Anda di halaman 1dari 11

MANUSIA SUCI BU ENG HU

By BBS

panas dalam badai yang menggulung dirinya. Bajunya robek-robek hangus


oleh singkang panas yang menyusut ke tubuhnya. Setelah itu ia tidak
sadarkan diri karena terlalu lelah diombang-ambingkan di dalam
gelombang angin puyuh yang menyakitkan. Hanya sekejap saja angin sudah
tenang seperti biasa, sedangkan tubuh si merah tampak terkoyak-koyak
hancur.
Para anggota Kay-pang benar-benar terbengong melihat atraksi gratis
ini. Sebelum mereka sadar dengan apa yang mereka lihat. Sosok hitam itu
sudah melayang sambil membawa tubuh si merah yang lagi pingsan.
“Sun Kay – pangcu, tolong jangan membikin susah para anggota Ang-
hong-pay yang dalam keadaan pingsan itu. Besok pagi mereka akan segera
siuman dan biarkan mereka pergi. Mereka telah kehilangan ilmu silat dan
tenaga sakti. Mereka akan menjadi orang-orang biasa lagi!” terdengar suara
berkali-kali menggema membuat para anggota Kay-pang tersadar.
Setelah suara itu hilang, baru mereka bisa bernafas lega. Di tempat itu
lalu terdengar suara ramai sekali. Ada yang bertanya-tanya siapa penolong
mereka, atau tertawa karena mereka terbebas dari kematian dan lain-
lainnya.
Hanya Sun-pangcu yang diam dengan seribu pertanyaannya. Setelah
menghela nafas panjang, lalu ia menyuruh anak buahnya untuk tidak
mengusik tumpukan orang pingsan itu. Kali ini ia benar-benar tidak percaya
ada orang mempunyai kemampuan seperti itu. Orang itu dengan mudah
bisa menyetir dan mengendalikan angin menggunakan sinkangnya. Hanya
sinkang yang sudah benar-benar sempurna saja yang mampu melakukan
hal itu. Dan entah ilmu apa yang dimainkan oleh penyelamatnya. Mungkin
ilmu sihir. Berkali-kali ia geleng-geleng kepala sambil meninggalkan tempat
menyeramkan itu.

KIM-LIONG-PAY JI-SIAN ( 1 )
Di tengah kota Taiyuan terdapat sebuah kedai besar yang menjual arak
paling enak dan harum. Di dalam kedai lantai dua terdapat banyak orang
minum arak sampai teler mengoce kesana-kemari. Orang di lantai dua itu
semuanya adalah orang-orang Kay-pang. Bajunya tambal-tambal berwarna-

Kim-liong-pay Ji-sian ( 1 ) Pelataran-18


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

warni, kecuali seorang saja yang mempunyai pakaian bagus dan rapi. Satu
orang itu adalah seorang pemuda berusia sekitar tujuh belas tahun, ia tidak
ikut minum hanya sebagai penyuguh saja.
Pemuda itu bukan lain adalah Lie Yang yang sedang ikut pesta para
anggota Kay-pang atas keselamatan hidup mereka tadi malam. Semuanya
tampak teler, bahkan ada yang sampai pingsan tidak kuat minum.
Sedangkan Sun Kay hanya cengar-cengir sambil menenggak arak
beberapa kali. Ia sudah bercerita tentang kejadian tadi malam kepada Lie
Yang. Ganjalan yang selalu mengusik hatinya semuanya hilang.
Membuatnya kali ini benar-benar mabuk.
Lie Yang yang tidak ikut minum hanya tersenyum ramah sambil geleng-
geleng kepala melihat kelakukan orang-orang Kay-pang ini. Sejak bergaul
dengan para anggota Kay-pang ia menjadi seorang pemuda yang
mempunyai banyak pengetahuan tentang dunia kang-ouw, khususnya
kejadian-kejadian akhir-akhir ini.
Tadi sebelum berpesta arak di kedai ini, Sun Kay sempat mengirim surat
ke pangcu-nya yang ada di Siauw-lim-si. Ia juga sempat memikirkan apa
yang ditanyakan oleh penjahat memakai baju merah tentang Giok yang
katanya berada padanya. Sebelumnya ia benar-benar tidak tahu tentang
Giok itu, namun setelah mengingat-ngingat kejadian beberapa bulan yang
lalu. Akhirnya ia bisa menemukan kebenaran tuduhan si merah tadi malam.
Enam bulan yang lalu ketika melakukan perjalanan balik dari kota raja, ia
sempat bertemu dengan seorang kakek-kakek. Orang tua yang rambutnya
sudah beruban itu menitipkan sebuah kotak kepadanya. Katanya kotak kecil
itu akan diambil dua bulan lagi setelah kakek itu selesai menyelesaikan
masalahnya. Pertamanya ia tidak ada rasa curiga atau keinginan untuk
membuka kotak titipan orang itu, namun setelah mengalami bencana tadi
malam ia segera membuka kotak dari kayu itu. Ternyata memang benar di
dalamnya ada sebuah Giok berwarna hijau dengan bentuk kotak persegi
empat. Giok itu digambari sebuah kepala naga berwarna emas dan sisi
lainnya gambar gunung yang menjulang tinggi. Selain dua gambar itu,
gambar lainnya tidak ada.

