Anda di halaman 1dari 38

Karya : SD LIONG Sumber DJVU : Manise Jilid 6,7,8 Editor Ain _Tea Mulai Jilid 16 Editor MCH Eboo

oleh : Dewi KZ PENGANTAR Cerita silat arangan sdr. S.D. Liong ini, benar-benar mengejut an. Sepintas memberi esan seperti saduran. Tetapi benar-benar memang sebuah hasil aryanya yang aseli. 2 http://jowo.jw.lt Susunan bahasa yang lancar, thema cerita yang penuh li uli u ehidupan, pertempuran yang mendebar an, romans yang menyengsara an dan humor yang mengoco perut, menjadi an cerita Pende ar Blo'on ini benar-benar hidup dan mengesan an. Dengan hasil aryanya ini, berhasillah sdr, S.D. Liong menempat an diri dalam jajaran penulis-penulis cerita silat yang bermutu, Kami ucap an Selamat Ber arya epada Sdr. S.D. Liong dan Selamat Membaca epada sidang pembaca yang budiman. Wassalam. Penerbit -oo0dw0ooCatatan : Pende ar Bloon ini terdiri dari 2 Seri yaitu : 1. Pende ar Bloon 2. Bloon Cari Jodoh, yang terdiri dari 3 seri yaitu : 1. Pende ar Huru Hara 2. Pende ar Kalang Kabut

Seri e 2 dan 3 dari Bloon Cari Jodoh ini tida pernah terbit arena bp SD Liong Keburu meninggal

Dewi KZ -ooo0dw0ooo-3 http://jowo.jw.lt Jilid 1 Mayat mengembara. Suasana Wisma Perdamaian dipunca Gio -li-nia gunung Lo-hu-san tampa tegang- Beberapa to oh persilatan yang

3. Pende ar Kocar

acir

termasyur sedang mengada an perundingan penting. It ciang gan atau Jari tunggal-pena lu -dunia Kim-Thiancong yang menjadi pemimpin Dunia Persilatan telah meninggal dunia. Menerima berita itu, Hui Gong g taysu etua Siau-lim si segera bergegas menuju e Gio -li-nia. Demi ian pula Ang Bin tojin etua Bu-tong pay, Hong Hong totiang etua Go bi Pay, rahib wanita Ceng Sian suthay etua Kun-lun-pay dan Sugong In etu Kong tong pay. Mere a termasu anggauta tujuh partai besar yang menanda-tangani Piagam Perdamaian. Kim Thian-cong lah yang mencipta an piagam itu dan mendiri an Wisma Perdamaian dipunca Gio -li-nia. "Apa ah ita Perlu menunggu edatangan etua Hoa San pay dan etua Kay Pang yang belum datang ?" tanya Hui Gong Taysu. "Urusan ini sangat penting dan gawat, bai -lah ita tunggu dulu edatangan mere a. Apabila sampai tengah malam mere a belum datang, terpa sa ita tinggal", Hong Hong tojin etua Gobi-pay menyata an pendapat.

"Benar," sambut Ang Bin tojin atau Imam Mu a-merah etua Bn-tong-pay, " ita harus cepat mengambil eputusan dan bertinda . Beso pagi mung in sudah ta sempat arena tetamu-tetamu tentu sudah membanjir datang." 4 http://jowo.jw.lt Ceng Sian suthay dan Sugong In menunjang pendapat etua Go-bi-pay juga dan Hui Gong tay-supun memutus an demi ian. Ketua Siau-lim-si itu berpaling earah tiga ana muda yang berdiri di-samping meja.

"Apa ah pesan tera hir dari Kim tayhiap epada sicu se alian ?" seru etua Siau-lim-si itu. Sicu artinya "anda", istilah yang diguna an anm paderi apabila menyebnt lain orang. "Suhu ingin apabila mung in, supaya puteranya dapat melihat wajah suhu yang tera hir," sahut Tio Goan-pa, murid pertama dari Kim Thian-cong. "O, puteranya yang bernama Kim Yu-yong itu ? Dimana ah Kim sicu se arang ?" tanya Hui Gong taysu. Goan-pa menghela napas : "Ah, sudah seja lima tahun yang lalu, Yu-yong sute pergi meninggal an rumah, entah berada dimana ?" Hui Gong taysu terperanjat : "Pergi ? Mengapa dia pergi ?". Dengan suara rawan Goan-pa menjawab : "Suhu mengusirnya arena jeng el . . . . " "Jeng el ?" Hui Gong taysu menegas ma in heran, "apa ah esalahan Kim sicu sehingga Kim tayhiap mengusirnya ?"

Goan-pa muram wajahnya namun menyahutlah ia dengan lancar : "Yu-yong sute eras epala dan ta mau menurut ata- ata ayahnya. Disuruh belajar silat, ta mau. Disuruh belajar ilmu sastra, pun menola . Kerjanya setiap hari hanya bermalas-malasan, bermain-main dan piara beberapa macam binatang, anjing, era dan burung. Dan seja subo meninggal dunia, Yu-yong sute ma in binal. Karena jeng el, suhu lalu mengusirnya ..." 5 http://jowo.jw.lt "Suhu eras hati, se ali sudah terlanjur mengusir ia malu untu memanggil puteranya pulang," ata Goan-pa pula.

Keempat etua partai persilatan itu ter esiap. Mere a tahu bahwa Kim Thian-cong hanya mempunyai seorang putera ma a heranlah mere a mengapa Kim Thian-cong begitu tegah mengusir puteranya. "Ada ah Kim tayhiap ta pernah menyuruh sicu bertiga untu mencari jeja Kim sicu ?" tanya Hui Gong taysu. "Tida pernah, "Goan-pa geleng an epala, tetapi ami bertiga diam-diam memperhati an eadaan suhu. Seja ditinggal oleh subo dan Kim sutepun pergi, suhu tampa seperti ehilangan semangat, Suhu jarang bicara alau ta perlu. Sehari-hari hanya bermurung diri dalam amar." "Lalu apa ah tinda an sicu ?" "Diam-Diam ami berunding dan memutus an untu bergiliran mencari jeja Yu-yong sute. Tetapi ta berhasil menemu an tempat beradanya," menerang an Goan-pa. "Benar, Kim tayhiap tentu amat menderita batin," tiba-tiba Ceng Sian suthay etua Kun lun-pay membu a suara, "menili eterangan Tio sicu tadi bahwa Kim tayhiap telah meninggal an pesan tera hir agar puteranya dapat melihat wajahnya yang penghabisan ali, tentu Kim tayhiap amat merindu an puteranya. Kim tayhiap berjasa besar dalam menyelamat an ehancuran partai-partai persilatan Tionggoan, ma a wajiblah ita membalas amalnya itu dengan memenuhi pesannya yang tera hir."

"Ya, a upun setuju dengan pendapat Ceng Sian suthay," seru Ang Bin tojin etua Bu-tong-pay, "Kim tayhiap seorang pende ar yang meng-abdi an seluruh hidupnya untu epentingan dunia persilatan sehingga dia tentu ta ada wa tu 6 http://jowo.jw.lt untu mendidi puteranya. Dalam hal etida bahagiaan-nya Kim tayhiap dalam rumahtangganya, secara moral ita juga i ut bertanggung jawab." "Benar," Ang Bin tojin embali berseru "ma a selain mengusaha an agar pesan tera hir dari Kim tayhiap itu terla sana itapun wajib mencari puteranya itu sampai etemu." Setelah hening beberapa saat, Hui Gong taysu berpaling

epada Kwi Eng, murid edua dari Kim Thian-cong : "Ada ah Kim tayhiap memberi pesan juga epada sicu?"

"O, tentu saja a an ita la sana an," ata Hui Gong taysu. Kemudian etua Siau-lim-si itu bertanya. epada Lio Sian-li dara lincah yang menjadi murid nomor tiga dari Kim Thiancong : "Li-sicu, apa ah Kim tayhiap memberi pesan epada lisicu ? Sian-li ter ejut, wajahnya bergelombang e-rut emerahan. Beberapa saat emudian baru me-nyahut : "Ah, suhu ta memnggal an pesan apa-apa epada u." Hui Gong seorang padri. Ia percaya penuh pada orang, apalagi eterangan seorang ana perempuan, dan lebih-lebih murid Kim Tnian-cong, jago dunia yang termasyhur jujur, satrya dan mulia. Suasana hening pula tetapi hati to oh-to oh persilatan itu tetap sibu memi ir an daya untu mela sana an pesan Kim Thian-cong. Mere a menyadari bahwa dalam perjuangannya selama berpuluh-puluh tahun untu menyelamat an partaipartai persilatan agar pusa a ilmu warisan leluhur ta sampai lenyap itu, Kim Thian cong mengi at banya persahabatan 7 http://jowo.jw.lt tetapi pun menanam banya permusuhan. Banya yang memuja tetapi ta sedi it pula yang membencl. Tiba-Tiba terdengar suara entungan wa tu beralun-alun memecah esunyian. Saat itu tepat jam duabelas tengah malam. "Ah. mengapa mere a belum datang ? Ada- ah terjadi sesuatu pada diri mere a ?" Hui Gong taysu mcmbu a pertanyaan. Pertanyaan yang ta dapat terjawab oleh etiga etua partai persilatan yang lain.

"Mengingat wa tunya sudah amat mendesa dan pula ita sudah memberi wa tu cu up untu menunggu ma a urasa ita mulai saja perundingan itu." ata Ang Bin tojin dari partai Bu-tong-pay. Kawan- awannya menyetujui. Dalam pada menyetujui, Hui Gong taysupun mengaju an pertanyaan siapa ah yang a an memimpin perundingan itu. Ketiga etua partai persilatan serempa meminta agar paderi etua Siau-lim-si itu yang menjadi pimpinan.

"Bai , demi epentingan Kim tayhiap pin-ceng (a u) bersedia," ata Hui Gong taysu, "menurut hemat pinceng, perundingan ini terdiri dari dua po o persoalan yang penting. Pertama, bagaimana ita henda mengurus jenazah Kim tayhiap dan edua, mengang at pengganti Kim tayhiap sebagai Ketua Dunia Persilatan."

Kali ini Sugong In etua Kong-tong-pay yang seja tadi ta pernah bu a suara, ber ata : "Menurut hemat u, usul Hui

Pemuda itu menganggu : "Ya, suhu pesan agar ela dapat ditanam dipunca Gio -li-nia di sisi subo."

Gong taysu itu tepat se ali tetapi uminta supaya acara pembicaraan di-mulai an dahulu dari pemilihan etua Dunia Persilatan, baru nanti mening at pada pengurusan jenazah Kim tayhiap." 8 http://jowo.jw.lt "Ah, pinto rasa tida demi ian," sanggah Ang Bin tojin etua Bu-tong-pay," memilih etua Dunia persilatan, bu an suatu hal yang sederhana, harus melalui li u-li u yang panjang dan su ar. Misalnya, edua etua Hoa-san-pay dan Kay-pang arena berhalangan ta dapat datang, apa ah ita berempat berha untu mela u an pemilihan itu ? Sedang an soal pengurusan jenazah Kim tayhiap itu amat mendesa dan menuntut penyelesaian yang segera. Beso pabila para tetamu sudah datang, tentu ta sempat lagi ita mengatur." Pernyataan etua Bu-tong-pay itupun tepat. Memang mengang at seorang etua partai persilatan bu anlah mudah, apalagi seorang etua Dunia Persilatan yang membawahi seluruh aum persilatan. A hirnya berserulah rahib Ceng Sian suthay etua Kun-lunpay : "Pinni mengusul an begini. Negara ta boleh seharipun ta mempunyai raja. Demi ian halnya dengan Dunia Persilatan. Berhubung Kim tayhiap sudah tutup usia, edudu an etua Dunia Persilatan ta boleh osong walaupun hanya sehari saja. Karena di uatir an a an menimbul an halhal yang ta diingin an. Setiap partai persilatan a an membawa emauannya sendiri. Namun memilih etua baru itu, bu anlah suatu hal yang mudah. Saat ini justeru menghadapi soal yang gawat, perlu adanya suatu pimpinan untu mengatur esatuan lang ah dan tinda an. Ma a pin-ni berpendapat agar ita memilih seorang pimpinan sementara. Setelah urusan jenazah Kim tayhiap selesai, barulah ita nanti tetap an wa tu untu mengundang seluruh aum persilatan guna memilih seorang etua baru . , . . Ucapan rahib dari Kun-lun-pay itu tiba-tiba ber-henti setengah jalan eti a seorang lela i ta di- enal muncul dalam ruang perundingan. Seorang lela i setengah tua yang rambutnya sudah menjunjung uban melang ah masu dengan 9 http://jowo.jw.lt tenang. Goan Pa sebagai wa il tuan rumah, cepat menyongsong-nya. Setelah mengada an tanya jawab beberapa saat, lalu mengantar lela i setengah tua itu e meja perundingan. "Taysu dan cianpwe se alian, inilah Pang To-ti cianpwe yang mewa ili partai Hoa-san-pay untu menghadiri pema aman suhu, Goan-pa segera memper enal an pendatang itu epada e empat etua partai persilatan. 0, iranya Pang sicu ini Oh-liong- iam-hiap yang pernah menggempar an dunia persilatan pada duapuluh tahun yang lalu. Pin-ceng sungguh beruntung se ali dapat berjumpa mu a dengan Pang iam-hiap," Hui Gong taysu memberi sambutan hangat. Oh-liong- iam-hiap artinya Pende ar-pedang-naga-tidur.

