sancin mulai mengirimkan tulisan ke berbagai
media masa dimulai tahun 1986 dan cerpen pertamanya dimuat majalah
“Famili” dengan judul “Duka Biru”.
Tahun 1991, dia bergabung dengan kelompok Jurnalis LEMJURI,
Jakarta. Tahun 1996, dia bergabung dengan kelompok diskusi ASH-
SHIDDIQINTELLECTUAL FORUM, Bandung. Pada tahun 2000, dia
memenangi lomba cerpen “Bangka Pos” dengan judul “Limpai”. Pada tahun
yang sama, dengan beberapa teman, dia mendirikan Lembaga Kebudayaan
AKAR. Tahun 2001, dia bergabung dengan Ikatan Penulis dan Jurnalis
Indonesia IPJI. Puisinya tercatat di beberapa antologi, di antaranya antologi
puisi penyair se- Sumatera “Memburu Makna ke Padang Kata” tahun 2002.
Tahun 2003, dia bergabung dengan Perkumpulan DEMOS Jakarta
dalam riset masalah demokrasi di Bangka Belitung. Tahun 2003, dia menjadi
peserta aktif Kongres Cerpen se-Indonesia Tanjungkarang Lampung. Tahun
2004, dia menjadi anggota tim penulisan buku sejarah “Catatan Sejarah
Terbentuknya Provinsi Bangka Belitung”. Tahun 2005, dia menjadi peserta
aktif Kongres Cerpen se- Indonesia di Pekanbaru Riau.
Tahun 2006, Ian Sancin ikut mendirikan lembaga kajian “Pusaran
Arus Pemikiran Baru” atau SAPIR INSTITUTE dan mengemban jabatan
Direktur Bidang Lintas Sosial Budaya. Tahun 2007 namanya tercatat di
kumpulan Penyair seIndonesia dalam “142 Penyair Menuju Bulan”. Saat ini,
Ian Sancin aktif menulis serta memberdayakan budaya Bangka Belitung, juga
menulis artikel, esai, cerpen, puisi, skenario film lepas, dan lainnya.
C. Sinopsis Novel

