Anda di halaman 1dari 35

`RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMA Negeri 1 Mayong


Mata Pelajaran : Bahasa Jawa
Kelas/Semester : XII/Genap
Alokasi Waktu : 4 X 2 JP
Materi : Serat wedhatama pupuh Dhandanggula

A. Kompetensi Inti (KI)

KI:1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,


peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam, serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Menelaah teks Serat Wedhatama 3.1.1 Menunjukkan paugeran tembang
pupuh Dhandanggula Dhandanggula.
3.1.2 Menganalisis isi serat wedhatama pupuh.
Dhandanggula
3.1.3 Mengidentifikasi pitutur luhur yang
terkandung dalam serat wedhatama pupuh
Dhandanggula.
3.1.4 Menyimpulkan relevansi pitutur luhur yang
terkandung dalam serat wedhatama pupuh
Dhandanggula dengan kehidupan masa kini.
4.1 Menanggapi isi Serat 4.1.1 Menulis teks tembang Dhandanggula dengan
Wedhatama pupuh bahasa sendiri..
Dhandanggula dan menulis, serta 4.1.2 Menyunting teks tembang Dhandanggula yang
menyajikan syair tembang ditulis teman.
Dhandanggula dengan bahasa 4.1.3 Menyajikan secara lisan atau tulisan tembang
sendiri Dhandanggula.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dan model
problem based learning serta metode diskusi, praktik, dan penugasan peserta didik dapat
menunjukkan karakteristik dan unsur pembangun tembang Dhandanggula, menafsirkan
isi serat wedhatama pupuh Dhandanggula dan nilai-nilai yang terkandung dalam serat
wedhatama pupuh Dhandanggula, serta terampil menulis tembang Dhandanggula.
Peserta didik dalam praktik nyata atau tertulis dengan rasa ingin tahu kerjasama,
tanggung jawab, disiplin selama proses pembelajaran dan bersikap jujur serta percaya
diri.
D. Materi Pembelajaran
Serat Wedhatama pupuh Dhandanggula
Pengertian guru gatra
Pengertian guru wilangan
Pengertian guru lagu
Jenis tembang macapat
Watak tembang macapat
Cara menulis tembang macapat yaitu harus mengetahui guru wilangan, guru gatra dan
guru lagu sehingga dapat mengetahui ciri masing-masing tembang macapat.

E. METODE
Diskusi, praktik dan penugasan
F. MEDIA, BAHAN, ALAT
1. Media
 rekaman tembang Dhandanggula
 internet
2. Bahan/ alat
 teks/ naskah serat wedhatama pupuh Dhandanggula
3. ALAT
 laptop, LCD

G. SUMBER BELAJAR
 Sudi yatmana, dkk. 2015. Kabeh Bisa Basa Jawa SMA/SMK/MA kelas XII.
 Slamet Mulyana .dkk.2015. Trampil Basa Ndhidhik Karakter Luhur. SMA/
SMK/ MA Kelas XII.
 Gandung Widaryatmo. Dkk. 2014. Prigel Basa Jawa. SMA/ SMK/ MA kelas
XII.
 Sutrisna, As. Pathining Basa Jawa
 Internet
 Kamus Basa Jawa
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Langkah Sintak Model Deskripsi Alokasi
Pembelajaran Pembelajaran waktu
(Berbasis
Problem)
Pendahuluan Stimulation  Peserta didik merespon salam dari guru 10
(simullasi/Pemb  Bersama- sama berdoa sebelum menit
erian melaksanakan pembelajaran (Religius)
rangsangan)  Bersama – sama Menyanyikan lagu
Indonesia Raya (kegiatan Penguatan
Pendidikan Karakter nasionaisme)
 Peserta didik memeriksa kebersihan kelas,
memungut sampah,memilah dan membuang
sesuai dengan tempatnya.(adiwiyata
mandiri)
 Memeriksa kehadiran siswa
 Peserta didik mendapatkan motivasi dari
guru berkaitan dengan materi tembang yang
akan dipelajari hari ini, misalnya: Tembang
macapat cacahe wonten pinten? Tembang
macapat iku nyritakake lakuning manungsa
ing donya tekan pati…
 Peserta didik menerima informasi
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan
 Guru menanyakan materi tentang tembang
macapat yang sudah pernah dipelajari
sebelumnya
Isi Problem  Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok 65
(kegiatan Inti) statemen  Peserta didik membaca dan menulis contoh menit
(pertanyaan/ide teks pada satu sampai empat serat
ntifikasi wedhatama pupuh Dhandanggula
masalah) (Kegiatan literasi pembelajaran)
Pada I
Yogyanira kang para prajurit
Lamun bisa samya anuladha
Kadya nguni caritane
Andelira sang Prabu
Sasrabahu Maespati
Aran Patih Suwanda
Lalabuhanipun
Kang ginelung tri perkara
Guna kaya purune kang den antepi
Nuhoni trah utama

 Peserta didik mempertanyakan unsur-unsur


pembangun (paugeran) tembang
Dhandanggula. Seperti : Apakah paugeran
tembang Dhandanggula?
Bagaimana cara menemukan guru gatra,
guru wilangan dan guru lagu didalam
tembang Dhandanggula?
 Peserta didik mempertanyakan makna kata-
kata sukar yang terdapat didalam tembang
Dhandanggula pada I (rasa ingin tahu)
 Peserta didik mempertanyakan apa isi
tembang Dhandanggula pada I (berpikir
kritis)
Data collection  Peserta didik menganalisis paugeran
(pengumpulan tembang Dhandanggula, guru gatra, guru
data) wilangan dan guru lagu (berpikir kritis)
 Peserta didik menemukan kata- kata sulit di
dalam tembang untuk diterjemahkan dengan
tujuan untuk memahami isi tembang
Dhandanggula pada I (berpikir kritis)
Data processing  Peserta didik dalam kelompok
(pengolahan mendiskusikan data yang dikumpulkan yang
Data) berkaitan dengan unsur-unsur pembangun
tembang Dhandanggula yaitu guru gatra,
guru wilangan dan guru lagu
 Peserta didik dalam kelompok bekerja sama
menerjemahkan kata- kata sulit, kemudian
didiskusikan untuk dapat menjelaskan isi
tembang Dhandanggula pada I
(colaboration, critical thingking)
Verification  Peserta didik menyampaikan hasil diskusi
(pembuktian) yang berkaitan unsur-unsur pembangun
(paugeran) tembang Dhandanggula pada I
(komunikasi)
 Peserta didik menyampaikan isi tembang
Dhandanggula pada I (komunikasi)
Penutup Generalization  Peserta didik dengan dibantu guru 15
(menarik menyimpulkan paugeran tembang menit
kesimpulan) Dhandanggula yaitu guru gatra ada 10, guru
wilangan dan guru lagunya 10 i, 10a, 8e, 7u,
9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a
 Peserta didik dengan dibantu guru
menyimpulkan isi tembang Dhandanggula
pada I.
(creative, critical thingking)
 Peserta didik diberikan pertanyaan lisan
untuk mendapatkan umpan balik sebagai
acuan untuk pembelajaran minggu
depan. Misalnya sakliyane nyinaoni
paugeran la nisi tembang, minggu
ngarep uga nyinaoni pitutur luhur kang
ana ing sjroning tembang Dhandanggula.
 Guru mengakhiri pelajaran dengan salam