Gelar itu diberi an orang persilatan epada Pang To-ti arena senjatanya sebatang pedang pusa a bentu nya nienyerupai see or naga meling ar. Sebenarnya dia adalah murid pertama dari perguruan Hoa-san-psy. Tetapi entah arena apa, tibatiba pada duapuluh tahun yang lalu ia menghilang ta berbe as. Setelah etua Hoa-san-pay menutup mata, yang mengganti an sute dari Pang To-ti ialah Kam Sian-hong. Ma a emunculan secara ta terduga-duga dari jago pedang Naga-tidur Pang To-ti itu, mengejut an para etua partai persilatan yang tengah ber umpul dipunca Gio -li-nia. Setelah selesai saling memper enal an diri ma a Pang Toti mendahului memberi eterangan: "Karena Kam sute berhalangan datang ma a terpa sa a u memenuhi permintaannya untu hadir e Gio -li-nia sebagai wa il Hoasan-pay. Harap se alian taysu dan totiang sudi memaaf an elancangan Pang To-ti yang goblo ini." 10 http://jowo.jw.lt "Ah, harap Pang iamhiap jangan eliwat merendah diri. Oraug persilatan mana ah yang ta pernah mendengar ebesaran nama pedang Naga tidur iiu ?" Ang Bin tojin tertawa. "Naga-tidur benar-benar meronto an nyali aum persilatan Hitam. Setiap ali naga itu bangun, tentu banya penjahatpenjahat yang tidur selama-lamanya" Hong Hong totiang etua Go-bi-pay i ut ber ela ar.

Se alian etua partai persilatan tertegun dan Pang Toti pun menghela napas : "Hoa-san-pay mengucap terima asih atas perhatian suthay epada etua ami. Menurut murid Hoasan-pay yang diutus Kam sute menemui a u, saat ini Kam sute sedang "menutup" diri untu menyelesai an suatu ilmu warisan Hoa-san-pay yang selama ini belum pernah dicapai oleh tiga ang atan etua Hoa-san-pay yang terdahulu." "O . . . " desis rahib Ceng Sian, "rupanya Kam ciang-bunjin henda membangun embali eharuman nama perguruan Hoa-san-pay yang pada wa tu a hir-a hir ini memang ma in merosot dan ma in silam. Muridnyapun ma in habis . . " "Omitohud !" tiba-tiba Hui Gong taysu etua Siau-lim-si menu as ata- ata etua rahib Kun-lun-pay itu. Rupanya arena uatir a an menyinggung perasaan Pa To-ti , "roda dunia berputar demi ian ehidupan segala sesuatu dalam dunia ini. Tumbuh, hidup dan mati. Mati lalu tumbuh lagi dan hidup. Walaupun Hoa-san-pay mengalami emunduran tetapi te ad Kam ciang-bunjin untu meya in an ilmu pusa a 11 http://jowo.jw.lt perguruan Hoa-san-pay itu, merupa an suatu pertanda a an ebangunan Hoa-san-pay lagi."

"Terima asih, taysu," ucap Pang To-ti dengan nada ta

Tiba-Tiba rahib Ceng Sian suthay etua Kun-lun-pay membu a suara : "Maaf, Pang Sicu, halangan apa ah yang menimpah Kam Sian-hong ciang-bunjin ( etua) sehingga ta dapat hadir dalam peristiwa penting hari ini ?"

bergairah. "Oleh arena jumlah yang hadir sudah enam wa il perguruan, manlah ita lanjut an perundingan lagi." ata Hui Gong taysu. Kemudian ia menyatatan persetujuannya atas pendapat Ceng Sian suthay agar memilih etua sementara. Setelah selesai mengurus penguburan Kim Thian-cong barulah nanti menentu an suatu hari tertentu untu mengada an pemilihan etua yang resmi. Kelima etua partai persilatanpun setuju. Mere a serempa memilih etua Siau-lim-si sebagai pejabat etua Dunia Persilatan, mengganti an etua Kim Thian-cong yang meninggal dunia. Seberarnya Hui Gong taysu henda menola tetapi atas desa an se alian wa il-wa il partai persilatan dan mengingat pentingnya persoalan itu, terpa sa ia menerima. "Tiga bulan emudian, pin-ceng a an mengundang para etua parid persilatan yang menanda-tangani Piagam Perdamaian untu menghadiri rapat pemilihan etua yang baru," Hui Gong taysu, emudian menambah an pula, "nanti dalam upacara pema aman jenazah Kim tayhiap, eputusaneputusan yang telah ita ambil ini a an pin-ceng umum an."

Setelah acara pertama dapat diselesai an ma a Hui Gong taysu mulai merunding an acara yang edua ialah tentang pengurusan jenazah Kim Thian-cong. Kata etua dari Siau-limsi itu : "Mengingat Kim tayhiap telah meninggal an pesan tera hir agar puteranya yang hilang itu dapat melihat wajahnya untu penghabisan ali. Menili bahwa musuhmusuh Kim Thay-eong mung in a an hadir dalam pema aman 12 http://jowo.jw.lt ini arena henda mengacau ma a ita harus memi ir an daya bagaimana menyelamai an jenazah Kim tayhiap." "Bu an ah ata- ata 'menyelamat an' itu berarti harus menjaga jenazah Kim tayhiap supaya tetap dalam eadaan begitu ? Artinya, ita ta boleh menanam jenazah Kim tayhiap ?" seru Ang Bin tojin. "Benar, to-heng," sahut Hui Gong taysu, jenazah Kim tayhiap harus tetap begitu agar dapat dilihat puteranya." "Ah, itu mudah saja," ata Ang Bin tojin, serah an hal itu epada Ceng Sian suthay yang memili i obat pembalsem mayat. Jenazah Kim tayhiap tentu terpelihara bai ."

Mata se alian etua partai persilatan mencurah earah rahib sa ti yang menjadi etua perguruan Kun-lun-pay. Ceng Sian suthay tenang-tenang saja menjawab : "Ya, bai lah. Demi mela sana an pesan Kim tayhiap, a an pin-ni usaha an agar jenazah Kim tayhiap tetap ta rusa ." Hui Gong taysu girang arena soal itu ternyata dengan mudah dapat diselesai an. Kemudian ia ber ata pula. Soal mengawet an jenazah Kim tayhiap sudah selesai tetapi bagaimana ita dapat menyelamat an dari gangguan tangan jahil musuh-musuh Kim tayhiap yang a an hadir itu ?"

"Ah, masa an terhadap orang yang sudah meninggal mere a masih henda melampias an dendam ?" ata Hong Hong totiang etua Go-bi-pay. "Maaf, to-heng," seru Hui Gong taysu, "marilah ita jangan mengu ur lain orang seperti u uran hati ita. Lebih-Lebih orang persilatan. Sebagai mana to-heng tentu mengetanui, banya lah terjadi peristiwa-peristiwa yang ganjil dalam urusan balas dendam. Misalnya, arena ayahnya sudah meninggal, puteranya yang dibunuh untu membayar hutang dendam 13 http://jowo.jw.lt ayahnya. Ada pula seluruh eluarganya yang dibasmi. Dan masih ada yang lebih ganas, ialah jenazah dari orang itu dihancur an . . " Tiba-Tiba angin berhembus dan terdengarlah suara orang berseru : "Taysu benar, memang jenazah Kim tayhiap terancam bahaya pemusnahan . .!" Kelima etua partai persilatan serempa berpaling. Goanpa, Kwi Eng dan Lio Sian-li malah sudah mencabut senjatanya. Tetapi pendatang itu menertawa an etegangan mere a : "Amboi, masa an alian henda membunuh si Pengemis-jari-enam ini ! Ha, ha, ha ... " Pendatang itu ternyata memang Lio -ci-sin- ay atau Pengemis-jari-enam Hoa Sin, etua partai Kay-pang yang dinanti an edatangannya tadi. Walaupun sudah enal tetapi eenam etua partai persilatan yang berada dalam ruangan situ tetap ter ejut dan agum arena mere a ta dapat mendengar gera an etua Kay-pang yang datang secara tibatiba itu. "Hoa pangcu, ami sungguh sangat menanti an edatangan pangcu. Mengapa sampai saat ini pangcu baru tiba ?" seru Hui Gong taysu. "Maaf, taysu, sesungguhnya sudah siang tadi a u tiba di a i gunung Lo-hu-san tetapi terpa sa a u harus tinggal disitu untu menanti edatangan orang," jawab etua Kay-pang. "Siapa ?" "Pada wa tu singgah di warung ara , udenngar pembicaraan beberapa orang persilatan yang henda menuju epunca Gio -li-nia sini, bahwa To -gan-hui-liong si Nagaterbang-mata-satu, dedong ot daerah gurun pasir Tibet a an datang. Demi ian pula dengan Hong-sat- oay-ceng si Lhama14 http://jowo.jw.lt aneh-pasir- uning, yang menjagoi daerah Mongolia itu a an memerlu an datang juga. Naga-terbang-mata-satu ehilangan sebelah matanya arenaa tertutu jari-sa ti dari Kim tayhiap. Dan Lhama-aneh-pasir- uning harus terbirit-birit pulang andang arena dirubuh an oleh Kim tayhiap dalam pertempuran maut dipunca gunung Ko-san. Tentulah edatangan mere a itu dengan ma sud ta bai ."

Hui-Gong taysu, Ang Bin tojin, Hong Hong totiang, Ceng Sian suthay, Sugong Yau dan Pang To-ti terperanjat. "Memang malam tadi warung ara Cui-sian-lo (warung ara Dewa Mabu ) di a i gunung Lo-hu-san penuh berdatangan beberapa to oh persilatan dari beberapa daerah. Diantaranya udapati seorang lela i bermata satu yang berpa aian seperti orang Tibet. Kuduga dia tentu si Naga-terbang-mata satu. Sedang Lhama aneh Pasir- uning belum tampa . Karena sudah hampir tengah malam ma a a u segera bergegas nai epunca Gio -li-nia sini. Itulah sebabnya ma a a u datang terlambat, maaf an." "Memang pinceng pun mendengar berita tentang a an datangnya Thian- sat-cu si Algojo-dunia, raja golongan Hitam daerah utara." ata Ang Bin tojin. "Bu-ing-sin- un, pu ulan tanpa bayangan, yang pernah menggempar an dunia persilatan juga a an datang," ata Hong Hong totiang. "Yang lebih hebat lagi," demi ian Ceng Sian suthay pun i ut bicara, "Hiang Hiang Nio-cu si Dewi Wangi itupun abarnya juga a an datang melayat." Demi ian beberapa etua partai persilatan itu menyampai an apa yang mere a dengar. 15 http://jowo.jw.lt

"Kita jaga disamping peti jenazah. Apabila ada tetamu yang henda mengganggu peti jenazah dapat ita atasi." ata Ang Bin tojin. Hong Hong totiang etua Go-bi-pay. Ceng Sian suthay etua Kun-lun-pay dan Sugong Yau etua Kong-tong-pay menyata an setuju.

"Bagaimana pendapat Hoa pangcu ?" tanya Hui Gong taysu epada etua Kay-pang.

Pengemis-sa ti-jari-enam Hoa Sin aga tertegun. la garu garu epala seperti henda memeras ota tetapi belum berhasil menemu an pemecahan: "Dengan tinda an menjaga peti jenazah itu, memang emung inan besar ita dapat menyelamat an jenazah Kim tayhiap. Tetapi setiap emung inan, besar atau ecil, belum merupa an epastian. Jadi masih ada emung inan a an gagal. Yang jelas. dengan tinda an ita itu. tentu a an terjcidi bentro an dengan musuhmusuh Kim tayhiap. Dan bila terjadi pertempuran suasana dalam upacara sembahyangan peti jenazah tentu a an acau. Ke acauan itu a an memung in an musuh-musuh Kim tayhiap untu menghancur an peti jenazah ..."

Hui Gong taysu segera bahwa dalam pelayatan peristiwa yang hebat. emung inan yang ta ita untu menyelamat

menutup pembicaraan itu : "Jelas nanti tentu a an terjadi suatu Kita harus bersiap-siap menghadapi diingin an. Lalu bagaimana tinda an an jenazah Kim tayhiap ?"

