Pemain : Angga Aldi Yunanda (Bima), Adhisty Zara (Dara), Lulu Tobing (Ibu Dara), Cut Mini Theo (Ibu
Bima), Dwi Sasono (Ayah Dara)
Genre : Drama/Edukasi
Sinopsis
Berlatar belakang anak remaja SMA tahun ke 3 yang memiliki kisah asmara yang terlarang. Bima dan
Dara adalah remaja yang memiliki kisah tersebut. Kisah asmara yang terlarang mereka mulai dengan
melakukan sex. Semakin kesini semakin berat perjuangan mereka untuk mempertanggungjawabkan
kelakuan mereka. Hingga akhirnya mereka bisa mempertahankan kisah mereka walaupun cara mereka
salah.
Penjiwaan pemeran Bima dan Dara yang natural, karena sesuai kisah yang berlatar belakang SMA
Filmnya terkesan lambat, mengartikan agar penonton lebih bisa meresapi arti visualisasi ceritanya
Terdapat pesan tersembunyi di beberapa scene, seperti adegan stroberi yang diletakkan di perut
menandakan bahwa ukuran janin bayi.
Segi visual paling baik menurut saya ada di adegan UKS, karena di adegan tersebut hanya one take one
shot saja layaknya panggung teater.
Kekurangan Film Dua Garis Biru
Terdapat warna kulit Bima yang tidak konsisten kontras warnanya karena kulit asli pemeran Bima yaitu
putih. Di perannya sebagai Bima mengapa dijadikan sawo matang karena membangkitkan lebih kuat
karakter dari Bima yang dari keluarga sederhana dan berada di lingkungan yang kumuh.
Lebih mengerti dan lebih waspada dari dampak buruk seks bebas yang marak
Bisa lebih terbuka terhadap orang tua jika terdapat permasalahan (adegan UKS terdapat sebuah
pengakuan)
Saran
Film ini sangat terekomendasikan teruntuk orang tua dan remaja yang sedang mengalami pubertas.
Karena film ini bertemakan tentang seks edukasi. Di film ini bagi saya adalah paket lengkap pengetahuan
tentang dampak buruk seks bebas yang didukung visual yang realistis dan audio yang membangkitkan
emosi penonton yang bisa meraksakan atmosfer film tersebut.
SINOPSIS
Bima dan Dara adalah sepasang kekasih yang masih duduk di bangku SMA. Bima memiliki nilai akademis
yang rendah, dan itu sebaliknya bagi Dara. Meskipun demikian, mereka sangatlah mencintai sesama dan
sering bermain bersama, hingga suatu saat, mereka melampaui batas dengan cara bersetubuh di luar
nikah. Setelah kejadian itu, Bima dan Dara tidak berbicara satu sama lain, hingga suatu saat, ketika Dara
dikonfirmasi hamil. Mengetahui apa yang terjadi, Bima ingin mencoba mengatakannya kepada
orangtuanya, namun tidak mampu.
Ketegangan hubungan mereka semakin naik; mereka tidak berbicara terhadap sesama, dan bahkan Bima
juga mencoba menghindari Dara, takut emosi akan meluap. Ketika Bima meminta maaf, dia
menyarankan Dara untuk aborsi saja, saran yang takkan Dara patuhi.
Suatu hari di lapangan basket sekolah, Bima dan teman-temannya sedang bermain bola basket, ketika
salah satu temannya tak sengaja melempar bola, mengenai kepala Dara dan membuat sakit di perutnya.
Dara yang kesakitan meneriakkan "Bayi kita gimana?!" di depan semua murid, mengejutkan semuanya
dan menakuti Bima. Kepala sekolah pun mengubungi orangtua keduanya dan merekapun datang.
Orangtua Bima dan Dara tidak terkendali, dan merekapun berantam di UKS. Ibu Dara mengatakan
bahwa Dara di-DO dari sekolah, sedangkan Bima tidak. Ibunya pun menghukum Dara, dengan tidak
mengijinkan Dara tinggal di rumahnya. Alhasil, Ibu Bima menamparnya.
Dara pun diijinkan pulang balik. Ketika sampai di rumah, adik Dara diam-diam mengatakan bahwa
orangtua Dara ingin menyerahkan bayinya kepada pamannya, Adi, dan tantenya, Lia. Ketika Dara
memarahi orangtuanya, Ibunya mengatakan bahwa menjadi orangtua muda itu beresiko, namun Dara
mengambil resiko itu, sumpah yang orangtuanya tidak menjamin. Bima pun mengatakan berita itu
kepada orangtuanya, dan terdapat pendapat berbeda: Ibunya tidak suka perlakuan orangtua Dara,
sedangkan Bapak Bima sebaliknya. Ibunya juga setuju agar mereka berdua menikah.
Setelah menikah, hubungan mereka bergoyang emosinya. Kadang senang, kadang marah. Namun yang
paling terjadi adalah marah. Dara yang ambisius ingin belajar di Korea, dihadapi Bima yang khawatir
mengenai anaknya; siapa yang akan menjaganya. Selama masa-masa itu juga, teman-temannya Dara
datang ke rumahnya untuk menyemangati Dara.