id
Pengantar :
PENDEKAR-PENDEKAR NEGERI TAY LI
== THIAN LIONG PAT POH ==
-YIN YONG-
Saduran Gan KL
Merupakan proyek cersil keroyokan terdiri dari :
Jilid 01-68 convert & edit by Dewi KZ Cs
Jilid 69-tmt Kiriman Willy (wpadly@yahoo.com)
Dibantu Gun Gun, aaa, final edit dan Ebook by Dewi KZ
Ini merupakan gabungan 2 versi yaitu versi pertama ( 10
jilid buku lebar ) dan 87 jilid buku kecil. Dikarenakan usia
bukunya sudah sangat tua, banyak halaman yang
hilang/sobek
Pendekar2 Negeri Tayli yang kami buat ini, adalah yang
ebook Pendekar2 Negeri Tayli pertama terlengkap dalam
bentuk ebook yang di upload, kalau web lain tidak pernah
sampai tuntas dan tama.t
Selamat membaca
Dewi KZ
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
Daftar Isi :
PENGANTAR :
DAFTAR I SI :
JILI D 1
JILI D 2
JILI D 3
JILI D 4
JILI D 5
JILI D 6
JILI D 7
JILI D 8
JILI D 9
JILI D 10
JILI D 11
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
JILI D 12
JILI D 13
JILI D 14
JILI D 15
JILI D 16
JILI D 17
JILI D 18
JILI D 19
JILI D 20
JILI D 21
JILI D 22
JILI D 23
JILI D 24
JILI D 25
JILI D 26
JILI D 27
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
JILI D 28
JILI D 29
JILI D 30
JILI D 31
JILI D 32
JILI D 33
JILI D 34
JILI D 35
JILI D 36
JILI D 37
JILI D 38
JILI D 39
JILI D 40
JILI D 41
JILI D 42
JILI D 43
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
JILI D 44
JILI D 45
JILI D 46
JILI D 47
JILI D 48
JILI D 49
JILI D 50
JILI D 51
JILI D 52
JILI D 53
JILI D 54
JILI D 55
JILI D 56
JILI D 57
JILI D 58
JILI D 59
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
JILI D 60
JILI D 61
JILI D 62
JILI D 63
JILI D 64
JILI D 65
JILI D 66
JILI D 67
JILI D 68
JILI D 69
JILI D 70
JILI D 71
JILI D 72
JILI D 73
JILI D 74
JILI D 75
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
JILI D 76
JILI D 77
JILI D 78
JILI D 79
JILI D 80
JILI D 81
JILI D 82
JILI D 83
JILI D 84
JILI D 85
JILI D 86
JILI D 87 (TAMAT)
(Oo^o^dwkz^http://kangzusi.com/^o^oO)
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
Jili d 1
Sinar hijau berkelebat, sebatang pedang Jing-kong-kiam
menusuk cepat ke pundak kiri seorang laki-laki setengah
umur.
Belum lagi serangan itu mengenai sasaran, penyerang itu
sudah menggeser ke samping dan menyerang pula ke leher
kanan laki-laki itu.
Waktu laki-laki setengah umur itu menegakkan pedangnya,
"trang", terbenturlah kedua pedang dan menerbitkan suara
nyaring, menyusul sinar pedang gemerlapan pula, dalam
sekejap kedua orang itu sudah saling gebrak beberapa jurus
lagi.
Mendadak pedang laki-laki setengah umur tadi menebas
sekuatnya ke atas kepala pemuda yang memakai pedang Jing-
kong-kiam, namun sedikit mengegos ke samping, pemuda itu
balas menusuk paha lawan.
Serang-menyerang kedua orang itu berlangsung cepat lagi
tepat, setiap jurus seakan-akan mengadu jiwa.
Di sudut Lian-bu-thia atau ruang berlatih silat itu berduduk
seorang tua berumur antara setengah abad lebih, sambil
mengelus jenggotnya yang panjang, dia kelihatan sangat
senang. Pada kedua sampingnya berdiri lebih 20 orang anak
murid laki-laki dan perempuan, semuanya asyik mengikuti
pertarungan sengit kedua orang tadi dengan penuh perhatian.
Di samping sana berduduk belasan tamu undangan,
mereka pun memusatkan perhatian mengikuti pertandingan di
tengah kalangan dengan mata tak berkedip.