kerajaan kecil ujung barat pulau sumatra yaitu balok belitong, walau
tergolong kerajaan kecil dibandingkan dengan mataram, namun letaknya
strategis yang berada di poros maritim dunia pada abad 18, dan armada laut
kerajaan ini ditakuti oleh VOC dan para perompak sehingga menjadikan
kerajaan ini di segani.
Dikisahkan pangeran gara siasip (biasa di panggil arai karna siasip
sewaktu kecil sangatlah cerewet), putra mahkota kerajaan belitong yang
menjalin cinta dengan aliana guan, dara keturunan cina dari pulau tumasik,
johor, singapura. Siasip jatuh cinta pada aliana guan pada saat aliana guan
datang ke belitong untuk yang kedua kalinya. Kedatangan aliana guan ke
belitong tidak hanya keperluan dagang, tapi juga menyerahkan warisan
kerajaan belitong
Siasip dan aliana guan pun menjadi bahan gunjingan di istana karena
mereka berdua berbeda usia dengan aliana guan yang lebih tua dan juga beda
kepercayaan. Dalam tradisi melayu hal ini sangat hina, namun cinta siasip
mengalahkan anggapan tersebut.
Sengketa keraaan belitong dimuali ketika ki mending (raja sah
belitong) meninggal. Kepemimpinan raja kosong karena pewaris utama yaitu
ki agus mending(ayah siasip) sedang berada di mataram untuk tugaskerajaan.
Sementra waktu pimpinan kerajaan dipegang oleh ki agus bustam (adik ki agus
mening/paman siasip) Di tengah keterpimpinan Ki Agus Bustam, secara
pribadi Ki Agus Bustam meminta kepada Siasip untk mengabulkan keinginan
putranya, Ki Agus Abudin (kakak sepupu siasip/lebih tua drai siasip)
meminang Alina Guan untuk dijadikan Istri. Aroma penyalah gunaan
kekuasaan mulai terasa. Belum lagi, Ki Agus Bustam memaksaan penyerahan
warisan Kerajaan Belitong yang dibawa oleh Alina Guan kepada Ki Agus
Bustam. Konflik batin dialami oleh Siasip.
Ketidak relaan Siasip terhadap Alina Guan yang akan dilamar oleh Ki
Agus Abudin, mendorong Siasip mempercepat rencananya dengan Alian Guan
pergi ke Batu Baginde, tempat yang memungkinkan mereka bisa bertemu
dengan Yin Galema, sosok mistik cinta sejati mendiang Ki Mending, kakek
Siasip. Cerita tentang Yin Galema, Siasip peroleh dari kakeknya, mendiang Ki
Mending. Kedekatannya dengan Ki Mending menjadikannya banyak
mendapati rahasia hidup Ki Mending, termasuk tentang kisah rahasia cinta Ki
Mending dengan Putri Yin Galema, putri Cina yang tidak lagi di dunia
manusia. Namun, semasa hidupnya, Ki Mending kadang mengunjungi Yin
Galema. Alina Guan pun sama, mengenal sosok Yin Galema dari cerita
kakeknya, Sam Guan, saudagar yang selalu berhubungan baik dengan
mendiang Ki Mending. Siasip dan Alina Guan memiliki alasan yang sama
menemui Yin Gelema, yaitu menyampaikan pesan mendiang kakek mereka
masing-masing.
Merasakan kesamaan lahir dan batin, arai dan sang putri bertekad
untuk berjuan bukan hanya demi kerajaan, tetapi juga demi cinta tulus mereka.
Sayangnya, Yin Galema bukanlah sosok manusia sebagaimana umumnya. Yin
Galema adalah sosok yang telah ada sejak abad ke 16. Kehadirannya tidak
dapat ditemukan di dunia nyata, melainkan pada alam bunian atau alam para
jin. Untuk meluluskan wasiat danamanah tersebut, mereka harus berjuang
mencapai tempat yang sangat jauh dan dengan medan yang sangat sulit, yakni
Batu Beginde. Setelah sampai, bukan serta merta mereka dapat dengan leluasa
dapat bertemu Yin Galema, melainkan mereka harus bersemedi dengan tingkat
konsentrasi yang tinggi, karena sulit sekali mencapai negeri bunian yang
ditempatinya. Setelah berhasil masuk ke negeri tanpa matahari tersebut,
mereka langsng nelaksabnnakan wasiat dana amanah masing-masing leluhur.
Tidak hanya itu, sepulang dari sana mereka justru mendapatkan rahasia dan
amanah kembali kepada Yin Galema.
Setelah kejadian itu, cerita berkelanjut pada konflik kerajaan
sesungguhnya. Perebutan kekuasaan,cara memimpin raja yang tidak disukai
raja (Ki Agus Bustam), perang dan pembunuhan, srta pengasingan berbagai
tokoh penting dalam cerita. Namun, yang sangat menyayat hatiadalah siasip
kehilangan pujaan hati Aliana Guan. Berbagai usaha telah ia lakukan hingga
berperangelawan perompak jahat yang di bantu oleh Ki Abudin dan berlayar
hingga negeri asal sang putri. Namun, tak kunung mereka berlalu, sang arai
yang seharusnya menjadi raja selanjutnya, justru lebih meilih menadi penghulu
utama dan memberikan kekuasaan takhta kepada sepupunya yang bernama Ki
Abudin.
Kesedihan ditinggal kekasihnya membuat enggan mencari pengganti
dan tidak haus kekuasaan . siasip atau arai lebih memilih menyebarkan ajara
islam di keraaan. Dan arai sendiri sebenarnya tidak percaya bahwa kekasihnya
meninggal, arai meyakini bahwa Aliana Guan kekasihnya hilang iu ada
hubungannya dengan Yin Galema, istri sang paman Ki Agus Bustam biasa di
panggil bunda putri (anak dari Yin Galema), dan tentu saja dirinya sendiri.
Hingga suatu ketika saat arai berumur 52 tahun, kematian istri sang paman
tiba, jasadnya terbaring di kasur yang rentah , tetapi yang arai lihat bukan jasad
bunda putri, melainkan Aliana Guan yang telah kembali.