"Hm, "Hui Gong taysu mendesuh. Diam-Diam ia dapat menyetujui buah pi iran pengemis sa ti itu. Walaupun etujuh etua partai persilatan itu to oh'-to oh' yang memili i ilmu epandaian sa ti, namun musuh-musuh Kim Thian-cong tentu juga jago-jago sa ti dan berjumlah banya juga. Ia mendesa : "Lalu bagaimana menurut pendapat Hoa pangcu?" 16 http://jowo.jw.lt

Ketua-Kay-pang garu -garu epala : "Maaf, taysu, untu saat ini a u belum menemu an cara yang tepat. Mohon taysu memberi sedi it wa tu lagi." "Bai lah," ata Hui Gong taysu yang segera mengarah an pandang mata epada Pedang-naga-tidur Pang To-ti . wa il dari Hoa-san-pay yang selama dalam pembicaraan ta pernah memberi suara apa-apa. Hui Gong taysu meminta pendapat jago Hoa-san-pay itu. "Menurut pendapat Pang To-ti ." demi ian wa il Hoa-sanpay itu mulai - bicara, "ada suatu cara yang bagus untu menyelamat an jenazah Kim tayhiap. Tetapi arena cara itu luar dari biasanya dan ta lazim, ma a a u uatir taysu dan totiang se alian ta dapat menerimanya." Hui Gong taysu tertari a an ata- ata wa il Hoa-san-pay itu. Nadanya nyaring, ata- atanya jelas dan berwibawa. "Silah an Pang sicu mengutara an pendapat. Suatu pendapat memang belum tentu diterima tetapi mengemu a an pendapat lebih bai daripada tida . Dan pinceng percaya pendapat sicu itu tentu luas dan bagus." "Ah, harap taysu jangan memuji dulu," Pang To-ti merendah diri, "begini taysu. Menurut pendapat u orang she Pang ini, bai lah ita sembunyi an jenazah Kim tayhiap disuatu tempat yang aman. Sedang peti jenazah yang ditaruh di~bela ang meja sembahyangan para tetamu itu ita isi dengan benda lain. Apabila musuh-musuh Kim tayhiap turun tangan, yang hancur hanialah benda pengganti jenazah Kim tayhiap "Ngaco !" diluar esadaran arena ter ejut dan marah atas ucapan Pang To-ti , Ang Bin tojin membenta . "itu suatu penipuan, suatu penghinaan pada segenap aum persilatan 17 http://jowo.jw.lt yang datang untu memberi hormat tera hir epada Kim tayhiap !" "Benar, tinda an itu tida patut dan bersifat pengecut !" sambut Hong Hong tojin dari Gobi-pay, " utahu semasa hidupnya Kim tayhiap itu seorang satrya yang gagah perwira, ta mung in dia dapat menerima tinda an semacam itu ! Kalau ta ut. Pang sicu ta perlu i ut menjaga peti jenazah." Ceng Sian suthay dan Sugong Yau pun ta setuju. Hui Gong taysu sendiri diam-diam pun ta puas dengan pendapat itu. Pada saat ia henda bicara, tiba-tiba Pengemis-sa ti-jari-enam Hoa Sin berseru : "A u setuju dengan pendapat Pang To-ti iamhiap !"

Sudah tentu pernyataan etua Kay-pang itu mengejut an se alian orang. Serenta Ang Bin tojin bertanya": "Dengan dasar apa Hoa pangcu dapat menyetujuinya ?" "Dasarnya hanya satu ialah menyelamat an jenazah Kim tayhiap," sahut Pengemis-sa ti-jari enam, "menyembunyi an jenazah Kim tayhiap dan mengganti isi peti jenazah dengan benda lain, bu an suatu penghinaan, bu an pula tinda an pengecut, Tetapi hanya suatu cara. Cara bagaimanapun, po o nya jenazah Kim tayhiap dapat selamat !" Ang Bin tojin mendengus. Keti a ia henda membu a suara. Pengemis-sa ti sudah mendahului lagi : "Yang a an sembahyang didepan peti jenazah Kim tayhiap terdapat to ohto oh yang hebat. Bu-ing-sin- un dengan pu ulan yang ta bersuara, lhama Pasir-gurun- uning dengan pu ulannya yang dapat memba ar, Naga-terbang-mata-satu dengan pu ulannya Biat-gong-ciang (membelah ang- asa). Thiat-satcu si Algojo-dunia dengan pu ulan Bu- e -jit-hun yang dapat menembus langit tujuh lapis dan Hiang Hiang niocu dengan pu ulan Bunga Wangi yang dapat melenyap an jiwa dan 18 http://jowo.jw.lt

"Ha, ha," Ang Bin tojin tcrtawa, "yang Putih tetap dapat mengatasi yang Hitam. Kejahatan tentu tertumpas oleh Kesucian. Harap pangcu jangan meremeh an e uatan fiha sendiri dan gentar terhadap e uatan lawan. Apabila ita bertujuh etua partai persilatan besar ini bersatu, masa an durjana-durjana itu mampu mcnandingi ?" "Ha, ha," Pengemis-sa ti-jari-enam pun balas menyambut tawa, "apabila aum durjana itupun bersatu padu, tentulah mere a dapat menandingi ita." Berobahlah wajah etua Bu-tong-pay itu, serunya ta senang : "Orang dari fiha mana ah Hoa pangcu ini ?" Anggauta Tujuh Partai Persilatan !"

"Karena a u memi ir an epentingan Tujuh Partai Persilatan. Oleh arena itu a u harus menilai dengan teliti e uatan fiha lawan. Dalam ilmu perang di ata an 'tahu e uatan lawan dan enal a an e uatan sendiri, a an memenang an peperangan'. Apabila ita menghadapi mere a satu demi satu, tentu ita menang. Tetapi dalam saat dan tempat seperti beso pagi, apabila ita mengguna an e erasan, dalam eadaan terdesa mere a tentu a an bersatu untu menghancur an ita. Kalau mere a bersatu, itu bu an ehenda mere a tetapi arena esalahan ita yang membuat mere a bersatu." Se alian orang tertegun mendengar uraian etua Kay-pang itu. Diam-Diam mere apnn menga ui luasnya pemi iran to oh

"Mengapa nada pangcu seolah-olah berfiha mere a ?"

epada

entah siapa lagi yang a an datang. Dapat ah menghadapinya ?"

ita

pengemis itu. 19 http://jowo.jw.lt

Ia berhenti sejena 'alu melanjut an ber ata: "Seorang satrya atau seorang panglima yang pandai, tida lah selalu mengandal an egagahan dan eberanian. Tetapi dapat melihat gelagat, pandai menyesuai an diri. Demi ian dalam persoalan jenazah Kim tayhiap ini. Mengapa ita harus unju egagahan dan eberanian apabila hal itu mung in membahaya an jenazah Kim tayhiap yang ita hormati ? Yang penting, ita harus menyelamat an jenazah Kim tayhiap. Caranya, tida selalu harus mengguna an egagahan dan eberanian. Kegagahan dan eberanian masih dapat ita salur an, bila ela ita memutus an untu menumpas awanan durjana itu. Namun alau totiang se alian ta setuju pada usul u itu. A upun ta dapat mema sa. Hanya perlu utegas an, bahwa Hoa-san-pay ta i ut bertanggung jawabapabila terjadi sesuatu pada jenazah Kim tayhiap

Pernyataan wa il Hoa-san-pay itu didu ung pengemis sa ti. Mau ta mau elima etua partai persilatan harus mempertimbang annya. A hirnya, walaupun dalam hati beberapa orang ta puas namun mere a menyetujui cara itu. Demi ian segera diatur rencana penyembunyian jenazah itu. Jenazah Kim Thian-cong setelal diberi obat pembalsem oleh Ceng Sian suthay, di taruh disebuah peti lalu ditaruh disebuah amar rahasia digedung ediaman eluarga Kim yang terleta dibela ang Wisma Perdamaian. 20 http://jowo.jw.lt Kemudian dibuat orang-orangan dari ayu yang diberi pa aian Kim Thian-cong, dimasu an dalam peti besar dan ditaruh diruang Wisma Perdamaian. Didepan peti segera disiap an meja sembahyangan. Karena putera Kim Thian-cong ta ada ma a yang berdiri di edua samping peti jenazah ialah Lio Sian-li dan Tio Goan Pa. Kwi Ing di tugas an untu menjaga peti yang berisi jenazah Kim Thian-cong dalam amar rahasia. Tujuh etua partai persilatan berjajar berdiri disamping meja. Pang To-ti menemani Kwi Eng bertugas menjaga jenazah Kim Thiancong di amar rahasia. Hari pertama telah banya para tetamu da dunia persilatan yang datang. Ma in hari ma bertambah banya sehingga punca Gio -li-i seolah-olah bertumbuh manusia. Dari pagi sampai malam ta henti-hentinya pendatang baru yang bersembahyang memberi penghormatan tera hir epada pemimpin dunia persilatan itu. Dan selama itu dapatlah Hui Gong taysu dan eenam etua partai persilatan bernapas

"Taysu, totiang dan pangcu se alian," tiba-tiba Pang To-ti bu a suara, "ijin anlah a u orang she Pang" ini menyata an pendapat. A u sendiri sudah seja duapuluh tahun lamanya, mengasing- an diri. A u sudah ta mempunyai suatu einginan untu menjadi pende ar besar atau jago dunia persilatan. Adalah arena permintaan dari sute u ma a a u terpa sa datang mewa ili partai Hoa-san-pay."

Pada hari etujuh, malamnya tetamu-tetamu seperti meluap. Karena malam itu adalah malam tera hir, beso pagi jenazah a an di ubur. Tujuh hari tujuh malam menjaga disamping peti jenazah, benar-benar melelah an se ali sehingga Lio Sian-li dan Tio Goan-pa tampa epayahan. Ditengah esibu an yang luar biasa itu, tiba-tiba tampillah seorang lela i bertubuh urus, jidat lebar, ening membenjul. Sepasang matanya yang bundar tampa menonjol eluar seperti mata i an. Begitu tiba didepan peti jenazah, Orang itu terus berlutut dan menangis eras. Ma in lama nadanya ma in meleng ing tinggi, meratap-ratap, merintih-rintih dan mengisa -isa seperti seorang yang ematian eluarganya. 21 http://jowo.jw.lt Bermula se alian tetamu ter ejut dan menduga-duga siapa ah gerangan tetamu yang menangis begitu sedih. Tetapi ma in lama, pi iran tetamu-tetamu itu seperti terhanyut dalam lautan esedihan, jantung i ut berdebar eras dan darah dalam tubuh terasa ma in lambat jalannya. Pada saat orang urus itu merintih-rintih ma a hati tetamu seperti diiris-iris pisau. Bahwa disana sini terdengar bunyi menggedebu dari tubuh yang terjung al rubuh dari tempat dudu nya .... Ternyata tangis itu bu an sembarang tangis tetapi suatu ilmu Tangis-setan yang dilambari dengan tenaga-dalam yang lihay. Semula orang a an i ut bersedih lalu lemah perasaan hatinya. Darah dalam tubuh orang a an macet ditempat jantung sehingga jantung mendebur eras. Pada a hirnya, urat jantung a an pecah dan matilah orangnya. Itulah sebabnya. beberapa tctamu yang ta tinggi ilmu epandaiannya, segera rubuh. "Ha, ha, ha, ha, ha ... ha, ha, ha ... " tiba-tiba terdengarlah suara orang tertawa riuh rendah. Nadanya amat uat, umandangnya menenggelam an suara tangis esedihan tadi.

"Go -mo-ong, Go -mo-ong .... sudahlah, jangan eliwat bersedih . . . orang mati ta an hidup embali . . . doa an saja agar aiwah Kim tayhiap mendapat tempat yang bai dialam ba a, ha, ha, ha. ha, ha . . . " terdengar orang yang tertawa itu berseru epada tetamu yang menangis itu. Suara tertawa itu bagai an air dingin yang mengguyur epala para tetamu. Semangat mere a yang sudah hanyut terlelap esedihan tangis, saat itu seperti pulih sadar embali. Serempa beratus-ratus pasang mata menyasar earah orang yang tertawa tadi. Ah, iranya yang tertawa itu bu an lain adalah Pengemis-sa ti-jari-enam Hoa Sin, etua partai Kaypang yang berdiri diujung meja sembahyangan. 22 http://jowo.jw.lt

Pengemis sa ti itu memang luas pengalaman-nya. Secepat mengetahui suasana yang barbahaya a ibat tangisan tetamu baru itu, ia segera dapat menduga tentang seorang to oh persilatan yang bergelar Go -mo-ong atau Raja Tangis. Rajatangis. Hi Bong- un dari lembah Sungai Kuning, merupa an momo yang paling dita uti di daerah perairan sungai itu.

longgar

arena ta terjadi suatu apa.

Seluruh nelayan dan awanan baja , tundu dibawah e uasaannya. Dia memili i ilmu Toan-jong-go -hwat atau Tangis-pemutus-jantung yang dahsyat. Setiap ia menangis,, ma a hilanglah daya perlawanan musuh. Beribu-ribu tetamu yang berada dipunca Gio -li-nia malam itu adalah aum persilatan. Yang epandaiannya lemah. le as terjung al putus jantungnya. Yang tinggi epandaiannya. walaupun dapat bertahan tapi ehilangan semangat esadarannya. Hanya to oh-to oh sa ti seting at para etua partai persilatan itu yang masih dapat bertahan.