Sementara itu sudah lebih 70 jurus pertandingan laki-laki
setengah umur melawan si pemuda tadi. Serang-menyerang
makin lama makin sengit dan berbahaya, tapi tetap belum
tampak siapa akan menang atau kalah.
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
pang? Sakit hati ini tidak kubalas, kusumpah tak mau hidup
lagi!"
Kiranya huruf-huruf yang terdapat di dada Yong Goan-kui
itu ditulis dengan semacam obat racun, daging yang terkena
racun lantas membusuk dan dekuk ke dalam.
Waktu Co Cu-bok periksa tubuh Yong Goan-kui pula,
ternyata tiada tanda luka lain. Segera ia membentak, "Jin-ho,
Jin-kiat, melihat keluar sana!"
Karena kejadian itu, seketika suasana dalam ruangan besar
itu menjadi gempar, semua orang tidak urus lagi pada Toan Ki
dan dara cilik di atas belandar itu, tapi beramai-ramai
merubung jenazahnya Yong Goan-kui serta mempercakapkan
peristiwa ini.
"Makin lama perbuatan Sin-long-pang makin tidak pantas,"
kata Be Ngo-tek setelah berpikir sejenak. "Co-hiante, entah
sebab apa mereka bermusuhan dengan golonganmu?"
Karena berduka atas matinya sang Sute, Co Cu-bok
menjawab dengan terguguk-guguk, "Itu ... itu disebabkan
urusan mencari obat. Musim rontok tahun yang lalu, empat
Hiangcu (hulubalang) dari Sin-long-pang datang ke Kiam-oh-
kiong sini dan perm isi akan mencari semacam obat di
belakang gunung kami ini. Soal memetik obat sebenarnya
urusan kecil, Sin-long-pang memang hidup dari memetik obat
dan menjual jamu. Biasanya tiada banyak berhubungan
dengan golongan kami, tapi juga tiada permusuhan apa-apa.
Namun Be-goko tentu tahu, belakang gunung ini tidak
sembarangan boleh didatangi orang luar, jangankan Sin-long-
pang, sekalipun para sobat kental juga dilarang pesiar ke
sana, ini adalah peraturan turun-temurun dari leluhur kami,
dengan sendirinya kami tidak berani melanggarnya. Padahal
urusan ini pun tidak jadi soal "
Sampai di sini, tiba-tiba dari luar melangkah masuk seorang
dengan tindakan perlahan dan lesu.
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
Ki, katanya pula, "Kalian keluar begini saja, kalau terjadi apa-
apa, Bu-liang-kiam kami tentu merasa tidak enak."
"Kenapa kau khawatir?" sahut si gadis dengan tersenyum.
"Aku toh bukan tamu undanganmu, kau pun tidak kenal she
dan namaku yang mulia. Jika aku terbunuh oleh orang Sin-
long-pang, ayah-bundaku juga takkan menyalahkan kalian."
Habis berkata, ia tarik Toan Ki terus melangkah keluar.
"Berhenti dulu, nona!" cepat Cu-bok merintangi, tahu-tahu
tangannya sudah menghunus pedang.
"Eh, apa kau ingin berkelahi?" tanya si gadis.
"Cayhe ingin berkenalan dengan ilmu silat nona agar kelak
dapat dipertanggungjawabkan kalau berjumpa dengan ayah-
ibumu," kata Cu-bok sambil melintangkan pedang.
"Wah, kakek jenggot ini akan membunuh aku, bagaimana
baiknya menurut pendapatmu?" tanya si gadis pada Toan Ki.
"Terserah padamu," sahut Toan Ki sembari mengipas.
"Apabila aku terbunuh, lantas bagaimana baiknya?"
"Ada rezeki kita rasakan bersama, ada malang kita
tanggung berbareng. Kuaci kita makan bersama, pedang kita
terima serentak!"
"Bagus, ucapanmu ini sangat tegas," ujar si gadis. "Engkau
sangat baik, tidak percuma perkenalan kita ini. Marilah pergi!"
Segera ia tarik Toan Ki keluar, terhadap senjata Co Cu-bok
yang kemilauan itu seakan-akan tak dihiraukannya.
Tanpa bicara lagi Cu-bok geraki pedang terus menusuk
bahu kiri si gadis. Ia tidak bermaksud melukai orang,
tujuannya cuma untuk merintangi kepergian kedua muda-
mudi itu.