Pertemuan 2
Sintak Model
Langkah Pembelajaran Alokasi
Deskripsi
Pembelajaran (Berbasis waktu
Problem)
Pendahuluan Stimulation  Peserta didik merespon salam dari guru 10
(simullasi/Pemb  Bersama- sama berdoa sebelum menit
erian melaksanakan pembelajaran (religius)
rangsangan)  Bersama – sama Menyanyikan lagu
Indonesia Raya (kegiatan Penguatan
Pendidikan Karakter nasionalisme)
 Peserta didik memeriksa kebersihan kelas,
memungut sampah,memilah dan membuang
sesuai dengan tempatnya.(adiwiyata
mandiri)
 Memeriksa kehadiran siswa
 Peserta didik mendapatkan motivasi dari
guru berkaitan dengan materi tembang yang
akan dipelajari hari ini, misalnya:
 Tembang macapat cacahe wonten pinten?
Tembang Dhandanggula ingkang kalawingi
sampun disinanoni mnp tegesipun?
 Peserta didik diminta mengumpulkan tugas
yang telah diberikan pada pertemuan
sebelumnya.
 Peserta didik menerima informasi
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan
 Guru menanyakan materi tentang tembang
macapat yang sudah pernah dipelajari
sebelumnya
Isi Problem  Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok 65
(kegiatan Inti) statemen  Peserta didik membaca contoh teks pada menit
(pertanyaan/ide satu serat wedhatama pupuh
ntifikasi Dhandanggula (Kegiatan literasi
masalah) pembelajaran)
Yogyanira kang para prajurit
Becike para prajurit
Lamun bisa samya anuladha
Kabeh bisa nuladhani
Kadya nguni caritane
Kaya crita jaman kuna
Andelira sang Prabu
Andel- andele sang prabu
Sasrabahu Maespati
Sasrabau ing maespati
Aran Patih Suwanda
Kang diarani Patih Suwanda
Lalabuhanipun
Jasane
Kang ginelung tri perkara
Diringkes dadi siji
Guna kaya purune kang den antepi
Kapinteran, Bandha, Wani
Nuhoni trah utama
Netepi keturunan wong becik
 Peserta didik membaca isi pokok tembang
Dhandanggula, (pada pertemuan sebelumnya
sudah dibahas)
 Peserta didik mempertanyakan nilai- nilai
yang terkandung didalam tembang
Dhandanggula pada I (Rasa ingin tahu)
 Peserta didik mempertanyakan relevansi
pitutur luhur dengan kehidupan masa kini
 (berpikir kritis)
Data collection  Peserta didik bersama teman satu kelompok
(pengumpulan menganalisis nilai- nilai yang terkandung
data) didalam tembang Dhandanggula pada I
 Peserta didik bersama teman satu kelompok
menganalisis relevansi nilai- nilai yang
terkandung didalam tembang Dhandanggula
pada I dengan kehidupan saat ini I
 Peserta didik memberikan pendapatnya
mengenai isi tembang dhandhanggula pada I

(kolaborasi, kreatif, kritis, komunikatif)


Data processing  Peserta didik bersama teman satu kelompok
(pengolahan mendiskusikan dan menentukan nilai- nilai
Data) yang terkandung didalam tembang
Dhandanggula pada I
 Peserta didik bersama teman satu kelompok
mendiskusikan dan menentukan relevansi
nilai- nilai yang terkandung didalam
tembang Dhandanggula pada I dengan
kehidupan saat ini
 Peserta didik mendiskusikan pendapatnya
mengenai isi tembang dhandhanggula pada I

(colaboration, critical thingking)


Verification  Peserta didik menyampaikan hasil diskusi
(pembuktian) nilai- nilai yang terkandung didalam
tembang Dhandanggula pada I dan relevansi
nilai- nilai yang terkandung didalam
tembang Dhandanggula pada I dengan
kehidupan saat ini
 Peserta didik dalam kelompok lain
menyempurnakan
(kolaboratif, komunikatif)

Penutup Generalization  Peserta didik dengan dibantu guru 15


(menarik menyimpulkan nilai- nilai yang terkandung menit
kesimpulan) didalam tembang Dhandanggula pada I dan
relevansi nilai- nilai yang terkandung
didalam tembang Dhandanggula pada I
dengan kehidupan saat ini
(creative, critical thingking)
 Peserta didik diberikan pertanyaan lisan
untuk mendapatkan umpan balik sebagai
acuan untuk pembelajaran minggu depan.
Misalnya : paugeran tembang
Dhandanggula apa wae jinise? Guru gatrane
ana pira? Sebutna Guru wilangan lan guru
lagune!( sebagai acuan minggu depan
materi nulis cakepan tembang
Dhandanggula)
 Tugas (Garapan Omah): Peserta
didik dibagi menjadi 5
kelompok,setiap kelompok diberi
tugas untuk menganalisis paugeran,
isi tembang Dhandanggula, nilai –
nilai dan relevansi nilai- nilai dengan
kehidupan masa kini.Kelompok satu
menganalisis pada I, kelompok dua
menganalisis pada II, Kelompok tiga
pada III, kelompok empat pada IV
(kerjasama, kreatif inovatif, tanggung
jawab)
 Guru mengakhiri pelajaran dengan salam

Pertemuan 3
Sintak Model
Langkah Pembelajaran Alokasi
Deskripsi
Pembelajaran (Berbasis waktu
Problem)
Pendahuluan Stimulation  Peserta didik merespon salam dari guru 10
(simullasi/Pemb  Bersama- sama berdoa sebelum menit
erian melaksanakan pembelajaran (Religius)
rangsangan)  Bersama – sama Menyanyikan lagu
Indonesia Raya (kegiatan Penguatan
Pendidikan Karakter nasionalisme)
 Peserta didik memeriksa kebersihan kelas,
memungut sampah,memilah dan membuang
sesuai dengan tempatnya.(adiwiyata
mandiri)
 Memeriksa kehadiran siswa
 Peserta didik mendapatkan motivasi dari
guru berkaitan dengan materi nulis cakepan
tembang yang akan dipelajari hari ini,
misalnya: Tembang iku nduweni paugeran,
cobi sinten ingkang mangertos paugeran
tembang?
 Peserta didik menerima informasi
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan
Isi Problem  Peserta didik membaca teks Tembang 65
(kegiatan Inti) statemen Dhandanggula (Kegiatan literasi menit
(pertanyaan/ide pembelajaran)
ntifikasi Saben esuk aku mesti tangi
masalah) Adhus lan aku ngresikki kamar
Yen iku wis siap kabeh
Ndonga mring maha agung
Dimen selamet lancer rejeki
Pikantuka barokah
Saka maha agung
Yen wis tekan ing sekolah
Sing temen sinau lan anggolek ilmi
Supaya urip bunggah
 Guru memotivasi peserta didik untuk
menanyakan hal- hal yang belum dipahami
berkaitan dengan cara menulis cakepan
tembang Dhandanggula
 Peserta didik menanyakan hal – hal yang
belum jelas berkaitan dengan paugeran
tembang Dhandanggula
 Peserta didik mempertanyakan langkah-
langkah menulis cakepan tembang
(kritikal thingking/berfikir kritis)
Data collection  Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok
(pengumpulan setiap kelompok terdiri dari 6 siswa, setiap
data) siswa didalam satu kelompok diminta untuk
membuat cakepan tembang Dhandanggula
sejumlah satu baris kemudian hasilnya
didiskusikan bersama teman- temannya.
(kolaborasi/ kritikal thinking)
Data processing  Peserta didik dalam kelompok mencermati
(pengolahan kalimat- kalimat yang akan dirangkai
Data) menjadi cakepan tembang Dhandanggula
 Peserta didik mencermati guru wilangan
dan guru lagu, untuk menyusun cakepan
tembang Dhandanggula
 Peserta didik mengolah kalimat- kalimat
yang tersusun menjadi cakepan tembang
Dhandanggula yang sesuai dengan paugeran
tembang
(colaboration, critical thingking)
Verification Peserta didik menyampaikan hasil analisis
(pembuktian) menulis cakepan tembang Dhandanggula
 Peserta didik menyunting cakepan tembang
Dhandanggula milik teman
 Peserta didik merevisi cakepan tembang
yang belum sesuai dengan paugeran
tembang Dhandanggula (creative,
comunikation)
 Peserta didik mengumpulkan hasil karya
menulis tembang Dhandanggula untuk
dinilai guru
Penutup Generalization  Peserta didik dengan dibantu guru 15
(menarik menyimpulkan tentang langkah- langkah menit
kesimpulan) menulis cakepan tembang Dhandanggula,
(creative, critical thingking)
 Peserta didik diberikan pertanyaan lisan
untuk mendapatkan umpan balik sebagai
acuan untuk pembelajaran minggu depan.
Misalnya : Tembang Dhandanggula iku
isine nyritakake babagan apa?
 Guru menyampaikan materi minggu depan, yaitu
menyanyikan tembang Dhandanggula,
peserta didik dirumah bisa mempersiapkan
diri untuk berlatih.
 Tugas Proyek : gawe cakepan tembang
Dhandanggula kanthi tema mardika,
ditumpuk minggu ngarep ! kerjasama,
kreatif inovatif, tanggung jawab)
 Guru mengakhiri pelajaran dengan salam