D. Unsur Instrinsik

1. Tema: Kesetiaan Siasip menunggu Aliana Guan dan tidak tergiur oleh
takhta raja.
2. Alur: Maju.
3. Latar:
a. Waktu: pada tahun 1695sampai 1757(ini malam kesembilan
puluh tahun 1696 masehi. Artinya, tiga hari lagi perahunnya
merapat)-(pada penghujung tahun 1756, istri Bang Abudin
wafat)
b. Tempat:
 Negeri balok (Di negeri balok, mana ada suami
beristrikan perempuan lebih tua)
 Negeri bunian (Di istana cinta ini, tiada siang juga
malam. Bayangan wajah maklah yang terus
menguatkanku segera pulang dari negri Bunian ini)
 Pulau Tumasik (meski Pulau Tumasik wilayah Johor,
Sungai Singha Pura)

c. Suasana:
 Sedih berduka (detak jantungku telah lebih hebat
dibandingan dengan saat dulu jumpa Aliana Guan di
sini bagai mengguncang papan lantai dermaga ini.
Kian dekat kapal itu, keras pula gelegarnya. Malah
kini, papan dermaga seolah lepas menghambur
berkeping-keping ketika mataku mnangkap bendera
lain di balik layar kapal yang tengah digulung)
 Tangis bahagia (entah berapa lama aku bersimpuh
dihadapan jasad perempuan yang kucari seumur
hidupku ini. Entah berapa lama tangisku tuntas. Entah
sudah berapa lama burung murai berhenti mengejeku.
Entah sudah seberapa tinggi matahari mendaki dan
desis suara jasad perempuan yang kucintai ini
bersuara terus bertanya kepadaku, “apakah aku sudah
di negeri ysng memiliki matahari?”)
4. Tokoh dan penokohan:
a. Siasip:
 Ceroboh: (dia takut bukan kepalang! Apalagi aku
langsung menuangkan ke mulut tanpa cangkir)
 Arai: (sesungguhnya aku begitu nakal dengan
pertanyaan anh-aneh. Ramonda menjulukiku si arai
karena tak sgan dan malu-malu bertanya hingga ke
inti perkara sebenarnya)
 Tekad yang tinggi (kami tak mungkin mampu
berjauhan dan pasti terperangkap untuk saling berdua
maka ingatan masa lalu dalam pikiran bakal terhapus!
Akibatnya, kami takkan dapat pulang maka kekuatan
rumah cinta ini harus dilawan!)
 Pemikiran dewasa (kami membuat kesepakatan jika
seorang dari kami menyendiri, seorang dari kami
harus diikat. Itu boleh dilakukan ketika tidur)
 Setia (Rasanya aku tak sanggup menjadi raja tanpa
permaisuri, Aliana Guan tak kudapat. Takhta juga
kuserahkan kepada Ki Galong pamandaku)
b. Aliana Guan
 Pintar bertarung: (yang penting bagiku, dia perempuan
laga’. Perempuan manapun jika berlaga’ dengannya,
pastilah kalah!)
 Suka berlayar(aku pun jadi sering berlayar hingga
kakeku mulai marah-marah karena aku tak setia pada
usaha dagangnya.)
 Elok rupanya (cantik Yin Galema di usia lebih seabad
juga cantik Alina Guan pada usia belum apa-apa)
 Pemikiran dewasa (kami membuat kesepakatan jika
seorang dari kami menyendiri, seorang dari kami
harus diikat. Itu boleh dilakukan ketika tidur)
 Cerdas (kecerdasannya telah membaluri
kerupawananya. Bukan karena dia mampu menguasai
beberapa bahasa tetapi juga mampu melihat lebih luas
dari pada pandangan mata tajamnya).
c. Ki Abudin
 pendiam, suka membangkang, dan berani (Meskin
pendiam, sepupuku ini terang-terangan suka
membangkang! Pamanda Ki Agus Bustam
menyebutnya ana tengkaran. Dia gemar berburu di
hutan dan kami jadi segan kepadanya yang berani itu.)
 bertanggung jawab dan penolong (kabulkan
permohonanku untuk ikut bersamamu ke Tumasik
guna membebaskan Aliana Guan. Aku ingin
membayar smua ksalahanku padamu)
d. Ki Agus Bustam
 Bertanggung jawab (ramondamu juga tak ahu tentang
itu. Kapal itu dibuat karena janji Ki Mending kepada
Ki Agus Abudin. Pamandamu harus mewujudkannya.)
