Anda di halaman 1dari 9

Busana mantenan adat jogja

BUSANA PAES AGENG

Busana Paes Ageng juga disebut dengan busana basahan. Busana tersebut dikenakan oleh putra-
putri Sri Sultan Hamengku Buwana dalam pernikahan agung di dalam Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat. Busana ini dikenakan untuk perjamuan saat Upacara Panggih, yaitu upacara
bertemunya pengantin perempuan dan penganten laki-laki.

Di zaman sekarang, busana tersebut bisa dikenakan dari Upacara Panggih sampai resepsi
pernikahan.

Wusana :

1. kuluk kanigaran

Kuluk adalah mahkota atau penutup kepala penguasa pada jaman dulu.mahkota
raja biasanya lebih megah daripada mahkota panglima,bupati dan lain-lain .kuluk
kanigara adalah mahkota kerajaan Carangsoka dan terkenal ampuh dan sakti bahkan
sangat didambakan orang karena mereka percaya kelak akan menjadi penguasa atau
raja besar jika berhasil memilikinya. Pasangan kuluk Kanigara adalah keris rambut
Pinutung yang sakti..
Pemilik kuluk Kanigara dan keris rambut Pinutung adalah raden sukmayana, ksatria
kadipaten Carangsoka yang terletak di timur gunung Muria. Daerah tersebut terkenal
makmur,rakyatnya sejahtera dan damai terutama pada masa pemerintahan adipati
Puspa Andungjaya. Beliau didampingi patih Singapadu merangkap jaksa dan
berkedudukan di wilayahNguren. Panglima perangnya adalah Sukmayana.
Adipati Andungjaya mempunyai putri jelita bernama dewi Rayungwulan yang menolak
menikah dengan Menak Jasari, akhirnya dia menikah dengan ki dalang Sapanyana.
Penolakan itu menimbulkan perang yang terhambat oleh sungai Silungangga yang
menjadi benteng alam kerajaan Carangsoka. Barang siapamenyeberangi sungai
Silugangga dipercaya akan mengalami kekalahan. Pantangan itu membuat prajurit
Paranggaruda takut menyeberangi sungai Silugangga. Meskipun begitu mereka tetap
menyeberangi sungai Silugangga setelah diejek oleh prajurit Carangsoka. Perangpun
terjadi dan pasukan Paranggaruda terdesak. Panglima Yudapati mengobrak-abrik
pasukan Carangsoka. Korban berjatuhan di pihak Carangsoka-termasuk patih
Singapadu dan raden Singanyidra.
Panglima Sukmayana terluka dan nyawanya terancam.Sedangkan raden Sukmayana
diselamatkan adiknya raden Kembangjaya. Dia juga berhasil membunuh panglima
Yudapati dengan tusukan sakti keris rambut pinutung. Ki dalang Sapanyana bertarung
dengan Menak Jasari yang menewaskan Menak Jasari. Prajurit paranggaruda kalah dan
takluk di bawah kekuasaan kadipaten Carangsoka. Akhirnya pemerintahan
Paranggaruda berada dibawah kekuasaan Carangsoka yang semakin berkembng .

2.Kelat Bahu

Kelat bahu adalah sejenis perhiasan gelang yang dikenakan di lengan atas dekat bahu. Cara
mengenakan kelat bahu adalah melingkari lengan menyerupai gelang tetapi di tarik ke atas hingga
mendekati ketiak atau pangkal lengan, kelat bahu melingkari otot bisep dan trisep pada lengan manusia.
Kelat bahu ditemukan dalam khazanah Indonesia, khususnya budaya Jawa, Sunda, dan Bali, dikenakan
sebagai atribut busana pengantin ataupun busana penari.
Cantik dan anggun begitu ketika kita melihat pengantin putri menggunakan riasan paes ageng.
Tapi taukah sahabat bahwa terkandung makna filosofi pada busana dan riasan paes ageng yogya.

-Cunduk mentul : (hiasan berbentuk bunga) ada 5 buah, simbol rukun islam, selalu berjumlah
ganjil karena angka ini dipercaya sebagai penolak malapetaka.

-Gunungan(hiasan diatas sanggul berbentuk menyerupai gunung) : gunung dalam mitologi Jawa
dipercaya sebagai tempat suci, tempat tinggal para dewa

-Dua centung (hiasan rambut berupa sisir di muka)melambangkan seorang perempuan yang telah
siap memasuki pintu gerbang kehidupan rumah tangga.