Pertemuan 4
Sintak Model
Langkah Pembelajaran Alokasi
Deskripsi
Pembelajaran (Berbasis waktu
Problem)
Pendahuluan Stimulation  Peserta didik merespon salam dari guru 10
(simullasi/Pemb  Bersama- sama berdoa sebelum menit
erian melaksanakan pembelajaran (Religius)
rangsangan)  Bersama – sama Menyanyikan lagu
Indonesia Raya (kegiatan Penguatan
Pendidikan Karakter nasionalisme)
 Peserta didik memeriksa kebersihan kelas,
memungut sampah,memilah dan membuang
sesuai dengan tempatnya.(adiwiyata
mandiri)
 Memeriksa kehadiran siswa
 Peserta didik mendapatkan motivasi dari
guru berkaitan dengan materi praktik
nembang Dhandanggula, misalnya: Watak
tembang Dhandanggula iku seneng, tresna
asih, mituturi lan nuladhani, mula kita
sedaya kedah nyinaoni tembang
Dhandanggula supaya kita sedaya nduweni
rasa tresna asih marang sapada-
pada..amarga zaman saiki akeh sing wes
luntur rasa tresna asih marang sapada
 Peserta didik menerima informasi
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan
Isi Problem  Peserta didik membaca satu pada serat 65
(kegiatan Inti) statemen wedhatama pupuh Dhandanggula menit
(pertanyaan/ide (Kegiatan literasi pembelajaran)
ntifikasi 2 5 6 6 6 1 2 2 22 2
masalah) Yogyanira kang para prajurit
2 2 1 1 1 1 1 1 6 2 1 6
Lamun bisa samya anuladha
5 6 6 6 6 6 1 6 5
Kadya nguni caritane
2 2 2 1 1 6 2 1 6
Andelira sang Prabu
6 6 165 2 2 2 2 1 6 2 1 6
Sasrabahu Maespati
2 2 2 2 2 2 2
Aran Patih Suwanda
2 2 2 2 16 1 65
Lalabuhanipun
2 2 2 3 2 2 2 2
Kang ginelung tri perkara
5 3 2 16 6 6 6 6 6 1 2 3
Guna kaya purune kang den antepi
5 6 1 6 2 1 6 1
Nuhoni trah utama

 Peserta didik berdiskusi membahas cara


membaca notasi tembang Dhandanggula.
(kritikal thingking/berfikir kritis)
Data collection  Peserta didik mencoba membaca notasi
(pengumpulan tembang Dhandanggula (Rasa ingin tahu)
data)  Peserta didik berusaha menyanyikan
tembang Dhandanggula
Data processing  Peserta didik bersama- sama menyanyikan
(pengolahan tembang Dhandanggula pada I.
Data) (colaboration)
Verification  Peserta didik menyanyikan tembang
(pembuktian) Dhandanggula pada I satu persatu.
Penutup Generalization  Bersama peserta didik menyimpulkan 15
(menarik tentang cara menyanyikan tembang menit
kesimpulan) Dhandanggula
 Peserta didik diberikan pertanyaan lisan
untuk mendapatkan umpan balik sebagai
acuan bahwa peserta didik sudah memahami
materi tembang Dhandanggula..
 Guru menyampaikan materi minggu depan
yaitu materi geguritan.
 Guru mengakhiri pelajaran dengan salam

I. Penilaian
1. Penilaian Sikap
a. Tekhnik penilaian: observasi, sikap religius dan sikap sosial
b. Bentuk penilaian : lembar pengamatan
c. Instrumen penilaian : Jurnal (terlampir)

2. Pengetahuan
Jenis / teknik tes : tertulis, lisan, penugasan
Bentuk tes : Uraian
Instrumen tes terlampir.
3. Ketrampilan
Teknik / bentuk penilaian : Praktik

Remidial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang capaian KDnya belum tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remedial teaching (klasikal) atau
tutor sebaya atau tugas dan diakhiri dengan tes
c. Tes remedial dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali tes remedial belum
mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis

Pengayaan
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan
sebagai berikut:
a. Siswa yang mencapai nilai N (ketuntasan) N< N (maksimum) diberikan materi masih
dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
b. Siswa yang mencapai nilai N > N (maksimum) diberikan materi melebihi cakupan KD
dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan

Catatan :
Demak, Juli 2018
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 2 Demak Guru Mata Pelajaran
Bahasa Jawa

Dra. Siti Asiyah, M.M, M.Pd. Mustika Sari, S.Pd


NIP.19651111 199702 2 001 NIP. 19790608 201001 2
017

LAMPIRAN I
TEMBANG MACAPAT
1. Pangertene tembang dhandhanggula
Dhandanggula saka tembung dhandhang sayektine jenising kewan manuk kang saben
menclok nyuwara nggaok gaok, umume diarani manuk gagak. Saka tembung kuwi
ndhandhang ateges cewer utawa seneng omong ing ngendi paran. Gula ateges samubarang
kang legi. Adhedhasar saka pangerten kasebut, dhandhanggula ngemu surasa pitutur kang
becik. Mula tembang dhandhanggula pantese kanggo aweh pitutur bab kabecikan.
Tuladhane serat Tripama kang ngandharake Dhandhanggula.

2. Pathokan tembang Dhandhanggula


Dhandhangula
Guru wilangan Guru lagu Guru gatra
10 i
10 a
8 e
7 u
9 i
10
7 a
6 u
8 a
12 i
7 a

3. Watak tembang Dhandhanggula


Watake tembang Dhandhanggula iku luwes, seneng lan gumbira. Trep kanggo
ngambarake maneka warna swasana

4. Wos kang kamot ing tembang Dhandhanggula (Tripama)


 Serat Tripama ngandharake babagan patuladhan, tokoh kepahlawan saka crita
Ramayana ing perangan lakon “Sumantri ngeger”,”Kumbakarna Gugur”, lan crita
Mahabharata lakon “Adipati Karna gugur”.
 Serat Tripama ngajarake wong kang ngabdi kudu duwe syarat sarana guna, kaya, lan
purun. Dadi abdi iku kudu pinter, bisa gawe sugih negarane, lan nurut marang Negara
sarta rajane. Iku ginambarake dening tokoh patih Suwanda kang bekti lan setya
marang negarane. Kayadene tokoh Sumantri kang ngenger marang prabu Arjuna
Sasrabahu setya lan miturut kabeh dhawuh pangandikaning gustine.
 Serat Tripama uga ngajarake supaya dadi warga Negara kudu duwe sikep
Nasionalisme kang wani ngetohke jiwa lan ragane kanggo mbelani negarane. Sikep iki
kayadene Kumbakarna kang mbelani Negara Ngalengka saka pangamuke wadyabala
Ramawijaya. Iki minangka wujud sikep nasionalisme.
 Patuladhan sabacute ing Serat Tripama, yaiku tokoh Adipati Karna. Tokoh iki
minangka dadi sawijining punjer crita Mahabharata ing perang Bharatayuda. Sanajan
wis ngerti yen dheweke iku sedulur tuwane para Pandhawa, nanging nalika perang
Bharatayuda ora mbelani sedulure nanging mbelani Negara Ngastina kang wis
nggedhekake lan kang disuwitani.
Tuladha tembang Dhandhanggula
2 5 6 6 6 1 2 2 2 2
Yog- ya- ni- r Kan Pa- ra Pra ju- ri
a g - t
2 2 1 1 1 1 16 2 1 6
La- mu bi- s si- ra a- nu- la- d
n a a
5 6 6 6 6 6 6 5 5
Duk Ing ngu ni Ca- ri- ta- ne
- -
5 6 6 6 6 1 6
An- de- li- r Sang Pra bu
a -
5 5 2 2 2 2 2 2 1 6
Sa- sra- ba- u ing Ma- es- pa- ti