 Khawatir (maakan pamandamu ini karena
menganggap ramondamu sangat lemah. Sekarang pun
armada laut kitatak di garangkannya, pamanda
mendengar para lanun kembali merampok kampong
penduduk di Pulau Seliu)
e. Ramonda
 Bijaksana dan tidak suka bertengkar (wibawa kerajaan
tak mesti harus berlaga di pperangan. Memang ,
ramonda menyadari bahwa kerajaan ini tak cukup kuat
sejak kakekmu meninggal dan pasukan laut kita
melemah. Intinya ramonda tak mau berprang.
Berslisih dengan pamanmu pun Ramonda tak suika.
Ramonda harus selalalu mencari cara lain selain
perang)
f. Emak
 Tabah dan sabar(“setidaknys Mak mendoakannya agar
tenteram di sis Allah,” ujar Mak lagi.)
 Penyayang (“semua telah terjadi. Kau harus tegar.
Dirimu Rajja!” ujar Mak)
g. Yin Galema
 Menderita tetapi tetap berjuang ( sepertinya dia
terharu pada derita yin galema berjuang membebaskan
kutukan suaminya yang entah kapan berakhir meski
maaf telah didapatkannya.)
 Lembut (“tidaklah sesederhana itu, wahai, putri
cantik! Suaramu mengingatkanku pada suara ibuku.
Siapakah namamu?” suara Yin Galema teramat lemut
bagai menghadap gadis kecil yang rapuh)
 Elok rupanya(cantik Yin Galema di usia lebih seabad
juga cantik Alina Guan pada usia belum apa-apa)
 Tidak sembarang percaya kepada orang (“tetntulah
bole tahu dan percaya kalian dapat menjaga
kerahasiaan ini dengan baik sebagaimana menjaga
amanat mendiang kakek kalian.jika berjumpa anakku,
sekali lagi, jangan membuka rahasia ini karena kami
bersumpah tetap membuatnnya takkan pernah tahu
orangtua sesungguhnya!”)
h. Bunda Putri / Putri Gunong Labu:
 Sabar (namun, bundra putri tetaplah tersenyum
sesabar jawabannya)
 kasih sayang (“bunda berharap tak ada yang terbunuh”
tandasnya meneteskan air mata.)
i. Datuk Ahmad:
 Tekun (Datuk Ahmad tak mungkin mengincar takhta,
aku paham betul tujuannya hanya menyiaran agama di
kalangan dukun musyrikin wilayah Belantu.)
5. Gaya bahasa:
Bahasa dalam novel ini banyak menggunakan bahasa kiasan
dengan halus seperti kalimat “Matamu menyimpan banyak pohon. Di
antaranya mengatakan kau teramat risau walau saat mata terpejam”
serta kalimat, “Bara api tak mungkin padam jika kayunya terus
dirampungkan”.
Di novel ini juga banyak ungkapan temantun seperti “Angin
buritan di laut tenang ... tenang berlayar ke teluk sunyi ... sungguh
berkenan beta pada tamu yang datang ... datang berkunjung ke negeri
kami.” Dan juga seperti “Di angin tenang kami datang ... datang ke
negeri penuh harapan ... mohon maaf hamba yang lancang ... lancap
berucap pada tuan yang tampan.”
6. Amanat:
 Walupun derajat kita lebih tinggi ttapi kita harus menghormati
orang yang berada di bawah kita (Ki Mending sang raja tak
pernah memberlakukan perintah sembah sujud seperti ini
terhadap abdinya)
 Hati hati terhadap kesenangan di dunia yang membuat kita
lupa akan segalanya (sebagaimana nasihat mak,”hati-hatilah
jika dewasa apa lagi menjadi raja. Cinta dunia tak terbatas”)
 Menjaga emosi itu perlu, jangan sampai emosimu menyakiti
hatimu sendiri (menjaga api sangatlah baik, buatlah apimu
agar tak membakar hatimu)
7. Sudut pandang
Di dalam novel ini pengarang menggunakan sudut pandang
orang pertama yaitu Aku dengan sudut pandang dari seorang
pangeran, bernama Ki Agus Siasip, putra Cakraningrat III, yang
memiliki sebutan Arai (aku pun diam, tetapi panganan yang ku makan
sudah habis tiga buah hingga jemariku dilengketi gulanya dan pelan-
pelan kujilati agar bersih.)