Pengemis sa ti Hoa Sin segera bertinda , ia melancar an tertawa yang dihembus an dengan tenaga-dalam bebat. Dan berhasillah ia menenggelam an ilmu Toan-jong-go -seng dari si Raja tangis Hi Bong- un. Hi Bong- un ter ejut. Ia pura-pura menurut dai henti an tangisnya. Sejena ia meliri earah pengemis sa ti dengan mata penuh dendam. Tetapi pada lain ejab iapun cepat menenang an wajah. "Ah, betapa ta sedih hati u si orang she Hi ini. Limabelas tahun yang lalu, eti a berjumpa ditepi Sungai Kuning. Kim tayhiap telah memberi 'tanda mata' yang berharga epada u. Lima belas tahun lamanya a u menyi sa diri agar dapat membalas 'budi' Kim tayhiap. Tetapi ah, sial, ter utu ! Baru a u henda membalas 'budi' ternyata Kim tayhiap sudah meninggal dunia !" 23 http://jowo.jw.lt Ucapan Raja-tangis itu sepintas pendengaran memang mengharu an. Tetapi bagi to oh-to oh persilatan ternama, terutama etujuh etua partai persilatan, hal itu sudah gamblang. Yang di ata an 'budi' oleh Rajatangis itu, adalah hajaran dari Kim Thian-cong. Dan jelas Raja-tangis itu henda membalas dendam'. "Orang yang sudah mati, ta mengharap suatu apa. Sudahlah Go -mo-ong ta perlu eng au membalas 'budi' itu," seru Pengemissa ti Hoa Sin. Tetapi dari lembah Sungai Kuning yang jauh a u memerlu an datang emari. Selain henda mengunju hormat, pun ingin pula a u dapat melihat wajah Kim tayhiap yang tera hir agar puaslah seumur hidup u," ata Raja-tangis Hi Bong- un dengan nada beriba-iba. "Ai, peti sudah dipa u, jenazah Kim tayhiap sudah beristirahat dengan tenang didalamnya, perlu apa ah saudara henda mengusi nya lagi ?" jawab pengemis sa ti.

"Ai . . . ," Raja-tangis mengeluh ecewa, " alau ta boleh melihat wajahnya, boleh ah a u berlutut dibawah peti jenazah Kim tayhiap barang sejena saja agar a u dapat mcmbisi an ata epada almarhum ?"

Pengemis-sa ti Hoa Sin tcrtawa : "Kesungguhan hati saudara Go -mo-ong untu membalas 'budi' epada Kim 24 http://jowo.jw.lt tayhiap, sangat ami harga an. Kim tayhiap walaupun sudah tiada tetapi arwah-nya pasti tahu isi hati saudara. Saudara sudah menangis begitu sedih, Kim tayhiap tentu sudah puas menerimanya. Kiranya ta perlu saudara a an mengunju hormat secara berlebih-lebihan lagi."

"Omitohud !" tiba-tiba Hui Gong taysu yang berdiri disamping peti berseru, "seluruh tetamu yang hadir disini adalah aum persilatan. Mere a sudah tahu a an esungguhan hati sicu terhadap Kim tayhiap. Pin-ceng mohon sicu su a beristirahat dudu ."

"Ah, ejam, sungguh ejam. Masa an hanya sebentar saja ta boleh," Raja-tangis melang ah esamping hendah menghampiri peti jenazah. Justeru yang menjaga diujung meja ialah Pengemis-sa ti Hoa Sin. Pengemis-sa ti itu ter ejut eti a gera an tangan si Raja-tangis menghambur an tenagadalam yang amat uat earah dirinya. Ah, sudahlah. harap saudara Go -mo-ong dudu bersama para tetamu lainnya," cepat Pengemis-sa ti Hoa Sin dorong an edua tangannya. Si apnya seperti henda mempersilah an orang mundur. Tetapi sebenarnya ia tengah lancar an balasan tenaga-dalam epada Raja-tangis. Keti a edua tenaga-dalam saling berbentur, lengan Pengemis-sa ti tergetar tetapi Raja-tangis tersurut mundur selang ah .... Mata beberapa to oh yang berilmu tinggi segera dapat mengetahui apa yang telah terjadi di antara edua orang itu. 25 http://jowo.jw.lt Mere apun cepat dapat menilai siapa yang lebih unggul tenaga-dalam-nya. "Bai lah, Karena eng au ber eras melarang, tiada guna a u hadir disini. Lain hari ita pasti jumpa lagi . . . ," Raja-tangis berputar tubuh te-rus melesat pergi. Ketujuh etua partai persilatan menghela napas longgar. Gangguan pertama telah dapat di-atasi dengan bai . Mere apun ta sempat memi ir an peristiwa si Raja-tangis lebih lama lagi arena harus melayani beberapa pendatang yang bersembahyang. Lebih urang setengah jam emudian, muncullah seorang

"Ai, eng au sungguh ejam. Masa an seorang tetamu dari jauh yang henda berlutut dibawah peti jenazah, eng au tola ?" ata Raja-tangis seraya berbang it.

tetamu yang aneh. Seorang lela i setengah tua yang bertubuh e ar tetapi matanya hanya tinggal satu. Begitu menerima dupa lalu bersoja memberi hormat Kearah peti jenazah.

"Kim Thian-cong, ta nyana alau eng au ta dapat mcnunggu edatangan u. Atas ebai anmu masih menyisa an sebelah mata u yang anan ta an ulupa an seumur hidup. Ma a dengan ini a upun henda mengunju hormat u sela u membalas budi . . . ", mulut orang itu mengucap doa. TibaTiba ia menutup ata atanya dengan menabur an dupa earah peti jenazah. Darrr ...

Terdengar letupan eras dan sei at dupa yang melayang earah peti jenazah itu berhamburan e se eliling penjuru, jatuh elantai dan padam. Apa ah yang terjadi ? Kiranya tetamu mata satu itu ialah si Naga terbang-matasatu dari daerah Tibet. Keti a bertempur dengan Kim Thiancong, ia telah ehilangan sebelah matanya. Dengan susah payah ia meya ini ilmu pu ulan Biat-gong-sat-ciang atau pu ulan maut membelah ang asa. Tujuannya hanya satu, 26 http://jowo.jw.lt henda membalas sa it hati epada Kim Thian-cong. Ma a dari wilayah Tibet yang ribuan li jara nya, ia memerlu an datang menghadiri pema aman musuhnya itu. Walaupun sudah menjadi mayat, tetapi ia belum merasa puas alau belum dapat menghancur an mayat musuhnya itu. Ayunan dupa tadi ternyata dilepas dengan pu ulan Biatgong-sat-ciang. Pu ulan itu dapat menghancur an sasarannya pada jara beberapa meter. Ia memperhitung an tentu ta mung in dapat menghimpiri ede at peti ma a dari tempat yang terpisah dua buah meja sembahyangan. ia lepas an pu ulan maut.

Goan-pa dan Sian-li yang berdiri disamping peti ter ejut se ali. Serempa eduanya menampar. Sesungguhnya tenagadalam dari edua murid Kim Thian-cong ta cu up untu menahan pu ulan si Naga-terbang-mata-satu dari Tibet itu. Tetapi Sugong In etua Kong-tong-pay arena marah, pun menghantam. Betapapun sa ti pu ulan Biat-gong-ciang yang diya in an si Naga-terbang-mata-satu sampai belasan tahun itu, namun arena diterjang oleh tenaga pu ulan dua murid Kim Thiancong dan etua Kong-tong-pay, arus tenaga-pu ulan Biatgong ciang itupun beranta an dan si Naga-terbang-mata-satu tersurut mundur dua lang ah. "Pengecut !" teria si Naga-terbang-mata-satu dengan wajah merah padam. "Ho, siapa yang pengecut ? Eng au yang menghantam seorang yang sudah mati atau ami yang membelanya ?" sahut Sugong In. "Dia yang pengecut !" se onyong- onyong terdengar suara

edepan meja. Sele as tega berdiri, iapun menuding Sugong In, "tetapi eng- aupun lebih pengecut !"

Munculnya orang itu menggempar an se alian tetamu. Dia mengena an pa aian dan mantel hitam sehingga pada wa tu melayang tadi, mirip seperti elelawar hitam. Demi ian pula dengan ucapannya yang lantang, mema i si Naga-terbangmata-satu dan mendamprat Sugong In pula. Benar-Benar membuat se alian tetamu ter ejut berbang it. Si Naga-terbang-mata-satu memandang pendatang yang berpa aian seperti seorang pertapa. Pada dada jubahnya tersulam sebuah lu isan pat- wa warna merah emas, begitupun opiahnya juga berbentu sebuah pat- wat. Mataaya yang bundar besar ditaungi sepasang alis yang tebal. Tida ber umis tetapi memelihara jenggot ambing, pende berbentu segi tiga. Naga-terbang-mata-satu mendong ol. Ia henda menegur tetapi pada lain ilas ia teringat ata- ata itu. Walaupun dirinya dima i tetapi jelas orang itu lebih tajam mema i Sugong In. Ma a timbullah harapannya alau orang itu a an memiha padanya. Enam etua partai persilatan, menjaga peti jenazah Kim Thian-cong. Ta mung in ia dapat membobol an penjagaan mere a.' Apabila pen datang itu berfiha padanya, ah. alang ah bagusnya. Ma a ia mene an emarahan dan menunggu per embangan selanjutnya. Dilain fiha , Sugong In yang ta ena\ dengan pendatang itu, henda menegurnya. Tetapi sebelum ia membu a mulut, Ang Bin tojin sudah mendahului : "Ah, iranya Thiat-sat-cu to hengpun datang. Mengapa to-heng ta memberi tahu agar ami -dapat menyambut edatangan to-heng ?" Pendatang itu ternyata Thiat-sat-cu atau Al-gojo-dunia, seorang durjana besar yang pernah menggeger an dunia 28 http://jowo.jw.lt persilatan arena usahanya henda menguasai dunia persilatan. Dia bermu im dipunca Penyanggah-langit, salah sebuah punca dari pegunungan Thay-san. Setelah dapat menghimpun sejumlah ana buah, ia mengirim undangan epada partai-partai persilatan dan to oh-to oh sa ti disegenap penjuru untu datang epunca Penyanggah-langit. Disitu ia guna an perang ap yang lici un-" tu menjeba mere a lalu diancam harus tundu epadanya dan menga uinya sebagai pemimpin Dunia Persilatan. Beberapa, jago silat yang menentang, ditantang ber elahi dan dibunuh. Saat itu muncullah Kim Thian-cong. Dengan ilmu It-ci-sinang atau Jaritunggal-sa ti, Kim > Thian-cong berhasil menundu an durjana itu dan membuyar an impiannya menjadi raja dunia persilatan. Thiat-sat-cu lari menyembunyi an diri berpuluh tahun. Serta mendengar berita ematian Kim Thian-cong ia bergegas datang e Gio -Li-nia henda membalas dendam.

orang berseru dan sesoso 27 http://jowo.jw.lt

tubuh urus yang melayang

Ang Bin tojin etua Bu-tong-pay sengaja mengguna an ata 'bengcu' atau pemimpin dunia persilatan epada Thiatsat-cu. Sudah tentu merahlah mu a Algojo-dunia itu arena merasa disindir.

"Imam Mu a-merah, mengapa eng au mengapa eng an menyebut a u 'bengcu' ? Dan mengapa pula a u harus memberitahu epadamu lebih dulu ? Bu an ah edatangan u ini henda melayat penguburan Kim Thian-cong ?" seru Thiat sat-cu dengan tajam. Ang Bin tojin atau imam Mu a Merah tertawa : "Ah, bu an ah dalam rapat besar dipunca Penyanggah-langit dahulu eng au mengang at diri sebagai bengcu ? Mengapa bengcu ss arang marah epada pin-to ? Bu an ah selaya nya 29 http://jowo.jw.lt alau edatangan seorang bengcu itu harus mendapat ehormatan besar ?"

"Imam Mu a-merah, jangan eng au main sindirj seperti wanita !" seru Thiat-sat-cu. " etahuilah, ta pernah sedeti pun hingga saat ini, a u melepas an cita-cita menjadi bengcu persilatan !"