1 2 2 2 2 2 2
A- ran Pa- tih Su- wan- da
1 1 6 6 1 6 5
Le- la- bu- ha- ni- pun
1 2 2 2 2 2 2 2
Kang gi- ne- lung tri pra- ka- ra
2 2 1 6 6 6 6 6 6 6 1 2 2
Gu- na ka- ya pu- ru- ne kang den an- te- pi
5 6 1 6 2 1 6 1
Nu- ho- ni trah u- ta- ma
LAMPIRAN II
PENILAIAN SIKAP
Penilaian kompetensi sikap
1) Sikap yang menjadi focus penilaian adalah sikap jujur, disiplin, tanggung jawab,
kerjasama dan Kepedulian.
2) Untuk sikap akan dilihat peserta didik yang memiliki sikap yang sangat positif terhadap
kelima sikap diatas, dan hasilnya akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut;
3) Hasil penilaian sikap dalam jurnal akan direkap dalam satu semester dan diserahkan ke
walikelas, untuk dipertimbangkan dalam penilaian sikap dalam rapot (menunjang
penilaian sikap dari guru PAI dan guru PKN)

Ketentuan
 1= Jika peserta didik sangat kurang konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera
dalam Indikator
 2= Jika peserta didik kurang konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera dalam
Indikator
 3= Jika peserta didik sangat mulai konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera
dalam Indikator
 4= Jika peserta didik konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera dalam
Indikator
 5= Jika peserta didik selalu konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera dalam
Indikator

Format Penilaian
Nilai jumlah skor x 100
25
Nilai A jika 90-100
Nilai B jika 80-89
Nilai C jika 70-79

No Nama Disiplin Kerjasama Kepedulian Tanggun Kejujuran Jumla Nilai


g Jawab h Skor
Penilaian Pengetahuan
Indikator Pencapaian Teknik Bentuk
Instrumen
Kompetensi Penilaian Penilaian
Mempertanyakan unsur Tes lisan/ Uraian Tembang Dhandhanggula
pembangun serat tripama tertulis Lire lelabuhanipun tri prakawis
tembang dhandhanggula Guna bisa saneskareng karya
Binudi ddai unggule
Kaya sayektinipun
Duk bantu prang manggada nagri
Amboyong putri dhomas
Katur ratunipun
Purune sampun tetela
Aprang tandhing lan ditya Ngalengkaaji
Suwandan mati ngarana

1.Kepiye guru gatra, guru wilangan, lan


guru lagune Tembang Dhandanggula?
Kunci
Guru gatra 10
Guru wilangan lan guru lagu:
10i,10a,8e,7u,9i,7a,6u,8a,12i,7a

Menulis isi teks serat Tes lisan/ Uraian 2.Tulisenn isine tembang
tripama pupuh tertulis Dhandanggula ing dhuwur!
dhandhanggula Kunci
Isi cakepan tembang dhandhangula
pada 2 yaiku nyritakake perang tanding
ing Negara ngalengka

Menemukan nilai- nilai 3.Tulisen pitutur luhur tembang


yang terkandung didalam Tes lisan/ Uraian dhandhanggula ing dhuwur!
stembang dhandhanggula tulis Kunci
Pitutur luhur saka tembang
dhandhanggula pada 2 yaiku :
Para prajurit rela mbela Negara nganthi
tekan pati
Prajurit kudu bekti karo rajane

Berdiskusi menentukan Tes lisan/ Uraian 4.Gayutna pitutur luhur kang ana ing
relevansi nilai- nilai dengan tertulis tembang dhandhanggula ing dhuwur
kehidupan masa kini karo kahanan bebrayan wektu saiki!
Kunci
Jaman mbiyen abdi utawa ngisoran
kudu nduweni rasa bekti marang rajane
uga wani mati mbela negarane nanging
jaman saiki para abdi Negara kang
mentingake kepentingane dewe,
Kapinterane kanggo tumindak kang ora
becik

Menulis syair tembang Tes lisan/ Uraian 5.Gawea tuladha tembang


dhandhanggula karya tertulis dhandhanggula!
sendiri Kunci
Saben esuk aku mesti tangi
Adhus lan aku ngresikki kamar
Yen iku wis siap kabeh
Ndonga mring maha agung
Dimen selamet lancer rejeki
Pikantuka barokah
Saka maha agung
Yen wis tekan ing sekolah
Sing temen sinau lan anggolek ilmi
Supaya urip bungah

Pedoman Penskoran penilaian pengetahuan


Pedoman Penskoran penilaian pengetahuan
Skor maksimal 5( jumlah soal ) x 20 (skor maksimal ) = 100

1. Soal nomor 1
Aspek Tingkat Skor
Siswa menjawab dengan benar dan sangat baik AB 20
Siswa menjawab benar dan baik B 15
Siswa menjawab benar dan sedang S 10
Siswa menjawab kurang benar K 5
SKOR MAKSIMAL

2.
Aspek Tingkat Skor
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sangat baik AB 20
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan baik B 15
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sedang S 10
Siswa mendeskripsikan dengan kurang benar K 5
SKOR MAKSIMAL

3. Soal nomor 3
Aspek Tingkat Skor
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sangat baik AB 20
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan baik B 15
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sedang S 10
Siswa mendeskripsikan dengan kurang benar K 5
SKOR MAKSIMAL

4.Soal nomor 4
Aspek Tingkat Skor
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sangat baik AB 20
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan baik B 15
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sedang S 10
Siswa mendeskripsikan dengan kurang benar K 5
SKOR MAKSIMAL

5.Soal nomor 5
Aspek Tingkat Skor
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sangat baik AB 20
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan baik B 15
Siswa mendeskripsikan dengan benar dan sedang S 10
Siswa mendeskripsikan dengan kurang benar K 5
SKOR MAKSIMAL

PROYEK

Indikator Pencapaian
Teknik Penilaian Bentuk Penilaian Instrumen
Kompetensi
Menulis tembang Tes tertulis Tertulis Gawea tuladha
Dhandanggula tembang
Dhandanggula !

NO KRITERIA PROYEK SKOR


1. Kelengkapan paugeran tembang sesuai dengan aturan, Tampilan 91-100
sangat rapi bersih, Isi sangat sesuai, pengumpulan tugas tepat waktu
2. Kelengkapan paugeran tembang sesuai dengan aturan,Tampilan rapi 81-90
Isi sesuai, pengumpulan tugas tepat waktu
3. Kelengkapan paugeran tembang kurang sesuai dengan 71-80
aturan,Tampilan kurang rapi kurang bersih, Isi sesuai, pengumpulan
4. tugas tidak tepat waktu 70
Kelengkapan paugeran tembang tidak sesuai dengan aturan,Tampilan
tidak rapi tidak bersih, Isi sesuai, pengumpulan tugas tidak tepat
waktu

Penilaian proyek

NO NAMA KELENGKAPAN TAMPILAN TEPAT ISI NILAI


DATA WAKTU TEMBANG

Instrumen Penilaian Keterampilan

Kisi-Kisi Penilaian Kinerja


Indikator Pencapaian
Teknik Penilaian Bentuk Penilaian Instrumen
Kompetensi
Menyunting tembang Tes Tertulis Uraian Ijolna garapanmu
Dhandanggula karya marang kanca
teman samejamu, banjur
besuten! Sawise dibesut
wenehana pamrayoga !