Kim-liong-pay Ji-sian ( 1 ) Pelataran-19


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

Ia merasakan ada yang aneh dengan Giok ini, padahal dilihat dari
bentuknya tampak biasa saja. Tapi kenapa Giok sederhana ini mau dirampas
oleh Ang-hong-pay dan darimana mereka mengetahui bahwa Giok itu
berada padanya, padahal ia sendiri tidak tahu apa isi kotak itu seandainya
tidak terpaksa membukanya. Selain Giok itu, di dalam kotak kayu itu tidak
terdapat barang lainnya. Kalau memikirkannya ia menjadi semakin bingung.
Makanya ia langsung pergi ke rumah Lie Yang untuk mengajak berpesta. Ia
ingin menghilangkan rasa pusing dikepalanya akibat memikirkan banyak
perkara ini. Jalan satu-satunya adalah mabuk sampai benar-benar teler dan
pingsan.
“Apakah benar besok Sun-lopek akan pergi ke Siauw-lim-si untuk
menemui Kay Pang-pangcu di sana?” tanya Lie Yang kepada Sun Kay yang
sudah mabuk berat.
“Benar! Apakah kongcu ingin titip sesuatu dalam perjalananku kali ini?”
jawab Sun Kay yang ternyata masih sadar dan waras. Biasanya, memang Lie
Yang selalu titip sesuatu kepada Sun Kay jika ia bepergian keluar kota.
Dahulu pernah ia titip kepada Sun Kay untuk membelikannya beberapa
buku ketika ia sedang melakukan perjalanan ke kota raja. Di sana buku
pelajaran tentang, agama, filsafat, sejarah dan politik dapat ditemukan lebih
banyak dari pada di kota Shan-si. Kadang-kadang Lie Yang menyuruh
langsung beberapa pegawainya untuk membelikan beberapa keperluannya
yang sulit didapat di kota Shansi.
“Bukan titip tapi mau ikut! Aku ingin melihat keindahan gunung Siong-
san yang katanya indah, juga aku ingin menimbah beberapa ilmu
pengetahuan tentang agama dan filsafat di sana!”
Sejenak Sun Kay berhenti dari minumnya mendengar permintaan Lie
Yang. Dua matanya tampak melihat wajah Lie Yang dengan sorot mata yang
tajam. Lalu ia menghembuskan nafas berat dan berkata. “Aih, apakah
perjalananku kali ini sedang melancong? Kongcu tahukan kalau kondisi di
luar sangat berbahaya? Kali ini entah apakah orang-orang Ang-hong-pay
akan diam saja melihat anak buahnya dikalahkan? bukan maksudku
melarang atau tidak mau mengajak kongcu untuk menemani menikmati
indahnya gunung dan hutan di luar sana, cuman saat ini tidak
memungkinkan dan sangat membahayakan. Apalagi...”