"Tida !" jawab Thiat-sat-cu," a u menjanji an sepuluh tahun lagi a an menantangnya. Dan hari ini sebenarnya tibalah wa tunya a u a an mencarinya emari. Tetapi rupanya dia eta utan dan buru-buru mati ?" Ang Bin tojin tertawa : "Dan bengcu melayat, menyata an i ut berdu a cita seperti 'ti us yang menangisi ucing mati' ..." "Bu an, tetapi ucing yang henda mener am bang ai ti us !" cepat Thiat-sat-cu menanggapi. "Thiat-sat-cu !" tiba-tiba Sugong In etua Kong-tong-pay berseru. Rupanya ia ta sabar menunggu, "apa artinya ucapanmu mengata an a u lebih pengecut dari si Nagaterbang-mata-satu ?" "Karena a!ian mengeroyo nya !" "Tida !" sahut Sugong In geram, "a u memang henda memberantas perbuatannya yang liar itu. A u ta tahu alau edua murid Kim tayhiap juga menghantamnya." Thiat-sat-cu mendengus : "Hm, bagaimana alau a u yang menghancur an peti mati Kim Thian-cong ?" "Sugong In a an menghantamnya !" seru etua Konj-tongpay. 30 http://jowo.jw.lt Thiat-sat-cu tertawa menghina : "Ho, yang hadir dalam rapat digunung Thaysan dahulu, bu an eng au. Karena itu eng au tentu ta enal a an elihayan ilmu pu ulan Bu- e -

"Karena Kim tayhiap sudah menutup mata? tong-pay.

eje

etua Bu-

coan-jit-hun!" "Benar," sahut Sigong In, "yang hadir memang suhu u dan suhupun menceritera an tentang pu ulan Bu- e yang dapat menembus langit tujuh lapis itu epada u." "O. bagaimana perasaanmu eti a mendengar cerita suhumu ?" ata Thiat-sat-cu dengan bangga. "Biasa saja." jawab Sugong In walaupun hatinya ber ata lain, "ta beda dengan pu ulan Biat-gong-ciang dan lain-lain ilmu pu ulan tenaga-dalam." "Hm. ana ambing memang ta ta ut epada harimau. "Thian-sat-cu menyeringai," se arang bersiaplah, a u henda melepas pu ulan Bu e -coan-jit-hun epeti Kim Thian-cong!" "Sudah seja tadi Sugong In siap menyambut !" "Ho, Sugong In, sepuluh tahun yang lalu suhumu sudah menyembah epada u. Apalagi se arang. Eng au hanya muridnya, dan a u telan mencapai ting at ma in sempurna." seru Thian sat-cu. "beginilah. Kalau eng au dan awan- awanmu| itu mati-matian henda menjaga peti mati Kim Thian-cong, bai lah alian bertujuh berjajar dimu a peti. Bu- e -coan-jit-hun dapat menembus tujuh lapis langit ma a alianpun harus rang ap tujuh orang untu menyambut pu ulan itu. Sugong In merah padam mu anya aren marah. Ia henda membu a suara tetapi didahului Hui Gong taysu etua Siaulim-si : "Omitohud Mengapa Thian sicu ber eras henda menghancur an peti jenazah Kim tayhiap ? Peribahasa mengata an"berbuat salah itu memang sifat manusia tetapi 31 http://jowo.jw.lt dapat memberi maaf itu sifat yang agung'. Kim tayhiap sudah meninggal dan orang yang sudah mati leburlah segala esalahannya . , . "

"Paderi tua," tu as Thian-sat-cu ang uh, " edatangan u emari bu an perlu mendengai an hotbah dan peribahasa tetapi henda membalas dendam. Kalau alian enal gelagat, silah an minggir " "Ada ah tiada lain jalan untu melampias an dendam sicu?" tanya Hui Gong dengan tetap sabar.

"Ah," Hui Gong taysu menghela napas, "putera Kim tayhiap na al se ali sehingga lima tahun yang lampau telah disuruh pergi oleh Kim tayhiap ..." "Hm," Thian-sat-cu mendengus, menimang-nimang. "Thian sicu." ata Hui Gong pula, "ada ah sicu ta dapat menghapus an dendam sicu epada Kim tayhiap ?" "Hm, bisa, asal alian dapat menerima sebuah syarat u."

"Bawa

emari putera Kim Thian-cong !"

"Setelah Kim Thian-cong mati. ma a a ulah yang menjadi Pemimpin Dunia Persilatan. Semua partai persilatan dan to oh-to oh silat harus tundu pada perintah u!" "Omitohud ..." serenta Hui Gong taysu berseru seraya rang ap an edua tangannya. Pun gedung Wisma Perdamaian itu seolah-olah tergetar oleh gema suara beratus-ratus tetamu yang ter ejut. "Thian sicu," ata Hui Gong taysu setelah dapat menenang an hiru -pi u se alian tetamu "saat ini ita sedang menyelenggara an pema aman jenazah Kim tayhiap. 32 http://jowo.jw.lt Kiranya ta sesuai untul membicara an soal pengang atan seorang pemimpin baru. Bai lah hal itu ditangguh an sampai lain wa tu, dalam sebuah rupat besar aum persilatan." "Se arang boleh di ata hampir seluruh aum persilatan hadir disini. Hal itu mudah dila u an. Umum an saja bahwa mulai saat ini, Thian-sat-cu si Algojo-dunia yang menjadi pemimpin Dunia Peisilatan. Barangsiapa ta setuju boleh tampil berhadapan dengan a u." "Ah, soal pemilihan pemimpin Dunia Persilatan, bu anlah soal yang sepele. Harus dila u an dengan hati-hati dan bija sana . . " "Tida , soal itu mudah se ali, semudah orang membali an telapa tangannya," seru Algojo-dunia. "segera saja a an umulai dari eng au Ya, jawablah paderi etua Siau-lim-pay. eng au setuju atau tida alau a u menjadi pemimpii Dunia persilatan. Hui Gong taysu terbelia , la telah berusaha untu mengela an persoalan itu namun Algojo-dunia ternyata tetap mendesa nya. Setelah merenung beberapa jena , a hirnya etua Siau-lim-si itu menyahut : "Pin-ni tetap berpegang pada pendirian semula bahwa pemilihan itu harus dila u an dalam suatu rapat besar yang dihadiri seluruh aum persilatan . , . " "Saat ini hampir seluruh aum persilatan ber umpul disini dan saat ini juga rapat ubu a!" teria Thian-sat-cu si Algojodunia, "siapa yang menentang, boleh tampil emu a !" "Kami tida setuju !" terdengar seruan nyaring serempa dengan melayangnya dua soso tubuh emu a Thian-sat-cu," pertemuan saat ini untu i ut berdu a.cita atas meninggalnya Kim tayhiap dan untu memberi hormat yang tera hir. Bu an untu mengada an pemilihan etua Dunia Persilatan !" 33 http://jowo.jw.lt Se alian hadirin terbelia . Beratus-ratus mata mencurah earah edua jago yang tampil emu a. Mere a ena! tdua orang itu sebagai Thian-san-song- iam atau sepasang jago pedang dari Thian-san yang termasyhur.

"Harap sicu mengata an,"

ata Hui Gong taysu.

Hm, siapa alian ?" Thian-sat-cu picing an mata epada edua penentangnya yang masih tergolong muda,

"Thian-san-song- iam !" "O, dua unyu ecil dari Thian-san. Mengapa gurumu Luiung-sa ti-delapan-lengan ta muncul emari ?" seru Thiansat-cu. Song Ci-hin dan Song Ci-ping a a beradi yang bergelar Thian-san-song- iam itu memang murid dari Pat-pi-sin-wan atau Lutung-sa ti-dclapan lengan Ban King-liat dari gunung Thay-san. "Guru u sedang sa it, ta dapat hadir. Tentu menyempurna an jiwamu, ta perlu Pat-pi-sin-wa cu up Thian-san-song- iam yang turun tangan ! seru Song Ci-hin yang marah arena gurunya di pandang rendah. "Heh, heh, "Thian-sat-cu menge eh seram " alian bu an tandingan u. Panggillah gurumu e mari. biar ujadi an dia see or Lutung-sa ti-tanpa-lengan, ha, ha . , . "Jahanam, jangan bermulut besar !" Son Ci-hin terus loncat menyerang dengan pedangnya Melihat itu adi nya pun segera i ut menerjang.

ta mempan tusu an senjata tajam Itulah yang tengah diguna an Thian-sat-cu untu menerima tusu an edua saudara Song itu. Thian-san-song iam ter ejut dan menyadari hal itu. Cepat mere a henda menari pulang pedangnya tetapi terlambat. ""Jangan urang ajar, monyet ecil !" seru Thian-sat-cu seraya tampar an lengan jubahnya e arah edua pemuda itu. Serenta tubuh edua a-na muda. itu terlempar beberapa lang ah, muntah darah dan rubuh elantai. Beberapa tetamu segera menolongnya. Seluruh to oh persilatan yang hadir dipeseban Wisma Perdamaian tertegun menya si an esa tian Thian-sat-cu. Thian-san-song- iam cu up di enal oleh aum persilatan. Ilmu pedang dari jago Thian-san itu mendapat tempat yang terhormat di alangan persilatan. Setiti pun ta pernah diduga, bahwa hanya dengan sebuah gera an lengan jubah saja, Thian-sat-cu telah merubuh an edua to oh Thian-san-songiam. "Hayo, siapa iagi yang ingin coba-coba atau yang sudah jemu hidup ' seru Thian-sat-cu penuh econg a an. Terdengar desuh menggeram di alangan para tetamu.

Cret, cret .... edua ujung pedang Thian tepat menusu tubuh Thian-sat cu. Tetapi edua a a beradi itu eti a merasa an menusu ulit erbau yang tebal se ali. Baju besi, suatu ilmu ebal yang membuat 34 http://jowo.jw.lt

san-song- iam itu alang ah ter ejut pedangnya seperti Thiat-poh-san ata tubu se eras baja

Namun tiada seorangpun yang berani tam pil. Mere a menyadari esa tian Thian-sat-cu, momo yang pada lima belas tahun yang lalu pernah menundu an dunia persilatan, ecuali Kim Thian-cong. "Omitohud," seru Hui Gong taysu etua Siau-lim-si, "sicu terlalu ta menghormat epada Kim tayhiap. Mengapa pada malam yang hidmat, dimana seluruh aum persilatan henda memanjat an doa epada arwah Kim tayhiap, Thian sicu perguna an sebagai rapat pemilihan etua Dunia Persilatan. 35 http://jowo.jw.lt

Bah an Thian sicupun telah melu ai sepasang pende ar dari Thian-san ?" "Paderi Siau-lim-si, eng au ta berha mela rang a u. Yang berha melarang hanialah Kim Thian-cong atau puteranya ..." "Thian-sat-cu, jangan berting ah seperti raja! teria Ang Bin tojin etua Bu-tong-pay, "eng au berani bicara se arang itu arena Kim tayhiap sudah meninggal. Wa tu Kim tayhiap masih hidup emana saja ah eng au menyembunyi an dirimu?

"Imam Mu a-merah, bu an seperti tetapi memang a u ini raja, raja Dunia Persilatan yang henda menobat an diri pada malam ini !" sahut Thian-sat-cu, emudian berpaling earah Naga-te bang-mata-satu yang masih berdiri tertegun di ujung tempat sembahyangan, "hai, mulai saat ini eng au Nagaterbang-mata-satu, uang at menjadi pengawal u dengan pang at su-cia !" Naga-terbang-mata-satu terbelia . Wajahnya merah arena malu namun secepat itu ota nya yang cerdas dapat membayang an suatu rencana Ia henda mengadu Thian-satcu dengan etujuh etua partai persilatan. Apabila edua fiha sama remu , barulah ia turun tangan untu memberes an mere a. Untu sementara bai lah ia menunggu angin saja. "Bai ." sahutnya epada Thian-sat-cu. Hui Gong taysu dan eenam etua partai persilatan ter ejut. Apa yang mere a uatir an, rupanya a an menjadi enyataan. Apabila awanawan durjana itu bersatu padu, tentu merupa an malapeta a yang mengeri an. "Thian-sat-cu," Ang Bin tojin mendahului berseru, "silah an eng au mundur dan dudu dengan tetamu-tetamu. Jangan mengganggu upacara sembah yangan ini. Masih banya 36 http://jowo.jw.lt tetamu yang ingin menyampai an hormat tera hir epada Kim tayhiap!" "Omitohud!" seru Hui Gong taysn, "demi menghormat arwah Kim tayhiap, pin-ni minta agar Thian sicu su a menunda ma sud sicu itu pada lain wa tu." "Huh, paderi gundul, imam mu a merah, siapa sudi menghormat epada Kim Thian-cong e cuali orang-orang semacam alian ?" eje Thian-sat-cu " edatangan u emari

"Thian sat-cu, apa ah benar-benar eng au henda menganggap ami bertujuh etua partai persilatan ini seperti tanah liat saja ?" teria pengemis sa ti Hoa Sin yang eri telinganya mendengar ata- ata yang terlalu sombong. "Bu an tanah lempung tetapi cacing!" eje Thian-sat-cu. "Omitohud" seru Hui Gong pula, "Thian sicu. apa ah sicu tetap henda mela sana an rencana sicu ?" "Eng au ta berha bertanya, a ulah yang a an bertanya epadamu. Eng au setuju tida a u menjadi pemimpin Dunia Persilatan ?, jawablah yang tegas !" tu as Thian-sat-cu.