Pedoman Penskoran:
NO KRITERIA PROYEK SKOR
1. Kelengkapan paugeran tembang sesuai dengan aturan, Tampilan 91-100
sangat rapi bersih, Isi sangat sesuai, pengumpulan tugas tepat waktu
2. Kelengkapan paugeran tembang sesuai dengan aturan,Tampilan rapi 81-90
bersih, Isi sesuai, pengumpulan tugas tepat waktu
3. Kelengkapan paugeran tembang kurang sesuai dengan 71-80
aturan,Tampilan kurang rapi kurang bersih, Isi sesuai, pengumpulan
4. tugas tidak tepat waktu 70
Kelengkapan paugeran tembang tidak sesuai dengan aturan,Tampilan
tidak rapi tidak bersih, Isi sesuai, pengumpulan tugas tidak tepat
waktu

Menyunting
NO NAMA KELENGKAPAN TAMPILAN TEPAT ISI NILAI
DATA WAKTU TEMBANG

2
Penilaian Praktik
Indikator Teknik Bentuk Penilaian Instrumen
Pencapaian Penilaian
Kompetensi
Menyajikan tembang Tes praktik Demonstrasi/penampila Tembangna, tembang
Dhandanggula n Dhandanggula ing
ngarepe kelompokmu
utawa ing ngarep
kelas!

Pedoman Penilaian Tembang


No Kriteria Nilai

1. Lafal,intonasi, ekspresi dan vocal sangat sesuai, jelas, 91- 100

2. Lafal,intonasi, ekspresi dan vocal cukup sesuai, jelas, 90-81

3. Lafal,intonasi, ekspresi dan vocal sesuai, jelas, 71-80

4. Lafal,intonasi, ekspresi dan vocal kurang sesuai, jelas, 70


No Nama Ekspresi Intonasi Lafal Vokal

1 Aldi 80 80 80 80
LEMBAR PENILAIAN GARAPAN OMAH

Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/Peminatan : XII /IPA


Materi Pokok : Tembang Dhandanggula

NO NAMA KELENGKAPAN TAMPILAN TEPAT ISI NILAI


DATA WAKTU TEMBANG
80 90 90 80 85
1 Bambang
NO Kriteria Garapan Omah SKOR
1. Kelengkapan data sangat lengkap dan sesuai dengan aturan,Tampilan 91-100
sangat rapi bersih, Isi tembang sangat sesuai, pengumpulan tugas tepat
waktu
2. 81-90
Kelengkapan data lengkap dan sesuai dengan aturan,Tampilan rapi
bersih, Isi tembang sesuai, pengumpulan tugas tepat waktu
3. 71-80
Kelengkapan data lengkap dan sesuai dengan aturan,Tampilan kurang rapi
kurang bersih, Isi tembang sesuai, pengumpulan tugas tidak tepat waktu
4. 70
Kelengkapan data lengkap dan sesuai dengan aturan,Tampilan tidak rapi
tidak bersih, Isi tembang sesuai, pengumpulan tugas tidak tepat waktu

LAMPIRAN
Cerita Kumbakarna
Kumbakarna adalah seorang ksatria bangsa Raksasa yang hidup di jaman kejayaan Prabu
Sri Rama dari kerajaan Ayodya. Ayah Kumbakarna adalah seorang resi bernama Begawan
Wisrawa, sedang ibunya adalah Dewi Sukesi, putri seorang raja bernama Prabu Sumali.
Kumbakarna adalah juga adik penguasa negri Alengka, bernama Prabu Rahwana
Kumbakarna adalah seorang patriot. Suatu ketika dia pernah berjasa kepada bangsa Dewa,
sehingga dia diberi kebebasan untuk menentukan pilihan hadiah apa yang diinginkan dari bangsa
Dewa. Adalah Batara Brahma dan Batari Saraswati yang diutus Hyang Guru untuk menemui
Kumbakarna menanyakan apa yang diminta. Diyakini bahwa Kumbakarna sedianya akan
meminta ‘Indrasan’, ungkapan dalam bahasa Sansekerta yang berarti sebuah keistimewaan untuk
menjalani hidup mewah di negri kahyangan Kaendran, milik Batara Indra, seperti yang terjadi
pada Arjuna beberapa ratus warsa kemudian.
Tapi Kumbakarna menjadi salah tingkah dihadapan Dewi Saraswati, lidahnya kelu dan
salah mengucap ‘Nendrasan’, yang berarti tidur panjang. Maka Kumbakarna pun mengalami tidur
panjang. Ketika negri Alengka kemudian diserang oleh negri Ayodya dibantu oleh pasukan
bangsa Kera, Rahwana kemudian memerintahkan prajuritnya agar segera membangunkan
Kumbakarna. Dibutuhkan sekelompok gajah untuk menginjak-injak tubuh Kumbakarna agar
membuka matanya dari tidur panjang. Dan perlu disediakan sekeranjang makanan kegemarannya
sehingga membuatnya benar-benar terbangun.
Pertama kali yang dilakukan Kumbakarna ketika terbangun adalah bicara dengan
kakaknya, agar mengembalikan Shinta. Tapi Rahwana juga memiliki dalih kuat yang justru ingin
melindungi Shinta yang dianggapnya telah diperalat. Apalagi saat itu pasukan Ayodya sudah
hampir menuju pantai negri Alengka. Maka Kumbakarna pun memimpin pasukan Alengka di
garis depan, bukan dalam rangka membela kakaknya, tapi lebih kepada membela negrinya yang
sedang menghadapi penjajah. Kumbakarna pun melawan Sri Rama tidak dengan rasa benci, yang
dia lakukan hanya dalam rangka melindungi tumpah darahnya. Semua ksatria Ayodya yang
terluka atau mati di tangan Kumbakarna, dia perlakukan dengan hormat dan menjunjung tinggi
sikap ksatria sebagai sesama patriot.
Panah Sri Rama memutuskan kedua tangan Kumbakarna. Tapi itu tak menghentikannya.
Kumbakarna tetap menggempur dengan kakinya. Sampai panah Sri Rama memutuskan kedua
kaki itu. Kumbakarna tetap tidak berhenti, tanpa tangan dan kaki dia menggelindingkan badan
kesana kemari menggempur prajurit Ayodya. Panah Sri Rama terakhir menigas leher
Kumbakarna.
Dihari kematian Kumbakarna pun, Sri Rama mengibarkan gencatan senjata, sebagai
hormatnya kepada Kumbakarna atas keberanian, dan semangat bertempur sebagai seorang
pejuang, yang baru kali itu Sri Rama melihat seorang patriot seperti Kumbakarna.
http://www.bluefame.com/topic/174953-lakon-kumpulan-cerita-wayang/page__st__160

KARNA
Karna adalah salah satu tokoh penting dalam Mahabharata. Ia adalah putra
tertua Kunti, sehingga merupakan saudara seibu Pandava dan merupakan yang
tertua dari keenam saudara tersebut. Walaupun Duryodhana menunjuknya sebagai
raja Anga, perannya dalam kisah Mahabharata jauh melebihi peran seorang raja.
Karna bertarung di pihak Kaurava dalam perang di Kurukshetra.
Semasa mudanya, Kunti merawat resi Durvasa selama satu tahun. Sang resi
sangat senang dengan pengabdian yang diberikan olehnya sehingga memberikan
anugerah untuk memanggil salah satu dari para dewa dan dewa yang dipilihnya
tersebut akan memberiknya seorang putra yang mempunyai sifat baik menyamai
dewa tersebut. Karena ragu-ragu apakah anugerah tersebut benar, Kunti, selagi
masih belum menikah, memutuskan untuk mencoba mantra tersebut dan memanggil
dewa matahari, Surya. Ketika Surya menampakkan diri didepannya, Kunti terpesona.
Karena terikat mantra Durvasa, Surya memberinya seorang anak secemerlang dan
sekuat ayahnya, walaupun Kunti sendiri tidak menginginkan anak. Dengan kesaktian
Surya, Kunti tetap tidak ternodai keperawanannya. Sang bayi adalah Karna, lahir
dengan baju besi dan anting-anting untuk melindunginya.
Kunti kini berada dalam posisi yang memalukan sebagai seorang ibu seorang
anak tanpa ayah. Karena tidak mau menanggung malu ini, ia meletakkan Karna ke
dalam keranjang dan menghanyutkannya bersama dengan perhiasannya (mirip
dengan kisah Nabi Musa), berdoa agar bayi tersebut selamat.
Bayi Karna terhanyut di sungai dan ditemukan oleh seorang pengemudi kereta
bernama Adhiratha, seorang Suta (campuran antara Brahmin dengan Khsatriya).
Adhiratha dan istrinya Radha membesarkan Karna sebagai anak mereka dan
memberinya nama Vasusena karena baju besi dan antingnya. Mereka mengetahui
latar belakang Karna dari perhiasan yang ditemukan bersamanya, dan tidak pernah
menyembunyikan kenyataan bahwa mereka bukan orang tua Karna yang sebenarnya.
Karna juga disebut Radheya karena nama ibunya Radha. Adiknya, Shon, lahir dari
Adhiratha dan Radha setelah kedatangan Karna. Ikatan antara Karna dan keluarga
angkatnya merupakan hubungan berdasarkan cinta dan rasa hormat yang murni.
Karna menghormati Adhiratha di depan teman-teman khsatriyanya, dan dengan
penuh rasa cinta tetap melaksanakan tugasnya sebagai seorang anak dalam keluarga
angkatnya meskipun ia telah menjadi raja Anga dan mengetahui asal usul
kelahirannya.