Kim-liong-pay Ji-sian ( 1 ) Pelataran-20


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

“Apalagi aku tidak bisa silat, begitu? Ah, paman Sun jangan terlalu
mengkhawatirkan diriku. Sejak dahulu ingin sekali aku meluaskan
pengetahuanku dengan melakukan perjalanan panjang. Menyebrangi hutan,
pegunungan dan sungai. Apakah paman tidak bisa meluluskan
permintaanku kali ini?” Lie Yang memohon.
“Masalahnya bukan saja kamu tidak bisa silat, namun perjalanan ke
pegunungan Siong-san lumayan jauh dan bagaimana dengan orang tuamu
nanti?”
“Itu gampang, paman! Aku bisa meminta izin kepada mereka, pasti
diperbolehkan. Sedangkan masalah jalan jauh, itupun tidak menjadi
halangan berat bagiku. Kalau memang paman terlalu mengkhawatirkan
diriku, aku bisa mengajak dua pengawal pribadiku! Bagaimana menurutmu,
paman?” kata Lie Yang sambil memicingkan mata kirinya.
Sun Kay diam sejenak. Ia sedang berpikir bagaimana menjawab
permintaan Lie Yang. Lalu tampak tangannya menggaruk-ngaruk kepalanya
yang tidak gagal. Ia kalah dan tidak bisa menjawab, karena ia tahu bahwa
Lie Yang mempunyai watak ngotot dan keras kepala. Ia hanya bisa
menghelai nafas panjang. Sambil berpikir, alangkah baiknya seandainya Lie
Yang mempunyai sedikit kemampuan, mungkin perjalanannya akan
menyenangkan bersama anak ini.
“Baiklah! Kongcu boleh ikut dengan syarat kalau kedua orang tua
kongcu memperbolehkan. Oh, ya ada lagi, kongcu harus mentaati semua
perintah dan permintaanku.” Akhirnya Sun Kay memilih mengalah dengan
memberikan syarat berat kepada Lie Yang dengan harapan supaya pemuda
itu tidak jadi ikut.
“Baik! Setelah dari sini, aku akan meminta izin kepada ayah dan ibu.
Kapan kita bertemu dan berangkat?” kata Lie Yang tidak terduga-duga. Ia
masih ngotot dan kelas kepala mau ikut.
“Besok pagi-pagi kita akan berangkat. Aku tunggu di tempat biasanya.”
Kata Sun Kay lemas dan tidak berdaya.
Setelah berkata, ia lalu mulai minum lagi sampai benar-benar mabuk.
Satu jam kemudian mereka sudah berpisah. Lie Yang berjalan cepat menuju

Kim-liong-pay Ji-sian ( 1 ) Pelataran-21


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

gedungnya untuk meminta izin orang tuanya. Ia berharap kali ini bisa keluar
untuk mencari pengalaman di luar kota. Sambil berjalan cepat, tidak henti-
hentinya ia membayangkan keindahan gunung Siong-san dengan Siauw-
lim-sie sebagai bangunan yang menancap di lerengnya.
Next Chapter:Kim-liong-pay Ji-sian ( 2 )

KIM-LIONG-PAY JI-SIAN ( 2 )
“Tia-tia (Ayah), Lie Yang sudah tidak kecil lagi! Kumohon beri izin untuk
melihat-lihat dunia luar untuk memperluas pengetahuan!” mohon Lie Yang
kepada ayah-bundanya.
Ternyata tidak semudah bayangannya untuk minta persetujuan orang
tuanya untuk ikut Sun Kay pergi ke Siauw-lim-sie. Sudah dari tadi ia
memohon sampai merengek-rengek meminta persetujuan orang tuanya.
Hartawan Song dan istrinya tampak duduk di kursi sambil melototi anaknya.
Mereka tidak menyetujui keinginan anak semata wayangnya, karena tidak
tega membiarkan anaknya yang lemah melakukan kesusahan. Apalagi
kondisi dunia kang-ouw saat ini sedang tidak aman, banyak terjadi bunuh-
membunuh. Seandainya Lie Yang bisa silat sekalipun mereka akan sangat
berat membiarkan anaknya itu berkeliaran di luar. Hartawan berkali-kali
melarang anaknya pergi. Tapi watak Lie Yang memang keras kepala tetap
ngotot, bahkan ia mengancam orang tuanya akan tetap pergi walaupun
dilarang.
“Apakah kamu akan menjadi anak durhaka yang sudah tidak lagi
mengindahkan perkataan orang tua lagi? Kalau memang benar kamu sudah
tidak mau mendengarkan perkataan orang tua lagi kamu boleh pergi dan
selanjutnya kami tidak akan pernah mengakui anak lagi!” Hebat sekali
perkataan hartawan Song ini, hingga tanpa sengaja kedua kaki Lie Yang
tidak kuat menyangga berat tubuhnya. Ia terduduk lemas. Badannya tampak
menggigil takut.
Sebenarnya hartawan Song tidak tega melukai hati anaknya dengan
perkataan seperti itu, namun hanya perkataan itulah yang mampu
mengekang kedua kaki Lie Yang untuk tidak pergi. Ia tahu bahwa anaknya