Hui Gong taysu etua Siau-lim-si itu seorang paderi yang berilmu tinggi. Seorang paderi sahid yang sabar dan berbudi luhur. Namun sesabar-sa-bar budinya, ta urung ia tersinggung juga a an si ap Thian-sat-cu yang ma in menggila itu. Apabila ia menyata an setuju, a an jatuhlah nama Siau-lim-si dalam mata aum persilatan. Ma a setelah mengambil eputusan iapun menjawab tenang : "Omitohud, alau sicu henda mema sa pada malam ini juga, pin-ni ta setuju!" 37 http://jowo.jw.lt "Hm, begitulah jawaban yang jantan." seru Thian-sat-cu lalu memandang Ang Bin tojin." dan eng au imam Mu a Merah ?" "Menentang !" sahut etua Bu-tong-pay dengan geram. Mu anya yang merah ma in seperti epiting direbus.

"Eng au !" Thian-sat-cu menunju Hong Hong totiang etua Go-bi-pay.

"Eng au !"

Thian-sat-cu bertanya epada Sugong In tetapi etua Kongtong-pay itupun menola . Lalu pengemis sa ti Hoa Sin, juga menentang. "Dan alian hai dua urcaci murid Kim Thian-cong !" seni Thian-sat-cu.

"Bagus," seru Thian-sat-cu, "se arang alian boleh berdiri berjajar rang ap delapan orang untu menerima pu ulan u Bu- e -coan-hun-jit." Ang Bin tojin meleng ing: "Kami bu an bu an buda mu. Eng au menyuruh begitu, harus a-da imbalannya. Apa ah imbalanmu ?"

"Tida setuju !" teria

edua ana muda itu serempa .

"Tida setuju." sahut Ceng Sian suthay

e tua Kun-lun-pay.

"Tida

setuju !" Hong Hong totiang geleng an

epala.

bu an untu menghormat tetapi untu mayatnya . . "

menghancur an

"Eng au boleh aju an !" sahut Thian-sat-cu.

"A u a an pergi dari tempat ini !" "Bagus" 38 http://jowo.jw.lt

"Silah an eng au mengata an !" "Kalian harus tundu dan menga ui a u sebagai etua Dunia Persilatan ! "Boleh," seru pengemis sa ti Hoa Sin serenta . Hui Gong, Ang Bin Hong Hong, Ceng Sian dan Sugong In ter esiap. Tetapi memang mere a merasa tiada lain jalan ecuali harus bertinda seperti etua Kay-pang itu.

"Le as, alian bersiap-siap !" seru Thian-sat-cu pula. "Tunggu." tiba-tiba Hui Gong taysu berseru " ami hanya tujuh orang saja. Li-sicu murid Kim tayhiap itu supaya dibebas an." Dan tanpa menunggu penyahutan Thian-sat cu, Hui Gong taysu segera minta Lio Sian menying ir. Bermula dara itu enggan tetapi setelah menerima isyarat mata dari etua Siaulim-si itu ia menurut juga. Demi ian eenam etua partai persilatan di tambah Tio Goan-pa. segera berjajar bagai see or ular. Kepalanya ialah Ang Bin tojin e ornya Til Goan-pa. 'Totiang, biarlah a u yang menjadi epala didepan," ata pengemis sa ti Hong Sin seraya me lang ah emu a. Ang Bin tojin menola : "Jangan, harap pangcu tetap berada ditengah, biarlah pinto yang menahan si jumawa itu !" "Tida , totiang, percaialah." ata pengeml sa ti Hoa Sin dengan nada bersungguh, "a u memlpunyai persiapan untu menyambut pu ulan Bui e -coan-jit-hun." 39 http://jowo.jw.lt Ang Bin tojin aga meragu. Ia menyadai bahwa ilmu pu ulan Bu- e -coan-jit-hun dari Thian-sat-cu itu memang menjagoi dunia persilatan. Pu ulan itu mampu menembus dinding batu lapis tujuh. Lima belas tahun yang lalu, dengan mengandal an ilmu pu ulan itu Thian-sat-cu berhasil menundu an partai-partai persilatan. Andai ata tiada Kim Thian-cong, tentulah Thian-sat-cu sudah menjadi yang dipertuan dalam Dunia Persilatan. Ia heran mengapa Pengemis-sa ti Hoa Sin begitu ber-sungguh minta menjadi

"Ho, tetapi bagaimana alau alian ta pu ulan u ?" seru Thian-sat-cu.

"Bagaimana imbalanmu alau menerima pu ulanmu ?"

ami dapat bertahan

uat menerima

epala barisan. Ia enal etua partai Pengemis itu sebagai seorang yang jujur, -berani dan cerdi . Pun juga sa ti. Ilmu pu ulannya- yang diberi nama lucu Ba - au-ciang atau pu ulan Menggebu -anjing, sangat disegani orang persilatan. Ta mung in etua Kay-pang a an ber-sungguh sedemi ian rupa apabila ta punya pegangan. "Bai lah, tetapi harap aucu su a berhati-hati menghadapi orang itu," a hirnya Ang Bin tojin su a mengalah. Mere a lalu bertu ar tempat. "Ho, eng au epingin mati paling dulu, pengemis ?" seru Thian-sat-cu sambil bersiap. "Benar," sahut Hoa Sin tertawa mengeje , "pengemis ta punya apa-apa. Mati se arang atau be so sama saja. Hanya alau a u mati. ada dua mahlu yang bergembira ria."

"Siapa ?" seru Thian-sat-cu. "Yang satu eng au." "Dan yang lain ?" Thian -saitcu menegas. "Anjing ' Wajah Thian-sat-cu berobah gelap se eti a, jelas dirinya dipersama an dengan anjing Henda mendamprat, sudah 40 http://jowo.jw.lt didahului pengemis sa ti lagi: "Kawanan anjing paling ta ut pada aum pengernig arena ana buah Kay-pang mempunyai ilmu Ba - au-pang atau tong at penggebu anjing!" Mata Thian-sat-cu meram mele . Henda marah, ta ada alasan. "Itu masih belum," seru pengemis sa ti Hoat Sin yang seolah-olah menganggap saat itu seperti itu ta terjadi suatu apa, "orang Kay-pang masih mempunyai beberapa jurus ilmu pu ulan yang aneh-aneh tetap' ta disu ai oleh awanan anjing. Antara lain ada sebuah jurus pu ulan yang disebutl jinyau- au." Jin-yau- au artinya orang menggigit anjing. Thian-sat-cu mendeli . "Eh, eng au ta percaya ?" embali Hoa Sini mengoceh, "anggauta Kay-pang pantang bohong Memang benar, sungguh. Umumnya memang au yau-jin, anjing yang menggigit orang. Tetapi ilmu pu ulan ami itu memang istimewa, Jin-yau- au orang yang menggigit anjing. Oleh arena istimewanya ma a istimewa juga gera pu ulan itu. Kawanan anjing ta ut se ali ..." "Tutup mulutmu, pengemis jembel !" arena telinganya bising mendengar ocehan Hoa Sin. Thian-sat-cu segera membenta nya, "le as eng au bersiap untu menerima pu ulan u. Dan eng au pengemis gila, a an menjadi orang

pertama yang pecah dadamu !" "Bagus, bagus !" teria Hoa Sin seperti orang mendengar berita girang, "sudah lama dada u sesa , cepat mau muntah alau melihat manusia yang bermulut besar. Ma a pi ir-pi ir, a u henda mencuci isi dada u ..." 41 http://jowo.jw.lt Dieje , dihina dan dima i dihadapan se ian banya to ohto oh persilatan Thian-sat-cu ta dapat mengendali an emarahannya lagi. Cepat ia ayun an tangan menampar mu a Hoa Sin. Tetapi pengemis sa ti itupuu ta tinggal diam. Setelah ber isar esamping, secepat ilat ia maju merapat dan menjotos lambung orang. Thian-sat-cu ta mengira sama se ali bahwa etua Kaypang itu memili i gera an yang sedemi ian cepatnya. Namun ia mempunyai ilmu ebal Thiat-poh-san untu melindungi lambung. Sambil mengisar a i, ia menghadapi sipengemis sa ti lalu timpah an tinjunya edada lawan, du . . Terdengar teria an tertahan dari se alian tetamu eti a melihat Pengemis-sa ti Hoa Sin terlempar beberapa lang ah ebcla ang. Apabila ta cepat disambut oleh Ang Bin tojin etua Bu-tong Pay pengemis tua itu tentu masih harus melayang ebela ang entah sampai berapa lang ah lagi Tetapi disamping rasa ejut- ejut ngeri melihat leadaan pengemis sa ti Hoa Sin, pun se alian tetamu merasa ter ejut heran melihat eadaan Thian sat-cu. To oh yang menama an dirinya Thian-sat-cu atau Algojo Dunia, saat itu tampa berdiri pejam an mata, seperti orang yang tengah menyalur an tenaga-dalam. Wajahnyapun tampa pucat. Apa ah yang telah terjadi ? Kiranya pada saat Thian-sat-cu memu ul dada Hoa Sin, pengemis sa ti itu membiar an saja ta menang is maupun menghindar. Hanya, tangannya yang menghantam e Limbung lawan tadi tiba-tiba ditebar an. Dua buah jarinya secepat ilat menusu pusar Thian-sat-cu. Tusu an jari itu 42 http://jowo.jw.lt tepat mengenai sasarannya tetapi iapun terhantam dadanva sehingga terlempar beberapa belas lang ah. Thian-sat-cu memili i ilmu ebal Thiat-poh-san. Hal itu di etahui jelas oleh Pengemis-sa ti Hoa Sin. Namun Thiat-pohsan mempunyai beberapa bagian tubuh yang lemah. Antara lain pusar dan delapan lubang indera. Sayang Hoa Sin ta dapat mengisi penuh tutu an jarinya itu dengan tenaga-dalam arena pu ulan Thian-sat-cu sudah e buru melemparnya ebela ang. Se alipun begitu tetap pengemis itu dapat melu ai pemusatan tena ga-dalam Thiat-poh-san. Walaupun lu a-dalam itu ta berbahaya tetapi cu up juga untu mengurangi tenaga-dalam Thian-sat-cu. "Ha, ha, Taian-sat-cu, yang eng au terima tadi baru jurus

Anjing-menggigit-orang. Belum jurus Orang-menggigit-anjing!" Thian-sat-cu ter ejut dan membu a mata

"Jangan heran, Thian-sat-cu. a u pengemis tua, memang masih segar bugar!" teria Hoa Sin tertawa. Diam-Diam ia geli arena dapat mengacau pi iran'Algojo-dunia itu. Pu ulan Thian-sat-cu hampir serempa dengan tutu an jari sipengemis. Dengan demi ian tenaga pu ulan Thian-sat-cu itupun ber urang edahsyatannya. Karena diceng am rasa heran, Thian-sat-cu ta menyadari hal itu. "Omitohud !" tiba-tiba Hui Gong etua Siau lim-si berseru, "apa ah Thian sicu masih tetap henda melangsung an ma sud sicu ? Kalau benar, pin-ceng harap janganlah sicu hanya berhadapan dengan Hoa pangcu ..." 43 http://jowo.jw.lt "Paderi Siau-lim-si, le as amu bertujuh siap. A u segera a an meremu an alian !" teria Thian-sat-cu seraya singsing an lengan jubah. Karena melihat Hoa Sin habis menerima pu ulan dari Thiansat-cu, Ang Bin tojin minta supaya dia saja yang berdiri dimu a. Tetapi etua Kay-pang itu tetap menola , Sesaat hening lelap eti a Thian-sat-cu dan etujuh etua partai persilatan itu bersiap-siap untu adu pu ulan. Perhatian seluruh tetamu tercurah pada peristiwa yang a an mere a sa si an. Peristiwa yang belum pernah terjadi dalam sejarah dunia persilatan. Dan arena menyadari bahwa hasil daripada adu pu ulan sa ti itu a an membawa a ibat besar pada seluruh aum persilatan ma a diam-diam tetamu-tetamu memanjat an doa untu e menangan fiha Hui Gong tiysu dan etua- etua partai persilatan.

Ketegangan ma in merayap dihati se alian tetamu eti a Thian-sat-cu sudah mulai mengang at tangannya eatas. Demi ianpun Hoa Sin dat eenam awannya sudah mele at an tangan masing-sing epunggung awan yang berada dimu anya Hui Gong taysu le at an telapa tangannya epunggung pengemis Hoa Sin yang berdiri pahnd depan. Hong Hong tojin le at an tangannya e punggung Hui Gong. Sugong In menempel an tangan epunggung Hong Hong tojin. Ang Bin tojin le at an tangannya epunggung Sugong In, Ceng Sian suthaypun le at an tangan epunggui Ang Bin tojin. Dan tera hir Tio Goan-pa le at an tangannya epunggung Ceng Sian suthay. 44 http://jowo.jw.lt Keenam orang itu menyalur an tenaga-dalam untu mem per uat pemusatan tenaga-dalam pengemis Hoa Sin.