Karna ingin menjadi seorang prajurit besar. Maka ia mengembara ke Hastinapura


bersama dengan ayah dan adik angkatnya. Di sana menguasai ilmu kanuragan
dengan belajar kepada Drona, walaupun ia belajar tidak bersama dengan para
pangeran (Pandava dan Kaurava) karena dipandang berasal dari kasta yang rendah.
Karna menguasai semua ilmu yang diajarkan, terutama ilmu memanah. Ketika
Pandava diusir ke hutan selama 14 tahun, Duryodhana meminta Karna untuk
menguasai Brahmastra, salah satu senjata terkuat yang ada. Hanya beberapa orang
yang mengetahui hal ini termasuk Drona, Arjuna, Bhisma dan Ashwathama (anak
Drona). Ia pertama-tama mendekati Drona, guru Pandava dan Kaurava, tetapi Drona
menolak untuk mengajarinya karena kastanya yang rendah. Ia kemudian meminta
Parashurama, guru besar yang lain, untuk mengajarinya seni berperang terutama
untuk mnguasai Bhramashtra. Parashurama tidak akan mengajari seorang khsatriya
karena rasa bencinya pada kaum khsatriya yang telah membunuh orang tuanya.
Maka untuk mendapatkan ilmu, Karna berbohong tentang asal usulnya dan mengaku
sebagai seorang Brahmin.
Suatu saat, ketika Parashurama sedang tidur dengan kepala di pangkuan
Karna, seekor serangga menggigit pahanya. Ini menyebabkan paha Karna berdarah
dan ia pun merasakan kesakitan yang amat sangat. Namun Karna bertahan untuk
tidak bergerak agar gurunya tidak terbangun. Darah yang menetes dari paha Karna
memercik ke muka Parashurama dan membuatnya terbangun. Melihat apa yang
terjadi Parashurama mengetahui bahwa Karna bukanlah seorang Brahmin karena
hanya seorang khsatriya yang dapat menahan sakit seperti itu. Karna mengaku
bahwa ia telah berbohong, dan Parashurama yang marah mengutuk Karna: ia tidak
akan bisa mengeluarkan ilmunya pada saat di mana ia paling membutuhkannya.
Sebelum Parashurama, seorang brahmin yang lain pernah mengutuk Karna bahwa
Karna akan dibunuh ketika ia dalam keadaan tak berdaya, hal ini disebabkan karena
Karna telah membunuh sapi kesayangan brahmin tersebut.

Suatu saat sebuah turnamen diadakan untuk menentukan perajurit yang


terkuat setelah ‘lulus’ dari pendidikan Drona. Dalam perlombaan itu Arjuna keluar
sebagai yang terbaik dan Duryodhana takut padanya. Kemudian Karna muncul dan
menantang Arjuna. Dalam pertanding yang berlangsung kemudian, Karna dapat
mengimbangi semua keahlian Arjuna. Untuk menentukan pemenang yang
sesungguhnya, Karna menantang Arjuna untuk bertempur satu lawan satu di mana
kemenangan salah satu pihak ditentukan dengan kematian lawannya. Dengan alasan
bahwa Karna berasal dari kasta yang lebih rendah dari Arjuna, Drona menolak usul
Karna tersebut. Duryodhana yang memang menyimpan rasa iri dan takut kepada
Pandava seketika memberikan tahta kerajaan Anga kepada Karna, sehingga Karna
menjadi seorang raja dan dengan demikian pantas untuk menantang Arjuna berduel
sampai mati. Tindakan Duryodhana ini menanamkan benih kesetiaan Karna
kepadanya. Tetapi akhirnya duel tersebut tetap tidak terwujud.
Ketika Pandava mengasingkan diri, Karna membebankan kepada dirinya sendiri
tugas untuk menjadikan Duryodhana penguasa dunia. Karna memimpin pasukan ke
negara-negara sekitar untuk menaklukkan raja-rajanya di bawah kekuasaan
Duryodhana. Karna berhasil menang dalam semua pertempuran yang dilaluinya,
walaupun kepatuhan raja-raja tersebut tidak semuanya berlangsung lama (sebagian
tetap memihak kepada Pandava dalam perang Bharatayudha).
Tragedi Dalam Hidup Karna. Pertemuan dengan Kunti
Sebelum perang Bharatayudha Kunti mendekati Karna dan memintanya untuk
bergabung dengan Pandava dan menyatakan bahwa Karna adalah pewaris
sebenarnya tahta Hastinapura (sebagai sulung dari Pandava). Karna menolak
tawaran ini karena Kunti membuangnya waktu kecil dan juga setelah ia dewasa.
Karna berkata bahwa karena Duryodhana selalu setia kepadanya sebagai seorang
sahabat, ia akan membela pihak Kaurava. Kunti lalu meminta Karna untuk berjanji
untuk tidak membunuh kelima anaknya. Karna berjanji bahwa setelah perang
Bharatayudha, lima anak Kunti akan tetap hidup, Kunti lega mendengar janji Karna
ini. Yang tersembunyi dari janji ini adalah bahwa sebenarnya Kunti memiliki enam
orang anak (termasuk Karna sendiri), maka bila Karna bertemu dengan para
Pandava ia akan melepaskan mereka kecuali satu orang: Arjuna. Karena Karna
adalah salah satu dari sedikit yang sanggup menghadapi Arjuna dan di antara mereka
telah terjadi persaingan yang sengit.
Pertemuan dengan Indra
Indra, raja para dewa dan ayah Arjuna, menyadari bahwa baju besi dan anting
Karna tidak dapat ditembus oleh senjata apa pun, dengan demikian menjadikan
Karna tidak terkalahkan. Ia memutuskan untuk menyamar sebagai seorang
brahmana miskin tepat sebelum Karna mandi. Khrisna mengetahui keutamaan moral
Karna dan bahwa Karna tidak akan menolak permintaan apapun baik dari seorang
brahmana maupun seorang pengemis pada saat tersebut (setelah pemujaan terhadap
Surya). Surya, dewa matahari dan ayah Karna, mengingatkan Karna dalam mimpi
bahwa Indra akan menyamar sebagai seorang brahmana dan meminta baju besi serta
antingnya. Karna tidak mengetahui bahwa Surya adalah ayahnya. Seperti yang telah
diduga oleh Surya, atas nasihat dari Khrisna, Indra yang menyamar mendekati Karna
dan meminta sedekah berupa baju besi (kavacha) dan antingnya (kundala). Karna
tahu bahwa dengan memberikan kedua hal tersebut, ia tidak lagi tak terkalahkan.
tetapi karena telah menjadi komitment-nya maka ia tetap memberikan kedua benda
tersebut. Indra kagum akan kebaikan hati Karna, menawarkan Karna untuk memakai
senjatanya (Shakti) tetapi hanya untuk satu kali saja.
Percakapan dengan Khrisna
Khrisna pernah berusaha membujuk Karna untuk membela Pandava.
Percakapan ini, yang terjadi ketika Khrisna meninggalkan Hastinapura setelah misi
perdamaian yang gagal (lakon Kresna Duta dalam wayang purwa), berpusat kepada
kebenaran moral yang mendasari alasan Pandava berperang. Walaupun Khrisna
menyadari kebaikan Duryodhana kepada Karna, ia berargumen bahwa Karna
memiliki kewajiban yang lebih tinggi: mengikutinya dalam jalan kebenaran. Ketika
Karna mengatakan bahwa beralih pihak kepada Pandava adalah tindakan yang tidak
terhormat, Khrisna mengingatkan Karna akan kisah Ramayana: Vibheesena, saudara
Ravana memilih untuk berpihak kepada Rama setelah tidak berhasil membujuk
kakaknya itu untuk merubah tindakan jahatnya.
Di sinilah rasa setia kawan Karna ditunjukkan. Karna memberitahu Khrisna ia
mengetahui bahwa Duryodhana tidak mengikuti kebenaran, dengan mendukungnya
berarti ia juga tidak mengikuti kebenaran, dan pada akhirnya ia akan menghadapi
kekalahan dan kematian karenanya. Tapi ia tetap memutuskan untuk membela
Duryodhana. Ia berkata kepada Khrisna “Sepanjang hidupku orang menganggapku
anak seorang tukang kuda dahulu, baru kemudian sebagai seorang prajurit dan raja.
Duryodhana adalah satu-satunya orang yang tidak hanya memandangku sebagai
seorang prajurit dan raja, tetapi juga sebagai seorang yang setara dengan dirinya.
Tidak pernah ia memandangku sebagai seorang anak tukang kuda. Ketika temanku
ini membutuhkan dukungan, masihkah engkau mengharapkanku untuk
meninggalkannya?”.
Keutamaan dan Ketercelaan Karna dalam perang Bharatayudha
Pada saat perang, Karna bertemu dengan masing-masing Pandava (kecuali