E. Kelebihan dan Kelemahan Novel

Kelebihan Novel setebal 492 halaman ini bukan seedar menyuguhkan


babakan sejarah sebuah kerajaan, namun juga intrik politik, percintaan, hingga
ksetiaan pada nilai-nilai keluarga dan budaya yang dikemas dalam plot cerita
yang cepat sehingga pembaca tidak merasa bosan menjelajjahi halaman demi
halaman yang dikisahkannya.
Novel ini dilengkapi dengan peta, Peta kejaan yang disebutan di atas
adalah peta kerajaan Balok Belitong. Brhubung lokasi dalam buku ini
beragam, maka mempermudah pembaca mendapat gambaran mengenai lokasi
sebuah peristiwa serta bagaimana pengaruhnya terhadap peristiwa yang
lainnya.

Kelebihan novel ini juga dilengkapi dengan silsilah yang ada dalam
bagian awal novel ini, hal ini emudahkan pembaca lenih memahami
bagaimamna jalan cerita dan keerkaitan para tokoh yang ada.
Di akhir halaman novel ini ada bagian yang diberi judul Tentang
Sejumlah Istilah dan Tokoh. Sesuai namanya, bagian ini mmberikan
penjelasan panjang lebar dan mudah di pahami mengnai brbagai istilah dan
nama tokoh yang ada dalam kisah ini.
Kovel novel ini juga tak kalah menarik dengan novel lainnya, novel ini
terlihat berbeda dengan novel-novel yang lain. Sosok pemuda berbaju coklat
dengan ikat kepala ungu, bisa kita asumsikan adalah sososk Arai.
Penggambaran yang pas, dan memberikan warna kulit yang coklat, karena
sebagai pangeran kerajaan tak mungkin kulitnya berwarna putih bersih akibat
dari pengaruh matahari dan suasana laut.
Novel ini bisa dibaca terpisah tanpa perlu membaca novel pertama
yang berjudul Yin Galema yang brisi tentang asal asul Yin Galema bisa berada
di Kerajaan Balok Belitong
Kekurangan novel ini adalah penggunaan jenis huruf yang kurang
nyaman dilihat. Jenis hurufyang digunakan agak kecil dan tipis. Sepertinya
bukan yang biasa digunakan untuk novl jika dibandingkan dengan novel lain.
Kekurangan dalam novel ini salah satunya posisi cetak silsilah
Kerajaan Balok Belitong dan Peta Keraaan Balok Belitong yang horizontal
atau tidak searah dengan cover muka novel ini. Membuat pembaca harus
membalik posisi buku terlebih dahulu
Akhir cerita novel ini penyelesainnya kurang berkesan, sangat begitu
mudah , memebuat bagian ini menjadi kurang greget.

F. Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Novel

 Nilai agama
 Kutarik napas sedalam-dalamnya seiring bersyukur kepda
Allah
 Ramonda malah menuntunku agar aku tak mempercayai hal
yang menurutnya menyesatkan
 Guru mengajiku Syekh Said Yasin mngajarkan melarang
beersekutu pada makhluk gaib
 Guru mengajipun mengajarkan pandangan berbeda : siti
khatijah dipristri nabi melibihi usianya karena derajat tak
ditentukan usia tetapi kebaikan membuatnya lebih mulia.
 Nilai moral
 Di negeri ini, perempuan tak layak melontarkan
kalimat”kegenitan” secara terbuka, apalagi diucapkan ke
seorang keluarga istana.
 Meskipun Rajja sanagat tegas, belum pernah kulihatbeliau
mndera hambanya hanya lantaran kesalahan kecil tak
disengaja
 Padahal sebagai anggota keluarga istana tata krama dang
berbagai ilmu mesti kupahami. Akibatnya, aku mkemang tak
paham bagaimana memperlakukan tamu penting istana
 Nilai sosial
 Seorang harus memiliki keberanian berpendapat, apalagi
seorang calon pemimpin. Sikap itu harus melekat agar
pengetahuan yang didapat menjadi tepat sehingga memiliki
pertimbangan benar.
 Sang raja tak pernah memberlakukan perintah sembah sujud
seperti ini terhadap abdinya.
 Tak ada yang mesti ditaklukan diwilayah pulaun kecil ini.
Penduduknya yang cinta damai, para kepala parong, kepala
suku, dan para dukun saling menjaga diri untuk tidak
berperang. Mreka menepati pulau ini karena aman dari
jangkauan para penguasa dang raja besar yang berpnguasa.
 Nilai politik
 Sebentar lagi aku menadi pangeran gara dewasa dan sudah
mesti ikut berpikir dalam munsyawarah urusan negara
 Nilai budaya
 Menurut adat, pada saat bulan prnama, sangatlah terlarang
berburu. Hanya boleh dilakukan sebangsa makhluk antu
berasuk.
 Menurut adat, di tiap-tiap wilayah yang bisa berupa hutan,
padang, danau, atau sungai, lembah serta bukitnya, telah
dijaga dukun kampong. Dukun kampong mengenal dan
membawahi batas wilayahnya secara gaib.
 Seorang anak pantang mewarisi ilmu kebatinan ayahnya
sendiri. Ilmu kebatinan seorang kakek hanya waib diturunkan
kepada cucu pertama bukan kepada anaknya.
 Di tradisi istana putra mahkota dan putra turunan raja berhak
mendapatkan para pengawal sejak usia dini. Para pengawal
diambil dari anak anak penduduk yang cakap, setelah upacara
turun tanggak tebu, raja melemparkan koin emas dan perak
guna diperebutkan anak anak. Dari ketangkasan serta
kegigihan mereka berebutan koin, akan terlihat calon bakal
tangguh terpilih selanjutnya ia dibina di padepokan.

G. Pendapat Pembaca

Novel Arai mengisahkan Kerajaan Belitong dari sudut berbeda dengan


budaya masyarakatnya yang khas, ulet, menyukai budaya bertutur, hingga
kegigihan. Walau bukan topik utama, sisi mistik dalam novel ini sangat
kentara pada setiap rangkaian cerita. Novel ini tergolong komplit, tekanan-
tekanan konflik, intrik, hingga kisah cinta mampu diramu sempurna.
Perbedaan mencolok novel ini dari kebanyakan adalah perseteruannya setiap
tokoh dengan dunia ghaib .Keluwesan Ian Sancin dalam bertutur menjadikan
cerita ini menarik dinikmati.

Anda mungkin juga menyukai