Mendadak tangan si gadis menarik pinggang, tahu-tahu
seutas tali hijau menyambar ke pergelangan Co Cu-bok.
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
tahu ayah dan pamanmu mahir ilmu itu, boleh jadi ada orang
jahat akan menculik kau dan m inta ayahmu atau pamanmu
menukar dirimu dengan kitab pelajaran It-yang-ci itu. Jika
terjadi demikian, lantas bagaimana?"
"Jika benar terjadi, menurut watak pamanku yang keras itu,
pasti dia akan melabrak si penculik itu."
"Makanya," kata Ciong Ling, "berkelahi tanpa tujuan
dengan keluarga Toan kalian tentu orang tidak berani. Tetapi
untuk kitab pelajaran It-yang-ci, segala apa mungkin terjadi.
Apalagi kalau kau jatuh di tangan orang, urusan tentu akan
sulit dise lesaikan. Maka begini saja baiknya, selanjutnya kau
jangan mengaku she Toan."
"Aku tidak she Toan, lalu she apa?" ujar Toan Ki. "Padahal
orang she Toan beratus ribu banyaknya di daerah Hunlam ini,
belum tentu setiap orangnya mahir ilmu T iam-hiat."
"Sementara ini boleh kau pakai she sama dengan aku," ujar
si gadis.
"Baik juga," sahut Toan Ki tertawa. "Dan engkau harus
panggil aku Toako. Berapa umurmu?"
"Enam belas," sahut Ciong Ling. "Dan kau?"
"Aku lebih tua tiga tahun daripadamu," sahut Toan Ki.
Ciong Ling memungut sehelai daun kering, sambil merobek
daun itu sedikit demi sedikit, tiba-tiba ia goyang kepala.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya si pemuda.
"Aku tetap tak percaya bahwa engkau tidak mau belajar It-
yang-ci," sahut Ciong Ling. "Kau sengaja dusta, bukan?"
Toan Ki tertawa, katanya, "Kau pandang It-yang-ci
sedemikian hebatnya, memangnya ilmu itu bisa bikin perut
menjadi kenyang? Aku justru anggap Kim-leng-cu dan Jing-
leng-cu milikmu ini jauh lebih berguna."
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
Jili d 2
"Jangan bodoh!" cepat Ciong Ling mencegah. "Urusan
orang Kangouw sedikit pun engkau tidak paham, kalau sampai
bikin sirik orang, aku takkan mampu menolongmu."
"Jangan khawatir bagiku" sahut Toan Ki. "Kau tunggu saja
di s ini, sebentar aku akan kembali."
Habis berkata, dengan langkah lebar ia terus bertindak ke
arah asap tebal sana.
Ciong Ling berteriak mencegahnya lagi, dan Toan Ki tetap
tidak menurut.
Setelah tertegun sejenak, mendadak gadis itu berseru,
"Baiklah, engkau pernah menyatakan 'kuaci kita makan
bersama, pedang kita terima serentak', biar kuikut
bersamamu!"
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
angin hingga bayangan hitam itu tampak lebih jelas lagi. Dari
bayangan hitam benda melengkung itu ternyata timbul jalur
aneka warna persis seperti warna-warni bianglala.
Toan Ki semakin heran, pikirnya, "Kenapa di tengah
bayangan bisa timbul warna-warni?"
Ketika pandangannya beralih ke arah yang berlawanan
dengan dinding batu itu, ia lihat di dinding tebing curam sana
lamat-lamat ada sinar berwarna yang bergoyang-goyang.
Seketika ia menjadi sadar, kiranya di dinding situ ada
terjepit sebatang pedang, di samping itu ada sepotong batu
mestika yang mengeluarkan cahaya pelangi.
Batu permata memangnya mempunyai tujuh warna, maka
sinar bulan telah memindahkan pantulan warna-warni itu ke
dinding batu sana. Pantas begitu indah menarik. Cuma
sayang, tempat di mana terdapat benda-benda mestika itu
berpuluh tombak tingginya, betapa pun sukar dicapai untuk
dilihat dari dekat.
Belum lama ia menikmati pemandangan indah itu, sang
bulan sudah berpindah hingga bayangan itu mulai menipis dan
akhirnya lenyap tinggal dinding batu yang tetap halus licin itu.