Arjuna),
mengalahkan mereka, dan bahkan mampu untuk membunuh mereka. Tetapi
Karna menepati
janjinya kepada Kunti untuk tidak membunuh mereka.

Pada perang hari ketigabelas, Drona mengatur formasi pasukan yang disebut
Chakravyuha. Hanya Khrisna dan Arjuna di pihak Pandava yang mengetahui cara
membuyarkan formasi ini; tetapi Khrisna dan Arjuna dengan sengaja dialihkan
perhatiannya oleh pihak Kaurava ke bagian lain dari pertempuran. Abhimanyu, anak
Arjuna, memiliki sebagian pengetahuan tentang formasi ini. Ia mendengarnya ketika
masih dalam kandungan saat Khrisna menjelaskan tentang formasi ini kepada
ibunya (ibu Abhimanyu adalah Subhadra, adik Khrisna). Tetapi saat itu Khrisna tidak
menjelaskan samapi selesai. Sehingga Abhimanyu mengetahui cara memasuki
formasi tersebut, tetapi tidak mengetahui cara keluar darinya. Pada hari itu tidak
seorang pun sanggup mengalahkan Abhimanyu yang telah berada di dalam formasi
Chakravyuha. Sendirian ia menandingi jendral-jendral pihak Kaurava termasuk
Karna, Drona, dan Duryodhana. Atas perintah Drona, Duryodhana dan Karna
mengeroyok Abhimanyu (Karna memanah busur Abhimanyu dan melumpuhkan
keretanya, kemudian para Kaurava membunuh Abhimanyu. Jadi bukan Karna
sendiri yang membunuh Abhimanyu).
Pada perang hari keempatbelas, perang berlangsung sampai malam.
Ghatotkacha, putra Bhima yang setengah raksasa, makin memporak porandakan
barisan Kaurava (golongan Asura, termasuk raksasa, makin kuat di malam hari).
Karna terpaksa memakai senjata Shakti yang dipinjamnya dari Indra untuk
membunuh Ghatotkacha. Karena Indra hanya memperbolehkan Karna memakai
senjata Shakti sekali saja, maka Karna kini tanpa senjata pamungkas dan baju besi
serta antingnya yang tak tertembus senjata. Karna hanya bisa mengandalkan
kesaktiannya sendiri dalam melawan Arjuna nanti.
Pada perang hari kelimabelas, Drona terbunuh dan Karna menjadi senapati
pasukan Kaurava.
Pada hari ketujuhbelas, Karna akhirnya bertemu dengan Arjuna dalam
pertempuran yang seru dan setanding. Karena telah kehilangan senjata pamungkas
dan baju besinya, Karna hanya mengandalkan keahlian dan kesaktiannya sendiri.
Dalam suatu kesempatan, Karna melakukan trik cerdik dengan keahliannya. Ia
membuat Arjuna lumpuh sejenak dengan memanah dada Arjuna. Ketika Arjuna
belum pulih dari pukulan pertama tadi, Karna melepaskan panah ke arah kepala
Arjuna untuk membunuhnya. Khrisna menyelamatkan Arjuna dengan menekan
kereta mereka sampai amblas ke tanah beberapa senti, sehingga panah Karna
meleset dari kepala Arjuna. Banyak orang menganggap kejadian ini sebagai bukti
superioritas Karna dari adiknya itu, paling tidak dari sisi keahlian dan kesaktian.
Saat pertempuran berlangsung, salah satu roda kereta Karna selip di tanah
berlumpur. Ini diakibatkan oleh kutukan Brahmana yang telah disebutkan di atas.
Shalya yang menjadi kusir kereta Karna tidak bisa membantu karena telah
dilumpuhkan oleh Arjuna. Karna meminta Arjuna untuk menghentikan pertempuran
untuk menunggunya mengeluarkan roda kereta dari tanah berlumpur tadi. Arjuna
setuju. Tetapi Khrisna menyuruh Arjuna melanggar kode keprajuritan dan
membunuh Karna yang sedang tidak berdaya. Roda kereta Karna tidak bisa
digerakkan dan kutukan Parashurama membuatnya tidak bisa membela diri. Khrisna
mengingatkan Arjuna kekejaman Karna ketika ikut mengeroyok Abhimanyu yang
sampai mati bertarung tanpa kereta dan senjata.