-Sumping (hiasan pada daun telinga dari daun pepaya) simbol seorang istri yang siap
mengarungi kehidupan rumah tangga
walau ada persoalan pahit didalamnya

-Panunggul,pengapit, penitis (hiasan di dahi yang diberi pinggiran emas/prada). Panunggul


adalah hiasan berbentuk gunung atau daun sirih dan ada 3 titik brahma dan wisnu. Bermakna
bahwa seorang istri senantiasa dihormati.

-Pengapit dan panitis ini berfungsi sebagai peyeimbang dari panunggul

-Citak (bentuk jajaran genjang di atas pangkal hidung) simbol estetika yang mempengaruhi
watak paes..Melambangkan focus seorang istri kepada suami

-Sigar menjangan (alis mata dibentuk seperti tanduk rusa) artinya bahwa sebagai istri harus
lincah dan gesit mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan tidak canggung bermasyarakat
atau elegan

. Sebagaimana sifat rusa yang bergerak lincah dan riang.

-Kingin Kurung: selincah-lincahnya seorang istri, ia tetap harus patuh kepada suami. Jika suami
tidak membolehkan keluar rumah, maka ia harus mematuhinya disimbolkan dengan kain dodot
yang dibentuk gembung pada kiri kanannya, seperti mengurung kedua kaki pengantin putri.

-Kalung Sungsun, simbol 3 tingkat kehidupan yang dijalani manusia di dunia, yaitu lahir,
menikah dan mati. Simbol 3 alam, yaitu dunia, alam antara ahkirat

-Kelat Bahu(gelang berbentuk seekor naga yang ekor dan kepalanya melilit pada lengan atas)
simbol kekuatan seorang istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga

-Gelang Binggel Kana : gelang tanpa ujung pangkal, simbol keabadian

-Slepe (sabuk logam) : simbol kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Artinya setiap persoalan
dan rahasia rumah tangga hanya boleh diceritakan kepada sauminua
-Buntal (rangkaian daun puring yang diambil dari makam keluarga): simbol mempelai mohon
restu leluhurnya agar hidup sejahtera, terhindar dari malapetaka

-Kamboja di pinggang berharap cepat mempunyai keturunan. Kamboja menjuntai ke bawah


harapan agar lancar dalam persalinan kelak tidak sungsang

-Sanggul Bokor Mengkurep ditutup ronce kuncup bunga melati disebut Gadjah Ngoling

Pengantin putri menggunakan kain dodot 5 meter dengan motif semen rama, simbol agar rumah
tangga mereka kelak mendapat
kebahagiaan dan dapat mengatasi masalah sebagaimana kisah prabu rama dan shinta dalam epic
ramayana

BUSANA PAES AGENG JANGAN MENIR

Busana Paes Ageng Jangan Menir dikenakan oleh putra-putri Sri Sultan Hamengku Buwana
dalam pernikahan agung di dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.Busana tersebut
dikenakan untuk Upacara Boyongan, yaitu dibawanya pengantin perempuan ke kediaman
pengantin laki-laki semalam sesudah peresmian.

Di zaman sekarang busana tersebut bisa dipakai oleh seluruh kalangan dan pihak Keraton tidak
melarangnya.
BUSANA JOGJA PUTRI

Busana Jogja Putri biasa dikenakan untuk Upacara Sepasaran, yaitu 5 hari (dalam Bahasa Jawa :
sepasar) setelah Upacara Panggih. Sehingga, busana ini di sebut Busana Corak Sepasaran. Pada
zaman dahulu, busana ini dipakai oleh putra-putri Dalem ketika berkunjung ke kediaman
Gubernur Belanda. Yaitu hari ke 5 35 setelah Upaca Panggih.
BUSANA KESATRIAN AGENG

Busana Kesatrian Ageng dikenakan ketika resepsi pernikahan. Busana Kesatrian ageng nggadahi
mempunyai sifat semi-formal. Busana tersenut juga dikenakan oleh Ngarsa Dalem dan putra-
putri Pangeran pada tanggal 20 malam bulan Maulud. Sehingga busana ini disebut Busana
Malem Selikuran.
BUSANA KESATRIAN

Busana Kesatrian dikenakan ketika resepsi pernikahan. Busana ini adalah busana yang paling
sederhana dan memiliki sifat santai atau non-formal. Di masyarakat busana ini di pakai untuk
Upacara Boyongan.

Anda mungkin juga menyukai