Kim-liong-pay Ji-sian ( 2 ) Pelataran-22


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

adalah tipe anak yang sangat berbakti kepada orang tua, makanya tidak
heran jika Lie Yang tidak bisa berkutik mendengar perkataan ayahnya ini.
“Ayah boleh bicara seperti itu, namun aku akan tetap duduk di sini terus
sampai ayah meluluskan permintaanku ini. Aku tidak akan lama-lama
meninggalkan ayah, hanya sekitar tiga bulan saja. Sudah lama aku ingin
melihat dunia luar yang katanya indah dan meyenangkan.” Kata Lie Yang
masih ngotot.
“Ah, dasar anak keras kepala! Begini jadinya kalau kamu terlalu banyak
membaca buku dan bergaul dengan orang-orang kang-ouw yang tahunya
hanya saling bunuh membunuh itu. Masalahnya umurmu masih terlalu kecil
untuk pergi jauh, lagian engkau tidak bisa apa-apa!” omel ayahnya.
“Benar anakku. Dunia luar sana sangat keji dan menakutkan bagi
seorang yang lemah seperti kita. Lebih baik engkau tunggu dua-tiga tahun
lagi, mungkin kami akan meluluskan permintaanmu itu.” Kata ibunya juga.
Mendengar kata-kata ‘lemah’, ‘tidak bisa silat’ atau ‘tidak bisa apa-apa’
yang sering didengarnya. Membuat Lie Yang tambah marah dan penasaran.
Kemarahannya hanya dilampiaskan dengan menggigit bibirnya sampai
berdarah.
“Kalau memang begitu, aku bisa dikawal oleh paman Chi. Ayah-ibu,
apakah aku pernah memohon kepada kalian sesuatu hal sampai seperti ini,
hanya sekali ini saja! Kumohon luluskan permintaanku ini!” Liu Yang masih
memohon.
Melihat kekerasan hati anaknya ini, hartawan Song hanya bisa
menggeleng-nggeleng kepala saja. Ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi
kecuali meluluskannya, walaupun dengan hati yang sangat berat. “Baiklah!
tapi kamu harus dikawal oleh Chi Lam dan Sung Huan. Dan jangan sekali-
kali ikut campur urusan kang-ouw, lebih baik kamu cepat-cepat pulang
setelah menikmati pegunungan Song dan mendapatkan pelajaran dari para
hwesio Siauw-lim-sie!”
Senang sekali hati Lie Yang mendengar permintaannya diluluskan. Lalu
hartawan Song memanggil dua pengawal peribadinya, sekaligus merangkap
sebagai ketua para pengawal keluarga Song. Dua orang ini mempunyai