Dengan penuh kemarahan dan kesedihan Arjuna melepaskan panah Anjalika


ke arah Karna. Karna jatuh ke tanah dengan luka yang mematikan. Tetapi ujian
untuknya belumlah berakhir. Khrisna menyamar sebagai seorang pertapa dan
meminta sedekah kepadanya. Karna yang terluka parah tidak memiliki apa pun
untuk diberikan, kemudian ia ingat masih memiliki satu gigi emas. Dengan penuh
kesakitan Karna melepaskan gigi emasnya, membersihkannya kemudian
memberikannya kepada Khrisna. Dengan demikian Karna menjadi satu-satunya
manusia yang telah memberikan sedekah kepada Vishnu sendiri. Terharu dengan
kemurahan hati Karna, Khrisna memberikan kesempatan kepada Karna untuk
mengajukan satu permintaan kepadanya. Karna meminta agar jenasahnya
diperabukan di tempat yang paling suci di dunia. Sebagai Vishnu, Khrisna kemudian
memperabukan jenasah Karna ditelapak tangannya.
Setelah kematian Karna, Kunti memberitahu Pandava bahwa Karna adalah
putranya dan saudara tertua mereka. Para Pandava kemudian berkabung untuk
Karna. Yudhistira, terutama, begitu terpukul mengetahui ibunya merahasiakan
kenyataan bahwa Karna adalah saudara tertua mereka yang seharusnya mereka
hormati dan patuhi. Ia kemudian mengeluarkan sabda agar sejak saat itu semua
perempuan tidak lagi bisa menyimpan rahasia apapun untuk diri mereka sendiri.
Pada hari kedelapanbelas, Kaurava tertumpas. Perang Bharatayudha berakhir, dan
Yudhistira menjadi raja Hastinapura.
Perbedaan dengan Arjuna
banyak persamaan antara Arjuna dan Karna. Keduanya adalah ahli memanah,
dan saling bersaing untuk mendapatkan Draupadi. Keduanya juga mempunyai ikatan
yang erat dengan kaurava, baik karena pertalian darah maupun karena persahabatan.
Percakapan Karna dengan Khrisna sangat mirip dengan Bhagavad Gita yang terkenal
itu, dalam mana Khrisna menjelaskan kepada Arjuna tentang kewajibannya sebagai
seorang Khsatriya. Perbedaan mereka terletak pada keputusan yang diambil oleh
masing-masing: Arjuna mengutamakan tugasnya sebagai seorang Khsatriya yang
harus membela kebenaran apapun yang terjadi dan Karna mengutamakan
persahabatanya dengan Duryodhana.
Beberapa Pendapat yang mendukung Superioritas Karna atas Arjuna
Banyak pendapat bahwa alasan Bhisma untuk tidak memperbolehkan Karna
bertempur bersamanya ketika ia menjadi senapati adalah rasa cintanya kepada
Pandava. Jika Bhisma dan Karna muncul bersamaan di medan perang, Pandava tidak
akan mampu memenangkan Bharatayudha. Saat itu Bhisma berdalih bahwa karena
Karna berasal dari kasta yang lebih rendah. Dalam suatu kejadian saat pertempuran
Karna dan Arjuna, kereta Arjuna terpental ke belakang beberapa meter oleh panah
Karna. Khrisna memuji kehebatan Karna karena hal ini. Arjuna, yang panahnya
mementalkan kereta Karna berpuluh-puluh meter, heran atas pujian Khrisna ini dan
meminta penjelasan kepadanya. Khrisna menjawab, “Arjuna, aku sendiri yang
memiliki berat seluruh alam semesta duduk di kereta ini dan kereta ini juga
dilindungi oleh Hanuman (kereta Arjuna memakai bendera Hanuman). Bila hanya
engkau sendiri yang ada di kereta ini, kereta ini akan terlempar mengelilingi bumi.”

(versi wikipedia)
Adipati Karna (Sansekerta:कर्ण karṇa) (juga dikenal dengan Karnan), adalah
salah satu tokoh dari wiracarita Mahabharata yang terkenal dan sangat menarik. Ia
sebenarnya adalah masih saudara satu ibu dengan para Pandawa; Yudistira,
Werkodara dan Arjuna (Nakula dan Sadewa bukan saudara langsung Karna,
melainkan saudara sepupunya).
Kelahiran Karna
Ibu dari Karna dan Panca Pandawa yaitu Kunti, pernah mencoba sebuah aji
pada masa kecilnya untuk memanggil seorang Dewa. Yang dipanggilnya adalah Dewa
Matahari dan beliau membuatnya hamil. Putranya akan keluar dari telinga untuk
menjaga keperawanan Kunti, maka dinamakannya Karna. Nama-nama Karna
lainnya berhubungan dengan statusnya sebagai putra Dewa Matahari, yaitu
Arkasuta, Suryatmaja dan lain sebagainya.
Oleh ibunya, Karna dihanyutkan di sungai sampai ia ditemukan oleh seorang Prabu
Radeya dan diangkat anak, sayangnya kerajaan Prabu Radeya tunduk kepada
Hastinapura dan ia dibesarkan oleh seorang sais prabu Dretarastra, yang bernama
Nandana atau Adirata.
Meskipun Karna masih saudara seibu dengan Yudistira, Werkodara, dan
Arjuna, tetapi para Pandawa tidak mengetahuinya sampai ia gugur di perang
Bharatayuddha. Sehingga mereka suka menghinanya.

Pemanah tangguh
Karna sangat mahir menggunakan senjata panah. Kesaktiannya setara dengan
Arjuna. Mempunyai senjata andalan bernama Kunta. Suatu ketika, ketika terjadi uji
tanding antara Korawa dengan Pandawa sebagi murid-murid Dorna, Karna berhasil
menandingi kesaktian Arjuna. Namun karena Karna bukan raja atau anak raja maka
beliau diusir dari arena. Karena mengetahui kesaktiannya, maka Duryodana, ketua
para Korawa mengangkatnya menjadi raja Awangga. Sejak itu Karna bersumpah
setia kepada Duryodana.
Senjata andalannya, panah kunta adalah pemberian batara Narada karena
beliau mengira bahwa Karna adalah Arjuna karena kemiripannya. Panah tersebut
adalah senjata yang paling ampuh, bahkan melebihi cakra prabu kresna dan pasopati
Arjuna, namun untungnya hanya sekali pakai. Sarung dari panah tersebut yang
masih disimpan Batara Narada kemudian dititpkan ke Bima untuk diberikan ke
Arjuna adalah saat para pandawa mengetahui bahwa Batara Narada salah alamat.
Sarung dari Kunta tersebut kemudian dipakai untuk memutus tali pusar bayi Tetuka/
Gatotkaca.

Kesaktian yang didapat Karna dalam versi lain


Karna dilahirkan memakai anting-anting dan baju kebal pemberian ayahnya
(Batara Surya). Kunti, ibunya, mengenal dirinya saat adu ketrampilan murid-murid
Dorna karena melihat anting-anting tersebut. Selama memakai kedua benda ini
Karna tidak akan mati oleh senjata apapun. Hal ini diketahui oleh Batara Indra yang
sangat menyayangi Arjuna. Oleh karena itu beliau meminta benda tersebut dengan
menyamar sebagai seorang pengemis. Batara Surya mendahuluinya dengan menemui
Karna terlebih dulu dan memperingatkan Karna. Tapi Karna menganggap mati
dalam perang tanding lebih terhormat daripada panjang umur. Batara Surya
kemudian menyarankan Karna untuk meminta senjata ampuh sebagai kompensasi
atas kedua benda tersebut. Hal ini disanggupi Karna. Ketika pengemis itu datang,
Karna langsung mengenalinya dan memberi hormat dan pengemis itu berubah
kembali menjadi Batara Indra. Sebagai kompensasi, Batara Indra memberi senjata
Kunta kepada Karna.
Peran Karna dalam Bharatayuddha
Kresna mengetahui bahwa Karna adalah pandawa sulung, namun lain ayah.
Dan semua tahu bahwa Karna lah pemilik Kunta. Kresna sempat ingin membuat
Karna memihak pandawa pada Bharatayuda mendatang dan ia mengatur sebuah
pertemuan rahasia antara Karna dan ibunya Kunti. Karna pun memelas setelah ia
melihat ibunya menangis namun ia menganjurkan ibunya untuk tetap tegar karena ia
melakukan kewajiban bela negara ia juga memberi tahu ibunya bahwa selain dia
berkorban demi negara ia juga akan menyelamatkan para Pandawa lima karena ia
tidak akan menggunakan panah Kunta untuk membunuh Arjuna dan saat ia
berperang dengan Arjuna dia memastikan bahwa Arjuna tidak tahu bahwa Karna
adalah kakaknya sendiri sehingga tidak segan membunuhnya.
Pada perang Bharatayuddha, ia membunuh Gatotkaca dan hampir membunuh
Arjuna. Tetapi Arjuna menang bertanding dan Karna pun gugur. Baru setelah Karna
gugur, para Pandawa mengetahui asal usulnya dan mereka sangat terpukul oleh hal
ini.

REFLEKSI
Wenehana tandha centang ing kothak kang nuduhake kabisanmu dhewe-dhewe ing saben
nomer!
NO KABISAN BISA DURUNG
BISA
1. Ngandakake paugeran tembang
2. Ngandakake watak tembang

3. Negesi tembung angel

4. Nemtokake pitutur luhur

5. Nulis isine tembang

6. Nulis tembang

Anda mungkin juga menyukai