Dilihatnya pengemis Hoa Sin sudah berdiri ta apa. Ia heran.

urang suatu

A hirnya saat-saat yang dinanti itupun tiba. Darrrrr ...! Terdengarlah leda an eras eti a edua naga-dalam saling berhantam. Pu ulan Bu- e -coan-jit-hun telah disongsong oleh tenaga-dalam tujuh to oh persilatan ternama. Beratus-ratus jago-jago persilatan yang memenuhi paseban Wisma Perdamaian' bagai ena pesona eti a menya si an adu tenaga yang sehebat itu Perhatian mere a ditumpah an habis-habisan sehingga mere a ta mengetahui bahwa itu seorang lela i tua bertubuh gemu telah masu edalam paseban dan menghampiri edepan meja sembahyang. Keti a melalui disamping to oh-to oh yang sedag adu tenaga-sa ti itu, pendatang bertubuh gemu itu tampa gera an tangan anannya seperti orang tengah menampar nyamu yang mengganggu telinganya. Setelah itu ia langsung berdiri di mu a meja sembahyang, mengang at edua tangannya eatas lalu menyurah, membung u an tubuh memberi hormat.

Hoa Sin ter ejut eti a merasa dilanda gelombang tenaga dahsyat. Sedemi ian hebat tenaga mendampar sehingga ia ta dapat bernapas. Bantuan tenaga-dalam dari elima etua partai persilatan dan Goan Pa, ta uasa menahan gempur pu ulan Bu- e -coan-jit-hun yang dapat menembus tujuh lapis awan. Bagai an air surut, tenaga-dalam yang telah berpusat ditubuh pengemis sa ti Hoa Sin itu berhamburan embali mendampar bali bela ang. Hui Gong, Hong Hong, Sugong ln, An Bin, Ceng Sian dan Goan-pa seperti diterjang gelombang badai. Hampir mere a ta uat bertahan dan tubuh mere apun menggigil. Dalam 45 http://jowo.jw.lt beberapa ejab lagi ta boleh tida , Hoa Sin dan eenam awannya itu tentu rubuh !

Tiba-Tiba suatu eajaiban terjadi. Gelombang tenaga pu ulan Bu- e -coan-jit-hun itu tiba-tiba berhenti, menyurut, dan lenyap . . . Hoa Sin dan rombongannya seperti perahu yang terlepas dari amu an badai. Mere a tega mematung, pejam an mata untu menyalur an napas dan darah yang hampir membe u. Tetapi Thian-sat-cupun berdiam diri, meram- an mata dan menyalur an tenaga-dalam. Ia heran mengapa mendada dirinya seperti dilanda oleh segelombang arus tenaga. Sama se ali ia ta tahu bila dan siapa yang menyerang itu dan tahutahu dadanya seperti dijepit papan baja yang berat se ali sehingga pernapasannya terganggu. Gangguan itu mema sanya menari pulang pu ulan Bu- e -coan-jit-hun. Ia ta sempat meneliti siapa ah penyerang gelap itu arena ia perlu harus cepat-cepat menyalur an tenaga-murni untu menyalur an jalan-darahnya yang macet ter ena pu ulan gelap itu. Demi ian pada saat Hoa Sin bertujuh dan Thian-sat-cu sedang pejam an mata memulih an tenaga-dalam masing-

masing, tetamu bertubuh gemu itu-pun sudah menga hiri hormatnya membung u sampai tiga ali didepan peti mati. Selamat jalan Kim Thian-cong. Jangan sampai eng au salah jalan. Masu lah e Nirwana, jangan e Nera a yang penuh dengan setan-setan tanpa bayangan Bai rombongan Hui Gong taysu, maupun fiha Thian-satcu, ter ejut eti a mendengar doa yang aneh dari tetamu itu. Mere a serempa membu a mata tetapi orang itu sudah lenyap. 46 http://jowo.jw.lt Thian-sat-cu memberingas. Dipandangnya Hoa Sin dan eenam awannya : "Pengemis busu , eng au menyerah atau masih berani menerima pu ulan u lagi ?" "Thian-sat-cu, mengapa eng au menjilat ludahmu lagi ?" seru pengemis sa ti Hoa Sin. Thian-sat-cu merah padam mu anya. Belum ia menjawab tiba-tiba angin berhembus menampar hidungnya. Ia ter ejut. Angin itu bu an angin sewajarnya melain an angin yang wangi. Dan hembusan anein wangi itupun dirasa an juga oleh Hoa Sin dan eenam etua persilatan. Mere apun terperanjat. "Ai, sugguh urang ajar se ali si Bi-ing- ui itu. Dia berani mendahului 'ma an' hidangan u " tiba-tiba terdengar leng ing suara wanita dan pada lain ejab muncullah seorang wanita diiring oleh tujuh gadis canti . Wanita itu mengena an erudung mu a sehingga ta elihatan wajahnya Pa aiannya warna merah demi ianpun dengan e tujuh gadis canti itu. Keti a masu edalam ruang paseban, bau harum ma in eras sehingga ruangan itu tida lagi berbau dupa tetapi berbau harum seperti amar pengantin. "Hiang Hiang niocu ....!" serenta terdengar seruan tertahan, dari tetamu-tetamu. Omitohud, selamat datang niocu..... Hui Gong taysu yang cu up enal a an wanita itu segera memberi hormat dengan membung u tubuh. Tetapi secepat itu ia menyeringai esa itan. "Ah, harap taysu yang mema ai banya pe-radatan. Ai, taysu rupanya menderita lu a-dalam. Harus ma an obat dan beristirahat," seru wanita yang disebut Hiang Hiang niocu atau Puteri Harum. 47 http://jowo.jw.lt "Terima asih, niocu," sahut Hui Gong taysu yang diamdiam ter ejut arena wanita itu dapat mengetahui eadaan dirinya. "Dan taysupun asih tahu epada awan- awan taysu itu alau mere a juga menderita lu a-dalam dan harus berobat," ata Hiang Hiang niocu pula. Kemudian tanpa menunggu jawaban etua Siau-lim-si, wanita itu meliri earah Thian-satcu.

"Thian-sat-cu, mengapa ulitmu amat tebal? Jelas eng aupun menderita lu a. Tetapi bu annya mengejar Buing- ui yang melu aimu, ebali annya eng au masih ngotot henda bertanding pu ulan dengan etujuh orang itu ?" Wajah Thian-sat-cu pucat. "Walaupun menderita lu a tetapi etujuh orang itu ta sampai rubuh. Dan eng au sendiripun terlu a. Dengan begitu, eng au harus menepati janjimu untu tinggal an tempat ini !" seru Hiang Hian niocu dengan nada penuh wibawa.

Hai Thian-sat-cu, apa ah eng au ta malu menjilat ludahmu lagi ? Mere a dapat menerima pu ulanmu, mengipa eng au ta le as pergi dari sini seru Hiang Hiang niocu seraya menuding Thian sat-cu atau Algojo-dunia..... Thian-sat-cu menyadari edudu annya. Hiang Hiang niocu amat sa ti, belum tentu ia dapat mengalah an. Lagi pula ia telah menderita lu a-dalam a ibat pu ulan tanpa bayangan dari Bu-ing- ui. Masih pula eenam etua partai persilatan dan beratus-ratus jago-jago silat. Dan ada emung inan lain, a an datangnya to oh-to oh sa ti yang ta terduga. Apabila ia ber eras epala, tentu lebih banya menderita erugian daripada euntungan. 48 http://jowo.jw.lt Namun untu mundur begitu saja, ia merasa ehilangan mu a. Ia mau mundur secara terhormat. "Bagaimana Thian-sat-cu, apa ah eng au masih tetap henda menjilat ludahmu ?" tegur Hiang Hiang niocu. Thian-sat-cu tertawa nyaring : "Bai lah, demi memandang mu a niocu, a upun a an tinggal an tempat ini. Tetapi sebelum itu henda uumum an epada se alian orang persilatan, bahwa arena serangan gelap dari jahanam Bu-ing- ui ma a etujuh etua partai persilatan itu dapat bertahan. Dengan demi ian walaupun belum berhasil memenang an mere a, tetapi a u tetap ta alah ! " Tetapi paderi Siau-lim-si, " serunya pula "se arang a u henda mencari balas epada sipengecut Setan-tanpabayangan itu. Kemudian beberapa bulan lagi, a u tentu a an mengundang alian datang egunung Thay-san untu mengada an pemilihan Ketua Dunia Persilatan !" Habis ber ata ia teras melesat pergi. Si 'Naga-terbangmata-satu ternyata seja Hiang Hian niocu dan etujuh muridnya tiba, diam-diam sudah ngacir pergi.

"Ada ah niocu juga a an bersembahyang

epada jenazah

Kim tayhiap ?" seru Hui Gong taysu 49 http://jowo.jw.lt "Benar, taysu," seru Hiang Hiang niocu tersenyum, "duapuluh tahun yang lalu Kim tayhiap! pernah berjanji epada u. Dia bersumpah apabila ing ar janji, ia rela tubuhnya hancur menjadi abu ... " "Ada ah Kim tayhiap ing ar janji ?" "Benar, dia memang ing ar janji, oleh arena itu a upun harus mela sana an sumpahnya.' Hui Gong taysu pucat se eti a .... -oo0dw0ooAduhai .... Ayah u pemimpin dunia persilatan Ibu u seorang jelita sastrawan Amboi .... a u tu ang u ur jalanan. Tunggangan u anjing uning Rajawali dan monyet maling Ha. ha . . . pengawal u yang beling Rumah u di alam dunia Tidur u di tempat bebas bea O Ho, ho . . hidup u manis-manis cu a. Blo'on . . . blo'on . . . sebutan u Si Goblo , si Tolol, si Dungu Hi, hi . . . apa peduli nama itu. Sejuta ma ian, a u ta geram 50 http://jowo.jw.lt Sela sa pujian, a u ta seram Heh, heh . . . uanggap hanya asam garam. Kegagahan, e ayaan, e uasaan Ketenaran, esombongan, e-A u-an

Tida melawan hidup berpribadi Bebas musuh, bebas jahat hati

Huh, huh . . . hanya bayangan

ecemasan.

Kisah si Blo'on, ssah yang jalang Dibaca . . . mua , dibuang . . . merangsang Silah an marah, silah an sayang ... Salam basa basi. si BLO'ON

pantang dipuji. Kota Bengawan, pertengahan tahun

Jilid 2 L e n y a p. Bai eenam etua partai persilatan, maupun seluruh jagojago persilatan yang berada dipeseban Wisma Perdamaian itu, terperanjat se ali mendengar ata- ata Hiang Hiang Niocu. 51 http://jowo.jw.lt Beberapa to oh silat tua masih dapat mengenal siapa ah wanita itu. Hiang Hiang niocu adalah isteri pemimpin per umpulan rahasia Pe -lian- au atau Teratai Putih yang pada masa eruntuhan pemerintah Coan (Kubilai Khan), muncul digelanggang percaturan perebutan e uasaan dalam dunia persilatan. Tetapi sudah seja duapuluh lima tahun yang lalu, per umpulan Teratai Putih beranta an dan Hiang Hiang niocupun lenyap. Sungguh ta terduga sama se ali bahwa Hiang Hiang niocu si Puteri Harum itu a an muncul lagi dipunca Gio -li-nia. "Omitohud!" Hui Gong taysu etua Siau lim-si berseru seraya rang ap an edua tangan e dada, "Kim tayhiap seorang satrya yang perwira masa an dia ing ar janji ?" "Hui Gong taysu," sahut Hiang Hiang niocu "bagi taysu dan mung in seluruh aum persilatan tentu a an menyanjung Kim Thian-cong sebagai seorang satrya luhur. Tetapi bagi Hiang Hia niocu, dia ta lebih dari seorang lela i yang ber mulut culas, berbudi rendah !" Dalam membawa an ata- atanya itu tampa erudung mu a yang menutupi wajah Hiang Hiang niocu bergetar-getar. Suatu pertanda bahwa batinnya sedang mengalami etegangan hebat. "Hiang Hiang niocu," seru Hui Gong tay pula, "apabila niocu ta eberatan sudilah men; las an perihal diri Kim tayhiap

pada abad 20

urang seperempat.

Pende ar

ebal dima i,

Hem, hem . . itulah

ebahagiaan sejati

yang niocu ata an ta berbudi itu." Kedengaran suara helaan napas dari bali ain erudung yang menutup wajah Hiang Hiang niocu. Wanita itu tega mematung sampai beberapa wa tu. Rupanya dia tengah mengenang an ristiwa yang lampau .... 52 http://jowo.jw.lt

Hiang Hiang niocu berhenti sejena lalu lanjut an "Setelah erajaan Goan runtuh ma a timbulah gera an-gera an dan per umpulan-per umpulan rahasia dari aum persilatan untu merebut pengaruh da e uasaan. Diantaranya yang paling besar dan uat adalah per umpulan Sorban Kuning dan Teratai Putih. Kim Thian-cong muncul, memusuhi Sorban Kuning dan Teratai Putih arena menganggap edua per umpulan itu tida mempunyai tujuan yang bai . Ada gejala-gejala earah aliran Hitam ..."