Kim-liong-pay Ji-sian ( 2 ) Pelataran-23


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

pengalaman yang cukup tentang dunia kang-ouw dan keahlian ilmu silat
yang bisa diandalkan untuk menjaga anaknya. Setelah mereka datang,
hartawan Song lalu memberitahu mereka untuk mengawal anaknya
melancong ke gunung Song di barat dan memberi pesan kepada mereka.
Selain dua pengawal Chi Lam dan Sung Huan, hartawan Song juga
menambah satu pengiring untuk anaknya. Pengiring itu sudah berumur
sekitar lima puluh tahun lebih, mukanya jelek sekali, namun pakaian tampak
selalu bersih. Biasanya pengiring yang biasanya dipanggil paman Sam ini
bekerja sebagai pembantu bersih-bersih dan pembantu pribadi Lie Yang
ketika di rumah. Orang tua ini dapat membantu banyak keperluan Lie Yang
dari memasak sampai memijatnya. Sudah lama sekali orang tua jelek ini
bekerja sebagai pelayang di gedung Song. Mukanya yang burik tampak
menyenangkan bagi Lie Yang, karena bagi pandangannya wajah seseorang
tidak begitu penting, tapi hatilah yang penting. Orang tua yang sangat
pendiam ini baik sekali terhadap Lie Yang, seperti keluarganya sendiri.
Mendengar pamannya Sam ikut dengannya, hati Lie Yang sangat
senang. Apalagi ia pergi diiringi oleh dua penjaga pribadi ayahnya yang
sangat menyenangkan. Dua penjaga pribadi Chi Lam dan Sung Huan juga
orangnya sangat baik. Mereka adalah keluarga Lie Yang sendiri. Sudah lama
ia menganggap setiap orang yang ada di dalma rumahnya, baik itu keluarga
aslinya atau hanya pembantu rumahnya saja. Chi Lam mempunyai tampang
yang sangat gagah, jeggotnya yang rapi menambah ketampanannya.
Sedangkan Sung Huan mempunyai tampang yang kelihatan sangat bengis,
namun ramah dan baik. Mereka adalah pegawai-pegawai yang sudah tidak
diragukan lagi kehebatan dan kebaikannya.
Setelah mendapatkan bekal yang cukup dan pesan dari orang tuanya,
akhirnya pagi-pagi sekali Lie Yang ditemani tiga pengawalnya
melangkahkan kaki meninggalkan rumahnya. Orang tuanya mengantar
kepergian anak tunggalnya dengan air mata yang mengalir deras, apalagi
ibunya. Orang tua Lie yang yang sudah berumur tua hanya bisa mendoakan
anaknya supaya dapat pulang dengan selamat dan tidak terjadi apa-apa di
dalam perjalanan.
Sesampainya di kelenteng tua sebelah barat kota Taiyuan, mereka
sudah disambut oleh Sun Kay. Mereka hanya berhenti sebentar saja, karena

Kim-liong-pay Ji-sian ( 2 ) Pelataran-24


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

mereka langsung berangkat dengan menunggang kuda. Kali ini Sun Kay
hanya sendirian tidak mengajak pengawalnya, sehingga mereka pergi hanya
berlima saja. Sun Kay pergi ke Siauw-lim-sie bertujuan untuk melapor secara
lengkap tentang masalahnya beberapa hari ini dan juga lebih-lebih
menyangkut Giok yang ada di tangannya. Di Siauw-lim-sie sepekan lagi
akan diadakan pembicaraan tentang masalah Ang-hong-pay, banyak tokoh
kang-ouw yang akan datang ke sana. Baru tadi pagi Sun Kay mendapatkan
undangan untuk menghadiri pertemuan ini. Sedangkan Lie Yang hanya
ingin menikmati gunung Siong-san saja. Kuda yang ditunggangi oleh lima
orang itu melaju dengan cepat seperti terbang saja, karena kuda yang
mereka tumpangi adalah kuda-kuda bagus.
Setelah melakukan perjalanan tiga hari tiga malam, akhirnya sore hari
pada hari ke empat, mereka sampai di kota Lok Yang (Luo Yang).
Sebenarnya dengan berkuda mereka bisa sampai di gunung Siong-san lebih
cepat lagi, namun Lie Yang mengajak teman-temannya untuk menikmati
pemandangan pegunungan yang ada sepanjang luar kota Taiyuan sampai
Lok Yang. Baru sampai di sini, Lie Yang sudah berhenti untuk mengajak
teman-temannya menikmati pemandangan sungai Huang-ho.
Pemandangan di sekitar Lok Yang sangat menakjubkan, tanahnya yang
subur memancarkan aroma yang menyegarkan. Lama sekali mereka
berhenti untuk menikmati pemandangan yang jarang mereka lihat,
khususnya Lie Yang yang baru melihat pertama kalinya. Berkali-kali Sun Kay
berbicara menerangkan tempat yang dilaluinya. Hampir bisa dikata dirinya
saat ini seperti seorang pemandu para pelancong. Memang Sun Kay sejak
mendapatkan undangan itu, ia tidak terburu-buru masuk ke Siong-san,
namun kekhawatirannya membawa Giok yang sedang dicari Ang-hong-pay
membuatnya tidak tenang.
“Wah-wah, indah sekali kota ini. Sepertinya kota ini lebih maju dari pada
Taiyuan sendiri. Tanahnya subur dan perempuan-perempuannya tampak
cantik-cantik. Betul tidak, paman Sam?” kata Lie Yang sambil tertawa renyah.
Ia mengerling ke orang tua Sam yang ada di sampingnya. Pembantunya
yang bernama Sam diam saja tidak menjawab perkataan kongcu-nya itu.
Sebaliknya Sun Kay yang tidak ditanya tertawa mendegar perkataan
pemuda baru besar ini.