Tanpa sengaja Toan Ki dapat menemukan rahasia itu, ia
pikir, "Kiranya rahasia di atas dinding kemala Bu-liang-san ini
beginilah adanya. Kalau tidak kebetulan tergelincir ke sini,
belum tentu aku bisa melihat bayangan tadi, sedangkan sinar
bulan yang menyorot ke atas dinding itu, dalam setahun
hanya ada kesempatan beberapa hari saja. Sebaliknya orang-
orang Bu-liang-kiam yang sengaja hendak mencari rahasia itu,
kebanyakan pasti datang pada waktu siang hari untuk
mengamati dinding batu itu secara bodoh, bisa jadi mereka
malah menggali dan membongkar batu pegunungan di atas
sana untuk mencari rahasia yang tidak pernah diketemukan
itu. Sudah tentu hasilnya tetap nihil."
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
Jili d 3
Begitulah ia terus berteriak-teriak sambil menuju ke tempat
datangnya suara itu. Tiada lama ia merasa berada di suatu
tempat yang luang, tangannya tidak meraba sesuatu lagi.
Tiba-tiba kehilangan sentuhan, Toan Ki merasa takut
malah. Setindak demi set indak ia maju terus, kaki merasa
tidak mendapat rintangan apa-apa lagi. Sekonyong-konyong
tangan menyentuh sesuatu yang dingin. Begitu tersenggol,
benda itu terus menerbitkan suara nyaring "cring”, ketika
diraba lagi lebih teliti, kiranya sebuah gembok besar.
Kalau ada gembok dengan sendirinya ada pintu.
Maka cepat Toan Ki meraba-raba pula, benar juga dari atas
ke bawah ada belasan paku pintu yang besar-besar. Dalam
kejut dan girangnya ia heran pula kenapa di tempat seperti ini
ada penghuninya?
Segera ia angkat gembok tadi mengetuk pintu beberapa
kali. Tapi sampai lama tiada jawaban apa-apa dari dalam.
Kembali ia ketuk-ketuk dan tetap tiada suara sahutan. Maka ia
coba dorong pintu itu.
Pintu itu sangat antap seperti terbuat dari baja. Tapi tidak
dipalang dari dalam, maka perlahan Toan Ki mendorong dan
segera pintu itu terbuka. Dengan suara lantang Toan Ki lantas
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id
bila ketahuan jiwamu akan terancam dan aku pun tak bisa
menolongmu.”
Jangan sangka nyonya rumah itu tampaknya lemah lembut,
ilmu s ilatnya ternyata sangat lihai, sedikit pun Toan Ki tak bisa
berkutik kena dipegang dan diseret tadi, terpaksa ia menurut
saja. Hanya dalam hati pemuda itu rada mendongkol, "Jauh-
jauh kudatang memberi kabar, jelek-jelek aku adalah tamu,
kenapa mesti disuruh main sembunyi seperti pencuri saja?”
Dalam pada itu terdengar pula suara seorang wanita di
balik dinding papan sana sedang berkata, "Suciku ini dipagut
ular berbisa, jiwanya terancam bahaya, maka mohon
Locianpwe suka memberi pertolongan ”
Sembari berkata, terdengar suara tindakan tiga orang
memasuki ruangan sebelah.
Waktu Toan Ki mengintip melalui celah-celah dinding, ia
lihat seorang wanita berbaju hijau, menggembol pedang di
punggung, tangan memondong seorang wanita lain dan tiada
hentinya minta ditolong.
Di samping sana ada seorang laki-laki berbaju hitam
bertubuh tinggi kurus, muka menghadap ke luar, maka
wajahnya tidak kelihatan, cuma dari kedua tangannya yang
lebar terjulur ke bawah itu, jelas bentuknya sangat aneh luar
biasa.
Kemudian terdengar suara Ciong-hujin lagi tanya,
"Siapakah kedua tamu ini? Ada keperluan apakah datang ke
lembah sini?”
Wanita baju hijau tadi menaruh kawan yang dipondongnya
itu ke lantai, lalu bertanya, "Nyonya tentulah Ciong-hujin?”
Ciong-hujin mengangguk.
"Siaulicu (aku perempuan yang muda) bernama Hoan He,
anak murid Hoa-san-pay dari Siamsay, terimalah hormatku
ini,” kata wanita baju hijau sambil memberi hormat.
Pustaka Edulicious www.pustaka.edulicious.my.id