Kim Thian-cong berhasil menghancur an Sorban Kuning tetapi gagal dalam menghadapi Teratai Putih. The Seng- un, pemimpin Teratai Putih merupa an lawan yang tangguh. Selain an memili i ilmu silat yang hebat, pun dia seorang yang cerdi dan pandai mengguna an siasat. The Seng- un mempunyai sebatang pedang pusa a yang luar biasa tajamnya. Pe -lian- iam atau pedang pusa a Teratai-putih. Kim Thian-cong hampir melayang jiwanya dibawah pedang itu. Dia eta utan setengah mati dengan pedang itu . " Berhenti sejena , wanita itu menghela napas: "Tahu ah taysu. siapa The Seng- un itu ? tiba-tiba ia mengaju an pertanyaan yang membuat paderi etua Siau-lim-si itu terbelia aget.

"The Seng- un adalah suami u !" "Ah," Hui Gong tasyu mendesah, "lalu dalam hubungan apa ah ma a Kim tayhiap telah ing ar janji epada niocu ?" 53 http://jowo.jw.lt "Disitulah leta u uran peribadi Kim Thian cong !" seru Hiang Hiang niocu dengan eras, " alah mengguna an senjata terhadap The Seng- un dia beralih mengguna an senjata wajahnya yang tampan untu menggaet isterinya ..."

"Pe -lian- au menuju earah aliran Hitam Aliran agama yang bermula menjadi unsur po o dari per umpulan itu, a hirnya berobah menjadi suatu aliran tahayul dan cabul. The Seng- un gemar wanita canti . Banya gadis canti yang diperisteri an dengan pa sa dan ataupun dengan buju an

"Omitohud!" seru Hui Gong taysu mengendap rasa ejutnya, "bu an ah niocu itu isteri dari The Seng- un ?"

"Entah, niocu, pin-ni ta

tahu," sahutnya gopoh.

aucu

Sesungguhnya peristiwa Hampir seperempat abad wanita janji itu tetap bah an a an di bawanya

itu sudah amat lat pau se ali. lamanya. Namun bagi seorang a an selalu bersemayam dalam hatinya, masu eliang ubur ....

manis. A u termasu salah seorang orbannya, menjadi salah seorang isterinya yang paling disayangi . . . . " "Tetapi a u jemu dengan ehidupan dan ling ungan orang Teratai Putih itu. A upun mual epada The Seng- un yang ta pernah puas dengan wanita. Ia seorang lela i yang besar se ali nafsunya. A u sa it hati arena diri u dijadi an se edar alat pemuas nafsu saja. Habis manis sepah dibuang . . . . " Berhenti sejena , Hiang Hiang niocu melanjut an ceritanya, "tetapi apa daya u. A u hanya orang wanita yang lemah. Kulewat an hari-hari yang sepi dengan helaan napas dan cucuran airmata. Lalu muncullah Kim Thian-cong. Dia mengisi esepian u dan mencuri hati u ..."

Hiang Hiang niocu berhenti berseri, menengadah an epala, memandang elangit dan berdiam diri sampai beberapa wa tu. Rupanya ia tengah ter enang a an enangan yang lampau. Hui Gong taysu, Ang Bin tojin. Hong Hong totiang, Sugong In, Ceng Sian suthay dan pengemis Hoa Sin termangu-mangu 54 http://jowo.jw.lt mendengar isah menari yang tengah dibawa an Hiang Hiang niocu itu. Sejena mere a lupa bahwa saat itu mere a tengah berdiri menjaga peti jenazah. Bahwa suasana saat itu adalah suasana ber abung. "Dengan eberanian yang luar biasa. Kim Thian-cong menyelundup masu edalam mar as Pe -lian- au untu mencuri pedang pusa a Pe -li-an- iam. Tetapi suami u The Seng- un seorang yang cerdi dan cermat. Dise itar amarnya telah dipasang alat pe a as rahasia sehingga perbuatan Kim Thian-cong itu etahuan. Kawanan jago-jago silat ana buah suami u segera bangun dan mengepung Kim Than-cong. Mar as Pe -lian- au yang luasnya beratus-ratus bahu dan terleta disebuah lembah gunung, memili i penjagaan yang etat rapat. Kim Thian-cong bingung arena ta dapat melolos an diri dan a hirnya . , . . " "A hirnya bagaimana, niocu?" diluar esadaran arena amat tertari dengan isah itu. Hui Dong taysu mendesa pertanyaan. Achirnya dia masu edalam .. , amar u ah. . . . " Hiang Hiang niocu embali menghela napas panjang, sepanjang pi irannya yang jauh melayang epada enangan lama.

"Bermula uduga memang begitu. Tetapi menurut penga uannya dibela ang hari, ia mengata an alau sudah tahu dan memang sudah direncana an... "Omitohud ..." sela Hui Gong taysu.

"Ada ah Kim tayhiap ta tahu alau tanya Hui Gong taysu pula.

amar itu mili

Para etua partai persilatan yang mendengar itu, serenta terbelia .

eterangan niocu ?"

55 http://jowo.jw.lt Tetapi Hiang Hiang niocu ta menghirau an doa ucapan etua gereja Siau -lim-si itu, ia melanjut an ceritanya : "A u ter ejut dan henda menjerit tetapi secepat itu ia mende ap mulut u dengan tangannya dan memandang wajah u rapat Keti a pandang mata u tertumbu a an wajah dan sinar matanya, entah bagaimana, runtuhlah hati u . . . . " embali Hiang Hiang niocu berhenti sejena , "ia melepas an de apannya lalu mencabut belati dan diberi an epada u. "Kalau nyonya henda membunuh Kim Thian-cong, bunuhlah se arang juga. A u rela mati ditangan nyonya daripada mati ditangan, ana buah Pe -lian- au," atanya seraya membu a baju dan menyongsong dadanva yang terbu a ....

"Eng au . . eng au Kim Tliian-cong?" ata u dengan gemetar. Hampir a u ta percaya bahwa pende ar yang termasyhur disejuruh dunia persilatan, ternyata hanya seorang lela i muda yang berwajah tampan. Si apnyapun bu an menyerupai o-rang persilatan yang gagah per asa tetapi lebih banya mirip seorang sasterawan. "Kim Thian-cong hanya satu, yang dihadapan nyonyah ini." atanya.

Setelah mendapat . etenangan hati, ma a utanya anlah epadanya mengapa ia berani masu edalam amar u. Dengan terus terang ia mencerita an bahwa edatangannya edalam mar as Pe -lian- au itu ialah henda mencuri pedang pusa a Pe -Iian iam mili The Seng- un tetapi gagal. Dan saat itu ia tengah di ejar ana buah Pe -lian- au. "Nyonyah, daripada eng au menyerah an diri u epada mere a, bai lah eng au bunuh saja a u," atanya. Kutatap wajahnya dan mata amipun saling beradu. A u seorang wanita muda yang esepian. A upun sa ithati epada suami u yang telah menelantar an diri u. Rasa esepian dan 56 http://jowo.jw.lt sa ithati berpadu, bagai arus sugai yang mengalir dan mengalir untu a hirnya masu edalam lautan . . . asmara. "Apa ah eng au sudah beristeri?" diamu oleh rasa asmara, a u ta malu-malu lagi menanya an hal itu epadanya.

" udengar derap a i orang hilir mudi mencari diri u. Ta lama mere a tentu a an mencari emari. Bersedia ah nyonyah menolong diri u ?" "A u ta segera menjawab melain an menatapnya le atle at, lalu utanya : "Apa ah janjimu untu pertolongan u itu ?" "Asal a u mampu mela u an, tentu a an u la sana an permintaan nyonyah se alipun nyonyah suruh a u masu edalam lautan api ..."

"Belum____tetapi, nyonyah,"

atanya tegang,

"Ta perlu," sahut u, "a u menghenda i eng au hidup dan bahagia bersama . . . . "

"Hm, bai lah," a upun puas mendengar jawabannya, "se arang terpa sa eng au henda u-suruh mema ai pa aian wanita. Ya, eng au harus menyamar sebagai seorang wanita dan a an ua ui sebagai bujang u ..." "Ah, jangan. A u ta dapat menjadi seoran wanita," cepatcepat ia menola . 57 http://jowo.jw.lt "Lalu apa daya u untu menolongmu ?" "Wa tu amat berharga. Harap nyonyah membung us diri u dengan ain lalu masu an a u e dalam sarung guling. A u a an menjadi guling . . A u ter ejut dan membantah : "Ah, jangan! bergurau. Bagaimana mung in tubuhmu yang sebesar itu a an menyusut se ecil guling ? "Bisa!" sahutnya ya in, "la u an saja menurut apa yang u ata an dan baring anlah a u diatas tempat tidur agar mere a mengira a u ini sebuah guling" Baru Hiang Hiang niocu bercerita sampai di situ tiba-tiba terdengar suara meleng ing : "Ah, ta mung in. A u ta percaya alau Kim tayhiap begitu bernyali seperti ti us. Mengapa dia ta berani menghadapi ana buah Pe -lian- au ? Bu an ah dia tentu dapat mengatasi mere a ? Bu an ah ta perlu dia harus main bersembunyi di amar seorang wanita ?"

Beberapa etua partai persilatan berdebar-debar dan tegang perasaannya. Mere a uatir Hiang Hiang niocu marah atas ucapan etua Partai Pengemis yang ta percaya pada cerita itu. "Hm, hidungmu setajam anjing !" dengus Hiang Hiang niocu. "Memang Hoa Sin ini tu ang gebu anjing. Kalau hidung u alah tajam dengan anjing, bagaimana mung in a u dapat menggebu binatang itu?" embali sipengemis sa ti Hoa Sin 58 http://jowo.jw.lt

"Hoa Sin pengemis tua," sahut

etua Kay-pang

Hiang Hiang niocu berpaling earah orang yang menyelutu itu, lalu menegur: "Siapa eng au?"

"Kim Thian-cong seorang lela i, apa yang di-ucap an ta pernah ditelan embali !"

"Apa ah eng au ta ing ar janji ? penegasan.

a u masih meminta

"Nyonyah, le aslah, mere a benar-benar menuju Kim Thian-cong menu as gopoh.

emari !"

"Memang Kim Thian-cong seorang satrya yang perwira. Dan sesungguhnya ia memang ta ta ut menghadapi sergapan ana buah Pe -lian- au itu. Hal itu baru u etahui beberapa wa tu emudian, setelah hubungan ita sudah sebagai suami isteri . . . " "Amboi !" embali pengemis sa ti Hoa Sin meleng ing seperti anjing digebu . "Kim tayhiap mau menggauli eng au? Ah, tida , tida . Dia bu an seorang hidung belang !" Mung in tentu merahlah wajah Hiang Hiang niocu mendengar bantahan pengemis itu. Tetap arena tertutup ain hitam, ma a ta jelaslah bagaimana perobahan airmu anya. Yang jelas, ain erudung mu anya itu bergetar-getat walau ta tertiup angin. "Pengemis tua, tahu ah eng au bahwa seorang satrya yang gagah berani pun a an jatuh di bawah telapa a i seorang jelita ?" seru Hiang Hiang niocu. "Tida tahu!" bantah pengemis sa ti Hoa Sin "bu tinya a u sendiri ta pernah jatuh di a i wanita" "Cis, wanita mana ah yang sudi melihat tampangmu seperti uda meringis itu ?" hina Hi ang Hiang niocu. "Ha, ha," tida marah ebali annya pengemis sa ti itu malah tertawa gela -gela ." salah, salah. A u bu an seperti uda meringis tetapi seperti serigala tertawa. Bu tinya setiap anjing yang melihat, tentu a an lari terbirit-birit." "Omitohud," embali Hui Gong taysu berucap doa, "harap niocu su a melanjut an ceritamu. 59 http://jowo.jw.lt Dan etua Siau-lim-si itupun berpaling memberi isyarat epala epada Hoa Sin agar etua partai Pengemis itu jangan mengganggu. "Karena melihat esungguhan wajahnya a upun segera mela u an permintaannya. Kubung us tubuhnya dengan ain lalu uselubungi dengan sarung guling. Ah, ternyata tubuhnya berobah sehingga cu up umasu an dalam selubung guling," Hiang Hiang niocu melanjut an ceritanya. "Ah, dia tentu mengguna an ilmu Su ang," ata Hui Gong taysu. Sut- ut- ang-nya Ilmu menyurut an tulang sehingga menjadi ecil.

"Ho, aum Pengemispun mempunyai Kau-hoan-wi

umat adat ebiasaan. Ia gemar membanyol dan berolo -olo ta peduli dengan siapapun orangnya.

atau Anjing-menyurute or," ata pengemis sa ti Hoa Sin gatal mulutnya. "Benar, paderi Siau-lim-si, Hiang Hiang niocu ta mau menghirau an ocehan Hoa Sin dia memang mengguna an ilmu Sut- ut ang. Dan a upun ma in agum a an esa tiannya awanan ana buah Pe -lian- au ternyata memang datang e amar u untu mencarinya Walaupun utola , tetapi mere a tetap mema sa henda mau menggeledah amar u. Itu perintah etua Pe -lian- au, ata mere a. Terpa sa ubiar an mere a masu . Hati u berdebar eras eti a merere a menying ap ain elambu tempat tidur. 60 http://jowo.jw.lt

Anda mungkin juga menyukai