Kim-liong-pay Ji-sian ( 2 ) Pelataran-25


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

Mereka berjalan pelan menuju kota Lok Yang, walaupun mereka


menunggangi kuda. Lie Yang sangat senang sekali dan menikmati benar-
benar perjalanannya. Matanya selalu berbinar-binar dengan senyum ramah
campur ceriwis kalau melihat perempuan-perempuan cantik terlihat seperti
benar-benar seorang ‘kongcu’.
Next Chapter: Kim-liong-pay Ji-sian ( 3 )

KIM-LIONG-PAY JI-SIAN ( 3 )
Dua pengawal dan pembantunya yang sudah tua diam saja melihat
kelakuan tuan mudanya itu, hanya kadang-kadang mereka siap dengan
pedang di punggung kalau ada sesuatu yang terjadi dengan tuan mudanya.
Setelah masuk ke dalam kota Lok Yang, mereka lalu mencari penginapan
untuk beristirahat dan menukar kuda. Sebentar lagi akan malam, sehingga
mereka cepat-cepat untuk mencari tempat istirahat.
Setelah mendapatkan kamar, mereka beristirahat setelah melakukan
perjalanan jauh. Besoknya mereka berjalan-jalan menikmati keindahan kota
Lok Yang. Kadang-kadang mereka masuk ke beberapa restoran terkenal
yang menyediakan makanan istimewa Lok Yang. Setelah puas menikmati
pemandangan kota dan berbagai makanan khas Lok Yang, Sun Kay
mengajak Lie Yang dan pengawal-pengawalnya untuk menemui ketua Kay
Pang yang berada di kota ini. Ternyata markas Kay Pang yang ada di sini
masih mengikut markas Kay Pang di kota raja. Mereka tidak mendapatkan
tekanan dari Ang-hong-pay, mungkin karena Kay Pang yang ada di kota ini
tidak begitu banyak dan berarti. Namun kedatangan Sun Kay kali ini
terlambat untuk menemui ketua Kay Pang cabang Lok Yang, karena
ketuanya itu sudah menuju ke Siong-san hari kemarin.
Selama melakukan perjalanan lima hari ini, mereka tidak menemukan
halangan suatu apapun. Tidak menemui perampok di perjalanan, atau anak
buah Ang-hong-pay sama sekali. Bisa dikatakan perjalanan pertama bagi Lie
Yang kali ini tidak menemui sama sekali rintangan seperti apa yang
dikhawatirkan oleh orang tuannya dan apa yang didengar dari orang banyak
bahwa di dalam hutan banyak perampok dan orang jahat. Namun bagi Sun
Kay, keadaan seperti ini semakin mencekam, sebab ia tidak tahu dititik mana

Kim-liong-pay Ji-sian ( 3 ) Pelataran-26


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

akan terjadi mala petaka. Mereka baru sampai setengah perjalanan,


sehingga kemungkinan untuk diganggu pihak jahat masih ada setengah
kemungkinan lagi. Selama perjalanan ini, mereka juga tidak mendengar lagi
pergerakan baru Ang-hong-pay dan ini malah membuatnya semakin ngeri
dan takut. Melihat sepak terjang mereka belasan tahun yang lalu, ketika
mereka kalah oleh para pendekar dan menghilang lama sekali, lalu bergerak
kembali dengan gerakan lebih kejam dan menakutkan.
Hari ini mereka melihat banyak sekali orang-orang kang-ouw yang
datang di Lok Yang, ini terlihat dari beberapa pendatang yang memakai
beju ringkas dan berpedang. Mungkin mereka juga mendapatkan undangan
dari Siauw-lim-sie seperti dirinya. Setelah bermalam sekali lagi, besok
mereka akan melanjutkan perjalanan kembali ke atas gunung Siong-san.
“Ah, cantik sekali nona berbaju merah itu! Entah apakah aku bisa
berkenalan apa tidak dengannya?” kata Lie Yang takjub dengan kecantikan
seorang pendatang baru di penginapan tempat ia beristirahat.
Kontan Sun Kay dan pengawal-pengawalnya melirik ke arah nona
berbaju merah yang baru masuk penginapan. Mereka juga takjub dengan
kecantikan gadis yang umurnya bisa dikatakan kemungkinan tidak jauh dari
Lie Yang. Mereka tidak mengira bahwa Lie Yang mempunyai mata yang
begitu tajam sehingga bisa melihat keindahan lebih dahulu dari mereka.
Gadis dan seorang laki-laki setengah umur itu sedang menghadap kasir
penginapan, sepertinya mereka sedang mendaftar penginapan. Rombongan
Lie Yang yang baru masuk melewati belakang dua pendatang baru itu. Dari
jarak dekat, Lie Yang benar-benar mabuk oleh kecantikan gadis manis itu,
sampai-sampai kedua kakinya tidak bisa digerakkan seperti ada kekuatan
gaib yang menghentikannya. Terlalu dekat jarak antara Lie Yang dengan
gadis baju merah itu sampai-sampai keharuman minyak dari si gadis
tercium memabukkannya. Tiba-tiba ada tangan menyeretnya sehingga ia
terpaksa berjalan meninggalkan gadis dan laki-laki setengah umur dengan
caping lebar di kepalanya. Orang yang menariknya adalah Sun Kay.
“Kongcu sebaiknya jangan membuat ulah di sini, dua orang itu
tampaknya orang-orang kang-ouw yang tidak bisa direcoki!” bisik Sun Kay
lalu Lie Yang menganggukkan kepala tanpa bicara. Mereka masuk ke kamar

Kim-liong-pay Ji-sian ( 3 ) Pelataran-27


MANUSIA SUCI BU ENG HU
By BBS

masing-masing, hanya Sam si tua saja yang tidur satu kamar dengan Lie
Yang.
Malam semakin larut dan sepi. Semua aktifitas di dalam penginapan ini
sudah selesai. Semua orang masuk ke kamar masing-masing untuk istirahat.
Hampir semua kamar sudah tidak bercahaya lagi, hanya ada beberapa
kamar saja yang masih terlihat sinar lilin remang-remang memancar keluar.
Salah satunya adalah kamar yang berada paling ujung di sebelah dertan
kanan. Kamar yang jaraknya hanya terpaut empat kamar dengan kamar Lie
Yang tampak bercahaya. Sepertinya orang yang ada di dalam itu belum
tidur. Di dalam kamar di bawah sinar lilin yang tampak remang-remang
terlihat dua orang laki-laki setengah umur dan seorang gadis memakai baju
berwarna merah. Gadis itu mempunyai wajah bulat telur, hidungnya
mancung dengan dua mata yang memancarkan sinar seindah bintang
kejora. Kulitnya yang kuning dan alisnya yang meliuk indah membuat orang
yang memandangnya akan menelan ludah beberapa kali. Apalagi bibirnya
yang mungil dan basah menantang akan membuat darah para lelaki
menjadi mendidih. Laki-laki dan gadis yang baru berumur enam belas tahun
yang tadi dilihat Lie Yang tampak sedang bercakap-cakap.
“Ayah, benarkah kabar angin bahwa Kim-liong Giok-ceng akan muncul
di Siauw-lim-sie?” tanya gadis berbaju merah itu.
“Pasti benar! Kabar yang dibawa oleh mata-mata yang kusebarkan tidak
mungkin meleset. She (Marga) Sun dari Kay Pang tidak mungkin berani
menyembunyikan Giok itu setelah mengetahui tujuan penyerbuan Ang-
hong-pay beberapa waktu yang lalu. Bisa dikatakan pasti ia akan membawa
Giok itu ke Siauw-lim-sie untuk diberikan kepada ketua Kay Pang pusat. Ah,
alangkah senangnya seandainya aku bisa melihat lagi Giok-ceng yang sudah
belasan tahun tidak terlihat itu!” kata si ayah kepada anaknya.
“Menurut ayah, apakah kemunculan Ang-hong-pay baru-baru ini ada
hubungan khusus dengan Giok-ceng ini?” tanya lagi si gadis berbaju merah
kepada ayahnya.
“Kemungkinan besar ada! Giok-ceng adalah lambang dari partai besar
Kim-liong-pay sejak ratusan tahun dan lambang dari kepemimpinan dunia
persilatan sejak ratusan tahun juga. Kemungkinan besar munculnya Ang-

Kim-liong-pay Ji-sian ( 3 ) Pelataran-28

Anda mungkin juga menyukai